PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Univesitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : Jeni Ari Febriyani NIM 13102241066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i
PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL YOGYAKARTA Oleh : Jeni Ari Febriyani NIM. 13102241066 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:(1) perencanaan diklat pendamping PKH (2) proses diklat pendamping PKH (3) evaluasi diklat pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini yakni satu informan dari penyelenggara diklat, satu informan dari seksi penyusunan program, satu widyaiswara dalam diklat, tiga peserta diklat dan dua anggota PKH. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Trianggulasi sumber dan teknik digunakan untuk menguji keabsahan data dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik yang berbeda dalam mencari informasi yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1)perencanaan diklat dimulai dengan perekrutan peserta yakni pendamping PKH yang lolos seleksi yang diadakan Dinsos kabupaten asal peserta sesuai dengan mandat dari pusat. BBPPKS tidak terlibat proses perekrutan peserta; widyaiswara mempersiapkan rancang bangun dan media pembelajaran;(2)proses diklat dimulai ketika peserta registrasi ulang dan menginput data diri di komputer; hari pertama diklat diisi dengan pengarahan dan pre test untuk mengetahui kemampuan awal peserta; pembelajaran dalam diklat menggunakan metode studi kasus; media yang digunakan yakni flipchart, laptop, kertas plano, dan modul; diklat ditutup dengan pelaporan hasil pelaksanaan diklat, penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta peraih nilai tertinggi post test; kelengkapan sarana dan prasarana dan adanya kerjasama BBPPKS dengan Dinsos kabupaten menjadi faktor pendukung diklat; keterlambatan fasilitator dan adanya peserta yang membawa balita dan anggota keluarga menjadi hambatan diklat;(3)evaluasi diklat meliputi evaluasi peserta, widyaiswara, dan penyelenggaraan diklat dilakukan dengan mengisi kuesioner; dampak setelah diklat pendamping PKH yaitu peserta diklat dapat mengkondisikan anggota PKH untuk tertib mengikuti pertemuan kelompok. Kata kunci : penyelenggaraan diklat, pendamping PKH.
ii
IMPLEMENTATION OF EDUCATIONAL AND TRAINING PROGRAM OF HOPE FAMILY’S ACCOMPANIST PROGRAM GROUP IX AT THE CENTER OF EDUCATION AND SOCIAL WELFARE TRAINING (BBPPKS) YOGYAKARTA
By : Jeni Ari Febriyani NIM 13102241066 ABSTRACK This research aims to describe: (1) the planning of training program of hope family’s accompanist program (2) the procces of the training program of hope family’s accompanist program (3) evaluation of the training program of hope family’s accompanist program group IX at BBPPKS Yogyakarta, This research is descriptive research with qualitative approach. The subject of this research is one informant from the training organizer, one informant from the programing section, one widyaiswara in PKH companion training, three participants and two PKH members. Data collection was done by using observation method, documentation, and interview. Triangulation of resources and techniques is done to explain the validity of data with various sources and use different techniques in finding the information needed. The result of the research shows that: (1)the planning of the training starts with the recruitment of the participant ie PKH escort who passes the selection held in Dinsos district of origin of the training participants in accordance with the mandate of the center. BBPPKS is not involved in the recruitment process; fasilitator preparing the design of learning, and media; (2)the training process begins when the participants re-register and input the data on the computer; the first day of the training is filled with guidance and pre test to know the participants' initial ability; learning in the training using case study method; media used ie flipchart, laptop, plano paper, and modules; the training is closed by reporting the results of the training implementation, symbolic handover of certificates to the participants of the post test highest score; completeness of infrastructure and the cooperation between BBPPKS and Dinsos districts become the supporting factors the training; the delay of the facilitator and the presence of training participants who bring toddlers and family members become obstacles in the training; (3)evaluation of the training, including the evaluation of the participants, the widyaiswara, and the implementation of the training is done by filling the questionnaire; the perceived impact after the PKH counselor's training is the participants can condition the PKH members to disciplined in the group meeting. Keywords: organization of training, PKH companion.
iii
MOTTO Pendidikan adalah senjata yang paling hebat yang bisa kamu gunakan untuk mengubah dunia (Nelson Mandela) Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh (Muhammad Ali) Pendidikan adalah jalan bagi setiap manusia untuk mengubah dirinya, hidupnya dan dunianya (Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT Karya ini saya persembahkan untuk: 1. Bapak Suparmin dan mama Sartini tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih sayangnya dan memanjatkan do’a – do’a yang mulia untuk keberhasilan dalam menyusun karya ini. 2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar. 3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan pengalaman yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan yang baik ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan IX di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah berkenan membantu proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan yang baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd. selaku pembimbing dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini yang telah memberikan arahan-arahan dan kesabaran dalam membimbing saya. 2. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd., Dra. Nur Djazifah ER, M.Si., dan Dr. Ishartiwi M.Pd., selaku Ketua Penguji, Sekretaris dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang tiada hentinya memberikan semangat dan doa kepada saya. 4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah berkenan mengizinkan saya menyelesaikan studi dan memberikan kemudahan di dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Prof. Sutrisna Wibawa, M.Pd. sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memperkenankan saya menyelesaikan skripsi dan studi saya di Universitas Negeri Yogyakarta.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ vi MOTTO .......................................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 5 C. Batasan Masalah .............................................................................. 6 D. Rumusan Masalah ........................................................................... 6 E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6 F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 G. Batasan Istilah ................................................................................. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ..................................................................................... 9 1. Pendidikan dan Pelatihan............................................................. 9 a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ...................................... 9 b. Menejemen pendidikan dan Pelatihan .................................... 12 c. Komponen diklat ..................................................................... 16 2. Kajian Pendamping PKH............................................................. 18 3. Diklat Pendamping PKH ............................................................. 23 4. Andragogi sebagai Pendekatan Pembelajaran Orang Dewasa .... 23 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran ..................... 24 6. Kajian tentang Dampak Diklat pendamping PKH ...................... 25 B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 26 C. Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian...................................................................... 29 B. Setting Penelitian ............................................................................. 29 C. Subjek Penelitian ............................................................................. 30 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 32 E. Instrumen Penelitian ........................................................................ 35 xi
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ G. Keabsahan Data ............................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... B. Data Hasil Penelitian ....................................................................... 1. Perencaaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ................... a. Proses Perekrutan Peserta Diklat Pendamping PKH ............. b. Persiapan Widyaiswara Diklat Pendamping PKH ................. c. Pendanaan Diklat Pendamping PKH ..................................... 2. Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ........................... a. Proses Penerimaan Peserta Diklat Pendamping PKH ............ b. Proses Pembelajaran Diklat Pendamping PKH ..................... c. Metode yang Digunakan dalam Diklat Pendamping PKH .... d. Media dalam Diklat Pendamping PKH ................................. e. Faktor Pendukung Pelaksanaan Diklat Pendamping PKH .... f. Hambatan dalam Pelaksanaan Diklat Pendamping PKH ....... 3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ........................ a. Proses Evaluasi Diklat Pendamping PKH ............................. b. Dampak yang Dirasakan Peserta Diklat Pendamping PKH .. C. Pembahasan ..................................................................................... 1. Perencaaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX .................. 2. Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX .......................... 3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX ....................... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................... B. Saran ................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN.....................................................................................................
xii
36 38 39 40 41 41 44 47 49 49 50 61 63 64 65 67 67 71 83 83 84 90 93 94 96 100
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Besaran Bantuan PKH ............................................................................ Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Pengumpulan Data ................................................... Tabel 3. Asal Peserta Diklat ................................................................................. Tabel 4. Daftar Fasilitator ..................................................................................... Tabel 5. Daftar Narasumber .................................................................................. Tabel 6. Kurikulum ............................................................................................... Tabel 7. Analisis Ringkasan Hasil ........................................................................
xiii
20 35 43 44 46 55 76
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Tahap Assesmen ...............................................................................
xiv
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Pengumpulan Data .............................................. Lampiran 2. Catatan Lapangan ............................................................... Lampiran 3. Analisis Data....................................................................... Lampiran 4. Dokumentasi ....................................................................... Lampiran 5. Data Sumber Daya Manusia di BBPPKS ........................... Lampiran 6. Data Peserta Diklat dan Panitia Diklat .............................. Lampiran 7. Hasil Evaluasi Peserta ....................................................... Lampiran 8. Surat Perizinan ...................................................................
xv
Halaman 100 106 118 137 140 143 146 152
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pada hakikatnya ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peran dalam membangun masyarakat yang cerdas, mandiri, dan berdaya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan sebaliknya (Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:24). Berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”. Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM tidak hanya dapat ditempuh melalui jalur pendidikan formal, melainkan dapat ditempuh melalui jalur pendidikan nonformal. Cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dapat melalui pendidikan dan pelatihan kerja yang di jelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3) yang menyatakan bahwa : pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Menurut Mustofa Kamil (2010:10) pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan dengan serangkaian kegiatan yang sistematis dan 1
terarah pada suatu tujuan bukan kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan dengan serangkaian kegiatan yang sistematis dan terarah pada suatu tujuan, dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktek. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil dinyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan
kemampuan
peserta.
Tujuan
diklat
diantaranya
adalah
meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan, baik yang bersifat umum pemerintahan maupun pembangunan, yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi masyarakat. Pelaksanaan pelatihan menggunakan pendekatan partisipatif andragogy yakni memanfaatkan pengalaman-pengalaman peserta pelatihan sebagai sumber belajar untuk terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pelatihan dengan menggunakan metode curah pendapat, ceramah, tanya jawab, permainan peran, diskusi kelompok dan pleno, studi kasus, dan penugasan atau uji coba. Pendidikan dan pelatihan dilaksanakan dengan memberi keleluasaan bagi penerapan metode adult learning / andragogy, sehingga penyampaian informasi berlangsung secara dialogis yang mengoptimalkan partisipasi dan pemahaman mandiri partisipan (Mustofa Kamil, 2012: 161). Berdasarkan Keputusan Menteri Sosial RI No. 29 tahun 2003 tentang Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial, Balai 2
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan, pemberian informasi serta koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada tahun 2016 bidang Diklat BBPPKS menyelenggarakan beberapa diklat bagi TKSM diantaranya yaitu diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), diklat perlindungan anak dan manajemen pengelolaan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), diklat pendampingan sosial, diklat Kelompok Usaha Bersama (KUBE) pedesaan dan perkotaan. PKH adalah program bantuan dan perlindungan sosial. Sejak tahun 2007 pemerintah telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan bantuan tunai bersyarat yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan. Peserta PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang diwakili oleh ibu dalam keluarga. Tujuan khusus dari PKH yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. PKH tidak sama dan bukan merupakan kelanjutan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang telah berlangsung selama ini. (Kemensos, 2013:1). Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. (Dirjen Linjamsos,2013:23). Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di 3
Indonesia diharapkan membantu penduduk miskin keluar dari keterpurukan, minimal menjamin anak sehat dan masuk sekolah. Program ini bertujuan untuk melaksanakan percepatan penanggulangan kemiskinan (Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial,2010). Di Jawa Tengah tahun 2016 angka kemiskinan masih sekitar 4.506,89 ribu jiwa atau 13,27% dari jumlah penduduk. (BPS Jawa Tengah tahun 2016), tetapi belum ada program pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran, melihat hal tersebut dan sesuai mandat konstitusi Kementerian Sosial RI sebagai penanggung jawab fungsional dalam pengentasan kemiskinan, menetapkan kebijakan dan program pemberdayaan fakir miskin. Pemberdayaan yang dimaksud salah satunya dilaksanakan dengan menggunakan media Program Keluarga Harapan (PKH). Tahun 2016 lalu BBPPKS Yogyakarta melaksanakan sejumlah diklat pendamping Program Keluarga Harapan sebanyak 12 angkatan mencapai 600 orang pendamping dari berbagai propinsi yaitu Propinsi DIY, Jateng, Jatim, Bali, NTB dan NTT. Pendamping tersebut akan mendampingi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di kecamatannya masing-masing.
Diklat pendamping PKH
sebanyak 12 angkatan tersebut dilaksanakan secara bertahap dengan 4 periode, dengan masing-masing periode terdiri dari 3 angkatan diklat. Diklat pendamping PKH hanya dilaksanakan di BBPPKS . Berdasarkan hasil observasi awal dan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 7 Desember 2016, menujukkan bahwa kegiatan diklat pendamping PKH yang diselenggarakan oleh BBPPKS Yogyakarta secara garis besar terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap perencanaan, proses dan evaluasi. 4
Perencanaan diklat dilakukan dari pusat karena kebijakan yang berlaku adalah top down. Proses diklat meliputi kegiatan kesekretariatan, pembukaan diklat, pelaksanaan pembelajaran, dan penutupan diklat. Evaluasi diklat dilakukan berdasarkan instruksi dari Seksi Pemantauan dan Evaluasi. Melihat permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pelaksanaan diklat pendamping PKH. Peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui proses pelaksanaan diklat yaitu penelitian yang berjudul “Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan IX di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Di Jawa Tengah tahun 2016 angka kemiskinan masih sekitar 4.506,89 ribu jiwa atau 13,27% dari jumlah penduduk, tetapi belum ada program pengentasan kemiskinan yang tepat sasaran 2. Diklat pendamping PKH hanya dilaksanakan di BBPPKS . 3. Perencanaan diklat dilakukan dari pusat karena kebijakan yang berlaku adalah top down.
5
C. Batasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada identifikasi masalah diatas, pada penelitian ini peneliti membatasi pada masalah nomor dua yaitu difokuskan pada perencanaan, proses dan evaluasi diklat pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana perencanaan diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?
2.
Bagaimana proses diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?
3.
Bagaimana evaluasi diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1. Perencanaan diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.
6
2. Proses diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta. 3. Evaluasi diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis bagi penulis maupun pendidikan, khususnya pendidikan nonformal. Harapan-harapan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti mengenai proses pembelajaran pendidikan nonformal serta bermanfaat untuk perkembangan keilmuan pendidikan nonformal khususnya dalam pengelolaan program pendidikan nonformal. Proses dan dampak program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan diharapkan bisa menjadi referensi untuk kegiatan penyelenggaraan program pendidikan nonformal lainnya. 2. Manfaat Praktis Bagi penyelenggara program, bagi pihak BBPPKS Yogyakarta dan khususnya bagian Diklat, hasil dari penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi.
7
G. Batasan Istilah Untuk tidak menimbulkan adanya perbedaan pengertian, perlu ada penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Batasan istilah yang digunakan diambil dari beberapa pakar dalam bidangnya. Namun sebagian ditentukan oleh peneliti dengan maksud untuk kepentingan penelitian ini. Beberapa batasan istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan dan pelatihan adalah proses penyelenggaraan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan peserta (PP nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil). 2. PKH adalah program bantuan dan perlindungan sosial. Program ini merupakan bantuan tunai bersyarat yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan. PKH tidak sama dan bukan merupakan kelanjutan program Bantuan Langsung Tunai (BLT) (Kemensos, 2013:1) 3. Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH (Dirjen Linjamsos,2013:23).
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Kajian Pendidikan dan Pelatihan a. Pengertian Pendidikan dan Pelatihan Pendidikan menurut Dwi Siswoyo (2007:25) pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long process) dari generasi ke generasi. Menurut Abdullah (2011:125), pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaannya. Istilah pendidikan berarti membimbing atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada individu, namun juga memberikan nilainilai yang mampu membentuk kepribadian yang baik dan lebih dewasa. Menurut Ikka Kartika A. Fauzi (2011:8) pelatihan didefinisikan sebagai upaya sengaja, terorganisir, sistematik, dalam waktu relatif singkat, dan dalam penyampaiannya menekankan pada praktek daripada teori. Pelatihan menurut Hamalik (2007:10) yaitu suatu proses yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksankan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam suatu waktu yang bertujuan untuk meningkatkan 9
efektifivas dan produksivitas dalam suatu organisasi. Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya memiliki makna yang sama, yaitu merupakan proses kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, nilai, keterampilan serta mengembangkan sikap. Pendidikan dan pelatihan menurut Mustofa Kamil (2010:10) adalah bagian dari proses belajar yang dilaksanakan di luar sistem sekolah, memerlukan waktu yang relatif singkat, dan lebih menekankan pada praktek. Sedangkan menurut Flippo (dalam Ikka Kartika, 2011) pendidikan dan pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Flippo (dalam Ikka Kartika, 2011) pendidikan dan pelatihan merupakan suatu usaha pengetahuan dan keterampilan agar karyawan dapat mengerjakan suatu pekerjaan. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan adalah proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi dan kemampuan kerja peserta dalam bidang tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas dalam suatu organisasi serta diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Hariandja (2002:168) ada beberapa alasan penting untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan, yaitu : a) Karyawan yang baru direkrut seringkali belum memahami secara benar bagaimana melakukan pekerjaan. 10
b) Perubahan-perubahan lingkungan kerja dan tenaga kerja meliputi perubahan dalam teknologi proses seperti munculnya teknologi baru atau metode kerja baru. c) Meningkatnya daya saing dan memperbaiki produktivitas d) Menyesuaikan dengan peraturan-peraturan yang ada misalnya standar pelaksanaan pekerjaan yang dikeluarkan asosiasi industri dan pemerintah untuk menjamin kualitas produksi atau keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan pelatihan menurut A. Umara (2006:72 ) memiliki beberapa tujuan yaitu : 1) Agar organisasi berkembang 2) Mengembangkan ketrampilan dan kompetensi karyawan 3) Memperkuat komitmen karyawan Tujuan pelatihan menurut Hamalik (2007:16) yaitu untuk : a. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja yang memiliki ketrampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi di lapangan. b. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenagakerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, profesional, beretos kerja tinggi dan produktif. c. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, nilai, dan pengalamannya masing-masing (individual).
11
d. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pembangunan. Berdasarkan tujuan diklat yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa tujuan diklat adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja positif dalam melaksanakan tanggungjawab dalam organisasi tempat bekerja. b. Manajemen Diklat Suatu penyelenggaraan diklat membutuhkan suatu organisasi yang secara manajerial memiliki fungsi organizer pelatihan yaitu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Langkah-langkah penyelenggaraan diklat yaitu : 1)
Perencanaan Perencanaan diklat dilakukan sebagai langkah awal untuk panduan
pelaksanaan dan evaluasi program diklat. Perencanaan yang tepat akan mencapai tujuan yang diharapkan, dimana peserta diklat mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi
yang sesuai dengan
kebutuhannya. Menurut Mustofa Kamil ( 2010:155) prosedur perencanaan diklat dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan yang menjadi pangkal utama dalam penyusunan program pelatihan. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan kriteria keberhasilan sebagai tolak ukur kesuksesan atau kegagalan suatu pelatihan. Seperti yang digambarkan dalam bagan di bawah ini :
12
Gambar 1. Tahap Assesmen
Keberhasilan penyelenggaraan diklat ditentukan oleh berbagai macam faktor antara lain penentuan tujuan diklat, pengembangan kurikulum, penyusunan program diklat, penetapan peserta dan widyaiswara, penyelenggaraan administrasi, proses pembelajaran dan lingkungan fisik serta lingkungan emosional. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perencanaan diklat merupakan langkah awal dari pelaksanaan dan evaluasi diklat. Perencanaan diklat bertujuan untuk menentukan secara terinci dan sistematis bagaimana tahapan pelaksanaan diklat. Perencanaan diklat meliputi penentuan tujuan diklat, penentuan materi, penentuan metode, dan penentuan alat evaluasi diklat. Perencanaan diklat merupakan kunci dalam menentukan keberhasilan suatu diklat. 2)
Pelaksanaan Tahapan selanjutnya yang dilakukan setelah semua proses
perencanaan dilakukan yaitu tahap pelaksanaan pelatihan. Pelaksanaan
13
pelatihan merupakan proses pembelajaran dengan penyampaian materi yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan. Menurut AMH Manullang (2006:47) setelah semua perencanaan selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah tahap pelaksanaan diklat yang meliputi : a) Pembukaan dimana acara pembukaan diklat menandakan dimulai kegiatan
pelaksanaan
diklat.
Penyelenggara
diklat
hendaknya
menyiapkan beberapa hal seperti : mengecek pejabat yang akan membuka dan memberikan arahan, menyiapkan petugas dalam acara pembukaan, c) menyiapkan laporan acara pembukaan, d) menyiapkan ruangan dan perlengkapan, e) menyiapkan lingkungan psikologis yang menyenangkan bagi peserta. b) Pelaksanaan proses pembelajaran dimana hal-hal yang perlu disiapkan oleh penyelenggara diklat antara lain adalah : a. mengecek kehadiran peserta, b. menyiapkan sarana prasarana diklat yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran, c. mengecek kesiapan widyaiswara dalam memberikan materi. c) Penutupan. Hal-hal yang disiapkan dalam acara penutupan hampir sama dengan acara pembukaan. Penutupan yang meriah akan memberikan kesan yang mendalam bagi diri peserta, yang akan dibawa sampai ke tempat tugasnya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan pelaksanaan merupakan tahapan yang dilakukan setelah proses perencanaan selesai. 14
Secara umum tahapan pelaksanaan meliputi pembukaan diklat, proses pembelajaran dalam diklat, dan penutupan diklat. Tahapan-tahapan dalam proses pelaksanaan diklat harus benar-benar dipersiapkan secara baik agar program diklat yang telah direncanakan dapat tercapai tujuannya. 3)
Evaluasi Evaluasi merupakan tahapan terakhir dalam penyelenggaraan suatu
program diklat. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsurunsur program serta terhadap pelaksanaan program. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang, atau setelah program dilaksanakan. Secara umum evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan efisiensi suatu program. Menurut Efi Dyah Indrawati (2012:34) dalam konteks evaluasi di lingkungan diklat, terdapat tiga istilah yang memiliki arti berbeda karena tingkat penggunaan yang berbeda, yaitu pengukuran (measurement), penilaian (evaluation), dan pengambilan keputusan (decision making). Pengukuran digunakan untuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif dengan pemberian angka berdasarkan aturan tertentu. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui keberhasilan dan keefisienan program, sedangkan pengambilan keputusan atau kebijakan adalah tindakan yang diambil seseorang atau organisasi berdasarkan data dan informasi yang dihimpun. Menurut Sudjana (2008:7) evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditentukan dapat 15
dicapai, apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana, dan / atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Evaluasi program berguna bagi para pengambil keputusan untuk menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi, diperluas, atau ditingkatkan. Dalam melakukan evaluasi program diperlukan teknik-teknik yang tepat. Teknik evaluasi program disebut pula instrumen atau alat pengumpulan data. Menurut Sudjana (2008:176) teknik-teknik atau alat evaluasi yang dapat digunakan diantaranya : 1) kuesioner (angket), 2) wawancara, 3) pengamatan, 4) teknik respon terinci, dan 5) teknik cawan ikan. Dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan tahapan terakhir dari penyelenggaraan diklat yang mana evaluasi proses untuk melihat keberhasilan dan keefisienan suatu program. Terdapat tiga konteks evaluasi dalam diklat yaitu pengukuran, penilaian, dan pengambilan keputusan. Dalam pelaksanaan evaluasi program teknik atau alat pengukuran yang digunakan yaitu kuesioner, wawancara, pengamatan, teknik respon terinci, dan teknik cawan ikan. c. Komponen diklat Kegiatan pelatihan dapat terselenggara apabila terdapat komponenkomponen pelatihan yang saling berhubungan. Berikut komponen yang dikemukakan oleh Sudjana dalam Fauzi (2011:21).
16
1)
Komponen masukan mentah (raw input) Komponen masukan mentah, yaitu peserta yang membutuhkan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan, dengan berbagai karakteristik yang dimilikinya. 2)
Komponen masukan instrumental (instrumental input) Komponen masukan instrumental atau sarana meliputi keseluruhan
sumber dan fasilitas yang memungkinkan seseorang atau kelompok dapat melakukan kegiatan belajar. Keseluruhan sumber dan fasilitas berupa tujuan pelatihan, kurikulum, metode pelatihan, media, sarana & prasarana, penyelenggara, narasumber/fasilitator.
3)
Komponen lingkungan (environmental input) Komponen lingkungan yaitu faktor lingkungan yang menunjang
atau mendorong berjalannya program pelatihan, meliputi lingkungan keluarga, pertemanan, tempat kerja, dan masyarakat. 4)
Proses keluaran (output) Komponen keluaran yaitu kuantitas lulusan yang disertai dengan
kualitas perubahan tingkah laku yang didapat melalui kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku ini mencakup ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotor (ketrampilan). 5)
Masukan lain (other input) Masukan lain ialah daya dukung lain yang memungkinkan para
peserta pelatihan dan lulusan dapat menggunakan kemampuan yang telah dimiliki untuk kemajuan kehidupannya. 17
6)
Dampak (impact) Dampak dalam penyelenggaraan pelatihan menyangkut hasil-hasil
yang dicapai oleh peserta pelatihan dan lulusan. Menurut
Mustofa
Kamil
(2010:159)
komponen-komponen
pelaksanaan diklat yaitu : 1) Materi pelatihan 2) Pendekatan, metode, dan teknik pelatihan 3) Pendanaan program pelatihan 4) Penilaian atau evaluasi 5) Hasil pelatihan
2. Kajian Pendamping PKH Pendamping merupakan seorang yang melakukan proses kegiatan yang bertujuan untuk mendampingi klien. Menurut Ramli (2005: 39), kegiataan pendampingan adalah proses perawatan dan pengasuhan pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Perawatan ini berupa upaya yang dilakukan pendidik untuk menstimulasi perkembangan aspek motorik anak secara optimal, sedangkan pengasuhan upaya yang dilakukan pendidik dalam menstimulasi perkembangan aspek kognitif, bahasa dan sosial-emosional anak agar berkembang secara optimal. Menurut Rokhmah (2012: 4), pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan yang didampingi) terjadi kesetaraan, kemitraan, kerjasama, dan kebersamaan tanpa ada batas golongan (kelas atau status sosial) 18
yang tajam. Istiningsih (2008: 85), menyatakan bahwa pendampingan adalah suatu kegiatan yang disengaja dilaksanakan secara sistematis dan sesuai aturan karena pembelajaran tersebut terjadi di tempat kerja, dan pekerjaannya sesuai dengan apa yang dikerjakan. Dalam hal ini pendampingan dapat dilaksanakan sesuai rencana agar dalam prosesnya tidak terjadi masalah yang akan menghambat jalannya pelaksanaan pendampingan. Perlu adanya proses perencanaan yang matang agar tujuan berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. PKH merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan. PKH merupakan program lintas Kementrian dan Lembaga karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Depar temen Sosial, Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik. Berdasarkan pedoman umum PKH dan buku kerja pendamping PKH (Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI: 2010), dijelaskan sebagai berikut:
PKH merupakan program perlindungan
sosial bantuan tunai bersyarat yang disalurkan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai upaya meningkatkan kualitas manusia indonesia melalui akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas SDM terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs. Secara khusus tujuan PKH adalah : (1) meningkatkan kondisi sosial 19
ekonomi RTSM; (2) meningkatkan taraf pendidika ank-anak RTSM; (3) meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak dibawah 6 tahun dari RTSM; (4) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi RTSM (Pusat kajian Keluarga dan Perempuan STKS Bandung, 2009:130). Berikut visi PKH: 1) Meningkatkan kondisi sosial ekonomi 2) Meningkatkan taraf pendidikan 3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak di bawah 5 tahun 4) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan Besaran bantuan PKH adalah sebagai berikut : Tabel 1. Besaran bantuan PKH Bantuan
Bantuan per RTS per tahun (Rp) 200.000,-
Bantuan tetap Bantuan bagi RTSM yang memiliki 800.000,800.000, Anak Usia Balita 400.000, Ibu Hamil/Nifas 800.000, Anak Usia SD/MI Anak Usia SMP/MTs Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000,Bantuan minimum per RTSM 600.000,Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000,Sumber : Laporan Diklat Pendamping PKH 2016 Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas minimum dan aksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per tahun.
20
Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan RTSM penerima program dan membantu kelancaran
pelaksanaan PKH.
Pendamping memiliki tugas yang sangat penting dalam pelaksanaan program di lapangan, yaitu : 1) Tugas Persiapan Program Tugas persiapan program meliputi pekerjaan yang harus dilakukan pendamping untuk mempersiapkan pelaksanaan program. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum pembayaran pertama diberikan kepada RTSM. a) Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH. b) Menginformasikan (sosialisasi) program kepada RTSM pesert c) PKH dan mendukung sosialisasi kepada masyarakat umum. d) Mengelompokkan peserta kedalam kelompok yang terdiri atas 15-20 peserta PKH untuk mempermudah tugas pendampingan. e) Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok ibu-ibu peserta PKH. f) Membantu peserta PKH dalam mengisi formulir validasi data dan menandatangani surat persetujuan serta mengirim formulir validasi kepada UPPKH Kabupaten/Kota. g) Mengkoordinasikan pelaksanaan kunjungan awal ke puskesmas dan pendaftaran sekolah.
21
2) Tugas Rutin a) Melaksanakan pemutakhiran data peserta PKH dan mengirimkan formulir pemutakhiran data tersebut ke UPPKH Kabupaten/Kota. b) Menerima pengaduan dari ketua kelompok dan/atau RTSM dan melakukan
tindak
lanjut
dibawah
koordinasi
UPPKH
Kabupaten/Kota. c) Melakukan kunjungan insidental khususnya kepada peserta PKH yang tidak memenuhi komitmen. d) Melakukan pertemuan dengan semua peserta setiap enam bulan untuk resosialisasi (program dan kemajuan/perubahan dalam program). e) Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan pendidikan dan kesehatan. f) Melakukan pertemuan dua mingguan dengan ketua kelompok. g) Melakukan pertemuan bulanan dengan pelayan kesehatan dan pendidikan di lokasi pelayanan terkait. h) Melakukan pertemuan triwulan dan tiap semester dengan seluruh pelaksana kegiatan: UPPKH Daerah, Pendamping, Pelayan Kesehatan Pendidikan dan PT.Pos. i) Memberikan motivasi kepada RTSM dalam rangka perubahan perilaku menjalankan komitmen. j) Membantu pelaksanaan verifikasi Faskes dan Fasdik. k) Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang diinstruksikan oleh UPPKH Kab/Kota dan UPPKH Pusat. 22
3. Diklat Pendamping PKH Guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam PKH, maka diberikan pendidikan dan pelatihan (Diklat) yang ditujukan kepada seluruh pelaksana PKH baik Pusat maupun Daerah. Diklat PKH bertujuan untuk: a. Meningkatkan pemahaman para pengelola/pelaksana tentang program PKH. b. Meningkatkan
kemampuan
dan
keterampilan
teknis
para
pengelola/pelaksana dalam pelaksanaan program PKH. c. Mempersiapkan peserta diklat untuk melakukan tindakan-tindakan yang terkait dengan pelaksanaan program PKH (Laporan Diklat Pendamping PKH 2016)
4. Andragogi sebagai Pendekatan Orang Dewasa Program pendidikan dan pelatihan pendamping PKH yang dilaksanakan ini ditujukan bagi orang dewasa yang prinsip pembelajarannya berbeda dengan anak-anak. Pendekatan pembelajaran yang digunakan orang dewasa adalah pendekatan andragogi. Andragogi berasal dari kata andros atau aner yang berarti dewasa, dan agogos yang berarti mempimpin . Jadi andragogi berarti memimpin orang dewasa, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa andragogi merupakan seni dan ilmu tentang cara orang dewasa belajar. Pendidikan orang dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup (Suprijanto, 2011: 23
11). Saleh Marzuki (2012: 169) menyatakan bahwa dalam penerapan praktik andragogi harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan materi pembelajaran, metode pembelajaran dan pengelolaan lingkungan fisik belajar. Materi pembelajaran yang disampaikan terkait dengan dengan kebutuhan belajar orang dewasa sesuai dengan manfaat dari pembelajaran tersebut. Metode pembelajaran yaitu terkait dengan hal yang berpuat pada masalah sehingga mendorong peserta untuk aktif dalam mengemukakan pengalamanannya. Pengelolaan lingkungan fisik yaitu berkaitan dengan lingkungan pendukung tempat belajar orang dewasa seperti ketersediaan peralatan dan bahan serta kenyamanan lingkungan sosialnya.
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Menurut Zuhairini (1993:100) ada beberapa faktor pendukung dalam suatu pembelajaran di antaranya adalah sikap mental pendidik, kemampuan pendidik, media, kelengkapan kepustakaan, dan berlangganan koran. Adapun faktor penghambat dalam proses pembelajaran menurut Zuhairini antara lain kesulitan dalam menghadapi perbedaan karakteristik peserta didik, perbedaan individu yang meliputi intelegensi, watak dan latar belakang, kesulitan menentukan materi yang cocok dengan kejiwaan dan jenjang pendidikan peserta didik, kesulitan dalam menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode supaya peserta didik tidak segera bosan, kesulitan dalam
memperoleh
sumber
dan
alat
pembelajaran, kesulitan
dalam
mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu. Hal senada juga disampaikan 24
Wina Sanjaya (2014:52) bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, media yang tersedia, serta lingkungan. Dari kedua pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendidik perlu memahami dan menguasai tentang inovasi pembelajaran sehingga mempunyai kesiapan mental dan kecakapan untuk melaksanakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran untuk menunjang keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dengan kemampuan tersebut pendidik akan mampu mengatur peserta didik dengan segala macam perbedaan yang dimilikinya. Selain itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi media, alat dan sumber pembelajaran yang memadai sehingga pendidik tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam menyampaikan materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan demikian hambatan dalam pembelajaran sebagian besar disebabkan dari faktor pendidik yang dituntut untuk tidak hanya mampu mempersiapkan
bahan
pengajaran,
merencanakan
media
dan
sumber pembelajaran, serta waktu dan teknik penilaian terhadap prestasi siswa, namun juga harus mampu melaksanakan semua itu sesuai dengan program yang telah dibuat. 6. Kajian tentang Dampak Diklat Pendamping PKH Menurut Aulia (2013:13), suatu program yang telah dilaksanakan akan memberikan hasil dan dampak yang beragam bagi seseorang atau kelompok,
25
khususnya program-program yang dilaksanakan di lingkungan masyarakat menjadi target utama dalam menentukan keberlanjutan program kedepannya. Dampak menurut Ikka Kartika A. Fauzi (2011:23) menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta pelatihan dan lulusan. Pengaruh meliputi perubahan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang dimiliki dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial. Berdasarkan
hal
tersebut,
perlunya
diketahui
dampak
dari
penyelenggaraan program diklat pendamping PKH terhadap sasaran atau peserta diklat. Dampak diklat pendamping PKH yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas dan kompetensi peserta diklat dalam bidang kelembagaan, sosial, dan ekonomi.
B. Penelitian yang Relevan Ajeng Apriliana Nur Icmi (2015:81), hasil penelitian menujukkan bahwa penyelenggraan diklat pemantapan pendamping KUBE di BBPPKS Yogyakarta melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pelaksanaan diklat pendamping KUBE berjalan dengan baik, peserta mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk melaksanakan pendampingan KUBE yang ada di wilayahnya masing-masing. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui proses diklat pemantapan bagi pendamping KUBE, sedangkan penelitian penulis difokuskan untuk mengetahui proses diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). 26
C. Pertanyaan Penelitian Dalam upaya mendapatkan data yang tepat dan akurat, maka peneliti menentukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai acuan dalam proses penelitiannya, adapun beberapa pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan Diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)? a. Bagaimana proses perekrutan peserta diklat pendamping PKH? b. Apa saja yang dipersiapkan widyaiswara sebelum pelaksanaan diklat pendamping PKH? c. Bagaimana pendanaan untuk diklat pendamping PKH ? 2. Bagaimana proses Diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)? a. Bagaimana proses penerimaan peserta diklat pendamping PKH? b. Bagaimana proses pembelajaran diklat pendamping PKH? c. Apa metode yang digunakan dalam diklat pendamping PKH? d. Media yang digunakan dalam diklat pendamping PKH? e. Adakah faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH? f. Adakah hambatan terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH? 3. Bagaimana evaluasi Diklat pendamping Program Keluarga Harapan (PKH)?
27
a. Bagaimana proses evaluasi yang dilakukan dalam diklat pendamping PKH? b. Apa dampak yang dirasakan peserta setelah diklat pendamping PKH?
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif bersifat deskriptif, dan metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Moleong (2012:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini bersifat deskriptif karena data yang dikumpulkan berbentuk katakata, gambar-gambar dan kebanyakan bukan angka-angka. Kalaupun ada angka, sifatnya hanya penunjang. Data yang dimaksud meliputi transkip wawancara, catatan lapangan, foto-foto, dokumen, dan record audio. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif karena
penelitian
ini
bermaksud
mendeskripsikan,
menguraikan,
dan
menggambarkan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) Pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Selain itu, juga untuk mengetahui hambatan-hambatan dan faktor pendukung selama penyelenggaraan diklat. B. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta yang beralamat di Purwomartani, 29
Kalasan Sleman Yogyakarta dari bulan Desember 2016 mulai observasi awal hingga selesai penelitian bulan Maret
2017. Alasan peneliti memilih Balai
Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta sebagai tempat penelitian karena lembaga ini telah melaksanakan diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan sebagai salah satu upaya dalam membentuk pendamping yang dapat melaksanakan tugas untuk membantu pengelolaan dan pengembangan kelompok RTSM di daerahnya masing-masing. Selain itu penelitian juga dilaksanakan di Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang dan Getak Malangjiwan Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten guna mengambil data dari alumni peserta diklat Pendamping PKH dan beberapa anggota PKH. C. Subjek Penelitian Sasaran dalam penelitian ini adalah pihak- pihak yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pendamping Program Keluarga Harapan. Dalam penelitian ini sasarannya adalah penyelenggara diklat PKH, widyaiswara diklat Pendamping PKH, peserta diklat PKH, dan beberapa anggota RTSM di Magelang dan Klaten untuk memperoleh gambaran dan informasi yang lebih jelas. Adapun subjek utama dalam penelitian yang telah terlibat dalam pengumpulan data dalam penelitian ini sebanyak delapan informan. Informan tersebut antara lain : 1. Bidang penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta Informan dari Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta terdiri dari dua orang, yakni Kepala Bidang diklat Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM)
dan juga Kepala Seksi Penyusunan Program, untuk 30
menggali informasi tentang penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi serta menggali informasi tentang sarana prasarana, pendanaan, dan pemanfaatan dalam diklat. Metode yang digunakan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. 2. Widyaiswara PKH di BBPPKS Yogyakarta Widyaiswara yang terlibat dalam diklat pendamping PKH berjumlah 2 orang, namun peneliti hanya mengambil data dari saru widyaiswara yakni koordinator widyaiswara diklat pendamping PKH, untuk menggali informasi tentang pelaksanaan Diklat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi serta menggali informasi tentang komponen-komponen serta faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat. 3. Peserta Diklat Pendamping PKH Alumni peserta diklat yang menjadi informan sebanyak tiga orang yakni Bapak “SS” asal Magelang, Ibu “KN” dan Ibu “VV” asal Klaten. Peneliti memilih tiga informan ini karena ketiganya masih aktif menjadi pendamping PKH di daerahnya masing-masing dan masih terjangkau untuk diteliti serta peneliti tidak mengenal akrab dengan mereka sehingga informasi atau data yang mereka sampaikan objektif. Peneliti menggali informasi tentang dampak diklat pendamping PKH, faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat kemudian menggali informasi tentang pendampingan PKH. 4. Anggota PKH di Magelang dan Klaten Anggota PKH yang menjadi informan sebanyak dua orang yakni Ibu “SP” dan Ibu “PS” yang berasal dari Magelang dan Klaten. Peneliti menggali 31
informasi tentang dampak penyelenggaraan program diklat yaitu pengelolaan, pemberdayaan, dan pengembangan KSM. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2012:308). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Wawancara Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita,data,atau fakta di lapangan. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong,2012: 186). Menurut Sutrisno Hadi
(2012:132), anggapan yang perlu
diperhatikan oleh peneliti dalam menggunakan metode interview adalah: a. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya. b. Bahwa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. c. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
peneliti
kepaanya
dimaksudkan oleh peneliti. 32
adalah
sama
dengan
apa
yang
Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara semitruktur yaitu jenis wawancara yang termasuk dalam kategori in-depth interview yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lebih terbuka. Dipilihnya teknik wawancara sebagai salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian ini dikarenakan peneliti berupaya mendapatkan data secara lebih akurat dari narasumber tentang pelaksanaan dan dampak dari adanya diklat bagi pendamping Program Keluarga Harapan. Tokoh yang diwawancarai dalam penelitian ini meliputi: (1) Kepala Bidang Penyelenggara Diklat TKSM, (2) Kepala Seksi Penyusunan Program, (3) Widyaiswara diklat Pendamping PKH, (4) Alumni peserta diklat Pendamping PKH, dan (5) Anggota PKH di Kebonarum Klaten dan Magelang. 2. Observasi (Pengamatan Langsung) Observasi adalah dasar pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi partisipatif (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar ( overt observation and covert observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured observation). Selanjutnya Spradley dalam Susan Stainback (1988) membagi observasi partisipasi menjadi empat, yaitu passive participation, moderate participation, active participation, dan complete participation (Sugiyono, 2012:310). Teknik observasi 33
digunakan peneliti karena peneliti ingin menggali secara langsung pelaksanaan dan dampak diklat bagi pendamping PKH. Berdasarkan penjelasan di atas, teknik observasi yang digunakan dalam penelitan ini adalah observasi pasif, karena peneliti tidak berpartisipasi dalam kegiatan diklat yang dilakukan. Observasi dilakukan pada aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan penyelenggaraan diklat Pendamping PKH, meliputi : (1) Kantor BBPPKS Yogyakarta untuk mengetahui data-data BBPPKS Yogyakarta, (2) Wilayah masyarakat anggota dampingan PKH yakni di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dan
Kecamatan Magelang Selatan Kota Magelang untuk
mengetahui dampak dari pelaksanaan diklat Pendamping PKH. 3. Dokumentasi Dokumentasi
berasal
dari
kata
dokumen,
yang
berarti
barangbarang tertulis atau catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumentasi merupakan setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan orang lain. Dokumentasi diperlukan untuk lebih memperkaya data yang didapat peneliti, sehingga diharapkan
data
yang
diperoleh
peneliti
lebih
dapat
dipertanggungjawabkan keabsahannya. Bentuk dokumentasi yang diambil peneliti berupa profil lembaga, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan diklat dan foto kegiatan pelaksanaan diklat.
34
Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Pengumpulan Data No 1.
Aspek Perencanaan Diklat: a. perekrutan peserta b. persiapan widyaiswara
2.
3.
Sub Aspek
1. perekrutan 2. pemanggilan
1. penyiapan dana
b. Komponenkomponen diklat
1. Peserta diklat 2. Fasilitator diklat 3. Media pembelajaran 4. Kurikulum diklat 5. Metode pembelajaran 6. Jadwal diklat
c. Proses
1. Pembukaan 2. Kegiatan inti 3. Penutup
b. Dampak diklat
Sumber
Wawancara, Dokumentasi, Observasi
Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Bidang Penyusunan Program, Widyaiswara, Peserta diklat PKH
Wawancara, Dokumentasi, Observasi
Bidang Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Widyaiswara, Peserta diklat PKH
Wawancara, Dokumentasi, Observasi
Bidang 1. Penyelenggara diklat BBPPKS Yogyakarta, Widyaiswara, Peserta diklat PKH, Anggota PKH
1. penyiapan bahan ajar
c. pendanaan Pelaksanaan Diklat : a. Latar Belakang
Evaluasi a. Proses evaluasi
Metode
1. latar belakang diklat
1. Evaluasi peserta 2. Evaluasi widyaiswara 3. Evaluasi penyelenggara 1. Dampak bagi peserta
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti. Peneliti menjadi kunci instrumen dalam penelitian kualitatif. Lebih lanjut, Sugiyono menuliskan karena peneliti menjadi instrumen utama dalam penelitian, maka peneliti bertugas menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, 35
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2014:306). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penelitian ini yang berperan sebagai instrumen kunci adalah peneliti itu sendiri. Selama proses pengambilan data, peneliti dibantu dengan pedoman observasi, wawancara dan dokumentasi. F. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari , dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,2012:335). Analisis data merupakan proses memilah data atau informasi yang sesuai dengan fokus penelitian yang diteliti. Analisis data pada penelitian kualitatif tidak dimulai ketika pengumpulan data telah selesai,tetapi sesungguhnya berlangsung sepanjang penelitian dikerjakan ( Tohirin, 2012:142). Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012: 336), analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif. Aktivitas dalam analisis data, yaitu: 36
data reduction, data display, and data conclusion drawing verification (Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono, 2012:246). Berikut penjelasan tekniks analisis yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Data Reduction (Reduksi Data) Peneliti mereduksi data dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema yang sesuai. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi dan observasi, peneliti memilah data tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat pendamping PKH angkatan IX di BBPPKS yang sudah di kumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan peneliti. 2. Data Display (Penyajian Data) : Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Peneliti mendisplay data mengenai perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi diklat pendamping PKH angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta dengan menyajikan data tersebut ke dalam
pola-pola
yang
saling
berhubungan,
selanjutnya
peneliti
mengkategorikan data yang sama yang diperoleh dari berbagai informan, guna memudahkan peneliti saat penarikan kesimpulan. 3. Conclusion Drawing Verification (Penarikan Kesimpulan) Tahapan ini merupakan serangkaian sajian data yang dituangkan dalam bentuk kalimat yang ringkas, singkat, dan padat. Peneliti menarik
37
kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh yang sebelumnya telah direduksi dan didisplay. G. Keabsahan Data Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Peneliti menggunakan observasi pasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber yang sama secara serempak.
Data
yang
sudah
diperoleh
oleh
peneliti
dari
berbagai
sumber(informan) selanjutnya di analisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan lalu dilakukan cross check dengan membandingkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi. Oleh karena itu, triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara, hasil observasi dan dokumentasi dengan
dengan penyelenggara diklat,
widyaiswara, alumni peserta diklat PKH di BBPPKS Yogyakarta dan anggota PKH.
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan
Sosial
(BBPPKS)
Yogyakarta
yang
beralamat
di
Jalan
Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta. BBPPKS Yogyakarta adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial di lingkungan Kementrian Sosial yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. BBPPKS Yogyakarta sendiri bertugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial bagi Tenaga Kesejahteraan Sosial Pemerintah (TKSP) dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), pengkajian dan penyiapan standarisasi pendidikan dan pelatihan, serta pemberian informasi serta koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BBPPKS Yogyakarta mempunyai dua kantor, yang pertama beralamat di Jl. Purwomartani Maguwoharjo Sleman dan yang kedua di jl. Veteran No. 8 Yogyakarta.
BBPPKS
Yogyakarta
mempunyai
beberapa
fasilitas
untuk
mendukung proses diklat diantaranya perpustakaan yang berada di kantor purwomartani, satu asrama di masing-masing kantor, dua ruang aula, dua ruang arsip, empat ruang diskusi, lima ruang kelas, dua mushola, satu ruang lab. komputer, dua gazebo, satu wisma tamu, satu ruang poliklinik, tiga ruang makan, dan satu joglo. Sasaran dari TKSM adalah pekerja sosial, relawan sosial, pengurus organisasi sosial, karang taruna, dan lain-lain yang ada di enam propinsi yang 39
termasuk dalam naungan BBPPKS Yogyakarta. Enam propinsi tersebut yaitu Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB. sedangkan untuk pelaksanaan program diklat yang terdapat di BBPPKS setiap tahunnya mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan yang dinamis pula, pembuatan program atau perencanaan program melibatkan semua divisi yang ada di BBPPKS dan diseleksi oleh divisi perencanaan diklat sesuai dengan Training Need Assessment (TNA). Tugas divisi pelaksanaan program yakni menyiapkan tempat, matrik dan fasilitator, dimana setiap diklat yang diselenggarakan setiap kelasnya meliputi 30-50 peserta. Selama ini kendala yang dirasa devisi pelaksanaan progam antara lain kedatangan peserta yang tidak tepat waktu dan bagi TKSP, dan SDM yang dikirim untuk mengikuti Diklat merupakan orang yang sama setiap tahunnya. B. Data Hasil Penelitian Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan sebuah program bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM), atau dalam istilah internasional dikenal dengan Conditional Cash Transfers (CCT). Pelaksanaan PKH di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 2007, dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada Keluarga Miskin (KM) untuk meningkatkan kualitas hidup melalui perubahan perilaku terhadap pendidikan dan kesehatan serta mendukung tercapainya kesejahteraan sosial (Buku Laporan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX 2016). Dalam rangka mewujudkan tugas tersebut Kementerian Sosial melalui Balai Besar pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional III Yogyakarta yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesejahteraan Sosial mendapat mandat dari 40
Kementerian Sosial RI untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM para pendamping PKH untuk menyelenggarakan diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Maksud dari diklat tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan, nilai, dan keterampilan pendamping PKH agar dapat melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya dalam melaksanakan pendampingan Program Keluarga Harapan (PKH). Selanjutnya setelah selesai mengikuti diklat Pendamping PKH peserta
diharapkan
dapat
mengetahui
dan
memahami
Kebijakan
PKH,
melaksanakan pengembangan integritas, memahami dan menerapkan etika pendampingan sosial dan lainnya. Penyelenggaraan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan, proses, dan evaluasi. Secara lebih lengkapnya diuraikan sebagai berikut: 1. Perencanaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelenggara diklat, proses perencanaan diklat pendamping PKH diperoleh informasi sebagai berikut: a. Proses perekrutan peserta diklat pendamping PKH Perekrutan peserta diklat pendamping PKH dilakukan oleh Pusdiklat dengan berdasarkan surat pemanggilan BBPPKS Regional III Yogyakarta No.410/BBPPKS.DK2/07/2016 tanggal 24 Mei 2016 perihal pemanggilan Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan IX dengan jumlah peserta yang diundang sebanyak 50 orang. Perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat, sehingga dari pihak BBPPKS hanya menerima daftar 41
peserta dan mereka tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara program, bahwa : “perekrutan peserta diklatnya dilakukan dari pusat mbak, kita hanya terima beres saja, jadi dari pusat sudah mengirim surat pemanggilan melalui email” (CW-1) Peserta
Diklat
Pendamping
PKH
Angkatan
IX
merupakan
pendamping PKH yang telah lulus seleksi dari instansi sosial Kabupaten/Kota masing-masing yang menyelenggarakan PKH serta lulus dari seleksi Kementerian Sosial Pusat di Jakarta. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa : “proses perekrutan pesertanya dilakukan secara online yang kemudian dilanjutkan dengan proses wawancara. Kemampuan yang diujikan bermacam-macam, mulai dari kemampuan akademik, dll. Perekrutan peserta diklat dari masing-masing daerah itu per kabupaten. Perekrutan dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi setempat yang kemudian dipilih lagi oleh pemerintah pusat sebagai finalisasinya” (CW-1) Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Bapak SS sebagai peserta diklat bahwa: “kemarin ketika pelaksanaan diklat saya langsung dipanggil oleh dinas sosial dan mendapat surat tugas untuk ikut diklat, kebetulan saya sudah lumayan lama jadi pendamping tapi belum ikut diklat ini” (CW-3) Peserta diklat adalah mereka yang sudah menjadi pendamping PKH di wilayahnya masing-masing dan belum didiklat. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN bahwa : “sebelumnya saya itu sudah menjadi pendamping PKH, tapi belum di diklat. Waktu itu saya mendapat panggilan dan surat untuk mengikuti diklat di BBPPKS Yogyakarta, kebetulan saat itu saya sedang hamil tua”(CW-5) 42
Pada pelaksanaan diklat Pendamping PKH Angkatan IX yang dipanggil untuk mengikuti diklat berasal dari Kota Magelang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Brebes. Hal ini ditegaskan oleh Ibu VV peserta diklat bahwa : “peserta diklat berasal dari provinsi Jawa Tengah semua Mbak. Dari Klaten, Tegal, Boyolali, Brebes, dan Magelang. Kalo dari Klaten sendiri ada 4 orang, dari Kecamatan Ceper, Kecamatan Kebonarum, dan dari Klaten Utara ada 2 orang. Dari Boyolali sama Wonosobo masing-masing 1 orang, yang banyak itu yang dari Tegal” (CW-7) Berikut daftar asal peserta diklat pendamping PKH dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Asal Peserta Diklat No. Provinsi Jawa Tengah Jumlah 1. Kabupaten Tegal 17 2. Brebes 8 3. Kota Magelang 6 4. Kabupaten Klaten 4 5. Kabupaten Wonosobo 1 6. Kabupaten Boyolali 1 7. Kota Tegal 13 Jumlah 50 Sumber : Laporan Diklat Pendamping PKH 2016 Tabel 3. Asal peserta diklat terlampir pada lampiran 6. Dari Tabel 3. Asal peserta diklat diatas dapat dikatakan bahwa semua peserta berasal dari kabupaten di Jawa Tengah. Jumlah peserta terbanyak berturut-turut adalah berasal dari Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Brebes, Kota Magelang, Klaten, dan yang paling sedikit yaitu berasal dari Kabupaten Wonosobo dan Boyolali
43
dengan hanya 1 peserta. Daftar asal peserta diklat PKH terlampir pada lampiran 6. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat, sehingga dari pihak BBPPKS hanya menerima daftar peserta dan mereka tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Peserta diklat pendamping PKH merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi yang diadakan di Dinsos Kabupaten atau Kota setempat berdasarkan domisili peserta. Peserta pelatihan berasal dari wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu
Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kota Tegal,
Kabupaten Tegal, Brebes, Boyolali, Wonosobo dan Klaten. b. Persiapan yang dilakukan oleh widyaiswara sebelum pelaksanaan diklat Fasilitator terdiri dari widyaiswara dari BBPPKS Reg III Yogyakarta yang telah mengikuti dan lulus TOT Diklat Pendamping Keluarga Harapan dapat dilihat dalam tabel 4. Daftar fasilitator diklat : Tabel 4. Daftar Fasilitator No. 1. 2.
Nama Drs. Uji Hartono, MA
Instansi BBPPKS Reg Yogyakarta Wiweko BBPPKS Reg AKS,S.Pd, Yogyakarta
III
Joko III Karyadi, M.Pd Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016 Berdasarkan Tabel 4 Daftar Fasilitator diatas dapat dikatakan bahwa fasilitator dari BBPPKS Yogyakarta yang mengisi kelas diklat Pendamping PKH Angkatan IX sebanyak 2 orang yang salah satu dari fasilitator tersebut adalah koordinator dari semua fasilitator yang dimiliki BBPPKS 44
Yogyakarta. Widyaiswara dalam diklat pendamping PKH merupakan widyaiswara dari BBPPKS Yogyakarta yang telah mengikuti dan lulus dalam Training of trainer (TOT) pendamping PKH dan praktisi. Widyaiswara memiliki tugas memfasilitasi substansi pembelajaran sosial dengan kurikulum yang telah ditetapkan, baik pembelajaran klasikal yang diadakan di dalam kelas maupun non klasikal seperti praktek belajar lapangan dan outbond. Dalam pelaksanaan diklat pendamping PKH, widyaiswara dikatakan sudah memenuhi jumlah sehingga dalam setiap sesi pembelajaran widyaiswara dapat bergantian. Hal ini diungkapkan oleh penyelenggara diklat Bapak SD bahwa : “widyaiswara untuk diklat PKH dapat dikatakan sudah mencukupi jadi dalam setiap sesi bisa berubah-ubah widyaiswaranya ini menjadikan peserta tidak jemu” (CW-1) Widyaiswara memiliki peran penting dalam pelaksanaan diklat, widyaiswara harus memiliki kompetensi dan kemampuan yang menunjang dalam memfasilitasi suatu diklat. Kompetensi widyaiswara diantaranya : (1) Memahami dan mampu membimbing peserta agar memiliki komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab profesi. (2) Memahami dan membimbing peserta untuk menegakkan disiplin dan memiliki etos kerja (3) Memahami dan mampu menjelaskan tentang masalah sosial, pelayanan sosial, serta kebijakan kesejahteraan sosial (4) Memahami dan mampu menganalisis sumber-sumber pemenuhan kebutuhan / pemecahan masalah 45
(5) Memahami dan mampu memberikan bimbingan dan kerjasama peserta dalam kelompok
Kompetensi di atas sangat penting dimiliki oleh widyaiswara. Hal ini diungkapkan oleh Bapak UH salah satu widyaiswara bahwa : “widyaiswara merupakan orang-orang yang sudah lulus TOT dan memiliki sertifikat untuk mengajar sebelum diklat dilaksanakan diadakan evaluasi besar di Jakarta dimana evaluasi bertujuan untuk perbaikan bagi kami dalam mengajar dan perbaikan materi yang akan disampaikan” (CW-8) Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa untuk menjadi widyaiswara dalam diklat memiliki beberapa kriteria yaitu sudah mengikuti TOT pendamping PKH dan memiliki sertifikat telah lulus TOT, untuk menjadi widyaiswara harus memiliki kompetensi widyaiswara, hal ini penting dimiliki untuk menunjang proses pembelajaran. Penyampaian materi diklat selain disampaikan oleh widyaiswara, materi juga disampaikan oleh narasumber. Narasumber yang telah berpartisipasi menyampaikan materi Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan IX adalah pejabat struktural dilingkungan Kementerian Sosial RI dan narasumber Lokal/Praktisi dapat dilihat dalam tabel 5. Daftar Narasumber Diklat : Tabel 5. Daftar Narasumber No. Nama 1. DR. Mukman Nuryana, P.hd 2. Drs. Sugiyanto, M.Si 3.
4.
Instansi Plt. Sekjen Kemensos RI Kepala BBPPKS Reg III Yogyakarta Agustinus Sunarman Direktorat Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI Siti Maryatun Ibtiyah UPPKH Yogyakarta Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016 46
Berdasarkan Tabel 5. di atas dapat dikatakan bahwa narasumber yang mengisi diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta berasal dari berbagai instansi dan jabatan, mulai dari yang tertinggi yakni Plt. Sekjen Kemensos RI, selanjutnya dari Direktorat Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial RI, kemudian Kepala BBPPKS Yogyakarta, dan yang terakhir yakni dari UPPKH Yogyakarta. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa para narasumber yang memberikan materi dalam diklat Pendamping PKH adalah mereka yang berkompeten. Sebelum melaksanakan diklat, widyaiswara melakukan beberapa persiapan. Hal ini disampaikan oleh Bapak UH selaku widyaiswara, bahwa : “sebelum diklat dilaksanakan kami para widyaiswara yang mendapat tugas dari pak kepala untuk mengisi materi juga mempersiapkan diantaranya kami melakukan rapat koordinasi dengan widyaiswara yang lain kemudian kami menyusun rancang bangun pembelajaran atau RPP, kemudian menyusun bahan ajar dan menyusun bahan tayang yang nantinya kita presentasikan saat diklat” (CW-8) Berdasarkan pernyataan widyaiswara di atas, dapat dikatakan bahwa widyaiswara memiliki peran dalam menyampaikan materi yang ada dalam kurikulum yang telah disusun. Persiapan yang dilakukan oleh widyaiswara diantaranya
menyusun
rancang
bangun
pembelajaran,
rencana
pembelajaran, bahan ajar, dan menyusun bahan tayang atau PPT. c. Pendanaan untuk diklat pendamping PKH Pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat, hal ini disampaikan oleh Ibu NN sebagai Kepala Seksi Peyusunan Program bahwa :
47
“kalau anggaran seluruh kegiatan di BBPPKS ini semuanya berasal dari Pusat Mbak. Pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat yaitu diambil dari Anggaran DIPA BBPPKS. Dari APBN yang kemudian dibagi-bagi Mbak. Untuk belanja pegawai, belanja modal dan belanja barang. Belanja pegawai itu untuk menggaji pegawai, tunjangan anak istri, bonus kinerja pegawai, uang makan dan lain-lain. Kalau belanja modal itu seperti untuk pemeliharaan gedung, rehabititasi gedung, mobil dinas, komputer, LCD, meja-kursi, lemari, ruang dan perlengkapan kantor. Sedangkan belanja barang itu di bagi lagi menjadi operasional dan non – operasional. Operasional meliputi rakorbang, rakornis, dan kegiatan laboratorium. Sedangkan Non-operasional meliputi monitoring dan evaluasi, diklat, dan lain-lain” (CW-2) Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa pendanaan diklat pendamping PKH diambil dari Anggaran DIPA Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional III Yogyakarta. Dari beberapa uraian mengenai perencanaan diklat pendamping PKH, dapat disimpulkan bahwa perencanaan diklat pendamping PKH dilakukan oleh pihak Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kesejahteraan Sosial. Pihak penyelenggara Diklat di BBPPKS melakukan persiapan awal dengan kegiatan yang mencakup pemanggilan peserta dengan berdasar kepada daftar yang diperoleh dari Pusdiklat yang sebelumnya telah lolos seleksi tingkat kabupaten, penyiapan rancang bangun pembelajaran, menyusun bahan ajar, menyusun bahan tayang oleh widyaiswara, penyiapan pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat yaitu diambil dari Anggaran DIPA Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional III Yogyakarta.
48
2. Proses Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta Pelaksanaan Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) dilaksanakan setelah semua perencanaan atau persiapan telah selesai dilakukan, proses Diklat pendamping PKH dapat diuraikan sebagai berikut : a. Proses penerimaan peserta diklat pendamping PKH Penerimaan peserta dilaksanakan oleh panitia kesekretariatan, penerimaan peserta ini sekaligus pendaftaran ulang bagi peserta. Persyaratan yang harus diserahkan dalam registrasi ini telah tercantum dalam surat pemanggilan calon peserta. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “peserta yang telah diberi surat pemanggilan wajib datang pada hari pertama diklat untuk melakukan registrasi dengan menyerahkan surat tugas, surat dokter, SPPD, foto, fotokopi KTP, fotokopi buku tabungan. Semua persyaratan itu sudah kami sampaikan dalam surat pemanggilan calon peserta diklat” (CW-1)
Penerimaan peserta diklat Pendamping PKH yang dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 2016 ini selain peserta menyerahkan persyaratan yang telah disampaikan di atas, peserta juga diminta menginput data diri di komputer yang telah disediakan panitia, setelah selesai registrasi peserta berhak memperoleh kelengkapan diklat seperti name tag, block note, pulpen, fotocopi materi, dan kaos. Hal ini di sampaikan oleh Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa: “hari pertama diklat kami diminta untuk menyerahkan data seperti surat tugas, SPPD, foto, fotokopi ktp, dan fotokopi rekening tabungan. Setelah itu kami disuruh ngisi data dilaptop yang isinya nama lengkap, TTL, alamat rumah, nomer telepon, dan wilayah dampingan selepas ngisi data kami diberikan fasilitas diklat seperti dibagikan 49
kamar yang akan ditempati selama diklat, tas, kaos, block note dan materi diklat” (CW-5) Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penerimaan peserta yaitu pengisian curriculum vitae, pembagian kamar, serta pengecekan berkas yang mencakup surat tugas, SPPD, tiket transportasi apabila peserta berasal dari luar Kota Yogyakarta, penyerahan kunci kamar asrama dengan masingmasing kamar diisi oleh 3-4 orang. Kegiatan penerimaan peserta berlangsung selama 3-5 jam. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pada hari pertama pelaksanaan diklat yaitu penerimaan peserta. Peserta diminta menyerahkan persyaratan yang telah disampaikan dalam surat pemanggilan peserta diklat, registrasi juga dilaksanakan dengan mengisi data diri peserta di laptop yang telah disediakan oleh panitia. Pada hari pertama diklat peserta juga diberi haknya berupa, fasilitas seperti tas, penyerahan kunci kamar asrama dengan masing-masing kamar diisi oleh 3-4 orang buku, pulpen, kaos, dan materi diklat. b. Proses pembelajaran diklat pendamping PKH Proses pembelajaran diklat dimulai setelah acara pembukaan, yang kemudian akan dilanjutkan dengan dinamika kelompok, Pretest-Post test, sesi penyampaian materi, praktek belajar lapangan, dan pelaksanaan evaluasi. Hal ini disampaikan oleh penyelenggara diklat Bapak SD bahwa : “setelah semua persiapan telah selesai dilaksanakan maka tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan diklat dimana pelaksanaan diklat melalui beberapa tahapan yaitu penerimaan peserta yang dilanjut dengan pengarahan program, acara pembukaan, dinamika kelompok, 50
penyampaian materi, PBL, yang kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi” (CW-1)
Pengarahan program merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah peserta melaksanakan registrasi, kegiatan ini berupa penyampaian maksud dan tujuan pelaksanaan pendamping PKH, hak dan kewajiban peserta, dan penyampaian tata tertib pelaksanaan diklat. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelenggara diklat pengarahan program dilaksanakan langsung oleh
koordinator
pendamping
PKH.
Selain
pengarahan
program
dilaksanakan juga pra tes yang bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak pemahaman peserta tentang PKH. Hal ini disampaikan oleh Ibu VV peserta diklat bahwa : “pada hari pertama jadwal kami lumayan padat setelah registrasi kami diberi waktu satu jam untuk istirahat lalu dilanjut dengan pengarahan program di aula sekaligus diadakan pre tes yang mana materinya tentang PKH secara umum” (CW-7) Hal ini diungkapkan juga oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “ya hari pertama itu koordinator diklat memberikan pengarahan tentang diklatnya seperti apa, jadwalnya bagaimana, dan kami sampaikan juga tentang tata tertib untuk peserta. Selain pengarahan diklat langsung diberikan juga pra tes ya untuk tahulah seberapa mengertinya peserta tentang PKH” (CW-1) Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa sebelum pelaksanaan diklat terdapat pengarahan program, kegiatan ini berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan selama diklat berlangsung. Selain pengarahan program dilaksanakan pra tes yang berlangsung selama 40 menit. Evaluasi awal yang digunakan untuk 51
mengetahui pemahaman peserta tentang materi PKH. Pelaksanaan diklat selalu melibatkan peserta yang benar-benar baru dan belum mengenal satu sama lain. Dalam pelaksanaan diklat juga peserta masih awam sehingga bisa menyebabkan kebosanan nantinya, untuk mengatasi hal tersebut maka diadakan dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan kegiatan yang dilaksanakan di awal pelaksanaan diklat yang bertujuan untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, memiliki rasa kebersamaan serta kerjasama antar peserta. Hal ini diungkapkan oleh Bapak UH selaku widyaiswara bahwa : “saat diklat berlangsung peserta akan mengikuti dinamika kelompok. Dinamika kelompok dikemas melaului permainan-permainan dan kta buat menyenangkan. Melalui kegiatan ini kami ingin pesrta saling mengenal baik dengan teman peserta lainnya dan dengan fasilitator” (CW-8) Dinamika kelompok diawali dengan perkenalan fasilitator, senam peregangan, ice breaking, permainan, dan diakhiri dengan refleksi fasilitator, pembentukan pengurus kelas, pembuatan kontrak belajar yang menjadi kesepakatan bersama untuk menguatkan tata tertib yang telah ditetapkan oleh penyelenggara diklat, doa, dan pembentukan kelompok yang nantinya setiap pagi akan melaksanakan review. Hal ini disampaikan Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa : “kemarin hari pertama diklat juga diisi dinamika kelompok kegiatannya seneng-seneng sih diisi dengan permainan, ice breaking, perkenalan antar peserta dan fasilitator, sama pembentukan pengurus kelas seperti ketua kelas dan sekretaris. Manfaatnya ya kita saling kenal antar peserta engga malu-malu lagi karena orangnya ternyata seru-seru” (CW-5)
52
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dinamika kelompok merupakan kegiatan awal sebelum diklat memasuki proses belajar mengajar. Dinamika kelompok merupakan kegiatan yang berfungsi untuk membuat peserta saling mengenal, memiliki rasa kebersamaan dan kerjasama, serta membentuk komitmen tinggi dalam melaksanakan tugas baik sebagai individu, anggota kelompok atau lembaga dan masyarakat. Dinamika kelompok diisi dengan permainan-permainan yang bertujuan agar peserta tidak merasa bosan dalam mengikuti kegiatan. Pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua tepatnya tanggal 25 Juni 2016. Pembukaan diklat dilaksanakan oleh Plt. Sekjen Kemensos RI. Pembukaan diklat diisi dengan penyampaian sambutan yang kemudian dilanjutkan dengan penyematan tanda peserta sebagai tanda dimulainya kegiatan diklat. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa : “pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua diklat yang dihadiri oleh pejabat struktural, widyaiswara, panitia, dan seluruh peserta diklat pendamping PKH. Diisi dengan sambutan serta pengarahan singkat dari Plt. Sekjen Kemensos RI dan dilanjut penyematan tanda peserta” (CW-1) Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa pembukaan diklat dilaksanakan pada hari kedua diklat oleh kepala bidang penyelenggara diklat yang diisi dengan sambutan, pengarahan kepada peserta diklat agar mereka dapat menggunakan waktu selama diklat untuk sharing pengalaman serta berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diklat sehingga nantinya dapat diaplikasikan dalam pendampingan PKH di lapangan.
53
Proses pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 27 Juni - 30 Juli 2016. Penyampaian materi disampaikan oleh widyaiswara, narasumber sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, kegiatan diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya, walaupun terdapat hambatan yakni keterlambatan narasumber dari pusat, namun dapat teratasi dengan penggeseran jadwal dan materi yang disampaikan. Hal ini disampaikan Bapak UH selaku widyaiswara bahwa : “setiap harinya proses belajar dimulai pukul 07.30 diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya. Review materi dilaksanakan per kelompok sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Namun kemaren sempat ada narasumber dari pusat yang datangnya terlambat mbak, jadi kami dari widyaiswara berkonsultasi dengan penyelenggara untuk mengatur ulang jadwal. Jadi waktunya tidak terbuang dan kami isi dengan materi lain yang memungkinkan mbak.” (CW-8) Proses pembelajaran dalam diklat pendamping PKH berlangsung selama kurang lebih empat hari. Materi yang disampaikan meliputi: Kebijakan Pelaksanaan PKH, Pengembangan Motivasi, Pengembangan Integritas, Mekanisme Pelaksanaan PKH, Etika Pendampingan Sosial, Pertemuan Awal dan Sosialisasi PKH, Validasi Calon Peserta PKH, Verifikasi Komitmen Peserta PKH, Pemutakhiran Data Peserta PKH, Penyaluran Bantuan dan Rekonsiliasi, Pelaporan Pengarsipan Dokumen, Pendampingan dan Koordinasi, Pertemuan Kelompok/P2K2/FDS, dan Sistem Pengaduan Masyarakat. Materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta ketika peserta terjun untuk mendamping PKH di wilayahnya masing-masing. Hal ini disampaikan oleh Bapak UH selaku widyaiswara bahwa : 54
“materi semua dibuat oleh pusdiklat dimana materinya disesuaikan dengan kebutuhan peserta untuk melakukan pendampingan nantinya. Materinya seputar bagaimana mekanisme program dilaksanakan di lapangan” (CW-8) Hal ini ditegaskan juga oleh peseta diklat Ibu VV bahwa : “materi diklat seputar PKH dan saya rasa sangat bermanfaat sekali, materinya disesuaikan dengan apa yang harus dilakukan pendamping. Saya yang pendamping baru dan harus belajar dari nol jadi terbuka wawasannya tentang PKH” (CW-7) Materi yang disampaikan pada saat diklat berdasarkan kurikulum Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan IX berjumlah 80 jamlat @45 menit dengan perincian sebagai berikut : Tabel 6. Kurikulum No. Materi Materi Dasar 1. Dinamika Kelompok 2. Kebijakan Pelaksanaan PKH 3. Kebijakan Pengembangan SDM Kesos Reg III Yogyakarta Materi Inti 4. Pengembangan Motivasi 5. Pengembangan Integritas 6. Mekanisme Pelaksanaan PKH 7. Etika Pendampingan Sosial 8. Pertemuan awal dan Sosialisasi PKH 9. Validasi Calon Peserta PKH 10. Verifikasi Komitmen Peserta PKH 11. Pemutakhiran Data Peserta PKH 12. Penyaluran Bantuan dan Rekonsiliasi 13. Pelaporan Pengarsipan Dokumen 14. Pendampingan dan Koordinasi 15. Pertemuan Kelompok /P2 K2/FDS 16. Sistem Pengaduan Mayarakat 17. Praktek Belajar Lapangan Materi Penunjang 18. Pengarahan teknis, pengarahan PBL, Pembukaan, Penutupan, Pretest-postest, evaluasi penyelenggaraan Jumlah
Sumber : Buku Laporan Diklat Pendamping PKH 2016
55
Jamlat 2 2 2 5 5 2 5 4 3 3 3 3 3 3 6 2 20 7 80
Berdasarkan tabel 6. Kurikulum dapat dikatakan bahwa materi diklat dibagi menjadi tiga bagian utama, yang pertama adalah materi dasar mengenai PKH secara garis besar dan juga permainan untuk mengondisikan kelas (DK) yang setiap materinya disampaikan selama dua jamlat sehingga total penyampaian materi dasar berlangsung selama enam jamlat. Selanjutnya ada materi inti yang terdiri dari beberapa sub materi mengenai PKH secara lebih mendetail diantaranya yakni mengenai pengembangan motivasi, pengembangan integritas, dan etika pendampingan sosial yang masing-masing berlangsung selama lima jamlat, selanjutnya materi mekanisme pelaksanaan PKH dan sistem pengaduan masyarakat yang masing-masing berlangsung selama dua jamlat, kemudian materi validasi calon peserta PKH, verifikasi komitmen, pemutakhiran data, penyaluran bantuan dan rekonsiliasi, pelaporan pengarsipan dan pendampingan koordinasi masing-masing berlangsung selama tiga jamlat, serta materi pertemuan kelompok FDS yang berlangsung selama enam jamlat sehingga total penyampaian materi inti pada saat diklat berlangsung selama 67 jamlat. Materi inti yang disampaikan semuanya sangat penting untuk menunjang kegiatan pendampingan yang dilakaukan oleh pendamping di daerahnya masing-masing. Materi terakhir adalah materi penunjang yang disampaikan diakhir masa diklat, yang meliputi pengarahan teknis, pengarahan PBL, pembukaan diklat, penutupan diklat, termasuk didalamnya adalah pretest-posttest dan evaluasi diklat yang berlangsung selama tujuh jamlat sehingga total 56
keseluruhan materi yang disampaikan dalam diklat pendamping PKH adalah 80 jamlat. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa materi diklat pendamping PKH dibuat oleh Pusdiklat Kesejahteraan Sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan para peserta diklat dalam melaksanakan pendampingan di masyarakat.
Materi
yang disampaikan
antara lain meliputi
etika
pendampingan sosial, pengembangan motivasi, pengembangan integritas dan pertemuan kelompok FDS yang semuanya sangat menunjang kegiatan pendampingan yang akan dilakukan oleh peserta diklat. Diklat yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta memiliki program yang dapat menunjang diklat yaitu praktek belajar lapangan (PBL). Praktek belajar lapangan merupakan tahapan akhir dimana peserta dituntut untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapatkan sebelum ke lapangan. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa : “dalam setiap diklat ada PBL dimana didalam PBL peserta diajak melihat langsung keadaan PKH di lapangan yang nantinya untuk acuan dalam pendampingan PKH mereka ketika sudah kembali diklat“(CW-1) Praktek Belajar Lapangan (PBL) dalam diklat pendamping PKH dilaksanakan dalam 2 hari yang dilaksanakan di salah satu desa dimana terdapat PKH yang telah ditentukan oleh penyelenggara diklat sebelumnya. Praktek Belajar Lapangan (PBL) diklat pendamping PKH ini dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke kelompok PKH , setelah kegiatan PBL maka akan dilaksanakan review hasil PBL dengan widyaiswara. Hal ini diungkapkan oleh Bapak UH selaku widyaiswara dalam diklat ini bahwa : 57
“PBL dilaksanakan selama dua hari. Dalam PBL diklat pendamping PKH ini kami melakukan kunjungan, wawancara dengan pihak setempat mengenai pendampingan PKH, melakukan pendataan, dan kegiatan motivasi. Kemudian setelah PBL selesai maka akan diadakan review bersama dan diadakan seminar untuk presentasi hasil PBL per kelompok” (CW-8) Praktek Belajar Lapangan dilaksankan di kelompok PKH di desa Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten. Desa yang dipilih ini merupakan wilayah yang dapat dikatakan sudah merasakan dampak positif dari adanya PKH. Dalam pelaksanaan PBL peserta diklat dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I dengan fokus koordinasi didampingi widyaiswara dan pendamping setempat melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kantor pos, desa, Dinas Sosial dengan melakukan tanya jawab untuk menggali informasi baik kendala/permasalahan yang ada sebagai bahan penyusunan laporan. Hal ini disampaikan oleh bapak SS sebagai peserta diklat PKH bahwa: “kelompok satu kebagian mengunjungi fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kantor pos, Dinas Sosial dan melakukan wawancara untuk bahan penulisan laporan besok Mbak” (CW-3)
Selanjutnya kelompok II dengan fokus pendataan ditugaskan untuk melakukan
kunjungan
kerumah-rumah
warga
dengan
didampingi
pendamping setempat untuk melaksanakan pendataan/update kepesertaan dengan kemungkinan terjadinya perubahan data dan lain-lain. Hal ini disampaikan oleh Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa : “kalau saya kelompok 2 Mbak. Kelompok saya ditugaskan untuk melakukan pendataan. Jadi kami melakukan kunjungan ke rumahrumah warga dan didampingi oleh pendamping setempat” (CW-5) 58
Sedangkan kelompok III dengan fokus motivasi dengan dibimbing oleh fasilitstor dan pendamping setempat melakukan kegiatan motivasi kepada 15 Keluarga Miskin (KM) di Balai Desa. Kegiatan motiasi dengan menggunakan teknik Family Development Session untuk memberikan rasa percaya diri, mental, spiritual, dan dorongan agar mampu mengelola keuangan dengan baik dan melakukan kegiatan berusaha. Hal ini ditegaskan oleh Ibu VV selaku peserta diklat bahwa : “kalau kelompok saya ditugaskan untuk melakukan motivasi kepada Keluarga Miskin (KM). Kami melakukan motivasi di Balai Desa dengan teknik Family Development Session Mbak. Lalu kami menuliskan hasil diskusi kami degan peserta soalnya nanti akan kami diskusikan lagi dengan fasilitator dan peserta diklat lainnya pada saat seminar” (CW-7) Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan bahwa Praktek Belajar Lapangan (PBL) dilaksanakan dengan tujuan agar peserta mengetahui PKH yang ada di daerah Kwarasan Juwiring Klaten yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan diskusi dalam seminar yang akan diadakan di akhir proses PBL. Materi yang akan di diskusikan dalam seminar antara lain materi yang sudah dibagi per kelompok PBL yaitu tentang koordinasi, pendataan, dan yang terakhir adalah motivasi. Pelaksanaan diklat yang telah berjalan selama 10 hari secara resmi ditutup oleh kepala bidang peyelenggara diklat. Penutupan dilaksanakan setelah kegiatan post test dan evaluasi. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD bahwa:
59
“setelah 10 hari pelaksanaan diklat maka diklat ditutup, penutupan ini dilaksanakan setelah kegiatan post test dan evaluasi” (CW-1) Selain acara resmi penutupan, dilaksanakan juga penyelesaian administrasi oleh bagian keuangan meliputi uang transport dan uang harian. Hal ini diungkapkan oleh peserta diklat Ibu VV bahwa : “kegiatan penutupan diisi dengan pelaporan hasil diklat oleh panitia kemudia ada pelepasan tanda peserta dan penyerahan sertifikat. Sebelum pulang kami juga diberi uang harian sebagai hak peserta dan uang transport”(CW-7) Penutupan diklat merupakan kegiatan terakhir dalam pelaksanaan diklat, kegiatannya diisi dengan pelaporan hasil diklat oleh panitia, pelepasan dan penyerahan sertifikat kepada perwakilan peserta diklat serta pemberian hak peserta berupa uang transport dan uang harian. Dari uraian di atas dapat dikatakan hari pertama diisi dengan pengarahan dan pretest. Proses pembelajaran dilaksanakan pada tanggal 27 Juni sampai dengan 30 Juli 2016. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, kegiatan diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya. Diklat yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta memiliki program yang dapat menunjang diklat yaitu praktek belajar lapangan (PBL). Praktek belajar lapangan merupakan tahapan akhir. Peserta dituntut untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapatkan sebelum ke lapangan. Tahap terakhir yakni tahap penutupan diklat. Pada tahap penutupan diklat dilaporkan hasil pelaksanaan diklat, pelepasan tanda peserta, dan penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta yang memiliki nilai tertinggi dari hasil post test. 60
c. Metode dalam diklat pendamping PKH Diklat pendamping PKH menggunakan metode pembelajaran orang dewasa (andragogy). Metode ini menekankan partisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta. Dalam metode andragogy seorang widyaiswara hanya sebatas memfasilitasi dan mendampingi proses belajar. Upaya yang dilakukan widyaiswara dalam menerapkan metode ini yaitu melibatkan semua kelompok dalam pembelajaran dan mengemas materi melalui permainan dan study kasus. Hal ini diungkapkan widyaiswara dalam diklat pendamping PKH yaitu Bapak UH bahwa : “metode yang digunakan dalam diklat menggunakan metode andragogy dimana widyaiswara hanya memfasilitasi. Metode ini bertujuan membuat peserta lebih aktif dan partisipatif, dalam setiap pembelajaran kami mengemas materi melalui permainan dan kasus yang harus dipecahkan oleh peserta” (CW-8) Dari wawancara yang telah dilakukan kepada widyaiswara dan penyelenggara diklat ada beberapa metode yang digunakan dalam pembelajaran antara lain : (1) Curah pendapat (Brainstorming) yaitu metode untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan serta pengalaman peserta berkaitan dengan pokok bahasan materi pelatihan (2) Ceramah dan tanya jawab yaitu widyaiswara memberikan uraian tentang substansi-substansi pokok yang terkandung dalam setiap materi pelatihan
kemudian
peserta
61
mengajukan
pertanyaan
atau
mengemukakan pendapat tentang topik. Fasilitator akan memberikan jawaban atau penjelasan atas pertanyaan atau tanggapan peserta. (3) Permainan peran yaitu metode peragaan prilaku oleh fasilitator maupun peserta atas konsep, sikap maupun ketrampilan tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah permainan peran widyaiswara bersama peserta memberikan tanggapan dan evalauasi atas pelatihan peran tersebut. (4) Diskusi kelompok dan pleno yaitu tiap kelompok mendiskusikan suatu materi atau kasus sesuai dengan pedoman diskusi atau lembar kerja yang telah dipersiapkan. Widyaiswara terlibat mendampingi peserta selama proses diskusi. Hasil diskusi dirumuskan dalam suatu laporan dan akan disampaikan dalam diskusi pleno. Pada diskusi pleno tiap kelompok memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok lain. Widyaiswara memberikan tanggapan atas materi dan jalannya diskusi. (5) Studi kasus yaitu peserta mendiskusikan suatu kasus. Kasus diambil dari pengalaman peserta atau telah dipersiapkan sebelumnya oleh fasilitator. Studi kasus merupakan metode untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan dalam memecahkan masalah-masalah empirik dalam kehidupannya. Dalam pelaksanaan diklat menurut salah satu peserta metode yang digunakan terlalu banyak materi sehingga banyak peserta yang merasa
62
bosan jika materi yang disampaikan tidak dikemas secara menarik dan kreatif. Hal ini disampaikan Ibu KN bahwa : “metodenya saya rasa kemarin banyak materinya jadi kami ya mendengarkan sambil ngantuk gitu tapi untungnya ada widyaiswara yang tanggap ketika peserta ngantuk langsung dikasih ice breaking atau nonton video” (CW-5) Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan dalam diklat yaitu metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang pembelajarannya menekankan pada partisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta dengan sebagian besar menggunakan metode studi kasus untuk pembelajarannya. Namun pada pelaksanaannya peserta merasa diklat pendamping PKH terlalu banyak materi sehingga menyebabkan peserta mudah bosan. d. Media pembelajaran dalam diklat pendamping PKH Dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran merupakan hal yang penting. Media pembelajaran berfungsi untuk mempermudah
peserta
memahami
materi
yang
disampaikan
dan
mempermudah peserta dalam berinteraksi secara aktif dengan widyaiswara. Hal ini disampaikan Bapak UH selaku widyaiswara dalam diklat bahwa: “setiap proses belajar pasti kami menggunakan media pembelajaran dimana media ini fungsiya untuk membuat peserta mengerti apa yang kami sampaikan sehingga ada hubungan interaktif antara peserta dan widyaiswara”(CW-8)
Media yang digunakan dalam pelaksanaan diklat pendamping PKH diantaranya yaitu modul yang berisi materi diklat, Laptop, LCD, flip chart yang berisi tentang materi diklat, kertas plano yang digunakan peserta 63
untuk mempresentasikan hasil diskusi serta film atau video. Hal ini diungkapkan salah satu peserta diklat yaitu Ibu KN : “untuk media pembelajaran cukup membantu kami dalam memahami materi yang disampaikan widyaiswara jadi kami tidak hanya mendengar tapi juga bisa baca. Media yang digunakan ada modul, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, film juga” (CW-5) Dari wawancara di atas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video. Media yang digunakan berfungsi membantu peserta dalam memahami materi yang disampaikan oleh widyaiswara sehingga terjadi hubungan yang interaktif antara peserta dengan widyaiswara. e. Faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH Program diklat pendaping PKH merupakan kegiatan diklat yang diperuntukkan bagi pendamping PKH yang memiliki faktor pendukung dan penghambat dalm pelaksanaannya. Faktor pendukung yang dirasakan oleh penyelenggara diklat yaitu adanya koordinasi yang baik dengan dinas sosial kabupaten / kota. Hal ini yang dirasakan Bapak SD sebagai penyelenggara diklat bahwa : “koordinasi yang baik dengan dinsos di kabupaten / kota menjadi salah satu faktor pendukung yang kami rasakan dengan koordinasi yang baik akan memudahkan kami untuk mendapatkan data tentang calon peserta yang telah lolos seleksi dan siap mengikuti diklat” (CW-1) Faktor pendukung lain yang diketahui dari hasil wawancara yaitu sarana dan prasarana diklat yang disediakan oleh BBPPKS Yogyakarta
64
sudah memadai. Hal ini diungkapkan oleh Ibu KN selaku sasaran program yang menyatakan bahwa: “sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan BBPPKS sudah lengkap dik ada laptop, LCD, flipchart, modul yang sangat membantu kami untuk memahami materi yang disampaikan. Ruang kelas dan kamarnya juga sudah enak ada AC” (CW-5) Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa terdapat faktor pendukung terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH. Faktor pendukung tersebut meliputi adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan dinas sosial kabupaten / kota dan faktor kedua yaitu sarana dan prasarana yang disediakan sudah memadai. f. Hambatan terkait proses pelaksanaan diklat pendamping PKH Hambatan yang dirasakan oleh penyelenggara diklat terkait pelaksanaan diklat yaitu terkadang ada fasilitator dari pusat yang datangnya terlambat, ada peserta diklat yang membawa balita serta anggota keluarganya, serta ada juga peserta diklat yang tengah hamil tua. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “hambatannya antara lain terkadang kita mendatangkan narasumber dari Pusat, dan beliau yang menjadi narasumber kadang datang terlambat sampai disini, bisa sampai 1-2 hari. Ya itu sudah menjadi resiko penyelenggara diklat disini. Yang dapat kami lakukan hanyalah menggeser jadwal materi yang disampaikan. Itupun tidak bisa sembarang, karena terkadang ada materi yang baru bisa disampaikan setelah materi yang satunya sudah disampaikan. Kalau tidak ya bisa tidak nyambung dan peserta tidak akan memahami materi tersebut. Ya istilahya kalau anak kuliahan itu seperti mata kuliah bersyarat. Terkadang juga kedatangan peserta molor karena pesawat yang mereka tumpangi mengalamai delay, tapi itu dapat kami antisipasi karena memang peserta didatangkan H-1 sebelum diklat dibuka yang biasanya acara awalnya hanya perkenalan dan Dinamika Kelompok, sehingga jika peserta diklat terlambat hal tersebut tidak akan terlalu berpegaruh terhadap keberlangsungan 65
diklat. Hambatan lainnya adalah ada peserta diklat yang tengah hamil tua dan bahkan ada yang membawa balita dan juga asistannya/keluarganya. Hal tersebut tentunya cukup menggangu panitia, karena akan berimbas pada keaktifan, agresivitas dan kesehatan peserta selama mengikuti diklat, terlebih mereka yang membawa balita tentunya akan berimbas pada bengkaknya dana konsumsi juga pengadaan tempat istirahat (kamar) dan fasilitas lainnya. Biasanya hal tersebut kami antisipasi dengan menuliskan beberapa persyaratan pada surat undangan yang kami kirim sebelum mereka berangkat kesini, diantaranya tidak boleh membawa balita, tetap kadang tetap masih saja ada peserta yang membawa balita. Jika hal tersebut sudah terjadi biasanya kami tanggulangi dengan memberikan pengarahan kepada mereka agar mencari penginapan di luar kantor karena memang fasilitas yang ada tidak mencukupi” (CW-1) Hambatan yang dirasakan oleh peserta diklat yaitu waktu diklat yang bersamaan dengan akhir bulan Ramadhan sehingga peserta merasa bosan ketika pembelajaran di dalam kelas karena saat itu sudah mendekati Hari Raya Idhul Fitri. Sebagian peserta sudah menginginkan untuk pulang ke kampung halaman. Hal ini disampaikan oleh Ibu VV sebagai peserta diklat bahwa : “hambatannya menurut saya karena diklatnya bersamaan dengan puasa ramadhan. Pada saat itu kami puasa dan masih harus melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas diklat, walaupun memang fasilitator dan widyaiswaranya menyampaikan materi dengan menarik tapi kadang saya masih merasa ngantuk dan bosan. Mungkin hal ini juga terpengaruh dari waktu diklat yang sudah mepet hari raya idul fitri. Waktu itu kita diklat dari akhir Juni sampai tanggal 3 atau 4 Juli, sedangkan tanggal 6 Juli sudah Idhul Fitri Mbak. Jadi pikiran kami sudah ingin pulang ke rumah, sudah mikirin Lebaran. Tapi jika secara keseluruhan tidak ada faktor penghambat yang begitu mengganggu kegiatan diklat ini” (CW-7)
Hambatan lainnya yang disampaikan oleh peserta adalah dari konsumsi yang jumlahnya kurang sesuai dengan jumlah peserta diklat, serta
66
menu yang dianggap membosankan. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN sebagai peserta diklat bahwa : “penghambatnya tidak ada sih mbak, mungkin itu saja dari segi makanannya tidak bervariasi, makanannya juga kurang mencukupi. Dulu saya pernah pas waktunya buka puasa saya sholat maghrib dulu, baru makan, pada saat itu saya hanya kebagian lauk tahu saja. Tahu lagi tahu lagi, sayurnya juga cuma jagung muda sama tahu doang mbak. Judulnya tahu tahu dan tahu mbak. Bosan makannya itu itu saja. Jadi kalau malam saya kadang lebih milih makan di luar sekalian jalan-jalan keluar, soalnya pas waktu itu saya bawa motor sendiri mbak. Sama pas waktu PBL di Klaten Timur itu kan naik mobil minibus, saya kan posisinya sedang hamil tua, jadi saya mual pada saat itu, jadi saya membawa motor sendiri saat mengikuti PBL, sorenya saya langsung pulang ke rumah, kan deket mbak cuma di Kebonarum juga. Paginnya saya mengikuti PBL lagi dan diklat lagi” (CW-5) Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hambatan pada saat pelaksanaan diklat pendamping PKH. Hambatan tersebut meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, waktu diklat yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi. 3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta Evaluasi diklat pendamping PKH dilakukan untuk memberikan gambaran hasil diklat yang telah dilaksanakan. Adapun kegiatan evaluasi diklat pendamping PKH diuraikan sebagai berikut: a. Proses evaluasi diklat pendamping PKH Evaluasi diklat pendamping PKH dibagi menjadi tiga yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat. Evaluasi terhadap peserta dilakukan dengan 67
melaksanakan pra test dan post test. Pra test bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta tentang diklat yang akan dilaksanakan, sedangkan post test dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan peserta setelah diklat serta untuk mengetahui kritik, saran, dan kekurangan yang dirasakan peserta selama diklat. Hal ini disampaikan oleh salah satu peserta diklat Ibu KN bahwa : “evaluasi untuk peserta ada dua yaitu pra test dan post test. Pra test dilaksanakan pas awal sebelum diklat materinya tentang PKH secara umum kalo post test dilaksanakan akhir diklat materinya tentang diklat yang dilaksanakan selain itu ada juga evaluasi untuk pelaksanaan diklat mulai dari prosesnya, sarprasnya sama widyaiswaranya” (CW-5)
Evaluasi terhadap widyaiswara bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan widyaiswara. Evaluasi widyaiswara dilaksanakan setelah widyaiswara selesai mengajar satu sesi. Peserta diklat mengisi kuesioner untuk mengevaluasi widyaiswara. Informasi yang diperoleh dari peserta sangat penting karena akan dijadikan perbaikan diklat selanjutnya oleh widyaiswara. Komponen yang dievaluasi adalah : a. Cara menjawab pertanyaan b. Kemampuan meyajikan c. Kerapian berpakaian d. Kerjasama antar pelatih e. Pemberian motivasi kepada peserta f. Pencapaian tujuan instruksional g. Penggunaan bahasa 68
h. Penggunaan metode dan sarana bantu i. Penguasaan materi j. Sikap dan perilaku k. Sistematika penyajian Hasil evaluasi terhadap widyaiswara terlampir pada lampiran 7. Berdasarkan hasil wawancara dengan penyelenggara diklat dari kegiatan evaluasi pada widyaiswara diperoleh nilai baik. Widyaiswara mampu menjelaskan materi dengan baik dan mampu menjawab pertanyaan dari peserta secara baik, namun banyak peserta yang menyarankan agar penyampaian materi dilaksanakan lebih kreatif lagi agar peserta tidak cepat bosan. Hal ini disampaikan oleh Bapak SD selaku penyelenggara diklat bahwa : “untuk evaluasi widyaiswara, hasilnya baik widyaiswara mampu menyampaikan materi dengan rinci, mampu memberikan motivasi pada peserta dan baik dalam menjawab pertanyaan peserta namun diakui peserta dalam memberikan materi widyaiswara kurang kreatif sehingga peserta cepat bosan” (CW-1) Evaluasi selanjutnya dilaksanakan terhadap penyelenggaraan diklat dilakukan dengan mengisi kuesioner. Evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat bertujuan untuk mengetahui persepsi peserta diklat terhadap penyelenggaraan
diklat.
Komponen
dalam
evaluasi
terhadap
penyelenggaraan diklat yaitu : 1) Bidang administratif meliputi waktu penyelenggaraan, kurikulum, jadwal pelatihan, dan kesekretariatan
69
2) Bidang edukatif meliputi widyaiswara, dinamika kelompok, dan diskusi/seminar 3) Sarana dan prasarana meliputi ruang belajar, ruang asrama, perpustakaan dan konsumsi Secara umum hasil pada peyelenggaraan diklat mendapat nilai baik, namun pada bidang administratif terdapat beberapa kekurangan dalam hal waktu penyelenggaraan dan sarana prasarana. Menurut peserta diklat dalam proses belajar materi terlalu banyak sehingga menyebabkan peserta cepat bosan, peserta berharap waktu praktek lebih banyak. Sedangkan untuk sarana dan prasarana peserta merasa layanan perpustakaan seharusnya juga ada yang di kantor Veteran dan juga untuk konsumsi seharusnya jumlahnya mencukupi untuk semua peserta serta ada variasi menunya. Hal ini ditegaskan oleh Ibu KN : “secara umum sih penyelenggaraan diklat baik tapi saya rasa diklat kemaren terlalu banyak materi namun waktunya tidak mencukupi. Selain itu juga harusnya di kantor Veteran disediakan perpustakaan, dan untuk konsumsi jumlahnya harusnya disesuaikan dengan jumlah peserta diklatya. Saya sering tidak kebagian lauk karena saya makannya akhir. Sayurnya juga kurang variasi” (CW-5) Evaluasi diklat tidak berhenti pada evaluasi untuk peserta dan penyelenggara saja, evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan diklat. Evaluasi dilaksanakan setelah enam bulan dari pelaksanaan diklat dimana penyelenggara diklat turun ke lapangan untuk melihat bagaimana hasil dampingan PKH dari masing-masing peserta. Hal ini diungkapkan oleh Bapak SD bahwa :
70
“evaluasi dampak kami laksanakan setelah enam bulan pelaksanaan diklat, kami dari penyelenggara dan bidang evaluasi akan meninjau langsung ke lapangan untuk melihat perkembangan PKH dampingan peserta diklat” (CW-1) Berdasar uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi diklat dibedakan menjadi empat yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap widyaiswara, evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat yang dilakukan dengan cara mengsi kesioner dan evaluasi dampak. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kritikan, kekurangan, dan saran yang dapat dijadikan acuan perbaikan untuk pelaksanaan diklat selanjutnya. Selain itu evaluasi juga dilaksanakan untuk mengetahui dampak bagi peserta maupun anggota dampingan yang mana evaluasi dilaksanakan setelah enam bulan pelaksanaan diklat. Secara umum pelaksanaan diklat pendamping PKH berlangsung dengan baik walaupun ada kekurangan yang dirasakan peserta di bidang administratif, dan sarana prasarana. b. Dampak yang dirasakan peserta diklat setelah diklat pendamping PKH Penyelenggaraan diklat pendamping PKH merupakan suatu upaya untuk
memenuhi
kualitas
dan
kompetensi
pndamping
dalam
penanggulangan kemiskinan. Secara khusus diklat ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pendamping tentang pendampingan sosial program penanggulangan kemiskinan melalui Proram Keluarga Harapan. Dampak yang dirasakan peserta anggota PKH dari dampingan peserta diklat setalah mengikuti diklat pendamping PKH diantaranya :
71
1) Menambah wawasan dalam hal pengelolaan PKH Dampak yang terlihat dari diklat pendamping PKH adalah peserta mampu mengelola serta mengembangkan PKH yang didampingi. Hal ini disampaikan oleh Bapak UH sebagai widyaiswara dalam diklat ini bahwa: “setelah adanya diklat saya melihat peserta yang bekerja dilapangan mampu maksimal dalam mengelola kelompok PKH yang didampingi” (CW-8) Dalam pengelolaan suatu kelompok PKH pendamping tidak selalu berjalan dengan lancar sering terjadi kendala dalam prosesnya seperti ketika anggota PKH tidak mau / malas untuk mengikuti Pertemuan Kelompok (PK). Setelah pendamping mengikuti diklat, pendamping jadi mengetahui cara untuk mengatasi permsalahan tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Bapak SS sebagai peserta diklat bahwa: “setelah diklat kami jadi semakin bertambah wawasan tentang PKH sehingga ketika ada masalah kami dapat mengatasinya dengan cara mewajibkan anggota PKH untuk hadir PK, jika anggota tetap tidak megikuti PK dengan alasan yang tidak jelas, maka untuk PK selanjutnya akan bertempat dirumah anggota tersebut. Ya dengan cara ini saya rasa sangat efektif untuk mengatasi kemalasan peserta PKH untuk datang mengikuti pertemuan kelompok (PK) ini Mbak” (CW-3) Anggota kelompok PKH dampingan Ibu KN pun memberikan tanggapan yang serupa. Hal ini ditegaskan oleh Ibu PS selaku dampingan Ibu KN bahwa : “setelah Mbak KN mengikkuti diklat, dia jadi tambah baik dalam mendampingi kami, dia juga sangat sabar dalam menghadapi kami yang kadang masih suka rewel dan ngeluh jika bantuan belum cair alias terlambat. Beliau juga tegas jika ada salah satu dari kami yang tidak hadir dalam mengikuti pertemuan kelompok tanpa alasan yang jelas. Intinya sekarang pengelolaan kelompok PKH kami menjadi lebih baik setelah Mbak KN mengikuti diklat” (CW-6) 72
Hal ini ditegaskan juga oleh Ibu VV yang juga peserta diklat pendamping PKH bahwa : “dampak yang saya rasakan pribadi sih mungkin pengetahuan tentang PKH menjadi bertambah, saya kan termasuk pendamping baru yang belajar PKH dari nol kemudian dari segi ketrampilan juga insyaallah bermanfaat untuk dampingan saya. Terlebih saya itu termasuk orang yang gerogian jika berbicara di depan umum, tapi setelah diklat, saya menjadi lebih jadi percaya diri” (CW-7) Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa setelah mengikuti diklat peserta menjadi bertambah wawasan untuk mengelola PKH mulai dari cara mengkondisikan anggota yang malas, cara memperlakukan anggotanya, sikapnya, mengikuti PK hingga menambah kepercayaan diri pendamping dalam pendampingan PKH. 2) Penambahan relasi Dampak diklat pendamping PKH yang selanjutnya yaitu penambahan relasi. Penambahan relasi tersebut ditandai dengan bertambahnya jumlah teman maupun link untuk melakukan sharing maupun diskusi terkait dengan permasalahan di PKH maupun pemberian informasi kepada sesama peserta diklat. Hal ini diungkapkan oleh Ibu VV peserta diklat : “Setelah ikut diklat kami jadi punya banyak teman pendamping di berbagai wilayah Indonesia. Kami sering mengadakan diskusi, sharing, dan berbagi informasi tentang apapun melalui media sosial” Hal ini ditegaskan juga oleh Ibu KN yang juga peserta diklat pendamping PKH bahwa :
73
“yang pasti setelah diklat saya jadi punya banyak teman di berbagai daerah tidak hanya di Klaten saja kami masih sering berhubungan untuk sekedar tanya kabar atau diskusi via grup WA atau facebook” Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dampak yang dirasakan peserta setelah mengikuti diklat adalah penambahan relasi yang mana dapat membantu peserta dalam melakukan sharing dan diskusi yang kaitannya dalam memajukan PKH. 3) Adanya partisipasi aktif Pelaksanaan diklat pendamping PKH berdampak pada partisipasi aktif baik dari pendamping maupun anggota PKH. Salah satu anggota PKH mengungkapkan setelah pelaksanaan diklat pendamping menjadi interaktif, disiplin, dan mampu memberikan solusi dari masalah yang dihadapi anggota serta anggota PKH menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.. Hal ini disampaikan oleh Ibu SP yang merupakan anggota PKH Kecamatan Magelang Selatan dampingan Bapak SS bahwa: “Bapak SS mendampinginya baik dan selalu hadir tiap ada pertemuan kelompok yang diadakan sebulan sekali. Kalo anggota ada kesulitan juga Bapak SS selalu memberikan solusi kepada kami. Kami juga menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan” (CW-4) Setiap satu bulan sekali anggota PKH harus melakukan Pertemuan Kelompok. Pendamping akan menyampaikan informasi dari pusat mengenai dana PKH, anggota PKH pun menyampaikan masalah yang mungkin sedang dihadapi dan membahas kemajuan ekonomi , kesehatan, dan pendidikan yang dirasakan oleh anggota dari kelompok ini. 74
Pendamping juga melakukan pemutakhiran data data anggota PKH-nya. Partisipasi dari anggota PKH terlihat tinggi karena dari pendamping sendiri selalu mengingatkan pada anggotanya. Hal ini disampaikan oleh Ibu KN bahwa : “bisa dikatakan partisipasi dari anggota PKH tinggi karena setiap ada pertemuan selalu hadir, awalnya memang susah tapi saya sering ngoyakoyak ya alhamdulilah sekarang sudah sadar sendiri”(CW-5) Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan partisipasi aktif dari peserta diklat dan anggota PKH. Hal ini penting dilakukan agar penyampaian informasi dari pusat mengenai pencairan dana bantuan, perubahan informasi, dan pemutakhiran data menjadi lebih jelas dan tersampaikan dengan benar. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa terdapat beberapa dampak yang dirasakan oleh peserta oleh peserta diklat Pendamping PKH maupun oleh anggota PKH yang merupakan dampingan dari peserta diklat pendamping PKH. Dampak yang dirasakan yaitu pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengelolaan PKH menjadi bertambah, cara mengkondisikan anggota yang malas mengikuti PK hingga menambah kepercayaan diri pendamping dalam pendampingan PKH. Dampak selanjutnya yang dirasakan yaitu bertambahnya relasi peserta diklat dengan pendamping PKH di daerah lain juga adanya partisipasi yang aktif antara peserta diklat maupun anggota dampingan serta anggota PKH menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. 75
Tabel 7. Analisis Ringkasan Hasil Tabel 7.a. Analisis Ringkasan Hasil Proses Perekrutan Peserta Diklat Pendamping PKH No. 1.
Aspek Proses perekrut an peserta diklat
Hasil Perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat. BBPPKS hanya menerima daftar peserta dan tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Peserta diklat pendamping PKH merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi yang diadakan di Dinsos Kabupaten atau Kota setempat berdasarkan domisili peserta.
Interpretasi Peserta yang mengikuti diklat merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi oleh Dinas Sosial Kabupaten setempat kemudian di data oleh Pusdiklat untuk mengikuti diklat pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta, BBPPKS Yogyakarta melakukan pemanggilan peserta via email dan tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta diklat.
Berdasarkan tabel 7.a di atas dapat dikatakan bahwa proses perekrutan peserta diklat sesuai daftar pendamping PKH yang telah lolos seleksi oleh Dinas Sosial Kabupaten setempat kemudian di data oleh Pusdiklat untuk mengikuti diklat pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta, selanjutnya dilakukan pemanggilan peserta via email dan BBPPKS Yogyakarta tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta diklat.
Tabel 7.b. Analisis Ringkasan Hasil Persiapan Widyaiswara No. 2.
Aspek Persiap an widyais wara
Hasil Persiapan yang dilakukan oleh widyaiswara: menyusun rancang bangun pembelajaran, rencana pembelajaran, bahan ajar, dan menyusun bahan tayang atau PPT.
Interpretasi Widyaiswara menyiapkan rancang bangun pembelajaran, rencana pembelajaran, bahan ajar dan menyusun bahan tayang atau PPT
Berdasarkan tabel 7.b. di atas dapat dikatakan bahwa persiapan yang dilakukan oleh widyaiswara diantaranya menyusun rancang bangun pembelajaran, rencana pembelajaran, bahan ajar, dan menyusun bahan tayang atau PPT. 76
Tabel 7.c. Analisis Ringkasan Hasil Pendanaan Diklat Pendamping PKH No. 3.
Aspek Pendan aan Diklat
Hasil Interpretasi Pendanaan diklat pendamping Diklat pendamping PKH didanai PKH diambil dari Anggaran dana DIPA BBPPKS Yogyakarta. DIPA BBPPKS Yogyakarta.
Berdasarkan Tabel 7.c. di atas dapat dikatakan bahwa pendanaan diklat pendamping PKH diambil dari Anggaran DIPA BBPPKS Yogyakarta.
Tabel 7.d. Analisis Ringkasan Hasil Proses Penerimaan Peserta Diklat Pendamping PKH
No. 4.
Aspek Proses penerim aan peserta diklat
Hasil Peserta menyerahkan persyaratan peserta diklat, registrasi dilakukan dengan menginput data diri ke komputer. Pada hari pertama diklat peserta juga diberi fasilitas seperti tas, penyerahan kunci kamar asrama dengan masingmasing kamar diisi oleh 3-4 orang buku, pulpen, kaos, dan materi diklat.
Interpretasi Peserta menyerahkan persyaratan sesuai dengan surat pemanggilan kemudian menginput data diri ke komputer, lalu peserta diberikan kunci kamar asrama, dan kelengkapan diklat seperti tas, pulpen, buku, kaos dan materi diklat.
Berdasarkan tabel 7.d di atas dapat dikatakan bahwa proses penerimaan peserta diklat diawali dengan penyerahan persyaratan diklat sesuai surat pemanggilan kemudian peserta menginput data diri ke komputer, lalu peserta diberikan kunci kamar asrama, dan kelengkapan diklat seperti tas, pulpen, buku, kaos dan materi diklat.
77
Tabel 7.e. Analisis Ringkasan Hasil Proses Pembelajaran Diklat Pendamping PKH No. 5.
Aspek Proses pembel ajaran diklat
Hasil Proses pembelajaran diklat dimulai setelah acara pembukaan, yang kemudian dilanjutkan dengan dinamika kelompok, Pretest, sesi penyampaian materi, praktek belajar lapangan, dan pelaksanaan evaluasi. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, kegiatan diawali dengan review materi yang diterima sebelumnya, walaupun terdapat hambatan yakni keterlambatan narasumber dari pusat, namun dapat teratasi dengan penggeseran jadwal dan materi yang disampaikan. Diklat yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta memiliki program yang dapat menunjang diklat yaitu praktek belajar lapangan (PBL). Praktek belajar lapangan merupakan tahapan akhir. Peserta dituntut untuk mengimplementasikan materi yang sudah didapatkan sebelum ke lapangan. Tahap terakhir yakni tahap penutupan diklat yang diisi dengan laporan hasil pelaksanaan diklat, pelepasan tanda peserta, dan penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta yang memiliki nilai tertinggi dari hasil post test.
Interpretasi pembelajaran diklat dimulai setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan dinamika kelompok yang berupa permainan untuk menambah keakraban sesama peserta maupun dengan widyaiswara, kemudian dilanjutkan dengan pretest untuk mengetahui gambaran awal pengetahuan peserta mengenai PKH, penyampaian materi, PBL dan penutupan diklat. Proses diklat dimulai setiap pukul 07.30 pagi dengan diawali review materi sebelumnya, namun masih ada kendala saat proses pembelajaran karena narasumber dari pusat ada yang terlambat sehingga widyaiswara harus menggeser jadwal yang sudah ada untuk mengisi jadwal yang kosong, diakhir pembelajaran diklat di isi dengan PBL yang kemudian ditutup dengan penutupan diklat yang ditandai dengan pemberian sertifikat secara simbolis kepada peserta dengan hasil posttest tertinggi.
Berdasarkan Tabel 7.e. di atas dapat dikatakan bahwa Proses pembelajaran diklat dimulai setelah acara pembukaan, dilanjutkan dengan dinamika kelompok, Pretest, sesi penyampaian materi, praktek belajar lapangan, dan pelaksanaan evaluasi. Setiap harinya diklat dimulai pada tanggal 07.30, diawali review materi sebelumnya. Keterlambatan narasumber dari pusat dapat teratasi dengan penggeseran jadwal. Dalam diklat tersebut terdapat program yang dapat menunjang diklat yakni praktek belajar lapangan (PBL). Tahap terakhir yakni 78
tahap penutupan diklat yang diisi dengan laporan hasil pelaksanaan diklat, pelepasan tanda peserta, dan penyerahan sertifikat secara simbolis kepada peserta yang memiliki nilai tertinggi dari hasil post test.
Tabel 7.f. Analisis Ringkasan Hasil Media Pembelajaran Diklat Pendamping PKH
No. 6.
Aspek Media pembel ajaran
Hasil Media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video.
Interpretasi Media yang digunakan berfungsi membantu peserta dalam memahami materi yang disampaikan oleh widyaiswara. Media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video.
Berdasarkan Tabel 7.f. di atas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video. Media yang digunakan berfungsi membantu peserta dalam memahami materi yang disampaikan oleh widyaiswara. Tabel 7.g. Analisis Ringkasan Hasil Metode Pembelajaran Diklat Pendamping PKH
No. 7.
Aspek Metode dalam pembel ajaran
Hasil Metode yang digunakan dalam diklat yaitu metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) yang pembelajarannya menekankan metode studi kasus untuk pembelajarannya. Namun pada pelaksanaannya peserta merasa diklat pendamping PKH terlalu banyak materi sehingga menyebabkan peserta mudah bosan.
79
Interpretasi Metode yang digunakan adalah andragogi dengan lebih menekankan pada studi kasus, namun karena terlalu banyak materi yang disampaikan sehingga peserta ada yang merasa bosan.
Berdasarkan Tabel 7.g. di atas dapat dikatakan bahwa metode yang digunakan adalah andragogi dengan lebih menekankan pada studi kasus, namun karena terlalu banyak materi yang disampaikan sehingga peserta ada yang merasa bosan.
Tabel 7.h. Analisis Ringkasan Hasil Faktor Pendukung Diklat Pendamping PKH
No. 8.
Aspek Faktor pendukung terkait proses pelaksanaa n diklat
Hasil Adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan dinas sosial kabupaten / kota dan faktor kedua yaitu sarana dan prasarana yang disediakan sudah memadai
Interpretasi Diklat pendamping PKH didukung adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan dinas sosial kabupaten dan faktor kedua sarana dan prasarana yang sudah memadai
Berdasarkan Tabel 7.h. di atas dapat dikatakan bahwa diklat pendamping PKH didukung dengan adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan dinas sosial kabupaten dan faktor kedua sarana dan prasarana yang sudah memadai.
Tabel 7.i. Analisis Ringkasan Hasil Hambatan Diklat Pendamping PKH
No. 9.
Aspek Hambatan terkait proses pelaksanaa n diklat
Hasil Terdapat hambatan pada saat pelaksanaan diklat pendamping PKH. Hambatan tersebut meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, waktu diklat yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi. 80
Interpretasi Keterlambatan fasilitator dari pusat, , adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, waktu diklat yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi, menjadi hambatan dalam proses diklat pendamping PKH yang diselengarakan oleh BBPPKS Yogyakarta.
Berdasarkan Tabel 7.i. di atas dapat dikatakan bahwa terdapat hambatan pada saat diklat pendamping PKH. Hambatan tersebut meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, waktu diklat yang bersamaan dengan bulan Ramadhan, serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi.
Tabel 7.j. Analisis Ringkasan Hasil Proses Evaluasi Diklat Pendamping PKH
No. 10.
Aspek Proses evaluasi diklat
Hasil Evaluasi diklat pendamping PKH dibagi menjadi empat yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap fasilitator, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat. Evaluasi terhadap peserta dilakukan dengan melaksanakan pra test dan post test dengan mengisi kuesioner. Evaluasi terhadap widyaiswara bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan widyaiswara. Evaluasi selanjutnya dilaksanakan terhadap penyelenggaraan diklat, terakhir ada evaluasi dampak dari pelaksanaan diklat. Evaluasi dilaksanakan setelah enam bulan dari pelaksanaan diklat dimana penyelenggara diklat turun ke lapangan untuk melihat bagaimana hasil dampingan PKH dari masingmasing peserta.
Interpretasi Evaluasi diklat dibagi menjadi empat bagian. Evaluasi untuk peserta yang dilakukan dengan pretestposttest, evaluasi widyaiswara yang dilakukan setiap akhir sesi penyampaian materi, dan evaluasi kepada penyelenggara diklat yang semuanya dilakukan dengan mengisi kuesioner. Terakhir ada evaluasi dampak yang dilakukan setelah enam bulan proses diklat guna mengetahui dampak yang dirasakan oleh pendamping PKH sebagai alumni diklat.
Berdasarkan Tabel 7.j. di atas dapat dikatakan bahwa evaluasi diklat dibagi menjadi empat bagian. Evaluasi untuk peserta yang dilakukan dengan pretest-posttest, evaluasi widyaiswara yang dilakukan setiap akhir sesi penyampaian materi, dan evaluasi kepada penyelenggara diklat yang semuanya dilakukan dengan mengisi kuesioner. Terakhir ada evaluasi dampak yang 81
dilakukan setelah enam bulan proses diklat guna mengetahui dampak yang dirasakan oleh pendamping PKH sebagai alumni diklat. Tabel 7.k. Analisis Ringkasan Hasil Proses Dampak Diklat Pendamping PKH
No. 11.
Aspek Dampak yang dirasakan peserta diklat
Hasil Dampak yang dirasakan yaitu pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengelolaan PKH menjadi bertambah, pendamping PKH mampu mengkondisikan anggota PKH yang sulit mengikuti pertemuan kelompok, peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki setelah diklat untuk proses pendampingan. Dampak selanjutnya yang dirasakan yaitu bertambahnya relasi peserta diklat dengan pendamping PKH di daerah lain juga adanya partisipasi yang aktif antara peserta diklat maupun anggota dampingan serta anggota PKH menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.
Interpretasi Pendamping PKH dapat mengkondisikan anggota PKH yang tidak rutin mengikuti pertemuan kelompok. Alumni diklat bertambah relasi, serta adanya partisipasi aktif dari anggota PKH untuk mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan.
Berdasarkan Tabel 7.k. di atas dapat dikatakan bahwa dampak yang dirasakan yaitu pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengelolaan PKH menjadi bertambah, pendamping PKH mampu mengkondisikan anggota PKH yang sulit mengikuti pertemuan kelompok, bertambahnya relasi peserta diklat dengan pendamping PKH di daerah lain juga adanya partisipasi yang aktif antara peserta diklat maupun anggota dampingan serta anggota PKH menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan.
82
C. Pembahasan Pembahasan dari data hasil penelitian yang peneliti dapatkan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi mengenai penyelenggaraan diklat Pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta yaitu : 1. Perencanaan program Diklat bagi Pendamping PKH di BBPPKS Yogyakarta Pelaksanaan diklat pendamping PKH melalui tiga tahapan yaitu perencanaan atau persiapan, proses, dan evaluasi. Perencanaan diklat Pendamping PKH yang dilaksanakan oleh BBPPKS meliputi persiapan awal dimulai dengan perekrutan peserta diklat sesuai dengan mandat dari pusat, sehingga dari pihak BBPPKS hanya menerima daftar peserta dan mereka tidak terlibat dalam proses perekrutan peserta. Peserta diklat pendamping PKH merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi yang diadakan di Dinsos Kabupaten atau Kota setempat sesuai dengan domisili peserta. Penyelenggara mempersiapkan pendanaan diklat yang semuanya bersumber dari dana DIPA. Tujuan dari diklat pendamping PKH adalah untuk mempersiapkan pendamping agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap positif terhadap PKH sebelum melaksanakan dan memberikan pelayanan yang lebih optimal. Oleh karena itu, penyusunan kurikulum disesuaikan dengan tujuan agar pelaksanaan diklat dapat berjalan secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang sudah ditetapkan. Selanjutnya penentuan widyaiswara diklat PKH dilakukan berdasarkan kompetensi dari widyaiswara tersebut. Salah satu kompetensi yang menjadi acuan panitia, yaitu widyaiswara harus sudah mengikuti dan lulus 83
diklat TOT PKH. Berdasarkan hasil dokumentasi dan wawancara mengenai widyaiswara di BBPPKS Yogyakarta, widyaiswara sudah memenuhi standar sebagai widyaiswara diklat PKH. Sebelum mengajar, widyaiswara juga melakukan perencanaan diklat pendamping PKH agar proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Persiapan yang dilakukan widyaiswara yaitu, membuat Rencana Pembelajaran, dan Rancang Bangun Pembelajaran berdasarkan kurikulum yang sudah ada dari Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Persiapan lainnya adalah menentukan media pembelajaran, menyusun bahan ajar dan bahan tayang atau PPT yang akan disampaikan pada proses belajar mengajar. Berdasarkan kajian teori perencanaan diklat pendamping PKH sudah sesuai dengan teori yang dikemukakan Roesmingsih (2009:46) perencanaan diklat meliputi : 1) menetapkan tujuan pelatihan, 2) menyusun strategi pelatihan, 3) menentukan metode, 4) menentukan materi, 5) membuat struktur dan prosedur dari diklat (session plan). 2. Proses Diklat Pendamping PKH Proses diklat PKH dilaksanakan setelah semua perencanaan dan persiapan telah selesai dilakukan. Proses diklat meliputi daftar ulang dan registrasi peserta yang dilakukan dengan pengisian biodata dengan menginput data ke laptop yang sudah di siapkan panitia, pengarahan teknis dari panitia, pre test, acara pembukaan, penyampaian materi, praktik belajar lapangan, post test dan evaluasi penyelenggaraan. Kegiatan tersebut terangkum dalam jadwal pelatihan yang dibuat oleh Bidang Penyelenggara Diklat. Dalam proses diklat ini akan terlihat hasilnya serta tujuannya akan tercapai atau tidak. 84
Diklat Pendamping PKH ditujukan kepada para pendamping PKH yang telah dinyatakan lulus seleksi dari instansi sosial Kabupaten/Kota. Adapun peserta berasal dari wilayah Kota Magelang, Kabupaten Magelang, Kota Tegal, Kabupaten Tegal, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Boyolali. Para pendamping PKH ini merupakan para lulusan sarjana atau diploma yang mengikuti seleksi rekruitmen pendamping PKH. Daftar peserta diklat Pendamping PKH terlampir. Oleh karena itu, peserta diklat PKH adalah orang-orang dewasa. Berdasarkan buku pedoman diklat PKH tahun 2016, pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah andragogi karena peserta didiknya merupakan orang-orang dewasa dan disebut warga belajar. Pembelajaran menekankan partisipasi aktif dari peserta dan memanfaatkan pengalaman peserta dengan metode pembelajaran sebagian besar menggunakan metode studi kasus. Media yang digunakan dalam diklat ini berupa modul yang berisi materi, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, serta film atau video. Pelaksanaan pelatihan merupakan proses pembelajaran dengan penyampaian materi yang terangkum dalam kuriulum diklat yang dilakukan oleh fasilitator dengan peserta pelatihan. Adapun materi yang disampaikan pada saat diklat pendamping PKH adalah sebagai berikut : a) Dinamika Kelompok, b) Kebijakan Pelaksanaan PKH, c) Kebijakan Pengembangan SDM Kesos Reg III Yogyakarta, d) Pengembangan Motivasi, e) Pengembangan Integritas, f) Mekanisme Pelaksanaan PKH, g) Etika Pendampingan Sosial, h) Pertemuan Awal dan Sosialisasi PKH, i) Validasi Calon Peserta PKH, j) Verifikasi Komitmen Peserta PKH, k) Pemutakhiran Data Peserta PKH, l) Penyaluran 85
Bantuan
dan
Rekonsiliasi,
m)
Pelaporan
Pengarsipan
Dokumen,
n)
Pendampingan dan Koordinasi, o) Pertemuan Kelompok/P2K2/FDS, dan p) Sistem Pengaduan Masyarakat. Adapun tujuan dari pelaksanaan diklat bagi pendamping PKH ini adalah: a) Mengetahui dan memahami Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH); b) Menjelaskan dan melaksanakan motivasi kepada masyarakat umum terutama kepada peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di daerah yang melaksanakan PKH; c) Dapat melaksanakan pengemabngan integritas kepada peserta Program Keluarga Harapan (PKH); d) Memahami dan menerapkan etika pendampingan sosial kepada peserta Program Keluarga Harapan (PKH); e) Memahami dan melakukan pertemuan awal dan sosialisasi pada peserta Program Keluarga Harapan (PKH); f) Mengetahui dan melaksanakan validasi, verifikasi serta komitmen pada peserta Program Keluarga Harapan (PKH); g) Mengetahui, memahami, dan melaksanakan pemutakhiran data dan penyaluran bantuan dan rekonsiliasi pada peserta Program Keluarga Harapan (PKH); h) Mengetahui, memahami, dan melaksanakan pelaporan dan pengarsipan dokumen; 86
i) Mengetahui, memahami, dan melaksanakan pendampingan sosial; j) Mengetahui dan mamahami sistim pengaduan masyarakat. (Laporan Diklat Pendamping PKH, 2016: 6) Berdasarkan kajian teori, pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saja melainkan juga mengembangkan bakat. Menurut Mustofa Kamil (2010:11) ada tiga tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan dan pelatihan yaitu memenuhi kebutuhan organisasi, memperoleh pengertian dan pemahaman yang lengkap tentang pekerjaan dengan standar yang telah ditetapkan, serta membantu para pemimpin organisasi dalam melaksanakan tugas. Berkaitan dengan kajian teori tersebut diklat pendamping PKH sudah memberikan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi
pada
peserta
agar
peserta
nantinya
mampu
melaksanakan
pendampingan langsung kepada masyarakat. Berdasarkan kajian teori, pelaksanaan Diklat pendamping PKH dapat dikatakan kurang ideal karena masih terlalu banyak teori daripada praktek. Kegiatan praktek hanya dilakukan pada saat PBL di Klaten, selebihnya adalah materi dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Anwar Rosyid dalam Apriliana (2015:116) diklat dikatakan ideal bila 20% dilakukan di dalam kelas atau teori, dan 80% dilakukan di luar kelas atau praktik. Buku pedoman penyelenggaraan diklat juga sejalan dengan pendapat Anwar Rosyid bahwa kurikulum diklat PKH dikemas dengan lebih mengedepankan praktik 80% dan teori 20%.
87
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan diklat pendamping PKH sudah sesuai dengan komponen pelaksanaan diklat, menurut kajian teori yang kemukakan oleh Mustofa Kamil (2010:159). Komponenkomponen pelaksanaan diklat yaitu : 1) Materi pelatihan 2) Pendekatan, metode, dan teknik pelatihan 3) Pendanaan program pelatihan 4) Penialaian atau evaluasi 5) Hasil pelatihan
Program diklat pendaping PKH merupakan kegiatan diklat yang diperuntukkan bagi pendamping PKH yang memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya. Faktor pendukung dalam pelaksnaaan program diklat pendamping program keluarga harapan yaitu: (1) koordinasi dengan Dinas Sosial kabupaten / kota setempat. Koordinasi yang baik dengan dinsos di kabupaten / kota menjadi salah satu faktor pendukung yang dirasakan. Dengan koordinasi yang baik akan memudahkan dalam mendapatkan data tentang calon peserta yang telah lolos seleksi dan siap mengikuti diklat, (2) sarana dan prasarana yang memadai, (3) faktor yang cukup mendukung dalam proses diklat adalah sarana dan prasarana diklat yang disediakan oleh BBPPKS Yogyakarta sudah memadai. Sarana prasarana dan fasilitas yang disediakan BBPPKS sudah lengkap meliputi laptop, LCD, flipchart, modul , ruang kelas, kamar, dll. Faktor penghambat program diklat Pendamping PKH yang dirasakan oleh penyelenggara diklat diantaranya yaitu : (1) keterlambatan fasilitator dari pusat. Terkadang terdapat fasilitator dari Pusat yang datangnya terlambat 88
sehingga membuat panitia harus merombak atau mensiasati jadwal diklat untuk mengatasi masalah tersebut, (2) hambatan lainnya adalah ada peserta diklat yang tengah hamil tua dan bahkan ada yang membawa balita dan juga asistannya/keluarganya. Hal tersebut tentunya cukup menggangu panitia, karena akan berimbas pada keaktifan, agresivitas dan kesehatan peserta selama mengikuti diklat, terlebih mereka yang membawa balita tentunya akan berimbas pada bengkaknya dana konsumsi juga pengadaan tempat istirahat (kamar) dan fasilitas lainnya., (3) dalam pelaksanaan diklat peserta mudah merasa bosan. Hambatannya karena diklat bersamaan dengan puasa ramadhan. Pada saat itu puasa dan masih harus melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas diklat, walaupun memang fasilitator dan widyaiswaranya menyampaikan materi dengan menarik tapi kadang saya masih merasa ngantuk dan bosan. Hal ini juga terpengaruh dari waktu diklat yang sudah mepet hari raya idul fitri. Tapi jika secara keseluruhan tidak ada faktor penghambat yang begitu mengganggu kegiatan diklat ini, (4) faktor penghambat lainnya yang disampaikan oleh peserta adalah dari konsumsi yang jumlahnya kurang sesuai dengan jumlah peserta diklat, serta menu yang dianggap membosankan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2014:52) bahwa
terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, media yang tersedia, serta lingkungan (Wina Sanjaya, 2014: 52). Diklat pendamping PKH yang dilaksanakan BBPPKS Yogyakarta, proses dalam memberikan materi sudah sesuai dengan kebutuhan peserta. 89
Peserta yang merupakan pendamping PKH dapat memahami bagaimana mengelola PKH dan bagaimana cara pendampingan di lapangan. Metode dan strategi yang digunakan disesuaikan dengan pembelajaran luar sekolah yakni menggunakan metode orang dewasa sehingga peserta dapat lebih aktif dan widyaiswara tidak terus menerus menyampaikan materi. Strategi pembelajaran orang dewasa ini mampu menunjukkan kebermanfaatan materi baik pengetahuan dan ketrampilan yang dipelajari oleh peserta diklat sehingga peserta mengetahui pentingnya mempelajari materi tersebut dengan lebih menekankan pada metode studi kasus. Peserta merasa mendapatkan ilmu yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pendampingan PKH dan dapat memberikan motivasi kepada anggota PKH yang ada dalam wilayah dampingannya. 3. Evaluasi Diklat Pendamping PKH Berdasar data hasil penelitian dapat diketahui bahwa evaluasi merupakan tahapan terakhir diklat pendamping PKH. Evaluasi diklat pendamping PKH dibedakan menjadi empat yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap widyaiswara, evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat dan yang terakhir ada
evaluasi dampak. Tetapi evaluasi yang secara langsung
dilakukan setelah proses diklat berlangsung hanya meliputi tiga proses evaluasi karena evaluasi dampak dilakaukan setelah enam bulan diklat berlangsung. Evaluasi diklat dibedakan menjadi tiga yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap widyaiswara, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat yang semuanya dilakukan dengan mengisi kuesioner. Berdasarkan hasil evaluasi diklat, secara umum pelaksanaan diklat pendamping PKH berlangsung dengan 90
baik walaupun ada kekurangan yang dirasakan peserta di bidang administratif dan sarana prasarana. Hasil evaluasi yang telah dikumpulkan dapat dijadikan bahan perbaikan bagi pelaksanaan diklat selanjutnya. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kritikan, kekurangan, dan saran yang dapat dijadikan acuan perbaikan untuk pelaksanaan diklat selanjutnya. Dampak diklat pendamping PKH yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas dan kompetensi peserta diklat dalam bidang kelembagaan, sosial, dan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak diklat pendamping PKH yang dilaksanakan oleh BBPPKS Yogyakarta maka dapat diketahui bahwa diklat berdampak positif bagi peserta diklat yang merupakan pendamping PKH. Secara umum dampak yang dirasakan oleh peserta PKH maupun oleh anggota PKH yang merupakan dampingan dari peserta diklat bersifat positif. Dampak yang dirasakan yaitu pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengelolaan PKH menjadi bertambah, peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki setelah diklat untuk proses pendampingan diantaranya pendamping mempunyai trik khusus agar peserta PKH mau datang rutin ke pertemuan kelompok yang diadakan sebulan sekali. Dampak selanjutnya yang dirasakan yaitu adanya partisipasi yang aktif antara peserta diklat maupun anggota dampingannya dan anggota PKH menjadi bertambah kesadarannya dalam mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. Berdasarkan uraian evaluasi dan dampak diklat pendamping PKH diatas dapat diakatan bahwa hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Djuju Sudjana (2008:7) yang menyatakan evaluasi merupakan kegiatan yang bermaksud untuk mengetahui 91
apakah tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana, dan / atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan. Hal ini senada dengan yang disampaikan Ikka Kartika A. Fauzi (2011:23) menyangkut hasil yang dicapai oleh peserta pelatihan dan lulusan. Pengaruh meliputi perubahan taraf hidup, kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang dimiliki dan peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial.
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai
penyelenggaraan
program
pendidikan dan pelatihan pendamping PKH Angkatan IX di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perencanaan diklat diawali dengan perekrutan peserta. Peserta diklat merupakan pendamping PKH yang telah lolos seleksi yang diadakan di Dinas Sosial Kabupaten atau Kota setempat berdasarkan
domisili
peserta.
Widyaiswara yang bertugas merupakan pihak yang telah lulus dan memiliki sertifikat TOT pendampingan PKH dari Pusdiklat. Materi sudah disediakan dari Pusdiklat dan widyaiswara membuat desain Rencana Bangun pembelajaran, bahan ajar dan bahan tayang atau PPT. Diklat pendamping PKH didanai oleh dana DIPA BBPPKS Yogyakarta. 2. Proses
diklat meliputi : 1) penyerahan persyaratan dilanjutkan registrasi
ulang dengan mengisi biodata di laptop yang sudah disediakan panitia, 2) peserta menerima perlengkapan diklat seperti tas, kunci kamar asrama, pulpen, kaos dan materi diklat, 3) proses pemebalajaran diawalai dengan dinamika kelompok,4)
pretest dilaksanakan guna mengukur kemampuan
awal peserta,5) sesi penyampaian materi 80%, praktek belajar lapangan 20%, dan pelaksanaan evaluasi, 6) metode yang digunakan dalam diklat adalah studi kasus, 7) media yang digunakan dalam diklat berupa modul yang berisi 93
materi, laptop, LCD, flip chart, serta film atau video, 8) sarana dan prasarana yang digunakan mendukung proses diklat meliputi ruang pembelajaran, perpustakaan, aula, LCD Proyektor, laptop, 9) faktor penghambat proses diklat meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, ada peserta yang membawa balita, saat pembelajaran peserta cepat merasa bosan karena terlalu banyak teori serta jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi. 3. Evaluasi diklat terdiri dari empat macam yaitu evaluasi terhadap peserta, evaluasi terhadap widyaiswara, evaluasi terhadap penyelenggaraan diklat, yang semuanya dilakukan dengan mengisi kuesioner, sedangkan evaluasi dampak dilakukan setelah enam bulan pelaksanaan diklat. Dampak yang dirasakan setelah peserta mengikuti diklat pendamping PKH yaitu pengetahuan dan keterampilan peserta tentang pengelolaan PKH menjadi bertambah, peserta dapat mengkondisikan anggota PKH untuk rajin mengikuti pertemuan kelompok, adanya partisipasi yang aktif antara peserta diklat maupun anggota dampingannya dan anggota PKH menjadi meningkat kesadarannya untuk mengakses fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. B. Saran Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini antara lain : 1. Bagi penyelenggara diklat pendamping PKH Proses pembelajaran diklat sebaiknya lebih memperhatikan prosentase pemberian materi dan praktek sesuai dengan rencana yakni 80% untuk praktek dan 20% untuk materi agar peserta diklat nantinya lebih mempunyai keterampilan dalam melakukan pendampingan di masyarakat. Diharapkan 94
penyelenggara diklat lebih memperhatikan jumlah dan variasi konsumsi dalam pelaksanaan diklat agar sesuai dengan peserta diklat. 2. Bagi widyaiswara dan narasumber diklat pendamping PKH Diharapkan widyaiswara dalam pembelajaran menyampaikan materi dengan lebih banyak diselingi permainan atau ice breaking agar peserta tidak cepat merasa bosan. Narasumber diharapkan lebih memperhatikan jadwal diklat sehingga dapat mengurangi potensi keterlambatan dalam pengisisan materi diklat. 3. Bagi bagi peserta diklat pendamping PKH Diharapkan pada saat mengikuti diklat, peserta tidak membawa balita ataupun anggota keluarga lainnya agar tidak mengganggu proses berlangsungnya diklat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Nur Uhbiyati. (2001). Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Apriliana, Ajeng. (2015). “Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pelatihan Pemantapan Pendamping Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta”. Skripsi, tidak dipublikasikan. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Arikunto, Suharsimi & Cepi Safrudin Abdul Jabar. (2007). Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. (2015). Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS). Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Yogyakarta. (2017). Profil Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional III Yogyakarta. Yogyakarta: BBPPKS Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. Jawa Tengah dalam Angka 2016. Diakses pada 2 April 2017 pukul 20:34 WIB.
Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial. (2010). Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH). Jakarta: Kementerian Sosial RI. Dirjen Linjamsos. (2013). Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH). Jakarta: Kementerian Sosial
96
Fauzi, Ikka Kartika A. (2011). Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung : Alfabeta. Hamalik, O. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu: Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Istiningsih. (2008). Model Pendampingan Berbasis Among Dalam Penyuluhan Pertanian Padi Organik di Sleman Yogyakarta. Jurnal Penelitian UNY Yogyakarta. Yogyakarta: UPT-UNY. Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah. Kamil, Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan. Bandung : Alfabeta. Moleong, J. Lexy. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial. (2007). Standarisasi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan. Jakarta : Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial. (2012) . Penelitian Evaluasi Program-program Kesejahteraan Sosial Di Indonesia. Pusdiklat kesejahteraan Sosial. Ramli, M. (2005). Pendampingan Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: DepDikNas. Roesminingsih, Erny. (2009). Pedoman Model dan Paket Pelatihan Peningkatan Mutu Guru dalam Prespektif Manajemen Strategik (online). Diakses di www.slideshare.net pada tanggal 22 Maret 2017 pada jam 17.20 WIB Rohman, Arif. (2013). Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.
97
Rokhmah, Maya Sofie. (2012). Pelaksanaan Pendampingan Bagi Anak Korban Kekerasan di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jurnal FIP. Hlm 1-13 Saleh, Marzuki. (2012). Pendidikan Non Formal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan dan Andragogi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. (2014). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: kencana Prenada Media. Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Edisi 13 - Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Setiamanah, Meilani Dewi. (2009). Keluarga Harapan : Masalah, Tantangan, dan Solusi. Bandung : Pusat Kajian Perempuan dan Keluarga (STKS). Silvia, Mareta Mega. (2015). Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Pendamping Program Keluarga Harapan Angkatan VIII Di Balai Besar Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (online). Diakses dari pls.fip.uny pada 17 November 2016 jam 15.39 WIB. Siswoyo Dwi, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press Sudjana, Djuju. (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharto, Edi. (2010). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung : PT Refika Aditama. (2013). Kemiskinan & Perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung : Alfabeta. Suprijanto. (2005). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta : PT Bumi Aksara. Syahrani, Aulia. (2013). Dampak Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) terhadap Peningkatan Pendapatan Warga Belajar (Studi Kajian di PKBM Handayani, Kabupaten Banjarnegara). Skripsi S1.UNY. 98
Tohirin. (2012). Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling: Pendekatan Praktis untuk Peneliti dan Dilengkapi Dengan Contoh Transkrip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Umara, A. (2006). Praktek Manajemen SDM : Unggul Melalui Orientasi dan Pelatihan Karyawan. Yogyakarta : Santusta. Undang-undang RI No.20 Tahun Pendidikan. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara Zuhairini, dkk. (1993) Metodologi Pendidikan Agama. Jakarta: Ramadhani.
99
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara Untuk bidang penyelenggara diklat di BBPPKS A. Identitas Diri 1. Nama : 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Pendidikan terakhir : B. Pelaksanaan diklat 1. Apa saja proses perencanaan diklat pendamping PKH ? 2. Bagaimana proses perekrutan peserta diklat pendamping PKH? 3. Apa saja kriteria perekrutan peserta Diklat pendamping PKH? 4. Bagaimana penentuan fasilitator Diklat pendamping PKH? 5. Apa saja kriteria fasilitator Diklat pendamping PKH? 6. Bagaimana proses pelaksanaan Diklat pendamping PKH? 7. Bagaimana perumusan kurikulum Diklat pendamping PKH? 8. Apa saja media pembelajaran yang digunakan? 9. Bagaimana metode pembelajaran diklat pendamping PKH? 10. Apa sumber belajar yang digunakan dalam pelaksanaan Diklat? 11. Apakah kegiatan pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya? 12. Apakah ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana atau tidak diharapkan? 13. Apakah proses pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan rencana? 14. Apakah proses pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan dengan baik? 15. Bagaimana proses evaluasi Diklat pendamping PKH? 16. Komponen-komponen apa saja yang di evaluasi? 17. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan Diklat pendamping PKH? 18. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat pendamping PKH? 19. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan tersebut? C. Dampak Pelaksanaan Diklat : 1. Bagaimana pengelolaan kelompok PKH setelah pendamping mengikuti diklat? 2. Adakah pengembangan kelompok PKH setelah pendamping mengikuti diklat?
100
Pedoman Wawancara Untuk Widyaiswara Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS A. Identitas Diri 1. Nama : 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Pendidikan terakhir : B. Pelaksanaan diklat 1. Apa saja proses perencanaan Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 2. Bagaimana proses perekrutan peserta Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 3. Apa saja kriteria perekrutan peserta Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 4. Bagaimana penentuan widyaiswara Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 5. Apa saja kriteria widyaiswara Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 6. Bagaimana proses pelaksanaan Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 7. Bagaimana perumusan kurikulum Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 8. Apa saja media pembelajaran yang digunakan? 9. Bagaimana metode pembelajaran Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 10. Apa sumber belajar yang digunakan dalam pelaksanaan Diklat? 11. Apakah kegiatan pembelajaran Diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya? 12. Apakah ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana atau tidak diharapkan? 13. Apakah proses pembelajaran Diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan rencana? 14. Apakah proses pembelajaran Diklat pendamping PKH berjalan dengan baik? 15. Bagaimana proses evaluasi Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 16. Komponen-komponen apa saja yang di evaluasi? 17. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 18. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan Diklat pendamping PKH Angkatan IX? 19. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan tersebut?
101
Pedoman Wawancara Untuk Alumni Peserta Diklat Pendamping PKH Angkatan IX A. Identitas Diri 1. Nama : 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Pendidikan terakhir : B. Proses Pelaksanaan diklat 1. Apakah widyaiswara dan narasumber menyampaikan materi tersebut dengan baik? 2. Apakah anda dapat menerima materi yang diberikan tersebut? 3. Apakah metode yang digunakan sesuai untuk mencapai ketecapaian tujuan diklat tersebut? 4. Apakah sarana dan prasarana tersebut sudah menunjang ketercapaian tujuan diklat pendamping PKH? 5. Apakah kegiatan pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya? 6. Apakah ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana atau tidak diharapkan? 7. Apakah proses pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan sesuai dengan rencana? 8. Apakah proses pembelajaran diklat pendamping PKH berjalan dengan baik? C. Dampak Pelaksanaan diklat 1. Perubahan apa yang anda rasakan setelah mengikuti program diklat pendamping PKH yang telah diselenggarakan? 2. Apakah anda bisa melihat atau merasakan perubahan tersebut? 3. Perubahan yang dilihat atau dirasakan bersifat positif atau negatif? 4. Adakah perubahan yang tidak diharapkan? 5. Apakah ada perubahan dalam pendampingan PKH? 6. Bagaimana perubahan tersebut? 7. Apakah ada perubahan dalam pengelolaan PKH? 8. Bagaimana perubahan tersebut? 9. Bagaimana tingkat partisipasi peserta PKH dalam mengakses fasilitas pendidikan dan kesehatan? 10. Apakah PKH anda ini sudah menjadi lebih baik, khususnya dalam peningkatan kesadaran dan akses dalam pendidikan dan kesehatan? 11. Apakah sudah sesuai dengan apa yang diharapkan?
102
Pedoman Wawancara Untuk Peserta PKH (KELUARGA SANGAT MISKIN) A. Identitas Diri 1. Nama : 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Pendidikan terakhir : B. Dampak Pelaksanaan diklat 1. Bagaimana pengelolaan kelompok PKH setelah pendamping mengikuti diklat? 2. Adakah perubahan yang dirasa atau dilihat setelah pendamping PKH mengikuti kegiatan diklat? 3. Bagaimana perubahan tersebut? Bersifat positif atau negatif? 4. Adakah perubahan yang tidak diharapkan atau tidak direncanakan? 5. Bagaimana anda dapat merasakan manfaat dari perubahan tersebut? 6. Adakah pengembangan kelompok PKH setelah pendamping mengikuti diklat? 7. Apa saja bentuk pengembangannya? 8. Menurut anda, apakah dampak dari kegiatan diklat pendamping PKH ini sesuai dengan apa yang diharapkan? 9. Apakah menurut anda, kesehatan dan pendidikan itu penting? 10. Apakah PKH anda ini sudah menjadi lebih baik, khususnya dalam peningkatan kesadaran dan akses dalam pendidikan dan kesehatan?
103
Pedoman Observasi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pendamping PKH Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
No.
Aspek
1.
Profil lembaga BBPPKS Yogyakarta : a. Letak Geografis b. Sejarah Berdiri c. Tujuan, Visi, Misi d. Struktur Organisasi e. Program-program Fasilitas : a. Sarana dan Prasarana b. Jejaring c. Pengelolaan d. Pemanfaatannya Pengembangan SDM : a. Rekruitmen b. Kriteria Pendanaan : a. Sumber b. Pengelolaan c. Pemanfaatan Pelaksanaan Diklat : a. Perencanaan b. Langkah-langkah pelaksanaan c. Evaluasi Dampak pelaksanaan diklat : a. Pengeloalaan kelompok PKH b. Pengembangan kelompok PKH
2.
3.
4.
5.
6.
Deskripsi
104
Pedoman Dokumentasi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pendamping PKH Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
A. Di BBPPKS Yogyakarta Melalui Arsip Tertulis 1. Sejarah berdirinya BBPPKS Yogyakarta 2. Visi , Misi dan Tujuan 3. Data pegawai di BBPPKS Yogyakarta 4. Struktur Organisasi BBPPKS Yogyakarta 5. Komponen Diklat B. Foto 1. Gedung BBPPKS Yogyakarta 2. Fasilitas, sarana dan prasarana BBPPKS Yogyakarta 3. Pelaksanaan Diklat
105
LAMPIRAN 2. CATATAN LAPANGAN CATATAN LAPANGAN
Observasi
:1
Hari, Tanggal : Rabu, 7 Desember 2016 Waktu
: 13.00-14.00 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
: Observasi Awal dan Studi Pendahuluan
Deskripsi
:
Peneliti datang ke BBPPKS pukul 13.00 dan menemui Ibu EN selaku Kepala Bidang Diklat TKSP BBPPKS Yogyakarta. Peneliti menanyakan beberapa program Diklat yang sedang berlangsung dan menanyakan beberapa hal tentang Diklat Pendamping PKH
yang mana
merupakan fokus penelitian yang akan diambil oleh peneliti. Setelah studi pendahuluan dirasa cukup, peneliti mohon pamit dan menyampaikan ijin bahwa beberapa waktu ke depan akan segera memberikan surat izin penelitiannya.
106
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:2
Hari, Tanggal : Senin, 13 Februari 2017 Waktu
: 09.00-09.30 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
: Studi Pendahuluan dan Penyampaian Surat Izin
Deskripsi
:
Peneliti datang ke BBPPKS pukul 09.00 dan menemui Ibu SH selaku Kepala Bidang Umum. Peneliti menyampaikan beberapa hal tentang fokus yang akan diteliti mengenai Diklat Pendamping PKH yang akan diambil sekaligus menyampaikan surat izin penelitian. Setelah penyampaian surat izin selesai, peneliti mohon pamit dan menyampaikan ijin bahwa beberapa waktu ke depan akan segera melaksanakan penelitiannya.
107
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:3
Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017 Waktu
: 08.00-09.00 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
: Wawancara tentang pelaksanaan Diklat Pendamping PKH
Deskripsi
:
Peneliti datang ke BBPPKS Yogyakarta pukul 08.00 WIB untuk bertemu dengan kepala Bidang Umum yang kemudian diarahkan untuk menemui Bapak SD selaku Kepala Bidang Diklat TKSM ( Tenaga Kerja Sosial Masyarakat) untuk mencari informasi tentang diklat Pendamping PKH karena beliau selaku penanggungjawab diklat tersebut. Peneliti langsung melakukan wawancara terkait bagaimana pelaksanaan Diklat Pendamping PKH kepada Bapak SD. Beliau menjawab pertanyaan dengan menjelaskan secara rinci dan baik. Selain menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti beliau juga memberikan laporan Diklat yang mana dapat dijadikan tambahan dan acuan peneliti untuk mempelajari Diklat lebih mendalam. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada bapak SD dan mengutarakan niat bahwa hari selanjutnya akan melakukan wawancara kepada Widyaiswara, bapak SD pun memberikan rekomendasi widyaiswara yang dapat memberikan informasi dan membantu peneliti dalam menggali informasi.
108
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:4
Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017 Waktu
: 09.30-09.55 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
: Wawancara tentang Pendanaan Diklat Pendamping PKH
Deskripsi
:
Setelah peneliti merasa cukup wawancara dengan kepala Bidang Diklat TKSM, peneliti kemudian diarahkan Bapak SD untuk menemui Ibu NN selaku kepala sebagai Kepala Seksi Peyusunan Program . Peneliti menemui Ibu NN di lantai 2 dengan diantar oleh Bapak SD. Selanjutnya peneliti menyampaikan maksud dan tujuannya. Peneliti mulai mewawancarai Ibu NN. Selain Ibu NN menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, Ibu NN juga memperlihatkan file-file mengenai keuangan dan pendanaan di BBPPKS Yogyakarta disertai dengan perinciannya yang dapat digunakan untuk menambah bahan kajian oleh peneliti. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Ibu NN yang kebetulan waktu itu mendapat panggilan untuk mengikuti rapat bersama Kepala BBPPKS Yogyakarta. Peneliti mohon pamit dan berpamitan dengan Bapak SD yang kebetulan bertemu di parkiran kantor.
109
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:5
Hari, Tanggal : Rabu, 8 Maret 2017 Waktu
: 14.00-15.30 WIB
Tempat
: Dinas Sosial Kota Magelang
Kegiatan
: Wawancara tentang Diklat Pendamping PKH dengan Alumni peserta diklat
Deskripsi
:
Peneliti datang menemui Bapak SS di kantornya yang berada di Kota Magelang. Sebelumnya peneliti telah membuat janji kepada Bapak SS yang merupakan salah satu peserta Diklat Pendamping PKH yang berasal dari Kota Magelang, beliau saat ini juga merupakan pendamping PKH di Kelurahan Magelang Selatan yang membina sekitar 350 KSM. Disamping itu beliau juga bekerja di Kantor Dinas Sosial Kota Magelang. Selain beliau menjawab pertanyaan dari peneliti, beliau juga menyampaikan bagaimana cara pengelolaan KSM dengan latar belakang yang berbeda yang mana dapat dijadikan tambahan dan acuan peneliti untuk mempelajari PKH lebih mendalam. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak SS dan mengutarakn niat untuk melakukan wawancara kepada salah satu anggota PKH dampingan beliau, dan beliau pun memberikan rekomendasi untuk menemui Ibu SP yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari kantor Bapak SS.
110
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:6
Hari, Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017 Waktu
: 15.00-16.00 WIB
Tempat
: Magelang Selatan Kota Magelang
Kegiatan
: Wawancara dampak Diklat Pendamping PKH bagi anggota PKH
Deskripsi
:
Peneliti datang menemui Ibu SP dengan diantar oleh Bapak SS. Ibu SP merupakan anggota PKH yang didampingi oleh Bapak SS, dimaan Ibu SP adalah salah satu ketua kelompok dari 30 kelompok PKH yang di damping oleh Bapak SS. Peneliti melakukan wawancara bagaimana manfaat dan dampak dari adanya program PKH dari pemerintah dan bagaimana dampak dari diklat pendamping PKH yang telah diikuti oleh pendamping beliau yakni Bapak SS. Ibu SP menjawab semua pertanyaan peneliti dengan memberikan penjelasan yang lengkap. Beliau juga menjelaskan bagaimana dampak PKH ini terhadap prestasi anaknya yang kini tengah duduk di bangku SMP. Setelah dirasa cukup, peneliti dan Bapak SS mohon pamit kepada Ibu SP. Kemudian peneliti pun berpamitan kepada Bapak SS dan menyampaikan terimakasih.
111
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:7
Hari, Tanggal : Jumat, 10 Maret 2017 Waktu
: 12.30-14.00 WIB
Tempat
: Getak Malangjiwan Kebonarum Klaten
Kegiatan
: Wawancara dampak Diklat Pendamping PKH bagi alumni diklat PKH
Deskripsi
:
Peneliti datang menemui Ibu KN yang berada di desa Getak Malangjiwan Kebonarum Klaten. Sebelumnya peneliti telah membuat janji dengan Ibu KN yang merupakan salah satu peserta Diklat Pendamping PKH yang berasal dari Klaten, beliau saat ini juga merupakan pendamping PKH di Kecamatan Kebonarum Klaten yang membina sekitar 214 KSM. Selain beliau menjawab pertanyaan dari peneliti, beliau juga menyampaikan bagaimana pengalaman beliau yang pernah mengikuti diklat pada saat hamil tua 9 bulan yang mana dapat dijadikan tambahan informasi untuk peneliti. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Ibu KN dan mengutarakan niat untuk melakukan wawancara kepada salah satu anggota PKH dampingan beliau, dan beliau pun memberikan rekomendasi untuk menemui Ibu PS yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah Ibu KN.
112
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:8
Hari, Tanggal : Sabtu, 11 Maret 2017 Waktu
: 13.00-14.00 WIB
Tempat
: Gatak Malangjiwan Kebonarum Klaten
Kegiatan
: Wawancara dampak Diklat Pendamping PKH bagi anggota PKH
Deskripsi
:
Peneliti datang menemui Ibu PS dengan diantar oleh Ibu KN. Ibu PS merupakan anggota PKH yang didampingi oleh Ibu KN, dimana Ibu SP adalah salah satu ketua kelompok dari 20 kelompok PKH yang di damping oleh Ibu KN. Peneliti melakukan wawancara bagaimana manfaat dan dampak dari adanya program PKH dari pemerintah dan bagaimana dampak dari diklat pendamping PKH yang telah diikuti oleh pendamping beliau yakni Ibu KN. Ibu PS menjawab semua pertanyaan peneliti dengan memberikan penjelasan yang lengkap. Setelah dirasa cukup, peneliti dan Ibu KN mohon pamit kepada Ibu PS. Kemudian peneliti pun berpamitan kepada Ibu KN dan menyampaikan terimakasih.
113
CATATAN LAPANGAN
Observasi
:9
Hari, Tanggal : Minggu, 12 Maret 2017 Waktu
: 13.00-14.30 WIB
Tempat
: Sambeng Gondang Kebonarum Klaten
Kegiatan
: Wawancara dampak Diklat Pendamping PKH bagi alumni diklat PKH
Deskripsi
:
Peneliti datang menemui Ibu VV yang berada di desa Sambeng Gondang Kebonarum Klaten. Sebelumnya peneliti telah membuat janji dengan Ibu VV yang merupakan salah satu peserta Diklat Pendamping PKH yang berasal dari Klaten, beliau saat ini juga merupakan pendamping PKH di Kecamatan Ceper Klaten yang membina sekitar 288 KSM. Selain beliau menjawab pertanyaan dari peneliti, beliau juga menyampaikan bagaimana pengalaman beliau yang pernah ketiduran di kamar sewaktu masih ada kelas diklat, sehingga beliau diberi hukuman oleh fasilitator yang tengah bertugas pada saat itu. Beliau disuruh untuk berdiri di depan kelas. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Ibu VV dan mengucapkan terimakasih atas kesediaan waktunya.
114
CATATAN LAPANGAN
Observasi
: 10
Hari, Tanggal : Senin, 13 Maret 2017 Waktu
: 09.00-10.00 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
:Wawancara Penyelenggaraan Diklat kepada Widyaiswara
Deskripsi
:
Peneliti datang ke BBPPKS Yogyakarta pukul 09.00 WIB untuk bertemu dengan widyaiswara yang mengisi diklat Pendamping PKH yang kebetulan menjabat sebagai koordinator widyaiswara di BBPPKS. Peneliti mencari informasi tentang diklat Pendamping PKH karena beliau selaku widyaiswara diklat tersebut. Peneliti langsung melakukan wawancara terkait bagaimana pelaksanaan Diklat Pendamping PKH kepada Bapak UH . Beliau menjawab pertanyaan dengan menjelaskan proses perencanaan, proses pelaksanaan, evaluasi diklat, PBL, dinamika kelompok, dan materi lainnya secara rinci dan baik. Selain menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti beliau juga memberikan pengalaman beliau ketika menjadi fasilitator dalam diklat yang mana dapat dijadikan tambahan dan acuan peneliti untuk mempelajari Diklat lebih mendalam. Setelah dirasa cukup, peneliti mohon pamit kepada Bapak UH dan menyampaikan terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan.
115
CATATAN LAPANGAN
Observasi
: 11
Hari, Tanggal : Selasa, 14 Maret 2017 Waktu
: 09.00-09.45 WIB
Tempat
: Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Kegiatan
: Mencari Data Dokumentasi
Deskripsi
:
Pagi hari, Selasa, 14 Maret 2017 saya kembali ke BBPPKS Yogyakarta untuk mencari
data dokumentasi terkait dengan proses pembelajaran diklat pendamping PKH angkatan IX. Sesampainya saya di sana, saya langsung menuju ruang bidang diklat. Saya permisi dan mengucapkan salam kepada pegawai bidang diklat BBPPKS Yogyakarta yang ada di dalam ruangan tersebut. Selanjutnya saya menanyakan kepada Ibu “R” yang sedang duduk di meja kerjanya tentang dokumentasi atau foto-foto pelaksanaan diklat pendamping PKH angkatan IX. Setelah itu, Ibu “R” membuka salah satu komputer yang ada di meja kerja dan mencarikan file fotofotonya. Bahkan saya disuruh untuk mencari sendiri di komputer tersebut. Setelah saya menemukannya, saya langsung mencopynya ke flashdisk. Setelah selesai ngopy, saya langsung pamitan kepada seluruh pegawai bidang diklat yang ada di ruangan itu.
116
CATATAN LAPANGAN
Observasi
: 12
Hari, Tanggal : Rabu, 15 Maret 2017 Waktu
: 13.00-13.25 WIB
Tempat
: Kampus 2 BBPPKS Jalan Veteran No.8
Kegiatan
: Dokumentasi sarana Prasarana
Deskripsi
:
Bukan pertama kalinya saya ke kampus 2 BBPPKS Yogyakarta. Siang hari pukul 12.40 WIB saya menuju ke Jln Veteran bersama teman saya. Kurang lebih 20 menit, kami tiba di lokasi tersebut. Saya memarkirkan motor di parkiran yang disebelahnya ada banyak bapak-bapak pegawai, saya menyapa mereka. Selanjutnya, saya langsung mengambil gambar asrama, ruang makan. Di ruang makan saya bertemu dengan Ibu ES, beliau kepala seksi diklat TKSP. Beliau menyapa kami dan mempersilahkan kami untuk masuk. Gambar selanjutnya yang diambil ruang aula, kesekretariatan, ruang tamu, dan gedung tampak depan. Setelah itu, kami menaiki tangga untuk menuju ruang kelas yang ada di lantai 2. Di situ ada 3 ruang kelas, 1 kelas sedang digunakan dan kami memasuki salah satu kelas di pojok yang kosong untuk mengambil gambar ruangannya kelas dan sarana prasarana yang ada di dalamnya. Sampai pukul 13.25 WIB kami selesai mengambil gambar dan pulang.
117
LAMPIRAN 3. ANALISIS DATA No 1
Pertanyaan Apa latar belakang diselenggaraka nnya diklat Pendamping PKH Angkatan IX?
1 Bapak SD (CW1): Sebenarnya diklat Pendamping PKH merupakan Program dari Pusat yang tujuannya adalah untuk menanggulangi kemiskinan dari seluruh wilayah Indonesia. Terdapat 6 kantor Balai Diklat di seluruh Indonesia, seperti ada di Banjarmasin, Sumatera, Yogyakarta (disini), di Maluku, dll. Khusus untuk Kantor diklat di Yogyakarta itu meng-cover 6 provinsi, yakni DIY, Jateng, Jatim, NTT, NTB dan Bali.
2
3
4
118
5
Reduksi Diklat Pendamping PKH merupakan Program dari Pusat yang tujuannya adalah untuk menanggulangi kemiskinan dari seluruh wilayah Indonesia. Terdapat 6 kantor Balai Diklat di seluruh Indonesia. BBPPKS Yogyakarta meng-cover 6 Provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, NTT,NTB, dan Bali.
Kesimpulan Diklat Pendamping PKH adalah Program dari Pusat yang tujannya adalah untuk menanggulangi kemiskinan. Terdapat 6 kantor Balai Diklat yang tersebar di seluruh Indonesia, salah satunya yaitu Balai Besar Pendidikan Kesejahteraan Sosial Regional III Yogyakarta.
2
Apa saja proses perencanaan Diklat Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Angkatan IX?
Bapak SD (CW1): Perencanaan program diklat sepenuhnya dilaksanakan oleh pusat sedangkan dari kami sebelumnya melakukan rapat koordinasi untuk mengatur jadwal harian dan jadwal pelaksanaannya, tempat dan narasumber untuk peserta selain itu kami hanya menyiapkan panitia. Jadi ya bisa dikatakan kita terima perintah dari pusat yaitu dari Kementrian Sosial RI Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Dari sana sudah di perintahkan bagaimana metode, materi, media dan
Bapak UH (CW8): sebelum diklat dilaksanakan kami para widyaiswara yang mendapat tugas dari pak kepala untuk mengisi materi juga mempersiapkan diantaranya kami melakukan rapat koordinasi dengan widyaiswara yang lain kemudian kami menyusun rancang bangun pembelajaran atau RPP, kemudian menyusun bahan ajar dan menyusun bahan tayang yang nantinya kita presentasikan saat diklat.
Perencanaan program diklat sepenuhnya dilaksanakan oleh Pusdiiklat Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Di BBPPKS sendiri pihak penyelenggara melakukan persiapan dengan mengatur jadwal harian dan jadwal pelaksanaan, tempat, narasumber dan panitia. Sedangkan widyaiswara melakukan persiapan dengan menyusun rancang bangun pembelajaran atau RPP yang nantinya akan dipresentasikann saat diklat. 119
Perencanaan program diklat sepenuhnya dilaksanakan oleh Pusdiiklat Kesejahteraan Sosial RI Direktorat Jaminan Sosial Keluarga. Di BBPPKS sendiri pihak penyelenggara melakukan persiapan dengan mengatur jadwal harian dan jadwal pelaksanaan, tempat, narasumber dan panitia. Sedangkan widyaiswara melakukan persiapan dengan menyusun rancang bangun pembelajaran atau RPP.
3
sumber belajarnya. Darimana Ibu NN (CW-2): anggaran Kalau anggaran untuk biaya seluruh kegiatan diklat di BBPPKS ini pendamping semuanya PKH berasal dari Angkatan IX? Pusat Mbak. Pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat yaitu diambil dari Anggaran DIPA BBPPKS. Dari APBN yang kemudian dibagi-bagi Mbak. Untuk belanja pegawai, belanja modal dan belanja barang. Belanja pegawai itu untuk menggaji pegawai, tunjangan anak istri, bonus kinerja pegawai, uang makan dan lain-lain. Kalau belanja modal
Pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat yaitu diambil dari Anggaran DIPA BBPPKS. Dari dana APBN dibagi untuk belanja pegawai, belanja modal dan belanja barang. Belanja barang meliputi operasional dan non – operasional. Non-operasional meliputi monitoring dan evaluasi, diklat, dan lain-lain
120
Pembiayaan diklat sepenuhnya di danai oleh pemerintah pusat yaitu diambil dari Anggaran DIPA Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Regional III Yogyakarta.
4
itu seperti untuk pemeliharaan gedung, rehabititasi gedung, mobil dinas, komputer, LCD, mejakursi, lemari, ruang dan perlengkapan kantor. Sedangkan belanja barang itu di bagi lagi menjadi operasional dan non – operasional. Operasional meliputi rakorbang, rakornis, dan kegiatan laboratorium. Sedangkan Nonoperasional meliputi monitoring dan evaluasi, diklat, dan lain-lain Bagaimana Bapak SD (CWproses 1): Widyaiswara penentuan yang akan widyaiswara mengajar itu dalam diklat harus memenuhi
Bapak UH (CW8): Yang menjadi widyaiswara harus punya sertifikat lulus
Kriteria widyaiswara yang akan mengisi diklat adalah mampu 121
Kriteria widyaiswara yang akan mengisi diklat adalah yang
5
pendamping beberapa PKH angkatan persyaratan IX? antara lain sudah mengikuti dan lulus TOT PKH yang diselenggarakan di Pusdiiklat (Jakarta), mampu mengelola kelas, bertanggung jawab, dan berkompeten mbak. Tapi widyaiswara disini sudah pernah mengikuti dan lulus TOT PKH di Pusat sih mbak. Bagaimana Bapak SD (CWproses 1): Proses perekrutan perekrutan peserta diklat pesertanya Pendamping dilakukan secara PKH? online yang kemudian dilanjutkan dengan proses wawancara. Kemampuan yang diujikan bermacam-
TOT ya bisa dibilang sertifikat itu SIM buat kami ngajar.
Bapak SS (CW3): Kemarin ketika pelaksanaan diklat saya langsung dipanggil oleh Dinas Sosial dan mendapat surat tugas untuk ikut diklat, kebetulan saya sudah lumayan lama jadi
Ibu KN (CW-5): Sebelumnya saya itu sudah menjadi Pendamping PKH, tapi belum di diklat. Waktu itu saya mendapat panggilan dan surat untuk mengikuti diklat di BBPPKS Yogyakarta, kebetulan saat itu 122
mengelola kelas, bertanggung jawab, dan berkompeten serta telah memiliki sertifikat lulus TOT pendamping PKH yang telah diikuti.
telah memiliki sertifikat lulus TOT pendamping PKH yang telah diikuti.
Perekrutan peserta diklat dilakukan oleh Dinas Sosial dan Dinas Provinsi setempat kemudian di seleksi lagi secara online dari pusat. Kemampuan yang diujikan bermacam-
Perekrutan peserta diklat dilakukan oleh Dinas Sosial dan Dinas Provinsi setempat kemudian di seleksi secara online dari pusat yang kemudian nama calon peserta diklat akan dipanggil
macam, mulai pendamping tapi saya sedang hamil dari kemampuan belum ikut diklat tua. akademik, dll. ini. Perekrutan peserta diklat dari masingmasing daerah itu per kabupaten. Perekrutan dilakukan oleh Dinas Sosial Provisi setempat yang kemudian dipilih lagi oleh pemerintah pusat sebagai finalisasinya. 6
Bagaimana proses diklat pendamping PKH angkatan IX?
Bapak SD (CW1): Setelah semua persiapan telah selesai dilaksanakan maka tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan diklat dimana pelaksanaan diklat melalui beberapa tahapan yaitu penerimaan peserta yang
Bapak UH (CW8): Pelaksanaan diklat dimulai dari peserta melakukan daftar ulang kemudian ada pengarahan program setelah itu dilanjutkan dengan dinamika kelompok, acara inti, PBL, dan acara terakhir acara penutupan ada evaluasi.
Ibu VV (CW-7): Pelaksanaan pertama daftar ulang sebagai peserta, lalu ada dinamika kelompok kemudian penyampaian materi, PBL di Klaten Timur, dan yang terakhir ada evaluasi.
123
macam, mulai dari kemampuan akademik, dll yang kemudian nama calon peserta diklat akan dipanggil untuk mengikuti diklat. Calon peserta sendiri adalah mereka yang sudah menjadi pendamping PKH namun belum pernah mengikuti diklat Pendamping PKH. Penyelenggaraa n diklat pendamping PKH melalui beberapa tahapan yaitu penerimaan peserta yang dilanjut dengan proses daftar ulang, pengarahan program, acara pembukaan , dinamika kelompok,
untuk mengikuti diklat. Calon peserta sendiri adalah mereka yang sudah menjadi pendamping PKH namun belum pernah mengikuti diklat Pendamping PKH.
proses pelaksanaan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX dimulai setelah proses perencanaan selesai, dimulai dengan penerimaan peserta yang dilanjut dengan daftar ulang peserta, pengarahan
7
dilanjut dengan pengarahan program, acara pembukaan , dinamika kelompok, penyampaian materi, PBL, yang kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi mbak. Bagaimana Bapak UH(CWperumusan 8): Materi kurikulum semua dibuat diklat oleh Pusdiklat pendamping dimana PKH angkatan materinya IX? disesuaikan dengan kebutuhan peserta untuk melakukan pendampingan nantinya. Materinya seputar tentang bagaimana mekanisme program dilaksanakan di lapangan
Bapak SD (CW1): Untuk kurikulum kami semua mengikuti dari pusat dan kami hanya menjalankan saja mbak
124
penyampaian materi, PBL, yang kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi.
program, acara pembukaan , dinamika kelompok, penyampaian materi, PBL, yang kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi
Materi yang disampaikan dalam diklat bimbingan pendamping PKH disusun oleh Pudiklat dimana materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta ketika peserta terjun untuk mendamping PKH di masyarakat. Materinya seputar tentang bagaimana mekanisme program dilaksanakan di
Materi yang disampaikan dalam diklat bimbingan pendamping PKH disusun oleh Pudiklat dimana materi disesuaikan dengan kebutuhan peserta ketika peserta terjun untuk mendamping PKH di masyarakat.
8.
Bagaimana pendampingan widyaiswara di kelas?
9
Apakah
Bapak SD (CW1): Satu kelas diklat dibersamai oleh kurang lebih 3 widyaiswara. Tetapi terkadang itu juga tergantung pada banyaknya angkatan diklat yang sedang diselenggarakan disini. Karena untuk total widyaiswara yang dimiki oleh BBPPKS ada sebanyak 12 Orang yang kesemuanya diharapkan dapat mengcover dan dapat diberdayakan semua dalam tiap-tiap diklat yang diselenggarakan. Istilahnya ya dibagi sama rata per widyaiswaranya Bapak SS (CW-
lapangan Satu kelas diklat dibersamai oleh kurang lebih 3 widyaiswara. Pendampingan widyaiswara di kelas dilakukan sesuai jadwal yang sudah dibuat sebelumnya.
Bapak UH (CW8): biasanya dalam satu tahun kami sudah dibagi menjadi beberapa tim untuk masingmasing putaran diklat. Untuk tahun 2016 BBPPKS mengadakan 7 putaran diklat PKH dengan total ada 20 angkatan dan 1000 Peserta kurang lebih. Biasanya satu angkatan yang teridi dari kurang lebih 50 peserta didampingi oleh 2-3 widyaiswara. Biasanya kami gantian sudah dijadwalkan, jadi semua widyaiswara disini pasti kebagian ngajar di kelas diklat Mbak.
Ibu KN (CW-5): Ibu VV (CW-7) : 125
Pendampingan widyaiswara di kelas dilakukan sesuai jadwal yang sudah dibuat sebelumnya. Dalam satu angkatan diklat di ampu oleh 23 widyaiswara sesuai dengan jadwalnya.
Dalam kegiatan Dalam kegiatan
widyaiswara dan fasilitator menyampaikan informasi dengan baik?
3): Widyaiswara dan fasilitatorya bagus, gampang dimengerti penyampaianny a. Apa yang disampaikan mereka juga sesuai dengan materi yang ada di dalam modul. Intinya gampang mengerti materinya.
Apa yang disampaikan widyaiswara dan fasilitator itu tersampaikan dengan baik. Peserta dapat menangkap apa yang dijelaskan oleh mereka.
Apa yang disampaikan widyaiswara sama fasilitatornya dapat diterima. Cara penyampaian lugas dan mereka juga mmberikan contoh-contoh yang kongkrit. Peserta paham atas informasi yang disampaikan oleh mereka. Mereka mempunyai ciri khas sendirisendiri dalam mengajar, sehingga peserta tertarik, walaupun masih kadang suka ngantuk didalam kelas, karena pada saat itu diklatnya bersamaan dengan puasa ramadhan
126
diklat Pendamping PKH Angkatan IX fasilitator menyampaikan informasi/ materi belajar dengan baik sehingga peserta dapat menerima apa yang disampaikan oleh fasilitator. Apa yang disampaikan juga sesuai dengan materi yang ada di dalam modul. yang disampaikan widyaiswara sama fasilitatornya dapat diterima. Cara penyampaian lugas dan mereka juga mmberikan contoh-contoh yang kongkrit. Fasilitator mempunyai ciri khas sendirisendiri dalam
diklat Pendamping PKH Angkatan IX fasilitator menyampaikan informasi/ materi belajar dengan baik sehingga peserta dapat menerima apa yang disampaikan oleh fasilitator. Cara penyampaian lugas dan mereka juga mmberikan contoh-contoh yang kongkrit. Fasilitator mempunyai ciri khas sendirisendiri dalam mengajar.
10
Apakah metode yang digunakan oleh widyaiswara dan fasilitator sesuai dan dapat diterima oleh anda?
Bapak SS(CW3): Saya sendiri setuju dan dapat menerima materi yang diberikan oleh fasilitator dan widyaiswaranya ya mbak. Karena mereka itu menyampaikan materinya dengan metodemetode yang berbeda-beda satu sama lain. Ya pokoknya semuanya disesuaikan dengan materi dan keadaan dikelas lah mbak
Ibu KN(CW-5): Ya mbak. Metodenya gampang dimengerti, mereka juga menyampaikan materi dengan metode yang berbeda-beda mbak. Ada yang pakai ceramah, LCD proyektor, metode bermain, mutar video, ya masih banyak lagi lah mbak, pokoknya macam-macam. Jadi kami juga tidak terlalu merasa bosan di dalam kelas.
Ibu VV(CW-7): Metodenya lumayan menarik, saya sendiri juga jadi gampang mencerna informasi yang disampaikan oleh mereka. Metode yang digunakan itu ada curah pendapat, bermain, diskusi, ada ice breaking juga di tengahtengah pembelajran sehingga membuat kami fresh lagi. Tapi karena waktu diklatnya kurang mencukupi, tidak sesuai dengan banyaknya materi yang harus disampaikan, jadinya kami harus belajar sendiri tentang materi yang belum disampaikan oleh widyaiswara dan 127
mengajar. Peserta dapat menerima materi yang disampaikan oleh fasilitator. Metode yang digunakan dalam diklat yaitu metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) dimana pembelajaran menekankan pad ape\artisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta diklat. Namun pada pelaksanaannya peserta diklat pendamping PKH merasa materi yang ada tidak sesuai dengan waktu yang disediakan
Metode yang digunakan dalam diklat yaitu metode pembelajaran orang dewasa (andragogy) dimana pembelajaran menekankan pad ape\artisipasi aktif dan pemanfaatan pengalaman peserta diklat. Namun pada pelaksanaannya peserta diklat pendamping PKH merasa materi yang ada tidak sesuai dengan waktu yang disediakan
fasilitatornya. Kaya misalnya hari ini kita akan belajar tentang materi A, dengan jumlah 10 poin yang harus dibahas, tapi kadang sampai waktu habis, poin yang tersampaikan hanya 6 saja, jadi kami belajar sendiri 4 poin materi sisanya. Ya istilahnya learning by doing. 11
Apa saja media pembelajaran yang digunakan?
Bapak UH(CW8): Media pembelajaran yang digunakan ada modul, flip chart, laptop, kami juga menggunakan film dan video agar peserta tidak cepat bosan
Ibu KN(CW-5): Untuk media pembelajaran cukup membantu kami memahami materi yang disampaikan widyaiswara jadi kami tidak hanya mendengar tapi juga bisa baca. Media yang digunakan ada modul, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, film juga.
Media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video agar peserta diklat tidak cepat merasa bosan pada saat pemebelajaran. 128
Media pembelajaran yang digunakan dalam diklat pendamping PKH adalah modul berisi materi PKH, laptop, LCD, flip chart, kertas plano, dan film atau video
12
Apakah kegiatan pembelajaran diklat berjalan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan?
Bapak SD(CW1): Kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Hanya saja ada beberapa materi yang penyampaianny a dipadatkan. Hal ini disebabkan karena memang waktu diklat itu bertepatan dengan akhir bulan ramadhan, jadi kebanyakan dari kami baik peserta maupun panitia yang sudah memikirkan hari raya idhul fitri di rumah. Sehingga diklat yang tadinya dijadwalkan selama 10 hari, dipadatkan menjadi 9 hari. Tapi itu semua tidak begitu mempengaruhi tujuan awal
Ibu VV (CW-7) : Kegiatan diklat sudah sesuai jadwal tapi materi yang disampaikan dipadatkan karena waktunya kurang. Diklatnya harusnya 10 hari tapi ini hanya 9 hari. Karena peserta sudah memikirkan pulang ke kampung halaman. Banyak dari kami yang sudah berpikiran dirumah kumpul dengan keluarga walaupun badan kita masih ada di lokasi diklat.
Ibu KN(CW-5): Saya rasa diklatnya sudah sesuai dengan yang dijadwalkan sebelumnya. Tapi ya memang materinya itu dipadatkan tapi ya itu bukan suatu masalah karena memang kami sudah ingin pulang. Terlebih saya yang sedang hamil tua. Satu hari setelah saya pulang diklat saya langsung pembukaan 1, esoknya saya langsung melahirkan anak pertama saya. Untung saja tidak melahirkan disaat diklat berlangsung
129
Kegiatan pemebelajaran diklat sudah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Hanya saja ada beberapa materi yang penyampaiannya dipadatkan. Hal ini disebabkan karena memang waktu diklat itu bertepatan dengan akhir bulan ramadhan. Diklatnya seharusnya berlangsung selama 10 hari tapi ini hanya 9 hari
Kegiatan pembelajaran sudah sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, tetapi materi yang disampaikan dipadatkan karena waktunya kurang. Diklatnya seharusnya berlangsung selama 10 hari tapi ini hanya 9 hari.
13
14
diklat. Bapak SD(CW1): Semua kegiatan diklat sudah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, tapi memang ada yang beberapa cukup mengganggu karena memang agak menyimpang dari rencana awalnya. Ada 2 peserta diklat yang membawa balita dan juga anggota keluarganya. Ada juga peserta diklat yang sedang hamil tua. Tapi itu semua tidak begitu mempengaruhi proses diklat yang sudah direncanakan sebelumnya. Bagaimana Bapak SD(CWproses evaluasi 1): Evaluasi Apakah ada kegiatan diklat yang tidak sesuai dengan rencana atau tidak diharapkan?
Bapak SS(CW-3): Kegiatan diklat sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Semuanya sesuai harapan kami sebagai peserta.
Ibu VV(CW-7): Diklatnya sesuai dengan harapan kami sebagai peserta. Saya bisa mendapatkan apa yang saya harapkan setelah diklat selesai.
Bapak SS(CW-3): Bapak UH(CWEvaluasi untuk 8): Evaluasi ada 130
Semua kegiatan diklat sudah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, tapi memang ada yang beberapa cukup mengganggu karena memang agak menyimpang dari rencana awalnya. Namun diklat ini sesuai dengan harapan para peserta.
Evaluasi tiga
Semua kegiatan diklat sudah sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, tapi memeng ada yang menyimpang dari rencana awalnya. Namun diklat ini sesuai dengan harapan para peserta.
ada Evaluasi untuk tiga
ada untuk
diklat pendamping PKH?
diklat PKH dilakukan oleh seksi bidang program dan evaluasi. Bahan evaluasi diusulkan oleh widyaiswara selanjutnya diproses oleh seksi evaluasi . Sebelum melakukan evaluasi, panitia terlebih dahulu mengadakan pre test-post test. Selain mengadakan evaluasi untuk peserta diklat, kami juga melakukan evaluasi terhadap kinerja widyaiswara yang dilakukan dengan membagi angket kepada peserta diklat, diantaranya mengenai proses pembelajaran yang berlangsung,
peserta ada dua yaitu pra test dan post test dilaksanakan pas awal sebelum diklat materinya tentang PKH secara umum. Sedangkan post test dilaksanakan akhir diklat materinya tentang diklat yang dilaksankan selain ada juga evaluasi untuk pelaksanaan diklat mulai dari prosesnya, sarana prasarananya dan widyaiswaranya.
tiga untuk peserta, penyelenggara dan untuk widyaiswara. Evaluasi digunakan untuk bahan perbaikan diklat mendatang
131
peserta, penyelenggara dan untuk widyaiswara. Evaluasi diklat PKH dilakukan oleh seksi bidang program dan evaluasi. Bahan evaluasi diusulkan oleh widyaiswara selanjutnya diproses oleh seksi evaluasi . Sebelum melakukan evaluasi, panitia terlebih dahulu mengadakan pre test-post test. Selain itu juga diadakan evaluasi pasca diklat yang dilakukan 6 bulan setelah diklat dilaksanakan. Evaluasi digunakan untuk bahan perbaikan diklat mendatang.
peserta, penyelenggara dan untuk widyaiswara. Evaluasi diklat PKH dilakukan oleh seksi bidang program dan evaluasi. Bahan evaluasi diusulkan oleh widyaiswara selanjutnya diproses oleh seksi evaluasi . Sebelum melakukan evaluasi, panitia terlebih dahulu mengadakan pre test-post test. Selain itu juga diadakan evaluasi pasca diklat yang dilakukan 6 bulan setelah diklat dilaksanakan.
15
kemampuan widyaiswara, dll. Selain itu kami juga melakukan evaluasi pasca diklat yang dilakukan 6 bulan setelah diklat dilaksanakan. Dalam evaluasi ini kami mengunjungi beberapa sampel peserta diklat yang wilayahnya terjangkau untuk kami tinjau kinerjanya di daerah garapannya. Kami hanya mengambil beberapa sampel saja karena untuk menekan anggaran dan waktu serta tenaga. Apa saja faktor Bapak SD(CWpendukung 1): Koordinasi dalam yang baik pelaksanaan dengan Dinas
Ibu KN(CW-5): Sarana dan prasaranya yang disediakan
faktor pendukung program diklat Pendamping 132
faktor pendukung program diklat Pendamping
16
diklat pendamping PKH?
Sosial di Kabupaten? Kota menjadi salah satu faktor pendukung yang kami rasakan dengan koordinasi yang baik akan memudahkan kami untuk mendapatkan data tentang calon peserta yang telah lolos seleksi dan siap mengikuti diklat.
Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan diklat pendamping PKH?
Bapak SD (CW1): Hambatannya antara lain terkadang kita mendatangkan narasumber dari Pusat, dan beliau yang menjadi narasumber kadang datang terlambat sampai disini, bisa sampai 1-2 hari. Yang dapat
BBPPKS sudah lengkap, mulai dari laptop, LCD, film, whiteboard, flip chart, ruang kelas, ruang makan, asrama, mushola, modul. Tapi sayangnya perpustakaannya hanya ada di kantor Purwomartani, sedangkan diklat kami diadakan di kantor Veteran. Tapi itu tidak terlalu berimbas pada hasil diklat Bapak SS (CW3): Kalau menurut saya tidak ada hambatan yang berarti mbak. Semuanya sudah sesuai rencana dan harapan saya.
Ibu VV (CW-7): Hambatannya menurut saya karena diklatnya bersamaan dengan puasa ramadhan. Pada saat itu kami puasa dan masih harus melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas diklat, walaupun memang 133
Ibu KN (CW-5) : Penghambatnya tidak ada, mungkin itu saja dari segi makanannya tidak bervariasi, makanannya juga kurang mencukupi. Dulu saya pernah pas waktunya buka puasa saya sholat maghrib dulu, baru makan, pada saat itu saya
PKH meliputi adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan instansi terkait di provinsi/kabupat en/kota dan faktor kedua yaitu sarana dan prasara yang disediakan sudah memadai.
PKH meliputi adanya koordinasi yang baik antara BBPPKS dengan instansi terkait di provinsi/kabupat en/kota dan sarana prasara yang disediakan sudah memadai.
Hambatan yang terjadi dalam proses diklat yang dirasakan oleh panitia diantaranya adalah keterlambatan narasumber dari pusat yang bisa mencapai 1-2 hari, hambatan lainnya adalah adanya peserta diklat yang tengah hamil
faktor penghambat program diklat meliputi keterlambatan fasilitator dari pusat, adanya peserta diklat yang membawa balita dan keluarganya, adanya peserta diklat yang sedang hamil tua, waktu diklat yang bersamaan
kami lakukan hanyalah menggeser jadwal materi yang disampaikan. Hambatan lainnya adalah ada peserta yang membawa balita dan juga asistannya/kelua rganya. Hal tersebut tentunya cukup menggangu panitia, karena akan berimbas pada keaktifan, agresivitas dan kesehatan peserta selama mengikuti diklat, terlebih mereka yang membawa balita tentunya akan berimbas pada bengkaknya dana konsumsi juga pengadaan tempat istirahat (kamar) dan fasilitas lainnya. Tapi itu saya rasa tidak terlalu
fasilitator dan widyaiswaranya menyampaikan materi dengan menarik tapi kadang saya masih merasa ngantuk dan bosan. Tapi jika secara keseluruhan tidak ada faktor penghambat yang begitu mengganggu kegiatan diklat ini.
134
hanya kebagian lauk tahu saja. Tahu lagi tahu lagi, sayurnya juga cuma jagung muda sama tahu doang mbak. Judulnya tahu tahu dan tahu mbak. Bosan makannya itu itu saja. Jadi kalau malam saya kadang lebih milih makan di luar sekalian jalan-jalan keluar, soalnya pas waktu itu saya bawa motor sendiri mbak.
dan membawa anak balita sekaligus salah satu anggota keluarganya. Hambatan lain yang dirasakan oleh peserta diantaranya adalah kurangnya variasi menu makanan dan jumlah makanan yang kurang memadai atau kurang sesuai dengan jumlah peserta diklat.peserta diklat juga masih ada yang merasa bosan dengan pemelajaran yang dilakukan selama diklat berlangsung.
dengan bulan Ramadhan, jumlah konsumsi yang kurang memadai dan bervariasi.
17
menjadi hambatan yang berarti untuk kami. Bagaimana Bapak SS (CWdampak yang 3): Setelah dirasakan diklat saya jadi setelah semakin mengikuti bertambah diklat wawasan pendamping tentang PKH PKH? sehingga ketika ada masalah dapat saya atasi. Misalnya saja saya saat itu saya itu sedang mempunyai masalah mengenai partisipasi KSM yang mengikuti Pertemuan Kelompok itu sangat kecil, lalu fasilitator memberikan masukan dan saran utnuk mengatasi masalah tersebut. Ya sejak saat itu saya sudah mulai dapat
Ibu KN (CW-5): Dampak diklat yang saya rasakan ya tentunya pengetahuan mengenai PKH dan pendamping PKH bertambah. Saja jadi punya banyak teman, banyak pengalaman. Ya dalam pengelolaan kelompok PKH saya juga terdapat kemajuan. Yang pasti setelah diklat saya jadi punya banyak teman di berbagai daerah tidak hanya di Klaten saja kami masih sering berhubungan untuk sekedar tanya kabar atau diskusi via grup WA atau facebook
Ibu VV (CW-7): Setelah diklat tentunya pengetahuan saya mengenai pendamping PKH bertambah. Dan yang paling berdampak pada saya adalah saya lebih jadi percaya diri. Awalnya saya masih ragu dalam memberikan informasi, mengelola anggota PKH, saya masih kurang PD untuk berbicara di depan orang banyak. Dengan adanya diklat ini saya sangat merasakan dampaknya yang berimbas sangat positif untuk saya. Setelah ikut diklat kami jadi punya banyak teman 135
Ibu SP (CW-4) : Mas SS sangat baik dalam mendampingi kami. Beliau jadi sangat sabar, beliau juga pintar dalam mengkondisikan kami yang kadang tidak teratur, suka mbolos dalam menghadiri pertemuan kelompok. Pokoknya banyak sekali perubahan positif yang kami lihat setelah pendamping kami mengikuti diklat pendamping PKH.
Ibu PS (CW-6): Setelah Mbak KN mengikkuti diklat, dia jadi tambah baik dalam mendampingi kami, dia juga sangat sabar dalam menghadapi kami yang kadang masih suka rewel dan ngeluh jika bantuan belum cair alias terlambat. Beliau juga tegas jika ada salah satu dari kami yang tidak hadir dalam mengikuti pertemuan kelompok tanpa alasan yang jelas. Intinya sekarang pengelolaan kelompok PKH
dampak yang dirasakan oleh peserta diklat pendamping PKH maupun oleh anggota PKH yang merupakan dampingan dari peserta diklat yaitu pengetahuan dan keterampilan pengelolaan peserta tentang PKH menjadi bertambah, peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki setelah diklat untuk proses pendampingan. Dampak selanjutnya yang dirasakan angota PKH yaitu pendamping menjadi lebih interaktif,
dampak yang dirasakan oleh peserta diklat pendamping PKH maupun oleh anggota PKH yang merupakan dampingan dari peserta diklat yaitu pengetahuan dan keterampilan pengelolaan peserta tentang PKH menjadi bertambah, peserta mampu mengaplikasika n pengetahuan yang dimiliki setelah diklat untuk proses pendampingan. Dampak selanjutnya yang dirasakan angota PKH yaitu pendamping menjadi lebih interaktif,
mengelola anggota saya dengan baik. Selain itu saya juga jadi punya banyak teman pendamping di berbagai wilayah Indonesia. Tapi saya juga jadi bingung mengenai beberapa materi yang disampaikan ada yang kurang sinkron antara koordinator kabupaten dengan widyaiswara. Ada beberapa materi atau penjelasan yang tidak sesuai satu sama lainnya. Tapi secara keseluruhan dampaknya bersifat positif untuk saya dan kelompok saya tentunya.
pendamping di berbagai wilayah Indonesia. Kami sering mengadakan diskusi, sharing, dan berbagi informasi tentang apapun melalui media sosial
136
kami menjadi lebih baik setelah Mbak KN mengikuti diklat
tanggap, tegas, sabar, disiplin dan komunikatif. Pendamping juga bertambah relasinya yang mana dapat membantunya dalam melakukan sharing dan diskusi yang kaitannya dalam memajukan PKH
tanggap, tegas, sabar, disiplin dan komunikatif. Pendamping juga bertambah relasinya yang mana dapat membantunya dalam melakukan sharing dan diskusi yang kaitannya dalam memajukan PKH
LAMPIRAN 4. Dokumentasi 1. Fasilitas dan Sarana Prasarana di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta
Asrama untuk Peserta diklat
Ruang Makan
Ruang Aula
Ruang Kelas
Ruang Sekretariat
Perpustakaan 137
2. Proses Penyelenggaraan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX
Koordinasi Awal
Pembentukan Panitia
Penerimaan Peserta Diklat
Dinamika Kelompok
Prosesi Pembukaan dan Penyematan Tanda Peserta Diklat Pendamping PKH yang Dipimpin Oleh Plt. Sekjen Kemensos RI Bapak DR. Mukman Nuryana, P.hd 138
Proses Pelaksanaan Diklat Pendamping PKH Dimana Peserta Sedang Melakukan Diskusi yang di Fasilitatori Oleh Bapak Uji Hartono,MA
Proses Praktek Belajar Lapangan di Desa Kwarasan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten Jawa Tengah
Proses Penutupan Diklat Pendamping PKH Yang Dipimpin Oleh Kepala Bidang Monitoring dan Evaluasi Diklat Bapak Purnamasidi,MM
139
LAMPIRAN 5. Data SDM di BBPPKS Yogyakarta No. Jabatan 1. Kepala BBPPKS 2. Bagian Tata Usaha
3.
4.
Keuangan
Nama Drs. Sugiyanto, M.Si Dra. Pristi Yudawati,MM Suharyati,A. Ks,M.Si Endang Pretiningsih Mustahi,SH Suklan Setaji,S.ST Priyanto,S.Sos Suharto Sangadi, A.Ks Totok Sumardianto, S.ST Wiwara Utami, S.ST Purwanto, S.Sos Agus Wiyono Mustajam M. Zainuri Bagiono Paijo Sudaryadi Tri Wijiatmoko Wawan Triono Murgianto Rokhmat Mardi Marsiti Ali M. Simamora, SE, MM Yatini, S.ST Tri Sutarti Pujiastuti, S.ST Budiarso, SH Pono Nuraeni Dramayanti,S,Sos,MPA Karningsih Drs. Purnamasidi,MM Neni Rohaeni, S.Sos,M.Si 140
Keterangan Kepala BBPPKS Kepala Bagian TU Kepala Sub Bagian TU Sekretaris Pimpinan Penyusun laporan Pengelola Inventaris Penata Laporan BMN dan Barang Pengelola Inst.Lab. Praktikum Peksos dan Media
Satpam
Pemelihara Kantor
Kasubag Keuangan Bendahara Pengeluaran Bendahara Penerimaan Verifikator Keuangan Penata Laporan Keuangan Penata Laporan Keuangan Pengelola Anggaran Belanja Pegawai Kepala Bidang Kepala Seksi Penyusunan
Umi Lestari, SH Rr. Wigit Satyrini, SE Wahyuni, SE Suyono Avianto Yudi Astowo Suramto, S.Ag, MM Kepala
5.
6.
Bidang Penyelenggara Diklat dan Kerjasama
Widyaiswara
Dra. Dewi Setyorini Diani Endang Andonowati, SE Heriyanto, S.IP, M.Si Supriyanto, S.Sos Mulyanti B. S.ST Ana Sukaton, S.IP, MPA Ruswanto, S.Sos Sri Rahayu, S.ST Nuryadi,S.Sos Dra. Suryak Dra. Ening Suryantini Dra. Hardaya Sudarwo, S.Sos Basiran, SIP Sigit Priyantomo Slamet Drs. Sudiro, M.Si Drs. Amirudin, MPSSp Dra. Rahma Poespita Joenita Anis Rahmawati, S.Sos Siti Juwantiyah Heru Widiantoro, Aks ,M.Si Achmad Buchtory, S.Sos Drs. Joko Sulistyo, M.Si Drs. Uji Hartono, MA Dra. Purwatiningsih, M.Si Ir. Titiek Surani, MM Drs. Joko Sumarno, M.Si 141
Program Penganalisis Kebutuhan Diklat Penyelenggara Layanan Informasi dan Advokasi Pranata Komputer Pelaksana Lanjutan Seksi Pemantauan dan Evaluasi Penyusun Bahan Evaluasi dan Pelaporan Pengolah Data Hasil Evaluasi dan Pelaporan Pengelola Ins. Perpustakaan
Kepala Bidang Kepala Seksi Diklat TKSP Penyiap Bahan Penyelenggaraan Diklat TKSP Pelaksana Urusan Kerjasama Diklat TKSP Admistrasi Diklat TKSP Kepala Diklat TKSM Penyiap Bahan Diklat TKSM Admistrasi TKSM Widyaiswara Pelaksana WI Madya
7.
Pejabat Fungsional
Drs. Bambang Tjahjono, M.Pd Dinah Pangestuti, M.Si Joko Wiweko Karyadi, M.Pd Dra. Supartini, M.Si Siti Mulyani, M.Si Dra. Prih Wardoyo, MPA Totok Sumardiyanto,S.ST A.Wisnu Wardhana, SH Dra. Sri Sugiarti Suradji, S.Pd Drs. Widjaja Drs. Sriyana, M.Si Eko Budi Hartati, M.Si Drs. Suminto, M.Si Drs. Anwar Rosyid Kasdi Wahab, M.Si Trimiyati, MA
Sumber : Data Primer BBPPKS Yogyakarta
142
WI Muda
Peksos Madya
Peksos Muda Perencana Madya
Pranata humas Muda JF. Pranata Komputer Muda Pustakawan Muda
LAMPIRAN 6. DATA PESERTA DIKLAT PENDAMPING PKH ANGKATAN IX
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama Ani Fitriani, S.Pd Nofal Purnomo, S.Pd Faizah, Amd.Keb Indra P., S.Pd.I Amhad Faozi,S.Pd Eko Agung N.,S.Pd Eko Arif S.,S.Pd Kurniawati S.,S.Si Rosidah, Amd.Keb Nofia Ningrum,S.Pd.I Sri Lestari, S.Sos Saiful Anwar,S.Pd Mujibatul L.,S.Pd Faqih Fakhurozak,S.T Nurmantika, S.Psi Edi Susanto, S.Kom Ahmad Fadholi, S.Pd.I Abimanyu A.,SE
TTL Tegal, 08-05-1989 Tegal, 07-11-1982 Tegal, 09-02-1991 Tegal, 25-08-1986 Tegal, 29-04-1991 Tegal,16-05-1988 Tegal, 15-05-1987 Tegal, 18-11-1990 Brebes, 14-01-1980 Tegal,20-11-1985 Tegal, 24-09-1990 Tegal, 23-08-1989 Tegal, 30-05-1987 Tegal, 29-08-1990
Pendidikan S1 S1 D3 S1 S1 S1 S1 S1 D3 S1 S1 S1 S1 S1
Pendamping Kecamatan Balapulang Talang Bumijawa Bumijawa Bumijawa Jatinegara Lebaksiu Jatinegara Bojong Pangkah Balapulang Lebaksiu Balapulang Balapulang
Tegal, 23-05-1989 Tegal, 10-09-1985 Tegal, 29-06-1987
S1 S1 S1
Tarub Talang Jatinegara
Tegal Tegal Tegal
Cianjur, 22-01-1989
S1
Magelang
Diah Kusuma W., S.Pd Anang Y.B.,ST
Magelang, 23-071990 Magelang, 02-081986 Magelang, 01-051986 Kebumen, 20-09-1990
S1
Magelang, 30-101989 Kudus, 13-09-1987 Brebes, 14-01-1980
S1
Magelang Tengah Magelang Selatan Magelang Utara Magelang Utara Magelang Selatan Magelang Tengah Losari Losari
22
Aulia Kirana A., S.Sos Sasongko Dwi.K.,SE
23
Andhini W., S.Pd
24 25
Muhammad N.,S.Pd Isnin Khizinah,S.Pd
143
S1 S1 S1
S1 S1
Kabupaten Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal Tegal
Magelang Magelang Magelang Magelang Magelang Brebes Brebes
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
M. Isnanto, S.Sos Widiastuti, S.Pd Nurhayati, SE Muhyidin, S.Pd Lukman S.A.,S.Pd Anto Santoso, S.Pd Vivid Asyida, S.Pd Kana Noviana, S.Pd Haris Hartoko, S.Pd.I Sri Haryani, S.Sos Alyatulloh M.,S.Pd.I
Brebes, 30-10-1985 Brebes, 16-08-1990 Ciamis, 24-01-1983 Brebes, 05-05-1987 Brebes, 08-08-1989 Brebes, 08-09-1984 Klaten. 12-08-1990 Klaten, 20-09-1990 Klaten, 27-06-1989 Klaten, 10-10-1986 Banyumas, 03-071988 Yudi Arinto, S.Psi Boyolali, 06-08-1989 Novia Sri Indah, S.Pd Tegal, 30-10-1989 Devi Yuniasih, S.Pd Tegal, 28-09-1987 Syamsudin, S.Pd Tegal, 12-10-1989 M. Abdurokhim, Tegal, 30-03-1989 S.Pd Ade Nur A., S.Kom.I Tegal, 16-08-1986 Noverdi A., S.Si Tegal, 26-07-1980 Masqi Fitria, S.PT Tegal, 27-10-1989 Andi Sutrisno, S.Pd Tegal, 24-01-1990
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Ketaggungan Salem Bulakamba Bantarkawung Wanasari Losari Ceper Kebonarum Klaten Utara Klaten Utara Wonosobo
Brebes Brebes Brebes Brebes Brebes Brebes Klaten Klaten Klaten Klaten Wonosobo
S1 S1 S1 S1 S1
Teras Tegal Barat Margadana Tegal Selatan Tegal Selatan
Boyolali Tegal Tegal Tegal Tegal
S1 S1 S1 S1
Tegal Tegal Tegal Tegal
M.Amal Nurhakim, S.Pd Eri Yunanto, S.SE Rizki Nurmalita, S.Pd Ain Fahmi H., S.ST Anggi S.N.,Amd.Keb
Tegal, 29-10-1989
S1
Margadana Tegal Timur Tegal Selatan Koordinator Kota Tegal Margadana
Tegal, 06-08-1990 Tegal,07-09-1990 Tegal, 08-09-1987 Tegal, 02-04-1990
S1 S1 D4 D3
Tegal Timur Tegal Selatan Tegal Timur Margadana
Tegal Tegal Tegal Tegal
144
Tegal
DAFTAR KEPANITIAAN DIKLAT Nama Diklat Tanggal pelaksanaan Tempat Penyelenggaraan No
NAMA/NIP
1.
Drs. Purnamasidi,MM 195810021988031001 Budiarso,SH 195906011994031002 Agus Wiyono 197212112006041001 Suharto 195903251987031005 Wigit Satyani,SE 197005141996032001 Uji Hartono,MA 195903171985031002 Joko Wiweko Karyadi,M.Pd 195805301983031003 DR. Mukman Nuryana, P.hD 195401011981031007 Drs.Sugiyanto,M.S 195807311980031002 Agustinus Sunarman 196109221989031001 Siti Maryatun Totok Sumaryanto,SST 196911071993031005 Yatini, SST 197704172006042003 Diani Endang Andonowati,SE 196608121993032004
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14.
: DIKLAT PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX : 24 Juni 2016 - 3 Juli 2016 : Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional III Yogyakarta Jalan Veteran No. 8 Yogyakarta PANGKAT/GOL
JABATAN KEPANITIAAN Pembina Utama Muda Penanggung jawab IV/b Penata Tk.I III/d Koordinator dan Fasilitator Penata Muda III/a Sekretariat
INSTANSI
BBPPKS Reg Yogyakarta BBPPKS Reg Yogyakarta BBPPKS Reg Yogyakarta Penata Muda Tk.I III/b Sekretariat BBPPKS Reg Yogyakarta Penata Tk.I III/d Sekretariat/Keuangan BBPPKS Reg Yogyakarta Pembina Utama Muda Fasilitator/ Widyaiswara BBPPKS Reg IV/c Yogyakarta Pembina IV/a Fasilitator/ Widyaiswara BBPPKS Reg Yogyakarta Pembina Utama IV/e
Narasumber/Praktisi
Pembina Utama Narasumber/Praktisi Madya IV/d Penata Tk.I III/d Narasumber/Praktisi -
Narasumber/Praktisi
Penata Tk.I III/d
Asisten Fasilitator
Penata Muda Tk.I III/c
Asisten Fasilitator
Penata Tk.I III/d
Asisten Fasilitator
145
III III III III III III III
Kementerian Sosial RI Jakarta BBPPKS Reg Yogyakarta Direktorat Linjamsos UPPKH Yogyakarta BBPPKS Reg Yogyakarta BBPPKS Reg Yogyakarta BBPPKS Reg Yogyakarta
III
III III III
LAMPIRAN 7. DAFTAR HASIL NILAI PRA TEST DAN POST TEST DIKLAT PENDAMPING PKH ANGKATAN IX No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Peserta Abimanyu Armando Ade Nur Afifah, S.Kom.I Ahmad Fadholi, S.Pd.I Ain Fahmi Hidayat, SST Akhmad Faozi, S.Pd Anang Yusuf baskoro Andini Widyaningsih Andri Sutrisno Anggi Siska Novalia Ani Fitriani A.S., S.Pd Anto Santoso, S.Pd.I Aulia Kamal Altatur Ayatulloh Akbar Devi Yuniasih Amalia, S.Pd Diah Kusuma Wardani Edi Susanto, S.Kom Eko Agung Nur Cahyo, S.Pd Eko Arif Sofyan, S.Pd Eri Yunianto Faizah, Amd.Keb Faqih Fatkhurozzak, ST Haris Hartoko,S.Pd.I Indra Prasetiyo, S.Pd.I Isnin Khazimah, S.Pd Kana Noviana Kurniawati Sandianingrum,S.Si Lukman Setia Aji, S.Pd Masqi Fitria S.PT Moh.Isyanto, S.Sos Mohamad Abdurokhim Muhamad Amal Nurhakim Muhamadun Nurul Asyik, S.Pd Muhyidin, S.Pd Mujibatul Latifah, S.Pd Nofal Purnomo, S.Pd Nofia Ningrum, S.Pd.I Noverdi Afrian Novia Sri Indah Permatasari, S.Pd Nurhayati, S.Pd.I Nurmantika Wiji Sejati, S.Psi Rizki Nurmalita, S.Pd Rosidah, Amd.Keb Saeful Anwar, S.Pd Sasongko Dwi Kurniawan, SE Sri Haryani Meivawati, S.Sos Sri Lestari Anggraeni, S.Sos Syamsudin Vivid Asyida Widiastuti Handayani, SE Yudi Ariyanto, S.Psi Jumlah Rata-rata
Pra test 65 80 60 60 55 70 60 70 70 70 60 75 45 75 70 55 65 45 40 65 45 60 50 70 70 75 70 65 70 60 70 55 60 65 45 70 60 65 70 60 70 60 60 65 55 70 45 60 70 65 3130 62
146
Post test 55 85 65 70 70 70 70 55 90 70 70 75 70 70 60 70 60 55 55 70 60 80 60 95 70 80 65 85 55 70 65 90 70 80 45 75 60 65 75 75 70 70 90 55 85 75 60 65 70 55 3470 69,4
Angka -10 5 5 10 15 0 10 -15 20 0 10 0 25 -5 -10 15 -5 10 15 5 15 20 10 25 0 5 -5 20 -15 10 -5 35 10 15 0 5 0 0 5 15 0 10 30 -10 30 5 15 5 0 -10 340 6,8
Kenaikan Prosentase(%) -15 6 8 17 27 0 17 -21 29 0 17 0 56 -7 -14 27 -8 22 38 8 33 33 20 36 0 7 -7 31 -21 17 -7 64 18 25 0 11 0 0 8 21 0 14 50 -17 46 9 21 11 0 -14 614 12
Kerjasama antar pelatih
Ketepatan waktu hadir & penyajian
Pemberian motivasi kpd peserta
Pencapaian tujuan instruksional
Pengguanaan bahasa
Penggunaan metode dan sarana bantu
Penguasaan materi
dan Sikap perilaku
Sistematika penyajian
Jumlah
Rata-rata
Totok Sumardianto Dinamika kelompok Mukman Nuryana Kebijakan PKH Sudarsono Mekanisme Palaksanaan PKH Uji Hartono Pengembangan motivasi Pertemuan awal&sosialisasi PKH Joko Wiweko Karyadi Pengembangan Integritas Etika Perlindungan Sosial Sistem Pengaduan Masyarakat Siti Maryatun Ibdiyah Validasi Calon Peserta PKH Verifikasi Komitmen Peserta PKH Pemutakhiran Data Peserta PKH Agustinus Sunarman Penyaluran Bantuan&rekonsiliasi Pelaporan & Pengarsipan Dokumen Pendampingan dan Koordinasi
Kerapia berpakaian
Nama & Materi
Kemampuan menyajikan
Unsur yang dinilai
Cara menjawab pertanyaan
REKAPITULASI EVALUASI PESERTA TERHADAP FASILITATOR DIKLAT PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) ANGKATAN IX DI BBPPKS YOGYAKARTA
83,8
84,3
83,1
85,7
85,1
84,9
84,2
84,8
84,4
83,2
84,7
83,8
1012,4
84,4
84,0
83,8
87
82,4
84,5
84,1
84,5
84,6
82,1
82,8
85,3
82,7
1007,6
84
82,7
83,2
86
81,3
84,7
81
83,2
84
82
83,4
85
82,5
998,7
83,2
82,2 82,1
83 82
84,9 84,5
83,2 81,2
84,8 84,4
80 82,1
83 82,2
83,2 83,9
82,7 82,5
83,8 83,2
85,3 84,2
83,1 81,3
999,1 993,7
83,3 82,3
79,5 79,4 88,7
77,9 80,1 88,7
84,3 82,1 88
82,5 80,3 88
85,1 84 86,5
78,5 81 89,4
81 81,1 88,2
81,1 82,7 87,8
82,7 81,3 88
80,2 82,3 88,2
80,8 82,8 87,5
80,2 81,1 88,1
973,7 978,6 1055,8
81,1 81,6 88
82,2 86,7 84,7
83,2 85,3 83,8
80,2 85,8 85,1
80,2 82,7 79,3
84,4 85,1 82
82,2 86,6 83,3
82,2 85,5 83,3
83,2 86,5 83,8
83,9 85,1 83,9
82,5 85,4 84,9
83,7 85,6 83,6
80,2 85,1 83,4
992,3 1025,2 1001,4
82,7 85,4 83,5
86,2 87,8 88,7
84,3 86,6 88,7
85,4 86 86,7
82,3 87,3 88
84,9 86,7 86,6
84,7 88,1 89,4
84,6 88,1 89,4
84,6 88,1 87,8
84,6 87,5 88
85 88,2 88,2
85,5 87,3 87,5
84,2 87,7 88,1
1016,4 1048,4 1055,8
84,8 87,4 88
Yogyakarta, 11 Juli 2016 Suramto,MM
147
Rekap Hasil Evaluasi Penyelenggaraan Diklat Pendamping PKH Angkatan IX di BBPPKS Yogyakarta A. Bidang Administratif 1. Waktu Penyelenggaraan No 1. 2. 3. 4. 5.
JENIS PERTANYAAN Lamanya waktu pelatihan Lamanya waktu diskusi Lamanya waktu seminar Lamanya waktu PBL Lamanya penyusunan laporan Jumlah Prosentase
S.BAIK 5 4 7 3 4 23 9,79%
BAIK 22 20 24 18 21 105 44,68%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 18 2 0 17 6 0 12 4 0 23 3 0 18 4 0 88 19 0 37,4% 8,09% 0%
BAIK 23 22 24 21 19 23 23 155 47,11%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 22 0 0 21 1 0 20 0 0 22 0 0 20 3 0 20 2 0 19 2 0 144 8 0 43,8% 2,43% 0%
BAIK 23 19 17 18 22 99 42,13%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 14 7 0 18 5 0 19 5 0 16 8 0 18 5 0 85 30 0 36,2% 12,77% 0%
2. Kurikulum No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
JENIS PERTANYAAN Jmlh mata pelatihan Komposisi mata pelatihan Metode yang digunakan Kesesuaian materi dg tugas Kesesuaian alat bantu dg materi Manfaat materi pelatihan Silabi Jumlah Prosentase
S.BAIK 2 3 3 4 5 2 3 22 6,69%
3. Jadwal Pelatihan No 1. 2. 3. 4. 5.
JENIS PERTANYAAN Pengaturan jadwal Urutan logis jadwal Kesesuaian waktu dg materi Jmlh jamlat dalam sehari Waktu istirahat Jumlah Prosentase
S.BAIK 3 5 6 5 2 21 8,94% 148
4. Kesekretariatan No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS PERTANYAAN Penyediaan ATK Penyediaan daftar hadir Pelayanan pengetikan Tempat secretariat Sikap petugas thd peserta Persediaan P3K Jumlah Prosentase
S.BAIK 3 4 0 2 5 2 16 5,67%
BAIK 23 29 29 25 27 23 156 55,23%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 17 4 0 10 4 0 13 5 0 14 6 0 11 4 0 18 4 0 83 27 0 29,4% 9,57% 0%
BAIK 23 22 21 22 20 22 130 47,62%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 15 4 0 16 1 0 19 2 0 14 0 0 12 2 0 21 0 0 97 7 0 35,5% 0,03% 0%
BAIK 28 24 25 22 21 20 140 49,65%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 15 0 0 15 0 0 19 0 0 14 0 0 13 0 0 23 0 0 99 0 0 35,1% 0% 0%
B. Bidang edukatif 1. Widyaiswara No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS PERTANYAAN Penguasaan materi Kemampuan menyajikan Penggunaan metode&alat bantu Cara menjawab pertanyaan Pemberian motivasi Kerjasama dalam team Jumlah Prosentase
S.BAIK 5 8 5 11 13 4 46 16,85%
2. Dinamika Kelompok No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS PERTANYAAN Kemampuan menyajikan game Penggunaan metode&alat bantu Kesesuaian materi dg tujuan Kelengkapan peralatan Efisiensi waktu Kerjasama dalam team Jumlah Prosentase
S.BAIK 4 8 3 11 13 4 43 15,25% 149
3. Diskusi/Seminar No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS PERTANYAAN Jalannya diskusi/seminar Pembagian jumlah anggota Keaktifan anggota Peranan narasumber Peranan moderator Hasil diskusi/seminar Jumlah Prosentase
S.BAIK 5 8 6 11 13 4 47 16,67%
BAIK 24 23 21 23 20 22 133 47,16%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 18 0 0 16 0 0 20 0 0 13 0 0 14 0 0 21 0 0 102 0 0 36,2% 0% 0%
BAIK 21 20 18 19 20 19 117 41,49%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 23 0 0 21 2 0 17 7 0 16 9 0 22 3 0 20 6 0 119 27 0 42,2% 9,57% 0%
BAIK 26 23 22 21 22 23 21 17 126 44,68%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 18 3 0 18 6 0 20 5 0 20 6 0 18 7 0 19 5 0 19 7 0 19 10 1 115 40 1 40,8% 14,18% 0,34%
C. Sarana dan Prasarana 1. Ruang Belajar No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
JENIS PERTANYAAN Luas ruangan Fasilitas ruangan & susunannya Fasilitas ruang diskusi Fasilitas ruang seminar Penerangan Ketenangan Jumlah Prosentase
S.BAIK 3 4 5 3 2 2 19 6,74%
2. Ruang Asrama No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
JENIS PERTANYAAN Fasilitas tmpt tidur&peralatan Penerangan kamar Fasilitas belajar di kamar Fasilitas air Fasilitas kamar mandi Kebersihan dan kerapihan Ketenangan dan ketertiban Fasilitas olahraga&peralatanya Jumlah Prosentase
S.BAIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0% 150
3. Perpustakaan No 1. 2. 3. 4. 5.
JENIS PERTANYAAN Jumlah buku yang ada Jumlah judul buku yang ada Referensi buku Ruang baca Pelayanan petugas Jumlah Prosentase
S.BAIK 0 0 0 0 0 0 0%
BAIK 23 24 23 34 23 127 54,04%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 24 0 0 23 0 0 24 0 0 13 0 0 24 0 0 108 0 0 45,96% 0% 0%
BAIK 23 24 21 23 21 23 21 156 47,42%
JAWABAN CUKUP KURANG S.KURANG 24 0 0 23 0 0 23 3 0 22 2 0 23 3 0 24 0 0 24 2 0 163 10 0 49,5% 3,08% 0%
4. Konsumsi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
JENIS PERTANYAAN Pengaturan waktu makan Kualitas menu Variasi hidangan dan snack Persediaan hidangan Persediaan air minum Kebersihan peralatan Sikap petugas dalam melayani Jumlah Prosentase
S.BAIK 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
151
LAMPIRAN 8 Surat Ijin Penelitian
152