Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional
© Teknik Sipil Itenas | No.x | Vol.xx Agustus 2014
Studi Kerentanan Pesisir Dengan Metode CVI Di Pantai Desa Lombang Kabupaten Indramayu FERRY MURSYIDAN MANSYUR1, YATI MULIATI2, YESSI NIRWANA KURNIADI2 1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional, Bandung) 2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (Institut Teknologi Nasional, Bandung) e-mail:
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini melakukan analisis kerentanan pesisir di Pantai Desa Lombang Kabupaten Indramayu yang merupakan salah satu pantai di pesisir Utara Pulau Jawa. Lokasi pantai berdekatan dengan PT. Pertamina Unit Pengolahan VI-Balongan. Alur pipa Pertamina melintas sepanjang Desa Lombang ini. Penelitian ini membandingkan nilai CVI (Coastal Vulnerability Index) dari tahun ke tahun dimulai pada tahun 1993 hingga 2008. Metode penelitian mengumpulkan data pada parameter CVI yaitu; geomorfologi, kenaikan muka air laut relatif, rata-rata tunggang pasang surut, rata-rata tinggi gelombang, kemiringan pantai, dan perubahan garis pantai. Pada penelitian ini sebagian besar data berasal dari hasil praktikum rekayasa pantai mahasiswa jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Bandung. Data lain merupakan data sekunder dari beberapa sumber. Hasil penilaian CVI secara total menunjukkan pada tahun 19931994 memiliki kerentanan sangat tinggi dengan nilai indeks CVI 28,87, dan pada tahun 2007-2008 tergolong tinggi dengan nilai indeks CVI 16,33, sementara tahun lainnya memiliki kerentanan tergolong kondisi sedang. Dari hasil analisis didapatkan bahwa perubahan garis pantai sangat mempengaruhi nilai CVI pada lokasi tersebut. Kata kunci: CVI, kerentanan, pesisir ABSTRACT This study is to analyze the coastal vulnerability at Lombang Village of Indramayu district which is one of the beaches on the north coast of Java. There are Pertamina Refinery Unit VI-Balongan near this area and the pipeline transport across along Lombang Village. This study compares the CVI (Coastal Vulnerability Index) value from year to year began in 1993 to 2008. The study method is to collect data for the CVI parameters; geomorphology, relative sea level rise, average tides range, average wave height, beach slope, and shoreline changes. In this study most data are from coastal engineering practicum student in Civil Engineering, Institut Teknologi Nasional Bandung. The other data are secondary data from various sources. CVI assessment results indicate the year 1993-1994 has a very high vulnerability with CVI index is 28.87, while the other has a relatively moderate conditions of vulnerability. From analysis results, the shoreline changes greatly affected to the CVI value on this location. Key words: coastal vulnerability index, vulnerability, coastal Rekaracana - 1
Mursyidan, F., Muliati, Y., Nirwana, Y
1. LATAR BELAKANG Perubahan garis pantai di pesisir Utara pulau Jawa juga merupakan salah satu permasalahan yang sangat penting. Saat ini pesisir pulau Jawa telah mencapai titik kritis dimana perubahan garis pantai tersebut dapat mendatangkan kerugian khususnya bagi masyarakat setempat. Salah satu daerah di pesisir Utara Jawa yang ditinjau yaitu pantai di Indramayu. Pantai Indramayu tergolong wilayah kritis terjadinya perubahan garis pantai. Jika ini tidak cepat ditanggulangi maka akan berdampak kerugian yang sangat besar buat masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir tersebut, karena dapat mengakibatkan kehilangan daerah permukiman dan terganggunya pipa Pertamina. Untuk itu perlu dilakukan Studi Kerentanan Pesisir di daerah Indramayu untuk mengetahui seberapa besar penanggulangan yang diperlukan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Istilah tentang kepantaian dalam bahasa Indonesia yang sering salah pemahaman, yaitu pesisir (coast) dan pantai (shore). Pesisir adalah daerah tepi daratan yang masih mendapat pengaruh dari laut, seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut. Sedangkan pantai adalah daerah tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak mulai dari muka air pasang laut yang mengarah ke daratan. Daerah lautan adalah daerah yang terletak mulai dari muka air surut yang mengarah ke lautan. Garis pantai adalah daerah batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak tetap tergantung pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya sesuai dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan. Kerentanan merupakan kemudahan untuk terkena dampak dari faktor dari luar. Menurut Zakieldeen, SA. (2009) kerentanan adalah potensi untuk melawan/merespon, yang dipicu oleh kejadian atau perubahan dan kemampuan bangkit kembali dari pengaruh kejadian tersebut. Wilayah pesisir adalah wilayah pertemuan antara daratan dan laut ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan karena kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran, (Suprihayono, 2007). Terkait dengan kerentanan suatu tempat, wilayah pesisir sangat rentan terhadap perubahan kondisi alam akibat dari interaksi dari ketiga unsur alam yaitu daratan, lautan, dan juga atmosfer. Dari ketiga unsur alam tersebut yang berdampak lebih besar di wilayah pesisir yaitu dampak yang diakibatkan dari lautan. Terlepas dari dampak positif yang dapat ditimbulkan yaitu berupa pemanfaatan potensi lautan. Terdapat dampak negatif berupa permasalahan yang ditimbulkan oleh arus dan gelombang yang dapat dengan mudah menimbulkan kerugian sehingga dapat mengganggu wilayah pesisir. Dampak dari arus dan gelombang tersebut yang dapat mengakibatkan pada kerentanan wilayah pesisir yaitu: erosi, abrasi, dan sedimentasi. Di setiap wilayah pesisir dapat terjadi ketiga dampak tersebut tergantung dari kondisi fisik dari wilayah pesisir tersebut. Oleh karena itu, penilaian tingkat kerentanan fisik dari suatu Rekaracana - 2
Studi Kerentanan Pesisir Dengan Metode CVI Di Desa Pantai Lombang Kabupaten Indramayu
pesisir dapat menggunakan metode Coastal Vulnerability Index (CVI) yang diperkenalkan oleh Gornitz (1997). 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Mengumpulkan data praktikum rekayasa pantai mahasiswa Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional (foto kondisi dan peta kontur) Mengumpulkan data dari sumber yang lain seperti: Data Kenaikan Muka Laut Relatif, Data Tunggang Pasang Surut Mengolah data berdasarkan parameter CVI. Menentukan Nilai CVI Menganalisis Nilai CVI
Pada penelitian ini yang menjadi permasalahan utama yaitu kerusakan pantai akibat dari aspek fisik pantai tersebut. Untuk melakukan penelitian tingkat kerentanan pesisir suatu pantai dalam penelitian ini digunakan metode CVI yang dikembangkan oleh Thieler dan Klose tahun 2002, yang terdiri dari enam parameter yaitu, geomorfologi, perubahan garis pantai, slope pantai, kenaikan muka air laut, pasang surut, dan gelombang. Pengumpulan data menggunakan data-data sekunder yang sebagian besar bersumber dari Laporan Praktikum Rekayasa Pantai Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Bandung yang telah dilakukan sejak tahun 1993. Dan juga data untuk kenaikan muka air relatif bersumber dari Peneliti bidang Klimatologi Institut Pertanian Bogor oleh Bambang Dwi Dasanto (2010). Seluruh data yang diperoleh dihubungkan dengan keenam parameter dari CVI yang selanjutnya akan dibahas mulai dari tahun 1993 sampan dengan 2012. Setiap pengambilan data dalam laporan Praktikum Rekayasa Pantai dilakukan berdasarkan parameter yang terdapat pada Metode CVI yaitu : Tabel 1 Parameter CVI Tingkat Kerentanan
Sangat Rendah (nilai=1)
Rendah (nilai=2)
Sedang (nilai=3)
Tinggi (nilai=4)
Sangat Tinggi (nilai=5)
Geomorfologi
Bertebing tinggi
Bertebing sedang, pantai berlekuk
Bertebing rendah, aliran glacial
Bangunan pantai, lagoon, estuari
Pantai berpasir, pantai berkerikil, delta, bakau, terumbu karang
< 1.8
1.8 - 2.5
2.5 - 3.0
3.0 - 3.4
> 3.4
> 6.0
4.1 - 6.0
2.0 -4.0
1.0 - 1.9
< 1.0
< 0.55
0.55 - 0.85
0.85 - 1.05
1.05 - 1.25
> 1.25
> 0.115
0.115 - 0.055
0.055 - 0.035
1.0-2.0 (akresi)
0.035 - 0.022 -1.0 hingga 2.0 (erosi)
< 0.022
-1.0 hingga +1.0 (stabil)
Kenaikan Muka Laut Relatif (mm/tahun) Rata-rata range pasang surut (m) Rata-rata tinggi gelombang (m) Slope pantai Perubahan garis pantai (m/tahun)
> 2.0 (akresi)
< -2.0 (erosi)
Perhitungan nilai skor indeks kerentanan dilakukan berdasarkan orisinalitas konsep perhitungan nilai indeks kerentanan dalam metode CVI, yakni merupakan akar dari perkalian tiap nilai bobot variabel dibagi jumlah variabel sebagai berikut (Thieler and Hammar-Klose, 1999) : Rekaracana - 3
Mursyidan, F., Muliati, Y., Nirwana, Y
…………………………………….. (1)
CVI =
Dimana CVI = nilai (skor) CVI, a, b, c, d, e, dan f adalah bobot variabel berturut-turut; geomorfologi, kenaikan muka air laut relatif, rata-rata tunggang pasang surut, rata-rata tinggi gelombang, kemiringan pantai, dan perubahan garis pantai. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geomorfologi Pantai desa Lombang bagian Utara berbatasan dengan Laut Jawa. Pada bagian barat terdapat Muara Gabus yang berfungsi juga sebagai tempat masuknya kapal nelayan yang mau melelang ikannya karena pada sungai tersebut terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Limbangan dan juga terdapat krib tegak lurus pantai (Jetty). Krib tegak lurus pantai dibangun pada tahun 1994. Pada pesisir bagian selatan terdapat tambak, permukiman penduduk, dan juga jaringan pipa gas dan minyak milik Pertamina Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH-JBB). Pada bagian Timur memanjang Pantai Tirtamaya yang merupakan pantai wisata. Pantai Desa Lombang ini merupakan pantai berpasir berwarna abu-abu kehitaman, seperti terlihat pada Gambar 1. Mulai dari tahun 1993 sampai tahun 2008 bentuk geomorfologi di pantai Desa Lombang tidak terdapat perbedaan yang signifikan, yaitu pantai berpasir berwarna abu-abu kehitaman.
Gambar 1. Situasi Lokasi Studi
4.2 Perubahan Garis Pantai Perhitungan perubahan garis pantai dilakukan dengan cara membuat garis referensi dari BMCMK 1993 (Bench Mark Cimanuk tahun 1993), yaitu dengan menarik garis dari BMCMK tersebut dengan arah 1350 dari Utara sejauh 250 m, kemudian setiap 50 m atau 2,5 cm Rekaracana - 4
Studi Kerentanan Pesisir Dengan Metode CVI Di Desa Pantai Lombang Kabupaten Indramayu
ditarik garis tegak lurus pantai dari garis tersebut hingga mencapai kontur 0,0 untuk perhitungan garis pantai. Pada tahun 1993-1994 terdapat erosi yang sangat besar yaitu berkisar 49,6 m. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut belum terdapat sama sekali struktur pelindung pantai di lokasi studi. Pada tahun 1994-1995 terjadi akresi atau kemajuan garis pantai yang tergolong besar yaitu 98,8 m, hal ini terjadi karena pada akhir tahun 1994 telah dibangun struktur pelindung pantai dari susunan batu yang tegak lurus dengan garis pantai. Pada tahun 1995-1996 tetap terjadi akresi tetapi tidak besar yaitu 8 m, hal ini dikarenakan pada tahun 1996 struktur pelindung yang tegak lurus terhadap pantai, sebagian besar terbawa arus, dan mulut muara sungai Gabus tertutup sedimen. Keadaan yang sama terjadi dari tahun 1996 hingga tahun 2002. Oleh karena itu ditinjau kondisi tahun 2003-2004, dimana masih tetap mengalami akresi yaitu sejauh 8,8 m. Kemajuan garis pantai ini sebagai akibat dari dibangunnya krib tegak lurus pantai dari batu belah pada tahun 2003. Selanjutnya pada tahun 2007-2008 terjadi akresi sekitar 14 m, ini dikarenakan pada awal tahun 2008 dilakukan penambahan krib tegak lurus pantai yang berupa tetrapod tetapi masih dalam jumlah sedikit. 4.3 Kemiringan Pantai (Slope) Pada perhitungan kemiringan pantai dilakukan dengan cara seperti pada perhitungan perubahan garis pantai, tetapi garis tegak lurus ditarik sampai kedalaman -1,5 m. Perhitungan dilakukan sampai kedalaman -1,5m karena tunggang pasang surut di lokasi penelitian yaitu 1,2m. Hasil perhitungan kemiringan pantai secara manual di Desa Lombang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Rata-rata Kemiringan Garis Pantai
Tahun Rata-rata Kemiringan Pantai
1993
1994
1995
1996
2003
2004
2007
2008
0,011
0,014
0,030
0,019
0,011
0,008
0,009
0,005
Dapat dilihat dari Tabel 2 kemiringan pantai dari tahun ke tahun tidak ada perbedaan yang jauh. Secara umum berkisar antara 0,005 – 0,03, artinya pantai relatif sangat landai, dan mengacu pada Tabel 1 yaitu antara nilai = 4 untuk tingkat kerentanan tinggi sampai dengan nilai = 5 untuk tingkat kerentanan sangat tinggi. 4.4 Rata-rata Tunggang Pasang Surut Prediksi tunggang pasang surut diambil dari data pada DAFTAR PASANG SURUT KEPULAUAN INDONESIA oleh DINAS HIDRO-OSEANOGRAFI TNI AL tahun 1995 dan 2008 dan menggunakan stasiun Cirebon. Stasiun Cirebon adalah stasiun terdekat dari lokasi studi. Untuk stasiun Cirebon, data tunggang pasang surut tahun 1995 sama dengan tahun 2008. HWL = MSL + komponen Pasut = 0,6 + (0,16+0,1+0,06+0,05+0,14+0,05+0,05) = 1,21 LWL = MSL - komponen pasut = 0,6 - (0,16+0,1+0,06+0,05+0,14+0,05+0,05) = -0,01 m
Rekaracana - 5
Mursyidan, F., Muliati, Y., Nirwana, Y
Tunggang Pasut = HWL – LWL
=1,21 - (-0,01) =1,22 m
Jadi tunggang pasut senilai 1,22 m untuk tahun 1995-2008 digunakan sebagai tunggang pasang surut secara menyeluruh pada penelitian ini, dan mengacu pada Tabel 1, nilai = 4 untuk tingkat kerentanan tinggi. 4.5 Rata-rata Tinggi Gelombang Mengacu pada penelitian Degen E Kalay (2009), data gelombang diperoleh dari hasil analitik dengan model memperlihatkan bahwa pada musim Barat tinggi gelombang berkisar antara 0,01-1,18 m. musim peralihan I kisaran tinggi gelombang antara 0,10-1,00 m, musim Timur tinggi gelombang antara 0,09-0,72 m. kisaran tinggi gelombang keseluruhan pada musim peralihan II adalah 0,13-0,76 m. Kemudian dihubungkan dengan tanggal pelaksanaan pratikum pantai yang dilakukan di Desa Lombang Kabupaten Indramayu, dan didapatkan hasil kisaran gelombang tersebut. Berikut ini hasil penilaian gelombang berdasarkan tanggal praktikum pada setiap tahun : Tabel 3 Tinggi Gelombang
Tinggi Gelombang
Tanggal Praktikum
Musim
1993 1994 1995 1996
13-Nop-93 12-Nop-94 15-Okt-95 15-Okt-96
Peralihan Peralihan Peralihan Peralihan
2003 2004 2007 2008
05-Okt-03 09-Okt-04 03-Des-07 01-Des-08
Peralihan II Peralihan II Musim Barat Musim Barat
Tahun
II II II II
0,13-0,76 0,13-0,76 0,13-0,76 0,13-0,76
m m m m
0,13-0,76 0,13-0,76 0,01-1,18 0,01-1,18
m m m m
4.6 Kenaikan Muka Air Laut Relatif Data kenaikan muka air laut pada penelitian ini diambil dari hasil penelitian Bambang Dwi Dasanto yang merupakan peneliti bidang klimatologi Institut Pertanian Bogor, dimana pada lokasi studi Kabupaten Indramayu data tren kenaikan muka laut sebesar 0,01 m/tahun atau 10 mm/tahun. Pada hasil yang telah dikemukakan jika dihubungkan dengan parameter CVI semuanya berada pada parameter yang sangat tinggi kerentanan pesisirnya yaitu lebih dari 3,4 mm/tahun. 4.7 Penilaian CVI Sistem pemberian nilai kerentanan pesisir masing-masing variabel ditentukan berdasarkan kisaran data masing-masing variabel. Indikator setiap variabel dalam penentuan kerentanan berdasarkan dari nilai angka 1 sampai 5. Dan pada skala satu dinilai tingkat kerentanan yang sangat rendah sedangkan pada skala tertinggi angka lima tergolong tingkat kerentanan yang sangat tinggi. Hasil dari setiap penilaian parameter untuk tiap tahun disajikan pada Tabel 5. Rekaracana - 6
Studi Kerentanan Pesisir Dengan Metode CVI Di Desa Pantai Lombang Kabupaten Indramayu
Tabel 5. Penilaian CVI
Tahun 1993-1994 1994-1995 1995-1996 2003-2004 Geomorfologi Kenaikan Muka Air Laut Relatif Rata-rata Range Pasang Surut Rata-rata Tinggi Gelombang Kemiringan Pantai Perubahan Garis Pantai Nilai CVI
5 5 4 2 5 5 28,87 Sangat Tinggi
2007-2008
5 5 4 2 4 1 11,55
5 5 4 2 5 1 12,91
4 5 4 2 5 1 11,55
4 5 4 4 5 1 16,33
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Kondisi ada dan tidaknya bangunan pantai mempengaruhi penilaian CVI. Pada tahun 19931996 parameter geomorfologi tergolong sangat tinggi, karena tidak ada bangunan pelindung pantai, sedangkan pada tahun 2003-2008 adanya bangunan krib tegak lurus pantai, menjadikan parameter geomorfologi masuk kategori tinggi. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penilaian CVI secara total dari tahun 1993-2008 menunjukkan kondisi pantai yang kerentanannya sangat tinggi (sangat rentan) yaitu 28,87 pada tahun 1993-1994 dan pada tahun 2007-2008 tergolong tinggi yaitu 16,33. Sementara tahun lainnya, kerentanan tergolong kondisi sedang. Jadi dari hasil analisis didapatkan bahwa perubahan garis pantai sangat mempengaruhi nilai CVI pada lokasi tersebut. Terlebih lagi apabila terjadi erosi yang berdampak pada sangat rentannya suatu pantai. 2. Pada hasil tinggi gelombang didapatkan berdasarkan waktu praktikum pantai sehingga nilai CVI tergantung pada tinggi gelombang pada saat musim dimana praktikum dilaksanakan pada tahun tersebut. 3. Setiap dilakukan penanggulangan dengan bangunan pelindung sejajar dengan pantai yang dipasang di mulut Muara Sungai Gabus, garis pantai di Desa Lombang terjadi kemajuan (sedimentasi), sehingga nilai CVI tersebut semakin rendah tingkat kerentanannya. 4. Penanggulangan pantai yang dilakukan di pantai Desa Lombang Kabupaten Indramayu sudah tepat dilakukan yaitu dengan membangun bangunan krib tegak lurus pantai untuk menanggulangi erosi di lokasi tersebut.
Rekaracana - 7
Mursyidan, F., Muliati, Y., Nirwana, Y
DAFTAR RUJUKAN Anonim. (1995). Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia. Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Jakarta. Anonim. (2008). Daftar Pasang Surut Kepulauan Indonesia. Dinas Hidro-Oseanografi TNI AL. Jakarta. Dasanto, B.D. (2010). Penilaian Dampak Kenaikan Muka Air Laut Pada Wilayah Pantai : Studi Kasus Kabupaten Indramayu. Instutut Pertanian Bogor. Jakarta. Gornitz, V. (1997). Global Coastal hazards from future sea level rise. Palaeogeography. Palaeoclimatology. Palaeocology (Global and Planetary Change Section) . Elsevier Science Publishers B.V, Amsterdam. Kalay, E.D. (2009). Karakteristik Gelombang Pada Perairan Teluk Indramayu. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Supriharyono. (2007). Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Penerbit Pustaka Pelajar Jakarta. Triatmodjo, B. (1996). Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta. Thieler, E. R and Klose, E.H. (2000). National Assesment of Coastal Vulnerability to Sea-Level Rise:Preliminary Result for the U.S. Pacific Coast, U.S Geological Survey Woods Hole, Massachusetts. Zakieldeen, SA. (2009). Adaptation to Climate Change: A Vulnerabilty Assesment for Sudan. The gatekeeper series International Institute for Environment and Development (IIED), Sudan.
Rekaracana - 8