Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
ISSN: 2089-5917
PENGARUH KINERJA APARATUR DESA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI DESA PINEUNG SIRIBEE KECAMATAN SAMALANGA KABAPATEN BIREUEN
Sutoyo1*) dan T. Hasan 2) 1 Dosen 2 Sekretaris
Tetap STIE Kebangsaan Bireuen Desa Pineung Siribee Kec. Samalangan, Bireuen *)
[email protected]
__________________________________________________________________________
ABSTRAK Aparatur desa atau gampong, adalah pegawai desa yang merupakan pelayan masyarakat di tingkat paling bawah yang merupakan cermin keberhasilan pemerintah pusat karena pegawai merupakan unsur utama atas kelancaran dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Untuk mengembangkan potensi-potensi desa yang sudah ada ataupun belum dikembangkan, diperlukan faktor penggerak untuk warga desa, agar dapat mengembangkan potensi daerah dan potensi kemampuannya dalam rangka pembangunan desa dan meningkatkan taraf hidup mereka. Ttujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh kinerja aparatur desa dalam pengembangan industri kecil rakyat di desa Pineung Siribee, Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek Sumber daya manusia aparatur gampong/desa masih rendah, karena mayoritas lulusan pendidikan SD mencapai 58,4 persen, sehingga berakibat bahwa pengelolaan desa termasuk pengembangan industri di desa masih menjadi hambatan. Tingkat pencapaian pelaksanaan pengembangan industri yang dilakukan aparatur desa di desa Pinenung Siribee belum optimal, hal ini terbukti dari penelitian, baru sekitar 74,67 % upaya keterlibatan aparatur desa dalam pengembangan industri di desa. Hal ini juga dierkuat dengan masih rendahnya kinerja aparatur desa yang rata-rata baru mencapai nilai 77,67. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat 43,1 % kontribusi faktor kinerja terhadap upaya pengembangan industri kecil di desa Pineung Siribee. Kata Kunci : Kinerja, Pengembangan Industri Kecil, Aparatur Desa __________________________________________________________________________
1. Pendahuluan Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, dengan menganut azas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dimana memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah. Sesuai dengan amanat UndangUndang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, melengkapi No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang mana masingmasing daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam pasal 2 UU RI No 6 Tahun
2014, disebutkan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dan dalam pasal 4, antara laian disebutkan pengaturan desa; mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama; dan membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif, terbuka, serta bertanggung jawab; meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna mempercepat perwujudan kesejahteraan
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
10
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
umum, serta memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan pembangunan nasional. Sedangkan dalam Bab IV, tentang kewenangan desa, pada pasal 18 dinyatakan Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa. Dan pasal 19; Kewenangan Desa meliputi: a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. kewenangan lokal berskala Desa; c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Disamping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem NKRI. Aparatur desa atau gampong, seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa (Sekdes), Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan Keuangan, dan Kepala Urusan Umum. Mereka adalah pegawai desa yang merupakan pelayan masyarakat di tingkat paling bawah yang merupakan cermin keberhasilan pemerintah pusat karena pegawai merupakan unsur utama atas kelancaran dalam melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Kecamatan Samalanga sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bireuen, memiliki 17 Desa, dan salah satu adalah desa Pineung Siribee. Desa ini berpotensi untuk dikembangkannya industri kecil rakyat, seperti industri kelapa gonseng, industri emping melijo, industri rokok daun nipah, pengolahan ikan. Untuk mengembangkan potensi-potensi desa yang sudah ada ataupun belum dikembangkan, diperlukan faktor penggerak untuk rakyat atau warga desa dapat mengembangkan potensi daerah dan potensi kemampuannya dalam rangka pembangunan desa dan meningkatkan taraf hidup mereka (warga desa).
ISSN: 2089-5917
Pembangunan merupakan satu daya upaya dalam rangka menigkatkan taraf hidup masyarakat, dari satu keadaan yang kurang baik, dengan menggunakan sumber daya yang ada. Pembangunan yang mengarah pada satu perubahan dan perbaikan kearah yang akan datang adalah pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Sejarah perkembangan pembangunan di warnai evolusi, makna pembangunan dari pemujaan terhadap pertumbuhan hingga paradigma baru dalam pembangunan. Menurut Kuncoro dalam Effendi, (2006), paradigma baru pembangunan meliputi pertumbuhan dengan distribusi, kebutuhan pokok (basic needs), pembangunan mandiri (self reliant development), pembangunan yang berkelanjutan yang memperhatikan ketimpangan pendapatan menurut jenis ( enthnodecelopment ). Siagian dalam Riyadi (2006; 4) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai "suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)". Oleh karena itu pembangunan merupakan suatu proses yang berlanjut secara terus menerus, maksudnya adalah dalam setiap pelaksanaannya akan terus berkembang tanpa mempunyai batas akhir . Seperti yang digariskan dalam UUD 1945 dan pilar NKRI, secara umum hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Dimana untuk itu, pembangunan dilaksanakan dalam berbagai dimensi kehidupan yang saling berkaitan yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Dalam hal ini Nyoman Sumaryadi, (2005:26) menyebutkan ada beberapa dimensi-dimensi pembangunan yaitu: 1). Dimensi sosial, hukum, dan budaya menyangkut hubungan antar manusia beserta aspek-aspeknya, baik persoalan pola hubungan antar manusia yang optimal sesuai kebiasaan atau kesepakatan lokal, sampai dengan penegakan hukum yang optimal secara ekonomis dan adil bagi semua orang dan sebagainya. 2). Dimensi ekonomi merupakan sisi yang sering dipandang sebagai yang terpenting dalam semua sisi. Hal ini tentu berlebihan, sebab kehidupan antar manusia tidaklah semata-mata kehidupan ekonomi atau pemenuhan berbagai kebutuhan dalam pengertian sempit, pemenuhan kebutuhan manusia dikatakan lengkap apabila tidak hanya kebutuhan material yang diperhatikan namun lebih dari itu yakni Menyangkut pembangunan ini, Suharto (2005:5) menyebutkan bahwa paradigma pembangunan
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
11
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia apabila disederhanakan, maka dapat dirumuskan kedalam tiga tugas utama dalam pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu: 1) Pertumbuhan Ekonomi (Economy Growth), yaitu mengacu bagaimana melakukan wirausaha misalnya melalui industrialisasi, penarikan pajak guna memperoleh pendapatan finansial yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pembangunan. 2) Perawatan Masyarakat (Community Care), yaitu menunjuk bagaimana merawat dan melindungi warga negara dari berbagai macam resiko yang mengancam kehidupannya (misalnya menderita sakit, terjerebab kemiskinan atau tertimpa bencana alam dan sosial). 3) Pembangunan Manusia (Human Development), yaitu mengarah pada peningkatan kompetensi sumber daya alam yang menjamin tersedianya angkatan kerja yang berkualitas yang mendukung mesin pembangunan. Agar pembangunan nasional berjalan optimal dan mampu bersaing dipasar global. Oleh karena itu, kinerja apartur desa dalam memotivasi, menggerakkan masyarakat, dan tupoksi lainnya yang melekat pada aparatur desa sebagai penyelenggara pemerintahan yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat. Maka sangat penting untuk mencapai kemamkumuran desa dan menjadikan desa mandiri yang bebas dari kemiskinan, konflik dan kesenjangan ekonomi. Fenomena yang penulis tinjau dari kehidupan sosial ekonomi msyarakat di desa Pineung Siribee, Kecamatan Samalanga, peran aparatur desa belum berjalan optimal, pada saat yang sama, sebenarnya potensi ekonomi desa memungkinkan untuk pengembangan sektor ekonomi, khususnya industri kecil lokal, yang mampu menjawab tantangan menghadapi kemiskinan, dan lebih jauh solusi untuk meningkatkan taraf hidup warga desa, agar tidak terus terjadi urbanisasi ke kota-kota. Apalagi, dengan adanya anggaran desa, dengan bantuan dana pembangunan desa, seharusnya mampu menciptakan peluang-peluang usaha kerakyatan secara produktif dan ekonomis. Dari pengamatan penulis tentang kualitas kerja dan kinerja secara umum aparatur desa termasuk Kepala Desa dan Sekretaris Desa, belum dapat melakukan pengembangan secara optimal. Usahausaha produktif dan ekonomis dalam pengembangan industri kecil di desa Pineung Siribee belum terwujud semuanya, sesuai dengan harapan dan potensi desa. Masih rendahnya Kinerja aparatur desa dalam membantu pemerintahan desa. Kinerja ini penting untuk memajukan desa. Karena dalam pengembangan industri di desa tidak terlepas dari
ISSN: 2089-5917
peran dan tanggung jawab aparatur desa tersebut dalam memaknai dan menjalankan amanah dalam tugasnya sebagai aparat, selain faktor lain seperti kepemimpinan atasan, dan pengembangan SDM aparatur itu sendiri. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh kinerja aparatur desa dalam pengembangan industri kecil rakyat di desa Pineung Siribee, Kec. Samalanga Kab.Bireuen. 2. Landasan Teoritis Kinerja Berdasarkan etimologinya, kinerja berasal dari kata performance. Performance berasal dari kata “to perform” yang mempunyai beberapa masukan: (1) melakukan, (2) memenuhi atau menjalankan sesuatu, (3) melaksanakan suatu tanggungjawab, dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang. Menurut Supratikno (2006) kinerja adalah suatu konstruk multi dimensional (banyak yang berhubungan) yang sanggat kompleks, dengan banyak perbedaan dalam arti tergantung pada syapa yang sedang mengevauasi, bagaimana dievaluasi,dan aspek apa yang dievaluasi Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2005) mendefinisikan “kinerja adalah penampilan prilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah“. Alma, Buchari, menyatakan bahwa performans diartikan sebagai penampilan yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seorang guru, maksudnya bahwa kinerja guru merupakan hasil atau output dari suatu proses. Adapun yang mempengaruhi kinerja seorang guru diantaranya adalah fisiologis, keamanan, afiliasi, penghargaan dan perwujudan (aktualisasi diri). Wibowo (2007) mengatakan bahwa kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai dan memperlakukan sumberdaya manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja. Lebih lanjut menurut Wibowo, kinerja merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuannya adalah tentang cara secara umum, sifatnya luas tanpa batas waktu, dan tidak berkaitan dengan prestasi tertentu dalam batas waktu tertentu. Tujuan merupakan sebuah
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
12
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
aspirasi perencanaan kinerja dimulai dengan melakukan perumusan danmengklasifikasi tujuan yang hendak dicapai organisasi tersebut terlebi dahulu. Sesuai dengan jenjang organisasi yang dimiliki, selanjutnya tujuan yang sudah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan dan tingkat yang lebih rendah. Menurut Amstrong dan Baron (dalam Wibowo 2007) kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Menurut Mangkunegara (2005) pengertian kinerja (Prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Henderson dan Thopmson (2003) menyebutkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu fokus, keinginan dan kapabilitas atau dikenal dengan kepala, hati, dan tangan. Hubungan ketiganya dijelaskan pada Gambar 1.
Gambar 1 di atas memperlihatkan bahwa kinerja dipengaruhi oleh pemahaman, pengetahuan, kejelasan, kompetensi, kemampuan, kepercayaan, nilai, emosi dan sikap. Dari masukan tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah pelaksanaan suatu pekerjaan dan penyempurnaan pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggungjawabnya sehingga dapat mencap`ai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja lebih ditekankan pada proses, dimana selama pelaksanaan suatu pekerjaan, dilakukan penyempurnaan, sehingga pencapaian hasil pekerjaan dapat dioptimalkan. Pengembangan Industri Kecil di Desa Industri kecil di Indonesia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian nasional, karena
ISSN: 2089-5917
berperan dalam mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi melalui misi penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan berperan dalam peningkatan perolehan devisa serta memperkokoh struktur industri nasional. Dalam konteks Pembangunan Ekonomi Lokal (PEL), keberadaan industri kecil memiliki peranan yang penting. Industri berkembang karena adanya semangat kewirausahaan lokal. Disamping itu, aktifitas ekonomi industri kecil lebih mengutamakan pemanfaatan sumber daya lokal, terutama input bahan baku dan tenaga kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan industri kecil dapat berpotensi sebagai penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal disuatu wilayah. Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, maka batasan Industri Kecil dan Menengah didefinisikan sebagai berikut: a. Industri Kecil adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). b. Industri Menengah adalah kegiatan ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Kecil atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Menurut Bank Indonesia, industri kecil yakni industri yang asset (tidak termasuk tanah dan bangunan), bernilai kurang dari Rp. 600.000.000,-. Menurut Biro Pusat Statistik (Terbitan Tahun 2003), mendefinisikan industri kecil adalah usaha rumah tangga yang melakukan kegiatan mengolah
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
13
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
barang dasar menjadi barang belum jadi atau setengah jadi, barang setengah jadi menjadi barang jadi, atau yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dengan maksud untuk dijual, dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan yang paling banyak 19 orang termasuk pengusaha. Kategori Industri Kecil Kategori industri kecil menurut Departemen Perindustrian seperti dalam Wulandari (2006) adalah sebagai berikut: 1. Industri Kecil Modern Industri kecil modern meliputi industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya (intermediate process technologies), mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan industri besar dan menengah dan dengan sistem pemasaran domestik dan ekspor, menggunakan mesin khusus dan alat-alat perlengkapan modal lainnya. Dengan kata lain, industri kecil yang modern telah mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang relatif telah berkembang baik di pasar domestik ataupun pasar ekspor. 2. Industri Kecil Tradisional Industri kecil tradisional pada umumnya mempunyai ciri-ciri antara lain, proses teknologi yang digunakan secara sederhana, mesin yang digunakan dan alat perlengkapan modal lainnya relatif sederhana, lokasi di daerah pedesaan, akses untuk menjangkau pasar yang berbeda di luar lingkungan yang berdekatan terbatas. 3. Industri Kerajinan Kecil. Industri kecil ini sangat beragam, mulai dari industri kecil yang menggunakan proses teknologi yang sederhana sampai industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya atau malahan sudah menggunakan proses teknologi yang tinggi. Perkembangan industri kecil tidak dapat dilepaskan dari peranan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan industri itu sendiri, seperti permodalan, tenaga kerja, ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana di kawasan industri serta berbagai faktor lainnya. Dalam suatu sentra, berbagai kegiatan ekonomi dari para pelaku usaha saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain menghasilkan barang dan jasa yang unik. Kabupaten Bireuen merupakan salah satu kabupaten di Aceh yang memiliki kegiatan perekonomian di sektor industri kecil, selain pertanian dan perdagangan. Bidang industri yang berkembang di Kabupaten Bireuen memberikan andil dalam PDRB sebesar14,45% (BPS Kab. Bireuen Tahun 2014).
ISSN: 2089-5917
Sehingga akan sangat berpotensi untuk mengembangkan kegiatan industri kecil, termasuk di desa-desa Kecamatan Samalanga. sebagai wujud nyata dari visi Pemerintah Bireuen yaitu akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dimana sasaran yang ingin dicapai dalam mengembangkan ekonomi rakyat dan demokrasi ekonomi, adalah: 1) Terwujudnya pengembangan ekonomi kerakyatan yang berdasarkan pada pemanfaatan sumberdaya lokal yang berwawasan lokal, 2) Terbangunnya sarana dan prasarana dasar bagi kegiatan ekonomi daerah, dengan terciptanya peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat, 3) Terciptanya keseimbangan pemba-ngunan antara perkotaan dan pedesaan, 4) Terciptanya peningkatan arus distribusi barang dan jasa yang mampu mendorong pemasaran hasil produk daerah, sehingga terciptanya peningkatan pendapatan masyarakat melalui kegiatan ekonomi di daerah. Pemberdayaan Industri Kecil Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha kecil dalam upaya meningkatkan keuntungan menurut Anoraga (2005), yaitu: 1. Pengalaman, 2. Modal, 3. Lokasi, 4. Lembaga demografis konsumen, 5. Strategi manajemen persediaan, 6. Pesaing, 7. Administrasi keuangan Sedangkan menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, ciri-ciri dari usaha yang berkembang adalah: a.Adanya peningkatan setelah diberi kredit, b. Peningkatan atas produktifitas, seperti pertumbuhan tenaga kerja, c. Biasanya usaha kecil di Indonesia berorientasi pada usaha jangka pendek yaitu mendapatkan keuntungan dalam jangka singkat, d. Modal meningkat dibandingkan dengan modal sebelum memperoleh kredit. Upaya-upaya pengembangan usaha kecil berdasarkan pasal 14 UU No. 9/1995 (dalam Anoraga, 2005) tentang usaha kecil, dirumuskan bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang: 1. Produksi dan pengolahan, 2. Pemasaran, 3. SDM, dan 4. Teknologi. Disadari pula bahwa, pengembangan usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumber daya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Seperti kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
14
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2007). Kerangka Pemikiran Untuk membatasi ruang lingkup kinerja maka digunakan teori menurut Maluyu S.P. Hasibuan dalam Mangkunegara (2010) bahwa “kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. 1) Kesetiaan, yaitu tekat dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. 2) Kemampuan Kerja, yaitu keahlian atau kecakapan dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaan, serta hasil pekerjaan dapat memenuhi standar kerja yang digunakan. 3) Kejujuran, yaitu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak curang dalam berbicara ataupun bersikap serta tidak menyalahgunakan yang telah diberikan. 4) Kreativitas, yaitu kemampuan dalam mengambil keputusan atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam tugas pokok tanpa menunggu perintah atau bimbingan orang lain. 5) Tanggung Jawab, yaitu kesanggupan seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan, melaksanakan dengan sebaikbaiknya, tepat waktu, serta berani menerima resiko bila terjadi kesalahan. Dari kelima unsur diatas, maka pertanyaannya bagaimana kinerja aparatur desa atau gampong dapat mengembangkan industri kecil di desa, sepertidi desa Pineung Siribee Kec. Samalangan Kabupaten Bireuen. Untuk memudahkan pemahaman tentang konsep yang digunakan, kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut : Kinerja Aparatur Kesetiaan Kemampuan Kerja Kejujuran Kejujuran Tanggung Jawab
Pengembangan Industri kecil 1. Produksi & pengolahan, 2. Pemasaran, 3. Sumber Daya Manusia, 4. Teknologi
Gambar 2 Kerangka Pemikiran Penelitian
ISSN: 2089-5917
3. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survey yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan penguji hipotesis. Seperti dikemukakan Masri Singabrun dan Sofyan Effendi (2001) penelitian survey dapat digunakan untuk maksud: 1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kasual dan penguji hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau ramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang (6) penelitian oprasional, dan (7) pengembangan indikatorindikator. Menurut Sugiono (2004) ”peneliti survey memakai populasi yang besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampai yang dipilih dari populasi yang besar maupun yang kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan isidensi, distribusi dan interlelasi relatif dari variabelvariabel sosiologi dan pisikologi; penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Adaun variabel yang diteliti adalah: Variabel Kinerja Aparatur Desa/ Gampong (X)
Pengembangan Industri Kecil (Y)
Indikator 1) Kesetiaan 2) Kemampuan Kerja 3) Kejujuran 4) Kejujuran 5) Tanggung Jawab 1. Produksi dan pengolahan, 2. Pemasaran, 3. Sumber Daya Manusia, 4. Teknologi
Rancangan Analisis Data Untuk analisis data dilakukan dengan menggunakan alat statistik berupa analisis Regresi adalah suatu instrumen berupa model matematis yang dapat menggambarkan hubungan antar variabel bebas (independent variable) yang disebut juga sebagai variabel yang mempengaruhi terhadap variabel terikat (dependent variable). Karena variabel bebasnya hanya satu, maka digunakan Linear Regression (regresi sederhana). Regresi ini digunakan karena ingin memprediksi hasil atas variabel tertentu dengan menggunakan variabel lain. Analisis regresi mengindikasikan kepentingan relatif satu atau lebih variabel dalam memprediksi variabel lainnya, dan juga studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
15
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
(variabel penjelas / bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Secara model regresi, untuk penelitian ini dinyatakan, sebagai: Y = a + b X + (X = Kinerja Aparatur dan Y = Pengembangan Industri Kecil) Sejauh mana model hubungan (Regresi) ini dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan (substansial) dan terapannya (fenomena), maka ada beberapa persyaratan atau asumsi yang harus dipenuhi, berkaitan dengan data dan variabel analisis yang berkaitan dengan model regresi yang dibangun. Yaitu asumsi Normalitas, dan lineritas. Sedangkan dalam memutuskan kecocokan dan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam model regresi, dilakukan uji signifikansi (kecocokan) model regresi dan uji signifikansi koefisien regresi. Kedua hal ini dipakai uji statistik F-snedekor dan t-student. Populasi yang menjadi objek untuk dijadikan sumber data dalam pemilihan ini adalah aparatur desa Pineung Siribee Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen yang berjumlah 24 orang Uji Hipotesis Adapun hipotesis yang diuji adalah: Ho: Tidak ada pengaruh kinerja aparatur desa terhadap pengembangan industri kecil di desa Pineung Siribee Kec. Samalanga Kabupaten Bireuen. H1: Terdapat pengaruh kinerja aparatur desa terhadap pengembangan industri kecil di desa Pineung Siribee Kec. Samalanga Kabupaten Bireuen. Statistik uji, menggunakan statistik-t. Kriteria Uji, jika thitung > ttabel dengan taraf uji 5%, maka hipotesis Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh (X1) terhadap (Y).
4. Hasil dan Pembahasan Kecamatan Samalanga memiliki 5 kemukiman dengan jumlah 46 desa, 40 desanya terletak di daratan secara topologi, dan 6 daerah berbukit. Pada tahun 2012, kecamatan Samalanga berpenduduk 27.832 jiwa dan meningkat menjadi 30.516 jiwa tahun 2015. Dengan umumnya mata pencarian penduduknya adalah petani dan nelayan. Terdapat juga membuka usaha kecil dan menengah seperti kerajinan, industri kecil, perbengkelan dan kerajinan rakyat dan usaha kue makanan. Pada desa Pineung Siribee, di tahun belakang ini dikembangkan beberapa industri kecil, baik ber-
ISSN: 2089-5917
bentuk kerajinan, industri pengolahan ikan, industri dari hasil pertanian, dan lain-lain. Sehingga mata pencarian masyarakat desa, selain tetapnya petani dan nelayan, juga dalam bidang usaha kecil termasuk industri kecil dan rumah tangga di desa ini. Jumlah aparat desa yang diamati sebanyak 24 orang dari 3 dusun yang ada di desa Pineung Siribee Kecamatan Samalanga, umumnya umur aparatur desa atau gampong berusia dewasa, yakni antara 40 s.d 50 tahun, yang jumlahnya lebih dari 58 persen. Lainnya sektar 29% diatas umur 50 tahun. Hal ini mengisyaratkan umur sebagian besar aparatur desa masih dikatakan produktif untuk mengelola desa dan membangun desa yang dicita-citakan yakni desa mandiri dan sejahtera. Dan Sumber daya manusia aparatur gampong/desa masih rendah, karena mayoritas lulusan pendidikan SD mencapai 58,4 persen, hanya ada 8,3 persen lulusan Sarjana. Oleh karena itu, salah satu program Camat, selama 4 tahun terakhir adalah meningkatkan kemampuan pegawai dengan mendorong untuk melanjutkan pendidikannya, dan melakukan pelatihan-pelatihan. Hampir 25% aparatur desa saat ini mengikuti pendidikan tingkat sarjana, dalam menyiapkan SDM aparatur desa di Kecamatan Samalanga tersebut. Gambaran Tentang Kinerja Aparatur Pineung Siribee Kecamatan Samalanga
Desa
Dari hasil data yang diperoleh melalui kantor Desa dan Kecamatan Samalanga, bahwa kinerja aparatur desa bervariasi. Nilai rata-rata kinerja aparatur mencapai 78 poin. Nilai Kinerja terbesar adalah 85 dan terkecil adalah 70. Hal ini secara aturan Sasaran Kinerja Pegawai pemerintahan desa yang maju, belum optimal. Gambaran Tentang Usaha Pengembangan Industri Kecil di Desa Pineung Siribee Dari hasil data yang diperoleh melalui persepsi dan jawaban para pegawai di desa Pineung Siribee kantor kecamatan Samalanga, diperoleh jumlah skor penelitian untuk variabel pengembangan industri kecil di desa dan perbandingannya dengan kondisi ideal yang diharapkan. maka upaya pengembangan industri yang dilakukan Aparatur Desa Pineung Siribee di Kecamatan Samalanga, masih belum optimal, baru mencapai 74,67%. Analisis Regresi Seperti disebutkan dalam rancangan analisis, maka analisis masalah yang diteliti menggunakan analisis regresi linier, dalam menjelaskan pengaruh variabel bebas (kinerja) terhadap variabel terikat pengem-
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
16
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
bangan industri di desa. Hasil pengolahan data dengan program SPSS (Statistical Packect and Social Solusion). Maka hasilnya disajikan dalam taksiran model regresi dan uji signifikans koefisien regresi, berikut: Taksiran Koefisien Regresi X terhadap Y
Dari tabel diatas, maka bentuk model regresinya : Y = -21,975 + 0,523 X Dari model regresi linier diatas, nilai koefisien regresi bernilai positif. Sehingga dapat menjelaskan bahwa varibel bebas (kinerja aparatur desal) memiliki pengaruh yang positif terhadap upaya pengembangan industry di desa. Uji Hipotesis Berdasarkan tabel diatas, maka :Nilai t-hitung variabel kinerja (X) sebesar : t-hitung = 4,080. Nilai statistik-t ini signifikans 0,000 atau 0 %. Jadi dengan menetapkan taraf uji atau = 5%, uji signifikans untuk menyatakan terdapat pengaruh, atau dengan kata lain menolak H0 dan menerima H1 dari hipotesis yang dirancang. Sehingga, memiliki arti bahwa Terdapat pengaruh kinerja terhadap pengembangan industri di desa Pineung Siribee Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.
ISSN: 2089-5917
dilakukan dalam pengembangan industri di desa akan meningkat. 2). Melalui Ukuran Koefisien Determinasi (R2) Ukuran determinasi sebagai nilai koefisien yang menyatakan kontribusi suatu variabel terhadap variabel lain, dengan rumus R2 = ( rxy ) x 100 %. Berdasarkan hasil pengalohan data diperoleh besar korelasi variabel kinerja terhadap pengembangan industri yakni: R = 0,656 ; Sehingga koefisien determinasinya maka R2 = 43,1%, artinya sebesar 43,1% kontribusi variabel kinerja terhadap pengembangan industri di desa, dan lainnya sebesar 56,9 % pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 3). Perbandingan dengan Studi lain Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, sama seperti penelitian terdahulu dari Eurika Wulan Sasti (2015) tentang “Pengaruh Kinerja Pegawai Terhadap Pelayanan Publik Pada Kantor Camat Kundur Kabupaten Karimun” Berdasarkan tanggapan responden sebagian besar menjawab setuju terhadap indikator kesetiaan, hal ini terjadi dikarenakan adanya pegawaiyang tidak bertanggung jawab dengan pekerjaanya, seperti meremehkan pekerjaan diberikan hingga melalaikan, Saat didapati kesalahan pada pekerjaannya, pegawai tersebut bersikap biasa saja. Berdasarkan tanggapan responden sebagian besar menjawab setuju terhadap indikator kemampuan kerja, hal ini terjadi dikarenakan adanya pegawai yang masih belum mampu menyelesaikan pekerjaanya sesuai dengan ketentuan yang ada, seperti saat proses pembuatan e-KTP, dan lainnya.
Pembahasan Dari semua hasil penelitian, khususnya hasil pengolahan data tentang hubungan dan pengaruh antar variabel-variabel yang diteliti, maka berikut diungkapkan ringkasannya serta pembahasannya. Untuk menentukan besarnya pengaruh antar variabel yang diteliti dan di regresikan, maka dapat diterjemahkan dalam dua pendekatan hitungan, yakni: 1). Melalui Model Regresi Dari hasil pengolahan data, diketahui bentuk model regresi antara Kinerja aparatur desa terhadap pengembangan industri yakni Y = -21,975+0,523 X maka dari model tersebut menyatakan jika kinerja aparatur desa dapat ditingkatkan sebesar 10 persen, maka upaya pengembangan industri yang dilakukan aparatur di desa akan meningkat sebesar 5,23 persen dari kondisi normal. Hubungan kedua variabel searah atau positif, bermakna bahwa makin baik kinerja aparatur desa maka upaya yang
5. Simpulan Dari hasil analisis dan pembahasan masalah Penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1). Sumber daya manusia aparatur gampong/desa masih rendah, karena mayoritas lulusan pendidikan SD. Sehingga berakibat bahwa pengelolaan desa termasuk pengembangan industri di desa masih menjadi hambatan. Karena tanpa ilmu dan pendidikan yang memadai akan terbentuk dalam pola fikir menjadikan desa menjadi desa yang mandiri dan maju. Pada saaat yang sama, potensi desa dalam bidang pengembangan industri cukup baik, ditandai adanya tenaga kerja, modal dan sumber daya alam. 2). Tingkat pencapaian pelaksanaan pengembangan industri yang dilakukan aparatur desa di desa Pineung Siribee belum optimal, hal ini terbukti
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
17
Jurnal Kebangsaan, Vol.5 No.10 Juli 2016
dari penelitian, baru sekitar 74,67 % upaya keterlibatan aparatur desa dalam pengembangan industri di desa. Hal ini juga dierkuat dengan masih rendahnya kinerja aparatur desa yang rata-rata baru mencapai nilai 77,67. 3). Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat 43,1 % kontribusi faktor kinerja terhadap upaya pengembagnag industri kecil di desa Pineung Siribee, dan lainnya sekitar 56,9% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti modal, tenaga kerja, potesi Sumber Daya Alam, dan juga kebijakan pemerintahan desa. .
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Pandji dan Djoko Sudantoko,. (2005). Koperasi, Kewirausahaan, dan Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka Cipta Alma, Buchari, (2003), Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Cetakan kedelapan, Penerbit Alfabeta, Bandung Anwar, A. P.Mangkunegara. (2005). Evaluasi Kinerja SDM, PT. Refika Aditama, Bandung. Armstrong M, (2003), A Hand Book of Human Resource Management, Alih Bahasa Sofyan Cikmat dan Hariyanto, 1999, Seri Pedoman Manajemen: Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia Jakarta. Arifah, Tutik. (2011) Strategi Pengembangan Industri Kecil Jamur Tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Skripsi. Semarang: UNNES. Badruddin. (2013), Dasar-Dasar Manajemen, Penerbit Alfabeta, Bandung.
ISSN: 2089-5917
Dessler, Gary. (2003), Manajemen Sumber Daya Manusia, terjemahan Edisi 10, PT. Indeks, Jakarta. Handoko, T. Hani. (2004). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi Keempat, BPFE, Yogyakarta. Hasibuan, Malayu SP. (2006), Manajemen (Dasar, Pengertian, dan Masalah), Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta. Henderson, Michael & Thompson, Dougel. (2003), Values at Work. New Zealand: Harper Collin Publishers. Jones, R Gareth, (2004), Organizational Theory: Text and Cases. Third Edition. Prentice Hall International. Inc. Kuncoro, Mudrajat. (2007). Ekonomika Industri Indonesia. Yogyakarta : CV. Andi Offset. Riyanto, Bambang. (2009). Dasar - dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Robbins S, (2009), Perilaku Organisasi: Konsep, Kontraversi, Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia : Pujatmoko, Hudiana, Penerbit Prenhallindo, Jakarta. Sumaryadi, I Nyoman, (2005), Perencanaan Pembangunan Daerah Otonomi & Pemberdayaan Masyarakat, Citra Utama, Jakarta. Suharto, (2006). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung : PT. Refika Aditama Supratikno, Hendrawan dkk, (2006), Pengembagan Sumber Daya Manusia Jakarta:Rineka Cipta. Tambunan, Tulus.T.H. (2009). Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Wibowo. (2007), Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Sutoyo dan T. Hasan | Pengaruh Kinerja Aparatur Desa dalam Pengembangan Industri Kecil Desa Pineung Siribee
18