Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris
1
A. Pembagian Warisan Dalam Islam
a.
1. Beberapa pengertian
Mawaris
Kata mawaris merupakan jamak dari kata 1. miras yang diartikan peninggalan atau harta orang meninggal yang diwariskan kepada ahli warisnya. Menurut Muhammad Ali Ash Shabuni pengertian mirats (waris) secara lughat ialah pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari kaum kepada kaum lain b. Pewaris Adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. c.
Ahli waris Adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau
hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. d. Harta waris (tirkah) Adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat (wasiat). e.
Ilmu mawaris Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid yaitu ilmu untuk mengetahui orang yang
berhak menerima harta pusaka/ warisan, orang yang dapat menerima warisan, kadar pembagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris , dan tata cara pembagiannya.
2. Tujuan mawaris
Mempelajari ilmu mawaris dianjurkan oleh nabi, beliau bersabda: ”Pelajarilah faraid dan ajarkanlah
kepada orang banyak, karena faraid adalah separoh ilmu dan mudah dilupakan serta merupakan ilmu yang pertama kali hilang dari umatku.” Mawaris bertujuan untuk: a. Melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariah 2
b. Mengetahui secara jelas siapa yang berhak menerima harta warisan dan berapa bagian yang diperoleh masing-masing ahli waris. c. Menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar sehingga tidak timbul perselisihan antara ahli waris
Ada beberapa sebab hingga
3. Sebab-sebab mendapat warisan
seseorang mendapatkan harta warisan, yaitu: a.
Hubungan Nasab (Darah), seperti ayah, ibu, anak, saudara, paman, kakek dan nenek, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surah An Nisa [4] ayat 7;
Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan. b.
Hubungan Perkawinan, yang terdiri dari duda atau janda. Perkawinan yang sah menimbulkan hubungan kewarisan. Jika seorang suami meninggal dunia maka isteri atau jandanya mewarisi harta suaminya, dan demikian pula sebaliknya. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanyalah : anak, ayah, ibu, janda atau duda (dapat dilihat Al Quran surah An Nisa [4] ayat 12
c. Hubungan seagama, yaitu sesama muslim. Hal ini sesuai dengan hadis nabi: ”saya menjadi waris bagi pewaris yang tidak mempunyai akli waris”. (Hr. Ahmad dan Abu Daud) d. Memerdekakan budak (wala), Rasulullah pernah bersabda: ”Hubungan orang yang memerdekakan dengan hamba yang dimerdekakan itu seperti hubungan turunan tidak dijual dan tidak diberikan” (Hr. Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hiban, dan Hakim)
Ada 3. Sebab-sebab hilangnya hak ahli waris haknya memperoleh harta warisan,yaitu:
3
beberapa
sebab
sehingga ahli waris kehilangan
a. Pembunuh, yaitu orang yang membunuh pewaris. Nabi bersabda: “Yang membunuh tidak berhak mewarisi peninggalan keluarga yang dibunuhnya.” (Hr.An Nasai) b. Murtad dan kafir, orang yang bukan beragama Islam tidak berhak menerima harta warisan orang Islam. Nabi bersabda: “Seorang muslim tidak berhak mewarisi harta peninggalan orang kafir dan orang kafir tidak berhak pula mewarisi harta peninggalan orang Islam.” (Hr. Jamaah) c.
Hamba (budak), tidak dapat menjadi ahli waris karena dirinya adalah milik tuannya. Dalam Al Quran surah An Nahl [16] ayat 75 Allah berfirman:
… seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun …. Pelaksanaan pembagian harta warisan 4. Syarat pewarisan
dapat dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat
berikut: a. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi. b. Adanya harta warisan. c. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan
Sebelum 5. Kewajiban sebelum harta warisan dibagikan
harta
warisan dibagikan, ahli
waris harus mengeluarkan biaya-biaya yaitu: a.
Biaya jenazah
b.
Utang yang belum dibayar
c.
Zakat yang belum dikeluarkan
d.
Wasiat, yaitu pesan yang diamanatkan kepada ahli waris untuk memberikan hartanya kepada seseorang. Dalam sebuah hadis wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta warisan.
Ahli Waris ialah orang yang berhak menerima warisan, 6. Ahli Waris a.
ahli dibedakan menjadi dua yaitu lelaki dan perempuan .
Ahli Waris lelaki terdiri dari: 1. Anak laki-laki 4
2. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki. 3. Ayah 4. Kakek sampai keatas garis ayah 5. Saudara laki-laki kandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Saudara laki-laki seibu 8. Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah. 9. Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah. 10. Paman kandung 11. Paman seayah 12. Anak paman kandung sampai kebawah. 13. Anak paman seayah sampai kebawah. 14. Suami 15. Laki-laki yang memerdekakan b. Ahli Waris wanita terdiri dari 1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki. 3. Ibu 4. Nenek sampai keatas dari garis ibu 5. Nenek sampai keatas dari garis ayah 6. Saudara perempuan kandung 7. Saudara perempuan seayah 8. Yang Saudara perempuan seibu. 9. Isteri 10. Wanita yang memerdekakan
Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu zawil furud/ Ashabul furudh dan ashobah. a. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari (1) mendapat bagian ½ harta. (a) Anak perempuan kalau sendiri (b) Cucu perempuan kalau sendiri (c) Saudara perempuan kandung kalau sendiri (d) Saudara perempuan seayah kalau sendiri 5
(e) Suami (2) mendapat bagian ¼ harta (a) Suami dengan anak atau cucu (b) Isteri atau beberapa kalau tidak ada anak atau cucu (3) mendapat 1/8 Isteri atau beberapa isteri dengan anak atau cucu. (4) mendapat 2/3 (a) dua anak perempuan atau lebih (b) dua cucu perempuan atau lebih (c) dua saudara perempuan kandung atau lebih (d) dua saudara perempuan seayah atau lebih (5) mendapat 1/3 (a) Ibu jika tidak ada anak, cucu dari garis anak laki-laki, dua saudara kandung/seayah atau seibu. (b) Dua atau lebih anak ibu baik laki-laki atau perempuan (6) mendapat 1/6 (a) Ibu bersama anak laki-laki, cucu laki-laki atau dua atau lebih saudara perempuan kandung atau perempuan seibu. (b) Nenek garis ibu jika tidak ada ibu dan terus keatas (c) Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas (d) Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki bersama satu anak perempuan kandung (e) Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara perempuan kandung. (f) Ayah bersama anak laki-laki atau cucu laki-laki (g) Kakek jika tidak ada ayah (h) Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan.
b. Ahli waris ashobah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. Ashobah dibedakan menjadi: ashabah binafsihi, ashobah bighairi dan ashobah ma’a ghairih (1) Ashobah binafsihi adalah ashobah dengan sendirinya, ashobah binafsihi sebagai berikut: (a) Anak laki-laki 6
(b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah (c) Ayah (d) Kakek dari garis ayah keatas (e) Saudara laki-laki kandung (f) Saudara laki-laki seayah (g) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah (h) Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah (i) Paman kandung (j) Paman seayah (k) Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah (l) Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah (m) Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal (2) ashobah bighairi adalah ashobah dengan saudaranya (a) Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki. (b) Cucu perempuan bersama cucu laki-laki (c) Saudara perempkuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah. (d) Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah. (3) ashobah ma’a ghairih adalah ashobah dengan orang tertentu dalam dzawil furud (a) Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu atau lebih (2/3). (b) Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah (2/3)
Hijab berarti tabir atau penghalang, yaitu penghalang bagi 6. Hijab
ahli waris untuk menerima harta warisan karena ada ahli waris lain Ahli yang kedudukannya lebih dekat atau lebih berhak. Sedangkan yang terhalang disebut Waris mahjub. Hijab dibedakan menjadi dua yaitu; a. Hijab Nuqsan adalah hijab yang mengurangi bagian ahli waris b. Hijab Hirman adalah hijab yang menghilangkan bagian ahli waris, seperti: (1) Nenek dari garis ibu gugur haknya karena adanya ibu. (2) Nenek dari garis ayah gugur haknya karena adanya ayah dan ibu (3) Saudara seibu gugur haknya baik laki-laki ataupun perempuan oleh: (a) anak kandung laki/perempuan (b) cucu baik laki-laki/perempuan dari garis laki-laki 7
(c) bapak (d) kakek (4) Saudara seayah baik laki-laki/perempuan gugur haknya oleh : (a) ayah (b) anak laki-laki kandung (c) cucu laki-laki dari garis laki-laki (d) Saudara laki-laki kandung (5) Saudara laki-laki/perempuan kandung gugur haknya oleh: (a) anak laki-laki (b) cucu laki-laki dari garis anak laki-laki (c) ayah
B. Cara Pembagian Harta Warisan
Untuk menentukan ahli waris sebaiknya 1. Menentukan ahli waris a.
mengikuti urutan berikut:
Menentukan anggota keluarga yang menjadi ahli waris dan yang tidak berhak dari sebab yang telah ditentukan.
b.
Menentukan ahli waris yang terhijab
c.
Menentukan ahli waris yang masuk zawil furud dan ashabah
Beberapa 2. Cara menghitung harta warisan
langkah
untuk
menghitung harta warisan, yaitu:
a. Menentukan “asal masalah”. Asal masalah adalah bilangan bulat yang digunakan untuk membagi harta warisan, caranya menentukannya adalah: (1) Apabila ahli warisnya terdiri dari ashabah binafsih asal maslahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada. Contoh: apabila ahli waris 5 orang laki-laki maka asal masalahnya adalah 5, cara pembagiannya adalah harta warisan dibagi 5 (2) Apabila ahli warisnya terdiri dari ashabah bighairih asal maslahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada dan untuk anak laki-laki dikali dua. Contoh: ahli waris 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, maka asal masalahnya 2 x 2 = 4 + 1 = 5 8
(3) Apabila ahli warisnya adalah seorang zawil furud maka asal masalahnya adalah penyebutnya. (4) Apabila ahli warisnya adalah lebih dari seorang zawil furud maka asal masalahnya adalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) penyebutnya. Asal masalah (KPK) dalam hal ini terdiri dari: 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24. Contoh: ahli waris istri 1/6, ibu 1/8 maka KPKnya 24 b. Menentukan bagian ahli waris Apabila sudah diketahui asal masalahnya maka dapat ditentukan bagian dari ahli waris dengan cara seperti contoh berikut: Contoh: ahli waris istri, ibu, dua orang anak laki-laki Bagian istri 1/6 x 24 = 4 Bagian ibu 1/8 x 24 = 3 Dua orang anak laki-laki 24 – 4 – 3 = 17 c. Menentukan besaran harta warisan Setelah ditentukan bagian ahli waris tinggal menentukan besar harta warisan yang diterima dengan cara seperti contoh berikut: Contoh: ahli waris istri, ibu, dua orang anak laki-laki, harta warisan Rp. 500.000.000,1) Bagian istri 4/24 x Rp. 500.000.000,-
= Rp. 83.333.333,33
2) Bagian ibu 3/24 x Rp. 500.000.000,-
= Rp. 62.500.000
3) Dua orang anak laki-laki 17/24 x Rp. 500.000.000,- = Rp. 354.166.666,67 Jumlah
= Rp. 500.000.000,-
d. Dalam pembagian warisan kadang ditemukan masalah aul. Masalah Aul terjadi apabila jumlah penyebut lebih kecil dari pembilang.
2 orang ahli waris ditetapkan sebagai zawil furud ½ dan 2/3, maka bagian ahli waris tersebut adalah 3/6 dan 4/6 = 7/6. Dengan bagian 7/6 tidak dapat diselesaikan pembagian besaran harta warisan. Untuk menyelesaikan masalah ini penyebut harus dibesarkan menjadi 7 Contoh: Ahli waris: Suami (½), saudara perempuan seibu sebapak (2/3), harta warisan Rp. 200.000.000,-
KPK nya adalah 6 9
Suami ½ x 6
= 3 bagian
Saudara perempuan seibu sebapak 2/3 x 6
= 4 bagian
Jumlah
= 7 bagian
Suami 3/7 x Rp. 200.000.000,-
= 85.714.285,7
Saudara perempuan seibu sebapak 4/7 x Rp. 200.000.000,-
= 114.285.714,3
Jumlah
= 200.000.000,-
e. Dalam pembagian warisan kadang juga ditemukan masalah radd. Masalah radd terjadi apabila masih ada sis jumlah bagian. Contoh: Ahli waris: seorang anak perempuan (½), ibu (1/6), harta warisan Rp. 200.000.000,-
KPK nya adalah 6 seorang anak perempuan ½ x 6
= 3 bagian
ibu 1/6 x 6
= 1 bagian Jumlah
= 4 bagian
Masih ada sisa 2 bagian, dapat dibagi menurut persetujuan keduanya.
C. Ikhtisar
1. Kata mawaris merupakan jamak dari kata miras pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari kaum kepada kaum lain 2. Ilmu mawaris disebut ilmu faraid yaitu ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima harta pusaka/ warisan, orang yang dapat menerima warisan, kadar pembagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris , dan tata cara pembagiannya. 3. Ada beberapa sebab hingga seseorang mendapatkan harta warisan, yaitu: Hubungan
nasab
(darah),
hubungan
perkawinan,
hubungan
seagama,
memerdekakan budak 4. Ada beberapa sebab sehingga ahli waris kehilangan haknya memperoleh harta warisan, yaitu: Membunuh, murtad dan kafir, hamba sahaya (budak). 5. Sebelum harta warisan dibagikan, ahli waris harus mengeluarkan biaya untuk keperluan: mengurus jenazah, membayar utang, zakat dan wasiat
10
6. Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu zawil furud/ Ashabul furudh dan ashobah. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu, ashobah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. 7. Hijab berarti tabir atau penghalang, yaitu penghalang bagi ahli waris untuk menerima harta warisan karena ada ahli waris lain yang kedudukannya lebih dekat atau lebih berhak. Hijab dibedakan menjadi dua yaitu; Hijab Nuqsan adalah hijab yang mengurangi bagian ahli waris. Hijab Hirman adalah hijab yang menghilangkan bagian ahli waris.
11