Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010
STUDI DAYA DUKUNG PONDASI DANGKAL PADA TANAH GAMBUT DENGAN KOMBINASI GEOTEKSTIL DAN GRID BAMBU Nugroho S A,1, Muhammad Adi2 dan Muhamad Yusa3 1
Program Studi S-1 Teknik Sipil Universitas Riau, Jl H.R Subrantas KM 12 Pekanbaru Email :
[email protected] 2 Departemen Teknik Sipil Universitas Riau, Jl. Subrantas KM 12 Pekanbaru Email :
[email protected] 2 Departemen Teknik Sipil Universitas Riau, Jl. Subrantas KM 12 Pekanbaru Email :
[email protected]
ABSTRAK Pembangunan konstruksi di atas tanah gambut mempunyai banyak masalah, diantaranya adalah daya dukung tanah yang rendah dan penurunan yang besar. Penggunaan kombinasi grid bambu dan geotekstil diharapkan akan dapat mengatasi masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara kapasitas daya dukung dengan variasi kedalaman letak perkuatan, lebar perkuatan, spasi antara grid bambu dan geotekstil, dan sudut penyebaran beban. Perbedaan daya dukung antara tanah tanpa perkuatan dengan menggunakan perkuatan dinyatakan dalam Bearing Capacity Ratio (BCR). Dari studi model di laboratorium diperoleh hasil BCR maksimum sebesar 4,32 pada rasio L/B, d/B, dan s/B berturut-turut adalah 3, 0,25 dan 0,5. Sudut penyebaran beban maksimum sebesar 78,79° pada L/B dan d/B (B adalah lebar pondasi) berturut-turut adalah 4 dan 0,25. Peningkatan BCR dan sudut penyaluran beban sebanding dengan penambahan dimensi perkuatan dan berbanding terbalik dengan jarak perkuatan dari dasar pondasi. Kata kunci : BCR, geotekstil grid bambu, sudut penyebaran beban, tanah gambut.
1. PENDAHULUAN Pada umumnya di Indonesia apabila ingin membangun suatu kontruksi bangunan 1- 2 lantai di atas tanah gambut digunakan cerucuk dengan diameter 10-20 cm dan panjang 3-4 meter. Namun, material cerucuk sendiri makin lama makin susah didapat, maka diperlukan alternatif yang lain. Salah satu metode konstruksi yang dapat digunakan adalah pondasi dangkal yang diperkuat dengan bahan bambu dan geotekstil, dimana sebagai separator adalah bahan geotekstil tersebut untuk mencegah tercampurnya antara tanah urugan dan tanah gambut, serta untuk elemen perkuatan digunakan grid bambu. Diharapkan dari penempatan perkuatan grid bambu dan geotekstil tersebut bidang runtuh tanah akan terpotong oleh kombinasi perkuatan grid bambu dan geotekstil sehinggga daya dukung tanah akan meningkat.
2. LANDASAN TEORI Metode Perkuatan Huang dan Menq (1997) melakukan evaluasi pada tanah yang diberi perkuatan di bawah pondasi dengan suatu mekanisme keruntuhan yang dikemukakan (Schlosser et.al, 1983) seperti terlihat pada Gambar1. Berdasarkan mekanisme keruntuhannya, keduanya memberikan efek saling menguatkan. Kedalaman pondasi dan lebar-slab memberikan efek, dan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan kapasitas daya dukung. Konsep dasar mekanisme keruntuhan ini adalah kapasitas daya dukung dari pondasi (lebar: B) pada pondasi yang diberikan perkuatan adalah sepadan dengan lebar pondasi (lebar: B+∆B) dengan kedalaman dari d (total kedalaman dari perkuatan) yang tidak diberi perkuatan. Hubungan antara qult dan sudut penyebaran beban dapat diluhar pada persamaan di bawah ini. qu (Df = d) = η × γ × (B+∆B) × Nγ + γ × d × Nq (1) ∆B = (2 × d) tan α........................ (2) Geotekstil adalah bahan sintetis yang digunakan dalam pekerjaan teknik yang berhubungan dengan tanah. Geotekstil berbentuk seperti lembaran yang dapat diperguinakan pada tanah yang bermasalah dalam jangka waktu yang relatif lebih singkat. Dengan mempertimbangkan biaya untuk geotekstil hanya digunakan sebagai pemisah antara tanah timbun dan tanah asli yang lunak sehingga biaya pun reatif murah sebagai perkuatan tanah yang memiliki daya dukung rendah digunakan grid bambu.
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
G - 25
Nugroho S.A , Muhammad Adi dan Muhamad Yusa
Bambu adalah bahan bangunan dari tumbuhan bukan kayu berbentuk pembuluh dan beruas-ruas. Dapat digunakan untuk konstruksi bangunan seperti tiang, pipa air, atap atau cerucuk stabilitasi tanah. Diharapkan dari penempatan perkuatan kombinasi grid bambu dan geotekstil tersebut adalah bidang runtuh tanah akan terpotong oleh anyaman bambu sehingga daya dukung tanah meningkat.
Gambar 1. Mekanisme keruntuhan pada tanah yang diperkuat
Interpretasi Nilai Daya Dukung Ultimit dari Pengujian Pembebanan Penentuan daya dukung ultimit merupakan keharusan dalam menganalisa data pembebanan. Daya dukung ultimit diperlukan untuk keperluan mendesain pondasi. Berdasarkan data hasil uji pembebanan yang dilakukan, seringkali terjadi hambatan dalam menentukan daya dukung ultimit pada tanah. Pengujian pembebanan memberikan hasil berupa grafik hubungan qult vs penurunan (Gambar 1). Grafik Pembebanan Tegangan, (kPa) 0
5
10
15
qu
20
0
5
a
qult =13,1 kPa
Regangan, (mm)
10
c
15
20
25
d
Penurunan
b
30
35
Gambar 2. Metode-metode penentuan qult dari data penelitian Dari grafik tersebut kemudian dilakukan interpretasi untuk mendapatkan nilai daya dukung aksial pondasi yang diuji. Terdapat beberapa metode interpretasi untuk mendapatkan nilai daya dukung tanah tersebut diantaranya yaitu: a) Metode Beban P-S atau Beban Kritis; b) Davisson 72; c) Chin 70 dan 72; d) de Beer 67; e) Hansen 90%; f) Mazurkiewicz 72; g) Fuller and Hoy 70; h) Butler and Hoy 77; i) Van der Veen; Hansen 80% (Niken Silmi Surjandari, 2008).
3. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut yang berasal dari desa rimbo panjang, bambu yang digunakan adalah bambu tali yang berasal dari Paya Kumbuh, Sumatera Barat dan geotekstil yang digunakan adalah nonwoven geotextiles dengan tebal (pada tekanan 2 kPa) = 4,2 mm; Puncture strength = 1112 N; Grabelongation = 50 %; Apparent opening size = 0,150 mm.
Alat a. Alat uji pembebanan, meliputi: a) hidrolik pembebanan merek OPT
G - 26
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut Dengan Kombinasi Geotekstil Dan Grid Bambu
b.
b) sel beban (load cell) dengan kapasitas maksimal 5 ton merk Enerpack RC50 beserta dial pembacaan beban, c) dial gage pembacaan penurunan. Bak pengujian pembebanan, portal penahan beban, plat pondasi 15cm × 15cm (B×B) , alat pemadat, alat uji geser baling dan nuclear density.
Prosedur a. b. c.
Uji pendahuluan untuk mengetahui jenis dan karakteristik tanah gambut. Perancangan pembuatan model bak uji, model plat pondasi, portal penahan dan modifikasi peralatan uji pembebanan. Persiapan model bahan sampel uji yaitu bambu dan geotekstil.
Metode Pengujian Tanah gambut yang telah dibersihkan (sortir) dimasukkan ke dalam bak pengujian kemudian dipadatkan setiap 15 cm dengan alat pemadat sampai elevasi 90 cm (Gambar 3). Setiap lapisan yang dipadatkan diuji dengan alat nuclear density untuk mengontrol tingkat kepadatan tanah dan kadar air tanah tersebut. Hal ini dilakukan agar tingkat keseragaman kepadatan tanah dan kadar air tanah tiap lapisan tanah yang digunakan sebagai wadah uji tidak terlalu jauh. Apabila tingkat kepadatan dan kadar air tanah berbeda jauh untuk tiap lapisan, maka dilakukan pemadatan ulang.
Tanah Gam but
15 cm A
B
C
30 cm 45 cm 60 cm
90.00
37.50 75.00
150 cm
150.00
Gambar 3. Model dan titik pengujian dial beban dial penurunan model pondasi portal penahan
pompa hidrolik 17
pasir geotekstil tanah gambut bak pengujian
90
90
Gambar 4. Model Pengujian
Pengujian Pembebanan Gambut yang telah siap untuk uji pembebanan kemudian dimodelkan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Model sampel uji yaitu kombinasi antara geotekstil dan grid bambu diletakkan pada kedalaman yang telah ditentukan, kemudian di atas perkuatan di isi dengan tanah ditimbun dengan pasir. Pasir tersebut berfungsi
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
G - 27
Nugroho S.A , Muhammad Adi dan Muhamad Yusa
sebagai tanah timbun untuk mempermudah dalam proses pengujian. Plat pondasi diletakkan di atas lapisan perkuatan yang telah ditimbun tersebut kemudian dilakukan pengujian dengan alat uji pembebanan (Gambar 4). Selama pengujian, penambahan beban dilakukan secara bertahap. Penambahan beban dilakukan ketika defleksi = 0,03 mm/min dan dihentikan jika terjadi penurunan secara terus menerus dengan beban yang tetap, hal ini berarti tanah telah mencapai kondisi ultimit
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengujian Pembebanan untuk sampel tanpa perkuatan dan sampel tanah dengan perkuatan. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
qu (kPa) 12,5 12,5 46,00 44,80 43,00 48,50 47,00 45,00 50,00 48,50 46,50 50,00 54,00 50,00 40,00
Nama sampel Tanpa Perkuatan Tanpa Perkuatan L/B=2, d/B=0,25 L/B=2, d/B=0,50 L/B=2, d/B=1,00 L/B=3, d/B=0,25 L/B=3, d/B=0,50 L/B=3, d/B=1,00 L/B=4, d/B=0,25 L/B=4, d/B=0,50 L/B=4, d/B=1,00 L/B=3, d/B=0,25, s/B=0,25 L/B=3, d/B=0,25, s/B=0,50 L/B=3, d/B=0,25, s/B=0,75 L/B=3, d/B=0,25, s/B=1,00
Keterangan unreinforced
reinforced
Sampel Tanpa Perkuatan Hasil pengujian pembebanan untuk sampel tanpa perkuatan dapat dilihat pada Gambar 5a dan Gambar 5b. beban, kPa 0
5
beban, kPa
10
15
20
0
0.00
5
10
qult = 12.5
5.00 5.3 mm
sett= 6.2
10.00
penurunan, mm
penurunan, mm
20
qult = 12.5
5.00
15.00
20.00
25.00
15
0.00
sampel 3 sampel 4 rata-rata
10.00
15.00
20.00
25.00 sampel 1
sampel 2
rata-rata
30.00
30.00
(a) sampel 1 dan 2
(b) sampel 3 dan 4
Gambar 5. Hubungan beban vs penurunan untuk sampel tanpa perkuatan
Sampel dengan Perkuatan Hasil pengujian pembebanan untuk sampel dengan perkuatan sebagai contoh diambil sampel dengan L/B=2, d/B=0,25 dan L/B=2, d/B=0,5 hasil pengujian pembebanan dapat dilihat pada Gambar 6a dan 6b. Hasil pengujian menghasilkan grafik yang menunjukkan hubungan antara beban dan penurunan, dari hasil tersebut ditentukan besarnya qult yang diperoleh dengan rasio L/B dan d/B berturut-turut adalah 2, 3, 4 dan 0,25; 0,5; 1. dari hasil pengujian variasi L/B dan d/B yang optimum kemudian di variasikan dengan rasio s/B antara perkuatan grid bambu dan geotekstil (L adalah lebar perkuatan, d adalah kedalaman perkuatan dari dasar pondasi dan s adalah spasi antara grid bambu dan geotekstil).
G - 28
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut Dengan Kombinasi Geotekstil Dan Grid Bambu
beban, kPa 0
20
40
beban, kPa
60
80
100
0
0
20
40
46 kPa
10
80
100
44.8 kPa
10
8.5 mm
20
8.90 mm
20
penurunan, mm
penurunan, mm
60
0
30
40
30
40
50
50 sampel 1
sampel 2
rata-rata
sampel 1
sampel 2
rata-rata
60
60
(a) L/B=2, d/B=0,25
(b) L/B=2, d/B=0,5
Gambar 6. Hubungan beban vs penurunan untuk sampel dengan perkuatan
Pembahasan Hubungan Sudut Penyebaran Beban dengan Daya Dukung Tanah Berdasarkan hasil perhitungan sudut distribusi tegangan berdasarkan teori Huang dan Menq, diperoleh hasil sudut distribusi tegangan yang paling besar yaitu pada sampel L/B=4, d/B=0.25, Hubungan antara sudut penyebaran beban dengan daya dukung tanah (qu) dengan variasi L/B dan d/B yang berbedabeda dapat dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan hasil tersebut bisa dikatakan bahwa semakin kecil jarak perkuatan dengan dasar pondasi maka sudut penyebaran tegangannya akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika jarak perkuatan ke pondasi semakin besar maka sudut penyebaran tegangan akan semakin kecil, kemungkinan beban yang bekerja semakin jauh dari pondasi semakin kecil. Serta meneunjukkan kecenderungan bahwa semakin besar nilai qult maka nilai sudut distribusi tegangan juga akan semakin besar
Pondasi Tapak Sudut penyebaran tegangan
Perkuatan geotekstil dan grid bambu
α ½ ∆B
½ ∆B B + ∆B
Gambar 7. Distribusi sudut penyebaran tegangan (α)
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
G - 29
Nugroho S.A , Muhammad Adi dan Muhamad Yusa
Sudut penyebaran ( α ), Derajat
100.00 90.00 d/B=0,25
d/B=0,25
80.00 70.00
d/B=0,5
d/B=5
d/B=0,25 d/B=0,5
60.00 50.00 40.00
L/B=2 d/B=1
d/B=1
L/B=3
d/B=1
30.00 20.00 42.00
L/B=4 44.00
46.00
48.00
50.00
52.00
qu, kPa Gambar 8. Sudut penyebaran vs qu pada L/B dan d/B yang berbeda-beda
Pengaruh Variasi Lebar Perkuatan Terhadap Daya Dukung Tanah Berdasarkan Gambar 9 menunjukkan bahwa sampel uji pada d/B=0,25 dengan variasi L/B berturut-turut 2, 3 dan 4 memberikan daya dukung masing-masing 46 kPa, 48,5 kPa dan 50 kPa. Berdasarkan hasil daya dukung tersebut dapat dikatakan bahwa pada kedalaman perkuatan 0,25B dan variasi lebar perkuatan yang semakin besar akan memberikan daya dukung yang semakin besar
Pengaruh Variasi Kedalaman Perkuatan Terhadap Daya Dukung Tanah Berdasarkan Gambar 10 diperoleh bahwa pada sampel dengan lebar perkuatan 4B dan variasi kedalaman perkuatan 0,25B, 0,5B dan menghasilkan daya dukung masing-masing 50 kPa, 48,5 kPa dan 46,5 kPa. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa semakin jauh jarak perkuatan dari dasar pondasi maka daya dukung yang dihasilkan akan semakin kecil. Penempatan perkuatan pada kedalaman lebih dari 1D pada tanah gambut sangat kecil manfaatnya, karena tegangan yang terjadi pada kedalaman ini juga kecil. Kecilnya tegangan yang berada pada kedalaman lebih dari 1D menyebab peran perkuatan tidak efektif karena tegangan yang harus ditanggungnya juga kecil. Intensitas tekanan vertikal sepanjang sebarang garis vertikal di bawah beban merata berkurang dengan bertambahnya kedalaman z di bawah permukaan
Pengaruh Spasi antara Perkuatan Bambu dan Geotekstil Terhadap Daya Dukung Tanah Setelah dilakukan pengujian pembebanan pada model sampel yang diberi perkuatan dengan variasi kedalaman dan variasi lebar yang berbeda-beda, maka Sebagai pembanding digunakan sampel dengan L/B=3 dan d/B=0,25 (d/B= jarak dari dasar pondasi ke grid bambu) sedangkan s/B=0,25; 0,5; 0,75 dan 1. Pemilihan sampel tersebut sebagai pembanding karena pada L/B=3 dan d/B=0,25 memberikan nilai BCR yang optimal. Dari hasil penelitian ini memberikan gambaran terdapat spasi optimum, dengan rasio s/B=0,5 didapat BCR=4,32. dari hasil tersebut maka jarak perkuatan lebih besar dari jarak optimal ini tidak akan memberikan efek pada daya dukung pondasi bahkan cenderung turun karena sangat memungkinkan bahwa bidang runtuh tidak mencapai lapisan perkuatan (Pontjo Utomo, 2004).
G - 30
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Studi Daya Dukung Pondasi Dangkal Pada Tanah Gambut Dengan Kombinasi Geotekstil Dan Grid Bambu
4.10 d/B = 0,25
4.00
4.10
d/B = 0,50
4.00
d/B = 1,00
3.90
BCR
BCR
3.90
3.80 3.70 3.60
3.80 3.70 3.60
Lebar 2B Lebar 3B
3.50
3.50
3.40
3.40
1
2
3
4
5
Lebar 4B
0
0.25
0.5
Gambar 9. Pengaruh variasi lebar perkuatan terhadap daya dukung tanah
0.75
1
1.25
d/B
L/B
Gambar 10. Pengaruh variasi lebar perkuatan terhadap daya dukung tanah
5.00
4.60
BCR
4.20
3.80
3.40 L/B=3 - d/B=0,25 3.00 0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
s/B
Gambar 11. Pengaruh variasi spasi antar perkuatan terhadap daya dukung tanah
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta
G - 31
Nugroho S.A , Muhammad Adi dan Muhamad Yusa
5. DISKUSI Kesimpulan 1.
2. 3.
4.
Penambahan grid bambu dan geotekstil dapat meningkatkan daya dukung pondasi di atas tanah gambut yang ditinjau dari nilai daya dukung yang dihasilkan sehingga perkuatan grid bambu dan geotekstil dapat dijadikan salah satu alternatif bahan perkuatan tanah. Secara umum penambahan lapisan perkuatan berupa geotekstil dan grid bambu memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatan daya dukung pondasi. Berdasarkan penelitian ini, untuk perkuatan komposit grid bambu dan geotekstil yang membarikan daya dukung terbesar pada rasio L/B 4 dan d/B 0,25 menghasilkan rasio daya dukung (BCR) sebesar 4 serta sudut penyebaran tegangan (α) sebesar 78,79º Nilai s/B optimal adalah 0,5 yakni memberikan kenaikan BCR sebesar 4,32.
Rekomendasi 1. 2. 3.
Diperlukan penelitian yang terkait dengan variasi spasi, penambahan lebar perkuatan dan jarak antar spasi yang optimal agar mendapatkan daya dukung yang maksimal. Disarankan untuk penelitian selanjutnya, untuk menentukan daya dukung tanah dengan sampel dan pengujian yang lebih banyak lagi untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. Hingga saat ini belum disepakati kesimpulan yang bersifat umum, untuk itu perlu dilakukan uji dalam skala penuh.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1996. Annual Book of ASTM Standard. Section 4, Volume 04.08. Philedalpia. USA Anonim, 1992. Standard Classification of Peat Samples by Laboratory Testing (D 4427-92, Reapproved 1996). ASTM, pp.596 - 597. ASTM D 2937-94. 1994. Standard Test Methods For Density Of Soil In Place By The Drive-Cylinder Methods. Bjerrum, L. dan Eggestad. 1963. Discussion, Proocedings European Conference SMFE, Wiesbaden, Vol. 3. Budhu, Muni. 2000. Soil Mechanics and Foundations. New York: John Wiley & Sons, inc Binquet, J. and Lee, K.L., 1975. Bearing Capacity Analysis of Reinforced Earth Slabs. Journal of the Geotechnical Engineering Division, ASCE, Vol. 101, No. GT12, pp. 1257-1276 Bowles, J.E. 1986. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (MekanikaTanah) Jakarta: Erlangga Chen, Qiming. 1997. An Experimental Study on Characteristics and Behavior of Reinforced Soil Foundation. China: B.S., Nanjing Architecture and Civil Engineering Institute. Douglas, R.A. 1990. Bamboo Inclusion in Soil Structure: 294-300. In Rao, I.V.R., Gnanaharan, R. & Shastry, C.B., Bamboos Current Research, The Kerela Forest Research Institute – India, and IDRC Canada. Frick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Semarang: Kanisius. Hardiyatmo, H.C. 1994. Mekanika Tanah 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hansen, J. B. 1968. A Reviced Extended Formula for Bearing Capacity. Danish Geotechnical Intitute Bulletin, No. 28. ICI Fibres (1982), 1986. Geotextile of Geosyntheties. Proceedings Technical Sessions of the Third Asian ICI Fibres Geotextile Conference, Bangkok, Thailand. Khatib, Anwar. 2005. Bearing Capacity of Soft Soil Using Bamboo-Geotexstile Composite. Journal Saintis. Vol 8 no 2, pp. 61-69. Krisdianto, Ginuk, Ismanto. 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu,
Mac Farlane, LC., Muskeg Engineering Handbook. National Research Council of Canada.Toronto: University of Toronto Press Mac Farlane, I.C and Radforth, N.W. 1965. A Study of The Physical Behavior of Peat Derivatives Under Compression. Proc. of the Tenth Musked Research Conference, National Research of Canada, Technical Memorandum No. 85. pp. 417-464. Morisco. 1999. Rekayasa Bambu. Yogyakarta: Nafiri Offset Subianto, Tjandrawibawa et al . 2002. Pemodelan Pondasi Dangkal Dengan Menggunakan Tiga Lapis Geotekstil Di Atas Tanah Liat Lunak.
G - 32
Universitas Udayana – Universitas Pelita Harapan Jakarta – Universitas Atma Jaya Yogyakarta