TINJAUAN PUSTAKA
Papan Unting (Oriented Strand Board/OSB)
Papan unting merupakan panel kayu yang tersusun atas strand/unting kayu tipis yang diikat bersama menggunakan perekat resin tahan air (waterproof) yang dikempa panas (Yusfiandrita, 1998; Nuryawan, 2007). Papan unting adalah papan tiruan yang terdiri dari 3 lapisan, seperti halnya pada kayu lapis yang dibuat dengan mengikat strand yang tipis atau wafer kayu dalam suatu plat kempa bersuhu tinggi (Ridwan, 1997). Papan unting merupakan papan wafer (waferboard) terbuat dari limbah kayu yang ditemukan ilmuan Amerika pada tahun 1954 (Yusfiandrita, 1998). Saat ini papan wafer sudah dieliminasi dan digantikan oleh papan unting yang termasuk golongan panel kayu struktural bersama kayu lapis. Papan unting merupakan panel kayu untuk penggunaan struktural terbuat dari strand kayu tipis yang diikat bersama perekat resin tahan air (waterproof) (Bowyer, et al, 2003). Papan unting digunakan untuk keperluan struktural, maka peranan perekat dan bahan tambahan tidak boleh diabaikan. Ada dua jenis perekat yang umum digunakan dalam produksi papan unting, yaitu resin PF (Phenol Formaldehyda) dan perekat MDI (metane diisocyanat). Papan unting yang menggantikan bahan pelapis seperti kayu lapis. Aplikasi papan unting akan menjadi global karena dapat memiliki bentang yang lebar, tebal dan kestabilan dimensi yang tinggi. Papan unting dapat digunakan secara luas untuk konstruksi perumahan dan bangunan. Papan unting memiliki kekuatan, keawetan dan merupakan produk yang ekonomis dan ramah lingkungan (Nuryawan, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Pemanfaatan sumber daya kayu telah menghasilkan suatu karakteristik dengan pemanfaatan sumber daya kayu yang cenderung bermutu rendah. Hal yang perlu diperhatikan adalah persaingan tumbuh dari bahan baku yang struktural, dengan usaha pengembangan teknologi baru yang sesuai dan dapat menggunakan bahan baku yang bermutu rendah, sumber daya kayu yang berdiameter kecil untuk menghasilkan produk tinggi untuk aplikasi struktural (Lee, 1997). Perkembangan papan unting begitu pesat, sebelumnya jenis softwood sepert cemara, dan sejumlah jenis hardwood lainnya mulai digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan papan unting dan diketahui hasilnya memuaskan. Kayu-kayu yang digunakan sebagai bahan baku papan unting harus dikonversikan sedemikian rupa membentuk
strand kayu. Strand merupakan pasahan yang
panjang dan datar dengan arah panjang serat sejajar permukaan. Ukuran panjang strand kebanyakan 3 inchi (75mm) atau lebih panjang. Strand penyusun bagian core papan unting bisa berukuran lebih pendek, namun demikian hal tersebut tidak mutlak tergantung kualitas papan unting yang dihasilkan (Nuryawan dan Massijaya, 2006). Keterbatasan sumber daya bahan baku mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang berkontribusi terhadap ekspansi pasar. Dengan demikian prospek pengembangan papan unting di masa depan khususnya di Indonesia dapat diperkirakan cukup baik mengingat ketersediaan kayu lapis dari pasaran yang semakin langka sebagai akibat industrinya kekurangan bahan baku. Dengan adanya tumbuhan fast growing dapat menjadi sumber bahan baku potensial untuk produksi papan unting di masa depan. Hal ini dikarenakan produksi kayu bulat dari hutan alam yang terus menerus menurun (Nuryawan dan Massijaya, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Sebagian keuntungan papan unting dibandingkan dengan produk kayu lain menurut Hiziroglu, (2008) adalah sebagai berikut: 1. Papan unting dapat digunakan untuk aplikasi non struktural dan struktural, seperti mebel, dinding, papan, peron angkutan, dan dipergunakan pada bagian atas industri. 2. Papan unting memiliki kelenturan yang tinggi dan hampir memiliki kemiripan dengan kayu. Permukaan papan unting berupa ekstensif sanded, dapat digunakan sebagai bahan baku untuk lapisan aplikasi struktural kayu komposit. 3. papan unting umumnya dihasilkan dari pohon fast growing, dan mempunyai mempunyai sifat yang ramah lingkungan sama
dengan
produk komposit yang lain.
Bahan Baku Papan Unting (Oriented Strand Board/OSB) Akasia (Acacia mangium willd) Sistematika tanaman akasia menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2008) adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Resales
Suku
: Leguminosae
Marga
: Acacia
Jenis
: Acacia mangium wild
Universitas Sumatera Utara
Pohon akasia setinggi 15-20 m, batang tegak, bulat, putih kotor memikili daun majemuk, berhadapan,menyirip, lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal tumpul, panjang 5 - 20 cm. lebar 1-2 cm, pertulangan menyirip, hijau (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2008). Kayu A.mangium termasuk jenis kayu cepat tumbuh (fast growing species) yang mempunyai batas lingkaran tumbuh yang jelas pada bagian terasnya dengan lebar 1 – 2 cm. Hal ini mungkin disebabkan oleh pertumbuhannya yang cepat serta adanya kayu muda (juvenile wood). Dengan demikian diduga lingkaran tumbuh pada kayu mangium tidak berkorelasi dengan kerapatan. Tebal kayu gubal dan teras berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Makin tinggi umur kayu maka bagian kayu terasnya makin tebal. Warna kayu teras dan gubal dapat dilihat jelas, bagian teras berwarna lebih gelap, sedangkan gubalnya berwarna putih dan lebih tipis. Warna kayu teras agak kecoklatan, hampir mendekati kayu jati. Arah serat lurus sampai berpadu. Sifat fisis-mekanis yang umum dijadikan dasar dalam penggunaan kayu adalah berat jenis (BJ), kadar air (KA) dan keteguhan (MOE & MOR) (Malik, 2009). Kayu akasia memiliki tekstur halus sampai agak kasar merata, dengan arah serat biasanya lurus kadang berpadu. Kekerasannya agak keras sampai keras dengan berat jenis (BJ) rata-rata 0,61 (0,43-0,66), kelas awet III dan kelas kuat (IIIII). Kayu akasia bernilai ekonomi karena merupakan bahan yang baik untuk finir serta perabot rumah yang menarik seperti: lemari, kusen pintu, dan jendela serta baik untuk bahan bakar. Tanaman akasia yang berumur tujuh dan delapan tahun menghasilkan kayu yang dapat dibuat untuk papan partikel yang baik. Faktor yang mendorong pengembangan jenis ini adalah sifat pertumbuhan yang cepat. Pada
Universitas Sumatera Utara
lahan yang baik, umur 9 tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2 - 3 meter dengan hasil produksi 415 m3/ha atau rata-rata 46 m3/ha/tahun (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2008).
Gmelina (Gmelina arborew Roxb) Sistematika tanaman gmelina menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2008) adalah berbagai berikut: Kingdom
: Plantae-Plants
Superdivision
: Spermatophyta
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Lamiales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Gmelina
Spesies
: Gmelina arborea Roxb
Pohon ukuran sedang, tinggi dapat mencapai lebih (30 - 40) m, batang silindris, diameter rata-rata 50 cm kadang-kadang mencapai 140 cm. Kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Gmelina berukuran kecil hingga sedang atau perdu, tingginya 30-40 m. Batang utama berbentuk silinder dengan diameter hingga 100-250 cm, batang bebas cabang 9-20 m kadang 25 m, tidak berbanur tetapi kadang-kadang berbentuk. Pepagan luar licin atau bersisik, coklat muda hingga kelabu. Tajuk berbentuk payung dengan percabangan melebar (Sutisna, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutisna (1998), berat jenis rata-rata terendah 0,42 dan tertinggi 0,61. Kelas kuat kayu gmelina yaitu kelas III (II-IV). Kelas awet kayu gmelina IV-V. Kayu gmelina cocok digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, kayu pertukangan, pembungkus, barang kerajinan, perabot rumah tangga, vinir hias, juga untuk alat-alat musik, korek api, badan kendaraan atau perahu dan pulp yang berkualitas.
Ekaliptus (Eucalyptus sp)
Sistematika tanaman ekaliptus menurut Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2008) adalah bebagai berikut: Kingdom
: Plantae-Plants
Division
: Magnoliophyta
Class
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eucalyptus
Spesies
: Eucalyptus sp
Eucalyptus sp merupakan jenis yang cepat tumbuh dan kegunaan dari kayunya. Kayunya dapat digunakan sebagai hiasan kayu, kayu bakar, dan kayu pulp. Eukaliptus menyerap banyak air dari tanah melalui proses transpirasi. Mereka ditanam di banyak tempat untuk mengurangi water table dan mengurangi salinasi tanah (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2008). Kayu eukaliptus merupakan jenis kayu yang mudah menyesuaikan diri dalam setiap macam iklim, tipe, hujan, jenis tanah karena pertumbuhannya sangat
Universitas Sumatera Utara
cepat dan sifat kayunya juga sangat baik. Umumnya kayu eukaliptus memiliki tinggi sekitar 35-40 cm dan diameter sekitar 125-150 cm. Kayu eukaliptus merupakan kayu yang memiliki kelas kekuatan II-III dan kelas keawetan II-III. Kayu eukaliptus biasanya digunakan sebagai bahan baku pulp, kertas, dan sebagainya ( Sutisna, 1998)
Jenis Perekat Perekat merupakan suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Perekat PF merupakan perekat hasil dari kondensasi formaldehida dengan monohidrik phenol, termasuk phenol itu sendiri, creasol dan xylenol. Kelebihan perekat PF yaitu tahan terhadap perlakuan air, tahan terhadap kelembaban dan temperatur tinggi, tahan terhadap bakteri, jamur, rayap dan mikro organisme serta tahan terhadap bahan kimia seperti minyak, basa dan bahan pengawet. Kelemahan perekat PF adalah memberikan warna gelap, kadar air kayu harus lebih rendah, serta garis perekatan yang relatif tebal dan mudah patah (Ruhendi, et al, 2007). Perekat isosianat merupakan resin yang reaktivitas yang tinggi sehingga memberikan kelebihan dibanding resin yang lain. Menurut Marra (1992), keuntungan perekat Isosianat adalah : 1. Dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit saja untuk memproduksi papan dengan kekuatan yang sama 2. Dapat menggunakan suhu yang lebih rendah 3. Memungkinkan penggunaan kempa yang lebih cepat 4. Lebih toleran pada partikel berkadar air tinggi 5. Energi untuk pengeringan lebih sedikit dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
6. Stabilitas dimensi papan yang dihasilkan lebih stabil 7. Tidak ada emisi formaldehida.
Gambaran Umum Pembuatan Papan Unting (Oriented Strand Board/OSB)
Menurut Koch (1985) tahapan pembuatan OSB sebagai berikut : 1. Pembuatan Strands Pembuatan strands diawali dengan pembuangan kulit kayu bulat (debarking). Debarking ini penting dilakukan karena kulit kayu dapat mempengaruhi karakteristik kekuatan panel yang dihasilkan. Operasi mesin pembuat strands yang tersedia secara komersial prinsipnya sama. Masing-masing mesin dapat menghasilkan strands homogen. Dimensi strands untuk bagian face dan back umumnya panjang 7,5 cm, lebar 1,5-2,0 cm, dan tebal 0,04 cm. Sedangkan strands untuk bagian core panjang biasanya 4 cm, lebar 1-1,25 cm, dan tebal 0,06 cm .
2. Pengeringan Strand Strands yang diperlukan dalam pembuatan produk panel berasal dari kayu segar berkadar air sekitar 79,3%. Kayu sebagai bahan baku strands dipisahkan menjadi 2 kelompok menurut berat jenisnya. Untuk mengeringkan strands sebagian besar industri panel menggunakan rotary drum dryers dengan sumber panas langsung. Kadar air yang dicapai setelah proses pengeringan adalah 3-4 %. Tinggi temperatur pengeringan dapat meningkatkan efisiensi proses pengeringan (Ridwan, 1997; Yusfiandrita, 1998).
Universitas Sumatera Utara
3. Penyaringan Strands Strands yang sudah kering setelah melewati ruang panas, dikeluarkan dari kilang pengering dan dibawa ke rotary drum screen. Celah saringan strands untuk face tipenya lebih besar dibandingkan celah saringan strands untuk
core
(Ridwan, 1997). 4. Penyimpanan Strands Strands
yang
bagus
hasil
penyaringan
disimpan
pada
tempat
penampungan. Dari tempat ini strands dipindahkan dengan alat pengangkutan menuju blender untuk dicampur dengan perekat (Ridwan, 1997)
5. Pemilihan dan Penerapan Resin Pemilihan jenis perekat utama (blender) untuk membuat panel OSB struktural ditentukan oleh kondisi tempat dimana panel tersebut akan digunakan. Tipe perekat yang digunakan untuk panel OSB struktural harus mempunyai daya tahan terhadap pengaruh cuaca. Pemberian perekat dimasukan kedalam blender yang berisi strands sampai merata (Yusfiandrita, 1998).
6. Pembentukan Lapik (mats) Pembentukan lapik termasuk tahap yang penting karena kesalahan dalam pembentukan akan menghasilkan perbedaan sifat panel yang relatif besar. Untuk mendapatkan kualitas OSB yang relatif seragam, maka arah strands dalam pembentukan lapik terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan face, core, dan back. Lapisan face dan core disusun sejajar arah memanjang panel, sedangkan lapisan core
tegak lurus terhadap lapisan face dan back yang disusun secara acak
(Yusfiandrita, 1998).
Universitas Sumatera Utara
7. Pengempaan Pengempaan bertujuan untuk mengubah bentuk lapik dari strands menjadi ikatan panel dengan ketebalan tertentu, sebagai akibat adanya kontak antara strands yang diikat resin yang mangalami pematangan pada suhu tinggi sehingga dihasilkan produk OSB (Ridwan, 1997).
8. Pengerjaan setelah Pengempaan OSB
struktural
untuk
penggunaan
yang
dihasilkan
dari
proses
pengempaan panas, kemudian diamati dengan bantuan alat ultrasonik untuk mendeteksi adanya delaminasi atau uap air yang terjebak didalam panel (Koch, 1985). Selanjutnya panel dipotong sesuai ukuran tertentu dan diteruskan pada tahap condisioning.
Rayap Sebagai Organisme Perusak Kayu Rayap merupakan serangga sosial yang termasuk ke dalam ordo Isoptera dan terutama terdapat di daerah-daerah tropika. Di Indonesia rayap tegolong kedalam kelompok serangga perusak kayu (Tarumingkeng, 2000). Kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil. Binatang kecil yang tergolong kedalam binatang sosial ini, mampu menghancurkan bangunan yang berukuran besar dan dan menyebabkan kerugian yang besar pula (Tambunan dan Nandika, 1989). Rayap memiliki siklus hidup yang mengalami metamorfosis bertahap atau gradual (hemimetabola), dari telur kemudian nimfa sampai menjadi dewasa. Setelah menetas dari telur, nimfa akan menjadi dewasa melalui beberapa instar (bentuk diantara dua tahap perubahan). Perubahan yang gradual ini berakibat terhadap kesamaan bentuk badan secara umum, cara hidup dan jenis makanan
Universitas Sumatera Utara
antara nimfa dan dewasa. Namun, nimfa yang memiliki tunas, sayapnya akan tumbuh sempurna pada instar terakhir ketika rayap telah mencapai tingkat dewasa (Prasetiyo dan Yusuf, 2005). Rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang disebut koloni dengan pola hidup sosial. Satu koloni terbentuk dari sepasang laron (alates) betina dan jantan yang melakukan kopulasi dan mampu memperoleh habitat yang cocok yaitu bahan berselulosa untuk membentuk sarang utama. Koloni rayap dapat juga terbentuk dari fragmen koloni yang terpisah dari koloni utama karena sesuatu bencana yang menimpa koloni utama itu. Individu betina pertama yang dapat kita sebut ratu meletakkan beribu-ribu telur yang kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-individu yang polimorfis, sub-kelompok yang berbeda bentuk yaitu kasta pekerja, kasta prjurit dan neoten, di samping itu terdapat juga individuindividu muda (pradewasa) yang biasa disebut nimfa atau larva (Tarumingkeng, 2004). Menurut Tarumingkeng (2004), pengaturan energi koloni yang sangat efisien ini merupakan manifestasi pola homeostatika dari koloni rayap untuk mempertahankan eksistensinya. Demikian efisien organisasi hidupnya sehingga kita sulit mengendalikannya, apalagi memberantasnya. Beberapa pola perilaku rayap adalah sifat kriptobiotik atau sifat selalu menyembunyikan diri, rayap hidup dalam tanah dan bila akan invasi mencari obyek makanan juga menerobos di bagian dalam, bila perlu lapisan logam tipis dan tembok (apalagi plastik) ditembusinya dan bila terpaksa harus berjalan di permukaan yang terbuka mereka membentuk pipa pelindung dari bahan tanah atau humus (sheltertubes). Makanan rayap adalah selulosa baik berbentuk arsip kantor, buku, perabot, kayu bagian
Universitas Sumatera Utara
konstruksi, serasah, sampah, tunggak. Kayu-kayu yang tertimbun di bawah fondasi bangunan (ini merupakan bahan sarang yang baik karena kelak mereka dimungkinkan untuk naik), kayu sisa cetakan beton yang tidak dikeluarkan dari konstruksi, dan lain-lain. Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masingmasing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif (reprodukif primer
dan
reproduktif
suplementer)
(Tambunan
dan
Nandika,
1989;
Tarumingkeng, 2004). Dalam penggolongan ini, bentuk (morfologi) dari setiap kasta sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagai berikut:
Kasta pekerja Kasta pekerja mempunyai anggota yang terbesar dalam koloni, berbentuk seperti nimfa dan berwarna pucat dengan kepala hypognat tanpa mata facet. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang,
membuat
terowongan-terowongan,
menyuapi
dan
membersihkan
reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi, baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri. Mandibelnya relatif kecil bila dibandingkan dengan kasta prajurit, sedangkan fungsinya adalah sebagai pencari makanan, merawat telur serta membuat dan memelihara sarang. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan
Universitas Sumatera Utara
homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap (Tambunan dan Nandika, 1989; Tarumingkeng, 2004). Kasta prajurit Menurut Tambunan dan Nandika, (1989); Tarumingkeng, (2004) bahwa kasta prajurit mudah dikenal karena bentuk kepalanya yang besar dan dengan sklerotisasi yang nyata. Anggota-anggota dari pada kasta ini mempunyai mandible atau restrum yang besar dan kuat. Berdasarkan pada bentuk kasta prajuritnya, rayap dibedakan atas dua kelompok yaitu tipe mandibulate dan tipe nasuti. Pada tipe mandibulate prajurit-prajuritnya mempunyai mandibel yang kuat dan besar tanpa rostrum, sedangkan tipe nasuti prajurit-prajuritnya mempunyai rostrum yang panjang tapi mandibelnya kecil. Fungsi kasta prajurit adalah melindungi koloni terhadap gangguan dari luar. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui suara tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya
Universitas Sumatera Utara
mati. Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti tusuk) sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (prajurit makro) dan prajurit kecil (prajurit mikro) (Tambunan dan Nandika, 1989; Tarumingkeng, 2004).
Kasta reproduktif Kasta reproduktif primer terdiri dari serangga-serangga dewasa yang bersayap dan menjadi pendiri koloni (raja dan ratu). Terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Raja sebenarnya tak sepenting ratu jika dibandingkan dengan lamanya ia bertugas karena dengan sekali kawin, betina dapat menghasikan ribuan telur; lagipula sperma dapat disimpan oleh betina dalam kantong khusus untuk itu, sehingga mungkin sekali tak diperlukan kopulasi berulang-ulang. Bila masa perkawinan telah tiba, imago-imago ini terbang keluar dari sarang dalam jumlah yang besar. Saat seperti ini merupakan masa perkawinan dimana sepasang imago (jantan dan betina) bertemu dan segera meninggalkan sayapnya serta mencari tempat yang sesuai di dalam tanah atau kayu. Semasa hidupnya kasta reproduktif (ratu)
Universitas Sumatera Utara
bertugas menghasilkan telur,sedangkan makanannya dilayani oleh para pekerja. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika rayap mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh (Tambunan dan Nandika, 1989; Tarumingkeng, 2004). Koloni akan membentuk ratu atau raja baru dari individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru. Borror et al (1996) menambahkan apabila terjadi bahwa raja dan ratu mati atau bagian dari koloni dipisahkan dari koloni induk, kasta reproduktif tambahan terbentuk di dalam sarang dan mengambil alih fungsi raja dan ratu. Berdasarkan habitatnya, menurut
Hunt and Garrat, (1986) dalam
Tambunan dan Nandika (1989) rayap dibagi ke dalam beberapa golongan diantaranya:
Rayap kayu basah (dampwood termite) adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya
Universitas Sumatera Utara
terletak di dalam kayu tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Contoh dari golongan ini adalah Glyprotermes spp. (famili Kalotermitidae)
Rayap kayu kering (drywood termite) adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu kering, misalnya pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga dan lain-lain. Sarangnya terletak di dalam kayu dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Rayap kayu kering dapat bekerja dalam kayu yang mempunyai kadar air 10-12 % atau lebih rendah. Contoh dari golongan ini misalnya Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae).
Rayap pohon (tree termite) adalah golongan rayap yang menyerang pohon-pohon hidup. Mereka bersarang di dalam pohon dan tidak mempunyai hubungan dengan tanah. Contoh dari golongan ini misalnya Neotermes spp. (famili Kalotermtidae).
Rayap subteran (subteranean termite) adalah golongan rayap yang bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Untuk hidupnya mereka selalu membutuhkan kelembaban yang tinggi, serta bersifat Cryptobiotic (menjauhi sinar). Yang termasuk ke dalam rayap subteran adalah dari famili Rhinotermitidae serta sebagian dari famili Termitidae (Hunt and Garrat, 1986 dalam Tambunan dan Nandika,1989).
Universitas Sumatera Utara
Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan yaitu: 1. Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan perukaran bahan makanan. 2. Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap (calon kasta reproduktif) dimana mereka selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan cahaya (terang). 3. Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan kekurangan makanan. 4. Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.
Universitas Sumatera Utara