Studi Variasi Campuran Bahan Bakar Biomassa Pada Kondisi Pembakaran Sendiri di Fluidized Bed Combustion Universitas Indonesia Aziz Fahmirriza Rusydi, Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin, Universitas Indonesia, Depok, 16424. Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam proses pembakaran pada alat Fluidized Bed Combustion, bahan bakar merupakan salah satu komponen yang paling penting. Bahan bakar yang digunakan pada saat fenomena self sustained combustion sangat berpengaruh pada proses pembakaran serta fluidisisasi saat fenomena self sustained combustion berlangsung. Dengan dilakukan pengujian dari variasi campuran bahan bakar tempurung kelapa dan sekam padi saat self sustained combustion, fenomena self sustained combustion dapat berlangsung lebih lama. Adapun variasi campuran bahan bakar yang digunakan adalah 100% Tempurung Kelapa, 50% Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi, 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi dan 100% Sekam Padi. Campuran bahan bakar 50% tempurung kelapa dan 50% sekam padi memiliki durasi self sustained combustion yang paling lama. Campuran bahan bakar 50% tempurung kelapa dan 50% sekam padi mampu menjaga kondisi pembakaran sendiri (self sustained condition) selama 139 menit. Campuran ini menghasilkan temperatur yang paling stabil, serta fluidisasi yang paling baik. Adapun feeding rate yang digunakan ialah 250gr/2menit pada setiap pengujian. Kata kunci : fluidized bed combustion, bahan bakar, tempurung kelapa, sekam padi, self sustained combustion.
ABSTRACT Fuel is one of the most important components in the combustion process of Fluidized Bed Combustion system. The fuel used at the time of working condition (self sustained combustion) is very influential on the combustion process and fluidization process. With the testing of fuel mixture variations at the time of working condition (self sustained combustion), can take longer time of working condition (self sustained combustion). The fuel mixture variations are 100 % Coconut Shell , 50 % Coconut Shell 50 % Rice Husk , 25 % Coconut Shell 75 % Rice Husk and 100 % Rice Husk. The mixture of fuel 50% Coconut Shell and 50 % Rice Husk produce the longest time of working condition (self sustained combustion). The mixture of fuel 50% Coconut Shell and 50 % Rice Husk can maintain the working condition (self sustained combustion) for 139 minutes. This mixture produces the most stable temperature , as well as most good fluidization . The feeding rate used is 250gr / 2minutes on each test .
Keywords : fluidized bed combustion , fuel , coconut shell , rice husk , self sustained combustion.
1.
Pendahuluan Fluidized Bed Combustion (FBC) merupakan salah satu teknologi pembakaran yang menggunakan prinsip fluidisasi dan turbulensi benda padat. Saat proses pembakaran, dengan adanya fenomena fluidisasi ini akan meningkatkan kemampuan perpindahan panas dan massa yang cukup signifikan. Dengan begitu proses pembakaran pun akan menjadi lebih baik. Teknologi ini pun telah bertahun-tahun dikembangkan oleh Universitas Indonesia. dimana pengembangan terus dilakukan tiap tahunnya dengan tujuan untuk meningkatkan performa dari FBC UI. Sehingga, nantinya FBC UI ini dapat dipergunakan dengan lebih baik selain sebagai sarana penelitian. Pengembangan yang dilakukan pada lab FBC UI tahun ini terletak pada bahan bakar saat kondisi kerja (self sustained combustion). Bahan bakar yang digunakan adalah variasi dari komposisi gabungan dua bahan bakar, yaitu tempurung kelapa dan sekam padi. Adapun variasi komposisi yang digunakan antara lain, 100% tempurung
kelapa, 50% tempurung kelapa 50% sekam padi, 25% tempurung kelapa 75% sekam padi, 100% sekam padi. Pada penelitian ini, akan ditinjau perbandingan temperatur rata rata yang dihasilkan dari proses pembakaran. Selain itu, akan ditinjau perbandingan durasi kondisi kerja (self sustained combustion) yang dapat dicapai. 2.
Eksperimen 2.1 Pasir Pasir yang digunakan sebagai hamparan (bed) akan sangat berpengaruh terhadap berhasil tidaknya proses fluidisasi dan pembakaran yang akan dilakukan. Pasir yang digunakan pada Fluidized Bed Combustor (FBC) Universitas Indonesia adalah jenis pasir silika. Menurut penelitian (Azmi Muntaqo, 2011) pasir silika dengan ukuran mesh 20-40 memiliki temperatur lebih tinggi pada kondisi kerja
1 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
Tabel 1 Sifat Fisik, Termal, dan Mekanik Pasir Silika Properties
Silica Sand
Particle density ( kg/m3 )
2600
Bulk density ( kg/m3 )
1300
Thermal conductivity ( Wm-‐1K ) Tensile strength ( MPa ) Compressive strength ( MPa ) Melting point ( oC ) Modulus of elasticity ( GPa ) Thermal shock resistance
1.3 55 2070 1830 70 Excellent
merupakan biomassa yang mudah didapatkan di Indonesia. Dalam satu tahun, Indonesia mampu memproduksi 1,1 juta ton tempurung kelapa dan 14,3 juta ton. Nilai LHV dari tempurung kelapa adalah sebesar 17230 kJ/kg dan nilai LHV dari sekam padi adalah 15545 kJ/kg. Pada proses pemanasan awal, tempurung kelapa digunakan sebagai bahan bakar. Tempurung kelapa dimasukkan sebanyak 0,25kg setiap 2 menit. Pada kondisi kerja (self sustained combustion) digunakan variasi komposisi dari tempurung kelapa dan sekam padi. Adapun variasi komposisi yang digunakan antara lain, 100% tempurung kelapa, 50% tempurung kelapa 50% sekam padi, 25% tempurung kelapa 75% sekam padi, 100% sekam padi. Pada kondisi kerja (self sustained combustion), bahan bakar dimasukkan setiap 0,25kg setiap 2 menit.
Gambar 1 Pasir Silika yang Digunakan pada FBC UI
2.2 Termokopel Terdapat 6 buah termokopel yang dipasang pada furnace. Dengan mengacu pada distributor, termokopel ditempatkan dengan konfigurasi sebagai berikut: T1 = 31,5 cm dibawah distributor T2 = 3,5 cm diatas distributor T3 = 24,5 cm diatas distributor T4 = 63,5 cm diatas distributor T5 = 144,5 cm diatas distributor T6 = 219,5 cm diatas distributor
T6 T5 T4 T3 T2 T1
Gambar 2 Skematik Fluidized Bed Combustor
2.3 Bahan Bakar Bahan bakar yang digunakan adalah tempurung kelapa dan sekam padi. Tempurung kelapa dan sekam padi
Gambar 3 Tempurung Kelapa
Gambar 4 Sekam Padi
2.4 Forced Draft Fan dan Induce Draft Fan Untuk membuat fluidisasi yang terjadi diperlukan Forced Draft Fan atau biasa disebut dengan blower tiup. Blower tiup yang digunakan pada FBC UI. Kecepatan putaran dari blower tiup yang digunakan dalam proses percobaan adalah sebesar 3000 rpm.
2 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
3.
Gambar 5 Forced Draft Fan
Sedangkan untuk membentuk aliran udara kontinu yang diperlukan bagi pembakaran sehingga tekanan di furnace tetap terjaga serta menghisap dan membuang gas sisa hasil produk pembakaran maka digunakanlah Induce Draft Fan atau yang biasa disebut dengan blower tiup. Kecepatan putaran blower hisap yang digunakan dalam percobaan pembakaran ini adalah sebesar 1000 rpm.
Hasil Pada poin ini, akan dibahas tentang hasil dari distribusi temperatur pada setiap komposisi bahan bakar. Distribusi temperatur dibahas pada proses pemanasan awal serta pembakaran pada kondisi kerja (self sustained combustion). Pada pengujian kali ini, parameter parameter yang digunakan diambil dari penelitian sebelumnya (Juni 2014) yaitu: § Flow rate dari ring blower 0,093 m3/s (3000 pm) § Flow rate dari centrifugal blower 23,6 m3/menit (1000 rpm) § Menggunakan pasir silika mesh 20-40 pada bed sebanyak 25 kg § Penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar pemanasan awal Namun pada saat kondisi self sustained combustion digunakan sekam padi serta tempurung kelapa serta dilakukan perpaduan variasi komposisi dari keduanya. 3.1 Hasil Data distribusi temperatur pengujian akan ditampilkan dalam bentuk grafik dibawah ini:
Grafik Pembakaran 100% Tempurung Kelapa Self Sustained
Temperatur (C)
800 700 600 500 400 300 200 100 0
1 7 13 19 25 31 37 43 49 55 61 67 73 79 85 91 97
T6 T5 T4 T3 T2 T1
Waktu (Menit)
Gambar 6 Induce Draft Fan
Gambar 7 Grafik distribusi temperatur pembakaran dengan komposisi 100% tempurung kelapa pada saat self sustained combustion
Grafik Pembakaran 50 % Tempurung Kelapa & 50% Sekam Padi 800 700 600 500 400 300 200 100 0
T6
Temperatur (C)
T5 T4 T3 T2 T1
1 13 25 37 49 61 73 85 97 109 121 133 145 157 169 181 193 205 217
2.5 Prosedur Pengujian Setelah semua bahan bakar siap dan seluruh peralatan telah terhubung. Blower tiup dan hisap dihidupkan. Setelah itu burner juga dihidupkan. Dilakukan pemanasan awal dengan burner hingga temperatur mencapai 250 oC. Lalu saat temperatur terlihat konstan dilakukan pemanasan awal dengan pengumpanan tempurung kelapa sebesar 0.25 kg setiap 2 menit untuk membantu mempercepat kenaikan temperatur pada pasir. Setelah mencapai kondisi dimana hamparan pasir (bed) yang telah berubah warna menjadi merah menyala seperti lava bergolak membara dengan suhu sekitar 600-700 o C yang disebut dengan keadaan self sustain combustion maka burner dimatikan. Setelah itu mulai dilakukan pemasukan bahan bakar biomassa dari komposisi variasi bahan bakar tersebut dengan laju pemasukan bahan bakar sebesar 0.25 kg setiap 2 menit. Semua data mulai dari burner dihidupkan sampai dengan selesai percobaan disimpan dengan menggunakan data acquisition (DAQ).
Waktu (Menit)
Gambar 8 Grafik temperatur pembakaran dengan komposisi 50% tempurung kelapa dan 50% sekam padi pada saat self sustained combustion
3 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
Grafik empurung Kelapa 0% Sekam Padi Grafik PPembakaran embakaran 255 0 %% T Tempurung Kelapa & 755% Sekam Padi (Self Sustained)
T6 T6 T5 T5 T4 T4
Temperatur (C) Temperatur (C)
1000 800 900 700 800 600 700 500 600 400 500 400 300 300 200 200 100 100 0 0
sekam padi pada saat kondisi self sustained combustion. 4. Pengujian 4 = Pembakaran dengan komposisi bahan bakar 100% sekam padi pada saat kondisi self sustained combustion. Berikut ini adalah data pemanasan awal dari masing masing pengujian yang sudah di plot ke dalam bentuk grafik:
T3 T3 T2 T2
Grafik Pemanasan Awal Pengujian 1
T1 T1
Waktu (Menit)
Waktu (Menit)
Gambar 9 Grafik temperatur pembakaran dengan komposisi 25% tempurung kelapa dan 75% sekam padi pada saat self sustained combustion
Temperatur (C)
T2 T1
800 700 600 500 400 300 200 100 0
T5
T3 T2 T1
T6
Temperatur (C)
T4
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92 99
T3
Grafik Pemanasan Awal Pengujian 2
T6
T4
Gambar 11 Grafik Pemanasan Awal Pengujian 1
Self Sustained
Waktu (Menit) Gambar 10 Grafik temperatur pembakaran dengan komposisi 100% sekam padi pada saat self sustained combustion
T5
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 Waktu (Menit)
Grafik Pembakaran 100% Sekam Padi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
T6
Temperatur (C)
1 15 1 29 17 43 33 57 49 71 65 85 81 99 97 113 113 129 127 145 141 161 155 177 169 193 183 209 197 225
800 700 600 500 400 300 200 100 0
T5 T4 T3 T2 T1
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 Waktu (Menit)
G a
Gambar 12 Grafik Pemanasan Awal Pengujian 2
4.
Grafik Pemanasan Awal Pengujian 3 1000 800
T6
600
T4
400
T2
Temperatur (C)
Analisa 4.1 Analisa Pemanasan Awal Pada pengujian kali ini perbedaan bahan bakar hanya terdapat pada saat kondisi kerja atau self sustained combustion dan pada pemanasan awal bahan bakar yang digunakan adalah sama yaitu tempurung kelapa. Oleh karena itu pada pembahasan pemanasan awal, pengujian ini dapat disederhanakan menjadi: 1. Pengujian 1 = Pembakaran dengan komposisi bahan bakar 100% tempurung kelapa pada saat kondisi self sustained combustion. 2. Pengujian 2 = Pembakaran dengan komposisi bahan bakar 50% tempurung kelapa dan 50% sekam padi pada saat kondisi self sustained combustion. 3. Pengujian 3 = Pembakaran dengan komposisi bahan bakar 25% tempurung kelapa dan 75%
T5 T3 T1
200 0 1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 Waktu (Menit)
Gambar 13 Grafik Pemanasan Awal Pengujian 3
4 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
Grafik Pemanasan Awal Pengujian 4 T6
Temperatur (C)
T5
Data dari distribusi pembakaran pada kondisi kerja atau self sustain combustion diplot kedalam bentuk grafik menjadi:
T4
Waktu (Menit) Gambar 14 Grafik Pemanasan Awal Pengujian 3
Dari data didapat distribusi temperatur rata rata dari serta waktu yang diperlukan untuk proses pemanasan awal pada setiap pengujian: Uji Ke
T1 Rata Rata
T2 Rata Rata
T3 Rata Rata
T4 Rata Rata
T5 Rata Rata
T6 Rata Rata
1
32.2617
391.44
451.53
340.379
269.73
307.985
2
32.124
298.449
469.026
468.575
379.112
346.002
3
32.193
385.866
498.58
368.792
429.75
335.5
4
31.811
303.663
497.257
347.077
409.97
316.639
Rata Rata
32.097
344.854
479.098
381.205
372.141
326.531
Tabel 2 Distirbusi Temperatur Rata Rata Pemanasan Awal Pengujian
Lama Pemanasan Awal
1
80 menit
2
87 menit
3
90 menit
4
85 menit
Rata Rata
85 menit 30 detik Tabel 3 Lama Pemanasan Awal
Karena menggunakan bahan bakar yang sama maka tidak terdapat perbedaan yang mencolok pada data waktu pemanasan awal. Dari data diatas, waktu rata rata pemanasan awal yang diperlukan adalah 85,5 menit. 4.2 Analisa Self Sustained Combustion Pada kondisi kerja atau self sustained combustion, digunakan bahan bakar yang berbeda beda. Bahan bakar yang digunakan adalah variasi komposisi dari dua bahan bakar yaitu tempurung kelapa dan sekam padi. Berikut adalah variasi komposisi bahan bakar yang digunakan dalam pengujian kali ini: 1. 100% Tempurung Kelapa 2. 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi 3. 50% Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi 4. 100% Sekam Padi
T6 T5 T4 T3 T2 T1
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Waktu (Menit)
Gambar 15 Grafik Self Sustained Combustion 100% Tempurung Kelapa Grafik Self Sustained Combus1on 50% Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi
800 700 600 500 400 300 200 100 0
T6 T5 T4 T3 T2 T1
1 12 23 34 45 56 67 78 89 100 111 122 133
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu (Menit)
Gambar 16 Grafik Self Sustained Combustion 50% Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi
Grafik Self Sustained Combus1on 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
T6 T5 T4 T3 T2 T1
1 8 15 22 29 36 43 50 57 64 71 78 85 92 99 106
T1
Grafik Self Sustained Combus1on 100% Tempurung Kelapa
Temperatur (C)
T2
Temperatur (C)
T3
Temperatur (C)
900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Waktu (Menit)
Gambar 17 Grafik Self Sustained Combustion 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi
5 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
Grafik Self Sustained Combus1on 100% Sekam Padi 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Temperatur (C)
T6 T5 T4 T3 T2 T1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Waktu (Menit)
Penelitian 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi memiliki persentase volume sekam padi lebih sedikit dari penelitian 50%Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi. Jumlah abu dari pembakaran sekam padi lebih sedikit, sehingga proses fluidisasinya lebih tahan lama. Penggumpalan pada bed baru terjadi ketika proses pembakaran sendiri sudah berjalan selama 139 menit. Dengan adanya penggumpalan di bed, menyebabkan proses pembakaran sendiri tidak bisa dilanjutkan Adapun durasi yang mampu dicapai setiap bahan bakar untuk menahan kondisi kerja atau self sustained combustion, adalah sebagai berikut:
Gambar 18 Grafik Self Sustained Combustion 100% Sekam Padi Komposisi Bahan Bakar
Pada pembakaran menggunakan bahan bakar 100% Sekam Padi, temperatur pada T2 lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur pada T3. Sedangkan pada pembakaran menggunakan bahan bakar 100% Tempurun Kelapa, temperatur pada T2 lebih rendah dibandingkan dengan temperatur pada T3. Hal ini menunjukkan perbedaan karakteristik dari kedua bahan bakar tersebut. Sekam padi memiliki nilai karbon yang lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai karbon dari tempurung kelapa. Dengan nilai karbon yang lebih rendah, sekam padi lebih mudah terbakar bila dibandingkan dengan tempurung kelapa. Selain nilai karbon, yang menyebabkan sekam padi lebih mudah terbakar adalah luas penampangnya. Sekam padi memiliki ukuran partikel yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tempurung kelapa. Sekam padi memiliki ukuran partikel 5 µm, sedangkan tempurung kelapa memiliki ukuran 0,5cm - 1 cm. Karena sifatnya yang mudah terbakar, saat sekam padi masuk dan menyentuh pasir (bed), sekam padi langsung terbakar habis. Hal ini mengakibatkan temperatur padaT2 lebih tinggi bila dibadingkan temperatur pada T3. Temperatur T2 dan T3 menunjukkan proses perpindahan energi dari pasir (bed) ke ruang bakar (freeboard) terus menurun. Sedangkan tempurung kelapa lebih sulit terbakar. Saat tempurung kelapa masuk dan menyentuh pasir (bed), tempurung kelapa memerlukan energi lebih untuk mulai terbakar. Hal ini mengakibatkan proses perpindahan energi dari pasir (bed) ke ruang bakar (freeboard) terus meningkat dan nilai temperatur pada T3 lebih tinggi bila dibandingkan temperatur pada T2. Penelitian 50%Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi dan 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi menunjukan perbedaan persentase sekam padi yang digunakan sebagai bahan bakar. Perbedaan ini menunjukan bahwa volume dari sekam padi yang masuk kedalam ruang bakar berbeda. Penelitian 50%Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi memiliki persentase volume sekam padi yang lebih banyak, membuat volume abu yang dihasilkan dari pembakaran sekam lebih banyak yang jatuh pada bed sehingga proses fluidisasi terganggu akibat dari penggumpalan pasir silica dan abu sekam padi.
Durasi Kondisi Kerja (menit)
100% Tempurung Kelapa 50% Tempurung Kelapa 50% Sekam Padi 25% Tempurung Kelapa 75% Sekam Padi
21 menit 139 menit
100% Sekam Padi
17 menit
111 menit
Tabel 4 Durasi Kondisi Kerja (Self Sustained Combustion)
Bahan bakar dengan komposisi 50% tempurung kelapa dan 50% pada self sustained combustion memiliki hasil yang paling baik pada pengujian kali ini. Hal ini terlihat dari distribusi temperatur yang paling stabil. Selain itu, komposisi ini juga memiliki durasi kondisi kerja yang paling lama, yaitu 139 menit. 5.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Dengan penggunaan tempurung kelapa sebagai bahan bakar pada pemanasan awal, kondisi kerja atau self sustained combustion dapat dicapai setelah 85 menit 30 detik. 2. Bahan bakar sekam padi lebih mudah terbakar bila dibandingkan bahan bakar tempurung kelapa karena sekam padi memiliki nilai karbon yang lebih rendah bila dibandingkan tempurung kelapa. 3. Volume penggunaan bahan bakar sekam padi mempengaruhi terjadinya penggumpalan pada pasir (bed). 4. Jenis penggunaan bahan bakar pada kondisi self sustained combustion mempengaruhi durasi dari kondisi self sustained combustion itu sendiri. 5. Penggunaan bahan bakar 100% tempurung kelapa pada saat self sustained combustion, mampu mempertahankan kondisi self sustained combustion selama 21 menit. 6. Penggunaan bahan bakar campuran 50% tempurung kelapa dan 50% sekam padi pada saat self sustained combustion, mampu mempertahankan kondisi self sustained combustion selama 139 menit.
6 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015
7.
8. 9.
5.
Penggunaan bahan bakar campuran 25% tempurung kelapa dan 75% sekam padi pada saat self sustained combustion, mampu mempertahankan kondisi self sustained combustion selama 111 menit. Penggunaan bahan bakar 100% sekam padi pada saat self sustained combustion, mampu mempertahankan kondisi self sustained combustion selama17 menit. Bahan bakar dengan campuran 50% tempurung kelapa dan 50% pada self sustained combustion memiliki hasil yang paling baik pada pengujian kali ini.
Daftar Referensi [1] Howard, J. R., Fluidized Beds – Combustion and Applications. London: Applied Science Publishers,1983. [2] Oka, Simeon N. “Fluidized Bed Combustion” (Marcel Dekker, Inc. 2004) [3] Surjosatyo, Adi. “Fluidized Bed Incineration of Palm Shell & Oil Sludge Waste.” Tesis, Program Magister Engineering Universiti Teknologi Malaysia, 1998. [4] Basu, Prabir. “Combustion and Gasification in Fluidized Beds” (Taylor & Francis Group 2006). [5] Muntaqo, Azmi. “Studi Karakteristik Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa pada Fluidized Bed Combustor UI dengan Partikel Hamparan Pasir Berukuran Mesh 20-40.”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011. [6] Prima, Nanda. “Studi Karakteristik Pengujian Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa Ukuran 1x1 cm dan 1,5x1,5 cm pada Fluidized Bed Combustor UI.”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011. [7] Yuwana, Arya. “Studi Kinerja Fluidized Bed Combustor Dengan Diversifikasi Bahan Bakar Cngkang Kelapa Ke Pemanfaatan Limbah Biomassa Daun Kering Di Lingkungan Kampus UI Depok.”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012. [8] Sabrizal, Achmad. “ Kajian Eksperimental Aliran Dingin Pada Distributor Fkuidized Bed Combustor Universitas Indonesia”Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok 2013. [9] Alfiantoni, Syarief. “Studi Implementasi Distributor dan Exhaust Pipe Modifikasi Pada Fluidized Bed Combustion Universitas Indonesia” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok 2014. d
7 Studi variasi..., Aziz Fahmirriza Rusydi, FT UI, 2015