KEAN NEKARA AGAMAN N, POLA SEBARA AN, DAN ASOSIAS SI NE EPENTHE ES DI HU UTAN KE ERANGA AS KABUPATEN BEL LITUNG G TIMUR P PROVINS SI KEPUL LAUAN BANGKA B A – BELIT TUNG
SITI MUNAW WAROH H
D DEPARTE EMEN SERVASII SUMBE ERDAYA HUTAN DAN EK KOWISAT TA KONS FAKUL LTAS KE EHUTAN NAN IN NSTITUT T PERTA ANIAN BO OGOR 2012 2
KEANEKARAGAMAN, POLA SEBARAN, DAN ASOSIASI NEPENTHES DI HUTAN KERANGAS KABUPATEN BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA – BELITUNG
SITI MUNAWAROH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
RINGKASAN
SITI MUNAWAROH. Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan R. SYAMSUL HIDAYAT. Nepenthes merupakan tumbuhan yang unik dan berpotensi sebagai tanaman hias. Namun saat ini populasi Nepenthes di habitat alaminya semakin menurun akibat terjadi konversi lahan dan eksploitasi berlebihan oleh masyarakat. Salah satu habitat Nepenthes yang kini semakin terancam keberadaannya akibat upaya konversi lahan yaitu hutan kerangas. Penelitian mengenai Nepenthes di hutan kerangas khususnya di Kabupaten Belitung Timur umumnya belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman, pola sebaran, dan asosiasi Nepenthes di hutan kerangas khususnya di Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2011 di tiga tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu Hutan Kerangas Primer (Rimba), Hutan Kerangas Sekunder (Bebak), Hutan Kerangas Khusus (Padang). Pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan jalur berpetak berukuran 10 m x 100 m yang dibagi lagi menjadi petak ukur 10 m x 10 m, jarak antar jalur 50 m dan sebanyak 10 jalur untuk setiap tipe hutan kerangas. Identifikasi spesies Nepenthes menggunakan buku Nepenthes Kantung Semar yang Unik (Mansur 2006) dan buku panduan lapang Hernawati dan Akhriadi (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spesies Nepenthes yang teridentifikasi sebanyak 4 spesies. Spesies tersebut terdiri dari Nepenthes ampullaria Jack., Nepenthes gracilis Korth., Nepenthes reinwardtiana Miq. dan Nepenthes rafflesiana Jack. Seluruh spesies yang ditemukan merupakan spesies murni. Keanekaragaman Nepenthes di Padang paling rendah dibandingkan dengan di Rimba dan Bebak. Jumlah spesies Nepenthes yang ditemukan di Padang hanya satu spesies, sedangkan di Rimba dan Bebak ditemukan tiga spesies Nepenthes. Pola sebaran Nepenthes di seluruh lokasi penelitian yaitu menyebar secara mengelompok (clumped). Sementara itu, seluruh spesies Nepenthes yang ditemukan memiliki asosiasi yang tidak nyata dan lemah dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Keberadaan Nepenthes di hutan kerangas khususnya di Kabupaten Belitung Timur perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif. Mengingat seluruh spesies Nepenthes dilindungi dan umumnya memiliki penyebaran yang mengelompok, sehingga keberadaannya sangat rentan terhadap kerusakan habitat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur memiliki 4 spesies Nepenthes yang menyebar secara berkelompok dan berasosiasi tidak nyata dengan spesies tumbuhan lain.
Kata kunci : Nepenthes, keanekaragaman, pola sebaran, asosiasi, hutan kerangas.
SUMMARY
SITI MUNAWAROH. Diversity, Distribution Pattern and Association of Nepenthes in The Heath Forest of East Belitung District, Bangka-Belitung Island Province. Under Supervision of AGUS HIKMAT and R. SYAMSUL HIDAYAT. Nepenthes is a unique plant, it is potential for ornamental plants. Nowadays, the population of Nephentes in its natural habitat is being decreased by land conversion and excessive exploitation by society. One of the habitat which is now threatened by land conversion is the heath forest. Research on Nephenthes in the heath forest, particularly in East Belitung District is generally not much done. This research aims to identify the diversity, ditribution pattern and associations in the heath forest particularly in East Belitung District, Bangka-Belitung Island Province. This research was conducted on July - August 2011 in 3 types of heath forest at East Belitung District, which are the primary heath forest (Rimba), the secondary heath forest (Bebak) and the particular heath forest (Padang). The data collection was done with analysis of vegetation method by using line quadrats. The number of lines in each type of heath forest was 10 with the size of 10 m x 100 m which are further divided into measure 10 m x 10 m and distance between lines was 50 m. The identification of Nepenthes used reference from Nepenthes Kantung Semar yang Unik (Mansur 2006) book and a guidebook of Nepenthes (Hernawati and Akhriadi 2006). The study found that the number of species of Nepenthes identified are 4 Nepenthes species, which consist Nepenthes ampullaria Jack., Nepenthes gracilis Korth., Nepenthes reinwardtiana Miq. and Nepenthes rafflesiana Jack. The whole species was pure species. Diversity of Nepenthes in the Padang most was low compared to the Rimba and Bebak. The number of species that are found on the Nepenthes of only 1 species, whereas in the Rimba and Bebak found 3 species of Nepenthes. The distribution patterns of Nepenthes in all location was clumped. Meanwhile, the whole Nepenthes species that was found have association which are not real and weak with other plants in the surrounding areas. The existance of Nepenthes in a heath forest, particularly at East Belitung District, needs intensive attention. Considering that all Nepenthes species is protected and generally dispersed in clumped, so its existance is very susceptible to habitat destruction. The conclusions of this research showed the heath forest particularly in East Belitung District has 4 species of Nepenthes are spread in a group and association with no real other plant species.
Keywords : Nepenthes, diversity, distribution pattern, association, heath forest.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung” adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen dan belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2012
Siti Munawaroh NIM E34080037
Judul Skripsi
Nama NIM
: Keanekaragama, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka – Belitung : Siti Munawaroh : E34080037
Menyetujui: Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F NIP. 19620918 198903 1 002
Ir. R. Syamsul Hidayat, MSi NIP. 19680706 199303 1 004
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi) yang berjudul “Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di Hutan Kerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka – Belitung”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Data hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman, pola sebaran, dan asosiasi Nepenthes dengan tumbuhan lain di hutan kerangas khususnya di Kabupaten Belitung Timur, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya-upaya pengelolaan hutan yang terdapat di Kabupaten Belitung Timur. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin. Bogor, Juli 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor, 17 Desember 1990 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan H. Ujang Iskandar dan Hj. Jubaedah. Penulis memulai pendidikan di SD Negeri Katulampa V pada tahun 1996 hingga tahun 2002. Pada tahun 2002 hingga 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 18 Bogor dan selanjutnya di SMA Negeri 7 Bogor pada tahun 2005 hingga 2008. Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008 dan diterima sebagai mahasiswi pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) “Rafflesia” dan Kelompok Fotografi Konservasi (FOKA) pada tahun 2009-2010. Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang pernah penulis ikuti yaitu Ekplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) di Cagar Alam Gunung Burangrang, Kabupaten Purwakarta pada tahun 2009, Studi Konservasi Lingkungan (Surili) di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah pada tahun 2010 dan panitia GEBYAR HIMAKOVA tahun 2010. Selain itu penulis juga melakukan kegiatan magang di Kebun Raya Bogor, bagian tumbuhan obat pada tahun 2011. Praktek lapang yang pernah diikuti penulis ketika menjadi mahasiswa antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Perum Perhutani Unit I Jateng KPH Banyumas Timur (Baturaden) dan KPH Banyumas Barat (Cilacap) pada tahun 2010, Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW)-Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Sukabumi, Bandung tahun 2011, dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Kelimutu, Nusa Tenggara Timur pada tahun 2012. Dalam upaya menyelesaikan pendidikan dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis
melakukan
penelitian
dan
penyusunan
skripsi
yang
berjudul
“Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes di Hutan Kerangas
Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung” dibimbing oleh Dr. Ir. Agus Hikmat M.Sc.F dan Ir. R. Syamsul Hidayat, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tersusunnya skrispi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda H. Ujang Iskandar dan Ibunda Hj. Jubaedah yang merupakan motivasi terbesar dalam penyelesaian skripsi ini dan selalu memberikan doa, kasih sayang serta dukungannya. 2. Kakakku Teh Euis, Nde & A’gaga, Adikku Asep, serta seluruh keluarga ku tercinta atas segala doa, kasih sayang, keceriaan dan motivasi yang telah diberikan. 3. Dr. Ir Agus Hikmat, M.Sc. F dan Ir. R. Syamsul Hidayat, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. 4. Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku moderator seminar dan ketua sidang komprehensif serta Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Si selaku dosen penguji. 5. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Fakultas Kehutanan khusunya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah memberikan dan mengajarkan banyak ilmu serta membantu penulis selama melakukan perkuliahan di IPB. 6. Program beasiswa BBM tahun 2009 - 2012 berupa bantuan material sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IPB. 7. Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung Timur yang telah memberikan izin dan dukungan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian di Kabupaten Belitung Timur. 8. Bapak M. Mansur, Ibu Tri dan Bapak Kissinger yang telah bersedia untuk berbagi dan memberikan ilmu serta pengetahuan khususnya mengenai Nepenthes. 9. Pak Sairin, Pak Hamidi, Pak Rahiman, Pak Rahman, Mak Mah, Busu Ii yang telah menemani dan memberikan bantuan selama pengambilan data di lapangan.
10. Dina Oktavia, S.Hut atas kebersamaannya dalam pengambilan data di lapangan dan perjuangan dalam menyelesaikan skripsi. 11. Keluarga Dina Oktavia, S.Hut yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama pengambilan data di lapangan. 12. Ka Vio, Ka Dahlan, Ka Marwah dan Ka Agus atas ilmu, pengetahuan dan dukungan yang telah diberikan. 13. Sahabat dan teman-teman terbaikku, Uwie, Hesti, Kamei, Dina, Babel, Hapriza, Nurika, Ajeng, Riska, Septi, Bang Davi, Ina, Rei, Tantri, Kuspri, Eko, Febi Nurdia, Tiara, Dinda, Dwinda, Uun untuk kasih sayang, keceriaan dan semangat yang diberikan. 14. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan. 15. Teman-teman Kelompok Pemerhati Flora (KPF) “Rafflesia” HIMAKOVA. 16. Keluarga Besar KSHE 45 “EDELWEIS” yang memberikan banyak pengalaman dan kenangan selama perkuliahan dan praktikum. 17. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Tujuan...........................................................................................
2
1.3 Manfaat.........................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bio-ekologi Nepenthes .................................................................
3
2.1.1 Klasifikasi ..........................................................................
3
2.1.2 Morfologi ...........................................................................
3
2.1.3 Penyebaran dan habitat ......................................................
5
2.2 Pemanfaatan Nepenthes................................................................
6
2.3 Hutan Kerangas ............................................................................
6
2.4 Pola Penyebaran ...........................................................................
8
2.5 Asosiasi Tumbuhan ......................................................................
9
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................
10
3.2 Bahan dan Alat .............................................................................
10
3.3 Jenis Data .....................................................................................
11
3.4 Metode Pengumpulan Data ..........................................................
11
3.4.1 Data primer.........................................................................
11
3.4.2 Data sekunder .....................................................................
12
3.5 Analisis Data ................................................................................
13
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas ...........................................................................
15
4.2 Kondisi Fisik ..............................................................................
15
vii
4.2.1 Topografi .........................................................................
15
4.2.2 Geologi dan tanah ............................................................
16
4.2.3 Iklim .................................................................................
17
4.3 Kondisi Biologi ..........................................................................
17
4.3.1 Flora .................................................................................
17
4.3.2 Fauna ................................................................................
17
4.4 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar ...............................
18
4.4.1 Penduduk .........................................................................
18
4.4.2 Pendidikan .......................................................................
18
4.4.3 Mata pencaharian .............................................................
18
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Vegetasi Hutan Kerangas ...............................................
19
5.1.1 Hutan kerangas khusus (Padang) .......................................
19
5.1.2 Hutan kerangas primer (Rimba) .........................................
19
5.1.3 Hutan kerangas sekunder (Bebak)......................................
20
5.2 Keanekaragaman Nepenthes ........................................................
20
5.2.1 Nepenthes di Padang ..........................................................
21
5.2.2 Nepenthes di Rimba ...........................................................
23
5.2.3 Nepenthes di Bebak ............................................................
24
5.3 Kunci Identifikasi Spesies Nepenthes ..........................................
25
5.4 Deskripsi Spesies Nepenthes ........................................................
26
5.4.1 Nepenthes ampullaria Jack. ...............................................
26
5.4.2 Nepenthes gracilis Korth. ..................................................
29
5.4.3 Nepenthes rafflesiana Jack. ...............................................
32
5.4.4 Nepenthes reinwardtiana Miq. ..........................................
34
5.5 Pola Sebaran .................................................................................
35
5.6 Asosiasi Nepenthes dengan Tumbuhan di Sekitarnya..................
38
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...................................................................................
43
6.2 Saran .............................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
44
LAMPIRAN ..................................................................................................
47
viii
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.
Tabel kontingensi 2 x 2 ...........................................................................
14
2.
Klasifikasi bentang alam Kabupaten Belitung Timur .............................
16
3.
Unit SKL kesuburan tanah Belitung Timur ............................................
16
4.
Spesies-spesies Nepenthes yang ditemukan di lokasi penelitian ............
21
5.
Nilai Indeks Dispersi spesies Nepenthes .................................................
36
6.
Persentase Indeks Asosiasi Nepenthes ....................................................
40
ix
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.
Lokasi penelitian .....................................................................................
10
2.
Bentuk peta ukur dalam metode jalur berpetak ......................................
11
3.
Kondisi vegetasi di Padang .....................................................................
19
4.
Kondisi vegetasi di Rimba ......................................................................
20
5.
Kondisi vegetasi di Bebak.......................................................................
20
6.
Nepenthes gracilis di Bebak ...................................................................
22
7.
Nepenthes gracilis di Padang ..................................................................
22
8.
Kondisi habitat Nepenthes reinwardtiana Miq dan Nepenthes gracilis di Rimba ..................................................................................................
24
Genangan air (Amau) di Bebak ..............................................................
25
10. Batang (A) dan daun (B) Nepenthes ampullaria ....................................
26
11. Kantong bawah Nepenthes ampullaria ...................................................
27
12. Kantong roset Nepenthes ampullaria......................................................
28
13. Mulut dan tutup kantong Nepenthes ampullaria.....................................
28
9.
14. Kantong Nepenthes ampullaria berwarna hijau dengan corak merah (A), berwarna hijau polos (B) .........................................................................
29
15. Batang (A), dan daun (B) Nepenthes gracilis .........................................
30
16. Bentuk kantong Nepenthes gracilis ........................................................
30
17. Tutup kantong Nepenthes gracilis ..........................................................
31
18. Bunga Nepenthes gracilis .......................................................................
31
19. Daun Nepenthes rafflesiana ....................................................................
32
20. Nepenthes rafflesiana di Bebak (A), dan di Rimba (B) ..........................
33
21. Kantong Nepenthes rafflesiana yang masih tertutup ..............................
33
22. Dua spot mata di dalam kantong Nepenthes reinwardtiana ...................
34
23. Nepenthes reinwardtiana di Rimba ........................................................
35
24. Nepenthes rafflesiana yang tumbuh mengelompok pada tempat yang sedikit ternaungi namun masih mendapatkan sinar matahari.........
36
25. Nepenthes ampullaria yang tumbuh mengelompok disekitar genangan air (Amau) ...............................................................................
37
x
26. Famili tumbuhan lain yang memiliki asosiasi nyata dengan Nepenthes di Rimba ................................................................................
38
27. Famili tumbuhan lain yang memiliki asosiasi nyata dengan Nepenthes di Bebak.................................................................................
39
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1.
Perhitungan pola sebaran Nepenthes.......................................................
48
2.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba ............
49
3.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes gracilis di Rimba .......................
55
4.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba ..................
61
5.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak ...................
67
6.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak ...................
72
7.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes gracilis di Bebak ........................
77
8.
Perhitungan indeks asosiasi Nepentes gracilis di Padang ......................
82
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Nepenthes atau kantong semar merupakan salah satu spesies tumbuhan yang unik dan berpotensi sebagai tumbuhan hias. Pemanfaatan Nepenthes sebagai tumbuhan hias telah banyak dilakukan oleh masyarakat luas, hal ini disebabkan karena Nepenthes memiliki kantong yang unik, beragam warna dan bentuk. Menurut Mansur (2006) di Indonesia terdapat 64 spesies Nepenthes yang sebagian besar terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Nepenthes dapat hidup di tempat terbuka maupun terlindungi yang kondisi habitatnya miskin hara khususnya nitrogen seperti kawasan kerangas yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi (Mansur 2006). Salah satu lokasi di Indonesia yang memiliki kawasan kerangas yang cukup luas yaitu Pulau Belitung (Whitten 1984). Hutan kerangas di Pulau Belitung memiliki tipe tanah podsolik yang didominasi oleh pasir kuarsa. Secara konvensional, pasir kuarsa memiliki nilai ekonomi tinggi sehingga menyebabkan masyarakat melakukan penambangan hampir di seluruh kawasan Belitung dan menjadikannya sebagai mata pencaharian. Salah satu lokasi penambangan yang terdapat di Belitung terletak di Kabupaten Belitung Timur. Sebagian besar hutan kerangas di Belitung Timur tersebut kini berubah menjadi kawasan penambangan, perkebunan, dan pemukiman. Upaya konversi lahan ini menyebabkan kelestarian flora dan fauna di hutan lindung tersebut semakin terancam, tidak terkecuali spesies Nepenthes. Nepenthes merupakan salah satu spesies tumbuhan langka. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 Tahun 1999, semua spesies Nepenthes dilindungi. Hal ini disebabkan karena populasi Nepenthes di alam semakin berkurang. Menurunnya jumlah populasi Nepenthes di alam dikarenakan terjadinya konversi habitat alaminya menjadi kawasan perkebunan, penambangan, pertanian, dan pemukiman serta akibat dari ekploitasi pemanfaatan oleh masyarakat yang langsung mengambilnya dari alam dan dilakukan secara tidak terkendali demi kepentingan ekonomi.
2
Konversi
lahan
menjadi
kawasan
penambangan
dan
eksploitasi
pemanfaatan Nepenthes memberikan dampak negatif tehadap keberadaan Nepenthes di habitat alaminya. Oleh karena itu kajian mengenai Nepenthes di habitat alaminya sangat diperlukan untuk kegiataan pengelolaan spesies tumbuhan yang dilindungi tersebut. 1.2 Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Mengidentifikasi keanekaragaman spesies Nepenthes di Hutan Kerangas Belitung Timur 2. Mengidentifikasi pola sebaran spesies Nepenthes di Hutan Kerangas Belitung Timur 3. Mengidentifikasi asosiasi antara Nepenthes dengan tumbuhan lain di sekitarnya. 1.3 Manfaat Data hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola hutan kerangas dan sebagai langkah awal dalam upaya konservasi spesies Nepenthes sehingga keberadaan di habitat alaminya tetap terjaga.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bio-ekologi Nepenthes 2.1.1 Klasifikasi Nepenthes secara ilmiah dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Suhono & Tim LIPI 2010) : Kerajaan
: Plantae
Filum
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Caryophyllales
Familia
: Nepenthaceae
Genus
: Nepenthes
Spesies
: Nepenthes ampullaria Jack., Nepenthes rafflesiana Jack., Nepenthes gracilis Korth., Nepenthes reinwardtiana Miq.
Nepenthes atau dikenal dengan nama kantong semar pertama kali dikenalkan oleh J.P Breyne pada tahun 1689 (Mansur 2006). Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki cukup banyak nama daerah yang berbeda-beda. Masyarakat di Riau mengenal tanaman ini dengan sebutan periuk monyet, di Jambi disebut dengan kantong beruk, di Bangka disebut dengan ketakung, sedangkan nama sorok raja mantri diberikan oleh masyarakat di Jawa Barat pada tanaman unik ini. Sementara di Kalimantan setiap suku memiliki istilah sendiri untuk menyebut Nepenthes sp. Suku Dayak Katingan menyebutnya sebagai ketupat napu, suku Dayak Bakumpai dengan telep ujung, sedangkan suku Dayak Tunjung menyebutnya dengan selo bengongong yang artinya sarang serangga (Mansur 2006). Populasi kantung semar yang ada di dunia berjumlah sekitar 82 spesies dan 64 spesies diantaranya terdapat di Indonesia (Mansur 2006). 2.1.2 Morfologi Nepenthes memiliki batang yang lurus, merambat atau memanjat hingga mencapai ketinggian 20 meter. Tumbuhan ini memiliki daun yang tunggal, bentuk, warna, tekstur dan ukuran yang berubah-ubah. Komposisi daun Nepenthes terdiri dari helaian daun, sulur, kantong, tutup kantong dan taji. Batang Nepenthes
4 umumnya berbentuk silinder dan elips yang terus tumbuh. Ruas pada roset pendek, tegak memanjang dan memanjat tanaman lain (Akhriadi & Hernawati 2006) Nepenthes terkenal sebagai tumbuhan yang unik karena tumbuhan ini mampu memangsa serangga. Oleh karena itu tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan karnivora. Kemampuan memangsa serangga ini dikarenkan oleh Nepenthes memiliki organ berbentuk kantung yang menjulur dari ujung daunnya. Organ tersebut bernama pitcher atau kantong. Selain itu tumbuhan kantung semar ini memiliki keunikan yang lain yaitu bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya (Azwar et al. 2006). Kantong merupakan bagian yang paling penting dari Nepenthes (Akhriadi & Hernawati 2006) . Umumnya Nepenthes memiliki tiga kantong yang berbeda meskipun dalam satu spesies. Ketiga kantong tersebut dikenal dengan nama kantong roset, kantong bawah dan kantong atas (Mansur 2006) : a) Kantong roset yaitu kantong yang keluar dari ujung daun roset. b) Kantong bawah yaitu kantong yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Selain ujung sulurnya berada di depan bawah kantong, juga memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga tanah naik hingga ke mulut kantong. c) Kantong atas yaitu kantong berbentuk corong, pinggang, atau silinder dan tidak memiliki sayap. Bentuk ini sangat beralasan menyentuh kantong atas difungsikan untuk menangkap serangga terbang, bukan serangga tanah. Selain itu ujung sulur berada di belakang bawah kantong. Secara keseluruhan, semua spesies Nepenthes memiliki lima bentuk kantong yaitu bentuk tempayan (N. ampullaria), bulat telur atau oval (kantong bawah dari N. rafflesian), silinder (N. gracilis), corong (kantong atas dari N. rafflesiana), dan pinggang (N. reinwardtiana atau N. gymnamphora ) (Mansur 2006). Kantong Nepenthes bagian dalam memiliki kelenjar yang dapat menghasilkan enzim yang berguna untuk memecahkan dan mencerna hewanhewan kecil yang masuk ke dalam kantung seperti serangga dan mamalia kecil.
5 Enzim tersebut digunakan sebagai katalis oleh Nepenthes untuk mencerna mangsa yang tertangkap dan menyediakan nutrisi yang penting agar mereka dapat tumbuh (Akhriadi & Hernawati 2006). Kantong, kelenjar enzim dan proses pemecahan atau pencernaan oleh Nepenthes
merupakan adaptasi morfologi tumbuhan
tersebut untuk memenuhi kekurangan nutrisi penting dari habitatnya. Enzim yang dihasilkan oleh Nepenthes disebut proteolase. Enzim ini dikeluarkan oleh kelenjar yang ada pada dinding kantong di zona pencernaan yang berfungsi sebagai enzim pengurai. Dengan bantuan enzim nepentheisin, protein serangga atau hewan lain yang tertangkap di dalam cairan kantong, kemudian diuraikan menjadi zat-zat yang lebih sederhana seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan garam-garam mineral. Zat-zat sederhana tersebutlah yang diserap oleh Nepenthes untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Mansur 2006). 2.1.3 Ekologi dan penyebaran Hutan dataran rendah (<1000 mdpl) dan hutan pegunungan (>1000 mdpl) merupakan habitat penting untuk Nepenthes. Sebagian besar daerah sebaran Nepenthes di Sumatera terdapat di hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Umumnya Nepenthes dapat tumbuh baik di tanah yang miskin hara dan agak terkena sinar matahari (Akhriadi & Hernawati 2006). Nepenthes dapat hidup di tempat terbuka maupun agak terlindung di habitat yang miskin unsur hara khususnya nitrogen seperti kawasan kerangas dengan kelembaban udara cukup tinggi. Menurut Mansur (2006) Nepenthes dapathidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, padang savana dan danau. Karakteristik dan sifat Nepenthes berbeda pada setiap habitat. Beberapa spesies Nepenthes yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan pegunungan bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain (Azwar et al. 2006). Nepenthes yang bersifat epifit dapat tumbuh di tempat yang memiliki kelembaban tertentu, sehingga frekuensi penyebaran mereka sangat teratur. Perbedaan penyebaran ini sangat dipengaruhi oleh cahaya, angin dan penyediaan air dan bahan-bahan organik tanah (Barbour 1987 diacu dalam Dariana 2009). Pada habitat yang cukup ekstrim seperti di hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30ºC pada siang hari, Nepenthes beradaptasi dengan daun yang tebal untuk
6 menekan penguapan air dari daun. Sementara Nepenthes di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m. Nepenthes dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi tanah yang miskin hara dan biasanya menghasilkan kantong yang besar dengan warna yang mencolok, sementara itu kantong Nepenthes yang tumbuh di tanah yang subur umumnya kecil, warna tidak mencolok dan ukuran daunnya lebih besar (Akhriadi & Hernawati 2006). 2.2 Pemanfaatan Nepenthes Masyarakat umumnya memanfaatkan Nepenthes sebagai tanaman hias. Namun selain itu ada beberapa masyarakat tradisional memanfaatkan tumbuhan ini sebagai tanaman obat. Masyarakat tradisional menggunakan air yang ada di dalam kantung Nepenthes sebagai ramuan untuk menyembuhkan penyakit tertentu, diantaranya yaitu obat sakit mata, batuk dan maag. Masyarakat Maluku meyakini bahwa air yang berada di dalam kantung Nepenthes dapat mendatangkan hujan pada musim kemarau, yaitu dengan cara menuangkan semua air dari kantong ke tanah. Di sisi lain, orang Sumatera memanfaatkan Nepenthes yang sudah dibersihkan untuk memasak lemang (Handoyo & Maloedyn 2006). Menurut Heyne (1987), cairan yang terdapat di dalam kantong dapat digunakan sebagai obat batuk, selain campuran cairan kantung N. ampularia dengan bunga kenanga dan garam juga dapat digunakan sebagai obat untuk mencuci mata. 2.3 Hutan Kerangas Hutan kerangas adalah ekosistem khusus dan mudah dikenali di seluruh formasi hutan hujan dataran rendah. Secara umum, hutan kerangas tumbuh di daerah dataran rendah beriklim selalu basah. Hutan kerangas yang paling luas dapat ditemukan di daerah tropika bagian timur. Sementara di daerah Malaysia tersebar secara terbatas (tidak merata) begitu juga di Brunei. Hutan ini juga dapat ditemui di Sumatera, Belitung, Singkep, Teluk dan Menamang. Khusus untuk daerah Teluk Kaba (Kalimantan Timur), tumbuhan Nepenthes banyak dijumpai. Menurut Whitmore (1984) di daerah Malesia, hutan kerangas tersebar secara
7 terbatas di Kalimantan (Indonesia), Sarawak dan Sabah (Malaysia), dan Brunei. Umumnya hutan kerangas banyak ditemukan di daerah yang berbukit-bukit. Hutan kerangas merupakan salah satu tipe hutan dataran rendah yang memiliki lantai hutan yang ditutupi oleh tanah berpasir putih (tanah podsol) yang miskin hara dan bersifat asam (pH 3-4) yang berasal dari batuan ultrabasic (Mansur 2006). Sebagian besar dibentuk oleh pepohonan muda, batang pohon yang kecil dan bentuk yang rapi dan teratur tetapi
sulit untuk ditembus.
Kanopinya rendah, seragam, dan biasanya rapat ditutupi dengan lapisan yang tidak melilit-lilit (Whitmore 1984). Kanopi pohonnya relatif terbuka sehingga penyinaran cahaya matahari terhadap lantai hutan tinggi menyebabkan daun-daun yang berada di bagian atas kanopi berwarna coklat kemerah-merahan. Hutan kerangas umumnya terdapat di daerah dataran rendah dan beriklim selalu basah. Menurut Whitmore (1984) aliran sungai di area hutan kerangas berwarna kecoklatan akibat dari pancaran cahaya dan hitam buram akibat pamantulan cahaya yang menunjukkan adanya kandungan senyawa organik. Tanah di hutan kerangas umumnya asam (pH <5,5) dan dengan kandungan oksigen yang rendah. Ekosistem di hutan kerangas mudah rusak dan sulit dikembalikan lagi jika sudah terganggu. Keterbukaan hutan kerangas akan mengakibatkan timbulnya Padang savana yang gersang (MacKinnon et al. 1996). Suhu udara di hutan kerangas umumnya cukup ekstrim yaitu di atas 30˚ C pada siang hari. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat tumbuh di hutan kerangas yaitu Hydnophytum, Myrmecodia dan Clerodendron fistulosum. Selain itu juga terdapat tumbuhan pemakan serangga diantaranya yaitu Drosera, Nepenthes dan Utricularia yang biasanya hidup di lokasi yang terbuka (Whitmore 1984). Menurut Mansur (2006) spesies pohon yang dapat tumbuh di hutan kerangas diantaranya yaitu Vaccinium laurofolium, Rhodomyrtus tomentosus, Tristaniopsis whiteana, Switonia glauca, Combretocarpus rotundus, Cratoxylum glaucum, Hopea dryobalanoides, dan beberapa spesies marga Eugenia sp. Beberapa spesies tumbuhan yang dapat dimakan (edible) yang hidup di hutan kerangas Belitung sebagian besar anggota dari famili Myrtaceae, seperti jemang (Rhodamia cinerea), keremuntingan (Rhodomyrtus tomentosa), keleta’en (Melastoma polyanthum) dan simpor bini (Dillenia suffruticosa). Selain itu juga
8 terdapat beberapa spesies dari genus Syzygium dan famili Ericaceae yaitu perai laki (Vaccinium bancanum), perai bini (V. bracteatum), dari Clusiaceae seperti melak (Garcinia bancana), kiras (G. hombroniana) dan kandis (G.parvifolia), serta dari jenis Rubiaceae antara lain tenam (Psychotria viridiflora) dan tempala’en (Timonius sp.). Seluruh spesies ini amat toleran atau telah teradaptasi dengan baik pada kondisi ekosistem Padangan, seperti lahan hutan kerangas tersebut yang kurang menguntungkan (Fakhrurrozi 2001). 2.4 Pola Sebaran
Penyebaran spesies dalam tingkat komunitas dan organisasi ekologi
bersifat unik. Penyebaran dalam komposisi jenis berhubungan dengan derajat kestabilan komunitas (Istomo 1994). Menurut Cox (1972) diacu dalam Istomo (1994) mengungkapkan bahwa komunitas vegetasi dengan penyebaran spesies yang lebih besar akan memiliki jaringan kerja lebih komples daripada komunitas dengan penyebaran spesies yang rendah. Penyebaran spesies tumbuhan dapat terjadi secara vertikal maupun horizontal. Penyebaran secara vertikal suatu spesies sangat dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya matahari. Spesies yang memiliki tajuk yang tinggi paling teratas berada pada kondisi yang penuh cahaya (100%), sedangkan spesies dengan tajuk yang rendah dan dekat permukaan tanah berada dalam kondisi yang kurang cahaya. Penyebaran spesies tumbuhan secara horizontal merupakan penyebaran yang sangat komplek. Odum (1990) menjelaskan bahwa spesies-spesies dalam populasi akan menyebar menurut tiga pola yaitu acak (randomi), seragam (unifrom), dan bergerombol (clumped). Penyebaran spesies secara acak jarang sekali ditemukan. Penyebaran secara acak terjadi apabila kondisi lingkungan tempat tumbuh seragam, tidak terjadi kompetsi yang kuat antar spesies anggoa populasi dan masing-masing spesies tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri (Indriyanto 2006). Sementara itu, sebaran seragam terjadi apabila terdapat persaingan yang ketat antar individu dalam populasi atau terdapat organisme yang bersifat antagonis positif (Ewuise 1990). Penyebaran spesies secara bergerombol merupakan penyebaran yang paling umum terjadi di alam. Penyebaran bergerombol dapat meningkatkan kompetisi di dalam populasi untuk memperoleh unsur hara, ruang dan cahaya.
9 2.5 Asosiasi Tumbuhan Tumbuhan hidup membentuk suatu kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan tersebut terdapat pula asosiasi dan interaksi yang saling menguntungkan sehingga terbentuk suatu derajat keterpaduan (Resosoedarmo 1989 diacu dalam Djufri 2002). Asosiasi adalah suatu tipe komunitas yang khas, ditemukan dengan kondisi yang sama dan berulang-ulang di beberapa lokasi (Kurniawan et al. 2008). Asosiasi dapat diartikan sebagai sekelompok spesies yang hidup dalam lingkungan yang sama. Menurut Taramingkeng (1979) diacu dalam Wisnugroho (1998) asosiasi merupakan sekelompok spesies yang hidup dalam tempat yang sama. Asosiasi tersebut merupakan suatu hubungan interaksi antara satu individu dengan individu lain untuk mendukung keberlangsungan hidup individu tersebut.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga tipe hutan kerangas di Kabupaten Belitung Timur yaitu hutan kerangas primer (Rimba), hutan kerangas sekunder (Bebak) dan hutan kerangas khusus (Padang). Waktu penelitian pada bulan Juli sampai Agustus 2011.
Gambar 1 Lokasi Penelitian. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan yaitu tambang plastik, tali raffia, kantong plastik, kertas koran bekas, alkohol, meteran (1,5 m dan 20 m), patok, kompas, jangka sorong, golok, label gantung, peta lokasi, buku identifikasi tumbuhan, kamera, papan jalan, tally sheet, alat tulis dan alat hitung.
11
3.3 Jenis Data Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil inventarisasi di lapangan. Data yang diambil meliputi data Nepenthes (nama spesies, karakteristik spesies, jumlah individu) dan spesies tumbuhan lain yang hidup di sekitar Nepenthes. 2. Data sekunder Data sekunder yang dikumpulkan berupa informasi terkait kondisi umum lokasi penelitian yang meliputi sejarah kawasan, letak, luas, kondisi tanah, topografi, iklim, kondisi vegetasi, satwa, dan masyarakat sekitar kawasan. Selain itu dikumpulkan juga informasi pemanfaatan Nepenthes oleh masyarakat. 3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1
Data primer Data primer dikumpulkan dengan membuat jalur pengamatan. Ukuran
jalur yang digunakan yaitu 10 m x 100 m, masing-masing lokasi sebanyak 10 jalur. Jarak untuk setiap jalur yaitu 50 m. Peletakan jalur dilakukan secara systematic sampling. Jalur tersebut dibagi menjadi petak-petak ukur berukuran 10 m x 10 m (Gambar 2). Jalur ini digunakan untuk mengidentifikasi keanekaragaman, pola penyebaran dan asosiasi Nepenthes dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Selain itu dilakukan pula pembuatan spesimen herbarium Nepenthes dan tumbuhan lain di sekitarnya. 10 m
10 m
Arah jalur
Gambar 2 Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak. 3.4.1.1 Keanekaragaman Nepenthes Nepenthes yang ditemukan dalam petak ukur dicatat nama spesies diukur diameter batangnya (diameter batang yang diukur 10 cm dari permukaan tanah),
12
panjang batang, panjang daun, kantong (bentuk, warna, tinggi dan lebar), kantong roset, kantong bawah, kantong atas dan bunga. 3.4.1.2 Pola Sebaran Nepenthes Setiap spesies Nepenthes yang ditemukan di jalur pengamatan, dicatat jumlah individu di setiap rumpun dan persebarannya di petak contoh. 3.4.1.3 Asosiasi Di dalam petak contoh dilakukan pencatatan spesies tumbuhan yang hidup di sekitar Nepenthes. 3.4.1.4 Pembuatan spesimen herbarium Pembuatan herbarium ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan dan Nepenthes yang belum teridentifikasi di lapangan. Tahapan pembuatan herbarium (Onrizal 2005) yaitu : 1. Spesimen herbarium diberi label gantung dan dirapikan. Label ini berisi informasi tentang nomor plot, nomor jenis, nama lokal, lokasi pengumpulan data dan nama pengumpul. 2. Kemudian dimasukan ke dalam lipatan kertas Koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu spesimen. 3. Lipatan kertas koran berisi spesimen herbarium tersebut ditumpuk. 4. Kemudian tumpukan tersebut dimasukan ke dalam kantong palstik dan disiram alkohol 70% hingga seluruh bagian tumpukan tersiram secara merata. 5. Setelah itu kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter agar alkohol tidak menguap ke luar kantong. 6. Herbarium yang akan diidentifikasi dioven pada suhu 80˚ C selama 48 jam. 7. Herbarium yang sudah kering, dapat diidentifikasi nama ilmiahnya berdasarkan ciri morfologi maupun keterangan yang tertera pada label. 3.4.2
Data sekunder Pengumpulan data sekunder berisi tentang keadaan umum lokasi,
kependudukan dan sosial budaya masyarakat sekitar lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur yang meliputi buku, laporan penelitian, skripsi, tesis dan jurnal ilmiah lainnya.
13
3.5
Analisis Data
3.5.1
Keanekaragaman spesies Keanekaragaman spesies Nepenthes yang ditemukan dianalisis secara
deskriptif. 3.5.2 Pola sebaran spesies Nepenthes Pola sebaran spesies setiap Nepenthes ditentukan menggunakan rumus Indeks Dispersi (ID) atau Indeks varians (Ludwig & Reynolds 1988). Adapun rumus indeks dispersi adalah sebagai berikut: ID =
=
Dimana :
=
∑
∑
/
∑
Keterangan : ID = Indeks Dispersi S2 = nilai ragam = nilai rata-rata individu Xi = banyaknya individu suatu spesies pada petak contoh ke-i n = total petak contoh Kriteria pola penyebaran horizontal yaitu : a. Jika nilai ID = 1, maka individu tumbuhan berdistribusi acak (Random) b. Jika nilai ID > 1, maka individu tumbuhan berdistribusi mengelompok (Clumped) c. Jika nilai ID < 1, maka individu tumbuhan berdistribusi seragam (Reguler) 3.5.3 Asosiasi Analisis asosiasi Nepenthes dengan tumbuhan yang ada di sekitarnya dilakukan dengan menggunakan tabel kontingensi 2 2. Bentuk tabel kontingensi 2 2 sebagai berikut :
14
Tabel 1 Tabel kontingensi 2 2 Spesies A (Nepenthes)
B (Non Nepenthes) Ada
Tidak ada
Jumlah
Ada
a
b
a+b
Tidak ada
c
d
c+d
Jumlah
a+c
b+d
N= a+b+c+d
Keterangan : a = jumlah petak ditemukan spesies A dan B b= jumlah petak ditemukan spesies A c= jumlah petak ditemukan spesies B d= jumlah petak tidak ditemukan spesies A dan B Untuk mengetahui adanya kecenderungan berasosiasi atau tidak digunakan Chi-square Test dengan rumus sebagai berikut : Chi-square hitung = Nilai Chi-square (X2) hitung kemudian dibandingkan dengan nilai Chisquare (X2) tabel pada derajat bebas = 1 dengan menggunakan taraf uji 5 % (3,84). Jika nilai X2 hitung > X2 tabel , maka asosiasi bersifat nyata. Sedangkan X2 hitung < X2 tabel maka asosiasi bersifat tidak nyata (Ludwig & Reynolds 1988).
Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat kekuatan asosiasi digunakan Indeks
Jaccard (JI) : JI = Nilai Indeks asosiasi terjadi pada selang 0 – 1. Jika nilai indeks mendekati 1 maka asosiasinya kuat sedangkan jika nilai indeks mendekati 0 maka asosiasinya lemah.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas Kabupaten Belitung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berdiri pada tahun 2005 dan beribukota di Manggar. Kabupaten Belitung Timur adalah satu kesatuan wilayah daratan dengan Kabupaten Belitung Induk. Secara geografis Kabupaten Belitung Timur terletak antara 107˚45’ BT sampai 108˚18’ BT dan 02˚30’ LS sampai 03˚15’ LS dengan luas daratan mencapai 250.691 ha atau kurang lebih 2.506,91 km2 (BAPPEDA 2007). Batas-batas wilayah Kabupaten Belitung Timur adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Karimata c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa dan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Belitung. Luas kawasan hutan di Kabupaten Belitung Timur mencapai 102.844,63 ha atau sekitar 41,02 persen dari total wilayah Belitung Timur. Kawasan hutan itu terdiri dari hutan lindung 26.842,62 ha, hutan lindung pantai 18.883,71 ha dan hutan produksi 57.118,30 ha. Namun 51.347,30 ha diantaranya dalam kondisi kritis. Total lahan kritis di luar maupun di dalam kawasan hutan di Kabupaten Belitung Timur mencapai 77.269,39 Ha (BAPPEDA 2007). 4.2 Kondisi Fisik 4.2.2 Topografi Keadaan alam Kabupaten Belitung Timur sebagian besar merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 20-49 meter di atas permukaan laut dan sisanya merupakan dataran rendah, dan perbukitan (Tabel 2). Dataran rendah di Belitung Timur dibagi menjadi dua yaitu dataran rendah dan dataran pantai (Pratiwi 2010).
16
Tabel 2 Klasifikasi bentang alam Kabupaten Belitung Timur Persentase dari total
Satuan Relief
Kelerengan
Beda Tinggi
Perbukitan agak curam
30% – 40%
600 – 1400 mdpl
12%
Perbukitan bergelombang
15% – 29%
50 – 600 mdpl
8%
Dataran tinggi
8% – 14%
20 – 49 mdpl
63%
< 8%
< 20 mdpl
17%
Dataran rendah/ dataran pantai
wilayah studi
Sumber : Pratiwi (2010)
4.2.2 Geologi dan tanah Pulau Belitung merupakan pulau yang memilki geomorfologi perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 0-1400 mdpl. Perbukitan dialiri oleh sungai dengan pola dendritik (Suwarna et al. 1994 diacu dalam Pratiwi 2010). Menurut Pratiwi (2010) unit Satuan Kemampuan Lahan (SKL) kesuburan tanah di Belitung Timur 87% termasuk dalam kelas buruk. Tabel 3 Unit SKL kesuburan tanah Belitung Timur. Tingkat
Luas
Deskripsi
Sebaran
Berupa batupasir, tanah relative berwarna coklat
Ds. Bentayan, Ds.
kehitaman, pasir lepas kuarsa dan lumpur, jenis
Kelubi, Bukit
tanah Lisotol, tanpa/ sedikit perkembangan profil
Samak.
Kesuburan Tanah Baik
± 4%
tanah, memilki batuan induk sedimen keras.
Cukup Baik
± 9%
Berupa batu pasir, granodiorit, batupasir kuarsa,
Sebagian kecil
jenis tanah Regosol, tanah muda dan belum
daerah Gantung,
mengalami diferensiasi horizon, konsistensi lepas-
Ds. Burung
lepas,
Mandi, Ds. Air
bahan
induk
material
vulkanik,
pH
umumnya netral
Buruk
± 87%
Berupa
batupasir,
Lanci
batubesi,
batuserpih,
Kec. Kelapa
batulempung, lumpur dan endapan alluvial, jenis
Kampit bagian
tanah Podsol, tanah tua dan telah mengalami
tengah dan
perkembangan profil tanah, kondisi fisik tanah
sebagian besar
kering dan gersang.
Kec. Gantung Sumber : Pratiwi (2010)
17
4.2.3 Iklim Kabupaten Belitung Timur mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2008 antara 70,0 mm sampai 401,3 mm dengan jumlah hari hujan antara 9 sampai 26 hari setiap bulannya (BAPPEDA 2007). Data klimatologi Kabupaten Belitung Timur tahun 2007 menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan sekitar 25,8-26,7˚C dengan suhu maksimum sekitar 33,4-33,6˚C pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Kelembaban ratarata di Kabupaten Belitung Timur yaitu 85-93% dengan kelembaban terendah pada bulan September yaitu sekitar 85%. 4.3 Kondisi Biologi 4.3.1 Flora Kabupaten Belitung Timur selain kaya akan mineral tambang, hasil laut pun melimpah, ragam tumbuh-tumbuhan yang menjadi kekhasan dari pulau ini. Beberapa tumbuhan liar juga merupakan tumbuhan kebanggaan masyarakat Belitung Timur, di antaranya yaitu keremunting (Rhodomyrtus tomentosa), kayu pelawan (Tristania mangiayi), sapu-sapu, sekuncung, simpor dan kayu petaling. Tumbuhan ini banyak tumbuh liar di hutan-hutan Belitung Timur. Tumbuhan simpor banyak dijumpai di dataran basah, akar dari tumbuhan ini sebagai penyangga dari aliran air disungai-sungai kecil. Tumbuhan simpor mempunyai karakter daun yang lebar serta bunga yang besar berwarna kuning dan sangat indah. Jika dipopulerkan tanaman ini akan mempunyai nilai komoditi yang bagus sebagai tanaman hias dari Kabupaten Belitung Timur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Jenisjenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, terdapat sekitar 34 jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa tumbuhan yang dilindungi diantaranya pohon gaharu (Aquilaria malaccensis),
pohon
ramin
(Gonystylus
bancanus),
anggrek
tebu
(Grammatophyllum speciosum). 4.3.2 Fauna Beberapa spesies satwa dilindungi dalam PP No. 7 Tahun 1999 yang terdapat di provinsi kepulauan Bangka Belitung antara lain kukang (Nycticebus coucang), rusa bawean (Axis kuhlii), duyung (Dugong dugong), buaya muara
18
(Crocodillus porosus). Jenis lainnya termasuk dalam Appendix II CITES diantaranya salah satu spesies elang laut (Haliaeetus leucogaster), mentilin (Tarsius bancanus), trenggiling (Manis javanica), musang congkok (Prinodon linsang), biawak (Varanus salvator), monyet (Macaca tonkeana), burung hantu (Otus angelinae), burung betet (Psittacula alexandri) dan burung beo (Gracula religiosa) (DEPHUT 1999). 4.4 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Sekitar 4.4.1 Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Belitung Timur tahun 2007 berjumlah 98.194 jiwa. Hal ini menunjukkan telah terjadi penambahan jumlah penduduk dibanding tahun sebelumnya sebanyak 6.492 orang atau 7,08 persen. Penduduk di Kabupaten Belitung Timur lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Dimana 50.743 jiwa atau 51,67% laki-laki dan sisanya 47.451 jiwa atau 48,32% adalah perempuan. Khusus di kecamatan Gantung, penduduknya berjumlah 25.257 jiwa (BAPPEDA 2007). 4.4.2 Pendidikan Peningkatan sumberdaya manusia sekarang ini lebih diutamakan dengan memberikan kesempatan kepada penduduk untuk mengecap pendidikan seluasluasnya, terutama penduduk pada kelompok umur 7 – 24 tahun yang merupakan kelompok usia sekolah. Jika dilihat dari angka kelulusan Sekolah Menengah Atas terdapat sepertiga dari peserta ujian nasional yang tidak lulus di tahun 2006 (BAPPEDA 2007). 4.4.3 Mata pencaharian Sebagian besar penduduk Belitung Timur memiliki mata pencaharian di sektor perkebunan, terutama perkebunan kelapa sawit. Tidak kurang dari 3000 orang yang bekerja di perusahaan perkebunan sawit. Selain di sektor perkebunan, pertambangan pun menjadi pilihan mata pencaharian penduduk Belitung Timur, diantanya penambangan pasir, pasir kuarsa, timah, batu besi dan Golongan C lainnya (BAPPEDA 2007).
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Vegatasi Hutan Kerangas 5.1.1
Hutan kerangas khusus (Padang) Padang merupakan hutan kerangas yang terbuka akibat terjadinya
kebakaran yang sangat besar dan sangat sulit untuk kembali lagi menjadi hutan. Tumbuhan yang hidup di lokasi tersebut didominasi oleh jenis tumbuhan bawah yang hanya memiliki tinggi kurang dari 2 m (Gambar 3). Menurut Whitten et al (1984) Padang merupakan vegetasi yang didominasi oleh semak, dimana biasanya pohon paling tinggi hanya mencapai 5 m namun kadang-kadang ada juga yang mencapai hingga 25 m. Fakhrurrozi (2001) juga menjelaskan bahwa Padang atau padangen merupakan ekosistem hutan yang khas yang umumnya ditumbuhi oleh rerumputan, vegetasi herba, semak dan pepohonan kecil yang tidak rapat atau merata. Hal ini menyebabkan sinar matahari dapat secara penuh menyinari lantai hutan.
Gambar 3 Kondisi vegetasi di Padang. 5.1.2
Hutan kerangas primer (Rimba) Rimba merupakan ekosistem alami yang tidak atau belum dibuka untuk
pertanian. Rimba tumbuh di atas tana darat dengan jenis tanah podsol (tana teraja) yang letaknya relatif lebih tinggi atau di lingkungan lembab atau basah (tana amau) (Fahrurrozi 2001). Rimba disebut juga sebagai hutan primer. Hal ini menyebabkan kondisi vegetasi di Rimba rapat. Umumnya lokasi Rimba didominasi oleh pohon yang berdiameter kecil yaitu kurang dari 20 meter. Menurut Mansur (2006), pohon yang tumbuh di hutan kerangas memiliki tajuk yang rendah (tingginya kurang dari
20
10 m), seragam, ukuran batang dan daun kecil, serta cabang dan ranting tumbuh rapat pada setiap pohon. Namun demikian sinar matahari masih dapat masuk ke dalam hutan. Selain itu hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kondisi di dalam Rimba terdapat banyak jalan yang dapat dilalui oleh sepeda motor. Biasanya jalan tersebut digunakan masyarakat untuk masuk ke dalam kawasan hutan (Gambar 4). Hal ini menyebabkan sinar matahari masih dapat masuk ke dalam hutan.
Gambar 4 Kondisi vegetasi di Rimba. 5.1.3
Hutan kerangas sekunder (Bebak) Hutan kerangas sekunder (Bebak) merupakan hutan yang tumbuh diatas
lahan milik masyarakat setempat. Bebak tersebut adalah lahan bekas ladang yang telah ditingggalkan oleh masyarakat dengan kurun waktu yang cukup lama yaitu sekitar 10 atau 20 tahun dan sedang mengalami suksesi menuju proses klimaks (Fakhrurrozi 2001). Hal ini menyebabkan kondisi vegetasi di Bebak lebih jarang dan lebih terbuka dibandingkan dengan vegetasi di Rimba (Gambar 5).
Gambar 5 Kondisi vegetasi di Bebak. 5.2 Keanekaragaman Nepenthes Hasil analisis vegetasi di tiga lokasi menunjukkan bahwa jumlah spesies Nepenthes yang ditemukan yaitu empat spesies yang berbeda. Spesies tersebut terdiri dari Nepenthes ampullaria Jack., Nepenthes gracilis Korth., Nepenthes
21
reinwardtiana Miq. dan Nepenthes rafflesiana Jack. Spesies Nepenthes paling banyak ditemukan yaitu di Rimba dan Bebak dengan jumlah 3 spesies sedangkan jumlah spesies yang paling sedikit ditemukan di Padang yaitu 1 spesies (Tabel 4). Tabel 4 Spesies-spesies Nepenthes yang ditemukan di lokasi penelitian No
Spesies
Lokasi Padang
Bebak
Rimba
1
Nepenthes ampullaria
-
√
-
2
Nepenthes gracilis
√
√
√
3
Nepenthes rafflesiana
-
√
√
4
Nepenthes reinwardtiana
-
-
√
Seluruh spesies yang ditemukan merupakan spesies murni (non-hybrid). Clarke (1997) menjelaskan bahwa Nepenthes merupakan tumbuhan berumah dua, dimana bunga jantan dan betina tidak berada dalam satu individu yang sama. Hal ini menyebabkan dapat terjadi persilangan secara alam (natural hybrid) antar spesies Nepenthes. Namun pada lokasi penelitian tidak ditemukan spesies Nepenthes silangan alam (natural hybrid). Hal ini disebabkan karena lokasi ditemukan antar spesies relatif jauh sehingga persilangan antar spesies sulit terjadi. Selain itu menurut Mansur (2006), umumnya waktu berbunga untuk satu spesies
Nepenthes
berbeda-beda,
sehingga
peluang
terjadinya
proses
penyerbukaan silang sangat kecil. Clarke (2000) diacu dalam Saputri (2009) mengungkapkan bahwa seluruh spesies hibrid alami Nepenthes yang diamati bersifat fertil, walaupun belum diketahui apakah tingkat fertilisasi semua spesies hibrid alami tersebut sama atau berbeda dengan tetuanya. Hal ini menyebabkan spesies Nepenthes hasil hibrid alami sering sekali gagal bertahan dan mencapai jumlah populasi yang besar dan mandiri. 5.2.1 Nepenthes di Padang Nepenthes yang ditemukan di Padang hanya satu spesies yaitu Nepenthes gracilis. Namun demikian jumlah populasi Nepenthes gracilis di Padang sangat banyak yaitu mencapai 803 individu/ha. Rendahnya keanekaragaman spesies Nepenthes yang ditemukan di Padang disebabkan oleh kondisi vegetasinya yang sangat terbuka. Mansur (2007) menjelaskan bahwa Nepenthes membutuhkan
22
naungan untuk dapat bertahan hidup dan hanya spesies-spesies tertentu saja yang dapat bertahan pada kondisi dengan sinar matahari yang penuh. Salah satu spesies Nepenthes yang memerlukan sinar matahari yang banyak untuk bertahan hidup yaitu Nepenthes gracilis (Untung et al. 2006). Menurut Hidayat et al. (2003) Nepenthes gracilis akan tumbuh lebih baik dan sempurna pada kondisi sinar matahari yang penuh, tetapi pada tanah yang cukup lembab. Mansur (2006) juga menambahkan bahwa Nepenthes gracilis akan tumbuh cepat jika berada pada tempat terbuka dan menjalar di pasir kwarsa hutan kerangas. Nepenthes gracilis dapat tumbuh di berbagai kondisi habitat. Hal ini dapat diketahui dengan ditemukannya Nepenthes gracilis di Rimba dan Bebak yang kondisi vegetasinya rapat dan ternaungi. Menurut Mansur (2006) Nepenthes gracilis merupakan spesies yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih tinggi daripada spesies Nepenthes lain. Oleh karena itu Nepenthes gracilis memiliki wilayah sebaran yang cukup luas. Nepenthes gracilis yang ditemukan di Rimba dan Bebak memiliki lebar kantong yang relatif kecil yaitu 0,66-0,92 cm, tinggi kantong 5,73-6,67 cm dan berwarna polos (Gambar 6), sedangkan Nepenthes gracilis yang ditemukan di Padang memiliki ukuran dan warna yang beranekaragam (Gambar 7). Hal ini disebabkan oleh jumlah individu yang ditemukan di Padang lebih banyak.
Gambar 6 Nepenthes gracilis di Bebak.
Gambar 7 Nepenthes gracilis di Bebak di Padang.
23
Perbedaan ukuran kantong dan warna kantong pada Nepenthes gracilis yang ditemukan di Rimba, Bebak dan Padang disebabkan oleh kondisi vegetasi tempat tumbuh. Pada kondisi dengan kerapatan yang tinggi Nepenthes gracilis tumbuh dengan ukuran yang kecil dan warna kantong yang polos (Mansur 2006). Selain itu produksi jumlah kantong Nepenthes gracilis di Rimba dan Bebak lebih sedikit dibandingkan dengan di Padang. Jumlah individu Nepenthes gracilis di Rimba dan Bebak hanya 2 individu/ha sedangkan di Padang ditemukan 803 individu/ha. Hal ini disebabkan karena kondisi vegetasi di Rimba dan Bebak lebih rapat daripada di Padang. Kondisi tersebut menyebabkan lokasi di Rimba dan Bebak menghasilkan serasah yang lebih banyak. Menurut Nasoetion (1990) diacu dalam Raharjo (2006) serasah merupakan lapisan teratas dari permukaan tanah yang mungkin terdiri dari lapisan tipis sisa tumbuhan. Serasah tersebut mampu menutupi tanah dan menjadi pupuk alami sehingga menjadikan tanah di Rimba dan Bebak lebih subur dibandingkan dengan di Padang. Nepenthes akan mengembangkan dan menghasilkan kantong lebih banyak pada kondisi tanah yang miskin hara sebagai alat untuk memenuhi kekurangan suplai nutrisi dari tanah. Nepenthes tidak seperti tumbuhan pada umumnya yang akan tumbuh baik pada kondisi tanah yang subur. Hal tersebut merupakan upaya adaptasi Nepenthes untuk bertahan hidup. Menurut Mansur (2006), hidup di tanah yang miskin hara menjadikan Nepenthes mengembangkan kantongnya sebagai alat untuk memenuhi kekurangan suplai nutrisi dari tanah. 5.2.2 Nepenthes di Rimba Hasil analisis vegetasi di Rimba diperoleh 3 spesies Nepenthes yaitu Nepenthes reinwardtiana, Nepenthes gracilis dan Nepenthes rafflesiana. Nepenthes reinwardtiana dan Nepenthes gracilis hanya ditemukan di jalur 1 pada plot pertama.. Kondisi plot tersebut terbuka dan terletak di samping jalan, sehingga menyebabkan sinar matahari dapat menembus lantai hutan (Gambar 8). Kondisi tersebut sangat mendukung Nepenthes reinwardtiana dan Nepenthes gracilis untuk tumbuh dan menghasilkan kantong. Menurut Adam et al. (1991) Nepenthes reinwardtiana umumnya tumbuh di semak-semak pinggir jalan yang terbuka, tanah yang gundul, di lereng yang curam atau di tempat pembuangan minyak. Mansur (2007) juga menambahkan bahwa Nepenthes reinwardtiana dan
24
Nepenthes gracilis dapat tumbuh pada tempat-tempat terbuka atau agak terlindung. Namun demikian jumlah kantong yang dihasilkan sedikit yaitu dua kantong untuk setiap spesies Nepenthes.
Gambar 8 Kondisi habitat Nepenthes reinwardtiana dan Nepenthes gracilis di Rimba. Nepenthes rafflesiana ditemukan di jalur 5 pada plot ke-10, jalur 6 pada plot ke-6, 7 dan 8, serta jalur 7 pada plot ke-3. Jumlah individu Nepenthes rafflesiana yang ditemukan di Rimba yaitu 31 individu/ha. Nepenthes rafflesiana ditemukan umumnya tidak menghasilkan kantong. Dari keseluruhan Nepenthes rafflesiana yang ditemukan hanya satu individu yang menghasilkan kantong. Hal ini disebabkan karena Nepenthes rafflesiana yang ditemukan di Rimba berada pada kondisi yang ternaungi. Menurut Untung et al. (2006), pembentukan kantong dipengaruhi oleh cahaya matahari. Kondisi vegetasi Rimba yang rapat menyebabkan sinar matahari yang masuk ke dalam hutan terbatas. Meskipun ada beberapa Nepenthes yang tidak menyukai cahaya matahari secara langsung namun kekurangan cahaya matahari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Nepenthes yang kekurangan cahaya matahari umumnya menghasilkan jumlah kantong yang sedikit bahkan hingga tidak menghasilkan kantong. 5.2.3 Nepenthes di Bebak Spesies Nepenthes yang ditemukan di Bebak yaitu Nepenthes rafflesiana Nepenthes ampullaria, dan Nepenthes gracilis. Nepenthes rafflesiana yang ditemukan di Bebak lebih banyak dibandingkan dengan di Rimba yaitu 37 individu/ha. Hal ini disebabkan karena kondisi vegetasi di Bebak lebih terbuka sehingga sinar yang masuk lebih banyak. Selain itu di Bebak juga terdapat suatu genangan air (Amau) (Gambar 9). Menurut Handayani dan Syamsudin (1998)
25
Nepenthes rafflesiana menyukai tempat-tempat yang terbuka, daerah semak belukar atau hutan-hutan payau. Clarke (2001) menambahkan bahwa Nepenthes rafflesiana lebih menyukai habitat berupa semak belukar yang terbuka, tempat yang basah, rawa, tanah berpasir dan hutan kerangas.
Gambar 9 Genangan air (Amau) di Bebak. Nepenthes rafflesiana yang menghasilkan kantong hanya 5 individu. Selain itu kantong yang ditemukan umumnya masih tertutup. Hal ini menunjukkan bahwa kantong yang dihasilkan tersebut masih tergolong muda. Menurut Mansur (2006), cairan yang terdapat dalam kantong yang masih tertutup dapat digunakan sebagai obat mata, batuk dan mengobati kulit yang terbakar. Jumlah Nepenthes ampullaria yang ditemukan di Bebak yaitu 82 individu/ha. Umumnya Nepenthes ampullaria ditemukan di sekitar genangan air (Amau). Menurut Handayani (2001), Nepenthes ampullaria lebih menyukai tempat yang lembab atau basah dengan vegetasi semak belukar atau hutan sekunder. Adam dan Wilcock (1990) diacu dalam Adam dan Hafiza (2007) juga menjelaskan bahwa Nepenthes ampullaria tumbuh di hutan sekunder atau di pinggir rawa. Hal ini menyebabkan Nepenthes ampullaria tidak ditemukan di Rimba dan Padang. 5.3 Kunci Identifikasi Spesies Nepenthes Kunci identifikasi atau disebut juga kunci determinasi yaitu suatu alat yang diciptakan untuk membandingkan suatu tumbuhan dengan tumbuhan lain (Anonim 2006). Hal ini bertujuan untuk mempermudah mengenal suatu spesies tumbuhan. Berikut ini merupakan kunci yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies Nepenthes yang ditemukan di lokasi penelitian secara visual :
26
1.a Batang berbentuk segitiga..................................................................................2 b Batang berbentuk silinder..................................................................................3 2.a Bagian dalam kantong terdapat dua spot mata.........................N. reinwardtiana b Bagian dalam kantong tidak terdapat spot mata................................ N. gracilis 3.a Tutup kantong panjang, sempit dan posisi berlawanan arah..........N.ampullaria b Tutup kantong tidak panjang menyempit, agak lebar...................N. rafflesiana 5..4 Deskripsi Spesies Nepenthes 5.4.1 Nepenthes ampullaria Jack. Nepenthes ampullaria memiliki batang terestrial yang memanjat. Menurut Cheek dan Jebb (2001), batang Nepenthes ampullaria dapat memanjat hingga mencapai 15 meter. Bentuk batang silinder, diameter batang 0,7-1 cm, batang muda berwarna hijau dan berbulu merah (Gambar 10A) sedangkan batang tua berwarna coklat. Daun berbentuk lanset hingga spatula (melebar pada bagian ujung daun), tebal, bagian bawah daun berbulu kasar, pertulangan daun longitudinal jelas, ujung daun runcing atau meruncing, panjang daun 24,2-28 cm, lebar daun 5,34-8,27 cm dan panjang sulur 5,03-8,62 cm (Gambar 10B). Tangkai daun pendek dan terkadang tidak ada.
A
B
Gambar 10 Batang Nepenthes ampullaria (A), Daun Nepenthes ampullaria (B). Kantong Nepenthes ampullaria umumnya tumbuh bergerombol dan muncul dari roset daun diatas permukaan tanah. Namun ada pula kantong yang tumbuh menggantung pada batang-batang yang tumbuh tegak. Menurut Clarke (2001) Nepenthes ampullaria merupakan spesies Nepenthes yang paling menarik dan mudah diidentifikasi. Hal ini disebabkan karena Nepenthes ampullaria
27
mampu memproduksi kantong dalam jumlah banyak di lantai hutan. Kantong Nepenthes ampullaria yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari kantong bawah dan kantong roset. Menurut Mansur (2006), Nepenthes memiliki tiga tipe kantong yaitu kantong bawah, kantong roset dan kantong atas. Kantong bawah yaitu kantong yang keluar dari daun yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah (Gambar 11). Kantong bawah umumnya memiliki ukuran daun dan panjang sulur yang lebih besar dibandingkan dengan kantong roset.Selain itu pada kantong bawah, ujung sulurnya berada di depan bawah kantong, serta memiliki dua sayap yang fungsinya seperti tangga untuk membantu serangga tanah naik hingga ke mulut kantong (Mansur 2006).
Gambar 11 Kantong bawah Nepenthes ampullaria. Kantong roset yaitu kantong yang keluar dari ujung daun roset, biasanya memiliki ukuran daun, sulur yang relatif pendek, tumbuh menggerombol di atas permukaan tanah (Gambar 12). Kantong roset yang ditemukan di lokasi penelitian umumnya tumbuh menjalar di atas permukaan tanah dengan jumlah yang cukup banyak. Menurut Handayani (2001) kantong roset Nepenthes ampullaria tersusun secara rapat bertumpuk-tumpuk dan berbentuk bulat kecil seperti teko. Kantong atas adalah kantong berbentuk corong, pinggang, atau silinder dan tidak memiliki sayap (Mansur 2006). Pada lokasi penelitian tidak ditemukan kantong atas Nepenthes ampullaria. Menurut Cheek dan Jebb (2001), Nepenthes ampullaria umumnya tidak mengembangkan kantong atas (Upper pithcer). Clarke (2001) juga menambahkan bahwa Nepenthes ampullaria jarang memproduksi kantong atas.
28
Gambar 12 Kantong roset Nepenthes ampullaria. Ukuran kantong bawah dan kantong roset Nepenthes ampullaria yang ditemukan relatif sama yaitu lebar kantong 1,77-5,03 cm dan tinggi kantong 5,038,62 cm. Kantong bawah dan kantong roset Nepenthes ampullaria berbentuk tempayan atau mirip kendi. Mulut kantong Nepenthes ampullaria berbentuk oval dengan bibir yang melebar menghadap ke arah dalam. Tutup kantong berbetuk lonjong dan berwarna senada dengan kantong. Menurut Cheek dan Jebb (2001) Nepenthes ampullaria memiliki bentuk tutup kantong yang tidak ditemukan di spesies Nepenthes lain yaitu linear oblong (Gambar 13). Selain itu, Nepenthes ampullaria juga memiliki posisi tutup kantong unik dan tidak dimiliki oleh spesies Nepenthes lain. Posisi tutup kantong Nepenthes ampullaria berlawanan dengan mulut kantong sehingga memudahkan air hujan masuk ke dalam kantong. Hal tersebut juga disebabkan karena ukuran tutup kantong yang lebih kecil dibandingkan ukuran mulut kantong.
Gambar 13 Mulut dan tutup kantong Nepenthes ampullaria. Warna mulut dan kantong bervariasi diantaranya yaitu hijau polos dimana bibir dan kantong berwarna hijau, bibir berwarna hijau dengan warna kantong
29
hijau bercorak merah, bibir berwarna merah dengan warna kantong hijau bercorak merah serta bibir dan kantong berwarna merah tua. Namun Nepenthes ampullaria yang ditemukan di lapangan yaitu kantong dan bibir kantong berwarna hijau (Gambar 14A) dan kantong hijau bercorak merah dengan bibir berwarna hijau (Gambar 14B). Bunga Nepenthes ampullaria tidak ditemukan di lokasi penelitian. Menurut Handayani (2001) Nepenthes ampullaria memiliki bunga majemuk malai dan setiap anak malai terdiri atas 10 bunga. Bunga betina lebih pendek daripada jantan, bagian tanaman yang masih muda sering ditutupi oleh bulu-bulu halus yang pendek dan berwarna coklat (Mansur 2006).
A
B
Gambar 14 Kantong Nepenthes ampullaria berwarna hijau dengan corak merah (A), hijau polos (B). 5.4.2 Nepenthes gracilis Korth. Nepenthes gracilis memiliki batang terestrial yang memanjat. Bentuk batang segitiga dan berwarna hijau atau coklat kemerah-merahan (Gambar 15A), panjang batang 1-2 meter, diameter batang 0,5-1 cm. Menurut Clarke (2001) panjang batang Nepenthes gracilis mampu mencapai sekitar 7 m. Daun berbentuk lanset, tidak bertangkai, ujung daun meruncing, pangkal daun melebar memeluk batang, panjang daun 1-15,50 cm, lebar 1-5,5 cm, panjang sulur 1-23 cm, dan pertulangan longitudinal daun jelas. Umumnya daun Nepenthes gracilis memiliki warna hijau. Namun jika berada dalam kondisi yang sangat terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung maka warna daun berubah menjadi kekuningan dan terdapat bercak-bercak berwarna merah tua atau coklat (Gambar 15B).
30
A
B
Gambar 15 Batang Nepenthes gracilis (A), daun Nepenthes gracilis (B). Kantong Nepenthes gracilis yang ditemukan terdiri dari kantong bawah dan kantong roset. Kantong bawah dan roset Nepenthes gracilis berbentuk silindris pada bagian atas kantong dan berbentuk oval pada bawah (Gambar 16). Kantong atas Nepenthes gracilis berbentuk pinggang dan umumnya tidak memiliki sayap. Pada lokasi penelitian tidak ditemukan kantong atas. Vegetasi yang tumbuh di Padang didominasi oleh rerumputan. Hal ini menyebabkan Nepenthes gracilis di Padang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah.
Gambar 16 Bentuk kantong Nepenthes gracilis. Ukuran kantong Nepenthes gracilis yang ditemukan di Padang berbeda dengan yang ditemukan di Rimba dan Bebak. Lebar kantong Nepenthes gracilis yang ditemukan di Rimba dan Bebak relatif sama yaitu katong pada bagian atas 0,95-1,17 cm dan lebar kantong pada bagian bawah yaitu 1,09-1,4 cm. Lebar kantong Nepenthes gracilis yang ditemukan di Padang lebih beragam karena jumlah populasi yang ditemukan lebih banyak daripada di Rimba dan Bebak. Lebar kantong pada bagian atas 0,5-2,3 cm, sedangkan lebar kantong pada bagian bawah yaitu 0,80-2,93 cm. Selain itu tinggi kantong Nepenthes gracilis di Rimba, Bebak dan di Padang berbeda. Tinggi kantong Nepenthes gracilis di Rimba dan
31
Bebak relatif sama yaitu sekitar 5,73-6,67 cm, sedangkan tinggi kantong Nepenthes gracilis di Padang yaitu 0,34-13,43 cm. Warna kantong Nepenthes gracilis di Rimba dan Bebak hijau kemerahmerahan, sedangkan warna kantong Nepenthes gracilis di Padang lebih bervariasi diantarnya yaitu hijau polos, hijau kekuningan, merah, dan coklat kemerahmerahan. Mulut kantong berbentuk bulat dan menyempit ke arah pangkal tutup (Handayani 2001). Tutup kantong Nepenthes gracilis
berbentuk bulat dan
berwarna senada dengan kantongnya (Gambar 17).
Gambar 17 Tutup kantong Nepenthes gracilis. Bunga Nepenthes gracilis pada lokasi Rimba dan Bebak tidak ditemukan, sedangkan di lokasi Padang ditemukan beberapa bunga. Bunga Nepenthes akan terbentuk jika berada pada kondisi yang terbuka dengan sinar matahari yang penuh. Bunga yang ditemukan di lokasi Padang berwarna coklat tua dan umumnya telah merekah (Gambar 18). Bunga Nepenthes gracilis berbentuk tandan, panjangnya kurang dari 25 cm, bunga pada betina terkadang lebih panjang daripada bunga pada jantan (Mansur 2006). Menurut Handayani (2001) masingmasing anak tandan memiliki 2 bunga dengan panjang tangkai sekitar 0,6-1,2 cm. Nepenthes gracilis memiliki buah berbentuk kotak. Biji seperti benang halus dengan panjang sekitar 0,7-1,5 cm (Handayani 2001).
Gambar 18 Bunga Nepenthes gracilis.
32
5.4.3 Nepenthes rafflesiana Jack.
Nepenthes rafflesiana memiliki batang terestrial yang memanjat. Bentuk
batang silinder, diameter batang 0,63-1 cm dan berwarna coklat. Nepenthes rafflesiana yang ditemukan di lokasi penelitian seluruhnya hidup secara terestrial yaitu hidup menjalar diatas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui pasti panjang batang dari Nepenthes rafflesiana. Namun menurut Cheek dan Jebb (2001) panjang batang dari Nepenthes rafflesiana dapat mencapai 2-6 m. Daun bertangkai cukup panjang yaitu sekitar 15 cm, tebal, berbentuk lanset, permukaan bawah daun berbulu halus dan berwarna hijau (Gambar 19). Nepenthes rafflesiana memiliki panjang daun 24,5-29,4 cm, lebar daun 5-8,5 cm dan panjang sulur sekitar 24,5-25,7 cm.
Gambar 19 Daun Nepenthes rafflesiana. Kantong Nepenthes rafflesiana yang ditemukan di lokasi penelitian hanya kantong bawah. Kantong bawah Nepenthes rafflesiana berbentuk oval. Lebar kantong 1,20-3,37 cm dan tinggi kantong 8,27-12,12 cm. Nepenthes rafflesiana memiliki warna kantong yang bervariasi diantaranya yaitu warna dasar putih atau hijau dengan perpaduan corak berwarna merah, coklat hingga ungu. Namun di lokasi penelitian warna kantong Nepenthes rafflesiana yang ditemukan seluruhnya berwarna dasar putih dan hijau dengan perpaduan corak berwarna merah (Gambar 20). Kantong atas Nepenthes rafflesiana tidak ditemukan di lokasi penelitian. Kantong atas Nepenthes rafflesiana berbentuk seperti corong atau mirip terompet. Menurut Handyani dan Syamsuddin (1998) kantong atas Nepenthes rafflesiana berbentuk terompet, tidak memiliki sayap maupun renda dan hanya memiliki
33
sepasang garis yang menonjol di sepanjang sisi depan kantong. Nepenthes rafflesiana merupakan spesies yang memiliki ukuran kantong cukup besar, kantong bawah dapat menampung air hingga satu liter (Mansur 2006). Warna kantong atas terdiri dari hijau polos atau hijau dengan bercak coklat atau merah.
B
A
Gambar 20 Nepentes rafflesiana di Bebak (A), di Rimba (B). Mulut kantong Nepenthes rafflesiana berbentuk bulat telur dengan posisi agak miring kearah depan
(Handayani & Syamsudin 1998). Tutup kantong
berbetuk bulat telur dan berwarna senada dengan warna kantong. Di lokasi penelitian ditemukan kantong yang masih tertutup (Gambar 21).
Gambar 21 Kantong Nepenthes rafflesiana yang masih tertutup. Bunga Nepenthes rafflesiana tidak ditemukan di lokasi penelitian. Menurut Mansur (2006), Nepenthes rafflesiana memiliki bunga berbentuk tandan dengan panjang kurang dari 50 cm dan berwarna merah marun. Buah Nepenthes rafflesiana berbentuk silinder dan memiliki banyak biji dengan ukuran 1-2 cm (Handayani & Syamsudin 1998).
34
5.4.4 Nepenthes reinwardtiana Miq. Nepenthes reinwardtiana memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Nepenthes gracilis. Namun Nepenthes reinwardtiana memiliki ukuran kantong yang lebih besar. Selain itu Nepenthes reinwardtiana memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh spesies Nepenthes lain sehingga memudahkan dalam identifikasi spesies. Ciri khas tersebut yaitu terdapat dua spot mata di dalam kantong (Gambar 22).
Gambar 22 Dua spot mata di dalam kantong Nepenthes reinwardtiana. Batang Nepenthes reinwardtiana termasuk dalam kategori terestrial yang memanjat. Menurut Clarke (2001) panjang batang Nepenthes reinwardtiana dapat mencapai hingga 10 meter. Bentuk batang segitiga, diameter batang 0,6-0,8 cm dan panjang batang 1-3 m. Daun tidak bertangkai, berbentuk lanset dan berwarna hijau. Panjang daun 15,7 -20 cm, lebar daun 1,5-3,7 cm dan panjang sulur 2,413,4 cm. Tipe kantong Nepenthes reinwardtiana yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu kantong bawah. Kantong bawah Nepenthes reinwardtiana bagian atas berbentuk silinder sedangkan bagian bawah membulat. Menurut Dariana (2009) kantong bawah Nepenthes reinwardtiana berbentuk pinggang dimana di bagian bawah membulat dan bagian tengah mengecil. Lebar kantong bagian atas 1,4-2,6 cm, lebar kantong bagian bawah 2,28-2,68 cm dan tinggi kantong 15,818,3 cm. Warna kantong merah dengan bercak hijau kekuning-kuningan (Gambar 23). Kantong atas Nepenthes reinwardtiana tidak ditemukan di lokasi penelitian. Kantong atas Nepenthes reinwardtiana hampir sama dengan kantong bawah, tetapi kantong atas tidak memiliki sayap dan umumnya berwarna hijau. Tutup
35
kantong berbentuk oval dan berwarna senada dengan warna kantong (Mansur 2006).
Gambar 23 Nepenthes reinwardtiana di Rimba. Mansur (2006) menjelaskan bahwa Nepenthes reinwardtiana memiliki bunga berbentuk tandan, panjang kurang dari 35 cm dan tanpa daun penumpu. Bunga betina umumnya lebih pendek daripada bunga jantan. Nepenthes reinwardtiana memiliki mulut kantong berbentuk oval di bagian depan dan meninggi di bagian belakang, bergerigi rapat dan agak jelas, dan berwarna hijau atau merah (Dariana 2009). 5.5 Pola Sebaran Nepenthes Pola sebaran setiap spesies Nepenthes digunakan Indeks Dispersi (ID). Berdasarkan hasil analisis diperoleh seluruh nilai ID > 1 (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa seluruh Nepenthes memiliki pola sebaran mengelompok. Menurut Ludwig dan Reynolds (1988) pola sebaran suatu spesies tumbuhan akan mengelompok jika nilai ID > 1. Penyebaran berkelompok dengan bermacam derajat merupakan pola yang paling umum dalam populasi dan hampir merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu (Heddy & Kurniati 1994). Hal ini disebabkan karena individu memiliki kecenderungan untuk berkumpul dan mencari kondisi lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Pengelompokan tersebut dilakukan karena adanya interaksi yang saling menguntungkan diantara individu tersebut (Istomo 1994). Namun disisi lain penyebaran bergerombol dapat meningkatkan kompetisi di dalam populasi untuk memperoleh unsur hara, ruang dan cahaya.
36
Tabel 5 Nilai Indeks Dispersi (ID) spesies Nepenthes No
Lokasi
1
Rimba
2
Bebak
3
Padang
Nama Spsesies Nepenthes reinwardtiana Nepenthes rafflesiana Nepenthes gracilis Nepenthes ampullaria Nepenthes rafflesiana Nepenthes gracilis Nepenthes gracilis
Indeks Dispersi (ID) 2,00 9,80 2,00 26,00 18,44 2,00 3,80
Pola Penyebaran Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok Mengelompok
Hasil perhitungan indeks dispersi juga sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan. Nepenthes reinwardtiana dan Nepenthes gracilis yang ditemukan di Rimba tumbuh mengelompok pada lokasi yang berbatasan dengan jalan sehingga cahaya matahari dapat menembus lantai hutan. Nepenthes rafflesiana di Rimba dan Bebak tumbuh mengelompok di lokasi yang ternaungi namun masih mendapatkan cahaya matahari (Gambar 24).
Gambar 24 Nepenthes rafflesiana yang tumbuh mengelompok pada tempat yang sedikit ternaungi namun masih mendapatkan sinar matahari. Nepenthes ampullaria ditemukan tumbuh mengelompok di sekitar genangan air dengan tanah yang lembab atau basah (Gambar 25). Menurut Adam et al. (2011) Nepenthes lebih suka tumbuh secara mengelompok dengan kepadatan yang tinggi di habitat yang terbuka seperti hutan sekunder, hutan kerangas, di celah hutan primer, pegunungan yang terbuka dan hutan lumut yang berada di area pegunungan atas. Hal tersebut menunjukkan bahwa Nepenthes akan tumbuh mengelompok pada kondisi habitat yang sesuai dengan kebutuhannya.
37
Gambar 25 Nepenthes ampullaria yang tumbuh mengelompok di sekitar genangan air. Ludwig dan Reynolds (1988) diacu dalam Kissinger (2002) menjelaskan bahwa pola penyebaran yang mengelompok terjadi akibat dari individu yang akan mengelompok pada habitat yang lebih sesuai dengan tuntutan hidupnya. Pengelompokan juga terjadi akibat kondisi lingkungan yang heterogen, sehingga menjadi faktor pembatas untuk individu dapat bertahan hidup. Menurut Ewusie (1990) derajat pengelompokan suatu individu sangat bergantung pada sifat khas tempat hidupnya (habitat), cuaca dan faktor fisik, jenis pola reproduksi dan tingkat kesukaan berkelompok. Hasil penelitian juga sesuai dengan kesimpulan Barbour et al. (1987) diacu dalam Djufri (2002) yang menyatakan bahwa pola distribusi suatu spesies tumbuhan cenderung mengelompok. Hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor lingkungan dan kompetisi, juga dipengaruhi oleh perkembangbiakannya. Tumbuhan yang bereproduksi dengan biji, dan biji tersebut jatuh dekat dengan induknya atau dengan rimpang yang menghasilkan anakan vegetatif masih dekat dengan induknya. Individu yang mengelompok umumnya memiliki angka kematian yang lebih rendah selama periode kurang baik atau waktu diserang organisme lain dibandingkan dengan individu yang terisolasi (Heddy & Kurniati 1994). Hal ini disebabkan oleh daerah yang terbuka ke arah lingkungan semakin kecil. Menurut Ewuise (1990) individu yang mengelompok mungkin mampu mengubah iklim mikro secara menguntungkan. Individu yang tumbuh mengelompok mampu
38
bertahan terhadap pengaruh p kegiatan angin a yangg berlebihaan dan mampu ktif. menguranngi kehilangan air secarra lebih efek Disisi lain penyebaran p n individu yang menngelompok juga mem miliki kerentanann yang cukkup tinggi teerhadap kellestarian inddividu terseebut. Jika habitat tempat tuumbuh indivvidu yang mengelom mpok tersebuut rusak ddan hilang maka kelestariann individu tersebut t akan terancam m. Hal ini disebabkan d karena ind dividu tersebut hanya dapat tumbuh meengelompok k pada habiitat tersebutt dan tidak dapat ditemukann pada lokassi lain. 5.6 Asosiaasi Nepenth hes dengan tumbuhan n di Sekitarrnya Beerdasarkan hasil perhittungan tabeel contingeensi dapat ddiketahui bahwa b sebagian besar b tumbuuhan yang hidup h di sek kitar Nepenthes memiliiki asosiasi yang tidak nyatta. Hasil perrhitungan asosiasi a Nep penthes denggan tumbuhhan di sekitarnya disajikan dalam Lam mpiran 2 saampai 8. Niilai Chi-squuare hitungg yang dipeeroleh umumnyaa lebih kecill dengan niilai Chi-squ uare tabel. Nilai N chi-sqquare tabel yang digunakann yaitu tabell taraf uji 5% % dengan nilai n 3,84. Jum mlah tumbuuhan lain yang y ditemu ukan di Rim mba dan tuumbuh di seekitar Nepenthess yaitu 97 spesies. Dari D 97 speesies tersebbut hanya 10 spesies yang memiliki asosiasi yaang nyata dengan d Nep penthes. Sppesies terseebut diantarranya berasal daari famili Myrtacaeaee, Rhizoph horaceae, Clusiaceae, C Sapotaceaee dan Elaeocarpaceae (Gam mbar 26). Nilai N Chi-sq quare terbessar dihasilkkan dari aso osiasi Nepenthess dengan melapisan m (SSyzygium cyymosum Laamk) dari ffamili Mrytaceae dengan nillai 27,21.
Famili
Elaeoocarpacea Saapotaceae C Clusiaceae Rhizopphoraceae M Myrtaceae 0
1
2
3
4
5
J Jumlah Indivvidu
Gambar 26 Famili tuumbuhan laiin yang mem miliki asosiiasi nyata deengan Nepeenthes di Rimbba.
39
Assosiasi yangg terjadi anntara Nepen nthes dengaan tumbuhaan lain di Bebak B dan Padanng umumnya juga tidakk nyata. Darri 78 spesiess tumbuhann yang ditem mukan di Bebak dan d tumbuhh sekitar Neepenthes, haanya 21 speesies yang m memiliki aso osiasi yang nyata dengan Nepenthes. N S Spesies teseebut didominasi oleh ffamili Myrtaceae (7 spesiess). Rinciann famili tuumbuhan yaang memilliki asosiassi nyata deengan Nepenthess di Bebak dapat d dilihaat pada Gam mbar 27. Nillai Chi-squaare hitung paling p tinggi diiperoleh dari asosiassi antara Nepenthess dengan kemanisan n aik
Jumlah Individu
(Gynotrocches axillariis Blume) yaitu y 100 yaang berasal dari d famili R Rhizophoraaceae. 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Fam mili
Gambar 27 Famili tuumbuhan laiin yang mem miliki asosiiasi nyata deengan Nepeenthes di Bebakk. Neepenthes yaang memilliki asosiasi nyata dengan d tum mbuhan laiin di sekitarnyaa hanya 3 spesies yaitu keru upit padangg (Panicum m sp.), ku ubing (Artocarpuus nitida Trrec.), sapu padang p (Baeckea frutesscens Linn.). Ketiga sp pesies tersebut merupakan m j jenis rerum mputan yang g berasal daari famili yang berbea-beda yaitu Myyrtaceae, Pooaceae dann Moraceaee. Nilai Chi-square C hitung terttinggi diperoleh dari asosiaasi antara Nepenthes N dengan d kubiing yaitu 655,99 dan beerasal dari familii Moraceae.. Seluruh hasil perhitungaan tabel ko ontingensi di d tiga lokaasi yang berrbeda menunjukkkan bahwaa Famili Mytaceae meerupakan faamili dengaan anggota yang terbanyak yang mem miliki asosiaasi nyata dengan d Nepenthes. Hall ini disebaabkan karena adaa beberapa anggota darri famili My yrtaceae meemiliki kemampuan adaaptasi yang tingggi terhadapp lahan hutaan kerangass yang miskkin hara. P Penelitian Brunig B
40
(1979) yang dilakukan di hutan kerangas Serawak juga memperoleh anggota famili Myrtaceae yang relatif banyak. Hasil tabel
kontingensi juga didukung oleh hasil perhitungan Indeks
Jaccard yang juga relatif kecil. Indeks asosiasi Jaccard (JI) yang diperoleh menunjukkan bahwa lebih dari 70 % Nepenthes memiliki asosiasi yang sangat rendah atau lemah dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya (Tabel 6). Asosiasi lemah tersebut menunjukkan bahwa Nepenthes tidak memiliki kecenderungan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya asosiasi lemah antara Nepenthes dengan tumbuhan lain yaitu toleransi yang sempit dalam pembagian ruang hidup terutama dalam memperoleh sinar matahari yang cukup. Tabel 6 Persentase indeks asosiasi Nepenthes
Lokasi
Rimba
Bebak
Padang
Spesies Nepenthes
Nepenthes reinwardtiana Nepenthes gracilis Nepenthes rafflesiana Nepenthes ampullaria Nepenthes rafflesiana Nepenthes gracilis Nepenthes gracilis
<0,22 (sangat rendah) 99% 99% 97% 94% 94% 99% 74%
Indeks Asosiasi 0,23-0,48 0,49-0,74 (rendah) (tinggi) 1% 1% 3% 6% 1% 1% 7%
0% 0% 0% 0% 4% 0% 11%
0,75-1 (sangat tinggi) 0% 0% 0% 0% 1% 0% 7%
Indeks jaccard yang diperoleh di Rimba seluruhnya menunjukkan hasil sangat kecil yaitu sekitar 0-0,375 (Lampiran 2, 3, dan 4). Nilai Indeks Jaccard tertinggi juga diperoleh dari spesies melapisan (Syzygium cymosum Lamk) yang berasal dari famili Mrytaceae dengan nilai sebesar 0,38. Namun demikian asosiasi yang terjadi antara Nepenthes dan melapisan masih tergolong rendah. Menurut Kurniawan et al. (2008) asosiasi antara spesies tergolong tinggi jika nilai indeks asosisasinya lebih besar dari 0,48. Nilai Indeks Jaccard yang diperoleh di Bebak umumnya kecil (Lampiran 5, 6 dan 7). Namun demikian ada 4 spesies tumbuhan lain yang memiliki asosisasi yang kuat yaitu benansi (Planchonella oxyedra Dubard.), kemanisan aik (Gynotroches axillaris Blume), ladi (Pternandra coerulescens Jack) dan meleman (Psychotria malayana F.Villar ex Vidal). Nilai Indeks Jaccard tertinggi diperoleh
41
dari spesies kemanisan aik (Gynotroches axillaris Blume) yaitu 1. Menurut Ludwig dan Reynolds (1998) tingkat asosasi maksimum jika nilai indeks asosianya mendekati 1. Asosiasi yang kuat atau maksimum menunjukkan bahwa kehadiran suatu spesies tertentu akan diikuti dan dihadiri oleh spesies lain. Menurut Ferianita (2008) dua spesies yang berbeda atau lebih akan membentuk komunitas tipe asosiasi interspesies. Hal ini dimungkinkan karena spesies tersebut dapat hidup dalam lingkungan yang sama, memiliki distribusi geografi yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan yang berbeda sehingga memperkecil kompetisi, dan spesies tersebut saling berinteraksi yang saling menguntungkan salah satu atau keduanya. Namun demikian nilai Indeks Jaccard yang tinggi yang terjadi di Bebak tersebut tidak dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kehadiran Nepenthes khususnya Nepenthes rafflesiana akan diikuti dan dihadiri oleh tumbuhan kemanisan aik (Gynotroches axillaris). Hal ini disebabkan karena di Rimba juga ditemukan Gynotroches axillaris, namun nilai Indeks Jaccard yang diperoleh sangat kecil yaitu 0-0,17. Asosiasi yang kuat antara Nepenthes rafflesiana dan Gynotroches axillaris terjadi karena spesies tersebut sering ditemukan di lokasi Bebak. Menurut Van Steenis (1958) spesies Gynotroches axillaris dapat tumbuh di tempat berawarawa, terutama di sepanjang anak sungai di hutan hujan, hutan lereng perawan yang sebagian terbuka, dan umumnya ditemukan di hutan sekunder dari dataran rendah hingga ketinggian 2250 mdpl. Pada lokasi Bebak terdapat genangan air (amau). Hal ini menyebabkan spesies Gynotroches axillaris tumbuh banyak di lokasi Bebak. Populasi spesies tersebut yang cukup banyak menyebabkan Nepenthes rafflesiana merambat pada spesies tersebut. Menurut Dariana (2009) Nepenthes memiliki sifat seperti anggur, dimana Nepenthes akan merambat pada tumbuhan lain yang berada di sekitarnya. Spesies tumbuhan lain yang memiliki tingkat asosiasi yang kuat dengan Nepenthes di Padang yaitu kerupit padang (Panicum sp), Eriocaulon sp., kucai padang (Fimbristylis sp.) dan sapu padang (Baeckea frutescens). Nilai indeks jaccard yang diperoleh di Padang berkisar antara 0,01-0,86 (Lampiran 8). Nilai Indeks Jaccard tertinggi diperoleh dari spesies kucai padang (Fimbristylis sp.)
42
yaitu sebesar 0,86. Spesies tersebut berasal dari famili Cyperaceae. Seluruh spesies yang memiliki asosiasi kuat dengan Nepenthes merupakan spesies yang masuk golongan rerumputan. Seluruh spesies tersebut tumbuh sangat banyak dan menyebar di seluruh lokasi Padang. Hal ini menyebabkan Nepenthes gracilis yang ditemukan di lokasi Padang umumnya tumbuh secara terestrial (tumbuh di atas permukaan tanah) dan merambat diantara spesies rerumputan tersebut. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa Nepenthes menempel dan merambat pada 19 spesies tumbuhan disekitarnya yaitu pelawan kiring (Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse), perai (Vaccinium bancanum Miq.), arang-arang (Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry), kemanisan aik (Gynotroches axillaris Blume), kerupit padang (Panicum sp.), dan sapu padang (Baeckea frutescens Linn.). Hal ini menunjukkan bahwa Nepenthes dapat tumbuh dan menempel pada pohon apa saja. Menurut Arief (1994) dalam Dariana (2009) Nepenthes dapat hidup dan tumbuh pada pohon apa saja yang terpenting pohon tersebut memiliki lapisan lumut atau serasah daun. Lapisan lumut atau serasah tersebut dapat menyimpan air sehingga kelembaban dapat terjaga. Nepenthes yang berasosaisi nyata dan memiliki tingkat asosasi yang kuat dengan tumbuhan lain umumnya berasal dari famili Myrtaceae, Rhizophoraceae dan Cyperaceae. Menurut Dariana (2009) pada kulit pohon pada famili Myrtaceae, Sapotaceae dan Anacardiaceae banyak menempel lumut. Hal ini disebabkan oleh kulit pohon dari famili-famili tersebut sering mengelupas sehingga memungkinkan banyak tumbuh lumut.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Nepenthes yang teridentifikasi di Hutan Kerangas Belitung Timur terdiri dari 4 spesies yaitu Nepenthes gracilis Korth., Nepenthes ampullaria Jack., Nepenthes reinwardtiana Miq. dan Nepenthes rafflesiana Jack. 2. Pola sebaran Nepenthes di Hutan Kerangas bersifat mengelompok. 3. Asosiasi antara Nepenthes dengan tumbuhan lain yang berada di sekitarnya sebagian besar tidak nyata dan memiliki asosiasi yang lemah. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukan pemantauan habitat Nepenthes terutama di hutan lindung dari gangguan aktivitas manusia. Mengingat seluruh Nepenthes yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki pola sebaran yang mengelompok, sehingga keberadaannya sangat rentan terhadap kerusakan habitat. 2. Perlu diadakannya kegiatan konservasi ek-situ atau penangkaran untuk dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang unik.
DAFTAR PUSTAKA
Adam JH, Wilcock CC, Swaince MD. 1991. The Ecology and Distribution of Bornean Nepenthes. Journal of Tropical Foest Science 5 (1): 13 – 25. Adam JH, Hafiza AH. 2007. Pitcher Plants (Nepenthes) Recorded From Universiti Kebangsaan Malaysia Bangi Selangor Malaysia. International Journal of Botany 3 (1): 71 – 77. Adam JH, Hafiza AH, Afiq MAJ, Siti N, Ahmad T, Wan MRI. 2011. Spesies Composition and Dispersion Pattern of Pitcher Plant Recorded from Rantau Abang in Marang District Terengganu State of Malaysia. International Journal of Botany 7 (2): 162 – 169. Akhriadi P, Hernawati. 2006. A Field Guide to the Nepenthes of Sumatera. Padang: PILI-NGO Movement, Nepenthes Team, BP Conservation Progamme. Conservation International-Indonesia. Anonim. 2006. Buku Ajar Taksonomi Tumbuhan. www.google.com [22 Juni 2012]. Azwar F, Adi K, Teten RS. 2006. Kantung Semar (Nepenthes sp.) Di Hutan Sumatera Tanaman Unik yang Semakin Langka. Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan: Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang. [BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2007. Belitung Timur dalam Angka 2004 – 2008. Belitung Timur: BAPPEDA. Brunig EF. 1974. Ecologycal Studies In The Kerangas Forest of Sarawak and Brunei. Malaysia: Borneo Literature Berau. Cheek M, Jebb M. 2001. Flora Malesiana Series I - Seed Plants Volume 15. Penerbit : Foundation Flora Malesiana. Clarke C. 1997. Nepenthes of Borneo. Kota Kinabalu: Natural History Publications. ________. 2001. Nepenthes of Sumatera. Kota Kinabalu: Natural History Publications (Borneo). Dariana. 2009. Keanekaragaman Nepenthes dan Pohon Inang Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara [tesis]. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Djufri. 2002. Penentuan Pola Distribusi, Asosiasi, dan Interaksi Spesies Tumbuhan Khususnya Padang Rumput di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biodiversitas 3 (1): 181-188. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1999. Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. http://www.dephut.go.id [22 April 2011]. Ewuise JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika.Terjemahan oleh Usman Tanuwijaya. Bandung: Insitut Teknologi Bandung.
45
Fakhrurrozi Y. 2001. Satuan-Satuan Lansekap Dan Keanekaragaman Tumbuhan Buah-Buahan Liar Edibel Dalam Kehidupan Masyarakat Melayu Belitung [tesis]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Program Pascasarjana IPB. Ferianita MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Handayani T. 2001. Nepenthes spp. Koleksi Kebun Raya Bogor Yang Berpotensi Sebagai Tanaman Hias. Warta Kebu Raya 3 (1). Handayani T, Syamsudin. 1998. Nepenthes rafflesiana Jack. dan Keturunannya. Warta Kebun Raya 2 (3). Heddy S, Kurniati M. 1994. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Handoyo F, Maloedyn S. 2006. Petunjuk Praktis Perawatan Nepenthes. Depok: PT AgroMedia Pustaka. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan. Hidayat S, Jajat H, Hamzah, Suhandi E, Tatang, Ajidin. 2003. Analisis Vegetasi Dua Jenis Tumbuhan Pemakan Serangga di Padang Anyang, Pulau Belitung. Biodiversitas 4 (2): 94-96. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Istomo. 1994. Hubungan Antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin (Gonstylus bancanus (Miq.) Kurz) dengan Sifat-Sifat Tanah Gambut Studi Kasus Di Areal HPH PT INHUTANI III Kalimanatan Tengah [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kissinger. 2002. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan, Struktur Tegakan, dan Pola Sebaran Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu di Hutan Kerangas [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. New York: Harper & Row Publishing. Kurniawan A, Ni Kadek EU, I Made RP. 2008. Asosiasi Jenis-Jenis Pohon Dominan di Hutan Dataran Rendah Cagar Alam Tangkoko Bitung Sulawesi Utara. Biodiversitas 9 (3): 199-203. Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology : A Primer on Methods on Computing. New York: John Willey and Sons. Mackinnon K, Hatta G, Halim H & Mangalik A. 1996. Ekologi Kalimantan. Alih Bahasa Gembong Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo. hlm. 315-452. Mansur M. 2006. Nepenthes Kantung Semar yang Unik. Jakarta: Penebar Swada. ________. 2007. Keanekaragaman Jenis Nepenthes (Kantong Semar) Dataran Rendah Di Kalimantan. Berita Biologi 8 (5): 335-339.
46
Odum EP. 1990. Dasar-Dasar Ekologi . Tjahjono S, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Ecology. Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Pratiwi SD. 2010. Analisis Kesesuaian Geologi dalam Rangka Rehabilitasi Lahan Pasca Penambangan Studi Kasus Belitung Timur [skripsi]. Jakarta: Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti. Raharjo R. 2006. Studi Terhadap Produktivitas Serasah, Dekomposisi Serasah, Air Tembusan Tajuk dan Aliran Batang Serta Leaching Pasa Beberapa Kerapatan Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi [skripsi]. Bogor: Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Saputri A. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Nepenthes spp. Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara [skripsi]. Medan: Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Suhono B, Yuzmmi, Ridho JW, Hidayat S, Handayani T, Sugiarti, Mursidawati S, Triono T, Puji IA, Sudarmono, Wawangningrum H. 2010. Ensiklopedia Flora. Bogor: PT Kharisma Ilmu. Untung O, Utami KP, Evi SF. 2006. Nepenthes No. 2 Volume V. Depok: PT Trubus Swadaya. Van Steenis. 1958. Flora Malesiana Series I Spermatophyta Volume 5. Djakarta: Noordhoff - Kolff N.V. Whitmore. 1984. Tropical Rain Forests Of The Far East. New York: Oxford University Press. Whitten AJ, Anwar J, Damanik SJ, Hisyam N. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Yogyakarta: UGM Press. Wisnugroho. 1998. Asosiasi Antara Jenis-Jenis Anggrek Epifit Dengan Pohon Inang Pada Kawasan Hutan Wanmori Oransbari Kabupaten Daerah Tingkat II Manokwari [skripsi]. Manokwari: Fakultas Pertanian Universitas Cendrawasih.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pola sebaran Nepenthes Lokasi Rimba
Bebak
Padang
Nepenthes reinwardtiana Nepenthes gracilis
4
2
4
100
0,04
99
0,04
0,02
2,00
Pola Penyebaran Mengelompok
4
2
4
100
0,04
99
0,04
0,02
2,00
Mengelompok
Nepenthes rafflesiana Nepenthes ampullaria Nepenthes rafflesiana Nepenthes gracilis
331
33
1089
100
10,89
99
3,23343
0,33
9,80
Mengelompok
2178
82
6724
100
67,24
99
21,3208
0,82
26,00
Mengelompok
689
37
1369
100
13,69
99
6,82131
0,37
18,43
Mengelompok
4
2
4
100
0,04
99
0,04
0,02
2,00
Mengelompok
9471
803
644809
100
6448,09
99
30,5344
8,03
3,80
Mengelompok
Spesies
Nepenthes gracilis
2
n
Xi
∑
/ )
ID
n–1
48
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba No 1 2
Spesies
3 4
Abu-abu Ambongambong Ara bulan Arang-arang
5
Asau burong
6 7
Bangek Bansa
8 9 10
Bebeti Belanger Benansi
11 12 13 14
Benta Berubok Betor belulang Betor kentut
15
Betor padi
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Glochidion arborescens Blume Ficus lepicarpa Blume Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Syzygium fastigiatum (Blume) Merrill & Perry Syzygium polyanthum Wight Baccaurea deflexa Muell. Arg. Syzygium zeylanicum Wight Shorea belangeran Burck Planchonella oxyedra Dubard. Phaleria capitata Jack Xylopia ferruginea Baill. Calophyllum sp.1 Calophyllum spectabile Willd. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
400 100
19404 9801
Chi square Hitung 0,02 0,01
Moraceae Myrtaceae
400 25600
19404 133056
0,02 0,19
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Myrtaceae
100
9801
0,01
3,84
Tidak nyata
0
2500 900
47025 28809
0,05 0,03
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
28900 400 900
139689 19404 28809
0,21 0,02 0,03
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Thymelaeaceae Annonaceae Clusiaceae Clusiaceae
900 3600 144400 900
28809 55836 419244 28809
0,03 0,06 0,34 0,03
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0,01 0
Clusiaceae
211600
245916
0,86
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Euphorbiaceae
Myrtaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Dipterocarpaceae Sapotaceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
49
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
16
Betor rambai
17 18
Bumbun putih Butun
19
Gelam
20 21 22 23 24 25
Gelam tikus Gerunggang Girak Jambu utan Jemang Julok antu
26 27
Jurong Kabal
28 29 30 31 32
Kamba Kandis bini Kandis laki Kayu batu Kedindiman
33
Kelebantuian
Nama Ilmiah Calophyllum saigonense Pierre Polyalthia beccarii King Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Syzygium sp.1 Cratoxylum glaucum Korth. Symplocos adenophylla Wall. Syzygium bisulea Rhodamnia cinerea Jack Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Syzygium sp.3 Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Parinarium corymbosum Miq. Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry. Syzygium eunera
100
9801
Chi square Hitung 0,01
400 10000
19404 89100
0,02 0,11
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
400
19404
0,02
3,84
Tidak nyata
0
921600 57600 100 3600 396900 4900
38016 180576 9801 55836 230769 64449
24,24 0,32 0,01 0,06 1,72 0,08
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,25 0 0 0 0 0
1600 1600
38016 38016
0,04 0,04
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
14400 32400 28900 100
104544 146124 139689 9801
3600
55836
0,14 0,22 0,21 0,01 0,06
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0
184900
242649
0,76
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Clusiaceae Annonaceae Clusiaceae Moraceae Myrtaceae Clusiaceae Symplocaceae Myrtaceae Myrtaceae Araliaceae Linaceae Fagaceae Myrtaceae Clusiaceae Clusiaceae Chrysobalanaceae Clusiaceae Myrtaceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84
Tidak nyata
0
50
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
34
Kelinsutan
35
Keliut
36 37 38 39
Kelumpang Kemanisan aik Kemberasan Kembuelan
40
Kendong
41 42 43 44 45 46 47
Keranji Kerantai Kiras Kubing Ladik Lulai Medang belilin
48 49 50
Medang berubok Medang lantai Medang lubang
51
Medang miang
Nama Ilmiah Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry. Archidendron microcarpum (Bentham) I. Nielsen Sterculia gilva Miq. Gynotroches axillaris Blume Petunga microcarpa DC. Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Nephelium rubescens Hiern Santiria tomentosa Blume Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Garcinia havilandii Stapf. Cryptocarya densiflora Blume Litsea resinosa Blume Litsea cf. resinosa Blume Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f.
Myrtaceae
1600
38016
Chi square Hitung 0,04
Fabaceae
1600
38016
0,04
3,84
Tidak nyata
0
900 400 900 14400
28809 19404 28809 104544
0,03 0,02 0,03 0,14
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0
900
28809
0,03
3,84
Tidak nyata
0
400 100 100 100 202500 792100 52900
19404 9801 9801 9801 245025 96921 175329
0,02 0,01 0,01 0,01 0,83 8,17 0,30
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0 0,09 0
6400 84100 3600
72864 203841 55836
0,09 0,41 0,06
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
336400
241164
1,40
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Sterculiaceae Rhizophoraceae Rubiaceae Ebenaceae Symplocaceae Sapindaceae Burseraceae Clusiaceae Moraceae Melastomataceae Clusiaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Euphorbiaceae Lauraceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84
Tidak nyata
0
51
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
52 53 54
Melak Melapisan Meleman
55 56 57
Membalong Mempala Mencukaan
58
Mendaran
59 60
Mendiraman Mendudongan
61
Mendudukan
62 63 64
Mengkelingan Mensirak Mensulongan
65
Meripongan
66 67
Nyato lawar Pansi
68
Pao
Nama Ilmiah Garcinia bancana Miq. Syzygium cymosum Lamk Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Calophyllum canum Hook.f. Undet. Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh. Palaquium ridleyi King & Gamble Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Elaeocarpus floribundum Merrill Syzygium sp.3 Ilex cymosa Blume Brackenridgea palustris Bartell. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Planchonella firma Dubard Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell.
400 1600 202500
19404 38016 245025
Chi square Hitung 0,02 0,04 0,83
900 10000 100
28809 89100 9801
0,03 0,11 0,01
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
100
9801
0,01
3,84
Tidak nyata
0
12100 400
96921 19404
0,13 0,02
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
3600
55836
0,06
3,84
Tidak nyata
0
100 52900 900
9801 175329 28809
0,01 0,02 0,06
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
400
19404
0,01
3,84
Tidak nyata
0
400 22500
19404 126225
0,30 0,03
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
100
9801
0,02
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Clusiaceae Myrtaceae Rubiaceae Clusiaceae Undet. Sapindaceae Sapotaceae Symplocaceae Elaeocarpaceae Sapindaceae Myrtaceae Aquifoliaceae Ochnaceae Fabaceae Sapotaceae Elaeocarpaceae Lauraceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
52
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
69 70
Pelangas Pelawan kiring
71 72 73 74 75
Pelempang hitam Pelempang putih Pudok Pulas Pulas rusa
76
Putat
77 78 79 80 81
Saga Samak Semungggu Sendetopan Senggerubongan
82 83
Sengkeratongan Sereting
84 85
Seruk Simpor bini
Nama Ilmiah
1600 211600
38016 245916
Chi square Hitung 0,02 0,18
Theaceae
48400
169884
0,01
3,84
Tidak nyata
0
Theaceae Moraceae Sapindaceae Sapindaceae
36100 900 22500 2500
152361 28809 126225 47025
0,04 0,86 0,29 0,24
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0
Lecythidaceae
25600
133056
0,03
3,84
Tidak nyata
0
Sapotaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Euphorbiaceae
1600 115600 100 100 400
38016 222156 9801 9801 19404
0,18 0,05 0,19 0,04 0,52
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0,02 0 0 0
100 2500
9801 47025
0,01 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
360000 3600
237600 55836
0,02 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Adinandra domosa Jack
Euphorbiaceae Myrtaceae
Adinandra sarosanthera Miq. Artocarpus kemando Miq. Guioa pleuropteris Radlk. Mischocarpus sundaicus Blume Barringtonia macrostachya Kurz Ormosia bancana Prain Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion superbum Baill. Ficus aurita Blume Macaranga gigantea Muell. Arg. Helicia robusta Vill. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli
Proteaceae Rubiaceae Theaceae Dilleniaceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0,02
54
Lampiran 2 Asosiasi Nepentes reinwardtiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
86
Simpor laki
87
Singkang
88
Sisilan
89
Subalan
90
Tapar besi
91
Temau
92 93
Tempala' Tenam
94
Terentang
95
Tukak
96
Ubar
97
Ubi-ubi
Nama Ilmiah Dillenia eximia Miq. Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud. Mallotus multiglandulosus (Reinw. ex Blume) Hurusawa Cratoxylon arborescens Blume Timonius flavescens Baker Psychotria viridiflora Reinw. Campnosperma auriculata Hook.f. Tabernaemontana sp. Eugenia cerina M.R. Henderson Rapanea hasseltii Mez.
400
19404
Chi square Hitung 0,05
Myrtaceae
168100
239481
1,52
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae
108900
218889
0,06
3,84
Tidak nyata
0
Elaeocarpaceae
90000
207900
0,02
3,84
Tidak nyata
0
Euphorbiaceae
100
9801
0,70
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae
400
19404
0,50
3,84
Tidak nyata
0
Rubiaceae Rubiaceae
100 1600
9801 38016
0,43 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
900
28809
0,02
3,84
Tidak nyata
0
62500
185625
0,01
3,84
Tidak nyata
0
2500
47025
0,04
3,84
Tidak nyata
0
12100
96921
0,03
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Dilleniaceae
Anacardiaceae Apocynaceae Myrtaceae Myrsinaceae
Chi square tabel (5%)
Kesimpulan
JI
3,84
Tidak nyata
0
54
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba No 1 2
Spesies
3 4
Abu-abu Ambongambong Ara bulan Arang-arang
5
Asau burong
6 7
Bangek Bansa
8 9 10
Bebeti Belanger Benansi
11 12 13 14
Benta Berubok Betor belulang Betor kentut
15
Betor padi
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Glochidion arborescens Blume Ficus lepicarpa Blume Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Syzygium fastigiatum (Blume) Merrill & Perry Syzygium polyanthum Wight Baccaurea deflexa Muell. Arg. Syzygium zeylanicum Wight Shorea belangeran Burck Planchonella oxyedra Dubard. Phaleria capitata Jack Xylopia ferruginea Baill. Calophyllum sp.1 Calophyllum spectabile Willd. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
400 100
19404 9801
0,02 0,01
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Moraceae Myrtaceae
400 25600
19404 133056
0,02 0,19
Myrtaceae
100
9801
2500 900
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Euphorbiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
0,01
3,84
Tidak nyata
0
47025 28809
0,05 0,03
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
28900 400 900
139689 19404 28809
0,21 0,02 0,03
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Thymelaeaceae Annonaceae Clusiaceae Clusiaceae
900 3600 144400 900
28809 55836 419244 28809
0,03 0,06 0,34 0,03
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0,01 0
Clusiaceae
211600
245916
0,86
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Dipterocarpaceae Sapotaceae
55
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
16
Betor rambai
17 18
Bumbun putih Butun
19
Gelam
20 21 22 23 24 25
Gelam tikus Gerunggang Girak Jambu utan Jemang Julok antu
26 27
Jurong Kabal
28 29 30 31 32
Kamba Kandis bini Kandis laki Kayu batu Kedindiman
33 34
Kelebantuian Kelinsutan
Nama Ilmiah Calophyllum saigonense Pierre Polyalthia beccarii King Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Syzygium sp.1 Cratoxylum glaucum Korth. Symplocos adenophylla Wall. Syzygium bisulea Rhodamnia cinerea Jack Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Syzygium sp.3 Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Parinarium corymbosum Miq. Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry Syzygium eunera Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry.
100
9801
0,01
Chi square tabel (5%) 3,84
400 10000
19404 89100
0,02 0,11
400
19404
921600 57600 100 3600 396900 4900
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Clusiaceae Annonaceae Clusiaceae Moraceae Myrtaceae Clusiaceae Symplocaceae Myrtaceae Myrtaceae Araliaceae Linaceae Fagaceae Myrtaceae Clusiaceae Clusiaceae Chrysobalanaceae Clusiaceae Myrtaceae Myrtaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
0,02
3,84
Tidak nyata
0
38016 180576 9801 55836 230769 64449
24,24 0,32 0,01 0,06 1,72 0,08
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,25 0 0 0 0 0
1600 1600
38016 38016
0,04 0,04
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
14400 32400 28900 100 3600
104544 146124 139689 9801 55836
0,14 0,22 0,21 0,01 0,06
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0
184900 1600
242649 38016
0,76 0,04
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
56
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
35
Keliut
36 37 38 39
Kelumpang Kemanisan aik Kemberasan Kembuelan
40
Kendong
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Keranji Kerantai Kiras Kubing Ladik Lulai Medang belilin medang berubok Medang lantai dahan Medang lubang
51 52 53
Medang miang Melak Melapisan
Nama Ilmiah Archidendron microcarpum (Bentham) I. Nielsen Sterculia gilva Miq. Gynotroches axillaris Blume Petunga microcarpa DC. Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Nephelium rubescens Hiern Santiria tomentosa Blume Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Garcinia havilandii Stapf. Cryptocarya densiflora Blume Litsea resinosa Blume Litsea cf. resinosa Blume Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Garcinia bancana Miq. Syzygium cymosum Lamk
1600
38016
0,04
Chi square tabel (5%) 3,84
900 400 900 14400
28809 19404 28809 104544
0,03 0,02 0,03 0,14
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0
900
28809
0,03
3,84
Tidak nyata
0
400 100 100 100 202500 792100 52900 6400 84100
19404 9801 9801 9801 245025 96921 175329 72864 203841
0,02 0,01 0,01 0,01 0,83 8,17 0,30 0,09 0,41
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0 0,09 0 0 0
3600
55836
0,06
3,84
Tidak nyata
0
336400 400 1600
241164 19404 38016
1,40 0,02 0,04
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Fabaceae Sterculiaceae Rhizophoraceae Rubiaceae Ebenaceae Symplocaceae Sapindaceae Burseraceae Clusiaceae Moraceae Melastomataceae Clusiaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Euphorbiaceae Lauraceae Clusiaceae Myrtaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
57
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
54
Meleman
55 56 57
Membalong Mempala Mencukaan
58
Mendaran
59 60
Mendiraman Mendudongan
61
mendudukan
62 63 64
Mengkelingan mensirak Mensulongan
65
Meripongan
66 67
Nyato lawar Pansi
68
Pao
69
Pelangas
Nama Ilmiah Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Calophyllum canum Hook.f. Undet. Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh. Palaquium ridleyi King & Gamble Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Elaeocarpus floribundum Merrill Syzygium sp.3 Ilex cymosa Blume Brackenridgea palustris Bartell. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Planchonella firma Dubard Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill.
202500
245025
0,83
Chi square tabel (5%) 3,84
900 10000 100
28809 89100 9801
0,03 0,11 0,01
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
100
9801
0,01
3,84
Tidak nyata
0
12100 400
96921 19404
0,13 0,02
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
3600
55836
0,06
3,84
Tidak nyata
0
100 52900 900
9801 175329 28809
0,01 0,02 0,06
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
400
19404
0,01
3,84
Tidak nyata
0
400 22500
19404 126225
0,30 0,03
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
100
9801
0,02
3,84
Tidak nyata
0
1600
38016
0,02
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Rubiaceae Clusiaceae Undet. Sapindaceae Sapotaceae Symplocaceae Elaeocarpaceae Sapindaceae Myrtaceae Aquifoliaceae Ochnaceae Fabaceae Sapotaceae Elaeocarpaceae Lauraceae Euphorbiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
58
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
70
Pelawan kiring
71 72 73 74 75
Pelempang hitam Pelempang putih Pudok Pulas Pulas rusa
76
Putat
77 78 79 80 81
Saga Samak Semungggu Sendetopan Senggerubongan
82 83
Sengkeratongan Sereting
84 85
Seruk Simpor bini
86
Simpor laki
Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Adinandra domosa Jack
Myrtaceae
211600
245916
0,18
Chi square tabel (5%) 3,84
Theaceae
48400
169884
0,010
3,84
Tidak nyata
0
Adinandra sarosanthera Miq. Artocarpus kemando Miq. Guioa pleuropteris Radlk. Mischocarpus sundaicus Blume Barringtonia macrostachya Kurz Ormosia bancana Prain Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion superbum Baill. Ficus aurita Blume Macaranga gigantea Muell. Arg. Helicia robusta Vill. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Dillenia eximia Miq.
Theaceae Moraceae Sapindaceae Sapindaceae
36100 900 22500 2500
152361 28809 126225 47025
0,04 0,86 0,29 0,24
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0
Lecythidaceae
25600
133056
0,03
3,84
Tidak nyata
0
Sapotaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Euphorbiaceae
1600 115600 100 100 400
38016 222156 9801 9801 19404
0,18 0,05 0,19 0,04 0,52
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0,02 0 0 0
100 2500
9801 47025
0,01 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Theaceae Dilleniaceae
360000 3600
237600 55836
0,02 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Dilleniaceae
400
19404
0,05
3,84
Tidak nyata
0
Nama Ilmiah
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Proteaceae Rubiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0,02
59
Lampiran 3 Asosiasi Nepentes gracilis di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
87
Singkang
88
Sisilan
89
Subalan
90
Tapar besi
91
Temau
92 93 94
Tempala' Tenam Terentang
95 96
Tukak Ubar
97
Ubi-ubi
Nama Ilmiah Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud. Mallotus multiglandulosus (Reinw. ex Blume) Hurusawa Cratoxylon arborescens Blume Timonius flavescens Baker Psychotria viridiflora Reinw. Campnosperma auriculata Hook.f. Tabernaemontana sp. Eugenia cerina M.R. Henderson Rapanea hasseltii Mez.
Myrtaceae
168100
239481
1,52
Chi square tabel (5%) 3,84
Myrtaceae
108900
218889
0,06
3,84
Tidak nyata
0
Elaeocarpaceae
90000
207900
0,02
3,84
Tidak nyata
0
Euphorbiaceae
100
9801
0,70
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae
400
19404
0,50
3,84
Tidak nyata
0
Rubiaceae Rubiaceae Anacardiaceae
100 1600 900
9801 38016 28809
0,43 0,01 0,02
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Apocynaceae Myrtaceae
62500 2500
185625 47025
0,01 0,04
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Myrsinaceae
12100
96921
0,03
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
60
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba No
Spesies
1 2
Abu-abu Ambong-ambong
3 4
Ara bulan Arang-arang
5
Asau burong
6 7
Bangek Bansa
8 9 10
Bebeti Belanger Benansi
11 12 13 14 15
Benta Berubok Betor belulang Betor kentut Betor padi
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Glochidion arborescens Blume Ficus lepicarpa Blume Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Syzygium fastigiatum (Blume) Merrill & Perry Syzygium polyanthum Wight Baccaurea deflexa Muell. Arg. Syzygium zeylanicum Wight Shorea belangeran Burck Planchonella oxyedra Dubard. Phaleria capitata Jack Xylopia ferruginea Baill. Calophyllum sp.1 Calophyllum spectabile Willd. Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith.
10000 2500
93100 47025
0,11 0,05
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Moraceae Myrtaceae
10000 10240000
93100 638400
0,11 16,00
Myrtaceae
2500
47025
62500 22500
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Euphorbiaceae
Myrtaceae Euphorbiaceae Myrtaceae Dipterocarpaceae Sapotaceae Thymelaeaceae Annonaceae Clusiaceae Clusiaceae Clusiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
3,84 3,84
Tidak nyata Nyata
0 0,24
0,05
3,84
Tidak nyata
0
225625 138225
0,28 0,16
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
722500 10000 22500
670225 93100 138225
1,08 0,11 0,16
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
22500 90000 2560000 22500 2890000
138225 267900 1033600 138225 1179900
0,16 0,34 2,48 0,16 2,45
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0,07 0 0,09
61
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
16
Betor rambai
17
Bumbun putih
18
Butun
19
Gelam
20
Gelam tikus
21 22 23 24 25
Gerunggang Girak Jambu utan Jemang Julok antu
26 27
Jurong Kabal
28 29 30 31 32
Kamba Kandis bini Kandis laki Kayu batu Kedindiman
33 34
Kelebantuian Kelinsutan
Nama Ilmiah
2500
47025
0,05
Chi square tabel (5%) 3,84
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae
250000
427500
0,59
3,84
Tidak nyata
0
Moraceae
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae
722500
138225
5,23
3,84
Nyata
0,14
Clusiaceae Symplocaceae Myrtaceae Myrtaceae Araliaceae
640000 2500 90000 22500 122500
866400 47025 267900 1107225 309225
0,74 0,05 0,34 0,02 0,40
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,07 0 0 0,05 0
Linaceae Fagaceae
40000 640000
182400 182400
0,22 3,51
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0,13
360000 1210000 1322500 2500 90000
501600 701100 670225 47025 267900
0,72 1,73 1,97 0,05 0,34
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0,10 0,10 0 0
722500 40000
1164225 182400
0,62 0,22
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,07 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Calophyllum saigonense Pierre Polyalthia beccarii King
Clusiaceae
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Syzygium sp.1 Cratoxylum glaucum Korth. Symplocos adenophylla Wall. Syzygium bisulea Rhodamnia cinerea Jack Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Syzygium sp.3 Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Parinarium corymbosum Miq. Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry Syzygium eunera Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry.
Annonaceae
Myrtaceae Clusiaceae Clusiaceae Chrysobalanaceae Clusiaceae Myrtaceae Myrtaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
62
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
35
Keliut
36 37 38 39
Kelumpang Kemanisan aik Kemberasan Kembuelan
40
Kendong
41
Keranji
42 43 44 45 46 47 48 49 50
Kerantai Kiras Kubing ladik Lulai Medang belilin medang berubok Medang lantai dahan Medang lubang
51 52 53
Nama Ilmiah
40000
182400
0,22
Chi square tabel (5%) 3,84
22500 810000 22500 360000
138225 93100 138225 501600
0,16 8,70 0,16 0,72
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0,17 0 0
Symplocaceae
22500
138225
0,16
3,84
Tidak nyata
0
Sapindaceae
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
2500 2500 2500 3062500 302500 22500 160000 2402500
47025 47025 47025 1175625 465025 841225 349600 978025
0,05 0,05 0,05 2,61 0,65 0,03 0,46 2,46
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0,09 0 0,04 0 0,10
90000
267900
0,34
3,84
Tidak nyata
0
Lauraceae
1210000
1157100
1,05
3,84
Tidak nyata
0,07
Clusiaceae Myrtaceae
722500 7290000
138225 267900
5,23 27,21
3,84 3,84
Nyata Nyata
0,14 0,38
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Archidendron microcarpum (Bentham) I. Nielsen Sterculia gilva Miq. Gynotroches axillaris Blume Petunga microcarpa DC. Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Nephelium rubescens Hiern
Fabaceae
Santiria tomentosa Blume Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Garcinia havilandii Stapf. Cryptocarya densiflora Blume Litsea resinosa Blume Litsea cf. resinosa Blume
Burseraceae Clusiaceae Moraceae Melastomataceae Clusiaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Euphorbiaceae
Medang miang
Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f.
Melak Melapisan
Garcinia bancana Miq. Syzygium cymosum Lamk
Sterculiaceae Rhizophoraceae Rubiaceae Ebenaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
63
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
54
Meleman
55
Membalong
56 57
Mempala Mencukaan
58
Mendaran
59 60
Mendiraman Mendudongan
61
Mendudukan
62 63 64
Mengkelingan Mensirak Mensulongan
65
Meripongan
66
Nyato lawar
67
Pansi
68
Pao
69
Pelangas
Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Calophyllum canum Hook.f.
Rubiaceae
4410000
1157100
3,81
Chi square tabel (5%) 3,84
Clusiaceae
22500
138225
0,16
3,84
Tidak nyata
0
Undet. Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh. Palaquium ridleyi King & Gamble Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Elaeocarpus floribundum Merrill Syzygium sp.3 Ilex cymosa Blume Brackenridgea palustris Bartell. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Planchonella firma Dubard
Undet. Sapindaceae
250000 2500
427500 47025
0,59 0,05
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
2500
47025
0,05
3,84
Tidak nyata
0
202500 10000
465025 93100
0,44 0,11
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,07 0
90000
267900
0,34
3,84
Tidak nyata
0
302500 22500 22500
465025 841225 138225
0,65 0,03 0,16
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0,04 0
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
810000
93100
8,70
3,84
Nyata
0,17
5062500
605625
8,36
3,84
Nyata
0,18
2500
47025
0,05
3,84
Tidak nyata
0
40000
182400
0,22
3,84
Tidak nyata
0
Nama Ilmiah
Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill.
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Sapotaceae Symplocaceae Elaeocarpaceae Sapindaceae Myrtaceae Aquifoliaceae Ochnaceae Fabaceae Sapotaceae Elaeocarpaceae Lauraceae Euphorbiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
64
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
70
Pelawan kiring
71 72 73 74 75
Pelempang hitam Pelempang putih Pudok Pulas Pulas rusa
76
Putat
77
Saga
78 79 80 81
Samak Semungggu Sendetopan Senggerubongan
82
Sengkeratongan
83
Sereting
84
Seruk
85
Simpor bini
86
Simpor laki
Nama Ilmiah
1690000
1179900
1,43
Chi square tabel (5%) 3,84
10000 2500 22500 62500 62500
815100 731025 138225 605625 225625
0,01 0,00 0,16 0,10 0,28
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,04 0,04 0 0,05 0
640000
638400
1,00
3,84
Tidak nyata
0
40000
182400
0,22
3,84
Tidak nyata
0
1562500 2500 2500 10000
1080625 47025 47025 93100
1,45 0,05 0,05 0,11
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,03 0 0 0
Proteaceae
2500
47025
0,05
3,84
Tidak nyata
0
Rubiaceae
62500
225625
0,28
3,84
Tidak nyata
0
0
1140000
0,00
3,84
Tidak nyata
0,05
Dilleniaceae
490000
267900
1,83
3,84
Tidak nyata
0,10
Dilleniaceae
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
Famili
Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Artocarpus kemando Miq. Guioa pleuropteris Radlk. Mischocarpus sundaicus Blume Barringtonia macrostachya Kurz Ormosia bancana Prain
Myrtaceae
Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion superbum Baill. Ficus aurita Blume Macaranga gigantea Muell. Arg. Helicia robusta Vill.
Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Euphorbiaceae
Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Dillenia eximia Miq.
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Theaceae Theaceae Moraceae Sapindaceae Sapindaceae Lecythidaceae Sapotaceae
Theaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0,07
65
Lampiran 4 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Rimba (Lanjutan) No
Spesies
87
Singkang
88
Sisilan
89
Subalan
90
Tapar besi
91
Temau
92 93 94
Tempala' Tenam Terentang
95 96
Tukak Ubar
97
Ubi-ubi
Nama Ilmiah Syzygium lineatum (DC.) Merr.& Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Elaeocarpus petiolatus Wall. ex Steud. Mallotus multiglandulosus (Reinw. ex Blume) Hurusawa Cratoxylon arborescens Blume Timonius flavescens Baker Psychotria viridiflora Reinw. Campnosperma auriculata Hook.f. Tabernaemontana sp. Eugenia cerina M.R. Henderson Rapanea hasseltii Mez.
Myrtaceae
2500
1149025
0,01
Chi square tabel (5%) 3,84
Myrtaceae
2722500
1050225
2,59
3,84
Tidak nyata
0
Elaeocarpaceae
6250000
997500
6,27
3,84
Nyata
0,13
Euphorbiaceae
2500
47025
0,05
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
Rubiaceae Rubiaceae Anacardiaceae
2500 40000 22500
47025 182400 138225
0,05 0,22 0,16
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Apocynaceae Myrtaceae
3062500 3062500
890625 225625
3,44 13,57
3,84 3,84
Tidak Nyata Tidak nyata
0,11 0,25
Myrsinaceae
302500
465025
0,65
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0,05
66
Lampiran 5 Asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak No
Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abu-abu Ara bulan Arang-arang Asau Bagu Bakel Balik angin Bangek Bebeti Bebiki
11
Benansi
12 13
Betor belulang Betor padi
14
Butun
15
Cempedak
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Ficus lepicarpa Blume Syzygium sp.1 Syzygium sp.2 Gnetum gnemon Linn. Artocarpus elastica Reinw. Undet. Syzygium polyanthum Wight Syzygium zeylanicum DC. Macaranga javanica Muell. Arg. Planchonella oxyedra Dubard. Calophyllum sp.1 Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Artocarpus integer (Thunb.) Merr.
921600 14400 3385600 1600 6400 193600 102400 1600 2560000 25600
38016 111744 147456 38016 75264 375936 282624 38016 345600 147456
24,24 0,13 22,96 0,04 0,09 0,52 0,36 0,04 7,41 0,17
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Sapotaceae
1600
38016
0,04
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae Clusiaceae
313600 462400
884736 541824
0,35 0,85
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,05 0
Clusiaceae
360000
345600
1,04
3,84
Tidak nyata
0,08
1600
38016
0,04
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Gnetaceae Moraceae Undet. Myrtaceae Myrtaceae Euphorbiaceae
Moraceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0,25 0 0,33 0 0 0 0 0 0,17 0
67
Lampiran 5 Asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
16 17
Duren Gelam
18 19 20 21
Gerunggang Ipo-ipo Jemang Jering
22
Julok antu
23 24
Jurong Kabal
25 26 27 28 29 30
Kandis bini Kandis laki Katal Kayu tue Kelebantuian Kelinsutan
31 32
Kemanisan aik Kembuelan
Nama Ilmiah Durio zibethinus Murr. Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Cratoxylum glaucum Korth. Melia azedarach Linn. Rhodamnia cinerea Jack. Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Ficus vasculosa Wall. Galearia filiformis Boerl. Syzygium eunera Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry. Gynotroches axillaris Blume Diospyros laevis Boj.ex A.DC.
1600 921600
38016 38016
0,04 24,24
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Clusiaceae Meliaceae Myrtaceae Fabaceae
1600 1600 5953600 2689600
38016 38016 913536 928896
0,04 0,04 6,52 2,90
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0 0 0
Araliaceae
193600
375936
0,51
3,84
Tidak nyata
0
Linaceae Fagaceae
14400 78400
111744 249984
0,13 0,31
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Clusiaceae Clusiaceae Moraceae Euphorbiaceae Myrtaceae Myrtaceae
6400 193600 1600 1600 409600 270400
75264 375936 38016 38016 928896 434304
0,09 0,52 0,04 0,04 0,44 0,62
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0,02 0
Rhizophoraceae Ebenaceae
846400 6400
75264 75264
11,25 0,09
3,84 3,84
Nyata Tidak nyata
0,20 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Bombacaceae Myrtaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Nyata
0 0,25
68
Lampiran 5 Asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
33
Kendong
34
Ketembab
35 36 37 38
Kiras Kubing Ladi Libut
39 40 41
Ludai Medang belilin Medang kalong
42
Medang lubang
43 44
Medang miang Meleman
45
Mendiraman
46
Mendudongan
47 48 49
Mengkelingan Mensira Menteno
Nama Ilmiah Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Lithocarpus elegans (Blume) Hatus. ex Soepadmo Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Sapium baccatum Roxb. Cryptocarya densiflora Blume Cinnamomum parthenoxylon Meissn. Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Undet. Ilex cymosa Blume Commersonia bartramia Merr.
57600
216576
0,27
Chi square tabel (5%) 3,84
462400
541824
0,85
3,84
Tidak nyata
0
2560000 193600 7398400 1600
921600 375936 249984 38016
2,78 0,52 29,60 0,04
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0 0,38 0
Euphorbiaceae Lauraceae Lauraceae
40000 193600 193600
182400 375936 375936
0,22 0,52 0,52
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Euphorbiaceae
78400
249984
0,3
3,84
Tidak nyata
0
230400 25600
405504 147456
0,57 0,17
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Symplocaceae
78400
249984
0,31
3,84
Tidak nyata
0
Elaeocarpaceae
921600
38016
24,24
3,84
Nyata
0,25
Aquifoliaceae Sterculiaceae
40000 360000 14400
182400 489600 111744
0,22 0,74 0,13
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Symplocaceae Fagaceae Clusiaceae Moraceae Melastomataceae Euphorbiaceae
Lauraceae Rubiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
69
Lampiran 5 Asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak (Lanjutan)
No
Spesies
50
Mentepongan
51
Meripongan
52
Pansi
53
Pao
54 55
Pelangas Pelawan kiring
56
Pelawan punai
57 58 59 60
Pelempang hitam Pelempang putih Pelepak Perepat
61 62 63 64 65
Pialu Pulas Pungga Rambutan Renggadaian
Nama Ilmiah Vernonia arborea Buch.Ham. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana (Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Hynocarpus sp. Combretocarpus rotundatus Danser Suregada glomerulata Baill. Guioa pleuropteris Radlk. Antidesma sp. Nephelium lappaceum Linn. Ploiarium alternifolium Melchior
Asteraceae
40000
182400
0,22
Chi square tabel (5%) 3,84
Fabaceae
25600
147456
0,17
3,84
Tidak nyata
0
Anacardiaceae
1600
38016
0,04
3,84
Tidak nyata
0
Anacardiaceae
57600
216576
0,27
3,84
Tidak nyata
0
Euphorbiaceae Myrtaceae
313600 313600
462336 462336
0,68 0,68
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Myrtaceae
129600
314496
0,41
3,84
Tidak nyata
0
Theaceae Theaceae Flacourtiaceae Rhizophoraceae
774400 1742400 102400 313600
111744 541824 282624 462336
6,93 3,22 0,36 0,68
3,84 3,84 3,84 3,84
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,17 0,11 0 0
Euphorbiaceae Sapindaceae Euphorbiaceae Sapindaceae Theaceae
774400 6400 1600 78400 640000
111744 75264 38016 249984 182400
6,93 0,09 0,04 0,31 3,51
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,17 0 0 0 0,12
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
70
Lampiran 5 Asosiasi Nepentes ampullaria di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
Nama Ilmiah
6400
75264
0,09
Chi square tabel (5%) 3,84
Rubiaceae
2822400 14400 6400 160000 57600 102400
935424 111744 75264 345600 216576 282624
3,02 0,13 0,09 0,46 0,27 0,36
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0 0
Theaceae Dilleniaceae
270400 8761600
904704 738816
0,30 11,86
3,84 3,84
Tidak nyata Nyata
0,05 0,15
Myrtaceae
518400
566784
0,92
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae
1742400
849024
2,05
3,84
Tidak nyata
0
25600 1600
147456 38016
0,17 0,04
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
66
Saga
Ormosia bancana Prain
Fabaceae
67 68 69 70 71 72
Samak Samak tali Sendetopan Sengkeratongan Sengkerupaan Sereting
Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Proteaceae
73 74
Seru Simpor bini
75
Singkang
76
Sisilan
77 78
Tenam Ubi-ubi
Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion celastroides Pax Ficus aurita Blume Helicia robusta Vill. Undet. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Psychotria malayana Jack Rapanea hasseltii Mez.
Rubiaceae Myrsinaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
71
Lampiran 6 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak No
Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abu-abu Ara bulan Arang-arang Asau Bagu Bakel Balik angin Bangek Bebeti Bebiki
11
Benansi
12 13
Betor belulang Betor padi
14
Butun
15
Cempedak
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Ficus lepicarpa Blume Syzygium sp.1 Syzygium sp.2 Gnetum gnemon Linn. Artocarpus elastica Reinw. Undet. Syzygium polyanthum Wight Syzygium zeylanicum DC. Macaranga javanica Muell. Arg. Planchonella oxyedra Dubard. Calophyllum sp.1 Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Artocarpus integer (Thunb.) Merr.
400 3600 6400 400 1600 57600 25600 883600 32400 6400
19404 57036 75264 19404 38416 206976 144256 57036 160524 75264
0,02 0,06 0,09 0,02 0,04 0,28 0,18 15,49 0,20 0,09
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Sapotaceae
3763600
57036
65,99
3,84
Nyata
0,67
Clusiaceae Clusiaceae
90000 115600
445900 276556
0,20 0,42
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,03 0
Clusiaceae
40000
176400
0,23
3,84
Tidak nyata
0
400
19404
0,02
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Gnetaceae Moraceae Undet. Myrtaceae Myrtaceae Euphorbiaceae
Moraceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0 0 0 0,25 0 0
72
Lampiran 6 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
16 17
Duren Gelam
18 19 20 21
Gerunggang Ipo-ipo Jemang Jering
22
Julok antu
23 24
Jurong Kabal
25
Kandis bini
26 27 28 29 30
Kandis laki Katal Kayu tue Kelebantuian Kelinsutan
31 32
Kemanisan aik Kembuelan
33
Kendong
Nama Ilmiah Durio zibethinus Murr. Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Cratoxylum glaucum Korth. Melia azedarach Linn. Rhodamnia cinerea Jack. Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Ficus vasculosa Wall. Galearia filiformis Boerl. Syzygium eunera Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry. Gynotroches axillaris Blume Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore
400 400
19404 19404
0,02 0,02
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Clusiaceae Meliaceae Myrtaceae Fabaceae
400 400 608400 672400
19404 19404 466284 474124
0,02 0,02 1,32 1,42
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0,03 0
Araliaceae
3027600
221676
13,66
3,84
Nyata
0,15
Linaceae Fagaceae
846400 57600
75264 216576
11,25 0,27
3,84 3,84
Nyata Tidak nyata
0,2 0
1600
38416
0,04
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae Moraceae Euphorbiaceae Myrtaceae Myrtaceae
48400 400 400 1392400 547600
191884 19404 19404 474124 221676
0,25 0,02 0,02 2,94 2,47
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0,05 0,07
Rhizophoraceae Ebenaceae
3841600 1600
38416 38416
100 0,04
3,84 3,84
Nyata Tidak nyata
1 0
14400
110544
0,13
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Bombacaceae Myrtaceae
Clusiaceae
Symplocaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
73
Lampiran 6 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
34
Ketembab
35 36 37 38
Kiras Kubing Ladi Libut
39 40 41
Ludai Medang belilin Medang kalong
42
Medang lubang
43 44
Medang miang Meleman
45 46
Mendiraman Mendudongan
47 48 49
Mengkelingan Mensira Menteno
50
Mentepongan
Nama Ilmiah Lithocarpus elegans (Blume) Hatus. ex Soepadmo Garcinia hombroniana Pierre Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Sapium baccatum Roxb. Cryptocarya densiflora Blume Cinnamomum parthenoxylon Meissn. Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Undet. Ilex cymosa Blume Commersonia bartramia Merr. Vernonia arborea Buch.Ham.
435600
276556
1,58
Chi square tabel (5%) 3,84
640000 48400 3686400 400
470400 191884 75264 19404
1,36 0,25 48,98 0,02
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0 0,50 0
Euphorbiaceae Lauraceae Lauraceae
10000 48400 48400
93100 191884 191884
0,11 0,25 0,25
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Euphorbiaceae
19600
127596
0,15
3,84
Tidak nyata
0
57600 3686400
206976 75264
0,28 48,98
3,84 3,84
Tidak nyata Nyata
0 0,50
19600 400
127596 19404
0,15 0,02
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
10000 2890000 3600
93100 249900 57036
0,11 11,57 0,06
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0,13 0
10000
93100
0,11
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Fagaceae Clusiaceae Moraceae Melastomataceae Euphorbiaceae
Lauraceae Rubiaceae Symplocaceae Elaeocarpaceae Undet. Aquifoliaceae Sterculiaceae Asteraceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0,05
74
Lampiran 6 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
51
Meripongan
52
Pansi
53
Pao
54 55
Pelangas Pelawan kiring
56
Pelawan punai
57 58 59 60
Pelempang hitam Pelempang putih Pelepak Perepat
61 62 63 64 65
Pialu Pulas Pungga Rambutan Renggadaian
66
Saga
Nama Ilmiah Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana (Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Hynocarpus sp. Combretocarpus rotundatus Danser Suregada glomerulata Baill. Guioa pleuropteris Radlk. Antidesma sp. Nephelium lappaceum Linn. Ploiarium alternifolium Melchior Ormosia bancana Prain
6400
75264
0,09
Chi square tabel (5%) 3,84
Anacardiaceae
400
19404
0,02
3,84
Tidak nyata
0
Anacardiaceae
14400
110544
0,13
3,84
Tidak nyata
0
Euphorbiaceae Myrtaceae
78400 32400
235984 160524
0,33 0,20
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
1600
38416
0,04
3,84
Tidak nyata
0
Theaceae Theaceae Flacourtiaceae Rhizophoraceae
435600 25600 78400 3600
276556 144256 235984 57036
1,58 0,18 0,33 0,06
3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,06 0 0 0
Euphorbiaceae Sapindaceae Euphorbiaceae Sapindaceae Theaceae
3600 608400 400 19600 846400
57036 466284 19404 127596 75264
0,06 1,31 0,02 0,15 11,25
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata
0 0 0 0 0,20
1600
38416
0,04
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Fabaceae
Myrtaceae
Fabaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
75
Lampiran 6 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
67 68 69 70 71 72
Samak Samak tali Sendetopan Sengkeratongan Sengkerupaan Sereting
73 74
Seru Simpor bini
75
Singkang
76
Sisilan
77 78
Tenam Ubi-ubi
Nama Ilmiah Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion celastroides Pax Ficus aurita Blume Helicia robusta Vill. Undet. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Psychotria malayana Jack Rapanea hasseltii Mez.
25600 3600 1600 40000 14400 25600
477456 57036 38416 176400 110544 144256
0,05 0,06 0,04 0,23 0,13 0,18
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Theaceae Dilleniaceae
577600 230400
461776 377104
1,25 0,61
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,03 0,04
Myrtaceae
129600
289296
0,45
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae
115600
433356
0,27
3,84
Tidak nyata
0,03
6400 400
75264 19404
0,09 0,02
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Proteaceae Undet. Rubiaceae
Rubiaceae Myrsinaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,02 0 0 0 0 0
76
Lampiran 7 Asosiasi Nepentes gracilis di Bebak
No
Spesies
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Abu-abu Ara bulan Arang-arang Asau Bagu Bakel Balik angin Bangek Bebeti Bebiki
11
Benansi
12 13
Betor belulang Betor padi
14
Butun
15
Cempedak
16 17
Duren Gelam
Nama Ilmiah Syzygium palembanicum Miq. Ficus lepicarpa Blume Syzygium sp.1 Syzygium sp.2 Gnetum gnemon Linn. Artocarpus elastica Reinw. Undet. Syzygium polyanthum Wight Syzygium zeylanicum DC. Macaranga javanica Muell. Arg. Planchonella oxyedra Dubard. Calophyllum sp.1 Calophyllum depressinervosum R.M. Henderson & Wyat t-Smith. Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex Dyer Artocarpus integer (Thunb.) Merr. Durio zibethinus Murr. Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh.
400 3600 6400 400 1600 57600 25600 883600 32400 6400
19404 57036 75264 19404 38416 206976 144256 57036 160524 75264
0,01 0,03 0,04 0,01 0,02 0,13 0,01 0,01 9,09 0,04
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Sapotaceae
3763600
57036
0,01
3,84
Nyata
0
Clusiaceae Clusiaceae
90000 115600
445900 276556
1,80 4,93
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,03 0,06
Clusiaceae
40000
176400
0,11
3,84
Tidak nyata
0
Moraceae
400
19404
0,01
3,84
Tidak nyata
0
Bombacaceae Myrtaceae
400 400
19404 19404
0,01 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae Moraceae Myrtaceae Myrtaceae Gnetaceae Moraceae Undet. Myrtaceae Myrtaceae Euphorbiaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0 0 0 0 0,10 0
77
Lampiran 7 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
18 19 20 21
Gerunggang Ipo-ipo Jemang Jering
22
Julok antu
23 24
Jurong Kabal
25 26 27 28 29 30
Kandis bini Kandis laki Katal Kayu tue Kelebantuian Kelinsutan
31 32
Kemanisan aik Kembuelan
33
Kendong
34
Ketembab
35
Kiras
Nama Ilmiah Cratoxylum glaucum Korth. Melia azedarach Linn. Rhodamnia cinerea Jack. Archidendron pauciflorum (Benth.) I.C.Nielsen Arthrophyllum diversifolium Blume Ixonanthes petiolaris Blume Lithocarpus blumeanus (Korth.) Rehd. Garcinia parvifolia Miq. Garcinia lateriflora Blume Ficus vasculosa Wall. Galearia filiformis Boerl. Syzygium eunera Syzygium decipiens (Koord. & Valeton) Merr. & L.M.Perry. Gynotroches axillaris Blume Diospyros laevis Boj.ex A.DC. Symplocos cochinchinensis (Lour.) S. Moore Lithocarpus elegans (Blume) Hatus. ex Soepadmo Garcinia hombroniana Pierre
Clusiaceae Meliaceae Myrtaceae Fabaceae
400 400 608400 672400
19404 19404 466284 474124
0,01 0,01 0,65 0,70
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84 3,84
Araliaceae
3027600
221676
8,17
3,84
Nyata
0,09
Linaceae Fagaceae
846400 57600
75264 216576
0,03 0,08
3,84 3,84
Nyata Tidak nyata
0 0
Clusiaceae Clusiaceae Moraceae Euphorbiaceae Myrtaceae Myrtaceae
1600 48400 400 400 1392400 547600
38416 191884 19404 19404 474124 221676
0,02 0,13 0,01 0,01 1,45 0,15
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0,02 0
Rhizophoraceae Ebenaceae
3841600 1600
38416 38416
0,02 0,02
3,84 3,84
Nyata Tidak nyata
0 0
14400
110544
0,06
3,84
Tidak nyata
0
Fagaceae
435600
276556
0,21
3,84
Tidak nyata
0
Clusiaceae
640000
470400
0,67
3,84
Tidak nyata
0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Symplocaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0,02 0
78
Lampiran 7 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
36 37 38
Kubing Ladi Libut
39 40 41
Ludai Medang belilin Medang kalong
42
Medang lubang
43 44
Medang miang Meleman
45 46
Mendiraman Mendudongan
47 48 49
Mengkelingan Mensira Menteno
50
Mentepongan
51
Meripongan
52
Pansi
48400 3686400 400
191884 75264 19404
0,13 13,42 0,01
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84 3,84
Euphorbiaceae Lauraceae Lauraceae
10000 48400 48400
93100 191884 191884
0,05 0,13 0,13
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0
Euphorbiaceae
19600
127596
0,08
3,84
Tidak nyata
0
57600 3686400
206976 75264
0,14 24,24
3,84 3,84
Tidak nyata Nyata
0 0,25
19600 400
127596 19404
0,08 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
10000 2890000 3600
93100 249900 57036
0,05 0,16 0,03
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0 0
10000
93100
0,05
3,84
Tidak nyata
0
6400
75264
0,04
3,84
Tidak nyata
0
400
19404
0,01
3,84
Tidak nyata
0
Nama Ilmiah
Famili
Artocarpus nitida Trec. Pternandra coerulescens Jack Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Sapium baccatum Roxb. Cryptocarya densiflora Blume Cinnamomum parthenoxylon Meissn. Trigonostemon longifolius Baill. Litsea firma Hook.f. Psychotria malayana F.Villar ex Vidal Symplocos adenophylla Wall. Elaeocarpus floribundum Merrill Undet. Ilex cymosa Blume Commersonia bartramia Merr. Vernonia arborea Buch.Ham. Archidendron clypearia (Jack) Nielsen Elaeocarpus palembanicus (Miq.) Corner
Moraceae Melastomataceae Euphorbiaceae
Lauraceae Rubiaceae Symplocaceae Elaeocarpaceae
Aquifoliaceae Sterculiaceae Asteraceae Fabaceae Anacardiaceae
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0 0,14 0
79
Lampiran 7 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
53
Pao
54 55
Pelangas Pelawan kiring
56
Pelawan punai
57 58 59
Pelempang hitam Pelempang putih Pelepak
60
Perepat
61 62 63 64 65
Pialu Pulas Pungga Rambutan Renggadaian
66 67 68 69 70
Saga Samak Samak tali Sendetopan Sengkeratongan
Nama Ilmiah Buchanania arborescens F. Muell. Aporosa aurita Baill. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Tristaniopsis whiteaana (Griff.) P.G Wilson & J.T.Waterhouse Adinandra domosa Jack Adinandra sarosanthera Miq. Hynocarpus sp. Combretocarpus rotundatus Danser Suregada glomerulata Baill. Guioa pleuropteris Radlk. Antidesma sp. Nephelium lappaceum Linn. Ploiarium alternifolium Melchior Ormosia bancana Prain Syzygium lepidocarpa Wall. Glochidion celastroides Pax Ficus aurita Blume Helicia robusta Vill.
Anacardiaceae
14400
110544
0,06
Chi square tabel (5%) 3,84
Euphorbiaceae Myrtaceae
78400 32400
235984 160524
0,16 0,10
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
1600
38416
0,03
3,84
Tidak nyata
0
435600 25600 78400
276556 144256 235984
4,93 0,09 0,16
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,06 0,00 0,00
3600
57036
0,03
3,84
Tidak nyata
0,00
Euphorbiaceae Sapindaceae Euphorbiaceae Sapindaceae Theaceae
3600 608400 400 19600 846400
57036 466284 19404 127596 75264
0,02 0,65 0,01 0,08 19,19
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata
0,00 0,00 0,00 0,00 0,20
Fabaceae Myrtaceae Euphorbiaceae Moraceae Proteaceae
1600 25600 3600 1600 40000
38416 477456 57036 38416 176400
0,02 0,73 0,03 0,02 0,11
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0 0 0 0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili
Myrtaceae
Theaceae Theaceae Flacourtiaceae Rhizophoraceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0
80
Lampiran 7 Asosiasi Nepentes rafflesiana di Bebak (Lanjutan) No
Spesies
71 72
Sengkerupaan Sereting
73 74
Seru Simpor bini
75
Singkang
76
Sisilan
77 78
Tenam Ubi-ubi
Nama Ilmiah Undet. Prismatomeris tetrandra (Roxb.) K. Schum. Schima walichii Choisy Dillenia suffruticosa (Griff.) Martelli Syzygium lineatum (DC.) Merr.&Perry Syzygium rostratum (Blume) DC. Psychotria malayana Jack Rapanea hasseltii Mez.
14400 25600
110544 144256
0,06 0,09
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Theaceae Dilleniaceae
577600 230400
461776 377104
0,62 0,36
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
Myrtaceae
129600
289296
0,22
3,84
Tidak nyata
0
Myrtaceae
115600
433356
0,50
3,84
Tidak nyata
0
6400 400
75264 19404
0,04 0,01
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Undet. Rubiaceae
Rubiaceae Myrsinaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata
0 0
81
Lampiran 8 Asosiasi Nepentes gracilis di Padang
No
Spesies
Nama Ilmiah
1
Arang-arang
2 3 4 5 6
Belangeran Betor mimar Bumbun Drosera Gelam
7 8 9 10 11 12
Jenis A Jenis B Jenis C Jenis D Jenis G Kedindiman
13
Keletaan
14
Keremunting
15
Kerupit padang
Syzygium napiforme (Koord.& Valeton) Merr.& Perry Undet. Calophyllum sp.3 Polyalthia beccarii King Drocera burmanii Vahl Syzygium zollingerianum (Miq.) Amsh. Lindernia sp. Psychotria sp. Eriocaulon sp. Fimbristylis sp.2 Panicum sp. Syzygium incarnatum (Elmer) Merr. & L.M.Perry Melastoma polyanthum Blume Rhodomyrtus tomentosa Wight Panicum sp.
16
Kubing
Artocarpus nitida Trec.
1600
38416
0,04
Chi square tabel (5%) 3,84
3600 1600 400 67600 3600
57036 38416 19404 456876 57036
0,06 0,04 0,02 0,15 0,06
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,03 0,02 0,01 0,36 0,03
3600 400 1166400 608400 739600 400
57036 19404 486864 466284 127596 19404
0,06 0,02 2,40 1,31 5,80 0,02
3,84 3,84 3,84 3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0,03 0,01 0,55 0,40 0,06 0,01
3600
57036
0,06
3,84
Tidak nyata
0,03
48400
191884
0,25
3,84
Tidak nyata
0,11
Poaceae
2624400
301644
8,70
3,84
Nyata
0,83
Moraceae
3763600
57036
65,99
3,84
Nyata
0,01
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Myrtaceae
Undet. Clusiaceae Annonaceae Droceraceae Myrtaceae Scrophulariaceae Rubiaceae Eriocaulaceae Cyperaceae Poaceae Myrtaceae Melastomaceae Myrtaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata
0,02
82
Lampiran 8 Asosiasi Nepentes gracilis di Padang (Lanjutan)
No
Spesies
17 18
Kucai padang Pelawan
19 20
Penjalaan Prepat
21
Renggadaian
22 23 24
Rumput padang bola Sapu padang Segendai padang
25 26 27
Sekuncong Sengkelut Tunjang langit
Nama Ilmiah Fimbristylis sp. Tristaniopsis obovata (Benn.) P.G. Wilson & J.T. Waterhouse Scleria laevis Willd. Combretocarpus rotundatus Danser Ploiarium alternifolium Melchior Undet. Baeckea frutescens Linn. Coptosapelta tomentosa Valeton ex K.Heyne Leptospermum flavescens Sm. Lycopodium cernuum Linn. Pteris ensiformis Burm.f.
57600 25600
206976 144256
0,28 0,18
Chi square tabel (5%) 3,84 3,84
Rhizophoraceae
1600 400
38416 19404
0,04 0,02
3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata
0,02 0,01
Theaceae
3600
57036
0,06
3,84
Tidak nyata
0,03
19600 1795600 40000
480396 433356 176400
0,04 4,14 0,23
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Nyata Tidak nyata
0,57 0,68 0,10
10000 1600 1600
93100 38416 38416
0,11 0,04 0,04
3,84 3,84 3,84
Tidak nyata Tidak nyata Tidak nyata
0,05 0,02 0,02
(a+b) (a+c) (c+d) (b+d)
Famili Cyperaceae Myrtaceae
Myrtaceae Rubiaceae Myrtaceae Lycopodiaceae Pteridaceae
Chi square Hitung
Kesimpulan
JI
Tidak nyata Tidak nyata
0,86 0,08
83