NATUR RE ECOF FEMINIS SM: Kajiaan Dolanaan Anak dalam Karya K Lu ukis Niken Larasaati
TESIS PE ENGKAJIA AN SENI Untuk U Mem menuhi Perrsyaratan Mencapai M D Derajad Maagister dalaam Bidang g Seni, Minaat Utama Seni S Lukis
SIWI PROBOS N NIM 132 07771 412
MAGIST TER PENCIPTAAN DAN PENGKAJ P JIAN PROG GRAM PA ASCASAR RJANA IN NSTITUT T SENI IN NDONES SIA Y YOGYAK KARTA 20166
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa tesis yang saya tulis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi manapun. Tesis ini merupakan hasil pengkajian/ penelitian yang didukung berbagai referensi, dan sepengetahuan saya belum pernah ditulis dan dipublikasikan kecuali yang secara tertulis diacu dan disebutkan dalam kepustakaan. Saya bertanggungjawab atas keaslian tesis ini, dan saya bersedia menerima sanksi apabila di kemudian hari ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
Yogyakarta, Nopember 2015 Yang membuat pernyataan,
Probosiwi, S.Sn 132 0771 412
PERSEMBAHAN
Tesis ini Penulis Persembahkan untuk:
ALMAMATERKU…… Magister Penciptaan dan Pengkajian Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta
KEDUA ORANG TUA TERCINTA …. Drs. Wiyadi (Ayahanda) Endah Sri Ratnawati, S.Pd., AUD (Ibunda)
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
MOTTO
Perjuangkan apa yang diyakini dan bertahanlah selagi nafas masih ada Jangan takut karena Allah SWT senantiasa di dekat umatNya
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya, sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, sehingga penulisan laporan hasil penelitian yang berjudul “Nature Ecofeminism: Kajian Dolanan Anak dalam Karya Lukis Niken Larasati” dapat berjalan dengan baik. Penulisan tesis ini mengalami beberapa proses dan kesulitan, namun karena dukungan dari beberapa pihak maka dapat diselesaikan dengan cukup baik juga lancar. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dr. H. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum., selaku Pembimbing Utama yang senantiasa sabar dalam memberi arahan, nasehat dan petunjuk selama bimbingan serta ketersediaan waktu untuk melakukan konsultasi mulai dari masa pembuatan proposal hingga penulisan tesis.
2.
Prof. Drs. M. Dwi Marianto, MFA, Ph.D, selaku Penguji Ahli yang telah memberikan banyak masukan pada saat ujian pertanggungjawaban tesis sehingga tulisan ini menjadi lebih baik.
3.
Dr. Dewanto Sukistono, M.Sn, selaku Ketua Tim Penguji yang juga telah banyak memberikan saran dan kritik demi penulisan yang lebih baik.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
4.
Prof. Dr. Djohan, M.Si., selaku Direktur Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang telah memberikan banyak fasilitas bagi semua mahasiswa, khususnya pejuang tugas akhir baik penciptaan maupun pengkajian seni.
5.
Drs. Wiyadi dan Endah Sri Ratnawati, S.Pd.,AUD, kedua orangtua penulis yang tiada pernah berhenti memberi dorongan, motivasi dan doa restu di setiap langkah.
6.
Niken Larasati sebagai objek penelitian sekaligus kakak yang sangat baik, senantiasa memberi pelajaran dan semangat agar tetap tegar dalam menjalani proses kehidupan.
7.
Bapak Seiichi Okawa (Mantan Jurnalis Tempo selama 25 tahun di Indonesia dan Ketua Graha Budaya Indonesia di Jepang hingga kini), Mas Alie Gopal (seniman), Mas Ugo Untoro (owner Museum dan Tanah Liat; seniman), Bapak Totok Buchori (seniman dan ketua Sanggar Bambu), Bapak Riyanto Ruswandoko/ Antok Abri (guru seni rupa di SMSR Yogyakarta), Bapak Tri Agus Susanto Siswowiharjo (penulis dan dosen ilmu komunikasi STPMD “APMD”) dan Bapak Supono Pr (guru seni dan penulis) yang telah bersedia menjadi narasumber dalam wawancara pribadi dengan penulis terkait penyusunan tesis ini.
8.
(Alm.) Drs. FX. Pracoyo, M.Hum, dosen sekaligus seorang bapak bagi penulis, terimakasih atas semua dukungan dan nasehat yang tidak akan pernah dilupakan sebagai pesan terakhir. Selain itu, telah memberikan persetujuan penandatanganan surat rekomendasi mengikuti jenjang studi S2.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
9.
Mikke
Susanto,
S.Sn.,
M.A
sebagai
dosen
yang
telah
bersedia
menandatangani surat rekomendasi pada saat penulis mulai pendaftaran kuliah pascasarjana serta selalu memberi dukungan baik secara moril maupun materiil. Selain itu, telah mengajarkan banyak hal dan berkenan membagi ilmunya kepada penulis selama 6 tahun terakhir. 10. Anita Purnaningtyas dan Ferry Arwiz, S.Sn., kedua sahabat penulis yang selalu memberi motivasi serta semangat, terima kasih atas persahabatan kita selama 12 tahun ini. 11. Rahayu Sekarningrum, A.Md., Kep., adik penulis yang telah banyak membantu kelancaran dalam proses pembuatan tesis. 12. Teman-teman
Magister
Penciptaan
dan
Pengkajian
Seni
Program
Pascasarjana Angkatan 2013 yang berjuang bersama untuk tugas akhir. 13. Beberapa pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa/i yang sedang menempuh studi Magister di Program Pascasarjana Institut Seni Yogyakarta.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………......... HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………... HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………... PERSEMBAHAN …………………………………………………………….. MOTTO ……………………………………………………………………….. KATA PENGANTAR ………………………………………………………... DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. DAFTAR SKEMA ……………………………………………………………. DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………......... ABSTRAK …………………………………………………………………...... ABSTRACT ……………………………………………………………….......
i ii iii iv v vi ix xi xii xiii xiv
I. PENDAHULUAN ………………………………………………………… A. Latar Belakang ……………………………………………………….... B. Rumusan Masalah ……………………………………………………... C. Tujuan Penelitian …………………………………….……………….. D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..
1 1 10 10 11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI …………………… A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………… B. Landasan Teori ………………………………………………………... 1. Nature Ecofeminism Susan Griffin…..……………........................... 2. Ekspresi Logis Simbolik Suzanne K. Langer …………………….... 3. Politik Mikro Budaya Populer John Storey ………………………... 4. Strukturasi Ekonomi Politik Vincent Mosco …………………….....
12 12 17 17 31 35 42
III. METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………... A. Jenis Penelitian ……………………………………………………… B. Metode Penelitian ………………………………………………......... 1. Cara Pengumpulan Data ………………………………………… 2. Sampel Penelitian ………………………………………………… 3. Teknik Analisis Data ……………………………………………...
53 53 55 57 59 60
IV. DOLANAN ANAK DALAM KARYA LUKIS NIKEN LARASATI……………………………………………………………….. A. Analisis Tekstual …………………………………………………….... 1) Kaitan Hubungan Ontologis Nature Ecofeminism Susan Griffin dengan Lukisan Dolanan Anak Karya Niken Larasati …………. 2) Ekspresi Logis Simbolik Suzanne K. Langer dalam Lukisan Dolanan Anak Karya Niken Larasati ............................................... B. Analisis Kontekstual …………………………………………………. 1) Efek Politik Mikro Budaya Populer Terhadap Proses Kesenimanan Niken Larasati …………………………………………………..... 2) Niken Larasati dalam Strukturasi Ekonomi Politik ………………
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
62 62 63 82 89 92 98
V. PENUTUP ……………………………………………………………….. A. Kesimpulan ………………………………………………………….. B. Saran ………………………………………………………………….
133 133 135
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
136
LAMPIRAN …………………………………………………………………..
141
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
DAFTAR SKEMA
Skema 1
Alur Pemikiran Kajian Tekstual ……………………..
62
Skema 2
Alur Pemikiran Kajian Kontekstual …………………..
90
Skema 3
Alur Analisis Kontekstual …………………………..
92
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 “Engkling” …………………………………………………………….
65
Gambar 2 “Balapan Theklek” …………………………………………………….
65
Gambar 3 “Enggrang Bathok” …………………………………………….............
66
Gambar 4 “Belajar Menari II” …………………………………………………….
69
Gambar 5 “Momong” ……………………………………………………………..
70
Gambar 6 “Menongan” ……………………………………………………………
70
Gambar 7 Niken Larasati dan Lukisan Braille ……………………………………
94
Gambar 8 Produk Tas Kulit Niken Larasati ………………………………………
95
Gambar 9 Niken memberikan workshop ………………………………………….
101
Gambar 10 Niken Larasati dan Junanto Herdiawan ………………………………
101
Gambar 11 Niken Larasati, Junanto Herdiawan dan Seiichi Okawa ……………...
102
Gambar 12 Katalog Pameran ……………………………………………………...
102
Gambar 13 Niken Larasati dan Riyanto Ruswandoko ……………………………
112
Gambar 14 Hestiana Larasati ……………………………………………………..
119
Gambar 15 Maureen Atmodimedjo ……………………………………………….
120
Gambar 16 Kim Sontosoemarto …………………………………………………...
121
Gambar 17 Kim Sontosoemarto dan Niken Larasati ……………………………...
121
Gambar 18 Gunawan Setiawan …………………………………………...........
122
Gambar 19 Paul Amron Yuwono, Niken Larasati dan Pemilik Iris Gallery ……...
125
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
NATURE ECOFEMINISM: Kajian DolananAnak Dalam KaryaLukis Niken Larasati
ABSTRAK
Dolanan anak merupakan jenis-jenis permainan anak tradisional Jawa yang dimainkan secara komunal atau bersama-sama dan di dalamnya terdapat sejumlah aktivitas. Fenomena menghilangnya permainan ini karena perkembangan teknologi canggih yang berkembang pesat menghasilkan banyak permainan modern (game online) berbanding lurus dengan perubahan sifat dan karakter anak-anak masa kini. Nilai-nilai luhur yang ada di dalam dolanan anak tidak termaktub pada permainan modern dan perkembangan teknologi juga memiliki dampak negatif terhadap kelestarian dan keseimbangan lingkungan seperti pengrusakan lingkungan fisik, psikis dan budaya akibat dari kekuasaan patriarki yang berasal dari peralatan-peralatan canggih, menghasilkan limbah yang dapat merusak segala sendi kehidupan. Niken Larasati adalah salah satu perempuan perupa di Indonesia yang tergerak merepresentasikan dolanan anak ke dalam lukisan dengan menggunakan figur anak-anak perempuan sebagai subjek sekaligus objek. Kegelisahannya seiring dengan munculnya fenomena di atas sebagai wujud kepedulian terhadap masa depan generasi penerus bangsa. Karya-karyanya sudah pernah dipamerkan hingga Jepang pada tahun 2012 dengan dukungan dari berbagai pihak elite, padahal Niken bukan perempuan perupa yang memiliki nama besar di kancah seni rupa. Proses strukturasi digunakan untuk menemukan korelasi antara idealisme Niken oleh pengaruh kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang ada di sekitarnya dalam kehidupan berkesenimanannya. Korelasi antara kemajuan teknologi, menurunnya popularitas dolanan anak, menjamurnya permainan modern (game online), keberhasilan Niken berpameran tunggal di Jepang memunculkan pertanyaan bagaimana kontribusi dan konsistensinya sebagai perupa yang memiliki gagasan pelestarian budaya masyarakat di Jawa yaitu dolanan anak melalui karya seni, sehingga untuk kajian kontekstual penulis menggunakan Nature Ecofeminism yang didukung oleh strukturasi ekonomi politik dan politik mikro budaya populer, sedangkan untuk ranah kajian kontekstual penulis menggabungkan konsep dasar Nature Ecofeminism dengan ekspresi simbolik Suzanne K. Langer dan falsafah hidup serta kuasa wanita Jawa digunakan untuk mengkaji lukisan dolanan anak secara tekstual. Kata kunci: Nature Ecofeminism, dolanan anak, Niken Larasati, politik mikro budaya populer, strukturasi ekonomi politik
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
NATURE ECOFEMINISM: Studies of Dolanan Anak in the Niken Larasati’s Painting
ABSTRACT
“Dolanan anak” is the designation for the traditional children's games in Java played by children of school age. The phenomenon of the disappearance of this game due to the development of advanced technologies are growing rapidly produce many modern games (online games) is directly proportional to changes in the nature and character of the children of today. Noble values and norms that exist in “dolanan anak” is not contained in the modern game and the development of technology also have a negative impact on the sustainability and environmental balance as environmental degradation of physical, psychological and cultural as a result of the power of patriarchy derived from sophisticated equipment, produces waste that can damage all aspects of life. Niken Larasati is one of the women artists in Indonesia who represent “dolanan anak” moved into painting with figures of girls as subject and object. Restlessness along with the emergence of the above phenomenon as an expression of concern for the future of the next generation. Her works has been exhibited to Japan in 2012 with the support of various elites, whereas Niken not a woman artist who has a big name in the art scene. Structuration is process used to find the correlation between Niken’s idealism by the influence of social, economic and political life around in her art activities. The correlation between the advancement of technology, the declining popularity of “dolanan anak”, the proliferation of modern games (online games), the successnes of Niken’s solo exhibition in Japan raises the question of how the contribution and consistency as the artist who had the idea of preservation of the cultural community in Java, “dolanan anak” through the arts, so that the author uses Nature Ecofeminism supported by structuration of political economy and political micro of popular culture to assess Niken for contextual studies along with her work, while to the realm of textual studies the author combines the basic concept of Nature Ecofeminism with symbolic expressions of Suzanne K. Langer and Javanese human life philosophy and the woman’s Java power.
Keyword: Nature Ecofeminism, “dolanan anak”, Niken Larasati, micro politic of popular culture, structuration of political economy
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ecofeminism merupakan istilah yang muncul pada tahun 1974 dicetuskan oleh seorang feminis dari Perancis bernama Françoise d’Eaubonne di dalam bukunya yang berjudul Le Féminisme ou la mort yang menjelaskan pandangannya terhadap penindasan perempuan dan alam. Pemikiran d’Eaubonne tersebut menegaskan bahwa kebebasan sepihak tidak bisa begitu saja mempengaruhi kebebasan lainnya. Pada tahun tersebut para perempuan menyatakan diri mereka sebagai ekofeminis yang mempersoalkan hubungan ekologis (lingkungan) dan gender melalui sisi bahasa, logika, keinginan dan pembatasan-pembatasan. Pada era tahun 1980-an, Karen J. Warren lebih spesifik menjelaskan inti dari asumsi ecofeminism sebagai berikut: (1) There are important connections between the oppression of women and the oppression of nature; (2) understanding the nature of these connections is necessary to any adequate understanding of the oppression of women and the oppression of nature; (3) feminist theory and practice must include an ecological perspective; and (4) solutions to ecological problems must include a feminist perspective.1 Asumsi ecofeminism mengarah pada hubungan penindasan perempuan dan alam, secara lebih mendalam lagi, teori dan praktik oleh feminis termasuk dalam ranah perspektif ekologis serta segala bentuk pemecahan permasalahan yang ada di dalam isu-isu ekologi. 1
Rosemarie Tong, Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction, Third Edition (USA: Westview Press, 2009), hal. 242
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
Bentuk aksi nyata para feminis bertujuan menentang dan melawan segala bentuk kekuasaan patriarki berlandaskan etika lingkungan. Bentuk perlawanan dimulai dari mengkritisi kemajuan teknologi yang dianggap sebagai bentuk kekuatan patriarki oleh kaum feminis. Kemajuan teknologi dinilai menindas keseimbangan alam dan manusia. Segala bentuk pekerjaan atau aktivitas kehidupan telah digalakkan dengan alat-alat canggih melupakan aktivitas atau hasil karya oleh tangan manusia (hand made) yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu aktivitas kehidupan manusia yang sudah mengalami pergeseran dari tradisional menjadi modern adalah permainan anak. Di dalam istilah masyarakat Jawa, permainan anak biasa disebut dengan dolanan anak yang masih memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar untuk dijadikan alat atau media bermain. Aktivitas ini memerlukan interaksi langsung antara anak-anak dengan teman sepermainan dan anak-anak dengan alam. Sedangkan pada masa kini, anak-anak lebih cenderung menyukai bentuk-bentuk permainan yang berbasis komputer, sehingga terjadi perubahan fisik dan kondisi mental anak-anak seperti munculnya sifat individualisme yang lebih tinggi karena merasa memiliki dan tidak ingin berbagi dengan anak-anak lain. Dolanan anak merupakan jenis-jenis permainan anak tradisional yang dimainkan secara komunal atau bersama-sama dan di dalamnya terdapat sejumlah aktivitas. Dolanan anak dibagi ke dalam berbagai macam jenis seperti dhakon, gobag sodhor, yeye, benthik, engkling, pasaran, anak-anakan dan lain-lain. Dolanan anak biasanya dimainkan oleh anak-anak usia sekolah dan di dalamnya mengandung ajaran nilai-nilai luhur secara turun-menurun seperti tenggang rasa,
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
saling menghormati, mengantri, menyimak permainan teman lainnya, sabar, jujur hingga kesehatan. Pernyataan John Huizinga di dalam buku Sukirman Dharmamulya mendefinisikan dolanan sebagai kegiatan bermain yaitu: (a) a voluntary existing out-side “ordinary” life; (b) totally absorbing; (c) unproductive; (d) occurring within a circumscribed time and space; (e) ordered by rules; and (f) character-rized by group relationships which surround themselves by secrecy and disguise.2 Berdasarkan definisi tersebut, kegiatan manusia banyak yang mengandung unsur bermain atau dolanan seperti berjalan, berlari, melompat, jongkok, merunduk, melangkah yang terjalin di dalam ruang dan waktu secara bersamaan. Sehingga dolanan anak sebagai bentuk duplikat aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia dan ditiru oleh anak-anak melalui jenis-jenis permainan yang telah disebutkan di atas. Secara tidak langsung, dolanan anak mengajarkan anak-anak untuk bisa bertindak atau bertingkah sebagaimana mestinya. Sukirman Dharmamulya di dalam bukunya juga menerangkan bahwa: dolanan anak merupakan salah satu jenis aktivitas budaya yang tidak bisa dianggap remeh karena memberi ciri atau warna khas tertentu pada suatu kebudayaan; salah satu aset budaya; dan modal bagi suatu masyarakat untuk mempertahankan keberadannya serta identitasnya. Jenis-jenis dolanan anak meliputi dhakon, yeye, gobag sodhor, engklek, jamuran, layangan, dhelikan, bekel, cublak-cublak suweng, balapan theklek, egrang, hompimpa, ulo banyu, ancak-ancak alis, soyang, pasaran yang semuanya memiliki pesan moral dan nilai luhur.3 Aktivitas manusia yang ditunjukkan dolanan anak diajarkan secara turun-temurun dan memuat identitas suatu masyarakat melalui nilai-nilai yang dijarkan, sehingga dolanan anak merupakan salah satu aset budaya yang patut untuk dilestarikan. “Secara psikologis, permainan tradisional mampu membangkitkan kreativitas 2 Sukirman Dharmamulya, dkk, Permainan Tradisional Jawa (Yogyakarta: Kepel Press, 2008), hal. 19 3 Ibid., hal. 29
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
serta mendekatkan diri anak-anak pada alam sekitarnya serta Tuhan.” 4 Hal ini termaktub dalam jenis dan aktivitas dolanan anak yang mengajarkan nilai-nilai luhur. Secara garis besar, dolanan anak mengajarkan nilai-nilai sebagai berikut: (1) Nilai demokrasi yang ditunjukkan oleh anak-anak sebelum mereka mulai bermain melalui perilaku memilih dan menentukan jenis permainan harus mengikuti semua tata tertib atau aturan yang disepakati. (2) Nilai pendidikan yang diajarkan meliputi aspek kejasmanian dan kerohanian (sifat sosial, disiplin, etika, kejujuran, kemandirian dan percaya diri). (3) Nilai kepribadian meliputi aspek jasmani (kekuatan, daya tahan tubuh, kelenturan) dan aspek emosional (komunikasi sosial yang menumbuhkan sikap kepemimpinan pada anak). (4) Nilai keberanian dalam mengambil keputusan dengan memperhitungkan strategi-strategi tertentu, sehingga dapat memenangkan permainan. (5) Nilai kesehatan mengarahkan pada kegiatan bermain anak-anak yang banyak menggunakan gerakan seperti lari, lompat, kejar-kejaran sehingga otot-otot tubuh dapat bergerak dan berfungsi sebagaimana mestinya. (6) Nilai persatuan yang lekat dengan masyarakat Jawa tentang prinsip hidup selaras dengan sesama atau hidup bermasyarakat berdasarkan saling pengertian atau tepa slira. (7) Nilai moral yang sangat dekat hubungannya dengan nilai filosofis atau hakikat dari permainan itu sendiri yaitu untuk membentuk kepribadian anak.5 Berdasarkan uraian di atas, anak-anak diarahkan untuk mendayagunakan semua hal yang ada di sekitarnya, mempersiapkan tempat sebelum bermain, berpikir kreatif, memanfaatkan atau mengolah dan memberdayakan segala hal yang ada di sekelilingnya. Saat ini popularitas dolanan anak sudah semakin menghilang akibat menjamurnya permainan anak modern seperti video game dan game online. Permainan modern ini, lebih banyak menyita diri anak-anak untuk larut ke dalam 4
Krisdayatmiko, Dolanan Anak: Refleksi Budaya dan Tumbuh Kembang Anak (Yogyakarta: Plan International Indonesia, 1999), hal. iv 5 Christiyati Ariani, dkk., Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), hal. 163-169
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
dunianya sendiri dan mengurangi interkasi mereka dengan lingkungan sekitar. Hal ini menjadi keprihatinan tersendiri bagi Niken karena kurangnya pendidikan karakter anak berbasis nilai-nilai luhur. Teknologi menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi anak-anak masa kini lebih menyukai permainan anak modern. Kecanggihan dan kemudahan yang diberikan membuat mereka tertarik untuk mencoba bahkan memiliki peralatan permainannya. Anak-anak semakin tidak mengenal dolanan anak dan disebabkan oleh beberapa alasan seperti “masuknya permainan anak dari luar negeri, meningkatnya popularitas tontonan di televisi, meluasnya permainan elektronik, menyempitnya lahan bermain anak-anak dan berkurangnya jumlah anak.” 6 Sehingga anak-anak yang lebih memiliki kecenderungan menyukai mainan modern memiliki kecenderungan egois, rasa memiliki yang lebih kuat, tidak ingin berbagi dengan teman lainnya. Selain itu, untuk memperoleh permainan modern anak-anak bisa mengakses dengan mudah melalui jaringan internet dan dituntut untuk mengeluarkan biaya lebih agar bisa bermain padahal hal ini adalah bagian dari gaya hidup boros. Problematika mulai menghilangnya dolanan anak sudah sejak lama berhembus, banyak kekhawatiran muncul kemudian dibicarakan di dalam seminar atau media massa. Fenomena ini masih terus bergaung hingga kini karena menjadi suatu permasalahan yang cukup serius bagi perkembangan mental anak-anak di Indonesia saat ini dan belum bisa ditangani secara benar serta menyeluruh.
6
Krisdayatmiko, Dolanan Anak: Refleksi Budaya dan Tumbuh Kembang Anak (Yogyakata: Plan International Indonesia, 1999), hal. v
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
Seorang perempuan perupa bernama Niken Larasati tergerak untuk membuat karya sebagai bentuk kepedulian terhadap dolanan anak. Niken Larasati lahir di Yogyakarta tanggal 28 Desember 1971, alumnus SMSR Yogyakarta angkatan 1988 Jurusan Seni Lukis, MSD (Modern School Design) Jurusan Fotografi dan Desain Grafis tahun 1994. Niken tergolong perupa yang tidak membutuhkan jasa manajer untuk mengatur segala kegiatan berkeseniannya. Selain berprofesi sebagai perupa, Niken juga berperan sebagai seorang istri dan ibu bagi ketiga anaknya, berdomisili di daerah Kronggahan, Sleman, Yogyakarta masih menyempatkan diri untuk bersosialisasi dan bermasyarakat. Niken menyadari bahwa dirinya adalah perempuan yang memiliki karir sekaligus tugas yang harus dijalani, namun tidak menghalangi dalam proses kreatif di dalam berkarya. Niken Larasati bukan perempuan perupa di Indonesia yang memiliki nama besar di dunia seni rupa, namun 3 tahun terakhir ini namanya mulai menjadi pembicaraan di berbagai media massa dan media sosial. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012, berhasil menyelenggarakan pameran tunggal di Jepang selama 3 bulan dengan membawa 22 karya kanvas bertemakan dolanan anak. Keberhasilannya ini mendapat dukungan dari Robby Kusuma Harta hingga Seiichi Okawa. Niken Larasati sering mengunggah foto karyanya di facebook dan mendapat respon dari Seiichi Okawa. Pertemanan pun terjalin melalui media sosial dan Seiichi Okawa memutuskan untuk datang ke kediaman Niken dan mengajaknya untuk berpameran tunggal di Graha Budaya Indonesia Shinjuku-Ku, Tokyo, Jepang. Pada awalnya, Niken tidak langsung menyambut ajakan ini dan merasa
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
tidak yakin bisa menyelenggarakan pameran karena pernah mengajukan pameran di beberapa lokasi di Yogyakarta, termasuk Jogja National Museum (JNM), tetapi mengalami penolakan karena dianggap karya dan gaya lukisan tidak mengikuti trend pada waktu itu. Hubungan awal yang baik ini digunakan Niken untuk mengibarkan bendera berkesenian melalui pameran tunggalnya. Ketertarikan Seiichi Okawa terhadap lukisan kanvas dolanan anak ini dinilai sebagai bentuk upaya mendidik atau dengan kata lain sebagai karya yang cerdas. Pameran tunggal ini juga mempertemukannya dengan beberapa orang penting di Jepang seperti salah satu guru besar yaitu Prof. Nobuko Sasaki, seorang dosen senior di Universitas Daito Bunka, Saitama, Jepang dan mendapat kesempatan melakukan workshop 111 kosakata bahasa Jawa yang mendapat apresiasi cukup baik oleh masyarakat di Jepang. Lukisan-lukisan kanvas yang dibuat dan telah dipamerkan di Jepang, digambarkan
dengan
figur
anak-anak
perempuan
dimaksudkan
untuk
menunjukkan dan memperkenalkan budaya yang dimiliki oleh Indonesia, khususnya dari Jawa yaitu dalam bentuk dolanan anak kepada dunia. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk diteliti. Menurut Niken, “perempuan adalah rahim dunia dan awal sebuah kehidupan karena dari mereka kelahiran, pendidikan dan kasih sayang berasal”.7 Pernyataan Niken tersebut perlu dikaji lebih jauh karena berhubungan dengan konsepnya dalam berkarya. Selain itu, Niken memiliki keinginan dan tujuan bahwa karya-karyanya mampu memberikan penyadaran terhadap orangtua (ayah, ibu, kakak, guru dan lain-lain) 7
Niken Larasati (43 tahun), Perupa Perempuan di Indonesia, “Wawancara Pribadi”, tanggal 10 Januari 2015 pukul 11.44 WIB di Kronggahan Sleman Yogyakarta
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
tentang pentingnya mengajarkan serta melestarikan dolanan anak. Niken menggambarkan dolanan anak tidak hanya pada media kanvas tetapi juga kulit yang diperuntukkan bagi anak-anak penyandang kebutuhan khusus (diffable). Tas kulit yang sudah merambah hingga luar negeri seperti Belanda dan Suriname, pemesanannya pun langsung kepada Niken dan tidak dijual bebas. Saat ini banyak peminat tas kulit tersebut dan memesan secara khusus seperti toko atau outlet tas kulit di Yogyakarta yang memesan desain kepadanya. Niken berdalih bahwa usaha pembuatan dan penjualan tas adalah untuk menghidupi seni lukisnya. Korelasi antara kemajuan teknologi, menurunnya popularitas dolanan anak, menjamurnya permainan modern, keberhasilan Niken berpameran tunggal di Jepang dan kontribusi Niken sebagai perupa yang memiliki gagasan pelestarian budaya masyarakat di Jawa melalui karya seni merupakan hal yang disoroti oleh penulis. Kajian mendalam dilakukan untuk membedah secara utuh dan menjelaskan dengan rinci antara perupa dan karyanya serta hubungan antara idealisme perupa dengan aspek-aspek (ekonomi, sosial, politik, budaya) yang mengitari kehidupan berkeseniannya, sehingga ide-ide dan pesan dapat tersampaikan sesuai dengan sasaran melalui media seni. Sasaran Niken dalam berkesenian adalah para orang tua (ayah, ibu, kakak, guru, pendidik, instansi, pemerintah) agar ikut berperanserta dalam pelestarian nilai-nilai luhur yang ada di dalam budaya. Niken mengangkat tema dolanan anak memberi stimulus terhadap penilaian peran perempuan yaitu memberi kontribusi untuk pelestarian budaya. Niken memang menghubungkan lingkungan dengan pembuatan karyanya, sehingga
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
tidak hanya sebagai benda seni yang dipajang atau dibeli oleh para kolektor, tetapi lebih mendayagunakan seni dan karya seni sebagai media penyampaian pesan, bentuk penyadaran mental dan nurani yaitu kepekaan terhadap lingkungan serta berkarya tanpa merusak lingkungan. Konsep berkarya Niken tersebut memiliki persamaan dengan konsep dasar pemikiran Nature Ecofeminism yang melibatkan perempuan dalam hubungannya dengan alam (flora, fauna, tanah/ bumi, masyarakat hingga keTuhanan). Dalam hal ini, perempuan memiliki posisi penting di dalam kehidupan tanpa mengunggulkan lagi konsep dominasi patriarki. Pemikiran Niken tersebut masih perlu dikaji lebih mendalam lagi apakah perilaku kesenimanannya sesuai dengan idealisme yang dipegang atau sebenarnya juga terpengaruh dengan euphoria seniman-seniman yang mengejar kebutuhan estetis daripada kebutuhan sosial atau menjadi bagian (alat) oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan serta kekuasaan yang mengatasnamakan kepedulian terhadap budaya. Namun, untuk mendapatkan sudut pandang yang kritis terhadap fenomena yang dihadapi, penulis menambahkan strukturasi ekonomi politik Vincent Mosco untuk menemukan korelasi antara idealisme Niken terhadap pengaruh kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang ada di sekitarnya dalam berkesenian. Politik mikro budaya populer digunakan sebagai pendukung analisis untuk mengetahui lebih dalam terkait kemunculan karya Niken pada masa kini apakah sudah memenuhi target harapan atas keprihatinannya dalam menyoroti fenomena menghilangnya dolanan anak. Konsep dasar Nature Ecofeminism dipadukan dengan paradigma politik mikro politik budaya populer dan strukturasi ekonomi politik digunakan untuk mengkaji secara kontekstual yang membedah
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
posisi Niken di dalam peta dunia seni rupa hingga sejauh mana konsistensi serta kontribusi Niken terhadap pelestarian budaya. Sedangkan kajian menggunakan konsep dasar pemikiran Nature Ecofeminism yang didukung oleh simbolik Suzanne K. Langer dan falsafah hidup serta kuasa wanita Jawa untuk membedah proses simbolik yang ada di dalam penggambaran dolanan anak oleh Niken Larasati.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana korelasi antara konsep dolanan anak dengan penggambaran yang dilakukan oleh Niken Larasati dilihat dari perspektif Nature Ecofeminism? 2. Bagaimana kontribusi Niken Larasati melalui karyanya terkait misi penyadaran terhadap kelestarian dolanan anak melalui media seni?
C. Tujuan Penelitian 1. Membedah penggambaran dolanan anak dilihat dari konsep pemikiran Nature Ecofeminism dan kesenimanan Niken Larasati terutama korelasi antara idealismenya dengan perilaku kesenimanannya terhadap dunia sosial, budaya, ekonomi dan politik. 2. Menjelaskan kontribusi Niken Larasati sebagai perupa perempuan terkait pelestarian budaya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA
D. Manfaat Penelitian 1. Memberi pemahaman kepada masyarakat umum tentang peran perempuan di dalam dunia seni dan pelestarian budaya; posisi dan kedudukan karya seni dapat digunakan sebagai media pembelajaran. 2. Memperkenalkan kembali dolanan anak kepada masyarakat luas terutama bagi anak-anak masa kini tentang nilai-nilai luhur dan norma yang ada di dalamnya.
UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA