IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi saat muncul akar, jumlah daun, pertambahan tinggi tanaman. Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Perkecambahan biji adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embryonic axis didalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit (seedling). Biji untuk dapat berkecambah memerlukan persyaratan baik dalam biji itu sendiri maupun persyaratan lingkungan. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Tipe perkecambahan ada dua macam, tipe yaitu sebagai berikut. a. Tipe perkecambahan di atas tanah (Epigeal) Tipe ini terjadi, jika plumula dan kotiledon muncul di atas permukaan tanah. Contoh: perkecambahan kacang hijau (Vigna radiata)
Tipe perkecambahan epigeal 13
14
b. Tipe perkecambahan di bawah tanah (Hipogeal) Tipe ini terjadi, jika plumula muncul ke permukaan tanah sedangkan kotiledon tinggal di dalam tanah. Contoh: perkecambahan kacang kapri (Pisum sativum), Jagung (Zea mays)
Tipe perkecambahan hipogeal Pengujian benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya tidak dapat diulang dengan konsisten. Karena itu, pengujian dilaboratorium dilaksanakan
dengan
mengendalikan
faktor
lingkungan
agar
mencapai
perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan benih. Kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya. Terdapat bermacam-macam metode uji perkecambahan benih, setiap metode memiliki kekhususan tersendiri sehubungan dengan jenis benih diuji, jenis alat perkecambahan yang digunakan, dan jenis parameter viabilitas benih dinilai. Berdasarkan substratnya, metode uji perkecambahan benih dapat digolongkan kedalam menggunakan kertas, pasir dan tanah. A. Variabel pengamatan Pertumbuhan 1. Kecepatan kecambah Kecepatan kecambah diukur pada benih yang dikecambahkan berumur 4 hari setelah tanam dengan tujuan untuk mengetahui vigor benih. Benih yang
15
mempunyai kecepatan kecambah yang tinggi maka akan menghasilkan tanaman yang lebih tahan terhadap keadaan yang kurang menguntungkan. Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan kecepatan kecambah biji bawang merah :
kecepatan kecambah Kecepatan Kecambah (%)
100 88g 88g
90 78.64f
80 70 60 50
64de 56c
81.32f 68e 69.32e 66.64e
58.64cd 57.32c 45.32b
40 33.32a 30 20 10 0
Gambar 1. Hasil pengamatan histogram kecepatan kecambah biji bawang merah pada hari ke-4 setelah perkecambahan Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecepatan kecambah. Dilihat dari histogram di atas (Gambar 1), presentasi kecepatan kecambah tertinggi pada perlakuan IBA 50 ppm dan 100 ppm dengan nilai 88,00% (Gambar 1) dan presentasi kecepatan kecambah terendah pada kontrol dengan nilai 33,3%. Pemberian ZPT dengan berbagai tingkat konsentrasi dapat mempercepat kecepatan kecambah bawang merah. Hal ini ditunjukkan bahwa masing-masing penggunaan ZPT (NAA, IAA, IBA dan GA3) (Lampiran 5) mempunyai nilai
16
yang berbeda nyata dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol (Lampiran 7). Hasil presentasi kecepatan kecambah tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berkecambah dari biji bawang merah tersebut tergolong baik dan normal serta memiliki keseragaman yang tinggi.
Gambar 2. Kecepatan kecambah tertinggi pada pemberian ZPT IBA 50 ppm & 100 ppm 2. Daya kecambah Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan berumur 7 hari setelah tanam (McCormack 2004). Daya kecambah merupakan suatu parameter viabilitas biji yang dapat digunakan untuk mengukur mutu dari fisiologis benih. Tujuan dari pengujian daya kecambah ini yaitu untuk memperoleh informasi akan kemampuan benih untuk dapat tumbuh normal dalam keadaan lapangan yang optimum (Maemunah 2010). Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan daya kecambah biji bawang merah:
17
Daya Kecambah (%)
daya kecambah 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
84fg 76ef
66.64cd 64bc 64bc
90.64g 92g 85.32g 74.64b
76ef 74.64de 73.32de
41.32a
Gambar 3. Hasil pengamatan histogram daya kecambah biji bawang merah pada hari ke-7 setelah perkecambahan Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan macam-macam zat pengatur tumbuh dan berbagai tingkat konsentrasi tersebut memberikan perbedaan sangat nyata terhadap hasil daya kecambah. Berdasarkan hasil perlakuan (Gambar 3) hasil presentasi daya kecambah yang mempunyai keseragaman tinggi tersebut menunjukkan bahwa biji tersebut telah siap untuk berkecambah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor antara lain yaitu faktor genetis dari biji, kandungan air dalam biji tersebut dan faktor lingkungan, selain itu dimungkinkan karena komponen bahan dalam biji tersebut sudah masak. Hasil presentase daya kecambah tertinggi yaitu pada perlakuan IAA 50 ppm dan IBA dengan semua konsentrasi dan daya kecambah terendah pada perlakuan kontrol. Pada biji apabila kecepatan berkecambahnya tinggi maka daya kecambahnya tinggi, tetapi belum tentu daya kecambah yang tinggi memiliki kecepatan kecambahnya tinggi.
18
Gambar 4. Daya Kecambah tertinggi IBA 100 ppm 3. Tinggi bibit Menurut Purnomo (2010), pertumbuhan dapat diukur dari pertambahan panjang, lebar atau luas, pertambahan volume, dan berat suatu bagian taaman. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati, baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah diamati (Sitompul dan Guritno 1995). 6 5 4 7 HST
3
14 HST 2
21 HST
1
30 HST
0 25 50 100 25 50 100 25 50 100 25 50 100 ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm Kontrol
NAA
IAA
IBA
GA3
Gambar 5. Grafik rerata tinggi tinggi tanaman (cm) sampai umur 30 hari HST
19
Hasil pengamatan rata-rata tinggi bibit bawang merah selama 30 hari setelah tanam (HST) pada berbagai kombinasi perlakuan disajikan pada grafik diatas. Pada grafik diatas pertumbuhan tanaman mengalami peningkatan dan pertumbuhan tertinggi pada hari ke 30 setelah tanam. Hasil pertumbuhan tertinggi pada perlakuan IBA ( Lampiran 7) dengan konsentrasi 25 ppm. Hasil sidik ragam tinggi tanaman (Lampiran 2), perlakuan ZPT dan tingkat konsentrasi zat pengatur tumbuh memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman bawang merah. Berdasarkan histogram (Ganbar 6) menunjukkan bahwa bibit bawang merah yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan tinggi yang sangat nyata dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT dapat meningkatkan tinggi tanaman bawang merah. Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan tinggi bibit bawang merah :
Tinggi Bibit 5.22bcde
6
Tinggi Bibit (cm)
5
4.3a
5.62e 5.52de 5.41cde 5.31cde 5.44cde 5.12bcde 5.28bcde 5.05bcde 4.86abcd 4.76abc 4.54ab
4 3 2 1 0
Gambar 6. Hasil pengamatan histogram tinggi bibit bawang merah
20
Tinggi tanaman yang diberi zat pengatur tumbuh dengan berbagai konsentrasi mempunyai tinggi yang lebih dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman kontrol. Pada perlakuan NAA (Lampiran 7) dengan semua tingkat konsentrasi, pada perlakuan IAA 50 dan 100 ppm, pada perlakuan IBA (Lampiran 7) dengan semua tingkat konsentrasi dan pada perlakuan GA3 50 ppm tidak berbeda nyata antar perlakuan ZPT dan konsentrasi, hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi menunjukkan tanaman semakin tinggi dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan ZPT dengan berbagai konsentrasi. Untuk meningkatkan tinggi tanaman perlu ditambahkan ZPT, setidaknya 25 ppm. Pada konsentrasi tinggi, pengaruh yang ditimbulkan akan lebih cepat dari pada konsentrasi rendah, namun tingkatnya masih dalam ambang terbatas karena ZPT dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit (Weaver 1971).
Gambar 7. Tinggi bibit bawang merah 4. Panjang akar Akar merupakan salah satu bagian terpenting dan berperan dalam penyerapan unsur hara bagi tanaman. Panjang akar berhubungan dalam jangkauan dalam mendapatkan unsur hara pada media tumbuhnya, semakin panjang akar maka jangkauan penyerapannya lebih luas.
21
Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang akar bawang merah. Berdasarkan histogram (Gambar 8) menunjukkan bahwa pemberian ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan hasil panjang akar yang lebih dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT jenis NAA, IAA, IBA dan GA3 (Lampiran 5) dapat meningkatkan panjang akar tanaman bawang merah. Giberelin merupakan fitohormon yang mempengaruhi peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang batang dan akar pada tanaman (Abidin 1991). Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan panjang akar biji bawang merah :
Panjang Akar 1.87d
2 1.8 1.6
Panjang Akar (cm)
1.4
1.55abcd
1.64bcd 1.63bcd
1.8cd 1.74bcd
1.69bcd 1.49abc
1.74cd 1.69bcd
1.38ab 1.25a
1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0
Gambar 8. Hasil pengamatan histogram panjang akar bawang merah
1.8cd
22
Panjang akar bawang merah yang diberi zat pengatur tumbuh dengan berbagai konsentrasi mempunyai tinggi yang lebih dan berbeda sangat nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman kontrol kecuali (NAA 25 dan 50 ppm dan IAA 100 ppm tidak berbeda nyata dengan control (Lampiran 7)). Pada perlakuan NAA 25 dan 100 ppm, pada perlakuan IAA 25 dan 50 ppm, pada perlakuan IBA dengan semua tingkat konsentrasi dan pada perlakuan GA3 (Lampiran 7) dengan semua tingkat konsentrasi tidak berbeda nyata antar perlakuan ZPT dan konsentrasi, hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi menunjukkan akar tanaman yang semakin panjang dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan ZPT dengan berbagai konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa ZPT dengan berbagai konsentrasi mampu memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan panjang akar dan batang, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Auksin mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dormansi apical, fototropisme dan geotropisme (Wareing and Philips 1981). Proses pemberian hormon harus memperhatikan jumlah dan konsentrasinya agar didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat. Konsentrasi dan jumlah hormon ini sangat tergantung pada faktor-faktor seperti waktu/lamanya pemberian hormon, cara pemberian hormon, yang digunakan. Berdasarkan pengalaman kelompok auksin yang baik untuk perakaran terutama untuk tanaman kehutanan Dipterocarpaceae adalah dari kelompok IBA (Indole Butyric Acid) (Irwanto 2001).
23
5. Jumlah kecambah normal Suatu benih dikatakan tumbuh
normal bila perkecambahan benih
tersebut menunjukkan kemampuan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bibit tanaman yang baik dan normal pada lingkungan yang telah disediakan yang sesuai dengan kepentingan pertumbuhan tumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Berikut ini kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah (a) Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik (b) Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna. Dengan kriteria tersebut kecambah normal diambil lalu dipisahkan dari benih yang belum berkecambah. Jumlah kecambah normal tersebut kemudian dihitung. Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan kecambah normal biji bawang merah :
Kecambah Normal 25
22.66f 23f 21.66ef
21ef
Jumlah Kecambah
20
19.66de 17.66cd 16.66bc 16.33bc
19.66de 19.66de 18.33cd
15b
15 10.33a 10 5 0
Gambar 9. Hasil pengamatan histogram kecambah normal biji bawang merah
24
Hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan macam ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kecambah normal pada bawang merah. Berdasarkan histogram (Gambar 9) menunjukkan bahwa jumlah kecambah normal bawang merah yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan perbedaan jumlah kecambah yang sangat nyata dengan control (Lampiran 7), hal ini menunjukkan bahwa benih bawang merah yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi menunjukkan hasil pertumbuhan kecambah normal yang tinggi dibandingkan dengan benih yang tanpa diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi. Diantara ZPT dan tingkat konsentrasi, IAA (Lampiran 7) 50 ppm dan IBA (Lamiran 7) untuk semua konsentrasi memberikan hasil tertinggi pada jumlah kecambah normal bawang merah..
Gambar 10. Kecambah normal 6. Jumlah kecambah abnormal Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah yang digolongkan ke dalam kecambah abnormal yaitu (a) kecambah rusak adalah kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau
25
radikula patah atau tidak tumbuh, (b) kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya dan (c) kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Gambar 11. Kecambah yang tidak normal Hasil sidik ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah kecambah abnormal. Berdasarkan histogram (Gambar 12) menunjukkan bahwa pemberian ZPT dengan berbagai konsentrasi memberikan jumlah kecambah abnormal yang lebih sedikit dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ZPT dapat mengurangi kecambah abnormal tanaman bawang merah.
26
Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan kecambah abnormal biji bawang merah :
Kecambah Abnormal 7 6d 6
Jumlah Kecambah
5 4 3 2 1
2.33c 1.33abc
2bc
1.66abc
1abc
1.33abc 0.33ab
1.33abc
1abc 0.33ab
1.33abc
0a
0
Gambar 12. Hasil pengamatan histogram kecambah abnormal biji bawang merah Hal ini menunjukkan (gambar 12), pada kontrol (Lampiran 7) mempunyai kecambah abnormal yang jumlahnya paling banyak dan berbeda sangat nyata, hal ini menunjukkan bahwa benih bawang merah yang tanpa diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi menunjukkan hasil pertumbuhan yang tidak baik dibandingkan dengan benih yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi. Pada IBA 100 ppm memberikan jumlah kecambah abnormal paling sedikit dan tidak berbeda nyata dengan NAA 50 dan 100 ppm, IAA 25,50 dan 100 ppm, IBA 25 dan 50 ppm, GA3 25 dan 100 ppm, hal ini menunjukkan bahwa benih yang diberi ZPT dengan berbagai konsentrasi menunjukkan semakin sedikit jumlah kecambah abnormal yang muncul. Penggunaan empat jenis ZPT pada penelitian ini terhadap hasil kecambah abnormal menunjukkan
27
bahwa setiap jenis hormon mempunyai tingkat konsentrasi yang berbeda-beda dalam memberikan hasil yang optimum. 7. Jumlah benih tidak berkecambah Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi (a) Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. (b) Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air. (c) Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.
28
Gambar 13. Benih bawang merah tidak berkecambah Berikut ini akan disajikan histogram hasil pengamatan benih yang tidak berkecambah pada bawang merah:
Kecambah Mati 10 9
8.66e
8.33e
8de
8
Jumlah Kecambah
7
6cd
6
5bc
5bc
5 4 3
4abc 3ab
3.33ab 2.66a
2.33a
2a
2a
2 1 0
Gambar 14. Hasil pengamatan histogram kecambah mati biji bawang merah Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ZPT berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kecambah mati (Lampiran 2). Pada histogram diatas (Gambar 14), menunjukkan bahwa tanaman yang tidak diberi ZPT (perlakuan kontrol)
29
mempunyai jumlah kecambah mati yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang diberi ZPT. Perlakuan IAA 50 ppm, IBA semua konsentrasi dan GA3 50 dan 100 ppm tidak berbeda nyata dan mempunyai jumlah kecambah mati yang paling sedikit, hal ini menunjukan bahwa benih yang diberikan ZPT dengan berbagai konsentrasi akan menghasilkan jumlah kecambah mati yang lebih sedikit dibandingkan dengan benih bawang yang tidak diberi perlakuan. Jadi benih yang tidak diberi larutan ZPT dengan berbagai konsentrasi banyak yang tidak berkecambah dibandingkan benih yang diberi larutan ZPT dengan berbagai konsentrasi. Penggunaan empat jenis ZPT pada penelitian ini terhadap hasil kecambah mati menunjukkan bahwa setiap jenis hormon mempunyai tingkat konsentrasi yang berbeda-beda dalam memberikan hasil yang optimum.
30
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan berbagai macam ZPT (NAA, IAA, IBA dan GA3) mampu memacu perkecambahan biji bawang merah varietas tuk-tuk. 2. Pemberian ZPT jenis IBA dengan konsentrasi 100 ppm menunjukkan hasil yang paling baik dilihat dari kecepatan kecambah, daya kecambah, panjang akar , kecambah normal, kecambah abnormal, dan kecambah mati.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan zat pengatur tumbuh IBA pada perkecambahan biji bawang merah varietas tuk tuk. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan menggunakan konsentrasi antara 50-100 ppm.