TRANSFORMASI LUKISAN VONI WIJAYANTI PADA BATIK SITUBONDO
Voni Wijayanti, Hardiman, I Gusti Ngurah Sura Ardana Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) alat dan bahan yang digunakan dalam proses transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, (2) proses transformasi lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo, (3) nilai estetis pada batik Situbondo hasil transformasi lukisan Voni Wijayanti. Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research). Subyek penelitian adalah perajin “Saung Batik Puspa Bahari” di Desa Asembagus, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Situbondo; beberapa ahli dan akademisi seni. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, diskusi (fgd), dokumentasi, dan kepustakaan. Hasil penelitian ini menujukkan (1) alat dan bahan yang digunakan dalam proses transformasi lukisan Voni WIjayanti pada Batik Situbondo yaitu: gunting, pensil, penghapus, spidol, kain/taplak, canting, wajan, kompor, ijuk, kuas, bambu, tong, ember, bak air, kain mori primisima, malam (lilin), zat warna remasol, waterglass, dan air; (2) proses transformasi lukisan Voni Wijayanti pada batik Situbondo meliputi proses memecah lukisan berdasarkan elemen-elemennya; membuat desain berdasarkan elemen lukisan; dan proses pembuatan batik meliputi beberapa tahapan nyanteng yaitu memberi perintang warna dengan menggunakan cairan lilin (malam), nyoletyaitu memberi warna motif pada kain, dan ngelorotyaitu pelepasan lilin (malam) pada kain; (3) nilai estetis pada batik Situbondo hasil transformasi dari lukisan Voni Wijayanti yang terdiri dari unsur-unsur desain, prinsip desain, dan asas desain. Kata kunci: transformasi, lukisan Voni Wijayanti, batik Situbondo, nilai estetis Abstract This study aimed to describe (1) the tools and materials used to transformation Voni Wijayanti painting into Batik Situbondo, (2) theprocess transformation Voni Wijayanti painting into Batik Situbondo, (3) the aesthetic value of Batik Situbondo that transformed from Voni Wijayanti painting. This research is action research. Subjects were craftsmen "Saung Batik Puspa Bahari" in the village of Asembagus, Kec. Asembagus, Situbondo; some of them are professional and academician of art. Data collection techniques used in this research are observation, interviews, discussions (FGD), documentation, and literature. The results of this research showed (1) the tools and materials used in the transformation process of Voni Wijayanti painting into Batik Situbondo are: scissor, pencil, eraser, marker, fabric/cloth, canting, pans, stove, fiber, brushes, bamboo, barrel, buckets, tubs, primisima fabric, wax, substance remasol, waterglass, and water; (2) theprocess transformation Voni Wijayanti painting into Batik Situbondo include splitting process based elements; create a design based on elements of the painting; and batik making process includes several stages nyanteng which gives the color barrier by using a liquid wax, nyolet which gives color motifs, and ngelorot
1
namely the release of wax on the fabric; (3) the aesthetic value in Batik Situbondo painting transformed from Voni Wijayanti consisting of design elements, design principles, and the principles of design. Keywords: transformation, Voni Wijayanti painting, batik Situbondo, aesthetic value
PENDAHULUAN “Seni
lukis
merupakan
bahasa
kadang kala suatu motif dapat dikenali
ungkap dari pengalaman artistik maupun
berasal dari batik keluarga tertentu.
ideologis yang menggunakan garis dan
Pada
pembuatan
batik
tulis,
warna, guna mengungkapkan perasaan,
penggunaan alat canting sampai saat ini
mengekspresikan
ilusi
masih dilakukan di Tanah Jawa. Setelah
subjektif
terjadi modernisasi teknologi di bidang
maupun
emosi,
ilustrasi dari
gerak,
kondisi
seseorang” (Susanto, 2011:241).
industri kerajinan, kerajinan batik juga
Berawal dari pengalaman penulis
mengalami modernisasi pada proses dan
sebagai mahasiswi Jurusan Pendidikan
alat pembuatannya yaitu munculnya batik
Seni Rupa yang memilih Tugas Akhir Seni
printing dan cap.
Lukis, membuat lukisan dengan obyek
Di Indonesia, ragam hias batik
utamanya terdiri dari elemen motif kerang
dibagi menjadi dua, yaitu batik keratonan
dan motif pendukung lainnya seperti motif
dan batik pesisiran. Salah satu batik
kucing
pesisiran
dan
dedaunan.
Elemen-elemen
yaitu
batik
Situbondo.
Batik
motif tersebut terisnpirasi dari motif daerah
Situbondo juga dikenal dengan sebutan
Situbondo dan binatang kesayangan yang
Batik Lente, Batik Cotto’an dan Batik Kilen.
diolah kembali atau distilir.
Sepengetahuan penulis, penelitian
Lukisan penulis dilihat dari ciri-
terdahulu yang pernah dilaksanakan di
cirinya dapat dikategorikan sebagai lukisan
Situbondo yaitu dengan topik “Kerajinan
dekoratif karena dibuat secara flat/datar,
Ukir Kaca Hias di Ongky Art Glass Desa
tidak berdimensi, bentuknya stilatif, dan
Asembagus
tidak menunjukkan ketigadimensian.
Kabupaten Situbondo” telah dilakukan oleh
Salah
satu
rupa
dekoratif
di
Andriyanto
Kecamatan
(2014).
yang
Asembagus
Penelitian
Indonesia yang amat populer adalah batik.
lainnya
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai
Situbondo dengan topik “Proses Kreatif
seni yang tinggi dan telah menjadi bagian
Mbah
dari budaya Indonesia (khususnya Jawa)
Rohmatulloh (2014). Serta penelitian terkait
sejak lama. Tradisi membatik pada mulanya
dengan penelitian penulis mengenai batik
merupakan tradisi turun-temurun sehingga
adalah penelitian yang dilakukan oleh
Yatno”
pernah
terdahulu
dilaksanakan
dilakukan
oleh
di
Niky
Rochman Kifrizyah (2014) dengan topik
2
“Batik
Situbondo
Kecamatan
di
Desa
Bungatan
Selowogo
sebagai peserta yang mengetahui dan
Kabupaten
menyokong” (Hopkin, 1993 dikutip Emzir,
Situbondo”. Penelitian terdahulu dan terkait dengan
penelitian
penulis
2012:233).
mempunyai
persamaan dan perbedaan. Persamaannya
a. Sasaran Penelitian
dari ketiga penelitian tersebut dilaksanakan
Penulis
mendekati
salah
satu
Sedangkan
pemilik usaha batik Situbondo yaitu “Saung
perbedaannya adalah metode penelitian
Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus,
yang digunakan yaitu metode penelitian
Kecamatan
deskriptif. Sementara penulis menggunakan
Situbondo
metode
meliputi perajin pembuat sketsa motif batik,
di
daerah
Situbondo.
penelitian
tindakan
(action
research).
Asembagus, dan
Kabupaten
beberapa perajin
batik
perajin nyanteng, dan perajin nyolet yang
Atas
kesamaan
gaya
lukisan
bekerja di Saung Batik ini.
dekoratif penulis dengan batik Situbondo b. Prosedur Tindakan
maka elemen dan gaya lukisan penulis bisa ditransformasikan ke batik dengan tujuan
Guna mewujudkan penelitian ini,
untuk memperkaya desain batik Situbondo.
penulis
Maka dari itu, penelitian tindakan (action
tindakan yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:
research) ini dipilih guna ingin mengetahui
(1) memecah lukisan berdasarkan elemen-
nilai
hasil
elemennya dengan membuat kontur atau
tranformasi dari lukisan penulis di “Saung
garis pinggir dari bentuk elemen-elemen
Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus,
tersebut.
Kecamatan
terdapat tiga bentuk elemen berbeda yaitu
estetis
Situbondo.
batik
Situbondo
Asembagus, Penelitian
Kabupaten ini
berjudul
menyusun
elemen
Di
rencana
dalam
motif
prosedur
lukisan
kucing,
tersebut,
dedaunan,
dan
“Transformasi Lukisan Voni Wijayanti pada
kerang-kerangan yang dibuat menyambung
Batik Situbondo”.
atau
dirangkai
membuat
tindakan
(action
adalah
penelitian
kemudian
research).
Penelitian
menjadi
ini
desain
satu
tangkai;
berdasarkan
(2)
elemen
lukisan. Dari ketiga elemen lukisan tersebut
METODE PENELITIAN Penelitian
jadi
nanti sebuah
akan
dikembangkan
desain
batik
dengan
tindakan menuntut adanya perkembangan.
mengkombinasikan batik Situbondo yaitu
“Penelitian tindakan dideskripsikan sebagai
motif
kerang-kerangan
suatu
yang
sering
penelitian
informal,
kualitatif,
dijadikan
Situbondo
desain
Desainnya
model
penelitian
dimana
diskusi antara pemilik, perajin dan penulis;
semua
individu
dalam studi
(3) dan proses pembuatan batik dengan
dilibatkan
3
menyesuaikan
batik.
subyektif, interpretif, reflektif, dan suatu pengalaman,
akan
khas
hasil
menitikberatkan pada benda pakai dan kain
diperoleh batik Situbondo hasil transformasi
batik. Pembuatan benda pakai dan kain
lukisan. Diskusi ini dilakukan di rumah Guru
batik tentunya telah disepakati oleh penulis,
Seni Budaya dan Kampus Bawah Undiksha
pemilik, dan perajin.
bertujuan untuk mendapat tanggapan dan kritik
c. Teknik Pengumpulan Data
menggunakan
para
ahli,
desainer,
dan
budayawan. Yang dimaksud ahli dalam hal
Teknik pengumpulan data diperoleh dengan
dari
teknik
seni rupa, pengamat seni rupa. Yang
yaitu: observasi, wawancara, diskusi (fgd),
dimaksud desainer dalam hal ini adalah
dokumentasi, dan kepustakaan.
orang yang ahli membuat desain dan
1. Observasi
menciptakan sebuah desain batik. Sedang
Sebelum
beberapa
ini adalah mahasiswa seni rupa, guru/dosen
penulis
melakukan
yang dimaksud budayawan dalam hal ini
tindakan penelitian, terlebih dahulu yaitu
adalah orang yang benar-benar ahli dan
melakukan observasi tempat batik yang ada
mengerti tentang seni. Tanggapan dan kritik
di daerah Situbondo salah satunya di
tersebut akan menjawab rumusan masalah
“Saung Batik Puspa Bahari” dan meminta
ketiga yaitu nilai estetis (unsur desain,
ijin untuk melakukan penelitian ditempat
prinsip desain, dan asas desain) batik
tersebut. Penulis juga melakukan observasi
Situbondo hasil transformasi lukisan.
alat dan bahan yang digunakan dalam
4. Dokumentasi
pembuatan batik Situbondo di saung batik
Dokumentasi yang dilakukan ada 3
tersebut.
macam yaitu pertama dokumentasi alat dan
2. Wawancara
bahan
yang
biasa
digunakan
dalam
Wawancara dengan pemilik,perajin
membuat batik, tahapan dalam proses
pembuat sketsa motif batik Situbondo,
transformasi, dan dokumentasi foto-foto
perajin
batik Situbondo hasil transformasi dari
nyanteng,
dan
perajin
nyolet
dilakukan untuk mendapatkan informasi
lukisan Voni Wijayanti.
atau data berupa alat dan bahan batik dan
5. Kepustakaan
proses transformasi lukisan Voni Wijayanti
Instrumen penelitian ini digunakan
pada batik Situbondo khususnya di “Saung
untuk melengkapi data penelitian dengan
Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus,
mengambil data dari berbagai sumber
Kecamatan
secara teori dan data tersebut berkaitan
Asembagus,
Kabupaten
dengan obyek penelitian.
Situbondo. 3. Diskusi (FGD)
Setelah
FGD dilakukan pada saat proses
berlangsung
yaitu
data,
seperti
dijelaskan Sudikan (2001:105-106) bahwa
transformasi lukisan penulis pada batik Situbondo
diperoleh
tahapan dalam analisis data penelitian
setelah 4
kebudayaan,
tidak
ubahnya
dengan
Dalam penelitian ini gunting adalah
tahapan dalam analisis data penelitian
alat yang digunakan untuk tahap persiapan
kualitatif model Miles dan Hubermanmelalui
yang berfungsi untuk memotong kertas
beberapa tahapan yakni: (1) open coding
layangan (kertas minyak) dan kain mori
meliputi proses merinci (breaking down),
yang akan dibatik. Gunting yang digunakan
memeriksa (examining), membandingkan
oleh perajin batik di “Saung Batik Puspa
(comparing), dan mengkonseptualisasikan
Bahari” desa Asembagus adalah gunting
(conceptualizing),
berukuran medium dengan panjang 17 cm.
dan
mengkategorikan
(categorizing) data;(2)axial coding, pada
b. Pensil
tahap axial coding hasil yang diperoleh dari open
coding
diorganisir
Dalam penelitian ini pensil adalah
kembali
alat untuk membuat sketsa desain motif
berdasarkan kategori untuk dikembangkan
pada kertas layangan (kertas minyak) dan
ke arah proposisi; (3) dan selective coding,
juga digunakan untuk membuat sketsa
penulis
desain motif pada kain mori. Jenis pensil
mengklasifikasikan
proses
pemeriksaan kategori inti kaitannya dengan
yang digunakan adalah jenis pensil 2B.
kategori lainnya.
c. Penghapus Dalam penelitian ini jenis penghapus
HASIL DAN PEMBAHASAN Batik
memiliki
yang digunakan adalah jenis penghapus
keragaman
pola,
pensil merek stabilizer.
jenis, motif, dan corak sesuai dengan
d. Spidol
daerahnya. Salah satunya “Saung Batik Puspa
Bahari”
Kecamatan
di
Dalam penelitian ini spidol adalah
Desa
Asembagus,
alat untuk mempertebal/membuat goresan
Asembagus,
Kabupaten
di atas kertas. Jenis spidol yang digunakan
Situbondo memiliki kekhasan tersendiri dari
adalah
segi warna, motif, dan coraknya.
berwarna hitam. Spidol tersebut digunakan
Penelitian ini dilaksanakan pada
spidol
snowman
ukuran
untuk mempertebal desain motif
bulan Juli sampai dengan November 2015.
dibuat
pada
kertas
layangan
kecil
yang (kertas
minyak).
1) Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Proses Transformasi Lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo
e. Kain/Taplak Kain/taplak
yang
digunakan
yang
merupakan kain bekas berfungsi untuk
digunakan perajin batik di “Saung Batik
menutup bagian paha perajin pada waktu
Puspa
membatik. Selain itu kain/taplak digunakan
Peralatan Bahari”
Kecamatan
untuk
membatik
Desa
Asembagus,
Asembagus,
untuk
Kabupaten
membersihkan
canting
setelah
Situbondo adalah sebagai berikut.
mengambil cairan lilin agar tidak menetes
a. Gunting
pada waktu membatik. 5
Puspa Bahari” Desa Asembagus pada saat
f. Canting perajin
nyolet warna pada bagian atau bidang kecil
batik di “Saung Batik Puspa Bahari” Desa
dan keseluruhan kain atau ngeblok memiliki
Asembagus adalah canting yang berukuran
ukuran berbeda. Kuas khusus mewarnai
medium atau canting klowongan. Canting
keseluruhan kain atau ngeblok memiliki
klowongan adalah canting yang memiliki
ukuran lebih besar dan memiliki bentuk unik
lubang paruh berukuran medium, lebih kecil
karena kuas tersebut dibuat sendiri dengan
dari canting tembok dan lebih besar dari
bahan bambu dan spons yang diikat
canting cecekan.
menggunakan benang.
g. Wajan
k. Bambu
Canting
Wajan
yang
digunakan
merupakan
untuk
Dalam penelitian ini bambu adalah
yang
alat yang digunakan untuk merentangkan
digunakan perajin di “Saung Batik Puspa
kain dengan ukuran 250 x 150 cm sebelum
Bahari” Desa Asembagus adalah wajan
proses pencoletan atau pewarnaan agar
kecil
lebih mudah pada saat pewarnaan kain
mencairkan lilin
dengan
alat
(malam). Wajan
diameter
25
cm
dan
bertangkai agar mudah dipindah-pindah.
batik.
h. Kompor
l. Tong
Kompor yang digunakan oleh perajin
Pada saat proses pelorotan, alat
batik di “Saung Batik Puspa Bahari” Desa
yang dibutuhkan diantaranya adalah tong.
Asembagus menggunakan kompor kecil
Tong berguna sebagai wadah kain dalam
karena wajan yang digunakan berukuran
proses pelepasan lilin (malam) pada kain
kecil. Kompor yang digunakan merupakan
dengan cara mencelupkan ke dalam air
kompor minyak.
mendidih. Tong yang digunakan adalah
i. Ijuk
drum yang berbahan seng. Dalam penelitian ini, perajin batik di
“Saung
Batik
Desa
Dalam penelitian ini, ember sebagai
untuk
wadah air untuk membilas kain setelah
membersihkan lubang canting agar tidak
proses pelorotan maupun tempat untuk
menyumbat
waterglass. Jenis ember yang digunakan di
Asembagus
Puspa
Bahari”
m. Ember
menggunakan
cairan
lilin
ijuk
pada
proses
membatik.
“Saung Batik Puspa Bahari” berbahan
j. Kuas
plastik berwarna hitam.
Kuas adalah alat yang digunakan untuk mewarnai atau mencolet warna pada bidang
atau
bagian
yang
kecil
keseluruhan kain (ngeblok). Kuas
dan yang
n. Bak Air
digunakan oleh perajin batik di “Saung Batik 6
Dalam penelitian ini, bak digunakan sebagai wadah air untuk membilas kain setelah proses pelorotan. Semakin besar bak yang digunakan semakin cepat pula proses pencucian setelah pelorotan dalam jumlah
banyak.
Bak
yang
digunakan
berukuran 150 x 150 cm berbahan bata dan campuran semen dengan pasir. Gambar 1. Peralatan untuk Membatik Bahan
untuk
membatik
yang
digunakan perajin di “Saung Batik Puspa Bahari”
Desa
Asembagus,
Kecamatan
Asembagus, Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut. a. Kain Kain yang digunakan oleh perajin batik di “Saung Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus
menggunakan
kain
mori
primisima. Kain mori primisima adalah kain dengan tekstur halus dan tidak transparan. b. Malam (Lilin) Malam (lilin) yang digunakan oleh perajin batik di “Saung Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus yaitu jenis malam (lilin) klowongan. Malam (lilin) ini berfungsi untuk membuat
batik
digunakan
saat
tulis
halus
atau
melakukan
bisa
proses
nglowongi atau ngengrengi motif yang sudah digambar dengan pensil pada kain c. Pewarna Pewarna
yang
digunakan
untuk
membatik di “Saung Batik Puspa Bahari” adalah pewarna sintesis. Pewarna sintesis atau buatan berasal dari bahan kimia.
7
Pewarna sintesis yang digunakan adalah pewarna sintesis zat warna remasol. d. Waterglass Dalam
penelitian
ini
waterglass
adalah serangkaian bahan yang digunakan jika menggunakan jenis zat warna remasol. Waterglass berfungsi mengunci pewarna pada serat kain agar pada saat pelorotan
Gambar 2. Bahan untuk Membatik
malam (lilin) pewarna yang telah dicolet pada
kain
tidak
luntur.
2) Proses Transformasi Lukisan Voni Wijayanti pada Batik Situbondo
Waterglass
diperlukan dan berfungsi untuk mengunci pewarna agar tidak luntur pada
Proses “Transformasi Lukisan Voni
saat
Wijayanti pada Batik Situbondo” di “Saung
pelorotan malam (lilin) karena pewarna
Batik Puspa Bahari” Desa Asembagus,
yang digunakan perajin batik di “Saung
Kecamatan
Batik Puspa Bahari” adalah zat warna remasol
yang
merupakan
Asembagus,
Kabupaten
Situbondo adalah sebagai berikut:
serangkaian
bahannya. Perajin batik di “Saung Batik Puspa
a. Memecah Lukisan Berdasarkan ElemenElemennya Di dalam lukisan penulis, terdapat
Bahari” menggunakan air sebagai bahan
tiga bentuk elemen berbeda yaitu elemen
pelarut warna dan waterglass. Air juga
motif
digunakan
dedaunan yang dibuat satu tangkai. Penulis
e. Air
membilas
untuk kain
membersihkan
sebelum
dan
atau
sesudah
kucing,
kerang-kerangan,
dan
memecah lukisan berdasarkan elemennya.
proses pelorotan malam (lilin). b. Membuat Desain Berdasarkan Elemen Lukisan Desain dibuat pada kertas layangan (kertas minyak) guna memudahkan perajin pada saat membuat sketsa elemen motif pada kain mori. Setelah
kain
dipotong,
perajin
melakukan re-desain atau membuat ulang elemen motif yang dibuat penulis dan menyalin (menjiplak) desain pada kain dengan
menggabungkan
elemen
motif
pada lukisan yang telah dibuat pada kertas
8
layangan (kertas minyak) dengan beberapa
Kain yang sudah dilapisi cairan waterglass kemudian dikeringkan dengan
motif batik Situbondo.
menjemur kain di bawah terik matahari c. Proses Pembuatan Batik Setelah proses re-desain pada kain
agar waterglass menyerap pada serat kain. Setelah cairan waterglass kering,
mori yang menggabungkan elemen motif
kemudian kain dibilas.Kain yang sudah
lukisan dengan motif batik Situondo selesai, selanjutnya
proses
pembuatan
dibilas bersih kemudian dicelupkan pada
batik.
tong berisi air mendidih guna melepas lilin
Proses pembuatan batik ini menggunakan
(malam)
teknik manual atau batik tulis dengan
pada
kain
batik.Setelah
lilin
(malam) lepas, kain dibilas kembali untuk
tahapan:
menghilangkan sisa lilin (malam) pada
(1) Nyanteng adalah pemberian lilin
kain.
(malam) yang berfungsi sebagai perintang
Setelah kain dibilas bersih, tahap
warna pada kain dengan menggunakan alat
akhir adalah mengeringkan atau menjemur
canting.
kain di tempat teduh agar warna kain batik
(2) Nyolet adalah tahap pewarnaan
tidak mudah pudar.
kain batik. Sebelum nyolet warna, kain direntangkan terlebih dahulu pada bambu saat
3) Nilai Estetis Batik Situbondo Hasil Transformasi dari Lukisan Voni Wijayanti
Setelah itu, perajin mempersiapkan
Batik Situbondo hasil transformasi
warna-warna yang akan dicolet dengan
lukisan Voni Wijayanti memiliki nilai estetis.
melihat beberapa
Secara visual batik tersebut terdiri dari
agar
memudahkan
perajin
pada
nyolet.
lukisan
guna
contoh
warna pada
memperkuat
proses
unsur tiitk, garis, bidang, tekstur, dan
transformasi lukisan pada batik Situbondo.
warna.
Terlebih dahulu perajin menyolet
Titik pada batik hasil transformasi
dan
motif
terdiri dari titik nyata (real) dan titik semu.
kain.Setelah
itu,
Garis terbagi lagi menjadi garis lengkung
pencoletan warna pada bagian latar atau
dan garis lurus. Bidangnya terbentuk oleh
pemberian warna dasar.
adanya garis dan adanya warna yang
warna
pada
pendukung
motif pada
pokok
(3) Ngelorotadalah tahap akhir pada
berbeda yang membentuk motif seperti
proses pembuatan batik yaitu pelepasan
motif kucing, motif kerang-kerangan, motif
lilin (malam) pada kain. Sebelum dilorot,
dedaunan, dan motif isian (isen). Terdapat
pewarna kain dikunci menggunakan cairan
tekstur
waterglass.
Sedangkan warna pada batik Situbondo
semu
yang
terkesan
kasar.
hasil transformasi lukisan adalah warna 9
sebagai
warna
dan
warna
sebagai
Alat dan bahan yang digunakan
representasi alam.
dalam proses transformasi lukisan Voni
Secara estetis batik Situbondo hasil
Wijayanti pada batik Situbondo adalah
transformasi lukisan mengandung paduan
sebagai
harmoni, paduan kontras pada pewarnaan,
penghapus, spidol, kain/taplak, canting,
dan paduan irama (repetisi) pada motif
wajan, kompor, ujung ijuk, kuas, bambu,
batik.
tong, Asas yang terkandung dalam desain
simetris,
dan
ember,
bak
gunting,
besar,
pensil,
kain
mori
primisima, malam (lilin), zat warna remasol, waterglass, dan air.
batik Situbondo adalah asas kesatuan, keseimbangan
berikut;
tidak
Proses transformasi lukisan Voni
menggunakan hukum proporsi realis.
Wijayanti pada batik Situbondo dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu dimulai dari: (1) memecah lukisan berdasarkan elemen-elemennya; (2) membuat desain berdasarkan elemen lukisan; dan (3) proses membatik meliputi: nyanteng yaitu memberi perintang warna dari cairan malam (lilin) pada motif batik, nyolet yaitu pemberian warna pada motif batik, dan ngelorot yaitu melepas malam (lilin) pada kain batik. Batik Situbondo hasil transformasi lukisan Voni Wijayanti memiliki nilai estetis. Secara visual batik tersebut terdiri dari unsur tiitk, garis, bidang, tekstur, dan warna. Garis terbagi lagi menjadi garis
Gambar 3. Batik Situbondo Hasil Transformasi Lukisan Voni Wijayanti
lengkung
dan
garis
lurus.
Bidangnya
terbentuk oleh adanya garis dan adanya warna yang berbeda. Terdapat tekstur
PENUTUP
semu yang terkesan kasar. Sedangkan
a. Simpulan
warna
Berdasarkan mengenai
hasil
Transformasi
Wijayanti pada
penelitian
Lukisan
Voni
Batik Situbondo
dapat
pada
batik
Situbondo
hasil
transformasi lukisan adalah warna sebagai warna dan warna sebagai representasi alam. Secara estetis batik Situbondo hasil
ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.
transformasi lukisan mengandung paduan harmoni, paduan kontras pada pewarnaan, dan paduan irama (repetisi) pada motif 10
batik. Sedangkan asas yang terkandung
Bagi peneliti yang akan melanjutkan
dalam desain batik Situbondo adalah asas
penelitian
kesatuan, keseimbangan simetris, dan tidak
kualitatif atau kuantitatif disarankan meneliti
menggunakan hukum proporsi realis.
dari aspek respon atau tanggapan perihal
b. Saran
batik
Melihat kembali tujuan dan manfaat
Voni
Wijayanti
pada
metode
transformasi
penelitian
lukisan
Voni
Wijayanti kemungkinan dari sisi produksi,
dari penelitian yang berjudul “Transformasi Lukisan
hasil
dengan
distribusi, dan konsumsi.
Batik
Situbondo”, maka beberapa saran yang
DAFTAR PUSTAKA
dapat diberikan adalah sebagai berikut.
Emzir. 2012. Metode Penelitian Tindakan Kuantitatif & Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Sudikan, Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Unesa Unipress dan Citra Wacana. Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa. Yogyakarta: Dicti Art Lab & Djagad Art House.
1) Bagi pemilik atau perajin batik Bagi pemilik atau perajin batik, batik Situbondo adalah sebuah kerajinan tekstil yang terdapat di daerah Situbondo guna meningkatkan kualitas kerajinan batik di daerah
Situbondo
mengembangkan dengan
disarankan
ide-ide
mengeksplorasi
agar
kreativitasnya alam
dalam
membuat desain batik. 2) Bagi masyarakat Situbondo Bagi
masyarakat
Situbondo
khususnya Desa Asembagus, penelitian ini hendaknya dijadikan sebagai arsip daerah dan dokumentasi sebuah produksi budaya lokal
pada
masa
sekarang
dan
pengetahuan baru tentang adanya elemen motif baru pada batik Situbondo. 3) Bagi peneliti lain Bagi melanjutkan
peneliti
lain
penelitian
yang
akan dengan
menggunakan metode penelitian tindakan (action research) atau penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengaplikasikan batik hasil transformasi lukisan Voni Wijayanti pada benda fungsional.
11
12