PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS V SD DI KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh PRIYATI OKTAVIASARI 1401412159
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO “Jelajah dan tafsirkan dunia dengan membaca”. (Priyati Oktaviasari) “Strive not to be a success, but rather to be a value”. Kerja keras bukan untuk sukses tetapi untuk sebuah nilai. (Albert Enstein)
PERSEMBAHAN Tanpa mengurangi rasa syukur peneliti kepada Allah SWT, karya tulis ini peneliti persembahkan untuk: 1.
Orang tua tercinta (Bapak Sutar dan Ibu Sureni) terimakasih atas kasih sayang, doa, semangat
dan
dukungan
menyertaiku setiap langkahku. 2.
Almamaterku PGSD UNNES.
v
yang
selalu
PRAKATA Peneliti mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.
2.
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin melasanakan penelitian.
3.
Drs. Isa Ansori. M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini.
4.
Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Dra. Nuraeni Abbas, M.Pd., Dosen Penguji Utama skripsi.
7.
Segenap dosen jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang bermanfaat.
vi
8.
Seluruh Kepala Sekolah SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian
9.
Seluruh guru kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusuan skripsi yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan pembelajaran di SD.
Semarang, 5 Agustus 2016 Peneliti
Priyati Oktaviasari NIM 1401412159
vii
ABSTRAK Oktaviasari, Priyati. 2016. “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd. 238 Hlm. Membaca pemahaman digunakan untuk memeroleh informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mengetahui unsur-unsur pembangun dari bacaan tersebut. Sehingga membaca pemahaman dapat membantu siswa dalam kegiatan apresiasi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Penelitian dilaksanakan pada tujuh SD di Gugus Sultang Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, pada bulan Mei 2016. Populasinya adalah siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati sejumlah 120 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu Proportional Random Sampling dengan jumlah 60 siswa (50%). Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase, uji korelasi, dan regresi linear sederhana. Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek yaitu sebesar 0,828 termasuk dalam kategori sangat kuat. Perhitungan persamaan regresi menunjukkan Ŷ = 0,611 + 0,816X, artinya apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah satu satuan, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816. Nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%, artinya kemampuan mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya tingkat intelegensi siswa. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan positif dan pengaruh signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Hal ini harus menjadi perhatian guru dalam proses pembelajaran, guru perlu merencanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca siswa. Kata Kunci: kemampuan; membaca pemahaman; mengapresiasi cerita pendek
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................
v
PRAKATA .................................................................................................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xiii
DAFTRA GAMBAR .................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1
Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
1.2
Rumusan Masalah .........................................................................
10
1.3
Tujuan Penelitian ..........................................................................
10
1.4
Manfaat Penelitian ........................................................................
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................
12
2.1
Kajian Teori ................................................................................
12
2.1.1
Hakikat Belajar ...........................................................................
12
2.1.1.1 Pengertian Belajar .........................................................................
12
2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran ...............................................................
13
2.1.2
Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa Indonesia .......................................................................................
15
2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia .........................................................
15
2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia................................................................
16
2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ........................
17
2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia ...............................................
19
2.1.3
21
Hakikat Membaca .......................................................................
ix
2.1.3.1 Pengertian Membaca .....................................................................
21
2.1.3.2 Tujuan Membaca ..........................................................................
23
2.1.3.3 Teknik Membaca ..........................................................................
25
2.1.3.4 Jenis Membaca ..............................................................................
26
2.1.4
Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman .........................
29
2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman ...........................
29
2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman ......................................................
30
2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman ................................................
31
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman .....................
32
2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman .......................
34
2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman ..
36
2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman .........................
36
2.1.5
Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra ............................
40
2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak ...............................................
40
2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra ...........................................................
42
2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra ......................................................
44
2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra ..............................................
45
2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra ................................................................
47
2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek ..............................................................
49
2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD ..........................................................
50
2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek .................................................
51
2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek ...........................
53
2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra ............
54
2.1.6
Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .............................
56
2.2
Kajian Empiris ............................................................................
57
2.3
Kerangka Berpikir ......................................................................
61
2.4
Hipotesis Penelitian .....................................................................
64
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................
65
3.1
Jenis dan Desain Penelitian ........................................................
65
3.2
Prosedur Penelitian .....................................................................
66
x
3.3
Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ......................................
67
3.3.1
Subjek Penelitian ..........................................................................
67
3.3.2
Lokasi Penelitian ...........................................................................
67
3.3.3
Waktu Penelitian ...........................................................................
67
3.4
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ..................................
67
3.4.1
Populasi .........................................................................................
67
3.4.2
Sampel dan Teknik Sampling .......................................................
68
3.5
Variabel Penelitian ......................................................................
70
3.5.1
Variabel Bebas (X) .......................................................................
70
3.5.2
Variabel Terikat (Y) ......................................................................
71
3.6
Definisi Operasional Variabel ....................................................
71
3.7
Teknik Pengumpulan Data ........................................................
73
3.8
Instrumen Penelitian ..................................................................
73
3.8.1
Uji Validitas Instrumen .................................................................
75
3.8.2
Uji Reliabilitas Instrumen .............................................................
79
3.9
Analisis Data ................................................................................
81
3.9.1
Analisis Data Awal .......................................................................
81
3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ..........................................................
81
3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis ....................................................................
84
3.9.1.2.1 Uji Normalitas ...............................................................................
84
3.9.1.2.2 Uji Homogenitas ...........................................................................
85
3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi ...................................................................
87
3.9.2
Analisis Data Akhir .......................................................................
88
3.9.2.1 Pengujian Hipotesis ......................................................................
88
3.9.2.2 Uji Signifikansi .............................................................................
88
3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana ...............................................
90
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .....
91
4.1
Hasil Penelitian ............................................................................
91
4.1.1
Analisis Deskriptif Persentase ......................................................
91
4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman .....................
92
4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ...........
102
xi
4.1.2
Pengujian Prasyarat Analisis Data ................................................
110
4.1.2.1 Uji Normalitas ...............................................................................
110
4.1.2.2 Uji Homogenitas ...........................................................................
112
4.1.2.3 Uji Linearitas ................................................................................
113
4.1.3
Analisis Data Akhir .......................................................................
114
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis ......................................................................
114
4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana ...........................................................
117
4.1.3.3 Uji Signifikansi .............................................................................
118
4.2
Pembahasan .................................................................................
119
4.2.1
Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X) .......................
120
4.2.2
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y) .............
122
4.2.3
Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ..................................
4.2.4
Pengaruh Kemampuan
123
Membaca Pemahaman dengan
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ..................................
127
Implikasi Hasil Penelitian .............................................................
129
4.2.5.1 Implikasi Teoritis ..........................................................................
129
4.2.5.2 Implikasi Praktis ...........................................................................
130
4.2.5.3 Implikasi Pedagogis ......................................................................
130
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................
131
5.1
Simpulan ......................................................................................
131
5.2
Saran ............................................................................................
132
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
134
4.2.5
xii
DAFTAR TABEL
Halaman 3.1 Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016 ......................
68
3.2 Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016 ...............................................................................................
70
3.3 Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ................
76
3.4 Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................................................................................................
78
3.5 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ............
81
3.6 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ....................................................................................................
81
3.7 Bobot Penskoran dan Distribusi Skor ....................................................
83
3.8 Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................................................................
84
3.9 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...............
89
4.1 Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ............................................
91
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ............
93
4.3 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman ......................
94
4.4 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman ......
95
4.5 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman ......
96
4.6 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata sesuai Penggunaan dalam Wacana .........................................................
97
4.7 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan Organisasi Wacana dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya ................
98
4.8 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok Pikiran yang Terungkapkan dalam Wacana ...........................................
xiii
99
4.9 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaanpertanyaan yang Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam Wacana ...................................................................................................
101
4.10Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ....................................................................................................
103
4.11Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ...........
104
4.12Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ....................................................................................................
105
4.13Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ....................................................................................................
106
4.14Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif .......................
107
4.15Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif ..........................
108
4.16Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif ......................
109
4.17Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y .................................................
111
4.18Hasil Uji Homogenitas ...........................................................................
113
4.19Hasil Uji Linearitas antar Variabel .........................................................
114
4.20Hasil Uji Korelasi antar Variabel ...........................................................
115
4.21Hasil Analisis Regresi Sederhana ...........................................................
118
4.22Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ......................................................
119
xiv
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Desain Kerangka Berpikir ....................................................................
63
3.1 Desain Penelitian .................................................................................
65
4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman .........
94
4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ..................................................................................................
104
4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas ...............................................................
112
xv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1.
Daftar Nama Sampel Uji Coba ..........................................................
138
2.
Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) .........
139
3.
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Uji Coba) ........................
140
4.
Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .....
150
5.
Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Membaca Pemahaman ...........
152
6.
Uji Validitas Kemampuan Membaca Pemahaman ............................
153
7.
Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman ........................
155
8.
Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji Coba) ..................................................................................................
157
9.
Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Uji Coba) ..............
158
10.
Lembar Hasil Uji coba Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ................................................................................................
11.
162
Tabulasi Data Uji Coba Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ................................................................................................
163
12.
Uji Validitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .................
164
13.
Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ..............
165
14.
Daftar Nama Sampel Penelitian .........................................................
166
15.
Kisi-kisi Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) ........
167
16.
Tes Kemampuan Membaca Pemahaman (Penelitian) .......................
168
17.
Lembar
Hasil
Penelitian
Tes
Kemampuan
Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 18.
176
Kisi-kisi Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Penelitian) .........................................................................................
178
19.
Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Penelitian) .............
179
20.
Lembar Hasil Penelitian Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita
21.
Pendek ................................................................................................
183
Tabulasi Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman ...........
185
xvi
22.
Tabulasi Data Variabel Kemampuan Mengapresiai Cerita Pendek ................................................................................................
23.
Analisis
Deskriptif
Persentase
Kemampuan
Membaca
Pemahaman ........................................................................................ 24.
193
Analisis Deskriptif Persentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek .....................................................................................
26.
189
Analisis Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman Per Indikator .............................................................................................
25.
188
201
Analisis Deskriptif Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Per Indikator ......................................................................................
205
27.
Uji Normalitas ...................................................................................
212
28.
Uji Homogenitas ................................................................................
213
29.
Uji Linearitas .....................................................................................
214
30.
Uji Regresi Sederhana .......................................................................
215
31.
Jadwal Penelitian ...............................................................................
218
32.
Dokumentasi Penelitian .....................................................................
219
33.
Surat Keputusan Dosen Pembimbing ................................................
221
34.
Surat Ijin Penelitian ...........................................................................
222
35.
Surat Keterangan Penelitian ..............................................................
229
xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
karena setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Bab III Pasal 4 Butir 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat (Sisdiknas 2011:8). Sesuai dengan hal tersebut, Indonesia perlu memposisikan dirinya menjadi bangsa yang berbudaya baca tulis, maka perlu dilakukan upaya pengembangan, baik melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal. Pengembangan melalui pendidikan formal dimulai dari sekolah dasar yang berfungsi sebagai pusat budaya dan pembudayaan baca tulis. Jadi sekolah harus membekali lulusannya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang memadai (Zulela 2013:1). Pedoman pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang memuat standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
1
2
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP 2006:231). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar isi menyebutkan bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara; (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran bahasa di sekolah dasar diharapkan siswa mendapat bekal yang matang untuk mengembangkan dirinya dalam pendidikan berikutnya dan hidup bermasyarakat (BSNP 2006:231). Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
No.
22
Tahun
2006
mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b) aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232). Dalam Penelitian ini ruang lingkup bahasa Indonesia yang di ambil adalah ruang
3
lingkup membaca karena sesuai dengan masalah yang ada yaitu rendahnya keterampilan
membaca
pemahaman
siswa
dalam
proses
pembelajaran.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu, yaitu dilaksanakan sesuai dengan cara anak memandang dan menghayati dunianya, maka pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta konsep-konsep yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Membaca juga berperan dalam mengetahui berbagai macam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. Melalui membaca, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat diketahui dan dipahami sebelum dapat diaplikasikan. Salah satu jenis membaca yang dapat digunakan untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi adalah membaca pemahaman. Tujuan membaca pemahaman ialah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya. Hal ini didukung oleh pendapat dari Dalman (2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami), maka pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Setelah membaca teks, pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Jadi hal terpenting dalam mengajar membaca pemahaman adalah bagaimana cara siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Dalam hal
4
ini, peran guru sangat diharapkan untuk dapat menemukan berbagai ide kreatif dalam mengajar agar siswa mampu memahami isi bacaan yang dibacanya. Sehingga siswa akan dapat menggali pengetahuan yang terdapat dalam suatu bacaan serta dapat mengikuti arus perkembangan zaman. Pembelajaran membaca pemahaman digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu karya sastra. Dalam pelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah apresiasi sastra. Pelajaran sastra harus menumbuhkan apresiasi siswa terhadap karya sastra. Mengapresiasi sastra ialah mengenal, memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra. Seseorang yang sudah menikmati karya sastra akan senang dengan karya sastra, dan kemudian dapat menghargai karya sastra. Pelajaran sastra di sekolah tidak untuk membuat siswa menjadi seorang sastrawan atau seorang ahli sastra, melainkan ingin menanamkan apresiasi sastra. Pelajaran sastra mengarahkan agar siswa menjadi orang yang menggemari karya sastra, mau membaca sendiri karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Zulela (2013:5), kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif, karena dengan sastra dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana menghargai orang lain, mengerti hidup, dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan. Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar itu sangat penting untuk diajarkan dalam pendidikan formal. Apresiasi sastra dapat melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasinya, menambah wawasan dan memberi
5
pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang dihadapinya.
Pengajaran
sastra
di
sekolah-sekolah
diharapkan
banyak
memberikan kegiatan kepada siswa untuk membaca karya sastra secara langsung dan utuh. Karya sastra yang diajarkan di sekolah di antaranya drama, novel, cerpen, dan puisi. Maka dari itu, di sekolah siswa diperkenalkan langsung pada sastra tersebut secara langsung bukan pada teorinya, sehingga siswa akan mempunyai kemampuan mengapresiasi sastra. Berdasarkan naskah akademik kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran Bahasa (BSNP, 2007:9-11) ditemukan beberapa permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu guru banyak mengalami kendala dalam memahami kurikulum untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi progam pembelajaran. Pelaksanaan program tersebut tidak sesuai dengan prinsip pengembangan KTP, silabus, RPP, dan prinsip pelaksanaan KTSP.
Cara
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan beberapa kegiatan, yaitu (a) pelatihan, (b) sosialisasi, dan (c) supervisi klinis. Selain itu, guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa, misalnya kompetensi berbicara diujikan secara tertulis. Berdasarkan kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) 2011 yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca siswa kelas IV sekolah dasar di Indonesia berada pada urutan terakhir dari 45 negara di dunia. Subtansi yang diteskan terkait dengan kemampuan siswa menjawab beragam
6
proses pemahaman, pengula-ngan, pengintegrasian, dan penilaian atas teks yang dibaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa Indonesia mampu menjawab butir soal level sempurna (0,1%), mampu menjawab butir soal level tinggi 4%, mampu menjawab butir soal level sedang 28%, dan mampu menjawab butir soal level lemah 66%. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan masih rendah, karena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran (Pusat Penilaian Badan Penelitian Kemendikbud). Fenomena permasalahan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut, merupakan gambaran yang terjadi di kelas V sekolah dasar di Gugus Sultan Agung Pucakwangi Kabupaten Pati. Hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas V, saat pembelajaran bahasa Indonesia ditemukan beberapa permasalahan yaitu seringkali pengajaran membaca hanya untuk kepentingan praktis yakni siswa mampu menjawab pertanyaan berdasarkan isi karya sastra sehingga kemampuan apresiasi sastra siswa masih kurang. Selain tingkat apresiasi siswa kurang, pemahaman siswa terhadap isi bacaan secara menyeluruh juga kurang, karena siswa hanya konsen membaca untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang ada. Masalah lain yang ditemukan yaitu: (1) siswa merasa kesulitan dalam memahami makna yang terkandung dalam suatu karya sastra; dan (2) minat atau motivasi membaca siswa yang masih rendah. Hal ini dapat disebabkan karena pada era sekarang jarang sekali orang tua yang membiasakan bercerita atau mendongeng kepada anaknya. Padahal melalui cerita/dongeng yang dibacakan sebelum tidur akan meningkatkan kecerdasan emosional anak dan rasa
7
ingin tahu yang tinggi. Hilangnya kebiasaan orang tua tersebut mengakibatkan anak kesulitan memahami makna yang terkandung dalam suatu cerita dan malas untuk membaca cerita karena tidak terbiasa membaca atau mendengarkan cerita. Sehingga anak juga akan kesulitan dalam kegiatan apresiasi cerita. Sesuai dengan masalah tersebut dan mengingat pentingnya peranan ke empat keterampilan berbahasa, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Permasalahan mengenai kualitas pembelajaran bahasa Indonesia yang masih belum optimal tersebut terutama pada keterampilan membaca pemahaman merupakan masalah yang perlu diketahui sebab dan/atau akibatnya karena keterampilan membaca pemahaman merupakan aspek yang sangat penting dan berpengaruh bagi mata pelajaran yang lainnya. Peneliti akan mengidentifikasi sebab dan/atau akibat dari masalah keterampilan membaca siswa untuk mengetahui akar permasalahan pada pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dengan cara mengidentifikasi pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam aspek keterampilan membaca pemahaman dan apresiasi cerita pendek. Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah penelitian yang dilakukan Oleh Rabiatul Adawiyah, dkk tahun 2013 dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Diskusi Siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli”. Hasil penelitiannya pada pelaksanaan tindakan siklus
8
I ketuntasan klasikal siswa adalah 60% (12 orang siswa yang tuntas hasil belajar), tetapi hal tersebut belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan, yaitu tuntas secara klasikal bila mencapai = 75% atau memperoleh skor = 65. Pada tindakan siklus II, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 100% dengan perolehan nilai semua siwa (20 siswa) sudah mencapai skor = 65. Dengan demikian, kemampuan membaca pemaha-man siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli dapat ditingkatkan melalui metode diskusi. Penelitian lain yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Suhartiningsih tahun 2012 dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi”. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (1) 80% dari siswa bisa menemukan unsur-unsur yang membentuk cerita dengan benar, (2) 75% dari siswa dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dengan benar, dan (3) 80% dari siswa bisa memberikan tanggapan tertulis tentang isi cerita dengan bahasa kronologis yang mudah dipahami. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Ombra A. Imam, dkk tahun 2013 dengan judul “Correlation between Reading Comprehension Skills and Students’ Performance in Mathematics”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor secara signifikan berkorelasi dengan nilai koefisien korelasi berikut: Pemahaman Membaca 0,670 dan Matematika 0,596. Tes ditetapkan pada tingkat signifikansi 0,05. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa tidak memiliki kaitan langsung pada kinerja matematika mereka secara keseluruhan menyiratkan bahwa
9
faktor lain yang tidak berhubungan dengan membaca harus dieksplorasi untuk menjelaskan kinerja yang buruk siswa dalam matematika. Kemampuan apresiasi cerita pendek yang memadai, dapat dimiliki oleh siswa jika siswa mempunyai kemampuan membaca yang baik. Oleh karena itu, untuk memastikan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan apresiasi cerita pendek siswa sekolah dasar perlu diadakan penelitian. Mengingat cakupan karya sastra itu luas dan banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kemampuan apresiasi sastra yaitu: 1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur keindahan yang terdapat dalam cipta sastra; 2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan kemanusiaan; 3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan; dan 4) pemahaman terhadap unsurunsur instrinsik, maka tidak mungkin seluruh masalah dibahas di dalam penelitian ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembatasan masalah. Genre karya sastra yang dijadikan objek kajian adalah cerita pendek (cerpen), sedangkan faktorfaktor yang dipandang dominan dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca pemahaman. Jadi, dalam penelitian ini kemampuan apresiasi cerita pendek dipandang sebagai variabel terikat; sedangkan faktor yang lain, yakni faktor kemampuan membaca pemahaman dijadikan variabel bebas. Berdasarkan ulasan latar belakang, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan topik yang sama mengenai kemampuan membaca pemahaman dengan sasaran siswa sekolah dasar, maka peneliti akan mengkaji melalui
10
penelitian
korelasional
dengan
judul
“Pengaruh Kemampuan
Membaca
Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”.
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati?
1.3
TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui adakah pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1
Manfaat Teoretis
1.4.1.1 Memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. 1.4.1.2 Memperluas khasanah pengetahuan guru tentang pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
11
1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran guru tentang pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 1.4.2.2 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam kehidupan praktek belajar mengajar yang sesungguhnya. 1.4.2.3 Bagi Pembaca Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
KAJIAN TEORI
2.1.1
Hakikat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Belajar Winataputra (2008:1.4), belajar sebagai proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami, sedangkan pakar pendidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologispedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang sengaja diciptakan. Daryanto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sardiman (2012:20) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:66) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
12
13
Ada tiga unsur utama dalam konsep belajar yaitu: (1) belajar berkaitan dengan perubahan perilaku; (2) perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman; (3) perubahan perilaku karena belajar bersifat permanen. Ciri-ciri belajar menurut William Burton (dalam Hamalik, 2013:31) diantaranya yaitu: (1) proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui; (2) proses itu mulai bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu; (3) pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid; (4) pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu; (5) proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan; (6) proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaanperbedaan individual di kalangan murid-murid. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka hakikat belajar yaitu proses yang dilalui seseorang untuk membangun pemahaman dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diperoleh dari pengalaman dan pengetahuannya. Proses belajar didapatkan dari beberapa sumber belajar, yaitu salah satunya adalah pendidikan formal di sekolah. Proses belajar di sekolah dilakukan dalam suatu pembelajaran setiap mata pelajaran yang telah ditetapkan. 2.1.1.2 Pengertian Pembelajaran Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses interaksi yang sengaja dilakukan antara pendidik dengan siswa ke arah yang lebih baik dengan menggunakan sumber belajar dan
14
lingkungan yang dapat memudahkan siswa mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk mendukung meningkatkan kualitas belajar pada diri siswa. Pengertian pembelajaran tersebut didukung oleh Winataputra (2008:1.18), pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan meningkatkan intensitas serta kualitas belajar pada diri siswa. Menurut UndangUndang No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 20 tentang Sisdiknas (Sisdiknas 2011:5), pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yakni interaksi, siswa, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2012:158), pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa ini dirancang agar siswa memperoleh informasi yang nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hamdani (2011:71), pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Jadi pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta antarsiswa. Salah satu pembelajaran yang sangat penting dalam proses interaksi antara guru dan siswa serta antarsiswa adalah bahasa Indonesia, karena proses interaksi akan berjalan dengan lancar jika menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga terjadi hubungan timbal balik yang baik juga.
15
2.1.2
Hakikat Bahasa Indonesia dan Keterampilan Berbahasa Indonesia
2.1.2.1 Pengertian Bahasa Indonesia Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama. Manusia harus mengadakan interaksi sosial untuk dapat hidup dengan sesamanya, karena interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Syarat terjadinya Interaksi sosial yaitu adanya kontrak sosial dan komunikasi. Kontrak sosial merupakan tahap pertama terjadinya interaksi sosial. Oleh sebab itu, manusia harus memiliki alat komunikasi yang disebut bahasa. Jadi hakikat bahasa dapat dimaksudkan bahasa menjadi alat komunikasi yang diperlukan dalam komunikasi antar manusia sebagai makhluk sosial. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi negara kita. Dalam penggunaannya, bahasa Indonesia mempunyai beberapa aturan yang harus ditaati agar kita bisa menggunakannya dengan baik dan benar. Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki peran sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan. Keraf (dalam Faisal, 2009:1.4), bahasa meliputi dua bidang yaitu: (1) bunyi yang dihasilkan oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi; dan (2) bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengar kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung
16
di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Sehingga Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, yang berupa lambang bunyi suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. 2.1.2.2 Fungsi Bahasa Indonesia Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, baik komunikasi secara lisan maupun tulis. Sehubungan dengan hal tersebut, Santosa (dalam Faisal, 2009:1.6) berpendapat bahwa bahasa sebagai alat komunikasi memiliki fungsi sebagai berikut. 1.
Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal-balik antaranggota keluarga ataupun anggota-anggota masyarakat.
2.
Fungsi ekspresi diri, bahasa sebagai alat ekspresi diri berarti dengan bahasa manusia dapat menyatukan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam pikiran manusia untuk mengekspresikan diri.
3.
Fungsi integrasi dan adaptasi sosial, bahasa sebagai alat integrasi, bahasa memungkinkan setiap penuturannya merasa diri terikat dalam kelompok sosial atau masyarakat yang menggunakan bahasa yang sama, para anggota kelompok itu dapat melakukan kerja sama dan membentuk masyarakat. Bahasa yang sama yang memungkinkan mereka bersatu atau berintegrasi di dalam masyarakat tersebut.
4.
Fungsi kontrol sosial, bahasa dapat digunakan untuk mengatur berbagai aktivitas sosial, merencanakan berbagai kegiatan, dan mengarahkan kedalam suatu tujuan yang di inginkan. Bahasa pula yang dilakukan oleh seseorang.
17
Segala kegiatan atau aktivitas dapat berjalan dengan baik apabila diatur atau dikontrol dengan bahasa. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai: (1) lambang kebangsaan; (2) lambang identitas nasional; (3) alat penghubung antarwarga, antardaerah dan antarbudaya; dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Sedangka sebagai bahasa negara, bahasa indonesia berfungsi sebagai: (1) bahasa resmi kenegaraan; (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan; (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan; dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. 2.1.2.3 Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar perlu dilaksanakan dengan benar. Kridalaksana (dalam Doyin dan Wagiran, 2012:1), bahasa Indonesia merupakan salah satu ragam bahasa melayu. Bahasa Indonesia memiliki peran sebagai alat komunikasi dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan sebagai bahasa resmi dalam penyelenggaraan kehidupan negara dan pemerintahan, tetapi juga sebagai bahasa pengantar pada jenis dan jenjang pendidikan. Keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa dari sekolah dasar adalah keterampilan berbahasa yang baik, karena bahasa merupakan modal terpenting bagi manusia. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (dalam Susanto, 2015:245), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan
18
untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Zulela (2013:4) menyatakan bahwa Standar Kompetensi pembelajaran bahasa
Indonesia di
SD merupakan kualifikasi
minimal
siswa,
yang
menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat: 1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan cepat dan efektif dalam berbagai tujuan. 4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. Susanto (2015:242), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar tidak terlepas dari empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
19
membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain dengan menggunakan bahasa sebagai
media, baik
berkomunikasi
menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis. 2.1.2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia Peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
No.
22
Tahun
2006
mengemukakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi: (a) aspek mendengarkan; (b) aspek berbicara; (c) aspek membaca; dan (d) aspek menulis (BSNP 2006:232). Sejalan dengan pendapat Doyin dan Wagiran (2009:11), keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang saling berhubungan yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); (4) keterampilan menulis (writing skills). Pemerolehan keempat keterampilan berbahasa tersebut melalui urutan yang teratur. Keterampilan menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat alamiah yang didapatkan melalui peniruan yang bersifat alamiah dan langsung dalam proses komunikasi. Keterampilan membaca dan menulis diperoleh secara sengaja melalui proses belajar dan digunakan dalam komunikasi tertulis secara tidak langsung.
1. Keterampilan Menyimak (listening skills)
20
Logan (dalam Santosa, 2007:6.31), menyimak dapat dilihat dari berbagai segi. Menyimak dapat dipandang sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai seni, sebagai suatu proses, sebagai suatu respons atau sebagai suatu pengalaman kreatif. 2. Keterampilan Berbicara (speaking skills) Brown dan Yule (dalam Santosa, 2007:6.34), berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan. 3. Keterampilan Membaca (reading skills) Santosa (2007:6.3), membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas mental dan fisik dalam usaha memahami bacaan. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari kegiatan membaca yang dilakukan saat membaca. 4. Keterampilan Menulis (writing skills) Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, melainkan melalui proses belajar dan berlatih. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, kosa-kata, struktur kalimat, pengembangan paragraf, dan logika berbahasa. Dalam berbahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang dipelajari secara berurutan yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan berbahasa
21
tersebut dapat diperoleh secara alamiah dan melalui proses belajar. Salah satu keterampilan yang diperoleh melalui proses belajar adalah keterampilan membaca. Jadi keterampilan berbahasa Indonesia yang akan diteliti pada penelitian ini adalah keterampilan membaca. 2.1.3
Hakikat Membaca
2.1.3.1 Pengertian Membaca Salah satu keterampilan berbahasa Indonesia yang sangat penting adalah membaca. Tarigan (2008:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca adalah suatu usaha untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan. Somadayo (2011:3), membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting di samping tiga keterampilan lainnya. Hal ini karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia lain yang diinginkan sehingga manusia bisa memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan. Somadayo juga mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek melibatkan kegiatan membaca dan kemampuan membaca juga merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Klein, dkk (dalam Rahim, 2011:3), membaca mencakup: pertama, membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks atau
22
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Ketiga, membaca interaktif. Keterlibatan membaca dengan teks tergantung pada konteks. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses memahami kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan, sehingga pembaca mampu memahami isi teks yang dibacanya dan pada akhirnya dapat merangkum isi teks yang bacaan tersebut dengan menggunakan bahasa sendiri. Dalman (2014:5), membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterprestasi-kan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Berdasarkan beberapa definisi membaca di atas, maka membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna. Kegiatan membaca sangat ditentukan oleh kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri, agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
23
2.1.3.2 Tujuan Membaca Setiap kegiatan membaca, pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai oleh pembacanya. Tujuan membaca dapat dicapai sesuai dengan kepentingan pembaca. Dalam hal ini, teks bacaan (fiksi atau nonfiksi) yang digunakan untuk membaca perlu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pembaca perlu mencari teks yang sesuai dengan tujuan membacanya. Tarigan (2008:9), tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan membaca adalah sebagai berikut. 1.
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus; atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2.
Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3.
Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian
cerita,
apa
yang
terjadi
mula-mula
pertama,
kedua,
dan
24
ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urusan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). 4.
Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitaskualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5.
Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasi (reading to classify).
6.
Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7.
Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).
25
Tampubolon (dalam Haryadi, 2012:15), tujuan umum membaca ada tiga jenis, yaitu untuk studi, usaha, dan kesenangan. Membaca untuk studi ialah membaca untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah studi untuk memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu atau disiplin yang ditekuninya. Membaca untuk usaha ialah membaca untuk menemukan dan memahami berbagai informasi yang terkait dengan usaha yang dilaksanakan. Membaca untuk kesenangan ialah membaca untuk mengisi waktu luang atau senggang dan memuaskan perasaan dan imajinasi. Tujuan membaca yang telah dijelaskan tersebut dapat tercapai jika menggunakan teknik membaca yang tepat. 2.1.3.3 Teknik Membaca Pada
dasarnya,
membaca
bertujuan
mendapat
informasi.
Untuk
menemukan informasi fokus secara efisien, ada beberapa teknik membaca yang digunakan, yaitu: 1.
Baca-pilih (selecting) ialah bahwa pembaca memilih bahan bacaan dan/atau bagian (bagian-bagian) bacaan yang dianggapnya relevan, atau berisi informasi fokus yang ditentukannya.
2.
Baca-lompat (skipping) ialah bahwa pembaca dalam menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagianbagian lain.
3.
Baca-layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagiannya.
26
4.
Baca-tatap (scanning) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar (Dalman 2014:15). Setelah menentukan teknik yang akan digunakan dalam proses membaca,
maka pembaca juga harus menentukan jenis/cara membaca yang disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan pembaca itu sendiri. 2.1.3.4 Jenis Membaca Berdasarkan teknik membaca yang sudah dijelaskan di atas, maka terdapat dua macam jenis membaca yang dapat diterapkan saat kegiatan membaca, yaitu: 1.
Membaca Nyaring Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara
atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak terbata-bata, membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas. 2.
Membaca Senyap (dalam hati) Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa
gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik, menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati, dan dapat
27
menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan itu. Membaca senyap dapat dibagi atas: 1). Membaca Ekstensif Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ekstensif meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. a.
Membaca Survei Membaca survei adalah jenis membaca dengan memeriksa, meneliti indeks, bagan, skema, dan buku yang bersangkutan.
b.
Membaca Sekilas Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi penerangan.
c.
Membaca dangkal Membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan.
2). Membaca Intensif Membaca intensif adalah studi saksama, telaah, teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Membaca intensif dibedakan atas membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. a.
Membaca telaah isi terdiri atas: a). Membaca teliti
28
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka seringkali seseorang perlu membaca dengan teliti bahan yang disukai. b). Membaca pemahaman Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, dan pola-pola fiksi. c). Membaca kritis Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik makna baris-baris, makna antarbaris, maupun makna balik baris. d). Membaca ide Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh, serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan. e). Membaca kreatif Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekadar menangkap makna tersurat, makna antarbaris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kehidupan sehari-hari. b. Membaca telaah bahasa terdiri atas: a). Membaca bahasa Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosakata. b). Membaca sastra
29
Dalam membaca sastra, perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan bahasa dalam karya sastra agar dapat membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra (Dalman 2014:63). Dalam kegiatan membaca, untuk memperoleh informasi yang lengkap dapat menggunakan jenis membaca intensif. Pada penelitian ini akan memfokuskan pada jenis membaca intensif khususnya membaca telaah isi yaitu membaca pemahaman. 2.1.4
Hakikat Kemampuan Membaca Pemahaman
2.1.4.1 Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman Hal yang paling penting dalam kegiatan membaca ialah kemampuan seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut dengan kemampuan membaca pemahaman. Tarigan (2008:56), membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standarstandar atau norma kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama) serta pola-pola fiksi (patterns of ficion). Somadayo (2011:10), membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Dengan demikian, terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu: (1) pengetahuan
dan
pengalaman
yang
telah
dimiliki
tentang
topik;
(2)
menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca; dan (3) proses memperoleh makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
30
Dalman (2014:87), membaca pemahaman merupakan keterampilan yang berada pada urutan paling tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Berdasarkan pendapat di atas, maka kemampuan membaca pemahaman ialah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca. 2.1.4.2 Tujuan Membaca Pemahaman Selain untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya, membaca pemahaman juga mempunyai tujuan lainnya. Tarigan (2008:117), tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaanpertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2) masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh. Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari
31
teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, maka tujuan membaca pemahaman adalah untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya. Tujuan membaca pemahaman tersebut dapat dicapai jika pembaca mengetahui jenis membaca pemahaman secara menyeluruh. 2.1.4.3 Jenis-jenis Membaca Pemahaman Dalam proses membaca, pembaca menggunakan beberapa jenis membaca pemahaman, yaitu: 1.
Pemahaman Literal Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat sehingga pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam, yakni makna-makna tersiratnya, baik tataran antarbaris, apalagi makna yang terletak di balik barisnya.
2.
Pemahaman Interpretasi Burns menyatakan bahwa membaca interprestasi merupakan suatu proses pelacakan gagasan yang disampaikan secara tidak langsung. Dalam membaca interpretasi, pembaca memainkan peran yang aktif untuk membangun makna dari apa yang dinyatakan di dalam teks.
32
3.
Pemahaman Kritis Membaca kritis menurut Rubin merupakan tingkat pemahaman dan lebih tinggi dari dua kategori sebelumnya karena tingkat ini melibatkan evaluasi pribadi, dan kebenaran apa yang dibaca. Membaca kritis merupakan kemampuan pembaca untuk mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat maupun makna tersirat.
4.
Pemahaman Kreatif Membaca kreatif merupakan tingkatan tertinggi dari kemampuan membaca seseorang. Artinya, pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat, makna antarbaris, dan makna di balik baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari (Somadayo 2011:19).
2.1.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman Syafi’ie (dalam Somadayo, 2011:27), faktor yang berpengaruh terhadap proses pemahaman siswa terhadap suatu bacaan adalah penguasaan struktur wacana/teks bacaan. Proses pemahaman tidak datang dengan sendirinya, melainkan memerlukan aktifitas berpikir yang terjadi melalui kegiatan menghubungkan
pengetahuan-pengetahuan
yang
relevan
yang
dimiliki
sebelumnya. Sedangkan Ebel mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapat dicapai oleh siswa dan perkembangan minat bacanya tergantung pada faktor: a) siswa yang bersangkutan; b) keluarganya; c) kebudayaan-nya; dan d) situasi sekolah.
33
Pada umumnya, faktor kemampuan membaca yang dimaksud disini adalah ditujukan oleh pemahaman seseorang pada bacaan yang dibacanya dan tingkat kecepatan yang dimilikinya. Adapun faktor-faktor yang dimaksud antara lain: 1. Tingkat intelegensia, membaca pada hakekatnya proses berpikir dan memecahkan masalah. 2. Kemampuan berbahasa, seseorang yang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit memahami bacaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah keterbatasan kosakata yang dimilikinya. 3. Sikap dan minat, sikap ditunjukan oleh rasa senang dan tidak senang, sedangkan
minat
merupakan
keadaan
dalam
diri
seseorang
untuk
mendorongnya melakukan sesuatu. 4. Keadaan bacaan, tingkat kesulitan yang dikupas, aspek perwajahan, atau desain halaman-halaman buku, besar kecilnya huruf, dan sebagainya. 5. Kebiasaan membaca, seseorang menentukan waktu atau kesempatan membaca yang disediakan sebagai sebuah kebutuhan. 6. Pengetahuan tentang cara membaca, pengetahuan untuk menemukan ide pokok secara cepat, menangkap kata-kata kunci secara cepat, dan lain sebagainya. 7. Latar belakang sosial, ekonomi, budaya, seseorang akan kesulitan dalam menangkap isi bacaan jika bacaan yang dibacanya memiliki latar belakang kebudayaannya. 8. Emosi, keadaan emosi yang berubah akan mempengaruhi membaca seseorang. 9. Pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. 2.1.4.5 Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pemahaman
34
Tujuan utama dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran membaca pemahaman meliputi: 1.
Tahap Prabaca Pelaksanaan
kegiatan
prabaca
adalah
kegiatan
pengajaran
yang
dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Guru perlu mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Kegiatan pembelajaran pada tahap prabaca adalah membangkitkan skemata siswa tentang topik sehingga siswa dapat menggunakan pengetahuan dan pengalaman latarnya. Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada tahap ini adalah mengajukan sejumlah pertanyaan tentang topik, kemudian siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan menghubungkan latar pengalaman yang dimiliki. 2.
Tahap Saat Baca Kegiatan saat baca dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan
memonitor pemahaman siswa terhadap bacaan dengan cara memusatkan perhatian siswa terhadap bacaan yang disediakan oleh guru maupun bacaan yang dipilih siswa sendiri. Rubin menyatakan bahwa pada saat ini, kegiatan saat baca dilakukan dengan cara guru mendorong terjadinya diskusi tentang materi bacaan.
3.
Tahap Pascabaca
35
Burns, dkk mengemukakan bahwa kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Pada kegiatan ini, siswa diberi kesempatan mengembangkan belajar mereka dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan atau menginginkan informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan dimana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut. Setelah itu, mereka membaca tentang topik dan berbagai temuannya dengan teman-temannya (Somadayo 2011:35). 2.1.4.6 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pemahaman bacaan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dan merupakan alat ukur untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menguasai keterampilan membaca. Siswa dituntut untuk dapat memahami bacaan dengan cara menentukan informasi, baik yang tersurat maupun yang tersirat serta memahami kosa kata tertentu dalam bacaan sesuai indikator pembelajaran yang telah ditetapkan. Tetapi pada kenyataannya ditemukan beberapa permasalahan yang menjadi kendala dari pembelajaran membaca pemahaman, yaitu sebagai berikut. 1.
Masih kurangnya budaya membaca siswa di sekolah maupun di rumah.
2.
Ketersediaan buku bacaan untuk anak-anak yang masih kurang.
3.
Guru banyak mengalami kesulitan dalam memahami kurikulum untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pembelajaran.
36
4.
Guru belum menguasai penilaian yang sesuai dengan karakteristik keterampilan berbahasa.
5.
Pengawasan dan perhatian orang tua yang perlahan menghilang terhadap perkembangan pendidikan anak. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran membaca
pemahaman di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. 1.
Memberikan motivasi kepada siswa dengan menciptakan kegiatan membaca yang menyenangkan dan rutin, sehingga siswa mempunyai minat untuk membaca dan budaya membaca dapat berjalan secara aktif.
2.
Melengkapi buku-buku bacaan di perpustakaan sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
3.
Perlu adanya seminar atau workshop peningkatan kinerja guru, khususnya tentang perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian keterampilan berbahasa.
4.
Perlu adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua tentang perkembangan pendidikan anak di sekolah.
2.1.4.7 Pengukuran Kemampuan Membaca Pemahaman Pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, siswa perlu dilatih secara intensif untuk memahami suatu teks bacaan. Menurut Dalman (2014:9) yang perlu diuji dalam kemampuan memahami isi bacaan yaitu meliputi: a.
Memahami makna kata-kata yang dibaca;
b.
Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat;
c.
Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca;
37
d.
Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca;
e.
Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dibaca, dan menarik kesimpulan dari suatu wacana yang dibaca;
f.
Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri;
g.
Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri di depan kelas. Penilaian kemampuan membaca yang bertujuan untuk mengukur
kompetensi siswa dalam memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan dapat dilakukan dengan melihat ikhtisar kemampuan membaca. Farr (dalam Djiwandono, 2011: 117) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami bacaan untuk siswa SD sebagai berikut. a.
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana,
b.
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya,
c.
Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana, dan
d.
Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Dari keempat kemampuan tersebut, indikator dalam kemampuan membaca
pemahaman dalam penelitian ini akan dijelaskan pada masing-masing indikator, yaitu: a.
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana Siswa dapat mengerti makna kata-kata sulit (yang tidak biasa digunakan) dalam cerita.
38
b.
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya Siswa dapat menjelaskan keruntutan cerita antar bagian satu dengan bagian lain dan dapat memberikan sebuah kesimpulan.
c.
Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana Siswa dapat menjelaskan pokok pikiran paragraf dalam cerita pendek.
d.
Mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Burns
(dalam
Somadayo,
2011:39),
tes
kemampuan
membaca
dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa mamahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya dipertimbangkan dari beberapa segi, yaitu: 1.
Tingkat Kesulitan Wacana Tingkat kesulitan wacana terutama ditentukan oleh kekomplekan kosakata dan struktur. Wacana yang baik untuk bahan tes kemampuan membaca adalah wacana yang tingkat kesulitannya sedang, atau yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Tingkat kesulitan wacana biasanya ditentukan oleh jumlah dan/atau tingkat kesulitan kosakata. Tingkat kesulitan kosakata yang ditentukan berdasarkan frekuensi pemunculannya. Tingkat kesulitan wacana dapat dilihat dari tingkat kesulitan dan jumlah kosakata yang dipergunakan.
2.
Isi Wacana Secara pedagogis, bacaan yang baik adalah yang sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa, dan kebutuhan atau menarik perhatian siswa.
39
3.
Panjang Pendek Wacana Wacana yang diteskan sebaiknya tidak terlalu panjang. Wacana pendek yang dimaksudkan dapat berupa satu atau dua alenia, kira-kira 50 sampai 100 kata.
4.
Bentuk-bentuk Wacana Wacana yang digunakan adalah berbentuk prosa (narasi), dialog (drama), ataupun puisi. Pada umumnya wacana yang berbentuk prosa banyak dipergunakan orang, tetapi jika dimanfaatkan secara tepat, ketiga bentuk wacana tersebut dapat sama-sama efektif. Nurgiyantoro (2014:376), penilaian hasil membaca pemahaman dapat
dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi membaca dibagi dalam dua cara, yaitu: a.
Tes Kompetensi Membaca dengan Merespon Jawaban Tes kompetensi membaca dengan cara ini mengukur kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal yang biasa digunakan adalah pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih opsi jawaban.
b.
Tes Kompetensi Membaca dengan Mengonstruksi Jawaban Tes kompetensi membaca dengan cara ini tidak sekedar meminta siswa memilih jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia, akan tetapi siswa harus mengemukakan jawaban sendiri dengan mengkreasikan bahasa berdasarkan informasi yang diperoleh dari wacana yang diteskan. Dalam mengerjakan tes ini, siswa dituntut untuk memahami wacana, dan
40
berdasarkan pemahamannya itu kemudian siswa mengerjakan tugas yang diberikan. Tugas dalam bentuk ini merupakan tugas otentik yang menuntut siswa untuk berunjuk kerja secara aktif produktif. Dengan demikian, tes kompetensi membaca yang semula bersifat reseptif diubah menjadi tugas reseptif dan produktif. Berdasarkan pemaparan di atas, tes yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif yang mampu menampung banyak soal dan lebih efektif, serta jenis bacaan yang digunakan adalah teks sastra. 2.1.5
Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Sastra
2.1.5.1 Pengertian Sastra dan Sastra Anak Tujuan dari membaca pemahaman adalah agar siswa memahami makna isi bacaan secara menyeluruh sehingga siswa mampu melakukan apresiasi sastra. Sastra merupakan bagian dari kesenian yang dapat memberikan kesenangan, hiburan, kebahagiaan pada manusia. Untuk itu, maka manusia ingin mewujudkan keindahan itu dalam bentuk, seperti: seni tari, mewujudkan keindahan gerak tubuh manusia; seni rupa, mewujudkan keindahan bentuk benda dan susunannya; seni sastra, mewujudkan keindahan bentuk keindahan susunan bahasa; dan masih banyak seni lainnya. Sastra berhubungan dengan penciptaan dan ungkapan pribadi (ekspresi). Jadi sastra merupakan bagian kecil dari kebutuhan hidup manusia yang berupa perwujudan dari rasa seni dan keindahan yang menjadikan bahasa sebagai
41
media. Keindahan karya sastra terletak pada pengolahan bahan pokoknya melalui bahasa. Jadi sastra adalah seni, bukanlah ilmu pengetahuan (Zulela 2013:18). Dalam bahasa Indonesia, karya sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni berasal dari akar kata sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai “mengarahkan”, “mengajar”, dan “memberi petunjuk atau intruksi”. Akhiran –tra menunjukkan alat berdasarkan kata dalam bahasa Sansekerta, diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, dan buku instruksiatau pengajaran (Rosdiana 2008:5.3). Sedangkan sastra siswa merupakan suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja, atau oleh siswa itu sendiri. Dalam segi bahasa, sastra siswa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan siswa (Faisal, dkk 2009:7.4). Rosdiana (2008:5.3) mendeskripsikan sastra anak adalah sastra yang disampaikan dalam bentuk lisan maupun tulisan, baik berupa prosa, puisi, maupun drama, dan berisi pelajaran moral untuk siswa, serta ditulis oleh orang tua. Berdasarkan pendapat di atas, maka sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan ungkapan perasaan atau emosi yang spontan dan mampu mengungkapkan aspek estetika baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna. Sedangkan sastra anak merupakan karya sastra yang ditujukan untuk siswa dan mengandung nilai-nilai moral yang ditulis oleh orang dewasa, remaja, maupun siswa. Salah satu hal penting dalam pembelajaran membaca karya sastra adalah apresiasi sastra, karena siswa dapat mengenal,
42
memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra, serta dapat menyerap nilainilai yang terkandung dalam karya sastra. 2.1.5.2 Pengertian Apresiasi Sastra Upaya pemahaman unsur-unsur bacaan sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah membaca. Jadi untuk mengetahui pemahaman terhadap unsur-unsur sastra, perlu adanya kegiatan apresiasi. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”. Dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminuddin, 2013:34) mengandung makna: (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin; dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Selain itu, Squire dan Taba berkesimpulan bahwa sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yakni: (1) aspek kognitif; (2) aspek emotif; dan (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca dalam upaya memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif. Aspek emotif berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca dalam upaya menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca. Aspek evaluatif berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian terhadap baikburuk, indah-tidak indah, sesuai-tidak sesuai serta sejumlah ragam penilaian lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik, tetapi secara personal cukup dimiliki oleh pembaca. Berdasarkan pendapat Squire dan Taba tersebut, indikator dalam kemampuan apresiasi ini meliputi tiga unsur inti apresiasi yang telah dikembangkan lagi oleh peneliti.
43
Effendi mengemukakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Jadi kegiatan apresiasi dapat tumbuh dengan baik apabila pembaca mampu menumbuhkan rasa akrab dengan teks sastra yang diapresiasinya, menumbuhkan sikap sungguh-sungguh serta melaksanakan kegiatan apresiasi itu sebagai bagian dari hidupnya, sebagai suatu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya (Aminuddin 2013:35). Bentuk apresiasi sastra yang diharapkan dapat berwujud kegiatan langsung maupun kegiatan tak langsung. Apresiasi sastra secara langsung adalah kegiatan membaca untuk menikmati cipta sastra berupa teks maupun performansi secara langsung. Kegiatan membaca suatu teks sastra secara langsung itu dapat terwujud dalam perilaku membaca, memahami, menikmati, serta mengevaluasi teks sastra, baik yang berupa cerpen, novel, roman, naskah drama, maupun teks sastra yang berupa puisi. Sedangkan kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung itu dapat ditempuh dengan cara mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan kesastraan, baik di majalah maupun di koran, mempelajari buku-buku maupun essay yang membahas dan memberikan penilaian terhadap suatu karya sastra serta mempelajari sejarah sastra (Aminuddin, 2013:36). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan
44
yang diungkapkan oleh pengarang. Sedangkan apresiasi sastra anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra sehingga tumbuh pemahaman, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, kepekaan perasaan yang baik bagi siswa terhadap karya sastra anak. Apresiasi sastra sangat bermanfaat bagi siswa, karena dapat melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi dan menambah wawasan dan pengetahuan baru kepada siswa. 2.1.5.3 Manfaat Mengapresiasi Sastra Sebagai sesuatu yang mengandung berbagai aspek, manfaat yang diperoleh seseorang sewaktu atau setelah membaca sastra dibedakan menjadi dua ragam, yaitu: 1.
Manfaat secara Umum Sebagian besar masyarakat peminat atau pembaca sastra melakukan kegiatan membaca hanya untuk mendapatkan hiburan dan pengisi waktu luang. Sedangkan menurut Olsen, cipta sastra pada dasarnya mampu memberikan man-faat yang lebih bernilai dari sekedar pengisi waktu luang atau pemberi hiburan.
2.
Manfaat secara Khusus Manfaat yang akan diperoleh oleh seorang pembaca sehubungan dengan upaya pencapaian tujuan-tujuan tertentu yaitu: (1) dapat dijadikan pengisi waktu luang; (2) pemberian atau pemerolehan hiburan; (3) untuk mendapatkan informasi; (4) media pengembang dan pemerkaya pandangan kehidupan; (5) memberikan pengetahuan nilai sosio-kultural dari zaman atau masa karya sastra itu dilahirkan (Aminuddin 2013:60).
45
Manfaat lain dari apresiasi sastra menurut Moody dan Leslie (dalam Faisal, 2009:7.6) yaitu: (1) melatih keempat keterampilan berbahasa; (2) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi; (4) membantu pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru. 2.1.5.4 Pendekatan dalam Apresiasi Sastra Pendekatan sebagai prinsip dasar atau landasan yang digunakan oleh seseorang sewaktu mengapresiasi karya sastra dapat bermacam-macam. Berdasarkan dari tujuan dan apa yang akan diapresiasi, pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan yaitu: 1.
Pendekatan Parafrastis dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan parafrastis adalah strategi pemahaman kandungan makna dalam suatu cipta sastra dengan jalan mengungkapkan kembali gagasan yang disampaikan pengarang dengan menggunakan kata-kata maupun kalimat yang digunakan pengarangnya. Tujuan akhir dari penggunaan pendekatan parafrastis adalah untuk menyederhanakan pemakaian kata atau kalimat seorang pengarang sehingga pembaca lebih mudah memahami kandungan makna yang terdapat dalam suatu cipta sastra.
2.
Pendekatan Emotif dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengaduk emosi dan perasaan pembaca. Prinsip-prinsip dasar adanya pendekatan emotif adalah pandangan bahwa cipta sastra
46
merupakan bagian dari karya seni yang hadir di hadapan masyarakat pembaca untuk dinikmati sehingga mampu memberikan hiburan dan kesenangan. 3.
Pendekatan Analitis dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan analitis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami gagasan, cara pengarang atau mengimajinasikan ide-idenya, sikap pengarang dalam menampilkan gagasan-gagasannya, elemen intrinsik dan mekanisme hubungan dari setiap elemen intrinsik itu sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk maupun totalitas maknanya.
4.
Pendekatan Historis dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan historis adalah suatu pendekatan yang menekankan pada pemahaman tentang biografi pengarang, latar belakang peristiwa kesejarahan yang melatar-belakangi masa-masa terwujudnya cipta sastra yang dibaca, serta tentang bagaimana perkembangan kehidupan penciptaan maupun kehidupan sastra itu sendiri pada umumnya dari zaman ke zaman.
5.
Pendekatan Sosiopsikologis dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial-budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan.
6.
Pendekatan Didaktis dalam Mengapresiasi Sastra Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan dan memahami gagasan, tanggapan evaluatif maupun sikap pengarang terhadap
47
kehidupan. Penerapan pendekatan didaktis akan menuntut daya kemampuan intelektual, kepekaan rasa, maupun sikap yang mapan dari pembacanya (Aminuddin 2013:40). 2.1.5.5 Jenis-jenis Karya Sastra Jenis sastra merupakan hasil dari klasifikasi terhadap bentuk dan isi dari karya sastra. Berdasarkan bentuknya, karya sastra terbagi atas prosa, puisi, dan drama. 1.
Prosa Surana (dalam Faisal, 2009:7.16), prosa adalah bentuk karangan sastra
dengan bahasa biasa, bukan puisi, terdiri atas kalimat-kalimat yang jelas pula runtutan pemikirannya, biasanya ditulis satu kalimat setelah yang lain, dalam kelompok-kelompok yang merupakan alenia-alenia. Sedangkan prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin 2013:66). Karya sastra berbentuk prosa dapat berupa novel, roman, novelet, cerpen, dan beberapa istilah lain, yang berisi sebuah cerita tentang kehidupan khusus untuk anak-anak bisa dikelompokkan ke dalam cerita anak-anak. Sebuah karya prosa dibangun oleh unsur-unsur yang saling mendukung, yaitu: tokoh, tema, alur, latar, gaya, dan pusat pengisahan (Rosdiana 2008:5.18). Unsur intrinsik prosa adalah unsur yang terdapat dalam diri prosa. Unsur intrinsik prosa meliputi ; tema, penokohan, latar, alur, amanat, gaya bahasa, dan sudut pandang.
48
2.
Puisi Puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat” atau poeisis
“pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Hudson menyatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan katakata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Unsur pembentuk puisi meliputi (1) bunyi; (2) kata; (3) larik atau baris; (4) baik; dan (5) tipografi (Aminuddin 2013:134). 3.
Drama Drama adalah suatu cerita konflik tentang kehidupan manusia yang ditulis
dalam bentuk dialog. Secara teknis unsur drama meliputi wawancang atau dialog dan kramagung yang merupakan petunjuk bagi aktor, penata panggung, dan sutradara yang melaksanakan tugasnya dengan baik (Faisal, dkk 2009:9.27). Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada apresiasi karya sastra prosa dalam bentuk cerita pendek, karena siswa sekolah dasar lebih tertarik untuk membaca cerita pendek daripada drama, puisi, atau yang lainnya. 2.1.5.6 Pengertian Cerita Pendek Cerita adalah susunan dari beberapa kalimat yang mengisahkan atau menjelaskan sesuatu. Cerita ada dua macam yakni, cerita fiksi dan cerita nonfiksi. Cerita fiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan imajinasi atau khayalan pengarang. Misalnya, cerita Abu Nawas, Si Kancil dan Aladin. Sedangkan cerita nonfiksi adalah cerita yang isinya berdasarkan kejadian nyata. Misalnya, cerita sejarah, laporan penelitian dan karangan ilmiah.
49
Cerita pendek adalah suatu bentuk karya sastra yang mengisahkan kehidupan manusia, baik nyata atau khayalan yang disajikan secara singkat dan padat. Karena cerita pendek ditunjukan untuk anak SD, isi cerita pendek berbeda dengan cerita pendek untuk anak dewasa. Cerita pendek anak sering disebut dengan cerita anak yang merupakan cerita pendek berisi tentang kehidupan siswa. Sejalan dengan itu, Nurgiyantoro (2013: 12) mengatakan sesuai dengan namanya, cerpen adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berupa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tidak ada satu kesepakatan diantara para pengarang dan para ahli. Ian Reid (dalam Herman, 2014:4) menyebutkan panjang cerita pendek antara 1.600 kata sampai dengan 20.000 kata. Sementara S. Tasrif menyatakan bahwa panjang cerita pendek antara 500 sampai dengan 32.000 kata. Nugroho Notosusanto menyebut panjang cerita pendek sekitar 5.000 kata atau 17 halaman kertas kuarto spasi rangkap. Guntur Tarigan membandingkan panjang cerita pendek 10.000 kata, sedangkan novel kurang lebih 35.000 kata (atau 30 halaman dibandingkan 100 halaman kertas folio). Untuk panjang cerita pendek anak sekitar 5.000 kata. Jika dibaca memerlukan waktu sekitar 10-20 menit. Pendapat lain dari Nurgiyantoro (2013:12), ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an
kata; ada cerpen yang panjangnya
cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan (atau bahkan beberapa puluh) ribu kata. Tarigan (dalam Herman, 2014:5) menyatakan bahwa ciri-ciri cerita pendek adalah: (1) singkat, padu, dan ringkas; (2) memiliki unsur utama berupa adegan,
50
tokoh, dan gerakan; (3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian; (4) mengandung tentang konsepsi kehidupan; (5) memberikan efek tunggal dalam pikiran pembaca; (6) mengandung detil dan insiden yang betul terpilih; (7) ada pelaku utama yang benar-benar menonjol dalam cerita; (8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka cerpen adalah cerita yang pendek yang menceritakan kehidupan manusia dengan panjang atau jumlah katakatanya di bawah 10.000 kata. Cerita pendek mempunyai beberapa jenis/genre yang khusus untuk siswa sekolah dasar yang biasanya berisi nilai-nilai moral kehidupan. 2.1.5.7 Jenis-jenis Cerita Siswa SD Rosdiana (2008:6.7), cerita dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan atau fungsi cerita, kelompok usia anak, atau sifat cerita itu sendiri. Untuk keperluan sekolah (SD) maka pengelompokan cerita siswa didasarkan atas perkembangan jiwa sesuai dengan usia anak. Jenis-jenis cerita untuk siswa SD, yaitu: 1.
Cerita Jenaka Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Misalnya cerita Kabayan, Abu Nawas, Nasaruddin, dan lainnya.
2. Dongeng Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Dongeng mengandung cerita yang menggambarkan sesuatu di luar dunia
51
nyata. Misalnya kisah-kisah Ketimun Emas, Tongkat Ajaib, Cinderella, dan lainnya. 3. Fabel Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokohtokohnya. Misalnya cerita Kancil dan Kera, Kancil dan Buaya, dan lainnya. 4. Legenda Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam. Misalnya cerita Malin Kundang, Batu Menangis, Sangkuriang, dan sebagainya. 5. Mite atau Mitos Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Misalnya cerita Nyi Roro Kidul. Setiap jenis cerita terdiri dari unsur-unsur pembangun, baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur pembangun cerita inilah yang membuat sebuah cerita menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh pembacanya, serta pembaca dapat memahami makna yang ingin disampaikan oleh penulis. 2.1.5.8 Unsur Pembangun Cerita Pendek Suatu karya sastra yang baik pasti mengandung unsur-unsur pembangun yang mendukung karya sastra tersebut. Unsur-unsur pembangun/intrinsik yang dapat
dimanfaatkan
pengarang
untuk
membangun
menyenangkan dan bermakna dalam cerita pendek yaitu:
suatu
cerita
yang
52
1.
Tema Tema adalah permasalahan yang merupakan titik tolak pegarang dalam menyusun cerita dan sekaligus merupakan permasalahan yang ingin dipecahkan pengarang dalam karyanya serta merupakan gagasan, ide, atau pikiran yang ada dalam cerita. Tema yang terkandung dalam cerita anak dapat berupa pendidikan, hiburan, kasih sayang orang tua, cita-cita, dan lain-lain.
2.
Alur/plot Alur merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang utuh dan padu. Dilihat dari segi bentuknya, alur terdiri atas beberapa macam seperti alur maju, mundur, dan maju mundur.
3.
Penokohan Penokohan merupakan pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita. Penokohan ini dapat berwujud manusia, hewan, atau yang lain. Dalam suatu cerita ada tiga macam pelaku, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Protagonis, yaitu tokoh yang berwatak baik, sedangkan antagonis yaitu tokoh yang berwatak kurang baik (penentang protagonis) dan tokoh yang menjadi penengah antara protagonis dan antagonis adalah tritagonis.
4.
Latar Cerita (setting) Latar adalah segala petunjuk, keterangan, atau hal yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan suasana dalam cerita. Penggambaran latar yang rinci dalam narasi dapat membantu penyusunan alur, memperjelas pelaku narasi,
53
dan memudahkan pembaca menangkap amanat atau pesan yang disampaikan oleh penulisnya. 5.
Sudut Pandang Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara garis besar, ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita yaitu: (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami); dan (b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia (manusia atau binatang).
6.
Amanat Amanat merupakan hal-hal yang baik untuk dilakukan atau hal yang negatif untuk tidak dilaksanakan yang terdapat dalam karya sastra.
7.
Gaya Pengungkapan Gaya merupakan teknik penyampaian gagasan pengarang tertentu dalam bercerita sebagai karakteristik tersendiri bagi dirinya yang tidak ditemukan pada pengarang yang lain (Faisal, dkk 2009:8.8). Seorang apresiator harus menguasai unsur-unsur pembangun/instrinsik
dari suatu cerita sebelum melakukan kegiatan apresiasi. Setelah apresiator mengetahui dan memahami, selanjutnya apresiator harus menguasai juga langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mengapresiasi suatu karya sastra khususnya cerita pendek. 2.1.5.9 Langkah-langkah Mengapresiasi Cerita Pendek Seorang apresiator harus memiliki pengetahuan awal dalam megapresiasi cerita pendek. Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas
54
sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Pengetahuan awal yang harus dimiliki oleh seorang calon apresiator adalah (1) kepekaan emosi atau perasaan sehingga mampu memahami dan menikmati unsurunsur keindahan dalam cipta sastra, (2) pemilikan pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan masalah kemanusiaan, baik melalui penghayatan kehidupan ini, maupun dengan membaca buku yang berhubungan dengan masalah kemanusiaan, baik lewat penghayatan kehidupan ini secara intensif-kontemplantif maupun dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan masalah humanitas, (3) pemahaman terhadap aspek kebahasaan, dan (4) pemahaman terhadap unsur-unsur instrinsik cipta sastra yang akan berhubungan dengan telaah teori sastra. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam mengapresiasi cerita pendek seorang apresiator dituntut mempunyai pengetahuan tentang karya sastra yang akan diapresiasi. Langkah-langkah dalam mengapresiasi cerita pendek yaitu mengetahui unsur-unsur instinsik cerita pendek, membaca cerita pendek dan memahami maknanya, kemudian menemukan dan memahami unsur-unsur instrinsik cerita pendek yang telah dibaca. Melalui langkah-langkah tersebut diharapkan seorang apresiator dapat mengapresiasi cerita pendek dengan tepat dan hasilnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.5.10 Kendala dan Solusi dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Pengajaran sastra di lembaga pendidikan formal banyak ditemukan berbagai persoalan yang disebabkan karena berbagai hal yaitu sebagai berikut.
55
1.
Rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam mengapresiasi karya sastra.
2.
Pembelajaran sastra Indonesia yang dianggap membosankan, karena bentuk penyampaian materi yang kurang menarik.
3.
Pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bidang kesastraan para guru sangat terbatas.
4.
Keterbatasan buku dan bacaan penunjang pembelajaran sastra di sekolah.
5.
Minat belajar dan minat membaca para siswa masih sangat rendah. Berdasarkan permasalahan yang ditemukan pada pembelajaran apresiasi
sastra di atas, maka solusi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut. 1.
Memperbaiki kurikulum dengan mengarahkan pengajaran sastra pada penumbuhan apresiasi sastra para siswa sesuai dengan tingkat kematangan emosionalnya.
2.
Pengajaran sastra harus diarahkan pada penumbuhan kemampuan siswa dalam menilai atau mengkritik kelebihan dan kekurangan teks yang ada.
3.
Mengadakan program membawa kembali sastra ke sekolah dan melibatkan guru-guru untuk mengikuti pelatihan sastra.
4.
Pemanfaatan media massa tercetak, seperti koran harian, mingguan, tabloid, dan majalah yang memuat karya sastra serta
5.
Penggunaan metode penyajian dan pengevalusian hasil pembelajaran sastra di sekolah yang menarik sehingga pengajaran sastra tidak hanya bersifat teoretis. Serta guru juga dapat mengundang sastrawan ke sekolah untuk menarik minat siswa dalam belajar sastra.
56
2.1.6
Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Kemampuan apresiasi sastra bagi siswa sekolah dasar sangat penting untuk
diajarkan dalam pendidikan formal. Manfaat dari apresiasi sastra adalah dapat melatih siswa mengembangkan tingkat imajinasi, menambah wawasan dan memberi pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang dihadapinya. Selain itu, pelajaran sastra di sekolah akan mengarahkan siswa menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai terutama nilai moral yang terkandung dalam karya sastra. Jadi untuk melakukan kegiatan apresiasi sastra khususnya cerita pendek, siswa harus memahami dan menguasai unsur-unsur pembangun pada cerita pendek tersebut. Kegiatan apresiasi memerlukan tingkat pemahaman yang menyeluruh dalam membaca karena pembaca harus teliti dalam memahami setiap kalimatnya. Membaca pemahaman merupakan salah satu bagian dari pengajaran membaca yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa pada masa mendatang. Nurgiyantoro (2014: 369), membaca pemahaman tampaknya yang paling penting dan harus mendapat perhatian khusus. Kompetensi pemahaman terhadap berbagai teks yang dibaca tidak akan diperoleh secara mudah tanpa ada usaha untuk meraihnya. Kompetensi membaca pemahaman yang baik diperlukan dan menjadi prasyarat untuk dapat membaca dan memahami berbagai literatur kompetensi dan mata pelajaran yang lain.
57
Sesuai dengan tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu
menghubungkan
informasi
lama
dengan
informasi
yang
baru
diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat membantu siswa dalam kegiatan apresiasi cerita pendek. Karena melalui membaca pemahaman, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh dari suatu bacaan. Jadi siswa akan mudah menentukan dan memahami unsur pembangun cerita pendek yang dibacanya, serta siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara langsung kemampuan membaca pemahaman akan mempengaruhi kemampuan mengapresiasi unsur-unsur pembangun cerita pendek. Jadi apabila siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi maka kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa akan tinggi. Sebaliknya jika siswa mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang rendah maka kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa juga akan rendah. Kedua kemampuan ini akan saling mempengaruhi satu sama lain dalam kegiatan membaca.
2.2
KAJIAN EMPIRIS Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara kemampuan membaca
pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Abbas Pourhosein tahun 2011 dengan judul “The Relationship between L2 Reading Comprehension and Schema Theory: A Matter of Text Familiarity”. Untuk mengetahui pengaruh dalam kemampuan membaca
58
ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 125 subjek. Sebagian subjek membaca dua teks cerita yang tidak diadaptasi dari bahasa Inggris, sebuah cerita rakyat bahasa Iran, dan sebuah cerita rakyat Amerika. Sedangkan sebagian subjek yang lain membaca beberapa cerita yang diadaptasi dari Amerika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih mudah mempelajari teks bacaan yang sesuai dengan budaya dan kebiasaannya jika dibandingkan dengan teks bacaan yang lain. Jadi siswa lebih tertarik untuk mempelajari bacaan yang menggunakan bahasa pertama (L1) daripada bahasa kedua (L2). Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Omid Pourkalhor tahun 2013 dengan judul “Teaching Reading Comprehension Through Short Stories in Advance Classes”. Semua subjek belajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing, usia mereka antara 18-24 tahun yang terbagi menjadi dua grup siswa yaitu grup A dan grup B berdasarkan level usia. Pada kegiatan Pre-Test, penelitian pada kelas kontrol menggunakan desain membaca pelajaran dengan materi dari buku bacaan, internet, majalah, dan lain-lain. Sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan cerita pendek. Saat kegiatan Post-Test terdiri dari lima seleksi membaca dari perbedaan buku TOEFL. Sehingga dalam penelitian ini ditemukan alasan yang signifikan dalam mempelajari cerita pendek dalam kelas kemampuan membaca bahasa Iran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Nurdia Artu tahun 2013 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R)”. Hasil penelitiannya pada siklus I nilai rata-rata
59
kelas mencapai 66,13 dengan ketuntasan belajar mencapai 50%, siklus II nilai rata-rata kelas mencapai 72,27 dengan ketuntasan belajar mencapai 63,63%, dan siklus III nilai rata-rata kelas mencapai 77,95 dengan ketuntasan belajar mencapai 86,36%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan strategi SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Pembina Liang yang dilihat dari hasil tes kemampuan membaca pemahaman setiap siklusnya. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Idah Faridah Laily tahun 2014 dengan
judul
“Hubungan
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
dengan
Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar”. Berdasarkan hasil penelitiannya, kemampuan memahami isi bacaan dengan belajar matematika merupakan salah satu faktor yang menentukan optimal tidaknya hasil belajar matematika yang diperoleh. Apabila siswa mempunyai kemampuan memahami isi bacaan dengan baik, maka siswa dapat menyelesaikan soal, siswa akan paham dengan apa ditanyakan oleh soal dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan
model
matematika
yang
siswa
ketahui
sehingga
dapat
meningkatkan hasil belajar matematika. Dari penjelasan tersebut, maka jelas bahwa pembelajaran memerlukan pemahaman agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa sehingga dapat diaplikasikan oleh siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Auzar tahun 2013 dengan
judul
“Hubungan
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
dengan
Kemampuan Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid
60
Kelas 5 SD 006 Pekanbaru”. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang kuat atau signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika dengan nilai r = 0,726. Kemampuan membaca pemahaman murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan, Pekanbaru digolongkan sedang, yaitu 7,19. Kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika murid-murid kelas 5 SD 006 Tampan, Pekanbaru digolongkan rendah, yaitu 4,79. Serta terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan memahami bahasa soal hitungan cerita matematika. Penelitian lain yang dilakukan oleh Imam Agus Basuki tahun 2011 dengan judul “Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes Internasional dan Tes Lokal”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD berada pada tahap sangat rendah. Siswa hanya menguasai 30% bahan bacaan. Berdasarkan hasil tes lokal berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami keseluruhan bacaan berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat tinggi (0,907). Skor kemampuan memahami bacaan informasi berdasarkan hasil tes lokal berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan informasi berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang tinggi (0,780). Skor kemampuan memahami bacaan sastra berdasarkan hasil tes lokal juga berkorelasi secara signifikan dengan skor kemampuan memahami bacaan
61
sastra berdasarkan hasil tes internasional dengan tingkat korelasi yang sangat tinggi (0,826). Jadi, hasil tes PIRLS yang menunjukkan kondisi lemahnya kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD merupakan kondisi senyatanya, bukan karena tes yang digunakan berlatar bukan keindonesiaan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Samirun tahun 2013 dengan judul “Korelasi Penguasan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi”. Berdasarkan analisis data diperoleh, hasil data nilai R = 0,546; R² = 0,298; F = 8,819, F kritis tabel = 4,21, nilai tersebut signifikan pada taraf 0,05. Hasil ini menggambarkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis karangan siswa kelas V SDN Margomulyo Ngawi Tahun 2012/2013. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Maka dari itu, peneliti menggunakan penelitian tersebut sebagai acuan untuk melakukan penelitian dengan
judul
“Pengaruh
Kemampuan
Membaca
Pemahaman
terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati”.
2.3
KERANGKA BERPIKIR Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan dua
variabel yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel
62
bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini kemampuan membaca pemahaman dan variabel terikat (Y) adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya. Membaca pemahaman memerlukan tingkatan kognitif dan konsentrasi yang tinggi agar dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh pembaca. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan membaca pemahaman yang tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, yaitu: (1) memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; (2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya; (3) mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana; dan (4) mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. Kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kecerdasan siswa, terutama kecerdasan emosional. Karena kegiatan apresiasi memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap suatu cerita yang dibaca serta siswa harus mampu menemukan dan memahami unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut. Siswa dikatakan mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang tinggi apabila telah mencapai indikator yang telah ditetapkan, meliputi: (1) aspek kognitif; (2) aspek emotif; dan (3) aspek evaluatif. Secara teoretis, membaca pemahaman merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh siswa agar mendapat pengetahuan/informasi dari sebuah cerita secara utuh. Sehingga siswa akan mampu mengetahui unsur pembangun
63
dari cerita dan dapat mengapresiasi cerita tersebut. Jadi kemampuan membaca pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek mempunyai hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan. Artinya semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula kemampuan mengapresiasi cerita pendeknya. Begitu sebaliknya, semakin rendah tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengapresiasi cerita pendek. Dengan demikian terdapat hubungan dan pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti memastikan bahwa kemampuan membaca
pemahaman
(X)
mempunyai
pengaruh
terhadap
kemampuan
mengapresiasi cerita pendek (Y). Untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas, berikut ini disajikan skema alur berpikir yang mengambarkan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat untuk penelitian jenis korelasi. Membaca
Kemampuan Membaca Pemahaman Tinggi
Rendah
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Gambar 2.1 Desain Kerangka Berpikir
64
2.4
HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas, maka peneliti
merumuskan hipotesis penelitian ini bahwa. 1.
Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Ho: Tidak ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
2.
Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Ha: Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
JENIS DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yang telah ditetapkan, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono 2012:14). Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional sebab-akibat, karena untuk mengetahui pengaruh variabel X terhadap variabel Y (Sugiyono 2013:5). Adanya hubungan sebab-akibat didasarkan atas kajian teoretis, bahwa sesuatu variabel
disebabkan
atau
dilatarbelakangi
oleh
variabel
tertentu
atau
mengakibatkan variabel tertentu. Sedangkan desain penelitian korelasional menggunakan penelitian hubungan (bivariat) yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Pola hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam desain penelitian sebagai berikut:
Y
X Gambar 3.1: Desain Penelitian Keterangan: X
: kemampuan membaca pemahaman
Y
: kemampuan mengapresiasi cerita pendek
65
66
3.2
PROSEDUR PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif korelasional
ini adalah sebagai berikut. 1.
Mengidentifikasi
masalah,
yaitu
proses
pengamatan
awal
tentang
permasalahan dan menentukan permasalahan yang akan dikaji. 2.
Menyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis.
3.
Mengembangkan instrumen berdasarkan kerangka teori dan menggunakannya untuk pengumpulan data. Prosedur dalam tahap ini adalah dimulai dari penyusunan kisi-kisi dan instrumen penelitian. Instrumen berupa sebuah tes berupa soal-soal untuk mengukur kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dari masing-masing siswa dengan bentuk pilihan ganda dan uraian, sehingga responden (subjek penelitian) dapat langsung menjawab pertanyaan dengan benar. Presentase pemahaman yang diperoleh masingmasing siswa harus rata-rata 50%, atau berkisar 40-60 %. Jika nilai hasil jawaban yang dicapai siswa sudah memenuhi ketentuan berarti dapat dikatakan pengukuran kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa sudah sesuai dengan aturan dalam membaca.
4.
Menganalisis data dengan teknik analisis data yang telah ditentukan untuk menguji hipotesis dan menjawab permasalahan.
67
3.3
SUBJEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN
3.3.1
Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian korelasi ini adalah siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.
3.3.2 Lokasi Penelitian Adapun lokasi dalam penelitian ini adalah SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. 3.3.3 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016.
3.4
POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK SAMPLING
3.4.1
Populasi Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Arikunto (2013:173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jadi populasi merupakan keseluruhan obyek atau subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu untuk dipelajari oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati berjumlah 120 siswa dari tujuh sekolah tahun pelajaran 2015/2016 dengan rincian sebagai berikut.
68
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V SDN Karangwotan 01 27 SDN Karangwotan 02 28 SDN Karangwotan 03 9 SDN Bodeh 7 SDN Kepoh Kencono 27 SDN Triguno 14 SDN Grogolsari 8 Jumlah 120 Sumber : UPTD Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati
3.4.2 Sampel dan Teknik Sampling Sugiyono (2012:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa yang dipelajari oleh sampel kesimpulannya akan dapat diberlakukan oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Arikunto (2013:174) yang mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jadi, sampel adalah bagian dari kualitas dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel yang diambil harus betul-betul representatif karena kesimpulan yang diambil dari sampel tersebut akan diberlakukan untuk populasi. Dalam menggunakan
penelitian
ini
untuk
menentukan
ukuran
sampel
dengan
acuan dari Musfiqon (2012:91) yang menyatakan bahwa
pengambilan sampel disesuaikan dengan besarnya populasi, yaitu berkisar antara 20-30 persen dari total jumlah populasi. Hal ini didukung juga oleh pendapat dari Darmawan (2014:143) menyatakan bahwa jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%. Dalam penelitian ini dengan populasi sejumlah
69
120 siswa dan akan diambil 50% dari jumlah populasi yang ada untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan sampel yang berjumlah 60 siswa. Peneliti menggunakan teknik Probability Sampling yaitu Proportional Random Sampling untuk menentukan pengambilan sampel. Menurut Sugiyono (2012:120), proportional sampel merupakan teknik sampling yang dapat digunakan apabila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Menurut Arikunto (2013:182), proportional artinya pengambilan sampel dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang sesuai, tiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari setiap kelas. Random artinya menganggap semua subjek memiliki hak yang sama dalam memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Dari tujuh SD di Gugus Sultan Agung kelas V, peneliti menggunakan semua sekolah untuk dijadikan sampel penelitian dengan jumlah sampel setiap sekolah yang berbedabeda sesuai dengan perhitungan dan dapat memenuhi kuota sampel yang telah ditentukan. Perhitungan jumlah sampel dari setiap SD ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ni =
xn Sumber: (Riduwan 2015:29)
dimana : ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah proporsi menurut sampel N = jumlah populasi seluruhnya
70
Tabel 3.2 Data Pengambilan Sampel Siswa Kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Tahun pelajaran 2015/2016 No 1
Nama Sekolah SDN Karangwotan 01
Perhitungan Proporsi
2
SDN Karangwotan 02
x 28 = 14
14
3
SDN Karangwotan 03
x 9 = 4,5
5
4
SDN Bodeh
x 7 = 3,5
4
5
SDN Kepoh Kencono
x 27 = 13,5
13
6
SDN Triguno
x 14 = 7
7
7
SDN Grogolsari
x8=4
4
Jumlah
3.5
x 27 = 13,5
Jumlah Sampel 13
60
VARIABEL PENELITIAN Sugiyono (2012:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda, jadi variabel merupakan suatu yang bervariasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. 3.5.1
Variabel bebas (X) Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel bebas (independent
variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca pemahaman.
71
3.5.2
Variabel terikat (Y) Sugiyono (2012:61) menyatakan bahwa variabel terikat (dependent
variable) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya veriabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
3.6
DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL Pada penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu kemampuan
membaca pemahaman (X) dan kemampuan mengaresiasi cerita pendek (Y). Variabel-variabel tersebut didefinisikan secara operasional sebagai berikut. 1.
Kemampuan Membaca Pemahaman Membaca pemahaman merupakan suatu rangkaian aktivitas proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Pemahaman bacaan dalam penelitian ini ialah memahami isi/pesan yang terkandung dalam suatu cerita pendek berupa rincian-rincian/fakta-fakta, mendapatkan ide pokok paragraf, membuat kesimpulan bacaan, dan mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai yang diperoleh siswa mencerminkan kesanggupan siswa dalam menangkap ide/informasi yang disampaikan oleh seorang penulis sehingga ia mampu menginterpretasikan ide-ide yang ia temukan dalam sebuah bacaan baik secara tersurat maupun
72
tersirat. Indikator yang digunakan untuk mengukur pemahaman dalam penelitian ini ialah: 1) memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana; 2) mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagianbagiannya; 3) mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana; dan 4) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara ekplisit terdapat dalam wacana. 2.
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Apresiasi sastra merupakan suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada jenis/genre karya sastra cerita pendek. Nilai yang diperoleh siswa mencerminkan kesanggupannya dalam mengenali, memahami, menghayati, dan menghargai cerita pendek, yang diukur melalui keterampilannya untuk menangkap unsur-unsur dalam cerita pendek yang dibacanya. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan mengapre-siasi dalam penelitian ini ialah: (1) aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif; (2) aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam bacaan cerita); dan (3) Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan.
73
3.7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, sumber, dan
cara. Ada beberapa teknik pengumpulan data baik berupa tes maupun nontes. Teknik nontes antara lain wawancara, angket, observasi, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes. Dikutip dari Webster’s Collegiate (dalam Arikunto, 2013:46), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur siswa dan mengukur keberhasilan program pengajaran yaitu untuk mendapatkan data tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada tes ini, siswa berkonsentrasi dalam membaca teks cerita pendek yang berisikan 500-1.600 kata. Cara pengukuran kemampuan membaca pemahaman, peneliti menyediakan soal berbentuk obyektif sesuai indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk mengukur kemampuan mengapresiasi cerita pendek, peneliti menyediakan soal uraian yang berhubungan dengan unsur pembangun cerita. Tes dikerjakan secara individu, setelah siswa selesai dalam membaca teks.
3.8
INSTRUMEN PENELITIAN Sugiyono (2012:147), instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sedangkan Arikunto (2010:203), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang
74
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yaitu menggunakan dua kali tes. Tes pertama untuk mengukur variabel bebas (X) yaitu kemampuan membaca pemahaman, sedangkan tes kedua untuk mengukur variabel terikat (Y) yaitu kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebelum menentukan istrumen tes, peneliti terlebih dahulu menentukan indikator yang kemudian dirumuskan ke dalam kisi-kisi tes uji coba. Kisi-kisi dibuat berdasarkan indikator, selanjutnya menyusun tes yang akan digunakan untuk penelitian. Instrumen tes kemampuan membaca pemahaman adalah tes pilihan ganda sebanyak 30 butir. Skor dihitung dengan cara memberi nilai 1 untuk butir soal yang dijawab benar dan nilai 0 untuk butir soal yang dijawab salah. Persentase pemahaman dihitung dengan melihat persentase jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang tersedia, misalnya jika ada 10 pertanyaan, dan jawaban yang benar adalah 5, maka persentase pemahaman isi adalah
x 100%
= 50%. Sedangkan instrumen tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah tes uraian sebanyak 15 soal dengan rentang skor 0-5 untuk menjelaskan unsur pembangun atau instrinsik cerita serta aspek-aspek di dalamnya. Tes pilihan ganda dan uraian ini dikembangkan peneliti berdasarkan indikator-indikator kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, kemudian peneliti
menjelaskan
dalam butir-butir pertanyaan.
Sebelum
melakukan
pengambilan data, instrumen yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu
75
kepada 32 siswa yang berada di luar sampel penelitian untuk dihitung validitas dan reliabilitas instrumennya. 3.8.1
Uji Validitas Instrumen Arikunto (2010:211), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid atau sahih mempunyai validitas tinggi dan mampu mengukur apa yang diinginkan. Validitas sangat erat berkaitan dengan masalah tujuan suatu pengukuran. Jadi tidak ada validitas yang berlaku umum untuk semua tujuan pengukuran. Suatu alat ukur dirancang hanya untuk satu tujuan yang spesifik sehingga hanya menghasilkan data yang valid untuk tujuan tersebut saja (Azwar 2015:11). Instrumen penelitian selanjutnya akan diuji cobakan pada subjek uji coba yaitu subjek di luar sampel penelitian yang masik termasuk dalam populasi penelitian. Dalam menghitung validitas instrumen hasil uji coba pada instrumen tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dengan menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut.
rxy =
∑ √*
∑
(∑ )(∑ )
(∑ ) +*
∑
(∑ ) +
Sumber : (Arikunto 2012:87) Keterangan:
rxy
: koefisien korelasi
N
: jumlah sampel
X
: nilai variabel 1
Y
: nilai variabel 2
76
∑X2
: jumlah kuadrat dari skor item
∑Y2
: jumlah kuadrat dari skor total
∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total Harga r yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan tabel product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r
hitung >
r
tabel
maka item soal dikatakan
valid, jika r hitung < r tabel maka item soal tidak valid. 1. Uji Validitas Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah item sebanyak 30 soal pilihan ganda. 32 siswa tersebut diambil dari populasi di luar sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian validitas tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa rtabel untuk 32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa dari tiap item yang menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3 Validitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9
r Hitung 0.477158867 0.541634143 0.41406348 0.445611174 0.513764681 0.448240148 0.586930629 0.483002615 0.477158867
R Tabel 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
77
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
0.031111234 0.41406348 0.400202167 0.183422335 0.444493038 0.477158867 0.356277189 -0.082812696 0.586930629 0.41406348 0.349248045 0.432074574 0.372752434 -0.041146573 -0.027604232 0.075044279 0.04324752 0.541634143 0.586930629 0.329040301 0.549861326
0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349
Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
Berdasarkan perhitungan validitas pada tabel 3.5, dapat terlihat bahwa 30 item soal mengenai kemampuan membaca pemahaman yang diberikan kepada responden, terdapat delapan soal yang tidak memenuhi kriteria validitas atau tidak valid yaitu nomor 10, 13, 17, 23, 24, 25, 26, dan 29. Soal yang tidak valid tersebut kemudian dapat digugurkan atau dihilangkan, sehingga jumlah soal yang valid berjumlah 22 item soal yang akan diujikan kembali kepada 60 responden. 2. Uji Validitas Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Uji validitas dilakukan oleh peneliti dengan mengujicobakan instrumen penelitian berupa tes kepada 32 siswa sekolah dasar dengan jumlah item sebanyak 15 soal uraian. 32 siswa tersebut diambil dari populasi di luar
78
sampel secara acak pada setiap sekolah dasar. Langkah pengujian validitas tersebut harus dibandingkan dengan rtabel, dapat diketahui bahwa rtabel untuk 32 responden dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa dari tiap item yang menggunakan rumus product moment dengan penggunaan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.4 Validitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek No Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
r Hitung 0.549137845 -0.033677267 0.553886162 0.381395112 0.390840337 0.351505018 0.255497998 0.504016322 0.396610328 0.572453052 0.306417938 0.690815395 0.60881607 0.48835632 0.784578886
r Tabel 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349 0,349
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel uji validitas di atas, terdapat tiga item soal yang tidak valid, yaitu nomor 2, 7, dan 11. Dengan demikian item soal tersebut dibuang atau dihilangkan sehingga jumlah soal yang valid adalah 12 item soal yang akan diujikan kembali kepada 60 responden.
79
3.8.2
Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Jika hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Arikunto 2012:100). Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Hasil penelitian yang dikatakan reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono 2012:348). Perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan membaca pemahaman dilakukan dengan menggunakan rumus KR-21. Alasan digunakannya KR-21 adalah karena instrumen tersebut bersifat dikotomi (1-0), maka reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus K-R 21 sebagai berikut.
ri =
( )
*
(
)+
Sumber: (Arikunto 2010:232) Keterangan : ri
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir soal
M
= skor rata-rata ∑
Vt
= varians total, dimana: Vt =
∑X
= jumlah skor total
∑X2
= jumlah kuadrat skor total
(∑ )
80
n
= banyaknya responden atau subjek
Sedangkan perhitungan koefisien reliabilitas untuk instrumen kemampuan mengapresiasi cerita pendek dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut. 2 r11 = k 1 b k 1 t2
Keterangan : r11
= koefisien reliabilitas instrumen yang dicari
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2 b
= jumlah variansi skor butir soal ke-i
i
= 1, 2, 3, 4, …n
t2
= variansi total Adapun kriteria keputusan pengujiannya adalah dengan membandingkan
rhitung dengan rtabel, dengan ketentuan jika rhitung > rtabel berarti dinyatakan reliabel, sedangkan rhitung ≤ rtabel berarti tidak reliabel. 1.
Uji Reliabilitas Kemampuan Membaca Pemahaman Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Variabel kemampuan membaca pemahaman diperoleh rtabel dari responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa dari tiap item yang menggunakan rumus KR-21 dengan penggunaan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
81
Tabel 3.5 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman r hitung 0.705026423 2.
r tabel 0,349
Keterangan Reliabel
Uji Reliabilitas Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Pengujian reliabilitas ini harus membandingkan antara rhitung dengan rtabel. Variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek diperoleh rtabel dari responden yang berjumlah 32 siswa dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 0,349. Hasil uji validitas variabel kemampuan membaca pemahaman siswa dari tiap item yang menggunakan rumus alpha cronbach dengan penggunaan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.6 Reliabilitas Item Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek r hitung 0.735103975
3.9
ANALISIS DATA
3.9.1
Analisis Data Awal
r tabel 0,349
Keterangan Reliabel
3.9.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Sugiyono (2012:207) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Dalam menganalisis data dengan statistik deskriptif, data yang dianalisis berupa data kuantitatif. Data dalam penelitian ini berupa skor tes kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan
82
mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Metode ini digunakan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dengan berpedoman pada PAP (Penilaian Acuan Patokan). Deskripsi awal juga menggambarkan tabel distribusi frekuensi yang ditentukan dengan rumus Sturges, cara yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Menghitung jumlah kelas interval K = 1 + 3,3 log n n : jumlah responden 2. Menghitung rentang data R = data terbesar – data terkecil + 1 3. Menghitung panjang kelas P=R:K 4. Menyusun interval kelas 5. Membuat tabel distribusi frekuensi relatif dan kumulatif (Sugiyono 2012:36). Langkah-langkah yang ditempuh dalam penilaian dengan menggunakan penilaian skala – 100 dan skala – 5 adalah sebagai berikut. a.
Membuat tabel bobot penskoran dan distribusi skor tes
83
Tabel 3.7 Bobot Penskoran dan Distribusi Skor Tes Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan Pendek b.
Mengapresiasi
Nomor Bentuk Soal 1 s/d 30 Pilihan ganda Cerita 1 s/d 15 Uraian
Bobot 1
St 30
5
75
Menentukan skor berdasarkan proporsi
Skor = x 100% B = banyaknya butir yang dijawab benar (bentuk pilihan ganda) atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal (tes bentuk menguraikan) St = skor teoretis c.
Menentukan batas minimal nilai ketuntasan Depdiknas RI atau beberapa sekolah biasanya telah menentukan batas minimal siswa dikatakan tuntas menguasai kompetensi yang dikontrakkan misalnya 60%.
d.
Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dalam tabel. Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif presentase dikonsultasikan dengan tabel kriteria. Menentukan presentase yang diperoleh, maka dibuat tabel kategori yang disusun dengan perhitungan sebagai berikut.
84
Tabel 3.8 Kriteria Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70-79 60-69 50-59 49 ke bawah
Hasil Penilaian Nilai Kualifikasi A Sangat Baik B Baik C Cukup D Kurang E Sangat Kurang Sumber: (Poerwanti 2008:6.14)
3.9.1.2 Uji Prasyarat Analisis 3.9.1.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk memastikan bahwa data setiap variabel yang dianalisis berdistribusi normal. Hal tersebut didasarkan pada asumsi statistik parametris yang mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan maka terlebih dahulu akan dilakukan pengujian normalitas data (Sugiyono, 2012:241). Uji normalitas menggunakan Uji Lileifors dengan hipotesis nol bahwa sampel berasal berdistribusi normal dan hipotesis tandingan bahwa distribusi tidak normal. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita membandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468). Langkah-langkah menguji hipotesis nol sebagai berikut.
85
a.
Pengamatan x1, x2, x3….xn dijadikan bilangan baku zi, z2, z3, ……… zn dengan menggunakan rumus
̅
dengan
̅ dan s masing-masing
merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel. b.
Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P(z ≤ zi).
c.
Selanjutnya menghitung jumlah proporsi z1, z2, z3, …zn yang lebih kecil atau sama dengan zi yang dijadikan S(Zi). Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z1) maka
( )
d.
Hitung selisih F (Zi – S (Z1), kemudian ditentukan harga mutlaknya.
e.
Ambil harga mutlak tersebar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut kemudian diberi symbol Lo. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo dengan
nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis untuk Uji Liliefors untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima (Sudjana 2005:466-468). 3.9.1.2.2 Uji Homogenitas Uji Homogenitas menggunakan rumus Uji Bartlett (Sudjana 2005:261264). Adapun langkah-langkah dalam uji homogenitas dengan Uji Bartlett adalah sebagai berikut. Kita misalkan masing-masing sampel berukuran n1, n2, …., nk dengan data Yij(i = 1,2, …., k dan j= 1,2 ,…., nk) dan hasil pengamatan telah disusun seperti daftar berikut.
86
Data Populasi ke 1 2 y11 y21 y12 y21 . . . . . . y1n1 y2n1
Data Hasil Pengamatan
... …
K yk1 yk1 . . . ykn1
…
Selanjutnya, dari sampel-sampel itu kita hitung variansnya masing-masing adalah S12, S22, …., Sn2. Untuk mempermudah perhitungan, satuan-satuan yang diperlukan untuk uji Bartlett lebih baik disusun dalam sebuah daftar berikut. Sampel ke 1 2 . . K
Dk n1-1 n2-1 . . nk-1
1/dk 1/(n1-1) 1/(n2-1) . . 1/(nk-1)
si2 S12 S22 . . Sk2
Log si2 Logs12 Logs22 . . Logsk2
dk log (si2) (n1-1)logsi2 (n2-1)logsi2 . . (nk-1)logsk2
Dari daftar ini kita hitung harga-harga yang diperlukan, yaitu sebagai berikut. 1. Varians gabungan dari semua sampel: S2 = (∑(ni – 1) si2 / (∑(ni-1)) 2. Harga satuan B dengan rumus: B = (log s2) ∑(ni-1) 3. Ternyata bahan uji Bartlett digunakan statistik chi-kuadrat X2 = (in 10) {B - ∑(ni-1) log si2 Dengan ln10= 2,3026, disebut logaritmas asli dari bilangan 10. Dengan taraf nyata α, kita tolak hipotesis Ho jika x2≥x2(1-α)(k-1), di mana x2(1-α)(k-1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1-α) dan dk = (k-1).
87
Keterangan: si 2
= varians masing-masing kelompok
s2
= varians gabungan
ni
= banyaknya anggota dalam tiap kelompok/kelas
B
= koefisien bartlett
3.9.1.2.3 Uji Linearitas Regresi Uji linearitas digunakan untuk melihat garis regresi antara X (kemampuan membaca pemahaman) dan Y (kemampuan mengapresiasi cerita pendek) membentuk garis linier atau tidak (Sugiyono 2012:265). Pengujian linieritas dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut. JK (T) = ∑ JK (A) =
∑
JK (b׀a) = b *∑
-
(∑ )(∑ )
}
JK (S) = JK (T) – JK (A) – JK (b׀a) JK (G) = ∑*∑
-
(∑
)
}
JK (TC) = JK (S) – JK (G) Sumber : (Sugiyono 2012:265) Keterangan : JK (T)
= jumlah kuadrat total
JK (A)
= jumlah kuadrat koefisien a
JK (b׀a)
= jumlah kuadrat regresi (b׀a)
JK (S)
= jumlah kuadrat sisa
JK (G)
= jumlah kuadrat galat
88
JK (TC)
= jumlah kuadrat tuna cocok
3.9.2 Analisis Data Akhir 3.9.2.1 Pengujian Hipotesis Teknik pengujian hipotesis untuk mencari nilai korelasi antara variabel X dengan variabel Y menggunakan teknik korelasi sederhana yaitu rumus “r” product moment. Adapun rumus korelasi sederhana sebagai berikut.
rxy =
∑ √*
∑
(∑ )(∑ )
(∑ ) +*
∑
(∑ ) +
Sumber : (Arikunto 2012:87) Keterangan:
rxy
: koefisien korelasi
N
: jumlah sampel
X
: nilai variabel 1
Y
: nilai variabel 2
∑X2
: jumlah kuadrat dari skor item
∑Y2
: jumlah kuadrat dari skor total
∑XY : jumlah perkalian antara skor item dan skor total Dengan ketentuan r tidak lebih dari harga (
). Apabila nilai r = -1
artinya korelasi negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. 3.9.2.2 Uji Signifikansi Uji signifikansi digunakan untuk menguji data hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah sebagai berikut.
89
thitung =
√ √
Sumber:(Sugiyono 2012:257) Keterangan: thitung
: nilai t
r
: nilai koefisien korelasi
n
: jumlah sampel
Harga t hitung tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel. Namun sebelumnya mencari dk (derajat kebebasan) untuk menentukan ttabel dengan rumus sebagai berikut. dk = n – 2 Setelah diperoleh dk selanjutnya adalah mengkonsultasikan dk dengan tabel nilai “t”, baik pada taraf signifikan 5% maupun 1% dengan kaidah pengujian: Jika thitung thitung
ttabel, maka hipotesis diterima, artinya signifikan dan
ttabel, maka hipotesis ditolak, artinya tidak signifikan. Untuk memberikan penafsiran terhadap korelasi dapat dengan menggunakan
tabel sebagai berikut. Tabel 3.9 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat Sumber : (Sugiyono 2012: 257)
90
Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut. KD = r2 x 100% Keterangan:KD
: nilai koefisien determinan
r
: nilai koefisien korelasi
3.9.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis data akhir dalam penelitian ini menggunakan regresi linear sederhana untuk mengetahui pengaruh yang diberikan variabel X terhadap variabel Y dengan rumus sebagai berikut. Ŷ=a+bX Dimana:Ŷ
= subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a
= harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b
= angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X
= subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Rumus untuk mencari harga a dan b adalah sebagai berikut.
(
)(
)
( (
( (
)( )
)(
)
)
) Sumber: (Sugiyono 2012:262)
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
HASIL PENELITIAN Deskripsi data yang disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di lapangan. Pada bab ini dijelaskan mengenai proses dan hasil serta pembahasan dari pengolahan data yang telah dilakukan. Sebagai alat bantu analisis digunakan software Microsoft Excel dan SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengetahui dan mendeskripsikan
pengaruh
kemampuan
membaca
pemahaman
terhadap
kemampuan mengapresiasi cerita pendek, serta kesimpulan berdasarkan uji hipotesis yang digunakan. 4.1.1
Analisis Deskriptif Persentase Berdasarkan hasil penelitian terhadap 60 responden didapatkan rata-rata
kemampuan membaca pemahaman 70,08 dengan standar deviasi 16,89 dan ratarata kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 57,78 dengan standar deviasi 16,64. Tabel 4.1 Analisis Deskripsi Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek
Rata-rata 70%
N 60
58%
60
Berdasarkan uraian pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata penguasaan kemampuan membaca pemahaman di Gugus Sultan Agung termasuk 91
92
kategori baik dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa di Gugus Sultan Agung termasuk kategori kurang. Deskripsi dari masing-masing variabel berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut. 4.1.1.1 Data Variabel Kemampuan Membaca Pemahaman Kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan untuk memahami isi bacaan atau teks secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri melalui aktivitas proses kognitif yang dilakukan oleh pembaca. Membaca pemahaman bertujuan untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar siswa mampu menghubungkan informasi lama dan informasi yang baru diketahuinya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan skor tertinggi 91, skor terendah 23, mean (skor rata-rata) adalah 70; rentang skor 69; banyak kelas 7; dan panjang kelas 10. Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.2 dan histogram frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.1. Langkah-langkah menentukan tabel distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut. 1.
Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 60
93
= 6,9 yang dibulatkan menjadi 7 2.
Menghitung rentang data Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1 = 91-23+1 = 69
3.
Menentukan panjang kelas Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 69 : 7 = 9,9 dibulatkan menjadi 10. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman No Kelas Batas kelas Interval Bawah 1 2 3 4 5 6 7
83-92 73-82 63-72 53-62 43-52 33-42 23-32
82,5 72,5 62,5 52,5 42,5 32,5 22,5
Batas Atas
Mean Tengah
92,5 82,5 72,5 62,5 52,5 42,5 32,5
87,5 77,5 67,5 57,5 47,5 37,5 27,5
F
F Relatif %
F Kumulatif %
13 23 8 6 5 3 2 60
22% 38% 13% 10% 8% 5% 3% 100%
22% 60% 73% 83% 92% 97% 100%
94
25
Frekuensi Absolut
20
15
10
5
0 26,5
36,5
46,5
56,5
66,5
76,5
86,5
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Membaca Pemahaman Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan hasil tes kemampuan membaca pemahaman siswa. Batas minimal ketuntasan peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu berdasarkan Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan sebesar 60%, sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan masuk kategori tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.3 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Membaca Pemahaman No. 1. 2.
Perolehan Nilai ≥ 60 < 60 Jumlah
Kategori Tuntas Tidak Tuntas
Frekuensi 44 16 60
Persentase % 73% 27% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa sudah tuntas dalam kemampuan membaca pemahaman yaitu sebanyak 44 dari 60 siswa
95
atau 73%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan membaca pemahaman adalah 16 dari 60 siswa atau 27%. Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8). Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut. Tabel 4.4 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Membaca Pemahaman No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 23 13 8 8 8 60
% 38% 22% 13% 13% 13% 100%
Rata-rata
70
Baik
Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, sebanyak 23 siswa atau 38% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22%% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 50 – 59 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil sebaran tes kemampuan membaca pemahaman adalah 70, sehingga dapat diketahui bahwa
96
sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik. Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan membaca pemahaman pada 60 responden dapat diketahui presentase skor dari masing-masing indikator yaitu sebagai berikut. Tabel 4.5 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Membaca Pemahaman No. 1. 2.
3.
4.
Indikator Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana Menjawab pertanyaanpertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana Skor Rata-rata Kategori
Jumlah Soal
Jumlah Skor
% Skor
Kategori
3
135
75%
Baik
3
149
83%
Sangat Baik
3
46
46%
Sangat Kurang
13
558
72%
Baik 70 Baik
Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan skor pada hasil sebaran tes adalah 70 dengan kategori baik, dimana perolehan skor tertinggi (83%) terdapat pada indikator “mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 149. Skor tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 135. Selanjutnya yaitu indikator “menjawab pertanyaanpertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana” dengan
97
jumlah tiga belas butir soal diperoleh skor sebesar 558 (72%) dan skor paling rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana” dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 46. Adapun penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut. 1.
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 9, 20, dan
21. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebanyak 29 responden mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 75. Perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.6 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Memahami Arti Kata-kata sesuai Penggunaan dalam Wacana Butir Soal 9 20 21 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 45 45 45 135 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(%) Skor 33,3% 33,3% 33,3% 100% F 29 0 20 0 11 60
% 48% 0% 33% 0% 18% 100%
Rata-rata
75
Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perolehan skor untuk tiap butir soal adalah 33,3%, jadi setiap butir soal menyumbangkan sebesar 33,3% terhadap indikator memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana.
98
Hasil perhitungan setiap butir soal pada indikator ini 29 siswa atau 48% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 20 atau 33% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak ada siswa atau yang mendapat kategori kurang dan 11 siswa atau 18% dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 2.
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 2, 12, dan
18. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa sebagian besar (35 responden) mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagianbagiannya” termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase sebesar 83. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.7 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Susunan Organisasi Wacana dan Antar Hubungan Bagian-bagiannya Butir Soal 2 12 18 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 45 55 49 149 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(%) Skor 30,2% 36,9% 32,9% 100% F 35 0 19 0 6 60
% 58% 0% 32% 0% 10% 100%
Rata-rata
83
Sangat Baik
99
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 9 diperoleh skor 30,2%, nomor 12 diperoleh skor 36,9%, dan nomor 18 diperoleh skor 32,9%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 12 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 35 siswa atau 58% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 19 atau 32% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 6 siswa atau 10% dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 3.
Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 16, 17, dan
22. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan membaca pemahaman didapatkan hasil bahwa sebagian besar (32 responden) mendapatkan nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana” termasuk dalam kategori sangat kurang dengan persentase sebesar 46. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.8 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Mengenali Pokok-pokok Pikiran yang Terungkapkan dalam Wacana Butir Soal 16 17 22 Jumlah
Jumlah Nilai 32 38 13 83
(%) Skor 38,6% 45,8% 15,7% 100%
100
No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F
%
5 0 23 0 32 60
8% 0% 38% 0% 53% 100%
Rata-rata
46
Sangat Kurang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 16 diperoleh skor 338,6%, nomor 17 diperoleh skor 45,8%, dan nomor 22 diperoleh skor 15,7%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 17 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 5 siswa atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 tidak ada siswa yang mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 19 siswa atau 38% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Tidak ada siswa yang mendapat kategori kurang dan 32 siswa atau 53% dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 4.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana Pada indikator ini terdiri dari 13 butir soal yaitu pada nomor 1, 3-8, 10, 11,
13, 14, 15, dan 19. Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan membaca pemahaman didapatkan hasil bahwa terdapat 22 responden yang mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana” termasuk dalam kategori baik dengan persentase sebesar 72. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut.
101
Tabel 4.9 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Menjawab Pertanyaan-pertanyaan yang Jawabannya secara Eksplisit terdapat dalam Wacana Butir Soal 1 3 4 5 6 7 8 10 11 13 14 15 19 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 50 42 55 46 54 40 19 43 36 56 44 40 33 558
(%) Skor 9% 7,5% 9,9% 8,2% 9,7% 7,2% 3,4% 7,8% 6,5% 10% 7,9% 7,2% 6% 100%
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F
%
22 15 8 4 11 60
37% 25% 13% 7% 18% 100%
Rata-rata
72
Baik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 13 diperoleh skor tertinggi yaitu 10% dan skor terendah terdapat pada butir soal nomor 8 yaitu 3,4%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 22 siswa atau 37% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 8 siswa atau 13% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 4 siswa atau 7% dari 60 siswa mendapat
102
kategori kurang dan 11 siswa atau 18% siswa dari 60 siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 4.1.1.2 Data Variabel Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Apresiasi mengembangkan
sastra tingkat
khususnya imajinasi,
cerita
pendek
menambah
dapat
wawasan
melatih dan
siswa
memberi
pengetahuan baru sehingga siswa sadar dengan kehidupan sekelilingnya, serta dapat membantu siswa menyelesaikan atau meringankan masalah yang dihadapinya. Selain itu, kegiatan apresiasi di sekolah akan mengarahkan siswa menjadi orang yang menggemari karya sastra sehingga dapat menyerap nilai-nilai terutama nilai moral yang terkandung dalam cerita pendek tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati diperoleh hasil perhitungan skor tertinggi 87, skor terendah 20, mean (skor rata-rata) 58; rentang skor 68; banyak kelas 7; dan panjang kelas 10. Data yang diperoleh, akan ditentukan jumlah kelas intervalnya agar lebih mudah untuk ditabulasikan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat pada tabel 4.12 dan histogram frekuensinya dapat dilihat pada gambar 4.2. Langkah-langkah menentukan tabel distribusi frekuensi (Sugiyono 2012:35) sebagai berikut. 1.
Menghitung jumlah kelas interval, dengan menggunakan rumus Sturges K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 60 = 6,9 yang dibulatkan menjadi 7
103
2.
Menghitung rentang data Rumus R = data terbesar – data terkecil + 1 = 87-20+1 = 68
3.
Menentukan panjang kelas Menentukan panjang kelas digunakan rumus panjang kelas = R : K = 68 : 7 = 9,7 dibulatkan menjadi 10. Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek No kelas
Kelas Interval
Batas Bawah
Batas Atas
Nilai Tengah
1 2 3 4 5 6 7
80-89 70-79 60-69 50-59 40-49 30-39 20-29
79,5 69,5 59,5 49,5 39,5 29,5 19,5 Jumlah
89,5 79,5 69,5 59,5 49,5 39,5 29,5
84,5 74,5 64,5 54,5 44,5 34,5 24,5
F 5 10 15 12 8 8 2 60
F Relatif % 8% 17% 25% 20% 13% 13% 3% 100%
F kumulatif % 8% 25% 50% 70% 83% 97% 100%
104
16
Frekuensi Absolut
14 12 10 8 6 4 2 0 19,5
29,5
39,5
49,5
59,5
69,5
79,5
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Dari hasil perhitungan data tersebut dapat diketahui persentase ketuntasan hasil tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa. Batas minimal ketuntasan peserta tes didasarkan pada pedoman yang sudah ada, yaitu berdasarkan Depdiknas RI yang telah menentukan batas minimal ketuntasan sebesar 60 %, sehingga siswa yang memperoleh nilai 60 ke atas dapat dikatakan masuk kategori tuntas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.11 Kriteria Ketuntasan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek No. 1. 2.
Perolehan Nilai ≥ 60 < 60 Jumlah
Kategori Tuntas Tidak Tuntas
Frekuensi 30 30 60
Persentase % 50% 50% 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang sudah tuntas dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yaitu sebanyak 30 dari 60 siswa
105
atau 50%. Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 30 dari 60 siswa atau 50%. Untuk mengetahui tingkatan kriteria nilai tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh siswa dijelaskan dengan analisis deskriptif persentase dengan mengonsultasikan pada tabel kriteria (lihat BAB III pada tabel 3.8). Berdasarkan pedoman kriteria penilaian, perolehan nilai dari siswa dijelaskan dengan pemberian kategori sebagai berikut. Tabel 4.12 Analisis Deskripsi Persentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek No
Tingkat Penguasaan (%)
Kategori
F
%
1
80 ke atas
Sangat Baik
5
8%
2
70 – 79
Baik
10
17%
3
60 – 69
Cukup
15
25%
4
50 – 59
Kurang
12
20%
5
49 ke bawah
Sangat Kurang
18
30%
60
100%
Jumlah
Rata-rata
58
Kurang
Berdasarkan tabel perhitungan tersebut, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat 10 siswa atau 17% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 50 – 59 terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang. Rata-rata perolehan skor pada hasil
106
sebaran tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah 58, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati memiliki kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang kurang. Data yang terkumpul dari hasil penyebaran tes variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada 60 responden dapat diketahui presentase skor dari masing-masing indikator yaitu sebagai berikut. Tabel 4.13 Presentase Skor Per Indikator Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek No. 1.
2.
3.
Indikator Aspek kognitif: memahami unsurunsur kesastraan yang bersifat objektif Aspek emotif: menghayati unsurunsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilainilai yang terkandung dalam bacaan cerita) Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan Skor Rata-rata Kategori
Jumlah Soal
Jumlah Skor
% Skor
Kategori
7
1140
54%
Kurang
3
615
68%
Cukup
2
325
54%
Kurang
58 Kurang
Dari hasil pengumpulan data tersebut diketahui bahwa rata-rata perolehan skor pada hasil sebaran tes adalah 58 termasuk dalam kategori kurang, dimana perolehan skor tertinggi (68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan jumlah tujuh butir soal diperoleh skor sebesar 1140. Skor aspek kognitif dengan jumlah tiga butir soal diperoleh skor sebesar 615 (54%) dan aspek evaluatif dengan jumlah dua butir soal diperoleh skor sebesar 325 (54%). Adapun penjelasan dari masing-masing indikator adalah sebagai berikut.
107
1.
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif Pada indikator ini terdiri dari tujuh butir soal yaitu pada nomor 1-4, 6, 7,
dan
9.
Berdasarkan
hasil
perhitungan
penilaian
terhadap
kemampuan
mengapresiasi cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden mendapatkan nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “aspek kognitif” termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.14 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Kognitif Butir Soal 1 2 3 4 6 7 9 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 97 151 132 138 155 284 183 1140 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(%) Skor 8,5% 13,2% 11,6% 12,1% 13,6% 24,9% 16,1% 100% F 3 13 11 9 24 60
% 5% 22% 18% 15% 40% 100%
Rata-rata
54
Kurang
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pada butir soal nomor 7 diperoleh skor tertinggi yaitu 24,9% dan skor terendah terdapat pada butir soal nomor 1 yaitu 8,5%. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60 siswa
108
mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 11 siswa atau 18% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 24 siswa atau 40% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 2.
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca Pada indikator ini terdiri dari tiga butir soal yaitu pada nomor 5, 8, dan 11.
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 24 responden mendapatkan nilai A dengan kategori sangat baik. Secara keseluruhan, indikator “aspek emotif” termasuk dalam kategori cukup dengan persentase sebesar 68. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.15 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Emotif Butir Soal 5 8 11 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 224 225 166 615 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(%) Skor 36,4% 36,6% 27% 100% F 24 6 13 3 14 60
% 40% 10% 22% 5% 23% 100%
Rata-rata
68
Cukup
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 5 diperoleh skor 36,4%, nomor 8 diperoleh skor 36,6%, dan nomor 11 diperoleh
109
skor 27%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 8 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 24 siswa atau 40% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 6 siswa atau 10% dari 60 siswa mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 13 siswa atau 22% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 3 siswa atau 5% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 14 siswa atau 23% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 3.
Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan Pada indikator ini terdiri dari dua butir soal yaitu pada nomor 10 dan 12.
Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 responden mendapatkan nilai E dengan kategori sangat kurang. Secara keseluruhan, indikator “aspek evaluatif” termasuk dalam kategori kurang dengan persentase sebesar 54. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.16 Analisis Deskripsi Persentase Indikator Aspek Evaluatif Butir Soal 10 12 Jumlah No 1 2 3 4 5
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Jumlah Nilai 166 159 325 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
(%) Skor 51,1% 48,9% 100% F 16 7 2 9 26 60
% 27% 12% 3% 15% 43% 100%
Rata-rata
54
Kurang
110
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada butir soal nomor 10 diperoleh skor 51,1% dan nomor 12 diperoleh skor 48,9%. Jadi pada indikator ini butir soal nomor 10 mendapatkan skor tertinggi. Hasil perhitungan keseluruhan pada indikator ini didapatkan 16 siswa atau 27% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Pada interval nilai 70 – 79 terdapat 7 siswa atau 12% dari 60 siswa mendapat kategori baik. Interval nilai 60 – 69 diperoleh 2 siswa atau 3% dari 60 siswa dengan kategori cukup. Terdapat 9 siswa atau 15% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan 26 siswa atau 43% siswa mendapat nilai 49 ke bawah dengan kategori sangat kurang. 4.1.2
Pengujian Prasyarat Analisis Data Karakteristik data penelitian yang telah dikumpulkan sangat menentukan
teknik analisis yang digunakan. Oleh karena itu, sebelum analisis data secara inferensial untuk kepentingan pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu datadata tersebut diadakan pemeriksaan atau diuji. Pengujian yang dilakukan menyangkut (1) pengujian normalitas; (2) pengujian homogenitas; (3) pengujian linearitas; dan (4) keberartian regresi. Perhitungan prasyarat analisis data dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak program SPSS versi 16.0 for Windows. 4.1.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel berdistribusi normal atau tidak. Taraf signifikansi yang digunakan sebagai aturan untuk menerima atau menolak pengujian atas normal
111
atau tidaknya suatu distribusi data yaitu α = 0,05. Untuk menguji data normal atau tidak maka, digunakan rumusan sebagai berikut. Ho : Data berdistribusi normal Ha : Data tidak berdistribusi normal Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a.
Jika signifikansi p< 0,05, maka Ho ditolak
b.
Jika signifikansi p> 0,05, maka Ho diterima
Hasil perhitungan dilakukan dengan metode One Sample Kolmogorov-Smirnov melalui program SPSS versi 16.0 for Windows, untuk mengidentifikasi data berdistribusi normal atau tidak dengan melihat nilai 2-tailed significance. Hasil perhitungan uji normalitas diketahui sebagai berikut. Tabel 4.17 Hasil Uji Normalitas Variabel X dan Y Kemampuan Membaca Pemahaman N
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 60
60
70,0758
57,7778
16,88959
16,64028
Absolute
0,162
0,070
Positive
0,109
0,050
Negative
-0,162
-0,070
Kolmogorov-Smirnov Z
1,258
0,541
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,085
0,932
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
112
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pengujian normalitas terhadap data kemampuan membaca pemahaman didapatkan nilai signifikansi 0,085 p> 0,05. Dan nilai signifikansi variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek 0,932 p> 0,05. Sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, apabila nilai signifikansi p> 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data kemampuan membaca pemahaman dan data kemampuan mengapresiasi cerita pendek berdistribusi normal (Ho diterima).
Gambar 4.3 P-Plots Hasil Uji Normalitas Grafik normal plot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa penyebaran titiktitik mengikuti garis diagonal, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. 4.1.2.2 Uji Homogenitas Pengujian homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui data yang diperoleh tersebut berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Pengujian
113
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows untuk melihat nilai signifikansi. Hasil perhitungannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Membaca Pemahaman Levene Statistic df1 df2 0,001
1
118
Sig. 0,977
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi variabel kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek (Y) adalah 0,977 > 0,05, artinya data variabel kemampuan membaca pemahaman (X) berdasarkan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek (Y) mempunyai varian yang sama (homogen). 4.1.2.3 Uji Linearitas Tujuan uji linieritas adalah untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat linier atau tidak. Kriteria pengujian linieritas adalah jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05, maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier. Untuk pengujian linearitas ini peneliti menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows. kriteria yang telah ditentukan adalah jika signifikansi p< 0,05, maka hubungannya adalah linear, sebaliknya jika signifikansi p> 0,05, maka hubungannya adalah tidak linear. perhitungannya adalah sebagai berikut.
Hasil
114
Tabel 4.19 Hasil Uji Linearitas antar Variabel (Anova Table) Sum of Squares Kemampuan mengapresiasi cerita pendek * Kemampuan membaca pemahaman
Between Groups
(Combined 11894,656 14 ) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
df
11200,519
Mean Square 849,618
F
Sig.
8,606 0,000
1 11200,519 113,458 0,000
694,137 13
53,395
4442,381 45
98,720
0,541 0,886
16337,037 59
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil taraf signifikansi = 0,000 < 0,05, maka dapat diartikan hubungan antara variabel kemampuan membaca pemahaman dan variabel kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah linear. 4.1.3
Analisis Data Akhir
4.1.3.1 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dan membuktikan apakah hipotesis nol (Ho) yang telah diajukan ditolak atau sebaliknya pada taraf kepercayaan tertentu hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan diterima dan berdasarkan data yang ada di lapangan. Peneliti mengajukan dua hipotesis sebagai berikut.
115
1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. 2. Terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Adapun rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut. Ha
: Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Ho
: Tidak terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek Koefisien korelasi dicari untuk menguji hipotesis dengan melihat seberapa
besar hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
bantuan
program
SPSS
versi
16.0
for
Windows,
hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut. Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi antar Variabel Model Summary
Model 1 a. b.
R 0,828a
Change Statistics Std. Error R Adjusted of the R Square F Sig. F Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change 0,686
0,680
9,41067
0,686 126,473
Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
1 58
0,000
116
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa ada korelasi antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar r
hitung
= 0,828. Untuk mengetahui koefisien korelasi tersebut bernilai
signifikan atau tidak, maka harus dibandingkan dengan r
tabel.
Taraf kesalahan
yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu 5% dan N = 60, maka harga r 0,254, ternyata harga r
hitung
lebih besar dari harga r
tabel,
tabel
=
sehingga Ho ditolak dan
Ha diterima. Jadi ada hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 0,828 termasuk dalam kategori sangat kuat. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima. Adapun rumusan hipotesis kedua adalah sebagai berikut. Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek Ho :
Tidak terdapat pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Besarnya nilai pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi. Adapun nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita
117
pendek sebesar (r hitung)2 x 100% = (0,828)2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal ini berarti keeratan korelasi antara kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Nilai determinasi dapat dilihat pada kolom R square dalam tabel model summary. Jadi dapat dikatakan bahwa hipotesis yang berbunyi “terdapat pengaruh signifikan
kemampuan
membaca
pemahaman
terhadap
kemampuan
mengapresiasi cerita pendek” dinyatakan diterima, karena kemampuan membaca pemahaman
memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
kemampuan
mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. 4.1.3.2 Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana dengan satu prediktor yaitu kemampuan membaca pemahaman (X) sebagai variabel bebas dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek (Y) sebagai variabel terikat. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan antara satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dari analisis regresi ini dapat diketahui model regresi yang dapat digunakan untuk mengetahui bentuk pengaruh antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Pada penelitian ini, analisis regresi sederhana dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows dengan hasil perhitungan sebagai berikut.
118
Tabel 4.21 Hasil Analisis Regresi Sederhana Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
(Constant)
0,611
5,226
0,117
0,907
Kemampuan membaca pemahaman
0,816
0,073
0,828 11,246
0,000
a. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa pada kolom B didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816. Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816 X. Berdasarkan persamaan tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 1, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816 atau setiap nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan Y berbanding lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai Y dan sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y memiliki pengaruh yang signifikan). 4.1.3.3 Uji Signifikansi Uji t atau uji signifikansi parsial digunakan untuk mengetahui ada pengaruh atau tidaknya antar variabel. Antar variabel dependen dan independen dikatakan memiliki pengaruh jika nilai signifikansi < 0,05 dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka antar variabel dependen dan independen tidak
119
berpengaruh. Hasil perhitungan uji t dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows adalah sebagai berikut. Tabel 4.22 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) kemampuan membaca pemahaman
a.
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
2,126
0,162
13,164 0,000
-0,010
0,002
-0,347 -4,023 0,000
Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek Dari tabel hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa variabel kemampuan
membaca pemahaman diperoleh hasil t
hitung
= 4,023 dengan nilai signifikansi
0,000. Jadi nilai signifikan < 0,05 sehingga terdapat pengaruh antara kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
4.2
PEMBAHASAN Hasil analisis dan pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kedua hipotesis
kerja yang diajukan dalam penelitian ini semuanya diterima. Temuan dalam penelitian
ini
meliputi
kemampuan
membaca
pemahaman,
kemampuan
mengapresiasi cerita pendek, hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Secara
120
lengkap pembahasan hasil analisis dan pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut. 4.2.1
Kemampuan Membaca Pemahaman (Variabel X) Keterampilan membaca merupakan modal awal siswa untuk menggali
ilmu pengetahuan yang akan dikembangkan dalam pendidikan formal. Pada dasarnya, hampir semua jenis membaca memerlukan pemahaman karena kualitas membaca manusia khususnya kalangan pelajar diukur dari kecepatan membaca, pemahaman yang mendalam, pengingatan kembali dan penerapan informasi yang didapat secara kreatif. Kegiatan membaca menuntut siswa untuk lebih terfokus pada apa yang dibacanya dari segi kemampuan dan pemahamannya. Peranan guru sangat membantu dalam memilah-milah dan menentukan sumber bacaan, sehingga siswa tidak hanya terlatih untuk membaca dari berbagai sumber bacaan, tetapi juga memahami apa yang dibacanya, serta mampu menyampaikan informasi dalam bentuk lisan maupun tertulis. Salah satu jenis membaca yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah membaca pemahaman, karena dengan membaca pemahaman pembaca akan dapat memahami isi bacaan secara menyeluruh dan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan membuat rangkuman isi bacaan. Hal ini sejalan dengan Somadayo (2011:10), membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Semakin tinggi tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman isi
121
bacaan siswa. Jadi pembelajaran membaca pemahaman dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap suatu bacaan. Tingkat
kemampuan
membaca
pemahaman
diketahui
dengan
menggunakan teknik tes secara individual yaitu tes objektif (pilihan ganda). Tes kemampuan membaca pemahaman terdiri dari 22 butir soal yang diujikan pada 60 responden. Berdasarkan hasil perhitungan, 23 siswa atau 38% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 70 – 79 terdapat 13 siswa atau 22% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 60 – 69 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori cukup. Tingkat kemampuan membaca pemahaman pada interval 50 – 59 terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 8 siswa atau 13% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang. Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah 70 yang termasuk dalam kategori baik. Hasil perhitungan untuk masing-masing indikator yaitu pada indikator “mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya” mendapatkan skor tertinggi yaitu 83% termasuk dalam kategori sangat baik. Skor tertinggi kedua (75%) terdapat pada indikator “memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana” termasuk dalam kategori baik. Kedua indikator tersebut sesuai dengan pendapat dari Tarigan (2008:56) bahwa membaca pemahaman bertujuan untuk memahami standar-standar norma kesastraan, resensi
122
kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi. Didukung juga oleh Nutall (dalam Somadayo, 2011:11) bahwa tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Indikator “menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana” didapatkan skor sebesar 72% termasuk kategori baik. Skor paling rendah (46%) terdapat pada indikator “mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana” dengan kategori sangat kurang. Hal ini didukung oleh pendapat dari Tarigan (2008:117) bahwa tujuan utama membaca pemahaman adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disediakan oleh pembaca berdasarkan pada teks bacaan. Untuk itu, pertanyaanpertanyaan tersebut adalah: (1) mengapa hal itu merupakan judul atau topik; (2) masalah apasajakah yang dikupas atau dibentangkan dalam bacaan tersebut; (3) hal-hal apa yang dipelajari dan dilakukan oleh sang tokoh. Berdasarkan hasil perhitungan yang didapatkan pada penelitian di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk dalam kategori tuntas dan baik dalam kemampuan membaca pemahaman. Jadi siswa memperoleh informasi/pemahaman
dari
bacaan
secara
menyeluruh
dan
mampu
menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru diketahuinya. 4.2.2
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Variabel Y) Kemampuan bersastra untuk sekolah dasar bersifat apresiatif, karena sastra
dapat menanamkan rasa peka terhadap kehidupan, mengajarkan siswa bagaimana
123
menghargai orang lain, mengerti hidup, dan belajar bagaimana menghadapi berbagai persoalan. Dalam pembelajaran sastra, salah satu hal yang penting adalah apresiasi sastra. Effendi (dalam Aminuddin, 2013:34), apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Apresiasi bertujuan agar siswa secara emosional dan estetis peka terhadap suatu karya dan meminta bereaksi terhadap nilai dan kekayaan unsur-unsur psikologis dan artistik yang ada di dalam karya itu. Siswa lebih tertarik untuk membaca sastra cerita pendek dibandingkan dengan jenis prosa lainnya. Karena cerita pendek mengisahkan kehidupan manusia, baik nyata atau khayalan yang disajikan secara singkat dan padat. Sehingga jika siswa mempunyai kemampuan mengapresiasi cerita pendek yang baik, maka siswa akan dapat memahami dan menentukan unsur-unsur pembangun dari cerita tersebut, serta siswa dapat mengambil pelajaran dari cerita yang dibacanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat diketahui dengan dilakukan tes uraian singkat. Tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek dalam penelitian ini terdiri dari 12 butir soal yang diujikan pada 60 responden. Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa sebanyak 5 siswa atau 8% dari 60 siswa mendapat nilai 80 ke atas dengan kategori sangat baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 70 – 79 terdapat 10 siswa atau 17% dari 60 siswa dengan kategori baik. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 60 – 69 terdapat 15 siswa atau 25% dari 60 siswa mendapat kategori
124
cukup. Tingkat kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada interval 50 – 59 terdapat 12 siswa atau 20% dari 60 siswa mendapat kategori kurang dan pada interval 49 ke bawah terdapat 18 siswa atau 30% dari 60 siswa mendapat kategori sangat kurang. Nilai rata-rata kemampuan mengapresiasi cerita pendek dari 60 responden siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang. Hasil perhitungan masing-masing indikator yaitu perolehan skor tertinggi (68%) terdapat pada indikator “aspek emotif” dengan kategori cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendi bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Indikator aspek kognitif diperoleh skor sebesar 54% termasuk dalam kategori kurang. Hal ini didukung oleh pendapat Moody dan Leslie (dalam Faisal, 2009:7.6) bahwa manfaat apresiasi sastra yaitu: (1) melatih keempat keterampilan berbahasa; (2) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb; (3) membantu mengembangkan pribadi; (4) membantu pembentukan watak; (5) memberi kenyamanan; (6) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru. Indikator aspek evaluatif diperoleh skor sebesar 54% dengan kategori kurang. Hal ini sesuai dengan pengertian apresiasi sastra yaitu suatu kegiatan seseorang dalam menggauli karya sastra untuk memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran
125
kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Berdasarkan
hasil
perhitungan
tersebut,
dapat
dikatakan
bahwa
kemampuan mengapresiasi cerita pendek termasuk dalam kategori kurang. Jadi tujuan dari kegiatan mengapresiasi cerita pendek belum tercapai secara maksimal. 4.2.3
Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah akan ada hubungan positif
dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Berdasarkan hasil analisis data dan uji prasyarat diperoleh data variabel X dan variabel Y berdistribusi normal, homogen, dan linear. Hubungan kedua variabel dihitung menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows dengan rumus Product Moment dan hasil yang diperoleh adalah r
xy
= 0,828 dan r tabel dengan N = 60 adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga r
xy
lebih besar dari r
hitung
berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel
kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Untuk mengetahui interpretasi koefisien korelasi maka harus berpedoman pada tabel interpretasi. Hasil perhitungan menunjukkan
r
xy
= 0,828 yaitu
termasuk dalam kategori sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau searah, karena koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828. Hal ini juga didasarkan pada hasil perhitungan analisis deskripsi persentase kemampuan
126
membaca pemahaman dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 70 yang termasuk dalam kategori baik dan juga pada hasil perhitungan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dengan rata-rata perolehan skor hasil sebaran tes adalah 58 yang termasuk dalam kategori kurang. Sejalan dengan hasil perhitungan tersebut, menurut Moody dan Leslie (dikutip dari Wardani, 1981 dalam Faisal, 2009:7.6) salah satu manfaat apresiasi sastra yaitu melatih keempat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa yang diperlukan siswa dalam kegiatan apresiasi adalah membaca, karena dengan membaca siswa akan mengetahui dan memahami dengan jelas isi dari karya sastra yang dibacanya. Agar pemahaman siswa terhadap karya sastra menyeluruh, maka siswa dapat menggunakan salah satu jenis membaca, yaitu membaca pemahaman. Menurut Nutall (dalam Somadayo, 2011:11), tujuan membaca merupakan bagian dari proses membaca pemahaman, pembaca memperoleh pesan atau makna dari teks yang dibaca, pesan atau makna tersebut dapat berupa informasi, pengetahuan, dan bahkan ungkapan pesan senang atau sedih. Jadi membaca pemahaman akan memudahkan siswa untuk mengapresiasi suatu karya sastra, karena dalam kegiatan apresiasi sastra siswa harus memahami unsur-unsur pembangun dalam karya sastra tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dan pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Jadi semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin besar kemampuan
127
mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membaca pemahaman maka akan semakin rendah kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 4.2.4
Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Pengujian hipotesis ini menggunakan program SPSS versi 16.0 for Windows dengan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a + bX. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816. Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Berdasarkan persamaan tersebut, apabila nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah satu satuan, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 0,816 atau setiap nilai kemampuan membaca pemahaman bertambah 10, maka nilai kemampuan mengapresiasi cerita pendek akan bertambah 8,16. Nilai X dan Y berbanding lurus, artinya semakin besar nilai X maka semakin besar pula nilai Y dan sebaliknya semakin kecil nilai X maka semakin kecil pula nilai Y (X dan Y memiliki pengaruh yang signifikan). Besarnya nilai pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi. Adapun nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar (r
2 hitung)
x 100% =
(0,828)2 x 100% = 0,686 x 100% = 68,6%. Hal ini berarti keeratan korelasi antara
128
kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya tingkat intelegensi siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan kajian teori yang dikemukakan pada bab II yaitu, kemampuan membaca pemahaman merupakan salah satu faktor terpenting dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Tujuan membaca pemahaman yaitu untuk memperoleh pemahaman atau informasi dari suatu bacaan secara menyeluruh agar pembaca mampu menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru diketahuinya, maka membaca pemahaman dapat membantu siswa dalam kegiatan apresiasi cerita pendek. Karena melalui membaca pemahaman, siswa akan mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh dari suatu bacaan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap katya kesastraan manusia Indonesia. Jadi siswa akan mudah menentukan dan memahami unsur-unsur pembangun cerita pendek yang dibacanya, serta siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu berdasarkan jurnal dari Harlin (2015) menyatakan bahwa siswa yang memiliki pemahaman yang baik terhadap bacaan, maka akan mudah dalam memahami masalah sehingga dapat menyelesaikan soal cerita dengan baik pula. Artinya jika siswa baik dalam membaca pemahaman, maka akan diikuti dengan kemampuan menyelesaikan soal yang baik pula. Begitu sebaliknya, apabila siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman rendah, maka kemampuan menyelesaikan soal
129
juga akan rendah. Berdasarkan hasil perhitungan dan penjelasan tersebut, maka kemampuan membaca pemahaman siswa berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 4.2.5 Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat memberikan implikasi baik secara teoretis, praktis, dan pedagogis. Implikasi yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut. 4.2.5.1 Implikasi Teoretis Dalman (2014:87), membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Oleh sebab itu, setelah membaca teks, pembaca diharapkan dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Melalui kegiatan membaca pemahaman, siswa akan mampu mengapresiasi suatu bacaan dan menyampaikannya baik secara lisan maupun tulisan. Serta memberikan penilaian/pujian terhadap kualitas sebuah karya melalui perasaan atau kepekaan batin, pemikiran kritis, pemahaman, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan oleh pengarang. Hasil penelitian secara teoretis membuktikan bahwa kemampuan membaca pemahaman berhubungan erat dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Semakin tinggi kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka akan semakin tinggi pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki seseorang, maka semakin rendah pula kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Selanjutnya, hasil
130
penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. 4.2.5.2 Implikasi Praktis Hasil penelitian ini, secara praktis dapat memberikan acuan kepada guru SD untuk mengembangkan kemampuan akademik siswa melalui pembelajaran membaca dan sebagai bahan pertimbangan guru dalam memperhatikan kebutuhan siswa pada pembelajaran membaca. Selain itu, agar guru memiliki indikator yang jelas berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca dan kemampuan apresiasi siswa. 4.2.5.3 Implikasi Pedagogis Setelah mengetahui hubungan dan pengaruh kemampuan membaca pemahaman dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, secara pedagogis implikasi dari penelitian ini adalah guru dapat mengatasi kesulitan siswa dalam kegiatan membaca dan memahami isi bacaan dengan membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca yang dimiliki siswa melalui kegiatan apresiasi karya sastra.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data kemampuan membaca pemahaman dan
kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dapat disimpulkan bahwa: 1.
Kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada kategori baik yaitu dengan rata-rata 70.
2.
Kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati termasuk pada kategori kurang yaitu dengan rata-rata 58.
3.
Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang ditunjukkan dengan hasil perhitungan r
xy
= 0,828 dan r
adalah 0,254 pada taraf signifikan 0,05, sehingga r Hasil perhitungan menunjukkan r
xy
tabel
xy lebih
dengan N = 60
besar dari r
hitung.
= 0,828 yaitu termasuk dalam kategori
sangat kuat. Hubungan antara kemampuan membaca pemahaman dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek bersifat positif atau searah, karena koefisien korelasi bernilai positif yaitu sebesar 0,828. 4.
Terdapat pengaruh yang signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas V SD di Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati yang 131
132
ditunjukkan dengan hasil perhitungan menggunakan persamaan regresi Ŷ = a + bX dan didapatkan harga a sebesar 0,611 dan harga b sebesar 0,816. Sehingga persamaan regresinya adalah Ŷ = 0,611 + 0,816X. Adapun nilai determinasi kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Hal ini berarti keeratan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 68,6%. Jadi dapat diketahui bahwa kemampuan mengapresiasi cerita pendek 68,6% ditentukan oleh tingginya kemampuan membaca pemahaman, dan 31,4% ditentukan oleh faktor lainnya, misalnya tingkat intelegensi siswa.
5.2
SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan pada penelitian ini, peneliti
memberikan saran sebagai berikut. 1.
Bagi Siswa Siswa
hendaknya
banyak
berlatih
membaca
khususnya
membaca
pemahaman, karena dengan membaca dan memahami isi bacaan maka siswa akan mudah untuk mengapresiasi karya sastra. Selain itu, membaca merupakan keterampilan yang sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran semua bidang studi. 2.
Bagi Guru Guru hendaknya memberikan motivasi dan bimbingan yang teratur kepada siswa dalam kegiatan membaca. Guru juga perlu merencanakan kegiatan-
133
kegiatan yang dapat menunjang peningkatan keterampilan membaca siswa, khususnya kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa yang dirasa masih kurang. 3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Kemampuan mengapresiasi cerita pendek tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kemampuan membaca pemahaman saja, maka diharapkan kepada peneliti lain untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
134
DAFTAR PUSTAKA Adawiyah, Rabiatul, dkk. Peningkatan Kemampuan membaca Pemahaman Melalui Metode Diskusi Siswa Kelas IV SDN Inti Tomoli. Jurnal Kreatif Tadulako Online 5:14-25. Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. . 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ________________. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Artu, Nurdia. 2013. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R). Jurnal Kreatif Tadulako Online 2:105-113. Auzar. 2013. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika Murid-Murid Kelas 5 SD 006 Pekanbaru. Jurnal Bahas 8:33-38. Azwar, Saifuddin. 2015. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Basuki, Imam Agus. 2011. Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SD Berdasarkan Tes Internasional dan Tes Lokal. Jurnal Bahasa dan Seni 2:202-212. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Dalman. 2014. Keterampilan Membaca. Jakarta: Rajawali Perss. Daryanto. 2013. Belajar dan Mengajar. Bandung: Yrama Widya. Darmawan, Deni. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Djiwandono, Soenardi. 2011. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Malang: Indeks.
135
Doyin dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia. Semarang: Unnes Press. Faisal, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Gilakjani, Abbas Pourhosein, dkk. 2011. The Relationship between L2 Reading Comprehension and Schema Theory: A Matter of Text Familiarity. International Journal of Information and Education Technology 1:142-149. Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Harlin, Arum Titis. 2015. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas IV SDN se-Gugus 3 Imogiri Bantul. Haryadi, 2012. Dasar-dasar Membaca Bermuatan Berpikir Kreatif dan Pendidikan Karakter. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Herman, J. Waluyo. 2014. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press. Imam, Ombra A., dkk. 2013. Correlation between Reading Comprehension Skills and Students’ Performance in Mathematics. International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) 2:1-8. Laily, Idah Faridah. 2014. Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Memahami Soal Cerita Matematika Sekolah Dasar. Jurnal Eduma 3:52-62. Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. Nurhadi. 2005. Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru Algensindo. . 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar Baru Algesindo. Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
136
Pourkalhor, Omid, dkk. 2013. Teaching Reading Comprehension Through Short Stories in Advance Classes. Asian Journal of Social Sciences & Humanities 2:52-60. Priyatno, Dwi. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV Andi Offset. Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Riduwan. 2015. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Riffa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press. Rosdiana, Yusi, dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Samirun. 2013. Korelasi Penguasaan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi. Jurnal NOSI 1:287-295. Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. . 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suhartiningsih. 2012. Meningkatkan Kemampuan Mengapresiasi Bacaan Cerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Melalui Pendekatan Area Isi. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar 1:131-142. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia.
137
Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2011. Jakarta: Diperbanyak oleh Sinar Grafika. Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Zulela. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
138
Lampiran 1 DAFTAR NAMA SAMPEL UJI COBA NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
NAMA AR AT AF AD BS CH DD DN VI FN HR ID IS IN IR MR MS RS RN MF RK RA RT RC SA MA MF BL AK DP IA MI
KODE UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32
139
Lampiran 2 KISI-KISI TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA) No.
Indikator
No. Item
Jumlah Item
9, 27-29
4
2, 10, 14, 21, 24
5
19, 20, 26, 30
4
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan 1 dalam wacana Mengenali susunan organisasi wacana dan antar 2 hubungan bagian-bagiannya Mengenali
pokok-pokok
pikiran
yang
3 terungkapkan dalam wacana Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban-
1, 3-8, 11-13, 15-
4
17 nya secara eksplisit terdapat dalam wacana
18, 22, 23, 25
Jumlah item
30 Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)
140
Lampiran 3 TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (UJI COBA) Petunjuk: 1.
Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah disediakan.
2.
Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaanpertanyaan.
3.
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4.
Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia.
5.
Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6.
Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut: Contoh:
a
b
c
d
diperbaiki
a b
c
d
(Bacaan untuk soal no. 1-12) Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia. Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya. Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya mengobrol. Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
141
terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat bila ayah mereka pergi berdagang. Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal. Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan ibunya. 1.
Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas? a. Bawang Merah dan Bawang Putih b. Bawang Putih dan ibunya c. Bawang Merah dan ibunya d. Bawang Merah yang jahat
2.
Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas? a. Bawang Putih b. Bawang Merah c. Ayah Bawang Putih d. Ibu Bawang Merah
3.
Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas? a. Penipu dan jahat b. Jahat dan kejam c. Senang berbohong dan licik d. Penipu dan licik
4.
Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal? a. Bawang Putih merasa sangat kesepian b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5.
Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya? a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
142
d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya 6.
Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih ketika ayahnya pergi berdagang? a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7.
Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya? a. Putus asa b. Menyerah c. Bahagia d. Tabah
8.
Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke …. a. Satu b. Dua c. Tiga d. Empat
9.
Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata .... a. Pergi b. Layu c. Wafat d. Mengusir
10. Cerita pendek di atas termasuk .... a. Sage b. Dongeng c. Mitos d. Legenda 11. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan ayah Bawang Putih? a. Memberikan makanan b. Berlibur bersama
143
c. Mengawasi Bawang Putih d. Menolong Bawang Putih 12. Pesan moral dari cerita di atas adalah .... a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya b. Tabah menjalani musibah c. Jangan menilai orang dari penampilannya d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas
(Bacaan untuk soal no. 13-16) Pahlawan Kecil Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju, Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar, aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga. 13. Berdasarkan penggalan cerita di atas, tema dari cerita tersebut adalah .... a. Perjuangan hidup seorang anak b. Perjuangan pahlawan kemerdekaan c. Pengamen jalanan d. Keluarga sejahtera 14. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah .... a. Adik b. Ibu c. Ayah d. Joni 15. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah? a. Meminta-minta b. Mengamen c. Bekerja d. Belajar
144
16. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah .... a. Jangan Berbohong b. Taat Kepada Orang Tua c. Jangan Boros d. Menyayangi keluarga
(Bacaan untuk soal no. 17-18) Raden Pangantin Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya. 17. Berdasarkan cerita di atas, watak Diang Ingsun adalah .... a. Anak yang sangat menyayangi ibunya b. Ibu yang sombong namun sangat menyayangi anaknya c. Ibu yang sederhana dan tua renta d. Ibu yang tidak mengakui anaknya 18. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah…. a. Penurut b. Penyayang c. Pekerja keras d. Berbakti 19. Bacalah cerita di bawah ini! Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat. Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya tanpa bantuan orang lain. Gagasan utama pada paragraf di atas adalah .... a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya b. Anton anak yang pandai
145
c. Anton belajar penuh semangat d. Anton mengulang selalu mengulang pembelajaran 20. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda. Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup merugikan produsen, distributor dan konsumen. Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah…. a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan c. Ombak tinggi di selat sunda d. Cuaca buruk merugikan produsen
(Bacaan untuk soal no. 21 dan 22) Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana. Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil menangkap burung itu dengan cepat. 21. Tokoh dalam cerita di atas adalah…. a. Tikus b. Burung c. Raja d. Tikus, burung, dan raja 22. Amanat dari cerita di atas adalah…. a. Binatang harus patuh pada raja b. Kita tidak boleh membantu rang lain c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain d. Semua perbuatan akan ada balasannya 23. Matahari menampakkan diri dari ufuk timur. Petani berangkat ke sawah dengan gembira. Mereka membawa perlengkapan panen dan makanan secukupnya. Hamparan butiran padi yang menguning menunduk minta dituai.
146
Latar cerita pada paragraf di atas adalah... a. Di pegunungan b. Di pinggir hutan c. Di sawah pagi hari d. Di sawah siang hari
(Bacaan untuk soal no. 24 dan 25) Nunu tak peduli diejek kawan-kawannya. Dia tetap masuk Taman Bacaan "Kancil". Siang itu dia sengaja menyempatkan mampir ke tempat baca itu. "Semakin banyak membaca buku, ternyata makin banyak yang ku tahu", gumam Nunu. 24. Tokoh utama dalam penggalan cerita di atas adalah.... a. Dia b. Taman Bacaan "Kancil" c. Nunu d. Kawan-kawannya 25. Amanat yang terkandung dalam cerita di atas adalah.... a. Rajin membaca b. Semakin banyak membaca buku semakin banyak tahu c. Taman bacaan tempat anak yang hobi membaca d. Meski banyak yang mengejek, Nunu tetap pergi ke Taman Bacaan "Kancil" 26. Longsornya timbunan sampah di Batujajar menyebabkan bencana alam. Peristiwa ini telah menelan banyak korban jiwa dan harta benda. Sebagian penduduk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Gagasan utama pada paragraf di atas adalah.... a. Bencana alam b. Longsornya timbunan sampah c. Korban bencana banyak d. Penduduk mengungsi ke tempat aman
147
27. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta. Makna kata yang dicetak miring ialah.... a. Orang yang mengetik berita b. Orang yang melaporkan berita c. Orang yang menjual berira d. Orang yang membaca berita 28. Para penonton ... karena lucu. Kata yang tepat untuk me lengkapi titik-titik tersebut ialah .... a.
Tersipu-sipu
b.
Terisak-isak
c.
Tersedu-sedu
d.
Terbahak-bahak
29. Sungguh megah bangunanmu Indah dan menggugah Siapa pun memandang akan ter pesona Kau salah satu tujuh keajaiban dunia Kebanggaan bangsa Indonesia Kutipan puisi tersebut menceritakan .... a. Candi Borobudur b. Monas c. Prasasti d. Museum 30. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman. Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya. Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah.... a. Seruni tidak memiliki teman b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
148
Nama
:
Absen
:
Kelas
:
Sekolah
:
NILAI :
LEMBAR JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1.
A
B
C
D
16.
A
B
C
D
2.
A
B
C
D
17.
A
B
C
D
3.
A
B
C
D
18.
A
B
C
D
4.
A
B
C
D
19.
A
B
C
D
5.
A
B
C
D
20.
A
B
C
D
6.
A
B
C
D
21.
A
B
C
D
7.
A
B
C
D
22.
A
B
C
D
8.
A
B
C
D
23.
A
B
C
D
9.
A
B
C
D
24.
A
B
C
D
10.
A
B
C
D
25.
A
B
C
D
11.
A
B
C
D
26.
A
B
C
D
12.
A
B
C
D
27.
A
B
C
D
13.
A
B
C
D
28.
A
B
C
D
14.
A
B
C
D
29.
A
B
C
D
15.
A
B
C
D
30.
A
B
C
D
149
KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1.
A
16. D
2.
D
17. C
3.
B
18. B
4.
C
19. B
5.
D
20. A
6.
A
21. D
7.
D
22. C
8.
C
23. C
9.
C
24. C
10. B
25. B
11. A
26. B
12. A
27. B
13. A
28. D
14. D
29. A
15. B
30. A
150
Lampiran 4 LEMBAR HASIL UJI COBA TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
151
152
Lampiran 5 TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32
N
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 30
5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28
6 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27
7 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
8 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 9
9 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30
12 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
14 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 28
Butir Soal 15 16 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 30 22
17 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 20
18 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 23
21 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 24
22 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 22
23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31
24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 30
25 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 18
26 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 22
27 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21
28 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 28
30 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 10
Skor 15 24 23 22 29 18 26 22 16 24 26 24 27 17 26 26 18 25 27 17 23 21 23 18 29 17 25 21 29 26 28 26 738
153
Lampiran 6 UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N Rxy r tabel Keterangan
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.477158867 0.349 VALID
2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21 0.541634143 0.349 VALID
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.41406348 0.349 VALID
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 30 0.445611174 0.349 VALID
5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28 0.513764681 0.349 VALID
6 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27 0.448240148 0.349 VALID
7 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0.586930629 0.349 VALID
Butir Soal 8 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 9 0.483002615 0.349 VALID
9 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.477158867 0.349 VALID
10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29 0.031111234 0.349 DROP
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.41406348 0.349 VALID
12 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23 0.400202167 0.349 VALID
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26 0.183422335 0.349 DROP
14 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 28 0.444493038 0.349 VALID
15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.477158867 0.349 VALID
154
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N Rxy r tabel Keterangan
16 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 22 0.356277189 0.349 VALID
17 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 20 -0.082812696 0.349 DROP
18 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0.586930629 0.349 VALID
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.41406348 0.349 VALID
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 23 0.349248045 0.349 VALID
21 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 24 0.432074574 0.349 VALID
22 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 22 0.372752434 0.349 VALID
Butir Soal 23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 -0.041146573 0.349 DROP
24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 30 -0.027604232 0.349 DROP
25 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 18 0.075044279 0.349 DROP
26 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 22 0.04324752 0.349 DROP
27 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21 0.541634143 0.349 VALID
28 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0.586930629 0.349 VALID
29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 28 0.329040301 0.349 DROP
30 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 10 0.549861326 0.349 VALID
155
Lampiran 7 UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N
p q pq
1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
2 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21
0.65625 0.34375 0.225585938
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
5 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 28
0.875 0.125 0.109375
6 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 27
0.84375 0.15625 0.131835938
7 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22
0.6875 0.3125 0.21484375
Butir Soal 8 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 9
0.28125 0.71875 0.202148438
9 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 29
0.90625 0.09375 0.084960938
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
12 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 23
0.71875 0.28125 0.202148438
13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 26
0.8125 0.1875 0.15234375
14 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 28
0.875 0.125 0.109375
15 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30
0.9375 0.0625 0.05859375
156
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N p Rxy q r tabel pq Keterangan
k ∑pq var mean ρ (KR 21)
16 17 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 22 20 0.6875 -0.082812696 0.625 0.356277189 0.3490.3125 0.3490.375 0.21484375 0.234375 VALID DROP
18 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0.6875 0.586930629 0.3490.3125 0.21484375 VALID
30 4.42578125 16.74609375 23.0625 0.705026423
19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 30 0.9375 0.41406348 0.3490.0625 0.05859375 VALID
20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 23 0.71875 0.349248045 0.28125 0.349 0.202148438 VALID
21 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 24 0.75 0.432074574 0.349 0.25 0.1875 VALID
Butir Soal 22 23 24 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 31 30 0.6875 -0.041146573 0.96875 -0.027604232 0.9375 0.372752434 0.03125 0.3490.3125 0.349 0.3490.0625 0.21484375 0.030273438 0.05859375 VALID DROP DROP
25 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 18 0.5625 0.075044279 0.3490.4375 0.24609375 DROP
26 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 22 0.6875 0.04324752 0.3490.3125 0.21484375 DROP
27 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 21 0.65625 0.541634143 0.34375 0.349 0.225585938 VALID
28 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 22 0.6875 0.586930629 0.3490.3125 0.21484375 VALID
29 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 28 0.875 0.329040301 0.349 0.125 0.109375 DROP
30 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 10 0.3125 0.549861326 0.3490.6875 0.21484375 VALID
157
Lampiran 8 KISI-KISI TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA) No.
Indikator
No. Item
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang
1-5, 7-9,
Jumlah Item
1.
9 bersifat objektif
12
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam 6, 10, 11, 2.
teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-nilai yang
4 14
terkandung dalam bacaan cerita) 3.
Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan
13, 15
Jumlah
2 15
Sumber: Aminudin (2013:34)
158
Lampiran 9 TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA) Petunjuk: 1.
Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah disediakan.
2.
Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan.
3.
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4.
Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah disediakan.
Putri Gisela Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya. Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung. Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya. Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana. Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?” Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan? Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena
159
ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap sudah tua. Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan. Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.” Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali. Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.” Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu, tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran yang menyebutnya cantik. Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.
(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
160
Nama
:
Absen
:
Kelas
:
Sekolah
:
NILAI :
Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1.
Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2.
Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita Putri Gisela!
3.
Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
4.
Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
5.
Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
6.
Pada paragraf kedua, mengapa Putri Gisela merasa bahagia?
7.
Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
8.
Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata tersebut?
9.
Siapakah yang menolong Putri Gisela?
10. Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik? 11. Bagaimanakah akhir cerita Putri Gisela? 12. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela? 13. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian! 14. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela? 15. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
161
KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (UJI COBA) 1.
Perjuangan atau percintaan.
2.
Tokoh: Putri Gisela, Pangeran Jonathan, Penasehat Kerajaan, Raja negeri Anta.
3.
Alur maju.
4.
Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
5.
Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela menjadi wanita tua.
6.
Karena Putri Gisela bisa mencurahkan isi hatinya kepada burung-burung yang bertengger di atap rumahnya.
7.
Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan dianggap sebagai penjelmaan iblis.
8.
Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
9.
Pangeran Jonathan.
10. Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik. 11. Putri Gisela dan Pangeran Jonathan kembali ke negeri Anta untuk bertemu dengan Raja dan akhirnya hidup bahagia selamanya. 12. Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja. 13. (tergantung jawaban siswa). 14. Paragraf ketujuh. 15. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang dari penampilan luarnya.
162
Lampiran 10 LEMBAR HASIL UJI COBA TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
163
Lampiran 11 TABULASI DATA UJI COBA KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N Rxy r tabel Keterangan
1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 5 2 1 2 2 5 1 5 59 0.549137845 0.349 VALID
2 4 4 1 5 4 4 5 3 5 3 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 125 -0.033677267 0.349 DROP
3 5 5 2 1 5 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 5 5 3 5 5 5 5 1 5 107 0.553886162 0.349 VALID
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 2 73 0.381395112 0.349 VALID
5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 5 2 3 3 2 88 0.390840337 0.349 VALID
6 1 1 5 4 4 4 5 1 5 1 2 5 4 1 1 1 5 1 1 1 2 1 1 1 3 4 4 5 2 5 2 1 84 0.351505018 0.349 VALID
7 5 5 5 4 4 4 4 3 4 5 1 5 5 5 2 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 5 139 0.255497998 0.349 DROP
Butir Soal 8 5 5 5 5 5 5 4 5 3 2 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 139 0.504016322 0.349 VALID
9 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 147 0.396610328 0.349 VALID
10 1 4 5 5 5 5 3 5 2 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 4 1 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 131 0.572453052 0.349 VALID
11 1 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 0 4 5 3 5 5 4 5 3 2 4 5 5 5 3 4 4 4 3 128 0.306417938 0.349 DROP
12 3 5 1 5 4 5 4 5 1 5 3 5 5 3 4 5 1 5 4 1 1 2 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 121 0.690815395 0.349 VALID
13 3 1 4 3 3 3 3 2 1 2 2 5 5 1 4 5 1 3 1 3 3 2 3 3 5 5 2 3 4 3 2 5 95 0.60881607 0.349 VALID
14 1 1 5 5 1 1 5 5 1 5 1 5 5 1 1 5 5 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 1 5 5 5 92 0.48835632 0.349 VALID
15 4 2 5 5 5 5 3 5 1 3 3 4 5 2 2 5 2 5 4 3 1 2 2 2 5 5 5 5 2 5 3 5 115 0.784578886 0.349 VALID
Skor (X) 46 49 56 58 54 53 57 56 39 46 40 61 67 39 46 62 38 62 51 34 43 31 47 52 65 58 55 60 45 66 47 60 1643
164
Lampiran 12 UJI VALIDITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N Rxy r tabel Keterangan
1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 5 2 1 2 2 5 1 5 59 0.549137845 0.349 VALID
2 4 4 1 5 4 4 5 3 5 3 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 125 -0.033677267 0.349 DROP
3 5 5 2 1 5 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 5 5 3 5 5 5 5 1 5 107 0.553886162 0.349 VALID
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 2 73 0.381395112 0.349 VALID
5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 5 2 3 3 2 88 0.390840337 0.349 VALID
6 1 1 5 4 4 4 5 1 5 1 2 5 4 1 1 1 5 1 1 1 2 1 1 1 3 4 4 5 2 5 2 1 84 0.351505018 0.349 VALID
7 5 5 5 4 4 4 4 3 4 5 1 5 5 5 2 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 5 139 0.255497998 0.349 DROP
Butir Soal 8 5 5 5 5 5 5 4 5 3 2 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 139 0.504016322 0.349 VALID
9 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 147 0.396610328 0.349 VALID
10 1 4 5 5 5 5 3 5 2 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 4 1 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 131 0.572453052 0.349 VALID
11 1 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 0 4 5 3 5 5 4 5 3 2 4 5 5 5 3 4 4 4 3 128 0.306417938 0.349 DROP
12 3 5 1 5 4 5 4 5 1 5 3 5 5 3 4 5 1 5 4 1 1 2 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 121 0.690815395 0.349 VALID
13 3 1 4 3 3 3 3 2 1 2 2 5 5 1 4 5 1 3 1 3 3 2 3 3 5 5 2 3 4 3 2 5 95 0.60881607 0.349 VALID
14 1 1 5 5 1 1 5 5 1 5 1 5 5 1 1 5 5 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 1 5 5 5 92 0.48835632 0.349 VALID
15 4 2 5 5 5 5 3 5 1 3 3 4 5 2 2 5 2 5 4 3 1 2 2 2 5 5 5 5 2 5 3 5 115 0.784578886 0.349 VALID
Skor (X) 46 49 56 58 54 53 57 56 39 46 40 61 67 39 46 62 38 62 51 34 43 31 47 52 65 58 55 60 45 66 47 60 1643
165
Lampiran 13 UJI RELIABILITAS KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Responden UC-01 UC-02 UC-03 UC-04 UC-05 UC-06 UC-07 UC-08 UC-09 UC-10 UC-11 UC-12 UC-13 UC-14 UC-15 UC-16 UC-17 UC-18 UC-19 UC-20 UC-21 UC-22 UC-23 UC-24 UC-25 UC-26 UC-27 UC-28 UC-29 UC-30 UC-31 UC-32 N
VARIAN ITEM JUMLAH VAR ITEM JUMLAH VAR TOTAL RELIABILITAS
1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 5 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 5 2 1 2 2 5 1 5 59 2.071572581 29.05342742 92.55544355 0.735103975
2 4 4 1 5 4 4 5 3 5 3 4 5 3 5 5 4 4 5 4 4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 3 3 125 0.797379032
3 5 5 2 1 5 1 5 5 1 1 1 1 5 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 5 5 3 5 5 5 5 1 5 107 3.78125
4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 2 2 73 0.53125
5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 2 3 2 3 2 3 1 3 1 3 3 3 2 3 5 2 3 3 2 88 0.838709677
6 1 1 5 4 4 4 5 1 5 1 2 5 4 1 1 1 5 1 1 1 2 1 1 1 3 4 4 5 2 5 2 1 84 2.887096774
7 5 5 5 4 4 4 4 3 4 5 1 5 5 5 2 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 5 5 139 1.13608871
Butir Soal 8 5 5 5 5 5 5 4 5 3 2 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 139 1.845766129
9 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 147 1.410282258
10 1 4 5 5 5 5 3 5 2 4 5 5 5 5 5 5 1 5 5 1 4 1 5 5 4 4 4 5 4 4 5 5 131 1.894153226
11 1 5 5 5 2 5 5 2 5 5 5 5 5 0 4 5 3 5 5 4 5 3 2 4 5 5 5 3 4 4 4 3 128 1.870967742
12 3 5 1 5 4 5 4 5 1 5 3 5 5 3 4 5 1 5 4 1 1 2 3 5 5 5 5 5 4 4 4 4 121 2.111895161
13 3 1 4 3 3 3 3 2 1 2 2 5 5 1 4 5 1 3 1 3 3 2 3 3 5 5 2 3 4 3 2 5 95 1.708669355
14 1 1 5 5 1 1 5 5 1 5 1 5 5 1 1 5 5 5 1 1 5 1 1 1 5 1 1 1 1 5 5 5 92 4.112903226
15 4 2 5 5 5 5 3 5 1 3 3 4 5 2 2 5 2 5 4 3 1 2 2 2 5 5 5 5 2 5 3 5 115 2.055443548
Skor (X)
Skor Kuadrat
46 49 56 58 54 53 57 56 39 46 40 61 67 39 46 62 38 62 51 34 43 31 47 52 65 58 55 60 45 66 47 60 1643
2116 2401 3136 3364 2916 2809 3249 3136 1521 2116 1600 3721 4489 1521 2116 3844 1444 3844 2601 1156 1849 961 2209 2704 4225 3364 3025 3600 2025 4356 2209 3600 87227
166
Lampiran 14 DAFTAR NAMA SAMPEL PENELITIAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama R AK BS DA DL IN KN RE RW YS SN DS GR MF AF AK BA IK KF MC MA MK PA RS SJ TA TH FA FR HA
Kode SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30
No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama YS AR VA FH NA TS AC DA ES IA ND RS DM AK AN CC SG AS II MF AA FN GT IG MK AR SA DM MH AE
Kode SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
167
Lampiran 15 KISI-KISI TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN) No.
Indikator
No. Item
Jumlah Item
9, 20, 21
3
2, 12, 18
3
16, 17, 22
3
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan 1 dalam wacana Mengenali susunan organisasi wacana dan antar 2 hubungan bagian-bagiannya Mengenali
pokok-pokok
pikiran
yang
3 terungkapkan dalam wacana Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawaban-
1, 3-8, 10, 11, 13,
4
13 nya secara eksplisit terdapat dalam wacana
14, 15, 19
Jumlah item
22 Sumber: Farr (dalam Djiwandono, 2011:117)
168
Lampiran 16 TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN (PENELITIAN) Petunjuk: 1.
Isilah nama dan nomor absen anda pada kolom identitas yang telah disediakan.
2.
Baca dan pahami dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaanpertanyaan.
3.
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4.
Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda silang (X) pada lembar jawaban yang tersedia.
5.
Kerjakan semua pertanyaan secara individu.
6.
Jika jawaban anda salah dan ingin dibetulkan caranya sebagai berikut: Contoh:
a
b
c
d
diperbaiki
a b
c
d
(Bacaan untuk soal no. 1-11) Pada zaman dahulu, di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang bahagia. Keluarga itu mempunyai anak yang cantik bernama Bawang Putih. Kehidupan bahagia itu terganggu saat ibu Bawang Putih sakit keras dan pada akhirnya meninggal dunia. Bawang Putih dan ayahnya sangat berduka. Sekarang Bawang Putih hanya tinggal berdua bersama ayahnya. Di desa itu, hiduplah seorang janda yang mempunyai anak bernama Bawang Merah. Sejak ibu Bawang Putih meninggal, ibu Bawang Merah sering berkunjung ke rumah Bawang Putih untuk membawakan makanan, menolong Bawang Putih membereskan rumah dan menemani Bawang Putih serta ayahnya mengobrol. Akhirnya, sang janda itu menikah dengan ayah Bawang Putih. Kehidupan Bawang Putih tidak sepi lagi. Dia mendapat ibu baru sekaligus saudara perempuan, yaitu Bawang Merah. Pada awalnya, sang ibu tiri dan saudara tiri itu amat baik pada Bawang Putih, tetapi lama-kelamaan sifat asli mereka mulai
169
terlihat. Mereka sering memarahi Bawang Putih serta memberinya pekerjaan berat bila ayah mereka pergi berdagang. Suatu hari, ayah Bawang Putih sakit keras dan kemudian meninggal. Tinggallah Bawang Putih bersama ibu dan saudara tirinya. Setiap hari Bawang Putih disiksa oleh Bawang Merah dan ibunya. Namun, Bawang Putih menerima kehidupan itu dengan tabah dan tetap menuruti perintah Bawang Merah dan ibunya. 1.
Apakah judul yang sesuai dengan cerpen di atas? a. Bawang Merah dan Bawang Putih b. Bawang Putih dan ibunya c. Bawang Merah dan ibunya d. Bawang Merah yang jahat
2.
Siapakah tokoh utama dalam cerita di atas? a. Bawang Putih b. Bawang Merah c. Ayah Bawang Putih d. Ibu Bawang Merah
3.
Bagaimanakah watak Ibu Bawang Merah dalam cerpen di atas? a. Penipu dan jahat b. Jahat dan kejam c. Senang berbohong dan licik d. Penipu dan licik
4.
Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih sebelum ibunya meninggal? a. Bawang Putih merasa sangat kesepian b. Bawang Putih disiksa oleh ibunya c. Bawang Putih hidup bahagia dan tentram d. Bawang Putih tidak pernah bekerja
5.
Bagaimanakah kehidupan Bawang Putih bersama ibu tirinya? a. Bawang Putih mendapat perhatian dari ibu tirinya b. Bawang Putih hidup bahagia dengan ibu tirinya c. Bawang Putih difitnah oleh ibu tirinya
170
d. Bawang Putih disiksa oleh ibu tirinya 6.
Apakah yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya kepada Bawang Putih ketika ayahnya pergi berdagang? a. Memberi pekerjaan yang berat kepada Bawang Putih b. Menyuruh Bawang Putih ikut ayahnya berdagang c. Memberikan perhatian kepada Bawang Putih d. Mengajak Bawang Putih pergi berlibur
7.
Bagaimana Bawang Putih menjalani kehidupan dengan ibu tirinya? a. Putus asa b. Menyerah c. Bahagia d. Tabah
8.
Terlihatnya sifat asli Bawang Merah dan ibunya terdapat pada paragraf ke …. a. Satu b. Dua c. Tiga d. Empat
9.
Kata “meninggal” pada paragraf pertama, memiliki sinonim dengan kata .... a. Pergi b. Layu c. Wafat d. Mengusir
10. Apa yang dilakukan Bawang Merah dan ibunya sebelum menikah dengan ayah Bawang Putih? a. Memberikan makanan b. Berlibur bersama c. Mengawasi Bawang Putih d. Menolong Bawang Putih 11. Pesan moral dari cerita di atas adalah .... a. Perbuatan jahat akan mendapatkan balasannya b. Tabah menjalani musibah
171
c. Jangan menilai orang dari penampilannya d. Kerjakan semua pekerjaan dengan ikhlas
(Bacaan untuk soal no. 12-14) Pahlawan Kecil Namaku Joni. Semenjak ayahku meninggal, aku tinggal dengan ibuku dan ketiga adikku. Aku sangat sayang dengan mereka. Aku tinggal di desa Suka Maju, Kecamatan Sukabumi. Rumahku sangat sederhana. Karena aku yang paling besar, aku bertanggung jawab atas semua keluargaku. Setiap pulang sekolah aku berangkat mengamen di pinggir jalan. Walaupun mengamen aku tetap sekolah untuk menggapai cita-citaku. Aku selalu giat belajar dan bekerja untuk keluarga. 12. Tokoh utama dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah .... a. Adik b. Ibu c. Ayah d. Joni 13. Apakah yang biasanya dilakukan Joni setelah pulang sekolah? a. Meminta-minta b. Mengamen c. Bekerja d. Belajar 14. Amanat yang terdapat di dalam cerita “Pahlawan Kecil” adalah …. a. Jangan Berbohong b. Taat Kepada Orang Tua c. Jangan Boros d. Menyayangi keluarga
Raden Pangantin Di sebuah desa di kawasan hulu sungai Kalimantan Selatan, hidup seorang janda yang bernama Diang Ingsun bersama anaknya yang bernama Raden Pangantin. Kehidupan mereka sangat sederhana, Raden Pangantin sangat
172
menyayangi Ibunya yang sudah tua renta. Mereka berdua hidup bahagia, namun semua berubah ketika pemuda itu pergi merantau untuk bekerja di luar desanya. 15. Sifat Raden Pengantin kepada ibunya sebelum ia pergi merantau adalah…. a. Penurut b. Penyayang c. Pekerja keras d. Berbakti 16. Bacalah cerita di bawah ini! Anton anak yang pandai. Setiap hari Anton belajar dengan penuh semangat. Sehabis pulang dari sekolah, Anton selalu mengulang pembelajaran yang dipelajari di sekolah. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya tanpa bantuan orang lain. Gagasan utama pada paragraf di atas adalah .... a. Setiap tugas dan pekerjaan rumah selalu dikerjakannya b. Anton anak yang pandai c. Anton belajar penuh semangat d. Anton selalu mengulang pembelajaran 17. Cuaca buruk menyebabkan terhambatnya distribusi barang-barang ke pulau sumatra. Kapal-kapal feri tidak beroperasi karena tinggi ombak di selat sunda. Akibatnya puluhan truk mengantre di pelabuhan merak. Hal tersebut cukup merugikan produsen, distributor dan konsumen. Pikiran pokok dari paragraf diatas adalah…. a. Cuaca buruk menghambat distribusi barang b. Banyaknya antrian truk di pelabuhan c. Ombak tinggi di selat sunda d. Cuaca buruk merugikan produsen
(Bacaan untuk soal no. 18 dan 19) Pada zaman dahulu, di Bali ada sebuah kerajaan bernama Soma Kencana. Suatu saat Raja bingung dengan ulah si burung. Burung itu suka merusak tanaman istana. Akhirnya sang raja membuat pengumuman, siapa yang berhasil menagkap
173
burung itu akan diberi jabatan di istana. Akhirnya seekor tikus berhasil menangkap burung itu dengan cepat. 18. Tokoh dalam cerita di atas adalah…. a. Tikus b. Burung c. Raja d. Tikus, burung, dan raja 19. Amanat dari cerita di atas adalah…. a. Binatang harus patuh pada raja b. Kita tidak boleh membantu rang lain c. Kita jangan suka berbuat jahat kepada orang lain d. Semua perbuatan akan ada balasannya 20. Kakak Rudi bekerja sebagai reporter televisi swasta. Makna kata yang dicetak miring ialah.... a. Orang yang mengetik berita b. Orang yang melaporkan berita c. Orang yang menjual berira d. Orang yang membaca berita
21. Para penonton ... karena lucu. Kata yang tepat untuk me lengkapi titik-titik tersebut ialah .... a.
Tersipu-sipu
c.
Tersedu-sedu
b.
Terisak-isak
d.
Terbahak-bahak
22. Seruni lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Dia tak memiliki teman. Bahkan, kakaknya juga tak mempedulikannya. Terlahir sebagai gadis bisu dan tuli. Seruni hanya bisa bermain dengan ibu dan kawan khayalannya. Pokok pikiran pada paragraf di atas adalah.... a. Seruni tidak memiliki teman b. Seruni terlahir sebagai gadis bisu dan tuli c. Seruni hanya bisa bermain dengan ibunya d. Kakak Seruni tak mempedulikannya
174
Nama
:
Absen
:
Kelas
:
Sekolah
:
NILAI :
LEMBAR JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1.
A
B
C
D
16.
A
B
C
D
2.
A
B
C
D
17.
A
B
C
D
3.
A
B
C
D
18.
A
B
C
D
4.
A
B
C
D
19.
A
B
C
D
5.
A
B
C
D
20.
A
B
C
D
6.
A
B
C
D
21.
A
B
C
D
7.
A
B
C
D
22.
A
B
C
D
8.
A
B
C
D
9.
A
B
C
D
10.
A
B
C
D
11.
A
B
C
D
12.
A
B
C
D
13.
A
B
C
D
14.
A
B
C
D
15.
A
B
C
D
175
KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1.
A
12. D
2.
D
13. B
3.
B
14. D
4.
C
15. B
5.
D
16. B
6.
A
17. A
7.
D
18. D
8.
C
19. C
9.
C
20. B
10. A
21. D
11. A
22. A
176
Lampiran 17 LEMBAR HASIL PENELITIAN TES KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN
177
178
Lampiran 18 KISI-KISI TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (PENELITIAN) No.
Indikator
No. Item
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan
1, 2, 3, 4, 6, 7,
1.
Jumlah Item
7 yang bersifat objektif
9
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan 2.
dalam teks sastra yang dibaca (menyebutkan nilai-
5, 8, 11
3
10, 12
2
nilai yang terkandung dalam bacaan cerita) Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi 3. bacaan Jumlah
12 Sumber: Aminuddin
(2013:34)
179
Lampiran 19 TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (PENELITIAN) Petunjuk: 1.
Isilah identitas anda pada kolom identitas lembar jawaban yang telah disediakan.
2.
Baca dan pahamilah dahulu bacaan di bawah ini sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan.
3.
Bacalah setiap pertanyaan di bawah ini dengan teliti.
4.
Kerjakan semua pertanyaan secara individu pada lembar yang telah disediakan.
Putri Gisela Dalam sebuah hutan yang gelap dan penuh dengan pohon besar, tinggal seorang wanita tua yang bernama Gisela. Ia hidup seorang diri. Tidak ada seorangpun yang mau menemaninya karena wajahnya buruk. Penduduk di sekitar itu menyebutnya “Penyihir Tua”. Anak-anak dilarang bermain di dekat rumahnya. Gisela hanya berteman dengan burung-burung yang terbang dan bertengger di atap rumahnya. Sambil bernyanyi-nyanyi, Gisela bermain dengan burung-burung itu. Ia merasa bahagia mempunyai teman meskipun hanya burung. Kepada burung-burung itulah Gisela mencurahkan segala perasaannya. Sebenarnya, Gisela adalah seorang putri raja di negeri Anta. Ia disihir oleh penasehat kerajaan. Oleh karena itu, ia berubah menjadi wanita tua. Ia difitnah dan dianggap sebagai penjelmaan iblis jahat. Gisela diusir dari istana. Suatu malam, ketika Gisela sedang menyalakan obor untuk menerangi rumahnya, ada seorang berkuda menghampiri gubuknya. Ternyata, orang itu adalah pemuda yang cakap. Pemuda itu berkata, ”Permisi, Nenek yang baik. Saya tersesat dan kemalaman. Bolehkah saya menumpang tidur di rumah Nenek?” Gisela menjawab, ”Oh, tentu saja. Silakan masuk. Apakah kamu sudah makan?
180
Kalau belum, aku akan menyiapkan makanan untukmu.” Gisela senang karena ada yang mau berbicara padanya. Sebenarnya, ia sedikit kecewa karena dianggap sudah tua. Sambil menyiapkan makanan, Gisela bertanya pada pemuda itu, “Siapakah kamu? Mau kemanakah kamu? Pemuda itu menjawab, ”Aku Pangeran Jonathan. Aku mau ke negeri Anta. Di sana ada sayembara. Raja sedang mencari putrinya yang hilang. Katanya, putrinya disihir oleh penasihat kerajaan. Raja kemudian mengetahui bahwa putrinya disihir oleh penasehat kerajaan. Penasehat kerajaan dihukum. Sekarang, raja sedang mencari putrinya.” Gisela terkejut bercampur senang dan sedih. Senang, karena ayahnya mencarinya. Sedih karena ia tidak tahu caranya untuk menjadi muda kembali. Tanpa disadarinya, ia bergumam, ”Apakah benar warga negeri Anta menginginkan aku kembali?” Pangeran Jonathan mendengar ucapan Gisela dan bertanya, ”Nek, siapakah Nenek ini? Mengapa Nenek tinggal seorang diri di hutan ini?” Dengan sedih Gisela menjawab, “Sebenarnya, aku ini Gisela, putri Raja Anta. Aku disihir menjadi tua. Aku ingin kembali, tetapi pasti tidak ada seorangpun yang akan menyukaiku. Wajahku buruk dan tua.” Pangeran Jonathan berkata, ”Jangan khawatir, Gisela. Aku akan membantumu supaya kamu bisa berubah. Aku yakin, kamu pasti seorang putri yang cantik, yang sangat cantik!” Setelah ia mengucapkan kata yang terakhir itu, tiba-tiba keluar asap dari tubuh Gisela dan Gisela berubah kembali menjadi Putri Gisela yang cantik. Rupanya, Gisela dapat berubah jika ada seorang pangeran yang menyebutnya cantik. Gisela senang sekali. Bersama Pangeran Jonathan, Gisela kembali ke negeri Anta. Raja Anta senang sekali melihat putrinya kembali. Akhirnya, Gisela menikah dengan Pangeran Jonathan dan hidup bahagia.
(Diolah dari : Ahya Rezqiaufa dalam Bobo no. 05/XXXIV, 2006 hlm 40-41)
181
Nama
:
Absen
:
Kelas
:
Sekolah
:
NILAI :
Berdasarkan cerita di atas, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1.
Apakah tema dari cerita Putri Gisela di atas?
2.
Apakah alur yang digunakan dalam cerita Putri Gisela!
3.
Sebutkan setting tempat dalam cerita Putri Gisela!
4.
Jelaskan watak/sifat penasehat kerajaan!
5.
Mengapa Putri Gisela diusir dari istana?
6.
Pada paragraf kelima terdapat kata “sayembara”, apakah maksud dari kata tersebut?
7.
Siapakah yang menolong Putri Gisela?
8.
Bagaimanakah Putri Gisela dapat berubah cantik?
9.
Apakah amanat yang terkandung dalam cerita Putri Gisela?
10. Apakah isi cerita Putri Gisela tersebut menarik? Jelaskan pendapat kalian! 11. Pada paragraf berapakah Pangeran Jonathan memuji kecantikan Putri Gisela? 12. Apakah cerita Putri Gisela cocok untuk anak-anak? Jelaskan pendapat kalian!
182
KUNCI JAWABAN TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK 1.
Perjuangan atau percintaan.
2.
Alur maju.
3.
Setting tempat: sebuah hutan, di dekat rumah, di atap, istana, negeri Anta.
4.
Watak Penasehat Kerajaan adalah jahat, karena telah menyihir Putri Gisela menjadi wanita tua.
5.
Karena Putri Gisela disihir oleh Penasehat Kerajaan menjadi wanita tua dan dianggap sebagai penjelmaan iblis.
6.
Sayembara adalah memerebutkan sesuatu yang menjadi bahan perlombaan.
7.
Pangeran Jonathan.
8.
Putri Gisela bertemu dengan Pangeran Jonathan dan mendapat pujian bahwa Putri Gisela adalah putrid yang sangat cantik.
9.
Jangan melihat orang lain dari penampilan luarnya saja.
10. (tergantung jawaban siswa). 11. Paragraf ketujuh. 12. Cerita Putri Gisela cocok untuk bahan bacaan anak-anak karena mengajarkan anak untuk selalu sabar dalam menghadapi cobaan dan tidak menilai orang dari penampilan luarnya.
183
Lampiran 20 LEMBAR HASIL PENELITIAN TES KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK
184
185
Lampiran 21
No.
Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SP-01 SP02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0
2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
TABULASI DATA VARIABEL KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN Butir Soal 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
20 21 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0
22 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0
Jumlah 14 15 6 16 20 9 16 20 11 18 19 8 17 9 16 20 17 16 16 18 10
186
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Butir Soal
Kode SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
11 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 13 14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0
16 17 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1
19 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
20 21 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
22 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
13 19 18 19 12 15 18 15 17 16 19 5 20 16 10 13 10 18 16 18 19 18 18
187
No
Kode
45 SP-45 46 SP-46 47 SP-47 48 SP-48 49 SP-49 50 SP-50 51 SP-51 52 SP-52 53 SP-53 54 SP-54 55 SP-55 56 SP-56 57 SP-57 58 SP-58 59 SP-59 60 SP-60 JUMLAH
1 2 3 4 5 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 50 45 42 55 46 54
7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 40
8 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 19
9 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 45
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 43
Butir Soal 11 12 13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 36 55 56
14 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 44
15 16 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 40 32
17 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 38
18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 49
19 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 33
20 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 45
21 22 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 45 13
Jumlah 20 19 19 18 18 20 14 16 15 12 14 15 11 16 13 12 925
188
Lampiran 22 TABULASI DATA VARIABEL KEMAMPUAN MENGAPRESIAI CERITA PENDEK No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Kode SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
JUMLAH
1
2
3
4
5
1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 5 1 1 5 1 5 5 1 1 1 3 2 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 97
5 1 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 0 1 5 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1 1 1 1 1 5 5 1 5 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1 151
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 5 3 3 2 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 132
3 4 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 3 5 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 5 5 5 3 3 2 5 1 2 2 2 2 1 5 2 2 1 138
4 4 3 5 2 3 5 5 1 4 5 2 4 1 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 4 5 3 3 3 1 5 2 3 5 5 5 5 3 4 3 5 4 5 3 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 3 3 3 224
Butir Soal 6 7 1 5 1 1 3 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 1 5 4 5 5 1 1 5 5 5 0 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 155
5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 284
8
9
10
11
12
5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 5 1 5 0 5 5 5 3 4 5 2 5 5 5 5 2 3 5 5 4 5 5 1 4 2 1 2 1 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 2 2 1 5 3 1 3 3 2 4 225
1 5 1 5 5 1 0 5 1 4 1 1 3 0 5 5 4 5 5 5 1 1 4 5 4 1 4 5 5 5 3 3 1 5 3 1 1 1 5 4 5 5 2 5 5 5 5 5 5 5 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 183
2 4 1 3 5 2 3 2 2 4 2 1 2 0 3 4 2 2 1 4 2 2 3 2 5 1 2 2 3 2 4 3 1 5 5 2 2 2 2 3 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 1 3 3 1 2 3 1 2 2 0 166
1 1 1 5 5 1 1 1 1 1 1 1 5 0 5 5 1 1 1 1 1 5 1 5 5 1 1 5 0 5 5 1 1 5 5 1 1 1 1 5 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 1 1 1 5 5 166
2 3 1 3 5 5 4 3 1 4 3 1 2 0 4 3 2 2 2 4 2 2 2 2 4 1 1 2 0 2 3 2 1 5 3 1 1 2 3 5 4 3 4 3 3 5 3 3 5 3 2 4 2 3 3 2 1 2 3 3 159
Jumlah 32 40 21 37 42 24 34 41 21 38 36 13 34 21 46 41 40 37 36 43 18 38 33 39 49 20 31 36 35 38 40 31 12 52 31 20 26 23 33 45 47 39 44 46 47 51 47 51 50 47 27 34 25 28 36 23 30 25 29 27 2080
189
Lampiran 23 ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN 1.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
2.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% No.
Kode
Total Nilai
% Skor
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21
14 15 6 16 20 9 16 20 11 18 19 8 17 9 16 20 17 16 16 18 10
64 68 27 73 91 41 73 91 50 82 86 36 77 41 73 91 77 73 73 82 45
Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
190
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58
13 19 18 19 12 15 18 15 17 16 19 5 20 16 10 13 10 18 16 18 19 18 18 20 19 19 18 18 20 14 16 15 12 14 15 11 16
59 86 82 86 55 68 82 68 77 73 86 23 91 73 45 59 45 82 73 82 86 82 82 91 86 86 82 82 91 64 73 68 55 64 68 50 73
Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas
191
59 60
3.
SP-59 SP-60
13 12
59 55
Tidak Tuntas Tidak Tuntas
Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja distribusi frekuensi kemampuan membaca pemahaman. No 1 2 3 4 5
4.
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 23 13 8 8 8 60
% 38% 22% 13% 13% 13% 100%
Membuat diagram lingkaran kemampuan membaca pemahaman Diagram Presentase Kemampuan Membaca Pemahaman Sangat Baik 38% Baik 22% Cukup 13% Kurang 13% Sangat Kurang 13%
Rata-rata
70
Baik
192
ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Menjawab Pertanyaan secara Eksplisit
Kode SP-01 SP02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0
3 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0
4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
5 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0
6 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
7 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0
8 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
10 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0
11 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
14 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
15 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
19 Jumlah % skor 1 8 62 1 10 77 1 4 31 1 10 77 0 11 85 0 5 38 1 10 77 1 12 92 1 6 46 1 11 85 0 12 92 0 5 38 1 12 92 0 5 38 1 9 69 1 12 92 1 10 77 0 10 77 0 10 77 0 10 83 1 5 38 0 6 46 1 11 85 0 12 92 1 13 100 1 6 46 1 9 69 0 10 77 1 9 69 0 10 77 0 10 77 0 11 85 0 3 23 1 12 92 0 10 77 0 7 54 1 9 69 0 7 54 1 11 85 0 11 85 0 11 85 1 10 77 0 11 85 0 10 77 1 12 92 1 12 92 1 11 85 1 10 77 0 12 92 0 12 92 1 8 62 1 11 85 1 10 77 0 6 46 0 9 69 1 10 77 1 7 54 0 9 69 1 7 54 1 6 46
Memahami Arti Kata 9 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0
20 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21 Jumlah 1 2 1 2 0 0 1 1 1 3 1 2 1 2 1 3 1 2 1 3 1 3 0 0 0 1 0 1 1 3 1 2 1 2 0 1 0 2 1 3 0 2 0 1 1 3 1 3 1 2 0 2 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 2 0 1 1 3 1 3 0 1 0 1 0 0 1 2 1 2 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 2 1 2 0 2 1 3 1 3 1 3 0 2 1 3 1 2 1 2
% skor 67 67 0 33 100 67 67 100 67 100 100 0 33 33 100 67 67 33 67 100 67 33 100 100 67 67 100 100 100 100 100 67 33 100 100 33 33 0 67 67 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 67 67 67 100 100 100 67 100 67 67
Susunan Wacana dan Hubungan antar Bagiannya 2 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
18 Jumlah % Skor 1 3 100 0 1 33 1 2 67 1 3 100 1 3 100 1 2 67 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 2 67 1 3 100 0 1 33 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 0 2 67 1 3 100 0 2 67 1 3 100 1 3 100 0 2 67 1 2 67 1 3 100 0 2 67 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 1 33 1 3 100 0 1 33 0 2 67 0 1 33 0 2 67 1 3 100 0 2 67 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 3 100 1 2 67 1 3 100 1 2 67 1 3 100 1 2 67 1 2 67 1 1 33 1 2 67 1 2 67 1 3 100 1 2 67 1 2 67
Mengenali Pokok Pikiran 16 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0
17 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1
22 Jumlah % Skor 0 1 33 0 2 67 0 0 0 0 2 67 1 3 100 0 0 0 0 1 33 0 2 67 0 0 0 0 1 33 0 1 33 0 1 33 0 1 33 0 2 67 1 1 33 1 3 100 0 2 67 0 2 67 1 2 67 1 2 67 0 1 33 1 3 100 0 2 67 0 1 33 0 2 67 0 1 33 1 1 33 1 2 67 0 0 0 0 1 33 0 0 0 1 3 100 0 0 0 0 2 67 0 2 67 0 0 0 0 2 67 0 1 33 0 2 67 0 1 33 0 1 33 1 3 100 0 1 33 0 2 67 1 2 67 0 1 33 1 2 67 0 2 67 0 1 33 0 2 67 0 2 67 0 0 0 0 1 33 0 1 33 0 1 33 0 0 0 0 0 0 0 1 33 0 2 67 1 2 67
Total % skor 14 15 6 16 20 9 16 20 11 18 19 8 17 9 16 20 17 16 16 18 10 13 19 18 19 12 15 18 15 17 16 19 5 20 16 10 13 10 18 16 18 19 18 18 20 19 19 18 18 20 14 16 15 12 14 15 11 16 13 12
64 68 27 73 91 41 73 91 50 82 86 36 77 41 73 91 77 73 73 82 45 59 86 82 86 55 68 82 68 77 73 86 23 91 73 45 59 45 82 73 82 86 82 82 91 86 86 82 82 91 64 73 68 55 64 68 50 73 59 55
Kategori Cukup Cukup Sangat Kurang Baik Sangat Baik Sangat Kurang Bak Sangat Baik Kurang Sangat Baik Sangat Baik Sangat Kurang Baik Sangat Kurang Baik Sangat Baik Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Kurang Kurang Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Kurang Cukup Sangat Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik Sangat Kurang Sangat Baik Baik Sangat Kurang Kurang Sangat Kurang Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik Cukup Kurang Cukup Cukup Kurang Baik Kurang Kurang
193
Lampiran 24 ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PER INDIKATOR 1.
Memahami arti kata-kata sesuai penggunaan dalam wacana a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO.
KODE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26
Total Nilai 2 2 0 1 3 2 2 3 2 3 3 0 1 1 3 2 2 1 2 3 2 1 3 3 2 2
INDIKATOR 1 % Skor Kriteria 67 Tuntas 67 Tuntas 0 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 0 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas
194
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
3 3 3 3 3 2 1 3 3 1 1 0 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2
100 100 100 100 100 67 33 100 100 33 33 0 67 67 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 67 67 67 100 100 100 67 100 67 67
c. Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1 No Tingkat Penguasaan (%) Kategori F 1 80 ke atas Sangat Baik 29 2 70 – 79 Baik 0 3 60 – 69 Cukup 20 4 50 – 59 Kurang 0 5 49 ke bawah Sangat Kurang 11 60
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
% 48% 0% 33% 0% 18% 100%
Rata-rata
75
Baik
195
2.
Mengenali susunan organisasi wacana dan antar hubungan bagian-bagiannya a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27
Total Nilai 3 1 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2
INDIKATOR 2 % Skor Kriteria Tuntas 100 Tidak Tuntas 33 67 Tuntas 100 Tuntas Tuntas 100 Tuntas 67 100 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas
196
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 c. No 1 2 3 4 5
SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
3 3 3 3 3 1 3 1 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2
100 100 100 100 100 33 100 33 67 33 67 100 67 100 100 100 100 100 100 100 100 67 100 67 100 67 67 33 67 67 100 67 67
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2 Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 35 0 19 0 6 60
% 58% 0% 32% 0% 10% 100%
Rata-rata
83
Sangat Baik
197
3.
Mengenali pokok-pokok pikiran yang terungkapkan dalam wacana a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
KODE SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27
Total Nilai 1 2 0 2 3 0 1 2 0 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 1 3 2 1 2 1 1
INDIKATOR 3 % Skor Kriteria Tidak Tuntas 33 Tuntas 67 0 Tidak Tuntas 67 Tuntas Tuntas 100 Tidak Tuntas 0 33 Tidak Tuntas 67 Tuntas 0 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 100 Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 67 Tuntas 33 Tidak Tuntas 33 Tidak Tuntas
198
28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 c. No 1 2 3 4 5
SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
2 0 1 0 3 0 2 2 0 2 1 2 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 2 0 1 1 1 0 0 1 2 2
67 0 33 0 100 0 67 67 0 67 33 67 33 33 100 33 67 67 33 67 67 33 67 67 0 33 33 33 0 0 33 67 67
Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F
%
5 0 23 0 32 60
8% 0% 38% 0% 53% 100%
Rata-rata
46
Sangat Kurang
199
4.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam wacana a. Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
KODE SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26
Total Nilai 8 10 4 10 11 5 10 12 6 11 12 5 12 5 9 12 10 10 10 10 5 6 11 12 13 6
INDIKATOR 4 % Skor Kriteria Tuntas 62 Tuntas 77 31 Tidak Tuntas 77 Tuntas Tuntas 85 Tidak Tuntas 38 77 Tuntas 92 Tuntas 46 Tidak Tuntas 85 Tuntas 92 Tuntas 38 Tidak Tuntas 92 Tuntas 38 Tidak Tuntas 69 Tuntas 92 Tuntas 77 Tuntas 77 Tuntas 77 Tuntas 83 Tuntas 38 Tidak Tuntas 46 Tidak Tuntas 85 Tuntas 92 Tuntas 100 Tuntas 46 Tidak Tuntas
200
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
No 1 2 3 4 5
SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
9 10 9 10 10 11 3 12 10 7 9 7 11 11 11 10 11 10 12 12 11 10 12 12 8 11 10 6 9 10 7 9 7 6
69 77 69 77 77 85 23 92 77 54 69 54 85 85 85 77 85 77 92 92 85 77 92 92 62 85 77 46 69 77 54 69 54 46
c. Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 4 Tingkat Penguasaan (%) Kategori F 80 ke atas Sangat Baik 22 70 – 79 Baik 15 60 – 69 Cukup 8 50 – 59 Kurang 4 49 ke bawah Sangat Kurang 11 60
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
% 37% 25% 13% 7% 18% 100%
Rata-rata
72
Baik
201
Lampiran 25 ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK 1.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
2.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% No.
Kode
Total Nilai
% Skor
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21
32 40 21 37 42 24 34 41 21 38 36 13 34 21 46 41 40 37 36 43 18
53 67 35 62 70 40 57 68 35 63 60 22 57 35 77 68 67 62 60 72 30
Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
202
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58
SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58
38 33 39 49 20 31 36 35 38 40 31 12 52 31 20 26 23 33 45 47 39 44 46 47 51 47 51 50 47 27 34 25 28 36 23 30 25
63 55 65 82 33 52 60 58 63 67 52 20 87 52 33 43 38 55 75 78 65 73 77 78 85 78 85 83 78 45 57 42 47 60 38 50 42
Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
203
59 60
3.
SP-59 SP-60
29 27
Tidak Tuntas Tidak Tuntas
48 45
Menentukan kategori penilaian skala -5 dengan membuat tabel kerja distribusi frekuensi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.
No
Tingkat Penguasaan (%)
Kategori
F
%
1
80 ke atas
Sangat Baik
5
8%
2
70 – 79
Baik
10
17%
3
60 – 69
Cukup
15
25%
4
50 – 59
Kurang
12
20%
5
49 ke bawah
Sangat Kurang
18
30%
60
100%
Jumlah 4.
Membuat diagram lingkaran kemampuan mengapresiasi cerita pendek Diagram Presentase Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Sangat Baik 8% Baik 17% Cukup 25% Kurang 20% Sangat Kurang 30%
Rata-rata
58
Kurang
204
ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Kognitif
Kode SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1 0 1 1 1 5 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 1 5 1 1 5 1 5 5 1 1 1 3 2 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1
2 5 1 1 1 1 1 1 5 1 1 5 1 1 5 5 5 5 5 5 5 1 5 0 1 5 1 5 1 1 5 5 1 1 5 1 1 1 1 1 5 5 1 5 1 1 1 5 5 5 1 1 1 1 1 5 1 1 1 1 1
3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 5 3 3 2 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2
4 3 4 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 3 5 1 2 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 5 5 5 3 3 2 5 1 2 2 2 2 1 5 2 2 1
6 1 5 1 1 3 1 5 5 1 5 5 1 1 1 5 1 5 4 5 5 1 1 5 5 5 0 1 1 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 1 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 1 1 1 1 5 1 1 1
7 5 5 5 5 5 2 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
9 Jumlah % Skor 1 18 51 5 23 66 1 12 34 5 17 49 5 20 57 1 9 26 0 16 46 5 25 71 1 12 34 4 21 60 1 20 57 1 7 20 3 16 46 0 20 57 5 26 74 5 21 60 4 25 71 5 26 74 5 25 71 5 26 74 1 8 23 1 21 60 4 19 54 5 21 60 4 25 71 1 12 34 4 21 60 5 18 51 5 22 63 5 22 63 3 20 57 3 17 49 1 7 20 5 28 80 3 14 40 1 12 34 1 15 43 1 12 34 5 17 49 4 24 69 5 26 74 5 21 60 2 27 77 5 25 71 5 25 71 5 26 74 5 28 80 5 28 80 5 26 74 5 24 69 1 14 40 3 15 43 1 13 37 1 13 37 1 19 54 1 11 31 1 19 54 1 14 40 1 14 40 1 12 34
Emotif 5 4 4 3 5 2 3 5 5 1 4 5 2 4 1 3 3 5 3 3 3 3 3 3 4 5 3 3 4 5 3 3 3 1 5 2 3 5 5 5 5 3 4 3 5 4 5 3 5 5 5 3 5 5 5 4 5 5 3 3 3
8 5 5 3 4 5 4 5 5 4 4 5 1 5 0 5 5 5 3 4 5 2 5 5 5 5 2 3 5 5 4 5 5 1 4 2 1 2 1 5 3 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 2 2 1 5 3 1 3 3 2 4
Evaluatif
11 Jumlah % Skor 10 12 Jumlah % Skor 1 10 67 2 2 4 40 1 10 67 4 3 7 70 1 7 47 1 1 2 20 5 14 93 3 3 6 60 5 12 80 5 5 10 100 1 8 53 2 5 7 70 1 11 73 3 4 7 70 1 11 73 2 3 5 50 1 6 40 2 1 3 30 1 9 60 4 4 8 80 1 11 73 2 3 5 50 1 4 27 1 1 2 20 5 14 93 2 2 4 40 0 1 7 0 0 0 0 5 13 87 3 4 7 70 5 13 87 4 3 7 70 1 11 73 2 2 4 40 1 7 47 2 2 4 40 1 8 53 1 2 3 30 1 9 60 4 4 8 80 1 6 40 2 2 4 40 5 13 87 2 2 4 40 1 9 60 3 2 5 50 5 14 93 2 2 4 40 5 15 100 5 4 9 90 1 6 40 1 1 2 20 1 7 47 2 1 3 30 5 14 93 2 2 4 40 0 10 67 3 0 3 30 5 12 80 2 2 4 40 5 13 87 4 3 7 70 1 9 60 3 2 5 50 1 3 20 1 1 2 20 5 14 93 5 5 10 100 5 9 60 5 3 8 80 1 5 33 2 1 3 30 1 8 53 2 1 3 30 1 7 47 2 2 4 40 1 11 73 2 3 5 50 5 13 87 3 5 8 80 5 13 87 4 4 8 80 1 10 67 5 3 8 80 1 9 60 4 4 8 80 5 13 87 5 3 8 80 5 14 93 5 3 8 80 5 15 100 5 5 10 100 5 13 87 3 3 6 60 5 15 100 5 3 8 80 5 14 93 5 5 10 100 5 15 100 5 3 8 80 5 10 67 1 2 3 30 5 12 80 3 4 7 70 1 7 47 3 2 5 50 1 11 73 1 3 4 40 5 12 80 2 3 5 50 1 7 47 3 2 5 50 1 9 60 1 1 2 20 1 7 47 2 2 4 40 5 10 67 2 3 5 50 5 12 80 0 3 3 30
Total
% skor
32 40 21 37 42 24 34 41 21 38 36 13 34 21 46 41 40 37 36 43 18 38 33 39 49 20 31 36 35 38 40 31 12 52 31 20 26 23 33 45 47 39 44 46 47 51 47 51 50 47 27 34 25 28 36 23 30 25 29 27
53 67 35 62 70 40 57 68 35 63 60 22 57 35 77 68 67 62 60 72 30 63 55 65 82 33 52 60 58 63 67 52 20 87 52 33 43 38 55 75 78 65 73 77 78 85 78 85 83 78 45 57 42 47 60 38 50 42 48 45
Kategori
Kurang Cukup Sangat Kurang Cukup Baik Sangat Kurang Kurang Cukup Sangat Kurang Cukup Cukup Sangat Kurang Kurang Sangat Kurang Baik Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Sangat Kurang Cukup Kurang Cukup Sangat Baik Sangat Kurang Kurang Cukup Kurang Cukup Cukup Kurang Sangat Kurang Sangat Baik Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Kurang Baik Baik Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Kurang Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Cukup Sangat Kurang Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang Sangat Kurang
205
Lampiran 26 ANALISIS DESKRIPTIF KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK PER INDIKATOR 1.
Aspek kognitif: memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat objektif a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
KODE SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25
Total Nilai 18 23 12 17 20 9 16 25 12 21 20 7 16 20 26 21 25 26 25 26 8 21 19 21 25
INDIKATOR 1 % Skor Kriteria Tidak Tuntas 51 Tuntas 66 34 Tidak Tuntas 49 Tidak Tuntas Tidak Tuntas 57 Tidak Tuntas 26 46 Tidak Tuntas 71 Tuntas 34 Tidak Tuntas 60 Tuntas 57 Tidak Tuntas 20 Tidak Tuntas 46 Tidak Tuntas 57 Tidak Tuntas 74 Tuntas 60 Tuntas 71 Tuntas 74 Tuntas 71 Tuntas 74 Tuntas 23 Tidak Tuntas 60 Tuntas 54 Tidak Tuntas 60 Tuntas 71 Tuntas
206
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
12 21 18 22 22 20 17 7 28 14 12 15 12 17 24 26 21 27 25 25 26 28 28 26 24 14 15 13 13 19 11 19 14 14 12
34 60 51 63 63 57 49 20 80 40 34 43 34 49 69 74 60 77 71 71 74 80 80 74 69 40 43 37 37 54 31 54 40 40 34
Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
207
c. No 1 2 3 4 5
2.
Membuat tabel presentase skala -5 indikator 1
Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 3 13 11 9 24 60
% 5% 22% 18% 15% 40% 100%
Rata-rata
54
Kurang
Aspek emotif: menghayati unsur-unsur keindahan dalam teks sastra yang dibaca a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. KODE INDIKATOR 2 Total Nilai % Skor Kriteria 1 SP-01 Tuntas 10 67 2 SP-02 Tuntas 10 67 3 SP-03 7 47 Tidak Tuntas 4 SP-04 14 93 Tuntas 5 SP-05 Tuntas 12 80 6 SP-06 Tidak Tuntas 8 53 7 SP-07 11 73 Tuntas 8 SP-08 11 73 Tuntas 9 SP-09 6 40 Tidak Tuntas 10 SP-10 9 60 Tuntas 11 SP-11 11 73 Tuntas 12 SP-12 4 27 Tidak Tuntas 13 SP-13 14 93 Tuntas 14 SP-14 1 7 Tidak Tuntas 15 SP-15 13 87 Tuntas 16 SP-16 13 87 Tuntas
208
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
SP-17 SP-18 SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
11 7 8 9 6 13 9 14 15 6 7 14 10 12 13 9 3 14 9 5 8 7 11 13 13 10 9 13 14 15 13 15 14 15 10 12 7 11 12 7 9 7 10 12
73 47 53 60 40 87 60 93 100 40 47 93 67 80 87 60 20 93 60 33 53 47 73 87 87 67 60 87 93 100 87 100 93 100 67 80 47 73 80 47 60 47 67 80
Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
209
c. No 1 2 3 4 5
3.
Membuat tabel presentase skala -5 indikator 2 Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 24 6 13 3 14 60
% 40% 10% 22% 5% 23% 100%
Rata-rata
68
Cukup
Aspek evaluatif: memberikan penilaian terhadap isi bacaan a.
Mencari skor yang diperoleh masing-masing responden dengan rumus Skor = B = banyaknya butir yang dijawab benar atau jumlah skor jawaban benar pada setiap butir/item soal St = Skor teoretis
b.
Menentukan batas minimal ketuntasan yaitu 60% NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
KODE SP-01 SP-02 SP-03 SP-04 SP-05 SP-06 SP-07 SP-08 SP-09 SP-10 SP-11 SP-12 SP-13 SP-14 SP-15 SP-16 SP-17 SP-18
Total Nilai 4 7 2 6 10 7 7 5 3 8 5 2 4 0 7 7 4 4
INDIKATOR 3 % Skor Kriteria Tidak Tuntas 40 Tuntas 70 20 Tidak Tuntas 60 Tuntas Tuntas 100 Tuntas 70 70 Tuntas 50 Tuntas 30 Tidak Tuntas 80 Tuntas 50 Tidak Tuntas 20 Tidak Tuntas 40 Tidak Tuntas 0 Tidak Tuntas 70 Tuntas 70 Tuntas 40 Tidak Tuntas 40 Tidak Tuntas
210
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
SP-19 SP-20 SP-21 SP-22 SP-23 SP-24 SP-25 SP-26 SP-27 SP-28 SP-29 SP-30 SP-31 SP-32 SP-33 SP-34 SP-35 SP-36 SP-37 SP-38 SP-39 SP-40 SP-41 SP-42 SP-43 SP-44 SP-45 SP-46 SP-47 SP-48 SP-49 SP-50 SP-51 SP-52 SP-53 SP-54 SP-55 SP-56 SP-57 SP-58 SP-59 SP-60
3 8 4 4 5 4 9 2 3 4 3 4 7 5 2 10 8 3 3 4 5 8 8 8 8 8 8 10 6 8 10 8 3 7 5 4 5 5 2 4 5 3
30 80 40 40 50 40 90 20 30 40 30 40 70 50 20 100 80 30 30 40 50 80 80 80 80 80 80 100 60 80 100 80 30 70 50 40 50 50 20 40 50 30
Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
211
c. No 1 2 3 4 5
Membuat tabel presentase skala -5 Indikator 3 Tingkat Penguasaan (%) 80 ke atas 70 – 79 60 – 69 50 – 59 49 ke bawah
Kategori Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
F 16 7 2 9 26 60
% 27% 12% 3% 15% 43% 100%
Rata-rata
54
Kurang
212
Lampiran 27 UJI NORMALITAS Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Membaca Pemahaman N
Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 60
60
70,0758
57,7778
16,88959
16,64028
Absolute
0,162
0,070
Positive
0,109
0,050
Negative
-0,162
-0,070
Kolmogorov-Smirnov Z
1,258
0,541
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,085
0,932
Normal Parametersa
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
213
Lampiran 28 UJI HOMOGENITAS Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Kemampuan Membaca Pemahaman Levene Statistic df1 df2 0,001
1
118
Sig. 0,977
214
Lampiran 29 UJI LINEARITAS Hasil Uji Linearitas (Anova Table) Sum of Squares Kemampuan mengapresiasi cerita pendek * Kemampuan membaca pemahaman
Between Groups
(Combined 11894,656 14 ) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
df
11200,519
Mean Square 849,618
F
Sig.
8,606 0,000
1 11200,519 113,458 0,000
694,137 13
53,395
4442,381 45
98,720
16337,037 59
0,541 0,886
215
Lampiran 30 UJI REGRESI SEDERHANA
Hasil Uji Korelasi antar Variabel Model Summary Change Statistics
Model
0,828a
1 c. d.
R
Std. Error R Adjusted of the R Square F Sig. F Square R Square Estimate Change Change df1 df2 Change 0,686
0,680
9,41067
0,686 126,473
1 58
0,000
Predictors: (Constant), Kemampuan membaca pemahaman Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
Hasil Analisis Regresi Sederhana Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
t
Sig.
(Constant)
0,611
5,226
0,117
0,907
Kemampuan membaca pemahaman
0,816
0,073
0,828 11,246
0,000
b. Dependent Variable: Kemampuan mengapresiasi cerita pendek
216
Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) kemampuan membaca pemahaman
a.
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
2,126
0,162
13,164 0,000
-0,010
0,002
-0,347 -4,023 0,000
Dependent Variable: kemampuan mengapresiasi cerita pendek
217
218
Lampiran 31 JADWAL PENELITIAN
No.
1.
Pelaksanaan Penelitian Identifikasi Masalah
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 x x
Pembuatan 2.
Proposal
x x x x x
Korelasi Seminar 3.
Proposal dan
x x x
revisi Penyebaran 4.
tes uji
x
instrumen Uji validitas 5.
dan
x
reliabilitas Penyebaran 6.
tes kelas
x
sampel 7. 8.
Pengolahan data Pelaporan
x x x x x x x x x x x x x
219
Lampiran 32 DOKUMENTASI PENELITIAN
Siswa di SDN Bodeh sedang mendegarkan arahan dari peneliti
Siswa di SDN Bodeh sedang mengerjakan tes
Peneliti membimbing siswa dalam
Peneliti membagikan lembar tes kepada
mengerjakan tes di SDN Grogolsari
siswa di SDN Karangwotan 01
220
Siswa di SDN Karangwotan 01 sedang
Siswa di SDN Karangwotan 02 sedang
mengerjakan tes
mengerjakan tes
Siswa di SDN Karangwotan 03 sedang
Peneliti membimbing siswa dalam
mengerjakan tes
mengerjakan tes di SDN Kepohkencono
Peneliti membacakan petunjuk mengerjakan
Siswa di SDN Triguno sedang
tes di SDN Triguno
mengerjakan tes
221
Lampiran 33 SURAT KEPUTUSAN DOSEN PEMBIMBING
222
Lampiran 34 SURAT IJIN PENELITIAN
223
224
225
226
227
228
229
Lampiran 35 SURAT KETERANGAN PENELITIAN
230
231
232
233
234
235