Jurnal Analisis, Desember 2012, Vol. 1 No. 2 : 190 – 200
ISSN 2303-1001
PENGARUH DINAMIKA LINGKUNGAN TERHADAP DAYA SAING PERUSAHAAN (Studi Kasus pada Industri Manufaktur di Sulawesi Selatan)
The Effect of Environmental Dynamics Toward the Companies Competitiveness (Case Study at Manufacturing Industries in South Sulawesi) Syamsul Bahri Dosen Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk Menguji dan menganalisis pengaruh dinamika lingkungan terhadap daya saing perusahaan.Penelitian ini dilaksanakan propinsi Sulawesi Selatan dengan Obyek penelitian adalah industri manufaktur baik industri skala sedang maupun skala besar. Alasan pemelihan lokasi ini karena berdasarkan data bahwa ada penurunan kontribusi sektor industri manufaktur di Sulawesi Selatan terhadap PDRB, yang diikuti oleh sejumlah perusahaan yang Collapse selama empat terakhir. Metode penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang dikemukakan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan pola eksplanasi (eksplanatory research), yakni berusaha menjelaskan hubungan kausalitas (causality relationship) antara variabel dinamika lingkungan, selanjutnya dilakukan skenario simulasi dengan konsep sistem dinamik untuk melihat posisi daya saing yang lebih baik akibat lingkungan yang dinamis.Hasil pengolahan data hasil survey dilakukan dengan tahapan Struktural Equation Modeling (SEM) dipakai sebagai sebagai equation pada simulasi sistem dinamisnya. Berdasarkan data-data yang diperoleh maka dilakukan pembuatan model. Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu vensim. Model tersebut akan didukung oleh hasil pengolahan SEM yang menghasilkan persamaan tiap variabelnya. Setelah model dibuat maka dilakukan percobaan dan melihat apakah model sesuai atau tidak. Hasil penelitian diperoleh Dinamika lingkungan eksternal bisnis perusahaan manufaktur yang ada di Sulawesi Selatan menunjukkan pengaruh yang positif/signifikan dalam capaian daya saing perusahaan terhadap perusahaan pesaingnya. Hal ini membuktikan kebenaran hipotesis pertama yang menyatakan bahwa dinamika lingkungan berpengaruh terhadap daya saing perusahaan. Kata Kunci: Dinamika lingkungan, daya saing ABSTRACT This study aims to examine and analyze the effect of the environmental dynamics toward the competitiveness of the companies. This study was carried out in South Sulawesi province by choosing the manufacturing industries more medium-scale or large scale as the research object. The reason for choosing location was based on the available data that there is a decline contribution in the manufacturing industries sector toward PDRB in South Sulawesi, which was followed by a number of companies were Collapse in the last four years. The research methods used explanation pattern (explanatory research), which explain causality relationship between the dynamics variable of the environment, and further simulation scenarios was done by using the concept of a dynamical system to find out the better competitive position caused by dynamical environment. Based on the data obtained, it was done modeling. Modeling was then done by using software that is vensim. The model will be supported by the results of SEM processing resulting equation in each variable. When the model was done, the experiment was then conducted in order to find out if the model is appropriate or not. The study results showed that the external environmental dynamics of the manufacturing business in South Sulawesi have a positive/significant influence in the achievement of the company's competitiveness against its competitor. In this case, the first hypothesis stated that the dynamics of the environment affect the company's competitiveness could be proved. Keywords: Environmental dynamics, competitiveness
190
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
(Teece, 2007: vii). Ketidak mampuan mengelola sumber daya, ketidak mampuan mengoptimalkan kapabilitas dinamis, dan ketidakmampuan mengimplementasikan strategi yang tepat akibat lemahnya manajerial akan berdampak pada peningkatan biaya operasional. Daya saing (competitiveness), telah “diawali” oleh konsep keunggulan komparatif (comparative advantage) oleh Ricardo sejak abad 18 dilanjutkan oleh Porter (1994:ix-xvii) dalam Sumihardjo (2008:8) menyebutkan bahwa: istilah daya saing sama dengan competitiveness atau competitive. Sedangkan istilah keunggulan bersaing sama dengan competitive advantage. Secara bebas, Sumihardjo (2008:8), memberikan penjelasan tentang istilah daya saing ini, yaitu: “Kata daya dalam kalimat daya saing bermakna kekuatan, dan kata saing berarti mencapai lebih dari yang lain, atau beda dengan yang lain dari segi mutu, atau memiliki keunggulan tertentu. Artinya daya saing dapat bermakna kekuatan untuk berusaha menjadi unggul dalam hal tertentu yang dilakukan seseorang, kelompok atau institusi tertentu.” Daya saing (competitiveness) sangat penting dalam menentukan keberhasilan bagi suatu industri. Dimensi yang terkandung dalam konsep daya saing sangat banyak, sehingga pendekatannya dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu dan dalam berbagai aspek. Dalam literatur ilmu manajemen dan pemasaran modern daya saing sering diterjemahkan sebagai kemampuan atau keunggulan bersaing. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki atau didapat oleh produsen atau perusahaan tertentu karena kemampuannya menggali potensi pasar, memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan pasar, terutama dilihat dari sudut konsumen (porter, 1993). Menurut Tyson dalam Cho dan Moon (2003) daya saing adalah kemampuan untuk memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji persaingan internasional. Porter (1993) mengemukakan bahwa secara nasional daya saing dipandang sebagai suatu fenomena makroekonomi yang berkaitan dengan peubah tingkat kurs, tingkat bunga dan defisit pemerintah. Jika daya saing diarahkan dengan kebijakan pemerintah (proteksi, promosi impor dan subsidi) akan mendorong suatu industri ke dalam keunggulan global. Daya saing suatu negara merupakan
PENDAHULUAN Sektor industri manufaktur sebagai salah satu tumpuan pembangunan perekonomian nasional seharusnya tangguh (robust) terhadap dinamisasi dan goncangan pasar global. Sektor industri manufaktur mempunyai peranan penting dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB). Besarnya persentase kontribusi sektor industri manufaktur tersebut dibandingkan dengan sektor lain menjadikan sektor ini sebagai salah satu harapan dan tumpuan pembangunan perekonomian nasional. Data yang juga dimuat oleh BPS 2010 bahwa dalam rentang tahun 2006 sampai tahun 2009 terdapat 66 perusahaan yang bangkrut (collapse) di Sulawesi Selatan, seperti yang terlihat pada grafik 1.1 Malian (2000); Handayani (2008) mengungkapkan bahwa ketidakmampuan bersaing dengan produk sejenis di pasar domestik dan dunia adalah permasalahan yang banyak menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan atau mengalikan investasi pada bidang lain. Peran kelembagaan dalam proses pengolahan dan pemasaran, dukungan informasi mengenai permintaan ekspor produk di pasar tujuan dan persaingan harga di pasar dunia adalah bagian-bagian yang berpengaruh terhadap daya saing tersebut. Namun kenyataan banyak perusahaan setiap saat mengalami ancaman kemacetan likuidasi, ancaman kebangkrutan. Kebangkrutan perusahaan ini disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Porter (2009) mengemukan bahwa faktor eksternal tersebut terkait dengan lokasi dan dukungan partisipasi kluster dimana perusahaan berbasis dan juga faktor eksternal tersebut dapat menyerupai kondisi perekonomian nasional secara umum yang menimpa suatu negara, seperti halnya krisis ekonomi yang berkepanjangan yang tentunya berdampak langsung terhadap sektor industri. Perkembangan teknologi yang pesat, perubahan selera konsumen, ketidakpastian ketersediaan pasokan adalah kondisi dinamika lingkungan yang berpengaruh terhadap daya saing perusahaan. Faktor internal penyebab kemacetan likuidasi dan kebangkrutan perusahaan adalah ketidakmapuan perusahaan melakukan penyesuain (adaptasi) dan rekonfigurasi kapabilitas (sumber daya) secara menyeluruh untuk merespon perubahan lingkungan bisnis yang sangat dinamis 191
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
derajat negara tersebut dalam kondisi pasar bebas dan andilnya dapat memproduksi barang dan jasa yang memenuhi uji pasar internasional secara simultan meningkatkan pendapat riil wilayah negaranya. Daya saing pada tingkat nasional didasarkan pada kinerja produktifitas yang superior. Faktor penentu keunggulan bersaing pada industri nasional menurut porter (1993) yaitu (1) faktor sumber daya (factor conditions), (2) kondisi permintaan (demand conditions), (3) industri pendukung yang terkait (related and supporting industries), (4) struktur dan strategi perusahaan (struktur of firm and rivalry). Keempat faktor ini didukung oleh peranan kesempatan (chance) dan pemerintah (goverment)
dalam meningkatkan daya saing industri nasional, bersama-sama membentuk sistem yang disebut the national “diamond” seperti terlihat pada gambar 1. Menurut Porter (1993), kekuatan kompetitif menentukan tingkat persaingan dalam suatu industri, baik domestik maupun international yang manghasilkan barang dan jasa. Dalam aturan persaingan tersebut terdapat lima faktor persaingan yaitu (1) persaingan antara perusahaan yang ada, (2) masuknya para pendatang baru (barrier-entry), (3) kekuatan tawar menawar (bargaining power) para pembeli, (4) kekuatan tawar menawar para pemasok, dan (5) ancaman dari barang jasa pengganti (subtitusi) seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 1. Sistem Diamond Nasional (Sumber : Porter, 1993)
Gambar 2. Faktor-faktor kekuatan yang mempengaruhi persaingan industry. (Sumber: Porter, 1993).
192
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
Menurut Gray, et al (1992) berpendapat bahwa daya saing merupakan kemampuan produsen untuk memproduksi suatu komoditi dengan mutu cukup baik dan ongkos produksi yang cukup rendah, sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi untuk dapat mempertahankan kelanjutan kegiatan produksinya. Dengan kata lain, daya saing komoditas tercermin dari harga jual yang bersaing dan mutu yang baik. Banyak faktor yang mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan dalam menentukan posisinya dalam industri. Faktor tersubut terdiri terdiri atas faktor eksternal dan faktor internal perusahaan. Faktor eksternal terdiri terdiri atas tiga sub kategori yaitu, faktor dalam lingkungan jauh, faktor dalam lingkungan industri/pesaing, faktor dalam lingkungan pesaing. Faktor internal terdiri atas manajemen fungsional dan budaya perusahaan (Robinson & Pearce, 1997). Faktor-faktor eksternal ini lebih dikenal sebagai lingkungan organisasi yang didefinisikan oleh Duncan (1972; Elenkov 1997) “... as the relevan physica and social factor outside the boundary of an organization that are taken into consideration during organizational decision making”. Lingkungan ini dibagi menjadi dua batasan, pertama yaitu yang paling dekat dengan orgaisasi adalah the task environmet, yang secara langsung mempengaruhi strategi. Elemen-elemen lingkungan yang secara langsung berhubungan dengan organisasi adalah pesaing, supplier, pelanggan dan kebijakan. Kedua, diluar batas organisasi yaitu lingkungan umum yang secara tidak langsung mempengaruhi organisasi. Lingkungan umum ini terdiri atas lingkungan ekonomi, politik dan sosial (Elenkov, 1997) Hunger dan Wheelen (2003), mengemukakan bahwa sebelum perusahaan merumuskan strategi, manajemen harus mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi. Pengamatan lingkungan adalah pemantauan, pengevaluasian dan penyebaran informasi dari lingkungan eksternal kepada orang-orang kunci perusahaan. Pengamatan lingkungan adalah alat manajemen untuk menghindari strategis dan memastikan kesehatan manajemen dalam jangka panjang.
Lingkungan adalah salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan. Banyak kegagalan perusahaan terjadi karena tidak memperhitungkan aspek lingkungan dan implikasinya terhadap manajerial. Oleh karena itu analisis lingkungan harus menjadi bagian penting dalam proses manajemen strategi. Hal ini terutama didorong oleh: a) bahwa organisasi atau perusahaan tidak berdiri sendiri (terisolasi) tetapi berinteraksi dengan bagian-bagian dari lingkungannya dan lingkungan itu sendiri selalu berubah setiap saat. b) pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan kompleks dapat mempengaruhi kinerja dari sebuah organisasi (Winardi, 1997). Dimensi Lingkungan Agar perusahaan mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka perlu diketahui karakteristik lingkungan yang dihadapi perusahaan, sebab lingkungan eksternal ini akan memberikan peluang (opportunity), ancaman (threath), dan kendala (constraint) bagi perusahaan (Robinson & pearce, 1997) dengan memandang bahwa lingkungan memang benarbenar tidak terkontrol, maka yang pertama kali dilakukan adalah mengidentifikasi lingkungan eksternal perusahaan sebelum membuat strategistrategi dalam menghadapi kondisi lingkungan. Ketidakpastian lingkungan (enviromental uncertainty) dikonsepkan oleh beberapa peneliti diantaranya Duncan (1972), Milburn et. All (1983). Milliken (1987). Secara sederhana ketidakpastian adalah tidak dapat diperkirakan (unpredictability) (Clark, 1994). Sedangkan menurut Thomson,”uncertainty appears as the fundamental problem for complex organizations respond to uncertainty in the enviromental by ‘buffering’ their ‘technical core’ from its effects” Pengaruh ketidakpastian terhadap organisasi akan mendorong organisasi membuat kebijakan strategis, diantaranya adalah penyusunan struktur organisasi yang menjadi kunci keputusan strategis dan pengambilan keputusan mengenai integrasi vertikal. Ketidakpastian (Uncertainty) Ketidakpastian lingkungan terdiri dari tiga dimensi, yaitu kompleksitas (complexiy), dinamika (dynamism) dan heterogenitas (heterogeneity). Terdapat pendapat bahwa kedua
193
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
dimensi ketidakpastian yakni kompleksitas dan dinamika dinyatakan oleh Clark et Al (1994). Konsep mengenai dua dimensi tersebut; kompleksitas “...refers to the number of elements in an enviromental event” dan dinamika (dynamism or instabiliti) “...refers turnover of those elements” (Clark et. Al, 1994). Sedangkan heterogenitas adalah “...reflect the extent to which the enviromental entities facing are dissimilar to one another and the minimal extent to which this entitis are coordinated or structred”. Dimensi dinamika dikonsepkan oleh Child (1972). Berdasarkan pada pendapat, bahwa lingkungan yang dinamik dan kompleks berada pada posisi berdiri sendiri dan pendapat lain yaitu ketidakpastian lingkungan dipengaruhi oleh kompleksitas dan dinamika, peneliti berpendapat, bahwa untuk mempengaruhi organisasi, ketidakpastian terlebih dahulu harus dilihat seberapa jauh tingkat dinamika dan kompleksitas lingkungan organisasi tersebut, sehingga nantinya penelitian yang akan dilakukan terlebih dahulu adalah mengetahui pengaruh dinamika, kompleksitas dan heterogenitas, selanjutnya mengukur ketidakpastian lingkungan.
tenaga kerja, sumber modal. Untuk menilai seberapa besar tingkat ancaman lingkungan terhadap organisasi, kondisi ini dilihat dari dua dimensi, yaitu kelangkaan sumber daya dan konsentrasi sumber daya. Dua dimensi ini diadaptasi dari Clark et al (1994) dalam Fauzi (1999). Dimensi kelangkaan sumber daya (resource scarcity) ini akan menjadi ancaman bagi organisasi, sebab bila sumber daya menjadi langka maka akan menjadikan organisasi harus bersaing lebih ketat untuk mendapatkan kecukupan suplai atau membuat output dalam jumlah yang lebih sedikit atau mencari alternatif. Dimensi konsentrasi sumber daya (resource concentration ) menunjukkan bahwa apabila sumber daya yang penting bagi organisasi terkonsentrasi, maka organisasi akan mudah untuk mencukupi kebutuhan sumber dayanya. Oleh Aldrich (1979) dalam Fauzi (1999) dijelaskan bahwa pengaruh distribusi dan konsentrasi mengenai sumber daya yang penting terhadap usaha organisasi untuk memenuhi kebutuhannya. Apabila sumber daya terkelompok maka organisasi akan mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi, negosiasi dan menjaga sumber dayanya. Hunger dan Wheelen (2003), mengemukakan bahwa sebelum perusahaan merumuskan strategi, manajemen harus mengamati lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi kesempatan dan ancaman yang mungkin terjadi.
Tingkat Ancaman Lingkungan (Enviromental Treath Level) Dimensi tingkat ancaman lingkungan ini mengacu pada pendapat Billing et. Al. (1980) dalam Fauzi (1999), yang menjelaskan bahwa treath level refers to that aspect of enviromental events that poses immediate or potential harm to organization and its interst bay jeopardizing its resources. Kondisi ketidakpastian lingkungan bisnis sekaligus bisa menjadi ancaman kelangsungan organisasi. Dalam mengukur tingkat ancaman lingkungan terhadap organisasi, pengukuran persepsi mengenai dimensi ini dikembangkan dan dioperasionalkan dalam konteks krisis politik, dilihat dari datangnya bahaya, ancaman dalam hal merugikan (injuriousness) bagi organisasi (Clark et. Al 1994; Fauzi, 1999). Hal yang menjadi pertimbangan bahwa tingkat ancaman lingkungan dapat mempengaruhi organisasi seperti Billing et al (1980) dalam Fauzi (1999), menjelaskan mengenai ancaman lingkungan pada kondisi probability of loss to organization. Tingkat ancaman lingkungan ini muncul dari faktor eksternal, yaitu bahan baku,
Tingkat Perubahan (Rate of Change) Tingkat perubahan ini menunjukkan bagaimana frekuensi dan besaran gejolak yang berlaku diantara faktor-faktor lingkungan dan komponen-komponennya. Dibutuhkan sumber daya dan kemampuan yang spesifik agar mampu bersaing dalam kondisi yang fast moving (Zaheer, 1997; Fauzi, 1999). Tingkat perubahan organisasi seperti yang disebutkan oleh Zaheer (1997) dalam Fauzi (1999) sebagai fast moving environment akan membuat perusahaan harus mengidentifikasi kemampuan perusahaan yang mampu menghasilkan rents, yaitu alertnes dan responsiveness yang menunjukkan kecepatan tanggapan atas sinyal perubahan lingkungan. Konsep daya saing berpijak dari konsep keunggulan komparatif yang diperkenalkan oleh 194
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
david Ricardo sejak abad 18 yang dikenal dengan model Ricardo atau hukum keunggulan komparatif (the law of comparatif advantage). Konsep ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan teori keunggulan absolut yang dicetuskan oleh Adam Smith. Konsep keunggulan komparatif maupun keunggulan absolut berasal dari suatu pemikiran yang sama, yaitu bahwa suatu negara akan berspesialisasi dalam produksi barang yang miliki keunggulan absolut atau yang diproduksi lebih efisien dibandingkan jika diproduksi oleh negara lain. Kedua negara akan mendapatkan keuntungan bila masing-masing negara berspesialisasi dalam produksi komoditi yang memilki keunggulan absolut dan melakukan perdagangan antar negara (Salvatore, 1996). Suatu negara akan cenderung mengekspor komoditas yang biaya produksinya relatif lebih murah dibandingkan dengan negara lain, dengan asumsi bahwa tenaga kerja adalah satu-satunya faktor produksi. Dengan demikian keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh Ricardo hanya didasarkan pada perbedaan produktifitas tenaga kerja antar negara, padahal masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produksi selain tenaga kerja seperti tanah, modal dan sumber daya lainnya (Salvatore, 1996). Teori keunggulan komparatif Ricardo kemudian disempurnakan oleh Haberler (1936) yang mengemukakan konsep keunggulan komparatif berdasarkan teori biaya peluang (opportunity cost theory). Haberler menyatakan bahwa biaya dari satu komoditi adalah jumlah komoditi kedua terbaik yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama (Salvatore, 1996). Keunggulan komparatif yang dimilki dalam perdagangan memilki sifat yang dinamis bukan statis. Sifat yang dinamis tersebut membuat negara yang memilki keunggulan komparatif disektor tertentu harus mampu mempertahankannya, agar tidak tersaingi oleh negera lain atau digatikan oleh komoditi substitusinya. Konsep yang dikembangkan oleh Ricardo dan Heckscer-Ohin ini merupakan suatu dasar yang sering dipakai dalam menjelaskan alokasi sumber daya di antara industri dalam suatu negara (Salvatore, 1996). Hal senada diungkapkan oleh Kuncoro (2008:73), bahwa: “Keunggulan bersaing
merupakan kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya”. Kata unggul, berdasarkan pendapat Sumihardjo (2008:8) dan Rangkuti (2003) di atas, merupakan posisi relatif organisasi terhadap organisasi lainnya. Hal ini seperti diungkapkan oleh Rahayu (2008:66) bahwa: Keunggulan merupakan posisi relatif dari suatu organisasi terhadap organisasi lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri. Dalam perspektif pasar, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan nilai pelanggan (customer value). Sedangkan dalam perspektif organisasi, posisi relatif tersebut pada umumnya berkaitan dengan kinerja organisasi yang lebih baik atau lebih tinggi.. Dengan demikian dari pendapat Rahayu (2008) tersebut dapat diambil satu kesimpulan bahwa suatu organisasi, termasuk sekolah, akan memiliki keunggulan bersaing atau memiliki potensi untuk bersaing apabila dapat menciptakan dan menawarkan nilai pelanggan yang lebih atau kinerjanya lebih baik dibandingkan dengan organisasi lainnya. Sementara dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, dinyatakan bahwa:” daya saing adalah kemampuan untuk menunjukan hasil lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna”. Kemampuan yang dimaksud dalam Permendiknas No. 41 tahun 2007 tersebut, diperjelas oleh Tumar Sumihardjo (2008:11), meliputi: (1) kemampuan memperkokoh posisi pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja tanpa henti, dan (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Berdasarkan pendapat Sumihardjo (2008), Rahayu (2008), dan penjelasan Permendiknas No. 41 tahun 2007, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan daya saing adalah kemampuan dari seseorang/ organisasi/institusi untuk menunjukan keunggulan dalam hal tertentu, dengan cara memperlihatkan situasi dan kondisi yang paling menguntungkan, hasil kerja yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna dibandingkan dengan seseorang/ organisasi/institusi lainnya, baik terhadap satu organisasi, sebagian organisasi atau keseluruhan organisasi dalam suatu industri. 195
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Nilai pelanggan atau nilai customer atau customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari suatu produk atau jasa dengan upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk mendapatkan dan menggunakan produk itu. Suatu produk atau jasa yang dibeli customer dari perusahaan semakin memuaskan jika customer itu mendapatkan value yang tinggi. Bagi customer, value atau nilai produk atau jasa yang ditawarkan suatu perusahaan memiliki dua dimensi yaitu Kinerja atau fitur produk dibandingkan dengan produk sejenis yang ditawarkan pesaing perusahaan dan Harga atau cost. Dengan semakin banyaknya produk atau jasa sejenis yang bersaing di pasar, cost atau pengorbanan memiliki arti yang lebih luas, tidak hanya sebatas harga beli suatu produk. Sebagai contoh, kemudahan untuk mengoperasikan, ketersedian suku cadang, layanan pasca pembelian, dan biaya pemeliharaan, merupakan unsur-unsur pengorbanan yang diperhitungkan oleh customer, selain harga beli produk. Dengan kata lain, customer berada dalam posisi "bisa memilih". Istilah customer value sangat populer dalam dunia bisnis masa kini yang sangat kompetitif. Customer value semakin penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan dan menjadi bagian integral strategi perusahaan, khusurnya dalam strategi pemasaran produknya. Dan untuk meraih Customer value yang lebih tinggi maka perusahaan/organisasi harus memiliki sumber daya yang mendukung. Oliver (1997) memberikan perhatian pada sumber daya strategis dan berargumen bahwa sumber daya yang menghasilkan kompetensi haruslah langka, unik, khusus, tak berwujud, sulit ditiru diganti dan sulit ditiru. Meyer and Utterback (1993) menekankan peran penting kompetensi teknologi, penelitian dan pengembangan, kompetensi produksi dan manufaktur, serta kompetensi pemasaran. Selanjutnya Hamel and Heene (1994) membagi kompetensi menjadi kompetensi aksespasar, kompetensi yang berkaitan dengan integrasi, dan kompetensi dikaitkan dengan fungsionalitas. Hall (1994) percaya bahwa kemampuan fungsional, budaya, posisi, dan pengaturan sebagai pembentuk dan penentu keunggulan perusahaan secara keseluruhan.
Barney (1991) menyajikan struktur yang lebih konkret dan komprehensif untuk mengidentifikasi pentingnya kompetensi untuk memperoleh keunggulan bersaing yang berkesinambungan. Barney (1991) mengutarakan empat indikator sehingga kompetensi yang dimiliki perusahaan dapat menjadi sumber keunggulan bersaing yang berkesinambungan, yakni: bernilai (valuable), merupakan kompetensi langka diantara perusahaan-perusahaan yang ada dan pesaing potensial (rare), tidak mudah ditiru (inimitability), dan tidak mudah digantikan (nonsubstitutability). METODE PENELITIAN
Rangcangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pola eksplanasi (eksplanatory research), yakni berusaha menjelaskan hubungan kausalitas (causality relationship) antara variabel dinamika lingkungan, selanjutnya dilakukan skenario simulasi dengan konsep sistem dinamik untuk melihat posisi daya saing yang lebih baik akibat lingkungan yang dinamis. Hasil pengolahan data hasil survey dilakukan dengan tahapan Struktural Equation Modeling (SEM) dipakai sebagai sebagai equation pada simulasi sistem dinamisnya. Berdasarkan datadata yang diperoleh maka dilakukan pembuatan model. Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu vensim. Model tersebut akan didukung oleh hasil pengolahan SEM yang menghasilkan persamaan tiap variabelnya. Setelah model dibuat maka dilakukan percobaan dan melihat apakah model sesuai atau tidak. Dan pengambilan data dilakukan terhadap perusahaan manufaktur di Sulawesi Selatan. Pengambilan data dilakukan dengan metode survei, dan dilakukan dengan sampling jenuh (pengambilan data terhadap seluruh perusahaan manufaktur yang berskala besar dan menengah di Sulawesi Selatan). Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian yang dipilih adalah propinsi Sulawesi Selatan dengan Obyek penelitian adalah industri manufaktur baik industri skala sedang maupun skala besar. Alasan pemelihan lokasi ini karena berdasarkan data bahwa ada penurunan kontribusi sektor industri 196
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
manufaktur di Sulawesi Selatan terhadap PDRB, yang diikuti oleh sejumlah perusahaan yang Collapse selama empat terakhir. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Maret 2012.
Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah daftar pertanyaan terstruktur yang diadopsi dari berbagai penelitian sebelumnya yang dianggap telah teruji, sejumlah pertanyaan tersebut diajukan untuk memperoleh jawaban menyangkut keadaan dan perubahan lingkungan eksternal perusahaan, kapabilitas dinamis, pilihan strategi bersaing dan strategi operasional dan pencapaian daya saing dan menggunakan alat perekam suara pada saat melakukan wawancara dengan manajer perusahaan atau pihak-pihak yang dianggap exspert dalam memberikan informasi.
Populasi dan Teknik Sampling Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Sulawesi Selatan, baik yang berskala besar maupun berskala sedang. Alasan memilih industri sedang dan besar dengan pertimbangan bahwa perusahan-perusahan yang berukuran sedang dan besar sudah memiliki struktur organisasi yang baik bila dibandingkan dengan perusahan berskala kecil, sehingga diharapkan dapat mejawab semua data yang diperlukan dalam penelitian. Jumlah perusahaan manufaktur di Sulawsi Selatan berdasarkan data BPS tahun 2010 adalah 301 perusahaan. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang berukuran sedang dan besar, karena unsur populasi berkarakteristik heterogen dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, misalnya perbedaan ukuran dan jenis peusahaan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sample proportional random sampling, Besarnya sampel dalam penelitian ditentukan berdasarkan atas pendapat Slovin (Umar, 2001; Pono 2009) yaitu dengan menggunakan persamaan: n
Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk mendiskripsikan variabel penelitian tanpa menarik generalisasi. Data yang dikumpulkan kemudian diedit dan ditabulasi dalam tabel dan dilakukan pembahasan secara deskriptif. Ukuran deskriptif adalah pemberian angka baik dalam jumlah responden maupun dalam angka persentase Analisis Statistik Inferensi Untuk analisis hubungan kausal yang dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan model persamaan struktural (structural equetion model, SEM).
N 1 N (e ) 2
Keterangan: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persentase kelonggaran ketidaktlitian (presisi) karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian dengan menggunakan model persamaan struktural (Structural Equation Model/SEM) dengan confirmatory factor analysis (CFA) program AMOS 18.0 (Analysis of Moment Structure, Arbukle, 1997). Kekuatan prediksi variabel observasi baik pada tingkat individual maupun pada tingkat konstruk dilihat melalui critical ratio (CR). Apabila critical ratio tersebut signifikan maka dimensi-dimensi tersebut akan dikatakan bermanfaat untuk memprediksi konstruk atau variabel laten. Variabel laten (construct) penelitian ini terdiri dari dinamika lingkungan, kapabilitas dinamis, strategi bersaing, strategi operasional dan daya saing perusahaan.
Berdasarkan persamaan diatas, dengan tingkat ketelitian 5%, maka ukuran sampel diperoleh adalah: n
301 1 301(0,05 ) 2
n 171
197
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Dengan menggunakan model persamaan struktural dari AMOS akan diperoleh indikatorindikator model yang fit. Tolok ukur yang digunakan dalam menguji masing-masing hipotesis adalah nilai critical ratio (CR) pada regression weight dengan nilai minimum 2,0 secara absolut. Kriteria yang digunakan adalah untuk menguji apakah model yang diusulkan memiliki kesesuaian dengan data atau tidak. Adapun kriteria model fit terdiri dari: 1) derajat bebas (degree of freedom) harus positif dan 2) non signifikan Chi-square yang disyaratkan (p ≥ 0,05) namun untuk sampel besar (N > 250) maka signifikansi p-value tidak dapat di ekspektasi (Hair et al., 2006;753), 3) incremental fit di atas 0,90 yaitu GFI (goodness of fit indix), Adjusted GFI (AGFI), Tucker Lewis Index (TLI), The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan degree of freedomnya (DF) dan Comparative Fit Index (CFI), dan 4) RMSEA (Root Mean Square Error of Aproximation) yang rendah. Confimatory Factor Analysis digunakan untuk meneliti variabel-variabel yang mendefinisikan sebuah konstruk yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel-variabel laten atau konstruk-konstruk lain yang dikonfirmasikan.
.62 -.04 .17 .37 .03 .03 -.51 -.29 -.32
e8
DL1
e7
DL2
e6
DL3
e5
DL4
e4
DL5
e3
.68 .74 .73 .86
.72 .82 .60 DL6 .70
e2
DL7
e1
DL8
Dinamika Lingkungan Variabel/konstruk laten yang diukur melalui 8 indikator, yaitu: kecepatan perubahan preferensi konsumen (DL1), Kecepatan perubahan kebutuhan konsumen (DL2), kecepatan perubahan teknologi pembuatan produk (DL3), tingkat inovasi produk (DL4), kenaikan harga (DL5), kenaikan tingkat bunga Bank (DL6), pengiriman bahan baku (DL7), kelancaran transportasi (DL8). Untuk pengujian model tahap awal, digunakan 8 indikator untuk mengukur variabel laten dinamika lingkungan, namun pada pengujian tahap awal dengan menggunakan confirmatory factor analysis, kriteria goodness-of-fit tidak terpenuhi yang menunjukkan bahwa model awal tidak fit digunakan, sehingga dilakukan modifikasi model secara terus menerus hingga diperoleh suatu model yang memenuhi kriteria. Hasil pengujian tahap akhir variabel laten dinamika lingkungan diperoleh hasil model dengan confirmatory factor analysis sudah memenuhi kriteria goodness of fit, sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Hasil uji konstruk variabel dinamika lingkungan yang dievaluasi berdasarkan kriteria goodness of fit indices pada Tabel 1. dengan disajikan hasil model serta nilai kritisnya (cut-off value).
DL e9
Goodness of Fit Tests: Chi square = 3.637 Probability = .962 CMIN/DF = .364 RMSEA = .000 CFI = 1.000 TLI = 1.005 GFI = 0.891 AGFI = 0.794
.67
Gambar 3. Pengujian confirmatory factor analysis variabel dinamika lingkungan.
198
Dinamika lingkungan, daya saing
ISSN 2303-1001
Tabel 1. Evaluasi kriteria Goodness of Fit Indices Dinamika Lingkungan Goodness of Fit Index Hasil Model* Cut-off Value** 2 χ – Chi-square 3.637 Diharapkan kecil Probability 0.962 ≥ 0.05 CMIN/DF 0.364 ≥ 2.00 RMSEA 0.000 ≥ 0.08 CFI 1.000 ≥ 0.92 TLI 1.005 ≥ 0.92 GFI 0.891 ≥ 0.90 AGFI 0.794 ≥ 0.90
Tabel 2. Loading faktor (λ) Pengukuran faktor Dinamika lingkungan Loading Indikator Variabel Factor Critical Ratio Probability (p) (λ) Selera Konsumen 0.681 7.772 0.000 Kebutuhan konsumen 0.744 8.428 0.000 Teknologi produksi 0.732 7.172 0.000 Inovasi produk 0.864 8.262 0.000 Kenaikan harga 0.721 8.171 0.000 Tingkat bunga Bank 0.817 8.809 0.000 Pengiriman bahan baku 0.601 11.271 0.000 Kelancaran transportasi 0.701 0.000
Dari evaluasi model yang diajukan menunjukkan bahwa evaluasi terhadap konstruk secara keseluruhan menghasilkan nilai di atas kritis yang menunjukkan bahwa model telah sesuai dengan data, sehingga dapat dilakukan uji kesesuaian model selanjutnya. Tabel 1. Menunjukkan bahwa model pengukuran dinamika lingkungan telah menunjukkan adanya model fit atau kesesuaian antara data dengan model. Hal ini dibuktikan dari delapan criteria fix yang ada, sudah ada enam yang telah memenuhi kriteria. Dengan demikian mengacu pada prinsip parsimony teori maka model di atas menunjukkan tingkat penerimaan yang baik oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima. Selanjutnya untuk mengetahui indikatorindikator yang berkontribusi signifikan terhadap variable dinamika lingkungan dapat diamati dari nilai loading faktor atau koefisien lambda (λ) dan tingkat signifikansinya, yang mencerminkan masing-masing kontribusi indikator terhadap variabel dinamika lingkungan tampak pada Tabel 2. Berdasarkan tabel 2. maka diperoleh hasil bahwa seluruh dimensi berpengaruh dengan
Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Marginal Marginal
Keterangan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
loading factor > 0,4 atau p< 0,05, sehingga seluruh indikator signifikan mengukur variabel dinamika lingkungan. KESIMPULAN Dinamika lingkungan eksternal bisnis perusahaan manufaktur yang ada di Sulawesi Selatan menunjukkan pengaruh yang positif/ signifikan dalam capaian daya saing perusahaan terhadap perusahaan pesaingnya. Hal ini membuktikan kebenaran hipotesis yang menyatakan bahwa dinamika lingkungan berpengaruh terhadap daya saing perusahaan. Dengan demikian menjadi penting perusahaan untuk memperhatikan kondisi dinamika lingkungan didalam menformulasi strategi bersaing untuk mencapai daya saing yang berkesinambungan DAFTAR PUSTAKA Barney, J., (1995) Looking inside for competitive advantage. Akademi of management executive, vol. 9 No. 4, pp. 49-61.
199
Syamsul Bahri
ISSN 2303-1001
Barney, J (1991), Firms Resource and Sustained Competitive Advantage, Journal of Management, Vol. 17, No 1, 99-120 Departemen perindustrian dan perdagangan (2001). Strategi Industri nasional. Jakarta. Fauzi, Mochamad (1999) Lingkungan organisasi dan pengaruhnya terhadap manajemen lingkungan. Thesis. Universitas Diponegoro. Bandung. Handayani (2008) simulasi kebijakan daya saing kedelai pada pasar domestik. Thesis. Institut Pertanian Bogor Hamel, G. And A. Heene, (1994). Competencebased competititon, Chichester: John Willey & Sons Hunger., J.David., dan Wheelen., Thomas L (2003), Manajemen Strategis, Penerbit Andi, Yogyakarta. Malian, H., (2005) Prospek Pengembangan Agroindustri Dalam Meningkatkan Daya Saing dan Ekspor Berdasarkan Permintaan Jenis Produk Komuditas Perkebunan Utama, Balitban, Departemen Pertanian Pono, Maat (2009) Pengaruh Dinamika Lingkungan, Strategi Bersaing dan Strategi Operasi terhadap Kinerja Perusahaan. Disertasi, Universitas Brawijaya, Malang Porter, Michael (1998) The Adam Smith adress: location, clusters, and the “new”
microeconomics of competition. National association for business economics. Porter, Michael (2003), Strategi bersaing: Teknik menganalisis industri dan pesaing. Terjemahan, cetakan keenam, penerbit Erlangga. Pujawan, I., Y., (2005) Supply Chain Manajemen. Guna Widya. Surabaya, Indonesia. Robinson, R., John, P., (2008) Strategic Management; Formulation, Implementation, & Control, McGraw Hill. Salam A., Mohammad (2005) Supply chain enablers, competitive advantage, and firm perfomance: an empirical investigation of Thai garmen industri. 1st International conference on operations and supply chain management, Bali. Sumihardjo, T., (2008) Daya Saing Berbasis Potensi Daerah, Fokus Media. Jakarta Indonesia. Tambunan T., (2010) Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF), Kadin, Indonesia. Teece, D.T., G. Pisano and A. Shuen, (1997). Dynamic Capability and strategic management journal, Vol.18, No.7, pp. 509533.
200