UNIVERSITAS INDONESIA
KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
TESIS
KUKUH PAMUJI 0806435854
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI DEPOK JULI 2010
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora
KUKUH PAMUJI 0806435854
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI DEPOK JULI 2010
i
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 19 Juli 2010
Kukuh Pamuji
ii
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama NPM Tanda Tangan
: Kukuh Pamuji : 0806435854 :
Tanggal
: 19 Juli 2010
iii
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis yang diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul
: : : : :
Kukuh Pamuji 0806435854 Magister Arkeologi Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta
Ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Arkeologi pada Program Studi Magister Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Ketua Penguji
: Dr. Irmawati M.Johan
(……………………..)
Pembimbing
: Prof. Dr. Noerhadi Magetsari
(….………………….)
Ko-pembimbing
: Dr. Wanny Rahardjo W
(….………………….)
Penguji
: Dr. Supratikno Rahardjo
(….………………….)
Penguji
: Dr. Kresno Yulianto S
(….………………….)
Ditetapkan di Tanggal
: Depok : 19 Juli 2010
Oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. NIP. 196510231990031002
iv
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Karunia-Nya, sehingga tesis berjudul Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta dapat diselesaikan. Pemilihan topik ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk ikut menyumbangkan hasil pemikiran pada pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangka pelaksanaan program edukasi dan komunikasi bagi masyarakat luas dengan tidak mengesampingkan kepentingan yang lain. Penulisan tesis ini sudah pasti tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa dukungan, perhatian, pemahaman, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada: (1) Beasiswa Unggulan Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk menempuh studi Magister Arkeologi di Universitas Indonesia. (2) Prof. Dr. Noerhadi Magetsari selaku pembimbing mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya tesis ini. Banyak hal yang dapat penulis petik selama dalam bimbingan. Beliau selalu memacu dan memberikan dorongan agar tidak menunda-nunda penulisan tesis ini, dengan sabar beliau terus memberi semangat kepada penulis. (3) Dr. Wanny Rahardjo selaku Ko-pembimbing, ditengah-tengah kesibukan beliau dengan sabar dan bijak membimbing penulis, sehingga pada akhirnya tesis ini layak untuk diujikan. (4) Dr. Irmawati M. Johan dengan beberapa saran dan masukannya dapat memberikan makna dan upaya untuk mempertajam dan menyempurnakan penulisan tesis ini. (5) Dr. Supratikno Rahardjo dengan beberapa kritik, pertanyaan dan masukannya membuat penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaktelitian dalam menulis tesis ini. (6) Dr. Kresno Yulianto dengan saran dan masukannya membuat penulis merasa banyak kekurangan dan berupaya dengan sekuat tenaga untuk memperbaiki tesis ini seoptimal mungkin.
v
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
(7) Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan ”museologi” kepada penulis untuk memasuki dunia baru yang belum pernah penulis rasakan. (8) Bapak dan Ibu tercinta, sembah sujud penulis haturkan atas segala do’a dan pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan apapun untuk keberhasilan penulis dalam menempuh pendidikan ini, dengan ini penulis berdo’a semoga apa yang telah penulis lakukan ini dapat memenuhi harapan beliau. (9) Yang selalu mendapat tempat di hati penulis yakni, Nunung Nurhasanah, S.Pd., Muhammad Reza Hanief, Nibras Muhammad Rashif, Saffana Khalish, dan Oryza Fauziah Azzahra, yang dengan penuh kesabaran dalam penantian yang panjang menjalani liku hidup dan tabah menghadapi segala persoalan sehingga penulis dapat memusatkan segenap perhatian pada penulisan tesis ini, penulis hanya dapat berharap semoga dengan selesainya pendidikan ini dapat sedikit membahagiakan mereka. (10) Suripto, S.H., M.H. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Negara RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program Pasca Sarjana Universitas Indonesia. (11) Teman-teman widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat Negara RI yang selalu membantu dan mendukung serta tempat penulis untuk bertukar pikiran. (12) Dra. Adek Wahyuni Saptantinah selaku Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menelusuri data inventarisasi koleksi benda seni Istana Krepresidenan. (13) Teman-teman ”seperjuangan” museologi angkatan 2008 (Zahir, Daniel, Kartum, Judi Wahyudin, Sarjiyanto, Tampil, Salam, Unding, Windu, Gunawan, Rofik, Ayu, Andini dan Memey), kapan lagi ya...? kita bisa nongkrong, bercanda dan tertawa bersama. Sekarang semuanya sudah sangat lain dan berbeda. (14) Adik-adikku tercinta yang dengan caranya sendiri-sendiri memperhatikan dan membantu penulis.
vi
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
(15) Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga apa yang telah dikontribusikan tidak pernah hilang sepanjang zaman dan tidak pernah sirna sepanjang masa. Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari predikat sempurna dan memuaskan, untuk itu dengan senang hati dan sikap terbuka penulis menerima segala kritik dan saran untuk terciptanya hasil karya yang lebih baik di masa datang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Depok, 19 Juli 2010
Penulis
vii
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program Studi Departemen Fakultas Jenis Karya
: : : : : :
Kukuh Pamuji 0806435854 Magister Arkeologi Arkeologi Ilmu Pengetahuan Budaya Tesis
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir serta selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 19 Juli 2010 Yang Menyatakan,
Kukuh Pamuji
viii
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii ABSTRAK ......................................................................................................... ix ABSTRACT ....................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR FOTO ................................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix 1. PENDAHULUAN........................................................................................ 1 1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1. 2 Perumusan Masalah ............................................................................... 8 1. 3 Tujuan penulisan ................................................................................... 8 1. 4 Manfaat penelitian ................................................................................. 9 1. 5 Batasan Penulisan .................................................................................. 9 1. 6 Metode Penelitian .................................................................................. 10 1. 7 Sistematika Penulisan ............................................................................ 12 2. TINJAUAN TEORETIK ............................................................................. 2. 1 Pengertian Museum............................................................................... 2. 2 Konteks Museologi................................................................................ 2. 3 Konsep Komunikasi Museum ............................................................... 2. 4 Konsep Edukasi Museum ..................................................................... 2. 5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis ..................................................... 2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis ...................................................... 2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing) ..................... 2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning) .......... 2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning) .............. 2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis ............................................................................... 2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar ............................
14 14 16 17 22 33 36 36 37 37
3. ISTANA KEPRESIDENAN RI .................................................................. 3. 1 Istana Kepresidenan di Indonesia ........................................................... 3. 1.1 Istana Bogor ................................................................................ 3. 1.2 Istana Cipanas ............................................................................. 3. 1.3 Istana Yogyakarta........................................................................ 3. 1.4 Istana Tampaksiring ....................................................................
47 47 47 48 50 51
xi Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
42 45
3. 2 Istana Merdeka ....................................................................................... 53 3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka .............................................. 56 3.2.1.1 Ruang Serambi Depan ................................................... 56 3.2.1.2. Ruang Kredensial ........................................................... 57 3.2.1.3 Ruang Koridor................................................................ 59 3.2.1.4 Ruang Jepara .................................................................. 60 3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara.................................... 61 3.2.1.6 Ruang Resepsi ................................................................ 63 3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden..................................................... 64 3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka................................................... 65 3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang ............................................... 66 3.3 Halaman Tengah...................................................................................... 67 3.4 Kantor Presiden ....................................................................................... 69 3.5 Istana Negara ........................................................................................... 70 3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara ................................................... 72 3.5.1.1 Ruang Serambi Depan...................................................... 72 3.5.1.2 Ruang Tamu ..................................................................... 73 3.5.1.3 Ruang Koridor.................................................................. 75 3.5.1.4 Ruang Jamuan .................................................................. 77 3.5.1.5 Ruang Upacara ................................................................. 78 3. 6 Wisma Negara ........................................................................................ 79 3. 7 Masjid Baiturrahim ................................................................................ 81 3. 8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan....................................................... 82 3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi.......................................... 82 3.8.2 Furnitur......................................................................................... 84 3.8.3 Benda seni .................................................................................... 85 3.8.3.1 Lukisan ............................................................................ 87 3.8.3.2 Patung.............................................................................. 88 3.8.3.3 Keramik ........................................................................... 89 3.8.3.4 Benda Seni Kriya ............................................................ 94 3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta .................................... 95 3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.10 Sarana dan Prasarana ............................................................................ 99 3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .............................................. 100 3.12 Kegiatan Edukatif Kultural ................................................................... 101 4. MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA ................................ 103 4. 1 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Komunikasi 103 4. 2 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Edukasi ... 110 4. 3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta............... 113 4.3.1 Acara Kenegaraan ........................................................................ 113 4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI............................................................... 113 4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara ................................................. 115
xii Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial) ...................................................................... 4.3.2 Koleksi yang Berkaitan Langsung dengan Pelaksanaan Acara Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta ................................. 4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) .................................................................... 4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji ............................................. 4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan....................................................................... 4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan dalam Acara Jamuan Kenegaraan....................................................................... 4.3.3 Pameran .......................................................................................
117 121 121 124 126 127 128
5. PENUTUP ..................................................................................................... 134 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136 LAMPIRAN ....................................................................................................... 142 INDEKS ............................................................................................................. 169
xiii Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 4.1
Teori Belajar Konstruktivis Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 Tema Koleksi Benda seni di Istana kepresidenan Jakarta Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan Pembuatannya Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan Pembuatannya Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 - 2009 Jenis Display Museum
xiv Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
35 86 86 87 88 94 100 101 129
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan ..................................................... Gambar 2.1 Proses Musealisasi ...................................................................... Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale .................................... Gambar 2.3 Teori Pengetahuan....................................................................... Gambar 2.4 Teori Belajar................................................................................ Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan ........................ Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver................................... Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler ........................................................ Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright ......................................... Gambar 3.1 Denah kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta........................... Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan .......................... Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan ...................................................
xv Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
6 17 18 20 21 21 28 29 31 97 127 128
DAFTAR FOTO Halaman Foto 3.1 Foto 3.2 Foto 3.3 Foto 3.4 Foto 3.5 Foto 3.6 Foto 3.7 Foto 3.8 Foto 3.9 Foto 3.10 Foto 3.11 Foto 3.12 Foto 3.13 Foto 3.14 Foto 3.15 Foto 3.16 Foto 3.17 Foto 3.18 Foto 3.19 Foto 3.20 Foto 3.21 Foto 3.22 Foto 3.23 Foto 3.24 Foto 3.25 Foto 3.26 Foto 3.27 Foto 3.28 Foto 3.29 Foto 3.30 Foto 3.31 Foto 3.32 Foto 3.33 Foto 3.34 Foto 3.35 Foto 3.36 Foto 4.1 Foto 4.2 Foto 4.3 Foto 4.4 Foto 4.5 Foto 4.6 Foto 4.7 Foto 4.8
Istana Kepresidenan Bogor ........................................................ Istana Kepresidenan Cipanas ..................................................... Istana Kepresidenan Yogyakarta................................................. Istana Kepresidenan Tampaksiring ............................................. Serambi Depan Istana Merdeka .................................................. Ruang Credential, Istana Merdeka .............................................. Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... Ruang Jepara, Istana Merdeka .................................................... Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka ...................... Ruang Resepsi, Istana Merdeka .................................................. Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka ....................................... Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... Serambi Belakang, Istana Merdeka............................................. Halaman Tengah, Istana Kepresidenan Jakarta .......................... Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden ..................................... Serambi Depan, Istana Negara .................................................... Ruang Tamu, Istana Negara ........................................................ Kamar Ruang Tamu, Istana Negara ............................................ Ruang Koridor, Istana Negara..................................................... Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... Ruang Upacara, Istana Negara .................................................... Ruang Lobi Wisma Negara ......................................................... Masjid Baiturrahim ..................................................................... Lukisan Penangkapan Diponegoro ............................................. Patung Penunggang Kuda ........................................................... Patung Hulubalang ..................................................................... Vas Bunga(Mei-ping), Cina abad ke-13 ..................................... Piring Hias Celadon, Cina abad ke-15 ........................................ Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming .......................................... Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching .................................... Piring Hias dari Annam, abad ke-15 ........................................... Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 .................................... Ceret dari Perak ........................................................................... Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... Seragam Paspampres Tahun 1966 .............................................. Seragam Paspampres Tahun 1966 ..............................................
xvi Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
48 50 51 53 57 59 60 60 61 63 64 65 66 66 67 68 70 73 75 75 76 77 77 79 81 82 87 89 89 90 91 91 92 93 93 95 115 115 117 117 121 121 123 123
Foto 4.9 Foto 4.10 Foto 4.11 Foto 4.12 Foto 4.13 Foto 4.14 Foto 4.15 Foto 4.16 Foto 4.16 Foto 4.17 Foto 4.18 Foto 4.19 Foto 4.20 Foto 4.21 Foto 4.22
Seragam Pasukan Kehormatan .................................................... Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) ................................... Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan .......................... Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden SBY .............. Seragam Pramusaji untuk Jamuan kenegaraan ........................... Display Karya yang dilengkapi dengan Label ............................ Perangkat Teknologi layar Sentuh (Touch Screen)..................... Display Pasukan Keraton ............................................................ Display Pasukan Keraton ............................................................ Display Deskripsi Karya ............................................................. Display Koleksi ...........................................................................
xvii Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
123 123 124 124 125 125 125 126 126 130 130 131 131 132 132
DAFTAR SINGKATAN
ABRI ADC AMA CI DPR RI Dr. Drs. dr. ICOM ID Ir. KOWAD KOWAL KPN KTP MPR RI Mr. m² PASPAMPRES PATWAL POLRI POLWAN RI SBY SMA TNI UU VVIP WARA
: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia : Aide-de-Camp : Asosiasi Museum Amerika : Corporate Identity : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia : Doktor : Doktorandus : Dokter : International Council Of Museums : Identity : Insinyur : Komando Wanita Angkatan Darat : Komando Wanita Angkatan Laut : Kepala Protokol Negara : Kartu Tanda Penduduk : Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia : Mister : Meter Persegi : Pasukan Pengaman Presiden : Patroli Pengawal : Polisi Republik Indonesia : Polisi Wanita : Republik Indonesia : Susilo Bambang Yudhoyono : Sekolah Menengah Atas : Tentara Nasional Indonesia : Undang-Undang : Very Very Important Person : Wanita Angkatan Udara
xviii Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Daftar Lukisan di Istana Merdeka .............................................. Lampiran 2 Daftar Lukisan di Istana Negara ................................................ Lampiran 3 Daftar Lukisan di Kantor Presiden ............................................. Lampiran 4 Daftar Patung di Istana Merdeka ................................................ Lampiran 5 Daftar Patung di Istana Negara .................................................. Lampiran 6 Daftar Patung di Kantor Presiden .............................................. Lampiran 7 Daftar Patung di Halaman Tengah ............................................. Lampiran 8 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Merdeka .............................. Lampiran 9 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Negara .................................. Lampiran 10 Daftar Benda Seni Kriya di Kantor Presiden ..............................
xix Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
142 144 145 147 150 151 153 155 167 169
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Kukuh Pamuji : Magister Arkeologi : Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta
Tesis ini membahas tentang Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta saat ini berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan sehingga perlu adanya sebuah museum khusus yang mengacu kepada konsep pendidikan konstruktivis yang memiliki karakteristik free choice learning, sehingga memungkinkan pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang optimal tentang Istana Kepresidenan Jakarta. Kata kunci : Edukasi, komunikasi, konstruktivis
ix
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
ABSTRACT Name Study Program Title
: Kukuh Pamuji : Magister of Archaeology : Communication and Education in the Presidential Palace Museum in Jakarta
This thesis discusses the communication and education at the Presidential Palace Museum in Jakarta. This study is a descriptive qualitative approach. The results of this study identified that communication and education programs are conducted at the Presidential Palace in Jakarta is not optimal, given the Presidential Palace in Jakarta now serves as the center of government activities so that the need for a special museum which refers to the concept of constructivist education that has the characteristics of free choice learning, allowing visitors can obtain an optimal knowledge and experience of the Presidential Palace in Jakarta. Keywords: Education, communication, constructivist
x
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman berpusat pada koleksi, maka dalam perkembangannya aktivitas permuseuman dipusatkan
pada
masyarakat.
Museum
bukan
sekedar
menjadi
tempat
penyimpanan benda langka dan mahal, melainkan sebagai sebuah lembaga kebudayaan yang melayani masyarakat (Magetsari,2008:3). Dengan demikian, museum mulai mengembangkan dirinya menjadi institusi yang terbuka bagi masyarakat. Dewasa ini museum tidak lagi ingin disebut sebagai ‘gudang’ tempat menyimpan barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya, tetapi museum berupaya menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan suasana dan pengalaman yang berbeda. Perubahan ini sekaligus juga mengubah peran museum yang semula menekankan pada koleksi, yaitu mengumpulkan, merawat, dan memamerkan koleksi, berkembang menjadi tempat preservasi, penelitian, dan komunikasi, yang bertujuan untuk menyampaikan misi edukasi sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Greenhill, 1994;140). Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi museum mengalami pergeseran. Apabila selama ini edukasi museum berperan untuk menyampaikan pendidikan kepada anak-anak, namun dengan perkembangan paradigma yang ada, museum juga harus dapat menyampaikan misi edukasinya kepada semua lapisan masyarakat. Museum tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk mendidik masyarakat, tetapi menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya tempat di mana pengunjung dapat memperoleh pengalaman (Ambrose dan Paine, 2006:46-48). Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pendidikan, menurut Van Mensch (1992), museum memiliki tanggung jawab etis untuk mengaplikasikan koleksi dan sumber daya lain yang dimilikinya untuk pengembangan pengetahuan publiknya. Kaidah umum yang harus diupayakan adalah membuat museum dan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
2
koleksinya dapat diakses secara fisik, emosional dan intelektual oleh publik sebanyak mungkin. Museum harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Untuk memenuhi tanggung jawabnya
itu,
museum
harus
meningkatkan
perannya
sebagai
sumber
pembelajaran yang dapat digunakan oleh seluruh komponen masyarakat atau kelompok-kelompok khusus yang harus dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192). Sementara itu, berbagai macam informasi dan pengalaman yang ingin disampaikan oleh museum kepada masyarakat atau pengunjung museum dilakukan melalui komunikasi museum. Komunikasi di museum meliputi semua aktivitas untuk menarik pengunjung (publikasi dan pemasaran), mencari kebutuhan mereka (penelitian dan evaluasi), dan menyediakan kebutuhan intelektual pengunjung (pendidikan dan hiburan) (Greenhill,1996:140). Sehubungan dengan kegiatan komunikasi dan edukasi yang akan diuraikan, selama ini informasi mengenai Istana Kepresidenan masih sangat terbatas, terpilah-pilah dan bahkan terkesan tersembunyi. Padahal, istana-istana tersebut adalah bagian penting dari sebuah perjalanan bangsa. Istana Kepresidenan sesungguhnya adalah milik dan simbol bagi bangsa Indonesia. Istana bukan saja sekedar gedung besar dan klasik, tetapi tempat dimana sejarah dibuat oleh para tokoh. Dari istana-istana Kepresidenan inilah kebijakankebijakan pemerintah dilahirkan, karena istana merupakan pusat kegiatan pemerintahan. Istana Kepresidenan merupakan lambang dari perjalanan sejarah bangsa kita dengan keberagamannya. Bangunan ini layak dipertahankan dan harus dipahami karena merupakan simbol keberagaman dan kebersatuan. Istana Kepresidenan merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008:iv). Istana dibangun dalam lingkungan budaya tertentu, dan dikelilingi oleh kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat. Terjalinnya hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi cermin bahwa Istana Kepresidenan tak terpisahkan dari sejarah dan budaya kita. Dengan mengenalnya lebih baik maka akan menimbulkan perasaan memiliki, sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan wibawa dan kharismanya (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008:vi).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
3
Sejak pertama kalinya resmi dibuka untuk masyarakat umum pada 24 Mei 2008, antusiasme masyarakat untuk melakukan kunjungan wisata ke dalam kompleks Istana sangat terlihat jelas. Antusiasme ini dibuktikan dengan jumlah pengunjung yang begitu banyak yang datang bukan hanya dari wilayah Jakarta, tetapi juga dari luar kota barbagai daerah di Indonesia. Wisata Istana yang hanya dibuka pada hari Sabtu dan Minggu, mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB ini diserbu oleh pengunjung baik dewasa maupun anak-anak. Sebelum loket pendaftaran dibuka para pengunjung telah berkerumun dan rela mengantri disekitar loket pendaftaran. Pendaftaran pengunjung akan ditutup pukul 15.00 WIB pada setiap waktu kunjungan. Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta sejak bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Februari 2009 (atau 76 hari kunjungan yang dibuka pada hari Sabtu dan Minggu) berjumlah 112.592 orang atau rata-rata kunjungan per-harinya berjumlah 1.481 orang. Program Wisata Istana ini sengaja dibuat dalam rangka merayakan 100 tahun Kebangkitan Nasional dan Visit Indonesia Year 2008. Program ini juga mengacu pada konsep tur istana atau kerajaan seperti yang dilakukan oleh Istana Gedung Putih (White House) di Amerika dan Gedung Buckingham Palace di Inggris. Dua tempat yang disebutkan tersebut telah memiliki program tur Istana dengan konsep yang jelas, terjadwal, dan birokrasi yang mudah. Dari data yang penulis peroleh, tercatat Lebih dari 50.000 orang setiap tahunnya mengunjungi Istana Buckingham sebagai para tamu pada perjamuan-perjamuan, makan siang, makan malam, dan pesta-pesta resmi keluarga kerajaan ( Wikipedia, ensiklopedia bebas). Karena Istana Kepresidenan Jakarta merupakan living monument, yaitu bangunan bersejarah yang masih digunakan untuk kepentingan Pemerintahan Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik diatur secara ketat, berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak dapat secara leluasa untuk memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang cukup lama, seperti halnya kalau mereka mengunjungi museum yang lain. Disamping itu pengunjung tidak dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang ada di dalamnya karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur sedemikian rupa. Dengan demikian para pengunjung tidak dapat secara leluasa mengakses
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
4
informasi yang diperlukannya berkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta ketika mereka melakukan kunjungan Wisata Istana Kepresidenan. Secara ideal sebelum masyarakat berkunjung ke Istana Kepresidenan Jakarta mereka perlu diberikan pengetahuan yang memadai tentang seluk-beluk Istana Kepresidenan Jakarta. Pembekalan pengetahuan kepada masyarakat ini hanya dapat dilakukan apabila Istana Kepresidenan ditata sebagai museum, tetapi masalahnya adalah tidak mungkin. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara yang tepat untuk dapat melaksanakan kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para pengunjung, sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang Istana Kepresidenan Jakarta setelah mereka melakukan kunjungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk museum yang lokasinya berada dilingkungan kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Dengan demikian proses komunikasi dan edukasi yang dilakukan oleh pengelola Istana Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan lebih optimal. Ide pembentukan museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat dikunjungi secara leluasa ini mengacu pada Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta yang saat ini sudah dibuka secara resmi bagi masyarakat umum. Museum di Istana Kepresidenan Yogyakarta ini dapat terwujud karena apabila ditinjau dari aspek kesiapan secara fisik, Istana Kepresidenan Yogyakarta lebih siap dibandingkan dengan Istana Kepresidenan yang lain. Di Istana Kepresidenan Yogyakarta, bangunan yang dibutuhkan untuk difungsikan sebagai museum sudah tersedia. Di samping itu, faktor pendukung lainnya adalah dari sisi protokoler, kegiatan Presiden relatif jarang dilaksanakan di Istana Yogyakarta, maka kunjungan masyarakat tidak akan mengganggu jalannya kegiatan pemerintahan. Kehadiran Museum Istana Yogyakarta ini merupakan jendela untuk dapat melihat bangunan istana yang menyimpan banyak cerita tentang benda-benda seni dan benda-benda bersejarah yang merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Museum istana yang telah berdiri ini merupakan salah satu andil dari Istana Kepresidenan Republik Indonesia dalam rangka membantu kegiatan pendidikan kepada masyarakat. Dewasa ini para profesional museum mulai mengeksplorasi pendidikan dengan cara yang baru. Pendidikan sudah digambarkan kembali di dalam
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
5
masyarakat, dan konsepnya diperluas lebih dari sekedar ketetapan di dalam lembaga formal seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan di museum muncul untuk suatu cakupan yang sangat luas. Pendidikan di dalam museum kini dipahami sebagai suatu cakupan dari pameran-pameran, workshop dan publikasi, karena suatu cakupan yang sangat meningkat dari jenis para pengunjung, termasuk sekolah-sekolah, pelajar-pelajar, keluarga-keluarga, dan orang dewasa. Pendidikan museum dapat berlangsung baik dalam museum maupun di dalam masyarakat (Greenhill, 1996:142). Istana Kepresidenan Jakarta yang dijadikan model dalam penelitian ini dikelola oleh Rumah Tangga Kepresidenan, yaitu organisasi yang berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden dan secara administratif dikoordinasikan oleh Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. Dasar hukum organisasi Rumah Tangga Kepresidenan yang membawahi pengelolaan kegiatan Wisata Istana Kepresidenan ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 tanggal 19 April 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, dimana Rumah Tangga Kepresidenan yang sebelumnya bernama Sekretariat Presiden berada di bawah organisasi Sekretariat Negara Republik Indonesia. Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tanggal 12 Agustus 2005 tentang Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia termasuk didalamnya Organisasi Rumah Tangga Kepresidenan. Unit kerja yang bertanggung jawab mengurus kegiatan permuseuman selanjutnya diemban oleh Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar seni Biro Istana-Istana, yang secara struktural berada di bawah Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana, di bawah Kepala Rumah Tangga Kepresidenan sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Pasal 79 yang berbunyi: Bagian Museum dan Sanggar Seni mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan koleksi benda-benda seni, benda-benda bersejarah dan pengurusan cinderamata, dekorasi, dan kesenian di lingkungan Istana Kepresidenan.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
6
Selanjutnya dalam Pasal 80 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 79, Bagian Museum dan Sanggar Seni menyelenggarakan fungsi: a. Pengelolaan koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pengadaan, pencatatan, display benda-benda museum/seni dan bendabenda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan; b. Perencanaan dan pelaksanaan perawatan dan penyimpanan benda-benda museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan; c. Penerimaan, pencatatan dan penyimpanan cinderamata yang diterima di lingkungan Istana Kepresidenan; d. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan dekorasi, tata keindahan dan aspek estetika lainnya di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan; e. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan desain-desain kebutuhan Rumah Tangga Kepresidenan; f. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kesenian dan pengelolaan sarana pendukungnua di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan. Sementara itu, dalam pasal berikutnya yaitu Pasal 81, susunan organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni terdiri dari: a. Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi; b. Subbagian Dekorasi; c. Subbagian Kesenian. Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka Bagan Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni
Kepala Sub Bagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi
Kepala Sub Bagian Dekorasi
Kepala Sub Bagian Kesenian
Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
7
Sementara itu, tugas masing-masing struktur tersebut sebagaimana diuraikan dalam Pasal 82 adalah: (1) Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar seni Biro Istana-Istana adalah melaksanakan pengelolaan dan perawatan koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan serta pelaporan pengadaan, pencatatan, display, serta pemeliharaan dan perawatan bendabenda museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan. (2) Subbagian Dekorasi mempunyai tugas melaksanakan dekorasi tata ruang dalam dan luar serta dekorasi bunga, taman dan unsur dekorasi lainnya, menyiapkan pola dan desain dekorasi serta administrasi dekorasi di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan. (3) Subbagian Kesenian mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan kesenian dan pengelolaan sarana pendukungnya, pembinaan koordinasi kerjasama dengan seniman dan organisasi kesenian serta pihak-pihak lain, penyiapan desain produk cetak dan cinderamata serta administrasi kesenian di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan (Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 : 31). Dalam rangka memberikan pelayanan dan menyampaikan misi edukasi kepada para pengunjungnya, berbagai upaya telah dilakukan oleh Istana Kepresidenan Jakarta, walaupun tentu saja masih banyak hal yang perlu disempurnakan. mengingat saat ini banyak hambatan yang ditemui kaitannya dengan fungsi Istana Kepresidenan sebagai tempat yang masih digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan. Penelitian ini dibatasi pada pengkajian tentang edukasi dan komunikasi yang terkait dengan obyek yang berupa benda-benda koleksi Istana Kepresidenan dan aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam Istana Kepresidenan yang akan disajikan dalam bentuk eksebisi Istana Kepresidenan RI. Penelitian ini menjadi menarik karena belum ada penelitian mengenai studi komunikasi dan edukasi di museum yang dilakukan oleh Istana Kepresidenan RI. Dengan penelitian tentang komunikasi dan edukasi di museum yang mengambil model Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini, diharapkan dapat memperbaiki kegiatan permuseuman yang sudah ada pada saat ini sehingga para pengunjung
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
8
akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam tentang Istana Kepresidenan RI. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, museum merupakan lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa untuk kepentingan generasi yang akan datang (Peraturan Pemerintah RI No.19, 1995:3). Dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tersebut di atas, maka museum harus dikelola berdasarkan fungsi penting sebagai lembaga kebudayaan, yang berguna untuk penelitian, pendidikan dan sarana tempat hiburan masyarakat luas. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka pengelolaan museum harus mendapat perhatian yang lebih besar dan serius dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun para pengelola museum.
1.2 Perumusan Masalah Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh tentang Museum Istana Kepresidenan Jakarta dalam melaksanakan kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para pengunjungnya. Oleh karena itu, masalah penulisan tesis ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Dengan mengacu pada hal-hal seperti yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah: a. Bagaimana agar koleksi benda seni dan acara kenegaraan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Republik Indonesia dapat dipahami oleh pengunjung? b. Bagaimana cara menyajikan koleksi benda seni dan acara kenegaraan dalam eksebisi Istana Kepresidenan Jakarta? c. Bagaimana model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta?
1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penulisan tesis ini adalah:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
9
1. Memberikan penjelasan tentang koleksi benda seni dan acara kenegaraan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta. 2. Memberikan gambaran bahwa kegiatan komunikasi dan edukasi yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini masih perlu disempurnakan dan ditingkatkan. 3. Memberikan masukan kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta tantang perlunya sebuah museum Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat menerapkan model komunikasi dan edukasi museum berdasarkan konsep konstruktivis dengan menerapkan proses pembelajaran aktif (active learning).
1.4 Manfaat Penelitian Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menyumbangkan pemikiran tentang landasan teoretik yang dapat dijadikan model dalam menentukan konsep eksebisi museum. 2. Menyumbangkan pemikiran kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta tentang konsep memperoleh
eksebisi
yang memungkinkan
pengetahuan
dan
pengalaman
pengunjung dengan
dapat
melakukan
pembelajaran aktif di museum. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar/pijakan dalam
upaya
membangun
dan
mengembangkan
Museum
Istana
Kepresidenan Jakarta.
1.5 Batasan Penulisan Pembahasan mengenai konsep komunikasi dan edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta belum pernah dilakukan sebelumnya, oleh karena itu penulisan tesis ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai konsep yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di museum dan model eksebisi yang interaktif sesuai dengan konsep pembelajaran aktif. Eksebisi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah bagaimana menyajikan koleksi yang dipamerkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
10
Batasan yang perlu mendapatkan perhatian dalam penulisan tesis ini adalah pemilihan model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta. Mengingat acara kenegaraan di Istana kepresidenan Jakarta jumlahnya cukup banyak, maka yang akan ditampilkan dalam pembahasan tesis ini adalah acara kenegaraan yang berupa: Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dan Jamuan Kenegaraan bagi Tamu Negara. Semantara itu, lokasi yang menjadi obyek pembahasan tesis ini adalah Istana Kepresidenan Jakarta yang beralamat di Jalan veteran No.16 Jakarta.
1.6 Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang disampaikan sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan banyak menggunakan konsep-konsep yang terdapat dalam teori komunikasi, teori pendidikan, dan teori pembelajaran. Konsep-konsep tersebut digunakan sebagai rujukan untuk dapat memberikan gambaran tentang penyajian koleksi dan informasi dalam kegiatan eksebisi dan proses belajar yang berlangsung di museum. Sifat penelitian yang diterapkan dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan berbagai kondisi data sebagaimana adanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2004:6). Untuk mendapatkan hasil analisis yang memadai, maka penelitian ini dilakukan memalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan data Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan literatur dan pengamatan (observasi). Pengumpulan literatur dilakukan untuk mendapatkan teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, metode, dan teknik penelitian, baik dalam pengumpulan atau menganalisa data yang pernah digunakan para
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
11
peneliti terdahulu (Nazir, 1998:111). Teori yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah teori komunikasi dan edukasi di museum. Disamping itu peneliti mengumpulkan data internal Istana Kepresidenan RI berupa data pengunjung, laporan studi pengembangan sarana fisik dan non fisik. Data yang berkaitan dengan kegiatan kunjungan Istana Kepresidenan dikumpulkan melalui pengamatan (observasi). Dalam melakukan pengamatan terdapat beberapa tipe yang dapat dipilih, yaitu pengamatan yang tidak berstruktur dan pengamatan berstruktur (Sevilla, 1993:198). Pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan tidak berstruktur. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pengamatan tidak berstruktur dianggap lebih fleksibel dan terbuka. Situasi terbuka yang dimaksudkan di sini adalah pengamat melihat kejadian secara langsung pada tujuan (Sevilla, 1993:198). Untuk itu semua komponen yang ada dalam kegiatan kunjungan Istana Kepresidenan direkam pada saat pengamatan berlangsung. 2. Tahap pengolahan data Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka untuk menjawab permasalahan penelitian yang telah diajukan sebelumnya, dilakukan analisis dan pengolahan data terhadap literatur dan hasil pengamatan. Dalam mengolah data yang telah terkumpul, teori komunikasi dan edukasi di museum dan data hasil pengamatan dijadikan sebagai kerangka pembahasan. Selanjutnya kerangka pembahasan tersebut digunakan untuk menguji kebijakan eksebisi dan program edukasi yang digunakan oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangka menentukan kegiatan komunikasi dan edukasi yang lebih baik. 3. Tahap penyimpulan data Tahap penyimpulan dilakukan pada tahap akhir dari penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif, peneliti menyampaikan teori komunikasi dan edukasi yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan kunjungan Wisata Istana Kepresidenan Jakarta. Teori ini juga diaplikasikan untuk mengembangkan disain eksebisi museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
12
1.7 Sistematka Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORETIK Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yaitu pengertian museum, konteks museologi, konsep komunikasi museum, konsep edukasi museum, dan konsep pembelajaran konstruktivis.
BAB 3 : ISTANA KEPRESIDENAN RI Pada bab ini dibahas tentang Istana Kepresidenan di Indonesia (yang meliputi Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Yogyakarta, Istana Tampaksiring dan Istana Jakarta). Selanjutnya secara khusus dibahas tentang Istana Merdeka, halaman tengah, Kantor Presiden, Istana Negara, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim, benda koleksi Istana Kepresidenan, konsep kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta, dan kegiatan edukatif kultural.
BAB 4 : MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA Pada bab ini dibahas tentang peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai sarana komunikasi, Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai sarana edukasi, dan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
13
BAB 5 : PENUTUP Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak pengelola museum Istana Kepresidenan Jakarta berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
14
BAB 2 TINJUAN TEORETIK
2.1 Pengertian Museum Menurut asal katanya, museum berasal dari bahasa Yunani “Mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur (Direktorat Museum, 2008:15). Kesembilan gadis angkasa yang merupakan keturunan dari Mnemosyne dengan Zeus, dewa tertinggi Yunani sebagaimana yang terdapat dalam mitologi Yunani itu adalah para penguasa cabang-cabang seni dan ilmu pengetahuan, seperti Calliope, Cleio, Erato, Euterpe, Melpomene, Polyhymnia, Terpsichore, Thaleia, dan Urania. Mereka bersemayam di Pegunungan Olympus (http://id.wikipedia.org/wiki/Mito logi_Yunani). Dalam bahasa Latin museum adalah nama yang digunakan untuk bangunan universitas di jaman Alexandria tahun 1615, kemudian istilah mouseion digunakan sebagai tempat untuk studi dan perpustakaan, sedangkan di Inggris adalah sebagai bangunan untuk menyajikan atau memamerkan (display) obyek, tercatat pertama kali 1683. 1 Asosiasi Museum Amerika (AMA) mendefinisikan museum sebagai suatu lembaga (institusi) “yang dikelola seperti halnya sebuah institusi sosial dan swasta nirlaba, yang berada pada suatu dasar permanen untuk tujuan-tujuan pendidikan dan estetis secara esensial” yang “memelihara dan memiliki atau memanfatkan obyek-obyek nyata, yang bergerak maupun tak bergerak dan memamerkannya secara teratur “yang” memiliki paling sedikit satu anggota staf profesional atau pegawai yang bekerja penuh waktu, “dan dibuka untuk masyarakat secara teratur sedikitnya 120 hari per tahun” (Kotler dan Kotler, 1998: 6). Pengertian museum di Indonesia tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dahn Pemanfaatan Benda cagar Budaya di museum. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa museum adalah lembaga tempat menyimpan, merawat, mengamankan, dan memanfaatkan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam 1
http://www.etymonline.com/index.php?term=museum Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
15
lingkungannya, guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa untuk kepentingan generasi yang akan datang (PP RI No.19, 1995:3). Atas dasar berbagai macam definisi tentang museum seperti yang telah disebutkan di atas, salah satu definisi yang paling dapat dipertanggungjawabkan dan dikeluarkan oleh institusi resmi yang berkaitan dengan museum adalah definisi museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of Museums ) yang ke-11 di Kopenhagen pada tahun 1974 yakni: “ A Museum is a non profit making, permanent institution in the service of society and of its development and open to the public, which acquires, conserves, communicates and exhibits for purposes of study, education and enjoyment, material evidence of man and environment”. Museum adalah sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuantujuan studi, pendidikan, dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan lingkungannya (Direktorat Museum,2008:15). Kedalam pengertian museum tersebut, lembaga-lembaga lainnya, seperti: lembaga konservasi dan tempat-tempat pameran yang diselenggarakan oleh perpustakaan
dan
pusat-pusat
kearsipan,
monumen
peninggalan
alam,
kepurbakalaan dan etnografi, monumen sejarah dan kegiatan-kegiatannya dalam hal pengadaan, konservasi, dan komunikasi, lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup-pembuktian sejarah perkembangan alam-seperti kebun binatang atau taman botani dan zoologi, aquarium vivaria, cagar alam pusat-pusat ilmu pengetahuan(science-centres) dan planetaria oleh ICOM dianggap sebagai yang terangkum oleh definisi tentang museum di atas (Sutaarga, 2000:31). Asosiasi Museum Inggris juga memberikan definisi yang memberikan penekanan pada tujuan utama museum yang mengarah kepada masyarakat, yaitu: “A museum is an institution which collect documents, preserves and interprets material evidence and associated information for the public benefit” (Museum Association, 1984). Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa terdapat suatu persamaan yang dimiliki oleh semua museum, yaitu sebagai Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
16
tempat preservasi dan meneliti koleksi yang mereka miliki untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat. Dengan demikian, dalam pengelolaan museum ada misi edukasi yang mereka bawa, dan saat ini pengelolaan museum tidak hanya sebatas menjalani peran tersebut tetapi penting juga museum menyadari perannya di tengah masyarakat. Peran museologi baru kemudian mendasari peran museum sebagai suatu lembaga yang melayani masyarakat dengan memusatkan perhatian pada pengembangan hubungan timbal balik antara museum dengan masyarakat (Magetsari, 2008:9). Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran tentang hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya. Museum merupakan wahana untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa dan benda-benda bersejarah.
2.2 Konteks Museologi Pada awalnya suatu benda digunakan sesuai dengan fungsi aslinya, Dalam kondisi seperti ini maka suatu benda berada pada konteks primer (primary context). Pada saat itu suatu benda memiliki nilai ekonomi (economic value), karena berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam berbagai bidang. Selanjutnya setelah benda tersebut dipilih menjadi koleksi museum, maka benda tersebut mengalami proses musealisasi (musealisation) dan akan menempati konteks yang baru, yaitu konteks museologi (museological context). Dalam konteks museologi, suatu benda mengalami pemberian makna dan informasi. Proses ini dikenal dengan museality. Pada saat ini suatu benda tidak lagi berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan menjadi benda yang memiliki nilai sebagai dokumen yang dapat merekam kehidupan suatu masyarakat. Proses musealisasi ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
17
Gambar 2.1 Proses Musealisasi (Sumber: van Mensch, 2003 dalam Magetsari, 2008:5)
Konteks menjadi suatu hal yang penting dalam sebuah pameran museum. Konteks diperlukan agar makna yang terkandung dalam suatu benda dapat dipahami oleh pengunjung museum. Selanjutnya museum memiliki otoritas untuk memilih, menginterpretasi, dan menampilkan sesuatu yang menurut museum dipandang memiliki nilai. Konteks makna yang tercipta melalui interpretasi dari obyek yang dipamerkan dapat membantu pengunjung memahami masa lampau serta
pentingnya
pelestarian
bagi
kepentingan
generasi
mendatang
(Magetsari,2008:9).
2.3 Konsep Komunikasi Museum Salah satu perbedaan antara museum tradisional dengan museum baru adalah bahwa pada museum tradisional terjadi proses komunikasi searah (proses transmisi), sedangkan pada museum baru lebih menekankan terjadinya proses komunikasi timbal balik. Apabila perbedaan itu kita telusuri, maka paling tidak kita dapat melihat dua ciri yang terdapat pada museum tradisional, yaitu: 1. Penyajian koleksinya masih secara transmisi searah, bukan komunikasi dua arah. 2. Perubahan konsentrasi dari yang awalnya berkonsentrasi kepada koleksi menjadi konsentrasi pada masyarakat. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
18
Proses komunikasi pada museum tradisional tersebut sejalan dengan model komunikasi yang diperkenalkan oleh Shannon dan Weaver yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:40) Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah pesan berasal dari sumber yang dikirimkan oleh pemancar (transmitter) kepada penerima (receiver) melalui sebuah saluran (channel), sehingga pesan itu sampai pada tujuan akhir (destination). Dalam penyampaian pesan tersebut terdapat gangguan yang dapat mempengaruhi penyampaian pesan yang disebut “noise”. Dalam proses komunikasi tersebut penerima pesan hanya menjadi tujuan akhir. Apabila model komunikasi ini diterapkan dalam pameran museum, maka pengunjung sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi. Dalam perkembangan selanjutnya muncul konsep yang disebut umpan balik. Dengan adanya umpan balik ini maka akan dapat diketahui apakah suatu pesan dapat tersampaikan atau sebaliknya. Komunikasi dapat dilakukan berulang kali, sehingga terjadi suatu proses komunikasi yang bersifat sirkuler. Apabila terjadi hambatan komunikasi, maka proses komunikasi dapat diulang dengan mengubah pesan (message) atau saluran yang digunakan (channel), sehingga kalau digambarkan proses komunikasi akan berlangsung sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
19
Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler (Sumber: Eilean Hooper – Greenhill, 1996:47) Berdasarkan gambar tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa penerima pesan berperan lebih aktif. Makna pesan ditentukan oleh baik pengirim pesan maupun penerima pesan. Oleh karena itu, kedua belah pihak (pengirim pesan dan penerima pesan) akan menentukan pemaknaan suatu pesan. Komunikasi ini dikatakan efektif apabila proses komunikasi yang dilakukan bersama tersebut semakin besar. Untuk dapat membantu pemahaman kita tentang komunikasi, ada beberapa definisi komunikasi yang dapat disampaikan. Hybels dan Weafer dalam Liliweri menyatakan bahwa komunikasi adalah: Proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu dsekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan (Liliweri, 2002:3). Sejalan dengan hal tersebut, Billie J. Wlhstrom mengungkapkan bahwa komunikasi adalah: (a) Pernyataan diri yang efektif, (b) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, (c) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, (d) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, (e) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol, (f) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992:9).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
20
Model komunikasi sederhana mulai diperkenalkan pada dunia museum di Amerika Utara oleh Cameron pada akhir tahun 1960 yang memicu suatu perdebatan
(Cameron,1968;
Knez
dan
Wright,1970;
Miles,1989
dalam
Greenhill,1996:46). Fokus dari debat itu adalah apakah sebuah obyek merupakan aspek yang paling penting dalam suatu sistem komunikasi museum, atau hanyalah salah satu bagian dari komuniksai. Debat ini terlihat kecil, tetapi mengundang pelajaran untuk mencatat penggunaan-penggunaan dan mengambil model komunikasi sederhana untuk mengenali media, dan bagaimana menyampaikan suatu pesan. Selanjutnya Knez dan Wright mengusulkan modifikasi model komunikasi museum sebagai berikut:
Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:47) Selain itu, konsep mengenai komunkasi museum dapat juga dikemukakan sebagai berikut: Communication is defined as “the presentation of the collections to the public through education, exhibition, information and public services. It is also the outreach of the museum to the community” (Walden, 1991:27 dalam Greenhill, 1996:28).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
21
Menurut Amir Sutaarga ada tiga aspek yang perlu diperhatikan kaitannya dengan komunikasi museum, yaitu: (a) Museumnya sendiri dan “evidence of man and environment” sebagai wadah dan isi yang dapat dianggap sebagai komunikator, (b)”communicates and exhibits” yang dianggap sebagai perlunya komunikasi, dan (c) “for purpose of study, education and enjoyment” dari pengunjung museum yang dapat dianggap sebagai komunikannya (Sutaarga,1996). Menurut Greenhill, komunikasi museum dapat dilakukan melalui banyak metoda dari banyak jenis pameran yang berbeda, fungsi, ukuran dan pendekatan untuk interpretasi. Sebagai contoh, suatu pameran besar yang mahal, dengan jangka waktu yang pendek populer untuk menarik para wisatawan yang diharapkan untuk mengumpulkan uang, dan pameran dalam skala kecil yang memungkinkan dari suatu kelompok pendidikan orang dewasa lokal, memerlukan pertimbangan yang cermat. Pengunjung yang berbeda memerlukan ketentuan yang berbeda pula, dan harus dipikirkan bagaimana jenis pameran yang berbeda atau display yang dapat digunakan untuk menarik publik yang berbeda (Greenhill,1996 :41). Interaksi yang terjadi antara pengunjung dengan museum merupakan kegiatan komunikasi yang mengandung tiga aspek penting dan saling berkaitan satu dengan lainnya. Ketiga aspek tersebut adalah: museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan masyarakat pengunjung (Suriaman, 2000:55). Untuk berkomunikasi dengan para pengunjungnya, museum dapat menggunakan berbagai macam cara, termasuk dalam menetapkan hubungan dengan media lokal dan nasional, membangun jaringan pendukung lokal dan nasional, bisnis, pendidikan dan komunikasi budaya, dan pemakaian bermacam teknik pemasaran, seperti riset, surat dan iklan. Beberapa museum mempunyai program-program menyeluruh dan melampaui target program-program, di mana aktivitas diorganisir oleh museum tetapi dilaksanakan di tempat umum seperti pusat perbelanjaan, sekolah, atau rumah sakit (Beevers et al, 1988; O'Neill 1990,1991; Hemmings, 1992; Plant,1992). Beberapa museum sudah mendirikan unit-unit mobil yang membawa koleksi-koleksi dan kegiatan ke perusahaan perumahan, tempat bermain di sekolah, bazar, atau konser. Beberapa museum mempunyai koleksi-
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
22
koleksi pinjaman yang tersedia dari sekolah-sekolah dan lembaga lain (Greenhill,1996 :41). Banyak museum-museum yang mempunyai toko-toko yang diorganisir dengan baik di mana banyak barang yang dapat dijual dan dapat dijadikan sebagai alat untuk menghubungkan pengunjung kepada koleksi museum. Banyak museum yang telah mengambil peluang untuk mengembangkan toko khusus yang selaras dengan misi mereka; Science Museum, London, misalnya, mempunyai satu toko buku ilmu pengetahuan spesialis yang sempurna. Toko itu merupakan satu peluang untuk membuat pekerjaan museum dengan menyediakan katalog-katalog dari koleksi-koleksi permanen, katalog-katalog pameran sementara, buku dan monografi-monografi. Kartupos, kemasan informasi, kalender-kalender, buku catatan, pensil-pensil dan bentuk benda kecil
lain yang sering kali dapat
ditemukan sebagai replika dari koleksi tertentu. Ironbridge George Museum misalnya, sudah mengembangkan sistem pemesanan yang sangat sukses melalui email. Aktivitas dan program-program pendidikan secara umum dirancang untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung tertentu, dan mencakup banyak pendekatan yang dapat ditemukan di dalam museum-museum dan galeri-galeri, termasuk pemakaian para aktor peraga; ceramah, kuliah dan tur keliling; film-film atau konser; kesempatan untuk menangani koleksi; mencoba ketrampilanketrampilan praktis seperti menari, menggambar, atau menenun; mengundang pengunjung untuk melihat gudang penyimpanan (storage) atau laboratoriumlaboratorium konservasi; dan seterusnya.
2.4 Konsep Edukasi Museum Secara teoritis pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan budi pekerti. Tujuan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab ( UU No. 20 Tahun 2003 Ps.3).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
23
Untuk mencapai tujuan pendidikan, museum merupakan salah satu sarana penunjang, karena benda-benda koleksi yang dimilikinya dapat menambah pengetahuan, dan berbicara langsung dengan pengunjung melalui keterangan pada dokumentasi dan laporan hasil penelitian. Di sisi lain museum merupakan alat untuk berkomunikasi antara pengunjung dengan benda itu sendiri (Asiarto, 1980:2-3). Koleksi yang dimiliki museum mampu menjadi media pendidikan dalam bentuk pengalaman langsung yang tidak didapatkan di tempat lain. Dalam memanfatkan media sebagai alat bantu untuk pengalaman belajar tertentu, Edgar Dale mengemukakan teorinya yang dikenal dengan kerucut pengalaman belajar sebagai berikut:
Verbal Pasif
Simbol Visual Radio Film TV Wisata Demonstrasi Partisipasi
Aktif
Observasi Pengalaman Langsung
Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale, dalam Sadiman,dkk, (1986:8) Gambar 2.2 tersebut di atas memberikan informasi kepada kita bahwa terdapat media alat bantu untuk memperoleh pengalaman belajar tertentu yang memiliki karakteristik yang berbeda. Kita dapat menggolongkannya dalam dua kelompok yang berbeda. Kelompok pertama, yang terdiri dari: verbal, simbol, visual, radio, film dan TV dapat digolongkan pada media yang cenderung kurang Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
24
mengundang peran aktif dari siswa. Sebaliknya, kelompok yang kedua, yang terdiri dari wisata, demonstrasi, partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung merupakan media yang dapat mengundang peran aktif siswa. Belajar di museum merupakan salah satu cara belajar yang memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung, karena di museum pengunjung dapat belajar pada obyek dan informasi yang ada. Benda-benda yang ada di museum merupakan benda yang dapat dilihat dan sebagian diantaranya mungkin dapat dipegang atau diraba. Dengan demikian pengunjung dapat mengerti secara tepat tentang apa yang dipelajarinya, tidak hanya membayangkan bagaimana wujud dan karakteristik benda dimaksud. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, museum seharusnya mampu menjadi sarana pengembangan media dan sumber belajar. Dengan kekayaan dan variasi yang dimilikinya, museum mampu menyajikan media belajar dalam bentuk pengalaman langsung. Sejalan dengan itu, Beer mengutip Ames menyatakan bahwa edukasi merupakan salah satu tujuan utama museum, selain mengumpulkan koleksi, konservasi dan penelitian. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa kontribusi unik yang diberikan oleh museum dalam fungsi edukasi adalah menyediakan kesempatan bagi pengunjung untuk belajar langsung dari obyek, menstimulasi rasa keingintahuan dan ketertarikan mereka, mengenalkan cara belajar dengan menggunakan indera dan persepsi melalui pengalaman hands-on, serta mendukung belajar secara independen (Beer, 1994:2). Ambrose dan Paine menyatakan bahwa saat ini museum memiliki peranan yang penting dalam memberikan layanan edukasi bagi semua penggunanya, baik itu anak-anak atau orang dewasa (Ambrose dan Paine, 2006:21). Dengan demikian museum dapat menjadi tempat yang ideal mulai dari anak-anak usia prasekolah hingga para pensiunan. Setiap orang yang datang ke museum memiliki kesempatan secara terbuka untuk berkunjung dan berkomunikasi dengan orang lain. Selanjutnya Hooper-Greenhill (1996:140) berpandangan bahwa dalam karakternya yang fundamental di bidang pendidikan, maka museum harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Untuk memenuhi tanggungjawabnya itu, museum harus
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
25
meningkatkan perannya sebagai sumber pembelajaran yang dapat digunakan oleh seluruh komponen masyarakat atau kelompok-kelompok khusus yang harus dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192). Sebagai institusi pendidikan informal museum dapat memberikan nilai tambah bagi pendidikan formal di sekolah. Hein dalam bukunya yang berjudul Learning in the Museum menjelaskan bahwa teori edukasi terdiri dari teori belajar (learning theories) dan teori pengetahuan (theory of knowledge) (Hein,1998:16). Dalam teori pengetahuan terdapat dua pendapat berbeda, yaitu yang pertama menyatakan bahwa pengetahuan terpisah dari yang belajar (pandangan realisme) dan yang kedua menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam pikiran dan dibangun oleh yang belajar (Hein,1998:17-18). Dua pendapat tersebut bila digambarkan dalam sebuah rangkaian kesatuan (kontinum) akan tampak seperti gambar berikut:
Gambar 2.3 Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:18) Selanjutnya teori belajar yang mendasari pemikiran tentang bagaimana seorang belajar terdiri atas dua pandangan yang berbeda, yaitu: (1) behaviorisme yang berasumsi bahwa belajar terdiri atas asimilasi incremental dari berbagai informasi, fakta, dan pengalaman, hingga akhirnya menghasilkan pengetahuan; dan (2) kontruktivisme yang memandang bahwa belajar terdiri atas seleksi dan organisasi data yang relevan dari pengalaman, dalam hal ini mereka meyakini bahwa orang belajar dengan membentuk pengetahuannya (Hein, 1998:21-23; 1994:74; Hooper-Greenhill, 1994:21). Teori belajar ini dapat ditampilkan dalam kontimun sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
26
Gambar 2.4 Teori Belajar (Sumber: George E.Hein, 1998:23) Dua
dimensi
dari
teori
pendidikan
(edukasi)
tersebut
dapat
dikombinasikan untuk menghasilkan suatu diagram yang dapat menguraikan kombinasi dari teori pengetahuan dan teori belajar yang masing-masing kwadrannya memberikan suatu pendekatan berbeda mengenai pendidikan. Kombinasi tersebut dapat dijelaskan dalam gambar di bawah ini:
Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:25)
Diagram yang memperlihatkan empat kwadran tersebut dan masing-masing memiliki konsep yang berbeda mengenai pendidikan dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
27
Didaktik Ekspositori Berdasarkan gambar di atas kita mendapatkan gambaran tentang teori belajar didaktik ekspositori yang merupakan representasi dari pembelajaran tradisional (traditional lecture and tex) di sekolah sudah dipraktekkan secara luas dalam dunia pendidika. Dengan teori pendidikan dikdaktik ekspositori tersebut seseorang dapat belajar subyek, akademis, bahasa, dan ketrampilan. Dalam pandangan didaktik ekspositori guru memiliki dua tanggung jawab. Pertama, dia harus memahami struktur dari pokok pengetahuan yang akan diajarkan dan tanggung jawab guru yang kedua adalah menyajikan pengetahuan untuk diajarkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dan memahami materi yang diajarkan. Pada umumnya pembelajaran didasarkan pada struktur subjek, dan informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dilakukan setahap demi setahap. Guru menjelaskan prinsip-prinsip belajar, memberikan contoh-contoh untuk mengilustrasikan prinsip-prinsip, dan melakukan pengulangan-pengulangan pada bagian yang penting agar dapat tertanam dalam pikiran siswa (Hein, 1998:25-26). Urutan logis belajar dimulai dengan unsur-unsur paling sederhana hingga kepada hal yang paling rumit. Berdasarkan paham pendidikan didaktik ekspositori, apabila diaplikasikan dalam pembelajaran museum dapat disusun sebagai berikut: a. Pameran dijadikan sebagai contoh dengan susunan yang jelas; b. Komponen didaktik (label, panel) menjelaskan apa yang dipelajari dalam pameran; c. Subyek ditata secara hirarkis, mulai yang simpel menuju kepada yang kompleks; d. Program untuk sekolah menggunakan kurikulum tradisional dan disusun secara hirarkis, dari sederhana menuju kompleks; e. Isi pembelajaran memiliki tujuan yang spesifik (Hein, 1998:27-28).
Stimulus-Respon Pendidikan stimulus-respon mempunyai perspektif yang mirip dengan teori didaktik ekspositori, hanya saja dalam perspektif stimulus respon menolak pandangan bahwa setiap bagian dari materi harus dikuasai (Hein dan Alexander, Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
28
1998:33). Stimulus-respon lebih menekankan pada metode belajar daripada isi (materi) yang diajarkan. Formulasi belajar seperti ini merupakan awal dari pendekatan psikologi behavioris. Teori ini kemudian dijadikan pendekatan yang dominan digunakan dalam pendidikan formal (Macdonald ed., 2006:345). Secara teoritis stimulus-respon lebih banyak membahas kemajuan pembelajaran di sekolah yang diukur dengan mengunakan evaluasi tertulis atau hafalan. Karakteristik museum yang menggunakan teori stimulus-respon hampir sama dengan museum yang menggunakan teori didaktik ekspositori, yaitu: (a) label dan panel menjelaskan apa yang dipelajari; (b) pameran disusun berdasarkan tujuan pedagogi, dimana bagian awal dan akhirnya tersusun jelas (Hein, 1998:29).
Diskoveri Dalam pandangan teori discovery learning, belajar merupakan proses yang aktif. Belajar aktif sering diterjemahkan sebagai aktivitas fisik yang berasosiasi dengan belajar. Proses yang penting dalam kegiatan belajar aktif adalah terjadinya aktivitas mental yang terangsang oleh aktivitas fisik yang dilakukan. Interaksi fisik dapat berkaitan dengan berbagai hal seperti: menyusun sesuatu dari komponen-komponen lepas, menyusun puzzle, atau menggunakan berbagai benda yang dapat kita jumpai. Proses belajar aktif dapat diaplikasikan pada semua bentuk pendidikan, termasuk pendidikan di museum. Oleh karena itu para pendukung teori ini berpendapat bahwa kombinasi berbagai benda yang disajikan akan membuat siswa mau untuk belajar (Hein, 1998). Karakter museum yang menggunakan teori belajar diskoveri adalah: a. Pameran dapat dieksplorasi; b. Lebih banyak menggunakan cara belajar aktif. c. Komponen didaktik yang menyediakan jawaban atas pertanyaan diserahkan kepada pengunjung untuk melakukannya sendiri; d. Pengunjung dapat memilki pengertian sendiri tentang kebenaran yang bertentangan dengan interpretasi pameran; e. Program untuk sekolah memungkinkan murid untuk aktif; f. Workshop disediakan bagi pengunjung dewasa yang memerlukan keterangan dari pakar dan berbagai bentuk bukti lainnya untuk melengkapi pikiran
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
29
dan perkembangannya sehingga peserta dapat memahami makna benda yang sebenarnya (Hein, 1998:33). Dalam pandangan discovery learning dinyatakan bahwa dalam rangka belajar, para siswa harus mempunyai pengalaman. Pengalaman dapat mereka peroleh bila mereka melakukan dan mengamati kemudian membandingkan sendiri. Ilmu pengetahuan akan menjadi sesuatu yang menarik karena bukan hanya sekedar teori saja. Cara mempelajari ilmu pengetahuan dapat diaitkan dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Konstruktivis Situasi pembelajaran konstruktivis memerlukan dua komponen yang terpisah, pertama sebuah pengenalan bahwa untuk belajar diperlukan keterlibatan secara aktif dari pelajar. Oleh karena itu, kelas atau pameran konstruktivis termasuk cara bagi para pelajar untuk menggunakan tangan dan pikiran mereka, untuk berinteraksi dengan dunia, mengolahnya, membuat kesimpulan-kesimpulan, eksperimen, dan meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka untuk membuat penggeneralisasian tentang suatu fenomena yang dapat melibatkan mereka.
Eksperimen-eksperimen
sangat
penting
dalam
pembelajaran
konstruktivis, baik dalam ilmu pengetahuan atau subyek-subyek lain. Sebaliknya, sebuah eksperimen dari suatu demonstrasi, merupakan situasi yang dapat menghasilkan sesuatu yang mungkin dan dapat diterima. Kedua, dalam pendidikan konstruktivis kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan oleh pembelajar tidak disahihkan oleh ya atau tidaknya mereka menepati beberapa patokan eksternal dari kebenaran, tetapi apakah mereka "bisa merasakan" dalam kenyataan yang dibangun oleh pembelajar. Kebenaran gagasan-gagasan menurut konstruktivis tidak bergantung pada kesesuaian mereka pada beberapa kebenaran yang objektif, yang mempunyai satu keberadaan terpisah dari setiap pembelajar atau kelompok pembelajar. Kebenaran dibangun dari konsep-konsep nilai dalam mendorong ke arah penggunaan tindakan dan konsistensi dari gagasan yang satu dengan
lainnya.
memperbicangkan
Dengan tentang
demikian,
selagi
pendidik-pendidik
kesalahpahaman-kesalahpahaman
tradisional pembelajar,
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
30
konstruktivis hanya akan membicarakan tentang pribadi, atau konsep-konsep pribadi (Hein,1998:34). Sangat penting untuk memperhatikan konstruktivis apabila kita menerima teori-teori pembelajaran modern. Kita tidak bisa mengelak dan perlu menerima posisi konstuktivis pada teori pengetahuan sedikitnya sampai pada taraf tertentu. Masyarakat membuat arti yang mereka miliki keluar dari pengalaman yang muncul untuk menjadi sebuah fenomena yang tidak hanya merupakan sebuah konstruksi teoritis. Terdapat bukti riset yang berlimpah untuk mendukung penyingkapan pengetahuan kita pada setiap kumpulan fenomena pada kesimpulan-kesimpulan yang berbeda. Kita semua menginterpretasikannya dengan cara yang berbeda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman yang kita miliki (Hein,1998:35). Singkatnya, jika kita mengambil posisi yang memungkinkan bagi tiap orang untuk membangun pengetahuan pribadi lalu kita menerima gagasan yang mutlak bahwa mereka melakukannya, dengan mengabaikan usaha-usaha kita untuk menghambat mereka. Dalam dunia museum merupakan suatu hal yang biasa bagi para perancang pameran membuat satu pameran dengan sebuah tema yang spesifik untuk mendapatkan penafsiran yang sepenuhnya berbeda yang diberikan oleh para pengunjung. Dalam satu artikel yang menarik yang didasarkan pada wawancara dengan para pengunjung museum Holocaust, seorang jurnalis menyimpulkan bahwa konservasi-konservasi yang dilalakukannya di Washington memberikan kesan bahwa reaksi-reaksi yang berbeda dari para pengunjung mencerminkan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang mereka bawa ke museum sebanyak apa yang mereka temukan di dalam dinding-dindingnya. My conservations in Washington suggest that…..(visitor) diverse reactions reflect the beliefs and attitudes they brought to the museum as much as anything they discovered within its walls (Gourevitch, 1995:45; Hein,1998:35) Suatu pameran konstruktivis akan menyediakan peluang bagi para pengunjung museum untuk membangun (mengkonstruksi) pengetahuan mereka, menyediakan berbagai cara bagi para pengunjung untuk menyimpulkan secara akurat, dengan mengabaikan apakah kesimpulan mereka sesuai dengan apa yang diharapkan oleh staf kurator. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
31
Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan
kebenaran yang
berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima secara umum, menyertakan konsep-konsep ini kedalam definisi suatu museum: Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan bidang dari pengetahuan manusia. Perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36). Dalam paham konstruktivis, kekeliruan dan kesalahan adalah terminologi yang memiliki kesimpulan-kesimpulan yang tidak berhubungan dengan bukti yang ada, berbeda dengan apa yang pembelajar simpulkan dari semua informasi yang tersedia baginya pada waktu dia sampai pada kesimpulan itu. Ini berbeda dengan menghakimi sebuah jawaban berkenaan dengan satu patokan eksternal yang berdasarkan pada struktur dari subyek tertentu (Hein,1998:34). Mengorganisir pokok materi merupakan hal dasar untuk membentuk struktur logis dari yang paling sederhana hingga semakin kompleks, kemudian guru membantu untuk mengorganisirnya sedemikian sehingga berpengalaman. Tujuan dari pendekatan ini adalah agar siswa mengerti konsep dan gagasan yang ada dan tidak terikat. Melalui pengalaman, kesalahan dalam memahami sesuatu akan digantikan dengan konsepsi yang benar. Dalam pandangan konstruktivis, peran edukator di museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi di museum, dengan didasarkan pada paragdima konstruktivis, museum atau edukator dapat bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, pihak museum dapat menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam hubungannya dengan publik (Greenhill, 1994:68). Konstruktivis
membantah
bahwa
kedua
pengetahuan
dan
cara
memperolehnya berasal dari dalam pikiran pelajar itu sendiri. Pandangan ini Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
32
didasarkan pada psikologi pengembangan dan didukung oleh riset psikologi teori, Bagi mereka mengembangkan ide untuk memperoleh pengetahuan tidak terikat pada masyarakat atau individu pelajar itu sendiri. Hal ini disebut Konstruktivis radikal. Aliran Konstruktivis membantah bahwa pelajar dapat membangun pengetahuan ketika mereka belajar, sederhananya mereka tidak menambahkan fakta baru bagi sesuatu yang telah dikenalnya, tetapi secara konstan mengorganisir kembali dan menciptakan kedua-duanya ke dalam pemahaman dan kemampuan untuk belajar saling berhubungan. Pengetahuan yang diperoleh dibangun melalui proses individu atau sosial. Berdasarkan pada kepercayaan yang telah ada pengetahuan tidak diperoleh secara incrementally tetapi sudah merupakan suatu kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang berada di dunia luar. Dalam suatu pameran konstruktivis pengunjung diberi kesempatan seluaslasnya untuk mengkonstruk (membangun) pengetahuannya. Dengan demikian suatu pameran konstruktivis ini akan memberikan jalan kepada pengujung untuk menarik kesimpulannya sendiri. Pengunjung memiliki kesempatan untuk mempresentasikan obyek sehingga dimungkinkan banyak sudut pandang. Berdasarkan konsep dan teori edukasi di museum tersebut, maka dalam menentukan strategi edukasinya dapat menggunakan strategi belajar aktif (active learning) yang dapat melibatkan seluruh indera dan pengalaman pengunjung melalui konsep edutainment. Dalam strategi belajar aktif ini setiap materi yang baru dipelajari harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Agar siswa dapat belajar secara aktif para pendidik perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa,2004:241). Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang: (a) berpusat pada siswa, (b) memiliki penekanan pada menemukan, (c) memberdayakan semua indera dan potensi siswa, (d) menggunakan banyak media, dan (e) disesuaikan dengan pengalaman yang sudah ada. Pameran dengan pendekatan konstruktivis memiliki karakteristik sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
33
a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak ada permulaan dan akhir; b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran aktif (active learning); c.
menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);
d. memungkinkan pengunjung-pengunjung untuk berhubungan dengan obyek dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki; e. menyediakan
pengalaman-pengalaman
dan
bahan-bahan
yang
memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan menarik kesimpulan-kesimpulan (Hein,1998:35).
2.5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu pesat pada era globalisasi membawa perubahan yang sangat radikal. Perubahan itu telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada sistem pendidikan dan pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu adalah dengan terbentuknya “komunitas global” yang tiba lebih cepat dari yang diperhitungkan. Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia baru yang benar-benar hyperreality (Gasong, 2007:1). Akibat perubahan yang begitu cepat, manusia tidak bisa lagi hanya bergantung pada seperangkat nilai, keyakinan, dan pola aktivitas sosial yang konstan. Manusia dipaksa secara berkelanjutan untuk menilai kembali posisi sehubungan dengan faktor-faktor tersebut dalam rangka membangun sebuah konstruksi sosial-personal yang memungkinkan. Untuk dapat bertahan dalam menghadapi
tantangan
perubahan
dalam
dunia
pengetahuan,
teknologi,
komunikasi serta konstruksi sosial budaya ini, kita harus mengembangkan prosesproses baru untuk menghadapi masalah-masalah baru. Kita tidak dapat lagi bergantung pada jawaban masa lalu karena jawaban tersebut begitu cepatnya tidak berlaku
seiring
dengan
perubahan
yang
terjadi.
Pengetahuan,
metode,
ketrampilan-ketrampilan menjadi suatu hal yang ketinggalan zaman hampir bersamaan dengan saat hal-hal ini memberikan hasilnya (Gasong, 2007:1).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
34
Era yang datangnya begitu tiba-tiba dan tak seorang pun mampu menolaknya, tidak dapat dijawab dengan paradigma keteraturan, kepastian, dan ketertiban. Era ini dilandasi oleh teori dan konsep kostruktivis, suatu teori pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di Amerika Serikat. Unsur terpenting dalam konstruktivis adalah kebebasan dan keberagaman. Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan oleh siswa, sedangkan keberagaman yang dimaksud adalah siswa menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain, dan orang lain berbeda dengan dirinya (Gasong, 2007: 1). Longworth (1999) dalam Gasong, 2007:2 meringkas fenomena ini dengan menyatakan: “Kita perlu mengubah fokus kita dan apa yang perlu dipelajari menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar ntuk mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta dan konsep yang dipelajari itu sendiri”. Pendekatan konstruktivis dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi sosial, sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral. Premis dasarnya adalah bahwa individu harus secara aktif “membangun” pengetahuan dan ketrampilannya dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:115). Konstruktivis memahami karakter belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu sendiri adalah rekaan dan bersifat tidak stabil. Oleh karena itu, pemahaman yang diperoleh manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman manusia akan semakin mendalam dan kuat jika teruji dengan pengalaman-pengalaman baru (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:116). Bila diuraikan secara lebih rinci teori belajar menurut konsep konstruktivis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
35
Tabel 2.1 Teori Belajar Konstruktivis Aspek-aspek Teori Belajar Terjadinya belajar
Konstruktivis • • •
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
• • • •
Terjadinya transfer
•
•
•
Bagaimana seharusnya pembelajaran disusun
•
Peran pengajar/guru
• •
Belajar adalah menciptakan makna dari pengalaman. Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri. Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi. Siswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna. Pentingnya konteks. Isi pengetahuan harus dipasangkan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi. Belajar terjadi dalam seting yang realistis. Belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep, dan budaya. Transfer difasilitasi oleh lingkungan dalam tugas-tugas otentik yang diletakkan dalam konteks yang bermakna. Pemahaman ditunjukkan oleh pengalaman dan keotentikan pengalaman penting untuk kemampuan menggunakan ide-ide. Kesesuaian dan keefektifan penggunaan berasal dari kemampuan siswa secara aktual menggunakan pengetahuan dalam situasi riil. Membangun model pengetahuan, meningkatkan kerjasama, mendesain lingkungan yang otentik. Membimbing siswa membangun makna dan memonitor, dan selalu memperbaharui konstruk mereka. Mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga otentik, konteks yang relevan dapat dialami
(Sumber: Baharuddin dan Wahyuni, 2008:185)
Pandangan konstruktivis tentang belajar dan pembelajaran: 1. Pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah-ubah dan tidak menentu.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
36
2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. 3. Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya. 4. Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, obyek, atau perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan bersifat unik dan individualistik. Mengenai penataan lingkungan belajar, konstruktivis berpandangan sebagai berikut: 1. Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan. 2. Siswa harus bebas. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam lingkungan belajar. 3. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai. 4. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah subyek yang harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. 5. Kontrol belajar dipegang oleh siswa.
2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis Menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni, pendekatan belajar konstruktivis memiliki beberapa strategi dalam proses belajar. Strategi belajar dimaksud adalah: 2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing) Proses belajar ini dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan, kemudian menghasilkan atau menemukan ketrampilan yang dibutuhkan. Misalnya, siswa diminta untuk menuliskan koleksi benda-benda seni yang ada di Istana Kepresidenan, kemudian dia akan belajar untuk mengklasifikasikan benda koleksi tersebut berdasarkan jenisnya, belajar tentang bahan-bahan pembuatannya,
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
37
dan kemudian bagaimana teknik yang digunakan untuk membuat koleksi benda seni tersebut. Belajar dengan pendekatan ini berbeda dengan pendekatan belajar dari bawah ke atas (bottom up processing) yang tradisional, dimana ketrampilan dibangun secara perlahan-lahan melalui ketrampilan yang lebih kompleks. 2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning) Strategi belajar ini memberikan keleluasaan bagi siswa untuk belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Cooperative learning lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan
pengetahuan,
mengeksplorasi
pengetahuan
dan
menantang
pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Ini merupakan kunci dari konsep-konsep dasar yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky. 2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning) Strategi belajar ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika menghadapi stimulasi baru. Disamping itu strategi belajar ini mengajarkan sebuah metode yang untuk melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat pertanyaan, kesimpulan, atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang dipelajarinya (Baharuddin dan Wahyuni,2008:127-128). Alternatif pendekatan pembelajaran ini bagi Indonesia yang sedang menempatkan reformasi sebagai wacana kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya di bidang pendidikan, melainkan juga di segala bidang. Selama ini, wacana kita adalah behavioristik 2 yang berorientasi pada penyeragaman yang pada akhirnya membentuk manusia Indonesia yang sangat sulit menghargai perbedaan. Perilaku yang berbeda lebih dilihat sebagai kesalahan yang harus dihukum. Perilaku manusia Indonesia selama ini sudah terjangkit virus kesamaan, virus keteraturan, dan lebih jauh lagi virus inilah yang mengendalikan perilaku kita dalam berbangsa dan bernegara.
2
Paham yang menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
38
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivis dalam proses belajar. Ia menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual.
Piaget lebih menekankan bagaimana
individu sendiri membentuk pengetahuan dari interaksi dengan pengalaman dan objek yang dihadapi. Ia menekankan bagaimana seorang anak mengadakan abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksi, dalam membentuk pengetahuan fisis dan matematisnya. Tampak bahwa Piaget menekankan perhatian lebih pada keaktivan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh siswa itu sendiri yang sedang belajar (Suparno,1997:44) Vigotsky
yang
juga
meneliti
pembentukan
dan
perkembangan
pengetahuan anak secara psikologis lebih memfokuskan perhatian kepada hubungan dialektik antara individu dengan masyarakat dalam pembentukan pengetahuan. Menurutnya belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia membedakan adanya dua pengertian, yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari. Pengertian ini tidak terdefinisikan dan terangkai secara sistematis logis. Pengertian lmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah pengertian formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang lebih luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian yang spontan ke yang lebih ilmiah (Fosnot, 1996 dalam Suparno, 1997:45). Berdasarkan uraian di atas kita dapat membedakan dua cabang konstruktivis yaitu: (1) yang lebih personal, individual, dan subyektif seperti Piaget dan para pengikutnya; dan (2) yang lebih sosial seperti Vigotsky yang menekankan pentingnya masyarakat bahasa (sosioculturalism). Menurut para sosiokulturalis, aktivitas mengerti selalu dipengaruhi oleh partisipasi seseorang dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada, seperti: situasi sekolah, masyarakat, teman, dan lain-lain (Cobb, 1994 dalam Suparno,1997:46). Cobern (1991) menyatakan bahwa konstruktivis bersifat kontekstual. Pelajar selalu membentuk pengetahuan mereka dalam situasi dan konteks yang khusus. Misalnya, dalam situasi tekanan udara yang rendah seseorang akan menemukan bahwa titik didih air berlainan dengan situasi tekanan udara sangat
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
39
tinggi. Dalam situasi masyarakat yang berbeda, pengertian tentang kesehatan pun dapat berbeda. Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivis memandang subyek aktif
menciptakan
struktur-struktur
kognitif
dalam
interaksinya
dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terusmenerus melalui proses rekonstruksi. Bagi konstruktivis, belajar merupakan kegiatan yang aktif dimana siswa membangun pengetahuannya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. Siswa harus mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti,
berdialog,
mengadakan
refleksi,
mengungkapkan
pertanyaan,
mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru (Suparno, 1997: 62). Brooks & Brooks yang dikutip oleh Dina Gasong mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya (Gasong, 2007:4). Yang terpenting dalam teori konstruktivis adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa lah yang harus mendapatkan penekanan. Mereka yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
40
ini perlu dikembangkan. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yang merupakan
adaptasi
kemanusiaan
berdasarkan
pengalaman
konkrit
di
laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya itu penekanan dalam mendidik dan mengajar tidak terfokus pada pendidik, melainkan kepada siswa. Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran konstruktivis adalah: (a) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (b) mengutamakan proses, (c) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (d) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Gasong, 2007:4). Pranata dalam Gasong (2007) mengemukakan gambaran secara umum tentang model pengajaran konstruktivis sebagai berikut : 1. Menghargai keanekaragaman peserta didik. Implikasinya : pendidik harus menggunakan berbagai macam pendekatan sesuai karakteristik peserta didik, menyesuaikan kecepatan pengajarannya dengan tingkat penyerapan peserta didik yang berbeda-beda. 2. Meletakkan keberhasilan proses pembelajaran lebih besar dipundak peserta didik daripada di tangan pendidik. Implikasinya : pendidik harus memberikan berbagai metode belajar kepada peserta didik sehingga mereka mampu belajar secara mandiri, mempercayai bahwa peserta didik merupakan mahluk normal yang mampu menguasai materi yang harus diselesaikan dan pendidik sebagai fasilitator dan motivator. 3. Memberi kesempatan peserta didik mengekspresikan pikiran dan penemuannya. Implikasinya: pendidik harus mengurangi alokasi waktunya di dalam kelas untuk berceramah dan memberi waktu yang luas kepada peserta didik untuk saling berinteraksi dengan temannya maupun dengan pendidiknya. Membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas-tugas dan mempresentasikan di kelas. 4. Mendorong peserta didik mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungannya. Implikasinya: pendidik harus mendisain materi pelajarannya sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
41
mencari sumber-sumber pengetahuan dari berbagai tempat di luar fasilitas sekolah, misalnya : perpustakaan kota, internet, media masa, wawancara dengan orang-orang yang ahli di bidangnya.
Sementara itu, Hein (1998) mengajukan sembilan prinsip pembelajaran yang muncul dari pemikiran konstruktivis yaitu: 1. Belajar merupakan proses aktif dalam membangun makna dari input sensoris. 2. Ketika belajar, manusia akan mengetahui tentang proses pembelajaran itu sendiri serta isi dari pelajaran. 3. Pembelajaran terjadi di dalam pikiran. 4. Bahasa dan belajar memiliki keterkaitan yang sulit dipisahkan. 5. Belajar merupakan aktivitas sosial dan dilakukan dengan orang lain. 6. Belajar itu adalah konstektual, dimana kita mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan apa yang sudah kita ketahui sebelumnya, termasuk kepercayaan serta prasangka kita. 7. Pengetahuan sebelumnya akan berdampak terhadap pengetahuan baru. 8. Pembelajaran terjadi dalam periode waktu yang panjang, melalui paparan berulangkali serta pemikiran yang mendalam. 9. Motivasi adalah hal yang penting dalam belajar. Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan
kebenaran yang
berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima secara umum, menyertakan konsep-konsep ini ke dalam definisi suatu museum: Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan ladang dari pengetahuan manusia. Itu perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
42
2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis telah melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model-model pembelajaran yang cukup banyak ini selanjutnya akan di adopsi dan diterapkan dalam proses pembelajaran di museum Istana Kepresidenan Jakarta. Model pembelajaran dimaksud adalah: (1) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning),(2) Pembelajaran Penerimaan (Reception Learning), (3) Pembelajaran Bimbingan (Assisted Learning), (4) Pembelajaran Aktif (Active Learning), (5) Pembelajaran Percepatan (The Accelerated Learning), (6) Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) dan (7) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning ) (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:128-139). Dari tujuh model pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas, dalam pembahasan selanjutnya hanya akan diambil satu model pembelajaran yang nantinya akan diterapkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, yaitu model pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran aktif (active learning) merupkan sebuah konsep untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki siswa, sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu dengan pembelajaran aktif perhatian mereka dapat dijaga agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar saja), sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan active learning, pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike seperti yang dikutip oleh Hartono 2008:5, mengemukakan tiga hukum belajar, yaitu: 1. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons. 2. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan, maka hubungan antara stimulus dengan respons akan menjadi lancar.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
43
3. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulusstimulus kepada siswa agar terjadi respons yang positif pada diri siswa. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri siswa, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memori (ingatannya). Hubungan stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah siswa mampu mempertahankan stimulus dan memori mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun. Belajar
aktif
pada
dasarnya
berusaha
untuk
memperkuat
dan
memperlancar stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada siswa maka akan membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan dalam pembelajaran konvensional. Dalam metode belajar aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2004:241).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
44
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran aktif yaitu:
Pembelajaran Konvensional 1. Berpusat pada guru. 2. Penekanan pada menerima pengetahuan. 3. Kurang menyenangkan. 4. Kurang memberdayakan semua indera dan potensi siswa. 5. Menggunakan metode yang monoton. 6. Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
Pembelajaran Aktif 1. 2. 3. 4.
Berpusat pada siswa. Penekanan pada menemukan. Sangat menyenangkan. Memberdayakan semua indera dan potensi siswa. 5. Menggunakan banyak media. 6. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
L.Dee Fink (1999) dalam Hartono, 2008:7 mengemukakan model belajar aktif (active learning) sebagai berikut: Dialog dengan diri sendiri adalah proses dimana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta siswa untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, dan apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka. Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. Berbuat merupakan aktivitas belajar dimana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan sebagainya. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan belajar, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
45
mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Menurut Melvin L. Silberman, cara belajar dengan mendengarkan akan lupa, dengan dengan cara mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai pelajaran yang terbaik adalah dengan mengajarkan. Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman diabadikan dengan kredo: Apa yang saya dengar, saya lupa (What I hear, I forget). Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit (What I hear and see, I remember a little). Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham (What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand). Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill). Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai (What I teach to another, I master) (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:134). Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, menarik, dan dapat diterapkan untuk semua kegiatan pembelajaran, termasuk kegiatan pembelajaran di museum.
2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar Belajar
menurut
konstruktivis
merupakan
proses
aktif
siswa
mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno, 1997:61). Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai berikut: a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
46
b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah. c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang. d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan
yang
merangsang
pemikiran
lebih
lanjut.
Situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar. e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya: konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari (Suparno, 1997:61).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
47
BAB 3 ISTANA KEPRESIDENAN RI
Bab ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama akan memberikan gambaran secara umum tentang Istana-Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia. Kemudian pada bagian berikutnya akan membicarakan secara lebih khusus tentang Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni, konsep kunjungan Wisata Istana Kepresidenan Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta, dan kegiatan edukatif kultural yang telah dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta.
3.1 Istana Kepresidenan di Indonesia Pemerintah Republik Indonesia memiliki enam Istana Kepresidenan yang letaknya terpisah di lima wilayah yang berbeda, yaitu dua di Jakarta dan empat lainnya berada di Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring. Keempat Istana ini sering dikenal dengan sebutan Istana Kepresidenan Daerah. Istana Kepresidenan Jakarta berfungsi sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan pemerintahan negara, sedangkan keempat istana lainnya digunakan sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden. Istana-Istana Kepresidenan Daerah seperti yang disebutkan di atas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1.1 Istana Bogor Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1745. Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Pada awalnya bangunan ini merupakan sebuah rumah peristirahatan. Dibangun oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff di sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Pada tahun 1750 Istana ini selesai dibangun. Baron Van Imhoff mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur-angsur, seiring dengan waktu, perubahan-perubahan pada bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
48
Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan Istana Paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m². Pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19. Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang. Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana Presiden Indonesia.
Foto 3.1 Istana Kepresidenan Bogor (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) 3.1.2 Istana Cipanas Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, tepatnya lebih kurang 103 km dari Jakarta ke arah Bandung melalui Puncak. Istana ini terletak di Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
49
Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Luas areal kompleks istana ini lebih kurang 26 hektar, namun sampai saat ini hanya 7.760 m2 yang digunakan untuk bangunan. Selebihnya dipenuhi dengan tanaman dan kebun tanaman hias yang asri, kebun sayur dan tanaman lain yang ditata seperti hutan kecil. Kata "Cipanas" berasal dari bahasa Sunda, yaitu ci yang berarti "air" dan panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas karena di tempat ini terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan kebetulan berada di dalam kompleks Istana Cipanas. Bangunan induk istana ini pada awalnya adalah milik seorang tuan tanah Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Beberapa bangunan yang terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916. Penamaan ini dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Soekarno. Di bagian belakang agak ke utara terdapat "Gedung Bentol", yang dibangun pada 1954 sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun Nakula dan Paviliun Sadewa. Peristiwa penting yang pernah terjadi di istana ini setelah kemerdekaan antara lain adalah berlangsungnya sidang kabinet yang dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965, yang menetapkan perubahan nilai uang dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Gedung ini ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga setelah masa kemerdekaan, seperti halnya Camp David di Amerika Serikat.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
50
Foto 3.2 Istana Kepresidenan Cipanas (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.1.3 Istana Yogyakarta Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan berada pada ketinggian 120 m dari permukaan laut. Kompleks istana ini menempati lahan seluas 43.585 m². Gedung utama kompleks istana ini mulai dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat, Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A. Payen. Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah perang tersebut berakhir dan selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung Negara. Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi di mana Gubernur menjadi penguasa tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para Gubernur Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
51
Pada 6 Januari 1946, "Kota Gudeg" ini menjadi ibu kota baru Republik Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan, tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem 072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia pada 3 Juli 1947. Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan Istana Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.
Foto 3.3 Istana Kepresidenan Yogyakarta (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.1.4 Istana Tampaksiring Istana Tampaksiring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
52
Bali, yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing bermakna telapak dan miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara murka. Ia menganggap dirinya dewa dan menyuruh rakyat untuk menyembahnya. Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya. Namun demikian, ia dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, dengan sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring. Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk, jauh dari keramaian kota, cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu negara. Arsitek Istana Tampaksiring ini adalah R.M. Soedarsono dan istana ini dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat gedung utama yaitu: Wisma Merdeka seluas 1.200 meter persegi, Wisma Yudhistira seluas 1.825 meter persegi , Wisma Negara seluas 1.476 meter persegi dan Wisma Bima seluas 2.000 meter persegi. Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957. Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara dan Wisma Bima.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
53
Foto 3.4 Istana Kepresidenan Tampaksiring (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.2 Istana Merdeka Istana Merdeka merupakan istana yang paling diingat khalayak diantara enam Istana Kepresidenan. Istana Merdeka adalah tempat kediaman resmi Presiden, khususnya Presiden pertama, dan tempat berlangsungnya peristiwaperistiwa kenegaraan. Bangunan tersebut mendapat tempat khusus di hati rakyat karena bernama “Merdeka” simbol kemenangan perjuangan bangsa Indonesia. Nama itu menandai berakhirnya penjajahan di Indonesia dan mulainya pemerintahan oleh bangsa sendiri. Istana Merdeka mulai dibangun pada pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda James Loudon, terpaut tiga perempat abad lebih muda daripada Istana Negara dengan biaya sebesar F.289.250. Istana dengan luas sekitar 2.400 meter persegi ini dibangun pada tahun 1873 dalam kavling yang sama dengan Istana Rijswijk (sekarang Istana Negara) yang mulai sesak. Bangunan Istana Merdeka terbagi dalam beberapa ruang, yaitu Serambi Depan, Ruang Kredensial, Ruang Jamuan, Ruang Resepsi, Ruang Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi, Ruang Kerja, Ruang Tidur, Ruang Keluarga atau Ruang Istirahat dan Dapur. Istana ini menghadap ke lapangan Buffelsloo (Lapangan Monumen Nasional). Istana yang dirancang oleh seorang arsitek bernama Drossares ini selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Jenderal J.W. van Lansbarge Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
54
dan pada awalnya bernama Istana Gambir. Bangunan Istana Merdeka berada di kawasan yang dimasa lalu bernama Weltervreden (dalam bahasa Belanda berarti ”sangat memuaskan”) merupakan kantung permukiman orang-orang Belanda dan terhitung paling elit. Di kawasan Weltervreden ini terdapat dua taman, yaitu: Koningsplein (sekarang taman Monas) dan Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Di sisi Koningsplein yang lain, membelakangi taman pada kedua sisi anak sungai Ciliwung, terbentang dua jalan yang disebut Noordwijk (sekarang Jalan Juanda) dan Rijswik (sekarang Jalan Veteran). Weltervreden kala itu dikenal sebagai kota yang tertata cantik dengan pohon-pohon yang dipangkas rapi seperti di taman-taman Eropa. Pejabat-pejabat dan saudagar-saudagar kaya Belanda membangun rumah-rumah besar di kawasan Weltervreden ini (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008: 32). Pemberian nama Istana Merdeka mempunyai latar belakang sejarah yang sangat penting. Pada tanggal 27 Desember 1949 Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Upacara pengakuan kedaulatan ini berlangsung di dua tempat, yaitu di Istana Gambir, Jakarta, Indonesia, dan Istana Dam, Amsterdam, Belanda. Di Istana Gambir, Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink melakukan upacara itu di hadapan Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia. Karena perbedaan waktu antara Amsterdam dan Jakarta, upacara di Istana Gambir itu dimulai menjelang senja. Matahari sudah hampir terbenam ketika lagu kebangsaan Belanda Wilhelmus berkumandang mengiringi bendera Merah-Putih-Biru untuk terakhir kalinya merayap turun dari puncak tiangnya. Masyarakat yang berkumpul di luar halaman Istana Gambir bersorak-sorak menyaksikan turunnya bendera tiga warna itu. Sorak-sorai kian gemuruh setelah kemudian lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan mengantar bendera Merah-Putih ke puncak tiang. ”Merdeka ! Merdeka! Hidup Indonesia!”. Sementara di Troonzaal (Bangsal Singgasana) Istana Dam, Amsterdam, Ratu Juliana menandatangani naskah pengakuan kedaulatan itu dan menyerahkannya kepada Perdana Menteri Republik Indonesia Mohammad Hatta yang memimpin Delegasi Republik Indonesia dalam perundingan itu. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan di Istana Dam. Kobaran pekik ”Merdeka” pada
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
55
senja bersejarah itulah yang kemudian menggerakkan Bung Karno untuk mengubah
nama
Istana
Gambir
menjadi Istana Merdeka (http://www.
Setneg.go.id.). Konsep pembangunan Istana Merdeka mengikuti konsep pembangunan rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara (ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk udara di masa modern, bagian bawah bangunan ini kemudian ditembok dan diubah menjadi berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya. Gaya arsitektur Palladio yang merupakan kebangkitan dari gaya arsitektur Klasisisme (gaya yang dianggap sebagai puncak seni bangunan yang paling tinggi) yang dikembangkan di Yunani pada abad 5 sebelum Masehi, tampak jelas dari eksterior gedung yang menampilkan pilar-pilar bercorak Yunani. Istilah Palladio diambil dari nama seorang arsitek terbesar abad ke-16 berkebangsaan Italia, Andrea Palladio yang menciptakan gaya dan proporsi bangunan-bangunan Yunani dan Romawi kuno di daratan provinsi disekitar Venesia. Karya Palladio sangat mendasarkan pada simetri, perspektif, dan nilai-nilai formal arsitektur kuil klasik Yunani dan Romawi kuno (http://en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio). Kesan yang digambarkan oleh gaya arsitektur Palladio adalah kokoh dan anggun, sifat-sifat yang ingin dilambangkan untuk para penghuni Istana. Ada enam saka bundar laras Doria di bagian depan Istana Merdeka. Kesan arsitektur Palladio juga terlihat pada bingkai-bingkai jendela dan pintu yang besar disamping lengkung-lengkung gapura di kedua sisi Istana Merdeka. Sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, Insinyur Soekarno beserta keluarga yang semula tinggal di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, terpaksa mengungsi ke Yogyakarta setelah Proklamasi Kemerdekaan karena agresi Belanda. Mereka baru masuk Istana Gambir pada 28 Desember 1949, sehari setelah penyerahan kedaulatan. Rakyat yang berkumpul di depan Istana Gambir mengelu-elukan kedatangan Bung Karno dengan pekik kemerdekaan. Semua peristiwa ini dilaporkan secara pandangan mata melalui (Radio Republik Indonesia). Dengan gaya yang khas, Bung Karno kemudian berpidato di depan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
56
Istana Gambir. Salah satu keputusannya adalah mengubah nama Istana Gambir menjadi Istana Merdeka dan Istana Rijswijk menjadi Istana Negara.
3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka Bangunan Istana Merdeka didalamnya terdiri dari beberapa ruang. Ruangruang tersebut masing-masing memiliki nama dan memiliki fungsi yang berbeda. Ruang-ruang tersebut adalah: Ruang Serambi Depan, Ruang Kredensial, Ruang Koridor, Ruang Jepara, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Ruang Resepsi, Ruang Kerja Presiden, Ruang Bendera Pusaka, dan Ruang Serambi Belakang. Selanjutnya setiap bagian ruang tersebut dapat diuraikan secara lebih rinci dalam penjelasan berikut:
3.2.1.1 Ruang Serambi Depan Ruang Serambi Depan memiliki luas 219,9 meter persegi. Untuk mencapai bagian serambi depan Istana Merdeka, kita harus melewati 16 buah anak tangga yang memiliki lebar 24 meter yang terbuat dari marmer. Pada waktu ada acara penting seperti kunjungan Tamu Negara, tangga depan Istana Merdeka dijaga dua petugas Paspampres, yang berpakaian Merah Putih dengan memegang senjata laras panjang. Mereka berdiri di trap tangga paling atas dengan wajah menatap arah Monumen Nasional. Di tangga inilah tempat yang paling banyak digunakan untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa penting. Di serambi depan ini Presiden Republik Indonesia menyambut para Tamu Negara yang merupakan kepala pemerintahan dari berbagai negara berkunjung ke Indonesia, yang sebelumnya diterima dengan Upacara Kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Disamping itu, pada Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, di serambi depan ini Presiden Republik Indonesia menyerahkan Bendera Pusaka dan duplikatnya kepada Paskibraka untuk dikibarkan di tiang bendera di halaman Istana Merdeka. Terdapat 6 buah pilar Doria yang berdiri megah. Di ruang serambi yang terbuka ini, juga terdapat tiga buah lampu gantung Kristal yang berasal dari Negara Cekoslowakia. Pada saat upacara-upacara resmi di ruangan ini terhampar permadani berwarna merah serta tanaman-tanaman hias.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
57
Foto 3.5 Serambi Depan, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.2 Ruang Kredensial Setelah kita melewati anak tangga dan menapaki serambi depan Istana, kita akan melewati pintu besar bergaya Eropa klasik, dan masuk di Ruang Kredensial. Kredensial berasal dari istilah bahasa Inggris credentials yang berarti surat kepercayaan (Echols dan Shadily, 1976:154). Sesuai dengan pengertian tersebut, ruang ini digunakan sebagai tempat bagi Kepala Negara untuk menerima surat-surat kepercayaan dari para Duta Besar yang selalu diiringi dengan upacara yang khidmat, sarat dengan peraturan-peraturan protokoler yang lazim. Di ruang ini pula dilakukan penandatanganan naskah kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Negara lain, yang disaksikan oleh Presiden dan
Kepala
Negara/Pemerintah yang bersangkutan. Kepala Negara setiap tahun menerima para Duta Besar yang menyampaikan ucapan selamat ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno sampai saat ini fungsi ruang ini tidak berubah. Ruang Kredensial ini memiliki luas 192,36 meter persegi. Di setiap pintunya diberi tirai berwarna merah. Selain untuk menerima surat-surat kepercayaan para Duta Besar, ruang yang berukuran besar ini juga digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara resmi dan upacara-upacara penting lainnya. Pada tanggal 21 Mei 1998 ruang ini menjadi saksi sejarah berakhirnya Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
58
pemerintahan Presiden Soeharto, yang ditandai dengan diadakannya sebuah upacara mendadak. Dalam upacara singkat yang disiarkan langsung melalui televisi, Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang pada waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden, mengucapkan sumpah dihadapan Ketua Mahkamah Agung untuk memulai tugasnya sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Pada bagian tengah ruangan yang besar dan berlantai marmer ini terhampar permadani bercorak flora dan bernuansa krem dan merah. Setiap gantungan lampu yang berjumlah tiga buah tersebut dibungkus dengan kain merah. Beberapa vas bunga besar yang berasal dari Cina menambah keanggunan ruangan ini. Relief-relief bercorak Eropa klasik mengapit cermin-cermin antik serta menghiasi bagian atas pintu yang mengelilingi dinding ruang Istana. Cermin antik yang masing-masing terletak diantara dua relief pilar dan bidang relief Eropa terlihat sangat serasi. Cermin-cermin antik di ruang ini memiliki catatan sejarah, yaitu ketika pertama kali digantung pada dinding istana, pada bingkai bagian atas terukir singa sebagai lambang Kerajaan Belanda. Pada tahun 1941 ketika Jepang mengambil alih kekuasaan dari Kerajaan Belanda, ukiran singa diganti dengan bendera Jepang. Setelah A.H.J Lovink meninggalkan Istana, pda tahun 1950 maka dipasang ukiran garuda untuk menggantikan singa dan bendera. Pada era pemerintahan Presiden RI yang kedua (masa pemerintahan Presiden Soeharto), pilihan warna merah untuk Istana Merdeka disesuaikan dengan warna dwiwarna merah putih. Kini sepertihalnya di Istana Negara, diterapkan warna putih bagi dinding bangunan, dan warna merah untuk gorden jendela, pintu-pintu, dan karpet. Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur, perlengkapan interior tersebut diganti dengan warna biru. Ketika tampuk kepemimpinan beralih dari Gus Dur kepada Presiden Megawati Soekarnoputri, dilakukan penataan ulang interior Istana-Istana Kepresidenan. Penataan ini antara lain adalah dengan melepas semua ukiranukiran Jepara dari Interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali ukiran yang terdapat di Ruang Jepara yang hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Hal ini dilakukan dalam rangka mengembalikan nuansa asli klasik pada Istana-istana di
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
59
Jakarta. Perlengkapan furnitur berupa tempat duduk berukir diganti dengan mebel asli peninggalan kolonial Belanda dengan hanya mengubah warna dan corak bantalannya yang menimbulkan kesan elegan dan hangat. Koleksi benda seni yang ditampilkan dalam ruangan ini antara lain adalah koleksi keramik yang berupa: jembangan bunga yang berasal dari Cina (Dinasti Ching abad XVIII – XIX), jembangan bunga yang berasal dari Dinasti Meiji, Jepang, kendi porselin biru putih, dan piring hias besar (lihat lampiran 8). Selain itu terdapat juga koleksi patung berupa: patung garuda yang terbuat dari kayu, dan patung Pengantin Jawa (lihat lampiran 4).
Foto 3.6 Ruang Credential, Istana Merdeka Sumber: Asti Kleinsteuber
3.2.1.3 Ruang Koridor Koridor diambil dari serapan kata yang berasal dari bahasa Inggris, corridor, yang berarti jalan beratap yang menghubungkan dua gedung (Echols dan Shadily, 1976:149). Sesuai dengan namanya ruang ini menghubungkan antara Ruang Kredensial dengan Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 47,28 meter persegi. Pada bagian depan lorong menuju Ruang Resepsi terdapat dua buah pilar besar dan terdapat sepasang bendera merah Putih yang terpasang tegak dibagian kiri dan kanan. Lorong inilah yang lazim disebut dengan istilah koridor. Pada bagian kiri dan kanan koridor ini terdapat dua pintu masuk yang masing-masing menuju Ruang Jepara dan Ruang Terima Tamu Ibu Negara. Pada dinding koridor ini tergantung empat buah lukisan pahlawan nasional, masing-masing lukisan Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
60
Pangeran Diponegoro Memimpin Pertempuran karya Basoeki Abdullah dan lukisan Tuanku Imam Bonjol karya Harijadi yang tergantung di bagian depan Ruang Jepara serta lukisan Panglima Besar Jenderal Soedirman karya Gambir Anom dan Patih Gambir Anom karya Henk Ngantung tergantung di bagian depan Ruang Terima Tamu Ibu Negara (lihat lampiran 1). Pada bagian kiri dan kanan pintu masuk Ruang Resepsi, terdapat dua buah patung dada Proklamator yang terbuat dari perunggu masing-masing Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, karya Suhartono. Selain itu terdapat juga patung Penunggang Kuda yang terbuat dari perunggu, karya pematung Hungaria yang bernama Zsigmond Kisfaludi Strobl (lihat lampiran 4). Sebagai ilustrasi, Ruang Koridor Istana Merdeka dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.7dan 3.8 Ruang Koridor, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.4 Ruang Jepara Ruang ini diberi nama Ruang Jepara karena interior dalam ruang ini didominasi oleh nuansa Jawa Tengah dengan perabotan mebel ukir dari Jepara. Ruang yang memiliki luas 108,46 meter persegi ini didesain ulang pada masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, yaitu dengan mengurangi perabot ukiran dan karpet merah yang dipasang pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto. Di ruang ini terdapat dua buah pilar berukuran tinggi yang dibungkus dengan kayu jati berukir yang sangat halus. Pada salah satu lekuk dindingnya tergantung sebuah ukiran yang berbentuk relief menggambarkan sebuah adegan Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
61
dalam cerita Ramayana. Di atas lantai marmer terbentang hamparan permadani berdesain dan berkualitas istimewa dengan corak flora dan bernuansa merah dan abu-abu, sangat sesuai dengan paduan kursi tamu bernuansa tradisional Jawa yang dibalut dengan kulit berwarna coklat. Terdapat beberapa koleksi benda seni yang tersimpan di Ruang Jepara ini, antara lain adalah koleksi lukisan: Wanita Bali Menabur Bunga karya Rudolf Bonnet (1952), Membajak Sawah karya Maukade, Penggilingan Padi karya Wakidi, Air Pasang karya Simonetti, Pemandangan Gunung dan Memandikan Kerbau karya Basoeki Abdullah, dan Pemandangan Candi Cetho karya Yap Thian Tjay (lihat lampiran 1). Selain itu terdapat pula koleksi benda seni yang berupa: dua buah relief kayu jati yang menggambarkan penggalan kisah cerita Ramayana, guci porselin pancawarna, dan guci porselin biru putih dari Cina yang berasal dari masa Dinasti Ming. Sebagai gambaran, Ruang Jepara dapat dilihat dalam foto di bawah ini:
Foto 3.9 Ruang Jepara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber) 3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara Tepat berhadap-hadapan dengan Ruang Jepara, di sebelah kanan koridor, terletak Ruang Tamu Ibu Negara. Ruang yang memiliki luas 65,38 meter persegi ini dirancang khusus bagi Ibu Negara untuk menerima tamu-tamunya. Dahulu ruang ini bernama Ruang Raden Saleh. Pemberian nama Ruang Raden Saleh dilandasi pertimbangan bahwa di dalam ruang ini tersimpan lukisan karya Raden Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
62
Saleh berukuran 3 x 5 meter yang berjudul Antara Hidup dan Mati yang saat ini lukisan tersebut dipindahkan dan disimpan di Museum Istana Kepresidenan Bogor. Ruang Terima tamu Ibu Negara bernuansa krem kecoklat-coklatan dengan perabot yang berukir halus dengan sentuhan warna emas. Di atas lantai yang terbuat dari marmer terhampar permadani bermotif flora dengan nuansa merah dan krem sangat serasi dengan warna perangkat mebel dan meja tamu dari batu marmer berwarna putih krem. Dua kursi yang dilengkapi dengan bantal berwarna coklat merupakan tempat duduk yang biasa digunakan oleh Ibu Negara. Di ruang ini terpasang dua buah karya litografi tua yang menggambarkan bangunan Istana Negara dan Istana Merdeka pada tahun 1888. Selain itu terdapat beberapa koleksi lukisan antara lain: lukisan Bunga mawar karya T. Massimo, lukisan Tari Betawi, lukisan Bunga Kaca Piring, dan lukisan Bunga Sepatu ketiganya merupakan karya Sri Gumantyo, lukisan Upacara Melasti karya Hatta Hambali, lukisan Pantai karya Bambang Suwarto, dan lukisan Pemandangan Gunung karya Yap Thian Tjay (lihat lampiran 1). Koleksi benda seni yang lain yang tersimpan di ruang ini antara lain: tempat buah dari porselin, patung keramik “Pengantin Jawa” karya F.Widayanto ukiran gading, patung Dewi Sri, jembangan keramik dari jepang, guci bertutup motif terawangan, guci bertutup yang terbuat dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, piring hias bermotif cenderawasih dengan enamel polikromatik dari Jepang yang berasal dari masa Dinasti Satsuma (abad XVIII-XIX), botol hias porselin dari Jepang (abad XVIII-XIX), tempat buah porselin bermotif ikan mas, dan hiasan dinding dari kerang. Sebagai ilustrasi, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, dapat dilihat dalam foto di bawah ini:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
63
Foto 3.10 Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.6 Ruang Resepsi Sebelum memasuki pintu Ruang Resepsi, kita akan menjumpai dua buah patung dada proklamator yang masing-masing adalah Presiden Soekarno yang terletak disebelah kiri, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berada disebelah kanan. Apa bila kita melihat dari bagian depan Istana Merdeka, terdapat empat ruang yang saling berhadapan di ruang ini. Di sebelah kanan terdapat Ruang Bendera Pusaka dan tepat dihadapannya terdapat Ruang Kerja Presiden. Di antara seluruh ruangan terdapat pula ruang istirahat pribadi yang dilengkapi dengan ruang-ruang layaknya rumah kediaman. Ruang Resepsi ini merupakan tempat bagi para menteri, pejabat tinggi negara, diplomat, dan tamu penting dalam jumlah besar beramah-tamah. Ruangan yang memiliki luas sekitar 314,49 meter persegi ini berlantai marmer dan berlapiskan permadani bernuansa merah, abu-abu, dan krem dengan motif yang halus dan indah. Di ruangan ini terdapat empat buah lampu Kristal bertingkat tiga yang beratnya masing-masing mencapai 500 kg. Koleksi benda seni yang tersimpan di ruang resepsi antara lain adalah: lukisan dr. Cipto Mangunkusumo (1951) karya Sudarso, lukisan Teuku Cik Ditiro karya Dullah, lukisan Presiden SBYdan Ibu Negara karya Li Shu Ji, lukisan Danau Panjalu karya Bambang Suwarto, yang terpasang pada dinding sebelah
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
64
barat dan lukisan Pemandangan Gunung Sumbing (1989) karya Baharrizky yang terpasang pada dinding sebelah timur (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat koleksi benda seni yang lain berupa: piring hias dari Jepang (abad XIX), piring hias pancawarna, piring hias biru putih, dari Dinasti Ching (abad XVIII-XIX), piring hias dari Cina Timur (abad XIX), guci porselin Ko Putih bermotif pecah seribu yang semuanya terpasang di atas meja ukir di bagian barat dan timur, dua buah piring hias biru putih yang masing-masing terpasang di atas lukisan Teuku Cik Ditiro dan lukisan dr. Cipto Mangunkusumo, dua buah vas bunga besar yang terletak masing-masing pada sudut belakang sisi barat dan sisi timur ruang resepsi, empat buah patung kayu Garuda Bali, ukiran Bali bertema cerita Ramayana yang menggambarkan adegan Pemutaran Gunung Mandara di Lautan Susu (Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha (air suci kehidupan) karya Wayan Kacer, patung perunggu Dua Kuda karya T.Mitsui, patung Singa dari perunggu, sepasang gading dan ukiran gunungan yang terletak di bagian depan pintu masuk ruang resepsi. Untuk lebih jelasnya, Ruang Resepsi Istana Merdeka dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.11 Ruang Resepsi, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )
3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden Ruang Kerja Presiden terdapat di sebelah kiri atau berada di bagian barat Ruang Resepsi Istana Merdeka. Ruang ini memiliki luas 67,12 meter persegi. Di
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
65
dalam ruang ini tergantung beberapa lukisan, antara lain: lukisan Piagam (1964) karya Abdul Manaf, lukisan Ada Bunga Sepatu di Telinganya karya Lee Man Fong, lukisan Ni Najas karya Rudolf Bonnet, lukisan Jenderal Soedirman karya Sumardi, lukisan Kaligrafi Ayat Kursi karya Hatta Hambali, dan lukisan Barong Bali karya Affandi (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat pula koleksi benda seni yang lain berupa: sebuah relief ukir Jepara yang bertemakan cerita Ramayana, botol porselin Pancawarna berbentuk labu bersusun yang berasal dari Cina (abad XX), guci porselin bermotif bunga, patung Garuda Bali, patung Mahatma Gandhi (1950) karya Made Panti Dendim, Miniatur Perahu Raja, patung Pencurian Shinta oleh Rahwana, vas bunga dari batu, Miniatur Bendera Negaranegara Anggota PBB, patung kayu Jaga Baya, dan gong berstandar gading. Lemari-lemari yang berisi buku-buku ensiklopedia bersandar pada kedua sisi ruangan. Kursi jati berukuran besar terbungkus kain berwarna krem yang dipadukan dengan permadani bermotif halus yang bernuansa hijau, menghasilkan rasa nyaman di ruang ini. Suasana Ruang Kerja Presiden dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.12 Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka Ruang Bendera Pusaka ini berhadapan dengan Ruang Kerja Presiden, berada di bagian timur Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 29,92 meter persegi. Ruang ini tidak dapat dimasuki pengunjung, karena sebagai tempat
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
66
penyimpanan Bendera Pusaka dan lembaran asli Naskah Proklamasi ruang ini perlu dijaga kelembabannya demi keamanan dan untuk menghindari kerusakan. Ruang penyimpanan bendera ini merupakan bekas kamar tidur Bung Karno. Pada dinding bagian utara ruang ini terdapat relief yang menggambarkan Sayuti Melik sedang mengetik Teks Proklamasi, sedangkan pada dinding bagian selatan terdapat relief yang menggambarkan Ibu Fatmawati sedang menjahit Bendera Pusaka. Adapun di dinding bagian timur terdapat relief Teks Proklamasi. Dulu ruang ini merupakan Ruang Tidur Presiden Soekarno. Setelah direnovasi pada tahun 1997, atas persetujuan Presiden Soeharto, bekas kamar tidur Bung Karno di Istana Merdeka ini digunakan menjadi tempat untuk menyimpan Bendera Pusaka dan Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Sebagai ilustrasi, Ruang Bendera Pusaka dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.13. dan 3.14 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )
3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang Serambi ini terletak dibelakang Ruang Resepsi yang pada awalnya merupakan serambi terbuka dan kemudian ditutup pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto dengan dinding dan pintu yang menyesuaikan gaya arsitektur bangunan semula. Renovasi ini dilakukan pada tahun 1997. Ruangan ini memiliki luas 74,21 meter persegi. Serambi belakang bersambung dengan teras terbuka Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
67
yang berhadapan dengan halaman tengah menuju Istana Negara. Di teras terbuka ini terdapat dua buah pot bunga dari tembikar yang berukuran besar dan berisi tanaman bunga lotus yang bunganya berwarna merah jambu. Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie, bagian atas dinding dalam serambi ini dihias dengan relief kaligrafi Arab yang apabila diartikan bermakna” Damailah mereka yang berkunjung ke tempat ini”.
Foto 3.15 Serambi Belakang, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.3 Halaman Tengah Halaman ini terletak diantara Istana Merdeka dan Istana Negara, di dalam kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Pada halaman yang luas ini terdapat sebuah bangunan yang pada masa Hindia-Belanda dipakai sebagai muziek-koepel (tempat para pemusik bermain musik pada acara pesta kebun). Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Kupel ini diubah menjadi kelas Taman KanakKanak bagi putra-putri mereka ketika masih kecil, termasuk diantaranya Megawati Soekarnoputri. Guru untuk taman kanak-kanak didatangkan, dan anakanak staf Istana yang seusia, yang kebanyakan tinggal di bangunan samping untuk karyawan istana (sekarang menjadi gedung kompleks Sekretariat Militer) diajak bersekolah untuk menemani putra-putri Bung Karno. Terdapat sekitar 84 (delapan puluh empat) jenis
pohon dan banyak
diantaranya berukuran besar , berumur tua, dan langka. Jenis pohon di halaman ini antara lain Ki Hujan (trembesi) yang dalam bahasa Latinnya dikenal dengan nama Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
68
samanea saman ada 9 (sembilan) pohon dan sudah ada sejak tahun 1870, flamboyan (delonix regia), Atamimi dari Afrika, palem anggur Latania, kaliandra, tangkolo, mahoni, sawo duren, soga, bungur besar dan kelapa sawit. Juga yang tak kalah menariknya ada pohon kaktus yang dimasukkan dalam dua rumah kaca. Kaktus ini hadiah dari Ratu Monaco Grace Kelly untuk Ibu Tien Soeharto. Selain pepohonan, tersebar juga koleksi benda seni berupa berbagai jenis patung, baik yang terbuat dari perunggu, batu, maupun kayu. Adapun patungpatung tersebut antara lain adalah: patung perunggu Anak Bermain Egrang karya Zoenko Kalin (1963), patung perunggu Anak Bergendongan karya Chairul (1965), patung perunggu Wanita Memegang Sanggul karya Stoyanovic (Yugoslavia), patung perunggu Menghitung karya Mikas.S (Hungaria), patung perunggu Kasih Ibu karya Fkrsinnc, patung perunggu Soko Guru Revolusi karya Chairul, patung perunggu Waspada karya Greco (Italia), patung batu Awalokiteswara (Abad ke IX), patung batu Dhyani Bodisattva (abad ke IX), patung akar kayu jati berumur 300 tahun yang berjudul Kisah Menjangan Jantan, Tersesat, dan Pertapa Mukti karya Bambang Krisyono (lihat lampiran 7). Halaman tengah ini setiap tanggal 17 Agustus, digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan acara Jamuan Makan Malam Kenegaraan dalam rangka Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dihadiri oleh para Duta Besar, para Menteri, dan pejabat penting lainnya.
Foto 3.16 Halaman Tengah, Istana Jakarta (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
69
3.4 Kantor Presiden Pada awalnya Kantor Presiden ini merupakan Museum Puri Bhakti Renatama, museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang berfungsi untuk menyimpan, melestarikan dan memperagakan benda-benda budaya persembahan dari dalam maupun luar negeri ( Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 22). Kantor ini dibangun pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, tepatnya pada tahun 2001. Letak bangunan Kantor Presiden berada di sebelah timur kompleks Istana Kepresidenan Jakarta dan menghadap ke Halaman Tengah Istana. Kantor Presiden ini merupakan bangunan yang memiliki dua lantai, dan ditempat inilah Presiden menjalankan berbagai aktivitas. Pada bagian lantai satu, terdapat beberapa ruang, antara lain: Ruang Kerja Presiden, dan Ruang Audensi, dimana Presiden menerima para tamunya. Selain itu juga terdapat Ruang Tunggu Tamu Presiden, Ruang Tamu setingkat Menteri maupun Duta Besar, dan Ruang Konferensi Pers untuk para wartawan. Sedangkan di lantai dua, terdapat ruang-ruang seperti: Ruang Rapat Paripurna dan Ruang Rapat yang disiapkan untuk mengadakan rapat-rapat terbatas yang hanya melibatkan beberapa menteri. Koleksi benda seni yang tersimpan di Kantor Presiden semuanya berjumlah 135 buah yang terdiri dari 64 buah lukisan, 43 buah patung, dan 28 buah benda seni kriya (Bagian Museum dan Sanggar Seni, 2009). Koleksi benda seni tersebut diantaranya adalah: lukisan Istana Merdeka karya Vandersterren, lukisan Kawanan Rusa di Bawah Pohon Flamboyan, lukisan Merahku Ruanganku karya Andree S, lukisan Sang Waktu karya Lim Hui Yung, lukisan Dua Ayam Putih karya Lee Man Fong, lukisan Ngarai Sianok karya Dullah, lukisan Penari Bali karya Lim Wa Sim, dan Penari Bali karya Trubus (lihat lampiran 4). Koleksi lainnya antara lain adalah: patung miniatur Candi Prambanan, patung Rhama Meniup Terompet, patung Shinta dengan Kijang, patung Penari Bali, 2 buah patung Rama dan Shinta, dan patung Tugu Peta Indonesia (lihat lampiran 6). Benda seni kriya yang lain yang tersimpan di Kantor Presiden secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 10.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
70
Foto 3.17 Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.5 Istana Negara Istana Negara yang dahulu dikenal dengan sebutan Istana Rijswijk ini, terletak di Jalan Veteran Jakarta dan posisinya berada di belakang Istana Merdeka. Dahulu Rijswijk merupakan tempat tinggal orang-orang Belanda saja. Disini terdapat bangunan tua milik Pieter Tency yang dibangun pada tahun 1794 yang kemudian menjadi Hotel der Nederlanden dan kemudian dibongkar dan dibangun kembali menjadi Gedung Binagraha. Komplek Istana Negara di jalan Rijswijk 17 ini pada mulanya merupakan areal milik van Isseldijk, salah seorang pejabat Raad vav Indie. Sepeninggal van Isseldijk, Hotel der Nederlanden jatuh ke tangan Stamford Raffles, sedangkan bangunan No.17 menjadi milik Jacob Andries van Braam (Dinas Museum dan Sejarah, 1993:40). Istana Rijswijk ini bangun pada tahun 1796, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Seperti halnya bangunan Istana Merdeka, Istana Negara juga memiliki gaya arsitektur Palladio yang dapat dilihat dengan jelas dari tampilan eksterior gedung ini yang menghadirkan kolomkolom besar bercorak Yunani. Bangunan ini diambil alih oleh pemerintah HindiaBelanda pada tahun 1816 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Sieberg, dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para Gubernur Jenderal Belanda (Lumintang, 2004:3).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
71
Ketika Komisaris Jenderal Belanda G.A.G.P. Baron van der Capellen mengambil alih kekuasaan dari wakil Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, ia tidak mengambil Raffles House (yang awalnya bernama Hotel der Nederlanden, kemudian berubah menjadi Hotel Dharma Nirmala, dan berubah lagi menjadi Bina Graha), dengan alasan pembangunan Istana Negara yang baru dan mengesankan itu dilakukan saat pemerintah Perancis di bawah pemerintah Daendels, namun belum selesai sehingga dipilihlah kediaman Braam yang pada tahun 1820 dinamakan kembali dengan ”Hotel van den Gouverneur-General” atau ”Hotel Gubernur Jenderal” (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008:69) Gubernur Jenderal yang pertama menggunakan gedung Istana Negara sebagai tempat tinggal dan sekaligus menjadikannya sebagai kantor adalah Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. Sebagai Istana, gedung ini sering dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia Belanda setelah mengikuti Sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) yang setiap kali diadakan di Batavia. Sejak saat itulah peran gedung ini terus dipertahankan sebagai tempat tinggal, kantor dan tempat sidang hingga pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus de Gisignes (1826-1830). Kebijakan Gubernur Jenderal inilah yang menghasilkan keputusan untuk memadamkan perang Diponegoro secara licik. Setelah pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus de Gisignes berakhir, maka diganti oleh Gubernur Jenderal van Den Bosch (18301833). Gubernur Jenderal ini dikenal sangat kejam karena memaksa rakyat untuk menanam tanaman-tanaman yang sangat laku untuk orang-orang Eropa. Tindakan ini kemudian dikenal dengan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) (Dinas Museum dan Sejarah, 1993:41). Istana Negara seperti halnya Istana Merdeka, dibangun mengikuti konsep rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara (ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk udara di masa modern, bagian bawah ini kemudian ditembok dan diubah menjadi berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya. Gedung Istana Negara ini termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh Undang-Undang Cagar Budaya (monumen), oleh karena itu dalam perjalanan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
72
sejarahnya pemugaran yang dilakukan oleh para penguasa gedung ini selalu menjaga untuk tetap mempertahankan wajah aslinya. Serambi depan dengan tiang-tiang kokoh dan kekar yang merupakan ciri khas bangunan kolonial, masih tampak seperti ketika pertama kali gedung ini dibangun. Peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Istana Negara antara lain adalah sebagai tempat ketika Jenderal de Kock menguraikan rencana untuk menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol kepada Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. Setelah kemerdekaan, pada tanggal 25 Maret 1947 digunakan sebagai tempat penandatanganan naskah Persetujuan Linggarjati, dimana Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook. Sampai saat ini Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan negara, diantaranya menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat - pejabat tinggi negara, pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.
3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara Seperti halnya Istana Merdeka, Bangunan Istana Negara
juga terbagi
menjadi beberapa ruang yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Terdapat sedikit perbedaan ruang yang terdapat di Istana Merdeka dengan Ruang di Istana Negara. Adapun ruang-ruang yang terdapat di Istana Negara adalah: Ruang Serambi Depan, Ruang Tamu, Ruang Koridor, Ruang Jamuan, dan Ruang Upacara. Selanjutnya ruang-ruang yang ada di Istana Negara secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1.1 Ruang Serambi Depan Pada bagian depan serambi depan ini terdapat 14 buah pilar besar berwarna putih bergaya Doria, yang menyangga atap bagian depan bangunan. Selain itu, terdapat 3 buah pintu masuk serta 2 buah jendela yang tinggi dan lebar. Teras yang terdapat di serambi Istana Negara tidak begitu luas, melainkan hanya terdapat teras memanjang dengan pilar penyangga untuk pegangan di bagian
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
73
depan dan tangga naik pada bagian kiri dan kanan. Kesan yang bisa ditangkap dari fisik bangunannya adalah kesan ”kebesaran” yang membedakannya dengan bangunan-bangunan lain. Serambi yang menghadap ke sungai Ciliwung mengingatkan para Pembesar Belanda yang pernah tinggal di gedung ini pada kanal-kanal yang terdapat di negeri asal mereka di kota Amsterdam.
Foto 3.18 Serambi Depan, Istana Negara (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.5.1.2 Ruang Tamu (Ruang Tunggu Utama) Ruang ini didominasi warna putih dengan langit-langit yang tinggi. Fungsi ruang ini adalah tempat para tamu yang akan mengikuti suatu acara. Di ruang ini Presiden dan tamu negara menerima perkenalan dengan para undangan sebelum dilaksanakannya acara jamuan kenegaraan. Ruang ini digunaka juga sebagai tempat pertukaran cinderamata antara Presiden dengan Tamu Negara. Oleh karena itu ruang ini sering juga disebut dengan Ruang Cinderamata. Seperti halnya di Istana Merdeka, di Istana Negara terdapat dua buah cermin besar peninggalan pemerintah Belanda yang terpasang pada dinding bagian kiri dan kanan pintu masuk Istana Negara. Pada sisi dinding bagian timur ruang ini tergantung lukisan Penari Wanita karya pelukis Rachmansyah dan repro lukisan Suasana Timur Tengah karya D.Moerilhut. Terdapat pintu yang menuju ke kamar Ruang Tamu yang lebih kecil. Pada sisi dinding bagian barat lebih dipenuhi foto-foto koleksi pribadi. Rangkaian bunga segar ditambah dengan pot-pot atau guci yang berisikan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
74
tanaman hidup, menandakan bahwa ruang ini dihuni oleh keluarga Presiden. Fungsi utama Ruang Tamu ini antara lain adalah: 1. Tempat bagi para tamu yang akan mengikuti suatu acara. 2. Tempat bagi Presiden dan Tamu Negara menerima perkenalan dengan para undangan sebelum acara jamuan kenegaraan. 3. Tempat pertukaran cindera mata antara Presiden dan Tamu Negara. Di kamar Ruang Tamu terdapat dua helai kerajinan tenun Sumatera berwarna cerah dan dominasi perabot kursi warna putih krem bermotif sulur. Diruang ini juga terpasang lukisan Pantai Flores karya Basoeki Abdullah, lukisan Wajah Seorang Lelaki Bali karya Auke Cornelis Sonnega, lukisan Jenderal Soedirman karya Joes Supadyo, lukisan Pejuang Pantang Menyerah karya Rustamadji, dan lukisan Pantai Madura karya Dake Jr. Carel Lodewijk (lihat lampiran 2). Koleksi benda seni yang lain yang tersimpan di ruang ini atara lain adalah: guci bermotif pecah seribu dari Cina Timur abad ke XIV, piring hias bermotif bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias bermotif bulan dan bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias dari Jepang jaman abad ke XVIII, sepasang guci Cloisonne dari Tiongkok, jembangan porselen merah darah sapi dari Cina, tempat sayur bertutup yang terbuat dari perak pemberian Chea Sim, President Senate of Cambodia, tempat nasi bertutup yang terbuat dari perak pemberian dari Keluarga Besar Muslim Chiang Mai, Thailand 19 April 1961 (lihat lampiran 9), patung perunggu ”Penunggang Kuda” karya Bill Nebeken (1980), sepasang gading, dan patung Barisan Gajah yang terbuat dari gading(lihat lampiran 5). Untuk lebih jelasnya Ruang Tamu Istana Negara dapat dilihat pada foto di bawah ini:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
75
Foto 3.19 Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber )
Foto 3.20 Kamar Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber) 3.5.1.3 Ruang Koridor Ruangan ini berfungsi sebagai penghubung antara Ruang Tamu bagian depan Istana Negara dengan Ruang Resepsi. Di sisi barat terdapat Ruang Kerja Presiden, dan disebelah timur terdapat Ruang Tamu Presiden. Dua ruang lainnya adalah ruang tunggu yang masing-masing di sisi barat adalah Ruang Tunggu Ajudan Presiden waktu acara berlangsung, sedangkan ruang sebelah timur dipakai untuk Ruang Tunggu Tamu. Di Ruang Koridor ini tergantung enam buah lukisan besar yang dilengkapi dengan benda-benda koleksi pribadi, seperti foto-foto
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
76
keluarga Presiden. Keenam lukisan dimaksud adalah: lukisan Penggembala Kerbau karya Basoeki Abdullah, lukisan Pohon-Pohon di kebun karya Nakajima, lukisan Bunga Flamboyan karya Sutopo, lukisan Gadis Bali karya Hatta Hambali, lukisan Sungai dalam Hutan karya Choirun Sholeh, dan repro lukisan Di Taman karya Claude Monet (lihat lampiran 2). Sebuah lemari buku di ruang ini didalamnya terdapat 3000 buah koleksi buku terbitan terbaru yang menguasai peredaran dunia buku, tentang pengetahuan terbaru di dunia. Tidak ketibggalan, satu set buku Ensiklopedia ”the Book of Knowledge” serta ”Britannia” volume 1 sampai 29 tampak pula disana. Bukubuku yang mengarah ke tema militer hampir tidak terlihat, lebih banyak buku yang mengarah ke perekonomian, manajemen dan filosofi, termasuk sederet Ensiklopedia Islam. Koleksi benda-benda seni lain yang terdapat di Ruang Koridor antara lain adalah: congklak kayu, vas bunga bemotif kepala domba, guci bertutup dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, guci bertutup dari Cina Timur abad ke XIX, patung perunggu Wanita Setengah Badan karya Suerry (1962), patung perunggu Kepala Seorang Gadis karya T.Pocahauh (Perancis), sepasang patung keramik Penari Wanita dan Penari Pria karya F. Widayanto, dan Gong Berstandar dari Gading persembahan Perdana Menteri Malaysia DR. Mahathir Muhammad (Desember 1983). Ruang Koridor dapat dilihat dalam foto berikut:
Foto 3.21 Koridor, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
77
3.5.1.4 Ruang Jamuan Ruang ini merupakan ruang yang digunakan pada waktu acara jamuan kenegaraan. Selain itu ruangan ini berfungsi sebagai ruang ramah tamah para tamu yang menghadiri suatu acara. Terdapat sekat-sekat ruang yang sering digunakan untuk berbagai acara. Di ruang ini terdapat sebuah meja makan panjang berbentuk oval yang terbuat dari kayu jati dan terdapat dua puluh empat kursi duduk atau kursi makan. Kursi makan yang berlapis kain beludru berwarna krem netral menjadikan ruangan ini nyaman, asri dan sangat serasi dengan permadani yang terhampar di bawahnya yang mempunyai paduan warna merah tua dan hijau dengan motif besar. Pada bagian sisi barat dan sisi timur ruangan terdapat masing-masing sepasang cermin tua berukuran besar, berbingkai warna emas sebagai penunjang hiasan interior ruangan. Di Ruang Makan ini juga terpasang koleksi benda seni seperti: lukisan Ngarai Sianok karya Henk Ngantung, lukisan Panen Padi karya Udin, dan lukisan Pasar Bunga karya Sarjito (lihat lampiran 2). Patung kayu Dewi Saraswati, patung Dewi Saraswati dan Dewi Gadru, dan Mandau juga terpasang di Ruang Jamuan ini. Foto berikut ini memperlihatkan gambaran tentang suasana Ruang Makan Istana Negara:
Foto 3.22 dan 3.23 Ruang Jamuan, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
78
3.5.1.5 Ruang Upacara Ruang Upacara digunakan pada waktu Presiden melantik Pejabat Tinggi Negara seperti Menteri, Duta Besar, Kepala Staf TNI dan Kepala Kepolisian RI. Di samping itu ruang ini juga digunakan sebagai tempat pembukaan konferensi, rapat kerja departeman, tempat penganugerahan bintang jasa atau tempat diselenggarakannya pertunjukan kesenian bagi para Tamu Negara, hingga ramah tamah Presiden dengan Veteran Perintis Kemerdekaan dalam rangka peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ruang yang ditata dengan gaya neoklasik ini dapat menampung sekitar 1000 tamu undangan berdiri atau 350 tamu undangan duduk. Ruangan ini dilengkapi dengan panggung acara dibagian selatan gedung yang biasa digunakan untuk menampilkan pertunjukan kesenian terpilih dari seluruh pelosok Indonesia yang disajikan kepada Tamu Negara pada Jamuan Makan Malam Kenegaraan. Pada bagian latar belakang panggung terdapat hiasan berupa lambang garuda dan gambar peta Indonesia. Di ruang ini pula terdapat dua perangkat gamelan yang masing-masing adalah gamelan Jawa dan gamelan Bali. Pada sisi barat dan timur ruang upacara terdapat balkon yang pada masa Hindia Belanda digunakan sebagai tempat untuk menyaksikan pertunjukan yang biasanya demeriahkan dengan acara dansa. Di ruang ini terpasang koleksi benda seni berupa lukisan foto Presiden Republik Indonesia dan para mantan Presiden Republik Indonesia, yang masingmasing adalah: Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keenam lukisan tersebut merupakan karya Warso Susilo yang merupakan salah satu pegawai Istana Kepresidenan Jakarta. Saat ini beliau menjabat sebagai Kepala Subbagian Penataan Ruangan, Bagian Tata Graha, Biro Pelayanan Kerumahtanggaan, deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana (lihat lampiran 2).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
79
Foto 3.24 Ruang Upacara, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.6 Wisma Negara Wisma Negara merupakan sebuah gedung yang memiliki enam lantai, dengan luas lebih kurang 6.100 meter persegi. Gedung ini terletak di bagian barat kompleks Istana Jakarta. Wisma Negara mulai dibangun pada tahun 1962 dan baru selesai pada tahun 1964. Dulu wisma ini berfungsi sebagai tempat menginap para kepala negara atau kepala pemerintahan asing beserta rombongannya. Pada waktu itu hotel-hotel yang representatif bagi para Tamu Negara masih terbatas jumlahnya sehingga wisma ini menjadi tempat tinggal yang disediakan. Setiap lantai yang ada di Wisma Negara ini memiliki fungsi dan peruntukan yang berbeda. Secara rinci fungsi masing-masing lantai yang ada di Wisma Negara dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lantai enam diberi nama Ruang Indonesia. Ruangan ini dipergunakan para tamu negara untuk menerima tamu-tamunya, yaitu para pejabat dari Indonesia. Di ruang ini dilengkapi dengan ruang rapat pertemuan yang berfungsi juga sebagai ruang makan, apabila para Tamu Negara menghendaki untuk menjamu para tamunya. 2. Lantai lima dipergunakan untuk tempat bermalam para Tamu Negara setingkat Presiden, Raja, atau Kaisar beserta isterinya atau Permaisurinya.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
80
3. Lantai empat dipergunakan untuk bermalam para Tamu Negara setingkat kepala pemerintahan seperti Perdana Menteri, Wakil Presiden, Kanselir, Pangeran bersama isteri atau Permaisurinya. 4. Lantai tiga dipergunakan untuk Tamu Negara setingkat Menteri, terutama Menteri Luar Negeri dan menteri-menteri bidang lain. 5. Lantai dua dipergunakan untuk para tamu anggota dalam rombongan Tamu Negara. Selain kamar tidur, di lantai dua ini terdapat ruangan lain seperti ruang Sumatera, yang biasa dipergunakan sebagai tempat untuk mengadakan
pertemuan-pertemuan
atau
jamuan
makan
yang
diselenggarakan oleh Tamu Negara, dan ruang Jepara yang berfungsi sebagai ruang duduk para anggota rombongan Tamu Negara. 6. Lantai satu merupakan kamar tidur yang dipergunakan untuk para pejabat Indonesia sebagai para pendamping kehormatan. Selain kamar tidur, terdapat ruang untuk mengadakan konperensi pers oleh para Tamu Negara, salon kecantikan, dan barber shop untuk para Tamu Negara. 7. Lantai bawah merupakan tempat tidur yang dipergunakan oleh protokol yang diperbantukan oleh para Tamu Negara, tim dokter, dan tim security dari pihak Indonesia. Di sebelah kamar tidur terdapat sebuah ruangan terbuka yang dipergunakan untuk ruang tunggu, dan diseberang ruang ini terdapat ruang khusus yang dipergunakan sebagai ruang pameran Wayang Kulit, Wayang Golek, Wayang Krucil, topeng, dan benda-benda budaya Indonesia lainnya seperti keris, tombak, golok, mandau dan tameng. Seiring dengan semakin banyaknya hotel yang representatif bagi para Tamu Negara, saat ini Wisma Negara tidak lagi dipergunakan untuk menginap para Tamu Negara dan kni beralih fungsi sebagai tempat untuk mengadakan berbagai kegiatan Kepresidenan. Di Wisma Negara ini tersimpan koleksi benda seni yang berjumlah 217 buah, yang terdiri dari lukisan berjumlah 163 buah, patung berjumlah 28 buah, dan benda seni kriya berjumlah 26 buah.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
81
Foto 3.25 Ruang Lobi Wisma Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)
3.7 Masjid Baiturrahim Di dalam kompleks Istana Kepresidenan Jakarta terdapat masjid bernama Masjid Baiturrahim. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1958 dan baru selesai pada tahun 1961. Masjid yang memiliki luas 521 meter persegi ini terletak di tepi sebelah kanan atau sebelah barat Istana Merdeka. Masjid ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno, dengan arsiteknya bernama R.M. Soedarsono. Sampai saat ini pada setiap hari Jum’at, Masjid Baiturrahim digunakan oleh Presiden dan para tamunya, para pejabat tinggi negara, berikut pegawai atau petugas di lingkungan Istana, termasuk masyarakat umum.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
82
Foto 3.26 Masjid Baiturrahim (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) 3.8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan Istana Kepresidenan Jakarta menyimpan berbagai macam jenis benda koleksi. Koleksi tersebut merupakan benda-benda yang sudah ada sejak jaman Belanda maupun benda-benda yang ada sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno sebagai Presiden RI yang pertama, sampai dengan masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apabila dilihat secara lebih rinci koleksi tersebut dapat berupa benda dokumen bersejarah yang memiliki kaitan secara langsung dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan koleksi benda-benda seni. Koleksi-koleksi dimaksud antara lain berupa: Bendera Pusaka, Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, furnitur, dan koleksi benda seni yang terdiri dari: lukisan, patung, dan seni kriya (berupa wadah, miniatur, dan perhiasan). Selanjutnya masing-masing koleksi tersebut secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi Koleksi Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi merupakan koleksi yang paling istimewa, karena merupakan satu-satunya koleksi milik Bangsa Indonesia dan kedua koleksi tersebut hanya ada dan tersimpan di Istana Merdeka. Bendera Pusaka adalah bendera Merah – Putih berukuran 2 X 3 meter yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Karena sering dicuci Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
83
di masa lalu, bendera itu mengkerut menjadi 196 X 274 sentimeter. Bendera berukuran besar tersebut dibuat dan dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati, istri Bung Karno, ketika baru kembali dari tempat pengasingan di Bengkulu, dan baru mulai tinggal di Jakarta. Pembuatan bendera Merah–Putih yang besar itu pada awalnya merupakan permintaan Shimizu, seorang perwira Jepang yang menjabat sebagai kepala barisan propaganda di Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Sumatera). Permintaan itu sesuai dengan ”janji kemerdekaan” yang telah dinyatakan Jepang secara terbuka pada September 1944. Sesuai dengan janji itu rakyat diberi izin mengibarkan bendera Merah – Putih berdampingan dengan bendera Jepang pada hari-hari besar. Pada masa itu sangat sulit memperoleh bahan kain untuk membuat bendera besar yang pantas dikibarkan di halaman luas rumah besar di PegangsaanCikini itu. Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia bahkan menggunakan pakaian yang dibuat dari bahan karung atau goni karena kelangkaan tekstil. Shimizu memerintahkan seorang perwira Jepang untuk mengambil kain merah dan putih secukupnya untuk diberikan kepada Ibu Fatmawati. Dua blok kain merah dan putih dari kain halus itu - setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus – diperoleh dari sebuah gudang di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat, dan diantarkan ke Pegangsaan oleh Chairul. Ketika bendera besar itu dibuat, Ibu Fatmawati sedang hamil tua mengandung bayinya yang pertama yaitu Guntur Soekarnoputra. Ia menjahit bendera itu didepan kamar tidur, yaitu di ruang makan dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja. Karena kondisi fisik dan ukuran bendera yang besar, pekerjaan menjahit bendera itu baru selesai dalam waktu dua hari di akhir tahun 1944. Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Sang Merah – Putih hasil jahitan Ibu Fatmawati itu selalu dikibarkan di pekarangan rumah Presiden Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tahun 1958, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera Merah – Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, ditetapkan sebagai Bendera Pusaka. Bendera Pusaka dikibarkan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
84
terakhir pada 17 Agustus 1968. Pada tahun 1969 dibuatkan Duplikat Bendera Pusaka dari sutera alam. Saat ini Bendera Pusaka disimpan di salah satu ruang khusus di Istana merdeka, yaitu Ruang Penyimpanan Bendera Pusaka (Bondan Winarno, 2002: 43-61). Teks Proklamasi yang tersimpan di Istana Merdeka merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi. Teks Proklamasi tersebut ditulis di ruang makan di kediaman Ir. Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Pada saat itu di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni lah yang kemudian mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia (http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/detik-detik-pembacaan-naskahproklamasi/#more-39).
3.8.2 Furnitur Pada masa pemerintahan Presiden megawati Soekarnoputri interior IstanaIstana Presiden Republik Indonesia mengalami penataan ulang. Untuk penataan ulang ini Presiden Megawati mengangkat staf khusus yang bernama Kris Danubrata. Hal pertama yang dilakukannya adalah melepaskan semua ukiranukiran Jepara dari interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali Ruang Jepara yang sengaja dilestarikan sebagai bagian sejarah kepemimpinan Presiden Soeharto. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan nuansa asli klasik Eropa pada Istana Jakarta. Kursi dan sofa dari kayu ukiran Jepara dengan bantalan berwarna kuning emas yang semula memenuhi Istana Jakarta juga diganti dengan kursi dan sofa peninggalan kolonial Hindia-Belanda dulu. Sebagian besar mebel itu dikeluarkan kembali dari gudang untuk direnovasi dan diganti bantalan baru dengan warna dan corak yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
85
3.8.3 Benda Seni Secara umum benda-benda seni koleksi Istana Kepresidenan dapat digolongkan dalam jenis karya: (1) lukisan, (2) Patung, (3) Keramik, (4) Wayang, (5) Seni Kerajinan. Benda-benda seni tersebut
tersebar di setiap Istana
Kepresidenan dan ditempatkan baik di dalam ruangan (indoor), maupun di luar ruangan (outdoor). Pengoleksian benda-benda seni dimulai ketika Pemerintah Republik Indonesia hijrah ke Yogyakarta. Di Pendopo belakang Gedung Agung, Bung Karno sering mengundang para pelukis dan seniman. Banyak lukisan mereka yang dihadiahkan kepada, maupun dibeli oleh Bung Karno. Ketika mulai menghuni Istana Merdeka pada akhir 1949, Bung Karno semakin bergairah mengisi dinding-dinding kosong di kedua bangunan Istana (Merdeka dan Negara) yang megah itu. Beliau yang merupakan seorang Connoisseur besar (ahli dalam meneliti karya-karya seni), kemudian mengangkat Dullah, Lee Man Fong, dan Lim Wasim menjadi pelukis Istana, yang bertugas mengatur letak lukisan sekaligus merawatnya. Demikianlah terjadi akumulasi benda-benda seni di Istana-Istana Presiden. Muhibah yang cukup sering dilakukan Bung Karno ke luar negeri ikut memperkaya koleksi benda seni Istana. Kemanapun beliau pergi, tak pernah melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke museum atau galeri. Dari kebiasaan inilah dinding-dinding dan taman-taman istana memperoleh tambahan lukisan dan berbagai patung. Seiring dengan perjalanan Pemerintahan Republik Indonesia, koleksi tersebut semakin bertambah dan umumnya diperoleh dari persembahan pimpinan atau kepala negara yang berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya yang dikunjungi oleh Presiden Indonesia. Khusus di Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
86
Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 No.
Lokasi
Jenis Koleksi Lukisan
Patung
Seni Kriya
Jumlah
1
Istana Merdeka
73
100
519
692
2
Kantor Presiden
64
43
28
135
3
Istana Negara
25
20
70
115
4
Wisma Negara
226
28
26
280
5
Halaman Tengah
-
45
-
45
388
236
643
1267
Jumlah
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni)
Dari sisi tema, koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan Jakarta memiliki keragaman dan kekhasan. Adapun tema-tema koleksi benda seni secara singkat dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tema Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta No.
1.
Jenis Koleksi
Seni Lukis
Tema a. b. c. d. e. f. g.
2.
Seni Patung
3.
Seni Kriya
a. b. c. d. a. b. c. d. e. f. g. h.
Pemandangan Alam benda (still life) Potret (tokoh, pahlawan, pejabat) Figur manusia ( laki-laki dan perempuan) Dekoratif (pola hias klasik Nusantara) Kehidupan sehari-hari/lokalitas Sejarah dan kebangsaan Klasik Modern Kehidupan sehari-hari Potret Benda fungsional arsitektur (relief, keramik) Topeng Tekstil (kostum dan non kostum) Miniatur Tanduk dan gading Perhiasan Furnitur Senjata
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
87
3.8.3.1 Lukisan Koleksi Lukisan yang dimiliki Istana Kepresidenan Jakarta, apabila dilihat dari medianya dapat dibedakan menjadi: lukisan cat minyak, lukisan cat air, lukisan akrilik, lukisan pastel, lukisan tinta, lukisan bulu, dan lukisan batik. Secara lebih rinci penyebaran lukisan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Media Cat minyak -kanvas Cat minyak-hardboard Cat akrilik-kanvas Cat air-kertas Pastel-kertas Tinta-kertas Bulu Pewarna-kain/batik Repro foto Jumlah
Tempat Pemasangan/ display Istana Merdeka 61 2 2 5 2 1 -
Kantor Presiden 55 6 2 1
Istana Negara 23 1 1
Wisma Negara 153 1 56 5 1 1 5 4
73
64
25
226
(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan) Di bawah ini adalah salah satu contoh koleksi lukisan masterpiece di Istana Kepresidenan Jakarta.
Foto 3.27 Penangkapan Diponegoro, Raden Saleh (1857) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan) Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
88
Lukisan yangi dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1857 ini merupakan simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda. Wajah menantang yang diperlihatkan oleh Pangeran Diponegoro mewakili simbol tersebut, sedangkan postur tubuh orang-orang Belanda yang dilukiskan sama besar proporsinya dengan orang-orang Indonesia, merupakan simbol persamaan derajat dan persamaan martabat. Dengan persamaan tersebut, maka timbul semangat bagi bangsa Indonesia untuk menghapuskan penjajahan. Lukisan yang menjadi milik Istana Kerajaan Belanda ini, setelah berada di negeri Belanda selama 121 tahun, atas hasil persetujuan kerjasama kebudayaan antara pemerintah Indonesia dan Belanda, diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Penyerahan ini dilakukan oleh Duta Besar Belanda kepada Presiden Soeharto pada bulan April tahun 1978 (Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 123).
3.8.3.2 Patung Patung merupakan hasil karya seni rupa yang berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Patung yang tersimpan di Istana Kepresidenan Jakarta memiliki fungsi estetika sebagai elemen penunjang interior, maupun di exterior. Patung-patung tersebut terbuat dari berbagai bahan, antara lain: kayu, perunggu, marmer, batu andesit, batu onix, kuningan, tanah liat, gading, campuran logam dan kayu, campuran logam dan batu, kristal, dan fiber. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 3.4 Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan Pembuatannya
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tempat Pemasangan/ display
Media Kayu Perunggu Marmer Porselin Batu andesit Batu onix Kuningan Tanah liat/keramik Gading Uang kepeng
Istana Merdeka 63 10 1 4 2 4 4 7 -
Halaman Tengah 13 12 20 -
Kantor Presiden 40 1 1 -
Istana Negara 6 3 4 4 1 1
Wisma Negara 28 -
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
89
11. 12. 13. 14. 15.
Uang kepeng+kayu logam+kayu logam + batu Kristal Fiber
2 1 1 1
-
1 -
1 -
-
Jumlah
100
45
43
20
28
Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan Berikut ini adalah satu contoh koleksi patung masterpiece di Istana Kepresidenan
Foto 3.28 Foto 3.29. Penunggang Kuda (K.Strobl) Hulubalang (K.Strobl) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)
3.8.3.3 Keramik Koleksi keramik yang dimiliki oleh istana Kepresidenan Republik Indonesia berasal dari banyak negara tetangga. Dari sisi jumlah, yang paling banyak ialah keramik yang berasal dari Cina, kemudian menyusul dari Annam, dan terakhir dari Jepang. Koleksi keramik tertua yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan adalah porselin dari Dinasti Sung (960-1279) jenis Tzu-chou berbentuk botol bunga(meiping). Ciri yang sangat menonjol dari keramik jenis Tzu-chou adalah hiasan berwarna hitam yang dipoleskan pada latar warna putih krem, sehingga warnanya menjadi sangat kontras. Dengan lukisan pohon bambu yang indah dianggap sebagai lambang umur panjang. Pada zaman dinasti Sung segala bidang kesenian di negeri Cina mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beberapa keramik yang mashur Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
90
pada jaman itu antara lain jenis-jenis: Lung-chuan seladon, Chien, Chun, Tzuchou, Ying-ching, yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan nama Ching-pai, Ting dan sebagainya.
Foto 3.30 Vas Bunga (Mei-ping), Cina abad ke-13 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) Dinasti Yuan atau Mongol (1280-1368) sejaman dengan kerajaan Majapahit (1293-1520). Keramik dari jaman dinasti ini banyak didapati, khususnya di wilayah Jawa Timur, karena hubungan kedua kerajaan pada masa itu terjalin dengan sangat baik. Pada jaman Yuan tradisi jaman Sung masih dipelihara dengan baik. Dapur pembakaran porselin pada masa dinasti Sung masih terus dimanfaatkan tanpa banyak perubahan. Salah satu jenis porselin yang tetap terjaga dan berkembang adalah porselin jenis seladon. Perkataan itu diambil dari bahasa Perancis: Celadon, nama pemain sandiwara terkenal di Perancis Selatan pada abad 17, yang setiap penampilannya selalu mengenakan jubah warna hijau seperti warna porselin Cina yang juga sangat terkenal waktu itu. Seladon makin terkenal dan dipuji karena warnanya menyerupai batu giok yang sangat mahal harganya. Ada juga yang mengatakan bahwa warna ini meniru warna patina perunggu Cina kuno, yang dingin dan syahdu dari benda-benda upacara keagamaan di jaman Chou (1027-249 SM). Koleksi piring berglasir hijau seladon berdiameter 33,5 cm yang berhiaskan gores menggambarkan sulur-suluran adalah salah satu contoh peninggalan dinasti Yuan ini. Porselin ini hasil pembakaran Chu-chou di propinsi Chekiang Cina Timur, dinasti Yuan abad ke-15. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
91
Foto 3.31 Piring Hias Celadon, Cina abad ke -15 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) Organisasi dapur pembakaran keramik kekaisaran di Ching-te Chen menjadi pelopor perbaikan dan perkembangan keramik. Banyak bentuk maupun hiasan keramik kekaisaran ciptaan baru ditiru terutama motif hiasan dua pertentangan kosmis, dunia atas dan dunia bawah, yang bersumber pada falsafah Tao. Dunia atas diwakili oleh awan, bulan, dan burung; sedangkan lukisan tumbuh-tumbuhan mewakili dunia bawah. Perkembangan ini terjadi pada masa Dinasti Ming. Koleksi milik Istana yang dapat dijadikan contoh peninggalan masa ini adalah piring porselen biru putih. Untuk lebih jelasnya lihat foto di bawah ini:
Foto 3.32 Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming (Sumber: Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno dari Republik Indonesia)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
92
Jaman berikutnya adalah jaman Ching (1644-1912) yang menampilkan tiga corak penting dalam perkembangan keramik. Pertama terjadi pada jaman kaisar Kan-hsi (1662-1722), kedua pada masa kaisar Yung-cheng (1723-1735), dan ketiga terjadi pada masa kaisar Chien-lung (1736-1795). Pada jaman Kan-hsi dihasilkan benda-benda dengan glasir warna tunggal yang terkenal dengan nama: merah darah sapi (sang de boeuf), warna terang bulan (claire de lune), warna hijau apel yang indah, golongan famili hitam (famille noire) dan golongan famili hijau (famille verte). Pama masa kaisar Yung-cheng dan Chien-lung, menghasilkan porselin dengan warna tunggal dan biru-putih dengan gaya kuno yang indah. Contoh benda koleksi Istana Kepresidenan dari masa ini
adalah jembangan
bergambar naga memperebutkan mutiara menyala ditengah-tengah lidah api dan awan sebagaimana dapat dilihat dalam foto di bawah ini:
Foto 3.33 Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) Berdampingan dengan porselin buatan Cina, porselin buatan Annam (Vietnam) juga menjadi koleksi Istana kepresidenan Indonesia. Keramik Annam berasal dari abad 13-16. Ciri utama porselin Annam antara lain: bahan dasarnya batuan berwarna krem; bagi barang jenis biru-putih warnanya jadi biru kehitamhitaman; bagian bawah benda hampir selalu berpoleskan lumpur (slip) coklat; pinggiran bibir piring atau mangkok selalu tidak berglasir, yang menunjukkan cara pembakaran adu bibir; lingkaran kaki setiap benda selalu dikerjakan dengan sangat rapi bila dibandingkan dengan porselin Cina. Piring hias dari Annam Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
93
merupakan koleksi yang cukup banyak terdapat di Istana Kepresidenan. Contoh porselin Annam dapat dilihat pada foto berikut ini:
Foto 3.34 Piring Hias dari Annam, abad ke-15 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) Keramik Jepang di Istana kepresidenan Jakarta berasal dari abad ke-17. Dahulu keramik ini dibawa oleh para pedagang Eropa yang berhasil mengadakan hubungan dengan Jepang.Contoh peninggalan ini antara lain porselin biru putih dari Imari yang ternyata banyak diberi tanda kekaisaran jaman Ming, misalnya Cheng-hua, Cheng-te, dan Wan-li.
Foto 3.35 Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
94
3.8.3.4 Benda Seni Kriya Seni kriya sering disebut dengan istilah handycraft yang berarti kerajinan tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan keindahan. Benda seni kriya koleksi Istana Kepresidenan sangat banyak jumlahnya dan terbuat dari berbagai macam bahan.
Tabel 3.5 Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Tempat Pemasangan/ display
Media Porselin Kristal Batu Tanah liat/keramik Kayu Kuningan Timah Perunggu Perak Perak bakar Fiber Fiber+logam Perak+kerang Gading Tulang Rotan Kain Kulit Kerang Marmer Giok Stainless Steel Tanduk + perak Gading + perak Kayu+perak Kristal+perak Kristal+kuningan Kaca Kaca+perak Kayu+kaca Besi Besi+perak Batu+kuningan Kayu+kuningan
Istana Merdeka 214 20 7 9 29 32 1 3 139 14 2 3 3 1 1 1 1 4 1 8 3 1 3 1 1 1 1 1 2 -
Kantor Presiden 1 2 2 4 3 2 2 1 1 -
Istana Negara 35 6 3 2 1 8 1 1 3 1 2 1 1 -
Wisma Negara 6 19 1
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
95
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44.
Kain+benang emas Kulit penyu+kerang Stainless steel+tulang Kristal+logam Logam Kayu+batu opal Kayu+kawat Kertas Kulit mutiara Melamin Jumlah
1 1 3 1 7 -
2 1 1 4 1 1
1 4
-
519
28
70
26
Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan Salah satu contoh
koleksi benda seni kriya dari perak yang dimiliki Istana
Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Foto 3.36 Ceret dari Perak (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta direncanakan dibuka setiap hari Selasa sampai dengan hari Kamis mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Pada hari Senin dan Jum’at atau pada saat ada kegiatan Presiden yang dilaksanakan di Istana Merdeka kunjungan ditiadakan (Saat ini kunjungan baru dapat dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu dengan pertimbangan bahwa pada hari-hari tersebut tidak ada kegiatan Presiden di istana dan Keluarga Presiden juga tidak berada di Istana). Birokrasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta cukup sederhana. Para pengunjung datang langsung dan cukup membawa kartu tanda penduduk atau Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
96
tanda pengenal lainnya, berpakaian rapi, tidak boleh memakai kaos, tidak boleh bercelena pendek, memakai sepatu, tidak diperbolehkan membawa kamera, dan bersikap sopan. Para pengunjung masuk melalui Gedung Sekretariat Negara RI (Setneg RI) di Jalan Majapahit. Setelah masuk di lapangan parkir pengunjung langsung dapat menuju ke tenda panitia untuk didata identitasnya. Setelah didata, sambil menunggu giliran pemberangkatan di ruang tunggu, pengunjung dapat melihatlihat Toko Cinderamata yang menjual aneka souvenir yang semuanya berlogo Istana. Durasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta telah diatur sedemikian rupa, untuk masing-masing kelompok yaitu lebih kurang 30 menit. Masingmasing kelompok diberangkatkan setiap lima belas menit sekali menggunakan mobil bus yang disediakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan agar tidak terjadi penumpukan dengan kelompok
pengunjung yang lain. Ketentuan lain yang
diterapkan adalah maksimum ada empat kelompok pengunjung pada suatu ketika di dalam kompleks Istana dan anggota kolompok tidak dapat berpindah atau bergabung dengan kelompok lain. Untuk memudahkan pengawasan kepada para pengunjung, maka setiap pengunjung mengenakan tanda pengenal khusus yang berbeda untuk setiap kelompok. Setelah ada panggilan dari petugas, setiap rombongan akan diangkut dengan bus yang berkapasitas antara 20 hingga 25 orang dan setiap rombongan didampingi oleh seorang pemandu (tour guide) yang direkrut dari Korps Wanita TNI dan POLRI (Kowad, Kowal, Wara, dan Polwan). Bus melaju ke dalam lingkungan Sekretariat Negara RI dan berhenti di gedung Serba Guna yang disulap mirip gedung bioskop untuk menyaksikan film sejarah Istana Merdeka. Setelah menonton film dokumenter yang berdurasi 15 menit, pengunjung didampingi oleh pemandu (tour guide) berjalan kaki menuju halaman Istana Merdeka, melalui pintu masuk khusus yang dipasang alat metal detektor. Setelah sampai didepan Istana Merdeka, seorang fotografer Istana menyapa kedatangan pengunjung dan mengatur rombongan untuk difoto bersama di tangga Istana Merdeka. Hasil foto ini nantinya dapat ditebus di sebelah ruang pendaftaran ketika para pengunjung akan meninggalkan Istana Kepresidenan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
97
Jakarta. Setelah foto bersama para pengunjung memasuki Istana Merdeka menyusuri Ruang Kredensial, Koridor, dan Ruang Resepsi dan diberi penjelasan oleh pemandu (tour guide) tentang seluk-beluk Istana Merdeka beserta koleksi benda seni yang terdapat didalamnya.. Setelah selesai menyusuri ruang-ruang dalam Istana Merdeka, selanjutnya pengunjung diajak melintasi taman di belakang Istana Merdeka, yang dihiasi patung-patung yang jumlahnya puluhan dengan berbagai model. Selanjutnya para pengunjung dengan tetap berada pada rombongan dan dipandu oleh tour guide meninggalkan area Istana Merdeka dan kembali menuju bus melalui pintu yang sama pada saat masuk ke halaman Istana Merdeka. Sebagai gambarani, jalur kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat dalam denah berikut:
Gambar 3.1 Denah Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
98
3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Rumah tangga Kepresidenan mewajibkan kepada seluruh pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta untuk: 1.
Membawa Kartu Identitas asli (KTP, Kartu Pelajar/Mahasiswa, Paspor, atau ID).
2.
Mengenakan pakaian rapi (tidak mengenakan jeans, celana pendek, kaos oblong, dan sandal).
3.
Berperilaku sopan dan menghargai lingkungan Istana Kepresidenan sebagai tempat tinggal Presiden dan keluarganya, serta tempat kerja Presiden seharihari.
4.
Mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh Istana Kepresidenan.
5.
Memenuhi segala peraturan yang dilakukan oleh petugas.
3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Selain harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan seperti tersebut di atas, para pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta dilarang: 1. Membawa tas, makanan, minuman, dan merokok di lingkungan Istana Kepresidenan. 2. Menggunakan handphone selama berada di lingkungan Istana Kepresidenan. 3. Berfoto di dalam lingkungan Istana, kecuali oleh fotografer resmi Istana Kepresidenan. 4. Membuat keributan, kegaduhan, dan keonaran di lingkungan Istana Kepresidenan. 5. Melakukan aktivitas politik dalam bentuk apapun selama melaksanakan kegiatan kunjungan Istan Kepresidenan. 6. Melakukan orasi atau demonstrasi, menggelar poster atau spanduk, atau penyebaran pamflet selama melakukan kunjungan Istana Kepresidenan. 7. Menggunakan busana atau atribut dengan tulisan atau gambar, atau simbol, atau bentuk yang patut diduga sebagai perwujudan butir 5 dan 6.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
99
3.10 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan unsur yang sangat penting dalam pengelolaan museum, terutama dalam rangka memberikan dukungan pelayanan yang baik kepada pengunjung museum. Sarana dan prasarana dimaksud yaitu segala fasilitas yang menunjang aktifitas museum, baik fasilitas pengelolaan museum (kantor dan koleksi), maupun fasilitas untuk para pengunjung, karena museum selain sebagai sarana pendidikan juga memiliki fungsi rekreatif, sehingga museum seyogyanya dapat menghadirkan suasana yang menggembirakan. Sejalan dengan hal itu, Endang Sri Hardiati dalam bukunya “Pengelolaan Museum Sebagai objek Wisata Budaya” menyebutkan : Untuk dapat memberikan suasana yang menggembirakan, ada kriteria-kriteria yang harus dimiliki dan dikembangkan oleh suatu museum, antara lain: (1) unsur estetika atau unsur keindahan dari museum dan pamerannya; (2) unsur informatif, pameran harus dapat memberikan informasi yang jelas dan lugas; dan (3) fasilitas, seperti pengatur suhu ruangan, tempat istirahat (bangku-bangku), toilet, toko souvenir, ruangan untuk mencoba permainan dan musik tradisional yang dikoleksi (Hardiati, 2000:12-13). Sehubungan dengan hal tersebut, demi kenyamanan para pengunjungnya, pihak pengelola Istana Kepresidenan juga menyediakan fasilitas umum seperti: tempat penitipan barang, toko cinderamata (souvenir shop), kantin, musholla, toilet, tempat parkir, dan foto Presiden dan keluarganya dalam ukuran besar yang ditempel di dinding ruang tunggu untuk memenuhi keinginan pengunjung yang ingin foto bersama Presiden. Secara lebih rinci, sarana fisik penunjang Wisata Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
100
Tabel 3.6 Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010 No.
Luas m2
Nama Bangunan
1.
Penitipan Barang
10,8
2.
Toko Cinderamata
171,05
3.
Kantin
4.
Musholla
5.
Tempat Parkir
6.
Toilet
322 9 13.247 45,5
Sumber: Bagian Bangunan Sekretariat Negara RI
3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Pengunjung museum dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Paling tidak ada dua hal untuk dapat mengidentifikasinya, yaitu berdasarkan intensitas kunjungan dan berdasarkan tujuan kunjungan. Berdasarkan intensitas kunjungannya pengunjung museum dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (1) kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar; (2) kelompok orang yang baru mengunjungi museum. Sedangkan apabila dilihat dari tujuannya, pengunjung museum dibedakan atas: (1) pengunjung pelaku studi; (2) pengunjung bertujuan tertentu; (3) pengunjung rekreasi (Direktorat Museum, 2008:22-23). Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta selama satu tahun terakhir sejak mulai dibukanya Wisata Istana Kepresidenan pada bulan Mei 2008 boleh dibilang cukup menggembirakan. Dari tabel yang disajikan di bawah ini kita dapat melihat bahwa para pengunjung sangat antusias untuk dapat memasuki Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
101
Tabel.3.7 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 – 2009 No.
Bulan/Tahun
Jumlah Orang Dewasa
Anak-anak
Jumlah
1.
Mei 2008
3.417
1.498
4.915
2.
Juni 2008
10.040
6.017
16.057
3.
Juli 2008
10.449
3.876
14.325
4.
Agustus 2008
7.241
2.091
9.332
5.
September 2008
338
75
413
6.
Oktober 2008
4.145
2.705
6.850
7.
Nopember 2008
8.095
6.649
14.744
8.
Desember 2008
5.418
6.820
12.238
9.
Januari 2009
7.673
8.068
15.741
10.
Februari 2009
10.639
7.570
18.209
11.
Maret 2009
18.160
12.222
30.382
12.
April 2009
4.708
2.360
7.068
13.
Mei 2009
11.145
5.932
17.077
14.
Juni 2009
9.522
7.271
16.793
15.
Juli 2009
5.828
4.087
9.915
16.
Agustus 2009
1.028
567
1.595
17.
September 2009
18.
Oktober 2009
3.080
3.991
7.071
19.
Nopember 2009
3.979
3.843
7.822
20.
Desember 2009
3.105
3.716
6.821
128.010
89.358
217.368
Jumlah
Libur bulan Ramadhan
Sumber: Biro Administrasi Rumah Tangga Kepresidenan
3.12 Kegiatan Edukatif Kultural Kegiatan edukatif kultural yang sudah diselenggarakan oleh Istana Kepresidenan Jakarta saat ini antara lain adalah: 1. Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling dilakukan secara berkelompok dan setiap kelompok didampingi oleh seorang petugas pemandu. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok pengunjung adalah sekitar 30 menit.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
102
2. Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Diharapkan kegiatan ini dapat menambah wawasan pengetahuan kepada para pengunjung tentang sejarah Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
103
BAB 4 MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA
4.1 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Komunikasi Pada bab 2 telah diuraikan bahwa salah satu perbedaan antara museum tradisional dengan museum baru adalah bahwa pada museum tradisional bentuk komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, sedangkan pada konsep museum baru bentuk komunikasi yang terjadi antara museum dengan pengunjung adalah komunikasi dua arah. Bila kita mengacu pada konsep tersebut, maka bentuk komunikasi yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini cenderung berbentuk komunikasi searah, bukan komunikasi dua arah. Sebuah pesan yang dikirimkan oleh pemandu (transmitter) kepada pengunjung (receiver) melalui sebuah saluran (channel) berupa alat pengeras suara, dan film. Pengunjung sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi, mereka lebih dominan sebagai pihak yang hanya menerima informasi yang disampaikan oleh pemandu, tidak memiliki kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang koleksi benda seni maupun acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta. Hal ini terjadi karena waktu yang disediakan untuk kegiatan panduan keliling Istana Kepresidenan ini sudah terprogram dengan jadwal yang ketat. Sementara itu, pemutaran film yang dilakukan sebelum pengunjung memasuki Istana Kepresidenan Jakarta, hanya memberikan informasi yang sangat terbatas, yaitu hanya berkisar pada sejarah pembangunan istana dan para pejabat yang pernah tinggal (menempati) istana tersebut. Komunikasi
yang
terjadi
saat
ini
sesungguhnya
masih
dapat
dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang disampaikan oleh Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8). Dalam model komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang melibatkan tiga unsur penting yaitu museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan para pengunjungnya seperti yang juga disampaikan oleh Suriaman (2000). Dalam proses komunikasi ini, seorang kurator museum menentukan konten dan pesan yang akan disampaikan dalam kegiatan eksebisi museum. Pesan tersebut
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
104
kemudian disampaikan menggunakan dua buah media yang berupa media primer yaitu benda koleksi (obyek) yang ditampilkan dan media sekunder berupa penjelasan tentang koleksi (obyek) yang ditampilkan. Sedangkan pengunjung yang bertindak sebagai penerima pesan, tidak hanya bersikap pasif, tetapi dapat memberikan tanggapan berupa umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan kurator museum. Model komunikasi Knez dan Wright, yang terdiri dari unsur-unsur kurator, eksebisi, dan pengunjung (visitor), selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kurator Susan M. Pearce (dalam Susanto), menjelaskan bahwa proses kerja kurasi yang sering dilakukan di museum-museum, secara umum dapat dijadikan sebagai kerangka acuan kerja kurator yaitu: 1. Akuisisi Akuisisi atau perolehan/pemilikan merupakan langkah awal dari proses kurasi yang mengacu pada pengoleksian atau penambahan jumlah koleksi. Ada beberapa macam jenis akuisisi, yaitu: a) Pembelian (purchasing), yaitu akuisisi dengan jalan membeli suatu artifak, atau karya seni dari tangan pertama misalnya masyarakat, pemilik atau kolektor, atau pihak lain. b) Hibah (gift or donation), yaitu akuisisi melalui pemberian dari pihak-pihak tertentu yang memiliki perhatian terhadap suatu bidang
atau
memiliki
kemampuan
untuk
memberikan
partisipasinya. 2. Dokumentasi(documentation) Pendokumentasian merupakan kerja pencatatan data yang menyangkut keberadaan obyek-obyek yang telah diakuisisi. Kegiatan ini meliputi pendataan surat-surat pembelian atau perjanjian hibah, kepemilikan, asalusul benda, latar belakang budaya dari obyek, ukuran-ukuran fisik dan hal teknis lainnya yang nantinya menjadi data yang menyertai obyek tersebut dan membantu dalam pengkajian selanjutnya.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
105
3. Pemeliharaan (Preservation Measures) Preservasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam menjaga keakuratan dan orisinalitas obyek sehingga tidak berubah keadaannya (sehubungan dengan kondisi fisik dari obyek), juga menyangkut penentuan ukuran kualitas penilaian dari obyek tersebut (sehubungan dengan nilai dari obyek), baik dari segi historis, sosiologis, dan lain-lain, sehingga nantinya dalam proses penilaian/apresiasi diketahui dari sudut pandang mana koleksi tersebut dimaknai. Langkah preservasi dari obyek museum ini terdiri dari: konservasi (conservation), pembersihan (cleaning), perbaikan (repair), dan restorasi (restoration). 4. Penyimpanan (Storage) Adalah bagian yang mengatur masalah penyimpanan koleksi di dalam sistem penyimpanan museum yang menyangkut kategorisasi dan pengaturan kondisi ruangan agar cocok untuk penyimpanan obyek-obyek tersebut. Secara fisik kondisi ruang konservasi membutuhkan beberapa ciri seperti: kondisi udara, penghindaran terhadap cahaya matahari/ultraviolet yang biasanya merusak, temperatur yang cenderung konstan atau amplitudo suhu yang kecil, dan kelembaban yang relatif berkisar 50-55 %. 5. Gaya/Jenis Pameran Gaya atau jenis pameran akan juga ditentukan oleh koleksi yang dimiliki museum. Penentuan maksud/tujuan kuratorial dalam sebuah pameran dibatasi oleh koleksi yang tersedia di dalam inventori museum tersebut dan oleh pengembangan wacana kajian dari obyek yang akan direpresentasikan. (Susanto, 2004:113-115). Kegiatan kuratorial di Istana Kepresidenan Jakarta ditangani oleh Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar Seni yang secara struktural berada di bawah Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana. Kegiatan kuratorial tersebut di atas dilaksanakan secara berkala. Perawatan koleksi misalnya, dilakukan setahun sekali. Kegiatan ini meliputi: pembersihan ringan terhadap koleksi baik yang berada di dalam ruangan maupun koleksi yang berada Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
106
di luar ruangan. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekitar bulan Juli, menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Pencatatan dilakukan setiap saat terjadi rotasi dan penambahan koleksi. Inventarisasi benda-benda seni juga dilakukan setiap tahun sekali, dan biasanya dilakukan pada awal tahun. Kegiatan inventarisasi ini dilakukan, selain untuk mengetahui keberadaan benda koleksi, juga untuk mengetahui kondisi benda koleksi tersebut dalam rangka kegiatan preservasi dan konservasi. Kegiatan kuratorial yang meliputi akuisisi, dokumentasi, pemeliharan, penyimpanan, dan pendisplayan karya seperti yang disebutkan di atas secara umum sudah terlaksana dan terjadwal secara rutin. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kegiatan kuratorial sudah berjalan dengan baik. Kegiatan kuratorial yang belum dilaksanakan pada Istana Kepresidenan Jakarta adalah kegiatan riset (research). Padahal kegiatan tersebut sangat penting. Sejumlah informasi mengenai koleksi yang akan dikomunikasikan sedapat mungkin tersedia secara maksimal. Dalam hal ini peranan riset koleksi museum oleh kurator bidang koleksi memegang peranan yang sangat strategis. Mereka harus menguasai betul pendekatan disiplin ilmu yang khusus dan berkenaan dengan koleksi yang akan ditelitinya. Beberapa acuan yang perlu diperhatikan dalam penelitian terhadap koleksi museum adalah: (a) permasalahan yang menjadikan koleksi sebagai data utama penelitian; (2) penelitian secara fisik terhadap koleksi; (3) adanya pemecahan masalah yang berkenaan dengan penelitian; (4) hasil penelitian dapat memberikan penjelasan yang lebih luas pada koleksi yang diteliti secara mandiri; (5) hasil penelitian dapat memberikan penjelasan secara lebih luas dalam konteks ilmu pengetahuan, misalnya sejarah, arkeologi, antropologi, sosiologi, dan politik; (6) hasil penelitian terhadap koleksi dapat menghasilkan suatu dukungan terhadap suatu teori yang sudah umum, misalnya tentang difusi, akulturasi, dan local genius; dan (7) Adanya manfaat dalam konteks kemasakinian atau masa yang akan dating bila dilakukan penelitian terhadap koleksi (Direktorat Museum, 2008: 85 -87).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
107
b. Eksebisi Saat ini eksebisi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta tidak seperti eksebisi yang dilakukan oleh museum pada umumnya, karena Istana Kepresidenan merupakan bangunan yang masih digunakan sebagai kegiatan pemerintahan (living monument), maka tidak dapat dengan mudah mendisplay benda-benda koleksi yang ada seperti yang dilakukan museum pada umumnya. Terlebih lagi apabila dilihat dari fungsinya, benda-benda koleksi seni rupa di Istana Kepresidenan merupakan penghias ruang-ruang istana (Dermawan T, 2004:2). Maka penempatan koleksi tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi ruang yang ada. Hal yang dapat dilakukan agar terjadi komunikasi yang yang optimal antara koleksi itu sendiri dengan para pengunjung, atara lain adalah dengan memberikan informasi tentang makna yang terkandung dalam koleksi (aspek intangible), tidak cukup hanya dengan mengandalkan label saja. Dengan demikian pengunjung akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih berarti, tidak hanya mengetahui aspek tangible-nya saja. c. Pengunjung (visitor) Para pengunjung saat ini hanya dapat menerima informasi yang berkenaan dengan Istana Kepresidenan Jakarta dari pemandu dan pemutaran film. Informasi lain yang dapat diperoleh pengunjung adalah melalui benda-benda cinderamata yang disediakan di toko souvenir. Bentuk komunikasi seperti ini dikenal dengan Corporate Identity (CI). Jenis benda-benda cinderamata dimaksud antara lain berupa: kaos, topi, mug, tas, jaket, jam tangan, pulpen, dan bentuk lainnya yang semuanya menampilkan logo Istana Kepresidenan Jakarta. Cara ini cukup efektif untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat luas tentang keberadaan Istana Kepresidenan Jakarta. Dengan demikian maka informasi tentang Istana Kepresidenan akan semakin menyebar di masyarakat, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah masyarakat untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan Jakarta. Cara lain yang dapat ditempuh oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangka meningkatkan kualitas komunikasinya kepada para pengunjung adalah dengan mengadopsi program-program edukasi seperti yang sudah diterapkan oleh
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
108
Mesa Southwest Museum, yang telah disebutkan pada bab 3 ( Suriaman, 2000:5758) yaitu: 1. Workshop, misalnya: kegiatan membuat keramik, membatik, dan membuat kerajinan lainnya. 2. Story Telling, yaitu dengan menceritakan suatu kisah, baik yang bersifat legenda, hikayat maupun cerita fiksi lainnya kepada para pengunjung museum. 3. Hands on, yaitu memperkenalkan kepada pengunjung tentang obyek atau koleksi museum, dimana dalam kegiatan ini pengunjung dapat meraba, mengangkat, dan mengamati koleksi secara lebih jelas. 4. Teen Overnight, yaitu kegiatan training yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peserta, dengan diselingi permainan. 5. Docent Training, yaitu kegiatan penyuluhan kepada pemandu museum dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang telah mereka miliki. 6. Kemah Museum, yang merupakan analogi dari kegiatan summer camp di Mesa Southwest Museum. Sistem penyajiannya dilakukan dengan penuh kreatifitas dalam beberapa sesi sesuai dengan bidang ilmu tertentu. Selain teori, peserta juga dapat diberi pelatihan dan kegiatan praktis sehingga akan lebih menarik dan berkesan bagi mereka. Peserta kemah bias berasal dari berbagai tingkatan sekolah. Selain itu kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan publisitas. Kegiatan ini merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka mempromosikan dan menginformasikan berbagai program dan kegiatan kepada masyarakat. Publisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: 1. Melalui media informasi Pengiriman informasi tentang kegiatan museum dapat dilakukan dengan berbagai media, seperti media cetak (surat kabar, majalah, brosur, buletin, dan lain-lain), media elektronik (radio, televisi, slide projector, video, email, dan internet).
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
109
2. Kunjungan ke sekolah-sekolah Karena banyaknya obyek yang dapat dikunjungi oleh para siswa dan gurugurunya, maka museum perlu melakukan usaha promosi ke sekolahsekolah agar mereka tertarik untuk berkunjung ke museum. Usaha ini dapat berupa: a. Mendistribusikan informasi pameran dan kegiatan lain kepada guru-guru sekolah. b. Presentasi tentang program museum di sekolah-sekolah. c. Promosi bebas tiket masuk museum bagi para siswa. d. Menyelenggarakan kontes yang diikuti semua kelas, dan para pemenangnya gratis berkunjung ke museum. 3. Kerjasama (partnership) Museum dapat melakukan kerjasama dengan para donator atau sponsor. Bantuan mereka dapat berupa: a. Menanggulangi separuh atau seluruh biaya periklanan untuk kegiatan pameran atau kegiatan edukasi lainnya. b. Mengedarkan tiket, kupon, memasang pamflet, dll. 4. Publikasi Publikasi dapat diartikan membuat bahan berita, atau serangkaian tindakan untuk mencatat acara yang berhubungan (baik menjadi program utama maupun pendukung) atau membuat bahan-bahan yang berhubungan dengan pameran (Susanto, 2004: 132). Museum dapat menerbitkan buku, jurnal, makalah dan artikel tentang
program
dan
kegiatan
museum
maupun topik lain yang relevan. 5. Foto-foto Museum dapat menampilkan foto-foto tentang peristiwa bersejarah untuk dimuat dalam surat kabar, majalah, buku dan bahkan penayangan lewat televisi atau internet. Foto-foto tersebut diberi keterangan dan penjelasan singkat sehingga dapat lebih menarik pengunjung untuk dapat datang ke museum.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
110
6. Festival Penyelenggaraan festival di dalam maupun di sekitar museum secara tidak langsung akan mengundang masyarakat untuk berkunjung ke museum. Dalam kesempatan ini museum dapat melakukan upaya publikasi dan pemasaran berupa: a. Bebas atau diskon tiket masuk museum. b. Melakukan kerjasama dengan sponsor. c. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan festival dan program yang lain. 7. Program Khusus Penyelenggaraan
program
khusus
ini
dapat
berupa:
simposium,
mengundang pembicara dari kalangan artis, menyelenggarakan kelas anakanak, pemutaran film yang berkaitan dengan museum, dll.
4.2 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Edukasi Salah satu fungsi pokok museum adalah memberikan pelayanan pendidikan (edukasi). Dewasa ini pendidikan museum tidak hanya diperuntukkan bagi siswa saja, melainkan juga untuk melayani khalayak baik di dalam museum maupun dalam masyarakat (Greenhill, 1996:1). Program edukasi merupakan media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat dianggap sebagai bentuk kegiatan komunikasi. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, konsep pendidikan yang ingin diterapkan pada Museum Istana Kepresidenan adalah konsep pendidikan konstruktivis. Dalam pandangan konstruktivis, peran pendidik di museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi di museum, dengan didasarkan pada paragdima konstruktivis, museum atau pendidik dapat bertindak sebagai fasilitator. Dalam proses belajar aktif para pengunjung museum dapat memanfatkan sarana belajar yang ada. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang disajikan oleh Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan keleluasaan kepada para pengunjung untuk berinteraksi secara langsung dengan koleksi. Dengan demikian
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
111
maka koleksi yang dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau dipegang sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya. Program edukasi yang sudah dilaksanakan oleh Istana Kepresidenan Jakarta saat ini antara lain adalah:
1) Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling dilakukan secara berkelompok. Berkaitan dengan kegiatan pemanduan tersebut, ada beberapa masalah yang menjadi kendala. Masalah yang sering muncul dalam kegiatan ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Masalah pertama adalah masalah yang berasal dari pengunjung, sedangkan masalah yang kedua, berasal dari pemandu. Masalah yang berasal dari pengunjung antara lain adalah: a. Tidak semua pengunjung fokus pada penjelasan yang disampaikan oleh pemandu. b. Banyak pengunjung yang lebih tertarik untuk memperhatikan benda-benda koleksi yang dilihatnya, bukan memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh pemandu. Hal ini bisa dipahami karena bagi sebagian pengunjung, ketika ia dapat menginjakkan kakinya di dalam Istana Kepresidenan adalah suatu kebanggaan yang tidak dapat diukur dengan apapun dan pengalaman itu akan mereka bawa dan mereka ceritakan kepada siapa saja. c. Tidak semua pengunjung dalam satu rombongan dapat mendengarkan secara optimal penjelasan yang diberikan oleh pemandu, terutama rombongan yang berada di belakang, karena jumlah mereka cukup besar (mencapai 20-25 orang). Adapun masalah yang berasal dari pemandu antara lain adalah: a. Tidak semua pemandu memiliki pengetahuan yang sama, walaupun untuk menjadi pemandu mereka telah mendapatkan pelatihan yang sama. Hal ini berakibat pada informasi yang diterima oleh pengunjung dapat berbedabeda.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
112
b. Karena pengetahuan yang tidak merata, sewaktu-waktu pemandu tersebut berhalangan/tidak dapat bertugas, maka pengetahuan yang ada pada pemandu tersebut tidak dapat digantikan oleh pemandu yang lain.
2) Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Menurut konsep pendidikan konstruktivis,
Menurut
konsep
pendidikan
konstruktivis,
pengunjung
dimungkinkan membuat suatu konstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman dan imajinasi yang mereka miliki. Namun demikian agar pemahaman atau konstruksi pengetahuan yang mereka bangun masih dalam koridor pengetahuan tentang Istana Kepresidenan, maka kiranya sebelum masyarakat berkunjung ke museum mereka perlu memiliki bekal pengetahuan yang memadai tentang selukbeluk museum yang dikunjungi tersebut. Berdasarkan konsep itu maka pemutaran film Istana Kepresidenan Jakarta sudah memenuhi apa yang dipersyaratkan oleh konsep konstruktivis tersebut. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan, antara lain: materi (isi) dari film yang ditampilkan hanya menceritakan secara sekilas tentang sejarah Istana Merdeka dan Istana Negara, beserta para Gubernur Jenderal dan Presiden yang pernah tinggal disana. Sementara acara-acara yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta serta koleksi benda seni yang ada belum seluruhnya terungkap. Kondisi seperti ini menyebabkan para pengunjung tidak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara lengkap. Terlebih lagi, tidak semua ruangan yang ada di dalam Istana Kepresidenan Jakarta dapat mereka masuki. Saat ini pengunjung hanya dapat memasuki ruang-ruang yang ada di Istana Merdeka saja dan mereka dapat berada secara leluasa hanya di Ruang Kredensial dan Ruang Resepsi Istana Merdeka, sedangkan untuk ruang yang lain seperti Ruang Jepara, Ruang Tamu Ibu Negara, dan Ruang Kerja Presiden, mereka hanya bisa melihat benda koleksi yang ada didalam dengan mengintip melalui pintu yang dibuka.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
113
Khusus untuk Ruang Bendera Pusaka para pengunjung tidak dapat melihat suasana dalam ruang, karena ruang tersebut dikunci. Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan seperti yang telah disebutkan di atas perlu diupayakan adanya suatu rancangan mengenai program-program pendidikan yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung. Selanjutnya program-program pendidikan yang akan ditawarkan akan dibahas pada sub bab 4.3 yaitu tentang Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta.
4.3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, saat ini koleksi Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat dilihat oleh para pengunjung masih sangat terbatas. Masih banyak koleksi-koleksi lain yang tidak tampak di Istana, tetapi sangat penting diketahui oleh pengunjung karena memiliki kaitan yang erat dengan acara-acara kenegaraan yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta. Adapun materi koleksi yang dapat ditampilkan sebagai bentuk pengembangan pameran yang sudah ada sekarang ini antara lain adalah:
4.3.1
Acara Kenegaraan Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 1990 tentang
Ketentuan Protokol mengenai
Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata
Penghormatan, Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan secara terpusat, yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara dan undangan lainnya. Selanjutnya acara kenegaraan yang dipilih untuk ditampilkan dalam eksebisi Museum Istana Kepresidenan antara lain adalah:
4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI Tradisi pengibaran Bendera Pusaka ini sudah dimulai sejak 17 Agustus 1950, yaitu peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang pertama dilakukan setelah Presiden Republik Indonesia kembali dari hijrah ke Yogyakarta. Upacara serupa sebetulnya sudah mulai dilakukan di halaman Gedung Agung Yogyakarta ketika
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
114
Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan yang pertama, 17 Agustus 1946. Husein Mutahar yang pada saat itu menjadi salah seorang ajudan Presiden, dan dikenal sebagai seorang pandu aktif, diberi tugas untuk menyusun upacara pengibaran bendera. Pada saat itu ia sudah mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran bendera MerahPutih sebaiknya dilakukan oleh para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Husein Mutahar memilih lima orang pemuda yang bermukim di Yogyakarta, terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan yang mewakili daerah masing-masing. Lima orang tersebut merupakan simbol Pancasila. Salah seorang pengibar bendera bernama Titik Dewi, seorang pelajar SMA yang berasal dari Sumatera Barat. Upacara bendera di halaman Gedung Agung (Istana Kepresidenan Yogyakarta) itu diulangi lagi pada 17 Agustus 1947, 1948, dan 1949, masing-masing dengan secara bergiliran menampilkan para pemuda dari daerah-daerah Indonesia lainnya. Pada tahun 1967, Husein Mutahar yang pada waktu itu sebagai Direktur Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto dan diberi tugas untuk menyusun tatacara pengibaran Bendera Pusaka. Sesuai dengan perkembangan keadaan, Mutahar mengembangkan tatacara pengibaran Bendera Pusaka menjadi satu pasukan yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu: (1) kelompok 17 bertindak sebagai pengiring atau pemandu, (2) kelompok 8 bertindak sebagai kelompok inti pembawa bendera, dan (3) kelompok 45 bertindak sebagai pengawal. Ketiga kelompok itu merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ujicoba yang sukses pada tahun 1967 selanjutnya dimantapkan lagi pada tahun 1968. Pada tahun 1973, Idik Sulaeman yang telah terlibat sebagai Pembina pasukan pengibar bendera sejak tahun 1967, mengusulkan sebuah nama baru. Sebelumnya pasukan pengibar bendera itu disebut Pasukan Pengerek Bendera Pusaka. Usulan Idik adalah sebuah nama Pasukan Pengibar Bendera Pusaka yang disingkat Paskibraka. Koreografi ciptaan Husein Mutahar untuk tata upacara pengibaran Bendera Pusaka kini telah dibakukan.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
115
Foto 4.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.2 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan) 4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara Secara garis besar, kunjungan tamu/pejabat asing ke Indonesia dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) kunjungan yang dilakukan oleh Kepala/Wakil Kepala Negara/Pemerintahan asing ke Indonesia. Dalam hal ini tamu yang berkunjung disebut Tamu Negara, (2) kunjungan yang dilakukan oleh Menteri/pejabat setingkat Menteri, dan (3) kunjungan Duta Besar Asing kepada Pejabat Negara/Pemerintah RI.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
116
Menurut sifatnya kunjungan yang dilakukan oleh seorang Tamu Negara (Presiden/Wakil Presiden, Raja, Ratu, Kepala/Wakil Kepala Pemerintahan Asing dapat dibedakan menjadi: 1. Kunjungan Kenegaraan adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/Wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki jabatannya. 2. Kunjungan Resmi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut bukan merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki jabatannya; atau kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/Wakil Kepala pemerintahan Asing ke Indonesia. 3. Kunjungan Kerja adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/Wakil Pemerintahan
Kepala
Negara
Asing
Asing
dalam
atau
rangka
Kepala/Wakil
Kepala
menghadiri
suatu
konperensi/pertemuan/seminar atau sejenisnya di Indonesia. 4. Kunjungan Pribadi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala Negara/Pemerintahan Asing ke Indonesia dalam kapasitas pribadi. Namun demikian, meskipun kunjungan tersebut bersifat pribadi, kepadanya tetap diberikan perlakuan VVIP (dengan kadar tertentu) serta fasilitas keprotokolan dan pengamanan penuh mengingat jabatan yang melekat pada dirinya. Pada Kunjungan Kenegaraan atau Kunjungan Resmi, terdapat beberapa mata acara pokok kunjungan yang sudah bersifat baku, yang selalu dilakukan pada setiap kunjungan dimaksud, yaitu: 1. Upacara Penyambutan Kenegaraan di Istana Merdeka; 2. Foto bersama (photo session); 3. Kunjungan kehormatan kepada Presiden Republik Indonesia (courtesy call); 4. Pertemuan bilateral pleno antara delegasi tamu dengan
delegasi tuan
rumah; 5. Penandatanganan nota kesepahaman (jika ada);
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
117
6. Pernyataan/konperensi pers bersama (joint press briefing/conference); 7. Jamuan santap malam kenegaraan (state banquet); 8. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan 9. Kunjungan kehormatan kepada ketua MPR RI dan Ketua DPR RI. Pada Kunjungan Kerja, tidak dilakukan: 1. Upacara penyambutan kenegaraan; 2. Jamuan santap malam kenegaraan; 3. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata; 4. Kunjungan kehormatan kepada Ketua MPR RI dan/atau Ketua DPR RI. Pada Kunjungan Pribadi, biasanya mata acara pokok yang dilakukan hanyalah kunjungan kehormatan (courtesy call) kepada Presiden RI. Acara-acara lainnya bersifat pribadi, misalnya mengunjungi objek-objek wisata tertentu, pusatpusat kerajinan tangan, dan sebagainya.
Foto 4.3 dan 4.4 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial) Prosesi pelaksanaan acara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan Duta Besar asing kepada Presiden RI dilakukan dengan pengaturan protokol sebagai berikut: 1. Penjemputan Duta Besar di kediaman Duta Besar atau di kantor Kedutaan Besarnya atau di hotel tempat ia tinggal sementara, oleh Direktur protokol Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
118
Departemen Luar Negeri. Penjemputan dilakukan dengan kendaraan yang terdiri dari: 4 motor kawal (voorijder), 1 mobil patwal, 1 mobil kepresidenan untuk Duta Besar, serta 1 atau lebih mobil lainnya bagi staf diplomatik pendamping Duta Besar. Pada mobil Kepresidenan dipasang bendera merah putih di bagian depan tengah. 2. Setelah memasuki pintu gerbang Istana Merdeka, konvoi kendaraan berhenti di sayap kanan Istana, tepat di dekat karpet merah yang telah disiapkan untuk menyambut kedatangan Duta Besar. Disana telah menunggu Ajudan Kepresidenan
(ADC/Aide-de-Camp) yang bertugas
menyambut Duta Besar. 3. Selanjutnya Duta Besar dan staf pengikutnya dipersilakan turun oleh ADC, dan berjalan di atas karpet merah menuju bagian tengah lapangan upacara, dengan formasi ADC disebelah kanan Duta Besar dan Direktur Protokol di sebelah kiri Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berjalan mengiringi di belakang Duta Besar. 4. Setelah tiba di tengah lapangan upacara (di depan tangga Istana Merdeka), Duta Besar dipersilakan untuk menghadap Barisan kehormatan. Posisi Direktur Protokol dan ADC tetap sama, masing-masing di kiri dan kanan Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berdiri berjajar di belakangkanan
Duta
penghormatan
Besar. dan
Barisan Korps
Kehormatan Musik
kemudian
Pasukan
memberikan
Pengaman
Presiden
(Paspampres) memperdengarkan lagu kebangsaan Negara sang Duta Besar. 5. Setelah lagu kebangsaan selesai diperdengarkan, Duta Besar dipersilakan menaiki tangga Istana, dengan Direktur Protokol dan ADC tetap mengapit Duta Besar masing-masing kiri dan kanan. Staf pengikut Duta Besar mengiringi di belakang. 6. Di anak tangga paling atas, yaitu diserambi Istana, Duta Besar disambut oleh Kepala Protokol Istana Kepresidenan (yaitu Kepala Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan) yang kemudian mengantar Duta Besar dan para staf pengikutnya menuju Drawing Room.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
119
7. Di pintu Drawing Room, Duta Besar dan pengikutnya disambut oleh Kepala Protokol Negara/KPN (yaitu Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Departemen Luar negeri RI), yang kemudian mempersilakan Duta Besar mengisi dan menandatangani Buku Tamu.Sementara itu, para pengikut Duta Besar duduk menunggu di kursi tamu Drawing Room. 8. Setelah ADC mengisyaratkan kepada KPN bahwa Presiden RI siap menerima Duta Besar, maka KPN mempersilakan Duta Besar - yang telah siap memegang dokumen Surat-Surat Kepercayaan (Credential Letters) – dan para staf pengikutnya untuk meninggalkan Drawing Room menuju Credential Hall melalui pintu utama Istana. Duta Besar didampingi oleh KPN di sisi kiri dan ADC di sisi kanan, sedangkan staf pengikut Duta Besar mengiringi dari belakang. 9. Sementara itu, di dalam Credential Hall Prseiden RI telah berdiri menunggu Duta Besar. Pada sisi kanan-belakang Prasiden RI berdiri berturut-turut Menteri Luar Negeri RI dan para pejabat Eselon I dan II Departemen Luar Negeri yang mendampingi Menteri Luar Negeri (termasuk para Direktur yang membawahi kawasan Negara Duta Besar yang menyerahkan Credential Letters). Sedangkan pada sisi kiri-belakang Presiden RI berdiri berturut-turut Menteri Sekretaris Negara, sekretaris Kabinet, Sekretaris Militer Presiden, dan Kepala Rumah Tangga Kepresidenan. 10. Setelah Duta Besar berada di dalam Credential Hall, KPN melaporkan keberadaan Duta Besar kepada Presiden dan mempersilakan Duta Besar untuk
menyerahkan
Surat-Surat
Kepercayaan
kepada
Presiden.
Selanjutnya, tanpa membuka segel amplop Surat-Surat Kepercayaan tersebut, Presiden menyerahkannya kepada Menteri Luar Negeri. 11. Selanjutnya Presiden RI berjabat tangan dengan Duta Besar, kemudian Duta Besar diperkenalkan oleh KPN kepada Menteri Luar Negeri, Menteri Sekretaris Negara serta para pejabat lainnya yang hadir. Kemudian Duta Besar memperkenalkan satu persatu staf pengikutnya kepada Presiden. 12. Setelah itu, KPN mempersilakan Presiden dan Duta Besar menuju Ruang Jepara didampingi Menteri Luar Negeri, Menteri Sekretaris Negara dan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
120
Sekretaris Kabinet. Para staf pengikut Duta Besar tetap berada di ruang Credential Hall untuk beramah-tamah dengan pejabat Departemen Luar Negeri yang hadir.Presiden yang didampingi Menlu, Mensesneg dan Seskab, beramah tamah dengan Duta Besar di Ruang Jepara (biasanya berlangsung antara 15-30 menit). 13. Setelah acara ramah-tamah di Ruang Jepara selesai, Duta Besar mohon diri kepada Presiden untuk meninggalkan tempat. 14. Selanjutnya Duta Besar didampingi KPN di sisi kiri dan ADC di sisi kanan, meninggalkan Ruang Jepara, melewati ruang Credential Hall, menuju pintu utama, melewati serambi, menuruni tangga depan Istana Merdeka, dan berhenti di anak tangga ke enam dari atas. Para staf pengikut Duta Besar dipersilakan langsung menuju anak tangga paling bawah, dengan posisi di sebelah kanan Duta Besar. 15. Kemudian Barisan Kehormatan memberikan penghormatan, dan Korps Musik PASPAMPRES memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Duta Besar bersangkutan membalas member penghormatan dimaksud menurut cara yang berlaku dinegerinya sendiri. 16. Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya selesai diperdengarkan, Duta Besar dipersilakan menuruni anak tangga, dan setelah tiba di anak tangga paling bawah KPN menyampaikan kepada Duta Besar bahwa acara telah selesai. Duta Besar dan para staf pengikutnya lalu mohon diri pada KPN. 17. Selanjutnya Duta Besar didampingi Direktur protokol di sisi kiri dan ADC di sisi kanan, berjalan di atas karpet merah menuju konvoi kendaraan yang telah disiapkan di sayap kanan Istana Merdeka. 18. Setelah tiba di dekat kendaraan, Duta Besar berpamitan dengan ADC dan dipersilakan menaiki mobil yang telah disiapkan, didampingi Direktur Protokol (Duta Besar duduk di sebelah kiri dan Direktur Protokol di sebelah kanan). 19. Konvoi kendaraan meninggalkan Istana Merdeka menuju Kediaman Duta Besar, atau kantor Kedutaan Besarnya, atau hotel tempat tinggal sementara Duta Besar.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
121
Foto 4.5 dan 4.6 Rangkaian Upacara Kredensial (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.2
Koleksi yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan Acara Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta. Yang dimaksud dengan koleksi yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan acara kenegaraan adalah benda-benda yang dikenakan atau digunakan pada saat acara kenegaraan berlangsung. Benda-benda tersebut antara lain berupa:
4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) Seragam Pasukan Pengaman Presiden berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Gagasan tentang penggantian pakaian seragam protokol Paspampres yang bercirikan budaya Indonesia mulai tercetus pada awal bulan Maret 1996. Dalam sebuah perjalanan wisata kenegaraan, Joop Ave yang pada waktu itu menjabat Menteri Pos dan Pariwisata, mengemukakan ide untuk mengganti pakaian seragam khusus Protokol dan Pengawal Istana kepada Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung. Pada perbincangan ini kemudian muncul pemikiran untuk mengganti pakaian seragam dengan hasil rancangan disainer Indonesia, dimana seragam tersebut menunjukkan ciri-ciri budaya bangsa serta tidak sekedar menonjolkan ciri khas kemiliterannya. Ide tersebut oleh
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
122
Jenderal TNI Feisal Tanjung kemudian dikemukakan kepada Presiden Soeharto untuk memohon persetujuannya. Gagasan ini akhirnya ditindaklanjuti oleh Mayor jenderal TNI Sugiono, Komandan Paspampres waktu itu. Dalam pelaksanaannya, contoh awal dari seragam baru tersebut sudah bisa digelar pada saat peringatan hari jadi ke-30 paspampres tahun 1996. Bertindak sebagai perancang pakaian seragam protokol, Samuel Wattimena dengan dukungan produser PT.Tempa Bersama. Pada tanggal 24 Mei 1996 diselenggarakan presentasi tahap kedua di depan Kepala Staf Umum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono. Pada saat itu ditampilkan lima contoh pakaian seragam sehingga terpilih satu set seragam yang akan dimodifikasi dari tiga set lainnya. Tahap ketiga presentasi dilakukan dengan tiga set seragam yang sudah mengalami penyempurnaan. Presentasi berlangsung di depan Kasum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono dan Asisten Personalia ABRI Mayor Jenderal TNI A.Djalal Bachtiar. Presentasi dilanjutkan di Bina Graha, dihadiri Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi Joop Ave dan Menteri Ristek Prof.Dr.Ing. B.J. Habibie. Tahap keempat presentasi berlangsung tanggal 20 Juni 1996 dilaksanakan dengan empat set seragam khusus di Bina Graha. Dalam kesempatan tersebut hadir presiden Soeharto. Pada saat itu langsung dipilih satu proto type pakaian seragam protokol dengan penyempurnaan pada kancing serta pita dada. Akhirnya pada tanggal 25 juni 1996 berlangsung presentasi tahap kelima dengan menampilkan dua set pakaian seragam khusus protokol di kediaman resmi Presiden Soeharto di jalan Cendana, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 17.15 hari itu juga, disetujui satu set seragam protokol. Pakaian seragam yang sampai sekarang ini digunakan sebagai seragam khusus Paspampres, pakaian ini digunakan para perwira, bintara dan tamtama dalam rangka kegiatan protokoler kenegaraan. Sebagai gambaran, seragam Paspampres dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
123
Foto 4.7 dan 4.8 Seragam Paspampres Tahun 1966 (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.9 Seragam Pasukan Kehormatan (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.10 Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan) Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
124
4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji Seragam pramusaji di Istna Kepresidenan dari masa ke masa telah mengalami beberapa kali perubahan, walaupun hanya sedikit. Perubahan tersebut didasarkan pada kebijakan dari pimpinan negara yang berkuasa pada saat itu. Seragam pramusaji secara umum terdiri dari penutup kepala, jas dengan krah sanghai seperti layaknya baju melayu, dan celana panjang. Apabila dilihat dari fungsinya, pemakaian seragam pramusaji ini dapat dibedakan menjadi dua macam. Untuk pelayanan rutin di Istana Kepresidenan, pakaian yang digunakan adalah pakaian dinas harian dengan setelan baju putih dan celana hitam. Untuk pelayanan pada kegiatan jamuan kenegaraan seragam yang digunakan adalah setelan baju hitam dan celana hitam. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto seragam pramusaji terdiri dari penutup kepala berupa peci berwarna hitam, baju berwarna putih, dan celana panjang berwarna hitam (lihat foto 4.11 dan foto 4.12). Bentuk seragam semacam itu cenderung tidak mengalami perubahan hingga masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid.
Foto 4.11 dan 4.12 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (Sumber: Dok. Pribadi)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
125
Foto 4.13 Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan (Sumber: Dok. Pribadi) Berbeda dengan masa pemerintahan sebelumnya, seragam pramusaji pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, mengalami beberapa perubahan. Perubahan tersebut antara lain tampak pada penutup kepala yang berupa ikat kepala ala Bali dan baju jas panjang dengan krah sanghai berwarna hitam, dan celana panjang berwarna hitam. Perbedaan yang lain adalah terdapat kain sarung ala Bali yang diikatkan di pinggang. Namun demikian pemakaiannya lebih mirip dengan pakaian melayu (lihat foto 4.14 dan 4.15).
Foto 4.14 dan 4.15 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Megawati (Sumber: Dok. Pribadi)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
126
Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seragam pramusaji Istana Kepresidenan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut terdapat pada baju lengan panjang yang berwarna putih ditambah pelisir hitam pada bagian kerah dan ujung lengan, sedangkan celana panjang tetap berwarna hitam (lihat foto 4.16).
Foto 4.16 Seragam Pramusaji Pada Masa Pemerintahan Presiden SBY (sumber: Dok. Pribadi)
4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan Kebiasaan pada jamuan resmi berlainan dengan makan-makan biasa, dimana kadang-kadang tidak dipakai kain penutup meja yang panjang, akan tetapi alas kecil sebesar serbet untuk tiap orang. Pada jamuan resmi harus dipakai kain penutup meja yang panjang, dihiasi dengan jambangan bunga yang indah sebagai center piece. Nama-nama makanan dicantumkan dalam bahasa Perancis, dan tiap tempat harus ditandai dengan kartu nama (tertulis lengkap). Paling sedikit harus ada enam macam hidangan. Perjamuan makan resmi pada waktu siang hari tidak boleh diadakan sebelum jam 13.30 dan waktu makan malam tidak diadakan sebelum jam 20.00 (Rumah Tangga Kepresidenan,1993:12). Susunan alat-alat makan dalam suatu jamuan kenegaraan dapat dilihat dalam gambar berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
127
Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Kleinsteuber, 1997: 59)
4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan (kartu udangan, daftar menu ) dalam Acara Jamuan Kenegaraan. Sehubungan dengan kegiatan Jamuan Kenegaraan, ada beberapa kelengkapan yang perlu disiapkan selain peralatan makan. Kelengkapankelengkapan tersebut antara lain berupa kartu undangan, daftar menu, dan daftar nama tamu yang akan mengikuti Jamuan Kenegaraan. Kartu undangan merupakan hal yang sangat mutlak disiapkan, mengingat tidak sembarang orang dapat mengikuti Jamuan Kenegaraan di Istana Kepresidenan, sehingga hanya orang yang memiliki undangan saja yang dapat hadir dalam acara Jamuan Kenegaraan. Daftar menu dimaksudkan agar tamu yang hadir pada Jamuan Kenegaraan tersebut mengetahui jenis menu yang dihidangkan dalam jamuan tersebut. Sementara itu kartu nama digunakan untuk pengaturan tata tempat (preseance). Sebagai gambaran, contoh benda cetakan berupa kartu undangan dalam Jamuan Kenegaraan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
128
Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan)
4.3.3 Pameran Dalam merancang pameran, Museum Istana Kepresidenan Jakarta dapat menentukan presentasi seperti apa yang akan digunakan. Salah satu pendekatan komunikasi yang dikemukakan oleh Barry Lord dan Gail Dexter Lord, berikut ini dapat menjadi alternatif dalam perancangan pameran museum, yaitu: a. Pendekatan Kontemplatif Pendekatan ini umumnya digunakan pada galeri seni, tetapi untuk meningkatkan rasa kekaguman terhadap koleksi juga dapat diterapkan di museum. Dalam pendekatan ini koleksi museum dipresentasikan dari segi estetika yang mengutamakan perasaan emosional. b. Pendekatan Tematik Pendekatan ini mengelompokkan obyek museum dalam tema-tema tertentu menggunakan grafis dan sarana penjelasan lainnya. Pendekatan ini sering dikatakan pendekatan yang bersifat didaktis. Umumnya pendekatan ini digunakan dalam museum sejarah atau museum ilmu pengetahuan. c. Pendekatan Environmental Pendekatan ini memanfaatkan setting ruangan berskala besar untuk menampilkan suasana yang sebenarnya dari koleksi.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
129
d. Pendekatan Sistematik Pameran ini menyajikan berbagai jenis koleksi yang beragam dilengkapi informasi yang lengkap dalam berbagai sarana seperti kartu maupun komputer. e. Pendekatan Interaktif Pendekatan ini melibatkan pengunjung untuk berperan secara aktif dalam kunjungannya seperti, penggunaan computer layar sentuh (touch screen). f. Pendekatan hand-on Pendekatan ini mendukung pengunjung untuk belajar melalui pengalaman fisik. Dalam pameran ini pengunjung diizinkan untuk menyentuh dan menggunakan koleksi sebagai bagian dari proses pembelajaran (Lord dan Lord, 1997:88). Selanjutnya pendekatan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan media. Media yang dapat digunakan untuk display museum dibedakan menjadi media statis dan media dinamis. Secara rinci pengelompokan jenis display museum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Jenis Display Museum Statis Obyek Teks dan label Model Gambar Foto Diorama Tab Leaux Lermbar informasi Buku panduan Lembar kerja
Dinamis Live interpretation Sound-guide Pemanduan Ceramah Film/video/slide Model bergerak dan animationik Komputer interaktif Alat mekanis interaktif Objek yang dapat disentuh Drama websita
(Sumber: Ambrose dan Paine, 2006:80) Pemilihan media yang akan digunakan tersebut di atas akan sangat ditentukan oleh obyek yang akan ditampilkan, disamping itu juga ditentukan oleh sasaran pada pengunjung. Teknik-teknik tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat baku, melainkan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dapat dikreasikan
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
130
dalam inovasi yang baru. Untuk mendukung informasi mengenai koleksi, selain label dan deskripsi yang sudah ada juga ditunjang dengan keterangan-keterangan lain yang bisa diperoleh melalui teknologi layar sentuh (touch screen) (lihat foto 4.17 dan foto 4.18).
Foto 4.17 Displai Karya yang dilengkapi dengan Label (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.18 Perangkat Teknologi Layar Sentuh (Touch Screen) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Untuk memamerkan pakaian seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) dan pakaian seragam Pramusaji Istana Kepresidenan dapat dilakukan dengan menggunakan lemari display yang berisi boneka manequin.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
131
Cara semacam ini sudah dilakukan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta (lihat foto 4.19 dan foto 4.20).
Foto 4.19 Display Pasukan Keraton (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.20 Display Pasukan Keraton (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
132
Sementara itu,untuk pen–display-an berbagai macam koleksi secara optimal dengan dukungan pencahayaan dan informasi tentang koleksi yang ditampilkan dapat dilihat dalam foto 4.21 dan 4.22 sebagai berikut:
Foto 4.21 Display Deskripsi Karya (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)
Foto 4.22 Display Koleksi (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan) Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
133
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab1 bahwa Istana Kepresidenan Jakarta tidak mungkin diubah sebagai museum yang sebenarnya. Sementara itu disisi lain pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta sangat membutuhkan berbagai informasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta yang selama ini tidak dapat dilihat dan dialami secara langsung oleh para pengunjung. Oleh sebab itu untuk memberikan solusi atas permasalahan ini perlu dibuat Museum Istana Kepresidenan Jakarta. Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta. Hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya (Bab 4), merupakan upaya dalam rangka mewujudkan pendirian museum tersebut. Setelah para pengunjung memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, maka para pengunjung dapat secara bebas mengkonstruk berbagai pengetahuan mereka. Disinilah proses konstruktivis berlangsung. Dengan demikian, konsep konstruktivis sebenarnya ditujukan/dimaksudkan bagi siapa saja yang datang melakukan kunjungan ke Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
134
BAB 5 PENUTUP
Di akhir tulisan ini kiranya perlu dikemukakan kembali masalah yang dikaji dalam penelitian ini. Selanjutnya dikemukakan pula hasil-hasil yang dicapai melalui penelitian. Sebagaimana dikemukakan pada bab 1 masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah kegiatan komunikasi dan edukasi yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa konsep komunikasi dan edukasi yang ideal dapat dilakukan apabila di Istana Kepresidenan Jakarta terdapat museum. Saat ini, kondisi yang terjadi adalah bahwa Istana Kepresidenan Republik Indonesia yang merupakan living monument, masih digunakan untuk kepentingan Pemerintahan Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik diatur secara ketat sehingga berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak dapat secara leluasa untuk memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang cukup lama, seperti halnya kalau mereka mengunjungi museum pada umumnya. Pengunjung tidak dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang ada di dalamnya karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengelola Wisata Istana Kepresidenan Jakarta. Berdasarkan kajian yang dilakukan dalam tulisan ini, kiranya perlu dipikirkan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai berikut: 1. Konsep komunikasi yang ada saat ini, yang dapat dilihat dalam bentuk kegiatan panduan keliling dan pemutaran film sejarah Istana Kepresidenan Jakarta, masih mengarah pada model komunikasi searah, bukan model komunikasi dua arah. Pengunjung sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi, mereka lebih banyak hanya menerima informasi yang disampaikan oleh pemandu, dapat dikembangkan
dengan
mengacu
pada
model
komunikasi
yang
disampaikan oleh Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8). Dalam model komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
135
melibatkan tiga buah unsur penting yaitu museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan para pengunjungnya. Dalam kegiatan komunikasi tersebut pesan disampaikan menggunakan dua buah media yang berupa media primer yaitu koleksi (obyek) yang ditampilkan dan media sekunder berupa penjelasan tentang koleksi (obyek) yang ditampilkan tersebut. Peran pengunjung sebagai penerima pesan tidak hanya bersikap pasif, tetapi dapat memberikan tanggapan berupa umpan balik. Untuk dapat merealisasikan hal ini maka Istana Kepresidenan Jakarta perlu menyiapkan sebuah museum khusus yang terletak di luar Istana
Kepresidenan
Jakarta,
sehingga
para
pengunjung
dapat
mengeksplorasi materi apa saja yang ingin diketahuinya tanpa mengganggu jalannya aktivitas pemerintahan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta. 2. Konsep edukasi yang ditawarkan untuk diterapkan pada Museum Istana Kepresidenan Jakarta adalah konsep pendidikan konstruktivis. Dalam pandangan konstruktivis, peran pendidik di museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret. Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan
kebenaran yang berbeda tentang
pengenalan material. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang disajikan oleh Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan keleluasaan kepada para pengunjung untuk berinteraksi secara langsung dengan koleksi yang disajikan. Dengan demikian maka koleksi yang dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau dipegang sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya. Oleh karena itu pendekatan pembelajaran aktif sebagai suatu bentuk strategi yang akan diterapkan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut: (1) berpusat pada siswa; (2) memiliki penekanan pada menemukan; (3) memberdayakan semua indera dan potensi siswa; (4)
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
136
menggunakan berbagai macam media; dan (5) disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian penataan pameran yang harus dilakukan oleh pengelola Museum Istana Kepresidenan Jakarta harus memperhatikan hal-hal seperti yang dikemukakan oleh Hein, sebagai berikut: a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak ada permulaan dan akhir; b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran aktif (active learning); c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view); d. memungkinkan para pengunjung untuk berhubungan dengan obyek dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki; e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan menarik kesimpulan-kesimpulan(Hein,1998:35). 3. Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta. 4. Acara Kenegaraan dan koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan Jakarta dapat ditampilkan menggunakan pendekatan interaktif. Melalui pendekatan ini maka pengunjung akan terlibat dan berperan aktif dalam museum. Adapun teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dengan menggunakan : a. Teknologi komputer layar sentuh (touch screen). b. Pendekatan hand-on, yaitu pengunjung diizinkan menyentuh dan memegang koleksi.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
137
c. Tata pamer (display) benda koleksi yang dilengkapi dengan informasi lengkap dalam berbagai sarana, seperti label dan komputer. 5. Proses konstruktivis sebenarya terjadi pada saat pengunjung masuk dan berkeliling di dalam Istana Kepresidenan Jakarta, setelah mereka memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh dari Museum Istana Kepresidenan Jakarta.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
138
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ambrose, Timothy dan Paine, Crispin. (2006). Museum Basic , 2nd edition, London and New York: Routledge. Asiarto, Luthfi.( 1980). Dasar-Dasar Bimbingan Edukatif Museum, Jakarta. Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Beer, Valorie. (1994). “The Problem and Promise of Museum Goals”, dalam K.Moore (ed), Museum Management, Routledge. Consuelo G. Sevilla etal. (1993). Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Pres. Dermawan T, Agus. (2004). Koleksi Benda-Benda seni Istana Kepresidenan, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Dinas Museum dan Sejarah. (1993). Gedung Tua di Jakarta, Jakarta. Direktorat Museum. (2008). Pedoman Museum Indonesia, Jakarta Echols John M. dan Shadily, Hassan. (1976). Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia. Edson, Gary dan David Dean. (1996). The Handbook for Museums, London and New York: Routledge. Fong, Lee Man. (1964). Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno Dari Republik Indonesia, Tokyo: Toppan Printing Co., Ltd. Hardiati, Endang Sri. (2000). Pengelolaan Museum sebagai Objek Wisata Budaya dalam Museografia jilid XXIX No.1, Depdiknas. Hein, George E. (1998). Learning in The Museum, New York: Routledge. Hein, George E dan Alexander. (1998). Museum Place of Learning, Washington DC: AAM Hooper-Greenhill, Eilean. (1994). The Educational Role of The Museum, 2nd edition, New York: Routledge. Hooper-Greenhill, Eilean. (1996). Museum and Their Visitors, London: Routledge. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
139
Istana Kepresidenan Jakarta. (1978). Puri Bhakti Renatama Museum Istana Kepresidenan Indonesia, Jakarta: PT Intermasa. Kleinsteuber, Asti dan Rusdi, Ahmad. (2008). Duta Bangsa: Istana Merdeka, Istana Negara, Jakarta: AS Production Indonesia. Kleinsteuber, Asti. (1997). Seri Etiket Table Manners (Etiket Makan), Jakarta: PT Primamdeia Pustaka. Kotler Neil dan Kotler Philip. (1998). Museum Strategy and Marketing, San Francisco: Jossey-Bas A Wiley Imprint. Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKIS. Lumintang, Yayah B. (2004). Istana Kepresidenan Republik Indonesia Jakarta, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Macdonald, Sharon. (2006). A Companion to Museum Studies, Malden: Blackwell. Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Refisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Rumah Tangga Kepresidenan. (1993). Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengaturan Meja dan Makanan Pada Suatu Jamuan. Sadiman, Arief. (1986). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sekretariat Presiden Republik Indonesia. (2004). Rumah Bangsa: Istana-Istana Presiden Republik Indonesia dan Koleksi benda Seni. Sekretariat Negara, Rumah Tangga Kepresidenan Republik Indonesia. (2010). Nasionalisme Museum Istana Presiden Yogyakarta. Susanto, Mikke. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa: Wajah dan Tata Pameran Seni Rupa, Yogyakarta:Galang Press. Sutaarga, Amir. (1996). Studi Museologi, Museum Sebagai Alat Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Depdiknas. Sutaarga, Amir. (2000). Kapita Selekta Museografi dan Museologi, Jakarta: Depdiknas. Van Mensch, Peter. (1992). Toward a Methodology of Museology, Phd thesis, University of Zagreb. Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
140
Walshtrom, Billie J. (1992). Perspectives on Human Communication, Dubuque: Wm.C Brown Publishers. Winarno, Bondan . (2002). Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka, Jakarta: TSA Komunika. Tesis Aprianingrum, Archangela Yudi. (2009). “Interpretasi dan Komunikasi: Studi Kasus Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Hanum, Yusinah. (2004). “Pengelolaan Koleksi Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Pemanfaatannya untuk Pendidikan”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sulistyowati, Dian. (2009). “Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Supriyanto, Budi. (2009). “Museum Negeri Provinsi Lampung Sebagai Institusi Pendidikan Informal Pendukung Pembelajaran IPS Tingkat SMP”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Internet (http://www. Setneg.go.id.). Andrea Palladio The free encyclopedia, 25 Februari 2010 pukul 09.30 WIB < http: // en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio >. “Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi” History kemerdekaan, 25 Februari 2010 pukul 09.40 WIB
. “Istana Negara” official website, 15 Februari 2010 pukul 09:16 WIB < http: // setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1293 >. Mitologi Yunani Ensiklopedia Bebas, 15 Maret 2020 .
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
141
Artikel Jurnal Gasong, Dina. ( 2007). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Hartono. (2008). “Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)” Suatu Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered. Magetsari, Nurhadi. (2008).“Filsafat Museologi”, dalam Museografia Vol.II No.2 (Oktober 2008). Suriaman. (2000). Bimbingan Edukasi Museum dan Peningkatan Pariwisata Budaya, dalam Museografia Jilid XXIX No.1.Th.2000. Peraturan dan Perundang-Undangan Anonim. (1995). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Anonim. (2005). Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia Rumah Tangga kepresidenan. Anonim. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Anonim. (1990). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan. Anonim. (2005). Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Universitas Indonesia Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
142
Lampiran 1
DAFTAR LUKISAN DI ISTANA MERDEKA NO.
JUDUL
1 2 3
Gajah Mada P. Diponegoro Memimpin Pertempuran Imam Bonjol
4
Jenderal Sudirman Pemandangan Gunung & Memandikan Kerbau
5 6
Wanita Bali Menabur Bunga
7
Air Pasang
PELUKIS
BAHAN
PENEMPATAN
Henk Ngantung Basoeki Abdullah Harijadi S.
C. Minyak-Kanvas C.Minyak-Kanvas C.Minyak-Kanvas
Koridor Koridor Koridor
Gambir Anom
C.Minyak-Kanvas
Koridor
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
Ruang Jepara
Rudolf Bonnet
Pastel
Ruang Jepara
Simonetti
C.Minyak-Kanvas
Ruang Jepara
8
Penggilingan Padi
Wakidi
C.minyak
Ruang Jepara
9
Membajak Sawah
Maukade
C.Minyak-Kanvas
Ruang Jepara
10
Pemandangan Candi Ceto
Yap Hian Tjay
C.Minyak-Kanvas
Ruang Jepara
11
Istana Negara Tahun 1888
Anonim
Kertas
R. Terima Tamu Ibu Negara
12
Istana Merdeka Tahun 1888
13
Bunga Mawar
14
Anonim
Kertas
R. Terima Tamu Ibu Negara
T. Massimo
C.minyak-Harboard
R. Terima Tamu Ibu Negara
Tari Betawi
Sri Gumantyo
C.Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Ibu Negara
15
Pemandangan Gunung
Yap Hian Tjay
C.Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Ibu Negara
16
Upacara Melasti
Hatta Hambali
C.Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Ibu Negara
17
Pantai
Bambang Suwarto
C.Minyak-Kanvas
R. Tunggu Tamu Ibu Negara
18
Bunga Kaca Piring
Sri Gumantyo
C.Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Ibu Negara
19
Bunga Sepatu
Sri Gumantyo
C.Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Ibu Negara
20
Dullah
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
22
Teuku Cik Ditiro Gatutkaca Dengan Anak-Anak Arjuna, i d i i Penangkapan Diponegoro
Raden Saleh
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
23
DR. Cipto Mangunkusumo
Sudarso
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
21
24
Awan Berarak Jalan Bersimpang
25 27
Mengungsi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono b Danau Panjalu
28
Pemandangan Gunung Sumbing
29 30
26
Harijadi S.
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
S. Sudjojono
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi R. Resepsi
Li Shu Ji
C.Minyak-Kanvas
Bambang Suwarto
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
Baharrizky
C.Minyak-Kanvas
R. Resepsi
Piagam
Abdul Manaf
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Presiden
Ada Bunga Sepatu Ditelinganya
Lee Man Fong
Pastel-Kertas
R. Kerja Presiden
31
Ni Najas
Rudolf Bonnet
Pastel-Kertas
R. Kerja Presiden
32
Jendral Sudirman/ Tongkat Komando
R. Kerja Presiden
33
Kaligrafi Ayat Kursi
34
Barong Bali
35
Ni Made Koppor
36
Petani Bunga
Sumardi
C.Minyak-Kanvas
Hatta Hambali
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Presiden
Sukadana
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Presiden
Han Snel
Pastel - Kertas
K.Tidur Presiden
tak terbaca
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Presiden
Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
143
37
Sepasang Ayam Kate dan Kutu
38
Tanah Lot
39
Joged
40
Kaligrafi Ayat Kursi
41
Pemandangan Gunung
42
Halimah Gadis Aceh
43
Dua Gadis Bali
44
Kebun Istana Presiden Sewaktu di Yogya
45
Wisnu Naik Garuda
46
Gatutkaca Dan Pergiwa
47
Mercusuar
48
Wanita Yogya
49
Menunggu Hidangan
50
Keluarga Terwelu
51
Pelangi / Rainbow
52 53 54
Wayang (Batik)
55
Bpk Susilo Bambang Yudhoyono
56
Tsunami
57
Rangkaian Bunga
58 59
Adam Lay
C.Minyak-Kanvas
Yap Hian Tjay
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Presiden K.Tidur Presiden
A A. Gede Sobrat
C.Minyak-Kanvas
R. Tunggu Tamu Presiden
Hatta Hambali
C.Minyak-Kanvas
R. Tunggu Tamu Presiden
JSP
C.Minyak-Kanvas
R. Tunggu Tamu Presiden
Dullah
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Ibu Negara
Fadjar Sidik
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Ibu Negara
Dullah
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Ibu Negara
W. Susilo
C.Minyak-Kanvas
R. Kerja Ibu Negara R. Kerja Ibu Negara
Warso Susilo
C.Air-Kertas
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
Lorong Barat
Sudarso
C.Minyak-Kanvas
Lorong Barat
Holleman, Frida
C.Minyak-Kanvas
Lorong Barat
Josephine Linggar
C.Minyak-Kanvas
Lorong Barat
Kiboh Kodama
C.Minyak-Kanvas
Lorong Timur
Upacara Larung Laut
M. Sukawan
C.Minyak-Kanvas
Lorong Timur
Upacara Larung Laut
M. Sukadana
C.Minyak-Kanvas
Lorong Timur
Anonim
Batik
Lorong Timur Lorong Timur
Gultom
C.Minyak-Kanvas
Syumidjo
C.Minyak-Kanvas
Lorong Timur
Dullah
C.Minyak-Kanvas
Lorong Timur
Bunga Mawar Putih
Lee Man Fong
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Barat
Tarian Muang Thai
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Barat
60
Mencari Kutu
Hendra Gunawan
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Barat
61
Pemandangan
Ernest Dezentje
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Barat
62
Kaligrafi Surat Al-Ihklas
Hatta Hambali
C.Minyak-Kanvas
K.Tidur Barat
63
Pantai
Henk Ngantung
C.Minyak-Kanvas
R. Keluarga Timur
64
Potret Wanita
M.Thamdjidin
C.Minyak-Kanvas
R. Keluarga Timur
65
Bunga Matahari
Gunawan Hanjoyo
C.Minyak-Kanvas
R. Keluarga Timur
66
Alat Musik
Marijani
C.minyak-hardboard
R. Kesehatan
67
Lingkungan Alam Laut
Anonim
C.Air-Kertas
R. Kesehatan
68
Pemandangan Gunung dan Sawah
69
Gadis Remaja
70
Di Sungai Ciliwung
71
Bunga Mawar
72
Pemandangan
73
Model Wanita
JSP
C.Minyak-Kanvas
R. Kesehatan
Agus Djaya
C.Minyak-Kanvas
R.Tngg Tamu Sayap Timur
S. Toetoer
C.Minyak-Kanvas
R.Tngg Tamu Sayap Timur
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
R.Tngg Tamu Sayap Timur
Arthur H. Gilbert
C.Minyak-Kanvas
R.Tngg Tamu Sayap Timur
Sumardi
Pastel-Kertas
Depan K. Mandi R. Tngg
Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
144
Lampiran 2
DAFTAR LUKISAN DI ISTANA NEGARA
NO.
JUDUL
PELUKIS
BAHAN
PENEMPATAN R. Terima Tamu Presiden
1
Pantai Flores
Basoeki Abdullah
C. Minyak-Kanvas
2
Wajah Seorang Lelaki Bali
Auke C.Sonnega
C. Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Presiden
3
Jendral Sudirman
Joes Soepadyo
C. Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Presiden
4
Pejuang Pantang Menyerah
5
Pemandangan Pantai Madura
6
Penggembala Kerbau
7
Pohon-pohon Di Kebun
8
Bunga Flamboyan
Sutopo
C. Minyak-Kanvas
R. Koridor/R.Cinderamata
9
Gadis Bali
Hatta Hambali
C. Minyak-Kanvas
R. Koridor/R.Cinderamata
10
Sungai Dalam Hutan
Choirun Sholeh
C. Minyak-Kanvas
R. Koridor/R.Cinderamata
11
Di Taman (Repro Foto)
Claude Monet
Repro Foto
R. Koridor/R.Cinderamata
12
Ngarai Sianok
13
Panen Padi
14
Pasar Bunga
15
Presiden Soekarno
16
Presiden Soeharto
17
Presiden BJ. Habibie
18
Rustamadji
C. Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Presiden
Dake Jr. C. Lodewijk
C. Minyak-Kanvas
R. Terima Tamu Presiden
Basoeki Abdullah
C.Minyak-Kanvas
R. Koridor/R.Cinderamata
Nakajima
C.Air-Kertas
R. Koridor/R.Cinderamata
Henk Ngantung
C. Minyak-Kanvas
Ruang Jamuan
Udin
C. Minyak-Kanvas
Ruang Jamuan
Sarjito
C. Minyak-Kanvas
Ruang Jamuan
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
Presiden KH. Abdurrahman Wahid
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
19
Presiden Megawati Soekarnoputri
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
20
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Warso Susilo
C. Minyak-Kanvas
Ruang Upacara
21
Lands Scape Bali
Yap Hian Tjay
C. Minyak-Kanvas
R. Kerja Presiden
22
Kaligrafi Allah
Diono
C. Minyak-Kanvas
R. Kerja Presiden
23
Bunga Anggrek
Lugiono
C. Minyak-Kanvas
K. Tidur Presiden
24
Kaligrafi Muhammad
Diono
C. Minyak-Kanvas
Ruang Ajudan
25
Kapal Perang
Melgharkob
C. Minyak-Kanvas
Ruang Ajudan
Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
145
Lampiran 3
DAFTAR LUKISAN DI KANTOR PRESIDEN
NO.
JUDUL
PELUKIS
BAHAN
PENEMPATAN
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
Lobby
AD Pirous
C. Air-Kertas
R. Tunggu Wapres
1
Pemandangan
2
Kaligrafi Al-Kautsar
3
Bunga Flamboyan
Widayat
C.Minyak - Kanvas
R. Tunggu Wapres
4
Sang Waktu
Lim Hui Yung
C.Minyak - Kanvas
R. Tunggu Wapres
5
Istana Merdeka
Vandersterren
C.Minyak - Kanvas
R. Tamu Presiden
6
Kawanan Rusa di Bwh Pohon Flamboyan
Tidak Terbaca
C.Minyak - Kanvas
R. Tamu Presiden
7
Merahku Ruanganku
Andree S.
C.Minyak - Kanvas
R. Tamu Presiden
8
Pelabuhan
Koempoel
C.Minyak - Kanvas
R. Tunggu Tamu Presiden
9
Flamboyan di Atas Sungai
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Kerja Presiden
10
Kaligrafi Sahadat
Hatta Hambali
C.Minyak - Kanvas
R. Kerja Presiden
11
Foto Enam Presiden RI
-
Foto-Kanvas
R. Kerja Presiden
12
Gembala Sapi
Marsani
C Minyak - Kanvas
R. Kerja Presiden
13
Anak-Anak Naik Perahu
Marsani
C Minyak - Kanvas
R. Kerja Presiden
14
Kapal Layar
Pardoli
C Minyak - Kanvas
R. Kerja Presiden
15
TK ku
Vandersterren
C.Minyak - Kanvas
Lobby R. Kerja Presiden
16
Barong
17
Pemandangan Gunung
18
Taat Joeda
C.Minyak - Kanvas
Lobby R. Kerja Presiden
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Makan Presiden
Menghadap Sang Hyang Wenang
Mas Djarot
C.Akrilik-Kanvas
R. Makan Presiden
19
Sawah (Serie Guanipa "Anaco")
H. Guerra
C.Minyak - Kanvas
K. Tidur Presiden
20
Pasar Gede Solo
Dullah
C.Minyak - Kanvas
K. Tidur Presiden
21
Mengarak Pengantin
Kuncana
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
22
Wanita Setengah Badan
Tidak Terbaca
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
23
Teratai
24
Kebun Teh
25
Sri
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
Bermain di Halaman
Sri Yunnah
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
26
Menikmati Kicau Burung
Sri Yunnah
C.Minyak - Kanvas
R. Sidang Kabinet
27
Panen Padi
I Dw. Nym. Sura
C Akrilik - Kanvas
R. Sidang Kabinet
28
Pemandangan Pura
Yap Hian Tjay
C.Minyak-Kanvas
R. Sidang Kabinet
29
Penari Bali
Samboja
C.Minyak - Kanvas
R.Ratas
30
Pertunjukan Tari Baris
Wayan Dapet
C.Akrilik-Kanvas
R.Ratas
31
Pertunjukan Tari Baris
Nyoman Sujana
C.Akrilik-Kanvas
R.Ratas
32
Empat Penari Bali
Wayan Dapet
C.Akrilik-Kanvas
R. Ratas
33
Menata Bunga Sesaji
34
Kaligrafi Al-Imron
35
Sepasang Ayam Kate
36
Tiga Bangau di Atas Pohon
Kim Hong
C.Minyak - Kanvas
Lobby R. Ratas
M. Amir
C.Minyak - Kanvas
Lobby R. Ratas
Adam Lay
C.Minyak - Kanvas
R. Makan Ratas
I Made Wirna
C.Akrilik-Kanvas
R. Makan Ratas
Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
146
37
Dua Ayam Putih
Lee Man Fong
C.Minyak - Kanvas
38
Pohon Flamboyan
Maukade
C.Minyak - Kanvas
R Kerja Seskab R Kerja Seskab
39
Ngarai Sianok
Dullah
C.Minyak - Kanvas
R. Kerja Seskab
40
The Poscard with the Beautiful Aucient
R. Kerja Seskab
Pemandangan Gunung
C.Minyak - Kanvas
R. Tngg Tamu Mntri/Dubes
42
Ngarai Minangkabau
Ivan Haryanto Imandt, ilh l Basoeki Abdullah
C.Minyak - Kanvas
41
C.Minyak - Kanvas
R. Tamu Sespri
43
Didepan Pura
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Tamu Sespri
44
Anggrek Hutan
Idran Yusup
C.Minyak - Kanvas
R. Kerja Sespri
45
Dua Kepala Kerbau
Affandi
C Air - Kertas
Lobby Lt.1 Depan R. Tngg
46
Perahu di Sungai
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
Lorong R Tngg Tm Presiden
47
Candi Borobudur dari Sektor Lain
D. Bardo Kahono
C.Minyak - Kanvas
Lorong R Tngg Tm Presiden
48
Mendaki Gunung
C. Orozco Romero
C.Minyak - Kanvas
Lorong R Tngg Tm Presiden
49
Mimpi
Sudibio
C.Minyak - Kanvas
Tangga R. Makan
50
Pemandangan Danau di Sumbar
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
51
Pemandangan
Yap Hian Tjay
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
52
Pekampungan di NTB
Sunarko
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
53
Penari Bali
Lim Wa Sim
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
54
Penari Bali
Trubus S.
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
55
Laut Nan Damai
56
Ipus Dan Kupu-Kupu
57
Penghalau Burung
58
Buah Buahan
59
Bekerja Keras
60
Pemula
61
Ikan-Ikan
62
Taman Sari (Yogyakarta)
63 64
Basoeki Abdullah
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Robby L.
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Abas Alibasyah
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Soewarto
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Sri
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Kok Poo
C.Minyak - Kanvas
R. Makan
Poerbonoadi
C.Minyak - Kanvas
Ruang Ajudan
Andre Suryaman
C.Minyak - Kanvas
R. Konferensi Pers
Pemandangan di Bali
Kepakisan
C.Minyak - Kanvas
Sembahyang di Pura
Made Gumana
C.Akrilik-Kanvas
R. Konferensi Pers Dpn K Mandi R Tngg. Wprs
Universitas Indonesia
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
147
Lampiran 4 DAFTAR PATUNG DI ISTANA MERDEKA
NO.
JUDUL
1
Patung Pengantin Jawa
2
Patung Garuda
BAHAN
PENEMPATAN
Tanah Liat
R. Kredensial
Kayu
R. Kredensial
3
Patung Garuda
Kayu
R. Kredensial
4
Patung Penunggang Kuda
Perunggu
R.Koridor
5
Patung Ir. Soekarno
Perunggu
R.Koridor
6
Patung Drs. Mohammad Hatta
Perunggu
R.Koridor
7
Miniatur Gong Berstandar
8
Patung Burung
Logam, kayu
R. Jepara
Kayu
R. Jepara
Kayu
R. Jepara
Logam, kayu
R. Jepara
9
Patung Rama Shinta
10
Gong Berstandar
11
Rama Sinta Naik Lembu Andini
Kayu
R. Jepara
12
Patung Dewi Sri
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
13
Tempat Perhiasan
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
14
Tempat Perhiasan
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
15
Piring Kecil
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
16
Piring Kecil
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
17
Piring Hias
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
18
Patung Burung Bangau
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
19
Ukiran Gading
Gading
R. Terima Tamu Ibu Negara
20
Patung Dua Kuda
Perunggu
R.Resepsi
21
Patung Singa
Perunggu
R.Resepsi
22
Patung Gajah
Tanah Liat
R.Resepsi
23
Patung Gajah
Tanah Liat
R.Resepsi
24
Patung Garuda
Kayu
R.Resepsi
25
Ukiran Bali Ceritera Ramayana
Kayu
R.Resepsi
26
Ukiran Bali Pemutaran Gunung Mandara Giri
Kayu
R.Resepsi
27
Ukiran Bali Cerita Ramayana
Kayu
R.Resepsi
28
Patung Garuda
Kayu
R.Resepsi
29
Patung Garuda
Kayu
R.Resepsi
30
Patung Garuda
Kayu
R.Resepsi
31
Topeng
Kayu
R. Kerja Presiden
32
Topeng Gatutkaca
Kayu
R. Kerja Presiden
33
Patung Singa Terbang
Kayu
R. Kerja Presiden
34
Batara Wisnu
Kayu
R. Kerja Presiden
35
Patung Garuda
Kayu
R. Kerja Presiden
36
Patung Garuda
Kayu
R. Kerja Presiden
37
Patung Wanita Menyunggi Keranjang
Kayu
R. Kerja Presiden
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
148
38
Patung Ukiran Batang Pohon
Kayu
R. Kerja Presiden
39
Patung Raksasa Bersayap
Kayu
R. Kerja Presiden
40
Patung Rahwana
Kayu
R. Kerja Presiden
41
Patung Raksasa Bersayap
Kayu
R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden
42
Patung Garuda
Kayu
43
Patung Mahatma Gandhi
Kayu
R. Kerja Presiden
44
Patung Rahwana
Kayu
R. Kerja Presiden
45
Patung Jagabaya
Kayu
R. Kerja Presiden
46
Patung Kepala
Fiber
R. Kerja Presiden
47
Patung Pencurian Atas Sita Oleh Rahwana
Kayu
R. Kerja Presiden
48
Topeng
Kayu
R. Kerja Presiden
49
Topeng
Kayu
R. Kerja Presiden
50
Topeng
Kayu
R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden
51
Topeng
Kayu
52
Topeng
Kayu
R .Kerja Presiden
53
Patung Burung Garuda
Kristal
R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden
54
Patung Setengah Badan
Batu Onyx
55
Patung Setengah Badan
Batu Onyx
R. Kerja Presiden
56
Patung Anoa
Kayu
Kamar Tidur Presiden
57
Patung Kemenangan
Perunggu
R. Tunggu Tamu Presiden
58
Peperangan Rahwana Dan Laskar Rama
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
59
Ukiran Kayu
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
60
Patung Orang Meniup Seruling
61
Patung Bebek Mendekam
62
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
Kuningan
R. Tunggu Tamu Presiden
Patung Hercules Taotaomona
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
63
Patung Kepala Wanita
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
64
Keluarga Ayam
Tanah Liat
R. Tunggu Tamu Presiden
65
Patung Bangau
Kuningan
R. Tunggu Tamu Presiden
66
Ukiran Gading Barisan Gajah
Gading
R. Tunggu Tamu Presiden
67
Ukiran Gading Bola Berukir
Gading
R. Tunggu Tamu Presiden
68
Patung Penari Tari Udang
Logam, marmer
R. Tunggu Tamu Presiden
69
Patung Gajah Thailand
70
Kayu
R. Kerja Ibu Negara
Patung Gajah Mada
Marmer
R. Kerja Ibu Negara
Perunggu
R. Kerja Ibu Negara
71
Patung Kuda Berlari
72
Tempat Perhiasan
Kayu
R. Kerja Ibu Negara
73
Guci Bertutup
Kayu
R. Kerja Ibu Negara
74
Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan
Gading
R. Kerja Ibu Negara
75
Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan
Gading
R. Kerja Ibu Negara
76
Patung Gajah
Gading
R. Kerja Ibu Negara
77
Patung Gajah
Gading
R. Kerja Ibu Negara
78
Patung Kuda
Perunggu
R. Kerja Ibu Negara
79
Patung Bebek
Kuningan
R. Makan
80
Patung Penari Bali Pria
Kayu
R. Makan
81
Patung Penari Bali Wanita
Kayu
R. Makan
82
Patung Setengah Badan
Kayu
Lorong Barat
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
149
83
Patung Bangau
Kayu
Lorong Barat
84
Patung Adu Jago
Kayu
Lorong Barat
85
Patung Pria Indian Mengangkat Batu
Batu Hitam
Lorong Barat
86
Patung Kepala Wanita Tanzania
Batu
Lorong Barat
87
Kepala Naga Bermahkota
Kayu
Lorong Timur
88
Patung Orang Meniup Seruling
Kayu
Koridor Barat
89
Patung Garuda
Kayu
Koridor Barat
90
Patung Wanita Setengah Badan
Kayu
Koridor Timur
91
Topeng Wanita Bali
Kayu
Koridor Timur
92
Topeng Pria Bali
Kayu
Koridor Timur
93
Patung Singa
Batu
Koridor Teras Barat
94
Patung Menabur Bunga
95
Patung Singa
96
Patung Hulubalang
97
Patung Bangau
98 99
Perunggu
Koridor Teras Barat
Batu
Koridor Teras Barat
Perunggu
Koridor Teras Selatan
Kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Patung Bangau
kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Patung Burung Hantu dan Naga
Kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
100 Patung Bangau Makan Ikan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
150
Lampiran 5 DAFTAR PATUNG DI ISTANA NEGARA
NO.
JUDUL
BAHAN
PENEMPATAN
1
Patung Penunggang Kuda
2
Patung Anak Dipangkuan Ayahnya
3
Ibu dan Anak
4
Patung Barisan Gajah
5
Patung Wanita 1/2 Badan
Perunggu
Koridor
6
Patung Kepala Seorang Gadis
Perunggu
Koridor
7
Patung Kucing
Porselin
Koridor
8
Penari Pria
9
Tempat Perhiasan
10
Guci Bertutup
11
Wanita Pegang Kipas
Perunggu
R. Tamu Presiden
Kayu
R. Tamu Presiden
Tanah Liat
R. Tamu Presiden
Gading
R. Tamu Ibu Negara
Tanah Liat
Koridor
Kayu
R. Cinderamata
Kayu
R. Cinderamata
Porselin
R. Cinderamata
12
Patung Wanita
Porselin
R. Cinderamata
13
Patung Satu Bebek
Porselin
R. Cinderamata
14
Penari Wanita
Tanah Liat
R. Cinderamata
15
Ayah, Ibu dan Anak
Tanah Liat
R. Cinderamata
16
Patung Garuda
Kayu
R. Kesehatan
17
Patung Wanita Menari
Kayu
R. Kesehatan
18
Patung Wanita Menari
Kayu
R. Kesehatan
19
Patung Penari Bali Laki-laki
Uang Kepeng, Kayu
R. Jamuan Makan Malam
20
Patung Penari Bali Wanita
Uang Kepeng
R. Jamuan Makan Malam
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
151
Lampiran 6 DAFTAR PATUNG DI KANTOR PRESIDEN
NO.
JUDUL
BAHAN
PENEMPATAN
1
Patung Penari Kipas
Kayu
Lobby
2
Patung Kerbau
Kayu
R.Terima Tamu
3
Patung Penari Kipas Pria
Kayu
R.Terima Tamu
4
Patung Garuda Wisnu Kencana
Kayu
R.Terima Tamu
5
Patung Pengantin Pria
Kayu
R.Terima Tamu
6
Patung Pengantin Wanita
Kayu
R.Terima Tamu
7
Patung Garuda Wisnu Kencana
Kayu
R.Terima Tamu
8
Miniatur Gong Berstandar
Logam, kayu
R. Tunggu Wapres R. Tunggu Wapres
9
Patung Rhama dan Shinta
Kayu
10
Wanita Menyunggi Rangkaian Buah
Kayu
R. Tunggu Wapres
11
Penari Kipas
Kayu
R. Tunggu Wapres
12
Wanita Membawa Guci
Kayu
R. Tunggu Wapres
13
Dua Bebek
Kayu
R. Tunggu Menteri
14
Miniatur Candi Prambanan
Kayu
R. Tamu Presiden
15
Patung Rhama Meniup Terompet
Kayu
R. Tamu Presiden
16
Patung Shinta dan Kijang
Kayu
R. Tamu Presiden
17
Patung Rhama dan Shinta
Kayu
R. Tamu Presiden
18
Tugu Peta Indonesia
Kayu
R. Tamu Presiden
19
Patung Rhama dan shinta
Kayu
R. Tamu Presiden
20
Patung Menjangan
Porselin
R. Tamu Presiden
21
Patung Penari Bali
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
22
Bebek
Kayu
R. Tunggu Tamu Presiden
23
Patung Garuda
Kayu
R. Kerja Presiden
24
Patung Satu Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
25
Patung Lima Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
26
Patung Satu Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
27
Patung Satu Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
28
Patung Dua Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
29
Patung Empat Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
30
Patung Tiga Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
31
Patung Dua Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
32
Patung Dua Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
33
Patung Tiga Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
34
Patung Lima Kuda
Kayu
R. Sidang Kabinet
35
Burung Garuda
Kayu
Lobby Ratas
36
Tiga Rusa
Kayu
Lobby Ratas
37
Burung Hantu dan Anaknya
Kayu
Lobby Ratas
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
152
38
Patung Rhama dan Shinta
Kayu
39
Patung Wanita Bali Setengah Badan
Kayu
K.Tidur
40
Kawanan Burung
Kayu
R.Makan
41
Ikan
Kayu
R.Makan
42
Patung Dewi
43
Patung Rama Shinta
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Lobby Depan Lift
Perunggu
R.Makan
Kayu
Ruang Salon
Universitas Indonesia
153
Lampiran 7 DAFTAR PATUNG DI HALAMAN TENGAH
NO.
JUDUL
BAHAN
PENEMPATAN Depan Sisi Kanan Istana Merdeka
1
Patung Banaspati
Batu
2
Patung Banaspati
Batu
Depan Sisi Kiri Istana Merdeka
3
Patung Belajar
Perunggu
Halaman Belakang Wisma Negara
4
Patung Ganesha
Batu
Sisi Barat Istana Merdeka
5
Patung Anak Bermain Egrang
Perunggu
Halaman Tengah
6
Patung Anak Bergendongan
Perunggu
Halaman Tengah
7
Patung Wanita Pegang Sanggul
Perunggu
Halaman Tengah
8
Patung Menghitung
Perunggu
Halaman Tengah
Perunggu
Halaman Tengah
Batu
Halaman Tengah
9
Patung Kasih Ibu
10
Patung Awalokiteswara
11
Pertapa Mukti
Akar kayu jati
Halaman Tengah
12
Tersesat
Akar kayu jati
Halaman Tengah
13
Kisah Menjangan Jantan
Akar kayu jati
Halaman Tengah
14
Patung Wanita Berjalan
Perunggu
Kolam Belakang Wisma Negara
15
Patung Petani
Batu
Depan Kantor Presiden
16
Patung Petani
Batu
Depan Kantor Presiden
17
Patung Dhyani Bodisattva
Batu
Depan Kantor Presiden
18
Patung Soko Guru Revolusi
Perunggu
Halaman Kantor Presiden
19
Patung Petani Istirahat
20
Patung Waspada
Batu
Halaman Kantor Presiden
Perunggu
Halaman Kantor Presiden
21
Patung Wanita Bersimpuh
Batu
Depan Kantor Deputi I
22
Relief Dinding
Batu
Pintu Sisi Kanan Wisma Negara
23
Patung Wanita Membawa Sesaji
Batu
Pintu Sisi Kanan Wisma Negara
24
Patung Wanita Membawa Sesaji
Batu
Pintu Sisi Kiri Wisma Negara
25
Relief Dinding
Batu
Pintu Sisi Kiri Wisma Negara
26
Patung Dewi Saraswati
27
Patung Ibu dan Anak
28 29
Batu
Halaman Wisma Negara
Perunggu
Kolam Depan Wisma Negara
Patung Garuda Wisnu Kencana
Batu
Ujung Wisma Negara
Relief Dinding
Batu
Wisma Negara
30
Patung Burung Hantu
Batu
Sisi Timur Istana Negara
31
Melepaskan Panah
Perunggu
Kolam Depan Istana Negara
32
Sumber Kehidupan
Perunggu
Kolam Sisi Barat Istana Negara
33
Cinta Tak Bersyarat Listplang Profil
Akar kayu jati utuh i 300 h Batu Cadas
Koridor Menuju Kantor Presiden
34 35
Listplang Profil
Batu
Teras sisi Selatan Wisma Negara
36
Listplang Profil
Batu
Teras Sisi Barat Wisma Negara
37
Patung Garuda
Kayu
Gudang Rawa Domba
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Teras sisi Utara Wisma Negara
Universitas Indonesia
154
38
Patung Garuda Wisnu Kencana
Kayu
Gudang Rawa Domba
39
Patung Garuda
Kayu
Gudang Rawa Domba
40
Patung Garuda
Kayu
Gudang Rawa Domba
41
Patung Singa Berasapa
Kayu
Gudang Rawa Domba
42
Patung Garuda
Kayu
Gudang Rawa Domba
43
Patung Garuda
Kayu
Gudang Rawa Domba
44
Patung Garuda dan Naga
Kayu
Gudang Rawa Domba
45
Patung Kawanan Kera
Kayu
Gudang Rawa Domba
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
155
Lampiran 8 DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA MERDEKA
NO.
JUDUL
BAHAN
RUANGAN
1
Hiasan Dinding
Logam
2
Piring Hias
Porselin
Koridor Timur
3
Vas Bunga
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
4
Vas Bunga
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
5
Jambangan Tinggi Besar Berkaki Lima
Porselin
Ruang Kredensial
6
Jambangan Bunga
Porselin
Ruang Kredensial
7
Vas Bunga
Porselin
Ruang Kredensial
8
Jambangan Bunga
Porselin
Ruang Kredensial
9
Jambangan Bunga
Porselin
Koridor Barat
10
Guci Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Ibu Negara
11
Piring Hias
Porselin
Ruang Resepsi
12
Piring Hias
Porselin
R. Resepsi
13
Guci
Porselin
Ruang Jepara
14
Tempayan Ikan Porselin Biru Putih
Porselin
Ruang Jepara
15
Tempayan Ikan Porselin Biru Putih
Porselin
Ruang Jepara
16
Pedupan Berkaki Tiga
Logam
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
17
Botol Hias
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
18
Botol Hias
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
19
Piring Hias
Porselin
Ruang Resepsi
20
Vas Bunga Besar
Porselin
Ruang Resepsi
21
Piring Hias
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
22
Piring Hias
Porselin
R. Kamar Tidur Presiden
23
Guci
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
24
Piring Hias Biru putih
Porselin
Ruang Resepsi
25
Guci Bertutup
Porselin
Lorong Timur
26
Piring Hias
Logam
R. Kerja Presiden
27
Vas Bunga
Batuan
R. Kerja Presiden
28
Kendi Porselin Dengan Kembang Hitam
Porselin
R. Kerja Ibu Negara
29
Piring Hias Ho Chu Tich
Logam
R. Kerja Presiden
30
Jambangan Porselin Berwarna
Porselin
R. Jepara
31
Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun
Porselin
R. Kerja Presiden
32
Piring Hias
Porselin
R. Kerja Presiden
33
Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun
Porselin
R. Kerja Presiden
34
Piring Hias
Porselin
R. Jepara
35
Kendi/ Vas Bunga
Melamin
R. Kerja Ibu Negara
36
Vas Bunga
Melamin
R. Kerja Ibu Negara
37
Kendi/Vas Bunga
Melamin
R. Kerja Ibu Negara
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
R. Kerja Ibu Negara
Universitas Indonesia
156
38
Piring Hias Celadon
Porselin
R. Kerja Ibu Negara
39
Piring Hias
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
40
Piring Hias
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
41
Vas Bunga Besar
Porselin
Ruang Resepsi
42
Piring Hias
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
43
Jambangan Bunga
Porselin
Ruang Resepsi
44
Piring Hias Pancawarna
Porselin
Ruang Resepsi
45
Vas Bunga Besar
Porselin
Ruang Resepsi
46
Guci Besar
Tembikar
R. Terima Tamu Ibu Negara
47
Kendi Porselin
Porselin
R. Jepara
48
Vas Bunga
Logam
R. Resepsi
49
Kendi Porselin Ko Putih
Porselin
Ruang Resepsi
50
Piring Hias
Porselin
R. Kerja Ibu Negara
51
Kendi Porselin Biru Putih
Porselin
Ruang Kredensial
52
Piring Hias Famille Rose
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
53
Piring Hias Famille Rose
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
54
Jambangan Porselin Persegi
Porselin
R. Kerja Ibu Negara
55
Porselin
Ruang Resepsi
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
57
Jambangan Porselin Persegi Piring Hias Motif Cendrawasih d l li h Piring Hias
Porselin
Ruang Resepsi
58
Piring Hias
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
59
Guci Besar
Porselin
Ruang Jepara
60
Piring Hias Besar
Porselin
Ruang Kredensial
61
Tempayan Arak Porselin Ko Kuning
Porselin
Ruang Jepara
62
Kendi Porselin Pancawarna
Porselin
Ruang Jepara
63
Vas Bunga
Porselin
Lorong Timur
64
Vas Bunga
Porselin
Koridor Timur
65
Vas Bunga
Tembikar
Ruang Resepsi
66
Vas Bunga
Tembikar
Ruang Resepsi
67
Jambangan Porselin Ming Retak Seribu
Porselin
Lorong Timur
68
Kendi Porselin Kembang Merah
Porselin
Ruang Jepara
69
Mangkok Hias
Porselin
Ruang Jepara
70
Vas Bunga
Kristal
K. Tidur Presiden
71
Jambangan Bunga
Tembikar
72
Jambangan Bunga
Tembikar
Koridor Teras Utara
73
Jambangan Cloisonne
Kuningan
Ruang Resepsi
74
Jambangan Cloisonne
Kuningan
Ruang Resepsi
75
Mangkok Bertutup
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
76
Mangkok Bertutup
Porselin
R. Terima Tamu Ibu Negara
77
Mangkok Bertutup
Porselin
78
Miniatur Perahu Raja
79
Perlengkapan Menyirih
80
Tempat Duduk
Porselin
81
Tempat Duduk
Porselin
82
Tempat Sirih
56
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Kayu Kuningan
Kuningan
Koridor Teras Utara
R. Terima Tamu Ibu Negara R. Kerja Presiden R. Tunggu Tamu Sayap Barat R. Resepsi R. Resepsi Lorong Barat
Universitas Indonesia
157
83
Hiasan Meja Bentuk Burung
84
Tempat Duduk
Porselin
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur R. Resepsi
85
Jam Meja Antik
Logam
Lorong Barat
86
Miniatur Bendera Negara-Negara Anggota PBB
87 88 89
Tempat Buah Berstandard
90
Miniatur Pagoda
91 92 93
Perlengkapan Menyirih
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
94
Tempat Sirih
Kuningan
Lorong Barat
95
Tempat Duduk
Porselin
Koridor Beranda Belakang
96
Mangkok Bertutup
Porselin
Lorong Timur
97
Tempat Duduk
Porselin
R. Resepsi
98
Tempat Duduk
Porselin
R. Resepsi
99
Tempat Kembang Gula Bertutup
Kristal
Ruang Jepara
Porselin
Ruang Resepsi
101 Relief Ramayana
Kayu
Ruang Jepara
102 Relief Ramayana
Kayu
Ruang Jepara
103 Relief Ramayana
Kayu
Ruang Jepara
104 Relief Ramayana
Kayu
R. Kerja Presiden
105 Patung Killer Whale / Ikan Paus Pembunuh
Fiber
Lorong Barat
106 Patung Seal / Anjing Laut
Fiber
R. Makan dalam lemari
Kain
R. Kerja Presiden
Kotak Berukir
Kayu
R. Kerja Presiden
Tempat Buah
Porselin Kristal, logam
R. Terima Tamu Ibu Negara R. Terima Tamu Ibu Negara
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Tempat buah
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
Tempat Buah
Porselin
100 Tempat Duduk
107 Piring Hias Beaver Galleries
Tembikar
R. Terima Tamu Ibu Negara
Ruang Resepsi
108 Guci Bertutup
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
109 Lemari Hias
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
110 Lemari Hias
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
111 Tempat Perhiasan Camusso
Perak
R. Kerja Presiden
112 Miniatur Bonang
Perak
R. Kerja Presiden
113 Miniatur Dua buah Kenong
Perak
R. Kerja Presiden
114 Miniatur Rebab
Perak
R. Kerja Presiden
115 Miniatur Bonang
Perak
R. Kerja Presiden
116 Miniatur Gambang
Perak
R. Kerja Presiden
117 Miniatur Gambang
Perak
R. Kerja Presiden
118 Miniatur Gendang
Perak
R. Kerja Presiden
119 Miniatur Gendang
Perak
R. Kerja Presiden
120 Miniatur Saron
Perak
R. Kerja Presiden
121 Miniatur Bonang
Perak
R. Kerja Presiden
122 Miniatur Kecapi
Perak
R. Kerja Presiden
123 Miniatur Gender
Perak
R. Kerja Presiden
124 Miniatur Gambang
Perak
R. Kerja Presiden
125 Miniatur Gender
Perak
R. Kerja Presiden
126 Miniatur Bonang
Perak
R. Kerja Presiden
127 Miniatur Gambang
Perak
R. Kerja Presiden
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
158
128 Miniatur Gong Berstandar
Perak
R. Kerja Presiden
129 Miniatur Gendang
Perak
R. Kerja Presiden
130 Miniatur Seruling
Perak
R. Kerja Presiden
131 Miniatur Gender
Perak
R. Kerja Presiden
132 Miniatur Bonang
Perak
R. Kerja Presiden
133 Delman Satu Kuda
Perak
R. Kerja Presiden
134 Delman Empat Kuda
Perak
R. Kerja Presiden
135 Delman Dua Ekor Kuda
Perak
R. Kerja Presiden
136 Delman Satu Ekor Kuda
Perak
R. Kerja Presiden
137 Delman Satu Ekor Kuda
Perak
R. Kerja Presiden
138 Miniatur Perahu Layar
Perak
R. Kerja Presiden
139 Tempat Lilin Bentuk Pilar
Porselin
140 Tempat Lilin Bentuk Pilar
Porselin
141 Miniatur Pesawat Ulang Alik Columbia 142 Miniatur Perahu Raja
Kuningan
R. Kerja Ibu Negara R. Kerja Ibu Negara R. Kerja Presiden
Gading
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
143 Mangkok Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
144 Tempat Buah Berukir
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
145 Mangkok Sayur Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
146 Miniatur Kelenteng
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
147 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
148 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
149 Vas Bunga
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
150 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
151 Pedang
Besi, Perak
152 Hiasan Meja Bentuk Singa
Batu
153 Hiasan Meja Bentuk Singa
Batu
154 Kotak Perhiasan Oval
Kayu, Perak
R. Kerja Presiden Lorong Barat Lorong Barat R. Kerja Presiden
155 Vas "Mon Than Cam Pa Vietnam"
Batu
Lorong Barat
156 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
157 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
158 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
159 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
160 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
161 Kotak Perhiasan
Kayu, Kaca
R. Kerja Presiden
162 Kotak Cerutu
Kayu
R. Kerja Presiden
163 Kotak Perhiasan
Kayu
Lorong Barat
164 Kotak Perhiasan
Kayu
R. Kerja Presiden
165 Kotak Pedang
Kayu
R. Kerja Presiden
166 Tempat Kue Segi Enam
Kayu
R. Kerja Presiden
167 Alat Permainan
Kayu
Ruang kerja Presiden
168 Kotak Perhiasan
Kayu
R. Kerja Presiden
169 Kotak Perhiasan
Marmer
R. Kerja Presiden
170 Vas Bunga
Kristal
R. Kerja Ibu Negara
171 Asbak
Tulang
R. Kerja Presiden
172 Pipa Cerutu
Tulang
R. Kerja Presiden
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
159
173 Pipa Cerutu
Tulang
R. Kerja Presiden
174 Miniatur Perahu Layar
Kristal
R. Kerja Presiden
175 Miniatur Mercusuar
Kristal, Kuningan
R. Kerja Presiden
176 Piring Oval
Kristal, perak
R. Kerja Presiden
177 Vas Bunga
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
178 Patung Bison
Kristal
R. Kerja Presiden
179 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
180 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
181 Vas Bunga
Kristal
R. Terima Tamu Ibu Negara
182 Mangkok
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
183 Vas Bunga
Kristal
Ruang Terima Tamu Ibu Negara
184 Batu Snow Flake Abriden / Boulder Opal
Batu
R. Kerja Presiden
185 Bongkahan Batu Australia
Batu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
186 Bongkahan Batu Australia
Batu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
187 Mangkok Bertutup
Kuningan, batu
R. Terima Tamu Ibu Negara
188 Gelas
Kuningan, batu
R. Terima Tamu Ibu Negara
189 Mangkok
Kuningan
R. Kerja Presiden
190 Kotak Perhiasan
Kuningan
R. Kerja Presiden
191 Piring Hias
Stainless steel
R. Kerja Presiden
Kain , benang emas
R. Kerja Presiden
193 Kotak Cerutu
Perak
R. Kerja Presiden
194 Kotak Cerutu
Perak
R. Kerja Presiden
195 Kotak Cerutu
Perak
R. Kerja Presiden
196 Kotak Cerutu
Perak
R. Kerja Presiden
192 Kain Silubangbangsi Berpekan
197 Kotak Perhiasan 198 Kotak Cerutu 199 Piring Hias 200 Miniatur Tugu 201 Tempat Perhiasan Bunga Teratai 202 Miniatur Perahu Perang "Geobugseon"
Stainless steel Perak Stainless steel Perak
Lorong Barat R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
Perak, kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
203 Piring Hias Bentuk Daun
Perak
R. Kerja Presiden
204 Hiasan Meja Bentuk Singa
Perak
R. Kerja Ibu Negara
205 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
206 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
207 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
208 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
209 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
210 Mangkok Tempat Kacang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
211 Alat Pemotong Pinang
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
212 Cupu Bertutup
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
213 Cupu Bertutup
Perak
R. Kerja Presiden
214 Cupu Bertutup
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
215 Cupu Bertutup
Perak
R. Terima Tamu Ibu Negara
216 Kotak Perlengkapan Menyirih
Perak
217 Mangkok Bertutup
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Batu Giok
R. Terima Tamu Ibu Negara R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Universitas Indonesia
160
218 Tempat Makanan
Kayu
219 Tempat Perhiasan
Kayu
R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden
220 Vas Bunga
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
221 Vas Bunga
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
222 Vas Tinggi
Porselin
Ruang Kredensial
223 Vas Tinggi
Porselin
Koridor Beranda Belakang
224 Jambangan Porselin Persegi
Porselin
Koridor Beranda Belakang
225 Gading
Gading
Ruang Resepsi
Gading
Ruang Resepsi
226 Gading 227 Gong Berstandar
Gading dan Perak
R. Raden Saleh
228 Miniatur Kereta Kencana 8 Kuda
Perak
R. Kerja Ibu Negara
229 Miniatur Gerobak Sapi
Perak
R. Kerja Presiden
230 Miniatur Mariam
Perak
R. Kerja Presiden
231 Teko, Stainles dan Kayu
Perak
R. Kerja Ibu Negara
232 Teko, Stainles
Perak
R. Kerja Ibu Negara
233 Tempat Gula, Stainles
Perak
R. Kerja Ibu Negara
234 Tempat Susu, Stainles
Perak
R. Kerja Ibu Negara
235 Tunas Kelapa
Perak
R. Kerja Ibu Negara
236 Tabung Air Minum, Perak
Perak
237 Kriya Kerang Mutiara 238 Gunungan 239 Perhiasan Konde bentuk Mahkota
R. Kerja Ibu Negara
Kerang
R. Terima Tamu Ibu Negara
Kulit
R. Terima Tamu Ibu Negara
Logam
R. Terima Tamu Ibu Negara
240 Sumping
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
241 Sumping
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
242 Gelas Bertutup
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
243 Gelas Bertutup
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
244 Gelas Bertutup
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
245 Gelas Bertutup
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
246 Gelas Bertutup
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
247 Teko
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
248 Teko
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
249 Kendi
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
250 Kendi
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
251 Kendi
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
252 Tempat Lilin bentuk Gajah
Kuningan
R. Terima Tamu Ibu Negara
253 Guci Bertutup
Porselin
254 Tempat Tisue
Rotan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
255 Tempat Lilin
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
256 Tempat Lilin
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
257 Teko
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
258 Teko
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
259 Bokor Hiasan Motif Naga
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
260 Perlengkapan Menyirih (1set=5 bh)
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
261 Ceret
Perunggu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
Kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
262 Tempat Tissue
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
R. Terima Tamu Ibu Negara
Universitas Indonesia
161
263 Lonceng
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
264 Miniatur Meriam
Kuningan
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
265 Perlengkapan Menyirih
Marmer
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
266 Alat Penumbuk Pinang Perlenkapan Menyirih
Marmer
R. Tunggu Tamu Presiden
267 Vas Bunga
Marmer
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
268 Ceret
Perunggu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
269 Ceret
Perunggu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
270 Asbak Bentuk Ikan Gabus
Tanduk, Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
271 Asbak Bentuk Ikan Gabus
Tanduk,Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
272 Asbak Bentuk Ikan Gabus
Tanduk, perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
273 Nampan Bulat Polos
Stainless steel
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
274 Bokor Kecil 275 Piring Kecil (Tatakan)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
276 Cangkir Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
277 Mangkok Kecil
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
278 Tempat Mangkok Kecil
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
279 Tempat Pedupaan
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
280 Cupu Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
281 Tatakan
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
282 Mangkok Kecil Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
283 Tatakan
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
284 Mangkok Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
285 Tatakan Serbet (1 set =10 bh)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
286 Piring Hias Motif Kaligrafi Arab
Stainless steel
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
287 Gelas Bertutup
Kaca, Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
288 Gelas Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
289 Tempat Buah Bertutup
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
290 Tempat Lilin Tiga Cabang
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
291 Tempat Lilin Cabang
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
292 Cetok
Kulit Penyu, Kerang
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
293 Cetok
Stainless steel
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
294 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
295 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
296 Tempat Lilin Cabang Empat
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
297 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
298 Miniatur Gong Berstandar
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
299 Miniatur Gong Berstandar
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
300 Kereta Kencana Enam Kuda
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
301 Vas Bunga kristal
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
302 Vas Bunga Kristal
Kristal
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
303 Teko
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
304 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
305 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
306 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
307 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
162
308 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
309 Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
310 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
311 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
312 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
313 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
314 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
316 Teko Kopi
Stainless steel, Tulang
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
317 Teko Teh
Stainless steel, tulang
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
315 Mangkok Plakat Peringatan
318 Temapt Gula
Stainless steel
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
319 Tempat Susu
Stainless steel
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
320 Nampan Oval
Satainless steel, Tulang
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Perak , Kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
322 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
323 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
324 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
325 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
326 Tempat Rokok Bentu Tabung
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
327 Tempat Rokok Bentuk Tabung
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
328 Asbak
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
329 Tempat Korek Api
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
330 Nampan Bulat Perlengkapan Rokok
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
331 Teko Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
332 Teko Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
333 Tempat Gula
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
334 Saringan Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
335 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
336 Tempat Rokok Bentuk Kotak
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
337 Asbak
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
338 Tempat Korek Api
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
339 Nampan Segi Empat Perlengkapan Rokok
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
340 Teko Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
341 Teko Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
342 Teko Tempat Gula
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
343 Tempat Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
344 Tempat Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
345 Saringan Teh dan kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
346 Sendok teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
347 Sendok Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
348 Sendok Kecil (1 set=12 bh)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
349 Nampan Perlengkapan Minum
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
350 Teko Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
351 Teko Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
352 Tempat Gula
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
321 Miniatur Pohon Pisang
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
163
353 Tempat Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
354 Tempat Gula
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
355 Tempat Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
356 Saeringan Teh dan Kopi
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
357 Sendok Gula
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
358 Sendok Teh
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
359 Sendok Kecil (1 set=6 bh)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
360 Sendok Kecil (1 set=12 bh)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
361 Sendok Kecil (1 set= 6 bh)
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
362 Nampan Oval Perlengkapan Minum
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
363 Bokor
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
364 Nampan Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
365 Tempat Perhiasan bentuk Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
366 Tempat perhiasan bentuk Oval
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
367 Tempat Penumbuk Sirih
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
368 Tempat tissue
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
369 Alat Pemotong Pinang
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
370 Alat Penumbuk Sirih
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
371 Guci Bertutup Motif Terawang
Porselin
R. Tunggu Tamu Ibu Negara
372 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
373 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
374 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat
Kayu
R. Terima Tamu Ibu Negara
375 Vas Bunga
Timah
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
376 Tempat Perhiasan
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
377 Miniatur Pohon Kurma
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
378 Nampan Oval "WDN"
Perak
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
379 Teko Teh
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
380 Teko Kopi
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
381 Tempat Gula Bertutup
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
382 Nampan Oval
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
383 Tempat Pedupaan Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
384 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
385 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
386 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
387 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
388 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
389 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
390 Tempat Sirih Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
391 Alat Penumbuk Pinang Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
392 Nampan Bulat Peralatan Menyirih
Perak Bakar
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
393 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
394 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
395 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
396 Cangkir Tanpa Pegangan
PorselinPorselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
397 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
164
398 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
399 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
400 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
401 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
402 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
403 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
404 Cangkir Tanpa Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
405 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
406 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
407 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
408 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
409 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
410 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
411 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
412 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
413 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
414 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
415 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
416 Cangkir Dengan Pegangan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
417 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
418 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
419 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
420 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
421 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
422 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
423 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
424 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
425 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
426 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
427 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
428 Tatakan Cangkir
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
429 Tempat Gula Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
430 Teko Teh
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
431 Teko Teh
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
432 Tempat Susu
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
433 Tempat Susu
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
434 Tempat Kue Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
435 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
436 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
437 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
438 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
439 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
440 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
441 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
442 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
165
443 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
444 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
445 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
446 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
447 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
448 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
449 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
450 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
451 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
452 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
453 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
454 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
455 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
456 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
457 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
458 Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
459 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
460 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
461 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
462 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
463 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
464 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
465 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
466 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
467 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
468 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
469 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
470 Mangkok Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
471 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
472 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
473 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
474 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
475 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
476 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
477 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
478 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
479 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
480 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
481 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
482 Tatakan Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
483 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
484 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
485 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
486 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
487 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
166
488 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
489 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
490 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
491 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
492 Mangkok Sayur Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
493 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
494 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
495 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
496 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
497 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
498 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
499 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
500 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
501 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
502 Piring Makan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
503 Piring Makan Besar
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
504 Mangkok Besar Bertutup
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
505 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
506 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
507 Mangkok
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
508 Tempat Kembang Gula
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
509 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
510 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
511 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
512 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
513 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
514 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
515 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
516 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
517 Piring Kecil
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
518 Mangkok Bertutup dan Tatakan
Porselin
R. Tunggu Tamu Sayap Timur
Kayu
R. Tunggu Tamu Sayap Barat
519 Tempat Perhoiaasan
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Universitas Indonesia
167
Lampiran 9 DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA NEGARA
NO.
JUDUL
BAHAN
1
Jambangan Bunga Beralas Piring
2
Jambangan Bunga Beralas Piring
Porselin
Pintu Barat
3
Piring Hias
Porselin
R.Tunggu Tamu Presiden
4
Piring Hias
Porselin
R.Tunggu Tamu Presiden
5
Guci
Tembikar
K. Tidur Presiden
6
Guci Bertutup
Porselin
R. Tamu Presiden
7
Jambangan Bunga
Porselin
R. Tamu Presiden
8
Jambangan Bunga
Porselin
R. Tamu Presiden
9
Piring Hias
Porselin
R. Cinderamata
10
Jambangan Bunga
Porselin
Pintu Timur
11
Jambangan Bunga
Porselin
Jamuan
12
Jambangan Bunga
Porselin
Jamuan
13
Jambangan Porselin Kembang Biru
Porselin
R. Rapat Presiden
14
Piring Hias
Porselin
R. Rapat Presiden
15
Jambangan Bunga
Melamine
16
Jambangan Bunga
Melamin
Ruang Cinderamata
17
Jambangan Bunga
Porselin
R. Cinderamata
18
Jambangan Bunga
Porselin
R. Cinderamata
19
Tempayan
Tembikar
Ruang Makan
20
Piring Hias
Porselin
R. Terima Tamu
21
Kendi Porselin Biru Putih
Porselin
R.Tamu Presiden
22
Jambangan Bunga
Porselin
Ruang Resepsi
23
Jambangan Bunga
Porselin
Pintu Timur
24
Piring Hias
Porselin
K. Tidur Presiden
25
Piring Hias
Porselin
K. Tidur Presiden
26
Jambangan Laka
Melamin
R. Kerja Presiden
27
Bokor
Perak
R. Kerja Presiden
28
Jambangan Laka
Melamin
R. Kerja Presiden
29
Piring Hias
Porselin
R.Tamu Presiden
30
Piring Hias
Porselin
R.Tamu Presiden
31
Guci
Porselin
Koridor
32
Jambangan Cloisonne
Kuningan
R. Cideramata
33
Jambangan Cloisonne
Kuningan
R. Cinderamata
34
Tempayan Ikan Porselin Merah
Porselin
R. Cinderamata
35
Tempayan Ikan Porselin Merah
Porselin
R. Cinderamata
36
Guci
Porselin
R. Cinderamata
37
Piring Hias
Porselin
R. Cinderamata
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
Porselin
RUANGAN Pintu Barat
Ruang Cinderamata
Universitas Indonesia
168
38
Piring Hias
Porselin
R.Jamuan Makan Malam
39
Pasu Sung Savankkalok
Porselin
R.Jamuan Makan Malam
40
Jambangan Porselin Pancawarna
Porselin
R. Tunggu Tamu Presiden
41
Jambangan Bunga
Porselin
R.Tunggu Tamu Presiden
42
Piring Hias
Porselin
K. Tidur Presiden
43
Piring Hias
Perak
R. Kerja Presiden
44
Kursi Taman
Tembikar
R. Cinderamata
45
Kursi Taman
Tembikar
R. Cinderamata
46
Gong Berstandard
Gading, perak
R. Cinderamata
47
Tempat Air
Kerang , Perak
R. Kerja Presiden
48
Tempat Permen
Kerang, Perak
R. Kerja Presiden
49
Asbak
Kerang, Perak
R. Kerja Presiden
50
Kotak Perhiasan
Perak
R. Tamu Presiden
51
Kerang
Kerang
Ruang Makan
52
Kerang
Kerang
Ruang Makan
53
Tempat Sayur Bertutup
Perak
54
Tempat Nas iBertutup
Perak
R. Tamu Ibu Negara
55
Vas Bunga
Fiber
R. Tamu Ibu Negara
56
Miniatur Pesawat Terbang TNI AU
Fiber , Logam
Packing Dus Tiga
57
Sepasang Gading
Gading
R. Tamu Presiden
58
Piring Hias
Porselin
R. Cinderamata
59
Asbak Hiasan Iguana
Porselin
R. Cinderamata
60
Vas Bunga bentuk Ayam
Kayu
R. Cinderamata
61
Foto SBY dan Ibu Ani SBY
Batu Marmer
R. Cinderamata
62
Miniatur Rumah Adat Timor Timur
Perak
R. Cinderamata
63
Gong Berstandar
Logam
R. Cinderamata
64
Vas Bunga bentuk Ayam
Kayu
R. Cinderamata
65
Topi Proyek "Primier Oil"
Perak
R. Cinderamata
66
Miniatur Perahu Layar
Perak
Ruang Jamuan
67
Congklak 16 Lubang
Kayu
R. Cinderamata
68
Vas Bunga
Tembikar
R. Cinderamata
69
Vas Bunga bentuk Bebek
Tembikar
R. Cinderamata
70
Nekara
Perunggu
Resepsi
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
R. Tamu Ibu Negara
Universitas Indonesia
169
Lampiran 10 DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI KANTOR PRESIDEN
NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
JUDUL Miniatur Kelenteng Hiasan Dinding Manaia Botol Motif Gedung Putih Foto Presiden SBY Bersama Delegasi APEC XII Tahun 2004 Foto Ibu Ani SBY Bersama Para Isteri Delegasi APEC XII Tahun 2004 Pulpen Camusso Berstandar Pulpen Van Gogh Merk Visconti Pulpen merk Pilot dan Tinta Miniatur Tiga buah Gong Berstandar Kaligrafi Ayat Kursi Patung Kuda Ukiran Gading Ukiran Gading Piring Hias Bulat Tempat Buah Berukir Kecapi Miniatur Perahu Kepala Burung Vas Bunga Vas Bunga Tatakan Makan Hiasan Dinding Keterangan Gambar Kotak Cerutu Tempat Perhiasan Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur
Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010
BAHAN Kayu Kayu dan Batu Opal Kaca / Gelas
RUANGAN R. Terima Tamu Presiden R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden
Kertas
R. Kerja Presiden
Kertas
R. Kerja Presiden
Perak Besi Logam Perak Kulit Mutiara Logam Gading Gading Porselin Kayu dan perak Kayu dan kawat Kayu dan perak Tembikar Tembikar Melamin Kertas Kertas Perak Kayu Kuningan Kuningan Kuningan Kuningan
R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Kerja Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Kerja Presiden K. Tidur Presiden R. Kerja Presiden R. Terima Tamu Presiden R. Sidang Kabinet R.Terima Tamu R.Terima Tamu R.Terima Tamu R.Terima Tamu
Universitas Indonesia