UPAYA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG CIPUTAT DALAM MEMBENTUK BUDAYA MEMBACA DI KALANGAN PARA AKTIVISNYA
Diajukan Oleh:
ANDRI FIKRI MUH.ALWAN 1111025100004
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
ABSTRAK
Andri Fikri Muh. Alwan (1111025100004). Upaya HMI Cabang Ciputat Dalam Membentuk Budaya Membaca di kalangan Para Aktivisnya. Di bawah bimbingan Siti Maryam, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan budaya membaca di kalangan organisatoris HMI Cabang Ciputat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar kalangan aktvivis HMI Cabang Ciputat sudah meninggalkan budaya membaca sebagai ciri dan karakter utama yang harus dipertahankan. Sebagai organisasi dengan basis kadernya adalah mahasiswa muslim, maka tujuan utamanya adalah mampu melahirkan kader-kader yang berkualitas akademis, religius, dan humanitas. Organisasi HMI sebagai wadah berkumpulnya mahasiswa islam se-nusantara, selalu memberikan dorongan yang positif guna merespon dinamika zaman baik di masa kini dan di masa yang akan datang, salah satu senjata yang dipersiapkan guna merespon pergolakan zaman adalah dengan menumbuhkan budaya membaca dikalangan aktivisnya. Upaya-upaya yang harus dilakukan guna membentuk budaya membaca adalah dengan dibentuknya forum-forum diskusi, kajian ilmiah, bedah buku, dan kegiatan lainnya yang dapat memberikan stimulus kepada kader HMI guna melahhirkan budaya membaca. Budaya membaca adalah sebagai upaya mengkontekstualisasikan tujuan HMI yang terkandung dalam pasal 4 Anggaran Dasar “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di ridhoi Allah Subhanahu Wata’ala”. Membentuk budaya membaca di kalangan Aktivis HMI Cabang Ciputat tentunya memiliki tujuan utama yaitu ingin mengembalikan khittah perjuangan dan identitas yang telah hilang dari peradaban dunia akademis dan dunia organisatoris khususnya Organisasi HMI Cabang Ciputat yang notabenenya adalah Mahasiswa/i UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata Kunci : Organisasi, HMI, Budaya, Budaya Membaca.
v
ABSTRACT
Andri Fikri Muh. Alwan (1111025100004). The Action of Association of Islamic University Student (HMI) Ciputat branch to construct a reading habit among the activists. Under supervise of Mrs. Siti Maryam, M.Hum. Library Science Program Faculty of Culture and Humanity, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. The purpose of this research is to find out the habits and reading behavior among the activists of Association of Islamic University Student (HMI) Ciputat Branch. This research conducted as descriptive research with qualitative approach, using interview, observation, and documentation as the technique of data collecting. The research proven that most of the activists of Association of Islamic University Student (HMI) Ciputat branch has left the reading habits behind as the main character that should be fortified. As the Islamic University Student organization, therefore, the main purpose must be trained a high-quality academic minded, religious, and humanity-aware cadre. The Association of Islamic University Student (HMI), as the congregation of national Islamic university students, always gives a positive value to respond the challenge of time, present and future time. One thing that has been prepared the most to challenge the time is, to construct the reading habits among the HMI activists. Reading habits as the action to contextualized the purpose of HMI contained in Clause 4 of Articles of Association that states “to construct an academic, creator, obligatory, rightful-islamic person, also responsible for the making of prosperity civilization blessed by Allah Subhanahu Wa Ta’ala”. To construct reading habits among HMI Ciputat Branch activists is absolutely a primary purpose to return the lost essence of fought and identity from the academic-century and especially from the world of organizational being of (HMI) Ciputat Branch which is mostly the students of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: Organization, HMI, Culture, Reading Habits
vi
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan kasih dan sayang-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada kita semua, amin. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada junjungan alam baginda Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat, semoga kita sebagai ummatnya mendapat pertolongannya kelak, amin. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “Upaya HMI Cabang Ciputat Dalam Membentuk Budaya Membaca di kalangan Para Aktivisnya“. Dalam proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak penulis temui rintangan dan hambatan. Sungguh pun begitu Alhamdulillah atas kerja keras semangat dan dukungan dari semua pihak akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu izinkan penulis untuk menghaturkan ucapan terimakasih serta penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungn moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
vii
3. Bapak. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan. 4. Ibu Siti Maryam, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang sudah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta selalu sabar membantu dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Tak luput juga Penulis haturkan terimakasih banyak untuk Ayahanda dan Ibunda tersayang Muhammad Alwan H. Abdul Gani dan Ibu Siti Juhroh yang telah melahirkan, membimbing, mendoakan ananda. Semoga suatu hari penulis mampu membahagiakan dan membanggakan Ayah dan Ibunda tersayang, semoga Allah selalu membalas semua kebaikan dan perjuangan mereka. 6. Kepada Keluarga Besar HMI Cabang Ciputat, penulis haturkan sejuta persembahan yang tak terhingga, khususnya HMI Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora (HMI KOFAH) serta para Kanda/ Yunda alumni HMI atau Korps Alumni HMI (KAHMI) yang merupakan sumber-sumber primer terkait penulisan skripsi ini. 7. Kepada seluruh Keluarga Besar IMM Cabang Ciputat penulis haturkan ucapan terimakasih yang begitu tulus atas didikan dan motivasinya kepada penulis di saat awal perkuliahan. 8. Kepada Seluruh keluarga Besar PMII Cabang Ciputat, penulis haturkan ucapan terimakasih atas persahabatan kita selama ini, semoga akan tetap abadi selamanya.
viii
9. Keluarga besar Resimen Mahasiswa UIN Jakarta, Menwa Satuan UMJ, penulis haturkan ribuan ucapan terimakasih. 10. Kepada para senior llmu Perpustakaan, para senior BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Adab dan Humaniora periode 2013-2014, temanteman KKN (Kuliah Kerja Nyata) UINESCO 2014, kawan-kawan di KPU (Komisi Pemilihan Umum) UIN 2014, serta kawan-kawan seperjuangan angkatan 2011 yang tak hentinya memberikan dukungan, semangat, do’a dan tawa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam hangatnya ikatan keluarga. 11. Kepada seluruh Keluarga Besar LINGKARMATA (Lingkar Muda Lembata), Bang Jufridin Daud Hobamatan, Bang Husni Lamarobak, Bang Hasnan Lado Purab, Bang hakim manuhoe, Bang Linggar, Bang fahmi lamarobak, Bang Julkifli, Bang Arsyad, Bang Sunarto H, Bang Safar, Bang Kine Paokuma, serta kawan-kawan seperjuangan saya Bung Midun Husein Ratuloli, Bung Hasbi Ladopurab, Bung abdul Muthalib, Bung Adi, Bung Dintos, Bung Arif, Bung Romi, Bung Jufri, Bung Jiko, Bung Umar, Usman Lw, Aar, Bung Kusmadi Sarabity, Bung syamsul, Bung zainal Paokuma, Adinda Ifa Latifah, Adinda Syar’iyah, serta kawan-kawan lainnya yang turut serta selalu mensuport penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, hanya kepada Allah penulis berharap semua alam ibadah mereka di balas dan di tempatkan di sisi yang mulia. Amin. Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat
ix
kepada siapa saja yang menjadikan ini sebagai bahan bacaan mereka dan dapat menjadikan tulisan ini sebagai referensi. Jakarta , 13 November 2015
Penulis
x
DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................
i
Lembar Pengesahan ........................................................................................
ii
Lembar Pernyataan ..........................................................................................
iv
Abstrak ............................................................................................................
v
Kata Pengantar ................................................................................................
vii
Daftar Isi ..........................................................................................................
xi
Daftar Lampiran ..............................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .....................................
9
1. Pembatasan Masalah ........................................................................
9
2. Perumusan Masalah ..........................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................
10
1. Tujuan Penelitian..............................................................................
10
2. Manfaat Penelitian............................................................................
10
D. Defenisi Istilah ...................................................................................
11
1. Peran .................................................................................................
11
2. Organisasi .........................................................................................
11
3. Himpunan Mahasiswa Islam ............................................................
12
4. Budaya ..............................................................................................
12
5. Membaca ..........................................................................................
12
E. Sistematika Penulisan ..........................................................................
13
xi
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Ruang Lingkup Organisasi ................................................................
15
1. Pengertian Organisasi ....................................................................
15
2. Prinsip-Prinsip Organisasi .............................................................
17
3. Pengertian HMI ..............................................................................
18
4. Tujuan HMI Sebagai Organisasi Mahasiswa .................................
19
B. Ruang Lingkup Membaca ..................................................................
20
1. Pengertian Membaca ......................................................................
22
2. Tujuan Membaca ...........................................................................
24
3. Manfaat Membaca .........................................................................
25
4. Faktor-Faktor Yang Membentuk Budaya Membaca .....................
26
C. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................
29
1. Jenis Penelitian...............................................................................
29
2. Pendekatan Penelitian ....................................................................
29
B. Sumber Data ......................................................................................
30
1. Data Primer ....................................................................................
30
2. Data Skunder ..................................................................................
30
C. Informan ............................................................................................
30
1. Ketua Umum HMI Cabang Ciputat ...............................................
30
2. Presidium .......................................................................................
31
3. Kader Aktif HMI Cabang Ciputat ..................................................
31
xii
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
32
1. Studi Kepustakaan .........................................................................
32
2. Studi Lapangan ..............................................................................
33
a. Observasi ....................................................................................
33
b. Wawancara .................................................................................
33
c. Dokumentasi...............................................................................
34
Teknik Analisa Data ..........................................................................
34
1. Reduksi Data .................................................................................
36
2. Penyajian Data ..............................................................................
36
3. Penarikan Kesimpulan ..................................................................
36
Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................
36
1. Tempat Penelitian .........................................................................
36
2. Waktu Penelitian ...........................................................................
36
E.
F.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ...............................................................................
37
1. Sejarah Berdirinya HMI ................................................................
37
2. Latar Belakang Berdirinya HMI ...................................................
40
3. Latar Belakang Pemikiran Lafran Pane ........................................
44
4. Sejarah Berdirinya HMI Cabang Ciputat ......................................
46
5. Program Kerja HMI Cabang Ciputat ............................................
53
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................
54
1. Program – Program Kegiatan HMI Cabang Ciputat .....................
54
2. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Mundurnya Budaya Membaca .......................................................................................
xiii
58
3. Pola Perkaderan di Lingkungan HMI Cabang Ciputat .........................
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................
69
B. Saran ..................................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN
xiv
Daftar Lampiran Lampiran 1. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing Lampiran 2. Surat Tugas Dosen Pembimbing Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 5. Biodata Informan Lampiran 6. Tokoh-Tokoh Pendiri dan Pengurus HMI Cabang Ciputat Lampiran 7. Transkip Wawancara Lampiran 8. Dokumentasi
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah peradaban umat manusia banyak mencatat peran sentral kegiatan membaca dalam berbagai upaya pemberdayaan masyarakat, pengembangan tradisi intelektual, filsafat, sastra, seni-budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan mencapai kemajuan seperti era kontemporer ini yang serba berbasis digital dan teknologi canggih jika tidak dibangun dengan ketekunan para pakar dan ahli dengan membaca bahan-bahan bacaan yang telah ada sebelumnya yang bersifat mencerdaskan, menambah wawasan pengetahuan, inspiratif dan mencerahkan sekaligus mendorong mereka terus melakukan penelitian dan pengembangan
guna
mendapatkan
temuan-temuan
teori-teori
serta
kecanggihan teknologi baru yang bermanfaat bagi umat manusia sebagaimana yang kita saksikan di era globalisasi kini yang ditandai dengan percepatan arus informasi. Sejarah telah membuktikan bagaimana bacaan baik buku maupun media massa, telah membuka hati dan pikiran suatu kaum-masyarakat, kemudian mendorong terjadinya suatu gerakan sosial (social movement) untuk melahirkan suatu perubahan sosial (sosial change) menuju tatanan masyarakat baru yang lebih baik dan kompetitif adil dan sejahtera.
1
2
Buku Max Havelaar karya Multatuli,1 misalnya, dipercaya telah mempengaruhi pemikiran para pengambil kebijakan di lingkaran elit kerajaan Belanda
untuk melahirkan „politik etis‟ di wilayah hindia belanda
(Indonesia). Dari sinilah kemudian lahir lembaga-lembaga pendidikan dan badan penerbitan, seperti balai pustaka bagi pribumi yang bertujuan untuk membuat kaum pribumi menjadi sangat terpelajar. Buku-buku atau bahan bacaan tentang sejarah dunia pula yang telah membuka hati dan pikiran para perintis dan pendiri bangsa ini, yang aktif dalam berbagai pergerakan nasional. Dengan membaca buku-buku sejarah tentang bangsa-bangsa lain di dunia, kaum terpelajar seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, dan Gunawan Mangunkusumo, menyadari makna kebangsaan, kedaulatan dan kemerdekaan bagi bangsa yang sekarang ini dinamakan dengan bangsa dan negara Indonesia. Dari kesadaran itulah, kemudian Dr. Wahidin mengembangkan dan memasyarakatkan gagasan nasionalisme. Gagasan tersebut tentunya tidak hadir tanpa ada referensi dasar yang mengkristal menjadi sebuah konsep pemikiran yang pada akhirnya adalah bisa diimplementasikan ke dalam ranah masyarakat dan sekaligus berdaya guna dalam membangun sebuah tatanan masyarakat yang baik dan bermartabat, yaitu masyarakat yang adil makmur serta merdeka dari ketertindasan para kolonialisme.
1
Nama asli multatuli adalah Douwes Dekker. Ia adalah seorang residen Lebak, Banten, yang kemudian mengundurkan diri karena tidak mau dijadikan alat oleh pemerintah Hindia-Belanda untuk menindas rakyat.
3
Gagasan itu kemudian diwujud nyatakan oleh Dr. Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo dengan mendirikan Organisasi Pergerakan Nasional bernama Boedi utomo. Organisasi ini memang mulanya terkesan Jawanisme, tapi tetap membawa dampak positif dengan bermunculan organisasi serupa yang bersifat kedaerahan, seperti Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Ambon, dan Organisasi kaum Betawi. Dengan programnya masing-masing, organisasiorganisasi yang di pelopor oleh kaum intelektual tersebut melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pendidikan, pertanian, perdagangan, tekhnik dan kebudayaan. Disinilah era kebangkitan nasional kemudian ditorehkan dengan tinta emas dalam buku-buku sejarah nasional Indonesia, dan selalu menjadi sumber inspirasi semangat kebangsaan yang tiada habis-habisnya. Berangkat dari faktor pembacaan dan analisa terhadap “big historisfounding father” bangsa ini maka, HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),2 yang notabene
menjadi
salah
satu
Organisasi
kemahasiswaan,
sekaligus
berdomisili di setiap Universitas, Perguruan Tinggi, serta Sekolah Tinggi, mempunyai tanggungjawab yang sama, guna melanjutkan amanat para pendiri bangsa yaitu untuk mencerdaskan anak bangsa dengan pendidikan.3 Salah satu tugas dan fungsi HMI sebagai Organisasi ekstra kampus adalah membina mahasiswa agar berjiwa akademis, pencipta dan pengabdi
2
Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM;Sejarah dan kedudukannya di tengah gerakan-gerakan Muslim pembaharu di Indonesia(Jakarta: Sinar Harapan, 1982), h. 9 3 Agusalim Sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia (Jakarta:PT INTEGRITA DINAMIKA PRESS, 1986), h. 71
4
kepada masyarakat, agama serta bangsa secara totalitas.4 Mahasiswa yang kemudian disebut sebagai kaum muda, pelopor agen perubahan (agent of change) yang akan meneruskan tongkat estafet perubahan bangsa di masa depan sekaligus kontrol social (Social Control) karena pemuda adalah pewaris sekaligus penerus estafet perjuangan bangsa. Ini tentu saja bukan sekedar retorika, tapi suatu keharusan sejarah, dan bahkan hukum alam. Ketika kelak para pemimpin bangsa lengser, ketika entrepreneur menjadi tua, ketika para teladan undur dari gelanggang perjuangan bangsa, maka giliran pemuda untuk tampil dan bicara, tentunya pemuda dalam artian yang dimaksud adalah pemuda yang berlatar belakang pendidikan dan pengalaman yang mumpuni, baik secara akademis, sosial serta spiritual. Mereka tak bisa mengelak dari tanggungjawab dan keharusan sejarah untuk meneruskan estafet perjuangan bangsa guna mencapai kemajuan, kesejahteraan dan kejayaan di masa depan.5 Mahasiswa atau kaum muda yang kemudian di pundaknya diembankan tanggungjawab, baik dalam konteks ekonomi, moral, sosial, budaya, pendidikan ataupun spiritual, maka demi sebuah tanggung jawab itulah kaum muda sudah tentu harus mempersiapkan dan memberdayakan dirinya semaksimal mungkin guna menjadi pemimpin masa depan.
4
Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat. AD HMI BAB III Tentang Tujuan (Jakarta: HMI KAHMI, 2010), h. 51 5 Ahmadun Yosi Herfanda, Yang Muda Yang Membaca (Jakarta: Asisten Deputi Pemberdayaan Lembaga Pemuda-Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga, 2008), h. ix
5
Maka salah satu metode yang potensial untuk memberdayakan diri adalah dengan kegiatan membaca, sudah barang tentu di zaman yang serba canggih ini banyak alat dan media yang mendukung kegiatan membaca, baik dari media on-line sampai dengan media massa cetak. Yang pada pokok perhatiannya adalah menghidupkan kembali budaya membaca sebagai upaya pemberdayaan diri secara maksimal guna menghadapi kehidupan di era globalisasi ini. Dikatakan seperti itu karena mahasiswa adalah kaum intelektual dengan pengetahuan keilmuan. Untuk mewujudkan itu, mahasiswa harus akrab dengan kegiatan membaca. Seseorang yang terbiasa membaca biasanya pengetahuan yang didapatkan memberikan efek besar pada kehidupan dari yang belum tahu menjadi tahu, berbeda dengan seseorang yang tidak akrab dengan membaca, sangat jauh perubahannya di masa depan. Dalam dunia kampus banyak kegiatan-kegiatan yang menunjang mahasiswa untuk meningkatkan kebiasaan membaca, diantaranya adalah seminar, bedah buku, diskusi, serta pelatihan. Sebab pada prinsipnya, membaca merupakan hal yang sangat prinsipil bagi seseorang. Ketika seseorang membaca maka informasi tersebut akan membantunya dalam mengarungi kehidupan ini, disatu sisi informasi tersebut akan membentuk pola perilakunya dalam kontak sosial kemasyarakatan. Membaca tidak hanya disaat sekolah, ataupun dibangku kuliah saja, namun membaca adalah tugas seorang yang sangat pokok. Apalagi yang disebut dengan pelajar, mahasiswa ataupun lainnya yang bersinggungan langsung dengan faktor akademis-intelektual, maka wajib bagi
6
mereka untuk rajin membaca buku untuk menemukan hal-hal baru. Pada literatur sejarah peradaban intelektual HMI Ciputat, dapat kita temukan bahwa HMI Cabang Ciputat adalah salah satu Organisasi ekstra yang berada di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak kegiatan HMI Cabang Ciputat yang bergerak di bidang literasi. Beberapa kegiatan tersebut diantaranya adalah diskusi, pelatihan, seminar, bedah buku, lomba karya ilmiah, lomba design dan acara-acara lain. Namun kondisi tersebut kini sudah mulai hilang dari permukaan dan pentas peradaban intelektual HMI Cabang Ciputat. Meskipun,
HMI
terkategori
sebagai
Organisasi
mahasiswa
sesungguhnya mencakup mahasiswa Muslim Indonesia yang mencintai ilmu pengetahuan, bernafaskan Islam dan cinta bangsa, sebagaimana tersurat dalam lima kualitas insan cita HMI yaitu; kualitas insan akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi, kualitas insan yang bernafaskan Islam, dan kualitas insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.6 Namun disisi lain hal tersebut bisa dikatakan merupakan prinsip-prinsip formatif yang secara esensi dan spiritnya tidak dimiliki oleh kader HMI secara total sehingga melahirkan generasi yang kurang berpotensi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang sudah terkontaminasi dengan budaya pragmatisme, hedonisme, serta individualisme sebagaimana yang kita saksikan di era sekarang ini, memang tidak semua dari generasi HMI 6
Eko Arisandi, ed., MembingkaI Perkaderan Intelektual setengah abad HMI Cabang Ciputat ( Ciputat: UIN Jakarta Press-HMI Cabang Ciputat, Presidium KAHMI, dan Fatwa Center, 2012 ), h. xviii
7
mengalami hal tersebut akan tetapi sebagian besar sudah terkontaminasi dengan unsur-unsur kehidupan tersebut, karena generasi HMI hari ini sudah melupakan asal muasal (Khittah Perjuangan) awalnya, salah satu faktornya adalah generasi HMI hari ini sudah tidak mau membaca buku, koran, majalah ilmiah dan sebagainya. Budaya membaca, diskusi dan menulis kini jarang ditemukan di dalam dunia kampus dan Organisasi, ini merupakan suatu pertanda dan indikasi merosotnya nilai-nilai akademis dalam diri kaum muda khususnya kader HMI Cabang Ciputat, sehingga pada akhirnya organsiasi HMI Cabang Ciputat akan mengalami degradasi nilai serta kehilangan jati diri dari pentas peradaban intelektual nasional serta internasional. Atas dasar inilah penulis mencoba menuangkan beberapa tafsiran, serta pendapat terkait dengan kondisi sosio-cultural yang ada saat ini di HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015. Pemilihan tema kajian yaitu upaya Organisasi dalam membentuk budaya membaca di kalangan aktivisnya adalah suatu tema yang menarik, mahasiswa sebagai objek penelitian didasarkan pada fenomena bahwa mereka akan meneruskan tongkat estafet untuk masa depan bangsa yang lebih baik guna membangun sebuah tatanan peradaban umat, bangsa serta negara yang bermartabat. Mengingat pentingnya kegiatan membaca bagi mahasiswa, tetapi kenyataan yang terjadi kini nampaknya sangat jauh berbeda dengan harapan para pendiri bangsa, serta tokoh-tokoh pendidikan. Salah satu kasus adalah terdapat sebagian mahasiswa yang belum memanfaatkan kegiatan-kegiatan di
8
luar bangku kuliah untuk meningkatkan kecintaan terhadap membaca. Hal inilah yang menjadi akar permasalahan dari pada penulisan skripsi ini, yang mana budaya membaca kini hilang dari permukaan dunia akademis serta dunia Organisatoris. Berangkat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, hasil yang diperoleh dari penelitian lapangan tersebut menunjukkan bahwa lingkungan dan nuansa di tubuh Organisasi HMI Cabang Ciputat sendiripun belum mampu mendukung terbentuknya budaya membaca khusus bagi anggotanya. Hal ini tentunya ada korelasi dengan hadir dan pengaruh dari era globalisasi yang kian marak menjamur dan menjamu gaya hidup yang serba hedonis dan pragmatis. Sehingga akhirnya hal inilah yang menyeret kaum akademis dan Organisatoris ke dalam belenggu kebodohan, apatis dan rasa individualisme yang begitu tinggi, padahal sejatinya globalisasi yang kemudian ditandai dengan hadirnya media massa dan teknologi yang canggih justru mempermudah dan membantu ruang gerak manusia secara keseluruhan, namun hal ini justru mendatangkan “penyakit” yang parah bagi generasi bangsa hari ini. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis mencoba untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam lagi, kemudian hasil penelitian tersebut akan dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Upaya Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat Dalam Membentuk Budaya Membaca di kalangan Para Aktivisnya.
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas dan penelitian ini memberikan hasil yang maksimal, maka masalah yang akan diteliti akan dibatasi ruang lingkupnya yaitu: ada tiga masalah penelitian yang akan dikaji, yaitu: a.
Program-program kegiatan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 yang dapat menciptakan budaya membaca bagi para aktivisnya
b.
Faktor-faktor penyebab degradasi budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015.
c.
Pola perkaderan HMI Cabang Ciputat dalam mendukung terciptanya jiwa para aktivis yang mencintai budaya membaca.
2. Perumusan Masalah Selanjutnya penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a.
Apa saja program-program kegiatan HMI Cabang Ciputat yang dapat meningkatkan budaya membaca para aktivisnya ?
b.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mundurnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 ?
c.
Seperti apa pola perkaderan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 dalam mendukung terciptanya jiwa para aktivis yang mencintai budaya membaca ?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Memperoleh gambaran mengenai peran program-program kegiatan yang dibuat HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 dalam menciptakan budaya membaca.
b.
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab mundurnya peradaban dan budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015.
c. Memahami alur dan pola perkaderan di lingkungan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 dalam mewujudkan jiwa para aktivis yang mencintai budaya membaca. 2. Manfaat Penelitian Setelah penelitian dilakukan diharapkan penelitian ini dapat berguna untuk: a.
Memberikan ide dan masukan bagi organisasi HMI Cabang Ciputat dalam meningkatkan minat dan kebiasaan membaca anggotanya sehingga terciptanya budaya membaca yang baik.
b.
Memberikan bukti empiris yang mendukung teori-teori mengenai pertanyaan peran Organisasi terhadap budaya membaca para aktivisnya.
c.
Memberikan kontribusi pemikiran yang signifikan bagi perkembangan Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi terutama dalam pembinaan budaya membaca.
11
d.
Memberikan sebuah kontribusi kepada ummat bahwa sesungguhnya budaya membaca adalah hal yang sangat pokok dalam kehidupan kita di dunia fana ini.
D. Definisi Istilah 1. Peran Peran adalah tugas dan tanggungjawab secara fungsi yang harus dikerjakan oleh seseorang/lembaga dalam menjalankan tugasnya guna mencapai visi dan misi suatu Organisasi. 2. Organisasi Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama antara manusia yang terkait dengan hubungan formal dan rangkaian hierarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari pengertian di atas ada tiga unsur menonjol yang perlu diperhatikan adalah : a. Bahwa Organisasi bukanlah tujuan, melainkan cara untuk mencapai tujuan atau alat untuk mengerjakan tugas pokok. Berhubungan dengan itu susunan Organisasi haruslah selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan atau tugas pokok. b. Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama yang terkait dalam hubungan formal. c. Dalam Organisasi selalu terdapat hierarki artinya dalam suatu Organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan bawahan.
12
3. Himpunan Mahasiswa Islam Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat HMI adalah salah satu Organisasi mahasiswa Islam yang di dirikan pada Tanggal 5 Februari Tahun 1947 M bertepatan dengan 14 rabiul awal 1366 H tepatnya di Jogjakarta, yang bertujuan membentuk generasi Muslim yang akademis, pencipta, pengabdi dan bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi Allah Subhanahu Wata‟ala.7 4. Budaya Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangan tanah (bertani).8 5. Membaca Sedangkan memperoleh
membaca
konsep-konsep
menginterpretasi,
sebagai yang
mengevaluasi
suatu
proses
dimaksud konsep-konsep
menangkap
oleh
atau
pengarangnya,
pengarang,
dan
merefleksikan atau bertindak sebagaimana yang dimaksud dari konsep tersebut.
7
KAHMI CIPUTAT. Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat.h. 15
8
Elly M. Setiadi. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar (Jakarta:Kencana, 2006), h.27
13
Budaya membaca adalah suatu kebiasan yang didalamnya terjadi proses berfikir yang kompleks, terdiri dari sejumlah kegiatan seperti keterampilan menangkap atau memahami kata-kata atau kalimat yang tertulis, menginterpretasikan, dan merefleksikan. Dalam kegiatan membaca juga perlu memiliki kondisi fisik yang baik sehingga konsentrasi tercurahkan sepenuhnya kepada teks atau tulisan yang sedang dibaca. E. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, peneliti membagi ke dalam 5 (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan bab pembuka yang membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, defenisi istilah serta sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi pembahasan mengenai; Pengertian Organisasi, Prinsip-prinsip Organisasi, Pengertian HMI, Tujuan HMI. Pengertian Membaca, Tujuan Membaca, Manfaat membaca. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, serta tempat dan waktu penelitian.
14
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai gambaran umum, Sejarah Berdirinya HMI, Sejarah HMI Cabang Ciputat, struktur Organisasi, visi dan misi, tujuan, fungsi, fasilitas. BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan yang didapat selama penelitian serta saran yang dapat menjadi masukan bagi Organisasi HMI Cabang Ciputat. DAFTAR ISI LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. RUANG LINGKUP ORGANISASI 1. Pengertian Organisasi Pada umumnya manusia adalah makluk sosial, cenderung berusaha untuk memenuhi keinginan-keinginan sebagaimana yang diasumsikan Abraham Maslow (1908-1970) bahwa setelah kebutuhan pertama terpenuhi pada tingkat tertentu maka kebutuhan berikut akan muncul dan menjadi penting bagi
dirinya.
Kebutuhan-kebutuhan
yang
belum
terpenuhi
akan
mempengaruhi tingkah laku (motivator) manusia selanjutnya dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan manusia relatif terbatas, maka ia berupaya untuk bekerjasama dengan orang lain guna pencapaian tujuannya.1 Hal inilah yang melatarbelakangi manusia untuk selalu berorganisasi secara substantive dalam kehidupan sehari-hari serta dalam bidang apapun. Definisi organisasi banyak dikemukakan oleh para praktisi dan pakar seperti2. 1. Menurut Ernest Dale, Organisasi merupakan proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubungan kerja dari orang-orang dari suatu kelompok. 2. Menurut Cyril Soffer, Organisasi merupakan perserikatan orang-orang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam suatu sistem
1
H Djaali. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.102. Modul LK-1 HMI Cabang Ciputat, h.128
2
15
16
kerja dan pembagian kerja, dimana pekerjaan itu dirinci dan digabung dalam beberapa bentuk hasil. 3. Menurut Liang Gie, Organisasi adalah wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Menurut David R. Hampton dalam bukunya Management, bahwa Organisasi adalah suatu pengelompokan yang relatif bertahan lama dalam sistem yang terstruktur dan berkembang dimana usaha-usahanya yang terkoordinir dimaksudkan untuk mencapai tujuan dalam lingkungan yang dinamis. Dari beberapa penjelasan di atas maka penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa Organisasi didirikan sebagai instrumen dalam usaha mencapai tujuan kolektif, yang di dalamnya terdapat sekeompok orang yang saling bekkerja sama serta mempunyai kesamaam visi-misi dalam mencapai tujuan tertentu. Namun demikian karakteristik Organisasi dapat dirinci sebagai berikut3: 1. Organisasi adalah wadah kerjasama dari sekumpulan orang dengan pola interaksi yang telah ditetapkan 2. Organisasi dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu, oleh karena itu organisasi merupakan kreasi sosial yang memerlukan aturan 3. Organisasi secara sadar dan sengaja dikoordinasikan dan disusun sehingga organisasi memerlukan pembagian wewenang
3
ibid, h. 129
17
4. Organisasi merupakan instrumen sosial yang mempunyai batasan yang bisa didefinisikan dan keberadaannya
mempunyai
basis
yang
permanent. 5. Oleh karena sifat Organisasi yang selalu berada di mana-mana dan semakin berkembangnya peran organisasi dalam kehidupan manusia, maka hakekat Organisasi menjadi sangat relativ tergantung dari sisi dan sudut pandang yang digunakan dan kepentingan yang mendasari berdirinya organisasi. 2. Prinsip-Pinsip Organisasi Dalam menjalankan urusan Organisasi, digunakan 5 prinsip utama sebagai pedomannya.4 1. Pembagian Kerja (Divisi of labor), yaitu pemecahan seluruh pekerjaan menjadi beberapa tahap. 2. Kesatuan Perintah (Unity of Command), yaitu suatu prinsip dimana bawahan hanya bertanggung jawab kepada seorang atasan saja. 3. Kewenangan, tanggungjawab dan Kekuasaan 4. Rentang Kendali (Span of Control), yaitu banyaknya bawahan yang dapat dikendalikan oleh seorang atasan secara efektif dan efisien. 5. Departementalisasi
(Departementalization),
yaitu
pengelompokan
kegiatan dan fungsi yang sejenis di bawah koordinasi seorang ketua bidang.
4
Ibid., h.130
18
3. Pengertian HMI Setiap segala sesuatu yang hadir tentunya mempunyai latar belakang yang mendorong kehadiran dan eksistensinya di permukaan. Hal ini mengacu pada perspektif ilmu sejarah sebagai salah satu ilmu pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana yang telah kita pelajari dibangku-bangku kuliah ataupun kita dapatkan berdasarkan hasil temuan bacaan kita lewat referensi-referensi sejarah yang ada. Sebagaimana halnya dengan Himpunan Mahasiswa Islam, tentunya mempunyai
sebuah sejarah dan proses yang panjang. Hingga sampai
dengan saat ini, kehadiran HMI sebagai salah satu organisasi Mahasiswa Islam tetap kita rasakan melalui dedikasi yang total kepada bangsa dan ummat ini, terutama sebagai mahasiswa muslim yang dominan bernaung di bawah Universitas, Perguruan Tinggi Islam baik yang swasta maupun yang sudah menjadi Negeri. Himpunan Mahasiswa Islam atau disingkat menjadi HMI adalah nama sebuah organisasi mahasiswa Islam yang didirikan pada Tanggal 5 februari Tahun 1947 M bertepatan dengan 14 Rabi’ul awwal 1366 H, yang bertempat di salah satu ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam (Sekarang UII), yang beralamat di jalan P. Senopati no 30, oleh Lafran Pane dan ke-14 kawan seperjuangannya nya waktu itu, diantaranya : Kartono Zarkasy, Dahlan Husein, Siti Zainah, Maisorah Hilal, Soewali, Yusdi Gozali,
19
M.Anwar, Hasan Basri, Marwan, Tayeb Razak, Toha Mashudi, Bidron Hadi, Zulkarnaen, dan Mansur5. 4. Tujuan HMI sebagai Organisasi Mahasiswa Islam Sebagai sebuah Organisasi mahasiswa yang berskala nasional bahkan bertaraf internasional tentunya mempunyai landasan yang jelas dalam eksistensi dan proses manajemen roda Organisasinya sendiri. Hal inilah yang terinternalisasi dalam sebuah tujuan yang jelas sebagai langkah awal keberadaan HMI sebagai salah satu Organisasi Mahasiswa (khususnya mahasiswa Islam) yang didirikan era orde lama. Adapun tujuan HMI sebagai salah satu organisasi Mahasiswa Islam sebagaimana yang diamanatkan dalam pasal 4 Anggaran Dasar (AD/HMI), yaitu “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi
yang bernafaskan islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata‟ala”.6 AD/ART ini merupakan pondasi-konstitusinya di HMI yang mengatur berjalannya sebuah organisasi dengan baik dan benar. Tujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah. Bahwa tujuan suatu organisasi dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi berstatus sebagai 5
Agussaliim Sitompul. Historiografi Himpunan mahasiswa Islam Tahun 1947-1993. (Jakarta:Misaka Galiza), h. 43 6 Ibid., h. 28
20
Organisasi mahasiswa yang berperan sebagai sumber insani pembangunan bangsa dan berfungsi sebagai organisasi kader yang bersifat independen. Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah Organisasi massa dalam pengertian fisik dan kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide, bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggotaanggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. B. RUANG LINGKUP MEMBACA Membaca
merupakan
kegiatan
yang
sangat
penting
untuk
pemberdayaan umat manusia, termasuk pemuda, pelajar dan khususnya para Mahasiswa sebagai agent of intellectual basic. Saking pentingnya kegiatan membaca, sampai-sampai Tuhan pun memilih perintah membaca sebagai ayat yang paling pertama diwahyukan kepada umat manusia di muka bumi. Tentu saja dengan membaca, hati dan pikiran akan tenang, terbuka dan menjadi arif dalam melakukan setiap tindakannya dalam keidupan sehari-hari dimuka bumi dalam konteks sosialisasi dan transformasi ilmu pengetahuan dalam ranah masyarakat, serta dengan membaca, seseorang akan memperoleh sebuah informasi dan pengetahuan yang baru dan cerdas dalam menghadapi tantangan hidup. Karena itu, upaya pemberdayaan pemuda dalam hal ini pelajar, dan khususnya lagi kaum intelektual atau yang kita sebut dengan mahasiswa akan menjadi lebih efektif dan bahkan harus disertai upaya peningkatan budaya
21
baca. Karena, dengan gemar membaca mereka akan menjadi lebih terberdayakan. Dengan membaca mereka akan mengalami sebuah proses pemberdayaan secara lebih intensif. Sebab bacaan tidak hanya sekedar membuka mata dan telinga mereka, akan tetapi esensinya adalah terbukanya hati dan pikiran setiap orang terhadap berbagai realitas di sekitarnya, baik realitas yang berupa ancaman ataupun peluang untuk mencapai kesuksesan di masa
depan. Dalam pemberdayaan umat beragama, kegiatan kegiatan
membaca juga menempati posisi yang sangat sentral. Bahkan, bagi umat islam, sepertinya telah disinggung diatas, sejak awal Tuhan menegaskan pentingnya membaca dengan menurunkan wahyu pertamanya yaitu Qur‟an Surat Al-„alaq ayat-1, yang isinya adalah terkait perintah membaca. Arti perintah Tuhan tersebut adalah menyerukan umat manusia agar memberdayakan dirinya dengan membaca. Pengertian pertama dari perintah itu adalah tentunya perintah untuk membaca dan memahami ayat-ayat kekuasaan Tuhan yang termaktub di dalam Al-Qu‟ran. Tetapi perintah tersebut juga mengandung pengertian membaca dalam arti yang luas yaitu membaca dan memahami teks-teks yang lainnya sebagai sumber ilmu pengetahuan, membaca tanda-tanda zaman sebagai sumber peringatan dan membaca gejala-gejala alam serta kehidupan yang ada di dalamnnya terkandung sunnatullah. Objek utama membaca adalah bahan bacaan, yang ada dalam wacana dewasa ini popular disebut sebagai teks, baik teks di dalam kitab suci ataupun
22
buku, ensiklopedia, surat kabar, jurnal, majalah maupun media digital dan teknologi informasi seperti disk, e-book, e-jurnal dan lain sebagainya. 1. Pengertian Membaca. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (KBBI), membaca merupakan aktivitas melihat isi sesuatu yang tertulis dengan teliti serta memahaminya baik melisankan maupun dihayati.7 Adapun pengertian lain, misalkan menurut E. Koswara dalam bukunya mengemukakan bahwa membaca merupakan suatu proses penafsiran dan pemberian makna tentang lambang-lambang oleh seorang pembaca dalam usahanya untuk pesan yang disampaikan penulis melalui kata-kata atau bahasa tulis.8 Joko D. Muktiono pun yang sama memberikan sebuah pengertian atas kata membaca tersebut, sebagaimana yang termuat dalam buku Aku Cinta Buku, bahwa membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk menerima pesan, suatu metode yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang orang lain, yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.9 Pengertian lain yang dikemukakan oleh Kosam Rimbawa dalam bukunya Perpustakaan sebagai center for learning society gagasan untuk
7
Peter Salim dan Salim Yani, kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English,1991), h.9 8 E. Koswara, Dinamika Informasi Dalam Era Globalisasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), h.226 9 Joko D. Muktiono. Aku Cinta Buku: menumbuhkan minat baca pada anak (Jakarta Elex Media Komputindo, 2013), h.16
23
pengembangan perpustakaan madrasah”, karya Sudarnoto Abdul Hakim, mengemukakan defenisi bahwa membaca merupakan dorongan minat, kehendak orang dalam mengetahui sesuatu.10 Menurut H.G. Tarigan dalam bukunya Membaca Dalam Kehidupan mengatakan bahwa membaca merupakan suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan telihat dalam pandangan sekilas agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui, kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat tidak akan tertangkap dengan baik.11 Dari beberapa definisi dan pendapat para ahli di atas terkait dengan pengertian membaca, maka dapat disimpulkan secara sederhana yaitu membaca merupakan suatu rangkaian keinginan dan sikap
yang
diinternalisasikan dalam bentuk mencari tahu tentang sesuatu itu, kemudian mampu untuk menafsirkan makna-makna dibalik simbol-simbol yang ada, baik secara tekstual maupun kontekstual. Kegiatan membaca tidak otomatis terhenti ketika seorang telah menyelesaikan tingkat pendidikan formal, karena konsep belajar pada hakikatnya adalah berlangsung selama hayat manusia, atau dalam dunia pendidikan sering kita dengar sebuah istilah yaitu “long life education”.
10
Sudarnoto Abdul Hakim. Perpustakaan sebagai center for learning society ; gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2006), h.23 11 H.G. Tarigan. Membaca Dalam Kehidupan (Bandung: Angkasa, 1989), h.7
24
2. Tujuan Membaca Secara umum tujuan dari pada kegiatan membaca dapat digolongkan menjadi dua yaitu tujuan praktis dan tujuan kultural. Tujuan praktis artinya tujuan membaca untuk memperoleh hasil praktis seperti halnya untuk kelulusan ujian, memahami sebuah masalah, menambah pengertian akan beberapa hal, mengetahui latar belakang persoalan dan sebagainya. Tujuan kultural artinya tujuan membaca yang sekedar untuk rekreasi rohani belaka atau sebagai hiburan12. Membaca merupakan usaha untuk mengetahui sesuatu yang diketahui yang tersimpan (berada) dalam suatu sarana bacaaan. Bagi seseorang yang cenderung untuk mengetahui sesuatu isi bacaan maka kunci utamanya adalah membaca. Banyak ahli yang telah menulis mengenai hal membaca ini. Menurut Gray dan Rogers dikatakan bahwa dengan membaca seorang banyak mendapat keuntungan antara lain: untuk mengisi waktu luang, mengetahui hal-hal yang aktual, up to date, mengetahui lingkungan, dapat memuaskan pribadi-pribadi, memenuhi tuntutan praktis dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut, memuaskan tuntutan intelektual, memuaskan tuntutan spiritual, dan lain-lain.13 Adapun tujuan yang lebih rinci lagi sebagaimana yang dikemukakan oleh Nurhadi dalam sebuah bukunya yaitu “Meningkatkan Kemampuan Membaca”, membagi beberapa tujuan membaca yaitu: mendapatkan informasi, memperoleh pemahaman, memperoleh kesenangan, memperoleh 12
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1991) 13 Sudarnoto Abdul Hakim. Perpustakaan sebagai center for learning society, h.25
25
informasi faktual, memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, memberikan penilaian kritis terhadap karya seseorang, memperoleh kenikmatan emosi, serta mengisi waktu luang.14 3. Manfaat Membaca Menurut Joko D Muktiono dalam buku Aku Cinta Buku mengatakan bahwa manfaat membaca terdiri atas berbagai macam, diantaranya 15 : a.
Membaca menghilangkan Kecemasan dan kegaduhan.
b.
Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk dalam kebodohan.
c.
Kebiasaan membaca membuat seorang semangat untuk bekerja dan jauh dari kemalasan.
d.
Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkan keluwesan dan kefasihan bertutur kata.
e.
Membaca membantu mengembangkan pemikiran.
f.
Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman.
g.
Dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain.
h.
Membaca pada dasarnya adalah suatu kegiatan sekaligus tinjauan kritis terhadap segala sesuatu, pada akhirnya adalah dapat menemukan teori, informasi dan pengalaman baru guna menopang kehidupan yang lebih berkemajuan.
14
Nurhadi, Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru, 1989), h.13. Joko D Muktiono. Aku Cinta Buku, h. 19
15
26
i.
Dengan kata lain membaca bermanfaat bagi manusia supaya dapat berkembang sekaligus meningkatkan kemampuannya untuk mengenal diri dan lingkungannya.
4. Faktor-faktor Yang Membentuk Budaya Membaca Adapun beberapa pendapat yang mendukung hadirnya kebutuhan membaca dalam diri seseorang, sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutarno dalam bukunya Perpustakaan dan Masyarakat, yaitu16 : a.
Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan dan informasi.
b.
Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya bahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragam.
c.
Keadaan lingkungan sosial yang kondusif, maksudnya adalah adanya iklim yang selalu dimanfaatkan dalam waktu tertentu untuk membaca
d.
Rasa haus informasi, rasa ingin tahu terutama yang aktual.
e.
Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rohani. Faktor-faktor tersebut di atas merupakan stimulus awal guna terwujudnya jiwa yang mencintai budaya membaca.
C. PENELITIAN TERDAHULU 1. Penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini diantaranya diambil dari skripsi dan jurnal ilmiah. Skripsi yang relevan dengan penelitian ini berjudul “Peran Organisasi ekstra Kampus Dalam Upaya Dan Pengembangan Minat Dan Kebiasaan Membaca Mahasiswa, studi kasus di Ikatan Mahasiswa
16
Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2003),h. 21-22
27
Muhammadiyah Cabang Ciputat Periode 2013” yang disusun oleh Komaruzzaman,
Jurusan
Ilmu
Perpustakaan,
Fakultas
Adab
Dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta Tahun 2013.17 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan kebiasaan membaca mahasiswa yang aktif di Organisasi ekstra kampus IMM Cabang Ciputat, serta memperoleh gambaran tentang peran dari program-program kegiatan yang dibuat IMM Cabang Ciputat dalam meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan diantaranya Library Research (Riset Kepustakaan), Field Research (penelitian lapangan), wawancara, dan dokumentasi. 2. Jurnal yang relevan dengan penelitian ini diperoleh dari jurnal “Deny Firmansyah Sutisna” Mahasiswa Universitas Padjajaran, Program Studi Ilmu Perpustakaan Vol.1, No.1 (2012). Inti dari penelitian ini adalah mengenai peranan sebuah lembaga pendidikan nonformal, yang salah satunya adalah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dalam menumbuh-kembangkan minat membaca warga belajar Paket C setara SMA. Penelitian dilaksanakan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Jembar Kabisa Dusun Selawi RT 02/RW 07, Desa Sukahayu, Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan PKBM Jembar Kabisa dalam menumbuhkan minat baca warga belajar.
17
Komaruzzaman. “Peran Organisasi ekstra Kampus,” h. 1
28
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh saudara Komaruzzaman adalah sama-sama meneliti tentang masalah membaca, yang menjadi perbedaan adalah pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif-kualitatif sedangkan pendekatan yang digunakan oleh saudara Komaruzzaman dalam peulisan skripsinya adalah deskriptif-kuuantitatif. Pada penelitian terdahulu saudara Komaruzzaman hanya mengemukakan kasus-kasus secara kuantitatif, misalnya seorang kader IMM dalam sehari membaca sebanyak berapa buku dan jenis-jenis buku yang dibaca oleh kalangan aktivis IMM Cabang Ciputat. Sedangkan dalam penelitian yang saya lakukan adalah membedah masalah hilangnya budaya membaca lebih melihat kepada aspek dan indikator yang menyebabkan hilangnya budaya membaca, serta program-program kerja yang mendukung terciptanya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat.
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN PENDEKATAN PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ialah deskriptif, dimana metode deskriptif disebut juga dengan penelitian mendalam. Dalam penelitian ini penulis mencoba mencari akar masalah yang terkait dengan beberapa faktor sebagaimana yang penuliskan rumuskan dalam batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sehingga penelitian yang penulis lakukan adalah mencari langsung ke dasar persoalan yang menyebabkan hilangnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015. 2. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, dengan alasan penulis ingin berhadapan langsung dengan informan agar bisa mendapatkan informasi lebih banyak, lebih mudah menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dan subyek penelitian, memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak pengaruh yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi lebih memahami makna, dan memahami situasi sosial secara mendalam. Metode penelitian dalam penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik, dan berhubungan dengan”sifat data” yang murni kualitatif.1
1
Ibid., h. 77-78
29
30
B. SUMBER DATA 1. Data Primer Data primer ialah data yang diambil langsung dengan tanpa perantara dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs atau manusia.2 Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari Ketua Umum HMI Cabang Ciputat, Presidium, serta para kader-kadernya. 2. Data Sekunder Data Sekunder ialah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen seperti laporan, karya tulis, koran, majalah dan lain sebagainya. C. INFORMAN Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Peneliti memilih 10 (sepuluh) informan guna mendapatkan data dan fakta yang valid mengenai keadaan HMI Cabang Ciputat, sepuluh informan tersebut adalah tergolong semuanya anggota aktif di HMI Cabang Ciputat. Berikut ini beberapa informan beserta kriteria yang dimiliki, diantaranya : 1. Ketua Umum HMI Cabang Ciputat. Ketua Umum Organisasi HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015 bernama Dani Ramdhani. Latar belakang pendidikan informan adalah dari fakultas ushuludin jurusan akidah Filsafat. Alasan peneliti menjadikannya
2
Ibid., h. 86-87
31
sebagai informan karena, informan tersebut yang mengetahui segala hal yang berkaitan tentang Organisasi HMI Cabang Ciputat. 2. Presidium Presidium atau biasanya disebut juga dengan ketua bidang adalah orang yang berperan sebagai koordinator dalam salah satu divisi disuatu struktur Organisasi, selain menjabat sebagai presidium, tentunya divisi-divisi yang ada mempunyai rancangan program kerja yang bersifat konstruktif. Melalui presidium, dapat diketahui karakter kader HMI Cabang Ciputat. sehingga, akan didapatkan data mengenai program-program HMI Cabang Ciputat. Namun disini penulis hanya mewawancarai tiga ketua bidang yang dalam hal ini bidang-bidang yang secara langsung bersentuhan dengan kegiatan dan rutinitas anggota HMI dalam ranah akademis maupun Organisasi. Tiga bidang tersebut adalah Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi, Pembinaan Anggota dan Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015. 3. Kader Aktif HMI Cabang Ciputat ( 6 orang ) Kader anggota aktif dalam tubuh Organisasi tersebut. Dalam penelitian ini, penulis pun tidak lupa mencari informasi secara langsung dari kader HMI Cabang Ciputat guna mendapatkan informasi yang lebih objektif dan valid. Adapun kriteria khusus kader yang penulis jadikan sebagai informan yaitu aktif kuliah, aktif berorganisasi, serta pemilihan semester yang penulis gunakan secara acak.
32
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa metode yang lazim
digunakan dalam berbagai penelitian ilmiah, yaitu library
research dan field research. 1. Studi kepustakaan (Library research) Studi kepustakaan yaitu usaha untuk memperoleh data dengan cara mengadakan research kepustakaan.3 Dengan memanfaatkan perpustakaan yang
berarti
dengan
melakukan
penelusuran
kepustakaan
dan
menelaahnya. Manfaat yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan ialah: a. Menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah diketemukan oleh para ahli terdahulu b. Mengikuti perkembangan penelitian dalam bidang yang akan diteliti, c. Memperoleh orientasi yang lebih luas mengenai topik yang dipilih, d. Memanfaatkan data sekunder dan e. Menghindari duplikasi penelitian.4 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang diperlukan berdasarkan buku-buku atau literatur yang terkait dengan skripsi ini.
3
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1997), h. 9 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), h.
4
70.
33
2. Studi Lapangan (Field research) Studi lapangan merupakan penelitian yang dilakukan di kancah lapangan terjadinya gejala-gejala. Studi lapangan digunakan untuk memperoleh data yang ada di lapangan sehubungan dengan pengembangan perpustakaan dan prestasi belajar yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Untuk mempermudah dalam melaksanakan studi lapangan, penulis menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data-data yang diperlukan, yaitu: a. Observasi Observasi adalah cara atau metode penghimpunan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.5 Point penting dalam observasi penulis adalah mengamati kegiatankegiatan
organisasi
yang
bernuansa
akademik
yang
dapat
menumbuhkan budaya membaca di kalangan aktivisnya, serta pola perkaderan yang secara langsung penulis bergelut dalam ranah tersebut. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan “terwawancara” (interviewe)
yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
5
Lexy J. Moleong, “MetodePenelitianKualitatif” (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.185
34
Objek wawancara meliputi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat, Sekretaris Umum, Ketua Bidang Pembinaan Anggota, Ketua Bidang Pemberdayaan Aparatur Organisasi dan Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda serta enam orang kader aktif HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015. c. Dokumentasi Dalam dokumentasi menyimpan banyak sekali fakta dan data yang tersimpan, dimana sebagian besarnya ialah berupa surat-surat, catatan harian, laporan, foto, cendramata dan lain-lain.6 Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat di sekretariat yang berupa laporan tahunan, buku kunjungan, dan fotofoto kegiatan organisasi. E. TEKNIK ANALISA DATA Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning).7 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia baik dari hasil wawancara, pengamatan, maupun dari hasil dokumentasi. Data yang diperoleh tersebut tentunya banyak sekali. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah kemudian langkah selanjutnya ialah dengan 6
Pupu Syaeful Rahmat “Penelitian Kualitatif” EQUILIBRIUM, Jurnal Vol. 5 No.9 Januari-Juni 2009 : h.7 7 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), h. 104.
35
mengadakan reduksi data dengan cara membuat abstraksi yaitu membuat rangkuman inti dari proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Sejalan dengan pendapat Moleong, Miller dan Huberman sebagaimana yang dikutip oleh Heribertus B. Sutopo menyebutkan, bahwa untuk menganalisis data yang bersifat deskriptif kualitatif,8 digunakan analisis interaktif yang terdiri dari 3 komponen, yaitu : 1. Reduksi data, 2. Sajian data, 3. Penarikan kesimpulan/verifikasi, yang dimaksudkan dalam suatu proses siklus.9 Untuk membuat kesimpulan, penulis menggunakan metode induktif, yaitu suatu pengambilan keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.10 Dalam metode induktif ini, orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena kemudian menarik kesimpulan bahwa ciriciri atau sifat-sifat itu terdapat pada jenis fenomena. Analisis data yang dilakukan, diantaranya : 11 1. Reduksi Data 8
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 5-6. Heribertus B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Depdikbud RI UNS, 1996), h.
9
86 10
Sutrisno Hadi. Metodologi Research Jilid I, h. 42.
36
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara data dengan tujuan penelitian. Data-data yang peneliti peroleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi tidak semuanya peneliti gunakan. Akan tetapi, data tersebut dipilah-pilah lagi yang relevan dengan tema penelitian. 2. Penyajian Data Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks yang bersifat naratif. 3. Penarikan Kesimpulan Setelah data-data terangkum dan dijabarkan, peneliti akan membuat kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah. F. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN a. Tempat penelitian Tempat penelitian adalah Sekretariat HMI Cabang Ciputat, Jln Puri Intan No 1. b. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah penulis mengagendakan 26 Juni 2015 s/d 26 Agustus 2015.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya HMI Sejarah secara bahasa diambil dari bahasa arab yaitu sajarotun yang berarti pohon. Secara maknawi sejarah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Ia adalah pelajaran dan pengetahuan tentang perjalanan masa lampau umat manusia, mengenai apa yang dikerjakan, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lampau, untuk menjadi cerminan dan pedoman berupa pelajaran, peringatan, kebenaran bagi masa kini dan mendatang untuk mengukuhkan hati manusia.1 Kesadaran sejarah akan membuat manusia lebih mengenal siapa dirinya. Zaman sejarah dimulai sejak dituliskannya pengalaman-pengalaman yang dialami manusia dalam prasasti atau ditembok-tembok gua. Selama tujuh tahun sejak berdirinya HMI belum ada penulisan sejarah HMI yang dapat dijadikan pedoman. Sejarah HMI hanya diceritakan secara lisan sebagai sumber yang pokok. Bisa dikatakan HMI sedang mengalami masa prasejarah. Walaupun dies natalis dilakukan setiap tahun namun penulisannya tetap belum dilakukan meskipun begitu hal-hal tersebut dipengaruhi kondisi 1
Peter Salim dan Salim Yani, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991), h 59
37
38
internal organisasi yang masih belum mapan, dan kondisi eksternal HMI yaitu terancamnya Negara Kesatuan Republik Indonesia serta belum dianggap mendesak penulisan sejarah HMI dan pendiri HMI Lafran Pane tidak berkenan menuliskan sejarah organisasi yang ia buat sendiri. Baru pada tahun kedelapan mulai muncul kesadaran dari kader HMI untuk membuat sejarah HMI. Meski terdapat banyak kekurangan disana-sini dalam penulisan pertama sejarah HMI ini namun perlu diapresiasi kemauan dan kemampuan kader HMI dalam menuliskan sejarah HMI. Pada periode awal penulisan ini dituliskan di majalah media terbitan dari HMI. Terdapat 5 periodisasi penulisan sejarah HMI sejak berdirinya organisasi ini sampai tahun 1993, menurut sumber historiografi HMI Agus Salim Sitompul. Dalam masa periode akhir yaitu tahun 1976-1993 penulisan sejarah HMI mengalami kemajuan yang pesat berupa metode interpretasi atas suatu fakta, menggunakan catatan kaki, menyebutkan daftar bacaan yang dipakai dalam menulis naskah, dicetak dalam format yang menarik. Sejarah HMI bukanlah sejarah HMI semata. Sejarah HMI merupakan sejarah pergumulan umat dan bangsa di bumi nusantara. Tepatnya sejarah pergumulan kaum intelegensia muda Islam-Indonesia dalam interaksinya dengan umat dan bangsa dibumi nusantara2. Dengan pemaknaan seperti itu maka makna kehadiran HMI tidak hanya pada sejarah berdirinya oleh Lafran Pane pada 5 Februari 1947 di
2
Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM. h. 55
39
Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta namun pemaknaan sejarah perjuangan HMI lebih dari itu. Ia bermakna dari politik etis pemerintahan hindia belanda pada akhir abad 19 maupun pada masyarakat Islam itu sendiri yang mulai masuk pada bumi nusantara pada abad ke-13. Pemaknaan sejarah perjuangan HMI ini sendiri jauh kebelakang untuk menggapai makna yang lebih utuh dengan harapan tanpa menyisakan spirit dan kompleksitas sejarah HMI dan makna kelahiran dan keberadaan HMI. Diakui ataupun tidak kelahiran HMI merupakan bagian utuh dari semangat Islam masuk ke bumi nusantara dan semangat perjuangan kaum intelegensia muslim sebagai blok historis yang menginisiasi kelahiran Negara Republik Indonesia. Sebagaimana pada terbitan majalah media ketujuh periode kedua penulisan sejarah HMI menyebutkan hidup manusia sepanjang masa memang selalu mengalami proses differensiasi dengan integrasinya. Masyarakat kuno mengenal differensiasi berdasarkan keturunan atau daerah dan mata pencaharian, sedangkan integrasinya adalah raja-raja dalam masyarakat feodal. Tetapi masyarakat kuno kurang menyadari adanya sistem integrasi. Begitu juga masyarakat modern mengenal differrensiasi berdasarkan ideologi, yaitu suatu ucapan dan perwujudan, kesadaran manusia akan dirinya sendiri sebagai makhluk yang berperasaan, berkemajuan dan pikiran masing-masing, sedangkan sistem integrasinya adalah republic monarki.
40
Begitu juga dalam masyarakat Islam, sekumpulan pemuda (bagian dari masyarakat modern) yang berkedudukan sebagai mahasiswa dalam masyarakat Indonesia yang mengucapkan perasaan, kemauan, dan pikirannya dalam paham agama islam, ingin menyalurkannya melalui suatu Organisasi untuk mengabdi kepada Agama, nusa dan bangsa. Dengan latar belakang differensiasi tersebut maka didirikanlah Organisasi bernama Himpunan mahasiswa
Islam
disingkat
HMI.
Sebagai
sistem
integrasi
antara
perhimpunan mahasiswa maupun golongan masyarakat lainnya. 2. Latar Belakang Berdirinya HMI. Secara umum ada empat permasalahan yang menjadi latar belakang berdirinya HMI3 : 1. Situasi Dunia Internasional Berbagai argument maupun apologi telah diutarakan oleh para ahli sebab musabab atas kemunduran umat islam. Tetapi hanya satu hal yang mendekati kebenaran, yaitu bahwa kemunduran umat Islam diawali dengan kemunduran berpikir dan sama sekali menutup kesempatan untuk berpikir. Pikiran yang kerdil membentuk bangsa kerdil. Umat islam terlena dengan kebesaran dan keagungan masa lalu maka pada saat itu pula kemunduran diundang datang. Masuknya agama Islam ke Indonesia dengan jalan tsamuh, toleransi dan penetrasi, membawa akibat positif dan negative. Positifnya Islam tersebar dengan mudah dan cepat diseluruh Indonesia terutama di pulau 3
Agusalim Sitompul, Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. h.
89
41
Jawa dan Sumatra. Negatifnya, bercampur ajaran Islam dengan paham animisme, dinamisme, Hindu dan Budha. Akibat itu semua kehidupan agama Islam di Indonesia mendapat pengaruh dan implikasi bagi perjalanan umat Islam selanjutnya. Dari kondisi umat Islam yang semakin kerdil dalam berpikir muncul gerakan menentang arus keterbatasan seseorang melaksanakan ajaran Islam secara benar dan kaffah. Maka dengan gerakan pembaruan ini yang digerakkan Jamaluddin Al afgani (1838-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905) yang muncul dalam watak revolusioner mengembalikan ajaran Islam yang murni, mendobrak kejumudan, membuka kembali ijtihad, menentang feodalisme dan imperialisme. Tentu saja berpedoman pada Alquran dan Hadits Rasulullah saw. Pergerakan Islam di Indonesia jelas di ilhami oleh gerakan kebangkitan umat Islam internasional, misalnya ditandai berdirinya Serikat Dagang Islam pada tahun 1905, Muhammadiyah 1912, Nahdlatul ulama (1926), Masyumi (1945), dan HMI (1947). 2. Situasi NKRI Tepat tahun 1596 cornelis de houtman mendarat di Banten sejak saat itu Indonesia dijajah oleh Belanda dan sejak itu pula bangsa Indonesia terus berjuang melawan imperialisme. Sistem imperialisme itu sendiri membawa dampak yang buruk dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa, bermasyarakat, bernegara, dan beragama. Kondisi ini menimbulkan kesadaran bangsa akan kehidupan yang bebas, sejahtera,
42
adil, dan makmur. Tercapainya tujuan itu memerlukan persatuan disegala bidang yang ditandai dengan munculnya pergerakan nasional dalam bentuk yang terorganisasi yang dimulai awal abad xx, meliputi berbagai macam angkatan. Dengan 3 spirit yang di bawa oleh belanda berupa gold, glory, gospel. Namun secara umum imperialisme barat membawa 3 hal yaitu Penjajahan itu sendiri dengan berbagai implikasinya. Misi zendding Agama Kristiani peradaban barat dengan ciri sekularisme dan liberalisme. Setelah perjuangan yang tiada henti dan penuh kesabaran atas rahmat Allah SWT maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta sang dwi tunggal proklamasI atas nama bangsa indonesia mengumandangkan kemerdekaan. Bukan hasil hibah namun perjuangan dan memerdekakan diri sendiri. 3. Kondisi Mikrobiologis Umat Islam di Indonesia. Kondisi umat Islam di Indonesia sebelum berdirinya dpat dikategorikan menjadi 4 golongan. Golongan pertama yaitu umat Islam yang melakukan ibadah hanya pada yang di dapatkan saja seperti upacar pernikahan, kelahiran, kematian, dan keselamatan. Golongan kedua, golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan mempraktikan agama Islam sesuai dengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Seperti tersebut dalam hadits-hadits dan riwayat. Sesuai dengan sifat dan kebiasaannya yang tidak terlepas bahkan tercampur dengan tradisi masyarakat arab yang khusus berlainan dengan
43
tradisi masyarakat Indonesia. Kehidupan alim ulama ini tertutup, hingga perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perhubungan umpamanya dengan kebudayan lain cenderung sedikit, maka perubahan-perubahan dalam cara hidup dan alam pikiran mereka hampir tidak ada. Islam adalah yang seperti pada jamannya Rasulullah segala perubahan adalah tidak ada hukumnya. Golongan ketiga ; golongan alim ulama dan pengikutnya yang terpengaruh oleh mistisisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk kepentingan akhirat saja. Mereka tidak terlalu
memikirkan
lagi
kehidupan
didunia
ini,
apalagi
untuk
memperhatikan perubahan-perubahan dalam masyarakat Indonesia dan dunia sekarang ini. Mereka ini berpendirian bahwa kemiskinan dan penderitaan adalah salah satu jalan untuk dapat bersatu dengan Tuhan. Keempat, golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan kemajuan jaman, searah dan sesuai dengan wujud serta hakekat agama Islam. Mereka berusaha supaya agama itu benar-benar dapat dipraktekan dalam masyarakat Indonesia. 4. Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswan. Ada dua faktor yang dominan mewarnai perguruan tinggi (pt) dan dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri yaitu pertama sistem yang diterapkan dalam dunia pendidikan umumnya dan Perguruan Tinggi khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang mengarah kepada sekulerisme dan mengarahkan pada pendangkalan agama dalam setiap
44
aspek kehidupan manusia. Kedua: adanya Perseriakatan mahasiswa Yogyakarta (PMY) dan Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua Organisasi ini dibawah pengaruh Komunis. Bergabungnya dua paham ini (sekuler dan Komunis) melanda dunia Perguruan Tinggi dan kemahasiswaan, menyebabkan timbulnya “krisis keseimbangan” yang sangat tajam, yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat. 3. Latar Belakang Pemikiran
Lafran Pane.
Mempelajari sejarah HMI tentu harus mengetahui latar belakang dari pendiri Lafran Pane. Sesungguhnya tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan sebahagaian kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula buka lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya Lafran Pane adalah penggagas dan pencetus HMI, yang dilahirkan pada 5 Februari 1922 di Padang Sidempuan. Menurut berbagai
tulisan sebelumnya
disebutkan bahwa Lafran Pane lahir pada 12 April 1923 di kampung Pangurabaan kecamatan Sitirok, sebuah tempat yang terletak dikaki gunung Sibualbuali, 38 km kearah utara dari kota Salak Padang Sidempuan, ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra utara. Lafran adalah anak ke 6 keluarga Sutan Pangurabaan Pane dari isteri pertama. Ibunda Lafran Pane meninggal 2 tahun setelah kelahirannya. Beliau adalah anak bungsu dari 6 bersaudara. Lafran Pane dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki latar
45
belakang pendidikan dan agama yang baik. Ia menempuh pendidikan di pesantren Ibtidaiyah Wustho, dan sekolah rakyat Muhammadiyah. Namun jiwa nasionalisnya tetap menonjol. Sebagai nasionalis muslim, lafran juga termasuk kelompok pemuda yang memprakarsai proklamasi 17 agustus 1945, bersama Adam Malik, Sukarni, dan lain-lain, yang bermarkas di jl. Menteng raya 31 Jakarta pusat4. Pengetahuan tentang keislaman selain didapatkan di pesantren Muhammadiyah juga belajar otodidak dan juga dari kuliah-kuliah agama islam di sti (sekarang uii) dengan dosen seperti Prof. Abdul Kahar Muzakkir (salah seorang penanda tangan piagam Jakarta Huyssain Yahya dan H.M Rasyidi. Dari pemuda yang berfigur dan berwawasan seperti inilah gagasan untuk mendirikan HMI muncul. Sesuai dengan konteksnya, latar belakang munculnya pemikiran berdirinya HMI5, adalah 1. Penjajahan Belanda atas Indonesia dan Tuntutan Perang Kemerdekaan 2. Kesenjangan dan kejumudan Pemikiran umat islam. 3. Kebutuhan akan pemahaman, pengahayatan keagamaan 4. Munculnya Polarisasi Politik 5. Berkembangnya Paham dan Ajaran Komunisme 6. Kedudukan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis 7. Kemajemukan bangsa indonesia 8. Tuntutan modernisasi dan tantangan masa depan.
4 5
Hariqo Wibawa Satria: Lafran pane Jejak Hayat Pemikiran (Jakarta:Lingkar, 2011), h. 33 Victor Tanja, HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
46
Setelah beberapa kali mengadakan pertemuan yang berakhir dengan kegagalan. Lafran Pane mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan secara mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir. Ketika itu hari Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947, disalah satu ruangan kuliah STI di Jalan Setiodiningratan (sekarang Panembahan Senopati), masuklah mahasiswa Lafran Pane yang dalam prakatanya dalam memimpin rapat antara lain mengatakan "Hari ini adalah pembentukan Organisasi Mahasiswa Islam, karena persiapan yang diperlukan sudah beres’’. Yang mau menerima HMI sajalah yang diajak untuk mendirikan HMI, dan yang menentang biarlah terus menentang, toh tanpa mereka Organisasi ini bisa berdiri dan berjalan "Lafran Pane mendirikan HMI bersama 14 orang mahasiswa STI lainnya, pada awal pembentukkannya HMI bertujuan ; 1.
Mempertahankan dan Mempertinggi derajat Rakyat Indonesia.
2.
Menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam.
4. Sejarah Berdirinya HMI Cabang Ciputat6 Pendiri HMI Cabang Ciputat adalah atas inisiatif A.M. Fatwa, Abu Bakar, dan Salim Umar karena A.M. Fatwa sebelum berkuliah di ADIA Jakarta A.M. Fatwa pernah mengikuti dan aktif dalam PII di daerah, dari ketua Cabang Sumbawa Besar, dan ketua Wilayah Nusa Tenggara. Selain itu juga sebelum A.M. Fatwa kuliah di ADIA, Dia juga sempat berkuliah di Universitas Ibnu Khaldun Jakarta dan telah mengikuti
6
Eko Arisandi, ed., MembingkaI Perkaderan Intelektual, h. 3
47
“perpeloncoan” HMI di Cabang Jakarta. Dengan pengalaman besentuhan langsung dengan HMI yang lebih dahulu dibandingkan kawan-kawannya yang lain, A.M. Fatwa berinisiatif mendirikan komisariat Ciputat pada tahun 1960 saat ADIA berkembang menjadi IAIN di bawah naungan Departemen Agama dan statusnya menjadi PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri). Dengan Abu Bakar sebagai Ketua Umum, Moh. Salim Umar sebagai ketua I, dan A.M. Fatwa sebagai ketua II yang kemudian dilantik oleh Ketua Umum HMI Cabang Cabang Jakarta.7 Setahun kemudian setelah memiliki anggota yang cukup banyak, serta masalah jauhnya komisariat Ciputat dengan Cabang Jakarta, menjadikan alasan untuk meningkatkan status komisariat Ciputat menjadi Cabang Ciputat. Maka dilakukan Rapat Anggota sekaligus pemilihan pengurus Cabang melalui formatur. Dalam pemilihan tersebut, kembali terpilih 3 orang formatur yaitu, Abu Bakar, Moh. Salim Umar dan A.M. Fatwa sebagai ketua umum, ketua I dan ketua II, HMI Cabang Ciputat. Setelah dilakukan “timbang-terima” jabatan dari Ketua Umum HMI Cabang Jakarta Alwi AlDjahwasyi, dan pengurus HMI Cabang Ciputat dilantik oleh Ismail Hasan Metareum (Ketua Umum PB HMI saat itu).8 Pada awal berdirinya HMI Cabang Ciputat memiliki beberapa komisariat yang merupakan Fakultas-fakultas di lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu: Tarbiyah, Syari’ah, Adab dan Ushuludin. 7
Ibid., h. 6 Ibid., h. 7
8
48
Sebelumnya saat menjadi komisariat Ciputat, untuk menjadi anggota HMI harus mengikuti MAPRAM yaitu Masa Perkenalan Anggota HMI di Cabang Jakarta. Setelah memiliki banyak kader, HMI komisariat Ciputat meningkatkan status menjadi HMI Cabang Ciputat dan menyelenggarakan MAPRAM HMI sendiri, dan makin bertambah banyaklah anggota HMI Cabang Ciputat. Kegiatan HMI Cabang Ciputat selanjutnya ialah mengirimkan beberapa anggotanya mengikuti Basic Training pada cabang-cabang HMI di kota lain, seperti Cabang Jakarta, Cabang Bandung, Cabang Yogyakarta, dan lain-lain. Kemudian juga menyelenggarakan Basic Training sendiri yang diikuti pula oleh cabang-cabang lain. Saat itu Basic Training adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh setingkat Cabang, dan dalam lingkup nasional (saat ini seperti LK II Intermadate Training). Pada kepengurusan periode selanjutnya terpilihlah Moh. Salim Umar sebagai Ketua Umum, A.M. Fatwa sebagai ketua I, Sokamakarya sebagai ketua II, dan Nurcholish Madjid sebagai sekretaris umum. Inilah awal mulanya Nurcholish Madjid ikut bergabung dalam kepengurusan HMI, walaupun pada mulanya mendapat banyak tolakan, karena Nurcholish Madjid belum pernah menjadi pengurus komisariat.9 Saat awal berdirinya HMI Cabang Ciputat bukan tanpa halang rintang, situasi tingkat nasional yang sedang bergejolak di mana PB HMI ditekan oleh CGMI (Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia), Organisasi
9
Ibid., h. 8
49
underbow PKI, memulai gerakan “mengganyang HMI”. Pada tahun 1962, dalam kongres PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) yang merupakan wadah dari organisasi-organisasi mahasiswa Indonesia, CGMI berhasil mengeluarkan HMI dalam kongres tersebut. Keadaan tersebut menggambarkan posisi PB HMI yang lemah ditingkat nasional. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh CGMI, HMI adalah anak partai terlarang Masyumi, anti Manipol Usdek, Organisasi kontra-revolusi dan lain-lain10. Tuntutan-tuntutan itu tidak hanya meraka lancarkan dalam forum-forum pertemuan kemahasiswaan seperti pada sidang MMI (Majelis Mahasiswa Indonesia), tetapi juga dalam rapat-rapat terbuka, bahkan dalam bentuk demonstrasi-demonstrasi. Hampir setiap hari, surat kabar yang mereka miliki (Harian Rakyat dan Bintang Timur) memuat berita-berita besar tuntutan pembubaran HMI.11 Kemudian di awal 60-an juga setelah HMI komisariat Ciputat ditingkatkan statusnya menjadi Cabang Ciputat tepatnya pada 17 Oktober 1963, Dewan Mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah melakukan demonstrasi yang dimotori oleh para aktivis HMI. Demonstrasi bersumber dari ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi golongan di lingkungan Departemen Agama dan IAIN. Saat itu menteri agama dijabat oleh KH. Saefudin Zuhri, sedangkan Rektor IAIN Jakarta dijabat oleh Prof. Drs. H. Soenardjo. Peristiwa yang sama juga terjadi satu pekan sebelumnya di IAIN Yogyakarta bahkan sampai menggagalkan Sidang Senat Terbuka. 10
Ibid., h. 10 Ibid., h. 268
11
50
Dalam
demonstrasi
di
Ciputat
para
mahasiswa
menyatakan
ketidaksenangannya terhadap pola yang serba ke-NU-an di lingkungan IAIN. Seakan-akan IAIN menjadi saran perkaderan bagi NU. Lagi pula saat itu Departemen Agama juga didominasi oleh kelompok NU. Kejadian ini dimotori oleh HMI dikarenakan saat itu belum ada Organisasi mahasiswa yang berafilias non-NU selain HMI.12 Demonstrasi di IAIN Yogyakarta dan Ciputat ini menjadi masalah penting di awal kepengurusan PB HMI periode 1963-1966 di bawah kepemimpinan Sulastomo waktu itu, merasa bertindak cepat dan tegas. Peristiwa ini dinilai sangat tidak menguntungkan, baik dari segi kepentingan nasional maupun kepentingan umat. Dari kepentingan nasional, PB HMI merasa perlu digalangnya kekuatan-kekuatan serta pemersatu umat sangat penting. Tampaknya tidak mungkin, serangan yang gencar dilakukan oleh CGMI dan PKI pada saat itu dihadapi tanpa adanya dukungan seluruh umat Islam khususnya dan kekuatan-kekuatan antikomunis lain pada umumnya. Dan dalam keadaan seperti ini, peranan Partai NU sangat penting. Atas dasar pertimbangan inilah dalam rangka kepentingan nasional, PB HMI mengeluarkan kebijakan tidak membenarkan kedua peristiwa yang terjadi di Yogyakarta dan Ciputat tersebut. Selanjutnya, PB HMI memutuskan pengurus HMI Cabang Yogyakarta yang baru terpilih tidak disahkan dan kepengurusan yang lama diperpanjang masa jabatannya.
12
Ibid., h. 269
51
Sedangkan pengurus HMI Cabang Ciputat “dibekukan” dan ditunjuklah Syarifudin Harahap, atas nama PB HMI sebagai karetaker, kepengurusan HMI Cabang Ciputat diambil alih oleh PB HMI sampai terbentuknya kepengurusan yang baru. Di Ciputat sendiri peristiwa 1963 ini menimbulkan trauma psikologis bagi kader-kader HMI. Betapa tidak, karena peristiwa ini banyak kader-kader HMI yang ditangkap dan mendekam di penjara, termasuk para dosen yang dianggap mendukung peristiwa itu. Beberapa aktivis HMI sperti, AM. Fatwa, Salim Umar, Ali Husen, Jalaluddin Suyuti, Syaifudin Faturusi dan kawan-kawan yang lain ikut mendekam di penjara akibat tindakan represif aparat dengan tuduhan kontra revolusi dan merongrong kewibawaan Presiden Pimpinan Besar Revolusi. Pembekuan HMI Cabang Ciputat sendiri berdampak pula pada seluruh proses perkaderan HMI di Ciputat yang “lumpuh total” dalam waktu yang cukup lama. Kader-kader HMI khawatir menjadi korban penangkapan sehingga, HMI menjadi organisasi yang menakutkan bagi mahasiswa. Keadaan ini menjadi hal yang tidak mudah untuk menghidupkan kembali perkaderan di Ciputat. Terutama bagi M. Salim Umar yang saat itu menjabat sebagai ketua umum, bahkan dia sendiri sempat dipaksa mundur dari jabatannya. Baru setelah keadaan membaik, didorong kader-kader yang lebih muda seperti Nurcholish Madjid dan Musthoha, perkaderan di HMI Cabang Ciputat mulai berdenyut kembali pada periode berikutnya. Setelah pulih pasca pembekuan pada 1963, Nurcholish Madjid bersama kader-kader angkatannya menghidupkan kembali perkaderan HMI Cabang
52
Ciputat. Dan fase ini menjadi pijakan perubahan dalam perkembangan sejarah HMI Cabang Ciputat. Nurcholish Madjid terpilih menjadi Ketua Umum HMI Cabang Ciputat untuk periode 1964-1965. Namun, pada saatnya nanti Cak Nur inilah yang mengawali perkaderan Intelektual di HMI Cabang Ciputat. Karyanya yang sangat penting pada fase ini adalah risalah kecil berjudul Dasar-Dasar Islamisme yang menjadi materi pelatihan dalam training-training HMI saat itu. Nurcholish muncul dalam forum-forum nasional sebagai juru bicara HMI Cabang Ciputat, salah satunya saat ketika kongres HMI ke-7 di Masjid Agung Al-Azhar, 8-14 September 1963. Saat itu, PB HMI melakukan kebijakan “adaptasi nasional” sebagai usaha menyelamatkan HMI dari ancaman isu pembubaran HMI. Pro-kontra muncul dari cabang-cabang utusan Kongres. Dan Nurcholish atas nama HMI Cabang Ciputat menyampaikan pandangan yang menentang keras kebijakan PB HMI. Nurcholish langsung mendapat teguran dari para senior HMI Cabang Ciputat saat itu seperti A.M. Fatwa. Nurcholish kemudian terpilih sebagai ketua umum PB HMI selama dua periode berturutturut (1966-1969 dan 1969-1971). Pada fase ini Nurcholish tercatat antara lain merumuskan Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai naskah ideologis yang sampai sekarang masih dipakai pada setiap pelatihan di HMI. Pada saat memimpin PB HMI Nurcholish Madjid sangat sering melontarkan ide-ide pembaharuan dalam berbagai tulisannya seperti “Modernisasi ialah Rasionalisasi bukan Westernisasi”, dan Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat” dan lain-lain.
53
Meskipun terjadi pro-kontra, namun ide-ide pembaharuannya mencatatkan namanya sebagai “simbol kader intelektual”13 dalam HMI. Diakui atau tidak, prestasi dan ketokohan Nurcholish Madjid tak terelakan kemudian membangun citra baik bagi HMI Cabang Ciputat sebagai perkaderan intelektual yang membedakan dengan cabang-cabang lain. Terlepas dari berbagai penafsiran lainnya, perkembangan tradisi intelektual di lingkungan HMI Cabang Ciputat yang kian lama kian ajeg ini merupakan respon dari generasi selanjutnya terhadap tradisi intelektual yang dilakukan Cak Nur di Ciputat. Pada fase awal perkembangan tradisi intelektual ini, tokoh yang paling langsung menorehkan pengaruhnya adalah M. Dawam Raharjo yang memberikan kesempatan perkembangan intelektual sehingga kader-kader HMI Cabang Ciputat terbawa dalam berbagai intellectual events tingkat internasional.14 5. Program Kerja HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 Perlu penulis sampaikan bahwasannya dari semua program kerja yang telah
di rancang oleh pengurus HMI Cabang Ciputat tidak semuanya
bersentuhan langsung dengan nilai-nilai akademis sehingga penulis hanya memasukkan beberapa bidang yang program kerjanya bersentuhan langsung dengan kegiatan akademis dan Organisasi.
13
Ibid., h. 272 Fachry Ali, Intelektual, Pengaruh Pemikiran dan Lingkungannya pengantar dalam Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan; Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), h. 14
54
Namun penulis memandang perlu untuk memasukkan program kerja dari pada badan pengurus harian inti yaitu dari ketua umum yang berfungsi sebagai penggungjawab utama, serta sekretaris umum dan bendahara umum. Perihal program kerja dapat dilihat langsung di bagian lampiran (tabel program kerja tiap bidang). B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini, penulis mencoba menguraikan sekaligus menjelaskan akar permasalahan dari point-point tersebut, sebagaimana telah penulis kemukakan diatas. a. Program-Program Kegiatan HMI Cabang Ciputat. Program-program HMI Cabang Ciputat yang dapat meningkatkan Budaya Membaca
yakni diantaranya :
1. NDP Lecture ( Kuliah NDP ) NDP adalah singkatan dari Nilai-nilai Dasar Perjuangan, NDP adalah salah satu muatan materi wajib yang harus dipelajari oleh setiap kader HMI dalam setiap
perkaderan
Formal HMI. Kegiatan ini
melibatkan semua kader dan aktivis HMI Cabang Ciputat guna meningkatkan budaya membaca para kader HMI Cabang Ciputat. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015: “Hmmmm,,,, sejauh ini saya selaku Ketua Umum HMI Cabang Ciputat sudah berupaya dengan segenap dan sekuat tenaga bersama para pengurus saya diperiode kali ini, misalnya kita mengadakan NDP Lecture yang bekerja sama dengan Bidang Pembinaan Anggota, kita mencoba mengadakan diskusi bulanan dan beberapa hal lainnya yang sekiranya
55
mengarah kepadda tumbuhnya dan meningkatnya budaya membaca, sehingga kader-kader HMI terus mengerti bahwa membaca itu sangatlah penting untuk masa depan mereka, iya ya ya itu yang utamanya dinda.”15 Akan tetapi yang menjadi letak permasalahannya adalah kegiatan yang sudah di canangkan tersebut kurang berjalan konsisten dikarena halhal teknis dalam roda organisasi yang selalu menghalangi rutinitas agenda tersebut, sehingga berdampak pada kurang maksimalnya pemahaman para kader HMI Cabang Ciputat dalam memaknai materi NDP itu sendiri. Halhal yang menjadi penghambat berjalannya kegiatan diatas adalah : a. Kegiatan organisasi berbenturan dengan jadwal perkuliahan para kader HMI Cabang Ciputat sehingga secara otomatis kegiatan ini diundur dan kadangkala mengalami kefakuman di tubuh HMI Cabang Ciputat. b. Banyak pemateri NDP yang tidak berkesempatan hadir. 2. Limited Group Discussion LGD ini adalah salah satu agenda diskusi ilmiah yang dilakukan oleh HMI Cabang Ciputat dalam rangka menyahuti keadaan dan situasi nasional serta internasional. Kegiatan ini meliputi seluruh kader komisariat HMI se-cabang Ciputat. Ini merupakan program kerja dari pada bidang Pembinaan Anggota (Bidang PA) HMI Cabang Ciputat. Adapun target dari pada kegiatan ini adalah memberikan stimulus kepada kader HMI Cabang Ciputat dalam memahami gejala-gejala perkembangan zaman, hal ini sebagaimana yang dinyatakan ketua bidang pembinaan Anggota:
15
Wawancara Pribadi dengan Dani Ramdhani selaku Ketua Umum HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, Ciputat, 16 Juli 2015.
56
“Iyaa,, bahwasannya diadakan mmmm kegiatan LGD ini agar semua adindaadinda serta kader - kader HMI Cabang Ciputat agar mampu memahami konstelasi dan perhelatan yang terjadi baik secara lokal, nasional serta internasional.”16 Kegiatan ini pada dasarnya memang melibatkan kader-kader HMI secabang Ciputat, akan tetapi tidak berjalan efektif dikarenakan hal-hal teknis yang tidak mendukung berjalannya kegiatan tersebut, hal-hal tersebut diantaranya adalah kehadiran Kader dalam agenda tersebut sangat minim dikarenakan tugas akademis kampus, sehingga menjadi hambatan suksesnya agenda lgd ini. 3. Sekolah MOK ( Manajemen, Organisasi dan Kepemimpinan ). Sekolah MOK adalah sebuah sekolah yang dicanangkan agar para aktivis HMI Cabang Ciputat dapat memahami cara mengatur dan mengurus Organisasi dengan efektif dan efisien. Program ini adalah tugas wajibnya bidang PTKK (Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Pemuda ) namun program ini tidak terealisasi secara maksimal. Bidang ini dibawah koordinator Johan Eko Prasetya selaku ketua bidang PTKK HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015. Namun kegiatan ini secara teknisnya tidak berjalan sama sekali dikarenakan padatnya agenda HMI Cabang Ciputat dalam periode kali ini. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ketua bidang PTKK : “ Jadi,,mmm kegiatan dan program sekolah MOK ini diadakan dengan maksud,,,,apa namanya,,,,eeee memberikan sebuah pemahaman yang holistik terhadap kader HMI Ciputat agar dapat memahami cara mengatur dan mengurus Organisasi dengan efektif dan efisien, namun secara pribadi 16
Wawancara Pribadi dengan Arum Samudra selaku Ketua Bidang PA HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, Ciputat, 16 Juli 2015.
57
saya meminta maaf selaku ketua bidang PTKK atas tidak terselenggaranya agenda tersebut dikarenakan terlalu banyak agenda HMI Cabang Ciputat periode kita kali ini yang sangat mendadak dan hal lainya,,,hahhahha kirakira begitu bro.”17 Akibat dari pada tidak terselenggaranya sekolah MOK ini adalah mengurangi pemahaman kader dalam memahami seluk beluk suatu organsasi secara baik dan benar, hal ini dikarenakan muatan materi yang akan disampaikan pada saat sekolah MOK adalah yang berkenaan dengan hal-hal teknis pengelolaan suatu Organisasi. Sehingga sangat disayangkan kegiatan ini tidak terealisasi dengan baik. 4. Diskusi Islam Nusantara. Kegiatan ini adalah program wajib bidang Pemberdayaan Anggota (PA) HMI Cabang Ciputat periode 2014-2015, ini merupakan program kerja yang digagas guna menyiapkan dan mendukung basic pemahaman para kader HMI dalam memahami kajian Islam Nusantara dalam berbagai perspektif. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Arum Samudra selaku ketua bidang pemberdayaan umat (PU) yaitu : “Oh iya terimakasih.....jadi seperti ini loh, agenda wajib dari pada bidang pemberdayaan anggota adalah kita mengadakan suatu kegiatan diskusi islam nusantara sebagai basic pemahaman para kader dalam menilik dan memahami seluk beluk dan corak keagamaan yang terdapat dibumi Indonesia ini, mungkin seperti itu dari saya ya,hhhh...,,,.”18
17
Wawancara Pribadi dengan Johan Eko Prasetya selaku Ketua Bidang PTKK HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015, Ciputat, 17 Juli 2015. 18 Hasil Wawancara Pribadi, bersama Ketua bidang PU HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kanda Arum Samudra, Ciputat, 17 Juli 2015.
58
Kegiatan ini dapat terselenggara, namun masih kurang efektif, hal ini dikarenakan
keterbatasan
waktu
dalam
agenda
tersebut
serta
pelaksanaannya hanya sekali saja. Dari beberapa kegiatan dan program kerja wajib yang telah dijelaskan diatas adalah merupakan salah satu bentuk upaya HMI Cabang Ciputat dalam menyahuti generasi muda agar mencintai budaya baca. Namun sebagaimana yang telah dijelaskan juga bahwa tidak semua kegiatan yang dicanangkan dapat berjalan lancar dan maksimal, dikarenakan beberapa kendala hal-hal teknis. b. Faktor-faktor yang menyebabkan mundurnya budaya membaca. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil penelitian lapangan adalah sebagai berikut : 1. Faktor Kesadaran dan Motivasi Diri Faktor ini adalah merupakan unsur yang sangat pokok dan inti dalam setiap gerak langkah seseorang dalam berbuat sesuatu yang berguna dan benar, baik secara baik ataupun salah. Penulis menemukan kenyataan ketika penulis terlibat secara langsung bergelut dalam Organisasi ini, dimana aktivis HMI hari ini sangat jauh dari visi dan misi Organisasi HMI itu sendiri, yakni sebagaimana yang diamanatkan dalam tujuan Organisasi HMI dalam anggaran dasarnya yang berbunyi “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.
59
Pun juga hal ini diperkuat dengan pendapat ketua bidang pembinaan anggota (PA) selaku pengurus Organisasi HMI Cabang Ciputat sebagaimana yang penulis wawancarai yakni: “Solusi yang cantik adalah berikan spirit dan motivasi yang rutin, saya sangat yakin bahwa hari ini kita krisis itu, kedua adalah kita sama-sama memperbaiki diri kita masing-masing, karena bicara HMI Cabang Ciputat yah bukan orang lain lagi, tapi saya, ente dan kader-kader yang ber-HMI.”19 Salah satu faktor yang menyebabkan degradasi kualitas dan budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat adalah kesadaran dalam menumbuhkan semangat belajar yang masih kurang dan lemah, bertindak sudah tidak utuh dalam memahami tugas utama mereka sebagai mahasiswa dan aktivis organisasi, sehingga orientasi perbuatan dan perkataan mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai intelektual. Rasa malas sejatinya harus dihilangkan demi sebuah perubahan pribadi itu sendiri. Memang setiap orang pasti memiliki rasa malas, tapi diri kita harusnya melawan semua rasa itu demi perubahan ke arah yang lebih baik, jadi faktor utamanya dalam menghambat budaya membaca adalah faktor kesadaran diri dan motivasi yang kuat, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh pengurus HMI : “Iya terimakasih sebelumnya...komentar saya bahwa HMI Cabang Ciputat mengalami degradasi kualitas, hingga banyak kasus yang hadir, dari malasnya membaca buku, kurangnya prestasi didunia kampus dan 19
Hasil Wawancara Pribadi, bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda Arum Samudra, Ciputat, 17 Juli 2015.
60
sebagainya. Artinya apa, ini sesuatu yang harus segera didaur ulang, dan untuk mendaur ulang kita butuh kerjasama dari semua kader yang ada di Ciputat.”20 2. Faktor Lingkungan Lingkungan pada dasarnya adalah tempat tinggal seseorang selama mengemban status mahasiswa ataupun mahasiswi. Lingkungan sangatlah menentukan pola perilaku seseorang dalam kontak sosial kehidupan sehari-hari baik sebagai makhluk sosial, individu ataupun makhluk akademis-teoritis. Pada dasarnya lingkungan adalah suatu lembaga pendidikan yang nonformal, sehingga kita tidak sadar jika ada beberapa unsur pola perilaku dan pemikiran kita sangat dipengaruhi oleh konstruksi lingkungan tempat dimana seseorang itu tinggal. Sebagaimana yang penulis temukan di lapangan bahwa lingkungan merupakan faktor yang sungguh berefek pada pola pikir seseorang, hal ini penulis temukan dibeberapa lingkungan tempat tinggal mahasiswa kostkostan, kontrakan yang sungguh jauh dari peradaban intelektual dan spiritual, sehingga tidak adanya budaya membaca sama sekali akibat telah terkontaminasi dengan budaya pragmatisme dan hedonisme kehidupan di era globalisasi ini, contoh lingkungan yang menciptakan budaya kemalasan, candu dengan dunia games serta playstation hingga melupakan
20
Hasil Wawancara Pribadi bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda Johan Eko Prasetyo, Ciputat, 17 Juli 2015.
61
tugas utama akademis mereka, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh salah satu kader aktif HMI Cabang Ciputat bahwasannya : “Faktor kemalasan, faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor keluarga, dan faktor lainnya lagi yang berujung pada hilangnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat, tapi yang menjadi titik tekannya adalah faktor kemalasan dan faktor lingkungan. Artinya ada yang salah disitu, misalnya mash ada rasa malas untuk membaca, terus didukung lagi dengan lingkungan yang jauh dari nuansa budaya membaca, iya kan,,,,akhirnya memperparah keadaaan yang ada, sederhananya kita saksikan sekarang ini di internal HMI Cabang Ciputat lah,,,,mana ada forum-forum diskusi kaya dulu lagi,,, uda ilang bro,,,,.”21 Lingkungan memang akan berdampak pada pola perilaku seorang, karena lingkungan adalah salah satu media bagi manusia untuk menerima pengetahuan secara alamiah, dalam penelitian lapangan ternyata hasil yang penulis dapatkan sangatlah varian, dimana lingkungan aktivis HMI cabang Ciputat pada sebagian besar masih jauh dari manajemen hidup, sehingga membentuk pola dan faktor lingkungan yang kurang baik pula. Hal inilah yang menjadi penghalang lahirnya budaya membaca di kalangan Aktivis HMI Cabang Ciputat. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang kader aktif HMI Cabang Ciputat ketika penulis melakukan kegiatan wawancara, bahwa kondisi lingkungan yang bernuansa akademis ditubuh HMI Cabang Ciputat sudah sulit didapatkan guna membentuk budaya membaca di kalangan aktivisnya, oleh karena itu Pengurus HMI Cabang Ciputat sejatinya harus bersinergi dengan semua elemen yang ada guna
21
Hasil Wawancara Pribadi bersama Pengurus HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda Aziz Muhtasyam, Ciputat, 17 Juli 2015.
62
menciptakan sebuah lingkungan organisasi
yang baik dan bisa
menciptakan lahirnya budaya membaca.22 Indikator secara umum adalah lingkungan yang menciptakan kemalasan dalam menumbuhkembangkan budaya dan ghirah membaca buku di kalangan kader HMI Cabang Ciputat. 3. Sarana dan Prasarana yang kurang memadai Suatu tujuan akan dapat tercapai jikalau mendapatkan dukungan dari sumber daya organisasi, saranan prasarana, manajemen, serta biaya akomodasi yang cukup untuk mengatur semua hal demi mencapai tujuan. Sebagaimana halnya dengan HMI secara organisasi pastinya mempunyai tujuan kedepan. Tujuan tersebut sebagaimana terlampir dalam pasal 4 Anggaran Dasar HMI yang berbunyi “Terbinanya Insan Akademis Pencipta Pengabdi Yang Bernafaskan Islam Dan Bertanggungjawab Atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur Yang Di ridhoi Allah Subhanahu Wata’ala.23 Tujuan tersebut masih bersifat landasan ideologis, yang kemudian harus di ejawantahkan di dalam kehidupan praksis-sosial kemasyarakatan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai guna tercapainya tujuan Organisasi dengan efektif dan efisien. Kondisi ril di Organisasi HMI Cabang Ciputat, sangat miris, penulis temukan bahwa 22
sarana dan prasarana untuk mendukung
Hasil Wawancara Pribadi bersama Kader aktif HMI Cabang Ciputat Periode 2014-2015 kakanda Dedi Ibmar, Ciputat, 17 Juli 2015. 59 Modul LK-1 HMI Cabang Ciputat, h. 29
63
tercapainya tujuan tersebut masih minim, misalkan untuk mencapai tujuan “Terbinanya insan akademis”, point yang bersentuhan langsung dengan kegiatan belajar-ilmiah baik di ranah kampus ataupun di ranah organisasi. Pada point ini penulis temukan sarana semisal Perpustakaan Organisasi belum di miliki oleh HMI Cabang Ciputat, yang HMI Cabang Ciputat siapkan hanyalah Aula Insan Cita untuk kader-kadernya berkumpul tapi belum ada Perpustakaan Organisasi yang disiapkan guna mendukung terciptanya insan akademis yang mencintai budaya membaca. Sebagaimana yang dikemukakan oleh salah satu kader aktif HMI Komisariat Adab dan Humaniora bahwasannya HMI Cabang Ciputat bahwasannya “ “HMI sebagai sebuah organisasi besar, yang jumlah kadernya bisa dibilang banyak, tentunya harus memfasilitasi semua kebutuhan kadernya, misalkan menyediakan perpustakaan khusus para kader HMI dalam hal ini sekaligus bisa membantu terwujudnya tujuan HMI.”24 Hal inilah yang menjadi salah satu sebab besar kemunduran dan budaya membaca di kalangan aktivisnya. Bagaimanapun juga sarana dan prasarana adalah sumber alat vital yang harus dilengkapi didalam suatu Organisasi, apalagi seperti HMI. 4. Era Globalisasi Adanya pengaruh globalisasi terhadap life style kaum organisatoris, hal ini bisa kita lihat di masa kekinian, bahwasannya suguhan realitas yang terjadi adalah gaya hidup yang hedonis, pragmatis sudah menjerat para 24
Hasil Wawancara Pribadi dengan kader aktif HMI Komisariat Adab dan Humaniora yunda Amaliyah Rachmadanty, Ciputat, 17 Juli 2015
64
aktivis organisatoris, khususnya anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh salah satu pengurus HMI Cabang Ciputat bahwannya : “Hadirnya budaya globalisasi yang dalam hal ini adalah budaya hedonis yang terlalu masif dikehidupan dewasa saat ini, dan bukan hanya mahasiswa yang jadi korban tapi bisa dibilang hampir 80 porsen masyarakat indonesia sudah dimanjakan dengan budaya-budaya seperti itu.”25 Meskipun sulit untuk kita menghindari yang namanya trand global, life style dan sebagainya. Akan tetapi dibalik semuah corak-corak globalisasi tersebut sungguh menjebak pemikiran kita (khususnya para aktivis), bisa kita lihat bahwa efek dari pada gaya hidup yang hedonis akan melahirkan sebuah sikap yang kurang baik, misalkan apatis, utopis, individualistik hingga tidak memperdulikan aktivitas dan rutinitas organisasi. Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan kader HMI Cabang Ciputat: “Seperti yang saya utarakan, bahwa hadirnya globalisasi membawa virus berbahaya bagi HMI Ciputat terutama, artinya banyak kader yang terlena dengan kecanggihan dunia gadget dan melupakan tugas utama mereka yaitu belajar dan membaca alebih banyak lagi, saya sering menemukan banyak dari kader kita sekarang itu bukannya bukannya budaya diskusi lagi yang dijalankan tetapi game online bareng yang dibudidayakan, memang gak salah, tapi mereka terlalu berlarut dalam hal itu gitu loh.”26 Era modern sangatlah ganas, apabila setiap manusia yang terlibat didalamnya tidak memiliki karakter dan sikap dasar yang menjadi 25
Hasil Wawancara Pribadi dengan kader aktif HMI Komisariat Syariah dan Hukum kanda Muhammad Irpan, Ciputat, 17 Juli 2015 26
Hasil Wawancara Pribadi dengan Pengurus HMI Ciputat kanda Zainuddin Asri, Ciputat, 17 Juli 2015
65
penopang maka secara otomatis akan tergerus dalam lubang kehancuran modernisasi yang sangat mendukung lahirnya budaya pragmatisme yang mencintai dunia dan melupakan sisi-sisi kehidupan yang ilahi. c. Pola Perkaderan di Lingkungan HMI Cabang Ciputat Perkaderan adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan sistematis untuk menghasilkan kader-kader yang dapat mengaktualisasikan segala potensi dirinya secara maksimal bagi sebuah organisasi. Pola yang baik adalah harus mempunyai suatu arah yang tepat, nah arah dalam pengertian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam bentuk bergerak menuju kesuatu tujuan. Arah juga dapat diartikan. sebagai pedoman yang dapat dijadikan patokan dalam melakukan usaha yang sistematis untuk mencapai tujuan. Jadi, arah perkaderan HMI tercermin dalam tujuan HMI, yaitu terbinanya individu yang memiliki kualitas insan cita (akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT). Dalam rangka mewujudkan terbinanya individu HMI yang memiliki lima kualitas insan cita tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mencapai tujuan HMI. Di dalam organisasi HMI, pola perkaderan yang diterapkan telah dirancang sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat menghasilkan kaderkader ideal yang memiliki kualitas-kualitas unggul. Kualitas-kualitas tersebut terangkum dalam rumusan tujuan HMI yang disebut lima kualitas
66
insan cita, meliputi insan akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai
Allah
Swt.
Dalam rangka mewujudkan masyarakat cita HMI yaitu masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt. Maka kader-kader HMI yang telah dan sedang terbentuk harus mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Pengabdian kader ini merupakan penjabaran dari peranan HMI sebagai
sumber
insani
pembangunan
bangsa.
Kader
HMI
dapat
memanfaatkan berbagai jalur untuk melakukan pengabdian, terutama yang sesuai dengan dasar akademis yang dipelajarinya. Oleh karena itu, kader HMI harus selalu mengasah segala potensi yang dimilikinya agar menjadi insan akademis yang baik, yaitu mampu berpikir rasional, objektif dan kritis, serta mempunyai pengetahuan dan wawasan luas. Insan pencipta yang baik, yaitu insan yang penuh gagasan kemajuan, kreatif, terbuka, dan mampu melihat kemungkinan-kemungkinan baru; insan pengabdi yang baik, yaitu insan yang sanggup berkarya demi kepentingan masyarakat, negara, dan agama; dan insan yang melandasi segala pikiran, sikap dan tindakannya dengan nilai-nilai Islam yang bersumber pada alQuran dan as-Sunnah. Abad modern berlari lebih cepat dari pada gerak kita, dan kita seakanakan tak berdaya menyusulnya. Tantangan kemodernan, baik yang berekses
67
positif maupun negatif, belum mampu kita sikapi dengan semestinya, nilainilai baru sudah pula menyerbu kita dengan dahsyat. Berbicara pola perkaderan maka hal ini sebagaimana apa yang dinyatakan oleh salah satu kader HMI Ciputat bahwa : “Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwasannya perkaderan adalah ruh dari pada HMI ini sendiri, tanpa perkaderan maka eksistensi HMI akan hilang dan rapuh, kira-kira seperti itu,,,,iyaaaaaa perihal pola perkaderan yang seperti apa, hmmmmmmmm saya rasa bahwa perkaderan yang sejati itu adalah eeeeee dimana semua elemen harus bekerja sama dalam mendukung tujuan inti dari pada sebuah perkaderan itu sendiri yaitu : terciptanya kader muslim intelektual, profesional, yang berakhlakul karimah serta mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai tujuan organisasi, saya kira itu.”27 Pola perkaderan di HMI Cabang Ciputat di masa kini memang masih berlandaskan nilai-nilai konstitusi, sebagaiman amanat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga HMI. Namun ada beberapa hal yang penulis temukan dalam penelitian ini yaitu bahwa dalam pola perkaderan di HMI masih sangat minim dari terobosan-terbosan baru, yang berorientasi kepada nilai-nilai sosial kemasyarakatan sehingga efek dari perkaderan HMI Cabang Ciputat hanya stag pada internal HMI sendiri khususnya HMI Cabang Ciputat. Point yang kedua adalah, arah perkaderan HMI Ciputat di era kekinian lebih berorientasi kepada nilai-nilai globalisasi modern, hingga melupakan substansi dari hakikat perjuangan organisasi yaitu mewujudkan insan
27
Hasil Wawancara Pribadi dengan Dani Ramdhani.
68
akademis yang pada akhirnya dapat membawa masyarakat kepada nilai-nilai kebaikan dan di ridhoi Allah SWT.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. HMI Cabang Ciputat pada prinsipnya mempunyai program-program wajib dalam menopang berjalannya rutinitas Organisasi serta membentuk kualitas kader yang berorientasi kepada mutu akademis secara kualitas maupun kuantitas. Program-program tersebut misalkan mengadakan diskusi bersama, kajian NDP (Nilai-nilai Dasar Perjuangan sebagai salah satu materi wajib di HMI), bedah buku. Serta beberapa program kerja lainnya yang menopang budaya membaca dikalangan aktivis HMI Cabang Ciputat. 2. Program-program tersebut mengalami kemandegan, aplikatif nilai dan tranformasi informasi tidak dapat teraktualisasi secara baik dikarenakan : a. Kurangnya kesadaran dan motivasi diri seorang kader terhadap tugas akademisnya. b. Faktor yang kedua adalah pola pergaulan dalam lingkungan yang tidak terarah sehingga memberikan dampak yang kurang baik pada seorang kader. c. Faktor yang ketiga adalah kurangnya sarana dan prasarana sebagai alat pendukung lahirnya budaya membaca di tubuh Organisasi HMI Cabang Ciputat, misalnya perpustakaan Cabang yang belum disiapkan.
69
70
d. Faktor yang keempat adalah hadirnya era globalisasi yang menawarkan segala kecangihan sehingga membuat seorang lupa akan tugas utamanya yaitu belajar. 3. Pola Perkaderan HMI Cabang Ciputat Faktor yang mendominan adalah pola perkaderan yang masih stagnan dan masih jauh dari inovasi-inovasi yang sesuai dengan trand zaman. B. Saran Budaya membaca adalah satu-satunya warisan yang paling mulia, warisan yang tidak ternilaikan harganya oleh materi apapun di dunia ini, maka sebagai organisasi yang besar, budaya membaca adalah seharusnya menjadi jati diri, yang bukan saja bersifat semboyan akan tetapi jauh dari pada itu adalah bentuk aplikasi nyata dan mampu melahirkan generasi-generasi baik dan cerdas. Budaya membaca harus di hidupkan kembali dengan berbagai macam terobosan, stimulus serta pola yang baru. a. Program-Program HMI Cabang Ciputat yang meningkatkan Budaya Membaca : 1. Menghidupkan kembali NDP Lecture, Forum diskusi rutin tiap minggu, mengadakan kajian dengan menghadirkan tokoh nasional, mengadakan bedah buku ilmiah atau fiksi, seminar, workshop keorganisasian serta mengadakan rangsangan
kegiatan-kegiatan baik
terhadap
lain
yang
kader-kadernya
bersifat guna
kesadaran dan motivasi mereka dalam dunia akademis.
memberikan
membangkitkan
71
2. Pengadaan Perpustakaan Organisasi HMI Cabang Ciputat guna mendukung lahirnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat. b. Faktor-Faktor yang menyebabkan budaya membaca. Perihal hambatan dan tantangan dalam suatu organisasi sejatinya harus disikapi dengan baik, dalam arti diselesaikan dengan cara mencari jalan keluar terhadap masalah yang ada. Telah dipaparkan diatas bahwa ada beberapa masalah yang menghambat hadirnya budaya membaca di kalangan aktivis HMI Cabang Ciputat, oleh karena itu HMI Cabang Ciputat harus berani bangkit dari semua masalah yang ada, baik dari segi pendekatan kepada kader-kader, sistem program kerja. c. Pola Perkaderan HMI Cabang Ciputat. Untuk pola perkaderan HMI Cabang Ciputat harus perlu di upgread lagi agar sesuai dengan kebutuhan zaman, misalkan perkaderan berbasis teknologi ( IT ).
DAFTAR PUSTAKA Ali, Fachry. Intelektual Pengaruh Pemikiran dan Lingkungannya-Pengantar Dalam Nurcholis Madjid; Dialog Keterbukaan. Jakarta: Paramadina, 1998. Awangga, Suryaputra N. Desain Proposal Penelitian: Panduan Tepat dan Lengkap Membuat Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid Publisher, 2007. Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998. Bakhtiar, Amsal. dkk. Pedoman Akademik Program Strata 1 2010/2011. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2011. Efendi, Sofian dan Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei, Jakarta: LP3ES, 1989. Firmansyah, Sutisna Deny. Peranan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) dalam Menumbuhkan Minat Baca Warga Belajar-Jurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran ,Program Studi Ilmu Perpustakaan. Vol.1, No.1 (2012). Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Andi Ofset, 1997. H Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Hakim, Sudarnoto Abdul. Perpustakaan sebagai center for learning society ; gagasan untuk pengembangan perpustakaan madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora, 2006. Herfanda, Ahmadun Yosi. Yang Muda Yang Membaca. Jakarta: Asisten Deputi Pemberdayaan Lembaga Pemuda-Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga, 2008. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan Praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta : STIA-LAN Press, 1999. Komaruzzaman, “Peran Organisasi ekstra Kampus Dalam Upaya Dan Pengembangan Minat Dan Kebiasaan Membaca Mahasiswa, studi kasus di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat Periode 2013,” Skripsi S1 program studi Imu Perpustakaan, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Koswara, E. Dinamika Informasi Dalam Era Globalisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998.
Modul Latihan LK-I HMI Cabang Ciputat. Jakarta: HMI KAHMI, 2010 Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif”.Ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998. Multatuli, Max Havelaar; Buku Pertama Yang Membuka Mata Dunia Tentang Busuknya Kolonialisme dan Memberi Ilham Bangsa Indonesia Untuk Merdeka. Yogyakarta: Narasi, 2008. Nurhadi. Meningkatkan Kemampuan Membaca, Bandung: CV. Sinar Baru, 1989. Salim, Yani dan Salim, Peter. kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English,1991. Satria, Hariqo Wibawa, Lafran Pane Jejak Hayat Pemikiran. Jakarta:Lingkar Penerbit, 2011 Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2006 Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1989. Sitompul, Agusalim. Pemikiran HMI dan relevansinya dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Jakarta: PT INTEGRITA DINAMIKA PRESS, 1986. Sulistio-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1991. Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2003. Sutopo, Heribertus B. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: Depdikbud RI UNS, 1996. Syaeful, Rahmat Pupu. “Penelitian Kualitatif” EQUILIBRIUM, Jurnal Vol. 5 No.9 Januari-Juni 2009 Tanja, Victor. HMI:HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM;Sejarah dan kedudukannya di tengah gerakan-gerakan Muslim pembaharu di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan, 1982. Tarigan, H G. Membaca Dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa, 1989.
Zakaria, Rusydy. MembingkaI Perkaderan Intelektual setengah abad HMI Cabang Ciputat. Jakarta: UIN Jakarta Press, HMI Cabang Ciputat, Presidium KAHMI, dan Fatwa Center, 2012.