11
II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Landasan Teori
Landasan teori merupakan konsepsional mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka akan mengutip beberapa penjelasan yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, seperti di bawah ini :
B. Tinjauan Pustaka
1.
Pengertian dan Pendekatan Ilmu Geografi
Geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi dan graphien yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja, 1988:30). Selanjutnya geografi dapat diartikan sebagai ilmu yang melukiskan tentang bumi.
Geografi juga mencari penjelasan bagaimana tata laku subsistem lingkungan fisikal di permukaan bumi dan bagaimana manusia menyebarkan dirinya sendiri di permukaan bumi dalam kaitannya dengan faktor fisikal lingkungan dan dengan manusia lain (Ad Hoc Commite on Geography, the science of geography dalam Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno, 1979:9).
12
Berdasarkan pendapat tersebut, maka geografi dapat ditafsirkan sebagai ilmu mengenai bumi dan segala sesuatu yang berada di dalamnya, baik yang bersifat fisik dan non fisik dimana manusia sangat berpengaruh penting dengan keadaan alam di permukaan bumi. Akhirnya manusia akan terus beradaptasi dengan alam selama manusia tersebut masih mampu dan menjangkaunya demi memenuhi kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, (1979:12) manyatakan bahwa : dalam
geografi
terpadu
(integrated
geografhy),
untuk
mendekati
atau
menghampiri masalah dalam geografi digunakan bermacam-macam pendekatan atau hampiran (approach), yaitu pendekatan analisis keruangan (spasial analysis), analisis ekologi (ecological analysis) dan analisis kompleks wilayah (regional complex analysis). Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis keruangan (spasial analysis) dimana bertujuan untuk melihat persebaran penggunaan ruang di permukiman kumuh terhadap upaya rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan air bersih Kelurahan Kota Karang Kota Bandar Lampung.
2.
Pengertian Rumah Tangga
Rumah tangga adalah mengurus rumah tangga, berkeluarga, berumah tangga yaitu kawin, beristri atau bersuami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2007:734), menjelaskan bahwa rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus dan biasanya tinggal bersama serta makan bersama dari satu dapur, yang dimaksud dengan satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola menjadi
13
satu (http://www.datastatistik-indonesia.com/content/view/928/950/),yang diakses Minggu, 10 Januari 2010 pukul 19.30 WIB. Selain rumah tangga yang terdiri dari bapak, ibu, dan anak, yang juga dianggap sebagai rumah tangga antara lain: a.
Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus dan mengurus makannya secara sendiri.
b.
Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu dapur asal kedua bangunan tersebut masih dalam satu segmen.
c.
Suatu rumah tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang.
d.
Pengurus asrama, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta anggota rumah tangga lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya.
Biasanya istilah rumah tangga dan keluarga sering dicampur adukkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengertian rumah tangga lebih mengacu pada sisi ekonomi, sedangkan keluarga lebih mengacu pada hubungan kekerabatan, fungsi sosial dan lain sebagainya.
3.
Permukiman Kumuh
Permukiman sering disebut perumahan dan atau sebaliknya. Permukiman berasal dari kata housing dalam bahasa inggris yang artinya adalah perumahan dan kata human settlement yang artinya permukiman. Perumahan memberikan kesan tentang rumah atau kumpulan rumah beserta prasarana dan sarana ligkungannya. Perumahan menitiberatkan pada fisik atau benda mati, yaitu houses dan land settlement. Sedangkan pemukiman memberikan kesan tentang pemukim atau
14
kumpulan pemukim beserta sikap dan perilakunya di dalam lingkungan, sehingga pemukiman menitikberatkan pada sesuatu yang bukan bersifat fisik atau benda mati yaitu manusia (human). Dengan demikian perumahan dan permukiman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan sangat erat hubungannya, pada hakekatnya saling melengkapi.
Sedangkan kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan. Adapun Ciri-Ciri Permukiman Kumuh menurut Prof. DR. Parsudi Suparlan ciri-ciri permukiman kumuh adalah : a.
Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.
b.
Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruangannya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.
c.
Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.
d.
Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai : 1) Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.
15
2) Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW. 3) Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, bukan hunian liar. e.
Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen, warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat, permukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.
f.
Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informil.
4.
Kebutuhan air bersih
Yaitu banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-hari misalnya mandi, mencuci, memasak, kakus dan lain sebagainya. Sumber air bersih untuk kebutuhan hidup sehari-hari secara umum harus memenuhi standar kuantitas dan kualitas.
Ditinjau dari segi kuantitas, air adalah salah satu diantara kebutuhan hidup yang paling penting. Air termasuk dalam sumber alam yang dapat diperbaharui, karena secara terus menerus dipulihkan melalui siklus hidrologi yang berlangsung menurut kodrat. Namun air merupakan sumber alam yang lain dari pada yang lain dalam arti bahwa jumlah keseluruhan air yang bisa didapat di seluruh dunia adalah tetap.
16
Kebutuhan dasar air bersih adalah jumlah air bersih minimal yang perlu disediakan agar manusia dapat hidup secara layak yaitu dapat memperoleh air yang diperlukan untuk melakukan aktivitas dasar sehari-hari (Sunjaya dalam Karsidi, 1999 : 18). Ditinjau dari segi kuantitasnya, kebutuhan air rumah tangga menurut Sunjaya adalah : a.
Kebutuhan air untuk minum dan mengolah makanan 5 liter/orang/hari.
b.
Kebutuhan air untuk higien yaitu untuk mandi dan membersihkan dirinya 25 – 30 liter/orang/hari.
c.
Kebutuhan air untuk mencuci pakaian dan peralatan 25 – 30 liter/orang/hari.
d.
Kebutuhan air untuk menunjang pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi atau pembuangan kotoran 4 – 6 liter/orang/hari, sehingga total pemakaian perorang adalah 60 – 70 liter/hari di kota. Jurnal Urip Santoso (http;//uripsantoso.wordpress.com/2010/01/18/kualitasdan-kuantitas-air-bersih-untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia).
Banyaknya pemakaian air tiap harinya untuk setiap rumah tangga berlainan, selain pemakaian air tiap harinya tidak tetap banyak keperluan air bagi tiap orang atau setiap rumah tangga itu masih tergantung dari beberapa faktor diantaranya adalah pemakaian air di daerah panas akan lebih banyak dari pada di daerah dingin, kebiasaan hidup dalam rumah tangga misalnya ingin rumah dalam keadaan bersih selalu dengan mengepel lantai dan menyiram halaman, keadaan sosial rumah tangga semakin mampu atau semakin tinggi tingkat sosial kehidupannya semakin banyak menggunakan air serta pemakaian air dimusim panas akan lebih banyak dari pada dimusim hujan.
17
Menurut Djasio Sanropie, dkk dalam Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih (1984:42), untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari khususnya bagi masyarakat Indonesia mengatakan bahwa : di daerah perkotaan pemakaian air bersih rata-rata/orang/hari antara 100 - 150 liter/orang/hari, dengan minimum 86,4 liter perkapita per hari atau (= 1 liter/detik untuk 1.000 orang) dan untuk daerah pedesaan di negara-negara berkembang dapat diambil angka hasil studi WHO yakni sebanyak 60 liter/orang/perhari. Jumlah itu digunakan untuk keperluan memasak (makan minum), mencuci, mandi, siraman kakus dan lainnya. Dimana jumlah kebutuhan air bersih untuk berbagai jenis kota atau desa sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk.
Selain itu menurut badan dunia UNESCO pada Tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air yaitu sebesar 60 liter/orang/hari. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum membagi lagi standar kebutuhan air minum tersebut berdasarkan lokasi wilayah sebagai berikut : 1) Pedesaan dengan kebutuhan 60 liter/per kapita/hari. 2) Kota Kecil dengan kebutuhan 90 liter/per kapita/hari. 3) Kota Sedang dengan kebutuhan 110 liter/per kapita/hari. 4) Kota Besar dengan kebutuhan 130 liter/per kapita/hari. 5) Kota Metropolitan dengan kebutuhan 150 liter/per kapita/hari.
5.
Sumber Air Bersih
Keberadaan air di muka bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan berputar secara terus menerus sehingga merupakan suatu siklus (daur) ulang yang
18
disebut dengan siklus hidrologi, dimana prinsip dasar dari siklus ini adalah berupa sirkulasi dari penguapan, presifitasi dan pengaliran air.
Pada dasarnya air yang banyak dimanfaatkan manusia adalah air yang berada dipermukaan maupun di dalam tanah, walaupun dalam mendapatkannya akan berbeda dari sumber-sumber yang terdapat pada daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai dengan kondisi iklim, curah hujan, bentuk topografi serta faktor iklim dan cuaca lainnya yang juga berbeda pada tiap wilayah tersebut.
Pendapat lain yang mengemukakan tentang sumber-sumber air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah : Soerdjani dan Rofiq Ahmad (1987;60) yaitu di Indonesia jumlah dan pemakaian air untuk keperluan rumah tangga bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer yang ketersediaannya sangat ditentukan oleh air atmosfer yang dikenal dengan air hujan.
Djajat Suharjda dan F.G. Winarno dalam Bambang Setiawan (1995:13) mengemukakan ada tiga sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga yaitu : a.
Air Angkasa Air angkasa adalah air yang jatuh ke bumi berupa air hujan dengan sifat-sifat sebagai berikut : 1) Bersifat lunak (soft water) karena tidak/kurang mengandung larutan garam dan mineral sehingga terasa kurang segar. 2) Dapat mengandung beberapa zat yang ada di udara seperti NH3 dan CO2 agresif sehingga bersifat korosif.
19
3) Dari segi bakteriologi relatif lebih baik, sangat tergantung pada tempat penampungannya. 4) Besarnya curah hujan di suatu daerah merupakan patokan yang utama dalam perencanaan penyediaan air bagi rumah tangga. b.
Air Tanah Air tanah adalah air yang tersimpan atau terperangkap di dalam lapisan tanah batuan yang mengalami pengikisan atau penambahan secara terus menerus oleh alam. Keuntungan dari pemanfaatan air tanah adalah pada umumnya bebas dari bakteri patogen, pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut. Adapun kerugian-kerugian dari pemanfaatan air tanah ini yaitu : air tanah sering kali mengandung mineral-mineral seperti Fe, Mn, Cair dan sebagainya, biasanya membutuhkan pemompaan.
c.
Air Permukaan Air permukaan adalah air yang terdapat di permukaan tanah yang berasal dari air hujan yang jatuh ke bumi dan kemudian mengalir berupa air sungai, air danau, air laut, maupun air hujan yang meresap ke dalam tanah dan keluar kembali ke sunga, danau dan laut. Umumnya kualitas air permukaan ini kurang baik untuk langsung dikonsumsi oleh manusia, karena air permukaan mudah terkena pengotoran. Maka air permukaan ini biasanya perlu dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk meningkatkan kualitas air tersebut.
6.
Upaya Mendapatkan Air Bersih
Banyak cara yang dilakukan oleh penduduk kota dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih terutama dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga diantaranya
20
kebutuhan untuk mencuci, memasak, mandi dan sebagainya. Upaya yang dilakukan diantaranya yaitu dengan cara membuat sumur gali, pengelolaan, penampungan air hujan ataupun dengan cara membeli. a.
Pembuatan Sumur Gali Di Indonesia sumur gali merupakan sumber pengambilan air tanah yang banyak diterapkan di pedesaan maupun di perkotaan yang sedang berkembang, karena sumur gali ini relatif mudah pembuatannya dan tidak memerlukan alat yang spesifik dan biasanya relatif murah. Jika dilihat dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, karena selain dipengaruhi musim juga sangat besar kemungkinan untuk mendapatkan pencemaran. Namun demikian untuk memperkecil
kemungkinan
terjadinya
pencemaran
dapat
diupayakan
pencegahannya, misalnya dengan pembuatan cincin dan dinding sumur, pembuatan lantai sumur yang kedap air, pemberian tutup dan cara pengambilan air yang baik serta jarak sumur dengan sumber pencemaran. b.
Pengelolaan Pengelolaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Totok Sutrisno dkk, 1987:51). 1) Penampungan Air Hujan (PAH) Penampungan air hujan merupakan sumber penyediaan air bersih yang tepat untuk daerah yang tidak mempunyai atau sulit mendapat sumber air
21
seperti mata air dan air tanah. Penampungan air hujan ini merupakan sarana penyediaan air bersih yang berasal dari air angkasa. 2) Membeli Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih dengan cara membeli biasanya lebih banyak dilakukan oleh penduduk yang berada di kota-kota besar. Seperti yang dikemukakan oleh Bintarto (1984:56) ”... dengan adanya pencemaran air bersih yang berasal dari sumur maupun berasal dari sungai, memaksakan penduduk untuk menggunakan air bersih dengan cara membeli”. Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka dalam penelitian ini hanya akan mengkaji pemenuhan kebutuhan air bersih dengan cara membeli. Membeli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah membeli melalui perantara orang lain yang sumber airnya berasal dari sumur bor, PAM atau sejenisnya.
C. Kerangka Pikir
Manusia tidak dapat lepas dari penggunaan air dalam kehidupannya. Manusia juga tidak dapat mencarikan bahan pengganti dari air, sehingga manusia akan selalu tergantung kepada air. Karena ketergantungan manusia terhadap air tersebut, maka sering menimbulkan masalah-masalah kekurangan air terutama untuk keperluan rumah tangga sehari-hari. Kebutuhan akan air merupakan kebutuhan pokok dalam rumah tangga yang kegunaannya sangat vital, seperti untuk minum, mandi, memasak, mencuci dan sebagainya.
22
Penggunaan air untuk rumah tangga haruslah memenuhi syarat atau standar kualitas air yang telah ditentukan, mengingat bahwa air adalah tempat hidup dan berkembangnya berbagai penyakit. Bila air yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak memenuhi kriteria tersebut maka rumah tangga tersebut akan melakukan berbagai upaya-upaya. Berbagai upaya-upaya yang dilakukan untuk mendapatkan air bersih tersebut disesuaikan dengan kondisi dan teknologi yang ada, misalnya dengan mencari sumber air ke tempat lain, memanfaatkan air sungai, melakukan pengolahan dan dengan cara membeli.
Untuk lebih jelas dan terarahnya mengenai kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Keperluan Rumah Tangga Standar Perkotaan (100-150 Liter/Orang/Hari)
Sumber Air Bersih Tidak Tercukupi
Upaya-upaya 1. Mencari Sumber Air 2. Membeli Air Bersih.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir