TINJAUAN PERKERASAN BETON (RIGID PAVEMENT) DENGAN RCC (ROLLER COMPACTING CONCRETE) Yetty Riris Rotua Saragi Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas HKBP Nommensen, Jl. Sutomo No. 4A Medan Email:
[email protected]
ABSTRAK Perkembangan teknologi beton menuntut kinerja beton yang memenuhi kriteria konstruksi, ekonomis, awet dan mudah pengerjaannya. Untuk itu diperlukan bahan tambahan berupa zat kimia tambahan (chemical admixture) dan mineral tambahan (additive). Bahan tambahan kimia (chemical admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan dan additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kekuatan. Beton kering dipadatkan dengan roller (roller compacted concrete/RCC) adalah salah satu contoh perkembangan teknologi beton yang memerlukan chemical admixture berupa Water-reducing dan retarding admixtures agar beton tidak mengeras selama diangkut, mengurangi terjadinya resiko sambungan keras (cold joint) dan Air-entraining admixtures untuk menahan bahaya bila beton mengalami pengulangan pembekuan. RCC juga menggunakan bahan tambahan mineral (aditive) fly ash kelas F (paling banyak digunakan) dan fly ash kelas C. Keuntungan utama konstruksi RCC dipengaruhi beberapa faktor seperti biaya, pelaksanaan konstruksi lebih cepat dan meminimalkan diversi/overtopping. Penggunaan RCC pada perkerasan jalan di Indonesia sudah mulai diminati mengingat Indonesia dihadapkan iklim tropis, curah hujan relatif tinggi yang sangat mempengaruhi kinerja perkerasan jalan sehingga menyebabkan kerusakan sebelum waktunya. Pada perkerasan jalan, RCC tidak memerlukan lapis tambahan asphalt seperti halnya pada metode CTB. Dan saat ini penggunaan kombinasi perkerasan lentur dan perkerasan beton telah dilaksanakan pada proyek-proyek peningkatan badan jalan (pelebaran). Dalam pelaksanaan pemadatan RCC harus segera dilakukan, yaitu 45 menit setelah pencampuran. Dengan RCC pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan dapat lebih cepat dilaksanakan dan tetap dengan mutu yang terjamin.
Kata kunci : beton, chemical admixture, additive, roller compacted concrete (RCC) 1.
PENDAHULUAN
Pekerjaan beton sangat mudah dijumpai pada setiap kegiatan pembangunan konstruksi, diantaranya konstruksi jalan, jembatan, perumahan, bangunan gedung, bendungan dan saluran irigasi. Perkembangan teknologi bahan semakin maju pesat terutama dalam hal perancangan kuat beton dan pengerjaannya. Sifat dan karakteristik material penyusun beton akan mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja yang dihasilkan pada proses pengadaan beton haruslah seragam. Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah : - Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat mudah dikerjakan dan dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis, - Kekuatan tekan, dan - Durabilitas atau keawetan 2.
BAHAN TAMBAHAN BETON
Beton merupakan bahan bangunan yang tersusun atas material pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar), semen dan air. Kualitas dan karakteristik beton akan sangat dipengaruhi oleh material penyusunnya tersebut. Perencanaan campuran beton akan menentukan kuat tekan beton, kemudahan pengerjaan dan besarnya rangkak dan susut beton.
Untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton masih ditambahkan bahan tambahan berupa zat kimia tambahan (chemical admixture) dan mineral tambahan (additive). Penambahan zat kimia atau mineral diharapkan dapat merubah performa dan sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan. Standar pemberian bahan tambahan beton ini diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton. Bahan tambahan admixture ditambahkan saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan pengecoran (placing), sedangkan bahan tambahan additive ditambahkan saat pengadukan dilaksanakan. Bahan tambahan kimia (chemical admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan dan additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kekuatan. Pada dasarnya suatu bahan tambah harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut digunakan dalam racikan beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya. Menurut ACI 212.3R-04, ACI 212.1R-04 fungsi bahan tambahan pada beton segar, beton keras, mortar dan grouting dapat dirangkum dalam Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Fungsi bahan tambahan pada beton segar, beton keras, mortar dan grouting berdasarkan ACI ACI 212.3R-04 - meningkatkan kemudahan dalam pengerjaan tanpa menambah/mengurangi air - meningkatkan/menurunkan waktu pengikatan awal mortar - mengurangi/mencegah perubahan volume beton - mengurangi segresi - meningkatkan kemampuan penetrasi dalam pemompaan beton segar - mencegah/mengurangi kehilangan nilai slum - menghambat/mengurangi perubahan panas selama hidrasi semen pada umur muda - mempercepat laju kenaikan kekuatan beton saat beton berumur muda - meningkatkan kekuatan beton - meningkatkan sifat keawetan/ketahanan beton dari gangguan luar - mencegah/mengurangi kapilaritas air - menurunkan permeabilitas - mengendalikan beton mengembang akibat reaksi alkali
ACI 212.1R-04 - membentuk struktur beton yang baik - meningkatkan kekuatan antara beton dan tulangan - meningkatkan kekuatan terhadap benturan dan abrasi - mencegah korosi pada tulangan baja - memberikan warna pada beton - mengurangi penyusutan
Bahan tambahan sering dipakai untuk beton normal dalam pengecoran diberbagai cuaca, beton ringan (lightweight concrete), beton mutu tinggi (high-strength concrete), beton kinerja tinggi (high-performance concrete), beton kinerja ultra tinggi (ultra high-performance concrete), beton pemadatan mandiri (self-consolidating concrete), beton kering dipadatkan
dengan roller (roller compacted concrete), beton semprot adukan kering/basah (shotcrete), beton polimer (polymer concrete). 2.1
Zat kimia tambahan (chemical admixture)
Berdasarkan ACI 212.3R-10, chemical admixture yang larut dalam air dapat dibedakan menjadi 13 kelompok, yaitu penambahan gelembung udara (air entraining), mempercepat set (accelerating), pengurangan kandungan air dan pengaturan waktu ikatan awal/pengerasan (water-reducing and set-controlling), untuk beton segar (admixture for flowing concrete), pemadatan mandiri (self consolidating concrete), campuran pada cuaca dingin (cold weather admixture system), beton mutu tinggi (very high early strength concrete), memperpanjang waktu set (extended set control), pengurangan susut (shrinkagereducing), pencegah korosi/karat (corrosion-inhibiting), pengurangan reaksi alkali-silika (lithium-admixture), pengurangan permeabilitas (permeability-reducing), dan miscellanious. Menurut standar ASTM.C.494 (1995:254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989:29), jenis bahan tambah kimia untuk pengurangan air dan waktu ikat beton dapat dibedakan menjadi tujuh tipe bahan tambah, yaitu : - Tipe A “water-reducing admixture” yaitu bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan memodifikasi waktu pengikatan beton sebagai dampak perubahan faktor air semen. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan tambaha ini adalah air yang dibutuhkan, kandungan air, konsistensi, bleeding dan kehilangan air pada saat beton segar, laju pengerasan, kekuatan tekan dan lentur, ketahanan terhadap perubahan volume dan susut pada saat pengeringan. - Tipe B “retarding-admixture” yaitu bahan tambah yang berfungsi menghambat waktu pengikatan beton (setting time). Disebut retarder bila bahan mampu memperlambat 1-3.5 jam ikatan awal pada pasta. Gambar 1 menunjukkan antara temperatur dan waktu ikatan awal, dari Gambar 1 ditunjukkan bahwa retarding admixture diperlukan untuk membuat suhu lebih panas. - Tipe C “accelerating admixture” yaitu bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan pengembangan kekuatan awal beton. Bahn ini digunakan untuk mengurangi lamanya waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan pada beton. - Tipe D “water-reducing and retarding admixture” yaitu bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan menghambat pengikatan awal. - Tipe E “water-reducing and accelerating admiture” yaitu bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan mempercepat pengikatan awal. - Tipe F “water-reducing high range admixture” yaitu bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih. Kadar pengurangan air dalam bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih tinggi.
Gambar 1. Hubungan antara temperatur dan waktu ikat awal Sumber : ACI E4-03 -
Tipe G “water-reducing high range retarding admixture” yaitu bahan tambah yang berfungsi mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan kimia tambahan air entraining admixture (ASTM C260) adalah bahan tambahan untuk meningkatkan kadar udara agar beton tahan terhadap pembekuan dan pencucian. Air entraining admixture akan mempengaruhi sifat-sifat beton meliputi kuat tekan beton, kemudahan pengerjaan (workability), waktu ikat beton, keluarnya air ke permukaan beton (bleeding), perubahan volume, berat jenis dan keawetan (durability). 2.2 Bahan tambahan mineral (additive) Bahan tambah mineral merupakan bahan tambah yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Kegunaan bahan additive adalah meningkatkan kuatbtekan beton, meningkatkan daya tahan beton terhadap sulfat/silika/alkali, mengurangi susut, mengurangi permeabilitas, mengurangi panas hidrasi. Secara umum bahan additive dapat dibedakan atas additive alami (material yang sudah mengalami proses penghancuran, penghalusan, penyaringan berdasarkan ukuran untuk mendapatkan pozzollan) dan additive buatan (material hasil sampingan industri dan tidak memerlukan proses lanjutan sebelum dipakai sebagai bahan additive). Menurut ASTM C 618, bahan additive dapat dibedakan atas : - Kelas N (pozzollan alami atau buatan) - Kelas F (abu terbang/fly ash) - Kelas C (abu terbang hasil pembakaran batu bara muda/lignite coal) Sifat kimia dan fisis bahan additive berdasarkan spesifikasi ASTM C 618 dapat dilihat pada Tabel 2. 3.
RCC (Roller Compacted Concrete)
Berdasarkan ACI 207.5R-89, RCC adalah beton yang dipadatkan dengan memakai alat pemadat roller. Kondisi campuran beton segar saat pemadatan haruslah mampu menahan berat alat pemadatan roller. RCC memiliki bahan dasar yang sama seperti beton konvensional seperti semen, air, agregat. Beda RCC dengan beton biasa adalah terletak pada konsistensi adukan. Agar konsolidasi menjadi efektif, campuran beton haruslah cukup kering untuk
mencegah alat pemadat tenggelam, tetapi juga harus cukup basah agar mortar terdistribusi merata selama pengadukan dan pemadatan. RCC dipertimbangkan untuk aplikasi dimana pada saat pengangkutan dan dihamparkan dalam keadaan no-slump lalu dipadatkan menggunakaan peralatan pemadatan timbunan. Idealnya, proyek RCC mencakup areal penempatan yang luas, tanpa/sedikit perkuatan, tidak terdapat/sedikit pekerjaan metal yang tertanam seperti tiang pancang. Tabel 2. ASTM Spesifikasi C618-92a untuk spesifikasi sifat kimia dan fisis bahan additive Keterangan
Mineral Admixture Class N
F
C
70 4.0 3.0 10.0 1.5
70 5.0 3.0 6.0a 1.5
70 5.0 3.0 6.0 1.5
Physical requirements Fineness, max % retained on 325 mesh sieve
34
34
34
Strength activity index portland cement 7 day, min % control 28 day, min % control Water requirements, max % of control Autoclave expansion, soundness, max %
75c 75c 115 0.8
75c 75c 105 0.8
Chemical requirements Silicon dioxide, aluminium oxide, Iron oxide (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) min % Sulfur trioxide (SO3), max % Moisture content, max % Loss on ignition, max % Available alkalies as Na2O, max %b
75c 75c 105 0.8
Keterangan a Penggunaan pozzollan kelas F sampai 12% diijinkan jika ada perbaikan kinerja atau hasil laboratorium yang menunjukkan demikian b Dapat digunakan bila campuran mineral diperuntukkan bagi beton yang mengandung reactive agregat dan semen dengan kadar alkali terbatas c Sampai 7 atau 28 hari index strength activity akan menunjukkan dipenuhinya spesifikasi Sumber : ASTM C 618 Aplikasi RCC dipertimbangkan bila secara ekonomi cukup bersaing dengan metode konstruksi lainnya. RCC dapat dipergunakan untuk apron, perkerasan jalan, pondasi massive, timbunan massive pada lereng dan waduk. Gambar 2 memperlihatkan proyek RCC pada perkerasan jalan.
Keuntungan utama konstruksi RCC dipengaruhi beberapa faktor, yaitu : - Biaya, lebih murah 25% - 50% dibandingkan beton biasa. Gambar 3 berikut ini menunjukkan hubungan biaya dan volume RCC berdasarkan proyek konstruksi di United States. - Konstruksi cepat (jika dibandingkan dengan konstruksi beton pada dam, dan berkurangnya kuantiti material). Proses konstruksi RCC mencakup areal yang luas dan kontinu sehingga membuat produksi tinggi.
Gambar 2. Proyek RCC pada perkerasan jalan (rigid pavements) Sumber : Roller Compacted Concrete, US Army Corps, 2000 -
Spillway pada bendungan dapat dibangun di bangunan utama dengan harga yang lebih murah. Meminimalkan diversi dan overtopping.
Gambar 3. Grafik Hubungan biaya dan volume pada pada proyek konstruksi di US Sumber : Roller Compacted Concrete, US Army Corps, 2000
3.1. Material Penyusun RCC 3.1.1 Agregat Seperti beton konvensional, agregat untuk RCC harus memenuhi standard kualitas dan penyebaran butirannya. Agregat dengan diameter > 75 mm (3 inci) jarang dipakai karena dapat menimbulkanmasalah saat penghamparan dan pemadatan. Ukuran agregat berpengaruh terhadap kualitas pemadatan. Hal ini akan sedikit pengaruhnya bila lapisan RCC cukup tebal dan memakai alat pemadatan besar. Agregat dengan diameter < 75 mm (3 inci) akan membuat menaikkan kohesi karena mengurangi rongga kosong pada beton. Agregat halus (fine agregate) yang lolos saringan No 200 (75µm) digunakan lebih banyak daripada beton konvensional. Lebih besarnya persentase agregat halus digunakan untuk menutupi void dan berpengaruh terhadap kemudahan pengerjaan (workability). 3.1.2 Semen RCC tidak memerlukan semen khusus untuk pemadatan dengan alat pemadat (roller). Akan tetapi direkomendasikan untuk menggunakan semen portland Type II dengan panas hidrasi rendah. 3.1.3 Bahan tambahan mineral (additive) Bahan tambahan mineral (aditive) sangat banyak dipakai pada RCC untuk mendapatkan beton dengan daya tahan yang baik dan juga untuk mencegah kenaikan panas hidrasi yang berlebihan. Fly ash kelas F paling banyak digunakan sebagai pozzollan/mineral filler untuk RCC, tetapi fly ash kelas C juga digunakan. Kelas C dipakai untuk menurunkan panas, mengganti sampai 50% penggunaan semen, mengurangi biaya dan kemudahan pengerjaan (workability). 3.1.4 Bahan tambahan kimia (chemical admixture) Secara umum kuantiti bahan tambahan kimia yang digunakan RCC lebih banyak dari pada beton konvensional. Admixture digunakan untuk kemudahan pengerjaan, menunda waktu set dan meningkatkan keawetan (durability). Water-reducing dan retarding admixtures digunakan agar beton tidak mengeras selama diangkut dan mengurangi terjadinya resiko sambungan keras (cold joint). Airentraining admixtures ditambahkan pada RCC adalah usaha memasukkan rongga udara dengan ukuran tertentu untuk menahan bahaya bila beton mengalami pengulangan pembekuan. Dibandingkan dengan beton konvensional, kemudahan pengerjaan RCC dapat ditingkatkan dengan menambahkan air-entraining admixtures. 3.1.5 Air Berdasarkan pengalaman diperoleh bahwa sumber air (air tanah atau air permukaan) dapat memberikan pengaruh besar pada daya guna RCC. Waktu ikat beton dan kekuatannya dapat berkembang sangat bervariasi. Air yang digunakan harus bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuh-tumbuhan atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap hasil akhir dan harus memenuhi persyaratan sesuai Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Persyaratan Air No
Macam Pengujian
Nilai Ijin
1 2 3 4 5
pH Bahan organik Minyak mineral Kadar sulfat (Na2SO4) Ion Khlor (NaCl)
Cara Pengujian
4.5 – 8.5 max 2000 ppm < 2% berat semen < 10000 ppm < 20000 ppm
AASHTO T26-79 AASHTO T26-79 SNI 06-2502-1991 SNI 06-2426-1991 SNI-06-2431-1991
Sumber : Buku 5 Lapisan Pondasi Beton Padat Giling (BPG/RCC),Direktorat PU, 2006 Perbandingan campuran material penyusun RCC yang digunakan untuk trial mixture dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Kadar air, kadar pasir, kadar mortar, rasio pasta mortar, kadar udara terperangkap untuk ukuran agregat yang bervariasi, nilai tipikal untuk perbandingan RRR trial mixture
Content
Nominal Maximum Size of Agregatea 19.0 mm 50.0 mm 75.0 mm Average Range Average Range Average Range
Water contentb,kg/m3 a) Vebe < 30 sec b) Vebe > 30 sec
150 134
133-181 110-154
122 119
107-140 104-125
Sand content, % of total aggregate volume a) Crushed aggregate b) Rounded aggregate
55 43
49-59 38-45
43 41
32-49 35-45
34 31
29-35 27-34
Mortar content, % by vol. a) Crushed aggregate 70 b) Rounded aggregate 55
63-73 53-57
55 51
43-67 47-59
45 43
39-50 39-48
107 100
85-128 97-112
Paste : mortar ratio, Vp/Vm, by volume
0.41
0.27-0.55
0.41
0.31-0.56
0.44
0.33-0.59
Entrapped air content on 11/2 in. (37.5 mm) Fraction, %
1.5
0.1-4.2
1.1
0.2-4.1
1.1
0.5-3.3
a
b
Kuantiti untuk memperkirakan air, pasir, mortar, udara terperangkap pada penyelidikan perbandingan percobaan campuran RCC Nilai lebih rendah sebaiknya digunakan untuk agregat natural rounded dan campuran dengan kandungan agregat halus yang rendah
Sumber : Roller Compacted Concrete, US Army Corps, 2000
3.2. Penggunaan RCC pada Perkerasan Jalan Penggunaan perkerasan RCC di Indonesia masih jarang dijumpai tapi sudah mulai diminati, misalnya pada jalan tol, aircraft parking, aprons, fasilitas industri, terminal, persimpangan. Kondisi perkerasan jalan aspal (perkerasan lentur) di Indonesia dihadapkan pada permasalahan beban kendaraan yang sulit dikendalikan dan iklim tropis, curah hujan relatif tinggi yang sangat mempengaruhi kinerja perkerasan jalan aspal (perkerasan lentur) sehingga menyebabkan kerusakan sebelum waktunya (aspal terkelupas, jalan bergelombang dan berlobang). Dibidang transportasi, berbeda dengan CTB (cement treated base) yang telah dipakai sejak tahun 1935, RCC memiliki kadar semen yang lebih tinggi sebagai pertimbangan untuk menghasilkan kekuatan terhadap lentur dan tekan. RCC tidak memerlukan lapis tambahan asphalt seperti halnya pada metode CTB. Dan saat ini pada proyek-proyek peningkatan kapasitas jalan (pelebaran jalan) telah dipergunakan kombinasi antara perkerasan lentur dengan perkerasan beton (rigid pavement). Dimana hal ini dilaksanakan dengan pertimbangan pelaksanaan yang relatif lebih cepat dibandingkan pelaksanaan pelebaran jalan dengan perkerasan lentur. Karena melihat kekuatan badan jalan yang sudah ada (perkerasan lentur) sudah memiliki kekuatan yang baik sehingga untuk mendapatkan kekuatan badan jalan agar minimal sama maka dilaksanakan pelebaran dengan memakai perkerasan beton (rigid pavement). Berikut ini dapat dilihat beberapa lokasi pelaksanaan proyek pelebaran badan jalan dengan menggunakan perkerasan beton (rigid pavement), pada Gambar 4 sampai Gambar 9.
Gambar 4. Jalan Ciasem – Pamanukan
Gambar 5. Jalan Cikarang - Cirebon
Gambar 6. Jalan Tol Belmera - Sumut
Gambar 7. Jalan Tol Jagorawi
Gambar 8. Jalan Bangkinang - Riau
Gambar 9. Jalan Subrantas - Pekanbaru
Panjang penghamparan RCC harus diatur sesuai dengan kemampuan mesin pemadat. Campuran RCC dalam hoper penghampar tidak boleh kosong. Penghamparan harus dihentikan bila hujan kecuali hujan gerimis yang tidak menyebabkan perukaan RCC menjadi bubur (slurry). Pemadatan RCC harus dimulai dalam waktu 10 menit setelah penghamparan dan harus diselesaikan dalam waktu 45 menit sejak dimulainya pencampuran. Keterlambatan pemadatan tidak diperbolehkan. Pengujian kepadatan menggunakan alat uji kepadatan pada setiap lintasan dari mesin pemadat untuk menentukan jumlah lintasan mesin gilas roda ban. Derajat kepadatan yang harus dicapai RCC adalah 98% dari kepadatan laboratorium. Langkah pemadatan RCC dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 10. Langkah pemadatan RCC Sumber : Buku 5 Lapisan Pondasi Beton Padat Giling (BPG/RCC),Direktorat PU, 2006
4.
KESIMPULAN a. Perkembangan teknologi beton mempengaruhi sifat dan karakteristik material penusun beton dan menghasilkan kinerja beton yang memenuhi kriteria konstruksi, ekonomis, awet dan mudah pengerjaannya. b. Untuk mengahsilkan kinerja beton yang memenuhi kriteria konstruksi, terkadang campuran beton masih ditambahkan bahan tambahan berupa zat kimia tambahan (chemical admixture) dan mineral tambahan (additive). Bahan tambahan kimia (chemical admixture) lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja pelaksanaan dan additive lebih banyak digunakan untuk perbaikan kekuatan. c. Zat kimia tambahan (chemical admixture) secara garis besar dapat dibedakan atas bahan kimia untuk pengurangan air- waktu ikat beton dan meningkatkan kadar udara dalam beton. d. Mineral tambahan (additive) dapat dibedakan atas additive alami dan additive buatan. Menurut ASTM C 618, bahan additive dapat dibedakan atas kelas N (pozzollan alami atau buatan), kelas F (abu terbang/fly ash) dan kelas C (abu terbang hasil pembakaran batu bara muda/lignite coal. e. RCC adalah beton yang dipadatkan dengan memakai alat pemadat roller. Agar konsolidasi menjadi efektif, campuran beton haruslah cukup kering untuk mencegah alat pemadat tenggelam, tetapi juga harus cukup basah agar mortar terdistribusi merata selama pengadukan dan pemadatan. RCC dipertimbangkan untuk aplikasi dimana pada saat pengangkutan dan dihamparkan dalam keadaan no-slump. f. Pada perkerasan jalan, RCC tidak memerlukan lapis tambahan asphalt seperti halnya pada metode CTB.
5.
DAFTAR PUSTAKA
1.
www.scribd.com/doc/48233462/Significance-of-Test-and-Properties-of-Concrete-andConcrete-Making-Materials(30/01/2013)
2.
http://www.cement.org/pavements/pv_rcc.asp(30/01/2013)
3.
www.oncrete.org/general/fE4-03.pdf(30/01/2013)
4.
www.cement.org/tech/cct_admixtures_AEA.asp(30/01/2013)
5.
www.ce.berkeley.edu/~paulmont/165/RCC_final.pdf(30/01/2013)
6.
www.cedengineering.com/upload/Roller%20Compacted%20Concrete.pdf(30/01/2013)
7.
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20120904161518.pdf(30/01/2013)
8.
Buku 5 Lapisan Pondasi Beton Padat Giling (BPG/RCC),Direktorat PU, 2006
