UJI KINERJA MESIN PEMISAH DAGING DAN TULANG IKAN UNTUK PEMANFAATAN BY-CATCH DI ATAS KAPAL PUKAT UDANG 1)
1)
1)
2)
Ari Purbayanto , Joko Santoso , Mochammad Riyanto , Achmad Purnomo , 3) 3) Beni Pramono, dan Adi Susanto 1)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Badan Riset Kelautan dan Perikanan DKP 3) PT. Samudera Teknik Mandiri 2)
Abstract The by-catch of shrimp trawl in Arafura sea (estimated 332.186 tones/year, Purbayanto et al. 2004) is promising potency for development of fish processing industry based on surimi product. To produce good quality of surimi with high efficiency of production process, it is important to conduct technical performance test of newly invented fish meat-bone separator (SuritechTM) for utilizing the by-catch of shrimp trawl through interrupted surimi processing method. The technical performance test has been carried out on August 27 to September 17, 2009 onboard shrimp trawler of NV. Soerya 89 that was operated in Arafura sea. Four main by-catch fish species i.e., croaker (Argyrosomus amoyensis) total length of 138-178 mm, doublewhip threadfin breams (Nemipterus nematophorus) total length of 145-177 mm, giant threadfin (Eleutheronema tetradactylum) total length of 139-153 mm, and sunrise goat fish (Upeneus sulphureus) total length of 116-156 mm were used as testing object. The test result shows that SuritechTM machine could be operated with good performance to separte meat and bone of the main by-catch fish that resulted 31-34% mincefish. The unstable electric voltage of the boat‟s genset, however caused temperature of the SuritechTM motor increased to 60oC after being operated continuously during 85 minutes. The analysis result of surimi quality with cryoprotectant treatment shows very good of quality value. The gel strength after one month frozen storage is as follows: for surimi of croaker was 897,56±3,11 g.cm, doublewhip threadfin breams 737,81±5,34 g.cm, giant threadfin 748,49±9,79 g.cm, and sunrise goat fish 919,81±10,24 g.cm. Keywords: SuritechTM machine; surimi; mincefish; by-catch; shrimp trawler; Arafura sea.
1. Pendahuluan Hasil tangkap sampingan (by-catch) atau disingkat dengan HTS telah menjadi permasalahan dan isu perikanan terpenting dunia sejak tahun 1990-an untuk segera dicarikan solusinya. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah HTS menjadi salah satu penyebab penurunan stok ikan dan penurunan kualitas lingkungan perairan yang dapat mengancam keberlanjutan perikanan. HTS dapat berupa ikan-ikan berukuran kecil maupun ikan yang bukan menjadi sasaran penangkapan, termasuk ikan rucah dan jenis ikan-ikan nonekonomis yang sebagian besar dibuang ke laut (discards). Perhatian utama terhadap HTS yang dibuang ke laut tersebut adalah karena (1) HTS yang dibuang merupakan sumber makanan bergizi yang potensial (2) menjadi penyebab penurunan stok ikan target dan nontarget, dan (3) mengganggu proses ekologi di dasar perairan akibat buangan HTS (Saila, 1983). Alternatif pemanfaatan HTS pukat udang di Laut Arafura, yaitu diolah di darat menjadi produk berbasis surimi (seperti baso ikan, nugget dan burger), atau diolah di atas kapal menjadi produk antara yaitu surimi (Purbayanto et al. 2004). Pemanfaatan dalam bentuk ikan segar yang didaratkan sudah dilakukan dalam proporsi yang kecil karena terbatasnya ruang dingin penyimpanan ikan (refrigerator) pada kapal pukat udang. Pengolahan di atas kapal menjadi produk antara (surimi) akan lebih efektif karena dapat memanfaatkan sebagian besar atau seluruh HTS dari berbagai jenis ikan, sehingga masalah pencemaran lingkungan perairan dan pemborosan sumberdaya dapat dikurangi. Untuk memenuhi kebutuhan teknologi pengolahan surimi, Purbayanto et al. (2006) telah menghasilkan inovasi berupa mesin pemisah daging dan tulang ikan (fish meat-bone separating TM TM machine) yang diberi merek “Suritech ”. Hasil inovasi mesin Suritech ini telah diterapkan di beberapa pilot project pada unit UKM pengolahan ikan di beberapa daerah seperti Medan, Jambi, Bengkulu, Aceh, Tegal, Pelabuhanratu, NTB, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan Papua TM (Purbayanto et al. 2008). Untuk penerapan mesin Suritech di atas kapal penangkapan ikan masih diperlukan penyesuaian dan modifikasi. Tulisan ini menguraikan serangkaian hasil penelitian yang ditujukan untuk mengukur kinerja teknis mesin, efisiensi proses produksi surimi di atas kapal, dan mutu produk surimi yang dihasilkan.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 177
2. Metode Penelitian 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai dari bulan Juni hingga November 2009. TM Perancangan dan pembangunan mesin Suritech dilakukan di workshop PT. Samudera Teknik Mandiri pada bulan Juni-Agustus 2009 dengan melibatkan segenap tim peneliti. Uji coba mesin Suritech™ di atas kapal dilakukan di perairan Laut Arafura pada bulan Agustus-September 2009 menggunakan KM. Soerya 89. Selanjutnya surimi hasil pemisahan di atas kapal dianalisis di Laboratorium Teknologi Hasil Perairan FPIK IPB dan Laboratorium Kimia Pangan PAU IPB. 2.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan selama penelitian antara lain mesin Suritech™ (Gambar 1), non contact tachometer, stopwatch, ampere meter, clamp meter, timbangan, measuring board dan peralatan pendukung lainnya. Bahan yang digunakan adalah ikan HTS dominan dari pukat udang KM. Soerya 89, yaitu gulamah (Argyrosomus amoyensis), kurisi (Nemipterus nematophorus), biji nangka (Upeneus sulphureus), dan kuro (Eletheronema tetradactylum) dengan ukuran panjang rata-rata 130-177 cm. Bahan-bahan lain yang digunakan dalam pembuatan surimi adalah daging lumat (mince fish), cryoprotectant (sukrosa, sorbitol, STPP), NaCl, air dan es curah. Sementara itu bahan-bahan yang diperlukan dalam analisis mutu surimi antara lain: K 2SO4, CuSO4, H2SO4, H2O2, kloroform, H3BO3, indikator (bromchresol green, methyl red, bromthymol blue), NaOH, HCl, NaCl, buffer pH 4 dan 7, TCA, dan K2CO3. Spesifikasi umum dari mesin Suritech sebagai berikut: Dimensi (txlxp) : Berat : Silinder pemisah : Sabuk (belt) : Penggerak :
TM
yang diujicoba pengoperasiannya di atas kapal adalah
900 x 780 x 750 mm 210 kg p=300 mm, dia.= 240 mm, dia. pori 6 mm (3 mesh) p=250 mm, tebal= 10 mm motor listrik 1 fase, 2 HP/220 watt, 1420 rpm (Jiayu
Electrical Mach. Co.
LTd, RRC).
Gambar 1. Mesin Suritech™ yang diujicoba pengoperasiannya di atas kapal
2.3. Metode Penelitian 2.3.1 Kinerja teknis mesin Uji kinerja teknis mesin dilakukan untuk mendapatkan data input-output, performa mesin di atas kapal dan power consumption selama pengoperasian. Pengukuran input-output dilakukan dengan menghitung jumlah ikan yang dimasukkan ke dalam mesin dibandingkan dengan daging lumat (mince fish) yang dihasilkan. Penggunaan daya listrik (power consumption) diukur menggunakan clamp meter dan performa mesin diamati secara rinci terutama pada bagian-bagian yang mengalami beban kerja lebih besar.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 178
2.3.2 Efisiensi proses produksi surimi di atas kapal Pengukuran kapasitas efektif dan teoritis dilakukan dengan menghitung hasil pemisahan antara jumlah ikan (kg), mince fish dan rendemen pemisahan yang dihasilkan. Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dilakukan perhitungan jumlah HTS dominan yang dapat dimanfaatkan menjadi surimi dan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan mince fish. Kesesuaian penempatan mesin Suriteh™ di atas kapal dievaluasi dengan mengamati ada tidaknya hambatan yang dialami selama proses pembuatan mince fish. 2.3.3 Mutu produk surimi Pengujian mutu produk surimi yang dihasilkan terbagi atas beberapa kriteria yaitu kekuatan gel, uji lipat, uji gigit, kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, pH, protein larut garam (PLG), TVBN dan water holding capacity. Masing-masing kriteria dianalisis menggunakan metode standar yang telah dikenal dalam uji mutu produk pangan khusunya surimi. Perlakuan yang diberikan terhadap surimi yang diuji adalah penambahan cryoprotectant dan lama waktu penyimpanan beku (1 dan 2 bulan). Selain itu, dilakukan juga pembuatan surimi dengan pencampuran antara beberapa jenis ikan HTS. Komposisi surimi yang dilakukan adalah G:K (1:1), G:BN (1:1), BN:K (1:1), dan G:BN:K (1:1:1), dimana G (Gulamah), K (Kurisi), BN (Biji Nangka). 2.4. Analisis Data 2.4.1 Kinerja teknis mesin Kinerja teknis mesin di atas kapal dianalisis secara deskriptif-numerik. Analisis input-output dilakukan dengan membandingkan antara bahan baku ikan yang dimasukkan dengan daging lumat yang dihasilkan. 2.4.2 Efisiensi proses produksi surimi di atas kapal TM Dalam mengukur tingkat efisiensi pemisahan dari mesin Suritech di atas kapal, dilakukan analisis terhadap kapasiatas pemisahan secara teoritis, pemisahan secara efektif dan efiseinsi proses pemisahan (%). Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah: 1) Sekali pengaliran, daging sudah terpisah dari tulang dan kulit ikan 2) Pengumpanan ikan dilakukan dengan dijejerkan rapat, dengan posisi panjang ikan tegak lurus terhadap sumbu poros drum.
Vdr um
Vbe lt
Gambar 2. Diagram skematik gerakan drum dan belt pada mesin Suritech
TM
Kapasitas efektif dan teoritis proses pemisahan daging dan tulang ikan dihitung berdasarkan rumus: Kapasitas Proses Pemisahan Teoritis (KPT) LVi (g/s) KPT si pi l i Kapasitas Proses Pemisahan Efektif (KPE) S (g/s) KPE t Efisiensi proses pemisahan KPE Ef 100% (%) KPT
(1)
(2)
(3)
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 179
dimana: L = lebar efektif drum atau sabuk pemisah (mm) Vi = kecepatan linier pengumpanan ikan (mm/s) V V Vi drum belt 2 pi = panjang ikan rata-rata yang diumpankan (mm) li = lebar ikan rata-rata yang diumpankan (mm) si = rendemen surimi atau berat daging per ikan (g) S = berat surimi yang dihasilkan dalam satu periode pemisahan (g) t = waktu satu periode kegiatan pemisahan (s). 2.4.3 Mutu produk surimi Analisis mutu produk surimi berdasarkan jenis pengkomposisian dilakukan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan untuk perlakuan penambahan cryoprotectant dan lama waktu penyimpanan beku dilakukan analisis statistik menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RAL faktorial) yang masing-masing memiliki 2 taraf. Lama waktu penyimpanan beku yang dilakukan adalah 1 dan 2 bulan, dengan perlakukan penambahan cryoprotectant dan tanpa penambahan cryoprotectant. Apabila hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang nyata, maka akan dilakukan uji lanjutan menggunakan uji BNJ (beda nyata jujur) pada nilai α = 5%. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kinerja teknis mesin Pengoperasian mesin Suritech™ di atas kapal dilakukan setelah proses hauling dengan memanfaatkan ikan HTS yang biasanya dibuang oleh nelayan ke laut. Dalam satu kali hauling jumlah HTS yang diperoleh mencapai 300 kg; 40% diantaranya merupakan ikan ekonomis rendah. Jenis HTS yang dominan selama penelitian adalah kurisi, biji nangka, gulamah dan kuro yang kemudian diolah menggunakan mesin Suritech™ menjadi mince fish. Kemampuan pemisahan daging dan tulang ikan antara spesies yang satu dan yang lainnya berbeda-beda. Hal ini terkait dengan sifat biologi dan ukuran ikan yang diumpankan. Kemampuan pemisahan tertinggi adalah pada ikan kurisi dengan kecepatan 69,13 kg/jam, sedangkan kecepatan terendah adalah ikan gulamah dengan kapasitas pemisahan 58,82 kg/jam. Makin tinggi kemampuan pemisahan daging (mince fish), maka jumlah input-outputnya dapat diperkirakan sehingga ikan HTS yang dihasilkan dalam setiap kali hauling dapat dimanfaatkan dengan optimal. Kemampuan pemisahan daging dari tulang ikan untuk masing-masing jenis ikan seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Kemampuan pemisahan daging dan tulang ikan dalam satuan waktu No.
Jenis ikan
Jumlah ikan (kg)
Mince fish (kg)
Rendemen
Waktu giling (menit)
Pemisahan (kg/jam)
1.
Kurisi
4.03
1.57
0.39
3.64
69.13
2.
Kuro
3.50
1.15
0.33
3.35
62.81
3.
Biji nangka
3.90
1.20
0.31
4.51
52.65
4.
Gulamah
5.00
1.70
0.34
5.10
58.82
TM
Sumber listrik dari mesin Suritech yang dioperasikan di atas kapal berasal dari mesin generator yang merupakan sumber energi listrik di kapal untuk penerangan dan kebutuhan listrik berbagai macam peralatan penangkapan serta mesin pendingin (cold storage). Konsumsi daya listrik yang TM dibutuhkan oleh mesin Suritech di atas kapal selama uji coba rata-rata sebesar 3,82 Ampere. TM Apabila voltage generator stabil dengan 220 volt maka konsumsi daya terpakai mesin Suritech adalah 0,86 kilo watt atau 860 watt selama pengoperasian mesin. Karena sumber listrik (generator) yang tidak stabil telah menyebabkan terjadinya over heating pada motor listrik TM o penggerak mesin Suritech (60 C setelah beroperasi selama 85 menit) yang digunakan sehingga perlu penambahan stabilizer untuk mencegah kerusakan motor karena suhu yang tinggi.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 180
3.2 Efisiensi proses produksi surimi di atas kapal TM
Proses pengumpanan ikan pada mesin Suritech sangat menentukan terhadap efisiensi mesin TM Suritech dalam memisahkan daging dan tulang ikan. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan terhadap jenis ikan kurisi, biji nangka, kuro dan gulamah menunjukkan bahwa kapasitas proses pemisahan daging dan tulang ikan masih belum efisien, yaitu berkisar 16,82-26,48% (Gambar 3). Ketidakefisienan proses pemisahan ini disebabkan pada saat pengumpanan, jumlah ikan yang dimasukan kedalam corong hanya sedikit dan tidak memenuhi bidang pengepresen yang mempunyai lebar 25 cm sehingga masih terdapat ruang kosong. Dengan demikian agar mesin TM Suritech lebih efisien diperlukan meja pengumpanan sehingga jumlah ikan yang masuk dapat memenuhi seluruh bidang pengepresan,
Kapasitas Pemisahan
40.00 33.89
35.00 30.00
28.82 26.48
27.60
25.00
22.65 19.58
20.13
KPE(g/s)
20.00
16.82
Ef
15.00 10.00
KPT (g/s)
7.63
5.56
4.44
5.00
5.70
0.00 Kurisi
Gulamah
Biji nangka
Kuro
Jenis ikan
Gambar 3. Kapasitas efektif (KPE), kapasitas teoritis (KPT) dan efisiensi pemisahan TM (Ef) dari mesin Suritech Jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan HTS dengan Suritech™ menjadi mince fish tergantung pada kapasitas produksi yang dikehendaki. Apabila ingin memproduksi mince fish yang lebih besar maka jumlah tenaga yang dibutuhkan akan lebih banyak, terutama pada bagian penyiapan ikan uji. Hasil analisis terhadap kecepatan pemisahan seperti disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil perhitungan setiap tenaga kerja dapat memroses ikan setiap jamnya dengan rincian untuk ikan kurisi sebanyak 23,21 kg, ikan kuro sebanyak 30 kg dan ikan gulamah sebanyak 42 kg. Dengan demikian, apabila jumlah HTS yang dapat dimanfaatkan adalah 120 kg maka jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 2-3 orang. Tabel 2. Waktu dan berat mince fish yang dihasilkan oleh satu orang dalam satu jam. Jenis ikan (kg)
Jumlah ikan (kg)
Waktu (menit)
Kurisi
6.00
Kuro Gulamah
Pemisahan (kg/menit/2 TK)
kg/menit/org
kg/jam
7.78
0.77
0.39
23.21
5.00
5.00
1.00
0.50
30.00
7.00
5.00
1.40
0.70
42.00
TM
2
Penempatan mesin Suritech hanya membutuhkan ruang 1 meter sehingga masih terdapat ruang untuk meletakkan meja pengumpanan dan ruang kerja. Penempatan mesin dan meja pengumpanan sejajar dengan kotak penyimpanan dimaksudkan agar tidak mengganggu proses sortir udang. Dengan kondisi gelombang di Laut Arafura yang tidak menentu mengharuskan mesin dan meja pengumpanan dibaut/las pada dek kapal sehingga proses pengolahan pada berbagai cuaca tidak terganggu.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 181
3.3 Mutu produk surimi Tingginya keberagaman spesies ikan HTS memungkinkan pengembangan surimi berbasis multispesies melalui metode pengkomposisian. Penelitian tentang pengkomposisian surimi telah dilakukan oleh Santoso et al. (2007); Santoso et al. (2008); Cornellia et al. (2008); dan Santoso et al. (2009) yang membuktikan bahwa melalui metode pengkomposisian menghasilkan surimi dengan atribut kekuatan gel yang lebih baik dibandingkan dengan surimi yang dibuat secara tunggal. Parameter yang digunakan dalam menentukan pengkomposisian surimi terbaik adalah uji kekuatan gel, uji lipat dan uji gigit, dengan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 3 dan Gambar 4. Tabel 3. Nilai parameter pengkomposisian surimi Komposisi surimi Gulamah : Kurisi (1:1) Gulamah : Biji nangka (1:1) Biji nangka : Kurisi (1:1) Gulamah : Biji nangka : Kurisi (1:1:1)
Kekuatan gel (g cm) a 893,56 ± 5,34 ab 797,00 ± 17,35 b 839,27 ± 11,57 b 773,41 ± 14,24
Nilai Uji lipat a 8,4±0,97 b 5,8±1,03 a 7,6±1,35 b 6,2±1,03
Uji gigit a 8,6±0,52 c 6,8±0,42 b 7,7±0,48 c 6,3±0,48
Keterangan: Angka-angka yang diikuti superscript yang berbeda (a,b) pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata (p<0,05)
Berdasarkan analisis ragam (p<0,05) pengkomposisian surimi berpengaruh nyata terhadap kekuatan gel. Hal ini terjadi karena surimi yang terbentuk akibat pengkomposisian akan memiliki nilai kekuatan gel yang lebih tinggi dibandingkan surimi yang tanpa pengkomposisian atau surimi tunggal (Kunno 2005) dan komposisi yang terbaik adalah Gulamah-Kurisi. Sementara itu pengkomposisian juga berpengaruh nyata terhadap nilai kekuatan uji lipat dan uji gigit. Nilai uji lipat dan uji gigit dikatakan baik apabila nilai rata-ratanya 7 (BSN, 2006). Oleh karena itu, pengkomposisian Gulamah:Biji Nangka dan Gumalah:Biji Nangka:Kurisi memiliki kualitas uji lipat dan uji gigit yang kurang baik karena nilainya kurang dari 7. Apabila melihat pada ketiga parameter tersebut maka pengkomposisian Gulamah:Kurisi merupakan komposisi surimi yang terbaik. Nilai rata-rata kekuatan gel selama penyimpanan beku berkisar 330,52-919,82 g cm, dengan nilai tertinggi adalah surimi campuran gulamah dan kurisi dengan penambahan cryoprotectant pada bulan pertama yaitu sebesar 919,82 g cm. Menurut Agustini et al. (2008) surimi dengan penambahan cryoprotectant memiliki nilai kekuatan gel yang lebih tinggi dibandingkan dengan surimi tanpa penambahan cryoprotectant. Cryoprotectant pada pembuatan surimi digunakan untuk menghambat proses denaturasi protein selama pembekuan dan penyimpanan beku (Park dan Lin 2005). Pengujian menggunakan metode TVBN adalah salah satu indikator untuk menentukan tingkat kesegaran ikan (SNI 2009). Berdasarkan hasil pada Gambar 5, nilai TVBN selama penyimpanan beku berkisar 8,28-26,05 mg N/100 g, dengan nilai rata-rata terendah adalah campuran surimi ikan gulamah dan kurisi tanpa penambahan cryoprotectant pada bulan pertama, yaitu 8,28 mg N/100 g dan nilai rata-rata tertinggi adalah surimi ikan biji nangka dengan penambahan cryoprotectant pada bulan kedua, yaitu 26,05 mg N/100 g. Nilai TVBN surimi selama 2 bulan penyimpanan beku masih dikatakan layak dikonsumsi karena memiliki nilai kurang dari 30 mg N/100 g. Menurut Farber (1965) nilai TVBN 20-30 mg N/100 g dikatakan masih layak dikonsumsi dan nilai TVBN lebih dari 30 mg N/100 g dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi. Hal yang sama juga dilaporkan oleh Siddaiah et al. (2000) yaitu nilai TVBN pada surimi ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) selama 60 hari atau 2 bulan penyimpanan beku adalah berkisar 1,98 -20 mg N/100 g. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan TM
1) Mesin Suritech selama uji coba pengoperasian di atas kapal pukat udang memiliki kinerja teknis yang baik, ditunjukkan dengan desain dan struktur mesin yang kuat, penempatan mesin yang sesuai, kapasitas pemisahan HTS dominan (kurisi, kuro, gulamah dan biji nangka) yang baik berkisar 52.65-69.13 kg/jam, dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2 orang.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 182
2) Efisiensi proses pemisahan (perbandingan kapasitas efektif dan teoritis) masih rendah, yaitu berkisar 16.80-26.48 g/detik. Hal ini terkait dengan proses pengumpanan yang kurang optimal. 3) Karakteristik surimi yang dihasilkan dari proses pemisahan daging dan tulang ikan di atas kapal (model terputus) memiliki mutu yang lebih baik dibandingkan pengolahan ikan beku HTS yang dilakukan di darat.
(A)
(B)
(C) Gambar 4. Diagram batang nilai kekuatan gel (A), uji lipat (B) dan uji gigit (C) selama penyimpanan beku Keterangan : 1) a, b dan c adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara jenis surimi 2) j, k, m, dan n adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara perlakuan 3) p dan q adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara lama penyimpanan
Gambar 5. Diagram batang nilai TVBN selama penyimpanan beku Keterangan : 1) a, b dan c adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara jenis surimi 2) j, k, m, dan n adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara perlakuan 3) p dan q adalah uji lanjut Tukey terhadap interaksi antara lama penyimpanan
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 183
4.2 Saran TM
1) Untuk meningkatkan kinerja teknis (efektifitas dan efisiensi pengumpanan) mesin Suritech yang dioperasikan di atas kapal, maka diperlukan penambahan stabilizer dan meja pengumpan. 2) Penerapan metode terputus pengolahan surimi di atas kapal sangat dianjurkan untuk mendapatkan mutu surimi yang tinggi dan memenuhi standar. 5. Daftar Pustaka Agustini TW, Darmanto YS, Putri DPK. 2008. Evaluation on utilization of small marine fish to produce surimi using diffent cryoprotective agents to increase the quality of surimi. Journal of Coastal Development 11(3) : 131-140 pp Cornellia M, Santoso J, Fiona. 2008. Effect of composition and chill storaging on physicochemical characteristics changes in surimi made from shark (Squalus sp) and mackerel (Rastrelliger sp). Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 6(1) : 59-74. Kunno K. 2005. New Developments and Trends in Kamaboko and Related Research in Japan. nd Dalam Surimi and Surimi Seafood. 2 edition. Park JW (editor). New York: CRC Press. 17 : 848-866 pp Park JW, Lin TMJ. 2005. Surimi : Manufacturing and Evaluation. Dalam Surimi and Surimi nd Seafood. 2 edition. Park JW (editor). New York: CRC Press. 2 : 35-98 pp Purbayanto A, Wisudo SH, Santoso J, Wahyuni M, Wahyu RI, Dinarwan, Zulkarnain, Sarmintohadi, Nugraha AD, Soeboer DA, Pramono B, Marpaung A dan Riyanto M. 2004. Pedoman umum perencanaan pengelolaan dan pemanfaatan hasil tangkap sampingan pukat udang di Laut Arafura. Diterbitkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua bekerjasama dengan PT. Sucofindo, Jakarta. Purbayanto A, Riyanto M, dan Santoso J. 2006. Pengembangan mata pencaharian alternatif melalui usaha pengolahan ikan berbasis masyarakat. Jurnal Mitra Bahari, DKP, Vol. 1 No. 1: 1-10. Purbayanto A, Riyanto M, Oktariza W, dan Santoso J. 2008. Membangkitkan mata pencaharian alternatif masyarakat pesisir melalui penerapan teknologi tepat guna. Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional (KONAS) VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Manado, Sulawesi Utara, 26-29 Agustus 2008. 6hal. Saila, SB. 1983. Importance and assessment of discards in commercial fisheries. FAO Fishery Circular No. 765, 62p. Santoso J, Hetami RR, Uju, Sumaryanto H, Chairita. 2009. Perubahan karakteristik surimi dari ikan daging merah, daging putih dan campuran keduanya selama penyimpanan beku [prosiding]. Seminar Nasional Perikanan, Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. p. 1-15 Santoso J, Yasin AWN, Santoso. 2008. Perubahan karakteristik surimi ikan cucut dan pari akibat pengaruh pengkomposisian dan penyimpanan dingin daging lumat. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 19(1): 57-66. Santoso J, Yasin AWN, Santoso. 2007. Perubahan sifat fisiko-kimia daging lumat ikan cucut dan pari akibat pengaruh pengkomposisian dan penyimpanan dingin. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 12(1): 1-7 Siddaidah D, Reddy GVS, Raju CV, Chandrasekhar TC. 2000. Changes in lipids, proteins and kamaboko forming ability of silver crap (Hypophthalmichthys molitrix) mince during frozen storage. Food research international 34(2001):47-53 Zhou A, Benjakul S, Pan K, Gong J, Liu X. 2006. Cryprotective effects of trehalose and sodium lactate on tilapia (Sarotherodon nilotica) surimi during frozen storage. Food Chem 96: 96-103. 6. Persantunan Penelitian ini terselenggara atas dukungan dana dari DP2M DIKTI Departemen Pendidikan Nasional melalui hibah penelitian kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional dengan judul Pengembangan dan Penerapan Mesin Pemisah Daging dan Tulang Ikan untuk Produksi Surimi Hasil Tangkap Sampingan pada Armada Pukat Udang, Kontrak No. 413/SP2H/PP/DP2M/VI/2009 tanggal 25 Juni 2009. Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Depdiknas, Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat IPB dan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Terima kasih dan
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 184
penghargaan juga disampaikan kepada Dr. I Nengah Suastwa salah satu anggota peneliti yang telah meninggal dunia, atas jasa dan pengorbanan waktu dan pemikiran yang telah diberikan. Kepada Erlangga dan Bambang Sutjipto kami juga mengucapkan terima kasih atas asistensi ujicoba di lapangan dan analisis sampel surimi di laboratorium.
Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan, 17 Desember 2009
A - 185