"TILAWAH AL-QUR'AN: IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL"
ZAIN UDDIN NIM : 102070026074
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007 Mi1428 H
II
"TILAWAH AL-QUR'AN: IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHAT AN MENTAL" Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi Oleh:
ZAINUDDIN NIM : 102070026074 Di bawah Dosen Pembimbing
Pembimbing I
--1~6)-
)
Ors. Glfbliluddin.AS, M.Aq
Bambang Survadi, Ph.D NIP: 150 326 891
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HID.AYATULLAH JAKARTA 2007 M/1428 H
lll
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul TILAWAH AL-QUR'AN: IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal
31 Januari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Jaka1ta, 31 Januari 2007 Sidang Munaqasyah I
Ketua me a· gkap anggota
Sekretaris r/r: ngkap anggota
Ora. Nett artati M. Si NIP: 150 2 938 Anggota P n uji I
Hartati M.Si
5 938
Penguji II
Bamban Su adi Ph. D NIP: 1~50 326 891
Pembimbing I
~~)Bambang Suryadi, Ph.D NIP: 150 326 891
Ors. Cht>liluddin AS, M.Ag
IV
MOTTO '' Allahu Ghayatuna Rasulullah Qudwatuna Al-Qur'an Dusturuna al-Jihad Sabiiluna al-Mautu Fii Sabilillah asma amanina "
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan m.emberinya rezki dari arah yang tiada disangkasangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya" (Q.S. at-Thalaq/65 ; 2-3)
1(arya ini k,upersem6afiJ?gn untuk}lyahanda (J1.ln~ dan J6unda tercinta, 1(af.gnda tersayang, dan
v
ABSTRAK (A) Fakultas Psikologi (B) Januari 2007 M/Muharram 1428 H (C) Zainuddin (D) Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental (E) xii+ 147 (F) Perkembangan zaman yang semakin cepat dan penuh kemajuan di berbagai aspek kehidupan menuntut manusia untuk mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi secara arif dan bijak. Untuk itu, diperlukan sebuah kondisi mental dan spiritual yang serasi dan seimbang. Kesehatan mental merupakan hal yang mutlak dimiliki setiap individu. Kesehatan mental merupakan sebuah gambaran kondisi mental, emosional dan spiritual sehingga seseorang mampu menghadapi dan menyelesaikan segala persoalan hidup yang dihadapi dengan tenang, arif dan bijaksana. Upaya untuk meraih keseimbangan kesehatan mental dengan melakukan tilawah Al-Qur'an adalah salah satu solusi yang di dalamnya melibatkan lisan, hati, perasaan, pikiran dan juga pendengaran untuk mengetahui arti, memahami, mentadabburi, dan menghayati arti dan makna dari ayat-ayat Al-Qur'an. Sehingga seseorang nantinya dapat memaknai hidup dan kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi pada kesehatan mental bagi pelaku yang melaksanakan aktivitas tilawah Al-Qur'an secara rutin ditinjau dari aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan aspek religius. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitctif dengan metode wawancara dan observasi. Jumlah subyek sebanyak tiga orang, dua orang laki-laki berusia 23 tahun dan 26 tahun, dan satu orang perempuan berusia 21 tahun. Karakteristik subyek adalah mereka yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an secara kontinyu setiap hari dengan menggunakan rnushaf. Hasil penelitian menunjukkan ada implikasi yang signifikan dari tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental yakni pada aspek simptornatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan aspek religius. Untuk perkembangan lebih lanjut maka ada beberapa saran yakni; teknik pengambilan secara random dan perlu adanya penambahan jumlah sampe!, metode pendekatan penelitian selain wawancara dan observasi, seperti eksperimen dan studi komparatif perla digunakan serta menggunakan alat bantu seperti alat pendeteksi detak jantung, tekanan darah, kadar hormon, dan ketahanan otot. (G) 48 (1951-2006)
VI
KAT A PEN GANT AR Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala nikmat, izin dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada uswah dan da'i bagi seluruh umat manusia yakni Nabi Muhammad Saw, yang telah membawa umatnya keluar dari kondisi kejahiliyahan kepada suatu kondisi yang penuh dengan rahmat dan cahaya yang suci yakni nilai-nilai Islam. Perjalanan panjang penulis dalam upaya menyelesaikan kuliah dan skripsi ini dihiasi banyak kekurangan dan kelemahan penulis, serta diwarnai dengan segala hambatan dan ujian yang harus penulis hadapi. Karena itu penulis yakin bahwa skripsi ini tidak akan selesai bila tanpa izin dan kemudahan yang diberikan oleh Allah Swt dan bantuan dari berbagai pihak, meskipun penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena mungkin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini, yaitu ; 1. lbu Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi, Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si beserta jajarannya yang telah memberikan perannya yang berharga bagi proses pembelajaran penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi. 2. Bapak Drs. Firdaus Kasmi, M.Ag, selaku dosen penasehat akademik, semoga arahan dan nasehatnya senantiasa dilaksanakan oleh penulis dalam kehidupan dan bermanfaat untuk orang lain. 3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D, selaku pembimbing 'I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasinya selama penulis melakukan penyusunan skripsi ini, semoga Allah Swt senantiasa menerima dan membalas segala amal ibadah dengan berlipat ganda, se1ta menjadil
Vil
ayahanda dan memberikan pengampunan atas dosa-dosa ayahanda serta menempatkan ayahanda di Surga-Nya. 6. lbunda tercinta Sopiah yang menjadi inspirator dan telah mendidik ananda (penulis) dengan kesabarannya sejak sepeninggalnya ayahanda menghadap Allah Swt, semoga Allah senantiasa mengampuni dosadosa ibunda dan memberikan kasih sayang-Nya sebagaimana ibunda memberikan kasih sayang kepada ananda di waktu kecil. 7. Kakak-kakakku tersayang, Teh Nurhasanah, Aa Saprudin, Teh Syamsiah, Teh Hajar, Teh Halimah, dan Teh Nur Asiah, yang telah memberikan banyak pengorbanannya kepada penulis dalam mencapai pendidikan di perkuliahan sehingga penulis mampu rnemperoleh gelar Sarjana. Semoga Allah Swt selalu melimpahkan hidayah, taufik dan rahmat-Nya. 8. Mas Kus beserta keluarga, Mas Gudman, Kang lip, Yamani, Fillah, Ka Mayah, Teh Endah, Nia, dan Mia yang menjadi motivator bagi penulis. Jazakumullah atas segala doa dan bantuannya. Sernoga Allah Swt senantiasa memberikan lindungan-Nya dan keteguhan dalam menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 9. Saudara-saudaraku penggerak dakwah Fakultas Psil
Jakarta, 31 Januari 2007 H 12 Muharam 1428 M Penulis
Zainuddin
viii
DAFTAR ISi Halaman Judul. ................................................................ . Halaman Persetujuan... ... . . . ... .. . .. . . .. . . . .. . .. . .. . . .. ... ... ... ... ... . . . . .. Halaman Pengesahan... ... ... ...... .... .... .. .. ...... ......... ............ ..... .. ...... Motto............................................................................................. Abstraksi.. ... .... ......... ......... .... ...................... ................................... Kata Pengantar.................. .. ...... .......................................... ..... .... Daftar lsi..... ... ... ...... ... .... .. ........ .. .... ... ........ .. .... .... .................. .. .... ... Daftar Tabel. ... ......... ...... ............ ........ .. .. ... .. .... ..... .. ............... .. .... .. Daftar Bagan................................................................................. Daftar Lampiran............................................................................
ii iii iv v vi viii x xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................
'l-13
1.1. 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
·1 9 9
Latar Belakang Masalah. .. .. . .. . . . . ... .. . ... . .. ... ... . .. ... .. . . . . .. . .. ldentifikasi Masalah............................................................... Pembatasan dan Perumusan Masalah....... .. .. . .. . .. . . . . .. . . .. . Tujuan Penelitian......... .. . . .. . . . . .. . .. . .. .. . .. . .. . .. . . .. . . . . . . . . . .. . .. Manfaat Penelitian......... ... . .. .. . . .. . .. . . . .. . .. . .. . ... . .. . .. ... . . . .. . Sistematika Penulisan.... .. .. . .. . . . . ... .. . . .. . .. . .. ... .. . .. . . .. .. . . . . ..
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA................................................ 2.1. 2.1.1 2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.2
2.2.1 2.2.2 2.2.3 2.2.4 2.2.5 2.3
11 11 ·12
14-57
Tilawah Al-Qur'an ........................................................ ·14 Pengertian Tilawah Al-Qur'an... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... . .. . 14 Hikmah diturunkannya Al-Qur'an... .. . . .. .. . ... . .. ... . .. . .. ... . . . ... ·19 Adab Tilawah Al-Qur'an ................................................ 20 Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an... .. . .. . . . . . .. . . . .. 25 Kesehatan Mental...................................................... 34 Pengertian Kesehatan Mental........................................ 32 Tanda-tanda Kesehatan Mental. .................................... 37 Fungsi Kesehatan Mental. ............................................ 47 Aspek-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental............ 48 Pola Pembentukan Kesehatan Mental . .. . . . .. . . . . .. . .. . . . . . .. . . . . 50 Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental 52
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................... 58-70 3.1 3.2 3.3 3.4
Pendekatan Penelitian......... .. . . . . . .. . .. . . . . .. .. . .. . . .. . . . .. . . . . . . . Subyek Penelitian.............................. .. . .. . .. . .. . . . . . . . . . . . .. Variabel Penelitian.... .. . . . ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... . .. ... ... .. Metode Pengumpulan Data.........................................
58 59 60
61
IX
3.4.1 3.4.2 3.5 3.6 3.7
Wawancara....... .. . .. .. . .. . .. . ... . .. .. . ... ... .. . .. . .. . ... . . . .. . ... ... .. Observasi............... .. . .. . .. . . . . .. . . .. . . . .. . .. . . .. . .. . . . . .. . . . .. . .. . . lnstrumen Pengumpulan Data...................................... Teknik dan Analisa Data............................................. Prosedur Penelitian...................................................
61 63 65 69 69
BAB 4 HASIL PENELITIAN.................................................
71-141
4.1 4.2
71 72 72 93 112 129
4.3
Gambaran Umum Subyek........................................... Gambaran dan Analisa Kasus..................................... 4.2.1 Kasus BZ................................................................... 4.2.2 Kasus BJG................................................................. 4.2.3 Kasus M..................................................................... Analisa Perbandingan Antar Kasus... ... ... ... ... ... ... ... ... ....
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.......................................
142-147
5.1 5.2 5.3
142 143 147
Kesimpulan... ... ... ... ... ... ... ... . .. ... ... ...... ... ... ... . . . ... ... ... .. Diskusi... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. Saran......................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
x
DAFTAR T ABEL
3. 5
Tabel Blue Print Pedoman Wawancara... ... .. . ... ... ... ... ... .. . ... .. .
68
4.1
Tabel Gambaran Umum Subyek Penelitian..................................
72
4.2.1 Tabel Analisa Kasus 20................................................................
90
4.2.2 Tabel Analisa Kasus BJG.............................................................
109
4.2.3 Tabel Analisa Kasus M..................................................................
125
4.3.1 Tabel Analisa Perbandingan Antar Kasus Aspek-aspek Kesehatan Mental...................................................
129
4.3.2 Tabel Perubahan Aspek-aspek Kesehatan Mental Tiap-tiap Subyek....... .... ... ..... .. .. .......... ...... ..... .... ...... ........... .. .... ... .
134
4.3.3 Tabel Kegiatan Saal Tilawah Al-Qur'an........................................
139
XI
DAFT AR BAGAN
2. 3
Bagan Kerangka Berpikir... ... . .. . .. ... . .. . .. .. . .. . .. . . .. .. . . . . . . . .. . . .. .. . ..
57
Xll
DAFTAR LAMPI RAN
1.
Pedoman wawancara
2.
Surat pernyataan kesediaan wawancara
3.
Lembar observasi
BAB1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin cepat dan penuh kemajuan di berbagai aspek kehidupan menjadikan manusia semakin sibuk dengan aktivitas keduniaan dan cenderung meninggalkan aktivitas untuk bekal di kehidupan akhirat yang kekal abadi. Keragaman dan persaingan di s.egala bidang menjadi bagian dalam perkembangan zaman, mulai dari bisnis, ekonomi, pendidikan, dunia kerja dan sebagainya. Selain itu manusia juga dihadapkan pada berbagai benturan di berbagai aspek, sehingga menimbulkan rasa tidak berdaya, tidak bahagia, cemas, depresi, kesepian, dan tak jarang itu semua membuat marusia r:enjadi stres dan frustasi.
Manusia dituntut untuk mampu mengatasi berbagai permasalahan yang mereka hadapi secara arif dan bijak. Di samping itu, manusia juga menginginkan dirinya menjadi orang berguna dan
berhar~1a
baik bagi dirinya,
keluarganya dan lingkungan masyarakatnya. Untuk itu, diperlukan sebuah kondisi mental dan spiritual yang serasi dan seimbang. Mental yang sehat merupakan gambaran kondisi jiwa yang seimbang antara keinginan dan kemampuan untuk melakukan sebuah aktivitas yang sangat beraneka ragam.
2
Kesehatan mental merupakan hal yang mutlak dimiliki setiap individu agar dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari.
Zakiah Darajat (1984) mengemukakan bahwa kesehatan mental ialah terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejalagejala penyakit jiwa (psychose) serta terwujudnya keserasian yang sungguhsungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan tercapainya penyesuaian diri antara manusia dengan diri dan lingkungannya.
Kesehatan mental merupakan sebuah gambaran kondisi mental, emosional dan spiritual sehingga seseorang mampu menghadapi dan menyelesaikan segala persoaian hidup yang dihadapi dengan tenang, arif dan bijaksana. Untuk meraih mental yang sehat, banyak cara yang dilakukan oleh setiap individu maupun berkelompok dalam rangka membersihkan diri dan jiwa dari penyakit-penyakit kejiwaan yang dapat mengganggu kesehatan mental.
Muhammad Iqbal (2003) rnenyimpulkan dalarn penelitiannya tentang implikasi dzikrul maul terhadap kesehatan mental, bahwa dzikrul maut memiliki dampak terhadap pikiran, perasaan dan perilaku. Dampak dzikrul maul terhadap pikiran dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah membuat pelakunya berpikir positif, tenang, ingat akan dosa, ingat akan
3
kematian, ingat kepada Allah, memiliki visi hidup sehingga mampu mengambil keputusan lebih terarah, serta optimis menghadapi kehidupan.
Lebih lanjut Muhammad Iqbal (2003) mengatakan bahwa dampak dzikrul maut terhadap perasaan dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah setelah berdzikrul maut para peserta tumbuh rasa kasih sayang, sabar, bahagia, merasa dekat dengan Allah, berempati, sadar akan kematian, optimis dan bertawakal kepada Allah. Dampak dzikrul maut terhadap perilaku dan implikasinya terhadap kesehatan mental ialah setelah berdzikrul maut para peserta tergerak untuk lebih taat menjalankan ibadah, memiliki kepedulian sosial, mampu menyesuaikan diri, amanah memgemban tanggung jawab, mampu memc;nfaatkan waktu seefektif mungkin, rnenyesali perbuatan dosa dan selalu berhati-hati dalam berbuat.
Menurut Hilman AIMadani (2001), dalam penelitiannya tentang implikasi muhasabah terhadap kesehatan mental terdapat kontribusi psikologis dari rnuhasabah bagi pelakunya, yakni : memunculkan ketenangan dan kedamaian yang dirasakan, serta terjadinya penurunan tingkat kecemasan d_an kegelisahan akibat dari diperdengarkannya bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, mengingatkan kernbali terhadap arah dan tujuan hidup yang jelas dengan dilakukannya dzikir dan istighfar.
4
Sudah lama, para pakar ilmu psikologi perkembangan meneliti dan berkeyakinan, mendengarkan musik klasik dapat mempengaruhi perkembangan otak dan kesehatan mental.
Stephanie Merrit, Direktur Pusat Musik dan Pencitraan California yang sebelumnya menjadi guru pernah mengalami hal unik berkenaan dengan perilaku anak didiknya. Pada suatu pagi, ketika pelajaran akan dimulai, ia melihat murid-muridnya loyo dan tak bersemangat serta daya tangkapnya rendah. Kemudian ia bertanya kepada mereka tentang makanan yang disantap sebelum berangkat ke sekolah. Jawabannya, sernua makanannya bergizi tinggi. Namun ketika mereka ditanya tentang musik yang didengarkan sebelum berangkat, 3ebagian besar menjawabnya musik l<eras seperti heavy metal. Sejak itu, ia menganjurkan murid-muridnya untuk mendengarkan musik klasik. Hasilnya mengejutkan, semangat dan hasil belajar mereka meningkat (Ade Sudaryat, 2004).
Eksperimen dan penelitian lainnya dilakukan Dorothy Reta:llack, seorang musisi profesional, tahun 1970 di Temple Buell College, Colorado terhadap tanaman. Hasilnya, tanaman labu yang distelkan musik klasik, tumbuh dengan baik ke arah radio dan batang-batangnya mulai melingkari radio. Sedangkan pohon labu yang diletakkan di ruangan musik rock tumbuh
5
menjauhi radio, seolah-olah dia berusaha menjauhi tembok (Ade Sudaryat, 2004).
Kalaulah musik klasik yang notabene, hasil karya manusia banyak pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa dan otak kita, lalu bagaimana dengan tilawah Al-Qur'an, adakah implikasinya seperti halnya kita mendengarkan musik klasik?
Menurut Syaikh Ibrahim bin Ismail (dalam Ade Sudaryat, 2004) mengemukakan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Di antaranya, menyedikitkan makan, membic:sakan melaksanakan ibadah shalat malam, dan membaca AlQur'an sambil melihat kepada mushaf. Selanjutnya ia mengatakan bahwa tak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan terhadap dayc;1 ingat dan mernberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca Al-Qur'an.
Dengan pernyataan tersebut setidaknya kita dapat mengungkap, bahwa AlQur'an memiliki implikasi yang kuat terhadap daya ingat seseorang atau t.erhadap tingkat kecerdasan seseorang. Juga menimbulkan implikasi terhadap kesehatan jiwa seseorang.
6
Al Qadhi mampu membuktikan melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memp•sroleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur'an berpengaruh besar hingga 97% dalam molahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit (.l\hmad Muhyiddin Yusri, 2004).
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur'an. Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan AlQur'an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari AlQur'an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65%
7
ketika mendengarkan bacaan Al-Qur'an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an (Ade Sudaryat, 2004).
Al-Qur'an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut diungkapkan Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan menjadi lebih tenang (Dudung Kurnia Sundana, 2004).
Sungguh suatu kebahagiaan dan merupakan kenikmatan yang besar, kita memiliki Al-Qur'an. Selain menjadi ibadah dalam membac:anya, bacaannya memberikan pengaruh besar bagi kehidupan jasmani dan rohani kita. Jika me;1dengarkan musik klasik dapat memengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, bacaan Al-Qur'an lebih dari itu. Selain memengaruhi IQ dan EQ, bacaan Al-Qur'an memengaruhi kec:erdasan spiritual (SQ). Maha Benar Allah yang telah berfirman :
8
Artinya : "Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, simaklah den~1an baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat" (Q.S. 7: 204).
"Dan Kami telah menurunkan dari Al-Quran, suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim se/ain kerugian" (Q.S. 17: 82).
"lngatlah, hanya dengan berddzikir kepada Allah-lah hati menjadi tentram"
(Q.S. 13: 28).
Berbagai macam kontribusi tersebut tentu saja berimbas terwujudnya kesehatan mental bagi pelaku tilawah Al-Qur'an. Dengan kata lain, kesehatan mental seseorang memang tidak hanya ditentukan oleh sa.tu faktor, Yang dalam hal ini adalah tilawah Al-Qur'an. Akan tetapi kegiatan tilawah Al-Our' an secara individu maupun berjamaah mempunyai pengaruh positif bagi terwujudnya kesehatan mental subyek pelaku tilawah Al-Qur'an.
Dari uraian latar belakang dan fenomena di atas, maka penulis mencoba melakukan sebuah penelitian tentang "Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya
Terhadap Kesehatan Mental".
9
1.2
ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah : 1.
Hal-hal apa saja yang menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tilawah Al-Qur'an ?
2.
Apakah setiap orang yang melakukan tilawah Al-Qur'an akan selalu merasakan manfaat dari tilawah Al-Qur'an ?
3.
Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an bagi orang yang melakukannya secara kontinyu ?
4.
Apakah ada perbedaan kesehatan mental pada diri seseorang saat sebelum tilawah Al-Qur'an dengan ketika dan setelah melakukan tilawah Al-Qur'an?
5.
Apakah ada perbedaan kesehatan mental antara orang yang melakukan dengan yang tidak melakukan tilawah Al-Qur'an ?
1.3
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah Dalam penelitian skripsi ini, peneliti membatasi penelitiannya antara lain :
1.
Tilaw:ih Al-Qur'an
Tilawah Al-Qur'an dalam penelitian adalah aktivitas mengingat Allah dengan cara membaca Al-Qur'an yang tidak hanya melibatkan lisan, tapi juga
10
melibatkan hati dan pikiran untuk mendengarkan dan mentadabburi bacaan Al-Qur'an pada mushaf. Jadi, tilawah Al-Qur'an yang dirnaksud dalam penelitian ini ialah aktivitas membaca, memahami, mentadabburi, dan menghayati ayat-ayat dan makna serta isi kandungan dari ayat-ayat AlQur'an pada mushaf dengan melibatkan lisan, pendengaran, pikiran dan hati.
2.
Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang dimaksud dalam penelitian ini aclalah kondisi simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan agama (religius) dari para pelakunya.
1.3.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian yang ditulis oleh peneliti dalam penelitian ini adalah "Bagaimana implikasi tilawah AlQur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya"? yang dijabarkan seperti berikut: 1.
Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek simptomatis?
2.
Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek penyesuaian diri?
3.
Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek pengembangan diri?
11
4.
Bagaimana implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental bagi pelakunya dari aspek religius?
1.4
Tujuan Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan ini, ada tujuan yang hendal< dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: a.
Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kondisi simptomatis pelakunya.
b.
Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap aspek penyesuaian diri pelakunya.
c.
Mengetahui implikasi tilawah Al-Our'an terhadap aspek pengembangan diri pelakunya.
d.
Mengetahui implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap aspek religius pelakunya.
1.5
Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis. Secara praktis penulis b_erharap agar hasil penelitian ini bisa menjadi solusi alternatif dalam upaya meraih mental yang sehat. Saik bagi individu, maupun bafJi masyarakat pada umumnya. Adapun secara teoritis penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan, dan juga sebagai upaya penulis dalam
12
membuktikan secara lebih nyata teori-teori yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dan mengembangkan hasil dari eksperimen maupun penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti.
1.6
Sistematika Penulisan
Dalam penulisaan ini, sistematika yang penulis susun adalah sebagai berikut: BAB 1 Pendahuluan Meliputi : Latar Belakang Masalah, ldentifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB 2 Kajian Pustaka Meliputi : Pengertian Tilawah Al-Qur'an, Hikmah Diturunkannya AlQur'an, Adab Tilawah Al-Qur'an, Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an, Pengertian Kesehatan Mental, Tanda-tanda Kesehatan Mental, Fungsi Kesehatan Mental, Aspel<-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental, Pola Pembentukan l<esehatan Mental, dan lmplikasi Tilawah Al-Qur'an Terhadap Kesehatan Mental. BAB 3 Metode Penelitian Meliputi : Pendekatan Penelitian, Subyek Penelitian, Variabel Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Teknik dan Analisa Data, Prosedur Penelitian.
13
BAB 4 Hasil Penelitian Meliputi : Gambaran Umum Penelitian yang terdiri dari Gambaran Jenis Kelamin dan Usia serta Hasil Penelitian yang terdiri dari Deskripsi Data. Analisa Data Penelitian dan Analisa Perbandingan antar Kasus dan Hasil Observasi yang telah dilakukan. BAB 5 Penutup Meliputi : Kesimpulan. Diskusi dan Saran yang dihasilkan dari penelitian tersebut.
14
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1
Tilawah Al-Qur'an
2.1.1 Pengertian Tilawah Al-Qur'an Tilawah Al-Qur'an terdiri dari dua kata, yakni kata tilawah dan Al-Qur'an. Adapun kata tilawah berasal dari akar kata tala-yatlu- tilawatan, sama dengan kata qara'a-yaqra'u-qira'atan yang artinya membaca, hal membaca, bacaan. (Mahmud Yunus, 1990).
Tilawah artinya bacaan, tilawah. Tilawah Al-Qur'an AIKarim berarti bacaan AlQur'an. (Atabik Ali Ahmad Zuhdi Mahdlor, 1998)
lnteraksi membaca dalam Al-Qur'an selalu menggunakan kata tala-yatlu, kecuali dalam hadits digunakan katci qara'a-yaqra'u. Penggunan kata talayat/u dimaksudkan, adanya tuntutan membaca yang harus di-fo//ow up-i sesuai dengan tuntutan ayatnya.
Jadi harus beda antara membaca Al-Qur'an dan membaca koran, majalah, dan lainnya. Tilawah adalah kegiatan yang aktif yang dilakukan oleh orang yang beriman terhadap Al-Qur'an, karena saat itulah otak, lidah dan hati aktif menyatu untuk merenungi isi Al-Qur'an. Dan agar otak lebih aktif bersama Al-
15
Qur'an, maka seseorang harus paham makna ayatnya, minimal memahaminya melalui terjemahan Al-Qur'an. Lidah akan aktif bila dilatih untuk membaca dengan fasih dan lancar, melalui program tahsin tilawah dan talaqi sehingga membaca satu juz Al-Qur'an hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit. Dan sebaliknya, jika lidah tidak terlatih dengan baik, maka tilawah satu juz satu jam bahkan lebih, suatu kondisi yang terkadang memberatkan seseorang untuk dapat bertilawah secara rutin. Adapun hati merupakan komponen yang paling vital dalam tilawah.
Tilawah dan iman saling menopang untuk membentuk manusia yang beriman dengan kokoh dan istiqamah. Tilawah adalah indikasi keimanan yang benar, sebagaimana dalam firman Allah Swt. dalam QS. a:-Baqarah: 121
Artinya : Orang-orang yang tetah Kami berikan Al Kitab kc1padanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenamya, mereka ilu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maim mereka itulah orang-orang yang rugi. (al-Baqarah: 121)
16
Dan keimanan yang benar hanya dapat tumbuh dengan baik, diantaranya dengan tilawah Al-Qur'an. Jika ibadah tilawah yang didasari dengan norma di atas, maka akan lahir sebuah kesadaran tilawah yang diclasari oleh kebutuhan bukan keterpaksaan, persis seperti manusia membutuhkan makanan clan minuman (Abdul Aziz Abd Rauf, 200
Sementara Al-Qur'an berasal dari kata qara'a-yaqra'u-qira'atan-qur'an, yang artinya sesuatu yang dibaca, bacaan (Mahmud Yunus, 1H90).
"AJ-Qur'an" menu rut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qara'a. Kata Al-Qur'an itu berbentuk mashdar dengan arti isirT. maful yaitu maqru (yang dibaca). Di dalam AlQur'an sendiri ada pemakaian kata "Al-Qur'an" dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surat (75) al-Qiyamah:
Artinya : "Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur'an (dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika Kami telah membacakannya, hendak/ah kamu ikuti bacaannya".(QS. al-Qiyamah: 17-18)
17
Kemudian dipakai kata "Al-Qur'an" itu untuk Al-Qur'an yang dikenal sekarang ini. Adapun definisi Al-Qur'an ialah "Kalam Allah Swt yang merupakan mu'jizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawattir serta membacanya adalah ibadah". Dengan definisi ini, Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw tidak dinamakan Al-Qur'an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa As, atau lnjil yang diturunkan kepada Isa As. Demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang membacanya tidak r:flanggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula dinamakan Al-Qur'an (Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971 ).
Shalih Al Munajjid (1995) mengemukakan bahwa Al-Qur'an telah diturunkan oleh Allah Azza wa Jal/a untuk menerangkan segala sesuatu dan sebagai cahaya yang dengannya Allah memberikan petunjuk kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki. Dan tidak ragu lagi bahwa di dalamnya terdapat terapi yang agung dan obat yang mujarab. Allah Azza wa Jal/a berfirman : i: ef f , , \I ~~
~~IL.> ~)
• J , .J 1, µJ ,!J , 1
ii·' 'I I I.LJ·· · • ~)'. 1'j ~ 1'
/
I'
,,., ,
J
;,~
,
! ,,;
JJ.."~l.Ll" ~ · 1;·~11:, ;i. .. , / )j / -~ 0 r (}1 i)jJj ,.,,
/
Artinya : Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidak/ah menambah kepada orang-orang yang za/im selain kerugian. (QS. Al-lsra : 82)
18
Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang merupakan sumber utarna dan pertama ajaran Islam menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai salah satu rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta. Di dalamnya terkumpul wahyu llahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang terak:hir diturunkan Allah Swt, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari'at yang terdapat dalam Kitab-kitab Suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempercayai Al-Qur'an, akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahaminya serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkanilya sampai merata rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Dari pengertian da11 penjelasan kata tilawah dan Al-Qur'an di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tilawah Al-Qur'an adalah aktivitas membaca, rnernahami, mentadabburi, dan menghayati ayat-ayat dan makmi serta isi kandungan dari ayat-ayat yang ada dalam firman dan wahyu Allah (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan berfungsi sebagai pedoman, petunjuk dan pelajaran bagi yang meyakininya serta bernilai ibadah, membacanya melihat mushaf dengan melibatkan lisan, pendengaran, pikiran dan hati.
19
2.1.2 Hikmah Diturunkannya Al-Qur'an Beberapa hikmah diturunkannya Al-Qur'an, yakni sebagai berikut: a.
Al-Qur'an diturunkan untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah
turun sebelumnya - yakni yang berkaitan dengan pokok-pokok akidah dan akhlak - sebelum kitab-kitab itu dipalsukan dan diubah oleh tangan manusia. b.
Al-Qur'an mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya dengan mengoreksi
dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah disisipkan manusia dalam kitab-kitab tersebut.
Artinya : "Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur'an o'engan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebe/umnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelum Al-Qur'anj dan batu ujian terhadap kirab-kitab tersebut, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang te/ah datang kepadamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Ka/au Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah
20
diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, /a/u diberitakan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahu/u kamu perselisihkan". (QS. al-Maidah : 48)
c.
Al-Qur'an adalah Kitab llahi yang menjadi mukjizat. l
memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, juga bertujuan membersihkan jiwa manusia. Sebab jika jiwa itu bersih, niscaya baiklah seluruh masyarakat. Sebaliknya, jika jiwa itu rusak dan kotor, niscaya rusaklah seluruh masyarakat. d.
Al-Qur'an diturunkan bertujuan untuk membentuk keluarga, yang
kemudian menjadi pangkal berdirinya suatu masyarakat, yang bersifat adil terhadap kalangan wanita karena mereka merupakan pokok utama dalam bangunan keluarga (Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971).
2.1.3 Adab Tilawah Al-Qur'an Al-Qur'an sebagai Kitab Suci, wahyu llahi, mempunyai adab tersendiri bagi orang-orang yang ingin bertilawah atau membacanya. Adab itu sudah diatur dengan sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al-Qur'an tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya.
Imam Al Ghazali (dalam Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971:105) menguraikan dengan sejelas-jelasnya di dalam kitab /hya Ulumuddin bagaimana hendaknya tata cara membaca Al-Qur'an. Imam Al Ghazali telah membagi
21
adab tilawah Al-Qur'an menjadi adab yang mengenai batin dan adab yang mengenai lahir. Adab yang mengenai batin itu, diperinci lagi menjadi arti memahami asal kalimat, cara hati membesarkan kalimat Allah, menghadirkan hati di kala membaca sampai ke tingkat memperluas, memperhalus perasaan dan membersihkan jiwa.
Dengan demikian kandungan Al-Qur'an yang dibaca den!;1an perantaraan lidah, dapat bersemi dalam jiwa dan meresap ke dalam hati sanubarinya. Kesemuanya ini adalah adab yang berhubungan dengan batin, yaitu dengan hati dan jiwa. Sebagai contoh Imam Al Ghazali (dalam Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971) menjelaskan, cara hati membesarkan kalimatAllah, yaitu bagi pembaca Al-Qur'an ketika dia memulainya, maka terlebih dahulu ia harus menghadirkan dalam hatinya, betapa kebesaran Allah yang mempunyai kalimat-kalimat itu. Dia harus yakin dalam hatinya, bahwa yang dibacanya itu bukanlah kalam manusia, tapi kalam Allah azza wa Jal/a. Membesarkan kalam Allah itu, bukan saja dalam membacanya, tetapi juga dalarn menjaga tulisan-tulisan Al-Qur'an itu sendiri. Sebagaimana yang diriwayatkan lkrimah bin Abi Jahl, sangat gusar hatinya bila melihat lembaran-lembaran yang bertuliskan Al-Qur'an berserakan seolah-olah tersia-sia, la!u ia memungutnya selembar demi selembar, sambil berkata: "lni adalah Kalam Tuhanku! lni adalah Kalam Tuhanku, membesarkan kalam Allah berarti membesarkan Allah".
22
Adapun mengenai adab lahir dalam bertilawah atau membaca Al-Qur'an, selain didapati di dalam kitab lhya U/umuddin, juga banyak terdapat di dalam kitab-kitab lainnya. Misalnya Imam Jalaluddin As Suyuthi (dalam Al-Qur'an dan Terjemahnya, 1971:105-108) mengemukakan dalam kitab Al-ltqan tentang adab membaca Al-Qur'an itu diperincinya sampai menjadi beberapa bagian. Di antara adab membaca Al-Qur'an yaitu : 1.
Disunatkan membaca Al-Qur'an sesudah berwudhu, dalam keadaan
bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil AlQur'an hendaknya dengan tangan kanan; sebaiknya memegangnya dengan kedua belah tangan. 2.
Disunatkan membaca Al-Qur'an di tempat yang bersih, seperti : di
rumah, di surau, di musholla dan di te;mpat-tempat lain yang dianggap bersih. Tapi yang paling utama ialah di masjid. 3.
Disunatkan membaca Al-Qur'an menghadap kiblat, membacanya
dengan khusyu' dan tenan9; sebaiknya dengan berpakaian yang pantas. 4.
Ketika membaca Al-Qur'an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi
makanan, sebaiknya sebelurn mernbaca Al-Qur'an mulut dan gigi dibersihkan lebih dahulu. 5.
Sebelum membaca Al-Qur'an, disunatkan membaca ta'awudz,
sesudah itu barulah membaca lafadz Basmallah. Maksudnya, diminta lebih dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu daya syetan, sehingga hati dan pikiran tetap tenang di waktu membaca Al-Qur'an, terjauh
dari gangguan atau godaan. Biasa juga sebelum atau sesudah membaca taawudz itu, berdoa dengan maksud memohon kepada Allah supaya hatinya menjadi terang. Adapun doa tersebut yaitu : Artinya : "Ya Allah, bukakanlah kiranya kepada kami nikmat-Mu dan taburkanlah kepada kami rahmat dari khazanah-Mu, ya Allah Maha Pengasih lagi Penyayang".
6.
Disunatkan membaca Al-Qur'an dengan tartil, yaitu dengan bacaan
yang pelan-pelan dan tenang, sesuai dengan firman Allah dalam surat (73) al-Muzzammil ayat 4.
Artinya : "..... .Dan bacalah Al-Qur'an dengan tarti/". (QS: al-Muzzammil : 4) Membaca dengan tartil itu lebih banyak memberi bekas dan mempengaruhi jiwa, serta lebih mendatangkan ketenangan batin dan rasa hormat kepada AlQur'an.
Telah berkata lbnu Abbas Ra: "Aku lebih suka membaca surat al-Baqarah dan Ali 'lmran dengan tartil, dari pada l
Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al-Qur'an,
disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya. Cara pembacaan seperti inilah
24
yang dikehendaki, yaitu lidahnya bergerak membaca, hatinya turut memperhatikan dan memikirkan arti dan maksud yang terkandung dalam ayat-ayat yang dibacanya, yaitu membaca Al-Qur'an serta mendalami isi AlQur'an itu. 8.
Dalam membaca Al-Qur'an itu, hendaklah benar-benar diresapkan arti
dan maksudnya, lebih-lebih apabila sampai pada ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa, dan bagaimana hebatnya siksaan yang disediakan bagi mereka. 9.
Disunatkan membaca Al-Qur'an dengan suara yang bagus lagi merdu,
sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keindahan us/ubnya AlQur'an. Sabda Rasul :
Artinya : "Hendaklah kamu sekalian hiasi Al-Qur'an itu dengan suaramil yang-
merdu". 10.
Ketika membaca Al-Qur'an janganlah diputuskan hanya karena
hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi. Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang sejenisnya ketika membaca Al-Qur'an. Sebab pekerjaan seperti itu tidak baik dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti tidak menghormati kesuciannya.
25
2.1.4 Keutamaan Al-Qur'an dan Tilawah Al-Qur'an Dalam Al-Qur'an dan terjemahannya (1971) dikemukakan bahwa pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat Rasulullah yang bernama lbnu Mas'ud Ra. meminta nasehat, katanya: "Wahai lbnu Mas'ud, berilah nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam beberapa hari ini aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan pikiranku kusut; makan tak enak, dan tidurpun tak nyenyak". Maka lbnu Mas'ud menasehatinya, katanya: "Kalau penyakit itu yang menimpamu maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat, yaitu ke tempat orang yang mernbaca Al-Qur'an, engkau baca Al-Qur'an atau engkau dengar baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke majlis pengajian yanfJ mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah rnalam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan jiwa, ketenteraman pikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu, bukan lagi hatimu".
Setelah orang itu kembali ke rumahnya, diamalkanlah nasehat lbnu Mas'ud Ra. itu. Dia pergi mengambil wudhu kemudian diambilnya Al-Qur'an, terus dia baca dengan hati yang khusyu'. Selesai membaca Al-Quran, berubahlah
26
jiwanya, menjadi jiwa yang tenang dan tenteram, pikirannya jernih, dan kegelisahannya hilang sama sekali.
M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2004) mengemukakan bahwa membaca AlQur'an memiliki keutamaan sebagai sebuah terapi yang berfungsi untuk mencegah dan melindungi diri, yakni sebagai permohonan (doa) agar senantiasa dapat terhindar dan terlindungi dari suatu akibat hadirnya musibah, bencana atau ujian yang berat. Yang mana hal itu dapat mengganggu keutuhan dan eksistensi kejiwaan (mental). Karena dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit orang menjadi stres, depresi dam frustasi bahkan menjadi hilang ingatan dan kesadarannya, karena keimanan dalam dada tidak kokoh, mental sangat rapu:1 dan lingkungan sangat jauh dari perlindungan Allah. Selain itu membaca Al-Qur'an dapat memberikan penyembuhan atau pengobatan terhadap penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat jug a untuk penyakit spiritual dan fisik.
Beberapa jenis gangguan atau penyakit kejiwaan yang dapat diterapi dengan membaca Al-Qur'an adalah rasa cemas dan ketidaktenangan hati yang merupakan dasar terbentuknya kesehatan mental seseorang. Hal ini dijelaskan dalam Q.S al-Anfal ayat 2 dan ar-Ra'du ayat 213.
27
,..
,...
"'
,,,
J
,,,
~j ~J (451j ,~I? ~;k- ~ l~Jj
JJ
....
J.........
J
.,,
~....
J
J ,,.,.,
¢i
r4.)$ q j .&Ii~ I~,: (t;UI (J~µ I WJ ,•
~(J_,t'~~j Artinya : "Sesungguhnya orang-orang yang beriman yang apabila disebut Asma Allah bergertarlah hatinya. Dan apabila dibacakan kepadanya ayatayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan kepada Tuhannya/ah mereka berserah diri (bertawakal)" (Q.S al-Anfal : 2)
Artinya : "Orang-orang yang beriman dan menenangkan /Jatinya. Dan ketahuilah hanya dengan mengingat Allah (dzikrulla/J) /Jati menjadi tenang"
(Q.S ar-Ra'du : 28) Hal ini diperkuat dengan penjelasan Imam Nawawi (1995) yang menyatakan bahwa tilawah Al-Qur'an merupakan dzikir yang utama.
Abdul Aziz Abd Rauf (2004) mengemukakan keutamaan membaca Al-Qur'an yang dibagi menjadi dua, yakni keutamaan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Adapun keutamaan tilawah Al-Qur'an untuk kehidupan di dunia yaitu: 1. Allah Swt mengangkat derajat Ahlul Al-Qur'an (orang yang senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an) menjadi keluarga Allah. Rasuluilah Saw bersabda:
28
I
I'
Jy; ~·;.;:; J;,-~:1 u;Lll ~ '~\
I'
.
Jl/
"Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah Swt. Ditanyakan, siapakah mereka ya Rasulullah ? 'Rasul menjawab, "Mereka adalah ahlul AlQur'an, mereka keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya",
2, Al-Qur'an adalah kenikmatan yang harus didamba-dambakan. Hadits Rasulullah:
Artinya : "Tidak boleh iri kecuali dalarr. dua kenikmatan; seseorang yang diberi Al-Qur'an o/eh Allah kemudian ia membacanya sepanjang ma/am dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia membelanjakannya di ja/an Allah sepanjang ma/am dan siang",
3. Ahlul Al-Qur'an disejajarkan derajatnya oleh Allah Swt dengan para malaikat atau nabi yang telah diberi wahyu, sedangkan yang kemampuan bacanya masih terbata-bata, Allah Swt memberinya dua pahala. Rasulullah Saw bersabda :
- -
29
"Orang yang mahir berinteraksi dengan Al-Qur'an akan tiersama malaikat yang mulia dan taat, sedangkan yang membaca A/-Qur'an dengan terbatabata, dan ia merasa sulit, ia mendapatkan dua paha/a". (HR. Muslim)
4. Ahlul Al-Qur'an orang yang paling berhak menjadi imam dalam shalat. Rasulullah Saw bersabda,
"Yang berhak menjadi imam adalah yang paling banyak interaksinya dengan Al-Qur'an".
5. Ahlul Al-Qur'an orang yang selalu mendapat
ketenan~1an,
rahmcit
naungan malaikat dan disebut-sebut namanya oleh Allah Svvt.
(~'~'7'~ ~13~) "Tidaklah suatu kaum berkumpul di da/am satu rumah Allah, membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi Malaikat, dan Allah Swt menyebut nama-nama mereka di sisi makh/uk yang ada di dekat-Nya". (HR. Muslim)
6. Ahlul Al-Qur'an adalah orang yang mendapatkan kebaikan dari Allah. -?
/'
_,
/ ' .P~
;
..... //
p/
~ , '· \'.~I\,_ L~ ~ ' ".."<:" .c:,. 3 u ...>"" \ " LY' I . )..
"Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan A/-Qur'an".
(HR. Bukhari).
30
Sementara beberapa keutamaan tilawah Al-Qur'an untuk lkehidupan di akhirat yaitu: 1. Al-Qur'an menjadi syafaat bagi manusia yang menjadi sahabatnya.
...p
,. :;
~
·'
/ )
( <..>_).~~\ olj_; - /
, " Ir
f/1.,
I
G
/,..
"-<~ '}/ ~ ~l:;JI ,,.
//
/
/
'
/
,c
i."" _,,
C/
.::./;"" /
,.,..r
L
P
,_.:;,,,
c
J,l~
"Baca/ah Al-Qur'an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat menjadi pemberi syafaat bagi orang-orang yang bersahabat dengannya (Al-Qur'an)".
(HR. Bukhari) 2. Al-Qur'an menjadi pembela bagi manusia saat menghadapi pengadilan Allah Swt.
I
;
9
.,/
~J~ /
"Dari Nawwas bin Sam'an Ra. dia berkata : "Aku mendengar Rasu/u//ah Saw b.ersabda : "Didatangkan pada Hari Kiamat Al-Qur'an dan ahlinya, yakni orang-orang yang du/u mengama/kannya di dunia surat af·Baqarah dan Ali lmran maju mendampinginya dan membelanya".
3. Al-Qur'an mengangkat kedudukan manusia di Surga.
31
Artinya: Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Ra, dari Nabi Saw bahwa beliau bersabda, "Dikatakan kepada Shahib Al-Quran, 'Baca/ah clan naiklah dan nikmatilah seperti ha/nya kamu menikmati bacaan Al-Qur'anmu di dunia. Sesungguhnya, kedudukanmu ada di akhir ayat yang kamu baca". (HR. Imam Abu Dawud dan Imam Turmudzi) 4. Al-Qur'an sumber pahala bagi orang yang beriman. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Dari Abi Mas'ud berkata: Rasulul/ah Saw bersabda: 'siapa saja yang m_embaca satu huruf Al-Qur'an, baginya satu kebaikan. Satu kebaikan akan menjadi sepu/uh ka/i lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim itu satu huruf, melainkan a/if satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf" (HR. Imam Turmudzi dengan sanad hadits hasan sahih)
32
5. Al-Qur'an mengangkat derajat orang tua di akhirat bagi yang berhasil mendidik anaknya. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: "Siapa saja yang be/ajar Al-Qur'an dan mengamalkannya, pada hari
kiamat (Allah Swt) akan memberikan kepada kedua orangtuanya mahkota yang cahayanya /ebih indah dari cahaya matahari. Kedua orangtua itu akan berkata, "Mengapa kami diberi (mahkota) ini?" Dijawablah, "/tu karena anakmu le/ah mempelajari Al-Qur'an." (HR. Imam Abu Dawud, Imam Ahmad, dan Imam lbnu Hakim)
2.2 Kesehata11 Mental 2.2.1 Pengertian Kesehatan Mental Apabila ditinjau dari etimologis, kata "mental" berasal dari kata Latin, yaitu
"mens" atau "mentis" artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatar.. Maka kesehatan mental rnerupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak Burhanudin, 1999).
Kartini Kartono dan Jenny Andary (1989) mengemukakan bahwa llmu Kesehatan Mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta mewujudkan kesehatan jiwa rakyat.
WHO pada tahun 1984 telah menyempurnakan batasan sehat dengan menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang dimaksud dengan sehat adalah tidak adanya sehat dalam arti fisik, psikologis dan sosial, akan tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spirituaD (Dadang Hawari, 1997).
Sementara itu, Al-Qoussy al-Aziz el-Qoussy (1986) mengatakan bahwa kesehatan mental adalah keserasian yang sempurna atau integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan yang biasa terjadi pada orang, di samping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan. Yang dimaksud dengan keserasian yang sempurna antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam itu, ialah sunyinya orang dari pertentangan batin, seperti beradanya dia di antara dua sikap yang berlainan, misalnya bimbang antara mempertahankan harga diri dalam pandangan sendiri dan menghilangkan laparnya dengan jalan mencuri.
34
Zakiah Daradjat (2001) mengemukakan tentang rumusan kesehatan jiwa yakni: 1.
Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan jiwa
(neorose) dan dari gejala-gejala penyakitjiwa (psychose). Definisi ini banyak
dianut di kalangan psikiatri yang memandang manusia dari sudut sehat atau sakitnya. 2.
Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan tempat ia hidup. Definisi ini nampaknya lebih luas dan lebih umum dari definisi yang pertama, karena dihubungkan dengan kehidupan secara menyeluruh. 3.
Kesehatan mental adalah tarwujudnya keharmonisan yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi, serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik). Definisi ini menunjukkan bahwa fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap, pandan(Jan dan keyakinan harus saling rnenunjang dan bekerja sehingga menciptaka11 keharmonisan hidup, yang menjauhkan orang dari sifat ragu-ragu dan bimbang, serta terhindar dari rasa gelisah dan konflik batin. 4.
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan
untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri
35
dan orang lain, serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. Definisi keempat ini lebih menekankan pada pengembangan dan pemanfaatan segala daya dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, sel1ingga benar-benar membawa manfaat dan kebaikan bagi orang lain dan dirinya sendiri. 5.
Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Definisi ini memasukkan unsur agama yang sangat penting dan harus diupayakan penerapannya dalam kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental dan pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia.
Saparinah Sadli (1982) mengemukakan tiga orientasi dalam Kesehatan Jiwa, yakni:
1.
Orientasi Klasik : seseorang dianggap sehat bila ia tak mempunyai
keluhan tertentu, seperti : ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tak berguna, yang semuanya menimbulkan perasaan "sakit" atau "rasa tak sehat" serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. Orientasi klasik ini banyak dianut di lingkungan Kedokteran.
36
2.
Orietasi penyesuaian diri : seseorang dianggap sehat secara
psikologis bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitar. 3.
Orientasi pengembangan diri : seseorang dianggap mencapai taraf
kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.
Utsman Najati (2000) mengemukakan kesehatan jiwa dengan istilah kepribadian yang serasi dalam Islam yaitu kepribadian di mana terdapat keseimbangan antara tubuh dan jiwa dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan keduanya. Dengan demikian,
kep~ibadian
yang serasi ialah kepribadian yang
memperhitungkan tubuh, kesehatannya, kekuatannya, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dalam batas-batas yang diperkenankan agama, dan pada saat yang sa1na berpegang teguh pada keimanan kepada Allah, melaksanakan berbagai ibadah, melakukan segala hal yang diridhoi Allah, dan menghindari segala hal yang membangkitkan amarah-Nya. Jadi, seseorang yang selalu menuruti hawa nafsunya bukanlah pribadi yang serasi. Demikian pula seseorang yang menindas kebutuhan-kebutuhan fisiknya dan membuatnya lemah dengan kependetaan dan hidup sederhana yang berlebih-lebihan, dan cenderung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kerinduan spiritualnya belaka. Sebab, masing-masing kecenderungan
]7
yang ekstrim ini bertentangan dengan karakter manusiawi dan berlawanan dengan fitrahnya dan karenanya tidak akan bisa mengantarkan manusia kepada kepribadian dan kesempurnaan yang hakiki.
Dari penjelasan tentang kesehatan mental, penulis menyirnpulkan bahwa kesehatan mental adalah suatu kondisi yang harmonis, serasi dan seimbang antara fungsi-fungsi jiwa seperti perasaan, pikiran, sikap, pandangan dan keyakinan hidup pada diri manusia sehingga ia terbebas dari gangguan dan gejala simptomatis, mampu menyesuaikan dan mengembangkan diri, dan mampu mengamalkan nilai-nilai agama dengan baik dan secara positif merasakan suatu kebahagiaan hidup dan kemampuan temebut.
2.2.2 Tanda-tanda Kesehatan Mental
Muhammad Mahmud Mahmud (dalam Abdul Mujib, 2002) mengemukakan tanda-tanda kesehatan mental ada sembilan macam yaitu Pertama, kemapanan, ketenangan, dan rileks batin dalam menjalankan kewajiban, baik kewajiban terhadap dirinya, masyarakat, maupun Tuhan. Kedua, memadahi dalam beraktivitas. Ketiga, menerima keberadaan dirinya clan keberadaan orang lain. Keempat, adanya kemampuan untuk memelihara atau menjaga diri. Kelima, kemampuan untuk memikul tanggung jawab, baik tanggung jawab keluarga, sosial, maupun agama. Keenam, memiliki kemampuan untuk berkorban dan menebus kesalahan yang diperbuat. Ketujuh, kemampuan
38
individu untuk membentuk hubungan sosial yang baik yan9 dilandasi sikap saling percaya dan saling mengisi. Kedelapan, memiliki keinginan realistik, sehingga dapat diraih secara baik. Kesembilan, adanya rasa kepuasan, kegembiraan, dan kebahagiaan dalam mensikapi atau menerima nikmat yang diperoleh.
Tanda-tanda kesehatan mental yang lain adalah adanya kesediaan diri untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan orang lain, sehingga ia mampu bergaul dan menyesuaikan segala kelebihan dan kekuran£1an orang lain, serta adanya perasaan cinta, sebab cinta menunjukkan diri positif. Cinta mendorong individu untuk hidup berdamai, rukun, saling kasih mengasihi, dan menjauhkan dari kebencian, denjam, dan pertikaian (ll.bdul Mujib, 2002).
Pribadi normal dengan diiringi mental yang sehat akan memiliki integritas jasmaniah-rohaniah yang ideal. Keadaan pada kehidupan psikisnya stabil dan tidak ada konflik internal. Suasana hatinya tenang, seimbang dan jasmaninya selalu sehat dan segar. Sebaliknya pribadi yang abnormal memiliki mental yang tidak sehat dan jauh dari integrasi batin. Pada umumnya pribadi yang abnormal disebabkan adanya gangguan mental, kelainan mental, konflik bat!n, ketidakstabilan jiwa sehingga orang yang bersangkutan terpisah dari lingkungan masyarakat.
39
Berkenaan dengan pribadi normal dan mental yang sehat, Maslow dan Mittlemen (dalam Kartini Kartono dan Jenny Andari, 1999) mengemukakan ciri-ciri pribadi normal dan mental yang sehat, yaitu seba(Jai berikut: 1.
Memiliki rasa aman (sense of security) yang tepat, rnampu berhubungan dengan orang lain dalam bidang kerja, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.
2.
Memiliki penilaian (self evaluation) dan wawasan diri yang rasional dengan harga diri yang tidak berlebihan, memiliki kesehatan secara moral, dan tidak dihinggapi rasa bersalah. Selain itu, juga dapat rnenilai perilaku orang lain yang asosial dan tidak manusiawi sebagai gejala perilaku yang menyimpang.
3.
Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat. Dia mampu menjalin relasi yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial, dan menguasai diri sendiri. Penuh tenggang msa terhadap orang lain. Dia bisa tertawa dan bergembira secara bebas dan mampu menghayati penderitaan tanpa lupa diri.
4.
Mernpunyai kontak dengan realitas secara efisien, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Pandangan hidupnya realitas dan cukup luas. Dia sanggup menerima segala cobaan hidup, kejutan-kejutan mental, serta nasib buruk lainnya dengan besar hati. Dia rnemiiiki kontak yang riil dan efisien dengan diri sendiri, dan mudah rnelakukan adaptasi,
40
atau mengasimilasikan diri jika lingkungan sosial atau dunia luar memang tidak bisa diubah oleh dirinya. 5.
Memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniah yang sehat dan mampu memuaskannya dengan cara yang sehat, namun tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri. Dia mampu menikmati kesenangan hidup (makan, minum, dan rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Nafsu seksnya cukup sehat, bisa memenuhi kebutuhan seks secara wajar, tanpa dibebani rasa takut dan berdosa, dia bergairah untuk bekerja, dan dengan tabah menghadapi segala kegagalan.
6.
Mempunyai pengetahuan diri yang cukup dengan memiliki motif hidup yang sehat dan kesadaran tinggi. Dia dapat membatasi ambisi-ambisi dalam batas kenormalan. Juga patuh terhadap pantangan-pantangan pribadi dan yang bersifat sosial, dia bisa melakukan l
7.
Memiliki tujuan hidup yang tepat, wajar, dan realitas :3ehingga bisa dicapai dengan kemampuan sendiri serta memiliki keuletan dalam mengejar tujuan hidupnya agar bermanfaat bagi diri
~;endiri
maupun bagi
masyarakat pada umumnya. 8.
Memiliki kemampuan belajar dari pengaiaman hidup dalam mengolah dan menerima pengalamannya dengan sikap luwes, dia bisa menilai
41
batas kekuatan sendiri dalam situasi yang dihadapi, untuk meraih sukses. 9.
Memiliki kesanggupan untuk mengekang tuntutan-tu11tutan dan kebutuhan-kebutuhan dari kelompoknya, sebab dia memiliki kesamaan kebutuhan dengan yang lain (tidak terlalu berbeda, dan tidak menyimpang). Dia tetap teguh memperlihatkan rasa persahabatan, tanggung jawab, loyalitas dan melakukan aktivitas rekreasi yang sehat dengan anggota lainnya.
10. Memiliki sikap emansipasi yang sehat terhadap kelornpok dan kebudayaan. Namun, dia tetap memiliki originalitas dan individualitas yang khas, sebab dia mampu membedakan sikap yang baik dan yang buruk. Dia menyadari adanya kebebasan yang terbatas dalam kelompoknya, tanpa disadari oleh kesombongan, kemunafikan dan usaha mencari muka, dan tanpa hasrat untuk menonjolkan diri dihadapan orang lain. Selain itu, dia memiliki derajat apresiasi dan toleransi yang cukup tinggi terhadap kebudayaan bangsanya dan terhadap perubahan-perubahan sosial. 11. Memiliki integritas dalam kepribadiannya, yaitu kebulatan jasmaniah dan rohaniahnya. Dia mudah mengadakan asimilasi dan adaptasi terhadap perubahan yang serba cepat, dan memiliki minat pada berbagai aktivitas, moralitas dan kesadaran yang tidak kaku, namun dia tetap memiliki konsentrasi terhadap usaha yang diminatinya. Juga tidak ada
42
konflik-konflik serius dalam dirinya, dan dissosiasi terhadap lingkungan sosialnya.
Sementara Kartini Kartono dan Jenny Andari (1989) menjelaskan bahwa pribadi normal dengan mental yang sehat itu selalu memperhatikan reaksireaksi personal yang cocok, tepat terhadap stimulasi eksternal. Karena itu reaksi-reaksi kenormalan pada tingkat psikologis dan sosial biasanya diukur dengan : kelakuan individu di tengah kelompok tempat hidupnya. Reaksi tersebut disebut normal, bila tepat dan sesuai dengan ide dan pola tingkah laku kelompok, dan cocok dengan kesejahteraan umum dan kemajuan. Karena itu normalitas atau kesehatan mental ditandai oleh :
1.
lntegrasi kejiwaan,
2.
Kesesuaian tingkah laku sendiri dengan tingkah laku sosial,
3.
Adanya kesanggupan melaksanakan tugas-tugas hidup dan tanggung jawab sosial, da11
4.
Efisiensi dalam menaggapi realitas hidup.
Kriteria jiwa atau mental yang sehat menurut WHO (1959) (dalam Dadang H_awari, 1997) adalah sebagai berikut :
1.
Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk baginya.
43
2.
Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya atau perjuangan hidupnya.
3.
Merasa lebih puas memberi daripada menerima.
4.
Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5.
Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
6.
Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran untuk di kemudian hari.
7.
Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8.
Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Abraham Maslow (dalam Budiman Arif dan Abu Bakar Bardja, 1996) menyatakan bahwa kesehatan mental akan dapat terjadi bila adanya keseimbangan (equilibrium) antara kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan rohaninya. Lebih lanjut Maslow mengemukakan bahwa kriteria mental yang sehat adalah : 1.
Mempunyai harga diri yang wajar. Seseorang yang mempunyai harga diri yang wajar akan mempunyai keinginan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sedangkan orang yang kurang mempunyai harga diri yang wajar (terlalu rendah/tinggi) akan sering merasa tidak puas, sering kecewa terhadap kenyataan yang
44
dihadapi, juga selalu melemparkan kritik yang sifatnya mencela atas kekecewaannya. 2.
Mempunyai rasa aman Perasaan aman pada diri seseorang sangat penting clan mempunyai kaitan yang cukup luas yang banyak clitentukan oleh pengalaman hiclupnya, baik berupa kebahagiaan ataupun tantangan pencleritaan.
3.
Mempunyai spontanitas yang baik Muclah clan leluasa menampilkan emosinya secara rasional clan spontan, tanpa clibuat-buat. Sikap spontan mempunyai nilai positif clalam pengembangan cliri secara optimal karena ia clapat melihat kelebihan orang lain tanpa merenclahkan clirinya.
4.
Mempunyai panclangan realistis, cakrawala luas clan sikap wajar. Orang yang berpanclangan realistis ticlak akan berkhayal secara berlebihan clan ticlak wajar. la menghaclapi kenyataan sebagaimana mestinya clengan penuh keberanian clan keyakinan cliri dari sikap berpura-pura atau menutupi wajahnya clengan topen9.
5.
Mampu memuaskan kebutuhan secara wajar Memuaskan kebutuhan jasmani secara wajar, ticlak rnengganggu clan atau merugikan orang lain, clan mampu mengukur kebutuhan tanpa berlebihan.
6.
Sanggup melihat clirinya secara terbuka
45
Melihat diri sendiri secara cermat, lalu mengetahui baik kelebihan ataupun kekurangan yang dipunyainya, mengenal siapa dirinya yang sebenarnya tanpa berusaha menutup-nutupi dengan maksud agar orang lain hanya melihat kelebihannya saja. 7.
Memiliki pribadi yang konsisten dan terintegrasi Orang yang dinilai cukup sehat mentalnya memiliki pribadi yang konsisten, tidak cepat terombang-ambing oleh berbagai masalah, sikapnya tegas dan memenuhi segala tugas yang dibebankan kepadanya dengan baik.
Rita Atkinson (1993) mengemukakan enam indikator normalitas kejiwaan seseorang yaitu : 1.
Persepsi realitas yang efisien lndividu cukup realistis dalam menilai kemarnpuannya dan dalam menginterpretasikan terhadap dunia sekitar dan tidak selalu berpikir negatif.
2.
Mengenali diri sendiri lndividu dapat menyesuaikan diri adalah individu yang mempunyai kesadaran motif dan perasaannya sendiri.
3.
Kemampuan untuk mengendalikan perilaku secara wajar lndividu yang normal memiliki kepercayaan yang kuat akan kemampuannya sehingga mampu mengendalikannya.
46
4.
Harga diri dan penerimaan Penyesuaian diri seseorang sangat ditentukan oleh penilaian terhadap harga diri dan merasa diterima oleh lingkungan sekitarnya.
5.
Kemampuan untuk membentuk cinta kasih lndividu yang normal dapat membentuk jalinan kasih sayang yang erat serta mampu memuaskan orang lain, ia pel
6.
Produktifitas individu lndividu yang baik adalah yang menyadari kemampuannya dan dapat diarahkan pada aktivitas yang produktif.
Pendapat serupa dikemukakan oleh Crow & Crow (1951), individu yang memiliki mental yang baik adalah individu yang memiliki potensi yang kuat dan menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Mampu memahami dan mengatasi reaksi psikologisnya dan problem penyesuaian dirinya.
2.
Memiliki sikap yang positif dan optimis dalam hidup.
3.
Merasa puas dalam setiap aktivitas.
4.
Memiliki tujuan yang hendak dicapai.
5.
Menjag::; kehangatan dan keinginan dalam batas-batas yang saling menguntungkan.
6.
Mudah beradaptasi dalam situasi sosial.
47
7.
Dapat menjaga keadaan emosional yang dirasakannya.
8.
Mampu mengatur waktu yang baik.
9.
Memiliki pola kebiasaan yang menguntungkan bagi dirinya dan orang lain.
2.2.3 Fungsi Kesehatan Mental
Muhammad Iqbal (2003) mengemukakan tentang fungsi dan tindakan pokok yang terkandung dalam kesehatan mental dari hasil penelitiannya adalah : 1.
Pencegahan (preventive) Adalah suatu tindakan guna mencegah terjadinya gangguan mental dengan memberikan pengertian tentang bagaimana memahami dengan tepat apa arti dan tujuan hidup, cara penyesuaian diri yang baik dan wajar, bagaimana mempertahankan kestabilan emosi. bagaimana membawakan diri dalam pergaulan, sehingga kemungkinan timbul konflik antara individu atau dalam diri bisa ditekan sekecil mungkin atau malah bebas dari konflik.
2.
Pemeliharaan (preservative/constructive) Jika keseimbangan mental telah tercapai, maka kondisi tersebut perlu dipertahankan untuk selalu dalam kesehatan mental. Misalnya dengan mewujudkan iklim keluarga yang harmonis, cara hidup yang sehat, penerimaan lingkungan yang bersahabat, dan lain sebagainya yang membantu pemeliharaan keseimbangan mental seseorang.
48
3
Penyembuhan (curative) Penyembuhan adalah usaha untuk mengembalikan keseimbangan mental dari orang yang terganggu (penderita), dengan memberikan bantuan bagaimana cara mengatasi pertentangan atau konflik dan diri, juga bagaimana menemukan penyesuaian yang tepat, sehingga penderita mendapatkan sikap yang konstruktif terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya.
2.2.4 Aspek-aspek yang Dipengaruhi Kesehatan Mental Zakiah Darajat (1982) menyimpulkan bahwa kesehatan mental yang terganggu dapat mempengaruhi kesaluruhan hidup seseorang. Pengaruh itu dibagi dalam empat kelom;:iok besar yaitu : 1.
Perasaan Seseorang yang kesehatan mentalnya terganggu dapat mengakibatkan terganggu11ya perasaannya. Seperti misalnya rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu (bimbang) dan sebagainya.
2.
Pikiran atau Kecerdasan Kecerdasan mernang diwarisi. Akan tetapi, jika tidak mendapat kesempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak akan mencapai kemampuan yang maksimal. Kesehatan mental yang terganggu dapat menyebabkan terganggunya
49
proses berpikir. Misalnya, sering lupa, tidak bisa berkonsentrasi terhadap hal-hal yang penting, kemampuan berpikir menurun, sehingga orang merasa seolah-olah tidak cerdas lagi, pikirannya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. 3.
Perilaku Kesehatan mental yang terganggu sangat mempen9aruhi perilaku dan tindakan seseorang. Misalnya, orang yang rnerasa tertekan, atau gelisah akan berusaha mengatasi perasaannya yann tidak enak itu dengan jalan mengungkapkannya keluar. Dalam mengungkapkannya bisa jadi dengan hal-hal yang merugikan orang lain juga dirinya sendiri, disebabkan mentalnya yang terganggu.
4.
Kesehatan badan Dalam psikologi ada suatu penyakit yang disebut psikosomatik. Penyakit tersebut disebabkan oleh mental yang terganggu, misalnya karena tekanan perasaan yang terjadi disebabkan tidak mampunya seseorang dalam mencapai keinginannya, atau karena terlalu banyak masalah yang tidak terselesaikan, yang akhirnya dapat menimbulkan penyakit fisik.
Selain itu Kartini Kartono (1971) berpendapat, diantara faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya ketegangan dan konflik batin tidak terlepas dari tiga hajat manusia yaitu faktor biologis, fisik, psikologis dan sosiologis. Faktor
50
biologis adalah suatu kebutuhan vital bagi kehidupan manusia, jika kebutuhan itu terhambat maka menimbulkan kegoncangan jiwa bagi manusia. Begitu pula dengan faktor psikis, setiap individu membutuhkan rasa ketenangan, rasa aman, kasih sayang ingin tahu, dan kebebasan. Dengan tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut maka akan terjadi konflik batin, lebihlebih manusia makhluk sosial yang harus beradaptasi dengan lingkungannya, maka mereka sangat membutuhkan penghargaan dan simpati dari orang lain, berarti akan banyak menimbulkan ketegangan batin.
2.2.5 Pola Pembentukan Kesehatan Mental Hana Djumhana (2001) mengemukakan empat pola yang dapat digunakan untuk mencapai kesehatan mental dengan masing-masing orientasinya sebagai berikut : 1.
Pola wawasan yang berorientasi simptomatis menganggap bahwa hadirnya gej<:.la (symptoms) dan keluhan (complaints) merupakan tanda adanya gangguan atau penyakit yang diderita seseorang. Sebaliknya hilang atau berkurangnya gejala dan keluhan-keluhan itu menunjukkan bebasnya seseorang dari gangguan atau penyakit tertentu. Dan ini dianggap sebagai kondisi sehat. Dengan demikian kondisi jiwa yang sehat ditandai oleh bebasnya seseorang dari gejala-gejala gangguan kejiwaan (neurosis, gangguan kepribadian) atau penyakit-penyakit kejiwaan tertentu (psikosis).
51
2.
Pola wawasan yang berorientasi penyesuaian diri berpandangan bahwa kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri merupakan unsur utama dari kondisi jiwa yang sehat. Dalam hal ini penyesuaian diri diartikan secara luas, yakni secara aktif berupaya memenuhi tuntutan lingkungan tanpa kehilangan harga diri, atau memenuhi kebutuhankebutuhan pribadi tanpa melanggar hak-hak orang lain. Penyesuaian diri yang pasif dalam bentuk serba menarik diri atau serba menuruti tuntutan lingkungan adalah penyesuaian diri yang tidak sehat, karena biasanya akan berakhir dengan isolasi diri atau menjadi mudah terbawa-bawa situasi.
3.
Pola wawasan yang berorientasi pengembangan potensi pribadi bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk bermartabat yang memiliki berbagai potensi dan kualitas yang khas insani (human
qualities), seperti kreativitas, rasa humor, rasa tanggung jawab, kecerdasan, kebebasan bersikap, dan sebagainya. Menurut pandangan ini sehat mental terjadi bila potensi-potensi tersebut dikembangkan secara optimal sehingga mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Dalam mengembangkan kualitas-kualitas insani ini perlu diperhitungkan norma-norma yang berlaku dan nilai-nilai etis yang dianut, karena potensi dan kualitas-kualitas insani ada yang baik dan ada yang buruk.
52
4.
Pola wawasan yang berorientasi agama berpandangan bahwa agama/keruhanian memiliki daya yang dapat menunjang kesehatan jiwa. Dan kesehatan jiwa diperoleh sebagai akibat dari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, serta menerapkan tuntunan-tuntunan keagamaan dalam hidup.
2.3 Tilawah Al-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental Kesehatan mental seseorang akan sangat mempengaruhi bagaimana ia menjalani hidup. Kondisi mental akan mempengaruhi pola pikirnya, tingkah lakunya dan perasaannya. Bila kesehatan mental telah di1·aih, maka orang tersebut akan mampu menjalani hidupnya dengan harmonis, serasi dan seimbang ; mampu menghc:dapi berbagai macam tantangan yang ia hadapi, bahkan ia mampu menikmati hidupnya. Namun jika seseorang tidak memiliki mental yang sehat, maka penyakit-penyakit jiwa akan bersarang di dalam dirinya. Sulit untuk menghadapi tantangan hidup sehingga sulit pula baginya untuk menikmati hidup.
Kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala 1iangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) serta terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan
53
untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat (Zaki ah Darajat, 2001 ).
Dengan demikian, memiliki mental yang sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Seseorang perlu meringankan beban hidupnya, walaupun tidak berarti ia harus meninggalkan tantangan hidupnya. Tetapi bagaimana caranya agar ia mampu menghadapi tantangan hidupnya dengan tegar. Upayanya adalah melakukan dzikrullah, tilawah Al-Qur'an, tadabbur AlQur'an, merenungi, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur'an. Dengan melakukan ibadah tersebut, berarti seseorang menyadari bahwa segala beban hidup yang dihadapinya adalah ujian yang diberikan Tuhan kepadanya. Sehingga dalam melakukan dzikrullah, tilawah Al-Qur'an, tadabbur Al-Qur'an, dan merenungi serta menghayati isi kandungan AlQur'an merupakan sebuah upaya untuk menumpahkan segala keluh kesah, kegundahan, kegelisahan, dan segala harapan akan hidupnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sehingga segala beban hidup yang dihadapinya tidaklah menjadi sebuah beban yang semata-mata atas kemampuannya sendiri ia dapat mengatasinya. Sebuah fenomena yang sangat mungkin terjadi adalah tilawah Al-Qur'an tidak hanya dilakukan oleh mereka yanu mengalami permasalahan mental yang tidak sehat saja, namun merekci yang sudah memilild mental yang sehat dan mampu menghadapi perrnasalahan hidup pun sangat mungkin akan melakukan tilawah Al-Qur'an sebagai upaya
54
mempertahankan kesehatan mental mereka maupun sebagai upaya memenuhi kebutuhan religiusnya.
lbnu Qoyyim (dalam Shalih al-Munajjid, 1995) meringkaskan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim untuk mengobati hatinya yang keras dengan Al-Qur'an. Seraya berkata : ada dua perkara yang harus engkau lakukan ; pertama, hendaklah engkau memindahkan hatimu dari negeri dunia, maka engkau bertempat tinggal dalam negeri akhirat. Kemudian engkau menerima kesaluruhan alas makna Al-Clur'an dengannya dan penjelasannya, dan engkau mentadabburinya dan pernahaman apa yang dikehendakinya, dan apa yang diturunkan karenanya dan rnengambil bagianmu dari setiap ayat-ayatnya dan engkau menggunakannya untuk penyakit hatimu, maka hatirnu akan sembuh dengan izin Allah.
Tilawah dan iman saling menopang untuk membentuk manusia yang beriman dengan kokoh dan istiqamah. Tilawah adalah indikasi keimanan yang benar. Dan keimanan yang benar hanya dapat turnbuh dengan baik, diantaranya dengan tilawah Al-Qur'an (Abdul Aziz Abdul Rauf, 2004)
Shai1h Al-Munajjid (1995) rnengemukakan bahwa Al-Qur'an telah diturunkan oleh Allah Azza wa Jal/a untuk rnenerangkan segala sesuatu dan sebagai cahaya yang dengannya Allah memberikan petunjuk kepacla hamba-harnba-
55
Nya yang dikehendaki. Dan tidak ragu lagi bahwa di dalamnya terdapat terapi yang agung dan obat yang mujarab. Allah Azza wa Jal/a berfirman :
Artinya : "Dan Kami turunkan Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat obat dan rahmat bagi orang mukmin". (QS: Al-lsra: 82)
Tilawah Al-Qur'an merupakan salah satu media terapi terhadap penyakit hati yang merupakan bagian dari penyakit mental Qiwa). Tilawah Al-Qur'an juga merupakan salah satu bentuk aplikasi mengingat Allah (dzikrul/ah) yang dilakukan individu yang beriman, dalam hal ini Allah berfirman dalam AlQur'an surat al-A1·1fal: 2 dan ar-Ra'du: 28.
Artinya : "Sesungguhnya orang-orang beriman yang apabila disebut Asma Allah bergetar/ah hatinya. Dan apabi!a dibacakan kepadanya ayat-ayat-Nya maka bertambah/ah keimanan mereka. Dan kepada Tuhannya/ah mereka beriawaka/" (QS. al-Anfal: 2)
56
Arlinya : "Orang-orang yang beriman dan menenangkan hatinya. Dan ketahui/ah hanya dengan mengingat Allah (dzikrullah) hati menjadi tenang". (QS. ar-Ra'du: 28)
Dengan demikian, kita dapat mengetahui bahwa aktivitas tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh individu dapat memberikan implikasi positif terhadap kondisi mental, berupa ketenangan hati, hilangnya rasa keluh dan kesah, serta keimanan yang bertambah, sehingga dengan keimanan tersebut individu mampu mengendalikan emosi dan keinginannya yang tidak realistis dan bersifat angan-angan.
57
Bagan 2. 3 Kerangka Berpikir
Tekanan-tekanan hidup: gangguan simptomatis; gejala dan keluhan neurosis (sering gelisah, keluh kesah, malas beraktivitas, stres, frustasi), sulit beradaptasi (kurang percaya diri, tidak bisa menerima kekurangan diri dan orang lain), sulit mengembangkan diri serta gangguan religius (malas beribadah, sering menigggalkan perintah Allah)
lndividu
Menyerah, tidak sehat mental
Masai ah
Berhasil; sehat mental; pada aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembang an diri, dan religius
Tilawah AlQur'an; Sebagaiusaha pencegahan (preventif) dari gangguan jiwa dan peyakit mental
Mencari pertolongan den~1an terapi tilawah Al-Qur'an (membaca dan memahami ayatayat dan arti dari ayat Al-Qur'an, menghayati makna ayat-ayat Al-Our' an, dan mentadabburi serta merenungi makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an pada mushaf dengan melibatkan lisan, pikiran, perasaan, dan hati)
~ Berhasil ; sehat mental pada aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan religius
Gagal ; tidak sehat mental
58
BAB3 METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang meliputi; pendekatan penelitian, subyek penelitian, varibel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik analisa data, dan prosedur penelitian.
3.1
Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yang juga dikenal dengan fenomenologis. Dooley (1984) mengemukakan bahwa pendekatan ini berusaha memahami gejala tingkah laku rnanusia menurut sang pelaku atau melalui sudut pandang subyek penelitian.
Sedangkan penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Banister, dkk (dalam Asmadi Alsa, 2003) bahwa penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai satu cara sederhana, sangat longgar, yaitu suatu penelitian interpretative terhadap sualu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari pengartian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu.
Bogdan dan Taylor (dalam Lexy Moleong, 1989) mengernukakan bahwa metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
59
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Berangkat dari deskriptif Bogdan dan Taylor (dalam Lexy Moleong, 1989) di atas, penelitian ini berusaha menghasilkan data-data deskriptif dari subyek penelitian, yang diperoleh dengan cara ; observasi partisipatif dan nonpartisipatif terhadap kegiatan tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh subyek, juga wawancara langsung dengan pelaku tilawah Al-Qur'a11. Hasil dari deskripsi tersebut kemudian dianalisa secara psikologis mengenai pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
3.2
Subyek Peneiitian
Strauss (dalam Poerwandari, 2001) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada ketentuan baku mengenai jumlah minimal subyek yang harus dipenuhi. Apabila data yang diperoleh telah cukup memadai dan mendalam, maka dapat diambil subyek dalam jumlah kecil, misalnya pada penelitian yang menggunakan wawancara mendalam. Meski demikian harus ada subyek yang signifikan agar hasil penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penelitian ini penulis membatasi jumlah subyek sebanyak tiga orang, di mana subyek memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
60
1.
Melakukan tilawah Al-Qur'an secara kontinyu (setiap hari) dengan melihat mushaf.
2.
Subyek berusia 19-45 tahun. Hal ini dilakukan agar peneliti mengalami kemudahan dalam proses wawancara dan mendapatkan data dikarenakan pada usia tersebut aspek kognisi, afeksi dan psikomotori seseorang sudah mulai mengalami kestabilan dalam perkembangannya.
3.
Jumlah subyek sebanyak tiga orang, dua orang laki-laki dan satu orang perempuan.
Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan tek.nik purposive sampling (sampel bertujuan), yakni pengambilan sampel dilakukan d3ngan cara mengambil subyek bukan alas strata, random, atau daerah, tetapi alas dasar adanya tujuan, sehingga tidak semua subyek memiliki peluang yang sama (Suharsimi Arikunto, 1996).
3.3
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu: 1.
Independent Variable : tilawah Al-Qur'an, yakni aktivitas membaca, memahami, mentadabburi, dan menghayati ayat-ayat dan makna serta isi kandungan dari ayat-ayat Al-Qur'an pada mushaf dengan melibatkan lisan, pendengaran, pikiran dan hati.
61
2.
Dependent Variable : kesehatan mental, yakni mengacu pada pola pembentukan kesehatan mental, diantaranya adalah kondisi simptomatis yang berarti penulis melihat gejala-gejala dan keluhankeluhan kejiwaan subyek seperti rasa cemas, kecewa, marah, malas beraktivitas, keluh kesah, defresi, sires, dan frustasi, penyesuaian diri subyek yakni penerimaan diri terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain, pola hubungan subyek dengan keluarga, sahabat, maupun masyarakat, pengembangan diri subyek diantaranya pelaksanaan tanggung jawab subyek terhadap amanah kerja maupun organisasi, optimalisasi peran dan potensi diri, dan kondisi religius subyek yakni pelaksanaan kuantitas dan kualitas ibadah wajib maupun sunnah subyel<. sebagai tanda ketaatan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan clengan cara wawancara langsung dengan subyek yang melakukan tilawah Al-Qur'an, dan observasi terhadap subyek penelitian.
3.4.1 Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan lisan kepada sumber data, dan sumber data menyebutkan
62
jawaban secara lisan pula. Wawancara yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua oran9 atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Rosenthal, R, dan Rosnow, E, 1984):
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban alas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang lain, kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain (Moleong, 2002).
Proses wawancara dibagi menjadi tiga jenis: 1.
Terstruktur, yaitu proses wawancara dengan memberi sejumlah pertanyaan yang kata-kata dan urutannya sama persis kepada tiap subyek.
2.
Tidak terstruktur, yaitu proses wawancara yang bentuknya seperti pembicaraan sehari-hari tetapi dikontrol oleh topik bahasan. Urutan pe1ianyaan dan penggunaan terminologi tidak terkontrol.
3.
Semi struktur, yaitu proses wawancara yang menggunakan panduan wawancara yang berasal dari pengembangan topik. Sistem yang
63
digunakan dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan penggunaan terminologi lebih fleksibel dari wawancara terstruktur (Denzim dan Lincoln, 1994 dalam Moleong, 2002).
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan wawancara semi struktur. Sebab akan lebih mudah dalam menggali informasi dari subyek. Garis pertanyaan sama, agar bisa dibandingkan hasilnya antara subyek yang satu dengan lainnya.
Untuk mempermudah proses wawancara ini maka penulis menggunakan pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan a£1ar data dari hasil wawancara tidak menyi1npang dari tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan penulis kepada subyek yang memenuhi karakteristik subyek dan dapat bertemu serta bersedia diwawancarai untuk mengetahui sejauhmana implikasi yang dirasakan oleh subyek dari aktivitas tilawah AlQur'an yang dilakukannya secara rutin.
3.4.2 Observasi Untuk memperseperti hasil wawancara dapat dilakukan observasi, karena dengan adanya observasi selama wawancara berlangsun£1 akan diperoleh
64
data-data yang dapat memperkaya makna dari hasil wawancara (D. Molyneaux dan V.W. Lane, 1982)
Observasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan dengan cara mengamati, mencatat secara sistematis gejala yang diselidiki (Moleong, 2002).
Suharsimi Arikunto (1996) mengemukakan bahwa observasi disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh indera.
Sedangkan Wayan Nurkancana (1993) mengemukakan bahwa observa.>i adalah satu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dengan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Pengamatan langsung yang dimaksud di sini dapat berupa kegiatan melihat, mendengar, atau kegiatan dengan alat indera lainnya.
Observasi dapat dilakukan dua hal, yaitu seting atau tempat dilakukannya wawancara serta terhadap subyek penelitian yang diwawancarai. Observasi terhadap tempat di mana wawancara dilakukan penting untuk mengamati faktor-faktor terkait yang terdapat di lingkungan tempat wawancara
65
berlangsung yang dapat mempengaruhi sikap serta perilaku yang ditampilkan juga informasi yang disampaikan subyek.
Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini dengan maksud memperoleh gambaran yang lengkap tentang suatu fenomena yang hendak diteliti dalam penelitian ini. Observasi dilakukan dengan teknik observasi partisipasi. Adapun alasan teknik ini adalah bahwa penulis akan terlibat dalam interaksi sosial dengan subyek lainnya. Pada obse1vasi partisipasi ini digunakan catatan lapangan untuk mencatat hasil pengamatan dan alat perekam (tape recorder) untuk merekam pembicaraan dalam proses wawancara. Hal-hal yang hendak diamati melalui observasi partisipasi adalah; Gambaran fisik dan penampilan subyek selama wawancara berlangsung, termasuk gerak tubuh, mimik, intonasi suara, dan tatapan mata.
Sedangkan mengenai validitas penelitian kualitatif adalah kepercayaan terhadap data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan peneliti secara akurat mempresentasikan dunia sosial di lapangan (Asmadi Alsa, 2003).
3.5
lnstrumen Pengumpulan Data
Untuk memudahkan pengumpulan data, maka penulis membutuhkan al2t bantu atau instrumen yang akan digunakan selama wawancara berlangsung. Ala! bantu atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
66
Pedoman wawancara, dengan alat bantu; kertas, ballpoint, dan alat rekam (tape recorder), serta kaset.
Pedoman wawancara digunakan agar melalui wawancara didapatkan data yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Selain itu pedoman wawancara juga sebagai alat bantu untuk melaksanakan kategorisasi jawaban sehingga memudahkan analisis. Pedoman wawancara ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, akan tetapi ju9a berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab.
Pedoman wawancara dibuat seefektif dan seefisien mun9kin dengan maksud menghindari kejenuhan dari subyek penelitian dan tidak t1dak terfokusnya pertanyaan kepada permasalahan yang sebenarnya. Untuk itu penulis mendesain pertanyaan yang mengandung unsur kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan mengklasifikasikan pertanyaan kepada hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman individu dalam melakukan kegiatan ibadah tilawah Al-Qur'an, juga pertanyaan-pertanyaan yang men9arah pada pengungkapan kontribusi-kontribusi psikologis dari kegiatan tersebut bagi kesehatan mental tiap-tiap individu yang melakukan kegiatan ibadah tilawah Al-Qur'an.
67
Sedangkan alat perekam (tape recorder) digunakan untuk memudahkan peneliti dalam mengulang kembali hasil wawancara dan menghubungi kembali subyek apabila di kemudian hari terdapat data yang kurang lengkap. Selain itu juga dapat diperoleh data yang utuh, sesuai dengan apa yang didapatkan dalam wawancara. Dan penggunaan alat perekam (tape recorder) tersebut digunakan atas izin dan sepengetahuan yang bersangkutan.
68
Tabel3.5 Blue Print Pedoman Wawancara
Tilawah Al-Qur'an
Kegiatan tilawah Al-Qur'an • Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf. • Membaca arti dari ayat-ayat AlQur'an. • Memahami isi kandungan ayatayat Al-Qur'an. Mentadabburi isi kandungan ayat• ayat Al-Qur'an. • Penghayatan terhadap makna ayat-ayat Al-Qur'an.
Kesehal:an Mental
1.
Simptomatis • Gejala (symptoms) neurosis • Keluhan-keluhan (complaints) neurosis 2. Penyesuaian diri • Kemampuan dalam bergaul • Kemampuan menilai lingkungan sekitar • Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih sayang • Menerima keberadaan dirinya • Menerima keberadaan orang lain 3. Pengembangan diri • Kemampuan untuk bertanggungjawab • Kemampuan berkreativitas • Disiplin • Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar • Memiliki sikap yang tegas • Optimis dan realistis • Bersemangat tinggi 4. Religius • Kemampuan untuk melaksanafcan perintah agama • Kemampuan untuk mer.jauhi larangan a~rama
69
3.6
Teknik dan Analisa Data
Teknik dan analisa data yang dilakukan oleh penulis terhadap hasil dan data penelitian yakni penulis menuangkan data dari subyek dan obyek penelitian ke dalam transkrip verbatim. Dari data verbatim tersebut, penulis mendeskripsikan terlebih dahulu mengenai pelaksanaan kegiatan tilawah AlOur'an oleh individu ataupun kelompok dengan memunculkan karakteristik masing-masing penyelenggaraan, pengalaman subyek ketika sebelum, sedang dan setelah melakukan kegiatan tilawah Al-Qur'an. Selain itu penulis akan menarik kesimpulan secara komprehensif mengenai pelaksanaan tilawah Al-Qur'an dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
3.7
Prosedur Penelitian
Adapun tahapan-tahapan yang dilalui pada penelitian ini ada tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap pra-lapangan Tahapan ini meliputi segala persiapan penelitian, termasuk diantaranya membuat rancangan penelitian, memilih subyek, mengurus perijinan penelitian, dan menyiapkan perlengkapan atau instrurnen penelitian. 2. Tahaplapangan Mengenali lapangan penelitian termasuk di dalamnya adalah subyek penelitian, kemudian melakukan wawancara terbuka dengan pedoman wawancara yang telah dibuat. Selama proses wawancara berlangsung
70
penulis menggunakan tape recorder sebagai a lat perekam, serta mencatat segala sesuatu dari observasi terhadap subyek pada lembar observasi. Waktu yang digunakan untuk proses wawancara sangat disesuaikan dengan kesediaan subyek. 3. Tahap analisa data Tahap awal untuk menganalisa data adalah dengan mengumpulkan data hasil wawancara dan observasi.
Poerwandari (1998) menjelaskan bahwa pengolahan data dimulai dengan pengorganisasian data dengan rapi, sistematis, dan selengkap mungkin. Kemudian peneliti melakukan koding dengan menyusun transkrip verbatim dan catatan lapangan sedemikian rupa, sahingga data dapat memunculkan gambar topik yang dipelajari. Setelah m<:myusun transkrip secara berurutan untuk memudahkan pencarian data, pemberian nama dan tanggal pada masing-masing berkas dengan kode tertentu adalah hal yang harus dilakukan sebelumnya. Keseluruhan laporan kualitatif umurnnya merupakan deskriptif yang panjang pada bab empat hasil penelitian.
71
BAB4 HASILPENELITIAN
Pada bab ini penulis menjelaskan data dan hasil wawancara yang diperoleh dari penelitian lapangan. Hasil penelitian yang akan dituliskan berisi tentang gambaran umum subyek, riwayat kasus, analisa kasus, dan perbandingan antar kasus.
4.1
Gambaran Umum Subyek
Subyek pada penelitian ini berjumlah tiga orang, terdiri dari dua orang lakilaki masing-masing berusia 23 tahun dan 26 tahun, dan s21tu orang perempuan berusia 21 tahun yang telah dipilih berdasarkan karakteristik subyek penelitian.
Untuk mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari proses wawancara terhadap subyek, maka penulis melakukan wawancara kepada beberapa surnber yang berhubungan langsung dengan subyek. Seperti orang tua, saudara kandung maupun kerabat dekat subyek. Setiap subyek akan dicantumkan inisial subyek untuk menjaga privasi dan kerahasiaan dari subyek penelitian. Secara umum subyek penelitian terdapat pada label di bawah ini.
72
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Na ma
BZ
BJG
M
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
MA
SMA
MA
Usia
23 tahun
26 tahun
21 tahun
Pekerjaan
Mahasiswa
Mahasiswa
Suku Bangsa
Betawi
Jawa
Aceh
Belum Menikah
Belum Menikah
Belum menikah
Orang tua
Teman
Orang tua
lnisial Jenis Kelamin Pendidikan Terakhir
Status Pernikahan Tinggal Bersama ...
4.2
Gambaran dan Analisa Kasus
4.2.1
Kasus BZ
Mahasiswi & guru privat
BZ adalah seorang pria muda berusia 23 tahun dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang memiliki tanggung jawab tinggi, cerdas, berwawasan luas, ramah, memiliki banyak kesibukan, murah seyum, dan mudah bergaul, sehingga teman-temannya mengakui merasa nyaman bila bicara dengan BZ. Selain itu juga BZ dikenal di masyarakat sebagai sosok pemuda yang bisa dijadikan contoh oleh pemuda-pemuda lain yang ada di lin9kungan masyarakatnya. BZ sejak kecil sudah dikenal pula sebagai seorang yang
73
mandiri, dan memiliki perangai yang baik. Kurang lebih 10 tahun, terhitung sejak tahun 1993 sampai akhir tahun 2002, BZ telah hidup terpisah dengan keluarganya, BZ selama kurun waktu tersebut tinggal di sebuah Panti Asuhan Yatim Piatu. Hal tersebut dilakukan oleh BZ agar dirinya bisa lebih konsentrasi belajar dan mendapat lingkungan yang kondusif, selain itu juga agar beban ekonomi keluarga terasa lebih ringan. BZ saat ini berprofesi sebagai mahasiswa tingkat akhir di Fakultas Umum Universitas Islam Negeri Jakarta. Wawancara dengan BZ berlangsung pada Rabu, 13 Desember 2006 pukul 16.05 sampai 17.40 WIB di kediaman BZ setelah turun hujan. Selama proses wawancara berlangsung BZ bercelana panjang hitam, berkaos kerah berwarna coklat bergaris, BZ sesekali melemparkan senyum saat interviewer memberikan pertanyaan.
BZ mulai melakukan tilawah Al-Qur'an sejak ia berusia 5 tahun, sebelum ia duduk dibangku Madrasah lbtidaiyah (Ml) setara dengan Sekolah Dasar (SD). Saat itu, aktivitas tilawah Al-Qur'an yang BZ lakukan masih dibimbing oleh almarhum neneknya. Namun ia mengakui bahwa saat itu, tilawah AlQur'an tidak setiap hari ia lakukan, dalam sepekan pasti ada waktu libur yakni malam Ahad (Minggu). Akan tetapi, sejak ia duduk di bangku Madrasah Aliyah kelas 2 aktivitas tilawah Al-Qur'an mulai ia lakukan setiap hari. "Saya tuh, sudah bisa baca Al-Qur'an sejak kecil sebe/um masuk seko/ah, kurang lebih pada usia 5 tahun .... saat itu saya mengaji sama nenek saya
74
yang udah menigga/ dunia pada saat saya sekolah di Madrasah Aliyah, saya mengaji setiap habis Maghrib. Tapi kalau ma/am minggu saya libur ngajinya".
Saat ditanya tentang pemahaman Al-Qur'an dan tilawah Al-Qur'an serta dari siapa pemahaman tersebut ia dapatkan, BZ mengaku tahu bahwa Al-Qur'an adalah Kitab Suci umat Islam yang didalamnya terdapat firman Allah Swt yang amat mulia, diturunkan sebagai wahyu kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, terdiri dari 114 surat serta bagi siapa yang membacanya maka merupakan ibadah yang memiliki nilai pahala. Sementara tilawah Al-Qur'an, BZ memahami bahwa tilawah Al-Qur'an adalah aktivitas membaca Al-Qur'an yang didalamnya terdapat aktivitas perenungan, penghayatan dan pentadabburan dari makna ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, yang selanjutnya akan berpengaruh pada perilaku si pembaca sebagai pengamalan dari makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an. BZ mendapatkan pengetahuan dan pemahaman tersebut sekaligus bisa baca AlQur'an berawal dari neneknya, selanjutnya ia mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam tentang Al-Qur'an dan tilawah Al-Qur'an dari pendidikan formal yang ia alami mulai Madrasah lbtidaiyah sampai Perguruan Tinggi serta dari buku-buku yang ia baca. Selain itu BZ juga pernah belajar oaca Al-Qur'an kepada para guru ngaji yan9 ada di kampungnya.
75
"Saya bisa baca Al-Qur'an awalnya diajarkan oleh nenek saya, terus saya sekolah dan di situ (sekolah) saya dapat yang /ebih tentang arti Al-Qur'an, saya juga pada saat di Madrasah lbtidaiyah pernah ikut Lembaga Pendidikan Ti/awah Al-Qur'an (LPTQ), sepeninggal nenek saya .... saya ngaji sama siapa saja ... mulai dari ibu saya, para guru ngaji yang ada di kampung saya (sambil menyebutkan nama-nama guru ngajinya sepeninggal neneknya) sampai ke teman saya".
BZ mengaku aktivitas tilawah Al-Qur'an yang ia lakukan awalnya termotivasi dari sosok Qori internasional yang memiliki suara indah dan merdu saat membaca Al-Qur'an dan menjadi idamannya. Namun dalam proses perjalanan BZ berinteraksi dengan Al-Qur'an ia mendapatkan pemahaman bahwa membaca Al-Qur'an merupakan salah satu kewajibannya sebagai seorang muslim yang beriman. Sekaligus bagi BZ tilawah Al-Qur'an merupakan bagian dari kebutuhan hidupnya. Selain itu, BZ juga sejak kecil hidup di lingkungan keluarga yang memiliki dukungan terhadap aktivitas keagamaan seperti membaca Al-Qur'an. "Yang memotivasi saya untuk baca Al-Qur'an ... pada saat itu adalah saya ingin seperti Qori nasional dan juga intemasional (sambil menyebutkan nama Qori tersebut), dia tuh (Qori) ... subhanallah sekali suaranya kalau lagi baca Al-Qur'an... saya pemah bertemu langsung sama dia 3 kali... selain itu juga, memang membaca Al-Qur'an itu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memiliki keyakinan yang mantap pada Allah Swt... dan bahkan seharusnya dijadikan pula sebagai kebutuhan hidup".
BZ mengaku, tilawah Al-Qur'an yang ia lakukan bisa 3 sampai 5 kali dalam sehari sebanyak 2 sampai 6 halaman. BZ sendiri memiliki target tilawah AlQur'an setiap hari sebanyak 1 juz. Namun demikian, BZ pun terkadang membaca sebagian makna dari ayat-ayat yang dibacanya.
76
"A/hamdulillah saya tilawah setiap hari. .. saya tilawah Al-Qur'an biasanya dalam sehari 3 sampai 5 kali setiap habis shalat fardlu ... fE!rkadang juga setiap habis shalat sunnah seperti dhuha, tahajjud, dan tahiyatul masjid sambil menunggu waktu sha/at fard/u masuk... ".
Ketika ditanya tentang pengalaman menarik ketika berinteraksi dengan AlQur'an, BZ mengakui sering mengalami hal tersebut. Pen!~alaman yang menarik bagi BZ ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an ia sering ingat akan sesuatu kerjaan atau hal-hal lain yang sebelumnya ia terlupa, selain itu ia sering mendapat ide atau gagasan hid up yang terang. Narnun BZ juga mengaku bisa lebih sering mengeluarkan air mata saat be1·interaksi dengan Al-Qur'an dibanding dengan saa-saat ia berinteraksi dengan aktivitas yang lain. "Saat berinteraksi dengan Al-Qur'an saya sering menga/ami pengalamanpengalaman yang bagi saya sangat menarik untuk hidup saya ... saat berinteraksi dengan Al-Qur'an saya terasa ada yang mengingatkan akan sesuatu ... padahal sebelumnya saya suka /upa akan kerjaan-kerjaan tersebut... terus saya juga merasa mendapatkan ide untuk hidup ... dan yang menarik lagi saya bisa sering sedih dan mengalirkan air mata saat berinteraksi dengan Al-Qur'an.. .padaha/ saya ka/au se/ain baca Al-Qur'an terasa sulit untuk melinangkan air ma ta saya ... saya tidak tahu ya kenapa saya bisa seperti itu".
Seteiah melakukan tilawah Al-Qur'an BZ juga mengaku sering mengalami hal-hal menarik bagi dirinya. Salah satu pengalaman yang diakuinya menarik tersebut yakni ketika BZ gagal berta'aruf dengan seorang wanita cantik dan shalehah menurut BZ, saat itu BZ mengaku agak kecewa, namun kekecewaan tersebut coba ia kurangi dan alihkan dengan aktivitas tilawah Al-
77
Qur'an, lalu setelah itu perasaan kecewa yang ia alami hila11g, dan saat ini hubungan silaturrahim ia dengan wanita tersebut kembali baik. Bahkan BZ mengaku mendapatkan banyak tawaran berta'aruf dengan wanita dari beberapa pihak. "Saya pemah bersikap tegas kepada seorang wanita untuk saya ajak walimah ... namun lamaran saya itu di tolak dengan rasa berat oleh wanita tersebut... akhimya saya merasa kecewa dan menyesali sikap wanita tersebut... sebab yang mu/ai dia duluan ... ehh pas saya tegaskan, dia ma/ah meno/ak... kurang lebih sebulan akhimya saya memutuskan tidak ingin bertemu dengan wanita tersebut ... saat itu saya sering ddzikir kepada Allah mela/ui shalat, puasa sunnah, dan juga tilawah Al-Qur'an ... nah pas saya tilawah saya suka baca artinya ... kebetulan saya mendapatkan ayat-ayat yang isinya bahwa orang yang baik akan mendapat yang baik dari Allah dan sebaliknya ... maka saat itu saya coba memahami dan merenungi ayat tersebut. .. /ambat waktu saya berusaha menerima dengan ikhlas kekecewaan tersebut... dan alhamduli/lah saat ini hubungan saya jadi baik lagi... ma/ah sekarang banyak yang menawarkan saya untuk ta'aruf dengan wanita baik... saya jadi bingung niih milihnya .. eh..eh.. ".
BZ mengaku biasanya tilawah Al-Qur'an dilakukannya setiap habis shalat fardlu dan juga pernah setiap habis shalat sunnah. BZ tidak memiliki waktu khusus untuk tilawah Al-Qur'an, namun BZ merasa lebih tenang melakukan tilawah Al-Our'an setiap habis shalat maghrib dan subuh. Saal ini BZ lebih sering rnembaca Al-Qur'an dengan se11diri sambil mengoreksi bacaannya dengan sendiri pula.
Saat ditanya tentang kond1si perasaannya BZ mengaku merasa beda saat sebelum, ketika sedang dan setelah tilawah Al-Qur'an. Saal sebelum tilawah
78
Al-Qur'an, BZ mengaku suka gelisah dan cemas. Tapi ketika tilawah AlQur'an dan setelahnya BZ mengaku perasaannya menjadi lebih baik. "Perasaan saya memang suka gelisah dan cemas... tapi saat saya merasa gelisah dan cemas saya biasanya buka Al-Qur'an terus saya membacanya ... alhamdulillah perasaan gelisah dan kecemasan itu saya rasakan berkurang dan hilang... perasaan saya setelah tilawah A/-Qur'an bisa lebih tenang".
Sementara kondisi pikiran, BZ mengaku setelah tilawah Al-Qur'an jarang sekali merasakan kebingungan. Padahal sebelumnya BZ suka merasa bingung, pusing, dan sulit berkonsentrasi. "Alhamdulillah saya ka/au /agi bingung, pusing karena banyak masa/ah, terus susah sekali konsentrasi, saya berwud/u ... /alu sha/at dan terus saya baca AlQur'an ... yaah a/hamdu/illah ada pengaruhnya ... pikiran saya jadi /ebih fresh, segar, dan lebih terarah ... gak pusing lagi".
Dari aktivitas t:lawah Al-Qur'an yang BZ lakukan, hanya keberkahan hidup, ketenangan dan ketentraman hati yang ingin BZ dapatkan. "Saya berharap ti/awah Al-Qur'an yang saya lakukan senantiasa membawa keberkahan untuk hidup saya ... dan juga senantiasa hati dan hidup saya mendapat ketenangan dan ketentraman dari Allah yang telah mewahyukan Kitab Suci ini'. Dalam interaksinya dengan Al-Qur'an BZ mengaku aktivitas yang sering dilakukan yakni membaca sebagian dan terkadang semua dari ayat-ayat yang telah dibacanya. Untuk mengetahui arti dari ayat-ayat /\1-Qur'an BZ sebe!umnya memang telah belajar Bahasa .Arab di sekolah sebelumnya, namun BZ juga sering melihat Al-Qur'an terjemahan untuk rnengetahui arti ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya.
79
"Alhamdulillah ... saya kalau lagi baca (tilawah) Al-Qur'an suka juga baca sebagian artinya, tapijuga kadang-kadang saya baca semuanya ... terus saya insya Allah tahu mai<sud dari arti ayat-ayat yang saya baca, yaa .. walaupun tidak persis seperti yang ada dalam Al-Qur'an itu sendiri.. nah solusinya saya tuh baca langsung artinya yang ada di dalam Al-Qur'an terjemahan ... ".
Untuk memahami ayat-ayat Al-Qur'an, BZ suka mengikuti kajian Islam seperti ; tafsir, kajian Islam kontemporer, diskusi, dan membaca buku. "Ya .. saya tahu maksud dari ayat-ayat Al-Qur'an yang saya baca ... saya kebetulan seminggu sekali ikut ta'lim Al-Qur'an di Madrasah ... sayajuga sering ikut kajian Islam kontemporer... terus diskusi dan kadang-kadang saya baca buku lslami".
Ketika ditanya tentang pentadabburan dan penghayatan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang dibacanya, BZ sering kali merasakan kesedihan dan terkadang mengeluarkan air mata. Apalagi ketika berjumpa dengan ayat yang mengisahkan kematian, orang tua, dan bermakna doa. BZ mengaku lebih bisa menangis saat berinteraksi dengan Al-Qur'an dibanding dengan aktivitas lain. Sementara agar dapat menghayati dan mentadabburi ayat-ayat AlQur'an BZ mengawali dengan niat yang baik, terus menjaga adab kita terhadap Al-Qur'an, membacanya dengan tartil dan suara yang merdu. Dengan seperti itu BZ merasakan kondisi hati yang beda saat sebelum tilawah Al-Qur'an dengan saat BZ tilawah Al-Qur'an dan setelahnya. BZ nierasa sebelum tilawah Ai-Qur'an sering merasa gundah, cemas, suka mengeluh dan malas. Namun ketika tilawah Al-Qur'an, BZ mengaku hati dan
80
perasaannya terasa lebih tentram, tenang dan bisa lebih semangat setelah tilawah Al-Qur'an. "Untuk menghayati dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an. .. ya .. saya suka me/akukannya ... awalnya saya membaca artinya dulu, terus saya coba pahami,..nah pas saya tahu artinya itu saya tersentuh sekali ... saya suka sedih, terasa tenang dan tentram hati saya ... memang saya lebih sering bisa menangis ka/au lagi baca A/-Qur'an ... mungkin karena lebih sering interaksinya kali yaa .. dibanding dengan ibadah sunnah yang lain,..soalnya tilawah Al-Qur'an itu bisa kita Jakukan kapan saja .. .perasaan saya sendiri sebelum tilawah Al-Qur'an memang suka sering gundah, k€'sa/ dan kecewa kepada orang, ma/as, kadang-kadang cemas .. tapi a/hamdu/il/ah pas saya tilawah AJ-Qur'an perasaan tersebut itu berkurang... saya merasa ha ti dan perasaan saya tenang, bisa lebih semangat setelah tilawah AlQur'an .. memang sih tidak semua orang bisa seperti itu (bisa merasakan ketenangan saat tilawah dan setelah tilawah AJ-Qur'an) .. nah kalau saya punya caranya .. biasanya saya niat dulu yang mantap .. terus menjaga adab seperti berwudlu dulu.. terus bacanya tartil sama suara yang enak deh .. ".
Setelah melakukan tilawah Al-Qur'an, BZ mengaku mengalami perbedaan perilaku dibanding sebelum BZ tilawah Al-Qur'an. Perilaku BZ lebih terarah, tidak salah tingkah, dan juga sangat berhati-hati. Dalam berkomunikasi dengan orang lain BZ bisa lebih lancar dan lebih tenang.
Analisa Kasus BZ +
Simptomatis
Dalam kesehariannya BZ merupakan seorang yang senantiasa menampakan kerapihan dan ketenangan dalam penampilannya, murah senyum, sering rnenyapa dan memberi salam kepada orang yang berpapasan di jalan. Namun BZ mengakui sering mengalami perubahan emosi yang negatif
81
seperti malas, sedih, stres, suka kecewa yang kemudian BZ kadang-kadang suka sulit mengendalikan emosinya sebelum ia melakukan tilawah Al-Qur'an. Diakuinya pula bahwa BZ merasakan semangat yang beda dalam aktivitasnya saat tilawah Al-Qur'an dan juga setelah tilawah Al-Qur'an. Jika tidak melakukan tilawah Al-Qur'an, BZ mengaku ada perasaan yang tidak enak, karena seperti ada yang kurang dan hilang dari aktivitas rutinnya. "Yaa terasa sekali bedanya ... saya merasa banyak pengaruhnya kalau lagi tilawah A/-Qur'an dan setelah tilawah A/-Qur'an. .. sebe/umnya saya orangnya memang suka stres kalau lagi banyak masa/ah, kesal jika melihat teman a tau orang yang tidak sesuai dengan hati.. malas beraktivitas .. tapi a/hamdulillah ketika saya tilawah Al-Qur'an dan setelah tilawah Al-Qur'an ... perasaan saya jadi /ebih enak, ada semangat lagi... terus ka/au tidak tilawah sepertinya ada yang hilang dari diri saya ... tapi sekarang udah tidak sih.. ".
Penyesuaian Diri BZ merupakan orang yang memiliki kepribadian tertutup terhadap keluarganya pada hal masalah-masalah pribadinya, BZ sangat jarang bercerita dengan keluarganya ketika dirinya memiliki mas;:1lah pribadi, hal tersebut dilakukan agar keluarganya tidak merasakan kesusahan alas masalah dirinya. Walaupun demikian, BZ memiliki hubungan yang sangat harmonis dan sangat dekat dengan keluarganya, termasul< orang tuanya yang tinggal sendiri. Ketertutupan BZ pada hal masalah pribadinya tidak selalu dilakukan kepada teman-:emannya BZ mengaku lebih enak dan nyaman bercerita tentang masalah pribadinya kepada teman-teman dekatnya yang sudah dipercaya, BZ lebih sering bercerita tentang masalah pribadinya
82
kepada tema-teman perempuannya yang sudah cukup dekat dan bisa dipercaya. BZ memang dikenal sosok yang bisa memberikan kenyamanan kepada teman-teman perempuannya pada saat bercerita tentang masalah dirinya, dan hal itu juga yang membuat BZ memiliki kenyamanan dalam bercerita tentang masalah pribadinya kepada teman-teman perempuan dekatnya yang dipercaya. Selain itu, BZ mengaku ada pengaruh dari lingkungan keluarganya yang anggotanya kebanyakan perempuan. BZ mengaku jarang memiliki konflik dengan sahabat-sahabatnya, kalaupun ada, hal tersebut tidak berlangsung lama. Menurutnya sikap saling menghargai, saling memahami, dan pengertian serta memberikan kenyamanan adalah kunci dari kekuatan persahabatan yang BZ alami selama ini.
Sosok BZ dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi saat bergaul dengan masyarakat baik kalangan orang tua, yang lebih tua, teman sebaya, maupun anak-anak kecil usia balita.
Aktivitas BZ sebelurn dengan ketika maupun sesudah tilawah Al-Qur'an mengalami perbedaan dan perubahan. Sebelumnya aktivitas BZ lebih sering di rumah, jarang berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat. Untuk di sekolah sendiri, BZ sebelumnya enggan untuk berg2bung dengan organisasi, BZ lebih senang belajar di kelas. Namun setelah memulai aktivitas tilawah AlQur'an, BZ mulai aktif. BZ mulai mengikuti aktivitas ekstral
83
sekolahnya mulai pramuka, olah raga, OSIS, dan kelompok belajar. Selain itu, di masyarakat BZ mulai melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong, kerja bakti, membantu proses pemakaman, aktif di remaja masjid dan juga menjadi pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) di kampungnya. Begitupun ketika masuk kuliah, BZ termasuk orang yang memiliki banyak pengalaman organisasi kampus mulai UKM internal dan eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan juga kelornpok kajian, serta training. "Oulu saya ka/au pulang seko/ah biasanya saya langsung pulang, dagang dan bantu orang tua, kadang-kadang saya langsung tidur.. tapi pas setelah itu saya banyak ikut kegiatan di sekolah seperti pramuka, olah raga dan kelompok be/ajar... kalau hari minggu, du/u juga saya kalau ada kerja bakti saya di rumah saja kalau tidak pergi... tapi sekarang saya sering ikut.. nah pas saya kuliah saya banyak ikut kegiatan .. saya aktif di Unit KE1giatan Mahasiswa yang internal maupun yang ekstemal, olah raga juga masi/J aktif... sampai di Badan Eksekutif Mahasiswa ... ''.
BZ dikenal sebagai orang yang memiliki sikap asertif yakni sering memberikan pendapat dan masukan ataupun ide, sehingga tak heran kalau BZ sering diusulkan menjadi ketua dalam sebuah organisasi. Banyak organisasi yang ia ketuai, mulai dari organisasi di masyarakat sampai organisasi di kampusnya.
Sementara kemampuan BZ dalam menilai lingkungannya, BZ mengaku awalnya banyak kekurangan dalam dirinya disebabkan kurangnya interaksi dengan masyarakat dan teman-teman sekitar rumahnya, hal ini diakuinya
84
karena teman-temannya tersebut kerjaannya hanya kumpul-kumpul, nongkrong-nongkrong, bergadang yang tidak beralasan. Namun pada dasarnya BZ mengakui dan menyadari bahwa sikapnya tmsebut terhadap teman-temannya tidak harus sering dilakukan, karena sebenarnya temantemannya itu juga mernbutuhkan dirinya. Oleh karena itu, menurutnya ia harus proaktif dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sementara itu, hubungan BZ dengan lingkungannya saat ini terbatas dengan kesibukan aktivitas beliau yang banyak di kampus maupun organisasinya.
"Saya kalau dulu, di rumah jarang bergau/, ... ya ma/as saja melihat /ingkungannya ... saya dulu seringnya di masjid saja sama teman-teman yang senang ke masjid juga, tapi sekarang alhamdu/i/lah setelah saya suka bergau/ dengan mereka, terus main bola bersama .. suka nongkrong juga walaupun sebentar.. ehh .. mereka jadi suka ke masjid jugi:i .memang sih saya sekarang masih punya kesibul
Pengembangan Diri Aktivitas BZ yang begitu banyak, menyebabkan BZ seringkali mengalami kesulitan dalam mengatur waktu. Hal tersebut mempengaruhinya dalam membuat janji, BZ mengaku seringkali tidak menepati janji sesuai waktu, khususnya dalam menyelesaikan tugas yang merupakan tanggung jawabnya dan juga saat janji dengan teman ataupun orang lain. Namun BZ berusaha keras untuk tetap bertanggung jawab dengan tugas dan kewajiban-
85
kewajibannya, seperti memenuhi janji walaupun terlambat. ierlebih saat BZ berhubungan dengan orang lain. Selain itu BZjuga berusaha menciptakan komunikasi yang baik dengan orang lain.
Perbedaan aktivitas BZ sebelum dengan sesudah melakukan tilawah AlQur'an secara rutin mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Dahulu BZ hanya sekolah, kemudian setelah pulang sekolah BZ istirahat selanjutnya melakukan aktivitasnya sehari-hari di rumah. Namun setelah secara rutin BZ melakukan tilawah Al-Qur'an, BZ mulai memiliki banyak aklivitas di sekolah seperti OSIS, Paskibra, Study Club, olahraga, masyarakat seperti lkatan Remaja Masjid, Karang Taruna, Majlis Ta'lim, bakti sosial, 9otong royong, club olahraga dan di kampusnya seperti Unit Kegiatan Mahasiswa Internal maupun eksternal. Aktivitas tersebut diakuinya dilakukan karena mendapat inspirasi saat BZ melakukan tilawah Al-Qur'an dan memahami arti dari ayatayat Al-Qur'an yang dibacanya.
"Oulu saya setiap pulang sekolah biasanya langsung istirahat di kamar saya waktu di Asrama ... saya jarang bergaul sama masyarakat, tapi setelah itu saya suka ikut kegiatan di sekolah bersama teman-teman ... terus saya juga bergabung dalam kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti, remaja masjid, peringatan hari besar Islam, dan sampai sekarang saya juga aktif di kegiatan kampus".
BZ seringkali mendapatkan banyak solusi ketika dirinya memiliki permasalahan pribadi, namun dengan banyaknya solusi tersebut BZ seringkali mengalami kebingungan dikarenakan BZ terlalu banyak
86
mempertimbangkan dan kurang memiliki ketegasan dan juga kurang berani mengambil keputusan, akibatnya solusi tersebut hanya dalam pikirannya saja dan tidak direalisasikan.
BZ merupakan sosok yang dikenal sebagai orang yang sering memberikan masukan, ide ataupun gagasan untuk perkembangan organisasi dan kemajuan masyarakat dalam rapat-rapat yang ia hadiri. Dengan sikapnya itu, tak jarang BZ di percaya untuk memimpin sebuah organisasi ataupun sebuah kepanitiaan acara.
BZ pernah mengalami melakukan sesuatu yang menurutnya tidak ada manfaat bagi dirinya, dan itu diakui dirinya di luar kesadarannyc< Hal itu terjadi saat ia dipercaya maju untuk menjadi calon ketua Majlis Perwakilan Kelas (MPK), namun setelah ia berpikir dan menyadarinya, ia langsung mengundurkan diri dari pencalonannya itu. "Saya pernah ikut pemilihan ca/on ketua MPK (Maj/is Perwaki/an Ke/as) waktu saya sekolah di Madrasah Aliyah ... awalnya saya dica/onkan a/eh teman-teman saya yang hadir di sidang saat itu ... terus saya mau dan maju ... pada saat itu saya hanya ingin meramaikan aja ... e/J .. pas waktu pemilihan mau dimulai saya Jangsung mengundurkan diri aja ... /Jabisnya saya pikir tidak ada manfaatnya bu at proses saya ke depan.. ".
BZ dalarn lingkungan keluarganya saat ini bisa dikatakan sebaga! kepala keluarga. Sehingga setiap kali mendapat kabar atau melihat anggota keluarganya yang keliru dan berbuat kesalahan BZ senantiasa berusaha
87
memberikan saran dan menegurnya dengan cara yang baik. Walaupun hal tersebut lebih sering dilakukan terhadap keponakannya. Kepada kakakkakaknya BZ lebih nyaman menegur dengan bahasa sindiran dan kiasan. Hal tersebut dilakukan karena BZ menilai bahwa kakak-kakaknya sudah pada berkeluarga.
Saal ini BZ mengaku memiliki tugas terberat dalam hidupnya yakni menjadi wali dari dua orang kakaknya yang telah menikah. Selain itu karena pendidikannya yang tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain, BZ kini bertannggung jawab atas keluarga serta dituntut bisa memberikan perubahan yang lebih baik di tengah keluarga dan masyarakat.
BZ mengaku untuk menjaga semangat hidup, ia sering mendekatkan diri pada Allah Yang Kuat yang telah memberikan kekuatan kepada dirinya dengan cara meningkatkan ibadah baik wajib maupun sunnah. Selain itu BZ sering dekat dengan orang-orang shaleh.
Menurutnya hidup ini adalah ibadah. Oleh karena itu baginya setiap niat, langkah, pikiran, dan aktivitasnya diusahakan senantiasa bernilai ibadah.
Saat ini BZ hanya berharap agar hidupnya bisa memberikan manfaat untuk dirinya, keluarga, dan masyarakat serta bisa menjadi solusi perbaikan bagi
88
sekitarnya. Optimisme dan kepercayaan diri yang tinggi akan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan amanah hidup ini baik ia sebagai anak, maupun bagian dari masyarakat serta tanggung jawab pada organisasi ia jalankan semaksimal mungkin. Dan ia sangat yakin hal itu bisa ia lakukan karena keyakinannya yang kuat pada Allah yang senantiasa ada bersama dirinya.
+-
Religius
BZ dikenal masyarakat sebagai sosok pemuda yang paham terhadap nilainilai agama karena latar belakang pendidikan agama
yan~1
ia telah alami.
Namun demikian BZ mengaku bahwa pemahamannya tersebut dahulu hanya sekedar pemahaman yang biasa saja tidak sampai pada taraf penerapannya secara maksimal di dalam kehidupannya. Oulu BZ mengaku tidak maksimal dalam menjalankan ibadah-ibadah sunnah apalagi yang wajib. BZ mengaku pernah meninggalkan ibadah wajib saat ia masih sekolah dulu. Namun setelah itu ia mulai komitmen untuk sekuat tenaga bisa mengamalkan pemaharnannya terhadap niiai-nilai agama. la tidak lagi meninggalkan ibadah wajib dan juga ia akan meningkatkan ibadah-ibadah sunnah yang dulu jarang sekali ia lakukan seperti shalat tahajjud, dhuha dan puasa sunnah. Begitu puia saat ia mengalami kegelisahan, kebingungan dan ke9undahan dalam hid up, ia mengambil air wudlu lalu shalat sunnah dan selanjutnya ia tilawah Al-Qur'an.
89
Setelah itu BZ mengaku punya aktivitas rutin yang ia jalankan sudah lima tahun lebih, dan itu ia rasakan bisa menambah pemahaman terhadap agama secara baik dan mendorong dirinya untuk bisa mengamalkan nilai-nilai agama yang ia pahami tersebut. Selain itu, BZ sering men9hadiri kajiankajian maupun membaca buku-buku atau majalah keislaman serta menghadiri majlis ta'lim-majlis ta'lim, sebagai sarana dan usaha baginya untuk menambah pemahaman terhadap agama dan meningkatkan semangat dirinya untuk mengamalkan nilai-nilai agama. Mendengarkan kaset murattal, shalat sunnah, puasa sunnah pun menjadi kebiasaan BZ yang hampir setiap waktu ia lakukan, khususnya puasa sunnah Senin Kamis. "Ka/au sedang stres, jenuh, terus ge/isah .. biasanya saya berwudlu .. terus s/Jalat sunnah kemudian saya /anjutkan dengan tilawah Af-·Qur'an.. tapi kadang-kadang saya juga suka baca buku .. mendengarkan kaset islami seperti nasyid dan kaset murattal.. ".
Berikut ini adalah tabel analisa kasus BZ untuk mempermudah melihat perbedaan yang dialami BZ saat sebelum, ketika dan setelah tilawah AlQur'an.
90
Tabel 4.2.1 Analisa Kasus BZ
Aspek-aspek Kesehatan Mental 1. Simptomatis • Gejala-gejala Neurosis - gelisah karena banyak masalah malas beraktivitas - suka kecewa • Keluhan-keluhan Neurosis stres - sedih 2. Penyesuaian Diri • Kemampuan dalam bergaul - tertutup dengan keluarganya - bergaul dengan teman di lingkungan masyarakat - komunikasi dengan masyarakat - aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler - Kemampuan menilai lingkungan sekitar lingkungan rumah yang kurang aktif dalam kegiatan remaja; kegiatan nongkrongnongkrong, bergadang, kumpul-kumpu! yang tidak ada tujuannya - keingingan untuk membuat forum remaja atau ikatan masjid dan majlis ta'lim remaja ' Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih sayang I - mempunyai sahabat karib mempunyai teman curhat Menerima keberadaan dirinya •
Sebelum Tilawah Al-Qur'an
Ketika Tilawah Al-Qur'an
Setelah Tilawah Al-Qur'an
x x x x x
'1 '1 '1
'1 '1
'1
x
'1 '1
x
'1
'1
-
'1
-
x x
-
'1
x
x
'1
-
x
'1
'1
-
'1 '1
x x
-
'1
91
- mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya; dipercaya menjadi ketua panitia atau organisasi di kampus dan masyarakat - menerima kekurangan diri; menganggap sifat kurang tegas dan kurang berani mengambil keputusan adalah kekurangan yang harus di rubahnya. • Menerima keberadaan orang lain - memahami keluarga yang mengharapkan dirinya agar b1sa membawa keluarganya ke arah yang lebih baik khususnya pada keponakankeponakannya, dan menjadi penanggung jawab atas keluarga - memahami r.iasyarakat yang mengharapkan dirinya bisa memberikan solusi alas perubahan di tengah lingkugan masyarakat - menerima kekurangan temantemannya 3. Pengembangan Diri Kemampuan untuk bertanggung jawab - sebagai ketua atau pimpir.an memberikan saran, ide, gagasan untuk kemajuan dan perkembangan organisasi - memberikan saran dalam setiap rapat untuk kemajuan dan perkembangan masyarakat - mengatur waktu atau jadwal kegiatan; kuliah dan organisasi Kemampuan berkreativitas '
-
,)
x
-
,)
,)
-
,)
x
-
,)
-
,)
x x
-
,)
x
-
x x
~
I
~
,)
92
- memberikan ide-ide untuk kemajuan organisasi dan masyarakat - menyalurkan potensi diri pada kegiatan ektrakurikuler dan organisasi kampus. ' Disiplin - mengatur jadwal dan waktu waktu kegiatan; antara kuliah, kampus dan masyarakat _,_ Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar - tidak mengetahui tujuannya mengikuti pemilihan ketua MPK dan menerima pencalonan terhadap dirinya - mengetahui tujuannya mengikuti kajian keislaman, majlis ta'lim, dan membaca buku-buku - mengetahui ketertarikannya mengikuti berbagai organisasi - merencanakan dan memikirkan aktivitas kesehariannya Memiliki sikap yang tegas - mengevaluasi kesalahankesalahan yang telah diperbuatnya dan berkomitmen tidak mengulangi kembali - menegur seseorang baik keluarga maupun orang lain saat meiakukan kesaiahan ataupun kekeliruan _,_ Optimis dan realistis - berusaha semaksimal mungkin alas tanggung jawabnya berusaha mengoptimalkan potensi diri untuk mewujudkan amanah dan tanggung jawab serta cita-citanya - Bersemangat tinggi
-
'1
x
-
'1
x
-
'1
'1
x
'1
'1
x
'1
'1
-
'1
'1 '
-
'1
'1
-
'1
'1
-
'1
'1
-
'1
'1
-
'1
'1
I
93
-
sering terlibat dalam kegiatankegiatan masyarakat dan kepemudaan. - sering menghadiri forum kajian, majlis ta'lim serta sering membaca buku. - aktif pada organisasi dakwah syi'ar Islam - mendalami bidang ilmu yang ditekuninva 4. Religius + Kemampuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan agama - melakukan ibadah wajib - shalat wajib berjamaah - melakukan shalat dhuha - melakukan shalat tahajjud - berwudlu kemudian tilawah AlQur'an dan membaca arti serta memahaminya - pengamalan alas pemahaman terhadao nilai-nilai ciaama Keterangan;
x: memiliki
-
'1
x
-
'1
x
-
-
'1
-
'1
'1
x x -
'1 '1 '1 '1
-
'1
-
'1
- : tidak memiliki
I I
'1 '1 '1
x x x '1 : lebih baik
4.2.2 Kasus BJG Wawancara dengan BJG berlangsung pada tanggal 7 Desember 2006, wawancara dengan BJG dilakukan dua kali, pertama di mushala dekat kediaman beliau, setelah melakukan ibadah shalat subuh, tepatnya pukul
Q5.15-06.30 WIB dalam kondisi yang kondusif, tenang, suhu diperkirakan berkisar 20 derajat celsius. Mamun sesekaii terdengar suara motor berjalan di jalan raya yang bersebelahan dengan mushala tersebut dan juga teriakan
94
pedagang roti yang keliling di sekitar kediamannya. Wawancara kedua dilakukan di ruang kelas, setelah BJG selesai kuliah, yakni tepatnya pukul 11.15-12.45 WIB, suhu ruangan diperkirakan 25 derajat celsius, wawancara berlangsung di bawah kipas angin yang berputar cukup kencang, kondisi ruangan kosong tak ada pihak lain, namun suara bising mahasiswa lain terdengar ke dalam ruangan wawancara tersebut.
BJG diperkirakan memiliki tinggi badan 167 cm dan berat badan 55 kg, saat wawancara pertama BJG mengenakan sarung dan kokoh putih tangan panjang, sementara wawancara kedua BJG mengenakan celana panjang hitam dan berkemeja biru berlengan pendek. Sebelum dan ketika proses wawa:icara , BJG terlihat antusias dan bersemangat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya. Namun intonasi bicara yang dikeluarkan selalu berubah, terkadang tinggi dan bersemangat sambil memperagakan dengan tangannya dan terkadang pelan dan santai terlihat ada penghayatan dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan.
Laki-laki yang memiliki nama dengan inisial BJG adalah seorang pemuda berusia 26 tahun 6 bulan, dikenal memiliki aktivitas yang cukup sibuk. Pekerjaan beliau saat ini sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Pemuda kelahiran Jawa Tengah ini juga dikenal sebagai sosok yang bertanggung jawab, ramah, murah senyum, pendiam, dan
95
pengertian terhadap sahabat-sahabatnya, serta memiliki empati yang tinggi terhadap lingkungannya. Saal ini BJG tinggal bersama teman dekatnya di daerah Tangerang.
BJG sebelumnya memiliki aktivitas sebagai pengisi training dalam bidang ekonomi dan finansial dan pengurus sebuah partai politik, bahkan ia sempat tinggal di sekretariat partai politik tersebut. Namun, kini aktivitas tersebut sementara ia tangguhkan, karena dirinya ingin lebih berkonsentrasi dalam penyelesaian studi yang dinilainya sudah cukup telat.
Ketika ditanya tentang pemahaman terhadap Al-Qur'an dan tilawah AlQur'an, BJG mengaku memahami Al-Qur'an secara sederhana, menurutnya Al-Qur'an adalah Kitab Suci umat Islam yang diturunkan sebagai wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malail
96
itu .. yakni Kitab Sucinya orang /slam ... karena ada kitab suci orang Kristen katanya ... seperti lnjil), .. terus Al-Qur'an berupa Wahyu Allah yang diberikan dan diturunkan ole/J Allah Swt kepada Rasul-Nya .. (Rasu/ terakhir) .. yakni Rasululla/J Saw dengan perantara Malaikat Jibril dengan tahapan-tahapan secara berangsur-angsur..yang menurut riwayat da/am waktu 22 tahun, 2 bu/an 22 /Jari, .. yaa digenapkan jadi 23 tahun la/J ..juga pedoman hidup orang Islam .. isinya hukum-/Jukum .. ". "yaa secara bahasa kembali .. saya memahami membaca Al-Qur'an itu .. bukan sembarang membaca, tapi dituntut benar dalam membacanya .. dia berhukum fard/u 'ain .. kalau salah tidaknya .. itu seperti apa hukumhukumnya .. sebenarnya membacanya dengan kaida/J-kaidah, ..jadi harus betul.. ".
BJG mengaku pemahaman tentang Al-Qur'an dan tilawah Al-Qur'an tersebut didapatkan dari pendidikan formalnya sejak Sekolah Oasar dan dari pendidikan non formal seperti kajian, tapi BJG juga mengal
Lebih lanjut ketika ditanya motivasi melakukan tilawah Al-Qur'an, dirinya mengaku sebelumnya memiliki keinginan untuk menghafal Al-Qur'an, dan
97
keinginan itu masih ada sampai saat ini, maka itu pula yang memotivasi dirinya untuk senantiasa tilawah Al-Qur'an. Selain itu, ia juga ingin sekali memiliki banyak peluang untuk mendekatkan diri dengan .Allah Swt serta ingin mendapatkan ganjaran Surga-Nya. "Ehm ... motivasinya sih saya ingin sekali menghafa/ AJ-Qur'an... tapi keinginan saya juga sih banyak pe/uang saya untuk dekat dengan Al/ah. .. ya .. inginnya sih bisa dapat syafaat, .. terus Surga itu .. ".
Dalam penuturannya ketika ditanya tentang pengalaman menarik saat berinteraksi dengan Al-Qur'an, BJG mengaku pernah mengalami pengalaman menarik. Biasanya hal tersebut dia rasakan saat berjumpa dengan ayat-ayat yang memiliki makna dan bisa menjawab atas permasalahan hidup yang ia alami serta sesuai dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Selain itu ia pun mengaku setelah berinteraksi dengan AlQur'an pernah mengalami pengalaman menarik. Hal tersebut yakni, BJG terasa seperti ada dialog dalam hati dan dirinya. Selain itu, BJG sering melakukan pengulangan-pengulangan dalam membaca ayat tersebut serta dirinya merasa ada sugesti yang dalam yang merribuat dirinya semakin yakin terhadap Allah atas kejadian yang menurutnya di luar kemampuan otaknya. "Ya .. insya Allah ada .. yakni ketika pada momen-momen tertentu, seperti bertemu dengan ayat-ayat yang memiliki makna yang sama dengan permasa/ahan saat itu, .. atau sesuai dengan apa yang saya pikirkan,," pas membaca ada pengalaman rnenarik, .. tapi yang istimewa sepertinya tidak ada tuh yaa, .. hanya karena ingin tahu makna yang tersirat tuh sepertinya semacam ada dialog saat saya tilawah Al-Qur'an ... seperti saya ka/au bertanya dalam hati.. nah itu tuh ada yang jawab .. " terus saya biasanya melakukan pengulangan-pengulangan membaca ayat-ayat yang saya
98
pahami, . .ingat sejarah Rasu/u/fah, ..jadi semakin yakin kepada Allah akan ha/ha/ yang terjadi di luar batas rasiona/ kita, .. sugesti semakin meningkat.. ".
BJG mengaku kondisi perasaan dirinya saat ingin tilawah Al-Qur'an dalam kondisi jiwa yang sehat, dirinya jarang kalau ingin membaca Al-Qur'an dalam kondisi perasaan yang tidak enak. Menurutnya aktivitas tilawah Al-Qur'an dilakukan sebagai usaha preventif (pencegahan) agar dirinya tidak mengalami perasaan, pikiran dan hati yang tidak sehat. Dirinya dalam membaca Al-Qur'an diakui untuk mencari keberkahan hidup. Namun ia juga mengaku ada perubahan pada perasaan dan pikiran ketikai ia berinteraksi dengan Al-Qur'an baik ketika sedang tilawah Al-Qur'an maupun setelahnya. la merasa lebih tenang dan pikirannya bisa lebih lega karena terbebas dari pikiran-pikiran alas masalah yang dihadapinya. "Kondisi perasaan sebelum tilawah ... yaa jiwa saya sehat.. saya jarang membaca Al-Qur'an kalau lagi banyak masafah saja .. tiiawah Al-Qur'an bagi saya sebagai usaha preventif juga, .. karena semua yang di!Jaca tidak samua dipahami oleh saya .. saya mencari keberkahan Allah .. tidak ada yang signifikan berubah, .. tapi tetap ada perubahan perasaan, .. yaa sebuah progres /ah .. hati jadi /ebih tenang, .. pikiran sebelumnya suka memikirkan banyak ha/.. tapi pas /agi tilawah A/-Qur'an pikiran itu hilang, sebab kalau /agi tilawah Al-Qur'an harus konsentrasi dan fokus pada bacaan yang benar, ..jadi baca Al-Qur'an itu bisa dikatakan lari dari persoalan, .. kondisi pikiran kosong dari masa/ah, .. pikiranjadi ringan dan Jebih tenang ... "
BJG berharap dalam melakukan tilawah Al-Qur'an dirinya bisa meraih keberkahan hidup dari Allah, kasih sayang-Nya dan ridha Allah. Selain itu ia berharap agar dirinya bisa lebih optimis dalam meraih keberkahan, kasih sayang dan keridhaan Allah, dirinya berharap pula agar mendapat syafaat di
99
Hari Kiamat dan semoga dengan tilawah Al-Qur'an dirinya bisa menghafal AlQur'an.
BJG mengaku punya usaha sendiri agar dirinya bisa tahu, mampu memahami, menghayati dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an. Yakni dengan membaca terjemahannya serta membaca kitab·-kitab tafsir. Selain itu ia berusaha mengkondisikan dirinya dengan niat yang kuat dan menjaga adab dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an.
Analisa Kasus BJG +
Simptomatis
Dalam kesehariannya BJG merupakan seorang yang pencliam, pembicaraannya berintonasi datar, penyabar, ramah, pemaaf, dan pengertian. BJG mengaku pernah mengalami kegelisahan, dan seringnya ia mengetahui penyebab kegelisahannya tersebut. BJG merasa perasaan dan hatinya lebih tenang ketika ia berinteraksi dengan Al-Qur'an baik saat ia tilawah Al-Qur'an maupun sesudahnya, walaupun diakui pula bahwa sebelum tilawah Al-Qur'an kondisi kejiwaannya sehat dan normal. Diakui dirinya, bahwa ia biasa menghadapi masalah-masalah ekonomi, sehingga dirinya jarang rnengalami sires jika dihadapkan dengan kondisi ternebut. Tapi, BJG mengaku pernah mengalami stres, dan biasanya disebabkan oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan pemahaman clan hatinya. Selain itu, dirinya pernah
lOO
mengalami kekesalan, BT dan stres berat. Hal tersebut dialami saat proses ta'arufnya dengan seorang wanita gagal di tengah jalan, perasaan tersebut dialami sampai ia berjumpa dengan gurunya dan mendapat pemahaman dari gurunya tersebut. Dirinya juga mengaku kecewa dan kesal kalau melihat seorang perempuan tidak menjaga harga diri dan auratnya, padahal BJG tahu kalau wanita itu paham dengan perilaku tersebut. Untuk mengurangi perasaan-perasaan negatif itu biasanya BJG mengungkapkan secara langsung maupun sindiran terhadap orang tersebut atau dirinya membahas kejadian tersebut bersama orang yang juga melihat hal-hal yang dianggapnya tidak sesuai dengan pemahaman dan hatinya. Sementara itu, ia pun pernah mengalami rasa malas dalam beraktivitas, yakni ketika kuliah bagi dirinya tidak terlalu nikmat apalagi tidak sesu&i dengan kebutuhan dirinya saat itu. "Pernah doong, ..pasti..pernah ge/isah, dan a/hamdu/illah saya tahu penyebabnya .. solusinya saya dialog dengan hati dan diri saya terus tentukan /angkah ... sebelumnya saya brain storming (curah gagasan) dengan kawan dekat saya,..(sambil menyebut satu kasus yang ia hadapi, yakni tentang keinginan untuk menikah saat kuliah),..BT.. ? yaa .. saya juga pernah merasakan, namun tidak sering.. semalam tuh pas saya pulang ngaji,..saya juga kesa/ kalau melihat wanita yang kurang 1aga harga diri dan auratnya, padahal tuh ia paham,..tapi biasanya saya suka menegurnya atau melontarkan bahasa sindiran .. nahh .. saya pemah BT saat proses ta'aruf saya dengan wanita yang saya harapkan berhenti di tengah jalan, sampai saya bertemu sama ustadz saya,. .. katanya ada kesalahan di mekanismenya,..ehh temyata pas semuanya saya serahkan sama Allah, sekarang ada gantinya .. ".
IOI
Penyesuaian Diri
Dalam kehidupan bermasyarakat BJG merupakan seorang yang kurang proaktif dalam memberikan kontribusi dan melibatkan diri dalam setiap kegiatan. Menurutnya untuk memberikan masukan, saran dan ide BJG biasanya pada momen-momen yang pas dan pada saat dirinya merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi.
Selain itu, BJG merupakan sosok yang dikenal memiliki kepribadian tertutup, sebab menurut pengakuannya, ketika ia memiliki masalall biasanya dirasakan dan dipikirkan sendiri serta mencari solusinya dengan sendiri pula. Kecuali dia mengalami kebingungan, dan itupun sebatas curah pendapat saja dengan sahabat dekatnya.
Hubungan BJG dengan keluarga, diakuinya harmonis dan baik, khususnya kepada ibunya. Menurut BJG, dirinya cukup berperan dalam kehidupan keluarga, terutama dalam memberikan suasana yang kondusif dengan tausiah dan nasehat ruhiyah yang disampaikan kepada anggota keluarganya. BJG memberikan perumpamaan keluarganya sebagai rurnah, sementara dirinya sebagai sumber air (sumur) yang bisa memberikan kesejukan. "Saya biasanya kaiau terpanggi/ sekali baru memberikan kontribusi-kontribusi pemikiran, .. tapi kalau be/um .. saya kurang proaktif untuk menampilkan diri, .. dan biasanya juga momennya pas buat saya, .. " "Afhamduli/lah hubungan saya dengan orang tua baik, .. sama /bu lebih baik, .. terus sama ke/uarga yang lain juga baik.. ka/au boleh
102
mengibaratkan, .. keluarga saya itu ibarat rumah dan saya sumur yang di rumah itu, .. yang bisa memberikan kesegaran kepada kondisi keluarga, .. walaupun baru dari segi ruhiyah saja, .. ".
BJG mengaku bahwa dirinya bukanlah orang memiliki sifat asertif, yang suka memberikan pendapat dan masukan ataupun ide untuk kemajuan organisasi maupun masyarakat. Walaupun demikian, hal tersebut tidak membuat dirinya terhalang untuk dapat bersosialisasi di kampus maupun di masyarakat. Untuk aktivitas dirinya, BJG menuturkan ada aktivitas rutin di kampus yang dilakukan setiap dua pekan sekali, tetapi bukan aktivitas dalam organisasi formal, karena dirinya memang saat ini tidak memiliki amanah struktural dalam organisasi kampus. Adapun aktivitas rutin tersebut yakni diskusi dengan teman-teman seangkatannya. Seme;itara di tengah-tengah masyarakat, ia memiliki aktivitas di organisasi kemasyaralcatan khususnya yang bergerak di bidang dakwah Islam.
Sementara itu, BJG dalam ungkapannya mengaku memiliki sahabat dekat yang tidak lebih dari 10 orang, persahabatan yang ia aiami sudak berjalan kurang lebih 6 tahun sejak tahun 2001. Menurutnya untuk menjaga persahabatan tersebut ada yang harus dimiliki oleh masing-masing orang yaitu, memberikan dan menampakan diri apa adanya di hadapan sahabat, tidak suka merekayasa diri, saling mengerti dan memahami. Selain itu, konflik yang pernah ia alami dalam proses persahabatannya dinilai dirinya
103
merupakan bumbu dan ujian terhadap sejauh mana kekuatan persahabatan dan ketahanan sahabatnya itu sendiri, sebab persahabatan yang belum atau tidak diuji belum bisa dikatakan sahabat, seperti kita sekolah ada ujiannya.
Dalam proses persahabatan yang ia alami sampai saat ini, BJG mengaku memiliki banyak pengalaman indah bersama sahabat-sahabatnya tersebut. Dalam kesehariannya, BJG termasuk orang yang sulit disakiti atau dikecewakan. Justru jika dirinya bersalah ia segera minta maaf kepada orang yang ia rasa pernah dikecewakan oleh dirinya. "Ka/au di kampus, .. diskusi-diskusi aja sama teman-teman seangkatan, .. biasanya rutin dua minggu sekali, .. ka/au di masyarakat ada amanah di organisasi kemasyarakatan, khususnya yang bergerak di bidang dakwah, .. secara struktura/ di organisasi kampus iidak ada, .. alhamdu/illah saya punya sahabat, .. tapi tidak banyak, tidak /ebih dari sepuluh, ..peling lama enam tahun, .. saya orangnya tidak suka marekayasa, bersahabat apa adanya, memahami, ..penga/aman terindah ..! banyak doong... saya pemah mengalami konflik, dan itu yang bikin semakin erat, .. saya tuh orangnya su/it disakiti, .. tu/us ajalah kalau disakiti, .. saya kalau punya sa/ah, .. saya langsung minta maaf, .. ".
Terhadap kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam dirinya, BJG mengaku sadar akan hal tersebut. Sementara kesadaran itu diakuinya setelah ia sering berinteraksi dengan Al-Qur'an, karena selain membaca ayat-ayatnya ia juga seringkali membaca artinya dan menghayati serta mentadabburi makna ayat-ayat tersebut. Sikap tehadap kelebihan dan kekurangan dirinya juga tampak beda, tadinya ketika ia jarang tilawah AlQur'an dia bersikap biasa saja. Namun setelah rutin dalam tilawah Al-Qur'an
104
sikap yang ia munculkan terhadap kelebihan dirinya, ia mengaku seringkali mensyukuri karunia Allah tersebut, dan terhadap kekurangan dirinya, ia senantiasa beristighfar, selalu berusaha memperbaikinya dan berserah diri pada Allah Swt.
Dirinya pun mengaku mengalami perbedaan dan perubahan pada perasaan, pikiran dan perilaku saat sebelum tilawah Al-Qur'an dengan saat ia tilawah Al-Qur'an maupun setelah ia melakukan tilawah Al-Qur'an. Contoh perubahan perasaan misalnya ia sebutkan terasa lebih tenang, sikap optimis semakin bertambah. Sementara pikiran, ia merasakan lebih lepas dan terasa ringan tanpa beban. Untuk perilaku sendiri, ia merasa lebih semangat untuk melakukan shalat subuh berjamaah di masjid dan barsegera menyelesaikan kuliahnya dengan cepat.
•
Pengembangan Diri
Menurut pengakuan BJG, ia termasuk orang yang sulit berdiri di dua kaki, a1iinya tidak bisa fokus dalam dua organisasi atau lebih secara sekaligus. Tapi ia juga orangnya mudah larut ketika fokus pada satu kerjaan, sehingga kerjaan atau tugas yang lain terbengkalai. Dirinya sering kali tidak tepat waktu dalam mengerjakan tugas, ia juga sering tidak tepat waktu dalam menunaikan janji kepada orang lain. Namun ia juga mengaku bahwa dirinya memiliki komitmen dan tanggung jawab, sehingga ia tetap berusaha
105
menyelesaikan tugas tersebut dan tetap menemui orang yang telah berbuat janji dengannya. Biasanya keterlambatan dan ketidaktepatan waktu dalam menunaikan janji disebabkan alasan yang logis dan kuat.
Setelah secara rutin berinteraksi dengan Al-Qur'an, yakni ia tilawah AlQur'an, membaca dan menghayati arti dari ayat-ayat Al-Qur'an, dirinya mengakui ada perubahan pada pola tersebut walaupun dia rasakan tidak signifikan dan secara cepat. Perubahan tersebut dialami secara proses yang membutuhkan waktu.
BJG pernah mengalami perasaan tidak enak terhadap orang yang punya janji dc:n kegelisahan ketika tidak tepat waktu dalam mer.yelesaikan tugas. Namun ia memiliki usaha untuk mengurangi perasaan negatif tersebut, yakni ia segera beristighfar, merekayasa kognisi serta melakukan mekanisme pertahanan diri (ego defensif mekanisme), juga dirinya senantiasa berserah diri pada Allah dengan cara shalat sunnah dan tilawah Al-Qur'an.
Sementara itu, BJG sering menerapkan skala prioritas atas solusi terhadap JJermasalah pribadinya yang sering ia hadapi dalam hidup.
Aktivitas BJG semenjak 5 bulan yang lalu mengalami perubahan, sebelumnya BJG lebih sering menyibukkan dirinya di luar rumah dan
106
kampus. Namun kini, setelah ia mendapatkan jawaban atas permasalah hidupnya, dan itu ia dapatkan dari proses dialog dalam diri dan hatinya saat tilawah Al-Qur'an, maka ia saat ini lebih sering menghabiskan waktu di kampus, rumah dan lingkungan masyarakat. BJG mulai menyempatkan diri untuk terlibat dalam jamaah mushala dekat kediamannya. Menurut penuturan salah seorang temannya, BJG adalah orang yang kalem, penyabar, tanggung jawab dan selalu membantu kerjaan rumah tangga orang tua sahabat karibnya yang rumahnya kini menjadi tempat tinggal BJG.
"BJG tuh orangnya ka/em, tidak banyak bicara, ... tapi iajuga orangnya murah senyum, .. saya sering melihat dia suka membantu kerjaan orang tua sahabatnya, .. dimana BJG tinggal bersama sahabatnya itu .. ". Sikap optimis yang besar pada diri BJG membuat dirinya tegar dalam menjalankan hidup ini. Dalam ungkapan BJG, dirinya mernang orang yang idealis namun ketika berbenturan dengan kondisi lapangan ia termasuk orang yang realistis, sehingga ia mengaku tidak memiliki harapan dan cita-cita yang menurutnya tidak mungkin tidak bisa dicaµai oleh dirinya. la sangat yakin bisa mencapai harapan tersebut, namun jika dirinya tidak bisa mencapai harapan tersebut ia segera beristighfar.
Ketika interviewer menanyakan usaha apa yang selalu ia !akukan untuk menjaga semangat hidup, BJG menjawab, dirinya senantiasa menyadari hidup adalah ibadah, sehingga ia selalu beribadah, baik ibadah wajib maupun
107
sunnah untuk menjaga semangat. Karena menurutnya clalam ibadah itu ada harapan. "Usaha untuk menjaga semangat, .. ! saya senantiasa menyadari bahwa hidup adalah ibadah, ..jadi saya untuk menjaga semangat itu dengan senantiasa ibadah kepada Allah, .. saya shalat sunnah,..puasa, .. danjuga dengan tilawah Al-Qur'an ini,. .. sebab dalam ibadah ada harapan".
BJG sampai saat ini memiliki keinginan ataupun cita-cita ingin jadi Presiden paling tidak seorang Bupati, sebab baginya cita-cita tersebut bisa membuat dirinya memberikan kontribusi dan bantuan kepada masyarakat.
•
Religius
Hal yang dapat menunjukan perbedaan BJG antara sebelum , ketika dan setelah tilawah Al-Qur'an adalah pada perkembangar. religiusnya. Pemahaman agama yang ada pada diri BJG saat sebelum tilawah Al-Qur'an tidak lebih baik dibanding saat tilawah Al-Qur'an dan setelahnya. Saat ini BJG selalu mengusahakan shalat tepat tepat waktu secara berjamaah. Begitu pula ibadah-ibadah sunnah yang BJG lakukan seperti shalat tahajud, shalat sunnah rawatib dan dhuha, puasa-puasa sunnah, tilawah Al-Qur'an, silaturrahim. Selain itu, BJG juga senantiasa meningkatkan kebiasaan berinfak dan bersedekah walaupun dirinya dalam keadaan sempit. Bukan hanya kuantitas ibadah, tapi juga BJG selalu
menghadirf~an
kekhusyuan
pada tiap-tiap ibadah yang ia lakukan. Namun yang paling penting menurut BJG adalah adanya keikhlasan pada tiap-tiap ibadahnya.
108
"Alhamdu/i!lah saya sekarang sha/at betjamaah minimal 4 kali waktu dalam sehari, .. ibadah yang kita /akukan be/um bisa bahkan tidak bisa mengganti nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, .. oleh karena itu saya senantiasa berusaha terus menghadirkan keikhlasan dan kekhusyuan dalam ibadah dengan cara ma/upakan segala kebaikan yang sudah kita lakukan, bersyukur dan berserah diri pada Allah, .. itu pun saya malu sama Allah, .. karena ikhlas pun be/um tentu bisa membalas kebaikan yang Allah berikan, ..jadi mau apa/agi lagi coba se/ain ibadah dengan khusyu dan ikhlas?, .. ".
Pengalaman beragama yang berkesan bagi dirinya, BJG pernah mengalami beberapa pengalaman itu, yakni ketika ia berbicara kepacla seseorang tentang makna harta yang kita miliki adalah titipan Allah yang sifatnya tidak kekal, setelah selang beberapa waktu yang tidak lama ia mengalami musibah hilangnya telepon genggam (hand phone) kepunyaannya, dan BJG tidak bisa berbuat apa-apa selain menyerahkan segalanya pada Allah Swt. Selain itu, ia pun mengalami pengalaman menarik saat i'tikaf Ramadhan 1427 H, saat itu ia tidak memiliki uang untuk biaya ongkos pulang ke rumah orang tuanya di Jawa, akhirnya ia terasa ada yang menggerakan untuk membantu orang, saat i'tikaf ia diminta memijat seseorang, namun af;hirnya orang yang ingin dipijat semakin banyak, saat itulah ia mendapat uan[J dari orang tersebut, yang dinilai BJG uang yang ia dapatjustru melebihi biaya ongkos pulang ke rumah orang tuanya dan bisa untuk membeli hadiah untuk orang tuanya.
109
Tabel 4.2.2 Analisa Kasus BJG
Aspek-aspek Kesehatan Mental
Sebelum Tilawah Al-Qur'an
Ketika Al-Qur'an
Setelah Tilawah Al-Qur'an
x
-v
-v
x
-v
-v
x x x
-v
-
-v -v
-v
x x
x -v
-v -v
-
-v
x
-
-v
-v
x
x
x
Ti~awah
1. Simptomatis
"
Gejala-gejala Neurosis
- gelisah karena tidak janji dan tepat waktu dalam tugas masalah - malas beraktivitas, kalau kuliah tidak nikmat dan tidak sesuai dengan kebutuhan - Kecewa berat karena ta'arufnya berhenti di tengah jalan 4Keluhan-keluhan Neurosis - Stres - Suka kesal 2. Penyesuaian Diri " Kemampuan dalam bergaul - Keharmonisan dengan keluarga - te;-tutup dengan lingkungan - bergaul dan memberikan kontribusi di lingkungan masyarakat - komunikasi dengan masyarakat - aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kampus - Sifat asertif " Kemampuan menilai lingkungan sekitar - lingkungan rumah yang kurang aktif dalam kegiatan remaja - keingingan untuk membuat forum remaja atau ikatan masjid dan majlis ta'lim remaja Kemampuan untuk '
-
-
-v
-
-v
x
-
-v
-v
110
membentuk ikatan kasih sayang - mempunyai sahabat karib mempunyai teman curhat - selalu memaafkan kesalahan orang lain ·• Menerima keberadaan dirinya - mengelahui kelebihan dan kekurangan dirinya; - menerima kekurangan diri; sikap kurang berani mengambil kepulusan adalah kekurangan yang harus di rubahnya. Menerima keberadaan orang ' lain - memahami keluarga yang mengharapkan dirinya agar bisa membawa keluarganya ke arah yang lebih baik dan menjadi penanggung jawab alas keluarga memahami masyarakal yang mengharapkan dirinya bisa memberikan solusi alas perubahan di lengah lingkugan masyarakal - menerima kek.urangan lemanlemannya 3. Pengembangan Diri -+- Kemampuan unluk bertanggung jawab - Tidak asertif, jika tidak dibutuhkan dan lidak diakui eksislensinya. - memberikan saran dalam seliap rapal unluk kemajuan dan perkembangan masyarakai - mengalur waklu alau jadwal kegialan; kuliah dan organisasi - meminla maaf pada yang
x x x x
x
x
x x
-
-
-
x x x
x
lII
' -
-
.;..
'
-
' -
-
+-
-
I
memberi tugas dan memiliki janji padanya Kemampuan berkreativitas memberikan ide-ide untuk kemajuan organisasi dan masyarakat menyalurkan potensi dan bakat diri pada kegiatan ektrakurikuler dan organisasi kampus. Disiplin mengatur jadwal dan waktu waktu kegiatan; antara kuliah, kampus dan masyarakat Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar Sadar akan setiap tindakan yang diperbuat mengetahui tujuan mengikuti kajian dan diskusi keislaman, majlis ta'lim, dan membaca buku-buku me;encanakan dan memikirkan aktivitas kesehariannya ;viemiliizi sikap yang tegas mengevaluasi kesalahankesalahan yang telah diperbuatnya dan berkomitmen tidak mengulangi kembali menegur seseorang baik keluarga maupun orang lain saat melakukan kesalahan ataupun kekeliruan berani mengambil keputusan Optimis dan realistis berusaha semaksimal mungkin alas tanggung jawabnya berusaha mengoptirnalkan potensi diri untuk mewujudkan amanah dan tanggung jawab serta cita-citanya
x
x
'1
-
-
'1
x
x
'1
.
.
'1
x
x
'1
x
x
'1
x
x
'1
.
'1
'1
x
x
'1 '1
.
'1
.
'1
I I'
'1
I
x
x
I i'
'1
112
' Bersemangat tinggi
sering terlibat dalam kegiatankegiatan masyarakat. - sering menghadiri forum kajian, majlis ta'lim serta sering membaca buku. - aktif pada organisasi dakwah syi'ar Islam - mendalami bidang ilmu yang ditekuninva 4. Religius Kemampuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan agama - Meningkatkan kuantitas ibadah wajib - shalat wajib berjamaah - melakukan shalat dhuha - melakukan shalat tahajud - puasa sunnah - mengembalikan permasalahan hidup kepada Allah setelah berusaha - menjadikan dzikrullah sebagai usaha preventif dan obat penenang hati - selalu menghadirkan keikhlasan dan kekhusyuan dalam ibadahnva -
-
-
x
-
'1
-
-
-
-
x x x
x x x x x
x x x x x
'1 '1 '1 '1 '1
x
'1
'1
x
'1
'1
-
'1
x
~
Keterangan;
x: memiliki
- : tidak memiliki
'1 : lebih baik
4.2.3 Kasus M
fll1 adalah seorang perempuan muda berusia 21 tahun dikenal sebagai sosok perempuan yang memiliki tanggung jawab tinggi, cerdas, berwawasan luas,
113
ramah, memiliki aktivitas yang banyak (sibuk). M saat ini berprofesi sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta.
Wawancara dengan M berlangsung Rabu, 28 Desember :2006 pukul 10.1511.55 WIB di tempat perkuliahannya. Selama proses wawancara, M mengenakan jilbab ungu dan busana muslim berwarna biru, M sesekali tersenyum dan tertawa kecil saat interviewer memberikan pertanyaan, serta menampakkan tatapan tajam dengan mata seperti mengeluarkan air.
M mulai melakukan tilawah Al-Qur'an sejak usia 5 tahun, saat dibangku TK, namun diakuinya ia baru lancar tilawah Al-Our'an saat ia di bangku Sekolah Das3r tingkat akhir. Saat itu, aktivitas tilawah Al-Qur'an yang ia lakukan masih dibimbing oleh guru-guru atau mu'alim. Selain aktivitas tilawah AlQur'an, M juga sejak lancar membaca Al-Qur'an, ia mulai menghafal AlQur'an. M mengakui, aktivitas tilawah Al-Qur'an awalnya termotivasi oleh adanya sangsi dari orang tuanya jika tidak tilawah Al-Qur'an. Namun dalam proses selanjutnya, M menyadari pentingnya melakukan tilawah Al-Qur'an, sebab bagi dirinya tilawah Al-Qur'an sangat memberikan rnanfaat bagi seseorang muslim yang beriman. "M sudah bisa baca Al-Qur'an mu/ai umur 5 tahunan, tapi ya .. /ancarJancarnya sih pas SD mau ke SMP.. M bisa baca Al-Qur'an dan lancar membacanya karena sering di-ta/aqqi- (pembiasaan baca Al-Qur'an) oleh guru,..awalnya hanya juz Amma saja ... tapi seterusnya ke surat-surat yang lain"
l 14
"pada mulanya sih M tilawah Al-Qur'an karena motivasi ekstrinsik, .. M sering sekali diancam tidak dikasih uang jajan, tidak diberi hadia/1, tidak diajak jalanjalan ka/au tidak tilawah Al-Qur'an, .. tapi sekarang M menyadari bahwa ternyata AJ-Qur'an memang sangat bermanfaat buat diri kita, .. kan Al-Qur'an itu sebagai As-Syifa (obat dan penyembuh) ..jadi M saat ini tilawah Al-Qur'an karena kesadaran sendiri, .. insya Allah .. ".
Menurut M, Al-Qur'an adalah pedoman dan penuntun atas segala urusan dalam kehidupan manusia, M mengibaratkan Al-Qur'an sebagai "handbook' yang di dalamnya terdapat banyak petunjuk, jika seseorang tidak ingin tersesat maka dia harus memiliki petunjuk tersebut. Sementara tilawah AlQur'an, M memahami tidak hanya sekedar membaca, tapi juga ada aktivitas penghayatan, pentadabburan dan pengamalan dari makna dan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an. ''Al-Qur'an ... ehmm ... banyak sih artinya, tapi intinya Al-Qur'an itu tuntunantuntunan, yaa kalau kita misalnya mau melakukan sesuatu, itu kan harus ada petunjuknya semacam "handbook", begitu juga kita hidup l?arus ada tuntunan atau pedomannya yaitu Al-Qur'an". "Ka/au ti/awah Al-Qur'an, sebenarnya sih lebih di/ihat dari membacanya, hanya saja tidak sekedar membaca, tapi ada taciabburnya, juga ada penghayatan dan pengama/an dari makna ayat-ayat AJ-Qur'an.. ".
Motivasi M semakin kuat setelah dirinya merasakan manfaat dari aktivitas tilawah Al-Qur'an, M merasa dirinya bisa lebih bail<, lebih tenang, pikiran terang, segala permintaannya dipenuhi oleh Allah Swt, dan lebih bermanfaat bagi orang lain pada usia muda dengan banyaknya permintaan terhadap dirinya untuk memberikan pengajaran tilawah Al-Qur'an.
115
"dulu saya pas baru tilawah Al-Qur'an biasa-biasa aja, .. kurang memberikan manfaat pada orang /ain, .. tapi pas saya mulai merutinkan tilawah Al-Qur'an saya sangat merasakan dari keberkahan dari tilawah Al-Qur'an itu sendiri, saya sering diminta untuk mengajar di beberapa tempat, sampai saya tidak bisa memenuhi semuanya, .. kan yang seperti itu tidak semua orang bisa, .. mungkin hanya orang-orang yang sering dan banyak berinteraksi dengan A/-Qur'an, .. saya benar-benar merasakan,.seperti hadits Nabi "Khairunnas anfa'uhum linnas". "M juga sering seka/i tuh, .. berdoa kepada Allah, .. sampai-sampai M berdoa yang mungkin bagi M juga aneh, .. tapi A/hamdulillah terka.bulkan, .. M meyakini itu semua karunia dan keberkahan Allah bagi orang-orang yang senantiasa berinteraksi dan yakin akan keagungan Al-Qur'an".
Sejak saat itu M semakin merasakan bahwa interaksi dirinya dengan AlQur'an berupa tilawah Al-Qur'an dan juga menghafal Al-Qur'an yang ia tekuni saat ini sangat ia butuhkan dan mampu mengatasi permasalahan yang ia rasakan selama ini. Walaupun menurut dirinya tilawah Al-Qur'an tidak juga secara langsung bisa mengatasi permasalahan secara tuntas seperti masa:ah
h~t&oiy,
tapi setidaknya dengan tilawah Al-Qur'an kita bisa lebih
tenang dan mendapatkan motivasi baru dalam hidup. "ya .. memang sih Al-Qur'an itu kan Syifa {obat) .. tapi tidak semua masalah dapat dise/esaikan dengan hanya tilawah Al-Qur'an saja, .. seperti kita kalau punya hutang apakah /angsung Junas tuh hutang kita (sambil melontarkan tawa yang agak menggelitik), tapi memang sih setidaknya bisa /ebih tenang, .. dan tentunya lebih semangat untuk berusaha me/unasi hutang tersebut, .. ".
Ketika ditanya tentang waktu khusus untuk tilawah Al-Qur'an, M mengaku tidak punya waktu khusus untuk tilawah Al-Qur'an, dirinya setiap kali ingin tilawah Al-Qur'an maka di saat itulah dirinya melakukan tilawah Al-Qur'an. Walaupun dulu M secara rutin melakukan tilawah Al-Qur'an pada pagi hari
I I6
setelah shalat subuh hingga pukul 10 pagi. M selalu mengusahakan setiap hari harus tilawah Al-Qur'an dan melakukan muraja'ah (pengulangan) dari bacaan Al-Qur'an yang telah ia hafal. "M sih kapan saja ya kalau ti/awah AJ-Qur'an, .. ka/au lagi mau biasanya M tilawah Al-Qur'an, .. kan sekarang M juga harus muraja'ah juga yah setiap hari, .. tapi yang pasti ada da/am sehari itu aktivitas tilawah A/-Qur'an.
Selain aktivitas tilawah dan menghafal Al-Qur'an yang saat ini ia tekuni, M juga sering melakukan aktivitas lain dalam interaksinya de11gan Al-Qur'an seperti memamahi dan mentadabburi isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an serta terus berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari··hari. Untuk tahu arti, memahami, menghayati dan mentadabburi makna ayat-ayat Al-Qur'an biasanya M membuka Al-Qur'an terjemah dan tafsirnya serta M seringkali menghadiri forum kajian-kajian tafsir Al-Qur'an. M tidak memiliki ayat khusus yang selalu dibaca, semua ayat bagi dirinya sangat berkesan. nc.rnun dirinya mengaku senang dengan ayat-ayat yang mengisahkan sejarah para Nabi dan sejarah Islam lainnya. Dengan seperti itu M bisa lebih semangat, karena bisa mencontoh perjuangan para Nabi dalam menegakan Islam di dunia dengan penuh pengorbanan dan keikhlasan.
Dalam melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an, M saat ini melakukannya sendiri, kecuali kalau muraja'ah bacaan yang telah dihafalnya. M merasa ada yang kurang dan hilang dari aktivitas kesehariaanya jika dirinya tidak
117
melakukan tilawah Al-Qur'an dan muraja'ah hafalannya. Namun demikian hal itu tidak pernah terjadi. "yaa .. merasa ada yang kurang dan hilang aja, .. terus ada perasaan kesal, bersalah, dan tidak tenang juga ka/au tidak tilawah Al-Qw'an dan muraja'ah hafalan. Tapi pas ka/au sudah tilawah, muraja'ah perasaan tuh jadi lebih puas dan lega ".
Selanjutnya ketika akan melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an M jarang sekali kalau dalam kondisi perasaan tidak tenang dan sedang dalam banyak masalah. M mengaku sebelum melakukan tilawah Al-Qur'an perasaan, pikiran dan dirinya dalam kondisi normal. Menurutnya kurang baik juga kalau kita tilawah Al-Qur'an hanya ketika dalam kondisi diri kita l
Agar aktivitas tilawah Al-Qur'an yang dilakukannya senantiasa berpengaruh positif pada perasaan, pikiran dan perilakunnya, M mengaku memiliki beberapa cara yakni, mengulang-ulang bacaannya beril
Dalam interaksinya dengan Al-Qur'an baik tilawah Al-Qur'an maupun yang lainya, M hanya berharap dengan keyakinan dan keikhlasannya kepada Allah Swt, M bisa mendapatkan keridhaan dan keberkahan dalam hidupnya dan
118
bisa meraih apa yang menjadi harapan dalam hidupnya dengan senantiasa mampu mengamalkan makna dan isi kandungan dari ayat-ayat Al-Qur'an. Karena diyakininya dengan seperti itu dirinya bisa mendapatkan segalanya dari Allah Swt.
Analisa Kasus M Simptomatis Dalam kesehariannya M merupakan seorang yang memiliki banyak aktivitas, khususnya di kampus. Menurut salah seorang temannya M adalah sosok perempuan yang tangguh dan kuat, sebab dirinya jarang sekali melontarkan keluhan-keluhan dalam aktivitas kesehariannya. Selain itu M juga dikenal sebagai sosok perempuan muda yang dermawan dan senantiasa mau berkorban untuk aktivitas dakwah Islam. "M itu termasuk p&re111puc;n yang kuat, semangatnya seperti tak pemah mati, .. saya kebetulan pemah satu organisasi dengan M, .. setahu saya M orangnya sering berkorban untuk kegiatan dakwah Islam".
Walaupun demikian saat diwawancarai, M mengaku pernah mengeluh !Flpi tidak sampai membuat dirinya terlena. Sebab segala keluhan yang ada dirinya diserahkan kepada Allah Swt melalui ibadah-ibadah sunnah seperti tilawah Al-Qur'an, muraja'ah hafalan, dan qiyamullail.
M mengaku sejak mulai melakukan tilawah Al-Qur'an dirinya mengetahui dan sangat merasakan manfaat dari aktivitas tilawah Al-Qur'an yang
119
dilakukannya. M juga mengaku jarang melakukan tilawah Al-Qur'an kalau lagi banyak masalah dan ketika gelisah saja, M melakukan tilawah Al-Qur'an karena mengharapkan keridhaan Allah Swt. Namun demikian, M mengaku pernah juga merasakan kegelisahan, kecemasan, kekecewaan, malas beraktivitas dan bahkan sampai pada tingkat stres karena disebabkan oleh persoalan-persoalan sederhana dan itu semua tidak sampai menyebabkan dirinya stres berat dan frustasi. Saal ini M bisa lebih baik dan lebih terjaga setelah dirinya senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an berupa tilawah AlQur'an dan muraja'ah hafalannya. "perasaan gelisah, cemas, suka kesal, ma/as beraktivitas /)ahkan stres, yaa M pemah sih merasakannya, yang namanya juga manusia pasti ada /ah .. tapi tidak sampai membuat M stres berat dan frustasi sampai tidak ingin kuliah misalnya, .. alhamdulillah sih tidak sampai seperti itu, .. M jar:ang sih kalau mau tilawah AJ-Qur'an pas sedang dalam kondisi seperti itu, .. tapi yaa ada juga perubahan yang /ebih baik, .. setelah tilawah Al-Qur'an, .. perasaan M lebih tenang dan semangat /agi, .. ".
Diakui pula oleh M, bahwa sebelum dirinya melakukan tilawah Al-Qur'an, emosinya agak sulit terkontrol dibanding M setelah melakukan tilawah AlQur'an. Dalam menghadapi permasalahan yang berat dan dapat menyebabkan dirinya sires berat, M biasanya menyerahkan itu semua kepcida Allah, sehingga M tidak sampai merasakan pengaruh yang lebih l:iuruk dari permasalahannya yang berat itu.
120
~
Penyesuaian Diri
Hubungan perempuan yang berinisial M dengan keluarga terjalin dengan baik dan sangat harmonis, komunikasi yang terbangun antara anggota keluarga juga dalam kondisi baik. Walaupun aktivitas M lebih sering di luar rumah, M mengaku sangat dekat dengan lbu, Bapak, Kakak, dan Adik-adiknya. Untuk membangun komunikasi yang baik dengan keluarga disela-sela kesibukannya, M senantiasa menyempatkan diri untuk berkomunikasi melalui
hand phone. Selain itu diakui M, keluarganya sangat proaktif dalam menanyakan kabar dan berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lainnya. Akan tetapi, M mengaku sebagai anak perempuan tertua dalam keluarganya masih belum bisa secara optimal dan maksimal memberikan kontribusi yang ba!k terhadap keluarga, kilususnya terhadap adik-adiknya yang perlu bimbingan dari dirinya. M beberapa kali pernah merasakan kesedihan saat adiknya bercerita tentang dirinya kepada orang lain. Menurut M, adiknya itu seharusnya bercerita kepada dirinya bukan orang lain.
Setelat1 secara rutin melakukan aktivitas tilawatl Al-Qur'an, M merasakan perubahan yang lebih baik. Semuanya bisa lebih saling rnemahami dan saling mengerti. M juga lebih memiliki tanggungjawab yang tinggi sebagai kakak.
121
Selain itu, aktivitas M pun mengalami perubahan, dirinya bisa lebih konsentrasi pada aktivitas dakwah di kampus. Tapi tidak jiuga melupakan aktivitas rutinnya di rumah dan masyarakat serta di sekolah. Selain dikenal aktif di kegiatan akademik, M juga saat ini dikenal sebagai aktifis organisasi kampus di bidang dakwah kampus, M dipercaya pada posisi yang strategis dan menuntut dirinya agar mampu berinteraksi dengan banyak orang di dalam organisasi maupun orang-orang di luar organisasi tersebut.
M dikenal sebagai orang yang memiliki sifat asertif. Dalam organisasi yang ia geluti saat ini, M sering memberikan ide, saran dan masukan untuk kemajuan organisasi ke arah yang lebih baik. Namun, M pernah merasakan kurang percaya diri dalarr: melakukan aktivitas tersebut. Setelah tilawah Al-Qur'an dan muraja'ah hafalan secara rutin, M merasa lebih percaya diri dalam melakukan aktivitas dalam kehidupannya, baik di organisasi maupun di masya; akat.
Ketika ditanya tentang sahabat, M menilai sernua orang yang ia kenal baik di kampus maupun di luar kampus semuanya adalah sahabat beliau, M menganggap semuanya sama, tidak dibeda-bedakan. Narnun setelah interviewer menanyakan lebih dalam tentang sahabat dekat bagi dirinya, M mengaku memiliki beberapa orang sahabat yang dinilainya begitu dekat dengan dirinya dibanding yang lain di setiap tempat aktivitasnya, namun
122
jumlahnya tidak banyak sekitar 3 sampai 5 orang, itupun dikarenakan beberapa faktor diantaranya; sahabat dekatnya itu satu alumni saat di SMA. M mengaku cukup terbuka kepada sahabat-sahabatnya tak terkecuali sahabat dekat. Namun M bisa menjaga hal-hal yang mernang tidak perlu dibicarakan kepada sahabatnya. M sering mengalami konflik dengan temantemannya di kampus maupun di Juar kampus, tetapi konflik yang terjadi itu tidak sampai membuat persahabatan dan silaturahmi M dengan temantemannya jauh apalagi putus.
Setelah M melakukan tilawah Al-Qur'an, aktivitas M mengalami perubahan, sebelumnya M mengaku sulit mengontrol emosi dan perilakunya secara baik. Dan setelah tilawah A!-Qur'an, emosi dan perilaku M dalam aktivitas keseharian bisa lebih terkontrol dan terkendali. Sehingga M merasa dalam berinteraksi dengan orang lain bisa lebih baik dan ia mampu mengambil hikmah dari setiap kejadian yang ada dalam kehidupanny;3. "Ya .. yang pasti ada pengaruhnya untuk emosi dan perasaan M, a!hamdu/illah setelah tilawah Al-Qur'an pPr&saan M /ebih enak aja, bisa lebih terkontrol, terus juga tilawah Al-Qur'an yang M /akukan bisa mengin~,ratkan M untuk berperilalw baik ke teman-teman dan orang lain,..lah masa kita rajin tilawah Al-Qur'an tapi perilaku kita sama saja dengan sebe/um li/awah AlQur'an,..malu /ah kalau begitu tidak ada bedanya, .. "
Bertahannya persahabatan M dengan sahabatnya, M mengaku ada beberapa faktor yakni adanya saling pengertian, perhatian yang tidak berlebihan dan tidak banyak menuntut. M mengaku tidak suka dengan
123
rekannya yang selalu ingin tahu dan ingin minta perhatian yang lebih terhadap dirinya.
Pengembangan Diri
Kemampuan M menjalankan tugas-tugasnya, baik dari kampus maupun dari organisasinya, M senantiasa berusaha seoptimal dan sernaksimal mungkin. Begitu juga tanggung jawabnya sebagai guru privat, M senantiasa memberikan hak-hak mereka dengan baik. M mengaku saat kuliah mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara aktivitas kuliah, aktivitas organisasi, aktivitas mengajar dan di lingkungan keluargat maupun di tempat M biasa setoran hafalan Al-Qur'an. Akan tetapi, M berusaha melakukan semua itu secara baik dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Aktivitas M yang sangat padat menuntut dirinya untuk membuat solusi dengan mengatur skala prioritas.
Selain itu, aktivitas M yang padat membuat dirinya senantiasa melakukan peningkatan kualitas diri dari aspek ruhiyah, akademis dan pergaulan dengan masyarakat. Sampai saat ini M menyadari segala alasan yang melatarbelakangi segala tindakan-tindakan yang ia lakukan.
Dengan aktivitas tilawah Al-Qur'an yang M lakukan, M mengaku lebih terjaga dalam bertindak, aktivitasnya lebih terkontrol dan sikap dirinya terhadap
124
aktivitas dan amanah yang ada di kampus, organisasi, keluarga, mengajar, maupun masyarakat M lebih tanggung jawab.
Religius Hal yang dapat menunjukan perbedaan M antara sebelum, saat tilawah dan sesudah tilawah Al-Qur'an adalah pada perkembangan religiusnya. Selain ibadah wajib yang senantiasa lebih terjaga, saat ini M selalu mengusahakan ibadah-ibadah sunnah seperti interaksi dirinya dengan Al-Qur'an lebih meningkat dari segi kuantitas maupun kualitas, qiyamullail yang M lakukan lebih terjaga, puasa sunnahnya lebih meningkat, infak dan shadaqah lebih meningkat, akhlak dan perilaku yang baik dari dirinya lebi11 terkendali dan terjaga, aktivitas dakwahnya lebih meningkat. Selain itu semua, yang paling penting saat ini, M selalu menjaga kualitas ruhiyah dan senantiasa menghadirkan kekhusyuan dan keikhlasan dalam setiap ibadahnya. "alhamdulil/ah, .. ada pengaruhnya, dengan tilawah M lebih tenang, itu yang paling utama, ruhiyah tuh sepertinya terasa baru, .. ya, .. memang sih tidak hanya dengan tilawah saja,..ibadah-ibadah yang lain pun bisa juga, .. kalau tilawah kan memang sudah kebiasaan M, . .jadi lebih terjaga aja perilaku M, .. aktivitas ibadah yang lain juga iebih t'erjaga, .. tapi kita juga harus yakin sama Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an, .. mungkin juga pengaruh yang ada sebagai bukti bahwa Al-Qur'an memang memi/iki mukjizat yang tinggi".
Pengalaman M yang senantiasa ia ingat adalah, saat M dihadapkan pada permasalahan ataupun kasus yang ia pikul dalam h!dupnya, M senantiasa menyerahkannya kepada Allah Swt melalui berdoa dengan penuh keyakinan. M mengaku doanya selalu dikabulkan oleh Allah Swt. M juga mengaku
125
dikabulkannya doa-doa yang ia panjatkan kepada Allah Swt, diyakininya akibat dari tingginya interaksi M dengan Al-Qur'an, baik berupa tilawah AlQur'an yang sudah menjadi kebiasaan M maupun muraja'ah hafalan yang merupakan usaha peningkatan terhadap interaksi M den9an Al-Qur'an.
Berikut ini akan ditunjukan tabel analisa kasus M. Dengan label ini diharapkan dapat mempermudah melihat perbedaan yang dialami M sebelum, saat tilawah dan setelah tilawah Al-Qur'an.
Tabel 4.2.3 Analisa Kasus M
Aspek-aspek Kesehatan Mental
Sebelum Tilawah Al-Qur'an
Ketika Tilawah Al-Qur'an
Setelah Tilawah Al-Qur'an
x
,/
,/
x
,/
,/
x x
,/ ,/
,/ ,/
x
x
-
-
,/ ,/
x
,/
1. Simptomatis Gejala-gejala Neurosis - Kegelisahan, kehampaan hid up - malas beraktivitas kalau lagi kecewa, marah, BT ' Keluhan-keluhan Neurosis - St res - Suka kesal 2. Penyesuaian Diri ' Kemampuan dalam bergaul Keharmonisan dengan keluarga tertutup dengan keluarga - optimalisasi peran dalam keluarga - ber'1aul dan memberikan
'
~
J
126
kontribusi di lingkungan masyarakat komunikasi dengan masyarakat aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler kampus Sifat asertif " Kemampuan menilai lingkungan sekitar lingkungan rumah yang kurang aktif dalam kegiatan remaja keingingan untuk membuat forum remaja atau ikatan masjid dan majlis ta'lim remaja Kemampuan untuk ' membentuk ikatan kasih sayang mempunyai sahabat karib mempunyai teman curhat selalu memaafkan kesalahan orang lain + Menerima keberadaan dirinya mengetahui kelebihan dan kekurangan dirinya; menerima kekurangan diri; sikap kurang berani mengambil keputusan adalah kekurangan yang harus di rubahnya. + Menerima keberadaan orang lain memahami keluarga yang mengharapkan dirinya agar bisa membawa keluarganya ke arah yang lebih baik memahami masyarakat yang mengharapkan dirinya bisa memberikan solusi atas perubahan di tengah lingkugan masyarakat menerima kekurangan temantemannva
./
x x
./
./
x x x
./ ./ ./
x
x x x
x x x
x
x
x
x
x
x
x x
./ ./
./
)(
./
)(
./
127
3. Pengembangan Diri " Kemampuan untuk bertanggung jawab - Asertif - memberikan saran dalam setiap rapat untuk kemajuan dan perkembangan masyarakat Aktif dalam organisasi kampus - mengatur waktu atau jadwal kegiatan; kuliah dan organisasi - meminta maaf pada yang memberi tugas dan memiliki janji padanya jika tidak tepat • Kemampuan berkreativitas - memberikan ide-ide untuk kemajuan organisasi dan masyarakat - menyalurkan potensi dan bakat diri pada kegiatan ektrakurikuler dan organisasi kampus. Disiplin - mengatur jadwal dan waktu waktu kegiatan; antara kuliah, kampus dan masyarakat • Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar - Kemampuan mengatur emosi dan sikap diri - Sadar akan setiap tindakan yang diperbuat - mengetahui tujuan mengikuti kajian dan diskusi keislaman, majlis ta'lim, dan membaca buku-buku - merencanakan dan memikirkan aktivitas kesehariannya , Memiliki sikap yang tegas - mengevaluasi kesalahankesalahan yang telah
-
x
x
-I
-
-
-I -I
x x
x x
x
x
-I
-
-I
-I
x
x
-I
x
x
-I
-
-I
x
x
x
,;
x
x
-I
x
x
;j
-I
~
128
diperbualnya dan berkomilmen lidak mengulangi kembali - menegur seseorang baik keluarga maupun orang lain saal melakukan kesalahan alaupun kekeliruan - berani mengambil kepulusan ' Oplimis dan realislis - berusaha semaksimal mungkin alas langgung jawabnya - berusaha mengoplimalkan polensi diri unluk mewujudkan amanah dan langgung jawab serta cila-cilanya ' Bersemangal linggi - sering lerlibal dalam kegialankegialan masyarakat. - sering menghadiri forum kajian, majlis la'lim serta sering membaca buku. - aklif pada organisasi dakwah dan syi'ar Islam di kampus dan masyarakal mendalami bidang ilmu yang dilekuninya 4. Religius ' Kemampuan unluk melaksanakan perinlah dan menjauhi larangan agama - melakukan ibadah wajib - shalal wajib berjamaah - melakukan shalat dhuha melakukan shalal lahajud/qiyamullail - berwudlu kemudian lilawah AlQur'an dan membaca arti serta memahaminya - pengamalan alas pemahaman lerhadap nilai-nilai agama Keterangan;
x: memiliki
x
x
,j
x
x
-
x
x
x
,j
x
x
,j
-
-
,j
-
,j
x
-
,j
-
,j
x x
x x x
x x ,j
,j ,j ,j
x
,j
,j
-
,j
,j
x
,j
,j
-
- : tidak memiliki
,j
'1 : lebih baik
129
4.3
Analisa Perbandingan Antar Kasus
Setelah peneliti menjabarkan gambaran data hasil wawancara dan observasi tiap-tiap kasus, selanjutnya penulis melakukan analisa perbandingan antar kasus yang didapat. Analisa perbandingan antar kasus ini akan digambarkan dalam sebuah tabel yang di dalamnya terdapat perbandingan antar kasus yang satu dengan yang lainnya, dengan demikian akan tampak perbedaan dan persamaan yang dialami pada tiap-tiap subyek penelitian. Adapun tabel analisa perbandingan antar kasus, sebagai berikut ;
Tabel 4.3.1 Analisa Perbandingan Antar l{asus Aspek-aspek Kesehatan Mental SUBYEK Aspek-aspek Kesehatan Mental
Sebelum Tilawah AlQur'an
BZ 1. Simptomatis .._ Gejala-gejala Neurosis ' Keluhan-keluhan Neurosis 2. Penyesuaian Diri ' Kemampuan dalam bergaul .._ Kemampuan menilai lingkungan ' Kemampuan membentuk ikatan kasih sayang
BJ G
M
x x x x x x
I
Ketika filawah AlQur'an
BZ
BJ G
Setelah Tilawah AlQur'an
M
BZ
BJ G
M
·~
-)
'1
-)
-)
-)
-)
-)
v
-)
-)
-)
-
-
-)
-)
-)
x
-
x x - x
-)
-)
-)
x
-)
-)
-
xi x
-)
-)
-)
x
-)
-)
-
130
' Menerima
keberadaan dirinya ' Menerima keberadaan orang lain 3. Pengembangan Diri +- Kemampuan untuk bertanggung jawab • Kemampuan untuk berkreativitas ' Disiplin +- Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar ' Memiliki sikap yang tegas .._ Optimis dan realistis .... Bersemanoat tinaai 4. Religius +- Kemampuan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan aaama Keterangan;
-
x x
y
y
y
x
y
y
-
x x
y
y
-
y
y
y
x x y x x x y x x x y
y
y
x
y
y
y y
y y
y y
y y
y y
-
-
-
y
y
y
y
y
y
-
x y x x y x x y
y y y
y y y
x x x y x y
y y y
y
y
y
y
-
-
I
x x x
x: memiliki
y
- : tidak memiliki
y
Y: lebih baik
Pada tabel 4.3.1 di atas, dapat terlihat bahwa terdapat perubahan pada ketiga orang subyek. Pada aspek simptomatis terjadi perubahan jelas pada BZ, sebelum tilawah Al-Qur'an BZ mengalami gejala-gejala maupun f(eluhankeluhan neurosis yang cukup berat dalam hidupnya, yakni saat BZ mengalami stres berat akibat konflik dalam keluarganya mencapai puncak dan saat BZ mengalami penolakan atas proses khitbahnya (melamar) oleh
13 l
seorang perempuan. Saat itu BZ sempat terpikir tidak ingin kembali lagi ke rumah dan tidak ingin lagi melihat perempuan tersebut. Namun setelah melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin, BZ merasakan perubahan yang sangat signifikan, gejala-gejala dan keluhan-keluhan neumsis yang dirasakannya berangsur-angsur membaik. Sedangkan pada kedua subyek yang lain tidak terlalu banyak mengalami perubahan. Narnun tilawah AlQur'an yang dilakukannya sangat berimplikasi positif terhadap pengendalian dan penjagaan ernosi dan perilaku yang semakin baik. Tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh kedua subyek tersebut dirasakannya sebagai usaha preventif yang efektif terhadap kondisi kestabilan emosi dan perasaan yang ada pada dirinya.
Pada aspek penyesuain diri, terjadi perubahan yang signifikan pada BZ. Setelah tilawah Al-Our'an kemampuan bergaul dengan teman sebaya maupun yang lebih muda atau dengan orang tua, kemampuan menilai lingkungan, kernampuan membentuk ikatan kasih sayang, kemampuan menerima keberadaan diri dan orang iain, baik dari sisi kelebihan ataupun sisi kekurangan yang dimiliki menjadi lebih baik. Sementara pada BJG, kemampuan menilai lingkungan, kemampuan bersosialisasi mengalami perubahan yang lebih baik setelah melakukan tilawah A\-Our'an secara rutin. Sedangkan pada M, penyesuaian diri yang ada semakin mengalami perubahan yang positif, lebih terjaga dan terkendali. Selain itu, M mampu
132
menilai lingkungannya dengan baik dan kemampuan berpikir positif semakin meningkat.
Perubahan pada aspek pengembangan diri, terjadi pada ketiga subyek. Perubahan yang lebih banyak dialami pada BZ, yakni kernampuan bersikap tanggung jawab, kemampuan mengendalikan perilaku sec:ara sadar, sikap yang tegas, optimis dan realistis, dan semangat yang ting9i, semuanya itu kini dimiliki oleh BZ dan mengalami oerubahan yang lebih baik setelah melakukan tilawah Al-Qur'an. Sedangkan pada BJG, perubahan yang signifikan terjadi pada kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar dan ketegasan sikap. lndikator tersebut menjadi lebih baik dan dimiliki oleh BJG sGtelah dirinya secara rutin melakukan tilawah Al-Qur'an. Sementara indikator yang lainnya semakin membaik dan lebih terkendali. Pada M, indikator yang ada tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Namun, kedisiplinan dan kemampuan mengendalikan emosi dan perilaku secara sadar mengalami perubahan yang sangat baik setelah melakukan tilawah Al-Our'an. Sedangkan indikator yang lainnya lebih terkontrol dan terk1endali serta lebih baik dibanding sebelum melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin.
Perubahan yang terjadi pada ketiga subyek terlihat riula secara jelas pada aspek religius. Perubahan tersebut tejadi hampir pada semua indikator. yakni kemampuan dalam menjalankan perintah agama maupun
l~emampuan
133
subyek dalam meninggalkan larangan agama. Ketiga subyek mengakui, setelah mereka melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin, ibadah mereka, baik ibadah wajib maupun sunnah semakin lebih baik dan lebih terkontrol. Peningkatan kualitas dan kuantitas pun terjadi pada ibadah-ibadah wajib dan ibadah-ibadah sunnah yang mereka lakukan.
Dari ketiga kasus di atas, terlihat bahwa tidak terdapat kontradiksi yang berarti antar subyek setelah mereka melakukan tilawah Al·-Our'an secara rutin. Dengan demikian, bahwa tilawah Al-Qur'an yang dilakukan secara rutin telah memberikan implikasi positif terhadap perubahan kesehatan mental subyek yang melakukannya. Walaupun implikasi tilawah Al-Qur'an terhadap kesehatan mental pad a subyek tidak selalu mengalami per ..ibahan yang signifikan, namun setiap subyek dapat merasakan perbedaan dan perubahan positif yang mengarah kepada perbaikan kondisi kesehatan mental mereka setelah melakukan tilawah Al-Qur'an.
Selanjutnya akan ditunjukan tabel 4.3.2, yakni perubahan aspek kesehatan mental pada ketiga subyek. Perubahan aspek kesehatan mental ini akan dijelaskan dengan mengkategorikan perubahan tersebut menjadi; banyak berubah, sedikit berubah dan tidak berubah. Dengan label tersebut akan terlihat sejauh mana perubahan aspek kesehatan mental yang terjadi pada ketiga subyek setelah melakukan tilawah Al-Qur'an.
134
Tabel 4.3.2 Perubahan Aspek-aspek Kesehatan Mental Tiap-tiap Subyek Aspek-aspek Kesehatan Mental TB
BZ SB
BB
SUBYEK BJG BB SB
TB
I TB
M SB
BB
1. Simptomatis
Gejala-gejala Neurosis +- Keluhan-keluhan Neurosis 2. Penyesuaian Diri +- Kemampuan dalam bergaul ' Kemampuan menilai lingkungan + Kemampuan membentuk ikatan kasih sayang Menerima • keberadaan dirinya Mcnerima keberadaan orang lain +
3. Pengembangan Diri ' Kemampuan untuk bertanggung jawab +- Kemampuan untuk berkreativitas + Disiplin Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar +- Memiliki sikap yang tegas + Optimis dan realistis Bersemangat tingqi 4. Religius ' Kemampuan melaksanakan
;j
;j
;j
;j ;j
;j ;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j
;j ;j
;j
;j
;j ;j
,/
;j
-~
;j
'1
'1
;j
'1
;j
;
'1 I
I
135
perintah dan menjauhi larangan aaama
'1
'1
I I I '1 I
Keterangan ; TB : Tidak Berubah
SB : Sedikit Berubah
BB : Banyak Berubah
Tabel 4.3.2 telah menunjukan bahwa, terdapat perubahan kesehatan mental pada ketiga subyek setelah melakukan tilawah Al-Qur'an. Perubahan yang terjadi pad a ketiga subyek adalah terlihat jelas pad a aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri dan religius. Pada aspek simptomatis ketiga subyek mengalami perubahan yang baik. Terutama pada BZ dan BJG. Perubahan aspek simptomatis BZ terlihat jelas pada indikatornya yakni, gejala-gejala dan keluhan-keluhan neurosis yang sering dialami oleh BZ sebelum tilawah Al-Qur'an seperti sering cemas, malas, kllawatir yang berlebihan, sering mengeluh, stres dan frustasi mengalami banyak perubahan setelah BZ melakukan tilawah Al-Qur'an. SemHntara pada BJG, indikator yang berubah pada keluhan-keluhan neurosis seperti; rasa kesal, kecewa dan sires mengalami banyak perubahan setelah BJG melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin. Sedangkan pada M, aspek simptomatis dari kesehatan mental M mengalami sedikit perubahan. Gejala-gejala dan keluhan-keluhan neurosis pada diri M menjadi lebih terjaga dan terkendali. Sebab gejala-gejala dan keluhan-keluhan neurosis yang dialami oleh M tidak selalu diatasi dengan melakukan tilawah Al-Qur'an. Selain itu, M jarang sekali
136
ketika akan melakukan tilawah Al-Qur'an kalau dalam kondisi mental yang terganggu.
Pada aspek penyesuaian diri, yang banyak mengalami perubahan terjadi pada BZ. Kemampuan dalam bergaul, kemampuan membentuk ikatan kasih sayang, dan kemampuan menerima keberadaan diri dan orang lain banyak mengalami perubahan. Sedangkan kemampuan BZ dalam menilai lingkungan sedikit mengalami perubahan. Sementara pada BJG, indikator yang banyak mengalami terjadi pada kemampuan membentuk ikatan kasih sayang dan kemampuan menerima keberadaan diri dan orang lain. Kemampuan dalam bergaul dan kemampuan menilai lingkungan sedikit mengalami perubahan. Sedangkan pada M yang banyak mengalami perubahan terjadi pada indikator kemampuan membentuk ikatan kasih sayang, khususnya pada anggota keluarganya. Kemampuan dalam bergaul, ker.1ampuan dalam menilai lingkungan, dan kemampuan menerima keberadaan diri dan lingkungan sedikit mengalami perubahan. Hal ini disebabkan sebelum melakukan tilawah Al-Qur'an, M sudah memiliki kemampuan tersebut.
Sama halnya sepertl pada aspek simptomatis, aspek pengembangan diri pada ketiga subyek mengalami banyak perubahan setelah melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin. Pad a BZ, semua indikator yang ada mengalami
137
banyak perubahan. Kemampuan bersikap tanggung jawab, kemampuan berkreativitas, disiplin, kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar, ketegasan sikap, optimis dan realistis serta semangat yang ada mengalami perubahan yang signifikan. Pada BJG pun hampir sama d1:;ngan dengan kasus BZ. Pada BJG yang sedikit mengalami perubahan terjadi pada kemampuan berkreativitas, karena hal ini BJG telah memilikinya sebelum melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin serta BJG merupakan orang yang cukup berprestasi. Sedangkan pada M, indikator yang sedikit mengalami perubahan terjadi pada kemampuan bertanggung jawab dan kemampuan berkreativitas. Hal ini pun disebabkan oleh kebiasaan M yang senantiasa bersikap tanggung jawab dan berkreativitas dalam kehidupannya.
Aspek kesehatan mental yang banyak mengalami perubahan terjadi pada aspek religius. Pada aspek ini semua subyek mengalami banyak perubahan. Pada BZ kemampuan melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangan agama semakin meningkat, kemampuan dalam mengamalkan pemahaman terhadap agama mengalami banyak perubahan. lbadah-ibadah wajib yang sering telat kini setelah BZ melakukan tilawall Jl,1-Qur'an mengalami banyak perubahan, ibadah-ibadah sunnah yang sebelumnya jarang sekali ailakukan seperti qiyamullail, puasa sunnah, clan intensitas berinfak serta kesabaran, keikhlasan dan ketenangan dalam beribadah semakin dirasakan setelah BZ melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin. Hal
138
yang sama dirasakan oleh BJG dan M. lndikator aspek religius banyak mengalami perubahan. Selain itu, kuantitas dan kualitas ibadah-ibadah wajib dan sunnah meningkat, keihklasan, kesabaran dan kekhusyuan dalam beribadah, baik ibadah-ibadah wajib maupun ibadah sunnah semakin meningkat dan lebih terjaga, dan kepasrahan kepada Allah dalam hidup atas segala ujian dan cobaan yang dihadapi semakin baik setelah melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin.
Berdasarkan analisa antar kasus perubahan aspek-aspek kesehatan mental, terlihat adanya perubahan yang telah terjadi pada ketiga subyek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh subyek telah memberikan implikasi terhadap perubahan kesehatan mental bagi pelakunya. Meskipun masih terdapat kemungkinan adanya faktor lain yang mempengaruhi perubahan kesehatan mental subyek selain karena aktivitas tilawah Al-Qur'an. Secara umum ketiga subyek telah merasakan perbedaan yang terjadi pada diri mereka setelah mereka melakukan tilawah Al-Qur'an.
Berikut label 4.3.3 yang menunjukan kegiatan dalam tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh subyek. Dari tabel ini kita dapat melihat perbedaan intensitas ataupun frekuensi kegiatan dalam tilawah Al-Qur'an yang dilakukan oleh setiap subyek yang ada.
139
Tabel 4.3.3 Kegiatan saat Tilawah Al-Qur'an
I
Subyek Kegiatan saat Tilawah Al-Qur'an
BZ
s •
Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf.
•
K
Memahami isi kandungan
s
K
"
"
Penghayatan terhadap makna ayat-ayat Al-Qur'an.
" " " "
"
Mentadabburi isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an.
•
K
"
"
ayat-ayat Al-Qur'an.
•
s
Membaca arti dari ayat-ayat Al-Qur'an.
•
M
BJG
" "
"
" "
" '
Keterangan :
S: Sering
K : Kadang-kaclang
Dari tabel di atas terihat bahwa, hampir semua kegiatan dalam tilawah AlQur'an selalu dilakukan oleh subyek. Hanya beberapa kegiatan saja yang kadang-kadang dilakukan oleh subyek dalam melakukan tilawah Al-Qur'an. Kegiatan membaca arti dari ayat-ayat Al-Qur'an aclalah kegiatan yang seclikit dilakukan oleh BJG clan M, hal ini disebabkan kedua subyek selalu menggantinya clengan kegiatan peningkatan pemahaman terhaclap ayat-ayat
140
Al-Qur'an yang dilakukannya dengan melihat langsung tafsir Al-Qur'an dan senantiasa menghadiri forum-forum, majlis dan kajian-kajian tafsir Al-Qur'an. Selain itu, pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an juga sedikit dilakukan oleh BZ dan BJG. Hal ini disebabkan BZ, sebelum memahami ayat-ayat AlQur'an dirinya perlu mengetahui arti dari ayat-ayat Al-Qur'an terlebih dahulu. Sementara untuk memahami arti ayat-ayat Al-Qur'an BZ perlu berkali-kali membaca arti ayat-ayat Al-Qur'an tersebut, selain itu perlu adanya pengkajian lebih dalam untuk mendapatkan pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Sedangkan kegiatan dalam tilawah Al-Qur'an yang sering dilakukan oleh ketiga subyek yakni; tilawah Al-Qur'an dengan menggunakan mushaf, pentadabburan dan penghayatan dari ayat-ayat Al-Qur'an tersebut. Kegiatan tersebut oleh BZ akan se;nakin meningkat ketika BZ sedang mengalami masalah pada dirinya. Tidak sama halnya dengan BZ, subyek yang berinisial BJG dan M dalam melakukan kegiatan tilawah Al-Qur'an senantiasa dalam i<eadaan baik. Peningkatan yang terjadi pada kegiatan tilawah Al-Qur'an oleh BJG dan M disebabkan kebutuhan yang ada pada dirinya terhadap Al-Qur'an serta sudah menjadi kebiasaan dalam hidupnya
B_ila dilihat pada perubahan kesehatan mental ketiga subyel<, maka dapat kita ketahui bahwa, yang mengalami perubahan l<esehatan mental tidak hanya subyek yang sering melakukan kegiatan dalam tilawah Al-Qur'an saja. Akan tetapi, mereka yang memiliki frekuensi sedikit pun dapat mengalami
141
perubahan kesehatan mental yang lebih baik. Walaupun demikian, perubahan yar:g signifikan dialami oleh mereka yang senantiasa melakukan kegiatan-kegiatan dalam tilawah Al-Qur'an secara rutin. Namun implikasi ini bisa terjadi karena faktor-faktor lain, seperti pembelajaran clan pengalaman yang mereka peroleh sebelum melakukan tilawah Al-Qur'an secara rutin.
142
BABV
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan tentang kesimpulan, diskusi dan saran dari peneletian yang telah dilakukan.
5.1
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas tilawah Al-Qur'an memberikan implikasi posititif terhadap kesehatan mental pelakunya. Adanya perubahan pada beberapa aspek kesehatan mental, yaitu aspek simptomatis, penyesuaian diri, pengembangan diri, dan aspek religius.
Pertama; aspek simptomatis. Pada aspek ini mereka yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an mengalami perubahan positif, terutama pada gejala-gejala dan keluha11-keluhan neurosis, seperti rasa gelisah, cemas, stres, sering kecewa, frustasi, malas, mudah marah tanpa alasan logis. Orang yang senantiasa melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an memiliki sifat tidak malas, semangat berkreativitas, tidak mudah marah, clan tidak panik a.taupun gelisah dalam menghadapi permasalahan hidup.
Kedua ; aspek penyesuaian diri. Pada aspek ini, mereka y2ing melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an secara kontinyu dan berkualitas akan mengalami
143
perubahan yang positif. Mereka yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an memiliki kemampuan yang lebih baik dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan (bergaul), kemampuan membentuk ikatan kasih sayang, kemampuan menilai lingkungan sekitar, menerima kelebihan dan kekurangan diri dan orang lain serta lingkungannya.
Ketiga; aspek pengembangan diri. Pada aspek ini, mereka yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an akan mendapatkan kemampuan daya kreativitas yang baik, disiplin, mampu mengendalikan perilaku secara sadar, memiliki ketegasan yang baik, semangat tinggi, optimis dan realistis dalam hidup.
Keempat; aspek religius. Pada aspek ini, seseorang yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an akan memiliki kemampuan yang baik dalam menjalankan perintah dan larangan agama. Tumbuh rasa keikhlasan dan kekhusyuan dalam beribadah kepada Allah, lebih mengutamakan kualitas ibadah dari pada kuantitas.
5.2
Diskusi
Dari hasil kesimpulan di atas menunjukan bahwa aktivitas tilawah Al-Qur'an berimplikasi positif terhadap kesehatan mental bagi individu yang melakukannya. Baik dari aspek simptomatis, penyesuaian cliri, pengembangan diri, maupun religius. Pembentukan dan pembinaan
!44
kesehatan mental memang dapat dilakukan dengan berba9ai cara. Upaya ini telah dilakukan dan terus dikembangkan demi memperoleh mental yang sehat. Dalam Islam telah banyak dibuktikan oleh beberapa peneliti bahwa mental yang sehat dapat diperoleh dari berbagai ibadah kepada Allah Swt, seperti Muhammad Iqbal (2003) tentang dzikrul maut implikasinya terhadap kesehatan mental, penelitian oleh Umayah (2006) tentang qiyamul lail lmplikasinya terhadap kesehatan mental dan penelitian Hilman Almadani (2001) tentang pengaruh muhasabah terhadap kesehatan mental.
Penelitian ini juga sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky (2004) bahwa membaca Al-Qur'an memiliki keutamaan sebagai sebuah terapi yang be;fu;igsi untuk mencegah dan melindungi diri, yakni sebagai permohonan (doa) agar senantiasa dapat terhindar dan terlindungi dari suatu akibat hadirnya musibah, bencana atau ujian yang berat. Yang mana hai itu dapat mengganggu keutuhan dan eksistensi kejiwaan (mental). Karena dalam kehidupan sehari-hari tidak sedikit orang me;ijadi sires, depresi darn frustasi bahkan rnenjadi hilang ingatan dan kesadarannya, karena keimanan dalam dada tidak kokoh, mental sangat rapuh dan lingkungan sangat jauh dari perlindungan Allah. Selain itu membaca Al-Qur'an dapst memberikan penyernbuhan atau pengobatan terhadap penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat juga untuk penyakit spiritual dan fisik.
145
Selain itu, pembuktian akan peranan agama dalam membentuk dan menjaga kesehatan mental telah dilakukan pula oleh Al Qadhi (dalam Ahmad Muhyiddin Yusri, 2004) melalui penelitiannya yang panjan!J dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar. Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Al-Qur'an berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Begitu pula dengan apa yang telah dibuktikan oleh penelitian Muhammad Salim (dalarn Ade Sudaryat, 2004) yang dipubiikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-Qur'an. Penelitian yang dilakukan sebanyak 2·10 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-Qur'an dengan tartil dan membacakan bahasa
146
Arab yang bukan dari Al-Qur'an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Al··Qur'an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur'an.
Pada penelitian ini tidak memiliki control group seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Muhamad Salim (dalam Ade Sudaryat, 2004) dan tidak menggunakan bantuan peralatan elektronik untuk mendetiiksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik seperti yang dilakukan oleh Al-Qadhi (dalam Ahmad Muhyiddin Yusri, 2004), sehingga penelitian ini hanya berlaku bagi subyek penelitian saja, atau paling tidak mereka yang melakukan aktivitas tilaw
Pada kesimpulan ini pun menunjukan bahwa individu yang selalu melakukan tilawah Al-Qur'an akan mampu merasakan manfaat dari tilawah Al-Qur'an
147
yang ia lakukan, hal ini dapat dipengaruhi oleh motivasi awal individu untuk melakukan tilawah Al-Qur'an dan keadaan lingkungan sekitar individu.
5.3
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan diskusi, maka untuk perkembangan penelitian lebih lanjut atau bagi pihak-pihak terkait, penulis menganjurkan saran-saran perbaikan yaitu ; 1.
Hasil penelitian ini hanya dapat berlaku untuk sampel yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Generalisasi tidak dapat dilakukan mengingat subyek yang menjadi sampel penelitian ini terlalu sedikit bila dibandingkan dengan populasi orang yang melakukan aktivitas tilawah Al-Qur'an. Agar dapat digeneralisasikan, malca diperlukan teknik pengambilan sampel secara random dan menambah jumlah sampel.
2.
Penelitian ini tidak dapat menjawab pertanyaan dinamika kesehatan mental seseorang yang tidak pernah melakukan aktivitas tilawah AlQur'an. Bagi yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam, dapat diteliti pengaruh tilawah Al-Qur'an dengan metode pendekatan yang lain seperti eksperimen dan studi komparatif dengan menggunakan alat bantuan seperti alat pendeteksi detak jantung, tekanan darah, kadar hormon, dan ketahanan otot.
DAFT AR PUSTAKA
Abd Aziz Abdul Rauf. 2004. Membangun Kepribadian Al-·Qur'ani: Tarbiyah Syakhsiyah Al-Qur'aniyan. Jakarta: PT Globalmedia Cipta Publishing Abdul Mujib&Jusuf Muzakir. 2002. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Abu Bakar Bardja dan Budiman, A. 1996. Mental Sehat Hidup Nikmat Mental Sakit Hidup Pahit. Jakarta Studio Press Adnan Syarif. 2003. Psikologi Qur'ani. Bandung: Pustaka Hidayah A.Faruq Nasution. 2001. Thibburruhany atau Faith-Healing: Psikologi Iman dalam Kesehatan Jiwa dan Badan. Jakarta: Eldine Al-Qur'an dan Terjemahannya. 1971. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur'an Asmadi Alsa. 2003. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Komunikasinya dalam Penelitian Psikolugi. Jakarta: Pustaka Pelajar Atabik Ahmad Ali Zuhdi Mahdlor. 1998. Kamus Kontempomr Arab Indonesia. Yogyakarta: rv1uiti Karya Grafika Bakran, HM Hamdani Adz-Dzaky. 2004. Konse/ing dan Psikoterapi Islam. Jogyakarta: Fahar Pustaka Baru Crow & Crow, L.D. 1951. Mental Hygiene. New York: Mc. G(aw Hill Book Company
Dadang Hawari. 1997. Al-Qur'an I/mu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa
_ _ _ _ _ _ 2002. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Daradjat, Zakiah. 1982. Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang
1996. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung
_ _ _ _ _ _ 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung D. Molyneaux and V.W. Lane. 1982. Effective Interviewing: Technique Analyisis. Boston: Massacchussetts: Allyn abd Bacon E. Kristi Poerwandari. 1998. Pendekatan Kualitatif Oalam Penelitian Psikologi. Jakarta: LPSP31 UI El-Quussy, A. Aziz. 1976. I/mu Jiwa Prinsip-prinsip dan lmplementasinya Dalam Pendidikan. Diterjemahkan oleh Zakiah Darajat dari Ususus Shihhah An-Nafsiyyah. Jakarta: Bulan Bintang
_ _ _ _ _ _ 1986. Pokok-pokok Kesehatan Jiwa!Mental. Diterjemahkan oleh Zakiah Darajat dari Ususus Shihhah An-Nafsiyyah. Jakarta: Bulan Bintang Hanna Djumhana Bastaman. 2001. lntegrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi lslam.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Imam Nawawi. 1995. Khasiat Zikir & Doa. Bandung: Sinar Baru ALGESINDO Kartini Kartono. 1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygiene II. Bandung: Alumni Kartono, K dan Jenny Andari. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam. Bandung: Mandar Maju Keraf, Gorys. 1994. Komposisi: Sebuah PengantarKemahlran Berbahasa. Flores NTT: Nusa lndah Lexy Moelong. J.M .. 2002. Metodo/ogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Mahmud Yunus. 1990. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hida Karya Agung. Najati, Utsman. 2000. AJ-Qur'an dan I/mu Jiwa. Bandung. Penerbit Pustaka Nasih 'Ulwan, A. 1996. Tarbiyah Ruhiyah. Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa. Jakarta: Rabbani Press Ramayulis. 2000. Psiko/ogi Agama. Jakarta: Kalam Mulia Rita.L Atkinson, dkk. 1993. Penga11tar Psikologi. Batam: lnteraksa. Edisi kesebelas, Jilid II Rosenthal,R, and Rosnow,E. 1984. Essentials of Behavioral Research: Methods and Analyisis. New York: Mc. Graw hill S_aid Hawa. 2001. Mensucikan Jiwa Konsep Tazkiyatun Nals Terpadu: lntisari lhya Ulumuddin Al-Ghajali. Jakarta: RABBANI PRESS
Shalih AIMunajjid. 1995. Fenomena Lemah Iman: Sebab-s,9bab dan Terapinya. Solo: CV Pustaka Mantiq Saparinah Sad Ii. 1982. Pengantar Dalam Kesehatan Jiwa. Dalam Buku Pedoman Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Baclan Konsultasi Mahasiswa UI Singgih Gunarsa. 1996. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Pene/itian: Suatu Pendekatan atau Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta Taimiyah, lbnu. 2003. Terapi Penyakit Hali. Jakarta: Gema lnsani Press Tim Penyusunan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi. 2004. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Skripsi. Jakarta. Fakultas Psikologi UIN Jakarta Usman.F Baharun. 2003. Bekal Ruhiyah Menempuh Jalan .Rabbani. Jakarta: Data Press Wayan Nurkancana,. 1993. Pemahaman /ndividu. Surabaya: Usaha Nasional W.F. Maramis,. 1998. Catalan I/mu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press Y_usak Burhanuddin. 1999. Kesehatan Mental. Bandung: CV Pustaka Selia
Skripsi:
Hilman AIMadani. (2002). Muhasabah: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Muhammad Iqbal. (2003). Dzikrul Maul: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikolo9i UIN Jakarta
Umayah. (2006). Pengaruh Qiyamu/lail Terhadap Kesehatan Mental. Tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Internet:
Ade Sudaryat. (2004). Musik Klasik, Al-Qur'an dan Ketenangan Jiwa. Diambil pada Januari 2006. http: IIV:JV>JVj. pi_kii:,a11:
Ahmad Muhyiddin Yusri. 2004. Meditasi Dengan Al-Qur'an. Diambil pada Nopember 2006
Dudung Kurnia Sundana. 2004. Nasyid Indonesia. Diambil pada Nopember 2006
Blue Print Pedoman Wawancara
Tilawah Al-Qur'an
Kesehatan Mental
1.
Kegiatan tilawah Al-Qur'an • Membaca Al-Qur'an dengan Mushaf. • Membaca arti dari ayat-ayat AlQur'an. • Memahami isi kandungan ayatayat Al-Qur'an. • Mentadabburi isi kandungan ayatayat Al-Qur'an. • Penghayatan terhadap makna ayat-ayat Al-Qur'an.
--------
----··----- .. ,._, __ - ------
Simptomatis • Gejala (symptoms) neurosis • Keluhan-keluhan (complaints) neurosis 2. Penyesuaian diri • Kemampuan dalam bergaul • Kemampuan menilai lingkungan sekitar • Kemampuan untuk membentuk ikatan kasih sayang • Menerima keberadaan dirinya • Menerima keberadaan orang lain 3. Pengembangan diri • Kemampuan untuk bertanggungjawab • Kemampuan berkreativitas • Disiplin • Kemampuan mengendalikan perilaku secara sadar • Memiliki sikap yang tegas • Optimis dan realistis • Bersemangat tinggi 4. Religius • Kemampuan untuk melaksanakan perintah agama Kemampuan untuk menjauhi • larangan agama -
PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
"Tilawal At-Qur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental"
NO 1.
ASPEK
ITEM PERTANYAAN GAMBARAN UMUM TILAWAH AL-QUR'AN 1. Apa yang Anda Pahami tentang Al-Qur'an? 2. Apa yang Anda pahami tentang tilawah AlQur'an (membaca Al-Qur'an)? 3. Dari s1apa Anda dapat memahami tentang tilawah Al-Qur'an? 4. Berapa kali Anda melakukan tilawah Al-Qur'an dalam sehari? 5. Sejak kapan Anda bisa membaca Al-Qur'an? 6. Sejak kapan Anda mulai membaca Al-Qur'an? 7. Apa
yang
memotivasi
Anda
membaca
Al-
Qur'an? 8. Apakah Anda pernah mengalami pengalaman menarik ketika berinteraksi dengan Al-Qur'an? 9. Jika punya, Kapan ha! itu terjadi? bisakah Anda ceritakan! 10.Apakah Anda pernah mengalami pengalaman menarik setelah Anda berinteraksi dengan AlQur'an? 11. Jika punya, Kapan ha! itu terjadi? bisakah Anda ceritakan! 12.Apakah Anda memiliki waktu khusus untuk membaca AJ-Qur'an? 13. Dengan siapa Anda biasanya melakukan tilawah
Al-Qur'an? (sendiri atau dengan pembimbing?) 14.Apa yang Anda rasakan sebelum membaca AlQur'an? 15. Lalu ketika Anda membaca Al-Qur'an, apa yang Anda rasakan? 16. Bagaimana perasaan Anda setelah melakukan tilawah Al-Qur'an? 17. Bagaimana
kondisi
pikiran
Anda
sebelum
melakukan tilawah Al-Qur'an? 18. Ketika
Anda
melakukan
tilawah
Al-Qur'an,
bagaimana kondisi pikiran Anda tersebut? 19. Bagaimana
kondisi
pikiran
Anda
setelah
I
membaca Al-Qur'an? 20.Apakah Anda selalu melibatkan alat indera secara
bersamaan
ketika
Anda
melakukan
tilawah Al-Qur'an? 21. Manakah alat indera yang sering Anda libatkan dalam melakuka tilawah Al-Qur'an? 22.Apa yang ingin Anda raih atau dapatkan dari aktivitas tilawah Al-Qur'an yang Anda lakukan selama ini? A.
Membaca AlQur'an dengan melihat mushaf
1. Apakah setiap melakukan ti!awah Al-Qur'an Anda selalu melihat mushaf Al-Qur'an? 2. Apakah ada target jumlah !Jacaan Al-Qur'an yang Anda lakukan? 3. Jika ada, Bera,.Ja banyak jumlah halaman yang Anda baca saat melakukan tilawah Al-Qur'an
I
' - - · · - · - - - - - - - - - - L_ _d_a_l_am
sehari?
-----------------~
4. Apakah ada surat atau ayat khusus yang sering Anda baca saat tilawah Al-Qur'an? 5. Jika ada, surat atau ayat apakah yang sering Anda baca? 6. Mengapa Anda
membaca
surat
atau
ayat
terse but? 7. Adakah waktu khusus untuk membaca surat itu?
B.
1. Apa
Membaca arti ayat-ayat Al-
yang
Anda
serin9
lakukan
ketika
berinteraksi dengan Al-Qur'an?
Qur'an
2. Tahukah Anda arti dari ayat-ayat yang Anda baca? 3. Apa yang Anda lakukan untuk mengetahui arti dari ayat-ayat Al-Qur'an
yan!~
telah Anda baca?
4. Pernahkah Anda ketika melakukan tilawah AlQur'an membaca pula arti dari ayat-ayat AlQur'an yang Anda baca? 5. Seberapa
seringkah
Anda
melakukan
hal
terse but?
c.
Memahami lsi
1. Apakah Anda selalu paham dengan ayat-ayat
kandungan
yang telah Anda baca?
ayat-ayat Al-
2. Usaha apa yang Anda lakukan untuk memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang Anda
Qur'a11
telah Anda baca? 3. Seberapa sering Anda melakukan hal tersebut? 4. Adakah waktu khusus untuk melakukan hal tersebut? "---~--------+-------------·-------.......;
D.
Mentadabburi
1
isi kandungan
L _ ...- '_____ ..." · - - ·..· - - - - - - - - - -
1. Bagaimana
1
kondisi
hati
Anda
melakukan t1lawah Al-Qur'an?
ketika
akan
I
_J_ ··--·--···-·---·----·---···------·----"---'
2. Bagaimana kondisi hati Anda ketika sedang
ayat-ayat Al-
II
melakukan tilawah Al-Qur'an?
Qur'an
3. Bagaimana kondisi hati Anda setelah melakukan tilawah Al-Qur'an? 4. Pernahkah Anda mentadabburi isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang Anda baca?
\
5. Apa yang Anda lakukan untuk mentadabburi isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an? 6. Seberapa
sering
Anda
mentadabburi
isi
Ii
kandungan ayat-ayat Al-Qur'an?
E.
1. Pernahkah Anda menghayati makna ayat-ayat
Penghayatan
Al-Qur'an?
terhadap
I I I i
2. Seberapa
makna ayat-
penghayatan
ayat Al-Qur'an
seringkah terhadap
Anda makna
melakukan ayat-ayat Al-
Qur'an? 3. Adakah surat atau ayat khusus dari Al-Qur'an yang sering Anda hayati? 4. Usaha apa yang Anda lakukan agar dapat menghayati makna ayat-ayat ,1\1-Qur'an? 5. Apa yang Anda lakukan dalam penghayatan makna ayat-ayat Al-Qur'an? I
6. Bagaimana
kondisi
perasaan
Anda
ketika
sedang menghayati makna ayat-ayat Al-Qur'an? 7. Bagaimana
kondisi
perasaan
Anda
setelah
melakukan penghayatan makna ayat-ayat AlQur'an? r--·--t--------··1-----------------------~
2.
A. I
J
Si_mptomatis
GAMBARAN UMUM KESEHATAN MENTAL 1. Apakah Anda pernah merasakan kegelisahan?
Apakah Anda selalu men s1etahui sebabnya? Bagaimana Anda menyikapi nya?
2. Pernahkah Anda kesal atau "BT"? Seberapa seringkah?
Biasanya
a pa
penyebabnya?
Pernahkah Anda merasaka n hal itu tanpa Anda ketahui
penyebabnya?
s eberapa
seringkah?
Bagaimana Anda menyikapi hal tersebut? Kapan terakhir kali Anda merasaka nnya? 3. Dalam menjalankan aktivita s sehari-hari, apakah Anda
merasakan
pernah
malas?
Seberapa
seringkah? Dapatkah And a ceritakan kondisi malas yang tidak pernah An da lupakan? Apakah sampai berlarut-larut? Sebe rapa seringkah Anda menyesalinya?
4. Pernahkah
Anda
merasa kan
stress
ketika
masalah yang Anda hadap i sulit diselesaikan? Kapan terakhir kali Anda me rasakannya?
5. Apakah Anda dapat me rasakan kondisi-kondisi
di
saat
atas
perbedaan
sebelum
dan
sesudah Anda melakukan tilawah (membaca) Al-Qur'an? Perasaan apa yang paling Anda
B.
I Penyesuaian
rasakan perbedaannya?
1. Bagaimana hubungan And a dengan keluarga?
Diri
Bagaimana
peran
Anda
clalam
lingkungan
keluarga?
2. Apakah
Anda
masyarakat,
I
memiliki
kampus,
aktivitas
sekolah,
dalam [
organisasi?
Bagaimana peran Anda d i dalam lingkungan
-------------------------··---··---·-·-----------,
tersebut?
3. Apakah
Anda
memiliki
sahabat?
Berapa
banyak? Sudah berapa lama Anda bersahabat Hal
dengannya? hubungan
Anda
apa
yang
dengannya?
menguatkan Apakah
ada
kenangan indah yang tidal< dapat Anda lupakan selama
bersamanya? Apakah Anda
pemah
mengalami konflik dengannya, berapa lama? Bagaimana upaya Anda untuk mengembalikan hubungan baik Anda dengannya? 4. Menurut Anda, apakah lingkungan sekitar Anda dapat menerima keberadaan Anda? Bagaimana lingkungan menilai Anda? Bagaimana Anda menilai lingkungan sekitar /.i.nda? 5. Bagaimana sikap Anda menghadapi kelebihan maupun kekurangan dalarn diri Anda, baik dari segi fisik maupun psikis? 6. Bagaimana perasaan dan sikap Anda saat mendapat kritik dari orang lain? 7. Apakah Anda pernah merasa kecewa dengan seseorang tan pa orang terse but menyadarinya? Seber8pa sering? ~\~engopa? Apa sikap dan
tindakan Anda
terhadap hal itu dan orang
terse but? 8. Apa arti seorang sahabat maupun orang lain ' dcilam hidup Anda? :::.
' F2ngcmbangan ,. 1 · Pernahkah
Andaticial<.
mer1ye esaikan tug as darl
Bagaimana perasaan Anda clan apa yang Anda lakukan? Kapan terakhir kali Anda melakukan hal tersebut? 2. Pernahkah Anda tidak menepati janji? Dengan siapa? Mengapa? Bagaimana perasaan Anda? Apa yang Anda lakukan ketika dalam kondisi perasaan tersebut? Kapan terakhir kali Anda melakukan hal tersebut? 3. Jika Anda melakukan kesalahan atau kelalaian dalam tugas, pernahkah Anda memberi sangsi kepada diri Anda sendiri? Seberapa seringkah? Berupa apa sangsi tersebut? Sejak kapan hal itu Anda terapkan pada diri Anda? 4. Ketika Anda menghadapi permasalahan pribadi, apakah
Anda
selalu
mendapatkan
ataupun
memiliki solusinya? Apakah solusi itu bermacammacam (lebih dari satu jalan)? 5. Dalam komunitas (lingkungan) Anda baik itu diperkuliahan,
lingkungan
kerja
maupun
organisasi, apakah Anda banyak memberikan masukan-masukan, saran-saran ataupun ide-ide t.mtuk kepentingan komunitas (lingkungan) Anda? Apakah
masukan-masukan, saran-saran atau
ide-ide Anda banyak digunakan?
maupun dampak yang akan Anda dapatk
'----·------"~------- -
7. Apa yang biasa Anda lakukan jika keluarga,
teman atau bawahan Anda melakukan kesalahan maupun kekeliruan, apa yang Anda lakukan terhadapnya? Mengapa? Jika hal itu terjRdi pada Anda, apa yang Anda lakukan? 8. Pernahkah Anda memiliki cita-cita atau harapan yang Anda sudah ketahui bahwa itu tidak mungkin
Anda
raih?
Kapan
terakhir
Anda
memiliki cita-cita atau harapan tersebut? 9. Tugas terbesar atau pun terberat yang pernah Anda alami dalam hidup Anda, bagaimana Anda mencapainya
(menyelesaikannya)?
Apakah
Anda selalu merasa optimis akan memenuhinya? Sejak
kapan
Anda
memilih:i
sikap
optimis?
Bagaimana jika tidak dapat terpenuhi?
10. Dari banyaknya tanggung jawab dalam keluarga, pekerjaan maupun organisasi, bagaimana Anda membagi
waktu,
Pernahkah
Anda
pikiran, merasa
maupun
tenaga?
kesulitan
dalam
memenuhinya? Sejak kapan? Bagaimana upaya Anda untuk tetap menjaga semangat?
11. Bagaimana Anda memandang hidup ini? Apa yang membuat Anda mampu menjalakannya?
D.
ReligiusJ1. Bagaimana pemahaman agama Anda sebelum Anda melakukan tilawah Al-Qu1·'an? 2. Darimana Anda mulai mempelajari agama? 3. Sejak usia berapa Anda me1 asa mulai berusaha menjalankan nilai-nilai agama dengan bail 4. Adakah
'-------··~"·------.-
seseorang yang
sering
memberikan _J
pemahaman
tentang
agama
kepada
Anda?
Siapakah dia? Sejak kapan dia memberikan pemahaman tentang agama kepada Anda? 5. Apakah Anda selalu melakukan ibadah-ibadah wajib? Mengapa Anda melakukannya? Sejak kapan Anda melakukan hal tersebut? 6. Dalam menjalankan ibadah wajib, apakah Anda selalu tepat waktu? Mengapa? Sejak kapan Anda melalakukan hal tersebut? 7. Apakah
Anda
sering
melakukan
sholat
berjamaah? Seberapa seringkah? Sejak kapan? 8. Seumur
hidup
Anda,
pernahkah
Anda
meninggalkan sholat wajib? Kapan? Sejak kapan hal tersebut Anda lakukan? Mengapa? 9. Untuk
menumbuhkan
keikhlasan
dalam
beribadah, apa yang anda lakukan? Sejak kapan hal itu Anda rasakan? Apakah hal itu selalu ada dalam diri Anda?
I 10. Sejak
kapan
kekhusyuan
Anda
dalam
merasakan
beribaclah?
adanya
Apakah
hal
tersebut selalu Anda alami?
I
11. Apakah Anda biasa mengerjakan ibadah-ibadah i sunah? lbadah-ibadah sunah apa saja yang Anda kerjakan? Mengapa Anda mengerjakan ibadah-ibadah memotivasi sunah?
sunah
Anda
Sejak
tersebut?
melakukan
kapan
Anda
Apa
yang
I
ibadah-ibadah I melakukan
hal
terse but? ~---·---------------
I I
J
12. Seumur
hidup
larangan
mengerjakan
pernahkah
Anda,
agama?
Kapan
Anda hal
tersebut terjadi? 13.Apakah Anda mengetahui sebelumnya kalau yang Anda lal
adalah dilarang agama? Apa yang
menyebabkan Anda melakukan hal tersebut? Apakah
Anda
melakukan
menyesalinya
setelah
Anda
hal tersebut? Apa yang Anda
lakukan atas penyesalan yang Anda rasakan? Adakah perasaan yang terbesit dalam diri Anda untuk mengulangi kembali? 14. Pengalaman agama apa yang paling berkesan selama hidup Anda? Kapan hal tersebut terjadi?
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN WAWANCARA
Ass/amu'a/aik1m1 Wr, Wb
Salam sejahtera bagi kita semua semoga dalarn lindungan Allah Swt. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw, yang telah membawa kita dari zaman jahilliyah kepada zaman yang penuh dengan nilai-nilai yang suci dan terang dengan cahaya Al-Qur'an. Penyakit masyarakat pada saat sekarang ini sangat beraneka ragam, mulai dari gangguan jiwa, penyakit hati hingga penyakit-penyakit sosial yang sukar untuk diobati. Salah satu terapi yang sangat relevan untuk saat ini ialah terapi-terapi yang berlandaskan kepada ajaran-ajaran agama yang pedoman bagi setiap manusia dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Tilawah AlQur'an (membaca Al-Our'an) merupakan sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam, karena dapat dijadikan sebagai sebuah terapi dan banyak memberikan kontribusi positif bagi pelakunya. Untuk
itu
perkenankanlah
saya
mahasiswa
Fakultas
Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta meminta waktu dan keterangan dari Saudara/I untuk melakukan wawancara dan penelitian mengenai
"
Ti/awah Al-Qur'an: lmplikasinya
Terhadap
Kesehatan
Mental".
Demikianlah permohonan ini saya sampaikan. Semoga waktu yang diberikan menjadi amal ibadah di hadapan Allah SWT. Wassalamu'alaikc;m Wr. Wb
Jakarta, Desember 2006 Peneliti Zainuddin
PERNYATAAN KESEDIAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya: Nama Lengkap Nama Panggilan Tempat Tanggal Lahir Usia Pendidikan Suku Bangsa Pekerjaan Alamat Rumah
Bersedia untuk diwawancarai dan memberikan keterangan sebenarbenarnya untuk keperluan penyusunan skripsi dengan judul "Tilawah AlQur'an: lmplikasinya Terhadap Kesehatan Mental" yang disusun oleh saudara Zainuddin (mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta). Wawancara ini berkaitan dengan pengalaman tilawah Al-Qur'an dan aspek-aspek yang terkait dengan kondisi mental pelakunya. Wawancara ini juga menggunakan alat bantu pencatat data dan alat perekam wawancara berupa alat rekam (tape recorder). Adapun data peribadi dan hasil wawancara ini merupakan satu hal penting dan rahasia serta semata-mata untuk keperluan skripsi. Apabila terdapat data yang masih kurang lengkap, maka saya bersdia untuk diwawancarai kembali. Wassalam, Jakarta, Desumber 2006 lnterviewe Zainuddin
Interviewer
LEMBAR OBSERVASI
Subyek
: 1/2/3
Tanggal Observasi Wawancara ke Waktu (pukul)
: ...... s/d ...... .
Tern pat
Catatan Lapangan : 1. Keadaan tempat wawancara, cuaca dan kehadiran pihak lain di sekitar tempat wawancara. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek. 3. Ringkasan sikap subjek selama jalannya wawancara; (suara, intonasi, sikap tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, dll). 4. Gangguan dan hambatan selama wawancara. 5. Catalan khusus selama wawancara.