Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI RELIGIUSITAS PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT DUSTIRA CIMAHI
Yola Anggraeni, Endah Andriani Pratiwi, Rachmat Taufik
[email protected] atau
[email protected] 081809414355 Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani ABSTRAK Penelitian gambaran
ini
bertujuan
religiusitas
pada
untuk
mengetahui
pasien
gagal
bagaimana
ginjal
kronik.
Muslim yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Dustira. Menurut Glock & Strark (dalam Ancok dan Suroso, 2011) ada lima macam dimensi religiusitas, yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi
pengetahuan
dan
penelitian ini bersifat
dimenssi
pengamalan.
non eksperimental
Jenis
dan merupakan
penelitian deskriptif. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur Religiusitas berdasarkan teori Religiusitas menurut Glock & Strark yang terdiri dari 50 item dengan jumlah responden
26
pasien
gagal
ginjal
kronik
Muslim
yang
menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,749. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 20 pasien atau 23,08% responden memiliki religiusitas yang tinggi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa pasien belum menginternalisasikan keyakinannya ke dalam sikap dan perilakunya. Saran dari penelitian bagi pihak Rumah Sakit untuk membuka pelayanan bimbingan rohani khususnya
bagi
pasien
yang
baru
menjalani
program
Universitas Jenderal Achmad Yani
73
hemodialisa.
Hal
ini
dapat
membantu
dalam
memberikan
ketenangan batin dan motivasi kepada responden. Kata kunci : Religiusitas, gagal ginjal kronik, Muslim dan Hemodialisa Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
I.
PENDAHULUAN Salah satu penyakit kronik yang progresif dan dapat menimbulkan
dampak
ekonomi
besar
baik
bagi
penderita,
masyarajat hingga Negara adalah penyakit gagal kronik. Data internasional menyebutkan bahwa sekitar 10% dari populasi dunia
menderita
diprediksi
penyakit
akan
gagal
meningkat
ginjal
hingga
kronik
17%
pada
dan
decade
selanjutnya. Hasil studi epidemiologi PERNEFRI (Perhimpunan Nefreologi
Indonesia)
tahun
2005
menunjukkan,
sebanyak
12,5% dari masyarakat diketahui mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sehingga penyakit gagal ginjal kronik saat ini telah diakui oleh badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bidang kesehatan WHO (World Health Organization), sebagai masalah
kesehatan
serius
dunia
(dalam
artikel
tabloid
Nova.com,2015). Menurut
Waoli
Lase
(dalam
artikel
ang
berjudul
kesehatan Ginjal dan Penyebab Ginjal, 2014), penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami bekerja
penurunan sama
sekali
hingga
akhirnya
dalam
hal
tidak
penyaringan
lagi
mampu
pembuangan
elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh
seperti
sodium
dan
kalium
di
dalam
darah
atau
produksi urine. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan
kearah
yang
semakin
buruk
dimana
ginjal
sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
sama
Prosedur memperbaiki
pengobatan
keadaan
hemodialisa.
yang
pasien
Hemodialisa
dapat
yang
digunakan
sering
adalah
suatu
untuk
digunakan
yaitu
bentuk
terapi
pengganti pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Pasien yang menderita gagal
ginjal
juga
dapat
dibantu
dengan
bantuan
mesin
hemodialisa yang mengambil alih fungsi ginjal. Pasien gagal yang menjalani hemodialisa,
membutuhkan waktu 12-15
jam
untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali hemodialisa. Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya (Bare & Smeltzer, 2002). Hemodialisa sangat bermanfaat bagi kehidupan pasien gagal ginjal kronik, namun bukan berarti tidak beresiko atau membawa dampak bagi pasien. Dampak atau perubahan yang dirasakan oleh pasien diantaranya ialah kesehatan fisik pasien,
status
ekonomi,
sosial
dan
psikologi
pasien.
Kondisi psikologis yang dirasakan oleh pasien diantaranya ialah pasien merasa cemas, merasa takut akan masa depan,
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
stress
yang
cukup
tinggi,
rasa
tidak
berdaya,
perilaku
penolakan, putus asa, perubahan gaya hidup dan bahkan bunuh diri. Agama dapat membantu pasien dalam penanganan kondisi psikologis yang dirasakan pasien. Agama merupakan obat bagi mereka yang mengalami gangguan mental, baik ringan maupun berat.
Agama
adalah
karunia
Allah
SWT
untuk
membimbing
manusia dengan segala usaha dan kemampuannya agar mencapai kabahagiaan hidup didunia dan di akhirat. Agama mempunyai peran sangat besar untuk mengatasi gangguan mental. Bahkan Agama
dapat
dijadikan
landasan
untuk
membina
kesehatan
mental serta mampu membentuk dan mengembangkan kepribadian seseorang 2005).
melalui
kegiatan
peribadatan
(dalam
Ahyadi,
Sakit yang dirasakan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa mengakibatkan perubahan religiusitas pada
pasien
gagal
Religiusitas
adalah
agama
dan
ginjal
yang
tingkat
tingkat
komitmen
menjalani
hemodialisa.
konsepsi
seseorang
terhadap
seseorang
terhadap
agamanya
(Glock & Strark, 1971 dalam Rd. Akbar Fajri S, dkk, 2012). Tingkat
konseptualisasi
adalah
tingkat
pengetahuan
seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang dimaksud dengan tingkat komitmen adalah sesuatu hal yang perlu dipahami secara menyeluruh. Terdapat
berbagai cara bagi individu
untuk menjadi religious. Menurut Glock & Stark (dalam Ancok dan Suroso, 2011), ada lima macam dimensi religiusitas, yaitu atau
Dimensi Praktek
(Experinece),
Keyakinan Agama
(Ideology),
Dimensi
(Rituallistic),
Dimensi
Pengetahuan
Dimensi
Peribadatan Pengalaman
(Intellectual)
dan
Dimensi Pengamalan (Consequence).
II.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, untuk
jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah jenis
penelitian
non
eksperimental.
Pendekatan
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deduktifinduktif. Dalam penelitian ini, populasinya adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa terkena penyakit gagal ginjal kronik Muslim yang sedang menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel Dustira
Teknik penarikan sampel atau teknik pengumpulan sampel yang peneliti gunakan adalah tekhnik Purposive sampling. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Dustira yang didapatkan
bahwa terdapat 26 pasien gagal ginjal kronik Muslim yang menjalani
hemodialisa,
memiliki
kesesuaian
dengan
karakteristik sampel penelitian. Lokasi penelitian adalah Rumah Sakit Dustira. Rumah Sakit Dustira sendiri merupakan Rumah Sakit Tentara yang memiliki pelayanan hemodialisa. Dalam dengan
penelitian
menggunakan
Kuesioner
adalah
ini,
peneliti
metode
penggunaan
mengumpulkan
kuesioner data
utama
data
dan
wawancara.
yang
didalamnya
terdapat juga data identitas diri, sedangkan untuk data penunjang menggunakan wawancara dan data demografi. Alat ukur berbentuk kuesioner yang akan digunakan ini dirancang menggunakan skala Likert. Skala model Likert yang digunakan telah dimodifikasi menjadi lima kategori jawaban yaitu Sangat Setku (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pernyataan dalam penelitian ini mengandung item favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung) Untuk menggunakan
menguji
validitas
construck
alat
validity
ukur
yakni
ini,
peneliti
validitas
konstruk
berhubungan dengan operasionalisasi variable. Perhitungan uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan
rumus
Alpha
Croncbach
karena
skor
jawaban dari setiap item bersifat polikotomus atau jawaban lebih dari dua alternative jawaban. Untuk menguji reliabilitas dari alat ukur religiusitas dilakukan
pengolahan
(Statistic
Packages
data for
menggunakan
Scientiests)
17.0
program for
SPSS
windows
dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach, maka hasil uji reliabilitas alat ukur adalah 0.749.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini diperoleh data 26 pasien gagal
ginjal kronik Muslim yang menjanali hemodialisa di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Data tersebut berdasarkan alat ukur dari teori religiusitas menurut Glock & Jurnal Strark Ilmiah(Ancok Psikologi dalam Reliabel Robertson, 1988). Skor yang didapatkan akan dirubah kedalam bentuk persentase, yang dapat menggambarkan relogiusitas pada
pasien
gagal
hemodialisa
di
ginjal
Rumah
kronik
Sakit
Muslim
Dustira
yang
Cimahi
menjalani dan
hasil
penelitian ini akan disajikan ke dalam bentuk tabel dan grafik. Berikut adalah hasil dari data perhitungan 26 pasien dalam bentuk jumlah responden dan persentase berdasarkan variable religiusitas. Tabel Hasil Jumlah Religiusitas Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
Tinggi
6
23,08%
Rendah
20
76,92%
Jumlah
26
100%
Hasil
tabel
Religiusitas.
Dari
di
atas
tabel
menggambarkan
tersebut
dapat
kategorisasi dilihat
bahwa
terdapat 6 pasien memiliki atau termasuk dalam kategorisasi religiusitas
yang
tinggi
dan
termasuk dalam kategorisasi pasien
memiliki
religiusitas sebagian menjalani
yang
besar
atau
hemodialisa
pasien
Hal
gagal di
memiliki
atau
religiusitas yang rendah.
termasuk
tinggi.
pasien
20
ini
ginjal
Rumah
dalam
kategorisasi
menunjukkan kronik
Sakit
6
Muslim
Dustira
bahwa yang
memiliki
religiusitas dengan kategori yang rendah. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan kepada 26 pasien gagal ginjal
kronik
diperoleh
Muslim
pula
hasil
yang
menjalani
kategorisasi
hemodialisa,
dari
setiap
maka
dimensi-
dimensi Religiusitas sebagai berikut :
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Tabel Hasil Dimensi Religiusitas Dimensi
Kategorisasi
Dimensi
Dimensi
Dimensi
Dimensi
Keyakinan Peribadatan Pengalaman Pengetahuan Pengamalan
Tinggi
34,61%
23,08%
15,39%
26,92%
23,08%
Rendah
65,39%
76,92%
84,61%
73,08%
76,92%
Secara umum gambaran mengenai Religiusitas pada pasien gagal ginjal kronik Muslim yang menjalani hemodialisa di Rumah sakit Dustira Cimahi terbagi menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Individu yang memiliki religiusitas yang tinggi
memiliki
keyakinan
yang
kuat
terhadap
kebenaran
ajaran agamanya, kepatuhan seorang Muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya, merasakan pengamalan-pengamalan keaagamaan seperti adanya komunikasi dengan Tuhan, berperilaku yang dimotivasi
oleh
ajaran-ajaran
agamanya
yaitu
bagaimana
individu berelasi dengan dunianya dan memiliki pengetahuan yang
mendasari
melaksanakan kehidupan
seseorang
ritual
sehari-hari
(dalam ancok, 2011).
memiliki
ibadah
serta
sesuai
dengan
keyakinan berperilaku
ajaran
agama
dan dalam Islam
Dimensi keyakinan (Ideologi) Sebagian
besar
65,
39%
dari
repsonden
dengan
religiusitas yang rendah memiliki keyakinan dengan kategori yang
rendah.
Hal
ini
dikarenakan
sebagian
besar
pasien
memiliki keyakinan tentang kebenaran ajaran agama Islam dan memiliki harapan bahwa mereka akan sembuh dari sakit yang dialaminya.
Akan
penjelasan
tetapi
mengapa
mereka
mereka
belum
memiliki
mampu
memberikan
keyakinan
terhadap
kebenaran ajaran agama Islam. 34,61% menjalani
pasien
gagal
hemodialisa
di
ginjal Rumah
kronik
sakit
Muslim
Dustira
yang Cimahi
memiliki atau termasuk dalam kategori dimensi keyakinan yang
tinggi.
keyakinan agama
yang
Islam
mereja
Hal
ini
kuat
dan
meyakini
disebabkan terhadap
mampu
karena
pasien
memiliki
kebenaran-kebenaran
menjelaskan
dengan
kebenaran-kebenaran
ajaran
jelas agama
ajaran alasan Islam
serta mengaplikasikan keyakinan mereka ke dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian
diantaranya
telah
menjalani
koma
dimana pasien dianggap sudah tidak ada Jurnal harapan lagi untuk Ilmiah Psikologi Reliabel hidup, berbagai hal telah dilakukan oleh keluarga untuk menolong pasien. Akan tetapi mukjizat dari Allah SWT yang membuat mereka yakin 100% bahwa adanya kebaran Allah SWT. Atas
pengalaman
tersebut
membuat
pasien
sadar
akan
kebesaran Allah SWT dan melaksanakan perintah dari Allah SWT.
Dimensi Peribadatan Atau Praktek Agama (Rituallistic) Terdapat
peribadatan
76, atau
92%
pasien
praktek
agama
yang yang
memiliki rendah
kategori mengalami
perubahan dalam ibadah mereka. Sakit yang mereka alami saat ini menghambat pasien dalam melakukan ibadah baik wajib maupun shunnah, karena kondisi fisik yang menghambat mereka dalam melaksanakan ibadah.
23,08% merasakan bahwa
pasien
yang
perubahan
sakit
yang
memiliki
dalam
kategori
beribadah.
dialaminya
membuat
yang
Mereka
tinggi
mengatakan
perubahan,
dimana
gahulu pasien sebelum sakit merasakan bhawa dulu tidak ada waktu untuk melaksanakan ibadah karena pekerjaan mereka. Sakit
yang
waktu
luang
kepada
dialaminya dan
Allah
saat
ini
mengisinya
SWT.
Pasien
membuat
dengan
pasien
memiliki
melaksanakan
melaksanakan
sholah
ibadah
wajib
dan
kadang-kadang bila kondisi sehat pasien akan melaksanakan ibadah sunnah meskipun dalam keadaan sakit, pasien akan melaksanakan
ibadah
dalam
kondisi
terbaring
atau
duduk
bahkan ketika pasien tidak kuat untuk berwudhu pasien akan melaksanakan tayamum.
Dimensi Pengalaman (Experience) Terdapat 84,61% pasien yang memiliki pengalaman yang
rendah, mereka mengatakan bahwa mereka merasakan komunikasi dengan
Allah
SWT
ketika
berdoa.
Beberapa
pasien
merasa
sakit ini adalah suatu ujian, apakah dalam keadaan sakit pasien tetap mendekatkan diri atau tidak, apakah pasien bisa melewati ujian yang diberikan Allah SW. Namun bila sakit
yang
dirasakan
mengalami
perubahan
dialaminta
menghambat
ini
suatu
dalam
cobaan,
beribadah
pasien
untuk
beberapa dan
sakit
melaksanakan
pasein yang ibadah
seperti dahulu sebelum sakit pasien sering lakukan. Bila pasien
berada
di
Rumah
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
nafas
maka
pasien
akan
Sakit
tiba-tiba
melakukan
mengalami
berdzikir
dan
sesak mereka
merasakan ketenangan dan rasa sakit yang dialaminya menjadi berkurang. Namun 15,39% pasien yang memiliki kategori yang tinggi merasakan
suatu
pengalaman
yang
tidak
bisa
dijelaskan
terutama pada pasien yang mengalami koma. Pasien merasakan
suatu
rasa
syukur
karena
diberikannya
kesempatan
kedua
kalinya untuk hidup kembali di dunia ini. Pasien merasakan suatu mukjizat dan kebesaran dari Allah SWT dan membuat pasien yakin bahwa Allah SWT itu benar-benar ada. Pasien merasa
takut
untuk
berbuat
dosa
terutama
meninggalkan
sholat atau ibadah wajib, meskipun sedang sakit pasien akan melaksanakan
ibadah
baik
dalam
kondisi
terbaring
atau
duduk. Bila pasien meninggalkan sholat pasien merasa ada yang hilang. Pasien merasa takut, karena kedepannya belum tahu bisa diberikan kesempatan lagi oleh Allah SWT. Sakit yang dialaminya say ini membuat pasien merasa lebih dekat dengan Allah SWT, karena pasien memiliki waktu luang yang dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Pasien yang termasuk dalam kategorisasi tinggi, ketika mengalami sakit yang tidak tertahankan seperti sesak nafas, pasien langsung melakukan do’a dan dzikir untuk mengurangi rasa sakit yang dialaminya. Hal ini berbeda dengan pasien yang
memiliki
kategorisasi
rendah
dimana
pasien
tidak
secara spontan melakukan upaya doa dan dzikir.
Dimensi Pengetahuan Agama Terdapat 73,08% pasien yang termasuk dalam kategori
rendah belum bisa menjelaskan dasar-dasar pengetahuan apa yang
dimiliki
dalam
meyakini
dan
melaksanakan
ibadah.
Pasien mengatakan dasar-dasar pengetahuan yang dia miliki dalam
meyakini
adanya
kebesaran
Allah
SWT
dan
meyakini
rukun iman adalah adanya ciptaan Allah SWT, adanya bulan dan bintang yang dimana jawaban-jawaban tersebut kurang kuat untuk menjelaskan mengapa mereka memiliki keyakinan yang
tinggi.
Sakit
yang
dialami
pasien
membuat
pasien
memiliki waktu luang lebih banyak, waktu luang pasien tidak pasien Islam.
gunakan
untuk
mendalami
atau
mempelajari
agama
Terdapat 26,92% tinggi
pasien yang memiliki kategori yang
dasar-dasar
menjalankan
ibadah
pengetahuan berdasarkan
dalam isi
dari
meyakini
dan
Al-Qur’an
dan
hadist, tetapi pasien belum bisa menjelaskannya lebih dalam misalnya
ayat
al-Qur’an
apa
yang
menjelaskan keyakian Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
mereka. Ada pula dasar-dasar pengetahuan yang pasien miliki berasal dari guru spiritual pasien pada saat pengajian. Seperti
halnya
sakit
yang
mereka
rasakan
adalah
suatu
cobaan dan ujian dimana sakit yang dialaminya ini dapat mengurangi
dosa-dosa
sebelumnya
sehingga
pasien pasien
yang
pernah
menerimanya
dilakukan
dengan
ikhlas.
Pasien memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan sebelum pasien sakit, pasien mengisi waktu luangnya dengan mempelajari dan mendalami agama Islam.
Dimensi Pengamalan (Consequence)
76,92% pasien yang termasuk dalam kategori rendah, hanya akan besar
menolong
kepada
sesama
pasien
berada
pada
sehingga
untuk
menyisihkan
umat
Muslim
status
saja.
ekonomi
sebagian
Sebagian
yang
rendah,
penghasilan
kepada
orang lain belum bisa karena makan saja sudah susah. Pasien malu untuk menyumbangkan beberapa pakaian, karena mereka merasa takut tidak diterima karena jelek. Beberapa pasien terkadang menceritakan rahasia yang teman-temannya kepada keluarga pasien. Pasien beralasan bahwa keluargannya dapat mengambil
pelajaran
temannya
dan
adapun
pasangan
harus
dari pasien
saling
kejadian yang
terbuka
yang
beralasan
satu
sama
dialami bahwa lain
oleh dengan
termasuk
menceritakan rahasia yang dipercayai oleh teman-temannya. Sakit yang dialami saat ini, membuat beberapa pasien lebih sensitif dan sulit untuk mengontrol emosinya yaitu lebih sering marah-marah bila mengabaikan pasien karena menurut salah satu keluarga yang sedang menemani pasien mengatakan
bahwa
pasien
harus
dinomor
satukan
terlebih
dahulu
keinginannya. Adapun pasien yang sering marah-marah bila anaknya nakal atau tidak menuruti nasehat yang diberikan oleh pasien. Sakit yang dialami pasien membuat perubahan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar pasien. 23,08
%
pasien
yang
memiliki
kategori
yang
tinggi
memiliki prilaku menolong tidak hanya sesama umat Muslim saja tetapi pada siapapun yang perlu pertolongan. Pasien tidak
menceritakan
rahasia
temannya
kepada
siapapun
termasuk kepada keluarga. Sakit yang dialami pasien membuat pasien
dapat
bekerja
sama
dengan
anggota
keluarganya.
Keluarga pasien sudah menerima dan mengerti dengan kondisi Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
pasien.
Sakit yang dialami pasien, membuat salah satu pasien dapat
bersosialisasi
menerima pasien
dapat
meskipun tidak
keadaan
yang
telah
menjalani
pasien
bisa
dengan
diberikan,
hemodialisa
mengetahui
disembuhkan
lingkungan.
dan
bahwa harus
sakit
Keikhlasan membuat
dan
beberapa
dengan
semangat,
yang
dialaminya
menjalani
hemodialisa
seumur hidupnya. IV.
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Sebagian
besar
pasien
memiliki
religiusitas
rendah
sekitar 76.92% atau 20 pasien. Dimensi keyakinan (Ideology) merupakan dimensi yang paling tinggi persentasenya yaitu sekitar 34.61%. Hal ini mungkin berkaitan dengan dimensi pengetahuan
(Intellectual)
dan
dimensi
pengalaman
(Experience) yang dimiliki pasien dan dirasakan langsung oleh
pasien.
dimensi
yang
Dimensi paling
pengalaman rendah
(Experience)
persentasenya
merupakan
yaitu
sekitar
84.61%. Hal ini dikarenakan pasien belum memiliki perasaan dan pengalaman-pengalaman batin secara lebih mendalam. Dimensi dari
ke
pengetahuan
4
dimensi
diperoleh
hasil
termasuk
dalam
terhadap
ke
4
(Ideology),
religiusitas.
bahwa
dimensi
kategori dimensi
dimensi
(Rituallistic), dimensi
(Intellectual) Dalam
rendah
peribadatan
pengalaman
pengamalan
(Experience)
berpengaruh
dimensi
atau
keyakinan
praktek
agama
(Consequence)
yang
ini
(Intellectual)
sehingga
yaitu
dasar
penelitian
pengetahuan
lainnya
dimensi
merupakan
termasuk
dan dalam
kategori rendah. Pasien
yang
memiliki
religiusitas
yang
tinggi
berpengaruh terhadap kondisi fisik yang semakin membaik, terlihat
dari
pasien
lebih
tenang
dan
jarang
sekali
mengalami sesak nafas serta tidak terlihat seperti orang sakit. Hal ini dikarenakan pasien ikhlas dalam menerima sakit
ini
meskipun
pasien
harus
menjalani
hemodialisa
seumur hidupnya dan pasien memiliki harapan bahwa adanya mukzizat dari Allah SWT pasien akan sembuh dari sakitnya ini. Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Saran Disarankan
bagi
pihak
Rumah
Sakit
untuk
membuka
pelayanan bimbingan rohani khususnya bagi pasien yang baru menjalani
hemodialisa,
mendatangi
langsung
hemodialisa
dalam
dengan pasien
memberikan
adanya
tokoh
yang
sedang
pelayanan
agama
yang
menjalani
bimbingan
rohani.
Rumah Sakit juga dapat membuka program sharing team, yang dimana memiliki
dalam
team
tersebut
religiusitas
tinggi
terdiri dengan
dari pasien
pasien
yang
yang
baru
menjalani hemodialisa. Hal ini dapat membatu pasien dalam
berbagi
pengalaman,
saling
memberi
motivasi,
saling
menguatkan satu sama lain, menambah pengetahuan mengenai agama, dan membantu kondisi pasien semakin membaik dengan pasien menerima dengan ikhlas kondisinya saat ini. Disarankan bagi pasien yang pernah mengalami koma dan memiliki hidup
religiusitas
yang
tinggi
semakin
pengalamannya
serta
membaik,
mengenai
hal
mengalami
bersedia
yang
membuat
perubahan
untuk
berbagi
pasien
lebih
menyakini dan melaksanakan perintah Allah SWT dibandingkan sebelum
pasien
sakit.
Begitu
pula
pasien
yang
sudah
menjalani hemodialisa selama bertahun-tahun
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi,
Abdul
Azis,
2005:
“Psikologi
Agama:
Kepribadian
Muslim Pancasila”,Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Ancok,
Dr.
Djamaludin,
Suroso,
Fuat
Nashori,
2011:
“PSIKOLOGI ISLAMI” SOLUSI ISLAM ATAS PROBLEM-PROBLEM PSIKOLOGI, Pustaka pelajar, Yogyakarta. Chaplin,
J,
P,
2011:
Kamus
Lengkap
Psikologi,
PT
Raja
Grafindo Persada, Jakarta. Elizabeth B. Hurlock, 1980: Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Glock, Charles Y, Stark Rodney, 1965: Religion and Society in Tension, Rand McNally & Company, USA. Silalahi, Dr. Ulber, 2010: METODE PENELITIAN SOSIAL, PT Refika Aditama, Bandung. Dede
Mahmudah,
2010:
Religiusitas
“Hubungan
Dengan
Dukungan
Kecemasan
Keluarga
Melahirkan
Pada
Dan Ibu
Hamil Anak Pertama (Primigravida)” SKRIPSI, Fakultas Psikologi,
Universitas
Islam
Negeri
Syarif
Hidayatullah, Jakarta. (10 September 2014) Inayah
2011:
“Pengaruh
Terhadap
Happiness
Mardiah,
Support
Religiusitas Pada
Lansia
Dan Di
Family Panti
Werdha” SKRIPSI, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri
Syarif
Hidayatullah,
Jakarta.
(10
September
2014) Liza Mega Fitriya Sari, 2013: “Tingkat Religiusitas Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause”
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
JURNAL,
Fakultas
Psikologi,
Universitas
Muhammadiyah,
Malang. (25 September 2014) Luana
NA,
Sahala
Christine, Ginjal
Panggabean,
2012
Kronik
Joyce
:“Kecemasan Yang
Pada
Menjalani
Universitas
Kristen
Kedokteran
Universitas
VM
Lengkong,
Penderita
Penyakit
Hemodialisis
Indonesia”
JURNAL,
Diponegoro,
Jawa
Ika
Di
Rs
Fakultas
Tengah.
(22
Sosial
Dan
Berobat
Pada
Oktober 2014) Malla
Allifni,
“Pengaruh
2011:
Religiusitas
Terhadap
Dukungan
Motivasi
Untuk
Penderita Kanker Serviks” SKRIPSI, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Pamungkas,
et,
al.
“Hubungan
:
Antara
Religiusitas
Dan
Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Menghadapi Tutup Usia Pada Lanjut Usia Kelurahan Jebres Surakarta” , JURNAL, Program
Studi
Universias
Psikologi,
Sebelas
Maret,
Fakultas
Surakarta.
Kedokteran, (28
September
2014) Rd. Akbar Fajri S., Tanfidz Syuriansyah, Yunita Sari, 2012: “Religiusitas Pada Hijabers Community Bandung” JURNAL, Jurusan psikologi, Universitas Islam Bandung, Bandung. (11 Desember 2014) Safrilayah,
Rozumah
“Religiusitas Universitas
Baharudin, Dalam
Putra
Nurdeng
Duraseh,
PerspektifIslam” Malaysia,
Malaysia. (25 September 2014)
:
JURNAL,
Serdang-Selangor,
Tsara Sabira Subhan, 2011: “Pengaruh Dimensi Religiusitas Terhadap Penerimaan
Orang Tua Anak Autis Di Bekasi
Barat” SKRIPSI, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. (5 Oktober 2014)
Jurnal Ilmiah Psikologi Reliabel
Vika Maris Nurani, Sulis Mariyanti, 2013: “Gambaran Makna Hidup
Pasien
Gagal
Ginjal
Kronik
Yang
Menjalani
Hemodialisa” SKRIPSI, Fakultas Psikologi, Universitas Esa Unggul, Jakarta. (14 Mei 2015)