PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
STRATEGI PENGUATAN MASYARAKAT SIAGA BENCANA DI KABUPATEN KAYONG UTARA Oleh: M. SAHID NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2017 Email:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum berfungsinya kelompok Masyarakat Peduli Bencana sebagai garda depan upaya penanggulangan bencana di Kabupaten Kayong Utara, sehingga perlunya strategi penguatan terhadap kelompok, penelitian mengunakan teori penguatan kelembagaan, yang diukur dari beberapa indikator kelembagaan yaitu, kejelasan tujuan, kejelasan misi, fungsionalisasi, pembagian tugas, departementalisasi, keseimbangan wewenang dan tanggung jawab, kesatuan arah dan komando, kejelasan kebijakan serta rentang kendali, yang dirumuskan strategi menggunaka nanalisis SWOT. Hasil penelitian menunjukan bahwa belum mampunya kelompok menghadapi bencana Karena volume bencana, kurangnya sumberdaya, sumberdana, sarana, serta simtem pengawasan, perencanaan yang masih kurang, dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KKU. Saran dari hasil adalah mengembangkan kemampuan dan kapasitas kelompok dalam upaya penanggulangan bencana dalam arti melibatkan seluruh elemen-elemen kelompok masyarakat dari para tokoh adat, tokoh masyarakat pada satuan terkecil unit pemukiman penduduk (RT dan RW), kelompok keagamaan (Gereja, Masjid dan Surau), pemuda dan pegawai pemerintah (TNI, POLRI dan PNS) untuk secara bersama-sama dan tergabung dalam satu peguyubantangguh bencana sehingga besar atau kecilnya volume bencana dapat ditanggulangi serta menumbuhkan pemahaman terhadap masyarakat, akan pentingnya kerjasama serta dukungan dari seluruh elemen untuk bersama sama berupaya menaggulagi bencana, menjaga lingkungna serta mengawasi pihak pihak yang dapat merugikan lingkungan. Kata-kata Kunci : Kelompok, Bencana, Penguatan
Abstract The problem of this research is the non-functioning Concerned Citizens Disaster Group as the vanguard of disaster relief efforts in the district of North Kayong, so this is need strategies to strengthen group, the study uses the theory of institutional strengthening, as measured by several indicators of institutional, namely explication of purpose, explication of mission, functionalization , division of tasks, departmentalization, a balance of authority and responsibility, unity of direction and command, clarity and range control policy, which is formulated strategies using SWOT analysis. The results showed that the group has not inability disaster because of the volume of disaster, lack of resources, funding sources facilities, as well as surveillance systems, planning is still lacking from Regional Disaster Management Agency (BPBD) TPI. Suggestions of the results is to develop the ability and capacity of groups in disaster relief efforts in the sense of involving all elements of the community of the traditional leaders, community leaders in the smallest unit of unit settlements (RT and RW), religious groups (church, mosque and surau) , youth and government officials (TNI, Police and civil servants) together and joined in a community resilient disaster so large or small volumes of disasters can be overcome and to cultivate an understanding of the community, the importance of cooperation and support from all elements to jointly strive cope with disasters, protecting the environment as well as overseeing the parties that can harm the environment. Keywords: Group, Disaster, Strengthening
1 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kekeringan ketika musim kemarau. Besarnya
A. PENDAHULUAN
potensi banjir dan kebakaran yang terjadi Kalimantan
(KALBAR)
secara formal merupakan tanggung jawab
merupakan provinsi yang memiliki banyak
pemerintah daerah meski telah diketahui
sungai dan didominasi oleh tanah gambut,
bahwa
kebiasaan
terhadap
bersinergi dengan penanggulangan bencana
lingkungan serta kondisi hutan yang terus
nasional, namun pemerintah daerah juga
berkurang
harus tanggap terhadap bencana yang terjadi.
harian
buruk
setiap
Pontianak
Barat
masyarakat
tahunnya Post
1
berdasarkan maret
2016
Hal
penangulangan
ini
bencana
daerah
menunjukkan
bahwa
bencana
mutlak
penurunan luas hutan KALBAR yaitu 42,4
penanggulangan
ribu hektar, ditambah lagi dengan degradai
tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi
94,5 hektar pertahunya.
seluruh elemen masyarakat terkait yang
Menanggapi
yang
diharapkan mampu dan memahami akan
terjadi Gubernur KALBAR Drs. Cornelis
pentingnya pengetahuan tentang bencana itu
MH, melalui Kepala Pelaksana
BPBD
sendiri.
menetapkan
darurat
penanggulangan bencana perlu dilakukan
bencana ke seluruh KALBAR, sebagaimana
sejak dini, mengingat bencana yang terjadi
yang dimuat dalam Harian Pontianak Post
selalu
pada
kehidupan di masyarakatKecamatan Teluk
30
permasalahan
bukan
sosialisasi
Desember
tanggap
2014.
Pernyataan
Keterlibatan
berdampak
bagi
dalam
seluruh
Batang
yang terjadi merupakan masalah yang sangat
Revitalisasi Masyarakat Peduli Bencana
serius dan perlu adanya kewaspadaan dan
(MPB) yang terbentuk dari BPBD KKU
penanggulangan
melalui
masyarakat
dan
pemerintah daerah.
Keputusan
memiliki
sendi
gubernur menunjukan bahwa bencana alam
dari
sebenarnya
masyarakat
Bupati
kelompok
KKU
No
188.45/266/KUM/2012 yang terdiri dari 10
Menurut BPBD KALBAR dalam
orang Orientasi pembentukan kelompok
indek resiko bencana, KKU memiliki tingkat
MPB berdasarkan wilayah rawan bencana.
rawan bencana sedang dan berpotensi
Upaya kearah memperkuat kelompok ini
menjadi
harus perlu dilakukan secara berkelanjutan
tingkat
rawan
tinggi.
Potensi
bencana alam di KKU menurut BPBD
sesuai
adalah banjir dan longsor ketika musim
bencana
penghujan
pemberdayaan kelompok dengan pemberian
serta
kebakaran
lahan
dan
dengan itu
prinsip sendiri
penanggulangan yaitu
upaya
2 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pelatihan tanggap darurat bencana sehingga
Pendekatan ini dilakukan untuk menentukan
kelompok mampu menjadi kelompok yang
strategi yang direkomendasikan, dengan
berdayaguna dan berhasilguna.
upaya memperkuat kelembagaan kelompok
Karena sebenarnya
sering
mengalaminya,
masyarakat
telah
memiliki
kearifan lokal dalam peringatan dini bencana misalnya
dalam
menghindari
tersebut, sehingga kelompok ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga bencana dapat diminimalisir.
bahaya
Sesuai
dengan
Undang-Undang
longsor, mereka tidak membangun rumah di
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
bantaran sungai atau di kaki bukit terjal,
1945 Alenia ke-4, yaitu Negara Kesatuan
sementara untuk menghindari kebakaran,
Republik
mereka menerapkan sistem pengendalian
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
api. Namun, semua itu masih membutuhkan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan
kepedulian dan pembinaan secara terus-
tujuan
menerus, terutama kepada masyarakat yang
terhadap
memiliki kerentanan tinggi.
termasuk perlindungan atas bencana,
Tugas dan tanggung jawab MPB adalah
menggerakkan masyarakat dalam
melaksanakan
program
UU
Indonesia
untuk
memberikan
kehidupan
No
bertanggung
24
dan
Tahun
jawab
perlindungan penghidupan
2007
dan
tentang
penanggulang bencana yaitu perlu dilakukan
kesiapsiagaan
untuk mengurangi risiko bencana bagi
bencana berbasis masyarakat serta sosialisasi
masyarakat yang berada pada kawasan
konsep
rawan bencana.
kesiapsiagaan
bencana
berbasis
masyarakat dan penyadaran masyarakat
Berdasarkan
permasalahan
yang
tentang tingkat bahaya, kerentanan, risiko,
terjadi diatas peneliti mencoba mencari
dan volume bencana, namun besarnya resiko
solusi melalui tulisan ini dengan membuat
bencana
dengan
strategi penguatan terhadap kelompok MPB,
minimnya anggota, kelompok ini tidak
penguatan kelompok ini di maksudkan untuk
mampu menanggulangi permasalahan yang
menanggulangi
ada.
bencana
dan
volume
bencana
dan
secara
mengurangi sistematik
risiko dengan
Beberapa bentuk pendekatan perlu
pemahaman dan komitmen bersama dari
dilakukan untuk menggali informasi terkait
semua pihak terkait terutama masyarakat
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
serta
dalam
Pengurangan
masyarakat
siaga
bencana.
melaksanakan Risiko
Rencana Bencana
Aksi Nasional 3
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
untuk mendukung dan menjamin tercapainya tujuan
dan
sasaran
pembangunan
berkelanjutan.
d. Pembagian tugas – karena banyaknya fungsi yang harus diselenggarakan, salah satu
konsekuensi
dari
penerapan
fungsionalitas ialah kejelasan dalam pembagian tugas karena
B. TINJAUAN PUSTAKA
tidak
sedkit
spesialisitik 2.1. Pengembangan
Kelembagaan
Siagian
tugas
sehingga
yang
memerlukan
deskripsi dan spesifikasi tugas sejelas mungkin.
(Instsitution Building) Menurut
prinsip ini penting
(2009
:
169)
e. Departementalisasi – salah satu cara
terdapat 10 aspek prinsip-prinsip organisasi
yang dapat digunakan dalam pembagian
dan penerapanya adalah sebagai berikut :
tugas
a. Kejelasan tujuan – kejelasan tujuan
maksudnya semua tugas yang harus
ialah
merupakan pedoman yang memberikan
dilaksanakan
arah kepada semua kegiatan yang akan
departemen.
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. b. Kejelasan
misi
departementalisasi,
dikelompokan
kedalam
f. Keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab – seseorang cenderung
–
misi
merupakan
memperbesar
wewenang
dan
langkah utama yang harus diemban
memperkecil tanggung jawab, sehingga
dalam
tujuan,
kecendrungan tersebut perlu dipahami
mempermudah
guna mengurangi kecendrungan tersebut.
manajemen dalam menentukan strategi
g. Kesatuan arah – penerapan prinsip ini
kejelasan
rangka misi
pencapaian akan
yang akan di tempuh, menyusun rencana,
lebih
dan menentukan program kerja
efektifitas kerja, dalam berarti tidak
c. Fungsionalisasi – besarnya tanggung
menekankan
adanya
upaya
pada
yang
efesiensi,
mubazir
jawab oganisasi menuntut pembagian
langkah-langkah
tugas dalam satuan kerja tidak dapat
diambil
dielakan,
individu melainkan untuk kepentingan
pembagian
kerja
tersebut
didasarkan fungsionalitas, dan menjamin setiap fungsionalitas dapat dijalankan dengan baik.
operasional
dan
bukan
untuk
yang
kepentingan
umum. h. Kesatuan komando – prinsip ini biasa dikaitkan
dengan
sumber
perintah 4
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
artinya pelaksanaan tugas didasarkan
Threats) adalah alat untuk pencocokkan
pada atasan, dan kepada atasan itu pula
dalam mengembangkan empat tipe strategi
yang
adalah sebagai berikut :
bersangkutan
jawabkan
mempertanggung
tugas
yang
diberikan
Gambar 1
kepadanya. i. Kejelasan
Matrik SWOT kebijakan
pengambilan
tentang
keputusan
Ifas
pola
–
pola
pengambilan keputusan didasarkan pada
Efas Peluang (Opportunities)
pola desentralisasi atau sentralisasi.
Ancaman
Rentang kendali – dengan motivasi yang kuat, loyalitas yang dapat diandalkan,
(Threats)
Kekeuatan
Kelemahan
(Strenghts)
(Weaknesses)
Strategi SO
Strategi WO
Strategi ST
Strategi WT
Sumber : David Fred R, 2009
disiplin kerja yang tinggi, namun semua
Mencocokkan faktor eksternal dan
itu masih perlunya pengawasan agar
internal adalah bagian yang penting dalam
tugas dan fungsi dapat bejalan dengan
mengembangkan matriks SWOT, dengan
baik.
analisis SWOT dapat di ketahui faktor-fator yang dapat di kembangan dimasa yang akan
2.2 Manajemen Strategi
datang untuk pengembangan dan pemilihan
Menurut Bryson (dalam Tangkilisan 2004:11)
strategi
adalah
strategi yang tepat.
upaya
pengembangan keunggulan organisasi atau institusi dalam lingkungan eksternal yang
C. METODE PENELITIAN
kompetitif untuk mencapai tujuan dan sasaran. Strategi di butuhkan karena adanya
Dalam
penelitian
ini,
peneliti
perkembangan atau perubahan yang terjadi
menggunakan
di
kualitatif. Jenis penelitian ini digunakan
lingkungan
masalah
strategi
bagaimana
menyinggung
pengunaan
atau
pengelolaan sumberdaya yang dimiliki.
jenis penelitian deskritif
untuk menggambarkan
fenomena yang
terjadi dengan hasil data dilapangan yang kemudian dipaparkan dalam bentuk tulisan
2.3 Analisis SWOT
maupun tabel dan disajikan.Waktu yang
Menurut David (2009:123) SWOT (Strenghts,
Weaknesses,
Opportunities,
digunakan untuk penyusunan laporan dan konsultasi dilakukan dari bulan Desember 5
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
2016 hingga Desember
2017. Subjek
D. PEMBAHASAN
penelitian diantaranya Anggota kelompok Masyarakat Peduli Bencana berjumlah 3
4.1 Penguatan Kelembagaan
(tiga) orang yaitu Sari’in, Rahman dan
1. Kejelasan Tujuan dan Misi
Subarta,
Subag
kesiapsiagaan
pencegahan
Ramli
AM.Ra.
dan Subag
Kejelasan misi merupakan pedoman yang
memberikan yang
arah
akan
kepada
semua
dilakukan
untuk
kedaruratan dan logistic Hadi wibowo yang
kegiatan
ditentukan berdasarkan purposive sampling
mencapai tujuan yang telah disepakati, misi
Dalam penelitian ini penulis hanya
merupakan langkah utama yang harus
menggunakan tiga teknik pengumpulan data,
diemban dalam rangka pencapaian tujuan,
yaitu
kejelasan
observasi,
wawancara
dan
tujuan
dan
misi
akan
dokumentasi.Dalam teknik analisis data,
mempermudah kelompok dalam menentukan
penulis menggunakan olahan data secara
strategi yang akan di tempuh, menyusun
kualitatif. analisis data mengunakan Miles
rencana, dan menentukan program kerja bagi
dan Huberman (dalam Moleong 2011:189)
kelompok, menurut Bapak Ramli AM. Ra:
mengatakan bahwa analisis data adalah
“Tujuan
proses
secara
bencana sudah cukup jelas, disini tujuan
sistematis data yang diperoleh dari hasil
dibentuknya agar mampu menanggulangi
wawancara,
dan
bencana yang terjadi dimasyarakat sekitar”
cara
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
mengorganisasikan data kedalam kategori,
dikatakan oleh Bapak Sari’in sebagai Ketua
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan
Kelompok Masyarakat Peduli Bencana:
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih
“Kelompok masyarakat peduli bencana
mana yang penting dan yang akan dipelajari,
memiliki misi organisasi yang cukup jelas,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dan adanya kejelasan tujuan yang ingin di
dipahami oleh diri sendiri maupun orang
capai yaitu mengurangi dampak bencana
lain.
dengan siap sedia namun kami menyadari
mencari
dokumentasi,
dan
catatan
menyusun
lapangan, dengan
masih
kelompok
belum
mayarakat
peduli
maksimal
dalam
penanggananya” Dalam
kesempatan
mewawancarai
bapak
lain
peneliti
Rahman
juga
sebagai 6
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
anggota
Kelompok
Peduli
penanggulangan bencana secara cepat, tepat,
Bencana: “Kelompok ini sudah memiliki
efektif dan efisien. Visi yang jelas dapat
tujuan
memberi pengaruh yang sangat besar bagi
dan
Masyarakat
misi
yang
jelas
yaitu
menanggulangi bencana” Berdasarkan
kelompok
beberapa
prnyataan
dalam arti kelompok didorong
untuk melihat jauh ke depan, meramalkan
diatas dapat menunjukan bahwa kelompok
perubahan,
Masyarakat Peduli Bencana, sudah memiliki
perubahan tersebut, menyusun rencana untuk
tujuan
menghadapinya
dan
misi
pembentukanya,
yang
jelas
dalam
memperkirakan
bencana
efek
dari
kedenpanya,
dari observasi peneliti
meminimalisir pemborosan, menetap kan
sendiri melihat memang sudah adanya visi
sasaran dan standar yang digunakan dalam
dan misi yang cukup jelas ini yang telah
serta
tertulis dalam pembentukan kelompok itu
kenyataan yang ada tanpa adanya visi
sediri.
tersebut kelompok tidak akan dapat menilai
adapun
terwujudnya
visi
tersebut
Penanggulangan
adalah Bencana
pengevaluasian
tujuan
dengan
kinerja apakah sudah sesuai.
Secara Cepat, Tepat, Efektif dan Efisien. Sejauh ini upaya penanggulangan bencana
2. Fungsionalisasi dan pembagian tugas
yang dilakukan kelompok ini belum dapat ditanggulangi dengan cepat, tepat,
efektif
Pembagian tugas mutlak dilakukan dalam
agar tidak terjadi tumpang tindih
dan efesien, seperti yang diharapkan dalam
dalam pelaksanaan pekerjaan dan tidak
visi diatas. Tujuan dan misi yang jelas bagi
menimbulkan penumpukan pekerjaan pada
kelompok
dapat
satu titik dan kekosongan pada titik yang
dalam
lain, setiap organisasi harus diberi beban
MPB
diharapkan
memberikan dasar bagi kelompok
pencapaian tujuan., dengan kejelasan tujuan
tugas
ini kelompok mampu memastikan tujuan
kemampuannya, tugas sebagai kelompok
dasar,
dalam
Masyarakat Peduli Bencana bukan lah hal
mengidentifikasi tujuan dan arah organisasi
yang mudah sehingga dalam pekerjaan
serta mampu menetapkan sasaran secara
kelompok diharapkan mampu bekeja sama
nyata., serta dapat mengetahui apa yang
serta
harus mereka capai, dengan siapa mereka
kelompok
harus bekerja sama, dan apa yang harus
Bapak
dilakukan
sudah cukup jelas, setiap anggota sudah
memberikan
agar
standar,
terncapainya
upaya
sesuai
melibatkan
latar
belakang
element-element
masyarakat
Sari’in“Dalam
sekitar,
dan
atau
menurut
pemberian
tugas
7 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
diberi tugasnya masing-masing namun kami
mengambil inisiatif dan melakukan tindakan
masih menyadari masih sedikitnya anggota,
yang meminimalkan dampak bencana di
sehingga belum mampu menanggulangi
lingkungannya.Pembagian tugas kelompok
permasalahan secara keseluruhan.
MPB perlu dilaksanakan secara seksama
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
dengan penuh pertimbangan hal ini berarti
dikatakan oleh Bapak Rahman sebagai
dalam
anggota
Peduli
penyesuaian antara kemampuan perorangan
Bencana: “Anggota sudah memilik tugasnya
anggota dan jenis pekerjaan yang akan
namun
ditangai,
Kelompok
jika
dilihat
Masyarakat
dari
beban
kerja
pembagian
tugas
disamping
itu
harus
disertai
ada
oleh
kelompok ini belum mampu melaksanakan
prosedur dan disiplin kerja yang mudah
semua tugas penanggulang bencana secara
dipahami
efektif, dalam arti untuk melaksanakan tugas
bersangkutan. Besarnya tanggung jawab
dalam lingkup wilayah kecamatan, kelompok
kelompok menuntut pembagian tugas dalam
ini
satuan kerja tidak dapat dielakan, pembagian
masih
minimnya
anggota,
dan
oleh
para
kerja
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
fungsionalitas,
bapak Hamzah yang juga sebagai anggota
fungsionalisasi dapat dijalankan dengan baik
kelompok:“Sebagai anggota kelompok saya
Banyaknya
sudah diberikan tugas yang cukup jelas
diselenggarakan, salah satu konsekuensi dari
dalam penangganan bencana”
penerapan fungsionalitas ialah kejelasan
Berdasarkan pernyataan diatas, kelompok
dalam pembagian tugas prinsip ini penting
masyarakat sudah memiliki pembagian tugas
karena tidak sedkit tugas yang spesialisitik
yang baik, namun dengan begitu besarnya
sehingga
volume bencana, dan minimnya anggota
spesifikasi tugas sejelas mungkin.
sehingga konsekuensi yang diterima adalah
3. Departementalisasi
membutuhkan waktu yang lebih banyak.
adalah
pemberdayaan
melakukan kapasitas
dan
fungsi
memerlukan
didasarkan
menjamin
setiap
yang
harus
deskripsi
dan
Departementalisasi ialah salah satu cara yang dapat digunakan dalam pembagian
Tugas dan tanggung jawab umum MPB
harus
yang
peralatan”
penangganan yang masih kurang efektif, dan
tersebut
pekerja
upaya
tugas, maksudnya semua tugas yang harus dilaksanakan
dikelompokan
kedalam
dan
departemen, sebagaimana yang di jelaskan
pengorganisasian masyarakat agar dapat
oleh Bapak Sari’in“Dikarenakan kelompok 8
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat mempunyai sedikitnya anggota
terciptanya keefektifan dan keefisienan serta
tidak ada pembagian kelompok-kelompok
memusatkan kemampuan kelompok.
kedalam sub-sub, kelompok masing-masig
Departementalisasi
sangat
di
bekerja secara keseluruhan”
perlukan oleh kelompok masyarakat peduli
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
bencana sebagai penentuan cara cara dimana
dikatakan oleh Bapak Rahman sebagai
kelompok dapat memutuskan pola kelompok
anggota
Kelompok
Masyarakat
Peduli
yang
akan
digunakan
Bencana:“Kelompok
Masyarakat
Peduli
mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang
Bencana, tidak terbagi dalam sub-sub
bermacam-macam
khusus, kelompok hanya terdiri atas, ketua,
secara seksama, efisiensi dalam pekerjaan
wakil dan anggota saja, ini dikarenakan
tergantung
jumlah anggota yang masih sedikit”
satuan-satuan
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
pertimbangan
bapak Hamzah yang juga sebagai anggota
pembentukan departemen adalah dalam
kelompok: “Tidak ada pembagian khusus
menentukan dasar-dasar pengelompokan ke
dalam kelompok, apalagi pembagian dalam
dalam bagian-bagian yang sesuai dengan
kedepartemen-departemnya, kami bekerja
kemampuan anggota itu sendiri, sehingga
berkelompok secara keseluruhan”
kelompok dapat bekerja dengan baik dan
pada
untuk
untuk
dilaksanakan
keberhasilan
yang yang
integrasi
bermacam-macam., penting
dalam
Berdarkan pernyataan diatas, tidak
mampu menanggulagi bencana yang terjadi.
pembagian
4. Keseimbangan antara wewenang dan
ada
anggota
kedalam
departemen, hal ini dikarenakan sedikitnya anggota dari kelompok, minimnya anggota menjadi
permasalahan
Keseimbangan antara wewenang dan
dalam
tanggung jawab – seseorang cenderung
pelaksaan tugas, kelompok saat ini hanya
memperbesar wewenang dan memperkecil
terdiri dari 10 orang, yang bergerak dalam
tanggung jawab, sehingga kecendrungan
ruang lingkup kecamatan, hal ini tentu perlu
tersebut perlu dipahami guna mengurangi
perekrutan anggota, dengan jumlah anggota
kecendrungan
yang cukup kelompok dapat membagi
Sari’in: “Sebagai anggota kelompok sudah
anggota kedalam kelompok tertentu sesuai
jelas memimilik tanggung jawab yang besar,
dengan
namun tanggung jawab kurang dijalankan
pembagian
kemampuan kelompok
tersendiri
tanggung jawab .
dan ini
tugasnya, dimaksudkan
tersebut,
menurut
bapak
sehingga belum ada keseimbangan.” 9
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
Tanggungjawab
sebagai
anggota
dikatakan oleh Bapak Rahman sebagai
kelompok seringkali terkesampingkan oleh
anggota
Peduli
kepentingan pribadi dalam hal pemenuhan
Bencana: “Belum ada keseimbangan antara
kebutuhan, dikarenakan tidak ada pemberian
wewenang
kompensasi yang diberikan sebagai anggota,
Kelompok
Masyarakat
dan
tanggung
jawab,
dikarenakan besarnya tanggung jawab dan
wewenang
kecilnya wewenang yang diberikan”
seimbang.Setiap
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
memberikan
bapak Hamzah yang juga sebagai anggota
sesuai dengan wewenang, oleh karena itu,
kelompok: “Saya merasa belum adanya
makin besar tanggungjawab yang terima
keseimbangan
maka semakin besar pula kewenangan yang
antara
wewenang
dan
tanggung jawab saya sebagai anggota
dan
tanggungjawab pekerjaan
harus
harus
dapat
pertanggungjawaban
yang
di dapat.
kelompok” Berdasarkan menunjukan
pernyataan sebagai
5. Kesatuan arah dan komando
anggota
Kesatuan arah menekankan pada
kelompok MPB memiliki tanggungjawab
efesiensi, efektifitas kerja, dalam berarti
yang
MPB
tidak adanya upaya yang sia-sia dalam
merupakan sebuah organisasi yang bergerak
langkah-langkah operasional yang diambil
di bidang kemanusiaan, sehingga menyita
bukan
banyak waktu, tenaga dan biaya.
melainkan
besar,
bahwa
diatas
terlebih
kelompok
untuk untuk
kepentingan kepentingan
individu umum.
Ttanggung jawab dari kelompok
Sedangkan Kesatuan komando, prinsip ini
adalah menggerakkan masyarakat dalam
biasa dikaitkan dengan sumber perintah
melaksanakan
kesiapsiagaan
artinya pelaksanaan tugas didasarkan pada
bencana berbasis masyarakat serta sosialisasi
atasan, dan kepada atasan itu pula yang
konsep
berbasis
bersangkutan mempertanggung jawabkan
masyarakat dan penyadaran masyarakat
tugas yang diberikan kepadanya, menurut
tentang tingkat bahaya, kerentanan, dan
bapak Rahman “perintah dalam pelaksanan
risiko bencana dari rumah kerumah atau dari
kegiatan diberikan oleh bapak sari’in
keluarga
sebagai ketua kelompok”
program
kesiapsiagaan
ke
masyarakat
keluarga luas
bencana
maupun
dalam
kepada berbagai
kesempatan.
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Sari’in sebagai ketua 10
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Kelompok Masyarakat Peduli Bencana:
lancar dan tujuan dapat tercapai dengan
“Pengarahan
kelompok
mudah dan efisien.Namun kerap kali terjadi
diarahkan saya sendiri, sesuai dengan
hambatan- hambatan dalam melaksanakan
arahan yang saya dapatkan dari kepala
kegiatan.Ini merupakan masalah yang harus
pelaksana
diselesaikan
tugas
BPBD
anggota
KKU,
yaitu
Bapak
oleh
pimpinan
Triyono”
organisasi.Pengambilan
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
dimaksudkan untuk memecahkan masalah
bapak Rahman sebagai anggota kelompok:
tersebut. Kerap kali pengambilan keputusan
“Perintah diberikan oleh bapak sari’in
itu hanya merupakan satu segi saja, misalnya
sebagai
kami”
hanya menyangkut segi keungan saja dan
Berdasarkan pernyataan diatas pengarahan
kalau dipecahkan tidak menimbulkan efek
kelompok diberikan oleh ketua kelompok
sampingan
yaitu bapak sari’in, dan dimana ketua
pengambilan keputusan berdasarkan asas
kelompok mendapat pengarahan dari kalak
dasar
BPBD KKU.Pelaksaan
tugas-tugas dan
keputusan dilakukan oleh BPBD KKU.
tanggung jawabnya, anggota kelompok perlu
Menurut bapak Sari’in “Kelompok memiliki
diarahkan agar dalam pelaksanaan tugasnya
kejelasan
berjalan dapat dengan baik, oleh karena itu,
keputusan,
perlu alur yang jelas dari mana anggota
dilakukan oleh ketua kelompok, dan pola
kelompok
pengambilan keputusan tertinggi diberikan
anggota
kelompok
mendapat
wewenang
untuk
atau
keputusan
akibat
desentralisasi
dalam
yaitu
upaya
lain.
Pola
pengambilan
pengambilan
pengambilan
keputusan
pelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia
oleh kepala pelaksana BPBD”
harus mengetahui batas wewenang dan
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
tanggungjawabnya
dikatakan oleh Bapak Ramli AM. Ra sebagai
agar
tidak
terjadi
kesalahan.
ketua
Kelompok
BPBD
KKU:
“Pengambilan keputusan dilakukan oleh 6. Kejelasan
kebijakan
tentang
pola
pengambilan keputusan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
saya sendiri selaku Kalak BPBD KKU, namun
Ketua
kelompok
juga
diberi
wewenang dalam pengambilan keputusan,
dalam organisasi itu dimaksudkan untuk
dalam, dalam keadaan darurat”
mencapai
organisasinya.Yang
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan
bapak Rahman yang juga sebagai anggota
tujuan
11 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kelompok: “Pengambilan keputusan selama
dilakukan pada kenyataannya hanya sebatas
ini lakukan oleh Bapak Sari’in sebagai
pada pelaporan dan melihat keaktifannya
ketua, saya dan anggota lainya juga diberi
melalui laporan
wewenang untuk memberi masukan dalam
yang dikemukakan
setiap keputsannya”
pertanggungjawaban
Berdasarkan pernyataan diatas keputusan di
dilakukan
lakukan oleh ketua kelompok, dimana ketua
berisi foto-foto kegiatan dan kegiatan itu
kelompok yaitu bapak sari’in,namun pada
sendiri“.
situasi
Pernyataan di atas sejalan dengan apa yang
tertentu ketua kelompok diberi
wewenang
mengambil
“Seperti
bapak Sari’in bentuk kegiatan
yang
berupa laporan kegiatan yang
ini
dikatakan oleh Bapak Ramli AM. Ra:
menunjukan asas pengambilan keputusan
“Model pengawasan yang dilakukan melalui
sudah jelas dalam kelompok masyarakat
laporan berkala dan
peduli bencana. Pola pengambilan keputusan
pada kegiatan”
dalam kelompok masyarakat peduli bencana
Senada dengan apa yang dikatakan oleh
mengunakan
Sebuah
bapak Hamzah yang juga sebagai anggota
keputusan merupakan pilihan yang dibuat
kelompok: “setiap kegiatan yang dilakukan
dari
saya melaporkan kegiatan itu melalui foto-
asas
keputusan,
kegiatan saja.
setralisasi,
alternatif-alternatif
pengambilan
keputusan
yang
ada,
mengharuskan
foto kegiatan saja”
adanya usaha baik sebelum ataupun sesudah
Berdasarkan
melibatkan mereka
pernyataan
yang
dibuatnya pilihan yang nyata, keputusan
dikemukakan, menunjukkan bahwa ketika
yang baik akan memberikan hasilyang baik
kelompok
pula bagi kelompok sehingga perlu kehati-
laporan, seolah olah sudah selesai tanggung
hatian dalam pengambilan keputusan. Dalam
jawab dalam pengawasan. Sementara tugas
Pengambilan
pokok
kelompok
keputusan
mampu
mengenali
diharapkan masalah-
MPB
dan
fungsi
sudah
yang
menyerahkan
utama
yaitu
mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana di
masalah dan peluang-peluang yang terjadi.
masyarakat belum terpantau. Kondisi ini
7. Rentang Kendali
masih jauh dari pemahaman pengawasan itu
Fungsi
pengendalian
dilakukan
sendiri
dimana
fungsi
pengawasan
dengan kontrol dan evaluasi kerja.BPBD
berhubungan dengan perbandingan kejadian
kabupaten Kayong utara berperan sebagai
kejadian dengan rencana, dan melakukan
kontrol.
tindakan-tindakan koreksi
Metode
pengendalian
yang
yang perlu 12
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
terhadap
kejadian-kejadian
menyimpang
dari
yang
rencana.
Sistem
pengawasan dan dilakukan secara berkala
Beragamnya latar belakang pekerjaan berkaitan
dengan
tingkat
anggota
seperti bagaimana kondisi kelompok MPB
Belum
dan bagaimana menggali informasi terkait
menyebabkan
permasalahan yang dihadapi oleh intern
bencana juga menjadi terhambat
dalam pelaksanaan tugasnnya.
pendapatan
meratanya akses
Fungsi terlaksana
keberadaan
informasi
dasar secara
terkait
manajemen
belum
maksimal
aspek
manajemen mencakup fungsi perencanaan,
4.2 Analisis SWOT Berdasarkan analisis lingkungan dan lingkungan ekstenal yang berkaitan dengan objek penelitian maka dapat di identifikasi
pengorganisasian,
pengelolaan
dan
pengawasan Belum
mampunya
kelompok
yang berkaitan dengan faktor kekuatan,
memamfaatkan kearifan lokal deteksi dini
kelemahan, peluang dan ancamana bebagai
bencana dan belum mampu memamfaatkan
berikut :
seluruh elemen masyarrakat dalam upaya
1. Kekuatan
penanggulangan bencana.
Kelompok adalah masyarakat yang menyatakan
diri
menjadi
relawan
dan
3. Peluang Tuntutan
akan
pentingnya
upaya
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
penanggulangan bencana dari masyarakat,
pikiran
bekal
serta dukungan yang positif dari masyarakat.
pengetahuan dan keterampilan kesiapsiagaan
Adanaya bantuan dari dinas sosial, BPDB,
dan tanggap bencana.
pemeritah
mereka,
Pelibatan
berdasarkan
masyarakat
dalam
kesiapsiagaan bencana yang merupakan anggota masyarakat di wilayahnya, ini adalah
milik
masyarakat,
melalui
APBD.
Adanya dukungan dari pemerintah daerah 4. Ancaman Besarnya
volume
dan
frekuensi
dari
bencana Kondisi lingkungan yang memiliki
masyarakat dan bekerja untuk masyarakat
potensi bencana. Kondisi masyarakat yang
dan mereka akan menjalankan program yang
masih menunggu bantuan ketika terjadi
bermanfaat
bencana
bagi
berasal
kecamatan,
masyarakat
dilingkungannya 2. Kelemahan 13 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
kelompok masyarakat dari para tokoh
4.3 Rekomendasi Strategi Berdasarkan hasil analisis diatas
adat, tokoh masyarakat pada satuan
dapat disimpulkan beberapa permasalah
terkecil unit pemukiman penduduk (RT
yang
sehingga
dan RW), kelompok keagamaan (Gereja,
menghambat pelaksanaan tugas kelompok
Masjid dan Surau), pemuda dan pegawai
adalah sebagai berikut:
pemerintah (TNI, POLRI danPNS) untuk
1. Masalah kemampuan kelompok yang
secara bersama-sama dan tergabung
kurang mampu memamfaatkan setiap
dalam satu peguyubantangguh bencana
elemen
sehingga besar atau kecilnya volume
dihadapai
kelompok
masyarakat
dalam
upaya
menanggulangi bencana.
bencana
2. Kurangnya sumberdaya yang ada dengan
dapat
menumbuhkan
ditanggulangi pemahaman
serta
terhadap
besarnya volume bencana sehingga tidak
masyarakat, akan pentingnya kerjasama
mampu untuk ditanggulangi.
serta dukungan dari seluruh elemen
3. Sumberdaya, sumberdana, prasaran yang
untuk
bersama
sama
berupaya
bencana,
menjaga
terbatas, serta tidak dimamfaatkanya
menaggulagi
sistem peringatan dini kearifan lokal,
lingkungna serta mengawasi pihak pihak
dalam upaya penanggulangan bencana.
yang dapat merugikan lingkungan.
4. Maslalah ketumpang tindihan antara
2. Mengemgembangkan
tugas dan tanggung jawab anggota
anggota
kelompok,
kebencaan
sehingga
tugas
sebagai
relawan sering terabaikan.
dengan
kemampuan
pelatihan
secara
pelatihan
berkelanjutan,
sehingga memiliki keterampilan dalam
5. Sistem pengawasan, pembagian tugas dan sistem perencanaan yang masih
penanggulan bencana 3. Mengatasi rendahnya anggaran dengan
kurang dar BPBD KKU sehingga tugas
Mendesak
kelompok kurang dijalankan.
menyusun rencana pengurangan bencana
Bedasarkan hasil temuan diatas maka dirokemdasikan strategi sebagai berikut : 1. Mengembangkan kapasitas
kemampuan
kelompok
dalam
seluruh
desa
untuk
desa (RPBDes) dengan skim pembiayaan kegiatan dari anggaran desa, distribusi
dan
Dana CSR dari berbagai perusahaan
upaya
melalui BPBD dan BNPB; dan bantuan
penanggulangan bencana dalam melibatkan
pemerintah
arti
pemerintah daerah melalui APBD.
elemen-elemen 14
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
4. Memaksimalkan sistem perencanaan dan
4. Pembagian tugas yang cukup baik di
pengawasan dari BPBD KKU dengan
dalam kelompok namun dengan begitu
mengirimkan
besarnya
tenaga
pendamping
volume
bencana
kedalam kelompok untuk membantu
minimnya
pembenahan
penangganan kurang efektif dan efesien.
dan
pengawasan
serta
tenaga ini dapat sekaligus diperankan untuk
menghidupkan
keberadaan
pokmas tangguh bencana.
anggota
dengan sehingga
5. Tidak ada pembagian pembagian yang khusus dalam pengelolaan kelompok dikarenakan
minimnya
anggota
dan
beberapa anggotan yang tidak aktif. 6. Sebagai anggotan kelompok masyarakat peduli bencana sudah tentu memiliki
E. KESIMPULAN
tanggung jawab yang cukup besar, Bedasarkan hasil temuan penlitian
terlebih kelompok merupakan organisasi
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
yang bergerak dibidang kemanusian,
1. Kelompok masyarakat peduli bencana
sehingga banyak menyita waktu, biaya,
sudah memiliki tujuan yang jelas dalam
dan
pembentukanya
kompensasi
yaitu
sebagai
pendamping sekaligus sebagai pengerak di dalam masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan
bencana
dan
tanggap
darurat bencana.
tenaga,
terlebih
yang
diterima
sehingga
tugas sebagai relawan sering terabaikan. 7. Kelompok masyarakat peduli bencana, dalam pelaksanaan tugas tugas bergerak
berupaya menanggulangi bencana yang
memiliki visi yang sudah cukup jelas
terjadi
yang
Kec,Teluk Batang, KKU.
di
rumuskan
yaitu
terwujudnya penanggulangan bencana secara cepat, tepat, dan efesien 3. Minimnya
ada
atas kesatuan arah yang jelas yaitu
2. Kelompok masyarakat peduli bencana
telah
tidak
anggota
kelompok
masyarakat
di
8. Kelompok masyarakat peduli bencana, dalam pelaksanaan tugas tugas bergerak
serta
beberapa anggota kelompok yang kurang aktif menyebabkan fungsionalisasi tidak berjalan dengan baik
dilingkungan
atas komando yang jelas dari ketua kelompok 9. Pola
kebijakan
yang
dilakukan
berdasarkan asas desentralisasi, dimana kelompok diberikan kewenangan dari 15
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
BPBD
KKU,
untuk
mengambil
keputusan.
sehingga
kelompok
mampu
meninimalisir dampak bencana, serta
10. Pengawasan
terhadap
kelompok
dilakukan hanya melalui laporan, berupa
sebagai evaluasi kedepan agar lebih baik. 3. Fungsionalisasi
diterapkan
dengan
foto atas kegiatan, ini menunjukan
banyaknya fungsi yang harus dikerjakan
rentang
anggota dengan prosedur kerja yang
kendali
atau
pengawasan
terhadap kelompok yang masih kurang.
harus dipahami oleh anggota, sehingga perlunya
pelatihan
berkelanjutan kelompok
F. SARAN
pelatihan
terhadap
secara anggota
terutama
pelatihan
kebencanaan. Adapun saran yang ditujukan untuk
4. Pembagian tugas perlu dilaksanakan
kelompok masyarakat peduli bencana adalah
secara seksama baik itu dari kelompok
sebagai berikut :
maupun BPBD KKU mengingat dalam
1. Dengan
kejelasan
tujuan
kelompok
pembagian
diharapkan dapat memberikan dasar
penyesuaian
yang jelas dalam pencapaian tujuan
seseorang
kelompok, dalam arti kelompok mampu
ditangani.
memastikan tujuan dasar, serta dapat
tugas
harus
antara
adanya
kemampuan
dengan pekerjaan yang
5. Departementalisasi
sangat
diperlukan
mengetahui apa yang harus mereka
untuk mengelompokan kegiatan untuk
capai, dengan siapa kelompok harus
dilaksanakan secara seksama, sehingga
bekerja sama, dan apa yang harus
tercipta efesiensi dan efektifitas dalam
dilakukan
penanggulangan bencana, pertimbangan
agar
tercapainya
upaya
penanggulangan bencana secara tepat,
dalam
cepat efektif dan efesien
menentukan dasar yang sesuai atas
2. Dengan
adanyamisi
yang
jelas
diharapkan dapat mendorong kelompok melihat
jauh
perubahan,
kedepan,
meramalkan
tersebut
ialah
kemampuan anggotanya. 6. Tanggung
jawab
sebagai
anggota
kelompok seringkali terkesampingkan
efek
oleh kepentingan pribadi dalam hal
rencana
pemenuhan kebutuhan, dan kurangnya
kedepanya untuk menghadapi bencana,
pembiayaan dalam kegiatan sehingga
perubahan,
memperkirakan
pembagian
serta
menyusun
16 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
perlunya mendesak pemerintah daerah
G. REFERENSI
untuk menyusun program kebencanaan
Buku
dengan skim pembiayaan dari anggaran
Bungin, Burhan. 2007, “Metode Penelitian Kualitatif”, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Badan Pusat Statistika, Kabupaten Kayong Utara Dalam Angka, Tahun 2015.
desan dan APBD KKU. 7. Arahan yang jelas terhadap kelompok diharapkan kelompok masyarakat peduli bencana mampu mencapai sasaran. 8. Komando yang jelas terhadap kelompok diharapkan kelompok
mampu secara
mengerakan
seksama
sehingga
upaya penaggulangan bencana lebih efektif dan efesien 9. Merumuskan kebijakan kebijakan dalam penanggulangan bencana secara seksama dalam
arti
pengambilan
keputusan
melibatkan seluruh elemen terkait, baik dari
masyrakat,
kelompok
maupun
pemerintah daerah sehingga keputusan yang
dihasilkan
tepat
sasaran
dan
mampu menangkap peluang peluang yang terjadi. 10. Perlunya
pengawasan
secara
berkelanjutan terhadap kelompok, yaitu dengan mengirim tenaga pendamping kepada kelompok, tenaga ini sekaligus sebagai
pengerak
guna
tugas
dan
David. R.F, 2009 “Manajemen Strategis: Konsep”, Dalam Agus Wijaya, dan Ha,di Hadi (Editor). Concepts Of Strategis Management. Terjemahan Alexander Sindoro hlm 182 – 191. Yogyakarta: PT Intan Sejati. Nurjanah, dkk. 2012. “Manajemen Bencana” Yogyakarta. Alfabeta Kodoatie, J.Robert dan Sugiyanto.2002. Banjir Beberapa Penyebab dan Metode Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Komariah, Aan dan Satori, Djam’an. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Moleong, L. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. Nogi, hessel S, Tangkilisan.2004 .Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Birokrasi Publik. Yogyakarta : YPAPI. Norman K. Denzin, dan Yvonmas Lincoln. 2004. “Handbook Of Qualitative Research”. dalam Dariyatno, Badrus Samsul, Abi, John Rinaldi dan Safuddin Zuhri Qudsy (Editor). Handbook Of Qualitative Research. Hal. 300-307.Yogyakarta: Pustaka Pranaya
tanggung jawab kelompok dapat berjalan dengan baik.
Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta: Bandung. Taufik, M. Amir. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta : Rajawali Press. 17
M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
PublikA, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara Volume 5 Nomor 4 Edisi Desember 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Umar Husein. 2013. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Republik indonesia. 2007. Undang – Undang no 24, Tahun 2007, Tentang Penanggulangan Bencana Alam. Sekretariat Negara. Jakarta.
Jurnal/skripsi
Republik indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Ahmad Pratama, Putra. 2011. Jurnal Penanggulangan Bencana. (Jurnal)Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana Kepulauan Mentawai. BNPB.2014. Jurnal Index Resiko Bencana Indonesia.
Republik indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas)
Zamroni, Imam. 2011. “ Jurnal Penanggulangan Bencana”. (Jurnal) Kearifan lokal dalam penanggulangan bencana di jawa. Jufriyadi, Ahmad 2012. “Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana Di Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang Sebagai Upaya Pendidikan Mitigasi Bencana.
Dokumen Abidin, Erdi. 2014. Memaknai bencana dengan bijak. Harian Pontianak Post, 6 Agustus 2014 Abidin, Erdi. 2014. Mempersiapkan Pokmas Tangguh Bencana Di Kalbar. Harian Pontianak Post, 30 Desember 2014 Kemendiknas.2010. Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Sistem Pendidikan Nasional.. Strategi PengarusutamaanPengurangan Risiko Bencana Di Sekolah. Jakarta Maarif, Syamsul. 2012. PERKA BNPB No. 02 Tahun 2012 Tentang PedomanUmum Pengkajian Risiko Bencana. Jakarta. 18 M. SAHID, NIM. E01111073 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN