UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 40 TAHlJN 2004
TENTANG
SISTEM JAMINAN SOSI.At NASIONAL
01
RBANY AK
OLEH Koordinator Bidang Kesra
Jakartcl 2006
2004, 10. 150
DAFTAR lSI Hal Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional ..... .....................
1
BAB I
Ketentuan Umum .......................... ..
11
BAB II
Asas, Tujuan, dan Prinsip
Penyelenggaraan ...... ..................... .
15
BAB III
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
19
BAB IV
Dewan Jaminan Sosial Nasional .......
21
BAB V
Kepesertaan dan luran .................... .
27
BAB VI
Program Jaminan Sosial ................ ..
31
BAB VII
Pengelolaan Dana Jaminan Sosial .. ..
63
BAB VIII
Ketentuan Peralihan .. .. .................. ..
67
BAB IX
Ketentuan Penutup .... ..................... .
71
Filosofi UU No. 40/2004 tengang Sistem Jaminan
Sosial Nasional ............................ .. ....................
74
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional
I. UMUM II. PASAL OEMI PASAL......................................
2
11-71
PRESIDEN
REPUBLIK I NDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLI K INDONESIA
NOMOR 40 TAHUN 2004
T ENTANG
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a.
bahwa setiap orang berhak atas j aminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan marta ba t nya menuju terw uj ud nya masyarakat I ndonesia yang sejahtera, adil, dan makmur;
b. bahwa untu k memberikan j amina n sosial yang menyeluruh, Negara mengembangkan Sist em Jaminan Sosial Nasional bagi seluru h rakyat Indonesia; c.
bahwa berda sarka n pert imbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hu ruf b, perlu membentuk Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM lAMINAN SOSIAL 1.
UMUM Pembangunan sosia/ ekonomi sebagai salah satu pe/aksanaan kebijakan pembangunan nasiona/ te/ah menghasi/kan banyak kemajuan/ di antaranya te/ah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan tersebut harus dapat dimkmati secara berke/anjutan ad/I, dan merata menjangkau se/uruh rakyat. Dinamika pembangunan bangsa Indonesia te/ah menumbuhkan tantangan berikut tuntutan penanganan berbagai persoa/an yang be/um terpecahkan. Salah satunya ada/ah penye/enggarajaminan sosia/ bagise/uruh rakya~ yang diamanatkan da/am Pasa/ 28 H ayat (3) mengenai hak terhadap jaminan sosia/ dan Pasa/34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara RepubIJk Indonesia Tahun 1945. laminan sosia/juga dijamin da/am Dek/arasi Persenkatan 8angsa-8angsa tentang Hak Asasi Manusia Tahun 1948 dan d/tegaskan dalam konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 yang menganjurkan semua negara untuk membenkan perlindungan minimum kepada setiap tenaga ketja. Seja/an dengan ketentuan tersebu~ Maje/is 2
Mengingat : Pasal 5 ayat (1) , Pasal 20, Pasal 28H ayat (1 ), ayat (2), ayat (3) dan Pasal 34 ayat (1), ayat (2) Undang-U ndang Dasar Negara republ ik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBUK I NDONESIA
Dan
PRESIDEN REPUBUK INDOI\JESIA
MEfVlUTUSKAN
3
Permusyawaratan Rakyat Republlk Indonesia da/am TAP Nomor X/MPR/2001 menugaskan Presiden untuk membentuk Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/ da/am rangka memberikan perlindungan sosia/ yang menye/uruh dan terpadu. Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/ pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosia/ bagi se/uruh rakyat Indonesia. Me/a/ui program im~ setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang /ayak apabJla tel:/adi hal-hal yang dapat mengaklbatkan hJlang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit/ menga/ami kece/akaan/ kehJlangan pekerjaaan memasuki usia /anju0 atau pensiun. Se/ama dekade terakhir int Indonesia te/ah menja/ankan beberapa program jaminan sosia/. Undang-undang yang secara khusus mengatur jaminan sosia/ bagi tenaga kerja swasta ada/ah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosia/ Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)/ yang mencakup program jaminan peme/iharaan kesehatan jaminan kece/akaan kerja/ jaminan hari tua dan jaminan kematian. Untuk Pegawai Negeri SipJl (PlVS/ te/ah dlkembangkan program Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dlbentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1981 dan Program Asuransi Kesehatan (ASKES) yang dise/enggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1991 yang berslfat wajlb bagi PNS/Penerima Pensiun/Perintis Kemerdekaan/ Veteran dan anggota ke/uarganya.
4
5
Untuk prajurit Tentara Nasiona/ Indonesia (TNI)/ anggota Kepo/isian RepublJk Indonesia (POLRI)/ dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Departemen Pertahananj TNIjPOLRI beserta ke/uarganya/ te/ah di/aksanakan program Asuransi Sosia/ Angkatan Bersenjata Repub/ik Indonesia (ASABRI) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 yang merupakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971. Berbagai program tersebut di atas baru mencakup sebagian kecil masyarakat Sebagian besar rakyat be/um mempero/eh perlindungan yang memadal: Di samping itu/ pe/aksanaan berbagai program jaminan sosia/ tersebut be/um mampu membenkan perlindungan yang adi/ dan memadai kepada para peserta sesuai dengan manfaat program yang menjadi hak peserta. Sehubungan dengan hal di atas/ dipandang perlu menyusun Sistem laminan Sosia/ Nasiona/ yang mampu mensinkronisaslkan penye/enggaraan berbagai bentuk laminan sosia/ yang di/aksanakan o/eh beberapa penye/enggara agar dapat menjangkau kepesertaan yang /ebih /uas serta memberikan manfaat yang /eblh besar bagi setiap peserta. Prinsip Sistem laminan Sosia/ Nasiona/ ada/ah sebagai berikut : Prinsip kegotong-royongan. Prinsip ini diwujudkan da/am mekanisme gotong royong dari peserta yang mampu kepada peserta yang kurang mampu da/am bentuk kepesertaan wajib bagi se/uruh rakyat./· peserta yang berisiko rendah membantu yang berisiko tingg/~' dan peserta yang sehat membantu yang sakit Me/a/ui prinsip kegotong-royongan im~
6
7
Jaminan sosia/ dapat menumbuhkan keadi/an sosia/ bagi se/uruh rakyat Indonesia. Prinsip nirlaba. Penge/o/aan dana amanat tidak dimaksudkan untuk mencari /aba (nirlaba) bagi Badan Penye/enggara Jaminan Sosia~ akan tetapi tujuan utama penye/enggaraan Jaminan Sosia/ ada/ah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana amanat/ hasi/ pengembangannya/ dan surplus anggaran akan dimanfaatkan sebesar-besamya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan/ kehati-hatian/ akuntabi/itas/ efisiensi dan efektifitas. Prinsip- prinsip managemen ini diterapkan dan mendasari se/uruh kegiatan penge/o/aan dana yang berasa/ dari iuran peserta dan hasi/ pengembangannya. Prinsip Portabi/itas. Jaminan sosia/ dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berke/anjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tingga/ da/am wi/ayah Negara Kesatuan Repub/ik Indonesia. Prinsip Kepesertaan bersifat wajib. Kepesertaan wajib dimaksudkan agar se/uruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajlb bagi se/uruh rakyat penerapannya tetap disesualkan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan Pemerintah serta ke/ayakan penye/enggaraan program. Tahapan pertama dimu/ai dari pekerja di sector forma~ bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara suka re/a/ sehingga dapat mencakup petan~ ne/ayan dan mereka yang beketja secara mandir~ sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/ dapat mencakup se/uruh Rakyat. 8
9
Pdnsip dana amanat. Dana yang terkumpu/ dad iuran peserta merupakan titipan kepada badan badan penye/enggara untuk dlke/o/a sebaik-balknya da/am rangka mengoptimal.f(an dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. Pdnsip hasi/ penge/o/aan dana Jamlnan Sosia/ Nasiona/ da/am Undang-Undang ini ada/ah hasJ! berupa deviden dari p emegang saham yang dlkemba/ikan untuk kepentingan peserta jaminan sosia/. Da/am Undang-Undang ini diatur penye/enggaraan Sistem Jamlnan Sosia/ Nasiona/ yang me/iputi jamlnan kesehatan jamlnan kece/akaan kerja/ jaminan pensiun jaminan had tua/ dan jamlnan kematian bagi se/uruh penduduk me/a/ui iuran wajlb pekerja. Program-program jamlnan sosia/ tersebut dise/enggarakan o/eh beberapa Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/. Badan Penye/enggara Jamlnan Sosia/ da/am undang-undang ini ada/ah transformasi dad Badan Penye/enggara Jamlnan Sosia/ yang sekarang te/ah berja/an dan dimungkinkan membentuk badan penye/enggara baru sesuai dengan dinamlka perkembangan jaminan sosial.
10
Menetapkan :UNDANG - UND ANG TENTANG SI ST EM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
BAS I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini ya ng dimaksud dengan : 1. Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlind ungan sosial unt uk menjamin seluruh rakyat agar da pat memenuhi kebutu han dasa r hidupnya ya ng layak. 2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah suatu tatacara penyelenggaraan program j aminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara j aminan sosial. 3. Asu ransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang besifat wajib yang berasal dari iuran guna mem berikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/ atau anggota keluarganya. 4. Tabungan wajib adalah simpanan yang bersifat waji b bagi peserta program jaminan sosial. 5. Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh Pemerintah ba gi fakir miskin dan orang t ida k ma mp u sebagai peserta program jaminan sosial. 6. Badan Penyel enggara Ja minan Sosial ada lah bada n hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. 7. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengemba ngan nya ya n g di kelola oleh Badan Penyelenggara Jami nan Sosial untuk pem baya ran 11
II.
PASAL DEMI PASAL Pasa/l
Cukup Je/as
12
manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial. 8. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing ya ng bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. 9. Manfaat ada:lah faeda h j aminan sosial yang menj adi hak peserta danjatau anggota keluarganya. 10. luran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh peserta, pemberi kerja, danjatau Pemerintah. 11. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. 12. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, ba dan hukum, ata u bad an- badan lainnya ya ng mempekerjakan te naga kerj a atau penye lengga ra Negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain nya. 13. Gaj i atau upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dala m bentuk uang sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada pekerja yang diteta pkan dan dibayar menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peratura n perundang -un da nga n, term as uk tunjangan bagi pekerja da n kel uarga nya atas suatu pekerjaan danjatau jasa yang tela h atau akan dilakukan. 14. Kecelakaa n kerj a adalah kecelakaan ya ng terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perja la nan dari rumah menuju t empat kerja at au sebalikn ya , dan penyakit yan g diseb abkan dar i lingkungan kerja.
13
14
15. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi tubuh atau hilangnya anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau hilangnya kemampuan pekerja untuk menjalankan pe'kerjaa nnya. 16. Cacat total tetap adalah cacat yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan.
BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN PRINSIP
PENYELENGGARAAN
Pasal 2 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pasal 3 Sistem Jaminan Sosial Nasional tujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Pasal4 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada prinsipnya ; a. Kegotong-royongan; b. Nirlaba; 15
Pasa/2 Asas kemanusiaan berka/tan dengan penghargaan terhadap martabat manusia. Asas manfaat merupakan asas yang bersifat opersiona/ menggambarkan penge/o/aan yang efisien dan efektit Asas keadi/an merupakan asas yang bersifat idill. Ketiga asas tersebut dimaksudkan untuk menjamin ke/angsungan program dan hak peserta. Pasa/3 Yang dimaksud dengan kebutuhan dasar hidup ada/ah kebutuhan esensia/ setiap orang agar dapat hidup /ayak, demi terwujudnya kesejahteraan sosia/ bagi se/uruh rakyat Indonesia. Pasa/4 Prinsip kegotong-royongan da/am ketentuan ini ada/ah prinsip kebersamaan antar peserta da/am menanggung beban biaya jam/nan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar luran sesuai dengan tlngkat gaji, upah, atau penghasi/annya. 16
c. Keterbukaan; d. Kehatihatian; e. Akuntabilitas; f. Portabilitas; g. Kepesertaan bersifat wajib; h. Dana amanat; dan i. Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.
17
Prinsip nirlaba da/am ketentuan ini ada/ah prinsip penge/o/aan usaha yang mengutamakan penggunaan hasfi pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagise/uruh peserta. Prinsip keterbukaan da/am ketentuan ini ada/ah prinsip mempermudah akses informasi yang /engkap/ benat; dan je/as bagi setiap peserta. Prinsip kehati-hatian da/am ketentuan ini ada/ah prinsip penge/o/aan dana secara cerma~ telit~ aman dan tertib. Prinsip akuntabi/itas da/am ketentuan ini ada/ah prinsip pe/aksanaan program dan penge/o/aan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Prinsip Portabi/itas da/am ketentuan ini ada/ah prinsip memberikan jaminan yang berke/anjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tingga/ da/am wi/ayah Negara Kesatuan Repub/ik Indonesia. Prinsip kepesertaan wajib da/am ketentuan ini ada/ah prinsip yang mengharuskan se/uruh penduduk menjadi peserta Jaminan sosial yang di/aksanakan secara bertahap. Prinsip dana amanat da/am ketentuan ini ada/ah bahwa iuran dan hasi/ pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosia/. Prinsip hasfi penge/o/aal7 Dana Jaminan Sosia/ Nasiona/ da/am ketentuan ini ada/ah hasil berupa deviden dari pemegang saham yang dikemba/ikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
18
BAB III
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
Pasal 5 (1 ) Badan Penyeleng gara Jam inan Sosial haru s di bent uk dengan Undang-Undang . (2) Sej ak berlak un ya Und a ng - Undan g i n i, ba d an penyelenggara j aminan sosial ya ng ada di nyatakan sebagai Badan Penyelenggara Jamina n Sosial menurut Undang-Undang ini. (3) Badan Pen yelenggara Jamin an Sosia l seba gaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Perusa haan Perseorangan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK); b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabu ngan dan Asuransi Pegawa i Negeri (TASPEN);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuran si Sosi al Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI ); dan d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). (4) Dalam hal diperlukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selain dimaksud pada ayat (3), dapat dibentuk yang baru dengan Undang-Undang.
19
Pasa/5 Ayat (1) Cukupje/as Ayat (2), (3), (4) Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi tangga/ 31 Agustus 2005, dinyatakan bahwa Pasa/ 5 ayat (2), (3) dan (4) Undang-undang RINo. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/ (/embaran Negara RI tahun 2004 nomor 150, tambahan /embaran negara RI nomor 4456) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
20
BAB IV
DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Pasal6 Untuk penyelenggara Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan Undang-Undang ini dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional. Pasal7 (1) Dewan Jaminan Sosial Nasional bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Dewan Jaminan Sosial Nasional berfungsi merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional. (3) Dewan Jaminan Sosial Nasional bertugas : a. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan jaminan sosial;
b.
Mengusulkan kebijakan investasi Dana Jaminan Sosial Nasional; dan
21
Pasa/ 6 Cukup je/as
Pasa/7 Ayat (1) Cukup je/as Ayat (2) Cukup je/as Ayat (3) Huruf a Kajian dan pene/itian yang dtlakukan da/am ketentuan ini antara lain penyesuaian masa transis~ standard operasiona/ dan prosedur 8adan Penye/eng g ara Jaminan Sosia// Besaran iuran dan manfaat/ penahapan kepesertaan dan p er/uasan program/ pemenuhan hak peserta/ dan kewajiban Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/. Huruf b Kebijakan investasi yang dimaksud da/am keten tuan ini ada/ah penempatan dana dengan memperhat/kan prinsip kehati-hatian optima/isasi has/// keamanan dana/ dan transparansi.
22
c. Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada Pemerintah . (4) Dewan Jaminan Sosial Nasional berwenang melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial.
Pasal 8 (1) Dewan Jaminan Sosial Nasional beranggotakan 15 (lima belas) orang, yang terdiri dari unsur Pemerintah, tokoh dan/atau ahli yang memahami bidang jaminan sosial, organisasi pemberi kerja, dan organisasi pekerja.
(2) Dewan Jaminan Sosial Nasional dipimpin oleh seorang ketua merangkap anggota dan anggota lainnya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Ketua sebagaimana pada ayat (2) berasal dari unsur Pemerintah.
Hurufc
Cukup je/as
Ayat (4) Kewenangan me/akukan momtoring dan eva/uasi da/am ketentuan ini dimaksudkan untuk menjamin terse/enggaranya program Jaminan sosia~ termasuk tingkat kesehatan keuangan 8adan Penye/enggara Jaminan sosia/. Pasa/8 Ayat (1) Jum/ah 15 (/ima be/as) orang anggota da/am ketentuan ini terdiri dari unsur Pemerintah 5 (/ima) orang/ unsur tokoh dan/atau ah/i 6 (enam) orang/ unsur organisasi pemberi ketja 2 (dua) orang/ dan unsur organisasi peketja 2 (dua)
orang.
Unsur Pemerintah da/am ketentuan ini berasa/
dari departemen yang bertanggung jawab di
bldang keuangan ketenagaketjaan kesehatan
sosia~ dan kesejahteraan rakyat dan/atau bidang
pertahanan dan keamanan masing-masing 1
(satu) orang.
Unsur ah/i da/am ketentuan ini me/iputi ah/i di
bidang asurans/~ keuangan/ investas/~ dan
aktuaria.
Ayat (2)
Cukupje/as
Ayat (3) Cukupje/as 24
(4) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Jaminan Sosial Nasional dibantu oleh Sekretariat Dewan yang dipimpin oleh seorang sekretaris yang diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. (5) Masa jabatan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional adalah 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. (6) Untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional harus memenuhi syarat sebagai berikut : a.
Warga Negara Indonesia;
b.
Bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c.
Sehat jasmani dan rohani
d.
Berkelakuan baik;
e.
Berusia sekurang-kurangnya 40 (empat puluh) tahun dan setinggi-tingginya 60 (enam puluh) tahun pada saat menjadi anggota;
f.
Lulusan pendidikan paling rendah jenjang strata 1 (satu);
g.
Memiliki keahlian dibidang jaminan sosial;
h.
Memiliki kepedulian terhadap bidang jaminan sosial; dan
I.
Tidak pernah dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang tela memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahata n. Pasal9
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Jaminan Sosial Nasional dapat meminta masukan dan bantu an tenaga ahli sesuai dengan kebutuhan. 25
Ayat (4) Cukup ie/as
Ayat (5) Cukup ie/as
Ayat (6) Cukup ie/as
Pasa/9 Cukup ie/as
26
Pasal 10 Susunan organisasi dan tata kerja Dewan Jaminan Sosial Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 diatur lebih lanjut denga Peraturan Presiden. Pasal 11 Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional dapat berhenti atau diberhentikan sebelum berakhir masa jabatan karena : a.
Meninggal dunia;
b.
Berhalangan tetap;
c.
Mengundurkan diri;
d.
Tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6). Pasal 12
(1) Untuk pertama kali, Ketua dan anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional diusul kan oleh Menteri yang bidan g tugasnya meliputi kesejahteraan sosial. (2) Ta ta cara pengangkatan, penggantian , d a n pemberhentian anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
BAB V KEPESERTAAN DAN lURAN
Pasal 13 (1) Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta kepada Badan 27
Pasa/10 Cukup Je/as
Pasa/11 Cukup ie/as
Pasa/12
Ayat (1) Cukup ie/as Ayat (2) Cukup ie/as
Pasa/13
Ayat (1) Cukup ie/as 28
Penyelenggara Jaminan Sosial, sesuai dengan prog ram jaminan sosial yang diikuti. (2) Penahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (i), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Pasal 14 ( 1) Pemerintah secara bertahap mendaftarkan peneri ma bantuan iuran sebagai peserta kepada Ba dan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(2) Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1) dan ayat (2)diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerinta h. Pasal 15 (1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya. (2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta untuk mengikuti ketentuan yang berlaku.
Pasal 16 Setiap peserta berhak memperoleh manfaat dan informasi tentang pelaksanaan program jaminan sosial yang diikuti.
29
Ayat (2)
Cukup je/as
Pasa/14 Ayat (1) Frasa "secara bertahap // da/am ketentuan ini dimaksudkan agar memperhatikan syarat-syarat kepesertaan dan program yang di/aksanakan dengan memperhatlkan kemampuan anggaran negara/ seperti dengan program jaminan kesehatan. Ayat (2) Cukup je/as Ayat (3) Cukup je/as Pasa/15 Ayat (1)
Cukup je/as
Ayat (2) Informasi yang dimakEud da/am ketentuan ini mencakup hak dan kewajiban sebagai peserta/ akun pnbadi secara berka/a minimal satu tahun seka/i/ dan perkembangan program yang dlikutinya. Pasa/16 Cukup je/as 30
Pasal 17
(1) Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu. (2) Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang manja d i kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala. (3) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan ayat (2) ditetapkan untuk setiap jenis program secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang layak. (4) luran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan orang tidak mampu dibayar oleh Pemerintah. (5) Pada tahap pertama, iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibayar oleh Pemerintah untuk program jaminan kesehatan. (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
BAB VI
PROGRAM JAMINAN SOSIAL
Bagian Kesatu
Jenis Program Jaminan Sosial
Pasal 18 Jenis program jaminan sosial meliputi : a. Jaminan Kesehatan; b. Jaminan Kecelakaan kerja; 31
Pasa/17 Ayat (1) Cukupje/as Ayat (2) Yang dimaksud pembayaran iuran secara berka/a da/am ketentuan ini ada/ah pembayaran setiap bulan. Ayat (3) Cukup je/as
Ayat (4) Fakir miskin dan orang yang tidak mampu da/am ketentuan ini ada/ah sebagaimana dimaksud da/am Pasa/34 ayat (1) dan ayat (2) Undang Undang Dasar Negara Repub/ik Indonesia tahun
1945. Ayat (5)
Cukupje/as
Ayat (6)
Cukup je/as
Pasa/18 Cukup je/as
32
c.
Jaminan hari tua
d.
Jaminan pensiun; dan
e.
Jaminan kematian.
Bagian kedua Jaminan Kesehatan Pasal 19 (1) Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
(2) Jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Pasal 20 (1) Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. 33
Pasa/19 Ayat (l) Prinsip asuransi sosia/ me/iputi : a. Kegotongroyongan antara yang kaya dan miskin/ yang sehat dan saki~ yang tua dan muda dan yang beresiko tinggi dan rendah b. Kepesertaan yang bersifat wajtb dan tidak se/ektif c. luran berdasarkan persentase upah/ penghasi/an d. Bersifat nirlaba Prinsip ekuitas yait u kesamaan da/am mempero/eh pe/ayanan sesuai dengan kebutuhan medisnya yang ttdak terkait dengan besaran iuran yang te/ah dibayarkannya. Ayat (2)
Cukup je/as
Pasa/20 Ayat (1) Cukupje/as 34
(2) Anggota keluarga peserta berhak menerima manfaat jaminan kesehata n.
(3) Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota kel uarga yan g lain yan g menjad i t ang gung annya de ngan penambahan iuran.
Pasal 21 (1) Kepesertaan jaminan kesehatan tetap berlaku paling iama 6 (enam) bulan sejak seorang peserta mengalami pemutusan hubungan kerja.
(2) Dalam hal peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ) seteliah 6 (enam ) bulan belum me m perol eh pekerjaan dan tidak mampu, iurannnya dibayar oleh Pemerintah. (3) Peserta yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu, iura nnya dibaya r oleh Pemerintah.
35
Ayat (2) Anggota ke/uarga ada/ah istrijsuami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak banyaknya 5 (/ima) orang. Ayat (3) Yang dimaksud anggota ke/uarga yang lain da/am ketentuan ini ada/ah anak ke -4 dan seterusnya, ayah, Ibu dan mertua. Untuk menglkutsertakan anggota ke/uarga yang lain, pekerja member i surat kuasa kepada pemberi kerja untuk menambahkan iurannya kepada Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ sebagaimana ditetapkan da/am Undang-Undang ini. Pasa/21 Ayat (1) Ketentuan ini memungkinkan seorang peserta yang menga/amipemutusan hubungan ketja dan ke/uarganya tetap dapat menerima Jaminan kesehatan hingga 6 (enam) bulan berikutnya tanpa mengiur: Ayat (2)
Cukupje/as
Ayat (3)
Cukup je/as
36
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Pasal 22 (1) Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup palayanan pro motif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.
(2) Untuk jenis pelayanan yang dapat menimbulkan penyalahgunaan palayanan, peserta dikenakan urun biaya.
37
Ayat (4)
Cukup je/as
Pasa/22 Ayat (1) Yang dimaksudpe/ayanc./n kesehatan da/am pasa/ inime/iputipe/ayanan dan penyu/uhan kesehatan imunisas~ pe/ayanan ke/uarga berencana/ rawat ja/an rawat inap/ pe/ayanan gawat darurat dan tindakan medis /ainnya/ termasuk cuci darah dan operasi jantung. Pe/ayanan tersebut diberikan sesuai dengan pe/ayanan standar~ balk mutu maupun jenis pe/ayanannya da/am rangka menjamin kesinamb ungan program dan kepuasan peserta. Luasnya pe/ayanan kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan peserta yang dapat berubah dan kemampuan keuangan badan Penye/enggara Jaminan Sosia/. Ha/ ini diperlukan untuk kehati-hatian. Ayat (2) Jenis pe/ayanan yang dimaksud ada/ah pe/ayanan yang membuka pe/uang moral hazard (sangat dipengaruhi se/era dan peri/aku peserta/ misa/nya pemakaian obat-obatan sup/emen/ pemenksaan diagnostJk/ dan tindakan yang tldak sesuai dengan kebutuhan medlk. Urun biaya harus menjadi bagian upaya pengenda/ian terutama upaya pengenda/ian da/am menerima pe/ayanan kesehatan. Penetapan urun biaya dapat berupa miai nominal atau persentase tertentu dari biaya pe/ayanan dan 38
(3) Ketentuan mengenai palayanan kesehatan dan urun biaya sebaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden. Pasal 23 (1) Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diberikan pada falitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerja dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(2) Dalam keadaan darurat, palayanan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1), dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. (3) Dalam hal disuatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi. (4) Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakJit, maka kelas pelayanan dirumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
39
dibayarkan kepada fasllitas kesehatan pada saat peserta mempero/eh pe/ayanan kesehatan. Ayat (3)
Cukupje/as
Pasa/23 Ayat (1) Fasi/itas kesehatan me/iputi rumah sakit, dokter praktek, k/inik, /aboratorium, apotek dan fasllitas kesehatan /ainnya. Fasi/itas kesehatan memenuhi syarat tertentu apabi/a fasi/itas kesehatan tersebut diakui dan memll/ki izin dari instansi Pemerintah yang bertanggung jawab di b/dang kesehatan. Ayat (2)
Cukup je/as
Ayat (3) Kompensasi yang diberikan pada peserta dapat da/am bentuk uang tUf7a/~ sesuai dengan hak peserta. Ayat (4) Peserta yang menging/nkan ke/as yang /ebih tinggi daripada haknya (ke/as standar), dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri se/is/h antara biaya yang dijamin o/eh Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ dengan biaya yang harus d/bayar akibat peningkatan ke/as perawatan. 40
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden. Pasal 24 (1) Besarnya pembayara n kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan berdasarkan kesepakat an antara badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. (2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 (lima belas) ha ri sejak permintaan pembayaran diterima.
(3) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan.
41
Ayat (5)
Cukup je/as
Pasa/24 Ayat (1)
Cukup je/as
Ayat (2) Ketentuan ini meng hendaki agar 8adan Penye/enggara Jaminan Sosia/ membayar fasi/itas kesehatan secara efektif dan efisien. 8adan Penye/enggara Jaminan Sosia/ dapat memberikan anggaran tertentu kepada suatu rumah sakit di suatu daerah untuk me/ayani sejum/ah peserta atau membayar sejum/ah tetap tertentu perkapita perbulan (kapltasJ). Anggaran tersebut sudah mencakup jasa medis, biaya perawatan, biaya penunjang, dan biaya obat obatan yang penggunaan rincinya diatur sendl;i o/eh pimpinan rumah saklt Dengan demlkian, sebuah rumah saki t akan /ebih /e/uasa menggunakan dana seefektif dan seefisien mungkin. Ayat (3) Da/am pengembangan pe/ayanan kesehatan, 8adan Penye/enggara Jaminan Sosia/ menerapkan system kenda/i mutu dan kenda/i biaya termasuk menerapkan iur biaya untuk mencegah penya/ahgunaaan pe/ayanan kesehatan. 42
Pasal 25 Daftar dan harga tertinggi obat-obatan, serta bahan medis habis pakai yang dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosia l ditetapkan sesuai denga n peratura n perund ang undangan. Pasal 26 Jenis-je nis pelayanan yang tidak dijamin Bad an Penyelenggara Jaminan sosial akan diatur lebih lanj ut dalam Perat uran Presiden. Pasal 27 (1) Besarnya iuran ja minan kesehatan untuk pese rta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase dari upah sampai batas tertentu, yang secara berta hap ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja. (2) Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta ya ng tidak menerima upah ditentukan berdasarkan nominal yang ditinjau secara berkala. (3) Besarnya iuran jami nan keseh atan untuk peneri ma bantuan iuran ditentukan berdasarkan nomi nal ya ng ditetapkan secara berkala.
(4) Batas upah sebagaima na dimaksud pada ayat (1) , ditinjau secara berkala . (5) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud ayat (1 ), ayat ( 2) dan ayat (3), serta batas upah sebagaima na dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dalam peraturan Presiden. 43
Pasa/25 Penetapan daftar dan p/afon harga da/am ketentuan ini dimaksudkan agar mempertimbangkan perkembangan kebutuhan medlk ketersediaaan serta efektifitas dan efisiensi obat atau bahan medis habis pakai. Pasa/26 Cukup ie/as
Pasa/27 Ayat (1) Cukup ie/as
Ayat (2)
Cukup ie/as
Ayat (3) Pengertian secara berka/a da/am ketentuan ini ada/ah iangka waktu teltentu untuk me/akukan peninjauan atau perubahan sesuai dengan perkembangan kebutuhan. Ayat (4) Cukup ie/as Ayat (5) Cukup ie/as
44
Pasal 28 (1) Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari 5 (li ma ) orang dan ingin mengikutserta kan ang gota keluarga yang lain waj ib membayar tambahan iuran. (2) Tambahan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatu r lebih lanjut dalam Peraturan Presiden . Bagian Ketiga
Jaminan Kecelakaan Kerja
Pasal 29
( 1) Jaminan Kecelakaan kerja diselenggaraka n secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial. (2) Jaminan kecelakaa n kerj a diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfa at pelayanan kesehatan dan santunan uang tuna i apabila seorang pekerja mengalami kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Pasal 30 Peserta jaminan kecelakaa n kerja adalah seseorang yang telah membayar iuran. Pasal 31 ( 1) Peserta yang mengalami kecelakaan kerja berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila terjadi cacat total tetap atau meninggal du nia. (2) Manfaat jaminan kecelakaan kerja yang berupa uang tunai diberikan sekaligus kepada ahli waris pekerja yang 45
Pasa/28 Ayat (1) Cukupje/as Ayat (2) Cukupje/as
Pasa/29 Ayat (1) Cukup je/as Ayat (2) Cukupje/as
Pasa/30 Cukup je/as Pasa/31 Ayat (1) Cukup je/as
Ayat (2) Cukupje/as 46
meninggal dunia atau pekerja yang cacat sesuai dengan tingkat kecacatan. (3) Untuk jenis-jenis pelayanan tertentu atau kecelakaaan tertentu, pemberi kerja dikenakan urun biaya. Pasal32 (1) Manfaat jaminan kecelakaan kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat(l) diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang memenuhi syarat dan menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan sosial. (2) Dalam keadaan darurat, pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan sosial. (3) Dalam hal kecelakaan kerja terjadi di suatu daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, maka guna memenuhi kebutuhan medis bagi peserta, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi. (4) Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas perawatan di rumah sakit diberikan kelas standar.
47
Ayat (3)
Cukupje/as
Pasa/32 Ayat (1) Cukupje/as
Ayat (2)
Cukupje/as
Ayat (3) Kompensasi da/am ketentuan ini dapat berbentuk penggantian uang tuna~ pengiriman tenaga kesehatan atau penyediaan fasi/itas kesehatan tertentu. Ayat (4) Peserta yang menginginkan ke/as yang /ebih tinggi dari pada haknya (ke/as standar), dapat meningkatkan ke/asnya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan atau membayar sendiri se/isih antara biaya yang dijamin o/eh 8adan Penye/enggara Jaminan sosia/ dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan ke/as perawatan.
48
Pasal 33 Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya manfaat uang tunai, hak ahli waris, kompensasi, dan pelayanan medis sebagaimana pasal 31 dan pasal 32 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 34 (1) Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja adalah sebesar persentase tertentu dari upah atau penghasilan yang ditanggung seluruhnya oleh pemberi kerja. (2) Besarnya iuran jaminan kecelakaan kerja untuk peserta yang tidak menerima upah dalam jumlah norninal yang ditetapkan secara berkala oleh Pemerintah. (3) Besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bervariasi untuk setiap kelompok pekerja sesuai dengan risiko lingkungan kerja.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Bagian Keempat
Jaminan Hari Tua
Pasal 35
(1) Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.
49
Pasa/33 Cukupje/as
Pasa/34 Ayat (1) Cukupje/as Ayat (2)
Cukupje/as
Ayat (3) Variasi besarnya luran disesuaikan dengan tingkat risiko /ingkungan kerja dimaksudkan pula untuk mendorong pemberi kerja menurunkan tingkat risiko /ingkungan keljanya dan terciptanya efisiensi usaha. Ayat (4)
Cukupje/as
Pasa/35 Ayat (1) Prinsip asuransi sosia/ da/am Jaminan hari tua didasarkan pada mekanisme asuransi dengan pembayaran iuran antara pekerja dan pemberi kerja. Prinsip tabungan wajib da/am Jamlnan hari 50
(2) Jaminan hari tua diselenggarakan dengan tujuan unt uk menjamin agar peserta menerima uang tunai apabila memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, ata u meninggal dunia.
Pasal 36 Peserta jaminan hari tua adalah peserta yang telah membayar iuran. Pasal37 (1) Manfaat jaminan hari tua berupa uang tunai dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap. (2) Besarnya manfaat jaminan hari tua ditentukan berdasarkan seluruh akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah hasil pengembangannya.
(3) Pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun. (4) Apabila peserta meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua. 51
tua didasarkan pada pertimbangan bahwa manfaat jaminan hari tua berasa/ dari akumu/asi iuran dan hasH pengembangannya. Ayat (2) Jaminan hari tua diterimakan kepada peserta yang be/um memasuki usia pensiun karena menga/ami cacat total tetap sehingga tldak bisa /agi beketja dan iurannya berhenti. Pasa/36 Cukup je/as
Pasa/37 Ayat (1)
Cukup je/as
Ayat (2) Pemerintah menjamin terse/enggaranya pengembangan dana Jaminan hari tua sesuai dengan prinsip kehati-hatian minimal setara tingkat suku bunga deposito bank Pemerintah jangka waktu satu tahun sehingga peserta mempero/eh manfaat yang sebesar-besarnya. Ayat (3) Sebagian jaminan hari tua dapat d/bayarkan untuk membantu peserta mempersiapkan diri memasuki masa pensiun. Ayat (4)
Cukup je/as
52
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 38 (1) Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta penerima upah ditetapkan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan tertentu yang ditanggung: bersama oleh pemberi kerja dan pekerja. (2) Besarnya iuran jaminan hari tua untuk peserta yang tidak menerima upah ditetapkan berdasarkan jumlah nominal yang ditetapkan secara berkala oleh Pemerintah . (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.
Bagian kelima
Jaminan Pensiun
Pasal 39
(1) Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasiona l berdasarkan prinsip asuransi sosial atau tabungan wajib.
53
Ayat (5)
Cukup je/as
Pasa/38 Ayat (1)
Cukup je/as
Ayat (2)
Cukupje/as
Ayat (3) Yang akan diatur o/eh Pemerintah ada/ah besarnya persentase iuran yang dibayar o/eh pekerja dan pemberi kerja.
Pasa/39
Ayat (1) Pada dasarnya mekanisme jaminan pensiun berdasarkan asuransi sosisal, namun ketentuan ini memberi kesempatan kepada pekerja yang memasuki usia pensiun tetapi masa iurannya tidak mencapai waktu yang ditentukan, untuk diberlakukan sebagai tabungan wajib dan dibayarkan pada saat yang bersangkutan berhenti bekerja, ditambah hasi/ pengem bangannya.
54
(2) Jaminan pensiun diselenggarakan untuk memper tahankan derajat kehidupan yang layak pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap. (3) Jaminan pensiun diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti
(4) Usia pensiun ditetapkan menu rut ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal40 Peserta jaminan pensiun adalah pekerja yang telah membayar iuran Pasal 41 (1) Manfaat jaminan pensiun berwujud uang tunai yang diterima setiap bulan sebagai : a.
Pensiun hari tua, diterima peserta setelah pensiun sampai meninggal dunia
b.
Pensiun cacat, diterima peserta yang cacat akibat kecelakaan atau akibat penyakit sampai meninggal dunia
c.
Pensiun janda/duda, diterima janda/duda ahli waris peserta sampai meninggal dunia atau menikah lagi
55
Ayat (2) Derajat kehidupan yang /ayak yang dimaksud da/am ketentuan ini ada/ah besaran jaminan pensiun mampu memenuhi kebutuhan pokok pekelja dan ke/uarganya. Ayat (3) Yang dimaksud dengan manfaat pasti ada/ah terdapat batas minimum dan maksimum manfaat yang akan diterima peserta. Ayat (4)
Cukupje/as
Pasa/40 Cukup Je/as
Pasa/41 Ayat (1) Hurufa
Cukupje/as
Hurufb
Cukupje/as
Hurufc
Cukupje/as
56
d. Pensiun anak, diterima anak ahli waris peserta sampai mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau menikah, atau
e. Pensiun orang t ua, diterima orang tua ahli waris peserta lajang sampai batas waktu terte ntu sesuai dengan peratu ran/perundang-undangan
(2) Setiap peserta atau ah li warisnya berhak mendapatkan pembayaran uang pensiun berkala setiap bulan setelah memenuhi masa iur minimal 15 (l ima belas) ta hun, kecu ali diteta pkan lain oleh peratura n peru ndang undangan (3) Manfaat jaminan pensiun di bayarkan kepada peserta ya ng telah mencapai usia pensiun sesuai formula yang ditetapkan. (4) Apabila peserta meninggal dunia sebelum mencapai usia pensiun atau belum memenuhi masa iur 15 (lima belas) tahun, ahli warisnya tetap berhak mendapatkan manfaat jaminan pensiun.
57
Hurufd Manfaat pensiun anak ada/ah pemberian uang pensiun berka/a kepada anak sebagai ah/i waris peserta, paling banyak 2 (dua) orang yang be/um beketja, be/um memkah, atau sampai berusia 23 (dua pu/uh tiga) tahun yang tidak mempunyai sumber penghasi/an apabi/a seorang peserta meningga/ dunia. Hurufe Manfat pensiun orang tua ada/ah pemberian uang pensiun berka/a kepada orang tua sebagai ah/i waris peserta /ajang apabi/a seorang peserta meningga/ dunia. Ayat (2) Ketentuan 15 (/ima be/as) tahun diper/ukan agar ada kecukupan dan akumu/asi dana untuk memberi jaminan pensiun sampai jangka waktu yang ditetapkan da/am Undang-Undang ini. Ayat (3) Formu/a jaminan pensiun ditetapkan berdasarkan masa ketja dan upah terakhir. Ayat (4) Meskipun peserta be/um memenuhi masa iur se/ama 15 (/ima be/as) tahun, sesuai dengan prinsip asuransi sosia/, ah/i waris berhak menerima jaminan pensiun sesuai dengan formula yang ditetapkan.
58
(5) Apabila peserta mencapai usia pensiun sebelum memenuhi masa iur 15 (lima belas) tahun, peserta tersebut berhak mendapatkan seluruh akumulasi iurannya ditambah hasil pengembangannya. (6) Hak ahli waris atas manfaat pensiun anak bera kh ir apabi la anak tersebut menikah, bekerja tetap, atau mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun. (7) Manfaat pensiun cacat dibayarkan kepada peserta yang mengalami cacat total tetap meskipun peserta tersebut belum memasuki usia pensiun. (8) Ketentuan mengenai manfaat pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Presiden. Pasal42 (1) Besarnya iuran jaminan pensiun untuk peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan atau suatu jumlah nominal tertentu yang ditanggung bersama antara pemberi kerja dan pekerja. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintall. Bagian keenam
Jaminan Kematian
Pasal 43
(1) Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
59
Ayat (5) Karena be/um memenuhi syarat masa iU/; iuran jaminan pensiun diber/akukan sebagai tabungan wajib Ayat (6) Cukup je/as Ayat (7) Cukup je/as Ayat (8) Cukupje/as Pasa/42 Ayat (1) Cukup je/as
Ayat (2) Cukup je/as
Pasa/43 Ayat (1) Cukup je/as
60
(2) Jaminan kematian diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia. Pasal 44 Peserta j aminan kematian adalah setiap orang yang telah membayar iuran. Pasal 45 ( 1) Manfaat j aminan kematian berupa uang tunai dibayarkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah klaim diterima dan disetuj ui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. (2) Be sarny a manf aat jamin an kemat ian ditet ap kan berdasarka n suat u jumlah nominal tertentu. (3) Ketentuan mengenai manfaat sebagaimana dimaksud pa da ayat ( 2) diatur lebi h la njut dal am Pera t uran Pemerintah. Pasal46 ( 1) luran jaminan kemat ian ditanggung oleh pemberi kerja. (2) Besarnya iuran jaminan kematia n bagi peserta penerima upah ditentukan berdasarkan persentase tertentu dari upah atau penghasilan. (3) Besarnya iuran jaminan kemat ian bagi peserta bukan penerima upah ditentukan berdasarkan jumlah nominal tertentu dibayar oleh peserta. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (i), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Perat uran Pemerintah. 61
Ayat (2) Cukupje/as Pasa/44 Cukupje/as
Pasa/45 Ayat (1) Cukupje/as Ayat (2) Cukupje/as Ayat (3) Cukupje/as Pasa/46 Ayat (1) Cukup je/as Ayat (2) Cukupje/as Ayat (3) Cukup je/as Ayat (4) Cukupje/as
62
BAB VII PENGELOLAAN DANA JAMINAN SOSIAL Pasal 47 (1) Dana Jaminan Sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana , dan hasil yang memadai.
(2) Tata cara pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal48 Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Pasal49 (1) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial mengelola pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. (2) Subsidi silang antar program dengan membayarkan manfaat suatu program dari dana program lain tidak diperkenankan.
63
Pasa/47 Ayat (1) Yang dimaksud dengan likuiditas ada/ah kemampuan keuangan Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ da/am memenuhi kewajibannya jangka pendek. Yang dimaksud dengan so/vabi/itas ada/ah kemampuan keuangan Badan Penye/enggara jaminan Sosia/ da/am memenuhi semua kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Ayat (2)
Cukup je/as
Pasa/48 Cukup je/as
Pasa/49 Ayat (1)
Cukup je/as
Ayat (2) Subs/di silang yang tidak diperkenankan da/am ketentuan ini misa/nya dana pensiun tJdak dapat digunakan untuk membiayai jaminan kesehatan dan sebaflknya
64
(3) Peserta berhak setiap saat memperoleh informasi tentang akumulasi iuran dan hasil pengembangannya serta manfaat dari jenis program Jaminan hari t ua, Jaminan pensiun, dan Jaminan kematian. (4) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberi kan informasi akumulasi iuran berikut hasil pengembangan nya kepada setiap peserta Jaminan hari tua sekurang kurangnya sekali dalam satu tahun. Pasal 50 (1) Badan Penyelenggara Jaminan $osial wajib membentuk cadangan teknis sesuai dengan standard praktek aktuaria yang lazim dan berlaku umum.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Pasal 51 Pengawasan t erhada p peng elo laan keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dilakukan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang -undangan.
6S
Ayat (3)
Cukupje/as
Ayat (4)
Cukup je/as
Pasa/50 Ayat (1) Cadangan teknis menggambarkan kewajiban Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ yang timbu/ da/am rangka memenuhi kewajiban di masa depan kepada peserta Ayat (2)
Cukup je/as
Pasa/51 Cukupje/as
66
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN Pasal 52 (1) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku : a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 199 5), berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lernbaran Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468); b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah !'Jomor 26 Tahun 1981 tentang Pengali'han Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 198 1), berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Ta hu n 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun JandajDuda Pegawai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42 Tah un 1969), Tambahan Lem ba ran Negara Republi k Indonesia Nomor 2906), Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 55 Tahu n 1974, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3014) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Ta hu n 67
Pasa/52 Berdasarkan putusan Mahkamah KonstJtusi tangga/ 31 Agustus tahun 200S dinyatakan bahwa permohonan pengujian terhadap pada/ 52 ayat 1 d/to/ak. Dito/aknya permohonan pengujian terhadap pasa/ 52 d/dasarkan pada pertimbangan hukum bahwa pasa/ 52 tersebut justru dibutuhkan untuk mengisi kekosongan hukum (rechtsvacuum) dan menjamin kepastian hukum (rechtskerhe/dJ karena be/um adanya badan penye/enggaraan jaminan sosia/ yang mematuhi persyaratan/ agar Udnang-undang Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/ dapat dllaksanakan.
68
1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 169 Tahun 1999, ( Lembaran Negara Repu blik Indonesia No mor 37 tahun 1981, Tamba han Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890), dan Peraturan Pemerintah RI i'Jomor 25 Tahun 1981 tentang Asura nsi Sosi al Pegawai Neg eri Si pi l (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1981, Ta mbahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 3200);
c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Besenjata Republik Indonesia (ASABRI ) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah nomor 68 Tahun 1991 tentang Pengalinan Be nt uk Perusahaan Umum (Perum) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 1991); d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Husada Bhakti menj adi Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992), Tetap berlaku sepanjang belum disesuaikan dengan Undang-Undang ini. (2) Semua ketentuan yang mengatur mengenai Badan Penyelenggsara Jaminan Sosial sebagaiman a dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan Undang Undang ini paling alambat 5 (lima) tah un sej ak Undang-Undang ini diundangkan.
69
Ayat (2) Cukup je/as
70
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53 Und an g -Undang ini mu lai berlaku sejak tan g g al d iund angkan. Agar set ia p ora ng mengeta huinya, memerintahkan peng undangan Undang-U ndang ini dengan penempat annya dalam lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkkan di Jakarta Pada tanggal 19 Oktober 2004 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 29 Oktober 2004 SEKRETARI S NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Ttd, BAMBANG KESOWO LEMBARAN NEGARA REPUBUK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 150
Salinan sesuai dengan aslinya,
Deputi Sekretaris Kabinet
Bidang Hukum dan
Perundangan-undangan
Ttd. Lambock V. Nahattands 71
Pasa/53
Cukup je/as
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4456
72
73
FILOSOFI UU No. 40/2004
tentang SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial (Social Security)/ sebagaimana pertama kali dirintis oleh Otto von Bismarck (1883)/ sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan rakyaC dewasa ini telah berkembang di seluruh duma. Sudah tentu/ dengan berbagai modiflkas/~ sesuai dengan keadaan/ kebutuhan dan bahkan sistem polltik dan ekonomi di set/ap Negara. Ada prinsip - prinsip yang menjadi ciri setiap program jaminan 50S/a/. Pertama bahwa program jaminan sos/al itu tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sebuah Negara. Kedua/ ada peran peserta untuk /kut membiayai program jaminan sos/a~ melalui mekanisme asuransi, baik sos/al/komersial atau tabungan ketiga/ dimulai dari kelompok forma~ non-formal dan kelompok masyarakat mandiri keempaC kepesertaan yang bers/fat wajib/ sehingga hukum "the law of large numbers cepat terpenuh/~ kelima/ peran Negara yang besar dan keenarn bersifat ''not for profir/ dan ketujuh ternyata merupakan instrumen mobilisasi dana masyarakat yang besat; sehingga mampu membentuk tabungan nasional yang juga besat; sehingga memberi dampak ekonom/!pembangunan pada umunnya. Sistem Jaminan Sosial merupakan "engine of development/~ Mesinnya pembangunan sebuah bangsa. Peran Negara/ tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga sebagai penyelenggara/ pemberi ketja yang harus /kut membayar iuran dan bahkan juga sebagai penanggung jawab kelangsungan hidup program jaminan sosial/ 74
termasuk memberi subsidi / apabila diper/ukan. Bagi masyarakat yang tidak mampu membayar iuran program jam/nan sosia~ Negara dapat menyelenggarakan program bantuan sosial (Social assistance) atau pelayanan sosial (social services) yang penyelenggaraannya dapat ''ditltipkan// pada penyelenggaraan program Jam/nan Sosial. Program Jam/nan Sosia~ sebenamya juga sudah dikenal di Indonesia/ sebagaimana telah diselenggarakan oleh PTAskes Indonesia/ PT Taspen/ PT Jamsostek dan PT Asabri Namun/ baik dilihat darijumlah kepesertaan/ jems program maupun kualitas manfaaC serta prinsip-prinsip penyelenggaran dan regulasi ternyata mas/h memer/ukan penyempurnaan . Peserta program jaminan sosial di Indonesia/ d/banding dengan Negara la/nnya/ mas/h ter/alu sed/kit (sekitar 20%). Manfaat yang diperoleh peserta juga mas/h sangat terbatas/ Pnnsip/S/stem penyelenggaraan juga bervariasi / seh/ngga menimbulkan ketidakadilan sosial. Karena /tu diper/ukan UU baru yang dapat memayungi segenap penyelenggaraan program jaminan sosia~ meningkatkan jumlah peserta/ meningkatkan manfaat serta lebih berkeadilan/ yang kemudian lahir/ah sebuah undang - undang yang dikenal sebagai UU tentang S/stem Jam/nan Nasional. Yaitu UU No. 40/2004. Secara gans besat; UU No. 40/200~ dirancang untuk : 1. Memenuhi amanat UUD 1945, khususnya pasal34 ayat 2 ''Negara mengembangkan s/stem jam/nan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan // 2. Memngkatkan jumlah peserta program jam/nan sosial di Indonesia. Oleh karena sejauh /n/~ peserta program jam/nan sosial di Indonesia mas/h sangat rendah.
75
3. Meningkatkan cakupan manfaatjbenefit yang dapat dinikmati o/eh peserta program jam/nan sosia/. O/eh karena manfaat program jamli7an sosia/ be/um dapat sepenuhnya dimkmati o/eh sebagian besar rakyat Indonesia. Bagi Pegawai Negeri Siptl be/um me/iputi program Jam/nan Kece/akaan Kelja, sementara bagi ke/ompok pekerja formal swasta, be/um memi/iki program jam/nan kesehatan dan jaminan pensiun.
4. meningkatkan kua//tas manfaat yang dapat dimkmati o/eh peserta program jaminan sosial, agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang /ayak.
5. Terse/enggaranya keadtlan sosia/ da/am penye/eng garaan program jaminan sosia/ bagi se/uruh masyarakat Indonesia. Dengan pengembangan SJSN, diharapkan dapat terse/enggara penye/enggaraan program jam/nan sosia/ secara terpadu, sinchron, me/a/ui pendekatan sistem yang berlaku bagi semua penduduk Indonesia.
6. Terse/enggaranya prinsip - prinsip penye/enggaraan program jaminan sosia/ sesua/ dengan pnnsip-prinsip universal yang d/kenal, misa/nya prinsip kegotong royongan , kepesertaan bersifat wajib, nirba/a, transparan, pruden dan akuntabe/.
7. Dtlaksanakan secara bertaha!-~ balk dari aspek jenis program maupun kepesertaan dengan memperhatikan ke/ayakan program. Dengan mengantisipasi imp/ementasi SJSN sesuai dengan UU No. 40/2004, sed/kitnya diperlukan waktu 2{) sampai 25 tahun untuk dapat mencakup se/uruh rakyat Indonesia. Ha/ ini, antara lain disebabkan karena diperlukan tenggang waktu 15 tahun untuk menjamin terse/enggaranya program jam/nan pensiun bagi pekelja formal.
76
Adapun badan penye/enggara untuk program jaminan sosia/ menurut UU No. 40/2004 sementara ada/ah Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ yang sudah ada (PT Jamsostek, PT Askes, PT Taspen dan Asabri) dengan tidak menutup kemungkinan pembentukan Badan Penye/enggara lain, yang dlbentuk dengan Uu. Ha/ ini memang diperlukan untuk dapat menjamin ke/angsungan hidup program. Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/ tersebut, diwajibkan menyesuaikan diri dengan UU No. 40/2004 da/am waktu 5(/ima) tahun sete/ah diberlakukannya UU ini. Antara lain, menjadi /embaga yang "not for profit~ secara bertahap penye/enggaraannya menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan da/am UU No. 40/2004, khususnya yang terkalt dengan besaran iuran dan manfaat, sistem pendanaan, dan mekanisme pemberian pe/ayanan/manfaat, khususnya da/am penye/enggaraan program jaminan kesehatan. Se/anjutnya dikatakan, bahwa Presiden menetapkan kebijakan umum dan sinchronisasi penye/enggaraan program Jaminan Sosial. Untuk itu, Presiden dibantu o/eh Dewan Jaminan Sosia/ Nasiona/ yang ditetapkan dengan Peraturan Preslden. Tugas Dewan Jaminan Sosia/ Nasiona/ ada/ah me/akukan kajian, pene/itian, mengusu/kan kebijakan investasi, mengusu/kan anggaran bagi peserta ''penerima bantuan iuran //serta me/akukan monitoring dan eva/uasi pe/aksanaan program jaminan sosial. Da/am UU No. 40/2004, jenis Jaminan Sosia/ yang hendak dise/enggarakan me/iputi : 1.
Jaminan Kesehatan.
2.
Jaminan Kece/akaan Kerja. 77
3. 4. 5.
Jaminan Hari Tua. Jaminan Pensiun. Jaminan Kematian.
Semu/a, juga dirancang Jaminan Pemutusan Hubungan Kerja. Namun, karena kita baru menerbitkan UU No. 13/ 2003, dimana masa/ah pesangon berhenti bekerja tertampung, maka rancangan ItU dlbata/kan. Se/ain itu, da/am UU No.40/2004, da/am rangka memenuhi ketentuan UUD 1945 pasa/ 34 ayat 1, terbuka kepesertaan program jaminan sosia/ dari masyarakat "penerima bantuan iuran; yaitu peserta dari ka/angan masyarakat miskin dan tidak mampu, yang iurannya dibayar o/eh pemerintah. Program ini, pada dasarnya ada/ah program bantuan sosial, yang "dititipkan" penye/enggaraanya pada penye/enggara Sistem Jaminan Sosia/ Nasiona/. Sete/ah itu, untuk menjamin ke/angsungan program jaminan sosial, Pemerintah dapat me/akukan tindakan-tindakan khususnya guna menjamin terpe/iharanya tingkat kesehatan keuangan Badan Penye/enggara Jaminan Sosia/. Ha/ in~ antara lain dapat di/akukan dengan me/a/ui pengga/ian sumber-sumber dana yang lain, ketentuan mengenai iuran dan manfaat, termasuk memberikan subsidi, apabi/a diper/ukan.
1
Jaminan Kes.ehilJan (JK). Program Jaminan Kesehatan dise/enggarakan secara nasional, berdasar prinsip asuransi sosia/ dan ekuitas. Prinsip asuransi sosia/ me/iputi kepesertaan yang bersifat wajlb dan non-diskriminatit; iuran berdasar prosentase pendapatan menjadi beban bersama antara pemberi dan penerima kerja, 78
sehingga ada kegotong-royongan antara yang kaya - miskin, resiko sakit tinggi - rendah, tua - muda dengan manfaat pe/ayanan medik yang sama (prinsip ekuitas), bersifat "komprehensir~ Adapun untuk pe/ayanan non -medik, disesuaikan dangan besaran luran yang diberikan. Bagi ke/ompok ''non-formar dan "penerima bantuan iuran" iuran ditetapkan berdasar ni/ai nominal. Bagi ''penerima bantuan iuran; iuran dibayar o/eh pemerintah. Se/anjutnya, da/am penye/enggaraan program JK, akan ditetapkan prinsp-prinsip "managed hea/thcare concep t; Prospective Payment Sistem (PPS) serta standard an p/afon harga obat. Ha/ ini untuk menjamin tumbuhya sistem pe/ayanan dan pembiayaan kesehatan yang efisien dan efektit sesuai dengan standar pe/ayanan yang ditetapkan,. antara lain me/a/ui introduksi konsep dokter ke/uarga, sistem rujukan dan sistem wi/ayah pe/ayanan, tarif paket serta DRG's. Untuk mencegah tetjadinya penya/ahgunaan, juga dapat dlterapkan lur-biaya( 'cost-sharing'j, bagi pe/ayanan kesehatan yang akan ditetapkan kemudian serta jenis-jenis pe/ayanan yang tidak menjadi beban BPJ5, misa/nya yang bersifat kosmetik, makanan (vitamin?) sup/emen dan lain sebagainya. Dengan ketentuan seperti tersebut, pe/aksanaan program JK memerlukan persiapan yang matang, agar ke/angsungan program JK dapat tetjamin, misa/nya: 1. Ketentuan mengenai besaran luran, harus dltetapkan secara cermat
2. Penerimaan/pe/aksanaan "managed hea/thcare concept; " Prospective Payment Sistem (PPS) bagi ka/angan yang
79
terkait (Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan / healthcare provIders dan BPJS). 3. Pentahapan cakupan kepesertaan.
4. Sincronisasi sistem dan penyelenggaraan program JK antara berbagai BPJ~ khususnya antara menajemen dan tehnologi informasi 5. "Capacity-buiding BPJ~ antara lain meliputi sumber daya manusia/ kemampuan manajemen dan tehnologi informasi. 6. Membangun jaringan pelayanan kesehatan yang mampu memenuhi ketentuan UU 40/2004/ untuk melayani peserta program JK
2
.JiJminan
KeceJak~an
Ketja (.lKK)
Jamlnan Kecelakaan Kerja diselenggarakan secara nasional berdasar prtnsip asuransi sosial dengan manfa at jamlnan kesehatan dan santunan uang yang disebabkan karena saklt akibat kecelakaan kelja. Besarnya iuran dltetapkan berdasar prosentase upah dan seluruhnya menjadi beban pemberi kerja. Bagi peserta yang tidak menerima upah/ iuran ditetapkan berdasar jumlah nomInal. Jaminan Kesehatan diberikan pada jaringan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yang telah bekerjasama dengan BPJ~ sesuai dengan standar yang ditetapkan selain dalam hal-hal slfatnya mendadak atau dimana tidak tersedia jartngan PPK yang bekerjasama dengan BPJ5. Besarnya uang tunai yang diterima dan hak ah/i waris akan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
80
Untuk memper/uas cakupan peserta Jaminan Kecelakaan Kerja/ Pemerintah saatnya disarai7kan untuk melengkapi program jaminan sosial bagi karyawan negeri sipll dan anggota TNljPolri dengan program Jam/nan Kecelakaan Kerja.
3 Jaminan HarLLua (JHr) Program Jaminan Hari Tua diselenggarakan secara nasional berdasar sistem asuransisosia l atau tabungan waj/b. Manfaat d/benkan beberapa tahun sebelum memasuki masa pensiun/ meninggal duma atau mendenta kecacatan total tetap. l uran d/tetapkan berdasar prosentase upah/ menjadi beban pekerja dan pemberi kerja. Bagi peserta yang t/dak menerima upah iuran d/tetapkan berdasarkan angka nominal. Sebagian manfaat jaminan hari tua dapat diterima oleh peserta setelah kepesertaan ber/angsung 10 tahun/ yang dalam hal /ni akan d/atur kemudian dengan Peraturan Pemerintah . Manfaat Jaminan Hari Tua adalah seluruh akumulasi dana yang telah disetor ditambah hasll pengembangan dana tersebut ApabJla peserta meninggal dunia/ ahli waris peserta berhak menerima manfaat jaminan hari tua.
4 Jaminan Pensiunan (JP) Jam inan Pensiun diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sos/al atau tabungan wajib. Manfaat JP merupakan manfaat pasti (defined benefit)/ dimaksudkan untuk dapat mempertahankan keh/dupan yang layak disebabkan oleh menurunnya upahjpendapatan atau hllangnya pendapatan. Dibenkan setiap bulan/ kepada peserta ataupun ah/i warisnya. 81
luran ditetapkan berdasar prosentase upah/pendapatan/ menjadi beban pekelja dan pemberi ketja. Bagi peketja formal swasta/ penye/enggaraaan Jaminan Pensiun dise/enggarakan dengan memperhatlkan UU 11/ 1992 tentang Dana Pensiun. Da/am hal im; Dewan Jaminan Sosia/ Nasiona/ per/u merumuskan kebijakan penye/eng garaan Jp' sehingga penye/enggaraan JP dapat dise/araskan dengan pe/aksanaan UU No. 11/1992 serta UU No. 13/2003 tentang Tenaga Kelja. Se/ain itu/ juga harus memperhatikan perkembangan ekonomi pada umumnya/ khususnya kemampuan pemberi ketja. Sedangkan penye/enggaraan JP bagi PNS/TNL perubahan sistem/ dari ''pay as you go" menjadiYu//y funded" juga per/u mempero/eh pertimbangan yang cermat.
5 JilmiaanJ(~matiiJ.n
Jaminan Kematian dise/enggarakan berdasar asuransisosia/. Tujuannya ada/ah untuk memberi kompensasi ketika peserta meningga/ duma kepada ah/i waris.nya. luran d/bayar o/eh pemberi ketja sedangkan manfaa0 berupa uang tuna/~ diberikan 3 hari sete/ah bukti-bukti diterima BPJS da/am jum/ah nominal yang ditetapkan.
ApabJla SJSN dapat dise/enggarakan dengan ba/k/ sudah tentu akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat Lima program jaminan sosia/ sebagaimana termaktub da/am UU No. 40/2004/ se/ain akan memberikan proteksi sosia/ yang /ebih besar juga akan mencegah kemungkinan 82
/edakan sosia/ ditahun 201~ ketika sekitar 20 juta manusia usia /anjut (diatas 60 tahun) tidak memJ!/ki jaminan pensiun dan jam/nan kesehatan. Pada saat /n~ penduduk Indonesia yang berusia diatas 60 tahun merupakan 11 % penduduk Indonesia/ yang jum/ahnya sek/tar 24/5juta. Sebagian besar dari itu pun/ da/am sistem Jaminan Sosia/ yang berlaku sekarang/ tidak akan memlliki JK dan Jp' o/eh karena program Jamsostek tJdak mencakup kedua program /tu Se/ain dari itu/ apabJ!a tidak ada perubahan penye/enggaraan sistem jaminan pensiun PNS/TN~ beban anggaran Negara untuk membiayai pensiun PNS/TNIjuga akan semakin besar. Penge/uaran untuk pensiun PNS/TNI kemungkinan sudah akan menyamai anggaran untuk gaji PNS/TNI aktif. Dampaknya/ sudah tentu mengurangi anggaran kesejahteraan. Perubahan sistem pensiun PNS/TN~ dengan demikian sudah sangat mendesak. Se/ain dari itu/ SJSN juga akan berperan secara tidak /angsung pada pemngkatan kesejahteraan rakyaC me/a/ui dampak t/dak /angsung dari akumu/asi dana jam/nan sosia/. SJS~ se/a/n sebuah program kesejahteraan sosial, pada dasarnya juga merupakan instrumen mobi/isasi dana masyarakat yang mampu membentuk tabungan nasiona/ yang besat; me/a/ui mekanisme asuransi sosia/ dan tabungan nasiona/ yang besat; me/a/ui mekanisme asuransi sosia/ dan tabungan waj/b. Diprojeks/kan/ bahwa besamya tabungan nasiona/ itu dapat mencapai Rp 1000 tnlyun/ apabi/a da/am kurun waktu 10 tahun/ peserta program JP dan Perumahan (JHT) dapat mencapai 80 juta peserta. Sementara untuk anggaran kesehatan/ akan mampu terkumpu/ dana Rp 50 tnlyun/tahun/ apabJ!a da/am kurun waktu 10 tahun dapat tercapai 170 juta peserta program JK (Hartan/ Su/astomo/2000).
83
Dengan akumulasi dana SJSN sebesar itu/ dapat diperkirakan dampak sebagai berikut : 1. Penempatan dana tersebut di Bank akan berpeluang menurunnya bunga ban~ sehingga mendorong kegiatan pemberian kredlt/investasi. 2. Dengan terbukanya peluang investas/~ berarti membuka per/uasan lapangan kelja / mengurangi jumlah sektor non-forma~ sehingga mendorong kepesertaan program jaminan sosial. Dampaknya/ penerimaan pajakjuga akan meningkat. 3. Terbentuknya tabungan nasional yang besar juga akan berperan pada kemampuan keuangan Negara/ kemandirian bangsa dan mel7ingkatnya kemampuan domestic dldalam membiayai pembangunan dengan demlkian juga relatif murah. 4. Di sektor kesehatan/ aka/1 membuka peluang standarisas/~ program peningkatan mutu pelayanan kesehatan/ pengendalian tanf pelayanan serta jumlah/ jenis harga obat-obatan yang beredar: Selain Itu / juga berpeluang meningkatnya sarana kesehatan serta peningkatan kemampuan tehnologi kedokteran di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa SJSN adala/7 program kesejahteraan rakyat yang berdampak pada pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Bahkan di Malaysia/ program jaminan sosial dianggap sebagai " mesin pembangunan Malaysia yengine of development). E!eliLnJ!emerintah daeIab Penyelenggaraan program Jaminan Sosia~ harus melibatkan Pemerintah Daerah. Hal ini juga untuk dapat memenuhi 84
ketentuan UU No. 32/2004. Keterl!batan Pemerintah daerah diperlukan untuk menj amin penyelenggaraan program jaminan sosial bagi penduduk di daerah terkait agar sesuai dengan ketentuan UU No. 40/2004, tetapi juga untuk memenuhi UU No. 32/2004. Hal ini akan diatur dalam Peraturan Pemerintah yang akan ditertibkan untuk penyelenggaraan program Jaminan Sosial. Peran Pemerintah Daerah itu, antara lain adalah :
1. Pengawasan penyelenggaraan program SJS~ agar sesuai dengan ketentuan misalnya standal; kualitas dan tanf. Antara lain, pada tingkat daerah dapat dibentuk sebuah Badan Pengawas SJSN Daerah. 2. Menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk ''penerima bantuan luran /' ataupun masyarakat yang lain. 3. Penentuan peserta "Penerima Bantuan
Iuran/~
4. Penyediaan/ pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang, misalnya sarana kesehatan. 5. Mengusulkan pemanfaatan/in vestasi dana SJSN di daerah terkalt. 6. Saran/usul kebijakan penyelenggaraan SJSN.
8S
Penutup Telah dibicarakan berbagaipermasalahan SJSN dan antisipasi dampak SJSN pada pembang unan bangsa secara keseluruhan. Dapat dlkatakan melalui pelaksanaan SJS~ terbuka peluang upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Akumulasi dana yang cukup bermakna/ sehingga berdampak pada pembangunan ekonomi pada umumnya. Meskipun demlkian implementasi SJSN harus benar-benar sesuai dengan UU 40/2004/ sehingga dapat dihindari penyimpangan yang sering tetjadi dalam penyelenggaraan program jaminan sosia~ misalnya penyelenggaraan yang tldak efisien serta investasi yang tidak tepat atau bahkan menyimpang. Untuk Itu/ diperlukan langkah-Iangkah antara lain sebagai benkut: 1. Perlunya membangun persepsi yang sama. Untuk Itu diperlukan sosialisasi SJSN diseluruh jajaran aparatur Pemerintah dan ''stake holder'~ yang lain.
2. Persiapan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Preslden yang diperlukan. 3. Pembentukan Dewan Jaminan Sosial Nasional. 4. Langkah-Iangkah pada masa transis/~ persiapan perubahan PT Aske.s;, Jamsoste~ Taspen dan PT Asabri menjadi lembaga "not for profir serta kebijakan lain sesuai dengan UU No. 40/2004, misalnyajems program/ manfaat dan iuran serta penyelenggaraan program SJSN. Juga diperlukan kajian yang cermat kemungkinan diperlukan Badan Penyelenggara lain.
86
5. Pentahapan perumusan SJSN (scenario makro - 20 tahun) yang diperlukan untuk memberi arah penye/enggaraan untuk jangka menengah dan panjang. 6. Lembaga/lnstansi yang secara intens dan berke/anjutan bertanggungjawab terhadap penye/enggaraan program SJSN. Demikian pokok-pokok materi yang per/u disampalkan pada kesempatan yang sangat berharga im: Semoga bermanfaat
Jakarta, 6 Maret 2006
Bahan ceramah Dr. Su/astomo pada Rakernas SJSN Tg/: 13-14 Maret 2006
87