The Macromedian Effectiveness As Attempt to Increase White Shrimp (Penaeus Merguensis) Cultivation Water Quality Sri Oetami Madyowati Program Studi Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya Jl. Nginden Surabaya
Abstract: One of attempts to increasing water quality in white shrimp (Penaeus merguensis) cultivation by using exact waters biota (macromedian) with recirculation system. The effective macro median composition as follows : sea grass (Choulerpa serulata), belanak fish (Mugil subvirindis), green oyster (Mytillus virindis ). White shrimps were used as test-animals in various sizes with purpose to recognize each size durability respectively, beside to represent shrimp condition in the real embankment from its various size. The research performed during 7 days with recirculation system using macro median and 7 days recirculation system without using macro median (as a control). Base on water quality measurement result gained with recirculation system by using macro median gained salinity 32 0/00; temperature range 28°C – 30°C; DO range between 4,30-6,50 ppm ; pH 7,2-8,6 ; BOD about 38,01-54,04 ppm. While recirculation system without macro median gained salinity 32 0/00; temperature range 29°C-31°C; DO range between 3,30-5,40 ppm ; pH 6,1-7,6; BOD about 61,05-64,32 ppm. Keywords: Macro Median, Water Quality, Choulerpa Serulata, Mugil Subviridis, Mytillus Viridis
PENDAHULUAN Meningkatnya kegiatan budidaya udang bukan hanya terbatas pada perluasan lahan budidaya saja, tetapi juga dalam penerapan teknologinya, mulai dari tingkat teknologi sederhana, semi intensif sampai dengan intensif. Penerapan teknologi dalam budidaya intensif adalah untuk memenuhi kebutuhan biologis udang secara optimal, seperti tingginya padat penebaran, penggunaan kincir air, kedalaman air dan volume penggantian air. Budidaya udang intensif menuntut input yang tinggi terutama dalam hal jumlah dan mutu pakan yang diberikan dalam satuan luas lahan, sehingga semakin besar bahan buangan berupa bahan organik yang diterima oleh lahan tambak itu sendiri maupun oleh lingkungan sekitarnya. Akibatnya daya dukung lahan dan lingkungan perairan sekitarnya akan menurun. Oleh karena itu di satu sisi perlu adanya usaha untuk meningkatkan produksi tambak sedang di sisi lain perlu menjaga lingkungan perairan. Hal ini merupakan tanggung jawab pengusaha yang bersangkutan untuk menangani limbah dengan memberi perlakuan khusus, sehingga kualitas air buangan tambak sesuai dengan persyaratan lingkungan yang berlaku. Dari hasil studi yang telah dilakukan terhadap limbah kegiatan budidaya ini, menunjukkan bahwa semakin tinggi teknologi yang diaplikasikan akan mengakibatkan semakin rendah kualitas air buangannya Balai Budidaya Air Payau (1995). Di samping itu penerapan budidaya udang secara intensif kadang-kadang diartikan dengan tingginya padat penebaran benih saja, sedangkan fasilitas budidayanya masih jauh dari persyaratan yang dibutuhkan seperti jumlah kincir air, kedalaman air, dan majemen pengelolaannya. Akibat meluasnya kegiatan budidaya intensif menyebabkan kondisi perairan lingkungan budidaya akan semakin menurun, sehingga
69
semakin sulit memperoleh sumber air yang layak bagi budidaya udang. Dampak yang dirasakan antara lain dengan meningkatnya pencemaran air, berkembangnya jenis organisme pathogen, menurunnya produksi dan produktivitas tambak. Jika dipaksakan menggunakan sumber air yang sudah menurun kualitasnya, dituntut manajemen yang benar-benar tepat, jika tidak maka resiko kegagalan budidaya sangat tinggi (Balai Budidaya Air Payau. 1995). Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba penelitian penanganan limbah pada budidaya udang dengan menggunakan sistem resirkulasi yang dilengkapi dengan makro remedian yaitu rumput laut, belanak, kerang hijau, sehingga diharapkan kualitas air untuk budidaya dapat meningkat. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan teknologi penggunaan makro remedian yang tepat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas air dalam budidaya udang putih (Penaeus merguensis).
METODE PENELITIAN Materi yang digunakan adalah fiber glass dengan kapasitas 1 ton dengan sistem resirkulasi. Pompa resirkulasi yaitu pompa Lyman 450 HP dan 850 HP dilengkapi dengan pipa paralon. Hewan uji yang digunakan adalah udang putih (Penaeus merguensis). Makro remedian yang digunakan adalah rumput laut (Choulerpa serrulata) dengan berat 2 kg, ikan belanak (Mugil subviridis) sebanyak (70 ekor dengan berat masing-masing ekor berkisar 30-70 g, Kerang hijau (Mytillus viridis) sebanyak (2 kg dengan lebar cangkang berkisar 4-6 cm). Pelaksanaan penelitian dengan skala model, yaitu dengan menggunakan fiber glass dengan kapasitas 1 ton dengan sistem resirkulasi. Pemasangan sistem resirkulasi yaitu dengan pemasangan pipa-pipa resirkulasi dan pemasangan pompa resirkulasi. Air sebelum dimasukkan kedalam bak-bak fiber glass diendapkan terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengendapkan kotoran yang ada juga bahan-bahan tersusupensi lainnya. Hewan uji (dimasukkan dalam fiber glass ukuran 1 ton) yang digunakan dengan ukuran beragam dengan maksud untuk mengetahui daya tahan masing-masing ukuran udang yang diasumsikan untuk mewakili kondisi udang pada tambak yang sebenarnya yaitu bahwa ukuran udang pada suatu tambak tidak sama. Jumlah udang yang dimasukkan yaitu sekitar 135 ekor. Pemasukan masing-masing makro remedian (rumput laut, ikan belanak, kerang hijau) sebagai filter biologis ke dalam fiber glass dengan kapasitas 1 ton. Pakan yang diberikan pada udang putih selama penelitian berupa pellet jenis FL-3 merk FENG LIE. Frekuensi pemberian makanan dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi hari pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00. Banyaknya makanan tambahan yang diberikan untuk udang ini secukupnya (adlibithum). Diberikan dengan cara ditebar secara merata keseluruh permukaaan air sampai udang mendapatkannya. Pada bak makro remedian yang berisi belanak (Mugil subviridis) dan kerang hijau (Mytillus viridis) juga dilakukan pemberian makanan tambahan yang frekuensi dan jenis pakan yang digunakan sama dengan yang diberikan pada udang putih. Metode yang digunakan adalah metode deskriptip yaitu mengadakan penyelidikan dengan menganalisa dan mengklasifikasikan data yang ada hubungannya dengan sampel yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Susunan Makro Remedian Dalam penentuan susunan makro remedian yang efektif dalam memperbaiki kualitas air, yaitu rumput laut, ikan belanak, dan kerang hijau. Susunan ini didasarkan dari fungsi masingmasing makro remedian yang digunakan. Menurut Balai Budidaya Air Payau (1995) rumput laut berfungsi menyerap bahan-bahan terlarut di dalam air, baik yang bersifat organik maupun
70
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 69 - 74
anorganik, misalnya bahan organik terlarut dan suspendend solid. Romimohtarto (2005) rumput laut menyerap kandungan logam berat yang terlarut dalam air serta mengatur keseimbangan kandungan N dan P dalam perairan. Menurut Nontji A (1993), dalam hidupnya rumput laut membutuhkan perairan yang tenang dengan kandungan oksigen tinggi, sehingga dengan adanya perputaran air yang kontinyu memenuhi persyaratan biologis bagi kehidupan rumput laut. Ikan belanak, menurut Long (1983), merupakan deposit feeder yang mengonsumsi bahan organik terdeposit pada sedimen dan diserap dalam saluran pencernaannya, tempat belanak menyaring sekitgar 100 g sedimen untuk memperoleh 1 g isi ususnya. Kemudian Kinne (1972), mengatakan bahwa ikan ini dikelompokkan sebagai benthos karena menggali dan memukulmukul sedimen, menyuspensi partikel organik dan kemudian mengonsumsinya, disamping itu belanak mampu mengakumulasi logam Fe, Pb, Al dan Ni yang terdapat pada lapisan sedimen, makanan utamanya merupakan mikroflora bentik dan detritus. Effendi (2000) berpendapat bahwa belanak bersifat omnivora dengan makanan utamanya berupa detritus dan plankton. Kerang hijau mempunyai tingkat efisiensi filtrasi yang sangat tinggi (80 - 90%). Dalam menurunkan konsentrasi bahan tersusupensi ia mampu menyerap 14,5 total nitrogen dan 10,5% partikulat buangan tambak. Bahan organik yang tersusupensi tersebut disaring, diserap lalu dikonsentrasikan dalam tubuhnya dan selebihnya dikeluarkan pada sedimen sehingga perairan menjadi jernih. Menurut Nybakken (1985), bahwa kerang hijau merupakan hewan pemakan reruntuhan. Makanannya berupa jasad renik, plankton, detritus dan partikel organik yang melayang dalam air. Makan secara filter feeder, yaitu dengan membuka cangkangnya, lalu air dan bahan tersusupensi yang masuk disaring oleh silia yang terdapat pada insang (Wasilun, 1983). Oleh sebab itu susunan makro remedian seperti ini maka akan diperoleh kualitas air yang layak untuk budidaya udang putih. Pemakaian Tandon Pada penelitian ini digunakan tandon yang di gunakan untuk mengendapkan partikelpartikel yang belum terserap oleh makro remedian. Sehingga air yang masuk ke dalam bak udang putih merupakan air yang bersih dan berkualitas untuk budidaya udang. Jika tidak menggunakan tandon dikhawatirkan masih ada partikel-partikel yang tidak terserap oleh makro remedian sehingga akan membahayakan kehidupan udang putih. Pompa Resirkulasi Masalah yang dihadapi pada pompa resirkulasi yaitu terjadinya perbedaan debit air yang masuk dengan air yang keluar, sehingga akan mempengaruhi tidak samanya volume air pada masing-masing bak. Untuk mengatasi hal ini pada pipa yang berukuran panjang (dari bak udang putih ke bak rumput laut) digunakan pompa yang mempunyai kekuatan yang lebih besar (850 HP). Sedangkan pada pipa yang berukuran pendek (dari bak ikan belanak ke bak kerang hijau dan dari bak tandon ke bak udang putih) menggunakan pompa yang berkekuatan 450 HP. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan debit air sehingga diperoleh volume air yang konstan atau sama. Dengan volume air yang konstan atau sama, maka tidak akan terjadi meluapnya air pada salah satu bak atau kekurangan air pada bak yang lainnya. Jika hal ini terjadi maka proses penelitian akan terganggu. Oleh karena itu diperlukan kesamaan debit air yang masuk dengan air yang keluar.
The Macromedian Effectivenes As .............................................................
71
F A
F
B
C
F
D
E
Gambar1. Susunan resirkulasi dan susunan makroremedian Keterangan A = Bak rumput laut (Chaulerpa serrulata) B = Bak ikan belanak (Mugil subviridis) C = Bak kerang hijau (Mytilus viridis) D = Bak tandon E = Bak udang putih (Penaeus merguensis) F = Pompa air (Lyman) Kualitas Air Pengukuran kualitas air untuk DO, pH dan suhu sehari dilakukan empat kali yaitu pukul 06.00, 12.00, 18.00 dan 24.00, sedangkan salinitas dan BOD pengukuran dilakukan sekali yaitu pukul 06.00. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air untuk pengujian pada penggunaan makro remedian dengan sistem resirkulasi diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Hasilnya adalah kandungan salinitas 32 promil: suhu berkisar antara 28 oC-30 oC, kandungan oksigen terlarut (DO) berkisar antara 4,30-6,50 ppm, pH antara 7,2-8,6 dan Biologycal Oxygen Demand (BOD) berkisar antara 38,01-54,04 ppm. Tabel 1. Penggunaan makroremedian Kualitas Air Hari 1
2
3
4
72
Jam 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00
Salinitas (promil) 32
32
32
32
Suhu (oC)
DO (ppm)
pH
BOD (ppm)
30 28 29 30 30 28 29 30 30 28 29 30 30
4,90 6,21 5,67 4,81 4,72 6,09 5,51 4,42 4,30 6,24 5,71 4,87 4,50
7,4 8,5 7,9 7,4 7,3 8,3 7,8 7,2 7,2 6,5 7,9 7,3 7,2
51,03
53,04
38,01
43,23
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 69 - 74
Kualitas Air Hari
5
6
7
Jam 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45
Salinitas (promil)
32
32
32
Suhu (oC)
DO (ppm)
pH
28 29 30 30 28 29 30 30 28 29 30 30 28 29 30
6,30 5,59 5,00 4,76 6,35 5,75 5,05 4,92 6,41 5,89 5,15 4,92 6,50 5,52 5,30
8,5 7,9 7,4 7,3 8,5 7,9 7,4 7,2 8,6 7,9 7,4 7,2 8,6 7,9 7,5
BOD (ppm)
54,04
54,04
52,23
Dari hasil pengukuran kualitas air tersebut masih layak untuk digunakan budidaya udang putih. Udang putih mampu menyesuaikan diri terhadap kisaran salinitas 3-45 promil. Syahid dkk (2006), mengatakan bahwa suhu optimal bagi pertumbuhan udang putih berkisar antara 29 -30oC dan DO yang optimal bagi pertumbuhan udang berkisar antara 4-7 ppm. Menurut Mujiman dan Suyanto (2003), pH optimal untuk pertumbuhan udang berkisar antara 7-9. BOD yang optimal dalam budidaya udang berkisar antara 35-55 ppm. Sedangkan pengukuran kualitas air untuk tanpa menggunakan makro remedian dengan sistem resirkulasi diperoleh hasil seperti yang di tunjukkan pada Tabel 2, hasilnya menunjukkan salinitas 32 promil, suhu berkisar antara 29-31 oC, oksigen terlarut (DO) antara 3,30-5,40 ppm, pH antara 6,1-7,6 dan BOD antara 61,05-64,32 ppm. Tabel 2. Tanpa menggunakan makroremedian Kualitas Air Hari 1
2
3
Jam 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45
Salinitas (promil) 32
32
32
Suhu (oC)
DO (ppm)
pH
BOD (ppm)
31 29 30 31 31 29 30 31 31 29 30 31
3,91 5,11 4,76 3,81 3,72 5,05 4,41 3,72 3,30 5,24 4,80 3,78
6,2 7,1 6,8 6,1 6,1 7,3 6,8 6,2 6,2 7,6 6,8 6,4
63,11
The Macromedian Effectivenes As .............................................................
64,32
62,05
73
Kualitas Air Hari 4
5
6
7
Jam 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45 06.00 12.00 17.35 23.45
Salinitas (promil) 32
32
32
32
Suhu (oC)
DO (ppm)
pH
BOD (ppm)
31 29 30 31 31 29 30 31 31 29 30 31 31 29 30 31
3,51 5,20 4,82 4,00 3,76 5,30 4,78 4,02 3,92 5,40 4,81 4,11 3,90 5,40 4,81 4,21
6,3 7,4 6,8 6,5 6,3 7,6 6,8 6,5 6,3 7,5 6,9 6,3 6,2 7,6 6,8 6,4
61,05
62,34
63,02
62,32
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa susunan makro remedian yang efektif adalah rumput laut (Choulerpa serrulata), ikan belanak (Mugil subviridis) dan kerang hijau (Mytilus viridis). Penyusunan tersebut berdasarkan sifat-sifat dari makro remedian yang digunakan sehingga diperoleh air yang berkualitas untuk budidaya udang putih (Penaeus merguensis). Dari hasil pengukuran kualitas air pada bak skala model dengan sistem resirkulasi dengan menggunakan makro remedian diperoleh salinitas 32 promil, suhu berkisar antara 28 – 30 oC, kandungan oksigen terlarut antara 4,30 - 6,50 ppm, pH antara 7,2 - 8,6 dan BOD berkisar antara 38,01 - 54,04 ppm. Dengan demikian penggunaan makro remedian (rumput laut, ikan belanak, kerang hijau) efektif untuk memperbaiki kualitas air pada budidaya udang putih.
DAFTAR PUSTAKA Balai Budidaya Air Payau. 1995. Budidaya Udang Sistem Resirkulasi. Jepara: BBAP. Effendi, I. 2000. Biologi Peikanan. Bandung: Tarsito. Long. 1983. Dalam Buletin BBAP Jepara 1986. Jepara: BBAP. Mujiman. Suyanto. 2003. Budidaya Tambak Udang. Jakarta: Penebar Swadaya. Rommimohtarto. 2005. Budidaya Rumput Laut. Jakarta: Djambatan. Sivalingan. 1977 dalam Wasilun 1983. Budidaya Kerang. Jakarta: Pradnya Paramita. Syahid, M. Subchan, A. Armando, R. 2006. Budidaya Udang Organik Secara Polikultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
74
Neptunus, Vol. 15, No. 1, Juli 2008: 69 - 74