MENINGKATKAN KREATIFITAS MEMBUAT TOPENG DARI BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA MELALUI PENDEKATAN CTL DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA DI KELAS V SD NEGERI 3 SRIKANDANG BANGSRI JEPARA
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S1 PGSD Universitas Negeri Semarang
Oleh WIDIYANTO 140207124
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa hal yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Hal yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2011 Yang membuat Pernyataan,
WIDIYANTO 1402907124
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul “Meningkatkan Kreatifitas Membuat Topeng Dari Bahan Alam Dan Bahan Sisa Melalui Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di Kelas V SD Negeri 3 Srikandang Bangsri Jepara” ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes pada: hari
: Kamis
tanggal
: 15 Juli 2011
Semarang, Juli 2011
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Masitah, S. Pd, M. Pd NIP.195905111987031001
Drs. Sutaryono, M. Pd NIP.195708251983031015
Diketahui oleh: Ketua Jurusan PGSD
Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd NIP. 195605121982031003
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
hari
: Kamis
tanggal
: 15 Juli 2011
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd NIP. 19510801 197903 1 007
Drs. Jaino, M.Pd NIP. 19540815 198003 1 004
Penguji Utama
Dr. Sri Sulistyorini, M. Pd NIP.19551005 198012 2 001
Penguji 2
Penguji 3
Masitah, S. Pd, M. Pd NIP.19590511 198703 1 001
Drs. Sutaryono, M. Pd NIP.19570825 198303 1 015 iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
:
8 hal yang penting dalam hidup: Belajar memberi dan menghargai Belajar menerima kebahagiaan dan kesedihan Belajar saling berbagi dan memaafkan Belajar mempercayai dan menyayangi
Persembahan :
Karya tulis ini penulis persembahkan kepada orangorang tercinta yaitu: Ayah, Ibu dan keluarga besarku yang selalu mendukung, memberikan perhatian dan kasih sayangnya. Istriku tercinta Susanti yang selalu ada dalam setiap suka dan duka. Sahabat-sahabatku yang banyak menghibur dalam mengisi hari-hari sehingga menjadi lebih menyenangkan. Kakakku Askan, Mawan, Yuni, Arum, Wiko, Wino, Jidatun, Sholekhah yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyusun karya ini. Seluruh pihak yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak telah memberikan doa dan dukungannya.
v
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena berkat rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas. Dengan penuh rasa tanggung jawab maka penulis menyusun skripsi ini berdasarkan hasil PTK di Sekolah Dasar Negeri 3 Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan program sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang. Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada: 1. Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
yang
telah
memberikan
berbagai
kemudahan
dalam
melaksanakan penelitian 2. Drs. Zaenal Abidin, M. Pd, Ketua Jurusan Pendidikan GurunSekolah Dasar yang telah memberikan petunjuk dalam melaksanakan penelitian. 3. Masitah, S.Pd, M.Pd. Dosen pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan terhadap penulis dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Sutaryono, M.Pd. Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan bantuan terhadap penulis pada saat menulis skripsi ini. 5. Barda’i, S.Pd. Kepala Sekolah SD Negeri 3 rikandang, yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 3 Srikandang 6. Kepada seluruh guru SD N 3 Srikandang yang telah memberikan dukungan pada saat pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan laporan ini. 7. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada proses penyusunan laporan ini.
vi
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal sholeh senantiasa mendapat Ridho Allah SWT. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu serta kemampuan profesional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada khususnya.
Jepara, Juni 2011 Penyusun
vii
ABSTRAK Widiyanto. 2011. Meningkatkan Kreatifitas Membuat Topeng Dari Bahan alam Dan Bahan Sisa Melalui Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran seni Rupa Di Kelas V SD Negeri 3 Srikandang Bangsri Jepara.. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Masitah, S.Pd, M.Pd., Pembimbing II: Drs. Sutaryono, M.Pd. 141 halaman. Kata kunci: Meningkatkan Kreativitas membuat Topeng melalui Pendekatan CTL Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertangkes) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan ketrampilan siswa melalui penelaahan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan teknik dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi kehidupan manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3) menumbuhkembangkan sikap profesional, kooperatif, toleransi kepemimpinan, kekaryaan, dan kewirausahaan. Hasil survey di SDN 3 Srikandang bersumber dari data lapangan, siswa serta guru-guru dan kepala sekolah, diketahui bahwa pembelajaran seni rupa sebagai bagian dari pembelajaran seni budaya dan keterampilan belum dilaksanakan secara maksimal, hal ini dapat dilihat khususnya pada kelas V dengan rendahnya nilai siswa di tahun 2007 dengan rata-rata nilai 6, di tahun 2008 dengan rata-rata 6,5 dan di tahun 2009 dengan rata-rata 6 dan hasil karya siswa yang dipajang di kelas menggunakan bahan-bahan yang dibeli dari toko bangunan atau toko-toko peralatan sekolah dan hasil karyanya itu kurang baik. Padahal pembelajaran seni rupa tidak harus mengeluarkan banyak biaya untuk membeli bahan-bahan untuk menghasilkan karya seni artistik dan kreatifitas. Penyebab kurangnya kemampuan, kecakapan guru dan model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional (tradisional). Penulis lebih memusatkan pembelajaran yang berpusat pada anak, dengan memanfaatkan bahan-bahan alam maupun bahan-bahan sisa untuk membuat topeng dari bahan-bahan tersebut mudah didapat, tidak memerlukan biaya banyak dan lebih penting dapat diterima siswa, baik dari sisi edukatif, sosila budaya, moral dan dapat membawa siswa ke arah pengembangan diri secara optimal sebagaimana yang diamanatka oleh tujuan kurikulum pendidikan seni rupa dan pendidikan seni. Dengan membuat topeng melaui figure atau motif manusia. Hal ini mengingat periode perkembangan anak usia SD khusunya kelas V adalah masa permulaan Realisme (9-11 tahun). Periode dimana anak mulai berkeinginan mengekspresikan karakter-karakter figure manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, non figuratif atau figur-figur khayali seniman itu sendiri. Hasil penelitian dari observasi aktivitas belajar siswa kelas V pada pembelajaran seni rupa dalam meningkatkan kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL menunjukkan bahwa : Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 84,31% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus II dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 85,28% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus III dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 87,15% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari Siklus I (84,31%), Siklus II (85,28) dan Siklus III (87,15%).
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i PERNYATAAN KEASLIAN …………………………………………………. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………... iii PENGESAHAN KELULUSAN ….……………………………………………. ix MOTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. . v PRAKATA ……………………………………………………………………... vi ABSTRAK …………………………………………………………………….. viii DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ix DAFTAR TABEL ……………………………………………………...………. xi DAFTAR DIAGRAM ………………………………………………………… xii DAFTAR GAMBAR ……………………………….…………………………. xii DAFTAR LAMPIRAN ………..……………………………………………… xiv BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………….... 1 A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ……….…………………….. 5 C. Tujuan Penelitian ……………………………….……………………….... 6 D. Manfaat Penelitian …………………………….………………………...… 6 BAB. II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... 7 A. Kerangka Teori …………………………………………………………..... 7 B. Kajian Empiris …………………………………………………………… 39 C. Kerangka Berpikir ………………………………………………………. 43 D. Hipotesis Tindakan ………………………………………………………. 46 BAB. III METODE PENELITIAN …………………………………………… 47 A. Rancangan Penelitian ……………………………………………………. 47 B. Perencanaan Tahap Penelitian ……..……………………………………. 49 C. Subyek Penelitian ……………………………………………………..…. 52 D. Tempat Penelitian …………………………………………………….….. 52 E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ………………………………..…… 53 ix
F. Teknik Analisis Data …………………….……………………….……… 54 G. Indikator Keberhasilan ………......…………………………………..…. 55 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………….... 58 A. Hasil Penelitian ……………………………………………….………… 58 B. Pembahasan ………...………………………………………………...… 90 BAB V. PENUTUP ………………………….……………………………......... 94 A. Simpulan ………………………………………………………………... 94 B. Saran …………………………………….……………………………… 95 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….…. 96 DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………...……. 98
x
DAFTAR TABEL Tabel 1.1
Klasifikasi Kategori Tingkatan Dan Persentase
Tabel 1.2
Nilai Hasil Pengamatan Proses
Tabel 1.3
Kriteria
Tabel 1.4
Klasifikasi Kategori Tingkatan Dan Persentase
Tabel 1.5
Nilai Hasil Karya Siswa
Tabel 1.6
Nilai Akhir Kreativitas Siswa
Tabel 1.7
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus I
Tabel 1.8
Kriteria Siklus I
Tabel 1.9
Lembar Nilai Hasil Karya Siswa Siklus I
Tabel 1.10
Kriteria Siklus I
Tabel 2.1
Lembar Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus I
Tabel 2.2
Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase Siklus I
Tabel 2.4
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus II
Tabel 2.5
Kriteria Siklus II
Tabel 2.6
Lembar Nilai Hasil Karya Siswa Siklus II
Tabel 2.7
Kriteria Siklus II
Tabel 2.8
Lembar Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus II
Tabel 2.9
Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase Siklus II
Tabel 3.1
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus III
Tabel 3.2
Kriteria Siklus III
Tabel 3.3
Lembar Nilai Hasil Karya Siswa Siklus III
Tabel 3.4
Kriteria Siklus III
Tabel 3.5
Lembar Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus III
Tabel 3.6
Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Persentase Siklus III
xi
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I Diagram 4.2 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I, siklus II Diagram 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I, Siklus II, Siklus III
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Hasil Karya Membuat Topeng Siklus I Gambar 2 Hasil Karya Membuat Topeng Siklus II Gambar 3 Hasil Karya Membuat Topeng Siklus III Gambar 4 Perbedaan Peningkatan Kreativitas Siswa Siklus I, Siklus II, Siklus III Berdasarkan Karya Siswa Gambar 5 Foto-foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus I Gambar 6 Foto-foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus II Gambar 7 Foto-foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus III
‘
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2
Lembar Penilaian Perencanaan Siklus I
Lampiran 3
Lembar Penilaian Pelaksanaan Siklus I
Lampiran 4
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus I
Lampiran 5
Lembar Penilaian Hasil Karya Siswa Siklus I
Lampiran 6
Lembar Penilaian Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus I
Lampiran 7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 8
Lembar Penilaian Perencanaan Siklus II
Lampiran 9
Lembar Penilaian Pelaksanaan Siklus II
Lampiran 10
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus II
Lampiran 11
Lembar Penilaian Hasil Karya Siswa Siklus II
Lampiran 12
Lembar Penilaian Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus II
Lampiran 13
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III
Lampiran 14
Lembar Penilaian Perencanaan Siklus III
Lampiran 15
Lembar Penilaian Pelaksanaan Siklus III
Lampiran 16
Lembar Pengamatan Penilaian Proses Siklus III
Lampiran 17
Lembar Penilaian Hasil Karya Siswa Siklus III
Lampiran 18
Lembar Penilaian Hasil Akhir Kreativitas Siswa Siklus III
Lampiran 19
Foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus I
Lampiran 20
Foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus II
Lampiran 21
Foto Kegiatan Siswa Membuat Topeng Siklus III
Lampiran 22
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 23
Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara umum Sekolah Dasar diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis, dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu: tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran. Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. 1
2
Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertangkes) mempunyai tujuan: (1) mengembangkan kemampuan dan keterampilan siswa melalui penelaahan jenis, sifat, fungsi, alat, bahan, proses dan teknik dalam membuat berbagai produk teknologi serta seni yang berguna bagi kehidupan manusia, (2) mengembangkan kemampuan intelektual, imajinatif, ekspresi, kepekaan kreatif, keterampilan dan mengapresiasi terhadap hasil karya seni dan keterampilan dari berbagai wilayah Nusantara dan mancanegara, dan (3) menumbuhkembangkan sikap
profesional,
kooperatif,
toleransi
kepemimpinan,
kekaryaan,
dan
kewirausahaan. Pendidikan seni sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk manusia berkwalitas, khususnya dalam menggambar merupakan pendekatan yang ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan kreatif. Seperti apa yang dikatakan John Dewey (dalam Salam, 2001:17) bahwa kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan kegairahan dan menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri, dan bertanggung jawab. Pengajaran seni rupa dewasa ini sudah menjadi bagian dari program pendidikan umum di sekolah-sekolah. Dasar dan sasaran pengajaran melalui kegiatan seni rupa adalah membantu siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan,
3
sikap, perasaan, nilai dan imajinatif yang melibatkan pertumbuhan pribadinya. Selain itu dalam perkembangannya siswa dapat memperolah pemahaman mengenai warisan budaya dan peranan seniman serta perajin. Manfaat pendidikan seni rupa bagi kehidupan pribadi maupun bermasyarakat adalah membantu anak untuk dapat menggunakan kecerdasan dalam bernilai karya seni, mencerap lingkungan hidupnya dan dapat
mengekspresikan diri dengan bantuan
keterampilan yang didapat dalam pendidikan, sehingga bentuk karya yang sesuai dengan bakat yang dimilikinya dapat disumbangkan bagi kesejahteraan hidup. Berdasarkan hasil survey awal di SDN 3 Srikandang, baik bersumber dari data dari lapangan, siswa serta guru-guru dan kepala sekolah, diketahui bahwa pembelajaran seni rupa sebagai bagian dari pembelajaran seni budaya dan keterampilan belum dilaksanakan secara maksimal, hal ini dapat dilihat khususnya pada kelas V dengan rendahnya nilai siswa di tahun 2007 dengan rata-rata nilai 6, di tahun 2008 dengan rata-rata 6,5 dan di tahun 2009 dengan rata-rata 6 dan hasil karya siswa yang dipajang di kelas menggunakan bahan-bahan yang dibeli dari toko bangunan atau toko-toko peralatan sekolah seperti triplek, sterofoam, kertas warna, spidol ataupun penggunaan cat warna dan hasil karyanya itu kurang baik. Padahal pembelajaran seni rupa tidak harus mengeluarkan banyak biaya untuk membeli bahan-bahan untuk menghasilkan karya seni artistik dan kreativitas. Faktor penyebabnya adalah kurangnya kemampuan dan kecakapan guru dan model pembelajaran yang digunakan adalah
pembelajaran konvensional
(tradisional). Pembelajaran seni dalam kegiatan ekstra kulikuler juga tidak berjalan dengan baik karena dibimbing oleh instruktur yang tidak memiliki latar
4
belakang pendidikan seni rupa atau bidang seni. Padahal dilingkungan siswa tersebut banyak bahan-bahan alam dan bahan sisa yang kurang digunakan. Penulis lebih memusatkan pembelajaran yang berpusat pada anak, dengan memanfaatkan bahan-bahan alam maupun bahan-bahan sisa untuk membuat topeng dari bahan-bahan tersebut mudah didapat, tidak memerlukan biaya banyak dan lebih penting dapat diterima siswa, baik dari sisi edukatif, sosila budaya, moral dan dapat membawa siswa ke arah pengembangan diri secara optimal sebagaimana yang diamanatka oleh tujuan kurikulum pendidikan seni rupa dan pendidikan seni. Dengan membuat topeng melaui figure atau motif manusia. Hal ini mengingat periode perkembangan anak usia SD khusunya kelas V adalah masa permulaan Realisme (9-11 tahun). Periode dimana anak mulai berkeinginan mengekspresikan karakter-karakter figure manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, non figuratif atau figur-figur khayali seniman itu sendiri (Salam, 2001:15) Pendekatan CTL merupakan salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang mana pendidik memposisikan para siswa sebagai subjek, bukan sebagai objek pembelajaran. Dengan kata lain, pendidik sebagai fasilitator. Pembelajaran CTL di kelas melibatkan tujuh komponen utama. Hal ini sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (2003:10-17), yaitu: 1) konstruktivime, 2) menemukan (inquiry), 3) bertanya (questioning), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan (modelling), 6) refleksi (reflection), 7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Berdasarkan komponen tersebut, pendekatan CTL diharapkan dapat membantu siswa lebih aktif dan kreatif khususnya dalam hal membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa.
5
Dalam buku Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay, (Bowling Green, OH: Bowling Green State University, 20 Mei 1999, http://www.bgsu.edu/CTL). dalam pembelajaran seni rupa pembuatan kerajinan lebih menggunakan bahan alam maupun bahan sisa. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran seni rupa pada pembuatan topeng. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Contextual Teaching and Learning adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Dan dalam sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
6
1. Apakah pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) dapat meningkatkan kreatifitas siswa kelas V SD Negeri 3 Srikandang pada pembelajaran seni rupa ? 2. Pemecahan Masalah Sesuai dengan perumusan masalah, maka untuk memecahkan masalah tersebut peneliti menerapkan pendekatan CTL adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan pelaksanan pembelajaran dengan pendekatan CTL 2. Menyiapkan bahan-bahan alam dan bahan-bahan sisa yang sebelumnya sudah diberitahukan kepada siswa 3. Guru memberikan beberapa contoh model-model karya topeng dari bahan alam dan bahan sisa yang akan dikerjakan yang sebelumnya juga sudah diberitahukan pada siswa. 4. Setiap siswa mengerjakannya sesuai dengan bahan-bahan yang sudah disiapkan dan pilihan karya topeng yang dinginkan. 5. Evaluasi
C. Tujuan Penelitian Bedasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : Menigkatkan kreativitas membuat topeng dari bahan alam maupun bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa.di kelas V SD Negeri 3 Srikandang.
7
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut : a. Bagi Siswa 1) Meningkatkan kreativitas siswa dalam membuat topeng b. Bagi guru 1) Meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran seni rupa membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa dengan menggunakan pendekatan CTL 2) Mengetahui benar-benar penerapan metode CTL pada siswa c. Bagi Sekolah 1) Memberikan pengetahuan baru bagi guru-guru Sekolah Dasar 2) Upaya pengadaan tentang model-model pendekatan pembelajaran 3) Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan proses pendekatan pembelajaran
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori Di dalam mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa, kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangan sendiri bagi pembelajaran siswa. Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri. Pembelajaran seni merupakan semua bentuk aktivitas fisik, sosial, psikologis dan cita rasa keindahan. Aktivitas dan cita rasa keindahan tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi. Keterampilan berkarya serta apresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat. Pada karya kerajinan dan tekhnologi selain hal-hal tersebut diatas juga memperhatikan tentang jenis, bentuk, fungsi dan aspek tema (subject matter). Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam berkaitan dengan tari,
8
9
teater berkaitan erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif. Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. Oleh karena itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh wilayah Indonesia. Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap berbagai profesi seni. Oleh karena itu, perlu dilakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri kerajinan, pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern. Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus mempertimbangkan moral dan etika. Di samping aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni, (Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen. Dikdasmen, Depdiknas 2 Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni). Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca negara. Pembelajaran Pendidikan Seni di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian di manca negara difokuskan pada berbagai
10
kebudayaan yang memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan mempelajari sejarah kesenian di Indonesia khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang pluralistik. 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam definisi itu, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada bagaimana orang mendefinisikanya “Creativity is Matter of Definition”. Tidak ada satu definisi yang dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas (Supriadi, 1997:6). Hal ini disebabkan oleh dua alasan. Pertama, sebagai suatu “konstrak hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang komlpleks dan multi demensial, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam . Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanantekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan sang pembuat definisi. Guilford dalam Supriyadi (1997) mengemukakan, ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), penguraian (elaboration), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan perumusan kembali (redifinition). Kelancaran adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Keluwesan adalah kemampuan untuk mengemukakan ermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Originalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak
11
klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan persspektif yang berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak. Hasil penelitian University of Shouthern California dalam Muhadjir (1987:155) mengemukakan ada hipotesa yang mengatakan bahwa fluency of thinking merupakan aspek penting dalam kreatifitas. Dalam laporan penelitiannya terungkap aspek adanya empat factor fluency, yakni (1) word fluency, (2) associational fluency, (3) expressional fluency, (4) ideational fluency Menurut Mareno dalam Slameto (1995:146) yang penting dalam kreativitas bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahi orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada. 2. Topeng Topeng pada mulanya digunakan untuk ritual kepercayaan atau sebagai sarana upacara. Adanya perkembangan zaman, topeng tidak hanya digunakan sebagai sarana upacara akan tetapi dijadikan koleksi, hiasan atau mainan. Topeng yang semula menjadi barang dikeramatkan, kini menjadi banyak
12
diperdagangkan. Berkembangnya fungsi topeng membuat para pengrajin topeng semakin kreatif. Bentuk topeng bermacam-macam. Ada topeng yang berbentuk wajah orang, hewan, maupun robot. Berbagai topeng dibuat para seniman dengan karakter yang berbeda-beda dan menarik. Ada topeng yang sedang tertawa, berpikir, tidur, bernyannyi, marah, sedih dan ketakutan. Bahan untuk membuat topeng pun mudah didapat. Tidak semua topeng sulit dibuat. Ada topeng yang mudah dibuat. Bahan tersebut bisa diambil dari bahan-bahan alam dan bahanbahan sisa. Misalnya bahan-bahan untuk membuat topeng dari bahan alam yaitu batok kelapa, blukang (dahan kelapa), bambu, tanah, kayu ataupun bahan-bahan dari alam lainnya. Bahan-bahan dari bahan sisa yaitu kertaskertas bekas, gabus (sterofoam) dari sisa bungkus alat-alat elektronik ataupun dari limbah pabrik. Beberapa macam-macam bentuk topeng dari bahan alam dan dari bahan sisa. a. Topeng dari bubur kertas
Topeng ini dibuat dari kertas-kertas bekas yang di rendam dengan air panas dan diaduk sampai berbentuk seperti bubur, kemudian dibentuk menjadi topeng.
13
b. Topeng dari kelapa dan dahan kelapa
Topeng ini dibuat dari bahan kelapa dan dahan kelapa. Bahan tersebut dipahat sehingga membentuk seperti topeng. c. Topeng dari bambu
Topeng ini dibuat dari bahan bambu. Bambu dipotong dan dibelah menjadi 2. Unntuk membentuk topengnya bisa dipahat atau dari potonganpotongan bambu yang ditempel membentuk topeng. d. Topeng dari sterofoam atau gabus
Topeng ini dibuat dari bahan sterofoam atau gabus bekas. Bisa dari bekas bungkus alat-alat elektronik sepeti kulkas, TV, komputer dan lain-lain. Gabus tersebut dibentuk pola wajah, kemudian dipahat membentuk topeng.
14
e. Topeng dari semen dan tanah liat
Topeng ini dibuat dari bahan tanah dan semen. Tanah atau semen dicampur dengan air dan dibentuk menjadi topeng. f. Topeng dari bahan bekas plastik (tutup ember dan toples)
Topeng ini dibuat dari bahan toples atau ember bekas. Potongan-potongan dari bahan tutup toples, tutup botol dan bahan bekas plastik yang ditempel membentuk topeng. 3. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
15
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi yang akan mereka pelajari dengan menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, system tersebut meliputi delapan komponen berikut : membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi dan menggunakan nilai autentik. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001), (Tagged: Contextual Teaching and Learning, by Doantara yasa, 2008 Mei 13)
16
Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menhadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk meggapinya. Kemampuan otak untuk menemukan makna dengan membuat hubungan-hubungan menjelaskan mengapa siswa yang didorong untuk menghubungkan tugas-tugas sekolah dengan kenyataan saat ini, dengan situasi pribadi, sosial dan budaya mereka saat ini, dengan konteks kehidupan keseharian mereka, akan mampu memasangkan makna pada amteri akademik mereka sehingga mereka dapat mengingat apa yang mereka pelajari. Jika kehilangan makna, otak mereka akan membuang materi akademik yang mereka terima (Claine&Caine, 1994; Carter, 1998; Davis 1997; Kotulak, 1997; Sousa, 1995; Sylwester, 1995). Ilmu saraf dan psikologi dengan jelas menunjukkan betapa pentingnya pengaruh makna terhadap pembelajaran dan kemampuan mengingat. Kedua ilmu ini memberikan dasar yang kuat untuk memahami bahwa tujuan CTL adalah membantu para siswa dengan cara yang tepat untuk mengaitkan makna pada pelajaran-pelajaran akademik mereka. CTL membuat siswa mampu menghubungkan dari subjek-subjek akademik dengan kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna. Hal itu memperluas konteks pribadi mereka. Kemudian, dengan memberikan pengalaman-pengalaman
17
baru yang merangsang otak untuk membuat hubungan-hubungan baru, kita membantu mereka menemukan makna baru. Tiga prinsip Ilmiah dalam CTL Berbagai pengamatan ilmiah yang teliti dan akurat menunjukkan keseluruhan alam semesta ditopang dan diatur oleh tiga prinsip, yaitu kesaling-bergantungan, diferensiasi dan pengaturan diri sendiri (Capra, 1996; Johnson&Broms, 2000; Margulis&Sagan, 1995; Swimme&Berry, 1992). Ilmu fisika kuantum modern, kosmologi dan biologi telah menemukan tiga prinsip yang memberikan pandangan baru pada kita. Prinsip-prinsip tersebut adalah kesaling-bergantungan, diferensiasi dan pengorganisasian diri, yang menunjukkan bahwa alam semesta sama sekali tidak diam dan mati, tetapi hidup dan dinamis. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan dan ketika kemitraan menggabyngkan sekolah dengan dunia bisnis dan komunitas. CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masingmasing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang
18
berbeda dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukankemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaatdari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka benyanyi. CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akacemik dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar tinggi dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik. Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3) Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4) Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda. 6) Menggunakan penilaian autentik Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
19
pengembangan minat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan 1) sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa 2) kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa
20
3) kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya. 4) posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi informasi. b. Pendekatan Pembelajaran CTL di Kelas Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Guru hanya megelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student centered daripada teacher centered. Menurut Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa . 2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan mengkaiykan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap rencana pemebelajaran dan pelaksanaannya Menurut Depdiknas untuk penerapannya, pendekatan kontektual (CTL) memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
21
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Adapaun tujuh komponen tersebut sebagai berikut: •
Konstruktivisme (constructivism) Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuanyang dimilikinya.
•
Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).
•
Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah
22
diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa. •
Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar
•
Pemodelan (Modeling) Pemodelan
pada
dasarnya
membahasakan
yang
dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan malakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan ,elibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar. •
Refleksi (Reflection) Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
•
Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment) Penialaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran
23
berbasis CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap proses maupun hasil Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan
(applying),
bekerjasama
(cooperating)
dan
mentransfer
(transferring). •
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
•
Mengalami. Merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
•
Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
•
Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara
24
kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman
kerjasama
tidak
hanya
membanti
siswa
mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata. •
Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.
c.
Perbedaan
Pembelajaran
Kontekstual
(CTL)
dengan
Pembelajaran
Konvensioanl TABEL 3.1: PERBEDAAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DENGAN KONTEKSTUAL (CTL) Pembelajaran Kontekstual (CTL) 1. Siswa secara langsung terlibat dalam pembelajaran 2. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau
Pembelajaran Konvensional 1. Siswa penerima informasi secara pasif 2. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
masalah yang disimulasikan 3. Keterampilan dikembangkan atas dasar pengembangan 4. Selalu mengkaitkan informasi
3. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan 4. Memberikan tumpukan informasi
dengan pengetahuan awal yang
kepada siswa sampai pada saatnya
telah dimiliki
diperlukan
5. Siswa mampu menggunakan kemampuan menggunakan
5. Siswa secara pasif menerima kaidah pembelajaran tanpa
25
kemampuan berpikir kritis,
memberikan kontribusi ide dalam
terlibat penuh dalam
proses pembelajaran
mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dan ikut bertanggung jawab 6. Siswa diminta bertanggung jawab memonitor dan
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing 7. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting 8. Pengetahuan yang dimiliki
7. Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas 8. Pengetahuan adalah penangkapan
manusia dikembangkan oleh
terhadap serangkaian fakta,
manisia itu sendiri. Manusia
konsep atau hokum yang berada
menciptakan atau membangun
diluar diri manusia
pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya 9. Dalam pembuatan karya seni lebih kreatif dan imajinatif
9. Dalam pembuatan karya seni kurang kreatif dan imajinatif
10. Berekspresi secara bebas
10. Berekspresi sesuai ketentuan guru
11. Pembelajaran lebih
11. Pembelajaran monoton
26
menyenangkan 12. Aktivitas siswa lebih tinggi
12. Aktivitas siswa biasa saja
13. Menerapkan penilaian autentik
13. Penilaian hasil belajar hanya
(proses dan hasil) melalui
melalui kegiatan akademik berupa
penerapan praktis dalam
ujian atau ulangan
pemecahan masalah (KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Mansur Muclis, 2007 :25-27) 4. Pengertian Seni Kata "seni" adalah kata yang semua orang di pastikan mengenal, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Kata seni berasal dari kata "SANI" yang artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Seni atau kesenian secara umum dikenal sebagai rasa keindahan umumnya, rasa keharuan khususnya, yang melengkapi kesejahteraan hidup. Rasa disusun dan dinyatakan melalui pikiran, menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dimiliki oleh setiap orang. Dalam bahasa Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna, dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik
27
Arti seni menurut beberapa ahli : 1. Ki Hajar Dewantara Seni merupakan segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. 2. Prof. Drs. Suwaji Bastomi Seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetik yang dinyatakan dalam bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru. 3. Drs. Sudarmadji Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang. 5. Schopenhauer (Bertolak dari seni musik) Seni adalah segala usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Menurutnya tiap orang tentu senang dengan seni musik meskipun seni musik asalah seni yang paling abstrak. 6. Eric Ariyanto Seni adalah kegiatan rohani atau aktivitas batin yang direfleksikan dalam bentuk karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain yang melihat atau mendengarkannya
28
7. M. Jazuli Seni adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan sikap dan tingkah laku sebagai hasil pengalaman berkesenian dan berinteraksi dengan budaya lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu. Dari beberapa arti seni diatas dapat disimpulkan bahwa seni adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu keindahan karya yang dapat membangkitkan perasaan didalam jiwa seseorang maupun dirinya sendiri. 2. Pendidikan Seni Rupa Pendidikan seni rupa adalah upaya untuk mengembangkan kepribadian seseorang dalam rangka mempersiapkan menjadi warga masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab melalui kegiatan yang bersangkut paut dengan pernyataan perasaan keindahan lewat media garis, warna, tekstur, bidang, volume, dan ruang atau dengan perkataan lain melalui kegiatan pembelajaran dalam bidang lukis/gambar, seni cetak, seni patung, seni kerajinan desain dan seni bangunan/desain lingkungan (Salam, 2001: 15). Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk kegiatan pembelajaran pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan keterampilan seni rupa (Salam, 2001: 15). Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek kognitif (pengetahuan) kesenirupaan. Materi seni rupa ini berisi kajian seperti tinjauan seni rupa, sejarah seni,
29
persoalan estetika dan cara untuk menilai sebuah karya seni baik secara konsep maupun komposisi. Pembelajaran keterampilan seni rupa berfokus pada pembinaan praktik pengalaman studio. Untuk melatih keterampilan berkarya, siswa didik diharapkan dapat menggali dari budaya dan alam di sekitarnya sehingga secara tidak langsung mereka akan menjadi lebih inovatif untuk berkarya.
Pada
akhirnya
tercipta
siswa
didik
yang
mampu
mengoptimalkan berbagai sumber yang tersedia untuk menjadi produk karya seni yang berkualitas. Pada siswa Sekolah Dasar, jenis pembelajaran keterampilan banyak ragamnya mulai dari menggambar, melukis, mematung, maupun juga bisa diarahkan untuk membuat kerajinan. Namun, dalam pelaksanaanya setiap materi dalam aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif adalah materi yang bertingkat sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi siswa didik. 3. Ruang Lingkup Pendidikan Seni Lingkup materi pembelajaran seni meliputi seni rupa, music, tari, kerajinan dan teknologi. Rancangan kompetensi dasar dilakukan secara sistematik dan seimbang antara ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, dalam jabaran aspek-aspek apresiasi dan kreasi sesuai dengan kemampuan siswa, meliputi: 1. Kemampuan perceptual yaitu kepekaan inderawi terhadap rupa, bunyi, gerak dan perpaduannya serta kerajinan dan tekhnologi. 2. Pengetahuan mencangkup pemahaman, analisis dan evaluasi.
30
3. Apresiasi mencangkup kepekaan rasa estetika, kesesuaian fungsi dan bentuk, artistic serta memiliki sikap menghargai dan menghayati 4. Produksi mencangkup kreativitas dalam berkarya dan berimajinasi. 4. Cabang Seni a. Seni musik atau seni suara Seni musik atau seni suara adalah karya seni yang sampaikan melalui media suara. b. Seni tari atau seni gerak Gerakyang dimaksud adalah gerak yang ritmis dan indah. Irama, gerak, pembawaan, serta penghayatan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. Seni Atari sendiri merupakan suatu perwujudan segala tekanan emosi yang dituangkan dalam bentuk gerak seluruh anggota tubuh secara teratur dan berirama sesuai dengan musik pengiringnya. c. Seni drama Seni drama mempunyai persamaan dengan seni tari, yakni mempunyai unsure gerak. Gerak pada seni drama merupakan gerak makna atau gerak acting. Salah satu jenis drama , yaitu pantomime, merupakan gerak dari ucapan dalam serangkaian seni drama. d. Seni rupa Seni rupa merupakan seni yang ada wujudnya, artinya karya seni tersebut dapat sicerap dengan menggunakan indra penglihatan. Lengkapnya Seni rupa adalah segala manifestasi batin dan pengalaman
31
sestetis dengan media garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan gelapterang. Contohnya, yaitu lukisan, Puisi, Cerpen, Patung, dll. 5. Pembelajaran Seni Rupa 1. Konsep Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serentetan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan suatu kumpulan yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu komponen tidak dapat terinteraksi, maka proses dalam pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal-balik antara guru dan murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya. Faktor lingkungan sangat
32
mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan masyarakat sekitarnya. Baik dan buruknya tingkah laku yang terjadi di keluarga akan membawa dampak dalam tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan masyarakat sekitarnya akan terbawa di kehidupan keluarganya. Menurut Sujana (1988: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku baru ini misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Adanya perubahan baru dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan, kesungguhan menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Sifat ingin tahu seseorang sangat besar, sehingga mendorong untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya. Cara-cara mempelajari diawali dengan menirukan sesuatu yang dilakukan dengan kebiasaan atau cara lain yang berbeda-beda, tergantung pada hal-hal yang menguntungkan dan mampu dilakukan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar mampu membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam
33
bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala pribadi seseorang. Karena itu seseorang yang sedang belajar tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya karena lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah
pengetahuan
saja,
akan
tetapi
dapat
menerapkan
pengetahuannya itu dalam situasi hidupnya. Adapun pengertian belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, masih ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar antara lain “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3). Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan
yang
dihasilkan
dari
pengalaman
(interaksi
dengan
lingkungan), di mana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh perhubungan berkondisi antara stimulus dan respon. Belajar adalah menghubungkan sebuah respon
34
tertentu kemudian diperketat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang berkondisi. Hakikat belajar adalah penemuan hubungan tingkah laku dari yang tidak tahu, dari tidak biasa menjadi biasa tergantung dari proses yang ditempuh guna mendapat respon lebih cepat atau lambat dari hasil pembelajaran itu juga biasa diakibatkan oleh besar atau tidaknya motivasi yang dimiliki masing-masing individu. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral, dengan bantuan dan pengarahan guru yang berpengalaman dengan menggunakan berbagai metode yang terprogram akan mencapai hasil yang maksimal. Bertolak dari berbagai pendapat itu penulis katakan pengertian belajar secara umum adalah suatu usaha dengan proses yang aktif untuk mendapat suatu pengetahuan atau pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku pada waktu seseorang menghadapi situasi tertentu untuk dapat mengembangkan dirinya ke arah kemajuan yang lebih baik. Belajar dan mengajar adalah dua proses yang mempunyai hubungan sangat erat dalam dunia pengajaran. Belajar biasanya dikhususkan kepada siswa dan mengajar kepada guru. Keduanya baik guru maupun siswa biasa melakukan kedua hal itu, baik belajar maupun mengajar atau dalam perkataan saling belajar dan saling mengajar. Belajar dan mengajar terjadi baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah dalam arti formal, sedangkan di luar sekolah biasa berupa bimbingan lanjutan dari sekolah atau terlepas dari sekolah.
35
2. Pembelajaran Seni Rupa dalam Konteks Kurikulum Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni rupa di Sekolah Dasar dilaksanakan melalui mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertangkes). Kertangkes pada Sekolah Dasar meliputi : seni rupa, seni musik, seni tari. Kerajinan Tangan dan Kesenian bertujuan untuk menumbuhkan kepekaan rasa keindahan (estetika) dan artistik sehingga membentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis. Muara dari tujuan tersebut adalah usaha ke arah pengembangan budaya bangsa. Pendidikan seni rupa pada Sekolah Dasar lebih diutamakan pada pembentukan kesadaran estetis terhadap diri dan lingkungannya melalui kegiatan seni yang ekspresif kreatif. Dalam kurikulum 2004, pendidikan seni rupa memiliki kompetensi standar sebagai berikut: 1. siswa mampu menggunakan kepekaan inderawi dan intelektual dalam 2. memahami, mempresentasi tentang keragaman gagasan, teknik, materi dan keahlian berkarya seni rupa dua dimensi (berukuran bidang) dan tiga dimensi (berukuran ruang/isi) baik karya seni Nusantara maupun mancanegara. 3. siswa mampu menggunakan rasa estetika dalam mempersepsi, memahami, menanggapi, merefleksi, menganalisis, dan mengevaluasi karya seni rupa Nusantara dan mancanegara sesuai dengan konteks sosial dan budaya.
36
4. siswa mampu berekspresi karya seni rupa dengan beragam teknik dan media seni rupa Nusantara dan mancanegara. 5. siswa mampu mengkomunikasikan gagasan, teknik, materi, dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara dan mancanegara melalui kegiatan pameran dan pagelaran. Dalam pelaksanaannya kurikulum pendidikan seni rupa masih adanya keterbatasan-keterbatasan
dalam
pelaksanaannya,
baik
menyangkut
kemampuan guru maupun kebijaksanaan sekolah dalam melaksanakan mata pelajaran KTK. Meskipun secara jelas dinyatakan bahwa pembelajaran seni rupa menyangkut tiga aspek namun dalam pelaksanaannya sangat menekankan kepada aspek psikomotorik yaitu dengan lebih banyak kompetensi berkarya. 3. Tujuan Pendidikan Seni Rupa di SD Tujuan pendidikan seni rupa di sekolah dasar di Indonesia tercantum pada GBPP, yaitu siswa memiliki pengetahuan, pengalaman dan kemauan keras berkarya dan berolah seni, serta kepekaan artistik sebagai dasar berekspresi pada budaya bangsa. Tujuan tersebut pada dasarnya adalah menyiapkan anak untuk berpengetahuan, berkecakapan dan berkemampuan dalam tingkat dasar agar kelak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Bila tidak dapat melanjutkan mereka harus mampu terjun ke masyarakat dengan keterampilan yang telah diperolenya dari sekolah
37
4. Pembelajaran Seni Rupa di SD Setiap siswa yang kita hadapi, selain merupakan individu, juga suatu totalitas yang kompleks. Pada diri siswa dapat dikenali sejumlah kecakapan, yang biasanya terwujud dalam bentuk kekurangan ataupun kelebihannya. Dalam kegiatan pembelajaran, kecakapan-kecakapan inilah yang harus dilatih. Bagi siswa yang lemah perlu dicermati, yang memiliki kelebihan perlu diarahkan dan dikembangkan. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain : (a). kecakapan nalar, (b). kecakapan yang bersifat indrawi, (c). kecakapan afektif, (d). kecakapn sosial, dan (e). kecakapan religius. Seluruh kecakapan tersebut mewakili aspek personal kehidupan manusia (a-c), dan sejajar dengan apa yang disajikan karya sastra pada umumnya (a-e) (Sumardi, 1992:200) Pada pembelajaran seni rupa, pengembangan kecakapan-kecakapan dilaksanakan secara terpadu melaui sebuah proses penggarapan rupa dari awal pelatihan hingga sebuah cerita seni rupa dipentaskan. Kecakapankecakapan tersebut hendaknya dikembangkan dengan pertimbangan berbagai aspek sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Peran guru tidak semata sebagai orang yang serba tahu, melainkan sebagai mediator dalam memberikan arahan pemeranan terhadap siswa. Efektivitas pembelajaran seni rupa, terutama ditentukan oleh corak jalinan komunikasi antara guru dan siswanya. Jika upaya untuk menjalin komunikasi tersebut berhasil (positif), maka terbukalah kepercayaan siswa terhadap guru, yang selanjutnya siswa akan membuka diri secara lugas. Inilah yang dapat dipakai sebagai model berharga dalam pembelajaran seni rupa.
38
Profesi guru sangat
identik dengan peran mendidik seperti
membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak. Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah: 1. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai 2. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan 3. Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran 4. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan 5. Kemampuan mengorganisir dan problem solving 6. Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik Beberapa ciri-ciri guru profesional, yaitu : 1. Selalu punya energi untuk siswanya Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.
39
2. Punya tujuan jelas untuk pelajaran Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas. 3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas. 4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas 5. Bisa berkomunikasi dengan baik orang tua Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter. 6. Punya harapan yang tinggi pada siswanya Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
40
7. Pengetahuan tentang Kurikulum Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu. 8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif. 9. Selalu memberikan yang terbaik untuk Anak-anak dan proses Pengajaran Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anakanak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa. 10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya. Disarikan dari situs (Apple for the teacher)
41
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas tahun atau dua belas tahun. Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya, perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan kepribadian dan perkembangan fisik anak. Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah. Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas lima, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan. Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun)
42
atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6 tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap halhal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama. Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional
maupun
pertumbuhan
badaniyah,
di
mana
kecepatan
pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anakanak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
43
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru dituntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik, menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari, sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. 5. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan CTL dan PAKEM 1. Kelebihan CTL (Contextual Teaching and Learning). • Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. • Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme
siswa
diharapkan
belajar
melalui
”mengalami”bukan”menghafal”. 2. Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning). • Guru lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah
44
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. • Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 3. Kelebihan
Pakem
(Pembelajaran
Aktif,
Kreatif,
Efektif,
dan
Menyenangkan). • Pembelajaran lebih menarik/rekreatif. Dengan kata lain, pembelajaran dengan menggunakan metode PAKEM dirasa lebih menyenangkan. Penggunaan beberapa media dan sumber pembelajaran yang beragam dalam metode PAKEM sangat membantu siswa untuk mempermudah proses belajarnya. Dalam metode pembelajaran ini, siswa juga diberi kesempatan untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa
memiliki
kesempatan
untuk
mengungkapkan
gagasan-
45
gagasannya dan mengembangkan keterampilannya. Kemampuan berpikir siswa dan karya-karyanya sangat dihargai sehingga sangat memotivasi siwa untuk belajar dengan lebih baik lagi. • Pembelajaran lebih variatif. Dengan kata lain, metode pakem ini memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk menciptakan suasana pembelajaran dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, tidak monoton dengan satu metode pembelajaran. Dan dalam beberapa hal pula, seseorang siswa dapat melakukan kegiatan melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara kemudian mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri. 4. Kelemahan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) Dalam pembelajaran Model Pakem, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternatif yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkat multimedia seperti ICT sungguh sangat ideal, tetapi
tidak
semua
sekolah
mampu
mengaksesnya.
Hal ini jelas sekali dapat menjadi sebuah boomerang bagi guru, ketika seorang guru tidak memiliki kemampuan untuk memanajemen dan menguasai hal-hal yang harus ada untuk melakukan metode pembelajaran pakem. Guru yang tidak memiliki daya kreasi yang tinggi tidak akan mampu melakukan metode pembelajaran Pakem dengan baik di dalam kelas.
46
5. Saran agar tercipta situasi pembelajaran yang efektif : • CTL (Contextual Teaching and Learning) Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru harus memahami tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar tehadap gaya belajar siswa. Jika hal ini dapat dilakukan oleh guru maka pembelajaran dengan metode CTL dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sebelumnya. Karena yang perlu ditekankan disini adalah metode ini menganut aliran konstruktivis, dimana siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Selain itu, siswa bukan lagi dipandang sebagai wadah kosong yang pasif melainkan suatu individu yang juga memiliki kemampuan untuk menggali pengetahuan tentunya dibarengi dengan bimbingan karena siswa masih berada dalam tahap perkembangan. • PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) Dalam metode ini hal yang paling mendasar yang harus dilakukan oleh guru adalah merubah cara pikirnya bahwasanya pembelajaran tidak hanya membutuhkan penguasaan terhadap materi secara verbal namun
membutuhkan
daya
kreativitas
yang
tinggi
untuk
mempermudah belajar siswa dan merubah pandangan bahwa belajar hanyalah ritual yang membosankan. Karena Pelaksanaan Pakem juga memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, dan bukan semata potensi akademiknya.
47
Proses pembelajaran akan berlangsung seperti yang diharapkan dalam Pakem jika peran guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Perlu dicatat bahwa tugas dan tanggung jawab utama para guru dalam paradigma baru pendidikan ”bukan membuat siswa belajar” tetapi ”membuat siswa mau belajar”, dan juga ”bukan mengajarkan mata pelajaran” tetapi ”mengajarkan cara bagaimana mempelajari mata pelajaran ”. Prinsip pembelajaran yang perlu dilakukan: ”Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti”. (Dikutip dari http://andiborneo.blogspot.com)D o
B. Kajian Empiris Penelitian
yang
berjudul
Implementasi
Pendekatan
CTL
Untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Di Sekolah Dasar menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas V SD 3 Sambangan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya peningkatan skor rata-rata kelas dari 6,29 pada siklus I menjadi 7,45 pada siklus II. Meskipun ketuntasan belajar belum
48
memenuhi tuntutan kurikulum yaitu minimal 85% tetapi ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari 52,94% pada siklus I menjadi 79,41% pada siklus II. Rerata tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan adalah 43,29 yang tergolong sangat positif. Penelitian yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Sd Negeri Wates Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sebagai Implementasi Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) menunjukkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Wates pada pokok bahasan bangun datar. Nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 7,2 dengan ketuntasan belajar adalah 78,5%. Penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Keterampilan Mendeskripsi Secara Tertulis Pada Siswa Kelas Ii Sd Negeri 3 Banjaran menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa dalam menulis deskripsi menunjukkan hasil baik pada lembar penilaian. Dengan demikian, setiap siswa dapat mencapai nilai 70 sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis untuk kelas II semester II SD N 3 Banjaran tahun ajaran 2007/2008. Penelitian yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelestarian Hewan Dan Tumbuhan Di Kelas Vi menunjukkan bahwa hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai pada saat pretes sebesar 48,06 dan meningkat menjadi 69,35 pada siklus I kemudian pada hasil tes siklus II meningkat menjadi 79,68. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I, tingkat ketuntasan belajar mencapai 61,29% dan tingkat
49
ketercapaian tes hasil belajar sebesar 60%yang berarti secara keseluruhan siswa belum mencapai standar ketuntasan belajar. Pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 93,55% dan tingkat ketercapaian tes hasil belajar mencapai 90% atau dengan kata lain setelah dilakukan siklus II siswa secara keseluruhan telah mencapaistandar ketuntasan belajar diatas 70% Penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Bangun Ruang Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas V SD Negeri 02 Kayen, Pati) menunjukkan bahwa : (1) tingkat keaktifan siswa meliputi: a) keaktifan siswa mengerjakan soal-soal meningkat dari (21,9%) menjadi (73,2%), b) menjawab pertanyaan guru/mengerjakan soal ke depan meningkat dari (9,76%) menjadi (46,3%), c) keaktifan siswa yang maju ke depan kelas untuk menjelaskan pada siswa lain meningkat dari (7,32%) menjadi (24,4%), d) Siswa yang aktif memberikan tanggapan tentang jawaban siswa lain meningkat dari (7,32%) menjadi (14,6%), e) keaktifan siswa mengajukan ide/tanggapan pada guru meningkat dari (7,32%) menjadi (12,2%), f) Siswa yang aktif membuat kesimpulan materi baik secara kelompok atau mandiri meningkat dari (9,76%) menjadi (21,2%), g) aktif memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar meningkat dari (17,1%) menjadi (48,8%), (2) hasil belajar siswa yang mendapatkan nilai ≥60 meningkat dari (29,3%) menjadi (41,5%).Kesimpulan penelitian ini adalah penguasaan konsep matematika siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat
ditingkatkan
contexstual teaching and learning (CTL).
melalui penerapan pendekatan
50
Penelitian
yang
berjudul
Implementasi
Pendekatan
CTL
Untuk
Meningkatkan Kemampuan Kreativitas Siswa menunjukkan bahwa dapat meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dalam menulis puisi. Hal ini terlihat dari hasil observasi pada presentasi-penampilan dalam setiap pertemuan dengan aspek kemampuan kreativitas dalam presentasi puisi, yaitu kepercayaan diri, kekuatan penjiwaan, kejelasan lafal kata-kalimat, intonasi, ekspresi, apresiasi, gerak fisik, mimik muka, pengendalian diri, dan penggunaan media menunjukkan nilai rerata yang makin meningkat. Hal ini terlihat dari hasil angket yang diisi oleh siswa, dengan pengolahan data menggunakan skala Likert, mempunyai nilai rerata 4,6 jadi mendekati nilai sangat baik (5) 11. Penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pembagian Siswa Kelas II SDN Puspo V Kabupaten Pasuruan menunjukkan bahwa : (1) pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dalam pembelajaran tentang penguasaan konsep pembagian belum memperoleh hasil yang maksimal dari 18 siswa dan ketuntasan individu 60%, 6 siswa dikategorikan tuntas, 12 siswa dikategorikan belum tuntas, sedangkan untuk ketuntasan kelas 70% dengan nilai rata-rata 58,1, nilai tertinggi 81, dan nilai terendah 41, (2)penerapan pembelajaran kontekstual menjadikan siswa aktif dan siswa memperoleh pengalaman belajar dengan mengalami sendiri, (3)penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep pembagian siswa kelas II SDN Puspo V. Dengan demikian penerapan pembelajaran kontekstual bisa diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika pada materi pembagian.
51
Penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual Pada Pembelajaran Matematika Di Kelas II Madrasah Ibtidaiyah (Mi) Wahid Hasyim menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa kelas II MI Wahid Hasyim mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata persentase aktivitas belajar siswa siklus II sebesar 8,75% yakni dari 71,25% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II askor rata-rata sebesar 47 dengan kategori amat baik. Penelitian yang berjudul Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Siswa Melalui Penerapan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI di SD Negeri Malang. Menunjukkan bahwa pada siklus I siswa mengalami ketuntasan belajar 65,68 % dan motivasi belajar 70,42 %. Pada siklus II, ketuntasan belajar 85,85 % dan motivasi belajar 81,69 %. Penelitian yang berjudul Penerapan Metode CTL Pada Mata Pelajaran PKn Sebagai Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SDN 2 Kelet Keling Jepara. Menunjukkan bahwa hasil penilitian pada siklus I diperoleh rata-rata 65,6 dengan ketuntasan belajar 40%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 76,5 dengan ketuntasan belajar 75%, sedangkan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata 88 dengan ketuntasan belajar 90%. Penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Pada Siswa Kelas II SDN Kalipucang Wetan Welahan Jepara. Menunjukkan bahwa prosentase aktivitas siswa dari sepuluh aktivitas pada siklus I masih rendah yaitu 58% dengan kategori cukup, pada siklus
52
II rata-rata dari sepuluh aktivitas naik mencapai 80% dengan kategori baik. Hasil belajar siklus I rata-rata 66,29 dan hasil siklus II rata-ratanya mencapai 84,81%. Penelitian
yang
berjudul Implementasi Pendekatan
CTL
Unrtuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Pengamatan Pada Siswa Kelas V SD Negeri Tinggarjaya. Menunjukkan bahwa adanya peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 70,38 dan pada siklus II sebesar 92,31. Aktivitas siswa dalam pembelajaran menunjukkan skor rata-rata siklus I sebesar 64 dengan kategori baik dan siklus II sebesar 86 dengan kategori sangat baik.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dapat diketahui bahwa kurangnya kemampuan dan kecakapan guru dalam pembelajaran seni rupa umumnya tidak berjalan secara maksimal dan kurang memanfaatkan bahan dari alam maupu bahan sisa, tetapi lebih menekankan dengan menggunakan bahan yang dibeli dari toko dengan harga mahal, melainkan dengan memanfaatkan bahan alam dan bahan sisa yang ada dilingkungan sekitar siswa khususnya kelas V. Disamping tidak memerlukan biaya yang banyak dan lebih mudah mendapatkan bahan-bahan tersebut, juga nilai karya seni yang dihasilkan lebih mempunyai nilai artistik yang tinggi dan lebih bisa meningkatkan kreativitas siswa. Dengan pembuatan karya seni yang berupa pembuatan topeng dari bahan-bahan alam maupun bahan-bahan sisa tersebut dan yang lebih penting dapat diterima siswa, baik dari sisi edukatif, sosila budaya, moral dan dapat membawa siswa ke arah pengembangan diri secara optimal sebagaimana yang diamanatka oleh tujuan kurikulum pendidikan seni rupa dan pendidikan seni.
53
Dengan membuat topeng melaui figure atau motif manusia, yaitu khususnya bentukbentuk ekspresi wajah manusia, mulai dari mulut, bibir, gigi, lidah, hidung, pipi, mata, alis, dahi, dagu, telinga, jenggot, dan rambut. Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas, anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas. Peristiwa penting pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah. Sedang menurut Thornburg (1984) anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberaniannya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental mengarah yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial meningkat. Anak kelas empat, memilki kemampuan tenggang rasa dan kerja sama yang lebih tinggi, bahkan ada di antara mereka yang menampakan tingkah laku mendekati tingkah laku anak remaja permulaan. Menurut Piaget ada lima faktor yang menunjang perkembangan intelektual yaitu : kedewasaan (maturation), pengalaman fisik (physical experience), penyalaman logika matematika (logical mathematical experience), transmisi sosial (social transmission), dan proses keseimbangan (equilibriun) atau proses pengaturan sendiri (self-regulation ) Erikson mengatakan bahwa anak usia sekolah dasar tertarik terhadap pencapaian hasil belajar. Piaget mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak yaitu : (a) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, (b) tahap operasional usia 2-6
54
tahun, (c) tahap opersional kongkrit usia 7-11 atau 12 tahun, (d) tahap operasional formal usia 11 atau 12 tahun ke atas. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak menghadap tugastugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama. Seperti dikatakan Darmodjo (1992) anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami perrtumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah, di mana kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama. Hal ini mengingat periode perkembangan anak usia SD khusunya kelas V adalah masa permulaan Realisme (9-11 tahun). Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal perlu adanya inovasi pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran CTL. Dengan penerapan pendekatan
55
CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. Hal tersebut dapat digambarkan bagan berikut : Kondisi Awal a. b. c. d. e.
Guru sebagai sumber utama belajar Siswa kurang aktif dan kreatif Model pembelajaran yang digunakan adalah konvensioanal (tradisional) Kurang memanfaatkan bahan alam dan bahan sisa Penilaian pada hasil karya
Penerapan CTL a. Pembelajaran berpusat pada siswa b. Guru sebagai motivator, fasilitator dan pembimbing c. Memanfaatkan bahan alam dan bahan sisa dari lingkungan sekitar maupun sekolah d. Penilaian proses dan hasil karya e. Saling menunjang dengan kehidupan siswa
Hasil Penerapan CTL a. b. c. d. e. f.
Siswa lebih aktif dan kreatif Pembelajaran berpusat pada anak Adanya peningkatan kreativitas siswa Siswa menemukan sendiri ide-ide kreatifnya Siswa mengetahui bentuk-bentuk hasil karya yang lebih kreatif Siswa mendapat pengetahuan baru dalam pembuatan topeng PEMBELAJARAN SENI RUPA MEMBUAT TOPENG
56
D. Hipotesis Tindakan Dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran seni rupa dengan pembuatan topeng dari bahan-bahan alam maupun bahan-bahan sisa secara optimal, diharapkan adanya peningkatan siswa dalam kreatifitasnya dengan pemanfaatan bahan alam dan bahan sisa dari lingkungan dan hasil karya yang mempunyai nilai artistik yang tinggi.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap seperti pada tabel di bawah ini : TABEL I : PROSEDUR PELAKSANAAN PTK Perencanaan
Tindakan
Observasi
Merefleksi
Menurut Tanggar (1988), prosedur pelaksanaan PTK mencangkup : 1. Penetapan Fokus Masalah Penelitian a. Merasakan adanya masalah b. Analisis masalah c. Perumusan masalah 2. Perumusan Tindakan a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran b. Mempersiapkan fasilitas dan saran pendukung yang diperlukan c. Mempersiapkan instrument d. Melaksanakan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan 3. Pelaksanaan Tindakan Meliputi siapa, melakukan apa, kapan, dimana, dan bagaimana melakukannya
57
58
4. Pengamatan Interpelansi Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan tindakan 5. Refleksi Dilakukan analisis data mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Rancangan penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian tindakan kelas. Adapun prosedur utama yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas menggunakan daur ulang/siklus yang digambarkan sebagai berikut: PERENCANAAN
TINDAKAN
OBSERVASI
PERENCANAAN (Perbaikan Rencana)
REFLEKSI TINDAKAN
OBSERVASI REFLEKSI
seterusnya hingga mencapai tujuan akhir atau memproses
hasil yang memuaskan (Suyanto, 1997)
1. Prosedur / Langkah-langkah PTK Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah PTK penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan pembelajaran atau peningkatan kretivitas. Adapun langkah-langkah PTK meliputi : a. Perencanaan
59
Perencanaan awal berupa telaAh terhadap mata pelajaran seni, khususnya seni rupa di kelas V. Kemudian penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi membuat topeng. Peneliti merencanakan tindakan dalam 3 siklus pada tiap siklus, 2 jam pelajaran dan dilaksanakan dalam
1
kali
pertemuan.
Setiap
pertemuan
menggunakan
model
pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dengan mengimplementasikan dari perencanaan tindakan yang telah disiapkan yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching & Learning (CTL) yang diuraikan dalam siklus I, siklus II, dan siklus III. c. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan guru mitra untuk mengamati tingkah laku dan sikap guru dan siswa dalam pembelajaran seni rupa membuat topeng dari bahan alam maupun bahan sisa yang menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL). d. Refleksi Setelah mengkaji hasil kegiatan belajar siswa dan menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja, maka peneliti memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya agar pelaksanaannya lebih efektif.
60
B. Perencanaan Tahap Penelitian 1. Perencanaan Siklus I a. Perencanaan 1) Menyusun RPP 2) Membuat dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran 3) Membuat lembar observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan 4) Menyusun alat evaluasi b. Pelaksanaan tindakan Sebelum pembelajaran pada siklus I dilaksanakan, siswa diberi penjelasan tentang proses pembuatan topeng dengan pemilihan model topeng dan mempersiapkan bahan-bahan apa saja yang akan digunakan. Langkah-langkah tindakan : 1) Siswa mempersiapkan alat dan bahan-bahan 2) Siswa melaksanakan pembuatan topeng berdasarkan alat dan bahannya 3) Guru mengobservasi 4) Guru menilai hasil kerja siswa dari mulai proses dan hasil karya. c. Observasi 1) Mengamati perilaku siswa sesuai dengan lembar observasi 2) Memantau cara kerja siswa 3) Mengamati proses pembuatan topeng 4) Mengamati kreativitas pembuatan topeng d. Refleksi 1) Mengevaluasi setiap hasil observasi siswa
61
2) Menganalisis hasil pembelajaran dalam membuatan topeng 3) Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya jika masih belum sesuai dengan indikator keberhasilan 2. Perencanaan Siklus II a. Perencanaan 1) Menyusun RPP 2) Membuat dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran 3) Membuat lembar observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan 4) Menyusun alat evaluasi b. Pelaksanaan tindakan Langkah-langkah tindakan : 1) Siswa mempersiapkan alat bahan-bahan 2) Siswa melaksanakan pembuatan topeng berdasarkan alat dan bahannya 3) Guru mengobservasi 4) Guru menilai hasil kerja siswa dari mulai proses dan hasil karya. c. Observasi 1) Mengamati perilaku siswa sesuai dengan lembar observasi 2) Memantau cara kerja siswa 3) Mengamati proses pembuatan topeng 4) Mengamati kreativitas karya topeng d. Refleksi a) Mengevaluasi setiap hasil observasi b) Menganalisis hasil pembelajaran dalam membuat topeng
62
a) Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya jika masih belum sesuai dengan indikator keberhasilan 3. Perencanaan Siklus III a. Perencanaan 1) Menyusun RPP 2) Membuat dan menyiapkan alat peraga dan media pembelajaran 3) Membuat lembar observasi sebagai pedoman pengamatan kegiatan 4) Menyusun alat evaluasi b. Pelaksanaan tindakan Langkah-langkah tindakan : 1) Siswa mempersiapkan alat bahan-bahan 2) Siswa melaksanakan pembuatan topeng berdasarkan alat dan bahannya 3) Guru mengobservasi 4) Guru menilai hasil kerja siswa dari mulai proses dan hasil karya. c. Observasi 1) Mengamati perilaku siswa sesuai dengan lembar observasi 2) Memantau cara kerja siswa 3) Mengamati proses pembuatan topeng 4) Mengamati kreativitas karya topeng d. Refleksi 1) Mengevaluasi setiap hasil observasi 2) Menganalisis hasil pembelajaran dalam membuat topeng
63
3) Memperbaiki kelemahan untuk siklus berikutnya jika masih belum sesuai dengan indikator keberhasilan
C. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 3 Srikandang dengan jumlah siswa 20, terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan
D. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara pada semester 2 tahun pelajaran 2010/2011.
E. Data dan Tekhnik Pengumpulan Data a. Jenis data 1) Data kuantitatif yaitu berupa data yang menunjukkan jumlah yang dapat dihitung, seperti nilai hasil proses pembuatan topeng. Data kualitatif yaitu nilai hasil karya siswa dalam membuat topeng. b. Sumber data 1) Dalam penelitian tindakan kelas ini, sumber dan data berasal dari hasil observasi, karya siswa kelas V dan guru mitra. c. Tekhnik pengumpulan data
64
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan penilaian autentik (observasi), penilaian yang berhubungan langsung dengan siswa, misalnya : nilai proses kegiatan siswa. Dan penilaian hasil akhir yaitu data nilai hasil karya siswa dalam pembuatan topeng. Menurut H. M Burhan Bungin, (2008:115-117) beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif adalah proses kegiatan siswa. Penggunaan observasi yang paling efektif adalah dengan melengkapi format atau balngko pengamatan sebagai instrument. Format yang disusun berisi item-item tentang proses kegiatan siswa yang dibambarkan akan terjadi. 1. Reduksi Data Reduksi
data
merupakan
proses
seleksi,
pemfokusan,
penyederhanaan dan abstraksi (dari data kasar) yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang bahkan dimulai sebelum proses pengumpulan data. Reduksi data sesungguhnya, sudah dimulai sejak peneliti mengambil keputusan (walaupun masih berupa dugaan) berkenaan dengan kerangka kerja konseptual, kasus, pertanyaan yang diajukan, dan cara pengumpulan data yang digunakan 2. Sajian Data Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data penganalisis akan memahami apa yang terjadi, serta memberikan peluang bagi
65
penganalisis untuk mengerjakan sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan gambaran yang jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisiensi dan efektivitas dari satuan sajian informasi yang akan disampaikan.
F. Teknik Analisis Data Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis uji. Adapun kriteria pengkategorian masing-masing data adalah: a. Data kreativitas membuat topeng dengan cara sebagai berikut : n Persentase % = ------- x 100% N Keterangan : n = jumlah nilai total N = jumlah siswa % = Tingkat keberhasilan (Arikunto, 1997 : 250 ) Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan table kriteria diskriptif persentase seperti table berikut : TABEL 1.1 : KLASIFIKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria
Nilai persentase
Penafsiran
Baik sekali
86 % - 100 %
Hasil belajar baik sekali
66
Baik
71 % - 85 %
Hasil belajar baik
Cukup
56 % - 70 %
Hasil belajar cukup
Kurang
41 % - 55 %
Hasil belajar kurang
Sangat kurang
< 40 %
Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas, 2002: 4) Data aktifitas guru :
a Persentase % = ------- x 100% B
Keterangan : a = frekuensi yang muncul B = waktu yang digunakan untuk mengamati aktivitas guru selama KBM % = tingkat keberhasilan (Pedoman PKM, 2008 : 8 ) b. Kreatifitas membuat topeng dan hasil karya digunakan untuk penentuan nilai hasil akhir.
G. Indikator Keberhasilan Yang menjadi indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah : Terjadinya perubahan tingkat kreatifitas siswa pada pembelajaran seni rupa dalam membuat topeng dengan menggunakan model pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL). 1. Nilai Hasil Pengamatan Proses
67
TABEL 1.2 Aspek Yang Diamati
Nama No
Jml Nilai Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Rata-rata Keterangan : 1 : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2 : Pemotongan bahan 3 : Pembuatan pola bentuk topeng 4 : Pembentukan topeng 5 : Pemfokusan siswa dalam pembuatan topeng 6 : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7 : Merangkai dalam pembuatan topeng 8 : Keterampilan dalam menghias topeng 9 : Ketelatenan pembuatan topeng (Pedoman PKM : 2008 : 51) TABEL 1.3 KRITERIA : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat Baik
Data aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : n Persentase (%) =
x 100 % N
68
Keterangan : n : Jumlah nilai total N : Jumlah siswa % : Tingkat keberhasilan siswa (Arikunto, 1997 : 250 ) TABEL 1.4 : KLASIFIKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria
Nilai persentase
Penafsiran
Baik sekali
86 % - 100 %
Hasil belajar baik sekali
Baik
71 % - 85 %
Hasil belajar baik
Cukup
56 % - 70 %
Hasil belajar cukup
Kurang
41 % - 55 %
Hasil belajar kurang
Sangat kurang
< 40 %
Hasil belajar sangat kurang
(Depdiknas, 2002: 4)
2. Nilai Hasil Karya Siswa TABEL 1.5 : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA Aspek Yang Dinilai No
Nama Siswa
Jml 1
2
3
Rata-rata Keterangan : 1.
Kreativitas atau kreasi
2.
Penyusunan benda-benda menjadi topeng
4
Nilai
69
3.
Pemilihan benda dan warna menjadi topeng
4.
Merekat benda-benda menjadi topeng
( Buku penilaian IIA, 2007:22) 3. Hasil Akhir Kreativitas Siswa TABEL 1.6 : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA No
Nilai
Nilai
Nilai
Persentase
Proses
Karya
Akhir
(%)
Nama Siswa
Jumlah
Nilai Akhir =
Nilai Proses + Nilai Karya 2
(Buku Penilaian II A, 2007:24)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus. Gambaran data hasil
penelitian dari masing-masing siklus tentang Meningkatkan Kreatifitas Membuat Topeng Dari Bahan Alam Dan Bahan Sisa Melalui Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di Kelas V SDN 3 Srikandang Bangsri Jepara akan dipaparkan sebagai berikut : 1. Kegiatan Siklus I a. Paparan Hasil Belajar 1.
Perencanaan 1) Penentuan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam meningkatkan kretivitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa di kelas V SDN 3 Srikandang yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun materi tersebut adalah “membuat topeng”. 2) Menyiapkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa dan lembar penilaian siswa yaitu lembar observasi dan lembar hasil karya siswa.
70
71
3) Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa. 4) Mempersiapkan lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa dan kreativitasnya dalam pembuatan topeng dari bahan alam maupun bahan sisa melalui pendekatan CTL. 2.
Tindakan 1) Guru memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa sebagai bahan inspirasi siswa dalam membuat topeng. 2) Guru menyuruh siswa menyiapkan bahan dan alat yang telah disiapkan untuk membuat topeng. 3) Guru menyuruh siswa melaksanakan pembuatan topeng
3.
Observasi Pada tahap observasi tindakan Siklus I ini, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan aktivitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa dalam pembelajaran seni rupa melalui pendekatan CTL di kelas V. Dan observer meniliti proses kinerja peneliti dalam pelaksanakan pembelajaran seni rupa dalam membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa. Adapun aspek-aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi penilaian proses dan nilai hasil karya siswa dalam pembelajaran seni rupa di kelas V antara lain :
72
A. HASIL KARYA SISWA MEMBUAT TOPENG DARI BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA No
Nama Siswa
1
Yesi Ayu Wahyuni
2
Eka Yuyun Faris D
3
4
5
6
Didik Suryadi
Arya Prastya
Iin Fani Nurliana
Ahmad Nur Fais
Karya Siswa
73
7
Anita Widi Pratiwi
8
Fitri Kurniawati
9
Endang Malikatin
10
Ardiana Nur Safita
11
Lukman Hakim
12
Aldika M. Arif
13
Celvin Nanda Wijaya
74
14
Eka Fatmawati
15
Heru Efendi
16
Iis Afriyanti
17
Iis Afriyana
18
Kasrotun Afifah Nurul
19
Hidayatul Nisa
20
Rofi’i
75
B. LEMBAR HASIL PENGAMATAN PENILAIAN PROSES Lembar hasil pengamatan penilaian proses dapat dilihat dari table berikut : TABEL 1.7 : LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES No
Nama Siswa
Aspek Yang Diamati 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jml
Nilai
1
Yesi Ayu Wahyuni
80 80 85 85 80 85 90
85
85
755
83,89
2
Eka Yuyun Faris D
80 80 80 85 85 85 90
80
80
745
82,78
3
Didik Suryadi
90 85 85 85 90 90 90
85
85
785
87,22
4
Arya Prastya
90 80 85 85 85 85 90
85
90
775
86,11
5
Iin Fani Nurliana
80 80 80 80 80 80 80
80
80
720
80,00
6
Ahmad Nur Fais
90 80 85 90 85 85 85
85
85
770
85,56
7
Fitri Kurniawati
80 80 85 85 85 85 85
80
80
745
82,78
8
Anita Widi Pratiwi
80 80 85 80 85 80 80
80
80
730
81,11
9
Endang Malikatin
80 80 80 80 80 80 80
80
80
720
80,00
10
Ardiana Nur Safita
85 80 85 85 85 85 85
85
90
765
85,00
11
Lukman Hakim
90 85 85 90 85 90 90
85
85
785
87,22
12
Aldika M. Arif
90 85 85 85 85 85 85
85
85
770
85,56
13
Celvin Nanda Wijaya
90 85 85 85 85 85 85
90
90
780
86,67
14
Eka Fatmawati
80 80 80 85 85 85 80
85
85
745
82,78
15
Heru Efendi
80 85 80 85 80 85 85
85
85
750
83,33
16
Iis Afriyanti
90 80 85 90 85 90 90
80
80
770
85,56
17
Iis Afriyana
80 80 85 85 85 85 85
85
80
750
83,33
18
Kasrotun Afifah
90 80 85 85 80 85 85
80
85
755
83,89
19
Nurul Hidayatul Nisa
85 80 85 90 85 90 90
85
90
780
86,67
20
Rofi'
80 75 80 80 80 80 75
75
80
705
78,33
Rata-rata Keterangan : 1 : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2 : Pemotongan bahan 3 : Pembuatan pola bentuk topeng
83,89
76
4 : Keahlian pembentukan topeng 5 : Pemfokusan dalam pembuatan topeng 6 : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7 : Perangkaian dalam pembuatan topeng 8 : Keterampilan dalam menghias topeng 9 : Ketelatenan pembuatan topeng
DARI TABEL KRITERIA 1.8 : Jumlah Skor Kategori 0 – 50% Jelek 51 – 64% Kurang 65 – 70% Sedang 71 – 84% Baik 85 – 100% Sangat baik Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1667,78
x 100 %
20 = 83,89 % Dilihat dari table kriteria dan kategorinya, hasil pengamatan penilaian proses adalah 83,89 % yang dikategorikan baik. C. NILAI HASIL KARYA SISWA Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : 1. Kreativitas atau kreasi 2. Penyusunan benda-benda menjadi topeng 3. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng
77
4. Merekat benda-benda menjadi topeng TABEL 1.9 : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA No
Aspek Yang Dinilai
Nama Siswa
1
2
3
4
Jml
Nilai
1
Yesi Ayu Wahyuni
85
90
80
90
345
86,25
2
Eka Yuyun Faris D
80
90
80
90
340
85
3
Didik Suryadi
85
90
90
90
355
88,75
4
Arya Prastya
90
90
80
90
350
87,5
5
Iin Fani Nurliana
80
80
80
80
320
80
6
Ahmad Nur Fais
85
85
90
85
345
86,25
7
Fitri Kurniawati
80
85
80
85
330
82,5
8
Anita Widi Pratiwi
80
80
80
80
320
80
9
Endang Malikatin
80
80
80
80
320
80
10
Ardiana Nur Safita
90
85
85
85
345
86,25
11
Lukman Hakim
85
90
90
90
355
88,75
12
Aldika M. Arif
85
85
90
85
345
86,25
13
Celvin Nanda Wijaya
90
85
90
80
345
86,25
14
Eka Fatmawati
85
85
80
80
330
82,5
15
Heru Efendi
85
85
80
85
335
83,75
16
Iis Afriyanti
80
90
90
90
350
87,5
17
Iis Afriyana
80
85
80
90
335
83,75
18
Kasrotun Afifah
85
85
90
85
345
86,25
19
Nurul Hidayatul Nisa
90
90
85
90
355
88,75
20
Rofi'
80
80
80
75
315
78,75
Rata-rata
84,75
Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1695 x 100%
78
20 = 84,75 %
DARI TABEL KRITERIA 2.1 : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Menurut table kriteria tingkatan dan kategorinya, hasil penilaian karya siswa adalah 84,75 % yang dikategorikan baik.
D. HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA TABEL 2.2 : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA
No
Nama Siswa
Nilai Proses
Nilai Hasil Karya
Nilai Akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati
83,89 82,78 87,22 86,11 80 85,56 82,78 81,11 80 85 87,22 85,56 86,67 82,78
86,25 85 88,75 87,5 80 86,25 82,5 80 80 86,25 88,75 86,25 86,25 82,5
85,07 83,89 87,98 86,8 80 85,9 82,64 80,55 80 85,62 87,98 85,9 86,46 82,64
Persentase (%)
= 1686,39 x 100% 20 = 84,31%
79
15 16 17 18 19 20
Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi’ Jumlah
83,33 85,56 83,33 83,89 86,67 78,33
83,75 87,5 83,75 86,25 88,75 78,75
83,54 86,53 83,54 85,07 87,71 78,54 1686,39
84,31%
TABEL 2.3 : KLASIFKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria
Nilai persentase
Penafsiran
Baik sekali
86% - 100%
Hasil belajar baik sekali
Baik
71% - 85%
Hasil belajar baik
Cukup
56% - 70%
Hasil belajar cukup
Kurang
41% - 55%
Hasil belajar kurang
Sangat Kurang
≤ 40%
Hasil belajar sangat kurang
Dari Tabel Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Presentase dapat disimpulkan bahwa persentase hasil akhir kreatifitas siswa adalah 84,31% itu menunjukkan bahwa kategori penafsirannya termasuk hasil belajar baik.
80
DIAGRAM 4. 1: PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I 1. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus II. Berikut ini akan dipaparkan hasil observasi siklus I mengenai kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa di kelas V dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dari hasil pengamatan penilaian proses dapat diperoleh hasil yang telah didapat adalah berupa hasil prosentase 83,89% yang menunjukan bahwa hasil belajar baik. 2. Dilihat dari nilai karya siswa menunjukkan rata-rata nilai siwa adalah 84,8%. Ini menunjukkan hasil belajar baik yang dapt dilihat dari table kriteria dan kategorinya. 3. Dari hasil nilai akhir kreativitas siswa menunjukkan bahwa tingkat persentase belajar siswa adalah 84,31% yang menurut klasifikasi kategori tingkatan persentase adalah hasil belajar baik. Untuk menuntaskan minimal hasil belajar yang menurut kategorinya adalah hasil belajar sangat baik dengan persentasenya minimal 86%. Dilihat dari hasil belajar yang diperoleh adalah hasil belajar baik yaitu 84,55%. Ini perlu adanya perbaikan
81
pembelajaran yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Yaitu dengan lebih meningkatkan kretivitas siswa membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL. Adapun beberapa cara dalam meningkatkan kreativitas tersebut adalah : 1. Guru memberikan penjelasan ulang dengan memberikan conto-contoh topeng yang ada dan yang telah dibuat oleh siswa itu sendiri dan bagaimana cara pembuatan topeng tersebut agar lebih mudah dibuat. 2. Menjelaskan bahan-bahan alam dan bahan sisa yang mudah untuk dibuat dalam membuat topeng 3. Memotivasi siswa dengan cara lebih bebas memilih dalam membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa yang telah dibuat sebelumnya. 4. Guru lebih mengontrol dan membimbing cara kerja siswa dalam membuat topeng.
2. Kegiatan Siklus II a.
Paparan Hasil Belajar 1. Perencanaan 1. Penentuan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam meningkatkan kretivitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran
82
seni rupa di kelas V SDN 3 Srikandang yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun materi tersebut adalah “membuat topeng”. 2. Menyiapkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa dan lembar penilaian siswa yaitu lembar observasi dan lembar hasil karya siswa. 3. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa. 4. Mempersiapkan lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati
kegiatan
siswa
dan
kreativitasnya
dalam
pembuatan topeng dari bahan alam maupun bahan sisa melalui pendekatan CTL. 2. Tindakan 1. Guru memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa sebagai bahan inspirasi siswa dalam membuat topeng. 2. Guru menyuruh siswa menyiapkan bahan dan alat yang telah disiapkan untuk membuat topeng. 3. Guru menyuruh siswa melaksanakan pembuatan topeng 3. Observasi Pada tahap observasi tindakan II ini, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan aktivitas membuat topeng dari bahan
83
alam dan bahan sisa dalam pembelajaran seni rupa melalui pendekatan CTL di kelas V. Dan observer meniliti proses kinerja peneliti dalam pelaksanakan pembelajaran seni rupa dalam membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa. Adapun aspek-aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi penilaian proses dan nilai hasil karya siswa dalam pembelajaran seni rupa di kelas V antara lain : A. HASIL KARYA SISWA MEMBUAT TOPENG DARI BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA No
Nama Siswa
1
Yesi Ayu Wahyuni
2
Eka Yuyun Faris D
3
4
Didik Suryadi
Arya Prastya
Karya Siswa
84
5
6
7
Iin Fani Nurliana
Ahmad Nur Fais
Anita Widi Pratiwi
8
Fitri Kurniawati
9
Endang Malikatin
10
Ardiana Nur Safita
11
Lukman Hakim
85
12
Aldika M. Arif
13
Celvin Nanda Wijaya
14
Eka Fatmawati
15
Heru Efendi
16
Iis Afriyanti
17
Iis Afriyana
18
Kasrotun Afifah Nurul
86
19
Hidayatul Nisa
20
Rofi’i
B. LEMBAR HASIL PENGAMATAN PENILAIAN PROSES Lembar hasil pengamata penilaian proses dapat dilihat dari table berikut : TABEL 2.4 : LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana
1 85 80 90 90 80 90 80 80 80 85 90 90 90 80 80 90 80
2 80 80 85 80 80 85 80 80 80 80 85 90 90 80 85 80 80
Aspek Yang Diamati 3 4 5 6 7 85 85 80 85 90 80 85 85 85 90 85 85 90 90 90 85 85 85 85 90 80 80 80 80 80 85 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85 80 85 80 80 80 80 80 80 80 85 85 85 85 85 85 90 85 90 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 80 85 85 85 80 85 85 80 85 85 85 90 85 90 90 85 85 85 85 85
8 85 80 85 90 80 90 80 85 85 85 90 90 90 85 90 80 85
9 90 80 90 90 80 90 80 85 85 85 90 90 90 85 90 85 85
Jml
Nilai
765 745 790 780 720 785 745 740 730 760 795 785 785 745 765 775 755
85,00 82,78 87,78 86,67 80,00 87,22 82,78 82,22 81,11 84,44 88,33 87,22 87,22 82,78 85,00 86,11 83,89
87
18 19 20
Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi'
90 85 80
80 85 75
85 85 85 90 80 80 Rata-rata
80 85 80
85 90 80
85 90 75
85 85 75
85 85 80
Keterangan : 1. : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2. : Pemotongan bahan 3. : Pembuatan pola bentuk topeng 4. : Keahlian pembentukan topeng 5. : Pemfokusan dalam pembuatan topeng 6. : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7. : Perangkaian dalam pembuatan topeng 8. : Keterampilan dalam menghias topeng 9. : Ketelatenan pembuatan topeng
DARI TABEL KRITERIA 2.5 : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1690 x 100 % 20 = 84,50 %
760 84,44 780 86,67 705 78,33 84,50
88
Dilihat dari table kriteria dan kategorinya, hasil pengamatan penilaian proses adalah 84,50% yang dikategorikan baik. C. NILAI HASIL KARYA SISWA Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : 1. Kreativitas atau kreasi 2. Penyusunan benda-benda menjadi topeng 3. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng 4. Merekat benda-benda menjadi topeng TABEL 2.6 : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA
1
Yesi Ayu Wahyuni
Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4 90 90 85 90
2
Eka Yuyun Faris D
80
90
80
90
340
85
3
Didik Suryadi
90
90
90
90
360
90
4
Arya Prastya
90
90
80
90
350
87,5
5
Iin Fani Nurliana
80
80
80
85
325
81,3
6
Ahmad Nur Fais
90
90
90
90
360
90
7
Fitri Kurniawati
80
85
80
85
330
82,5
8
Anita Widi Pratiwi
85
80
80
85
330
82,5
9
Endang Malikatin
80
80
80
85
325
81,3
10
Ardiana Nur Safita
85
85
85
85
340
85
11
Lukman Hakim
90
90
90
90
360
90
12
Aldika M. Arif
90
90
90
90
360
90
13
Celvin Nanda Wijaya
90
90
90
85
355
88,8
14
Eka Fatmawati
85
85
80
85
335
83,8
15
Heru Efendi
90
90
80
90
350
87,5
16
Iis Afriyanti
85
90
90
90
355
88,8
17
Iis Afriyana
85
85
80
90
340
85
No
Nama Siswa
Jml
Nilai
355
88,8
89
18
Kasrotun Afifah
85
85
90
85
345
86,3
19
Nurul Hidayatul Nisa
85
90
85
90
350
87,5
20
Rofi'
80
80
80
80
320
80
Rata-rata
DARI TABEL KRITERIA 2.7 : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah nilai total
x 100%
Jumlah siswa = 1721 x 100% 20 = 86,1 % Menurut kriteria tingkatan dan kategorinya, hasil nilai karya siswa adalah 86,1% yang dikategorikan termasuk sangat baik.
86,1
90
D. HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA TABEL 2.8 : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi’ Jumlah
Nilai Proses
Nilai HasilKarya
Nilai Akhir
85,00 82,78 87,78 86,67 80 87,22 82,78 82,22 81,11 84,44 88,33 87,22 87,22 82,78 85 86,11 83,89 84,44 86,67 78,33
88,8 85 90 87,5 81,3 90 82,5 82,5 81,3 85 90 90 88,8 83,8 87,5 88,8 85 86,3 87,5 80
86,9 83,89 88,89 87,08 80,65 88,61 82,64 82,36 81,2 84,72 89,16 88,61 88,01 83,29 86,25 87,45 84,44 85,37 87,08 79,16 1705,79
Persentase (%)
= 1705 x 100% 20 = 85,28%
TABEL 2.9 : KLASIFKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Nilai persentase 86% - 100% 71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% ≤ 40%
Penafsiran Hasil belajar baik sekali Hasil belajar baik Hasil belajar cukup Hasil belajar kurang Hasil belajar sangat kurang
85,28%
91
Dari Tabel Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Presentase dapat disimpulkan bahwa persentase hasil akhir kreatifitas siswa adalah 85,28%
itu
menunjukkan
bahwa
dilihat
dari kriteria
dan
penafsirannya termasuk hasil belajar baik.
DIAGRAM 4.2 : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I,SIKLUS II 2. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus II untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus III. Berikut ini akan dipaparkan hasil observasi siklus II mengenai kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa di kelas V dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Dari hasil pengamatan penilaian proses pada Siklus II ini dapat diperoleh hasil yang telah didapat adalah berupa hasil prosentase
92
84,50% yang menunjukan bahwa hasil belajar baik. Dari hasil prosentase 84,50% tersebut terjadi peningkatan, dari prosentase pada pengamatan penilaian proses Siklus I yaitu 83,89%. 2) Dilihat dari nilai karya siswa menunjukkan prosentase rata-rata nilai siwa adalah 86,7%. Ini menunjukkan hasil belajar baik yang dilihat dari table kriteria dan kategorinya. Hasil dari prosentase 86,7% tersebut terjadi peningkatan dari prosentase pada siklus I yaitu 84,8%. 3) Dari hasil nilai akhir kreativitas siswa menunjukkan bahwa tingkat persentase belajar siswa menurut klasifikasi kategori tingkatan dan persentase adalah 85,28%, yang menurut klasifikasi kategorinya adalah hasil belajar baik. Dari hasil prosentase 85,28% tersebut terjadi peningkatan dari hasil akhir kreativitas siswa pada Siklus I yang hasil prosentasenya 84,31%. Dari hasil-hasil penilaian proses, hasil karya dan hasil akhir kreativitas siswa telah terjadi peningkatan tetapi untuk menuntaskan minimal hasil belajar yang menurut kategorinya adalah hasil belajar sangat baik dengan persentasenya minimal 86%. Ini perlu adanya perbaikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan sebelumnya dengan hasil prosentase hasil akhir kreativitas siswa adalah 85,28%, Yaitu dengan lebih meningkatkan kretivitas siswa membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL. Adapun beberapa cara dalam meningkatkan kreativitas tersebut adalah :
93
1. Guru lebih memberikan penjelasan ulang dengan memberikan contocontoh topeng yang ada dan yang telah dibuat oleh siswa itu sendiri dan bagaimana cara pembuatan topeng tersebut agar lebih mudah dibuat. 2. Lebih menjelaskan bahan-bahan alam dan bahan sisa yang mudah untuk dibuat dalam membuat topeng 3. Lebih memotivasi siswa dengan cara lebih bebas memilih dalam membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa yang telah dibuat sebelumnya. 4. Guru lebih mengontrol dan membimbing cara kerja siswa dalam membuat topeng.
3. Kegiatan Siklus III 1. Paparan Hasil Belajar a. Perencanaan 1. Penentuan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam meningkatkan kretivitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa di kelas V SDN 3 Srikandang yang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun materi tersebut adalah “membuat topeng”.
94
2. Menyiapkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa dan lembar penilaian siswa yaitu lembar observasi dan lembar hasil karya siswa. 3. Menentukan langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa. 4. Mempersiapkan lembar pengamatan yang digunakan untuk mengamati
kegiatan
siswa
dan
kreativitasnya
dalam
pembuatan topeng dari bahan alam maupun bahan sisa melalui pendekatan CTL b. Tindakan 1. Guru memperlihatkan contoh model-model topeng dari bahan alam maupun bahan sisa sebagai bahan inspirasi siswa dalam membuat topeng. 2. Guru menyuruh siswa menyiapkan bahan dan alat yang telah disiapkan untuk membuat topeng. 3. Guru menyuruh siswa melaksanakan pembuatan topeng c. Observasi Pada tahap observasi tindakan III ini, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan aktivitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa dalam pembelajaran seni rupa melalui pendekatan CTL di kelas V. Dan observer meniliti proses kinerja
95
peneliti dalam pelaksanakan pembelajaran seni rupa dalam membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa. Adapun aspek-aspek yang diamati sesuai dengan lembar observasi penilaian proses dan nilai hasil karya siswa dalam pembelajaran seni rupa di kelas V antara lain : A. HASIL KARYA SISWA MEMBUAT TOPENG DARI BAHAN ALAM DAN BAHAN SISA No
Nama Siswa
1
Yesi Ayu Wahyuni
2
Eka Yuyun Faris D
3
4
Didik Suryadi
Arya Prastya
Karya Siswa
96
5
6
7
Iin Fani Nurliana
Ahmad Nur Fais
Anita Widi Pratiwi
8
Fitri Kurniawati
9
Endang Malikatin
10
Ardiana Nur Safita
11
Lukman Hakim
97
12
Aldika M. Arif
13
Celvin Nanda Wijaya
14
Eka Fatmawati
15
Heru Efendi
16
Iis Afriyanti
17
Iis Afriyana
18
Kasrotun Afifah Nurul
98
19
Hidayatul Nisa
20
Rofi’i
B. LEMBAR HASIL PENGAMATAN PENILAIAN PROSES Lembar hasil pengamata penilaian proses dapat dilihat dari table berikut : TABEL 3.1 : LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati
1 85 85 90 85 90 90 85 85 85 85 90 90 90 85
2 85 85 85 90 80 85 85 85 85 85 85 90 90 80
Aspek Yang Diamati 3 4 5 6 7 85 85 85 85 90 85 85 85 85 90 85 90 90 90 90 90 90 85 90 90 90 85 90 85 85 85 90 85 85 85 85 85 85 90 90 85 80 85 85 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 90 90 90 90 90 90 85 85 90 90 85 85 90 90 90 80 85 85 85 80
8 85 85 90 90 85 90 85 85 85 85 90 90 90 85
9 90 85 90 90 90 90 90 85 90 90 90 90 90 85
Jml
Nilai
775 770 800 800 780 785 780 765 770 770 805 800 800 750
86,11 85,56 88,89 88,89 86,67 87,22 86,67 85,00 85,56 85,56 89,44 88,89 88,89 83,33
99
15 16 17 18 19 20
Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi'
90 85 85 85 85 85
85 85 85 85 85 85 90 90 85 85 80 85 Rata-rata
85 90 85 85 90 80
80 85 85 90 85 80
85 90 85 90 90 80
85 90 90 90 90 85
90 85 90 90 90 85
85 85 90 85 90 85
Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
: Pemilihan alat dan bahan yang digunakan : Pemotongan bahan : Pembuatan pola bentuk topeng : Keahlian pembentukan topeng : Pemfokusan dalam pembuatan topeng : Keterampilan dalam pembuatan topeng : Perangkaian dalam pembuatan topeng : Keterampilan dalam menghias topeng : Ketelatenan pembuatan topeng DARI TABEL KRITERIA 3.2 : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1734,44 x 100 % 20 = 86,72 %
770 780 780 795 790 745
85,56 86,67 86,67 88,33 87,78 82,78 86,72
100
Dilihat dari table kriteria dan kategorinya, hasil pengamatan penilaian proses adalah 86,72% yang dikategorikan sangat baik. C. NILAI HASIL KARYA SISWA Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : a. Kreativitas atau kreasi b. Penyusunan benda-benda menjadi topeng c. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng d. Merekat benda-benda menjadi topeng TABEL 3.3 : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Aspek Yang Dinilai 1 2 3 4 Yesi Ayu Wahyuni 90 90 85 90 Eka Yuyun Faris D 85 90 85 90 Didik Suryadi 90 90 90 90 Arya Prastya 90 90 85 90 Iin Fani Nurliana 80 85 90 85 Ahmad Nur Fais 90 90 85 90 Fitri Kurniawati 90 90 85 85 Anita Widi Pratiwi 85 90 85 85 Endang Malikatin 90 85 85 85 Ardiana Nur Safita 90 85 85 85 Lukman Hakim 90 90 90 90 Aldika M. Arif 90 90 90 90 Celvin Nanda Wijaya 90 90 90 85 Eka Fatmawati 85 85 85 85 Heru Efendi 90 85 90 90 Iis Afriyanti 85 90 85 90 Iis Afriyana 90 85 85 90 Kasrotun Afifah 85 90 85 85 Nurul Hidayatul Nisa 90 90 85 90 Rofi' 85 85 85 80 Rata-rata Nama Siswa
Jml
Nilai
355 350 360 355 340 355 350 345 345 345 360 360 355 340 355 350 350 345 355 335
88,8 87,5 90 88,8 85 88,8 87,5 86,3 86,3 86,3 90 90 88,8 85 88,8 87,5 87,5 86,3 88,8 83,8 87,6
101
DARI TABEL KRITERIA 3.4 : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1751 x 100% 20 = 87,6 % Menurut kriteria tingkatan dan kategorinya, hasil nilai karya siswa adalah 87,6% yang dikategorikan termasuk sangat baik D. HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA TABEL 3.5 : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin
Nilai Proses
Nilai Hasil Karya
Nilai Akhir
Persentase (%)
86,11 85,56 88,89 88,89 86,67 87,22 86,67 85 85,56
88,8 87,5 90 88,8 85 88,8 87,5 86,3 86,3
87,455 86,53 89,44 88,84 85,83 88,01 87,08 85,65 85,93
= 1743 x100% 20 = 87,15%
102
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ardiana Nur Safita 85,56 Lukman Hakim 89,44 Aldika M. Arif 88,89 Celvin Nanda Wijaya 88,89 Eka Fatmawati 83,33 Heru Efendi 85,56 Iis Afriyanti 86,67 Iis Afriyana 86,67 Kasrotun Afifah 88,33 Nurul Hidayatul Nisa 87,78 Rofi’ 82,78 Jumlah
86,3 90 90 88,8 85 88,8 87,5 87,5 86,3 88,8 83,8
85,93 89,72 89,44 88,84 84,16 87,18 87,08 87,08 87,31 88,29 83,29 1743,13
87,15%
TABEL 3.6 : KLASIFKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Nilai persentase 86% - 100% 71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% ≤ 40%
Penafsiran Hasil belajar baik sekali Hasil belajar baik Hasil belajar cukup Hasil belajar kurang Hasil belajar sangat kurang
Dari Tabel Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Presentase dapat disimpulkan bahwa persentase hasil akhir kreatifitas siswa adalah 87,15% itu menunjukkan bahwa dilihat dari kriteria dan penafsirannya termasuk hasil belajar baik sekali.
103
DIAGRAM 4.3 : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS I, SIKLUS II, SIKLUS III 3. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus III. Berikut ini akan dipaparkan hasil observasi siklus III mengenai kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL dalam pembelajaran seni rupa di kelas V dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dari hasil pengamatan penilaian proses pada Siklus III ini dapat diperoleh hasil yang telah didapat adalah berupa hasil prosentase 86,72% yang menunjukan bahwa hasil belajar sangat baik. Dari hasil prosentase 86,72% tersebut terjadi peningkatan, dari prosentase pada pengamatan penilaian proses Siklus II yaitu 84,50%. 2. Dilihat dari nilai karya siswa menunjukkan prosentase rata-rata nilai siwa adalah 87,6%. Ini menunjukkan hasil belajar sangat baik yang dilihat dari table kriteria dan kategorinya. Hasil dari prosentase
104
87,6% tersebut terjadi peningkatan dari prosentase pada siklus II yaitu 86,7%. 3. Dari hasil nilai akhir kreativitas siswa menunjukkan bahwa tingkat persentase belajar siswa menurut klasifikasi kategori tingkatan dan persentase adalah 87,15%, yang menurut klasifikasi kategorinya adalah hasil belajar baik sekali. Dari hasil prosentase 87,15% tersebut terjadi peningkatan dari hasil akhir kreativitas siswa pada Siklus II yang hasil prosentasenya 85,28%. Dari hasil-hasil penilaian proses, hasil karya dan hasil akhir kreativitas siswa yang didapat yaitu 87,15% telah menunjukkan dan sesuai dengan kriteria minimal ketuntasan hasil belajar siswa yaitu 86%. Dengan ini pelaksanaan Siklus III telah berhasil. •
PERBEDAAN PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA SIKLUS I, SIKLUS II, SIKLUS III BERDASARKAN HASIL KARYA SISWA
SIKLUS I Nama Hasil Karya Hasil Karya
SIKLUS II Nama Hasil Karya
SIKLUS III Nama
Yesi Ayu Wahyuni
Yesi ayu Wahyuni
Yesi Ayu Wahyuni
Eka Yuyun Faris D
Eka Yuyun Faris. D
Eka Yuyun Faris. D
Didik Suryadi
Didik Suryadi
Didik Suryadi
105
Arya Prastya
Arya Prastya
Arya Prasetya
Iin Fani Nurliana
Iin Fani Nurliana
Iin Fani Nurliana
Ahmad
Ahmad
Ahmad
Nur Fais
Nur Fais
Nur Fais
Fitri Kurniawati
Fitri Kurniawati
Fitri Kurniawati
Anita Widi Pratiwi
Anita Widi Pratiwi
Anita Pratiwi
Endang Malikatin
Endang Malikatin
Endang Malikatin
Ardiana Nur Safita
Ardiana Nur Safita
Ardiana Nur Safita
Lukman Hakim
Lukman Hakim
Lukman Hakim
Aldika M. Arif
Aldika M. Arif
Aldika M. Arif
106
Celvin Nanda W
Celvin Nanda W
Celvin Nanda W
Eka Fatmawati
Eka Fatmawati
Eka Fatmawati
Heru Efendi
Heru Efendi
Heru Efendi
Iis Afriyanti
Iis Afriyanti
Iis Afriyanti
Iis Afriyana
Iis Afriyana
Iis Afriyana
Kasrotun Afifah
Kosrotun Afifah
Kosrotun Afifah
Nurul Hidayatul .N
Nurul Hidayatun. N
Nurul Hidayatun. N
Rofi’
Rofi’
Rofi’
107
B. Pembahasan Berdasarkan hasil survey awal di SDN 3 Srikandang, baik bersumber dari data dari lapangan, siswa serta guru-guru dan kepala sekolah, diketahui bahwa pembelajaran seni rupa sebagai bagian dari pembelajaran seni budaya dan keterampilan belum dilaksanakan secara maksimal, hal ini dapat dilihat khususnya pada kelas V dengan rendahnya nilai siswa di tahun 2007 dengan rata-rata nilai 6 dinilai dari persentase tingkat keberhasilan siswa yaitu 60%, di tahun 2008 dengan rata-rata 6,5 dinilai dari persentase tingkat keberhasilan siswa yaitu 65% dan di tahun 2009, dengan rata-rata 6 dinilai dari persentase tingkat keberhasilan siswa yaitu 60%. Dari hasil yang sangat kurang inilah maka diadakan atau ditindak lanjuti
dengan
usaha-usaha
perbaikan
pembelajaran
yaitu
dengan
melaksanakan tindakan atau siklus melalui pendekatan CTL dengan persentase nilai ketuntasan adalah 86%. Dalam meningkatkan kreativitas membuat
topeng dari bahan-bahan alam melalui pendekatan CTL
dilaksanakan dengan tiga kali pelaksanaan Siklus yaitu Siklus I, Siklus II dan Siklus III. Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut : (1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit, (2) amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar, (3) menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor, (4) pada umumnya anak
108
menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikan sendiri, (5) pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah, (6) anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama-sama. Dengan mengingat periode perkembangan anak usia SD khusunya kelas V adalah masa permulaan Realisme (9-11 tahun). Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal perlu adanya inovasi pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran CTL. Dengan penerapan pendekatan CTL merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan atau keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya Hasil penelitian dari observasi aktivitas belajar siswa kelas V pada pembelajaran seni rupa dalam meningkatkan kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan CTL menunjukkan bahwa : 1. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 84,31% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari persentase tingkat keberhasilan siswa yaitu dari tahun sebelumnya yaitu 60%. Tetapi untuk menuntaskan minimal hasil belajar baik sekali dengan persentase minimal 86% belum dapat tercapai dengan hasil yang didapat dalam Siklus I yaitu 84,31%. Ini disebabkan pada siklus
109
I minat siswa dalam membuat topeng masih kurang, alat dan bahan-bahan yg digunakan masih seadanya dan siswa kurang mendengarkan penjelasan guru dalam proses pembuatan topeng yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini pada refleksi penelitian siklus I guru memberikan penjelasan yang lebih rinci dan mudah dipahami oleh siswa dalam membuat topeng pada siklus II yaitu bahan-bahan, alat-alat yang digunakan, cara-cara membuatnya dan memberikan motivasi yang lebih pada siswa. 2. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus II dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 85,28% yang menunjukkan kategori tingkatanny yaitu hasil belajar baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari Siklus I yaitu 84,31% dan persentase tingkat keberhasilan siswa dari tahun sebelumnya yaitu 60%. Peningkatan tersebut disebabkan karena guru lebih memotivasi siswa dan merefleksi hasi-hasil kegiatan dari Siklus I. Tetapi untuk menuntaskan minimal keberhasilan siswa belajar baik sekali dengan persentase 86% belum dapat tercapai dengan hasil yang didapat dalam Siklus II ini yaitu 85,28%. Dari hasil yang didapat ini guru menyampaikan dan lebih memberikan penjelasan tetang hasil-hasil membuat topeng siswa dengan membandingkan hasil-hasil karya siswa pada siklus I dan siklus II pada teman-teman yang lain. Guru lebih membebaskan siswa dalam memilih bahan-bahan yang akan digunakan dari hasil karya membuat topeng sebelumnya untuk membuat topeng pada siklus III nantinya. Dengan hal ini siswa akan lebih termotivasi lagi dalam membuat topeng.
110
3. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus III dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 87,15% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari Siklus I (84,31%), Siklus II (85,28) dan dari tahun sebelumnya 60%. Peningkatan-peningkatan hasil yang didapat pada Siklus III ini disebabkan adanya guru lebih memotivasi siswa lagi dan merefleksi pada hasi-hasil kegiatan Siklus I dan Siklus II dengan baik. Dan hasil kegiatan Siklus III dalam menuntaskan nilai ketuntasan minimal keberhasilan siswa belajar baik sekali yaitu 86% sudah tercapai dengan persentase hasil tingkat keberhasilan siswa pada Siklus III ini adalah 87,15%. Dalam klasifikasi tingkatan dan persentase pada penelitian tindakan kelas dengan nilai ketuntasan minimal keberhasilan siswa 86% yang mengambil mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya seni rupa dengan materi “membuat topeng” berhasil menuntaskan minimal tingkat keberhasilan siswa dengan tingkat keberhasilan siswa 87,15% yang sesuai harapan yaitu : “ Dapat meningkatkan kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) dalam pembelajaran seni rupa di kelas V SD Negeri 3 Srikandang Bangsri Jepara ”
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan kreativitas membuat topeng dari bahan alam dan bahan sisa melalui pendekatan Contextual Teaching & Learning (CTL) dalam pembelajaran seni rupa di kelas V SD Negeri 3 Srikandang Bangsri Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut : a.
Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus I dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 84,31% yang menunjukkan kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari persentase tingkat keberhasilan siswa yaitu dari tahun sebelumnya yaitu 60%.
b.
Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus II dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 85,28% yang menunjukkan kategori tingkatanny yaitu hasil belajar baik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari Siklus I yaitu 84,31% dan persentase tingkat keberhasilan siswa dari tahun sebelumnya yaitu 60%. Peningkatan tersebut disebabkan karena guru lebih memotivasi siwa dan merefleksi hasi-hasil kegiatan dari Siklus I.
c.
Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Siklus III dengan indikator atau tingkat keberhasilan siswa adalah 87,15% yang menunjukkan
111
112
kategori tingkatannya yaitu hasil belajar baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari Siklus I (84,31%), Siklus II (85,28) dan dari tahun sebelumnya 60%. Dan hasil kegiatan Siklus III dalam menuntaskan nilai ketuntasan minimal keberhasilan siswa belajar baik sekali yaitu 86% sudah tercapai dengan persentase hasil tingkat keberhasilan siswa pada Siklus III ini adalah 87,15%.
B. Saran Setelah dilakukan penelitian di SD Negeri 3 Srikndang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara dan hasil yang diperoleh di lapangan, hal-hal yang perlu disarankan adalah sebagai berikut : 1. Bagi para guru, dalam pembelajaran seni budaya dan keterampilan membuat topeng diupayakan menggunakan bahan-bahan alam dan bahan-bahan sisa yang ada di lingkungan sekitar siswa itu sendiri sehingga guru lebih mudah mengarahkan siswa dalm memilih bahanbahan yang akan dibuat dan siswa tidak kebingungan atau mengeluarkan modal yang banyak dalam membuat topeng. 2. Bagi pihak-pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut, disarankan untuk mengembangkan pendekatan CTL dengan mendayagunakan mediamedia yang lebih menarik dan bervariasi sehingga lebih memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran seni rupa. 3. Bagi pihak sekolah diupayakan adanya alat-alat dan media-media elektronik seperti laptop, video player, LCD baik berupa gambar ataupun
113
video membuat topeng dari bahan-bahan alam dan bahan sisa sehingga lebih mempermudah menyampaikan materi dan lebih bervariasi, menarik dan evisien dalam kegiatan pembelajaran seni rupa. 4. Bagi komite sekolah memberikan dukungan, sumbang saran dan ikut berpartisipasi aktif demi kemajuan SD melaui rapat-rapat komite sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan Program dan Pengembangan. Jakarta:Depdikbud.1993. Departemen Pendidikan AS, Amerika 2000: An Education Strategi Sourcebook (Washington, DC:Government Printing Office, 1992), h. 1 Derektorat Pendidikan Menengah Umum, Ditjen, Dikdasmen, Depdiknas 2. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata pelajaran Pendidikan Seni. 1996 Dewantara, Ki Hajar: Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. 1977. Garha, Oho. Pendidikan Kesenian Seni Rupa II. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Muhadjir, University of Shouthern California. (1987:155) Jane M. Healy, Endangered Minds: Why Chirdren Don’t Think and What We Can Do About It (New York: A Touchstone Book, 1990), hh. 37-55. Jacquline Grennon Brooks and Martin G. Brooks, In Search of Understanding The Case for Constructivist Classrooms (Alexandria, VA: Assosiation and Curikulum Development, 1993) Kemmis, Stephen dan Robin Mc Taggart. 1998. The Action Research Planner, 3 rd ed. Victoria: Deakin University Orientation Seminar Resource Guide (Madison, WI: University of WisconsinMadison, Center on Education & Work, 2000), hh. 13-15. Pedoman PKM, 2008. Pengajaran dan Pembelajaran kontekstual, An Interaktif Web Based Model for the Professional Development of Teachers in Contectual Teaching and Learning, (Bowling Green State University, 20 Mei 1999). Rita Carter, Mapping the Mind (Berkeley: University of California Press, 1998), hh. 36-41. Semiawan, C.R.Pendekatan Pembelajaran:Acuan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar-Mengajar di Sekolah.Jakarta:Konsorsium Ilmu Pendidikan, Dirjen Dikti, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1993. Supriyadi, Creativity is Matter of Definition. (1997:6) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 2003 114
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Pelaksanaan
: Selasa, 3 Februari 2010
I. STANDAR KOMPETENSI Berkarya dan memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan II. KOMPETENSI DASAR Siswa dapat berkarya seni memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan III. INDIKATOR -
Siswa membuat sketsa atau pola topeng
-
Siswa membuat berbagai gambar bentuk dari komposisi berbagai karakter topeng
-
Siswa membuat berbagai rancangan gambar topeng kreatif
-
Siswa membuat topeng dengan berbagai bahan dan tekhnik
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN -
Siswa dapat meningkatkan kreativitasnya dalam pembuatan topeng
-
Siswa dapat mengetahui bahan-bahan dari alam maupun dari bahan-bahan sisa dan alat-alat yang digunakan dalam membuat topeng
-
Siswa mampu membuat gambar atau pola bentuk berbagai topeng
-
Siswa dapat membuat topeng dengan gagasan kretif berdasarkan bentuk, warna dan tekstur serta teknik dan bahan
115
116
V. MATERI Membuat Topeng VI. METODE PEMBELAJARAN -
Pendekatan CTL
-
Pembuatan hasil karya topeng
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Pra Kegiatan (5 menit) - Berdoa - Absensi - Menyiapkan media 2. Kegiatan Awal (5 menit) - Apersepsi “ memperlihatkan model-model karya topeng dari bahan alam maupun dari bahan sisa “ - Menginformasikan tujuan pembelajaran - Siswa disuruh menyiapkan bahan dan alat untuk membuat topeng. 3. Kegiatan Inti (60 menit) - Secara individu siswa disuruh melaksanakan kegiatan pembuatan topeng dari bahan dan alat yang sudah disiapkan. - Dengan bimbingan guru, siswa melaksanakan proses kegiatan membuat topeng 4. Kegiatan akhir (10 menit) - Guru mengobservasi kegiatan siswa - Guru menilai hasil karya siswa VIII. MEDIA, ALAT dan SUMBER 1. Media
: Model-model topeng dari bahan alam dan bahan sisa
2. Alat
: Tatah, pisau, karter, gergaji dan bendo
3. Sumber
: - Buku SBK kelas V, penerbit Yudistira dan buku-buku lain yang relevan
117
- Silabus IX. PENILAIAN 1. Prosedur Tes -
Proses
-
Hasil karya
-
Kreativitas = Proses + Hasil Karya 2
-
Persentase (%) = Nilai Total x 100% Jumlah Siswa
2. Jenis Tes -
Praktek (proses)
-
Hasil Karya
3. Bentuk Tes -
Praktek
-
Proses
4. Bentuk Instrumen : tabel penilaian proses, hasil karya dan hasil akhir kreativitas (terlampir) Jepara, 2 Februari 2010 Guru Pamong
Peneliti
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1007
NIM.
1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
118
Lampiran 2 LEMBAR PENILAIAN PERENCANAAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik NO ASPEK YANG DINILAI 1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 2 Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik ) 3 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 4 Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik) 5 Kejelasan scenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti, penutup) 6 Kerincian scenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran
SKOR 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
119
8
Kelengkapan penskoran)
instrument
(soal,
kunci,
pedoman
1 2 3 4 5
Jumlah
38
Nilai APKG I Jumlah Skor R=
=
4,5
8
Jepara, 2 Februari 2010 Guru Pamong,
Mahasiswa
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1 007
NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
120
Lampiran 3 LEMBAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik
NO ASPEK YANG DINILAI 1 2 I KEGIATAN AWAL 1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 2 Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 5 6 B 7 8
KEGIATAN INTI Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan yang akan dicapai dan karakteristik siswa) Melaksanakan pembelajaran secara runtut
SKOR 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
121
9 10 11 12 13 14 C 15 16 17 D 18 19 E 20 21 F 22
III 23 24
Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontektual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Melaksanakan pembelajaran holistic / kolaboratif / berbasis masalah Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat (inkuiri, game, dll) Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetisi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 34 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Nilai APKG II Jumlah skor R=
=
4,5
24
Guru Pamong,
Jepara, 2 Februari 2010 Mahasiswa
122
SUROYO NIP. 19580727 198201 1 007
WIDIYANTO NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
123
Lampiran 4 LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES TABEL : LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES Aspek Yang Diamati No Nama Siswa Jml 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Yesi Ayu Wahyuni 80 80 85 85 80 85 90 85 85 755 2 Eka Yuyun Faris D 80 80 80 85 85 85 90 80 80 745 3 Didik Suryadi 90 85 85 85 90 90 90 85 85 785 4 Arya Prastya 90 80 85 85 85 85 90 85 90 775 5 Iin Fani Nurliana 80 80 80 80 80 80 80 80 80 720 6 Ahmad Nur Fais 90 80 85 90 85 85 85 85 85 770 7 Fitri Kurniawati 80 80 85 85 85 85 85 80 80 745 8 Anita Widi Pratiwi 80 80 85 80 85 80 80 80 80 730 9 Endang Malikatin 80 80 80 80 80 80 80 80 80 720 10 Ardiana Nur Safita 85 80 85 85 85 85 85 85 90 765 11 Lukman Hakim 90 85 85 90 85 90 90 85 85 785 12 Aldika M. Arif 90 85 85 85 85 85 85 85 85 770 13 Celvin Nanda Wijaya 90 85 85 85 85 85 85 90 90 780 14 Eka Fatmawati 80 80 80 85 85 85 80 85 85 745 15 Heru Efendi 80 85 80 85 80 85 85 85 85 750 16 Iis Afriyanti 90 80 85 90 85 90 90 80 80 770 17 Iis Afriyana 80 80 85 85 85 85 85 85 80 750 18 Kasrotun Afifah 90 80 85 85 80 85 85 80 85 755 19 Nurul Hidayatul Nisa 85 80 85 90 85 90 90 85 90 780 20 Rofi' 80 75 80 80 80 80 75 75 80 705 Rata-rata Keterangan : 1 : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2 : Pemotongan bahan 3 : Pembuatan pola bentuk topeng 4 : Keahlian pembentukan topeng 5 : Pemfokusan dalam pembuatan topeng 6 : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7 : Perangakaian siswa dalam pembuatan topeng 8 : Keterampilan dalam menghias topeng 9 : Ketelatenan pembutan topeng
Nilai 83,89 82,78 87,22 86,11 80,00 85,56 82,78 81,11 80,00 85,00 87,22 85,56 86,67 82,78 83,33 85,56 83,33 83,89 86,67 78,33 83,89
124
DARI TABEL KRITERIA : Jumlah Skor 0 – 50% 51 – 64% 65 – 70% 71 – 84% 85 – 100%
Kategori Jelek Kurang Sedang Baik Sangat baik
Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1667,78 20 = 83,89 %
x 100 %
125
Lampiran 5 LEMBAR PENILAIAN HASIL KARYA SISWA TABEL : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA Aspek Yang Dinilai No Nama Siswa Jml 1 2 3 4 1 Yesi Ayu Wahyuni 85 90 80 90 345 2 Eka Yuyun Faris D 80 90 80 90 340 3 Didik Suryadi 85 90 90 90 355 4 Arya Prastya 90 90 80 90 350 5 Iin Fani Nurliana 80 80 80 80 320 6 Ahmad Nur Fais 85 85 90 85 345 7 Fitri Kurniawati 80 85 80 85 330 8 Anita Widi Pratiwi 80 80 80 80 320 9 Endang Malikatin 80 80 80 80 320 10 Ardiana Nur Safita 90 85 85 85 345 11 Lukman Hakim 85 90 90 90 355 12 Aldika M. Arif 85 85 90 85 345 13 Celvin Nanda Wijaya 90 85 90 80 345 14 Eka Fatmawati 85 85 80 80 330 15 Heru Efendi 85 85 80 85 335 16 Iis Afriyanti 80 90 90 90 350 17 Iis Afriyana 80 85 80 90 335 18 Kasrotun Afifah 85 85 90 85 345 19 Nurul Hidayatul Nisa 90 90 85 90 355 20 Rofi' 80 80 80 75 315 Rata-rata Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : 1. Kreativitas atau kreasi 2. Penyusunan benda-benda menjadi topeng 3. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng 4. Merekat benda-benda menjadi topeng
Nilai 86,25 85 88,75 87,5 80 86,25 82,5 80 80 86,25 88,75 86,25 86,25 82,5 83,75 87,5 83,75 86,25 88,75 78,75 84,75
126
DARI TABEL KRITERIA : Jumlah Skor 0 – 50% 51 – 64% 65 – 70% 71 – 84% 85 – 100%
Kategori Jelek Kurang Sedang Baik Sangat baik
Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1695 x 100% 20 = 84,75 %
127
Lampiran 6 LEMBAR PENILAIAN HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA TABEL : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi’ Jumlah
Nilai Proses
Nilai Hasil Karya
Nilai Akhir
83,89 82,78 87,22 86,11 80 85,56 82,78 81,11 80 85 87,22 85,56 86,67 82,78 83,33 85,56 83,33 83,89 86,67 78,33
86,25 85 88,75 87,5 80 86,25 82,5 80 80 86,25 88,75 86,25 86,25 82,5 83,75 87,5 83,75 86,25 88,75 78,75
85,07 83,89 87,98 86,8 80 85,9 82,64 80,55 80 85,62 87,98 85,9 86,46 82,64 83,54 86,53 83,54 85,07 87,71 78,54 1686,39
Nilai Akhir = Nilai Proses + Nilai Hasil Karya 2 Persentase (%) = Jumlah Nilai Total x 100% Jumlah siswa
Persentase (%)
= 1686,39 x 100% 20 = 84,31%
84,31%
128
TABEL : KLASIFKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria Nilai persentase Penafsiran Baik sekali 86% - 100% Hasil belajar baik sekali Baik 71% - 85% Hasil belajar baik Cukup 56% - 70% Hasil belajar cukup Kurang 41% - 55% Hasil belajar kurang Sangat Kurang ≤ 40% Hasil belajar sangat kurang
129
Lampiran 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Pelaksanaan
: Selasa, 24 Februari 2010
I. STANDAR KOMPETENSI Berkarya dan memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan II. KOMPETENSI DASAR Siswa dapat berkarya seni memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan III. INDIKATOR -
Siswa membuat pola topeng
-
Siswa membuat berbagai gambar bentuk dari komposisi berbagai karakter topeng
-
Siswa membuat berbagai rancangan topeng kreatif
-
Siswa membuat topeng dengan berbagai bahan dan tekhnik
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN -
Siswa lebih meningkatkan kreatifitasnya dalam pembuatan topeng
-
Siswa mampu membuat pola bentuk berbagai topeng
-
Siswa dapat membuat topeng berdasarkan bentuk, warna dan tekstur serta teknik dan bahan
V. MATERI Membuat Topeng VI. METODE PEMBELAJARAN
130
-
Pendekatan CTL
-
Pembuatan hasil karya topeng
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Pra Kegiatan (5 menit) - Berdoa - Absensi - Menyiapkan media 2. Kegiatan Awal (5 menit) - Apersepsi “ memperlihatkan model-model karya topeng dari bahan alam maupun dari bahan sisa “ - Menginformasikan tujuan pembelajaran - Siswa disuruh menyiapkan bahan dan alat untuk membuat topeng. 3. Kegiatan Inti (60 menit) - Secara individu siswa disuruh melaksanakan kegiatan pembuatan topeng dari bahan dan alat yang sudah disiapkan. - Dengan bimbingan guru, siswa melaksanakan proses kegiatan membuat topeng 4. Kegiatan akhir (10 menit) - Guru mengobservasi kegiatan siswa - Guru menilai hasil karya siswa VIII. MEDIA, ALAT dan SUMBER 1. Media
: Model-model topeng dari bahan alam dan bahan sisa
2. Alat
: Tatah, pisau, karter, gergaji dan bendo
3. Sumber
: - Buku SBK kelas V, penerbit Yudistira dan buku-buku
lain yang relevan - Silabus IX. PENILAIAN 1. Prosedur Tes -
Proses
131
-
Hasil karya
-
Kraetivitas = Proses + Hasil Karya 2
-
Persentase (%) = Nilai Total x 100% Jumlah Siswa
2. Jenis Tes -
Praktek (proses)
-
Hasil Karya
3. Bentuk Tes -
Praktek
-
Proses
4. Bentuk Instrumen : tabel penilaian proses, hasil karya dan hasil akhir kreativitas (terlampir)
Jepara, 23 Maret 2010 Guru Pamong
Peneliti
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1007
NIM.
1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
132
Lampiran 8 LEMBAR PENILAIAN PERENCANAAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Hari/Tanggal
: Selasa, 24 Februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik NO ASPEK YANG DINILAI 1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 2 Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik ) 3 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 4 Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik) 5 Kejelasan scenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti, penutup) 6 Kerincian scenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran
SKOR 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
133
8
Kelengkapan penskoran)
instrument
(soal,
kunci,
pedoman
1 2 3 4 5
Jumlah
Nilai APKG I Jumlah Skor R=
=
4,6
8
Jepara, 23 Februari 2010 Guru Pamong,
Mahasiswa
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1 007
NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
134
Lampiran 9 LEMBAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit
Hari/Tanggal
: Selasa, 24 februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik NO ASPEK YANG DINILAI 1 2 I KEGIATAN AWAL 1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 2 Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 5 6 B 7 8 9
KEGIATAN INTI Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan yang akan dicapai dan karakteristik siswa) Melaksanakan pembelajaran secara runtut Menguasai kelas
SKOR 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
135
10 11 12 13 14 C 15 16 17 D 18 19 E 20 21 F 22
III 23 24
Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontektual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Melaksanakan pembelajaran holistic / kolaboratif / berbasis masalah Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat (inkuiri, game, dll) Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetisi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
136
Nilai APKG II Jumlah skor R=
=
4,58
24
Guru Pamong,
Jepara, 23 Februari 2010 Mahasiswa
SUROYO NIP. 19580727 198201 1 007
WIDIYANTO NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
137
Lampiran 10 LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES TABEL
: LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN
PROSES No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi'
Aspek Yang Diamati 1 85 80 90 90 80 90 80 80 80 85 90 90 90 80 80 90 80 90 85 80
2 3 80 85 80 80 85 85 80 85 80 80 85 85 80 85 80 85 80 80 80 85 85 85 90 85 90 85 80 80 85 85 80 85 80 85 80 85 85 85 75 80 Rata-rata
4 85 85 85 85 80 90 85 80 80 85 90 85 85 85 85 90 85 85 90 80
Keterangan : 1. : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2. : Pemotongan bahan 3. : Pembuatan pola bentuk topeng 4. : Keahlian pembentukan topeng 5. : Pemfokusan dalam pembuatan topeng 6. : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7. : Perangkaian dalam pembuatan topeng 8. : Keterampilan dalam menghias topeng 9. : Ketelatenan pembuatan topeng
5 80 85 90 85 80 85 85 85 80 85 85 85 85 85 80 85 85 80 85 80
6 85 85 90 85 80 85 85 80 80 85 90 85 85 85 85 90 85 85 90 80
7 90 90 90 90 80 85 85 80 80 85 90 85 85 80 85 90 85 85 90 75
8 85 80 85 90 80 90 80 85 85 85 90 90 90 85 90 80 85 85 85 75
9 90 80 90 90 80 90 80 85 85 85 90 90 90 85 90 85 85 85 85 80
Jml
Nilai
765 745 790 780 720 785 745 740 730 760 795 785 785 745 765 775 755 760 780 705
85,00 82,78 87,78 86,67 80,00 87,22 82,78 82,22 81,11 84,44 88,33 87,22 87,22 82,78 85,00 86,11 83,89 84,44 86,67 78,33 84,50
138
TABEL KRITERIA : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1690 x 100 % 20 = 84,50 %
Lampiran 11
139
LEMBAR PENILAIAN HASIL KARYA SISWA
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tabel : Lembar Nilai Hasil Karya Siswa Aspek Yang Dinilai Nama Siswa 1 2 3 4 Yesi Ayu Wahyuni 90 90 85 90 Eka Yuyun Faris D 80 90 80 90 Didik Suryadi 90 90 90 90 Arya Prastya 90 90 80 90 Iin Fani Nurliana 80 80 80 85 Ahmad Nur Fais 90 90 90 90 Fitri Kurniawati 80 85 80 85 Anita Widi Pratiwi 85 80 80 85 Endang Malikatin 80 80 80 85 Ardiana Nur Safita 85 85 85 85 Lukman Hakim 90 90 90 90 Aldika M. Arif 90 90 90 90 Celvin Nanda Wijaya 90 90 90 85 Eka Fatmawati 85 85 80 85 Heru Efendi 90 90 80 90 Iis Afriyanti 85 90 90 90 Iis Afriyana 85 85 80 90 Kasrotun Afifah 85 85 90 85 Nurul Hidayatul Nisa 85 90 85 90 Rofi' 80 80 80 80 Rata-rata
Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : 1. Kreativitas atau kreasi 2. Penyusunan benda-benda menjadi topeng 3. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng 4. Merekat benda-benda menjadi topeng DARI TABEL KRITERIA : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
Jml
Nilai
355 340 360 350 325 360 330 330 325 340 360 360 355 335 350 355 340 345 350 320
88,8 85 90 87,5 81,3 90 82,5 82,5 81,3 85 90 90 88,8 83,8 87,5 88,8 85 86,3 87,5 80 86,1
140
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1721 x 100% 20 = 86,1 %
Lampiran 12
141
LEMBAR PENILAIAN HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA Tabel : Lembar Hasil Akhir Kreativitas Siswa No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi’ Jumlah
Nilai Proses
Nilai HasilKarya
Nilai Akhir
85,00 82,78 87,78 86,67 80 87,22 82,78 82,22 81,11 84,44 88,33 87,22 87,22 82,78 85 86,11 83,89 84,44 86,67 78,33
88,8 85 90 87,5 81,3 90 82,5 82,5 81,3 85 90 90 88,8 83,8 87,5 88,8 85 86,3 87,5 80
86,9 83,89 88,89 87,08 80,65 88,61 82,64 82,36 81,2 84,72 89,16 88,61 88,01 83,29 86,25 87,45 84,44 85,37 87,08 79,16 1705,79
Persentase (%)
= 1705 x 100% 20 = 85,28%
Nilai Akhir = Nilai Proses + Nilai Hasil Karya 2 Persentase (%) = Jumlah Nilai Total x 100% Jumlah siswa
TABEL : KLASIFKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE
85,28%
142
Kriteria Baik sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Nilai persentase 86% - 100% 71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% ≤ 40%
Penafsiran Hasil belajar baik sekali Hasil belajar baik Hasil belajar cukup Hasil belajar kurang Hasil belajar sangat kurang
143
Lampiran 13 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS III Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Semester
: II
Alokasi Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Pelaksanaan
: Selasa, 10 maret 2010
I. STANDAR KOMPETENSI Berkarya dan memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan II. KOMPETENSI DASAR Siswa dapat berkarya seni memamerkan karya seni rupa Nusantara dengan berbagai gagasan III. INDIKATOR -
Siswa membuat pola topeng
-
Siswa membuat berbagai karakter topeng
-
Siswa membuat berbagai rancangan gambar topeng kreatif
-
Siswa membuat topeng dengan berbagai bahan dan tekhnik
VI. TUJUAN PEMBELAJARAN -
Siswa lebih meningkatkan kreativitasnya dalam pembuatan topeng
-
Siswa dapat mengetahui bahan-bahan dari alam maupun dari bahan-bahan sisa dan alat-alat yang digunakan dalam membuat topeng
-
Siswa mampu membuat bentuk karakter topeng
-
Siswa dapat membuat topeng kreatif berdasarkan bentuk, warna dan tekstur serta teknik dan bahan
V. MATERI Membuat Topeng
144
VI. METODE PEMBELAJARAN -
Pendekatan CTL
-
Pembuatan hasil karya topeng
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN 1. Pra Kegiatan (5 menit) - Berdoa - Absensi - Menyiapkan media 2. Kegiatan Awal (5 menit) - Apersepsi “ memperlihatkan model-model karya topeng dari bahan alam maupun dari bahan sisa “ - Menginformasikan tujuan pembelajaran - Siswa disuruh menyiapkan bahan dan alat untuk membuat topeng. 3. Kegiatan Inti (60 menit) - Secara individu siswa disuruh melaksanakan kegiatan pembuatan topeng dari bahan dan alat yang sudah disiapkan. - Dengan bimbingan guru, siswa melaksanakan proses kegiatan membuat topeng 4. Kegiatan akhir (10 menit) - Guru mengobservasi kegiatan siswa - Guru menilai hasil karya siswa VIII. MEDIA, ALAT dan SUMBER 1. Media
: Model-model topeng dari bahan alam dan bahan sisa
2. Alat
: Tatah, pisau, karter, gergaji dan bendo
3. Sumber
: - Buku SBK kelas V, penerbit Yudistira dan buku-buku
lain yang relevan - Silabus -
145
IX. PENILAIAN 1. Prosedur Tes -
Proses
-
Hasil karya
-
Kraetivitas = Proses + Hasil Karya 2
-
Persentase (%) = Nilai Total x 100% Jumlah Siswa
2. Jenis Tes -
Praktek (proses)
-
Hasil Karya
3. Bentuk Tes -
Praktek
-
Proses
4. Bentuk Instrumen : tabel penilaian proses, hasil karya dan hasil akhir kreativitas (terlampir)
Jepara, 9 maret 2010 Guru Pamong
Peneliti
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1007
NIM. 1402907124 Mengetahui,
Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
146
Lampiran 14 LEMBAR PENILAIAN PERENCANAAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan (Seni Rupa)
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit (1 x pertemuan)
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir perencanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik NO ASPEK YANG DINILAI 1 Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran (tidak menimbulkan penafsiran ganda dan mengandung perilaku hasil belajar) 2 Pemilihan materi ajar (sesuai dengan tujuan dan karakteristik peserta didik ) 3 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika materi dan kesesuaian dengan alokasi waktu) 4 Pemilihan sumber/media pembelajaran (sesuai dengan tujuan, materi dan karakteristik peserta didik) 5 Kejelasan scenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan pembelajaran: awal, inti, penutup) 6 Kerincian scenario pembelajaran (setiap langkah tercermin strategi/metode dan alokasi waktu pada setiap tahap) 7 Kesesuaian teknik dengan tujuan pembelajaran 8 Kelengkapan instrument (soal, kunci, pedoman penskoran) Jumlah
SKOR 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 38
147
Nilai APKG I Jumlah Skor R=
=
4,5
8
Jepara, 2 Februari 2010 Guru Pamong,
Mahasiswa
SUROYO
WIDIYANTO
NIP. 19580727 198201 1 007
NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
148
Lampiran 15 LEMBAR PENILAIAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Mata Pelajaran
: Seni Budaya dan Keterampilan
Kelas
:V
Waktu
: 2 x 40 menit
Hari/Tanggal
: Selasa, 3 Februari 2010
Petunjuk. Berilah skor pada butir-butir pelaksanaan pembelajaran dengan cara melingkari angka pada kolom skor ( 1, 2, 3, 4, 5 ) dengan kriteria sebagai berikut ! 1 = sangat tidak baik 2 = tidak baik 3 = kurang baik 4 = baik 5 = sangat baik
NO ASPEK YANG DINILAI 1 2 I KEGIATAN AWAL 1 Mempersiapkan siswa untuk belajar 2 Melakukan kegiatan apersepsi II A 3 4 5 6 B 7 8
KEGIATAN INTI Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan Menyampaikan materi dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/Strategi Pembelajaran Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan yang akan dicapai dan karakteristik siswa) Melaksanakan pembelajaran secara runtut
SKOR 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
149
9 10 11 12 13 14 C 15 16 17 D 18 19 E 20 21 F 22
III 23 24
Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontektual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan Melaksanakan pembelajaran holistic / kolaboratif / berbasis masalah Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat (inkuiri, game, dll) Pemanfaatan Sumber Belajar/Media Pembelajaran Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetisi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan benar PENUTUP Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan tugas sebagai remidi/pengayaan Jumlah
Nilai APKG II Jumlah skor R=
= 24
4,5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 34 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
150
Guru Pamong,
Jepara, 2 Februari 2010 Mahasiswa
SUROYO NIP. 19580727 198201 1 007
WIDIYANTO NIM. 1402907124 Mengetahui, Kepala Sekolah
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006
151
Lampiran 16 LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PROSES TABEL
:
LEMBAR
PENGAMATAN
PENILAIAN
PROSES No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama Siswa Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi'
1 85 85 90 85 90 90 85 85 85 85 90 90 90 85 90 85 85 85 85 85
Aspek Yang Diamati 2 3 4 5 6 7 85 85 85 85 85 90 85 85 85 85 85 90 85 85 90 90 90 90 90 90 90 85 90 90 80 90 85 90 85 85 85 85 90 85 85 85 85 85 85 85 90 90 85 85 80 85 85 90 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 90 90 90 90 90 90 90 85 85 90 90 90 85 85 90 90 90 80 80 85 85 85 80 85 85 85 80 85 85 85 85 90 85 90 90 85 85 85 85 85 90 90 90 85 90 90 90 85 85 90 85 90 90 80 85 80 80 80 85 Rata-rata
Keterangan : 1. : Pemilihan alat dan bahan yang digunakan 2. : Pemotongan bahan 3. : Pembuatan pola bentuk topeng 4. : Keahlian pembentukan topeng 5. : Pemfokusan dalam pembuatan topeng 6. : Keterampilan dalam pembuatan topeng 7. : Perangkaian dalam pembuatan topeng 8. : Keterampilan dalam menghias topeng 9. : Ketelatenan pembuatan topeng
8 85 85 90 90 85 90 85 85 85 85 90 90 90 85 90 85 90 90 90 85
9 90 85 90 90 90 90 90 85 90 90 90 90 90 85 85 85 90 85 90 85
Jml
Nilai
775 770 800 800 780 785 780 765 770 770 805 800 800 750 770 780 780 795 790 745
86,11 85,56 88,89 88,89 86,67 87,22 86,67 85,00 85,56 85,56 89,44 88,89 88,89 83,33 85,56 86,67 86,67 88,33 87,78 82,78 86,72
152
DARI TABEL KRITERIA : Jumlah Skor
Kategori
0 – 50%
Jelek
51 – 64%
Kurang
65 – 70%
Sedang
71 – 84%
Baik
85 – 100%
Sangat baik
Rata-rata persentase dari data aktivitas siswa adalah sebagai berikut : Persentase (%) = Jumlah nilai total x 100% Jumlah siswa = 1734,44 x 100 % 20 = 86,72 %
153
Lampiran 17 LEMBAR PENILAIAN HASIL KARYA SISWA TABEL : LEMBAR NILAI HASIL KARYA SISWA Aspek Yang Dinilai No Nama Siswa Jml 1 2 3 4 1 Yesi Ayu Wahyuni 90 90 85 90 355 2 Eka Yuyun Faris D 85 90 85 90 350 3 Didik Suryadi 90 90 90 90 360 4 Arya Prastya 90 90 85 90 355 5 Iin Fani Nurliana 80 85 90 85 340 6 Ahmad Nur Fais 90 90 85 90 355 7 Fitri Kurniawati 90 90 85 85 350 8 Anita Widi Pratiwi 85 90 85 85 345 9 Endang Malikatin 90 85 85 85 345 10 Ardiana Nur Safita 90 85 85 85 345 11 Lukman Hakim 90 90 90 90 360 12 Aldika M. Arif 90 90 90 90 360 13 Celvin Nanda Wijaya 90 90 90 85 355 14 Eka Fatmawati 85 85 85 85 340 15 Heru Efendi 90 85 90 90 355 16 Iis Afriyanti 85 90 85 90 350 17 Iis Afriyana 90 85 85 90 350 18 Kasrotun Afifah 85 90 85 85 345 19 Nurul Hidayatul Nisa 90 90 85 90 355 20 Rofi' 85 85 85 80 335 Rata-rata Nilai hasil karya siswa dinilai dari aspek-aspek berikut : 1. Kreativitas atau kreasi 2. Penyusunan benda-benda menjadi topeng 3. Pemilihan benda dan warna menjadi topeng 4. Merekat benda-benda menjadi topeng DARI TABEL KRITERIA : Jumlah Skor Kategori 0 – 50% Jelek 51 – 64% Kurang
Nilai
88,8 87,5 90 88,8 85 88,8 87,5 86,3 86,3 86,3 90 90 88,8 85 88,8 87,5 87,5 86,3 88,8 83,8 87,6
154
65 – 70% Sedang 71 – 84% Baik 85 – 100% Sangat baik Dilihat dari rata-rata persentase nilai siswa adalah sebagai berikut : Persentase % = Jumlah niali total x 100% Jumlah siswa = 1751 x 100% 20 = 87,6 %
155
Lampiran 18 LEMBAR HASIL AKHIR KREATIVITAS SISWA TABEL : LEMBAR HASIL AKHIR KREATIFITAS SISWA No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Yesi Ayu Wahyuni Eka Yuyun Faris D Didik Suryadi Arya Prastya Iin Fani Nurliana Ahmad Nur Fais Fitri Kurniawati Anita Widi Pratiwi Endang Malikatin Ardiana Nur Safita Lukman Hakim Aldika M. Arif Celvin Nanda Wijaya Eka Fatmawati Heru Efendi Iis Afriyanti Iis Afriyana Kasrotun Afifah Nurul Hidayatul Nisa Rofi’ Jumlah
Nilai Proses
Nilai Hasil Karya
Nilai Akhir
86,11 85,56 88,89 88,89 86,67 87,22 86,67 85 85,56 85,56 89,44 88,89 88,89 83,33 85,56 86,67 86,67 88,33 87,78 82,78
88,8 87,5 90 88,8 85 88,8 87,5 86,3 86,3 86,3 90 90 88,8 85 88,8 87,5 87,5 86,3 88,8 83,8
87,455 86,53 89,44 88,84 85,83 88,01 87,08 85,65 85,93 85,93 89,72 89,44 88,84 84,16 87,18 87,08 87,08 87,31 88,29 83,29 1743,13
Persentase (%)
= 1743 x100% 20 = 87,15%
87,15%
Nilai Akhir = Nilai Proses + Nilai Hasil Karya 2 Persentase (%) = Jumlah Nilai Total x 100% Jumlah siswa TABEL : KLASIFIKASI KATEGORI TINGKATAN DAN PERSENTASE Kriteria Baik sekali
Nilai persentase 86% - 100%
Penafsiran Hasil belajar baik sekali
156
Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
71% - 85% 56% - 70% 41% - 55% ≤ 40%
Hasil belajar baik Hasil belajar cukup Hasil belajar kurang Hasil belajar sangat kurang
157
Lampiran 19 FOTO-FOTO KEGIATAN SISWA MEMBUAT TOPENG SIKLUS I
158
159
Lampiran 20 FOTO-FOTO KEGIATAN SISWA MEMBUAT TOPENG SILKUS II
160
161
Lampiran 21 FOTO-FOTO KEGIATAN SISWA MEMBUAT TOPENG SIKLUS III
162
163
Lampiran 22 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN S-1 PGSD Alamat : Jl. Beringin Raya No.15 Wonosari Kec. Ngaliyan Semarang Telp. 8660106
No Hal
: : Permohonan Izin Penelitian
Kepada Yth. Kepala Sekolah SD Negeri 3 Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Dengan hormat, Dalam rangka penyusunan skripsi bagi mahasiswa S-1 PGSD FIP UNNES, maka diperlukan data-data penilitian. Untuk itu kepada Kepala Sekolah dimohon dapat membantu merealisasi tujuan tersebut diatas dengan mengijinkan mahasiswa untuk melakukan observasi dan pengambilan data pada instansi atau sekolah yang bapak pimpin, mulai tanggal 18 Januari 2010 sampai dengan 12 April 2010. Adapun mahasiswa dimaksud adalah : Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: WIDIYANTO : 1402907124 : S-1 PGSD FIP UNNES : Meningkatkan Kreativitas Membuat Topeng Dari Bahan Alam dan Bahan Sisa Melalui Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran Seni Rupa Di Kelas V SD Negeri 3 Srikandang Bangsri Jepara Demikian surat ini dibuat, atas kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
Jepara, 2010
12
Januari
164
Ketua Jurusan
Drs. Zaenal Abidin, M. Pd NIP. 131106346 Lampiran 23 PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KECAMATAN BANGSRI
SD NEGERI 3 SRIKANDANG Alamat : Jl. Tugu Srikandang Bangsri Jepara Kode Pos. 59453
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN No. Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah SD Negeri 3 Srikandang Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara, menerangkan bahwa : Nama
: WIDIYANTO
NIM
: 1402907124
Jurusan/Prodi
: Pendidikan Guru Sekolah Dasar S-1
Fakultas
: FIP UNNES
Telah melaksanakan penelitian yang berjudul “ Meningkatkan Kreativitas Membuat Topeng Dari Bahan Alam dan Bahan Sisa Melalui Pendekatan CTL di Kelas V SD N 3 Srikandang Bangsri Jepara “. Demikian
surat
keterangan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
ini
saya
buat
untuk
dapat
165
Jepara,
25
Maret 2010 Kepala
SDN
3
Srikandang
BARDA’I, S. Pd NIP. 19651006 199103 1006