Community Health VOLUME I No 2 Juli 2013
Halaman 131 - 142
Artikel Penelitian
Tingkat Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Penularan Flu Burung Pada Peternak Unggas Di Desa Babahan, Penebel, Tabanan 2013 Ni Made Dwijani Cahyaningsih *1, Made Kerta Duana
1
Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email:
[email protected] *Penulis untuk berkorespondensi
ABSTRAK Penyakit flu burung atau avian influenza adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas, dan dapat menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, hingga manusia. Kabupaten Tabanan menduduki peringkat teratas terjangkit virus flu burung. Sebanyak 34 banjar di 29 desa telah terjangkit virus flu burung. Peternak unggas merupakan salah satu kelompok pekerja yang berisiko terhadap penularan virus flu burung dan diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang penularan dan pencegahan penyakit flu burung. Tingkat pengetahuan peternak yang tinggi berhubungan dengan apa yang mereka ketahui tentang penyakit flu burung yang merupakan langkah pertama yang perlu diketahui setiap individu terutama orangorang dengan risiko tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan penularan flu burung pada pekerja peternak unggas di Desa Babahan, Penebel, Tabanan. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan crossectional, dimana jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang pekerja peternakan unggas di Desa Babahan, Penebel, Tabanan, pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Hasil penelitian ini menunjukan pekerja peternak unggas dengan tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 64,3% dan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 35,7%. Pada upaya pencegahan 48,8% memiliki upaya pencegahan yang baik dan 51,2% memiliki upaya pencegahan yang buruk. Ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan yang dilakukan (p<0.05). Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan pekerja mengenai gejala flu burung pada manusia, pembinaan fungsi penggunaan APD serta penatalaksanaan kotoran unggas. Pemilik peternakan unggas sebaiknya membangun tempat penampungan sementara untuk limbah/kotoran unggas agar tidak ada limbah yang dibuang ke sungai dan di lingkungan sekitar peternakan selain itu pemilik peternakan disarankan juga menyediakan APD untuk pekerja. Pihak desa dapat bekerjasama dengan instansi terkait seperti: Dinas Kesehatan agar secara rutin melakukan pemeriksaan status kesehatan pada pekerja, Dinas Peternakan agar melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan unggas serta Badan Lingkungan Hidup untuk melakukan pemeriksaan lingkungan peternakan. Keywords: Flu burung, tingkat pengetahuan, upaya pencegahan, peternak unggas Community Health 2013, I:2 131
PENDAHULUAN
yaitu
Penyakit flu burung atau avian influenza
(Kemenkes RI, 2012). Kejadian flu burung
adalah penyakit zoonosis yang disebabkan
masih terjadi hingga saat ini, dengan
oleh virus influenza tipe A yang menyebar
adanya
antar unggas, dan dapat menyebar ke
kabupaten di Bali. Dinas Kesehatan Provinsi
spesies lain seperti babi, kucing, anjing,
Bali
harimau,
RI,
kabupaten di Bali saat ini sudah dinyatakan
Penularan kasus flu burung pada
positif tertular virus flu burung, salah
manusia pertama kali ditemukan pada
satunya yaitu Kabupaten Tabanan. Bahkan
tahun
tidak
2007).
hingga
1997
di
manusia
(Depkes
Hongkong
selanjutnya
5
kematian
kematian
sendiri
dengan
unggas
telah
menutup
CFR
di
100%
beberapa
menyatakan
kemungkinan
tiga
untuk
menyebar ke berbagai negara seperti:
menyerang kabupaten lainnya di Bali yang
Vietnam, Korea, Belanda, Thailand, Jepang,
padat terhadap peredaran unggas (Dhae,
hingga ke Indonesia (Deptan, 2005). Pada
2013). Data dari Dinas Peternakan Bali
tahun 2012, WHO telah mencatat terjadi
menyebutkan bahwa Kabupaten Tabanan
608 kasus dengan 359 kematian di seluruh
menduduki
dunia (WHO, 2012).
virus flu burung. Sebanyak 34 banjar di 29
Di Indonesia pada tahun 2004 dilaporkan
desa telah terjangkit virus tersebut (Lestari,
adanya kasus kematian yang sangat tinggi
2008).
pada unggas di Provinsi Jawa Timur, Jawa
Jika dilihat dari penetapan tiga kabupaten
Tengah,
DIY,
di Bali yang sudah positif tertular flu
Timur,
burung, tidak menutup kemungkinan dapat
Jawa
Lampung,
Bali,
Barat,
Banten,
Kalimantan
peringkat
teratas
terjangkit
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
menular ke manusia mengingat
(Winarno, 2008). Flu burung pada unggas
penyebab flu burung akan terus bermutasi
dapat
sehingga
menular
ke
manusia
dan
bisa
menyebar
dengan
virus lebih
menimbulkan kematian. Angka kematian
cepat. Salah satu kelompok yang berisiko
manusia karena flu burung di Indonesia
untuk tertular flu burung yaitu pekerja
menduduki peringkat teratas di dunia yaitu
peternak
159 kematian dengan Case Fatality Rate
mengharuskan
(CFR) sebesar 83,2% (WHO, 2012).
langsung dengan unggas sangat berisiko
Pada tahun 2007, kasus flu burung kembali
pada mereka untuk tertular flu burung.
terjadi khususnya di Bali, ditandai dengan
Sesuai dengan UU Perlindunggan Tenaga
adanya kematian ribuan ternak unggas dan
Kerja No.1 tahun 1970 bahwa setiap tenaga
5
kerja berhak mendapat perlindungan atas
korban
jiwa
(Antara,
2012).
Angka
unggas.
Pekerjaan
mereka
untuk
yang kontak
kematian pada manusia di Bali menduduki
keselamatannya
peringkat ke 8 dari 33 provinsi di Indonesia,
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan
dalam
melakukan
Community Health 2013, I:2 132
meningkatkan produksi serta produktivitas
akan meningkatkan 34% kasus flu burung
nasional,
pada manusia (Yupiana et al., 2010).
begitu
juga
dengan
pekerja
peternak (Permenakertrans, 2010). Selain itu The Occupational Safety and Health Act of
1970
(Public
mengamanatkan
Law
bahwa
91-596)
pemilik
usaha
menyediakan tempat kerja yang aman dan sehat untuk pekerja mereka (MacMahoon et al., 2008).
Menurut studi Analisis Status Lingkungan Irigasi
Tukad
Munduk
Yeh
Lenggung
Empas di
dan
Desa
Subak
Babahan,
Penebel, Tabanan tahun 2011 menyatakan bahwa hygiene dan sanitasi di peternakan belum dilaksanakan dengan baik, seperti tempat tinggal pekerja yang masih satu
Menurut studi knowledge, attitudes and
lokasi dengan peternakan sehingga dapat
compliance
with
meningkatkan resiko penularan virus flu
preventive measures for avian influenza in
burung pada pekerja peternak (Sumantra,
Lagelu, Oyo State, Nigeria menyatakan
2011). Berdasarkan hal tersebut peneliti
bahwa hanya 61,4% pekerja peternakan
tertarik
unggas
flu
terhadap tingkat pengetahuan dan upaya
burung, 98,6% responden tidak melakukan
pencegahan penularan flu burung pada
vaksinasi
peternak unggas di Desa Babahan, Penebel,
of
yang
poultry
benar
pada
workers
mendefinisikan
unggas
mereka
dan
penggunaan APD sangat jarang dilakukan (Fatiregun and Saani, 2008). Peternak unggas yang merupakan kelompok paling berisiko tertular flu burung diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang penularan dan pencegahan penyakit flu burung.
Tingkat
pengetahuan
peternak
yang tinggi berhubungan dengan apa yang mereka ketahui tentang penyakit flu burung
untuk
melakukan
penelitian
Tabanan. METODE Penelitian ini bersifat deskriptif, desain penelitian
yang
digunakan
adalah
crossectional. Penelitian ini dilakukan pada pekerja peternak unggas di desa Babahan, Penebel, Tabanan pada bulan Maret-Mei 2013.
yang merupakan langkah pertama yang
Jumlah populasi pekerja peternak unggas
perlu diketahui setiap individu terutama
sebanyak
orang-orang dengan risiko
tinggi. Dari
Babahan Kawan, 16 pekerja dari Banjar
memiliki
Babahan Tengah, 71 pekerja dari Banjar
pengetahuan baik, 81,7% diantaranya tidak
Babahan Kanginan, 43 pekerja dari Banjar
mengalami penyakit flu burung pada ternak
Utu dan 180 pekerja dari Banjar Bolangan.
mereka (Purimahua, 2008). Peningkatan
Besar
satu wabah flu burung per populasi unggas
penelitian ini sebanyak 84 orang. Dengan
87,7%
peternak
yang
kriteria
310,
sampel inklusi
3
pekerja
yang yaitu
dari
diperoleh pekerja
Banjar
dalam
peternak
Community Health 2013, I:2 133
unggas yang berumur 15-64 tahun dan terdaftar di kantor Perbekel Desa Babahan. Pemilihan
sampel
dalam
penelitian
ini
dengan menggunakan systematic random samping. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara terstruktur menggunakan
kuesioner
pengetahuan
dan
upaya
tingkat pencegahan
penularan flu burung. Data yang telah terkumpul dianalisa secara deskriptif
menggunakan
program
pada
komputer yaitu program Stata. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat yaitu
analisis
terhadap
setiap
variabel
Tabel 1.
Tingkat Pendidikan dan Orang Tua Responden
Karakteristik Responden
Jumlah
(%)
43 41
51,2 48,8
13 24
15,4 28,6
26
31,0
1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Kelompok umur (tahun) ≤24 25-34 -
Pekerjaan
35-44 ≥45
21 25,0 Min= 18th, Max= 64th, Mean= 36,6, SD= 10,83, Median= 35,5, Modus= 23 3. Tingkat pendidikan Tidak Sekolah 12 14,3 SD 40 47,7 SMP 17 20,2 ≥SMA 15 17,8 4. Masa kerja (tahun) ≤5 45 53,6 6-11 18 21,2 ≥12 21 25,0 Min= 1th, Max= 29th, Mean= 8,1,SD= 7,1, Median= 5, Modus= 2 -
dalam penelitian sehingga menghasilkan distribusi dan persentase dari masingmasing variabel.
Tingkat Pengetahuan Responden tentang Flu Burung
HASIL & DISKUSI
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan
Karakteristik Responden
responden tentang flu burung, dihitung
Karakteristik responden dalam penelitian ini
berdasarkan perbandingan nilai jawaban
seperti yang tergambarkan pada tabe 1
yang benar dibagi total nilai pengetahuan.
meliputi umur, jenis kelamin, masa kerja
Rentangan nilai yang diperoleh berkisar
dan tingkat pendidikan. Responden lebih
antara 2-41 dengan nilai rata-rata= 29.
banyak berjenis kelamin laki-laki (51,2%).
Acuan yang digunakan untuk mengetahui
Umur responden bervariasi antara 18-64
kategori tingkat pengetahuan adalah nilai
tahun, dengan nilai mean 36 tahun, dan
rata-rata
responden
pengetahuan tinggi apabila memperoleh
terbanyak
berada
pada
(mean).
kelompok umur 35-44 tahun (31,0%).
nilai
Kebanyakan
berpengetahuan
responden
menempuh
lebih
besar nilai
Responden dari
mean
rendah
dan
apabila
pendidikan SD (47,7%). Masa kerja berada
memperoleh
pada rentang 1-29 tahun dengan mean 8
tingkat pengetahuan responden sebagian
tahun dan kebanyakan responden bekerja
besar
≤5 tahun (53,6%).
pengetahuan tinggi tentang flu burung
(64,3%)
≤mean.
dengan
Berdasarkan
memiliki
tingkat
(Tabel 2).
Community Health 2013, I:2 134
Proporsi responden laki-laki lebih banyak
terdapat perbedaan yang bermakna (p=
(74,4%)
0,000). (Tabel 2).
memiliki
tingkat
pengetahuan
tinggi daripada responden perempuan dan
Hasil
terdapat perbedaan yang bermakna (p= ≤24
tahun
memiliki
tingkat
proporsi
masa
semakin
banyak
kerja
tingginya
responden
proporsi
responden
tingkat
0,184).
pendidikan
Semakin
responden
pengetahuan
yang
inovatif
tinggi
responden
yang
karena
Pemerintah
dalam
memberikan
pelatihan
komunikasi, informasi dan edukasi dalam
semakin
tinggi
mempunyai
Kabupaten Tabanan cukup gencar dan
penanggulangan
banyak pula proporsi responden memiliki tingkat
persentase
dimungkinkan
namun tidak terdapat perbedaan yang (p=
yang
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi bermakna
responden
tingkat pengetahuan tinggi, yaitu 64,3%,
perbedaan yang bermakna (p= 0,005). lama
didapatkan
tentang penularan flu burung lebih banyak
pengetahuan yang tinggi dan terdapat Semakin
yang
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
0,047). Seluruh responden pada kelompok umur
penelitian
kesiapsiagaan
dan
flu
burung
menghadapi
dan
pendemi
influenza, selain itu khusus bagi peternak
Table 2. Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang flu burung berdasarkan karakteristik responden Krakteristik responden
Kategori tingkat pengetahuan Tinggi
Total
Keterangan
Rendah
1. Jenis kelamin
N
(%)
N
Laki-laki
32
74,4
11
Perempuan
23
56,1
≤24
13
25-34
(%)
N
(%)
25,6
43
100
18
43,9
41
100
100
0
0
13
100
10
41,7
14
58,3
24
100
35-44
17
65,4
9
34,6
26
100
≥45
14
66,7
7
33,3
21
100
≤5 6-11
25 13
55,6 81,2
20 3
44,4 18,8
45 16
100 100
≥12
19
82,6
4
13,4
23
100
2 24 14 14
16,7 60,0 82,3 93,3
10 16 3 1
12 40 17 11
100 100 100 100
X2= 3,93 p= 0,047
2. Kelompok umur (tahun)
X2= 12,6 p= 0,005
3. Masa kerja (tahun) X2= 3,38 p= 0,184
4. Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP ≥SMA Total
83,3 40,0 17,7 6,7
X2= 20,10 p= 0,000
54 64,3 30 35,7 84 100 Min= 2, Max= 41, Mean= 29, SD= 9,8, Median= 32, Modus= 33
Community Health 2013, I:2 135
diminta
untuk
manajemen
kandang
lebih
memahami
dan
manajemen
peternakan. Hasil
flu
pada
pertambahan
pengetahuan
seseorang.
analisis
tentang
bertambahnya umur dapat berpengaruh
pengetahuan
burung
responden
berdasarkan
jenis
Masa
kerja
sering
pengalaman
yang
dikaitkan
dengan
didapatkan
selama
kelamin, menunjukkan ada perbedaan yang
bekerja. Pengalaman merupakan sumber
bermakna (p<0.05), responden laki-laki
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu
memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
cara
unruk
memperoleh
tinggi
pengetahuan.
Pengetahuan
dibandingkan
dengan
responden
tentang
burung
ada penyuluhan kesehatan pihak laki-laki
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
lebih
pihak
yang bermakna (p >0.05), Hasil ini sesuai
informasi
yang
dengan penelitian yang dilakukan Delobelle
perempuan
lebih
et al. (2009), tidak ada hubungan antara
laki-laki.
lama kerja ataupun pengalaman terhadap
perempuan, diperoleh
dibandingkan
sehingga
responden
terbatas
dibandingkan
Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa salah
satu
faktor
internal
yang
mempengaruhi pengetahuan adalah jenis kelamin. Perempuan khususnya di negara berkembang memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai
karena
pelayanan
banyaknya
kesehatan
hambatan
dalam
mengakses sumber informasi (Ifada,2010). Hasil
analisis
tentang
flu
menunjukkan
pengetahuan
burung ada
responden
kerja
pengetahuan pekerja. Tingkat pendidikan seseorang sering dikaitkan
dengan
Pengetahuan
pengetahuan.
tentang
berdasarkan
flu
tingkat
burung pendidikan
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna (p<0.05), semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya
tentang
flu
berdasarkan
umur
burung. Notoatmodjo (2003) menyatakan
perbedaan
yang
pendidikan adalah suatu kegiatan atau
bermakna (p <0.05). Hasil penelitian ini
proses
sejalan
mengembangkan
dengan
masa
flu
perempuan, hal ini dapat terjadi karena jika dilibatkan
berdasarkan
kebenaran
pernyataan
yang
pembelajaran atau
meningkatkan
dikemukakan oleh Prawirohardjo (2008),
kemampuan
umur
daya
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
pendidikan turut pula menentukan mudah
bertambah
tidaknya
mempengaruhi umur
terhadap akan
semakin
tertentu
untuk
seseorang
sehingga
sasaran
menyerap
berkembang pula daya tangkap dan pola
memahami
pikirnya,
peroleh. Pada umumnya semakin tinggi
sehingga
pengetahuan
yang
pengetahuan
yang
dan
mereka
diperolehnya semakin membaik dengan Community Health 2013, I:2 136
pendidikan seseorang maka semakin baik
responden
(51,2%)
pula pengetahuannya.
pencegahan
buruk
Upaya
Pencegahan
Responden
tentang
Penularan Flu Burung
melalui
perbandingan
nilai
jawaban yang benar dibagi total nilai pencegahan.
Rentangan
nilai
yang
diperoleh berkisar antara 13-35 dengan nilai rata-rata= 21. Acuan yang digunakan untuk
mengetahui
kategori
upaya
pencegahan adalah nilai rata-rata (mean). Responden dengan upaya pencegahan baik apabila memperoleh nilai lebih besar dari mean dan berpengetahuan rendah apabila memperoleh
nilai
tentang
flu
upaya burung
(Tabel 3). Proporsi responden laki-laki lebih banyak
Upaya pencegahan yang dilakukan dapat dihitung
memiliki
≤mean.
Kebanyakan
(65,1%) memiliki upaya pencegahan baik dibandingkan
responden
perempuan,
terdapat perbedaan yang bermakna (p= 0,002). Pada kelompok umur ≥45 tahun sebagian
besar
(66,7%)
responden
memiliki upaya pencegahan baik namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Responden
dengan
kategori
upaya
pencegahan baik sebagian besar berada pada masa kerja 6-11 tahun namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p= 0,21). Semakin tinggi tingkat pendidikan
Table 3. Distribusi upaya pencegahan responden tentang penularan flu burung berdasarkan karakteristik responden Krakteristik responden
Kategori upaya pencegahan Baik
1. Jenis kelamin Laki-laki
Total
N 28
(%) 65,1
N 15
(%) 34,9
N 43
(%) 100
13
31,7
28
68,3
41
100
≤24 25-34
7 7
53,8 29,2
6 17
46,2 70,8
13 24
100 100
35-44
13
50,0
13
50,0
26
100
≥45
14
66,7
7
33,3
21
100
≤5
18
40,0
27
60,0
45
100
6-11
11
61,1
7
38,9
18
100
≥12
12
57,1
9
42,9
21
100
3 14
25,0 35,0
9 26
75,0 65,0
12 40
100 100
10 14
58,8 93,3
7 1
41,2 6,7
17 11
100 100
32 9 41
59,3 30,0 48,8
22 21 43
40,7 70,0 51,2
54 30 84
100 100 100
Perempuan
Keterangan
Buruk X2= 9,37 p= 0,002
2. Kelompok umur (tahun) X2= 6,53 p= 0,08
3. Masa kerja (tahun) X2= 3,07 p= 0,21
4. Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP ≥SMA 5. Pengetahuan Tinggi Rendah Total
X2= 18,3 p= 0,00
X2= 6,6 p= 0,01
Min= 13, Max= 35, Mean= 21,7, SD= 5,2, Median= 21, Modus= 16
Community Health 2013, I:2 137
responden semakin banyak pula proporsi
semakin
responden
pencegahan
semakin muda umur seseorang dan belum
yang baik dan terdapat perbedaan yang
matangnya proses pengenalan terhadap
bermakna
suatu
memiliki (p=
upaya
0,00).
Semakin
tinggi
baik
hal
begitu
maka
pula
sebaliknya
perilakunya
tingkat pengetahuan responden semakin
cenderung
banyak proporsi responden memiliki upaya
analisis menunjukkan tidak ada perbedaan
pencegahan baik dan terdapat perbedaan
yang bermakna antara umur responden
bermakna (p= 0,01) (Tabel 3).
dengan upaya pencegahan yang dilakukan
Hasil
penelitian
menunjukkan
yang
bahwa
didapatkan
hanya
41
orang
(48,8%) yang memiliki upaya pencegahan baik tentang penularan flu burung. Semua pekerja
baik
laki-laki
atau
perempuan
bekerja di tempat yang sama dengan fasilitas dan peraturan yang sama. Ketika laki-laki dan perempuan bekerja di tempat yang
sama,
memberlakukan
maka
mereka
akan
pola
tertentu
untuk
berinteraksi dan perbedaan jenis kelamin
kurang
hubungan antara umur pekerja dengan praktik perilaku aman di PT. Sim Plant Tambun II dengan nilai p = 0.753. Umur secara
alamiah
usia
tertentu
pengaruh
dimana
seseorang
dapat
berprestasi secara maksimal tetapi ada saat dimana
terjadinya
penurunan
prestasi
(Simanjuntak, 1997).
meningkatkan
turut
sehingga
masing-
mempunyai
terhadap kondisi fisik seseorang, ada saat
Adanya perbedaan jenis kelamin tersebut peran
hasil
Halimah (2010) didapat bahwa tidak ada
Semakin
pula
Namun
(p>0.05). Penelitian yang dilakukan oleh
turut berperan dalam interaksi tersebut. menentukan
baik.
akan
lama
kerja
seseorang
pengalaman
dapat
kerjanya,
memungkinkan pekerja dapat
masing dalam bekerja. Notoatmodjo (2007)
berperilaku
yang menyatakan bahwa salah satu faktor
penelitian ini upaya pencegahan tentang
internal perilaku yaitu jenis kelamin. Upaya
penularan flu burung berdasarkan masa
pencegahan tentang penularan flu burung
kerja
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p >0.05), baik
bahwa ada perbedaan yang bermakna (p
pekerja
<0.05), responden laki-laki memiliki upaya
memiliki
pencegahan
berbeda
yang
lebih
baik
tentang
aman
(ILO,
menunjukkan pemula
bahwa
maupun
persentase dalam
1998).
tidak
pekerja
yang
upaya
Dalam
tidak
ada lama jauh
pencegahan
penularan flu burung dibandingkan dengan
penularan flu burung. Hasil penelitian ini
responden perempuan.
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Umur
dapat
mempengaruhi
perilaku
seseorang, semakin tua umur seseorang maka perilakunya terhadap suatu hal akan
oleh Helliyanti (2009) yang menyatakan bahwa
tidak
ada
hubungan
bermakna
secara statistik antara lama kerja dengan
Community Health 2013, I:2 138
perilaku tidak aman pekerja. Semakin lama
enggan
seseorang
tentang penularan flu burung.
bekerja
pengalaman menjamin
kerja
sehingga yang
pekerja
memiliki
banyak,
tersebut
tidak
melakukan
upaya pencegahan yang baik.
untuk
Pengetahuan
mendapatkan
peternak
informasi
yang
tinggi
berhubungan dengan apa yang mereka ketahui tentang penyakit flu burung yang
Pendidikan formal yang pernah ditempuh
merupakan langkah pertama yang perlu
oleh sebagian besar pekerja menjadi salah
diketahui setiap individu terutama orang-
satu faktor predisposing yang memberikan
orang
andil bagi pekerja agar lebih mudah dalam
diharapkan dengan memiliki pengetahuan
memahami dan mengerti tentang prosedur
yang baik akan dapat pula melakukan
keselamatan kerja yang berlaku di tempat
upaya pencegahan yang baik. Penelitian
kerja
Penelitian
yang dilakukan oleh Kurniawan et al.
yang dilakukan oleh Kurniawan et al.,
(2006) didapat bahwa ada hubungan antara
(2006) menyatakan bahwa ada hubungan
pengetahuan
antara tingkat pendidikan pekerja dengan
penerapan prosedur keselamatan kerja,
praktik penerapan prosedur keselamatan
selain itu hasil penelitian Halimah (2010)
kerja.
tentang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
penularan flu burung berdasarkan tingkat
antara pengetahuan dengan perilaku aman
pendidikan
pekerja. Hasil analisis upaya pencegahan
(Notoatmodjo,
Upaya
2003b).
pencegahan
menunjukkan
perbedaan
yang
bermakna
bahwa (p
ada
<0.05),
dengan
responden
risiko
pekerja
tinggi
sehingga
dengan
praktik
berdasarkan
tingkat
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
pengetahuan didapatkan ada perbedaan
baik
yang bermakna (p<0.05) dimana reponden
pula
dilakukan.
upaya Hasil
pencegahan
penelitian
yang
ini
senada
yang
mempunyai
dengan penelitian Hasibuan et al. (2012)
tinggi
yang
pencegahan
menyatakan
berhubungan tindakan Tingkat
dalam
pendidikan
signifikan
pencegahan
pendidikan
meningkatkan tentang
secara
bahwa
yang
pengetahuan
pentingnya
dengan penyakit.
tinggi
mempunyai
responden pengetahuan
tingkat
persentase
lebih yang
pengetahuan
tinggi
upaya daripada
mempunyai
rendah,
yaitu
tingkat dari
54
akan
responden dengan pengetahuan tinggi 32
responden
orang (59,3%) diantaranya memiliki upaya
di
pencegahan yang baik, sementara dari 30
lingkungan kerja. Semakin rendah tingkat
responden dengan pengetahuuan rendah
pendidikan seseorang maka akan semakin
21 orang (70,0%) diantaranya memiliki
rendah
upaya
juga
pola
kesehatan
pikirnya
dalam
menghadapi lingkungan kerja serta merasa
pencegahan
yang
buruk.
Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2009) yang
Community Health 2013, I:2 139
mendapatkan bahwa terdapat hubungan
dengan
yang signifikan antara pengetahuan dan
baik pula. Peran pendidikan kesehatan
perilaku pencegahan flu burung, selain itu
dalam perilaku kesehatan sangatlah besar,
penelitian yang dilakukan oleh Prajawan
yaitu
(2010)
kesehatan,
menyatakan
bahwa
terdapat
upaya-upaya
menyadarkan bukan
pencegahan
masyarakat hanya
yang
akan
menyadari,
perbedaan yang bermakna antara perilaku
melainkan harus dilaksanakan yang berarti
berisiko terinfeksi flu burung berdasarkan
bahwa tujuan akhir pendidikan kesehatan
pengethuan responden di pasar hewan
adalah agar masyarakat dapat berperilaku
beringkit tahun 2010.
hidup
Pekerja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi akan lebih berhati-hati dalam bekerja dan
akan
bertindak
pekerjaannya. memadai
aman
Pengetahuan
mengenai
dalam
yang
adanya
tidak
risiko
dan
sehat,
termasuk
pencegahan
penyakit (Notoatmodjo, 2007). SIMPULAN Pekerja
peternak
unggas
memliki
pengetahuan yang tinggi (64,3%) tentang flu
burung.
Ada
perbedaan
bermakna
bahaya kesakitan dan kecelakaan kerja
antara tingkat pengetahuan mengenai flu
akan membuat pekerja bersikap tak acuh
burung dilihat dari kategori jenis kelamin,
serta
kelompok umur dan tingkat pendidikan (p
memungkinkan
untuk
melakukan
tindakan yang tidak aman dan merugikan kesehatan
dan
keselamatan
dirinya
(Cahyani, 2004). Perilaku yang didasari pengetahuan dibanding
akan
dengan
didasari
bersifat perilaku
dengan
langgeng yang
tidak
pengetahuan.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dari perilaku. Semakin baik pengetahuan yang dimiliki semakin baik
<0,05). Pekerja peternak unggas memiliki upaya pencegahan yang buruk (51,2%) tentang penularan bermakna
flu
burung.
antara
Ada
upaya
perbedaan pencegahan
penularan flu burung dilihat dari kategori jenis
kelamin,
tingkat
pendidikan
dan
tingkat pengetahuan (p <0,05)
pula perilaku pencegahan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
oleh responden. Walaupun sebagian besar
1. Cahyani, D. (2004). Faktor-Faktor yang
pengetahuan
pencegahan
Berhubungan dengan Perilaku Tidak
pekerja peternak unggas sudah tergolong
Aman pada Pekerja Pabrik Billet Baja
baik
PT. Karakatau Steel Cilegon, Jawa Barat
namun
dan perlu
upaya adanya
pemberian
informasi kesehatan ataupun pendidikan kesehatan
secara
intensif
berkesinambungan sehingga akan meningkatkan
pengetahuan
dan
2004. Universitas Indonesia
dan
2. Depkes RI (2007). Dasar-Dasar Flu
lebih
Burung, Pandemi Influenza dan Fase-
diikuti
Fase Pandemi Influenza Menurut WHO. Community Health 2013, I:2 140
3. Deptan
(2005).
Flu
Burung
dan
Bagaimana Menanggapinya. Jambi. 4. Delobelle
et
knowledge,
al.
(2009).
attitude,
and
perception of rural nurses in South Africa.
Journal
of
Ingga.
yang
HIV/AIDS
practices
9. Ifada,
Advanced
Nursing,1061-1073.
Pengetahuan
dengan
Masyarakat
Mengenai
Pelayanan Kesehatan Mata. Universitas Diponegoro. 10. ILO.
(1998).
Encyclopedia
of
Occuptional Health and Safety. Geneva 11. Kemenkes
Knowledge, attitudes and compliance of
Kesehatan
poultry
Jakarta.
workers
with
preventive
measures for avian influenza in Lagelu, State,
Faktor-Faktor
Berhubungan
5. Fatiregun, A. A. & Saani, M. M. (2008).
Oyo
(2010).
Nigeria.
Department
of
RI
(2012).
Indonesia
12. Kurniawan,
B.,
Murtiningsih,
Profil tahun
2011.
Lestantyo,
D.
(2006).
Data
D.
&
Hubungan
Epidemiology, Medical Statistics and
Karakteristik Pekerja Dengan Praktik
Environmental Health, Faculty of Public
Penerapan Prosedur Keselamatan Kerja
Health, College of Medicine, University
Di
of Ibadan, Ibadan, vol 2.
Keselamatan
6. Halimah, S. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku
PT.
Bina
Buna dan
Kimia
Ungaran.
Kesehatan
Kerja,
Vol.01.
Aman
13. Lestari, A. A. W. (2008). Sosialisasi Flu
Karyawan di PT. SIM PLANT Tambun II
Burung rerta Pemeriksaan Jumlah Sel
Tahun 2010. Universitas Islam Dalam
Darah Putih dan Trombosit Penduduk
Negeri.
Desa
7. Hasibuan, S. A., Syahrial, E. & Keloko,
Beraban
Bagian
Kabupaten
Patologi
A. B. (2012). Hubungan Karakteristik
Kedokteran
dengan Tindakan Ibu Rumah Tangga
Instalasi
dalam Pencegahan Penyakit Malaria di
Sanglah Denpasar.
Desa Sorik Kecamatan Batang Angloka Kabupaten
Tapanuli
Selatan
Tahun
2012. Universitas Sumatera Utara.
Unversitas
Laboratorium
Klinik
/
RSUP
Kullman, G., Gibbins, J. D., Decker, J. & Workers
from
Influenza
Aman
123(3), 316–322.
Utility
Udayana
14. Macmahoon, K. L., Delaney, L. J.,
Berhubungan dengan Perilaku Tidak Departemen
Fakultas
Kiefer, M. J. (2008). Protecting Poultry
8. Helliyanti, P. (2009). Fakto-Faktor yang di
Klinik
Tabanan.
and
Exposure
Viruses.
Public
to
Avian Health,
Operation, PT.Indofod Sukses Makmur,
15. Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan
Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, Tahun
dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta
2009. Universitas Indonesia.
Community Health 2013, I:2 141
16. Notoatmodjo,
S.(2007).
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan. 23. Sitorus, Chrissendy. (2009). Faktor-
17. Permenakertrans.
(2010).
Peraturan
Faktor
yang
Berhubungan
dengan
Sikap
Perilaku
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Pengetahuan,
Republik
terhadap Flu Burung pada Ibu Rumah
Indonesia
Per.08/Men/VII/2010
Nomor
Tentang
Alat
Pelindung Diri. 18. Prajawan,
Tangga
di
Dusun
dan
Tipar,
Kelurahan
Cikelet, Kabupaten Garut. Universitas
Eka.(2010).
Faktor-Faktor
Indonesia.
yang Mempengaruhi Perilaku Berisiko
24. WHO. (2012). Kumulatif jumlah kasus
Terinfeksi Virus Avian Influenza pada
manusia di konfirmasi untuk flu burung.
pedagang Unggas di Pasar Beringkit Kabupaten
Badung.Universitas
Udayana.
25. Winarno. Penyakit
(2008). Flu
Mengantisipasi
Burung.
Available:
http://www.deptan.go.id/daerah_new/
19. Prawirohardjo, Kebidanan,
S.
(2008).
Jakarta,
Ilmu
banten/dispertanak_pandeglang/artikel
bina
_16.htm [Accessed 10 Februari 2013].
Yayasan
pustaka Sarwono Prawirohardjo.
26. Yupiana, Y., Vias, S. J. D., Adnan, N. M.
20. Purimahua, S. L. (2008). Pengetahuan
& Richardus, J. H. (2010). Risk Factors
Dan Sikap Peternak Unggas Terhadap
of Poultry Outbreaks and Human Cases
Kejadian Flu Burung Serta Dampak
of H5N1 Avian Influenza Virus Infection
Ekonomi
in West Java Province, Indonesia. 14
Allakuang
Stamping
Out
Kecamatan
Kbupaten
Sidrap
Kesehatan
di
Desa
Maritengngae Tahun
2007.
Lingkungan
dan
Keselamatan Kerja, Vol. 03 21. Sumantra, N. (2011). Analisis Status Lingkungan Irigasi Tukad Yeh Empas dan Subak Munduk Lenggung di dusun Bolangan Desa Babahan Kecamatan Penebel
Kabupaten
Tabanan.
Universitas Udayana. 22. Simanjuntak,
David
H.
(1997).
Hubungan Shift Kerja dan Absensi. Majalah
Kesehatan
Masyarakat
Indonesia,
Tahun
Nomor
XXV,
7.
Community Health 2013, I:2 142