1
STUDI VARIASI LAJU PENDINGINAN COOLING TOWER TERHADAP SISTEM ORC (Organic Rankine Cycle) DENGAN FLUIDA KERJA R-123 Alif Nur Firdaus dan Ary Bachtiar K.P. Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Organic Rankine Cycle (ORC) menggunakan jenis refrigerant R-123 sebagai fluida kerja. ORC memiliki empat komponen utama yaitu Evaporator, turbin, kondensor, dan pompa. Salah satu cara meningkatkan efisiensi siklus adalah dengan cara mengkondisikan tekanan di kondensor serendah mungkin. Fluida kerja yang keluar dari turbin yang telah bertekanan rendah perlu dilewatkan kondensor yang akan dikondensasikan, terjadi pelepasan kalor dari fluida panas menuju fluida dingin yaitu air, untuk mendapatkan air pendingin bertemperatur rendah maka perlu adanya sirkulasi yang mampu menurunkan temperatur air pendingin keluaran dari kondensor, semakin rendah temperatur air pendingin yang masuk ke dalam kondensor akan membantu menurunkan tekanan pada kondensor. Salah satu cara untuk menurunkan temperatur air pendingin adalah menggunakan cooling tower. Penelitian di lakukan dengan mengatur kecepatan udara yang keluarkan dari cooling tower, pengaturan kecepatan tersebut di lakukan dari 2.1 meter/detik, 1.8 meter/detik, 1.5 meter/detik, 1.2 meter/detik dari pengaturan tersebut akan mempengaruhi temperatur air pendingin yang keluar dari cooling tower. Dari hasil eksperimen ini di dapatkan effisiensi siklus terbaik dengan nilai 5.987 % ketika kecepatan udara fan di setting sebesar 2.1 m/s dengan Q condenser sebesar ππππ. ππππππ kW, tekanan outlet turbin sebesar 2 Bar, daya turbin sebesar 2.334 kW, daya generator sebesar 682 Watt, dari hasil pengukuran dan perhitungan tersebut dapat di tampilakan dalam bentuk delta temperatur air pendingin, grafik laju pelepasan panas di kondensor, grafik tekanan outlet turbin, grafik daya turbin, grafik daya generator, grafik effisiensi thermal, dan analisa P-h Diagram. Kata Kunci : ORC, Kondensor, Cooling Tower, Tekanan outlet turbin, Daya Turbin, Effisiensi siklus. . I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan pembangunan industri di negara berkembang seperti Indonesia dimana energi listrik dibutuhkan dalam jumlah kapasitas yang semakin meningkat,maka sumbersumber pembangkit listrik konvensional (minyak/gas bumi) tidak akan mencukupi pasokan yang diperlukan. Panas bumi adalah salah satu alternatif dari jenis
sumber energi terbarukan selain biomassa, tenaga air/angin/surya, gelombang air laut dan nuklir; yang dimungkinkan menjadi pilihan utama sebagai pengganti sumber energi konvensional/tidak terbarukan. Berkaitan dengan pemanfaatan langsung sumber energi panas bumi yang mempunyai temperatur rendah yang dianggap tidak ekonomis, dari kondisi tersebut maka di butuhkan suatu teknologi yang mampu memanfaatkan sumber energi panas bumi yang memiliki temperature rendah. Salah satu inovasi teknologi pemaanfaatan energi panas bumi yang memiliki temperature rendah adalah dengan Organic Rankine Cycles. Organic Rankine Cycle (ORC) yang merupakan modifikasi dari siklus Rankine dengan menggunakan refrigeran sebagai fluida kerja untuk menghasilkan energi listrik. Sistem ini terdiri dari empat komponen utama yaitu evaporator, turbin, kondensor, dan pompa. Fluida kerja dipompa menuju evaporator untuk membangkitkan uap. Uap tersebut diguakan untuk menggerakkan turbin uap yang selanjutnya dapat menghasilkan energi listrik. Uap hasil ekspansi turbin dikondensasi dan dialirkan oleh pompa kembali ke evaporator. Demikian sistem ini terjadi secara kontinyu sehingga membentuk siklus. Kondensor merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pada turbin dengan cara menciptakaan tekanan keluaran turbin yang rendah. Fluida kerja yang keluar dari turbin dilewatkan kondensor yang akan dikondensasikan menjadi kondensat. Pada kondensor ini, terjadi pelepasan kalor dari fluida kerja menuju fluida pendingin yaitu air, semakin rendah temperatur air yang masuk ke dalam kondesor maka akan semakin baik proses pelepasan kalor yang terjadi, untuk mendapatkan air pendingin bertemperature rendah maka perlu adanya sirkulasi yang mampu menurunkan temperatur air pendingin keluaran dari kondensor. Salah satu cara untuk menurunkan temperatur air pendingin adalah menggunakan cooling tower. Dalam hal ini cooling tower yang di gunakan adalah jenis mechanical draft tipe cross flow, jenis mechanical draft memiliki banyak keuntungan salah satunya adalah dapat mengatur kecepatan fan cooling tower, di mana dari pengaturan kecepatan fan cooling tower tersebut akan mempengaruhi kecepatan udara yang keluar dari cooling tower penurunan temperatur air pendingin. Untuk itulah pada tugas akhir ini mengambil permasalahan utama yaitu,bagaimana
2
pengaruh variasi variasi kecepatan udara yang keluar dari menara pendingin atau menara pendingin terhadap unjuk kerja sistem Organic Rankine Cycle. . Sistem ini mampu memanfaatkan sumber energi yang memiliki temperatur dan tekanan rendah untuk membangkitkan uap fluida organik. Sistem ini juga tidak II. URAIAN PENELITIAN A. Organic Rankine Cycle (ORC) Organic Rankine Cycle (ORC) adalah modifikasi siklus Rankine. Pada Rankine Cycle biasanya menggunakan air bertekanan dan bertemperatur tinggi sebagai fluida kerja. Sedangkan pada ORC, titik didih dari siklus ini lebih rendah sehingga air tidak cocok digunakan sebagai fluida kerja. Oleh karena itu digunakan silicon oil, hydrocarbon, dan fluorocarbon yang mempunyai titik didih rendah sebagai fluida kerja pengganti air. Siklus ORC merupakan siklus sedehana yang terdiri dari empat komponen utama, diantaranya yaitu evaporator, turbin, kondensor, dan pompa. Evaporator berfungsi untuk mengevaporasi fluida kerja dari liquid menjadi uap superheated sebelum masuk kedalam turbin. Turbin berfungsi untuk mengekspansi atau menurunkan tekanan dari fluida organik dan yang akan menghasilkan energi listrik bila disambungkan ke generator. Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap dari fluida kerja organik menjadi cairan dimana pada proses ini berlangsung pada tekanan dan temperatur konstan. Pompa berfungsi untuk menaikkan tekanan fluida kerja sesuai tekanan yang diperlukan evaporator. Kondensor merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi untuk meningkatkan efisiensi pada turbin dengan cara menciptakaan tekanan keluaran turbin yang rendah. Fluida kerja yang keluar dari turbin dilewatkan kondensor yang akan dikondensasikan menjadi kondensat. Pada kondensor ini, terjadi pelepasan kalor dari fluida kerja menuju fluida pendingin yaitu air, semakin rendah temperatur air yang masuk ke dalam kondesor maka akan semakin baik proses pelepasan kalor yang terjadi, untuk mendapatkan air pendingin bertemperature rendah maka perlu adanya sirkulasi yang mampu menurunkan temperatur air pendingin keluaran dari kondensor. Salah satu cara untuk menurunkan temperatur air pendingin adalah menggunakan cooling tower. Dalam hal ini cooling tower yang di gunakan adalah jenis mechanical draft tipe cross flow, jenis mechanical draft memiliki banyak keuntungan salah satunya adalah dapat mengatur kecepatan fan cooling tower, di mana dari pengaturan kecepatan fan cooling tower tersebut akan mempengaruhi kecepatan udara yang keluar dari cooling tower penurunan temperatur air pendingin. Untuk itulah pada tugas akhir ini mengambil permasalahan utama yaitu,bagaimana pengaruh variasi variasi kecepatan udara yang keluar
dari menara pendingin atau menara pendingin terhadap unjuk kerja sistem Organic Rankine Cycle.
Gambar 1. Skema Komponen Utama Organic Rankine Cycle (ORC) & T-s Diagram siklus ORC
Gambar 2. T-s Diagram siklus ORC
B. Perhitungan Organic Rankine Cycle (ORC) Untuk analisa perhitungan pada ORC di gunakan perumusan dengan melihat setiap tingkat keadaann seperti yang tercantum pada gambar 1 dan gambar 2 diatas, serta untuk nilai entalpi pada setiap tingkat keadaan dapat di ketahui dari table properties R-123. a. Analisa Turbin Μ t = mΜ (h1 β h2 )β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(1) W b. Analisa Kondensor QΜ out = mΜ (h2 β h3 )β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(2) c. Analisa Pompa WΜ p = mΜ (h4 β h3 )β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.β¦.(3) d. Analisa Evaporator QΜ in = mΜ (h1 β h4 )β¦β¦β¦..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(4) e. Back Work Ratio BWR =
WΜ pοΏ½ mΜ WΜ Μ tοΏ½ mΜ
=
( h 4β h 3 ) ( h 1 βh 2 )
β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦...(5)
3
f. Efisiensi ππ =
ππΜπ‘π‘ βππΜππ ππΜππππ
Γ 100%................................................(6)
Selain pada pengujian dan perhitungan pada siklus juga dilakukan pengukuran pada parameter yang terdapat di cooling tower seperti yang tertera pada gambar 2.
Gambar 4. psychometric chart
C. Studi Penelitian ORC Penelitian tentang yang di lakukan oleh , (Paisarn Naphon, 2005) yang berjudul βStudy on the heat transfer characteristics of an evaporative cooling towerβ metode yang di lakukan dalam penelitian tersebut adalah di lakukan dengan cara menvariasikan mass flowrate udara, menggunakan settingan kecepatan udara yang keluar dari menara pendingin yang di ubah-ubah kecepatannya, dengan tujuan untuk mendapatkan nilai optimum outlet water temperatur tersebut. . Gambar 3. Skema dan control volume cooling tower
g. Menghitung laju aliran massa udara (mΜ ui ) yang masuk ke cooling tower mΜ ui = ππ ui .Vud.Aβ¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..(7) h. Menghitung laju aliran massa udara (mΜ uo ) yang keluar dari cooling tower. mΜ uo = ππ uo .Vud.A................................................(8) i. Kesetimbangan massa untuk air di Cooling Tower mΜ ai + mΜ mw + mΜ ui = mΜ ao + mΜ ui β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(9) j. Kebutuhan make up water di Cooling Tower mΜ ai + mΜ mw + mΜ ui = mΜ ao + mΜ ui β¦β¦β¦β¦β¦(10) Karena mΜ ai = mΜ ao ,sehingga mΜ mw = mΜ uo Οuo β mΜ ui . Οui β¦β¦β¦β¦β¦β¦....(11) k. Kesetimbangan Energi di Cooling Tower mΜ ai . (hai β hao ) + (mΜ mw . hmw ) + (mΜ ui . hui ) = (mΜ uo . huo )β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.(12) Untuk mengetahui Sifat-sifat dari udara kering dan udara jenuh dapat di lihat dari Gambar 4. psychometric chart, sedangkan untuk sifat air dalam tingkat keadaan subcooled dapat di cari dengan persamaan dan di bantu dengan table A-2.
Gambar 5. Variation of Ta,out and Tw,out with ma
Gambar 5. di atas menunjukan bahwa hasil penelitian tersebut adalah semakin besar nilai dari mass flowrate udara maka akan di ikuti dengan menurunnya outlet water temperature, hal tersebut di karenakan semakin meningkatnnya mass flowrate udara maka akan menyebabkan proses heat transfer yang terjadi semakin besar kapasitas kalor yang di pindahkan dari fluida air menuju udara yang di hisap oleh udara yang keluar dari menara pendingin.
.
4
III. METODOLOGI A. Desain Assembly Sistem Rankine Cycle (ORC)
panas yang terserap udara lebih besar, maka temperaut air yang keluar dari cooling tower pun semakin rendah.
Gambar 7. Daya Grafik Delta temperatur air masuk dan keluar di cooling tower fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin cepat putaran udara cooling tower maka akan menyebabkan perbedaan temperatur air yang masuk dan keluar pada cooling tower.
Gambar 6. Desain Assembly Organic Rankine Cycle
Mula β mula dilakukan pengujian kebocoran pada instalasi perpipaan dan komponen. Setelah tidak ada kebocoran, lalu proses penyalaan alat dan kemudian proses pengambilan data dengan langkah-langkah yang telah dilakukamn selama penelitian. Pertama nyalakan burner yang digunakan untuk memanaskan evaporator hingga temperatur didih pada R-123 tercapai, sebelum melalui turbin dilewatkan pada bypass langsung ke kondensor. Setelah tercapai kondisi superheat yang dideteksi pada sight glass, lalu bypass ditutup dan alirang dilewatkan pada turbin. Lalu ambil data temperatur dengan termocouple tipe T dan tekanan dengan pressure gauge pada titik-titik pengamatan. Setelah itu secara bertahap mengambil data berikutnya dengan memvariasikan kecepatan udara yang keluar dari cooling tower dengan nilai, 2.1m/s, 1.8m/s, 1.5 m/s dan 1.2 m/s IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada grafik ini akan dibahas pengaruh kecepatan udara yang keluar dari cooling tower sistem ORC. Dari Gambar 7. menunjukkan trend delta temperatur air masuk dan keluar cooling tower yang meningkat pada setiap kenaikan kecepatan udara cooling tower. Hal tersebut ada kaitannya dengan besarnya perpindahan panas yang terjadi di cooling tower, di mana pada saat kecepatan udara di setting pada putaran yang tinggi maka panas yang di serap oleh udara dari air yang masuk ke cooling tower jumlahnya lebih besar di banding dengan di saat udara di setting pada kecepatan yang rendah, dengan jumlah
Gambar 8. Grafik laju pelepasan panas kondensor fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower
Dari Dari Gambar 8. diatas menunjukkan trend Q kondensor yang meningkat pada setiap kenaikan kecepatan udara yang keluar dari cooling tower. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi kecepatan udara yang keluar dari cooling tower akan menyebabakan temperatur air yang masuk ke kondensor akan semakin rendah, sehingga beda temperatur antara fluida dingin dan fluida panas akan semakin besar , hal tersebut sesuai dengan perumusan ; ππ = ππππππππ lm Di mana q adalah laju perpindahan panas (Watt), U adalah over all heat transfer coeificient (W/m2.K) , A adalah luasan pipa (m2) dan ππππlm adalah beda temperature fluida panas dengan fluida dingin. Dengan nilai U yang konstan karena mass flowrate dari fluida dingin adalah konstan sehingga nilai U akan , dan nilai A pun konstan, dengan beda temperatur antara fluida dingin dan fluida panas yang semakin besar maka akan berbanding lurus dengan kenaikan nilai q. R
5
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin cepat kecepatan udara yang keluar dari cooling tower maka laju perpindahan panas pada kondensor akan semakin meningkat dan sebaliknya jika kecepatan udara cooling tower berkurang maka laju perpindahan panas pada kondensor akan menurun.
Gambar 10. Grafik Daya Turbin fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower
Gambar 9. Tekanan out turbin fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower.
Dari Gambar 9. diatas menunjukkan trend tekanan out turbin yang menurun pada setiap kenaikan kecepatan udara yang keluar dari cooling tower . Hal tersebut disebabkan karena semakin cepat putaran udara cooling tower akan memperbesar pelepasan kalor dari refrigerant menuju air pendingin yang terjadi di dalam kondensor, semakin besar nilai pelepasan panasnya maka semakin cepat fluida kerja terkondensasi, di mana proses kondensasi ini merubah fasa refrigerant dari uap menjadi cairan, dengan banyaknya uap yang terkondasasi maka kosentrasi jumlah cairan akan semakin banyak di banding dengan uap, dengan kata lain jika temperatur air pendingin masuk kondensor lebih rendah maka uap keluaran turbin (masukan kondensor) akan lebih cepat terkondensasi, sehingga dengan berubahnya fasa dari uap menjadi cairan maka terjadi perubahan nilai densitas dan volume spesifik dari fluida kerja, di mana pada saat fluida berbentuk uap mempunyai densitas yang rendah dan volume spesifik yang tinggi, dan pada saat berbentuk cairan mempunyai densitas yang lebih besar dan volume spesifik yang lebih rendah di banding dengan fasa uap, sehingga kondisi tekanan di kondensor lebih berkurang tekanannya di karenakan fasa uap yang terbaca di pressure gauge lebih sedikit di banding pada saat kecepatan udara cooling tower lebih lambat. Dengan demikian tekanan pada outlet turbin akan berkurang seiring dengan penambahan kecepatan udara yang keluar dari cooling tower . Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin cepat putaran udara cooling tower maka akan mempengaruhi tekanan pada kondensor, dan perubahan tekanan yang terjadi di dalam kondensor akan mempengaruhi proses kondensasi.
Dari Gambar 10. di atas menunjukkan trend daya turbin yang meningkat pada setiap kenaikan kenaikan kecepatan putaran udara. Hal tersebut ada kaitannya dengan perbedaan tekanan pada kondensor akibat dari variasi kecepatan udara cooling tower, dari Gambar 9, dapat di ambil hubungan dengan Gambar 10, di mana dengan meningkatnya kecepatan udara maka daya turbinn meningkat, karena pada saat kecepatan udara pada nilai yang tinggi, tekanan pada kondensor lebih rendah di banding dengan pada saat kecepatan udara lebih rendah, dengan tekanan masuk kondensor yang lebih rendah maka, kerja turbin akan lebih baik, karena hambatan tekanan yang terjadi dari keluaran turbin menuju kondensor akan semakin kecil, sehingga mengurangi beban pada sudu turbin, hal tersebut juga dapat di buktikan dengan melihat p-h diagram di mana garis kerja turbin akan lebih panjang pada saat kecepatan udara paling tinggi di banding dengan pada saat variasi kecepatan udara yang lebih pelan, di mana setiap pengurangan kecepatan udara yang keluar akan menyebabkan tekanan keluar turbin meningkat, seperti Gambar 10, dengan meningkatnya tekanan keluar turbin maka akan memperpendek garis kerja turbin di mana dengan semakin pendek garis kerja turbin pada p-h diagram mengartikan bahwa daya turbin yang di hasilkan semakin kecil. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecepatan udara yang keluar dari cooling tower secara tidak langsung dapat mempengaruhi daya turbin. Dari Gambar 11 menunjukkan trend daya generator yang meningkat pada setiap kenaikan kenaikan kecepatan udara yang keluar dari Cooling tower. Hal tersebut ada kaitannya dengan daya turbin yang di pengaruhi oleh tekanan masuk pada kondensor, di mana pada saat kecepatan udara tinggi maka tekanan yang masuk ke kondensor akan rendah, seperti penjelasan Gambar 11 Grafik daya turbin fungsi kecepatan udara cooling tower. Dengan daya turbin yang besar maka akan menghasilkan putran yang tinggi, di mana putaran poros turbin akan di
6
transmisikan ke generator untuk menghasilkan energi listrik, besarnya teganan dan arus yang di hasilkan oleh generator akan di pengaruhi oleh beban yang di berikan pada generator
Gambar 11. Daya Generator fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower
, pada saat pengambilan data, beban yang terpasang adalah sebesar 1000 watt, selain itu tegangan dan arus pada generator juga di pengaruhi oleh putaran turbin, semakin cepat putaran turbin yang di transimsikan ke generator, maka semakin besar juga tegangan dan arusnya, di sini terlihat adanya perbedaan yang besar antara daya turbin hasil perhitungan secara termodinamika dengan daya generator yang terjadi, ini dapat di sebabkan adanya kerugian pada sistem transmisinya yang menghambat putaran generator, selain hal tersebut ada hal lain lain yang mungkin dapat menyebabakan berkurangnnya daya generator, yaitu berkaitan dengan frekwensi yang di hasilkan oleh generator akibat dari putaran turbin, kemungkinan besar terjadi fluktuasi frekwensi yang di hasilkan oleh generator karena tidak adanya penyeimbang antara putaran rotor turbin dengan putaran poros generator, di mana putaran rotor turbin tinggi berbanding lurus lurus dengan putaran poros generator sehingga frekwensi yang di hasilkan juga berbanding lurus dengan putaran rotor turbin. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecepatan udara yang keluar dari cooling tower, secara tidak langsung akan mempengaruhi kinerja daya generator. .
Dari gambar 12 terlihat bahwa nilai effisiensi thermal tertinggi yang dapat di capai adalah sebesar 5.987% dengan kecepatan udara cooling tower 2.1 meter/second dan pembebanan 1000 Watt dan effisiensi thermal terendah adalah sebesar 4.925% dengan kecepatan udara cooling tower 1.2 meter/second dan pembebanan 1000 Watt. Hal ini mengindikasikan bahwa energi panas yang diberikan pada sistem hanya dapat dimanfaatkan secara optimal sebesar 5.987 % untuk menghasilkan daya pada turbin, dan terjadi penurunan pada setiap variasi pengurangan kecepatan udara cooling tower. Efisiensi thermal siklus dipengaruhi oleh kerja turbin, kerja pompa dan laju perpindahan panas pada evaporator. Hal tersebut dapat dilihat pada pada rumus berikut: WΜ t β WΜ p Ξ·= Γ 100% QΜ in di mana WΜ t adalah kerja turbin, WΜ p adalah kerja pompa dan QΜ in adalah laju perpindahan panas pada evaporator. Dengan panas yang diberikan pada evaporator dan kerja pompa yang relatif meningkat sedikit demi sedikit, serta kerja turbin yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan udara yang keluar dari cooling tower maka efisiensi akan semakin meningkat. Pada gambar 12 terlihat bahwa efisiensi meningkat seiring meningkatnya kecepatan udara keluar dari menara pendingn. Hal tersebut dikarenakan kerja turbin mengalami peningkatan di setiap peningkatan kecepatan udara yang keluar dari cooling tower.
Gambar 13. Grafik P-h Diagram siklus ORC pada setiap variasi kecepatan udara keluar dari cooling tower.
Gambar 12. Grafik Effisiensi Thermal fungsi kecepatan udara keluar dari cooling tower.
Gambar 13 diagram p-h dengan empat variasi kecepatan udara yang keluar dari Cooling tower. Kecepatan udara sebesar 2.1 m/s mempunyai garis kerja turbin (garis dari tingkat keadaan 1 ke tingkat keadaan 2 pada siklus) terpanjang di banding dengan variasi kecepatan udara yang keluar dari cooling tower lainnya, jika di lihat secara teliti maka pada saat kecepatan udara sebesar 2.1 m/s mempunyai garis pelepasan panas dari kondensor ( garis dari tingkat keadaan 2 ke tingkat keadaan 3) yang terpanjang di
7
banding dengan variasi kecepatan udara yang keluar dari cooling tower lainnya. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Setelah melakukan instalasi, pengujian, dan pengambilan data pada Organic Rankine Cycle dengan variasi beban generator, maka diperoleh : 1. Pengujian Sistem organic rankine cycle tersebut dapat bekerja dan menghasilkan listrik. 2. Sistem organic rankine cycle sudah mampu beroperasi lebih lama di banding dengan penelitian terdahulu. 3. Didapatkan hasil perhitungan data dari sistem Organic Rankine a) Delta temperatur air masuk dan keluar di menara pendingin mempunyai nilai tertinggi yaitu 6.8 Β°C ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s. b) Tekanan outlet turbin terendah yaitu 2 π΅π΅π΅π΅π΅π΅ ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s c) Perpindahan panas di kondensor mempunyai nilai tertinggi yaitu 26.593 ππππ ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s. d) Daya turbin mempunyai nilai tertinggi yaitu 2.334 ππππ ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s . tertinggi yaitu e) Daya generator 682 ππππππππ ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s, dan pembeban 1000 watt f) Effisiensi siklus mempunyai nilai tertinggi yaitu 5.987 % ketika kecepatan udara yang keluar dari cooling tower di setting 2.1 m/s. DAFTAR PUSTAKA A. K. Raja, Amith Prakash Srivastava, Manish Dwivedi., 2006,Power Plant Engineering, New Age International Publisher, New Delhi. Frank P. Incropera, David P. De Witt. . Fundamentals Of Heat and Mass Transfer, 5th edition. John Wiley and Sons., New York. Moran, M. J. & Shapiro, H. N., 1996, Fundamental of Engineering Thermodynamics, Fifth Edition, John Willey and Sons inc, New York. Paisarn Naphon, Study On The Heat Transfer Characteristics Of An Evaporative Cooling Tower, Department of Mechanical Engineering, Faculty of Engineering, Srinakharinwirot University, 63 RangsitNakhonnayok, Ongkharak, Nakhon-Nayok, 26120, Thailand.