Studi Desain Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan Menggunakan Ligno P-100 Dan Pasir Bangka Nama
: Ila Samrah Tiani
Nim
: 41111010046
Jurusan
: Teknik Sipil
Dosen Pembimbing : Ir. Dr. Resmi Bestari Muin, Ms
Abstrak Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu, diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir, koral atau agregat lainnya dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan.Semen bereaksi secara kimiawi untuk mengikat partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan jenis pasir rangkas terhadap Ligno P-100 dalam campuran beton dan menentukan kadar optimum penggunaan dosis Ligno P-100 terhadap kuat tekan beton. Urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Untuk prosentase aditif bervariasi yaitu 0%, 0,3%, 0,6%, dan 0,9% dengan zat aditif Ligno P-100 dan campuran semen, agregat kasar, agregat halus (pasir) dengan benda uji kubus dan dengan variasi hari 3,7 dan 28 hari.
Penelitian campuran beton dengan aditif Ligno P-100, menghasilkan nilai slump yang tinggi (workability), sehingga bahan ini memang benar sebagai superplastisizer. Namun kuat tekan yang dihasilkan pada umur 28 hari rendah dari pada beton normal, yaitu beton normal memiliki kuat tekan sebesar 370,6 kg/cm2, dan untuk penambahan Ligno P-100 masing-masing memiliki kuat tekan sebesar masing-masing 365,76 Kg/cm2, 360,91 dan 316,10 Kg/cm2. Kata kunci : semi jump form, joint, rigid, flexible, Rigid End Factor, struktur horisontal, struktur vertikal, dan base shear.
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Dewasa ini pemakaian beton semakin banyak dijumpai untuk berbagai macam konstruksi bangunan. Hal ini dikarenakan beton memiliki berbagai macam keuntungan, antara lain seperti memiliki kekuatan yang tinggi, perawatan yang murah, dan dapat dicor sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki. Beton sebagai bahan struktur harus diketahui sifat-sifatnya, Parameter utama yang paling penting adalah kuat tekannya.Secara praktis kuat tekan beton dapat menggambarkan sifat-sifat lain seperti kekedapan air, kekuatan, dan ketahanan terhadap pengaruh cuaca.Dengan demikian, kekuatan tekan beton menjadi kriteria dasar untuk menunjukan kualitas beton secara umum.Ligno P100 merupakan salah satu teknologi material tambahan bahan bangunan yang sekarang sedang berkembang terus dan di uji cobakan. Dimana penggunaan bahan ini terhadap jumlah semen campuran beton didapat pada dosis sesuai dengan penelitian pada dosis 0,6 % dapat meningkatkan kekuatan tekan beton sebesar 159 % pada umur 28 hari jika menggunakan pasir jenis galungung. Jika menggunakan pasir yang berbeda yaitu pasir bangka, apakah kenaikan nilai kuat tekannya akan sama. Diketahui apabila dosis ligno P-100 sebesar 0.6 % dapat mengurangi air sebanyak sekian persen, karena semakin banyak dosis yang diberikan maka persen air akan semakin berkurang, pada penelitian sebelumnya persen air yang digunakan tidak dikurangi sesuai dosis ligno yang digunakan sehingga tidak didapatkan nilai kuat tekan optimal yang direncanakan
1.2
Maksud dan Tujuan Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji pengaruh penggunaan jenis pasir rangkas terhadap Ligno P-100 dalam campuran beton dan menentukan kadar optimum penggunaan dosis Ligno P-100 terhadap kuat tekan beton. Urutanurutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Untuk prosentase aditif bervariasi yaitu 0%, 0,3%, 0,6%, dan 0,9% dengan zat aditif Ligno P-100 dan campuran semen, agregat kasar, agregat halus (pasir) dengan benda uji kubus dan dengan variasi hari 3,7 dan 28 hari.
1.3
Batasan Masalah 1. Penelitian dilakukan di Laboratorium bahan konstruksi teknik sipil Univesitas Mercu Buana. 2. Material yang digunakan adalah: agregat kasar split (kerikil), agregat halus pasir, pasir yang akan di teliti adalah pasir extra beton bangka, dan memakai air bersih yang ada di lingkungan Laboratorium bahan konstruksi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana, dan bahan tambah yaitu aditif Ligno P-100. 3. Pengujian agregat dilaksanakan sesuai dengan standar pengujian American Society for Testing and Material (ASTM C 33-86). 4. Penelitian ini menggunakan benda uji berupa kubus, kubus mempunyai ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm. Benda uji yang diguanakan untuk setiap umur pengujian adalah 3 buah 5. Semen yang digunakan adalah Cement Portland Type I, Dengan merk Tiga Roda.
2
6.
7.
2.1
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 3 hari, 7 hari, dan 28 hari. Benda uji beton ditambah bahan zat aditif yaitu Ligno P100 dengan dosis 0%, 0.3%, 0.6%, dan 0.9%.
Landasan teori
Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu, diperoleh dengan membuat suatu campuran yang mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir, koral atau agregat lainnya dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan.Semen bereaksi secara kimiawi untuk mengikat partikel agregat tersebut menjadi suatu masa yang padat (Winter, Nilson, 1993).Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas.Semakin besar porositasnya maka kuat tekannya semakin kecil, sebaliknya semakin kecil porositas kuat tekannya semakin besar.Besar dan kecilnya porositas dipengaruhi besar dan kecilnya fas yang digunakan.Semakin besar fas-nya porositas semakin besar, sebaliknya semakin kecil fas-nya porositas semakin kecil. Untuk mendapatkan beton bermutu tinggi (kuat tekan tinggi) maka harus dipergunakan fas rendah, namun jika fas-nya terlalu kecil pengerjaan beton akan menjadi sangat sulit, sehingga pemadatannya tidak bisa maksimal dan akan mengakibatkan beton menjadi keropos, hal tersebut berakibat menurunnya kuat tekan beton. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dipergunakan Superplasticizer yang sifatnya dapat mengurangi air (dengan menggunakan fas kecil) tetapi tetap mudah dikerjakan yaitu zat aditif Ligno P-100. 2.2
Beton Mutu Tinggi
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga
selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu yang berhasil dicapai.Pada tahun 1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu tinggi.Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya lebih lazim menjadi 40 MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa, dan 80 MPa sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan sebagai beton bermutu ultra tinggi (Supartono, 1998). Beton berkinerja tinggi adalah beton yang mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan beton biasa, seperti tingkat susut (shringkage) rendah, permeabilitas rendah, modulus elastisitas tinggi dan kuat tekan tinggi. 2.3
Material Penyusun Beton
Material penyusun beton terdiri dari agregat kasar dan agregat halus yang dicampur dengan air dan semen sebagai pengikat serta kadang-kadang ditambah (admixture) bila diperlukan.Bahan-bahan tersebut harus memenuhi persyaratanpersyaratan sesuai peraturan. 2.3.1 Semen Semen (cement) adalah hasil industri dari perpaduan bahan baku batu kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung/tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk (bulk), tanpa memandang proses pembuatannya, yang mengeras atau membantu pada pencampuran dengan air.Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung senyawa: Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klinkernya yang kemudian dihancurkan dan ditambah
3
dengan gibs (gypsum) dalam jumlah yang sesuai (Mulyono. T, 2004). Semen jika dicampur dengan air akan membentuk adukan yang disebut pasta semen, jika dicampur dengan agregat halus (pasir) dan air, maka akan terbentuk adukan yang disebut mortar, jika ditambah lagi dengan agregat kasar (kerikil) akan terbentuk adukan yang biasa disebut beton. Dalam campuaran beton, semen bersama air sebagai kelompok aktif sedangkan pasir dan kerikil sebagai kelompok pasif adalah kelompok yang berfungsi sebagai pengisi. (Kardiyono Tjokrodimulyo, 2007). 2.3.2 Air Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton. 2.3.3 Agregat Agregat adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Komposisi agregat tersebut berkisar 60% 70 % dari berat campuran beton.Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya tertinggal di atas ayakan 4,8 mm (ASTM C33, 1982). Agregat kasar yang baik dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai campuran dalam pembuatan beton harus mempunyai sifatsifat yaitu:
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa btau pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregta dengan besar butir lebih dari 5 mm.Agregat halus merupakan batuan halus yang terdiri dari butiran sebesar 0, 14-15 mm yang didapat dari hasil disintegrasi (penghancuran) batuanalam (natural sand) atau dapat juga dengan memecahnya (artificial sand), tergantung dari kondisi pembentukan terjadinya. Berdasarkan (ASTM C-33) agregat halus batas bawah ukuran pasir = 0,075 mm (no.200) batas atas ukuran pasir = 4,75 mm (no.4).
2.3.4 Bahan Tambahan (Aditif) Bahan tambahan ialah bahan yang selain untuk bahan pokok beton yaitu: (Semen, pasir, split dan air) yang ditambahkan pada adukan beton sebelum atau selama pengadaan beton. Tujuannya untuk mengubah perilaku satu atau lebih dari sifat-sifat beton.Bahan tambahan biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit dan harus dengan melalui dosis yang di anjurkan dan harus dilakukan dengan pengawasan yang ketat dan teliti agar tidak berlebihan, karena dapat memperburuk sifat beton itu sendiri, apabila pemberian dosis takaran tidak melalui percobaan yang dilakukan secara benar. BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1
Umum
Metode penelitian adalah urutanurutankegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk memudahkan dan menjaga kesesuaian
4
hasil yang akan dicapai, kegiatan penelitian juga dilengkapi dengan peralatan-peralatan uji yang sesuai.Untuk prosentase aditif bervariasi yaitu 0%, 0.3%, 0.6%, dan 0.9%, dengan zat aditif Ligno P-100 dan campuran semen, agregat kasar, agregat halus (pasir). Kemudian disiapkan benda uji baik silinder maupun kubus untuk setiap variasi prosentase terhadap pengaruh kuat tekan beton yang diinginkan. Metodologi penelitian yang akan dilakukan di Laboratorium Bahan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana adalah dengan membuat benda uji berbentuk kubus dan silinder dengan waktu pengujian 3 hari, 7 hari, dan 28 hari.
kasar.Sesuai dengan (Modul Panduan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi, 1998). 3.4
Pengujian Beton segar
Setelah bahan-bahan pembuat campuran beton ditimbang dan bercampur masuk ke dalam molen, maka selanjutnya dilakukan pengujian-pengujian sebagai berikut: 1.
Pengujian Sump Tes slump digunakan untuk mengetahui kekentalan beton, dalam hal ini pengaruhnya adalah workability (kemudahan pengerjaan) pekerjaan pengecoran beton. Prosedur pelaksanaan :
3.2
Diagram alir Penelitian
Persiapan
Mulai
Pemeriksaan materi bahan
Pengujian agregat kasar meliputi : a. Berat isi agregat b. Berat jenis agregat dan penyerapan c. Pengujian Los Angelos
Pengujian agregat halus meliputi : a. Berat isi agregat b. Berat jenis agregat dan penyerapan c. Analisa saringan
Pengujian semen portland meliputi : a. Berat jenis b. Konsistensi normal c. Vicat semen
Mix design campuran dengan bahan tambahan aditif yaitu Ligno P-100 dengan variasi dosis 0%, 0.3%, 0.6%, dan 0.9%
SlumpTest
Cetak Beton
Pengujian kuat tekan
Pengolahan data
Analisis hasil dan kesimpulan
Finish
Gambar 3.1. Bagan Alir Perencanaan
3.3
Pengujian Material
Pengujian material di laboratorium bertujuan untuk mengukur dan menguji bahan-bahan untuk mendapatkan sifat-sifat fisik material yang diperlukan campuran mortar dengan bahan semen, pasir, aditif dan agregat kasar.Untuk pengujian berat jenis dan penyerapanagregta kasar, keausan agregat kasar, berat isi agregat kasar dan analisa saringan agregat
a. Menyiapkan peralatan yang diperlukan Slump Cone Tatakan dari bahan yang tidak menyerap air (umumnya baja) Tongkat untuk memadatkan (terbuat dari besi bulat dengan diameter 5/8” (16mm), panjang 24” (600mm) dan ujung berbentuk peluru) Sendok beton Mistar / meteran Nampan b. Membersihkan slump cone dari kotoran yang melekat, kemudian membasahi bagian dalam dan alasnya agar permukaan slump cone tidak menyerap air semen dari beton. c. Mengambil contoh beton dari campuran minimum 28 liter, lalu menuangkan ke dalam slump cone Penuangan dilakukan secara berlapis sebanyak 3 lapis
5
masing-masing setebal 1/3 volume cetakan Setiap lapisan dipadatkan dengan menggunakan tongkat masing – masing sebanyak 25 kali. d. Meratakan permukaan beton dalam slump cone, kemudian angkat slump cone secara vertikal dalam waktu 5±2 detik. Ukur kekentalan betonnya. e. Mengukur kekentalan beton dilakukan dengan mengukur perbedaan tinggi antara bagian atas slump cone dengan penurunan permukaan bagian tengah beton. f. Untuk slump flow nilai slump diukur berdasarkan diameter aliran beton. 3.5
Pengujian Kuat Tekan Beton
Tujuannya adalah untuk mengetahui kuat tekan benda uji sesuai dengan kuat tekan rencana. Cara pengujian
3.6
Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentries Pembebanan dilakukan perlahan – lahan secara kontinu dengan mesin / alat penekan sampai benda uji mengalami kehancuran atau ketika jarum penunjuk berhenti kemudian salah satunya bergerak turun. Hasil kuat tekan beton diperoleh dari beban maksimum dibagi luas penampang dari benda uji tersebut. Pengolahan Data
Setelah bahan dan alat uji siap serta sempel uji telah dibuat, maka siap untuk diuji sesuai dengan prosedur penelitian.Korelasi antara umur beton dan kuat tekan beton berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia tahun 1971.
BAB IV ANALISA DATA DANPEMBAHASAN
4.1
Uraian Umum
Analisa data yang dilakukan yaitu pengolahan data pengerjaan beton mutu tinggi dari hasil pengujian bahan dilaboratorium dengan menguji bahan yang akan digunakan, maka akan didapat data yang sudah sesuai dengan langkah yang ada. Pengolahan data ini di maksudkan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu beton mutu tinggi dengan fc 50 Mpa. Adapun pembahasan tentang bahan yang digunakan dan langkah pengerjaan yang dilakukan meliputi pengujian agregat halus, agregat kasar, analisa saringan agregat, pengujian semen portland dan mix design 4.2
Pengujian Agregat
Pengujian agregat ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik material yang akan dipakai untuk penelitian tugas akhir. Data pengujian agregat tersebut antara lain Kadar air agregat, berat jenis agregat, keausan agregat kasar, dan analisa saringan agregat. Dari pengujian agregat disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.Data-data yang didapat diperlukan sebagai acuan untuk perhitungan “Studi Desain Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan Menggunakan Ligno P-100 dan Pasir Bangka”.
4.2.1 Pengujian Kadar Air Agregat Halus Pengujian ini dimaksudkan untuk menetukan kadar air agregat halus dengan cara pengeringan. Kadar air agregat halus adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu bahan campuran benda uji. Hasil yang diperoleh
6
dari pengujian kadar air agregat halus dapat dilihat dari tabel 4.1 dibawah ini.
4.2.2 Berat Jenis dan Agregat Halus
Pengujian ini dimaksdukan untuk menentukan kadar air agregat kasar dengan cara pengeringan. Kadar air agregat kasar adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dengan berat agregat dalam keadaan kering, yang nantinya akan digunanakan sebagai salah satu bahan campuran benda uji. Hasil yang diperoleh dari pengujian kadar air agregat kasar dapat dilihat pada tabel 4.6
Penyerapan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis permukaan jenuh (Saturated Surface Dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dan penyerapan dari agregat halus. Pada pengujian ini agregat halus adalah agregat yang lolos saringan no.4, yang nantinya digunakan sebagai salah satu bahan campuran benda uji.Agregat halus yang digunakan adalah agregat yang didapat dari pasir Bangka.Hasil yang diperoleh dari pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus dapat dilihat dari tabel 4.2 dibawah ini.
Dari hasil pengujian diatas, agregat halus disini memiliki tingkat penyerapan yang ideal sebesar 2,73%<3% (SNI 1970-2008), sehingga agregat dapat digunakan untuk campuran beton dengan jumlah yang cukup yang nantinya akan memberikan daya ikat pada beton dengan agregat.
4.2.4 Pengujian Kadar Agregat Kasar
Lumpur
Pengujian ini dimaksdukan untuk menentukan material lolos ayakan 200 agregat kasar dengan cara pengeringan. yang nantinya akan digunanakan sebagai salah satu bahan campuran benda uji Maksud dan tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan bahan lolos ayakan no.200 dengan cara pencucian. Untuk menjamin material yang digunakan dalam campuran beton tidak mengandung material lumpur(<75um). Hasil yang diperoleh dari pengujian Material lolos ayakan 200/ kadar lumpur agregat kasar dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini.
4.2.3 Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
7
Persyaratan aggregate sesuai ASTM C-33 Untuk aggregate kasar 1 % Dari hasil pengujian diatas, agregat kasar disini memiliki tingkat yang ideal sebesar 0,98 %<1% (ASTM-C33), sehingga agregat dapat digunakan untuk campuran beton dengan jumlah yang cukup yang nantinya akan memberikan daya ikat pada beton dengan agregat.
Grafik 4.2 Waktu Ikat Semen Portland Dengan Aditif Ligno P-100
4.2.5 Berat Isi Agregat Kasar Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat kasar. Berat isi adalah perbandingan berat dan isi, yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu bahan campuran untuk pembuatan benda uji. Hasil yang diperoleh dari pengujian berat isi agregat kasar dapat dilihat dari tabel 4.9 dibawah ini.
4.3.1 Waktu Portland
Pengikatan
4.3.2 Konsistensi Semen Portland Pengujian dilakukan untuk menentukan waktu konsistensi normal semen Portland dengan alat vicat.Konsisitensi normal semen Portland adalah suatu kondisi standar yang menunjukan kebasahan pasta.Hasil yang diperoleh dari pengujian berat jenis semen dapat dilihat pada tabel 4.12 dibawah ini.
Semen
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan waktu pengikatan awal semen Portland.Waktu pengikatan awal adalah jangka waktu dari mulai pengukuran pasta pada konsistensi normal sampai pasta kelihatan sifat plastis (menjadi beku).
Grafik 4.3Konsistensi Semen Portland
8
Dari pengujian diatas dapat diketahui bahwa semen normal didapat nilai konsistensi normal sebesar 9,33 % dengan penurunan sebesar 39 mm. Untuk semen yang menggunakan bahan tambah aditif Ligno P-100 dengan kadar Ligno P-100 0,3% terjadi penurunan 40 mm pada waktu penurunan awal sampai pada menit 90 baru mulai ada penurunan 38 mm, Untuk semen yang menggunakan bahan tambah aditif Ligno P-100 dengan kadar Ligno P100 0,6% terjadi penurunan 40 mm pada waktu penurunan awal sampai pada menit 90 baru mulai ada penurunan 39 mm, Untuk semen yang menggunakan bahan tambah aditif Ligno P-100 dengan kadar Ligno P-100 0,9% dari menit 0 sampai 90 masih mengalami penurunan 40 mm dikarenakan sangat cairnya pasta semen, sehingga harus dilakukan pengujian setting time pada pasta.
Aditif memperngaruhi nilai slump. Pada campuran 0,9% aditif didapati nilai slump tertinggi.
4.3.3 Pengujian Nilai Slump
Grafik 4.9 Kuat Tekan Vs Umur Beton
4.3.4 Pengujian Kuat Tekan Beton Perhitungan kuat tekan beton ditentukan berdasarkan atas nilai kuat tekan yang didapat dari benda uji kubus dengan dimensi 15 x 15 x 15cm. Dalam pengujian kuat tekan umur pengujian telah ditetapkan antara lain 3, 7 dan 28 hari.
Tujuan dari pengujian nilai slump (test slump) adalah untuk mengetahui nilai slump dari adukan yang dibuat, sehingga dapat ditentukan sifat kekentalannya dari adukan yang dibuat. Hasil pengujian slump untuk seluruh komposisi campuran beton dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Grafik 4.4 Hasil Uji Slump Grafik 4.10 Kuat Tekan Vs Kadar Aditif Ligno P-100
9
salah satunya susunan agregat tidak sama.
Penambahan Additif pada umur 3 hari meningkatan nilai kuat tekan beton normal, pada kadar 0,3% didapat nilai rata-rata dari dua sample sebesar 356,07kg/cm2, pada kadar 0,6% didapat 274,93 kg/cm2, dan pada kadar 0,9% didapat nilai kuat tekan sebesar 354,86. Pada umur 28 hari kuat tekan beton normal memiliki kuat tekan sebesar 370,6 kg/cm2, Penambahan aditif Ligno-P100 untuk kuat tekan masing-masing memiliki kuat tekan sebesar masing-masing 365,76 Kg/cm2, 360,91 dan 316,10 Kg/cm2, pada umur 28 hari kuat tekan dengan penambahan aditif menjadi rendah dari beton normal.
4. Dilihat dari nilai slump test diketahui untuk beton normal didapat 10 cm, dengan penambahan aditif Ligno P-100 kadar 0,3% sebesar 20 cm, 0,6% sebesar 22 cm, dan pada kadar 0,6% sebesar 25 cm yang berarti slump beton yang menggunakan lihno P-100 dalam keadaan pasta sangat cair. 5. Kehilangan air dan aditif Ligno P100 yang ada di adukan, yang seharusnya mengikat ada kemungkinan material mengandung asam basa yang mengakibatkan zat organik mencair mengurangi nilai kuat tekan beton.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian beton mutu tinggi dengan bahan tambah zat aditif Ligno P-100 maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan Additif pada umur 3 hari meningkatan nilai kuat tekan beton normal, pada kadar 0,3% didapat nilai rata-rata dari dua sample sebesar 356,07 kg/cm2, pada kadar 0,6% didapat 274,93 kg/cm2, dan pada kadar 0,9% didapat nilai kuat tekan sebesar 354,86 kg/cm2. 2. Pada umur 28 hari kuat tekan beton normal memiliki kuat tekan sebesar 370,6 kg/cm2, Penambahan aditif Ligno-P100 untuk kuat tekan masing-masing memiliki kuat tekan sebesar masing-masing 365,76 Kg/cm2, 360,91 dan 316,10 Kg/cm2, pada umur 28 hari kuat tekan dengan penambahan aditif menjadi rendah dari beton normal. 3. Dari hasil yang diperoleh pada umur 28 hari nilai kuat tekan tidak memenuhi perencanaan yaitu K600 dikarenakan beberapa faktor,
5.2
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar maksimum Adittif Ligno P-100 yang mampu meningkatkan kekuatan tekan beton dengan menggunakan jenis pasir yang berbeda. 2. Dalam penggunaan peralatan di laboratorium harus lebih teliti lagi, seperti penggunaan timbangan dan alat uji tekan beton. 3. Pengujian mix desain disarankan agar lebih teliti lagi karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil pengujian. 4. Saat penuangan agregat dan pembagiannya harus rata agar sesuai dengan hasil perhitungan mix desain yang direncanakan. 5. Saat pengadukan diharapkan agar dipastikan agregat satu dengan yang lain sudah benarbenar tercampur dengan rata.
10
DAFTAR PUSTAKA Buku Petunjuk Pratikum.2001.Pengetahuan Teknik Beton, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. ASTM C 33-86, Standart Specifications for Concrete Agregates . Tri, Hasan, Yunianto, 2011, Pengaruh Aditif Ligno GI 07 Terhadap Proses Kecepatan setting Beton, Universitas Mercu Buana, Indonesia. Hernando, Fandhi, 2009, Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi Dengan Penambahan Superplasticizer dan Pengaruh Penggantian Sebagaian Semen Dengan Fly Ash, Universitas Islam Indonesia, Indonesia. Alizar, Ir, MT, 2008. Buku Panduan Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Tjokrodimulyo, Kardiyono, 1992, TEKNOLOGI BETON, Biro Penerbit, Yogyakarta. Supartono, F. X. 1995. Beton Berkinerja Tinggi, Keunggulan dan Permasalahannya. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama. Supriyatna, Yatna, 2000, Perencanaan dan Pengendalian Mutu Beton, Universitas Komputer Indonesia.
11