ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Tipologi Metode Ijtihad Fiqih Kontemporer Basri Na’ali Fakultas Syari’ah IAIN Bukittinggi Email:
[email protected] Diterima: 13 September 2016
Direvisi : 25 November 2016
Diterbitkan: 26 Desember 2016
Abstract This paper attempts to review the typology of the approach taken by the contemporary jurists in determining the law against new problems encountered in the community. Typology method of Contemporary Fiqh ijtihad is a method for understanding the growing Islamic law in the nowaday context , and in the dynamics and dialectics understanding context which are strongly associated with the dimensions of space and time. Every jurist has its own perspective in understanding the law passages. From the results of the study, authors concluded that the typology method of ijtihad Jurisprudence used by contemporary jurists can be categorized into seven forms, mazhabi, intiqa'i, insya'i, intiqa'i ainsya ' i, istishlahi, Zahiri and taswighi Keywords: typology, ijtihat methods, contemporary fiqhAbstrak
Abstrak Tulisan ini bertujuan mengkaji tipologi pendekatan yang dilakukan oleh ulama fikih kontemporer dalam dalam menetapkan hukum terhadap permasalah baru yang dihadapi di tengah masyarakat. Tipologi metode ijtihad fiqih kontemporer merupakan suatu metode untuk memahami hukum Islam yang berkembang dalam kontek sekarang, dan dalam konteks dinamika dan dialektika pemahaman yang sangat terkait dengan dimensi ruang dan waktu. Setiap ahli fikih memiliki cara pandang tersendiri dalam memahami nash hukum.Dari hasil kajian penulis menyimpulkan bahwa tipologi metode ijtihad fikih yang dipakai oleh ulama fikih kontemporer dapat dikategorikan menjadi tujuh bentuk, yaitu mazhabi, intiqa’i, insya’i, intiqa’i ainsya’i, istishlahi, zhahiri dan taswighi Kata kunci: Tipologi, metode ijtihat, fikih kontemporer
Pendahuluan.
dipengaruhi
Hukun Islam pada tataran fiqih, merupakan
sebuah
prpoduk
yang
oleh
metode
tersebut.
Metode ijtihad dalam khazanah hukum Islam disebut
dengan uhsuûl fiqh.
dihasilkan dari sebuah usaha ijtihad
Menurut ulama ushûl fiqh mazhab
yang dilakukan oleh Ulama. Fiqih yang
Hanafi, Maliki, dan Hanbali, ushûl fiqh
dihasilkan melalui ijtihad tidak terlepas
adalah kaidahkaidah (qawâ’id) yang
dari peran metode yang digunakannya.
dapat mengantarkan pada penggalian
Bahkan,
(istinbâth) hukum syariat dari dalil-
Basri Naali
karakteristik
fiqih
juga
288
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
dalilnya yang terperinci. Sedangkan
Langkah yang ditempuh oleh seorang alim
menurut ulama mazhab Syafii, ushul
dalam
fikih adalah pengetahuan mengenai
terhadap permasalahan dalam satu cabang
dalil-dalil fikih yang bersifat global,
dari cabang pengetahuan.2
tatacara pengambilan hukum dari dalildalil itu, serta keadaan orang yang
Atau defenisi yang paling ringkas: احلطوات اليت يسلكها العامل يف حبثه
mengambil hukum.
Langkah-langkah
Di era glabalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi
seorang
berarti
ini
dalam
munculnya
yang dalam
mendalam
ditempuh
oleh
penelitian
atau
Sementara ijtihad secara bahasa
problematika kehidupan manusia. Hal dengan
alim
secara
risetnya.3
berimplikasi pada munculnya berbagai ditandai
menyelelidiki
mencurahkan mencari
kemampuan
sesuatu.
Sedangkan
permasalahan baru yang belum dikaji
secara istilah ada beberap defenisi yang
oleh
perlu
dikemukakan oleh para ahli. Imam al-
dirumuskan metode ijtihad yang relevan
Gazali memberikan defenisi dengan : ِ ِ ِ َّ ب الْعِلْ ِم بِأَح َك ِام ِ َبَ ْذل الْم ْجتَ ِه ِد و ْس َعهُ ِيف طَل َّام أَ ْن ُّ اد الت ُ َواِل ْجت َه.الش ِر َيعة ْ ُ ُ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ َيَْب ُذ َل الْو ْس َع ِيف الطَّل س م ْن نَ ْفسه بِالْ َع ْج ِز َع ْن َم ِزيد طَلَب ُ ب حبَْي ُّ ث ُُي ُ Seorang mujtahid mencurahkan
ulama
klasik.
Untuk
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Tulisan
ini
berusaha
melihat
sekitar ruang lingkup pemikiran ijtihad fikih
ulama
melihat
kontemporer.
bagaimana
Artinya
bentuk-bentuk
kemampuannya
dalam
mencari
tentang
syara’.
Dan
ijtihad
mencurahkan
dalam
sempurna
hukum adalah
ilmu
ijtihad yang dikembangkan oleh ulama
mencari di mana ia merasakan dari dalam
fikih kontemporer dalam menjawab
diri ketidakmampuan untuk berbuat lebih
permasalahan hukum yang terjadi di
dari itu.4
tengah masyarakat. Pengertian Metode IjtihadKontemporer
Dengan demikian yang dimaksud
Dalam bahasa arab, kata metode
dengan metode ijtihad fiqih adalah
adalah al-manhaj. Secara bahasa berarti
jalan-jalan atau langkah-langkah yang
jalan yang jelas 1 . Sedangkan secara
ditempuh oleh para mujtahid dalam
istilah
pengertian
memperoleh hukum-hukum syara’ baik
dikemukakan oleh beberapa ahli, di
aqliyah maupun naqliyah. Sedangkan
ada
beberapa
antaranya adalah: الطريق الذي يسلكه العامل يف تقصيه لألمور يف أي فرع من فروع املعرفة
Muhammad ibn Abu Bakar Abdul Qadir al-Razi, Muhktar al-Shihah, (Bairut: Dar alJail,1987), h.681 1
Basri Naali
Arif Izz Al-Din Hamid Hasunah (selanjutnya disebut Hasunah) , Manahij al-Ijtihad al-Fiqh al-Mu’ashir, (Yordan: Kulliyah al-Dirasah al-‘Ulya,2005),h.19 3 Ibid 2
289
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
yang
dimaksud
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
dengan
langkah-
bahwa pada masa inilah dimulainya
langkah adalah proses atau prosedur
periode taklid fiqih dan belum berakhir
yang dilalui oleh mujtahid untuk sampai
sampai sekarang. Ini adalah pendapat
kepada hukum syara’ yang dibahas, di
Musthafa Said al-Khin dalam bukunya “
mana orang yang mengikuti metode
Dirasah Tarikhiyah li al-Fiqh wa al-
mazhab-sebagai
Ushulihi”.5
contoh-
akan
menggunakan beberapa prosedur untuk
Pendapat
kedua
mengatakan
sampai kepada suatu hukum, yang
bahwa periode kontemporer dimulai
tergambar
semenjak tahun 656H/1259M dan belum
berikut
pada
:
langkah-langkah
pertama
ia
membahas
berakhir sampai sekarang. Ini adalah
(meneliti) nash imamnya dalam satu
pendapat Sjech Muhammad Ali Sayis,
masalah yang ada kemiripannya dengan
dan Abdul Karim Zaidan.6
masalah yang dibahas (yang diteliti) hukumnya,
kemudian
mengikuti
Pendapat
ketiga
mengatakan
bahwa periode kontemporer dimulai
prosedur berikutnya dengan mentakhrij
semenjak
(mengeluarkan hukum masalah yang
berlanjut sampai hari ini. Ini adalah
diteliti
hukum
pendapat Badran Abu al-Ainain,7 karena
masalah yang ada nash hukum oleh
ini adalah sejarah munculnya majalah al-
imam
ia
Ahkam al-Adliyah dan mulai meluasnya
mengikuti metode zhahiri, maka untuk
gerakan taqnin fiqh (kodifikasi fiqh) dan
sampai kepada hukum ia melakukan
awal sejarah menggeliatnya kehidupan
beberapa prosedur tergambar pada jika
fiqh dan berakhir atau habisnya masa
ia menemukan nash pada masalah yang
fanatisme
diteliti hukumnya, maka ia mengambil
mazhab) dan munculnya kajian fiqih
dengan yang zhahir secara muthlak,
perbandingan (fiqh al-muqaran).
hukumnya mazhab
sekalipun
kepada
tertentu).
dengan
Kalau
kepada
1287H/1871M
mazhab
dan
(ta’assub
yang
Pendapat keempat mengatakan
zhahir ketika itu bertentangan dengan
bahwa periode kontemporer dimulai
maqasid
semenjak
syari’.
mengambil
tahun
Seperti
itulah
pada
seluruh metode ijtihad yang ditempuh
tahun1355H/1937M
dan
berlanjut sampai hari ini. Ini adalah
oleh para mujtahid dalam memperoleh hukum-hukum syara’. Adapun
dalam
memberikan
batasan mu’ashir (kontemporer) terjadi perbedaan di kalangan ulama. Ada yang mengatakan
bahwa
periode
kontemporer dimulai semenjak tahun 350
H/962M,
Basri Naali
dengan
Mustafa Said al-Khin, Dirasah Tarikhiyah li al-Fiqh wa Ushulihi, (Suriah: AlSyrkah al-Muttahidah li al-Tauzi’, 1984), h.113 6 Abdul Karim Zaidan, Al-Madkhal Lidirasah al-Syari’ah al-Islamiyah, (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1995), h.126-129 7 Badran Abu al-‘Ainain Badran, Tarikh al-Fiqh al-Islami, (Bairut: Dar al-Nahdhah alArabiyah,1968), h.106-107 5
pertimbangan
290
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
pendapat Sjech Mustafa al-Zarqa’,
8
Umar al-Asyqar, 9 karena paroan kedua
dilakukan oleh mujtahid mazhab adalah sebagai berikut:
dari abad ke-13 H merupakan sejarah
a. Mentakhrij atau menganalisa ushul
muncul tanda-tanda penting dari masa
imam mazhab yang diikutinya, atau
ini, yaitu disingkirkan dan dijauhkannya
ia berijtihad dengan menggunakan
syariat Islam dalam hukum di negara-
ushul
negara Islam dan digantikannya oleh
menganalisa Alquran dan sunnah
undang-undang
Nabi
konvensional.
Ini
imamnya, SAW.
yang
langsung
Adakalanya
hukum
adalah pendapat yang terkuat, di mana
yang dihasilkan berbeda dengan
periode kontemporer () الدور المعاصر
hukum yang pernah ditetapkan oleh
dimulai
imam mazhabnya dan adakalanya
semenjak
tahun
1355H
bertepatan dengan tahun1937 M. Hal ini
sama
ditandai dengan suatu tanda penting
mazhabnya, namun bukan berarti ia
yang membedakannya dengan periode-
taqlid atau mengikuti saj pendapat
periode sebelumnya. Karena apa yang
imamnya
terjadi
pendapat mereka sama.
pada
masa
ini
berupa
dengan
pendapat
itu,
tetapi
imam
kebetulan
disingkirkan dan dijauhkannya syariat
b. Mentakhrij atau menganalisa nash
Islam dari kehidupan umum hampir
imam mazhab. Cara ini ditempuh
pada semua sisi baik politik, ekonomi,
dengan proses:
dan sosial, serta jatuhnya daulah khilafah
- Mempelajari
beberapa
islamiah pada tahun 1924M (tiga tahun
imam
sebelumnya)
mempunyai
kemudian menganalisa kesamaan
pengaruh terbesar dalam perjalanan fiqh
illatnya, lalu dirumuskan qaidah-
kontemporer dan membalik keadaan
qaidah yang menjadi dasar bagi
dari satu kondisi ke kondisi lain.
ulama mazhab yang diikutinya itu,
Tipologi Metode Ijtihad Fiqih
dan mengidentifikasi prinsip-prinsip
Kontemporer
umumnya. Kemudian qaidah itu
1, Metode Ijtihad mazhab
digunakan
yang
Metode ini tidak terlepas dari
mazhab
tidak
Adapun
tentangnya.
atau
metode
untuk
yang
ada
Secara Mustafa Ahmad al-Al-Zarqa’, AlMadkhal al-Fiqh al-‘Am, (Bairut: Dar al-Qalam, 1998,), h.225 9 Umar Sulaiman al-Asyqar, Tarikh alFiqh al-Islami, (Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982), h.185
bahwa
Basri Naali
291
8
diikutinya,
menetapkan
hukum terhadap hal-hal baru yang
pendapat para imam mazhab terdahulu. cara
yang
pendapat
apa
pendapat
umum yang
imam
dapat
dilihat
dilakukan
oleh
mujtahid mazhab dalam menganalisa nash
imamnya
dilakukan
sama
oleh
dengan
mujtahid
yang
muthlaq
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
terhadap nash Alquran dan Sunnah.
Contoh
selanjutnya
adalah
Yaitu bahwa pada ijtihad mustaqil atau
tentang ijtihad ulama mazhab Hanfiyah
ijtihad yang menjadi objeknya adalah
tentang
nash Alquran dan Sunnah, sedangkan
terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
pada ijtihad mazhab objeknya nash atau
seorang dipekerjakan oleh seseorang
pendapat ulama. Kemudian dari yang
atau
dianalisa itu akan ditemukan qaidah-
terhadap kasusu ini ditetapkan dengan
qaidah yang akan dijadikan sebagai
mengqiaskannya
patokan untuk menjwawab persoalan
Hanifah. Menurut Abu Hanifah jika
yang
seorang
tidak
ditemukan
ketetapan
hukumnya dalam nash tersebut.
kewajiban
suatu
mengganti
perusahaan.
murid
kepada yang
rugi
Hukum nash
bekerja
Abu pada
gurunya, lalu ia disuruh oleh guru itu
Di antara contoh ijtihad kontemporer
untuk membawa lampu, lalu lampu itu
dengan menggunakan ijtihad mazhab
jatuh dan mengenai sehelai baju, hingga
adalah ketika ulama mazhab Hanafiah
terbakar. Maka menurut Imam Abu
menetapkan ketentuan tentang ganti
Hanifah, yang berkewajiban mengganti
rugi bagi sopir umum yang menabrak
baju itu adalah guru. Karena gurulah
seseorang, lalu meninggal dunia. Kasus
yang telah menyuruh murid itu untuk
ini dikiyaskan kepada pendapat Abu
membawa lampu itu. Oleh sebab itu
Hanifah
segala resiko yang ditimbulkan oleh
bahwa
ditugaskan
seseorang
yang
menggembalakan
kebolehan yang
ia berikan kepada
sekelompok sapi, lalu sapi menginjak
muridnya itu berada di bawahtanggung
seorang manusia sehingga meninggal
jawabnya.
dunia, maka bos atau tuannya ( ‘aqilah )
yang dilakukan oleh seorang pekerja
penggembala itu berkewajiban untuk
pada sebuah perusahaan atau sebuah
membayar
keluarga
lembaga pada saat sekarang. Menurut
orang yang meninggal tersebut, karena
Wahbah Zuhaili berdasarkan qaidah (
ia
yang
denda
berhubungan
seseorang,
kepada dengan
sedangkan
nyawa
diikuti
bertanggungjawab
ia
terhadap pekerjaan yang mengikut ),
berhubungan dengan harta, maka yang
maka orang yang memberi perintah atau
bertanggung jawab adalah pelaku itu
pimpinan
sendiri. Maka untuk masa sekarang, jika
jawab atas resiko yang ditimbulkan oleh
seorang
pekerja tersebut.
sopir
umum
jika
Demikian juga dengan apa
menabrak
perusahaan
bertanggung
seseorang, lalu orang itu meninggal
Berdasarkan kedua nash imam
dunia, maka keluarga ( ‘aqilah ) sopir
tersebut maka menurut Zuhaili dapat
berkewajiban membayar denda kepada
dipahami bahwa sebenarnya ketentuan
keluarga orang yang meninggal dunia
itu tidak sejalan dengan
tersebut.
Alquran yang terdapat dalam surat al
Basri Naali
292
ketentuan
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Najm ayat 38 yang berarti bahwa
uang itu berubah. Pendapat kedua
(tidak diberi tanggung jawab seseorang
mengatakan wajib mengeluarkan nilai
atas apa yang dilakukan oleh orang
hutang itu seperti disaat yang berhutang
lain), namun berdasarkan mashlahah
menerima uang itu, walaupun nilainya
dan ‘urf (kebiasaan yang berlaku di
naik atau turun. Sedangkan pendapat
tengah
ketiga
masyarakat),
bahwa
yang
mengatakan
jika
terjadi
memikul tanggung jawab resiko yang
perubahan nilai disaat akan membayar
dilakukan oleh seorang pekerja adalah
hutang
orang
dikembalikan adalah nilainya.
yang
punya
pekerjaan.
Mashlahahnya adalah bahwa menurut kebiasaannya melakukan
itu
maka
yang
harus
Perbedaan pendapat di atas telah
seorang
yang
mau
mengakibatkan
pekerjaan
orang
lain,
pula generasi berikutnya, sebanding
biasanya ia seorang yang miskin, maka
perbedaan
pendapat
dengan pendapat yang ada di awalnya.
bagaimana akan meminta tanggung2. Metode Intiqa’i jawab ganti rugi kepadanya. Begitu juga dengan
adanya
kebiasaan
masyarakat
bahwa
ditimbulkan
oleh
ditanggung
dalam
Intiqa’. Secara bahasa berarti pilihan atau
yang
seleksi. Sedangkan secara istilah ada
pekerja
beberapa defenisi dikemukakan oleh
resiko seorang
oleh
mempekerjakannya.
Al-Intiqa’i dinisbahkan kepada al-
yang Contoh yang
para
ahli.
Yusuf
al-Qaradhawi
mendefenisikan” memilih salah satu dari
ketiga tentang kewajiban hutang yang
pendapat
harus di bayar ketika jenis hutang
warisan/khazanah fiqih kita yang banyak
adalah emas dan perak yang nilainya
untuk sebuah fatwa atau suatu keputusan
tidak mengalami perubahan. Ulama
pengadilan dengan cara mentarjih dari
sepakat bahwa uang yang terbuat dari
pendapat-pendapat yang lain.10
emas dan perak jika berubah nilainya,
Aziz al-Tuwaijiri menambahkan bahwa
maka
pemilihan
wajib
hutang
yang
wajib
yang
dinukilkan
tersebut
Abdul
dengan
membanding
jika
pendapat antara satu dengan yang
hutang
itu
mengalami
fluktuasi nilai seperti uang (fulus),
lainnya
terjadi perbedaan pendapat ulama:
kembali
Pendapat pertama dari pendapat Abu
Hanifah
dan
Abu
Yusuf
mengatakan bahwa yang wajib dibayar adalah semisal dengan yang diterima
dan
antara
cara
dikembalikan adalah mitsilnya. Tetapi objek
di
dari
melakukan
dalil
yang
berbagai peninjauan dijadikan
sandarannya baik dalil tersebut nash (alQuran dan Sunnah), maupun dalil yang bersifat ijtihadiyah, untuk dipilih pada
diwaktu berhutang. Walaupun nilai
Yusuf al-Qaradhawi, Al-Ijtihad fi alSyari’ah al-Islamiyah, (Kuwait: Dar al-Qalam li alNasyr wa al-Tauzi’,1989), h.115
Basri Naali
293
10
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
akhirnya pendapat mana yang lihat
tidak dikatakan oleh ulama terdahulu,
lebih kuat dalil dan hujjahnya, sesuai
baik permasalahan itu adalah masalah
dengan
klasik, maupun masalah baru.13
kriteria
tarjih
dengan
mempertimbangkan kebutuhan modern yang
mengharuskan
kontemporer
ahli
untuk
fiqih
Karena defenisi Qardhawi ini tidak
terlepas
dari
kritikan,
maka
berorientasi
pengarang menawarkan sebuah defenisi
mempertimbangkan kenyataan/ realita,
lain, yaitu mengistinbathkan hukum
kemudahan,
dalam satu permasalahan, hukum itu
dan
keringanan
dalam
hukum-hukum furu’iyah yang praktis.11 Sementara
Muhammad
ibn
Ibrahim mendefenisikan bahwa
al-
intiqa’i adalah memilih pendapat yang
bukan pendapat seseorang sebelumnya, baik
sebagiannya
maupun
keseluruhannya, baik masalah tersebut masalah klasik maupun masalah baru.
paling rajih (kuat) dari warisan fiqih kita yang agung di antara berbagai pendapat4. Metode al-Intiqa’i al-Insya’i yang
kita
lihat
lebih
mendekatkan
Ijtihad
dalam
metode
ini
kepada terealisasinya maqasid Syari’ dan
adakalanya Intiqa’i saja dan adakalanya
kemaslahatan hamba, dan lebih sesuai
Insya’i saja dan adakalanya Intiqa’i dan
dengan kondisi modern baik kesesuaian
Insya’i sekaligus .
itu dari segi waktu maupun tempat.12
dengan metode ijtihad Intiqa’i al-Insya’i
Metode Intiqa’i dapat dilakukan dengan
memilih
ada penambahan padanya atau memilih
pendapat beberapa imam mazhab atau
sebagian saja dari satu pendapat, atau
memilih
memilih
satu
satu
adalah memilih satu pendapat dengan
dari
salah
salah
Yang dimaksud
pendapat
dari
sebagian
beberapa pendapat dari satu orang
pendapat
imam mazhab.
menghasilkan
3. Metode al-Insya’i
dari
sisi orang
Insya’ yang secara bahasa berarti al-khalq
pendapat
(menciptakan), al-ikhtira’ (inovasi), dan
sebelumnya.
ibtida’ (menciptakan sesuatu yang belum Sedangkan
beberapa
pilihan
tersebut
pendapat
baru,
yang
mana pendapat itu lah yang terkuat di
Al-Insya’i dinisbahkan kepada al-
ada).
dari
secara
yang memilih tersebut dan tersebut
tidak
ada
14
Di antara bentuk memilih satu
istilah-
pendapat
dengan
ada
sebagaimana juga didefenisikan oleh
padanya,
seperti
seorang
Yusuf
memilih satu pendapat dalam satu
al-Qaradhawi-
adalah
mujtahid
mengistinbathkan hukum baru dalam
masalah
satu masalah dari permasalahan yang
muthlak, kemudian mujtahid tersebut
11 12
Hasunah, op.cit, h.91 Ibid
Basri Naali
13 14
294
yang
penambahan
membolehkan
secara
Yusuf al-Qaradhawi, op.cit, h.126 Yusuf al-Qaradhawi, Ibid, h. 129 Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
menambahkan beberapa syarat untuk
yang
sampai
beberapa pendapat dengan sebagian
kepada
hukum
boleh
berdasarkan ijtihadnya.
dimaksud
adalah
menambal
tanpa ada dalil dan mengikuti sesuatu
Adapun memilih sebagian dari
karena hawa nafsu, bukansesuatu yang
satu pendapat seperti memilih dalam
benar dan sesuatu yang rajih, tetapi di
satu
sini adalah mengikut berdasarkan dalil.
masalah
pendapat
yang
membolehkan dengan beberapa syarat, kemudian
mujtahid
tidak
dipahami bahwa ijtihad intiqa’i insya’i
memakai syarat yang ditetapkan. Seperti
adalah menggabungkan antara intiqa’i
pendapat Syafi’i tentang kebolehan jual
dan insya’i sekaligus, lalu ia memilih di
beli murabahah dengan beberapa syarat,
antara
lalu
pendapat yang lebih cocok dan kuat dan
sebagian
memilih
tersebut
Dari pengertian di atas dapat
ulama
pendapat
kontemporer
imam
pendapat
ulama
terdahulu
syafi’iyah
menambahkan kepadanya unsur-unsur
tetapi mereka mengambil syarat yang
ijtihad yang baru. Metode intiqa’i insya’i
ditetapkan oleh Imam Syafi’i.
ini termasuk di antara Metode Ijtihad
Sedangkan memilih sebagian dari
Kontemporer yang dapat juga kita
beberapa pendapat, seperti mengambil
namakan
dalam sebagian masalah dengan satu
karena metode inilah yang dipakai
pendapat,
pada
bagian
dalam
masalah
yang
sama
lain
dalam
mengambil
dengan
Metode
kajian-kajian
Akademis,
fiqih
yang
dilakukan oleh guru-guru besar syari’ah
pendapat lain. Contohnya dalam hal
dan
wudhuk ia mengambil satu pendapat
perguruan-perguruan
yang mengatakan bahwa wudhuk tidak
penulisan disertasi mereka. Karena pada
batal karena keluar darah, pendapat
hakikatnya kajian-kajian tersebut tidak
yang mengatakan wudhuk tidak batal
keluar dari memilih salah satu pendapat
karena bersentuhan, dan pendapat yang
ulama terdahulu dalam suatu masalah
mengatakan
darah
yang ditarjihnya daripada pendapat-
memunculkan
pendapat lain dengan menambahkan
istihadah,
tidak lalu
ia
karena
mahasiswa
pendapat baru bahwa whuduk tidak
sesuatu
batal
menguranginya.
dengan
keluarnya
darah,
bersentuhan dan darah istihadah. Dalam memilih satu pendapat
padanya
pascasarjana tinggi
atau
di
dalam
kadang
Muhammad Imbabi mengatakan: “ Di antara kajian fiqih modern juga
pada sebagian masalah dan memilih
adalah
pendapat
sebagian
dilakukan oleh mahasiswa program
masalah yang sama, menurut Yusuf
pascasarjana untuk mendapatkan gelar
Qardhawi cara yang demikian tidak
magister dan doktor dalam fiqih Islam.
dinamakan dengan talfiq. Karena talfiq
Kajian
Basri Naali
295
yang
lain pada
penelitian-penelitian
semacam
ini
yang
memiliki
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
keistimewaan karena mengambil satu
pendapat dalam satu masalah sebagian
topik
peneliti
pendapat ulama klasik yang tidak lagi
dan
cocok dengan masa yang telah berubah
masuk ke dalam inti permasalahannya
ini. Di antara contoh pengaruh modern
yang dalam, kemudian sampai kepada
dalam ijtihad intiqa’i adalah mentarjih
kesimpulan baru yang ditambahkan ke
pendapat mayoritas ulama hanabilah
fiqih Islami yang mana sebelum tidak
dan Ibnu Hazm al-Zhahiri tentang
jelas atau tersembunyi. Dan kami tidak
kebolehan wanita keluar
pergi ke
menamakan
insya’i
masjid.
sekalipun
karena
berlawanan dengan pendapat sebagian
metode ini tidak terbatas dikalangan
besar fukaha’ mutaakhirin dalam hal
akademisi
maupun
melarang perempuan pergi ke masjid,
mahasiswa saja, tapi juga dilakukan oleh
lebih-lebih lagi para remajanya, namun
ulama dan sjech dalam kajian mereka
diambil
dan mereka tidak berafiliasi pada satu
perubahan sosial yang terjadi pada masa
perguruan tinggi pusat akademi, bahkan
sekarang. Pendapat lebih pantas dan
mereka adalah orang yang tidak pernah
cocok untuk zaman sekarang.
fiqih,
kemudian
menjelaskan,
dengan
menganalisanya
metode
metode
intiqa’i
akademis,
baik
dosen
belajar di perguruan tinggi selama
Pendapat
ini
karena
pertimbangan
Adapun perubahan sosial yang
hidupnya. Oleh karena itu penamaan
terjadi
intiqa’i
menjadi pertimbangan untuk mentarjih
insya’i
lebih
dan
lebih
mencakup.
masa
sekarang
yang
dan memilih pendapat ini adalah bahwa
Pemilihan metode Intiqa’i ini tidak terlepas
pada
dari
pada
masa
mutaakhirin
modernisasi
(belakangan) terkungkung di dalam
yang terjadi pada masyarakat muslim.
rumah, tidak keluar kecuali jarang
Pengaruh itu berupa:
sekali, dan ia keluar hanya untuk
Perubahan Politik,
pengaruh
perempuan
Sosial,
Ekonomi,
baik
Lokal
dan
maupun
Internasional. Pada
keperluan
Setelah
para
perempuan
telah
keluar
terjadi
rumahnya menuju sekolah, kampus,
kehidupan
pasar, tempat piknik, dan tempat kerja,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan, baik
di mana hal itu menghendaki kebolehan
dalam
perubahan
besar
skala
ini
mendesak.
terjadinya perubahan sosial pada hari ini,
sekarang
yang
dalam
loka/nasional,
maupun
perempuan untuk keluar ke mesjid, agar
internasional.
Perubahan
tersebut
masjid
tidak
menjadi
menuntut
mujtahid
untuk
tempat
yang
diharamkan
memperhatikan
dalam
ijtihad
dan
satu-satunya baginya.
Dalam waktu yang bersamaan kita
tarjihnya. Di mana ia dihadapkan di
melihat
dalam
dunia ini dari kalangan nasrani, yahudi
Basri Naali
memilih
di
antara
berbagai
296
perempuan-perempuan
Tipologi Metode Ijtihad........
di
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
dan perempuan agama lain mereka
Karena pengetahuan itu berkembang
pergi ke gereja, sinagok dan tempat-
hari demi hari. Pengetahuan tersebut
tempat ibadah mereka. Sementara satu-
dapat membantu ahli fikih modern
satunya perempuan yang dilarang pergi
untuk memberikan penilaian beberapa
ke mesjid adalah perempuan muslimah.
pendapat fikih klasik dan memilih di
Di samping itu masjid juga bukanlah
antara
tempat
mesjid
dengan ditopang oleh ilmu pengetahuan
merupakan jami’ah (perguruan) untuk
serta meninggalkan pendapat lainnya
menuntut ilmu.
setelah terbukti tidak sesuai dengan
ibadah
Contoh
saja,
lain
tetapi
adalah
memilih
berbagai pendapat tersebut
ilmu pengetahuan.
Di antara contoh
pendapat Malikiyah, Zhahiriyah dan
faktor ilmu modern dalam memilih dan
Abu
mentarjih
Yusuf
dari hanafiyah
tentang
adalah
memilih
pendapat
larangan ihtikar tidak saja terbatas pada
Muhammmad ibn Abdullah ibn Abdul
makanan pokok. Begitu juga memilih
Hakam
pendapat
yang
kehamilan yang paling lama itu adalah
pedagang
satu tahun. Hal ini berbeda dengan
mempermainkan harga, dan banyak lagi
pendapat hanafiyah yang mengatakan
pendapat yang lain. Ini adalah di antara
paling lama masa kehamilan adalah dua
contoh
tahun
Ibnu
mewajibkan
tas’ir
dalam
Taimiyah apabila
mempertimbangkan
bentuk-bentuk
a.
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
,
tentang
sementara
syafi’iyah
masa
dan
sosial,
hanabilah empat tahun, malikiyah lima
ekonomi, dan politik yang terjadi pada
tahun, dan pendapat Zuhri dan sebagian
masa sekarang ini.
malikiyah
Ilmu dan Pengetahuan Modern
tahun. Pendapat ini tidak sesuai dengan
Di
antara
perubahan
al-Maliki
yang
yang
mengatakan
tujuh
mempengaruhi
perkembangan ilmu pengetahuan hari
satu pendapat atas
ini yang didasarkan kepada percobaan
pendapat yang lain dan memilihnya
dan eksperimen yang cermat, serta
pada masa kita sekarang
dibantu
dalam mentarjih
adalah
dengan
peralatan
medis
perkembangan ilmu dan pengetahuan
modern. Oleh karena itu pendapat yang
yang belum dijumpai pada masa fukaha’
berlebihan dalam menentukan masa
klasik, lebih khusus lagi ilmu fisika
terlama kehamilan harus ditolak karena
(alam) yang belum dikenal oleh ulama-
tidak didukung oleh ilmu pengetahuan
ulama besar pada masa dahulu.
dan tidak ada satu dalil pun dari al-
Perkembangan ilmu pengetahuan modern
tersebut
telah
meluruskan
Qur’an
dan
Sunnah
yang
mengisyaratkan.
beberapa informasi klasik baik yang
Begitu
juga
memilih
pendapat
berkaitan dengan fisika, falak, kimia,
syafi’iyah yang mengatakan bahwa jika
kedokteran, anatomi, dan lain-lainya.
al-Qafah
Basri Naali
297
(ahli
membaca
jejak/)
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
menisbahkan seorang anak kepada dua
Seorang
fakih
kontemporer
orang bapak, maka perkataannya itu
dalam berijtihad dan melakukan tarjih
gugur dan tidak boleh dinasabkan anak
harus mempertimbangkan kebutuhan
itu kepada dua orang bapak. Karena
modern. Di mana ia memilih di antara
sunatullah berlaku bahwa anak hanya
berbagai pendapat dalam masalah fiqh
memiliki satu orang bapak dan satu
pendapat yang lebih dekat kepada
orang ibu. Tidak diketahui di alam ini
mempertimbangkan
sama sekali seorang anak dinasabkan
(waqi’), memberikan kemudahan dalam
kepada dua orang ayah. Berbeda dengan
hukum, dan memberikan keringanan
pendapat yang menisbahkan kepada
kepada manusia baik dalam masalah
keduanya dengan dalih bahwa jika
ibadah
maupun
mu’amalah.
Lebih
pembuahan
khusus
apabila
ijtihad
itu
untuk
bukan
untuk
bisa
terjadi
karena
kenyataan/realita
bertemunya sperma seorang laki-laki
masyarakat
dengan sel telur seorang perempuan,
dirinya, maka ketika itu ia dituntut
tentu mungkin juga terjadi pembuahan
mempertimbangkan al-dharurah, uzur,
dengan bertemunya sperma dua orang
kebutuhan,
laki-laki dengan seorang perempuan.
dharurat
Karena
sekarang ini.
itu
sebagian
fukaha’
membolehkan
seorang
anak
umum,
dan yang
Di
kondisi-kondisi
terjadi
antara
pada
masa
contohnya
adalah
dinisbahkan kepada tiga, empat atau
memilih pendapat Ibn Hazm, sebagian
lima
al-qafah
syafi’iyah, dan Hasan al-Basri dalam hal
menisbahkan kepada lebih dari satu
dibolehkannya perempuan melakukan
orang bapak, karena apabila boleh
perjalanan
terjadinya pembuahan melalui sperma
terpenuhi syarat-syarat keamanan dan
dua laki-laki, maka tentu boleh juga
ketenangan dalam perjalanan, dengan
terjadinya pembuahan dari tiga, empat,
berdalil kepada hadis Dha’inah (seorang
atau lima laki-laki.
perempuan) melakukan perjalanan dari
bapak,
jika
seorang
Pendapat syafi’yah dipilih, bukan pendapat
yang
lainnya,
karena
tanpa
mahram,
apabila
Al-Hirah menuju Ka’bah tanpa merasa takut
kecuali
kepada
Allah
dan
pendapat lain ini ditolak oleh ilmu
(khwatir) dari srigala atas dombanya.
pengetahuan modern. Menurut ilmu
Dengan
mengambil
pengetahuan modern janin hanya akan
fukaha’
pada
terbentuk melalui pertemuan sel sperma
menetapkan fatwa bahwa boleh seorang
satu
telur
perempuan melakukan perjalanan-atas
perempuan, lalu terjadi pembuahan, dan
izin walinya- dengan pesawat terbang
setelah itu rahim menjadi tertutup.
dan sarana transportasi umum tanpa
Kebutuhan Modern
didampingi oleh mahramnya, karena
Basri Naali
298
orang
laki-laki
dan
sel
masa
pendapat
ini,
sekarang
Tipologi Metode Ijtihad........
ini
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
biasanya terpenuhi rasa aman dan ketenangan
dengan
Begitu
juga
memilih
pendapat
menggunakan
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim yang
transportasi tersebut, di samping adanya
membolehkan wanita haid melakukan
tuntutan/kebutuhan yang menghendaki
thawaf
dibolehkannya pada masa sekarang ini.
ditinggalkan
Adapun dari sisi kebutuhan, karena
waktu
perempuan pada masa sekarang ini
pesawat,
biasa keluar rumah untuk bekerja dan
lainnya, kalau ia menunggu di Mekah
belajar di beberapa perguruan tinggi.
sampai habis masa haidnya. Karena
Biasanya jarak dari rumah ke tempat
dengan menunggu sampai habis masa
bekerja atau tempat belajar tidak kurang
haidnya adalah menyulitkan karena
dari jarak dibolehkannya mengqashar
tertinggal
shalat. Dengan membebankan kepada
tertundanya
perempuan
sementara pesawat ataupun kapal laut
untuk
ditemani
mahram
dalam setiap perjalanannya – biasanya perjalan
itu
dilakukan
jika
oleh
rombongan
kepulangan kapal
dikhawatirkan baik
laut
dari
atau
dengan
maupun
yang
rombongan
waktu
atau
keberangkatan-
tidak akan menerima penundaan ini.
hari-
Kebutuhan seperti ini sekalipun
adalah sangat menyulitkan baik bagi
telah ada pada masa dahulu, tetapi pada
dirinya
masa
maupun
bagi
setiap
ifadhah,
mahramnya.
sekarang
merupakan
dharurat
modern,
karena
Apalagi jika mahramnya adalah seorang
(kebutuhan
pegawai atau buruh/pekerja yang tidak
kebanyakan
mungkin
hari.
/maskapai penerbangan haji pada masa
Begitu juga pada saat ini tidak jarang
sekarang terikat dengan jadwal dan
perempuan melakukan perjalanan dari
waktu yang sudah ditentukan yang
satu daerah ke daerah lain adakalanya
tidak bisa dibatalkan hanya karena
untuk belajar atau mengajar, dan ada
keperluan individu.
kalanya untuk mengunjungi anaknya
Taimiyah mengatakan: “Ketika jalan-
yang sudah menikah di luar, atau untuk
jalan aman pada masa salaf, dan orang-
keperluan lainnya. Mengambil pendapat
orang berdatangan ke Mekah pada hari-
yang
perempuan
hari setiap tahunya, perempuan dapat
melakukan perjalan dalan satu negara
menunggu bersama mahramnya sampai
atau dari satu negara ke negara lain
ia suci kemudian ia tawaf, maka ulama
tanpa mahram adalah pilihan terbaik
memerintahkan yang demikian. Adapun
pada
pada
menemaninya
setiap
membolehkan
masa
menghilangkan
sekarang
ini
kesulitan
untuk yang
hari
Taimiyah),
)
sarana
ini
Ibnu
(pada
banyak
transportasi
masa
perempuan
Ibnu atau
ditimbulkan dan memelihara kebutuhan
kebanyakan perempuan tidak mungkin
baru pada masa sekarang ini.
menunggu, karena rombongan akan kembali setelah satu, dua, atau tiga hari
Basri Naali
299
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
setelah
hari
Ibnu
Qayyim
bukan mukallid, hanya saja ijtihadnya
mereka
(ulama)
sama dengan ijtihad orang yang dipilih
menyebutkan bahwa al-Mukra (orang
pendapatnya. Oleh karena itu ijtihad
yang
membawa
intiqa’i dalam metode ini hukumnya
angkutan) harus menunggu sampai dia
tidak keluar dari hukum berijtihad
suci kemudian thawaf, sesungguhnya
dalam suatu masalah pada pertama kali
yang demikian itu mungkin dilakukan
sebelum terjadi khilaf padanya.
pada waktu itu, bahkan terjadi pada
sini jika ijtihad dalam masalah tersebut
masa mereka, oleh karena itu mereka
adalah wajib, seperti tidak ada mujtahid
memberikan fatwa bahwa perempuan
yang berijtihad padanya , maka ketika
tidak boleh tawaf sampai ia suci karena
itu ijtihad adalah wajib. Jika yang
memungkinkan yang demikian. Adapun
melakukan ijtihad intiqa’i dari orang
pada
yang
berkata:
tasyriq.
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
“Bahkan disewa
masa
untuk
sekarang
zaman
telah
memenuhi
keahlian
Dari
untuk
berubah, maka itu tidak mungkin lagi.
berijtihad, maka ketika itu ijtihadnya
Jadi
pemilik
muktabar, jika tidak maka ijtihadnya
menunggu
ditolak, tidak diterima.Yang dipilihnya
perempuan haid yang belum melakukan
ketika itu adalah pilihanberdasarkan
tawaf ifadhah sampai suci, kemudian ia
taklid
tawaf adalah tidak mungkin pada masa
Berlaku
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim, maka
perbedaan pendapat dalam hal apakah
pada masa kita sekarang ini lebih tidak
wajib terikat kepada mazhab tertentu
mungkin lagi.
atau tidak. Pendapat yang kuat adalah
Contoha lain adalah pendapat ‘Atha’
boleh berpindah di antara berbagai
dan
membolehkan
mazhab. Dengan demikian tidak ada
melempar jumrah sebelum zawal bagi
masalah terrjadinya intiqa’ ( memilih
jema’ah haji, karena sangat berdesakan,
berbagai pendapat) dari orang yang
sehingga orang-orang melempar mulai
belum
dari subuh sampai pertengahan malam
keahlian
tanpa terputusnya gelombang manusia.
murajjih.
membebankan
transportasi
kepada
untuk
Thawus
yang
Kehujahan Metode Intiqa’i Memilih
satu
bukan
berdasarkan
hukum
terpenuhi sebagai
ketika
itu
padanay seorang
ijtihad. seperti
syarat mujtahid
Imam Abu Syamah mengatakan: pendapat
“ Bagi orang yang menyibukkan diri
secara utuh tanpa ada penambahannya
dengan fikih sepantasnya tidak terikat
berdasarkan hasil ijtihad dan pemikiran
dengan mazhab imam tertentu, dia
yang mendalam terhadap dalilnya dan
harus melihat mazhab setiap imam dan
alasan menguatkannya, yang demikian
meyakini setiap masalah adalah syah
bukanlah taklid. Maka orang yang
selama paling dekat kepada dalalh al-
melakukan piilihan adalah mujtahid
Kitab dan Sunnah.
Basri Naali
300
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Wahbah
Zuhaili
Pendapat kedua, boleh memunculkan
mengatakan: “ Adapun ulama sekalipun
pendapat ketiga secara muthlak, karena
belum
untuk
ikhlitaf kepada dua pendapat bukanlah
berijtihad tidak boleh terikat dengan
merupakan ijma’ yang menghalangi
semua yang terdapat di dalam mazhab,
memunculkan
mereka harus melihat setiap hukum-
adalah pendapat sebagian hanafiyah
hukum fikih secara cermat, mengambil
dan sebagian zhahiriyah.
apa yang dikuatkan oleh dalil dan
Pendapat ketiga, Jika pendapat ketiga
menolak selainnya tanpa fanatik kepada
tersebut membawa kepada menghilang
satu mazhab.
(menghapuskan)
Kehujjahan Metode Insya’i
sebelumnya, maka tidak dibolehkan, jika
memiliki
Yang
kapasitas
dimaksud
pendapat
ketiga.
kedua
Ini
pendapat
dengan
tidak maka dibolehkan. Pendapat di
insya’i sebagaimana disebut sebelumnya
diriwayatkan dari Syafi’i dan dipilih
adalah mengistinbathkan hukum baru
oleh
dalam satu masalah dari beberapa
Amidi, al-Razi, dan al-Baidhawi. Dan
masalah yang belum dikatakan oleh satu
dikuatkan oleh sebagian ahli ushul
orangpun sebelumnya.
seperti Ibnu Hajib, Ibnu al-Luham al-
Untuk kehujahan dijelaskan perbedaan
menjelaskan
metode terlebih
insya’i
perlu
dahulu
pendapat
apakah
dalam
satu
sebagian
mutaakhirin,
seperti
Hanbali dan dinisbahkan kepada alTufi.
Contoh
yang
menghilangkan
(menghapuskan) pendapat sebelumnya, seperti
kewarisan
kakek
bersama
masalah yang berakhir kepada dua
saudara.Pendapat pertama mengatakan
pendapat merupakan ijma’ sehingga
bahwa hanya kakek yang mendapat
tidak dilarang memunculkan pendapat
warisan, pendapat kedua mengatakan
yang ketiga ? Artinya apabila semua
keduanya
mujtahid dalam suatu masalah telah
mendapat warisan). Maka ketika itu
membicarakan
tidak boleh memunculkan pendapat
dan
mereka
berbeda
berserikat
(sama-sama
kepada dua pendapat, maka apakah
ketika
dengan
boleh memunculkan pendapat pendapat
hanya
untuk
baru atau tidak?. Dalam hal ini ada tiga
dengan
pendapat:
membatalkan apa yang sudah menjadi
Pendapat
pertama,
melarang
ijma’
menjadikan saudara
demikian sebelumnya
warisan
saja. ketika
bahwa
Karena itu kakek
memunculkan pendapat yang ketiga
mendapat warisan ( baik dia sendiri saja
sama sekali, karena ikhtilaf dalam satu
atau bersama dengan saudara).
masalah
kepada
dua
pendapat
Adapun memunculkan pendapat
merupakan ijma’ dari keduanya. Ini
yang
tidak
adalah pendapat jumhur.
(menghapuskan)
Basri Naali
301
menghilangkan apa
yang
sudah
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
disepakati sebelumnya seperti boleh
ditiupkan
fasakh pernikahan karen adanya salah
pengguguran itu atas izin suami dan
satu dari aib (cacat) yang lima. Pendapat
isteri.
kedua
mengharamkan,karena janin adalah asal
mengatakan
tidak
boleh
difasakhkan sama sekali, maka ketika itu mengatakan
pernikahan
boleh
dengan
fasakh
sebagian
cacat
dengan
syarat
Sebagian
mereka
bagi manusia.
boleh memunculkan pendapat ketiga yang
ruh,
Adapun besar
Malikiyah,
di
sebagian
antara
mereka
mengharamkannya sebelum ditiupkan
tersebut tidak dengan sebagian yang
ruh.
lain.Karena pendapat ketiga ini tidak
memakruhkannya sebelum 40 hari.
menghilangkan
Adapun syafi’iyah sebagaimana yang
apa
yang
sudah
disepakati
tetapi
menyetujui
sebagian
dari
kedua
pada
pendapat
sebelumnya.
Dan
mu’tamad
dalam
mereka
mazhab
mereka
berpendapat bahwa aborsi dibolehkan secara
Contoh Metode Intiqa’i Insya’i
sebagian
mutlak
selama
ruh
belum
ditiupkan pada janin tersebut. Sebagian
Dalam Ijtihad Kontemporer
mereka
mengharamkan
Hukum Aborsi
nutfah
dan
setelah
‘alaqah.
fase
Karena
fase
Seluruh
ulama
sepakat
setelahnya di anggap sebagai harim (
keharaman
aborsi
dengan
sesuatu yang harus dilindungi) bagi ruh,
menggugurkan janin stelah ditiupkan
karena tidak diketahui secara pasti
ruh padanya, yaitu setelah sempurna
kapan ruh ditiupkan pada 40 yang
120 hari (4 bulan) menurut kebanyakan
ketiga.
ulama. Secara zhahir dari pernyataan
mengharamkan secara muthlak.
tentang
mereka haram menggugurkan ketika itu sekalipun
keberadaannya
Ghazali
Hanabilah menurut yang kuat
dalam
dari mazhab mereka boleh melakukan
rahim ibu membahayakan ibu. Dan
aborsi pada fase pertama, yaitu fase
sebagian
nutfah.
fukaha’
mengorbankan
di
Sementara
membolehkan
waktunya
menurut
demi
mereka adalah 40 hari pertama. Adapun
mempertahankan kehidupan ibu, karena
setelah 40 hari pertama, maka tidak
hidupnya ibu meyakinkan sedangkan
boleh melakukan aborsi. Sementara Ibnu
kehidupan
Jauzi
Kaedah
janin
masih
mengatakan:
meyakinkan keraguan.
janin
Jangka
tidak
bisa
Mereka
dikeragui.
Sesuatu hilang
berbeda
yang
mengharamkan
secara
muthlak, walaupun 40 hari pertama.
dengan
pendapat
aborsi
Demikianlah
pendapat
imam-imam mazhb dalam masalah ini.
sebelum ditiupkan ruh.
Kemudian Lajnah Fatwa negara Kuwait,
Sebagian besar hanafiyah membolehkan
memunculkan
menggugurkan
merupakan
Basri Naali
kandungan
sebelum
302
pendapat
kombinasi
baru dari
yang semua
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
pendapat ulama-ulama terdahulu, yang
setujui oleh dua orang dokter muslim
mana pendapat ini belum dikeluarkan
yang adil.
oleh seorang ulama pun sebelumnya.
Fatwa
ini
sejalan
dengan
Pendapat tersebut adalah:
pendapat sebagian besar hanabilah yang
“ Haram bagi dokter menggugurkan
membolehkan
kandungan seorang perempuan hamil
pertama saja, jika dilakukan dengan
yang telah sempurna 140 hari dari
keridhaan kedua pasangan. Dan fatwa
semenjak ‘uluq ( menempel di dinding
tersebut mengamalkannya ketika hamil
rahim), kecuali untuk menyelamatkan
itu tidak lewat dari 40 hari. Fatwa itu
wanita
yang
juga sejalan dengan pendapat sebagian
kehamilan
besar fukaha’ hanafiyah, syafi’iyah, dan
tersebut
dipastikan
dari
bahaya
disebabkan
Aqil
aborsi
dari
pada
40
tersebut. Dan boleh melakukan aborsi
Ibnu
dengan keridhaan suami isteri, jika
kebolehannya pada 40 hari pertama,
kehamilan belum sempurna 40 hari
kedua,
semenjak ‘uluq ( terjadinya penempelan
amalkan
di dinding rahim). Apabila kehamilan
kehamilan belum melewati 40 pertama.
melewati 40 hari dan belum melewati
Fatwa tersebut selaras dengan pendapat
120 hari, tidak boleh melakukan aborsi
semua
kecuali dua hal:
fukaha’
dan
hanabilah
hari
ketiga,
pada
fukaha’
tentang
hanya
saja
kondisi
apabila
malikiyah,
hanafiyah,
di
sebagian
sebagian
besar
a. Apabila kehamilan tersebut memberikan
hanabilah, dan Ghazali dari kalangan
kemudharatan kepada ibu secara serius
syafi’iyah dalam pengharaman aborsi
yang tidak mungkin dipikulnya, atau
pada 40 hari kedua. Fatwa tersebut juga
kemudharatan tersebut berlanjut setelah
selaras
melahirkan.
malikiyah,
b. Jika terbukti bahwa janin tersebut akan
hanabila,
dengan
pendapat
sebagian sebagian
seluruh
besar
fukaha’
syafi’iyah
dalam
lahir dalam keadaan cacat serius baik
pengharamannya pada 40 hari ketiga.
cacat fisik, atau otak yang tidak ada
Hanya saja fatwa tersebut mengamalkan
harapan akan sembuh.
pendapat ulama di atas pada selain
Wajib dilakukan proses pengguguran di
kondisi
rumah
Tidak
membahayakan kepada ibu dan pada
pengguguran
kondisi anak terlahir dalam keadaan
hari
kecuali
cacat. Karena pada kedua kondisi ini
berdasarkan keputusan dari komite dari
fatwa lajnah sejalan dengan pendapat
tiga
sebagian
sakit
dilakukan setelah
pemerintah.
prosedur
kehamilan
orang
dokter
40
spesialis,
salah
keberadaan
besar
fukaha’
janin
hanafiyah,
satunya adalah dokter ahli kandungan,
jumhur fukaha; syafi’iyah, dan Ibnu
dan dengan syarat keputusan itu di
‘Aqil dengan dibolehkannya aborsi pada 40 hari kedua dan ketiga.
Basri Naali
303
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Semua
ini
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
adalah
memilih
Hari melempar itu ada
imam-imam
empat: Yaum al-nahr, dan tiga hari Tayriq
mazhab dalam satu masalah dengan
setelah yaum al-nahar. Hari nahar hanya
menghimpun semuanya dengan cara
melempar jumrah ‘aqabah saja. Adapun
muncul darinya pendapat baru yang
melempar jumrah ‘aqabah pada hari
belum ada sebelumnya. Karena ulama
nahar,
yang mengatakan boleh menggugurkan
bahwa orang yang melempar jumrah
kandungan pada 40 hari pertama saja,
pada hari nahar mulai terbit matahari
mereka tidak mengatakan dibolehkan
sampai zawal maka ia mendapatkan
setelah 40 hari pertama, meskipun
sunnah dan ia telah melempar pada
keberadaan janin akan membahayakan
waktu mustahab ( waktu sunah). Yang
ibu, atau janin akan lahir dalam keadaan
menjadi
cacat.
bagaimana
pendapat-pendapat
Begitu
juga
ulama
yang
kaum
muslimin
telah
permasalahan
di
hukumnya
ijma’
sini
melempar
membolehkan 40 hari pertama dan
jumrah pada hari tasyriq sebelum zawal.
kedua
Dalam
saja,
mereka
tidak
membolehkannya pada 40 hari ketiga,
Di
antara
yang
menguatkan
terdapat
perbedaan
pendapat.
sekalipun akan membahayakan ibu atau bayi akan lahir dalam keadaan cacat.
hal
Jumhur fukaha’ dari kalangan hanafiyah, malikiyah, syafi’iyah, dan hanabilah
berpendapat
bahwa
pemilihan pendapat dalam fatwa ini
melempar pada setiap hari tasyriq wajib
adalah kemajuan pengetahuan modern
setelah tergelincir matahari, kecuali Abu
dalam
Hanifah
bidang
kedokteran.
Karena
dan
Ishak
bin
Rahawaih
peralatan kedokteran yang canggih itu
membolehkan nya sebelum zawal pada
mampu mengungkapkan kepada dokter
hari ketiga dari hari tasyriq, sekalipun
sesuatu yang boleh jadi cacat menimpa
disunahkan setelah zawal. Sebagaimana
janin
pertama
Imam Syafi’i membolehkan sebelum
berpengaruh
zawal bagi orang yang mengqadhanya
terhadap fisik dan otaknya pada masa
karena ketinggalan melempar pada hari
yang
sebelumnya.
pada
kehamilan akan
demikian pendapat
bulan-bulan
yang
akan
datang,
maka
dimungkinkan yang
dengan mentarjih
‘Atha’,
Thawus,
Abu
Ja’far
membolehkan
Muhammad ibn Ali, Ibnu Jauzi dari
menggugurkan kandungan yang kurang
hanabilah, dan pendapat yang dari
dari 120 hari
kalangan
syafi’iyah
Contoh Ijtihad Intiqa’i Murni: Hukum
melempar
sebelum
Melempar
muthlak.
Jumrah
Sebelum
Zawal
(Tergelincir Matahari) Bagi Jemaah
Artinya
membolehkan zawal
dibolehkan
secara pada
setiap melempar (hari nahar, dan tiga
Haji Basri Naali
304
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
hari tasyriq). Di antara pendapat fukaha’
dan
mazhab dalam masalah ini:
melempar
Imam
al-Kasani
mengatakan:
Thawwus
yang
membolehkan
sebelum
zawal
secara
muthlak.
Adapun waktu melempar pada hari
Dari
pendapat
imam-imam
ketiga dari hari tasyriq, maka waktu
mazhab ini, Sjech Abdullah bin Zaid al-
sunahnya adalah setelah zawal. Kalau
Mahmud-Ketua
dilakukan sebelum zawal dibolehkan
Qatar-
menurut satu pendapat Abu Hanifah,
membolehkan melempar jumrah bagi
dan menurut pendapat Abu Yusuf dan
jema’ah
Muhammad al-Syaibani tidak boleh,
matahari secara muthlak. Artinya pada
karena pada hari ini (hari ketiga) adalah
setiap jumrah: hari nahar, dan tiga hari
hari
waktu
tasyriq. Ini adalah pendapat ‘Atha’,
melemparnya adalah setelah zawal sama
Thawus, Abu Ja’far Muhammad bin Ali,
seperti hari kedua, dan ketiga dari hari
Ibnu Jauzi, dan pendapat yang lemah
tasyriq.
dari syafi’iyah. Pendapat ini dipilih oleh
melempar,
maka
Mahkamah
memilih haji
Syari’ah
pendapat sebelum
yang
tergelincir
Di dalam kitab al-Mudawwanah
Sjech Abdullah bin Zaid al-Mahmud
Imam Malik mengatakan: “Siapa yang
sekalipun berbeda dengan pendapat
melempar jumrah yang tiga sebelum
jumhur dengan beberapa pertimbangan:
tergelincir matahari, maka hendaklah ia
Pertama karena hajah (kebutuhan) telah
mengulang lagi, tidak ada melempar
sampai pada tingkatan dharurah pada
pada
setelah
tahun-tahun tertentu ketika terjadinya
Zarqani
desakan yang sangat sehingga banyak
hari
tasyriq
tergelincir
kecuali
matahari.
mengatakan :” siapa yang melempar
manusia
sebelum tergelincir matahari ia harus
sebagaimana terjadi pad tahun 1403 H.
mengulangi lagi sesudahnya.
Kedua,
Imam Nawawi berkata: “ Adapun
yang
kemudahan
Rasulullah
kami,
tentang
jumhur
Malik,
ulama
Ahmad,
secara
saw” hal
tidaklah
ditanya
mendahulukan
dan
mengakhirkan kecuali beliau menjawab:
melempar pada hari tasyriq yang tiga
if’al wala haraj (lakukanlah tidak ada
kecuali
menyulitkan).
berdasarkan
tidak
syari’at
kaki
boleh
setelah
adalah
dan
oleh
umum, dan haji secara khusus, sehingga
hari tasyriq, maka menurut mazhab mazhab
terinjak
tergelincir
Imam
Abu
Hanifah membolehkan pada hari nafar
Syaukani berkata: “ Hadis Jabir bahwa
(hari ketiga dari hari tasyriq) melempar
Nabi saw melempar pada hari nahar
sebelum zawal bagi musafir yang segera
pada
akan meninggalkan mina. Hanabilah
dhuha
shahih.
Ketiga,
Imam
waktu
hadis
matahari
dan
melempar
setelah itu setelah tergelincir matahari.
membolehkan
bagi
haji
untuk
Inilah pendapat jumhur, kecuali ‘Atha’
mengakhirkan meundanya pada hari
Basri Naali
305
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
terakhir,
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
sebagaimana
mereka
Ini adalah masalah baru yang
membolehkan melempar jumrah hari ini
belum dibicarakan oleh imam-imam
dilakukan pada hari berikutnya, dan
mazhab
sebelumnya.
boleh
menunda
malam
melempar
sampai
menentukan
hukumnya,
maka
tidak
Muhammad
Buhait
harinya,
Dalam al-‘Allamah
al-Muthi’i
pada
mengharuskan terikat melempar antara
masa sekarang telah melakukan sebuah
waktu
terbenamnya
ijtihad dalam risalahnya yang berjudul“
matahari. Keempat, tidak ada nash dari
al-Qaul al-Kafi fi Ibahah al-Tashwir al-
Nabi saw tentang larangan melempar
Futughrafi”.
sebelum zawal. Yang hanyalah Nabi
beliau melakukan ijtihad insya’i murni,
melempar setelah zawal, yaitu hadis
dari sana Sjech al-Muthi’i
yang diriwayatkan oleh Jabir ra bahwa
kepada kesimpulan yang melahirkan
Nabi saw melempar pada hari nahar
pendapat baru, bahwa gambar adalah
pada waktu dhuha, dan melempar
boleh.
setelah itu setelah zawal. Perbuatan
menggambar adalah menyamai ciptaan
Nabi
menunjukkan
Allah. Gambar fotografi ini bukanlah
disyari’atkannya
menyamai ciptaan Allah tetapi ia adalah
zawal
dan
semata,
melebihi
tidak
dari
melempar
setelah
illat
tersebut sampai
diharamkannya
ciptaan Allah itu sendiri yang memantul
sunahkannya. Adapun mewajibkannya
kepada kertas, sebagaimana pantulan
mestilah ada dalil yang lain. Hadis
gambar manusia kepada cermin. Batas
Rsulullah saw : “ Ambilah dari ku tata
maksimal dari gambar tersebut adalah
cara haji kamu”, tidak menunjukkan
bahwa
bahwa semua perbuatan haji yang
pengetahuannya dapat memperlihatkan
diambil
gambar yang memantul tersebut ke atas
sebagaimana Shalatlah
Nabi sabda
kamu
atau
Karena
risalah
di
dari
zawal
Dalam
adalah Nabi
wajib, saw:
sebagaimana
“
kamu
manusia
dengan
ilmu
kertas dengan perantara alat tertentu yaitu kamera, dan semisalnya.
melihat saya shalat” tidak menunjukkan
Mengomentari ijtihad Muthi’i ini,
bahwa semua perbuatan shalat yang
Yusuf Qaradhawi mengatakan: “ Ini
diriwayatkan dari Nabi saw adalah
menurut
wajib, ada yang rukun, wajib, dan sunat.
insya’i yang benar . Karena masyarakat
Inilah beberapa penguat yang dipertimbangkan pendapat
untuk
membolehkan
Qatar
pendapatku dan
adalah
negara-negara
ijtihad Teluk
memilih
menamakan
tashwir
(menggambar)
melempar
dengan ‘aks,
shuwar (gambar) dengan
jumrah bagi jema’ah haji sebelum zawal
‘ukus, dan mushawwir (penggambar)
secara muthlak.
dengan ‘ukas.
Contoh Ijtihad Insya’i Murni
2. Kebolehan Ihram dari Jedah bagi
1.Bolehnya gambar fotografi
penumpang pesawat terbang
Basri Naali
306
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Pesawat terbang belum dikenal oleh fukaha’ klasik, maka karena itu
menetapkan Jedah sebagai miqat bagi mereka lebih utama dari tempat lain.
mereka tidak membicarakan tempat
Adapun ketika mereka terbang di
yang pantas melakukan ihram bagi
udara melewati miqat selain Jedah, tidak
jemaah
haji
serta merta menjadikan miqat tersebut
terbang.
Dalam
penumpang
Sjech
lebih utama dari Jedah, maka tidak
Abdullah bin Zaid al-Mahmud juga
mesti juga mereka berihram ketika
melakukan ijtihad. Hasil dari ijtihadnya
melewatinya, dan tidak wajib membayar
melahirkan pendapat baru, yaitu bahwa
dam
miqat bagi penumpang pesawat terbang
menjadikan miqat tersebut lebih utama
adalah Jedah dimana pesawat turun di
dari
bandara King Abdul Aziz Jedah. Sjech
pesawat,karena
Zaid
menjadikan miqat di atas udara atau di
beralasan
masalah
pesawat ini
bahwa
hikmah
ketika
melewatinya.
Jedah
bagi
penumpang
tidak
tegah
sekarang karena keadaan tempat-tempat
melakukan apa yang harus dilakukan
tersebut merupakan jalan/gerbang yang
oleh
dilalui manusia menuju Mekah, dimana
menanggalkan pakaian, mandi, shalat,
mereka datang dari negeri mereka
dan melakukan seluruh sunah-sunah
menuju Mekah. Hari ini Jedah telah
ihram. Apa lagi di atas pesawat tidak
menjadi gerbang bagi semua jemaah haji
ada kamar mandi, dan tempat shalat.
orang
dan
mungkin
meletakkan miqat pada tempat yang
penumpang pesawat terbang, bukan
lautan
Tidak
yang
Adapun
sulit
ketika
berihram
bagi
itu
semisal
penumpang
miqat-miqat negeri mereka. Yang mana
pesawat yang terbang di atas tempat-
mikat tersebut tidak lagi menjadi pintu
tempat miqat tidak mesti berihram dan
gerbang
tidak
bagi
mereka.
Karena
membayar
dam
dengan
sesungguhnya mereka melewati miqat
meninggalkan dan melewatinya tanpa
tersebut
ihram, karena Rasulullah saw telah
ketika
mereka
terbang
di
atasnya. Karena itu jika penumpang
bersabda:
pesawat harus bermiqat, maka ketika itu wajib menentukan miqat bagi mereka
هن لهن و لمن أتى عليهن من غير أهلهن Maka penumpang yang terbang di atas
sebagaimana Umar menentukan Zatu
udara miqat tersebut tidak dinamakan
‘Irqin sebagai miqat bagi penduduk Irak
mendatanginya, karena terbang di atas
disaat
udaranya ( al-tahliq fi sama’iha ) tidak
mereka
membutuhkannya.
Adalah baik menetapkan Jedah sebagai
dinamakan
dengan
miqat bagi mereka, karena mereka
mendatanginya)
dalam perjalan menuju Mekah tidak
maupun secara kebiasaan (‘uruf), karena
melewati kecuali melalui Jedah, maka
mendatangi sesuatu secara bahasa dan
baik
ityan
‘alaiha
secara
(
bahasa
‘uruf adalah sampai kepadanya (pada Basri Naali
307
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
tempatnya). Orang yang terbang di atas
upaya
udara miqat tidak sampai kepadanya,
menggunakan mashlahah mursalah ketika
karena itu ia tidak mendatanginya,
menetapkan suatu hukum syara’( al-
maka tidak berlaku padanya orang yang
istidlal bi al-mashlahah al-mursalah ‘ala al-
datang kepadanya. Oleh karena itu tidak
hukm al-syar’i). 16 Dengan demikian ada
wajib baginya ihram ketika terbang di
perbedaan antara mashlahah mursalah
udara dan tidak berdosa melewatinya
dengan ishtishlah. Istishlah merupakan
tanpa ihram.
menetapkan hukum baru sesuai dengan
1. Metode al-Istishlah.
penelusuran
kemaslahatan
Istishlah merupakan istilah lain yang digunakan oleh para ulama bagi
mursalah
dalil
sementara
adalah
dengan
mashlahah
kemashlahatn
itu
sendiri.
mashlahah mursalah, selain daripadanya
Masalah
istihslah
adalah al Munâsib al Mursal dan adapula
permasalahan
istidlal
mashlahah
perdebatan di kalangan para ulama.
muthlaqah. Ketiga istilah itu bermuara
Perlu kita ketahui bahwa yang menjadi
pada
yaitu
perbedaan pendapat adalah pada posisi
mashlahah. Mashlahah memiliki makna
mashlahah mursalah dijadikan sebagai
yang sama dengan manfaat dan arti dan
salah
wazannya. Ia merupakan mashdar yang
Sedangkan
bermakna
lafadz
mursalah sebagai suatu kemaslahatan
manfa’at bermakna al naf’u. semua
yang harus dijaga sebagaimana tujuan
lafadz mashlahah mengandung makna
syar’iat,
manfaat
menyepakatinya.
al
mursal
satu
serta
permasalahan
al
baik
shilâh
seperti
secara
asal
maupun
melalui suatu proses. Manfaat yang
satu
hamba-Nya
pada
menjadi
hukum
posisi,
bahan
Islam.
mashlahah
seluruh
ulama
6. Metode Al-Zhahiri Menurut Hanusah ada tiga
dalam
karakteristis yang menjadi ciri khas dari
menjaga agama, jiwa, akal, keturunan
metode ini, yaitu tidak mau melakukan
dan harta mereka.15
ta’lil
Secara
adalah
sumber
maka
dimaksud oleh pembuat hukum syara’ kepada
yang
merupakan
etimologi
istishlah
terhadap
melakukan
hukum,
takwil,
tidak
dan
mau
berpegang
mengandung arti mencari kemaslahatan
kepada makna yang lansung dipahami
(thalab al-shalah) sebagai lawan dari kata
dari
istifsad
maqasid syariah baik dalam memahami
(melakukan
mafsadah).
Sedangkan pengertian istislah adalah
nash
tanpa
memperhatikan
maupun dalam penerapan hukum. Sementara
Yusuf
17
al-Qaradhawi
Muhammad Said Ramadhan al Buthiy, Dhawabit al Maslahah Fî al Syarî’ati al Islâmiyyah, (Beirut : Muassasah al Risâlah, 2001), hal 27
mengatakan terdapat empat landasan
Basri Naali
308
15
16 17
Hasunah, op.cit, h.175 Hanunah, op.cit, h.265 Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
yang dipakai oleh Zhahiri di dalam
atau diduga akan terjadi. 22 Di antara
ijtihadnya.
bentuk
Pertama
memahami
subhat
dalil
adalah
nash/teks secara literal tanpa melihat
mengugunakan dalil yang lemah, alasan
kepada illat dan maksud-maksud yang
dharurah
terkandung dalam teks tersebut. Kedua
dilakukan pengkajian yang mendalam
mengingkari ta’lil hukum yang berasal
tidak demikian keadaannya.
,mashlahah,
padahal setelah
dari akal dan ijtihad manusia. Ketiga
Di antara contoh metode ini
kurang menghargai akal dan cenderung
adalah tentang halalnya bunga bank
tidak
untuk
sebagaimana
difatwakan
memahami teks. Keempat menempuh
Muhammad
Abduh,
jalan
Abdul Mun’im al-Namr, Ma’ruf al-
menggunakan sulit
akal
(tasyaddud)
dalam
menetapkan hukum. 18
Dhawalibi,
Salah satu bentuk ijtihad yang dihasilkan oleh metode ini adalah
oleh
Rasyid
Muhammad
Sjech Ridha,
Sayid
al-
Thanthawi (mantan mufti Mesir dan mantan sjech al-Azhar).23
mengugurkan kewajiban zakat harta perdagangan,
19
zakat
fitrah
harus
Penutup
dikeluarkan dalam bentuk makanan saja,20dan mengharamkan dengan keras
Dari paparan di atas dapat di
foto sebagaimana yang manusia zaman
simpulkan bahwa terdapat tujuh tipologi
sekarang dan televisi.
metode ijtihad yang dipakai oleh ulama
7.
Metode
21
al-Taswighi
(Mencari
Pembenaran/Justifikasi).
kontemporer permasahan
Yaitu berpegang dengan subhat
Tipologi
di
dalam
hukum
tersebut
menjawab
yang
dihadapi.
adalah:
Mazhabi,
dalil ( sesuatu yang menyerupai dalil)
intiqa’i, insya’i, intiqa’i insya’i, ishtislahi,
padahal bukanlah dalil sehingga sesuatu
zhahiri, dan tasywiqi
yang
terlarang
dibolehkan/
tanpaknya masyru’
seperi untuk
Daftar Pustaka
menjustifikasi suatu realita yang terjadi Yusuf al-Qaradhawi, Dirasah fi Fiqh Maqasid al-Syari’ah baina al-Maqasid al-Kulliah wa al-Nusush al-Juziyah,( Kairo: Dar al-Syuruq, 2008), h.62-65 19 Ibid, h. 69 20 Ibid, h. 72 21 Lihat fatwa Sjech Ibn Usaimin dan Sjech Bin Baz, dalam Khalid ibn Abdurrahman al-Juraisi, Fatawa ‘Ulama al-Balad al-Haram, (Riyad: Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyah, 2011), h.417-429 18
Basri Naali
Abul Qadir al-Razi,Muhammad ibn Abu Bakar Abdul Qadir al-Razi, Muhktar al-Shihah, Bairut: Dar alJail,1987 22 23
309
Hasunah, op.cit, h. 358 Ibid, h. 382
Tipologi Metode Ijtihad........
ALHURRIYAH : Jurnal Hukum Islam
Hamid Hasunah, Arif Iz al-Din, Manahij al-Ijtihad al-Fiqh al-Mu’ashir, Yordan: Kulliyah al-Dirasah al‘Ulya,2005)
Vol 1, No 2, Juli – Desember 2016
Usaimin, Ibn dan Sjech Bin Baz, dalam Khalid ibn Abdurrahman alJuraisi, Fatawa ‘Ulama al-Balad alHaram, Riyad: Maktabah al-Malik Fahd al-Wathaniyah, 2011
al-Khin, Mustafa Sa’id, Dirasah Tarikhiyah li al-Fiqh wa Ushulihi, Suriah: Al-Syrkah al-Muttahidah li al-Tauzi’, 1984 Zaidan, Abdul KarimAl-Madkhal Lidirasah al-Syari’ah al-Islamiyah, Bairut: Muassasah al-Risalah, 1995 Abu al-‘Ainain Badran, Badran, Tarikh al-Fiqh al-Islami, Bairut: Dar alNahdhah al-Arabiyah,1968 al-Al-Zarqa’,Mustafa Ahmad, AlMadkhal al-Fiqh al-‘Am, (Bairut: Dar al-Qalam, 1998,), h.225 al-Asyqar,Umar Sulaiman, Tarikh alFiqh al-Islami, Kuwait: Maktabah al-Falah, 1982 al-Qaradhawi,Yusuf, Al-Ijtihad fi alSyari’ah al-Islamiyah, Kuwait: Dar al-Qalam li al-Nasyr wa alTauzi’,1989 ____________ Dirasah fi Fiqh Maqasid alSyari’ah baina al-Maqasid al-Kulliah wa alNusush al-Juziyah, Kairo: Dar al-Syuruq, 2008 al- Buthiy,Muhammad Said Ramadhan, Dhawabit al Maslahah Fî al Syarî’ati al Islâmiyyah, Beirut : Muassasah al Risâlah, 2001
Basri Naali
310
Tipologi Metode Ijtihad........