STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI EKOSISTEM PADANG LAMUN DESA BERAKIT KABUPATEN BINTAN Hendro Sekti Aprianto Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] Linda Waty Zen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK
Pemanfaatan KKLD Kawasan Perairan Laut Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Timur sebagaimana dimaksud pada Surat Keputusan Bupati Bintan tersebut diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan dan pariwisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan yang terdapat di Ekosistem Padang Lamun di Desa Berakit Kabupaten yang dilihat dari segi kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi, dan keseragaman. Objek yang diamati ikan yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun dan penangkapan ikan menggunakan jaring insang tetap memiliki mata jaring yang digunakan di lapangan berukuran satu inci. Titik-titik koordinat lokasi penjaringan ikan dipilih secara acak pada wilayah intertidal dan sub tidal Desa Berakit hasil delineasi dari Citra Spot 2007. Hasil dari penelitian didapatkan 13 jenis ikan yaitu ikan Pomacentrus Saksonoi, Dermogenys Pusilla, Varigatcd Cardinalfish, Acreichthys Tomentosus, Leptojulis Cyanopleura, Coris batuensis, Choerodon anchorago, Pentapoaus caninus, Neoglyphidodon Oxyodon, Pomacentrus colini, Upeneus Arge, Atherinomorus Endrachtensis, Loliginidae. Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada 15 titik koordinat adalah 3,34 sehingga dapat dikatakan bahwa keanekaragaman Ikan di perairan Desa Berakit kategori tinggi, Indeks keseragaman (E) pada pengamatan keseluruhan 15 titik koordinat adalah 0,90 dan tergolong dalam keadaan tinggi dan Indeks dominansi (C) pada keseluruhan dari 15 titik koordinat adalah 0,12 dan dengan kategori rendah.
Kata Kunci : ikan, padang lamun, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi
Fish Community Structure In Seagrass Ecosystems Berakit Village of Bintan Regency
Hendro Sekti Apriyanto Study Programme of Aquatic Resources Management, FIKP UMRAH,
[email protected] Andi Zulfikar Study Programme of Aquatic Resources Management, FIKP UMRAH,
[email protected] Linda Waty Zen Study Programme of Aquatic Resources Management, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT The benefit is KKLD East Coast Marine Area Water District of Mount Deer and District East Bintan as stipulated in a decree of Bintan is prioritized to support sustainable fisheries and marine tourism. This research was to determine the types of fish found in Seagrass Ecosystems in the village of the district Berakit terms of abundance, diversity index, dominance index, and uniformity. Fish observed object associated with seagrass ecosystems and fishing using gill nets still have a mesh that is used in the field measuring one inch. Coordinate points of fishing locations were randomly selected in the intertidal and sub-tidal area of the Berakit Village delineation results from Spot Image 2007. The results of the study found 13 species of fish that fish Pomacentrus Saksonoi, Dermogenys Pusilla, Varigatcd cardinalfish, Acreichthys Tomentosus, Leptojulis Cyanopleura, Coris batuensis, Choerodon anchorago, Pentapoaus canines, Neoglyphidodon Oxyodon, Pomacentrus colini, Upeneus Arge, Atherinomorus Endrachtensis, Loliginidae. Value diversity index (H) at 15 point coordinates is 3.34 so it can be said that the diversity of fish in the waters of the Berakit Village high category, uniformity index (E) at 15 overall observation point coordinates are 0.90 and classified in the high state and Index dominance (C) on the coordinates of the point total of 15 is 0.12 and the low category.
Key Words : fish, seagrass, diversity index, uniformity index, dominance index
I. PENDAHULUAN Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang terdiri dari 2400 pulau-pulau kecil serta memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang sangat potensial (DKP, 2007). Pada Kabupaten Bintan terdapat Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang secara keseluruhan mempunyai luas 472.905 hektar, yang terdiri dari Kawasan Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Timur seluas 116.000 hektar dan Kawasan Perairan Kepulauan Tambelan seluas 356.905 hektar (SK Bupati Bintan No.36/VIII/2007). Pemanfaatan KKLD Kawasan Perairan Laut Pesisir Timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Timur sebagaimana dimaksud pada SK No.36/VIII/2007 tersebut diprioritaskan untuk mendukung kegiatan perikanan berkelanjutan dan pariwisata bahari. Salah satu desa di Kabupaten Bintan yang termasuk dalam wilayah KKLD adalah Desa Berakit. Kawasan pesisir timur pulau Bintan yang terdapat dalam SK Bupati tersebut memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang sangat potensial, yang kaya akan sumberdaya alamnya seperti komunitas ikan yang didukung dengan padang lamun sebagai tempat memijah dan berlindung untuk ikan-ikan kecil. Padang lamun di pesisir Bintan Timur ini telah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti lokasi penangkapan ikan dan wisata bahari dengan melibatkan banyak pemangku kepentingan. Padang lamun memiliki berbagai peranan dalam kehidupan ikan. Kondisi padang lamun akan menentukan struktur komunitas ikan yang berasosiasi dengannya. Data struktur komunitas dapat digunakan sebagai data awal untuk infromasi mengenai kondisi kesehatan suatu wilayah atau dapat digunakan sebagai rujukan awal pengambilan suatu keputusan atau tindakan dalam suatu kawasan, terutama kawasan konservasi. . Desa Berakit sebagai wilayah KKLD belum banyak diketahui kondisi struktur komunitas ikannya, terutama terkait
dengan evaluasi nilai data kelimpahan, indeks keanekaragaman (H’), indeks dominasi (C), keseragaman (E). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan yang terdapat di Ekosistem Padang Lamun di Desa Berakit Kabupaten yang dilihat dari segi kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominasi, dan keseragaman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun untuk pemerintah dan masyarakat khususnya di Desa Berakit. II.
TINJAUAN PUSTAKA
Lamun mempunyai berbagai peranan bagi kehidupan ikan, yaitu sebagai daerah asuhan dan perlindungan, sebagai makanan ikan, sebagai padang penggembalaan atau tempat mencari makan (feeding ground) (Hutomo dan Azkab,1987). Bahwa ekosistem lamun baik kecil maupun besar merupakan tempat habitat sangat pentik sebagai tempat semua jenis ikan. Sktuktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun adalah kumpulan dari berbagai spesies ikan yang hidup dan memanfaatkan sumberdaya ekosistem padang lamun secara bersama dan mempunyai struktur fisik dan struktur biologis yang merupakan indikator terhadap pengaruh perubahan-perubahan yang terjadi. Keanekaragaman spesies dalam komunitas ikan di ekosistem padang lamun semakin berkurang apabila kondisi dan kualitas ekosistem padang lamun semakin memburuk. Tidak semua spesies ikan mampu beradaptasi dan bertahan hidup dalam kondisi habitatnya, misalnya pada ekosistem padang lamun yang tidak stabil/terganggu, maka tingkat resistensi setiap spesies ikan akan berbeda pula (Be29ll & Pollard, 1989 dalam Manik, 2010). Ada tujuh karakter utama antara kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun( Bell dan pollard, 1989), yaitu: 1. Keragaman dan kelimpahan ikan yang berasosiasi dengan lamun lebih tinggi dari pada di area non- vegetasi yang berdekatan.
2. Waktu yang dibutukan untuk ikan berasosiasi bervariasi antara jenis dan tergantung pada lemanya setiap fase dalam siklus hudupnya.
Titik-titik koordinat lokasi penjaringan ikan dipilih secara acak pada wilayah intertidal dan sub tidal Desa Berakit. Peta dan titik sampling disajikan pada Gambar 1.
3. Kebanyakan asosiasi ikan lamun berawal dari plankton, sehingga padang lamun merupakan daerah asuhan penting bagi banyak jenis ikan ekonomi penting. 4. Zooplankton adalah sumber makan utama bagi ikan yang berasosiasi dengan lamun; dengan tumbuhan, ditritus dan infaun adalah komponen dalam jejaring makna lamun yang jarang digunakan oleh ikan. 5. Perbedaan vertical (yakni pembagian sumberdaya) dalam komposisi spesies terjadi pada kebanyakan padang lamun. 6. Ada keterkaitan yang kuat antara padang lamun habitan yang berbatasan, kelimpahan relatif jenis ikan di padang lamun tergantung pada tipe,( misalnya terumbu karang estuaria , mengrove )dan jarak habitat yang perbatasan seperti siklus singa malam ( migrasi ikan). 7. Kumpulan ikan dari padang lamun yang berbeda sering menunjukan perbedaan dalam komposisinya seperti yang terjadi pada dua habitat yang berbatasan atau berdekatan. III.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Berakit, pada daerah pasang-surut di ekosistem lamun, dilakukan ketika saat pasang. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan April -Juni 2014 di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Desa Berakit Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Alat tulis, Roll meter, Kamera, Jaring insang tetap, GSP, Papan tulis. Objek yang diamati ikan yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun, penentuan status padang lamun berdasarkan persentase tutupan lamun yang berada di lokasi penelitian.
Gambar 1. Peta Titik-titik Koordinat Sampling di Desa Berakit Pengambilan data ikan di perairan Berakit pada ekosistem padang lamun menggunakan titik koordinat, pada penelitian dilakukan saat air pasang pada waktu siang hari, yaitu : 1. Pengamatan atau survei dan penentuan lokasi pengambilan data. 2. Persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam pengambilan data. 3. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan jaring insang tetap (Gambar 2). 4. Operasi di lakukan satu kali pada saat pasang, menggunakan jaring insang tetap memiliki mata jaring yang digunakan di lapangan berukuran satu inci, panjang jaring 160 cm, lebar 1.5 cm menentukan lokasi penelitian, menangkap ikan yang berukuran kecil dan besar di daerah padang lamun.
5 Waktu yang dibutuhkan dalam peletakan pada jaring tetap antara 1 jam per lokasi pada titik koordinat.
Dimana :
6. Hasil yang didapatkan selanjutnya dipilah dan diidentifikasi menurut Kuiter dan Tonozuka (2001); Allen (2000); Allen (2001); Kimura dan Matsuura (2003), serta dihitung jumlah individu per jenis.
ni = Jumlah Individu dalam setiap spesies
N = Jumlah total Individu
pi = Jumlah individu dalam setiap spesies Jumlah total individu
3. 7. Data yang didapatkan kemudian diolah atau dianalisis untuk menggetahui struktur komunitas ikan di hamparan lamun pada 15 titik koordinat tersebut. Juga dibuat dalam bentuk tabel dan grafik.
Indeks Dominasi
Perhitungan Indeks Dominasi digunakan untuk mengetahui jenis yang mendominasi di suatu perairan. Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Dominasi mengacu pada Simpson dalam Krebs (1997) sebagai berikut : Dominansi jenis dihitung menggunakan indeks dominansi Simpson (Odum, 1997, dalam Fachrul 2007) sebagai berikut : D=
Gambar 2. Jaring insang tetap
Kisaran nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1. Nilai C mendekati 1 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan gterjadi kecendrungan suatu jenis yang mendominansi populasi tersebut. Kisaran indeks dominansi adalah sebagai berikut :
A.
Analisis Data
00,0
1.
Kelimpahan
0,30
Untuk menghitung Kelimpahan dilakukan perhitungan berdasarkan metode yang diajukan oleh Krebs (1997) ; Kelimpahan= Jumlah Individu suatu spesies Luas area pengamatan 2.
Indeks Keanekaragaman (H’)
Untuk melihat Indeks Keanekaragaman digunakan metode Shannon – Wiener dalam Krebs (1997) di setiap stasiun yaitu :
0,60
Keseragaman (E)
Penghitungan mengenai keseragaman bertujuan untuk melihat apakah spesies yang ada disuatu ekosistem berada dalam keadaan seimbang atau tidak serta bertujuan untuk melihat apakah terjadi persaingan pada ekosistem tersebut. Untuk itu dapat dihitung mengacu pada Pielou dalam Krebs (1985) dengan rumus:
H’ = -∑ ni/N Log2 ni/N H’ = -∑ pi Log2 pi
E = H’ Hmaks
Dimana : E H’
= Indeks Keseragaman ( Equilibility) jenis = Indeks Keragaman
Hmaks = Indeks Keragaman Jenis maksimum = Log2 S IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian menggunakan jarring insang tetap ada 13 jenis ikan yang didapat yaitu ikan P. Saksonoi, D. Pusilla, V. Cardinalfish, A.Tomentosus, L.Cyanopleura, C.batuensis,C.anchorago,P.caninus,N.Oxyodo n,P.colini,U.Arge,A.Endrachtensis,Loliginidae. Menurut Connollly dalam Deny S. Yusuf (2006) bahwa kelimpahan ikan merupakan adanya kerapatan dan luas padang lamun yang ada di kawasan Desa Berakit menjadi tempat ketersediaan habitat untuk kumpulan ikan yang berasosai di padang lamun. Jenis terbanyak yang ditemukan yaitu ikan Pomacentrus sakonai dengan jumlah total 60 individu (21%) dan kelimpahan 2500 individu/m2. Jenis terbanyak kedua adalah ikan Dermogenys pusilla dengan jumlah total 54 individu (19%) dan kelimpahan 2250 individu/m2. Jenis terbanyak ketiga terdapat 2 speses yaitu ikan Atherinomorus Endrachtensis dan ikan Pentapodus Caninus dengan jumlah total yang sama yaitu 26 individu (9%) dan kelimpahan 1083 individu/m2. Jenis terbanyak keempat yaitu ikan Leptojulis Cyanopleura dengan jumlah total 24 individu (8%) dan kelimpahan 1000 individu/m2. Jenis terbanyak kelima yaitu ikan Acreichthys Tomantosu dengan jumlah total 19 individu (7%) dan kelimpahan 792 individu/m2. Jenis terbanyak keenam yaitu ikan Upeneus Arge dengan jumlah total 17 individu (6%) dan kelimpahan 708 individu/m2. Jenis terbanyak ketujuh yaitu ikan Fowlenia Varicgata dengan jumlah total 15 individu (5%) dan kelimpahan 625 individu/m2. Jenis terbanyak kedelapan ada tiga spesies yaitu ikan Ponacentrus Colini, ikan Coris Batuensis, dan ikan Choerodon
Anchorago dengan jumlah total 12 individu (4%) dan kelimpahan 500 individu/m2. Jenis sedikit yaitu ikan Neoglyhidodon Oxyodan dengan jumbelah total 8 individu (3%) dan kelimpahan 333 individu/m2dan Jenis biota lainnya ditemukan sedikit yaitu Sepioteuthita Sepiodea dengan jumlah total 2 individu (1%) dan kelimpahan 83 individu/m2. Komposisi jenis ikan dalam hal ini juga dipengaruhi oleh tangkapan nelayan dan kondisi lingkungan (Sudirman & Mallawa, 2004), Gambar komposisi jenis ikan disajikan pada gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3 . Komposisi Jenis ikan A. Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C) Berdasarkan hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) di dapatkan nilai yang cukup bervariasi.Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis (Odum, dalam Rappe, 1983). Keanekaragam/H
Hmaks
Keseragaman/E
Dominansi/C
3.34
3.7
0.9
0.12
Tabel 1. Indeks keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E) dan Indeks Dominansi (C)
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa keseluruhan nilai indeks keanekaragaman (H’) adalah 3,34 sehingga dapat dikatakan bahwa keanekaragaman Ikan di perairan Desa Berakit kategori tinggi, disebabkan kondisi perairannya masih terjaga. Masrizal & Azhar (2001), mengatakan bahwa makin lebat padang lamun, maka keanekaragaman dan kelimpahan spesies ikan juga makin meningkat.Keanekaragaman komunitas ikan berkaitan dengan keragaman tipe habitat dan proses – proses ekologis yang di dalamnya terdapat keanekaragaman spesies dan genetik. Indeks keseragaman (E) adalah 0,90 dan tergolong dalam keadaan tinggi. Apabila nilai E berada dibawah 0,5 atau mendekati 0, berarti keseragaman jenis organism dalam perairan tersebut tidak seimbang dan terdapat persaingan baik dari faktor tempat maupun makanan. Jika indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem tersebut dalam kondisi stabil dan mempunyai keseragaman sedang (Syari, 2005). Indeks dominansi (C) adalah 0,12 dalam keadaan rendah. (Menurut Odum, 1993 dalam Effendie, 2002) menyatakan bahwa apabila indeks dominansi mendekati angka 0 berarti dalam komunitas tidak ada jenis yang mendominan atau komunitas berada dalam keadaan rendah. Sedangkan nilai indeks dominansi mendekati angka 1, berarti dalam komunitas ada dominasi dari jenis tertentu atau komunitas berada dalam keadaan tidak stabil. Indeks keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi menunjukkan keseimbangan dalam pembagian jumlah individu setiap jenis dan juga menunjukkan kekayaan jenis (Odum, 1983 dalam Effendie, 2002). Tinggi rendahnya nilai indeks keanekaragaman jenis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya jumlah jenis dan spesies yang didapat, adanya individu yang didapat lebih mendominasi dari individu lainnya, dan kondisi dari ekosistemnya (padang lamun) sebagai habitat dari fauna (Daget, 1976, dalam Andra, 2014). Perubahan nilai indeks struktur komunitas
dalam suatu ekosistem sangat dipengaruhi oleh adanya kelompok spesies yang dominan (Odum, 1971 dalam Latuconsina, 2011). V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulankan hasil yang diperoleh dengan menggunakan jarring insang tetap ada 13 jenis ikan yang didapat yaitu ikan Pomacentrus Saksonoi ,Dermogenys Pusilla, Varigatcd Cardinalfish, Acreichthys Tomentosus, Leptojulis Cyanopleura, Coris batuensis, Choerodon anchorago,Pentapoaus caninus, Neoglyphidodon Oxyodon,Pomacentrus colini, Upeneus Arge, Atherinomorus Endrachtensis, Loliginidae. Nilai indeks keanekaragaman (H’) adalah 3,34 sehingga dapat dikatakan bahwa keanekaragaman Ikan di perairan Desa Berakit kategori tinggi, Indeks keseragaman (E) pada pengamatan keseluruhan adalah 0,90 dan tergolong dalam keadaan tinggi dan Indeks dominansi (C) adalah 0,12 dan dengan kategori rendah. B.
Saran
Perlunya pengawasan terhadap penangkapan ikan di Desa Berakit agar dapat dimanfaatkan dan berkelanjutan untuk masyarakat serta sarana alat penangkapan ikan yang didapat bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Berakit. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1.
penulis
Andi Zulfikar, S.Pi, MP dan Ir. Linda Waty Zen M.Sc selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, dan saran selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Ir. Linda Waty Zen M.Sc selaku ketua program studi yang telah memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. 3. Andi Zulfikar, S.Pi, MP selaku pembimbing lapang pada saat penelitian yang telah memberikan arahan, saran, masukan dan informasi sekunder selama melakukan penelitian di lapangan. 4. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Saudara Kandung (Paini , Suliyem, dan Puput), serta memberi doa, kasih sayang, semangat, perhatian, kesabaran, dan dukungan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada Penulis. 5. Sahabat dan Rekan-rekan terbaik atas dukungan dan semangat yang diberikan serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Akhirnya dengan penuh harapan dan mudah- mudahan Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bell and Poll. 1989. E ology or fish assemblages and fisheries associatd with seagrass dalam : Heriman (2006) Sturktur Komunitas Ikan yang Berasosiasi dengan Ekosistem Padang Lamun di Perairan Tanjung Merah, Sulawesi Tengah. Connolly . R.M. dalam Deny S. Yusup 2006. Review of Nekton Patterns and Ecological Processes in Seagrass Landscapes. Estuarine, Coastal and Shelf Sciences, 68:433-444. Dorenbosch, M., G. G. G. Monique, I. Nagelkerken, G. van der Velde. 2005. Distribution of Coral Reef Fishes Along a Coral Reef–Seagrass Gradient: Edge Effects and Habitat Segregation. Mar Ecol Prog Ser 299 : 277 – 28 Effendi , H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan Perairan. Kanysius. Yogyakarta. Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hlm.
Tanjungpinang, Agustus 2014
Hendro Sekti Apriyanto
DAFTAR PUSTAKA Allen, G.R. 2001 . Nature guides tropical reef fishes of Indonesia. Periplus. 66 pp.
Andra, D., 2014, Sebaran dan Struktur Komunitas Pelecypoda di Perairan Ekosistem Padang Lamun Desa Teluk Bakau Bintan Kepulauan Riau, Skrpsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163 hal Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hutomo, M. dan M.H. Azkab. 1987. Peranan lamun di lingkungan laut dangkal. Oseana 12 (1) : 13 – 23. Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan padang lamun (Seagrass, Antophyta) di perairan Teluk Banten. Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor. 299 pp.
Hech dan Orth, 1980. Sructural components of eelgrass ( Zostera Marinal ) meadowa in Iower chesapeake Bay Decaapod crustacean. Estuaries: 289 - 295.
Krebs,,1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance. Third Editin. Harper and Row Distribution.New York Krebs, C. J. 1985. Ecology Experimental Analysis of Distribution Abudance. Philadelphia: Harper & Row Publisher.
Latuconsina, H., Nessa, M.N., dan Rappe, R.A., 2011, Komposisi Spesies dan Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun di Perairan Tanjung Tiram Teluk Ambon Dalam, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4 (1) : 35-46, Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor. Marasabessy, M. D. 2010. Sumberdaya Ikan di Daerah Padang Lamun Pulau-pulau Derawan, Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Jurnal Oseanologi dan Limnologi (2010) 36(2): 193-210 ISSN 0125 – 9830 Masrizal & Azhar. 2001. Kajian komunitas dan keanekaragaman jenis ikan pada ekosistem perairan sungai di Taman Nasional Kerinci Siblat. Pusat Studi Lingkungan Hidup, UNAND Padang. Naskah Proposal yang diajukan kepada Yayasan KEHATI, Padang : 20 p. ORTH, R.J and K.L HECK Jr. 190. Structural components of ellgrass ( Zostera marina ) meadows in the lower Chesa peake Bay. Fishes Estuaries 3 : 278-288. Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing, New York Pereira, P.H.C., B.P. Ferreira dan S.M.Rezende. 2010. Community structure of the
ichthyofauna (Halodule estuary – Academia 617-628.
associated with seagrass beds wrightii) in Formoso River Pernambuco, Brazil. Anais da Brasileira de Ciências 82(3):
Peristiwady, T. 1994. Makanan ikan-ikan utama di padang lamunP. Lombok Selatan. Dalam Kiswara et.al. (eds). Struktur komunitas biologi padang lamun di patai selat Lombik da kondisi lingkungannya, P20-LIPI, Jakarta.pp.112-125. Riyanto et al. .1995 Ekologi dasar 1. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur. 210 hal Syari, I.A., 2005. Asosiasi Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.