THE STUDY USE BETEL LEAVES EXTRACT ( Piper betle ) WITH DIFFERENT CONCENTRATION OF BREAKING STRENGTH AND ELENGATION TETORON YARN Oleh : Khairunnisa Amini 1), Isnaniah 2), Bustari 2) ABSTRACT
[email protected]
This research was conducted on March 2015, which is held in the Laboratory of fishing Gear Materials, Utilization of Water Resource, The Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau. The purpose of this research was to determine the effect of the use of preservatives fiber betel leaf extract (Piper betle) with different concentrations of the breaking strength and elengation PES yarn (Polyester). So it can determine the best concentration of the extract. From the measurement of breaking strength tetoron thread that has been getting treatment, the thread tetoron with treatment B (0.7 Kg / Liter of water) has the highest average 5.3 kgf, and followed by treatment of A (0.5 Kg / Liter water), and treatment C (0.9 Kg / Liter of water) with each value of the breaking strength of 5.15 kgf and 5.05 kgf. Tetoron yarn elengation which have been getting treatment, the thread tetoron with treatment B (0.7 Kg / Liter of water) has the highest average is 33.5 mm, and is followed by treatment of A (0.5 Kg / Liter of water) and treatment C (0.9 Kg / Liter of water) with each tetoron yarn elengation are 531.9 mm and 30.2 mm. Keywords : Breaking Strength , Elengation , Tetoron Yarn , Betel Leaves 1) 2)
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
I. PENDAHULUAN
kantong (seine nets), jaring insang
1.1.Latar Belakang
(gillnets), jaring angkat (lift nets),
Berbagai macam jenis alat tangkap
ikan
yang
di
(traps), alat pengumpul kerang, alat
Indonesia. Berdasarkan klasifikasi
pengumpul rumput laut, muroami
yang
dan
dilakukan
terdapat
pancing (hook and line), perangkap
oleh
Dirjen
alat
tangkap
lainnya.
Bila
Perikanan Tangkap (2005), maka alat
dicermati lebih lanjut kesepuluh
penangkap ikan di Indonesia dapat
klasifikasi
diklasifikasikan ke dalam 10 jenis
tersebut menggunakan bahan dasar
alat tangkap. Kesepuluh jenis alat
benang dan jaring, baik sebagai
tangkap
tersebut
adalah
pukat
alat
penangkap
ikan
bahan
dasar
utama
atau
bahan
pelengkap.
Eugenia sp). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Peningkatan
pengetahuan
dengan menggunakan esktrak daun
mengenai alat penangkapan ikan
sirih (Piper betle) sebagai pengawet
akan mendukung usaha perikanan
kekuatan
baik dari segi teknik pembuatan alat
benang , namun dengan konsentrasi
serta bahan dasar yang digunakan.
yang berbeda.
Hal
ini
bertujuan
meningkatkan
untuk
kemampuan
mengurangi
biaya
operasi,
dan
dan
kemuluran
1.2.Perumusan Masalah
alat
dalam pengoperasiannya di perairan,
putus
Saat ini telah banyak penelitian yang
dilakukan
dengan
memanfaatkan ekstrak kulit kayu
diharapkan juga akan meningkatkan
tumbuhan
efisiensi penangkapan nantinya.
mengawetkan benang, namun hal
sebagai
serat
untuk
Agar usia alat tangkap dapat
yang harus kita sadari adalah dampak
bertahan lebih lama, maka upaya
kerusakan yang ditimbulkan bagi
yang dapat dilakukan adalah dengan
tumbuhan tersebut apabila akan ada
pengawetan,
pengawetan
semakin banyak lagi penelitian yang
disini adalah sebagai pelapis yang
memanfaatkan bagian dari kulit kayu
melindungi
dari
tumbuhan. Maka dari itu, penelitian
pengaruh luar. Sehingga diharapkan
ini mencoba memberikan alternatif
dapat meningkatkan kekuatan putus
lain
jaring.
cara
mengawetkan benang, yaitu dengan
tersendiri untuk pengawetan alat
memanfaatkan ekstrak daun sirih
tangkapnya, umumnya bahan yang
(Piper betle) dengan 3 konsentrasi
digunakan berasal dari alam, baik itu
yang berbeda, sehingga didapatkan
tumbuhan
tingkat
fungsi
benang
jaring
Masyarakat
punya
maupun
hewan.
dari
pada
konsentrasi
serat
untuk
terbaik
dari
Berdasarkan penelitian Wenti (2012)
penelitian ini.
diketahui
di
1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Selatan
Tujuan penelitian ini adalah
Kelurahan
bahwa
nelayan
Bungus
melakukan pengawetan alat tangkap
untuk
pukat
dengan
penggunaan bahan pengawet serat
menggunakan Ekstrak kayu ubar (
ekstrak daun sirih (Piper betle)
pantainya
mengetahui
pengaruh
dengan konsentrasi yang berbeda
Perikanan
terhadap kekuatan putus (Breaking
Universitas Riau.
strenght)
3.2. Bahan dan Alat
dan
(Elongation)
kemuluran
benang
PES
Bahan
(Polyester). Sehingga nantinya dapat menentukan
pilihan
konsentrasi
penelitian
ini
memberikan kekuatan
yang
Kelautan
digunakan
1. Benang Tetoron (PES) yang belum diawetkan.
manfaat
dari
adalah
informasi
putus
Ilmu
dalam penelitian ini adalah:
ekstrak yang terbaik. Sedangkan
dan
dapat mengenai
dan
kemuluran
2.
Ekstrak
daun
sirih
dengan
konsentrasi yang berbeda : a. Konsentrasi 0,5 kg/liter air. b. Konsentrasi 0,7 kg/liter air.
benang tetoron pada konsentrasi yang berbeda dengan penambahan ekstrak daun sirih.
c. Konsentrasi 0,9 kg/liter air. Alat
yang
digunakan
1.4.Hipotesis
penelitian ini adalah :
Ho: Tidak ada pengaruh perendaman
1. Gelas ukur
ekstrak daun sirih (Piper betle)
2. Timbangan
dengan
3. Botol plastik
konsentrasi
berbeda
terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron. H1: Ada
pengaruh
perendaman
konsentrasi
berbeda
terhadap kekuatan putus dan kemuluran benang Tetoron.
tulis lainnya 6. Kamera untuk dokumentasi penelitian
8. Strength Thester model C atau model single phase induction
3.1. Waktu dan Tempat ini
5. Penggaris, pensil, serta peralatan
7. Blender
III. METODE PENELITIAN
Penelitian
4. Gunting untuk memotong sampel benang
ekstrak daun sirih (Piper betle) dengan
dalam
telah
motor split phase start, sebagai
dilaksanakan pada bulan Maret 2015
alat pengukur kekuatan benang
yang bertempat di Laboratorium
sampel.
Bahan Alat Tangkap Pemanfaatan Sumberdaya
Perairan
Fakultas
daun sirih (Piper batle) adalah
3.3. Metode Penelitian Metode
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
sebagai berikut : a. Daun sirih yang telah dipotong-
eksperimen yaitu dengan melakukan
potong
percobaan
ditimbang berdasarkan berat yang
kekuatan
terhadap putus
dan
pengaruh kemuluran
benang Tetoron yang menggunakan ekstrak
daun
sirih
dengan
b. Dimasukkan kedalam wadah yang telah diberi tanda untuk masingmasing
perlakuan
yaitu :
penelitian
ini.
konsentrasi
pengawet,
Objek penelitian ini adalah benang
- Botol A = 0,5 kg/liter air
Tetoron yang diuji di Laboratorium.
- Botol B = 0,7 kg/liter air
3.4. Asumsi penelitian
- Botol C = 0,9 kg/liter air
Asumsi
dalam
penelitian
ini
adalah:
c. Air sebanyak 1 liter dimasukkan kedalam
1. Keahlian dan ketelitian peneliti dalam pengujian sampel dianggap sama.
kecil)
dibutuhkan.
konsentrasi yang berbeda sebagai dalam
(berukuran
yang
masing-masing
telah
diisi
daun
botol sirih
konsentrasi berbeda. d. Kemudian daun sirih disaring
2. Pengaruh Parameter Lingkungan selama penelitian dianggap sama. 3. Keahlian dan ketelitian peneliti dengan 4 orang pembantu peneliti dianggap
sehingga didapatkan ekstrak daun sirih. 3.5.3. Pengukuran benang sampel Benang sepanjang 15 meter
sama.
dipotong menjadi 60 potong yang
3.5. Prosedur Penelitian
masing-masing panjangnya 25 cm,
3.5.1.Persiapan
yang terdiri dari 10 potong untuk
Mempersiapkan alat dan bahan yang
akan
digunakan
untuk
penelitian.
konsentrasi 0,5kg/L, 10 potong untuk konsentrasi 0,7kg/L, 10 potong untuk
3.5.2. Pembuatan bahan pengawet Adapun
benang kontrol, 10 potong untuk
tahapan
dalam
pembuatan bahan pengawet dari
konsentrasi 0,9kg/L, dan sisanya sebanyak 20 potong digunakan untuk benang cadangan.
kemuluran
dibaca
pada
skala
elengation.
3.5.4. Pengawetan Benang yang telah dipotong
d. Pencatatan hasil kekuatan benang
dimasukkan kedalam wadah yang
putus dan kemuluran benang.
telah diisi dengan ektrak daun sirih
e. Pengukuran dilakukan dengan 10
yang memiliki konsentrasi berbeda
kali pengulangan untuk perlakuan
dan dibiarkan selama 8 jam. Menurut
f. Pengujian dengan cara yang sama
Klust (1987), proses pengawetan
juga
bahan
berikutnya.
alat
penangkapan
ikan
sebaiknya dibiarkan 8 jam.
8
Untuk jam
untuk
benang
3.6. Analisis data
3.5.5. Penjemuran Setelah
dilakukan
benang
melihat
pengaruh
pengawetan terhadap kekuatan putus
direndam di dalam wadah yang berisi
dan
kemuluran
ekstrak daun sirih, benang tersebut
dilakukan
dikeluarkan lalu diangin - anginkan
ekstrak
dengan cara digantung selama 24
konsentrasinya
jam.
kekuatan
benang
pengukuran bahan
tetoron dengan
pengawet
yang
berbeda.
Hasil
putus
dan
kemuluran
benang disajikan dalam bentuk tabel
3.5.6. Pengujian Benang Benang uji sepanjang 0,25
dan grafik dan selanjutnya dianalisa
meter dijepit pada upper chuk dan
secara statistik. Dalam penelitian ini
lower chuk pada strength tester,
menggunakan analisis sidik ragam
dengan cara sebagai berikut :
(analisis of varian) dengan model
a. Kalibrasikan jarum diangka nol
matematika rancangan acak lengkap
pada
load
skala
dan
skala
sebagai berikut :
elengation. b. Tekan
(RAL) dengan model matematis
tombol
stop
Yij =
kontak
+ ti + ij
sehingga load bergerak kearah kiri
i = 1,2……,t
dan
j = 1,2……,r
skala
elengation
begerak
kearah bawah sampai benang
Keterangan :
sampel yang diukur putus.
Yij = Variabel yang akan dianalisis
c. Membaca nilai ketahanan putus benang pada load skala dan
µ
= Rata - rata kekuatan putus /
kemuluran populasi benang tetoron
ti
= Pengaruh perlakuan ke-i
menggunakan ekstrak daun sirih
ij = Ralat percobaan pada satuan
yang berbeda konsentrasi dengan 10
percobaan ke j dalam perlakuan ke-i
kali pengulangan menunjukkan nilai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
yang
4.1. Hasil
ulangannya.
berbeda
pada
setiap
Nilai kekuatan putus benang
4.1.1. Karakteristik Benang digunakan
tetoron yang tidak mendapatkan
dalam penelitian ini adalah benang
perlakuan (kontrol) berkisar antara 4
Polyester (PES) jenis tetoron yang
– 5 Kgf dengan rata-rata 4,65. Untuk
termasuk ke dalam jenis benang
benang yang mendapatkan perlakuan
sintetis. Karakteristik benang tetoron
menggunakan
yaitu bersifat elastis, berdiameter
dengan konsentrasi berbeda nilai
kecil, dan tahan gesekan. Benanang
kekuatan putusnya yaitu : perlakuan
tetoron yang digunakan memiliki
A memiliki nilai kekuatan putus
ukuran
dan
berkisar antara 5 – 5,5 Kgf dengan
mempunyai struktur 3 strand, 120
rata–rata 5,15 Kgf, perlakuan B nilai
yarn dengan arah pilinan ke kanan
kekuatan putusnya sama dengan
(S).
perlakuan A yaitu berkisar antara 5 –
4.1.2. Kondisi Laboratorium
5,5 Kgf, namuan memiliki nilai rata
Benang
yang
diameter
0,1
cm
Pengukuran kekuatan putus
ekstrak daun sirih
– rata yang lebih tinggi yaitu 5,3
di
Kgf. Sedangkan untuk perlakuan C
memiliki
nilai kekuatan putus berkisar antara
temperatur ruangan berkisar antara
4,5 – 5,5 dengan rata – rata 5,05 Kgf.
benang
sampel
laboratorium
29
–
dilakukan yang
0
32
C
menggunakan
yang
diukur
termometer,
4.1.4. Kemuluran Benang Tetoron (Breaking Strength) Kemuluran
sedangkan tekanan udara 1080 mm Hg
yang
diukur
menggunakan
didefinisikan
benang sebagai
suatu
Barometer.
pertambahan panjang dari suatu uji
4.1.3. Kekuatan Putus Benang
contoh
Tetoron (Breaking Strength)
ketegangan dan dinyatakan dalam
Nilai kekuatan putus benang sampel
satuan panjang, misalnya centimeter
yang telah direndam selama 8 jam
atau milimeter. Sifat ini dipengaruhi
yang
menggunakan
oleh suatu gaya (Klust, 1987). Nilai
yaitu perlakuan A memiliki nilai
kemuluran suatu benang dapat diukur
kemuluran berkisar antara 28 – 38
menggunakan
mm dengan rata – rata 31, 9 mm,
(strength
mesin
tester).
penguji
Besarnya
nilai
perlakuan B memiliki kemuluran
kemuluran akan ditunjukkan oleh
berkisar antara 31 – 39 mm dengan
jarum yang bergerak pada skala
rata – rata 33,5 mm, dan perlakuan C
elongation yang memiliki satuan
memiliki kemuluran berkisar antara
milimeter (mm). Menurut Murdianto
24 – 35 mm dengan rata – rata 30,2
(1975)
adalah
mm. Sedangkan pada benang tetoron
pertambahan panjang yang sampai
yang tidak mendapatkan perlakuan
menyebabkan putusnya suatu benang
(kontrol) yang digunakan sebagai
textile fibre.
pembanding
elongation
Nilai
kemuluran
benang
kemuluran
memiliki paling
rendah
nilai yaitu
tetoron yang tidak mendapatkan
berkisar antara 25 – 31 mm dengan
perlakuan
rata – rata 26,2 mm.
perbedaan
(tetoron) dengan
memiliki
benang
mendapatkan
yang
perlakuan
menggunakan ekstrak daun sirih yang
berbeda
terdiri
dari
konsentrasi 0,5
Kg/Liter
4.2. Pembahasan 4.2.1. Ekstrak Daun Sirih (Piper betle)
yaitu
Pada penelitian ini ekstrak
air
daun sirih sebagai bahan pengawet
(perlakuan A), 0,7 Kg/Liter air
benang tetoron
(perlakuan B), dan 0,9 Kg/Liter air
konsentrasi yaitu 0,5 Kg/Liter air
(perlakuan C).
(perlakuan A), 0,7 Kg/Liter air
Nilai
kemuluran
dengan berbagai
benang
(perlakuan B), dan 0,9 Kg/Liter air
sampel yang telah direndam selama 8
(perlakuan C). Dalam pembuatan
jam menggunakan ekstrak daun sirih
ekstrak
yang berbeda konsentrasi dengan 10
dicincang
kali pengulangan menunjukkan nilai
blender akan direndam menggunakan
yang
1 liter air
pada setiap konsentrasi
daun sirih
yang dibutuhkan dan
berbeda
pada
setiap
ulangannya. Masing
–
masing
nilai
kemuluran pada setiap perlakuan
daun
sirih
halus
yang
telah
menggunakan
didiamkan selama 8 jam agar tanin
yang ada pada daun sirih larut dalam
Nilai kekuatan putus benang
air
tetoron yang telah diukur dengan 10
4.2.2. Kekuatan Putus Benang
kali pengulangan pada tiap – tiap
Tetoron
perlakuan akan di analisis secara
Kekuatan
putus
benang
statistik menggunakan uji F untuk
tetoron diukur menggunakan mesin
menguji hipotesis. Besaran F hitung
penguji (strenghth tester). Besarnya
diperoleh dari perhitungan dengan
nilai kekuatan putus benang tetoron
tabel
akan ditunjukkan oleh jarum yang
diketahui terdapat perbedaan nilai
bergerak pada skala beban (load
kekuatan
scale) dalam satuan kilogram gaya
dimana nilai F hitung = 7,181 lebih
(kgf). Kekuatan putus benang tetoron
besar dari pada F tabel
yang tidak mendapatkan perlakuan
perlakuan 3 dan db galat 36 yaitu
(kontrol) memiliki rata – rata 4,65
2,80 (tingkat kepercayaan 95%) dan
Kgf, sedangkan benang tetoron yang
4,38 (tingkat kepercayaan 99%) dan
mendapatkan
memiliki
nilai sig < 0,01 yang berarti terdapat
nilai rata – rata kekuatan putus yaitu
pengaruh yang nyata antara benang
: perlakuan A dengan konsentrasi 0,5
tetoron
Kg/Liter air memiliki rata – rata 5,15
perlakuan dengan benang tetoron
Kgf, perlakuan B dengan konsentrasi
yang mendapatkan perlakuan. Oleh
0,7 Kg/Liter air memiliki rata – rata
karena Fhitung > Ftabel maka dapat
5,3 Kgf, dan perlakuan C dengan
disimpulkan Ho ditolak dan H1
konsentrasi 0,9 Kg/Liter air memiliki
diterima.
rata – rata 5,05 Kgf. Dari hasil
4.2.3. Kemuluran Benang Tetoron
perlakuan
tersebut maka dapat diketahui bahwa
Anova.
Dari
putus
yang
Nilai
tabel
benang
tidak
kemuluran
anova
tetoron
pada db
mendapat
benang
terdapat perbedaan nilai kekuatan
tetoron yang tidak mendapatkan
putus antara benang yang tidak
perlakuan (kontrol) memiliki rata –
mendapatkan
(kontrol)
rata 26,2 mm, sedangkan benang
dengan benang yang mendapatkan
tetoron yang mendapatkan perlakuan
perlakuan
memiliki nilai rata – rata kemuluran
daun sirih.
perlakuan
menggunakan
ekstrak
benang yaitu : perlakuan A dengan konsentrasi 0,5 Kg/Liter air memiliki
rata – rata 31,19 mm, perlakuan B
Fhitung
dengan konsentrasi 0,7 Kg/Liter air
disimpulkan Ho ditolak dan H1
memiliki rata – rata 33,5 mm, dan
diterima.
perlakuan C dengan konsentrasi 0,9
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kg/Liter air memiliki rata – rata 30,2
5.1. Kesimpulan
>
mm. Dari hasil tersebut maka dapat
Ftabel
maka
dapat
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa terdapat perbedaan
dan
nilai kekuatan putus antara benang
dilakukan,
yang tidak mendapatkan perlakuan
kesimpulan bahwa dari pengukuran
(kontrol)
kekuatan
dengan
benang
mendapatkan
yang
perlakuan
menggunakan ekstrak daun sirih. Nilai
kemuluran
benang
analisis
data
maka
putus
yang dapat
dan
telah diambil
kemuluran
benang Tetoron yang paling baik terdapat pada perlakuan B yaitu, benang
yang
telah
direndam
tetoron yang telah diukur dengan 10
menggunakan ekstrak daun sirih
kali pengulangan pada tiap – tiap
dengan konsentrasi 0,7kg/liter air.
perlakuan akan di analisis secara
Semakin tinggi konsentrasi
statistik menggunakan uji F untuk
yang digunakan untuk merendam
menguji hipotesis. Besaran F hitung
benang Tetoron, maka nilai kekuatan
diperoleh dari perhitungan dengan
putus dan kemuluran benang Tetoron
tabel
akan menurun.
Anova.
Dari
tabel
anova
diketahui terdapat perbedaan nilai kemuluran benang tetoron, dimana
5.2. Saran Diharapkan
pada
peniliti
nilai F hitung = 6.579 lebih besar
selanjutnya
dari pada F tabel pada db perlakuan
konsentrasi yang lebih besar dari
3 dan db galat 36 yaitu 2,80 (tingkat
penelitian
kepercayaan 95%) dan 4,38 (tingkat
diketahui
kepercayaan 99%) dan nilai sig <
konsentrasi untuk kekuatan putus dan
0,01 yang berarti terdapat pengaruh
kemuluran benang Tetoron.
yang nyata antara benang tetoron
DAFTAR PUSTAKA
yang
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk
dengan
tidak
mendapat
benang
perlakuan
tetoron
yang
mendapatkan perlakuan. Oleh karena
menggunakan
ini,
sehingga
batasan
dapat besaran
Sediaan Farmasi. UI Press. Jakarta
Ansel, H.C., Popovich, N.G. dan Allen,
L.V.
1995.
Pharmaceutical
Dosage
Roem),
Jarak
communis
L),
(Adinandra
(Ricinuc dan
Uba
acuminata
Form and Drug Delivery
KORTH). Skripsi Fakultas
System.
Perikanan
Williams
and
Wilkins
dan
Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 48 Hal. (tidak
Basrianto.2013. Studi pengawetan pukat
pantai
dengan
menggunakan ekstrak kayu ubar
(Eugenia
sp)
dikelurahan bungus selatan kecamatan
bungus
kebung
kota
provinsi
teluk padang
sumatera
barat.
Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu
Universitas
Kelautan Riau.
(tidak
diterbitkan). Binhaitimes – Natural Fibres. 2005a. Llama. Tersedia(terhubung tidak berkala).
Sebagai
Obat.
Warta
Tanaman Tumbuhan
Obat Indonesia. 1(1):9 – 11. Ginting, R. 2003. Kekuatan Putus dan
Kemuluran
Rami
yang
dalam
Campuran
Pengawet
1983. Bahan Jaring untuk Alat Edisi
Penangkapan ke-2.
Team
BPPI
Terjemahan
Ikan.
(Penterjemah Semarang). dari Netting
Materials for Fishing Gear. Semarang: BPPI Semarang. 187 hal. Hamidy. Y, Bustari dan Syofyan. 1996.
Bahan
Dan
Tangkap
Alat
Penuntun
Praktikum.
Fakultas
Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. 35 hal (Tidak
Darwis. 1992. Potensi Sirih (Piper betle)
diterbitkan).Klust, Gerhard.
Benang
Diawetkan
Alami
Bahan Nyirih
(Xilocarpus moluccensis M.
Diterbitkan). Klust. 1987. Bahan Jaring untuk Alat Penangkapan Terjemahan
Ikan Tim
II. BPPI.
Bagian
Proyek
Pengembangan
Teknik
Penangkapan Semarang. 188 hal.
Ikan.
Klust, Gerhard. 1983. Bahan Jaring Untuk
Alat
Ikan.
Penangapan
Edisi
Penterjemah
Team
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Pusat
ke-2.
Penelitian
Universitas
BPPI
Andalas. Padang 98 Hal.
Semarang). Terjemahan dari Netting
Materials
for
Fishing Gear. Semarang:
Safitri. 2006. Pengaruh Konsentrasi Uba (Adinandra acuminata KORTH)
BPPI Semarang. 187 hal.
yang
Berbeda
Terhadap Kekuatan Putus Mansur. 1987. Analisis Kadar Tanin
dan
Kemuluran
Benang
Ekstrak Air dan Ekstrak
Tetoran pada Alat Tangkap
Etano pada Daun Jambu
Payang di Ulak Karang
Biji. Balai Penelitian dan
Kota
Pengembangan
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Industri,
Makassar.
Skripsi
Kelautan Universitas Bung Hatta
Murdiyanto,
Padang.
B.
1975.
Suatu
Padang
Sumatera
Barat. (tidak diterbitkan)
pengenalan tentang Fishing Gear
Material.
Bagian
Penangkapan Ikan. Fakultas
Indonesia,
Perikanan Institut Pertanian
Jakarta.
Bogor.
Bogor
117
Dian
Rakyat,
hal Situmorang, M. 2015. Studi Tentang
(tidakditerbitkan). Rauter.
Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli
J. 1978. Rot- resistent
Kekuatan
Putus
Benang
Tetoron
yang
Telah
fishing nets by the original
Diawetkan Dengan Ekstrak
proses.in H, kristjonsson,
Daun
Editors
fishing
papaya), Daun Jambu Biji
Gear of the ord. Fishing
(Psidium guajava L) dan
News (Books) Ltd. London.
Daun
123-124 pp.
moluccensis
Modern
dengan Rusdi. 1988. Tetumbuhan sebagai Sumber
Bahan
Obat.
Pepaya
Sirih
(Carica
(Xylocorpus
Lama
M.Roem) Waktu
Penjemuran yang Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau.
Kelautan
Riau.
Universitas
44
hal.
(tidak
diterbitkan).
diterbitkan).
Suradikusumah, E. 1989. Bahan
Wijayakusuma, H. M., Dalimartha, S
Pengajaran
Kimia
dan Wirian, A. S. 1992.
Tumbuhan.
Departemen
Tanaman Berkhasiat Obat
Pendidikan dan Kebudayaan
di Indonesia. Jilid I. Pustaka
Direktorat
Kartini. Jakarta.
Jendral
Pendidikan Antar
Tinngi
Pusat
Universitas
Ilmu
Wikipedia.
2007.
(terhubung
Natural
Fiber. berkala)
Hayati. Institut Pertanian
http://en.wikipedia.org/wiki/
Bogor. Bogor. 165 Hal.
Natural fiber. (1 Juni 2008).
Syamsuhidayat, S.S dan Hutapea, J.R.
1991.
Inventaris
Tanaman Obat Indonesia. Edisi Kedua. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Voight, R. 1984. Buku Pelajaran Tejnologi Farmasi. Edisi V, diterjemahkan
oleh
Dr.
Soedani Noerono, Gadjah Mada Press. Yogyakarta. Wenti,S.
Riau.(tidak
2012.
Studi
Teknologi
Penangkapan Pukat Pantai Dikelurahan
Bungus
Selatan Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang Provinsi Barat
Sumatera
(Skripsi).
Perikanan
Dan
Fakultas Ilmu