TINDAK TUTUR WACANA RUBRIK POJOK “ AMAQ PECUT” HARIAN LOMBOK POST EDISI OKTOBER DAN NOVEMBER 2015 PERSFEKTIF : JHON LANGSHAW AUSTIN
JURNAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (Si) Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia dan Daerah
Oleh SRI WAHYUNI E1C11211
UNIVERSITAS MATARAM FKUKLTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BAHASA INDONESIA DAN SENI PROGRAM STUDI BAHASA SATRAINDONESIA DAN SASTRA 2017
THE SPEECH ACTS DISCOURSE RUBRIC CORNER "AMAQ PECUT 'DAY LOMBOK POST EDITION OCTOBER AND NOVEMBER 2015 PERSPECTIVE: JHON LANGSAW AUSTIN. Oleh Nama : Sri Wahyuni Email :
[email protected] ABSTRACT This study focuses on the Speech Acts Discourse Rubric Corner "Amaq Pecut 'Day Lombok Post Edition October and November 2015 Perspective: Jhon Langsaw Austin. The problem in this research are (1) how the form is not said in the text of discourse Rubik's Corner "Amaq Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post. (2) how is not explained in the text of discourse Rubik's Corner "Amaq Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post. (3) how the function of speech acts on Political Discourse Rubik's Corner "Amak Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post. The purpose of this study is (1) to describe a form of speech acts in Political Discourse Rubik's Corner "Amaq Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post. (2) to describe the speech act in Political Discourse Rubik's Corner "Amaq Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post.(3) describes the functions of speech acts in discourse Text Rubik's Corner "Amaq Pejut" in the Daily Newspapers Lombok Post. Data collection method used is the method and the method refer to the documentation. Furthermore, the data presented by informal methods. Based on the analysis found, lingual form of discourse consisting of a combination of quantity with the sentence, the sentence structure by clause, combined clause by clause, the composition clause with the phrase, and the combined phrase by phrase. There is a speech act that consisted of nothing said locutions, illocutionary and perlokusi. The function of speech acts include (1) the function verdikatif covering rate,(2) function eksersitif include denial, reminding, requesting, and mentoring,(3) function commissive include announced and against, and (4) function behabitif include the satisfaction and pride. Keywords: a form of speech acts, speech acts, language function.
1
TINDAK TUTRUR WACANA RUBRIK POJOK “ AMAQ PECUT” HARIAN LOMBOK POST EDISI OKTOBER DAN NOVEMBER 2015 PERSFEKTIF: JHON LANGSAHAW AUSTIN.
ABSTRAK Penelitian ini berfokus pada Tindak Tutur Wacana Rubrik Pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober dan November 2015 Perspektif : Jhon Langsaw Austin. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah wujud tidak tutur dalam Teks Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Surat Kabar Harian Lombok Post. (2) bagaimanakah tidak tutur dalam Teks Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Surat Kabar Harian Lombok Post. (3) bagaimanakah fungsi tindak tutur pada Wacana Politik Rubik Pojok “Amak Pejut”di Surat Kabar Harian Lombok Post. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud tindak tutur dalam Wacana Politik Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Surat Kabar Harian Lombok Post. (2) mendeskripsikan tindak tutur dalam Wacana Politik Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Surat Kabar Harian Lombok Post. (3) menjelaskan fungsi tindak tutur pada Teks Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut”di Surat Kabar Harian Lombok Post. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dan metode dokumentasi. Selanjutnya data disajikan dengan metode informal. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan, wujud lingual wacana yang terdiri dari gabungan kaimat dengan kalimat, susunan kalimat dengan klausa, gabungan klausa dengan klausa, susunan klausa dengan frase, dan gabungan frase dengan frase. Terdapat tindak tutur yang terdiri dari tidak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi. Fungsi tindak tutur meliputi (1) fungsi verdikatif meliputi menilai, (2) fungsi eksersitif meliputi penolakan, mengingatkan, meminta, dan menasehati, (3) fungsi komisif meliputi mengumumkan dan melawan, dan (4) fungsi behabitif meliputi kepuasan dan kebanggaan. Kata Kunci : wujud tindak tutur, tindak tutur, fungsi bahasa.
2
PENDAHULUAN Bahasa dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peran sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak terlepas dari keharusan manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi tersebut seorang mengutarakan pendapat dan pandangannya dalam suatu bahasa yang saling dimengerti. Jadi, perlu disadari bahawa interaksi dan semua kegiatan dalam masyarakat akan lemah tanpa bahasa. Cara manusia dalam berbahasa tidak hanya secara lisan, tatapi juga secara tertulis. Mereka mengungkapakan pendapat dan ide kreatifnya dalam bentuk lisan dan tulisan. Salah satu realisasi kegiatan berbahasa tulis dapat terlihat jelas pada media cetak (surat kabar, tabloid, buletin, dan majalah). Penggunaan media cetak tersebut dapat dipandang sebagai sarana informasi sekaligus sebagai sarana menyampaikan aspirasi dan opini masyarakat dari berbagai kalangan. Surat kabar adalah salah satu media cetak yang berkembang cukup pesat di masyarakat. Keberadaanya juga memegang peranan penting dalam perkembangan media komunikasi. Sebagai media komukasi, surat kabar menyediakan berbagai informasi. Ragam informasi dimaksud berupa berita sebagai produk utamanya hingga opini, tajuk, dan berbagai rubrik lainnya. Salah satu rubrik yang memiliki kekhasan bahasa dalam penyampainnya adalah rubrik pojok Harian Lombok Post yang
diberi nama “Amaq Pecut”.
Kekhasan bahasa tulis yang dimuat di rubrik pojok “Amaq Pecut” dapat dilihat pada contoh yang mengandung tindak tutur di bawah ini. (1) Dorong Reshuffle Pertengahan November Muali leger sak paran dirik partai politik
1
(Lombok Post, selasa 3 November 2015 Halaman 6). Data (1) terdapat tindak tutur lokusi yakni ditandai dengan kalimat “Dorong reshuffle pertengahan november mulai leger sak paran dirik partai politik” maksudnya kalimat tersebut adalah yang bergabung dalam partai politik akan merasakan ketakutan karena pelaksanaan reshuffle pertengahan November akan di percepat. Ilokusinya adalah dengan adanya reshuffle ini memberi tanggapan yang tegang pada partai lain karena takut akan tergeser kedudukanya dengan partaipartai yang lain. Perlokusinya adalah semua partai melakukan berbagai persiapan untuk tetap bertahan pada kedudukannya. Pada data (1) tersebut selain memeiliki tindak tutur berupa lokusi, ilokusi , dan perlokusi, juga memiliki kekhasan lain. Kekhasan tersebut berupa tuturan campur kode. Campur kode yang terdapat pada data (1) yaitu bahasa Indonesia dan bahasa lokal (Sasak). Selain itu, kalimat-kalimat yang digunakan sangat singkat yang mengandung sindiran yang ditujukan pada pihak-pihak tertentu. Pojok “Amaq Pecut” selain mengulas berita tentang politik melainkan memaparkan semua bentuk berita yang lain diantaranya berita kriminal, pendidikan, hiburan, fenomena alam, olahraga, sosial, budaya dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan yang berupa keritikan bahasa-bahasa guyonan, mengolok, dan menyindir menghasilkan maksud atau pesan yang tidak dapat diterima dengan baik oleh pembacanya. Maka dari itulah peneliti bermaksud meneliti tindak tutur dan fungsi yang ditimbulkan dalam rubik pojok Harian Lombok Post “Amaq Pecut” agar pembaca dapat mengetahui maksud dan pesan yang disampaikan oleh redaksi. Berdasarkan uraian di atas, sesuai dengan objek dan bahan penelitian,
2
peneliti member judul yaitu Tindak Tutur dalam Wacana “Amaq Pecut” Harian Lombok Post : Perspektif Jhon Langshaw Austin. Berdasarkan paparan latar belakang pada bagian sebelumnya, permasalahan penelitian ini adalah (1) bagaimanakah wujud tidak tutur Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Harian Lombok Post, (2) bagaimanakah jenis tidak tutur Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut” di Surat Kabar Harian Lombok Post persfektif: Jhon Langshaw Austin? (3) bagaimanakah fungsi tindak tutur pada Wacana Politik Rubik Pojok “Amak Pejut”di Surat Kabar Harian Lombok Post persfektif : Jhon Langshaw Austin?. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah (1) mendeskripsikan wujud tindak
tutur Wacana Politik Rubik Pojok “Amaq Pejut” Lombok Post, (2)
mendeskripsikan tindak tutur dalam Wacana Politik Rubik Pojok “Amaq Pejut” Harian Lombok Post persfektif: Jhon Langshaw Austin, (3) menjelaskan fungsi tindak tutur Wacana Rubik Pojok “Amaq Pejut” Harian Lombok Post persfektif: Jhon Langshaw Austin. Hasil penelitian jenis dan fungsi tindak tutur wacana “Amaq Pejut” Harian Lombok Post : Prespektif Jhon Langshaw Austin diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat secara teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pragmatik dan sosioliguistik. Pada kajian pragmatik penelitian ini dapat menambah khasanah jenis dan fungsi bahasa. Sementara itu pada kajian sosiolinguistik, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pemahaman fungsi-fungsi bahasa di dalam konteks sosial, politik dan budaya. 2. Manfaat secara praktis
3
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat pada umumnya untuk tidak hanya menikmati wacana “Amaq Pejut” Harian Lombok Post sebagai bacaan hiburan, tetapi juga memanfaatkannya sebagai media pembelajaran bagi masyarakat untuk bersikap kritis terhadap kondisi sosial yang sedang terjadi. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Kajian yang hampir sama terdapat dalam penelitian Sutantyo (2007) dengan skripsinya yang berjudul “Wacana Sindiran Politik Kartun Humor Cakil Rakyat pada Harian Jawa Pos: Tinjauan Sosiolinguistik dan Pragmatik”. Penelitian Muniroh (2011) dengan judul “Agresifitas Tuturan Penutur Bahasa Indonesia Dalam Mengungkapkan Ketidakpuasan. (Studi Kasus Pada Rubrik Surat Pembaca di Laman www.kompas.com)”. Penelitian Aziz (2012) dengan judul “Dari Genre Ke Tindak Tutur: Menyibak Strategi Mengeluh Dalam Wacana Tulis. Penelitian Adila (2012) dengan judul “Tindak Tutur Mengeluh Dalam Rubrik Aspirasi, Kriiing Solopos, dan Rakyat Bicara. Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini adalah penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan kajian Jhon Langsaw Austin, sedangkan penelitian-penelitian di atas sebagian besar menggunakan analisis wacana, penyimpangan prinsip kerjasama, tindak tutur serta implikatur. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dibahas lebih mendalam dengan analisis yang lebih dikhususkan pada wujud aspek-aspek pragmatik yang ditimbulkan pada pembaca. B. Landasan Teori 4
1. Tindak Tutur Menurut Chaer (1995:65) tindak tutur adalah gejala individu bersifat psikologis dan keberlangsunganya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tutur. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur merupakan suatu ujaran yang mengandung tindakan sebagai suatu fugsional dalam komunikasi yang mempertimbangkan aspek situasi tutur. 2. Jenis Tindak Tutur a. Tuturan Lokusi Menurut Austin dalam Urmson (1994:94) jenis tidak lokusi sifatnya lebih umum, artinya suatu tindakan bahasa untuk menyampaikan suatu tindakan lokusi yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu secara jelas, yaitu tindak bicara si penutur dikaitkan dengan suatu yang diutamakan dalam isi tuturannya. b. Tuturan Ilokusi Austin dalam Urmson (1962:50) menyatakan, bahwa ilokusi adalah suatu penampilan tindakan bahasa dengan mengatakan sesuatu yang dilawankan dengan penampilan suatu tindakan bahasa dengan mengatakan sesuatu. Austin dalam Urmson (1962:152) membagi atau membedakan tindakan bahasa illokusi menjadi lima macam yaitu: (a) verdikatif, (b) Eksesitif, (c) komisif , (d) behabitif, (e) ekspositif.
Verdikatif
Menurut Kaelan (1998:173) suatu tindakan bahasa verdikatif memiliki suatu hubungan dengan kebenaran dan kesalahan.
5
Menurut Austin dalam Urmson (1962: 150) tindakan-tindakan bahasa yang termasuk tindakan verdikatif adalah membebaskan, menghukum, memutuskan, menyangka, menafsirkan, memahami, mengirakan, memerintah, menghitung, memperhitungkan,
memperkirakan,
menempatkan,
menetapkan
tempat,
menentukan tanggal, mengukur, menilai, melukiskan.
Eksersitif
Menurut Austin dalam Urmson (1962:155) tindakan bahasa eksersitif adalah suatu jenis tindakan bahasa yang merupakan akibat adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh.
Contoh-contoh
tindakan
tersebut
adalah
menunjuk,
memilih,
memerintah, memberi suara, memaksa, menasehati, memperingatkan, menamai, memproklamirkan, mengarahkan.
Komisif Menurut Austin dalam Urmson (1962:156), komisif adalah jenis tindakan
bahasa yang ditandai dengan adanya suatu perjanjian dan perbuata. Contoh tindakan bahasa komisif ini adalah berjanji, melakukan, kontrak, bersumpah, menyetujui, mengumumknan, melawan, bertaruh, mendukung.
Behavitif Menurut Austin dalam Ismail (1962:159) tidakan bahasa behavitif adalah
tindakan bahasa dalam melakukan suatu yang menyangkut simpati, sikap, memaafkan, memberikan selamat yang senantiasa timbul dalam komunikasi sosial.
Ekspositif
Kaelan dalam Ismail (1998:176) menyatakan, bahwa tindakan bahasa yang dikelompokkan pada tindakan ekspositif adalah kelompok tindakan bahasa yang
6
digunakan dalam tindakan untuk memberikan suatu pandangan, memberikan suatu keterangan atau pendapat, memberikan suatu penjelasan tentang penggunaan-penggunaan dari acuan. c. Tuturan Perlokusi Wijana (1996:20) yang merumuskan bahwa tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut tindak perlokusi. Jadi tuturan perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap mitra tutur. Dengan daya pengaruh yang masing-masing berupa menakut-nakuti, dan mendorong, tuturan di bawah ini termasuk tindak tutur perlokusi. 3. Fungsi Pragmatis Tindak Tutur a. Fungsi Representatif Rustono (2000:92) menyatakan bahwa fungsi representatif yang diacu oleh maksud tuturan di dalam pemakaiannya untuk menyarankan kebenaran. Dengan fungsi pragmatis ini penutur bermaksud menyatakan kebenaran sesuatu yang dituturkannya. Subfungsi pragmatis ini antara lain: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan. b. Fungsi Direktif Fungsi pragmatis direktif adalah fungsi yang diacu oleh maksud tuturan di dalam pemakaiannya agar mitra tuturnya melakukan tindakan seperti yang disebutkan di dalam tuturannya. Melalui fungsi pragmatis ini mitra tutur diminta melakukan perbuatan apa yang dituturkan penutur. Subfungsi pragmatis mencakupi menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. c. Fungsi Ekspresif
7
Fungsi yang diacu oleh maksud tuturan di dalam pemakaiannya untuk menyatakan penilaian disebut fungsi pragmatis ekspresif (Rustono 2000:106). Dengan fungsi pragmatis ini, penutur bermaksud menilai atas hal yang dituturkannya. Termasuk ke dalam fungsi pragmatik ini adalah memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat dan menyanjung. 4. Wacana „Pojok‟ Menurut Sumadiria (2007:3) wacana pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial, untuk kemudian dikomentari oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik, dan ada kalanya reflektif. Kolom pojok merupakan sepenggal kolom pada pojok suatu halaman surat kabar atau majalah yang memuat sentilan redaksi terhadap suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat dengan gaya menyindir. 5. Pengertian Konteks Kridalaknsana (2011: 134) mengartikan konteks adalah aspek-aspek lingustik fisik atau social yang kait mengait dengan ujaran tertentu. Sementara men urut Brown dan Yule (1983) koteks adalah lingkungan atau keadaan tempat bahasa digunakan. 6. Pengertian Lombok Post Lombok post merupakan Koran harian pagi pertama dan terbesar di Nusa Tenggara Barat. Koran ini pertama kali terbit tahun 1991. Harian ini merupakan bagian dari jawa post group dengan jaringan surat kabar terbesar di Indonesia denga lebih 134 surat kabar harian, tabloid dan majalah yang terbit dan beredar di
8
seluruh penjuru nusantara. Koran ini merupakan anak perusahaan Lombok Post group. Perusahan lain yang berada dalam grup yang sama adalah radar Lombok, radar mandalika, radar Sumbawa, radar Tambora, dan Lombok Post FM. METODE PENELITIAN a. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif, maksudnya
adalah
analisis data disajikan berupa uraian, kata-kata, atau kalimat. Dalam hal ini, pendeskripsian penelitian ini dengan cara menjelaskan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data, data yang di peroleh dari penelitian bukan berbentuk angka-angka melainkan kata-kata, frase, kalimat, atau wacana tulis. Dengan demikian dalam penelitian ini melaporkan keadaan objektif yang dikaji sesuai dengan apa adanya, yaitu meneskripsikan tindak tutur teks wacana rubrik pojok “ amaq pecut” harian Lombok post prespektif jhon langshaw Austin edisi Oktober samapi November 2015. b. Data Dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berbentuk teks. Teks yang dimaksud adalah teks wacana tindak tutur pada rubrik pojok “Amaq Pecut” pada surat kabar Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015, sehingga peneliti harus membaca dan mencatat dengan teliti dan kritis. Sumber data yang diambil oleh peneliti adalah wacana tindak tutur pada teks rubrik pojok “Amaq Pecut” surat kabar Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015 yang berupa tindak tutur dan fungsi tuturan sesuai konteks. c. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Dokumentasi
9
Metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan beritaberita yang di muat dalam rubrik pojok “Amaq Pecut” dalam surat kabar Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015 baik berupa berita politik, kriminal, pendidikan, sosial, budaya, hiburan dan lain sebagainya. Berita-berita yang telah didapat kemudian dikliping, sesuai kebutuhan. Dokumentasi ini dilakukan dengan cermat, yaitu mempertimbangkan unsur-unsur keterkaitan berita yang akan diangkat. Lihat (Arikunto, 2010: 231).
Metode Simak
setelah mengumpulkan data dengan metode dokumentasi, selanjutnya peneliti menyimak penggunaan bahasa untuk mendapatkan data yang diinginkan. Metode simak dilakukan untuk menyimak penggunaan bahasa. Istilah penyimakan di sini tidak hanya penggunaan bahasa secara lisan, tetapi penggunaan bahasa secara tertulis ( Mahsun, 2005: 92). Setelah itu dilakukan teknik mencatat yaitu mencatat data-data tersebut yang memuat berita-berita rubrik pojok “Amaq Pecut” pada harian Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015, karena tidak cukup hanya dengan menyimak dan membaca surat kabar tersebut, tetapi juga dengan mencatat semua beritaberita yang berkaitan dengan objek penlitian supaya data atau berita-berita diperoleh langsung dapat diidentifikasi berdasarkan aspek-aspek tindak tutur dan fungsi tindak tutur dengan tinjauan pragmatik rubrik pojok “Amaq Pecut” harian Lombok Post.
Prosedur Analisis Data
Identifikasi ini dilakukan dengan cara menandai kalimat yang mengandung tindak tutur yang terdapat pada rubrik pojok “Amaq Pecut” harian Lombok Post
10
edisi Oktober sampai November 2015. Proses klasifikasi dilakukan dengan cara mengklompokan data sesuai dengan permasalahan penelitian, meliputi tindak tutur yang terdapat pada rubrik pojok “Amaq Pecut” harian Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015. Setelah data diidentifikasi dan diklasifikasikan maka selanjutnya dilakukan penginterpertasian terhadap data dengan teknik yang telah dipaparkan. Dianalisis menggunakan teori tindak tutur Jhon Langshaw Austin untuk menemukan tindak tutur apa saja yang muncul dalam rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post edisi Oktober sampai November 2015.
Penyajian Analisis Data
Pemaparan atau penyajian hasil analisis dalam penelitian ini diuraikan dalam bentuk kata-kata atau bahasa biasa untuk mendeskripsikan dan menjabarkan tindak tutur dan fungsi tindak tutur yang terdapat pada rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post edisi Oktober samapi November 2015. Dengan demikian, metode yang cocok untuk penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah metode informal. PEMBAHASAN A. Wujud Lingual Wacana Tindak Tutur Pada Rubrik Pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober dan November 2015. 1. Susunan Kalimat dengan Kalimat Pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” di harian Lombok Post edisi Oktober dan November 2015 di temukan unsur
pembentuk wacana yaitu
gabungan kalimat dengan kalimat. Baris pertama dan baris kedua merupakan sebuah kalimat yang menjadi unsur pembentuk dalam wacana, namun semuanya
11
tidak terlepas pada konteks tuturan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada data berikut ini. (1) Nasdem ditantang audit internal S P O Inget unin ketue partai, mun arak korupsi, partai tebubarang… S P O Ingat kata ketua partai kalau ada korupsi partai dibubarkan… „inget kata ketua partai, kalau ada korupsi, partai dibubarkan…‟ (Lombok Post , Senin, 18/10/2015) Data (1) termasuk unsur pembentuk wacana karena terdiri dari gabungan kalimat dengan kalimat. Baris pertama dan kedua berupa
kalimat memiliki
katagori (SPO) lengkap dan memiliki maksud yang sesuai dengan konteks tuturan yaitu “partai Nasdem ditantang audit internal” dan kalimat pemisahnya memiliki maksud mengingatkan para audit internal jika menemukan partai yang korupsi harus mendapatkan hukuman yaitu dengan membubarkan partai. 2. Susunan Kalimat dengan Klausa Pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” di harian Lombok post edisi Oktober dan November 2015 di temukan unsur pembentuk wacana yaitu susunan kalimat dengan klausa dan tidak terleps dari konteks. (2) Risma masih bisa ikut pilkada S P O Mun menang terus jari tersangke, untung wakilne… P
S
kalau menang langsung jadi tersangka untung wakilnya … „kalau menang langsung jadi tersangka, yang untung wakilnya…‟ (Lombok Post Sabtu , 24/10/2015) Data (2) termasuk unsur pembentuk wacana karena tersusun atas kalimat dengan klausa. Baris pertama berupa kalimat terdiri SPO ( subjek, predikat, dan
12
objek) dan baris kedua berupa kalusa yang terdiri SP (subjek dan predikat) dan memiliki maksud sesuai dengan konteks dari wacana tersebut yaitu Risma masih bisa mengikuti pilkada dan kalimat pemisahnya memiliki maksud jika risma menang akan jadi tersangka, yang untung wakilnya. 3. Gabungan Klausa dengan Klausa Pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” di harian Lombok Post edisi Oktober dan November 2015 di temukan unsur pembentuk wacana yaitu gabungan klausa dengan klausa (3) Jokowi-JK mengecewakan S Mule
P
mno mton, wah kedung, ape te ongkat… S P memang begitu saudara, sudah telanjur, apa mau berkata… „memang begitu saudara, sudah telanjur, apa mau dikata…‟ (Lombok Post , Selasa, 19/10/2015) Data (3) termasuk unsur pembentuk wacana karena terdiri dari gabungan klausa dengan klausa. Baris pertama dan kedua berupa Klausa terdiri SP (subjek dan predikat) dan memiliki maksud tertentu sesuai dengan konteks yaitu JokowiJK mengecewakan dan kalimat pemisahnya memiliki maksud meminta masyarakat besabar dengan kekecewaan mereka. 4. Susunan Klausa dengan Frase Pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” di harian Lombok Post edisi Oktober dan November 2015 di temukan unsur pembentuk wacana yaitu susunan klausa dengan frase sesuai dengan konteks. (4) Sekjen Nasdem jadi tersangka S P Perlu restorasi mental... P
13
butuh restorasi mental… „butuh restorasi mental…‟ (Lombok Post , Jumat, 16/10/2015) Data (4) termasuk unsur pembentuk wacana karena terdiri dari susunan klausa dengan frase. Baris pertama berupa klausa yang terdiri dari SP ( subjek dan predikat) baris kedua berupa frase memiliki katagori P ( predikat) dan memiliki maksud sesuiai dengan konteks yaitu sekjen Nasdem jadi tersangka dan kalimat pemisahnya memiliki maksud perlu mengembalikan mental supaya tidak memalukan. 5. Gabungan Frase dengan Frase Pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” di harian Lombok Post edisi Oktober dan November 2015 di temukan unsur pembentuk wacana yaitu gabungan frase dengan frase, namun tidak terlepasi dengan konteks. (5) Ganti Pelatih S Ne jak luek badek setuju…. P Ini mungkin banyak kira-kira setuju… „kira-kira ini mungkin banyak yg setuju…‟ (Lombok Post, Senin, 23/11/2015) Data (5) termasuk unsur pembentuk wacana karena tergabung atas frase denga frase. Baris pertamanya berupa frase terdiri dari katagori subjek (S) baris kedua berupa frase memiliki katagori Pedikat (P) dan memiliki makna sesuai dengan konteks meminta Chelsea ganti pelatih dan kalimat pemisahnya memiliki makna kalau Chelsea ganti pelatih mungkin banyak yang akan setuju. B. Tindak Tutur Wacana Rubrik Pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober Sampai November 2015 Presfektif : Jhon Langshaw Austin.
14
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Austin membagi tindak tutur menjadi tiga macam tindakan yang berbeda, yaitu lokusi, ilokusi dan perlokusi. Maka dibawah ini adalah pemaparan mengenai ketiga pembagian tindak tutur sepanjang data yang didapatkan dalam teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok post. (6) Pernyataan : Tolak revisi UU KPK Tanggapan : Mum payu langsung rowah para koruptor… kalau jadi langsung syukuran para koruptor…. „kalau jadi para koruptor langsung syukuran …‟ (Lombok Post , Sabtu, 10 /10/2015) Konteks
: KPK melemah, koruptor senang. Pemerintah hukum dan HAM menyatakan pemerintah siap membuat daftar inventaris masalah atau DIM terhadap draf revisi UU KPK yang beredar dari kalangan DPR. Politis PDIP jadi motor penggerak.
Lokusi
: Data (6) di atas termasuk tindak lokusi yang ditandai dengan kalimat Tolak revisi UU KPK, mum payu langsung rowah para koruptor (kalau jadi langsung syukuran para koruptor…)
Ilokusi
: Data (6) memiliki makna ilokusi eksersitif “penolakan”. Hal ini dapat dilihat dari kalimat yaitu Tolak revisis UU KPK. Tuturan tersebut mempunyai maksud bahwa masyarakat tidak ingin adanya perubahan pada UU KPK karena akan mempermudah koruptor melakukan korupsi. Kalimat pemisahnya yang di tulis dengan kata humor yaitu mum payu langsung rowah para koruptor (kalau jadi langsung syukuran para koruptor…) memiliki maksud menyindir para koruptor yang akan merasa senang kalau revisi UU KPK jadi dilakukan.
15
Pelokusi : Tindak perlokusi di atas dapat dilihat pada pernyataan” Tolak revisi UU KPK” memiliki maksud penolakan terhadap perubahan pada UU KPK. Hal ini memberi efek marah pada partai politik karena pemerintah
melakukan
perubahan
UU
KPK
yang
akan
menguntungkan para koruptor. C. Fungsi Tindak Tutur Wacana Rubrik Pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober Dan November 2015 Perspektif : Jhon Langsaw Austin . Berdasarkan analisis pada teks wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post prespektif : Jhon Langsaw Austin Edisi Oktober dan November 2015 ditemukan empat fungsi tindak tutur diambil dari tindak tutur ilokusi dan perlokusi yaitu fungsi yang verdikatif, fungsi eksersitif, fungsi komisif, dan fungsi behabitif. Berikut urainan semua fungsi tindak tutur tersebut sepanjang data yang ditemukan. 1. Fungsi Verdikatif „Menilai‟
(16a) Pernyataan : Nasionalise mulai luntur Tanggapan : Nah , ne jak bahaye
gati, jelapan tanganin
ye pak Nah ini berrbahaya sangat cepat urus dia pak! „nah, ini sangat berbahaya, cepat di tanganin pak!‟ (Lombok Post, Senin, 12/10/ 2015) Data (16a) termasuk fungsi verdikatif menilai karena pemerintah menilai bahwa maksud kepedulian masyarkat Indonesia terhadap cinta tanah airnya sudah
16
melemah. Fungsi verdikatif menilai terlihat pada kalimat „Nasionalise mulai luntur‟. 2. Fungsi Eksersitif Pada fungsi eksersitif terdapat lima fungsi tindakan yaitu eksersitif pnolakan, mengingatkan, meminta, menasehati. Semuanya akan dikalsifikasi berdasarkan contoh dibawah ini. a. Fungsi Eksersitif „Penolakan‟
(13a) Pernyataan : Tolak revisi UU KPK Tanggapan : Mum payu langsung rowah para koruptor… kalau jadi langsung syukuran paran koruptor….‟ „kalau jadi para koruptor langsung syukuran …‟ (Lombok Post, Sabtu, 10 /10/2015) Data (13a) termasuk fungsi eksersitif „penolakan‟ karena masyarakat tidak ingin adanya perubahan pada UU KPK karena akan mempermudah koruptor melakukan korupsi. Fungsi eksersitif „penolakan‟ terlihat pada kalimat „Tolak revisi UU KPK‟. b. Fungsi Eksersitif „Mengingatkan‟
(19a) Pernyataan : Honorer K2 Batal Jadi CPNS Tanggapan : Angkak dendek coblos dengan sak girang ajak-ajak… Makaknya jangan coblos orang yang suka berbohong‟ „dari itu jangan pilih orang yang suka berbohong…‟ (Lombok Post , Selasa, 3/11/2015) Data (19a) termasuk fungsi eksersitif „mengingatkan‟ karena mengingatkan pada masyarakan untuk lebih berhati-hati dalam memilih pemimpin. Fungsi eksersitif „mengingatkan‟ terlihat pada kalimat „Angkk dendek coblos dengan sak girang ajak-ajak ( makaknya jangan pilih orang yang suka berbohong)‟. c. Fungsi Eksersitif „Meminta‟
17
(24a) Pernyataan : Doa Dunia Untuk Paris Tanggapan : Moge-moge ndarak malik teror malik nani… mudah-mudahan tidak ada teror lagi sekarang… „semoga sekarang tidak ada lagi teror …‟ (Lombok Post , Mingggu, 15 /11/015) Data diatas secara keseluruhan berfungsi eksersitif „meminta‟. eksersitif „meminta‟ ditujukan pada kalimat yang bercetak tebal. Pada data (24a) berisi meminta pada masyarakat untuk mendoakan masyarakat Paris yang terkena musibah pengenboman oleh teroris. d. Fungsi Eksersitif „Menasehati‟
(27a) Pernyataan : Awas, sekenario adu domba Tanggapan : Sayene parah doang masalah politik lek negare ne… Semakin parah doang masalah politik di negara ini… „Semakin parah saja masalah politik di negara ini…‟ (Lombok Post , Senin, 23/10/2015) Data (27a) termasuk fungsi eksersitif „menasehati‟ karena menasehati semua elit politik supaya berhati-hati dalam menyelesaikan permasalahan. Fungsi eksersitif „menasehati‟ terlihat pada kalimat „Awas, sekenario adu domba‟. 3. Fungsi Komisif a. Fungsi Komisif „Mengumumkan‟ (14a) Pernyataan : CPNS Guru dibuka November Tanggapan : Laguk guru honor ndekn mauk jatah… Tapi guru honor tidak dapat bagian…‟ „tetapi guru honor tidak mendapatkan bagian…‟ (Lombok Post , Sabtu, 10/10/2015) Pada data Komisif „mengumumkan‟ ditujukan pada kalimat yang bercetak tebal (14a) berisi mengumumkan bahwa ada pembukaan CPNS bulan November. Data (17b) berisi mengumumkan bahwa pemerintah sudah peduli dengan gawah sekaroh. b. Fungsi Komisif „Melawan‟
18
(27a)Pernyataan : Aktivis siap jegal revisi UU KPK Tanggapan : Ape yakn ne kadu ngadang iye?? Apa yang digunakan menghalang dia??‟ „Apa yang digunakan dia untuk menghadang??‟ (Lombok Post , Minggu, 11/10/2015) Data (27a) termasuk fungsi komisif „melawan‟ karena para aktivis saip melawan dan memperliahtkan ketegasannya dalam pencegalan perubahan UU KPK.. Fungsi komisif „melawan‟ terlihat pada kalimat „Aktivis siap jegal revisi UU KPK‟. 4. Fungsi Behabitif a. Fungsi Behabitif „Kepuasaan‟ (12a) Pernyataan : Penonton puas dengan petujukan TNI Tanggapan : Rakyat sere nangkep penjahat
puas
rakyat semakin puas menangkap penjahat
lamun kalau
TNI
nulung
TNI membantu
„rakyat semakin puas kalau TNI membantu menangkap penjhat…‟ (Lombok Post , Selasa, 6/11/2015) Data (12a) termasuk fungsi behabitif „kepuasaan‟ karena masyarakat merasa puas dengan pertujukan TNI. Fungsi behabitif „kepuasaan‟ terlihat pada kalimat „Penonton puas dengan petujukan TNI‟. b. Fungsi Behabitif „Kebanggaan‟ (29a) Pernyataan : Hebat, pramuka pecahkan rekor MURI Tanggapan : Leman laek, pramuka memang hebat batur… Dari
dulu, pramuka memang hebat teman…‟
„dari dulu, pramuka memnag hebat teman…‟ 19
(Lombok Post , Kamis, 26/10/2015) Data (12a) termasuk fungsi behabitif „kebahagiaan‟ karena masyarakat merasa kebahagiaan bahwa pramuka bisa mendapatkan piala rekor MURI Fungsi behabitif „kebahagiaan‟ terlihat pada kalimat „Hebat, pramuka pecahkan rekor MURI‟. PENUTUP a. Simpulan Berdsarkan analisis data dan pembahasan di atas, penelitian ini dapat di simpulakan sebagai berikut. a.
Sesuai dengan data yang di ambil ditemukan wujud lingual tindak tutur pada rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober dan November 2015 persepektif: Jhon Langshaw Austin berupa wacana yang terbangun atas gabungan kaimat dengan kalimat, susunan kalimat dengan klausa, gabungan klausa dengan klausa, susunan klausa dengan frase, dan gabungan frase dengan frase.
b. Ditemukan tindak tutur pada rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober dan November 2015 meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur yang tidak akan berpengaruh terhadap lawan tuturnya dan digunakan untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi yaitu tindak tuturyang mengandung maksud dan fungsi tuturan. Sedangkan perlokusi yaitu tindak tutur yang menimbulkan efek pada lawan tuturnya.
20
c. Pada rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post Edisi Oktober Dan November 2015 perspektif: Jhon Langshaw Austin ditemukan fungsi tindak tutur yang diambil dari ilokusi dan perlokusi. Fungsi tersebut meliputi (1) fungsi verdikatif meliputi menilai, (2) fungsi eksersitif meliputi penolakan, mengingatkan, meminta, dan menasehati, (3) fungsi komisif meliputi mengumumkan dan melawan, dan (4) fungsi behabitif meliputi kepuasan dan kebanggaan. a. Saran Berdasarkan hasil analisis data serta simpulan yang telah penulis kemukakan diatas, pada bagian ini penulis ingin menympaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Penulis berharap penelitian wacana rubrik pojok “Amaq Pecut” Harian Lombok Post tidak hanya dianalisis mengenai tindak tutur saja melainkan bisa dikaji dari segi sematik, wacana kritis, campur kode dan lain sebagainya. 2. Penulis berharap hasil kajian , penelitian ini bisa menjadi acuan terhadap penelitian selanjutnya yang di bidang pragmatik yang mengkaji tindak tutrur 3. Penulis berharap hasil kajian, penelitian ini bisa memotivasi penelitian selanjutnya untuk memperdalam, mempertajam kajian serupa tentang tindak tutur.
21
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarata: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta Chaer, Abdul. 2007. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya. Gunawan, Asim. 1994. Kesantunan Negatif di Kalangan Dwibahasawan Indonesia-Jawa di Jakarta. Kajian Sosiopragmatik (PELLBA 7). Jakarta:Lembaga Bahasa Uneka Atma Jaya. Haryadi. 2003. “Jenis, Efek Dan Fungsi Tindak Tutur Perlokusi Mahasiswa Kuliyah Kerja Nyata Universitas Negri Semarang Di Kabupaten Kendal”. Tesis. Semarang: FBS Universitas Negeri Semarang.
Ismail. 2013. Ironi dan Sarkasme Bahasa Politik Media: Filsafat Analitik John Langshaw Austin. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Joko- Wicoyo, 1997. Filsafat Bahasa Biasa dan Tokonya . Jakarta: Liberty. , 1986. Konsepsi Filsafat Bahasa Jhon Langshaw Austin dalam Bukunya” How To Do Thing With Words”.Skripsi. Fakultas UGM:Yogyakarta. Leech, Geoffrey.1983. Prinsip Pragmatik. Landon, New York: Logman. .1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh M.D.D Oka;Steady Steadypratama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). Moleong. 2009. Metode Pnelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka. Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press. . 2000. Implikatur Tuturan Humor. Semarang : CV. IKIP Semarang Press. Subagyo, Paulus Ari. 1998. Wacana Pojok dalam Bahasa Indonesia( Tinjauan Struktural dan Pragmatik. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada.
22
Sumadiria,AS. Haris. 2007. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Professional. Bandung:Simbiosa Rekatama Media. Sumarsono. 2004. Buku Ajar Filsafat Bahasa.Jakarta.PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Urmson, J.O.1962: Philosophical Analiysis. Oxford Universty Perss: Oxford. Verhaar, J.W.M. 2004. Pengantar Lingustik. Jilid Yogyakarta:Gajah Mada University Perss. Wijana, I Dewe Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. . 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuna Pustaka.
23