PENYESUAIAN DIRI INDIVIDU TUNA RUNGU DALAM MELANJUTKAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH REGULER/ UMUM (SEKOLAH MENENGAH ATAUPUN SEKOLAH TINGGI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh : Maria Stephani WR. NIM : 019114086
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009
XAI"IIMANPERIIETUJU'NPEMBTITiBING SKRIPSI PENYESUAIANDIRI INDIYIDU TT'NA RT'NGUDALAM MELANJWKAN PENDIDITAN DI SEKOLAf, RDGI'LER/ T'MUM (SEKOLAS MBNENGAfl ATAI]?I'N SEKOLAfl TINGGI)
4"?",ffi#?$ NlMs0lcttloE6 Nn{5or.ltHom
p' ^O-
K
-Ti
O-
E.
5
E ffiY-ffitr a
//firtn".,nl5lo$o,n\\ A
5
Z?-4;=Jd\ -ro .
*J-^
|
.ott
Pqnbinbing
n'b/.Dr. T. PriyoWidiyrnto,M.si.
Tanggal: 2, Januari2009
IIAI,IIIIIIN
PENGf,SAEAI\I SKR]PSI
PEITYESUAIAII DTRI INI'IVIDU TUNA RUNGU DAI,A1}{ MELANJUTKAITI PENDII'IKAN I}I SEKOLAf, REGUIJW IJMIM (SEI(OLAE MEI\IENGAE ATAIIPUN SEKOLAE TING1GD
Disusrmoldr :
$a*srt'#.;5
f:ffi-q' affis
Nana l. Dr.T. 2. Y. Heri
fin*""{
3. AgnesInds Etitlwdi, Yogysksrtr,2oJanuari2009 FakultrsPsikologi
|l l
HALAMAN MOTTO
Ketika engkau dilahirkan, kau menangis dan dunia bersukacita. Isilah hidupmu dengan kebaikan sehingga ketika engkau mati, dunia menangis dan engkau bersukacita...........(Anonim)
Ketika segala sesuatu menjadi serba salah sebagaimana kadang terjadi, Ketika jalan yang susah payah kau lalui tampak terus mendaki, Ketika kesukaan tiada dijumpai dan kebahagiaan sulit digapai, Ingin rasanya tersenyum namun hanya keluh yang terucap, Ketika kesusahan menekan, Istirahatlah jika perlu, tetapi JANGAN BERHENTI!!! (Anonim)
Biarkan keyakinanmu 5 cm menggantung... mengambang... di depan keningmu Dan yang kamu butuhkan hanyalah.......... Hanya KAKI yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, TANGAN yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, MATA yang akan menatap lebih lama dari biasanya, LEHER yang akan lebih sering melihat ke atas, Lapisan TEKAD yang 1000 kali lebih kuat dari baja, Dan HATI yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, Serta MULUT yang akan selalu berdoa.... (5 cm)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus Bunda Maria, Pelindungku
Bapak dan Ibu Adikku Sela
Serta semua orang yang mencintaiku dan telah mendukungku
Karya yang kuberikan ini tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan apa yang telah aku dapatkan
v
PEXNYATATN XEASIIAN KAIYA
SEyam€nydaklo dslgan se$mgguhrysb$s,& skipsi yang sayatulis ini tidrk rDcrnudhys du bagie l.[y& o(mg lsi4 kctdi dalnn kutipe dal d&
yug ssya hrlisltn
Etct*a, s€ba8limealayalotyaka'yailniafr
Yos|ltrtq2
Jmlad 2009 Perulis,
wR MarisStephad
ABSTRAK
Maria Stephani WR. (2009). Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses penyesuaian diri individu tuna rungu yang bersekolah di sekolah umum/ perguruan tinggi dengan berbagai hambatan yang dimiliki terutama berkaitan dengan adanya hambatan komunikasi. Jumlah subjek penelitian ini adalah empat orang, yang terdiri dari dua orang mahasiswa dan dua orang siswa SMK. Metode penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yang mencoba menggambarkan makna dari pengalaman dalam suatu fenomena (atau topik atau konsep) pada beberapa individu. Proses pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi langsung. Untuk melihat kredibilitas penelitian digunakan intersubjective validity dengan melakukan konfirmasi pada subjek mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan, serta menggunakan sumber data majemuk dengan melakukan observasi langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga orang subjek tidak mengalami hambatan yang berarti dalam proses penyesuaian diri yang dilakukan selama subjek berada di sekolah umum. Sedangkan satu orang subjek memiliki hambatan dalam penyesuaian diri karena sifatnya yang pemalu menghambat relasi interpersonalnya, tetapi dia cukup berhasil mengikuti proses belajar di sekolah umum. Faktor yang menunjang keberhasilan ketiga subjek tersebut adalah rasa percaya diri dan rasa ingin tahu yang cukup besar sehingga mendukung mereka untuk berkembang, baik dalam interaksi sosialnya ataupun dalam bidang akademik. Penerimaan dari lingkungan juga menjadi hal yang sangat penting. Penolakan atau pandangan negatif dari lingkungan dapat menghancurkan kepercayaan diri yang akan mengganggu penyesuaian diri subjek.
Kata kunci: penyesuaian diri, tuna rungu, sekolah umum
vii
ABSTRACT
Maria Stephani WR. (2009). A Deaf Individual Adjustment in Getting Education in Regular Schools/ Universities. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma University.
This qualitative research is aimed at finding out how the process of a deaf individual adjustment in joining regular schools/universities concerning with the difficulty they have especially with the communication problem. The subjects of the research are four students, two of them are university students and the other two are vocational school students. Phenomenology research method is used to describe the meaning of an experience of a phenomenon (a topic, or a concept) towards those individuals. Interview and direct observation is used in data collecting process. To assure the credibility of the research, not only inter subjective validity is used by confirming the result of the interview to the subjects, but also multiple data source by doing direct observation. The result of the research shows that three subjects don’t find any meaningful difficulty in the process of adjustment when they are in regular schools, on the other hand, one subject finds a problem concerning with her shyness which obstructs interpersonal relationship, but she is good enough at the learning process. The factor which supports the success of those three subjects in developing themselves both in social interaction and academic field is their big self-confidence and curiosity. The acceptance of the people around them is also very important. The rejection or negative thought from the society can ruin their self-confidence and in turn it will hinder their adjustment.
Key words: adjustment, a deaf individual, regular school.
viii
Lf,,MBAR PERIYYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAII
T]NTUK KEPENNNGAN AKADEMIS
Yang bertandatangandibawahini, sayamahasiswaUniversitasSanalaDharma : Nama
: Meria StephaniWR.
Nomor Mal|asiswa : 0l9l14086 Demi pengembanganilmu pengetahuarlsaya membetikan kepada perpustakaaa UniversitassanataDharma karya ilmiah seyayang berjudul : Penyesualat Dhi LtdivtoIl Ttrn4 Rung. dalarn MelatjutkaE Perrdidikan di Sekohh Regaler/ arr.am (SdobL Menengoh atanpw S&loh
Thgi)
besertap€rangkatyang dipolukan (bila ada). Dengandemikian sayomemberikan kepada Perpustakaa[ Universitas Sanata Dharma hak untuk menlmpar\ mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanyadalam bentuk pangkalan data mendistribusikansecaraterbatas,dan mempublikasikarmyadi lnternet atau media lain urtuk kepentingan alodemis tanpa perlu meminta ijin dati saya maupun memberikanroyalti kepadasayaselamatetap m€ncantumkannamasaya sebagaiperulis.
Demikian pemyataanini yang sayabual dqBan sebenamya
Dibual di Yog/akarta Padat$ggal : 2a Ja,]uai 2U)9
Yans menvatakan
(MariaStephaniwR)
KATA PENGANTAR
Syukur yang tak terhingga penulis haturkan pada Yesus Kristus atas curahan Roh Kudus-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, serta dengan bantuan Bunda Maria yang terus-menerus menyertai perjalanan panjang penulis. Proses yang cukup lama dengan berbagai hambatan dan tantangan untuk menyelesaikan skripsi ini. Peristiwa kehilangan, kesakitan dan cobaan untuk mengalahkan berbagai penyakit yang penulis alami, serta anugerah-anugerah lainnya yang diterima, akhirnya berhasil dilalui dengan berusaha untuk ikhlas dan pasrah sehingga penulis dapat tetap menyelesaikan skripsi yang seringkali tertunda ini. Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada: 1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku pembimbing skripsi, yang selalu bersedia membaca, memeriksa dan memberikan masukan demi terselesaikannya skripsi ini. 3. Ibu Sylvia Carolina Murtisari, S.Psi, M.Psi selaku pembimbing akademik, yang selalu memberikan supportnya dan selalu membantu peneliti dengan memberikan informasi dan masukan-masukan.
x
4. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.Si. serta Bapak Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Si., yang pernah menjadi pembimbing akademik peneliti, serta Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., terima kasih sudah menjadi teman berbagi pengalaman. 5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Mbak Nanik, Mas Gan.., Mas Doni, dan Pak Gi yang senantiasa membantu dan selalu rajin bertanya kapan daftar ujian hehehehe... 6. Buat semua responden yang telah membantu penulis untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Terima kasih teman-teman!!! Semoga semakin banyak teman-teman tuna rungu yang bersekolah di sekolah umum. Sukses buat kalian!!! 7. Terima kasih untuk SLB/ B Dena Upakara, SLB Kali Bayem, SLB Bintaran, SMK BOPKRI 2 Bintaran yang telah menerima kehadiran peneliti dan memberikan bantuan dan informasi yang dibutuhkan dengan sangat terbuka. Buat teman-teman yang pernah mengajarkan Bahasa Isyarat di halaman Kampus Paingan : Mbak Galuh, Wahyu, Mas Dhoni dan teman-teman dari GERKATIN-DIY, juga yang pernah bekerjasama saat pementasan “A Letter to God” di PPPG Kaliurang, senang bisa kenal kalian..... 8. Bapak dan Ibu tercinta. Maaf aku sudah banyak mengecewakan dan terimakasih banyak buat waktu, tenaga, materi yang sudah dikorbankan juga kesabaran, perhatian dan cinta yang sudah dicurahkan buat aku.
xi
9. Sela...adikku yang tinggal satu. Hehehe...maaf ya kita sering berantem. Buat alm. Ari adikku yang sudah bahagia di tempat terindah, terima kasih sudah hadir dan menjadi bagian terindah dalam hidup kami. 10. Taey2...Adrianus Dian makasih banyak buat dukungan, pengorbanan, perhatian dan cinta yang begitu besar dan tulus. Tengkyu ya...udah setia dampingin aku dalam susah dan senangku, sehat dan sakitku. Love you taey... 11. Keluarga besarnya Adrie di Purwokerto dan Semarang, terima kasih buat perhatian dan dukungannya. Buat Hani-Gogon & Dino, sesama saudara dilarang merusak, nanti Tuhan Yesus marah hehehe....cerita-cerita kalian yang konyol membuatku terhibur. 12. Sahabat-sahabatku yang selalu cerewet dan selalu mengingatkanku biar cepet lulus, Tien-Oty-Gege’ thanks a lot..... 13. Teman-teman eks-anak 99999 Diana, Crodel, Emi, Cicil, Bora, Cuprit, Okta, Feni, Vino, Jule, Hani, Grace terima kasih buat suka dukanya. Buat teman-teman yang sudah “meracuni” otakku Laora & Aan, Mbeng, Dian. 14. Tika & Nimas yang selalu usil menggangguku. 15. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi USD tidak dapat saya sebutkan satu persatu (terutama angkatan 2001) yang senantiasa menyemangati dalam penyelesaian tugas ini. Yogyakarta, Desember 2008
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….....
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................
iii
HALAMAN MOTTO....................................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA...........................................................
vi
ABSTRAK.....................................................................................................
vii
ABSTRACT...................................................................................................
viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................................
ix
KATA PENGANTAR...................................................................................
x
DAFTAR ISI..................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL..........................................................................................
xvi
DAFTAR SKEMA........................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1
A. Latar Belakang......................................................................................
1
B. Masalah Penelitian................................................................................
6
C. Tujuan....................................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian................................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................
8
A. Penyesuaian Diri...................................................................................
8
xiii
1. Definisi Penyesuaian Diri...............................................................
8
2. Kriteria Penyesuaian Diri...............................................................
9
3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri...............................
15
B. Tuna Rungu...........................................................................................
16
1. Definisi Tuna Rungu.......................................................................
16
2. Klasifikasi Tuna Rungu..................................................................
17
3. Penyebab Gangguan Pendengaran atau Tuna Rungu.....................
19
4. Akibat dari Gangguan Pendengaran...............................................
21
C. Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi)..................................................................................................
24
D. Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi).....................................................................................
26
E. Kerangka Penelitian..............................................................................
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................
33
A. Jenis Penelitian.....................................................................................
33
B. Subjek Penelitian..................................................................................
34
C. Identifikasi Variabel dan Batasan Istilah..............................................
36
D. Metode Pengumpulan Data...................................................................
39
1. Wawancara.......................................................................................
39
2. Observasi..........................................................................................
42
E. Analisis Data.........................................................................................
43
F. Kredibilitas Penelitian...........................................................................
47
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
48
A. Identitas dan Gambaran Subjek............................................................
48
1. Identitas Subjek................................................................................
48
2. Gambaran Subjek.............................................................................
48
B. Tahap Pengambilan Data......................................................................
53
C. Hasil Penelitian.....................................................................................
56
1. Subjek 1...........................................................................................
58
2. Subjek 2...........................................................................................
75
3. Subjek 3...........................................................................................
88
4. Subjek 4...........................................................................................
105
D. Pembahasan..........................................................................................
124
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
142
A. Kesimpulan...........................................................................................
142
B. Saran......................................................................................................
144
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
146
xv
DAFTAR TABEL
TABEL 1. Aspek Penelitian .........................................................................
38
TABEL 2. Panduan Wawancara....................................................................
40
TABEL 3. Identitas Subjek............................................................................
48
TABEL 4. Tahap Pengumpulan Data ...........................................................
54
TABEL 5. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data...........................................
56
TABEL 6. Ringkasan Hasil Penelitian..........................................................
123
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 1: Kerangka penelitian.......................................................................
32
Skema 2: Hasil Penelitian Subjek 1...............................................................
57
Skema 3: Hasil Penelitian Subjek 2...............................................................
74
Skema 4: Hasil Penelitian Subjek 3...............................................................
87
Skema 5: Hasil Penelitian Subjek 4...............................................................
104
Skema 6: Hasil Penelitian..............................................................................
122
Skema 7: Keberhasilan..................................................................................
140
Skema 8: Kekurangberhasilan.......................................................................
141
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Koding Wawancara Subjek..................................................
152
LAMPIRAN 2. Koding Observasi Subjek.....................................................
153
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam ilmu biologi, makhluk hidup yang dilahirkan ke dunia harus dapat beradaptasi terhadap lingkungannya agar dapat bertahan hidup (Vembriarto, 1984). Manusia berperilaku sebagai reaksi atas tuntutan lingkungannya, manusia juga mempunyai cara untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, bahkan dapat menyerah dan mengikuti apa yang ada di sekitarnya. Hal itu biasa disebut dengan penyesuaian diri, yang mana manusia berusaha untuk menyamakan dirinya dengan keadaan sekitarnya baik dengan lingkungan fisik maupun dengan lingkungan sosial. Manusia juga dapat melawan dan menguasai lingkungannya (Fudyartanta, 2002). Apabila manusia dapat melakukan penyesuaian diri dengan baik maka ia akan diterima oleh lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri tidak mempunyai batasan waktu, melainkan terjadi sepanjang proses kehidupan manusia tersebut, mulai ia lahir menjadi remaja, dewasa sampai ia meninggal. Manusia selalu melakukan penyesuaian dalam segala hal. Selama proses penyesuaian diri tersebut (Fudyartanta, 2002), manusia tak jarang menemui hambatan yang dapat menimbulkan konflik dalam dirinya sendiri maupun dengan orang lain, menimbulkan perasaan kecewa atau frustrasi bahkan muncul perilaku-perilaku abnormal. Kemampuan untuk menyesuaikan diri itu sendiri semakin lama semakin berkembang.
1
Sebagian besar manusia pada masa remaja melakukan penyesuaian diri didasarkan atas apa yang dituntut oleh lingkungan untuk menghindari hukuman, ancaman dan memperoleh perhatian serta kasih sayang dari orang lain. Menurut Carballo (dalam Sarlito, 1989), semakin manusia beranjak dewasa, penyesuaian yang dilakukan tidak hanya sekedar untuk menghindari hukuman atau ancaman saja melainkan demi kenyamanan dirinya sendiri ketika berada dalam lingkungannya. Sebagai manusia normal yang dianugerahi dengan lima indera yang berfungsi dengan baik, tentunya dapat lebih mendukung proses penyesuaian diri tersebut. Namun, tidak semua manusia dilahirkan secara normal dengan fungsifungsi indera yang bekerja dengan sempurna. Manusia ada yang lahir dalam keadaan cacat atau mempunyai kelainan, baik kelainan fisik maupun mental, dimana ada yang salah satu inderanya tidak dapat berfungsi dengan baik, anggota tubuh yang tidak lengkap, dan sebagainya. Dalam hal ini, penyesuaian diri akan dikhususkan pada manusia yang mengalami kelainan pendengaran total yang disebut dengan tuna rungu atau tuli total. Kekurangan yang dimiliki oleh individu tuna rungu (deaf) atau sering disebut tuli total, berkaitan dengan kemampuan atau fungsi dari indera pendengaran dimana ia sama sekali tidak dapat mendengar. Gangguan ini juga dapat menyebabkan kebisuan karena individu tersebut tidak pernah mendengar berbagai bunyi yang seharusnya dipelajari sehingga sering disebut kelainan ganda, yaitu bisu-tuli. Pada individu tuna rungu, kemampuan berbicara ini mengalami hambatan. Mereka tidak dapat menggunakan indera pendengarannya sehingga
2
proses komunikasi dalam berinteraksi dengan orang lain pun terganggu. Walaupun demikian, individu tuna rungu diberi kemampuan untuk lebih mengoptimalkan fungsi indera lainnya, seperti indera penglihatan (Somantri, 2006). Dengan menggunakan indera penglihatan mereka lebih cepat berkembang dalam hal motorik dan dapat mengerti gerak bibir lawan bicaranya serta membantu dalam penggunaan bahasa isyarat sebagai salah satu media komunikasi. Hal tersebut mendukung individu tuna rungu untuk memiliki berbagai keterampilan yang dapat membantu mereka untuk berkembang yang belum tentu dimiliki juga oleh orang normal. Individu tuna rungu juga mempunyai kemampuan untuk berpikir seperti layaknya orang normal. Ia ingin berkembang baik dalam pemikiran, kemampuan, karakter, serta tingkah laku (Suparno, 2007). Mereka juga memiliki keinginan untuk mandiri yang cukup besar. Kekurangannya hanya terletak pada pendengarannya sehingga ia juga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang layak walaupun ia mempunyai keterbatasan. Biasanya orang dengan kecacatan baik fisik maupun mental atau sering disebut individu dengan kebutuhan khusus cenderung menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang khusus diperuntukkan bagi para penyandang cacat fisik maupun mental. Mereka cenderung untuk dikelompokkan bersama dengan orang-orang lain yang senasib. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, mereka harus berinteraksi tidak hanya dengan orang yang mempunyai keterbatasan tetapi juga harus berinteraksi dengan orang yang normal.
3
Sebagian besar individu tuna rungu di Indonesia menempuh pendidikan dasar di sekolah-sekolah luar biasa, lalu ada yang melanjutkan ke sekolah menengah reguler/ umum dan bahkan sampai perguruan tinggi. Menurut Kushariadi (2004), salah satu alasan yang membuat para orang tua menyekolahkan anaknya yang tuna rungu ke sekolah khusus adalah karena adanya penolakan dari masyarakat ataupun dari pihak pengelola lembaga pendidikan. Di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia, sekolah dari tingkat SD-SMU ada yang telah menerima siswa dengan gangguan fisik untuk belajar bersama dengan teman-teman seusia mereka yang normal. Bahkan ada salah satu sekolah yang telah melakukan program ini sejak tahun 1989, dan siswa yang memiliki kebutuhan khusus itu mampu mengangkat nama sekolahnya dengan mampu masuk perguruan tinggi (Permanasari, 2005). Di sekolah reguler/ umum, individu tuna rungu berada di antara orang normal sehingga mereka harus menyesuaikan diri, beradaptasi dengan lingkungan mereka agar dapat berinteraksi dengan semua orang, baik guru sebagai pendidik dan juga teman-teman mereka dengan berbagai karakter dan latar belakang. Tidak hanya dalam hal bersosialisasi, dalam proses belajar mengajar pun mereka harus mulai terbiasa dengan cara guru mengajar, menerangkan, memberikan informasi yang mungkin tidak dapat diterima secara utuh. Hal ini terjadi bisa karena guru terlalu cepat ketika berbicara sehingga mereka tidak dapat membaca gerak bibir guru. Oleh karena itu, individu tuna rungu harus belajar lebih giat agar dapat mengikuti pelajaran.
4
Hambatan yang paling besar bagi individu tuna rungu adalah masalah komunikasi, dimana mereka biasanya mempunyai cacat ganda, yaitu selain tidak bisa mendengar mereka juga tidak dapat berbicara. Padahal ketika mereka berada di sekolah reguler/ umum, tidak ada yang mengerti bahasa mereka, sehingga sering terjadi miskomunikasi baik dengan pengajar maupun dengan teman. Tekanan sosial mereka dalam lingkungan pendidikan cukup besar. Seperti yang dialami oleh Disca, salah seorang tuna rungu yang mengalami masalah sosial, salah satunya karena ketika bersekolah di sekolah reguler/ umum ia dapat mengerti bahasa temannya tetapi temannya tidak dapat mengerti bahasanya (Yull, 2004). Sistem pendidikan inklusi di Indonesia belum benar-benar dapat berjalan sebagaimana mestinya. Hanya sedikit sekali sekolah yang siap dengan sistem pendidikan inklusi. Dalam sistem pendidikan inklusi, sekolah seharusnya menyediakan tenaga pengajar yang siap untuk menghadapi anak dengan kebutuhan khusus. Namun, belum semua sekolah yang menerima anak dengan kebutuhan khusus telah mempersiapkan tenaga pengajar tersebut. Keadaan seperti ini membuat peneliti ingin mengetahui lebih jauh bagaimana proses penyesuaian diri tuna rungu yang bersekolah di sekolah reguler/ umum tersebut. Tentunya mereka harus berproses dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekitarnya terutama dalam lingkungan pendidikannya, menyesuaikan dengan proses belajar mengajarnya dan juga dalam interaksi sosialnya.
5
B. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penyesuaian diri yang dilakukan individu tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu tuna rungu yang sedang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis Manfaat dari penelitian ini secara teoretis adalah memberikan sumbangan
bagi bidang psikologi pendidikan tentang bagaimana mengembangkan sistem pendidikan yang efektif bagi individu tuna rungu, apa yang mereka butuhkan untuk bisa mengenyam pendidikan tanpa adanya pembedaan. Penelitian ini juga dapat bermanfaat di bidang psikologi komunikasi, psikologi sosial, dan psikologi perkembangan yang berkaitan tentang bagaimana individu tuna rungu tersebut melakukan interaksi sosial dengan adanya keterbatasan berkomunikasi.
6
2.
Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
bagi masyarakat agar mereka benar-benar mengerti bahwa individu tuna rungu juga dapat mengenyam pendidikan seperti layaknya orang normal. Bagi para orang tua yang mempunyai anak tuna rungu agar tidak membedakan pendidikan yang diberikan baik pada anak normal maupun pada penyandang cacat. Bagi para pemilik atau pengelola lembaga pendidikan agar tidak melakukan diskriminasi dalam penerimaan siswa atau mahasiswa dengan hambatan pendengaran ataupun hambatan yang lainnya, yang ingin masuk ke lembaga pendidikan tersebut. Bagi individu tuna rungu sendiri, agar tidak berkecil hati ketika ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi di sekolah menengah reguler atau perguruan tinggi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu individu tuna rungu agar mampu bertahan dan berjuang untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan orang normal.
7
BAB II LANDASAN TEORI
A.
1.
Penyesuaian Diri
Definisi Penyesuaian Diri Istilah penyesuaian diri dalam kepustakaan berbahasa Inggris dikenal
dengan dua istilah yaitu, adaptation atau adaptasi, dan adjustment (Mahmud, 1989). Mahmud juga menjelaskan bahwa istilah penyesuaian diri yang dikembangkan dari konsep adaptasi digunakan dalam ilmu biologi, sedangkan yang dikembangkan dari konsep adjustment digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya psikologi. Dalam bidang biologi, lebih difokuskan pada penyesuaian terhadap lingkungan fisiknya, dimana manusia dianggap sebagai mahkluk hidup yang mempunyai kemampuan adaptasi yang lebih tinggi, baik terhadap tuntutantuntutan alam maupun tekanan-tekanan sosial dalam masyarakat (Vembriarto, 1984). Dalam bidang psikologi sendiri, penyesuaian diri atau adjustment didefinisikan sebagai proses dan hasil individu atau kelompok manusia menghadapi situasi-situasi baru dalam lingkungan hidupnya sehingga perilakunya dapat diterima di dalam hidup bersama dengan masyarakat sekitarnya (Fudyartanta, 2002). Daradjat (1970) mengatakan bahwa seseorang yang tidak dapat melakukan penyesuaian diri dan tidak dapat mengatasi masalahnya dengan wajar dapat mengalami gangguan jiwa.
8
Penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan lingkungan. Gerungan (1988) mengartikan penyesuaian diri dalam arti yang luas dimana dapat berarti manusia mengubah dirinya sesuai dengan lingkungannya dan juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan dirinya. Menurut Vembriarto (1984), penyesuaian diri merupakan reaksi manusia terhadap tuntutan-tuntutan baik dari lingkungan fisik maupun lingkungan sosial terhadap dirinya. Jadi, disimpulkan bahwa penyesuaian diri yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang agar ia dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya baik lingkungan sosial maupun fisik dan juga dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya tanpa mengabaikan tuntutan internal maupun eksternal dengan mengubah dirinya sesuai dengan lingkungan ataupun mengubah lingkungan sesuai dengan dirinya.
2.
Kriteria Penyesuaian Diri Untuk bisa menilai apakah penyesuaian diri yang dilakukan tersebut
berhasil atau tidak, maka dibutuhkan beberapa kriteria yang menurut Mahmud (1989) dan Fudyartanta (2002) terdiri dari: a. Kepuasan psikis atau konfortabilitas psikologis, dimana jika berhasil melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan kepuasan psikis, dimana orang merasakan kenyamanan dalam hidup, tidak merasakan adanya penyakit-penyakit kejiwaan yang dapat mengganggu dalam penyesuaian dirinya sedangkan bila gagal maka akan menimbulkan
9
ketidakpuasan dalam bentuk rasa kecewa, gelisah, lesu, depresi dan sebagainya. b. Efisiensi kerja, dimana jika berhasil akan terlihat pada pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan dengan efisien, orang dapat melaksanakan apa yang menjadi tugas dan kewajibannya masing-masing secara penuh di lingkungan sosialnya. Jika tidak berhasil akan membuat pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan menjadi tidak efisien. c. Kesehatan fisik, dimana jika tidak berhasil melakukan penyesuaian diri, akan menimbulkan gejala-gejala fisik yang mengganggu kesehatan, seperti pusing kepala, sakit perut, gangguan pencernaan, diare, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi efisiensinya dalam melakukan penyesuaian diri. Bila berhasil gejala-gejala seperti itu tidak muncul karena organ-organ tubuhnya dapat berfungsi normal sehingga dapat melakukan penyesuaian diri yang baik. d. Penerimaan sosial atau aseptabilitas sosial, dimana muncul penerimaan dari kelompok dan masyarakat luas jika penyesuaian diri yang dilakukan berhasil dengan tidak terdapatnya hambatan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, tidak terjadi konflik sosial maupun konflik batinnya sendiri, mampu mengikuti norma dan nilai hidup yang berlaku di lingkungan sosialnya. Jika terjadi konflik sosial maupun konflik batin dan tidak dapat mengikuti norma yang berlaku maka dianggap tidak dapat menyesuaikan diri (maladjustment).
10
Haber dan Runyon (1984) mengungkapkan beberapa kriteria yang dapat menandakan penyesuaian diri yang baik, antara lain: a. Persepsi akurat terhadap realitas Penyesuaian diri yang baik ditunjukkan dengan kemampuan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu hal yang ada dalam realitas atau peristiwa yang sedang terjadi secara tepat, seperti yang dilakukan orang lain pada umumnya. b. Kemampuan untuk mengatasi stres dan kecemasan Keberhasilan untuk mencapai tujuan jangka panjang memberikan arah hidup yang lebih baik untuk bertahan atas kekalahan, frustrasi, dan stres yang terjadi terus menerus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang memiliki penyesuaian diri yang baik. c. Self image yang positif Penilaian terhadap diri sendiri, termasuk penilaian yang positif maupun negatif. Selain itu, bila menemukan aspek-aspek di dalam diri yang tidak menyenangkan, sebaiknya tidak hanya dipikirkan saja tetapi juga berusaha mengubahnya menjadi lebih baik. d. Kemampuan untuk mengekspresikan segala jenis emosi Ada dua masalah yang berkaitan dengan pengekspresian emosi, yaitu overcontrol dan undercontrol. Overcontrol menimbulkan perasaan yang tumpul, perasaan yang dibunuh, sedangkan undercontrol mengekspresikan perasaan secara berlebihan. Keduanya menandakan adanya permasalahan dalam penyesuaian diri.
11
e. Hubungan interpersonal yang baik Manusia adalah mahkluk sosial, dimana manusia saling tergantung satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya, baik fisik, sosial maupun emosi. Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, mampu berelasi dengan individu lain dalam cara yang produktif, bermanfaat dan saling menguntungkan. Schneider (1964) menambahkan mengenai kriteria penyesuaian diri yang baik, yaitu: a. Adanya proses pembelajaran baik terhadap pengalaman masa lalu dan juga terhadap situasi baru. Seseorang dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik jika ia dapat belajar untuk menghadapi konflik, frustrasi, stres atau berbagai situasi hidup yang lainnya berdasarkan atas pengalaman masa lalunya. Bila di masa lalu ia mengalami kegagalan maka ketika menghadapi situasi yang sama ia dapat belajar dari kegagalannya di masa lalu dan dapat memperbaikinya menjadi lebih baik. Ketika individu tersebut menghadapi situasi baru yang belum pernah ia alami, ia dapat melewatinya karena ia telah belajar terus menerus untuk menghadapi tuntutan-tuntutan hidup setiap harinya. Dengan demikian dapat dilihat bagaimana proses perkembangan individu dalam memecahkan masalahnya sehingga kualitas kepribadiannya semakin hari semakin baik.
12
b. Bersikap realistis dan objektif Sikap realistis dan objektif tidak hanya didasarkan pada kemampuan seseorang untuk memiliki orientasi yang tepat pada kenyataan tetapi juga dilihat dari bagaimana individu tersebut menilai situasi, masalah dan keterbatasan pribadi sebagai hal yang nyata dan berharga sehingga dapat terlihat ketika individu menghadapi situasi yang kritis. Hal ini menunjukkan bahwa individu dapat menerima sebagian besar pendirian dan pandangan diri sendiri menjadi realistis dan objektif sehingga
dapat
dikatakan
bahwa
individu
tersebut
memiliki
penyesuaian diri yang sehat. Dari beberapa kriteria penyesuaian diri baik dilihat sebagai hasil ataupun sebagai proses, dapat disimpulkan menjadi lebih sederhana. Kriteria tersebut antara lain: a. Self image yang positif Dilihat dari kemampuan menilai diri sendiri; menerima kekurangan dan kelebihan yang dimiliki; berusaha untuk memperbaiki kekurangan yang ada menjadi lebih baik. b. Adanya kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Kenyamanan psikologis ini dapat ditunjukkan dengan tidak adanya emosi yang berlebihan; tidak ada perasaan frustrasi; tidak ada mekanisme pertahanan diri; tidak ada perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi, dan sebagainya; serta tidak adanya gejala-gejala fisik yang
13
mengganggu kesehatan sehingga bila fisik sehat maka dapat mendukung kesehatan psikologis juga. c. aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal yang baik dapat dilihat dari kemampuan berelasi dengan individu lain dalam cara yang
produktif,
bermanfaat
dan
saling
menguntungkan;
ada
penerimaan dari kelompok dan masyarakat; tidak terjadi konflik sosial maupun konflik batin; mampu mengikuti norma dan nilai hidup yang berlaku di lingkungan sosialnya. d. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, bersikap realistis dan objektif, dan memiliki efisiensi kerja Terlihat dari kemampuan untuk menginterpretasikan sesuatu hal yang ada dalam realitas atau peristiwa yang sedang terjadi secara tepat; memiliki orientasi yang tepat pada kenyataan; bagaimana individu tersebut menilai situasi, masalah dan keterbatasan pribadi sebagai hal yang nyata dan berharga; dengan sikap yang realistis dan objektif diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan efisien, serta dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. e. Adanya pembelajaran terhadap pengalaman masa lalu dan situasi baru, dan adanya kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Ditunjukkan dengan kemauannya untuk belajar menghadapi konflik, frustrasi, stres atau berbagai situasi hidup yang lain berdasarkan atas pengalaman masa lalunya; dapat belajar dari kegagalan di masa lalu dan dapat memperbaikinya menjadi lebih baik; mampu menghadapi
14
tuntutan-tuntutan
hidup
setiap
harinya
sehingga
kualitas
kepribadiannya semakin baik.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Gerungan
(1988)
mengungkapkan
ada
tiga
faktor
yang
dapat
mempengaruhi penyesuaian diri seseorang, antara lain: a.
Frustrasi atau tekanan perasaan, yaitu perasaan yang disebabkan karena kurangnya kepercayaan diri seseorang dalam mengatasi masalah dan kepercayaan terhadap lingkungan sekitarnya. Orang yang mengalami
frustrasi
merasa
adanya
hambatan
dalam
proses
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan atau menyangka adanya hal yang menghalangi keinginannya sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Orang yang sehat dapat menyesuaikan diri dengan menunda pemuasan kebutuhan dan dapat menerima keadaan frustrasi untuk sementara dan menunggu kesempatan untuk dapat memenuhi kebutuhannya. b.
Konflik atau pertentangan batin, yaitu perasaan yang disebabkan adanya dua macam dorongan atau lebih, yang bertentangan dan tidak dapat dipenuhi dalam waktu yang bersamaan.
c.
Kecemasan atau anxiety, yaitu manifestasi berbagai proses emosi yang bercampur baur, terjadi ketika seseorang mengalami frustrasi dan konflik. Ada perasaan yang disadari, seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, merasa berdosa atau bersalah, perasaan terancam, dan sebagainya. Ada juga perasaan yang diluar kesadaran, misalnya
15
merasa takut tanpa tahu sebabnya. Kecemasan ini timbul karena orang tidak dapat menyesuaikan diri.
B. 1.
Tuna Rungu
Definisi Tuna Rungu Payne et al. (1983) mendefinisikan tuna rungu sebagai individu yang
terhambat dalam mendengar suara-suara yang berasal dari lingkungannya, dikarenakan tidak berfungsinya telinga atau adanya gangguan urat saraf sehingga mengalami gangguan pendengaran. Keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya juga disebut tuna rungu (Somantri, 2006). Menurut Nurcolis MM (2002), tuna rungu adalah kerusakan atau cacat pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat mendengar atau tuli atau pekak. Anam (1986) mengatakan bahwa tuna rungu adalah orang yang tidak dapat mendengar sama sekali dan karena kekurangannya dalam mendengar, membutuhkan pendidikan khusus. Mufti Salim (dalam Sudjadi, 2000) memaparkan bahwa individu tuna rungu adalah individu yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran sehingga mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa. Andreas Dwidjosumarto (dalam Somantri, 2006) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tuna rungu.
16
Ia juga membedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli dan kurang dengar, seperti diungkapkan oleh Dullah (1977). Tuli adalah keadaan dimana orang yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dengan tingkat yang berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi sama sekali untuk mendengar (total deafness). Kurang dengar adalah keadaan dimana seseorang memiliki kerusakan pada indera pendengarannya tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar baik dengan maupun tanpa alat bantu dengar.
2.
Klasifikasi Tuna Rungu Streng et al. (dalam Kirk, 1972) mengelompokkan tuna rungu menjadi
beberapa kategori antara lain: a.
Deaf yaitu anak yang lahir dengan sedikit atau tanpa kemampuan mendengar atau yang menderita kehilangan pendengaran di awal masa pertumbuhan sebelum mempunyai kemampuan berbicara atau berbahasa.
b.
Deafened yaitu orang yang lahir dengan pendengaran normal tetapi kemudian kehilangan pendengarannya ketika mencapai usia, dimana mereka dapat berbicara dan memahaminya.
c.
Hard of Hearing yaitu orang yang ketajaman pendengarannya berkurang sejak lahir atau dialami ditengah-tengah masa hidupnya.
17
Payne et al. (1983) mengatakan bahwa gangguan pendengaran terdiri dari dua kelompok, yaitu: a.
Deaf adalah orang yang ketidakmampuan mendengarnya menghambat keberhasilan proses berbahasa atau penginformasian atau masuknya bahasa melalui percobaan dengan atau tanpa alat bantu dengar.
b.
Hard of hearing adalah orang yang secara umum, dengan menggunakan alat bantu dengar mempunyai sisa pendengaran cukup memungkinkan berhasilnya proses masuknya informasi bahasa melalui telinga.
The Committee on Nomendature of the Conference of Executives of American Schedule for the Deaf (dalam Kirk, 1972) mengklasifikasikan tuna rungu menjadi: a.
Deaf adalah orang yang indera pendengarannya tidak berfungsi sebagaimana
mestinya
selama
hidupnya.
Berdasarkan
waktu
seseorang kehilangan pendengarannya, deaf dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Congenitally deaf – orang yang lahir tuli 2) Adventitiously deaf – orang yang lahir dengan pendengaran normal tapi indera pendengarannya tidak berfungsi setelah mengalami sakit atau kecelakaan b.
Hard of Hearing adalah orang yang indera pendengarannya masih dapat berfungsi meski tidak efektif, dengan atau tanpa alat bantu dengar.
18
Individu tuna rungu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tuna rungu yang memiliki kategori deaf
dimana ia tidak memiliki kemampuan untuk
mendengar sehingga menghambat proses komunikasinya.
3.
Penyebab Gangguan Pendengaran atau Tuna Rungu Menurut Moores (dalam Setiawani, 2000), ada enam unsur yang
menyebabkan seseorang mengalami ketulian, antara lain: a.
Unsur keturunan – gejala kelainan, diperkirakan 30-60 % ketulian disebabkan oleh unsur keturunan, dimana memiliki gejala-gejala kelainan yang mengakibatkan tuli pendengaran.
b.
Unsur penyakit – campak dari ibu, bila wanita yang sedang mengandung tiga bulan terserang campak atau cacar air, kemungkinan besar akan berdampak pada bayinya. Dampak yang ditimbulkan biasanya adalah 50 % penyakit telinga, 20 % penyakit mata, dan 35 % penyakit jantung.
c.
Unsur kelahiran – lahir prematur, kelahiran prematur yang disebabkan oleh kekurangan oksigen menyebabkan otak mengalami luka, dan pendengaran pun akan mengalami kerusakan.
d.
Unsur darah – jenis darah berbeda, jenis darah Rh-positif tidak dapat berpadu dengan jenis Rh-negatif sehingga bila hal ini terjadi, dapat mengancam nyawa bayi, atau bila hidup, mungkin akan mengalami gangguan dalam pendengarannya.
19
e.
Unsur syaraf – penyakit pada otak, penyakit pada otak merupakan masalah yang paling serius yang dapat menimbulkan gangguan pada pendengaran seseorang.
f.
Unsur infeksi – infeksi telinga tengah, sering terjadi sebelum usia 6 tahun.
Penyebab terjadinya gangguan pendengaran juga dipaparkan oleh Somantri (2006) menjadi tiga bagian, antara lain: a.
Sebelum kelahiran atau prenatal, terdiri dari beberapa faktor, yaitu: 1) orang tua anak (salah satu atau keduanya) menderita tuna rungu atau mempunyai gen pembawa sifat abnormal. 2) karena penyakit, sewaktu mengandung ibu terserang suatu penyakit terutama saat tri semester pertama kehamilan – saat pembentukan ruang telinga –, misalnya penyakit rubella, moribili, infeksi dan lain-lain. 3) keracunan obat-obatan, konsumsi obat yang terlalu banyak saat mengandung, pecandu alkohol, konsumsi obat penggugur kandungan juga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.
b.
Saat lahir atau natal, ada dua faktor, yaitu: 1) pengalaman traumatik akibat ibu yang mengalami kesulitan saat persalinan sehingga dibantu dengan penyedotan (tang), adanya tekanan pelvic, penggunaan forceps, intracranial hemorhage.
20
2) kondisi lainnya, seperti prematuritas, dimana bayi lahir sebelum waktunya akibat kekurangan oksigen dan kondisi karena sedation berat. c.
Setelah kelahiran atau post natal, terjadi karena: 1) infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbilli, dan lain-lain. 2) pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak. 3) kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam.
4. Akibat dari Gangguan Pendengaran Kekurangan pendengaran yang menyebabkan individu tidak mempunyai bahasa yang menurut Uden (1982) dapat mengakibatkan dampak psikologis pada individu tersebut. Dampak-dampak ini diperoleh dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Paul dan Quigley, 1993). Dampak tersebut antara lain: a. Egosentrisme yang lebih besar Individu tuna rungu seakan-akan memaksa orang lain untuk selalu memperhatikan dirinya sendiri. Egosentrisme ini terlihat dari: 1) daerah pengamatan yang terbatas pada apa yang terjadi di depannya saja, mereka menjadi tidak mengetahui dan kurang peduli atas apa yang terjadi di sekitarnya.
21
2) Rasa ingin tahu yang ada pada individu tuna rungu hanya bisa dipenuhi dengan penglihatannya sehingga bila mereka tertarik akan sesuatu, mereka selalu berusaha untuk menarik dekat apa yang membuatnya tertarik dengan mencoba mengambilnya atau merebutnya dari orang lain tanpa memperhatikan keinginan orang lain. 3) Adanya perasaan sepi dan sendiri, perasaan jauh dari yang lain karena mereka tidak dapat mendengar segala sesuatu yang ada di dekatnya. Individu tuna rungu mengalami kesukaran untuk mengerti cara berpikir orang lain sehingga mereka juga sulit untuk menyesuaikan diri. b. Ketakutan akan keluasan hidup Individu tuna rungu mencari tahu segala sesuatu hanya dengan penglihatan. Mereka tidak dapat mengetahui segala sesuatu dari segala sudut karena mereka hidup dalam sebagian kecil dari dunia sekelilingnya. Hal ini menimbulkan perasaan kurang tenang dan sifat ragu-ragu yang juga menimbulkan rasa takut akan hidup. c. Kelekatan yang berlebihan Individu tuna rungu hidup dalam dunia kecil mereka sehingga yang mereka ketahui dan kenal cukup sedikit dan itulah yang dianggap menjadi bagian dalam hidupnya. Secara tidak sadar mereka menjadi tergantung pada orang lain terutama ketika dihadapkan pada berbagai
22
situasi, terutama ketika mereka berhadapan dengan hal yang baru, mereka segera mencari pertolongan. d. Selalu diliputi keasyikan Jika individu tuna rungu sedang tertarik dengan sesuatu maka mereka akan terbatas pada apa yang menarik minat mereka tersebut, seolaholah tidak ada dunia lain di sekitarnya. e. Infantil dan primitif Infantil dan primitif ini meliputi beberapa hal, yaitu: 1) mudah menerima suatu kejadian tanpa komentar, tanpa rasa terkejut atau tanpa rasa heran. Individu tuna rungu lebih penurut dan cepat percaya serta menggantungkan pendapat mereka pada orang lain sehingga mereka kurang kritis terhadap berbagai macam situasi yang disebabkan kurangnya bahasa sehingga mereka tidak dapat mempertimbangkan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. 2) perilakunya sangat sederhana, jarang punya masalah perilaku individu tuna rungu biasanya tidak pernah dipikirkan akibatnya sebelum dilakukan. Mereka berbuat sesuai dengan apa yang mereka pikirkan tanpa mempertimbangkan penilaian orang lain.
23
3) kurangnya relasi dan juga tidak ada orientasi waktu ke depan biasanya hidup mereka lebih berorientasi pada waktu lalu daripada waktu yang akan datang dan mereka juga kurang mengerti perlunya menjalin relasi. 4) hidupnya tanpa nuansa/ variasi ekspresi batin yang mereka rasakan tidak ada variasinya karena keterbatasan bahasa yang mereka miliki sehingga mereka tidak memiliki cukup banyak kata untuk mengekspresikan perasaan mereka. 5) mudah tersinggung kesukaran untuk memahami maksud orang lain sering membuat individu tuna rungu salah mengartikan maksud orang lain sehingga membuatnya mudah tersinggung.
C.
1.
Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi)
Definisi sekolah reguler/ umum Pendidikan informal seseorang diperoleh dari keluarga dan lingkungan
sekitarnya, dan sekolah merupakan lembaga yang formal menangani pendidikan seseorang. Idris (1981) menjelaskan bahwa sekolah merupakan suatu lembaga dimana organisasinya tersusun rapi dengan segala aktivitas yang direncanakan dengan sengaja (kurikulum). Sekolah juga diartikan oleh Adiwikarta (1988) sebagai sebuah organisasi sosial yang mempunyai struktur tertentu yang
24
melibatkan sejumlah orang dengan tugas melaksanakan suatu fungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan. Secara singkat Soejono (1963) mengatakan bahwa sekolah merupakan badan yang bertugas untuk mendidik dan mengajar. Ia juga mengungkapkan bahwa sekolah mempunyai arti, yaitu untuk mempersiapkan dengan mendidik dan mengajar seseorang agar dapat menunaikan kewajiban di kemudian hari sebagai mahkluk Tuhan, sebagai pribadi, dan sebagai warganegara, serta sebagai anggota masyarakat. Adiwikarta (1988) juga menjelaskan bahwa sekolah mempunyai makna ganda, yaitu sebagai suatu bangunan atau lingkungan fisik dengan segala pelengkapnya
yang
merupakan
tempat
untuk
menyelenggarakan
proses
pendidikan tertentu bagi kelompok manusia tertentu. Selain itu, sekolah dimaknai juga sebagai suatu proses atau kegiatan belajar mengajar atau proses pendidikan.
2. Tujuan dari Sekolah Pada umumnya sekolah bertujuan untuk menciptakan anggota masyarakat demokratis, susila serta cakap, bertanggung jawab menjalankan pekerjaannya sesuai dengan kecakapannya yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan (Soejono, 1963).
25
D.
Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan
Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi)
Sepanjang rentang kehidupannya, manusia akan selalu melakukan penyesuaian diri terhadap segala hal terutama pada lingkungannya. Begitu juga dengan individu tuna rungu, mereka harus lebih dapat menyesuaikan diri dengan adanya keterbatasan kemampuan dalam mendengar, yang mempengaruhi komunikasi dengan orang lain. Hambatan dalam perkembangan sosialnya ini dapat mengakibatkan bertambah minimnya penguasaan bahasa, kecenderungan untuk menyendiri serta kecenderungan untuk memiliki sifat-sifat egosentris (Somantri, 2006). Somantri
(2006)
juga
menjelaskan
bahwa
dengan
keterbatasan
pendengaran yang dimiliki, individu tuna rungu juga memiliki sensitivitas yang lebih baik pada indera-indera lainnya. Misalnya, penglihatan dimana mereka menangkap semua informasi dengan menggunakan mata. Selain itu, fungsi motorik individu tuna rungu juga berkembang lebih cepat. Individu tuna rungu sama seperti individu normal lainnya mereka juga punya hati dan perasaan, inteligensi dan keterampilan untuk mandiri yang tidak kalah dengan orang normal. Mereka hanya terhambat dalam hal komunikasi (Albertus, 2007). Hambatan dalam berkomunikasi ini menurut Hallahan dan Kauffman (1982) membuat individu tuna rungu mengisolasi diri dari kehidupan sosialnya. Mereka cenderung
26
berinteraksi hanya dengan teman-teman yang juga mengalami gangguan pendengaran. Individu tuna rungu juga diindikasikan mengalami kecemasan, karena mereka harus berhadapan dengan lingkungan yang memiliki beraneka ragam cara berkomunikasi, yang membingungkan bagi tuna rungu. Selain kecemasan, Somantri (2006) juga mengungkapkan bahwa tuna rungu juga menghadapi konflik, kebingungan, dan ketakutan karena hidup dalam lingkungan yang bermacam-macam. Terlebih lagi ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum, dimana mereka harus berhadapan dan berinteraksi dengan orang normal. Seseorang yang berkebutuhan khusus, dimana ia memiliki kecacatan atau kekurangan biasanya memperoleh pendidikan di sekolah khusus, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB). Belakangan ini muncul usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak-dampak negatif terhadap sistem pendidikan di Sekolah Luar Biasa. Usaha tersebut dilakukan dengan memasukkan mereka ke sekolah-sekolah reguler/ umum. Hal tersebut diungkapkan oleh Partowisastro (1983), dimana ia menjelaskan bahwa usaha tersebut dilakukan dengan tujuan supaya membiasakan mereka bergaul dengan orang-orang biasa, sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan ketika mereka terjun dalam masyarakat. Persamaan hak antara orang dengan kebutuhan khusus dan orang-orang normal untuk memperoleh pendidikan yang sama sedang digalakkan di Indonesia. Orang-orang dengan kebutuhan khusus tersebut diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan di sekolah
27
reguler/ umum. Sistem pendidikan seperti ini dikenal dengan pendidikan inklusi (Royanto, 2005). Saat ini, Departemen Pendidikan Nasional menetapkan bahwa pendidikan inklusi ditujukan bagi mereka yang memiliki hambatan penglihatan, pendengaran serta kesulitan belajar. Aspek psikologis yang dapat dikembangkan dari individu yang berkebutuhan khusus tersebut, yang paling utama adalah pengembangan keterampilan sosial, tanggung jawab dan kemandirian individu. Dari keterampilan sosialnya, individu berkebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana membina persahabatan, berkomunikasi ataupun menyelesaikan masalah dalam pergaulan. Di dalam kelas reguler, individu berkebutuhan khusus tidak diperlakukan secara khusus sehingga mereka harus dapat mandiri dan bertanggung jawab atas tugas-tugasnya. Dwihastuti (2003) menjelaskan bahwa di sekolah tentunya terdapat kegiatan akademis dan juga kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan akademis, individu dituntut untuk dapat mengikuti proses belajar-mengajar yang ada. Ia dapat mengikuti pelajaran yang diberikan oleh pengajar, dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan juga diharapkan dapat terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar tersebut. Selain kegiatan belajar-mengajar, individu juga diharapkan dapat mengasah kemampuannya selain yang berhubungan dengan kemampuan akademis, misalnya yang berkaitan dengan keterampilan, hobi atau kegemaran, atau kemampuan lainnya yang ia miliki. Bagi individu dengan kebutuhan khusus, ini dapat dijadikan bekal hidupnya kelak. Relasi yang muncul
28
dalam ruang lingkup sekolah meliputi relasi antar individu sebaya atau antar siswa dan juga relasi individu dengan pengajar. Lebih lanjut Asyanti, dkk. (2002) mengungkapkan bahwa di sekolah individu dituntut untuk bisa menerima kekuasaan yang ada, menaruh perhatian dan berpartisipasi terhadap kegiatan yang ada di sekolah baik kegiatan akademis maupun kegiatan non-akademis. Selain itu, individu juga diharapkan untuk memiliki hubungan yang sehat dan akrab dengan teman sekelas, guru, dan pembimbing sekolah, bertanggung jawab dan mentaati peraturan yang ada di sekolah, dan membantu mewujudkan tujuan sekolah. Woolfolk (1990) menambahkan bahwa individu berkebutuhan khusus terutama yang mengalami gangguan pendengaran tidak hanya membutuhkan peralatan yang menunjang seperti alat bantu dengar, tetapi juga membutuhkan dukungan emosional yang lebih besar. Hubungan yang baik serta dukungan dari teman sebaya dan guru yang ia peroleh, dapat membantu individu tuna rungu dalam mengambil bagian saat proses belajar mengajar di kelas. Pada umumnya, perkembangan kognitif individu tuna rungu sama potensialnya dengan orang normal. Akan tetapi, secara fungsional dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi yang dapat ia terima, dan daya abstraksinya (Somantri, 2006). Tingkat intelegensi yang rendah pada individu tuna rungu bukan berasal dari hambatan intelektualnya melainkan karena kurangnya kesempatan untuk mengembangkan intelegensinya. Aspek intelegensi yang terhambat pada individu tuna rungu ini berkaitan dengan kemampuan verbal, misalnya untuk merumuskan pengertian, menghubungkan,
29
menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Oleh sebab itu, pengajaran individu tuna rungu pada dasarnya sama dengan pengajaran anak normal lainnya, hanya saja membutuhkan teknik berkomunikasi yang khusus dalam mengajar supaya mereka dapat benar-benar memahami materi yang diberikan (Kirk,1972). Somantri (2006) juga menjelaskan bahwa kurangnya pemahaman bahasa baik lisan maupun tulisan sering mengakibatkan kesalahan penafsiran secara negatif
sehingga
sering
membuat
mereka
merasakan
tekanan
emosi.
Perkembangan pribadinya pun menjadi terhambat akibat tekanan emosi tersebut. Biasanya mereka menjadi bersikap menutup diri, bertindak agresif atau menampakkan rasa bimbang dan ragu-ragu. Dalam menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum ini, individu tuna rungu dapat menunjukkan bahwa selain dirinya mempunyai kekurangan, ia juga mempunyai kelebihan. Mereka dapat mengembangkan segala potensi yang mereka miliki secara optimal jika mereka diberi kesempatan, meskipun mereka lebih lambat dibandingkan dengan individu normal lainnya. Mereka juga sangat membutuhkan dukungan perhatian dan kasih sayang terutama dari orang-orang terdekatnya. Menurut Hallahan dan Kauffman (1982), penerimaan dari lingkungan sekitar akan ketidakmampuan yang dimilikinya terutama dari orang tua dan keluarga dapat mempengaruhi perkembangan pribadi individu dengan kebutuhan khusus menjadi lebih baik. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan sebagai modal dasar untuk sukses dan cara untuk bertahan dari depresi atas tekanan sosial, kecemasan dan frustrasi. Kebanyakan individu dengan kebutuhan khusus mempunyai kepercayaan diri yang rendah karena mereka tidak mampu untuk
30
belajar, bekerjasama dalam kelompok atau melakukan hal-hal lainnya semudah orang normal, dan terkadang merasa terasingkan karena mereka dianggap berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan individu tuna rungu di sekolah reguler/ umum dapat dilihat sebagai hasil – apakah berhasil atau tidak, dan dapat dilihat sebagai proses – apakah penyesuaian yang dilakukan baik atau tidak. Penyesuaian diri tersebut dilihat dari seberapa besar hambatan sebagai individu tuna rungu muncul dan mempengaruhi proses penyesuaian dirinya serta bagaimana individu tersebut mengatasi hambatan itu sehingga ia mampu menyesuaikan dirinya baik dalam kegiatan akademis dan non-akademis, serta dalam relasi interpersonal mereka, baik dengan individu (siswa) lain ataupun dengan pengajar/ pembimbing.
E.
Kerangka Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian berikut ini, peneliti ingin meneliti mengenai penyesuaian diri individu tuna rungu dalam melanjutkan pendidikan di sekolah reguler/ umum (sekolah menengah ataupun sekolah tinggi).
31
Subjek
Memiliki hambatan dalam komunikasi karena tidak bisa mendengar (tuli total)
Dituntut untuk melakukan penyesuaian diri di sekolah umum
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Individu Tuna Rungu Mampu Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Self Image
Kenyamanan Psikologis
Pembelajaran pada Pengalaman Masa Lalu dan Situasi Baru serta Kemampuan Mengatasi Stress dan Kecemasan
Kemampuan melihat realita
Aseptabilitas Sosial
Skema 1. Kerangka Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi).
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk menggali penyesuaian diri tuna rungu dalam melanjutkan pendidikannya di sekolah reguler/ umum (sekolah menengah ataupun sekolah tinggi) adalah deskriptif dengan metode kualitatiffenomenologis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan memaparkan secara komprehensif, mendalam dan detail tentang suatu fenomena atau gejala (Handayani & Hartoko, 2003). Dalam hal ini, penelitian dengan metode kualitatiffenomenologis diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana kehidupan kaum tuna rungu di tengah-tengah komunitas yang sebagian besar adalah orang dengan pendengaran normal. Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana individu tuna rungu dapat bertahan dan menyesuaikan dirinya dengan keadaan di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat berkaitan dengan data atau informasi yang nyata ada dalam suatu populasi (Suryabrata, 2002). Selain itu, menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif juga bertujuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena yang terjadi dengan melihat realitas sosial, adanya hukum-hukum alam yang membuat manusia memaknai kehidupannya, adanya ilmu pengetahuan yang bersifat
33
induktif, ideografis, dan tidak bebas nilai, serta untuk memahami kehidupan sosial manusia. Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan individu tuna rungu yang melanjutkan pendidikannya di sekolah reguler/ umum dan tidak di sekolah khusus. Penggambaran tersebut bertujuan untuk mengeksplorasi kehidupan tuna rungu yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi terutama ketika mereka berada dalam lingkungan masyarakat, khususnya dalam lingkungan pendidikan. Dalam lingkungan pendidikan, tidak hanya berkaitan dengan kemampuan intelegensi tetapi juga kemampuan sosialnya.
B.
Subyek Penelitian
Subjek penelitian sebaiknya mampu merepresentasikan sampel dari suatu populasi, dalam hal ini adalah individu tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum, baik sekolah menengah ataupun sekolah tinggi. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian terhadap subjek tersebut diharapkan dapat diperkuat dengan pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan karakteristik subjek penelitian tersebut. Penelitian ini mengambil sampel berdasarkan pada beberapa hal (Sarantakos, dalam Poerwandari 1998). Pertama, tidak mengarah pada jumlah sampel yang besar tetapi mengarah pada kasus-kasus khusus. Kedua, tidak ditentukan dari awal secara kaku, tetapi lebih fleksibel berkaitan dengan jumlah ataupun karakteristik sampelnya, yang disesuaikan
34
dengan definisi konseptual penelitian ini. Ketiga, tidak mengarah pada keterwakilan dalam jumlah atau peristiwa acak melainkan mengarah pada kecocokan terhadap konteks penelitian. Pada penelitian ini, difokuskan pada populasi individu tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum, baik di sekolah menengah maupun sekolah tinggi. Prosedur yang digunakan adalah dengan cara pengambilan sampel untuk kasus tipikal. Melalui prosedur ini, Patton (dalam Poerwandari, 1998) menjelaskan bahwa data yang dihasilkan bukanlah untuk digeneralisasikan melainkan sebagai ilustrasi atau gambaran yang dapat mewakili fenomena yang diteliti. Subjek dipilih secara tipikal mewakili fenomena adanya tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum sehingga benarbenar dapat diperoleh gambaran bagaimana penyesuaian diri yang dilakukan subjek tersebut. Subjek yang diambil harus sesuai dengan tujuan penelitian ini. Oleh karena itu, ditentukan beberapa kriteria yang digunakan untuk melakukan pemilihan subjek, antara lain : 1.
Individu yang mempunyai gangguan pendengaran total sehingga ia sama sekali tidak bisa mendengar.
2.
Individu dengan gangguan pendengaran tersebut sedang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum, baik sekolah menengah maupun sekolah tinggi dan sejenisnya yang tidak memberikan pelayanan khusus bagi individu dengan kebutuhan khusus.
35
C.
Identifikasi Variabel dan Batasan Istilah
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu tuna rungu ketika mereka berada dalam lingkungan sekolah reguler/ umum yang tidak mengistimewakan keterbatasan mereka. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian ini mempunyai tiga buah variabel yang meliputi, penyesuaian diri, tuna rungu, dan sekolah reguler/ umum. Penyesuaian diri yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang agar ia dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya baik lingkungan sosial maupun fisik dan juga dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya tanpa mengabaikan tuntutan internal maupun eksternal dengan mengubah dirinya sesuai dengan lingkungan ataupun mengubah lingkungan sesuai dengan dirinya. Beberapa kriteria penyesuaian diri dapat dilihat dari self image yang dimiliki, kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik yang dirasakan, aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal yang terjalin dengan orang-orang di sekitarnya, kemampuannya untuk melihat realita, objektifitas, dan efisiensi kerja yang dimiliki, serta pembelajaran terhadap pengalaman masa lalu dan situasi baru, dan kemampuan mengatasi stres dan kecemasan. Batasan tuna rungu dalam penelitian ini adalah individu yang mengalami kehilangan atau kekurangan dalam kemampuannya untuk mendengar, yang menghambat perkembangan bahasanya sehingga komunikasi dengan orang lain
36
pun terganggu. Gangguan pendengaran ini dapat disebabkan karena peristiwa yang dialami sebelum lahir, saat lahir ataupun setelah lahir. Akibat dari gangguan pendengaran ini dapat mempengaruhi egosentrisme yang dimiliki, bagaimana ia melihat hidupnya secara lebih luas, kelekatan dengan orang-orang terdekatnya, keasyikan yang dimiliki, serta sifat infantil dan primitif yang muncul. Sekolah reguler/ umum dapat berupa sekolah menengah atau sekolah tinggi dimana lembaga tersebut tidak memberikan keistimewaan bagi individu dengan kebutuhan khusus, seperti tuna rungu. Sistem pengajaran yang diberikan bagi individu normal dan yang berkebutuhan khusus tidak ada bedanya. Dalam sekolah ini juga terdapat kegiatan non-akademis selain kegiatan pokoknya, yaitu kegiatan akademis. Di sekolah diharapkan individu dapat berinteraksi baik dengan pengajar maupun dengan sesama siswa. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa batasan yang ingin diteliti adalah akibat dari gangguan pendengaran apa saja yang muncul pada diri subjek dan sejauh mana akibat tersebut dapat menghambat atau mempengaruhi proses penyesuaian diri yang dilakukan subjek. Jadi, yang ingin dilihat adalah apakah hambatan yang dimiliki individu tuna rungu pada umumnya muncul pada diri subjek mempengaruhi proses penyesuaian diri ketika bersekolah di sekolah reguler/ umum.
37
Tabel 1. Aspek Penelitian Tema
Diperoleh dari • Bagaimanakah egosentrisme yang dimiliki subjek? Apakah cukup besar?
Akibat dari
• Bagaimanakah subjek memandang kehidupan? Apakah muncul rasa takut melihat keluasan hidup?
Gangguan
• Bagaimanakah relasi dengan orang-orang terdekatnya? Apakah
Pendengaran terlihat memiliki kelekatan yang berlebihan? • Apakah subjek selalu memiliki keasyikan tersendiri? • Apakah subjek memiliki sifat infantile dan primitif? • Bagaimanakah self image yang dimiliki subjek? Positif atau negatif? • Apakah subjek merasakan kenyamanan secara psikologis? • Bagaimanakah aseptabilitas sosial yang dilakukan subjek?
Kriteria • Apakah subjek mampu memandang segala sesuatu dengan
Penyesuaian Diri realistis dan objektif? • Apakah subjek mampu melakukan pembelajaran berdasarkan pada pengalaman masa lalu ataupun terhadap situasi baru? Apakah subjek mampu mengatasi stres dan kecemasan?
38
D.
1.
Metode Pengambilan Data
Wawancara Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan
metode wawancara, yaitu metode pengambilan data yang diperoleh dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber atau subjek. Dalam penelitian kualitatif, wawancara dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman subjektif individu berkaitan dengan topik yang diteliti, agar dapat melakukan eksplorasi terhadap topik tersebut (Poerwandari, 1998). Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik wawancara dengan pedoman umum. Poerwandari (1998) menjelaskan bahwa wawancara ini dilengkapi dengan pedoman wawancara yang terdiri dari topiktopik yang harus digali secara umum, tanpa menentukan urutan pertanyaan dan bahkan tidak perlu mencantumkan bentuk pertanyaan secara eksplisit. Pedoman wawancara ini berfungsi untuk mengingatkan peneliti apakah topik yang ingin diketahui sudah terungkap, dan apakah aspek-aspek yang dibahas relevan dengan tujuan penelitian ini. Secara singkat, pedoman ini berfungsi sebagai daftar pengecek (checklist). Penggunaan teknik wawancara dengan pedoman umum ini digunakan supaya proses wawancara menjadi nyaman, tidak kaku dan lebih fleksibel, dengan harapan semua data yang ingin diperoleh dapat tereksplorasi. Peneliti tidak terpaku untuk menanyakan sesuai dengan urutan pada daftar pertanyaan yang
39
sudah disiapkan tetapi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi proses wawancara tersebut. Sehubungan dengan subjek dalam penelitian ini adalah individu tuna rungu, dimana peneliti kurang mahir dalam menggunakan bahasa isyarat, maka peneliti menggunakan jasa translator atau penterjemah untuk membantu mengalihbahasakan apa yang diungkapkan subjek dengan bahasa isyarat ke bahasa lisan. Bila hal tersebut tidak memungkinkan, maka digunakan wawancara tertulis, misalnya bila subjek merasa malu dengan keberadaan translator. Dalam penelitian ini, daftar pertanyaan yang akan digunakan untuk melihat penyesuaian diri individu tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum antara lain :
Tabel 2. Daftar Pertanyaan Aspek
Egosentrisme
Indikasi
Pertanyaan
• Apakah
segala
sesuatu
terpusat
Akibat Gangguan Pendengaran
• Apakah pernah memikirkan orang lain? • Apakah mau berbagi dengan teman?
pada dirinya?
yang Dimiliki
• Apakah merasa selalu ingin tahu?
• Apakah memiliki sikap sosial?
Memandang Keluasan Hidup
• Apakah
takut
terhadap
segala
situasi yang belum
dengan
di lingkungan baru atau tidak? • Apakah pernah merasa kesepian atau takut
pernah dihadapi?
saat sendiri?
• Apakah
Kelekatan
• Apakah termotivasi untuk mencoba berada
• Apakah merasa tergantung dengan orang
tergantung
pada
orang
atau
lain
lain? • Bagaimana
tidak mandiri?
hubungan
dengan
terdekat?
• Bagaimana relasi
• Apakah subyek bisa mandiri?
Orang Lain
40
orang
dengan
orang
lain? • Apakah
selalu
• Apakah
asyik dengan hobi
Keasyikan yang Dimiliki
dengan
• Apakah mau belajar bersama dengan teman yang lain?
• Apakah memiliki
Sifat Infantil dan Primitif
• Suka mengikuti apa yang dilakukan oleh
kekanak-
kanakan
yang
teman tidak? • Apakah sering bersikap kekanak-kanakan
berlebihan, misalnya
sangat
lama dan tidak memperhatikan sekitar?
keadaan sekitar?
sifat
yang
digemari?
mau
peduli
hobi
• Kalau melakukan sesuatu sering terlalu
yang dimiliki? • Apakah
memiliki
atau manja? dalam
mengekspresikan emosi? • Apakah menerima kekurangan
Self Image yang Dimiliki
• Apakah dapat menerima kekurangan yang
dan
dimiliki? • Apakah bangga dengan kelebihan yang ada
kelebihan dirinya? • Apakah memiliki
dan dapat mengembangkannya? • Apakah
kepercayaan diri?
minder
dalam
pergaulan
di
saat berada
di
Kriteria Penyesuaian Diri
lingkungan manapun?
Kenyamanan Psikologis
• Apakah
merasa
nyaman
dengan
• Apa
lingkungan sekitar?
sekitarnya?
sekitar? • Dapatkah mengekspresikan emosi yang
Dirasakan
dirasakan di dalam lingkungan? • Bagaimana relasi dengan orang
Sosial dalam Lingkungan-
dirasakan
• Apakah merasa diterima di lingkungan
lingkungan
yang
Aseptabilitas
yang
• Bagaimana hubungan dengan teman dan
orangdi
pengajar? • Apakah
sekitarnya?
bergaul?
• Apakah memiliki masalah
dalam
nya
41
memiliki
hambatan
dalam
menjalin relasi? • Apakah
dapat
• Apakah dapat menangkap pengajaran yang
menangkap
Kemampuan
dengan
objektif
maksud
orang
untuk
lain?
Realistis dan
• Apakah
Objektif
diberikan oleh guru di sekolah umum? • Apakah sering terjadi perbedaan persepsi atau salah tanggap dengan orang normal? • Apakah dapat mengikuti pelajaran dalam cukup
proses belajar mengajar di kelas?
realistis menghadapi permasalahan sehari-hari? • Apakah
Kemampuan untuk Belajar dari Pengalaman Masa Lalu dan Situasi
• Apakah belajar
• dapat
dilakukan dari pengalaman
sebelumnya? • Apakah dapat mengikuti proses belajar
• Bagaimana
situasi
Apakah dapat belajar dari kesalahan yang pernah
dari
pengalaman?
Mengatasi
Apakah dapat menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi?
masalah?
menghadapi
Kecemasan
2.
menyelesaikan
Baru serta
Stres dan
dapat •
mengajar di sekolah umum? • Apakah yang
membuat stres dan
pernah
merasa
cemas
dan
tertekan? Bagaimana mengatasinya? • Apakah pernah merasa stres sampai sakit?
cemas?
Bagaimana mengatasinya?
Observasi Selain dengan wawancara, metode pengambilan data yang dilakukan
peneliti adalah dengan melakukan observasi. Dalam penelitian psikologis, selalu terdapat metode observasi baik dalam lingkungan laboratorium maupun lingkungan alamiah (Banister et al. dalam Poerwandari, 1998). Patton (dalam Poerwandari, 1998) juga menegaskan bahwa metode pengumpulan data ini cukup esensial bagi penelitian kualitatif. Poerwandari (1998) sendiri mengatakan bahwa observasi mengarah pada kegiatan dimana peneliti harus memperhatikan dengan
42
akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi dan kondisi yang dipelajari, aktivitas-aktivitas, dan makna kejadian dari sudut pandang mereka yang terlibat pada kejadian yang diamati sehingga observasi harus akurat, faktual dan teliti. Patton (dalam Poerwandari, 1998) juga menjelaskan bahwa dengan observasi, peneliti mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks yang diteliti sehingga dapat lebih bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian. Dengan observasi, peneliti juga dapat memperoleh data yang tidak terungkapkan dari subjek secara terbuka dari wawancara. Untuk mengenal kehidupan tuna rungu ketika ia berada di lingkungan lembaga pendidikan reguler, maka observasi yang dilakukan antara lain untuk melihat interaksi tuna rungu dengan pengajar, teman-teman, dan lingkungannya; bagaimana respon tuna rungu ketika sedang mengikuti proses belajar-mengajar; serta sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan sekitarnya. Data yang diperoleh dari observasi ini akan digunakan sebagai data tambahan yang mendukung penelitian.
E.
Analisis Data
Dalam melakukan analisis data, perlu dilakukan integrasi antara data hasil wawancara dan data hasil observasi sehingga diperoleh pokok-pokok tema untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Pada penelitian kualitatif dibutuhkan
43
analisis data secara induktif dan terus menerus, seperti yang diungkapkan oleh Poerwandari (1998). Christina & Hartoko (2003) mengatakan bahwa dalam analisis data, peneliti dituntut untuk dapat melakukan pengembangan kategorikategori, membuat perbandingan dan kontradiksi. Langkah
pertama
yang
dilakukan
adalah
dengan
membuat
pengorganisasian data dari semua data yang diperoleh, baik dari hasil wawancara ataupun dari hasil observasi. Dari semua data yang terkumpul, diharapkan dapat mendukung keberhasilan, keakuratan serta kredibilitas penelitian ini dan data yang diperoleh tidak terbuang. Highlen & Finley (dalam Poerwandari, 1998) mengatakan bahwa dengan mengorganisasikan data secara sistematis, maka dimungkinkan untuk memperoleh kualitas data yang baik, dan dapat mendokumentasikan data serta analisis yang dilakukan, yang menunjang penyelesaian penelitian ini. Langkah
kedua
adalah
melakukan
koding,
yaitu
dengan
mengorganisasikan dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dari data yang diperoleh, dapat dilihat gambaran tentang topik yang diteliti. Proses koding ini diawali dengan membuat transkrip atau pencatatan hasil wawancara secara detail dan mengumpulkan arsip-arsip hasil observasi, menyusunnya sedemikian rupa sehingga terdapat kolom kosong. Ini dilakukan untuk mempermudah dalam pemberian nomor, kode ataupun catatan-catatan pada data yang dimaksud (Poerwandari, 1998). Proses koding yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan penomoran pada setiap baris transkrip wawancara ataupun pada setiap baris catatan hasil
44
observasi
(Poerwandari,
1998).
Setelah
melakukan
penomoran,
peneliti
memberikan nama atau kode pada masing-masing berkas yang terkumpul, misalnya berdasarkan tanggal diperolehnya data. Kode atau nama yang diberikan sebaiknya yang mudah diingat dan cukup dapat merepresentasikan isi berkas tersebut. Contoh pemberian nama pada berkas : W. TRL.ST.YK.15jul07.S2 : Transkrip wawancara pada seorang tuna rungu laki-laki yang melanjutkan pendidikan di sekolah tinggi, dilaksanakan di Yogyakarta, pada tanggal 15 Juli 2007, subyek 2. Setelah proses koding, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah interpretasi dimana Kvale (dalam Poerwandari, 1998) mendefinisikan interpretasi sebagai langkah yang mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif dan mendalam. Data yang dihasilkan diinterpretasi sesuai dengan perspektif awal yang dimiliki oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti perlu mengambil jarak dari data, dengan memasukkan data ke dalam konteks konseptual yang khusus. Interpretasi yang dilakukan satu pihak dapat berbeda dengan interpretasi oleh pihak lain terhadap data yang sama. Namun, penelitian kualitatif dapat mentoleransi adanya multi tafsir tersebut karena dari data yang sama dapat dikembangkan interpretasi yang berbeda, dan bukan berarti penelitian kualitatif tidak ilmiah (Kvale, dalam Poerwandari 1998). Kvale (dalam Poerwandari 1998) menjelaskan mengenai konteks situasi dan komunitas validasi yang bagaimana yang dapat menimbulkan munculnya interpretasi yang berbeda. Pertama, konteks interpretasi pemahaman diri dengan
45
subjek yang diwawancara sebagai komunitas validasinya. Artinya, peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk lebih padat (condensed) apa makna dari pernyataan-pernyataan subjek itu sendiri sesuai dengan maksud subjek tersebut. Interpretasi dilihat dari sudut pandang dan pemahaman subjek penelitian itu sendiri, bukan dari sudut pandang peneliti. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis dengan publik umum sebagai komunitas validasinya. Artinya, peneliti melakukan interpretasi dengan mengambil posisi sebagai masyarakat umum di lingkungan subjek berada sehingga pemahaman yang muncul adalah pemahaman yang lebih luas dari kerangka pemahaman subjek. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoretis dengan komunitas peneliti sebagai komunitas validasinya, dimana konteks ini adalah konteks yang paling konseptual. Dalam konteks ini menggunakan kerangka teoretis tertentu untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek ataupun penalaran umum. Namun demikian, ketiga tingkatan dalam interpretasi ini dapat berbaur dan harus dilihat keterkaitannya satu sama lain. Menurut Poerwandari (1998) suatu penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi, tetapi berakhir pada kesimpulan pemahaman teroretis. Oleh sebab itu, untuk melihat validasi interpretasi juga harus dilakukan dalam tiga komunitas yang berbeda, baik dalam kerangka subjek penelitian tersebut, dalam kerangka pemahaman umum masyarakat atau kelompok, dan apakah interpretasi tersebut sesuai dengan logika teori yang dipakai.
46
F.
Kredibilitas Penelitian
Hasil penelitian kualitatif harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Validitas dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah kredibilitas. Kredibilitas ini dapat dilihat berdasarkan keberhasilannya dalam melakukan pengeksplorasian masalah, mendeskripsikan situasi saat itu, bagaimana proses yang terjadi pada subjek, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif adalah deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan atau kompleksitas aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian kualitatif, validitas dilihat melalui orientasinya dan upayanya mendalami dunia empiris dengan menggunakan metode yang paling sesuai untuk pengambilan dan analisis data. Penelitian ini menggunakan konsep validitas komunikatif atau intersubjektive validity, yang dicapai dengan melakukan konfirmasi kembali data dan analisisnya pada responden penelitian (Sarantakos dalam Poerwandari, 1998). Reliabilitas
dalam
penelitian
kualitatif
dikenal
dengan
istilah
dependability. Dependability yang dilakukan pada penelitian ini adalah koherensi, yaitu dengan melihat bahwa metode yang digunakan memang mencapai tujuan yang diinginkan.
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas dan Gambaran Subjek
1.
Identitas Subjek
Tabel 3. Identitas Subjek Keterangan
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Subjek 4
Nama
S1
S2
S3
S4
Usia
24 tahun
17 tahun
23 tahun
17 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Tuli total
Tuli total
Tuli total
Tuli total
Mahasiswa
Siswa
Mahasiswa
Siswa
SMA
SMP
SMA
Kategori Ketulian Pendidikan Mulai
bersekolah
di sekolah umum/ SMP reguler
2.
Gambaran Subjek Beberapa hal yang dapat menggambarkan kondisi subjek, misalnya
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari subjek di tengah keluarganya, kondisi keluarga dan saudara-saudaranya, kehidupan sosial ekonomi keluarganya, latar belakang pendidikan subjek serta kedua orang tuanya serta kerjasama yang telah
48
dilakukan selama proses pengambilan data diharapkan dapat sedikit membantu menjelaskan bagaimana kondisi subjek itu sendiri a. Subjek 1 Subjek 1 seorang mahasiswi Fakultas Farmasi salah satu perguruan tinggi swasta di Jogjakarta. Anak kedua dari tiga bersaudara, dimana kedua saudaranya yang lain tidak memiliki gangguan pendengaran atau normal. Sejak SD subjek sudah bersekolah di SDLB Dena Upakara Wonosobo sampai kelas 1 SMPLB Dena Upakara. Ketika hendak melanjutkan kelas 2, subjek merasa keberatan untuk memilih jurusan yang ditawarkan di SMPLB Dena Upakara, dimana hanya ada dua jurursan yaitu tata busana dan tata boga. Subjek merasa dia tidak cocok dengan kedua jurusan tersebut, karena selama ini justru nilai-nilai prakteknya tidak bagus dibandingkan dengan nilai-nilai pelajaran teori. Dari sinilah subjek berinisiatif untuk melanjutkan pendidikan di sekolah umum. Subjek termasuk golongan anak dari keluarga yang berada. Di Jogjakarta dia tinggal di kos untuk golongan menengah ke atas dan memperoleh fasilitas yang memadai dari orang tuanya, sedangkan orang tuanya sendiri tinggal di luar kota, yaitu Purwokerto. Subjek juga merasa lebih nyaman ketika dia berada di Jogjakarta dibandingkan dengan di rumahnya sendiri sehingga subjek jarang sekali pulang ke Purwokerto. Jadi, orang tuanya yang lebih sering mengunjunginya. Di Purwokerto orang tuanya memiliki usaha sendiri, yaitu toko pakan ternak. Subjek merasa bangga dengan keberhasilan kedua orang tuanya yang bekerja
49
keras sehingga mampu menghidupi keluarga mereka. Hal ini juga mendorong subjek untuk dapat memiliki usaha sendiri yaitu apotek. Selama proses wawancara subjek sangat membantu untuk memberikan jawaban yang jelas dan detil sehingga peneliti merasa cukup terbantu dalam melakukan penelitian ini.
b. Subjek 2 Subjek yang kedua ini adalah seorang siswi dari salah satu sekolah menengah kejuruan di Jogjakarta, yang mengambil jurusan tata busana. Kedua orang tuanya juga memiliki gangguan pendengaran sehingga subjek dan kakak laki-lakinya juga memiliki gangguan pendengaran. Hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi dimana dari lahir mereka tidak dipisahkan dari kedua orang tuanya sehingga mereka tidak dapat memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang baik saat tahap meraban. Subjek sudah berada di Dena Upakara sejak berumur 5 tahun. Ketika akan melanjutkan SMP, subjek ingin mencoba masuk sekolah umum, dan mengikuti ujian untuk sekolah umum. Nilai-nilai hasil ujian tersebut
terlalu
mendekati
batas
minimal
sehingga
keluarganya
memutuskan untuk tetap melanjutkan di SMPLB Dena Upakara dan berjanji ketika SMA nanti subjek diperbolehkan masuk sekolah reguler/ umum. Setelah masuk SMK, subjek tidak tinggal dengan kedua orang tuanya karena letaknya yang jauh. Jadi, subjek tinggal dengan kakak dari
50
ibunya (budhenya). Dari segi perekonomian keluarga subjek termasuk anak dari keluarga kurang mampu, dimana orang tuanya hanya bekerja sebagai penjahit yang penghasilannya hanya cukup untuk makan seharihari. Semua biaya yang diperlukan oleh subjek, ditanggung oleh keluarganya yang lain. Jarak antara sekolah dan tempat subjek tinggal cukup jauh sehingga setiap hari subjek diantar dan dijemput oleh saudaranya. Keluarga subjek tidak berani melepaskan subjek sendiri, sehingga kemanapun subjek pergi, harus diantar. Ketika wawancara dilakukan, subjek merasa senang karena subjek merasa mendapat teman baru dan dapat bercerita tentang apa yang ia rasakan. Ketika peneliti merasa kesulitan menangkap maksud yang diutarakannya, subjek tidak segan-segan untuk menuliskan maksudnya tersebut.
c. Subjek 3 Subjek 3 sedang menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi swasta di Jogjakarta yang mengambil jurusan teknik arsitektur. Mahasiswa semester V ini berasal dari Bogor dan telah menempuh pendidikan di sekolah reguler/ umum sejak SMP. Sebelumnya ia bersekolah di SDLB Don Bosco Wonosobo. Ia memiliki hobi membaca dan menonton, sehingga setiap ada film-film baru di bioskop, dia akan selalu menyempatkan untuk menonton.
51
Subjek ini berasal dari keluarga yang cukup berada, kedua orang tuanya adalah pegawai negeri sipil dan mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup baik. Subjek merupakan anak kedua dari empat bersaudara, kakaknya adalah mahasiswa kedokteran di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia adalah satu-satunya anak dengan gangguan pendengaran di keluarga tersebut. Di Jogjakarta, ia tinggal di rumah milik neneknya yang dijadikan kost-kostan cowok. Setiap hari ketika harus berangkat ke kampus, ia diantarkan oleh temannya atau naik kendaraan umum karena ia tidak diijinkan mengendarai kendaraan oleh kedua orang tuanya. Subjek juga cukup kooperatif selama proses wawancara dilakukan. Ia selalu berusaha menerangkan apa yang ia maksudkan, walaupun kadang ia merasa kesulitan untuk mengungkapkan maksudnya.
d. Subjek 4 Subjek 4 adalah seorang siswa di sebuah SMK di Jogjakarta. Subjek berasal dari keluarga yang cukup berada. Kedua orang tuanya bekerja, dan memiliki usaha wiraswasta dengan membuka bengkel di rumah. Anak kedua dari empat bersaudara ini cukup mandiri. Setiap hari subjek pergi dan pulang dengan mengendarai sepeda motor walaupun jarak antara rumahnya dan sekolah cukup jauh. Bila ingin pergi ke suatu
52
tempat ia terbiasa untuk pergi sendiri dan tidak perlu diantarkan. Bahkan subjek pernah menempuh perjalanan luar kota. Salah satu hal yang sering ia lakukan adalah main di mal bersama teman-temannya. Selain itu, subjek juga mempunyai hobi modelling. Ia sering menjuarai beberapa kontes yang diadakan di Jogjakarta dimana ia bersaing dengan kontestan-kontestan yang normal. Subjek
termasuk
anak
yang
menyenangkan,
ia
senang
menceritakan apa yang pernah ia alami. Hal ini sangat membantu dalam proses wawancara yang dilakukan.
B. Tahap Pengambilan Data
Tahap pengambilan data dilakukan setelah menyelesaikan tahap pre-lapangan, dimana tahap pre-lapangan tersebut terdiri dari beberapa langkah yaitu menyusun rancangan penelitian, mencari informasi mengenai responden yang sesuai dengan kriteria, menetapkan lokasi dan menetapkan responden yang akan digunakan serta menetapkan metode pengambilan data, peneliti kemudian melanjutkan pada tahap penelitian. 1.
Tahap Pengurusan Perijinan Pada tahap ini, peneliti mengurus perijinan langsung pada responden yang
bersangkutan karena peneliti sudah mengenal responden sebelumnya, dan ada yang melalui lembaga pendidikan tempat responden menuntut ilmu. Perijinan yang langsung dilakukan pada responden tidak membutuhkan waktu lama, hanya
53
langsung menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan pengumpulan data sedangkan perijinan yang melalui lembaga pendidikan, memerlukan waktu beberapa hari untuk proses tersebut dan dijelaskan aturan yang harus dipatuhi seperti apa. Perijinan sendiri dilakukan agar ada pihak yang mengetahui bahwa murid di lembaga pendidikan tersebut menjadi responden untuk penelitian ini. Pada tahap ini, peneliti juga mencari informasi pada lembaga tersebut mengenai gambaran karakteristik subjek. 2.
Tahap Catatan Lapangan Pre-Penelitian Peneliti melakukan kunjungan ke lokasi penelitian meminta ijin perihal
proses wawancara yang akan dilakukan sekaligus berkenalan dengan subjek, memberikan surat perijinan untuk orang tua mereka serta meminta biodata subjek guna kelancaran proses pengumpulan data. 3.
Tahap Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi langsung
pada saat wawancara dan proses perijinan berlangsung.
Tabel 4. Tahap pengumpulan data No.
Tanggal
1.
15 November 2007
2.
20 November 2007
3.
2 Desember 2007
Keterangan Mencari tahu informasi tentang siswa tuna rungu yang menempuh pendidikan di sekolah umum di Jogjakarta Mencari informasi mengenai siswa yang sudah lulus dan bersekolah di sekolah umum Mencari informasi keberadaan siswa tuna rungu yang bersekolah di sekolah tersebut dan menanyakan bagaimana prosedur
54
Lokasi HKI (Hellen Keller Indonesia) – Jogjakarta SLB Kalibayem – Jogjakarta SMK BOPKRI 2 Bintaran – Jogjakarta
perijinan serta melakukan observasi dan pendekatan dengan subjek 4.
12 Januari 2008
5.
15 Januari 2008
6.
21 Januari 2008
7.
1 Februari 2008
8.
11 Februari 2008
9.
23 Februari 2008
10.
29 Februari 2008
11.
10 Maret 2008
12.
25 Maret 2008
13.
31 Maret 2008
14.
9 April 2008
SMK BOPKRI 2 Menyerahkan surat ijin kepada Bintaran– kepala sekolah Jogjakarta Menemui subjek 1 yang sudah dikenal terlebih dahulu untuk Kampus III Sanata meminta kesediaan menjadi Dharma, Paingan responden penelitian sekaligus – Jogjakarta melakukan observasi Menemui subjek 2 untuk SMK BOPKRI 2 meminta kesediaannya sekaligus Bintaran– melakukan observasi Jogjakarta Kampus III Sanata Wawancara dan observasi subjek Dharma, Paingan 1 – Jogjakarta RM. Bakmi Kadin Wawancara dan observasi subjek Jl. Sultan Agung – 2 Jogjakarta Menghubungi subjek 3 untuk meminta kesediaan menjadi Kampus II Atma responden penelitian dan Jaya – Jogjakarta observasi Rumah tempat Wawancara dan observasi subjek tinggal di lanjutan subjek 2 Jl. Godean Wawancara dan observasi subjek Kampus II Atma 3 Jaya – Jogjakarta Menemui subjek 4 untuk SMK BOPKRI 2 – meminta kesediaannya dan Jogjakarta melakukan observasi Wawancara dan observasi subjek Warung Steak di 4 Jl. Tamansiswa Foodcourt Wawancara dan observasi Tamansari, Plaza Ambarukmo – lanjutan subjek 4 Jogjakarta
55
4.
Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data Setelah memperoleh semua data yang dibutuhkan dan melakukan verbatim,
koding dan interpretasi, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan mengkonfirmasi kembali kepada subjek mengenai hasil wawancara yang telah dilakukan apakah sudah sesuai dengan yang dimaksud oleh subjek. Berikut ini detail proses pemeriksaan keabsahan data tersebut:
Tabel 5. Tahap pemeriksaan keabsahan data No.
Tanggal
1.
9 September 2008
2.
10 September 2008
3.
15 September 2008
4.
16 September 2008
5.
17 September 2008
6.
22 September 2008
Keterangan
Lokasi
Kampus III Sanata Menyerahkan hasil wawancara Dharma, Paingan subjek 1 – Jogjakarta Menyerahkan hasil wawancara Kampus II Atma subjek 3 Jaya – Jogjakarta Mengambil hasil wawancara Kampus III Sanata yang telah diperiksa kembali oleh Dharma, Paingan subjek 1 – Jogjakarta SMK BOPKRI 2 Menyerahkan hasil wawancara Bintaran – subjek 2 dan 4 Jogjakarta Mengambil hasil wawancara Kampus II Atma yang telah diperiksa kembali oleh Jaya – Jogjakarta subjek 3 Mengambil hasil wawancara SMK BOPKRI 2 yang telah diperiksa kembali oleh Bintaran – Jogjakarta subjek 2 dan 4
C. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kemudian digabungkan dan dikategorikan berdasarkan aspek-aspek yang ada dalam bentuk narasi.
56
Subjek 1 : Mahasiswi
Hambatan pendengaran yang dimiliki tidak menimbulkan munculnya gangguan
Melakukan penyesuaian diri di sekolah umum dengan baik
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Subjek 1 Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Memiliki kepercayaan diri yang besar, menerima kekurangan dan kelebihan
Merasa nyaman ketika berada di lingkungannya walaupun awalnya kesulitan dalam menyesuaikan diri; senang dapat bergaul dengan teman baru
Menjalin relasi dengan mencoba berkomunikasi dengan orang normal; merasa diterima oleh lingkungan karena ia pintar; relasi dengan teman normal membuatnya dapat lebih mengendalikan emosi
Dapat belajar pada pengalaman sebelumnya dan bisa mengatasi kesulitan
Realistis dan objektif, dapat menyadari kemampuan yang ia miliki dan apa yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasannya; fokus pada hal-hal penting dan informasi baru
Skema 2. Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi) Subjek 1.
57
1.
Subjek 1 Dilihat dari akibat gangguan pendengaran ada beberapa hal yang perlu
dilihat antara lain: a. Egosentrisme Subjek terlihat memiliki tekad yang kuat. Bila subjek sudah memiliki keinginan, seperti ketika ingin bersekolah di sekolah umum, ia akan berusaha supaya keinginannya itu terwujud walaupun tidak disetujui oleh orang tuanya. Karena keinginanku. Awalnya orang tua tidak setuju tapi saya protes. (WS1. C. 1-2) Subjek juga tidak pernah memikirkan apa yang sedang dirasakan orang lain. Menurut subjek, itu adalah urusan orang lain dan bila ia memikirkannya hanya akan menimbulkan masalah. Tidak usah dipikirkan karena itu urusan orang lain maka cuek. Kalau dipikirkan bisa membuat masalah. (WS1. BG. 1-3) Rasa ingin tahu subjek hanya berkaitan dengan informasi penting atau pengetahuan baru. Bila ingin tahu tentang sesuatu, misalnya apa yang sedang dikerjakan seseorang, subjek mencari tahu dengan membantu apa yang sedang dikerjakan orang tersebut. Jadi, ketika ada orang yang membicarakan sesuatu yang menurutnya tidak penting, subjek tidak merasa ingin tahu. Tidak penting jadi tidak ingin tahu. Tetapi kalau berkaitan dengan informasi penting atau pengetahuan baru, ingin tahu. (WS1. AT. 1-3) Dengan membantu mereka aku jadi tahu. (WS1. AV. 1)
58
Saat melihat teman yang bisa mendengar, terkadang timbul rasa iri. Ia beranggapan hal itu wajar, orang normal pun pasti pernah merasa iri, apalagi orang seperti dirinya, dengan gangguan pendengaran. Kadang aku merasa iri, mana mungkin nggak pernah iri dengan orang yang bisa mendengar. Semua orang saja, juga pasti pernah merasa iri. (WS1. N. 1-4)
b. Keluasan hidup Alasan subjek bersekolah di sekolah umum yang lainnya adalah keinginan subjek untuk memperluas pergaulan tidak hanya dengan temanteman tuna rungu, tetapi juga untuk dapat mengenal dan berkomunikasi dengan teman-teman yang normal. Saya ingin mencari kesempatan dalam memperluas pergaulan biar terbiasa bergaul, mengenal dan berkomunikasi dengan anak normal. (WS1. D. 1-4) Perkenalan dengan orang baru tidak membuatnya malu. Ia bahkan terlihat sangat gembira ketika bisa berkenalan dengan orang baru. Subjek tidak segan-segan untuk bertanya, memulai pembicaraan dengan teman barunya. (OS1. 37-42) Ibu subjek pun percaya bahwa subjek memiliki kemampuan untuk dapat mengikuti pelajaran di sekolah umum. Saya mencoba berbicara dengan mama dan mama mengerti maksud saya, mama bilang dia percaya kalau saya mampu mengikuti pelajaran di sekolah normal. (WS1. A. 13-17) Subjek tidak pernah membayangkan sekolah umum itu seperti apa. Hal ini membuat subjek benar-benar ingin mencoba dan berpikir bahwa ia akan
memperoleh
kesempatan
untuk
lebih
mengalahkan prestasi teman-teman yang normal.
59
berkembang
bahkan
Dan karena saya belum pernah bersekolah di sekolah normal maka saya ingin mencoba. (WS1. D. 8-10) Belum pernah membayangkan sebelumnya, tetapi saya pernah berpikir atau membayangkan betapa besar peluangku di sekolah normal, peluang untuk berkembang dan mengalahkan prestasi anak-anak normal. (WS1. F. 1-6)
c. Kelekatan Kemandirian yang dimiliki subjek membuatnya tidak merepotkan orang lain. Segala sesuatu yang bisa dilakukannya sendiri, akan dia lakukan tanpa meminta bantuan orang lain, termasuk bila ia harus pergi ke suatu tempat dengan menggunakan angkutan kota. Ia hanya membutuhkan bantuan orang lain ketika memerlukan informasi tentang angkutan yang harus dinaikinya. Aku sudah pernah mencoba naik angkutan kota. Sebelumnya aku bertanya dulu kepada teman. Kalau mau ke Amplas naik jurusan apa, bagaimana caranya memanggil, membayar sampai saya bisa turun lagi. Naik motor juga uda pernah. (WS1. BK. 1-6) Ketika hendak bepergian subjek sudah terbiasa untuk menyiapkan segala sesuatunya sendiri termasuk mencari tiket angkutan yang akan ia gunakan. Dalam memenuhi keperluannya subjek tidak segan-segan untuk mencoba memenuhinya sendiri. (OS1. 30-36) Subjek tidak pernah takut dan ragu untuk mencoba sesuatu, meskipun ia mencobanya sendiri. Bila subjek meminta bantuan orang lain, subjek merasa bahwa dirinya bisa menyusahkan orang lain. Tidak pernah takut. (WS1. BM. 1) Aku selalu pergi sendiri. (WS1. BL. 1) Bisa menyusahkan atau merepotkan orang lain. (WS1. BJ. 1-2) Tidak boleh ragu-ragu, mengerjakan sendiri, kalau salah diperbaiki. (WS1. AV. 1-2)
60
Ia bebas melakukan apa saja, tidak tergantung pada orang lain. (OS1. 55-57) Begitu pula ketika subjek menghadapi suatu masalah, ia akan berusaha untuk menyelesaikannya sendiri. Saya bisa menyelesaikannya sendiri. (WS1. AG. 1) Kesendiriannya dalam melakukan segala sesuatu membuat subjek bisa lebih mandiri dan berkembang. Bila tidak berusaha sendiri dan mengandalkan orang lain, subjek merasa ia tidak akan tahu apa-apa. Namun, subjek juga merasa bahwa dirinya masih membutuhkan orang lain, untuk saling membantu dan melengkapi pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing individu agar pengetahuan yang dimiliki bertambah. Sendiri bisa lebih mandiri dan berkembang. Kalau nggak berusaha sendiri nggak tahu apa-apa. Kalau bersama-sama bisa saling membantu dan melengkapi biar pengetahuan lebih kaya. (WS1. AN. 1-5) Fokus subjek terhadap tujuannya untuk menimba ilmu, membuat subjek lebih memilih saat proses belajar-mengajar dibandingkan saat istirahat dan berkumpul bersama teman-teman. Proses belajar mengajar karena bisa menambah pengetahuan. (WS1. AP. 1-2) Adanya dosen pembimbing akademik di perkuliahan membuat subjek terbantu, sedangkan selama subjek bersekolah di SMP maupun SMA ia tidak memiliki guru pendamping. Senang tapi di sekolah SMP/ SMA tidak ada guru pendamping. Kalau kuliah ada dosen pembimbing akademik. (WS1. AO. 1-3)
61
d. Keasyikan yang dimiliki Subjek juga pernah merasakan kesepian tetapi tidak pernah memikirkannya. Subjek berusaha menghilangkan kesepian itu dengan mengisi waktunya untuk beraktivitas, misalnya belajar. Pernah tapi saya tidak pernah memikirkan kesepian karena saya mau melakukan kegiatan atau aktivitas misalnya belajar. (WS1. BH. 1-3) Ia lebih memilih untuk sendiri mempelajari materi-materi kuliah yang belum ia mengerti. (OS1. 65-67) Subjek pun bisa mengerti kapan saatnya bergurau atau bercanda dengan teman-temannya sehingga ia tidak merasa sakit hati ketika diganggu atau diisengi oleh teman-temannya. Pernah waktu bergurau dalam pergaulan atau bercanda. (WS1. T. 12) Sikapnya yang menyenangkan ini membuat teman-temannya memberikan bantuan yang subjek butuhkan dengan senang hati. Ya kalau kuliah aku lebih sering meminta bantuan teman- teman. Kalau aku tidak mengerti aku minta diajari. Mereka merasa senang bisa membantuku. (WS1. Z. 1-4) Saat mengerjakan tugas atau belajar subjek jarang terlihat bersama teman-temannya, ia lebih senang sendiri. Bila ia mengalami kesulitan barulah ia mencari teman yang dapat membantunya. (OS1. 49-53) Subjek sering mengetahui bahwa dirinya dijadikan bahan pembicaraan oleh teman-temannya yang lain, tetapi subjek tidak memperdulikan dan terkesan cuek karena bagi subjek, hal-hal seperti itu bila didengarkan akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu, subjek lebih memilih diam, bersabar dan bersikap tidak peduli. Sikap tidak pedulinya juga terlihat ketika ia bersuara. Subjek sering tidak bisa
62
menyadari dan mengontrol suaranya agar tidak terlalu keras dan tidak mengganggu orang lain. Pernah tetapi cuek. Kalau didengarkan akan menimbulkan masalah, jadi diam saja, cuek, sabar dan rendah hati. (WS1. AA. 1-3) Ia tidak memperdulikan bahwa terkadang ia mengeluarkan suara yang cukup keras sehingga menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. (OS1. 44-48)
e. Sifat infantil dan primitif Berkaitan dengan emosi, subjek dapat mengendalikan perasaannya dan tidak menunjukkan apa yang sedang ia rasakan di depan orang lain, misalnya saat subjek merasa sedih. Apa yang aku rasakan tidak perlu ditunjukkan di depan orang lain. (WS1. BE. 1-2) Tidak usah dipikirkan kalau sedih. Kalau sedih juga tidak diperlihatkan di depan teman-teman. (WS1. BC. 1-3) Hal yang dapat membuatnya senang adalah saat ia memperoleh nilai tertinggi. Subjek menangis ketika ia memperoleh nilai jelek karena subjek tidak diberitahu bahwa akan ada ulangan. Hal ini membuat subjek menjadi rajin bertanya apakah akan ada ulangan atau ujian. Senang sekali karena berhasil dapat nilai tertinggi. (WS1. BF. 1-2) Pernah menangis karena mendapat nilai jelek karena ada beberapa teman tidak memberitahu tentang ulangan harian maupun ulangan mendadak pada awal (pertama kali) masuk sekolah. Kemudian lamalama sudah terbiasa karena harus rajin bertanya. (WS1. BD. 1-7) Subjek akan lebih emosional ketika ia berada di antara temantemannya yang tuna rungu, sedangkan saat bersama teman-teman yang normal, subjek dapat lebih mengendalikan emosi.
63
Kalau sama orang normal tidak pernah marah. Tapi kalau sama tunarungu yang lain pernah marah dan bertengkar, karena anak tunarungu lebih emosional. (WS1. BB. 1-4) Berkaitan dengan materi, subjek tidak pernah iri atas apa yang dimiliki oleh orang lain, karena ia percaya bahwa orang tuanya akan memberikan. Tidak pernah iri. Tidak usah dipikirkan karena orang tua akan memberi. (WS1. BI. 1-2)
Berkaitan dengan kriteria penyesuaian diri yang baik ada beberapa hal yang dapat dilihat antara lain: a. Self image Subjek mengalami gangguan pendengaran sejak lahir. Gangguan pendengaran ini disebabkan karena ibunya terjatuh sewaktu mengandung subjek, sehingga bayi yang dikandung mengalami gangguan. Namun demikian, subjek mampu menerima kondisi dirinya yang mempunyai gangguan pendengaran dan tidak pernah menyalahkan orang lain. Iya, saya bisa menerima karena saya adalah mahkluk yang diciptakan Tuhan. Tuhan memberi percobaan pada saya yang punya kekurangan fisik. (WS1. AW. 1-4) Sebelumnya ia telah menempuh pendidikan di sekolah umum sejak SMP. Hal ini membuat subjek menjadi terbiasa bergaul dengan temanteman yang normal sehingga ia menjadi lebih percaya diri. (OS1. 914) Kekurangan yang ia miliki membuat subjek dapat merasakan bahwa Tuhan itu Maha Adil, yang memberikan kelebihan dan juga kekurangan pada setiap manusia. Hal inilah yang membuat subjek tetap percaya diri dan tidak minder atas kekurangannya.
64
Tuhan itu Maha Adil. Dia memberi kelebihan untuk menutupi kekurangan. Orang normal juga mempunyai kekurangan dan kelebihan sehingga kita bisa saling membantu, saling melengkapi. (WS1. AY. 1-6) Walaupun ia pernah merasa sedih, minder atas kekurangannya, tetapi ia tidak pernah menyombongkan diri atas kecerdasan dan fisik yang cukup cantik. Ia hanya merasa bangga dengan apa yang ia miliki. Hal ini seperti yang ia ungkapkan : Saya tidak mau menyombongkan diri. cerdas belajar sehingga selalu mendapat nilai tertinggi dan ranking tertinggi di sekolah, saya ranking I dan II; kedua, cantik tapi kata orang, aku tidak mau menyombongkan diri. (WS1. AX. 1-8) Atas usaha dan kepercayaan dirinya subjek berhasil masuk ke sekolah umum. Keberhasilannya masuk ke sekolah umum karena subjek percaya bahwa dirinya mampu dan subjek harus menunjukkan kemampuannya itu agar diperbolehkan dan diberi kepercayaan untuk masuk ke sekolah umum. Kalau prestasi bagus boleh masuk sekolah normal jadi saya berusaha keras. Akhirnya diperbolehkan masuk sekolah normal karena berhasil dapat ranking I dan nilai tertinggi di antara teman-teman sekelas di sekolah khusus. (WS1. D. 10-15)
b. Kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Saat pertama kali subjek memasuki lingkungan yang baru, yaitu sekolah umum ia merasa khawatir, cemas dan was-was karena subjek merasa kesulitan untuk menyesuaikan diri. Selain itu, subjek juga mengalami ketakutan atas perlakuan teman-temannya ketika mengetahui bahwa dirinya tidak bisa mendengar.
65
Saya merasa cemas atau was-was waktu pertama kali masuk karena sulit dalam menghadapi penyesuaian di sekolah normal, terus saya juga takut diejek dan dihina. (WS1. G. 1-5) Ketakutan atas perlakuan teman-temannya ini ia ceritakan pada kedua orang tuanya dan mereka menyarankan untuk tidak memperdulikan apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh orang lain. Tapi orang tua mengatakan cuek saja, mereka bilang apa tidak usah dipedulikan apa yang diucapkan oleh mereka. (WS1. G. 6-9) Setelah itu subjek tidak lagi merasa cemas dan takut. Ia pun senang dapat bergaul dengan teman-teman baru. Aku senang kalau mau berangkat ke sekolah, aku tidak pernah merasa cemas, takut. (WS1. K. 1-3) Senang sekali karena punya teman baru sehingga saling membantu. Puas rasanya bisa bersekolah di sekolah biasa. (WS1. L. 1-3)
c. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal Subjek berusaha menyesuaikan diri dengan teman-temannya di sekolah umum dengan mencoba berkomunikasi meskipun ada yang mengerti dan ada yang tidak mengerti apa yang ia katakan. Penyesuaian diri yang subjek lakukan termasuk juga masalah mode. Pertama kali mencoba berkomunikasi dengan teman-teman normal, ada beberapa yang mengerti tetapi ada beberapa juga yang tidak mengerti. Saya mencoba mendekati teman-teman supaya dapat berkomunikasi, lama-lama sudah terbiasa dan tidak gugup lagi. (WS1. E. 4-10) Penampilan subjek cukup menarik, ia selalu mengikuti mode yang sedang ngetrend di kalangan mahasiswa. (OS1. 6-9) Hambatan paling besar yang subjek hadapi adalah masalah komunikasi tersebut, sehingga subjek harus sering berlatih.
66
Ya merasa terhambat dalam komunikasi caranya harus latihan dalam berkomunikasi yaitu artikulasi, baca bibir orang. Selain itu tentang pelajaran. Misalnya, ada tugas atau tidak, materi tugas apa, kapan tugas dikumpulkan, dll. Dan harus rajin belajar dan membaca semua mata pelajaran agar dapat mengerjakan soal ulangan harian sehingga mendapatkan nilai bagus. (WS1.V. 1-10) Subjek merasa diterima oleh lingkungannya karena ia pintar. Hal inilah yang membuat subjek termotivasi untuk rajin belajar. Bila subjek memperoleh nilai jelek, subjek merasa dijauhi oleh teman dan gurunya. Rajin belajar biar dapat nilai bagus dan ranking I agar disenangi guru dan teman-teman sehingga diterima mereka. (WS1. I. 1-3) Mereka menerima dan merasa senang karena pintar. (WS1. U. 1-2) Ya pernah dijauhi kalau nilainya jelek. (WS1. AC. 1) Subjek juga merasa sangat terbantu dengan adanya teman sebangku yang memahami kondisinya. Berbeda dengan kuliah, dimana teman sebangku selalu berganti sehingga kurang memahami bagaimana kondisi subjek. Teman sebangku lebih memahami saya sehingga sudah terbiasa, apalagi waktu di SMP dan SMA kan ketemunya lebih teratur. Kalau kuliah kan berbeda. (WS1. X. 7-10) Relasi dengan banyak teman normal membuat subjek lebih dapat mengendalikan emosinya dibandingkan saat ia berada di antara temantemannya yang tuna rungu. Ini disebabkan karena individu tuna rungu lebih emosional sehingga membuat mereka lebih sering bertengkar. Meskipun sering bertengkar, subjek tetap berusaha menjaga hubungan mereka tetap baik dengan berusaha berbaikan lagi.
67
Kalau sekolah umum tidak bertengkar dengan teman-teman normal. Tapi kalau dengan tunarungu dulu sering, karena masalah sepele tetapi kan tunarungu lebih emosional. (WS1. AB.1-5) Dalam pergaulan dengan teman-teman ia juga pernah merasa minder. Hal ini subjek anggap sebagai hal yang wajar yang dialami oleh semua anak tuna rungu, karena memiliki kekurangan dalam kemampuan mendengar. Sewaktu bersama teman-teman pernah merasa minder dalam pergaulan. Secara umum, anak tuna rungu merasa minder untuk bergaul. (WS1. M. 1-4) Demikian juga saat subjek harus bergaul dengan lawan jenis, subjek merasa rendah diri. Di sekolah sebelumnya, subjek tidak pernah berinteraksi dengan lawan jenis, sedangkan ketika berada di sekolah umum subjek juga harus berinteraksi dengan lawan jenis. Lama-kelamaan subjek menjadi terbiasa ketika harus bergaul dengan lawan jenis. Pertama kali rendah diri tetapi lama-lama terbiasa karena sering belajar kelompok. Itu yang membuat lama-kelamaan terbiasa bergaul dengan cowok. Apalagi aku orangnya cuek. (WS1. O. 1-5) Saya juga belum terbiasa berada di sekolah campur antara cewek dan cowok karena waktu di SLB kan khusus putri. (WS1. E. 11-14)
d. Persepsi akurat terhadap realitas, realistis dan objektif, dan efisiensi kerja Subjek menyadari bahwa dirinya tidak memiliki minat di bidang keterampilan yang ditawarkan oleh sekolah khusus tempat ia bersekolah dahulu, sehingga ia memilih untuk bersekolah di sekolah umum. Nilainilai mata pelajaran prakteknya selalu jelek tetapi kalau pelajaran teori
68
nilainya selalu bagus. Namun, keinginannya ini ditentang kedua orang tuanya karena mereka belum mempercayai kemampuan subjek. Keadaan ini dapat dilihat dari hasil wawancara subjek : Kan sekolah kejuruan jadi saya harus memilih mau tata boga atau tata busana. Padahal saya tidak suka keduanya. Kalau praktek nilai saya jelek tapi kalu nilai-nilai pelajaran teori, nilai saya selalu bagus. Saya tidak ingin untuk meneruskan sekolah di sekolah tersebut, saya berinisiatif untuk bersekolah di sekolah normal, tetapi orang tua saya tidak setuju. (WS1. A. 3-12) Saya diijinkan masuk sekolah normal asal saya memperoleh nilai yang bagus dan mendapat ranking I atau II. (WS1. A. 21-23) Setelah berhasil menunjukkan bahwa dirinya mampu, subjek lalu mendapat kepercayaan untuk menempuh pendidikan di sekolah umum. Hanya saja tidak semua sekolah umum mau menerima siswa dengan gangguan pendengaran. Akhirnya subjek berhasil menemukan sekolah umum yang mau menerima dirinya, walaupun ia harus merelakan 1 tahun untuk mengulang dari kelas 1 SMP. Mencoba masuk SMP Susteran tetapi ditolak karena saya tidak bisa mendengar. Lalu ke SMP Bruderan dan mereka bisa menerima saya. Saya merasa senang sekali. Tetapi saya tetap harus mengulang pelajaran dari kelas I, tidak apa-apa, saya mau. Karena saya memang ingin masuk sekolah normal. (WS1. A. 29-36) Dalam pergaulannya dengan teman-teman, subjek lebih fokus pada segala sesuatu yang menguntungkan dirinya, yang bisa memberikannya informasi penting. Ia selalu berusaha mencari tahu. Bila ia melihat temantemannya bercanda, ia tidak tertarik untuk tahu apa yang sedang mereka tertawakan. Hal ini terlihat dari pernyataan subjek bahwa : Kalau mereka sedang tertawa tapi aku tidak tahu apa yang mereka tertawakan, aku diam saja. Kalau mereka melakukan sesuatu
69
berkaitan dengan informasi penting, aku cari tahu dan ikut membantu apa yang sedang mereka lakukan. (WS1. S. 1-7) Adanya keterbatasan yang ia miliki membuat subjek harus lebih aktif mencari informasi. Pencarian informasi tersebut membutuhkan komunikasi. Saat berkomunikasi tidak jarang terjadi kesalahan penafsiran. Ini terjadi bila orang tidak berbicara dengan jelas dan tidak mampu memahami. Kalau orang bicara jelas, tidak salah tanggap, tapi kalau orang bicara tidak jelas bisa salah tanggap. Dan kalau tidak memahami bisa menimbulkan kekacauan. (WS1. AE. 1-4) Kesalahan penafsiran tersebut bisa disebabkan karena orang normal tidak mengerti apa yang dimaksud oleh subjek. Subjek berbesar hati bahwa dirinya memiliki kekurangan yang menyebabkan terhambatnya komunikasi dan subjek tetap berusaha untuk menerangkan maksudnya. Berusaha untuk menerangkan maksudku tapi tidak boleh kecewa. Karena saya harus menyadari kekurangan saya. (WS1. AF. 1-3) Begitu juga sebaliknya, bila ia tidak mengerti apa yang orang lain katakan, ia minta untuk diulangi, termasuk ketika guru menerangkan pelajaran dan subjek merasa tidak mengerti. Kalau saya belum mengerti saya minta tolong ulangi sampai saya jelas. (WS1. P. 1-2) Subjek juga berusaha untuk selalu mentaati peraturan yang ada, dari guru ataupun dosen, meskipun subjek kadang pernah datang terlambat mengikuti pelajaran atau perkuliahan. Cita-cita yang dimiliki subjek adalah ia ingin menjadi orang sukses dengan membuka usaha sendiri dan bekerja keras agar bisa sukses seperti kedua orang tuanya.
70
Subjek ingin sukses seperti kedua orang tuanya dengan membuka usaha sendiri. (OS1.27-29) Subjek sangat kagum dengan orang tuanya yang rela bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan anak-anaknya. (OS1. 23-26)
e. Pembelajaran pada pengalaman masa lalu dan situasi baru, serta kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Berdasarkan pengalamannya, subjek merasa bahwa pengetahuan yang ia peroleh di sekolah khusus lebih lambat dan sempit. Alasan inilah yang memperkuat subjek untuk bersekolah di sekolah umum. Selain itu, untuk memperluas pengetahuan karena pengetahuan di sekolah khusus lebih lambat, kecil dan sempit. (WS1. D. 4-7) Perlahan-lahan subjek berusaha untuk menyesuaikan diri karena ia belum terbiasa dengan situasi dan kondisi di sekolah umum. Saat pertama kali berada di sekolah umum subjek merasa gugup. Gugup pada awal masuk sekolah karena belum terbiasa di sekolah normal dan teman-teman kaget ketika tahu kalau saya tuna rungu. (WS1. E. 1-4) Subjek termasuk orang yang mengerti apabila ia melakukan kesalahan, harus diperbaiki terutama dalam hal pengerjaan tugas. Harus diperbaiki dengan cara yang benar agar lebih memahami dan memperoleh hasil yang benar sehingga nilai bagus. (WS1. AJ. 1-4) Dalam menghadapi berbagai kesulitan, subjek tetap berusaha untuk dapat mengatasinya. Selain kesulitan dalam berkomunikasi dan bergaul, subjek juga mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran tertentu, terutama yang belum pernah diajarkan di sekolah sebelumnya.
71
Pertama kesulitan berkomunikasi dan bergaul. Kedua, saya kesulitan menerima pelajaran tertentu, misalnya, bahasa jawa karena belum diajari di sekolah khusus. (WS1. H. 1-4) Kesulitannya dalam mengikuti proses belajar mengajar, membuat subjek merasa rendah diri. Namun, subjek berusaha mengatasinya dengan tekun belajar agar dapat meningkatkan prestasinya sehingga subjek merasa percaya diri dan dapat mengikuti pelajaran dengan mudah. Aku merasa rendah diri. Yang kulakukan untuk menghilangkan rasa rendah diri adalah rajin belajar dengan ulet dan tekun sehingga meningkatkan prestasi dan mengubah menjadi PeDe dan mudah mengikuti proses belajar–mengajar. Yang terpenting adalah keberanian. (WS1. J. 1-7) Bila subjek ketinggalan pelajaran subjek berusaha mengatasinya dengan belajar sendiri ataupun dalam kelompok. Namun, ketika subjek tidak dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain, ia merasa sendiri dan tersisih, misalnya saat tidak dapat mencatat pelajaran dengan cepat. Perasaanku merasa sendiri. Teman-temanku sibuk mencatat dan aku ketinggalan, aku waktu pertama merasa tersisih. (WS1. R. 1-4) Pengalaman-pengalaman sebelumnya juga dapat membantu subjek agar menjadi lebih baik lagi. Dari pengalaman-pengalaman itu aku juga berusaha memperbaiki agar lebih baik. (WS1. AH. 1-3) Kesulitannya dalam proses belajar-mengajar tidak membuat subjek merasa tertekan. Hanya saja ketika subjek akan menghadapi ujian atau memiliki banyak tugas, subjek merasa stres. Aku merasa biasa saja, tidak merasa tertekan atau takut saat pelajaran. (WS1. AQ. 1-2)
72
Subjek juga tidak pernah sakit yang disebabkan karena stres dan tertekan, tetapi hanya karena kurang menjaga kesehatan. Pernah tapi karena kurang menjaga kesehatan bukan karena stress. (WS1. AM. 1-2)
73
Subjek 2 : Siswi SMK
Hambatan pendengaran yang dimiliki menimbulkan kelekatan pada orang lain
Penyesuaian diri yang dilakukandi sekolah umum sedikit terhambat
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Subjek 2 Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Kurang memiliki kepercayaan diri sehingga subjek menjadi individu pendiam dan pemalu
Merasa kurang puas dengan kondisi sekolahnya; tertekan saat menghadapi ujian; tetapi puas dengan nilai yang diperoleh
Relasi dengan orang lain terlihat kurang baik terutama lawan jenis karena awalnya subjek menutup diri lagipula subjek memiliki sifat pendiam dan pemalu
Sering ketinggalan pelajaran sehingga ia harus bertanya dengan teman dan membuatnya tidak berani aktif di kelas ataupun saat belajar kelompok
Menyadari bahwa kesulitan komunikasi membuat orang tidak dapat memahami maksudnya bahkan bisa membuat salah persepsi
Skema 3. Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi) Subjek 2.
74
1.
Subjek 2 Dilihat dari akibat gangguan pendengaran ada beberapa hal yang perlu
dilihat antara lain: a. Kelekatan Di sekolah, bila membutuhkan sesuatu subjek akan meminta bantuan dari teman terutama teman dekat. Teman dekat subjek adalah teman sebangkunya, yang selalu membantu subjek. Di rumah, subjek lebih dekat dengan buleknya. Bila subjek akan melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu, ia selalu menanyakan pendapat buleknya terlebih dahulu. Teman karena kalau sama guru biasa saja, tidak dekat, lebih enak sama teman. Kalau di rumah sama bulek. Kalau curhat juga sama bulek, kalau di sekolah curhat sama teman dekat. Kalau sama teman lain takut bocor. (WS2. AK. 1-6) Iya aku tanya dulu, minta pendapat biasanya sama Bulek. (WS2. AZ. 1-2) Subjek hanya dekat dengan buleknya yang tinggal bersamanya di rumah budhenya. Bila sedang memiliki masalah kepada buleknya inilah ia dapat lebih terbuka. (OS2. 45-48) Kedekatannya dengan teman-teman membuat subjek memilih berada di antara teman-temannya dibandingkan saat harus sendirian. Aku lebih senang kalau ada teman-teman, kalau tidak ada pelajaran, gosip macem-macem sama teman. (WS2. AR. 1-3) Rasa takut akan muncul dalam diri subjek saat ia merasa sendiri, karena subjek akan merasa kebingungan bila ia butuh sesuatu tetapi tidak ada yang membantu. Oleh karena itu, ketika teman dekatnya keluar dari sekolah, ia merasa kesepian.
75
Iya, aku takut kalau sendiri kan kalau aku butuh sesuatu aku bingung mau minta tolong siapa. (WS2. AY. 1-3) Pernah waktu Mijil keluar dari sekolah aku kesepian. (WS2. AM. 1-2) Subjek pernah mencoba pulang sekolah sendirian karena ia ingin sekali berangkat dan pulang sekolah sendiri dengan menggunakan angkutan kota. Setelah subjek mencoba, ternyata subjek merasa ketakutan dan sesampainya di rumah ia menangis. Selama ini, subjek selalu diantar dan dijemput oleh saudaranya karena keluarganya tidak sampai hati melepaskan subjek sendirian. Pernah dulu aku pernah ingin pulang sendiri supaya tidak merepotkan. Aku naik becak. Tapi sampai rumah aku menangis, ternyata aku takut juga sendirian, tidak terbiasa. (WS2. AW. 1-5) Mereka juga tidak tega untuk membiarkan subjek berangkat ke sekolah dengan menggunakan angkutan umum tetapi selalu mengantar jemput subjek. (OS2. 55-59)
b. Sifat infantil dan primitif Saat subjek merasa sedih ia akan menangis di kamar. Subjek merasa sedih terutama saat ia rindu dengan kedua orang tuanya. Ia bertemu kedua orang tuanya saat liburan panjang, libur semester atau libur lebaran. Subjek juga merasa sedih karena ia belum memiliki pacar. Sedih sekali karena aku nggak bisa denger sampai menangis kalau lagi sedih, aku juga menangis kalau lama tidak bertemu orang tua hanya pelan-pelan saja. Menangis di kamar. Nggak punya cowok juga kadang bikin sedih hehehe... (WS2. AD. 1-6) Kalau libur panjang kayak libur semester atau libur lebaran. (WS2. AE. 1-2)
76
Namun, kesedihannya tidak ia perlihatkan di depan orang lain dan berpura-pura gembira. Di kamar, ia menuangkan kesedihannya dengan menulis buku harian. Buku hariannya adalah tempat dimana subjek dapat mencurahkan segala isi hati dan perasaannya tanpa ada yang ditutuptutupi. Saat sedih aku pura-pura gembira di depan teman-teman. Kalau sudah di kamar aku sering menulis buku harian. (WS2. AF. 1-3) Subjek tidak menceritakan semua perasaannya kepada buleknya tetapi ia juga lebih senang untuk menuangkan apa yang ia rasakan dengan menuliskannya di buku harian. (OS2. 49-53) Berbeda saat sedang marah, ia akan cemberut walaupun di depan teman-temannya. Hal yang membuatnya marah biasanya karena ia sering diganggu atau ada yang mengejek karena subjek tidak bisa mendengar. Kalau aku marah biasanya aku cemberut, teman-temanku sering mengganggu, kadang ada yang sering ejek karena aku nggak bisa dengar. Aku juga sering marah dan mengeluh kalau disuruh cuci piring. (WS2. AC. 1-5) Sifat pemalunya membuat ia lebih sering menghindar dengan berbagai alasan bila diajak untuk menemani teman-teman saudaranya yang sedang bertamu. Subjek lebih sering menghindar apabila diajak untuk menemani tamu saudara-saudaranya. (OS2. 42-44)
77
Berkaitan dengan kriteria penyesuaian diri yang baik ada beberapa hal yang dapat dilihat antara lain: a. Self image Subjek memiliki gangguan pendengaran sejak dan membuatnya terhambat untuk berbicara karena dia tidak memperoleh bimbingan saat dalam masa perkembangan bicara dan bahasanya. Gangguan yang ia miliki membuatnya tetap bersyukur pada Tuhan karena subjek masih diberi tubuh yang lengkap. Ia juga merasa bangga masih diberi kelebihan menjahit. Hal ini terlihat dari : Aku bersyukur kepada Tuhan karena tidak ada tubuhku yang nggak lengkap. (WS1. O. 1-3) Kelebihanku cuma bisa menjahit jadi aku tidak malu. (WS2. Q. 1-2) Berbeda ketika subjek harus berkomunikasi dengan orang lain. Subjek menjadi pemalu, dan merasa takut karena subjek merasa saat ia berusaha berbicara, suara yang keluar jelek. Begitu juga saat bertemu dengan teman lawan jenis. Malu, minder kalau bertemu dengan teman-teman normal, aku takut kalau mau ngomong, suaraku jelek. (WS2. J. 1-2) Minder, malu aku cuma terus lihat dia kalau ganteng tapi nggak berani kenalan. (WS2. U. 1-2)
b. Kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Saat berhasil masuk sekolah umum, subjek merasa kurang puas karena kondisi sekolahnya tidak seperti yang ia bayangkan. Meskipun ia
78
merasa kurang puas, ia berhasil memperoleh nilai-nilai yang cukup memuaskan. Sedikit tapi lumayan puas dengan nilai-nilaiku. (WS2. Z. 1-2) Walaupun berhasil memperoleh nilai yang memuaskan, subjek terkadang juga merasa tertekan saat akan menghadapi ujian. Terutama untuk pelajaran-pelajaran tertentu, misalnya Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Ini disebabkan gangguan pendengaran yang subjek miliki membuat ia tidak dapat menangkap pelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara : Kadang merasa tertekan, waktu ulangan, terutama ulangan matematika. Mual tapi kadang-kadang juga. Kalau ulangan Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa takut juga tapi sedikit, kalau aku nggak tahu, aku lihat punya teman. (WS2. AT. 1-4) Namun, ketertarikannya pada pelajaran menjahit membuat subjek bersemangat saat berangkat ke sekolah di hari-hari yang ada pelajaran menjahit. Menjahit jadi aku paling semangat kalau berangkat sekolah saat ada pelajaran menjahit. Itu setiap hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu. (WS2. Y. 1-4) Subjek akan merasa lebih rileks saat istirahat dan bukan saat proses belajar-mengajar di kelas. Hal ini disebabkan karena ketika proses belajarmengajar berlangsung, subjek harus lebih memperhatikan apa yang dikatakan guru, sehingga ini membuat mata subjek menjadi cepat lelah. Istirahat karena aku bisa santai, bisa gosip, bisa maem. Kalau uda di kelas kan tegang, nggak bisa santai, harus perhatikan guru bicara. (WS2. AS. 1-4)
79
Subjek pernah mengetahui bahwa dirinya dianggap sombong oleh teman-temannya tetapi ia diam saja dan menerima semua yang dikatakan orang lain. Putri bilang temen-temen gosipin aku tentang aku cantik kok sombong, padahal karena aku pemalu dan nggak bisa denger. Tapi mereka tidak tahu kalau aku pemalu, ya sudah biarkan saja karena mereka juga bersikap biasa saja. Dan malah kalau bertemu mereka menyapaku. (WS2. AL. 1-7) Di sekolah ia berusaha agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Begitu juga dalam hubungannya dengan teman-temannya terutama dengan yang sesama jenis, ia terlihat lebih akrab dengan teman-teman wanitanya dibandingkan dengan lawan jenis. Ia selalu berusaha untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Hubungan dengan teman-temannya terlihat lebih dekat dengan sesama jenis. (OS2. 30-33)
c. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal Pertama masuk sekolah umum subjek hanya mempunyai satu orang teman dari sekolah khusus yang sama. Subjek menjadi menutup diri dengan teman-teman yang lain sehingga ia tidak mempunyai teman lain. Jadi awalnya aku nggak punya temen, hanya sama Mijil, temenku dari Dena juga tapi sekarang uda keluar. (WS2. J. 2-5) Sifat subjek yang pendiam dan pemalu disebabkan subjek merasa bahwa suaranya jelek. Ini membuat subjek memiliki hubungan yang kurang akrab dengan teman-teman sekelasnya. Menurut subjek, ia sudah berusaha untuk tetap ramah agar punya teman yang banyak. Biasa aja, aku kan malu dan pendiam karena suaraku jelek jadi aku malu. (WS2. AI. 1-2)
80
Tapi aku tetap berusaha agar punya teman banyak, jadi aku berusaha ramah. (WS2. S. 1-3) Berhadapan dengan teman-teman yang normal membuat subjek harus lebih bersabar ketika akan bercerita dengan mereka. Ia harus membaca gerak bibir mereka, tapi biasanya mereka yang tidak mengerti apa yang subjek katakan sehingga kadang subjek menggunakan bahasa isyarat. Aku biasanya cerita sambil bicara dan membaca bibir mereka, mereka ngerti tapi kalau mereka nggak ngerti aku baru pakai bahasa isyarat. (WS2. AH. 1-4) Teman-teman subjek sendiri tidak menolak subjek dengan kondisinya tersebut. Walaupun saat pertama kali melihat subjek, temanteman banyak yang mengejek bahkan menertawakan tetapi akhirnya mereka mengerti dan menerima kondisi subjek. Pada saat subjek membutuhkan bantuan, mereka bersedia membantu. Iya, mereka bisa nerima aku yang nggak bisa dengar. Awalnya banyak yang mengejek tapi ada temanku yang selalu membelaku, ada juga yang menertawakan. (WS2. R. 1-4) Iya, tapi kalau teman sebelahku tidak masuk aku tanya sama yang lain. Untungnya teman-teman baik, mau membantu. (WS2. M. 1-4) Subjek kurang terbiasa ketika harus bergaul dengan lawan jenis. Subjek merasa malu dengan suara yang ia miliki dan karena selama berada di sekolah khusus ia hanya bergaul dengan teman sesama jenis. Nggak, aku tidak punya teman cowok. Aku belum terbiasa berteman dengan cowok karena sekolahku dulu semua cewek dan nggak bisa dengar semua, jadi males dan lebih banyak diem karena aku malu suaraku jelek. (WS2. AJ. 1-6)
81
Subjek terlihat lebih menjaga jarak dengan lawan jenis. Ia bersikap tidak peduli atau cuek karena subjek belum terbiasa satu sekolah dengan lawan jenis. (OS2. 36-39) Pertengkaran dengan teman tidak pernah dialami oleh subjek karena ia lebih sering diam. Meskipun ia memiliki masalah, ia tidak mampu menyelesaikannya sendiri. Hal ini dikarenakan sifat subjek yang pendiam dan tertutup, tidak mau mempermasalahkan sesuatu. Namun, ia termasuk siswa yang disenangi oleh guru-gurunya karena ia cerdas. Nggak karena aku lebih sering diem. Dulu pernah ada masalah karena teman pinjam uang tidak dikembalikan tapi sudah lama dan sudah selesai, temanku Putri yang membantu selesaikan. (WS2. AQ. 1-5) Subjek termasuk orang yang pendiam dan tertutup tetapi bagi gurugurunya ia termasuk siswi yang menyenangkan karena ia cerdas. (OS2. 26-29)
d. Persepsi akurat terhadap realitas, realistis dan objektif, dan efisiensi kerja Subjek termasuk anak yang realistis, ia tidak pernah menyalahkan kedua orangtuanya yang juga tidak bisa mendengar atas kekurangan yang ia miliki. Hanya saja subjek pernah merasa iri dengan saudara-saudaranya dari pihak ibu karena tidak ada yang mengalami gangguan pendengaran seperti keluarga kandungnya. Nggak soalnya kan emang orangtuaku juga nggak bisa denger. Dulu aku pernah merasa iri kenapa saudara-saudaraku dari Ibu tidak ada yang seperti aku, kalau dari Bapak ada. (WS2. P. 1-5) Kekurangan yang ia miliki membuatnya menyadari bahwa tidak semua orang bisa memahami apa yang ia maksud. Jadi, bila apa yang ia
82
maksud tidak diketahui oleh lawan bicaranya, subjek mencoba menerangkan dengan menggunakan bahasa isyarat atau dengan tulisan. Iya tapi aku sadar karena aku tidak bisa dengar jadi aku pakai bahasa isyarat atau kutulis. (WS2. AP. 1-3) Demikian pula bila ia tidak mengerti apa yang orang bicarakan dan orang tertawakan. Subjek tidak langsung ikut tertawa, tetapi terlebih dahulu berusaha mencari tahu dengan bertanya apa yang mereka tertawakan. Tidak, teman-teman menertawakan sesuatu aku bingung apa yang mereka tertawakan, aku hanya tersenyum terus bertanya sama temanku, apa yang mereka tertawakan, baru aku ikut tertawa. (WS2. AB. 1-5) Kesulitan komunikasi ini pernah menimbulkan kesalahan persepsi yang membuat subjek membolos sekolah. Subjek mengira temantemannya mengatakan bahwa pelajaran selanjutnya kosong dan ia langsung pulang padahal gurunya sudah datang. Nggak tapi bolos pernah. Karena waktu itu aku nggak tau, karena aku salah tanggap kalau masih ada pelajaran jadi aku langsung pulang ternyata gurunya datang mengajar. Pernah juga disuruh membolos sama Pakde karena Pakde berpikir itu cuma gotong royong. (WS2. AO. 1-7) Berkaitan dengan masalah ekonomi keluarganya, subjek cukup dapat memahami sehingga ia tidak pernah menuntut banyak dari keluarganya. Bila ia ingin sesuatu ia akan berusaha
sendiri dengan
menabung uang jajannya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Selama ini pun subjek jarang jajan di luar, ia lebih senang makan di rumah karena lebih terjamin kebersihannya. Subjek merasa bersyukur keluarga
83
besarnya masih peduli padanya dan memberikannya kesempatan untuk bersekolah bahkan ia sudah diijinkan untuk melanjutkan pendidikannya sampai kuliah. Kondisi ekonomi keluarganya cukup dipahami oleh subjek. Ia cukup senang masih diberi kesempatan untuk bersekolah bahkan sampai kuliah. (OS2. 16-19) Subjek berusaha untuk menabung sendiri uang jajannya sehingga bisa membelinya sendiri. Subjek jarang sekali jajan di luar karena ia dibiasakan untuk selalu makan di rumah yang sudah terjamin kebersihannya. (OS2. 19-25)
e. Pembelajaran pada pengalaman masa lalu dan situasi baru, serta kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Pada malam sebelum subjek masuk sekolah umum pertama kali, ia mengalami stres dan merasa cemas sehingga ia muntah-muntah sampai 7 kali. Saat sudah berada di sekolah kondisinya sudah membaik. Tapi sebelum masuk hari pertama aku muntah-muntah 7 kali, paginya sudah tidak apa-apa, di sekolah juga tidak apa-apa. (WS2. I. 3-6) Subjek mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah umum karena tidak bisa mendengar apa yang guru katakan terutama saat pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Metode mengajar yang diberikan guru sedikit berbeda. Saat di sekolah khusus, guru lebih sering menulis di papan tulis sedangkan saat di sekolah umum guru lebih sering menerangkan secara lisan. Kesulitannya aku nggak bisa dengar guru ngomong apa waktu di kelas. Misalnya kalau pelajaran Matematika, Bahasa Inggris sama Bahasa Jawa aku susah ngikutin. (WS2. K. 1-5)
84
Kesulitan untuk mengetahui apa yang sedang diterangkan oleh guru dicoba diatasi dengan lebih memperhatikan saat guru berbicara. Namun, subjek belum terbiasa dengan cara guru yang cepat ketika menerangkan pelajaran. Ini membuat subjek sering ketinggalan pelajaran dan bahkan membuatnya pusing. Aku baca bibir guru yang sedang mengajar tapi terlalu cepat jadi aku sering nggak tahu, bikin pusing, jadi aku tanya sama teman. Tapi aku kesulitan di pelajaran Bahasa Jawa sama Bahasa Inggris. Guru Bahasa Inggris sering menggunakan kaset padahal kan saya tidak dengar. Kalau pelajaran Agama dan BP aku pernah sampai ketiduran karena aku selalu menggunakan mataku jadi cepat capek. (WS2. L. 111) Cara lain yang subjek gunakan untuk mengatasi situasi ini adalah dengan bertanya kepada teman atau meminjam catatan teman. Di rumah, subjek mempelajari lagi dan bila ada yang tidak mengerti, subjek menanyakan pada kakak atau buleknya. Nggak kok cuma aku sering ketinggalan kalau mencatat pelajaran. Aku kalau pulang sekolah sering pinjam catatan teman. Kalau aku tidak mengerti di rumah tanya sama mbak atau bulek. (WS2. N. 1-5) Pada saat sesi tanya jawab di kelas, subjek tidak berani untuk ikut terlibat aktif karena ia merasa malu. Ia memberanikan diri berbicara di kelas untuk protes saat guru mengatakan akan pulang cepat dan tidak sesuai dengan jadwal yang sudah ada. Subjek berani melakukannya karena subjek merasa takut ketika ia belum dijemput dan ia harus menunggu sendirian. Nggak, aku nggak berani tanya atau jawab dan kalau harus maju mengerjakan soal matematika, aku malu. Aku pernah protes waktu guru menyuruh pulang cepat karena kalau pulang cepat mbak belum menjemput. (WS2. V. 1-6)
85
Ketika mendapat tugas berkelompok pun subjek juga tidak aktif. Subjek cenderung diam dan apa yang dibahas dalam kelompok akan diajarkan oleh salah satu temannya. Pernah tapi aku diam saja aku hanya diajari sama temanku. (WS2. W. 1-2) Subjek lebih memilih untuk diam supaya ia tidak mendapatkan masalah dan dihukum. Nggak pernah karena aku selalu diam biar tidak dihukum tapi aku juga emang malas. (WS2. AN. 1-2) Subjek tidak pernah mendapat masalah di sekolah sehingga ia mendapatkan perlakuan yang baik dari guru-guru. Bahkan sewaktu pertama kali masuk sekolah, subjek mendapat predikat sebagai siswa paling rapi dan memperoleh hadiah. Nggak, mereka selalu baik sama aku. Waktu pertama masuk aku jadi murid paling rapi dan dapat bingkisan. Mungkin karena aku sudah pakai seragam yang lainnya belum. (WS2. X. 1-5)
86
Subjek 3 : Mahasiswa
Hambatan pendengaran yang dimiliki tidak menimbulkan gangguan yang berarti
Melakukan penyesuaian diri di sekolah umum dengan baik
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Subjek 3 Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Malu dengan kekurangan yang dimiliki dan sedikit terpaksa menerimanya
Puas dengan nilai yang diperoleh dan puas dapat bersekolah di sekolah umum sampai kuliah; terbiasa dengan sistem pengajaran di sekolah
Berusaha agar diterima lingkungan dan memiliki hubungan yang baik dengan teman-temannya walaupun ada keterbatasan komunikasi. Hal itu membuatnya merasa orang lain menjaga jarak dengannya
Merasa rendah diri dan takut karena kesulitan mengikuti pelajaran; mengatasi stres dengan menonton film di bioskop
Keterbatasan komunikasi membuat sering terjadi kesalahpahaman; pernah menyalahkan orang lain atas kekurangannya
Skema 4. Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi) Subjek 3.
87
1.
Subjek 3 Dilihat dari akibat gangguan pendengaran ada beberapa hal yang perlu
dilihat antara lain: a. Egosentrisme Subjek masuk ke sekolah umum karena keinginan ayahnya dan juga karena dirinya ingin mencoba hal yang baru. Sekolah di sekolah umum merupakan tantangan bagi dirinya. Selain karena papa, saya juga senang ingin mencoba tantangan. (WS3. C. 1-2) Subjek sering memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya. Baik teman, orang tua maupun guru. Subjek berpikir apa yang mereka pikirkan punya teman seperti dirinya, punya anak seperti dirinya dan punya murid yang seperti dirinya. Ya. Teman-teman, orang tua dan guru. Apa yang mereka pikirkan punya teman, anak, murid yang seperti aku. (WS3. BG. 1-3) Subjek merasa ingin tahu ketika melihat teman-temannya membicarakan atau melakukan sesuatu. Bila ingin tahu ia akan bertanya apa yang sedang mereka bicarakan atau kerjakan. Subjek harus sering bertanya agar ia tidak ketinggalan informasi. Ya. Pasti ingin tahu. Kalau aku ingin tahu aku harus bertanya. Mereka sedang bicarakan apa, mereka sedang mengerjakan apa. Kalau tidak sering bertanya aku bisa ketinggalan. (WS3. BF. 1-5) Ia tidak segan-segan untuk marah ketika merasa dibohongi. Subjek juga merasa kesal ketika temannya ada yang tidak mau memberikan bantuan pada dirinya, tidak mau menjelaskan saat ia bertanya.
88
Pernah karena teman berbohong dan tidak mau membantuku baik waktu masih sekolah atau kuliah. Waktu itu aku bertanya tapi dia tidak mau menjelaskan. (WS3. AM. 1-4) Subjek kadang merasa iri dengan orang lain yang mempunyai kemampuan untuk mendengar. Dengan kemampuan tersebut mereka bisa mengetahui apa yang dikatakan oleh guru. Subjek harus selalu bertanya untuk mengetahui apa yang dikatakan oleh guru yang sedang mengajar. Kadang aku merasa iri dengan mereka yang bisa mendengar, mereka tahu guru ngomong apa, kalau belajar aku tidak tahu guru ngomong apa jadi aku harus selalu tanya. (WS3. P. 1-5)
b. Keluasan hidup Pertama kali masuk sekolah subjek merasa takut tidak bisa mengikuti pelajaran. Setelah terbiasa berada di sekolah umum dan dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisinya, subjek tidak lagi merasa takut. Awalnya takut nggak bisa ngikutin pelajaran tapi lama-lama nggak takut karena udah biasa. (WS3. S. 1-3) Hal yang membuat subjek tertarik untuk masuk sekolah normal adalah karena subjek ingin bergaul dengan orang normal. Oleh karena itu, sejak SMP subjek sudah disekolahkan oleh ayahnya di sekolah umum supaya subjek terbiasa berada di antara orang-orang normal. Karena ingin bergaul dengan orang normal. (WS3. D. 1-2) Sejak SMP, karena papa pengen saya sekolah di sekolah umum supaya bisa bergaul di tengah-tengah orang normal. (WS3. A. 1-3)
89
Selain itu, subjek merasa tidak bisa mandiri ketika berada di SLB. Bila subjek merasa tidak bisa mengerjakan sesuatu, ada orang lain yang membantu, sedangkan di sekolah umum, dia benar-benar harus berusaha sendiri terlebih dahulu walaupun ia tidak bisa. Masuk kuliah pun ia berusaha sendiri dengan mengikuti tes masuk. Karena kalau di SLB malah nggak bisa mandiri, apa-apa kalau nggak bisa, minta tolong bruder tapi kalau di umum harus sendiri walau nggak bisa apa-apa. Kuliah ini saya ikut tes. Di arsitektur berat, banyak berhitung. (WS3. B. 1-6)
c. Kelekatan Dalam kehidupan sehari-hari subjek dapat menyelesaikan sendiri permasalahan yang dihadapinya. Meski demikian, ia kadang ragu-ragu dalam memutuskan sesuatu, sehingga ia harus bertanya dengan temannya yang lain lebih dulu dan saat ia butuh pergi ke suatu tempat yang jauh, ia akan minta ditemani. Bisa selesaikan sendiri. (WS3. AV. 1) Ya. Biasanya aku tanya teman sebaiknya bagaimana. (WS3. BL. 1-2) Jarang, kadang-kadang aja kalau aku harus pergi ke tempat yang jauh aku minta ditemani. (WS3. BK. 1-3) Tidak jarang pula subjek terlihat menggunakan angkutan umum bila hendak bepergian. Tidak selamanya ia tergantung pada orang lain. (OS3. 38-41) Hal seperti inilah yang membuat subjek merasa ia tergantung dengan orang lain. Subjek menyadari bahwa ia mempunyai keterbatasan sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
90
Kadang iya, karena aku merasa bahwa aku punya keterbatasan dan membutuhkan orang lain. Tidak, bila aku merasa itu tidak penting atau tidak berguna. (WS3. BJ. 1-4)
d. Sifat infantil dan primitif Selama ini subjek selalu menceritakan apa yang sedang ia rasakan, apa yang ia alami pada ibunya dan pada teman akrabnya. Selain dengan ibu dan teman akrabnya, subjek lebih senang untuk menyembunyikan apa yang sedang ia rasakan dengan tidak mau bertemu orang lain. Ngomong sama teman akrab atau mama. (WS3. AC. 1) Pernah biasanya tidak mau bertemu orang, langsung pulang. (WS3. AA. 1-2) Subjek paling dekat dengan ibunya sehingga bila ia ingin bercerita dengan ibunya ia biasanya membuat surat. (OS3. 11-13) Perasaan marah pada diri subjek muncul ketika subjek merasa dirinya diejek dan ketika rasa ingin tahunya tidak terpenuhi. Misalnya, subjek tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakan guru, lalu ia bertanya pada temannya tetapi temannya tidak mau memberitahu apa yang dikatakan guru tersebut. Ekspresi muka menunjukkan marah. Biasanya karena diejek dan ketika bertanya guru tadi ngomong apa, teman tidak mau memberitahu baru marah karena merasa ingin tahu. (WS3. X. 1-5) Surat-menyurat juga dilakukan oleh subjek pada ibu dan sahabatnya untuk menceritakan pengalaman dan perasaannya terutama saat subjek merasa sedih. Subjek tidak tinggal dalam satu kota dengan orang tuanya dan subjek tidak dapat bercerita bila tidak bertemu langsung, sehingga ia harus menulis surat bila ingin bercerita.
91
Buat surat untuk mama dan sahabat. Aku terbiasa cerita sama mama atau sahabatku dengan menulis surat. Mamaku ada di Bogor jadi tidak bisa berkomunikasi kalau tidak bertemu, jadi harus pakai surat. (WS3. Y. 1-5) Hal ini dilakukan subjek untuk mengatasi masalah komunikasi yang menghambatnya untuk bisa bercerita dari jarak jauh dengan ibunya. (OS3. 13-17) Pengalaman berpacaran pertama kali membuat subjek merasa senang sekali. Namun, pengalaman putus dengan pacarnya tersebut juga membuat subjek merasa sedih bahkan sampai menangis walau hanya sebentar. Pernah waktu pertama kali pacaran. (WS3. AD. 1) Pernah menangis karena putus tapi cuma sebentar. Hehehe... (WS3. Z. 1-2) Terkadang subjek juga merasa iri atas apa yang dimiliki oleh orang lain. Subjek merasa iri karena ia merasa tidak enak untuk meminta apa yang ia inginkan pada kedua orang tuanya. Ya. Karena aku tidak enak kalau harus minta sama orang tua. (WS3. BI. 1-2)
Berkaitan dengan kriteria penyesuaian diri yang baik ada beberapa hal yang dapat dilihat antara lain: a. Self image Ketidakmampuan subjek berkaitan dengan pendengaran membuat subjek merasa malu berada di antara teman-teman yang lain. Dengan sedikit terpaksa, subjek menerima kekurangannya itu. Malu karena aku tidak bisa dengar di antara teman-teman yang lain. (WS3. E. 1-2)
92
Ya. Mau nggak mau aku harus bisa menerimanya. (WS3. I. 1-2) Hal tersebut membuat subjek merasa sedih dan frustrasi. Bahkan subjek protes kepada Tuhan atas kekurangan yang ia miliki. Akhirnya subjek sadar setelah membaca Alkitab bahwa setiap manusia diberi kelebihan dan juga kekurangan. Pernah merasa sedih, frustrasi. Aku protes sama Tuhan tapi setelah membaca alkitab aku baru sadar kalau Tuhan memberikan kepada semua orang kelebihan dan kekurangan. (WS3. J. 1-5) Subjek juga menyadari bahwa dirinya diberi kelebihan bisa bermain basket dan pandai berhitung. Kelebihannya itu membuat subjek merasa bangga. Bisa bola basket, pandai berhitung. (WS3. K. 1) Aku bangga. (WS3. L. 1)
b. Kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Bisa bersekolah di sekolah umum membuat subjek merasa puas. Bahkan subjek berhasil melanjutkan pendidikannya di sekolah umum sampai bangku kuliah. Senang. Puas bisa bersekolah dan sampai kuliah. (WS3. U. 1-2) Selain merasa puas karena bisa bersekolah di sekolah umum, subjek juga puas atas nilai-nilai yang ia peroleh. Hanya saja subjek kurang dapat mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa sehingga nilainya jelek. Puas, bagus. Waktu SMP aku yang jelek Bahasa Jawa, trus waktu SMA Bahasa Inggris yang aku nggak bisa. Lalu waktu UAN ada ujian listening aku protes sama guru lalu guru nulis. (WS3. V. 1-5)
93
Kesempatan bersekolah di sekolah umum sejak di bangku SMP membuat subjek merasa terbiasa dengan sistem pengajaran yang ada dan sangat membantu saat ia melanjutkan ke bangku kuliah. Ia menjadi terbiasa dengan sistem pengajaran di sekolah-sekolah umum sehingga ketika kuliah ia tidak begitu mengalami kesulitan. (OS3. 2-6) Awalnya, subjek merasa tertekan mengikuti pelajaran di sekolah umum karena ia harus lebih serius. Subjek merasa tegang bila berada di kelas sehingga subjek merasa lebih senang saat istirahat, karena ia bisa santai bercanda dan berbicara dengan teman-temannya. Istirahat karena lebih santai bisa bercanda dengan teman, ngobrol, kalau di kelas tegang. Apalagi dulu waktu awal-awal masuk sekolah umum, kadang merasa tertekan karena harus lebih serius. (WS3. BC. 1-5) Situasi di sekolah ataupun di kampus yang selalu ramai dengan keberadaan teman-temannya membuat subjek merasa kesepian bila ia berada di rumah sendirian. Subjek lebih senang dekat dengan temantemannya daripada harus sendirian. Ya pernah. Kalau aku di rumah sendirian di tempat nenek. Aku tinggal di tempat nenek supaya tidak boros uang kos. Rumah nenekku itu koskosan cowok tapi cewek boleh masuk, tapi aku nggak bolehin cewek masuk, kalau cowok boleh masuk kamar. Kalau teman-teman yang lain bolehin cewek masuk. (WS3. BH. 1-8) Dekat dengan teman-teman. (WS3. BA. 1)
94
c. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal Berada di sekolah umum membuat subjek ingin diterima oleh lingkungannya sehingga subjek selalu berusaha untuk ramah, rajin bergaul dan akrab dengan teman-temannya. Subjek juga rajin bertanya dengan pengajar. Ada. Kalau sama teman-teman aku berusaha ramah, rajin bergaul, akrab. Kalau sama pengajar dengan banyak bertanya. (WS3. N. 1-4) Subjek dengan teman-teman kampusnya pun terlihat cukup akrab. Teman-temannya tidak segan-segan untuk meminta bantuan mengerjakan tugas, begitu pula subjek terhadap teman-temannya. Bila ia ingin pulang ia sering juga minta diantar pulang atau ketika ia butuh materi kuliah ia juga sering minta tolong untuk fotocopy. (OS3. 29-37) Hubungan subjek dengan para pengajarnya kurang dekat. Jadi, subjek tidak tahu apakah ia diterima oleh para pengajarnya. Ada pengajar yang bersedia membantu subjek bila ia merasa kesulitan. Pengajar tersebut tahu bahwa ia tuna rungu, tetapi subjek tidak berani untuk menemuinya dengan alasan subjek merasa tidak enak dengan teman-teman yang lainnya. Tidak terlalu mengenal. Ada satu dosen yang tahu aku tunarungu dan perhatian. Dulu aku pernah bertemu di HKI waktu pemberkatan gedung yang baru. Dia bilang kalau aku kesulitan dan ingin bertanya disuruh datang ke kantornya. Tapi aku tidak pernah datang tidak enak sama teman yang lain. (WS3. AI. 1-8) Teman-teman senang tapi kalau guru nggak tau. (WS3. AE. 1-2)
95
Walaupun subjek berusaha untuk ramah, hambatan yang paling besar saat ia berada di antara orang-orang normal adalah masalah komunikasi. Namun, subjek percaya bahwa dengan banyak bergaul, hambatan tersebut dapat diatasi. Ya. Hambatan komunikasi. Dengan banyak bergaul nanti lama-lama biasa. (WS3. AF. 1-2) Seberapa besar usaha yang dilakukan subjek agar ia dapat diterima dan merasa nyaman berada dalam lingkungannya, tetap ada perasaan dikucilkan dan dijauhi karena keterbatasannya. Ia merasa dengan keterbatasan yang ia miliki, membuat orang menjadi menjaga jarak dan malas untuk menjalin relasi dengan dirinya. Ya karena punya keterbatasan. Aku merasa karena aku tidak bisa dengar lalu orang jadi malas berteman. Biarkan saja, ada teman yang lain. (WS3. AN. 1-4) Selain bertengkar dengan teman karena merasa dibohongi dan tidak dibantu, subjek tidak merasa bahwa ia memiliki masalah selama bersekolah di sekolah umum. Subjek juga berusaha untuk berbaikan lagi setelah ia bertengkar dengan temannya. Nggak ada hanya bertengkar dengan teman tapi berbaikan lagi. (WS3. AX. 1-2) Subjek cukup senang bergurau dengan teman-temannya. Subjek sendiri senang tertawa, ada sesuatu yang sedikit lucu, bisa membuatnya tertawa. Sifat yang dimiliki subjek ini membuat teman-temannya sering mengajaknya bercanda, bahkan subjek pernah diajari kata-kata kasar atau kata-kata jorok.
96
Ya. Ada yang lucu sedikit saja aku sudah tertawa. Teman juga sering menggoda, sering mengajariku kata-kata kasar atau kata-kata jorok. (WS3. W. 1-4) Hubungan subjek dengan teman-temannya cukup baik dimana mereka dapat saling membantu, termasuk dengan teman-teman kosnya. Teman-temannya sering meminta bantuan dalam menyelesaikan tugastugas kelompok dan subjek juga sering meminta bantuan untuk fotocopy bahan-bahan kuliah atau minta tolong diantar pulang. Mereka dengan senang hati akan membantu subjek. Ya membuat tugas kalau tugasnya tugas kelompok. Aku juga sering minta tolong titip fotocopy atau minta tolong dianter pulang. (WS3. AJ. 1-4) Hubungan subjek dengan teman-teman kosnya cukup dekat karena bila membutuhkan sesuatu subjek sering meminta bantuan mereka, termasuk meminta diantar ke kampus. (OS3. 24-28) Ketika berhadapan dengan lawan jenis, awalnya subjek merasa rendah diri. Lama-kelamaan subjek menjadi terbiasa dan ia juga pernah memiliki pacar sewaktu SMP. Saat ini subjek hanya ingin belajar dan belum ingin menjalin relasi yang lebih serius dengan lawan jenis. Awalnya aku merasa rendah diri tapi lama-lama terbiasa tapi aku pernah punya pacar sekali waktu SMP. Sekarang tidak. Aku mau belajar saja. (WS3. Q. 1-4)
d. Persepsi akurat terhadap realitas, realistis dan objektif, dan efisiensi kerja Akibat dari kekurangan yang dimiliki, pernah membuat subjek menyalahkan orang tuanya. Demam yang diderita ibunya sewaktu mengandung dirinya membuat subjek memiliki gangguan pendengaran.
97
Hal ini membuat subjek merasa iri dengan saudara-saudara yang lain dan merasa bahwa apa yang ia alami, tidak adil baginya. Sikap subjek yang menyalahkan orang tuanya ini lama-kelamaan hilang. Dulu pernah sama orang tua. Sekarang nggak lagi. Karena dulu waktu mama hamil, mama sakit panas, trus pas lahir tunarungu. Kalau saudara yang lain tidak. Kadang aku juga merasa dunia tidak adil. (WS3. M. 1-5) Masalah
yang
menghambat
subjek
adalah
keterbatasan
komunikasi. Saat berbicara dengan orang normal, mereka belum tentu mengerti apa yang dikatakan oleh subjek sehingga terkadang subjek harus menjelaskan beberapa kali apa yang ia maksud. Sulit karena ada keterbatasan komunikasi. Pelan-pelan aku jelaskan tapi kalau tidak tahu ya ditulis saja. (WS3. AV. 1-3) Kesalahan penafsiran atas apa yang dikatakan orang normal pun sering terjadi terutama ketika lawan bicaranya tidak berbicara jelas atau terlalu cepat. Orang yang baru mengenal subjek belum memahami bahwa bila berbicara dengannya, mereka harus mengucapkan dengan lafal yang jelas dan pelan. Teman yang sudah lebih lama mengenal subjek sudah lebih mengerti dan dapat memahaminya. Pernah itu sering terjadi kalau teman tidak jelas berbicara, terlalu cepat. (WS3. AS. 1-2) Ya. Kalau sama orang yang udah kenal gampang karena mereka tau kalau ngomong sama aku pelan dan jelas tapi kalau baru kenal susah. (WS3. AT. 1-4) Dalam bergurau, subjek terkadang tidak dapat mengerti gurauan teman-temannya dan apa yang sedang mereka tertawakan. Subjek biasanya bertanya terlebih dahulu apa yang sedang ditertawakan dan yang sering
98
terjadi adalah subjek baru mengerti dan tertawa, saat teman-teman lain sudah berhenti tertawa. Iya tapi aku tanya dulu. Jadi kadang orang sudah selesai tertawa, aku baru tertawa karena aku baru mengerti. (WS3. AB. 1-3) Subjek tidak langsung percaya bila ia disuruh melakukan sesuatu, tetapi ia berpikir terlebih dahulu apakah hal itu baik atau buruk bagi dirinya maupun orang lain. Aku berpikir dulu apakah itu baik atau tidak. (WS3. AY. 1-2) Saat menerima pelajaran pun keterbatasan komunikasi juga mempengaruhi. Bila pengajar
menggunakan media visual untuk
menerangkan sesuatu, subjek terbantu dalam menerima dan memahami pelajaran menjadi lebih mudah, misalnya dengan menggunakan proyektor. Kadang kesulitan dan kadang tidak. Faktor pengajar/ dosen yang baik, misalnya mau perhatikan. Kalau guru/ dosen nulis atau pakai proyektor aku ngerti tapi kalau disuruh terus-terusan lihat gerak bibir mataku cape dan ngantuk. (WS3. AP. 1-6) Dengan
kesulitan
yang
dihadapi,
subjek
tidak
merasa
membutuhkan guru pendamping bahkan ia merasa kurang suka bila ada guru pendamping. Selama kuliah subjek tidak pernah melanggar peraturan yang ada tetapi saat sekolah dulu, subjek pernah telat datang ke sekolah. Ini menunjukkan bahwa ia seorang anak yang penurut, mematuhi semua aturan yang ada, termasuk peraturan kos. Sepertinya aku nggak suka. (WS3. BB. 1) Nggak pernah hanya telat datang sekolah 1 kali, kuliah tidak pernah. (WS3. AO. 1-2)
99
Subjek termasuk anak yang penurut, tidak mau melanggar aturan yang ada di dalam kos. Ia tidak memperbolehkan temannya yang berlainan jenis masuk ke kamarnya. (OS3. 19-22)
e. Pembelajaran pada pengalaman masa lalu dan situasi baru, serta kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Sebelum masuk ke sekolah umum subjek berpikir bahwa sekolah umum sama dengan sekolah khusus baik dari proses belajar maupun dalam pergaulan. Subjek kesulitan saat guru menerangkan pelajaran dengan cepat dan merasa sulit ketika harus bergaul dengan teman-teman normal. Tidak seperti saat subjek berada di sekolah sebelumnya. Tidak sesuai. Saya dulu berpikir bahwa sekolah umum itu sama dengan di SLB, baik dalam proses belajar atau dalam pergaulan. Guru tidak mencatat di papan tulis, kalau menerangkan juga cepatcepat dan tidak jelas. Susah juga bergaul tidak dengan teman-teman yang bukan tunarungu. (WS3. F. 1-8) Pertama kali subjek masuk ke sekolah umum ia merasa cemas dan takut. Subjek juga pernah ingin mengundurkan diri karena situasi di sekolah membuat dirinya tidak nyaman. Lama-kelamaan subjek dapat menyesuaikan diri dan mulai terbiasa. Aku merasa cemas, takut. Rasanya pengen mengundurkan diri karena tidak betah. Tapi lalu lama-lama mulai terbiasa. (WS3. G. 1-3) Dalam lingkungan sekolah, awalnya subjek merasa rendah diri, tidak percaya diri terutama saat satu tahun pertama. Setelah tahun kedua subjek merasa terbiasa. Awalnya aku merasa rendah diri, tidak percaya diri, lama-lama nggak. Apalagi waktu kelas 1 SMP, pertama kali sekolah di sekolah normal, kalau kelas 2 udah nggak. (WS3. O. 1-5)
100
Hambatan yang subjek hadapi adalah masalah komunikasi. Untuk mengatasi hambatan tersebut, ketika subjek berkenalan dengan orang baru, ia langsung memperkenalkan dirinya sebagai tuna rungu. Cara ini digunakan agar orang lain mengerti ketika berkomunikasi dengan subjek, mereka dapat lebih pelan dan jelas sehingga subjek dapat memahami apa yang mereka katakan. Kesulitan komunikasi. Aku mengatasinya dengan pertama kali sejak berkenalan aku memperkenalkan diri sebagai tunarungu sehingga mereka tau kalau aku tidak bisa dengar, lalu teman-teman ”Oooo…..” setelah itu baru mencoba berkomunikasi pelan-pelan. (WS3. H. 1-7) Kesulitan komunikasi membuat subjek merasa rendah diri dalam mengikuti proses belajar mengajar. Subjek berusaha untuk belajar sendiri, tetapi ia sadar bahwa bila belajar sendiri kurang dapat membuatnya berkembang sehingga ia bertanya pada orang lain. Aku merasa rendah diri. Iya belajar sendiri. Tapi kalau belajar sendiri bodoh jadi tanya-tanya sama yang lain. Trus aku tanya sama papa. (WS3. R. 1-4) Ketidakmampuannya mengikuti pelajaran terkadang membuat subjek merasa takut. Untuk mengatasi rasa takut tersebut, subjek berusaha untuk tetap belajar dan membaca buku. Ketika guru menerangkan, subjek memilih untuk membaca materi yang sedang dijelaskan oleh guru supaya ia dapat lebih memahami. Mau belajar, rajin baca buku, guru menerangkan, aku baca karena aku nggak bisa dengar. (WS3. T. 1-3) Bila ketinggalan pelajaran, subjek akan meminjam catatan dari temannya kemudian ia fotocopy. Subjek sangat terbantu saat ujian di
101
perkuliahan dengan sifat ujian open book sedangkan saat ulangan sewaktu sekolah dulu, ia sering mencontek. Ini membuatnya pernah dimarahi oleh guru yang mengajar. Fotocopy catatan teman. (WS3. AQ. 1) Kalau ulangan harian pernah, tapi ujian akhir nggak pernah. Kalau kuliah seringnya open book jadi enak hehehe…(WS3. AR. 1-3) Pernah tapi aku cuek saja tidak membuatku tertekan. (WS3. BE. 1-2) Dalam kehidupan sehari-hari, subjek berusaha untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Subjek berusaha untuk selalu belajar dari pengalaman yang sudah berlalu. Nggak pernah. Selalu belajar dari yang lalu. (WS3. AW. 1-2) Saat ini yang menjadi beban pikiran subjek adalah masalah biaya untuk kuliah. Kakak subjek yang mengambil jurusan kedokteran di UI (Universitas Indonesia) membutuhkan biaya banyak untuk kuliah. Kedua orang tuanya beberapa waktu lagi pensiun dalam waktu yang bersamaan sehingga sedikit mengalami kesulitan keuangan. Hal ini membuat subjek terbebani untuk segera menyelesaikan kuliah dan ada ketakutan akan mengecewakan kedua orang tuanya. Aku takut mengecewakan orang tua, kakakku kuliah kedokteran UI butuh biaya banyak. Sedangkan orang tua sebentar lagi pensiun bersamaan karena umur mereka sepantaran. (WS3. BD. 1-5) Walaupun subjek merasa terbebani dengan situasi tersebut, subjek tidak pernah mengalami sakit yang disebabkan karena stres. Bila subjek merasa stres, subjek mengatasinya cukup dengan menonton film di bioskop, terutama film-film baru.
102
Nggak pernah, biasanya sakit kalau musim hujan. Kalau stress biasanya aku nonton bioskop, film-film baru, aku selalu nonton, nanti aku mau nonton Indiana Jones. Kalau banyak film baru aku nonton tiap hari. (WS3. AZ. 1-6)
103
Subjek 4 : Siswi SMK
Hambatan pendengaran yang dimiliki tidak menimbulkan gangguan yang berarti
Melakukan penyesuaian diri di sekolah umum dengan baik
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Subjek 4 Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Menerima kekurangan dan percaya diri dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki
Senang bergaul dengan teman-temannya; kurang nyaman saat di kelas; puas dengan nilai yang diperoleh
Awalnya malu berteman dan banyak yang mengejek, sekarang semuanya baik sehingga dapat menjalin relasi dan pergaulan lebih luas
Kesulitan mengikuti pelajaran terbantu dengan keterampilan yang diajarkan
Menyadari kesulitan mengikuti pelajaran terutama teori; terhambat dalam komunikasi menyebabkan salah paham dan rasa kecewa; tidak menyalahkan orang lain atas kekurangan
Skema 5. Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi) Subjek 4.
104
1.
Subjek 4 Dilihat dari akibat gangguan pendengaran ada beberapa hal yang perlu
dilihat antara lain: a. Egosentrisme Subjek tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, karena subjek merasa bingung dan takut hal tersebut akan mengganggu pikirannya. Nggak pernah kupikirkan. Itu urusan orang lain. Aku bingung kalau memikirkan perasaan mereka, jadi pusing sendiri. (WS4. BK. 1-4) Saat subjek menjadi bahan pembicaraan orang-orang di sekitarnya pun subjek merasa tidak peduli dan tidak mau mempermasalahkan. Menurutnya apa yang dibicarakan orang tentang dirinya hanyalah sisi buruknya saja, dan subjek tidak mau memikirkannya. Pernah tapi aku pura-pura tidak tahu saja. Biar saja orang bilang apa, biasanya sih ngomong yang jelek-jelek, jadi tidak usah dimasukkan hati. (WS4. AO. 1-4) Sejak SMP subjek sudah mampu mengendarai sepeda motor. Sampai ia menginjak bangku SMA pun, ia menggunakan motor sebagai sarana transportasi antara rumah dan sekolah. Subjek terlihat cukup berani mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan bahkan ia sering tidak memperhatikan sekitarnya, ia hanya memperhatikan jalan yang ada di depannya, yang akan dilaluinya. Ini bisa membahayakan keselamatan subjek itu sendiri. Dapat dikatakan subjek cukup berani mengendarai motor dengan kecepatan yang cukup tinggi di jalan yang lalu lintasnya padat. (OS4. 19-22)
105
Perhatian subjek terpusat pada apa yang ada di depannya saja, sekelilingnya kurang diperhatikan oleh subjek. (OS4. 24-26) Adanya motor sebagai sarana transportasinya, membuat subjek sering dimintai pertolongan oleh teman-temannya yang ingin pulang bersamanya tetapi subjek selalu menolak. Subjek merasa bila ia membantu, ia akan kerepotan karena ia tidak tahu di mana rumah temantemannya dan ia juga bingung teman yang mana yang akan diantarkannya. Teman-teman minta nebeng kalau pulang tapi aku males karena repot, aku bingung harus antar yang mana. Rumahnya juga aku tidak tahu. (WS4. AL. 1-4)
b. Keluasan hidup Subjek membayangkan bila ia dapat bersekolah di sekolah umum ia bisa pintar dan berharap akan memiliki masa depan yang lebih cerah tapi ia takut tidak bisa naik kelas. Aku membayangkan kalau bisa sekolah di sekolah umum aku bisa pintar, masa depannya lebih cerah tapi aku takut nggak bisa naik kelas. (WS4. G. 1-4) Cara mengajar guru yang lebih banyak berbicara dan tidak hanya menulis di papan tulis membuatnya ingin menjadi lebih pintar walaupun harus membaca bibir guru agar dapat mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Pengen lebih pintar, kan di sekolah umum guru banyak bicara, jadi aku baca bibir, kan gurunya nggak hanya menulis di papan tulis. (WS4. D. 1-4) Keberadaan subjek di tengah keluarga dan masyarakat sekitarnya cukup membantu subjek dalam berinteraksi dengan orang normal. Ini juga
106
membantu saat ia masuk ke sekolah umum pertama kali, walaupun bila dengan lawan jenis ia masih merasa malu. Kehidupan subjek yang selalu berhadapan dengan orang normal membuat subjek terbiasa bergaul dengan orang-orang normal walaupun pada awalnya ketika masuk ke sekolah umum ia masih malu terutama ketika bertemu dengan lawan jenis. (OS4. 41-47) Subjek memiliki cita-cita ingin membuka salon kecantikan dan tidak ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia hanya ingin mengambil kursus kecantikan untuk bekal dirinya membuka salon. Selain ingin membuka usaha sendiri, subjek juga ingin berbagi pengetahuannya dengan mengajari anak-anak untuk berlatih menjadi seorang model. Besok aku nggak kuliah langsung kursus, gantinya PKL jadi bisa langsung kerja, buka salon kecantikan terus aku mau ngajarin anakanak latihan model. (WS4. BJ. 1-4)
c. Kelekatan Dalam kehidupannya sehari-hari subjek tidak merasa tergantung dengan orang lain. Ia bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Bila ia ingin pergi pun tidak harus menunggu orang lain mengantarkan, ia bisa pergi sendiri. Aku tidak tergantung dengan orang lain, kalau aku ingin main, ingin pergi, aku bilang ibu, kalau boleh aku biasanya pergi sendiri naik motor. (WS4. BN. 1-4) Ketika subjek sedang sakit saja ia akan diantarkan dan dijemput lagi oleh sopir keluarganya. Diantar sopir ayahku. Kalau aku sedang sakit juga diantar dan dijemput. (WS4. BO. 1-2)
107
Bila memiliki masalah, subjek berusaha untuk menyelesaikannya sendiri tetapi bila ia tidak mampu melakukannya, ia bertanya pada ibunya bagaimana sebaiknya yang harus ia lakukan. Kalau masalah kecil aku bisa selesaikan, tapi kalau tidak, aku tanya sama ibuku bagaimana. (WS4. AX. 1-3)
d. Keasyikan Subjek merasa lebih senang bila waktu istirahat tiba, ia bisa jajan dan makan yang banyak supaya tidak pusing saat belajar di kelas. Di kelas, subjek merasa cepat pusing karena ia menggunakan matanya untuk menangkap apa yang sedang dikatakan oleh gurunya, supaya ia dapat memahami materi yang sedang diajarkan. Istirahat, biar nggak pusing, banyak jajan, banyak makan. Kalau belajar di kelas aku cepat pusing karena mataku harus selalu memperhatikan bibir guru, apa yang dibicarakan jadi cepat pusing. (WS4. BE. 1-5) Bila melihat temannya sedang membahas sesuatu, subjek merasa ingin tahu tetapi ia cenderung malas untuk bertanya. Bila ia merasa ingin tahu, ia akan menanyakan dan bila tidak, ia tidak akan bertanya. Ya ingin tahu apa yang dibicarakan tapi kadang aku malas tanyatanya. Kalau lagi mau tanya, aku tanya mereka bicarakan apa, kalau tidak aku diam saja. (WS4. BJ. 1-4) Subjek sangat senang bermain di salah satu mall di Jogjakarta. Dalam seminggu, paling sedikit dua kali ia selalu menyempatkan diri untuk main di mall. Biasanya ia langsung pergi ke mall bersama temantemannya setelah pulang dari sekolah sampai sore hari.
108
Ya aku lebih senang main di mal hehehehe.... Dalam seminggu aku paling sedikit dua kali ke mal. Biasanya jalan-jalan, nonton, makan sama teman-temanku. (WS4. BF. 1-5) membuat subjek sering tidak langsung pulang ke rumah tetapi sering main ke Ambarukmo Plaza. Subjek bersama teman-temannya sering bermain sampai sore lalu pulang ke rumah. (OS4. 28-33)
e. Sifat infantil dan primitif Sejak kecil subjek sudah diajari untuk mengendarai motor. Subjek membutuhkan proses yang cukup lama sampai ia mahir dan diberi kepercayaan untuk mengendarai motor. Sebenarnya subjek juga sudah bisa mengendarai mobil hanya saja ia belum berani untuk mengendarainya di jalan raya karena terlalu ramai. Sejak kelas 3 SD aku sudah mulai belajar naik motor, tapi hanya megang stang, aku belajar sama sopirku. Trus kelas 4 aku mulai belajar ngatur gigi sampai kelas 6 aku baru bisa tapi baru bawa motor sendiri sejak SMP. Aku juga bisa nyetir mobil, waktu belajar sampai nabrak-nabrak karena aku nggak bisa ngatur kopling. Tapi aku nggak berani nyetir di jalan raya, rame. (WS4. E. 1-10) Selama ini subjek hidup berkecukupan, ia diajarkan untuk tidak iri dengan milik orang lain. Bila ia menginginkan sesuatu, ia akan mengatakannya kepada orang tuanya dan orang tuanya berusaha untuk memenuhi keinginan subjek. Tidak boleh iri, kata ibu kalau ingin sesuatu bilang sama orang tua, kalau baik nanti orang tua usahakan pasti diberi. (WS4. BM. 1-3) Subjek termasuk anak yang humoris, senang bergaul dan bercanda dengan teman-temannya. Senang, kalau ada yang lucu aku tertawa sampai susah berhenti. Hehehe.... (WS4. Z. 1-2)
109
Tak jarang pula subjek merasa sedih dan bahkan sampai menangis bila tidak bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh gurunya. Kadang ia pun merasa sedih bila memikirkan ketakutannya kalau sampai ia tidak lulus kelak. Subjek juga sedih melihat ibunya sering memarahinya dan menyuruh belajar. Merasa sedih kalau tidak lulus, kalau besok sudah kelas 3. Sedih, ibu jadi marah-marah terus, aku disuruh belajar. (WS4. AB. 1-3) Aku menangis kalau tidak bisa ngerjain soal. (WS4. AC. 1-2) Pengalaman kegagalan subjek dalam menjalin relasi dengan lawan jenis pernah membuatnya ingin menangis tetapi malu di depan temantemannya sehingga ia menutupi perasaannya dengan pura-pura tertawa. Hal tersebut juga membuat subjek merasa kesepian karena ia tidak memiliki teman laki-laki yang bisa diajak main. Aku pernah ingin menangis karena patah hati tetapi pura-pura tertawa. Malu di depan teman-teman jadi tertawa seperti mereka saja. (WS4. AD. 1-4) Pernah kesepian karena kecewa putus dengan pacarku aku jadi kesepian, tidak punya teman cowok yang bisa diajak main hehehe.... (WS4. BL. 1-4)
Berkaitan dengan kriteria penyesuaian diri yang baik ada beberapa hal yang dapat dilihat antara lain: a. Self image Subjek dapat menerima kondisi dirinya dengan kekurangan yang ada, yaitu bahwa subjek tidak bisa mendengar. Ia juga bangga bahwa dibalik kekurangannya, ia masih diberi kelebihan yaitu ia bisa menjadi
110
seorang model. Subjek berharap kelebihannya itu dapat membuatnya menjadi orang yang sukses. Dari beberapa kontes modeling yang diikuti subjek dan keberhasilannya menjuarai perlombaan tersebut, cukup membantu subjek dalam menumbuhkan rasa percaya dirinya. Iya, aku menerima kalau kekuranganku tidak bisa dengar, tapi aku bisa jadi model. Itu jadi kelebihanku. (WS4. M. 1-3) Senang, bangga semoga bisa jadi model yang sukses. (WS4. N. 1-2) Rasa percaya dirinya pun berkembang sejak ia mengikuti beberapa kontes model dan berhasil menjuarainya. (OS4. 49-51) Gangguan pendengaran yang dimiliki subjek tidak membuat subjek merasa malu, hanya saja ia merasa kesal bila ada teman yang mengejeknya karena kekurangannya tersebut. Nggak merasa malu tapi aku sebel sama teman-teman kalau mereka mengejek aku karena aku tuli. (WS4. O. 1-3) Subjek tidak memiliki keinginan untuk bisa mendengar seperti orang normal lainnya karena ia sudah bisa menerima keadaan dirinya apa adanya dan ia cukup bahagia. Ia bahkan merasa kalau orang normal saja justru ingin seperti dirinya yang memiliki kelebihan di bidang modeling. Tidak ingin bisa dengar, aku sudah bisa menerima keadaanku sekarang dan aku cukup bahagia. Aku juga tidak iri melihat teman bisa dengar. Teman normal ingin seperti aku, bisa model. (WS4. R. 15) Keadaan tersebut membuat subjek tidak merasa minder biarpun ia harus berada di antara orang normal dan bersaing dengan mereka. Ia tidak lagi minder ketika berada di antara orang-orang normal bahkan bila bersaing sekalipun. (OS4. 53-56)
111
Hanya saja subjek merasa malu saat pertama masuk ke sekolahnya yang sekarang dimana terdapat keterampilan menjahit sedangkan subjek belum pernah belajar menjahit. Keterampilan yang paling dikuasainya adalah sebagai seorang model yang pernah mengikuti lomba tingkat nasional dan berhasil menjuarainya. Lama-kelamaan subjek berhasil belajar menjahit dan sekarang ia sudah bisa menjahit. Aku malu karena aku belum pernah belajar keterampilan menjahit kayak di sini. Dulu di SLB aku belajar keterampilan boga, salon, latihan model. Tapi aku pernah ikut lomba model nasional di hotel, nggak ada tuna rungu yang ikut, peserta lainnya normal semua. Tapi aku tetap semangat dan aku jadi juara 1, pialaku ada 6. Sekarang aku sudah bisa menjahit. (WS4. F. 1-10)
b. Kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Keberadaannya di sekolah umum membuat subjek merasa senang karena ia dapat bergaul bersama teman-teman yang normal dan tidak hanya bergaul dengan teman yang memiliki kecacatan saja. Senang bisa bersekolah di sekolah normal, tidak khusus untuk yang cacat saja, sama-sama teman normal lainnya. (WS4. X. 1-3) Subjek
merasa
senang
menghabiskan
waktu
dalam
kebersamaannya dengan teman-teman. Bila ia sendirian ia merasa kesepian dan merasa kurang nyaman. Dengan adanya teman-teman, subjek merasa terbantu. Ketika ia mengalami kesulitan, ada yang memberikan bantuan dengan senang hati. Senang bersama teman-teman, kalau sendiri sepi, tidak enak. (WS4. BC. 1-2) Senang, bila ada kesulitan atau masalah di sekolah ada yang bisa membantu. (WS4. BD. 1-2)
112
Mereka senang membantuku. (WS4. AN. 1) Walaupun ia merasa cukup senang, terkadang ia merasa bahwa dirinya tidak tahu apa-apa. Ketika ingin tahu tentang sesuatu, ia harus mencari tahu dengan selalu bertanya terutama ketika teman-temannya membicarakan sesuatu. Kalau teman-temannya menertawakan sesuatu, subjek memilih untuk diam karena ia merasa tidak mengerti apa yang ditertawakan oleh teman-temannya. Iya, aku kayak tidak tahu apa-apa. Kalau mau tahu harus selalu bertanya. Kalau tidak bertanya aku tidak tahu apa yang sedang dibicarakan. (WS4. AF. 1-4) Nggak, aku diam saja. Tidak mau ikut-ikutan, karena aku tidak tahu apa yang mereka tertawakan. (WS4. AE. 1-3) Di dalam kelas subjek merasa lebih tegang dan pusing karena ia harus benar-benar memperhatikan guru yang sedang mengajar apalagi bila subjek tidak mengerti mengenai materi pelajaran yang diberikan. Ya jadi tegang memperhatikan guru. Apalagi kalau tidak mengerti pelajaran. Jadi tambah pusing. (WS4. BG. 1-3) Meskipun subjek memiliki banyak kesulitan, ia tetap puas dengan nilai-nilai yang berhasil diperolehnya selama ia bersekolah di sekolah umum. Puas dengan nilai-nilai yang cukup. Tapi menjahit lebih baik, 8. peragaan 8, yang lain 6,50; 6,45. pernah ulangan peragaan aku dapat 10. (WS4. Y. 1-4)
c. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal Pertama kali berkenalan dengan teman-temannya yang baru, subjek merasa malu karena belum mengenal lebih dekat, tetapi lama-kelamaan
113
subjek mulai terbiasa. Perasaan malu yang dimiliki oleh subjek pada awal masuk ke sekolah umum membuatnya tidak mau berada di antara temantemannya. Subjek juga masih merasa malu bila berteman dengan lawan jenis karena ada ketakutan ia akan diejek. Malu, aku kalau berkenalan dengan teman-teman yang baru aku malu karena belum kenal dekat. Tapi kalau sudah lama jadi biasa aja. (WS4. T. 1-4) Aku malu bergaul, tidak mau tampil bersama teman-teman. (WS4. L. 1-2) Tidak malu lagi tapi kalau berteman dengan laki-laki aku masih malu, tidak mau ngobrol, nanti dihina. (WS4. U. 1-3) Awalnya subjek merasa banyak yang mengejek karena ia tidak bisa mendengar dan subjek merasa terganggu. Saat ini subjek sudah memiliki hubungan yang lebih baik dengan teman-temannya. Ia juga sudah mengerti bila ada teman yang mengganggu, itu hanya sekedar gurauan. Ada beberapa yang sering ganggu aku. Kalau dulu banyak yang ganggu bilang aku tuli, mengejek terus tapi kalau sekarang mengganggunya bercanda, tidak serius. (WS4. AH. 1-5) Bila ada teman yang masih mengejeknya, subjek memilih untuk tidak mau berteman. Ini membuat ia dikenal sebagai anak yang sombong. Sekarang hal tersebut tidak terjadi lagi, teman-teman subjek sudah berperilaku baik terhadap subjek. Kalau ada yang nakal begitu aku tidak mau berteman. Jadi aku dulu sering dibilang sombong tapi sekarang teman-teman kebanyakan baik sama aku, tidak mengejek. (WS4. Q. 1-5) Pertama kali berada di antara teman-teman normal membuat subjek berusaha agar dapat diterima oleh teman-temannya sehingga bila subjek
114
mengalami kesulitan atau membutuhkan sesuatu, teman-temannya mau membantu subjek. Ia berusaha untuk menjalin relasi dengan mencoba berteman, berkenalan, tetap ramah dan selalu tersenyum. Awal ia masuk sekolah ini subjek merasa dijauhi, merasa sendiri, merasa tidak punya teman. Ia merasa teman-teman di sekitarnya menganggap dirinya aneh. Iya bagaimana caranya agar mereka mau menerimaku, kan aku kalau di sekolah butuh sesuatu, teman-temanlah yang akan membantuku. Aku coba berteman, coba kenalan. Berusaha untuk ramah, senyum. (WS4. S. 1-5) Waktu pertama kali masuk aku merasa tidak punya teman, merasa sendiri, kayaknya mereka menjauhiku. Mungkin karena aneh lihat aku baru sebulan sekolah di sekolah normal tapi udah pindah ke sekolah normal lainnya. (WS4. AQ. 1-6) Akhirnya subjek merasa bahwa kehadirannya diterima oleh temantemannya dan mereka cukup senang bercerita dengan subjek walaupun mengalami kesulitan. Kemampuan subjek ketika bergaya menjadi seorang model pun membuat para guru senang. Teman-temanku senang dengan kehadiranku, mereka senang ngobrol dengan aku walaupun susah. Guru-guru juga senang kalau ada aku, apalagi kalau aku sedang praktek model, mereka senang melihatku. (WS4. AG. 1-6) Pergaulan subjek menjadi lebih luas karena subjek senang memiliki banyak teman. Ia terlihat cukup akrab, baik dengan teman perempuan ataupun dengan teman laki-laki. Tidak hanya di sekolah, di rumah pun subjek terlihat cukup dekat dengan anggota keluarga dan juga karyawan yang bekerja di rumahnya. Iya, banyak karena aku suka punya banyak teman. Pergaulan jadi luas. (WS4. AJ. 1-2)
115
Di sekolah subjek terlihat cukup akrab dengan teman-temannya baik perempuan maupun laki-laki. (OS4. 34-36) Subjek terlihat sangat dekat dengan keluarganya bahkan dengan beberapa karyawan yang bekerja di rumahnya. (OS4. 11-14) Hubungannya dengan para guru terlihat biasa saja, tidak terlalu dekat. Guru yang mengajar subjek pun tidak merasa kesulitan mengajar subjek dan cukup senang dengan hasil atau nilai-nilai yang diperoleh subjek selama ini. Ya…biasa aja. Tidak terlalu dekat dengan guru. (WS4. AK. 1-2) Guru-gurunya juga cukup senang dengan sifat dan sikap subjek karena dari nilai-nilai yang ia perolehpun tidak mengecewakan. (OS4. 37-40)
d. Persepsi akurat terhadap realitas, realistis dan objektif, dan efisiensi kerja Sebelum masuk ke SMK, subjek bersekolah di sebuah SMA. Namun, karena merasa pelajaran yang diberikan terlalu berat dan merasa kesulitan mengikutinya, subjek memilih untuk pindah ke sekolahnya yang sekarang. Iya bisa aja, aku pengen masuk sekolah umum. Dulu waktu mau daftar sekolah aku pengennya masuk Muhammadiyah, ikut tes di SMA Muhammadiyah 4, trus ketrima sekarang udah pindah karena aku nggak betah belajar terus, pasti pusing. Dulu aku pengen pindah SMK Muhammadiyah tapi sudah penuh. Akhirnya di SMK BOPKRI. (WS4. A. 1-9) Ia pernah merasa takut ketika hendak berangkat ke sekolah karena belum terbiasa dengan situasi dan kondisi di sekolah umum, tetapi sekarang subjek sudah berhasil mengatasinya.
116
Waktu dulu aku masih takut berangkat sekolah namun sekarang tidak takut, berani, ok! (WS4. W. 1-3) Di kelas, subjek merasa kesulitan untuk menangkap apa yang diterangkan oleh guru. Bagi subjek, guru menerangkan terlalu cepat. Subjek kadang bisa mengerti apa yang dijelaskan oleh guru tetapi kadang ia tidak dapat memahami. Bila ia tidak mengerti, subjek berusaha mencari tahu dengan bertanya kepada teman-temannya. Aku nggak bisa ngerti jelas. Guru bicara cepat, jadi sering tidak tahu maksudnya. Kalau aku tidak bisa mengerti, aku tanya sama temen. Teman yang pelan-pelan jelaskan. (WS4. AS. 1-5) Aku tidak mengerti, guru mengajar ngomong kecepatan saya tidak jelas, biar teman-teman mau bantuin saya. (WS4. V. 1-3) Subjek selalu berusaha untuk tidak melanggar aturan yang ada karena ia takut dihukum oleh guru. Namun, ia pernah mencontek sewaktu ulangan karena subjek merasa kesulitan dan tidak bisa menjawab soal yang diberikan. Nggak pernah melanggar aturan, karena aku takut dihukum sama guru. (WS4. AR. 1-2) Pernah tanya sama teman, karena sulit aku tidak bisa menjawab. (WS4. AU. 1-2) Dalam berkomunikasi sering terjadi kesalahpahaman antara subjek dengan lawan bicaranya yang orang normal. Hal ini bisa dikarenakan subjek yang tidak jelas dalam mengutarakan maksudnya dan bisa juga karena lawan bicara yang terlalu cepat berbicara atau tidak jelas. Pasti pernah, apa yang aku maksud kadang orang tidak mengerti. Kadang aku tidak mengerti juga apa yang orang bicarakan kalau bicara tidak jelas atau terlalu cepat. (WS4. AV. 1-5)
117
Situasi tersebut kadang membuat subjek merasa kecewa tetapi ia menyadari bahwa kesulitan dalam berkomunikasi terjadi bisa disebabkan karena dirinya yang tidak jelas berbicara atau bahasa yang digunakan subjek sedikit berbeda. Kecewa kalau orang tidak mengerti maksudku. Aku sudah coba jelaskan tapi mungkin bahasaku aneh ya?! Jadi orang kadang tidak mengerti apa yang aku ucapkan karena mungkin aku tidak jelas berbicara. (WS4. AW. 1-6) Subjek tidak pernah berpikir bahwa kekurangan yang ada pada dirinya merupakan kesalahan dari orang lain. Aku nggak pernah pikir salahkan orang lain. (WS4. P. 1-2) Keadaan dirinya juga tidak membuat subjek bisa diperlakukan seenaknya. Bila disuruh melakukan sesuatu ia akan berpikir terlebih dahulu apakah hal tersebut baik atau tidak. Kalau baik akan diikuti dan kalau tidak baik, subjek tidak akan mengikuti. Lihat dulu aku disuruh melakukan apa, kalau baik aku ikuti, kalau tidak aku tidak mau. (WS4. BA. 1-3)
e. Pembelajaran pada pengalaman masa lalu dan situasi baru, serta kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Bagi subjek, mengenyam pendidikan di sekolah umum bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan. Masalah utama yang dihadapinya adalah kesulitan dalam mengikuti beberapa mata pelajaran yang diajarkan, seperti Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Pada mata pelajaran yang lain, subjek masih dapat mengejar ketertinggalannya. Orang tua subjek mendukung subjek untuk
118
terus dapat mengenyam pendidikan sampai ia lulus padahal subjek merasa takut ia tidak bisa naik kelas. Aku baru pertama kali masuk sekolah umum, kesulitan di Bahasa Jawa. Punya kesulitan juga di pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Kalau yang aku bisa pelajaran menjahit, PPKn, IPS tapi juga masih ada sedikit kesulitannya. Orang tuaku bilang aku harus sekolah sampai lulus, tapi aku sedih kepikiran takut terus, takut nggak bisa naik kelas, tapi sekarang sudah nggak papa, aku minta doa ya. (WS4. I. 1-11) Banyaknya keterampilan yang diajarkan di sekolah membuat subjek terbantu sehingga ia tidak begitu berat dalam menyesuaikan dengan banyaknya pelajaran-pelajaran yang bersifat teori. Bahkan di sekolah umum subjek sebelumnya ada mata pelajaran Bahasa Arab yang tentu saja hal ini sangat sulit untuk diikuti oleh subjek. Teorinya banyak, apalagi ada pelajaran Bahasa Arab, sangat sulit. Kalau di SMK kan banyak keterampilan kayak di SLB jadi tidak berat sekali. Tidak ada Bahasa Arab, ada Bahasa Jawa, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. (WS4. C. 1-6) Perasaan senang yang dimiliki subjek saat pertama masuk ke sekolah umum, semakin lama semakin berubah menjadi perasaan takut menjelang ulangan umum. Ia takut nilainya menjadi jelek dan ternyata nilai yang berhasil diperoleh subjek tidak mengecewakan. Waktu pertama kali masuk sekolah umum aku merasa senang, lamalama menjelang ulangan umum THB aku jadi takut nanti nilaiku turun. Tapi ternyata hasilnya lumayan di rapotku aku juara 10, teman-teman ada yang turun 12 peringkat. Dulu di SLB kan aku juara 2 jadi masih lumayanlah aku masih bisa jadi juara 10. (WS4. H. 1-5) Hubungan subjek dengan teman-temannya sedikit terhambat masalah komunikasi. Subjek menyadari bahwa dirinya tidak dapat berbicara apalagi dengan jelas. Ia merasa bingung ketika bertemu dengan
119
temannya dan ingin memanggilnya. Ia harus menyentuh orang yang ingin diajaknya berbicara begitu juga sebaliknya. Masalah komunikasi ini juga membuat subjek kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan guru. Sedikit terhambat karena komunikasi. Aku kan ngomongnya tidak jelas, kadang harus ditulis, jadi beda aja. Kalau bertemu teman aku hanya bisa senyum atau melambaikan tangan. Kalau mau memanggil orang juga susah, kadang aku harus menepuk orang itu dulu, baru mengajak bicara. (WS4. AI. 1-8) Iya aku susah ngobrol dengan teman-teman, susah mengerti apa kata guru. (WS4. K. 1-2) Untuk mengatasi masalah pelajaran karena komunikasi yang sulit saat guru menerangkan, subjek berusaha mengatasinya dengan rajin bertanya kepada teman apa yang tidak ia mengerti, lalu mempelajarinya kembali di rumah. Bila ia tidak mengerti juga, ia akan bertanya pada ayah atau ibunya. Di kelas, subjek juga meminta gurunya untuk mengulangi materi yang tidak ia mengerti. Masalahku kesulitan pelajaran, komunikasi sulit terutama saat guru mengajar. (WS4. BB. 1-3) Rajin bertanya dengan teman apa yang tidak mengerti, belajar sendiri di rumah kalau tidak mengerti tanya sama ayah atau ibu. (WS4. AT. 1-4) Aku minta tolong ulangi penjelasan guru yang aku tidak mengerti. (WS4. AM. 1-2) Oleh karena itu, subjek berusaha untuk menjaga hubungan dengan teman-temannya sebaik mungkin dan tidak pernah bertengkar agar ia tidak dibenci oleh teman-temannya. Ia berpendapat kalau memang terjadi pertengkaran, kedua belah pihak harus berbaikan lagi agar hubungan yang sudah terjalin tidak rusak.
120
Nggak pernah bertengkar. Aku selalu berusaha bersikap baik dengan teman-temanku biar mereka tidak membenciku. (WS4. AP. 1-3) Tapi kalau memang bertengkar harus berbaikan lagi agar hubungan tidak rusak. (WS4. AZ. 1-3) Subjek merasa takut bila dimarahi oleh guru sehingga ia selalu berusaha untuk tidak berbuat salah supaya tidak dihukum. Bila ia melakukan kesalahan, ia berusaha tidak melakukan kesalahan yang sama dengan belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Tidak pernah dimarahi. Aku takut kalau dimarahi jadi berusaha tidak berbuat salah biar tidak dihukum. (WS4. BI. 1-3) Aku mencoba untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. (WS4. AY. 1-3)
121
Subjek
Memiliki hambatan dalam komunikasi karena tidak bisa mendengar (tuli total)
Dituntut untuk melakukan penyesuaian diri di sekolah umum, dimana ia harus berinteraksi dengan orang normal dan mengikuti pelajaran tanpa menggunakan bahasa isyarat
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Individu Tuna Rungu Mampu Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Tidak Memiliki Hambatan yang Berarti dalam Penyesuaian Diri
Memiliki Sedikit Hambatan dalam Penyesuaian Diri
•
Memiliki kepercayaan diri yang besar dan menerima kekurangan yang dimiliki (S1 dan S4) • Merasa nyaman ketika berada di lingkungannya walaupun awalnya kesulitan dalam menyesuaikan diri (S1) • Dapat belajar pada pengalaman sebelumnya dan bisa mengatasi kesulitan berkomunikasi, bergaul dan dalam pelajaran (S1, S3 dan S4) •
Terbiasa dengan sistem pengajaran di sekolah umum (S3)
•
• •
•
• •
Senang dapat bergaul dengan teman baru (S1 dan S4) Menjalin relasi dengan mencoba berkomunikasi dengan orang normal walaupun ada keterbatasan komunikasi (S1 dan S3) • Dapat menyadari kemampuan yang ia miliki dan apa yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasannya (S1, S3 dan S4) • Memiliki rasa ingin tahu pada hal-hal penting dan informasi baru (S1 dan S3)
•
Kurang memiliki kepercayaan diri sehingga menjadi individu yang pendiam dan pemalu (S2) Merasa kurang puas dan kurang nyaman dengan kondisinya (S2) Tidak berani untuk aktif di kelas ataupun dalam tugas kelompok (S2) Relasi dengan orang lain kurang terjalin terutama dengan lawan jenis karena ia menutup diri (S2) Kurang memiliki rasa ingin tahu tentang informasi baru (S2)
Skema 6. Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi). 122
Tabel 6: Ringkasan Analisis Hasil Penelitian Keterangan Aspek Indikator
Data demografi subjek
A. Akibat dari gangguan pendengar an yang muncul pada subjek
Subjek 1
Subjek 2
Subjek 3
Subjek 4
Usia
24 tahun
17 tahun
23 tahun
17 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Kategori Ketulian
Tuli total
Tuli total
Tuli total
Tuli total
Pendidikan
S1
SMK
S1
SMK
Awal mula bersekolah di sekolah umum
SMP
SMK
SMP
SMK
A1. Egosentrisme
• Bila punya keinginan, berusaha keras agar terwujud • Tidak pernah memikirkan apa yang dirasakan orang lain • Memiliki ingin berkaitan dengan informasi penting
rasa tahu
atau
Persamaan
• Ingin mencoba • Tidak • Egosentrism hal baru, yang memikirkan e yang menantang perasaan orang muncul lain masih dalam batas wajar • Merasa ingin tahu • Tidak peduli dan tidak ada yang ketika berlebihan dibicarakan • Iri dengan pada subjek orang lain kemampuan 1, 3 dan 4 mendengar yang dimiliki orang • Berani • Subjek 1 dan lain mengendarai motor tetapi 3 memiliki rasa iri tidak • Tidak segandengan segan untuk memperhatikan orang marah ketika sekitarnya
Perbedaan
pengetahuan baru • Iri dengan teman normal
A2. Keluasan hidup
• Ingin memperluas pergaulan • Punya kesempatan berkembang dan mengalahkan prestasi teman normal
merasa dibohongi • Kesal bila ada teman yang tidak mau membantunya
• Menolak mengantar temannya
• Awalnya takut • Ingin tidak bisa punya mengikuti depan pelajaran cerah
normal • Subjek 1 dan 4 sama-sama tidak pernah memikirkan perasaan orang lain
pintar, masa yang
• Akhirnya dapat • Berada di tengah menyesuaikan keluarga dengan situasi membantunya dan kondisi untuk berinteraksi orang • Ingin bergaul dengan dengan orang normal normal • Punya cita-cita • Merasa tidak dan keinginan berbagi bisa mandiri untuk
• Subjek 1 dan 3 sama-sama punya rasa ingin tahu berkaitan dengan halhal baru • Cara • Bersekolah di pandang sekolah umum pada membuat kehidupan subjek 1 yang lebih merasa luas memperoleh membuat kesempatan mereka lebih untuk berkembang berkembang dan tidak dan mengalami mengalahkan ketakutan prestasi teman akan normal keluasan hidup • Sedangkan subjek 3
selama di SLB
A3. Kelekatan
ilmu
• Subjek 1 dan merasa bahwa sekolah 3 memiliki di khusus ia tidak keinginan bisa mandiri untuk sehingga ia memperluas memilih pergaulan, tidak hanya sekolah umum bergaul dengan • Subjek 4 ingin dan sesama tuna pintar memiliki masa rungu saja depan yang cerah
• Tidak meminta • Meminta • Dapat • Tidak merasa • Subjek tidak • Subjek 2 bantuan pada bantuan menyelesaikan tergantung menunjukka memiliki orang lain terutama dengan masalahnya dengan orang n kelekatan kelekatan teman dekat sendiri lain yang dengan orang berlebihan lain, kurang • Tidak pernah takut untuk • Punya kedekatan • Kadang ragu- • Hanya saat sakit pada orang bisa mencoba dengan teman ragu ia tergantung lain, seperti melakukan dengan orang pada subjek segala sesuatu 1, 3 dan 4 sendiri • Berusaha untuk • Memilih berada • Kadang butuh lain menyelesaikan bersama teman- teman • Subjek 1 dan • Subjek 3 sendiri teman daripada • Berusaha 4 tidak mengakui sendiri mengatasi • Menyadari memiliki bahwa masalah sendiri keterbatasannya • Terbantu dengan ketergantung terkadang adanya dosen • Selalu diantar dan an dan dirinya pembimbing jemput oleh ketergantungann kelekatan membutuhkan akademik ya dengan orang saudaranya yang orang lain lain berlebihan • Saat sendiri,
muncul takut
A4. Keasyikan
• Mengisi waktu dengan beraktifitas
• Tahu kapan saatnya bercanda/ bergurau • Sikapnya menyenangkan • Dapat mengendalikan perasaan • Lebih emosional saat bersama teman tuna rungu • Tidak iri dengan
dengan orang lain
• Memilih • Subjek tidak • Subjek 1 istirahat karena diliputi memiliki ia bisa jajan dan keasyikan keasyikan tidak harus yang untuk memperhatikan membuat melakukan guru mereka aktivitas hidup dalam utama yaitu belajar • Malas bertanya dunia mereka walaupun merasa ingin sendiri • Subjek 4 tahu memiliki keasyikan untuk • Senang, punya bersenangkeasyikan saat senang bermain di mall
• Lebih senang belajar sendiri
A5. Sifat infantil dan primitif
rasa • Kesepian bila di rumah sendiri, lebih senang dekat dengan teman-teman
• Bila sedih menangis kamar
ia • Menceritakan • Butuh proses • Tidak • Subjek 3 di apa yang cukup lama terdapat sifat merasa iri dirasakan dan untuk belajar infantil dan dengan milik dialami pada mengendarai primitif orang lain ibunya motor sedangkan • Kesedihannya tidak • Subjek 1, 2, subjek 1 tidak diperlihatkan 3 merasa iri • Ia lebih senang • Meminta apa dan menyembunyika yang diinginkan berusaha n perasaannya di pada orang untuk selalu • Kemarahannya teman- tuanya dapat muncul bila ia depan
milik orang lain (materi)
diganggu diejek
atau
temannya • Humoris, senang • Marah bila bergaul diejek dan rasa ingin tahunya • Menangis bila tidak terpenuhi tidak bisa mengerjakan soal • Surat-menyurat untuk menceritakan • Sedih bila pengalaman dan disuruh belajar perasaannya
mengendalik an perasaan di depan orang lain
• Iri atas milik orang lain • Punya pengalaman berpacaran
B. Kriteria penyesuai an diri yang terpenuhi oleh subjek
B1. Self image
• Mampu menerima kondisi dirinya • Percaya diri dan tidak minder atas kekurangan • Bangga dengan apa yang dimilikinya
• Bersyukur masih • Merasa malu • Menerima • Subjek 1 dan • Subjek 3 diberi tubuh dengan kekurangan dan 4 memiliki merasa malu yang lengkap kekurangannya tidak merasa self image dengan malu positif kekurangannya dengan dan sedikit • Ia menjadi • Sedikit terpaksa terpaksa pemalu karena menerima • Senang punya menerima kekurangan menerima ia takut suaranya kekurangannya kelebihan jelek saat ia menjadi model yang mereka kekurangannya miliki dan tersebut berusaha • Pernah merasa yang bangga berbicara sedih dan membuatnya dengan lebih percaya • Walaupun frustasi atas
diri • Malu dan takut kekurangan bertemu lawan jenis • Punya kelebihan • Tidak ingin bisa bisa bermain mendengar • Berhasil di sekolah umum basket dan karena percaya pintar berhitung • Tidak minder bahwa dirinya bersaing dengan mampu orang normal termasuk kelebihannya
kelebihan mereka sehingga membuat mereka lebih percaya diri
bersyukur atas kondisi fisiknya, subjek 2 merasa malu dengan suara yang dimilikinya
• Malu saat ia belum bisa menjahit B2. • Awalnya cemas • Kurang puas Kenyamanan dan khawatir dengan kondisi psikologis dan berada di sekolah karena kesehatan fisik sekolah umum tidak seperti yang ia bayangkan • Merasa kesulitan menyesuaikan • Nilai-nilai yang diri diperoleh memuaskan • Tidak peduli dengan apa yang • Merasa tertekan dikatakan dan saat menghadapi dipikirkan orang ujian lain • Diam saat • Tidak lagi dirinya dianggap merasa cemas sombong oleh
• Merasa puas di • Senang bergaul • Secara • Subjek 2 sekolah umum dengan teman umum hanya kurang dan bisa sampai normal semua nyaman kuliah subjek dengan kondisi sekolahnya • Senang berada terlihat • Puas dengan bersama teman- memiliki nilai yang teman karena kenyamanan diperoleh ada yang psikologis dan tidak membantunya mengalami • Terbiasa dengan sistem • Kadang merasa gangguan pengajaran di tidak tahu apa- kesehatan sekolah umum apa • Subjek 1 dan merasa • Awalnya merasa • Tegang saat 4 nyaman tertekan di belajar di kelas dapat sekolah umum karena ia harus • Puas dengan bergaul
dan takut
teman-temannya
lebih serius
• Senang dapat • Menerima • Merasa tegang di bergaul dengan semua perkataan kelas sehingga teman baru orang lain lebih senang tentang dirinya waktu istirahat
nilai diperoleh
yang
dengan teman baru • Semua subjek merasa puas dengan nilai yang diperoleh • Subjek 1 dan 3 sudah terbiasa dengan sistem pengajaran di sekolah umum
B3. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal
• Berusaha • Awalnya subjek • Cukup senang • Awalnya malu • Semua • Relasi dengan menyesuaikan menutup diri bergurau dengan berteman, lama- subjek orang normal diri dengan dengan teman- teman-teman lama jadi awalnya membuat mencoba teman barunya terbiasa merasa subjek 1 berkomunikasi kesulitan merasa lebih • Hubungan • Sifatnya yang subjek dengan • Awalnya banyak untuk dapat dapat mengendalika dan teman-temannya yang mengejek, menyesuaika • Harus sering pendiam berlatih cukup baik sekarang teman- n diri dan n emosinya pemalu diterima di berkomunikasi dimana mereka temannya membuatnya lingkungann • Subjek dengan orang kurang akrab saling memperlakukan 2 ya tetapi menghindari normal dengan teman membantu nya dengan baik lamasekelasnya relasi dengan lawan jenis • Merasa diterima • Awalnya merasa • Bila ada yang kelamaan
oleh lingkungan • Subjek diri mengejek, ia mereka harus rendah karena dirinya lebih bersabar terutama pada tidak mau dapat merasa • Subjek 3 pintar lawan jenis berteman diterima oleh merasa orang saat lingkungann berkomunikasi lain menjaga jarak • Relasi dengan dengan teman • Ingin diterima • Berusaha untuk ya teman normal normal lingkungan menjalin relasi dengannya membuat sehingga agar diterima ia • Agar dapat karena dirinya lebih • Temanberusaha ramah, diterima memiliki dapat bergaul, • Sudah keterbatasan temannya tidak rajin merasa semua subjek mengendalikan dan akrab menolak kondisi diterima emosi melakukan dan keberadaan dengan teman- lingkungannya • Subjek 4 tidak usaha dalam mau berteman temannya subjek menjalin dengan orang • Merasa sangat • Pergaulannya relasi terbantu oleh • Lebih menjaga • Terhambat yang lebih luas teman sebangku mengejeknya jarak dengan dengan masalah termasuk dengan lawan jenis komunikasi tapi lawan jenis diatasi tidak dapat • Merasa rendah karena diri bergaul terbiasa bergaul dengan banyak lawan bergaul dengan lawan dengan jenis, lama- jenis kelamaan • Hubungan menjadi terbiasa • Tidak pernah dengan pengajar kurang dekat bertengkar • Merasa adanya keterbatasan pada dirinya membuat orang lain menjaga jarak dan malas menjalin relasi
B4. Persepsi akurat terhadap realitas, realistis dan objektif, dan efisiensi kerja
• Menyadari • Tidak pernah • Subjek pernah • Tidak dirinya tidak menyalahkan menyalahkan menyalahkan berminat di orang lain atas orang tuanya orang lain atas bidang kekurangannya karena kekurangan keterampilan kekurangannya • Pernah merasa • Tahu batas • Mengerti bahwa iri iri kemampuannya dengan • Merasa tidak semua saudara dari dengan saudara dalam pelajaran sekolah umum pihak ibunya yang lain teori sehingga mau menerima yang tidak memutuskan siswa dengan memiliki pindah sekolah • Memiliki gangguan gangguan masalah pendengaran pendengaran • Kesulitan keterbatasan menangkap komunikasi • Lebih fokus • Menyadari pelajaran yang pada hal-hal bahwa tidak • Sering terjadi diberikan yang semua orang kesalahan menguntungkan memahami apa penafsiran • Awalnya takut dirinya yang ia katakan karena lawan ke sekolah misalnya, bicaranya terlalu karena belum berkaitan cepat berbicara terbiasa • Kesulitan dengan komunikasi informasi baru kadang • Kadang tidak • Berusaha tidak yang ingin membuat subjek dapat mengerti melanggar diketahuinya salah persepsi gurauan aturan temannya • Dengan • Memahami • Sering keterbatasannya kondisi ekonomi • Tidak langsung mengalami subjek keluarganya percaya bila kesalahpahaman menyadari disuruh bahwa ia harus • Berusaha melakukan • Kecewa bila
• Semua • Subjek 1 subjek memahami mampu bahwa dirinya melihat tidak berminat realita dan di bidang kenyataan keterampilan hidup yang dialami • Subjek 4 menyadari ia • Subjek 2 dan tidak mampu 4 tidak mengikuti pernah pelajaran di menyalahkan SMA dan orang lain memutuskan atas pindah ke kekurangann SMK ya • Subjek 2 dan 3 pernah merasa iri dengan saudara yang lain yang tidak memiliki gangguan pendengaran • Miskomunik asi sering
lebih aktif untuk mencari informasi • Hambatan komunikasi tersebut disadari sebagai hal yang dapat mengakibatkan kesalahan penafsiran
menabung sendiri
sesuatu
terhambat dalam berkomunikasi
• Penggunaan media visual • Bisa berpikir oleh pengajar sebelum membuat subjek melakukan merasa terbantu sesuatu yang dalam diperintahkan memahami orang lain materi yang disampaikan
terjadi karena kesulitan komunikasi pada semua subjek
• Subjek tidak membutuhkan guru pendamping • Termasuk anak yang penurut B5. • Di sekolah • Awalnya merasa • Mengira sekolah • Kesulitan • Semua • Subjek 1 Pembelajaran khusus subjek stres dan cemas umum sama mengikuti subjek merasa di pada merasa dengan sekolah pelajaran mampu sekolah khusus pengalaman pengetahuan Matematika, menghadapi ia memperoleh • Tidak bisa khusus masa lalu dan yang ia peroleh mengerti Bahasa Inggris, situasi baru pengetahuan apa situasi baru, lebih lambat dan yang dikatakan • Kesulitan saat Bahasa Jawa, dan belajar lambat dan serta sempit Bahasa dari sempit. guru karena guru kemampuan Indonesia pengalaman Dengan guru menerangkan mengatasi stres • Belum terbiasa menerangkan masa lalu kesulitan yang pelajaran dan kecemasan ia dengan situasi di secara lisan • Terbantu dengan juga dapat dihadapi mengatasi berusaha untuk sekolah umum • Awalnya merasa keterampilan
sehingga harus • Berusaha menyesuaikan mengatasinya diri dengan lebih memperhatikan guru • Pernah merasa saat minder dalam berbicara bergaul • Sering • Bila melakukan ketinggalan kesalahan harus pelajaran yaitu diperbaiki Matematika, terutama saat Bahasa Inggris, mengerjakan Bahasa Jawa dan tugas membuatnya pusing karena • Mengalami kesulitan dalam guru mengajar terlalu cepat berkomunikasi dan bergaul • Berusaha mengatasi • Mengalami kesulitan dalam dengan bertanya pelajaran ini atau meminjam catatan teman membuatnya merasa rendah dan diri dan subjek mengulanginya di rumah mengatasinya dengan tekun belajar • Tidak berani untuk aktif di kelas • Sering ketinggalan
takut dan cemas yang diajarkan stres dan dapat bahkan ingin kecemasan mengatasinya mengundurkan • Awalnya merasa yang dialami diri senang tetapi • Subjek 2 lebih semakin sering diam • Kesulitan untuk • Awalnya juga mendekati ujian mengikuti pelajaran subjek merasa ia menjadi takut menghindari rendah diri dan terutama masalah tidak percaya • Hubungan yang diri dengan teman berkaitan dengan terhambat bahasa • Untuk mengatasi karena masalah komunikasi komunikasi, ketika pertama • Berusaha kali berkenalan, menjaga ia langsung hubungan baik memperkenalka dengan teman n diri sebagai tuna rungu • Takut dimarahi guru • Kesulitan komunikasi membuatnya rendah diri dalam proses belajar mengajar • Ketidakmampua nnya dalam mengikuti pelajaran
pelajaran • Ada ketakutan kadang sehingga ia ketika harus membuat subjek harus belajar sendirian merasa takut sendiri misalnya ketika belum dijemput • Meminjam catatan dan • Dalam tugas fotocopy untuk mengatasi kelompok, subjek tidak ketertinggalanny a aktif • Tidak pernah • Mengatasi stres dengan mendapat masalah di menonton film di bioskop sekolah • Diam untuk • Terbebani untuk segera menghindari masalah dan menyelesaikan kuliah dan takut hukuman mengecewakan orang tuanya
D. Pembahasan
1.
Keterbatasan Individu dengan Gangguan Pendengaran Ketidakmampuan
individu
untuk
mendengar,
mempengaruhi
perkembangan bicara dan bahasa yang dimilikinya. Menurut Leahy (2001), bicara merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi dengan orang lain yang bertujuan untuk mengungkapkan, memberitahukan, mengisyaratkan apa yang seseorang rasakan dan pikirkan tentang suatu hal dengan cara mengeluarkan suara yang dihasilkan oleh pangkal tenggorokan dan mulut. Seseorang mulai belajar berbicara sejak bayi setelah masa meraban dengan mengoceh, menirukan apa yang dikatakan orang di sekitarnya, mengimitasi suara atau kata baru (Paul dan Quigley, 1993). Semakin sering ia mendengar sebuah kata, maka semakin cepat pula ia dapat menirukan kata tersebut. Akan tetapi hal ini tidak terjadi pada individu yang sudah terlahir dalam kondisi tidak dapat mendengar. Individu tersebut tidak dapat menirukan kata sehingga menghambat perkembangan bicara dan bahasanya. Berkaitan dengan intelegensinya, Somantri (2006) mengatakan bahwa individu tuna rungu memiliki kemampuan yang sama dengan anak normal lainnya walaupun terlihat lebih lambat ketika harus belajar memahami sesuatu. Hanya saja ia terhambat pada hal-hal yang bersifat verbal dan lebih berkembang pada hal-hal yang bersifat motorik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya individu-individu tuna rungu yang memiliki keterampilan-keterampilan khusus, misalnya menjahit.
124
Kurangnya pemahaman terhadap bahasa seringkali membuat individu dengan gangguan pendengaran menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah dan membuatnya tertekan secara emosi. Mereka cenderung untuk bersikap menutup diri, bertindak agresif atau sebaliknya bimbang dan penuh keraguan. Kesulitan berkomunikasi yang mereka alami menghambat perkembangan sosialnya yang berakibat
pada
munculnya
kecemasan,
kebingungan
dan
ketakutan,
kecenderungan menyendiri dan bersifat egosentris. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat secara umum bahwa akibat yang ditimbulkan dari adanya gangguan pendengaran yang diungkapkan oleh Uden (1982) tidak muncul pada diri subjek. Sifat-sifat yang muncul justru sifat-sifat positif dan masih dalam batas wajar, seperti yang berkaitan dengan egosentrisme, cara pandang terhadap hidup yang lebih luas, kelekatan pada orang lain pun terlihat wajar walaupun pada salah satu subjek terlihat agak berlebihan, juga mengenai keasyikan yang dimiliki cukup masuk akal karena mereka tidak memiliki suatu kegiatan yang hanya bisa dinikmati oleh dirinya sendiri, serta sifat infantil dan primitif tidak begitu terlihat. Mereka dapat mengendalikan perasaan, emosi dan pemikiran seperti layaknya orang normal. Subjek 1, 3 dan 4 tidak menunjukkan sikap yang dikategorikan sebagai akibat dari gangguan pendengaran yang mereka alami. Mereka tidak memperlihatkan sikap egosentrisme yang besar, bahkan pada subjek 2 sikap ini tidak terungkap. Ketiga subjek tersebut juga tidak mengalami ketakutan akan keluasan hidup, mereka cukup berani untuk menatap masa depan dengan lebih optimis. Kelekatan yang berlebihan hanya muncul pada subjek 2 dimana sikap ini
125
yang paling banyak terungkap pada subjek 2. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketiga subjek yang lainnya justru memiliki kemandirian dalam kehidupan sehari-harinya. Keempat subjek juga tidak diliputi keasyikan. Kegiatan yang mereka lakukan sama dengan orang normal dimana ada saatnya mereka belajar dengan serius, bermain dan bersenang-senang. Mereka juga berkembang sesuai dengan perkembangan usia mereka. Tidak ada yang menunjukkan sifat infantil dan primitif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Widiyanto (2007) yang menunjukkan bahwa individu tuna rungu belum tentu memiliki kepribadian yang menjurus ke arah negatif seperti yang diungkapkan oleh Sanders (dalam Widiyanto, 2007). Widiyanto berhasil mengungkap bahwa ternyata persepsi masyarakat selama ini mengenai sikap individu tuna rungu tidak selalu tepat. Dari 10 objek sikap yang dilihat, ternyata individu tuna rungu umumnya memiliki 7 sikap positif yaitu, tidak menarik diri (withdrawal), memiliki kepercayaan diri yang positif (self appraisal), tidak bertindak yang menunjukkan rasa depresi (depression), dapat menikmati kenyamanan hidup (tension), terbuka terhadap program rehabilitasi, pembelajaran dan pelatihan (reaction to rehabilitation), tidak merasa khawatir atas pekerjaan yang dilakukan (job worry), serta mampu bereaksi secara wajar (eccentric reaction). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya gangguan pendengaran yang dialami oleh subjek tidak mempengaruhi karakteristik kepribadian mereka ke arah yang negatif. Mereka dapat hidup dengan sifat dan sikap seperti yang dimiliki oleh orang normal.
126
2.
Efektifitas Penyesuaian Diri Individu dengan Gangguan Pendengaran Haber dan Runyon (1984) serta Schneider (1964) mengatakan bahwa
efektifitas penyesuaian diri dapat dilihat dari beberapa faktor, antara lain: a. Memiliki self image yang positif Self image yang positif menunjukkan bahwa seseorang memiliki penilaian positif pada dirinya. Haber dan Runyon (1984) menunjukkan bahwa dengan memiliki nilai positif pada diri seseorang akan membantu orang tersebut untuk berkembang. Bila yang ditemukan adalah hal-hal yang kurang menyenangkan, individu tersebut juga harus dapat mengubahnya menjadi lebih baik sehingga penilaian terhadap dirinya benar-benar positif. Penilaian yang positif akan membuat seseorang lebih percaya diri. Selain dengan menilai positif terhadap dirinya, ia juga harus dapat menerima segala kekurangan dan kelebihan yang ada serta berusaha untuk membuat kekurangan yang dimiliki menjadi bernilai positif. Secara umum, dapat diketahui bahwa kesemua subjek merasa sedih dan minder atas kekurangan yang ada pada diri mereka. Subjek 3 terlihat mengalami kesulitan untuk menerima kekurangannya dengan tulus. Ia merasa sedikit terpaksa. Namun, subjek 1, 2 dan 4 mampu menerima kekurangan tersebut dan menerima kondisi dirinya apa adanya. Kalau subjek 3 yang terpaksa menerima kondisi dirinya berusaha untuk tetap percaya diri, berbeda dengan subjek2. Subjek 2 berhasil menerima kekurangannya tetapi ia menjadi individu yang pendiam dan pemalu. Malu bila orang lain mendengar suaranya yang jelek.
127
Ketidakmampuan subjek 3 menerima kondisi dirinya dengan tulus membuat ia pernah menyalahkan kedua orang tuanya atas kecacatan yang dimilikinya. Sedangkan subjek 1 dan 4 tidak pernah berpikir untuk menyalahkan orang lain. Subjek 2 pun masih bisa bersyukur pada Tuhan bahwa ia masih diberi tubuh yang lengkap. Mereka menyadari bahwa setiap individu memiliki kelebihan dan kekurangan. Penerimaan subjek 1 dan 4 membuat mereka menjadi lebih percaya diri. Kepercayaan diri subjek 1 membuat ia berhasil masuk ke sekolah umum dan subjek 4 berhasil menjadi seorang model. Bagi subjek 4, ia merasa tidak minder ketika harus bersaing dengan orang-orang normal. Begitu juga dengan subjek 1 dimana salah saatu motivasinya adalah ingin mengalahkan prestasi teman-teman normal dalam bidang akademik. Padahal Somantri (2006) mengatakan bahwa individu dengan gangguan pendengaran memiliki kesulitan untuk bersaing dengan orang normal karena merasa tidak mampu. Tapi hal ini tidak terjadi pada kedua subjek tersebut.
b. Adanya kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik Dengan kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik, menunjukkan bahwa
seseorang
memiliki
efektifitas
dalam
penyesuaian
diri
(Mahmud,1989 dan Fudyartanta, 2002). Kenyamanan psikologis dan kesehatan fisik ini dapat ditunjukkan dengan tidak adanya gejala-gejala fisik yang mengganggu kesehatan seperti
pusing kepala, sakit perut,
gangguan pencernaan, diare, dan sebagainya; tidak ada emosi yang
128
berlebihan; tidak ada perasaan frustrasi; tidak ada mekanisme pertahanan diri; tidak ada perasaan kecewa, gelisah, lesu, depresi, dan sebagainya. Bila hal tersebut tidak dialami oleh individu, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki kepuasan atas kondisinya saat itu. Pertama kali masuk ke sekolah normal membuat subjek 1 merasa khawatir dan cemas karena ia merasa kesulitan menyesuaikan diri dan ada rasa takut akan perlakuan teman-temannya ketika mengetahui bahwa dirinya tidak bisa mendengar. Untuk mengatasi ketakutan yang dialami oleh subjek 1, ia melakukan hal yang disarankan oleh orang tuanya untuk tidak mempedulikan apa yang dikatakan dan dipikirkan oleh orang lain. Dengan begitu subjek 1 tidak lagi merasa cemas dan takut. Subjek 2 merasa kurang puas dengan kondisi sekolahnya karena tidak sesuai dengan yang ia bayangkan. Subjek 2 mengalami kesulitan dalam menangkap pelajaran tetapi ia berhasil memperoleh nilai yang memuaskan. Nilai tersebut ia peroleh dari hasil usahanya untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Saat proses belajar-mengajar di kelas subjek harus memperhatikan dengan matanya apa yang dikatakan guru sehingga mata subjek sering cepat lelah. Hal ini sering menimbulkan perasaan tertekan saat ia menghadapi ujian. Subjek 2 tertarik dengan pelajaran menjahit sehingga ia bersemangat ketika ada pelajaran menjahit. Kesulitan dalam pelajaran yang dialami subjek 2 terutama pada pelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Jawa dan Matematika. Sikapnya yang pendiam dan pemalu membuat ia dianggap sombong oleh teman-temannya. Lama-
129
kelamaan subjek dapat berelasi lebih akrab dengan teman-temannya terutama yang sesama jenis. Subjek 3 merasa puas bisa bersekolah di sekolah umum. Ia juga puas atas nilai-nilai yang diperoleh. Namun demikian ia juga kurang dapat mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa. Kesempatan yang ia peroleh untuk bersekolah di sekolah umum sejak SMP membuat ia terbiasa dengan sistem pengajarannya walaupun awalnya ia merasa tertekan harus belajar dengan lebih serius. Hal ini membuat ia lebih merasa nyaman ketika tidak berada di kelas karena ia dapat bersantai, bercanda dengan teman-temannya. Kenyamanan subjek 3 berada di antara teman-temannya membuat ia malas kalau sendiri sama seperti subjek 4 yang merasa senang dan nyaman bersekolah di sekolah umum karena ia dapat bergaul dengan teman-teman normal. Bila ia membutuhkan bantuan, ada teman-temannya yang bisa membantu. Sama seperti subjek 2 dan 3, subjek 4 merasa tegang dan pusing saat mengikuti pelajaran karena harus benar-benar memperhatikan guru. Terkadang ia merasa tidak tahu apa-apa, bila ingin tahu ia harus selalu bertanya. Banyaknya kesulitan dalam pelajaran, subjek merasa puas dengan nilai yang diperoleh.
c. Aseptabilitas sosial/ hubungan interpersonal yang baik Keterbatasan individu dengan gangguan pendengaran untuk berkomunikasi, membuat mereka mudah untuk menutup diri (Hallahan
130
dan Kauffman, 1982). Menurut Haber dan Runyon (1984), individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, mampu berelasi dengan individu lain dalam cara yang produktif, bermanfaat dan saling menguntungkan. Penerimaan dari lingkungan sekitarnya akan diperoleh seseorang bila ia mampu menyesuaikan diri dengan mengikuti norma dan nilai yang berlaku, tidak memiliki konflik, bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Hambatan yang paling besar dalam menjalin relasi dengan orang normal adalah masalah komunikasi. Ini dirasakan oleh semua subjek. Meskipun memiliki hambatan, masing-masing subjek tetap berusaha untuk menjalin relasi dengan selalu bersikap ramah, mencoba berkenalan dan berteman, berlatih untuk berkomunikasi, rajin bergaul, mencoba bergurau atau bercanda, dengan mereka seperti yang di lakukan oleh subjek 1, 3 dan 4. Perasaan minder ketika bergaul dengan orang normal dianggap wajar terjadi oleh subjek 1 karena mereka memiliki kekurangan. Dan memang itu dialami juga oleh subjek 2, 3 dan 4. Hal yang diungkapkan oleh Hallahan dan Kauffman (1982) bahwa individu tuna rungu mudah untuk menutup diri, muncul pada subjek 2 karena ia merasa malu memiliki suara yang jelek. Bila subjek lain sudah mulai terbiasa bergaul dengan lawan jenis bahkan menjalin relasi lebih dekat seperti subjek 3 dan 4, subjek 2 justru lebih menutup diri. Pada subjek 1, 2 dan 3 terungkap bahwa mereka tidak terbiasa bergaul dengan
131
lawan jenis karena di sekolah khusus sebelumnya, mereka tidak bergaul dengan lawan jenis, antara sekolah putra dan putri dibedakan. Konflik jarang terjadi pada mereka, subjek 1, 2 dan 4 lebih senang menghindari konflik. Keberadaannya di tengah-tengah orang normal justru membuat subjek 1 dapat lebih mengendalikan perasaannya dibandingkan saat ia berada di antara teman-temannya yang tuna rungu. Ini dikarenakan setiap individu dengan gangguan pendengaran memiliki rasa ingin menang sendiri, egois dan emosional. Lingkungan tempat subjek berada yaitu guru dan teman-teman menerima kondisi subjek. Walaupun awalnya ada yang mengejek bahkan menjaga jarak seperti yang diungkapkan oleh subjek 3. Subjek 1 merasa diterima karena ia pintar sehingga ia menjadi lebih termotivasi untuk rajin belajar. Subjek 2, 3 dan 4 pun merasa teman-temannya dapat mengerti kekurangan mereka, menerima mereka dengan saling membantu.
d. Bersikap realistis dan objektif serta memiliki efisiensi kerja Bersikap realistis dan objektif tidaklah mudah. Seseorang harus mampu untuk melihat peristiwa, kenyataan yang terjadi secara tepat (Haber dan Runyon, 1984 dan Schneider, 1964). Selain itu Schneider menambahkan setiap individu juga harus bisa menilai situasi, masalah dan keterbatasan pribadi sebagai hal yang nyata dan memiliki arti bagi dirinya sehingga dapat terlihat ketika ia menghadapi situasi kritis. Ini akan
132
membuatnya memiliki pendirian dan pandangan pada dirinya sendiri secara realistis dan objektif. Ketika dapat melihat segala sesuatu dengan realistis dan objektif, ia akan berusaha untuk melakukan segala kegiatan dan pekerjaan dengan efisien (Mahmud, 1989 dan Fudyartanta, 2002). Dengan begitu mereka juga dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya dalam lingkungan sosialnya secara penuh. Pada subjek 1, 2 dan 3, terlihat bahwa mereka cukup dapat menilai situasi yang menyebabkan mereka memiliki gangguan pendengaran dengan tidak menyalahkan orang lain, misalnya orang tuanya. Subjek 2 dan 3 hanya merasa iri dengan saudara-saudara yang lain yang tidak memiliki gangguan seperti dirinya. Subjek 2 juga tidak pernah menyalahkan atas kondisi ekonomi keluarganya. Ia dapat memahami dan bersyukur ia masih bisa sekolah. Sedangkan subjek 4 pernah menyalahkan orang tuanya atas kondisi dirinya yang tidak sempurna. Hal yang memotivasi subjek 1 untuk pindah ke sekolah umum adalah subjek menyadari ketidakmampuannya dalam bidang keterampilan dan sadar akan minatnya pada pelajaran-pelajaran teori. Ia juga berhasil menunjukkan bahwa ia mampu dengan memperoleh nilai yang memuaskan. Kemampuan untuk melihat situasi dan masalah seperti yang diungkapkan Schneider (1964) ini juga terlihat pada subjek 4. Sebelum masuk ke sekolahnya yang sekarang, subjek masuk ke sekolah umum yang bukan kejuruan sehingga pelajaran teorinya lebih banyak dan juga ada
133
pelajaran Bahasa Arab yang sulit diikuti oleh subjek. Oleh karena itu, subjek merasa ia lebih baik pindah sekolah. Keempat subjek juga menyadari bahwa mereka memiliki keterbatasan dalam mendengar sehingga menimbulkan berbagai masalah. Ketika membutuhkan suatu informasi, subjek 1 akan berusaha untuk mencari tahu. Bagi subjek 1, keterbatasannya itu membuat dirinya harus lebih aktif mencari informasi. Sulitnya berkomunikasi antara individu tuna rungu dengan individu normal ini sering membuat subjek 1, 2, 3 dan 4 mengalami kesalahpahaman dalam menangkap apa yang dimaksud oleh orang lain. Begitu juga sebaliknya, orang normal pun sulit menangkap apa yang dimaksud oleh subjek. Kesalahan penafsiran tersebut menurut Somantri (2006) sering terjadi karena kurangnya pemahaman akan bahasa lisan dan tulisan pada individu dengan gangguan pendengaran. Individu tersebut cenderung untuk menafsirkan segala sesuatu secara negatif atau salah. Ini juga terjadi saat proses belajar mengajar di kelas. Subjek 3 merasa lebih terbantu ketika pengajar menggunakan media visual, misalnya dengan menggunakan slide.
e. Pembelajaran terhadap pengalaman masa lalu dan situasi baru, serta kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Dalam kehidupan setiap orang akan melewati peristiwa demi peristiwa, memiliki pengalaman yang telah lalu dan berjuang menghadapi masa depan dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Schneider
134
(1964) menjelaskan bahwa untuk dapat bertahan hidup, setiap individu harus dapat bertahan dari konflik, frustrasi, stres atau berbagai situasi hidup yang lain. Cara yang digunakan adalah dengan mau belajar untuk menghadapinya berdasarkan keberhasilan ataupun kegagalan pengalaman sebelumnya dan dapat memperbaikinya menjadi lebih baik. Ia juga harus dapat menghadapi tuntutan-tuntutan hidup. Apa yang dialami oleh seseorang kadang menimbulkan stres dan kecemasan. Bila ia sudah mampu belajar dari pengalaman sebelumnya untuk menghadapi situasi baru, maka ia juga mampu untuk mengatasi stres dan kecemasannya. Dari pengalaman yang dirasakan oleh subjek 1, ia memilih untuk bersekolah di sekolah umum karena baginya ketika bersekolah disekolah khusus, pengetahuan yang diperolehnya lebih lambat. Sedangkan subjek 2 justru mengira sekolah umum sama dengan sekolah khusus baik dalam proses belajar maupun dari segi pergaulan. Setelah berhasil masuk ke sekolah umum, subjek 1 dan 3 merasa gugup, cemas, takut, rendah diri terutama pada tahun pertama. Subjek 3 bahkan
ingin
mengundurkan
diri
karena
merasa
tidak
mampu
menyesuaikan diri. Lama-kelamaan ia menjadi terbiasa. Sedangkan subjek 4 awalnya justru merasa senang tetapi ketika menghadapi ujian ia merasa takut tidak bisa mengerjakan ujian dan tidak naik kelas. Hambatan komunikasi dalam berelasi diatasi oleh subjek 3 dengan mengatakan bahwa ia seorang tuna rungu ketika berkenalan dengan orang baru sehingga orang tersebut dapat menyesuaikan ketika berkomunikasi
135
dengan dirinya. Sedangkan subjek 4 berusaha untuk tetap menjaga relasinya dengan orang lain dengan tidak bertengkar. Kesulitan komunikasi membuat semua subjek mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Pada subjek 1 kesulitan ini membuatnya rendah diri tapi setelah berusaha mengatasinya dengan tekun belajar, baik belajar sendiri maupun dalam kelompok, meminta untuk dijelaskan kembali materi yang belim dipahaminya kepada gurunya ia menjadi lebih percaya diri dan dapat mengikuti pelajaran. Subjek 2 merasa bahwa ia kesulitan belajar karena metode yang dipakai oleh gurunya berbeda dengan di sekolah sebelumnya dan terlalu cepat bagi subjek. Hal ini membuat subjek merasa pusing. Subjek 2 lalu mencoba mengatasinya dengan lebih memperhatikan saat guru menerangkan, bertanya pada teman, meminjam catatan teman dan mempelajarinya kembali di rumah dan kalau masih belum mengerti ia akan bertanya pada saudaranya. Di dalam kelas, saat proses belajar mengajar, subjek tidak berani untuk terlibat aktif dengan bertanya, begitu juga saat belajar dalam kelompok, ia memilih untuk diam. Sikap seperti itu disebabkan karena ia merasa rendah diri seperti yang dialami oleh subjek 3. selain merasa rendah diri, subjek 3 juga merasa takut saat proses belajar mengajar dan mencoba mengatasi hambatannya dalam pelajaran dengan belajar sendiri, bertanya pada teman, membaca buku, atau fotocopy catatan teman. Kesulitan subjek 4 dalam mengikuti pelajaran di kelas terbantu dengan adanya keterampilan yang diajarkan. Cara subjek 4 dalam mengatasi masalah tersebut hampir sama
136
dengan ketiga subjek lainnya yaitu dengan rajin bertanya, mempelajarinya kembali di rumah atau meminta dijelaskan kembali pada gurunya. Semua subjek berusaha agar tidak melakukan kesalahan, dan bila sampai melakukannya, mereka akan berusaha agar tidak terulang kembali. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk belajar dari pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya. Perasaan stres dan cemas yang dihadapi oleh subjek 1 muncul saat ia menghadapi ujian dan memiliki banyak tugas. Sedangkan subjek 2 pernah merasa stres saat mau masuk sekolah umum pada hari pertama. Ia muntah-muntah sampai 7 kali, tetapi setelah berhasil melewati hari pertama, gejala seperti itu tidak terjadi lagi. Subjek 3 terbebani dengan biaya kuliah dan kondisi keluarganya. Bila menghadapi masalah yang membuatnya stres ia mencoba untuk mengatasinya dengan menonton film di bioskop.
3.
Pengaruh
Keterbatasan
yang
Dimiliki
Individu
dengan
Gangguan
Pendengaran pada Proses Penyesuaian Diri Adanya keterbatasan yang dimiliki oleh individu tuna rungu dengan sifatsifat yang dimilikinya tentu saja akan mempengaruhi individu tersebut untuk berkembang. Pengaruh yang diberikan bisa positif maupun negatif. Pengaruh positif tentu saja akan membantu perkembangan bicara dan bahasa walau sedikit, perkembangan
emosi
dan
perkembangan
sosialnya.
perilaku, Schneider
perkembangan (1964)
137
kognitif
berpendapat
dan
bahwa
juga proses
penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi fisik yang meliputi faktor keturunan, kesehatan, penyakit, kecacatan, dan lain-lain; perkembangan dan kematangan individu meliputi intelegensi, kehidupan sosial, moral dan kematangan emosi; faktor psikologis meliputi pengalamanpengalaman, pembelajaran, pengkondisian, frustasi dan konflik; lalu kondisi lingkungan, budaya dan keyakinan atau agama. Berdasarkan kondisi fisik, jelas terlihat bahwa keempat subjek mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terutama pada awal mereka berada di lingkungan baru yang terdiri dari orang-orang normal, seperti di sekolah umum. Kesulitan ini bukan berarti mereka tidak menerima kondisi fisiknya. Subjek 1, 2 dan 4 dapat menerima kekurangan yang mereka miliki dan bangga dengan kelebihannya. Self image yang positif dan penerimaan dari lingkungannya yang membuat mereka dapat menerima kondisi dirinya apa adanya. Kesulitan ini lebih dikarenakan kondisi fisiknya yang tidak bisa mendengar membuat mereka kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang normal. Dilihat dari perkembangan dan kematangan individu meliputi intelegensi, kehidupan sosial, moral dan kematangan emosi (Schneider, 1964) dapat diketahui bahwa walaupun subjek mengalami hambatan untuk memperoleh apa yang ingin diketahuinya, semangat subjek membuat mereka tetap memiliki inteligensi yang baik. Ini dapat ditunjukkan dengan kepuasan mereka atas nilai-nilai yang diperoleh. Kehidupan sosialnya yang cukup sulit pun berhasil mereka jalani walaupun pada subjek 2 terlihat bahwa ia sedikit menutup diri terutama dengan lawan jenis. Ini bisa disebabkan karena ia memiliki kelekatan yang berlebihan
138
pada teman-teman dekatnya sehingga ia enggan untuk menjalin relasi yang lebih luas. Sifat egosentrisme tidak mempengaruhi subjek 1 dalam kematangan emosinya. Subjek juga dapat menunjukkan kematangan emosi yang cukup baik dengan tidak mengekspresikan emosinya secara berlebihan atau menjadi tidak punya emosi. Faktor psikologis yang meliputi pengalaman-pengalaman, pembelajaran, pengkondisian, frustrasi dan konflik juga dapat terungkap dari subjek. Subjek selalu mencoba untuk belajar pada apa yang pernah dialaminya, belajar bagaimana mengatasi rasa frustrasi, stres dan cemas. Kesulitan dalam pelajaran, dalam pergaulan dan dalam berkomunikasi dapat mereka atasi sehingga mereka masih bertahan berada di antara teman-teman normal dan belajar di sekolah umum. Mereka juga berusaha untuk tidak menimbulkan konflik dan bila sampai mereka menimbulkan konflik, mereka berusaha untuk memperbaikinya. Kondisi lingkungan, budaya dan keyakinan di sekitarnya membantu subjek untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tanpa dukungan dan penerimaan lingkungan sekitar subjek, ia tidak mampu untuk bertahan dan menyesuaikan diri serta tidak mampu menerima kekurangan dan kelebihannya.
139
Subjek
Memiliki hambatan dalam komunikasi karena tidak bisa mendengar (tuli total)
Dituntut untuk melakukan penyesuaian diri di sekolah umum
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Individu Tuna Rungu Mampu Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Lebih memiliki faktor-faktor yang mendukung sehingga tidak memiliki hambatan yang berarti dalam penyesuaian diri : • Dukungan dari orang tua • Motivasi dari diri sendiri yang cukup besar • Penerimaan dari lingkungan sekitar • Terbiasa terlibat dalam organisasi/ interaksi dengan orang lain
•
Memiliki kepercayaan diri yang besar dan menerima kekurangan yang dimiliki (S1 dan S4) • Merasa nyaman ketika berada di lingkungannya walaupun awalnya kesulitan dalam menyesuaikan diri (S1) • Dapat belajar pada pengalaman sebelumnya dan bisa mengatasi kesulitan berkomunikasi, bergaul dan dalam pelajaran (S1, S3 dan S4) • • •
Terbiasa dengan sistem pengajaran di sekolah umum (S3)
Senang dapat bergaul dengan teman baru (S1 dan S4) Menjalin relasi dengan mencoba berkomunikasi dengan orang normal walaupun ada keterbatasan komunikasi (S1 dan S3) • Dapat menyadari kemampuan yang ia miliki dan apa yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasannya (S1, S3 dan S4) • Memiliki rasa ingin tahu pada hal-hal penting dan informasi baru (S1 dan S3)
Skema 7. Keberhasilan Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi).
140
Subjek
Memiliki hambatan dalam komunikasi karena tidak bisa mendengar (tuli total)
Dituntut untuk melakukan penyesuaian diri di sekolah umum
Proses Penyesuaian Diri: Sejauh Mana Individu Tuna Rungu Mampu Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Memiliki faktor penghambat yang lebih besar dalam penyesuaian diri : • Tidak mendapat dukungan yang besar dari orang tua • Kurangnya penerimaan terutama dari teman sebaya • Kondisi ekonomi orang tuanya yang kurang baik
•
• • •
•
Kurang memiliki kepercayaan diri sehingga menjadi individu yang pendiam dan pemalu (S2) Merasa kurang puas dan kurang nyaman dengan kondisinya (S2) Tidak berani untuk aktif di kelas ataupun dalam tugas kelompok (S2) Relasi dengan orang lain kurang terjalin terutama dengan lawan jenis karena ia menutup diri (S2) Kurang memiliki rasa ingin tahu tentang informasi baru (S2)
Skema 8. Kekurangberhasilan Penyesuaian Diri Individu Tuna Rungu dalam Melanjutkan Pendidikan di Sekolah Reguler/ Umum (Sekolah Menengah ataupun Sekolah Tinggi). 141
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Proses penyesuaian diri yang dilakukan subjek pada umumnya cukup baik. Mereka berhasil memenuhi beberapa kriteria penyesuaian diri yang telah ditentukan. Pada kriteria self image yang positif, dua subjek berhasil memilikinya, dimana mereka memiliki kepercayaan diri dan menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri mereka. satu subjek merasa kurang percaya diri tapi tetap berusaha untuk dapat berkembang. Sedangkan satu subjek lagi kurang memiliki kepercayaan diri sehingga ia kurang dapat berkembang dalam relasi dan lingkungan yang lebih luas. Kriteria yang kedua yaitu adanya kenyamanan psikologis dapat ditunjukkan oleh subjek dengan memiliki kepuasan bisa bersekolah di sekolah normal dan berhasil memperoleh nilai yang memuaskan walaupun dalam proses belajar itu sendiri subjek cukup kesulitan. Awalnya semua subjek belum dapat memiliki kenyamanan karena mereka berada di lingkungan yang jauh berbeda dengan sebelumnya dan lama-kelamaan mereka dapat menyesuaikan sehingga memperoleh kenyamanan. Berkaitan dengan penerimaan sosial dan relasi interpersonalnya, ketiga subjek memiliki relasi yang cukup baik termasuk dengan lawan jenis dan merasa bahwa mereka diterima dalam lingkungannya. Sedangkan satu subjek lagi merasa
142
self image-nya yang negatif membuat ia menjadi kurang percaya diri dalam menjalin relasi dengan orang lain. Dilihat dari segi realistis dan objektif yang menjadi kriteria yang ketiga, dapat dikatakan bahwa tiga orang subjek dapat berpikir dengan realistis dan objektif. Mereka sadar akan kemampuan mereka sehingga mereka berusaha untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki termasuk dalam menentukan sekolah. Rasa ingin tahu yang besar membuat mereka untuk aktif berusaha mencari tahu apa yang mereka butuhkan. Pada subjek lainnya ia cenderung untuk diam, pasif dan kurang berusaha karena ia merasa takut melakukan kesalahan dan ingin menghindari masalah. Proses belajar yang subjek lakukan cukup baik. Subjek berusaha untuk belajar pada apa yang sudah pernah dialaminya. Mereka juga belajar untuk mengatasi masalah yang bisa menimbulkan stress dan kecemasan. Ini sesuai dengan kriteria yang kelima. Jadi, berdasarkan keberhasilan subjek dalam menerima dan mengatasi keterbatasannya serta memenuhi kelima kriteria yang ada, dapat disimpulkan bahwa proses penyesuaian diri pada tiga subjek dapat berjalan dengan baik. Sedangkan satu orang subjek belum dapat memiliki kepercayaan diri atas keterbatasan yang dimilikinya sehingga ini mengganggu dan sedikit menghambat proses penyesuaian diri yang dilakukan serta memiliki kelekatan yang berlebihan terutama dengan orang di sekitarnya. Disimpulkan bahwa subjek ini kurang dapat memiliki penyesuaian diri yang baik.
143
B. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian Para subjek diharapkan dapat lebih mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai kegiatan sehingga dapat benar-benar berhasil di kemudian hari. Bagi subjek yang kurang berhasil hendaknya ia mulai menumbuhkan rasa percaya diri dengan terus memperluas pergaulan juga mengikuti berbagai kegiatan yang ada di lingkungan sekitarnya. Banyak membaca dapat memperluas pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri misalnya ketika membahas sesuatu dengan orang lain, diharapkan pengetahuan yang diperoleh dari membaca dapat membantu. 2. Bagi Para Praktisi Pendidikan Anak dengan Kebutuhan Khusus Lebih memperhatikan kesiapan suatu lembaga untuk menerima anak dengan kebutuhan khusus ke dalam lembaga pendidikannya sehingga dapat benarbenar membantu dalam pengembangan potensi anak dengan kebutuhan khusus tersebut, terutama anak dengan gangguan pendengaran. Termasuk pengajarnya, apakah para pengajar tersebut tahu cara memperlakukan anak dengan kebutuhan khusus. 3. Bagi Penelitian Berikutnya Lebih dapat menguraikan dan mengungkapkan penyesuaian diri individu dengan gangguan pendengaran secara lebih detail dengan melihat faktor eksternal, yaitu keluarga dan lingkungan sekitarnya.
144
4. Bagi Lingkungan Diharapkan
dapat
menerima
kondisi
individu
dengan
gangguan
pendengaran sehingga dapat membantu individu tersebut agar dapat berkembang dan tidak merasa terhambat dengan keterbatasan yang ada serta tidak merasa semaikn terpuruk dalam keterbatasannya. Masyarakat yang mendukung dan selalu berusaha melibatkan individu tuna rungu dalam berbagai kegiatan diharapkan dapat membantu perkembangan pribadi individu tersebut.
145
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja. (1988). Sosiologi pendidikan: isyu dan hipotesis tentang hubungan
pendidikan
dengan
masyarakat.
Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Albertus, FC. (2007). Kaum tunarungu dalam pekerjaan. Dalam Widiyanto, T. Priyo (Ed.). Menggapai prestasi di telaga sunyi (Dinamika pendidikan kaum tunarungu). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Anam, Choirul. (1986). Psikologi anak luar biasa. Yogyakarta: SGPLB Negeri. Asyanti, Setia., Sofiati, Muhana., Sudardjo. (2002). Penyesuaian Sosial di Sekolah Siswa-siswi SLTP Penderita Asma. Indigenous vol.6 no.1, 59-69 Burns, R. B. (1993). Teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku. Konsep diri. Jakarta: Arcan Surya Satya Negara. Baker, Harry J. (1957). Introduction to exceptional children. Edisi Revisi. New York: The Macmillan Company. Carroll, Herbert A. (1953). The dynamics of adjustment. Mental hygiene. Edisi ke-2. New York: Prentice Hall, Inc. Daradjat, Zakiah. (1970). Kesehatan mental. Jakarta: Gunung Agung. Dimyati, Muhammad. (1988). Landasan pendidikan (suatu pengantar pemikiran keilmuan tentang kegiatan pendidikan). Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
146
Proyek
Drost, J.I.G.M. (1998). Sekolah: mengajar atau mendidik. Yogyakarta: Kanisius. Dullah.
(1977).
Masalah
cacat
tuli.
Cermin
dunia
kedokteran
no.9.
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/04MasalahTuli009.pdf/04Masa lahTuli009.html. (tanggal akses: 27 November 2006) Dwihastuti, Heny. (2003). Hubungan antara persahabatan dan penyesuaian sosial di sekolah pada remaja jawa. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, skripsi. Frederickson, Norah., dan Cline, Tony. (2002). Special educational needs, inclusion and diversity. New York: Open Universitty Press. Fudyartanta, R.B.S. (2002). Psikologi pendidikan. Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Gerungan, WA. (1988). Psikologi sosial. Bandung: Eresco. Gowan, John C., Demos, George D., dan Kokaska, Charles J. (1972). The guidance of exceptional children. Edisi Ke-2. New York: David McKay Company, Inc. Haber, Audrey., dan Runyon, Richard P. (1984). Psychology of adjustment. USA: The Dorsey Press. Hallahan, Daniel P., dan Kauffman, James M. (1982). Introduction to special education. Exceptional children. Edisi Ke-2. USA: University of Virginia, Prentice – Hall International, Inc.
147
Handayani, Ch.S., dan Hartoko, V.D.S. (2003). Karya ilmiah berdasarkan penelitian (kajian lapangan) dengan metode kualitatif (logika induktif). Pedoman penulisan skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Idris, Zahara. (1981). Dasar-dasar kependidikan. Padang: Angkasa Raya. Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia. (1994). Jakarta: Erlangga. Kirk, Samuel A. (1972). Educating exceptional children. Edisi Ke-2. USA: Houghton Miffin Company. Kushariadi, Ciciek Arief. (2004). Ketika dunia menjadi bisu. Makalah Talk Show “Ketika Dunia Menjadi Bisu”. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Leahy, Louis. (2001). Siapakah manusia? Sintesis filosofis tentang manusia. Yogyakarta: Kanisius. Mahmud, Dimyati. (1989). Dasar-dasar sosiologi pendidikan (suatu penelitian kepustakaan). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Nurkolis. (2002). Reformasi kebijakan pendidikan luar biasa. (tanggal akses: 23 November 2006) Partowisastro, H. Koestoer. (1983). Dinamika dalam psikologi pendidikan. Jilid Ke-3. Jakarta: Erlangga. Pasaribu, I.L., dan Simanjuntak, B. (1982). Pendidikan nasional (tinjauan pedagogik teoritis). Edisi ke-3. Bandung: Tarsito.
148
Paul, Peter V., dan Quigley, Stephen P. (1993). Psikologi dan Ketulian (terjemahan Br. Drs. Adrian Hartotanojo, F.C., M.A.). Wonosobo: Yayasan Karya Bakti. Payne, James S., Patton, James R., Kauffman, James M., Brown, Gweneth B., dan Payne, Ruth A. (1983). Exceptional Children in Focus. USA: Bell and Howell Company. Permanasari, Indira. (12 Maret 2005). Ketika penyandang cacat bersekolah di sekolah umum. KOMPAS. Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pribadi, Sikun. (1987). Mutiara-mutiara pendidikan. Jakarta: Erlangga. Purwanto, M. Ngalim. (1995). Ilmu pendidikan: teoretis dan praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Royanto, Lucia RM. (2005). Pendidikan inklusif (tinjauan dari sudut pandang psikologi pendidikan). Dalam Adinugroho, C. Wijoyo (Ed.). Proceeding Seminar Nasional “Mencapai Perkembangan Manusia yang Utuh melalui Pendidikan Emansipatoris”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Sawrey, James M., dan Telford, Charles W. (1968). Psychology of adjustment. Edisi Ke-2. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Setiawani, Mary Go. (2000). Menerobos dunia anak. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
http://pepak.sabda.org/pustaka/061301/
November 2006).
149
(tanggal
akses:
27
Soejono, Ag. (1963). Pengetahuan tentang penyelenggaraan sekolah. Jakarta: Harapan Masa. Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama. Sudjadi. (2000). Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak tuna rungu wicara dalam ajang pendidikan. Media informasi penelitian, 164, 50-61. Suparno, Paul. (2007). Tunarungu meraih harapan masa depan. Dalam Widiyanto, T. Priyo (Ed.). Menggapai prestasi di telaga sunyi (Dinamika pendidikan kaum tunarungu). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tarsidi, Didi (alih bahasa). (1998). Peraturan standar tentang persamaan kesempatan bagi para penyandang cacat, resolusi PBB no. 48/ 96 tahun 1993. http://idp-europe.org/indonesia/docs/PeraturanStandar.pdf (tanggal akses: 23 November 2006). Udhen, Van. (1982). Sedikit mengenal psikologi anak tuli (terjemahan Sr. Myriam). Wonosobo: Yayasan Dena-Upakara. Vembriarto, ST., (1984). Sosiologi pendidikan. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramitha. Warga, Richard G. (1983). A psychology of adjustment. Personal awareness. Edisi ke-3. Boston: Houghton Miffin Company. Widiyanto, T. Priyo. (2007). Kepribadian penyandang gangguan pendengaran. Dalam Widiyanto, T. Priyo (Ed.). Menggapai prestasi di telaga sunyi (Dinamika pendidikan kaum tunarungu). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
150
Woolfolk, Anita E. (1990). Educational psychology. Edisi ke-4. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
151
LAMPIRAN 1: Koding Wawancara Subjek
152
Koding Subjek 1
No A
Refleksi
Hasil Wawancara Bagaimana ceritanya kok kamu bisa
Analisis
masuk sekolah normal? 1
Jadi dulu aku sekolah dari SD sampai
2
SMP kelas 1 di SLB/B Dena Upakara
3
Wonosobo,
tapi
sewaktu
SMP,
kan
4
Menyadari
sekolah kejuruan jadi saya harus memilih Memahami
5
kemampuannya
mau tata boga atau tata busana. Padahal keinginannya
6
bukan tata boga saya tidak suka keduanya. Kalau praktek sendiri
7
atau busana
nilai saya jelek tapi kalu nilai-nilai pelajaran teori, nilai saya selalu bagus.
8
mencoba Dan saya tidak ingin untuk meneruskan Punya inisiatif &
9
Ingin
10
sekolah
11
tidak ingin di SLB
umum, sekolah
di
sekolah
tersebut,
saya ingin coba hal
berinisiatif untuk bersekolah di sekolah baru normal, tetapi orang tua saya tidak setuju.
12 13
Menyampaikan
Lalu saya mencoba berbicara dengan Diskusi
untuk
14
keinginannya pada mama dan mama mengerti maksud saya, mencari
solusi
15
mamanya
mama bilang dia percaya kalau saya atas
16
mampu mengikuti pelajaran di sekolah permasalahan
17
normal. Mama lalu berusaha merayu papa
18
agar saya diperbolehkan masuk sekolah
19
normal dan akhirnya papa yang tadinya
20
tidak percaya kemampuan saya menjadi
21
Jika nilai bagus percaya. Saya diijinkan masuk sekolah Syarat
22
boleh
masuk normal asal saya memperoleh nilai yang sekolah umum
23
sekolah
umum bagus dan mendapat ranking I atau II.
24
Ingin
Lalu saya berusaha agar terpenuhi syarat Termotivasi
25
menunjukkan
tersebut dan akhirnya memang berhasil untuk memenuhi
26
dirinya
27
masuk
sekolah nilai tertinggi. Lalu saya pulang ke
28
umum
Purwokerto, mencari sekolah normal di
29
Mencari
masuk
layak saya bisa jadi ranking I dan mendapat syarat tersebut
sekolah sana. Pertama, saya mencoba masuk SMP Tidak
semua
1-a
Koding Subjek 1
30
yang
mau Susteran tetapi ditolak karena saya tidak sekolah
31
menerima
32
tuna rungu
33
Tidak
34
meski
35
mengulang
36
kelas I
siswa bisa mendengar. Lalu ke SMP Bruderan mau
umum menerima
dan mereka bisa menerima saya. Saya siswa difabel
keberatan merasa senang sekali. Tetapi saya tetap Apapun
B
harus harus mengulang pelajaran dari kelas I, dilakukan
agar
dari tidak apa-apa, saya mau. Karena saya bisa sekolah memang ingin masuk sekolah normal.
Kamu
mengalami
gangguan
pendengaran sejak kapan? karena Sejak lahir, katanya karena sewaktu masih Penyebab
1
Cacat
2
pernah jatuh saat di dalam kandungan mama saya pernah gangguan
3
masih
4
kandungan
dalam terjatuh karena di dorong oleh orang gila pendengaran sewaktu masih di Jakarta. Sewaktu mama
5
melahirkan, saya lahir tetapi kata dokter
6
cacat.
C
Kamu masuk sekolah umum karena keinginan siapa?
1
Sangat
2
masuk
3
umum
4
ditentang
ingin Karena keinginanku. Awalnya orang tua Keinginan sekolah tidak setuju tapi saya protes, dan ceritanya diri walau kayak
kemarin
yang
uda
dari sendiri
pernah sangat besar
kuceritakan.
Apa yang membuatmu tertarik masuk
D
sekolah umum? 1
Ingin
2
dengan
3
normal
4 5
bergaul Saya ingin mencari kesempatan dalam Ketertarikan anak memperluas
pergaulan
biar
terbiasa masuk
sekolah
bergaul, mengenal dan berkomunikasi umum dengan anak normal. Selain itu, untuk
Ingin memperluas memperluas
pengetahuan
karena
1-b
Koding Subjek 1
6
pengetahuan
pengetahuan di sekolah khusus lebih lambat, kecil dan sempit.
7 8
Ingin
mencoba Dan karena saya belum pernah bersekolah
9
karena
belum di sekolah normal maka saya ingin
10
pernah
mencoba. Kalau prestasi bagus boleh
11
Berusaha
12
agar
keras. Akhirnya diperbolehkan masuk karena tahu ia
13
diperbolehkan
sekolah normal karena berhasil dapat berkekurangan
14
masuk
15
umum
keras masuk sekolah normal jadi saya berusaha Gigih
berusaha
sekolah ranking I dan nilai tertinggi di antara sehingga teman-teman sekelas di sekolah khusus.
harus
lebih giat belajar
Apa kesan pertamamu?
E 1
Merasa
gugup Gugup pada awal masuk sekolah karena Mencoba
2
berada
3
lingkungan baru
teman-teman kaget ketika tahu kalau saya diri
4
Mencoba
tuna
5
berkomunikasi
berkomunikasi
6
terus menerus
normal, ada beberapa yang mengerti tetapi awalnya gugup
di belum terbiasa di sekolah normal dan membiasakan
rungu.
Pertama dengan
kali
dengan
mencoba lingkungan yang
teman-teman baru
meskipun
ada beberapa juga yang tidak mengerti.
7 8
Semakin
lama Saya mencoba mendekati teman-teman
9
semakin
berhasil supaya dapat berkomunikasi, lama-lama
10
berkomunikasi
11
Tidak terbiasa satu Selain itu, saya juga belum terbiasa berada
12
sekolah
13
murid laki-laki
sudah terbiasa dan tidak gugup lagi.
dengan di sekolah campur antara cewek dan cowok karena waktu di SLB kan khusus
14
putri.
F
Apakah sesuai dengan bayanganmu atau harapanmu sebelum masuk ke sekolah biasa?
1
Belum
pernah
membayangkan
1-c
Koding Subjek 1
2
Besarnya peluang sebelumnya, tetapi saya pernah berpikir Harapannya
3
berkembang
4
memiliki prestasi peluangku di sekolah normal, peluang di sekolah umum
5
lebih
6
normal
dari
dan atau
membayangkan
anak untuk
berkembang
betapa
dan
besar ketika bersekolah
mengalahkan
prestasi anak-anak normal.
G
Apa yang kamu rasakan ketika hari pertama kamu bersekolah di sekolah umum?
1
Cemas dan was- Saya merasa cemas atau was-was waktu Perasaan cemas,
2
was karena sulit pertama kali masuk karena sulit dalam khawatir,
3
menyesuaikan diri
4
Takut diejek dan normal, terus saya juga takut diejek dan menyesuaikan
5
dihina
6
Kata
7
cuek saja, tidak cuek saja, mereka bilang apa tidak usah
8
usah peduli kata dipedulikan apa yang diucapkan oleh
9
orang
mereka.
10
Ada rasa khawatir
Pertama kali saya juga merasa kuatir dan
menghadapi
dihina, orang
ada
penyesuaian
beberapa
di
takut
sekolah diejek dan sulit
mengatakan diri
tua “Bisu..tuli..”. tapi orang tua mengatakan
11
ketika pulang melaporkan pada orang tua
12
apa yang saya alami. Dan
untuk
tua menghadapi mereka di sekolah normal, Mengikuti
13
Orang
14
menasehati untuk orang tua menasehati untuk cuek saja, nasehat
15
cuek, tidak usah tidak usah peduli apa yang mereka cuek
16
peduli
untuk
katakan.
Apakah kamu mengalami kesulitan?
H
sulit Ya. Pertama, dalam berkomunikasi dan Kesulitan-
1
Merasa
2
dalam bergaul dan bergaul. Kedua, saya kesulitan menerima kesulitan saat di
3
menerima
pelajaran tertentu, misalnya, bahasa jawa sekolah
4
pelajaran
karena belum diajari di sekolah khusus.
1-d
Koding Subjek 1
I
Apakah kamu berusaha agar dapat diterima teman-teman dan pengajar?
1
Rajin belajar agar Iya. Rajin belajar biar dapat nilai bagus Berusaha
2
diterima guru dan dan ranking I agar disenangi guru dan diterima
3
teman
teman-teman sehingga diterima mereka.
J
agar
lingkungan
Ketika tidak bisa mengikuti proses belajar
mengajar,
apa
yang
kamu
rasakan? 1
Rendah diri tidak Aku merasa rendah diri. Yang kulakukan Kesulitan
2
bisa
3
pelajaran sehingga adalah rajin belajar dengan ulet dan tekun pelajaran
4
harus
5
tekun agar percaya mengubah menjadi PeDe dan mudah diri
6
diri
7
ketinggalan
mengikuti untuk menghilangkan rasa rendah diri mengikuti
ulet
dan
K
dan sehingga
meningkatkan
prestasi
dan membuat rendah
tidak mengikuti proses belajar – mengajar. Yang terpenting adalah keberanian.
Apa yang kamu rasakan setiap kamu berangkat ke sekolah?
1
Senang saat akan Aku senang kalau mau berangkat ke Bersemangat saat
2
ke sekolah, tidak sekolah, aku tidak pernah merasa cemas, sekolah
3
merasa cemas
L
takut.
Apa yang kamu rasakan ketika berada di sekolah tersebut?
1
Senang di sekolah Senang sekali karena punya teman baru Pergaulan
2
umum, mendapat sehingga saling membantu. Puas rasanya semakin
3
teman baru
bisa bersekolah di sekolah biasa.
luas
dengan mendapat teman baru
1-e
Koding Subjek 1
M
Ketika berada di lingkungan sekolah, di antara teman-temanmu yang normal, apa yang kamu rasakan?
1
Minder
2
bergaul
dalam Sewaktu bersama teman-teman pernah Secara
umum,
merasa minder dalam pergaulan. Secara tuna
rungu
3
umum, anak tuna rungu merasa minder minder
dalam
4
untuk bergaul.
N
Bagaimana
pergaulan
perasaanmu
melihat
temanmu yang bisa mendengar? 1
Merasa iri dengan Kadang aku merasa iri, mana mungkin Iri
2
orang normal
jika
nggak pernah iri dengan orang yang bisa membandingkan
3
mendengar. Semua orang saja, juga pasti dirinya
4
pernah merasa iri.
O
Kalau berteman dengan teman cowok
dengan
yang normal
yang normal? 1
Awalnya
2
diri saat bergaul terbiasa karena sering belajar kelompok. dengan
3
dengan
teman Itu yang membuat lama-kelamaan terbiasa jenis
4
laki-laki,
lama- bergaul dengan cowok. Apalagi aku membuat rendah
5
kelamaan terbiasa
P
rendah Pertama kali rendah diri tetapi lama-lama Pergaulan
orangnya cuek.
Ketika sesuatu,
guru
lawan awalnya
diri
sedang
apakah
menerangkan
dapat
mengerti
maksudnya? 1
Minta diterangkan Kalau saya belum mengerti saya minta Mau
2
lagi
bila
mengerti
belum tolong ulangi sampai saya jelas.
bila
berusaha belum
mengerti dengan bertanya
1-f
Koding Subjek 1
Q
Apa yang kamu lakukan biar nggak ketinggalan pelajaran?
1
Belajar
sendiri/ Belajar sendiri dan dalam kelompok.
Belajar
kelompok
agar
tidak ketinggalan Bagaimana perasaanmu ketika tidak pelajaran
R
dapat mengikuti apa yang dilakukan orang di sekitarmu? 1
Merasa
2
saat
3
catatan
tersisih Perasaanku
ketinggalan temanku
merasa sibuk
sendiri.
mencatat
Teman- Merasa tertinggal dan
aku
ketinggalan, aku waktu pertama merasa
4
tersisih.
S
Kamu
sering
mengikuti
apa
yang
dilakukan teman-temanmu tidak? 1
Tidak. Kalau mereka sedang tertawa tapi
2
aku
3
tertawakan, aku diam saja. Kalau mereka
tidak
tahu melakukan
tahu
sesuatu
apa
yang
berkaitan
mereka
4
Ingin
5
berkaitan dengan informasi penting, aku cari tahu dan ikut tahu
6
informasi penting
lakukan.
T
Pernah nggak diisengin temen? Mau
2
bercanda
tentang
membantu apa yang sedang mereka informasi penting
7
1
dengan Ada rasa ingin
bergurau/ Pernah waktu bergurau dalam pergaulan Punya sense of atau bercanda.
Apakah
U
teman-teman
humor yang baik
menerima
kehadiranmu? Guru-guru bagaimana? 1
Merasa
diterima Mereka menerima dan merasa senang Penerimaan dari
2
karena pintar
karena pintar.
lingkungan
1-g
Koding Subjek 1
V
Apakah merasa terhambat ketika harus bergaul dengan mereka?
1
Merasa terhambat Ya merasa terhambat dalam komunikasi Adanya
2
dalam komunikasi
caranya
harus
latihan
dalam hambatan
berkomunikasi yaitu artikulasi, baca bibir komunikasi
3 4
Terhambat dalam orang.
5
pelajaran sehingga Misalnya, ada tugas atau tidak, materi
6
harus rajin belajar tugas apa, kapan tugas dikumpulkan, dll.
7
agar memperoleh Dan harus rajin belajar dan membaca
8
nilai bagus
semua
Selain
mata
itu
tentang
pelajaran
pelajaran.
agar
dapat
9
mengerjakan soal ulangan harian sehingga
10
mendapatkan nilai bagus.
W
Apakah
teman-teman
banyak
yang
mengenalmu? 1
Iya aku punya banyak teman tapi kadang
2
aku sering lupa nama.
X
Kamu punya sahabat?
1
Ya ada sahabat semasa SMP : Aling-aling
2
dan Rini (teman sebangku)
3
Sahabat semasa SMA : Juli, Anggi dan
4
Sisca (teman sebangku)
5
Sahabat semasa kuliah : teman kost tetapi
6
berbeda fakultas
7
Teman
8
dianggap
9
dapat memahami SMP dan SMA kan ketemunya lebih
10
kondisinya
11
sebangku Teman sebangku lebih memahami saya lebih sehingga sudah terbiasa, apalagi waktu di
teratur. Kalau kuliah kan berbeda, beda fakultas jadi lebih jarang ketemu.
1-h
Koding Subjek 1
Y
Apakah kamu mengenal pengajarmu dengan baik?
1
Ya
Z
Apakah kamu sering meminta bantuan teman-temanmu?
1
Bertanya
pada Ya kalau kuliah aku lebih sering meminta Saat kuliah lebih
2
teman dan minta bantuan teman- teman. Kalau aku tidak sering
3
diajari
meminta
mengerti aku minta diajari. Mereka bantuan merasa senang bisa membantuku.
4
AA
dari
teman
Apakah kamu pernah mengetahui kalau mereka membicarakanmu?
1
Tidak
mau Pernah tetapi cuek. Kalau didengarkan Tidak
2
memperdulikan
akan menimbulkan masalah, jadi diam menimbulkan
3
omongan orang
saja, cuek, sabar dan rendah hati.
AB
Pernah
nggak
bertengkar
mau
masalah
dengan
temanmu? 1
Tidak
pernah Kalau sekolah umum tidak bertengkar Menjadi
2
bertengkar dengan dengan teman-teman normal. Tapi kalau emosional
3
teman
4
tetapi dengan tuna masalah sepele tetapi kan tunarungu lebih tuna rungu
5
rungu pernah
saat
normal dengan tunarungu dulu sering, karena bersama sesama
AC
emosional.
Apakah pernah merasa dijauhi atau dikucilkan?
1
Merasa kalau jelek
dijauhi Ya pernah dijauhi kalau nilainya jelek. nilainya
Merasa
relasi
interpersonalnya buruk
bila
nilainya jelek
1-i
Koding Subjek 1
AD
Kamu
pernah
melanggar
peraturan
sekolah atau kuliah nggak? 1
Tidak pernah. Tapi kadang aku pernah
2
datang terlambat.
AE
Apakah pernah salah tanggap terhadap suatu hal yang sedang terjadi atau yang sedang dibicarakan orang di sekitarmu?
1
Salah tanggap bila Kalau orang bicara jelas, tidak salah Berkomunikasi
2
orang bicara tidak tanggap, tapi kalau orang bicara tidak dengan
3
jelas
tuna
jelas bisa salah tanggap. Dan kalau tidak rungu harus jelas memahami bisa menimbulkan kekacauan.
4
agar tidak salah tanggap
AF
Ketika kamu mengatakan sesuatu pada orang lain, tetapi orang tersebut tidak mengerti apa yang kamu maksud, apa yang kamu rasakan?
1
Tidak kecewa saat Berusaha untuk menerangkan maksudku Sadar
2
ada
3
paham maksudnya
yang
akan
tidak tapi tidak boleh kecewa. Karena saya kekurangan jadi harus menyadari kekurangan saya.
tidak
boleh
kecewa AG
Ketika
menghadapi
suatu
masalah
apakah dapat menyelesaikannya? 1
Dapat
selesaikan Saya bisa menyelesaikannya sendiri.
Mandiri
masalah sendiri AH
Pernahkah melakukan kesalahan yang sama?
1
Selalu
berusaha Pernah.
2
belajar
3
pengalaman
dari pengalaman
Tapi itu
dari aku
pengalaman- Belajar juga
dari
berusaha pengalaman
memperbaiki agar lebih baik.
1-j
Koding Subjek 1
AI
Kalau bertengkar dengan temanmu, apakah kamu berusaha untuk berbaikan lagi?
1
Mau memperbaiki Berusaha berbaikan lagi tapi bertengkar Menjaga relasi
2
hubungan
kalau sama yang tunarungu.
AJ
Ketika mengerjakan tugas tapi ternyata cara yang kamu gunakan salah, apa yang kamu lakukan?
1
Memperbaiki
Pernah dan harus diperbaiki dengan cara Belajar
dari
2
tugas yang salah yang benar agar lebih memahami dan kesalahan
3
dengan cara yang memperoleh hasil yang benar sehingga lalu
4
benar
yang
nilai bagus
AK
Kalau kamu disuruh melakukan sesuatu, kamu langsung mengikuti nggak?
1
Mematuhi aturan Lebih mematuhi aturan dari guru atau Lebih patuh pada
2
dari pengajar
AL
dosen.
aturan
Kamu sering punya masalah nggak di sekolah?
1
Tidak bermasalah Nggak pernah selama di sekolah normal. Tidak
2
di sekolah umum
Hanya masalah komunikasi seperti yang masalah tadi aku cerita.
3
AM
memiliki selain
komunikasi
Kamu pernah sakit? Misalnya sakit karena stres, banyak pikiran?
1
Sakit
2
karena stress
bukan Pernah tapi karena kurang menjaga Tidak kesehatan bukan karena stress.
pernah
stres sampai sakit
1-k
Koding Subjek 1
AN
Kamu senang sendiri atau ada dekat dengan teman-temanmu?
1
Sendiri
bisa Dua-duanya. Sendiri bisa lebih mandiri Nilai positif bila
2
membuatnya
3
mandiri,
4
teman bisa saling bersama-sama bisa saling membantu dan teman
5
bantu
dan berkembang. Kalau nggak berusaha sendiri dan bila
dengan sendiri
nggak
tahu
apa-apa.
Kalau bersama teman-
melengkapi biar pengetahuan lebih kaya.
AO
Senang bila ada guru pendamping atau tidak?
1
Senang bila ada Senang tapi di sekolah SMP/ SMA tidak Butuh
2
guru pendamping
guru
ada guru pendamping. Kalau kuliah ada pendamping dosen pembimbing akademik.
3
AP
Kamu lebih senang waktu istirahat atau waktu proses belajar mengajar di kelas?
1
Senang belajar
Proses belajar mengajar karena bisa Belajar menambah pengetahuan.
2
bisa
menambah pengetahuan
AQ
Apa yang kamu rasakan sewaktu berada di dalam kelas?
1
Tidak
tertekan Aku merasa biasa saja, tidak merasa Nyaman
2
saat pelajaran
tertekan atau takut saat pelajaran.
mengikuti pelajaran
AR
Keadaan
bagaimana
yang
bisa
membuatmu merasa stress dan cemas? 1
Stress saat banyak Kalau banyak tugas dan mau ujian.
Keadaan
yang
tugas & ujian
menimbulkan stres
AS 1
Apakah pernah dimarahi pengajar? Tidak
pernah Tidak pernah dimarahi, teman-teman juga Hubungan
baik
1-l
Koding Subjek 1
2
dimarahi pengajar
AT
heran kenapa saya tidak pernah dimarahi.
dengan pengajar
Ketika teman-temanmu membicarakan sesuatu apakah kamu merasa ingin tahu?
1
Hanya ingin tahu Tidak penting jadi tidak ingin tahu. Tetapi Ingin tahu hanya
2
pada
3
penting
info-info kalau berkaitan dengan informasi penting pada hal-hal penting
atau pengetahuan baru, ingin tahu.
AU
Misalnya, temanmu sedang membuat sesuatu, bagaimana caramu agar kamu juga tahu apa yang sedang mereka lakukan?
1
Membantu untuk Dengan membantu mereka aku jadi tahu.
Cara mencari
tahu sesuatu
tahu dengan Kalau melakukan suatu hal, kamu membantu
AV
sering ragu-ragu nggak? 1
Tidak
ragu-ragu Tidak
2
saat mengerjakan sendiri, kalau salah diperbaiki.
& memperbaiki
sesuatu
Bila salah
AW
Apakah
boleh
ragu-ragu,
kamu
mengerjakan Berani mencoba
menerima
semua
kekurangan yang ada dalam dirimu? 1
Menerima
Iya, saya bisa menerima karena saya Penerimaan atas
2
kekurangan yang adalah mahkluk yang diciptakan Tuhan. cobaan Tuhan
3
ada pada dirinya
Tuhan memberi percobaan pada saya yang punya kekurangan fisik.
4
AX
Kelebihan apa saja yang kamu miliki?
1
Tidak
mau Tidak mau mengungkapkan karena saya Punya beberapa
2
menyombongkan
tidak mau menyombongkan diri. Saya kelebihan tapi
3
kelebihannya
bersyukur kepada Tuhan karena saya tidak mau
1-m
Koding Subjek 1
4
Ia cerdas dalam pertama, cerdas belajar sehingga selalu sombong
5
pelajaran
mendapat nilai tertinggi dan ranking
6
tertinggi di sekolah, saya ranking I dan II;
7
Orang lain menilai kedua, cantik tapi kata orang, aku tidak
8
ia cantik
mau menyombongkan diri.
AY
Apa
yang
kamu
rasakan
dengan
kelebihan-kelebihanmu itu? 1
Bangga
dengan Iya, saya merasa bangga sekali. Tuhan itu Memahami
2
kelebihannya dan Maha Adil. Dia memberi kelebihan untuk bahwa tiap orang
3
merasa
4
Tuhan itu adil
bahwa menutupi kekurangan. Orang normal juga punya kelebihan mempunyai kekurangan dan kelebihan dan kekurangan
5
sehingga kita bisa saling membantu,
6
saling melengkapi.
AZ
Apa
yang
kamu
rasakan
atas
kekuranganmu? 1
Merasa sedih atas Pernah
2
kekurangan
merasa
sedih,
minder
atas Ada perasaan
kekurangan.
negatif atas kekurangan
BA
Pernahkah kamu menyalahkan orang lain atas kekuranganmu?
1
Tidak
Aku tidak pernah berpikir seperti itu.
Realistis &
menyalahkan BB
orang
objektif Ketika
sedang
marah,
apa
yang
dilakukan? 1
Marah
hanya Kalau sama orang normal tidak pernah Emosional hanya
2
dengan
sesama marah. Tapi kalau sama tunarungu yang pada sesama tuna
3
tuna rungu
4
lain pernah marah dan bertengkar, karena rungu anak tunarungu lebih emosional.
1-n
Koding Subjek 1
BC
Kalau merasa sedih?
1
Tidak
mau Tidak usah dipikirkan kalau sedih. Kalau Tidak
2
menunjukkan
sedih juga tidak diperlihatkan di depan menunjukkan apa
3
perasaan sedih
teman-teman.
yang sedang dirasakan
BD
Pernah menangis?
1
Menangis
ketika Pernah menangis karena mendapat nilai Menangis ketika
2
nilainya
3
karena tidak tahu memberitahu
4
ada ulangan
jelek jelek karena ada beberapa teman tidak kecewa tidak tentang
ulangan
harian mendapat nilai
maupun ulangan mendadak pada awal bagus (pertama kali) masuk sekolah. Kemudian
5 6
Rajin
7
supaya
bertanya lama-lama sudah terbiasa karena harus tidak rajin bertanya.
terulang lagi BE
Pernahkah kamu menahan apa yang sedang kamu rasakan?
1
Tidak
mau Pernah. Apa yang aku rasakan tidak perlu Tidak
2
menunjukkan
ditunjukkan di depan orang lain.
perasaannya BF
menunjukkan perasaan
Pernah nggak ngerasa senang sekali?
1
Senang
2
berhasil
jika Senang sekali karena berhasil dapat nilai Keberhasilan dapat tertinggi.
nilai tertinggi BG
membuatnya senang
Pernahkah kamu memikirkan apa yang dirasakan orang lain?
1
Tidak
mau Tidak usah dipikirkan karena itu urusan Kurang peduli
2
memikirkan orang orang lain maka cuek. Kalau dipikirkan dengan orang
3
lain
bisa membuat masalah.
lain
1-o
Koding Subjek 1
BH
Pernahkah
kamu
merasa
kesepian,
merasa sendirian? 1
Selalu beraktivitas Pernah tapi saya tidak pernah memikirkan Selalu
2
agar tidak merasa kesepian karena saya mau melakukan memanfaatkan
3
sepi
kegiatan atau aktivitas misalnya belajar.
BI
waktu
Pernahkah kamu merasa iri terhadap temanmu yang memiliki sesuatu yang tidak kamu miliki?
1
Tidak iri dengan Tidak pernah iri. Tidak usah dipikirkan Tidak merasa iri
2
milik orang lain
karena orang tua akan memberi.
Apakah
BJ
kamu
merasa
tergantung
dengan orang lain? mau Tidak karena bisa menyusahkan atau Mandiri
1
Tidak
2
merepotkan orang merepotkan orang lain. lain
BK
Pernah nggak kamu pergi sendiri?
1
Mencoba
2
angkutan kota tapi kota. Sebelumnya aku bertanya dulu mencoba hal
3
sebelumnya
kepada teman. Kalau mau ke Amplas naik baru
4
bertanya
jurusan
5
bagaimana
memanggil, membayar sampai saya bisa
6
caranya
turun lagi. Naik motor juga uda pernah.
BL
naik Aku sudah pernah mencoba naik angkutan Selalu mau
apa,
bagaimana
caranya
Apakah kamu selalu minta ditemani ketika kamu butuh pergi ke suatu tempat?
1
Selalu
pergi Tidak, aku selalu pergi sendiri.
Mandiri
sendiri
1-p
Koding Subjek 1
BM
Apakah kamu pernah merasa takut ketika ditinggal sendiri?
1
Tidak
pernah Tidak pernah takut.
merasa takut
Punya keberanian
1-q
Koding Subjek 2
No
Refleksi
Hasil Wawancara
A
Analisis
Kamu kok bisa masuk SMK BOPKRI?
1
Tahu bahwa tidak Iya, Pakde guru SMK BOPKRI Sentolo,
2
semua
3
bisa menerima
sekolah jadi di sini banyak temannya Pakde, jadi aku dititipkan disini. Soalnya kan nggak Menyadari tidak semua sekolah bisa nerima siswa kayak semua
4 5
Tidak
6
keistimewaan
sekolah
mendapat aku. Tapi aku nggak diperlakukan berbeda bisa menerima dengan yang lain.
Yang nyuruh kamu masuk sekolah ini
B
Pakde? 1
Ada
keinginan Selain karena Pakde, aku sendiri juga Punya motivasi
2
dari diri sendiri
pengen karena aku pengen bisa belajar
3
jahit lebih dalam, jadi aku pengen bisa
4
sampai lulus di sekolah ini.
C
Apa yang bikin kamu tertarik masuk SMK ini?
1
Bercita-cita
2
desainer
jadi Di sini ada pelajaran menjahit, aku suka jahit, aku pengen belajar lebih khusus lagi di sini. Aku ambil kelas busana, aku
3 4
Pernah ikut ujian pengen jadi desainer. Waktu SMP aku Takut
5
untuk
6
umum
7
nilainya mepet
sekolah pengen masuk sekolah umum, tapi aku mampu
sekali jadi di Dena dulu aja.
Bakat jahitnya dari bapak?
1
Iya, aku sering lihat bapak menjahit, kan
2
Terinspirasi
3
desainer
di
tapi ikut ujian untuk SMP umum nilaiku mepet sekolah umum
D
4
tidak
jadi bapakku penjahit. Tapi aku nggak hanya Punya pengen sekedar jadi penjahit, tapi pengen dan jadi desainer terkenal hehehe…
cita-cita, pandangan
masa depan
2-a
Koding Subjek 2
E
Kamu senang nggak sekolah di situ?
1
Kurang
senang Sedikit karena suasana kelas selalu rame
2
dengan
suasana terus dan aku nggak tahu mereka ribut
3
kelas,
keadaan karena apa. Dan sekolahnya kotor dan
4
sekolah, dll.
5
Merasa
6
lain lebih baik
tidak disiplin seperti di Dena. Aku jadi
sekolah pengen sekolah di tempat temanku Regina Membandingkan di Pangudi Luhur karena di sana lebih dengan
7
disiplin dan guru-guru mengerti kalau dia lain
8
tuna rungu, mengajarnya lebih enak
9
katanya. Aku sering dengar cerita dari
10
Merasa akan dapat Regina. Kalau disana aku pasti mendapat
11
banyak teman
F
sekolah
banyak teman.
Nggak seperti di Dena ya yang selalu tenang?
1
Tidak suka dengan Tapi kalau di Dena aku nggak suka karena Menyadari
2
sistem asrama tapi aku tinggal di asrama dan asramanya manfaat
3
tahu
4
bisa mandiri
di
di
asrama kayak asrama tentara, tapi aku tahu di asrama sana bisa buat aku lebih mandiri dan rajin.
G
Berarti kamu kurang seneng ya sekolah di sekolah umum? Kamu menyesal?
1
Sedikit menyesal Sedikit. Waktu itu aku pikir sekolah itu Kecewa
2
masuk sekolah ini
bagus, populer. Ternyata tidak. Karena kondisi sekolah
3
kelasnya,
4
Cowok-cowoknya sepertinya bukan tipe
5
gue… kalau cowok tipe gue adalah pintar,
6
Temannya sedikit
teman-teman
selalu
rame.
baik, itu aja. Terus kalau aku punya temen Relasi
7
hanya dikit nggak banyak. Digosipin baik
8
kalau aku itu cantik tapi sombong. Kalau
9
Tidak
dengan
kurang
semua mau curhat tentu temen-temen ada yang
2-b
Koding Subjek 2
10
teman
11
mengerti
bisa nggak ngerti. Aku sangat rindu sahabatku karena nggak bisa bertemu, cuma sms-an.
12
Aku bosan sms-an bikin boros pulsa
H
Waktu dulu masuk sekolah pertama kali apa kesanmu?
1
Merasa senang di Kesanku, aku senang sekali akhirnya aku Senang
2
sekolah umum
3
Ternyata
4
sesuai
5
bayangan
bisa masuk sekolah umum sampai aku masuk
bisa sekolah
tidak nggak bisa tidur karena semangat. Tapi umum dengan nggak sesuai dengan bayanganku. Dulu aku
pikir
bisa
lihat
cowok
6
hehehehe...tapi di sini nggak ada.
I
Tidak merasa takut?
cakep
1
Merasa malu & Iya aku juga takut karena malu, suaraku Rasa
2
takut
3
diterima
4
lingkungan sampai pertama aku muntah-muntah 7 kali, stres
5
muntah-muntah
takut
&
tidak jelek. Hanya itu yang buat aku takut, yang malu lainnya nggak. Tapi sebelum masuk hari membuatnya
paginya sudah tidak apa-apa, di sekolah
6
juga tidak apa-apa
J
Apa yang kamu rasakan waktu kamu ketemu sama temen-temen yang normal?
1
Merasa
takut Malu, minder, aku takut kalau mau Kurang
2
bicara
3
suaranya jelek
percaya
karena ngomong, suaraku jelek. Jadi awalnya aku diri nggak punya temen, hanya sama Mijil,
4
temenku dari Dena juga tapi sekarang uda
5
keluar.
2-c
Koding Subjek 2
K
Kamu sekolah di SMK merasa punya kesulitan nggak?
1
Kesulitan
tidak Kesulitannya aku nggak bisa dengar guru Kesulitan
2
tahu
yang ngomong apa waktu di kelas. Misalnya mengikuti
3
dikatakan
4
terutama pelajaran Inggris sama Bahasa Jawa aku susah
5
tertentu
apa
guru kalau
pelajaran
Matematika,
Bahasa pelajaran
ngikutin.
L
Terus waktu di kelas, gimana caranya biar kamu bisa ngikutin pelajaran?
1
Cara agar dapat Aku
baca
bibir
guru
yang
sedang Kesulitan
2
mengikuti
mengajar tapi terlalu cepat jadi aku sering mengikuti
3
pelajaran
nggak tahu, bikin pusing, jadi aku tanya pelajaran
4
sama teman. Tapi aku kesulitan di
5
pelajaran Bahasa Jawa sama Bahasa mengajar Inggris. Guru Bahasa Inggris sering Ada
6
Cara
7
guru tidak sesuai
8 9
Mata cepat lelah
metode
menggunakan kaset padahal kan saya mengajar
yang
tidak dengar. Kalau pelajaran Agama dan tidak
dapat
BP aku pernah sampai ketiduran karena digunakan
pada
10
aku selalu menggunakan mataku jadi siswa tuna rungu
11
cepat capek.
M
Temanmu mau membantu?
1
Iya, tapi kalau teman sebelahku tidak Bertanya dengan
2
masuk
3
Diterima
4
teman-temannya
N
aku
oleh Untungnya
tanya
sama
teman-teman
yang
lain. orang lain bila
baik,
mau tidak mengerti
membantu.
Apakah sulit mengikuti pelajaran?
1
Sering ketinggalan Nggak kok cuma aku sering ketinggalan Kesulitan
2
catatan
kalau mencatat pelajaran. Aku kalau mencatat
2-d
Koding Subjek 2
3
Pinjam
catatan pulang sekolah sering pinjam catatan pelajaran
4
teman, kalau tidak teman. Kalau aku tidak mengerti di rumah berusaha pinjam
5
mengerti, tanya
O
dan
tanya sama mbak atau bulek.
Kamu bisa menerima kekuranganmu?
1
Tetap
bersyukur Bisa karena aku bersyukur kepada Tuhan Menerima
2
atas tubuh yang karena tidak ada tubuhku yang nggak kekurangan
3
lengkap
lengkap.
P
Kamu merasa marah nggak, sama orang tua mungkin?
1
Orang tuanya juga Nggak soalnya kan emang orangtuaku Faktor keturunan
2
tuna rungu
3
Iri dengan saudara merasa iri kenapa saudara-saudaraku dari
4
yang normal
juga nggak bisa denger. Dulu aku pernah dan lingkungan
Ibu tidak ada yang seperti aku, kalau dari
5
Bapak ada.
Q
Kamu juga punya kelebihan kan?
1
Tetap
2
dirinya
merasa Kelebihanku cuma bisa menjahit jadi aku punya tidak malu.
kelebihan R
Di sekolah, apakah teman-temanmu bisa menerima keadaanmu?
1
Merasa
diterima Iya, mereka bisa nerima aku yang nggak Merasa diterima
2
walau
awalnya bisa
3
banyak
4
mengejek
dengar.
Awalnya
banyak
yang oleh lingkungan
yang mengejek tapi ada temanku yang selalu
S
membelaku, ada juga yang menertawakan.
Pernah nggak ada teman yang menolak kehadiranmu?
1
Berusaha ramah
Nggak pernah tapi aku tetap berusaha agar Berusaha punya
2-e
Koding Subjek 2
2
punya teman banyak, jadi aku berusaha banyak teman
3
ramah
T
Pernah nggak kamu merasa iri dengan teman-temanmu yang normal?
1
Merasa iri dengan Pernah merasa iri, teman-teman bisa Iri dengan yang
2
teman yang bisa tertawa mendengar apa kata guru yang bisa mendengar
3
mendengar
lucu.
U
Kalau kamu ketemu sama cowok yang normal apa yang kamu rasakan? dengan Minder, malu aku cuma terus lihat dia Minder
1
Malu
2
cowok normal
V
kalau ganteng tapi nggak berani kenalan.
dengan
lawan jenis
Kalau di dalam kelas, kamu termasuk siswa yang aktif bertanya atau menjawab nggak? untuk Nggak, aku nggak berani tanya atau jawab Tidak
berani
1
Malu
2
bertanya atau aktif dan kalau harus maju mengerjakan soal aktif di kelas
3
di kelas
matematika, aku malu. Aku pernah protes
4
waktu guru menyuruh pulang cepat karena
5
kalau
6
menjemput.
W
Pernah belajar kelompok?
pulang
cepat
mbak
belum
1
Diam saat belajar Pernah tapi aku diam saja aku hanya Tidak aktif dalam
2
kelompok
X
belajar kelompok
diajari sama temanku
Pernah
nggak
ada
guru
yang
memarahimu? 1
Perlakuan
yang Nggak, mereka selalu baik sama aku. Merasa diterima
2-f
Koding Subjek 2
2
Waktu pertama masuk aku jadi murid oleh guru
baik dari guru
3
paling rapi dan dapat bingkisan. Mungkin
4
karena aku sudah pakai seragam yang
5
lainnya belum.
Y
Pelajaran apa yang paling kamu sukai?
1
Semangat saat ada Menjahit jadi aku paling semangat kalau Keasyikan
2
pelajaran menjahit
berangkat sekolah saat ada pelajaran menjahit
3
menjahit. Itu setiap hari Senin, Rabu,
4
Kamis, Sabtu.
Z
Puas bisa sekolah di sekolah umum? puas Sedikit tapi lumayan puas dengan nilai- Puas dengan nilai
1
Lumayan
2
dengan nilai yang nilaiku.
yang diperoleh
diterima AA
Wah, berarti nilai-nilaimu bagus semua dong?
1
Ah, aku malu. Kalau mau tahu tanya aja
2
sama guru
AB
Ketika ada suatu hal yang membuatmu merasa lucu, apakah spontan tertawa? dengan Tidak,
teman-teman
menertawakan Harus
selalu
1
Bingung
2
apa
3
ditertawakan jadi tertawakan, aku hanya tersenyum terus termasuk hal-hal
4
bertanya dulu
yang sesuatu aku bingung apa yang mereka bertanya
bertanya sama temanku, apa yang mereka yang lucu tertawakan, baru aku ikut tertawa.
5
AC
Ketika
sedang
marah,
apa
yang
dilakukan? 1
Cemberut
kalau Kalau aku marah biasanya aku cemberut, Ekspresi
marah
2-g
Koding Subjek 2
2
sedang marah atau teman-temanku
sering
mengganggu, dan penyebabnya
3
ada
4
mengganggu atau nggak bisa dengar. Aku juga sering marah
5
mengejek
yang kadang ada yang sering ejek karena aku
dan mengeluh kalau disuruh cuci piring.
AD
Pernah nggak kamu merasa sedih?
1
Merasa
sedih Sedih sekali karena aku nggak bisa denger Sedih
2
karena tidak bisa sampai menangis kalau lagi sedih, aku kondisi dirinya
3
mendengar, rindu juga menangis kalau lama tidak bertemu
4
orang tua, tidak orang
5
punya pacar lalu Menangis di kamar. Nggak punya cowok
6
menangis
AE
tua
hanya
pelan-pelan
dengan
saja.
juga kadang bikin sedih hehehe...
Emangnya kamu pulang ke Bantul berapa hari sekali?
1
Kalau libur panjang kayak libur semester
2
atau libur lebaran.
AF
Pernahkah kamu menahan apa yang sedang kamu rasakan?
1
Berpura-pura
Pernah. Saat sedih aku pura-pura gembira Menutupi
2
gembira saat sedih
di depan teman-teman. Kalau sudah di perasaan kamar aku sering menulis buku harian.
3
AG
Kamu punya teman dekat?
1
Punya, Mijil dan Amelia. Kalau di sekolah
2
sama Putri, teman sebangku.
AH
Kalau sama teman yang normal kalau mau cerita bagimana?
1
Komunikasi
Aku biasanya cerita sambil bicara dan Cara
2-h
Koding Subjek 2
2
dengan membaca membaca bibir mereka, mereka ngerti tapi berkomunikasi
3
bibir dan isyarat
kalau mereka nggak ngerti aku baru pakai yang dipakai bahasa isyarat.
4
AI
Kalau
sama
teman-teman
sekelas
hubungan kalian bagaimana? 1
Malu dan pendiam Biasa aja, aku kan malu dan pendiam Relasi
terbatas
2
karena suara jelek
merasa
karena suaraku jelek jadi aku malu.
karena malu
AJ
Kamu punya teman cowok juga nggak? terbiasa Nggak, aku tidak punya teman cowok. Sulit dalam relasi
1
Tidak
2
berteman dengan Aku belum terbiasa berteman dengan dengan
3
lawan jenis
lawan
cowok karena sekolahku dulu semua jenis
4
cewek dan nggak bisa dengar semua, jadi
5
males dan lebih banyak diem karena aku
6
malu suaraku jelek.
AK
Kalau kamu punya kesulitan siapa yang sering kamu mintain tolong? Teman karena kalau sama guru biasa saja,
1
bercerita tidak dekat, lebih enak sama teman. Kalau Kelekatan
2
Senang
3
dengan teman di di rumah sama bulek. Kalau curhat juga dengan
4
sekolah atau tante sama bulek, kalau di sekolah curhat sama lain
5
kalau di rumah
teman dekat. Kalau sama teman lain takut bocor.
6
AL
Teman-temanmu pernah gosipin kamu?
1
Tidak
2
dengan apa yang tentang aku cantik kok sombong, padahal masalah,
3
dikatakan orang
4
orang
perduli Putri bilang temen-temen gosipin aku Menghindari malas
karena aku pemalu dan nggak bisa denger. untuk berdebat Tapi mereka tidak tahu kalau aku pemalu,
2-i
Koding Subjek 2
5
ya sudah biarkan saja karena mereka juga
6
bersikap biasa saja. Dan malah kalau
7
bertemu mereka menyapaku.
AM
Pernah ngerasa sendirian?
1
Pernah Waktu Mijil keluar dari sekolah Merasa kesepian
2
aku kesepian.
AN
Kamu pernah dihukum sama guru?
1
Diam
2
menghindari
untuk Nggak pernah karena aku selalu diam biar Menghindari tidak dihukum tapi aku juga emang malas.
masalah
kesalahan AO
Terus kamu pernah melanggar aturan?
1
Melanggar aturan, Nggak tapi bolos pernah. Karena waktu Kesalahpahaman
2
bolos karena salah itu aku nggak tau, karena aku salah membuatnya
3
tanggap
tanggap kalau masih ada pelajaran jadi melanggar aturan
4
aku langsung pulang ternyata gurunya
5
datang mengajar. Pernah juga disuruh
6
membolos sama Pakde karena Pakde
7
berpikir itu cuma gotong royong.
AP
Apa yang kamu rasakan kalau ngomong tapi orang itu nggak ngerti apa yang kamu maksud? akan Iya tapi aku sadar karena aku tidak bisa Cara
1
Sadar
2
keterbatasan
dengar jadi aku pakai bahasa isyarat atau keterbatasan
3
komunikasi
kutulis.
AQ
Pernah
mengatasi
komunikasi
nggak
bertengkar
dengan
temanmu? 1
Pendiam jadi tidak Nggak karena aku lebih sering diem. Dulu Tidak
mampu
2-j
Koding Subjek 2
2
pernah bertengkar
pernah ada masalah karena teman pinjam menyelesaikan
3
Menyelesaikan
uang tidak dikembalikan tapi sudah lama masalah
4
masalah
5
bantuan teman
dengan dan sudah selesai, temanku Putri yang membantu selesaikan.
AR
Kalau kamu di sekolah senang sendirian atau sama teman?
1
Senang
bercerita Aku lebih senang kalau ada teman-teman, Rileks
2
bersama
teman- kalau tidak ada pelajaran, gosip macem- teman
3
teman
bersama
macem sama teman.
AS
Kamu lebih senang kalau proses belajar di kelas atau waktu istirahat?
1
Merasa santai saat Istirahat karena aku bisa santai, bisa gosip, Rileks
2
istirahat
3
tegang saat harus nggak bisa santai, harus perhatikan guru
4
memperhatikan
saat
dan bisa maem. Kalau uda di kelas kan tegang, istirahat
bicara.
guru di kelas AT
Apa
yang
kamu
rasakan
waktu
pelajaran di kelas? 1
Ulangan/
2
dapat
3
stress
ujian Kadang merasa tertekan, waktu ulangan, Stres membuat terutama ulangan matematika. Mual tapi menghadapi kadang-kadang
juga.
Kalau
ulangan ujian
4
Bahasa Inggris dan Bahasa Jawa takut
5
juga tapi sedikit, kalau aku nggak tahu,
6
aku lihat punya teman.
AU
Kamu kalau ulangan sering nyontek ya?
1
Kalau Bahasa Inggris, yang lain juga tapi
2
jarang
2-k
Koding Subjek 2
AV
Kalau temanmu sedang ngobrol, kamu pengen tahu?
1
Bertanya
bila Iya jadi aku tanya kalian ngomong apa.
ingin tahu AW
Pernah nggak pulang sendiri?
1
Pernah
mencoba Pernah dulu aku pernah ingin pulang Mencoba mandiri
2
pulang sendiri tapi sendiri supaya tidak merepotkan. Aku dengan
pulang
3
takut dan akhirnya naik becak. Tapi sampai rumah aku sendiri
tapi
4
menangis
menangis,
ternyata
aku
takut
juga malah menangis
sendirian, tidak terbiasa.
5
AX
Pertama kali sekolah kamu langsung hafal letak kelasmu, kantin atau ruang guru dimana?
1
Dapat menghafal Nggak, waktu aku belum hafal aku
2
letak
dianterin sama temanku, tapi dalam seminggu aku sudah hafal.
3
AY
Pernah merasa takut kalau ditinggal sendirian?
1
Takut saat sendiri Iya, aku takut kalau sendiri kan kalau aku Takut
2
karena
3
saat butuh sesuatu
bila
bingung butuh sesuatu aku bingung mau minta sendirian
AZ
tolong siapa.
Kalau kamu pengen melakukan sesuatu kamu minta persetujuan orang lain dulu nggak?
1
Minta
2
tante
pendapat Iya aku tanya dulu, minta pendapat bila
mau biasanya sama Bulek
melakukan sesuatu
Tidak
bisa
memutuskan sendiri
2-l
Koding Subjek 3
No
Refleksi
Hasil Wawancara
A
Analisis
Sejak kapan sekolah di sekolah umum?
1
Dorongan
orang Sejak SMP, karena papa pengen saya Motivasi
dari
2
tua
untuk sekolah di sekolah umum supaya bisa luar dirinya
3
bersekolah
di bergaul di tengah-tengah orang normal.
sekolah umum B
Gimana ceritanya kok bisa sekolah/ kuliah di situ?
1
Merasa
di
SLB Karena kalau di SLB malah nggak bisa Kekurangan yang
2
tidak bisa mandiri mandiri, apa-apa kalau nggak bisa, minta dirasakan selama
3
karena selalu ada tolong bruder tapi kalau di umum harus di SLB
4
yang menolong
5
Merasa
6
kuliah arsitektur
sendiri walau nggak bisa apa-apa. Kuliah
berat ini saya ikut tes. Di arsitektur berat,
C
banyak berhitung.
Kamu masuk sekolah umum karena keinginanmu sendiri atau karena orang lain?
1
Keinginan sendiri Selain karena papa, saya juga senang ingin Ingin
2
untuk
mencoba mencoba tantangan.
mencoba
hal
tantangan
baru/
tantangan Apa yang membuatmu tertarik masuk
D
sekolah umum? 1
Ingin
2
dengan
bergaul Karena
ingin
bergaul
dengan
orang normal.
orang Ingin
mencoba
pergaulan baru
normal E
Apa kesan pertamamu?
1
Merasa malu tidak Malu karena aku tidak bisa dengar di Ada
2
bisa mendengar
antara teman-teman yang lain.
perasaan
malu
atas
kekurangan
3-a
Koding Subjek 3
F
Apakah
sesuai
dengan
harapanmu
sebelum masuk ke sekolah umum? sekolah Tidak sesuai. Saya dulu berpikir bahwa Membandingkan
1
Mengira
2
umum
3
dengan SLB
4
Guru
5
terlalu cepat dan tulis, kalau menerangkan juga cepat-cepat
6
susah
7
dengan
8
normal
sama sekolah umum itu sama dengan di SLB, sekolah
umum
baik dalam proses belajar atau dalam dengan SLB &
mengajar pergaulan. Guru tidak mencatat di papan kesulitannya
bergaul dan tidak jelas. Susah juga bergaul tidak yang dengan
teman-teman
yang
bukan
tunarungu.
Apa yang kamu rasakan ketika hari
G
pertama kamu bersekolah di sekolah umum? 1
Merasa cemas dan Aku merasa cemas, takut. Rasanya pengen Proses
2
takut,
3
terbiasa
lama-lama mengundurkan diri karena tidak betah. menyesuaikan Tapi lalu lama-lama mulai terbiasa.
H
diri
Apakah kamu mengalami kesulitan? kesulitan Kesulitan komunikasi. Aku mengatasinya Kesulitan
yang
1
Merasa
2
komunikasi
3
mencoba
memperkenalkan diri sebagai tunarungu yang dilakukan
4
mengatasi
sehingga mereka tau kalau aku tidak bisa
& dengan pertama kali sejak berkenalan aku dialami & usaha
5
dengar, lalu teman-teman ”Oooo…..”
6
setelah itu baru mencoba berkomunikasi
7
pelan-pelan.
I
Apakah bisa menerima kekuranganmu?
1
Mau nggak mau Ya. Mau nggak mau aku harus bisa Terpaksa
2
menerima
menerimanya.
menerima
3-b
Koding Subjek 3
keadaan
kekurangan J
Dengan kekurangan tersebut, apa yang kamu rasakan? merasa Pernah merasa sedih, frustrasi. Aku protes Menyadari
1
Pernah
2
sedih & frustrasi sama Tuhan tapi setelah membaca alkitab menerima
3
atas kekurangan & aku baru sadar kalau Tuhan memberikan kekurangan
4
protes pada Tuhan
kepada
semua
orang
kelebihan
5
kekurangan.
K
Kelebihan apa yang kamu miliki?
1
Bisa
basket
&
dan
& Bisa bola basket, pandai berhitung.
Kelebihannya
berhitung Apa
L
yang
kamu
rasakan
dari
kelebihanmu itu? 1
Bangga
dengan Aku bangga.
kelebihan M
Apakah
kamu
pernah
menyalahkan
dirimu sendiri, atau orang lain atas kekuranganmu? 1
Pernah
Dulu pernah sama orang tua. Sekarang Menyalahkan
2
menyalahkan
nggak lagi. Karena dulu waktu mama orang
3
orang
4
kekurangan
tua
lain
atas hamil, mama sakit panas, trus pas lahir sebagai penyebab tunarungu. Kalau saudara yang lain tidak. kecacatan
5
Kadang aku juga merasa dunia tidak adil.
N
Apakah ada usaha untuk mengubah diri agar dapat diterima lingkunganmu? Berusaha bergaul Ada.
2
dengan teman & berusaha ramah, rajin bergaul, akrab. di
3
pengajar
4
Kalau
sama
teman-teman
aku Mencoba berelasi
1
lingkungan
Kalau sama pengajar dengan banyak baru bertanya.
3-c
Koding Subjek 3
O
Apa yang kamu rasakan ketika berada di lingkungan sekolah?
1
Merasa rendah diri Awalnya aku merasa rendah diri, tidak Dapat mengatasi
2
di sekolah umum, percaya diri, lama-lama nggak. Apalagi rasa
3
lama-lama terbiasa waktu kelas 1 SMP, pertama kali sekolah percaya dirinya
4
di sekolah normal, kalau kelas 2 udah
5
nggak.
P
Melihat temanmu yang bisa mendengar,
kurang
apa yang kamu rasakan? 1
Merasa iri dengan Kadang aku merasa iri dengan mereka Iri dengan orang
2
orang normal
3
Tidak
4
apa
5
dikatakan guru
yang bisa mendengar, mereka tahu guru normal
mengerti ngomong apa, kalau belajar aku tidak tahu yang guru ngomong apa jadi aku harus selalu
Q
tanya.
Ketika harus berteman dengan teman wanita
yang normal, apa yang kamu
rasakan? 1
Merasa rendah diri Awalnya aku merasa rendah diri tapi Perrnah menjalin
2
tapi
3
punya pacar
berhasil lama-lama terbiasa tapi aku pernah punya relasi
dengan
pacar sekali waktu SMP. Sekarang tidak. lawan jenis
4
Aku mau belajar saja.
R
Ketika tidak bisa mengikuti proses belajar
mengajar
apa
yang
kamu
lakukan? 1
Rendah diri tidak Aku merasa rendah diri. Iya belajar Mencoba
2
bisa mengikuti & sendiri. Tapi kalau belajar sendiri bodoh mengatasi
3
bertanya
dengan jadi tanya-tanya sama yang lain. Trus aku ketertinggalan
3-d
Koding Subjek 3
4
yang lain
tanya sama papa.
S
dalam pelajaran
Apa yang kamu rasakan ketika harus berangkat ke sekolah?
1
Awalnya
takut Awalnya
takut
nggak
bisa
ngikutin Bisa
mengatasi
2
sekolah,
lama- pelajaran tapi lama-lama nggak takut rasa takut
3
lama terbiasa
karena udah biasa.
T
Apa
yang
kamu
lakukan
untuk
mengatasi rasa takut? 1
Belajar dan rajin Mau belajar, rajin baca buku, guru Mensiasati
2
membaca
3
bisa mengikuti
agar menerangkan, aku baca karena aku nggak bisa
U
bisa dengar.
agar
memahami
pelajaran
Apa yang kamu rasakan bisa bersekolah di sekolah umum?
1
Senang. Puas bisa bersekolah dan sampai Puas bisa sampai
2
kuliah.
V
Puas tidak dengan nilai-nilai yang kamu
kuliah
dapat? 1
Nilainya
Puas, bagus. Waktu SMP aku yang jelek Puas dengan nilai
2
memuaskan
Bahasa Jawa, trus waktu SMA Bahasa yang diperoleh
3
kecuali
pelajaran Inggris yang aku nggak bisa. Lalu waktu
4
bahasa
UAN ada ujian listening aku protes sama
5
guru lalu guru nulis.
W
Kamu senang bercanda dengan temanteman?
1
Senang tertawa & Ya. Ada yang lucu sedikit saja aku sudah Memiliki
2
sering
3
temannya
sifat
digoda tertawa. Teman juga sering menggoda, humoris sering mengajariku kata-kata kasar atau
3-e
Koding Subjek 3
4
kata-kata jorok.
X
Ketika
sedang
marah,
apa
yang
dilakukan? 1
Merasa marah bila Ekspresi
muka
menunjukkan
2
diejek & teman Biasanya
karena
3
ditanya tapi tidak bertanya guru tadi ngomong apa, teman
4
mau menjawab
diejek
dan
marah. Mengekspresikan ketika perasaan marah
tidak mau memberitahu baru marah
5
karena merasa ingin tahu.
Y
Kalau merasa sedih? dengan Buat surat untuk mama dan sahabat. Aku Berkomunikasi
1
Cerita
2
orang
3
memakai surat
terdekat terbiasa cerita sama mama atau sahabatku lewat surat dengan menulis surat. Mamaku ada di
4
Bogor jadi tidak bisa berkomunikasi kalau
5
tidak bertemu, jadi harus pakai surat.
Z
Pernah menangis?
1
Pernah menangis Pernah menangis karena putus tapi cuma
2
saat putus
sebentar. Hehehe...
AA
Pernahkah kamu menahan apa yang sedang kamu rasakan?
1
Malas
2
orang
bertemu Pernah biasanya tidak mau bertemu orang, Menahan lain
saat langsung pulang.
perasaan
perasaan kacau AB
Ketika teman-temanmu menertawakan sesuatu, apakah kamu juga ikut-ikut tertawa padahal kamu tidak tahu apa yang mereka tertawakan?
1
Merasa
telat Iya tapi aku tanya dulu. Jadi kadang orang
2
tertawa
karena sudah selesai tertawa, aku baru tertawa
3-f
Koding Subjek 3
3
bisa langsung tahu
AC
karena aku baru mengerti. Apa
yang
kamu
lakukan
untuk
menunjukkan apa yang sedang kamu rasakan? 1
Cerita
dengan Ngomong sama teman akrab atau mama.
orang terdekat AD 1
Pernah nggak ngerasa senang sekali? Senang
bisa Pernah waktu pertama kali pacaran.
pacaran AE
Apakah teman-teman senang dengan kehadiranmu? Guru-guru bagaimana?
1
Senang
diterima Teman-teman senang tapi kalau guru Merasa diterima
2
teman-teman
AF
nggak tau.
oleh teman
Terhambat nggak ketika harus bergaul dengan mereka?
1
Pergaulan
Ya.
Hambatan
komunikasi.
Dengan Terhambat
2
terhambat masalah banyak bergaul nanti lama-lama biasa.
komunikasi
komunikasi AG
Apakah
teman-teman
banyak
yang
mengenalmu? 1
AH
Ya
Kamu punya sahabat?
1
Iya namanya Eka dia sudah bekerja
2
kantornya dekat Monjali. Dia beriman
3
kuat sering ikut bakti sosial.
AI
Apakah kamu mengenal guru-gurumu dengan baik?
1
Merasa tidak enak Tidak terlalu mengenal. Ada satu dosen Tidak
ingin
3-g
Koding Subjek 3
2
dengan teman lain yang tahu aku tunarungu dan perhatian. membuat teman
3
bila
4
kebaikan dosen
menerima Dulu aku pernah bertemu di HKI waktu lain iri pemberkatan gedung yang baru. Dia
5
bilang kalau aku kesulitan dan ingin
6
bertanya disuruh datang ke kantornya.
7
Tapi aku tidak pernah datang tidak enak
8
sama teman yang lain.
AJ
Apakah
teman-teman
sering
minta
bantuanmu? Misalnya? Ya membuat tugas kalau tugasnya tugas Saling membantu
1
Membantu
2
mengerjakan tugas kelompok. Aku juga sering minta tolong dengan teman
3
& minta bantuan
titip fotocopy atau minta tolong dianter pulang
4
AK
Apakah mereka dengan senang hati membantumu? Ya.
1
AL
Apakah kamu pernah mengetahui kalau mereka membicarakanmu? Nggak pernah.
1
AM
Pernah
nggak
bertengkar
dengan
temanmu? Karena masalah apa? 1
Bertengkar dengan Pernah karena teman berbohong dan tidak Tidak
2
teman
3
berbohong
4
senang
yang mau membantuku baik waktu masih dibohongi sekolah atau kuliah. Waktu itu aku bertanya tapi dia tidak mau menjelaskan.
3-h
Koding Subjek 3
AN
Apakah pernah merasa dijauhi atau dikucilkan?
1
Merasa
orang Ya karena punya keterbatasan. Aku Merasa
2
malas
3
karena ia punya orang jadi malas berteman. Biarkan saja, dengannya
4
keterbatasan
berteman merasa karena aku tidak bisa dengar lalu menjaga
orang jarak
ada teman yang lain.
AO
Kamu
pernah
melanggar
peraturan
nggak? pernah Nggak pernah hanya telat datang sekolah
1
Tidak
2
melanggar aturan
AP
1 kali, kuliah tidak pernah.
Ketika
guru
sesuatu,
sedang
apakah
menerangkan
dapat
mengerti
maksudnya? 1
Kesulitan
ketika Kadang kesulitan dan kadang tidak.
2
harus
3
bibir & terbantu misalnya mau perhatikan. Kalau guru/ Metode
4
ketika
5
menulis/
6
proyektor
membaca Faktor
pengajar/
dosen
yang
baik,
pengajar dosen nulis atau pakai proyektor aku pengajaran yang pakai ngerti tapi kalau disuruh terus-terusan bisa diterima
AQ
lihat gerak bibir mataku cape dan ngantuk.
Apa yang kamu lakukan biar nggak ketinggalan pelajaran?
1
Fotocopy catatan Fotocopy catatan teman bila ketinggalan
AR
Kalau
pas
ulangan,
kamu
pernah
nyontek atau tanya ke teman nggak? 1 2
Pernah mencontek
Kalau ulangan harian pernah, tapi ujian Terbantu dengan akhir
nggak
pernah.
Kalau
kuliah ujian open book
3-i
Koding Subjek 3
seringnya open book jadi enak hehehe…
3 AS
Apakah pernah salah tanggap?
1
Salah tanggap saat Pernah itu sering terjadi kalau teman tidak Mengalami
2
teman bicara tidak jelas berbicara, terlalu cepat.
kesalahpahaman
jelas & cepat AT
Kalau ngobrol dengan teman yang normal, ngerti nggak apa yang mereka omongkan?
1
Teman yang sudah Ya. Kalau sama orang yang udah kenal Cara
2
tahu
gampang
karena
mereka
tau
kalau berkomunikasi
3
ngomong sama aku pelan dan jelas tapi harus pelan dan
4
kalau baru kenal susah.
AU
jelas
Apa perasaanmu saat orang lain tidak mengerti apa yang kamu maksud?
1
Sulit menjelaskan Sulit karena ada keterbatasan komunikasi. Ada
2
maksudnya
kesulitan
Pelan-pelan aku jelaskan tapi kalau tidak komunikasi tahu ya ditulis saja.
3
AV
Ketika
ada
masalah
apakah
dapat
menyelesaikannya? 1
Bisa
selesaikan Bisa selesaikan sendiri.
masalah AW
Pernahkah melakukan kesalahan yang sama?
1
Belajar
2
kesalahan
AX
dari Nggak pernah. Selalu belajar dari yang Belajar lalu.
dari
pengalaman
Apakah pernah punya masalah?
1
Nggak ada hanya bertengkar dengan Berusaha
2
teman tapi berbaikan lagi
menjaga
3-j
Koding Subjek 3
hubungan AY
Kalau kamu disuruh melakukan sesuatu, kamu langsung mengikuti nggak?
1
Bisa
2
sebelum
berpikir Aku berpikir dulu apakah itu baik atau tidak.
memutuskan AZ
Kamu kalau stress ngapain? Sampai sakit nggak? Nggak pernah, biasanya sakit kalau
1
nonton musim hujan. Kalau stress biasanya aku Mengatasi
2
Senang
3
film kalau sedang nonton bioskop, film-film baru, aku selalu dengan
4
stress
stres
nonton, nanti aku mau nonton Indiana menonton
5
Jones. Kalau banyak film baru aku nonton
6
tiap hari.
BA
Kamu senang sendiri atau ada dekat dengan teman-temanmu?
1
Senang
berada Dekat dengan teman-teman.
bersama teman BB
Menurutmu butuh guru pendamping atau tidak?
1
Tidak suka guru Sepertinya aku nggak suka. pendamping
BC
Sewaktu di sekolah atau di kampus, lebih senang ada saat proses belajar atau istirahat?
1
Lebih senang saat Istirahat karena lebih santai bisa bercanda Rileks
saat
2
istirahat
3
bisa santai, tidak tegang. Apalagi dulu waktu awal-awal teman-teman
4
tegang seperti di masuk sekolah umum, kadang merasa
5
kelas
karena dengan teman, ngobrol, kalau di kelas istirahat bersama
tertekan karena harus lebih serius.
3-k
Koding Subjek 3
BD
Keadaan
bagaimana
yang
bisa
membuatmu merasa stress dan cemas? 1
Takut
Aku takut mengecewakan orang tua,
2
mengecewakan
kakakku kuliah kedokteran UI butuh biaya
3
orangtua
banyak. Sedangkan orang tua sebentar lagi
4
pensiun bersamaan karena umur mereka
5
sepantaran.
BE
Apakah pernah dimarahi pengajar?
1
Pernah
2
membuatku tertekan.
BF
tapi
aku
cuek
saja
tidak
Ketika teman-temanmu membicarakan sesuatu apakah kamu merasa ingin tahu?
1
Bila
ingin
2
sesuatu
3
bertanya
tahu Ya. Pasti ingin tahu. Kalau aku ingin tahu Mencari harus aku
harus
bicarakan
bertanya. apa,
Mereka mereka
tahu
sedang informasi supaya sedang tidak ketinggalan
4
mengerjakan apa. Kalau tidak sering
5
bertanya aku bisa ketinggalan.
Pernahkah kamu memikirkan apa yang
BG
dirasakan orang lain? Ya. Teman-teman, orang tua dan guru. Memikirkan
1
Memikirkan
2
pendapat
3
tentang dirinya
BH
orang Apa yang mereka pikirkan punya teman, perasaan anak, murid yang seperti aku.
Pernahkah
kamu
merasa
orang
lain
kesepian,
merasa sendirian? 1
Merasa sendirian Ya pernah. Kalau aku di rumah sendirian Kesepian
saat
3-l
Koding Subjek 3
2
bila di kos tidak di tempat nenek. Aku tinggal di tempat sendiri
3
ada teman
nenek supaya tidak boros uang kos.
4
Rumah nenekku itu kos-kosan cowok tapi
5
cewek boleh masuk, tapi aku nggak
6
bolehin cewek masuk, kalau cowok boleh
7
masuk kamar. Kalau teman-teman yang
8
lain bolehin cewek masuk.
BI
Pernahkah kamu merasa iri terhadap temanmu yang memiliki sesuatu yang tidak kamu miliki?
1
Ya. Karena aku tidak enak kalau harus
2
minta sama orang tua
BJ
Apakah
kamu
merasa
tergantung
dengan orang lain? 1
Merasa tergantung Kadang iya, karena aku merasa bahwa aku Kelekatan
2
bila sedang butuh punya keterbatasan dan membutuhkan dengan
3
bantuan orang
orang lain. Tidak, bila aku merasa itu lain tidak penting atau tidak berguna.
4
BK
Kamu selalu minta ditemani?
1
Butuh
2
untuk
3
tempat jauh
BL
orang
teman Jarang, kadang-kadang aja kalau aku Usaha pergi
untuk
ke harus pergi ke tempat yang jauh aku minta melakukan ditemani.
sendiri
Kalau memutuskan sesuatu ragu-ragu tidak?
1
Ya. Biasanya aku tanya teman sebaiknya
2
bagaimana.
3-m
Koding Subjek 4
No
Refleksi
A
Hasil Wawancara Kamu
kok
bisa
sekolah
Analisis di
SMK
BOPKRI? 1
Ingin
masuk Iya bisa aja, aku pengen masuk sekolah
2
sekolah umum
umum. Dulu waktu mau daftar sekolah
3
aku pengennya masuk Muhammadiyah,
4
ikut tes di SMA Muhammadiyah 4, trus masuk ketrima sekarang udah pindah karena aku Merasa tidak
5
Berhasil
6
tapi tidak dapat nggak betah belajar terus, pasti pusing. sanggup
7
mengikuti
8
pelajaran
9
pindah
Dulu
aku
pengen
lalu Muhammadiyah
tapi
pindah
SMK mengikuti
sudah
penuh. pelajaran di
Akhirnya di SMK BOPKRI
B
Berapa lama di SMA Muhammadiyah?
1
1 bulan
C
Karena belajar teorinya banyak ya?
SMA tersebut
1
Merasa
kesulitan Teorinya banyak, apalagi ada pelajaran Merasa kesulitan
2
di
pelajaran Bahasa Arab, sangat sulit. Kalau di SMK di pelajaran
3
bahasa
kan banyak keterampilan kayak di SLB bahasa dan
4
jadi tidak berat sekali. Tidak ada Bahasa terbantu dengan
5
Arab, ada Bahasa Jawa, Bahasa Inggris adanya
6
dan Bahasa Indonesia.
D
Kenapa kok pengen masuk sekolah
keterampilan
umum? 1
Berharap menjadi Pengen lebih pintar, kan di sekolah umum Merasa akan
2
lebih
3
dengan sekolah di kan gurunya nggak hanya menulis di belajar di sekolah
4
sekolah umum
pintar guru banyak bicara, jadi aku baca bibir, lebih pintar
papan tulis.
umum
4-a
Koding Subjek 4
E
Kamu sejak kapan bisa naik motor sendiri?
1
Mencoba
untuk Sejak kelas 3 SD aku sudah mulai belajar Proses belajar
2
dapat mengendarai naik motor, tapi hanya megang stang, aku mengendarai
3
motor
belajar sama sopirku. Trus kelas 4 aku motor mulai belajar ngatur gigi sampai kelas 6 membutuhkan
4 5
Bisa mengendarai aku baru bisa tapi baru bawa motor sendiri waktu yang lama
6
motor saat SMP sejak SMP. Aku juga bisa nyetir mobil,
7
dan mulai belajar waktu
8
menyetir
belajar
sampai
nabrak-nabrak
karena aku nggak bisa ngatur kopling.
9
Tapi aku nggak berani nyetir di jalan raya,
10
rame.
F
Apa kesan pertamamu dulu masuk sekolah umum?
1
Malu tidak bisa Aku malu karena aku belum pernah Belum bisa
2
menjahit
belajar keterampilan menjahit kayak di menjahit
3
sini.
Dulu
di
SLB
aku
belajar
4
keterampilan boga, salon, latihan model.
5
Ikut
kontes Tapi aku pernah ikut lomba model Berhasil menjadi
6
modelling
7
berhasil menjuarai yang ikut, peserta lainnya normal semua.
8
beberapa
9
serupa
dan nasional di hotel, nggak ada tuna rungu model
kontes Tapi aku tetap semangat dan aku jadi juara 1, pialaku ada 6. Sekarang aku sudah
10
bisa menjahit.
G
Apa yang kamu bayangkan tentang sekolah umum dulu?
1
Ingin pintar dan Iya,
aku
membayangkan
kalau
bisa Memiliki
2
punya masa depan sekolah di sekolah umum aku bisa pintar, pandangan
3
cerah tapi takut masa depannya lebih cerah tapi aku takut tentang masa
4-b
Koding Subjek 4
4
tidak naik kelas
depan
nggak bisa naik kelas.
H
Waktu kamu masuk sekolah umum pertama kali, apa yang kamu rasakan?
1
Senang di sekolah Waktu pertama kali masuk sekolah umum Merasa takut
2
umum tapi takut aku merasa senang, lama-lama menjelang mengjadapi ujian
3
dapat nilai jelek, ulangan umum THB aku jadi takut nanti
4
ternyata
hasilnya nilaiku turun. Tapi ternyata hasilnya
5
lumayan
lumayan di rapotku aku juara 10, teman-
6
teman ada yang turun 12 peringkat. Dulu
7
di SLB kan aku juara 2 jadi masih
8
lumayanlah aku masih bisa jadi juara 10.
I
Kamu merasa punya kesulitan nggak selama di skolah umum? Aku baru pertama kali masuk sekolah
1
di umum, kesulitan di Bahasa Jawa. Punya Kesulitan
2
Kesulitan
3
beberapa pelajaran kesulitan juga di pelajaran Matematika, mengikuti
4
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. Kalau pelajaran
5
yang aku bisa pelajaran menjahit, PPKn,
6
IPS
7
kesulitannya. Orang tuaku bilang aku
tapi
juga
masih
ada
sedikit
8
Takut tidak bisa harus sekolah sampai lulus, tapi aku sedih Merasa takut
9
naik kelas bahkan kepikiran takut terus, takut nggak bisa tidak bisa sampai
10
takut tidak naik naik kelas, tapi sekarang sudah nggak lulus
11
kelas
papa, aku minta doa ya.
J
Iya aku doain kamu naik kelas, nilainya bagus, terus bisa lulus, bisa kuliah langsung Besok aku nggak kuliah langsung kursus, Tidak ingin
1
Ingin
2
kerja tidak kuliah
gantinya PKL jadi bisa langsung kerja, kuliah
4-c
Koding Subjek 4
buka salon kecantikan terus aku mau Ingin berbagi
3 4
Ingin berbagi ilmu
K
ngajarin anak-anak latihan model.
ilmu
Selain kesulitan pelajaran, kamu punya kesulitan yang lain nggak?
1
Sulit mengerti apa Iya aku susah ngobrol dengan teman- Kesulitan
2
yang
dikatakan teman, susah mengerti apa kata guru.
komunikasi
orang lain L
Apa yang kamu rasakan saat harus bergaul dengan teman yang normal?
1
Malu
2
tidak
sehingga Aku malu bergaul, tidak mau tampil Awalnya malu berani bersama teman-teman.
bergaul
bergaul M
Kamu kan nggak bisa dengar, kamu menerima kekurangan kamu itu?
1
Menerima dirinya Iya, aku menerima kalau kekuranganku Menerima
2
dan
3
kelebihannya
mengetahui tidak bisa dengar, tapi aku bisa jadi kekurangan
N
model. Itu jadi kelebihanku.
Apa yang kamu rasakan bisa jadi model?
1
Ingin jadi model Senang, bangga semoga bisa jadi model Bangga menjadi
2
yang sukses
O
yang sukses.
Pernah
nggak
model
kamu
merasa
malu
dengan kekuranganmu? 1
Tidak malu punya Nggak merasa malu tapi aku sebel sama Kesal bila diejek
2
kekurangan
3
tidak suka bila ada karena aku tuli.
tapi teman-teman kalau mereka mengejek aku
yang mengejek
4-d
Koding Subjek 4
P
Pernah nggak kamu menyalahkan orang lain karena kamu nggak bisa dengar?
1
Tidak
salahkan Aku nggak pernah pikir salahkan orang
2
orang lain
lain.
Q
Terus kalau kamu diejek begitu apa yang kamu lakukan?
1
Tidak
berteman Kalau ada yang nakal begitu aku tidak Pernah dianggap
2
dengan
3
mengejek, saat ini dibilang sombong tapi sekarang teman-
4
sudah tidak ada teman kebanyakan baik sama aku, tidak
5
yang mengejek
yang mau berteman. Jadi aku dulu sering sombong
R
mengejek.
Pernah nggak kamu merasa pengen bisa dengar?
1
Tidak ingin bisa Tidak ingin bisa dengar, aku sudah bisa Tidak iri dengan
2
mendengar
menerima keadaanku sekarang dan aku orang yang bisa
3
cukup bahagia. Aku juga tidak iri melihat mendengar
4
teman bisa dengar. Teman normal ingin
5
seperti aku, bisa model.
S
Kamu berusaha agar teman-temanmu mau menerimamu nggak?
1
Mencoba
Iya bagaimana caranya agar mereka mau Berusaha agar
2
berkenalan,
menerimaku, kan aku kalau di sekolah diterima oleh
3
berteman,
4
agar diterima oleh membantuku. Aku coba berteman, coba
5
teman-teman
ramah butuh sesuatu, teman-temanlah yang akan lingkungannya
kenalan. Berusaha untuk ramah, senyum.
4-e
Koding Subjek 4
T
Apa yang kamu rasakan berada di antara teman-temanmu yang normal? berkenalan Malu, aku kalau berkenalan dengan Semakin lama
1
Malu
2
lama-lama terbiasa teman-teman yang baru aku malu karena menjadi terbiasa
3
belum kenal dekat. Tapi kalau sudah lama berkenalan
4
jadi biasa aja.
U
Sekarang masih malu?
1
Takut diejek oleh Tidak malu lagi tapi kalau berteman Tidak malu lagi
2
teman laki-laki
dengan laki-laki aku masih malu, tidak berteman
3
mau ngobrol, nanti dihina.
V
Kamu bisa mengikuti pelajaran? mengerti Aku
tidak
mengerti,
guru
mengajar Sulit mengikuti
1
Tidak
2
apa yang diajarkan ngomong kecepatan saya tidak jelas, biar pelajaran yang
3
guru
teman-teman mau bantuin saya.
W
yang diajarkan
Kamu kalau berangkat ke sekolah bersemangat nggak? takut Waktu dulu aku masih takut berangkat Mampu
1
Awalnya
2
berangkat sekolah
sekolah namun sekarang tidak takut, mengatasi rasa
3
berani, ok!
X
Senang di sekolah normal?
takut
1
Senang bersekolah Senang bisa bersekolah di sekolah normal, Puas dapat
2
di sekolah umum
tidak khusus untuk yang cacat saja, sama- berelasi dengan
3
sama teman normal lainnya.
Y
Puas tidak dengan nilai-nilai yang kamu
orang normal
dapat? 1
Puas dengan nilai-nilai yang cukup. Tapi Puas dengan nilai
4-f
Koding Subjek 4
2
menjahit lebih baik, 8. peragaan 8, yang yang diperoleh
3
lain 6,50 6,45. pernah ulangan peragaan
4
aku dapat 10.
Z
Kamu senang bercanda?
1
Senang, kalau ada yang lucu aku tertawa Humoris
2
sampai susah berhenti. Hehehe
AA
Apa sih yang bisa membuat kamu marah?
1
Senang, kalau ada yang lucu aku tertawa
2
sampai susah berhenti. Hehehe
AB 1
Kalau merasa sedih? Takut tidak lulus
Merasa sedih kalau tidak lulus, kalau Merasa sedih bila
2
besok sudah kelas 3. Sedih, ibu jadi tidak lulus dan
3
marah-marah terus, aku disuruh belajar.
AC
disuruh belajar
Kalau menangis?
1
Menangis bila
Aku menangis kalau tidak bisa ngerjain
2
tidak bisa
soal.
Pernahkah kamu menahan apa yang
AD
sedang kamu rasakan? 1
Menagis
karena Aku pernah ingin menangis karena patah Kecewa tidak
2
patah hati
hati tetapi pura-pura tertawa. Malu di bisa
3
depan teman-teman jadi tertawa seperti mempertahankan
4
mereka saja.
hubungan
4-g
Koding Subjek 4
AE
Ketika teman-temanmu menertawakan sesuatu, apakah kamu juga ikut-ikut tertawa padahal kamu tidak tahu apa yang mereka tertawakan? melihat Nggak, aku diam saja. Tidak mau ikut- Tidak merasa
1
Diam
2
temannya tertawa
ikutan, karena aku tidak tahu apa yang ingin tahu mereka tertawakan.
3
AF
Kalau dalam situasi seperti itu, kamu ngerasa tersisih nggak?
1
Merasa tidak tahu Iya, aku kayak tidak tahu apa-apa. Kalau Menyadari bila ia
2
apa-apa
mau tahu harus selalu bertanya. Kalau ingin tahu, harus
3
tidak bertanya aku tidak tahu apa yang bertanya
4
sedang dibicarakan.
AG
Apakah teman-teman senang dengan kehadiranmu? Guru-guru bagaimana?
1
Senang
bergaul Teman-temanku
2
dengan
teman- kehadiranku,
3
teman dan guru
senang
mereka
senang
dengan Merasa diterima ngobrol oleh
dengan aku walaupun susah. Guru-guru lingkungannya
4
juga senang kalau ada aku, apalagi kalau
5
aku sedang praktek model, mereka senang
6
melihatku.
AH
Teman-temanmu
ada
yang
sering
mengganggumu nggak? Isengin kamu? diganggu Ada beberapa yang sering ganggu aku. Tahu kapan
1
Sering
2
dan diejek,
Kalau dulu banyak yang ganggu bilang saatnya bercanda
3
aku tuli, mengejek terus tapi kalau
4
sekarang mengganggunya bercanda, tidak
5
serius.
4-h
Koding Subjek 4
AI
Apakah merasa terhambat ketika harus bergaul dengan mereka?
1
Sulit
menyapa Sedikit terhambat karena komunikasi. Kesulitan dalam
2
karena tidak bisa Aku kan ngomongnya tidak jelas, kadang komunikasi
3
berkomunikasi
harus ditulis, jadi beda aja. Kalau bertemu
4
teman aku hanya bisa senyum atau
5
melambaikan
6
memanggil orang juga susah, kadang aku
7
harus menepuk orang itu dulu, baru
8
mengajak bicara.
AJ
Apakah
tangan.
teman-teman
Kalau
banyak
mau
yang
mengenalmu? 1
Punya
2
teman
banyak Iya, banyak karena aku suka punya Memiliki pergaulan yang
banyak teman. Pergaulan jadi luas.
luas AK
Apakah kamu mengenal guru-gurumu dengan baik?
1
Ya…biasa aja. Tidak terlalu dekat dengan
2
guru.
AL
Apakah
teman-teman
sering
minta
bantuanmu? 1
Teman
sering Iya, teman-teman minta nebeng kalau Tidak mau
2
minta tolong antar
pulang tapi aku males karena repot, aku membantu
3
bingung
4
Rumahnya juga aku tidak tahu.
AM
harus
antar
yang
mana. temannya
Apakah kamu sering meminta bantuan teman-temanmu?
1
Minta
ulangi Aku minta tolong ulangi penjelasan guru Berusaha agar
4-i
Koding Subjek 4
2
penjelasan guru
dapat mengikuti
yang aku tidak mengerti.
pelajaran AN
Apakah mereka dengan senang hati membantumu? Mereka senang membantuku
1
AO
Apakah kamu pernah mengetahui kalau mereka membicarakanmu?
1
Pura-pura
tidak Pernah tapi aku pura-pura tidak tahu saja. Menafsirkan
2
tahu
yang Biar saja orang bilang apa, biasanya sih secara negatif
3
dibicarakan orang
apa
ngomong yang jelek-jelek, jadi tidak usah dimasukkan hati.
4
AP
Pernah
nggak
bertengkar
dengan
temanmu? pernah Nggak pernah bertengkar. Aku selalu Berusaha
1
Tidak
2
bertengkar
berusaha bersikap baik dengan teman- menjaga temanku biar mereka tidak membenciku.
3
AQ
hubungan
Apakah pernah merasa dijauhi? merasa Waktu pertama kali masuk aku merasa Merasa dijauhi
1
Awalnya
2
tidak punya teman
tidak
punya
teman,
merasa
sendiri, dan dianggap
3
kayaknya mereka menjauhiku. Mungkin aneh
4
karena aneh lihat aku baru sebulan
5
sekolah di sekolah normal tapi udah
6
pindah ke sekolah normal lainnya.
AR
Kamu
pernah
melanggar
peraturan
sekolah nggak? 1
Tidak
2
aturan
melanggar Nggak pernah melanggar aturan, karena Menghindari aku takut dihukum sama guru.
masalah
4-j
Koding Subjek 4
AS
Ngerti nggak apa yang diterangkan guru di dalam kelas?
1
Tidak
mengerti Aku nggak bisa ngerti jelas. Guru bicara Tidak dapat
2
dengan jelas apa cepat, jadi sering tidak tahu maksudnya. menangkap
3
yang
dikatakan Kalau aku tidak bisa mengerti, aku tanya pelajaran dengan
4
guru
sama temen. Teman yang pelan-pelan jelas jelaskan.
5
AT
Apa yang kamu lakukan biar nggak ketinggalan pelajaran? bertanya Rajin bertanya dengan teman apa yang Berusaha
1
Rajin
2
bila tidak mengerti tidak mengerti, belajar sendiri di rumah mencari tahu apa
3
kalau tidak mengerti tanya sama ayah atau yang tidak
4
ibu.
AU
dimengerti
Kalau ulangan, kamu pernah nyontek atau tanya ke teman nggak?
1
Pernah tanya sama teman, karena sulit aku
2
tidak bisa menjawab.
AV
Pernah nggak salah tanggap kalau lagi ngobrol?
1
Tidak
mengerti Pasti pernah, apa yang aku maksud Adanya
2
maksud orang lain kadang orang tidak mengerti. Kadang aku miskomunikasi
3
dan sebaliknya
tidak mengerti juga apa yang orang
4
bicarakan kalau bicara tidak jelas atau
5
terlalu cepat.
4-k
Koding Subjek 4
AW
Apa yang kamu rasakan kalau orang yang kamu ajak bicara tidak mengerti maksudmu?
1
Kecewa bila orang Kecewa kalau orang tidak mengerti Merasa kurang
2
tidak mengerti
maksudku. Aku sudah coba jelaskan tapi puas bila tidak
3
mungkin bahasaku aneh ya?! Jadi orang dapat
4
kadang tidak mengerti apa yang aku mengungkapkan
5
ucapkan karena mungkin aku tidak jelas sesuatu
6
berbicara.
AX
Kalau punya masalah, bisa selesaikan sendiri nggak?
1
Bisa
Kalau masalah kecil aku bisa selesaikan, Saat tidak dapat
2
menyelesaikan
tapi kalau tidak, aku tanya sama ibuku menyelesaikan
3
masalah kecil
bagaimana.
masalah, tanya pada ibu
AY
Pernahkah melakukan kesalahan yang sama?
1
Mencoba
2
melakukan
3
kesalahan
tidak Aku mencoba untuk tidak melakukan Berusaha belajar kesalahan
yang
sama.
Belajar
dari dari pengalaman
yang pengalaman-pengalaman sebelumnya.
sama AZ
Kalau bertengkar dengan temanmu, apakah kamu berusaha untuk berbaikan lagi?
1
Aku tidak pernah bertengkar tapi kalau Bila bertengkar
2
memang bertengkar harus berbaikan lagi berusaha
3
agar hubungan tidak rusak.
memperbaiki hubungan
4-l
Koding Subjek 4
BA
Kalau kamu disuruh melakukan sesuatu, kamu langsung mengikuti nggak?
1
Tidak
mau Lihat dulu aku disuruh melakukan apa, Melihat masalah
2
langsung
3
melakukan sesuatu mau
kalau baik aku ikuti, kalau tidak aku tidak dengan realistis
BB
Kamu sering punya masalah nggak di Mengerti bahwa
sekolah? 1
Kesulitan
Masalahku
kesulitan
pelajaran, kesulitan dalam
2
menerima
komunikasi sulit terutama saat guru pelajaran karena
3
pelajaran
mengajar.
terhambat komunikasinya
Kamu senang sendiri atau ada dekat
BC
dengan teman-temanmu? 1
Senang
2
teman
bersama Senang
bersama
teman-teman,
kalau
sendiri sepi, tidak enak.
BD
Senang bila ada guru pendamping atau tidak?
1
Senang
2
teman
dibantu Senang, bila ada kesulitan atau masalah di bila sekolah ada yang bisa membantu.
kesulitan Kamu lebih senang waktu istirahat atau
BE
waktu proses belajar mengajar di kelas? saat Istirahat, biar nggak pusing, banyak jajan, Rileks saat
1
Senang
2
istirahat
supaya banyak makan. Kalau belajar di kelas aku istirahat
3
tidak
pusing cepat pusing karena mataku harus selalu
4
seperti
5
kelas
saat
di memperhatikan bibir guru, apa yang dibicarakan jadi cepat pusing.
4-m
Koding Subjek 4
BF
Atau kamu lebih senang kalau tidak berada di sekolah?
1
Senang bermain di Ya aku lebih senang main di mal Memiliki
2
mall
hehehehe.... Dalam seminggu aku paling keasyikan bila
3
sedikit dua kali ke mal. Biasanya jalan- sudah berada di
4
jalan,
5
temanku.
BG
nonton,
makan
sama
teman- mall
Kamu merasa tertekan tidak sewaktu berada di dalam kelas? harus Ya jadi tegang memperhatikan guru. Merasa stres,
1
Tegang
2
memperhatikan
Apalagi kalau tidak mengerti pelajaran. tegang dan
3
guru
Jadi tambah pusing.
BH
Keadaan
bagaimana
pusing
yang
bisa
membuatmu merasa stress dan cemas? 1
Tegang
Ya jadi tegang memperhatikan guru. Stres saat tidak
2
memperhatikan
Apalagi kalau tidak mengerti pelajaran. mengerti
3
guru
Jadi tambah pusing.
BI
pelajaran
Apakah pernah dimarahi pengajar?
1
Tidak
pernah Tidak pernah dimarahi. Aku takut kalau Takut melakukan
2
dimarahi guru
dimarahi jadi berusaha tidak berbuat salah kesalahan biar tidak dihukum.
3
BJ
Ketika teman-temanmu membicarakan sesuatu apakah kamu merasa ingin tahu?
1
Merasa ingin tahu Ya ingin tahu apa yang dibicarakan tapi Rasa ingin
2
tapi malas mencari kadang aku malas tanya-tanya. Kalau lagi tahunya ditutupi
3
tahu
mau tanya, aku tanya mereka bicarakan sikap malas
4-n
Koding Subjek 4
apa, kalau tidak aku diam saja.
4
BK
mencari tahu
Pernahkah kamu memikirkan apa yang dirasakan orang lain?
1
Tidak
pernah Nggak pernah kupikirkan. Itu urusan Terlihat kurang
2
memikirkan
3
perasaan
4
lain
orang
lain.
Aku
bingung
kalau peduli dengan
orang memikirkan perasaan mereka, jadi pusing orang lain sendiri.
BL
Pernahkah
kamu
merasa
kesepian,
merasa sendirian? 1
Kesepian, kecewa Pernah kesepian karena kecewa putus
2
saat putus dengan dengan pacarku aku jadi kesepian, tidak
3
pacarmya
punya teman cowok yang bisa diajak main hehehe....
4
BM
Pernahkah kamu merasa iri terhadap temanmu yang memiliki sesuatu yang tidak kamu miliki?
1
Meminta apa yang Tidak boleh iri, kata ibu kalau ingin Tidak merasa iri
2
diinginkan
3
orang tua
pada sesuatu bilang sama orang tua, kalau baik dengan orang nanti orang tua usahakan pasti diberi.
lain dalam hal materi
BN
Apakah
kamu
merasa
tergantung
dengan orang lain? 1
Bisa
2
segala
3
sendiri
4
melakukan Aku tidak tergantung dengan orang lain, Mandiri dan sesuatu kalau aku ingin main, ingin pergi, aku tidak tergantung bilang ibu, kalau boleh aku biasanya pergi pada orang lain sendiri naik motor.
4-o
Koding Subjek 4
BO
Ketika bersekolah di sini pertama kali, siapa yang mengantar?
1
Diantar sopir ayahku. Kalau aku sedang Tergantung saat
2
sakit juga diantar dan dijemput.
BP
ia sakit
Apakah kamu sudah hafal dimana letak kelasmu, kantin, dan ruang-ruang yang lain?
1
Tahu
2
bagian
3
sekolahnya
bagian- Aku sudah tahu karena sekolahnya tidak Kurang memiliki dari begitu besar. Tapi kalau tempat-tempat di daya tangkap Amplas aku sering lupa dan banyak tidak berkaitan dengan
4
tahu namanya apa jadi waktu kita janjian letak
5
disini aku bingung.
BQ
Kamu minta ditemani ketika kamu butuh pergi ke suatu tempat?
1
Tidak
2
ditemani
minta Aku jarang minta ditemani karena sudah Tidak tergantung terbiasa pergi sendiri.
4-p
LAMPIRAN 2: Koding Observasi Subjek
153
Koding Observasi Subjek 1
No
Refleksi
Hasil Observasi
Analisis
Subjek adalah seorang mahasiswi
1 2
sebuah
perguruan
tinggi
swasta
di
3
Jogjakarta semester VIII. Ia berasal dari
4
Purwokerto dan di Jogja ia menghuni
5
sebuah kos-kosan yang letaknya tidak
6
Mengikuti
mode jauh dari kampusnya. Penampilan subjek Usaha
7
yang berkembang cukup menarik, ia selalu mengikuti mode dapat diterima di
8
di
9
teman-temannya
10
Terbiasa
11
dengan
12
normal
13
membuatnya lebih teman yang normal sehingga ia menjadi rasa percaya diri
14
percaya diri
kalangan yang
sedang
mahasiswa.
ngetrend
di
Sebelumnya
agar
ia
kalangan lingkungannya ia
telah
bergaul menempuh pendidikan di sekolah umum Lingkungannya teman sejak SMP. Hal ini membuat subjek membantu menjadi terbiasa bergaul dengan teman- menumbuhkan
lebih percaya diri. Selama kuliah di Jogjakarta subjek
15 16
jarang
pulang
ke
rumah
kedua
17
orangtuanya di Purwokerto. Ia lebih
18
memilih untuk mengunjungi sekolahnya
19
dulu di Wonosobo atau berlibur ke
20
Surabaya di tempat saudaranya. Orang
21
tuanyalah yang lebih sering mengunjungi
22
subjek. Hubungan subjek dengan orang
23
Kagum
dengan tuanya cukup dekat. Subjek sangat kagum Kerja
keras
24
kerja keras kedua dengan orang tuanya yang rela bekerja kedua
orang
25
orang tuanya
keras untuk memenuhi kebutuhan rumah tuanya
26
tangga
27
membuat subjek ingin sukses seperti ingin
28
kedua orang tuanya dengan membuka keberhasilan
29
usaha sendiri.
30
Mempersiapkan
dan
Ketika
anak-anaknya.
hendak
Hal
bepergian
ini membuatnya mencapai
subjek Memenuhi
apa
1-a
Koding Observasi Subjek 1
31
segala
sudah terbiasa untuk menyiapkan segala yang ia butuhkan
32
kebutuhannya
sesuatunya sendiri termasuk mencari tiket tanpa tergantung
33
sendiri
34
baik
dengan angkutan yang akan ia gunakan. Dalam dengan
orang
memenuhi keperluannya subjek tidak lain
35
segan-segan
36
memenuhinya sendiri.
37
Senang
bertemu
38
dengan orang baru
untuk
mencoba
Perkenalan dengan orang baru tidak Selalu
ingin
membuatnya malu. Ia bahkan terlihat memperluas
39
sangat gembira ketika bisa berkenalan pergaulan
40
dengan orang baru. Subjek tidak segan-
41
segan
42
pembicaraan dengan teman barunya. Bila
43
sudah mengobrol subjek terlihat sangat Terlalu
44
asyik dan cukup menyenangkan. Ia tidak kurang
untuk
45
Tidak sadar bahwa memperdulikan
46
suaranya
47
keras
bertanya,
bahwa
memulai
terkadang
asyik,
ia memperhatikan
cukup mengeluarkan suara yang cukup keras sekitarnya sehingga menjadi pusat perhatian orang- terganggu orang sekitar.
48 belajar
dengan suaranya
49
Senang
50
sendiri dan butuh subjek jarang terlihat bersama teman- kesendirian
51
teman
52
mengalami
mengalami kesulitan barulah ia mencari butuh
53
kesulitan saja
teman yang dapat membantunya. Subjek orang lain
saat
Saat mengerjakan tugas atau belajar Selalu menikmati
ia temannya, ia lebih senang sendiri. Bila ia kecuali
lebih
54
yang
senang
55
Bebas melakukan sesuatunya
56
apa saja
mengerjakan
sendiri
karena
ia
saat bantuan
segala bebas Bebas,
tidak
melakukan apa saja, tidak tergantung pada tergantung orang
57
orang
lain.
Namun,
58
memperoleh tugas kelompok ia juga dapat
59
menyesuaikan
dengan
keputusan
60
kelompok.
subjek
berhubungan
61
dengan teman-teman kampusnya sebatas
Jadi,
ketika
subjek lain
1-b
Koding Observasi Subjek 1
62
masalah perkuliahan. Subjek lebih senang
63
bergaul dengan teman kosnya karena ia
64
merasa lebih nyaman tetapi subjek juga
65
Memilih
66
belajar sendiri
67
untuk jarang melakukannya. Ia lebih memilih Belajar sendiri untuk sendiri mempelajari materi-materi kuliah yang belum ia mengerti.
1-c
Koding Observasi Subjek 2
No
Refleksi
Hasil Observasi
Analisis
1
Subjek adalah seorang siswi sebuah
2
SMK di Jogjakarta. Ia baru bersekolah di
3
sekolah umum setelah sebelumnya ia
4
menempuh pendidikan di SLB Dena
5
Upakara Wonosobo. Subjek berasal dari
6
Jogjakarta, tetapi ia tidak tinggal bersama
7
kedua orangtuanya. Ia tinggal bersama
8
keluarga budhenya. Keluarga budhenya
9
inilah yang membiayai sekolahnya karena
10
kedua
11
membiayai. Ayah, ibu serta kakak laki-
12
lakinya
13
pendengaran dan mereka bekerja sebagai
14
buruh jahit yang upahnya pas-pasan untuk
15
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
orangtuanya
juga
tidak
mengalami
mampu
gangguan
16
Senang masih bisa
Kondisi ekonomi keluarganya cukup Memahami
17
sekolah
18
ekonomi keluarga masih diberi kesempatan untuk bersekolah keluarga yang
19
yang pas-pasan
20
Berhemat
dan berusaha untuk menabung sendiri uang
21
menabung
bila jajannya
22
ingin sesuatu
dengan dipahami oleh subjek. Ia cukup senang kondisi ekonomi
bahkan sampai kuliah. Biasanya subjek pas-pasan
sehingga
bisa
membelinya
sendiri. Subjek jarang sekali jajan di luar
23
karena ia dibiasakan untuk selalu makan
24
di
25
kebersihannya.
26
Pendiam
27
tertutup
dan
rumah
yang
sudah
terjamin
Subjek termasuk orang yang pendiam dan tertutup tetapi bagi guru-gurunya ia Diterima oleh
28
termasuk
siswi
yang
menyenangkan guru
29
karena ia cerdas. Walaupun ia memiliki
30
gangguan pendengaran, ia selalu berusaha Berusaha
2-a
Koding Observasi Subjek 2
untuk mengikuti pelajaran dengan baik. mengikuti
31 32
Lebih
33
dengan
34
jenis
dekat Hubungan
dengan
teman-temannya pelajaran
sesama terlihat lebih dekat dengan sesama jenis. Sewaktu istirahat mereka bersama-sama mengobrol, atau jajan di kantin sekolah.
35 36
Menjaga
37
dengan
38
jenis
jarak Subjek
terlihat
lebih
menjaga
jarak Sukar berelasi
lawan dengan lawan jenis. Ia bersikap tidak dengan lawan peduli atau cuek karena subjek belum jenis terbiasa satu sekolah dengan lawan jenis.
39 40
Sikapnya yang pendiam ini tidak
41
hanya terlihat saat di sekolah, ketika di
42
Menghindar
43
ada tamu
bila rumah
pun
subjek
menghindar
apabila tamu
lebih diajak
sering Tidak mau untuk menjalin relasi
44
menemani
saudara-saudaranya.
45
Subjek hanya dekat dengan buleknya yang
46
tinggal bersamanya di rumah budhenya.
47
Terbuka
dengan Bila sedang memiliki masalah kepada Menceritakan
48
tantenya
buleknya inilah ia dapat lebih terbuka. masalah pada
49
Walau
50
menceritakan semua perasaannya kepada mencurahkan
51
buleknya tetapi ia juga lebih senang untuk perasaannya
52
Menulis
53
harian
demikian
subjek
tidak tantenya dan
buku menuangkan apa yang ia rasakan dengan dengan menulis menuliskannya di buku harian. Keluarga
54
budhenya
buku harian cukup
memperhatikan kebutuhan subjek. Mereka
55 56
Tidak
tega juga tidak tega untuk membiarkan subjek Membuat subjek
57
membiarkan
58
subjek
59
pergi sendiri
berangkat
pulang menggunakan
ke
sekolah
angkutan
umum
dengan tergantung tetapi
selalu mengantar jemput subjek. Hal ini
60
dilakukan karena mereka takut terjadi
61
sesuatu dengan subjek. Namun, suatu saat
2-b
Koding Observasi Subjek 2
62
nanti mereka akan mencoba untuk pelan-
63
pelan mengajarkan subjek melakukan
64
semuanya sendiri sehingga tidak lagi
65
tergantung pada orang lain.
66 67
2-c
Koding Observasi Subjek 3
No
Refleksi
Hasil Observasi Mahasiswa
1
arsitektur
Analisis ini
sudah
belajar di sekolah umum sejak SMP. Ia
2 3
Terbiasa belajar di menjadi
4
sekolah umum
terbiasa
dengan
sistem Terbantu saat
pengajaran di sekolah-sekolah umum kuliah, tidak
5
sehingga ketika kuliah ia tidak begitu begitu sulit
6
mengalami kesulitan.
7
Di Jogjakarta, subjek tinggal di kos
8
milik neneknya di daerah Kotabaru.
9
Kedua orang tua subjek tinggal di Bogor
10
bersama dengan Subjek
dengan paling
saudara-saudaranya.
11
Dekat
dekat
12
ibunya
sehingga bila ia ingin bercerita dengan komunikasi jarak
13
Mengatasi
ibunya ia biasanya membuat surat. Hal ini jauh dengan
14
komunikasi
dilakukan
15
melalui surat
masalah
subjek
dengan
untuk
ibunya Kesulitan
mengatasi orang
komunikasi
yang terdekatnya
16
menghambatnya untuk bisa bercerita dari
17
jarak jauh dengan ibunya. Di
18 19
Menuruti
20
yang ada
antara
teman-teman
kosnya,
aturan subjek termasuk anak yang penurut, tidak Mengikuti aturan mau melanggar aturan yang ada di dalam
21
kos. Ia tidak memperbolehkan temannya
22
yang berlainan jenis masuk ke kamarnya,
23
walaupun
24
banyak yang melakukannya. Hubungan
25
Dekat
26
teman
27
saling bantu
teman-teman
yang
lainnya
dengan subjek dengan teman-teman kosnya cukup Relasi yang baik kos
dan dekat karena bila membutuhkan sesuatu dengan teman subjek sering meminta bantuan mereka, kos termasuk meminta diantar ke kampus.
28 29
Akrab
dengan
30
teman kampus
Subjek
dengan
teman-teman Relasi yang baik
kampusnya pun terlihat cukup akrab. dengan teman
3-a
Koding Observasi Subjek 3
Teman-temannya tidak segan-segan untuk kampus dan
31 32
Meminta bantuan meminta bantuan mengerjakan tugas, saling membantu
33
mengerjakan tugas begitu
pula
subjek
terhadap
teman-
34
temannya. Bila ia ingin pulang ia sering
35
juga minta diantar pulang atau ketika ia
36
Minta
37
fotocopy
tolong butuh materi kuliah ia juga sering minta tolong untuk fotocopy. Namun demikian,
38
tidak
jarang
pula
subjek
39
menggunakan
40
hendak bepergian. Tidak selamanya ia orang lain
41
tergantung pada orang lain.
angkutan
terlihat Tidak selamanya
umum
bila tergantung pada
3-b
Koding Observasi Subjek 4
No
Refleksi
Hasil Observasi Siswi
1
yang
Analisis
mempunyai
hobi
2
modelling ini baru menempuh pendidikan
3
di sekolah umum selama SMK ini.
4
Awalnya subjek bersekolah di SMA
5
Muhammadiyah 4 tetapi ia tidak sanggup
6
mengikuti pelajaran yang diberikan dan
7
akhirnya memilih untuk pindah sekolah.
8
Subjek berasal dari keluarga yang
9
cukup mampu. Ayahnya seorang pegawai
10
negeri, dan ibunya memiliki usaha di
11
Dekat
dengan rumahnya. Subjek terlihat sangat dekat Relasi yang baik
12
keluarga
13
karyawannya
dan dengan
keluarganya
bahkan
dengan dalam keluarga
beberapa karyawan yang bekerja di dan lingkungan
14
rumahnya.
Kedua
orang
tua
subjek sekitar
15
memberikan kepercayaan dan kebebasan
16
kepada subjek. Ia diberi motor sendiri
17
untuk transportasi subjek ke sekolah
18
ataupun untuk keperluan subjek yang
19
Berani
lainnya. Dapat dikatakan subjek cukup Memiliki
20
mengendaraai
berani
21
motor
22
kecepatan tinggi
mengendarai
motor
dengan keberanian
dengan kecepatan yang cukup tinggi di jalan yang lalu lintasnya padat. Dari cara subjek mengendarai
23
motor,
terlihat
bahwa
24
Kurang
perhatian subjek terpusat pada apa yang Tidak
25
memperhatikan
ada di depannya saja, sekelilingnya memperhatikan
26
sekitar
kurang diperhatikan oleh subjek.
sekitar
Adanya fasilitas yang diberikan oleh
27 28
Senang bermain di kedua orang tuanya ini, membuat subjek Memiliki
29
mall
30
sering tidak langsung pulang ke rumah keasyikan tetapi sering main ke Ambarukmo Plaza. bermain
4-1
Koding Observasi Subjek 4
31
Subjek bersama teman-temannya sering
32
bermain sampai sore lalu pulang ke
33
rumah.
34
Akrab
dengan
35
semua teman
Di sekolah subjek terlihat cukup Relasi yang baik akrab
dengan
teman-temannya
baik dengan sesama
36
perempuan maupun laki-laki. Ia termasuk dan lawan jenis
37
anak yang senang bercerita. Guru-gurunya
38
Disenangi
guru juga cukup senang dengan sifat dan sikap Penerimaan dari
39
karena sifat dan subjek karena dari nilai-nilai yang ia guru
40
sikapnya
41
Biasa
42
dengan
43
normal
perolehpun tidak mengecewakan. bergaul
Kehidupan
orang berhadapan
subjek
dengan
yang
selalu Terbiasa berada normal di antara orang
orang
membuat subjek terbiasa bergaul dengan normal dapat
44
orang-orang
45
awalnya ketika masuk ke sekolah umum berkembang
46
ia masih malu terutama ketika bertemu
47
dengan lawan jenis. Lama-kelamaan rasa
48
malu tersebut hilang.
49
Memiliki
50
percaya diri
rasa
Rasa
normal
percaya
walaupun
dirinya
pada membantu subjek
pun Self image yang
berkembang sejak ia mengikuti beberapa positif
51
kontes model dan berhasil menjuarainya.
52
Kegiatan semacam ini membuat rasa
53
percaya diri subjek semakin baik. Ia tidak
54
Tidak
55
minder
56
merasa lagi minder ketika berada di antara orangorang
normal
bahkan
bila
bersaing
sekalipun.
4-2