KOMPARASI HASIL BELAJAR MENGGUNAAN MODEL THINK PAIR SHARE DAN SNOWBALL THROWING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia oleh Dini Ari Respati 4301410057
JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, Juli 2014
Dini Ari Respati 4301410057
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1.
Selalu percaya bahwa tidak ada yang tidak mungkin
2.
Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok adalah harapan.
3.
Optimis dan pantang menyerah dalam menghadapi masalah apapun.
PERSEMBAHAN 1. Bapak, ibu dan adek tercinta, atas doa dan dukungan yang selalu tercurah untukku 2. Sahabat-sahabatku Mas Wahyu, mbak Musa, Waridi, Nino, Ita, Fika, Lidia, Krisna, Ersa Mastoni, yang selalu menyemangatiku dalam pembuatan skripsi. 3. Teman-teman rombel 3 pendidikan kimia 2010 yang aku sayangi 4. Sahabat-sahabat Kost Fortuna, sahabat PPL serta sahabat KKN yang aku sayangi. 5. Dan semuanya yang telah memberikan motivasi dan menemani tiap langkah penelitian ini.
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga peneliti dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian, 3. Ketua Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan dalam penelitian, 4. Drs Soeprodjo, M.S dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama menyusun skripsi, 5. Dra. Saptorini, M.Pi dosen penguji I yang telah memberikan arahan, dan saran, 6. Drs. Eko Budi Susatyo, M.Si dosen penguji II yang telah memberikan arahan dan saran, 7. Dra. Indriani Kuswandari dan guru mata pelajaran kimia SMA Kesatrian 1 Semarang yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian, 8. Siswa-siswi kelas XI IPA yang telah mengikuti pembelajaran dalam penelitian ini dengan baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya dan perkembangan pendidikan pada umumnya. Semarang, Juli 2014
Penulis iv
ABSTRAK
Respati, Dini Ari. 2014. Komparasi Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Soeprodjo, M.S. Kata Kunci : Komparasi, Think Pair Share, Snowball Throwing. Kimia merupakan mata pelajaran yang masih dirasa sulit oleh kebanyakan siswa. Diperlukan suatu metode pembelajaran yang menyenangkan, sehingga dapat membuat siswa tertarik mempelajari kimia. Hal ini tergatung dari kreativitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang harus disesuaikan dengan materi pelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dan metode Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang dan apabila ada perbedaan, hasil belajar mana yang lebih baik diantara keduanya. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5 SMA Kesatrian 1 Semarang. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling, diperoleh sampel penelitian yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen I diberi metode Think Pair Share dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing. Penelitian dilakukan dengan memberikan materi dan jam pelajaran yang sama tetapi dengan metode pembelajaran yang berbeda dan diakhiri dengan post test. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata nilai post test kelas eksperimen I 78,53 dengan ketuntasan klasikal 77% dan kelas eksperimen II 71,78 dengan ketuntasan klasikal 50%. Sedangkan pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dihasilkan thitung (2,657) > ttabel (2,000) yang berarti ada perbedaan yang signifikan. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri thitung (2,66) > ttabel (1,67) yang berarti rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksprimen II. Simpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi metode Think Pair Share dengan metode Snowball Throwing dan hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Think Pair Share lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi metode Snowball Throwing.
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………...
i
PERNYATAAN………………………………………………………......
ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………......
iv
PRAKATA……………………………………………………………......
v
ABSTRAK……………………………………………………………......
vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………......
x
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...
xi
BAB 1.
2.
3.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………...
1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………….......
4
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….
4
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………
4
1.5 Penegasan Penelitian……………………………………………
5
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar, Hasil Belajar, Metode Pembelajaran, Materi ....………
7
2.2 Hasil Penelitian Terkait...............................................................
17
2.3 Kerangka Berfikir………………………………………………
19
2.4 Hipotesis………………..…………………………....................
21
METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian………………………………………………..
22
3.2 Variabel Penelitian……………………………………...............
23
3.3 Desain Penelitian…………………………………………….....
24
3.4 Instrumen Penelitian ……………………………………..........
25
vi
4.
5.
3.5 Analisis Instrumen Penelitian………………………………….
27
3.6 Analisis Lembar Observasi…………………………………….
35
3.7 Metode Pengumpulan Data…………………………………...
37
3.8
37
Analisis Data........................................................................
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian………………………………………………….
49
4.2 Pembahasan……………………………………………………..
58
PENUTUP 5.1 Simpulan…………………………………………………….......
67
5.2 Saran………………………………………………………….....
67
6.
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….
69
7.
LAMPIRAN………………………………………………………...
71
vii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1
Desain Penelitian…………………………………………………...
23
3.2
Hasil Analisis Validitas Soal ………………………………………
28
3.3
Klasifikasi Daya Beda Soal Uji Coba.…………………………......
29
3.4
Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba..………...........…......
30
3.5
Kriteria Tingkat Kesukaran Soal......................................................
31
3.6
Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ….………....
32
3.7
Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba …………………………….....
33
3.8
Hasil Analisis Uji Coba Soal...........................................................
34
3.9
Transformasi Nilai Soal Uji Coba Post Tes……………………….
34
3.10
Kategori Penilaian Aspek Afektif ……...…………..……….........
35
3.11
Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik…….……………….........
36
3.12
Ringkasan ANAVA Satu Jalur …………...….……………….......
39
4.1
Data Awal Populasi ………….…………………………………...
49
4.2
Hasil Uji Normalitas Data Awal …….......…………….................
49
4.3
Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test ……………….
51
4.4
Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ……………….
52
4.5
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test.....
53
4.6
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri.....................
53
4.7
Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu......................
54
4.8
Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal...………….....
54
4.9
Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II...........….…….……..…..
55
4.10
Hasil Nilai Psikomotorik ………………….…................................
57
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Berfikir………………………………………………...
20
4.1
Penilaian Afektif Siswa…………………………………….........
56
4.2
Penilaian Psikomotorik Siswa…..……………………………......
58
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Nilai UAS 5 Tahun ………………………………………….......
71
2.
Daftar Nama Siswa.........................................................................
72
3.
Silabus…………………………………………............................
73
4.
RPP Kelas Eksperimen I………………………….......................
75
5.
RPP Kelas Eksperimen II...............................…………………..
88
6.
Kisi-Kisi Soal Uji Coba...................................................……….
102
7.
Soal Uji Coba………………………………………....................
105
8.
Analisis Soal Uji Coba………...………………………………...
118
9.
Perhitungan Validitas Soal Uji Coba…...………………….........
123
10.
Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………………….....
127
11.
Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ………………....
129
12.
Perhitungan Reliabilitas Soal Uji Coba …..................................
131
13.
Daftar Nilai UAS Siswa ……………………………..................
133
14.
Uji Normalitas Data Tahap Awal ………...................................
134
15.
Uji Homogenitas...…………………………...............................
140
16.
Uji Kesamaan Rata-rata..............................................................
142
17.
Daftar Nilai Post test…………..…………………......................
145
18.
Uji Normalitas Tahap Akhir..................……………...……...….
146
19.
Uji Kesamaan Dua varian………………………………..............
150
20.
Uji Perbedaan Rata-Rata Dua Pihak………..…………………....
152
21.
Uji Perbedaan Satu Pihak Kiri...…………....................................
155
22.
Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen I…….……………......
157
23.
Uji Ketuntasan Hasil Belajar Eksperimen II …………................
159
24.
Pedoman Penilaian Aspek Afektif…….………………………..
161
25.
Reliabilitas Aspek Afektif……………………….........................
163
26.
Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II….....................
164
27.
Pedoman Penilaian Aspek Psikomotorik............................……...
166
28.
Reliabilitas Aspek Psikomotorik....................................................
168
x
29.
Analisis Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II…......................
xi
169
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan adanya pendidikan yang berkualitas maka dapat membentuk generasi yang mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Namun masih banyak ditemui pembelajaran yang bersifat pasif learning. Pasif learning adalah keadaan ketika para siswa hanya duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru dan guru sebagai pusatnya. Penyebabnya yaitu guru hanya menerangkan tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk berfikir. Pembelajaran seperti ini dirasakan sangat membosankan dan tidak menarik minat peserta didik. Hal ini menjelaskan bagaimana seorang peserta didik tidak dapat menyerap pembelajaran secara maksimal sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar dari peserta didik tersebut. Tujuan dari pendidikan adalah membangun karakter suatu bangsa, apabila pendidikan masih saja bersifat pasif learning, maka akan berpengaruh terhadap karakter dari bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha baik dari pemerintah maupun dari pendidik untuk membuat siswa menjadi aktif dan kreatif dalam sistem pembelajaran. Usaha tersebut diharapkan dapat membawa dampak yang lebih baik dalam sistem pendidikan di Indonesia.
1
2
Kimia merupakan mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa. Dikarenakan mereka masih kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut. Sehingga diperlukan suatu pembelajaran kimia yang menyenangkan dan melibatkan peserta didik untuk1ikut aktif di dalamnya. Disamping itu ,juga diperlukan dukungan penuh dari pendidik untuk memfasilitasi peserta didik pada proses pembelajaran. Ditunjang dengan metode-metode pembelajaran kimia yang akan menambah minat siswa untuk mempelajari mata pelajaran kimia tersebut. Pada observasi awal peneliti memilih materi pokok “kelarutan dan hasil kali kelarutan” sebagai materi yang akan digunakan untuk melakukan penelitian. Peneliti memilih materi kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan meninjau hasil ulangan harian selama 5 tahun terakhir, dari tahun ajaran 2008/2009 sampai 2012/2013 dimana rata-rata nilai para siswa kelas XI IPA di SMA KESATRIAN 1 masih kurang dari nilai ketuntasan minimal (KKM). Pada tahun ajaran 2008/2009 Terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (52,45), IPA 2 (54,74), IPA 3 ( 58,70), dan IPA 4 (55,21) dengan KKM 62 yang berarti tidak satupun rata-rata kelas tersebut mencapai KKM. Pada tahun 2009/2010 juga terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (54,78), IPA 2 ( 51,86), IPA 3 ( 57,38), dan IPA 4 (49,73) sedangkan KKM pada tahun tersebut adalah 65 yang berarti keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Kemudian pada tahun 2010/2011 terdapat tujuh kelas dengan rata-rata IPA 1 (60,76), IPA 2 (62,90), IPA 3 (56,48), IPA 4 (61,69), IPA 5 (60,40), IPA 6 (60,68), dan IPA 7 (59,10) dengan KKM 68 dengan demikian nilai rata-rata
3
keseluruhan kelas masih belum tuntas. KKM pada tahun 2011/2012 yaitu 70 dengan enam kelas yang mempumyai rata-rata IPA 1 (60,20), IPA 2 (61), IPA 3 (67,10), IPA 4 (58,73), IPA 5 (57), dan IPA 6 (57,70) yang berarti seluruh kelas masih belum mencapai KKM. Pada tahun 2012/2013 terdapat empat kelas dengan rata-rata IPA 1 (61,30), IPA 2 (60,30), IPA 3 (61,80), dan IPA 4 (62,50) dengan KKM 72 sehingga dari keempat kelas tersebut masih belum tuntas. Disamping itu juga, pembelajaran kimia di SMA KESATRIAN 1 Semarang masih membuat siswa tegang dan masih takut untuk bertanya apabila belum mengerti. Dari penjabaran diatas, dapat dinyatakan bahwa siswa masih merasa kesulitan dalam memahami materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, juga masih perlu pembelajaran yang tidak menegangkan, dan berakibat hasil belajar siswa masih belum cukup memuaskan. Hal ini lah yang perlu diperhatikan oleh pendidik. Pendidik diharapkan mampu melaksanakan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkatkan pemahaman siswa yang tentunya juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Dari pemaparan diatas, maka model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan adalah model pembelajaran kooperatif dimana pembelajaran kooperatif ini dinilai sangat efektif untuk diterapkan pada pembelajaran di sekolah, model tersebut yaitu TPS ( Think Pair Share) dan Snowball Throwing. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk membandingkan antara model TPS dengan model Snowball Throwing. Oleh karena itu peneliti
4
mengambil
judul
“Komparasi
Hasil
Belajar
Menggunakan
Model
Pembelajaran Think Pair Share dengan Snowball Throwing Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG.”
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : (1) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang? (2) Jika ada perbedaan, manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(1) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. (2) Untuk mengetahui manakah yang lebih baik antara siswa yang diberi model TPS dengan model Snowball Throwing pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain:
5
(1) Bagi Siswa a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran b. Meningkatkan hasil belajar siswa c. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran d. Meningkatkan motivasi siswa untuk belajar kimia lebih giat e. Meningkatkan pemahaman tentang konsep kimia dan kemampuan menyelesaikan soal pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. (2) Bagi Guru a. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa b. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan kreativitas guru dalam membuat suatu metode pembelajaran supaya menjadi lebih efektif dan menarik dari sebelumnya. (3) Manfaat bagi peneliti a. Sarana latihan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran kimia di SMA b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam penelitian pendidikan secara langsung di sekolah.
1.5
Penegasan Istilah Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah maka
perlu dilakukan batasan- batasan sebagai berikut : 1) Hasil Belajar
6
Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni, 2009:85). 2) Model Think Pair Share (TPS) TPS merupakan suatu model yang menekankan gagasan tentang waktu”tunggu atau berfikir” (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan. Siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah sendiri kemudian mendiskusikan masalah tersebut dengan teman sebangku, dan permasalahan tersebut di di persentasikan di depan kelas (Miftahul Huda, 2013:206) . 3) Model Snowball Throwing Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing masing kelompok diwakili oleh ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru. Kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan di selembar kertas yang dibentuk seeperti bola lalu dilemparkan kepada siswa lain untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa kemudian di diskusikan secara berkelompok. 4) Siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang Dalam hal ini peneliti menggunakan siswa kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang sebagai objek penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1 Belajar Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian makna yang dilakukan oleh individu (Benny. A Pribadi ,2009 : 6). Melengkapi pandangan tentang belajar seperti yang dikemukakan di atas, Meyer (1882) dalam Smith dan Ragan mennemukakan pengertian belajar sebagai “... perubahan yang relatif permanen dalam pengetahuan dan perilaku seseorang yang diakibatkan oleh pengalaman.” Definisi belajar yang diungkapkan oleh Meyer dalam Smith dan Ragan (2002) mencakup beberapa konsep penting yang meliputi : 1. Durasi perubahan perilaku bersifat relatif permanen, 2. Perubahan terjadi pada struktur dan isi pengetahuan orang yang belajar,dan 3. Penyebab terjadinya perubahan pengetahuan dab perilaku adalah pengalaman yang dialami oleh siswa,bukan pertumbuhan atau perkembangan.Proses belajar dapat berlangsung baik dalam situs formal maupun situs informal (Benny.A.Pribadi, 2009:8).
7
8
2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Dalam peserta didikan,perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan peserta didik (Rifa’i & Anni ,2010:85). Benyamin S. Bloom dalam Rifa’i & Anni (2010:86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar,yaitu : 1. Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan ,pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori
tujuan
peserta
didikan
afektif
adalah
penerimaan,
penanggapan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup. 3. Ranah psikomotorik, berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena sering kali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
9
2.1.3 Model TPS Model Think Pair Share yaitu model pembelajaran yang dikembangkan Frank Lyman. Model ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dan model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain (Isjoni, 2011:112). Menurut Miftahul Huda (2011:136) model TPS sebaiknya dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur sebagai berikut : 1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok.Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa. 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok 3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. 4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. 5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masingmasing untuk menshare hasil diskusinya. 2.1.4 Model Snowball Throwing Metode pembelajaran Snowball Throwing ( ST ) atau yang juga sering dikenal dengan Snowball Fight merupakan pembelajaran yang diadopsi pertama kali dari game fisik dimana segumpalan salju dilempar dengan maksud memukul orang lain. Dalam konteks pembelajaran, Snowball Throwing diterapkan dengan
10
melempar segumpalan kertas untuk menunjuk siswa yang diharuskan menjawab soal dari guru (Miftahul Huda,2013:226). Model ini digunakan untuk melatih konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan tersebut kepada teman satu kelompoknya (Miftahul Huda, 2013:226). Sintaks langkah-langkah metode pembelajaran Snowball Throwing menurut Santoso (2011:114) yaitu: 1) Guru menyampaikan materi yang disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.
11
6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas tersebut bergantian 7) Evaluasi dan penutup 2.1.5 Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 2.1.5.1 Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Kelarutan (solubility) suatu zat adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut dalam volum pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga membentuk kesetimbangan larutan. Satuan kelarutan dinyatakan dalam mol L-1 atau M, dapat dirumuskan:
Keterangan: s
= kelarutan (mol/Liter)
n
= jumlah mol
v
= volume larutan (mL)
g
= massa zat terlarut (gram)
Mr = massa molekul relatif zat terlarut Ksp disebut sebagai konstanta hasil kelarutan (solubility product constant) yaitu hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masingmasing. Ksp senyawa CaF2 dan Al(OH)3 ialah: CaF2 (s)
Ca2+(aq) + 2F-(aq)
Ksp CaF2 = [Ca2+] [F-]2 Al(OH)3 (s)
Al3+(aq) + 3OH-(aq)
12
Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3 Ksp senyawa dapat ditentukan dari percobaan laboratorium dengan mengukur kelarutan (massa senyawa yang dapat larut dalam tiap liter larutan) sampai keadaan tepat jenuh. Kemampuan pelarut telah maksimum untuk melarutkan atau mengionkan zat terlarut. Kelebihan zat terlarut walaupun sedikit akan menjadi endapan. Larutan tepat jenuh dapat dibuat dengan memasukkan zat kelarutan sehingga lewat jenuh. Endapan disaring dan ditimbang untuk menghitung massa yang terlarut. 2.1.5.2 Hubungan Kelarutan (s) dengan Tetapan Hasil Kali Kelarutan Perhitungan yang mellibatkan Ksp dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori,yaitu: a. Perhitungan Ksp dari data kelarutan b. Perhitungan kelarutan dari Ksp c. Masalah terjadinya pengendapan Untuk padatan AxBy yang berada dalam kesetimbangan dengan ion-ion hasil disosiasinya dalam larutan jenuh, berlaku: Ax By (s)
xAy+(aq) + yBx-(aq)
lM
Kelarutan
Ksp
xlM
ylM
= (Ay+)x . (Bx-)y = (x l )x . (y l )y = xx . yy . l (x+y)
l Contoh :
=
………………….(1)
13
l AgCl
=
l Mg(OH)2
=
Persamaan (1) menggambarkan hubungan kelarutan dan hasil kali kelarutan Ksp. Bila kelarutan ada datanya, maka Ksp dapat ditentukan. Sebaliknya jika harga Ksp diketahui, maka kelarutannya dapat ditentukan. Mengendap atau tidaknya AxBy, dapat dilihat dari harga (Ay+)x . (Bx-)y Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y < Ksp , maka AxBy belum mengendap Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y = Ksp , maka larutan mencapai jenuh Bila harga (Ay+)x . (Bx-)y > Ksp , maka larutan AxBy lewat jenuh atau telah terjadi endapan AxBy (Kasmadi, 2008: 20) 2.1.5.3 Pengaruh Ion Senama dalam Kelarutan Jika suatu garam diartikan ke dalam larutan yang telah berisi salah satu ion garam tersebut, maka kelarutan garam lebih kecil daripada kelarutannya dalam air murni. AgCl lebih sukar larut di dalam larutan NaCl daripada di dalam air. Berkurangnya kelarutan AgCl tersebut karena adanya pengaruh ion sejenis (Cl-). Akibat adanya ion sejenis dengan mudah dapat diketahui prinsip Le Chathelier. Seandainya padatan AgCl dilarutkan di dalam air murni, maka terjadi kesetimbangan sebagai berikut : AgCl (s)
Ag+(aq) + Cl-(aq)
Jika larutan garam klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan AgCl, maka (Cl-) dalam larutan akan bertambah dan mengakibatkan
14
kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan AgCl mengendap. Dengan perkataan lain AgCl lebih sedikit larut di dalam larutan NaCl daripada air. Contoh: Berapa kelarutan molar AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl ? Ksp = (Ag+) (Cl-) = 1,7 . 10-10 Sebelum AgCl larut, telah ada (Cl-) sebanyak 0,010 M. karena NaCl mengalami disosiasi total. Adanya (Na) dapat diabaikan karena (Na+) tidak terlibat dalam sistem kesetimbangan: Ag+(aq) + Cl-(aq)
AgCl (s) Mula-mula
0
0,010 M
Perubahan
xM
xM
Kesetimbangan
xM
0,010+xM
Harga 0,010 + x ≈ 0,010
(Karena nilai x dianggap sangat kecil)
Maka (x) (0,010)
= 1,7 . 10-10
x
= 1,7 . 10-8
Jadi kelarutan AgCl dalam larutan 0,010 M NaCl adalah sebesar 1,7.10-8 M. (Kasmadi, 2008: 21)
15
2.1.5.4 Pengaruh pH Terhadap kelarutan Tingkat keasaman larutan (pH) dapat mempengaruhi kelarutan dari berbagai jenis zat. Suatu basa selalu lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam, dan sebaliknya lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa. Garam-garam yang berasal dari asam lemah akan lebih mudah larut dalam larutan yang bersifat asam kuat. 2.1.5.4.1. pH dan Kelarutan Basa Sesuai dengan efek ion senama, suatu basa lebih sukar larut dalam larutan yang bersifat basa daripada dalam larutan netral. 2.1.5.4.2. pH dan Kelarutan Garam Kalsium karbonat (CaCO3) sukar larut dalam air, tetapi larut dalam larutan HCl. Fakta ini diterapkan sebagai berikut: Dalam larutan jenuh CaCO3 terdapat kesetimbangan berikut: CaCO3(s)
Ca2+(aq) + CO32-(aq)
Jika pH larutan kita perkecil dengan menambahkan asam, maka H+ dari asam akan mengikat ion karbonat membentuk ion HCO3-. CO32-(aq) + H+(aq)
HCO3-(aq)
Berdasarkan azas Le Chatelier, pengurangan [CO32-] mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kanan, CaCO3 padat lebih banyak larut, maka pada reaksi tersebut penurunan pH akan menambah kelarutan (Kalsum, 2009: 242). 2.1.5.5 Reaksi Pengendapan Sebagaimana telah diketahui ketika membahas kesetimbangan kimia, hasil kali konsentrasi seperti dirumuskan dalam rumus tetapan kesetimbangan (bukan
16
konsentrasi setimbang) disebut sebagai Qc. Jadi secara umum, apakah keadaan suatu larutan belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, dapat ditentukan dengan mencari nilai Qc-nya dengan ketentuan sebagai berikut: Jika Qc < Ksp
larutan belum jenuh
Jika Qc = Ksp
larutan tepat jenuh
Jika Qc > Ksp
lewat jenuh
(Purba, 2006: 149)
2.1.5.6 Kegunaan Ksp dalam kehidupan sehari-hari a. Pembuatan pasta gigi Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pH terhadap kelarutan. Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluorida (F-) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi
fluoroapatit.
Senyawa fluoroapatit, Ca5(PO4)3F(s) memiliki
Ksp 3,16×10-60, dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil dari harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion Fsehingga membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam suasana asam dibandingkan dengan hidroksiapatit. b. Menghilangkan kesadahan air Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian pengaruh penambahan ion senama. Karena untuk menghilangkan garam sulfat atau garam klorida dari air sadah adalah dengan menambahkan ion senama. c. Digunakan untuk mendeteksi sidik jari seseorang
17
Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian kelarutan. Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO3. AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl
membentuk
endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan Cl- nya telah melebihi harga Ksp AgCl. Di bawah sinar, endapan AgCl putih ini akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna hitam. Endapan ini akan menampilkan sidik jari. d. Pembentukan batu karang Apabila dikaitkan dengan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan termasuk bagian reaksi pengendapan. Batu karang berasal dari senyawa CaCO3. Pembentukan CaCO3 berawal dari karbondioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat. Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air larut, maka asam karbonat terurai menjadi ion. Ion bikarbonat bereaksi dengan ion Ca2+ dalam air laut, membentuk CaCO3 yang merupakan batu karang. 2.2.
Hasil Penelitian terkait Berdasarkan jurnal sebelumnya yang berjudul Reforming Mathematic
Through The Concept Of Cooperative Learning By Using The Technique ThinkPair-Share Focusing On Cube And Cuboid To Improve The Study Result And Activity Of Students From Banyubiru 1 State Middle School Class Of Viiie In
18
Semarang District On Their Second Semester Year Of 2010/2011 yang dilaksanakan oleh Evi Suharyanti, Theofelus Galih S., Margi Rahayu, Kriswandani. Peneliti melakukan penelitian dengan tiga kali siklus dimana dari ketiga siklus itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran dengan menggunakan metode TPS membuat siswa lebih mudah memahami materi yang diberikan. Dan memacu keaktifan siswa dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Jurnal yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dengan Metode Praktikum dalam Pembelajaran IPA Fisika Kelas VIII B SMPN 7 JEMBER Tahun Pelajaran 2012/2013 dilakukan oleh Ismil Ridayatun Winayah, Sudarti, Nuriman pada tahun ajaran 2012/2013. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus untuk mengetahui keefektifan metode TPS. Berdasarkan hasil analisis aktivitas
belajar
siswa selama
pembelajaran dari pra siklus sampai siklus 2 yaitu aktivitas memperhatikan penjelasan dari pra siklus sampai siklus 1 mengalami peningkatan 37,18%,
sebesar
dari siklus 1 sampai siklus 2 sebesar 5,12%. Dimana dalam
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran khususnya dalam memecahkan masalah, aktif dalam diskusi kelompok kelompok kecil, serta mampu membuktikan sendiri teori yang ada dengan melakukan praktikum. Jurnal lain yang berjudul Pengaruh Penerapan Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab. Gowa
19
(Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon)
dilakukan oleh
Muhaedah Rasyid & Sumiati Side tahun 2011 menjelaskan bahwa dengan model pembelajaran Snowball Throwing berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bajeng kabupaten Gowa pada materi pokok senyawa Hidrokarbon. Walaupun demikian masih ada beberapa aktifitas siswa yang masih kurang. Seperti ketika ketua kelompok memberikan penjelasan kepada masing-masing siswa, masih ada beberapa siswa yang kurang mengerti penjelasan dari ketua kelompok. 2.3.
Kerangka Berfikir Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dimana pada kenyataannya
siswa masih merasa kesulitan dengan materi kimia, khususnya materi kelarutan dan hasil kelarutan yang telah dibuktikan dengan data hasil belajar siswa lima tahun terakhir. Dan beberapa faktor misalkan cara mengajar guru, metode pembelajaran yang kurang tepat. Hal ini menyebabkan nilai yang diperoleh kurang optimal. Dengan demikian peneliti menawarkan dua metode yang dapat membantu siswa untuk mendalami materi kimia, khususnya kelarutan dan hasil kelarutan. Dua metode tersebut yaitu Think-Pair-Share dan Snowball Throwing yang akan dibandingkan untuk mengetahui metode mana yang paling efektif digunakan pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
20
Hasil belajar kimia materi Ksp masih rendah
Siswa yang masih tegang pada proses pembelajaran
Pembelajaran kimia yang cenderung masih teacher centered, siswa pasif
Nilai ketuntasan materi Ksp lima tahun terakhir masih kurang dari KKM
Dilakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar kimia materi Ksp dengan menggunakan dua metode pembelajaran
Kelas Eksperimen 1
Kelas Eksperimen 2
Pembelajaran dengan metode TPS
Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing
Hasil Belajar Dibandingkan Uji Hipotesis
Kesimpulan
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
21
2.4.
Hipotesis Dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis bahwa: 1. Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model TPS dengan hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. 2. Hasil belajar kimia siswa yang diberi model TPS lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan.
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya
(Sugiyono,
2006:215).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014. 3.1.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik cluster random sampling ini merupakan teknik pengambilan sampel dimana populasi dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau cluster, kemudian kelompok yang diperlukan diambil secara acak. Syarat diijinkannya penggunaan teknik cluster random sampling yaitu memiliki kualitas yang sama pada masing-masing kelas dalam populasi dimana kualitas yang sama adalah memiliki homogenitas yang sama dan rata-rata yang sama. Dalam penelitian ini diambil dua kelas anggota populasi sebagai sampel.
3.2 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: (1) Variabel Bebas
23
24
Variabel bebas dalam penelitian ini ialah pembelajaran menggunakan metode TPS dan metode Snowball Throwing. (2) Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini ialah hasil belajar siswa. Data hasil belajar diperoleh melalui tes tertulis di akhir proses pembelajaran. (3) Variabel Kontrol Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, guru yang sama, materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama.
3.3 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan jenis penelitian komparasi. Penelitian komparasi bersifat membandingkan harga parameter tertentu dari dua atau lebih sampel. Dalam penelitian ini yang dibandingkan adalah nilai hasil belajar dari dua kelas yang diberi perlakuan berbeda. Penelitian ini menggunakan desain post test only control design yaitu desain penelitian dengan hanya melihat nilai post test antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Kelompok
Keterangan:
Tabel 3.1 Desain Penelitian Perlakuan Tes Akhir
E1
P1
T
E2
P2
T
25
E1
: Kelas eksperimen I
E2
: Kelas eksperimen II
P1
: Pembelajaran dengan metode TPS
P2
: Pembelajaran dengan metode Snowball Throwing
T
: Tes akhir
3.4 Instrumen penelitian Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan meliputi(1) silabus, (2) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) lembar pengamatan aspek afektif, (4) lembar pengamatan aspek psikomotorik, dan (5) tes hasil belajar kognitif. 3.4.1 Silabus Silabus yang digunakan dalam penelitian ini merupakan silabus KTSP. Silabus untuk kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara terperinci. 3.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) digunakan sebagai panduan bagi guru untuk melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. RPP kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. 3.4.3 Lembar Pengamatan Aspek Afektif Lembar pengamatan aspek afektif digunakan untuk mengukur dan menilai tingkat apresiasi siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.Pengamatan aspek afektif ini dilakukan oleh tiga observer. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek afektif dari skor 1 (satu) sampai 4 (empat). Penyusunan kriteria penskoran mengacu pada skor aspek yang telah ditetapkan.
26
Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor terendah, yaitu 1. Sedangkan kriteria yang menggambarkan nilai aspek yang tinggi diberi skor tertinggi, yaitu 4. 3.4.4 Lembar Pengamatan Aspek Psikomotorik Lembar pengamatan aspek psikomotorik digunakan untuk mengukur dan menilai keterampilan siswa. Penilaian aspek psikomotorik dilakukan pada proses pembelajaran saat praktikum. Penilaian aspek psikomotorik pada saat praktikum pada kelas eksperimen I sama dengan kelas eksperimen II. Dalam penelitian ini ditetapkan rentang skor lembar pengamatan aspek psikomotorik dari skor 1 (satu) sampai 5 (lima). Penyusunan kriteria penskoran sama dengan penskoran pada lembar pengamatan afektif. 3.4.5
Tes Hasil Belajar Kognitif Tes hasil belajar kognitif atau post test digunakan untuk mengukur dan
menilai penguasaan siswa pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tes hasil belajar kognitif yang disusun pada penelitian ini berupa tes obyektif (pilihan ganda) dengan lima pilihan jawaban dan satu jawaban tepat, terdiri atas soal C1 (jenjang kemampuan ingatan), soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan) dan C4 (jenjang kemampuan analisis). Soal berjumlah 50 butir soal dengan waktu pengerjaan tes 90 menit. Langkah-langkah penyusunan soal uji coba tes hasil belajar kognitif yaitu: (1)
Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu yang disediakan. Jumlah butir soal yang diuji cobakan 50 butir dengan alokasi waktu 90 menit.
27
(2)
Menentukan tipe atau bentuk soal. Tipe soal yang digunakan berbentuk pilihan ganda dengan lima buah jawaban dan satu pilihan jawaban yang tepat.
(3)
Menentukan komposisi jenjang. Komposisi jenjang dari perangkat tes yang akan diuji cobakan terdiri atas 50 butir soal yaitu: a.
Aspek pengetahuan (C1) terdiri atas 8 soal = 16 %
b.
Aspek pemahaman (C2) terdiri atas 25 soal = 50 %
c.
Aspek penerapan (C3) terdiri atas 16 soal = 32 %
d.
Aspek penerapan (C4) terdiri atas 1 soal = 2%
(4)
Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal
(5)
Menyusun butir-butir soal
(6)
Mengujicobakan soal
(7)
Menganalisis hasil uji coba, dalam hal validitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan reliabilitas perangkat tes yang digunakan.
3.5
Analisis Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang disusun dan digunakan dalam penelitian ini
akan diuji cobakan di kelas XII SMA Kesatrian 1 Semarang karena siswa di kelas tersebut telah mendapatkan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan tujuan untuk mengetahui butir-butir soal yang diuji cobakan sudah memenuhi syarat tes yang baik atau belum. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi (1) validitas, (2) daya pembeda, (3) tingkat kesukaran, dan (4) reliabilitas.
28
3.5.1
Validitas Validitas soal-soal post test dalam penelitian ini ada dua macam yaitu
validitas isi soal dan validitas butir soal. (1) Validitas Isi Soal Perangkat tes dikatakan telah memenuhi validitas isi apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Jadi peneliti menyusun kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum, selanjutnya instrumen dikonsultasikan dengan guru pengampu dan dosen penguji. (2) Validitas Butir Soal Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi point biserial yaitu sebagai berikut:
Keterangan: rp bis
= koefisien korelasi point biserial
p
= proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal
q
= proporsi siswa yang menjawab salah = 1-p
Mp
= rata-rata skor siswa menjawab benar pada butir soal
Mt
= rata-rata skor seluruh siswa
St
= standar deviasi skor total (Arikunto, 2007: 78-79)
Hasil perhitungan rpbis kemudian digunakan untuk mencari signifikansi (thitung) dengan rumus:
29
(Sudjana, 2005: 380) Dengan taraf signifikansi 5%, jika thitung>t(1-
α)
dengan dk (n-2) dan n
jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid. Berdasarkan uji coba soal yang dilakukan terhadap 30 siswa kelas XII IPA SMA Kesatrian 1 Semarang diperoleh hasil analisis validitas dari 50 soal yang diuji cobakan. Contoh perhitungan validitas item soal nomor 1 dengan taraf kepercayaan 95% (=5%) dan dk = 30-2 = 28 diperoleh ttabel = 1,701 dan thitung = 2,279, tampak dari perhitungan bahwa thitung > ttabel, maka butir soal nomor 1 valid. Hasil analisis validitas soal uji coba dapat dilihat pada tabel 3.2.
Kriteria Valid
Tabel 3.2 Hasil Analisis Validitas Soal Nomor Soal Jumlah 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23,
%
32
64%
17
36%
50
100%
24, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 Tidak
4, 6, 8,12, 13, 17, 19, 21, 22, 26, 29, 33, 35, 38,
valid
44, 45, 49, 50 Jumlah
(Sumber: olah data hasil penelitian) Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9.
30
3.5.2
Daya Pembeda Butir soal dikatakan memiliki daya beda yang baik apabila digunakan
dalam tes bisa membedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya beda soal adalah sebagai berikut:
Keterangan: DB
: daya beda
BA
: banyaknya jawaban benar kelompok atas
BB
: banyaknya jawaban benar kelompok bawah
JA
: banyaknya siswa kelompok atas
JB
: banyaknya siswa kelompok bawah
Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval Kriteria
DP 0,00
Sangat jelek (very poor)
0,00< DP 0,20
Jelek (poor)
0,20< DP 0,40
Cukup (satisfactory)
0,40< DP 0,70
Baik (good)
0,70< DP 1,00
Sangat baik (excellent) (Arikunto 2007: 218)
31
Pada penelitian ini daya pembeda soal yang dipakai adalah cukup, baik dan sangat baik. Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat jelek, jelek, cukup, baik, dan sangat baik dapat dilihat pada tabel 3.4. Perhitungan daya beda soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 10. Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba Kriteria Daya Jumlah Nomor Soal Beda Butir Soal Sangat jelek
-
0
Jelek
4, 6, 12, 13, 17, 19, 21, 22, 29, 33, 35, 38, 15 44, 49, 50
Cukup
1, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 25, 26, 19 32, 36, 40, 41, 42, 45
Baik
2, 11, 20, 23, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 43
11
Sangat baik
24, 39, 46, 47, 48
5
Jumlah
50
(Sumber: olah data hasil penelitian) 3.5.3
Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sulit.Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan adalah: IK =
32
Keterangan: IK = indeks kesukaran B = Jumlah siswa yang menjawab benar Js = Jumlah seluruh peserta tes Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Interval Kriteria IK = 0,00
Sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
Sedang
0,70 < IK < 1,00
Mudah
IK = 1,00
Sangat mudah (Arikunto, 2007: 210)
Jumlah butir dan nomor soal dengan kriteria sangat sukar, sukar, sedang, mudah, dan sangat mudah dapat dilihat pada tabel 3.6. Perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 11. Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria Tingkat Kesukaran Sangat sukar Sukar Sedang Mudah Sangat mudah
Nomor Soal 4, 5, 8, 14, 15, 16, 17, 29, 32, 33, 35, 36, 38, 40, 41, 42, 49, 50 1, 2, 3, 6, 7,9, 10, 12, 13, 18, 20, 24, 27, 28, 30, 31, 34, 37, 39,43, 44, 46, 47, 48 11, 19, 21, 22, 23, 25, 26, 45 Jumlah
(sumber: olah data hasil penelitian)
Jumlah Butir Soal
18 24 8 50
33
3.5.4
Reliabilitas Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila
memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus:
Jika r11> rtabel maka tes tersebut dikatakan reliabel Keterangan: r11
= reliabilitas soal
M
= rata-rata skor total
k
= banyaknya butir soal
Vt
= varians skor total
(Arikunto, 2007:101)
Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan reliabilitasnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas Soal Uji Coba Interval Kriteria r ≤ 0,20
Sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40
Rendah
0,40 < r ≤ 0,70
Sedang
0,70 < r ≤ 0,90
Tinggi
0,90 < r ≤ 1,00
Sangat tinggi
34
Dari hasil analisis data, didapatkan reliabilitas soal uji coba sebesar 0,854, sehingga apabila dilihat dari tabel kriteria soal uji coba, soal uji coba tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi dan dapat dipakai. 3.5.5
Hasil Analisis Soal Uji Coba Soal-soal yang telah diujicobakan dan dianalisis tersebut dipakai sebagai
soal post test jika memenuhi syarat antara lain: butir soal “valid”; mempunyai daya pembeda minimal “cukup”; tingkat kesukaran minimal “sedang”; dan soal tersebut “reliabel”. Dari analisis uji coba soal, diperoleh soal layak dipakai 32 butir dan 30 butir soal dipakai sebagai soal post test dengan komposisi jenjang sebagai berikut. Aspek pengetahuan (C1) sebanyak 8 soal
= 27%
Apek pemahaman (C2) sebnyak 15 soal
= 50%
Aspek penerapan (C3) sebanyak 7 soal
= 23%
Kriteria
Tabel 3.8 Hasil Analisis Uji Coba Soal Nomor Soal
Soal layak
1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 28, 30,
pakai
31, 32, 34, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 46, 47, 48 (32 soal) 1, 2, 3, 5, 7, 9, 10, 11, 14, 15, 16, 18, 20, 23, 24, 25, 27, 30, 31,
Soal dipakai 32, 34, 36, 39,40,41, 42, 43, 46, 47, 48 (30 soal) (Sumber: olah data hasil penelitian)
35
3.5.6
Transformasi Soal Soal yang dipilih sebagai alat ukut aspek kognitif siswa ditransformasikan
ke dalam urutan nomor soal yang baru dan akan dipergunakan sebagai soal post test. Transformasi nomor soal uji coba ke dalam soal post test siswa dimuat pada tabel 3.8. Tabel 3.9 Transformasi Nomer Soal Uji Coba Soal Post test soal uji coba
1
2
3
5
7
9
10 11 14 15 16 18 20 23 24
soal post test
1
2
3
4
5
6
7
soal uji coba
25 27 30 31 32 34 36 39 40 41 42 43 46 47 48
soal post test
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
8
9
10 11 12 13 14 15
(Sumber: olah data hasil penelitian)
3.6
Analisis Lembar Observasi
3.6.1
Validitas Lembar Observasi Instrumen lembar observasi dalam penelitian ini meliputi lembar observasi
afektif dan psikomotorik. Pengujian validitas instrumen lembar observasi yaitu dengan menggunakan uji validitas konstruk. Dalam hal ini instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (Sugiyono, 2008: 352). 3.6.2
Reliabilitas Lembar Observasi
Untuk mencari reliabilitas lembar observasi, digunakan rumus intereters reliability :
36
(Mardapi, 2012: 88 – 89)
Keterangan : = reliabilitas instrumen Vp = varian person Ve = varian error K = jumlah observer Instrumen lembar observasi reliabel apabila r11 > 0,7. Kategori untuk nilai afektif disajikan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Kategori Penilaian Aspek Afektif Jumlah skor Kriteria 13 – 16
Sangat baik
10 – 12
Baik
7–9
Cukup
4–6
Kurang
Tabel 3.11 Kategori Penilaian Aspek Psikomotorik Jumlah skor Kriteria 21 – 25
Sangat baik
16 – 20
Baik
11 – 15
Cukup
5 – 10
Kurang
37
3.7
Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Metode Dokumentasi Dalam hal ini, data yang diperoleh yaitu daftar nama siswa kelas XI IPA dan daftar nilai ujian akhir semester gasal mata pelajaran kimia kelas XI IPA Kesatrian 1 semarang tahun ajaran 2013/2014. Data ini diperlukan untuk analisis tahap awal. 3.7.2 Metode Observasi Metode observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar aspek afektif dan psikomotorik. Pengamatan afektif dan psikomotorik kelompok eksperimen I dan eksperimen II dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam lembar pengamatan dicantumkan indikator-indikator yang dapat dijadikan acuan untuk mengukur kedua aspek hasil belajar. 3.7.3 Metode Tes Metode ini digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kimia yang diberi model TPS dan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Metode tes yang digunakan yaitu post test. Perangkat tes yang digunakan yaitu tes pilihan ganda dengan lima buah pilihan jawaban.
3.8
Analisis Data
3.8.1 Analisis Data Tahap awal
38
Analisis tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Pada analisis tahap awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi.
3.8.1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik.Rumus yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut:
Keterangan: = chi kuadrat Oi
= frekuensi hasil pengamatan
Ei
= frekuensi yang diharapkan
K
= banyaknya kelas
Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: H diterima jika
2 hitung
2
(1
) ( k 3)
dengan taraf signifikan 5% dan derajat
kebebasan (k-3), yang berarti bahwa distribusi data normal (Sudjana, 2005:273). 3.8.1.2 Uji Homogenitas Populasi Syarat digunakannya teknik cluster random sampling ialah apabila semua kelas yang ada dalam populasi memiliki homogenitas yang sama dan memiliki rata-rata yang sama. Oleh Karena itu sebelum teknik cluster random sampling
39
digunakan, maka dilakukan uji homogenitas populasi dan uji kesamaan ratarata.Uji kesamaan homogenitas dilakukan dengan uji Bartlett. Rumusnya sebagai berikut:
2
(ln 10)[B
2
(ni 1) log S i ]
Keterangan: Si2
= variansi masing-masing kelas
S
= variansi gabungan
ni
= banyaknya anggota dalam kelas/kelas
B
= koefisien Bartlett
χ2
= harga konsultasi homogenitas sampel
(Sudjana 2006: 263)
Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut: H : populasi memiliki varians yang tidak berbeda (12 = 22 = ... = n2) H diterima jika 2hitung<2tabel (1-)(k-1) (taraf signifian 5%). Hal ini berarti varians dari populasi tidak berbeda satu dengan yang lain (homogenitasya sama). Untuk nilai selain itu tolak H. 3.8.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji ANAVA) Uji ini dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari kelas-kelas dalam populasi. Hipotesis yang diajukan:
40
H : tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (μ1 = μ2 =….= μn) A : terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (μ1 ≠ μ2 =….=μn) Pengujiannya dilakukan dengan uji F menggunakan bantuan tabel F dengan analisis varians sebagai berikut:
Sumber Variasi
Tabel 3.12 Ringkasan ANAVA Satu Jalur Dk JK KT
Rata-rata
1
Ry
R = Ry / 1
Antar kelompok
k-1
Ay
A = Ay / (k-1)
Dalam kelompok
∑(ni-1)
Dy
D = Dy / ∑(ni-1)
Total
∑ni
∑Y2
-
Keterangan: (1) Ry = jumlah kuadrat rata-rata (2) Ay = jumlah kuadrat antar kelompok (3) JKtot = jumlah kuadrat total (4) Dy = Jumlah kuadrat dalam kelompokDy = Jktot – RY – AY (5) R = Kuadrat tengah ratarata (6) A = Kuadrat tengah antar kelompok (7) D = Kuadrat tengah dalam kelompok
F
-
41
Kriteria pengujiannya adalah H diterima jika Fhitung< Ftabel (k-1) (n-k). 3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir Setelah kedua kelompok mendapat perlakuan yang berbeda kemudian diadakan tes akhir (post-test) yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. 3.8.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis yang diajukan: H
: data berdistribusi normal
A
: data tidak berdistribusi normal
Uji normalitas data akhir menggunakan rumus, langkah-langkah, dan kriteria pengujian sama seperti uji normalitas pada analisis data tahap awal. 3.8.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II mempunyai tingkat varians yang sama (homogenitas sama) atau tidak. Uji kesamaan dua varians bertujuan pula untuk menentukan rumus t-test yang digunakan dalam uji hipotesis akhir. Pasangan hipotesis yang akan diuji: H:
A:
Keterangan: = varians kelas eksperimen I
42
= varians kelas eksperimen II Rumus yang digunakan adalah:
(Soeprodjo, 2012:67) Kriteria pengujian ialah H diterima jika harga F0,975(v1;v2)
43
: rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen I : rata-rata hasil belajar kimia kelas eksperimen II (Sugiyono, 2006: 118)
Pengajuan hipotesis: (1) Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan:
Dengan
, dk = n1 + n2 - 2
Keterangan: 1
= rata-rata nilai post test kelompok eksperimen I
2
= rata-rata nilai post test kelompok eksperimen II
n1
= jumlah siswa kelompok eksperimen I
n2
= jumlah siswa kelompok eksperimen II = varians data kelompok eksperimen I = varians data kelompok eksperimen II = varians gabungan
(Sudjana, 2006:239)
Kriteria pengujian sebagai berikut: H diterima apabila– t(1-1/2α)(n1 +n2-2)< thitung< t(1-1/2α)(n1 +n2-2) (taraf signifikan 5%). Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar kimia antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Untuk nilai selain itu tolak H.
44
(2) Jika varians kedua kelompok berbeda (S12
S22), maka rumus uji t yang
digunakan adalah:
(Sudjana, 2006: 241) Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: H diterima jika dengan
Keterangan: = rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I = rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II n1
= jumlah siswa kelompok eksperimen I
n2
= jumlah siswa kelompok eksperimen II
S1
= simpangan baku kelompok eksperimen I
S2
= simpangan baku kelompok eksperimen II
S
= simpangan baku gabungan
Hal ini berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen I tidak lebih baik dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen II. Untuk nilai selain itu H ditolak.
45
3.8.2.3.2 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II. Tahapan uji ini sama dengan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, yang berbeda adalah hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut: H :µ1 ≥ µ2
A : µ1< µ2
(1)
(Soeprodjo, 2012:69-70)
Jika varians kedua kelompok sama, maka rumus uji t yang digunakan adalah:
Dengan Keterangan: 1
= nilai rata-rata kelompok eksperimen I
2
= nilai rata-rata kelompok eksperimen II
n1
= banyaknya subyek pada kelompok eksperimen I
n2
= banyaknya subyek pada kelompok eksperimen II = varians data pada kelompok eksperimen I = varians data pada kelompok eksperimen II = varians gabungan
(Soeprodjo, 2012:70-71)
Kriteria pengujiannya adalah terima H jika t ≥ -t1-α(taraf signifikan 5%), dimana t1-α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2).
46
(2)
Jika varians kedua kelompok berbeda, maka rumus uji t yang digunakan adalah:
Kriteria yang digunakan terima H jika:
Dengan
Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t adalah (1-α), sedangkan dk nya masing-masing (n1-1) dan (n2-2) (Sudjana, 2005: 245). 3.8.2.4 Uji Ketuntasan Hasil Belajar ( Sebagai Uji Pelengkap ) Uji ketuntasan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar kimia pada kedua kelas eksperimen. Data yang digunakan dalam uji ini adalah nilai post test kimia materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan siswa kelas XI semester 2 SMA Kesatrian 1 Semarang tahun ajaran 2013/2014. Hipotesis yang diuji dalam analisis: H :µ ≥ 75 A : µ < 75
47
Rumus t yang digunakan:
(Sudjana, 2006:227) Keterangan: µ0 = rata-rata batas ketuntasan belajar s
= standar deviasi
n
= banyaknya siswa = rata-rata nilai yang diperoleh
Kriteria pengujian adalah H diterima jikathitung ≥ t(1-α)(n-1). Untuk selain itu tolak H. Masing-masing kelompok eksperimen selain dihitung ketuntasan belajar individu juga dihitung ketuntasan belajar klasikal (keberhasilan kelas).Menurut Djamarah (2010:108) keberhasilan kelas dapat dilihat dari sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut telah mencapai ketuntasan individu. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan klasikal ialah sebagai berikut:
Keterangan: n
= jumlah seluruh siswa = jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
48
3.8.2.5 Analisis Deskriptif untuk Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Pada analisis tahap akhir digunakan data belajar efektif dan psikomotorik. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui nilai efektif dan psikomotorik siswa baik kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang kelas XI
IPA pada bulan April dengan materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel ditentukan dengan teknik cluster random sampling diperoleh dua kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen I (XI IPA 4) dengan jumlah siswa 30 siswa dan satu kelas sebagai kelas eksperimen II (XI IPA 3) dengan jumlah siswa 32 siswa. Masing-masing kelas diberi perlakuan yaitu proses pembelajaran dan post test. Perbedaan pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini terdapat pada metode pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen I diberi metode Think Pair Share dan kelas eksperimen II diberi metode Snowball Throwing. Hasil penelitian dapat diketahui dengan melakukan analisis data yang diperoleh dari data hasil penelitian. Dari hasil analisis tersebut diketahui apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. 4.2.1. Hasil Analisis Tahap Awal Hasil analisis data tahap awal digunakan untuk mengetahui keadaaan awal populasi. Selain itu, hasil analisis data tahap awal ini juga sebagai syarat untuk teknik pengambilan sampel secara cluster random sampling. Pada analisis tahap
49
50
awal digunakan tiga uji, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata kelas-kelas dalam populasi. Data awal populasi kelas XI IPA yang berjumlah 3 kelas disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Data Awal Populasi Kelas N Rata-rata SD Skor Skor Tertinggi Terendah XI IPA 3 32 58,313 11,707 84 37 XI IPA 4 30 55,533 16,118 84 25 XI IPA 5 30 52,433 17,899 92 21 (Sumber: Administrasi kesiswaan SMA Kesatrian 1 Semarang tahun pelajaran 2013/2014) 4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak normal dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data tahap awal disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Awal No. Kelas χ2hitung χ2tabel Kriteria 1 XI IPA 3 5,7042 7,815 Berdistribusi normal 2 XI IPA 4 1,6660 7,815 Berdistribusi normal 3 XI IPA 5 3,4801 7,815 Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan uji normalitas
data populasi diperoleh χ2hitung ≤ χ2tabel,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semua kelas telah berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat dalam menentukan uji statistika yang digunakan yaitu menggunakan uji statistik parametrik.. Perhitungan uji normalitas data tahap awal terdapat pada lampiran 14.
51
4.2.2.2. Hasil Uji Homogenitas Populasi Teknik cluster random sampling dapat digunakan apabila data memiliki kualitas yang sama, salah satunya memiliki homogenitas yang sama. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh χ2hitung = 5,492 dan χ2tabel = 5,99 sehingga diperoleh χ2hitung < χ2tabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa populasi memiliki homogenitas yang sama sehingga pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15. 4.2.2.3. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata antar Kelas dalam Populasi (Uji Anava) Uji kesamaan rata-rata antar kelas dalam populasi dilakukan untuk mengetahui kesamaan rata-rata dari populasi yang ada. Berdasarkan hasil analisis uji kesamaan rata-rata keadaan awal populasi diperoleh Fhitung = 1,130 dan Ftabel = 3,099 sehingga Fhitung < Ftabel. Dengan demikaian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata dari ketiga anggota populasi tersebut. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16. 4.2.2. Hasil Analisis Tahap Akhir Hasil analisis tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel setelah diberi perlakuan pembelajaran yang berbeda. Pada penelitian ini, data yang diperoleh yaitu data hasil belajar kognitif setelah perlakuan (post test). Uji yang dilakukan pada tahap ini yaitu uji normalitas, uji kesamaan dua varians, uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak dan uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri, dan uji ketuntasan hasil belajar sebagai uji pelengkap.
52
4.2.2.1. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hasil perhitungan uji normalitas data post test disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test χ2hitung χ2tabel No. Kelas Kriteria 1 Eksperimen I 7,6821 7,81 Berdistribusi normal 2 Eksperimen II 6,7693 7,81 Berdistribusi normal (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan perhitungan diperoleh χ2hitung kelas eksperimen I dan eksperimen II masing-masing 7,6821 dan 6,7693. Untuk α = 5% dengan dk = 3, diperoleh χ2tabel 7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ2hitung < χ2tabel sehingga H diterima yang berarti data berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai satatistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data post test terdapat pada lampiran 18. 4.2.2.2. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Uji kesamaan dua varians data post test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan varians pada kelas sampel. Hasil uji kesamaan varians data post test dari kelas eksperimen I dan eksperimen II disajikan dalam tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test Data Fhitung F0,975(33;33) F0,025(33;33) Kriteria Post Kedua kelompok mempunyai 1,189 0,48 2,07 test varians yang sama (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan hasil perhitungan data post test diperoleh harga Fhitung =1,189, F0,975(33;33) = 0,48, dan F0,025(33;33) = 2,07. Oleh karena itu F0,975(33;33) < F <
53
F0,025(33;33) sehingga H diterima yang berarti kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki varians yang sama. Pehitungan uji kesamaan dua varians post test terdapat pada lampiran 19. 4.2.2.3. Hasil Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri. Uji t dua pihak dan uji t satu pihak kiri dipilih karena data berdistribusi normal. 4.1.2.4.1. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Hasil perhitungan uji perbedaan dua rata-rata dua pihak data post test disajikan dalam tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Dua Pihak Data Post Test Rata-rata kelas Uji t t ttabel Keterangan Eksperimen 1 Eksperimen 2 hitung Post test 78,53 71,78 2,657 2,00 Berbeda signifikan (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata post test antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,657 dan ttabel = 2,00. Karena berdasarkan analisis data menunjukkan thitung > ttabel, maka H ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi perlakuan yang berbeda. Perhitungan uji t dua pihak data post test terdapat pada lampiran 20.
54
4.1.2.4.2. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri (Uji Satu Pihak) Uji t satu pihak kiri digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata nilai post test kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Satu Pihak Kiri Kelas Rata-rata Varians dk thitung ttabel Kriteria Eksperimen I 78,53 108,94 Kelas eksperimen Eksperimen II 71,78 91,60 60 2,66 1,671 I lebih baik (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,671. Karena thitung > ttabel maka H diterima yang berarti bahwa rata-rata kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperiemen II sehingga hasil belajar dengan menggunakan metode Think-Pair-Share lebih baik dari metode Snowball Throwing. Perhitungan uji t satu puhak kiri data post test terdapat pada lampiran 21. 4.1.2.4.3. Uji Ketuntasan Hasil Belajar Hasil Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar individu kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada Tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Individu Kelas Rata-rata kelas thitung ttabel Kriteria Eksperimen I 78,53 1,854 1,70 Tuntas Eksperimen II 71,78 -1,902 1,696 Belum tuntas (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan uji ketuntasan belajar individu kelas eksperimen I diperoleh thitung > ttabel yang berarti
kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar
individu, sedangkan kelas eksperimen II diperoleh thitung < ttabel yang berarti kelas
55
eksperimen II belum mencapaiketuntasan belajar individu. Sementara itu, hasil uji ketuntasan belajar secara klasikal kedua kelas terdapat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal Jumlah Rata-rata Jumlah % ketuntasan Kelas siswa kelas siswa ≥ 75 belajar Eksperimen I 30 78,53 23 77% Eksperimen II 32 71,78 16 50% (Sumber: olah data hasil penelitian) Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelas eksperimen I
Kriteria Tuntas Belum mencapai
ketuntasan belajar klasikal dengan persentase ketuntasan belajarnya sebesar 77%. Sedangkan pada kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan klasikal karena persentase ketuntasan belajarnya sebesar 50%. Hal tersebut menandakan belum ada 75% dari jumlah siswa yang ada dikelas tersebut yang mencapai ketuntasan individu. Analisis ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 22 dan 23. 4.2.2.4. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik 4.1.2.4.1. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Afektif Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perbedaan aktifitas siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Terdapat 4 aspek pada ranah afektif yang digunakan untuk menilai aktifitas siswa. Tiap aspek dianalisis sacara diskriptif yang bertujuan untuk mengetahui aspek mana yang dimiliki siswa untuk dibina dan dikembangkan. Hasil analisis reliabilitas aspek penilaian afektif sebesar 0,73. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 25. Nilai afektif kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.9
56
Tabel 4.9 Nilai Afektif Kelas Eksperimen I dan II Kelas eksperimen I Kelas Eksperimen II Nilai Kategori Nilai Kategori 1 Bertanya 114 Sangat Baik 89 Baik 2 Menyumbangkan 93 Baik 94 Baik ide 3 Menjadi pendengar 105 Baik 101 Baik yang baik 4 Bekerjasama 109 Baik 111 Baik Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen I terdapat 1 aspek yang No Aspek
mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek yang mencapai kriteria baik, sedangkan pada kelas eksperimen II keempat aspek mencapai kriteria baik. Perbandingan skor penilaian aspek afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Penilaian afektif Keterangan : 1
= Bertanya
2
= Menyampaikan pendapat
3
= Mendengarkan
4
= Bekerjasama
57
4.1.2.4.2. Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar Psikomotorik Penilaian aspek psikomotorik diperoleh dari hasil observasi terhadap siswa pada saat praktikum. Ranah psikomotorik yang digunakan untuk menilai ada 5 aspek. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran dengan menggunakan instrumen berupa lembar obsevasi psikomotorik, diperoleh hasil reliabilitas intrumen penilaian psikomotorik sebesar 0,79. Perhitungan reliabitas aspek psikomotorik terdapat pada lampiran 28. Nilai psikomotorik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada tiap-tiap aspek dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen I Kelas Eksperimen II No Aspek Nilai Kategori Nilai Kategori 1 Persiapan siswa dalam 149 Sangat 135 Baik melaksanakan praktikum Baik 2 Kemampuan siswa dalam 110 Baik 110 Baik bekerja sama dengan kelompok 3 Kecakapan siswa dalam 113 Baik 113 Baik melakukan percobaan 4 Kebersihan dan kerapian 142 Sangat 133 Baik tempat serta alat Baik percobaaan 5 Kemampuan siswa dalam 115 Baik 112 Baik membuat laporan Dari hasil analisis, dapat dilihat bahwa nilai psikomotorik pada kelas eksperimen I terdapat 2 aspek mencapai nilai kategori sangat baik, sedangkan 3 aspek lain mencapai kategori baik. Pada kelas eksperimen II, 1 aspek mencapai kriteria sangat baik,dan 4 aspek mencapai kriteria baik. Hasil analsis penilaian psikomotorik antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II disajikan pada Gambar 4.2.
58
Gambar 4.2 Penilaian Psikomotorik
Keterangan : 1 = Persiapan 2 = Bekerjasama 3 = Kecakapan 4 = Kebersihan 5 = Membuat laporan
4.2.
Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kesatrian 1 Semarang. Populasi
penelitian kelas XI program studi IPA yang terdiri atas tiga kelas yaitu kelas XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think Pair Share dengan model Snowball throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang.
59
(2) Manakah yang lebih baik antara model Think Pair Share dengan model Snowball Throwing materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA Kesatrian 1 Semarang. 4.2.1. Kondisi Awal Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen I dengan jumlah siswa 30 dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen II dengan jumlah siswa 32. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan varians rata-rata kelas-kelas dalam populasi (uji ANAVA) data nilai ujian akhir sekolah (UAS) semester gasal kelas XI IPA tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan perhitungan normalitas data nilai ujian akhir semester gasal siswa menunjukkan bahwa ketiga kelas dalam populasi berdistribusi normal sehingga analisis statistik untuk uji selanjutnya menggunakan statistik parametrik. Pada uji homogenitas diperoleh hasil χ2hitung (5,492) < χ2tabel (7,815) yang berarti bahwa ketiga kelas anggota populasi memiliki homogenitas yang sama. Pada uji kesamaan varians rata-rata kelas-kelas dalam populasi diperoleh hasil bahwa Fhitung (1,130) < Ftabel (3,099) yang berarti tidak ada perbedaan rata-rata diantara kelas-kelas dalam populasi. Adanya sebaran data yang normal, memiliki homogenitas yang sama, serta memiliki kesamaan rata-rata yang sama itulah yang menunjukkan bahwa ketiga kelas anggota populasi berasal dari keadaan awal yang sama.
60
4.2.2. Proses Pembelajaran 4.2.2.1. Proses Pembelajaran dengan Model Think Pair share Model Think Pair Share merupakan metode yang menggabungkan kerja individu maupun kelompok. Dalam model TPS ini siswa diajak untuk berfikir secara mandiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, kemudian berdiskusi dengan teman sebangku untuk saling men-Share jawaban yang dimiliki dan menyelesaikan secara bersama-sama. Setelah itu siswa diharapkan mampu memjelaskan jawaban mereka di depan teman-teman mereka dan siswa yang mampu menjelaskan di depan kelas akan diberikan reward oleh guru. Hal ini bertujuan agar siswa lebih terpacu untuk berani menyampaikan pendapat mereka di depan teman-teman mereka. Pada model Think Pair Share ini, guru pada awalnya menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari. Kemudian memberikan suatu permasalahan kepada siswa untuk diselesaikan secara individu terlebih dahulu kemudian di diskusikan dengan teman sebangku. Kesimpulan dari hasil diskusi yang diperoleh siswa kemudian dikemukakan di depan kelas dan guru mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan pendapat dari hasil diskusi yang telah dikemukakan tersebut. Pada pertemuan terakhir sebelum pelaksanaan post test guru memberikan klarifikasi mengenai semua materi dan memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya apabila masih ada materi yang belum jelas. Penerapan model TPS ini membuat siswa sangat aktif dalam bertanya, mengemukakan pendapat, dan aktif dalam melaksanakan diskusi untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang diberikan guru. Hal ini terlihat dari
61
siswa yang berusaha menyelesaikan soal dengan mencari berbagai sumber kajian yang relevan selain dari materi yang telah disampaikan guru misal pada materi pengaruh ion senama. Peneliti dalam melaksanakan model TPS ini juga mengalamai beberapa hambatan, yaitu: (1) ada beberapa siswa yang kadang-kadang gaduh dan (2) siswa kurang terbiasa dengan pelaksanaan permainan dalam pembelajaran. Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: (1) Memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2) Menjelaskan kepada siswa mengenai metode pembelajaran yang akan dilakukan pada setiap awal pebelajaran, dan (3) aktif mendampingi siswa dalam diskusi dengan cara memantau secara langsung dan selalu berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain. 4.2.2.2. Proses Pembelajaran dengan Model Snowball Throwing Model Snowball Throwing merupakan metode yang menyenangkan dan menggali pemahaman siswa. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah sendiri dan mampu membuat permasalahan sendiri secara diskusi kemudian menerangkan kembali kepada teman-temannya didepan kelas. Pada model Snowball Throwing ini, guru terlebih dahulu menjelaskan garis besar materi yang akan dipelajari. Siswa kemudian membentuk kelompok untuk mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru, masing-masing ketua kelompok menjelaskan materi yang telah diberikan. Kemudian dari materi tersebut siswa dituntut untuk bisa membuat suatu permasalahan. Permasalahan yang telah dibuat akan diberikan kepada siswa lain dengan cara saling melempar,
62
kemudian siswa lain bertugas untuk mengerjakan permasalahan yang telah diberikan oleh temannya. Lalu salah satu kelompok maju ke depan kelas untuk menjelaskan hasil diskusi mereka, sedangkan kelompok lain di persilakan untuk bertanya atau menanggapi.Dengan penerapan metode ini siswa tidak hanya bermain tetapi juga belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Peneliti dalam melaksanakan model Snowball Throwing ini juga mengalamai beberapa hambatan, yaitu (1) Siswa laki-laki yang berada di belakang kadang-kadang bermain sendiri dengan melempar-lemparkan kertas, (2) Siswa kurang memperhatikan penjelasan dari kelompok yang maju di depan, dan (3) kelompok yang maju kurang bisa mengendalikan suasana kelas. Cara yang dilakukan peneliti untuk mengatasi hambatan-hamabatan tersebut ialah: (1) memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa tetap fokus pada pelajaran, (2) memberikan nilai tambahan kepada siswa yang bertanya atau bisa menjawab pertanyaan dari kelompok yang maju di depan , serta (3) ikut membantu menjelaskan materi supaya kelompok yang maju di depan tidak grogi. 4.2.3. Perbandingan Hasil Belajar Siswa yang diberi Model Think Pair Share dengan Model Snowball Throwing. Setelah diberikan pembelajaran dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh nilai rata-rat post test kelas eksperimen I yang diberi model TPS 78,53 dan kelas eksperiemn II yang diberi model Snowball Throwing 71,781. Pada penelitian ini, pencapaian rata-rata nilai post test kimia pada kelas eksperimen I yang diberi model TPS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai post test kelas eksperimen II yang diberi model Snowball Throwing. Hal ini dikarenakan
63
penerapan model TPS membuat siswa lebih memahami konsep materi yang disampaikan. Pemecahan permasalahan melalui diskusi membuat siswa lebih aktif dalam mempelajari materi. Pembelajaran yang menyenangkan ini yang akhirnya membuat siswa dapat lebih memahami materi dan dapat menyelesaikan berbagai jenis tipe soal. Pada penerapan model Snowball Throwing siswa diajak berdiskusi untuk mempelajari dan meyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh temannya. Kebiasaan inilah yang membuat siswa harus paham terhadap konsep materi karena sewaktu-waktu mereka bisa ditunjuk untuk maju ke depan menjelaskan materi kepada teman-temannya. Namun, model Snowball Throwing tidak sepenuhnya membuat semua siswa paham terhadap konsep materi yang diajarkan. Ada sebagian siswa terutama siswa pasif yang kurang menyukai model Snowball Throwing ini. Mereka merasa kesulitan dan grogi untuk menjelaskan materi di depan kelas. Hal ini menyebabkan ada sebagian dari mereka yang kesulitan dalam menyelesaikan berbagai tipe soal. Oleh karena itu, rata-rata nilai post test pada kelas eksperimen II yang dicapai lebih rendah daripada kelas eksperimen I. Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I telah mencapai KKM dan kelas eksperimen II masih belum melampaui KKM. Namun kedua metode ini samasama dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswajika dibandingkan hasil belajar siswa tahun lalu. Rata-rata nilai post test kelas eksperimen I (model TPS) lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata post test kelas eksperimen II (model Snowball Throwing) dengan selisih nilai 6,75. Perbedaan rata-rata nilai post test tidak terlalu jauh karena penerapan kedua metode ini sama-sama baik untuk
64
mengaktifkan siswa mencapai kompetensi yang ingin dicapai. Namun, model TPS membuat siswa lebih aktif dibandingkan dengan model Snowball Throwing. Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat pembelajaran dengan model TPS siswa lebih aktif untuk berdiskusi dari pertanyaan yang diberikan guru dan bertanya mengenai materi yang belum mereka pahami dari pernyataan yang diberikan guru. Siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan soal karena siswa merasa penasaran dan bersemangat untuk menemukan jawaban. Selain itu, siswa lebih percaya diri maju ke depan untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada teman-temannya. Komparasi hasil belajar kimia secara statistika pun dilakukan melalui analisis data post test menggunakan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis perbedaan dua rata-rata dua pihak dan perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri. Data yang digunakan pada analisis tahap akhir in yaitu nilai post test. Pada uji normalitas tahap akhir, kedua kelas berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Oleh karena itu statistika yang digunakan ialah statistika parametrik. Pada uji perbedaan dua rata-rata dua pihak, diperoleh thitung = 2,567 dan ttabel = 2,00. Karena thitung > ttabel maka H ditolak yang berarti hipotesis diterima. Jadi, ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksprimen I dengan kelas eksperimen II. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu pihak kiri, diperoleh thitung = 2,66 dan ttabel = 1,67. Karena thiung > ttabel yang berarti H diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia kelas eksperimen I lebih baik dari kelas eksperimen II, dengan kata lain pembelajaran dengan model TPS memberikan hasil belajar kimia yang lebih baik dari pada
65
model Snowball Throwing khususnya pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan. Pada uji ketuntasan hasil belajar kognitif menunjukkan bahwa kelas eksperimen I mencapai batas ketuntasan individu dengan KKM 75 dari standar persentase ketuntasan ≥ 75% sehingga
mencapai ketuntasan belajar
klasikal,sedangkan kelas eksperimen II belum
mencapai batas ketuntasan
individu dengan KKM 75 dari standar persentase ketuntasan ≥ 75% sehingga belum mencapai ketuntasan belajar klasikal. Hal ini menunjukkan bahwa model TPS lebih baik dari model Snowball Throwing meskipun kedua-duanya juga merupakan model pembelajaran yang sama-sama baik untuk diterapkan pada pembelajaran. Penilaian siswa tidak terbatas pada aspek kognitif saja. Aspek afektif dan psikomotorik juga dihitung dalam penelitian ini. Untuk analisis deskriptif nilai afektif kelas eksperimen I terdapat 4 aspek, 1 aspek mencapai kriteria sangat baik,dan 3 aspek lainnya mencapai kriteria baik, sedangkan pada kelas eksperimen II keempat aspek memiliki kriteria baik. Pada analisis deskriptif nilai psikomotorik pada saat praktikum, kelas eksperimen I terdapat 5 aspek, yaitu 2 aspek mencapai kriteria sangat baik dan 3 aspek mencapai kriteria baik. Sedangkan pada kelas eksperimen II kelima aspek mencapai kriteria baik. Aspek afektif siswa dan psikomotorik siswa juga dikaitkan dengan aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Sebagai contoh, maka akan diambil beberapa sampel siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
66
eksperimen II. Diambil beberapa contoh siswa, pada siswa kelas eksperimen I absen 2, nilai kognitif siswa tersebut yaitu 76 dengan aspek afektif dan psikomotorik mencapai kriteria sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II dengan siswa yang bernomor absen sama yaitu 2, nilai kognitif siswa tersebut sebesar 53, dengan aspek afektif dan psikomotorik siswa mencapai kriteria baik. Sebagai contoh lagi, siswa kelas eksperimen I bernomor absen 25 mendapat nilai kognitif sebesar 83 dengan aspek afektif dan psikomotorik mencapai kriteria sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II yang memiliki nomor absen sama yaitu 25, didapatkan nilai kognitif sebesar 66 dengan aspek afektif mencapai kriteriabaik , dan aspek psikomotorik mencapai kriteria cukup. Pada siswa kelas eksperimen I dan eksperimen II yang memliki nilai kognitif sama yaitu 83, aspek afektif dan psikomotorik kelas eksperimen I mencapai kriteria sangat baik, sedangkan pada kelas eksperimen II mencapai kriteria baik. Jika dibandingkan nilai kognitif, afektif dan psikomotorik dari kelas eksperimen I dan II maka dapat dilihat bahwa kelas eksperimen I lebih baik daripada kelas eksperimen II. Berdasarkan
penelitian
yang
menyampaikan bahwa model TPS
telah
dilaksanakan,
peneliti
dapat
membuat hasil belajar kimia pada materi
pokok kelarutan dan hasil kelarutan lebih baik daripada menggunakan model Snowball Throwing.
67
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan:
(1) Ada perbedaan hasil belajar kimia antara siswa yang diberi model Think-PairShare dengan model Snowball Throwing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang. (2) Hasil belajar kimia siswa yang diberi model Think-Pair-Share lebih baik daripada hasil belajar kimia siswa yang diberi model Snowball Throwing pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan kelas XI SMA Kesatrian 1 Semarang.
5.2.
Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini yaitu:
(1) Dalam pelaksanaan Pembelajaran dengan menggunakan model Think Pair Share sebaiknya guru
tetap memantau kegiatan siswa agar siswa tidak
membuat gaduh dan suasana belajar mengajar tetap kondusif. (2) Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Snowball Throwing sebaiknya guru mengkondisikan agar ketika model tersebut dilaksanakan siswa tidak bermain sendiri dengan melempar- lemparkan kertas. Ketika siswa menyampaikan hasil diskusinya, sebaiknya Guru mengajak siswa lain
67
68
untuk memperhatikan kelompok yang sedang menyampaikan hasil diskusi mereka. (3) Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model Think-Pair-Share dan model Snowball Throwing, guru hendaknya tetap memantau aktivitas siswa baik di kelas atau saat praktikum untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam memahami konsep oleh siswa. (4) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model Think-Pair-Share dan model Snowball Throwing terhadap materi pokok yang berbeda agar metode tersebut dapat berkembang dan bermanfaat untuk kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan( Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksra. Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Huda, M. 2011.Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Huda, M. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Winayah, I. R, Sudarti & Nuriman. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Metode Praktikum Dalam Pembelajaran IPA Fisika Kelas VIII B SMPN 7 Jember Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pembelajaran Fisika. ISSN 2301-9794. Kalsum, S. 2009. Kimia SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Kasmadi IS dan Gatot Luhbandjono. 2008. KIMIA DASAR II. Semarang: UNNES Press. Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian Evaluasi Pendidikan. Yogjakarta: Nuha Medika. Marhaeni, M, Afan , A. A. I. N, & N. Dantes. 2013. The Effect of Think Pair Share Technique on The English Reading Achievement of Students Differing in Achievement Motivation At Grade Eight of SMPN 13. eJournal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Pribadi , B. A. 2009.Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Purba, M. 2007. Kimia 2B untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga Rasyid, M & S. Side. 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Snowball Throwing terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN I Bajeng Kab. Gowa (Studi pada Materi Pokok Senyawa Hidrokarbon) . Jurnal Chemica. 12: 69-76 Rifa’i, A & Anni, C. T. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT UNNES Press. 69
70
Santoso, J.T.B. 2011. Strategi Pembelajaran Akuntansi. Semarang: Ghyyas Putra. Soeprodjo. 2012. Hand Out Statistik untuk Pendidikan Kimia. Semarang: FMIPA UNNES. Sudjana. 2006. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. . 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sunarto, W, Woro. S, Eli.S. 2008. Hasil Belajar Kimia Siswa Dengan Model Pembelajaran Metode Think Pair Share dan Metode Ekspositori. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 2(1): 244-249.
71 Lampiran 2
DAFTAR NILAI SISWA SMA KESATRIAN 1 SEMARANG Mata Pelajaran
:KIMIA
Materi pelajaran
:kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan TAHUN AJARAN
No 1 2 3 4 5 6 7
KELAS XI IPA 1 IPA 2 IPA 3 IPA 4 IPA 5 IPA 6 IPA 7 KKM
2008/2009
2009/2010
2010/2011
2011/2012
2012/2013
52,45 54,74 58,70 55,21 62
54,78 51,86 57,36 49,73 65
60,76 62,9 56,48 61,69 60,4 60,68 59,1 68
60,2 61 67,1 58,73 57 57,7 70
61,3 60,3 61,8 62,5 72
72 Lampiran 2
DAFTAR NAMA SISWA
No.
Nama Siswa
No.
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Afik Sausan Fiqriyah Aini Indah Widiandari Alfonsus Damar Ari P. Alif Karisma Dohan Aulia Azarine Rizqy Bagas Prasetyo Utomo Bellatrik Rahma Putri Candra Aini Roro Rias Denty Menuria Mawanti Destya Khairuna Ega Adhi Atma Fatmah Baharun Findy Tiara Anantasari Ganang Tri Utomo Ilham Nalasyarif Mela Dwiky Zahrina Mohammad Wildan Abizar Monika Larasati Dara H. Muhammad Arif Aditya Natalia Krisnawati Novelia Nurzalni A. Oktavianti Ayu Santika Putri Nur Hayyuningsih Rifqoty Rifqul Hasna Risma Anisa Syfani Rizky Kurniawan Rosa Putriana Ruzaldy Tegar K. Ryan Sukma Anggara Viva Ani Viyani Ali
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Aditya Ismi Yulanda Aditya Septiawan Satria W. Annisa Firmana Dewi April Lia Tuzti Indahsari Arsinta Destyani Ayuni Trisma Bagas Ryan Prasetya Cahyaning Dwi Utami Dewi Fajar Handayani Dina Mustika Sari Egi Aliyul Rahmasari Eka Saputri Joha P. Farah Fauzia Ulfah Fiorentina Chelsea Hyunda Lintangsari Ika Kurnia Dewi Lara Sekti Iribowo Mochamad Ivan Setya N. Mohammad Ilham Muhammad Edi Setyantono Nada Della Safira Nelly Jazalatul Matrifah Ni Komang Thalia Gita S. Puri Fitriani Ragita Arditya Elvitasari Rian Widiutomo Rycho Rosa Timur Saras Nurkaromah Very Yuni Suryansyah Wahyu Aji Sapitra Yogi Muhammad Ikhsan Yusuf
Kompetensi Dasar
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Kegiatan Pembelajaran Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut melalui diskusi kelas.
Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut melalui diskusi kelas
Indikator Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
Penilaian Jenis tagihan Tugas individu Tugas kelompok Ulangan Bentuk instrumen Performans (kinerja dan sikap), laporan tertulis, Tes tertulis
Alokasi Waktu 10 jam
Sumber/ bahan/alat Sumber Buku kimia
Lampiran 3
4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Materi Pembelajaran
Bahan Lembar kerja, Bahan/ alat untuk praktek
Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya Menentukan konsentrasi ion suatu larutan dari harga Ksp-nya Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan Memahami hubungan
73
antara Kelarutan dan pH suatu larutan Menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya Memahami proses terbentuknya endapan Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
Merancang dan melakukan percobaan untuk menentukan kelarutan garam dan membandingkannya dengan hasil kali kelarutan
Menyimpulkan kelarutan
suatu garam.
74
75
Lampiran 4
RPP – Kelas Eksperimen I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I.
Satuan Pendidikan
: SMA Kesatrian 1 Semarang
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI / 2
Pertemuan ke
:1
Materi Pokok
: Kelarutan dan hasil Kali kelarutan
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya
II.
Kompetensi Dasar Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
III.
Indikator
76
A.Kognitif 1. Produk a) Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan b) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut c) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya d) Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air e) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya 2. Proses a) Melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali kelarutan dan kelarutan b) Menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok B.Psikomotor a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa. C.Afektif 1. Karakter/ Sikap a) Santun b) Jujur c) Tanggung jawab
77
d) Disiplin e) Toleransi f) Gotong royong g) Percaya diri h) Cermat 2. Ketrampilan sosial a) Mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik b) Bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok c) Aktif memberikan tanggapan saat diskusi IV.
Tujuan Pembelajaran A.Kognitif 1. Produk a. Siswa dapat memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan b. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut c. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya d. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air e. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya 2. Proses
78
a) Siswa dapat melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali kelarutan dan kelarutan b) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok B.Psikomotor a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa. C.Afektif 1. Karakter/ Sikap a) Santun b) Jujur c) Tanggung jawab d) Disiplin e) Toleransi f) Gotong royong g) Percaya diri h) Cermat 2. Ketrampilan sosial a) Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik b) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok c) Siswa dapat aktif memberikan tanggapan saat diskusi V.
Materi Pembelajaran 1. Kelarutan
79
Kelarutan (solubility) suatu zat dalam pelarut menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Jenis Pelarut Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa non-polar yang lebih mudah larut di pelarut non-polar. b. Temperatur/suhu Kelarutan suatu zat akan semakin besar jika suhu dinaikkan.
2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara ion-ion dengan zat yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga terjadi reaksi kesetimbangan. Contohnya reaksi kesetimbangan pada larutan jenuh CaC2O4 dalam air adalah:
Konstanta kesetimbangan:
Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi CaC2O4 dianggap tetap. Sesuai dengan harga K untuk kesetimbangan heterogen, konstanta reaksi ini dapat ditulis: KspCaC2O4(s) = [Ca2+][C2O42-]
3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)
80
Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga Ksp zat tersebut.Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi ion-ion zat terlarut diketahui. Contoh: Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10. Penyelesaian: Misal kelarutan AgCl = s mol/L Ag+(aq) + Cl-(aq)
AgCl(s) s
s
s
Ksp AgCl(s) = [Ag+] [Cl-] 1,8x10-10
=sxs
1,8x10-10
= s2
s
=
s
= 1,3 x 10-5 mol/L
Kelarutan AgCl(s) = 1,3x10-5 mol/L
VI.
Metode Pembelajaran Metode :TPS, diskusi, tanya jawab
81
VII.
Kegiatan Pembelajaran No. Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1.
Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Guru memberi salam dan membuka 10 menit pelajaran 2. Guru mengabsen kehadiran siswa 3. Guru mempersiapkan kondisi siswa dengan cara memberikan motivasi pembelajaran
kimia
yang
menyenangkan 4. Guru
menyampaikan
metode
dan
tujuan pembelajaran 5. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara menghubungkan materi dengan peristiwa kimia yang terjadi disekitar kita, seperti memberi contoh
larutan
jenuh,
dengan
memisalkan teh yang diberi gula terus menerus maka lama-lama gula tersebut tidak melarut lagi. 2.
Kegiatan Inti 1. Eksplorasi
1. Siswa
mendengarkan
penjelasan 70 menit
materi dari guru dengan cermat 2. Siswa diberi kesempatan oleh guru
82
untuk bertanya apa bila belum jelas dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. (Aktif ,percaya diri) 3. Siswa membentuk kelompok sesuai arahan yang diberikan oleh guru. Tiap kelompok
beranggotakan
2
orang
(Disiplin, santun ) 4. Guru
menjelaskan
langkah-langkah
apa saja yang harus dilakukan siswa selama diskusi.
2. Elaborasi
1. Guru memberikan soal yang harus dikerjakanoleh siswa 2. Siswa mulai mengerjakan soal secara individu Kurang
mengenai lebih
materi
selama
5
Ksp. menit.
(Bekerjasama , aktif , disiplin ) 3. Masing-masing kelompok kemudian mendiskusikan
hasil
pekerjaannya,
waktu yang diberikan oleh guru 3-4 menit 4. Beberapa
kelompok
diminta
mempresentasikan hasil diskusinya di
83
depan kelas. (bagi kelompok yang mau mempresentasikan akan memperoleh penghargaan ) 5. Kelompok
lain
memberikan
menanggapi
pertanyaan
atau kepada
kelompok yang maju didepan
1. Guru 3. Konfirmasi
memberikan
klarifikasi
dan
penguatan mengenai konsep materi yang
telah
diberikan
selama
pembelajaran berlangsung 2. Siswa
dengan
bimbingan
guru
menyimpulkan hasil diskusi yang telah berlangsung 3.
Penutup
1. Siswa
bersama
guru
melakukan 10 menit
refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung 2. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya yaitu pengaruh ion senama dan hubungan Ksp dengan pH 3. Guru
menutup
pelajaran
mengucapkan salam
dengan
84
VIII.
Media dan Sumber Belajar Media
: Media elektronik, LCD, spidol,Whiteboard.
Sumber Belajar
: Buku Kimia yang relevan.
IX.
Penilaian a) Kognitif Prosedur
: Tertulis
Instrumen
: Latihan soal dan tugas rumah
b) Afektif
X.
Prosedur
: Observasi langsung
Instrumen
: Lembar observasi aspek afektif
Alat Evaluasi 1. Jelaskan arti dari masing-masing istilah berikut ini: a.
Kelarutan (s)
b. Hasil kali kelarutan (Ksp)
2. Tulislah persamaan kesetimbangan senyawa-senyawa berikut dan persamaan tetapan hasil kali kelarutannya! a.
Mg(OH)2 b. Ag2CrO4
3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk elektrolit berikut:
a.
Ca3(PO4)2 b. AgCl
4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali kelarutan Al(OH)3. (Ar Al=27; O=6; H=1)
85
5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar Ba=137; F=19) Jawaban 1.a. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk kesetimbangan kimia. 1.b. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-masing. 2.a. Mg(OH)2(s) s
Mg2+(aq) + 2OH-(aq) s
2s
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2
2.b. Ag2CrO4(s) s
2Ag+(aq) + CrO42-(aq) 2s
s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]
3.a. Ca3(PO4)2 (s) s
3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq) 3s
2s
Ksp Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3 [PO43-]2 = (3s)3 x (2s)2 = 108 s5
86
3.b. AgCl (s)
Ag+(aq) + Cl-(aq)
s
s
s
Ksp MgF2 = [Ag+] [Cl-] =sxs = s2
4.
M Al(OH)3 = = = 5x10-4 mol/L Al(OH)3(s) s
Al3+(aq) + 3OH-(aq) s
5x10-4
5x10-4
3s 15x10-4
Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3 = 5x10-4 x (15x10-4)3 = 1,69 x 10-12
5.
M BaF2 = = = 2x10-3 mol/L BaF2(s) Ba2+(aq) + 2F-(aq)
87
s
s
2x10-3 2x10-3
2s 4x10-3
Ksp BaF2 = [Ba2+] [F-]2 = 2x10-3 x (4x10-3)2 = 3,2x10-8
Semarang,
Maret 2014
Mengetahui, Guru Kimia
Praktikan,
Dra.Indriana Kuswandari
Dini Ari Respati NIM. 4301410057
88
Lampiran 5 RPP – Kelas Eksperimen II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
I.
Satuan Pendidikan
: SMA Kesatrian 1 Semarang
Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas / Semester
: XI / 2
Pertemuan ke
:1
Materi Pokok
: Kelarutan dan hasil Kali kelarutan
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit
Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya
II.
Kompetensi Dasar Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
III.
Indikator A.Kognitif 1. Produk a) Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan
89
b) Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut
c) Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya d) Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air e) Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya 2. Proses a) Melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali kelarutan dan kelarutan b) Menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok B.Psikomotor a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa. C.Afektif 1. Karakter/ Sikap a) Santun b) Jujur c) Tanggung jawab d) Disiplin e) Toleransi
90
f) Gotong royong g) Percaya diri h) Cermat i) 2. Ketrampilan sosial a) Mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik b) Bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok c) Aktif memberikan tanggapan saat diskusi
IV.
Tujuan Pembelajaran A.Kognitif 1. Produk a. Siswa dapat memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan b. Siswa dapat menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut c. Siswa dapat menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya d. Siswa dapat menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air e. Siswa dapat menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya 2. Proses
91
a) Siswa dapat melaksanakan diskusi mengenai hubungan antara tetapan hasil kali kelarutan dan kelarutan b) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi secara berkelompok
B.Psikomotor a) Menghitung kelarutan dan hasil kali kelarutan pada suatu senyawa. C.Afektif 1. Karakter/ Sikap a) Santun b) Jujur c) Tanggung jawab d) Disiplin e) Toleransi f) Gotong royong g) Percaya diri h) Cermat i) Teliti j) Aktif 2. Ketrampilan sosial a) Siswa dapat mengkomunikasikan hasil diskusi dengan baik b) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dalam satu kelompok
92
c) Siswa dapat aktif memberikan tanggapan saat diskusi V.
Materi Pembelajaran 1. Kelarutan Kelarutan (solubility) suatu zat dalam pelarut menyatakan jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: a. Jenis Pelarut Senyawa polar mudah larut dalam pelarut polar, demikian pula senyawa non-polar yang lebih mudah larut di pelarut non-polar. b. Temperatur/suhu Kelarutan suatu zat akan semakin besar jika suhu dinaikkan. 2. Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara ion-ion dengan zat yang tidak larut. Proses ini terjadi dengan laju reaksi yang sama sehingga terjadi reaksi kesetimbangan. Contohnya reaksi kesetimbangan pada larutan jenuh CaC2O4 dalam air adalah:
Konstanta kesetimbangan:
Oleh karena CaC2O4 yang larut dalam air sangat kecil maka konsentrasi CaC2O4 dianggap tetap. Sesuai dengan harga K untuk kesetimbangan heterogen, konstanta reaksi ini dapat ditulis:
93
Ksp CaC2O4(s) = [Ca2+][C2O42-] 3. Hubungan Kelarutan (s) dengan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan zat-zat yang sukar larut dapat ditentukan berdasarkan harga Ksp zat tersebut. Demikian pula harga Ksp dapat ditentukan jika konsentrasi ion-ion zat terlarut diketahui. Contoh: Hitung kelarutan garam AgCl dalam air, jika Ksp AgCl = 1,8.10-10. Penyelesaian: Misal kelarutan AgCl = s mol/L Ag+(aq) + Cl-(aq)
AgCl(s) s
s
s
Ksp AgCl(s) = [Ag+] [Cl-] 1,8x10-10
=sxs
1,8x10-10
= s2
s
=
s
= 1,3 x 10-5 mol/L
Kelarutan AgCl(s) = 1,3x10-5 mol/L VI.
Metode Pembelajaran
94
Metode : Snowball Throwing, diskusi, tanya jawab VII.
Kegiatan Pembelajaran No. Langkah
Kegiatan Pembelajaran
Alokasi Waktu
1.
Kegiatan Awal (Apersepsi)
1. Guru
mengucapkan
salam
dan 10 menit
membuka pelajaran 2. Guru mengabsen kehadiran siswa 3. Guru mempersiapkan kondisi siswa dengan cara memberikan motivasi pembelajaran
kimia
yang
menyenangkan 4. Guru menyampaikan materi, metode dan tujuan pembelajaran 5. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan cara menghubungkan materi dengan peristiwa kimia yang terjadi disekitar kita, seperti memberi contoh
larutan
jenuh,
dengan
memisalkan air yang diberi garam terus menerus maka lama-lama garam tersebut tidak melarut lagi. 2.
Kegiatan Inti
1. Siswa
mendengarkan
penjelasan 70 menit
95
2. Eksplorasi
materi secara sekilas dari guru dengan cermat 2. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya apabila belum jelas dengan penjelasan yang diberikan oleh guru. (Aktif ,percaya diri) 3. Siswa membentuk kelompok sesuai arahan yang diberikan oleh guru.tiap kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang (Disiplin, santun ) 4. Guru memanggil masing-masing ketua kelompok
untuk
memberikan
penjelasan tentang materi dan langkahlangkah apa saja yang harus dilakukan siswa selama diskusi. 3. Elaborasi 1. Ketua kelompok menjelaskan kembali materi yang telah diberikan oleh guru kepada anggota kelompoknya. 2. Masing-masing siswa diberikan satu lembar
kertas
untuk
menuliskan
pertanyaan apa sata yang menyangkut tentang materi yang sudah dijelaskan.
96
(Cermat,jujur,teliti ) 3. Siswa membentuk kertas itu seperti bola dan dilemparkan ke siswa lain untuk
dikerjakan.
diberikan
untuk
Waktu
yang
melempar
5
menit.(santun, disiplin) 4. Setelah
Masing-masing
siswa
menerima lemparan bola soal, maka siswa diberi waktu untuk mengerjakan –
5. Masing
masing
kelompok
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.(aktif ,gotog royong ) 6. Kelompok
lain
memberikan
menanggapi
pertanyaan
atau kepada
kelompok yang maju di depan 7. Kelompok
yang
berani
mempresentasikan pekerjaannya akan 4. Konfirmasi
diberi penghargaan oleh guru.
1. Guru menjelaskan kembali soal yang sudah dikerjakan oleh siswa secara sekilas. 2. Siswa
dengan
bimbingan
guru
97
menyimpulkan hasil diskusi yang telah berlangsung 3.
Penutup
1. Guru memberikan soal-soal yang harus 10 menit dikerjakan dirumah oleh siswa. 2.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya yaitu penambahan ion senama.
3. Guru
menutup
pelajaran
dengan
mengucapkan salam
VIII.
Media dan Sumber Belajar Media
: Media elektronik, LCD, spidol,Whiteboard.
Sumber Belajar
: Buku Kimia yang relevan.
IX.
Penilaian c) Kognitif Prosedur
: Tertulis
Instrumen
: Latihan soal dan tugas rumah
d) Afektif Prosedur
: Observasi langsung
Instrumen
: Lembar observasi aspek afektif
98
X.
Alat Evaluasi 1. Jelaskan arti dari masing-masing istilah berikut ini: b.
Kelarutan (s)
b. Hasil kali kelarutan (Ksp)
2. Tulislah persamaan kesetimbangan senyawa-senyawa berikut dan persamaan tetapan hasil kali kelarutannya! b.
Mg(OH)2 b. Ag2CrO4
3. Tulislah hubungan kelarutan dengan tetapan hasil kali kelarutan untuk elektrolit berikut: b.
Ca3(PO4)2 b. AgCl
4. Sebanyak 7,8 mg Al(OH)3 dapat larut dalam 200 mL air. Hitunglah hasil kali kelarutan Al(OH)3. (Ar Al=27; O=6; H=1) 5. Pada suhu tertentu 0,35 gram BaF2 larut dalam air murni membentuk 1 liter larutan jenuh. Hasil kali kelarutan BaF2 pada suhu tersebut adalah.... (Ar Ba=137; F=19)
Jawaban 1.c. Kelarutan adalah jumlah maksimum (mol atau gram) zat yang dapat larut dalam volume pelarut tertentu dan pada suhu tertentu hingga mementuk kesetimbangan kimia. 1.d. Hasil kali kelarutan (Ksp) adalah hasil kali konsentrasi tiap ion dipangkatkan dengan koefisien masing-masing.
99
Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
2.c. Mg(OH)2(s) s
s
2s
Ksp Mg(OH)2 = [Mg2+] [OH-]2
2Ag+(aq) + CrO42-(aq)
2.d. Ag2CrO4(s) s
2s
s
Ksp Ag2CrO4 = [Ag+]2 [CrO42-]
3.c. Ca3(PO4)2 (s)
3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq)
s
3s
2s
Ksp Ca3(PO4)2 = [Ca2+]3 [PO43-]2 = (3s)3 x (2s)2 = 108 s5
3.d. AgCl (s) s
Ag+(aq) + Cl-(aq) s
s
Ksp MgF2 = [Ag+] [Cl-] =sxs = s2 6.
M Al(OH)3 = = = 5x10-4 mol/L
100
Al(OH)3(s)
Al3+(aq) + 3OH-(aq)
s
s
5x10-4
3s
5x10-4
15x10-4
Ksp Al(OH)3 = [Al3+] [OH-]3 = 5x10-4 x (15x10-4)3 = 1,69 x 10-12
7.
M BaF2 = = = 2x10-3 mol/L BaF2(s) s
Ba2+(aq) + 2F-(aq) s
2x10-3 2x10-3
2s 4x10-3
Ksp BaF2 = [Ba2+] [F-]2 = 2x10-3 x (4x10-3)2 = 3,2x10-8
101
Semarang,
Maret 2014
Mengetahui, Guru Kimia
Praktikan,
Dra. Indriana Kuswandari
Dini Ari Respati NIM. 4301410057
102
Lampiran 6
No
Kompetensi dasar
4.6 Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan
Sub pokok materi
Indikator soal
Hasil kali kelarutan
a.Memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan
Indkator pencapaian
Jenjang soal C1
b.Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut c. Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
1.Siswa mampu memahami pengertian tetapan hasil kali kelarutan 2. Siswa mampu Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut 3.Siswa mampu Menghubungkan tetapan hasilkali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapannya
C2
√
Nomor Butir C3
Jumlah soal
C4 1 10
√
√
2,3,4,5,6
√
√
7,8,9,10
102
Kelarutan dalam air
Pengaruh ion sejenis
d. Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
1.Siswa mampu menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air
e. Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
2.Siswa mampu menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya
f.Menentukan konsentrasi ion suatu larutan dari harga Kspnya
3.Siswa mampu menentukan konsentrasi ion suatu larutan dari harga Kspnya
g. Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
1.Siswa mampu menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan
11,12 √ 10
√
√
√
13,14,15,16,17,18
√
√
19,20
√
√
21,22,23,24,25, 26,27,28,29,30
10
103
Hubungan Ksp dan Ph
Pengendapan
h.Memahami hubungan antara Kelarutan dan pH suatu larutan
1.Siswa mampu memahami hubungan antara kelarutan dan pH suatu larutan
i.Menentukan pH larutan dari harga Kspnya dan sebaliknya
2.Siswa mampu menentukan pH larutan dari harga Ksp-nya dan sebaliknya
k.Memahami proses terbentuknya endapan
1.Siswa mampu memahami proses terbentuknya endapan
l. Memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp
JUMLAH
31
10
√
√
√
32,33,34,35 ,36,37,38,39,40
√
2.siswa mampu memperkirakan terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp 8
41
√
√
√
25
16
1
10
42,43,44,45,46,47,48 49,50 50
50
94 104
107
Lampiran 7
SOAL KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN 1. Tetapan Kesetimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut ... a. Hasil Kali Kelarutan b. Kelarutan c. pH d. hidrolisis e. Buffer 2. Bila suhu dinaikkan, kelarutan zat padat dalam air menjadi ... a. Semakin kecil b. Semakin rendah c. Semakin tinggi d. Sama saja e. Tetap 3. Berdasarkan nilai kelarutannya dalam air ,zat dapat dikelompokkan menjadi ... a. Polar dan non polar b. Elektrolit dan non elektrolit c. Asam dan basa d. Mudah larut dan sukar larut e. Pekat dan encer 4. diketahui senyawa sebagai berikut : a. NaCl b.KCl c. AgCl d.NH₄Cl dari data diatas, senyawa garam yang sukar larut dalam air adalah ... a. AgCl b. KCl c. NH₄Cl d. NaCl e. Tidak ada 5. Larutan dikatakan tepat jenuh apabila ... a. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar dari Ksp b. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil dari Ksp c. Nilai hasil kali ion-ionnya sama dengan dari Ksp d. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih besar sama dengan Ksp e. Nilai hasil kali ion-ionnya lebih kecil sama dengan Ksp
108
6. Besarnya kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu ... a. suhu dan massa jenis b. suhu dan luas permukaan c. suhu dan jenis pelarut d. jenis larutan dan konsentrasi e. jenis larutan dan massa jenis 7. Perubahan harga Ksp suatu senyawa yang sukar larut, dikarenakan ... a. Perubahan suhu b. Jenis pelarut c. Zat terlarut d. Kesetimbangan bergeser e. Kelarutan menurun 8. Kelarutan garam AgCl yang terkecil terdapat pada larutan …. a. HCl 0,1 M b. NaCl 0,1 M c. CuCl2 0,1 M d. BaCl2 0,1 M e. AlCl3 0,1 M 9. Garam dengan kelarutan paling besar adalah …. a. b. c. d. e.
AgCl; Ksp = 10–10 Agl; Ksp = 10–16 Ag2CrO4; Ksp = 3,2 x 10–12 Ag2S; Ksp = 1,6 x 10–49 Ag2C2O4; Ksp = 1,1 x 10–11
10. Diketahui harga Ksp dari garam: 1) CaCO3 = 1,69×10-8 2) CaCrO4 = 7,58 x 10-11 3) CaSO4 = 1,21×10-4 4) SrSO4 = 7,9×10-7 5) SrCO3 = 4,9×10-9 Garam yang paling mudah larut dalam air adalah …. a. 1) b. 2) c. 3) d. 4)
109
e.
5)
11. Diketahui reaksi berikut : Ag₂CrO₄(S)
2Ag+(Ag) + CrO₄2-(Ag)
Persamaan tetapan hasil kali kelarutan dari reaksi diatas yaitu ... a. [Ag+]2 b. [2Ag+] [CrO₄2-] c. [Ag+]2 [CrO₄2-] d. [CrO₄2-] e. [Ag+] [CrO₄2-] 12. Diketahui data sebagai berikut 1. Ksp = [ Ca2+] [OH-] 2. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-]2 3. Ksp = [Ca2+]2 [ OH-] 4. Ksp = [Ca2+] [OH-]2 Dari data di atas, penulisan Ksp yang benar untuk senyawa Ca(OH)2 yaitu ... a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. Semua benar 13. Diketahui data sebagai berikut : 1. Ksp Mg(OH)2 = 4 x 10–12 2. Ksp Cr(OH)2 = 1,08 x 10–19 3. Ksp AgCl = 10–10 4. Ksp PbSO4 = 1,7 x 10–8 5. Ksp CaSO4 = 2,4 x 10–10 Dari data diatas , yang memiliki nilai kelarutan paling kecil yaitu ... a. 1 b. 2 c. 3 d. 4 e. 5 14. Diketahui data kelarutan sebagai berikut : 1. PbI2 = 1 x 10 -3 molL–1 2. Ag2CrO4 = 1,31 x 10-4 mol L-1 3. Mg(OH)2 = 1 x 10–2 molL–1
110
4. AgBr = 3 x 10-6 molL–1 Dari data diatas , yang memiliki nilai Ksp paling kecil yaitu ... a. b. c. d. e.
1 2 3 4 1 dan 4
15. Tetapan hasil kali kelarutan Ag2CrO4, PbCrO4 dan SrCrO4 adalah sama besar pada suhu yang sama.Jika kelarutan dinyatakan dalam s , maka pada suhu yang sama ... (15) a. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 > s SrCrO4 b. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 = s SrCrO4 c. s Ag2CrO4 < s PbCrO4 > s SrCrO4 d. s Ag2CrO4 = s PbCrO4 < s SrCrO4 e. s Ag2CrO4 > s PbCrO4 < s SrCrO4 16. Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Kelarutan Ag2CrO4 tersebut dalam mol L-1 yaitu ... (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108) ( 16) a. 1,31 x 10-5 mol L-1 b. 1,31 x 10-4 mol L-1 c. 1,31 x 10-2 mol L-1 d. 4,35 x 10-4 mol L-1 e. 4,35 x 10-5 mol L-1 17. Bila kelarutan kalsium fosfat (Ca3(PO4)2) dalam air adalah a molL–1, maka harga Ksp dari zat itu adalah …. a. b. c. d. e.
a2 4a2 27a4 27a3 108a5
18. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 1 x 10–2 molL–1, maka Ksp Mg(OH)2 adalah …. a. 1 x 10–6
111
b. c. d. e.
2 x 10–6 4 x 10–6 2 x 10–4 4 x 104
19. Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO42- dalam larutan jenuh Ag2CrO4 adalah ... a. b. c. d. e.
1 x 10-4 1 x 10-3 1 x 10-5 5 x 10-4 5 x 10-5
20. Jika konsentrasi Ca2+ dalam larutan jenuh CaF2 = 2 x 10–4 molL–1, maka hasil kali kelarutan CaF2adalah …. a. b. c. d. e.
8 x 10–8 3,2 x 10–11 1,6 x 10–11 2 x 10–12 4 x 10–12
21. Apabila larutan AgCl dilarutkan larutan AgNO3 , maka laruan AgCl akan ... a. b. c. d. e.
Melebur Mencair Mengendap Melarut Mengembun
22. Disediakan: Gelas I
: 0,01 M AgNO3
Gelas IV
:
0,20
M
: 0,10 M AgNO3
Gelas V
:
2,00
M
AgNO3 Gelas II AgNO3 Gelas III
: 1,00 M AgNO3
112
Jika ke dalam kelima gelas kimia itu dilarutkan sejumlah perak kloorida padat, maka perak klorida padat akan paling mudah larut dalam gelas kimia bernomor..... a. I
c. III
b. II
d. IV
e. V
23. Pengaruh ion sejenis dapat dimanfaatkan untuk ... a. b. c. d. e.
Menghilangkan kesadahan air Pembuatan antasid Terbentuknya stalagtit dan stalagmit Pembuatan pupuk Balon udara
24. Pernyataan berikut ini yang benar yaitu .......... a. Penambahan ion sejenis akan menggeser kesetimbangan ke arah produk b. Penambahan kation sejenis memperbesar kelarutan suatu zat c. Harga kelarutan suatu zat tetap jika dilakukan penambahan anion sejenis d. Penambahan ion sejenis memperkecil kelarutan suatu zat e. Penambahan ion sejenis memperbesar kelarutan suatu zat
25. Dalam suatu larutan jenuh AgCl ditambahkan larutan AgNO3 maka yang akan terjadi adalah …. a. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin besar b. Penambahan AgNO3 akan membuat kelarutan AgCl akan semakin kecil c. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion Ag+ d. Penambahan AgNO3 akan memperbesar konsentrasi ion NO3e. Penambahan AgNO3 akan memperbesar kelarutan ion AgCl 26. Kelarutan garam Ag2CrO4 bertambah kecil dalam larutan … . a. KCl dan AgNO3 b.
NaCN dan AgNO3
d. K2CrO4 dan AgNO3 e. NH4OH pekat
113
c. AgNO3 dan NH4OH 27. Larutan AgI memiliki kelarutan sebesar 9,5 x 10-9 mol/L. Bila larutan AgI ini dimasukkan kedalam larutan Ag2CrO4 0,05 M, maka kelarutan AgI dalam Ag2CrO4 tersebut adalah.... a. 9,02 x 10-16 mol/L
d. 1,55 x 10-14 mol/L
b. 2,00 x 10-15 mol/L
e. 5,02 X 10-10 mol/L
c. 2,01 x 10-14 mol/L
28. Kelarutan AgBr dalam air adalah 3 x 10–6 molL–1, maka kelarutan AgBr dalam larutan CaBr2 0,05 M adalah …. a. 6 x 10–9 b. 9 x 10–9 c. 9 x 10–11 d. 3 x 10–9 e. 3 x 10–5 29. Bila Ksp CaF2 = 4 x 10–11, maka kelarutan CaF2 dalam CaCl2 0,01 M adalah …. a. 1,28 x 10–4 M b. 2,3 x 10–5 M c. 3,2 x 10–4 M d. 4,3 x 10–4 M e. 3,2 x 10–5 M 30. Jika diketahui Ksp AgCl = 10–10, maka kelarutan AgCl dalam 1 dm3larutan KCl 0,01 M adalah …. 10–2 M 10–3 M 10–4 M 10–6 M 10–8 M
a. b. c. d. e. 31.
Penambahan ion Pb2+ pada senyawa garam PbCl2 mengakibatkan ... a. Kesetimbangan bergeser ke kanan b. Kelarutan PbCl2 menurun
114
c. Kelarutan PbCl2 meningkat d. Perubahan harga Ksp e. Kelarutan tetap 32. Suatu Mg(OH)2 umumnya sukar larut dalam larutan.... a. alkohol
d. eter
b. HNO3
e. Benzena
c. Air
33. Pada kelarutan Ca(OH)2, bila larutan tersebut berada dalam suasana lebih asam, maka...
a. Konsentrasi ion hidroksida berkurang b. Konsentrasi ion hidroksida bertambah c. Konsentrasi ion hidroksida tetap d. Konsentrasi ion Ca2+ (aq) berkurang e. kalsium hidroksida lebih sukar larut
34. Kelarutan garam dimana anionnya adalah basa lemah atau basa kuat yang berbeda dipengaruhi oleh pH. Seperti pada Kalsium Florida yang memiliki kesetimbangan : BaF2 (s)
Ba2+ (aq) + 2F- (aq) Ksp = 3,9 x 10-11
Jika larutan dibuat lebih asam, maka ....... a. Konsentrasi ion barium akan turun b. Konsentrasi ion barium akan naik c. Konsentrasi ion Florida bertambah d. ion barium bereaksi dengan ion hidronium e. Kelarutan garam Florida turun
115
35. Kenaikan harga pH pada suatu larutan basa mengakibatkan ... a. kelarutan zat semakin besar b. kelarutan zat semakin kecil c. harga Ksp turun d. Kenaikan suhu e. Kesetimbangan ionnya tetap 36. Larutan jenuh dari L(OH)2 mempunyai pH = 10, Ksp dari L(OH)2 tersebut adalah… a. 5×10 -13 b. 2×10-12 c. 5×10-10 d. 2×10-10 e. 2×10-8
37.
Dalam larutan MgBr2 0,002 M ditambah NH4OH sehingga terbentuk endapan Mg(OH)2 (Ksp = 2 x 10-11) .maka Mg(OH)2 akan mengendap pada pH ... a. b. c. d. e.
8 9 10 11 12
38. Pada suhu 25 °C, Ksp Mg(OH)2 =1 x 10–11. MgCl2 yang harus ditambahkan ke dalam 1 liter larutan NaOH dengan pH = 12 agar diperoleh larutan yang jenuh dengan Mg(OH)2 adalah …. a. b. c. d. e.
10–11 mol 10–10 mol 10–9 mol 10–8 mol 10–7 mol
39. Larutan jenuh senyawa hidroksida L(OH)3 mempunyai pH = 9,0; harga Ksp senyawa ini adalah …
116
a. 3,3 × 10–21
c. 1,0 × 10–10
b. 3,0 × 10–20
d. 3,0 × 10–36
e. 3,3 × 10–37
40. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air sebesar 5x10-2 mol/L, maka kelarutan jenuh Mg(OH)2 dalam air mempunyai pH sebesar .... a. 10,3
c. 1,2
b. 9,7
d. 13
e. 3,7
41. Pembentukan endapan dapat diperkirakan dengan membandingkan antara hasil kali kelarutan dan ... a. Basa b. Asam c. pH d. Quation reaksi e. Konsentrasi molar 42. Reaksi antara Pb(NO3)2 dan KI akan menghasilkan ... a. Endapan KI b. Endapan PbI2 c. Endapan KNO3 d. Larutan KCl e. Larutan kuning KNO3 43. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai hubungan Ksp dengan terjadinya endapan adalah …. (43) a.
Qc > Ksp , terjadi endapan
d. Qc > Ksp , tidak terjadi
endapan b.Qc < Ksp , terjadi endapan c.
e. Qc ≥ Ksp , tidak terjadi endapan
Qc = Ksp , terjadi endapan
44. Penambahan ion Ca2+ pada larutan yang mengadung ion Cl- ternyata membentuk endapan CaCl2, ini berarti......... a. [Ca2+][ Cl-] < Ksp
d. [Ca2+] < Ksp
b. [Ca2+][ Cl-]2 > Ksp
e. [Cl-] < Ksp
c. [Ca2+][ Cl-] = Ksp
117
45. Dalam suatu larutan terdapat mengandung CaCl2, BaCl2, dan CuCl2,, CdCl2, dan MgCl2 dengan konsentrasi yang sama. Apabila larutan itu ditetesi dengan larutan Na2CO3 , maka zat yang mula – mula mengendap adalah.... a. CaCO3 ( Ksp = 6,9 x 10-9) b. CuCO3 ( Ksp = 2,5 x 10-10) c. BaCO3 ( Ksp = 1,6 x 10-9) d. CdCO3 (ksp = 5,2 x 10-12) e. MgCO3 (ksp = 4 x 10-5) 46. Jika 100 mL NaCl 0,002 M dicampurkan dengan 200 mL Pb(NO3)2 0,003 M (ksp PbCl2 = 1 x 10 -8 ) ,maka yang terjadi adalah ... a. b. c. d. e. 47.
Tidak terbentuk endapan Terjadi endapan NaCl Larutan tepat jenuh Terjadi endapan PbCl2 Terjadi endapan NaNO3
Direaksilkan 100 mL larutan Ag2SO4 0,1 M dengan 100 mL larutan NaCl 0,2 M. Jika Ksp AgCl =1,7x 10 -10 ,maka banyaknya endapan yang terbentuk adalah ... (Ar Ag = 108 , Cl = 35,5 , Na = 23, O = 16)
a. 1,435 g b. 2,87 g c. 4,305 g d. 5,740 g e. 7,175 g 48. Jumlah mol NH4OH minimal hanya terdapat dalam 1 liter 0,1 M MgCl2 agar Mg(OH)2 mulai mengendap adalah ... (Ksp Mg(OH)2 = 3 x 10-11 dan Kb NH4OH = 1,8 x 10-5) a. b. c. d.
1,8 x 10-5 mol 1,6 x 10-5 mol 1,8 x 10-4 mol 3,6 x 10-4 mol
118
e. 3,6 x 10-3 mol 49.
Larutan yang mengandung ion Cl- dan Br-
dengan konsentrasi masing-masing 0,02 M ,kemudian ditambahkan larutan AgNO3 tetes demi tetes.Berapa konsentrasi Ag+ yang terdapat dalam larutan agar terjadi endapan AgBr ... Ksp AgCl = 1,6 x 10-10 a.
0,8 x 10 -10
b.
3,85 x 10-12
c.
8 x 10-8
d.
8 x 10-9
e.
3,85 x 10-11
Ksp AgBr = 7,7 x 10-13
50. Suatu larutan mengandung garam Pb(NO3)2, Mn(NO3)2, dan Zn(NO3)2masing-masing konsentrasinya 0,01 M. Pada larutan ini dilarutkan sejumlah NaOH padat hingga pH larutan menjadi 8. Berdasar data Ksp: Pb(OH)2 = 2,8 x 10–16 Mn(OH)2 = 4,5 x 10–14 Zn(OH)2 = 4,5 x 10–17 Hidroksida yang mengendap adalah …. A. Mn(OH)2 B. Zn(OH)2 C. Pb(OH)2 D. Zn(OH)2 dan Pb(OH)2 E. Pb(OH)2, Mn(OH)2, dan Zn(OH)2
119
KUNCI JAWABAN 1. A
11.C
21.C
31.B
41.D
2. C
12.D
22.A
32.C
42.B
3. D
13.B
23.A
33.A
43.A
4. A
14.B
24.D
34.C
44.B
5.C
15.B
25.B
35.B
45.D
6.C
16.B
26.D
36.A
46.A
7.A
17.E
27.A
37.A
47.B
8.E
18.C
28.C
38.E
48.B
9.E
19.A
29.E
39.A
49.E
10.E
20.B
30.E
40.D
50.D
120
Lampiran 8
Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas No
Daya Pembeda
Validitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 29 28 30 Jumlah
Tingkat Kesukaran
No Soal
Kode UC-05 UC-07 UC-23 UC-26 UC-18 UC-29 UC-14 UC-16 UC-17 UC-20 UC-30 UC-19 UC-15 UC-25 UC-27 UC-01 UC-03 UC-08 UC-10 UC-09 UC-12 UC-28 UC-06 UC-04 UC-11 UC-21 UC-02 UC-13 UC-22 UC-24 Mp Mt p q pq St rpbis thitung ttabel Kriteria JBA
1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 18 25,44 22,63 0,60 0,40 0,2400 8,704 0,396 2,279 2,048 Valid 11
2 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 16 26,00 22,63 0,50 0,50 0,2500 8,704 0,387 2,219 2,048 Valid 12
3 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 14 26,86 22,63 0,44 0,56 0,2461 8,704 0,428 2,506 2,048 Valid 10
4 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 7 23,86 22,63 0,22 0,78 0,1709 8,704 0,074 0,395 2,048 Tidak 4
5 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8 29,63 22,63 0,25 0,75 0,1875 8,704 0,464 2,770 2,048 Valid 7
6 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 21 23,19 22,63 0,66 0,34 0,2256 8,704 0,088 0,470 2,048 Tidak 11
7 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 12 27,17 22,63 0,38 0,63 0,2344 8,704 0,403 2,333 2,048 Valid 8
8 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 29,50 22,63 0,13 0,88 0,1094 8,704 0,298 1,653 2,048 Tidak 4
9 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 12 27,33 22,63 0,38 0,63 0,2344 8,704 0,418 2,437 2,048 Valid 8
JBB
7
4
4
3
1
10
4
0
4
JSA
15
15
15
15
15
15
15
15
15
JSB DP
15 0,27
15 0,53
15 0,40
15 0,07
15 0,40
15 0,07
15 0,27
15 0,27
15 0,27
Kriteria JBA + JBB
Cukup 18
Baik 16
Cukup 14
Jelek 7
Cukup 8
Jelek 21
Cukup 12
Cukup 4
Cukup 12
2JSA IK Kriteria Kriteria soal
30 0,60 sedang Dipakai
30 30 30 30 30 0,53 0,47 0,23 0,27 0,70 sedang sedang Sukar Sukar Sedang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dibuang
30 0,40 Sedang Dipakai
30 30 0,13 0,40 Sukar Sedang Dibuang Dipakai
121
Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas No Soal 10 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 17 25,76 22,63 0,53 0,47 0,2490 8,704 0,383 2,194 2,048 Valid 11
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 22 25,64 22,63 0,69 0,31 0,2148 8,704 0,512 3,152 2,048 Valid 15
12 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 21 24,10 22,63 0,66 0,34 0,2256 8,704 0,232 1,262 2,048 Tidak 11
13 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 20 20,55 22,63 0,63 0,38 0,2344 8,704 -0,309 -1,719 2,048 Tidak 9
14 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 34,50 22,63 0,13 0,88 0,1094 8,704 0,515 3,181 2,048 Valid 4
15 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 30,67 22,63 0,19 0,81 0,1523 8,704 0,443 2,617 2,048 Valid 5
16 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 30,67 22,63 0,19 0,81 0,1523 8,704 0,443 2,617 2,048 Valid 5
17 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 23,13 22,63 0,25 0,75 0,1875 8,704 0,033 0,173 2,048 Tidak 3
18 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 26,54 22,63 0,41 0,59 0,2412 8,704 0,371 2,115 2,048 Valid 9
6
7
10
11
0
1
1
5
4
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15 0,33
15 0,53
15 0,07
15 -0,13
15 0,27
15 0,27
15 0,27
15 -0,13
15 0,33
Cukup 17
Baik 22
Jelek 21
Jelek 20
Cukup 4
Cukup 6
Cukup 6
Jelek 8
Cukup 13
30 30 30 30 30 0,57 0,73 0,70 0,67 0,13 Sedang Mudah Sedang Sedang Sukar Dipakai Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
30 0,20 Sukar Dipakai
30 0,20 Sukar Dipakai
30 30 0,27 0,43 Sukar Sedang Dibuang Dipakai
122
Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas No Soal 19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 22,90 22,63 0,91 0,09 0,0850 8,704 0,094 0,500 2,048 Tidak 15
20 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 17 26,24 22,63 0,53 0,47 0,2490 8,704 0,441 2,597 2,048 Valid 12
21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 28 23,36 22,63 0,88 0,13 0,1094 8,704 0,220 1,193 2,048 Tidak 15
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 26 23,69 22,63 0,81 0,19 0,1523 8,704 0,253 1,385 2,048 Tidak 14
23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 22 25,77 22,63 0,69 0,31 0,2148 8,704 0,535 3,350 2,048 Valid 15
14
5
13
12
7
3
9
9
7
3
1
3
3
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15 0,07
15 0,47
15 0,13
15 0,13
15 0,53
15 0,80
15 0,40
15 0,33
15 0,47
15 0,60
15 -0,07
15 0,53
15 0,67
Jelek 29
Baik 17
Jelek 28
Jelek 26
Baik 22
Cukup 23
Baik 21
Baik 15
Jelek 1
Baik 14
Baik 16
30 30 30 30 30 0,97 0,57 0,93 0,87 0,73 Mudah Sedang Mudah Mudah Mudah Dibuang Dipakai Dibuang Dibuang Dipakai
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 28,72 22,63 0,56 0,44 0,2461 8,704 0,793 6,892 2,048 Valid 15
25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 24 24,58 22,63 0,75 0,25 0,1875 8,704 0,388 2,228 2,048 Valid 15
Baik sekali Cukup 18 24 30 0,60 Sedang Dipakai
30 0,80 Mudah Dipakai
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 23 24,35 22,63 0,72 0,28 0,2021 8,704 0,315 1,755 2,048 Tidak 14
30 0,77 Mudah Dibuang
27 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 21 25,24 22,63 0,66 0,34 0,2256 8,704 0,413 2,403 2,048 Valid 14
28 29 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 15 1 27,33 20,00 22,63 22,63 0,47 0,03 0,53 0,97 0,2490 0,0303 8,704 8,704 0,507 -0,054 3,114 -0,288 2,048 2,048 Valid Tidak 12 0
30 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 14 26,64 22,63 0,44 0,56 0,2461 8,704 0,406 2,352 2,048 Valid 11
31 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 16 27,94 22,63 0,50 0,50 0,2500 8,704 0,609 4,067 2,048 Valid 13
30 30 30 30 30 0,70 0,50 0,03 0,47 0,53 Sedang Sedang Sukar Sedang Sedang Dipakai Dipakai Dibuang Dipakai Dipakai
123
Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas No Soal 32 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 31,17 22,63 0,19 0,81 0,1523 8,704 0,471 2,825 2,048 Valid 5
33 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 28,50 22,63 0,06 0,94 0,0586 8,704 0,174 0,935 2,048 Tidak 1
34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 18 27,06 22,63 0,56 0,44 0,2461 8,704 0,576 3,729 2,048 Valid 14
35 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 26,00 22,63 0,06 0,94 0,0586 8,704 0,100 0,531 2,048 Tidak 1
36 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 30,86 22,63 0,22 0,78 0,1709 8,704 0,500 3,055 2,048 Valid 6
37 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 18 27,33 22,63 0,56 0,44 0,2461 8,704 0,612 4,098 2,048 Valid 14
38 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 33,50 22,63 0,06 0,94 0,0586 8,704 0,322 1,802 2,048 Tidak 2
39 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 16 28,75 22,63 0,50 0,50 0,2500 8,704 0,703 5,226 2,048 Valid 14
40 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 31,83 22,63 0,19 0,81 0,1523 8,704 0,508 3,119 2,048 Valid 5
41 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 33,33 22,63 0,19 0,81 0,1523 8,704 0,591 3,872 2,048 Valid 5
1
1
4
1
1
4
0
2
1
1
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15 0,27
15 0,00
15 0,67
15 0,00
15 0,33
15 0,67
15 0,13
15 0,80
15 0,27
15 0,27
Cukup 6
Jelek 2
Baik 18
Jelek 2
Cukup 7
Baik 18
Jelek 2
Baik sekali 16
Cukup 6
Cukup 6
30 0,20 Sukar Dipakai
30 0,07 Sukar Dibuang
30 0,60 Sedang Dipakai
30 0,07 Sukar Dibuang
30 0,23 Sukar Dipakai
30 0,60 Sedang Dipakai
30 0,07 Sukar Dibuang
30 0,53 Sedang Dipakai
30 0,20 Sukar Dipakai
30 0,20 Sukar Dipakai
124
Analisis Validitas, Daya Pembeda, Indeks Kesukaran, dan Reliabilitas
No Soal 42 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 34,20 22,63 0,16 0,84 0,1318 8,704 0,572 3,688 2,048 Valid 5
43 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 11 29,64 22,63 0,34 0,66 0,2256 8,704 0,582 3,790 2,048 Valid 9
44 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 15 20,13 22,63 0,47 0,53 0,2490 8,704 -0,270 -1,483 2,048 Tidak 4
45 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 22 24,09 22,63 0,69 0,31 0,2148 8,704 0,248 1,357 2,048 Tidak 14
46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 29,12 22,63 0,53 0,47 0,2490 8,704 0,793 6,889 2,048 Valid 15
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 18 28,39 22,63 0,56 0,44 0,2461 8,704 0,750 5,996 2,048 Valid 15
48 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 29,80 22,63 0,47 0,53 0,2490 8,704 0,773 6,456 2,048 Valid 14
49 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 25,00 22,63 0,09 0,91 0,0850 8,704 0,087 0,465 2,048 Tidak 1
50 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 7 16,14 22,63 0,22 0,78 0,1709 8,704 -0,395 -2,272 2,048 Tidak 1
0
2
11
8
2
3
1
2
6
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15 0,33
15 0,47
15 -0,47
15 0,40
15 0,87
15 0,80
15 0,87
15 -0,07
15 -0,33
Cukup 5
Baik 11
Jelek 15
Cukup 22
Jelek 3
Jelek 7
30 0,17 Sukar Dipakai
30 0,37 Sedang Dipakai
30 0,50 Sedang Dibuang
30 0,73 Mudah Dibuang
30 0,10 Sukar Dibuang
30 0,23 Sukar Dibuang
Baik sekali Baik sekali Baik sekali 17 18 15 30 0,57 Sedang Dipakai
30 0,60 Sedang Dipakai
30 0,50 Sedang Dipakai
Y
Y2
36 37 36 37 34 30 28 27 28 30 28 29 27 25 25 20 20 20 18 18 15 14 13 12 11 14 13 11 12 11 679
1296 1369 1296 1369 1156 900 784 729 784 900 784 841 729 625 625 400 400 400 324 324 225 196 169 144 121 196 169 121 144 121 17641
k= M= Vt = r11 =
50 22,633 75,766 0,854
125
Lampiran 9
PERHITUNGAN VALIDITAS SOAL UJI COBA Rumus :
rpbis
Mp
Mt St
p q
Keterangan: Mp
= Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal
Mt
= Rata-rata skor total
St
= Standart deviasi skor total
p
= Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal
q
= Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal
Kriteria Apabila t hitung > t tabel, maka butir soal valid.
t hitung
rpbis
n 2 1 r2
Perhitungan : Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal.
126
No
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
UC-05 UC-07 UC-23 UC-26 UC-18 UC-29 UC-14 UC-16 UC-17 UC-20 UC-30 UC-19 UC-15 UC-25 UC-27 UC-01 UC-03 UC-08 UC-10 UC-09 UC-12 UC-28 UC-06 UC-04 UC-11 UC-21 UC-02 UC-13 UC-22 UC-24 Jumlah
Butir soal no Skor Total 1 (X) (Y)
Y2
XY
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
36 37 36 37 34 30 28 27 28 30 28 29 27 25 25 20 20 20 18 18 15 14 13 12 11 14 13 11 12 11
1296 1369 1296 1369 1156 900 784 729 784 900 784 841 729 625 625 400 400 400 324 324 225 196 169 144 121 196 169 121 144 121
36 37 0 37 34 30 28 0 28 30 0 29 27 0 25 20 0 20 18 18 15 14 0 12 0 0 0 0 0 0
18
679
17641
458
Berdasarkan tabel tersebut diperoleh Mp
= Jumlah skor total yang menjawab benar pada soal no. 1 Banyaknya siswa yang menjawab benar pada soal no. 1 = 458 18
127
= 25,44 Mt
= Jumlah skor total Banyaknya siswa = 679 30 = 22,63
p
= Jumlah skor yang menjawab benar pada no. 1 Banyaknya siswa = 18 30 = 0,60
q
= 1-p = 1- 0,60 = 0,40
St
=
= 8,70
rpbis
=
= 0,396
128
thitung
= 0,396
= 0,396 x 5,76134 = 2,279 Pada α = 5% dengan dk = n - 2 = 30 - 2 diperoleh t tabel = 1.701 Karena t hitung > t tabel, maka soal nomer 1 valid
129
Lampiran 10
PERHITUNGAN DAYA PEMBEDA SOAL UJI COBA Rumus:
Keterangan : DP
: Daya pembeda
BA
: Banyaknya jawaban yang benar pada butir soal kelompok atas
BB
: Banyaknya jawaban yang benar pada butir soal kelompok bawah
JA
: Jumlah siswa kelompok atas
JB
: Jumlah siswa kelompok bawah
Kriteria Interval
Kriteria
DP 0,00
Sangat jelek (very poor)
0,00< DP 0,20
Jelek (poor)
0,20< DP 0,40
Cukup (satisfactory)
0,40< DP 0,70
Baik (good)
0,70< DP 1,00
Sangat baik (excellent)
130
Perhitungan Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal no. 1, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh hasil seperti pada tabel analisis butir soal. Kelompok Atas
Kelompok Bawah
No
Kode
Skor
No
Kode
Skor
1
UC-05
1
1
UC-01
1
2
UC-07
1
2
UC-03
0
3
UC-23
0
3
UC-08
1
4
UC-26
1
4
UC-10
1
5
UC-18
1
5
UC-09
1
6
UC-14
1
6
UC-06
1
7
UC-14
1
7
UC-28
1
8
UC-16
0
8
UC-06
0
9
UC-17
1
9
UC-04
1
10
UC-20
1
10
UC-11
0
11
UC-30
0
11
UC-21
0
12
UC-19
1
12
UC-02
0
13
UC-15
1
13
UC-13
0
14
UC-25
0
14
UC-22
0
15
UC-27
1
15
UC-24
0
Jumlah
DP
11
Jumlah
7
=
= 0,27 Berdasarkan kriteria, maka soal nomor 1 mempunyai daya pembeda cukup.
131
Lampiran 11
PERHITUNGAN INDEKS KESUKARAN SOAL UJI COBA Rumus :
JB A JS A
IK
JB B JS B
Keterangan : IK
: Iindeks kesukaran
JBA
: Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB
: Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA
: Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSB
: Banyaknya siswa pada kelompok bawah
Kriteria Interval
Kriteria
IK = 0,00
Sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
Sedang
0,70 < IK < 1,00
Mudah
IK = 1,00
Sangat mudah
132
Berikut ini contoh perhitungan pada butir soal nomor satu, selanjutnya untuk butir soal yang lain dihitung dengan cara yang sama, dan diperoleh seperti pada tabel analisis butir soal. Kelompok Atas
Kelompok Bawah
No
Kode
Skor
No
Kode
Skor
1
UC-05
1
1
UC-01
1
2
UC-07
1
2
UC-03
0
3
UC-23
0
3
UC-08
1
4
UC-26
1
4
UC-10
1
5
UC-18
1
5
UC-09
1
6
UC-14
1
6
UC-06
1
7
UC-14
1
7
UC-28
1
8
UC-16
0
8
UC-06
0
9
UC-17
1
9
UC-04
1
10
UC-20
1
10
UC-11
0
11
UC-30
0
11
UC-21
0
12
UC-19
1
12
UC-02
0
13
UC-15
1
13
UC-13
0
14
UC-25
0
14
UC-22
0
15
UC-27
1
15
UC-24
0
Jumlah
IK
11
Jumlah
7
=
= 0,60 Maka soal nomor 1 termasuk dalam kriteria Indeks Kesukaran sedang.
133
134
Lampiran 12
PERHITUNGAN RELIABILITAS SOAL UJI COBA Rumus :
k k -1
r11
M(k M kVt
Keterangan : r11
: reliabilitas soal
k
: banyaknya butir soal
M
: rata-rata skor total soal
Vt
: varians skor total
Kriteria : Apabila r11 > r11 tabel, maka instrumen tersebut reliabel Interval
Kriteria
r ≤ 0,20
Sangat rendah
0,20 < r ≤ 0,40
Rendah
0,40 < r ≤ 0,70
Sedang
0,70 < r ≤ 0,90
Tinggi
0,90 < r ≤ 1,00
Sangat tinggi
Berdasarkan tabel pada analisis uji coba diperoleh :
135
k
= 50
M
= 22,63
Vt
=
= 75,7656
r11
=
(1-
= 0,854 Maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel
136
137
Lampiran 13
Nilai Ulangan Akhir Semester Gasal tahun pelajaran 2013/2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 ∑ x s² s n
Ipa 3
Ipa 4 54 49 45 62 56 64 62 56 49 69 69 59 70 81 70 72 68 70 62 49 45 37 47 59 84 46 48 39 45 58 57 65
Ipa 5 38 31 59 47 65 60 84 37 70 75 77 69 74 84 67 51 33 25 62 67 44 55 51 64 59 52 45 35 39 47
49 31 70 92 31 67 83 30 59 21 56 43 64 61 57 33 61 61 39 71 31 36 70 46 73 37 71 41 51 38
1866 1666 1573 58,3125 55,53333 52,43333 137,0605 259,7747 320,392 11,70728 16,11753 17,8995 32 30 30
138
Lampiran 14
UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS XI IPA 3
Hipotesis Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan:
k 2
Oi
i 1
Ei
2
Ei
Kriteria yang diigunakan Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel Nilai maksimum
= 84
Panjang kelas = 8
Nilai minimum
= 37
Rata-rata
= 58,31
Rentang
= 47
s
= 11,71
Bnyak kelas
=6
n
= 32
139
( Oi Batas
Z untuk
Peluang
Luas kelas
kelas
batas kelas
untuk Z
untuk Z
kelas Interval
Ei
Ei)²
Oi
Ei 36,5
-1,86
0,469
37 - 44
44,5
-1,18
0,381
0,0878
2,8101
2
0,2335
45 - 52
52,5
-0,50
0,190
0,1907
6,1037
9
1,3744
53 - 60
60,5
0,19
0,074
0,1161
3,7156
7
2,9032
61 -68
68,5
0,87
0,308
0,2338
7,4813
6
0,2933
69 - 76
76,5
1,55
0,440
0,1320
4,2224
6
0,7483
77 -84
84,5
2,24
0,487
0,0475
1,5201
2
0,1515 5,7042
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Daerah penerimaan H
5,7042
7,81
Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.
140
UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS XI IPA 4
Hipotesis Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan:
k 2
Oi
i 1
Ei
2
Ei
Kriteria yang diigunakan Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel Nilai maksimum
= 84
Panjang kelas = 10
Nilai minimum
= 25
Rata-rata
= 55,53
Rentang
= 59
s
= 16,12
Bnyak kelas
=6
n
= 30
141
kelas Interval
25 - 34 35-44 45-54 55-64 65-74 75-84
Batas kelas 24,5 34,5 44,5 54,5 64,5 74,5 84,5
Z untuk batas kelas
Peluang untuk Z
Luas kelas untuk Z
-1,93 -1,30 -0,68 -0,06 0,56 1,18 1,80
0,473 0,404 0,253 0,026 0,211 0,380 0,464
0,0689 0,1509 0,2276 0,1854 0,1693 0,0835
Ei
2,0658 4,5260 6,8288 5,5634 5,0805 2,5048
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Daerah penerimaan H
5,7042
7,81
Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.
( Oi Ei)² Ei
Oi
3 5 6 6 6 4
0,4225 0,0496 0,1006 0,0343 0,1664 0,8926 1,6660
142
UJI NORMALITAS DATA AWAL NILAI ULANGAN SEMESTER KELAS XI IPA 5
Hipotesis Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan:
k 2
Oi
i 1
Ei
2
Ei
Kriteria yang diigunakan Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel Nilai maksimum
= 92
Panjang kelas = 12
Nilai minimum
= 21
Rata-rata
= 52,43
Rentang
= 71
s
= 17,90
Bnyak kelas
=6
n
= 30
143
( Oi kelas
Batas
Z untuk batas
Peluang
Luas kelas
Interval
kelas
kelas
untuk Z
untuk Z
Ei
Ei)²
Oi
Ei 20,5
-1,78
0,463
21-32
32,5
-1,11
0,367
0,0955
2,8653
5
1,5903
33-44
44,5
-0,44
0,171
0,1961
5,8825
7
0,2123
45-56
56,5
0,23
0,090
0,0813
2,4399
4
0,9975
57-68
68,5
0,90
0,315
0,2254
6,7631
7
0,0083
69-80
80,5
1,57
0,442
0,1263
3,7878
5
0,3880
81-92
92,5
2,24
0,487
0,0458
1,3753
2
0,2838 3,4801
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Daerah penerimaan H
5,7042
7,81
Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.
144
145
Lampiran 15
UJI HOMOGENITAS POPULASI
Hipotesis H
: σ21
= σ 2 2 = σ2 3
A
: Tidak semua σ2i, untuk i = 1,2,3
Kriteria: H diterima jika χ2hitung < χ2 tabel (1-α)(k-1) Penguji Hipotesis Kelas
ni
dk = ni - 1
Si2
(dk) Si2
log Si2
(dk) log Si2
XI IPA 3
32
31
137,06
4248,88
2,137
66,244
XI IPA 4
30
29
259,77
7533,47
2,415
70,023
XI IPA 5
30
29
320,39
9291,37
2,506
72,665
Jumlah
92
89
717,227
21073,71
7,057
208,932
Varians gabungan dari kelompok sampel adalah :
S2
=
=
146
= 236,8 Log S2 = 2,374
Harga satuan B B
= (Log S2) ∑ (ni-1) = 2,374 x 89 = 211,3
χ2
= (ln 10) {B-∑(ni-1)logSi2 } = 2,303 ( 211,3- 208,932) = 5,492
Untuk α = 5 % dengan dk = k-1 =3-1 = 2 diperoleh χ2tabel = 5,99
Daerah penerimaan H
5,492
5,99 Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka populasi mempunyai varians yang sama (homogen)
147
Lampiran 16
UJI KESAMAAN RATA-RATA KEADAAN AWAL POPULASI (UJI ANAVA)
Hipotesis H
: tidak ada perbedaan rata-rata kondisi awal populasi (µ1=µ2=µ3=µ4)
A
:terdapat minimal satu tanda tidak sama dengan (µ1≠µ2=µ3=µ4)
Kriteria H diterima jika F hitung < F α(k-1)∑(n-1) F α(k-1)(n-k)
Daerah penerimaan H
Pengujian Hipotesis Jumlah Kuadrat 1.
RY
Jumlah Kuadrat Rata-Rata (RY)
=
=
= 283272
Daerah penolakan H
148
2.
AY
Jumlah kuadrat antar kelompok (AY)
=
=
= 283807,3 – 283272 = 535,28 3.
Jumlah kuadrat total (JK tot)
JK tot = 542 + 492 + 452 + ...+ 382 = 304881 4.
DY
Jumlah kuadrat dalam (DY)
= JK tot – RY – AY = 304881 – 283272 – 535,281 = 21073,71
Tabel Ringkasan ANAVA Sumber Variasi
dk
Jk
KT
Rata-rata Antar Kelompok Dalam Kelompok
1 k-1 ∑ (ni-1)
RY AY DY
k = RY : 1 A = AY : (K-1) D = DY : (∑ (ni-1))
A/D
∑ ni
∑ X2
dk
Jk
KT
F hitung
F tabel
1,130
3,099
Total
Sumber Variasi
283272,011 283272,011 1 Rata-rata 535,281 267,640 2 Antar Kelompok Diperoleh F dengan dk pembilang = (k-1) (tabel) 21073,708 236,783 = 89 Dalam Kelompok 304881,000 92 Total
F hitung
3-1 = 2,
F tabel 3,099
149
dk penyebut = ∑(n-1) = 89, dan α = 5% Sebesar = 3,099
150
Lampiran 17
NILAI HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA (POST TEST) KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS EKSPERIMEN II Eksperimen I
Eksperimen II
No.
Kode
Nilai
Kriteria
No.
Kode
Nilai
Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 n jumlah rata-rata s² s Xmax Xmin rentang log n K hit K p K hit pK
E1-01 E1-02 E1-03 E1-04 E1-05 E1-06 E1-07 E1-08 E1-09 E1-10 E1-11 E1-12 E1-13 E1-14 E1-15 E1-16 E1-17 E1-18 E1-19 E1-20 E1-21 E1-22 E1-23 E1-24 E1-25 E1-26 E1-27 E1-28 E1-29 E1-30
80 76 63 86 76 56 93 66 90 86 86 93 66 76 83 66 83 86 83 80 76 63 86 86 83 56 90 76 80 86
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
E2-01 E2-02 E2-03 E2-04 E2-05 E2-06 E2-07 E2-08 E2-09 E2-10 E2-11 E2-12 E2-13 E2-14 E2-15 E2-16 E2-17 E2-18 E2-19 E2-20 E2-21 E2-22 E2-23 E2-24 E2-25 E2-26 E2-27 E2-28 E2-29 E2-30 E2-31 E2-32
76 53 70 76 66 80 66 80 83 66 83 76 66 80 73 56 53 86 80 63 80 66 76 76 66 86 53 70 63 80 76 73
Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
30 2356 78,533 108,947 10,4378 93 56 37 1,47712 5,8745 6 6,16667 7
32 2297 71,781 91,59577 9,570568 86 53 33 1,50515 5,966995 6 5,530422 6
151
Lampiran 19
UJI NORMALITAS DATA NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN I
Hipotesis Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan:
k 2
Oi
i 1
Ei
2
Ei
Kriteria yang diigunakan Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel
Nilai maksimum
= 93
Panjang kelas = 7
Nilai minimum
= 56
Rata-rata
= 78,5333
Rentang
= 37
s
= 10,43777
Bnyak kelas
=6
n
= 30
152
Kelas Interval
Batas Kelas
Z untuk batas kls
Peluang Untuk Z
55,5
-2,2067
0,4863
Luas kelas Z
Ei
Oi
(Oi-Ei)² Ei
56
-
62
62,5
-1,5361
0,4377
0,0486
1,4578
2
0,2017
63
-
69
69,5
-0,8654
0,3066
0,1311
3,9342
5
0,2888
70
-
76
76,5
-0,1948
0,0772
0,2294
6,8813
5
0,5143
77
-
83
83,5
0,4758
0,1829
0,1057
3,1703
7
4,6262
84
-
90
90,5
1,1465
0,3742
0,1913
5,7389
9
1,8531
97
97,5
1,8171
0,4654
0,0912
2,7360
2
0,1980
91
2
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Daerah penerimaan H
7,6821
7,81
Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.
=
7,6821
153
UJI NORMALITAS DATA NILAI POST TEST KELAS EKSPERIMEN II
Hipotesis Ho
: Data berdistribusi normal
Ha
: Data tidak berdistribusi normal
Pengujian Hipotesis Rumus yang digunakan:
k 2
Oi
i 1
Ei
2
Ei
Kriteria yang diigunakan Ho diterima jika χ2 < χ2 tabel
Nilai maksimum
= 86
Panjang kelas = 6
Nilai minimum
= 53
Rata-rata
= 71,7813
Rentang
= 33
s
= 9,57057
Bnyak kelas
=6
n
= 32
154
Kelas Interval
52,5
Z untuk batas kls -2,0146
Batas Kelas
(Oi-Ei)² Peluang Untuk Z
Luas kelas Z
Ei
Oi
Ei
0,4780
53
-
58
58,5
-1,3877
0,4174
0,0606
1,9405
4
2,1858
59
-
64
64,5
-0,7608
0,2766
0,1408
4,5049
2
1,3928
65
-
70
70,5
-0,1339
0,0532
0,2234
7,1476
8
0,1017
71
-
76
76,5
0,4930
0,1890
0,1358
4,3444
8
3,0761
77
-
82
82,5
1,1200
0,3686
0,1796
5,7480
6
0,0110
88
97,5
2,6873
0,4964
0,1278
4,0884
4
0,0019
83
2
=
Untuk α = 5% dengan dk = 6-3 =3, diperoleh chi kuadrat tabel sebesar 7,81
Daerah penerimaan H
6,7693
7,81
Daerah penolakan H
Karena χ2 hitung < χ2 tabel maka data tersebut berdistribusi normal.
6,7693
155
156
Lampiran `19
UJI KESAMAAN DUA VARIANS NILAI POST TEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN I DAN II
Hipotesis H
: s12 = s22 ( kedua kelompok mempunyai varianns yang tidak berbeda )
A
: s12 ≠ s22 ( kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda )
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
F
=
H diterima apabila F 0,975(v1:v2) < F < F 0,025(v1:v2)
Daerah penolakan H
Daerah penolakan H
Dari data diperoleh : Sumber variasi
Kelas Ekperimen I
Jumlah
2356
Kelas Eksperimen II 2297
n
30
32
78,53333
71,78125
Varians (s )
108,94713
91,59577
Standar deviasi (s)
10,43777
9,57057
Rata-rata 2
157
Berdasarkan rumus diatas diperoleh:
F
=
= 1,189 v1
= n1-1
= 30-1 = 29
v2
`= n2-1
= 32-1 = 31
F 0,975(35:35)
= 0,48
F 0,025(35:35)
= 2,07
Daerah penolakan H
0,048
1,19
2,07 Daerah penolakan H
Karena F pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai varians yang sama.
158
159
Lampiran `20
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA DUA PIHAK NILAI POST TEST ANTARA KELAS EKSPERIMEN I DAN II
Hipotesis H
: µ1 = µ2 (kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda)
A
: µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok mempunyai varians yang berbedaa)
Uji Hipotesis Untuk meenguji hipotesis digunakan rumus :
t
x1 x 2 1 1 s n1 n 2
Dimana,
s
n1 1 s12 n 2 1 s22 n1 n 2 2
H ditolak apabila –t (1-1/2α)(ni+n2-2) > t > t (1-1/2α)(n1+n2-2)
Daerah penolakan H
Daerah penolakan H
160
Dari data diperoleh:
s
Sumber variasi
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
Jumlah
2304
2297
n
30
32
Rata-rata
76,80
71,78
Varians (s2)
101,54
91,60
Standart deviasi (s)
10,08
9,57
=
= 9,819
t
=
= 2,011 Pada α = 5% dengan dk =30+32 -2 = 60 diperoleh t (0,975)(60) = 2,00
Daerah Penolakan H
-2,00
2,00
2,657
Daerah Penolakan H
161
Karena t berada pada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen I berbeda dengan kelas eksperimen II.
162
Lampiran `21
UJI PERBEDAAN DUA RATA-RATA SATU PIHAK KIRI NILAI POST TEST ANTAR KELAS EKSPERIMEN I DAN II
Hipotesis H
: µ1 ≥ µ2
A
: µ1 < µ2
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
t
x1 x 2 1 1 s n1 n 2
Dimana, s
n1 1 s12 n 2 1 s22 n1 n 2 2
H diterima apabila t ≥ -t 1-α
Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas Eksperimen I
Kelas Eksperimen II
Jumlah n Rata-rata Varians (s2)
2356 30 78,53 108,95
2297 32 71,78 91,60
Standart deviasi (s)
10,44
9,57
163
Berdasarkan rumus di atas diperoleh:
s
=
= 10,00
t
=
= 2,66 Pada α= 5% dengan dk = 30 +32-2 = 60 diperoleh –t(0,95) = -1,7
-1,67
2,66
Karena t berada pada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen I lebih baik dari pada kelas eksperimen II
164
165
Lampiran `22
UJI KETUNTASAN BELAJAR KELAS EKSPERIMEN I
Hipotesis H
: µ < 75
A
: µ ≥ 75
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
t
x
0
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas Eksperimen I
Jumlah n Rata-rata Varians (s2)
2356 30 78,53 108,9471
Standart deviasi (s)
10,44
Berdasarkan rumus diatas diperoleh:
166
t
=
=1,854 Untuk α = 5% dengan dk =30-1 = 29 diperoleh t (0,95) = 1,70
1,70
1,854
Karena t berada daerah penolakan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar kelas eksperimen I mencapai ketuntasan. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Eksperimen I Tuntas jika
% ≥ 75%
Tidak tuntas jika
% < 75%
%
=
=
x 100%
= 77% Karena persentase belajar 77% maka kelas eksperimen I mencapai ketuntasan belajar klasikal.
167
Lampiran `23
UJI KETUNTASAN BELAJAR KELAS EKSPERIMEN II
Hipotesis H
: µ < 75
A
: µ ≥ 75
Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis digunakan rumus:
t
x
0
s/ n
A diterima apabila t ≥ t (1-α)(n-1) Dari data diperoleh: Sumber variasi
Kelas Eksperimen I
Jumlah n Rata-rata Varians (s2)
2297 32 71,78 91,5958
Standart deviasi (s)
9,57
Berdasarkan rumus diatas diperoleh:
t
=
168
=-1,902 Untuk α = 5% dengan dk =32-1 = 31 diperoleh t (0,95) = 1,696
-1,902
1,696
Karena t berada daerah penerimaan H, maka dapat disimpulkan bahwa nilai hasil belajar kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan. Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas Eksperimen II Tuntas jika
% ≥ 75%
Tidak tuntas jika
% < 75%
%
=
=
x 100%
= 50% Karena persentase belajar 50% maka kelas eksperimen II belum mencapai ketuntasan belajar klasikal.
169
170
Lampiran `24
RUBRIK PENILAIAN AFEKTIF SISWA No. 1.
Aspek yang dinilai Bertanya
2.
Menyumbangkan ide atau pendapat
3.
Menjadi pendengar yang baik
4.
Bekerjasama
Indikator yang sering muncul
Gradasi tingkat ketercapaian Bertanya dengan mengacungkan 4 = apabila 3 jari indikator muncul Memulai pertanyaan setelah 3 = apabila 2 dipersilahkan indikator Pertanyaan disampaikan dengan muncul runtut dan jelas 2 = apabila 1 Pertanyaan logis sesuai dengan indikator topik bahasan yang sedang muncul dibahas 1 = apabila tidak ada indiKator yang muncul Berpendapat dengan 4 = apabila 3 mengacungkan jari indikator muncul Mengemukakan pendapat setelah 3 = apabila 2 dipersilahkan indikator Pendapat disampaikan secara muncul runtut dan jelas Pendapat logis dan sesuai dengan 2 = apabila 1 indikator topik bahasan yang dibahas muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul Mendengarkan teman yang 4 = apabila 3 sedang menyampaikan hasil indikator muncul Mendengarkan teman yang 3 = apabila 2 sedang mengajukan pertanyaan indikator Mendengarkan jawaban teman muncul Mendengarkan pendapat yang pro 2 = apabila 1 maupun yang kontra indikator muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul Kemauan dalam membantu teman 4 = apabila 3 kelompoknya indikator muncul Kemauan membagi tugas dalam 3 = apabila 2 kelompoknya
171
Kemampuan untuk mengorganisir indikator kelompoknya muncul 2 = apabila 1 Kemampuan berkomunikasi indikator dengan teman kelompoknya muncul 1 = apabila tidak ada indikator yang muncul
172
173
Lampiran `25
174
Lampiran `26
ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Aspek yang dinilai 1 2 3 PE-01 4 3 4 PE-02 4 2 3 PE-03 4 2 4 PE-04 3 4 3 PE-05 4 2 4 PE-06 4 4 3 PE-07 4 3 3 PE-08 4 4 4 PE-09 4 3 4 PE-10 4 4 4 PE-11 3 3 3 PE-12 4 2 4 PE-13 4 3 4 PE-14 4 4 3 PE-15 4 4 4 PE-16 4 3 4 PE-17 3 3 3 PE-18 4 3 3 PE-19 4 4 3 PE-20 4 4 3 PE-21 3 3 3 PE-22 4 3 4 PE-23 3 2 3 PE-24 4 4 4 PE-25 4 2 4 PE-26 4 3 3 PE-27 4 3 4 PE-28 3 2 3 PE-29 4 4 3 PE-30 4 3 4 Jumlah 114 93 105 rata-rata 3,352941 2,73529 3,08824 Kriteria sangat baik baik baik
Kode Siswa
4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 109 3,20588 baik
Jumlah Skor Kriteria 15 13 13 14 13 15 14 16 15 16 12 14 15 14 16 15 13 14 15 15 12 14 11 16 14 13 14 12 14 14
sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik sangat baik
175
ANALISIS NILAI AFEKTIF SISWA KELAS EKSPERIMEN II No
Kode Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
PE-01 PE-02 PE-03 PE-04 PE-05 PE-06 PE-07 PE-08 PE-09 PE-10 PE-11 PE-12 PE-13 PE-14 PE-15 PE-16 PE-17 PE-18 PE-19 PE-20 PE-21 PE-22 PE-23 PE-24 PE-25 PE-26 PE-27 PE-28 PE-29 PE-30 PE-31 PE-32 Jumlah rata-rata Kriteria
Aspek yang dinilai Jumlah Skor 1 2 3 4 3 3 4 3 13 4 4 3 3 14 3 2 2 3 10 3 2 3 4 12 3 3 4 3 13 3 4 3 4 14 3 3 3 4 13 2 4 3 3 12 2 2 3 4 11 3 3 4 4 14 2 3 3 3 11 2 3 3 4 12 4 3 2 3 12 2 3 2 3 10 3 4 3 4 14 3 3 4 3 13 2 3 2 4 11 4 3 3 4 14 2 2 3 3 10 4 3 4 4 15 2 3 4 3 12 3 3 4 3 13 3 2 3 4 12 4 3 2 4 13 2 3 3 3 11 2 3 4 4 13 3 3 2 3 11 3 2 3 3 11 3 4 4 3 14 2 3 4 4 13 3 2 3 4 12 2 3 4 3 12 89 94 101 111 2,61765 2,76471 2,97059 3,2647059 baik baik baik baik
Kriteria sangat baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik baik baik baik baik sangat baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik
176
177
Lampiran 27
PEDOMAN PENYEKORAN ASPEK PSIKOMOTORIK SISWA No. Aspek 1. Persiapan siswa dalam melaksanakan praktikum
2.
Kemampuan siswa dalam bekerja sama dengan kelompok
3.
Kecakapan siswa dalam melakukan percobaan
4.
Kebersihan dan kerapian tempat serta alat percobaan
Skor Kriteria 5 Membawa buku pedoman praktikum, membawa buku kimia lain, membuat rancangan praktikum dan menyelesaikan lembar prediksi 4 Tidak melaksanakan satu diantaranya 3 Tidak melaksanakan dua diantaranya 2 Tidak melaksanakan tiga diantaranya 1 Tidak melaksanakan semuanya. 5 Siswa mampu bekerja sama dengan memberi bantuan kepada anggota kelompoknya maupun anggota kelompok lain 4 Siswa hanya mampu memberi bantuan kepada kelompokknya jika sedang sibuk 3 Siswa mampu memberi bantuan kepada anggota kelompoknya dan anggota kelompok lain jika tidak sibuk 2 Siswa mampu memberi bantuan kepada anggota kelompoknya jika tidak sibuk 1 Siswa tidak mau memberi bantuan kepada siapapun 5 Siswa mampu melakukan percobaan tanpa bantuan guru dan temannya 4 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru 3 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari temannya 2 Siswa mampu melakukan percobaan setelah mendapat bantuan dari guru dan temannya. 1 Siswa tidak mampu melakukan percobaan 5 Membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat tanpa perintah guru 4 Membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat setelah diperintah guru. 3 Hanya membersihkan kembali tempat kerja dan alat 2 Hanya marapikan kembali tempat kerja saja
178
1 5.
Kemampuan siswa dalam membuat laporan
5
4 3 2
1
Tidak membersihkan dan merapikan kembali tempat kerja dan alat. Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru. Siswa mampu membuat simpulan dengan benar tanpa bantuan dari guru Siswa mampu membuat pembahasan tanpa bantuan dari guru. Siswa mampu membuat pembahasan dan simpulan dengan benar setelah mendapat bantuan dari guru. Siswa tidak dapat membuat simpulan dan pembahasan dengan benar
179
180
Lampiran 28
PERHITUNGAN RELIABILITAS UJI COBA LEMBAR OBSERVASI PSIKOMOTORIK
RESPONDEN
∑Xp (∑xP)2
JKT DB JKTR DB JKS DB JKR DB
A
RATERS B C
1 2 3 4 5 6
24 23 24 23 21 22
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
23 24 22 24 24 23 23 21 23 21 22 20 23 21 23 22 21 21 24 22 21 23 22 24 22 22 718 515524
25 24 23 24 21 23
∑Xp 24 24 25 24 22 23
24 24 24 23 23 23 24 25 24 23 25 25 23 24 22 22 23 24 21 22 23 22 21 21 23 24 21 20 23 24 23 22 21 22 23 22 23 23 24 25 20 21 24 24 24 22 23 23 23 24 23 22 735 738 540225 544644
50153 147,99 95 50012,3 7,27083 2 50119,7 114,656 31 26,0625 62
73 71 72 71 64 68
(∑xP)2 5329 5041 5184 5041 4096 4624
71 5041 71 5041 68 4624 73 5329 71 5041 73 5329 70 4900 65 4225 70 4900 64 4096 67 4489 62 3844 70 4900 62 3844 70 4900 67 4489 64 4096 66 4356 70 4900 71 5041 62 3844 71 5041 68 4624 70 4900 69 4761 67 4489 2191 150359
VARIASI JK JKT 147,9896 JK antar raters7,270833 JKs 114,6563 JKr 26,0625 r11 r11
db
MK 95 2 31 3,69859 62 0,42036
0,72218521 0,886345053
181
Lampiran 29
ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Aspek yang dinilai Jumlah Skor 1 2 3 4 5 P-K01 5 4 4 5 3 21 P-K02 5 3 5 4 5 22 P-K03 5 4 3 5 5 22 P-K04 5 3 5 5 4 22 P-K05 5 4 5 5 3 22 P-K06 5 3 3 4 5 20 P-K07 5 5 3 5 4 22 P-K08 4 3 3 5 3 18 P-K09 5 5 3 5 4 22 P-K10 5 3 4 5 5 22 P-K11 5 3 3 4 4 19 P-K12 5 4 3 5 3 20 P-K13 5 3 5 5 4 22 P-K14 5 3 3 4 3 18 P-K15 5 4 5 5 3 22 P-K16 5 3 4 5 4 21 P-K17 5 3 3 4 4 19 P-K18 5 3 3 5 3 19 P-K19 5 4 5 5 5 24 P-K20 5 3 4 4 3 19 P-K21 5 3 3 5 4 20 P-K22 5 4 4 4 4 21 P-K23 5 4 3 5 5 22 P-K24 5 3 4 4 4 20 P-K25 5 4 3 5 3 20 P-K26 5 4 5 5 4 23 P-K27 5 5 4 5 3 22 P-K28 5 4 3 5 4 21 P-K29 5 5 4 5 4 23 P-K30 5 4 4 5 3 21 Jumlah 149 110 113 142 115 Rata-rata 4,3823529 3,23529 3,32353 4,176471 3,38235 Kriteria sangat baik baik baik sangat baik baik Kode Siswa
Kriteria sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik baik sangat baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik sangat baik
182
ANALISIS NILAI PSIKOMOTORIK SISWA EKSPERIMEN II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kode Siswa
P-K01 P-K02 P-K03 P-K04 P-K05 P-K06 P-K07 P-K08 P-K09 P-K10 P-K11 P-K12 P-K13 P-K14 P-K15 P-K16 P-K17 P-K18 P-K19 P-K20 P-K21 P-K22 P-K23 P-K24 P-K25 P-K26 P-K27 P-K28 P-K29 P-K30 P-K31 P-K32 Jumlah Rata-rata Kriteria
1 5 5 3 3 5 3 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 3 3 5 5 5 4 4 2 2 2 5 5 5 5 5 3 135 3,97059 baik
Aspek yang dinilai 2 3 4 4 4 5 3 3 4 3 5 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 5 3 5 5 3 4 5 3 3 4 3 5 5 3 3 4 5 3 5 4 3 3 3 4 5 3 3 4 5 3 3 4 3 4 3 3 5 3 3 2 5 4 4 4 3 5 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 5 5 4 3 4 3 4 5 4 4 5 3 3 4 4 4 3 110 113 133 3,23529 3,32353 3,91176 baik baik baik
5 3 5 3 4 3 4 3 5 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 3 4 3 112 3,29412 baik
Jumlah Skor Kriteria 21 20 18 17 19 17 18 21 22 20 19 21 18 20 17 21 17 17 19 19 17 21 20 17 15 13 21 20 21 21 19 17
sangat baik baik baik baik baik baik baik sangat baik sangat baik baik baik sangat baik baik baik baik sangat baik baik baik baik baik baik sangat baik baik baik cukup cukup sangat baik baik sangat baik sangat baik baik baik