Strategi Implementasi Sistem E-learning untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Indonesia1
Oleh Heru Suhartanto
Guru Besar Tetap – Fakultas Ilmu Komputer – Universitas Indonesia e-mail:
[email protected], website : http://staff.ui.ac.id/heru
a. Latar belakang
Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2003, tingkat rata-rata partisipasi masuk ke perguruan tinggi (PT) di Indonesia masih rendah (sekitar 12,8%). Lalu data ujian masuk ke perguruan tinggi negeri menunjukkan bahwa kualitas lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia tidak merata, nilai tinggi ditunjukkan pada mereka yang berasal dari daerah daerah perkotaan seperti Jawa, Sumatra, dan Bali. Daerah nonperkotaan dan propinsi lain mempunyai nilai yang lebih rendah. Mayoritas yang masuk PTN adalah mereka yang berasal dari kota kota besar [Tb0607]. Sementara itu, data berbicara bahwa Indonesia saat ini memiliki kurang lebih 180,000 Sekolah Dasar, 30,000 Sekolah Menengah Pertama, 20,000 Sekolah Menengah Atas, namun kebanyakan lokasinya sulit dijangkau [Fasd09] . Namun fasilitas kebanyakan sekolah tersebut masih minim dan kualitas SDM-nya pun bervariasi. Dari data tersebut terlihat bahwa fasilitas pembelajaran yang bermutu yakni SDM dan sumber materi pembelajaran berpengaruh pada kualitas siswa.. Maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana fasilitas dan SDM yang bermutu dapat dimanfaatkan oleh seluruh sekolah dan seluruh siswa tanpa harus terkendala oleh tempat dan waktu.
Dengan keadaan seperti ini maka diperlukan suatu mekanisme untuk memperbesar kapasitas akses melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi 1
Akan muncul dalam buku Universitas Indonesia untuk Bangsa
Page 1 of 12
(TIK) terhadap pendidikan yang berkualitas di segala lini, baik pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. Fasilitas sumber daya pembelajaran dapat disediakan dalam suatu sistem di internet yang dapat diakses tanpa terkendala waktu dan tempat. Walaupun kajian Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia baru mencapai 20 juta orang dengan tingkat penetrasi computer pribadi sebanyak 6,5 juta komputer (Bisnis Indonesia 29/11/06), namun penyebaran
infrastruktur
TIK
tersebut
masih
belum
merata
dan
terkonsentrasi di pulau Jawa dan beberapa kota besar di luar Jawa. Hal ini mengakibatkan kemampuan untuk mengakses informasi yang berkualitas menjadi terbatas. Sementara saat ini informasi sudah merupakan salah satu faktor produksi yang dapat memicu percepatan peningkatan kualitas SDM Indonesia. Untuk mengejar berbagai ketertinggalan tersebut, perlu segera mengoptimalkan pemanfaatan TIK, khususnya pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan Indonesia baik di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat ini ada tiga hal yang menjadi permasalahan bangsa, yaitu: 1) penyebaran SDM yang berkualitas yang belum merata, 2) tingkat partisipasi masuk perguruan tinggi yang masih rendah, 3) pembangunan infrastruktur TIK yang timpang sehingga akses ke informasi menjadi terbatas. Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, maka diperlukan terobosan dalam melaksanakan proses belajar-mengajar dalam dunia pendidikan, yaitu menggunakan sistem e-Learning yang diharapkan dapat mendukung pengelolaan proses belajarmengajar yang berkualitas. Hal ini juga sesuai dengan salah satu flagship Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas), yaitu bagaimana memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kualitas pendidikan. [ESFINDO-prop09]. Makalah ini akan menguraikan bahwa beberapa keadaan yang telah memungkinkannya implementasi sistem e-learning di sekolah sekolah, serta membahas bagaimana penerapan itu dapat dilakukan.
Page 2 of 12
b. Optimalisasi Infrastruktur TIK untuk Pendidikan
Dalam riset awal penulis [hs08] ditemukan bahwa perbedaan latar belakangan ekonomi siswa tidak terlalu terlihat jika fasilitas yang sama diberikan ke semua siswa. Riset itu mengundang para siswa dari kalangan tidak mampu yang bersekolah di sekolah terminal Depok – Jawa Barat. Para siswa dari sekolah yang sangat mapanpun diundang untuk partisipasi. Dalam kegiatan ini mereka diminta menggunakan portal e-learning yang dikembangkan tim Fasilkom, yaitu E-School for Indonesia (ESFINDO). Pada sistem ini, seluruh siswa diberikan tes pendahuluan (pretest), kemudian diberikan pelatihan bagaimana mengikuti suatu pembelajaran suatu modul matematika dasar melalui sistem e-learning. Kemudian para siswa diberikan tes akhir (posttest). Dari proses pelatihan dan pembelajaran, siswa dari golongan tak mampu pada awalnya canggung berinteraksi dengan komputer yang mengakses sistem e-learning, namun dalam waktu singkat mereka mempunyai kecekatan yang sama dengan siswa dari sekolah yang mapan.
Gambar: Screenshot Portal Gratis E-learning ESFINDO
Page 3 of 12
Perbandingan hasil pretest dan posttest menunjukkan memang secara umum siswa dari sekolah tak mampu mempunyai nilai yang lebih rendah dibanding dengan siswa dari sekolah mampu. Namun hasil menarik ditunjukkan pada peningkatan nilai seluruh siswa dan peningkatan kecepatan mereka memecahkan persoalan. Berdasarkan ini, maka riset tersebut menyimpulkan suatu hipotesis bahwa setiap manusia mempunyai kemampuan pembelajaran yang sama, faktor fasilitas dan pendukung dapat mempengaruhi kemampuan siswa. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan untuk merespon fenomena ini. Salah satu pendekatan yang mungkin adalah mengajak semua pihak terkait untuk mendukung penerapan sistem e-learning sebagai pendukung mutu pendidikan di sekolah. Pertanyaan berikutnya adalah langkah langkah apa saja yang perlu dilakukan. Hal inilah yang akan disampaikan oleh penulis sebagai bentuk kontribusi terhadap bangsa Indonesia.
Penggunaan teknologi internet untuk mendukung kegiatan pembelajaran merupakan hal yang cukup layak untuk dilakukan. Harga koneksi internet saat ini semakin murah. Ini ditandai dengan jumlah pemakai internet untuk di Indonesia terus meningkat. Menurut data dari APJII, pada tahun 2007 pemakai internet di Indonesia mencapai 25 juta orang, meningkat 25% dibanding tahun sebelumnya.
Jumlah warnet juga semakin banyak.
Menurut AWARI, pada awal tahun 2008 jumlah warnet di seluruh Indonesia sekitar 10.000, dan diperkirakan mencapai 12.000 di akhir tahun. Biaya warnet juga terus turun dari tahun ke tahun, misalnya kini sekitar 4.000 rupiah per jam untuk kota Depok. Hal ini semakin memperluas peluang masyarakat untuk menggunakan internet [esfindo-prop09]. Sementara di berbagai belahan dunia, pemanfaatan sistem e-learning bukanlah suatu barang baru namun sudah lama dan meluas. Bahkan suatu riset di US menyatakan bahwa proses pembelajaran online mempunyai dampak yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional [lohr09]. Riset ini mengamati proses pembelajaran online dan tradisional di berbagai tingkat, mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
Page 4 of 12
Memperhatikan beberapa hasil riset dan implementasi di berbagai institusi pendidikan di Indonesia maka sistem e-learning sudah cukup layak untuk dipakai sebagai pendukung pembelajaran di sekolah sekolah Indonesia. Faktor faktor yang mendukung hipotesis ini antara lain adalah •
Pada tingkat SMP dan SMA, TIK merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diadakan oleh sekolah tingkat SMP dan SMA [Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22, 23, 24 Tahun 2006]. Para siswa tingkat SMA dan SMP sudah sangat pandai dalam memanfaatkan TIK dalam aktifitas sehari hari. Blog serta aplikasi social networking seperti Friendster dan Facebook merupakan beberapa media mereka untuk saling berkomunikasi sesama kawannya [hs08]
•
Banyak sekolah sekolah di Indonesia sudah dilengkapi dengan komputer namun kebanyakan hanya terbatas untuk pendukung administrasi sekolah dan administrasi belajar mengajar yang terbatas pada pembuatan modul/materi statis. Dengan arahan yang lebih optimum maka penerapan sistem e-learning dapat dimulai. [hs08]
•
Survei Januari 2009 ke SMAN Purworejo menunjukkan telah adanya minat dan infrastruktur yang cukup mendukung untuk pemanfaat TIK secara lebih optimum mendukung suksesnya kegiatan pembelajaran. Bahkan beberapa guru dan siswa di daerah telah mempunyai komputer, dan ada juga yang telah berlangganan internet. [hs08]
•
Telah adanya upaya dalam penyediaan SMP terbuka dengan TIK [sp09]. Dengan demikian bagi mereka yang belum sempat mengenyam pendidikan formal dapat melakukan pendidikan informal yang tak mutunya dengan bantuan TIK.
•
Rencana Pemerintah yang akan melengkapi daerah pedesaan di Indonesia dengan sambungan internet pada akhir tahun 2010 [dtkcom09]. Jika rencana ini terealisasi, maka bukan hanya para siswa namun masyarakat lainnya dapat memanfaatkan jaringan dan akses ke sistem pembelajaran melalui WARNET atau Perpustakaan umum yang
Page 5 of 12
dapat dibangun oleh pemerintah daerah yang dilengkapi dengan akses internet. Ide SMP terbuka seperti diuraikan di [sp09] dan segera terwujud, bahkan bisa berkembang untuk penyediaan layanan SMA terbuka dan pendidikan nonformal lainnya. •
Telah tersedianya sistem pendukung e-learning, bahkan sudah banyak yang tersedia dalam bentuk open source atau juga yang gratis seperti Moodle. Juga telah tersedianya ESFINDO: portal gratis sistem elearning untuk sekolah Indonesia sejak 19 April 2009 yang telah dikembangkan sebagai hasil dari riset awal [hs08, esfindo]
•
Hasil ujicoba pendahuluan menunjukkan bahwa situs ESFINDO dapat diakses dari daerah Tasikmalaya – mulai dari daerah perkotaan hingga pedesaan [hs08]. Dengan demikian ujicoba dan penerapan dapat juga dilakukan di daerah pedesaan lainnya di Indonesia.
•
Hasil ujicoba pendahuluan menunjukkan bahwa situs e-learning ESFINDO sudah dapat diakses dari Telepon Genggam [hs08]. Dengan perkembangan mobil computing yang makin canggih maka isi dari ESFINDO atau portal sejenis dapat disesuaikan sehingga lebih memperluas variasi akses dari berbagai peralatan. Pengembangan di masa mendatang dapat memperluas akses sumber pembelajaran dari berbagai alat komunikasi.
•
Hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa kemampuan sekolah untuk mengelola sistem e-learning sangat bervariasi di Indonesia. Untuk pemerataan kemampuan pengelolaan tersebut dibutuhkan faktor eksternal, yaitu pengampu dari luar sekolah. Hal ini akan mudah diwujudkan jika seluruh pihak terkait berkontribusi seperti diuraikan dalam bagian c. Strategi makalah ini.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, maka penerapan sistem e-learning dapat dilakukan di berbagai sekolah. Strategi yang penulis usulkan akan melibatkan berbagai faktor mulai dari unsur sekolah, institusi pendidikan TIK yang telah mapan, masyarakat relawan, penyedia jasa internet, dan unsur pemerintah.
Page 6 of 12
c. Strategi
c.1 Pemenuhan kebutuhan standar minimum
Standard minimum yang harus dipenuhi oleh suatu sekolah adalah adanya fasilitas komputer dan sambungan internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru, karyawan, dan siswa.
Saat ini banyak pilihan Internet Service
Provider (Penyedia Jasa layanan Internet) (ISP) yang menyediakan layanan koneksi internet yang cukup menarik dan murah. Khusus guru guru yang akan memakai sistem harus sudah mempunyai kemampuan mengoperasikan TIK untuk pembuatan materi pelajaran, dan berkomunikasi dengan internet. Kemampuan pengelolaan sistem e-learning dapat diperoleh secara belajar mandiri atau melalui pelatihan.
c.2 Pemenuhan server dan SDM TIK di Sekolah
Server sistem e-learning dan SDM TIK merupakan inti dari penerapan sistem e-learning. Ini dapat diatasi dengan berbagai strategi, tergantung pada kemampuan sekolah masing masing. •
Sekolah menyediakan SDM yang memadai dalam pengelolaan server dan sistem informasi terkait. Sekolah juga menyediakan server sendiri di sekolah yang terhubung dengan internet 24 jam. Keuntungan yang diperoleh dengan pendekatan ini adalah kapasitas tak terbatas dan sistem dapat diatur sesuai kebutuhan. Namun kerugian yang didapat adalah diperlukannya anggaran yang sangat besar untuk SDM dan infrastruktur tersebut.
•
Sekolah mempunyai SDM yang memadai dalam pengelolaan server dan sistem informasi terkait, namun server ditempatkan di luar sekolah tersambung ke internet 24 jam. Keuntungan pendekatan ini dbandingkan yang pertama adalah sekolah tak perlu memikirkan infrastruktur jaringan
Page 7 of 12
internet ke server sehingga beban anggaran lebih ringan. Sementara itu pengelolaan server dapat dilakukan oleh SDM secara remote. •
Sekolah tak perlu mempunyai SDM yang diperlukan untuk mengelola server dan sistem informasi, tapi memakai server dan sistem informasi berlangganan. Di sini masih diperlukan SDM yang mampu mengelola server dan sistem informasi secara remote. Keuntungan strategi ini adalah lebih murah dari yang di atas namun terbatas dari segi kapasitas.
•
Sekolah tak perlu mempunyai SDM yang diperlukan dalam mengelola sistem dan server dengan cara sekolah dapat memakai portal sistem elearning yang gratis. Namun
di sini masih diperlukan beberapa SDM
sebagai koordinator untuk berkolaborasi dengan administrator situs gratis. Salah satu kerugiannya adalah terbatasnya kapasistas server yang dipakai karena ia tergantung pada pemakai lainnya. Namun jika dipertimbangkan faktor kesiapan, strategi inilah yang paling cepat dan efisien.
c.3 Implementasi di tingkat Guru
Setiap guru perlu mempelajari bagaimana sistem e-learning dapat membantu pengelolaan mata pelajaran yang diampunya. Apakah guru harus membuat seluruh materi pelajarannya dalam bentuk yang on-line. Hasil pengalaman kebanyakan dosen yang telah memanfaatkan sistem e-learning, tidak seluruh bagian perkuliahan perlu di lakukan secara on-line, namun beberapa modul suatu pembelajaran didukung oleh implementasi e-learning.
Salah satu
teknik yang dapat dicoba oleh seorang guru misalnya adalah dengan memulai dengan satu modul lengkap dalam satu semester, dilanjutkan berkembang menjadi dua modul di semester berikutnya, sampai seluruh modul on-line dapat diterapkan.
Berdasarkan pengalaman pengajar bermodul on-line, maka terdapat beberapa tantangan, yang paling menonjol adalah perlunya waktu lebih untuk menyiapkan materi dan mengelola pembelajaran. Penyiapan materi
Page 8 of 12
hanya akan menyita waktu pada tahap awal pembuatan, namun begitu modul tersebut tersedia, hanya dibutuhkan waktu yang tak terlalu lama dalam merevisi. Aktifitas yang juga tidak kalah memerlukan keseriusan adalah dalam merespon aktifitas siswa. Seorang pengajar perlu merespon aktifitas seorang siswa. Jika tidak dilakukan, maka komunikasi dua arah antara pengajar dan siswa tak akan terjadi. Hal ini merupakan kontraproduktif dalam proses pembelajaran.
c.4 Partisipasi institusi pendidikan TIK dalam P2M
Suatu institusi pendidikan TIK yang telah berpengalaman membangun dan menerapkan sistem e-learning di tempatnya sangat diharapkan membagi kelebihannya terhadap masyarakat sekitar seperti sekolah sebagai suatu bentuk Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) atau sering disebut sebagai Corporate Social Responsibility.
Fasilkom UI merupakan salah satu
institusi pendidikan yang melakukan riset dan pengembangan TIK untuk dapat membantu pemecahan persoalan bangsa, termasuk antara lain pendidikan. Jadi sudah sewajarnya, sebagian pengalaman dan keahliannya dapat dibagi kepada institusi sejenis seperti sekolah sekolah yang SDM TIK dan pengalaman pengelolaan TIK masih dalam tahap awal. Apa yang dilakukan Fasilkom UI dengan Portal ESFINDO merupakan suatu langkah pioneer – percontohan yang dapat dilakukan oleh institusi sejenis di Indonesia. Seandainya di setiap propinsi terhadap minimum satu institusi TIK yang melakukan yang sama, maka sekolah sekolah di sekitarnya akan turut terbantu untuk berkembang dalam penerapan e-learning.
Sementara itu para dosen atau peneliti pada suatu program studi di perguruan tinggi dapat berperan sebagai nara sumber pengembangan materi. Kerjasama dengan dosen dan mahasiswa TIK dapat mewujudkan ketersediaan materi pembelajaran on-line yang berkualitas. Kontribusi pun dapat dilakukan oleh para relawan yang mempunyai keahlian dalam suatu mata pelajaran dan kemampuan TIK yang memadai.
Page 9 of 12
c.5 Pelatihan berkala
Kerjasama dengan institusi pendidikan TIK dan kependidikan berbasis TIK dapat dijadikan salah satu program P2M perguruan tinggi. Waktu liburan antar semester merupakan saat yang tepat untuk menjadwalkan pelatihan bagi guru dan siswa. Sementara program program magang bagi guru sebagai pelatih juga dapat diadakan di waktu waktu yang lain.
c.6 Perluasan server.
Kerjasama dari berbagai kalangan dengan bentuk bentuk tertentu seperti memperkuat keberadaan sistem e-learning gratis dapat mudah dilakukan. Harga server yang makin murah bukanlah beban berat bagi perusahaan atau calon donatur untuk berpartisipasi. Perluasan server diperlukan untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pemakai server.
c.7 Peran pemerintah
Pemerintah dapat menjadi faktor pendukung dari segi kebijaksanaan yang antara lain mendorong sekolah sekolah untuk menerapkan dari mulai tingkat uji coba hingga tingkat pemakaian secara penuh.
Program program
kompetitif yang melibatkan para ahli dapat direncanakan guna memperkaya materi materi online yang berkwalitas untuk mengisi porta portal sistem elearning.
d. Kesimpulan
Dengan menggunakan sistem e-Learning, SDM yang terkonsentrasi di beberapa institusi terkenal, bisa dimanfaatkan secara bersama (resource sharing) lebih luas lagi. Pada saat yang bersamaan, akses untuk mendapatkan kesempatan belajar akan semakin besar, sehingga tingkat
Page 10 of 12
partisipasi untuk bisa belajar, akan semakin tinggi. Hal ini akan merangsang permintaan penyebaran infrastruktur TIK ke berbagai daerah lainnya, yang pada akhirnya akan menghidupkan roda ekonomi daerah karena informasi semakin mudah diakses. Hal ini sejalan dengan tujuan JARDIKNAS (Jaringan Pendidikan Nasional) Depdikas untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia melalui: (1) pemanfaatan TIK untuk menunjang kegiatan akademik dan pengelolaan PT, (2) pemanfaatan sumber daya secara bersama antarsekolah, dan (3) pengembangan inovasi di sekolah atau institusi pendidikan yang terkait dengan TIK. Keberadaan fasilitas JARDIKNAS sangat membantu dalam memfasilitasi peningkatan akses pendidikan yang berkualitas di Indonesia.
f. Ucapan terima kasih.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia Universitas Indonesia untuk Bangsa yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk menuangkan ide kontribusi untuk Indonesia. Harry Budi Santoso yang telah memberikan saran perbaikan bahan ini. pembaca
lainnya tentunya akan memperbaiki ide
Saran
dari para
ini sehingga lebih
bermanfaat.
g. Daftar Referensi •
[dtkcom09] Detik.com, SBY janjikan internet masuk desa tahun 2010, http://www.detikinet.com/read/2009/08/19/122240/1185561/398/sbyjanjikan-internet-masuk-desa-2010
•
[esfindo] Esfindo: Portal gratis sistem e-learning untuk sekolah Indonesia, http://esfindo.cs.ui.ac.id
•
[fasd09] Fasli Djalal, sebagai keynote speaker, Compfest: Computer Festival, 2009, Feb 09, UI Depok
Page 11 of 12
•
[esfindo-prop] Heru Suhartanto et.al., Pengembangan Sistem E-learning untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah menengah, Proposal RU-UI, 2009.
•
[hs08] H. Suhartanto et al, Laporan akhir Riset PHKI UI, “Pemberdayaan Portal E-Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Masyarakat Miskin”, 2008.
•
http://telaga.cs.ui.ac.id/~heru/esfindo/reports/LaporanPHKI-C1-UI08Final17March.pdf
•
[lohr09] Lohr, Steve, Study Finds that Online Education Beats the Classroom
New
York
Times
(08/19/09)
,
http://bits.blogs.nytimes.com/2009/08/19/study-finds-that-onlineeducation-beats-the-classroom/ •
[sp09] Suara Pembaruan, SMP Terbuka terapkan TIK, http://www.suarapembaruan.com/News/2009/08/22/index.html
•
[tb0607] T. Basaruddin, Buku Statistik SPMB, 2006, 2007, Fasilkom UI
Page 12 of 12