WAHANA INOVASI
VOLUME 3 No.2
JULI-DES 2014
ISSN : 2089-8592
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN LKS DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA DI KELAS VII-4 SMPN 15 MEDAN Irianna NIP. 19620921 198501 2 001 Guru SMP Negeri 15 Medan Jl. M. Nawi Harahap Gang Suka, Medan ABSTRAK Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa itu rendah, antara lain : (1) Sistem pengajaran yang kurang efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan gairah siswa untuk belajar (2) Aktivitas siswa rendah, karena siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru (3) Kualitas rancangan pengajaran yang kurang menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat rendahnya hasil belajar disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran konvensional. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar PKn siswa yaitu dengan mengubah suasana pembelajaran yang lebih menekankan siswa aktif dalam proses belajar mengajar bukan sekedar menghafal dan mengerjakan soal. Guru harus memilih model pembelajaran yang tepat dan inovatif yang dapat mengaktifkan dan memberi semangat bagi siswa untuk belajar. Salah satunya adalah Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Hasil analisis menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS di Kelas VII-4 SMPN 15 Medan. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis/membaca (47,0%), mengerjakan LKS (23,0%), bertanya sesama teman (17,0%), bertanya kepada guru (9,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3,5%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis/membaca (23,0%), mengerjakan LKS (53,0%), bertanya sesama teman (12,0%), bertanya kepada guru (11,0%), dan yang tidak relevan dengan KBM (1%). Dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Formatif I dan Formatif II menunjukkan 18 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 34 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan ratarata siklus I dan siklus II adalah 73,4 dan 82,4. Kata Kunci : Tipe Think Pair Share, Hasil Belajar PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
352 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar di SMP Negeri 15 Medan ditemukan beberapa masalah yaitu hasil belajar PKn siswa yang rendah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa itu rendah, antara lain : (1) Sistem pengajaran yang kurang efektif, kurang efisien, dan kurang membangkitkan gairah siswa untuk belajar (2) Aktivitas siswa rendah, karena siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru (3) Kualitas rancangan pengajaran yang kurang menarik minat siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat rendahnya hasil belajar disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif (Trianto, 2007:6). Dari pendapat ini maka perlu dilakukan perbaikan terhadap rancangan pengajaran di kelas, seperti menerapkan model pembelajaran yang dapat menjadikan pembelajaran student centered. Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktifitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000:24). Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya di-
banding penjelasan dari guru, karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar PKn siswa yaitu dengan mengubah suasana pembelajaran yang lebih menekankan siswa aktif dalam proses belajar mengajar bukan sekedar menghafal dan mengerjakan soal. Guru harus memilih model pembelajaran yang tepat dan inovatif yang dapat mengaktifkan dan memberi semangat bagi siswa untuk belajar. Salah satunya adalah Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar PKn siswa. Johnson & Johnson (dalam Trianto : 2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan hasil akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Pada model pembelajaran kooperatif Tipe think-pair-share siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit karena mereka saling berdiskusi dengan temannya. Arends (2009 : 351) menyatakan bahwa: “Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai sekurangkurangnya tiga tujuan instruksional penting yaitu: hasil akademik, toleransi dan penerimaan perbedaan, serta perkembangan keterampilan sosial”. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 15 Medan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi Kasus-kasus pelngaaran HAM dan upaya penegakan HAM. Dalam hal ini, penulis akan menggunakan instrumen tes hasil belajar dan observasi untuk memperoleh data penelitian. Selanjutnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan LKS Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Di Kelas VII-4 SMPN 15 Medan”. 2. Identifikasi masalah Berdasarkan judul penelitian, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam meningkatkan aktivitas belajar PKn ber-
353 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. dasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Shareditetapkan: 1. Minat belajar siswa rendah. 2. Aktivitas siswa rendah, karena siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Siswa hanya mendengarkan informasi yang diberikan guru. 3. Guru kurang maksimal dalam menggunakan model pembelajaran. 4. Kurangnya sarana dan prasarana di sekolah. 3. Batasan Masalah Untuk menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi siswa, maka peneliti membatasi permasalahan sesuai dengan kemampuan peneliti antara lain: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-4 semester genap SMP Negeri 15 Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013. 3. Materi pokok yang diterapkan selama pengambilan data adalah Hak Asasi Manusia. 4. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP 4. Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah dalam penelitian ini yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe ThinkPair-Share. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. 5. Rumusan Masalah Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah aktivitas siswa meningkat saat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedi kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan? 2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedi kelas VII4 SMP Negeri 15 Medan?
6. Tujuan Penelitian Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa saat bekerja dalam kelompok saat menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share di kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedi kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan. 7. Manfaat Penelitian Hasil-hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1. Bagi siswa: a. Meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. c. kerja kelompok lebih menguntungkan dari pada kerja individu. d. Menumbuh kembangkan kemampuan bekerjasama antar siswa dan memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah. e. Membangun kecakapan siswa untuk berfikir dalam proses belajarnya dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan nyata yang dihadapinya 2. Bagi guru a. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. b. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran PKn, tetapi menjadi perannya sebagai fasilitator dan mediator. 3. Bagi Sekolah a. Khususnya bagi Kepala sekolah sebagai bahan pertim-
354 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. bangan bagaimana pentingnya model pembelajaran Kooperatif tipe TPS.
Gg Suka Medan dan pelaksanaannya pada bulan Februari sampai dengan Mei Tahun Pelajaran 2012/2013.
8. Definisi Operasional Definisi Operasional penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. 2. Aktivitas belajar adalah suatu aktivitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam individu seutuhnya 2. 3. Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa setelah 3.ia mengalami pengalaman belajarnya.
2. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 15 Medan. Dengan mempertimbangkan perolehan nilai terendah untuk seluruh kelas VII adalah pada kelas VII-4, maka subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan Tahun Pelajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa yang terikut dalam penelitian sebanyak 38 orang.
METODE PENELITIAN 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 15 Medan Jl. M. Nawi Harahap,
3. Siklus Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni 4 jam pelajaran untuk pokok bahasan sebagai berikut : 1. Materi pembelajaran siklus 1 : indikator dan kasus pelanggaran HAM Materi Pembelajaran siklus 2 : Cara-cara penanganan pelanggaran HAM Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu : 1. Rancangan 2. Kegiatan dan pengamatan 3. Refleksi 4. Revisi Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut :
355 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Perencanaan Revisi
Refleksi
Siklus 1
Kegiatan dan Pengamatan
Perencanaan
Revisi
Refleksi
Siklus 2
Kegiatan dan Pengamatan
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Tim PGSM, 1999) 4. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ditempuh dalam 2 (dua) siklus kegiatan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: A. Siklus I Kegiatan pada Siklus I meliputi: 1) Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT dengan kegiatan perencanaan meliputi: a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru tentang sub materi “Indikator dan Kasus-kasus pelanggaran HAM” untuk KBM 1 dengan sub materi “cara-cara penanganan pelanggaran HAM”
untuk KBM 2. Selanjutnya diubah atau ditambah sesuai dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. b) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan tes pemahaman siswa tentang hasil belajar siswa. 2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-1 dan ke-2 sesuai dengan RPP oleh peneliti sebagai guru di kelas VII4. Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir Siklus I dilakukan
356 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
3)
B. 1)
2)
pula tes hasil belajar siswa untuk mengetahui pemahaman siswa tentang kasus pelanggaran HAM dan upaya penegakan HAM sebagai Formatif I. Refleksi (Reflective) Kegiatan refleksi dilakukan oleh peneliti dengan kolaborator berdasarkan hasil observasi dan evaluasi hasil pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Dari hasil refleksi kemudian peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT untuk memperbaiki dan menguatkan rencana tindakan Siklus II. Siklus II Kegiatan pada Siklus II meliputi: Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi terhadap proses pembelajaran pada Siklus I maka pada Siklus II disusun skenario model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan revisi tindakan untuk memperbaiki proses. Peneliti berdiskusi secara kolaboratif dengan guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT dengan kegiatan perencanaan meliputi: a) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar kegiatan siswa yang telah dibuat oleh guru tentang sub materi “Peranan lembaga perlindungan HAM” untuk KBM 3 dengan sub materi “Sikap positif terhadap upaya penegakan HAM” untuk KBM 4. b) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa serta pengelolaan guru terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan tes pemahaman siswa tentang hasil-hasil amandemen UUD 1945 siswa. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi (Action and Observation) Melaksanakan tindakan pembelajaran ke-3 dan ke-4 sesuai dengan RPP model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan topik
“peranan lembaga perlindungan HAM dan sikap positif terhadap upaya penegakan HAM” oleh peneliti sebagai guru Pendidikan Kewarganegaraan di Kelas VII-4 Selama proses pembelajaran dilakukan observasi oleh observer (guru sejawat) untuk mengamati aktivitas siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru. Diakhir Siklus II dilakukan pula tes hasil belajar untuk mengahui pemahaman siswa tentang peranan lembaga perlindungan HAM dan sikap positif terhadap upaya penegakan HAM sebagai Formatif II. 3) Refleksi (Reflective) Setelah kegiatan pembelajaran Siklus II dilaksanakan, dilanjutkan dengan kegiatan refleksi oleh peneliti berkolaborasi guru mata pelajaran sejenis dan pembimbing serta nara sumber dari UNIMED dan LPMP SUMUT. Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dan ketuntasan hasil belajar siswa ditelaah. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian disusun melalui diskusi kolaborasi antara peneliti dengan guru sejawat, pembimbing, dan nara sumber dari LPMP SUMUT dan UNIMED. Perangkat Siklus I disusun dalam perencanaan Siklus I. Sementara dalam Siklus II perangkat disusun dalam perencanaan Siklus II, ini dimaksudkan agar teridentifikasi kelemahan pembelajaran dan tersusun rencana yang direvisi terlebih dahulu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap siklus. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. 2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Istrumen ini terdiri dari lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, untuk melihataktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tiap siklus.
357 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. 3. Tes formatif Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model Kooperatif Tipe Think Pair Share. Tes disusun dalam bentuk pilihan ganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) untuk SMP kelas VII bidang studi Pendidikan kewarganegaraan. Tes yang digunakan sebanyak 20 item dengan 4 option. Tes tersebut dituangkan dalam bentuk Tabel spesifikasi seperti tercantum pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Tabel Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar No 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Indikator
Bentuk Soal
No Soal
Tingkat Kognitif
PG
1,2,3
C1, C2, C3
PG
4,5,6
C4, C3 ,C2
PG
7,8,9
C2 C2 ,C3
PG
10,11,12
C4, C1 C3
PG
13,14,15,2 0
C4, C1 C2 C3
PG
16,17,18,1 9
C4 ,C3 ,C2 C3
Menjelaskan indicator pelanggaran HAM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Menganalisis kasus-kasus pelanggaran HAM dalam kehidupan sehari-hari Menguraikan upaya-upaya penanganan pelanggaran HAM dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Menguraikan pengadilan HAM dan fungsi perannya dalam upaya perlindungan dan penegakkan HAM Menguraikan lembaga perlindungan HAM dan perannnya di Indonesia Menunjukkan sikap positif terhadap upaya perlindungan HAM yang dilakukan lembaga perlindungan HAM
Keterangan : C1 : Pengetahuan C2 : Pemahaman C3 : Aplikasi
C4 : Analisis C5 : Sintesis C6 : Evaluasi
6. Teknik Analisis Data Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II 2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 = 𝑥100 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙
b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:
X
X N
Keterangan :
c.
X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut:
%𝑃𝑟𝑜𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑥100% 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
(Majid, 2009:268)
d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas ∑ 𝑆𝑏 𝐾𝑒𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝑥100% 𝐾 Keterangan: ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ KKM ΣK = Jumlah siswa dalam sampel Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa
358 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal. 7. Indikator Ketercapaian Penelitian menggunakan indikator ketercapaian yakni KKM Pendidikan Kewarganegaraan untuk kelas VII di SMP Negeri 15 Medan sebesar 75 untuk individu siswa. Artinya siswa dikatakan tuntas belajar jika nilainya dalam formatif mencapai KKM ini. Sedangkan kelas dikatakan tuntas atau penelitian berhasil jika paling tidak 85% dari jumlah siswa dalam kelas subjek memperoleh nilai mencapai KKM. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Data penelitian diperoleh dari data observasi berupa pengamatan pengelolaan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan pengamatan aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peneingkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 30,0. A. Diskripsi Pelaksanaan Tindakan 1. Kegiatan Pra Tindakan a. Identifikasi permasalahan pembelajaran Sebelum proses penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti mengadakan pra survei pada bulan Januari 2013. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan menyampaikan maksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Shareuntuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
b. Perencanaan kegiatan sebelum penelitian 1) Urutan tindakan a) Survei dan penjajakan Survei dan penjajakan dilakukan secara langsung untuk mengetahui kemungkinan dan ketersediaan sekolah yang bersangkutan untuk dijadikan tempat penelitian. Tujuan survei yang lain adalah untuk mendapatkan informasi baik fisik maupun non fisik keadaan sekolah dan sarana pembelajaran. b) Penyusunan proposal Penyusunan proposal atau rencana tindakan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan tutor pembimbing. c) Perijinan Perijinan diperoleh dengan prosedur yang ada dengan ijin dan rekomendasi lembaga terkait untuk perijinan ke lapangan. 2) Pelaksanaan Penelitian Untuk melaksanakan penelitian, diperlukan suatu rancangan yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran. Rencana penelitian ini merupakan suatu rancangan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharedengan upaya meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Secara umum Model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Tugas guru selama proses pembelajaran berlangsung adalah menyampaikan tujuan pembelajaran sejelas-jelasnya, memantau aktivitas siswa dan memberi bantuan kepada siswa untuk memaksimalkan proses pembelajaran, mengevaluasi kerja siswa, menerangkan materi pelajaran. Dalam desain pembelajaran ini peran guru selain sebagai fasilitator juga sebagai koordinator dan konsultan dalam memperdayakan siswa, artinya guru mempunyai kewajiban untuk mengamati siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu siswa dituntut untuk lebih aktif dalam menganalisa permasalahan dengan penuh tanggung jawab. 2. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus/putaran dan masing-masing siklus dilaksanakan selama 2 x pertemuan. Jadi penelitian ini dilaksanakan selama 4 x pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
359 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. a. Siklus I 1) Pertemuan 1 a) Perencanaan Tindakan Standar Kompetensi : Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM)
Kompetensi Dasar
Materi
: Mendeskripsikan kasus pelanggaran dan upaya penegakkan HAM :Indikator dan kasus pelanggaran HAM
b) Pelaksanaan tindakan Pertemuan 1
Ketika guru masuk kelas, pada jam ke 3 pelajaran, hari Selasa pada tanggal 26 Maret 2013, siswa kelas VII-4 mereka sedang asyik bercerita sambil tertawa, ada yang duduk berkelompok, ada juga yang masih berjalan-jalan, sadar gurunya sudah datang, semua siswa duduk di meja masing-masing. Setelah siswa diam guru memberi salam “Selamat pagi anak-anak” “Selamat pagi Bu” “Siapa yang tidak hadir hari ini?” siswa menjawab “Tidak ada, Bu”. Jawab Nurul Fauzih selaku sekretaris kelas. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini, dan menjelaskan materi mengenai Indikator pelanggaran HAM dan kasus pelanggaran HAM. Guru menjelaskan kasus pelanggaran HAM dilingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan negara. Setelah guru selesai menjelaskan materi pelajaran, Pada tahap pertama, think, Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu, kemudian Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya. Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan. Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya secara bergantian dengan intonasi yang tepat. Setelah dipersentasikan secara kelompok dan waktu sudah habis maka diskusi diakhiri. Guru memberi kesimpulan. Karena waktu tinggal 10 menit lagi, guru memberi siswa tugas PR kemudian menjelaskan cara mengerjakan tugas tersebut dan menutup pelajaran dan memberi salam.
Gambar 1. Vignette Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan
Skenario Pertemuan 2 Setelah bel pertukaran jam belajar guru masuk kelas tanggal 2 April 2013 hari Selasa, di kelas VII-4 dan mengatakan “Selamat pagi anak-anak!”. Sebelum guru memulai pelajaran terlebih mengabsen siswa. Kemudian guru memberikan Tanya jawab pelajaran yang lalu selama lima menit. Guru bertanya, “coba sebutkan contoh pelanggaran HAM di lingkungan sehari-hari?” salah seorang siswa menjawab “memberikan kesempatan orang lain untuk beribadah dengan khusuk bu” jawab Mutiara. “Bagus” jawab Guru. Baiklah pada hari ini materi kita “Cara-cara penangangan HAM”. Kemudian guru menjelaskan Upaya menangani pelanggaran HAM dan Pengadilan HAM tentang kedudukan dan wewenangnya sesuai UU No 26 tahun 2000. Guru menyuruh siswa membentuk kelompok dan membagi LKS. Setelah diberi penjelasan tersebut, guru mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama, think, guru memberikan siswa soal Guru memberi tugas kepada siswa untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan dan menuliskan upaya menangani pelanggaran HAM tersebut dalam bentuk diskusi kelompok. Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya secara bergantian dengan intonasi yang tepat. Setelah dipersentasikan secara kelompok dan waktu sudah habis maka diskusi diakhiri. Guru memberi kesimpulan.
Gambar 2. Vignette Pembelajaran PKnKelas VII-4 SMPN 15 Medan
360 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 1 dan 2, Peneliti yang memulai kegiatan pembelajaran. Peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Selanjutnya guru melakukan presensi. Setelah pelaksanaan presensi, guru menjelaskan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar, dan tujuan pembelajaran. Guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (ThinkPair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-PairShare). Pada tahap pertama, think, guru memberikan Lembar Kerja Siswa untuk dikerjakan secara individu pada lembar kerja yang telah disediakan. Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang
dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Selanjutnya tahap share (berbagi) masing-masing kelompok di suruh mempresentasikan hasil diskusinya ke depan. guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Namun, pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi, siswa dari kelompok lain belum begitu antusias dalam memberikan tanggapannya maupun pertanyaannya kepada kelompok yang maju. Data awal tersedia dalam beberapa vignette yang dicermati bersama kolaboratornya dalam suasana terbuka dimana setiap peserta penelitian mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapatnya. c) Tahap Observasi • Data aktivitas belajar siswa Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan bantuan dua orang guru untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa diperoleh data aktivitas yang disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 2. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Siklus I No Aktivitas Jumlah Rata-Rata 1 Menulis,membaca 94 23.5 2 Mengerjakan 46 11.5 3 Bertanya pada teman 34 8.5 4 Bertanya pada guru 19 4.75 5 Yang tidak relevan 7 1.75 Jumlah 200 50 • Data Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 3. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil
Proporsi 47.0% 23.0% 17.0% 9.5% 3.5% 100%
belajar siswa Melalui Model Pembelajaran kooperatif tipe think pair share. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut:
361 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think .............................................
Nilai
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif I Tuntas Tuntas Frekuensi Individu Kelas
60
7
-
-
70
13
-
-
80
16
16
42%
90
2
2
5%
Jumlah
38
18
47 %
Pada Tabel 3 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 60 sebanyak 7 orang dan nilai tertinggi adalah 90 sebanyak 2 orang, dengan 20 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 47%. Dengan nilai KMM sebesar 75. Nilai ini berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai ratarata kelas adalah 73,4. d) Refleksi dan Revisi Siklus I Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut : 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan kinerja siswa masih kurang 23,0%. 3) Beberapa orang siswa mengganggu dalam pelaksanaan think dengan aktivitas tidak relevan yang tinggi (3,5%) 4) Sebagian besar siswa aktif bekerja sama dan berdiskusi, dan hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab pertanyaan soal yang ada I LKS 5) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika guru bertanya,
Nilai ratarata
73,4
hanya sebagian kecil siswa yang menjawab pertanyaan guru. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share), peneliti memberikan pengarahan secara detail kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan penerapan pembelajaran TPS (Think-PairShare) serta tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar siswa tidak bingung dalam pelaksanaan pembelajaran dan mudah untuk mengikuti pembelajaran. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Untuk meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam kelompok, Peneliti memberikan peringatan bahwa, jika terdapat siswa yang membuat gaduh, tidak mengikuti pelaksanaan dengan seksama, maka akan dicatat dan akan mempengaruhi nilai siswa (semua siswa dalam kelas mendengarkan informasi dari guru dan tenang). 3) Sebelum LKS dibagi, siswa diberi pertanyaan agar siswa dapat berpikir (Think). 4) Guru juga menggunakan media power point yang ditampilkan melalui infocus untuk membantu siswa mengamati dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran.
362 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. b. Siklus II a) Perencanaan tindakan Standar Kompetensi : Menampilkan sikap positif terhadap perlindungan dan penegakkan Hak Azasi Manusia (HAM) Kompetensi Dasar : Menghargai upaya
Materi
perlindungan HAM : Peranan lembaga perlindungan HAM dan sikap positif terhadap upaya penegakan HAM.
b) Pelaksanaan tindakan Pertemuan 3
Pada saat guru masuk kelas, pada jam 09.00, hari Selasa tanggal 9 April 2013 siswa kelas VII-4 suara ribut, beberapa siswa masih asyik mengerjakan PRnya, ada yang mondar mandir di depan kelas, ada yang masih bercerita dengan asyiknya. Melihat gurunya datang, siswa pun sadar lalu mereka menuju masing-masing. Guru memberi salam, “Selamat pagi, anak-anak, Apa kabar?” siswa menjawab “Baik Bu”, “Apakah ada yang tidak hadir hari ini?, “Tidak Bu”, jawab Ahmad Fauzi selaku ketua kelas. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian Guru mengarahkan para siswa kepada materi yang akan mereka pelajari dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi yang berhubungan dengan Cara-cara penangangan HAM. Guru lebih memberikan motivasi kepada siswa. Selanjutnya Guru menjelaskan peranan perlindungan HAM dengan menggunankan media power point. Setelah diberi penjelasan tersebut, guru mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama, think, guru memberikan siswa soal. Guru memberi tugas kepada siswa menjelaskan peranan perlindungan HAM yang diberikan guru dalam bentuk LKS. Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat. Guru Menyuruh siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis. Siswa yang lain menanggapi penjelasan yang disampaikan teman. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Pada iur pendapat, hamper semua siswa ikut berpartisipasi. Guru memberikan soal-soal sebagai latihan untuk siswa. guru membimbing siswa untuk menuliskan kembali materi yang telah didapatkan dalam bentuk rangkuman. Karena waktu sudah mau habis, guru memberi tugas PR dan menutup pelajaran dan memberi salam.
Gambar 3. Vignette Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VII-4 SMP Negeri 15 Medan
Skenario Pertemuan 4 Pada saat guru masuk kelas, hari Selasa pagi tanggal 19 April 2013 siswa baru saja selesai pergantian jam pelajaran, siswa sudah menunggu pergantian. Sadar guru sudah datang merekapun diam dan duduk dengan baik. Guru memberi salam dan mengumpulkan PR siswa masing-masing. Guru memberikan motivasi dan Apersepsi. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru memotivasi siswa. Guru menjelaskan Sikap positif terhadap upaya penegakan HAM. Setelah diberi penjelasan tersebut, guru mengadakan Tanya jawab silih berganti. Sebelum masuk ke tahapan Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dngan metode TPS (Think-Pair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pada tahap pertama, think, guru memberikan LKS mengidentifikasi sikap positif terhadap upaya penegakan HAM. Setelah tahapan think selesai, guru meminta siswa berpasangan dengan temannya (kelompok) untuk mendiskusikan hasil jawabannya. Jawaban hasil diskusi ditulis pada lembar kerja yang telah disediakan. Tahapan ini disebut dengan pair (berpasangan). Ketika berpasangan dalam kelompok, peneliti memeriksa pelaksanaan pair (berpasangan) dari kelompok satu ke kelompok yang lain dan membantu jika ada kesulitan yang dihadapi ketika diskusi serta mengkondisikan agar diskusi dalam kelompok berjalan sesuai harapan. Setelah selesai Selanjutnya tahap share (berbagi) perwakilan tiap kelompok dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat, membacakannya secara bergantian dengan intonasi yang tepat. Guru Menyuruh siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis. Siswa yang lain menanggapi penjelasan yang disampaikan teman. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Setelah diskusi selesai, guru menyuruh siswa menampilkan hasil kerja nya di papan tulis. Siswa yang lain menanggapi penjelasan tentang sikap positif terhadap upaya penegakan HAM. Karena jam pelajaran sudah mau habis, lalu guru memberi tugas PR dan memberi salam dan siswa bersalaman dengan guru sambil keluar.
Gambar 4. Vignette Pembelajaran PKn Kelas VII-4 SMPN 15 Medan
363 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. Seperti dapat dilihat dalam Gambar 3 dan 4, peneliti telah melaksanakan KBM sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Sebelum masuk ketahapan pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) guru menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (ThinkPair-Sare) kepada siswa. Selanjutnya, masuk ke pembelajaran TPS (Think-PairShare). Guru juga melakukan tanya jawab dengan siswa tentang materi yang telah dipelajari. Masing-masing kelompok di suruh mempresentasikan hasil diskusinya ke depan. guru telah melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat siswa presentasi, siswa sudah mulai aktif bertanya dan memberi tanggapannya kepada kelompok yang persentasi. Dari Data tersebut dalam beberapa vignette
No 1 2 3 4 5
yang dicermati bersama kolaboratornya dalam suasana terbuka dimana setiap peserta penelitian mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan mengajukan pendapatnya. c) Tahap Observasi • Data aktivitas belajar siswa Pada tahap observasi peneliti melakukan pengamatan selama kegiatan berlangsung dengan bantuan dua orang guru untuk mengamati kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktifitas siswa. Dari hasil pengamatan aktivitas siswa Siklus II diperoleh data aktivitas yang disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Skor Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Siklus II Aktivitas Jumlah Rata-Rata Menulis,membaca 42 10.5 Mengerjakan 95 23.75 Bertanya pada teman 22 5.5 Bertanya pada guru 20 5 Yang tidak relevan 1 0.25 Jumlah
180
• Data Hasil Belajar Siswa Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar
Nilai
45
1.0% 100%
yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II datanya dapat dilihat Pada Tabel 5 adalah sebagai berikut.
Tabel 5. Distribusi Hasil Formatif II Tuntas Tuntas Frekuensi Individu Kelas
70
4
-
-
80 90
23 9
23 9
60% 24%
100
2
2
5%
Jumlah
38
34
89%
Merujuk pada Tabel 5, nilai terendah untuk Formatif II adalah 70 sebanyak 4 orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak 2 orang. Dengan 4 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 89%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan
Proporsi 23.0% 53.0% 12.0% 11.0%
Ratarata
82,4
belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 82,4. d) Refleksi dan Revisi Siklus II Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
364 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagi berikut : Beberapa hal yang dapat dicatat dalam refleksi pembelajaran Siklus II adalah sebagai berikut
1. Siswa mulai aktif dalam diskusi dengan ditunjukkan oleh hasil observasi aktivitas belajarnya yang sedikit lebih baik dari pada Siklus I. peningkatan aktivitas siswa ini disajikan dalam Gambar 5.
Grafik Aktivitas siklus I dan II 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% 2.0% 1.0% 0.0%
Siklus 1
4.7%
2.3%
1.7%
1.0%
0.4%
Siklus 2
2.3%
5.3%
1.2%
1.1%
0.1%
Keterangan:
1. Menulis,membaca 2. Mengerjakan 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan Gambar 5. Grafik Aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II
2. Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dari 37,5 % atau gagal menjadi 90,0% atau dalam ketogori ber-
hasil. Secara keseluruhan peningkatan hasil bbelajar siswa disajikan dalam Gambar 6.
Grafik Prestasi Belajar 120 100 80 60 40 20 0 Nilai Tertinggi
Nilai terendah
Rata-rata nilai tes
Ketuntasan klasikal (%)
Data Awal
50
20
30
0
Siklus 1
90
60
73.4
47
siklus 2
100
70
82.4
89
Gambar 6. Grafik Hasil Belajar Kognitif
365 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. 3. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 4. Berdasarkan data Hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. Ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. 5. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya. Revisi Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlau banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan proses belajar mengajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2. Pembahasan Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam pelaksanaannya berupa diskusi kelompok untuk menginvestigasi bahan yang diajarkan kelompok yang selanjutnya diadakan presentasi kelompok. Instrumen yang disiapkan untuk pembelajaran adalah silabus PKn, RPP, lembar pengamatan aktivitas, lembar kerja siswa, dan Instrumen Tes hasil belajar. Instrument tersebut dihasilkan dari diskusi antara peneliti bersama dengan tutor pembimbing penelitian dan pendamping penelitian. Sebelum melaksanakan silkus I terlebih dahulu dilakukan pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. diperolah nilai rata-rata sebesar 30,0 belum tuntas dan semua siswa tidak memperoleh nilai tuntas atau ketuntasan
klasikal 0%. Berdasarkan Hasil data yang dikumpulkan, dapat dikemukakan dua hal pokok yang perlu diatasi, yaitu meningkatkan aktivitas siswa dan Hasil belajar PKn dengan cara mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang dibuat, siklus I direncanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2 x 45 menit. Untuk pertemuan pertama, guru mulai menerapkan model pembelajaran kooperatif Kooperatif Tipe Think Pair Share. Untuk diskusi pada siklus I setiap kelompok diberikan soal yang sama. Hal ini bertujuan agar pada saat dipresentasikan salah satu kelompok kedepan, kelompok yang lain dapat memperhatikan jawaban yang benar. Setiap kelompok berdiskusi dan mencari jawaban masingmasing. Guru memberikan waktu untuk masing-masing kelompok berdiskusi, setelah selesai kemudian jawaban dikumpulkan kedepan. Guru menyuruh salah satu kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusinya, seluruh siswa fokus pada pekerjaan yang dikerjakan didepan kelas. Selanjutnya setiap siswa pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mengajukan pertanyaan, pendapat ataupun tanggapan atas hal-hal yang belum dipahami. Pembelajaran pada pertemuan pertama diakhiri dengan refleksi dan menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan begitu siswa akan lebih paham apa saja yang telah dipelajari pada pertemuan pertama ini. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk siklus I. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu dua guru sejawat yang bertindak sebagai observer yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa. Pertemuan kedua, dimulai dengan fase yang sama seperti pertemuan sebelumnya. Sebelum berakhirnya pertemuan kedua, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang masih belum paham mengenai pelajaran yang didiskusikan
366 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. kemarin. Setelah sudah tidak ada yang bertanya, guru melakunan formatif I setelah dilakukan proses pembelajaran dengan metode Kooperatif Tipe Think Pair Share. Tes yang diberikan adalah sebagian dari pretes yang indikatornya telah dipelajari pada siklus I. Alokasi waktu untuk melaksanakan kegiatan ini adalah 20 menit dengan soal pilihan berganda. Setelah waktu tes selesai, guru menginstruksikan siswa untuk mengumpulkan lembar jawaban. Pembelajaran pada pertemuan kedua diakhiri dengan refleksi yang bertujuan untuk memberikan penguatan kepada siswa didalam memahami materi. Merujuk pada Tabel 4, nilai rata-rata formatif I adalah 73,4 dengan ketuntasan klasikal adalah sebesar 47%. Kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai dibawah KKM PKn. Sehingga nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I belum berHasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Hasil observasi dan analisis data siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan yaitu siswa dalam melaksanakan diskusi belum maksimal terlihat dari Tanya jawab antar siswa yang belum begitu menonjol (17,0%). Dalam segi penyampaian kurang jelas karena rasa kepercayaan diri yang rendah, hal ini membuat teman yang lain kurang memperhatikan terlihat dari dokumentasi penelitian dan kurang memahami tugas kerja terlihat dari aktivitas menulis dan membaca yang cukup menonjol (47,0%), sehingga mempengaruhi tingkat pengkuasaan materi dan proses pembelajaran kurang optimal. Kondisi kelas kurang kondusif dengan aktivitas tidak relevan yang cukup tinggi (3,5%). Ini dapat dilihat dari pencapaian indikator dan Hasil observasi yang belum mencapai batas minimal. Upaya yang dilakukan adalah mengadakan perbaikan pada siklus II agar pembelajaran lebih optimal. Berdasarkan Hasil refleksi pasca siklus I dan diskusi bersama pembimbing penelitian dan pendamping penelitian, maka revisi tindakan yang dapat dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Kerjasama siswa dalam kelompok masih belum optimal, masih banyak siswa yang pasif. Mereka memang terlihat seperti mengerjakan, tetapi sebenarnya hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mengerjakan, yang lainnya hanya bergantung pada temannya. Hal ini dikarenakan siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Keaktifan kinerja siswa masih kurang 23,0%. 3) Beberapa orang siswa menggangu dalam pelaksanaan think dengan aktivitas tidak relevan yang tinggi (3,5%) 4) Sebagian besar siswa aktif bekerja sama dan berdiskusi, dan hanya sebagian kecil siswa yang dapat menjawab pertanyaan soal yang ada I LKS. 5) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung, hal ini terlihat ketika guru bertanya, hanya sebagian kecil siswa yang menjawab pertanyaan guru. Kekurangan-kekurangan pada putaran I yang berhubungan dengan minat belajar siswa dan kemandirian siswa dalam belajar dibenahi guru pada pembelajaran putaran II ini. Dalam pembahasan materi ajar, guru menggunakan aturan seperti pada pertemuan sebelumnya, tetapi pada pembelajaran kali ini guru membenahi gaya mengajarnya seperti melakukan pendekatan kepada siswa yang kurang perhatian pada saat pelajaran berlangsung. Di samping itu guru juga menggunakan media chart berupa gambar-gambar dengan jumlah karakter yang berlainan untuk dihitung unuk membantu siswa mengamati dan menarik perhatian siswa dalam pembelajaran. Selain itu guru juga berkeliling memantau dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menangkap inti pelajaran serta yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Pada akhirnya, pertemuan ini, guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi sebagai Formatif II. Siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, setelah berakhirnya siklus II dilakukan tes Hasil belajar sebagai formatif II. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 82,4 nilai ini meningkat
367 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. dibandingkaan formatif I dan telah tuntas, ketuntasan klasikal telah mencapai 89%. Mengacu pada Kriteria ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini telah berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Hal ini didukung oleh data aktivitas belajar yang membaik dimana aktivitas individual menulis dan membaca menurun (23,0%) yang berarti siswa mulai memahami tugasnya dalam diskusi yang aktif. Sejalan pula dengan aktivitas mengerjakan dalam diskusi yang meningkat (53,0%) menandakan siswa mulai ada bahan pembahasan masalah untuk diselesaikan. Sehingga meningkat pula aktivitas bertanya sesama teman (12,0%) dan menurunya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM (1%). Secara keseluruhan Hasil belajar siswa meningkat dari pretes, formatif I, sampai formatif II. Namun peningkatan yang terjadi baik pada siklus I maupun pada siklus II masih meninggalkan beberapa siswa yang belum tuntas Hasil belajarnya. Kodisi ini muncul karena berbagai kendala yang muncul dari beberapa siswa tersebut dalam pembelajaran. Hasil-hasilnya adalah sebagai berikut: Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru PKn sudah sesuai dengan harapan, karena sudah menggunakan pendekatan belajar Kooperatif tipe TPS dengan baik dan benar. Sehingga siswa memiliki minat dalam belajar berkaitan dengan tindak mengajar yang dilakukan guru PKn kelas VII-4 adalah selalu memberikan tujuan pembelajaran, inti materi ajar dan kegiatan yang akan dilakukan, membimbing dan mengarahkan siswa yang bertujuan menciptakan hubungan baik dengan siswa, mendorong dan membimbing siswa dalam menyampaikan ide, berlaku adil pada semua siswa, mengingatkan siswa untuk mengulangi materi yang telah diajarkan, memberi semangat siswa dalam belajar, menciptakan suasana yang membuat siswa terlibat secara aktif dengan memberi latihan soal-soal. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya mengajar guru. Pembenahan yang diupayakan antara lain model pembelajaran klasikal, yang cenderung dilaksanakan tanpa
variasi dibenahi menjadi model belajar klasikal, kelompok dan individual. Pembenahan ini dilaksanakan dengan strategi pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang dalam pembelajarannya serta guru selalu menarik dan memelihara minat belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Terjadi peningkatan aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS di Kelas VII-4 SMPN 15 Medan. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis/membaca (47,0%), mengerjakan LKS (23,0%), bertanya sesama teman (17,0%), bertanya kepada guru (9,5%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3,5%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis/membaca (23,0%), mengerjakan LKS (53,0%), bertanya sesama teman (12,0%), bertanya kepada guru (11,0%), dan yang tidak relevan dengan KBM (1%). 2. Dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Sharepada Formatif I dan Formatif II menunjukkan 18 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 34 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 73,4 dan 82,4. Saran Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua Siklus maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan LKS
368 Irianna : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think ............................................. di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian. 1. Bagi para peneliti yang ingin menggunakan model pembelajaran Think Pair Share ini agar menggunakan sampel dengan tingkatan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan siswa di tingkat rendah (misalnya kelas VII), cenderung kesulitan untuk mengungkapkan ide-ide mereka dalam bentuk tulisan. 2. Bagi guru yang ingin meneliti lebih lanjut dengan model pembelajaran yang sama diharapkan dapat mengkondisikan waktu yang disediakan terkhusus pada tahap diskusi kelompok. Pembagian kelompok harus heterogen dan para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi 3. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk uraian. Hal ini bertujuan agar keberhasilan strategi ini benar-benar terlihat dari kemampuan siswa menguraikan jawaban dari tes yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2006. Peneltian Tindakan Kelas. Penerbit, Yrama Widya, Bandung Arends, R. 2009. Learning to Teach. New York : Penerbit McGraw-Hill Companies Djamarah, S.B. dan A. Zain. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djamarah, S.B. 2002. psikologi belajar. Rineksa Putra Lie,
A. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: Penerbit PT. Grasindo
Soetomo, 1993. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional.
Trianto. 2009. Mendesain Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Penerbit Kencana