UPAYA GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI PERILAKU MENYIMPANG BERPACARAN BAGI SISWA SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Disusun oleh: Lilies Marlynda NIM 11220040 Pembimbing: Slamet, S.Ag., M.Si. NIP 19691214 199803 1 002
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
HALAMAN PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur kepada Allah SWT. Skripsi ini penulis persembahkan kepada, Ibunda tercinta Parjiyem Dan Bapak Hari Wiyanto tersayang,
v
MOTTO
Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.1
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Pelita III, 1984), hlm. 285.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya tugas akhir ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. berserta keluarga dan para sahabat yang telah menuntun umat Islam dari zaman kegelapan menuju ke zaman yang terang-benderang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis menadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Prof Drs H Akh Minhaji MA PhD selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ibu Dr. Nurjannah, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Muhsin, S.Ag, M.A selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
4. Bapak Drs. Abror Sodik, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu dengan senang hati memberikan arahan dan bimbingan akademik. 5. Bapak Slamet, S.Ag., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi (DPS) yang dengan sabar membimbing, memberi nasehat serta masukan bagi penulisan skripsi. 6. Bapak Drs. Abror Sodik, M.Si dan Ibu Dr. Casmini, S.Ag, M.Si selaku penguji I dan penguji II yang dengan senang hati telah memberikan masukan, bimbingan serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 7. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang senantiasa membagi ilmunya selama ini, saya ucapkan banyak terimakasih. 8. Bapak Drs. Eka Setiadi selaku Kepala SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. 9. Ibu Rinawati, S.Pd selaku Koordinator BK SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang dengan senang hati selalu membantu memberikan informasi guna kelengkapan penyusunan skripsi ini. 10. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta yang sangat membantu dalam memberikan informasi guna penyusunan skripsi ini. 11. Kepada teman seperjuanganku dalam penelitian Nasrina Nur Fahmi, terimakasih untuk semangat dan motivasinya, semoga selalu
viii
ABSTRAK
LILIES MARLYNDA. Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Berpacaran Bagi Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunankalijaga, 2015.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan dokumen-dokumen yang dimiliki guru bimbingan konseling. Objek penelitian ini adalah bentuk-bentuk perilaku menyimpang berpacaran siswa serta upaya dari guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk-bentuk perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta adalah berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman, berpergian bersama dengan pacar dan berhubungan seksual sehingga mengakibatkan kehamilan diluar pernikahan. Upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta terdiri dari tiga yaitu upaya kuratif, upaya pembinaan, dan upaya preventif bagi siswa yang belum menyimpang. Upaya kuratif yang meliputi konselor sebaya. Upaya pembinaan yang terdiri dari konseling individu dan pemanggilan orang tua / wali siswa. Upaya preventif yang terdiri dari pengadaan surat perjanjian, penyuluhan dari guru BK dan lembaga.
Kata kunci: 1. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling 2. Perilaku Menyimpang Berpacaran
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................ iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v MOTTO ............................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................... x DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xv BAB I
PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ............................................................................. 1 B. Latar Belakang Masalah ................................................................. 6 C. Rumusan Masalah .......................................................................... 12 D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 13 E. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 14 F. Kerangka Teori............................................................................... 17 G. Metode Penelitian........................................................................... 36 H. Analisis Data .................................................................................. 41
xi
BAB II GAMBARAN SMK NEGERI 1 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA A. Gambaran SMK N 1 Depok Sleman Yogyakrata 1. Letak Geografis ........................................................................ 43 2. Sejarah SMK N 1 Depok Sleman Yogyakrata ......................... 44 3. Visi, Misi dan Tujuan .............................................................. 45 4. Struktur Organisasi .................................................................. 45 5. Guru dan Siswa ........................................................................ 47 B. Gambaran BK SMK N 1 Depok Sleman Yogyakrata 1. Struktur Organisasi BK ............................................................ 50 2. Visi dan Misi ............................................................................ 51 3. Profil Guru BK ......................................................................... 51 4. Pembagian Tugas BK............................................................... 53 5. Layanan BK ............................................................................. 56 6. Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah ........................... 59 7. Sarana dan Prasarana................................................................ 60 C. Gambaran Umum Masalah ............................................................ 62
BAB III BENTUK-BENTUK PERILAKU MENYIMPANG BERPACARAN YANG
DILAKUKA
OLEH
SISWA
DAN
UPAYA
GURU
BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASINYA DI SMK NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA A. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang Berpacaran Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta 1. Berpegangan Tangan ................................................................ 66 2. Berciuman ................................................................................ 67 3. Berpergian bersama .................................................................. 69 4. Berhubungan Seksual ............................................................... 70 B. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling 1. Upaya Kuratif ........................................................................... 72 2. Upaya Pembinaan..................................................................... 74 3. Upaya Preventif ........................................................................ 76
xii
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 82 B. Saran ............................................................................................ 83 C. Kata Penutup ................................................................................ 84 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Jumlah siswa SMK N 1 Depok Sleman Yogyakarta ……………… 47
Table 1.2
Jumlah siswa SMK N 1 Depok Sleman Yogyakarta dari tahun ke tahun……… 49
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Struktur Organisasi …………………………………….. 46
Bagan 1.2
Struktur Organisasi BK ………………………………… 50
Bagan 1.3
Mekanisme Penanganan Siswa Bermasalah…………….. 59
Bagan 1.4
Mekanisme Penanganan Siswa Mutasi / Drop Out……... 60
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Penelitian ini berjudul Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Berpacaran bagi Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Untuk menghindari adanya salah persepsi dari judul yang di sampaikan, maka penulis memandang perlu untuk memberikan penegasan istilah dari judul ini secara rinci sehingga diperoleh gambaran yang terarah dan batasan-batasan sebagaimana yang diharapkan. 1. Upaya Upaya merupakan usaha, syarat untuk menyampaikan.1 Atau upaya adalah suatu usaha untuk mencapai suatu apa yang hendak dicapai atau diinginkan.2 Adapun yang dimaksud upaya dalam penelitian ini adalah usaha yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran siswa.
1
W.J.S Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984),
hlm. 1132. 2
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), hlm. 995.
1
2
2. Guru Bimbingan Konseling Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru merupakan orang yang kerjaannya mengajar.3 Dalam hal ini yang diajarkan oleh guru tidak hanya ilmu melainkan akhlak atau tingkah laku. Bimbingan merupakan suatu tuntunan atau pemberian pertolongan. Bimbingan suatu tuntunan mengandung arti bahwa di dalam memberikan bantuan itu bila keadaan menuntut adalah menjadi kewajiban bagi para pembimbing secara aktif kepada yang dibimbingnya. Di samping itu, bimbingan sebagai pertolongan mengandung arti bahwa dalam menentukan arah dapatlah diserahkan kepada yang dibimbingnya. Keadaan seperti ini sering dikenal dengan istilah ”Tut Wuri Handayani”, jadi hanya di dalam keadaan yang memaksa maka pembimbing mengambil peranan secara aktif di dalam memberikan bimbingannya. Sedangkan pengertian dari penyuluhan yaitu bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnnya.4
3
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indoesia, (Semarang: CV Widya Karya, t.t.), hlm. 18. 4
3-5.
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Jogjakarta: Andi Offset, 1989), hlm.
3
3. Mengatasi Kata mengatasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai menguasai (keadaan dan sebagainya), melebihi dalam hal, mengalahkan serta menanggulangi.5 Dalam kaitannya dengan penelitian ini, maka kata menangani dimaksudkan sebagai suatu usaha menguasai keadaan yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling dalam menghadapi siswa yang memiliki masalah dalam penyimpangan berpacaran. 4. Perilaku Menyimpang Berpacaran Kata perilaku dalam Kamus Ilmiah Popular diartikan sebagai tindakan, perbuatan, sikap.6 Perilaku menyimpang adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang diluar nilai-nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat, dalam arti demikian perilaku menyimpang selalu normatif sifatnya.7 Sedangkan pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan diri) serta adanya keterkaitan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah
5
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indoesia, hlm. 589.
6
Pius A. Pratanto dan M. Dahlan Al Belrry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm. 587. 7
Sparinah Sadli, Persepsi Social Mengenai Perilaku Menyimpang, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hlm. 61.
4
dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.8 Perilaku menyimpang berpacaran yang dimaksud di sini adalah suatu perilaku dengan lawan jenis yang dilakukan oleh seseorang di luar batas aturan
norma
yang
berlaku
sehingga
tidak
dapat
diterima
oleh
lingkungannya, dalam hal ini adalah berupa berpacaran di lingkungan masyarakat secara berlebihan, sampai melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. 5. Siswa Siswa dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan pelajar pada akademik atau perguruan tinggi.9 Siswa dalam penelitian ini adalah anakanak yang menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Depok Sleman. 6. SMK Negeri 1 Depok Sleman SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah atas, sekolah ini setara sedang SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sebagai lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama).
8
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, (Riau: Zanafa Publishing, 2014),
9
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indoesia, hlm. 492.
hlm. 4.
5
Maka yang dimaksud dengan SMK Negeri 1 Depok Sleman dalam penelitian ini adalah sekolah yang bersifat formal dan berstatus negeri pada jenjang yang sederajat dengan sekolah menengah atas, yang terletak di Jl. Ring Road Utara. Di SMK, terdapat banyak sekali program keahlian, dimana seorang anak akan lebih banyak mendapatkan ketrampilan kerja sesuai dengan program keahlian yang ia ambil. Dan nantinya ia terapkan dalam kehidupan nyata di suatu lapangan pekerjaan. Berdasarkan pada penegasan judul yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan judul “Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Berpacaran bagi Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta” merupakan suatu usaha menguasai keadaan yang dilakukan oleh pendidik dalam hal ini guru bimbingan konseling terhadap serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman serta adanya keterkaitan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dalam mencegah perilaku dengan lawan jenis di luar batas aturan norma yang berlaku yang dilakukan oleh anak-anak yang menempuh pendidikan di SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
6
B. Latar Belakang Anak-anak merupakan generasi penerus masa depan bangsa yang harus dijaga, karena sebagian besar saat ini anak memiliki masa depan yang suram akibat terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas dan menyimpang. Mereka yang bersekolah di jenjang sekolah menengah atas adalah anak-anak yang sedang mengalami perkembangan psikologis dan perubahan fisik yang kuat yang seringkali disebut dengan masa puber. Mereka adalah remaja yang sedang mengalami masa-masa transisi dimana mereka perlu mendapatkan bimbingan tentang masa puber yang dialaminya. Pada saat usia remaja inilah anak mengalami perubahan pada dirinya, apabila tidak dibimbing secara benar baik oleh orang tua maupun guru maka akan menjadikan perilaku-perilaku anak menyimpang dikarenakan sedikit sekali anak yang mengetahui tentang perubahan masa pubernya. Seperti pendapat Thomas.10 “Jarang ada anak yang mengerti (meskipun sedikit) tentang dasar perubahan yang terjadi pada dirinya dan pada teman-temannya.” Karena pada saat masa puber anak sedang mengalami perasaan dimana ia memiliki keingintahuan yang tinggi, bahkan keingintahuan akan kebutuhan biologis karena perubahan fisik dan kematangan seksual yang dihadapinya. Apabila sekolah memberikan pelajaran tentang kesehatan seks atau keterangan tentang masa puber yang berkaitan dengan pelajaran kesehatan fisik, anak akan
10
Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), hlm. 44.
7
memiliki persiapan yang matang dalam mengahadapi masa puber.11 Namun jika sekolah tidak memberikan pemahaman tersebut maka keingintahuan tersebut akan banyak mereka salurkan dengan cara berhubungan dengan lawan jenis yang seringkali mereka sebut dengan berpacaran. Pergaulan yang mereka sebut dengan pacaran ini telah lumrah di sekolahsekolah dan kantor-kantor masyarakat Islam dengan dalih bahwa pergaulan sepasang manusia yang berlainan jenis itu dapat mendidik naluri, menahan nafsu syahwat, dan akan menjadikan pertemuan kaum perempuan dan laki-laki sebagai sesuatu yang biasa.12 Pada kenyataanya dalam berpacaran anak akan melakukan apa saja yang ingin ia ketahui tentang kematangan seksual yang dialaminya, bahkan anak tidak memikirkan apakah hal tersebut baik atau buruk bagi agama serta kehidupannya. Inilah alasan mengapa pada saat ini pacaran sudah menjadi hal umum yang dianggap sebagai pencarian jati diri oleh sebagian remaja. Seiring perkembangan teknologi dewasa ini telah begitu berpengaruh kepada kehidupan seksual itu sendiri, ia tidak lagi menjadi “barang” yang suci tetapi telah menjadi tradisi yang setiap pasangan muda mudi bebas untuk melakukannya bahkan timbul kesan bahwa pacaran jika tidak dihiasi oleh hubungan seks terlebih dahulu rasanya kurang modern, kurang kebarat-baratan,
11
12
Ibid., hlm. 44.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dan Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 46.
8
ndeso, kampungan, dan lain-lain.13 Oleh karena itu banyak kalangan remaja yang mengatakan bahwa dengan berpacaran mereka akan dianggap gaul dan keren, meskipun kenyataannya pacaran yang tidak sehat akan menjerumuskan mereka pada perilaku menyimpang (seks bebas). Pacaran yang tidak sehat pada puncaknya akan terjadi pada masa pubertas dimana anak memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap kematangan seksual yang dialaminya. Sebenarnya pacaran merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh dua orang untuk saling mengenal dan juga saling memahami pasangannya sebelum menikah supaya ada kecocokan satu sama lain. Dalam sebuah penelitian didapatkan hasil bahwa adanya hubungan positif antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah, hubungan positif berarti bahwa pacaran yang dilakukan remaja akan semakin mengarah pada perilaku hubungan seksual pranikah, sebaliknya remaja yang tidak berpacaran akan semakin rendah mengarah pada hubungan seksual pranikah.14 Di Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Gunungkidul dijelaskan selama tahun 2014 hingga bulan Mei sudah ada 49 pasangan yang mengajukan dispensasi pernikahan ke Pengadilan Agama Wonosari. Sementara tahun 2013 angka pernikahan dini mencapai 161 pasangan. Wakil Panitera Pengadilan
13
14
Ahmad Zacky, Fikih Seksual, (Jatim: Citra Pelajar Group, t.t.), hlm. 67.
Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, “Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah”, Jurnal Soul, Vol. 1 (September : 2008), hlm. 66.
9
Agama (PA) Wonosari Udiono mengakui dalam beberapa tahun terakhir angka pernikahan dini cenderung meningkat sebagian besar merupakan pelajar, baik yang duduk di SMA maupun SMP.15 Hasil ini menandakan bahwa semakin hari dan berganti tahun maka semakin banyak pula angka pernikahan dini yang terjadi akibat pergaulan bebas, bahkan mungkin saja tidak hanya di Kabupaten Gunungkidul tetapi bisa saja terjadi di kabupaten lainnya di Yogyakarta. Dalam Islam sendiri tidak dikenal mengenai istilah pacaran, hanya saja disebutkan tentang ta‟aruf, yang artinya perkenalan atau saling berkenalan satu sama lain. Ta‟aruf merupakan komunikasi timbal balik antara laki-laki dan perempuan untuk saling mengenal dan saling memperkenalkan diri yang berkaitan dengan masalah nikah.16 Perkenalan ini sendiri dilakukan oleh dua orang yang memiliki niat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Tidak hanya remaja sekarang yang pergaulannya sangat longgar dari normanorma agama dan kontrol sosial, Fatimah Az Zahra putri dari Rasulullah SAW. yang pergaulannya sangat menjaga adab Islam dan berada dalam kontrol sosial yang ketat juga pernah merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda, akan tetapi perasaan tersebut tidak pernah diungkapkan sampai beliau menikah.17
15
Hari Susmayanti, “Angka Pelajar Hamil di Luar Nikah di Gunung Kidul Meningkat Tajam”, http://Tribunnews.com, /17 /12/2014.
16
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, hlm. 448.
17
Awanul Hamzah, Bahaya Pacaran, (Tangerang: CV Insan Kafi, 2004), hlm. 4.
10
Perkenalan juga sangat dianjurkan oleh Islam karena dengan saling mengenal ikatan ukhwah bisa lebih dipererat. Allah Swt. telah berfirman:
18
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Perkenalan inilah yang kemudian membawa manusia kepada ikatan yang lebih yaitu pernikahan. Namun jika seseorang belum mampu untuk menikah dan membina suatu hubungan rumah tangga, tidak disarankan untuknya berpacaran karena hanya dengan pernikahan rasa cinta akan tersalurkan dengan baik dan lebih bertanggung jawab sehingga bukan menjurus kepada suatu penyimpangan dalam berpacaran. Dalam hadist pula disebutkan: “Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram.” (Muttafaq „alaih, dari Ibnu„Abbas.R.A) Membahas tentang masa puber anak maka tidak lepas dari peran seorang guru bimbingan konseling yang ada di sekolah. Guru bimbingan konseling umumnya lebih mengetahui tentang perkembangan anak. Perkembangan yang 18
Al Hujurat (49):13
11
terjadi memberikan dorongan kepada anak untuk menyalurkan dorongan seksualnya, hal ini menjadi wajar jika anak memiliki dorongan seksual yang kuat dikarenakan usia dan perkembangan fisik anak yang semakin matang. Dorongan seksual inilah yang seringkali menjerumuskan anak ke dalam bebasnya pergaulan saat pacaran. Karena hal inilah tugas lain dari seorang guru bimbingan konseling adalah mengarahkan perilaku anak agar tidak menyimpang. Para pendidik harus menjalankan tugas dan tanggung jawab secara serius dalam mengawasi dan mengontrol anak baik yang bersifat intern maupun eksptern.19 Namun apabila perilaku anak sudah jauh menyimpang bahkan sudah tidak bisa lagi dikendalikan maka umumnya sekolah yang memberikan hukuman berat kepada anak yaitu dengan skors atau bahkan dikeluarkan dari sekolah. Hukuman tersebut pada dasarnya tidak bisa menyelesaikan masalah anak secara langsung, justru hukuman tersebut semakin membuat anak tersudutkan. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling untuk menanggulangi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak sehingga mereka tidak akan terjerumus ke dalam pergaulan yang bebas. SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta sendiri merupakan lembaga pendidikan formal dan masuk dalam kategori sekolah kejuruan dengan kurikulum mengikuti standar dari Dinas Pendidikan, tetapi pada kenyataannya 19
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dan Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks, hlm. 46.
12
sekolah ini juga menerapkan pendidikan akhlak secara langsung kepada siswasiswanya yaitu dengan menjalankan sholat berjamaah pada waktu sholat dzuhur dan mengadakan tadarus Al-Qur’an setiap hari jumat pagi. Namun pada kenyataanya sebagian siswanya masih ada yang melakukan tindakan menyimpang khususnya dalam hal berpacaran, hal ini diungkapkan langsung oleh guru bimbingan konseling sekolah.20 hal ini perlu mendapat perhatian khusus dan pengarahan dari pihak sekolah khususnya Guru BK. Inilah yang menjadi ketertarikan penulis kepada SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta dan menjadikan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan siswasiswanya dan bagaimana upaya yang dilakukan guru bimbingan konseling dalam mengatasi siswa yang melakukan penyimpangan berpacaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut: 1. Apa sajakah bentuk-bentuk penyimpangan dalam berpacaran yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta? 2. Bagaimana upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta? 20
Hasil Wawancara dengan Ibu Rina Koordinator Guru BK pada tanggal 04 April 2015 di Ruang BK SMK N 1 Depok Sleman Yogyakarta.
13
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai
dengan
pokok
permasalahan
di
atas,
maka
tujuan
dilakukannya penelitian ini, yaitu: a. Mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan dalam berpacaran yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. b. Mengetahui bagaimana upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa di SMK Negeri 1 Depok Sleman. 2. Kegunaan Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai: a. Secara teoritis dapat memberikan sumbangsih pengembangan keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam yang berkaitan dengan cara mengatasi perilaku menyimpang berpacaran peserta didik. b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis, bermanfaat guna memberikan referensi atau masukan bagi guru Bimbingan Konseling di SMK Negeri 1 Depok Sleman dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan oleh peserta didik, serta memberikan informasi kepada pembaca berkaitan dengan cara mengatasi perilaku menyimpang berpacaran peserta didik.
14
E. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini penulis juga melakukan telaah pustaka terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti sebagai rujukan. Terdapat beberapa penelitian dahulu yang membahas tentang perilaku menyimpang, diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah mengenai “Pengaruh Pacaran terhadap Perilaku Seks Pranikah” didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pacaran dengan perilaku seksual pranikah, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah lainnya antara lain waktu usia dari pubertas sampai menikah diperpanjang, adanya kesempatan untuk melakukan hubungan seksual pranikah, paparan media massa tentang seks, kurangnya informasi tentang seks, komunikasi yang kurang efektif dengan orang tua, mudah menemukan alat kontrasepsi dengan bebas, serta kurangnya etika moral dan agama.21 2. Skripsi yang berjudul “Peran Muhadloroh dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Santri Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta oleh Latifah, Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Tahun 2007”. Skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya perilaku menyimpang di Pondok Pesantren Al-Munawir Komplek
21
Rony Setyawan dan Siti Nurhidayah, “Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah”, Jurnal Soul, Vol. 1:2 (September, 2008).
15
Q Krapyak serta peran Muhadloroh dalam mengatasi perilaku menyimpang santri. Jenis perilaku menyimpang tersebut adalah santri tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar tanpa izin, santri tidak shalat far’du berjamaah, rendahnya kedisiplinan dan kejujuran, adanya perilaku kejahatan yang di kategorikan dalam kenakalan santri. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor yang melatarbelakangi santri yaitu berupa faktor internal dan eksternal, sedangkan peran muhadloroh di PP dapat dikatakan kurang berhasil atau kurang maksimal.22 3. Skripsi yang berjudul “Perilaku Menyimpang pada Santri Pondok Pesantren Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta, oleh Ahmad Nashihun Amin, Tahun 2008”. Skripsi ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang di Pondok Pesantren Mu’alimin Yogyakarta adalah pacaran, merokok, berkelahi, membolos sekolah, keluar asrama tanpa izin, bermain play station. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh guru BK dalam penelitian ini menyebutkan bahwa guru BK menentukan poin pelanggaran yang telah ada dalam tata tertib.23 4. Skripsi
yang
berjudul
“Penanganan
Perilaku
Seksual
Penyandang
Tunagrahita Disekolah Luar Biasa Bagian C Wiyata Dharma II Sleman 22
Latifah, “Peran Muhadloroh Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Santri Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta”, Skripsi tidak di terbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2007). 23
Ahmad Nashihun Amin, “Perilaku Menyimpang Pada santri Pondok Pesantren Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta”, Skripsi tidak di terbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008).
16
Yogyakarta, oleh Khusnul Khotimah, Tahun 2005”. Skripsi ini membahas tentang upaya guru atau pengasuh asrama dan orang tua dalam menangani penyimpangan perilaku seksual mastrubasi atau onani yang dilakukan penyandang tunagrahita serta faktor-faktor apa yang menyebabkan dan bagaimana cara para siswa melakukannya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa cara penanganan yang dilakukan guru sekolah adalah menegur langsung, mengalihkan perhatian, serta kegiatan keterampilan. Sedangkan penanganan yang dilakukan orang tua yaitu menjalin kerjasama dengan pengurus asrama, mengawasi kegiatan subjek, memberikan kesibukan, mengkondisikan ruang tidur dan kamar mandi.24 Berdasarkan beberapa telaah pustaka terhadap skripsi-skripsi yang telah disebutkan di atas, sepengetahuan penulis belum ada yang membahas mengenai upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa. Hanya ada satu penelitian yang membahas dengan tema sama yaitu pacaran tentang pengaruh pacaran terhadap seks pranikah dan yang membedakan dengan penelitian di atas lainnya adalah bentuk dari perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh siswa dimana penelitian kedua dan ketiga membahas penyimpangan santri dalam tata tertib, penelitian keempat membahas
24
Khusnul Khotimah, “Penanganan Perilaku Seksual Penyandang Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Bagian C Wiyata Dharma II Sleman Yogyakarta”, Skripsi tidak di terbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2005).
17
tentang penyimpangan seksual anak tunagrahita berupa mastrubasi dan onani, sedangkan skripsi penulis akan membahas penyimpangan dalam hal berpacaran. F. Kerangka Teori Dalam melakukan penelitian serta menganalisis adanya masalah-masalah dalam penelitian, maka dibutuhkan adanya suatu kajian yang bersifat teoritis dari hal-hal yang berkaitan dengan “Upaya Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Berpacaran bagi Siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta”, yaitu: 1. Bimbingan Konseling a.
Pengertian Bimbingan dan Konseling Pengertian
bahwa
pelayanan
bimbingan
dan
konseling
dilaksanakan dari manusia, untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan itu diselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia dengan segenap dimensi kemanusiaannya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan-tujuan
yang agung,
mulia
dan
positif
bagi
kehidupan
kemanusiaan menuju manusia seutuhnya, baik manusia sebagai individu maupun kelompok.25
25
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hlm. 92.
18
Pengertian dari bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.26 Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.27 Adapun yang dimaksud bimbingan konseling dalam penelitian ini adalah pelayanan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang yang memiliki masalah dalam hal ini adalah siswa dengan cara wawancara sehingga mencapai tujuan yakni teratasinya masalah yang dialami oleh siswa. Dalam bahasa Arab, kata konseling disebut dengan al-irsyad. AlKhulli mendefinisikan irsyad sebagai bimbingan, pengarahan konselor kepada klien untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Dengan demikian bimbingan dan konseling agama (Islam) dapat dimaksudkan dalam rumpun dakwah, yakni dakwah kepada orang-orang yang 26 27
Ibid., hlm 99. Ibid., hlm 105.
19
bermasalah karena hakekat dari kegiatan bimbingan dan konseling agama (Islam) itu adalah amar ma’ruf nahi munkar.28 b.
Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling Guru merupakan kunci suksesnya layanan karena gurulah yang menguasai lapangan di mana para siswa setiap harinya berada. Guru adalah pengelola ruangan kelas dan sekaligus pengelola proses pembelajaran murid, guru merupakan pengelola sebagian terbesar kehidupan siswa di sekolah.29 Dengan kata lain guru sebagai pembimbing siswa di mana guru menyusun program-program untuk siswa, melaksanakan program yang telah disusun, kemudian melakukan evaluasi hasil dari program yang telah dilaksanakan.
c.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Tujuan umum bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membentu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interprestasi, pilihan, penyesuaian, dan
28
Husen Madhal, dkk., Hadis BKI Bimbingan Konseling Islam, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, t.t.), hlm. 137. 29
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, hlm. 278.
20
ketrampilan
yang
tepat
berkenaan
dengan
diri
sendiri
dan
lingkungannya. Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang diakaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu.30 Dengan demikian berdasarkan pembahasan di atas tujuan bimbingan konseling ialah membantu individu dalam hal ini adalah siswa, dalam membantu dirinya mengmbangkan diri secara optimal sesuai dengan tuntutan positif dari lingkungannya. d.
Fungsi dan Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari keguanaan dan manfaat maupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat dikelompokan menjadi lima fungsi pokok, yaitu fungsi pemahaman, fungsi pencegahan,
fungsi
pengentasan,
fungsi
pemeliharaan,
fungsi
pembangunan.31 Rumusan
prinsip-prinsip
bimbingan
dan
konseling
pada
umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan 30
Ibid., hlm. 114.
31
Ibid., hlm. 197.
21
pelayanan. Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling.32 a) Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan b) Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu c) Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan d) Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan layanan e) Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah 2. Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Mengatasi kenakalan remaja agar tidak terjadi perilaku menyimpang tidak hanya dilaksanakan oleh tenaga ahli saja tetapi perlu kerja sama guru, orang tua, pemerintah dan masyarakat, tenaga ahli lainnya dan remaja itu sendiri. Kenakalan remaja tidak bisa hanya diselesaikan dengan ceramah dan pidato akan tetapi lebih baik jika dengan perbuatan yang nyata. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka upaya menanggulangi kenakalan remaja dalam hal ini berpacaran dibagi menjadi tiga bagian: a. Upaya preventif Yang dimaksud dengan upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah untuk menjaga agar
32
Ibid., hlm. 220.
22
kenakalan itu tidak timbul. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan, tetapi secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga bagiaan:33 1) Di Rumah Tangga (Keluarga) a) Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama, artinya orang tua membuat kehidupan rumah tangga yang taqwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan sholat berjama’ah, mengaji Al-Qur’an bersama, serta doa-doa tertentu yang diajarkan kepada anak. Hal ini akan berhasil jika orang tua memberikan pimpinan serta tauladan setiap harinya. b) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis, hal ini berarti dimana hubungan antara ayah, ibu dan anak tidak terdapat percekcokan atau pertentangan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan waktu luang untuk sekedar bersenda gurau bersama atau sekedar makan bersama. c) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu, dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam mendidik anak d) Memberikan kasih saying secara wajar kepada anak, dalam hal ini perlu diingat bahwa kasih saying yang sebenarnya bukanlah
33
138.
Prof. Dr. Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 128-
23
sebuah materi melainkan perhatian yang tulus dari orang tua kepada anak. e) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak f) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat. 2) Di Sekolah a) Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid, dalam hal ini guru sebaiknya memiliki ilmu-ilmu lainnya yaitu psikologi perkembangan, bimbingan konseling, serta ilmu mengajar. Dengan ilmu tersebut akan memudahkan guru memberikan bantuan kepada murid-muridnya. b) Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang asli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya. c) Mengintensifkan bagian bimbingan konseling di sekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini. d) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam hal membimbing murid. e) Melengkapi fasilitas pendidikan f) Perbaikan ekonomi guru
24
3) Di Masyarakat Masyarakat merupakan tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah. ketigannya haruslah memiliki keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. b. Upaya Kuratif Yang dimaksud dengan upaya kuratif dalam menanggulangi masalah kenakalan remaja ialah upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut supaya kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara masyarakat berorganisasi dengan baik dalam hal menanggulangi kenakalan remaja.34 c. Upaya Pembinaan Upaya ini dilakukan agar anak tidak melakukan lagi kenakalannya dan kembali menjadi masyarakat yang baik dan bertanggung jawab. Pembinaan dapat diarahkan dalam beberapa aspek:35 a) Pembinaan mental dan kepribadian beragama, hal ini dilakukan dengan terus menerus dilakukan pelatihan keagamaan seperti membaca Al-Qur’an dan membaca buku-buku keagamaan. b) Pembinaan mental untuk menjadi warga Negara yang baik, hal ini agar melatih anak supaya menjadi warga Negara yang baik yang berideologikan Pancasila. 34
Ibid., hlm. 140.
35
Ibid., hlm. 142.
25
c) Membina kepribadian yang wajar, yaitu membantu anak agar memiliki keseimbangan hidup dalam emosi dan rasio. d) Pembinaan ilmu pengetahuan, hal ini dikaitkan dengan kurikulum sekolah dan kecerdasan anak. e) Pembinaan keterampilan khusus dan pembinaan bakat-bakat khusus Upaya lainnya yang dilakukan guru bimbingan konseling yang seringkali dilakukan yaitu melaksanakan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan salah satu jenis layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada siswa untuk mengembangkan pemikiran, sikap, perilaku positif dalam berpacaran. Beberapa bukti telah menunjukan tentang manfaat konseling kelompok bagi perilaku pacaran di dunia remaja.36 3. Perilaku Menyimpang Berpacaran a.
Pengertian Pacaran Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari
36
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, hlm. 247.
26
kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan.37 Pengertian pacaran juga dijelaskan oleh Knight dengan mendefinisikan berpacaran dalam arti sepenuhnya dimana hal itu menyangkut hubungan antara seorang pria dengan seorang wanita.38 Sementara menurut DeGenova & Rice pacaran adalah menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain. Menurut Bowman pacaran merupakan kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang belum menikah dimana hal ini akan menjadi daasar utama yang dapat memberikan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya sebelum pernikahan. Kyns menambahkan pengertian pacaran adalah hubungan antara dua orang yang berlawanan jenis dan mereka memiliki keterikatan emosi dimana hubungan ini didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing.39 Dari pengertian-perngetian mengenai pacaran diatas dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah serangkaian aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan 37
Wikipedia Ensiklopedia Bebas, “Pacaran”, http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran, 17
/12/2013. 38
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, hlm. 3.
39
Ibid., hlm. 4.
27
diri) serta adanya keterkaitan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan untuk saling mengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan sebelum menikah.40 b.
Tujuan Pacaran Pacaran juga memiliki berbagai tujuan yang pada dasarnya dapat memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:41 1) Rekreasi dikarenakan pacaran memberikan kesenangan sebagai bentuk rekreasi dan sumber untuk memperoleh kenikmatan. 2) Hubungan
tanpa
adanya
kewajiban
terhadap
pernikahan,
dikarenakan adanya keinginan membina persahabatan yang dekat. 3) Perolehan status dikarenakan pacaran sebagai pembuktian status sosial seseorang. 4) Integrasi social dikarenakan pacaran digunakan sebagai sarana untuk belajar mengenal, memahami dan berinteraksi dengan orang lain. 5) Memperoleh kepuasan atau pengalaman seksual 6) Seleksi pasangan hidup 7) Kebutuhan untuk memelihara karena pacaran akan mengajarkan pentingnya kedekatan serta saling menjaga. 40
Ibid., hlm. 4.
41
Ibid., hlm. 5.
28
8) Kebutuhan akan bantuan, dalam hubungan pacaran pasangan diharapkan bisa saling membantu satu sama lain. 9) Kebutuhan untuk diyakini akan nilai diri 10) Memperoleh intimasi c.
Faktor Pendorong Pacaran Remaja
melakukan
pacaran
karena
banyak
hal
yang
mendasarinya, diantaranya:42 1) Globalisasi Indonesia yaitu dengan semkin maraknya teknologi canggih seperti TV, computer, internet, VCD dan media lainnya. 2) Melemahnya control lingkungan 3) Bergesernya nilai dan fungsi keluarga, kurang perhatian orang tua dan berkurangnya komunikasi dalam keluarga. 4) Merosotnya kemampuan persepsi dan interpresepsi terhadap nilainilai agama dan budaya. 5) Kurang terarahnya metode pendidikan seksual bagi remaja. 6) Besarnya keinginan remaja untuk mencoba-coba.
42
Ibid., hlm. 12.
29
d.
Tahapan Pacaran Fase atau tahapan-tahapan terjadinya pacaran tersebut adalah:43 1) Pertemuan Pertemuan ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, dimulai dari pandangan mata, kemudian menyunggingkan senyum dan dilanjutkan dengan menebarkan salam. 2) Perkenalan Biasanya inisiatif berkenalan datang dari pihak laki-laki, meskipun tidak sedikit pula kamum perempuan yang memulai dulu. Perkenalan adalah salah satu hal yang sangat dianjurkan oleh Islam, karena dengan saling mengenal, ikatan ukhwah bisa lebih dipererat. 3) Pendekatan Pendekatan ini biasanya dilakukan dengan saling bertemu dan berkomunikasi. Karena seringnya bertemu dan berkomunikasi maka benih-benih cinta pun mulai mekar bersemi di dalam hati keduannya. Sebagaimana pepatah Jawa yang mengatakan “Witing tresno jalaran soko kulino” awlnya cinta karena seringnya berjumpa. 4) Pengungkapan Timbulnya perasaan cinta yang semakin lama semakin menguat, namun belum diungkapkan dan hanya dipendam dalam
43
Awanul Hamzah, Bahaya Pacaran, hlm. 24.
30
hati, membuat orang yang merasakannya menjadi bingung, serba salah, gelisah dan perasaan-perasaan tidak nyaman lainnya. Perasaan tersebut akan berangsur hilang manakala perasaan tersebut telah diungkapkan kepada orang yang dicintainya. 5) Pembuktian Pengungkapan rasa cinta tersebut membuat dua hati yang sebelumnya diliputi perasaan resah, gelisah, bingung dan lain sebagainya menjadi lega. e.
Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang Berpacaran Pendapat Kinsey mengenai perilaku seksual meliputi 4 tahap yaitu:44 1) Bersentuhan, touching, mulai dari berpegangan tanggan sampai berpelukan 2) Berciuman, kissing, muali dari berciuman singkat hingga berciuman bibir 3) Bercumbu, petting, menyentuh bagian sensitive dari tubuh pasangan dan mengarah pada pembangkitan gairah seks 4) Hubungan kelamin
44
hlm. 68.
Fedyani, A & Martua,IH, Seksualitas Remaja, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1997.),
31
f.
Bahaya Perilaku Menyimpang Berpacaran Perilaku pacaran yang dilakukan remaja saat ini telah jauh menyimpang dari peran moral. Dengan perbuatan tersebut remaja kita menjadi generasi pemalas, pembohong yang selanjutnya dapat melumpuhkan
loyalitas
mereka
terhadap
agama,
melunturkan
kemuliaan, menodai moral serta menghancurkan kepribadian dan melemahkan ingatan.45 Selain kondisi diatas, terdapat beberapa bahaya diantaranya:46 1) Adanya bahaya terhadap kesehatan, yaitu terjangkitnya penyakit menular seksual. 2) Adanya bahaya sosial, moral, dan psikologis karena dengan perilaku tersebut bisa saja mereka akan dicampakan oleh masyarakat dan direndahkan oleh lingkungan sosial. g.
Dampak Perilaku Menyimpang Berpacaran Perilaku menyimpang berpacaran memiliki dampak positif dan negatif, diantaranya yaitu:47 1) Prestasi sekolah Pertasi seseorang bisa meningkat karena pacaran. Umumnya prestasi akan meningkat apabila seseorang mendapat dukungan dan
45
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, hlm. 46.
46
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dan Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks, hlm. 42.
47
Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, hlm. 44.
32
semangat dari pacar, sebaliknya prestasi akan menurun apabila terjadi permasalahan yang cukup berat dan menganggu konsentrasi dalam belajar. 2) Pergaulan sekolah Pergaulan dengan teman sebaya bisa meluas atau menyempit. Pergaulan akan menyempit apabila sepasang kekasih lebih banyak menghabiskan waktu berdua. Semakin lama seseorang akan tergantung pada pasanganny dan menutup diri dari pergaulan teman lainnya. 3) Mengisi waktu luang Bisa tambah bervariatis jika kegiatan berpacaran dilakukan dengan hal-hal seperti olah raga bersama, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 4) Perasaan aman, tenang dan nyaman Hubungan emosional yang terbentuk dalam pacaran akan menimbulkan perasaan aman, serta nyaman jika pacaran dilakukan dengan baik. Akan tetapi jika perasaan nyaman dan aman didapat karena keintiman fisik maka yang timbul bukanlah kasih saying tetapi nafsu. Karena itu perlu upaya yang kuat untuk membatasi diri. 5) Stress Perbedaan karakteristik akan menjadikan hubungan dengan pacar terkadang dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat
33
membuat kita stress karena pikiran yang terlalu berlebihan akan hubungan yang sedang dijalani. h. Cara Mengatasi Perilaku Menyimpang Berpacaran Pacaran dimaksudkan untuk saling mengenal satu sama lain sebelum menuju ke jenjang pernikahan. Dalam bercaparan ada beberapa hal yang harus dijaga agar maksud dari hubungan pacaran sendiri tidak di salahartikan sehingga hubungan yang terjalin sehat dan tidak menyimpang. Berikut merupakan cara mengatasi perilaku menyimpang berpacaran, yaitu:48 1) Pasangan pacar bertindak bijak dengan tidak melakukan hal-hal yang membawa dampak panjang yang belum siap, yaitu berbuat seolaholah sudah menjadi suami istri. Perbuatan seperti itu belum tentu merupakan ungkapan cinta, melainkan sekedar pelampiasan nafsu, terbakar oleh panasnya dorongan nurani, sekedar memenuhi keingintahuan. Karena belum ada ikatan formal, hubungan pacar dapat putus entah oleh satu atau kedua belah pihak. 2) Pasangan pacar sebaiknya tidak sibuk dan tenggelam dengan urusanurusan rasa dan ungkapan cinta saja. Selama pacaran, pasangan pacar sebaiknya membicarakan masa depan dengan sungguhsungguh. 48
Hardjana, A. M., Kiat Berpacaran, (Yogyakarta: Kanisius, 2002 ), hlm.36.
34
3) Meski rasanya dunia ini hanya milik berdua, selama pacaran pasangan perlu menjaga perilaku agar tidak menganggu masyarakat. Mereka berdua perlu menyesuaikan perilaku dengan tempat dan waktu. Pasangan juga harus menjaga perasaan masyarakat dimana mereka berada. 4) Selama pacaran pasangan pacar sebaiknya terus berusaha saling mengenal pribadi masing-masing. Jika ada sifat-sifat pada salah satu pihak yang dalam keluarga nantinya dapat menganggu, sebaiknya dibicarakan. 5) Selama berpacaran, pasangan pacar sebaiknya tetap menjaga dan memelihara hubungan dengan teman dan sahabat. Jangan sampai bersikap mentang-mentang sudah memiliki pacar, tidak pernah berkumpul dan berinteraksi dengan orang lain. 4. Tinjauan Pacaran dalam Prespektif Islam Dalam Islam tidak dikenal istilah pacaran melainkan ta‟aruf atau berkenalan, karena pacaran sendiri merupakan suatu perbuatan yang bisa mendekatkan diri pada zina. Pacaran digolongkan ke dalam perbuatan yang mendekatkan diri dengan zina karena dalam berpacaran biasanya disertai dengan tindakan-tindakan yang mengarah pada perzinaan.49 Padahal jelas di
49
Awanul Hamzah, Bahaya Pacaran, hlm. 47.
35
dalam Islam seorang laki-laki tidak boleh bermesraan dengan perempuan sebelum adanya aqad perkawinan. Seperti firman Allah Swt.
50
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. Allah melarang manusia untuk melakukan zina. Zina ialah hubungan kelamin atau persetubuhan antara pria dan wanita diluar pernikahan yang sah.
51
Larangan tersebut tidak hanya pada perbuatan zina saja tetapi
termasuk perbuatan-perbuatan yang mendekatinya termasuk pacaran, karena diantara perbuatan yang termasuk mendekati zina adalah pacaran yang seringkali berdua-duaan ditempat sunyi, seperti sabda Nabi Muhammad SAW. “Janganlah sekali-kali seorang laki-laki itu menyendiri dengan seorang perempuan yang bukan muhrim di tempat sepi, karena pihak yang ketiganya adalah syaithan." (H.R Abu Dawud) Islam merupakan agama yang baik yang mempunyai tata cara pergaulan yang sangat terpuji. Pergaulan dalam Islam diatur sedemikian rupa agar tidak ada satu pihakpun yang merasa dirugikan dan Islam sebagai agama yang penuh rahmat memberikan cara yang sangat jauh lebih baik daripada pacaran, dalam usaha mengenal diri atau kepribadian dari calon
50
Al-Israa’ (17): 32
51
Nawawi Rambe, Fiqh Islam, (Jakarta: Duta Pahala, 1994), hlm. 401.
36
pasangan hidup dan cara ini dapat mencegah timbulnya fitnah karena dilakukan dengan cara mencari informasi dari sanak keluarga atau kerabat. Setelah mendapatkan informasi maka bisa dilanjutkan dengan ta‟aruf yang dilakukan dengan cara Islam. Melihat orang yang ingin dinikahi merupakan hal yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw., sebagaimana dijelaskan oleh sabda beliau:52 “Apabila seseorang diantara kamu hendak meminang seseorang, kemudian dia dapat melihat sekedar yang menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah.” (HR. Abu Daud) G. Metode Penelitian Dalam usaha untuk melakukan sebuah penelitian, peneliti memerlukan suatu metode yang tersusun secara sistematis dengan tujuan agar data yang diperoleh oleh peneliti merupakan data yang valid sehingga penelitian ini layak untuk diuji kebenaranya dan manfaat dari penelitian ini dapat dirasakan. Oleh karena itulah penelitian ini di butuhkan metode yang sesuai. 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang berlatarkan alamiah, yaitu menjabarkan fenomena ataupun kejadian yang sedang terjadi dengan menggunakan metode yang ada, yaitu wawancara, observasi, serta dokumentasi.
52
Ibid., hlm. 86.
37
Penelitian kualitatif ini menjabarkan tentang kejadian yang saat itu sedang dialami oleh subjek penelitian misalnya saja perilaku subjek ataupun tindakan-tindakan lainnya yang dilakukan subjek. Dalam penelitian ini, penelitian kualitatif deskriptif akan digunakan untuk mendeskripsikan mengenai upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa di SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. 2. Subyek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian Untuk mempermudah penulis dalam memperoleh data dalam penelitian ini, maka peneliti memerlukan subyek yang memberikan bahan informasi kepada penulis. Subyek dalam penelitian ini adalah koordinator guru bimbingan dan konseling yang ada di sekolah, yaitu Ibu Rinawati S.Pd dan juga dokumentasi atau catatan khusus tentang permasalahan yang dilakukan siswa khususnya yang berkaitan dengan perilaku menyimpang berpacaran. b. Obyek Penelitian Sedangkan permasalahan
yang
yang
akan
menjadi diteliti,
obyek yaitu
dari
penelitian
bentuk-bentuk
adalah perilaku
menyimpang berpacaran yang dilakukan siswa serta upaya dari guru
38
bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh informasi yang akurat serta dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukanlah data yang valid sehingga data yang ada dapat mengungkap permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Metode wawancara Metode wawancara merupakan suatu percakapan atau tanya jawab yang dilakukan untuk mengumpulkan data tentang berbagai hal dari seseorang atau sekumpulan orang secara lisan atau langsung.53 Adapun jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terbuka, dimana wawancara ini dilakukan dengan
cara
pewawancara
memberikan
pertanyaan
kepada
terwawancara dan selanjutnya terwawancara diminta untuk menjawab secara bebas. Metode wawancara bebas terbuka ini akan dilakukan kepada koordinator guru bimbingan konseling SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
53
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistik, (Jakarta : Andi Offset, 1995), hlm. 86.
39
Adapun yang menjadi terwawancara dalam penelitian ini adalah: 1. Subjek utama yaitu: a) Guru Bimbingan Konseling; untuk memperoleh data secara spesifik tentang keadaan siswa, bentuk-bentuk penyimpangan berpacaran yang dilakukan siswa, upayaupaya yang dilakukan, serta pelaksanaan bentuk-bentuk upaya yang dilakukan. 2. Informan yaitu; a) Kepala SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta; untuk memperoleh data tentang gambaran umum SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta, khususnya tentang fungsi dan tugas guru bimbingan konseling. b) Kepala Tata Usaha SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta; untuk memperoleh data tentang gambaran umum SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta, khususnya
tentang
sarana
dan
prasarana
serta
administrasi sekolah. c) Siswa; untuk memperoleh data tambahan tentang latar belakang siswa berpacaran, serta dampak dari upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling bagi siswa.
40
b. Metode Observasi Observasi merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gelaja yang diselidiki.54 Jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan dimana peneliti tidak ikut ambil bagian dalam mengamati kegiatan yang berlangsung. Metode ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana perilaku yang dilakukan siswa di sekolah serta upaya
guru
bimbingan
konseling
dalam
mengatasi
perilaku
menyimpang berpacaran yang dilakukan siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan catatan masa lalu yang dimiliki oleh sekolah. Biasanya catatan ini berbentuk tulisan, gambar atau karya lainnya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan data yang ditujukan kepada Kepala Tata Usaha serta koordinator guru bimbingan dan konseling SMK Negeri 1 Depok Sleman, metode ini dilakukan apabila data yang akan digali tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara maupun observasi. Adapun data-data yang tidak dapat
54
70.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara), hlm.
41
digali dengan menggunakan wawancara maupun observasi adalah tentang sejarah serta profil SMK Negeri 1 Depok Sleman, susunan organisasi SMK Negeri 1 Depok Sleman baik susunan organisasi sekolah maupun susunan organisasi BK, fasilitas serta sarana prasarana yang ada di SMK Negeri 1 Depok Sleman, data guru, karyawan, siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman, tata tertib yang ada di SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta, serta yang paling penting merupakan data yang berkaitan dengan penyimpangan yang dilakukan siswa dalam hal berpacaran. 4. Analisis Data Setelah melakukan pengumpulan data serta mendapatkan data-data yang diperlukan, selanjutnya akan diadakan analisi data berkaitan dengan data yang diperoleh. Analisis data yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, catatan lapangan, dan bahan lainnya sehingga mudah dipahami dan dapat diinformasikan kepada orang lain.55 Dalam hal ini metode yang digunakan dalam menganalisa data yang ada adalah dengan metode kualitatif deskriptif yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan dan deskriptif berupa katakata yang tertulis atau lisan yang telah diamati.56 Dalam hal ini kegiatan yang
55
Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)
hlm. 244. 56
Ibid., hlm. 132.
42
dilakukan adalah melakukan pengumpulan data, mengetahui tentang keabsahan data, selanjutnya peneliti mendiskripsikan data. Pendiskripsian data ini dilakukan agar memperoleh gambaran yang jelas dari data-data yang telah dikumpulkan berkaitan dengan masalah perilaku menyimpang berpacaran siswa di SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dari penelitian yang berjudul upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa: 1. Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang berpacaran yang dilakukan oleh siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta adalah berpegangan tangan sampai berpelukan, berciuman, berpergian bersama dengan pacar dan berhubungan seksual sehingga mengakibatkan kehamilan diluar pernikahan. 2. Upaya yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta terdiri dari tiga yaitu upaya kuratif, upaya pembinaan, serta upaya preventif bagi siswa yang belum menyimpang. Upaya kuratif yang meliputi konselor sebaya dengan mengandalkan siswa yang peduli terhadap temannya. Upaya pembinaan yang terdiri dari konseling individu yang dilakukan oleh guru BK dan pemanggilan orang tua / wali siswa. Yang terakhir upaya preventif bagi siswa yang belum menyimpang dalam hal berpacaran terdiri dari pengadaan surat perjanjian, penyuluhan dari guru BK dan lembaga. Upaya yang dilakukan guru bimbingan dan konseling sudah
82
83
sangat baik karena sudah mencangkup upaya kuratif, pembinaan dan upaya preventif bagi siswa yang belum menyimpang. Selain itu dilihat dari jumlah siswa yang harus keluar sekolah serta banyaknya siswa yang melakukan penyimpangan berpacaran juga berkurang pada setiap tahunnya. B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan sedikit masukan, yaitu: 1. Bagi Sekolah Sekolah sudah sangat baik memfasilitasi guru BK dengan berbagai hal seperti keperluan biaya serta sarana dan prasarana, namun sekolah perlu memperhatikan lagi standar bagi calon siswa yang masuk terutama dengan memperhatikan riwayat saat di SMP. Bila perlu sekolah bisa menaikan standar nilai khusus yang harus dimiliki calon siswa bagi beberapa jurusan yang seringkali kehilangan siswa. Sebab hal ini di rasa penting untuk meningkatkan prestasi serta mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat. 2. Bagi Guru Bimbingan Konseling Guru bimbingan konseling sudah sangat baik dalam menjalankan upaya-upaya guna mengatasi perilaku menyimpang berpacaran. Namun alangkah lebih baiknya bila upaya-upaya yang telah di laksanakan lebih di giatkan kembali. Seperti pembaharuan surat perjanjian dengan melalui sosialisasi tentang surat perjanjian yang dilakukan, kerjasama dengan lembaga-lembaga ataupun dengan guru-guru lainnya, serta siswa yang di
84
anggap sebagai konselor ssebaya dapat di jadikan perpanjangan lidah dari guru bimbingan konseling agar memberikan pengertian kepada siswa yang lain. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Melihat keterbatasan yang ada serta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing, maka mengharapkan peneliti selanjutnya mengenai penyimpangan berpacaran dapat memberikan lebih banyak lagi kontribusi khususnya untuk jurusan bimbingan konseling Islam, sehingga guru bimbinga konseling memiliki banyak upaya yang dapat di terapkan untuk mengatasi penyimpangan berpacaran. C. Kata Penutup Alhamdulillahi robbil’alamin. rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku menyimpang berpacaran bagi siswa SMK Negeri 1 Depok Sleman Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa saat pelaksanaan penelitian sampai penulisan skripsi banyak sekali adanya kekurangan sehingga penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala
85
kebaikan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nashih Ulwan dan Dr. Hassan Hathout, Pendidikan Seks, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992. Ahmad Nashihun Amin, “Perilaku Menyimpang Pada santri Pondok Pesantren Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta”, skripsi tidak di terbitkan, UIN Sunan Kalijaga, 2008. Ahmad Zacky, Fikih Seksual, Jatim: Citra Pelajar Group, tt. Hamzah, Awanul, Bahaya Pacaran, Tangerang: CV Insan Kafi, 2004. Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Jogjakarta: Andi Offset, 1989. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, tt. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1994. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Fitriyana Wahyu Sejati, Hubungan Antara Pengaruh Factor Lingkungan Terhadap Perilaku Pacaran Pada Remaja Di SMA Patiot Bekasi Tahun 2008, Depok: Universitas Indonesia, 2008. Fedyani, A & Martua,IH, Seksualitas Remaja, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, tt. Hari Susmayanti, “Angka Pelajar Hamil di Luar Nikah di Gunung Kidul Meningkat Tajam”, http://Tribunnews.com, /17 /12/2014.
86
87
Hardjana, A., M., Kiat Berpacaran, Yogyakarta: Kanisius, 2002. Khusnul Khotimah, “Penanganan Perilaku Seksual Penyandang Tunagrahita Di Sekolah Luar Biasa Bagian C Wiyata Dharma II Sleman Yogyakarta”, skripsi tidak di terbitkan, UIN Sunan Kalijaga, 2005. Latifah, “Peran Muhadloroh Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Santri Pondok Pesantren Al-Munawwir Komplek Q Krapyak Yogyakarta”, skripsi tidak di terbitkan, UIN Sunan Kalijaga, 2007. Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005. Luqman el-Hakim, Fenomena Pacaran Dunia Remaja, Riau: Zanafa Publishing, 2014. L. Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV Ilmu, tt. Muhammad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, Bandung: Pustaka Setia, 2006. Nawawi Rambe, Fiqh Islam, Jakarta: Duta Pahala, 1994. Pius A. Pratanto dan M. Dahlan Al Belrry, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya: Arkola, 1994.
Prayitno & Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Rony Setiawan dan Siti Nurhidayah, “Pengaruh Pacaran Terhadap Perilaku Seks Pranikah”, Jurnal Soul, Vol. 1 (September: 2008). Sofyan S. Willis, Remaja dan Masalahnya, Bandung: Alfabeta, 2008.
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indoesia, Semarang: CV Widya Karya, tt.
88
Sumanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Aplikasi Metode Kualitatif dan Statistik, Jakarta: Andi Offset, 1995. Sparinah Sadli, Persepsi Social Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
W.J.S Poerwardaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1984. Wikipedia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran, 17 /12/2013.
“Pacaran”,