ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh: Teguh Astriyanto 3353405541
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
SURAT REKOMENDASI Yang bertanda tangan di bawah ini adalah dosen pembimbing dari mahasiswa: Nama
: Teguh Astriyanto
NIM
: 3353405541
Prodi
: Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan bimbingan skripsi dan siap diajukan pada sidang ujian skripsi. Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. NIP. 196812091997022001
Drs. St. Sunarto, M.S NIP. 194712061975011001
Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 196702071992031001 ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari
:
Tanggal
:
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. NIP. 196812091997022001
Drs. St. Sunarto, M.S NIP. 194712061975011001
Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP. 196702071992031001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada: Hari
:
Tanggal
: Penguji Skripsi
Dr. P. Eko Prasetyo, SE, M.Si NIP. 196801022002121003
Anggota I
Anggota II
Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si NIP. 196812091997022001
Drs. St. Sunarto, M.S NIP. 194712061975011001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP. 196208121987021001
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 04 Januari 2010 Teguh Astriyanto NIM. 3353405541
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (QS.Al-Insyirah: 5). 2. Nilai seseorang bukanlah ditentukan oleh kemenangan atau kekalahannya, bukan pula ditentukan oleh keberhasilan atau
kehancuran yang menimpa
dirinya, melainkan ditentukan oleh konsistensi perjuangannya mempertahankan keyakinan dan harkat dirinya (Aristotales). 3. Apabila kita sedang tertimpa masalah, selesaikanlah dengan ikhtiar. Jika belum terpecahkan, serahkan kepada Tuhan, dan jika masalah itu masih membelenggu kita bukannya Tuhan tidak sayang kepada kita, akan tetapi kita sedang didewasakan oleh Tuhan. 4. Kerja keras dan do’a adalah kunci kesuksesan.
PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karuniaNya skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan do’anya, 2. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan 2005.
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skrpsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya. 2. Drs. Agus Wahyudin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang dengan kebijakannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 3. Drs. Bambang Prishardoyo,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 4. Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan di dalam memberikan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Drs. St. Sunarto, M.S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan di dalam memberikan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini.
vii
6. Kepala dan Staf Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Kepala dan Staf Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Responden yang telah memberikan informasi dan data yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis hanya dapat berdoa semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Semarang, 04 Januari 2010 Penulis
viii
SARI Teguh Astriyanto, 2010. “Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si. Pembimbing II Drs. St.Sunarto, M.S. Kata Kunci: Lokasi Usaha, Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Masalah dalam penelitian ini bagaimana profil usaha sektor informal serta bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Populasi di dalam penelitian ini sebanyak 1453 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran, sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yang diambil dengan teknik Proporsional Area Random Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja. Metode pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis deskriptif persentase. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa profil usaha di Desa Sekaran sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yaitu antara 0 – 5 tahun sebesar 67,02 %, status usaha dikelola bersama keluarga sebesar 57,45%, status kepemilikan lokasi milik sendiri sebesar 71,28%, pendapatan per bulan pengusaha selain pengusaha kos antara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 sebesar 32,36% dan pendapatan per tahun untuk pengusaha kos yaitu diatas Rp. 25.000.000,00 sebesar 26,92%. Kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja yaitu pendapat pelaku usaha mengenai masih adanya kondisi jalan menuju lokasi usaha yang kurang bagus sebesar 13,83% dan kondisi jalan yang tidak bagus sebesar 2,13%, pendapat pelaku usaha mengenai biaya yang dikeluarkan untuk membeli maupun untuk menyewa lokasi usaha sangat mahal sebesar 32,98%, pendapat pelaku usaha mengenai tingkat keamanan di sekitar lokasi yang kurang aman sebesar 5,32% dan pendapat pelaku usaha mengenai tenaga kerja yang sudah tepat. Saran bagi Pemerintah Kota Semarang hendaknya pembangunan infrastruktur di Desa Sekaran harus lebih ditingkatkan lagi, bagi masyarakat di Desa Sekaran hendaknya lebih dapat meningkatkan keamanan, bagi para pelaku usaha hendaknya harus lebih selektif lagi di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar, diminati dan disukai oleh para konsumen serta mendapatkan keuntungan yang maksimum.
ix
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
SURAT REKOMENDASI .......................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...............................................................
iv
PERNYATAAN .......................................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................
vi
PRAKATA ...............................................................................................
vii
SARI .........................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xxi
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah .............................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
7
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................
7
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
8
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................
9
2.1. Lokasi ........................................................................................
9
2.1.1. Pengertian Lokasi ...........................................................
9
2.1.2. Teori Lokasi ...................................................................
9
2.1.3. Teori Lokasi Menurut Von Thunen.................................
10
2.1.4. Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber .......................
11
2.1.5. Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losh ..............................
12
2.1.6. Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron ........................................................................
13
2.1.7. Teori Lokasi Memaksimumkan Laba ..............................
14
2.1.8. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif ................
16
x
2.1.9. Jenis-jenis Lokasi Usaha .................................................
18
2.1.10. Kriteria Lokasi Usaha Strategis ......................................
18
2.1.11. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi .........
19
2.1.12. Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi .....................
21
2.2. Sektor Informal ..........................................................................
24
2.2.1. Perdagangan ...................................................................
28
2.2.2. Jasa .................................................................................
29
2.3. Kerangka Berfikir........................................................................
30
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ .
32
3.1. Populasi......................................................................................
32
3.2. Sampel .......................................................................................
33
3.3. Variabel Penelitian .....................................................................
35
3.4. Metode Pengumpulan Data ........................................................
35
3.4.1. Metode Kuesioner (Angket) .............................................
36
3.4.2. Metode Dokumentasi........................................................
37
3.5. Validitas dan Reliabilitas............................................................
38
3.5.1. Validitas ...........................................................................
38
3.5.2. Reliabilitas .......................................................................
41
3.6. Metode Analisis Data .................................................................
43
3.6.1. Metode Analisis Deskriptif ...............................................
43
3.6.2. Metode Analisis Deskriptif Persentase ..............................
43
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
46
4.1. Hasil Penelitian ..........................................................................
46
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...............................
46
4.1.2. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ..............
47
4.1.2.1. Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ..
47
4.1.2.2. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran.................................................................
48
4.1.2.3. Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran .................................................... xi
49
4.1.3. Profil Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Di Desa Sekaran ...............................................................
50
4.1.3.1. Lama di Dalam Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .................
51
4.1.3.2. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .................
52
4.1.3.3. Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .....
53
4.1.3.4. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .................
54
4.1.4. Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ...
56
4.1.4.1. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran ...............................................................
56
4.1.4.2. Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran
58
4.1.4.3. Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ................
60
4.1.4.4. Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ....
62
4.1.4.5. Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ....
64
4.1.5. Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .........................................................
65
4.1.5.1. Biaya Beli dan Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ......
65
4.1.5.2. Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/ Biaya Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .................
68
4.1.6. Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran..............................
xii
69
4.1.6.1. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya .................................................
69
4.1.6.2. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk ...............................
71
4.1.6.3. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum ............................................
72
4.1.6.4. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain ....................................
74
4.1.6.5. Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi ..................................
75
4.1.6.6. Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ....
77
4.1.6.7. Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran ....................................................
78
4.1.6.8. Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .................
80
4.1.7. Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran.............................
81
4.1.7.1. Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ............................................
81
4.1.7.2. Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ................................................................ xiii
83
4.1.7.3. Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..................................................
84
4.2. Pembahasan................................................................................
85
4.2.1. Profil Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa ............................................................................
85
4.2.2. Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa .............................................................................
87
4.2.3. Biaya Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa ...........
88
4.2.4. Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa .............................................................................
89
4.2.5. Tenaga Kerja Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
90
BAB V. PENUTUP...................................................................................
91
5.1. Simpulan ....................................................................................
91
5.2. Saran ..........................................................................................
93
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
94
LAMPIRAN .............................................................................................
96
xiv
DAFTAR TABEL Tabel
Hal.
1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun 2007-2008 ..................
4
2. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun 2008 ......................................................................
5
3. Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi ............
20
4. Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal .....................
27
5. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2008 ........
32
6. Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan dan Jasa yang menjadi populasi sampel ...................................................................................................
34
7. Metode Pengumpulan Data.......................................................................
36
8. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur .......................
39
9. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi ...................................
39
10. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis .........................
40
11. Hasil Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja .................................
40
12. Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen .................................
42
13. Metode Analisis Data .............................................................................
43
14. Jenjang Kriteria Deskriptif Persentase ....................................................
45
15. Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ....................................
47
16. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran........................
48
17. Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ...............
49
18. Lama di Dalam Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .........................................................................................
51
xv
19. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa ..................
52
20. Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ...................................................
53
21. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..............................................................................
54
22. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran ..........................
57
23. Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran ..................................
59
24. Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..............................................................................
61
25. Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..............................................................................
63
26. Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran........................................................................
64
27. Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .........................................................................................
66
28. Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Biaya Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran...
68
29. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya............................................................
70
30. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk ..........................................
71
31. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum ......................................................
73
32. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain ...............................................
74
33. Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi ............................
76
xvi
34. Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran .......................................................................
77
35. Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan danJasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran....................................................................
79
36. Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..............................................................................
80
37. Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran.......................................
82
38. Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ...................................................
83
39. Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ...................................................
84
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal.
1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal .................................... 14 2. Kerangka berpikir .................................................................................. 31
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Skor Jawaban Responden Uji Coba Angket .....................
96
Lampiran 2. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Kondisi Infrastruktur .
98
Lampiran 3. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Lokasi ............. 100 Lampiran 4. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Lingkungan Bisnis..... 102 Lampiran 5. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Tenaga Kerja ............. 104 Lampiran 6. Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Penelitian ....................... 105 Lampiran 7. Tabel Analisis Deskriptif Persentase ......................................... 110 Lampiran 8. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran ....................... 115 Lampiran 9. Profil Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran ..... 118 Lampiran 10. Instrumen Penelitian................................................................ 121 Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian ........................................................... 128 Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 129
xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sasaran pembangunan yaitu meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, meningkatkan taraf hidup termasuk menambah atau mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dan memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional (Suryana, 2000). Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar yang seimbang dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilainilai keadilan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. Perkembangan dan kemajuan teknologi menyebabkan semakin pesatnya pembangunan di segala bidang, sehingga kesempatan untuk berusaha atau memperoleh peluang bisnis semakin terbuka yang memberikan prospek yang
1
2
sangat baik bagi para pengusaha. Hal ini memberikan dampak yang sangat positif bagi perekonomian Indonesia pada umumnya dan pihak swasta pada khususnya. Perkembangan
perekonomian
yang
semakin
pesat,
maka
akan
memunculkan berbagai peluang untuk menjalankan bisnis usaha. Adanya peluang (opportunity) bisnis ini karena tertarik akan keuntungan yang diharapkan dari hasil usaha tersebut. Dalam hal ini setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbisnis. Perkembangan bisnis semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga menyebabkan timbulnya persaingan. Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut persaingan dalam dunia bisnis. Tujuan dasar suatu bisnis tidak lagi berupa laba, melainkan penciptaan dan penambahan nilai bagi pelanggan. Penambahan nilai mengandung arti pelanggan yang puas, karyawan yang layak dan laba besar. Banyak hal yang mempengaruhi kegiatan suatu usaha, diantaranya adalah pemilihan lokasi yang tepat dan agar usaha yang dijalankan dapat bersaing secara efektif, lokasi usaha haruslah strategis dan mudah untuk dijangkau. Kesalahan pemilihan lokasi dapat menghambat kemajuan suatu usaha, bahkan dapat mengakibatkan usaha tersebut gulung tikar. Suatu usaha yang memproduksi barang dan jasa walaupun dengan harga terjangkau dan kualitas nomor satu, akan tetapi bila lokasi usaha tersebut tidak dapat dijangkau, maka semua hal tersebut akan menjadi sia-sia. Sebaliknya bila lokasi usaha mudah dijangkau dan memiliki fasilitas pendukung yang baik (tempat parkir luas, bebas macet, dll) dan produk atau jasa yang ditawarkan berkualitas standar, masih ada kemungkinan cukup
3
besar bagi usaha tersebut untuk dapat meraih kesuksesan. Itulah sebabnya mengapa pemilihan lokasi yang tepat menjadi hal yang sangat penting bagi suatu usaha. Untuk memilih lokasi yang tepat, diperlukan evaluasi pemilihan alternatif lokasi agar nantinya pengusaha mendapatkan lokasi yang terbaik. Evaluasi ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor tertentu yang dibutuhkan pengusaha untuk menunjang kegiatan usahanya terpenuhi atau tidak. Desa Sekaran sebagai bagian dari pedesaan mata pencaharian penduduknya hanya mengandalkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian itu dapat dilihat perbedaan pendapatan yang menonjol antara penduduk yang memiliki banyak lahan pertanian maka perekonomiannya akan lebih baik daripada penduduk yang sedikit lahan pertaniannya. Sebagai salah satu program pembangunan oleh pemerintah maka dibangunnya sarana pendidikan dengan adanya Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Desa Sekaran yang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu adanya kondisi yang memungkinkan masyarakat Sekaran untuk memanfaatkan peluang bisnis usaha sebagai akibat adanya tuntutan dari pendatang, terutama mahasiswa UNNES yang berasal dari luar kota Semarang, yang membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya misalnya dengan membuka usaha kos bagi mahasiswa, penyediaan warung makan dan toko-toko seperti minimarket dll. Hal ini dapat dilihat dari data tabel di bawah ini mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang:
4
Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun 2007-2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Mata Pencaharian Tahun 2007 Petani sendiri 46 Buruh tani 93 Pengusaha 21 Buruh industri 43 Buruh bangunan 245 Pedagang 372 Angkutan 58 PNS/ABRI 94 Pensiunan 16 Jasa lainnya 284 Jumlah 1272 Sumber : Monografi Desa Sekaran 2007-2008
Tahun 2008 40 76 30 43 264 428 62 94 16 314 1367
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Sekaran pada tahun 2007, yang bekerja adalah sebanyak 1272 orang dimana jumlah penduduk yang terbanyak adalah bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 372 orang dan bidang jasa lainnya yaitu sebanyak 284 orang. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di berbagai bidang mata pencaharian yaitu menjadi 1367 orang, dimana jumlah penduduk yang bekerja terbanyak masih didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 428 orang dan bidang jasa lainnya yaitu sebanyak 314 orang. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya Desa Sekaran dari tahun ke tahun sebagai pengaruh positif didirikannya Kampus Universitas Negeri Semarang di desa ini, sehingga menciptakan berbagai peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh para penduduk baik penduduk asli maupun pendatang. Dengan adanya berbagai macam peluang usaha ini, maka dapat meningkatkan jumlah pendapatan masyarakat sekitar.
5
Tabel 1.2. Jumlah Pelaku Usaha Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun 2008 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Wilayah/Daerah Jumlah Pelaku Usaha RW 01 298 RW 02 251 RW 03 246 RW 04 329 RW 05 317 RW 06 6 RW 07 6 Jumlah 1453 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan data tabel diatas pada tahun 2008 dapat dijelaskan bahwa jumlah usaha informal sektor perdagangan dan jasa yang ada di Desa Sekaran adalah sebanyak 1453 usaha. Dari semua jumlah usaha perdagangan dan jasa tersebut tersebar di beberapa lokasi diantaranya di RW01 sebanyak 298 usaha, RW02 sebanyak 251 usaha, RW03 sebanyak 246 usaha, RW04 sebanyak 329 usaha, RW05 sebanyak 317 usaha, RW06 sebanyak 6 usaha dan RW07 sebanyak 6 usaha. Diantara ketujuh lokasi tersebut, jumlah usaha paling banyak hanya terpusat di beberapa lokasi yang strategis saja dan masih adanya para pelaku usaha yang kurang tepat di dalam menentukan lokasi usahanya dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya misalnya adanya lokasi usaha yang jauh dari keramaian, kondisi jalan yang kurang bagus, serta ketidaksediaan lahan parkir sehingga usaha yang dijalankan berkembang lambat. Pemilihan lokasi sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan pengusaha, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai pengaruh besar pada laba keuntungan keseluruhan usaha. Bila lokasi usaha baru berada di wilayah
6
dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, bila biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih, etos kerjanya buruk, maka usaha tersebut tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan strategis yang diambil tergantung dengan jenis bisnis yang dilakukan. Untuk keputusan lokasi bisnis, strategi yang ditempuh adalah meminimalkan biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan pelayanan jasa profesional, strategi yang digunakan terfokus pada maksimalisasi pendapatan. Secara umum tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut. Berbagai penelitian mengenai pentingnya lokasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Carrol dalam Surya Perdhana (2006) menyimpulkan bahwa kesuksesan suatu usaha bergantung pada pemilihan pasar dan pemilihan lokasi yang tepat. Nurul Indarti (2004) meneliti kaitan antara pemilihan lokasi dengan kesuksesan sebuah bisnis, dalam hal ini adalah bisnis kafe internet. Ditemukan bahwa ketersediaan peralatan yang memadai, kedekatan dengan sekolah maupun universitas serta keamanan adalah faktor kunci yang dapat mengantar suatu bisnis kafe internet menuju sukses. Berdasarkan keterangan dari latar belakang diatas yang menerangkan bahwa pemilihan lokasi usaha sangat berperan penting dalam kegiatan usaha, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Lokasi Usaha Sektor
7
Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang”.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
dapat
dirumuskan
beberapa
permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ? 2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ?
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.
8
1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitan ini diharapkan dapat menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi tentang analisis lokasi usaha. b. Dapat sebagai bahan informasi kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan informasi bagi para pelaku usaha dalam menentukan lokasi usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Lokasi 2.1.1. Pengertian Lokasi Dalam menentukan lokasi, perusahaan harus berusaha menentukan suatu lokasi strategis yang mempunyai potensi untuk dapat memaksimumkan penjualan atau labanya. Pengertian lokasi menurut Manullang (1990) adalah merupakan tempat dimana individu atau perusahaan melakukan aktivitas-aktivitasnya. Kadariyah (2001) mendefinisikan lokasi sebagai suatu tempat kegiatan usaha untuk rumah tinggal yang dipilih untuk memperoleh keuntungan yang lebih daripada tempat lain. Sedangkan Lupiyoadi (2001), lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Lokasi merupakan suatu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya guna pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan. 2.1.2. Teori Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut,
9
10
melainkan menunjukkan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005). 2.1.3. Teori Lokasi Menurut Von Thunen Dewasa ini yang dianggap sebagai bapak teori lokasi adalah Von Thunen (1783-1850). Nama lengkapnya adalah Johann Heinrich Von Thunen. Orang inilah yang pertama kali mengemukakan teori lokasi modern. Pada volume pertama risalatnya, The Isolated State (1826), Von Thunen menjabarkan mengenai ekonomi keuangan (spatial economics) yang menghubungkan teori ini dengan teori sewa (theory of rent). Von Thunen adalah orang pertama yang membuat model analitik dasar dari hubungan antara pasar, produksi dan jarak (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N – (P + A) dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan. Menurut Von Thunen, semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktivitasnya masing-masing dimana ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota). Jadi model Von Thunen adalah membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah
11
memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurangi biaya transportasi dan biaya produksi. Pada saat ini, tentu saja hubungan ini sangat sulit diterapkan pada keadaan yang sebenarnya, tetapi bagaimanapun kita mengakui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian regional (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003). 2.1.4. Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber pada tahun 1909. Alfred Weber adalah seorang ahli ekonomi Jerman yang memiliki buku berjudul “Uberden Standortder Industrien” pada tahun 1909. Kemudian buku itu diterjemahkan dalam Bahasa Inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul “Alfred Weber’s Theory of Location of Industries”. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka Weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Alfred Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Keputusan pemilihan lokasi itu didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:
12
1. Hanya terkonsentrasi satu jenis transportasi dan konsumen terkonsentrasi pada beberapa tempat. 2. Lokasi produksi hanya ada di satu tempat, kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 3. Jika menggunakan lebih dari satu bahan mentah seperti air, pasir, batu bata maka bahan mentah itu memadai dan tersedia dimana-mana. 4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi diatas, menurut Weber ada 3 faktor penentu utama lokasi industri yaitu: (1) biaya transportasi, (2) upah tenaga kerja, (3) kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor fundamental umum yang menentukan lokasi dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang paling minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Selanjutnya karena terdapatnya konsentrasi tenaga kerja murah yang memadai dan gejala aglomerasi, maka biaya angkutan dianggap sebagai penentu pertama dan utama lokasi industry (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). 2.1.5. Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch August Losch menerbitkan sebuah buku dalam bahasa Jerman pada tahun 1939 yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1954 dengan judul The Economics of Location. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi
13
tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan di atas Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar (August Losch dalam Tarigan, 2005). 2.1.6. Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, model Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor-faktor penentu lokasi artinya masih banyak faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), bahan baku, sumber energi (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut (Both, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Setiap
faktor
tersebut
kemudian
dirangking
menurut
tingkat
kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dialokasikan. Setelah itu, dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu score di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai score terbesar yang dipilih sebagai lokasi. Ahli lain seperti Jucius, Terry dan Rawstron, model keputusan penentuan lokasinya cenderung menggunakan faktor biaya dan keuntungan sebagai dasar dalam pemilihan lokasi usahanya. Menurut Jucius dan Terry, model keputusan penentuan
14
pemilihan lokasi usaha, faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah biaya dan keuntungan usaha yang diharapkan (expected cost and expected yield) di tempat itu. Jika ada beberapa tempat sebagai alternatif, maka akan dipilih tempat yang memberikan keuntungan total bersih yang terbesar, sedangkan menurut Rawstron, bahwa lokasi yang paling optimum dari perusahaan adalah pada tempat dimana total biayanya terendah. Total biaya yang dimaksud Rawstron adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, perolehan tanah, pemasaran dan perolehan modal usaha (Jucius, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003). 2.1.7. Teori Lokasi Memaksimumkan Laba Teori Weber hanya melihat sisi produksi sedangkan teori Losch hanya melihat sisi permintaan. Permasalahan ini diselesaikan oleh D.M. Smith dengan mengintrodusir konsep biaya rata-rata (average cost) dan penerimaan rata-rata (average revenue) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat kurva per unit produksi (average cost) yang bervariasi dengan lokasi. Di sisi lain dapat pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi. Kemudian kurva itu digabung dan dimana terdapat selisih average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi, itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini : AC
AR
A
O
B
Lokasi
Gambar 2.1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal
15
Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan B yang optimal adalah pada titik O. Lebih ke kiri dari titik A atau lebih kekanan dari titik B perusahaan akan menderita kerugian. Pilihan lokasi bukanlah berbentuk garis continue seperti pada gambar 2.1. Pilihan itu adalah bersifat diskrit, artinya akan ada pilihan beberapa lokasi dan di masing-masing lokasi dapat dibuat pasangan antara average cost dan average revenue pada lokasi tersebut. Diantara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar apabila average revenue dikurangi average cost (D.M. Smith dalam Tarigan, 2005). Mc Grone dalam Tarigan (2005) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimalisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan. Selain itu, pengusaha mungkin saja lebih memberikan perhatiannya pada maksimalisasi keuntungan untuk pertumbuhan jangka panjang dari pertumbuhan jangka pendek dan ini mungkin saja menyebabkan diterapkannya suatu keputusan tentang lokasi yang berlainan. Pengusaha bisa saja memilih lokasi yang dalam jangka panjang diperkirakan lebih aman walaupun dengan biaya operasi rutin yang sedikit mahal. Menurut Isard dalam Tarigan (2005) masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Keuntungan relatif dari lokasi bisa saja sangat dipengaruhi pada tiap waktu oleh faktor dasar: (a) biaya input atau bahan
16
baku; (b) biaya transportasi; (c) keuntungan aglomerasi. Diantara berbagai biaya tersebut, jarak dan aksesibilitas tampaknya merupakan pilihan terpenting dalam konteks tata ruang. Jadi Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson dalam Tarigan (2005) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimumkan resiko. Faktor unsur ketidakpastian minimum dapat diperoleh pada pusat kegiatan sehingga keputusan lokasi didasarkan pada kriteria lain selain keuntungan dan biaya-biaya langsung. Dalam hal ini, baik kenyamanan maupun keuntungan aglomerasi merupakan penentu lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi yang lebih kuat daripada sumber daya alam, sumber tenaga kerja (upah rendah), dan elemen kunci yang lain dari teori lokasi tradisional. 2.1.8. Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya
17
memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005). Menetapkan site (tempat) sebuah usaha, pertama-tama harus mempelajari peraturan yang ada, yaitu dimana saja usaha tersebut boleh dibangun. Terkadang ada pilihan antara berlokasi pada industrial estate (kawasan industri) yang sudah mendapat izin dari pemerintah atau diluar industrial estate. Kedua pilihan itu harus dihitung terlebih dahulu kerugian dan keuntungannya, bukan hanya dari sudut keuangan tapi juga dari sudut keamanan dan sikap masyarakat. Apabila memilih diluar kawasan industri maka diantara lokasi yang diperbolehkan, harus disurvei bahwa daya dukung lahan, termasuk jenis tanah, ketinggian dari permukaan laut, kemiringannya, bukan daerah yang terkena banjir, tanah longsor, dan lainnya sehingga masih sesuai untuk lokasi usaha yang hendak dibangun. Diantara lokasi yang memungkinkan, harus dipilih yang paling efisien. Dalam hal ini, perlu dibandingkan tingkat harga tanah dengan kemudahan yang dapat diperoleh apabila berlokasi disitu. Harus dihitung besarnya ongkos transportasi untuk input dan output, kemudahan memperoleh tenaga kerja yang sesuai, kemudahan memperoleh fasilitas pendukung lainnya, kenyamanan pekerja dan lain-lain. Dalam menganalisis masing-masing faktor diatas, tidak cukup hanya berdasarkan pada keadaan masa kini, artinya harus dapat diramalkan perubahan yang bakal terjadi di masa yang akan datang, baik perubahan yang disebabkan oleh faktor yang datang dari luar maupun perubahan karena perusahaan mulai beroperasi di daerah tersebut (Tarigan, 2005).
18
2.1.9. Jenis-jenis Lokasi Usaha Menurut Manullang (1990) lokasi usaha dapat dibedakan menjadi empat: 1. Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam adalah lokasi usaha yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia melainkan tergantung atau terikat pada alam. 2. Letak atau lokasi usaha berdasarkan sejarah Dimana suatu usaha yang menjalankan aktivitasnya di suatu tempat atau daerah tertentu yang hanya dapat dijelaskan berdasarkan sejarah. 3. Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah ditentukan oleh pemerintah terlebih dahulu. 4. Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi faktor ekonomi Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi adalah bahwa suatu usaha atau perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya mempertimbangkan faktor ekonomi yang ada ditempat tersebut.
2.1.10. Kriteria Lokasi Usaha Strategis Pengertian tempat strategis dapat berbeda antara satu jenis usaha lainnya. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor (Tjiptono, 2006) yaitu: 1) Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
19
2) Visibilitas, lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3) Lalu lintas (traffic), dimana ada dua yang perlu dipertimbangkan yaitu: a. Banyaknya orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impuls buying. b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran atau ambulans. 4) Tempat parkir yang luas dan aman. 5) Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari. 6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah-daerah kos, asrama mahasiswa atau perkantoran. 7) Persaingan, yaitu lokasi pesaing misalnya dalam menentukan lokasi wartel, perlu mempertimbangkan apakah dijalan atau daerah yang sama banyak pula terdapat wartel lainnya. 8) Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk. 2.1.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi Pemilihan lokasi menjadi sangat rumit dengan adanya globalisasi tempat kerja. Globalisasi terjadi karena perkembangan (1) ekonomi pasar dan jasa (2) komunikasi internasional yang lebih baik, (3) perjalanan (udara, laut, darat) serta pengangkutan yang lebih cepat dan dapat diandalkan, (4) semakin mudahnya arus kas antar negara dan (5) perbedaan biaya tenaga kerja yang tinggi (Render, 1997).
20
Faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan oleh pengusaha dalam memilih lokasi baru diantaranya yaitu kebutuhan dasar, seperti listrik, air dan sebagainya haruslah tersedia. Lahan yang cukup, tingkat kepadatan lalu lintas disekitar lokasi perusahaan, taraf hidup masyarakat disekitar lingkungan usaha harus benar-benar dipertimbangkan. Faktor terpenting dari itu semua adalah pendapat dari tenaga kerja terhadap lokasi kerja yang baru. Ada kalanya perusahaan mempertimbangkan untuk berlokasi didaerah yang memiliki sarana pendukung usaha, seperti zona dagang dan program pelatihan kerja. Faktor demografi dan ekonomi seperti tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat per kapita, serikat pekerja, upah minimum regional, industri primer dan industri lain yang mungkin dapat berkembang disana juga dapat menjadi pertimbangan jangka panjang perusahaan. Tahap akhir dalam proses pemilihan lokasi adalah memilih lokasi yang spesifik dalam suatu komunitas. Perusahaan harus memilih satu lokasi yang paling cocok untuk pengangkutan dan penerimaan, penetapan zona, peralatan, ukuran dan biaya. Tabel 2.1. Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi Keputusan Negara Peraturan, sikap, stabilitas dan rangsangan pemerintah Isu-isu budaya dan ekonomi Lokasi pasar
Keputusan Negara/Masyarakat Keinginan Perusahaan Segi-segi yang menarik dari wilayah tersebut Ketersediaan tenaga kerja, biaya, sikap terhadap serikat pekerja
Keputusan Lokal Ukuran dan biaya lokasi Sistem transportasi udara, kereta, laut dan jalan bebas hambatan atau tol. Pembatasan penetapan zona
21
Ketersediaan tenaga kerja, sikap produktivitas, dan biaya
Biaya dan Dekat tidaknya ketersediaan utilitas jasa/pasokan yang (keperluan listrik, air dibutuhkan. dan sebaginya) Ketersediaan pasokan, Peraturan lingkungan Isu-isu dampak komunikasi dan energi. hidup daerah dan lingkungan nasional Tingkat kurs valuta asing Rangsangan dari pemerintah Jarak relatif antara bahan baku dengan konsumen Biaya tanah atau pembangunan fasilitas Sumber: Barry Render. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi.2001. Selain globalisasi, menurut Render (1997), juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan lokasi, yaitu: 1. Produktivitas Tenaga Kerja Berkaitan dengan keputusan lokasi, pertimbangan manajemen mungkin dirangsang oleh rendahnya tingkat upah tenaga kerja di wilayah itu. Meskipun demikian, tidak hanya tingkat upah saja yang perlu dipertimbangkan, produktivitaspun harus menjadi bahan pertimbangan. Karyawan yang kurang terlatih, berpendidikan rendah atau dengan kebiasaan bekerja yang buruk bukan merupakan hal yang baik bagi perusahaan, walaupun upah tenaga kerjanya rendah. Demikian pula, karyawan yang tidak dapat atau sering mangkir di tempat kerjanya tidak akan menjadi keputusan yang baik, walaupun upahnya rendah. Biaya tenaga kerja per unit terkadang disebut juga kandungan tenaga kerja dari produk.
22
2. Kurs Valuta Asing Walaupun tingkat suku bunga dan produktivitas mungkin membuat berbagai negara terlihat ekonomis. Tingkat kurs valuta asing yang tidak diinginkan dapat menghapuskan penghematan yang telah terjadi. Meskipun demikian, kadangkala perusahaan dapat mengambil keuntungan dari tingkat kurs tertentu yang dianggap baik dengan merelokasi atau mengekspor ke negara lain dan satu hal yang perlu diingat bahwa nilai dari mata uang asing diberbagai negara terus menerus berfluktuasi. 3. Biaya Biaya lokasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu biaya yang terlihat dan biaya yang tidak terlihat. Biaya yang terlihat adalah biaya-biaya yang langsung dapat diidentifikasi dan secara tepat ditentukan jumlahnya. Biaya-biaya ini mencakup biaya tenaga kerja, utility, bahan baku, pajak, dan penyusutan dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasi oleh manajemen dan bagian akuntansi. Selain itu, biaya-biaya seperti transportasi bahan baku, transportasi barang jadi dan pembangunan pabrik merupakan unsur-unsur biaya lokasi keseluruhan. Biaya tidak terlihat adalah biaya-biaya yang tidak mudah ditentukan angkanya. Biaya-biaya ini mencakup kualitas pendidikan, fasilitas angkutan umum, sikap masyarakat terhadap industri dan terhadap perusahaan itu sendiri, seperti mutu dan sikap karyawan yang akan dipekerjakan, termasuk juga mutu variabel hidup, seperti iklim dan kelompok-kelompok olahraga, yang mungkin mempengaruhi proses rekruitmen yang dilakukan oleh bagian personalia.
23
4. Sikap Sikap dari pemerintah pusat, daerah dan lokal terhadap kepemilikan oleh swasta, penetapan zona, dan polusi serta stabilitas karyawan mungkin akan terus berubah. Sikap pemerintah pada saat keputusan lokasi dibuat mungkin tidak bertahan lama. Terlebih lagi, manajemen mungkin akan menemukan bahwa sikapsikap demikian ini dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan. 2.1.12. Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi Menurut Sriyadi dalam Surya Perdhana (2006), cara pemilihan lokasi yang lebih pragmatis menggunakan tiga langkah sebagai berikut: Pertama, memilih wilayah (daerah) secara umum. Untuk ini ada lima faktor sebagai dasar yaitu (1) dekat dengan pasar, (2) dekat dengan bahan baku, (3) tersedianya fasilitas pengangkutan, (4) terjaminnya pelayanan umum seperti penerangan listrik, air, bahan bakar dan (5) kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan. Kedua, memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada pemilihan tingkat pertama. Pilihan didasarkan atas enam faktor: (1) tersedianya tenaga kerja secara cukup dalam jumlah dan tipe skill yang diperlukan, (2) tingkat upah yang lebih murah, (3) adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau komplementer dalam hal bahan baku, hasil produksi, buruh dan tenaga terampil yang dibutuhkan, (4) adanya kerjasama yang baik antar sesama perusahaan yang ada, (5) peraturan daerah yang menunjang, dan (6) kondisi kehidupan masyarakat yang menyenangkan. Ketiga, memilih lokasi tertentu. Pertimbangan utama pada langkah ini adalah soal tanah. Adakah tanah yang cukup longgar untuk bangunan,
24
halaman, tempat parkir dan tidak boleh dilupakan adanya kemungkinan untuk perluasan. Menurut Wasis dalam Surya Perdhana ( 2006 ), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan lokasi usaha secara ekonomis adalah sebagai berikut: a. Keadaan Pasar Keadaan pasar yaitu keadaan dimana perusahaan tersebut dapat lebih dekat dengan konsumen. Perusahaan didirikan tidak untuk hari ini saja, tetapi untuk jangka panjang. Untuk itu perlu dipelajari apakah pasar bagi produknya masih akan cukup lama. Kemungkinan-kemungkinan apakah yang bisa terjadi pada waktu yang akan datang yang dapat mempengaruhi pasar. b. Keadaan Bahan Dimana suatu perusahaan tersebut dapat mengolah hasil lanjut sumber bahan mentah. Apakah tempat itu cukup banyak tersedia bahan yang diperlukan perusahaan sehingga bahan tidak perlu diambil dari tempat lain. c. Supply tenaga kerja yang tersedia Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi. d. Terdapat fasilitas transportasi dan sarana jalan Suatu faktor yang dipengaruhi suatu kegiatan yang meliputi kereta api, truk dan angkutan jalan raya pengangkutan melalui air, pengangkutan melalui udara.
25
e. Terdapat pembangkit tenaga listrik Faktor dimana terdapat sumber pembangkit tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin-mesin serta penerangan secara keseluruhan. f. Faktor-faktor lain Lingkungan usaha yang nyaman, soal iklim, sikap masyarakat peraturan pemerintah dan intensitas persaingan. Pemilihan lokasi sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai pengaruh besar pada laba keseluruhan perusahaan. Sekali manajemen terikat untuk beroperasi disuatu lokasi tertentu, banyak biaya yang timbul dan sulit untuk dikurangi. Biaya lokasi pabrik baru berada di wilayah dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, biaya-biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih atau etos kerjanya buruk, maka perusahaan tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan strategis yang diambil tergantung dengan jenis bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang ditempuh adalah minimalisasi biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan pelayanan jasa profesional strategi yang digunakan terfokus pada maksimalisasi pendapatan. Strategi penempatan lokasi gudang dapat dipertimbangkan sebagai
26
kombinasi biaya dan kecepatan pengiriman. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut.
2.2. Sektor Informal Sektor informal itu sendiri, pertama kali diperkenalkan Keith Hart seorang peneliti dari Universitas Manchester di Inggris yang kemudian muncul dalam penerbitan ILO tahun 1972 (http//www.google.com/sektor-informal-indonesia: pdf/11/07/2009). Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu: 1. Sah, terdiri atas: a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder yaitu pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain. b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain. c. Distribusi kecil-kecilan yaitu pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain. d. Transaksi pribadi yaitu pinjam-meminjam,pengemis. e. Jasa yang lain yaitu pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain-lain. 2. Tidak sah, terdiri atas: a. Jasa kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barangbarang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, dll.
27
b. Transaksi yaitu pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain (http//www.google. com/sektor informal: permasalahan dan upaya mengatasinya/pdf/11/07/ 2009). Ekonomi informal terdiri dari unit-unit ekonomi yang termarjinalisasi dan pekerja-pekerja yang memiliki karakteristik: mengalami defisit yang parah dalam hal pekerjaan yang layak, defisit dalam hal standar perburuhan, defisit dalam hal produktivitas dan kualitas pekerjaan, defisit dalam hal perlindungan sosial dan defisit dalam hal organisasi dan hak suara. Dengan mengurangi defisit yang dimiliki oleh ekonomi informal, diharapkan akan dapat meningkatkan gerakan kearah kegiatan-kegiatan yang diakui, terlindungi dan formal didalam kerangka perekonomian utama dan yang memenuhi peraturan (ILO dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss, 2007). Becker dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa secara umum ekonomi informal adalah bagian dari ekonomi pasar yang tidak punya aturan dan tidak formal, yang memproduksi barang dan jasa untuk dijual atau untuk memperoleh pendapatan lain. Dengan demikian istilah ‘ekonomi informal’ mengacu kepada seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pekerja dan unit-unit ekonomi, baik dalam hukum maupun dalam praktek, yang tidak terlindungi atau tidak cukup terlindungi oleh aturan-aturan formal. Becker dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), lebih lanjut menyatakan bahwa definisi ekonomi informal dapat dibuat menjadi beberapa kriteri karena sifatnya yang heterogen yaitu:
28
1) Definisi berdasarkan atas kegiatan (unit ekonomi/perusahaan) Definisi ini adalah definisi yang paling tradisional diantara beberapa definisi yang ada. Usaha yang bersifat informal mempunyai karakteristik yaitu jarang mengikuti peraturan yang berlaku untuk mereka seperti mengenai pendaftaran, pembayaran pajak, kondisi pekerjaan dan lisensi untuk beroperasi. Perusahaan informal tidak hanya mereka yang mempekerjakan pekerja tetapi termasuk juga mereka yang dimiliki dan dijalankan sendiri oleh seseorang yang bekerja sebagai pekerja mandiri. Dengan demikian pedagang jalanan, supir taxi dan pekerja yang bekerja dirumah yang dibayar berdasarkan jumlah yang dihasilkan, semuanya dianggap sebagai unit usaha. Pemilik usaha biasanya menyiapkan keuangan sendiri dengan resiko sendiri. Mereka juga jarang memiliki sistem akuntansi. 2) Definisi berdasarkan atas kategori ketenagakerjaan Ketenagakerjaan informal adalah seluruh jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan, baik pekerjaan mandiri dan pekerjaan dengan gaji, yang tidak diakui, diatur, atau dilindungi oleh hukum dan peraturan yang ada. Disini termasuk juga pekerjaan yang tidak memberikan penghasilan didalam perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Ekonomi informal dapat digambarkan melalui kategori jenis pekerjaan sebagai berikut : a) Pekerja mandiri (self-employed), contohnya adalah own-account worker,
pemimpin usaha keluarga dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.
29
b) Pekerja yang bergaji, contohnya pegawai perusahaan informal, pekerja tidak
tetap tanpa majikan yang tetap, pekerja rumahan, pembantu RI yang dibayar, pekerja sementara dan paruh waktu, dan pekerja yang tidak terdaftar. c) Majikan, contohnya pemilik perusahaan dan pemilik yang menjalankan usaha
informal. 3) Definisi berdasarkan atas lokasi pelaku ekonomi informal. Definisi ini didasarkan atas gambaran lokasi dimana pekerja informal bekerja. Kategori-kategorinya adalah : a) Pekerja yang bekerja di rumah (home-based workers) : • Pekerja rumah yang tidak bebas: - Bekerja di rumah, diluar perusahaan yang membeli barang produksi mereka yaitu dengan perjanjian sebelumnya, sepakat untuk men-supply barang atau jasa ke perusahaan tertentu. - Memperoleh pendapatan melalui pembayaran trehadap apa yang diproduksi. Iidak mempekerjakan pekerja secara teratur. • Pekerja rumah yang bebas, adalah mereka yang bekerja di rumah dan menyalurkan hasil produksi dan jasanya kepada pembeli yang prospektif. Karakteristik mereka adalah sebagai pekerja mandiri dan memiliki sifat dari pekerja account workers. b) Pedagang asongan jalanan dan pedagang kakilima di pinggir jalan. c) Pekerja musiman atau pekerja sementara di lokasi sekitar bangunan atau jalan yang sedang dikerjakan.
30
d) Mereka yang bekerja diantara jalanan dan rumah, contohnya pemulung. Chen dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa terjadinya perubahan pandangan terhadap sektor informal sebagai akibat dari terjadinya perubahan lingkungan dari sektor informal tersebut. Pandangan yang baru dibandingkan dengan pandangan yang lama adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal Pandangan Lama Pandangan Baru 1. Sektor informal adalah 1. Sektor informal akan tetap ada dan tumbuh sektor tradisional yang bersama industri yang semakin modern. akan hilang dengan pertumbuhan dan adanya perindustrian modern 2. Produktivitas sektor 2. Sektor informal merupakan penyedia kesempatan informal rendah. kerja dan produksi barang dan jasa bagi mereka yang berpendapatan rendah. Sumbangannya terhadap GDP juga cukup besar. 3. Keberadaannya 3. Ada kaitan dengan sektor formal, mereka terpisah dengan sektor produksi, berdagang, mendistribusikan jasa untuk formal. sektor formal. 4. Sebagai tempat 4. Sebagian besar sektor informal yang muncul penampung kelebihan belakangan adalah karena berkurangnya tenaga kerja. kesempatan kerja di sektor formal atau karena perubahan dari pekerjaan sektor formal menjadi informal. 5. Umumnya terdiri dari 5. Terdiri dari jenis pekerjaan yang sangat luas, pedagang jalanan dan mulai dari buruh lepas di sektor konstruksi dan produsen skala kecil. pertanian hingga pekerja sementara dan paruh waktu, serta pekerja rumah di bidang teknologi tinggi. 6. Umumnya pekerja 6. Terdiri dari pekerja non-standar dengan upah/gaji, sektor informal adalah wiraswasta dan pekerja mandiri yang wiraswasta yang memproduksi barang dan jasa yang legal. mengelola usaha Kebanyakan wiraswasta dan pekerja mandiri yang ilegal dan tidak tersebut setuju dengan upaya-upaya untuk terdaftar karena mempermudah pendaftaran dan membayar biaya menghindari peraturan transaksi serta mengikuti peraturan;pekerja nondan pajak. standar juga setuju untuk memenuhi hak-hak
31
pekerja dan pekerjaan yang lebih stabil. 7. Pekerjaan informal 7. Ekonomi informal tidak hanya terdiri dari kegiatan pada umumnya terdiri untuk bertahan hidup, tapi juga mencakup dari kegiatan untuk perusahaan stabil dan bisnis yang berkembang mempertahankan hidup dinamis. Pekerja informal tidak hanya mereka sehingga tidak perlu yang bekerja sendiri tapi juga termasuk mereka masuk dalam yang menerima gaji. Seluruh jenis pekerjaan kebijakan informal dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian. perekonomian yang ada. Menurut Hidayat (1987), di Indonesia sudah ada kesepakatan tentang 11 ciri pokok sektor informal sebagai berikut: 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha. 3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi tidak sampai ke pedagang kaki lima. 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor. 6. Teknologi yang digunakan bersifat primitif. 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil. 8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. 9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man enterprise dan kalau
32
mengerjakan buruh berasal dari keluarga. 10. Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi. 11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat desa dan kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah (http//www.google.com/sektor informal: permasalahan dan upaya mengatasinya.files:pdf/11/07/2009).
2.2.1. Perdagangan Perdagangan adalah kegiatan penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui kegiatan membeli dan menjual barang. Kegiatan pokok dalam perdagangan adalah membeli barang dari produsen atau pedagang lain, menjual barang kepada pedagang lain dan atau konsumen. 1. Jenis-jenis perdagangan menurut cara mencari keuntungan atau profit yaitu: a. Pedagang yang berdagang dalam mencari keuntungan dapat menempuh berbagai cara yaitu perbedaan waktu menjual dan membeli, perbedaan tempat menjual dan membeli, serta memanfaatkan musim tertentu. b. Dalam kegiatan perdagangan, yang penting dan harus diperhatikan bagi pihak pembeli maupun penjual yaitu jenis barang dan kualitasnya, jumlah barang,harga barang beserta potongan harga,syarat pembayaran, dan syarat penyerahan barang. 2. Jenis-jenis pedagang berdasarkan tingkat kegiatan, jangkauan pemasaran dan jumlah barang yang diperdagangkan yaitu sebagai berikut:
33
a. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen dan menjualnya kepada pegadang kecil atau pedagang eceran, contohnya grosir, agen. b. Pedagang kecil yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen langsung, contohnya kios, warung, toko. c. Pedagang antar negara yaitu pedagang yang membeli barang dari suatu negara dan menjualnya ke negara lain. Pedagang antar negara dapat dibedakan
yaitu
eksportir,
importer
dan
pedagang
transito
(http://google.com.files.wikipedia.org/wiki/perdagangan). 2.2.2. Jasa Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan idak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud. Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), ada empat karakteristik produk jasa yaitu: 1. Intangibility: jasa bersifat abstrak dan intangible (tidak berwujud). 2. Heterogenity/variability: jasa bersifat non-standar dan sangat variabel (berubah-ubah).
34
3. Inseparability: jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya. 4. Perishability (daya tahan): jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan. Menurut Converse (1992), macam-macam jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Personalized services Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto. Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundry, karena kebersihan, layanan yang ramah tamah dan sebagainya. 2. Financial services Financial services terdiri dari: a) Banking services (Bank). b) Insurance services (Asuransi). c) Investment securities (Lembaga penanaman modal). d) Public utility and Transportation services. Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic
35
consumer (konsumen lokal), Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota praja, pemda). Sedangkan dalam transportation services, meliputi: kereta api, kendaraan umum, pesawat, dsb. 3. Entertainment Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di loket-loket. 4. Hotel services Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, dan sebagainya (http://google.com.files.produkjasa, pengertian,karakteristik dan jenisnya).
2.3. Kerangka Berpikir Cruz dalam Surya Perdhana (2006) mengemukakan bahwa dalam memilih suatu lokasi usaha sebaiknya dipilih lokasi yang sarana atau prasarana infrastrukturnya baik serta banyak memiliki tenaga kerja potensial. Tingkat pendidikan, ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan kondisi ekonomi lokal dapat menjadi faktor penentu kesuksesan usaha, demikian pula dengan kondisi jalan yang baik, sehingga dapat mendukung kegiatan transportasi antara supplier dan perusahaan. Sarana telekomunikasi yang baik juga dapat menunjang kegiatan suatu usaha. Dalam melakukan seleksi lokasi usaha kita sebaiknya melakukan
36
langkah-langkah
sebagai
berikut:
(1)
melakukan
seleksi
lokasi
dan
memasukkannya ke dalam daftar, (2) mengeliminasi lokasi yang kira-kira dapat menghambat kemajuan bisnis, dan (3) membuat perbandingan lokasi. Untuk memperjelas jalannya penelitian yang akan dilaksanakan, perlu disusun kerangka pemikiran mengenai konsepsi tahap-tahap penelitiannya secara teoritis. Kerangka pemikiran teoritis dibuat berupa skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Skema sederhana yang dibuat diharapkan memberi gambaran mengenai jalannya penelitian secara keseluruhan yang dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka pemikiran teoritis ditunjukkan pada bagan di bawah ini:
Kondisi Infrastruktur
Biaya Lokasi
Lingkungan Bisnis
Lokasi Usaha Peluang Usaha: - Perdagangan - Jasa Pendapatan Usaha Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian
Tenaga Kerja
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto,2006:160). Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang populasi dan sampel penelitian, variabel, instrumen pengumpul data, uji instrumen (validitas, reliabilitas) dan teknik analisis data.
3.1.
Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto,2006:130).
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha sektor informal di bidang perdagangan dan jasa pada tahun 2008 yang ada di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang sejumlah 1453 pelaku usaha yang dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 3.1. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang RW I II III IV V VI VII Jumlah
Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal (Perdagangan dan Jasa) 298 251 246 329 317 6 6 1453
Sumber: Data diolah, 2009
37
38
3.2. Sampel Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti
(Arikunto,2006:131). Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang ada dijadikan objek penelitian, karena memerlukan tenaga dan dana yang banyak serta waktu yang relatif lama. Dalam pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus pendekatan Slovin (dalam Husein,2004:107) dengan rumus: n =
N 1 + Ne
2
Dimana : n : ukuran sampel N : ukuran populasi e 2 : persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir atau diujikan, untuk penelitian ini digunakan 10 %. Dengan jumlah populasi 1453 pelaku usaha bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada tahun 2008, maka batas minimal pengambilan sampel berdasarkan rumus: n=
n=
N 1 + Ne 2
1453 1 + (1453 × (0,10) 2 )
39
n=
1453 15,53
n = 93,56 n = 94
Dari perhitungan diperoleh hasil sebesar 93,56 dibulatkan menjadi 94, jadi sampel dalam penelitian ini adalah 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus UNNES Desa Sekaran. Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Area Random Sampling. Langkah-langkah dalam menentukan sampel tersebut adalah : a. menentukan proporsi sampel dari tiap-tiap RW b. menghitung jumlah sampel tiap-tiap RW c. menentukan sampel keseluruhan dengan menjumlahkan sampel masingmasing RW d. mengambil dari setiap RW yang telah ditentukan sampelnya secara acak dengan melakukan undian. Tabel 3.2. Jumlah pelaku usaha perdagangan dan jasa yang menjadi populasi sampel: RW I II III IV V VI VII Jumlah
Populasi 298 251 246 329 317 6 6 1453
Sumber: Data diolah, 2009
Sampel 19 16 16 21 20 1 1 94
40
3.3. Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,2006:118). Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kondisi Infrastruktur
dengan indikator
ketersediaan jaringan listrik,
ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan parkir yang memadai dan sarana dan prasarana penunjang lainnya. (2) Biaya Lokasi yaitu biaya yang dikeluarkan dengan indikator besarnya biaya baik biaya sewa maupun biaya beli yang dinyatakan dalam satuan rupiah. (3) Lingkungan Bisnis dengan indikator kedekatan dengan jalan raya, kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan pemukiman penduduk, kedekatan dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, dll), kedekatan dengan usaha lain, tingkat keamanan, tingkat persaingan, prospek usaha dan daya beli masyarakat. (4) Tenaga Kerja dengan indikator ketersediaan jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja.
3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
41
Tabel 3.3. Metode Pengumpulan Data No
Permasalahan
Sumber
1.
Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
Kantor Kelurahan Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang
2.
Pelaku usaha sektor Informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang
Metode Pengumpulan Data Dokumentasi
Kuesioner
3.4.1. Metode Kuesioner (Angket)
Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2006:151). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis keadaan lokasi yang digunakan untuk menjalankan usaha sektor
informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus
Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban yang telah disediakan. Dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden secara langsung di lokasi objek penelitian. Daftar pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja.
42
Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan maka perlu diubah kedalam bentuk skor, yaitu dengan memberikan skor sebagai berikut: a. Pilihan jawaban A diberikan skor 5 b. PIlihan jawaban B diberikan skor 4 c. Pilihan jawaban C diberikan skor 3 d. Pilihan jawaban D diberikan skor 2 e. Pilihan jawaban E diberikan skor 1 3.4.2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,2006:158). Dalam penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui data jumlah usaha sektor informal dan keadaan ekonomi yang ada di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
43
3.5. Validitas dan Reliabilitas 3.5.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 : 168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam mengungkap data dari variabel yang diteliti secara cermat tinggi rendahnya instrumen yang dimaksud. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan butir soal. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment yang dilakukan oleh Pearson yaitu: rxy =
Keterangan: rxy
= Keofisien korelasi
N
= Jumlah objek atau responden
X
= Skor rata-rata X
Y
= Skor rata-rata Y
ΣX2
= Jumlah kuadrat nilai x
ΣY2
= Jumlah kuadrat nilai y
Item pertanyaan diuji cobakan kepada 36 responden dengan jumlah 20 butir soal yang terdiri dari 5 butir soal untuk untuk mengukur kondisi infrastruktur, 2 butir soal untuk mengukur biaya lokasi, 9 butir soal untuk mengukur lingkungan bisnis, dan 4 butir soal untuk mengukur tenaga kerja.
44
Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dinyatakan valid jika rhitung > rtabel
yaitu 0,329.
Hasil analisis uji validitas angket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur
No. rxy rtabel Keterangan Soal 1. 0,495 0,329 Valid 2. 0,431 0,329 Valid 3. 0,564 0,329 Valid 4. 0,700 0,329 Valid 5. 0,582 0,329 Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata semua soal yang berhubungan dengan variabel kondisi infrastruktur dinyatakan valid karena r hitung > rtabel
yaitu 0,329.
Tabel 3.5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi No. rtabel Keterangan rxy Soal 6. 0,885 0,329 Valid 7. 0,653 0,329 Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata semua soal yang berhubungan dengan variabel biaya lokasi dinyatakan valid karena r yaitu 0,329.
hitung
> rtabel
45
Tabel 3.6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis No. rxy rtabel Soal 8. 0,686 0,329 9. 0,359 0,329 10. 0,651 0,329 11. 0,736 0,329 12. 0,680 0,329 13. 0,377 0,329 14. 0,511 0,329 15. 0,361 0,329 16. 0,329 0,274 Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata pada soal nomor 16 yang berhubungan dengan variabel lingkungan bisnis dinyatakan tidak valid karena r hitung < rtabel yaitu 0,329 dan butir soal yang lainnya dinyatakan valid. Tabel 3.7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja No. rxy rtabel Soal 17. 0,714 0,329 18. 0,309 0,329 19. 0,639 0,329 20. 0,575 0,329 Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009
Keterangan Valid Tidak Valid Valid Valid
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata pada soal nomor 18 yang berhubungan dengan variabel tenaga kerja dinyatakan tidak valid karena r hitung < rtabel
yaitu 0,329
dan butir soal yang lainnya dinyatakan valid.
46
Dari 20 butir soal yang telah diuji cobakan kepada 36 responden, terdapat 2 butir soal yang dinyatakan tidak valid yaitu pada soal nomor 16 dan 18. Butir soal yang tidak valid tersebut dihapus karena sudah terwakilkan oleh butir soal yang lain, sehingga angket penelitian terdiri dari 18 butir soal. 3.5.2. Reliabilitas
Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu penelitian dapat dipercaya atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto,2006:178). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrument dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan antara 1 - 5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 dengan menggunakan rumus Alpha yaitu:
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
k
= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑δb
δ1
2
2
= jumlah varians butir = varians total
Untuk menentukan instrumen tersebut reliabel atau tidak, dilakukan dengan cara mengkorelasikan reliabilitas hasil perhitungan dengan reliabilitas menurut tabel. Setelah diperolah r11, selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel
47
dengan taraf kesalahan 5%. Jika r11 > rtabel, maka instrumen dikatakan reliabel dan jika r11 < rtabel maka instrument tersebut dikatakan tidak reliabel. Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Variabel Penelitian
Koefisien Reliabilitas
Kondisi Infrastruktur 0,333 Biaya Lokasi 0,335 Lingkungan Bisnis 0.674 Tenaga Kerja 0.368 Sumber : Data Hasil Penelitian Diolah, 2009
r tabel 5%
Keterangan
0,329 0,329 0,329 0,329
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Dalam melakukan uji reliabilitas menggunakan bantuan software program SPSS 15.00. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas kondisi infrastruktur sebesar 0,333 pada taraf kesalahan 5% dan n=36, jadi 0,333 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas biaya lokasi sebesar 0,335 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,335 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas lingkungan bisnis sebesar 0,674 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,674 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas tenaga kerja sebesar 0,368 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,368 >
48
0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian.
3.6. Metode Analisis Data Tabel 3.9. Metode Analisis Data No 1.
2.
Perumusan Masalah
Metode Analisis Data
Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Analisis Deskriptif Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor Analisis Deskriptif Persentase informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang?
3.6.1. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masalah penelitian dan memberikan gambaran mengenai responden penelitian. Metode ini untuk mengetahui profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 3.6.2. Metode Analisis Deskriptif Persentase
Metode ini digunakan untuk mengetahui secara tepat tingkat persentase skor jawaban dan mendiskripsikan hasil data mengenai lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang
49
Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja dengan rumus: %=
n × 100% N
% : Persentase nilai yang diperoleh n : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah seluruh nilai ideal, dicari dengan cara jumlah item dikalikan jumlah responden (Ali,M.1992:184) Untuk menentukan kategori atau jenis deskriprtif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel dari perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat. Cara menentukan kriteria adalah : 1. Menentukan angka persentase tertinggi skor maksimal X 100 % skor maksimal 5 X 100 % = 100 % 5 2. Menentukan angka persentase terendah skor min imal X 100 % skor maksimal 1 X 100 % = 20 % 5 3. Menentukan rentang persentase
100 % - 20 % = 80 % 4. Menentukan kelas interval 80 % : 5 = 16 % Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut selanjutnya skor diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel
50
kriteria. Dengan panjang kelas interval 16% dan persentase terendah 20% dapat dibuat kriteria, dalam jenjang kriteria ini penulis mengelompokkan menjadi 5 kriteria yaitu sangat tepat, tepat, cukup tepat, kurang tepat dan tidak tepat. Tabel 3.10. Jenjang Kriteria: No 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Persentase 85% - 100% 69% - 84% 53% - 68% 37% - 52% 20% - 36%
Kategori Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini adalah lingkungan sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Dari monografi desa diperoleh data tentang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berada pada batas-batas wilayah sebagai berikut: (1). Sebelah utara : Desa Sukorejo
(3). Sebelah barat : Desa Kalisegoro
(2). Sebelah selatan : Desa Patemon
(4). Sebelah timur : Desa Srondol Kulon
Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang mempunyai luas wilayah sekitar 490.718 ha. Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang terbagi atas 25 RT dan 7 RW dengan jumlah penduduk sebanyak 5.937 jiwa (Monografi Desa Sekaran tahun 2008). Desa
Sekaran
telah
mengalami
banyak
perubahan
dibidang
perkonomiannya yang semula merupakan daerah yang orientasinya pada sektor pertanian saja, sekarang sudah berkembang dengan adanya sektor-sektor lain. Hal ini disebabkan banyak hal diantaranya dengan adanya Kampus Universitas Negeri Semarang sebagai daerah pendidikan, sehingga banyak penduduk yang meninggalkan sektor pertanian ke sektor lain yaitu sektor perdagangan dan jasa.
51
52
4.1.2. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran
Responden yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini berjumlah 94 responden dimana responden tersebut yaitu para pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa yang berlokasi di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Sebelum dipaparkan hasil analisis deskriptif persentase, terlebih dahulu akan dipaparkan profil responden yang mencakup umur, jenis kelamin, dan pendidikan. 4.1.2.1. Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa umur responden dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini: Tabel 4.1. Umur Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
25 - 31 5 5,32 3 3,19 2 2,13 2 2,13 2 2,13 0 0 0 0 14 14,89
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Umur Responden ( tahun ) 32 - 38 39 – 45 46 - 52 3 7 2 3,19 7,45 2,13 3 1 7 3,19 1,06 7,45 4 5 4 4,26 5,32 4,26 5 6 5 5,32 6,38 5,32 4 5 6 4,26 5,32 6,38 0 0 1 0 0 1,06 0 0 1 0 0 1,06 19 24 26 20,21 25,53 27,66
53 - 59 2 2,13 2 2,13 1 1,06 3 3,19 3 3,19 0 0 0 0 11 11,70
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
53
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 94 responden, sebagian besar responden berumur diantara 46 – 52 tahun yaitu sebesar 27,66%, sedangkan persentase umur responden yang paling kecil yaitu diantara 53 – 59 tahun sebesar 11,70%. 4.1.2.2. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1 2 3 4 5 6 7
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) RW 02 Persentase (%) RW 03 Persentase (%) RW 04 Persentase (%) RW 05 Persentase (%) RW 06 Persentase (%) RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 11 8 11,70 8,51 9 7 9,57 7,45 12 4 12,77 4,26 12 9 12,77 9,57 16 4 17,02 4,26 1 0 1,06 0 1 0 1,06 0 62 32 65,96 34,04
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
54
Jenis kelamin dari 94 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini proporsi paling banyak adalah laki-laki yaitu sebesar 65,96%, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 34,04%. 4.1.2.3. Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini: Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Tingkat Pendidikan SD SMP SMA 3 5 8 3,19 5,32 8,51 4 4 6 4,26 4,26 6,38 3 3 10 3,19 3,19 10,64 5 6 10 5,32 6,38 10,64 5 3 11 5,32 3,19 11,70 0 1 0 0 1,06 0 1 0 0 1,06 0 0 21 22 45 22,34 23,40 47,87
PT 3 3,19 2 2,13 0 0 0 0 1 1,06 0 0 0 0 6 6,38
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 21 atau 22,34% pelaku usaha berpendidikan SD, 22 atau 23,40% pelaku usaha berpendidikan SMP, 45 atau 47,87% pelaku usaha
55
berpendidikan SMA dan selebihnya 6 atau 6,38% pelaku usaha berpendidikan Perguruan Tinggi. Dari 94 responden, proporsi paling banyak yaitu berpendidikan tamatan SMA saja. Hal ini dikarenakan untuk mendirikan suatu usaha tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi, akan tetapi faktor yang paling utama yaitu mempunyai modal yang cukup banyak, mempunyai ketrampilan dan tekun di dalam menjalankan usaha.
4.1.3. Profil Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Adanya Universitas Negeri Semarang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya bermata pencaharian sebagai petani, kini beralih profesi menjadi pengusaha. Masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya menggunakan lahannya di sektor pertanian, kini beralih memanfaatkan lahannya untuk mendirikan berbagai macam jenis usaha sebagai akibat adanya tuntutan dari pendatang, terutama mahasiswa UNNES yang berasal dari luar kota Semarang yang membutuhkan fasilitasfasilitas untuk memenuhi kebutuhannya misalnya dengan membuka usaha di bidang perdagangan dan jasa. Jenis usaha bidang perdagangan di Desa Sekaran contohnya seperti usaha warung makan, toko, counter, air minum dan minimarket, sedangkan jenis-jenis usaha bidang jasa di Desa Sekaran contohnya seperti usaha kos, rental komputer, warnet, bengkel, salon, penjahit, laundry, cuci motor, dan persewaan PS/CD/DVD.
56
4.1.3.1. Lama Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa lama di dalam menjalankan usaha responden dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Lama di dalam Menjalankan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
0-5 14 14,89 10 10,64 11 11,70 13 13,83 15 15,96 0 0 0 0 63 67,02
Lama Usaha ( tahun ) 5 – 10 10 – 15 15 – 20 5 0 0 5,32 0 0 4 1 1 4,26 1,06 1,06 5 0 0 5,32 0 0 7 1 0 7,45 1,06 0 5 0 0 5,32 0 0 1 0 0 1,06 0 0 1 0 0 1,06 0 0 28 2 1 29,79 2,13 1,06
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.4. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 63 atau 67,02% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 0 – 5 tahun, 28 atau 29,79% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 5 – 10 tahun, 2 atau 2,13% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 10 – 15 tahun dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 15 – 20 tahun.
57
4.1.3.2. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa status usaha bidang perdagangan dan jasa dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini: Tabel 4.5. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Status Usaha Sektor Informal dikelola dikelola Dikelola Dikelola bersama Bersama Dengan sendiri keluarga Saudara tenaga kerja 4 10 0 5 4,26 10,64 0 5,32 2 10 2 2 2,13 10,64 2,13 2,13 1 8 0 7 1,06 8,51 0 7,45 1 14 2 4 1,06 14,89 2,13 4,26 0 10 2 8 0 10,64 2,13 8,51 0 1 0 0 0 1,06 0 0 0 1 0 0 0 1,06 0 0 8 54 6 26 8,51 57,45 6,38 27,66
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 8 atau 8,51% pelaku usaha mengelola usahanya sendiri, 54 atau 57,45% pelaku usaha mengelola usahanya bersama keluarganya, 6 atau 6,38% pelaku usaha mengelola usahanya bersama dengan saudaranya dan
58
selebihnya 26 atau 27,66% pelaku usaha mengelola usahanya dengan dibantu tenaga kerja lain. 4.1.3.3. Status
Kepemilikan
Lokasi
Usaha
Sektor
Informal
Bidang
Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa status kepemilikan lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini: Tabel 4.6. Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Status Kepemilikan milik sendiri ( beli ) sewa / kontrak 12 7 12,77 7,45 12 4 12,77 4,26 12 4 12,77 4,26 16 5 17,02 5,32 13 7 13,83 7,45 1 0 1,06 0 1 0 1,06 0 67 27 71,28 28,72
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Status kepemilikan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa dari 94 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini proporsi paling
59
banyak adalah milik sendiri/membeli lokasi usaha yaitu sebesar 71,28%, sedangkan yang menyewa/kontrak lokasi usaha yaitu sebesar 28,72%. Hal ini dikarenakan responden berpikir bahwa harga tanah di Desa Sekaran akan semakin terus naik jadi mereka memutuskan untuk membeli daripada menyewa. 4.1.3.4. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa pendapatan pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini: Tabel 4.7. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
No
Lokasi Usaha
1
RW 01 Persentase (%) RW 02 Persentase (%) RW 03 Persentase (%) RW 04 Persentase (%) RW 05 Persentase (%) RW 06 Persentase (%) RW 07 Persentase (%)
2 3 4 5 6 7
Pendapatan Per Bulan Pengusaha Selain Jumlah Pengusaha Kos ( dalam satuan rupiah ) Total < 1 juta 1 - 2 juta 2 - 3 juta 3 - 4 juta > 5 juta 14 1 2 7 3 1 14,89 1,06 2,13 7,45 3,19 1,06 11 2 3 4 2 0 11,70 2,13 3,19 4,26 2,13 0 10 1 2 4 2 1 10,64 1,06 2,13 4,26 2,13 1,06 16 1 5 2 4 4 17,02 1,06 5,32 2,13 4,26 4,26 15 1 4 4 3 3 15,96 1,06 4,26 4,26 3,19 3,19 1 0 0 1 0 0 1,06 0 0,00 1,06 0 0 1 0 1 0 0 0 1,06 0 1,06 0 0 0
60
No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase (%)
Pendapatan Per Tahun Pengusaha Kos ( dalam satuan rupiah ) < 10 juta 10-15 juta15-20 juta 20-25 juta > 25 juta 0 1 1 1 2 0 1,06 1,06 1,06 2,13 1 1 2 1 0 1,06 1,06 2,13 1,06 0 0 1 1 2 2 0 1,06 1,06 2,13 2,13 0 1 0 2 2 0 1,06 0 2,13 2,13 0 3 0 1 1 0 3,19 0 1,06 1,06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 24 26 21 16 7,45 25,53 27,66 22,34 17,02
5 5,32 5 5,32 6 6,38 5 5,32 5 5,32 0 0 0 0 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebagian besar responden menjalankan usaha selain kos yaitu sebanyak 68 responden dan sisanya 26 responden menjalankan usaha kos. Dari 68 responden yang menjalankan usaha selain usaha kos, sebanyak 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan dibawah Rp. 1.000.000,00, 17 atau 18,09% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00, 22 atau 23,40% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp. 2.000.000,00 – Rp. 3.000.000,00, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp. 3.000.000,00 – Rp. 4.000.000,00 dan selebihnya 9 atau 9,57% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diatas Rp. 4.000.000,00, sedangkan dari
61
26 responden yang menjalankan usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya dibawah Rp. 10.000.000,00, 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp. 10.000.000,00 – Rp. 15.000.000,00, 4 atau 4,26% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp. 15.000.001,00 – Rp. 20.000.000,00, 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp. 20.000.001,00 – Rp. 25.000.000,00, dan selebihnya 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diatas Rp. 25.000.000,00.
4.1.4. Kondisi
Infrastruktur
Lokasi
Usaha
Sektor
Informal
Bidang
Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Kondisi infrastruktur berkaitan dengan ketersediaan jaringan listrik, ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan parkir yang memadai dan sarana dan prasarana penunjang lainnya. 4.1.4.1. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa sumber jaringan listrik lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini:
62
Tabel 4.8. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Sumber Jaringan Listrik di Lokasi Usaha langsung Nyambung Nyambung Genset / No Lokasi Usaha Lainnya jaringan parallel jaringan paralel dari dari PLN Generator dari rumah warga tempat usaha lain 1 RW 01 14 4 0 0 1 Persentase (%) 14,89 4,26 0 0 1,06 2 RW 02 11 3 0 0 2 Persentase (%) 11,70 3,19 0 0 2,13 3 RW 03 13 1 1 0 1 Persentase (%) 13,83 1,06 1,06 0 1,06 4 RW 04 16 3 0 0 2 Persentase (%) 17,02 3,19 0 0 2,13 5 RW 05 16 2 1 0 1 Persentase (%) 17,02 2,13 1,06 0 1,06 6 RW 06 1 0 0 0 0 Persentase (%) 1,06 0 0 0 0 7 RW 07 1 0 0 0 0 Persentase (%) 1,06 0 0 0 0 Jumlah Responden 72 13 2 0 7 Persentase ( % ) 76,60 13,83 2,13 0 7,45 Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.8. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 72 atau 76,60% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan langsung PLN, 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan paralel dari rumah warga, 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan paralel dari tempat usaha lain dan selebihnya 7 atau 7,45% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari sumber lain. Ini berarti sumber jaringan listrik sangat berperan penting di dalam kehidupan dan dalam hal ini yaitu menjalankan suatu kegiatan usaha yang
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
63
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan adanya sumber listrik di lokasi usaha Desa Sekaran, maka nantinya akan sangat membantu di dalam proses kegiatan usaha terutama bagi pelaku usaha yang sumber pendapatan usahanya menggunakan energi listrik diantaranya usaha kos, warnet, rental komputer, laundry, dll.
4.1.4.2.
Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa sumber air bersih lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut ini: Tabel 4.9. Sumber Air Bersih di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Sumber Air Bersih di Lokasi Usaha langsung dari saluran pipa air dari membeli membeli dari meminta dari No Lokasi Usaha rumah/tempat ke depot rumah warga rumah warga sumur artesis usaha lain penjual air sekitar lokasi sekitar lokasi 1 RW 01 8 2 9 0 0 Persentase (%) 8,51 2,13 9,57 0 0 2 RW 02 8 4 4 0 0 Persentase (%) 8,51 4,26 4,26 0 0 3 RW 03 10 2 3 0 1 Persentase (%) 10,64 2,13 3,19 0 1,06 4 RW 04 10 4 6 1 0 Persentase (%) 10,64 4,26 6,38 1,06 0 5 RW 05 10 4 6 0 0 Persentase (%) 10,64 4,26 6,38 0 0 6 RW 06 1 0 0 0 0 Persentase (%) 1,06 0 0. 0 0 7 RW 07 1 0 0 0 0 Persentase (%) 1,06 0 0 0 0 Jumlah Responden 48 16 28 1 1 Persentase ( % ) 51,06 17,02 29,79 1,06 1,06 Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
64
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 48 atau 51,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari sumur artesis, 16 atau 17,02% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari saluran pipa air dari rumah warga/tempat usaha lain, 28 atau 29,79% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari membeli ke depot air minum, 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari membeli ke rumah warga dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari meminta ke rumah warga. Dari hasil persentase diatas dapat dijelaskan bahwa sumber air bersih terbanyak berasal dari sumur artesis. Hal ini disebabkan karena Desa Sekaran merupakan daerah dataran tinggi sehingga saluran air dari PDAM tidak bisa menjangkau dataran tinggi sehingga penduduk Desa Sekaran semuanya menggunakan sumur artesis untuk mendapatkan air bersih di dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan dalam membantu kegiatan usaha.
4.1.4.3. Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa luas lahan lokasi usaha selain usaha sewa kos di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.10. berikut ini:
65
Tabel 4.10. Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
No
Lokasi Usaha
1
RW 01 Persentase (%) RW 02 Persentase (%) RW 03 Persentase (%) RW 04 Persentase (%) RW 05 Persentase (%) RW 06 Persentase (%) RW 07 Persentase (%)
2 3 4 5 6 7 No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase (%)
Luas Lahan Lokasi Usaha Jumlah ( Selain Usaha Sewa Kos / Kontrak ) < 8 m² 8 - 16 m² 16 - 24 m² 24 - 32 m² > 32 m² Total 14 1 11 2 0 0 14,89 1,06 11,70 2,13 0 0 11 0 9 2 0 0 11,70 0 9,57 2,13 0 0 10 0 6 3 1 0 10,64 0 6,38 3,19 1,06 0 16 0 7 6 0 3 17,02 0 7,45 6,38 0 3,19 15 0 7 7 0 1 15,96 0 7,45 7,45 0 1,06 1 0 1 0 0 0 1,06 0 1,06 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1,06 0 1,06 0 0 0 Luas Lahan Lokasi Usaha Sewa Kos /Kontrak < 80 m² 80-160 m² 160-240 m² 240-320 m² > 320 m² 5 0 2 1 2 0 5,32 0 2,13 1,06 2,13 0 5 1 4 0 0 0 5,32 1,06 4,26 0 0 0 6 0 2 2 2 0 6,38 0 2,13 2,13 2,13 0 5 0 3 1 1 0 5,32 0 3,19 1,06 1,06 0 5 0 3 1 1 0 5,32 0 3,19 1,06 1,06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 94 2 56 25 7 4 100 2,13 59,57 26,60 7,45 4,26
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
66
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.10. diatas dapat diketahui dari 94 responden, bahwa dari 68 responden yang menjalankan usaha selain usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya dibawah 8 m², 42 atau 44,68% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara 8 - 16 m², 20 atau 21,28% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara 16 – 24 m², 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara 24 – 32 m² dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya lebih dari 32 m², sedangkan dari 26 responden yang menjalankan usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya dibawah 80 m², 14 atau 14,89% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara 80 - 160 m², 5 atau 5,32% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara yaitu 160 – 240 m², dan selebihnya 6 atau 6,38% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara 240 – 320 m².
4.1.4.4. Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,dapat dijelaskan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.11. ini:
67
Tabel 4.11. Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
No
Lokasi Usaha
1
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jumlah Kondisi Jalan Lokasi Usaha Sangat Cukup Kurang Tidak Total Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus 19 0 11 6 2 0 20,21 0 11,70 6,38 2,13 0 16 0 9 4 3 0 17,02 0 9,57 4,26 3,19 0 16 0 5 8 3 0 17,02 0 5,32 8,51 3,19 0 21 0 11 8 2 0 22,34 0 11,70 8,51 2,13 0 20 0 9 8 3 0 21,28 0 9,57 8,51 3,19 0 1 0 0 0 0 1 1,06 0 0 0 0 1,06 1 0 0 0 0 1 1.06 0 0 0.00 0 1,06 94 0 45 34 13 2 100 0 47,87 36,17 13,83 2,13
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.11. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha sudah bagus, 34 atau 36,17% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha cukup bagus, 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha kurang bagus dan selebihnya 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha tidak bagus. Dalam penentuan lokasi usaha, para pelaku usaha sebagian besar memilih lokasi usaha yang kondisi jalannya bagus. Hal ini dikarenakan dengan kondisi
68
jalan yang bagus, maka nantinya dapat mendukung kegiatan usahanya yang dilihat dari tingkat aksesibilitas menuju lokasi usaha. Hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar kondisi jalan menuju ke lokasi usaha sudah bagus, akan tetapi masih ada juga kondisi jalan menuju lokasi usaha kurang bagus dan bahkan tidak bagus. Hal ini dikarenakan masih belum meratanya pembangunan infrastruktur jalan di Desa Sekaran. 4.1.4.5.
Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa luas lahan parkir lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.12. ini: Tabel 4.12. Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
< 5 m² 14 14,89 9 9,57 4 4,26 7 7,45 8 8,51 1 1,06 1 1,06 44 46,81
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha 5 - 15 m² 15 - 25 m² 25 - 35 m² 0 3 2 0 3,19 2,13 5 1 1 5,32 1,06 1,06 8 1 1 8,51 1,06 1,06 12 0 0 12,77 0 0 8 3 1 8,51 3,19 1,06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 8 5 35,11 8,51 5,32
35 m² 0 0 0 0 2 2,13 2 2,13 0 0 0 0 0 0 4 4,26
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
69
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.12. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 44 atau 46,81% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha dibawah 5 m² atau bahkan tidak mempunyai lahan parkir di lokasi usaha, 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara 5 – 15 m², 8 atau 8,51% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara 15 – 25 m², 5 atau 5,32% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara 25 – 35 m², dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha diatas 35 m².
4.1.5. Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Biaya lokasi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyewa maupun membeli lokasi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa biaya lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.13. berikut ini:
70
Tabel 4.13. Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No
Lokasi Usaha
1
RW 01 Persentase (%) RW 02 Persentase (%) RW 03 Persentase (%) RW 04 Persentase (%) RW 05 Persentase (%) RW 06 Persentase (%) RW 07 Persentase (%)
2 3 4 5 6 7 No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jumlah Biaya Beli Lokasi Usaha ( dalam satuan rupiah ) < 10 juta 10 - 50 juta50 - 100 juta100 - 150 juta > 150 juta Total 12 4 3 1 1 3 12,77 4,26 3,19 1,06 1,06 3,19 12 6 2 2 2 0 12,77 6,38 2,13 2,13 2,13 0 12 3 3 1 1 4 12,77 3,19 3,19 1,06 1,06 4,26 16 5 3 3 1 4 17,02 5,32 3,19 3,19 1,06 4,26 13 1 6 4 1 1 13,83 1,06 6,38 4,26 1,06 1,06 1 1 0 0 0 0 1,06 1,06 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1,06 1,06 0 0 0 0 Biaya Sewa Lokasi Per Tahun ( dalam satuan rupiah ) < 5 juta 5 - 10 juta 10 - 15 juta 15 - 20 juta > 20 juta 7 3 4 0 0 0 7,45 3,19 4,26 0 0 0 4 2 2 0 0 0 4,26 2,13 2,13 0 0 0 4 1 3 0 0 0 4,26 1,06 3,19 0 0 0 5 0 5 0 0 0 5,32 0 5,32 0 0 0 7 0 7 0 0 0 7,45 0 7,45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 94 27 38 11 6 12 100 28,72 40,43 11,70 6,38 12,77
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
71
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.13. diatas dapat diketahui dari 94 responden, bahwa dari 67 responden yang membeli lokasi usaha, sebanyak 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha dibawah Rp.10.000.000,00, 17 atau 18,09% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp.10.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00, 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp.50.000.000,00 – Rp. 100.000.000,00, 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp.100.000.000,00 – Rp. 150.000.000,00, dan selebihnya 12 atau 12,77% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha diatas Rp.150.000.000,00, sedangkan dari 27 responden yang menyewa lokasi usaha, sebanyak 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya sewa lokasi usaha dibawah Rp.5.000.000,00, dan selebihnya 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha yaitu antara Rp.5.000.000,00 Rp.10.000.000,00. Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yang dilihat dari biaya lokasinya, para pelaku usaha lebih memilih membeli lokasi daripada menyewa lokasi, hal ini dikarenakan harga lahan di Desa Sekaran dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, sehingga pelaku usaha memutuskan untuk membeli lokasi usaha, sedangkan para pelaku usaha yang menyewa lokasi usaha sebagian besar dari luar daerah Desa Sekaran.
72
4.1.5.2. Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Sewa Lokasi Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa pendapat pelaku usaha atas besarnya biaya beli/sewa lokasi usaha dapat dilihat pada tabel 4.14.ini: Tabel 4.14. Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Sewa/Konrak Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No
Lokasi Usaha
1 RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli / Sewa Lokasi Usaha Sangat Mahal Mahal Cukup Mahal Murah Sangat Murah 3 7 4 5 0 3,19 7,45 4,26 5,32 0 3 4 5 3 1 3,19 4,26 5,32 3,19 1,06 12 3 1 0 0 12,77 3,19 1,06 0 0 6 8 6 1 0 6,38 8,51 6,38 1,06 0 7 7 6 0 0 7,45 7,45 6,38 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1,06 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1,06 0 0 31 29 24 9 1 32,98 30,85 25,53 9,57 1,06
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.14. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat mahal, 29 atau 30,85% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha mahal, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha cukup mahal, 9 atau 9,57%
73
pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha murah, dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat murah. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat mahal. Hal ini disebabkan karena adanya programprogram pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan daerah salah satunya yaitu dengan adanya pembangunan Perguruan Tinggi Universitas Negeri Semarang yang berada di Desa Sekaran, sehingga harga tanah di sekitar lokasi kampus sangat mahal dan harganya akan terus semakin naik seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk di Desa Sekaran.
4.1.6. Lingkungan
Bisnis
Lokasi
Usaha
Sektor
Informal
Bidang
Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Lingkungan bisnis dalam hal ini berkaitan dengan kedekatan dengan jalan raya, kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan pemukiman penduduk, kedekatan dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, dll), kedekatan dengan usaha lain, tingkat keamanan, tingkat persaingan usaha dan daya beli masyarakat. 4.1.6.1. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan jalan raya dapat dilihat pada tabel 4.15. berikut ini:
74
Tabel 4.15. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jumlah Jarak Lokasi Usaha dengan Jalan Raya < 10 m 10 - 50 m 50 - 100 m 100 - 150 m > 150 m Total 19 1 1 10 6 1 20,21 1,06 1,06 10,64 6,38 1,06 16 4 7 4 1 0 17,02 4,26 7,45 4,26 1,06 0 16 4 3 6 2 1 17,02 4,26 3,19 6,38 2,13 1,06 21 11 3 7 0 0 22,34 11,70 3,19 7,45 0 0 20 9 4 4 1 2 21,28 9,57 4,26 4,26 1,06 2,13 1 0 0 0 0 1 1,06 0 0 0 0 1,06 1 0 0 0 0 1 1,06 0 0 0 0 1,06 94 29 18 31 10 6 100 30,85 19,15 32,98 10,64 6,38
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.15. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 29 atau 30,85% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya dibawah 10 m, 18 atau 19,15% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara 10 – 50 m, 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara 50 – 100 m, 10 atau 10,64% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara 100 – 150 m, dan selebihnya 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya diatas 150 m.
75
Kedekatan lokasi usaha dengan jalan raya menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya sedekat mungkin dengan jalan raya sehingga dapat memudahkan akses menuju lokasi-lokasi lain. Selain itu, para pelaku usaha juga mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena menjalankan usahanya dekat dengan jalan raya yang setiap hari ramai dilalui para penduduk, seperti para mahasiswa yang kuliah di Universitas Negeri Semarang. 4.1.6.2. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk dapat dilihat pada tabel 4.16. ini: Tabel 4.16. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk
No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jarak Lokasi Usaha dengan Pemukiman Penduduk Jumlah < 10 m 10 - 15 m 15 - 20 m 20 - 25 m > 25 m Total 19 18 1 0 0 0 20,21 19,15 1,06 0 0 0 16 13 3 0 0 0 17,02 13,83 3,19 0 0 0 16 8 4 2 2 0 17,02 8,51 4,26 2,13 2,13 0 21 11 1 9 0 0 22,34 11,70 1,06 9,57 0 0 20 9 5 3 2 1 21,28 9,57 5,32 3,19 2,13 1,06 1 0 0 0 1 0 1,06 0 0 0 1,06 0 1 0 0 0 1 0 1,06 0 0 0 1,06 0 94 59 14 14 6 1 100 62,77 14,89 14,89 6,38 1,06
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
76
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.16. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 59 atau 62,77% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk dibawah 10 m, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara 10 – 15 m, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara 15 – 20 m, 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara 20 – 25 m, dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk diatas 25 m. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para pelaku usaha mendirikan usahanya berada di wilayah pemukiman penduduk karena kedekatan lokasi usaha dengan pemukiman penduduk menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya. Hal ini dilakukan agar para pelaku usaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena jumlah penduduk di Desa Sekaran baik pendatang dalam hal ini mahasiswa yang kos maupun penduduk yang ingin menetap semakin bertambah seiring pembangunan Kampus Universitas Negeri Semarang sehingga kebutuhan hidup juga meningkat. 4.1.6.3. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan sarana umum dapat dilihat pada tabel 4.17. berikut ini:
77
Tabel 4.17. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum No
Lokasi Usaha
1
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jumlah Jarak Lokasi Usaha dengan Sarana Umum < 50 m 50 - 100 m 100 - 150 m 150 - 200 m > 200 m Total 19 0 2 7 8 2 20,21 0 2,13 7,45 8,51 2,13 16 8 6 1 1 0 17,02 8,51 6,38 1,06 1,06 0 16 0 4 5 3 4 17,02 0 4,26 5,32 3,19 4,26 21 3 12 4 2 0 22,34 3,19 12,77 4,26 2,13 0 20 0 11 5 1 3 21,28 0 11,70 5,32 1,06 3,19 1 0 0 0 0 1 1,06 0 0 0 0 1,06 1 0 0 0 0 1 1.06 0 0 0 0 1,06 94 11 35 22 15 11 100 11,70 37,23 23,40 15,96 11,70
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.17. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum dibawah 50 m, 35 atau 37,23% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara 50 – 100 m, 22 atau 23,40% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara 100 – 150 m, 15 atau 15,96% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara 150 – 200 m, dan selebihnya 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum diatas 200 m.
78
Jarak lokasi usaha dengan sarana umum menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya sedekat mungkin dengan sarana umum contohnya seperti pasar sehingga dapat memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan faktor produksi sehingga dapat meminimalkan pengeluaran biaya transportasi. 4.1.6.4. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa dengan lokasi usaha lain dapat dilihat pada tabel 4.18. berikut ini: Tabel 4.18. Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Jarak Lokasi Usaha dengan Lokasi Usaha Lain Jumlah < 5 m 5 - 10 m 10 - 15 m 15 - 20 m > 20 m Total 19 4 11 1 3 0 20,21 4,26 11,70 1,06 3,19 0 16 8 7 1 0 0 17,02 8,51 7,45 1,06 0 0 16 3 8 2 1 2 17,02 3,19 8,51 2,13 1,06 2,13 21 7 12 2 0 0 22,34 7,45 12,77 2,13 0 0 20 5 7 1 5 2 21,28 5,32 7,45 1,06 5,32 2,13 1 0 0 0 1 0 1,06 0 0 0 1,06 0 1 0 0 0 1 0 1.06 0 0 0 1,06 0 94 27 45 7 11 4 100 28,72 47,87 7,45 11,70 4,26
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
79
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.18. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 27 atau 28,72% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain dibawah 5 m, 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara 5 – 10 m, 7 atau 7,45% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara 10 – 15 m, 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara 15 – 20 m, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain diatas 20 m. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para pelaku usaha menjalankan usahanya berada di dekat lokasi usaha lain. Hal ini karena di Desa Sekaran pertumbuhan usaha perdagangan dan jasa semakin meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan adanya pembangunan Kampus Universitas Negeri Semarang, sehingga tanah kosong di Desa Sekaran dari tahun ke tahun semakin menyempit karena digunakan untuk pembangunan kampus maupun untuk usaha. 4.1.6.5. Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa keterjangkauan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan sarana transportasi dapat dilihat pada tabel 4.19. berikut ini:
80
Tabel 4.19. Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi
No 1
Lokasi Usaha
RW 01 Persentase (%) 2 RW 02 Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
Keterjangkauan Lokasi Usaha dengan Sarana Transportasi Jumlah Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Sulit Sangat Sulit Dijangkau Dijangkau Dijangkau Dijangkau Dijangkau Total 3 8 8 0 0 19 3,19 8,51 8,51 0 0 20,21 4 10 2 0 0 16 4,26 10,64 2,13 0 0 17,02 6 5 5 0 0 16 6,38 5,32 5,32 0 0 17,02 11 8 2 0 0 21 11,70 8,51 2,13 0 0 22,34 4 8 7 1 0 20 4,26 8,51 7,45 1,06 0 21,28 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1,06 1,06 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1,06 1,06 28 39 24 1 2 94 29,79 41,49 25,53 1,06 2,13 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.19. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 28 atau 29,79% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sangat mudah dijangkau, 39 atau 41,49% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi mudah dijangkau, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi cukup mudah dijangkau, 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sulit dijangkau, dan selebihnya 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sangat sulit dijangkau.
81
Keterjangkauan
lokasi usaha
dengan
sarana
transportasi menjadi
pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya sehingga dapat memudahkan dalam akses ke lokasi usaha dan dapat mempersingkat waktu. 4.1.6.6. Tingkat
Keamanan
Lokasi
Usaha
Sektor
Informal
Bidang
Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat keamanan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.20. berikut ini: Tabel 4.20. Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sangat Aman Aman Cukup Aman Kurang Aman Tidak Aman 1 RW 01 0 15 3 1 0 Persentase (%) 0 15,96 3,19 1,06 0 2 RW 02 0 11 5 0 0 Persentase (%) 0 11,70 5,32 0 0 3 RW 03 0 7 7 2 0 Persentase (%) 0 7,45 7,45 2,13 0 4 RW 04 0 13 7 1 0 Persentase (%) 0 13,83 7,45 1,06 0 5 RW 05 0 9 10 1 0 Persentase (%) 0 9,57 10,64 1,06 0 6 RW 06 0 1 0 0 0 Persentase (%) 0 1,06 0 0 0 7 RW 07 0 1 0 0 0 Persentase (%) 0 1,06 0 0 0 Jumlah Responden 0 57 32 5 0 Persentase ( % ) 0 60,64 34,04 5,32 0
No Lokasi Usaha
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.20. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 57 atau 60,64% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat keamanan di lokasi usaha aman, 32 atau 34,04% pelaku usaha menyatakan bahwa
82
tingkat keamanan di lokasi usaha cukup aman, dan selebihnya 5 atau 5,32% pelaku usaha menyatakan tingkat keamanan di lokasi usaha kurang aman. 4.1.6.7. Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa pendapat pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa mengenai daya beli/sewa konsumen terhadap usaha yang dijalankan di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.21. berikut ini: Tabel 4.21. Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli / Sewa Konsumen di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Mengenai Jumlah No Lokasi Usaha Daya Beli / Sewa Konsumen Terhadap Usahanya Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 19 8 4 6 1 0 1 RW 01 20,21 8,51 4,26 6,38 1,06 0 Persentase (%) 16 8 1 7 0 0 2 RW 02 17,02 8,51 1,06 7,45 0 0 Persentase (%) 16 7 6 3 0 0 3 RW 03 17,02 7,45 6,38 3,19 0 0 Persentase (%) 21 8 5 8 0 0 4 RW 04 22,34 8,51 5,32 8,51 0 0 Persentase (%) 20 4 8 7 1 0 5 RW 05 21,28 4,26 8,51 7,45 1,06 0 Persentase (%) 1 0 0 0 1 0 6 RW 06 1,06 0 0 0 1,06 0 Persentase (%) 1 0 0 0 1 0 7 RW 07 1,06 0 0 0 1,06 0 Persentase (%) 94 35 24 31 4 0 Jumlah Responden 100 37,23 25,53 32,98 4,26 0 Persentase ( % ) Sumber: Data Primer Diolah, 2009
83
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.21. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 35 atau 37,23% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha sangat tinggi, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha tinggi, 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha cukup tinggi, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa daya beli/sewa konsumen di lokasi usaha rendah. Daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan daya beli/sewa konsumen sangat menentukan besar kecilnya pendapatan usaha yang mereka peroleh. Semakin tinggi daya beli/sewa konsumen, maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diterima oleh para pelaku usaha dan begitu pula sebaliknya semakin rendah daya beli/sewa konsumen, maka akan semakin rendah pula pendapatan yang diterima oleh para pelaku usaha. 4.1.6.8. Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat persaingan usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.22. berikut ini: Tabel 4.22. Tingkat Persaingan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Jumlah Tingkat Persaingan di Lokasi Usaha Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 19 9 6 4 0 0 1 RW 01 20,21 9,57 6,38 4,26 0 0 Persentase (%) 16 7 3 5 1 0 2 RW 02
No
Lokasi Usaha
84
Persentase (%) 3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
7,45 6 6,38 8 8,51 7 7,45 0 0 0 0 37 39,36
3,19 6 6,38 10 10,64 8 8,51 0 0 0 0 33 35,11
5,32 4 4,26 3 3,19 5 5,32 0 0 0 0 21 22,34
1,06 0 0 0 0 0 0 1 1,06 1 1,06 3 3,19
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17,02 16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.22. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 37 atau 39,36% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha sangat tinggi, 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha tinggi, 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha cukup tinggi, dan selebihnya 3 atau 3,19% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa tingkat persaingan usaha di lokasi usaha rendah. Dengan semakin tingginya tingkat persaingan di sekitar lokasi usaha, maka para pelaku usaha harus bisa memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan inovasi-inovasi yang menarik agar para konsumen lebih tertarik untuk menggunakan atau mengkonsumsi produk yang dihasilkan misalnya berani bersaing dengan harga yang lebih murah, menciptakan produk yang lebih bagus sehingga dengan usaha tersebut dapat untuk meningkatkan pendapatan usaha.
85
4.1.7. Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran
Tenaga kerja dalam hal ini yaitu ketersediaan jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja. 4.1.7.1. Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.23. berikut ini: Tabel 4.23. Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Jumlah Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sangat Banyak Banyak Cukup Banyak Sedikit Sangat Sedikit Total 19 3 4 12 0 0 1 RW 01 20,21 3,19 4,26 12,77 0 0 Persentase (%) 16 1 7 8 0 0 2 RW 02 17,02 1,06 7,45 8,51 0 0 Persentase (%) 16 4 9 2 1 0 3 RW 03 17,02 4,26 9,57 2,13 1,06 0 Persentase (%) 21 0 12 9 0 0 4 RW 04 22,34 0 12,77 9,57 0 0 Persentase (%) 20 5 13 1 1 0 5 RW 05 21,28 5,32 13,83 1,06 1,06 0 Persentase (%) 1 0 0 0 1 0 6 RW 06 1,06 0 0 0 1,06 0 Persentase (%) 1 0 0 0 1 0 7 RW 07 1,06 0 0 0 1,06 0 Persentase (%) 94 13 45 32 4 0 Jumlah Responden 100 13,83 47,87 34,04 4,26 0 Persentase ( % ) No Lokasi Usaha
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
86
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.23. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sangat banyak, 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha banyak, 32 atau 34,04% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha cukup banyak, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sedikit. Ketersediaan jumlah tenaga kerja di sekitar lokasi usaha menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya ketersediaan jumlah tenaga kerja, maka akan dapat membantu dalam mengelola usaha. 4.1.7.2. Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.24. berikut ini: Tabel 4.24. Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sangat Bagus Bagus Cukup Bagus Kurang Bagus Tidak Bagus 0 13 6 0 0 1 RW 01 0 13,83 6,38 0 0 Persentase (%) 0 12 4 0 0 2 RW 02 0 12,77 4,26 0 0 Persentase (%)
No Lokasi Usaha
Jumlah Total 19 20,21 16 17,02
87
3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 12,77 14 14,89 10 10,64 0 0 0 0 61 64,89
4 4,26 7 7,45 10 10,64 1 1,06 1 1,06 33 35,11
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.24. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 61 atau 64,89% pelaku usaha menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha bagus, dan selebihnya 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha cukup bagus. 4.1.7.3. Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat upah tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.25. berikut ini: Tabel 4.25. Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Jumlah Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 19 0 0 1 18 0 1 RW 01 20,21 0 0 1,06 19,15 0 Persentase (%) 16 0 0 2 14 0 2 RW 02 17,02 0 0 2,13 14,89 0 Persentase (%)
No Lokasi Usaha
88
3 RW 03 Persentase (%) 4 RW 04 Persentase (%) 5 RW 05 Persentase (%) 6 RW 06 Persentase (%) 7 RW 07 Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % )
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 3,19 4 4,26 4 4,26 0 0 0 0 14 14,89
12 12,77 17 18,09 15 15,96 0 0 0 0 76 80,85
1 1,06 0 0 1 1,06 1 1,06 1 1,06 4 4,26
16 17,02 21 22,34 20 21,28 1 1,06 1 1,06 94 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2009
Berdasarkan hasil persentase tabel 4.25. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha cukup tinggi, 76 atau 80,85% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha rendah, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha sangat rendah. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tingkat upah tenaga kerja di Desa Sekaran masih rendah. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya angkatan kerja yang mencari pekerjaan sedangkan lapangan kerja yang semakin sedikit, sehingga mau tidak mau seseorang bekerja mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup meskipun hasil pekerjaannya dibayar dengan tingkat upah yang rendah.
89
4.2. Pembahasan 4.2.1. Profil Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, bidang usaha di Desa Sekaran yang terus berkembang yaitu di bidang perdagangan dan jasa dimana jenis-jenis usaha bidang perdagangan seperti usaha warung makan, toko, counter, air minum dan minimarket, sedangkan jenis-jenis usaha bidang jasa seperti usaha kos, rental komputer, warnet, bengkel, salon, penjahit, laundry, cuci motor, dan persewaan PS/CD/DVD. Adanya Universitas Negeri Semarang inilah yang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya bermata pencaharian sebagai petani, kini beralih profesi menjadi pengusaha. Dalam menjalankan usahanya, lama pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yaitu persentase terbesar selama 0 – 5 tahun atau sebesar 67,02%. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum lamanya para pengusaha dalam menjalankan usahanya di Desa Sekaran. Persentase terkecil para pelaku usaha yang menjalankan usahanya yaitu selama 15 – 20 tahun atau sebesar 1,06% dimana para pelaku usaha ini merupakan penduduk asli Desa Sekaran sehingga waktu mereka dalam menjalankan usahanya relatif lebih lama. Pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dalam menjalankan usahanya sebagian besar dibantu oleh keluarganya sendiri seperti suami/istri, orang tua, kakak/adik, maupun anaknya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh tabel 4.5. dimana tingkat persentasenya paling besar yaitu sebesar 57,45%. Adanya bantuan dari pihak keluarga inilah, maka akan lebih
90
memudahkan bagi para pelaku usaha di Desa Sekaran dalam mengelola usahanya sehingga tidak perlu membayar untuk upah tenaga kerja karena usaha yang dijalankan dikerjakan oleh pihak keluarga sendiri. Status kepemilikan lokasi usaha di Desa Sekaran paling banyak dimiliki sendiri dengan cara membeli yaitu dengan nilai persentase 71,28% dan sisanya sebesar 28,72% para pelaku usaha lebih memilih untuk menyewa lokasi, sedangkan untuk tingkat pendapatan yang diperoleh para pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran berbeda di dalam jangka waktu penerimaannya yaitu antara para pelaku usaha yang menjalankan usaha selain usaha jasa kos/kontrak rumah dengan para pengusaha kos. Untuk para pengusaha kos, pendapatan usaha yang diterima biasanya per tahun karena usaha kos di Desa Sekaran sebagian besar proses pembayarannya per tahun. Hal ini bertujuan agar para pengusaha kos tidak mengalami kerugian sebagai akibat adanya mahasiswa yang ingin berpindah kos lain. Jumlah rata-rata pendapatan yang diterima pengusaha kos di dalam penelitian ini adalah sebesar Rp.22.884.615,- per tahun. Untuk para pengusaha selain jasa kos/kontrak rumah, pendapatan yang diterima biasanya per hari, akan tetapi di dalam penelitian ini penulis mengambil jumlah rata-rata pendapatan yang diterima per bulannya yaitu sebesar Rp. 2.889.705,- per bulan. 4.2.2. Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
Model penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo menerangkan bahwa faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha diantaranya yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan
91
dan alat transportasi), bahan baku, sumber energi (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa masih adanya lokasi usaha yang kesulitan air bersih pada musim kemarau karena semua warga di Desa Sekaran semuanya menggunakan sumber air dari sumur artesis sehingga tidak selamanya sumber air tersebut mampu mencukupi kebutuhan. Pada waktu musim kemarau, di lokasi usaha tertentu ketersediaan air bersihnya sedikit sedangkan pada waktu musim hujan ketersediaan airnya banyak akan tetapi air yang dihasilkan dari sumur artesis tidak jernih/berwarna kecoklatan karena bercampur dengan tanah. Desa Sekaran sering terjadinya pemadaman listrik bergilir, sehingga dengan seringnya terjadi pemadaman listrik maka nantinya akan dapat mengurangi tingkat pendapatan pelaku usaha terutama pelaku usaha yang memanfaatkan energi listrik sebagai sumber pendapatan utama (contohnya pengusaha warnet, foto kopi, persewaan PS, depot isi ulang air minum,rental komputer dan salon). Masih adanya kondisi jalan yang kurang bagus menuju ke lokasi usaha terutama lokasi usaha yang berada di RW 6 dan 7, ini dikarenakan lokasi usaha di RW 6 dan 7 keadaan geografinya tidak rata dan bergelombang. Selain di RW 6 dan 7, masih ada lokasi usaha lainnya yang kondisi jalannya kurang bagus dikarenakan belum meratanya bantuan dari pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi infrastruktur terutama infrastruktur jalan di Desa Sekaran maupun jalan yang menuju ke Desa Sekaran.
92
4.2.3. Biaya Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber pada tahun 1909. Teori Alfred Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa harga tanah di Desa Sekaran yang dulunya harganya sangat murah, seiring berkembangnya zaman harganya dari tahun ke tahun semakin mahal. Ini dibuktikan bahwa biaya lokasi usaha (harga tanah) di Desa Sekaran pada saat ini sudah mencapai Rp. 5.000.000,00/m² untuk lokasi usaha yang berada di pinggir jalan raya, sedangkan untuk harga lahan yang berlokasi cukup jauh dari pinggir jalan raya harganya mencapai Rp. 1.000.000,00/m², sedangkan untuk harga sewa lokasi usaha di Desa Sekaran dalam penelitian ini yaitu harga sewa bangunan ruko di pinggir jalan raya Sekaran yang berukuran 6 x 4 m² sudah mencapai Rp. 7.000.000,00/tahun, akan tetapi untuk mendapatkan sumber jaringan listrik dari PLN, maka pengusaha harus memasang sendiri jaringan listriknya. Ini dikarenakan pemilik lahan hanya menyewakan lahan, bangunan dan menyediakan sumber air bersih sumur artesis saja sehingga untuk jaringan listrikya, para pengusaha harus memasang sendiri jaringan dari PLN.
93
4.2.4. Lingkungan Bisnis Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
Menurut Tjiptono (2006), pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor diantaranya yaitu akses, visibilitas, lalu lintas (traffic), tempat parkir yang luas dan aman, ekspansi, lingkungan bisnis, persaingan, dan peraturan pemerintah. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa masih adanya lokasi usaha yang menurut pelaku usaha kurang aman dalam hal ini usaha kos mahasiswa dimana ada beberapa lokasi kos mahasiswa yang kehilangan barang-barang berharga seperti uang, handphone, laptop, dan motor, serta dimana tingkat persaingan usaha di Desa Sekaran sangat tinggi karena banyaknya pengusaha yang menjalankan usahanya di Desa Sekaran sehingga para pelaku usaha harus dapat memanfaatkan peluang agar usahanya laku dan banyak diminati oleh konsumen. 4.2.5. Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa
Menurut Weber dalam P. Eko Prasetyo ( 2003 ), ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Keputusan pemilihan lokasi itu didasarkan pada beberapa asumsi yaitu hanya terkonsentrasi satu jenis transportasi dan konsumen terkonsentrasi pada beberapa tempat, lokasi produksi hanya ada di satu tempat, kondisi pasar adalah persaingan sempurna, dan jika menggunakan lebih dari satu bahan mentah seperti air, pasir, batu bata maka bahan mentah itu memadai dan tersedia dimana-mana, serta tenaga kerja tidak
94
menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha rendah yang hanya berkisar diantara Rp. 250.000,00 – Rp. 600.000,00 per bulannya sehingga upah yang diterima belum cukup untuk mencukupi kebutuhan karena upah yang diterima tenaga kerja masih dibawah UMR Kota Semarang dimana UMR Kota Semarang pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 838.500,00. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikannya rendah.
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yaitu antara 0 – 5 tahun sebesar 67,02 %, status usaha dikelola bersama keluarga sebesar 57,45%, status kepemilikan lokasi milik sendiri sebesar 71,28%, pendapatan per bulan pengusaha selain pengusaha kos antara Rp. 1.000.000,00 – Rp. 2.000.000,00 sebesar 32,36% dan pendapatan per tahun untuk pengusaha kos yaitu diatas Rp. 25.000.000,00 sebesar 26,92%. 2. Kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yaitu sebagai berikut: 2.1. Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastrukturnya sudah baik, akan tetapi masih ada kondisi infrastruktur di beberapa lokasi masih kurang menunjang di dalam kegiatan usaha yaitu masih adanya kondisi jalan menuju lokasi usaha yang kurang bagus yaitu sebesar 13,83% dan kondisi jalan yang tidak bagus sebesar 2,13%.
95
96
2.2. Para pelaku usaha menyatakan bahwa sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk membeli maupun untuk menyewa lokasi usaha sangat mahal yaitu sebesar 32,98%. Hal ini dikarenakan harga tanah di Desa Sekaran dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan sebagai akibat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa Universitas Negeri Semarang sehingga tingkat kebutuhan mahasiswa meningkat seperti kos, makan, pulsa dll. Harga tanah yang semakin naik, maka secara langsung mempengaruhi juga harga sewa lahan maupun harga sewa bangunan sehingga harga sewa juga mengalami kenaikan. 2.3. Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari lingkungan bisnisnya sudah tepat, dimana lingkungan bisnis ini mencakup kedekatan dengan jalan raya, pemukiman penduduk, sarana umum, lokasi usaha lain, tingkat keamanan serta persaingannya, akan tetapi masih ada beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa lingkungan bisnisnya masih kurang menunjang yaitu tingkat keamanannya di sekitar lokasi yang kurang aman sebesar 5,32%. 2.4. Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari tenaga kerjanya sudah tepat, dimana jumlah tenaga kerja di sekitar lokasi cukup banyak, kualitasnya cukup bagus serta tingkat upah tenaga kerja di Desa Sekaran masih rendah sehingga menguntungkan para pengusaha yang menggunakan tenaga kerja sebab para pengusaha tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi yang tinggi untuk membayar upah tenaga kerja.
97
5.2. Saran Saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Kota Semarang, hendaknya pembangunan infrastruktur di Desa Sekaran harus lebih ditingkatkan lagi seperti perbaikan jalan, saluran air, serta suplai listrik yang cukup sehingga manfaatnya dapat terus dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan di Desa Sekaran sudah menjadi desa pusat pendidikan sebagai akibat adanya Universitas Negeri Semarang sehingga pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur harus dilakukan dengan lebih baik agar dapat menunjang semua kegiatan masyarakat di Desa Sekaran contohnya kegiatan usaha, pendidikan, kesehatan, dll. 2. Bagi masyarakat di Desa Sekaran hendaknya lebih dapat meningkatkan keamanan di seluruh RT seperti mengadakan ronda setiap malam secara rutin agar tindakan kriminal di wilayah Desa Sekaran dapat dicegah. 3. Bagi para pelaku usaha, hendaknya harus lebih selektif lagi di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar, diminati dan disukai oleh para konsumen serta mendapatkan keuntungan yang maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. 1992. Statistika Penelitian. Yogyakarta : BPFE. Anoraga, Panji. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. http://google.com.wikipedia.org/wiki/perdagangan-jasa.files.(diakses 11/07/09). http:///google.com.sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html. files (diakses 11/07/09). http:///google.com.sektor-informal-indonesia.html.files (diakses 11/07/09). Kadariyah. 2001. Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba Empat. M. Manullang. 1990. Dasar – dasar Manajemen. Yogyakarta : BPFE . Monografi Kelurahan Sekaran Tahun 2007 – 2008. Nurul Indarti. 2004. Business Location and Succes : The Case of Internet Cafe Business in Indonesian.Gajah Mada International Journal of Business Vol 6. P. Eko Prasetyo. 2003. Model Keputusan Pemilihan Lokasi Usaha. Jurnal Sains dan Teknologi Sinergi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Universitas PGRI. Render, B & Heizer, J. 1997. Prinsip – prinsip Manajeman Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Render, B & Heizer, J. 2001. Prinsip – prinsip Manajeman Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Suprobo ,Tara, Ukur Tarigan, Ingan dan Weiss, Daniel. 2007. Laporan Teknis Sektor Informal di Indonesia dan Jaminan Sosial. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
98
99
Surya Perdhana, Mirwan. 2006. Analisis Pengaruh Lokasi Terhadap Kesuksesan Usaha (Studi Kasus Usaha Salon di Semarang). Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP. Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Salemba Empat. Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tjiptono, Fandy. 2006. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Offset.
Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Uji Coba Angket Kondisi Infrastruktur Butir Soal No 1 2 3 4 5 1 5 5 3 3 2 2 4 4 4 4 5 3 5 3 4 3 4 4 1 4 4 3 4 5 5 3 4 3 4 6 5 5 2 3 4 7 3 1 3 3 4 8 5 3 4 4 5 9 5 5 3 3 4 10 5 5 4 3 5 11 5 5 3 4 3 12 5 5 2 3 1 13 5 5 4 3 4 14 5 5 2 3 1 15 5 5 4 4 4 16 5 5 3 4 5 17 5 5 2 3 2 18 5 5 4 4 5 19 3 3 3 3 4 20 5 5 3 4 4 21 5 3 3 3 5 22 5 3 3 3 4 23 5 3 1 3 3 24 5 3 4 4 5 25 4 4 4 4 5 26 5 5 4 3 4 27 5 5 4 4 3 28 5 5 3 4 3 29 5 5 4 4 4 30 4 4 4 4 5 31 5 5 3 3 4 32 5 5 3 4 5 33 5 5 3 4 4 34 5 3 4 4 5 35 1 4 4 3 4 36 5 4 4 4 5 ∑ 165 152 120 125 142
Jumlah 18 21 19 16 19 19 14 21 20 22 20 16 21 16 22 22 17 23 16 21 19 18 15 21 21 21 21 20 22 21 20 22 21 21 16 22 704
100
Biaya Lokasi Butir Soal No Jumlah 6 7 1 1 5 6 2 4 5 9 3 4 5 9 4 5 5 10 5 4 4 8 6 4 4 8 7 4 5 9 8 5 5 10 9 4 5 9 10 5 5 10 11 2 5 7 12 1 5 6 13 3 3 6 14 1 4 5 15 1 4 5 16 5 5 10 17 1 4 5 18 5 5 10 19 4 4 8 20 4 3 7 21 4 3 7 22 4 5 9 23 3 4 7 24 4 5 9 25 4 5 9 26 3 3 6 27 3 3 6 28 2 4 6 29 3 3 6 30 4 5 9 31 4 4 8 32 4 4 8 33 4 5 9 34 4 5 9 35 4 4 8 36 4 4 8 ∑ 125 156 281
101
Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Uji Coba Angket Lingkungan Bisnis Butir Soal No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 3 4 2 3 4 4 5 5 5 2 4 5 3 2 5 3 5 4 5 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 5 2 4 3 5 3 3 3 3 5 5 2 4 5 5 4 3 5 4 6 3 5 3 4 3 4 3 3 4 7 5 3 4 5 5 3 4 3 4 8 3 5 2 4 4 4 5 4 5 9 3 5 1 1 3 3 4 4 5 10 4 4 3 1 5 3 5 4 4 11 3 5 3 4 4 4 5 5 5 12 2 4 1 4 3 3 5 5 5 13 2 4 1 4 3 4 4 4 5 14 1 5 1 4 3 3 5 5 5 15 3 5 2 4 4 3 4 4 4 16 5 5 4 5 5 4 4 4 4 17 3 4 2 4 4 3 5 5 5 18 4 2 3 2 4 4 3 3 4 19 5 4 4 4 4 3 3 3 3 20 5 5 4 5 4 4 4 4 4 21 5 5 4 5 4 4 5 5 5 22 5 3 4 4 5 4 4 5 5 23 5 5 4 4 4 3 3 4 4 24 4 2 3 2 3 4 3 5 4 25 2 5 1 1 3 3 4 4 4 26 1 1 1 1 2 3 2 4 3 27 1 5 1 4 3 4 4 4 4 28 4 5 4 4 3 3 4 4 4 29 4 4 4 3 4 4 4 5 5 30 3 5 3 2 4 3 4 4 4 31 5 5 4 5 5 4 4 5 3 32 5 3 4 5 5 3 5 4 5 33 5 3 4 5 5 3 5 5 3 34 3 4 3 2 3 3 3 5 4 35 5 5 4 4 3 4 3 5 4 36 3 4 3 2 3 3 3 3 4 ∑ 132 145 105 125 140 124 143 151 152
Jumlah
No
35 36 32 31 37 32 36 36 29 33 38 32 31 32 33 40 35 29 33 39 42 39 36 30 27 18 30 35 37 32 40 39 38 30 37 28 1217
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 ∑
17 4 3 4 3 5 3 5 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 2 1 3 4 3 3 4 5 3 3 4 3 119
Tenaga Kerja Butir Soal 18 19 20 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 1 3 4 2 2 3 2 2 4 2 4 3 2 4 3 3 2 4 2 2 4 3 2 4 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 4 2 2 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 82 121 78
Jumlah 11 10 11 10 14 10 13 11 13 11 12 11 11 9 9 12 11 12 12 11 13 13 10 10 9 8 10 14 10 11 12 14 10 11 11 10 400
TABEL SKOR JAWABAN RESPONDEN No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kode Resp. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28
1 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 1 4 4 5 4 5 5 5 5 5
Kondisi Infrastruktur 2 3 4 5 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 5 2 4 5 4 4 5 3 4 5 4 2 5 2 4 3 4 3 3 4 4 3 5 4 5 4 3 5 4 2 5 3 4 4 4 2 5 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 2 5 4 2
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 2 2 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 4 3
JML 21 20 20 19 21 21 21 21 20 19 21 19 18 19 20 21 21 22 17 21 19 22 21 21 20 22 20 19
Biaya Lokasi 6 7 5 2 5 2 4 4 4 3 4 3 5 3 5 3 4 4 4 4 1 5 1 5 2 4 3 4 1 5 4 4 4 4 5 2 5 2 5 2 5 2 5 2 4 5 5 3 4 5 5 1 3 4 3 3 2 4
JML 7 7 8 7 7 8 8 8 8 6 6 6 7 6 8 8 7 7 7 7 7 9 8 9 6 7 6 6
8 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 5 4 2 3 3 3 3 3 1 4 3 5 5 5 3 4 2 3
102
9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5
Lingkungan Bisnis 10 11 12 13 2 2 3 4 1 2 3 4 3 4 4 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3 5 5 4 2 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 3 4 4 5 4 4 4 5 3 2 4 3 3 3 4 4 2 3 5 4 4 2 5 4 4 2 5 4 4 3 2 3 4 1 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 5 3 3 5 4 4 3
14 5 4 2 5 3 3 3 4 3 5 5 5 4 5 3 5 5 4 3 5 5 3 3 5 5 5 4 5
15 5 4 3 5 3 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 3 4 3 5 5 4 4 5 5 5 4 5
JML 28 25 28 30 28 32 30 28 28 32 36 35 28 31 31 32 31 28 24 34 33 36 33 37 33 34 28 34
Tenaga Kerja 16 17 18 3 4 2 3 4 2 5 3 2 4 4 2 3 4 2 4 3 2 3 4 2 3 4 2 4 3 2 3 4 2 3 3 2 3 4 2 4 4 2 3 4 2 5 3 2 5 4 3 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 4 2 4 4 2 3 4 2 3 4 2 5 4 2 3 4 2 3 3 2 3 4 2 3 4 2
JML 9 9 10 10 9 9 9 9 9 9 8 9 10 9 10 12 9 9 8 10 10 9 9 11 9 8 9 9
103
No 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
Kode Resp. R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59
1 5 5 5 5 1 1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 1 5 4 5 5 4 4 5 5 5
Kondisi Infrastruktur 2 3 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 3 5 3 3 5 3 4 5 2 2 5 4 2 5 2 2 5 4 4 5 2 3 3 4 4 5 3 3 1 3 3 5 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 5 3 4 5 4 4 2 4 3 4 3 3 3 1 4 3 1 4 3 1 4
5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 4 2 3 1 4 1 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5
JML 22 20 21 22 17 18 19 21 22 19 18 20 15 20 15 22 19 21 20 14 22 16 19 20 22 22 17 18 17 17 18
Biaya Lokasi 6 7 2 5 5 3 4 4 5 2 5 3 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4 1 5 2 5 1 5 3 3 1 4 1 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 2 4 3 3 5 1 5 2 5
JML 7 8 8 7 8 8 8 9 10 8 6 7 6 6 5 6 8 10 9 9 10 10 9 9 8 8 7 7 8 6 7
8 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 3 3 2 2 1 3 3 3 3 5 4 5 4 5 5 5 3 3 5 5 5
9 5 3 5 5 5 5 5 5 5 2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 3 4 2 3 5 3 3 5 5 3 3 3
Lingkungan Bisnis 10 11 12 13 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 5 4 4 3 2 5 3 4 5 5 4 4 5 5 4 2 3 4 4 3 4 4 4 1 4 3 2 1 4 3 4 1 4 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 1 1 3 3 4 5 5 3 3 1 5 3 4 3 5 3 3 4 4 3 4 5 5 3 4 4 5 3 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 5 3 3 4 5 3 4 4 5 4
14 5 3 5 3 3 3 3 5 4 3 5 5 5 4 5 4 3 5 4 4 5 3 4 3 4 4 5 3 3 3 3
15 5 3 3 3 3 3 2 4 4 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 5 5 4 4 4 4
JML 37 33 34 32 30 31 31 31 36 33 30 33 26 27 26 29 28 31 24 32 29 28 28 34 32 34 35 30 30 30 32
Tenaga Kerja 16 17 18 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 2 4 4 1 5 4 2 4 3 2 4 4 3 3 4 2 4 3 2 3 4 2 2 3 2 4 4 2 5 3 2 5 4 3 5 4 3 4 4 2 4 4 2 4 4 2 3 4 2 4 3 3 3 4 2 4 4 2 4 3 2 3 4 2 4 4 2 4 3 2
JML 8 10 11 10 9 9 10 10 9 11 9 11 9 9 9 7 10 10 12 12 10 10 10 9 10 9 10 9 9 10 9
104
No 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Kode Resp. R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5
Kondisi Infrastruktur 2 3 4 3 4 3 3 4 4 5 4 2 5 2 3 5 4 3 5 3 3 5 4 4 3 3 4 5 3 4 5 3 3 5 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 5 3 3 5 3 4 5 3 4 3 4 4 3 4 4 3 1 3 3 3 3 5 2 3 5 4 3 5 4 2 5 3 2 5 4 4 3 3 3 3 3 3 5 3 4 5 4 4
5 5 5 4 1 4 1 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 4 5 5 3 4 2 4 3 3 4 5 4 4 5
JML 20 21 20 16 21 17 22 20 21 20 22 17 15 21 19 20 22 21 21 21 15 18 17 21 19 18 22 19 16 21 23
Biaya Lokasi 6 7 4 4 4 4 1 5 1 5 3 4 1 5 3 4 4 3 4 4 4 3 5 3 5 3 5 3 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 3 4 4 5 1 5 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 3 5 3
JML 8 8 6 6 7 6 7 7 8 7 8 8 8 9 9 8 8 9 9 9 7 9 6 6 6 6 6 7 8 7 8
8 3 5 3 4 4 4 5 5 5 3 3 5 3 2 3 5 5 5 4 3 5 5 3 1 1 4 4 5 5 5 4
9 5 3 5 5 5 5 3 3 3 5 5 4 5 5 5 5 3 3 2 4 5 3 4 1 5 5 4 5 4 5 2
Lingkungan Bisnis 10 11 12 13 4 3 4 4 3 4 5 4 2 4 3 4 5 5 4 3 4 5 4 3 5 4 4 2 4 5 5 4 2 4 5 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 3 4 1 1 3 3 3 2 4 3 4 5 5 4 4 5 5 3 4 5 5 3 3 2 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 4 5 4 2 4 4 2 1 1 2 3 1 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4 3 2 4 4
14 4 3 5 5 5 5 4 5 5 5 4 3 3 4 4 4 5 5 3 3 3 4 5 2 4 4 4 5 3 4 3
15 4 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 3 3 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 3 3 3
JML 31 31 31 36 35 34 35 31 35 33 32 33 29 23 28 37 34 34 26 26 32 34 29 16 26 31 32 36 30 34 25
Tenaga Kerja 16 17 18 4 4 2 4 4 2 3 4 2 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 4 2 4 4 2 5 3 2 4 4 2 5 4 2 4 4 2 5 3 1 5 3 2 4 3 2 4 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 4 3 2 4 4 2 5 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 2
JML 10 10 9 9 8 9 9 11 11 11 8 9 9 10 10 10 11 10 9 10 9 11 9 7 9 9 10 12 11 9 10
105
No 91 92 93 94
Kode Resp. R-91 R-92 R-93 R-94 JUMLAH
1 5 1 5 5 425
Kondisi Infrastruktur 2 3 4 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 1 5 5 4 1 5 391 327 310 390
Menjawab Skor 5 Menjawab Skor 4 Menjawab Skor 3 Menjawab Skor 2 Menjawab Skor 1 JUMLAH
72 13 2 0 7 94
48 16 28 1 1 94
2 56 25 7 4 94
0 45 34 13 2 94
44 33 8 5 4 94
Menjawab Skor 5 Menjawab Skor 4 Menjawab Skor 3 Menjawab Skor 2 Menjawab Skor 1 JUMLAH
76.6 13.8 2.13 0 7.45 100
51.1 17 29.8 1.06 1.06 100
2.13 59.6 26.6 7.45 4.26 100
0 47.9 36.2 13.8 2.13 100
46.8 35.1 8.51 5.32 4.26 100
Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja JML JML JML 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 22 4 4 8 3 4 3 2 3 3 3 3 24 4 3 2 9 16 4 4 8 5 5 4 4 3 4 3 3 31 4 4 2 10 20 5 3 8 1 2 1 2 1 4 2 2 15 2 3 1 6 20 5 3 8 1 2 1 2 1 4 2 2 15 2 3 1 6 1843 344 362 706 336 403 302 362 372 334 372 386 2867 349 343 198 890 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden 27 31 29 59 11 27 28 0 35 37 13 0 0 38 29 18 11 35 45 39 57 24 33 45 61 0 11 24 31 17 22 7 24 32 31 21 32 33 14 6 9 10 6 15 11 1 5 4 3 4 0 76 12 1 6 1 11 4 2 0 0 0 0 0 4 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 Distribusi Persentase ( % ) Jawaban Responden 28.72 32.98 30.9 62.8 11.7 28.7 29.8 0 37.2 39.4 13.8 0 0 40.43 30.85 19.1 11.7 37.2 47.9 41.5 60.6 25.5 35.1 47.9 64.9 0 11.7 25.53 33 18.1 23.4 7.45 25.5 34 33 22.3 34 35.1 14.9 6.383 9.574 10.6 6.38 16 11.7 1.06 5.32 4.26 3.19 4.26 0 80.9 12.77 1.064 6.38 1.06 11.7 4.26 2.13 0 0 0 0 0 4.26 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 JML
TABEL ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE
106
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Kode Resp. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23
Kondisi Infrastruktur Skor (%) Kriteria 21 84.00% T 20 80.00% T 20 80.00% T 19 76.00% T 21 84.00% T 21 84.00% T 21 84.00% T 21 84.00% T 20 80.00% T 19 76.00% T 21 84.00% T 19 76.00% T 18 72.00% T 19 76.00% T 20 80.00% T 21 84.00% T 21 84.00% T 22 88.00% T 17 68.00% CT 21 84.00% T 19 76.00% T 22 88.00% ST 21 84.00% T
Skor 7 7 8 7 7 8 8 8 8 6 6 6 7 6 8 8 7 7 7 7 7 9 8
Biaya Lokasi (%) Kriteria 70.00% T 70.00% T 80.00% T 70.00% T 70.00% T 80.00% T 80.00% T 80.00% T 80.00% T 60.00% CT 60.00% CT 60.00% CT 70.00% T 60.00% CT 80.00% T 80.00% T 70.00% T 70.00% T 70.00% T 70.00% T 70.00% T 90.00% ST 80.00% T
Lingkungan Bisnis Skor (%) Kriteria 28 70.00% T 25 62.50% CT 28 70.00% T 30 75.00% T 28 70.00% T 32 80.00% T 30 75.00% T 28 70.00% T 28 70.00% T 32 80.00% T 36 90.00% ST 35 87.50% ST 28 70.00% T 31 77.50% T 31 77.50% T 32 80.00% T 31 77.50% T 28 70.00% T 24 60.00% CT 34 85.00% ST 33 82.50% T 36 90.00% ST 33 82.50% T
Tenaga Kerja Skor (%) Kriteria CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 8 53.33% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67% T 12 80.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 8 53.33% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00%
107
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Kode Resp. R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46
Kondisi Infrastruktur Skor (%) Kriteria 21 84.00% T 20 80.00% T 22 88.00% ST 20 80.00% T 19 76.00% T 22 88.00% ST 20 80.00% T 21 84.00% T 22 88.00% ST 17 68.00% CT 18 72.00% T 19 76.00% T 21 84.00% T 22 88.00% ST 19 76.00% T 18 72.00% T 20 80.00% T 15 60.00% CT 20 80.00% T 15 60.00% CT 22 88.00% ST 19 76.00% T 21 84.00% T
Skor 9 6 7 6 6 7 8 8 7 8 8 8 9 10 8 6 7 6 6 5 6 8 10
Biaya Lokasi (%) Kriteria 90.00% ST 60.00% CT 70.00% T 60.00% CT 60.00% CT 70.00% T 80.00% T 80.00% T 70.00% T 80.00% T 80.00% T 80.00% T 90.00% ST 100.00% ST 80.00% T 60.00% CT 70.00% T 60.00% CT 60.00% CT 50.00% KT 60.00% CT 80.00% T 100.00% ST
Lingkungan Bisnis Skor (%) Kriteria 37 92.50% ST 33 82.50% T 34 85.00% ST 28 70.00% T 34 85.00% ST 37 92.50% ST 33 82.50% T 34 85.00% ST 32 80.00% T 30 75.00% T 31 77.50% T 31 77.50% T 31 77.50% T 36 90.00% ST 33 82.50% T 30 75.00% T 30 75.00% T 26 65.00% CT 27 67.50% CT 26 65.00% CT 29 72.50% T 28 70.00% T 31 77.50% T
Tenaga Kerja Skor (%) Kriteria T 11 73.33% CT 9 60.00% CT 8 53.33% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 8 53.33% CT 10 66.67% T 11 73.33% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 9 60.00% T 11 73.33% CT 9 60.00% T 11 73.33% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 9 60.00% KT 7 46.67% CT 10 66.67% CT 10 66.67%
108
No 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Kode Resp. R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69
Kondisi Infrastruktur Skor (%) Kriteria 20 80.00% T 14 56.00% CT 22 88.00% ST 16 64.00% CT 19 76.00% T 20 80.00% T 22 88.00% ST 22 88.00% ST 17 68.00% CT 18 72.00% T 17 68.00% CT 17 68.00% CT 18 72.00% T 20 80.00% T 21 84.00% T 20 80.00% T 16 64.00% CT 21 84.00% T 17 68.00% CT 22 88.00% ST 20 80.00% T 21 84.00% T 20 80.00% T
Skor 9 9 10 10 9 9 8 8 7 7 8 6 7 8 8 6 6 7 6 7 7 8 7
Biaya Lokasi (%) Kriteria 90.00% ST 90.00% ST 100.00% ST 100.00% ST 90.00% ST 90.00% ST 80.00% T 80.00% T 70.00% T 70.00% T 80.00% T 60.00% CT 70.00% T 80.00% T 80.00% T 60.00% CT 60.00% CT 70.00% T 60.00% CT 70.00% T 70.00% T 80.00% T 70.00% T
Lingkungan Bisnis Skor (%) Kriteria 24 60.00% CT 32 80.00% T 29 72.50% T 28 70.00% T 28 70.00% T 34 85.00% ST 32 80.00% T 34 85.00% ST 35 87.50% ST 30 75.00% T 30 75.00% T 30 75.00% T 32 80.00% T 31 77.50% T 31 77.50% T 31 77.50% T 36 90.00% ST 35 87.50% ST 34 85.00% ST 35 87.50% ST 31 77.50% T 35 87.50% ST 33 82.50% T
Tenaga Kerja Skor (%) Kriteria T 12 80.00% T 12 80.00% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 8 53.33% CT 9 60.00% CT 9 60.00% T 11 73.33% T 11 73.33% T 11 73.33%
109
No 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Kode Resp. R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92
Kondisi Infrastruktur Skor (%) Kriteria 22 88.00% ST 17 68.00% CT 15 60.00% CT 21 84.00% T 19 76.00% T 20 80.00% T 22 88.00% ST 21 84.00% T 21 84.00% T 21 84.00% T 15 60.00% CT 18 72.00% T 17 68.00% CT 21 84.00% T 19 76.00% T 18 72.00% T 22 88.00% ST 19 76.00% T 16 64.00% CT 21 84.00% ST 23 92.00% ST 22 88.00% ST 16 64.00% CT
Skor 8 8 8 9 9 8 8 9 9 9 7 9 6 6 6 6 6 7 8 7 8 8 8
Biaya Lokasi (%) Kriteria 80.00% T 80.00% T 80.00% T 90.00% ST 90.00% ST 80.00% T 80.00% T 90.00% ST 90.00% ST 90.00% ST 70.00% T 90.00% ST 60.00% CT 60.00% CT 60.00% CT 60.00% CT 60.00% CT 70.00% T 80.00% T 70.00% T 80.00% T 80.00% T 80.00% T
Lingkungan Bisnis Skor (%) Kriteria 32 80.00% T 33 82.50% T 29 72.50% T 23 57.50% CT 28 70.00% T 37 92.50% ST 34 85.00% ST 34 85.00% ST 26 65.00% CT 26 65.00% CT 32 80.00% T 34 85.00% ST 29 72.50% T 16 40.00% KT 26 65.00% CT 31 77.50% T 32 80.00% T 36 90.00% ST 30 75.00% T 34 85.00% ST 25 62.50% CT 24 60.00% CT 31 77.50% T
Tenaga Kerja Skor (%) Kriteria CT 8 53.33% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 10 66.67% CT 10 66.67% T 11 73.33% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% T 11 73.33% CT 9 60.00% KT 7 46.67% CT 9 60.00% CT 9 60.00% CT 10 66.67% T 12 80.00% T 11 73.33% CT 9 60.00% CT 10 66.67% CT 9 60.00% CT 10 66.67%
110
Kode Resp. 93 R-93 94 R-94 JUMLAH
No
Kondisi Infrastruktur Skor (%) Kriteria 20 80.00% T 20 80.00% T 1843 78.43% T
Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat JUMLAH
Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat JUMLAH
16 61 17 0 0 94
17.0212766 64.89361702 18.08510638 0 0 100
Skor 8 8 706
Biaya Lokasi (%) Kriteria 80.00% T 80.00% T 75.11% T
Lingkungan Bisnis Skor (%) Kriteria 15 37.50% KT 15 37.50% KT 2864 76.17% T
Distribusi Jawaban Responden 17 56 20 1 0 94
24 55 12 3 0 94
Distribusi Persentase ( % ) Jawaban Responden 18.08510638 25.53191489 59.57446809 58.5106383 21.27659574 12.76595745 1.063829787 3.191489362 0 0 100 100
Tenaga Kerja Skor (%) Kriteria KT 6 40.00% KT 6 40.00% 890 63.12% CT
0 14 76 4 0 94
0 14.89361702 80.85106383 4.255319149 0 100
Profil Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan Dan Jasa Di Desa Sekaran No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kode Resp. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36
Jenis Kelamin L P P L L L L L L P P P P P L L P L L P P P L L P L P P P L L L L L L P
Umur 45 th 54 th 43 th 28 th 32 th 25 th 35 th 29 th 29 th 45 th 43 th 55 th 51 th 45 th 43 th 45 th 35 th 28 th 47 th 31 th 38 th 50 th 48 th 45 th 55 th 56 th 49 th 52 th 47 th 32 th 34 th 47 th 25 th 27 th 48 th 38 th
Lokasi Usaha RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 03 111
Pendidikan
Alamat
SMA SD SMA SMA PT SMA SMA PT SMA SMP SMP SD SD SMP PT SMP SMA SMA SMP SMA SMP SMP SMP PT SD SD SD SD SMA PT SMP SMA SMA SMA SMA SMA
RT 05 / RW 01 RT 05 / RW 01 RT 01 / RW 01 RT 05 / RW 01 Tlogosari Boyolali Medan Kudus Bandung RT 02 / RW 01 RT 01 / RW 01 RT 01 / RW 01 RT 01 / RW 01 RT 01 / RW 01 Sampangan Jatingaleh RT 03 / RW 01 Purworejo RT 01 / RW 01 RT 03 / RW 02 RT 03 / RW 02 Tegal Klaten Demak RT 03 / RW 02 RT 03 / RW 02 RT 03 / RW 02 RT 03 / RW 02 RT 02 / RW 02 Jepara Demak RT 04 / RW 02 RT 02 / RW 02 RT 03 / RW 02 Bulu Smg RT 02 / RW 03
112
No. 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
Kode Resp. R-37 R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75
Jenis Kelamin P L L L P L L L L L P L L L L P P P P P L L L L L L P P P L L L L P L L L L L
Umur 39 th 34 th 49 th 47 th 42 th 43 th 54 th 37 th 32 th 46 th 45 th 47 th 43 th 29 th 27 th 43 th 36 th 45 th 52 th 47 th 53 th 48 th 38 th 32 th 29 th 54 th 51 th 43 th 40 th 48 th 43 th 38 th 55 th 39 th 34 th 28 th 40 th 47 th 47 th
Lokasi Usaha RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 05 RW 05 RW 05
Pendidikan
Alamat
SMA SMA SD SMP SMP SMA SD SMA SMA SMA SMP SD SMA SMA SMA SMP SMA SMA SD SMP SD SMP SMA SMA SMA SD SD SMP SMA SMP SMA SMA SD SMP SMA SMA SMA SMP SD
Brebes Pedurungan RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 Banyumanik RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 03 Sampangan RT 02 / RW 03 RT 03 / RW 03 RT 02 / RW 03 RT 02 / RW 04 Tegal RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 05 / RW 04 RT 05 / RW 04 RT 06 / RW 04 RT 06 / RW 04 Tegal Temanggung RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 05 / RW 04 Sampangan RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 04 RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 Purwodadi
113
No. 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Kode Resp. R-76 R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
Jenis Kelamin L L L L L L L P L L L L L P P P L L L
Umur 42 th 40 th 34 th 27 th 58 th 29 th 36 th 49 th 50 th 55 th 55 th 43 th 48 th 38 th 43 th 37 th 47 th 47 th 51 th
Lokasi Usaha RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 06 RW 07
Pendidikan
Alamat
SMA SMA SMA SMA SD SMA PT SMA SD SD SD SMA SMP SMA SMA SMA SMP SMP SD
Padang Brebes Tembalang Purworejo RT 04 / RW 05 Jepara RT 04 / RW 05 Banyumanik RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 Sampangan RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 RT 04 / RW 05 RT 01 / RW 06 RT 02 / RW 07
114
Profil Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Kode Resp. R-01 R-02 R-03 R-04 R-05 R-06 R-07 R-08 R-09 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37
Jenis Kelamin L P P L L L L L L P P P P P L L P L L P P P L L P L P P P L L L L L L P P
Umur 45 th 54 th 43 th 28 th 32 th 25 th 35 th 29 th 29 th 45 th 43 th 55 th 51 th 45 th 43 th 45 th 35 th 28 th 47 th 31 th 38 th 50 th 48 th 45 th 55 th 56 th 49 th 52 th 47 th 32 th 34 th 47 th 25 th 27 th 48 th 38 th 39 th
Lokasi Usaha RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 01 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 02 RW 03 RW 03
Jenis Usaha warung makan warung makan warung makan counter HP counter HP counter HP foto kopi foto kopi foto kopi kos ( 12 kamar ) kos ( 6 kamar ) kos ( 10 kamar ) kos ( 8 kamar ) kos ( 20 kamar ) rental komputer depot air minum penjahit laundry cuci motor warung makan warung makan warung makan warung makan counter HP kos ( 8 kamar ) kos ( 4 kamar ) kos ( 8 kamar ) kos ( 6 kamar ) kos ( 4 kamar ) rental komputer penjahit permak jean laundry cuci motor cuci motor persewaan CD/VCD warung makan warung makan
Pendapatan Usaha 3500000 3000000 3200000 2500000 2000000 1800000 2500000 3000000 3500000 30000000 20000000 25000000 10000000 60000000 3000000 5000000 2200000 2500000 900000 3500000 4000000 3000000 2700000 3000000 24000000 10000000 16000000 18000000 8000000 2000000 2500000 2000000 900000 800000 2000000 3500000 2500000
115
No. 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
Kode Resp. R-38 R-39 R-40 R-41 R-42 R-43 R-44 R-45 R-46 R-47 R-48 R-49 R-50 R-51 R-52 R-53 R-54 R-55 R-56 R-57 R-58 R-59 R-60 R-61 R-62 R-63 R-64 R-65 R-66 R-67 R-68 R-69 R-70 R-71 R-72 R-73 R-74 R-75 R-76
Jenis Kelamin L L L P L L L L L P L L L L P P P P P L L L L L L P P P L L L L P L L L L L L
Umur 34 th 49 th 47 th 42 th 43 th 54 th 37 th 32 th 46 th 45 th 47 th 43 th 29 th 27 th 43 th 36 th 45 th 52 th 47 th 53 th 48 th 38 th 32 th 29 th 54 th 51 th 43 th 40 th 48 th 43 th 38 th 55 th 39 th 34 th 28 th 40 th 47 th 47 th 42 th
Lokasi Usaha RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 03 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 04 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05
Jenis Usaha counter HP kos ( 8 kamar ) kos ( 8 kamar ) kos ( 15 kamar ) kos ( 6 kamar ) kos ( 12 kamar ) kos ( 4 kamar ) rental komputer depot air minum warnet bengkel laundry cuci motor persewaan PS warung makan warung makan warung makan warung makan warung makan toko toko toko foto kopi foto kopi kos ( 7 kamar ) kos ( 10 kamar ) kos ( 7 kamar ) kos ( 15 kamar ) kos ( 5 kamar ) depot air minum warnet warnet laundry cuci motor cuci motor warung makan warung makan warung makan warung makan
Pendapatan Usaha 1300000 24000000 24000000 40000000 18000000 36000000 12000000 1500000 4500000 4000000 3000000 2500000 800000 2500000 3000000 3500000 4000000 3500000 3000000 1800000 2000000 1500000 4500000 4000000 21000000 30000000 21000000 45000000 15000000 5000000 8000000 10000000 2000000 1000000 800000 3000000 4500000 4000000 3500000
116
No. 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Kode Resp. R-77 R-78 R-79 R-80 R-81 R-82 R-83 R-84 R-85 R-86 R-87 R-88 R-89 R-90 R-91 R-92 R-93 R-94
Jenis Kelamin L L L L L L P L L L L L P P P L L L
Umur 40 th 34 th 27 th 58 th 29 th 36 th 49 th 50 th 55 th 55 th 43 th 48 th 38 th 43 th 37 th 47 th 47 th 51 th
Lokasi Usaha RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 05 RW 06 RW 07
Jenis Usaha warung makan counter HP counter HP minimarket foto kopi kos ( 10 kamar ) kos ( 5 kamar ) kos ( 4 kamar ) kos ( 10 kamar ) kos ( 4 kamar ) depot air minum bengkel salon laundry laundry cuci motor warung makan toko sembako
Pendapatan Usaha 3200000 2000000 1500000 2000000 4500000 30000000 10000000 12000000 24000000 12000000 4500000 2500000 3000000 2200000 2000000 900000 2500000 2000000
117
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) FAKULTAS EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN Sekretariat : Ekonomi Gd. C6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, Telp. (024) 70778922 Fax. 8508015 PENGANTAR INSTRUMEN PENELITIAN
Kepada Yth. Pemilik Usaha Sektor Informal (Perdagangan dan Jasa) di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG”. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi angket yang telah saya sediakan sesuai dengan keadaan sesungguhnya karena jawaban dari Bapak/Ibu/Sdr/i sangat penting dalam penelitian ini. Semua isi angket ini semata-mata hanya saya gunakan untuk penyusunan skripsi. Saya menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i dan jawaban tersebut tidak akan berpengaruh apapun terhadap Bapak/Ibu/Sdr/i karena hanya untuk kepentingan studi. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/i, saya sampaikan banyak terimakasih Semarang, 12 Oktober 2009 Peneliti Teguh Astriyanto NIM. 3353405541
118
”ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG”
INSTRUMEN PENELITIAN
Nomor Responden
: ………………….
Tanggal Pengisian
: ………………….
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Pemilik Usaha
: …………………………
2. Jenis Kelamin
: a. Laki-laki
3. Umur
: …………………………
4. Alamat
: …………………………
5. Pendidikan Terakhir
: a. SD
b. SMP
b. Perempuan
c. SMA
d.
Perguruan Tinggi
PROFIL USAHA
1. Jenis Usaha
: …………………………………….
2. Lokasi Usaha
: …………………………………….
3. Lama Usaha
: …………………………………….
4. Pengelola Usaha
:
a. Dikelola sendiri
c. Dikelola bersama keluarga
b. Dikelola bersama keluarga
d. Dikelola mempekerjakan tenaga kerja
: ............. 5. Status Kepemilikan Lokasi Usaha a. Milik Sendiri (membeli) b. Milik Bersama (patungan) c. Sewa/Kontrak
:
119
6. Pendapatan Usaha : Pendapatan pengusaha selain usaha kos/kontrak rumah per bulan : ………. Pendapatan pengusaha kos/kontrak rumah per tahun
: ……….
7. Apakah pendapatan yang anda terima selama menjalankan usaha, sudah dapat menutupi biaya pengeluaran faktor produksi yang anda gunakan selama usaha ? - Pendapatan Usaha …………… Biaya pengeluaran faktor produksi A. KONDISI INFRASTRUKTUR
1. Darimana anda mendapatkan sumber jaringan listrik di lokasi usaha yang anda jalankan? a. Langsung dari jaringan pusat PLN b. Nyambung jaringan paralel dari rumah warga c. Nyambung jaringan paralel dari tempat usaha lain d. Genset/generator e. Lainnya (………………………………..) 2. Darimana anda mendapatkan sumber air bersih di lokasi usaha yang anda jalankan ? a. Dari sumur artesis (air tanah) yang airnya disalurkan dengan alat penyedot air (sanyo) b. Saluran pipa air dari rumah warga/tempat usaha lain c. Membeli ke depot penjual air d. Membeli dari rumah warga sekitar lokasi usaha e. Meminta dari rumah warga sekitar lokasi usaha 3. - Bagi anda yang menjalankan usaha selain usaha jasa sewa kos/kontrak rumah, berapa luas lahan yang anda gunakan untuk usaha ?
a. < 8 m² b. 8 – 16 m² c. 16 – 24 m² d. 24 – 32 m² e. > 32 m²
120
- Bagi anda yang menjalankan usaha
jasa sewa kos/kontrak rumah,
berapa luas lahan yang anda gunakan untuk usaha ? a. < 80 m² b. 80 – 160 m² c. 160 – 240 m² d. 240 – 320 m² e. > 320 m² 4. Bagaimana kondisi jalan menuju tempat usaha yang anda jalankan ? a. Sangat bagus b. Bagus c. Cukup bagus d. Kurang bagus e. Tidak bagus (Alasan anda ………………………………………………………....) 5. Berapa luas lahan parkir di lokasi usaha anda ? a. < 5 m² b. 5 – 15 m² c. 15 – 25 m² d. 25 – 35 m² e. > 35 m²
B. BIAYA LOKASI
6. - Bagi anda yang membeli lokasi usaha, berapa biaya yang anda keluarkan untuk membeli lokasi yang anda gunakan untuk usaha ? a. < Rp. 10.000.000 b. Rp. 10.000.000 – Rp. 50.000.000 c. Rp. 50.000.001 – Rp. 100.000.000 d. Rp. 100.000.001 – Rp. 150.000.000 e. > Rp. 150.000.000
121
- Bagi anda yang menyewa lokasi usaha, berapa biaya sewa yang anda keluarkan untuk menyewa lokasi yang anda gunakan untuk usaha per tahunnya? a. < Rp. 5.000.000 b. Rp. 5.000.000 - Rp. 10.000.000 c. Rp. 10.000.001 – Rp. 15.000.000 d. Rp. 15.000.001 – Rp. 20.000.000 e. > Rp. 20.000.000 7.
Menurut
anda,
apakah
biaya
yang
anda
keluarkan
untuk
membeli/menyewa lokasi yang anda gunakan untuk usaha tergolong mahal ? a. Sangat mahal b. Mahal c. Cukup mahal d. Murah e. Sangat murah
C. LINGKUNGAN BISNIS
8.
Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan jalan raya ? a. < 10 m b. 10 - 50 m c. 50 - 100 m d. 100 – 150 m e. > 150 m
9.
Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan lokasi pemukiman penduduk ? a. < 10 m b. 10 – 15 m c. 15 – 20 m d. 20 - 25 m e. > 25 m
122
10. Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, pasar, dll) ? a. < 50 m b. 50 - 100 m c. 100 - 150 m d. 150 – 200 m e. > 200 m 11. Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan lokasi tempat usaha lain ? a. < 5 m b. 5 – 10 m c. 10 – 15 m d. 15 – 20 m e. > 20 m 12. Apakah lokasi usaha anda mudah dijangkau dengan sarana transportasi ? a. Sangat mudah dijangkau b. Mudah dijangkau c. Cukup mudah dijangkau d. Sulit dijangkau e. Sangat sulit dijangkau (Alasan anda ……………………………………………………….) 13. Bagaimana tingkat keamanan di tempat usaha yang anda jalankan ? a. Sangat aman b. Aman c. Cukup aman d. Kurang aman e. Tidak aman (Alasan anda ………………………………………………………) 14. Bagaimana daya beli/sewa konsumen terhadap usaha yang anda jalankan ? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi
123
d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda ……………………………………………………….) 15. Menurut anda, bagaimana tingkat persaingan usaha yang anda jalankan saat ini ? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda ……………………………………………………….)
D. TENAGA KERJA
16. Menurut anda, bagaimana ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha ? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup banyak d. Sedikit e. Sangat sedikit (Alasan anda ……………………………………………………….) 17. Menurut anda, bagaimana kualitas tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha ? a. Sangat bagus b. Bagus c. Cukup bagus d. Kurang bagus e. Tidak bagus (Alasan anda ……………………………………………………….)
124
18. Menurut anda, bagaimana tingkat upah tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha ? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda ……………………………………………………….)
125