VARIASI SENI RUPA DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI
Tugas Akhir ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Prasarat Kelulusan Pada Program Diploma II
Oleh : Nama
:
Ning Endah Khoiriah
NIM
:
1403204028
PENDIDIKAN GURU TAMAN KANAK-KANAK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
i
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas akhir yang berjudul “Variasi Seni Rupa Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini” disusun oleh : Nama
:
NING ENDAH KHOIRIAH
NIM
:
1403204028
Telah disyahkan dan disetujui oleh Dosen Pembimbing, Dosen Penguji dan Dosen Ketua Program DII PGTK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang untuk digunakan sebagai syarat memenuhi Tugas Akhir Pendidikan DII PGTK, pada :
Hari
:
Tanggal :
Semarang,
Juli 2006
Mengetahui, Dosen Pembimbing,
Dosen Penguji,
Edi Waluyo, S.Pd
Drs. Kustiono, M.Pd
NIP. 132 307 556
NIP. 132 050 301 Ketua Program D2 PGTK Universitas Negeri Semarang
Dra. Sri S. Dewanti H.M.Pd NIP. 131 413 200
ii
ABSTRAK
Ning Endah Khoiriah, 2006. Variasi, Seni Rupa, dalam Pembelajaran, Anak, Usia Dini. Program Studi Diploma II Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Bp. Edi Waluyo, S.Pd. Secara alamiah anak sudah memiliki seni. Dari mereka berumur 0 – 8 tahun. Anak-anak sudah bisa mengembangkan dan mempunyai imajinasi. Anak berumur 1 tahun sudah mulai mencoret-coret apa saja. Ia mulai mempelajari dan menyerap segala yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Setiap benda yang dimainkan berfungsi sesuai dengan imajinasi si anak. Menurut teori Nancy Beal dan Gloria Bley Miller (2003 : 1) Seni merupakan lakon, menolong anak-anak untuk memahami dunia mereka. Tetapi seni melebihi lakon membuat mereka mengekspresikan pengalaman-pengalaman dan fantasifantasi individu dengan cara-cara konkret dan mendesak. Seni mengundang mereka untuk menyentuh dan melakukan eksperimen, mengeksplorasi dan mentransformasi. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode deskriptif yaitu menggambarkan bagaimana cara mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Dalam tugas akhir ini, membahas bagaimana cara mengajarkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini. Seperti yang kita ketahui setiap orang sudah mengenal tentang seni rupa. Dalam kehidupan kita untuk melengkapi dirinya dengan berbagi peralatan dan penunjang untuk menyempurnakan pekerjaannya. Seni sebagai alat terapi, ungkapan dan komunikasi. Pembelajran seni rupa pada anak usia dini memerlukan pengelolaan sesuai dengan karakteristik dan situasi social yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sehingga anak dapat mengungkapkan pengalaman-pengalaman hidup mereka sendiri. Sebagai guru kita harus dapat menciptakan lingkungan kerja, suasana yang mendukung dimana anak-anak dapat merasa aman, nyaman dan terlindung secara emosional. Agar pengalaman seni mereka penuh eksplorasi, tidak mengancam dan menyenangkan.
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO : ¾ Masa yang paling indah adalah masa kanak-kanak ¾ Belajar sambil bermain, bermain seraya belajar, itulah dunia Taman KanakKanak. ¾ Anak-anak membutuhkan teladan dari pada kecaman. ¾ Guru Taman Kanak-Kanak harus terampil, cerdas, sabar, tidak judes, serta berwibawa tetapi luwes. ¾ Berilah motivasi serta pujian yang mengembangkan kepribadian anak.
PERSEMBAHAN : Penulis mempersembahkan makalah ini untuk Guru Taman Kanak-Kanak atau calon Guru Taman Kanak-Kanak juga peran orang tua dan pembaca yang budiman.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala karunia yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Variasi Seni Rupa Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini” Dengan selesainya tugas akhir ini, penulis berharap hasilnya dapat bermanfaat bagi penulis, UNNES dan semua pembaca. Dan tugas akhir ini dapat dijadikan bahan pengetahuan terutama tentang pembelajaran seni rupa pada masa kanak-kanak. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. AT. Soegito, SH. MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Siswanto, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang 3. Dra. S.S. Dewanti H,M.Pd, selaku Ketua Program Studi PGTK. 4. Bapak Edi Waluyo S.Pd, selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir dan Dosen Mata Kuliah Tugas Akhir. 5. Bapak Drs. Kustiono, M.Pd, selaku penguji. 6. Rekan-rekan mahasiswa DII PGTK serta semua pihak yang telah memberikan masukan, saran dan pendapat kepada penulis sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun tugas akhir ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu penulis berharap kritik, dan saran yang bersifat membangun dari siapapun untuk perbaikan. Semarang,
Juli 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................
ii
ABSTRAK
......................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................
v
DAFTAR ISI .........................................................................................................
vi
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................
1
A. Latar Belakang ................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
2
C. Tujuan .............................................................................................
2
D. Manfaat ...........................................................................................
2
TINJAUAN TEORITIK.........................................................................
4
BAB II
A. Pengertian Seni Rupa Dalam Pembelajaran Pada Anak Usia Dini ......................................................................................... B.
4
Pengelolaan Seni Rupa Dalam Pembelajaran Pada Anak Usia Dini .......................................................................
5
C. Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media Pendidikan...............
7
BAB III METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN...................................
9
A. Metode Penulisan ............................................................................
9
B. Sistematika Penulisan......................................................................
9
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 10 A. Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini ............... 10 B. Perkembangan Seni Rupa Anak Usia Dini ..................................... 19
vi
C. Peranan Seni Rupa .......................................................................... 21 D. Upaya-upaya Untuk Meningkatkan Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini ....................................................................... 29 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 32
vii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengajaran seni rupa dewasa ini sudah menjadi bagian dari program pendidikan umum di sekolah-sekolah. Dasar landasan dan sasaran pengajaran melalui kegiatan seni rupa adalah membantu siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan, sikap, perasaan, nilai dan imajinasi yang melibatkan pertumbuhan pribadinya. Selain itu dalam perkembangan siswa dapat memperoleh pemahaman mengenai warisan budaya dan peranan seniman serta perajin pada anak usia dini. Anak-anak kecil belajar dengan menciptakan kembali pengalaman mereka sendiri. Seni seperti lakon, menolong anak-anak untuk memahami dunia mereka. Seni rupa dapat membuat mereka mampu mengekspresikan pengalamanpengalaman individu bahkan ketika mereka tidak mampu mengungkapkan berbagai peristiwa lewat kata-kata. Anak-anak suka melakukan kontak fisik langsung dengan alam mereka. Materi pembelajaran mereka muncul dari pengalaman-pengalaman mereka sendiri, masalah pribadi mereka dan imajinasiimajinasi mereka yang kaya. Untuk menyampaikan suatu gagasan, mereka menggambarkannya, melukiskannya, atau membuat model tanah liat. Bahan-bahan seni rupa yang fleksibel menawarkan kesempatan yang tidak terbatas pada anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Mereka bebas untuk memilih, melakukannya dengan cara sendiri, untuk mengembangkan pilihanpilihan mereka.
2
Karena bentuk ekspresi mereka yang unik dan telah disyahkan dan dihargai. Anak-anak mulai merasa percaya terhadap diri sendiri. Mereka belajar menghargai karya mereka sendiri dan karya orang lain. Seni rupa sangat penting bagi perkembangan anak-anak yang lebih imajinatif dan respontif.
B. Rumusan Masalah 1. Mengapa pembelajaran seni rupa perlu dilatih dan dikembangkan ? 2. Bagaimana perkembangan seni rupa bagi anak usia dini ? 3. Bagaimana peranan seni rupa bagi anak usia dini, guru dan sekolah ? 4. Upaya-upaya apa saja untuk meningkatkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini ?
C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui perkembangan seni rupa pada anak usia dini. 2. Memberikan pengalaman dalam bidang kesenian sebagai bekal mengajar. 3. Memberikan petunjuk untuk mengukur keberhasilan dari segala usaha dalam proses belajar mengajar seni rupa. 4. Untuk mempersiapkan anak sendiri mungkin dalam pembelajran seni rupa.
D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Manfaat dari penulisan ini secara umum untuk melanjutkan dan mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah.
3
2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Akan menambah wawasan serta informasi yang berguna bagi media pendidikan dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.
b. Bagi Guru TK Mengetahui perkembangan seni rupa pada anak didiknya sehingga guru mampu
mengetahui
dan
mengatasi kesulitan. Kesulitan
dalam
perkembangan anak didiknya dan bisa dengan mudah membimbing, serta membina minat anak.
c. Bagi Orang Tua Mempermudah dalam membesarkan dan mendidik anaknya sesuai dengan masa perkembangan anak dan dapat memberikan bantuan berupa alternative pemecahan masalah tentang bagaimana cara mengajarkan seni rupa yang baik.
4
BAB II TINJAUAN TEORITIK
A. Pengertian Variasi Seni Rupa Menurut para ahli seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas. Dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga obyek yang dibuat merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada (sebagai catatan bahwa media atau bahan seni di dunia juga tidak terbatas). Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga tidak ada ang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari pembelajaran. Untuk anak usia dini (0 – 8 tahun), ketika belajar tentang seni rupa tidak hanya bertujuan untuk berproses berkarya seni saja, karena selain itu juga diharapkan dapat memberikan fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional serta kemandirian pada anak. Jadi dengan bimbingan yang tepat, seorang anak akan dapat melatih potensi-potensi yang bermanfaat. Menurut para ahli, seni rupa atau seni yang tampak adalah salah satu bentuk kesenian visual atau tampak ada yang tidak hanya bisa diserap oleh indera penglihatan, tetapi juga bisa oleh indera peraba, maksudnya adalah teksturnya dapat dirasakan, misalnya kasar, halus, lunak, keras, lembut, dsb. Namun tidak menutup kemungkinan tekstur ini adalah teksur maya (ada namun tidak nyata)
5
atau tekstur ini seolah-olah ada yang dikarenakan mata kita dikelabuhi oleh sesuatu yang tampak, misalnya sebuah foto kayu : disitu seolah-olah kita melihat adanya tekstur namun kenyataannya tekstur itu tidak ada jika kita merabanya. Seni rupa atau seni yang mempunyai penampakan rupa (oke sebelumnya saya memberi penawaran kata seni rupa kita ganti dengan seni tampak saja supaya tidak rancu dengan pengertian yang telah saya berikan di atas (Sawira; 2006, copyright 2006.www.google.com).
B. Pengelolaan Seni Rupa Dalam Segi Pembelajaran Pada Anak Usia Dini Pendidikan anak usia dini memerlukan pengelolaan, sesuai karakteristik dan situasi sosial yang kondusif untuk keberhasilan belajar anak usia dini. Sifat pembelajarannya yang kooperatif dengan sebagian kelompok kecil maupun besar, bertangung jawab, belajar menunggu giliran, bekerja tanpa mengganggu teman, membereskan alat, mengambil keputusan, memilih kegiatan, dan kesemuanya terjadi tanpa tekanan melainkan berjalan alamiah. Anak belajar mematuhi aturan yang dibuat bersama dalam kelas, dating tepat waktu, cara mendapat perhatian dari guru, cara guru meminta perhatian dari anak. Anak dapat mengatur management atau pengelolaan kelas berarti dapat mengatur bahan dan kelompok kegiatan. Ada yang bekerja di meja, di lantai, dengan beragam instruksi untuk banyak kelompok, mengikuti kemajuan setiap anak, fleksibel, bisa juga statis atau dinamis, menjadi non produktif atau sangat produktif. Hal ini juga mempertimbangkan tumbuh kembang EQ mereka (Berliner; 1978, copyright 2006.www.google.com) Guru yang mengelola kelas yang efektif juga akan membuat anak berhasil. Dari yang tersebut di atas akan diketahui bahwa memang program TK terdiri atas
6
pembiasaan dan perkembangan dasar. Jadi pelaksanaan perencanaan juga berorientasi kea rah dua tujuan itu, dengan mengamati perkembangan individu anak. Di dalam kelas ada kelompok-kelompok sesuai kemampuan. Kemampuan anak tidak sama. Untuk itu guru perlu mengetahui perkembangan anak agar dapat memberikan kegiatan sesuai kebutuhan anak yaitu perkembangan emosi dan sosial, motorik kasar dan halus, pengamatan dan ingatan, penglihatan dan pendengaran serta mengekspresikan dan menerima bahasa. Dalam setiap macam perkembangan tersebut, anak kadang-kadang sagat cepat, sedang-sedang saja atau lamban daya tangkap atau peningkatannya. Bagi yang sudah mahir, dipersiapkan bentuk yang dapat mereka jiplak, gunting, temepl dan warnai. Tugas itu diharapkan mampu ia selesaikan. Bagi yang sedang-sedang tugas, hampir sama degan yang sudah mahir, dengan bentuk yang sudah tersedia atau boleh ia pilih sendiri yang sama. Bagi yang kurang dipersiapkan kertas yang hanya diberi garis lurus yang perlu ia gunting. Pujian juga sama diberikan kepada mereka. Di sinilah pengertian yang harus ditunjukkan agar anak merasa berhasil dalam tingkat kemampuannya (Fisher; 1991, copyright 2006.www.google.com). Pengelolaan waktu yang mereka butuhkan akan sangat bervariasi. Tidak ada jenjang pendidikan yang sangat kompleks seperti pendidikan anak usia dini. Semuanya dilakukan dengan santai tanpa menekan. Lama anak di TK bervariasi antara dua setengah sampai tiga setengah jam di sekolah. Enam hari seminggu atau melihat situasi dan tempatnya. Untuk kelompok bermain dapat diadakan tiga hari dalam seminggu. Jadwal di TK seperti pembukaan, inti, dan penutup, dapat saja untuk TK A dan B berlainan. Karena masa transisi anak TK A dan B
7
berlainan. Bila anak di TK A dipaksakan untuk sudah mampu mengikuti program yang sama dengan kelas TK B, maka anak akan sangat tertekan dan tidak menyukai sekolah. Untuk itu maka dibutuhkan keluwesan penjadwalan, misalnya dengan ditukarnya inti dan pembukaan dengan maksud supaya anakanak lebih bebas memilih kegiatan yang diminati dan mengendalikan emosi pada masa penyesuaian diri dengan sekolah akan lebih terbantu. Dari waktu ke waktu selama anak melaksanakan kegiatan, pasti ada saat-saat guru minta perhatian anak. Untuk itu dapat digunakan tanda guru yang tidak terlalu keras, tetapi cukup memberi tanda minta perhatian. Pengelolaan materi tediri dari berbagai macam alat permainan edukatif : pasir, air, bangunan berbagai karya seni dan materi kreatifitas lainnya. Materi ini dikembangkan guru sesuai kebutuhan anak. Diharapkan interaksi antara guru – materi – anak semaksimal mungkin. Keluwesan ini membuat setiap anak merasa berhasil dan permasalahan dapat diatasi (Berliner; 1978, copyright 2006.www. google.com).
C. Variasi Seni Rupa yang Memperkaya Media Pendidikan Permainan untuk anak usia dini sangat banyak variasinya. Dari yang sederhana sampai yang sulit atau benar-benar meningkatkan daya pikir anak. Kegiatan untuk anak usia dini tidak terlalu terpojokan dengan penuh masalah dan kerumitan. Pedoman utama ialah sebanyak mungkin semua dikerjakan anak, diciptakan anak tanpa terlalu banyak campur tangan. Beri kesempatan yang cukup. Interaksi guru yang berarti, komentar tidak basa-basi. Beri pujian yang keluar dari hati sanubari dan bersungguh-sungguh.
8
Macam-macam permainan misalnya : ¾ Permainan manipulatif yaitu memainkan alat-alat yang akan memberi kesempatan mengajarkan konsep dari warna, bentuk, ukuran jumlah, bilangan, sampai membandingkan, menyamakan, dll. ¾ Permainan imajinasi dini dimunculkan guru dengan mempersiapkan situasi professional dengan berbagai atribut yang dimiliki profesi tersebut. Media pendidikan harus disesuaikan keberadaannya dengan bidang kajian apa yang sedang dilakukan di sekolah. Hanya saja tingkat kesulitannya disesuaikan dengan usia anak TK dan disederhanakan. Semua topik-topik yang mengenai seni rupa selalu membutuhkan media. Contohnya : gambarmenggambar(Anggani Sudono; 1996, copyright 2006.www.google.com). Di dalam pembelajaran seni rupa pada anak usia dini selalu dapat mengembangkan kreatifitas pada anak itu sendiri. Mereka selalu mengembangkan imajinasi atau khayalan-khayalan. Itu akan melatih otak dan motoroik mereka. Anak yang kreatif adalah anak yang cerdas dalam segala hal. Jalan pikiran mereka berbeda dengan pemikiran anak yang lain. Kreatifitas tidak hanya tergantung dari timbulnya inspirasi, tetapi menuntut ketekunan, keuletan, waktu dan kerja keras. Dengan kegiatan senirupa dapat memberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif (Torrance, 1979.)
9
BAB III METODE DAN SISTEMATIKA PENULISAN
A. Metode Penulisan 1. Spesifikasi Penulisan Penulisan ini bersifat deskriptif yaitu untuk menggambarkan keadaan sesuatu. Dalam penulisan ini akan dideskripsikan bagaimana cara mengajarkan seni rupa dalam pembelajaran khususnya pada anak usia dini. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang bersumber pada bahasa pustaka, buku, brosur, dokumen dan lain-lain. Studi kepustakaan dalam penelitian ini digunakan untuk membahas masalah bagaimana cara mengajarkan variasi seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini. Bahan pustaka tersebut berupa buku-buku referensi yang hanya bisa disalin perpustakaan, buku-buku ilmiah dan lain-lain.
B. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini yaitu : Bab I
:
Pendahuluan : berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, Tujuan penulisan dan manfaat penulisan.
Bab II :
Tinjauan pustaka berisi teori-teori
Bab III :
Metode dan sistematika penulisan
Bab IV :
Pembahasan masalah
Bab V :
Kesimpulan dan saran
10
BAB IV PEMBAHASAN
A. Perlunya Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini Menurut para ahli mengatakan bahwa kualitas emosional yang tampaknya penting, penting bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusankeputusan secara mantap. Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri, sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. (Sternberg, Saloveri; 1997, copyright 2006.www.google.com). Menurut Evelyn Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka. Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Menurut Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.
11
Melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating dengan sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan seni rupa di sekolah. Dari berbagai kegiatan berkarya seni, penulis mengambil beberapa kegiatan yang biasa dilakukan anak pada saat pembelajaran, yaitu : 1. Menggambar Kegiatan coret mencoret adalah bagian dari perkembangan motorik anak dan anak sangat menyenangi kegiatan ini, sehingga dengan dorongan guru dan kesempatan yang diberikan anak akan termotivasi membuat gambar. Kegiatan. Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu cara manusia mengekspersikan pikiranpikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa. Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar : ¾ Pertama, tahap mencoret sembarangan. Tahap ini biasanya terjadi pada usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak menentu seperti benang kusut.
12
¾ Tahap kedua, juga pada usia 2-3 tahun, adalah tahap mencoret terkendali. Pada tahap ini anak mulai menyadari adanya hubungan antara gerakan tangan dengan hasil goresannya. Maka berubahlah goresan menjadi garis panjang, kemudian lingkaran-lingkaran. ¾ Tahap ketiga, pada anak usia 3 ½ - 4 tahun, pergelangan tangan anak sudah lebih luwes. Mereka sudah mahir menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannyapun sudah lebih Tahap menanamkan coretan merupakan awal yang penting bagi perkembangan berpikir abstrak pada anak. Pada usia 5-6 tahun, seiring dengan perkembangan kemampuan motorik dan konsep-konsep yang dimiliki, gambar anakpun sudah menunjukkan kemiripan dengan obyek yang digambar. Hal ini disebabkan oleh pengalaman hidup mereka yang sudah lebih kaya. Media yang digunakan untuk menggambar yaitu kapur, arang, pensil, tinta pensil warna, karyon, dll. Tujuan menggambar bagi anak : ¾ Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri ¾ Mengembangkan daya kreativitas ¾ Mengembangkan kemampuan berbahasa ¾ Mengembangkan citra diri anak Dengan menggambar anak-anak juga dapat bersosialisasi dengan temannya. Mereka dapat berdiskusi tentang gambar yang mereka buat. Dengan itu dapat melatih sosial pada anak.
13
2. Finger Painting (Lukisan Jari) Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari salah satu kegiatan di area seni yaitu kegiatan melukis dengan jari tangan atau bisa dikenal dengan nama finger painting. Tujuan dari kegiatan ini adalah : ¾ Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf. ¾ Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan kondisi-kondisi emosi mereka. ¾ Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang sekunder dan tersier. ¾ Mengendalkan estetika keindahan warna. ¾ Melatih imajinasi dan kreatifitas anak. Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting : ¾ Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu) ¾ Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
Pada prinsipnya proses finger painting adalah bebas, yang terpenting adalah bahwa lukisan tersebut dibuat dengan menggunakan jari-jari tangan. Jadi sebenarnya karya ini juga bebas, beraliran abstrak, realistis, naturalis, dan sebagainya. Tetapi saat ini yang biasa dikenalkan dan popular di TK adalah bentuk abstrak.
14
3. Melukis Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi mereka belajar melukis. Pelajaran melukis dapat diawali oleh anak yang berusia 4-6 tahun atau usia TK. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lainlain. Dalam pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil bercakap-cakap dengan temannya. Percakapan pertama mereka kebanyakan adalah tentang warna-warna yang mereka peroleh. Sambil bereksperimen dengan mencampurkan warna-warna, anak-anak itu bermain, bermain elemen seni ini dengan cara yang santai. Hal ini menjaga agar kuas dan semangat mereka tetap bekerja. Ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisan. Berbeda dengan anak usia 7 dan 8 tahun, cirikhas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan hidup mereka sendiri. Anak-anak membuat lukisan tentang suasana hati, baik yang muram, sendu atau bersemangat dan lucu. Biasanya suasana hati mereka disampaikan oleh warna. Mereka belajar bagaimana warna pelengkap dan sejalan dapat membantu mengungkapkan ide-ide.
4. Kolase Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelas
15
biasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahanbahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk. Ada beberapa macam kolase yaitu: -
Kolase dengan kertas dan kain
-
Kolase dengan tekstur Tekstur kolase banyak ragamnya dari yang halus sampai yang kasar.
Dari kulit kayu, kardus, renda, dll. Karena tekstur adalah tentang permukaan, maka mereka dapat merasakan kelembutan atau kekasaran kain dan bahanbahan lainnya. Bagi anak usia 5-6 tahun biasanya belum dapat menggunakan gunting dengan baik. Untuk memotong kain kita sebagai guru dapat memotong terlebih dahulu agar anak-anak tidak mengalami kesulitan. Berbeda pada anak usia 7-8 tahun, mereka tahu dan sudah bisa bagaimana cara menggunakan gunting dengan baik. Hal itu dapat melatih motorik halus dan emosional pada nak usia dini. Sehingga mereka dapat mengatur emosional dan kesabaran mereka.
5. Mencetak Mencetak dapat dilakukan anak diberbagai usia, dimulai dari anak berusia 5 tahun. Kadang-kadang seorang anak kecil akan menemukan idenya sendiri. Entah bagaimana dengan cara apa seorang anak berusia 5 tahun dalam pembelajaran mencetak anak menemukan bahwa menepukkan spons
16
yang sudah diberi warna di atas menghasilkan rangkaian pola yang berulangulang (perihal mencetak, merupakan suatu kemungkinan yang menakjubkan untuk mengulanginya). Mencetak yang formal membuthkan pelat atau stempel. Stempel tersebut memuat gambar-gambar yang diukir atau ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak didik kita. Untuk anak-anak usia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menyuruh mereka mencetak dihari yang sama. Dengan cara ini mereka sungguh-sungguh memahami prosesnya. Semua anak menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelatnya dicetak.
6. Menjiplak Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan menggunakannya dengan banyak cara. Koin-koin biasanya adalah favorit mereka. Koin adalah bahan yang sederhana dan mudah sekali didapat. Mereka dapat dengan mudah membuat banyak jiplakan yang berbeda dari obyek-obyek yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan cara yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada dunia sekitar mereka.
17
7. Membentuk Arti
kata
membentuk
dapat
dimaksudkan
sebagai
mengubah,
membangun dan mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk. Bahan yang tidak pernah cukup bagi mereka adalah tanah liat. Mereka tidak bosan dengan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai keinginan mereka. Anak-anak akan menghabiskan hari mereka dengan tanah liat. Mereka suka menyentuh tanah liat, untuk merasakan sensualitasnya. Tanah liat yang digunakan adalah jenis yang tidak mahal, yang berwarna abu-abu sebelum dibakar, tapi berubah menjadi keputih-putihan setelah dibakar. Karena mempertimbangkan betapa tidak mahal dan sangat memuaskannya tanah liat itu. Kita sebagai guru membiarkan anak-anak mengambil sebanyak yang mereka mau. Mereka mengetahui apa itu tanah liat segera setelah mereka memegangnya, meremasnya, memukul-mukulnya, meninjunya, menpuknya, memisah-misahkannya, membukanya. Kita memandang seni sebagai proses eksploritas dimana bahan itu sebagian besar mengajar anak-anak. Setelah anak diberi tanah liat satu-satu
18
tiba-tiba kelas menjadi sangat tenang. Mereka sangat asyik dengan bahanitu dan mengajarkan bahwa tangan adalah alat yang paling baik dan ekspresif. Anak-anak kecil hanya dengan menggunakan mereka dapat membuat bendabenda yang hebat. Anak-anak sering memandang seni sebagai waktu untuk menjadi kegiatan sosial. Bekerja dengan tanah liat khususnya adalah pengalaman yang bersifat sangat sosial. Tanah liat selain dapat dilihat juga dapat disentuh, entah bagaimana membutuhkan sedikit perhatian langsung. Tanah liat membebaskan anak-anak, memberi mereka lebih banyak kebebasan untuk berbincang-bincang tentang masalah-masalah itu. Sementara masih memberikan perhatian pada pekerjaan mereka. Anak-anak yang lebih kecil melakukan banyak permainan naratif dengan tanah liat mereka sebanyak yang mereka lakukan ketika bermain dengan balok-balok. Jadi biarkan saja itu terjadi. Anda harus membiarkan mereka terlibat dalam permainan naratif sosial bersama. Ketika anak-anak berusia 6 atau 7 tahun, mereka mulai bekerja dengan lebih figuratif. Mereka mulai membuat model hewan dan orang. Seiring dengan waktu, anak-anak itu belajar tentang tanah liat. Mereka tahu mana yang akan berhasil dan mana yang tidak. Mereka belajar untuk mempercayai bahan ini. Itu tidak hanya memungkinkan anak bekerja dengan 3 dimensi tapi dapat menjadi satu faktor dalam perkembangan mereka.
19
B. Perkembangan Seni Rupa Pada Anak Usia Dini Dalam perkembangan seni mereka anak-anak melalui berbagai tahapan. Mulai dari karya bertekstur awal yang meliputi gerakan-gerakan lebar yang menyapu sampai desain yang sederhana. Mereka beralih dari satu aktifitas alat motor dasar ke rancangan dan kemudian ke penggambaran. Sebagai guru diharapkan tidak menetapkan standar apapun mengenai karya figuratif dan non figuratif. Karena hal ini akan menaruh tekanan yang terlalu banyak pada si anak serta menghambat perkembangan aktual mereka. Untuk anak usia 5-6 tahun, pembelajaran dimulai dengan memberikan mereka akses terhadap bahan-bahan dan berbicara tentang bahan-bahan itu sendiri. Dengan cat misalnya, mereka mulai mencampur warna. Anak-anak ini cenderung menjadi pra figuratif dan figuratif. Anak-anak berusia 5 dan 6 tahun, desain-desain mereka menjadi lebih kompleks; secara intuitif seimbang, kaya garis, pola
dan
warna. Desain-desain itu
menyingkap
perkembangan
perbendaharaan kata anak-anak itu untuk membuat citra-citra simbolis yang akan menggambarkan dunia mereka. Pada sekitar umur 6 tahun berbagai macam khayalan mulai muncul. Anakanak itu secara alamiah mulai beralih ke seniman-seniman figuratif. Seorang anak mungkin melihat sesuatu di kertas dan berkata, “Oh, itu sebuah …” Mereka menyadari mungkin bentuk itu adalah seekor paus atau sebuah kapal roket atau apapun, sebuah gambar yang tidak mereka maksudkan sebelumnya. Bentuk-bentuk yang dikerjakan membuat mereka memikirkan hal-hal yang ada dalam hidup mereka sendiri. Anak-anak itu mungkin mulai menampilkan gambar mereka dengan gambar-gambar dasar orang, binatang, bangunan dan
20
kendaraan. Walaupun lebih sulit mencapai citra penggambaran ini, anak-anak itu mendorongnya dan mulai membuat gambar ini dengan banyak atau sedikit elaborasi. Ketika anak berusia 7 tahun ke atas, mereka menghadirkan logika dan lebih konkret dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu. Karya anak-anak itu sangat rapi dan mempunyai variasi warna yang cocok. Mereka sudah dapat mengenal warna, maka hasil karyapun bersifat dan berwujud keseluruhan. Walau masih sederhana karya anak-anak sangat menarik perhatian terutama yang menyentuh perasaan dan keinginannya. Ini adalah klise yang konvensional dan statis, tapi itulah yang digunakan dan terjadi pada anak berusia 8 tahun ke atas. Penguasaan guru tentang wawasan tugas perkembangan senirupa juga sangat membantu dalam membuat perencanaan program kegiatan belajar bagi anak agar tiap anak dapat menjalani hidup dalam masa kanak-kanaknya dan menyiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang berguna bagi pribadi dan anggota msyarakat (Maoslic Hatoen. R; 1999: 6). Berbagai hal yang dapat dilaksanakan oleh guru untuk mengembangkan anak agar dapat berkembang menjadi pribadi yang mandiri, guru dapat melakukan hal-hal berikut : a. Membantu masing-masing anak dapat merasa aman dan bahagia dalam lingkungan baru di sekolah. b. Membimbing dan mendorong anak untuk mengembangkan bakat dan aspekaspek kepribadiannya yang mengacu pada bermacam-macam peran seseorang dalam masyarakat. c. Membantu mengembangkan motorik halus dan kasar melalui perencanaan pembimbingan dan penyediaan sarana penunjang yang memadai.
21
d. Membantu
mengembangkan kemampuan dalam kaidah pemahaman
lingkungan fisik dan mengendalikannya dengan cara membangkitkan rasa ingin tahu, berpikir, menalar, mengumpulkan dan menggunakan informasi tentang lingkungan fisik yang diperoleh. e. Tiap kesempatan perlu dimanfaatkan oleh guru untuk membantu perkembangan penggunaan bahasa dan pemahaman bicara anak atau orang lain. f.
Membantu anak untuk merasakan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan yang baik bagi diri mereka. Pengalaman pertama mengenal dunia luar adalah pengalaman yang positif dan membahagiakan. Lingkungan yang dirasakan bagi dirinya menyenangkan dan bermakna akan menambah dorongan anak agar belajar lebih giat. Melalui perencanaan pengembangan bagi guru akan mampu menggerakkan
anak agar menumbuhkan berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Dengan mengembangkan kreatifitas anak, dapat menggerakkan anak untuk memotivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi serta dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara, mendengar, menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara verbal dan tepat.
C. Peranan Seni Rupa ¾ Peranan Bagi Anak Usia Dini Bermain bagi anak merupakan kegembiraan dan kesibukan yang penting. Dalam bertanya seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau
22
kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan. Dalam kelompok mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasannya. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan berteriak dan bergerak, menandakan kegembiraannya. Anak berkarya sesuai dengan daya fantasinya dan apa yang dicapainya perlu mendapat pemahaman/pengertian orang lain. Waktu berkarya seni rupa selain mendapat kegembiraan, anak-anak akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan batin. Hal tersebut dapat diperhatikan dari tingkah laku dan dorongan-dorongan anak, usaha untuk membebaskan diri, keinginan untuk bertanggung jawab dan sebagai imbalan (kompensasi) dari jerih payahnya. Kegiatan seni rupa memberi kesempatan pada anak untuk dapat, melatih mengutarakan keinginannya sesuai isi hatinya. Anak akan memiliki harga diri apabila karyanya diperhatikan atau dihargai, dan ia akan optimis terhadap cita-citanya serta aktif berkarya. Kemudian akan tertanam kepercayaan dan keyakinan terhadap kemampuan diri serta akan bertanggung jawab atas perbuatannya. Hal tersebut dapat terlihat apabila berkarya secara kelompok. Dirinya menjadi bagian dari lingkungan yang aktif bertanggung jawab atas hasil karya bersama. Berkarya seni rupa dapat membantu anak untuk menghilangkan tekanan jiwa sebagai akibat kegagalan dan ketidakpuasan yang dihadapi sehari-hari. Anak-anak yang merasa dirinya tidak berdaya, pesimis dan takut dapat dibantu pemulihannya melalui kegiatan berkarya seni rupa. Lambat laun
23
mereka akan berubah sifatnya dan akhirnya akan menjadi periang, berani dan aktif kembali. Dalam bermain anak mendapatkan kegembiraan dan pengalamanpengalaman seperti keberanian, keriangan, perkembangan kepekaan (sensitif), perkembangan fantasi, berkembang hasrat pembawaannya, perkembagnan
kreativitasnya,
dan
masih
banyak
keuntungan
bagi
pertumbuhan jasmani maupun perkembangan rohani yang sesuai dengan naluri hidupnya. Bermain sangat berguna bagi perkembangan anak untuk persiapan dalam kehidupan masa dewasa. Permainan dimaksudkan antara lain : Permainan “membentuk”; melatih anak untuk berkarya. Permainan “fungsi”; melatih berbagai macam aktivitas fisik. Permainan “peranan”;
berguna untuk menyiapkan anak mampu
melakukan peranan dalam kehidupan di kemudian hari. Permainan
“menerima”;
berguna
untuk
memupuk
kemampuan
menerima kebudayaan.
¾ Peranan Guru Peranan guru di kelas adalah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dan memahami karakteristik siswa sebagai anak didik di kelasnya. Dalam melaksanakan kegiatan kelas guru harus menjadi pengelola, perencana, penyuluh dan perancang program yang baik dan tuntas. Guru yang simpatik, imajinatif, kreatif dan luas pengetahuannya. Adalah prasarat mutlak bagi guru sekolah dasar.
24
Anak-anak didiknya sebagai siswa di kelas menjadi bagian yang berpotensi dalam pengembangan seni rupa. Sifat progresif dan semangat yang bergejolak pada anak adalah buktinya. Kita mengetahui bahwa banyak perilaku anak umumnya dilakukan terlepas dari bimbingan, tanpa motivasi atau tanpa indikasi yang jelas. Peranan guru sebenarnya untuk menyalurkan kemampuan anak tersebut. Dalam membimbing anak, anak harus diberi motivasi. Banyak pengalaman anak yang diperoleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari dari lingkungannya rumah, sekolah, waktu bermian atau di masyarakat. Bagi anak setiap pengalaman baru merupakan pengembangan wawasannya. Pengalaman baru biasanya mendorong/menarik perhatian mereka, dan dengan pengalaman baru tadi anak menambah pengalaman lamanya. Peristiwa ini menjadi kegiatan belajar. Bila anak kurang perhatian terhadap pengalaman baru tersebut. Sebagian besar jenis pengalaman yang menarik bagi anak adalah yang mendorong kemampuan intelektualnya, menstimulasi perasaannya, dan cocok bagi pokok ungkapan artistiknya. Jadi sumber motivasi sebenarnya terdapat pada diri anak itu sendiri. Pengalaman-pengalaman dirinya yang mendorong anak berkarya. Guru harus memiliki kemampuan berpikir dan merasa memiliki kemampuan menggunakan indera, fantasi, imajinasi dan mimpinya. Seluruh penampilan anak menyajikan sumber-sumber untuk motivasi. Guru harus menyelami pengalaman indera anak dan menyelidiki sampai pada tingkat yang disebut sebagai “inner landscape” yaitu dunia mimpi, ketakutan, keinginankeinginan dan angan-angan, serta hayalan. Suatu peranan yang nyata
25
pengajaran seni rupa menyajikan objek-objek dari pengalaman internal dan eksternal bagi anak. Kita bedakan motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh peranan dari luar seperti adanya kontes, kenaikan tingkat ujian. Motivasi intrinsic disadari oleh peranan dari luar seperti adanya kontes, kenaikan tingkat ujian. Motivasi intrinsic disadari oleh anak akan makna bagi dirinya. Contohnya ingin menggambar dengan baik. Bagi guru yang penting memberikan motivasi intrinsic walaupun tingkat pencapaiannya agak panjang, tetapi lebih berharga bagi perkembangan anak. Peranan guru adalah bagaimana menyajikan, alat paling efektif dalam usaha supaya anak mengungkapkan pengalamannya. Guru tidak membiarkan siswa bekerja seenaknya, bebas karena hasilnya akan mengecewakan. Guru bertugas membantu siswa untuk mengingatkan kembali pengalamannya. Guru harus memahami lapangan perhatian siswa tempat ia bekerja. Contohnya siswa yang belum dewasa lebih tertarik pada manipulasi bahan daripada ungkapan representasi. Oleh karena itu beberapa hal perlu diingat oleh guru. Guru harus sensitive dalam setiap situasi dan dapat memilih pokok bahasan, bahan dan teknik yang akan dipergunakan siswa. Guru harus dapat memilih dan menunjukkan bahan-bahan yang menarik dan mengaitkan pokok bahasan dalam diskusi yang hidup. Motivasi akan lebih efektif bila dibangun dari minat yang ada pada anak. Tetapi guru tidak pula melupakan kemungkinan menciptakan situasi yang akan memotivasi anak. Anak-anak yang umumnya masih belum dewasa
26
menjadikan bahan sebagai pendorong motivasi untuk kegiatan kreatif, sebelum anak memerlukan bantuan dalam menentukan tema. Seorang anak bila diberi sebongkah tanah liat atau selembar kertas, tanpa diberi perintah atau sebelum guru memberi tema biasanya sudah berangan-angan. Dalam menentukan tema kegiatan guru harus mengamati anak secara seksama selama di sekolah, waktu bermain, di rumah dan di lingkungan masyarakat secara umum. Bila guru telah menemukan tema yang tampaknya merupakan masalah dan sangat menarik, dan menjadi kebutuhan dan pernah menjadi pengalaman untuk dapat mengekspresikan pada situasi tersebut, misalnya setelah anak berdarmawisata, pilihlah tema berdarmawiasta. Beberapa dari motivasi ini memerlukan persiapan yang ekstensif, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah, seperti kunjungan-kunjungan ke suatu tempat. Guru mempersiapkan kunjungan, mendiskusikan persiapan di tempat dan sekembalinya dari kunjungan sebelum anak kemudian mengungkapkan
gagasan
hasil
kunjungannya
tersebut.
Hasil
dari
pelaksanaan ini akan jelas terlihat walaupun nilai pengalamannya sedikit, sangat berarti bila diwujudkan dalam bentuk yang menyatu. Kejelasan yang diungkapkan anak mengenai peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya dengan melukiskan gerak-gerak memberi peluang bagi mereka untuk menghadapi tantangan-tantangan lingkungannya dan mendapatkan faedah. Dengan alasan-alasan di atas mungkin pelajaran seni rupa dapat menjadi bagian sesuatu yang berharga yang dapat dijadikan pertimbangan bagian dari pendidikan umumnya.
27
Dalam mengarahkan sasaran belajar siswa dan guru adakalanya mempunyai tujuan yang berbeda. Mereka dengan sadar atau tidak berusaha mencapainya. Guru disarankan sebaiknya memilih sasaran-sasaran yang mampu dilaksanakan oleh siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan keinginann-keinginannya, dan kemudian melaksanakannya sesuai kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya. Menetapkan sasaran memang merupakan tugas yang sangat kompleks karena merupakan penyajian suatu wujud hakikat dari seni rupa yang berkaitan dengan keinginan segala aspek, yaitu kemampuan siswa, sarana dan prasarana, serta waktu yang tersedia. Sasaran ini adalah kunci dari pengambilan keputusan dalam pengajaran seni rupa. Kategori sasaran dapat luas maupun terbatas, karena sasaran ini dapat menampung segala rancangan yang terdiri atas deretan unit pengajaran yang komponennya merupakan urutan dari keseluruhan. Oleh karena itu guru harus memberi batas atau membedakan mana sasaran luas atau sub sasaran, karena menetapkan sasaran yang tidak jelas sangat sulit mencapainya/ memenuhinya. Lebih spesifik sasaran ditetapkan lebih efektif dan kita menetapkan evaluasi.
¾ Peranan Sekolah Sekolah berperan sebagai tempat membina dan melatih diri melalui pengajaran dan pendidikan untuk mengatasi segala masalah di masyarakat kelak setelah anak menyelesaikan sekolah. Di sekolah anak-anak dihadapkan pada tuntutan untuk tetap bersikap teratur berdisiplin (diam/tenang), memperhatikan petunjuk-petunjuk guru, menguasai seluruh perangkat
28
keterampilan, dan mengikuti jadwal yang telah ditetapkan. Semua ini ditujukan untuk melatih anak. Usia mulai sekolah (usia 6- 7 tahun) adalah masa anak-anak mulai berkenalan dengan berbagai masalah, menggunakan system, seperti angkaangka dan suara. Juga masa keterampilan persepsual dan sensorimotor terkoordinasi dan memasuki cara berpikir dewasa. Pada kelas-kelas permulaan sekolah, anak-anak umumnya menyelesaikan jumlah keterampilan belajar dengan pesat sekali dan sangat mengesankan. Pencapaian pada kelas empat setelah dapat membaca, menulis dan berhitung telah memadai untuk digunakan bagi dirinya maupun dalam kehidupan sosial. Yang sering ditemui dan menjadi beban sekolah terjadi dalam hal kegagalan belajar dan keisolasian dari masyarakat. Sebenarnya peranan sekolah begitu penting pada masa sekolah ini. Tetapi nyatanya beberapa anak tidak dapat mencapai kedewasaan sesuai dengan diharapkan. Ada yang lambat belajar, ada pula yang menghadapi masalah persepsual dan motorik. Latar belakang atau penyebabnya berbagai macam. Ada yang mendapat gangguan pada masa sekitar dilahirkan, atau karena anak belum disiapkan memasuki dunia sekolah sehingga belum mengerti arti sekolah atau untuk betah di kelas. Akibat yang tidak menyenangkan dari pengalaman di sekolah, mereka akan menderita dan akan terganggu perasaan atau harga dirinya. Hidupnya akan terasing dari lingkungan temannya karena malas, tidak ada usaha untuk mengubah kegagalan. Sebaliknya karena gangguan tersebut ada juga yang akhirnya menjadi hiper-kinetik atau hiper-aktif.
29
Bagi pendidikan seni rupa, peranan sekolah adalah memberikan fasilitas berbentuk prasarana, sarana, alat, bahan dan bimbingan untuk tempat berlatih, berkarya dan mengukur kemampuan. Siswa dilatih menghadapi tantangan dalam mengolah bahan, menyesuaikan pendapat dan pemahaman mengenai berkarya dan karya seni melalui diskusi dengan guru dan temannya, termasuk mengukur kemampuan dan bakatnya melalui ujian.
D. Upaya-Upaya untuk Meningkatkan Pembelajaran Seni Rupa Pada Anak Usia Dini 1. Dengan memperkenalkan tentang seni rupa pada anak sejak dini. 2. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada anak bahwa seni rupa itu menyenangkan. 3. Memberi tahu kepada anak bahwa melalui kegiatan seni rupa mereka dapat menyalurkan ekspresi serta pengalamannya.
30
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 1. Variasi seni rupa dalam pembelajaran anak usia dini misalnya : menggambar, melukis, tanah liat, mencetak, menjiplak, kolase dan finger painting. Hal ini memberikan perhatian praktis pada setiap segi tanggungjawab seorang guru, seperti bagaimana mengenalkan setiap materi pelajaran, bagaimana persiapan terbaik dan ruang kelas bisa disusun sedemikian rupa dapat mensuport daya eksplorasi anak. Guru juga dapat memberikan pertanyaan guna merangsang ekspresi personal dan penuh arti. Peranan orang tua sangatlah penting untuk membantu anak-anak berkreasi seni di rumah. 2. Perkembangan seni pada anak usia dini, dimulai dari hal yang sederhana, misalnya gerakan-gerakan lebar yang menyapu sampai desain yang sederhana, baru kemudian mereka beralih dari satu aktivitas otot motor dasar ke rancangan dan ke penggambaran, disini peran guru dibutuhkan, sebagai guru diharapkan tidak menetapkan standar apapun mengenai karya figuratif dan non figuratif. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak terlalu tertekan yang dapat menghambat perkembangan aktual mereka. 3. Tujuan
pendidikan
seni
rupa
di
sekolah
yaitu
melanjutkan
dan
mengembangkan kesanggupan berkarya maupun pengetahuan seni rupa yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah, sehingga hal ini perlu
31
diperhatikan oleh guru dengan memberikan kesempatan yang leluasa kepada anak dalam mencipta karya seni rupa sebagai pernyataan ekspresinya.
B. Saran Saran yang disampaikan yang dapat meningkatkan pembelajaran seni rupa pada anak usia dini adalah : ¾ Sebagai orang tua dan guru selalu memberi bimbingan pada setiap perkembangan anak dengan memberi teladan yang baik pada anak sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang baik pula. ¾ Sebagai guru dan khususnya orang tua, kenalilah anak kita, agar kita mengetahui bakat dan minat yang mungkin masih terpendam pada diri anak sejak dini. ¾ Sebagai orang tua, biarkanlah anak berkreasi menurut apa yang anak sukai agar anak tidak tertekan dalam menghadapi hidupnya yang dapat menghambat perkembangan aktual anak.
32
DAFTAR PUSTAKA
E. Muharam; Sundaryati, Warti, 1992. Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Depdikbud. Beal, Nancy; Miller, Gloria Bley. 2003. Rahasia Mengerjakan Seni Pada Anak. Yogyakarta: Pripoenbooks. Sodono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: Grasindo. R, Moeslichatoen. 1999. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta. Munandar, Utami; C.S. 1988. Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Sinar Harapan. Sawira, 2006. Pengertian Seni Rupa. Copyright @ 2006.www.google.com. Sudono, Anggani. 2006. Pengelolaan Taman Kanak-kanak. Media Pendidikan, copyright @ 2006.www.google.com.