WAWANCARA-1 Wawancara banyak dipakai oleh para profesional maupun masyarakat umum lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pada saat kita menemui dosen, saat kita sedang menghadapi klien, saat kita menonton acara debat calon presiden, bahkan saat kita menonton acara infotainment. Hal ini menunjukkan bahwa wawancara merupakan hal yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya itu, wawancara sering pula kita gunakan dalam kehidupan kita. Wawancara memiliki ragam dan corak, yaitu dari wawancara formal sampai wawancara tidak formal, wawancara yang terstruktur sampai yang tidak terstruktur, wawancara yang rumit sampai yang sangat sederhana, dan wawancara yang hanya membutuhkan waktu sedikit (sebentar) sampai wawancara yang membutuhkan waktu yang lama. Tujuan dilakukannya wawancara pun bervariasi, yaitu wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi, untuk memberikan informasi, untuk proses konseling, untuk mendapatkan calon karyawan yang baik, untuk membujuk, dan lain sebagainya. Subjek yang kita wawancarai juga bervariasi, dapat berupa teman, atau lawan, orang asing atau teman dekat, termasuk kelompok yang superior atau golongan bawah, dan lain sebagainya. Banyak hal yang kita temui berkaitan dengan wawancara. Lantas apakah wawancara itu dan bagaimana pula bentuk komunikasi yang terjadi dalam proses wawancara? Hal ini akan dibahas secara lebih mendalam pada uraian berikut ini. Definsi Banyak definisi yang diajukan oleh para ahli mengenai wawancara, salah satunya adalah definisi yang dikemukakan oleh Andayani (1999), yang menyatakan bahwa wawancara adalah perbincangan yang menjadi sarana untuk mendapatkan informasi tentang orang lain dengan tujuan untuk memperoleh penjelasan atau pemahaman tentang orang tersebut dalam hal tertentu. Misalnya ingin memperoleh informasi tentang subjek berkaitan dengan masalah krisis kepercayaan dirinya. Stewart & Cash (2000) state that An interview is an interactional communication process between two parties, at least one owhom has a predetermined and serious purpose, and usually involves the asking and answering of questions. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua pihak dimana salah satu pihak menjadi penentu dan memiliki tujuan, dimana biasanya melibatkan suatu proses tanya jawab. Dari definsi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu makna dari kata-kata tertentu berdasarkan definisi di atas. Adapun kata-kata tersebut adalah :
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
1
a.
Kata interaksional yang dapat berarti adanya pembagian peran, tanggung jawab, perasaan, keyakinan, motif dan informasi. Jika hanya salah satu yang bicara dan lainya hanya mendengarkan maka hal tersebut bukanlah wawancara. Akan tetapi makna interaksional ini tidak bersifat equal, atau masing-masing pihak bertanya dan menjawab dalam porsi yang sama banyak. Masing-masing pihak memiliki porsi bertanya dan menjawab dalam porsi yang berbeda-beda. Makna lain dari interaksional adalah adanya pembagian tanggung jawab selama proses wawancara, dimana masing-masing pihak memiliki tanggung jawab untuk melakukan wawancara yang lancar dan efektif. Misalnya, seorang rekruter bertanggung jawab untuk mempelajari aplikasi pelamar, menyiapkan pertanyaan yang dapat dipahami dan menantang, dan seterusnya. Sebaliknya pelamar bertanggung jawab untuk menyiapkan aplikasi dan membuat aplikasi yang jujur dan benar, meneliti organisasi yang akan dimasuki dan meneliti posisi yang ditawarkan oleh perusahaan. Interaksional juga berarti adanya proses berbagi perasaan (marah, bangga, takut, simpati), motif (rasa aman, populer, belonging, ambisi), keyakinan (sosial, politik, religuisitas dan ekonomi). Bentuknya dapat berupa verbal dan non verbal. Suatu wawancara dikatakan gagal jika tidak ada ekspresi ini. Misalnya calon karyawan yang takut untuk mengatakan apa alasan dirinya untuk memilih dan menginginkan posisi yang ditawarkan.
b.
Makna dari proses adalah adanya sifat dinamis, adanya interaksi dan melibatkan banyak variabel lainnya dalam pelaksanaan wawancara tersebut. Dan wawancara yang dilakukan selalu mengarah pada pencapaian tujuan. Dalam wawancara juga selalu melibatkan komunikasi dasar yaitu persepsi, pesan-pesan verbal dan non verbal, umpan balik, mendengarkan, motivasi, harapan serta asumsi. Proses komunikasi yang terjadi dalam wawancara ini dipengaruhi oleh gender, usia dan budaya.
c.
Makna dari dua pihak adalah bahwa proses wawancara ini melibatkan 2 atau lebih individu yaitu pihak pewawancara dan yang diwawancarai. Dua pihak tidak berarti selalu dua orang yaitu satu pewawancara dan satu subjek namun dapat juga lebih dari satu pewawancara atau lebih dari satu subjek yang diwawancarai.
d.
Makna dari penentu dan memiliki tujuan adalah paling tidak salah satu pihak yang melakukan wawancara memiliki tujuan dan rencana untuk memfokuskan pada satu hal yang spesifik. Makna ini yang membedakan antara wawancara dengan percakapan sosial, meskipun percakapan sosial terkadang memiliki peran penting dalam wawancara. Selain itu wawancara yang dlakukan juga memiliki rencana dan struktur. Perbedaan lain antara wawancara dengan percakapan sosial biasa adalah dalam hal kedalaman informasi yang digali.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
2
e.
Bertanya dan menjawab pertanyaan juga merupakan hal yang utama dalam wawancara dimana kedua hal tersebut selalu dilibatkan dalam proses wawancara.
Fungsi, Guna dan Alasan Menggunakan Wawancara Agar interviewer dapat menggunakan wawancara dengan tepat maka interviewer harus betul-betul memahami apa fungsi wawancara yang dilakukannya. Hal tersebut tenatu akan mempengaruhi hasil akhir data yang dikumpulkan melalui wawancara. Wawancara yang dilakukan oleh interviewer memiliki 3 fungsi, yaitu : 1.
Primer : yaitu data yang diperoleh merupakan satu-satunya data untuk membuat evaluasi atau diagnosa. Artinya bahwa wawancara adalah satu-satunya alat yang digunakan oleh interviewer untuk mengumpulkan data.
2.
Pelengkap : yaitu data yang diperoleh untuk melengkapi data yang telah ada. Artinya adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari metode yang lain.
3.
Kriteria : yaitu data dari wawancara digunakan untuk menguji kebenaran data dari metode lain. Hal ini terkadang perlu dilakukan mengingat bahwa hasil dari wawancara merupakan suatu bentuk pelaporan subjektif tentang sikap seseorang terhadap lingkungan dan terhadap dirinya sendiri (Palmer, 1983), sehingga terkadang apa yang “benar” menurut subjek belum tentu “benar” menurut orang lain.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa wawancara sebagai suatu alat dapat digunakan secara mandiri dan dapat pula digunakan sebagai pelengkap. Stewart & Cash (2000) menambahkan mengenai fungsi wawancara, menurut kedua ahli tersebut adalah : a.
Wawancara dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan informasi, data, arah, instruksi, orientasi ataupun klarifikasi. Biasanya ini dilakukan saat interviewer melakukan orientasi pada karyawan barunya, atau pada siswa baru, atau seseorang yang harus menunjukkan perilaku khusus atau keahliannya dalam melakukan suatu pekerjaan. Misalnya seorang pimpinan memberikan informasi mengenai lamanya waktu bekerja dalam sehari yang berlaku dalam perusahaan tersebut. atau seorang siswa senior menjelaskan pada juniornya bagaimana aturan yang berlaku di sebuah asrama atau bagaimana menggunakan komputer baru yang ada di perpustakaan dan lain sebagainya.
b.
Wawancara sebagai alat untuk mengumpulkan informasi berdasarkan pada fakta, pendapat, data, perasaan, sikap, keyakinan, reaksi dan umpan balik. Contohnya adalah sebuah perusahaan yang menggunakan survey atau pooling pendapat terhadap para karyawannya untuk menemukan alasan-alasan terhadap aksi yang perlu dilakukan
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
3
perusahaan tersebut atau mengenai sikap terhadap produk baru yang dihasilkan perusahaan dan lain sebagainya. c.
Wawancara sebagai alat untuk melakukan seleksi, dimana wawancara digunakan oleh salah satu pihak untuk melakukan screening, memilih dan menempatkan calon karyawan.
d.
Wawancara digunakan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan perilaku subjek, khususnya untuk melihat perilaku subjek secara akurat, masalah pribadi subjek dan performansi subjek. Tujuannya adalah untuk membantu subjek untuk melihat secara alamiah permasalahan yang sedang dihadapi, penyebab dan pengaruh serta pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan.
e.
Wawancara digunakan untuk mengatasi masalah perilaku pada pewawancara. Disini wawancara digunakan untuk menyampaikan keluhan, protes dan saran serta mencoba untuk mencari solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
f.
Wawancara digunakan untuk mencapai suatu problem solving yaitu wawancara yang dirancang untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang menjadi perhatian kedua belah pihak. Biasanya masalah yang dihadapi bukanlah masalah satu pihak tetapi keduanya merasa bahwa ini adalah masalah bersama. Keberhasilan wawancara tidak ditentukan oleh siapa yang dapat menemukan problem solving yang terbaik tetapi lebih pada apakah masalah tersebut dapat dipecahkan atau tidak. Misalnya kedua pihak membahas bagaimana memperoleh lebih banyak klien atau mengatasi penurunan penjualan atau dapat pula memutuskan karyawan seperti apa yang perlu dipekerjakan.
g.
Wawancara digunakan untuk melakukan persuasi yaitu untuk mengubah jalan pikiran, perasaan, dan perilaku subjek, wawancara persuasif juga dapat dilakukan untuk menjual jasa, mencari dukungan, merekrut individu untuk masuk dalam kelompok tertentu, mengajak individu, dan memberikan penguatan. Banyak bentuk wawancara yang melibatkan persuasi, misalnya dokter yang meyakinkan pasiennya untuk melakukan operasi, atau dokter yang menjelaskan tentang bahayanya merokok dan minum minuman beralkohol. Selain memiliki fungsi wawancara juga memiliki kegunaan. Menurut Stewart & Cash
(2000) ada beberapa kegunaan wawancara yaitu : 1.
untuk memperjelas data yang telah diperoleh sebelumnya terutama jika diperlukan suatu proses wawancara dengan kriteria tertentu. Misalnya tentang usia, jenis kelamin, ras, penghasilan, pandangan politik dan lain sebagainya.
2.
untuk mengendalikan waktu, kehadiran orang lain, pertanyaan serta jawaban dan situasi. Misalnya subjek yang diwawancara langsung akan memberikan jawabannya
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
4
saat itu juga tanpa perlu menunggu atau subjek akan dapat lebih terbuka jika tidak ada kehadiran orang lain di dekatnya. 3.
untuk memotivasi subjek agar menjadi bagian, mendengar, merespon, terbuka dan memberikan informasi secara akurat. Hal ini akan tercapai jika interviewer melakukan face to face or ear to ear interview.
4.
wawancara dapat digunakan dan disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, dan keinginan dari subjek sebagai klien. Jadi interviewer tidak harus menggunakan pertanyaan yang sama atau argumentasi yang sama saat mewawancarai para anggota tim sepakbola ataupun kelompok lainnya.
5.
wawancara digunakan saat kita membutuhkan informasi yang detail dan jawaban yang panjang. Untuk itu interviewer perlu melakukan probing atau follow-up questions yang diperlukan untuk memperjelas jawaban-jawaban yang meragukan, tidak jelas, tidak lengkap, bersifat sugestif ataupun tidak akurat.
6.
untuk melakukan pengujian terhadap latar belakang pribadi subjek, perilaku dan pengalaman subjek yang dapat mengungkap keyakinan, sikap dan segala hal yang berkaitan dengan emosi.
7.
untuk memperoleh penjelasan, keterangan dan penilaian terhadap jawaban yang diberikan oleh subjek.
8.
wawancara digunakan saat interviewer merasa penting dan perlu untuk melakukan observasi terhadap performance, sikap dan perilaku non verbal subjek. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan jika interviewer melakukan komunikasi secara tertulis.
9.
wawancara digunakan untuk suplemen atau tindak lanjut dari kuisioner yang telah disebarkan oleh interviewer sebelumnya kepada subjek. Hasilnya dapat mengungkap alasan dari jawaban yang diberikan subjek atau dapat memperkuat validitas data yang diperoleh melalui kuisioner dan bahkan dapat mengungkap permasalahan yang ditimbulkan oleh kuisioner. Berdasarkan uraian di atas, lantas menimbulkan suatu pertanyaan, sebenarnya apa
alasan kita untuk memilih wawancara sebagai alat bantu dalam hal pengumpulan data, melakukan seleksi, atau hal lainnya? Adapun alasan kita menggunakan wawancara adalah : a.
apabila subjek buta huruf sehingga tidak mungkin
bagi subjek merespon tes
psikologis lainnya yang menuntut ia untuk membaca soal yang ada dalam tes tersebut. b.
subjek terlalu muda untuk merespon alat tes. Biasanya tes-tes psikologi tertentu hanya ditujukan untuk kelompok usia tertentu pula sehingga bagi subjek yang usianya masih terlalu muda akan mengalami kesulitan untuk merespon tes tersebut dengan
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
5
baik. Misalnya anak Tk akan sulit untuk merespon Tes Binet. Maka teknik yang paling sesuai untuk anak TK adalah wawancara dan observasi. c.
topik yang diukur bersifat pribadi/rahasia. Wawancara sangat cocok untuk mengungkap hal-hal yang sifatnya pribadi dan rahasia. Hal ini disebabkan karena dalam proses wawancara, interviewer memiliki kesempatan untuk melakukan pendekatan yang sifatnya lebih personal dibandingkan dengan tes psikologi lainnya. Hal ini akan memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya rasa percaya dalam diri subjek untuk menjadi lebih terbuka pada interviewer.
d.
memberikan kesempatan pada pewawancara untuk mengukur kemampuan calon atau subjek secara pribadi. Maksudnya adalah melalui wawancara, interviewer memiliki
kesempatan
untuk
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
memungkinkan bagi subjek untuk menunjukkan kemampuan atau kapasitas intelektual yang dimilikinya melalui jawaban yang diberikan oleh subjek. e.
dapat mengajukan pertanyaan dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh metode lain. Hal ini disebabkan karena sebelum wawancara berjalan, interviewer memiliki kesempatan untuk melakukan pendekatan personal pada subjek sehingga membuat subjek menjadi lebih merasa nyaman berinteraksi dengan interviewer. Pada akhirnya subjek menjadi lebih terbuka dan hal ini memudahkan interveiwer untuk mengajukan pertanyaan yang difatnya lebih pribadi atau lebih sensitif, dimana hal ini tidak dapat dilakukan dengan menggunakan tes psikologi lainnya.
f.
memberikan peluang bagi pewawancara untuk membuat pertimbangan tentang antusiasme, minat, kecerdasan dan hal lainnya. Hal ini dapat ditangkap dengan mudah oleh interviewer berdasarkan dari jawaban yang diberikan subjek. Tidak hanya itu, segala antusiasme, minat dan lainnya akan tampak jelas melalui ekspresi non verbal yang diberikan oleh subjek saat wawancara berlangsung.
g.
memberikan peluang bagi pewawancara untuk menilai aspek-aspek subjektif, reaksi non verbal dan tampilan emosi, serta hal lainnya yang diperlukan. Wawancara tidak dapat dilakukan tanpa disertai dengan oberservasi. Obervasi perlu dilakukan selama wawancara berlangsung karena hal ini akan memperkuat validitas dan reliabilitas data yang diperoleh melalui wawancara.
Kelebihan dan Kelemahan Wawancara Meskipun wawancara banyak dipakai oleh para praktisi, konselor, atau ahli lainnya, namun tetap saja wawancara memiliki kelebih dan kelemahan, adapun kelebihan wawnacara adalah :
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
6
a. sebagai salah satu metode yang terbaik untuk menilai keadaan pribadi seseorang. Biasanya dapat diperoleh dari ekspresi yang ditunjukkan subjek selama proses wawancara berlangsung serta dari isi jawaban yang diberikan subjek. b. tidak dibatasi oleh tingkatan usia dan pendidikan subjek. Wawancara dapat dilakukan pada setiap kelompok usia dengan latar belakang pendidikan yang juga bervariasi. c. menjadi metode pelengkap dalam penelitian sosial d. cocok untuk menjadi kriterium terhadap data yang diperoleh dengan metode lain e. dapat dilakukan bersama-sama dengan observasi Sebaliknya kelemahan dari wawancara adalah sebagai berikut : a. informasi yang diperoleh tergantung pada kesediaan, kemampuan, kondisi momental subjek. Jika subjek saat diwawancara sedang berada dalam kondisi emosi yang tidak mendukung maka interviewer akan sulit memperoleh data yang diinginkannya dan subjek pun menjadi lebih sulit untuk diajak kerjasama. b. jalannya wawancara mudah mengalami distraksi. Maksudnya adalah jalannya wawancara dapat menyimpang dari tujuan awalnya. Penggalian data yang dilakukan tidak sesuai dengan tujuan awal wawancara. Hal ini dapat terjadi karena interviewer tidak memiliki panduan yang jelas dalam melakukan wawancara sehingga interviewer tidak mengetahui secara pasti arah wawancara dan pertanyaan yang seharusnya diajukan pada subjek. c. perlunya penguasaan “bahasa” yang sama dengan “bahasa” subjek yang diwawancarai. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi kedalaman data yang digali oleh interviewer. Hendaknya gunakan “bahasa” yang sama dengan yang dimiliki subjek. Tidak menutup kemungkinan interviewer memerlukan bantuan pihak ketiga untuk menjadi penghubung antara interviewer dengan subjek. d. perlu banyak pewawancara jika pendekatannya sahabat karib untuk menjaga keobjektifan hasil wawancara. e. Perlu diperhatikan masalah validitas hasil wawancara Kode Etik Wawancara Dalam melakukan wawancara terhadap seorang subjek maka, agar wawancara dapat berhasil dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka ada beberapa kode etik yang perlu dipenuhi oleh pewawancara. Menurut Fontana & Frey (1994), kode etik tersebut adalah : 1.
adanya persetujuan dari subjek yang dinyatakan dalam informed consent yaitu lembar persetujuan yang ditandatangani oleh subjek sebagai pernyataan kesediaannya untuk menjadi subjek yang diwawancarai. Isi dari informed consent
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
7
adalah pengenalan diri interviewer, tujuan melakukan wawancara, bagaimana dan berapa lama wawancara berlangsung serta apa manfaat yang diperoleh subjek jika ia terlibat dalam proses wawancara. Di bagian akhir perlu dicantumkan pula informasi mengenai hak subjek untuk mundur jika ia merasa tidak nyaman dengan proses wawancara tersebut. buatlah surat pernyataan ini dalam 1 halaman (tidak lebih). Di bagian akhir surat adalah berupa pernyataan kesediaan subjek dan ditandatangani pula oleh subjek. Biasanya surat ini banyak digunakan saat melakukan penelitian sosial. Tapi tidak menutup kemungkinan pula jika surat ini digunakan dalam konteks wawancara lainnya. 2.
hak subjek untuk dilindungi kerahasiaannya. Interviewer harus mampu untuk menyimpan segala data yang telah diberikan subjek dengan rapi dan baik.
3.
hak subjek untuk mendapatkan perlindungan dari celaka fisik, emosi, dan lain sebagainya. Maksudnya adalah subjek akan merasa lebih baik setelah melalui proses wawancara dan bukan sebaliknya. Hal ini membutuhkan skill dari interviewer sehingga hak tersebut dapat tetap terpenuhi.
4.
hak subjek untuk mengetahui apa yang digali (tidak semua peneliti melakukan hal ini). Pada dasarnya setiap subjek memiliki hak untuk mengetahui apa yang digalai atau apa tujuan interviewer melakukan wawancara. Namun tidak semua interviewer melakukan hal ini. Saru hal yang dikhawatirkan akan terjadi adalah, jika subjek mengetahui dengan pasti dan jelas apa tujuan dari wawancara maka kemungkinan besar yang terjadi adalah situasi wawancara tidak akan alamiah lagi karena subjek telah mengubah perilakunya (kemungkinan dengan tujuan untuk memenuhi tujuan wawancara). Agar hal ini tidak terjadi maka interviewer harus mampu merumuskan tujuan yang sifatnya netral dan tidak akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada subjek. Hal penting yang perlu diingat adalah interviewer tidak boleh berkata bohong mengenai tujuan wawancara karena hal itu akan mempengaruhi kepercayaan subjek pada interviewer.
5.
kejujuran lapangan pewawancara sangat diperlukan. Artinya adalah interviewer harus melaporkan hasil wawancara apa adanya. Jangan membuat interpretasi atau kesimpulan yang mengarahkan pada asumsi interviewer bukan pada data yang sesungguhnya. Ditambahkan pula oleh Breakwell (1990) bahwa selain tersebut di atas ada etika lain
yang harus dipatuhi oleh pewawancara, yaitu : 1.
perlu diperhatikan mengenai bagaimana pewawancara menanyakan masalahmasalah yang sifatnya sensitif. Hal ini berkaitan dengan hak dan tanggung jawab dari pewawancara. Hak bagi pewawancara untuk bertanya mengenai masalah
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
8
yang sensitif adalah jika jawaban tersebut akan membantu pewawancara dalam membuat keputusan atas permasalahan subjek. Misalnya dalam wawancara untuk seleksi, dimana perlu tidaknya pewawancara menanyakan masalah latar belakang keluarga pelamar ? apakah jawaban subjek akan mempengaruhi keputusan ahkir dari pewawancara atau tidak ? 2.
perlu adanya persiapan dari pewawancara untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga selama proses wawancara berlangsung. Atau dengan kata lain perlu atau tidaknya pewawancara memberikan solusi atau nasehat secara langsung atau tidak langsung pada subjek.
3.
perlu atau tidak memberikan umpan balik pada subjek? Hal ini seringkali tidak dilakukan oleh pewawancara, sebabnya dapat berupa karena malas, tidak adanya usaha dari pewawancara untuk mengorganisasikan informasi yang diperoleh dari subjek, atau pewawancara tidak berkonsentrasi terhadap apa yang dikemukakan oleh subjek. Meskipun memberikan umpan balik merupakan suatu hal yang sulit, tetapi hal tersebut merupakan tanggung jawab dari pewawancara.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
9
TUGAS 1. Berikan contoh konkrit dari 3 fungsi wawancara 2. Rumuskan tujuan wawancara yang ingin anda lakukan
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
10
BENTUK-BENTUK WAWANCARA Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bentuk, antara lain : dengan bentuk terstruktur, atau tidak terstruktur, formal ataupun informal, individual ataupun kelompok. Secara lebih jelas dan terinci akan dijelaskan berikut ini. a. Wawancara Terstruktur Adalah wawancara yang memiliki pedoman yang memimpin jalannya tanya jawab ke satu arah yang telah ditetapkan secara tegas. Prosesnya : pewawancara menanyai tiap responden dengan suatu daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya, dengan suatu kategori jawaban yang membatasi respon (Fontana & Frey, dalam Andayani, 1999). Kecepatan wawancara dikendalikan oleh pewawancara dengan cara menggunakan kuisioner sebagai pedoman yang harus diikuti secara baku. Tidak ada fleksibilitas dalam cara mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Pedoman (guide) dibuat secara terperinci agar informasi yang diinginkan dapat diperoleh. Pedoman yang digunakan dalam wawancara bentuk ini adalah berupa instruksi yang tujuannya agar tercapai suatu situasi wawancara yang ideal. Adapun instruksinya adalah sebagai berikut : Jangan pernah terlibat dalam penjelasan panjang tentang penelitian; gunakanlah penjelasan yang telah baku. Jangan pernah menyimpang dari pengantar penelitian, urutan pertanyaan, atau menggunakan kata-kata yang berbeda dalam mengajukan pertanyaan. Jangan biarkan orang lain menyela wawancara atau orang lain menjawab untuk subjek atau menawarkan opininya tentang suatu pertanyaan. Jangan memberikan sugesti jawaban atau menyetujui/tidak menyetujui jawaban dari subjek.
Jangan
memberikan
subjek
gagasan
mengenai
pandangan
pribadi
pewawancara mengenai suatu topik atau survey. Jangan menginterpretasi makna pertanyaan, ulangi saja pertanyaan pada subjek dan berikan instruksi atau klarifikasi yang telah disediakan oleh supervisor. Jangan melakukan improvisasi (segala sesuatunya harus sesuai dengan pedoman). Metode ini memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu : Kekuatan
Variasi jawaban akibat dari variasi pertanyaan dapat dihindari.
Jawaban yang seragam dapat dikomparasikan.
Kesalahan akibat masalah teknis dapat dikurangi.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
11
Pembuktian hipotesa mudah dilakukan.
Kelemahan
Respon yang diungkap bersifat rasional, tetapi kemampuan untuk mengungkap dimensi emosional sangat rendah.
Prosesnya kaku sehingga data yang digali kurang mendalam.
TUGAS : Berikan contoh konkrit wawancara yang menggunakan bentuk terstruktur. b. Wawancara Semi Terstruktur Bentuk wawancara ini sering disebut dengan wawancara bebas terpimpin. Bebas artinya adalah wawancara dilakukan melalui kewajaran yang maksimal sehingga dapat diperoleh data yang mendalam. Terpimpin artinya adalah memiliki arah yang jelas sehingga dapat dipertahankan komparabilitas dan reliabilitasnya. Bentuk wawancara ini adalah berupa kerangka pertanyaan yang penting dan sejalan dengan tujuan penelitian. Biasanya digunakan dalam penelitian sosial. c. Wawancara Tidak Terstruktur Adalah bentuk wawancara dimana pewawancara secara sengaja tidak mengarahkan tanya jawab pada pokok persoalan yang menjadi fokus penelitian. Pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka yang memungkinkan jawaban yang lebih luas dan bervariasi. Pertanyaan yang dilontarkan sangat tergantung pada garis atau arah pembicaraan yang telah diletakkan oleh pewawancara. Proses tanya jawab dikuasai oleh mood, keinginan dan kecenderungan subjek tanpa dikendalikan oleh suatu pedoman. Pewawancara harus menjaga jarak dan bersikap rasional agar dapat hasil wawancara tetap bersifat objektif. Sikap ini dapat memungkinkan untuk diperolehnya pemahaman tentang perilaku tanpa kategori yang a priori yang dapat membatasi penggalian data. Tujuan wawancara bentuk ini adalah untuk memahami bukan hanya menjelaskan sehingga hubungan antar manusia menjadi sangat penting. Wawancara ini sering disebut digunakan dalam wawancara informal yaitu wawancara yang dilakukan sebelum wawancara formal. Bentuk wawancara ini biasanya digunakan dalam setting untuk mencari karyawan baru. Isi dari wawancara informal ini bersifat menghibur dan tidak ada yang ingin dicapai kecuali pewawancara memiliki topik khusus yang ingin disampaikan pada calon pelamar.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
12
Dalam wawancara informal, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu : Apa yang ingin disampaikan pada calon berkaitan dengan pekerjaan dan organisasi. Tujuannya adalah untuk “menjual” pekerjaan atau organisasi tersebut pada calon. Apa yang ingin diperlihatkan berkaitan dengan lingkungan kerja yang merupakan faktor penting dalam pencapaian kepuasan kerja. Biasanya calon akan mencari tahu apakah ia dapat bekerja di posisi yang ditawarkan atau tidak, dan apakah ia akan mendapatkan dukungan atau tidak. Hal ini perlu dilakukan, terlebih jika yang dicari adalah calon karyawan yang atraktif. Apa yang akan ditanyakan pada calon, terutama calon yang belum menyerahkan CV. Apabila hal ini tidak dilakukan maka wawancara akan membutuhkan waktu yang lebih banyak karena pewawancara perlu menyusun potongan-potongan informasi yang ia peroleh menjadi suatu informasi yang utuh tentang calon berkaitan dengan kualifikasi, dan pengalaman kerja calon. Tujuan dari wawancara informal ini adalah untuk memperjelas informasi yang diberikan oleh calon tentang sejarah dan latar belakang calon. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari adanya informasi yang disembunyikan atau dihilangkan. Wawancara bentuk ini memiliki kekuatan dan kelemahan, yaitu: Kekuatan
Memungkinkan pewawancara untuk menyesuaiakan pertanyaan dengan kasus individual.
Memungkinkan pewawancara mengikuti secara mendalam hal-hal yang tampak relevan dan produktif.
Kelemahan
Tidak selalu diperoleh hasil yang sama dari semua subjek yang diwawancarai, atau adanya perbedaan besar pada data yang diperoleh.
Materi yang sangat relevan dapat terlupakan karena pertanyaan yang relevan juga tidak diajukan.
Variasi jawaban dapat menyebabkan konsistensi menjadi rendah jika beberapa pewawancara mewawancarai orang yang sama.
Membutuhkan waktu yang lama.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
13
d. Wawancara Kelompok Merupakan wawancara sistematik pada beberapa individu secara bersama-sama. Wawancara ini dapat dilakukan dengan cara terstruktur, semi terstruktur atau tidak terstruktur. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih luas tentang suatu masalah, dimana tidak dapat diperoleh melalui wawancara individual. Nama lain dari wawancara bentuk ini adalah focus group yaitu bertujuan untuk mendapatkan opini kelompok tentang suatu topik. Wawancara ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif, tetapi pewawancara akan mengarahkan kelompok sesuai dengan tujuan wawancara. Secara lebih terinci diuraikan pula oleh Ekowarni (2002) berkaitan dengan focus group discussion (FGD) yang dapat digunakan untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Menurut Ekowarni, FGD dapat digunakan untuk melakukan pelacakan atau penelusuran data kualitatif, untuk mengumpulkan data yang tidak dapat dikumpulkan oleh metode lain, untuk menggali opini, dan persepsi secara langsung dari sumber data dari suatu komunitas dan sebagai exploratory research atau penelitian pendahuluan. Tugas pewawancara dalam FGD atau wawancara kelompok berbeda dengan pewawancara individual, adapun tugasnya adalah :
Harus bersifat fleksibel, objektif, empatik, persuasif, pendengar yang baik, dan sebagainya.
Mampu untuk mencegah satu orang atau sekelompok kecil orang mendominasi kelompok.
Mampu mendorong responden yang “keras kepala” untuk berpartisipasi.
Memiliki ketrampilan untuk mendapatkan respon dari semua anggota kelompok untuk menjamin ketuntasan informasi mengenai topik yang didiskusikan.
Mampu menyeimbangkan peran sebagai pewawancara direktif dan moderator, hal mana memerlukan pengelolaan dinamika kelompok yang sedang diwawancara.
Mampu secara bersama memfokuskan perhatian pada alur pertanyaan dan peka terhadap pola interaksi yang terjadi dalam dinamika kelompok.
Karena tugas pewawancara juga merangkap sebagai moderator, maka diperlukan pula asisten moderator yang memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan group management, tetapi memiliki tugas yang berbeda dengan moderator. Adapun tugas asisten moderator adalah untuk membantu kelancaran wawancara kelompok (FGD). Asisten moderator dapat melakukan pencatatan meliputi data verbal maupun non verbal (dimana hal ini tidak dilakukan oleh moderator) dan perekaman jalannya diskusi (baik dengan kamera, tape recorder maupun alat bantu lainnya).
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
14
Dalam pelaksanaan wawancara kelompok, diperlukan suatu kondisi tertentu, yaitu saat melakukan wawancara kelompok haruslah memiliki spesific question yang menjadi topik atau tema diskusi, dinamika kelompok harus tetap terpusat pada tema dan group think harus dibangun dan menghindari dominasi pendapat individu. Syarat lainnya yang harus dipenuhi dalam wawancara kelompok adalah dalam hal pemilihan subjek atau partisipan. Menurut Ekowarni (2002) kelompok haruslah terdiri dari partisipan yang relatif homogen untuk menghindari konflik, tidak ada partisipan yang karena kedudukan, posisi, maupun status akan menimbulkan tekanan pada partisipan yang lain, partisipan memiliki pemahaman atau keterlibatan dalam tema diskusi dan jumlah partisipan dalam wawancara kelompok idealnya antara 6-12 orang. Sama halnya dengan bentuk wawancara sebelumnya, wawancara kelompok pun memiliki kekuatan dan kelemahan. Kekuatan
Tidak mahal dan fleksibel
Kaya akan data, lebih kumulatif dan elaboratif
Merangsang responden
Membantu ingatan
Kelemahan
Kekuatan wawancara ini tidak akan muncul jika wawancara tidak didasarkan pada suatu masalah
Budaya kelompok yang muncul dapat mempengaruhi ekspresi individu
Kelompok dapat didominasi oleh satu orang
Format kelompok menyulitkan untuk penelitian tentang topik yang sensitif
e. Wawancara Individual Wawancara individual adalah wawancara yang dilakukan perorangan maksudnya adalah pewawancara mewawancarai satu subjek. Terdapat beberapa tugas pewawancara saat melakukan wawancara individual, yaitu : Menjabarkan secara konkrit suatu jabatan atau pekerjaan, yang meliputi : peran dari pekerja, dan apa tugas-tugasnya. Kemudian menentukan hal lain yang berhubungan dengan komponen-komponen pekerjaan itu sendiri. Setelah itu pewawancara perlu pula
untuk
menentukan
kualifikasi
yang
diperlukan
untuk
suatu
posisi/jabatan/pekerjaan tertentu, keahlian yang diperlukan, serta pengalaman yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan. Hal ini berkaitan dengan bagaiman
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
15
pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara efektif oleh calon jika ia lolos seleksi nantinya. Menuliskan deskripsi jabatan secara garis besar Mengiklankan di media massa Mendaftarkan kriteria seleksi yang penting yang diperoleh dari penterjemahan analisa jabatan. Contohnya : jika pengalaman kerja merupakan hal yang penting maka pewawancara perlu memperjelas jenis atau tipe pengalaman yang dibutuhkan, berapa lama, dengan perusahaan siapa atau dengan siapa, dll. Memberikan bobot pada kriteria seleksi. Misalnya : 1. memiliki pengalaman
20 poin
2. memiliki kemampuan beradaptasi dan belajar
20 poin
3. keahlian manajemen
10 poin
4. mampu berkomunikasi
10 poin
5. dapat bekerjasama dengan orang lain
10 poin
6. memiliki antusiasme
5 poin
Mulai menentukan struktur wawancara. Isinya dapat berupa daftar pertanyaan yang merupakan hasil “penterjemahan” dari beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh calon dalam melakukan suatu pekerjaan. Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat apakah calon memenuhi kriteria yang telah ditentukan atau tidak. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pewawancara dapat menanyakan secara langsung pada subjek tentang pengalaman kerjanya. Atau dapat dilakukan dengan cara lain yaitu dengan menggunakan alat tes, misalnya alat tes psikometri (yang dapat mengungkap kepribadian, bakat atau kemampuan individu). Pada intinya wawancara individual ditujukan untuk mendapatkan data atau informasi yang faktual dari calon termasuk data yang hilang atau salah (berkaitan dengan latar belakang), untuk mendapatkan data yang sifatnya pribadi atau sensitif dan untuk melihat kemampuan komunikasi formal calon serta untuk mengetahui pengetahuan teknis yang dimiliki oleh calon. f.
Wawacara Panel Wawancara bentuk panel banyak digunakan dalam proses seleksi karyawan. Alasan penggunaan wawancara bentuk ini adalah : Jika pemilik perusahaan merasa bahwa minat dari beberapa kelompok atau seksi dalam perusahaannya perlu untuk dilindungi kerahasiaannya.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
16
Jika anggota suatu organisasi memiliki keahlian khusus untuk turut melakukan seleksi terhadap calon (biasanya yang dipilih adalah orang yang bertanggung jawab atas pembuatan anajab dan pembuatan kriteria seleksi). Jika pemilik perusahaan atau organisasi ingin mencegah terjadinya bias dalam proses seleksi. Jika hasil dari seleksi perlu dipublikasikan pada perusahaan lain/cabang.
E-Learning Wawancara/Novia Sinta R./2016
17