STRATEGI PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI Oleh: I Made Sujana
Abstract Instill religious values in early childhood, is one way for the formation of good character. According to Benjamin S Bloom stated that brain cell tissue growth at an early age (0-4 years) to 50% and if the child does not receive the maximum stimulation, the brain child will not develop optimally. Character values contained in the relevant partner Vedic teachings throughout the ages to be implemented in everyday life for young children. Development and early childhood mental changes develop gradually starting from the intellectual development (intellectual development), development (physical development), social emotional development (social emotional development) and development of a child's ability to communicate to express wanted. Character building should continue to be done holistically from the entire educational environment, ie family, school, and community. The task of educators is to provide a good learning environment to establish, develop and strengthen the character of the students. Keywords: Religious Values, Character Formation Abstrak Menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini, merupakan salah satu upaya untuk pembentukkan karakter yang baik. Menurut Benyamin S Bloom menyatakan bahwa pertumbuhan jaringan sel otak pada usia dini (0-4 tahun) mencapai 50% dan apabila anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara maksimal. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam ajaran Veda sangan relevan sepanjang jaman untuk dapat diimplementasi dalam kehidupan sehari-hari bagi anak usia dini. Perkembangan dan perubahan mental anak usia dini berkembang secara bertahap dimulai dari perkembangan intelektual (intelektual development), perkembangan fisik (physical development), perkembangan social emosional (social emotional development) dan perkembangan kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan keingginannya. Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistic dari semua lingkungan pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tugas pendidik adalah menyediakan lingkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter peserta didik. Kata kunci: Nilai-nilai Agama, pembentukan karakter
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
155
I.
156
Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini (PAUD) dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 dinyatakan sebagai suatu upaya untuk pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki lebih lanjut. Menanamkan nilai-nilai agama pada anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk pembentukkan karakter yang baik. Hal ini dinyatakan oleh suami Satya Narayana (2000:5) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk karakter yang baik (character building) selengkapnya berbunyi sebagai berikut: “Tujuan pengetahuan adalah kearifan “Tujuan paradaban adalah kesempurnaan “Tujuan kebijaksanaan adalah Kebebasan “Tujuan pendidikan adalah karakter yang baik Kalau kita cermati pendidikan saat ini, banyak berorientasi pada kepandaian dan keterampilan, sedikit yang menitikberatkan pada kualitas moral yang baik, apa artinya jika pendidikan menekankan pada kognitif saja, tidak menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dengan sikap yang baik atau karakter yang baik. Penanaman nilai-nilai Agama sejak dini sangat penting karena menurut hasil penelitian dibidang neorologi yang dilakukan oleh Dr. Benyamin S. Bloom, seorang ahli pendidikan Amerika Serikat, bahwa pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia dini (0-4 tahun) mencapai 50% apabila anak tidak akan berkembang secara maksimal. Suatu kenyataan bahwa selama ini perhatian terhadap anak-anak usia dini masih sangat rendah dibandingkan Negara-negara lain. Di Singapura dan Korea misalnya hampir seluruh anak usia dini telah terlayani pendidikan usia dini. Di Malaysia pelayanan pendidikan usia dini mencapai 75% bahkan di Singapura masalah penuntutan dua bahasa (Cina dan Inggris) telah disesuaikan ditempat Taman kanak-kanak (TK). Pembinaan karakter harus terus menerus dilakukan secara holistik dari semua lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Miftahudin (2010) pendidikan karakter pada usia dini dikeluarga bertujuan pembentukkan, disekolah untuk pengembangan dan diperguruan tinngi bertujuan untuk pemantapan. Tugas-tugas pendidik adalah menyediakan lingkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter peserta didik. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sering menjadi panutan dalam berbagai hal termaksud panutan dalam mendidik karakter. Pendidikan karakter disekolah disesuaikan dengan tingkat usia perkembangan mental peserta didik. Suyanto (2010) maupun Miftahudin (2010) sependapat bahwa pembentukkan dan SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
pengembangan karakter sudah terjadi sampai anak berusia remaja, setelah dewasa karakter yang dimiliki manusia relatif stabil dan permanen. Oleh sebab itu model pendidikan karakter pada usia anak-anak, remaja dan dewasa tidak dapat disamakan. Satu model pendidikan karakter yang efektif diterapkan di SD, belum tentu efektif untuk usia remaja dan dewasa. II.
Pembahasan
2.1 Nilai-Nilai Hindu Untuk Membangun Karakter Dalam Veda Dan Susastra Hindu 1. Rg Veda IX.64.21 menyatakan: “abhi veno anusateyoksanti pracetasah Majjanty-avicetasah” Artinya: “orang beriman kepada Tuhan yang Maha Esa yang terpelajar mempersembahkan doa-doa dan pada ahli keagamaan yang dicerahkan berniat menghaturkan yadnya. Orang yang tidak beriman kepada Tuhan tang Maha Esa, dan Orang yang bodoh akan tenggelam” 2. Yajur weda XXI.61 menyatakan: “Bhadravacyaya presita manusah” Artinya: “Tuhan yang Maha Esa telah menciptakan umat manusia untuk berbicara manis dan berhati lembut” 3. Rg. Veda X.29.7 menyatakan: “sa vavrdha varimana prthivyah, Abhi kratva nanyah paumsyaisca” Artinya: “Om Hyang Widhi, bagaimana Indra yang gagah berani anugrahkanlah kami anugrah dan dinamis dibumi dengan jalan kebijakan untuk masa depan dengan perbuatanperbuatan keepahlawanan” 4. Atharwa Veda VII.52.1 menyatakan: “ sanjinanam nah Svebhih, samjnanam aranebhih Srunjnanam asvina yuvam, ihasmasuni acehatam” “semoga kami memiliki kerukunan (tenggang rasa) yang sama dengan orang-orang yang sudah dikenal dengan akrab dan dengan orang-orang yang asing. Ya para Dewa Aswin, semoga engkau dua-duanya memberkahi kami dengan keserasian “ 5. Atharva Veda XII.1.1 menyatakan: “satyam brhad rtam ugradiksa Tapo brahma yajnah prthivim dharayanti Sa no bhutasya bhavyasya patni Urum lokam prthivi” Artinya: “kebenaran/kejujuran yang agung, hukum-hukum alam yang bisa dirubah, pengabdian diri tapah (pengekangan diri) pengetahuan dan persembahan (Yadnya) yang menopang
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
157
6.
bumi, Bumi senantiasa melindungi kita semoga bumi menyediakan ruangan yang luas untuk kita” Yajur Veda VIII.51 menyatakan: “Ita ratir ramadhvam, Iha dhtir-ita svadhrtih” Artinya: “semoga terdapat cinta kasih didalam keluarga, semoga semuanya hidup dengan penuh kasih sayang dibumi ini. Semoga terdapat kesabaran, kemantapan dan kepercayaan diri”
Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam ajaran Veda sangat Relevan sepanjang jaman sebagaimana tersebut di bawah antara lain: a. Pengorbanan (keiklasan/yag atau Yadnya) b. Kebenaran (Satya) c. Kasih sayang (Ahimsa) d. Kemurahan hati ( Daksina) e. Sedekah dana f. Menghindari perjudian (Aksa/nita) g. Jalan kemuliaan (svasti pantham) h. Keharmonisan (samjnanam) i. Persatuan samanah j. Kewaspadaan (jagara) k. Kesucian hati (Daksa) l. Kemakmuran (Jagadhita) m. Kebajikan (badrah) n. Kemulian (kirti) o. Jasa baik (yasa) p. Keramahan (sriyah) q. Persaudaraan (maitra) r. Keamanan (akhayana) s. Tugas dan kewajiban (Swadharma) t. Keberanian (virma) u. Profesi (warna) v. Tahapan Hidup (Asram) w. Kecerdasan (Pradnya) x. Kesatuan dengan Tuhan (yasa) y. Kebaktian (Bakti) dsb
158
2.2 Penanaman Nilai-Nilai Ajaran Hindu Dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini Yang Baik Para pakar, filosuf dan orang-orang bijak mengatakan bahwa faktor moral (ahlak) adalah hal utama yang haus dibangun terlebih dahulu agar bisa membangun sebuah masyarakat yang maju, tertib, aman dan sejahtera, hal ini penting karena: 1. Karakter merupakan hal yang sangat esensial: hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
2.
Karakter berperan sebagai “kemudi dan kekuatan sehingga kita tidak terombang ambing 3. Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat dalam konsep Hindu dikenal dengan istilah “anak saputra” Pembentukan karakter tentu harus dimulai ditanamkan dalam lingkungan keluarga dalam menanamkan nilai kepada anak sangatlah besar. Pembangnan karakter bangsa secara fungsional, sesungguhnya memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi manusia yang dalam Agama Hindu disebut dengan Tri Kaya Parisuda agar berpikiran baik (manacika), berkata baik (wacika), dan berprilaku baik (kayika). 2. Fungsi perbaikan dan penguatan karakter dengan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah. Untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. 3. Fungsi penyaringan pembangunan karakter guna memilih budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermatabat. Pendidikan karakter menurut Megawangi (2007) adalah pendidikan budi pekerti plus yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action), tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannyapun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Perkembangan dan perubahan mental anak usia dini berkembang secara bertahap, dari kemampuan yang sederhana menjadi kemampuan yang lebih sulit Aspek pertumbuhan dan perkembangan anak dapat di kelompokkan menjadi 4 yaitu: A. Perkembangan intelektual (intellectual development) Menurut berbagai penelitian bidang Neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak dilahirkan, dan pada usia 8 tahun perkembangan otak anak mencapai 80%, usia 18 tahun mencapai 100%. Pada saat anak dilahirkan, anak sudah dibekali oleh Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat bayi diluar kandungan. Otak kiri berkaitan dengan fungsi akademik yang terdiri atas kemampuan berbicara, kemampuan mengolah tata Bahasa, baca tulis, daya ingat, logika, angka, analisis dan lain-lain(IQ). Otak kanan tempat untuk perkembanga hal-hal yang bersifat artistic, kreatifitas, perasaan, emosi, irama music, imajinasi, hayalan, sosialisasi pengembangan kepribadian (EQ). SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
159
B.
160
Perkembangan Fisik (Physical Development) Masa 5 tahun pertama adalah masa emas bagi perkembangan motorik anak. Masa ini masa untuk bereksplorasi dengan hal-hal yang ada disekitarnya yang selalu merangsang minat ingin tahu. Oleh karena itu, segala gerakan yang diajarkan dan dilihatnya akan dianggapnya sebagai suatu permainan yang menyenangkan. C. Perkembangan Sosial Emosional (Social Emotional Development) Perkembangan sosialisasi sosial yang dini memainkan peran yang penting dalam menentukan hubungan sosial dimasa depan dan pola prilaku terhadap orang lain. Jenis perilaku yang diperlihatkan bayi dalam situasi sosial mempengaruhi penyesuaian social dan pribadinya. Sekali terbentuk dasar-dasar sosial maka cendrung menetap sampai bayi menjadi lebih besar. Terdapat 2 bahaya psikologis umur yang sering timbul dengan perkembangan emosi bayi yaitu: Kurangnya kasih saying dan Tekanan. Kurangnya kasih sayang, keingintahuan dan kegembiraan maka mempengaruhi perkembangan pisik dan mundurnya perkembangan motorik dan berbicara sedangkan Tekanan yaitu keadaan emosi yang kurang baik dan berlangsung lama, seperti rasa takut dan marah, hal tersebut menyebabkan perubahan endoktrin yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Perkembangan Kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengespresikan keinginannya terdiri dari berbicara merupakan sarana berkomunikasi Bagaimana anak itu mampu menangkap maksud yang dikomunikasikan dalam setiap tahapan usia, anak-anak lebih dapat mengerti apa yang diakatakan orang lain dari pada mengutarakan pikirannya dan perasaannya dengan kata-kata. Dari 4 aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, nilainilai agama yang dapat dikembangkan sebagai berikut: A. Perkembangan intelektual : 1. Kemampuan untuk berbicara : mengucapkann doa-doa sederhana (Om swastyastu, Om awignam astu, Om santi santi santi Om, Om Narayana dan sebagainya) 2. Kemampuan mengenal Aksara Suci: Ongkara Bali, Ongkara India, dll 3. Kemampuan Daya Ingat: menyebutkan nama-nama hari suci, nama-nama Dewa (Tri Murti) 4. Kemampuan Logika : membedakan gambar dewa yang satu dengan yang lain B. Perkembangan Fisik: 1. Mengenal sikap sembahyang (silasana, bajrasana, padmasana) 2. Selalu bersikap ramah sesuai ajaran Tri Kaya Parisuda 3. Menumbuhkan sikap disiplin melalui bentuk cerita keagamaan
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
4. 5. 6. C. 1. 2. 3. 4. 5. D. 1. 2. 3. 4.
Selalu mensyukuri anugrah Tuhan (melalui ucapan angayubagia). Menumbuhkan sikap welas asih antara sesame teman Selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan (wahyu diatmika) Perkembangan Sosial Emosional Disiplin sembahyang (Gayatri) Menghargai orang lain (Tatwamasi) Belajar sabar (bentuk cerita) Tidak lekas marah (akroda) Mengenal simbul-simbul Agama Hindu (Padma, Cakra, Trisula) Perkembangan Kemampuan anak dalam berkomunikasi untuk mengeskpresikan keinginannya : Menyanyikan lagu keagamaan sederhana (sekar alit) Mampu memimpin doa sederhana setiap memulai pelajaran (Om awignam astu tat astu swaha) Mampu menirukan urutan mantram Gayatri, dan doa-doa sederhana Dapat menceritakan gambar-gambar tempat suci, foto dewadewa dan lain sebagainya
III. Penutup Pendidikan karakter melalui penanaman Nilai-nilai Agama sangat efektif dalam menumbuhkan kepribadian anak usia dini. Pendidikan karakter bukan, semata-mata soal pengetahuan belaka, namun yang dipentingkan adalah kepribadian dan prilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman Nilai-nilai Agama dimulai dikenalkan lewat contoh-contoh konkrit yang baik dan yang buruk, dan menjelaskan dampak positif dan negatifnya dan dipantau terus menerus oleh guru, orang tua dan masyarakat. Daftar Pustaka Amri Sofan, dkk,2011, Implementasi pendidikan Karakter dalam pembelajaran, PT. prestasi pustakaraya, Jakarta Anonym, Pendidikan Budi Pekerti , Makalah Donder I Ketut 2006, Sisya Sista, Paramita: Surabaya Dewi Ni Nyoman Padma, Pendidikan Karakter Dalam Membangun Prilaku Peserta Didik, Makalah 2016 Depdiknas, Disain Induk Pendidikan Karakter, Jakarta Mulyatiningsih, Endang, Analisis Model-Model Pendidikan Karakter Untuk Usia Anak-Anak, Remaja, Dan Dewasa, Yogyakarta Peraturan Mentri pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2009, standar Pendidikan anak usia dini, Jakarta Titib I Made dan Sapariani ni ketut, 2004 Keutamaan Manusia Dan Pendidikan Budhi Pekerti, Paaramitra: Surabaya
SEMINAR NASIONAL | PGPAUDH-FDA-IHDN DENPASAR 19 AGUSTUS 2016
161