STUDI EKSPERIMENTAL OCTANE BOOSTER MENGGUNAKAN REAKTOR NAPHTHALENE DENGAN VARIASI UKURAN NAPHTHALENE PADA YAMAHA MIO 155 CC
Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: YUSUF NIM : D200130221 NIRM : 13.6.106.03030.50221
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
HALAMAN PERSETUJUAN
Tugas akhir ini berjudul “Studi Eksperimental Octane Booster Menggunakan Reaktor Naphthalene Dengan Variasi Ukuran Naphthalene Pada Yamaha Mio 155 cc” telah disetujui pembimbing tugas akhir untuk dipertahankan didepan dewan penguji sebagai syarat awal untuk memperoleh gelar sarjana S-1 teknik mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Disusun oleh
:
Nama
: Yusuf
NIM
: D200130221
Disetujui pada
:
Hari
: .......................
Tanggal
: .......................
Pembimbing TA,
Ir. Sartono Putro, MT.
i
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas akhir ini disahkan oleh dewan penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 teknik mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dipersiapkan oleh : Nama
: Yusuf
NIM
: D200130221
Disahhkan pada
:
Hari
: .......................
Tanggal
: .... ...................
Dewan penguji
:
Ketua
: Ir. Sartono Putro ,MT. (.....................................)
Anggota 1
: Ir. Subroto, MT.
(.....................................)
Anggota 2
: Ir. Tri Tjahjono, MT.
(.....................................)
Mengetahui, Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Yusuf
NIM
: D200 130 221
Fakultas/Jurusan
: Teknik/Teknik Mesin
Judul
: Studi Eksperimental Octane Booster Menggunakan Reaktor Naphthalene Dengan Variasi Ukuran Naphthalene Pada Yamaha Mio 155 cc
Menyatakan bahwa tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 19 Juli 2017
Yusuf iii
STUDI EKSPERIMENTAL OCTANE BOOSTER MENGGUNAKAN REAKTOR NAPHTHALENE DENGAN VARIASI UKURAN NAPHTHALENE PADA YAMAHA MIO 155 CC ABTRAKSI Banyaknya kendaraan bermotor keluaran saat ini dengan rasio kompresi antara 9:1-11:1 harus didukung bahan bakar yang beroktan tinggi agar tidak terjadi knocking atau detonasi dalam ruang bakar akibat tekanan kompresi yang tinggi. Seharusnya penggunaan bahan bakar disesuaikan rasio kompresi. Karena terlalu rendah dan jika terlalu tinggi spesifikasi bahan bakar tidak maksimal performanya. Dalam penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh penggunaan octane booster menggunakan reaktor naphthalene pada Yamaha Mio 155 cc, dimana dalam studi eksperimental ini pengujian menggunakan dinamometer untuk mengetahui performa sepeda motor terhadap torsi, daya dan konsumsi bahan bakar. Studi eksperimental ini bermaksud mengetahui dan mengalisa pengaruh penggunaan octane booster menggunakan reaktor naphthalene dengan variasi ukuran volume naphthalene yaitu 3,395 cm3/biji, 1,707 cm3/ biji dan ditumbuk acak, dengan bahan bakar pertalite. Dari hasil pengujian membandingkan penggunaan bahan bakar pertalite 100% dengan tambahan variasi naphthalene tersebut mengalami peningkatan torsi dan daya yang cukup signifikan dan terjadi penurunan konsumsi bahan bakar pada putaraan mesin 2000 rpm sampai 4500 rpm. Penggunaan bahan bakar pertalite ditambah reaktor naphthalene dimana naphthalene ditumbuk acak menghasilkan torsi dan daya paling maksimum yaitu sebesar 9,36 Nm dan 6,07 kW pada putaran mesin 6000 rpm dan 7000 rpm. Kata Kunci : Naphthalene, reaktor naphthalene, torsi, daya, octane booster.
ABTRACTION The number of motor vehicles output current with a compression ratio between 9:1-11:1 should be supported by high-octane fuel in order to avoid knocking or detonation in the combustion chamber due to high compression pressure. It should be fuel consumption adjustable compression ratio. Because too low a fuel specification will result in reduced power, whereas if too high is not maximal performance. In this study will examine the effect of using octane booster using naphthalene reactor in Yamaha Mio 155 cc, which in this experimental study test using dynamometer to know motorcycle performance to torque, power and fuel consumption. This experimental study intends to know and analyze the effect of naphthalene ie 3,395 cm3 / seed, 1,707 cm3 / seed and pounded randomly, with fuel of Pertalite. From the test results comparing the use of 100% of pertalite fuel with additional variations of naphthalene has increased torque 1
and significant power and there is a decrease in fuel consumption in the engine rpm 2000 rpm to 4500 rpm. The use of peripheral fuel plus a naphthalene reactor where randomly, crushed naphthalene produces maximum torque and power of 9,36 Nm dan 6.07 kW at 6000 rpm and 7000 rpm. Keywords: Naphthalene, naphthalene reactor, torque, power, octane booster.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kendaraan bermotor keluaran saat ini dengan rasio kompresi antara 9:1-11:1 harus didukung bahan bakar yang beroktan tinggi agar tidak terjadi knocking atau detonasi dalam ruang bakar akibat tekanan kompresi yang tinggi. Seharusnya penggunaan bahan bakar disesuaikan rasio kompresi. Karena terlalu rendah spesifikasi bahan bakar akan mengakibatkan tenaga berkurang, sedangkan jika terlalu tinggi tidak maksimal tenaganya. Kendaraan berasio kompresi 7:1-9:1 lebih cocok menggunakan bahan bakar beroktan 88. Pertalite yang beroktan 90 cocok untuk kendaraan dengan kompresi rasio 9:1-10:1. Pertamax beroktan 92 disarankan untuk kendaraan berasio kompresi 10:-11:1, sedangkan bahan bakar beroktan 95 sangat cocok untuk kendaraan dengan rasio kompresi 11:1-12:1 (Tri Yuswidjajanto, 2015). Namun permasalahan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM) beroktan tinggi seperti pertamax 92 dan pertamax turbo menimbulkan biaya pengeluaran dalam kehidupan sehari-hari semakin bertambah. Pertalite beroktan 90 dilihat dari segi harga merupakan lebih murah dibandingkan pertamax 92 dan pertamax turbo, selain lebih murah ketersediaan pertalite lebih mudah didapat di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Pertalite bisa menjadi alternatif dengan cara meningkatkan nilai oktan. Beberapa cara tersebut antara lain dengan menambahkan naphthalene, ethanol, Tetraethyl Lead (TEL), dan Methyl Tertiary Butyl Ether (MTBE) kedalam larutan bahan bakar. Dalam studi eksperimental ini hanya menggunakan naphthalene sebagai peningkat nilai oktan, dengan menambahkan uap naphthalene kedalam ruang bakar. Alasan naphthalene sebagai bahan penambah studi eksperimental karena 2
mudah didapat dalam pasaran. Naphthalene yang sebenarnya produk untuk pengharum, anti jamur dan pencegah serangga ternyata bisa meningkatkan angka oktan dari premium. Naphthalene adalah hidrokarbon kristlalin aromatik berbentuk padatan berwarna putih dengan rumus molekul C10C8 dan berbentuk dua cincin benzena yang bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap yang dihasilkan bersifat mudah terbakar. Naphthalene memiliki kemiripan sifat yang kemungkinannya menjadi aditif premium untuk meningkatkan angka oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran baik, mudah menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-bagian mesin. Dari latar belakang diatas penulis ingin melakukan studi eksperimental octane booster menggunakan reaktor naphthalene dengan variasi ukuran 3,395 cm3/biji, 1,707 cm3/biji, dan ditumbuk acak pada Yamaha mio 155 cc. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari studi eksperimental ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan reaktor naphthalene sebagai octane booster dengan variasi ukuran 3,395 cm3/biji, 1,707 cm3/biji, dan ditumbuk acak terhadap unjuk kerja pada Yamaha mio 155 cc. 2. Untuk mengetahui jenis ukuran naphthalene mana yang paling optimal dan unjuk kerja Yamaha Mio 155 cc yang optimum, yang meliputi torsi, daya dan tingkat konsumsi bahan bakar.
1.3 Batasan Masalah Batasan-batasan
masalah
berdasarkan
latar
belakang
dan
perumusan masalah diatas eksperimen ini berkonsentrasi pada : 1.
Mesin yang digunakan adalah kendaraan matic roda dua Yamaha Mio 155 cc dengan sylinder block dan piston modifikasi merk Khawahara.
3
2.
Pengujian unjuk kerja mesin dilakukan dengan chasis kendaraan dalam keadaan diam untuk uji torsi, daya, dan uji konsumsi bahan bakar.
3.
Bahan bakar yang digunakan adalah pertalite beroktan 90, dengan tambahan octane booster dengan reaktor naphthalene yang terpasang pada intake manifold kendaraan.
4.
Pengujian torsi dan daya dengan menggunakan inersia dynamometer pada rpm 5000, 5500, 6000, 6500, 7000, 7500, 8000, 8500, 9000.
5.
Pengujian konsumsi bahan bakar dimulai pada rpm 2000, 3000, 4000, 5000, 6000.
6.
Mengabaikan pengujian emisi gas buang.
2. METODE PENELITIAN 2.1 Diagram Alir
Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian 4
2.2 Bahan Dan Alat Penelitian 2.2.1 Bahan Penelitian 1. Naphthalene merk Bagus massa 300 gram dengan tiga perbedaan ukuran setiap bijinya yaitu : a. Naphthalene volume 3,395 cm3/Biji = N1 b. Naphthalene volume 1,707 cm3/Biji = N2 c. Naphthalene ditumbuk acak = N3 2.2.2 Alat Penelitian 1. Dinamometer 2. Sepeda motor Yamaha Mio 155 cc 3. Reaktor naphthalene 4. Digital tachometer
5. Stopwatch 6. Burret 7. Tools set 8. Timbangan digital
2.2.3 Instalasi Alat Reaktor Naphthalene Pada Mesin
Gambar 2.2 Instalasi Alat Reaktor Naphthalene Pada Mesin Keterangan : 1. 2. 3. 4.
Filter udara One way valve Tabung naphthalene Tabung water bubler
5. 6. 7. 8.
5
Katup pengatur udara Karburator Filter udara karburator Intake manifold
2. 3 Prosedur Pengujian 2.3.1 Tahapan Pengujian Torsi dan Daya Pengujian torsi dan daya dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Menyiapkan sepeda motor, memastikan mesin sepeda motor dalam kondisi laiak tidak ada kerusakan maupun masalah lain. 2. Menyiapkan
bahan
bakar
pertalite,
naphthalene,
reaktor
naphthalene, toolbox set, kamera dokumentasi, serta mengatur tata letak peralatan. 3. Mengecek ulang kondisi reaktor naphthalene agar bisa berfungsi secara maksimal. 4. Mengisi naphthalene kedalam tabung reaktor dan mengisi bubler dengan air sebelum dilakukannya pengujian guna mempersingkat waktu. 5. Menaikkan sepeda motor keatas dinamometer. 6. Memasangkan sepeda motor pada chasis dyinamometer dengan mencekam
roda
depan
secukupnya
agar
tidak
roboh
dan
mempoisikan roda belakang tepat pada roller wheel dynamometer. 7. Memasang selang burret pada karburator sebagai penyuplai bahan bakar sepeda motor selama pengujian. 8. Memasukkan bahan bakar pertalite kedalam burret sampai penuh. 9. Memasang kabel pulse tachometer ke kabel negatif koil untuk membaca besarnya putaran mesin kemudian menyalakan mesin dan panel monitor dinamomter untuk memastikan putaran mesin dan putaran roller wheel terbaca. 10. Memasangkan reaktor naphthalene ke selang saluran intake manifold dan memposisikan berdiri tegak agar berfungsi secara maksimal, usahakan dalam kondisi normal tidak ada kebocoran setiap sambungan selang dan tutup tabung reaktor.
6
11. Mengganti busi sepeda motor yang lama dengan busi yang baru dengan tujuan agar pengapian dalam ruang bakar lebih baik dari sebelumnya. 12. Setelah tahapan diatas selesai, kemudian menyalakan mesin sepeda motor untuk mencoba kesiapan apakah panel monitor dapat menampilkan kecepatan putaran mesin dan memanasi mesin motor sampe kondisi temperature kerja 80-900C. 13. Ketika pengambilan sampel data, motor digas secara spontan dari rpm 4000 sebagai awal perekaman data hingga mencapai 9000 rpm, gas dilepas secara spontan ketika mencapai 9000 rpm, tunggu sampai putaran mesin turun pada rpm 4000 kemudian digas spontan lagi. Hal tersebut dilakukan berulang tiga kali sampai diperoleh hasil torsi dan daya terbaik dan akurat. 14. Hasil perekaman data dapat dilihat pada monitor, hasil terbaik digunakan sebagai sampel data yang nantinya digunakan. 15. Mengulangi poin 8-14 ketika pengambilan sampel data berikutnya. 2.3.2 Tahapan Pengujian Konsumsi Bahan Bakar 1. Dalam pengujian konsumsi bahan bakar menggunakan gelas ukur (burret) dan alat bantu stopwatch sebagai pewaktu seberapa lama konsumsi bahan bakar mesin dalam seberapa mililiter. Adapun alat lainnya yaitu tachometer untuk mengetahui putaran mesin dalam satuan rpm. Pencatatan sampel data dilakukan tiga kali setiap rpm yang sama yang nantinya hasil tersebut dihitung rata-ratanya. 2. Posisikan sepeda motor pada standar tengah agar mudah dalam pengambilan sampel data. 3. Siapkan bahan bakar pertalite, burret, stopwatch, tachometer dan reaktor naphthalene. Dalam pembacaan alat ukur dibutuhkan minimal tiga orang, satu orang untuk mengamati burret dan mengoperasikan stopwatch, satu orang mengoperasikan tachometer, 7
dan satu orang untuk menahan gas agar putaran mesin tetap terjaga dalam rpm tertentu. 4. Memasangkan burret pada tiang penahan agar tidak ada guncangan untuk mempermudah pembacaan. Setelah itu pasangkan ujung selang burret pada karburator sebagai penyulplai bahan bakar. 5. Membuka case penutup kipas impeller poros engkol dan tandai satu titik putih pada baut kipas impeller menggunakan cat putih untuk mempermudah pembacaan laser pointer tachometer. 6. Memasangkan reaktor naphthalene dan mengisikan naphthalene pada tabung reaktor. 7. Mengisi burret dengan bahan bakar pertalite sampe penuh. 8. Menyalakan mesin dan memastikan semua alat ukur yang digunakan berfungsi dengan baik. 9. Sesuaikan putaran idle mesin pada sekitar 1500-1600 rpm dengan alat bantu digital tachometer. 10. Menahan gas motor pada putaran mesin setiap rpm 2000, 3000, 4000, 5000 , 6000. Mencatat waktu hasil konsumsi bahan bakar setiap 5 ml pada setiap rpm 2000, 3000, 4000, 5000 dan 6000. 11. Setiap penggantian variasi ukuran naphthalene, usahakan mesin mati selama 5-10 menit agar mesin tidak terlalu panas. 12. Mengulangi poin 6 sampai 11 untuk melakukan pengujian dengan variasi ukuran naphthalene yang berbeda.
8
3. HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUJIAN 3.1 Hasil Dan Pembahasan Pengujian Torsi Tabel 3.1 Hasil Pengujian Torsi Mesin (Nm)
1 2 3 4
Bahan Bakar Pertalite 100%
Putaran Mesin (RPM) 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 6,85
7,59
8,68
8,41
7,47
7,19
7,05
5,97
5,02
Pertalite+N1 Pertalite+N2 Pertalite+N3
8,13 7,46 8,27
8,68 7,86 8,68
8,84 9,11 9,36
8,24 8,81 8,88
7,86 7,86 8,41
7,32 7,12 7,46
7,19 6,78 6,91
6,2 6,24 6,24
5,15 5,02 5,56
10
Pertalite
9 8
Pertalite + N1
Torsi (Nm)
No
7 Pertalite + N2
6 5
Pertalite + N3
4
4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
Putaran Mesin (RPM x 1000)
Gambar 3.1 Perbandingan Torsi Terhadap Putaran Mesin Berdasarkan Gambar 3.1, grafik menunjukkan perbedaan torsi yang dihasilkan dari pengujian yang hanya menggunakan bahan bakar pertalite dan menggunakan tambahan reaktor naphthalene. Terjadi peningkatan
torsi
setelah
dipasang
alat
reaktor
naphthalene
dibandingkan hanya menggunakan bahan bakar pertalite 100%. Peningkatan torsi dikarenakan adanya pengaruh tambahan atau penggemukkan udara segar yang mengandung uap zat naphthalene yang mudah terbakar dari tabung reaktor tabung kedalam ruang bakar.
9
Torsi paling besar diperoleh dari bahan bakar yang ditambah reaktor naphthhalene dengan ukuran napthalene paling kecil yang ditumbuk acak yaitu pada putaran mesin 6000 rpm dengan nilai torsi sebesar 9,36 Nm. Torsi terendah yang dihasilkan pada penggunaan bahan bakar pertalite 100% yaitu sebesar 6,85 Nm pada putaran mesin 5000 rpm. Namun mulai terjadi penurunan torsi pada kecepatan putaran mesin 7000 rpm. Jika dilihat dari grafik dan tabel data diatas semakin kecil ukuran naphthalene maka semakin meningkat torsi maksimum yang dihasilkan mesin. 3.2. Hasil dan Pembahasan Pengujian Daya Tabel 3.2 Hasil Hasil Pengujian Daya Mesin (kW)
1 2 3 4
Bahan Bakar Pertalite 100%
Putaran Mesin (RPM) 5000 5500 6000 6500 7000 7500 8000 8500 9000 3,73
4,4
5,37
5,59
5,66
5,52
5,69
4,85
4,55
Pertalite+N1 Pertalite+N2 Pertalite+N3
4,47 4,18 4,55
4,93 5,22 5,54
5,41 5,82 5,8
5,66 6 5,88
5,74 5,82 6,07
5,59 5,69 5,83
5,9 5,52 5,83
5,61 5,44 5,53
5,22 5,37 5,07
6.5 Pertalite
6.0 5.5
Pertalite + N1
5.0
Daya (kW)
No
4.5
Pertalite + N2
4.0
Pertalite + N3
3.5 3.0 4.5
5
5.5
6
6.5
7
7.5
8
8.5
9
9.5
Putaran Mesin (RPM x 1000)
Gambar 3.2 Perbandingan Daya Terhadap Putaran Mesin Berdasarkan Gambar 3.2, grafik menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan dari pengujian menggunakan bahan bakar pertalite dan 10
menggunakan tambahan reaktor naphthalene. Terjadi peningkatan daya setelah dipasang alat reaktor naphthalene dibandingkan hanya menggunakan bahan bakar pertalite 100%. Sama halnya torsi, peningkatan daya juga dikarenakan adanya pengaruh tambahan atau penggemukkan udara segar yang mengandung uap zat naphthalene yang mudah terbakar dari tabung reaktor tabung kedalam ruang bakar. Daya paling besar diperoleh dari bahan bakar yang ditambah reaktor naphthhalene dengan ukuran naphthalene paling kecil yang ditumbuk acak yaitu pada putaran mesin 7000 rpm sebesar 6,07 kW. Daya terendah yang dihasilkan pada penggunaaan bahan bakar pertalite 100% yaitu sebesar 3,73 kW pada putaran mesin 5000 rpm. Namun mulai terjadi penurunan daya pada kecepatan putaran mesin 7500 rpm. Semakin kecil ukuran naphthalene dalam tabung reaktor semakin meningkat daya maksimum yang dihasilkan mesin. 3.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar Analisa perbandingan konsumsi bahan bakar yang dihasilkan dari pengujian dengan memvariasi ukuran volume naphthalene yaitu 3,395 cm3/biji, 1,707 cm3/biji, dan ditumbuk acak terhadap putaran mesin adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Hasil Pengujian Konsumsi Bahan Bakar (gram/detik) No 1 2 3 4
Bahan Bakar Pertalite 100% Pertalite + N1 Pertalite + N2 Pertalite + N3
Putaran Mesin (RPM) 3000 4000 5000
2000
6000
106,53
115,15
135,93
189,16
194,3
56,16 66,73 45,34
77,28 101,63 75,91
97,09 128,98 94,52
138,89 203,25 198,68
249,58 208,04 253,81
11
290
Pertalite
KBB (gr/s)
240 Pertalite +N1
190
Pertalite +N2
140
Pertalite +N3
90 40 1000
2000
3000 4000 5000 Putaran Mesin (RPM)
6000
7000
Gambar 3.4 Perbandingan Konsumsi Bahan Bakar Terhadap Putaran Mesin Berdasarkan
Gambar
3.4.,
grafik
menunjukkan
terjadinya
penurunan konsumsi bahan bakar ketika bahan bakar dipengaruhi uap naphthalene yang masuk keruang bakar pada putaran mesin dari 2000 sampai 4500 rpm. Pada penggunaan bahan bakar pertalite 100% konsumsi bahan bakar untuk rpm 2000 sebesar 106,53 gr/s, rpm 3000 sebesar 115,15 gr/s, rpm 4000 sebesar 135,93 gr/s, kemudian ketika bahan bakar ditambahkan alat reaktor naphthalene terjadi penurunan konsumsi bahan bakar sebagai berikut, pertalite+N1 pada putaran mesin 2000 rpm sebesar 56,16 gr/s, 3000 rpm sebesar 77,28 gr/s, 4000 rpm sebesar 97,09 dan 5000 rpm sebesar 138,89 gr/s. Pertalite+N2 pada putaran mesin 2000 rpm sebesar 66,73 gr/s, 3000 rpm sebesar 101,63 gr/s, 4000 rpm sebesar 128,98 gr/s. Namun pada pertalite+N3 terjadi penurunan konsumsi bahan bakar yang signifikan dibandingkan dengan lainya yaitu pada putaran mesin 2000 rpm sebesar 45,34 gr/s, 3000 rpm sebesar 75,91 gr/s, 4000 rpm sebesar 94,52 gr/s.
12
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan pembahasan data hasil pengujian studi eksperimental octane booster menggunakan reaktor naphthalene dengan variasi ukuran naphthalene terhadap unjuk kerja Yamaha Mio 155 cc didapat kesimpulan sebagai berikut : 1. Penggunaan reaktor naphthalene berpengaruh terhadap kenaikkan titik puncak torsi dan daya setiap satu variabel pengujian. Terjadi kenaikkan karena adanya penambahan atau penggemukkan udara segar yang mengandung uap naphthalene kedalam ruang bakar. Dimana torsi tertinggi pada hasil pengujian adalah sebesar 9,36 Nm pada putaran mesin 6000 rpm yang menggunakan naphthalene ditumbuk acak. Daya tertinggi pada hasil pengujian adalah sebesar 6,07 kW pada putaran mesin 7000 rpm, yang menggunakan naphthalene ditumbuk acak. Terjadi penurunan konsumsi bahan bakar pada putaran mesin 2000 rpm sampai 4500 rpm setelah dipasang alat reaktor naphthalene dibandingkan menggunakan bahan bakar Pertalite 100%. 2. Pengaruh variasi ukuran naphthalene terhadap torsi dan daya adalah semakin kecil ukuran naphthalene maka semakin meningkat pula torsi dan
daya
maksimum
yang
dihasilkan.
Berdasarkan
keterangan
kesimpulan diatas ukuran naphthalene yang ditumbuk acak merupakan ukuran yang paling optimal dibandingkan dengan ukuran naphthalene yang lain dikarenakan semakin kecil ukuran naphthalene semakin mudah terjadinya penyubliman. 4.2 Saran Adapun beberapa saran dalam melakukan studi eksperimental ini adalah sebagai berikut :
13
1. Usahakan kondisi mesin sepeda motor dalam kondisi baik tidak ada kerusakan pada saat pengujian. 2. Sebaiknya debit udara dari tabung reaktor naphthalene yang masuk kedalam intake manifold dihitung dan kemudian dijadikan variasi variabel.
PERSANTUNAN Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segalarahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu dan tanpa halangan berarti yakni dengan judul “Studi Eksperimental Octane Booster Menggunakan Reaktor Naphthalene Dengan Variasi Ukuran Naphthalene Pada Yamaha Mio 155 cc”. Selama proses penyusunan Tugas Akhir penulis sadar bahwa banyak hambatan dan kesulitan yang dialami.Bantuan semangat dan dorongan serta bantuan baik materil maupun non materil tidak lepas dari jasa berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan rahmat, nikmat, karunia dan kasih sayangNya. 2. Ibu dan Bapak atas segala perhatian, doa, dan dukungan baik moral maupun materil yang telah diberikan. 3. Bapak Ir. Sri Sunarjono,MT,Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. 4. Bapak Ir. Subroto, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. 5. Bapak Ir. Sartono Putro, MT. selaku pembimbing utama yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini.
14
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin yang telah begitu banyak memberikan pengetahuan yang tiada ternilai, 7. Seluruh
rekan-rekan
Mahasiswa
Teknik
Mesin
Universitas
Muhammadiyah Surakarta yang telah berjasa besar dalam proses penelitian dan penulisan Tugas Akhir. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
15
DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2003. Motor Bensin Pada Mobil. Malang: Yrama Widya. Daryanto dan Ismanto Setyabudi. 2014. Teknik Motor Diesel. Bandung: CV.Alfbeta. Hidayat, Wahyu. 2012. Motor Bensin Modern. Jakarta: Rineka Cipta. Https://en.m.wikipedia.org/wiki/Naphthalene, diunduh 3 Maret 2017. Kabib, Masruki. 2009. Pengaruh Pemakaian Campuran Premium Dengan Champhor Terhadap Performasi Dan Emisi Gas Buang Mesin Bensin Toyota Kijang Seri 4K. Kudus: Universitas Muria Kudus. Pulkrabek, Williard W. 2004. Engineering Fundamentals of the Internal Combustion Engine, Second Edition. New Jersey: Pearson.
Pengaruh Naphthalene Terhadap Perubahan Angka Oktan Bensin Unjuk Kerja Motor Dan Gas Buangnya. Universitas Kristen Petra.
Tirtoatmodjo, Rahardjo. 2001.
Yohantoro, Agus Dwi. 2017. Analisa Pengaruh Penggunaan Campuran Zat Champor Pada Bahan Bakar Premium Terhadap Kinerja Mesin Motor Bensin (Supra X 125). Kediri: Universitas Nusantara PGRI Kediri.