perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TESIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
OLEH CAHYANA NUR SIDIQ S 990809007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
Disusun Oleh : CAHYANA NUR SIDIQ S 990809007
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dosen Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Soetarno J, M. Pd
Tanggal
_____________ _______
NIP 194807131973041001
Pembimbing II
Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd
_____________ _______
NIP 195402031981031002
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Prof. Dr. Trisno Martono, MM NIP 195103311976031003
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SELF-REGULATED LEARNING DAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011) Disusun Oleh : CAHYANA NUR SIDIQ S 990809007
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Tim Penguji:
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Trisno Martono, MM
Sekretaris
Prof. Dr. Sigit Santosa, M. Pd
Tanggal
Prof. Dr. Soetarno J, M. Pd Anggota Penguji
Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd
Mengetahui,
Direktur PPs UNS
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D.
Prof. Dr. Trisno Martono, MM
NIP 195708201985031004
NIP 195103311976031003 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Cahyana Nur Sidiq
NIM
: S 990809007
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011) betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis tersebut.
Suarakarta, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan
Cahyana Nur Sidiq
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (QS. Al-Insyirah: 6-8)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukur kepada Allah SWT. Karya ini kupersembahkan untuk: Ibu dan Ayah tercinta, Saudara-saudaraku Almamater
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillahr rabbil’alamin. Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, dan atas kebesaran dan kemurahan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, sebagai syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Ekonomi. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak, maka dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd yang telah memberikan ijin penelitian ini. 3. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Ekonomi Prof. Dr. Trisno Martono, MM yang telah memberikan ijin penulisan tesis ini. 4. Prof. Dr. H. Soetarno J, M.. Pd selaku Pembimbing I yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, bantuan dan masukan sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. 5. Dr. Djoko Santosa TH, M. Pd selaku Pembimbing II yang telah dengan sabar memberikan bimbingan, dorongan dan masukan sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. 6. Prof. Dr. Trisno Martono, MM selaku Pembimbing Akademik atas dorongan dan bimbingannya yang tak pernah henti selama masa studi dan penulisan tesis ini. 7. Drs. H. Haries Fuady selaku Kepala SMP Islam Al-Hadi Mojolaban yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 8. Tim Penguji tesis yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian tesis guna menyelesaikan studi di program pascasarjana pendidikan ekonomi. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Keluarga besar SMP Islam Al-Hadi Mojolaban, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini. 10. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan penulisan tesis ini. Saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pembaca yang budiman.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ………………………………………………………………
i
Persetujuan Pembimbing ……………………………………………………
ii
Pengesahan Tesis ……………………………………………………………
iii
Pernyataan …………………………………………………………………..
iv
Motto ………………………………………………………………………..
v
Persembahan ………………………………………………………………...
vi
Kata Pengantar ……………………………………………………………...
vii
Daftar Isi …………………………………………………………………….
ix
Daftar Gambar ................................................................................................
xii
Daftar Tabel …………………………………………………………………
xiii
Daftar Lampiran …………………………………………………………….
xv
Abstrak ……………………………………………………………………...
xvii
Abstract ……………………………………………………………………..
xix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................
8
C. Pembatasan Masalah ..........................................................
10
D. Perumusan Masalah ...........................................................
10
E. Tujuan Penelitian ...............................................................
11
F. Manfaat Penelitian .............................................................
11
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka …..…………………………………… ..
13
1. Model Pembelajaran …..…………………………… ..
13
2. Model Self –Regulated Learning .................................
15
3. Model Cooperative Learning........................................
27
4. Tingkat Motivasi Belajar .............................................
34
5. Prestasi Belajar Ekonomi .............................................
39
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................
56
C. Kerangka Berpikir ..............................................................
56
D. Hipotesis .............................................................................
60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................
61
B. Metode Penelitian ...............................................................
62
1. Rancangan Penelitian ...................................................
62
2. Prosedur Penelitian ......................................................
63
C. Variabel Penelitian .............................................................
66
1. Variable Bebas .......................................................
66
2. Variable Terikat .....................................................
66
3. Variable Atribut .....................................................
66
D. Populasi dan Sampel .........................................................
67
E. Metode Pengumpulan Data ................................................
69
1. Dokumentasi ..........................................................
69
2. Tes Prestasi Belajar ................................................
69
3. Angket Tingkat Motivasi Belajar Siswa ................. commit to user
70
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Uji Coba Instrumen ............................................................
70
G. Teknik Analisis Data ..........................................................
77
1. Uji Prasyarat Analisis ..................................................
77
2. Uji Hipotesis ................................................................
78
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ....................................................................
80
B. Uji Kesamaan Prestasi Awal ..............................................
91
1. Uji Normalitas Prestasi Awal .........................................
91
2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Awal ......................
92
3. Uji Perbandingan Prestasi Awal ....................................
92
C. Pengujian Prasyarat Analisis ..............................................
93
1. Uji Normalitas ...............................................................
93
2. Uji Homogenitas Variansi .............................................
94
D. Pengujian Hipotesis ...........................................................
95
E. Uji Setelah Anava ..............................................................
99
F. Pembahasan ....................................................................... 100 G. Keterbatasan Penelitian ...................................................... 106 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................ 108 B. Implikasi ............................................................................ 110 C. Saran .................................................................................. 112
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 114 LAMPIRAN ................................................................................................ 117 commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Kerangka Pemikiran .............................................................
Gambar 2.
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model SelfRegulated Learning ..............................................................
Gambar 3.
Histogram
Frekuensi
Prestasi
Belajar
Model
Histogram
Frekuensi
Prestasi
Belajar
Model
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar
xii
87
Cooperative
Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah .........................
commit to user
87
Cooperative
Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi .......................... Gambar 9.
85
Self-
Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah ....... Gambar 8.
83
Self-
Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi ......... Gambar 7.
82
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Rendah .....................................................................
Gambar 6.
81
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Tinggi .......................................................................
Gambar 5.
80
Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model Cooperative Learning ...........................................................
Gambar 4.
59
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Deskripsi dan Contoh Strategi Self-Regulated Learning ...........
17
Tabel 2. Siklus Strategi Self-Regulated Learning ...................................
20
Tabel 3. Fase Self-Regulated Learning ....................................................
22
Tabel 4. Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning .............................
29
Tabel 5. Pandangan Tentang Motivasi .....................................................
38
Tabel 6. Jenis dan Prosedur Penilaian ......................................................
42
Tabel 7. Waktu Penelitian .........................................................................
61
Tabel 8. Desain Faktorial (2 x 2) ..............................................................
36
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Model SelfRegulated Learning ................................................................... Tabel 10. Distribusi
Frekuensi
Prestasi
Belajar
Dengan
79
Model
Cooperative Learning ................................................................
81
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Tinggi ............................................................................
82
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Dengan Motivasi Belajar Rendah ..........................................................................
83
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Tinggi ................................
84
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Model Self-Regulated Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah ..............................
86
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative Learning commit to user Dengan Motivasi Belajar Tinggi ............................................... xiii
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Cooperative Learning Dengan Motivasi Belajar Rendah ..............................................
88
Tabel 18. Uji Normalitas Prestasi Awal ...................................................
89
Tabel 19. Uji Perbadingan Prestasi Awal ..................................................
90
Tabel 20. Hasil Uji Normalitas ...................................................................
91
Tabel 21. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan ..............................................
93
Tabel 22. Hasil Uji Setelah Anava .............................................................
97
Tabel 23. Rata-rata Skor Prestasi Belajar Ekonomi ...................................
102
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Kisi-Kisi Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa ..............
117
Lampiran 2.
Angket Try Out Motivasi Belajar Siswa .............................
118
Lampiran 3.
Try Out Tes Prestasi Belajar Ekonomi ...............................
121
Lampiran 4.
Data Try Out Tingkat Motivasi Belajar Ekonomi ..............
124
Lampiran 5.
Analisis Butir Soal Tes Prestasi Belajar Ekonomi .............
125
Lampiran 6.
Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar Siswa .........................................................
Lampiran 7.
126
Perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Siswa ........................................................................
128
Lampiran 8.
Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ..........................
130
Lampiran 9.
Angket Motivasi Belajar Siswa ..........................................
129
Lampiran 10. Instrumen Tes Prestasi Belajar Ekonomi ...........................
134
Lampiran 11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIII Dengan Model Self-Regulated Learning ............................
136
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas VIII Dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD ............
142
Lampiran 13. Data Prestasi Awal Siswa ...................................................
148
Lampiran 14. Data Skor Motivasi Belajar Kelas Eksperimen ..................
149
Lampiran 15. Data Skor Motivasi Belajar Kelas Kontrol .........................
150
Lampiran 16. Data Kategori Motivasi Belajar ........................................... commit to user
151
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 17. Data Prestasi Belajar Kelas Eksperimen ............................
152
Lampiran 18. Data Prestasi Belajar Kelas Kontrol ...................................
153
Lampiran 19. Desain Data Untuk Analisa ................................................
154
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Awal ...............
155
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Prestasi Awal ................
156
Lampiran 22. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Prestasi Belajar ......
157
Lampiran 23. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Prestasi Belajar ............
159
Lampiran 24. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Variansi dan Analisis Variansi ...............................................................................
160
Lampiran 25. Hasil Perhitungan Uji Scheffe .............................................
161
Lampiran 26. Lembar Monitoring Pelaksanaan Penelitian ........................
162
Lampiran 27. Surat Ijin Penelitian ............................................................
163
Lampiran 28. Surat Telah Melaksanakan Penelitian ................................
164
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Cahyana Nur Sidiq. S 990809007. Pengaruh Model Pembelajaran Self-Regulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011). Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret, Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh penggunaan Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning terhadap prestasi belajar ekonomi siswa; (2) Perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa; (3) Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juli 2011. Populasi penelitian meliputi seluruh siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban. Sampel diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling, sebesar 30 orang siswa pada kelas VIII C untuk diberikan treatment model Self-Regulated Learning dan 30 orang siswa pada kelas VIII D untuk diberikan treatment cooperative learning metode STAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen, tes tertulis bentuk obyektif, tes kinerja, dan angket motivasi belajar siswa. Instrumen penelitian berupa tes tertulis bentuk obyektif dan angket motivasi belajar siswa diuji cobakan untuk mengetahui kelayakan instrumen penelitian. Hasil uji coba instrumen penelitian dianalisis dengan uji validitas, uji analisis butir soal, dan uji reliabilitas. Uji validitas, reliabilitas dan analisis butir soal dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan software SPSS. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk membedakan tingkat motivasi belajar siswa dalam kelompok dan menggambarkan prestasi belajar ekonomi siswa. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan, yaitu dengan menggunakan analisis variansi dua jalan. Analisis variansi dua jalan mengharuskan untuk melakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance correction dan uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan levene’s test. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran self-regulated learning dan cooperative learning terhadap hasil belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019) pada taraf signifikansi 5%. (2) Terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 19,249 commit to user dengan nilai p sebesar 0,000) pada taraf signifikansi 5%. (3) Tidak terdapat xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi siswa (nilai uji statistik F sebesar 2,868 dengan nilai p sebesar 0,096.) pada taraf signifikansi 5%. Kata kunci: self-regulated learning, cooperative learning tipe STAD, motivasi belajar siswa, prestasi belajar ekonomi.
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Cahyana Nur Sidiq. S 990809007. The Effect of Self-Regulated Learning Model Toward the Achievement in Economics Subject Matter Viewed From Motivation of Students (An Experimental Study on The Eight Grade Students of Islam Al-hadi Junior High School in Mojolaban in Academic Year 2010/2011). Thesis. Surakarta: Economic Educational, on Postgraduate Program, Sebelas Maret University, July 2011. The aims of the research are to find out: (1) The effect of self-regulated learning and cooperative learning with STAD method toward the student achievement in economics subject matter; (2) The effect of high learning motivation and low learning motivation toward the student achievement in economics subject matter; (3) The interaction effect between the instructional model and student’s learning motivation toward the student achievement in economics subject matter. This study is a quantitative research with experimental method. The research begin December 2010 to July 2011. Population of the study are all the eigth year students of Islam Al-Hadi junior high school in Mojolaban. The research sample are selected with simple random sampling technique. The sample consist of VIII C (30 students) for self-regulated learning treatment and VIII D (30 students) for cooperative learning with STAD method treatment. The instruments used to gather data for the study consist of documents, written test with objective form, performance test, and qoestionnaire for learning motivation. Writen test with objective form and qoestionnaire for learning motivation has been tested who know the proper of instruments. The result of try out test is analyzed with validity test, reliability test and item validity test. Validity test, reliability test, and item validity test were examined using software SPSS. The technique of data analysis are descriptive statistic analysis and inferensial statistic analyses with use software SPSS. Descriptive statistic analysis is used to divisions of student’s learning motivation in class and describe about student achievement in economic. Inferensial statistic analysis is used to test hypothesis for this research was two path variance analysis. The prerequiste anlysis test consists of normaly test and homogenity variance test. The normality test was done using kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance correction and homogenity variance test was done using levene’s test. Based on the result of analysis data was concluded: (1) There is a significant effect of self-regulated learning and cooperative learning with STAD method toward the student achievement in economics subject matter (test statistic value F of 5.858 with a p-value of 0.019) at 5 % level of significant; (2) There is a significant effect of high learning motivation and low learning motivation toward the student achievement in economics subject matter ((F statistic test value of 19.249 with a p-value of 0.000) at 5% level of significant; (3) There was no interaction effect between learning models and the level of learning motivation of students to the economics student learning achievement (F statistic test value of 2.868 with a p value of 0.096) at commit 5% leveltoofuser significant. xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Key words: self-regulated learning, cooperative learning with STAD method, motivation of student learning, achievement of economics learning.
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Besarnya perhatian pemerintah dalam pendidikan terutama dengan mengalokasikan APBN sebesar 20% ternyata tidak cukup membawa dunia pendidikan di Indonesia berkembang ke arah yang lebih baik. Program sertifikasi guru yang telah dimulai pada tahun 2006 yang sedianya bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru sampai saat ini belum cukup meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan yang sedianya merupakan benteng utama dalam mencerdaskan anak bangsa, ternyata tidak mampu berjalan secara optimal dan sangat jauh dari harapan bersama. Pendidikan yang sedang dikembangkan saat ini dapat dikatakan berjalan tanpa tujuan dan arah yang jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia tidak semata-mata hanya masalah klasik (alokasi biaya pendidikan yang rendah) namun juga banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pendidikan di Indonesia, antara lain adalah upaya peningkatan mutu dan daya saing pendidikan, tata kelola maupun kualitas guru dan cara mengajarnya. Menghadapi hal tersebut maka perlu dilakukan penataan terhadap sistem pendidikan secara menyeluruh, terutama berkaitan dengan kualitas pendidikan. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan sebenarnya terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Di antara upaya tersebut, antara lain dengan adanya otonomi daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Pemberian otonomi pendidikan yang luas terhadap sekolah sebenarnya merupakan bagian dari kepedulian Pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemberian otonomi ini menuntut pendekatan kurikulum yang lebih kondusif di sekolah agar dapat mengakomodasi seluruh keinginan sekaligus memberdayakan berbagai komponen masyarakat secara efektif, guna mendukung kemajuan dan sistem yang ada di sekolah. Tujuan utama dari institusi sekolah adalah terjadinya proses pembelajaran semaksimal mungkin pada diri siswa. Meski belajar dapat terjadi di mana saja, namun secara tradisional sekolah memegang peranan yang sangat penting. Mengajar merupakan salah satu sisi unik sekolah, dan karena belajar merupakan tujuan utama institusi sekolah, maka mengajar merupakan jantung dari operasi sekolah. Dengan demikian, keefektifan belajar akan sangat dipengaruhi oleh keefektifan mengajar yang terjadi. Dengan adanya otonomi pendidikan, guru memiliki peranan yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru merupakan ujung tombak yang dapat menuntun keberhasilan proses belajar-mengajar yang terjadi di sekolah. Keberhasilan proses belajar siswa di sekolah tidak dapat dilepaskan dari kualitas proses pengajaran yang terjadi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Sebagai pemimpin dalam situasi belajar mengajar, guru mempunyai fungsi sebagai perencana seluruh kegiatan belajar mengajar, mengorganisasikan seluruh elemen dalam proses tersebut, mengkoordinasikan, dan melakukan evaluasi atas proses pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan proses belajar mengajar. Pengajaran yang baik tidak hanya semata-mata menuntut penguasaan materi yang baik oleh guru, namun juga kemampuan untuk mempresentasikan informasi dengan jelas, kemampuan memotivasi siswa, dan mengevaluasi hasil belajar. Apalagi dalam konteks otonomi pendidikan, peran guru sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran tersebut akan semakin mengemuka. Dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, masih banyak guru yang menggunakan metode mengajar yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan metode secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe kinerja (performasi) yang menjadi sasaran belajar. Untuk memperoleh prestasi belajar yang baik, diperlukan kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal yang berbeda. Suatu metode pembelajaran seringkali hanya cocok untuk belajar tipe isi tertentu di bawah kondisi tertentu. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan adalah bagaimana guru mampu menerapkan pendekatan pembelajaran yang mampu membawa siswa mencapai tujuan pembelajaran. Dewasa ini telah banyak dikembangkan model pembelajaran yang menuntut guru maupun peserta didik lebih inovatif dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Sistem pembelajaran pada hampir semua pelajaran commit to user selama ini masih bersifat satu arah (Teacher Centered Learning), yaitu pemberian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
materi oleh guru yang ternyata membuat siswa pasif karena hanya mendengarkan pelajaran sehingga kreativitas mereka kurang terpupuk atau bahkan cenderung tidak kreatif. Untuk dapat meningkatkan performasi pembelajaran, guru saat ini dituntut tidak hanya menjadi sumber ilmu pengetahuan tetapi lebih sebagai fasilitator dalam transfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu mengembangkan potensi serta daya kreatifitas sehingga tujuan pembelajaran yang semula Teacher Centered Learning (TCL) menjadi Student Centered Learning (SCL). SCL adalah pembelajaran yang berpusat pada aktivitas belajar siswa, bukan hanya pada aktivitas guru yang mengajar. Guru dalam proses pembelajaran model SCL memiliki peran yang penting antara lain guru bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, mengkaji kompetensi mata pelajaran yang perlu dikuasai siswa di akhir pembelajaran, merancang strategi dan lingkungan pembelajaran yang dapat menyediakan beragam pengalaman belajar yang diperlukan siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut mata pelajaran, membantu siswa mengakses informasi, menata dan memprosesnya untuk
dimanfaatkan
dalam
pemecahan
permasalahan
sehari
hari,
dan
mengidentifikasi dan menentukan pola penilaian hasil belajar siswa yang relevan dengan kompetensi yang akan diukur. Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk memilki kemandirian dalam belajar. Kemandirian tersebut dapat ditunjukkan siswa dengan cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
mengorganisasikan seluruh pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa yang dapat mengatur proses pembelajaran mereka akan cenderung lebih berhasil dalam meningkatkan
prestasi
akademis
mereka.
Dengan
adanya
kemampuan
mengorganisisr keterampilan metakognitif, dan mampu memotivasi diri serta memanfaatkan lingkungan belajar siswa akan cenderung lebih berhasil dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada Student Centered Learning (SCL) ini adalah model pembelajaran regulasi diri (Self-Regulated Learning). Self-Regulated Learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Dari sisi motivasional, Self-Regulated Learner memandang diri mereka sendiri sebagai memiliki cukup self-efikasi, otonom, dan termotivasi secara intrinsik. Dari sisi perilaku, Self-Regulated Learner memilih, menstruktur, dan bahkan menciptakan lingkungan sosial dan lingkungan fisik untuk mengoptimalisasikan penguasaan mereka atas materi pelajaran. Self-regulated learning merupakan model pembelajaran yang menekankan siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran yang terjadi. Dengan Selfregulated learning siswa akan menjadi sadar diri akan relasi fungsional antara pola pikir dan tindakan mereka. Self-regulated learning juga mampu mengubah pandangan siswa tentang pembelajaran sebagai keterampilan dan akan digunakan untuk menganalisa tugas-tugas belajar, menetapkan tujuan, dan merencanakan tata cara melaksanakan tugas itu, menerapkan keterampilan, dan khususnya membuat keputusan tentang bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
Dalam proses belajar mengajar, siswa juga perlu dilatih untuk bekerjasama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam kerja kelompok,. Pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi ini dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran. Pembelajaran ini siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu satu sama lainnya untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan tidak semata-mata untuk mencapai hasil belajar akademik, namun juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar yang dicapai siswa. Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar, tidak cukup hanya dengan memberikan model pengajaran dan menciptakan lingkungan pembelajaran saja. Faktor internal siswa juga memiliki peran yang sangat besar untuk meningkatkan prestasi belajar, salah satunya adalah motivasi belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar siswa akan lebih optimal kalau ada motivasi yang tepat. Dorongan atau motivasi belajar yang kuat pada diri siswa akan menimbulkan hasil belajar atau prestasi belajar yang sesuai dengan motivasi belajar yang dimiliki siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Adanya motivasi belajar yang tinggi dapat memacu siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Walaupun motivasi itu sering kali datang tidak dari dirinya, namun faktor internal siswa memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan motivasi tersebut. Pembelajaran ekonomi dalam tingkat Sekolah Menengah Pertama menjadi mata pelajaran terpadu dengan geografi, sosiologi maupun sejarah. Adanya pendekatan pembelajaran terpadu sebenarnya ditujukan untuk menyamakan realita dan fenomena sosial yang mewujudkan pendekatan inerdisipliner dari setiap cabang-cabang ilmu sosial. Dalam perkembangannya, pembelajaran terpadu masih memiliki banyak kesulitan. Dari sisi pengajar, kesulitan yang akan sering muncul adalah kurikulum IPS belum menggambarkan kesatuan yang terintegrasi, melainkan masih terpisah-pisah antar bidang ilmu sosial, latar belakang guru yang mengajar merupakan guru yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda seperti ekonomi, geografi, sejarah dan sosiologi antropologi mengakibatkan kesulit bagi pengajar untuk dapat memadukan antardisiplin ilmu tersebut. Dari sisi peserta didik sendiri, kesulitan yang akan dihadapi pada pembelajaran terpadu ini adalah banyaknya beban materi yang diberikan, namun tidak sebanding dengan waktu yang diberikan yang diberikan setiap minggunya di sekolah. Hal ini akan memberikan kesulitan-kesulitan kepada siswa, salah satunya adalah beban materi yang harus dipelajari pada saat mereka menghadapi ulangan maupun ujian. Untuk dapat mengatasi permasalahan ini guru dan siswa diharapkan commit to user mampu mencari jalan keluar, salah satunya adalah menerapkan model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
pembelajaran yang sesuai agar penguasaan kompetensi dalam pembelajaran ekonomi dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran SelfRegulated Learning Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa” (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VIII SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011)
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah-masalah yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Alokasi dana pendidikan sebesar 20% tidak cukup membawa pendidikan kearah lebih baik. Permasalahan dalam pendidikan di Indonesia tidak terbatas alokasi dana pendidikan, tetapi juga pemerataan dan perluasan akses pendidikan, pemerataan mutu maupun kompetensi guru dan cara mengajarnya. 2. Program sertifikasi guru belum cukup meningkatkan kualitas pendidikan. Program sertifikasi yang pada awalnya diperkirakan mampu meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru. Untuk dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru ini perlu adanya kelanjutan penilaian guru dari waktu ke waktu oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. 3. Sistem pendidikan belum diatur secara menyeluruh, terutama berkaitan commit to user dengan kualitas pendidikan. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
yang memberi arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan. 4. Pembelajaran pada hampir semua pelajaran masih bersifat satu arah (Teacher Centered Learning). Untuk dapat meningkatkan performasi pembelajaran, guru dituntut lebih sebagai fasilitator dalam transfer ilmu pengetahuan. Guru memberikan motivasi agar siswa mampu mengembangkan potensi serta daya kreatifitas. 5. Guru masih banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penggunaan model secara sembarangan ini tidak berdasarkan pada analisis kesesuaian antara tipe isi pelajaran dengan tipe kinerja
(performasi)
yang
menjadi
sasaran
belajar.
Guru
dituntut
mengembangkan model pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi yang ingin dicapai, salah satunya adalah model yang dapat meningkatkan prestasi belajar ekonomi adalah Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning. 6. Siswa yang memiliki intelegensia yang tinggi sering gagal meningkatkan prestasi belajar karena kekurangan motivasi. Tingkat motivasi belajar akan mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Hasil belajar siswa akan lebih optimal kalau ada motivasi belajar yang tepat. 7. Interaksi antara motivasi belajar siswa dan model pembelajaran dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Model pembelajaran yang diterapkan oleh pengajar hendaknya disusun berdasarkan kebutuhan siswa semata, tetapi dapat membantu siswa meningkatkan motivasi belajar ekonomi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
8. IPS sebagai pembelajaran terpadu masih memiliki banyak kesulitan dalam penerapannya. Kesulitan yang akan sering muncul adalah kurikulum IPS belum menggambarkan kesatuan yang terintegrasi, masih terpisah-pisah antar bidang ilmu sosial. Pengembangan kurikulum yang tepat harus dapat dilakukan agar mata pelajaran terpadu dapat berhasil.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah yang telah dipilih agar penelitian yang dilakukan mempunyai arah yang jelas, yaitu sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa, dibatasi pada Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD. 2. Tingkat motivasi belajar siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa, dibedakan menjadi dua yaitu tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi berprestasi rendah. 3. Interaksi yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dibatasi pada interaksi model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
D. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah,
identifikasi
masalah
dan
pembatasan masalah, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi? 3. Apakah terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam AlHadi?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan pengaruh penggunaan model Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi. 2. Perbedaan pengaruh antara motivasi berprestasi tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Alcommit to user Hadi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
3. Interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa kelas VIII SMP Islam Al-Hadi.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat teorotis penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pengembangan teori tentang model Self-Regulated Learning dan model Cooperative Learning tipe STAD, serta pengetahuan tentang motivasi belajar. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan alternatif tentang model pembelajaran SelfRegulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini juga memberikan informasi kepada guru dan para praktisi pendidikan mengenai model Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD agar dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Winataputra (dalam Sugiyanto, 2009:3) mendefinisikan model pembelajaran sebagai “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Joyce, Weil & Calhoun (2000:6) menjelaskan bahwa: Models of teaching are really models of learning. As we help a student’s acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking, and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn. In fact, the most important long-term outcome of instruction may be the student’s creased capabilities to learn more easily and effectively in the future, both because of the knowledge and skill they have acquired and because they mastered learning process. (Model pengajaran sebenarnya merupakan model pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, dan sarana mengekspresikan diri, maka kita juga mengajar mereka cara belajar. Bahkan, hasil jangka panjang yang paling penting dari instruksi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar lebih mudah dan efektif di masa mendatang, baik karena pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka peroleh dan karena mereka menguasai proses pembelajaran).
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14 Joyce, Weil & Calhoun (2000:13) lebih lanjut juga menjelaskan: The core of the teaching process is the arrangement of environments within which the students can interact and study how to learn. A model of teaching is a description of a learning environment. The descriptions have many uses, ranging from planning curriculums, courses, units, and lessons to designing instructional materials-book and workbooks, multimedia programs, and computer-assisted learning programs. (Inti dari proses pengajaran adalah pengaturan lingkungan di mana para siswa dapat berinteraksi
dan
belajar
bagaimana
cara
belajar.
Model
pembelajaran
mendeskripsikan suatu lingkungan belajar. Deskripsi ini memiliki banyak kegunaan, mulai dari perencanaan kurikulum, kursus, bagian-bagian, dalam pelajaran untuk merancang buku panduan intruksional dan buku kerja, program multimedia, dan program belajar dengan bantuan komputer). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya model pembelajaran yang dikembangkan tidak berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap mata pelajaran karena tidak semua model cocok untuk setiap topik atau mata pelajaran. Sugiyanto (2009:3) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model/strategi pembelajaran, yaitu: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sifat bahan/materi ajar, kondisi siswa, dan commit to user ketersediaan sarana prasarana belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 2. Self-Regulated Learning
a. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Catherine S. Chen, 2002:12) mendefinisikan “selfregulated learners are individuals who are metacognitively, motivationally, and behaviorally active participants in their own learning process”. (self-regulated learner adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral merupakan peserta aktif dalam proses belajar mereka sendiri). Senada dengan hal tersebut Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) menjelaskan “self-regulated learning includes effective strategies for learning, reflection on one’s own thinking and learning (metacognition), and motivation and engagement with school tasks”. (pembelajaran regulasi-diri merupakan bagian dari strategi yang efektif untuk belajar, merefleksi pada satu cara berpikir dan belajar (metakognisi), memotivasi dan melibatkan
tugas-tugas di sekolah). Lebih lanjut Zimmerman (dalam Anita
Woolfolk, 2009:130) menjelaskan “regulasi diri sebagai proses yang kita gunakan untuk mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, perilaku, dan emosi kita untuk mencapai tujuan kita”. Dari
sudut
proses
metakognitif,
self-regulated
learner
melakukan
perencanaan, pengorganisasian, instruksi diri dan evaluasi diri pada berbagai tingkat selama proses penguasaan materi pelajaran. Dari sisi motivasional, self-regulated learner memandang diri mereka sendiri sebagai memiliki cukup self-efikasi, otonom, dan termotivasi secara intrinsik. Dari sisi perilaku, self-regulated learner memilih, menstruktur, dan bahkan menciptakan lingkungan sosial dan lingkungan fisik untuk commit to user mengoptimalisasikan penguasaan mereka atas materi pelajaran. Menurut sudut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 pandang ini, siswa yang efektif menjadi sadar akan relasi fungsional antara pola pikir dan tindakan mereka (sering disebut sebagai strategi) dan hasil-hasil sosial dan lingkungan (Zimmerman & Martinez-Pons, dalam Nugraha Arif Karyanta, 2002:11). Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) juga menjelaskan bahwa“The social support that students receive in classroom enhances self-regulated learning. Student who are self-regulated tend to take change of their learning”. (Dukungan sosial yang diterima siswa di kelas dapat meningkatkan pembelajaran regulasi diri. Siswa yang dapat meregulasi diri cenderung untuk merubah pembelajaran mereka). Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Self-Regulated Learning merupakan proses atau perilaku belajar yang secara aktif melibatkan kemampuan metakognitif, motivasional dan behavioral siswa. Keterlibatan secara aktif dalam proses belajar meningkatkan performansi akademik mereka.
b. Determinan Self-Regulated Learning Pandangan akan Self-Regulated Learning mengasumsikan hubungan timbal balik diantara tiga proses yang berpengaruh. Self-Regulated Learning tidak sematamata ditentukan oleh proses-proses personal semata, namun juga dipengaruhi oleh perilaku dan lingkungan secara timbal balik (Zimmerman, dalam Nugraha Arif Karyanta, 2002:13). Lebih lanjut Zimmerman menegaskan bahwa dalam hubungan timbal balik tersebut, masing-masing pengaruh tidak harus memiliki kekuatan atau pola-pola temporal yang sama.
Pengaruhcommit lingkungan to userbisa lebih kuat daripada pengaruh
personal atau behavioral dalam konteks tertentu atau pada waktu tertentu. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 contoh, pada sekolah dengan kurikulum yang sangat terstruktur atau pada sekolah dengan aturan tingkah laku yang sangat ketat di ruang kelas, berbagai bentuk SRL seperti perencanaan (student planning) atau self-reward dapat terpinggirkan. Sebaliknya, dalam sekolah yang lebih longgar batasan situasionalnya, faktor personal atau behavioral dapat menjadi pengaruh yang lebih dominan bagi pengaturan fungsi-fungsi perilaku siswa.
c. Strategi Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Nugraha Arif Karyanta, 2002:21) menemukan 14 tipe strategi Self-Regulated Learning. Strategi Self-Regulated Learning merupakan tipetipe strategi yang digunakan oleh siswa dalam konteks belajar umum untuk meningkatkan prestasi akademis mereka. Tabel 1
Diskripsi dan contoh-contoh dari strategi Self-Regulated Learning Strategi 1. Self-evaluation
2. Organizing and Transforming
Diskripsi dan Contoh Evaluasi yang diprakarsai sendiri atas tugas yang terselesaikan, pengertian tentang wilayah tugas, atau usaha dalam hubungannya dengan permintaan tugas. Contoh: “Saya mengecek hasil kerja saya untuk memastikannya benar” “Saya meminta ibu saya untuk mengetes apakah saya tahu atau tidak” “Saya melihat kembali tingkah laku dan usaha saya dan mencari tahu mengapa tugas saya tidak selesai pada waktunya” Usaha penyusunan materi belajar atas prakarsa sendiri untuk meningkatkan belajar. Contoh: “Saya membuat kerangka sebelum saya mengarang” “Saya menggunakan stabilo untuk menandai bagianbagian penting dalam buku” “Sayatomerangkum poin-poin penting dalam setiap commit user bab”
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 3. Goal-setting and planning
Penetapan atas tujuan atau sub-tujuan pendidikan dan perencanaan atas rangkaian, pewaktuan, dan penyelesaian aktivitas yang berhubungan dengan tujuan tersebut. Contoh: “Saya memulai revisi beberapa minggu sebelum tes” “Saya tinggalkan dulu pertanyaan yang sulit hingga terakhir untuk kemudian saya lihat kembali”
4. Seeking information
Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk menjamin informasi lebih jauh atas tugas dari sumber-sumber non-sosial ketika mengerjakan suatu tugas. Contoh: “Saya meminjam buku dari perpustakaan tentang topik tertentu” “Saya baca sebanyak mungkin tentang suatu subyek yang dipelajari”
5. Keeping records and monitoring
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk merekam atau mencatat peristiwa atau hasil. Contoh: “Saya menulis catatan tentang diskusi kelas” “Saya pilih kata-kata yang tidak saya mengerti dan saya buat dalam kartu”
6. Enviental structuringronm
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk mengatur konteks belajar agar belajar menjadi lebih mudah. Hal ini termasuk pengaturan lingkungan secara fisik maupun psikologis. Contoh: “Saya bikin meja saya bersih dan rapi dan meletakkan semua buku yang saya perlukan didekatnya” “Saya mandi sebelum mulai mengerjakan PR”
7. Self-consequences
Pengaturan atau imajinasi siswa atas hadiah atau hukuman sehubungan dengan kesuksesan atau kegagalan. Contoh: “Saya beri hadiah untuk diri saya sendiri selama masa istirahat belajar, seperti menonton televisi” “Saya berpikir tentang kegagalan, dan hal itu membuat saya ingin berusaha”
8. Rehearsing and memorizing
Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk menghafal materi pelajaran. Contoh: “Saya tuliskan semua poin penting berulang-ulang commit to user hingga saya hafal” “Saya kerjakan contoh soal yang sejenis sebanyak-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 banyaknya sehingga saya akan ingat bagaimana mengerjakan soal yang serupa dalam tes” 9 – 11 Seeking social assistance
Usaha siswa dengan prakarsa sendiri untuk meminta pertolongan dari teman (9), guru (10), dan orang dewasa (11). Contoh: (9)“Saya mendiskusikan tugas dengan teman” (10)“Jika saya kesulitan dalam memahami suatu pelajaran, saya akan mengatur pertemuan dengan guru usai sekolah” (11)“Saya minta ayah saya untuk menjelaskan cara mengerjakannya
12 – 14 Reviewing records
Usaha siswa atas prakarsa sendiri untuk membaca kembali catatan (12), tes (13), atau buku (14). Contoh: (12)“Saya buka kembali semua catatan saya tentang topik tersebut” (13)“Saya buka kembali semua tugas dan tes yang telah saya kerjakan” (14)“Saya baca buku pelajaran itu beberapa kali”
Tujuan dari tiap-tiap strategi tersebut adalah untuk meningkatkan pengaturan diri dari (a) fungsi-fungsi personal mereka, (b) performansi behavioral akademis, dan (c) lingkungan belajar. Sebagai contoh, strategi organizing dan transforming, rehearsing dan memorizing, dan goal setting dan planing memfokuskan pada pengoptimalisasian pengaturan personal.
Strategi seperti evaluasi diri dan self-
consequences di desain untuk meningkatkan fungsi-fungsi behavioral.
Strategi
penstrukturan lingkungan, mencari informasi, mereview, dan mencari bantuan dimaksudkan untuk mengoptimalisasikan lingkungan belajar seseorang.
d. Model Self-Regulated Learning Model-model self-regulated learning mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran memilik keterampilan-keterampilan commit to user yang digunakan untuk belajar dan bagaimana mengelola faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Phil Winne dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 Allyson Hadwin (dalam Anita Woolfolk, 2009:132) mengembangkan salah satu model self-regulated learning tersebut. Tabel 2
Siklus Self-Regulated Learning Menganalisa Tugas Fitur-fitur tugas: Tugas itu tentang apa? Sumber daya apa saja yang tersedia? Apa standar untuk kesuksesanya? Fitur-fitur personal: Pengetahuan apa yang dapat saya terapkan? Apa interes/makna tugas itu? Bagaimana efikasi-diri saya?
Menetapkan Tujuan Apa orientasi tugas belajar saya? Konsekuensi apa yang menyertai hasilnya? Usaha apa yang dibutuhkan?
Menyusun Rencana Apakah sebelumnya saya pernah berpartisipasi dalam tugas yang serupa? Apa langkah untuk menyelesaikan tugas itu? Keterampilan-keterampilan belajar apa yang akan berguna? Apakah akan ada umpan balik selama pekerjaan berjalan?
Meregulasi Pembelajaran Metacognitive monitoring Metacognitive control
Menerapkan Taktik dan Strategi Mengambil kembali pengetahuan yang sebelumnya sudah ada dari ingatan Memeriksa informasi yang ada Menerapkan objek operasi-operasi kognitif Memantau produk Mengelola muatan kognitif
Model self-regulated learning dalam gambar di atas didasarkan pada pendapat bahwa model pembelajaran adalah agents. Agency adalah kapasitas untuk mengkoordinasikan berbagai keterampilan belajar, motivasi dan emosi untuk mencapai tujuan. Self-regulated learning menerapkan agency ketika mereka terlibat dalam siklus empat tahap utama: menganalisa tugas, menetapkan tujuan dan merancang rencana, terlibat dalam pembelajaran, dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran. Keempat siklus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 1) Menganalisa tugas pembelajaran Secara umum dalam tahapan ini, pembelajar memeriksa informasi apapun yang mereka anggap releven untuk mengkontruksikan sense tentang seperti apakah tugasnya, sumber daya apa yang harus dimiliki, dan bagaimana perasaanya tentang tugas yang akan dikerjakannya. 2) Menetapkan tujuan dan menyusun rencana Mengetahui kondisi-kondisi yang mempengaruhi hasil kerja memberikan informasi yang digunakan oleh pembelajar untuk menetapkan tujuan belajar. Setelah iu rencana tentang bagaimana cara mencapai tujuan itu dapat dikembangkan. Memilih atau menetapkan tujuan mempengaruhi bentuk rencana pembelajaran untuk bagaimana cara belajar. 3) Menetapkan taktik dan strategi untuk menyelesaikan tugas Self-regulated learners sangat siaga selama tahap ini karena mereka selalu memantau seberapa baikkah rencananya berjalan. 4) Meregulasi pembelajaran Dalam tahap self-regulated learning ini, pembelajar mengambil keputusan tentang apakah perlu dilakukan perubahan pada ketiga tahap sebelumnya. Sebagai contoh, apabila pembelajaran lamban, apakah pembelajar harus belajar bersama siswa lain, lalu apakah siswa perlu mereview beberapa materi sebelumnya yang merupakan pondasi terhadap materi yang saat ini sedang dipelajari. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Anita Woolfolk (2009:142) menjelaskan, “dalam self-regulated learning, guru seharusnya melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang bermakna dan kompleks yang membutuhkan waktu lama. Memberi mereka kontrol atas proses dan produk belajarnya, sehingga siswa dapat membuat pilihan-pilihan. Melibatkan siswa dalam menetapkan kriteria untuk mengevaluasi proses dan produk pembelajarannya, lalu memberi mereka kesempatan untuk menilai kemajuan dengan menggunakan standar tersebut. Terakhir, guru memberikan dorongan kepada siswa untuk bekerja secara kolaboratif dan mencari umpan balik sesaman teman”.
e. Fase Self-Regulated Learning Pintrich (dalam Maria Carmen Gonzalez Torres, 5:2004) mengembangkan kerangka teoritis, mengklasifikasikan dan menganalisis terhadap self-regulated learning kemudian membaginya ke dalam empat fase antara lain dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 3
Phasaes y areas for self-regulated learning Forethought planing and activation Phase Forethought planing and activation
Cognition Target goal setting prio content know ledge activation metecognitive knowledge activation
monitoring
Metacognitive awareness and monitoring of cognition (FOKs, JOLs)
Control
Motivation/Affect Goal orientation adoption Efficacy judgements Ease of learning judgements (EOLs); peceptions of task difficulty Task value ctivation interest activation Awareness and monitoring of motivation and affect
commitand to user Selection and Selection adaptation of adaptation of cognitive strategies strategies for
Behaviour (time and effort planning) (planing for selfobservations of behavior)
Context (perseptions of task) (perceptions of context)
Awareness and monitoring of effort, time use, need for help Self observation of behavior Increase/ decrease effort Persist give up
Monitoring changing task contex condition
Change or renegotiate task Change of leave
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 for learning, thinking Reaction and reflection
Cognitive judgement attributions
managing motivation and affect. Affective reactions attributions
Help-seeking behaviour
context
Behaviour choice
Evaluation of task Evaluation of context
Secara ringkas, model Pintrich ditawarkan sebagai kerangka kerja, yang secara umum digunakan untuk menganalisis secara rinci terhadap kemampuan kognitif siswa yang berbeda, motivasi proses afektif, perilaku dan kontekstual yang mempromosikan self-regulated learning. Seperti pada model pembelajaran baru yang berdasarkan perspektif sosiokontrutivisme, seperti masyarakat belajar, dan pembelajar dalam kelas berpusat, dalam model ini dicatat siswa utamanya bisa melakukan sesuatu untuk mengubah dan memodifikasi pemahaman mereka, sehingga aspek ini harus dianggap sebagai pertanyaan penting dalam pembelajaran self-regulated learning Seperti dapat dilihat pada tabel tersebut bahwa tahapan self-regulated learning oleh Pintrich dibagi kedalam empat tahapan, tahapan tersebut antara lain: 1) Fase Perencanaan, dimana kita menemukan kegiatan penting seperti: penetapan tujuan yang diinginkan atau tujuan spesifik yang dicari setelah disesuaikan dengan tugas (tujuan yang ditetapkan), aktivasi pengetahuan sebelumnya tentang materi dan pengetahuan metakognitif (mengakui kesulitan melibatkan dalam tugas yang berbeda, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatasi tugas-tugas tersebut, pengetahuan tentang sumber daya dan strategi yang dapat membantu dalam menangani tugas, dll.). Tahapan ini adalah dalam (area kognitif), pengaktifan keyakinan motivasi, kemudian commit to user (motivasi/daerah afektif); perencanaan waktu dan usaha yang akan digunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 dalam tugas-tugas, sedangkan (area perilaku) aktivasi dan persepsi tentang tugas dan konteks kelas. 2) Fase Self-Monitoring, dalam fase ini kita menemukan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa menjadi sadar akan kognisi, motivasi, emosi, penggunaan waktu dan usaha, serta kondisi tugas dan konteksnya. sebagai contoh, aktivitas mereka yang berkaitan dengan pengamatan terhadap pemahaman diri (kesadaran metakognitif). Kegiatan ini nyata ketika siswa menyadari bahwa mereka tidak memahami sesuatu yang mereka baru saja membaca atau mendengar, ketika mereka menyadari bahwa mereka membaca terlalu cepat untuk tipe dari bacaan yang rumit atau untuk tujuan yang telah ditetapkan (pemahaman utama tentang ide), atau ketika mereka aktif mengamati untuk memahami bacaan mereka sendiri, bertanya pada diri sendiri pertanyaan untuk melihat keduanya. Penilaian para siswa dimasukkan ke dalam kegiatan bermain dalam rangka untuk menyadari pola motivasi mereka (apakah mereka merasa berkompeten untuk melaksanakan tugas, apakah mereka menghargai mereka, atau apa pedoman dan usaha untuk memahami bagian ini), serta karakteristik tugas dan konteks kelas (aturan apa yang ada dalam kelas, bagaimana kinerja akan dievaluasi, persyaratan tugas, sistem penghargaan dan sanksi , perilaku guru, dll.). 3) Fase
Pengendalian,
mengingat
hasil
dari
pengendalian yang dimasukkan ke dalam
fase
sebelumnya,
aktivitas
pembelajaran ini, meliputi
pemanfaatan dan pemilihan strategi untuk kontrol pikiran mereka (penggunaan strategi kognitif dan metakognitif), motivasi dan emosi (strategi motivasi dan strategi pengendalian emosi), serta yang terkait untuk mengatur waktu dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 upaya untuk mengendalikan tugas akademik yang beragam, dan pengendalian suasana dan struktur kelas. 4) Fase Refleksi, meliputi penilaian dan evaluasi bahwa siswa membuat pelaksanaan tugas yang berhubungan, membandingkannya dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (baik dirinya pribadi atau guru); atribusi yang dibuat mengenai penyebab dari keberhasilan atau kegagalan; reaksi afektif karena pengalaman yang hasil, sebagai konsekuensi dari atribusi yang dibuat; pilihan perilaku yang harus diikuti di masa depan serta penilaian umum tentang tugas dan lingkungan kelas. Dalam teori kognitif sosial, faktor-faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Peristiwa di lingkungan, faktor-faktor personal dan perilaku dilihat saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor personal (keyakinan, ekspektasim sikap dan pengetahuan), lingkungan fisik dan sosial (sumber daya, konsekuensi orang lain) semuanya akan saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Bandura (dalam Anita Woolfolk, 2009:125) menyebut interaksi kekuatan-kekuatan ini sebagai reciprocal determinism (determinisme resiprokal). Dalam proses pembelajaran self-regulated learning, pemantauan diri dan evaluasi diri akan menjadi kunci bagi self-regulated learning. Guru dapat membantu siswa mengembangkan SLR dengan melibatkan mereka dalam menetapkan kriteria untuk mengevaluasi proses dan produk belajarnya.
f. Kelebihan dan Kekurangan Self-Regulated Learning Penggunaan teknik self-regulated learning dalam pembelajaran baik bagi commit to user pengajar dan siswa. Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 “self-regulated learning includes effective strategies for learning, reflection on one’s own thinking and learning (metacognition), and motivation and engagement with school tasks”. (pembelajaran regulasi-diri merupakan bagian dari strategi yang efektif untuk belajar, merefleksi pada satu cara berpikir dan belajar (metakognisi), memotivasi dan melibatkan tugas-tugas di sekolah). Anita Woolfolk (2009:130) juga menjelaskan bahwa “self-regulated learner memiliki kombinasi keterampilan belajar akademik dan pengendalian diri yang membuat pembelajarannya terasa lebih mudah, sehingga mereka lebih termotivasi”. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan self-regulated learning akan membawa dampak yang positif untuk menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya). Self-regulated learner akan mentranformasikan kemampuankemampuan mental mereka, apa pun itu menjadi keterampilan-keterampilan dan strategi-strategi akademik. Untuk pengajar, penggunaan self-regulated learning dalam belajar akan memberikan
dampak
positif
dalam
pembelajaran.
Dengan
menggunakan
pembelajaran ini, proses belajar akan menjadi lebih terarah karena tidak sematamata hanya guru yang merencanakan pembelajaran, tetapi siswa turut serta dalam merencanakan strategi belajar yang akan merekan gunakan. Guru dapat membantu siswa mengembangkan SLR dengan melibatkan mereka dalam menetapkan kriteria untuk mengevaluasi proses dan produk belajarnya. Guru juga dapat memberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 perhatian personal lebih baik sehingga turut serta mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi tiap siswa dalam pembelajaran. Selain kelebihan self-regulated learning tersebut di atas, penggunaan selfregulated learning juga memiliki kekurangan. Guru ataupun keluarga yang kurang memberikan perhatian personal bagi siswa akan membuat pembelajaran ini menjadi tidak bermakna. Modeling, memberi dorongan, memfasilitasi dan memberikan reward merupakan beberapa hal yang dapat mendukung self-regulated learning.
3. Cooperative Learning a. Pengertian Cooperative Learning Dalam proses belajar mengajar, siswa perlu dilatih untuk bekerjasama dengan rekan-rekan sebayanya. Ada kegiatan belajar tertentu yang akan lebih berhasil jika dikerjakan secara bersama-sama, misalnya dalam bentuk kerja kelompok. Pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi ini dikenal dengan pembelajaran kooperatif. Slavin (2008:4) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk saling membantu satu sama lainnya untuk mempelajari materi pelajaran”. Senada dengan hal tersebut Sugianto (2009:37) menjelaskan “pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”, Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:67) commit to user menjelaskan Cooperative learning sebagai “model pengajaran dimana siswa belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda”, sedangkan Anita Woolfolk (2009:269) menjelaskan Cooperative learning sebagai “penataan pada siswa yang bekerja dikelompok kemampuan campuran dan diberi reward berdasarkan kesuksesan kelompok”. Senada dengan hal tersebut, Slavin (1995:2) menjelaskan bahwa: Cooperative leaning refers to a variety of teaching methods in which students work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and argue with each onther, to asses each other’s current knowledge and fill in gaps in each other’s understanding. (Pembelajaran kooperatif merujuk pada suatu ragam metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam suatu kelompok kecil untuk dapat membantu siswa yang lain mempelajari isi pembelajaran. Dalam ruang-ruang kelas pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling menolong, untuk berdiskusi dan berargumentasi, untuk saling menerima aliran pengetahuan dan saling mengisi kesenjangan pemahaman). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan tidak semata-mata untuk mencapai hasil belajar akademik, namun juga efektif untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:67) bahwa “disamping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif mengembangkan keterampilan sosial siswa”. Lebih lanjut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi (2010:68) menjelaskan bahwa “tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa commit to user keterampilan kerjasama dan kolaborasi”.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda dan membantu siswa yang lain dalam mempelajari isi pelajaran.
b. Sintaks Pembelajaran Cooperative Learning Arends (1998:313) menjelaskan enam sintaks dalam cooperative learning. Tabel 4
Syntax of the cooperative learning model Phases
Teacher Behavior
Phase 1 : Present goals and set
Teacher goes over objectives for the lesson and establishes learning set.
Phase 2 : Present information
Teacher presents information to students either verbally or with text.
Phase 3 : Organize students into learning teams
Teacher explains to students how to form learning teams and helps groups make efficient transition,
Phase 4 : Assist team work and study
Teacher assists learning teams as they do their work.
Phase 5 : Test on the materials
Teacher tests knowledge of learning materials, or groups present results of their work.
Phase 6 : Provide recognition
Teacher finds ways to recognize both individual and group effort and achievement.
Dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa sintaksis model cooperative learning dibagi ke dalam 6 fase yang dapat dilakukan guru dalam mempengaruhi proses belajar, antara lain: 1) Fase pertama, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 2) Fase kedua, guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3) Fase ketiga, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar dan membantu siswa melakukan transisi secara efisien. 4) Fase keempat, guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas. 5) Fase kelima, guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil tugas mereka. 6) Fase keenam, guru memberikan penghargaan atas hasil belajar individu dan kelompok.
c. Bentuk-Bentuk Cooperative Learning Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan. Isjoni (2009:73) dalam pembelajaran kooperatif, membagi sedikitnya enam bentuk pembelajaran kooperatif antara lain: 1) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Teams Games-Tournament, 4) Group Investigation, 5) Rotating Trio Exchange, dan 6) Group Resume. Sementara itu Arends (1995) dalam bukunya Learning to Teach, dan Sugiyanto (2009) dalam bukunya ModelModel Pembelajaran Inovatif, membagi cooperative larning ke dalam 4 bentuk antara lain, 1) Student Team Achievement Division (STAD), 2) Jigsaw, 3) Group commit to user Investigation, dan The Struktural Approach (Metode Struktural).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 Dalam penelitian ini, model cooperative learning yang digunakan adalah dengan pendekatan Student Team Achievement Division (STAD). Dalam Student Team Achievement Division (STAD) siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari empat orang anggota belajar yang terdiri dari berbagai tingkat kemampuan, jenis kelamin maupun etnis. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Slavin (1995:5) dalam cooperative learning bahwa “in STAD, students are assigned to four-member learning teams that are mixed in performance level, gender , and ethnicity”. Student Team Achievement Division (STAD) ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari universitas John Hopkins (Sugiyanto, 2009:44) dan merupakan bentuk yang paling sederhana dan paling banyak dikembangkan dan merupakan model yang paling baik bagi guru pemula yang baru memulai menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam pembelajaran STAD, Slavin (1995:5) menjelaskan bahwa “The teacher presents a lesson, and than students work within their teams to make sure all team members have mastered the lesson. Then, all students take individual quizzes in the material, at which time they may not help one another”. (Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Kemudian, semua siswa diberikan kuis individu dalam materi yang disampaikan, dan pada saat itu mereka tidak dapat membantu satu lain).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 d. Prosedur Cooperative Learning Model STAD Slavin (1995:71) menjelaskan bahwa “STAD consists of five major components-class presentation, teams, quizzes, individual improvement score, and teams recognition”. (STAD terdiri dari lima komponen kelas utama yaitu presentasi, tim, kuis, skor perbaikan individu, dan pengakuan tim). Secara sederhana, lima komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Presentasi kelas, pada komponen ini, materi dalam STAD diperkenalkan dalam kelas oleh guru. Selanjutnya guru memberikan materi dan menjelaskan konsep-konsep dan keterampilan yang harus dikuasai dengan berbagai sumber belajar. 2) Tim, dalam kegiatan belajar di kelas, guru membagi kelas dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. 3) Kuis, setelah siswa bekerja dalam kelompok, setiap siswa akan mengerjakan kuis secara individu dan para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. 4) Skor perbaikan individu, pemberian evaluasi secara individu mempunyai tujuan untuk membandingkan skor yang diperoleh dengan tes dengan skor awal yang dimiliki siswa. 5) Pengakuan tim, setelah siswa memperoleh skor, maka tim akan mendapatkan suatu bentuk penghargaan apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 e. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Model STAD Penggunaan Cooperative Learning Model STAD dalam belajar dapat membantu siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Anita Woolfolk (2009:257) menjelaskan bahwa “para teoritis pemrosesan informasi menunjuk pentingnya diskusi kelompok dalam membantu para partisipannya berlatih, mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya”. Dalam STAD peran siswa yang aktif akan mendorong dan memberikan semangat kepada siswa yang lain untuk sama-sama berhasil, dan memberikan bantuan dalam belajar sehingga berhasil dalam pembelajaran. Cooperative learning selalu memperoleh manfaat dari perencanaan yang seksama, tetapi kadang-kadang memasukan siswa dengan kebutuhan khusus membutuhkan perhatian ekstra pada tahap perencanaan dan persiapan. Anderson, Holland, Paliscar, 1997; Cohen, 1986; Marry McCalsin dan Tom Good, 1996 (dalam Anita Woolfolk, 2009:258) mendaftar ketidakuntungan dalam coperative learning antara lain:
Siswa sering lebih menganggap penting proses dan prosedur daripada pembelajarannya. Kecepatan dan selesai lebih awal lebih dikedepankan ketimbang thoughtfulness (pemikiran yang mendalam) dan pembelajaran.
Alih-alih menantang dan mengkoreksi miskonsepsi, mendukung dan memperkuat pemahaman yang keliru.
Bersosialisasi dan hubungan interpersonal lebih dianggap penting daripada belajar.
Siswa mungkin hanya memindahkan ketergantungan dari guru ke “pakar” di kelompoknya. Pembelajarannya masih tetap pasif dan apa yang dipelajari bisacommit jadi keliru. to user
siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 Kesulitan lain akan muncul ketika siswa yang memiliki disabilitas dalam belajar sering kali mengalami masalah dengan hubungan sosial, dan cooperative learning bukan merupakan ide yang baik untuk menempatkan mereka dalam situasi yang debagian besar akan ditolak. Jadi jika siswa belajar dalam konsep-konsep baru dan sulit dipahami, cooperative learning mungkin bukan pilihan terbaik bagi siswadengan disabilitas belajar.
4. Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar, motivasi memberikan peranan yang sangat penting dalam keberhasilan dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang baik sekalipun tanpa adanya motivasi belajar menjadikan kegiatan belajar menjadi kurang bermakna.
Elliot,
Kratochwill,
Littlrfield
Cook,
dan
Travers
(2000:332)
menjelaskan: Motivation is defined as an internal state that arouses us to action, pushes us in particular direction, and keeps us engaged in certain activities. Learning and motivation are equally essential for performance: Learning enables us to acquire new knowledge and skills, and motivation provides the impetus for showing what we have learned. In general, more-motivated people achieve at higher levels. motivation is are important psychological construct that affects learning and performance in at least four ways: 1) Motivation increases an individual’s energy and activity level. It influences the extent to which an individual is likely to engage in a certain activity intensively or half-heartedly. 2) Motivation directs an individual toward certain goals. Motivation affects choices people make and the results they find rewarding. 3) Motivation promotes initiations of certain activities and persistence in those activities. It increases the likelihood that people will begin commit something on their own, persisttoinuser the face of difficulty, and resume a task after a temporary interruption.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 4) Motivation affects the learning strategies and cognitive processes an individual employs. It increases the likelihood that people will pay attention to something, study and practice it, and try to learn it in a meaningful fashion. It also increases the likelihood that they will seek help when they encounter difficulty. (Motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita ke arah tertentu, dan membuat kita terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi dan belajar sama-sama penting untuk sebuah kinerja: Belajar memungkinkan kita untuk memperoleh pengetahuan baru dan keterampilan, dan motivasi memberikan dorongan untuk menunjukkan apa yang telah kita pelajari. Secara umum, semakin banyak orang termotivasi akan mencapai pada tingkat yang lebih tinggi. Setidaknya ada empat cara motivasi yang penting dalam membangun keadaan psikologis yang mempengaruhi belajar dan kinerja: 1) Motivasi meningkatkan energi individu dan tingkat aktivitas. Ini mempengaruhi sejauh mana individu kemungkinan akan terlibat dalam aktivitas tertentu dengan intensif atau setengah hati. 2) Motivasi mengarahkan individu menuju tujuan-tujuan tertentu. Motivasi mempengaruhi pilihan orang membuat dan hasil yang mereka temukan bermanfaat. 3) Motivasi inisiasi mempromosikan aktivitas tertentu dan ketekunan dalam kegiatan tersebut. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa orang akan memulai sesuatu dari mereka sendiri, bertahan dalam menghadapi kesulitan, dan melanjutkan tugas setelah gangguan sementara. 4) Motivasi mempengaruhi strategi pembelajaran dan mempekerjakan commit to user proses kognitif individu. Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 orang akan memperhatikan sesuatu, belajar dan berlatih, dan mencoba untuk belajar dengan cara yang bermakna. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan mencari bantuan ketika mereka menghadapi kesulitan). Anita Woolfolk (2009:186) mendefinisikan motivasi sebagai “keadaan internal yang membangkitkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku”. Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2006: 73) juga menjelaskan “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Haris Mudjiman (2006:37) lebih lanjut menjelaskan “motivasi belajar adalah kekuatan pendorong dan pengarah perbuatan belajar”. Anita Woolfolk (2009:188) kemudian menjelaskan tentang salah satu perbedaan klasik dalam motivasi adalah antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik. 1) Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah kecenderungan alamiah untuk mencari dan menaklukkan tantangan ketika kita mengejar kepentingan pribadi dan menerapkan kapabilitas mencari dan menaklukkan tantangan ketika kita mengejar kepentingan pribadi dan menerapkan kapabilitasnya. 2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik didasarkan pada faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kegiatan itu sendiri. Kita tidak benar-benar tertarik dengan kegiatan itu demi kegiatan itu; kita hanya peduki dengan apa yang kita dapatkan darinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, dan Travers (2000:333) lebih lanjut menjelaskan: Intrinsic or internally oriented motivation means that students themselves demonstrate the desire to learn without the need for external inducements. Obviously, this is an ideal state of intrinsic motivation, however, can be elusive for some students. Consequently, marks, prize, and other tangible rewards have been used to influence some students behavior. If students respond to these externally controlled inducements, they are said to be extrinsically motivated. (Motivasi intrinsik atau berorientasi internal berarti bahwa siswa itu sendiri menunjukkan keinginan untuk belajar tanpa membutuhkan bujukan eksternal. Jelas, ini merupakan kondisi ideal dari motivasi intrinsik, meskipun bisa sulit bagi beberapa siswa. Akibatnya, tanda, hadiah, dan penghargaan berwujud lainnya telah digunakan untuk mempengaruhi beberapa perilaku siswa. Jika siswa menanggapi bujukan eksternal yang dikendalikan, mereka dikatakan termotivasi ekstrinsik). Perbedaan mendasar antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik seseorang adalah alasan orang itu itu untuk bertindak, artinya apakah letak penyebab tindakan itu berada di dalam atau di luar dirinya. Kebanyakan motivasi memiliki kedua elemen tersebut. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik mungkin merupakan dua kecenderungan yang independen, yang keduanya dapat beroperasi secara bersamasama dalam situasi tertentu. Anita Woolfolk (2009:192) lebih lanjut menyatakan bahwa kaum behavioris cenderung menekankan motivasi ekstrinsik yang disebabkan oleh insentif, reward dan hukuman. Pandangan humanistik menekankan motivasi intrinsik yang tercipta oleh kebutuhan akan pertumbuhan pribadi, fulfillment, dan self-determination. commit to user Pandangan kognitif menekankan pada pencari makna, pemahaman, kompetensi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 kekuatan atribusi, dan interpretasi individual. Pandangan sosiokultural menekankan legitimate peripheral participation dan identitas dalam masyarakat. Tabel 5 Empat pandangan tentang motivasi Behavioral
Humanistik
Kognitif
Sosiokultural
Sumber Motivasi
Ektrinsik
Intrinsik
Intrinsik
Intrinsik
Pengaruh Penting
Reinforcer, reward, Insentif, dan Punisher
Teori Kunci
Skinner
Kebutuhan akan self-esteem, self fulfillment dan selfdetermination Maslow Deci
Keyakinan, atribusi untuk sukses dan kegagalan, ekspektasi Weiner Graham
Partisipasi dalam masyarakat pembelajara, mempertahankan identitas melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok Lave Wenger
Oemar Hamalik (2003: 154) mendefinisikan belajar sebagai ”perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja, direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu, sehingga proses belajar dan hasil yang dicapai dapat dikontrol secara cermat. Arden N.Frandsen yang dikutip oleh Sardiman A.M (2006:46) menyatakan ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk belajar, yakni: 1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif pada orang yang belajar dan adanya keinginan untuk selalu maju 3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-temannya 4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan kooperasi mupun kompetisi 5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran 6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar Motivasi dan belajar adalah dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi commit to user sebagai hasil dan praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 untuk mencapai tujuan tertentu. Hamzah B Uno (2007:23 ) menjelaskan bahwaa “hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tinglah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung”. Lebih lanjut Hamzah B Uno menjelaskan bahwa “indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan kedalam beberapa hal, antara lain: “(1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yangmenarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik” Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap.
5. Prestasi Belajar Ekonomi Prestasi belajar merupakan hal penting yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar itu tercapai. Prestasi belajar yang dicapai merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Crowl, Sally, Podell (1997:2) menjelaskan bahwa “Learning refers to changes in individual due commit user experience” (Pembelajaran mengaju untuktomengubah individu melalui pengalaman).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 Dengan adanya pengalaman tersebut akan memperlihatkan kemampuan dan tingkat penguasaan materi pembelajaran.
a. Konsep Penilaian Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, Travers (2000:421) mendefinisikan tentang penilaian yaitu, “assesment is the process of gathering information about student’s abilities and using such information to make decisions about the student and future intruction.” (Penilaian adalah proses pengumpulan informasi mengenai kemampuan siswa, dan menggunakan informasi tersebut untuk membuat keputusan terhadap siswa dan pengajaran yang akan datang). Senada dengan hal tersebut Linn dan Miller (dalam Anita Woolfolk, 2009:413) menjelaskan bahwa “asesmen bisa berupa satu atau banyak prosedur yang digunakan untuk mendapatka informasi tentang kinerja siswa. Asesmen dapat bersifat formal, misalnya tes unit, atau informal, seperti mengobservasi siapa yang memimpin dalam kerja kelompok”. Mimin Haryati (2007: 13) menjelaskan bahwa dalam konsep penilaian, terdapat empat macam istilah yang sering digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik yaitu pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Dari keempat istilah tersebut seringkali masih disamakan, padahal keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Kegiatan ini merupakan suatu proses kegiatan yang bersifat hirarkis yang dilakukan secara berurutan dan berjenjang yang dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan yang terakhir adalah evaluasi, sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 1) Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran akan sangat berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif. 2) Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dengan menggunakan alat untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik. 3) Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang direncanakan telah tercapai atau belum, sehingga evaluasi akan berhubungan erat dengan keputusan nilai (value judgement). Linn dan Groundlund (2000:31) menjelaskan bahwa: The term assessment, test and measurement are easily confused because all may be involved in a single process. Assessment is a general term that includes the full range of procesures used to gain information about student learning (observatioans, ratings of performances or projects, paper-andpencil tests) and formation of value judgments concerring learning progress. A test is a particular type of assessment that typically consists of a set of questions for all students. We sometimes speak of testing and assessment together even though tests are a specific type of assessment. When used in this way, assessment emphasizes the broader array of performance and projects that might not be sults of a test or other type of assessment according to a specific rule (e.g, counting correct answers or awarding points for particular aspects of an essay. (Kata penilaian, pengukuran dan evaluasi sesunggunya merupakan hal yang membingungkan karena semua mungkin terlibat dalam suatu proses tunggal. Penilaian adalah istilah umum yang mencakup berbagai macam prosedur yang commit to user digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi, penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 kinerja atau proyek, kertas-dan-pensil tes) dan pembentukan pertimbangan nilai tentang kemajuan belajar. Tes adalah suatu jenis penilaian yang biasanya terdiri dari serangkaian pertanyaan untuk semua siswa. Kita kadang-kadang berbicara tentang pengujian dan penilaian bersama-sama meskipun tes adalah jenis penilaian tertentu. Ketika digunakan dengan cara ini, penilaian menekankan penyusunan yang lebih luas terhadap kinerja dan proyek-proyek yang mungkin tidak menggunakan uji atau jenis penilaian menurut aturan tertentu (misalnya, menghitung jawaban benar atau pemberian poin untuk aspek-aspek tertentu dari esai). Linn & Groundlund (2000:31) lebih lanjut juga menjelaskan bahwa ”assessment is much more comprehensive and inclusive term than measurement or testing”. (penilaian jauh lebih komprehensif dan inklusif panjang daripada pengukuran atau pengujian). Linn & Groundlund (2000:37) selanjutnya membagi jenis dan prosedur penilaian kedalam beberapa bagian. Tabel. 6 Basic for clasification Nature of assessment
Type of assessment Maximum performance Typical performance
Form of assessment
Use in classroom instruction
Fixed-choice test Complexperformance assessment Placement
Formative
Function of the asessment Determines what individuals can do when performing at their best. Determines what individuals will do under natural conditions. Efficient measurement of knowledge and skill, indirect indicator. Measurement of performance in contexts and on problems valued in their own right. Determines prerequisite skills, degree of mastery of course goals, and/or best mode of learning. Determines learning progress, commit to user provides feedback to reinforce learning, and corrects learning
Illustrative instruments Aptitude tests, achievement tests
Attitude, interest, and personality inventories; observational techniques; peer appraisal Standarized multiple-choice test
Hands-on laboratory experiment, projects, essays, oral presentations. Readiness tests, aptitude test, presents on course objectives, self-report inventories, observational techniques. Teacher-made tests, custom-made tests from textbook publishers, observational techniques.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Diagnostic
Summative
Method of interpreting results
Criterion referenced
Norm referenced
errors. Determines causes (intelectual. Physical, emotional, environmental) of persistent learning difficulties. Determines end-of-course achievement for assigning grades or certifying mastery of objectives. Describes student performance according to a specified domain of clearly defined learning tasks (e.g., adds single-digit whole numbers) Describes sudent performance accordingto relative position in some know group (e.g., ranks tenth in classroom group of 30).
Published diagnostic test, teacher-made diagnostic tests, observational techniques. Teacher-made survey test, performance rating scales, product scales. Teacher-made test, custom-made tests from tests publishers, observational techniques.
Standardized aptitude and achievement tests, teacher-made survey tests, interest inventories, adjusment inventories.
Dalam tabel tersebut membagi penilaian kedalam empat bentuk klasifikasi. Tahapan tersebut antara lain: 1) Penilaian berdasarkan sifatnya, dalam penilaian ini kita dapat mengukur kemampuan siswa dalam kondisi terbaik dalam belajar mereka maupun dalam kondisi normal. Bentuk penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian ini adalah tes kemampuan, tes prestasi, sikap, minat, dan kepribadian, teknik observasi, penilaian teman sebaya. 2) Penilaian berdasarkan bentuknya, dalam penilaian ini dapat dibedakan kedalam penilaian standar antara lain untuk mengukur tingkat pengetahuan, kemampuan, dan indikator lainnya dalam bentuk tes pilihan ganda. Kemudian penilaian yang lebih komplek, yaitu penilaian dalam kontek masalah dalam diri mereka sendiri melalui penilaian esay, lisan dsb. 3) Penilaian yang digunakan di dalam kelas, antara lain penilaian penempatan yaitu untuk menentukan prasyarat keterampilan, tingkat penguasaan tujuan tentu saja, commit to user dan atau mode terbaik untuk belajar. Formatif digunakan untuk menentukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 kemajuan belajar, memberikan umpan balik untuk memperkuat belajar, dan belajar memperbaiki kesalahan. Diagnoistik digunakan untuk menentukan penyebab (intelektual. fisik, emosional, lingkungan) dari kesulitan belajar terusmenerus. Penilaian sumatif digunakan untuk menentukan akhir-pencapaiankursus untuk menetapkan nilai atau sertifikasi penguasaan tujuan . 4) Metode interpretasikan hasil, antara lain kriteria referensi digunakan untuk menjelaskan domain tertentu tentang tugas-tugas belajar, misalnya tes buatan guru, tes dari buku. Penilaian norma merupakan penilaian yang digunakan untuk menjelaskan kinerja siswa dalam suatu kelompok di kelas, misalnya dengan tes bakat dan tes prestasi. Berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan mengharapkan adanya perubahan kegiatan belajar mengajar di kelas, baik proses kegiatan pembelajaran maupun proses penilaiannya. Pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada konsep penguasaan kompetensi, maka jenis penilaian juga harus disesuaikan dengan masing-masing kompetensi. Mimin Haryati (2007:19) selanjutnya menunjukan dalam proses penilaian dapat dilakukan dengan langkahlangkah: 1) Perencanaan penilaian. 2) Pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar. 3) Pelaporan. 4) Penggunaan informasi tentang hasil belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 b. Aspek Penilaian Mimin Haryati (2007: 22) menjelaskan bahwa dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan menerapkan sistem penilaian berkelanjutan yang mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, setiap mata ajar mengandung ketiga ranah ini, hanya penekanannya yang berbeda. 1) Penilaian Aspek Kognitif Aspek kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnya kemampuan memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensintetis dan kemampuan mengevaluasi. Tujuan aspek kognitif bertujuan pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intlektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk pemecahan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi. Bloom (dalam Sardiman, 2006: 23) membagi ranah kognitif ini menjadi enam tingkatan, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), Analysis (menguraikan), evaluation (menilai) dan Aplication (menerapkan). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 2) Penilaian Aspek Psikomotor Singer (dalam Mimin Haryati, 2007: 24) menjelaskan bahwa ”mata ajar yang termasuk kelompok mata ajar psikomotorik adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi fisik”. Tidak jauh berbeda dengan penilaian kognitif, penilaian psikomotor pun di mulai dengan pengukuran hasil belajar. Perbedaanya adalah pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan pengukuran hasil belajar ranah psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan. Bloom (dalam Sardiman, 2006: 24) hanya membagi aspek ini menjadi tiga tingkatan yaitu initianaty level, pre-routine level dan routinized level. 3) Penilaian Aspek Afektif Pophan (dalam Mimin Haryati, 2007: 36) mengemukakan bahwa, ”ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang, artinya ranah afektif sangat menentukan keberhasilan seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses pembelajaran”. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat atau karakter terhadap mata ajar tertentu, maka akan mengalami kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal,
sedangkan peserta didik yang memiliki minat atau karakter
terhadap mata ajar akan membantu mencapai ketuntasan pembelajaran secara maksimal. Penilaian
terhadap
aspek
afektif
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan angket/kuisioner, inventori dan pengamatan. Bloom (dalam commit to user Sardiman, 2006: 23) membagi aspek afektif kedalam lima tingkatan, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 recieving
(menerima),
responding
(tanggapan),
valuing
(menilai),
organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi).
c. Teknik Penilaian Dalam penilaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan, banyak teknik yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik atau metode pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan dan perkembangan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta pencapaian indikator yang harus dicapai. Mimin Haryati (2007: 45) menjelaskan bahwa terdapat tujuh pendekatan atau teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian, yaitu teknik penilaian unjuk kerja, project work, tertulis, produk, portofolio, sikap dan penilaian diri. 1) Teknik Penilaian Unjuk Kerja Teknik penilaian unjuk
kerja merupakan proses penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan suatu hal. Teknik ini sangat cocok untuk menilai ketercapaian ketuntasan belajar (kompetensi) yang sangat menuntut peserta didik untuk melakukan tugas/gerak (psikomotor). Dalam melakukan penilaian unjuk kerja harus memperhatikan hal-hal berikut: a). Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukan kinerja dari suatu organisasi. commit to user b). Kelengkapan dan ketetapan aspek yang di nilai dalam kinerja tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 c). Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. d). Upayakan kemampuan yang akan di nilai tidak terlalu banyak, sehingga semua yang ingin di nilai dapat di amati. e). Kemampuan yang akan di nilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan di amati. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamata atau observasi
yang digunakan untuk menentukan tingkat
ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Pengamatan atau penilaian terhadap unjuk kerja peserta didik dapat meggunakan alat atau instrumen berupa skala penilaian (rating scale) maupun daftar cek (chek List).
Penilaian
unjuk
kerja
dengan
menggunakan
rating
scale
memungkinkan seorang guru memberikan nilai tengah terhadap penguasaan atau ketercapaian ketuntasan belajar dari suatu kompetensi, sedangkan penilaian dengan daftar check list dapat dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah lembar yang digunakan untuk mengobservasi gejala yang timbul dari suatu objek yang sedang diamati, dan pada umumnya berbentuk check list (√) karena hanya berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya tinggal memberi tanda check list pada jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2) Teknik Penilaian Projeck Work Projeck work merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta commit to user didik dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut dapat berupa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang di mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan data dan penyajian data. Dalam melakukan penilaian projeck work harus memperhatikan halhal berikut ini: a). Kemampuan pengolahan, yaitu kemampuan peserta didik untuk memilih topik, informasi, mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan. b). Relevansi, yaitu kesesuaian mata pelajaran dengan mempertimbangkan tahapan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran. c). Keaslian, yaitu proyek yang dilakukan adalah hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk, arahan serta dukungan proyek kepada peserta didik. Penilaian projeck work dilakukan mulai perencanaan, proses pengerjaan sampai akhir proyek, untuk itu seorang guru atau asesor perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu di nilai. Pelaksanaan penilaian dapat huga menggunakan rating scale atau check list. 3) Penilaian Tertulis Penilaian tertulis merupakan penilaian dalam bentuk tes, dimana guru dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau soal dilakukan secara tertulis dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik dilakukan secara tertulis pula. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian tertulis diantaranya adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 a). Tempat
pelaksanaan
tes
harus
kondusif
dan
jauh
dari
kegaduhan/keramaian. Suasana yang kondusif, jauh dari kegaduhan sangat mendukung konsentrasi peserta didik yang mengikuti tes tertulis. b). Ruang tempat tes, khususnya tempat duduk peserta didik diatur sedemikian rupa, sehingga kemungkinan kerjasama dalam menjawab soal tes atau melakukan kecurangan-kecurangan dapat di minimalis. c). Sistem pencahayaan di ruang tes harus di atur, jangan gelap atau remangremang dan juga jangan terlalu terang. d). Lembar soal diberikan satu-persatu dengan cara terbalik, kemudian di buka bersama-sama sehingga setiap peserta didik mempunyai kesempatan waktu yang sama untuk mengerjakan soal tersebut. e). Seorang guru yang bertindak sebagai pengawas dalam pelaksanaan tes bersikap dan bertindak wajar, jangan terlalu banyak gerak sehingga dapat mengganggu konsentrasi peserta tes. f). Sebelum pelaksanaan tes, guru atau pengawas membacakan tata tertib tes, apabila terjadi penyimpangan sanksi yang diberikan mengacu pada tata tertib tersebut. g). Sebagai bukti mengikuti tes di buat daftar hadir yang di isi oleh peserta didik yang mengikuti tes. h). Apabila waktu tes sudah habis, maka pengawas mengingatkan peserta untuk segera mengakhiri pekerjaan dan meninggalkan ruangan. i). Untuk menghindari kesulitan dikemudian hari, di buat berita acara j). pelaksanaan tes yang ditandatangani oleh semua pengawas dan identitas commit to user berita acara di isi lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 4) Penilaian Produk Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan kualitas suatu produk. Penilaian jenis ini meliputi penilaian kemampuan peserta didik terhadap proses pembuatan suatu produk, misalnya produk teknologi, makanan, karya seni dan lain sebagainya. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian produk, diantaranya: a). Tahap persiapan, tahap ini meliputi penilaian peserta didik dalam merencanakan, menggali dan mengembangkan gagasan serta mendesain produk. b). Tahap proses/pembuatan produk, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, metode dan teknik. c). Tahap penilaian produk, tahap ini meliputi penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang diterapkan. Dalam teknik penilaian produk dapat digunakan dua cara yaitu penilaian holistik dan penilaian analitik. a). Penilaian dengan cara holistik merupakan penilaian yang berdasarkan kesan keseluruhan dari produk. b). Penilaian dengan analitik merupakan penilaian berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses perkembangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 5) Penilaian Portofolio Penilaian portofolio merupakan proses penilaian yang berkelanjutan dan didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan kemampuan khususnya aspek psikomotorik/unjuk kerja peserta didik dalam satu periode tertentu. Penilaian jenis ini pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individual dalam satu periode tertentu per mata pelajaran. Setiap akhir periode pembelajaran hasil karya atau tugas belajar dikumpulkan dan di nilai bersama-sama antara guru dengan peserta didik, sehingga penilaian portofolio dapat memberikan gambaran secara jelas tentang perkembangan/kemajuan peserta didik. Dalam melakukan penilaian portofolio harus memperhatikan hal-hal berikut: a). Asli, artinya karya atau tugas yang dinilai adalah asli sebagai hasil karya peserta didik. b). Adanya rasa saling percaya antara guru dan peserta didik, baik dalam proses penilaian maupun dalam proses menjaga rahasia tentang pengumpulan informasi hasil belajar (bukan nilai). c). Joint Ownershif, antara guru dan peserta didik memiliki rasa saling memiliki terhadap berkas-berkas portofolio, sehingga ada upaya dari peserta didik untuk terus memperbaiki hasil karyanya. d). Identitas yang tercantum dalam portofolio sebaiknya berisi tentang keterangan/bukti yang mampu menumbuhkan semangat peserta didik untuk terus meningkatkan karya yang lebih baik lagi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 e). Adanya kesesuaian antara hasil informasi hasil belajar atau karya dengan pencapaian indikator dari setiap kompetensi dasar/standar kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. f). Penilaian portofolio mencakup penilaian proses belajar dan hasil belajar. g). Penilaian portofolio terintegrasi dengan kegiatan proses pembelajaran, hal ini sangat bermanfaat bagi seorang guru untuk melakukan diagnosa serta mengetahui perkembangan/ kemajuan belajar peserta didik. 6) Penilaian Sikap Penilaian sikap berkaitan erat dengan ranah afektif, karena sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Sikap pada awalnya berawal dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek. Sikap merupakan ekspresi dari pandangan hidup/nilai yang diyakini seseorang. Secara umum, aspek sikap/afektif yang perlu di nilai dalam proses pembelajaran terhadap berbagai mata pelajaran mencakup hal-hal berikut: a). Penilaian sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik harus mempunyai sikap posotif terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap positif ini akan melahirkan minat belajar, kemudian mudah diberi motivasi serta lebih mudah dalam penyerapan materi pelajaran. b). Penilaian sikap terhadap guru. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru, apabila tidak memiliki sikap positif akan cenderung mengabaikan apa yang disampaikan oleh gurunya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 c). Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran, strategi, metodologi serta teknik atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal. d). Penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan materi pelajaran. Peserta didik harus memiliki sikap yang tepat terhadap suatu kasus/kejadian dari suatu materi yang sedang dipelajari dengan dilandasi nilai-nilai positif terhadap kejadian tersebut. e). Penilaian sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif
lintas
kurikulum yang relevan dengan mata pelajaran. Peserta didik memiliki sikap positif terhadap berbagai kompetensi setiap kurikulum yang terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan (lintas Kurikulum). 7) Penilaian Diri Penilaian diri atau evaluasi diri merupakan teknik/metode penilaian di mana peserta didik di minta untuk menilai dirinya sendiri yang berkkaitan dengan status, proses dan tingkat ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajari dari suatu mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian ini dapat mengukur dengan sekaligus aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Langkah-langkah yang harus di tempuh dalam melakukan penilaian diri/evaluasi diri diantaranya: a). Menentukan standar kompetensi, kompetensi dasar dan pencapaian indikator yang akan di nilai. commit to user b). Menentukan kriteria/acuan yang akan di nilai.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 c). Merancang dan merumuskan format penilaian (pedoman penskoran, skala penilaian, kriteria penilaian dan lain-lain). d). Meminta peserta didik melakukan evaluasi diri. e). Guru menganalisis hasil penilaian secara acak. f). Hasil analisis daripada hasil evaluasi diri peserta didik disampaikan kepada peserta didik. Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan membawa implikasi terhadap model dan teknik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian proses dan hasil belajar diantaranya adalah penilaian internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakuakan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakasanakan oleh instansi maupun lembaga lain. Hal tersebut menunjukan bahwa prestasi belajar tidak semata dapat dilihat dari prestasi akhir yang diperoleh, namun juga terjadi nya perubahan selama proses pembelajaran berlangsung. Prestasi belajar merupakan tolak ukur penguasaan materi yang dikuasai oleh siswa setelah mereka mengikuti pelajaran atau bidang studi tertentu, dalam hal ini pelajaran ekonomi. Dalam penelitian ini, penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran ekonomi menggunakan tes tertulis dan juga tes kinerja. Tes tertulis digunakan untuk menilai perubahan perilaku siswa setelah pembelajaran berakhir, sedangkan tes kinerja digunakan untuk menilai perilaku siswa selama proses commit touraian user tersebut, maka dapat disimpulkan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 bahwa prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran ekonomu adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang dimiliki siswa selama dan setelah mengikuti pembelajaran ekonomi.
B. Penelitian Yang Relevan 1. Pintrich, Paul R. & Elisabeth V. De Groot dalam ”Motivational and SelfRegulated Learning Components of Classroom Academic Performance” menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat motivasi dan selfregulatred learning dalam performa akademis di dalam kelas. Siswa yang mengembangkan pembelajaran self-regulated learning akan termotivasi untuk meningkatkan prestasi akademis. 2. Berdasarkan hasil penelitian Bashori (2009:xi) dalam “Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Prestasi Belajar Kimia Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa“ menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran dengan pendekatan cooperative learning terhadap prestasi mata pelajaran kimia. Siswa yang mampu menyelesaikan tugas secara bersama-sama akan cenderung untuk mengatasi kesulitan dan diselesaikan scara bersama-sama.
C. Kerangka Berpikir 1. Perbedaan Pengaruh Model Self-regulated Learning dan Cooperative Learning Tipe STAD Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tentu tidak lepas dari guru dan cara mengajarnya. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan perfomasi siswa dalam meningkatkan prestasi adalah pembelajaran regulasi diri (self-regulated learning) dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Pembelajaran regulasi diri (Self-Regulated Learnig) adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral aktif dalam proses belajar mereka sendiri. Berbeda dengan selfregulated learning, cooperative learning menuntut siswa mampu mengembangkan belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Model pembelajaran kooperatif selain dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif mengembangkan keterampilan sosial siswa. Walaupun keduanya memiliki pendekatan yang berbeda namun sama-sama memiliki kontribusi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang diajarkan dengan menggunakan kedua model pembelajaran tersebut akan meningkatkan hasil prestasi belajar ekonomi siswa.
2. Perbedaan Pengaruh Pengaruh Tingkat Motivasi Belajar Tinggi dan Rendah Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Salah satu aspek yang membantu dan mendorong individu untuk melakukan suatu kegiatan adalah motivasi. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakkan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yangtodilakukan secara sadar yang dilakukan commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar siswa akan lebih optimal kalau ada motivasi yang tepat. Dorongan atau motivasi belajar yang kuat pada diri siswa akan menimbulkan hasil belajar atau prestasi belajar yang sesuai dengan motivasi belajar yang dimiliki siswa. Tingkat motivasi belajar yang tinggi akan membantu siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukannya sehingga akan lebih berhasil dalam proses belajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan cenderung kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.
3. Interaksi Antara Model Pembelajaran dan Tingkat Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Model pembelajaran dan motivasi belajar secara bersama-sama digunakan oleh guru untuk merubah tingkah laku siswa dalam rangka mencapai performa yang lebih tinggi. Interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan tingkat motivasi belajar siswa akan turut membawa meningkatkan prestasi belajar siswa. Penggunaan self-regulated learning dan cooperative learning dalam pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 ekonomi turut menentukan prestasi belajar ekonomi siswa, adanya tingkat motivasi belajar juga turut berperan dalam menentukan prestasi belajar. Proses pembelajaran yang direncanakan dengan baik, ditunjang dengan motivasi yang baik dari siswa dalam pembelajaran ekonomi akan turut membawa siswa memperoleh prestasi belajar yang optimal. Keberhasilan pembelajaran yang berorientasi pada guru maupun pada siswa tidak hanya semata-mata ditentukan oleh model serta proses pengajaran yang terjadi, motivasi yang dimiliki siswa turut aktif menentukan keberhasilan pembelajaran yang terjadi. Dengan adanya motivasi belajar yang tinggi akan turut menentukan seberapa besar keinginan siswa untuk berhasil dalam belajarnya. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: X1 X11
X12
Y
X2 X21
X22
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Keterangan : X1 X11
commit to user : Model Self-Regulated Learning : Model Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 X12
: Model Cooperative Learning tipe STAD
X2
: Motivasi Belajar Siswa
X21
: Motivasi Belajar Siswa Tinggi
X22
: Motivasi Belajar Siswa Rendah
D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori maupun kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. 2. Ada perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. 3. Ada Interaksi pengaruh model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Al-Hadi Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011, yang terletak di jalan Solo-Tawangmangu Km 9,5 Mojolaban Sukoharjo dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Kesediaan dari pihak sekolah yang mengijinkan tempatnya untuk penelitian. b. Tersedianya data yang diperlukan untuk penelitian, sehingga dapat mendukung dalam menjawab perumusan masalah dengan sebaik-baiknya.
2. Waktu Penelitian Waktu yang direncanakan dalam penelitian selama enam bulan yaitu dari bulan Desember 2010 sampai dengan Juli 2011 yang dimulai dengan pengajuan judul sampai dengan penyelesaian penulisan laporan penelitian ini. Tabel. 7 Kegiatan
Tahun 2010/2011 D E S
J A N
a. Tahap Perencanaan 1)
Pengajuan Judul
2)
Penyusunan Proposal
3)
Perijinan
b. Tahap Pelaksanaan 1)
Pengumpulan Data
2)
Pengolahan Data
c. Penyusunan Laporan
commit to user 61
F E B
M A R
A P R
M E I
J U N
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 B. Metode Penelitian 1.
Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Suharsimi Arikunto (2002:3) menyatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa menggangu”. Dalam pelaksanaanya, penelitian eksperimen membutuhkan suatu desain eksperimen. Sudjana (2002:1) mengemukakan bahwa “Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan, supaya data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa kepada analisa obyektif dan kumpulan yang berlaku untuk persoalan yang sedang dibahas”. Desain eksperimen yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial (2x2) yang dapat digambarkan dalam tabel berikut ini. Tabel . 8
Tingkat Motivasi belajar
Model pembelajaran (A)
Siswa (B)
Self-regulated Learning
Cooprative Learning
Tingkat motivasi belajar
(A1. B1)
(A2. B1)
(A1. B2)
(A2. B2)
tinggi (B1) Tingkat motivasi belajar rendah (B2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 Keterangan: A
= Model pembelajaran
A1
= Model pembelajaran regulasi diri (Self-regulated Learning)
A2
= Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning)
B
= Tingkat motivasi belajar siswa
B1
= Tingkat motivasi belajar tinggi
B2
= Tingkat motivasi belajar rendah
A1.B1
= Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi diberi perlakuan dengan self-regulated learning.
A1.B2
= Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah diberi perlakuan dengan self-regulated learning.
A2.B1
= Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi di beri perlakuan dengan Cooperative Learning.
A2.B2
= Kelompok yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah diberi perlakuan dengan Cooperative Learning.
2.
Prosedur penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, prosedur yang akan dilakukan diawali dengan melakukan pengukuran tingkat motivasi belajar siswa, pemberian treatment, dan diakhiri dengan pemberian tes prestasi belajar ekonomi. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang akan diberikan treatment berbeda. Kelompok pertama diberikan tretment SelfRegulated
Learning,
selanjutnya
kelompok
kedua
diberikan
treatment
Cooperative Learning tipe STAD. Prosedur yang akan digunakan adalah dari awal sampai akhir dapat dijelaskan sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 a. Pra Treatment 1) Kedua kelompok dilakukan pengukuran motivasi belajar melalui angket motivasi belajar siswa. b. Pelaksanaan Treatment 1) Treatment Self-Regulated Learning, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Gambaran awal materi pembelajaran Guru menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan digunakan (Self-Regulated Learning) dan manfaat apa saja yang akan diperoleh dengan model pembelajaran ini. b) Perencanaan dan menganalisa tugas belajar Siswa dengan bantuan guru merencanakan waktu dan usaha yang akan digunakan dalam tugas-tugas, serta menganalisa kesulitan-kesulitan apa saja yang akan dihadapi dalam menyelesaikan tugas. c) Monitoring Menemukan kegiatan-kegiatan yang membantu siswa menjadi sadar akan kognisi, motivasi, emosi, penggunaan waktu dan usaha. d) Pengendalian Pemanfaatan dan pemilihan strategi untuk mengatur kognisi, motivasi serta yang terkait untuk mengatur waktu belajar. e) Refleksi dan meregulasi pembelajaran Merupakan tahapan yang meliputi proses penilaian dan evaluasi, kemudian membandingkan dengan hasil yang telah ditetapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 sebelumnya, menganalisa penyebab keberhasilan dan kegagalan serta membuat pilihan perilaku yang akan digunakan di masa depan. 2) Treatment Cooperative Learning tipe STAD, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Presentasi kelas Guru memperkenalkan materi dalam STAD, selanjutnya guru menjelaskan konsep dan keterampilan yang harus dikuasai. b) Membentuk tim Guru membagi kelas kedalam kelompok yang heterogen sebanyak 5 orang setiap kelompok. c) Kuis Setelah siswa bekerja dalam kelompok, siswa mengerjakan tugas individu dan anggota kelompok tidak diperbolehkan untuk saling membantu. d) Skor perbaikan individu Membandingkan skor yang diperoleh dengan tes dengan skor awal yang dimiliki. e) Pengakuan tim Memberikan penghargaan kepada tim yang mencapai skor rata-rata sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. c. Pasca Treatment Kelompok
pertama
yang diberikan
treatment
Self-Regulated
Learning, dan kelompok kedua yang diberikan treatment Cooperative commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 Learning tipe STAD selanjutnya diberikan tes tertulis untuk prestasi belajar ekonomi. Hasil tes tertulis ini digabungkan dengan penilaian kinerja yang dilakukan selama pembelajaran ekonomi berlangsung. Prestasi belajar ekonomi siswa diperoleh dengan menggabungkan hasil penilaian kinerja dengan tes tertulis.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Bebas Variabel
bebas merupakan variabel
yang dipilih untuk dicari
pengaruhnya terhadap variabel langsung. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran regulasi diri (Self-Regulated Learning) dan pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning tipe STAD).
2. Variabel Terikat Variabel terikat merupakan variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar ekonomi.
3. Variable Atribut Variabel atribut dalam penelitian ini adalah tingkat motivasi belajar siswa. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang maupun lingkungan yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan commit to user melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahan-perubahan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. Indikator motivasi belajar ini antara lain: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Suharsimi Arikunto (2002:108) berpendapat bahwa “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sehingga populasi penelitian merupakan suatu kelompok individu yang diselidiki tentang aspek-aspek yang terdapat dalam kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Islam AlHadi Mojolaban Sukoharjo tahun ajaran 2010/2011, yang terdiri dari 5 kelas dan berjumlah 179 orang siswa.
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Menurut Sugiyono (2008:56), “sampel adalah sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode pengambilan secara simple random sampling. Teknik simple random sampling merupakan merupakan teknik pengambilan sampel terhadap anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara undian. Pada tahap pertama peneliti memilih 1 kelas yang digunakan sebagai kelas uji coba instrumen penelitian, kemudian 2 kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol yang masing-masing dipilih secara acak dengan cara diundi. Kelas yang digunakan sebagai uji coba intrumen penelitian adalah kelas VIII E yang berjumlah 29 orang siswa, sedangkan kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VIII C yang yang berjumlah 30 siswa diberikan model pembelajaran Self-Regulated Learning, dan kelas kontrol adalah kelas VIII D yang berjumlah 30 siswa dengan model Cooperative Learning tipe STAD. Untuk mengetahui bahwa kedua kelas tersebut memiliki kesetaraan, maka dilakukan dilakukan uji kesamaan. Uji kesetaraan prestasi belajar sebelum dilakukan eksperimen adalah syarat yang menjamin ketepatan analisis berdasarkan prestasi belajar setelah eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa uji normalitas terhadap data prestasi awal kedua kelas memiliki nilai p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa data prestasi belajar awal dari kedua kelas berdistribusi normal. Setelah diketahui bahwa data prestasi belajar awal kedua kelas berdistribusi normal maka perlu diketahui pula bahwa perbandingan awal prestasi kedua kelas tersebut. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan diketahui bahwa uji perbedaan rata-rata prestasi awal antara kedua kelas memiliki p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau dengan kata lain prestasi awal kedua kelas adalah sama (hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 perhitungan dapat dilihat pada bab IV dan lampiran, hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada bab III bagian F).
E. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara tertentu yang disebut dengan teknik pengumpulan data. Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik dalam pengumpulan data, yaitu dokumen, tes prestasi belajar ekonomi siswa dan angket tingkat motivasi belajar siswa.
1.
Dokumen
Dokumen dalam penelitian ini berupa catatan kompetensi awal siswa sebelum penelitian dilakukan. Dokumen yang digunakan adalah nilai ulangan ekonomi sebelumnya. Dari nilai tersebut selanjutnya dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakann uji-t.
2.
Tes Prestasi Belajar Ekonomi Siswa
Metode ini digunakan untuk mengukur kemampuan individu tentang penguasaannya mengenai materi ekonomi. Tes yang digunakan berupa tes obyektif berbentuk pilihan ganda. Tes prestasi belajar mengukur penguasaan kompetensi tertentu sebagai hasil dari proses belajar. Tes obyektif terdir dari 25 butir soal. Jawaban yang benar mendapat skor 1, sedangkan jawaban yang salah mendapatkan skor 0. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70 3.
Angket Tingkat Motivasi Belajar Siswa
Angket tingkat motivasi belajar ekonomi siswa digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Angket sebagai alat pengumpul data berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subyek atau responden penelitian. Daftar pertanyaan yang disampaikan adalah untuk memperoleh informasi dari responden tentang dirinya sendiri yang berkaitan dengan obyek penelitian. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunakan penilaian skala likert.
F. Uji Coba Instrumen Sebelum pelaksanaan pengumpulan data yang sebenarnya maka perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Kualitas sebuah instrumen ditentukan oleh dua macam indikator, yakni kesahihan atau validitas dan kepercayaan atau reliabilitas instrumen. Validitas sangat berkaitan dengan seberapa jauh butir-butir instrumen mengukur apa yang diukur, dalam arti hasil pengukuran relatif tidak berbeda jika digunakan dalam waktu yang berbeda. Uji coba dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan data yang benar-benar sahih dan dapat diandalkan. Pengujian ini sering juga dimaksudkan untuk mengetahui validitas maupun reliabilitas dan pemeriksaan setiap item butir pertanyaan/pernyataan melalui cara tertentu. Agar diperoleh hasil penelitian yang valid dan reliabel, maka alat atau instrumen yang digunakan untuk mengambil atau mengumpulkan data harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 bersifat valid dan reliabel, oleh karena itu perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. 1) Validitas Suharsimi Arikunto (2002: 144) berpendapat bahwa ”Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Sebuah angket akan dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang ditelii secara tepat. Sejalan dengan itu, Sugiyono (1999:272) mengemukakan bahwa untuk menguji korelasi butir-butir instrumen dilakukan dengan analisis item. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir instrument dengan skor total. Validitas tes yang digunakan adalah validitas isi yaitu dengan cara menyusun tes berdasarkan kisi-kisi tes dengan tujuan pengajaran pada rancangan pembelajaran ekonomi. Untuk pemeriksaan korelasi butir soal digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut: rxy
N XY – (X.Y)
=
N X2 – (X)2 N Y2 – (Y)2 Keterangan: r xy
: korelasi product moment
N
: banyaknya siswa
X
: skor butir soal
Y
: skor total
XY : jumlah (X) (Y) (Suharsimi Arikunto, 2002:72)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 Angka hasil perhitungan korelasi product moment (rxy) tersebut, kemudian dikonsultasikan dengan tabel (rxy) pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dikatakan baik jika r hitung ≥ r tabel. 2) Reliabilitas Suharsimi Arikunto (2002: 154) berpendapat bahwa “reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR 20 sebagai berikut: r11 = n S2 - pq n-1
S2
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
n
= banyaknya item
S2
= varians dari tes
p
= proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1-p)
pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q (Masidjo, 1995:233) Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71 – 0,90
: Tinggi (T)
0,41 – 0,70
: Cukup (C)
0,21 – 0,40
: Rendah (R)
Negatif – 0,20
: Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 1995:233) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 3) Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar, sehingga dapat dikerjakan semua siswa dalam kelompok kelas tersebut. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan membuat siswa malas untuk mengerjakannya. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:208) untuk mengetahui tingkat kesukaran soal dapat digunakan rumus:
P=
B JS
Keterangan : P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= jumlah seluruh peserta tes
Menurut ketentuan yang sering digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal sering diklasifikasikan sebagai berikut: a) Soal dengan tingkat kesukaran 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar b) Soal dengan tingkat kesukaran 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang c) Soal dengan tingkat kesukaran 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah (Suharsimi Arikunto, 2002:208) 4) Daya Beda Perhitungan daya beda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal commit to user mampu membedakan anak yang pandai dan anak yang kurang pandai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 berdasarkan kriteria tertentu. Daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) dari peserta tes. Untuk mengetahui daya beda tersebut dapat digunakan rumus sebagai berikut: D
: BA - BB JA
= PA - PB
JB
Keterangan : D
= daya beda
JA
= jumlah peserta kelompok atas
JB
= jumlah peserta kelompok bawah
BA
= jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (Suharsimi Arikunto, 2002:213)
Soal yang mempunyai daya beda 0,20 – 0,40 tergolong soal yang cukup daya pembedanya (Suharsimi Arikunto, 2008: 218). Dalam penelitian ini butir soal tes dikatakan memenuhi daya pembeda yang baik jika D ≥ 0,2. Apabila
langkah-langkah
tersebut
telah
dilaksanakan
berarti
persyaratan butir tes sebagai alat pengumpul data telah dapat dipenuhi. Untuk mempermudah penelitian ini maka uji validitas, reliabilitas, dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan bantuan program SPSS 17.0 dan analisis butir soal diperoleh dengan bantuan
program Microsoft Excel. Adapun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 instrumen yang akan diujicobakan ada dua jenis, yaitu instrument motivasi belajar ekonomi dan instrument tes prestasi belajar ekonomi.
1.
Instrumen Angket Motivasi Belajar
Uji coba instrumen dilakukan pada instrumen angket motivasi belajar untuk menentukan butir-butir pernyataan yang memenuhi syarat sebagai alat pengambilan data dengan menentukan validitas dan reliabilitas. a. Validitas Berdasarka hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 17, dapat diketahui bahwa dari 30 pernyataan, 6 item dinyatakan tidak valid, karena r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 29 dengan nilai kritis 0,361. 6 item tersebut adalah nomor 8, 13, 16, 19, 21, 28., dan untuk selanjutnya 6 item tersebut tidak diikut sertakan dalam penelitian. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6. b. Reliabilitas Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17.0, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,829. Hasil tersebut menunjukan bahwa instrumen motivasi belajar yang digunakan memiliki ringkat kepercayaan atau reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 2.
Instrumen Tes Hasil Belajar Ekonomi
a. Validitas Berdasarka hasil uji validitas dengan menggunakan program SPSS 17.0, dapat diketahui bahwa dari 25 pertanyaan, 5 item dinyatakan tidak valid, karena r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 5% dan N = 29 dengan nilai kritis 0,361. 5 item tersebut adalah nomor 2, 8, 18, 19, 20. Untuk selanjutnya 5 item tersebut tidak diikut sertakan dalam penelitian. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7. b. Reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS 17.0, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,815. Hasil tersebut
menunjukan bahwa instrumen prestasi belajar yang digunakan memiliki ringkat kepercayaan atau reliabilitas yang tinggi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 7. c. Tingkat kesukaran soal Tingkat kesukaran butir soal merupakan proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap butir soal tersebut. Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa dalam soal yang digunakan dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat 7 item soal yang mudah, 12 item yang sedang dan 1 item soal yang sukar. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 d. Daya beda Daya beda butir soal adalah indeks yang menunjukkan tingkat kemampuan butir soal membedakan kelompok berprestasi tinggi (kelompok atas) dari kelompok yang berprestasi rendah (kelompok bawah) dari peserta tes. Setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui bahwa dalam soal yang digunakan dalam penelitian telah memenuhi daya pembeda yang baik karena D ≥ 0, 2. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 5.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisi deskriptif dilakukan dengan menyajikan data melalui tabel distribusi frekuensi, histogram. Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis. Untuk menguji analisis data diadakan uji persyaratan.
1. Uji Persyaratan Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, maupun rasio. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors pada taraf signifikansi α=0,05
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78 b. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi ditujukan untuk menguji seragam tidaknya variansi sampel-sampel penelitian. Pengujian homogenitas varians sampel dengan menggunakan uji F (varians) dengan tingkat signifikansi α=0,05. Kriteria untuk menentukan data memiliki populasi homogen atau tidak. Jika Fhitung < Ftabel, kesimpulannya H0 diterima dan H1 ditolak, varians sampel homogen.
2.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengolah data yang berupa angka sehingga dapat ditarik suatu keputusan logis. Untuk menguji hipotesis dalam pengolahan data digunakan teknik analisa varians (Anava Dua Jalan). Tujuan dari analisis varians dua jalan adalah untuk menguji signifikansi efek dua variabel bebas dan satu variabel terikat. a. Hipotesis satu Model pembelajaran berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H0
:α=0
H0
:α≠0
Keterangan
: α adalah model pembelajaran
b. Hipotesis dua Tingkat motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H0
:β=0
H0
:β≠0
Keterangan
commit to user : β adalah tingkat motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 c. Hipotesis tiga Interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H0
:αxβ=0
H0
:αxβ≠0
Keterangan
: α adalah model pembelajaran, dan β adalah tingkat
motivasi belajar siswa. Agar lebih efektif hasilnya, pengolahan data dan analisis data dalam proses perhitungan dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer SPSS 17.0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Pada bab ini disajikan data prestasi belajar pada masing-masing kelompok siswa menurut pembagian model pembelajaran, motivasi belajar, dan interaksi antara keduanya. Ada dua model pembelajaran dan dua kategori motivasi belajar sehingga siswa dapat dikelompokkan menjadi 8 kelompok sebagai berikut: 1. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning 2. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD 3. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi 4. Kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah 5. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi 6. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar rendah 7. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar tinggi 8. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah Deskripsi data prestasi belajar masing-masing kelompok dapat diuraikan sebagai berikut. commit to user 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 1. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran SelfRegulated Learning Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar dengan model self-regulated learning adalah sebanyak 30 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 77,417 dan nilai tengah (median) 77,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 7,0553. Nilai terendah yang diperoleh adalah 62,5 dan nilai tertinggi adalah 90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning Interval Nilai Frekuensi Prosentase 62 – 66
2
6,67%
67 – 71
4
13,33%
72 – 76
6
20,00%
77 – 81
9
30,00%
82 – 86
6
20,00%
87 – 91
3
10,00%
Jumlah
30
100,00%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Gambar 2. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan model Self-Regulated Learning 10 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 62 - 66
67 - 71
72 - 76
77 - 81
82 - 86
87 - 91
Interval
2. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD adalah sebanyak 30 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 71,017 dan nilai tengah (median) 71,75 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 7,1961. Nilai terendah yang diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 87,5. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan model Cooperative Learning Tipe STAD Interval Nilai Frekuensi Prosentase 54 – 59
2
6,67%
60 – 65
3
10,00%
66 – 71
10
33,33%
72 – 77
9
30,00%
78 – 83
5
16,67%
84 – 89
1
3,33%
Jumlah
30
100,00%
Gambar 3. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan model Cooperative Learning Tipe STAD 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 54 - 59
60 - 65
66 - 71
72 - 77
78 - 83
84 - 89
Interval
3. Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi baik yang ada di kelas eksperimen maupun yang di kelas kontrol adalah sebanyak 34 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 77,838 dan nilai tengah (median) 77,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar commit to user 6,8132. Nilai terendah yang diperoleh adalah 62,5 dan nilai tertinggi adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Interval Nilai Frekuensi Prosentase 62 – 66
3
8,82%
67 – 71
3
8,82%
72 – 76
7
20,59%
77 – 81
11
32,35%
82 – 86
6
17,65%
87 – 91
4
11,76%
Jumlah
34
100,00%
Gambar 4. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi 12
Frekuensi
10 8 6 4 2 0 62 - 66
67 - 71
72 - 76
77 - 81
82 - 86
87 - 91
Interval
4. Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah Jumlah siswa yang memiliki motivasi belajar rendah baik yang ada di kelas eksperimen maupun yang di kelas kontrol adalah sebanyak 26 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki commit to user nilai rata-rata (mean) 69,481 dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 nilai tengah (median) 70 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 6,3206. Nilai terendah yang diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 80. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah Interval Nilai Frekuensi Prosentase 53 – 57
1
3,85%
58 – 62
2
7,69%
63 – 67
5
19,23%
68 – 72
7
26,92%
73 – 77
8
30,77%
78 – 82
3
11,54%
Jumlah
26
100,00%
Gambar 5. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 53 - 57
58 - 62
63 - 67
68 - 72
Interval
commit to user
73 - 77
78 - 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 5. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar dengan model self-regulated learning dan yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah sebanyak 21 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 80,476 dan nilai tengah (median) 80 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5,1611. Nilai terendah yang diperoleh adalah 70 dan nilai tertinggi adalah 90. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Interval Nilai Frekuensi Prosentase 68 – 72
1
4,76%
73 – 77
3
14,29%
78 – 82
8
38,10%
83 – 87
6
28,57%
88 – 92
3
14,29%
Jumlah
21
100,00%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 Gambar 6. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi 9 8
Frekuensi
7 6 5 4 3 2 1 0 68 - 72
73 - 77
78 - 82
83 - 87
88 - 92
Interval
6. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Metode Self-Regulated Learning dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah Jumlah siswa yang berada pada kelas eksperimen yaitu yang diajar dengan model self-regulated learning dan yang memiliki motivasi belajar rendah adalah sebanyak 9 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 70,278 dan nilai tengah (median) 70 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 5,6519. Nilai terendah yang diperoleh adalah 62,5 dan nilai tertinggi adalah 80. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah Interval Nilai Frekuensi Prosentase 62 – 66
2
22,22%
67 – 71
3
33,33%
72 – 76
3
33,33%
77 – 81
1
11,11%
Jumlah
9
100,00%
Gambar 7. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Self-Regulated Learning yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah 4
Frekuensi
3
2
1
0 62 - 66
67 - 71
72 - 76
77 - 81
Interval
7. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD dan Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan model cooperative learning Tipe STAD dan yang memiliki motivasi belajar tinggi adalah sebanyak 13 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 73,577 dan nilai tengah (median) 75 dengan simpangan commit to user baku (standar deviasi) sebesar 7,1701. Nilai terendah yang diperoleh adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 62,5 dan nilai tertinggi adalah 87,5. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi Interval Nilai Frekuensi Prosentase 60 – 65
1
7,69%
66 – 71
4
30,77%
72 – 77
4
30,77%
78 – 83
3
23,08%
84 – 89
1
7,69%
Jumlah
13
100,00%
Gambar 8. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi Belajar Tinggi 5
Frekuensi
4
3 2
1 0 60 - 65
66 - 71
72 - 77
78 - 83
84 - 89
Interval
8. Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD dan Memiliki Motivasi Belajar Rendah Jumlah siswa yang berada pada kelas kontrol yaitu yang diajar dengan commit to user model cooperative learning Tipe STAD dan yang memiliki motivasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 rendah adalah sebanyak 17 siswa. Prestasi belajar pada kelompok ini memiliki nilai rata-rata (mean) 69,059 dan nilai tengah (median) 68,5 dengan simpangan baku (standar deviasi) sebesar 6,7751. Nilai terendah yang diperoleh adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 78. Data prestasi belajar kelompok ini dapat disajikan dalam bentuk distribusi dan histogram frekuensi sebagai berikut. Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi Belajar Rendah Interval Nilai Frekuensi Prosentase 55 – 59
2
11,76%
60 – 64
1
5,88%
65 – 69
6
35,29%
70 – 74
4
23,53%
75 – 79
4
23,53%
Jumlah
17
100,00%
Gambar 9. Histogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa yang Diajar dengan Model Cooperative Learning Tipe STAD yang Memiliki Motivasi Belajar rendah 7 6
Frekuensi
5 4 3 2 1 0 55 - 59
60 - 64
65 - 69
Interval
commit to user
70 - 74
75 - 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 B. Uji Kesamaan Prestasi Awal Kesamaan prestasi belajar sebelum dilakukan eksperimen adalah syarat yang menjamin ketepatan analisis berdasarkan prestasi belajar setelah eksperimen. Apabila prestasi belajar awal antara dua kelompok sama maka perbedaan yang terjadi setelah eksperimen dapat disimpulkan karena adanya perbedaan perlakuan. Perbandingan prestasi awal kedua kelas diuji dengan menggunakan model independent samples t test. Terdapat dua pengujian asumsi yang disyaratkan model ini yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi. 1. Uji Normalitas Prestasi Awal Uji t termasuk salah satu metode parametrik. Penggunaan metode ini mensyaratkan normalitas tiap-tiap kelompok sampel. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance correction. Rangkuman hasil uji normalitas data prestasi belajar awal disajikan pada tabel berikut. Tabel 17. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Awal Kelas Statistik p
Keterangan
Eksperimen
0,139
0,144
Normal
Kontrol
0,091
0,200
Normal
Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa uji normalitas terhadap data prestasi awal kedua kelas memiliki nilai p > 0,05. Dengan demikian disimpulkan bahwa data prestasi belajar awal dari kedua kelas berdistribusi normal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Awal Uji homogenitas variansi bukan syarat boleh tidaknya penggunaan metode parametrik seperti uji t. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ketepatan perhitungan standard error parameter uji. Uji homogenitas variansi dilakukan dengan menggunakan levene’s test. Perhitungan menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 0,194 dengan nilai p sebesar 0,661. Oleh karena p > 0,05 maka disimpulkan bahwa variansi data prestasi belajar awal antara kedua kelas termasuk homogen.
3. Uji Perbandingan Prestasi Awal Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H0 : tidak ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol Ha : ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol Tabel 4.10 menyajikan hasil perhitungan uji t untuk membandingkan prestasi awal kedua kelas. Tabel 18. Hasil Uji Perbandingan Prestasi Awal Kelas Rata-rata t p Eksperimen
71,733
Kontrol
70,887
0,691
0,492
Keterangan Tidak ada perbedaan signifikan
Berdasarkan tabel 18 tersebut diketahui bahwa uji perbedaan rata-rata prestasi awal antara kedua kelas memiliki p > 0,05 sehingga diputuskan menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 ada perbedaan prestasi awal yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol atau dengan kata lain prestasi awal kedua kelas adalah sama.
C. Pengujian Prasyarat Analisis Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan (two way analysis of variance). Terdapat dua uji prasyarat yang harus dilakukan sebelum dilakukan perhitungan anava yaitu uji normalitas dan uji homogenitas variansi. 1. Uji Normalitas Prestasi Belajar Pengujian normalitas dilakukan terhadap tiap-tiap kelompok sampel yang terbentuk dalam desain eksperimen. Terdapat 8 kelompok sampel sebagaimana telah disebutkan pada bagian deskripsi data. Metode yang digunakan untuk uji normalitas adalah kolmogorov-smirnov test with lilliefors significance correction. Rangkuman hasil uji normalitas data prestasi belajar disajikan pada tabel berikut. Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Awal Kelompok Sampel Statistik p
Keterangan
A1
0,110
0,200
Normal
A2
0,087
0,200
Normal
B1
0,103
0,200
Normal
B2
0,107
0,200
Normal
A1B1
0,108
0,200
Normal
A1B2
0,147
0,200
Normal
A2B1
0,128
0,200
Normal
A2B2
0,106
0,200
Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 Keterangan: A1
:
kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning
A2
:
kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD
B1
:
kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
B2
:
kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah
A1B1
:
kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi
A1B2
:
kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar rendah
A2B1
:
kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar tinggi
A2B2
:
kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah
Berdasarkan tabel 19 diketahui bahwa uji normalitas pada semua kelompok sampel dalam eksperimen memiliki p > 0,05. Dengan demikian data prestasi belajar secara keseluruhan berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Variansi Prestasi Belajar Sebagaimana pada uji t (uji kesamaan prestasi awal), uji homogenitas variansi bukan syarat boleh tidaknya penggunaan anava. Pengujian ini sebenarnya merupakan dasar penentuan teknik uji setelah anava (post hoc test). Uji setelah anava dalam penelitian ini dilakukan dengan scheffe test. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 Metode ini mensyaratkan adanya homogenitas variansi antar kelompok sampel yang dilakukan dengan levene’s test. Perhitungan menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 0,844 dengan nilai p sebesar 0,476. Oleh karena p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variansi antar kelompok sampel data prestasi belajar termasuk homogen.
D. Pengujian Hipotesis Terdapat tiga hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu: 1. Ada perbedaan pengaruh penggunaan model pembelajaran self-regulated learning dan cooperative learning terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. 2. Ada perbedaan pengaruh tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. 3. Ada Interaksi pengaruh model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Berikut adalah hasil analisis variansi dua jalan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut. Tabel 20. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan Sumber SS df MS F variasi
p
Keterangan
A
223,806
1
223,806
5,858
0,019
Signifikan
B
735,459
1
735,459 19,249
0,000
Signifikan
AB
109,570
1
109,570
0,096
Tidak signifikan
Error
2139,658
56
38,208
Total
3559,683
59
2,868
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 Keterangan: A
:
model pembelajaran
B
:
motivasi belajar
AB :
interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar
Hasil analisis variansi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi belajar ekonomi Metode pembelajaran merupakan sumber variasi pertama (A) untuk prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : model pembelajaran tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Ha : model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi A menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Perbandingan relatif antar jenis metode pembelajaran dapat langsung dilakukan dengan nilai rata-rata karena hanya ada dua model yang dibandingkan. Berdasarkan deskripsi data diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar dengan self-regulated learning (77,417) lebih tinggi dibandingkan rata-rata prestasi belajar siswa yang diajar dengan cooperative learning tipe STAD (71,017). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 metode self-regulated learning dapat memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model cooperative learning tipe STAD.
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar ekonomi Model pembelajaran merupakan sumber variasi kedua (B) untuk prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : motivasi belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Ha : motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi B menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan nilai p sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Perbandingan relatif antar kategori motivasi belajar dapat langsung dilakukan dengan nilai rata-rata karena hanya ada dua kategori yang dibandingkan. Berdasarkan deskripsi data diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi (77,838) lebih tinggi dibandingkan rata-rata prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah (69,481). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan meraih prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98 3. Interaksi
model
pembelajaran
dan
motivasi
belajar
dalam
mempengaruhi prestasi belajar ekonomi Metode pembelajaran merupakan sumber variasi ketiga (A B) untuk prestasi belajar. Hipotesis yang diuji dapat dirumuskan sebagai berikut: H0 : tidak ada interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar Ha : ada interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar Berdasarkan tabel 20 diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi C menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 2,868 dengan nilai p sebesar 0,096. Oleh karena p > 0,05 maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada interaksi metode pembelajaran dan motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar. Tidak adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah. Meskipun begitu untuk mengetahui perbandingan berpasangan antar empat kelompok perlu dilakukan uji lanjut setelah anava (post hoc test). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99 E. Uji Setelah Anava Uji setelah anava (post hoc test) dilakukan untuk membandingkan secara berpasangan masing-masing dari empat kelompok sampel berikut: 1. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi (A1B1 ; rata-rata = 80,476). 2. Kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar rendah (A1B2 ; rata-rata = 70,278). 3. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar tinggi (A2B1 ; rata-rata = 73,577). 4. Kelompok siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah (A2B2 ; rata-rata = 69,059). Pengujian dilakukan dengan menggunakan scheffe test. Rangkuman hasil post hoc test disajikan dalam tabel berikut. Tabel 21. Hasil Uji Setelah Anava Perbandingan Selisih rata-rata
p
Keterangan
A1B1 – A2B1
6,8993
0,026
Berbeda signifikan
A1B1 – A1B2
10,1984
0,002
Berbeda signifikan
A1B1 – A2B2
11,4174
0,000
Berbeda signifikan
A2B1 – A1B2
3,2291
0,680
Tidak berbeda signifikan
A2B1 – A2B2
4,5181
0,280
Tidak berbeda signifikan
A1B2 – A2B2
1,2190
0,973
Tidak berbeda signifikan
Berdasarkan tabel 21. diketahui bahwa prestasi belajar kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi (A1B1) berbeda signifikan dengan ketiga kelompok yang lain, sedangkan commit to user ketiga kelompok lain tersebut (A1B2, A2B1, A2B2) satu dengan yang lain tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100 berbeda signifikan. Berdasarkan nilai rata-ratanya terbukti bahwa prestasi belajar tertinggi diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Ketiga kelompok siswa yang lain meraih prestasi belajar yang tidak berbeda.
F. Pembahasan Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, dapat diuraikan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning Tipe STAD Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa model pembelajaran SelfRegulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD menghasilkan perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa model pembelajaran menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa metode pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Siswa yang diajarkan dengan model Self-Regulated Learning memperoleh skor rata-rata prestasi belajar ekonomi sebesar 77,417. Siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD memperoleh rata-rata skor hasil belajar sebesar 71,017. Dengan demikian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101 dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan model self-regulated learning memiliki hasil belajar ekonomi yang lebih tinggi daripada siswa yang diajarkan melalui model cooperative learning tipe STAD. Self-regulated learning merupakan model pembelajaran yang secara aktif melibatkan kemampuan metakognitif, motivasional dan behavioral siswa. Keterlibatan secara aktif dalam proses belajar meningkatkan performansi akademik mereka. Elizabeth A. Jordon, Marian J. Poratt (2006:8) menjelaskan “self-regulated learning includes effective strategies for learning, reflection on one’s own thinking and learning (metacognition), and motivation and engagement with school tasks”. (pembelajaran regulasi-diri merupakan bagian dari strategi yang efektif untuk belajar, merefleksi pada satu cara berpikir dan belajar (metakognisi), memotivasi dan melibatkan tugas-tugas di sekolah). Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa Self-Regulated Learning dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik karena dengan menggunakan
model
pembelajaran
ini
siswa
dapat
merencanakan
pembelajaran dan menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya). Pembelajaran Cooperative Learning sebenarnya dapat membantu para partisipannya berlatih, mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya, namun sering kali anggota kelompok hanya memindahkan ketergantungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102 dari guru kepada teman yang lebih ahli dalam kelompoknya sehingga pembelajaran tetap pasif dan apa yang dipelajari bisa jadi keliru.
2. Perbedaan Pengaruh Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tingkat Tinggi dan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Rendah Terhadap Prestsai Belajar Ekonomi Siswa Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa uji pengaruh tingkat motivasi belajar menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan nilai p sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Dengan demikian disimpulkan bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Hasil analisis menunjukan bahawa tingkat motivasi belajar tinggi dan tingkat motivasi belajar rendah menghasilkan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi menghasilkan prestasi belajar ekonomi yang lebih tinggi dengan rata-rata skor sebesar 77,838. Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah memiliki prestasi belajar ekonomi yang lebih rendah dengan skor rata-rata sebesar 69,481. Motivasi belajar adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui latihan dan pengalamannya untuk menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. Elliot, Kratochwill, Littlrfield Cook, dan Travers (2000:332) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103 menjelaskan: “Motivation is defined as an internal state that arouses us to action, pushes us in particular direction, and keeps us engaged in certain activities. Learning and motivation are equally essential for performance: Learning enables us to acquire new knowledge and skills, and motivation provides the impetus for showing what we have learned”. (Motivasi didefinisikan sebagai keadaan internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita ke arah tertentu, dan membuat kita terlibat dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Motivasi dan belajar sama-sama penting untuk sebuah kinerja: Belajar memungkinkan kita untuk memperoleh pengetahuan baru dan keterampilan, dan motivasi memberikan dorongan untuk menunjukkan apa yang telah kita pelajari). Siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar tinggi memiliki prestasi belajar ekonomi yang lebih baik, karena siswa tersebut memiliki dorongan yang kuat dari dalam dirinya untuk melakukan berbagai kegiatan positif yang menunjang pembelajaran. Motivasi memberikan peranan yang sangat penting dalam keberhasilan dalam belajar. Penggunaan model pembelajaran yang baik sekalipun tanpa adanya motivasi belajar menjadikan kegiatan belajar menjadi kurang bermakna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 3. Tidak Terdapat Interaksi Pengaruh Antara Model Pembelajaran dan Tingkat Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Tidak adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan diperoleh siswa yang diajar dengan model SelfRegulated Learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan diperoleh siswa yang diajar dengan model Cooperative Learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah. Tabel 22. Rata-Rata Skor Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kombinasi
Rata-Rata Prestasi
No Model Pembelajaran
Motivasi Belajar
Belajar Ekonomi
1
Self-Regulated Learning
Tinggi
80,476
2
Self-Regulated Learning
Rendah
70,278
3
Cooperative Learning Tipe STAD
Tinggi
73,577
4
Cooperative Learning Tipe STAD
Rendah
69,059
Tabel tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tertentu disertai dengan perbedaan tingkat motivasi belajar siswa, menghasilkan perbedaan rata-rata skor prestasi belajar ekonomi. Prestasi belajar ekonomi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105 tertinggi diperoleh dari siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran SelfRegulated Learning dan memiliki tingkat motivasi belajar tinggi dengan rata-rata skor sebesar 80,476. Untuk siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran yang sama, dengan motivasi belajar rendah menghasilkan skor rata-rata sebesar 70,278. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat motivasi belajar diantara para siswanya. Walaupun siswa dapat merencanakan proses pembelajaran dengan baik dan mampu menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, tetapi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggiakan lebih berhasil dalam menjalankan rencana pembelajaran yang telah disusun dengan baik. Siswa yang diajakan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dan diikuti dengan tingkat motivasi belajar tinggi akan menghasilkan skor rata-rata prestasi belajar ekonomi sebesar 73,577, sedangkan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran yang sama disertai dengan tinggkat motivasi belajar yang rendah hanya memperoleh skor rata-rata prestasi belajar sebesar 69,059. Untuk siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, model pembelajaran Self-Regulated Learning menghasilkan prestasi belajar ekonomi siswa yang lebih baik dibandingakan dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dengan skor rata-rata sebesar 80,476 untuk model pembelajaran SelfRegulated Learning, dan 73,577 untuk model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD. Hal ini terjadi karena siswa yang menggunakan model pembelajaran Self-Regulated Learning siswa dapat merencanakan proses pembelajaran dengan baik dan mampu menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106 sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan bagaimana
cara
memanfaatkan kekuatannya)
dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD dimana seringkali siswa memindahkan ketergantungan mereka dari guru kepada teman dalam pembelajaran. Hal yang sama juga akan terjadi bagi siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, dimana dengan penggunaan model pembelajaran SelfRegulated Learning menghasilkan rata-rata prestasi belajar sebesar 70,278 dan siswa yang menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD menghasilkan prestasi belajar sebesar 69,059. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi belajar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa.
G. Keterbatasan Penelitian Peneliti sudah berusaha untuk mempersiapkan dan merancang penelitian secara cermat sebagai upaya untuk memperoleh data dan kesimpulam yang dapat dipertanggungjawabkan, namun demikian masih banyak faktor yang sangat sulit diantisipasi yang merupakan keterbatasan penelitian ini. Beberapa keterbatasan penelitian ini perlu diketahui untuk menghindari kesalahan yang ditimbulkan dalam penafsiran dan implikasi hasil penelitian, yaitu: 1. Pemberian treatment dapat dipengaruhi oleh variabel lain diluar treatment yang diberikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107 2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada kisi-kisi kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya, dan bukan merupakan instrumen yang terstandarisasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Terdapat perbedaan pengaruh signifikan penggunaan model pembelajaran Self-Regulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi A menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 5,858 dengan nilai p sebesar 0,019. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Berdasarkan hasil penelitian, siswa yang diajarkan dengan model Self-Regulated Learning menghasilkan hasil belajar yang jauh lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model Cooperative Learning. Self-Regulated Learning dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik karena dengan menggunakan model pembelajaran ini siswa dapat merencanakan pembelajaran dan menemukan cara atau strategi yang efektif dalam belajar, sebagai contoh, pebelajar tahu gaya pembelajaran yang lebih disukai (apa yang mudah dan sulit, bagaimana cara mengatasi bagian-bagian yang sulit, apa minat dan bakatnya, dan bagaimana cara memanfaatkan kekuatannya). Pembelajaran Cooperative Learning
sebenarnya
dapat
membantu
para
partisipannya
berlatih,
mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya, namun sering kali anggota kelompok hanya memindahkan ketergantungan dari guru kepada teman yang commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
lebih ahli dalam kelompoknya sehingga pembelajaran tetap pasif dan apa yang dipelajari bisa jadi keliru. 2. Terdapat perbedaan pengaruh secara signifikan antara motivasi belajar siswa
tinngi dan tingkat motivasi belajar siswa rendah terhadap hasil belajar ekonomi siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa uji pengaruh sumber variasi B menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 19,249 dengan nilai p sebesar 0,000. Oleh karena p < 0,05 maka diputuskan untuk menolak H0 atau menerima Ha. Berdasarkan hasil penelitian, siswa dengan tingkat motivasi belajar tinggi menghasilkan hasil belajar ekonomi yang lebih baik, dibandingkan dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukannya sehingga akan lebih berhasil dalam proses belajar. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan cenderung kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. 3. Tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Hal ini diketahui berdasarkan uji pengaruh sumber variasi C menghasilkan nilai uji statistik F sebesar 2,868 dengan nilai p sebesar 0,096. Oleh karena p > 0,05 maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah. Prestasi belajar kelompok siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi (A1B1) berbeda signifikan dengan ketiga kelompok yang lain, sedangkan ketiga kelompok lain tersebut (A1B2, A2B1, A2B2) satu dengan yang lain tidak berbeda signifikan. Berdasarkan nilai rata-ratanya terbukti bahwa prestasi belajar tertinggi diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Ketiga kelompok siswa yang lain meraih prestasi belajar yang tidak berbeda.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat diuraikan beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Model pembelajaran Self-Regulated Learning, Cooperative Learning tipe STAD dan tingkat motivasi belajar siswa telah terbukti menghasilkan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa. Self-Regulated commit to user Learning adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional dan behavioral
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
aktif dalam proses belajar mereka sendiri, keterlibatan secara aktif dalam proses belajar meningkatkan performansi akademik siswa. Berbeda dengan Self-Regulated Learning, Cooperative Learning tipe STAD menuntut siswa mampu mengembangkan belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda dan membantu para partisipannya berlatih, mengelaborasi, dan memperluas pengetahuannya. Motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan yang dilakukan secara sadar yang dilakukan melalui latihan dan pengalamannya
untuk
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. 2. Implikasi Praktis Guru mata pelajaran ekonomi sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar di dalam kelas untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam kelas dengan mempertimbangkan berbagai faktor baik kondisi lingkungan, sarana pendukung, karakteristik materi pembelajaran maupun karakteristik siswa termasuk tingkat motivasi belajarnya. Model pembelajaran SelfRegulated Learning dan Cooperative Learning tipe STAD telah terbukti memberikan perbedaan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Kepada Pengajar a. Pengajar diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran SelfRegulated Learning pada mata pelajaran ekonomi karena telah terbukti memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar ekonomi siswa, tanpa mengesampingkan model pembelajaran lain sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran. b. Pengajar diharapkan dapat mengidentifikasi motivasi belajar siswa, dan dapat memberikan perhatian serta perlakuan yang dapat meningkatkan motivasi dalam belajar terhadap siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dalam kelas. 2. Kepada Siswa a. Siswa diharapkan dapat lebih aktif untuk terlibat dalam pembelajaran. Tanpa adanya dukungan positif dari siswa dalam kegiatan belajar, maka apapun model pembelajaran yang diberikan akan menjadi kurang bermakna. b. Siswa diharapkan dapat motivasi belajar internalnya, karena adanya motivasi yang tinggi akan membantu siswa menggerakan dirinya untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan commit to user dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
3. Kepada Kepala Sekolah Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan kesempatan penuh kepada pengajar untuk mengembangkan model pembelajaran inovatif, sehingga dapat menjadi suatu referensi baru untuk menerapkan model pembelajaran inovatif tersebut sesuai dengan proses belajar dan karakteristik mata pelajaran di dalam kelas. 4. Kepada Komite Sekolah Peran orang tua dalam mengembangkan sekolah harus lebih ditingkatkan dengan
mendorong
sekolah
untuk
mampu
mengembangkan
model
pembelajaran inovatif dengan memberikan kemudahan bagi sekolah dalam pemenuhan sarana dan prasarana yang mampu menunjang pengembangan model pembelajaran inovatif. 5. Peneliti lain Peneliti lain diharapkan dapat memanfaatkan dan mengembangkan hasil penelitian ini sebagai salah satu bentuk referensi pembelajaran dan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam ruang lingkup yang lebih luas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maka diputuskan untuk menerima H0 atau menolak Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi model pembelajaran dan tingkat motivasi belajar dalam mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa. Tidak adanya interaksi mengindikasikan bahwa tidak ada kombinasi tertentu antar kategori dari kedua faktor (sumber variasi) untuk memperoleh suatu level prestasi belajar tertentu. Prestasi belajar tertinggi dapat diketahui akan diperoleh siswa yang diajar dengan model self-regulated learning dan memiliki motivasi belajar tinggi. Sebaliknya prestasi belajar terendah akan diperoleh siswa yang diajar dengan model cooperative learning tipe STAD dan memiliki motivasi belajar rendah. DAFTAR PUSTAKA Arends, Richard I. 1998 Leearning to Teach. Boston: McGraw-Hill. Birnadeta Darmastuti. 2007. Pengaruh Sikap Siswa Pada Guru dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata Diklat Ekonomi Siswa Kelas III di SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi (tidak diterbitkan). FKIP UNS. Chen, Catherine S. 2002. Self-Regulated Learning Strategies And Achievement In An Introduction To Information System Course. Information Technology, Learning, and Performance Journal, Vol 20, No. 1, Spring, 2002. Crowl, Sally, Podell. 1997. Educational psychology. New York: University of New York. Elliot, Stephen N., Thomas R. Kratochwill, Joan Littlrfield Cook & John F. Travers. 2000. Educational Psychology. International Edition: Boston: McGraw-Hill Endah Rahmawati. 2006. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuanmemecahkan Masalah Matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa. Tesis (tidak diterbitkan). Pascasarjana UNS. Haris Mudjiman. 2007. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jordon, Elizabeth A., & Marian J. Poratt. 2006. Educational Psychology: Problem-based Approach. Boston. Pearson Education, Inc.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joyce, Bruce., Marsha Weil & Emily Calhoun. 2000. Models of Teaching-6th ed. Boston: McGraw-Hill Linn, Robert L., & Norman E Groundlund. 2000. Measurement and assessment in theaching. Upper Saddle River. Prentice-Hall, Inc. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta:Kanisius. 0LIWDKXO$¶OD2010. Quantum Teaching. Jogjakarta: DIVA Press Nana Diana. 2008. Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Dengan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Matematika Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Kelas Viii Smp Muhammadiyah 1 Malang. Skripsi (tidak diterbitkan). FKIP UMM Nugraha Arif Karyanta. 2002. ´Hubungan Persepsi gaya Kepemimpinan Transformasional Guru dengan Strategi Self-Regulated Learning Siswa´ Skripsi (tidak diterbitkan). Psikologi UGM. Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara Pintrich, Paul R., & Elisabeth V. De Groot. 1990. Motivational and SelfRegulated Learninng Components of Classroom Academic Performance. Journal of Educational psychology, vol 82, no. 1, 33-40. 1990. Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research and Practice-2nd ed. Boston : A Simon & Schusster Company ____________ 2008. Psikologi Pendidikan. Penerjemah Marianto Samosir. Jakara: PT Indeks. Sofan Amri, Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inofatif Dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakakarya. Sudjana. 2002. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surtatinah Tirtonegoro. 2001. Anak Supernormal & Program pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara. Torres, Maria Carmen Gonzales. 2004. Self-Regulated Learning: Current And Future Directions. Electronic Journal Of Research In Educational Psychology, 2(1), 1-34. Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition-bagian pertama. Penerjemah Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Seotjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ______________ 2009. Educational Psychology: Active Learning Edition-bagian kedua. Penerjemah Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Seotjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
commit to user