Linguistika Akademia Vol.2, No.1, 2013, pp. 72~83 ISSN: 2089-3884
VARIASI FONEMIS DALAM PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS MAHASISWA SASTRA INGGRIS UIN JOGJA Roihatul Firdaus e-mail :
[email protected] ABSTRACT Penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua oleh mahasiswa sastra Inggris UIN Sunan Kalijaga sering menimbulkan kesalahan dalam pengucapannya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meneliti kesalahan-kesalahan yang lazim dalam pengucapan bahasa Inggris, sehingga diketahui kata-kata tersebut berbeda makna dan menyimpang dari maksud pengucapan. Ruang lingkup yang menjadi objek penelitian penulis yaitu rekan-rekan penulis di jurusan Sastra Inggris, fakultas Adab dan Ilmu Budaya, kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Untuk menganalisis permasalahan ini, penulis menggunakan teori sistem bunyi (phonic system) oleh Roman Jakobson (1896-1982). Seperti halnya ketika kita mengucapkan kata dessert dan desert. Keduanya memiliki arti yang jauh berbeda. Secara penulisan, perbedaan keduanya hanya terletak pada huruf S, yakni kata pertama mengandung double S sedangkan yang kedua hanya memiliki single S. Namun, jika diucapkan maka semakin jelas letak perbedaan keduanya, yang memang memiliki cara pengucapan yang hampir mirip dan susah dibedakan. Untuk pengucapan Dessert [dɪˈzɜːt] yang berarti makanan pencuci mulut, dan Desert : [ˈdez.ət] yang berarti gurun.
ABSTRAK The use of English as a second language English literature student UIN Sunan Kalijaga often cause errors in pronunciation. The purpose of writing this paper is to examine the common mistakes in English pronunciation, so we can know the words different meanings and pronunciations deviate from the intent. The scope of the research object writer is co-author of a major in English Literature, Faculty of Adab and Humanities, Campus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. To analyze this problem, the author uses a systems theory of sound (phonic system) by Roman Jakobson (1896-1982). Just as when we say dessert and desert. Both have very different meanings. In writing, the only difference between the two lies in the letter S, the first word contains a double S while the latter only has a single S. However, if pronounced the more obvious the difference the two, which does have a way of speaking that is almost similar and hard to distinguish. For Dessert pronunciation: [dɪˈzɜːt] that means sweet food eaten at the end of a meal, and Desert: [ˈdez.ət] which means an area, often covered with sand or rocks, where there is very little rain and not many plants. Kata kunci: Pengucapan, fonem, UK, US.
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
73
A. PENDAHULUAN Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak (Chaer, 1994:103). Objek penelitian fonetik adalah fon, yaitu bunyi bahasa pada umumnya tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau tidak. Sebaliknya, objek penelitian fonemik adalah fonem, yakni bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Kalau dalam fonetik, misalnya, kita meneliti bunyi-bunyi [a] yang berbeda pada kata-kata seperti lancar, laba, dan lain; atau meneliti perbedaan bunyi [i] seperti yang terdapat pada kata-kata ini, intan, dan pahit; maka dalam fonemik kita meneliti apakah perbedaan bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Jika bunyi itu membedakan makna, maka bunyi tersebut kita sebut fonem, dan jika tidak membedakan makna adalah bukan fonem (Chaer, 1994:125). Fonem-fonem yang berupa bunyi, yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran disebut fonem segmental. Sebaliknya fonem yang berupa unsur suprasegmental disebut fonem suprasegmental atau fonem nonsegmental. Jadi, pada tingkat fonemik, ciri-ciri prosodi itu, seperti, tekanan, durasi, dan nada bersifat fungsional, alias dapat membedakan makna. Umpamanya, dalam bahasa Batak Toba kata tutu (dengan tekanan pada suku pertama) bermakna ‘batu gilas’, sedangkan pada kata tutu (dengan tekanan pada suku kedua) berarti ‘betul’. Dengan berbedanya letak tekanan pada kedua kata itu, yang merupakan unsur segmentalnya, menyebabkan kedua kata itu berbeda maknanya. Dengan kata lain, tekanan dalam bahasa Batak Toba bersifat fungsional atau bersifat fonemis. Di dalam bahasa Inggris letak tekanan dapat pula membedakan makna. Salah satu di antaranya, yang membedakan suatu konstruksi itu adalah kata majemuk atau bukan adalah pada tekanan itu. Kalau tekanan dijatuhkan pada unsur pertama, maka konstruksi itu adalah kata majemuk; kalau tekanan dijatuhkan pada unsur kedua, maka kinstruksi itu bukan kata majemuk. Misalnya, kata greenhouse bila tekanan dijatuhkan pada unsur green maka berarti ‘rumah kaca’, tetapi bila dijatuhkan pada unsur house berarti ‘rumah hijau’; pada kata blackboard bila tekanan dijatuhkan pada Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)
74
unsur black berarti ‘papan tulis’, tetapi bila tekanan dijatuhkan pada unsur board bermakna ‘papan hitam’ (Chaer, 1994:129). Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada lingkungannya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya. Misalnya, seperti sudah dibicarakan di muka, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan berbunyi [ɔ] dan kalau berada pada silabel terbuka akan berbunyi [o]. namun, perubahan yang terjadi pada kasus fonem /o/ bahasa Indonesia itu bersifat fonetis, tidak mengubah fonem /o/ itu menjadi fonem lain. Dalam beberapa kasus lain, dalam bahasa-bahasa tertentu ada dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem itu menjadi fonem yang lain (Chaer, 1994: 132). Dalam kaitannya dengan jurnal ini, penggunaan bahasa Inggris oleh mahasiswa sastra Inggris yang menempatkan bahasa tersebut sebagai bahasa kedua seringkali mengalami kesalahan. Apa yang menjadi maksud atau tujuan kata tersebut diucapkan, akan tetapi malah melenceng dari target karena penggunaan fonem yang keliru. Untuk menganalisis permasalahan yang telah disebutkan di atas, penulis menitikberatkan pada 2 permasalahan. Pertama, sejauh mana perbedaan makna yang dipahami oleh mahasiswa sastra Inggris dengan makna asli kata tersebut. Kedua, hal-hal apa saja yang memungkinkan pengucapan kata tersebut masih tetap digunakan di kalangan mahasiswa sastra Inggris. Teori yang penulis gunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut yaitu teori sistem bunyi (phonic system) oleh ahli bahasa dari Rusia; Roman Jakobson. Menurut Jakobson dan aliran Praha, dengan memandang bahasa hanya sebagai suatu sistem bunyi maka dengan sendirinya “kata” tidak lagi dapat dianggap sebagai satuan linguistik yang paling dasar atau paling elementer. Unsur bahasa yang paling dasar kemudian adalah bunyi, sehingga tempat “kata” kini digantikan oleh fonem (phoneme), yang dapat didefinisikan sebagai “satuan bunyi yang terkecil dan berbeda, yang tidak dapat bervariasi tanpa mengubah kata di mana fonem tersebut berada.” Dengan kata lain, fonem merupakan unsur bahasa yang terkecil yang membedakan makna, walaupun fonem itu sendiri tidak bermakna. Di sini variasi fonemis dianggap sebagai suatu hal yang penting (Ahimsa, 2006:54). Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 72 – 83
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
75
B. Landasan Teori Jika de Saussure memandang bahwa tanda bahasa itu adalah “kata”, maka Jakobson memandang tanda adalah fonem. Menurutnya, bahasa sebagai sistem bunyi (phonic system) dan menyingkirkan aspek konseptual. Dengan demikian, maka dengan sendirinya “kata” tidak dianggap sebagai satuan linguistik yang paling dasar. Unsure bahasa yang paling dasar kemudian adalah bunyi atau fonem, yaitu unsur bahasa terkecil yang membedakan makna (Ubaidillah, 2012:35). Misalnya saja kata kutuk dan kuthuk dalam bahasa Jawa, perbedaan antara dua kata ini terletak hanya pada fonem /t/ dan /th/, yang dalam artikulasinya hanya berbeda pada cara menempatkan organ lidah di ujung langit-langit mulut. Walaupun demikian, perbedaan makna yang ditimbulkannya sangat jauh. Kutuk adalah satu jenis ikan yang hidup di sungai, yakni ikan gabus, sedangkan kuthuk adalah anak ayam. Fonem /t/ dan /th/ di sini tidak bermakna apa-apa, tidak memiliki acuan, tetapi fonem-fonem tersebut menentukan makna mana yang diacu oleh kata-kata kutuk dan kuthuk. Di sini fonem-fonem tersebut menjadi mempunyai ‘arti’, mempunyai ‘nilai’, atau ‘operasional’. Kita lihat di sini fonem sebagai unsur bahasa terkecil, yang membedakan makna suatu kata dengan makna kata yang lain, memiliki peran yang sangat menentukan dalam proses komunikasi simbolik lewat bahasa (Ahimsa, 2006:54) Langkah-langkah struktural terhadap fonem yang dilakukan oleh Jakobson adalah; a. Mencari distinctive feature (ciri pembeda) yang membedakan tanda-tanda kebahasaan satu dengan yang lain. Tandatanda ini harus berbeda seiring dengan ada tidaknya ciri pembeda dalam tanda-tanda tersebut; b. Memberikan suatu ciri menurut features tersebut pada masing-masing istilah, sehingga tanda-tanda ini cukup berbeda satu dengan yang lian; c. Merumuskan dalil-dalil sintagmatis mengenai istilah-istilah kebahasaan mana dengan distinctive features yang mana yang dapat berkombinasi dengan tanda-tanda kebahasaan tertentu lainya;
Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)
76
d. Menentukan perbedaan-perbedaan antartanda yang penting secara paradigmatis, yakni perbedaan-perbedaan antartanda yang masih dapat saling menggantikan (Ahimsa: 55). Contoh data bahasa yang tersaji dalam jurnal ini adalah: Kata
Arti
seharusnya
Kata
yang
Arti
diucapkan
Hat
Topi
Hot
Panas
Mind
Fikiran
Mine
Milikku
Quiet
Diam
Quite
Sungguh
Doc
Dog
Anjing
Heart
Dokter (abbreviation) Jantung
Hurt
Sakit
Desert
Gurun
Dessert
Plane
Pesawat
Plan
Makanan pencuci mulut Rencana
Thee
Pohon
Three
Tiga
Love
Suka/cinta
Laugh
Tertawa
Bat
Kelelawar
Bet
Bertaruh
C. ANALISIS Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara makna kata dan makna sebenarnya yang dimaksud oleh penutur, maka penulis akan menganalisis satu persatu data bahasa sebagaimana yang tersaji di atas. 1. Hat-hot Pada kasus yang pertama, penutur bermaksud mengucapkan kata ”hat” pada kalimat ”he wears the black hat”. Yang mana kata ”hat” di sini sebagai noun / kata benda yang berarti “a covering for the head that is not part of a piece of clothing” atau dalam bahasa Indonesia disebut ”topi”, dengan pelafalan (pronunciation) /hæt/. Akan tetapi, penutur keliru dalam pengucapannya pada huruf kedua, sehingga yang terucap adalah /hɒt/ yang berarti “having a high temperature” dalam pelafalan gaya UK (United Kingdom). Sedangkan jikalau Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 72 – 83
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
77
penutur hendak mengucapkannya dengan gaya pelafalan US (United States) maka akan menjadi /hɑːt/. Memang gaya pelafalan US untuk kata hot dan hat kurang lebih hampir sama. Perbedaan hanya terletak pada huruf kedua yang mana jika “a” dalam kata “hat” diucapkan agak condong kepada huruf “e”. Dan dalam kata “hot” gaya US, huruf kedua yaitu “a” diucapkan lebih panjang. 2. Mind-Mine Pada kasus yang kedua, penutur bermaksud mengucapkan kalimat “what’s on your mind?”. Yang mana kata “mind” di sini sebagai noun (kata benda) berarti “the part of a person that makes it possible for a person to think, feel emotions and understand things” atau dalam bahasa Indonesia disebut “fikiran”, dengan pelafalan /maɪnd/ baik untuk gaya US maupun UK. Akan tetapi, penutur keliru dalam pengucapannya pada huruf keempat, sehingga yang terucap adalah kata “mine” /maɪn/ yang berarti “the one(s) belonging to or connected with me”. Pelafalan /maɪn/ tersebut sesuai kaidah gaya UK maupun US. 3. Quiet-Quite Pada kasus yang ketiga, penutur bermaksud mengucapkan kata “quiet” dalam frasa ajektif “be quiet”. Kata “quiet” berikut sebagai adjective (kata sifat) dengan pelafalan /kwaɪət/ baik dalam gaya US maupun UK yang berarti : a. “making very little noise” Contoh : She was as quiet as a mouse (= very quiet) . I didn't even know she'd come in. b. having little activity or excitement and few people Contoh : It was a quiet wedding, with just a few friends and relations. c. A quiet person is one who does not talk much Akan tetapi, penutur bermasalah dalam mengucapkan kata tersebut sehingga yang terjadi ia malah keliru menyebut kata “quiet”
Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)
78
menjadi “quite” dengan pelafalan /kwaɪt/. Sehingga terjadi perubahan makna menjadi : a. “quite” sebagai adverb , predeterminer UK : a little or a lot but not completely There was quite a lot of traffic today but yesterday was even busier. b. “quite” sebagai adverb : completely I enjoyed her new book though it's not quite as good as her last one. 4. Doc-Dog Pada kasus yang keempat, penutur bermaksud mengucapkan kata “Doc” dalam frasa “hi, Doc”. Kata “Doc” di sini adalah singkatan (abbreviation) dari kata Doctor dan bersifat informal. Pengucapan kata “Doc” adalah /dɒk/ dalam gaya UK, dan /dɑːk/ pada gaya US. Kata “Doc” di sini berarti “a doctor”/seorang dokter dan contoh penggunaannya seperti dalam contoh : [ as form of address ] You see, doc, I haven't been sleeping at all well recently. Akan tetapi, penutur mengucapkan kata “Doc” tersebut dengan pengucapan /dɒg/ (gaya UK) sehingga timbul kesalahan dalam makna yang mana pengucapan tersebut untuk kata “Dog”. Kata “Dog” di sini berarti a common animal with four legs, especially kept by people as a pet or to hunt or guard things atau dalam bahasa Indonesia disebut anjing. Memang tidak mudah untuk membedakan antara pengucapan kata “doc” dan “dog” itu sendiri. Jika pun ingin mengatakan kata “doc” dalam gaya US seringkali pula pengucapannya akan tertukar lagi dengan kata “duck” /dʌk/ yang berarti “a bird that lives by water, has webbed feet (= feet with skin between the toes) , a short neck and a large beak” atau unggas itik. 5. Heart-Hurt Pada kasus yang kelima, penutur bermaksud mengucapkan kata “heart” dalam kalimat “she hurts his heart” yang mana kata “heart” dalam konteks kalimat tersebut memiliki pengertian sebagai perasaan (emotion) sehingga dikategorikan sebagai kata benda (noun). Adapun cara pengucapannya yaitu /hɑːt/ untuk gaya UK, dan /hɑːrt/ pada gaya US. “Heart” dalam hal ini memiliki pengertian: Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 72 – 83
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
79
used to refer to a person's character, or the place within a person where their feelings or emotions are considered to come from. Contohnya, I love you, and I mean it from the bottom of my heart (= very sincerely). Akan tetapi, penutur keliru dalam pengucapan kata “heart” tersebut sehingga yang terdengar adalah kata “hurt” dengan pengucapan /hɜːt/ dalam gaya UK. Sedangkan dalam gaya US yaitu /hɝːt/. kata “hurt” di sini sebagai kata kerja (verb) dan memiliki pengertian : a. to feel pain in a part of your body, or to injure someone or cause them pain e.g. Several people were seriously/badly hurt in the explosion b. to cause emotional pain to someone e.g. She criticized my writing quite severely and that hurt. c. to cause harm or difficulty e.g. A lot of businesses are being hurt by the current high interest rates. 6. Desert-dessert Pada kasus yang keenam, penutur hendak mengucapkan kata “desert” dalam kalimat “flower in the desert”. Adapun pengucapan kata desert adalah /`dez.ət/ pada gaya UK, dan /-ɚt/ pada gaya US. Desert di sini berkedudukan sebagai kata benda (noun) dan memiliki pengertian : an area, often covered with sand or rocks, where there is very little rain and not many plants. e.g. They were lost in the desert for nine days. Akan tetapi, penutur keliru dalam pengucapan kata tersebut sehingga yang terdengar adalah /dɪˈzɜːt/, yaitu cara pengucapan kata “dessert” dalam gaya UK. Adapun arti kata “dessert” itu sendiri adalah : sweet food eaten at the end of a meal e.g. If you make the main course, I'll make a dessert.
Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)
80
7. Plan-plane Pada kasus yang ketujuh, penutur hendak mengucapkan kata “plan” dalam frasa “master plan”. Cara pengucapan kata “plan” adalah /plæn/ baik dalam gaya UK maupun US. Kata “plan” di sini berkedudukan sebagai kata benda (noun) dan memiliki pengertian: a set of decisions about how to do something in the future e.g. a company's business plan Akan tetapi, penutur keliru dalam pengucapan kata tersebut sehingga kata “plan” yang seharusnya diucap /plæn/ menjadi /pleɪn/ yang menjadi cara pengucapan kata “plane”. Plane sendiri berkedudukan sebagai kata benda (noun) yang berarti aircraft : a vehicle designed for air travel, which has wings and one or more engines. Contohnya, We'll be boarding the plane in about 20 minutes. Plane juga memiliki pengertian lain, yaitu : a. Surface : SPECIALIZED in mathematics, a flat or level surface which continues in all directions e.g. an inclined plane b. Level : a particular level or standard c. Tool : a tool which is used to make wooden surfaces and edges flat and smooth by removing small strips of the wood d. Tree : a large tree with wide leaves and spreading branches that grows especially in towns e. Sebagai kata kerja (verb) to remove small strips of wood from a surface with a special tool e.g. You'll have to plane some more off the bottom of the door - it's still sticking. 8. Tree-Three Pada kasus yang ke delapan, penutur hendak mengucapkan kata “three” dalam frasa “one, two, three”. Kata three sendiri adalah klasifikasi dari nomor (number). Cara pengucapan kata “three” adalah /θriː/ dalam gaya UK maupun US. Dan memiliki pengertian the number 3.
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 72 – 83
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
81
Akan tetapi, penutur keliru dalam mengucapkan kata “three” sehingga yang terdengar adalah /triː/ dalam gaya UK maupun US, yang mana memiliki pengertian : a tall plant which has a wooden trunk and branches that grow from its upper part e.g. a plum/apple/chestnut tree 9. Love-laugh Pada kasus yang ke-sembilan, penutur hendak mengucapkan kata “love” dalam kalimat “I love you”. Cara pengucapan kata “love” adalah /lʌv/ dan memiliki beberapa pengertian : a. Like someone : to like another adult very much and be romantically and sexually attracted to them, or to have strong feelings of liking a friend or person in your family. e.g. I'm sure he loves his kids. b. Like something : to like something very much e.g. I absolutely love chocolate. c. (in tennis) the state of having no points e.g. The score now stands at forty-love. Akan tetapi, penutur keliru dalam mengucapkannya sehingga yang terdengar adalah /lɑːf/ yang mana cara pengucapan tersebut milik kata “laugh” dalam gaya UK, sedangkan dalam gaya US /læf/. Adapun kata “laugh” sendiri adalah kata kerja (verb) yang mana memiliki makna : to smile while making sounds with your voice that show you think something is funny or you are happy e.g. I laughed till I cried . kata “laugh” juga ada yang berbentuk kata benda, seperti yang kita jumpai pada; I was embarrassed at the time, but I had a good laugh about it later (the act or sound of laughing). Memang sedikit susah untuk membedakan antara pengucapan kata “love” dan “laugh” karena perbedaan mereka hanya terletak di vokal tengah. Dalam kata “love” berbentuk ʌ dan kata “laugh” = ɑː atau æ, yakni pengucapan vokal tersebut lebih panjang. Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)
82
10. Bat-bet Pada kasus ke-sepuluh, penutur hendak mengucapkan kata “bat” dalam kalimat “I watched the batman movie.” Kata “bat” memiliki pengucapan yang sama baik pada gaya UK maupun US, yaitu /bæt/. Bat di sini berbentuk kata benda (noun) yang memiliki makna : a small animal like a mouse with wings that flies at night atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan kelelawar. Akan tetapi, penutur keliru dalam mengucapkan kata “bat” yang sesuai dengan kaidah yang berlaku. Penutur malah mengucapkan /bet/ (kata : bet) yang memiliki beberapa pengertian : a. (sebagai kata kerja) to risk money on the result of an event or a competition, such as a horse race, in the hope of winning more money e.g. She bet £500 000 on the horse which came in second. b. (sebagai kata benda) an amount of money which you risk on the result of an event or a competition, such as a horse race e.g. He placed/put a bet on the grey horse. Kesalahan dalam pengucapan “bat” dalam “batman” acapkali keliru, karena orang-orang telah salah kaprah memakai pengucapan kata “bet” = /bet/ dalam mengatakan kata “batman”. Ini disebabkan karena kesalahan tersebut telah lumrah, dan kata “batman” sendiri adalah sebetulnya adalah kata yang dari dahulu cukup populer. D. KESIMPULAN Dalam uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya setiap kata yang diucapkan antara penutur satu dengan penutur lainnya kadang kala menimbulkan keragaman dan perbedaan. Meskipun sudah terdapat pedoman pelafalan/pengucapan dalam kamus, yang sebagaimana kita ketahui ada dua gaya dalam sistem pengucapan bahasa Inggris yaitu gaya UK (United Kingdom) dan gaya US (United States), akan tetapi penutur masih saja keliru dalam mengucapkan kata sesuai kaidah pronunciation yang ada. Hal-hal berikut masih dimungkinkan terjadi karena beberapa faktor : 1. Penutur sudah terbiasa mengatakan dan atau mendengar kata-kata dengan pengucapan yang salah. Untuk meminimalisir kekeliruan ini, penutur hendaknya lebih Linguistika Akademia Vol. 2, No. 1, 2013 : 72 – 83
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
83
memperhatikan dan mempraktikan cara pengucapan yang telah diatur dalam kamus. Karena tidak mungkin ada gaya pengucapan IND (Indonesia) yang mana bahasa asli mereka bukanlah bahasa Inggris. 2. Penutur bukan penduduk pribumi (native) dari Amerika Serikat maupun Inggris Raya. Di Jawa ada ucapan yang umum didengar, yaitu “ilate wis bedha.” Maksudnya ialah tiap penduduk pribumi memiliki pengucapan yang fasih pada bahasa yang diajarkan sejak bayi. Namun, ini tidak berarti kita bisa seenaknya berbicara bahasa Inggris tanpa memperhatikan kaidah pengucapan yang berlaku. Kita harus belajar dan menghormati setiap bahasa agar tidak ada kesalahan tafsir (misinterpretation) dan kesalahan pemahaman (misunderstanding).
E. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Ahimsa-Putra, Heddy Shri. 2006. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta: Kepel Press. Ubaidillah. 2012. Diktat Mata Kuliah Teori Linguistik. Yogyakarta: Fakultas Adab&Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga. Cambridge Advanced Learner’s Dictionary: third edition. 2008. England: Cambridge University Press.
Variasi Fonemis dalam Penggunaan Bahasa Inggris …(Roihatul Firdaus)