JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 KINERJA KEUANGAN INDUSTRI KREATIF DI YOGYAKARTA PASCA ACFTA DAN AIFTA
Endra Murti Sagoro Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak: Kinerja Keuangan Industri Kreatif di Yogyakarta Pasca ACFTA dan AIFTA. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan ditinjau dari tingkat penjualan dan tingkat laba. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat penjualan dan tingkat laba sebelum dan setelah adanya ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) dan ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) pada UMKM industri kreatif yang ada di Yogyakarta.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah UMKM anggota Dekranas Kota Yogyakarta. Sampel penelitian ini sebanyak 69 UMKM diambil dengan teknik random sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis uji beda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan tingkat penjualan UMKM industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA yang ditunjukkan dengan nilai T hitung sebesar -3,230 dengan signifikansi 0,002; dan (2) Tidak terdapat perbedaan tingkat laba UMKM industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA yang ditunjukkan dengan nilai T hitung sebesar -1,589 dengan signifikansi 0,117. Kata kunci: ACFTA, AIFTA, Penjualan, Laba
telah terlibat dalam enam skema FTA, yaitu:
PENDAHULUAN Perjanjian Free Trade Area (FTA) yang
ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN
dilakukan negara-negara di kawasan Asia
China Free Trade Area (ACFTA), ASEAN-
Tenggara dengan negara di luar kawasan
Korea
tersebut
Indonesia-Japan
pemasaran
bertujuan dan
untuk
peningkatan
memperluas penjualan
Free
Trade
Area
Economic
(AKFTA), Partnership
Agreement (IJEPA), ASEAN India Free
produk-produk yang dihasilkan oleh setiap
Trade
negara yang turut serta dalam perjanjian
Australia-New Zealand (AANZ).Adanya
tersebut. Indonesia merupakan salah satu
FTA memberikan dampak, baik positif
negara di Asia Tenggara juga mengadakan
maupun negatif bagi negara-negara di
perjanjian dengan beberapa negara dalam
kawasan
hal
Banyak perusahaan, khususnya Usaha Kecil
perdagangan
bebas.
Indonesia
Area
(AIFTA),
ASEAN,
dan
termasuk
ASEAN-
Indonesia.
mengadakan perjanjian internasional dengan
Mikro
banyak negara yang berasal tidak hanya dari
Pemanufakturan di Indonesia yang akan
kawasan Asia. Pada Mei 2012 Indonesia
menghadapi 120
Menengah
tantangan
(UMKM)
dengan
adanya
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 perjanjian perdagangan bebas khususnya
sebagai ancaman, khususnya bagi pihak
ASEAN-China FTA (ACFTA), dengan
yang
ribuan pos tarif produk manufaktur menjadi
ACFTA.
nol persen per 1 Januari 2010. Dengan
membangkrutkan banyak perusahaan dalam
adanya pengurangan tarif, bahkan nol
negeri, khususnya UMKM. Pelaku UMKM
persen,
di
dihadapkan dengan berbagai produk massal
kawasan ASEAN dan China akan lebih
dari China dengan harga yang relatif lebih
mudah masuk ke Indonesia dengan harga
murah. Dengan adanya perjanjian ini,
yang lebih murah. Di sisi lain, produk-
UMKM di Indonesia harus berani bersaing
produk
memiliki
dengan produk-produk dari China dalam hal
kesempatan yang sama untuk memasuki
kualitas dan harga. Jika tidak mampu
pasar di negara kawasan ASEAN dan
bersaing, UMKM yang ada di Indonesia
China.
khususnya UMKM Pemanufakturan akan
produk-produk
dari
dari
Indonesia
negara
juga
Terdapat pro dan kontra terhadap
kontra
terhadap
ACFTA
pemberlakuan
dianggap
berpotensi
berubah menjadi UMKM Dagang yang
pemberlakuan ACFTA. Bagi pihak yang
dirasa
pro, menganggap bahwa pemberlakuan
terdapat
ACFTA sebagai kesempatan, tetapi bagi
mengalami
pihak
potensi kebangkrutan dari UMKM maka
yang
ancaman. ACFTA,
kontra
dipandang
Beberapa antara
lain
sebagai
keuntungan
dari
Indonesia
akan
tenaga
kebangkrutan.
kerja
lokal
akan
Banyaknya
akan
tercam
banyak pengangguran di Indonesia.
Indonesia. Semakin banyak produk China
Indonesia adalah industri atau usaha kreatif.
yang masuk ke Indonesia, makin banyak
Industri kreatif ini memproduksi produk-
pula objek pajak sehingga dinilai berpotensi
produk kreatif yang akan dikonsumsi oleh
besar mendatangkan pendapatan pajak bagi
konsumen lokal maupun asing. Pemasaran
pemerintah. Selain itu, adanya ACFTA akan
dari produk ini adalah pasar dalam negeri
memunculkan
yang
dan luar negeri. Tantangan bagi industri
diharapkan memicu persaingan harga yang
kreatif ini adalah produk-produk serupa
sehat dan kompetitif sehingga pada akhirnya
yang berasal dari negara China. Kualitas
konsumen yang ada di Indonesia akan
yang dihasilkan minimal sepadan dengan
diuntungkan,
yang
harga yang dapat bersaing dengan pasar
terjangkau.Selain
China. Namun, tidak semua industri kreatif
persaingan
karena relatif adanya
masuk
UMKM
Salah satu UMKM Pemanufakturan di
keuntungan,
yang
kemungkinan
Namun,
ke
dibutuhkan
baru
menguntungkan.
diberhentikan sehingga akan memunculkan
memiliki pemasukan tambahan dari PPN produk-produk
lebih
usaha
barang
ACFTA
dianggap
memiliki pesaing dari China. Terdapat 121
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 beberapa produk, khususnya produk yang
(Vivanews,
berbahan baku dari sumber daya alam lokal
dengan China yang unggul dengan produksi
hanya dihasilkan oleh beberapa daerah
massalnya, India unggul di bidang teknologi
tertentu. Selain itu, produk yang dihasilkan
dan informasi. Begitu pun kondisi industri
berdasar
tentunya
di India, masih sama-sama mengalami
pesaingnya sedikit atau bahkan tidak ada.
kendala serupa di Indonesia, seperti di
Produk seperti ini tentunya dapat bersaing di
sektor perbankan. Dengan demikian, potensi
dunia internasional, dengan catatan industri
ancaman bagi industri-industri yang ada di
kreatif ini dikelola dengan baik. tidak
Indonesia dalam hal produk tidak terlalu
adanya
akan
signifikan. Namun, penguasaan teknologi
bagi
dan informasi yang lebih baik dapat menjadi
keberlangsungan industri kreatif tersebut,
ancaman, khususnya dalam peningkatan
karena bukan tidak mungkin China dapat
kualitas
membuat produk kreatif yang sama bahkan
pemasaran. Adanya AIFTA, dinilai belum
dengan harga yang lebih murah.
akan mengancam industri kreatif yang ada
pada
budaya
pengelolaan
menimbulkan
lokal
yang
baik,
ancaman
4
produk
Januari
2010).
sejenis
dan
Berbeda
jaringan
Di sisi lain, pada tanggal yang sama (1
di Indonesia, namun hal ini belum dapat
Januari 2010), Indonesia juga menghadapi
dijamin 100% dikarenakan perkembangan
ASEAN-India
Melalui
bisnis tentunya tidak lepas dari teknologi
AIFTA, lebih dari 80 persen pos tarif akan
dan informasi. Jika sumber daya manusia
diliberalisasi,
khusus
yang mengelola industri kreatif di Indonesia
seperti minyak sawit mentah, kopi, teh, dan
tidak mampu menguasai teknologi dan
lada. Sekitar empat ribu pos tarif akan
mengakses
dieliminasi bertahap pada 2013 hingga
maka ada kemungkinan pasar industri
2016. Tarif untuk sensitif produk akan
kreatif baik di Indonesia maupun ASEAN
berkurang hingga lima persen pada 2016
akan mulai dimasukki oleh India, khususnya
dan sebanyak 489 pos tarif produk sangat
produk yang berbahan kayu dan kulit.
FTA
(AIFTA).
termasuk
produk
sensitif akan menyusul. Produk-produk
informasi-informasi
Yogyakarta
merupakan
penting,
salah
satu
yang mengalami penurunan tarif antara lain
propinsi di Indonesia yang memiliki sumber
produk kayu (plywood), alas kaki, produk
daya alam luar biasa dan kebudayaan yang
kulit, dan produk bahan kimia. Menanggapi
kuat. Selain itu, Yogyakarta juga memiliki
pemberlakuan
daerah wisata yang cukup banyak dan sering
efektif
AIFTA,
Menteri
Perindustrian menilai perjanjian tersebut
dikunjungi oleh wisatawan baik
tidak akan berpotensi mengancam industri
berasal dari dalam negeri maupun luar
dalam negeri, seperti halnya pada AIFTA
negeri. Banyaknya potensi sumber daya 122
yang
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 alam dan daerah wisata memunculkan
diidentifikasi produk-produk apa saja yang
peluang-peluang usaha kreatif yang dapat
terpengaruh oleh ACFTA dan produk-
dijadikan salah satu sumber pendapatan bagi
produk apa saja yang terpengaruh oleh
masyarakat Yogyakarta. Beberapa usaha
AIFTA.
kreatif yang ada di Yogyakarta antara lain batik, perak, gerabah, kulit, kayu, maupun
Rumusan Masalah
kerajinan-kerajinan
Rumusan masalah yang diajukan adalah
yang
berasal
dari
sumber daya lokal yang diolah agar
sebagai berikut:
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sumber
1. Bagaimana tingkat penjualan industri
daya manusia yang berasal dari Yogyakarta
kreatif di Yogyakarta sebelum dan
memiliki tingkat kreativitas yang cukup
setelah adanya ACFTA dan AIFTA?
tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya
2. Bagaimana tingkat laba industri kreatif di
produk-produk kreatif yang dihasilkan oleh
Yogyakarta sebelum dan setelah adanya
masyarakat yang ada di Yogyakarta. Barang
ACFTA dan AIFTA?
atau benda yang tadinya tidak diminati bahkan tidak dilirik oleh orang, diubah
ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
menjadi produk kreatif dan memiliki nilai ekonomi
yang
memiliki
nilai
ASEAN-China
Free
Trade
Area
jual.
(ACFTA) merupakan kesepakatan antara
Kreativitas inilah pada akhirnya dapat
negara-negara anggota ASEAN dengan
menarik
keinginan
China
membeli
produk
seseorang yang
untuk
dihasilkan.
untuk
mewujudkan
kawasan
perdagangan bebas dengan menghilangkan
Banyaknya produk kreatif dari Yogyakarta,
atau
dapat dijumpai di berbagai objek wisata
perdagangan barang baik tarif ataupun non
yang
tarif,
ada
di
Yogyakarta.
Selain
itu,
mengurangi
peningkatan
hambatan-hambatan
akses
pasar
jasa,
beberapa produk ini juga diekspor ke
peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus
berbagai negara. Dari berbagai jenis industri
peningkatan
kreatif tersebut, dengan adanya ACFTA dan
untuk mendorong hubungan perekonomian
AIFTA tidak jarang beberapa diantaranya
para
pihak
ACFTA dalam rangka
mengalami penurunan penjualan produk
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
kreatifnya. Namun, di sisi lain, ada pula
ASEAN dan China.
industri kreatif yang tidak terpengaruh
Beberapa
aspek
kerjasama
tujuan
dari
ekonomi
perjanjian
adanya perjanjian ACFTA dan AIFTA.
ACFTA, antara lain adalah sebaagai berikut:
Penurunan atau peningkatan penjualan di
(1)
sektor
kerjasama
industri
kreatif
sulit
untuk 123
Memperkuat ekonomi,
dan
meningkatkan
perdagangan,
dan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 investasi antara negara-negara anggota; (2)
pasar ekspor Indonesia ke China pada
Meliberalisasi
dan
tahun 2005 yang mendapatkan tambahan
meningkatkan perdagangan barang dan jasa
40% dari Normal Track (± 1880 pos tarif),
serta
yang
yang diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-
mempermudah
5%; (3) Terbukanya akses pasar ekspor
bidang-bidang
Indonesia ke China pada tahun 2007
kerjasama yang baru dan mengembangkan
yang mendapatkan tambahan 20% dari
kebijaksanaan yang tepat dalam rangka
Normal
kerjasama ekonomi antara negara-negara
diturunkan tingkat tarifnya menjadi 0-5%,
anggota; dan (4) Memfasilitasi integrasi
(4) Pada tahun 2010,
ekonomi yang lebih efektif dari anggota
memperoleh tambahan akses pasar ekspor
ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar,
ke China sebagai akibat penghapusan
dan
seluruh pos tarif dalam Normal Track
secara
menciptakan
transparan investasi;
dan (3)
suatu
sistem
untuk Menggali
Vietnam)
kesenjangan
progresif
dan
menjembatani
pembangunan
ekonomi
di
Track (± 940 pos tarif), yang
Indonesia akan
China; dan (5) Sampai dengan tahun 2010
antara negara-negara anggota.
Indonesia akan menghapuskan 93,39% pos
Peluang adanya perjanjian ACFTA,
tarif (6.683 pos tarif dari total 7.156 pos
antara lain adalah sebagai berikut: (1)
tarif yang berada di Normal Track ), dan
Meningkatnya akses pasar ekspor ke China
100% pada tahun 2012.
dengan tingkat tarif yang lebih rendah bagi produk-produk
manfaat
yang
ada
dalam
(2)
ACFTA, terdapat tantangan yang dihadapi
Meningkatkanya kerjasama antara pelaku
dengan adanya perjanjian ACFTA, yaitu:
bisnis
(1) Indonesia harus dapat meningkatkan
di
pembentukan
nasional;
Selain
kedua “Aliansi
negara
melalui
Strategis”;
(3)
efisiensi dan efektifitas produksi sehingga
Meningkatnya akses pasar jasa di China
dapat
bagi
(4)
China; (2) Menciptakan iklim usaha yang
Meningkatnya arus investasi asing asal
kondusif dalam rangka meningkatkan daya
China ke Indonesia; dan (5) Terbukanya
saing, (3) Menerapkan
transfer teknologi antara pelaku bisnis di
peraturan
kedua negara.
efisien
penyedia
jasa
nasional;
Di sisi lain, manfaat adanya perjanjian
bersaing
dengan
investasi
produk-produk
ketentuan yang
dan
transparan,
dan ramah dunia usaha; dan (4)
Meningkatkan
kemampuan
ACFTA, antara lain adalah: (1) Terbukanya
penguasaan
akses pasar produk pertanian (Chapter 01
komunikasi termasuk promosi pemasaran
s/d 08 menjadi 0%) Indonesia ke China
dan lobby.
pada tahun 2004; (2) Terbukanya
akses 124
teknologi
informasi
dalam dan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 memberikan perlindungan cukup signifikan
ASEAN-India Free Trade Area (AIFTA) India merupakan
salah
satu mitra
bagi industri
nasional
karena
hanya
dagang utama Indonesia dalam beberapa
46,17% pos tarip Indonesia yang akan
tahun terakhir. Perdagangan
dihapuskan pada tahun 2016 (meskipun
bilateral
meningkat tajam, dari US$ 2,8 miliar di
sesuai
tahun 2005 menjadi US$ 4,9 miliar di tahun
bersama secara timbal-balik); (6) Jumlah
2007, atau meningkat 28,8%. Pengusaha
penduduk India yang besar + 1 milyar jiwa
India melakukan investasi di
merupakan potensi pasar yang besar bagi
beberapa
kesepakatan
Indonesia;
akan
sektor penting di Indonesia, seperti tekstil,
produk
automotive, kimia dan petro-kimia, serta
teknologi informasi dan bidang farmasi
sektor jasa-jasa.Beberapa manfaat adanya
dari
perjanjian AIFTA bagi Indonesia antara lain
proses transfer teknologi bagi para pelaku
adalah sebagai berikut: (1) Indonesia akan
bisnis; dan (8) Akan memacu pelaku bisnis
menikmati penghapusan bea masuk atas
pesaing Indonesia dalam memasuki pasar
70,14% pos tarip India (3.666 tariff lines)
India.
India
(7)
di-review
Penguasaan
dapat dimanfaatkan sebagai
pada tahun 2013 dan meningkat menjadi
Adanya AIFTA memberikan beberapa
79,35% pos tarif (4.145 tariff lines) pada
peluangproduk ekspor indonesia yang akan
tahun 2016; (2) 94,75% dari
ekspor
menikmati tarif 0% di India, antara lain: (1)
Indonesia ke India (US$ 2.6 milyar)
Produk Pertanian: binatang hidup, daging
akan
menikmati peningkatan akses pasar
hewan, kacang mede, produk perikanan,
dalam 10 tahun ke depan, termasuk CPO
susu, mentega, telur,produk hewani, pohon
dan RPO yang merupakan komoditas utama
hidup dan bunga potong, sayuran, buah-
Indonesia ke pasar India; (3) India secara
buahan, kopi, teh, rempah, biji-bijian, getah-
bertahap akan menurunkan bea masuk atas
getahan, karet, lemak dan minyak nabati,
CPO dan RPO masing-masing dari 80% dan
produk daging dan ikan, gula dan kembang
90% menjadi 37,5% dan 45% selama
gula, coklat, dan sebagainya; dan (2) Produk
periode 2009-2018. Hal ini merupakan
Industri:
produk agro dan kimia,produk
keuntungan bagi Indonesia mengingat kedua
farmasi,
pupuk, bahan samak dan celup,
produk andalan Indonesia tersebut akan
produk fotografi, plastik dan produk plastik,
memperoleh actual market access sampai
karet dan produk karet, kulit dan produk
dengan tahun 2018; (4) Komoditas utama
kulit, kayu dan produk kayu, jerami dan
Indonesia ke pasar India—batubara—juga
produk anyaman, kertas dan produk kertas,
akan
tekstil dan produk tekstil, keramik dan kaca,
menikmati bea masuk 0%; (5)
Sebaliknya
komitmen
Indonesia
besi 125
dan logam,
perkakas dan mesin,
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 otomotif
dan komponen,
bahwa “industri abad kedua puluh satu akan
elektronik dan
produk elektronik, furnitur, aneka karya
tergantung
pada
produksi
pengetahuan
seni dan berbagai barang buatan pabrik.
melalui kreativitas dan inovasi.Berbagai pihak memberikan definisi yang berbedabeda
Industri Kreatif
mengenai
kegiatan-kegiatan
yang
Industri kreatif dapat diartikan sebagai
termasuk dalam industri kreatif. Bahkan
kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait
penamaannya sendiri pun menjadi isu yang
dengan
penggunaan
diperdebatkan dengan adanya perbedaan
pengetahuan dan informasi. Industri kreatif
yang signifikan sekaligus tumpang tindih
juga dikenal dengan nama lain Industri
antara
Budaya (terutama di Eropa) atau juga
budaya, dan ekonomi kreatif.
penciptaan
atau
Ekonomi Kreatif. Kementerian Perdagangan Indonesia
menyatakan
bahwa
istilah
industri
kreatif,
industri
Sub-sektor yang merupakan industri
Industri
berbasis
kreativitas
di
Indonesia
kreatif adalah industri yang berasal dari
berdasarkan pemetaan industri kreatif yang
pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta
telah
bakat
Perdagangan Republik Indonesia adalah
individu
kesejahteraan
untuk
Departemen
periklanan, arsitektur, pasar barang seni,
dengan menghasilkan dan mengeksploitasi
kerajinan, desain, fesyen, video, film dan
daya
individu
fotografi, permainan interaktif, musik, seni
Ekonomi
pertunjukan, penerbitan dan percetakan,
Kreatif terdiri dari periklanan, arsitektur,
layanan komputer dan piranti lunak, televisi
seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik,
dan radio, riset dan pengembangan, serta
seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian
kuliner.
dan daya cipta
tersebut.Menurut
dan
lapangan
oleh
pekerjaan
kreasi
serta
menciptakan
dilakukan
Howkins,
Pengembangan
(R&D),
perangkat
lunak, mainan dan permainan, Televisi dan
Kinerja Keuangan
Radio, dan Permainan Video). Muncul pula
Kinerja
keuangan
perusahaan
definisi yang berbeda-beda mengenai sektor
merupakan faktor internal atau bersifat
ini. Namun sejauh ini penjelasan Howkins
mikro. Peristiwa yang terjadi di dalam
masih belum diakui secara internasional.
perusahaan
hanya
akan
mempengaruhi
Industri kreatif dipandang semakin
perusahaan atau industri tertentu, tidak
penting dalam mendukung kesejahteraan
berpengaruh pada perusahaan atau industri
dalam
lain, sehingga peristiwa yang terjadi dapat
perekonomian,
berbagai
pihak
berpendapat bahwa "kreativitas manusia
dikendalikan
adalah sumber daya ekonomi utama" dan
perusahaan biasanya diukur dari laporan 126
perusahaan.
Kinerja
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 keuangan yang dikeluarkan secara periodik,
penjualan dan laba yang didapatkan oleh
yang memberikan suatu gambaran tentang
perusahaan.
posisi keuangan perusahaan. Untuk menilai
Penjualan adalah suatu usaha yang
prestasi dan kondisi suatu perusahaan
terpadu untuk mengembangkan rencana-
diperlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran
rencana strategis yang diarahkan pada usaha
yang sering kali digunakan adalah rasio,
pemuasan
yang menunjukkan hubungan antara dua
pembeli, guna mendapatkan penjualan yang
data keuangan. Analisis rasio bertujuan
menghasilkan
untuk menilai keefektifan keputusan yang
Penjualan merupakan sumber hidup suatu
telah diambil perusahaan dalam rangka
perusahaan, karena dari penjualan dapat
menjalankan aktivitas usahanya (Munawir,
diperoleh laba serta suatu usaha memikat
2001). Analisis rasio ini sendiri memiliki
konsumen
berbagai keterbatasan, beberapa contohnya
mengetahui daya tarik mereka sehingga
antara
dapat
lain
banyak
perusahaan
kebutuhan
laba
dan
keinginan
(Marwan,
yang
1991).
diusahakan
mengetahui
hasil
untuk
produk
yang
menggunakan teknik “window dressing”
dihasilkan.
yaitu teknik untuk mempercantik laporan
penjualan adalah suatu transfer hak atas
keuangan sehingga laporannya terlihat lebih
benda-benda.
baik,
dalam
perbedaan
praktek
operasi
dan
Menurut
Dari
Winardi
penjelasan
memindahkan
atau
(1982),
tersebut
mentransfer
akuntansi bisa menyebabkan adanya distorsi
barang dan jasa diperlukan orang-orang
dalam perbandingan, kesulitan menentukan
yang bekerja di bidang penjualan seperti
apakah suatu rasio “baik” atau “buruk”
pelaksana dagang, agen, wakil pelayanan
karena
dan wakil pemasaran.
belum
tentu
rasio
yang
baik
mencerminkan semua elemen penyusunnya
Pada dasarnya laba usaha merupakan
adalah baik, dan biasanya suatu perusahaan
pendapatan perusahaan dikurangi biaya
bisa
yang
eksplisit atau biaya akuntansi perusahaan
kelihatan “baik” sedangkan rasio lainnya
(Salvatore, 2005). Laba usaha berbeda
“jelek” sehingga sulit untuk mengatakan
dengan laba ekonomi, yaitu pendapatan
apakah secara keseluruhan perusahaan ini
perusahaan dikurangi dengan biaya eksplisit
baik atau buruk (Helfert, 1996). Analisis
dan biaya implisit. Dalam akuntansi, laba
rasio ini memang bermanfaat tetapi harus
kotor adalah keuntungan penjualan adalah
disesuaikan dengan kebutuhan penilaian
perbedaan antara pendapatan dengan biaya
perusahaan dan aspek apa yang akan dinilai.
untuk
Kinerja keuangan dapat dilihat dari tingkat
penyediaan jasa sebelum dikurangi biaya
mempunyai
sejumlah
rasio
membuat
suatu
produk
atau
overhead, gaji, pajak dan pembayaran 127
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 bunga. Perhatikan bahwa ini berbeda dari laba usaha (laba sebelum bunga dan pajak).
Kerangka Pemikiran
Penjualan bersih didapatkan dengan cara
Kerangkan pemikiran dalam penelitian
mengurangi penjualan kotor dengan retur
ini digambarkan sebagai berikut:
penjualan dan diskun penjualan.
Tingkat Penjualan dan Tingkat Laba sebelum ACFTA dan AIFTA (perioda 2009)
Pelaksanaan ACFTA dan AIFTA (1 Januari 2010)
Tingkat Penjualan dan Tingkat Laba setelah ACFTA dan AIFTA (perioda 2010)
Uji Beda
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
UMKM yang menjadi sampel ditinjau
Hipotesis Penelitian Hipotesis
yang
diajukan
dalam
dari tingkat penjualan dan tingkat laba
penelitian ini adalah sebagai berikut:
sebelum dan setelah pelaksanaan perjanjian
H1: Terdapat perbedaan tingkat penjualan
ACFTA
industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan
penelitian
sesudah ACFTA dan AIFTA.
anggota
H2:
Terdapat
perbedaan
tingkat
laba
dan ini
AIFTA.Populasi adalah
Dekranas
seluruh Kota
dalam UMKM
Yogyakarta
sebanyak 222 anggota yang berasal dari
industri kreatif di Yogyakarta sebelum dan
berbagai
sesudah ACFTA dan AIFTA.
kreatif.Penghitungan sampel pada penelitian ini
ini
didesain
menggunakan
industri
penghitungan
Slovin
dengan menggunakan nilai kelonggaran
METODA PENELITIAN Penelitian
macam
sebagai
ketidaktelitian (e²) sebesar 10% diperoleh
penelitian kuantitatif dengan metoda survei
jumlah sampel sebesar 68,94 atau 69
terhadap pelaku UMKM khususnya industri
UMKM. Data yang diperoleh dari penelitian
kreatif di Yogyakarta. Adapun variabel yang
ini berupa hasil dokumentasi atas tingkat
akan diteliti adalah kinerja keuangan di
penjualan dan tingkat laba. Analisis yang pertama penjualan
adalah dan
menganalisis tingkat
laba
tingkat untuk
mengetahui dampak perjanjian ACFTA dan AIFTA. Penjualan dan laba sebelum dan 128
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 setelah
dilaksanakannya
AIFTA
dihitung
ACFTA
kenaikan
dan
alternatifnya didukung. Paired Samples T
atau
Test
atau
uji
T
sampel
berpasangan
penurunannya. Hasil perhitungan kenaikan
merupakan uji parametrik yang digunakan
atau
laba
untuk menguji hipotesis sama atau tidak
digunakan sebagai data dalam pengujian
berbeda (Ho) di antara dua variabel. Data
statistik.
berasal dari dua pengukuran atau dua
penurunan
penjualan
dan
Pengujian statistik dilakukan dengan
periode pengamatan yang berbeda yang
menguji tingkat penjualan sebelum dan
diambil dari subjek yang dipasangkan.
sesudah ACFTA dan AIFTA, dan hasil pengujian ini diharapkan dapat mengetahui
HASIL
apakah ada perbedaan yang nyata pada
PEMBAHASAN
kinerja keuangan yang dilihat melalui
Hasil Penelitian
PENELITIAN
DAN
penjualan antara sebelum dan sesudah
Penelitian dilakukan di 69 UMKM
ACFTA dan AIFTA. Tahap-tahap pengujian
yang telah terpilih menjadi responden. Data
menggunakan
didapatkan melalui angket dan dokumentasi.
pengujian
parsial
untuk
variabel penelitian dengan Paired Samples
Angket
T Test. Tingkat signifikansi atau nilai alfa
informasi
pada penelitian ini ditetapkan adalah sebesar
UMKM yang menjadi
0,05 atau 5%. Pengujian hipotesis ini
seperti jenis usaha, pengetahuan tentang
menggunakan uji Paired Samples T Test
ACFTA dan AIFTA, persaingan dengan
karena model uji beda tersebut populer
China dan India, transaksi dengan China
digunakan untuk model penelitian pre-post
dan India, pengaruh ACFTA dan AIFTA,
atau sebelum-sesudah. Uji beda digunakan
serta peningkatan atau penurunan penjualan
untuk mengevaluasi perlakuan (treatment)
dan laba setelah adanya ACFTA dan
tertentu pada satu sampel yang sama pada
AIFTA. Dokumentasi digunakan untuk
dua periode pengamatan yang berbeda yaitu
mengungkapkan
sebelum dan sesudah adanya treatment.
sebelum dan sesudah adanya ACFTA dan
Treatment tertentu pada penelitian ini
AIFTA. Berdasarkan angket yang telah
adalah peristiwa perjanjian ACFTA dan
terisi, informasi yang didapatkan tersaji
AIFTA.
dalam tabel 1 sampai dengan tabel 4 berikut.
Jika
treatment
tersebut
tidak
berpengaruh pada subjek, maka nilai ratarata pengukurannya adalah sama dengan atau dianggap nol dan hipotesis nol (Ho)nya tidak didukung, yang berarti hipotesis 129
digunakan
untuk
mengenai
memperoleh
gambaran
umum
subjek penelitian,
penjualan
dan
laba
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 Tabel 1. Jenis Usaha UMKM Klasifikasi Jenis Usaha UMKM
Jumlah
Persentase (%)
Kerajinan Perak
4
5,80
Kerajinan Batik
8
11,59
Kerajinan Gerabah
5
7,25
Kerajinan Bambu
2
2,90
Kerajinan Kulit
4
5,80
Kerajinan Serat Alam
1
1,45
Kreasi Asesoris
19
27,54
Kreasi Souvenir
26
37,68
Total
69
100,00
Tabel 2. UMKM, ACFTA, dan AIFTA Tahu
Tahu
Bersaing
Bersaing
Transaksi
Transaksi
ACFTA
AIFTA
dengan
dengan
dengan
dengan
produk China
produk India
China
India
Jumlah Persentase
69
44
46
16
14
11
100,00
63,77
66,67
23,19
20,29
15,94
Tabel 3. Pengaruh ACFTA dan AIFTA bagi UMKM ACFTA
ACFTA
ACFTA
AIFTA
AIFTA
AIFTA
(positif)
(negatif)
(netral)
(positif)
(negatif)
(netral)
Jumlah Persentase
4
25
40
5
10
54
5,80
36,23
57,97
7,25
14,49
78,26
Tabel 4. Kenaikan atau Penurunan Penjualan dan Laba Keterangan
Jumlah
Minimal
Maksimal
Rata-rata
UMKM
(%)
(%)
(%)
Peningkatan penjualan
53
3,20
60,00
21,17
Penurunan penjualan
16
5,00
41,67
19,39
Peningkatan laba
47
5,00
66,67
20,30
Penurunan laba
22
2,08
42,86
20,42
130
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014
Hipotesis satu dan dua untuk menguji
Analisis Data Pengujian yang dilakukan adalah dengan pengujian
statistik
parametrik
tingkat
penjualan
dan
tingkat
laba.
dengan
Digunakan uji Paired Samples T Test untuk
menggunakan Paired Samples T Test. Uji
menguji apakah ada perbedaan tingkat
ini digunakan untuk mengetahui apakah ada
penjualan dan tingkat laba yaitu yang
perbedaan
mengarah pada peningkatan atau penurunan
rata-rata
dua
sample
yang
berhubungan. Dengan sampel tetap yang
sesudah
dilaksanakannya
ACFTA
dan
sama hanya perbedaanya adalah kasus
AIFTA. Hasil analisis data untuk uji Paired
sebelum dan sesudah yaitu sebelum dan
Samples T Test dapat dilihat pada tabel 5
sesudah adanya ACFTA dan AIFTA (per 1
berikut.
Januari 2010) khususnya penjualan dan laba yang didapatkan UMKM untuk perioda 2009 dan 2010.
Tabel 5. Hasil Uji Paired Samples T Test pada Penjualan dan Laba Kinerja
Paired Samples T Test Mean
Penjualan Laba Peningkatan
Kesimpulan
T hitung
Sig (2-tailed)
sd
-2,990
-3,230
0,002
7,689
Didukung
-4814492,754
-1,589
0,117
2,517
Tidak didukung
-5,257
-5,720
0,000
6,690
Didukung
4,519
3,074
0,008
5,880
Didukung
-1,430
-5,385
0,000
1,821
Didukung
1,546
2,754
0,012
2,632
Didukung
Penjualan Penurunan Penjualan Peningkatan Laba Penurunan Laba penjualan sebelum adanya ACFTA dan Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui
AIFTA lebih kecil dibandingkan dengan
bahwa nilai T hitung untuk penjualan
penjualan sesudah adanya ACFTA dan
sebesar -3,230 dengan signifikansi sebesar
AIFTA.
0,002. Nilai T hitung negatif berarti
mengalami peningkatan penjualan apabila
131
Dengan
kata
lain
UMKM
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 dibandingkan
dengan
sebelum
adanya
perioda 2009 dan prioda 2010 tidak berbeda
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai
secara signifikan. Berdasarkan hasil analisis
signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,
maka
hipotesis kedua yang menyatakan terdapat
kesimpulan yang dapat diambil adalah
perbedaan tingkat laba industri kreatif di
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
Yogyakarta sebelum dan sesudah ACFTA
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan
dan AIFTA tidak didukung.
AIFTA. Perbedaan tingkat penjualan dalam
Dari tabel 5, dapat dilihat juga hasil
hal ini adalah tingkat penjualan UMKM
pengujian Paired Samples T Test pada
setelah adanya ACFTA dan AIFTA, yaitu
masing-masing penjualan dan laba yang
tingkat penjualan selama perioda 2010 lebih
mengalami peningkatan atau penurunan
besar dibandingkan tingkat penjualan pada
secara terpisah. Pengujian ini digunakan
perioda 2009. Dengan demikian, hipotesis
untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan
pertama yang menyatakan bahwa terdapat
tingkat penjualan dan tingkat laba sebelum
perbedaan tingkat penjualan industri kreatif
dan setelah adanya ACFTA dan AIFTA
di
pada UMKM yang mengalami peningkatan
Yogyakarta
sebelum
dan
sesudah
ACFTA dan AIFTA dapat didukung.
atau penurunan penjualan saja dan UMKM
Pada data tentang tingkat laba diperoleh
yang
mengalami
peningkatan
atau
informasi bahwa nilai T hitung sebesar -
penurunan laba saja. Berdasarkan pengujian
1,589 dengan signifikansi 0,117. Nilai T
tersebut
dapat
diketahui
hitung negatif berarti laba sebelum adanya
UMKM
yang
mengalami
ACFTA
kecil
penjualan diperoleh nilai T hitung sebesar -
dibandingkan dengan laba sesudah adanya
5,720 dengan signifikansi 0,000. Nilai T
ACFTA dan AIFTA. Dengan kata lain
hitung negatif berarti penjualan sebelum
UMKM
mengalami
laba
adanya ACFTA dan AIFTA lebih kecil
apabila
dibandingkan
sebelum
dibandingkan dengan penjualan sesudah
adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan
adanya ACFTA dan AIFTA. Sedangkan
nilai signifikansi sebesar 0,117. Oleh karena
nilai signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena
signifikansi sebesar 0,117 > 0,05,
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,
dan
AIFTA
lebih
peningkatan dengan
maka
bahwa
pada
peningkatan
maka
kesimpulan yang dapat diambil adalah tidak
kesimpulan yang dapat diambil adalah
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan
AIFTA. Hal ini berarti bahwa sebenarnya
AIFTA pada UMKM yang mengalami
tingkat laba yang diperoleh UMKM pada
peningkatan penjualan. 132
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 Pada
UMKM
mengalami
dibandingkan dengan laba sesudah adanya
penurunan penjualan diperoleh nilai T
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai
hitung sebesar 3,074 dengan signifikansi
signifikansi sebesar 0,012. Oleh karena
0,008.
signifikansi sebesar 0,012 < 0,05,
Nilai
T
yang
hitung
positif
berarti
maka
penjualan sebelum adanya ACFTA dan
kesimpulan yang dapat diambil adalah
AIFTA lebih besar dibandingkan dengan
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
penjualan sesudah adanya ACFTA dan
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan
AIFTA.
AIFTA pada UMKM yang mengalami
Sedangkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,008. Oleh karena signifikansi
penurunan laba.
sebesar 0,008 < 0,05,
maka kesimpulan
yang
diambil
adalah
terdapat
signifikan
antara
tingkat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penjualan sebelum dan sesudah ACFTA dan
dilakukan pada UMKM yang menjadi
AIFTA pada UMKM yang mengalami
subjek penelitian diperoleh data bahwa
penurunan penjualan.
sebagian besar UMKM khususnya industri
dapat
perbedaan
Pada
UMKM
yang
Pembahasan
mengalami
kreatif yang ada di Yogyakarta bergerak di
peningkatan laba diperoleh nilai T hitung
bidang kreasi souvenir. Hal ini tentunya
sebesar -5,385 dengan signifikansi 0,000.
tidak terlepas dari peluang yang ada di
Nilai T hitung negatif berarti laba sebelum
Yogyakarta yang merupakan salah satu kota
adanya ACFTA dan AIFTA lebih kecil
tujuan wisata sehingga banyak pelaku
dibandingkan dengan laba sesudah adanya
UMKM yang memproduksi beraneka ragam
ACFTA dan AIFTA. Sedangkan nilai
souvenir yang bisa dijadikan oleh-oleh bagi
signifikansi sebesar 0,000. Oleh karena
para wisatawan. UMKM industri kreatif
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05,
yang
maka
ada
di
Yogyakarta
sebagian
kesimpulan yang dapat diambil adalah
mengetahui adanya ACFTA dan AIFTA
terdapat perbedaan signifikan antara tingkat
yang telah disepakati pada tanggal 1 Januari
laba sebelum dan sesudah ACFTA dan
2010.
AIFTA pada UMKM yang mengalami
mengenai adanya ACFTA dan AIFTA.
peningkatan laba.
Beberapa
Pada
UMKM
yang
Terdapat
UMKM
berbagai
tanggapan
menyatakan
bahwa
mengalami
mereka harus bersaing dengan produk yang
penurunan laba diperoleh nilai T hitung
berasal dari China dan India, namun
sebesar 1,546 dengan signifikansi 0,012.
sebagian UMKM juga menyatakan bahwa
Nilai T hitung positif berarti laba sebelum
mereka tidak bersaing dengan produk dari
adanya ACFTA dan AIFTA lebih besar
China dan India. UMKM yang menyatakan 133
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 tidak bersaing dengan China dan India
ringan. Berdasarkan hasil penelitian, setelah
antara
yang
adanya ACFTA dan AIFTA sebagian besar
memproduksi barang dengan bahan baku
UMKM yaitu sebesar 76,81% mengalami
yang
peningkatan penjualan dengan rata-rata
lain
adalah
hanya
ada
di
UMKM
Yogyakarta
atau
memproduksi barang dengan ciri khas
peningkatan
sebesar
21,17%
daripada
Yogyakarta.
sebelum adanya ACFTA dan AIFTA. Selain
Beberapa UMKM industri kreatif yang
itu, sebagian besar UMKM yaitu sebesar
ada di Yogyakarta juga telah melakukan
68,12% juga mengalami peningkatan laba
transaksi dengan China dan India. Beberapa
setelah adanya ACFTA dan AIFTA dengan
UMKM menyatakan bahwa adanya ACFTA
rata-rata
dan AIFTA memberikan dampak bagi usaha
Banyaknya
yang mereka jalankan, namun sebagian
peningkatan baik penjualan maupun laba
besar UMKM industri kreatif, yaitu sebesar
menunjukkan bahwa terdapat dua hal yang
57,97% menyatakan bahwa ACFTA tidak
dapat disimpulkan, yaitu UMKM merespon
berdampak
sebesar
positif ACFTA dan AIFTA atau UMKM
78,26% menyatakan bahwa AIFTA tidak
sama sekali tidak merespon adanya ACFTA
berdampak
dan AIFTA.
bagi
bagi
UMKM
usaha
dan
yang
mereka
jalankan.
peningkatan UMKM
Berdasarkan
sebesar yang
analisis
20,30%. mengalami
data
yang
Di sisi lain, adanya ACFTA dan AIFTA
dilakukan pada tingkat penjualan dan
sebenarnya membuka peluang bagi UMKM
tingkat laba, baik secara terpisah pada
untuk meningkatkan potensi penjualan dan
penjualan yang mengalami peningkatan
potensi pemasaran bagi UMKM industri
maupun
kreatif. Banyaknya wisatawan asing di
penurunan,
Yogyakarta yang berasal dari berbagai
keseluruhan atau laba yang mengalami
negara memberikan peluang bagi UMKM
peningkatan maupun laba yang mengalami
untuk melakukan ekspor pasif. Adanya
penurunan, serta laba secara keseluruhan
ekspor pasif dari UMKM ke luar negeri
menunjukkan
melalui wisatawan dapat membuka peluang
ACFTA
bagi
bisnis
perbedaan secara signifikan pada tingkat
internasional. Adanya ACFTA dan AIFTA
penjualan, baik secara keseluruhan atau
akan mempermudah UMKM dalam hal
terpisah.
finansial karena beberapa tarif akan menjadi
keseluruhan, adanya ACFTA dan AIFTA
nol sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
tidak
melakukan ekspor aktif menjadi lebih
signifikan, namun secara terpisah ACFTA
UMKM
untuk
memasuki
134
penjualan serta
dan
Pada
bahwa
yang
penjualan
dengan
AIFTA
analisis
menimbulkan
mengalami secara
adanya
menimbulkan
laba
perbedaan
secara
yang
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 dan AIFTA menimbulkan perbedaan yang
tingkat laba yang dihasilkan oleh UMKM.
signifikan.
Namun, di sisi lain, perbedaan ini juga
Penjualan yang mengalami penurunan
tergantung
pada
UMKM
itu
sendiri.
setelah adanya ACFTA dan AIFTA dinilai
Khususnya bagi UMKM industri kreatif,
masih wajar, hal ini tentunya dikarenakan
produk-produk
persaingan
dengan produk dari China dan India. Hal ini
dengan
produk-produk
dari
China dan India dengan harga yang relatif
juga
lebih
murah.
mengalami
Namun,
penurunan
terlihat
mereka
dari
dapat
hasil
bersaing
angket
yang
UMKM
yang
didapatkan bahwa sebagian besar pemilik
jumlahnya
lebih
UMKM
industri
kreatif
memberikan
sedikit jika dibandingkan dengan UMKM
pernyataan bahwa adanya ACFTA dan
yang mengalami peningkatan laba setelah
AIFTA tidak mempengaruhi UMKM yang
adanya ACFTA dan AIFTA. Hal ini
mereka jalankan.
memberikan gambaran bahwa usaha kreatif
Perbedaan antara hasil analisis terhadap
tetap mampu meningkatkan penjualannya
tingkat penjualan dan tingkat laba dengan
setelah adanya ACFTA dan AIFTA.
pernyataan dari pemilik UMKM tentunya
Berdasarkan hasil analisis data, laba
menimbulkan
tanda
tanya,
apakah
secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan
perbedaan tingkat penjualan dan tingkat
antara sebelum dan sesudah adanya ACFTA
laba yang didapatkan UMKM terjadi setelah
dan AIFTA. Peningkatan dan penurunan
adanya ACFTA dan AIFTA. Terlebih bagi
laba
dipengaruhi
UMKM industri kreatif yang memiliki ciri
penjualan saja. Peningkatan penjualan tidak
khusus yang dapat membedakan UMKM
selalu diiringi dengan peningkatan laba.
tersebut dengan para pelaku bisnis yang lain
Beberapa hal yang mempengaruhi laba
di luar negeri, tentunya adanya ACFTA dan
selain tingkat penjualan adalah biaya-biaya
AIFTA dapat membuka peluang mereka
yang
untuk
untuk memasuki pasar internasional. Jika
memperoleh pendapatan dari penjualan
UMKM mampu memanfaatkan adanya
yang dilakukan. Peningkatan penjualan
ACFTA dan AIFTA, sangat dimungkinkan
yang tidak diiringi dengan peningkatan laba
tingkat penjualan dan tingkat laba UMKM
atau
dapat meningkat.
usaha
tidak
hanya
dikeluarkan oleh UMKM
bahkan
penurunan,
menunjukkan
UMKM mengalami masalah dalam hal efisiensi.
SIMPULAN DAN SARAN
Adanya ACFTA dan AIFTA pada dasarnya
sedikit
banyak
Kesimpulan
memberikan
Berdasarkan
perbedaan bagi tingkat penjualan dan
hasil
penelitian
dan
analisis data mengenai tingkat penjualan 135
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 dan tingkat laba sebelum dan setelah adanya
DAFTAR PUSTAKA
ACFTA dan AIFTA, maka dapat diambil
Dewitari,
Sai’o.
R.,
R.
A.,
Erika,
kesimpulan:
Andriyanto.T.
1.
Terdapat perbedaan tingkat penjualan
Free Trade Area (ACFTA) Agreement
UMKM industri kreatif di Yogyakarta
as an International Regime: The Impact
sebelum dan setelah adanya ACFTA
Analysis on ASEAN” .Artikel tidak
dan AIFTA. Hal ini ditunjukkan dengan
dipublikasikan.
nilai T hitung sebesar -3,230 dengan
International
signifikansi 0,002.
Political and Social Science University
Tidak terdapat perbedaan tingkat laba
of Indonesia.
2.
UMKM industri kreatif di Yogyakarta
Direktorat
2009.“ASEAN-China
Department Relations
Kerjasama
Of
Faculty
Regional,
osf
Ditjen
sebelum dan setelah adanya ACFTA
Kerjasama Perdagangan Internasional.
dan AIFTA. Hal ini ditunjukkan dengan
2010. ASEAN-China Free Trade Area.
nilai T hitung sebesar -1,589 dengan
Direktorat
signifikansi 0,117.
Kerjasama
Regional,
Ditjen
Kerjasama Perdagangan Internasional. 2010. ASEAN-India Free Trade Area. Helfert,
Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
ini,
Erich
A.
1996.
Financial
Management. Jakarta: Erlangga.
beberapa saran yang dapat diajukan antara
Indriantoro, N dan Supomo, B. 1999.
lain adalah:
Metodologi Penelitian Bisnis, untuk
1.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih
Akuntansidan
lanjut khususnya bagi UMKM yang
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
telah
melakukan
ekspor
aktif
ke
Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian
kawasan ASEAN, China, dan India. 2.
Sebaiknya
UMKM
industri
Manajemen.Edisi
untuk Penulisan Skripsi. Jakarta: PPM. Laksana,
kreatif
2002,
”AFTA:
Globalisasi
memanfaatkan adanya ACFTA dan
Ekonomi Regional dan Implikasinya”,
AIFTA untuk meningkatkan penjualan
JPI,Vol.1,pp.10-18.
dan
memperluas
khususnya karena
di
pangsa
tingkat
banyak
pasar
Mulyadi.1997.
internasional
UMKM
Konsep,
yang
Akuntansi Manfaat
dan
Manajemen: Rekayasa.
Cetakan II. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
menyatakan produk industri kreatif
Ilmu Ekonomi YKPN.
tidak bersaing dengan produk dari
Munawir.
China dan India.
2001.
Analisa
Laporan
Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. 136
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 1 / TAHUN 2014 Santoso. Singgih.2000. Buku Latihan SPSS: Statistik
Parametrik.
Jakarta:
Elex
Media Komputindo. Salvatore,
Dominick.
Manajerial
2005.
dalam
Ekonomi
Perekonomian
Global. Jakarta: Salemba Empat. Sekaran.Uma.2006. Research MethodsFor Business (Metodologi Penelitian untuk Bisnis). Cetakan IV.Jakarta: Salemba Empat. Suharsimi
Arikunto.
2006.
Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, EdisiRevisi IVJakarta: Rhineka Cipta. Vivanews. 2010. Indonesia Juga Hadapi FTA Asean-India.
http://bisnis.news.
viva.co.id/news/read/118420indonesia_juga_hadapi_fta_asean_india. (diakses pada 14 Maret 2013). Wikipedia.
2010.
Industri
Kreatif.
http://id.wikipedia.org/wiki/Industri_kre atif. (diakses pada 16 Maret 2013).
137