UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL AKAR URUBULU (Centotheca lappacea (L.) Desv.) TERHADAP UDEM TELAPAK KAKI MENCIT YANG DIINDUKSI KARAGENIN STUDY ON ANTI-INFLAMMATORY ACTIVITY OF ETHANO EXTRACT OF URUBULU ROOTS (Centotheca lappacea (L.) Desv.) IN CARRAGEENAN INDUCED MICE PAW EDEMA Triswanto Sentat 1, Yulistia Budianti Soemarie 1 1 Akademi Farmasi Samarinda *email:
[email protected] ,
[email protected] ABSTRAK Inflamasi merupakan respon utama sistem kekebalan tubuh terhadap adanya bahaya kerusakan sel. Pemanfaatan tanaman tradisional Suku Dayak untuk mengobati inflamasi salah satunya dengan menggunakan akar urubulu (Centotheca lappacea (L.) Desv. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol akar urubulu sebagai antiinflamasi pada mencit putih jantan (Mus musculus) dan mengetahui dosis optimal yang berpotensi memberikan aktivitas antiinflamasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dilakukan pada 20 ekor mencit putih jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok perlakuan kontrol negatif, kontrol positif (natrium diklofenak 6,5 mg/kgBB ), ekstrak etanol akar urubulu dosis I (26 mg/kgBB), dosis II (52 mg/kgBB) dan dosis III (104 mg/kgBB). Pemberian senyawa uji dilakukan secara peroral, setelah 30 menit kaki belakang mencit sebelah kanan diinduksi dengan karagenin 1% sebagai zat pembuat udem dan alat plestismometer untuk mengukur volume radang pada kaki mencit.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akar urubulu memiliki daya antiinflamasi untuk dosis I sebesar 40,73%, dosis II sebesar 16,64% dan dosis III sebesar 67,45%. Uji statistik LSD menunjukkan kelompok kontrol positif tidak memiliki perbedaan bermakna dengan dosis III, tetapi memiliki perbedaan bermakna dengan dosis I dan dosis II. Dosis optimal ekstrak etanol akar urubulu yang berpotensi memberikan aktivitas antiinflamasi 67,45% yaitu dosis III 104 mg/kgBB. Kata Kunci : Centotheca lappacea (L.) Desv., Antiinflamasi, Area Under the Curve ABSTRACT Inflammation is a primary response of the immune system to the presence of dangers such cell damage. Utilization of traditional crops of native Dayak to reduce the inflammatory using root urubulu (Centotheca lappacea (L.) Desv). This study aims to determine the activity of the ethanol extract of the roots urubulu as anti-inflammatory on male white mice (Mus musculus) and determine the optimal dose potentially provide anti-inflammatory activity. This study was an experimental study was conducted on 20 white male mice were divided into five treatment groups: negative control, the positive control (diclofenac sodium 6.5 mg / kg), ethanol extract of the roots urubulu dose I (26 mg / kg), the dose II (52 mg / kg) and dose III(104 mg / kg). Provision of test compounds is done orally, after 30 minutes the right back leg of mice induced with 1% carrageenan as the substance edema (inflammation) inducer and plestismometer tool to measure the volume of inflammation in the legs of mice.The results showed that urubulu root extract has anti-inflammatory power for the dose I amounted to 40.73%, dose II amounted 16.64% and dose III amounted to 67.45%. LSD statistical test showed positive control group had no significant difference with the dose III, but it has significant differences with the dose I and dose II. The optimal dose of ethanol extract of the roots urubulu potentially provide anti-inflammatory activity ammounted 67.45%, for the dose III of 104 mg / kg. Key word :
PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respon biologis yang komplek dari jaringan atas adanya bahaya seperti kerusakan sel. Inflamasi dapat disebabkan oleh trauma fisik, infeksi maupun reaksi antigen dari suatu penyakit1.Pengobatan pasien dengan obat antiinflamasi pada umumnya untuk memperlambat atau membatasi proses kerusakan jaringan yang terjadi pada daerah inflamasi atau peradangan. Obat modern yang biasa digunakan ialah obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) yang memiliki efek samping merugikan tubuh seperti tukak lambung2. Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi adalah akar urubulu (Centotheca lappacea (L) Desv). Menurut penelitian sebelumnya, akar urubulu memiliki kandungan flavonoid dan saponin3. Flavonoid merupakan senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi atau anti radang. Menurut penelitian sebelumnya berdasarkan keterdekatan family poaceae dengan akar urubulu, infus rambut jagung (Zea mays L.) mampu memberikan efektivitas antiinflamasi karena di dalamnya terdapat senyawa flavonoid. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan penelitian mengenai ekstrak etanol akar urubulu sebagai antiinflamasi pada mencit putih jantan (Mus musculus).
antiinflamasi ekstrak etanol akar urubulu pada mencit jantan. Bahan Bahan yang digunakan yaitu akar urubulu, bahan-bahan kimia yang digunakan adalah amil alkohol, asam klorida, asam asetat anhidrat besi(III) klorida, etanol 70%, karagenin, kalium diklofenak, natrium karboksimetilselulosa, n-heksan, natrium klorida 0,9%, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorf dan air suling. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih (Mus muculus) berjenis kelamin jantan dengan berat badan antara 20-30 gram, berumur 2-3 bulan dalam kondisi sehat. Peralatan Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat gelas, blender, kandang mencit, mortir, maserator, sonde oral, spuit injeksi 1ml dan 5ml, pletismometer dan timbangan analitik, ayakan mesh 40. Prosedur 1. Determinasi tumbuhan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan penelitian untuk memastikan jenis dan kebenaran tumbuhan. Determinasi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
METODE PENELITIAN Penelitian pengujian aktivitas antiinflamasi ekstrak akar urubulu (Centotheca lappacea (L.) Desv dosis I (26 mg/kgBB), dosis II (52 mg/kgBB) dan dosis III (104 mg/kgBB) bersifat eksperimental. Tahap penelitian ini dimulai dengan determinasi tanaman di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda, pengumpulan dan pengolahan sampel akar urubulu, pembuatan ekstrak, pembuatan bahan-bahan uji dan pengujian orientasi dosis, serta pengujian aktifitas
2. Dilakukan pengumpulan akar urubulu, kemudian disortasi dan dicuci dengan air bersih yang mengalir. Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan sampai kering di udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Sampel yang sudah kering kemudian di haluskan dengan blender dan diayak dengan ayakan mesh 40. Kemudian ditimbang berat kering simplisia akar urubulu. 3. Proses pembuatan ekstraksi akar urubulu dilakukan pada penelitian ini
menggunakan metode maserasi. Serbuk kering akar urubulu ditimbang sebanyak 100 gram dimasukkan ke dalam wadah kaca lalu direndam dengan pelarut etanol 70%, direndam selama 6 jam dengan sesekali diaduk dengan menggunakan maserator kemudian diamkan selama 18 jam. Maserat ditampung dan proses diulang dua kali dengan cara yang sama. Maserat yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring. Ekstrak cair yang didapat kemudian diuapkan di penangas air dan diperoleh ekstrak kental. 4. Identifikasi golongan senyawa kimia dilakukan pada ekstrak cair dengan prosedur sebagai berikut : Uji alkaloid : sepuluh tetes ekstrak akar urubulu dimasukkan kedalam tabung ditambahkan 1 ml HCl 2 N lalu ditambahkan 9 ml air suling, dipanaskan selama 2 menit setelah dipanaskan kemudian disaring sehingga didapat ekstrak dari akar urubulu. Filtrat yang didapat selanjutnya digunakan untuk percobaan berikut : a) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer menghasilkan endapan kuning/putih. b) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bourchardat menghasilkan endapan colat-hitam. c) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendrof menghasilkan endapan merah bata. Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan diatas4. Uji tanin : sepuluh tetes ekstrak etanol urubulu dimasukkan kedalam tabung reaksi ditambahkan 1 sampai 2 tetes larutan FeCl3 1%. Bila terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman memberikan indikasi adanya tannin atau sepuluh tetes ekstrak etanol akar urubulu dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambah 1 sampai 2 tetes larutan
gelatin. Bila menimbulkan endapan memberikan indikasi adanya tanin. Uji flavonoid : sepuluh tetes ekstrak etanol akar urubulu dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditambahkan 1 ml HCl pekat 0,1 gram serbuk mg dan 2 ml amil alkohol kemudian dikocok. Bila terbentuk warna merah, jingga, atau kuning indikasi adanya flavonoid. Uji saponin : sepuluh tetes ekstrak etanol akar urubulu dimasukkan kedalam tabung ditambahkan 1 sampai 2 tetes HCl 2 N. jika terbentuk busa permanen memberikan indikasi adanya saponin4. 5. Pengujian Aktivitas Antiinflamasi Disiapkan 20 ekor mencit putih jantan, sebelum dilakukan pengujian mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam dan tetap diberi air minum. Mencit dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 4 ekor mencit. Setiap kelompok mencit ditimbang dan telapak kaki kanan belakang diberi tanda di atas mata kaki. Semua mencit putih diukur volume kaki awalnya pada pletismometer (V0) sampai batas tanda yang telah diberikan. Kelompok kontrol negatif diberi suspensi Na-CMC. Kelompok kontrol positif diberi suspensi kalium diklofenak. Kelompok perlakuan pada mencit putih jantan masing-masing diberi suspensi kuersetin dengan dosis 26, 52 dan 104mg/kgBB. Tiga puluh menit kemudian seluruh kelompok hewan yang telah mendapatkan perlakuan disuntikkan karagenin 1% dalam larutan NaCl 0,9% pada telapak kaki kanan mencit dengan volume 0,1 ml. Pengukuran volume selama dilakukan 10 kali setiap 30 menit setelah pemberian karagenin dengan menggunakan alat pletismometer (Vt). 6. Perhitungan Persentase Daya Antiinflamasi a. Volume radang dihitung dari selisih volume kaki mencit setelah dan
sebelum disuntikkan karagenin 1%. Rumus volume radang : Vu = Vt – Vo Keterangan : Vu = Volume radang pada waktu tertentu Vt = Volume radang setelah t waktu Vo = Volume awal kaki mencit
b. Setelah diperoleh volume radang kaki mencit, ditentukan nilai AUC (Area Under Curve) dengan rumus : AUC = Keterangan : Vtn-1 = Rata-rata volume radang pada tn-1 Vtn = Rata-rata volume radang pada tn
c. Persentase
daya antiinflamasi dihitung dengan rumus :
% Daya Antiinflamasi =
100%
Keterangan : AUCk = Rata-rata AUC kontrol negatif AUCp = Rata-rata AUC kelompok perlakuan5 HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi tumbuhan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran dari sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil determinasi di Laboratorium Fisiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda bahwa sampel yang digunakan adalah akar urubulu (Centotheca lappacea (L.) Desv.) dari genus Centotheca dan famili Poaceae. Sampel akar urubulu yang telah dikumpulkan, kemudian disortasi basah untuk memisahkan kotoran atau bahan asing lainnya dari akar urubulu. Akar urubulu yang telah disortasi basah dibuat simplisia
dengan cara di kering anginkan dan terlindung dari cahaya matahari. Simplisia yang telah kering dihaluskan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan mesh 40. Simplisia serbuk akar urubulu sebanyak 100 gram dimaserasi dengan pelarut etanol 70%. Penggunaan pelarut 70% sebagai pelarut karena pelarut etanol 70% dapat melarutkan senyawa organik dalam tumbuhan yang bersifat semipolar sampai polar, tidak beracun, tidak mudah ditumbuhi kapang dan kuman. Proses ektraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pengulangan 2 kali. Maserasi merupakan ekstraksi cara dingin yang cocok untuk mempertahankan zat aktif dalam akar urubulu agar tidak dirusak oleh panas6. Tujuan maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang mudah mengembang7. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lilin. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang digunakan sederhana dan mudah dilakukan1. Proses ekstraksi tersebut dilakukan selama 6 jam sambil sesekali diaduk kemudian didiamkan selama 18 jam untuk diendapkan dan diambil maseratnya. Maserat berupa ekstrak cair ini kemudian diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental disimpan pada wadah kaca yang ditutupi dengan alumunium foil agar tidak ada penguapan berlebih yang mengakibatkan ekstrak menjadi kering7. Pengujian pertama pada ekstrak akar urubulu adalah dengan melakukan skrining fitokimia. Hasil uji alkaloid pada ekstrak akar urubulu dinyatakan negatif karena dari uji yang dilakukan untuk golongan alkaloid, 2 pengujian (Uji Mayer dan Bouchardat) tidak memberikan endapan yang dinginkan. Hasil positif terdapat pada flavonoid dan saponin dari ekstrak akar urubulu dipengaruhi oleh kelarutan golongan
metabolit sekunder tersebut pada pelarut yang digunakan selama ekstraksi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% sehingga metabolit sekunder tersebut tersari dalam ekstrak dan terindentifikasi saat skrining fitokimia. Menurut penelitian lain mengatakan karakterisasi dan skrining fitokimia akar urubulu (Centotheca lappecae (L.) Desv.) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid dan saponin3. Pengujian efek antiinflamasi menggunakan metode pembentukan radang buatan pada telapak kaki belakang mencit putih jantan dengan menggunakan karagenin sebagai penginduksi radang. Potensi antiinflamasi pada penelitian ini menggunakan 0,1 ml karagenin 1% karena lebih terlihat volume radang terbentuk pada telapak kaki mencit. Alat yang digunakan untuk mengukur volume radang pada kaki mencit adalah plestismometer air raksa dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Air raksa digunakan sebagai cairan pada plestimometer karena air raksa memiliki sifat yang sensitif jika ada pergerakan atau sedikit guncangan, sehingga akurasi data dapat tercapai. Air raksa memiliki sifat kohesi yang besar sehingga tidak menempel pada kulit kaki mencit8. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan dengan berat rata-rata 20-40 gram (Green dkk, 1999). Perlakuan hewan dimulai dengan aktimasi terlebih dahulu selama 14 hari agar hewan dapat beradaptasi dengan lingkungan. Mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Penelitian ini menggunakan ekstrak etanol akar urubulu dengan dosis I (26mg/kgBB), dosis II (52mg/kgBB) dan dosis III (104mg/kgBB). Na-CMC 0,5% sebagai kontrol negatif dan kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif. Dalam pembuatan suspensi ekstrak akar urubulu, digunakan Na-CMC 0,5% sebagai suspensi dikarenakan ekstrak tidak larut sempurna dalam air. Untuk penggunaan larutan oral, konsentrasi Na-CMC yang digunakan adalah 0,1-1%9. Untuk
melarutkan karagenin digunakan campuran NaCl dengan tujuan agar larutan isotonis, larutan isotonis yaitu suatu keadaan pada saat tekanan osmosis larutan obat sama dengan tekanan osmosis cairan tubuh kita (darah, air mata), sehingga saat diinjeksikan dalam tubuh tidak merusak sel-sel darah. Karagenin dipilih karena karagenin merupakan salah satu zat iritan atau menginduksi edema yang sering digunakan untuk memprediksi efektifitas potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari golongan steroid maupun non-steroid. Selain itu karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan, tidak menimbulkan bekas serta memberikan respon yang lebih peka terhadap antiinflamasi dibandingkan senyawa lain10. Kontrol positif yang digunakan sebagai pembanding penelitian ini adalah kalium diklofenak. Obat ini umum digunakan sebagai kontrol positif dalam penelitian antiinflamasi karena garam kalium lebih mudah larut dalam air sehingga kalium diklofenak dapat diabsorbsi lebih cepat dan lebih aman di lambung dan obat ini juga memiliki daya anti radang yang paling kuat dengan efek samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat lainnya (Indometasin dan Piroksikam)2. Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih jantan dengan alasan kondisi biologis mencit jantan lebih stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisis biologisnya dipengaruhi masa siklus etrus dan jenis kelamin jantan dipilih agar respon inflamasi pada mencit tidak dipengaruhi oleh hormon esterogen dan progesterone11. Pengujian aktivitas antiinflamasi dalam penelitian ini memakai 20 ekor mencit dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor mencit. Bahan yang digunakan dalam pengujian sebagai kontrol negatif diberi Na CMC 0,5% dan bahan kontrol positif diberi kalium diklofenak sebagai pembanding. Perlakuan pertama yang dilakukan yaitu kontrol positif yang menggunakan kalium
diklofenak pada dosis 6,5 mg/kgBB yang dilarutkan menggunakan Na CMC 0,5%. Perlakuan kedua dilakukan kontrol negatif yang menggunakan Na CMC 0,5%. Kemudian perlakuan ketiga pada kelompok dosis I 26mg/kgBB ditimbang sebanyak 20,8 mg dan dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC, perlakuan ke empat dosis II 52 mg/kgBB ditimbang sebanyak 41,6 mg/kgBB dan dilarutkan dalam 10 ml Na-CMC, dan dosis III 104 mg/kgBB di timbang 83,2 dan di suspensikan dalam 10 ml Na-CMC. Tabel 2. Hasil pengukuran AUC dan Daya Antiinflamasi setiap kelompok perlakuan
No.
Kelompok
Area Under Curve (ml/jam)
Persentase Daya Antiinflamasi
0,2083
-
0,0772
62,92%
0,1235
40,73%
3.
Kontrol Negatif Kontrol Positif Dosis I
4.
Dosis II
0,1736
16,64%
5.
Dosis III
0,0678
67,45%
1. 2.
Pada tabel 2 menunjukkan nilai AUC dan presentase daya antiinflamasi yaitu efek menunjukkkan semakin kecil nilai AUC yang diperoleh, maka semakin besar kemampuan sediaan uji yang diberikan pada kelompok perlakuan dalam menghambat peradangan pada kaki mencit yang telah diinduksi dengan karagenin.
Gambar 4. Grafik Area Under Curve Volume Radang
Pada gambar 4 menunjukkan bahwa kurva tertinggi adalah kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan larutan uji Na-CMC 0,5%. Volume radang dan nilai AUC pada kelompok kontrol negatif adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Pada kelompok tersebut, pemberian karagenin menghasilkan edema yang meningkat pada jam ke-0,5. Kelompok kontrol negatif memiliki nilai AUC sebesar 0,208 ml/jam, besarnya nilai AUC yang didapat pada pengukuran kontrol negatif dikarenakan tidak adanya pemberian sediaan uji yang mampu menekan radang pada kaki mencit. Pada setiap kelompok perlakuan dosis menunjukkan terjadinya penurunan volume radang. Presentase nilai daya antiinflamasi menunjukkan bahwa semakin besar nilai yang didapatkan maka semakin kecil nilai AUC sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin baik ekstrak etanol akar urubulu menurunkan volume radang pada kaki mencit setelah diinduksi karagenin sebagai zat iritan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan analisis statistik ANOVA dengan program SPSS 20. Analisa dilakukan terhadap hasil rata-rata nilai AUC dari jam ke-0 hingga jam ke-5,5 setelah diinduksi dengan karagenin. Diawali dengan uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test setelah data dianalisis didapatkan
kesimpulan bahwa data terdistribusi normal karena nilai p-value>0,05 yaitu 0,540. Data kemudian dilanjutkan dengan uji homogenitas menggunakan uji Homogenity of Variance Test dan didapatkan hasil data yang homogen, dimana nilai p-value>0,05 yaitu 0,398. Data yang telah di uji normalitas dan homogenitas yang sudah terpenuhi dapat dilakukan uji selanjutnya yaitu uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan nilai yang signifikan 0,00 yang berarti lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara perlakuan. Data kemudian dianalisis menggunakan uji LSD, Hasil uji LSD daya antiinflamasi menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif tidak memiliki perbedaan bermakna dengan kelompok dosis III, tetapi memiliki perbedaan bermakna dengan dosis I dan dosis II. Sehingga dosis III memiliki pontensi yang sama dengan kontrol positif yaitu sebagai penghambat daya antiinflamasi. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang termasuk satu famili dengan akar urubulu, yaitu Poaceae mampu memberikan aktivitas inflamasi dengan persen inhibisi 20,16%, 65,44%, 65,55% dan 71,15% pada dosis biji Setaria Italika13. Ekstrak etanol daun Setaria Megapila menunjukkan persen inhibisi sebesar 60,86% pada dosis 300 mg/kgBB yang diinduksikan menggunakan telur pada telapak kaki mencit12. Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan diketahui bahwa ekstrak etanol akar urubulu mampu menghambat pembentukan radang pada telapak kaki mencit yang diakibatkan oleh induksi karagenin. Penurunan volume radang pada kaki mencit diduga karena aktivitas dari senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak etanol akar urubulu yaitu metabolit sekunder senyawa flavonoid. Senyawa flavonoid dapat menghambat inflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan enzim lipooksigenase pada saat metabolisme asam arakhidonat, sehingga mediator inflamasi leukotrin, histamin, bradikinin, tromboksan dan prostaglandin
terhambat. Flavonoid bekerja dengan menghambat fase penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu pada jalur enzim siklooksigenase10. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Ekstrak akar urubulu memiliki aktivitas antiinflamasi pada mencit putih jantan pada dosis I 26 mg/kgBB, dosis II 52 mg/kgBB dan dosis III 104 mg/kgBB dengan presentase radang 40,73%, 16,64% dan 67,45%. Dosis optimal yang berpotensi sebagai antiinflamasi adalah dosis III (104mg/kgBB). DAFTAR PUSTAKA Bahari, Y.S. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb) Pada Mencit Putih (Mus musculus). Samarinda : Akademi Farmasi Samarinda. Hal. 45-46. Departemen Kesehatan RI.1989b. Materi Medika Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI. Hal: 166-171. (Taufik dkk, 2008) Farista, M.U. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Samarinda: Akademi Farmasi Samarinda. Hal. 35 Herni, Mantulangi Anita. 2015. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanl Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Karya Tulis Ilmiah. Samarinda : Akademi Farmasi Samarinda. Hal. 47, 56 -57. Panda, S., N.S.K, Choundhury., V. Jaggannath, Patro., Dipti, K.P., & Goutam, K.J. 2009. Reseach Article Drug Invention Today. Hal. 150-153. Pangesti, L.A.T. 2015. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Gambir (Uncaria Gambir Roxb.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kaki Mencit Putih Jantan (Mus MUsculus. Akademi Farmasi Samarinda. Hal. 35-36.
Rowe, R.C., Sheskey, P.j., dan Owen, S.C. 2006. Handbook Of Pharmaceutical. Fifth Ed. London : Pharmaceutical Press. Suleyman, H., Berna, Demircan., Yalcin, Karagoz., Nuray, O., & Bahadir, S. 2004. Anti-inflammatory Effect Of Selective Cox-2 Inhibitors. Polish Journal Of Pharmacology 56. 775 -780. Suleyman, H., Berna, Demircan., Yalcin, Karagoz., Nuray, O., & Bahadir, S. 2004. Anti-inflammatory Effect Of Selective Cox-2 Inhibitors. Polish Journal Of Pharmacology 56. 775 -780.
Tjay, T.H., dan Raharja, K. 2007. Obat-Obat Penting.Jakarta: PT. Gramedia. Wulandira, R.A. 2015. Karakteristik dan Skrining Fitokimia Akar Urubulu (Centotheca Lappecea (L) Desv.). Samarinda: Akademi Farmasi Samarinda. Hal. 31-34. Yuliati, K.S. 2010. Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kulit Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin. Skripsi. Surakarta : Fakultas Farmasi Muhammadiyah Surakarta.