III. A.
TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Untuk analisis hasil pengomposan dan aplikasi kompos dilaksanakan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016.
B.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran sapi, limbah kulit biji kopi, bibit stroberi varietas California, pupuk Urea, SP36, KCl, pestisida, fungisida, polybag ukuran 20 x 30 cm, gula merah, EM-4, air, bekatul, dan tanah. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, sekop, gembor, meteran, handsprayer, karung, gunting, timbangan, termometer, bambu, sendok, ayakan, penggaris, kamera dan alat tulis. C.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dalam polybag. Menggunakan Rancangan perlakuan faktor tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan dan di susun dalam Rancangan Lingkungan Acak Lengkap. Perlakuan yang diujikan yaitu 20 ton/h pupuk kandang (kontrol), 14,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi, 16,5 ton/h, 18,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi dan 20,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi.
27
28
Dengan demikian diperoleh 5 unit perlakuan, Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 15 unit perlakuan dan setiap ulangan terdiri dari 3 sampel, sehingga jumlah keseluruhan unit penelitian adalah 45 tanaman/polybag (Lampiran 1.) D.
Cara Penelitian
1. Pembuatan Kompos Limbah Kulit Biji Kopi Menurut Rizskywan (2014) tahap pembuatan kompos : a. Kompos yang digunakan adalah limbah kulit buah kopi yang sudah kering b. Kulit kopi sebanyak 100 kg dan dicampur dengan dedak sebanyak 10 kg, dan diratakan sampai merata. c. 1200 ml larutan EM-4 dan 12 g gula merah dilarutkan ke dalam 20 liter air. d. Larutan yang sudah tercampur disiramkan pada tumpukan limbah kulit kopi secara merata hingga kandungan air berkisar ± 30-40 %. Tumpukan limbah dibalik-balik agar bahan tercampur secara merata. e. Kadar air yang cukup ditandai dengan apabila bahan digenggam tidak meneteskan air dan mekar apabila genggaman dilepaskan. f. Bahan yang sudah tercampur ditumpuk dan diberi lubang dengan bambu untuk aerasi selama proses pengomposan. g. Suhu tumpukan bahan yang dikomposkan dipertahankan antara 35-55 0C. Apabila suhu bahan kompos meningkat diatas 55 0C dilakuan pengadukan bahan kompos supaya sirkulasi udara berjalan dengan baik dan penyiraman air agar suhunya normal kembali.
29
h. tumpukan disimpan di tempat yang kering dan terlindungi dari hujan serta sinar matahari secara langsung i. Proses fermentasi ditandai dengan suhu kompos dalam tumpukan hangat j. Kompos yang sudah jadi (siap dijadikan kompos) dicirikan dengan warna hitam, gembur, tidak panas dan tidak berbau 2. Budidaya Tanaman Stroberi a. Persiapan bibit Bibit stroberi yang digunakan adalah bibit yang berasal dari stolon berusia tiga minggu. Bibit stroberi dipilih yang seragam yaitu memiliki 4 helai
daun, tinggi relatif sama, pertumbuhan baik tidak terserang hama dan penyakit. Bibit stroberi diperoleh dari Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo dengan menggunakan varietas california. b. Persiapan Media Tanam Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tanah dari Desa Ngargosari, Kec. Samigaluh, Kab. Kulon Progo. Tanah diambil dari lapisan atas dengan kedalaman 0-20 cm, kemudian dikeringanginkan terlebih dahulu selama 7-14 hari, selanjutnya tanah diayak dengan ayakan yang berukuran 2 mm. Sampel tanah tersebut diambil untuk diukur kadar air tanahnya. Kemudian tanah ditimbang sebanyak 6 kg, lalu dimasukkan kedalam polibag dengan ukuran 20 x 30 cm sebanyak 45 polybag. Adapun perhitungan kebutuhan tanah per polybag (Lampiran 2.)
30
c. Aplikasi Perlakuan Kompos Kulit Biji Kopi Setelah persiapan media tanam, kemudian diberikan pupuk kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang sapi. Aplikasi sesuai dengan perlakuan yang dicobakan yaitu: 20 ton /ha pupuk kandang kontrol, 14,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi, 16,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi, 18,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi dan 20,5 ton/h kompos limbah kulit biji kopi. Dosis pemberian masih dalam satuan ton, oleh karena itu dilakukan konversi kedalam gram
dan dikoreksi berdasarkan kadar lengasnya.
Adapun perhitungannya pada (Lampiran 4.). kompos kulit biji kopi kemudian ditimbang sesuai dengan hasil perhitungan, kemudian diaplikasikan dengan cara dicampur rata dengan tanah pada saat persiapan media tanam yaitu 7 hari sebelum tanam. Aplikasi pupuk kandang dilakukan sama seperti aplikasi kompos kulit biji kopi. d. Penanaman Tata cara penanaman bibit stroberi ke dalam polybag yaitu pertama bibit stroberi dikeluarkan bersama media tanamnya dengan cara menyobek polybag berisi bibit dengan hati-hati. Setelah itu pembuatan lubang tanam dan penanaman bibit stroberi. Bibit stroberi ditanam tepat ditengah-tengah polybag pada posisi tegak, kemudian timbun bagian pangkal batang tanaman dengan media tanam sambil dipadatkan secara pelan-pelan. Selanjutnya dilakukan pemupukan dasar sebanyak 1/3 dari dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha KCl).
31
Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh ± 5 cm di kiri-kanan tanaman dan dilakukan penyiraman tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab. e. Pemeliharaan Tanaman i. Penyulaman Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 HST. Tanaman yang disulam adalah yang mati atau tumbuh abnormal. Cara penyulaman dengan menggantikan tanaman yang mati, terkena OPT, atau pertumbuhannya kurang baik dengan bibit yang baru, seperti pada langkah penanaman. Setelah penyulaman sebaiknya langsung disiram. ii. Penyiangan Penyiangan pada tanaman stroberi dilakukan satu minggu sekali atau bersama
saat
pemupukan
susulan
tergantung
dari
keadaan
pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma secara hati-hati hingga bersih. iii. Perempelan/Pemangkasan Tanaman yang terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas. Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun tua/rusak. iv. Pemupukan Pupuk susulan diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36 dan 150 kg/ha
32
KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh ± 5 cm di kiri-kanan tanaman, kemudian ditutup tanah. v. Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Benlate® dengan konsentrasi 0.7 g/liter dan penyemprotan pestisida Curacron® 500 EC dengan konsentrasi 1 cc/liter. Penyemprotan dilakukan apabila tanaman menunjukkan gejala penyakit atau serangan hama. Penyemprotan di usahakan tidak dilakukan pada musim panen. Apabila harus dilakukan maka tanaman stroberi minimal disemprot 2 hari sebelum buah dipanen. f. Panen Buah stroberi mulai dapat dipanen saat 3 bulan setelah tanam (melalui bibit). Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat intensitas cahaya matahari dan suhu belum terlampau tinggi. Kematangan buah ditandai dengan kulit buah dominan berwarna merah atau hijau kemerah-merahan hingga kuning kemerah-merahan. Cara panen dilakukan dengan memetik pada bagian tangkai buah beserta kelopaknya, pememetikan pada tangkai buah dan kelopak E.
Parameter yang Diamati
1. Parameter Kompos a. Pengukuran derajat keasaman (pH) Pengamatan pH mengacu pada AOAC (1990), yaitu dengan menggunakan pH meter, pengukuran dilakukan pada awal dan akhir pengomposan.
33
Sebanyak 10 g sampel dicampur dengan 50 ml air mineral, didiamkan selama 24 jam dan kemudian dilakukan pengukuran pH. Sebelum dilakukan pengukuran, pH meter harus distandarisasi dahulu dengan menggunakan larutan buffer pH 7,0 atau pH 4,0. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap larutan sampel dengan elektrodanya ke dalam larutan sampel dan biarkan beberapa saat sampai diperoleh pembacaan yang stabil. b. Pengamatan kadar air Penentuan kadar air dari tumpukan kompos mengacu pada penentuan kadar air cara pemanasan menggunakan oven (AOAC 1990). Pengamatan ini dilakukan pada akhir pengomposan. Sebanyak 25 g sampel ditimbang dalam botol timbang yang telah diketahui berat keringnya. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105 0C selama 12 jam, didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Selanjutnya sampel dipananskan kembali dalam oven selama 30 menit, didinginkan kembali dalam desikator dan ditimbang kembali beratnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2 mg). Selisih antara berat basah dan berat kering merupakan kandungan air dalam bahan atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Kadar air = Berat Basah – Berat Kering X 100 % Berat Basah c. Nitrogen Total Kandungan N-total pada tumpukan kompos dianalisis dengan menggunakan Metode Semi-Mikro Kjeldahl (Thom dan Utomo, 1991). Pengukuran ini
34
dilakukan pada akhir proses pengomposan. Sebanyak 1 g sampel ditempatkan dalam labu semi-mikro Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml larutan asam sulfat salisilat dan dibiarkan selama beberapa jam pada suhu ruangan. Setelah itu labu dipanaskan dalam dengan alat pemanas sampai berhenti berbuih. Kemudian labu didinginkan dan ditambahkan 1,1 g campuran katalis. Labu diletakkan di atas alat pemanas, panas ditingkatkan hingga proses perombakan selesai dan campuran dalam labu mendidih secara perlahan-lahan selama 5 jam. Suhu pemanasan selama pendidihan ini diatur sehingga asam sulfat mengkondensasi kira-kira sampai sepertiga bagian atas leher labu. Setelah perombakan selesai, labu dibiarkan dingin dan ditambahkan 10 ml air destilata. Kemudian diaduk secara perlahan hingga padatan berubah menjadi suspensi dan labu dibiarkan menjadi dingin. Sampai tahap ini, labu ditutup untuk dilakukan detilasi. Peralatan destilasi disiapkan dengan pemanasan generator uap sampai mendidih. Cairan dari labu destilasi ditransfer dan labu pengurai dibilas dengan air destialata (5 ml) sebanyak 2 kali dan air bilasannya ditransfer ke labu destilasi. Labu dihubungkan ke peralatan destilasi uap, sistem destilasi uap ditutup,dan kemudian diletakkan sebuah erlenmeyer 100 ml yang berisi 25 ml asam borat dibawah kondensor. Kemudian ditambahkan NaOH 40 % sebanyak 20 ml dengan menggunakan corong dan dialirkan secara perlahan ke dalam labu destilata. Generator uap dihentikan ketika larutan destilata mencapai kira-kira 40 ml. Ujung tabung destilasi dibilas dan labu erlenmeyer yang mengandung bahan destilata diambil. Titrasi larutan destilata dengan HCL 0,025 N standar
35
dengan menggunakan buret. Perubahan warna pada titik akhir adalah dari hijau menjadi merah jambu. Perhitungan: % N= N x ml x 14 x 100 Berat sampel (mg)
d. Total C-organik dan Bahan Organik Kandungan C-organik dianalisis dengan menggunakan metode Walkey and Black (Thom dan Utomo, 1991). Analisis ini dilakukan pada akhir proses pengomposan. Sampel sebanyak 0,2 g yang lolos ayakan 2 mm ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 10 ml kalium bikromat 1 N ditambahkan ke dalam labu. Kemudian ditambahkan 15 ml asam sulfat pekat dan digoyang secara perlahan dengan cara memutar labu selama 2 menit. Diusahakan agar sampel tidak naik keatas sisi bagian atas gelas labu sehingga tidak terjadi kontak dengan pereaksi. Labu akan menjadi panas saat asam sulfat ditambahkan dan dibiarkan selama 30 menit. Sebanyak 100 ml air ditambahkan dan dibiarkan hingga dingin. Tambahkan 5 ml asam fosfat pekat, 2,5 ml larutan NaF 4% dan 5 tetes indikator difenilamin. Sampel dititrasi dengan larutan ammonium sulfat besi (2+) 0,5 N hingga warna larutan berubah dari coklat kehijauan menjadi lebih keruh (turbid blue). Kemudian dititrasi tetes demi tetes dan labu digoyang terus menerus hingga warna berubah dengan tajam menjadi hijau terang. Sampel blangko disiapkan dan dilakukan prosedur yang sama. Perhitungan :
36
% C = ml K2Cr2O7 × (1-s/t) × 0,3886 % berat sampel kompos Keterangan : s = ml titrasi sampel t = ml titrasi blanko
% Bahan Organik = % C x 1,724 e. Rasio C/N Pengukuran rasio C/N dilakukan dengan menghitung perbandingan nilai Total C-organik dan Nitrogen Total yang diperoleh dari data hasil analisis. Perhitungan : Rasio C/N = Nilai C-Organik Nilai N-Total 2. Parameter Tanaman Stroberi a. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan media hingga titik tumbuh bibit dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap seminggu sekali pada saat tanaman berumur 1 MST hingga 16 MST. b. Jumlah Daun (helai) Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan cara mengitung daun yang membuka. Penghitungan jumlah daun dilakukan setiap seminggu sekali pada saat tanaman berumur 1 MST hingga 16 MST. c. Jumlah Anakan Per-tanaman (anakan) Jumlah anakan dihitung dari jumlah anakan yang tumbuh pada setiap tanaman. Perhitungan dilakukan setiap minggu sekali dimulai saat tanaman berumur 1 MST hingga 16 MST.
37
d. Bobot Basah Tajuk (g) Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang, serta daun-daun pada tanaman. Bobot basah tajuk ditimbang setelah pengamatan terakhir. Tanaman dibersihkan lalu dipisahkan dari akarnya. Kemudian ditimbang dengan timbangan digital. e. Bobot Kering Tajuk (g) Bobot kering tajuk diukur setelah panen. Bobot kering akar diperoleh dengan cara menimbang bagian tajuk yang sudah dipisahkan dari akar, kemudian dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam (sampai kering mutlak), lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik sampai diperoleh bobot konstan.
f. Bobot Basah Akar (g) Bobot basah akar ditimbang setelah pengamatan terakhir. Tanaman yang telah dipanen dipotong pada bagian pangkal akarnya. Akar kemudian dibersihkan dan ditimbang dengan timbangan digital. g. Panjang Akar (cm) Panjang akar diukur setelah pengamatan terakhir. Tanaman yang telah dipanen dipotong pada bagian pangkal akarnya. Kemudian diukur panjang akar dengan menggunakan penggaris. h. Bobot Kering Akar (g) Bobot kering akar diperoleh dengan cara menimbang bagian akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada, kemudian dioven pada suhu 70 ºC selama 48 jam (sampai kering mutlak), lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik sampai diperoleh bobot konstan.
38
i. Jumlah Buah Per-tanaman (buah) Jumlah buah per tanaman stroberi dihitung dari jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman. Pemanenan buah dilakukan setiap 2 kali seminggu setelah tanaman mulai berbuah. j. Diameter buah (cm) Setiap buah stroberi per tanaman dipanen diukur diameter buah dengan cara mengukur bagian terlebar buah menggunakan jangka sorong. k. Bobot Buah Per-tanaman (g) Setiap buah stroberi per tanaman dipanen kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, Pemanenan buah dilakukan setiap 2 kali seminggu setelah tanaman mulai berbuah F.
Analisa Data
Analisis data hasil pengamatan dilakukan dengan Sidik Ragam (Analysis Of Variance) yang disajikan dalam bentuk Tabel anova dengan taraf nyata 5 %. Apabila diperoleh hasil beda nyata antar perlakuan yang dicobakan maka dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf nyata 5%.