UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN Oleh : Eddien Nurhadiansah Putra 2106 100 097 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc
JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011
ABSTRAK •
Berkembangnya teknologi otomotif saat ini sangat mempengaruhi pada meningkatnya kebutuhan akan bahan bakar minyak fosil. Hal itu mendorong manusia untuk menciptakan kendaraan yang memiliki efisiensi yang tinggi. Salah satunya adalah dengan menggunakan zat aditif sebagai campuran bahan bakar yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dari mesin kendaraan. Penelitian ini akan menganalisa unjuk kerja mesin dan karakteristik motor dieselputaran konstan berbahan bakar campuran biosolar dan zat aditif. Uji coba dilakukan di Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS dengan menggunakan mesin diesel empat langkah KAMA KM178FS. Dari hasil penelitian ini diharapkan bahan bakar campuran biosolar dan zat aditif dapat membuat performa motor diesel lebih baik daripada motor diesel berbahan bakar biosolar murni.
•
Kata kunci : biosolar, zat aditif, unjuk kerja, diesel
LATAR BELAKANG Berkembangnya teknologi otomotif
Jumlah kendaraan
konsumsi bahan bakar
ketersediaan bahan bakar
Menciptakan mesin dengan efisiensi tinggi
PERUMUSAN MASALAH •
• Mengetahui pengaruh pemakaian bahan bakar biosolar dengan campuran zat aditif terhadap unjuk kerja motor diesel putaran konstan.
• Pada komposisi berapakah campuran bahan bakar biosolar dan zat aditif dapat menghasilkan unjuk kerja terbaik.
BATASAN MASALAH •
•
Percobaan ini menggunakan mesin diesel empat langkah KAMA KM178FS, yang ada di Laboratorium Bahan Bakar dan Motor Pembakaran Dalam Teknik Mesin ITS.
•
Percobaan ini menggunakan putaran konstan 1500 rpm.
•
Kondisi mesin diesel tersebut dalam keadaan standart.
•
Dalam analisa tidak membandingkan perubahan kimia yang terjadi akibat pemakaian bahan bakar campuran biosolar dan zat aditif, dan proses kimia dalam pembuatan bahan bakar biosolar dan zat aditif.
•
Kondisi temperatur udara 25 °C.
•
Komposisi campuran zat aditif yang digunakan adalah 2cc,4cc,6cc,8cc, dan 10 cc untuk 1 liter biosolar.
TUJUAN PENELITIAN •
• Mengetahui perubahan unjuk kerja pada motor diesel, ditinjau dari putaran motor, konsumsi bahan bakar, daya maksimum yang dihasilkan, dan effisiensi thermalnya yang dihubungkan dengan pengaruh pencampuran biosolar dengan zat aditif dengan komposisi 1 liter biosolar untuk 2cc,4cc,6cc,8cc, dan 10cc zat aditif.
• Mendapatkan komposisi campuran yang mampu menghasilkan unjuk kerja terbaik pada motor diesel.
MANFAAT PENELITIAN •
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi khususnya pada pengguna mesin diesel mengenai pengaruh penggunaan biosolar dan zat aditif pada performance motor diesel, dan dapat dipakai pada kegiatan sehari – hari serta dirasakan keuntungannya untuk masyarakat luas, juga sebagai ilmu pengetahuan yang berguna dalam dunia pendidikan, Selain itu mahasiswa dapat menerapkan secara langsung ilmu pengetahuan yang didapatkan dari bangku perkuliahan, dimana diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya.
TEORI DASAR DIESEL ENGINE •
Pada motor diesel, volume udara yang dihisap adalah selalu konstan, sedangkan jumlah udara yang diinjeksikan berubah-ubah sesuai dengan beban motor. Udara dihisap, kemudian pada saat langkah kompresi, tekanan dan temperaturnya naik diatas temperatur nyala dari bahan bakar. Sesaat sebelum piston mencapai titik mati atas (TMA), bahan bakar diinjeksikan dengan tekanan tinggi sehingga terbentuk butiran-butiran bahan bakar yang lembut yang bercampur dengan udara kemudian terbakar.
PROSES PEMBAKARAN
•
•
Ignition delay period adalah rentang waktu atau interval antara mulai diinjeksikannya bahan bakar pada tekanan tertentu sampai dengan awal terjadinya pembakaran. • Rapid or uncontrolled combustion adalah periode awal dari pembakaran hingga flame mulai berkembang. • Controlled combustion adalah periode flame mulai berkembang hingga akhir langkah penginjeksian bahan bakar. • After burning merupakan proses pembakaran lanjut.
PARAMETER UNJUK KERJA •
• Torsi (torque) • Daya (brake horse power) • Tekanan efektif rata-rata (brake mean effective pressure) • Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption) • Efisiensi thermis
BAHAN BAKAR DIESEL DI INDONESIA • •
•
•
Minyak solar. Minyak Solar biasa juga disebut High Speed Diesel (HSD) atau Automotive Diesel Oil (ADO) atau Marine Gas Oil (MGO), digunakan untuk jenis mesin diesel putaran tinggi (lebih dari 1.000 rpm). Minyak Solar juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil dan menghasilkan pembakaran yang bersih. Minyak diesel. Minyak Diesel (Diesel Fuel), biasa juga disebut Industrial Diesel Oil (IDO), digunakan untuk jenis mesin diesel putaran sedang atau lambat dengan kecepatan (300 - 1.000 rpm), atau dapat juga digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung di dalam dapur (furnace) boiler. Minyak bakar. Minyak Bakar biasa juga disebut Fuel Oil (FO), digunakan untuk jenis mesin diesel putaran rendah dengan kecepatan kurang dari 300 rpm, atau dapat juga digunakan untuk pembakaran pada dapur (furnance) boiler. Minyak bakar lebih kental dan mempunyai titik tuang (pour point) yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak diesel.
KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR DIESEL
• • • • • • • • • •
Density, specific gravity dan API gravity Viscosity (viskositas) Flash point (titik nyala) Pour point (titik tuang) Sulphur content (kandungan belerang) Distilation (distilasi) Cetane number (angka cetana) Calorific value (nilai kalor) Carbon residue (residu karbon) Ash content (kadar abu)
BAHAN BAKAR BIOSOLAR •
Biosolar adalah campuran dari 95% dan 5% FAME (fatty acid methyl ester). Sedangkan FAME sendiri adalah minyak nabati, lemak hewan, atau minyak goreng bekas yang melalui proses transesterifikasi yang sebenarnya bisa mereaksikan minyak-minyak itu dengan metanol dan katalisator NaOH atau KOH. Secara umum, Biosolar lebih ramah lingkungan, pembakarannya bersih, biodegradable, mudah dikemas dan disimpan, dan juga merupakan bahan bakar yang dapat diperbarui.
ZAT ADITIF •
Zat aditif merupakan bahan yang di tambahkan pada bahan bakar kendaraan bermotor, baik motor bensin maupun motor diesel. Zat aditif digunakan untuk memberikan peningkatan sifat dasar tertentu yang telah dimilikinya seperti aditif anti detonasi solar untuk bahan bakar motor diesel. Juga untuk meningkatkan kemampuan bertahan terhadap terjadinya oksidasi pada pelumas.
MANFAAT ZAT ADITIF • Membersihkan injektor pada saluran bahan bakar • Mengurangi karbon/endapan senyawa organik pada ruang bakar • Menambah tenaga mesin • Mencegah korosi • Menghemat BBM dan mengurangi emisi gas buang
METODE PENELITIAN •
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental untuk mengetahui pengaruh penambahan zat aditif terhadap unjuk kerja engine diesel dengan menggunakan water brake dynamometer. Zat aditif ditambahkan pada 1 liter bahan bakar dengan variasi penambahan sebesar 2cc. 4cc, 6cc, 8cc dan 10cc.
SKEMA PENELITIAN •
• •
•
•
•
PROSEDUR PENGUJIAN Persiapan pengujian. – Pemeriksaan kerapatan baut-baut pada sambungan poros dan bantalan motor diesel. – Pengecekan kondisi saluran bahan bakar, minyak pelumas dan kondisi filter udara. – Pemeriksaan posisi dan kelengkapan water brake dynamometer dan air yang digunakan. – Persiapan alat ukur pengujian yang digunakan seperti tachometer, timbangan analog dan stopwatch. Menghidupkan motor diesel. Motor diesel dihidupkan dengan jalan menarik starter engine. Untuk memperingan proses penarikan, maka knop pembuang tekanan diesel ditarik. Setelah gaya putar dirasa cukup, knop pembuang tekanan secara otomatis akan kembali ke posisi semula sehingga mesin diesel dapat bekerja. Selanjutnya motor diesel dibiarkan pada putaran idle selang beberapa saat. Apabila temperatur mesin dan minyak pelumas telah mencapai kondisi kerjanya (temperatur relatif stabil) kira-kira 70°C, maka pengujian bisa dimulai. Pengujian. Untuk pengujian dilakukan 8 tahap pembebanan, dimulai dari tekanan air yang masuk water brake dynamometer menunjukkan maksimum( kondisi katub tertutup) sampai 14 psi di bawahnya dengan penurunan 2 psi tiap tingkat pembebanan. Adapun prosedur pengujian adalah sebagai berikut: a. Atur katup pengatur pembebanan hingga tekanan air menunjukkan nilai maksimum. b. Atur putaran motor diesel dengan mengatur tuas pengatur kecepatan (speed control level) hingga diperoleh kecepatan konstan yang diinginkan yaitu 1.500 rpm. c. Setelah putaran engine konstan, maka pengambilan data beban yang terbaca pada timbangan dan waktu konsumsi 10 ml bahan bakar dilakukan. d. Jika pengambilan data sudah selesai semua, ulangi langkah a sampai c dengan penurunan tekanan air 2 psi pada tiap tingkat pembebanan sampai tekanan 14 psi dibawah tekanan maksimum. e. Lakukan pencatatan torsi dan waktu konsumsi 10 ml bahan bakar pada setiap perubahan tekanan pada water brake dynamometer. Akhir Pengujian. – Turunkan pembebanan. – Turunkan putaran engine perlahan-lahan dengan menarik speed control level kebawah sampai putaran ±800. – Mesin dimatikan
DIAGRAM ALIR PENELITIAN START Pengujian Engine KAMA 178FS dengan bahan bakar biosolar murni Pengujian Engine KAMA 178FS dengan bahan bakar biosolar +2,4,6,8,10 cc zat aditif
Pengambilan data : torsi, waktu konsumsi,
dan putaran mesin
Perhitungan unjuk kerja engine : Daya, Bmep, Sfc, Efisiensi. Analisa unjuk kerja engine bahan bakar campuran biosolar dan aditif dengan bahan bakar biosolar murni
END
Hasil Uji Properties Bahan Bakar No
Properties
Units
Biosolar
Bio +2cc
Bio +4cc
Bio +6cc
Bio +8cc
Bio +10cc
1
Density (15° C)
kg/m3
840
840
840
840
840,2
840,2
2
Specific Gravity
-
0,8424
0,8424
0,8424
0,8424
0,8426
0,8426
3
API Gravity
-
36,47
36,47
36,47
36,47
36,43
36,43
4
Nilai Kalor
kCal/kg
11423.1
11255.9
11088.7
10921.6
10754.4
10587.2
5
Distilasi (at 90% recovery)
°C
354
356
357
360
358
357
6
Kinematic Viscosity
mm2/sec
3.355
3.355
3.355
3.355
3.356
3.356
7
Pour Point
°C
-3
-3
-3
-3
-3
-3
8
Flash Point
°C
66
66
66
66
66
66
GRAFIK PERBANDINGAN TORSI VS % BEBAN TORSI vs %BEBAN
11.5
9.5
BIO
8.5
BIO +2cc
7.5
BIO +4cc
6.5
Linear (BIO) Linear (BIO +2cc)
5.5
Linear (BIO +4cc)
4.5 3.5 30.0
40.0
50.0
60.0 70.0 BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
TORSI vs %BEBAN
12.5
TORSI (Nm)
TORSI (Nm)
10.5
11.5
BIO
10.5
BIO +6cc
9.5
BIO +8cc
8.5
BIO +10cc
7.5
Linear (BIO)
6.5
Linear (BIO +6cc)
5.5
Linear (BIO +8cc)
4.5
Linear (BIO +10cc)
3.5 30.0
40.0
50.0
60.0 70.0 BEBAN (%)
80.0
90.0
100.0
GRAFIK PERBANDINGAN DAYA VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN BMEP VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN SFC VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN ηth VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN T EXHAUST VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN T HEAD VS % BEBAN
GRAFIK PERBANDINGAN T OLI VS % BEBAN
KESIMPULAN DAN SARAN Pada pengujian properties bahan bakar : – Besarnya density bahan bakar Biosolar yang ditambah zat aditif cenderung meningkat dibanding bahan bakar Biosolar standar. Kenaikan density pada penambahan aditif 8 cc dan 10 cc adalah 0,0002 g/cm3 – Besarnya kinematic viscosity, pour point, dan flash point bahan bakar Biosolar dengan penambahan aditif tidak mengalami perubahan bila dibandingkan Biosolar standar. – Besarnya nilai kalor bahan bakar Biosolar dengan penambahan aditif cenderung mengalami penurunan. Pada Biosolar +10cc Nilai kalor yang terkandung sebesar 10587,2 kCal/kg. – Besarnya distilasi bahan bakar Biosolar ditambah zat aditif cenderung meningkat dibanding dengan biosolar murni, namun pada penambahan zat aditif +8 cc dan +10 cc nilai distilasi menurun sebesar 2°C da 3°C.
•
•
Pada pengujian unjuk kerja : – Besarnya torsi maksimum adalah 11,4375 Nm yang terjadi pada bahan bakar biosolar +6cc aditif pada ±90% pembebanan. Sedangkan torsi terendah terjadi pada bahan bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 10,675 Nm pada %pembebanan yang sama. – Besarnya daya maksimum adalah 1,7965 kW yang terjadi pada bahan bakar biosolar +6cc aditif pada ±90% pembebanan. Sedangkan daya terendah terjadi pada bahan bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 1,6759 kW pada %pembebanan yang sama. – Besarnya tekanan efektif rata-rata maksimal yang dapat dihasilkan biosolar +6cc aditif adalah 485,32 kPa pada ±90% beban,. Sedangkan bmep yang terjadi pada bahan bakar biosolar +10cc aditif yaitu sebesar 10452,96 kPa pada %pembebanan yang sama. – Besarnya sfc terendah juga terjadi pada bahan bakar biosolar +6cc aditif yaitu sebesar 0,4677 kg/kWh yang terjadi pada ±90% pembebanan. – Besarnya efisiensi thermis maksimum juga terjadi pada engine bebahan bakar campuran biosolar +6cc aditif yaitu sebesar 31,82% yang terjadi pada ±90% pembebanan. – Besarnya torsi, daya maksimum, tekanan efektif rata – rata, sfc, dan efisiensi thermis maksimum terjadi pada bahan bakar biosolar dengan +6 cc zat aditif. Yaitu mengalami kenaikan sebesar 4,01% untuk torsi, daya, tekanan efektif rata – rata, dan efisiensi thermis. Sedangkan untuk sfc mengalami penurunan sebesar 4%. Sedangkan untuk nilai efisiensi thermis mengalami kenaikan sebesar 4,5%. Besarnya temperatur exhaust, temperatur engine dan temperatur oli paling tinggi adalah pada engine berbahan bakar Biosolar murni.
• Saran : • Perlu adanya variasi pengujian lain, misalnya dengan menggunakan perubahan tekanan injeksi atau perubahan sudut injeksi untuk meneliti besarnya perubahan unjuk kerja. • Dan juga perlu varisasi dalam jumlah konsentrasi zat aditif dalam persentase yang lebih besar untuk mengetahui perubahan unjuk kerja yang terjadi.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
PERBANDINGAN SOLAR VS BIOSOLAR •
Torsi (torque) Torsi (T) merupakan ukuran kemampuan engine menghasilkan kerja. Definisi torsi adalah hasil perkalian gaya tangensial dengan panjang lengan. Rumus untuk menghitung torsi adalah sebagai berikut : T=PxR Dimana : T = Torsi (Lb.ft) P = Gaya tangensial (Lb) R = Brake arm radius (ft)
Daya (brake horse power) •
Daya engine (Ne) didefinisikan sebagai kemampuan engine menghasilkan kerja dan besarnya akan berbanding lurus dengan torsi. Untuk menghitung daya digunakan perumusan :
2xπxPxR xn BHP = X
dimana : P = gaya tangensial (N, kg) R = panjang lengan (m, ft) n = putaran mesin (rpm) x = faktor konversi.
lb. ft / s x = 550 x 60 hp
atau
kg .m / s x = 75 x 60 hp
Tekanan efektif rata-rata (brake mean effective pressure) •
Tekanan efektif (bmep) rata-rata didefinisikan sebagai tekanan tetap rata-rata teoritis yang bekerja sepanjang volume langkah piston sehingga menghasilkan daya yang besarnya sama dengan daya efektif. Perumusan bmep adalah :
60 x BHP x z BMEP = V x n x i x 1,34 dimana : bmep Ne z A L n i
= tekanan efektif rata-rata (kPa) = daya motor (hp). = 2 untuk 4 langkah dan 1 untuk 2 langkah = luas penampang torak (m²) = panjang langkah torak (m) = putaran motor (rpm) = jumlah silinder
(kPa)
Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption) •
Spesific fuel consumption adalah masa bahan bakar yang dikonsumsi mesin untuk menghasilkan daya efektif sebesar 1 hp selama 1 jam. Perumusan sfc adalah :
3.600.mbb sfc = bhp.s
(kg/hp.jam)
mbb = Vol. Tabungbb x SGbb x ρH2O dimana : sfc m Ne s
= konsumsi bahan bakar spesifik (kg/hp.jam) = massa bahan bakar (kg). = daya motor (hp). = waktu untuk menghabiskan sejumlah m (s)
Efisiensi thermis •
Effisiensi thermis ( ) adalah ukuran besarnya pemanfaatan energi panas dari bahan bakar untuk diubah menjadi daya efektif oleh motor.
Tenaga yang terpakai ηth = × 100% Panas yang diberikan
η th
632 x100% = sfc.Q
dimana : ηth = efisiensi thermis (%) sfc = pemakaian bahan bakar spesifik (kg/hp.jam) Q = panas pembakaran bahan bakar (kkal/kg)
Density, specific gravity dan API gravity •
Densitas menunjukkan perbandingan berat per satuan volume dari suatu zat atau bahan tertentu. Sedangkan specific gravity (SG) adalah merupakan harga relatif dari densitas suatu zat atau bahan terhadap air atau udara. SG terhadap air=
densitasbahanbakar densitas air
Nilai SG dari suatu bahan bakar dapat digunakan untuk memperkirakan angka cetana melalui perhitungan cetane index (CI). Hubungan antara spesifik gravity dengan API gravity adalah untuk mencari nilai API gravity harus terlebih dahulu mengetahui besarnya specific gravity dari bahan yang akan kita hitung nilai API gravitynya. APIgravity=
141,5 − 131,5 SG
Density, specific gravity dan API gravity diukur pada temperatur 60˚F atau 15˚C.
Viscosity (viskositas) Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa kapiler terhadap gaya gravitasi, biasanya dinyatakan dalam waktu yang diperlukan untuk mengalir pada jarak tertentu. Jika viskositas semakin tinggi, maka tahanan untuk mengalir akan semakin tinggi. Karakteristik ini sangat penting karena mempengaruhi kinerja injektor pada mesin diesel. Jika viskositas terlalu tinggi akan menyebabkan atomasi yang rendah sehingga mesin sulit di start, sedangkan jika terlalu rendah akan menyebabkan pompa injeksi cepat aus. Persamaan mencari kinematic viscosity : Dimana : C = konstanta viskometer tube (cSt/s) Viskometer No. 100/W 205, C = 0.01459 Viskometer No. 100/W 396, C = 0.01569 Viskometer No.150/W 913877, C = 0.03207 t = waktu alir sample uji (s)
ν = C.t
Flash point (titik nyala) Flash point atau titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan temperatur terendah dari bahan bakar minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Flash point mengindikasikan tinggi rendahnya volatilitas dan kemampuan untuk terbakar dari suatu bahan bakar.
Pour point (titik tuang) Pour point atau titik tuang adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya gravitasi. Pour point merupakan ukuran daya atau kemampuan bahan bakar pada temperatur rendah, yang berarti bahwa kendaran dapat menyala pada temperatur rendah karena bahan bakar masih dapat mengalir. Selain itu terkait dengan proses penyimpanan dalam tangki dan pengaliran pada suatu pipa.
Sulphur content (kandungan belerang) Kandungan belerang dalam bahan bakar diesel dari hasil penyulingan sangat tergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Keberadaan belerang tidak diharapkan karena sifatnya merusak yaitu apabila oksida belerang kontak dengan air merupakan bahan yang korosif terhadap logam di ruang bakar. Hal lain yang lebih penting adalah timbulnya polusi bagi lingkungan hidup yang merupakan hasil pembakaran.
Distilation (distilasi) Karakteristik destilasi dari bahan bakar menunjukkan kemampuan bahan bakar berubah menjadi uap (volatility) pada temperatur tertentu. Nilai dari mid boiling atau 50% recovery dapat digunakan untuk menghitung nilai cetane index.
Cetane number (angka cetana) •
Angka cetana merupakan derajat kemampuan suatu bahan bakar untuk dapat terbakar dengan sendirinya karena tekanan dan temperatur tinggi. Atau menyatakan perlambatan penyalaan (ignition delay) dibandingkan dengan campuran volumetris cetane (C16H34) dan αmethylnaphthalene (C10H7CH3) yang diuji pada CFR engine pada kondisi yang sama. Cetane mempunyai nilai 100 dan α-methylnaphthalene mempunyai nilai 0, tetapi referensi yang digunakan sekarang adalah heptamethylnonane yang mempunyai nilai 15. Angka cetana merupakan ukuran kemampuan penyalaan dari bahan bakar mesin diesel. Nilai cetana yang tinggi menyebabkan ignition delay yang pendek, sedangkan nilai cetana yang rendah menimbulkan knocking pada diesel. Karena keterbatasan peralatan nilai cetana bisa diperkirakan dengan menggunakan perhitungan cetane index. Berikut persamaan cetane index berdasarkan ASTM D 976 : CI = 454.74 – 1641.416D + 774.74D2 – 0.554B + 97.803 (log B)2 dimana : B = temperatur mid-boiling (0C) berdasarkan metode uji D 86 D = densitas pada 150C (g/ml) berdasarkan metode uji D 1298
Calorific value (nilai kalor) •
Nilai kalor merupakan suatu angka yang menyatakan jumlah energi panas maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi pembakaran sempurna persatuan massa atau volume bahan bakar tersebut. Dari bahan bakar yang ada dibakar, nilai kalor yang terkandung akan diubah menjadi energi mekanik melalui kerja komponen mesin. Besarnya nilai kalor atas diuji menggunakan bomb calorimeter. Sedangkan untuk nilai kalor bawah (NKB) menggunakan persamaan :
mair NKB = NKA − xLH m sample Dimana : NKA = nilai kalor atas (kal/gram) m = massa uap air (gram) m = massa sample uji bahan bakar (gram) LH = panas latent penguapan air (kal /gram)
Carbon residue (residu karbon) Adanya residu karbon dalam ruang pembakaran dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit karbon ini dapat membara, sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran. Banyaknya deposuit atau kerak yang ada di ruang bakar mengindikasikan tingginya kandungan residu karbon dari suatu bahan bakar.
Ash content (kadar abu)
Kadar abu adalah jumlah sisa-sisa dari minyak yang tertinggal, apabila suatu minyak dibakar sampai habis.
•
•