TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT BETON GEOPOLYMER BERTULANG DENGAN TULANGAN BAMBU PILIN
PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Oleh: WARSENO BAYU SAPUTRO D 100 110 070
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
1i
2ii
iii 3
TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT BETON GEOPOLYMER BERTULANG DENGAN TULANGAN BAMBU PILIN Abstrak
Geopolymer merupakan material ramah lingkungan yang bisa dikembangkan sebagai alternatif pengganti semen. Geopolymer mengandung banyak unsur silicon dan alumunium. Unsur tersebut banyak terdapat pada material buangan industri seperti abu terbang (fly ash). Untuk beton geopolymer memerlukan bahan pengikat tambahan alkaline activator yang berupa sodium silikat dan sodium hidroksida dengan perbandingan 5:2. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan beton geopolymer ke dalam struktur beton bertulang. Pada penelitian ini membuat plat beton bertulang, dengan dimensi plat 8 mm x 50 cm x 100 cm. Tulangan plat menggunakan besi D8, dan bambu pilin D8.. Mix design beton geopolymer mengacu pada penelitian sebelumnya, dan beton normal menggunakan metode dari ACI dengan kuat tekan rencana 20 MPa. Jumlah benda uji 3 silinder beton normal, 3 silinder beton geopolymer, 3 plat beton normal tulangan D8, 3 plat beton normal tulangan bambu pilin D8, 3 plat beton geopolymer tulangan D8, dan 3 plat beton geopolymer tulangan bambu pilin D8. hasil pengujian Berat jenis beton normal 2,176 gr/cm3 sedangkan berat jenis beton geoplymer lebih besar dari pada beton normal yaitu 2,259 gr/cm3. Hasil penelitian menunjukan bahwa kualitas beton normal dan tulangan D8 masih diatas beton geopolymer dan tulangan bambu pilin D8. Kuat tekan rata-rata beton normal yaitu 19,250 MPa, sedikit di bawah dari perencanaan yaitu 20 MPa. Kuat tekan beton geopolymer hanya mencapai 12,544 MPa. Momen lentur maksimal plat beton normal bertulang D8 sebesar 3,952 kNm, plat beton normal bertulang bambu pilin D8 sebesar 1,860 kNm, plat beton geopolymer bertulang D8 sebesar 2,100 kNm, dan plat beton geopolymer bertulang bambu D8 sebesar 1,537 kNm. Kata kunci: baja D8, bambu pilin D8, plat beton, plat beton geopolymer
Abstract Geopolymer is an environmentally friendly material that can be developed as an alternative to cement. Geopolymer contains many of the elements silicon and aluminum. These elements are found in many industrial waste materials such as fly ash (fly ash). Geopolymer concrete need for additional alkaline activator binding material in the form of sodium silicate and sodium hydroxide in the ratio of 5: 2. This study aims to apply geopolymer concrete into reinforced concrete structures. In this study made of reinforced concrete plate, the plate dimensions 8 mm x 50 cm x 100 cm. Reinforcement using steel plate D8 and D8 gyre bamboo .. geopolymer concrete mix design refers to previous studies, and normal concrete using the method of ACI with a compressive strength of 20 MPa plan. Number of test specimens of normal concrete cylinders 3, 3 cylinder geopolymer concrete, normal concrete slab reinforcement 3 D8, 3 normal concrete slab reinforcement stranded bamboo D8, 3 geopolymer concrete slab reinforcement D8, and 3 geopolymer concrete slab reinforcement stranded bamboo D8. test results normal concrete density 2.176 g / cm3, while the density of concrete geoplymer greater than normal concrete is 2,259 gr / cm3. The results showed that the quality of normal concrete and reinforcement D8 is still above the 1
geopolymer concrete and bamboo reinforcement gyre D8. The average compressive strength of normal concrete is 19,250 MPa, a little less of the planning that is 20 MPa. Geopolymer concrete compressive strength only reached 12.544 MPa. Maximum bending moment reinforced concrete plate normally D8 of 3.952 kNm., normal concrete slab of reinforced bamboo gyre of 1,860 kNm. D8, D8 reinforced geopolymer concrete slab at 2,100 kNm. and bamboo reinforced geopolymer concrete slab D8 amounting to 1,537 kNm. Keywords: steel D8, D8 stranded bamboo, concrete slab, geopolymer concrete slab
1. PENDAHULUAN Beton merupakan suatu campuran material yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat modern seperti sekarang ini. Bahan dasar beton pada umumnya adalah semen, pasir, krikil, dan air. Beton mengalami banyak perkembangan, perkembangan teknologi pada beton adalah ditemukannya kombinasi antara material beton dan baja tulangan yang digabungkan menjadi satu konstruksi dikenal sebagai beton bertulang. Plat termasuk dalam elemen dari beton bertulang, tulangan plat pada umumnya diberi tulangan pokok dan tulangan bagi. Perkembangan pembangunan infrastruktur juga sangat pesat, yang juga mempengaruhi nilai jual harga bahan material bangunan yang cukup mahal. Oleh karena itu pemakaian campuran material beton dan baja tulangan menggunakan bahan yang mudah diperoleh, harga murah dan menghasilkan kualitas yang baik. Bahan campuran yang sangat penting dalam pembuatan beton bertulang adalah semen dan tulangan baja. maka dari itu diperlukan alternatif lain untuk pengganti semen dan tulangan dalam campuran beton bertulang yang menghasilkan beton ramah lingkungan dan harga lebih terjangkau. Diantaranya melalui pengembangan beton dengan menggunakan bahan pengikat organic seperti aluminia-silikat polymer, atau yang dikenal dengan geopolimer, yang merupakan sinetesa dari material geologi yang terdapat pada alam yang kaya akan kandungan silica dan alumunia (Davidovits, 1999). Unsur-unsur geopolimer diantaranya pada material hasil sampingan industri, seperti fly ash dari sisa pembakaran batu bara. Material fly ash dalam pembuatan beton dapat bereaksi secara kimia dengan cairan alkaline pada temperature tertentu untuk menghasilkan material campuran yang memiliki sifat seperti semen. Material geopolimer digabungkan dengan agregat batuan kemudian menghasilkan beton geopolimer tanpa menggunakan semen lagi (Sumajouw dan Dapas, 2013). Dari segi tulangan alternatif pengganti tulangan pada campuran pelat beton bertulang adalah menggunakan tulangan bambu. Bambu yang digunakan sebagai tulangan berupa bambu yang dipilin menjadi bulat seperti baja. Bambu
merupakan produk hasil alam yang dapat diperbarui bisa
2
diperoleh dengan mudah, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dan memiliki kuat tarik cukup tinggi.
2. METODE Pada penelitian ini bahan yang digunakan sebagai bahan perekat beton adalah fly ash (abu terbang batu bara), bahan tambah kimia yang berupa sodium silikat (Na 2SiO3) dan sodium hidroksida (NaOH), dan bahan untuk pengganti tulangan baja yaitu bambu yang dipilin membentuk bulat seperti tulangan baja yang berdiameter 8mm. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui cara pembuatan beton geopolymer dan meng-aplikasikan tulangan bambu sebagai bahan pengganti tulangan baja. Tahapan penelitian ini dimulai dari proses persiapan alat dan penyediaan bahan, pemeriksaan bahan, perencanaan dan pembuatan benda uji serta pengujian benda uji. tahap pertama merupakan tahap persiapan penelitian yang meliputi persiapan alat dan penyediaan bahan susun beton. Tahap kedua pemeriksaan bahan, pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap bahan dasar beton yaitu agregat halus dan agregat kasar dengan pemeriksaan meliputi kandungan lumpur, kandungan organic dan keausan agregat. Tahap ketiga Perancangan dan pembuatan campuran adukan beton menggunakan desain campuran (mix design) mengacu pada penelitian sebelumnya Januarti Jaya Ekaputri dan Triwulan (2007). Benda uji berupa silinder beton yang dibuat total jumlahnya 6 buah dan pelat beton 12 buah. Perawatan terhadap benda uji dengan cara didiamkan dalam suhu ruangan selama 28 hari. Tahap keempat pengujian benda uji tahap ini dilakukan pengujian karekteristik mekanik dari beton berupa uji kuat tekan dan lentur dengan prosedur pengujian dan perhitungan mengikuti standar SNI dan ASTM. Dan yang kelima analisis data dan kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Agregat Hasil pemeriksaan agregat halus yang telah dilaksanakan pada penelitian dituliskan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pemeriksaan agregat halus Jenis Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
SNI
Keterangan
Kandungan Organik
Kuning
SNI 03-28161992
Memenuhi
3
Pemeriksaan SSD ( Saturated Surface Dry)
SNI 03-28161992
2,5
Memenuhi
SNI 03-19702008
Berat Jenis 1). Berat jenis bulk 2). Berat jenis SSD 3). Berat jenis semu Absortion%
2,86 2,98
Memenuhi Memenuhi
3,42
Memenuhi
4,17%
Memenuhi
Kandungan Lumpur
2,60%
Gradasi Pasir
Daerah III
Modulus Halus Butir
3,01
SNI 03-28161992 SNI 03-68202002 -
Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Pengujian agregat kasar Hasil pemeriksaan agregat kasar yang telah dilaksanakan pada penelitian tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pemeriksaan agregat kasar Hasil Jenis Pemeriksaan
SNI
Keterangan
SNI 03-19692008
Memenhi
Pemeriksaan Berat jenis 1). Berat jenis bulk 2). Berat jenis SSD 3). Berat jenis semu Absortion%
2,69 2,73 2,79 1,36%
Keausan agregat Modulus halus butir
Memenuhi SNI 03-24171991
65,4 7,65%
Memenuhi Memenuhi
Pengujian kuat Tarik Baja dan Bambu Hasil pengujian kuat tarik baja dan bambu, dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Pengujian kuat tarik baja Ø8 Baja 1 2 3
ø (mm) 8 8 8
A 2
(mm ) 50.24 50.24 50.24
Pmaks
fmaks
fmax rata-rata
(kN) 19.1 20.8 20.8
MPa 380.175 414.013 414.013
MPa
4
402.734
Tabel 4. Pengujian kuat tarik bambu pilin Ø8 ø
Bambu
A
Pmaks
fmax
fmax rata-rata
2
(mm) (mm ) (kN) MPa MPa 1 8 50.24 7.8 155.255 155.255 2 8 50.24 8.3 165.207 3 8 50.24 7.3 145.303 Tegangan maksimal yang diperoleh tulangan baja lebih besar dari pada tulangan bambu. Hasil rata – rata yang diperoleh tulangan baja 402,734 MPa, sedangkan hasil rata – rata yang diperoleh tulangan bambu 155,255 MPa. Hasil perbandingan kuat tarik baja dan bambu pilin bisa dilihat pada Gambar 1. 450 400
402,734
350
Fma
300 250 200
155,255
150 100 50 0 Baja
Bambu
Gambar 1. Perbandingan kuat tarik baja dan bambu Proporsi Campuran Beton Perencanaan campuran beton normal menggunakan metode dari ACI dan beton geopolymer mengacu pada penelitian sebelumnya. Proporsi campuran kebutuhan material beton dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Proporsi campuran beton Agregat kasar Jenis (kg) Beton Normal 41 Beton 39,2 Geopolymer
Agregat halus (kg) 28
Semen (kg) 10,5
Fly ash (kg) 0
19,6
0
18,7
5
NaOH Na2SiO3 (kg) (kg) 0 0 1,9
4,7
Air (lt) 6,3 4,68
Hasil Pengujian Slump Pengujian nilai slump ditujukan untuk mendapat kekentalan campuran yang memenuhi persyaratan. Hasil pengujian nilai slump dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Hasil pengujian nilai slump dengan fas 0,6 FAS 0,6
Nilai Slump Beton Normal Geopolymer 10,4 13,9
Hasil Pengujian Nilai Kuat Tekan Beton Hasil pengujian kuat tekan beton yang dilaksanakan di laboratorium dapat dilihat pada tabel 7 dan tabel 8. Tabel 7. Perhitungan kuat tekan beton normal Beban Beban Diameter Tinggi max max Penampang (P) (P) No Luas
(cm) 15 15 15
1 2 3
(cm) 30 30 30
(cm2) 176,625 176,625 176,625
(kN) 410 290 320
(kg) 41000 29000 32000
kuat tekan f'c (Kg/cm2) (MPa) 232,130 23,213 164,190 16,419 181,175 18,117
Ratarata (Mpa) 19,250
Tabel 8. Perhitungan kuat tekan beton geopolymer Diameter
Tinggi
No
1 2 3
Penampang
Beban max (P)
Beban max (P)
Luas
kuat tekan f'c
Rata-rata
(cm)
(cm)
(cm2)
(kN)
(kg)
(Kg/cm2)
(MPa)
(Mpa)
15 15 15
30 30 30
176,715 176,715 176,715
240 210 215
24000 21000 21500
135,812 118,836 121,665
13,581 11,884 12,167
12,544
6
25
23,213
20
18,117
16,419 15
13,581 11,884
12,167
2
3
10 5 0 1 Beton normal
Beton geopolimer
Gambar 2. Perbandingan antara kuat tekan beton normal dan beton geopolymer Dari grafik diatas di peroleh hasil nilai tertinggi beton normal sebesar 23,213 Mpa dan nilai tertinggi beton geopolymer sebesar 13,581 Mpa. Dapat disimpulkan bahwa beton normal masih memiliki hasil kuat tekan tertinggi dibandingkan dengan beton geopolymer.
Pengujian Kuat Lentur Plat Beton Bertulang Hasil pengujian kuat lentur plat beton bertulang yang dilaksanakan dilaboratorium dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kuat lentur maksimal (Mlentur maks) plat beton bertulang Mlentur Pmaks (kN)
Benda Uji
Plat Beton tulangan baja 8 mm
Plat Beton tulangan bambu Pilin 8 mm Plat Beton Geopolimer tulangan baja 8 mm Plat Beton Geopolimer tulangan bambu Pilin 8 mm
1 17,168 2 17,368 3 17,668 1 8,468 2 8,068 3 7,768 1 9,368
q (kN/m)
0,960
L (m)
0,900
maks
(kN.m) 3,900 3,945 4,012 1,942 1,852 1,785 2,145
2
9,168
2,100
3 1 2 3
8,968 7,668 6,368 5,968
2,055 1,762 1,470 1,380
7
ratarata
3,952
1,860
2,100
1,537
Dari tabel diatas di peroleh momen lentur maksimal plat beton bertulang baja lebih besar dibandingan plat beton bertulang bambu pilin, plat beton geopolymer bertulang baja, dan plat beton geopolymer bertulang bambu pilin. 4,50 4,00
3,952
3,50 3,00 2,50
2,100
1,860
2,00
1,537
1,50 1,00 0,50 0,00 Plat Beton tulangan baja 8 mm
Plat Beton tulangan bambu Pilin 8 mm
Plat Beton Plat Beton Geopolimer tulangan Geopolimer tulangan baja 8 mm bambu Pilin 8 mm
Gambar 3. Grafik momen lentur pengujian Persentase Selisih Momen Lentur Pengujian Persentase selisih momen lentur yang di peroleh dari hasil perhitungan sangat besar. Hasil selisih momen lentur bisa dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Persentase selisih momen lentur pengujian Mlentur Beton
Mlentur Beton
Normal
Geopolimer
Selisih momen
Persentase selisih momen
(Kn.M)
(Kn.M)
(Kn.M)
(%)
Baja
3,952
2,100
1,853
46,873
Bambu
1,860
1,537
0,323
17,342
2,093
0,563
-
-
52,945
26,790
-
-
Tulangan
Selisih momen (Kn.M) Persentase selisih momen (%)
8
Hasil Perhitungan Momen Lentur Maksimal Secara Analisis Teoritis Hasil perhitungan momen lentur maksimal secara analisis teoritis dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Momen lentur maksimal plat beton bertulang hasil perhitungan secara analisis teoritis. Fmaks Fmaks Mkap f'c As a baja bambu analisis Benda Uji 2 (MPa) (MPa) (MPa) (mm ) (mm) (KN.m) 1 402,734 Plat beton tulangan 2 19,250 402,734 2,473 1,128 baja D8 mm 3 402,734 1 155,255 Plat beton tulangan 2 19,250 155,255 0,953 0,441 bambu pilin D8 mm 3 155,255 50,240 1 402,734 Plat beton geopolimer 12,544 402,734 3,795 1,115 tulangan baja D8 mm 2 3 402,734 155,255 Plat beton geopolimer 1 tulangan bambu pilin 2 12,544 1,463 0,439 155,255 D8 mm 3 155,255
Selisih Hasil Momen Lentur Pengujian dan Momen Lentur Analisis Berdasarkan hasil pengamatan pengujian di laboratorium dengan hasil perhitungan secara analisis teori, didapatkan selisih nilai momen lentur sebagai berikut. Tabel 12. Persentase selisih momen kapasitas pengujian dan analisis Mlentur Benda Uji uji
1 2 3 1 Plat Beton tulangan 2 bambu Pilin D8 mm 3 1 Plat Beton Geopolimer tulangan 2 baja D8 mm 3 1 Plat Beton Geopolimer tulangan 2 bambu Pilin D8 mm 3 Plat Beton tulangan baja D8 mm
(KN.m) 3,900 3,945 4,012 1,942 1,852 1,785 2,145 2,100 2,055 1,762 1,470 1,380
Rata-rata Mlentur uji (KN.m) 3,952
1,860
2,100
1,537
9
Mlentur
Rata-rata Mlentur
Selisih
Persentase
analisis
analisis
(KN.m)
(KN.m)
selisih %
(KN.m) 1,128 1,128 1,128 0,441 0,441 0,441 1,115 1,115 1,115 0,439 0,439 0,439
1,128
2,824
71,452
0,441
1,419
76,293
1,115
1,045
48,384
0,439
1,098
71,448
Dari tabel 12 diperoleh hasil, bahwa selisih dari momen kapasitas pengujian dan analisis sangat besar. Persentase selisih yang paling besar didapat pada plat beton bertulang baja.
4. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan serta pada saat pelaksanaan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1). Karateristik beton normal a). Nilai kuat tekan rata-rata beton normal yaitu 19,250 MPa, sedikit di bawah dari perencanaan yaitu 20 MPa. b). Berat jenis beton normal lebih kecil dari pada beton geopolimer. Berat jenis beton normal yaitu 2,176 gr/cm3. 2). Karateristik beton geopolymer a). Kuat tekan rata-rata beton geoplymer lebih rendah dari pada beton normal yang direncanakan. Kuat tekan beton geopolimer hanya mencapai 12,544 MPa. b). Berat jenis beton geoplymer lebih besar dar ipada beton normal yaitu 2.259 gr/cm3 3). Persentase selisih plat beton normal dengan plat beton geopolymer a). Kapasitas lentur plat beton geopolymer bertulang baja D8 sebesar 2,100 kN.m, sedangkan kapasitas lentur plat beton normal bertulang baja D8 sebesar 3,952 kN.m. hal ini mengalami penurunan yang sangat besar yaitu 46,873 %, hampir mengalami penurunan sebesar 50 % dari beton normal. b). Kapasitas lentur plat beton geopolymer bertulang bambu pilin D8 sebesar 1,537 kN.m, sedangkan kapasitas lentur plat beton normal bertulang bambu pilin D8 sebesar 1,860 kN.m. hal ini mengalami penurunan 17,342 % dari plat beton normal bertulang bambu pilin. c). Kapasitas lentur plat beton normal bertulang baja D8 sebesar 3,952 kN.m, sedangkan plat beton bertulang bambu pilin D8 sebesar 1,860 kN.m. hal ini mengalami penurunan 52,945 % dari plat beton normal bertulang baja. d). Kapasitas lentur plat beton geopolymer bertulang baja D8 sebesar 2,100 kN.m, sedangkan plat beton geopoyimer bertulang bambu pilin sebesar 1,537 kN.m. hal ini mengalami penurunan 26,790 %. 4). Perbandingan momen lentur pengujian dengan momen lentur analisis. a). Pada plat beton normal bertulang baja D8 teoritis didapatkan momen lentur sebesar 1,128 kN.m. dari hasil tersebut didapat selisih 71,452 %. b). Pada plat beton normal bertulang bambu pilin D8 teoritis didapatkan momen lentur sebesar 0,441 kN.m. dari hasil tersebut didapat selisih 76,293 %. 10
c). Pada plat beton geopolymer bertulang baja D8 teoritis didapatkan momen lentur sebesar 1,115 kN.m. dari hasil tersebut didapat selisih 48,384 %. d). Pada plat beton geopolymer bertulang bambu pilin D8 teoritis didapatkan momen lentur sebesar 0,439 kN.m, dari hasil tersebut didapat selisih 71,448 % 5). Beton geopolymer dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti beton normal. Namun dari segi biaya beton geopolymer memerlukan biaya yang cukup mahal.dan dalam pekerjaannya kurang efektif dibandingkan dengan beton normal. 6). Pada campurannya beton geopolymer semakin besar perbandingan binder (fly ash + activator) semakin baik mutu beton geopolymer. 7). Bambu pilin dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti tulangan baja, karena mudah di dapat dan harganya terjangkau. Namun dalam pekerjaannya tidak mudah dan memerlukan waktu yg cukup lama. 8). Penambahan air pada beton geopolymer harus sesuai kebutuhan. Agar mendapatkan mutu beton geopolymer yang baik. PERSANTUNAN Terimakasih kepada laboratorium Teknik Sipil Universitas Muahammadiyah Surakarta, Teman – teman angkatan 2011, dan juga kepada dosen pembimping yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. DAFTAR PUSTAKA ACI 232.2R-03. 2003. Use of Fly Ash in Concrete. Dilaporkan oleh ACI Committee 232. American Concrete Institute,Farmington Hills, Michigan. ACI 363 R-92. 1993. State-of-the-Art Report of High Strength Concrete. ACI Manual of Concrete Practice, Part 1, Materials and General properties of concrete. Anggraini. 1993. Aplikasi Bambu Pilin Sebagai Tulangan Balok Beton. Laporan tugas akhir Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. ASTM C618-03. 2003. Standard Specification for‘ Calcinated Natural Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete. ASTM International, US. Asroni, A.,2010. Balok dan Plat Beton Bertulang, Penerbit Graha Ilmu, yogyakarta. Aziz, M.A., 2015.Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulan Dengan Tambahan Tulangan Baja Menyilang Pasca Bakar Dengan Variasi Waktu. Laporan Tugas Akhir, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
11
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2013, Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium, SNI-03-3399-1994 Penerbit Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta. Davidovits, J., 1999. Chemistry of Geopolymer System, Terminology. Paper presented at the Geopolymer ’99 International Conference, Saint-Quentin, France. Departemen Pekerjaan Umum. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia, (PBI, 1971), Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung. Ekaputri, J. J, Triwulan dan Damayanti O., 2007. Sifat Mekanik Beton Geopolimer Berbahan Dasar Fly Ash Jawa Power Paiton sebagai Material Alternatif, Jurnal PONDASI, vol 13 no 2 hal. 124-134. Fitriani, Dian R., 2010. Pengaruh Modulus Alkali dan Kadar Aktivator Terhadap Kuat Tekan Fly Ash-Based Geopolymer, Skripsi Sarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Hartono dan Sutanto, 2005. ( Bagus, G. P,. 2015). Tinjauan kuat tekan beton geopolimer dengan fly ash sebagai bahan pengganti semen. Laporan tugas akhir Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. Manuahe Riger, 2014. Kuat tekan beton geopolymer berbahan dasar abu terbang (fly ash). Skripsi Program S1 Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi, Manado. Mulyono, T., 2003. Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Mulyono, T., 2004. Teknologi Beton, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Nugraha, P., dan Antoni, 2007. Teknologi Beton Dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi, Penerbit ANDI, Yogyakarta. .SK - SNI-T-15-1990-3. Tata Cara Pembuatan Beton Normal. Penerbit Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-1974-1990. Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Penerbit Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-3399-1994. Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu. Penerbit Badan Standarisasi Nasional. SNI
1970:2008. Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus. Penerbit Badan Standarisasi Nasional.
SNI
03-4154-1996. Metode Pengujian Kuat Lentur Beton dengan Balok Uji Sederhana yang Dibebani Terpusat Langsung. Penerbit Badan Standarisasi Nasional.
SNI 2417-2008. Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles. Penerbit Badan Standarisasi Nasional. Sumajouw, M.D.J., dan Dapas, S. O., 2013. Elemen Struktur Beton Bertulang Geopolymer, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
12
Sutanto, E., & Hartono, B., 2005. Penelitian beton geopolymer dengan fly ash untuk beton struktural. TA No : 15111415/SIP/2005. Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya. Tjokrodimuljo, K., 1992. Teknologi Beton, Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Biro Penerbit Keluarga Mahasiswa .Teknik Sipil, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Wijaya, R., & Wijaya, T., 2007. Karakteristik beton geopolymer segar. TA No : 11011534/SIP/2007. Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, Surabaya.
13