W. Purwanto pp 113 -124
I
Jurnal MIX, Volume 5No. 3, Oktober 2012
ANALISA PERSAINGAN ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN PASAR MODERN STUDI KASUS DI KAWASAN CILEDUG TANGERANG
Wawan Purwanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana
wawanpur(5>gmail.com
ABSTRACT
The study analyzes the competition between the traditional market with modern market are the topics raised in this study. The study raised because of the problems that arise at this time, the modern market has been driven by a modern market in competition to win the consumer. Number of traditional markets declined nationally. Move welfare of the indigenous owners who are below the layer of large capitalists who controlled the modernmarket. In the competitive marketing mix strategy, looks that modern market managers work in a
professional manner so as to obtain leading position. Base from the output ofthe research, modern market win 6 variables from 7 variables studied. Demonstrated superiority of the modem market by 76% share of leading.. Research carried out to assess the comparison between the two markets indicate us that modern management can not be matched by traditional management. Marketing mix variables which can still be controlled by traditional markets only the proces. The
proces variabel has the indicator variable that takes the transaction process simple and easypayment to be superior of the traditional market. Because of this condition it is a duty for government that shouldfoster thegovernment to intervene and take specificpolicy toprotecttraditional markets. Keywords: competition, market, traditional I.PENDAHULUAN
Gaya hidup masyarakat di Kota modem seperti Jakarta dan sekitarnya sudah menyamai kota-kota modern di berbagai dunia pada negara maju. Hidup dengan gaya hidup konsumtif dengan berbelanja di pasar modern dewasa ini sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang berkembang di
masyarakat kita.Tidak hanya di kota metropolitan seperti Jakarta ini, tetapi juga sudah merambah kota-kota kecil di tanah air. Mudahnya menjumpai minimarket, supermarket bahkan hipermarket disekitar tempat
tinggal kita yang menjanjikan kemudahan dan kenyaman dalam berbelanja. Menjamumya ritel modem baik kecil dan besar menandakan kesuksesan industri tersebut menarik para konsumennya. Di lain pihak, dibalik
kesuksesan bisnis retail ini temyata menyisakan banyak persoalan, khususnya untuk retail kelas menengah
dan kecil. Bahkan beberapa diantaranya memprotes eskspansi yang sangat agresif dari peritel kelas besar. Pemerintah pun tentunya kena beberapa protes tersebut.
Adanya pasar tradisional yang merupakan kegiatan ekonomi masyarakat yang merakyat dan sudah turun temurun sebagai satu indikator bagaimana kemajuan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Karena
banyak gempuran persaingandengan pasar modem maka para pelaku pasar tradisional berharap agar
pemerintah sebagai regulator harus mampu mewadahi semua aspirasi yang berkembang tanpa ada yang dirugikan. Pemerintah dihamskan mampu melindungi dan memberdayakan peritel kelas menengah dan kecil
116
W. Purwanto pp 113-124
|
Jurnal MIX, Volume 5No. 3, Oktober 2012
karena jumlahnya yang masyoritas. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa peritel besar mempunyai sumbangan yangbesar dalam ekonomi. Selain menyerap tenaga kerja, banyak peritel justrumemberdayakan danmeningkatkan kualitas ribuan pemasok yang umumnya jugapengusaha kecil danmenengah.
Adan indikasi bahwa kehadiran pasar modem, terutama supermarket dan hipermarket, dianggap oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. Di Indonesia, terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil(Kompas 2006). Berdasarkan hasil studi
A.C. Nielsen, pasarmodem di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasartradisional menyusut 8% per tahun. Jika kondisi ini tetap dibiarkan, ribuan bahkan jutaan pedagang kecil akan kehilangan mata pencahariannya. Pasar tradisional mungkin akan tenggelam seiring dengan tren perkembangan dunia ritel
saat ini yang didominasi oleh pasar modem. Pertumbuhan pasar modem di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Pada 1999-2004, terjadi peningkatan pangsa pasar
supermarket terhadap total pangsa pasar industri makanan yang cukup tajam dari 11% menjadi 30%. Penjualan supermarket pun tumbuh rata-rata 15%per tahun, sedangkan penjualan pedagang tradisional turun 2% per tahunnya (Natawidjadja 2006). Pricewaterhouse Coopers (2005) penjualan supermarket meningkat sebesar 50% dari periode 2004 hingga 2007, sedangkan penjualan hipermarket meningkat sebesar 70% untuk periode yang sama. Salah satu penyebab meningkatnya jumlah dan penjualan pasar modem adalah
urbanisasi yang mendorong percepatan pertumbuhan penduduk di perkotaan serta meningkatnya pendapatan
per kapita. Dari 1998 hingga 2003, hipermarket di seluruh Indonesia tumbuh 27% per tahun, dari delapan menjadi 49 gerai. Meskipun demikian, pertumbuhan hipermarket terkonsentrasi di wilayah Jabodetabek
dengan proporsi 58% dari keseluruhan hipermarket. Pedagang tradisional yang terkena imbas langsung dari keberadaan supermarket atau hipermarket adalah pedagang yang menjual produk yang sama dengan yang dijual di kedua tempat tersebut. Meskipun demikian, pedagang yang menjual makanan segar (daging, ayam,
ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, dan lainlain) masih bisa bersaing dengan supermarket dan hipermarket mengingat banyak pembeli masih memilih untuk pergi ke pasar tradisional untuk membeli produk tersebut.
Keunggulan pasar modem atas pasar tradisional adalah bahwa mereka dapat menjual produk yang relatif sama dengan harga yang lebih murah, ditambah dengan kenyamanan berbelanja dan beragam pilihan cara pembayaran. Supermarket dan hipermarket juga menjalin kerja sama dengan pemasok besar dan biasanya
untukjangka waktu yang cukup lama. Hal ini yang menyebabkan mereka dapat melakukan efisiensi dengan memanfaatkan skala ekonomi yang besar.
Bentuk pasar tradisional terbagi kedalam beberapa jenis, seperti pasar daerah transmigrasi, pasar
desa, pasar kecamatan, pasar kota, pasar kebupaten. Beberapa berita terbaru dimedia masa mengatakan bahwa sedikitnya 100 pasar dari sekitar 800 pasar tradisional yang tersebar di Jawa Barat, kolaps. Hal ini
diduga akibat pembangunan pasar modem yang semakin marak, sehingga para pedagang pasar tradisional tak mampu bertahan. Suatu contoh seperti di kota Bandung sebagai barometer perdagangan Jawa Barat,
117
r
W. Purwanto pp 113-124
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
sedikitnya terdapat 6 hipermarket, 60 supermarket, dan 350 minimarket yang tersebar sampai ke tingkat i
kecamatan. (Harian Pikiran Rakyat) Dan menurut Dadang Suganda (Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia/APPSI) Jabar mengatakan sejumlah pedagang mengalami penurunan omzet hingga 60-70 %.
Survey AC Nielson tahun 2004 menunjukkan pasar tradisional di Indonesia berjumlah 1,7 juta Unit, mengambil 73 % dari total pasar. Berikut ini table pangsa pasar masing-masing pasar. Tabel 1.1 pangsa pasar Tahun
Pasar Modem
Pasar Tradisional
2001
24,8 25,1 26,3 30,4 32,4
75,2 74,8 73,7 69,6 67,6
2002 2003 2004 2005
*
Menengok permasalahan nasional yang cukup besar ini, peneliti melihat kasus yang sama pada daerah cileduk dan kreo dekat dengan kampus UMB. Daerah pinggiran Jakarta yang makin tumbuh seiring
dengan kemajuan pusat kota, menjadikan daerah ini sebagai lahan empuk sasaran pasar bagi pengusaha ritel modem. Pasar tradisional kreo dan cileduk misalnya, yang sebelumnya cukup ramai pengunjungnya
sekarang mulai beralih ke ritel modemyangberada di samping dan didepannya. Dengan gedung yang megah dan daya tarik kenyamanan berbelanja yang lebih baik, menyebabkan terjadi persaingan dalam perebutan konsumen antara pasar tradisional dan modem. Walaupun pengunjung pasar modem di Kreo dan Cileduk, terlihat lebih banyak, namun demikian pasar tradisionalnya sampai saat ini masih dapat bertahan. Jadi bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi pada persaingan antarakeduajenis pasar tsb?
Beranjak dari semua pemikiran atas maka peneliti akan mengangkat judul penelitian "Analisa persaingan antara pasar tradisional dengan pasar modern.
Perumusan Masalah apakah jenis pasar mempengaruhi pada persaingan penerapan bauran pemasaran jasa
antara pasar tradisionardan modem? Penerapan bauran pemasaran mana yang lebih unggul antara satu dengan lainnya baik pada pasar tradisional maupun pasar modem?
Penelitian ini merupakan masalah nasional yang sangat luas area sebagai populasi sesungguhnya. Mengingat
keterbatasan waktu dan dana maka peneliti membatasi masalah penelitian ini sebagai kasus di daerah sekitar kampus yang keberadaan pasar tradisional danmodem sangat berdekatan. Peneliti mengambil kasus pada daerah Cileduk dan kreo.
Penelitian analisa perbandingan persainganantara dua institusi bisnis ini bertujuan:
1. Mengetahui pengaruh jenis pasar terhadap penerapan strategi bauran pemasaran
2. Melihat keunggulan dan kelemahan dalam persaingan antara proses bauran pemasaran pasar tradisioanl dengan pasar modem
3. Menjadi masukan bagi pemerintah untuk membuat regulasi yang tepat berkenaan dengan perlindungan usaha tradisional khususnya pasar rakyat.
118
T ••I
W. Purwanto pp 113 -124
|
Jurnal MIX, Volume 5No. 3, Oktober 2012
Manfaat hasil penelitian ini sebagai alat untuk memperbaiki kinerja pemasaran baik pada pengelolaan pemasaran pasar tradisional maupun pasar modern.
Menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan baik bagi pemerintah, maupun pengusaha untuk memperbaiki koordinasi dan kebijakan dalam manajemen demi mewujudkan hidup berbisnis saling berdampingan yang harmonisdan menguntungkan bagi masisng-masing bisnisnya.
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Menurut Sjamsu Rahardja yang merupakan Doktor bidang ekonomi, ex visitingfellow di Institutefor International Economics menyatakan "dalam bisnis retail, hyepermarketanemang eksesif dalam pemasaran,
dan menggunakan investasi berskala besar. Akibatnya, retail hipermarket tidak saja mampu menekan harga jual, tapi juga menaikan posisi tawar mereka dalam membeli produk. Ini adalah hukum ekonomi yang tidak
bisa dibantah. Disisi lain, pasar tradisional adalah tempat pertemuan langsung antara penawaran pedagang dan permintaan konsumen, on the spot, in real time. Pasar juga punya peran penting dalam sejarah perkembangan kehidupan dan kebudayaan kota-kota di Indonesia. Pertanyaannya apakah hipermarket musuh padar dan pedagang tradisional. (Majalah TEMPO, 11-17 Juni 2007) "masalah pedagang tradisional dan modern di Indonesia bukan kasus unik. Tingginya suku bunga, tersendatnya perbaikan iklim investasi, dan
rusaknya infrastruktur telah menimbulkan keengganan berinvestasi di sektor riil. Beratnya beban pesangon juga menambah loyonya penyerapan tenaga kerja sektor formal, khususnya manufaktur. Akibatnya, usaha non formal skala kecil di sektor perdagangan menjadi akternatif yang menarik dan menjanjikan keuntungan". musuh utama pedagang di pasar tradisional adalah manajemen pasar yang tidak profesional. Ketidak sinkronan antara insentif para manajer pasar dan keinginan pedagang yang membuat kedua belah pihaknya berjalan sendiri-sendiri. Ini terjadi dari mulai desain pasar, penataan, dan opreasionalisasi sehari-hari, seperti kebersihan, keliaran preman, dan pedagang yang berjualan diluar ketentuan awal. Akibatnya manfaat
renovasi pasar bagi para pedagang dirasakan kecil, walaupun kenaikan retribusi tetap. Dan pada beberapa waktu kemudian pasar mulai ke semula, loyo, kumuh, sembrawut, tak nyaman dan tak aman.
Sengketa dan perang opini sesunguhnya hams dimaknai dan ditempatkan untuk upaya pemberdayaan pasar dan pedagang tradisional. Bagaimanapun, konsumen akan semakin peduli terhadap kenyamanan, pelayanan, dan standar higienis. Benar yang disampaikan Sjamsu yang mengatakan "mutlak bagi pasar dan pedagang tradisional yang ingin hidup bisa mengikuti ekspektasi konsumen. Caranya dengan perbaikan prasarana umum pasar tradisional oleh pemerintah, mendorong asosiasi pedagang untuk ikut mengelola pasar, dan adanya insentif bagi swasta untuk mendanai renovasi pasar atau kredit kepada
pedagang tradisional. Selain itu, perlu pengenalan manajemen retail bagi pedagang tradisional guna menemukan market niche-nya".
Menurut analisis pendapat para pengamat pada industri konsumsen ini, perbedaan pasar tradisional dengan pasar modem yaitu: Pertama, sampai saat ini belum ada perubahan yang berarti dalam pengelolaan
119
W. Purwanto pp 113 -1,24
I
Jurnal MIX, Volume 5No. 3, Oktober 2012
pasar tradisional khususnya tata kelola/manajemen bahkan sarana fisik. Kedua, pasar tradisional terkesan statis menghadapi perubahan kebutuhan masyarakat, bahkan bisa dikatakan kurang mampu memenuhi
keinginan dan harapan masyarakat, hal inilah yang mengakibatkan pembeli lari kepasar modem. Hal ini hams segera diperbaiki. Ketiga, pihak PEMDA yang mengeluarkan izin seharusnya selektip menempatkan
pasar modem, harus sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW). Keempat, sistem zoning bagi pasar modem (hypermarket dan supermarket) seperti
diharapkan para pelaku pasar tradisional, seharusnya ditempatkan bagi kepentingan publik. Jangan sampai zoning restriktif seperti di Malaysia dimana pada akhirnya akan memberikan proteksi terselubung pada
hipermarket yang sudah ada. Melakukan pembatasan apalagi, akan roenguntungkan yang sudah ada, karena penutupan sesungguhnya akan mengakibatkan dampak ekonomi dan menambah jumlah pengangguran. Kelima, persaingan danketegangan yang terjadi ketika pasar modem tidak atau sulit memberikan ruang bagi
promosi produk usaha kecil dan lokal, seharusnya supermarket maupun hypermarket memberikan alokasi etalase dengan biaya etalase (slot-fee) yang lebih rendah dari yang dikenakan terhadap pemasok besar.
Keenam, pemerintah daerah juga dapat mengenakan pajak yang "tinggi" dimana penerimaan ini hams digunakan untuk memperbaiki prasarana umum pasar dan subsidi pedagang atau produsen kecil lokal. Ketujuh, peran masyarakat, asosiasi, dan pemerintah dalam pengelolaan pasar yang profesional akan memberikan nuansa bam bagi pasar tradisional. Kedelapan, sasaran pemerintah dalam paket kebijakan ekonomi 2008 yang akan menertibkan bisnis waralaba (Liputan 6 SCTV), yakni memperbaiki peraturannya
seharusnya melibatkan beberapa elemen penting yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung
terhadap pasar. Kesembilan, dalam upaya pengembangan konsep pasar tradisional yang modem, harus memperhatikan beberapa poin seperti manajeman pasar, pengawasan mutu barang, membentuk jaringan antara koperasi pasartradisional untuk bekerjasama dengan produsen dalam hal pengadaan barang, penataan
lingkungan pasar tradisional (penambahan/penataan tempat parkir, pengelompokan pedagang berdasarkan jenis komoditas) dan tentunya peningkatan kelas pasartradisional secara fisik.
Konsep pemasaran (marketing concept) menuntut segala aspek keputusan pemasaran didasarkan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan. Pelanggan membeli produk barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi saat pembeli melakukan transaksi pasar, dia memperoleh seperangkat benefitdan kepuasan dari transaksi tersebut. Dalam hal ini, dia tidakakan memecah-mecah penawaran pasar
menjadi bagian-bagian komponennya. Namun dari sudut pandang penjual, penawaran pasar memang bisa dipecah-pecah menjadi bagian-bagian komponennya. Bauran pemasaran merupakan alat yang tepat untuk ^ mengelola seluruh variabel yang berada di bawah kendali pemasar guna mempengaruhi transaksi di pasar. *
Upaya pemasar untuk mengidentifikasi dan mengelola variabel-variabel dalam kendali mereka sehingga mampu mempengaruhi transaksi di pasar disebut sebagai "checklist approach". Tujuh unsur dalam bauran pemasaran untuk produk jasaadalah produk, harga, tempat, promosi, orang, bukti fisik dan proses
120 ^
W. Purwanto pp 113 - 124
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
m. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey diskriptif yaitu studi lapangan dengan membandingkan pendapat para pelaku pasar dilihat dari sisi konsumen baik di pasar modemdan pasar tradisional. variabel penelitian terdiri dari variable bebas : Jenis Pasar, yang dibedakan antara pasar tradisional dengan pasar modem. Variabel terikat dalam
penelitian adalah: Bauran pemasaran jasa yang dibedakan pada 7 P yaitu
Product,Price,Promosi,Place,Phisic,Personel,Proces Variable
Dimensi
o
Strategi produk, marchandise
o
Strategi harga
o
Strategi lokasi
Indikator
1.kelengkapan produk 2.kualitas produk 3.kesegaran produk 1.harga sesuai dgn kualitas 2.harga dibawah pesaing 3. harga sesuai hrg pasar 1.Lokasi pasar strategis 2.Kemudahan akses kendaraan
Persaingan bauran
o
Fisik
o
Personel
o
Strategi promosi
o
Proses
Pemasaran
3.Tempat belanja yang nyaman 1.Ruang yang bersih 2.Penataan ruang yang rapi 3.pencahayaan yang baik 1.Pelayan/pedagang yg ramah 2.Pedagang/pelayan yg tanggap pd keluhan 3.Pengetahuan pdg/ply yang baik thd produk 1.Sering memberikan potongan harga 2.Sering memberikan hadiah pd pembeli 3.Publikasi yang cukup pada barang yg dijual 1.Prosedur transaksi yang sederhana 2.Antrian pembayaran yang mudah 3.Kebebasan dalam berbelanja
Populasi dalam penelitian adalah semua konsumen yang berkunjung pada kedua jenis pasar, yaitu pasar tradisional dan modem di daerah Cileduk dan Kreo. Sampel penelitian
mengambil sampel secara
convenience sampling dengan jumlah 50 responden di konsumen kawasan kreo dan 50 responden di
kawasan cileduk. Batas jumlah 100 responden telah memenuhi syarat uji statistic yang memungkinkan untuk diteliti pada penelitian kualitatif (supranto, 2008).Penyebaran angket didistribusikan 25 responden untuk
pasar tradisional dikawasan kreo dan 25 responden di pasar swalayan Giant. Berikutnya 25 responden diperoleh di pasar tradisional Plaza Bam Ciledug dan 25 responden di pasar swalayan Carefour Ciledug. Intrumen penelitian dan data menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. Pengisian angket menggunakan skala likert, mulai dari pilihat sangat setuju sekali, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Instrumen angket antara penilaian pasar tradisional dan modem disatukan agar konsumen dapat membandingkan secara langsung. Analisa data statistik yang digunakan adalah Analisa Chi Square dengan disain kontingensi.
Untuk itulah maka analisis chi-square yang akan digunakan untuk mencari apakah ada hubungan (asosiasi)
121
W. Purwanto pp 113 - 124
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
antar variabel-variabel kategorik tersebut Rumus Uji
Pearson's
2
(fij-Eij) U ij
The degrees of freedom are rR—1\ ( C— 1) • keterangan:
x2 = nilai chi-kuadrat
f ij= frekuensi yang diobservasi (frekuensi empiris) Eij = frekuensi yang diharapkan (frekuensi teoritis) Rumus untuk mencari frekuensi teoritis
Eij = (Efk) x (Ifb) / ET keterangan: Ef = frekuensi yang diharapkan
Sfk = jumlah frekuensi pada kolom Sfb =jumlah frekuensi pada baris
XT = jumlah keseluruhan baris atau kolom
Hipotesis yang akan diuji: HO : kedua variabel saling bebas (tidak ada asosisasi) HI : kedua variabel tidak bebas (ada asosiasi)
Statistik uij yang digunakan:
dimana sebagai nilai harapan bila X dan Y saling bebas. Jika nilai bernilai lebih besar dari pada nilai dengan
derajat bebas (m-l)(k-l) maka tolak HO; a adalah taraf signifikan yang dipilih..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mempakan penelitian lapangan yang meneliti konsumen langsung baik konsumen
pada pasar tradisional dengan pasar modem. Sesuai denganjudul penelitian ini, peneliti melihat bagaimana keunggulan bersaing pada aspek bauran pemasaran pada kedua jenis pasar tersebut. Persaingan antara kedua
pasar tersebut memang dapat dikatakan tidak setingkat karena satu bentuk pasar mempakan pasar yang dikelola oleh satu pemsahaan sedangkan yang samnya mempakan pasar tradisional yang dimiliki oleh
banyak orang dan dikelola oleh satu pemsahaan baik swasta atau pemsahaan daerah. Walaupun dikelola
122
'Mm
W. Purwanto pp 113 r 124
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
dengan manajemen yang berbeda, kedua pasar ini memperebutkan konsumen yang sama untuk mencari
periiatian. Oleh karenanya peneliti melihat keadaan yang sesungguhnya di lapangan bahwa konsumen pada pasar tradisional pernah masuk di pasar modem demikian sebaliknya. Berdasarkan wawancara seiring dengan penyebaran angket, maka peneliti menyimpulkan bahwa konsumen di dua pasar tersebut sudah sangat tahu kondisi kedua pasar tersebut dandapat menilai maupun membandingkan antara keduanya. Analisa persaingan antara dua pasar tradisional dan modem.
Berdasarkan hasil pengumpulan data perbandingan antara kedua pasar baik pasar tradisional dan modem, dapat digambarkan pada tabel berikut.
Tabel tabulasi frekuensi bauran pemasaran prodlkp
prodkual
prodseg
t
hrgsesu
Hrgdibwh
hrgpsr
psr trd
14
20
68
35
78
44
psrmdr
86
80
32
65
22
56
lokstrateg
loknyam
lokakses
Fisrapi
fisbersih
fiscahaya
Pas trad
43
18
11
8
12
24
Pas moder
57
82
89
92
88
76
layanramah
layantangg
layanpenget
promopot
promohadiah
promopub
Pas trad
23
35
66
12
2
11
Pas moder
77
65
34
88
98
89
pressed
prosbayar
prosbeba
Pas trad
67
56
12
Pas moder
33
44
88
Berdasarkan analisa diskriptif di atas dapat ditunjukkan bahwa persaingan antara kedua pasar pada bauran pemasaran adalah:
a. Pada bauran pemasaran produk, pasar modem mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasartradisionil yaitu dari 3 indikator dua indikator temyata nilainya lebih tinggi. Produk yang lengkap dengan prosentase responden 86%,konsumen memberi tanggapan lebih baik pasar modem dibanding pasar tradisional.Demikian pula dengan produk yang berkualitas, konsumen menyatakan keunggulan di pasarmodem dengan prosentase 80%. Kekalahan pada sisi produk bahwa, pasartradisional mempunyai keunggulan di sisi kesegaran produk sebesar 68 %.
b. Pada bauran pemasaran harga, pasar modem mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasar tradisionil yaitu dari 3 indikator dua indikator temyata nilainya lebih tinggi. Harga yang sesuai dengan
kualitas mempunyai prosentase responden 65%,konsumen memberi tanggapan lebih baik pasar modem dibanding pasartradisionaLDemikian pula dengan harga sama dengan harga pasar, konsumen menyatakan keunggulan di pasar modem dengan prosentase 56%. Kekalahan pada sisi harga bahwa, pasartradisional mempunyai keunggulan di sisi harga di bawah rata-rata pasardengan 78%.
123
W. Purwanto pp 113 - 124 c.
I
Jurnal MIX*Volume 5No. 3, Oktober 2012
Pada bauran pemasaran promosi, pasar modem mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasar tradisionil dari ketiga aspek indikator yang dinilaiJndikator promodi dengan memberikan potongan harga ternyata nilainya 88%. Promosi dengan memberikan hadiah konsumen memberikan
nilai 98 prosen. Demikian pula dengan indikator terakhir yaitu promosi dengan melakukan publikasi, pasar modem mempunyai proporsi nilai konsumen sebesar 89%
d.
Pada bauran pemasaran lokasi, pasar modem mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasar tradisionil
diketiga
indikator.Lokasi yang strategis, pasar tradisional menang
dengan prosentase
responden 57%,Demikian pula dengan lokasi yang mudah diakses konsumen, mereka menyatakan
keunggulan di pasar modem dengan prosentase 82%. Pada aspek lokasi yang nyaman pasar modem mempunyai keunggulan dengan prosen sebesar 89 %. e.
Pada bauran pemasaran fasilitas fisik, pasar modern mempunyai keunggulan yang lebih tinggi
dibanding pasar tradisionil di semua aspek dalam indikatornya. Fasilitas, fisik yang bersih pasar modem lebih tinggi dengan prosen tanggapan 92%. Fasilitas fisik dengan penataan yang rapi tanggapan konsumen 88% pasar modem jauh lebih baik debanding pasar tradisional,Demikian pula dengan
fasilitas pencahayaan pasar modem jauh lebih terang dibanding pasar tradisional dengan tanggapan 76%,
f.
Pada bauran pemasaran pelayanan, pasar modern mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasar tradisionil yaitu dari 3 indikator dua indikator temyata nilainya lebih tinggi. Pelayanan yang
ramah dengan prosentase responden 77%,konsumen
memberi tanggapan lebih baik pasar modem
dibanding pasar tradisional.Demikian pula dengan pelayan yang tanggap , konsumen menyatakan keunggulan di pasar modem dengan prosentase 65%. Kekalahan pada sisi pelayanan bahwa, pasar
tradisional mempunyai keunggulan di sisi penjual yang mempunyai pengetahuan produk sebesar 66 %. g.
Pada bauran pemasaran proses, pasar tradisional mempunyai keunggulan yang lebih tinggi dibanding pasar tradisionil yaitu dari 3 indikator dua indikator temyata nilainya lebih tinggi. Proses transaksi yang
sederhana dengan prosentase responden 6%,konsumen memberi tanggapan lebih baik pasar tradisional dibanding pasar modern.Demikian pula dengan proses pembayaran yang mudah, konsumen menyatakan keunggulan di pasar tradisional dengan prosentase 565. Kekalahan pada sisi proses transaksi di pasar bahwa, pasar modem mempunyai keunggulan di sisi kebebasan konsumen memilih produk sebesar 88 %.
Proses dalam pengolahan data secara induktif untuk membuktikan keunggulan bersaing bauran pemasaran antara pasar tradisional dan modern diolah menggunakan analisa nonparametrik chi square.
Proses pengolahan secara menyelumh antara pengaruh jenis pasar dengan semua unsur bauran pemasaran
diperoleh hasil X2 = 503,55 (proses pengolahan data terlampir). Bila dibandingkan dengan chi square tabel dengan derajat kebebasan 98x1=98
menolak hipotesa nol
dan alfa 0,05
bemilai 122.11, maka penelitian akan
dan menerima hipotesa penelitian. Dengan
demikian terdapat pengaruh atau
124 st-
r
W. Purwanto pp 113 - 124
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
hubungan antara variabel jenis pasardengan bauran pemasaran. Pasar mana yang lebih unggul? Dengan melihat tabel 4.1
terlihat bahwa dari 21 item bauran pemasaran keunggulan dipegang oleh pasar
tradisional denganmenguasai 16 item. Kelemahan pasar modem terletak pada produk yang kurang segar terutama pada ikan, buah, sayur. Hal ini mungkin karena pasar modem pada produk tsb, terutama ikan terkesan produk yang perputaran barangnya rendah dan berakibat ikan kurang segar.Kurang segarnya ikan diantisipasi dengan banyaknya pendingin atau es sebagai media pengawet. Bauran pemasaran lain adalah harga, pada pasar tradisional dikesankan harga yang berada di bawah pasar. Harga dipasar tradisional dapat dibilang lebih murah dibanding pasar modem pada satu item variabel harga.Kekalahan
pasar tradisional terletak pula pada pengetahuan personel yang kurang dalam tentang produk yang
dijualnya. Hal ini berbeda dengan pasar tradisional, pedagang telah lama berjualan pada barangmiliknya, sehingga mereka tahu persis bagaimana pengetahuan produk yang akan dijualnya. Aspek keunggulan pasar tradisional pada proses pembayaran yang mudah dan proses transaksi yang sederhana, ditanggapi lebih baik oleh konsumen dibanding di pasar modem. Hal ini dimungkinkan bahwa pasar modem mempunyai sistem prosedur yang baku dengan counter pembayaran
satu tempat, yang
kadang
menyebabkan antrian dalam proses pembayaran. Pada aspek transaksi yang sederhana, konsumen dapat langsung bertemu dengan pedagang di pasar tradisional untuk melakukan baik pertanyaan, negosiasi, transaksi, pembayaran.
Untuk mengetahui bauran pemasaran mana yang lebih unggul antara pasar tradisional dengan pasar modem dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5,14 keunggulan variabel bauran pemasaran Var
prod
Var harga
Var
promosi
Var lokasi
Var fisik
Var
layanan
Var proses
Pasar tradi
0
1
0
0
0
1
2
Pasar modem
3
2
3
3
3
2
1
Sumber: < ata diolah
Angka pada tabel di atas menunjukkan keunggulan masing-masing variabel pada tiap pasar baik pasar tradisional dan pasar modem. Jumlah indikator pada masing-masing variabel adalah 3. Bila salah satu
pasar mempunyai angka 3 berarti pasar tersebut unggul secara mutlak. Setelah kita bandingkan secara vertikal dan horizontal, maka dapat diambil kesimpulan, variabel yang paling unggul di pasar modem
secara mutlak pada bauran pemasaran produk, promosi, lokasi dan fasilitas fisik. Variabel lain yang unggul tetapi tidak mutlak adalah variabel harga dan layanan. Kekalahan pasar modem dibanding pasar tradisional terletak pada variabel proses.
Nilai signifikansi masing-masing variabel dibuktikan dengan uji kotingensi chi square. Hasil chi square pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
125
Jurnal MIX, Volume 5 No. 3, Oktober 2012
W., Purwanto pp 113 - 124
Tabel hasil chi square bauran pemasaran Nilai chi square
No
Variabel bauran pemasaran
1
Produk
78.07
2
Harga
41.24
3
Promosi
7.94
4
Lokasi
31,03
5
Fisik
11.08
6
Pelayanan
40.61
7
Proses
68.44
Sumber: data diolah
Selanjutnya peneliti membandingkan chi square tabel pada dk (2-1) x (7-1) =6 dan alfa 0,05 diperoleh angka 12.59. Nilaiperbandingan chi square hitung pada tabel di atas menunjukkan bahwa variabel fisik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Sehingga variabel jenis pasar tidak berpengamh nyata pada variabel fisik. Jadi dalam penelitian diperoleh variabel jenis pasar berpengamh terhadap masing-masing bauran
pemasaran hanya pada 6 variabel bauran pemasaran. Dengan kata lain bahwa pasar modem mempunyai keunggulan mutlak pada fasilitas
fisik dibanding pasar tradisional tidak dapat didukung dengan uji
signifikansi. Hal ini dapat terjadi mungkin karena faktor lain yang timbul atau mengganggu terhadap variabel fisik ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Secara diskriptif terjadi persaingan yang tidak seimbang antara pasar tradisional dan pasar modem. Dari 21 indikator persaingan bauran pemasaran 76 prosen dikuasai oleh pasar modern.
2.
Pengujian secara serentak hubungan antara jenis pasar dengan bauran pemasaran terbukti signifikan. Hal ini menjadikan dukungan pada pasar modem bahwa mereka menang bersaing dalam strategi
penerapan bauran pemasaran.
3.
Variabel bauran pemasaran pada pasar modem mempunyai keunggulan mutlak menang pada aspek produk, promosi dan lokasi.
4.
Bukti signifikan keunggulan fisik antara pasar tradisional dan modem tidak dapat dinyatakan dan dikomentari secara sahih.
5.
Variabel bauran pemasaran mana yang lebih unggul bagi pasar modem tetapi tidak mutlak menguasai adalah variabel harga dan pelayanan.
6.
Variabel bauran pemasaran proses adalah satu-satunya variabel yang dapat diunggulkan pada pasar tradisional dari 7 variabel bauran pemasaran.
126
r i
W. Purwanto pp 113 -124
I
Jurnal MIX, Volume 5No. 3, Oktober 2012
VI.SARAN
Berdasarkan simpulan diatas,maka dapat disarankan sebagai berikut: 1. Pasar tradisional secara mutlak tidak dapat bersaing dengan pasar modem. Oleh karenanya perlunya
peran pemerintah untuk membantu pasar ini sehingga pengelolaan pasamyadapat lebih profesional. 2. Bentuk strategi bauran pemasaran yang dilkukan oleh pasar modem mempakan strategi terpadu yang dikelola oleh satu unit management dan satu kepemilikan organisasi. Hal ini berarti pasar tradisional
walaupun terdiri dari banyak kepemilikan, wadah organisasi yang menggabungkan unit-unit kecil yang banyak ini perlu di inovasi sehingga mempunyai visi bagi kebutuhan konsumen mendatang.
3. Pasar tradisional yang makin lama menurun jumlanya perlu didukung dengan kebijakan pemerintah agar terlindungi dari persaingan tidak sehat.
4. Pemerintah perlu melakukan pembinaan baik pada pengelola pasar tradisional maupun pada unit pedagang sebagai pelaksana pasar.
VI. Referensi
Johnson, R. A. and Wichem, D. W. (2008) Applied multivariate statistical analysis. Prentice-Hall,New York Subash Sharma,(2006), Oualitatif Statistic in Social Science. Mc Graw Hill. New Delhi Supranto (2008). Statistik. Erlangga. Jakarta
Amstrong,Gary, (2008) Principle of Marketing. Thomson,South Westhem. Chamsky (2000), Jurnal Pengkajian Koperasi dan Ukm No 1.
Cahyono (2006) Pasar Tradisional. Ruang Sosial Segera Jadi Masa Lalu. Kompask.com
Gupta, Dharma (2006) Keliling Kota Mall dan Pasar Tradisional. Medialindo.co.id Lubis N. (2005), KeberadaanHipermarket MenghambatPerkembangan Pasar Tradisiorial. PKS Jakarta.co.id
Ritonga (2005), Pasar Modem Sebagian Disinvalirtak Berizin. Maret, tempo interaktif.com. Silitonga (2004).Mengulang Kelemahan Bisnis.Bisnis.com
127