Sports Science Pentingnya Sports Science Sport science mungkin bukan hal baru bagi insan olahraga. Istilah ini tidak asing lagi bagi para pelaku olahraga, terbukti dengan mulai banyaknya negara yang menerapkan sport science untuk mendongkrak prestasi atletnya, antara lain: Amerika, Jerman, Tiongkok, Korea Selatan, Australia. Mereka mulai mengimplementasikan sport science sehingga atlet-atletnya mencapai prestasi maksimal di berbagai cabang. Sport Science adalah disiplin ilmu yang mempelajari penerapan dari prinsip-prinsip science dan teknik-teknik yang bertujuan untuk menigkatkan prestasi olahraga. Di Indonesia penerapan ilmu ini masih minim, masih dibawah 50%. Kegagalan Indonesia bersaing pada berbagai ajang multi event dalam beberapa tahun terakhir dianggap menjadi faktor pendorong Indonesia untuk secepatnya memaksimalkan penerapan sport science. Seperti diketahui, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, telah mencanangkan target Indonesia mampu menembus 10 besar perolehan medali Asian Games 2018. “Kami canangkan seluruh cabang olahraga prestasi dan cabang olahraga diseluruh tanah air harus berpikir menuju kemenangan,” tandas Menpora beberapa waktu lalu. Pemerintah akan terus mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membina cabang olahraga potensi daerah sebagai cabang unggulan bertaraf Nasional dan Internasional seperti diamanatkan UU No.3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. Menurut Dr. dr. H. Zainal Abidin, DSM, Internist, Sp.GK, Ketua Bidang Sport Science KONI Pusat, tantangan yang dihadapi stakeholders olahraga Indonesia sungguh besar dan hanya bisa diantisipasi dengan adanya kebersamaan dan solidaritas diantara seluruh pembuat kebijakan, pemangku dan pelaku olahraga di tanah air. Zainal menyadari kalau penerapan sport science di Indonesia bukan perkara mudah. Di samping kesadaran yang kurang dari PB maupun pelatih, Zainal Abidin juga menyoroti soal peralatan sport science yang masih minim. “Yang saya lihat memang masih banyak PB-PB cabang olahraga atau pelatih yang masih belum menyadari soal sport science. Jadi kalau kita mulai sistem pelatnas, harusnya itu dari titik nol. Di mana seorang atlet harus diukur tingkat FIT-nya (Frekuensi Intensitas Training) terlebih dulu sebelum masuk pelatnas dan melakoni program latihan yang diberikan pelatih. “Belum lagi ada kendala lain seperti peralatan yang minim, atau swakelola, tender, dan semua prahara menghambat." tambahnya. Secara khusus, Zainal Abidin mengharapkan kepada Satlak Prima untuk mengedepankan sport science dalam program pembinaan dan pengembangan atlet nasional. Satlak Prima sebagai pengelola pelatnas utama dan pratama, yang menjadi kawah candradimuka penggemblengan atlet nasional harus mengedepankan pendekatan sport science. “Jangan sekedar pemanis bibir atau lips service, apalagi pelengkap,” tutupnya.
Macam-macam Sports Science A. Sports Medicine Kedokteran olahraga, juga dikenal sebagai olahraga dan obatobatan olahraga, adalah cabang kedokteran yang berhubungan dengan kebugaran fisik dan pengobatan dan pencegahan cedera yang berhubungan dengan olahraga dan olahraga. Meskipun sebagian besar tim olahraga telah mempekerjakan dokter tim selama bertahun-tahun, hanya sejak akhir abad ke-20 yang olahraga obat telah muncul sebagai bidang perawatan kesehatan. Perwujudan bidang ini adalah dengan adanya pertolongan pertama saat adanya luka atau injury pada pemain. B. Sports Physiology Fisiologi olahraga adalah studi tentang tanggapan akut dan kronis adaptasi berbagai kondisi latihan fisik. Selain itu, banyak ahli fisiologi olahraga mempelajari pengaruh olahraga terhadap patologi, dan mekanisme yang latihan dapat mengurangi atau membalikkan perkembangan penyakit. Program akreditasi ada dengan badanbadan profesional di negara-negara paling maju, memastikan kualitas dan konsistensi pendidikan. Penerapan bidang ini sangat penting untuk mengurangi strain atau beban otot yang terlalu besar, yang dapat mengakibatkan cedera otot. C. Sports Biomechanics Olahraga biomekanik adalah studi berbasis kuantitatif dan analisis atlet profesional dan kegiatan olahraga secara umum. Dalam pengertian Fisika, biomekanik hukum mekanika diterapkan dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar dari kinerja atletik melalui pemodelan matematika, simulasi komputer dan pengukuran. Biomekanik adalah studi tentang struktur dan fungsi sistem biologis dengan cara metode "mekanik." - Yang merupakan cabang fisika yang melibatkan analisis tindakan pasukan. Dalam "mekanik" ada dua sub-bidang studi: statika, yang merupakan studi tentang sistem yang berada dalam keadaan gerak konstan baik saat istirahat (tanpa gerak) atau bergerak dengan kecepatan konstan; dan dinamika, yang merupakan studi tentang sistem dalam gerakan di mana percepatan hadir, yang mungkin melibatkan kinematika (ilmu yang mempelajari gerak tubuh terhadap waktu, perpindahan, kecepatan, dan kecepatan gerakan baik dalam garis lurus atau dalam arah putar) dan kinetika (studi
pasukan terkait dengan gerakan, termasuk pasukan menyebabkan gerakan dan kekuatan yang dihasilkan dari gerak). Sehingga biomekanik digunakan untuk memperbaiki pola latihan atlet, serta menigkatkan performa atlet dengan efisien, agar tidak ada gerakan yang terbuang sia-sia saat pertandingan.
D. Sports Psychology Psikologi olahraga adalah ilmu interdisipliner yang mengacu pada pengetahuan dari berbagai bidang terkait termasuk biomekanik, fisiologi, kinesiologi dan psikologi. Ini melibatkan studi tentang bagaimana faktor psikologis mempengaruhi performa dan bagaimana partisipasi dalam olahraga dan latihan mempengaruhi faktor psikologis dan fisik. Selain instruksi dan pelatihan keterampilan psikologis untuk perbaikan kinerja, diterapkan psikologi olahraga dapat mencakup pekerjaan dengan atlet, pelatih, dan orang tua mengenai cedera, rehabilitasi, komunikasi, team building, dan transisi karir. Contoh penerapan bidang ini adalah menenangkan atket yang gugup sebelum bertanding, serta memotivasi para atlet untuk berlatih lebih giat lagi dengan pendekatan kekeluargaan, tidak hanya seperti atsan dan bawahan. E. Sport Nutrition and Anthropometry Gizi olahraga adalah studi dan praktek gizi dan diet yang berkaitan dengan kinerja atletik. Hal ini berkaitan dengan jenis dan jumlah penawaran cairan dan makanan yang diambil oleh seorang atlet, dan dengan nutrisi seperti vitamin, mineral, suplemen dan zat organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Meskipun merupakan bagian penting dari rejimen pelatihan banyak olahraga, hal ini paling sering dianggap olahraga kekuatan (seperti angkat berat dan binaraga) dan olahraga ketahanan (misalnya bersepeda, berlari, berenang). Contoh penerapan bidang ini adalah penentuan porsi makanan atlet, serta makanan yang dilarang dan dianjurkan bagi atlet, seperti pisang yang membuat kenyang, tapi bervitamin tinggi, the yang bisa meningkatkan penyerapan zat besi, juga sports drink untuk mencegah dehidrasi karena kehilangan ion dalam tubuh. F. Coaching American College of Sports Medicine (ACSM) menjabarkan bahwa pelatihan olahraga adalah studi mengenai pergerakan dan respons serta fungsi tubuh terhadap suatu pergerakan. Jabaran ACSM ini memperlihatkan bahwa Exercise Science berdasar pada ilmu gerak
(biomekanik/kinesiologi) dan ilmu fungsi (fisiologi). Ilmu dan pengetahuan tentang Ilmu Kepelatihan sangatlah penting untuk pengembangan ilmu olahraga pada umumnya dan pengembangan prestasi olahraga pada khususnya. Dengan berbasis Ilmu Kepelatihan, atlet mendapat latihan yang dapat meningkatan kemampuan fisik dan ketrampilan berlaga sehingga dapat menunjang pencapaian prestasi juara. Penerapan bidang ini tampak pada kualitas pelatih kebugaran Indonesia yang kian meningkat, karena mereka dituntut untuk dapat mengembangkan potensi atlet secara maksimal, juga mengarahkan atlet untuk memiliki mentalitas juara.
G. Sports Intelligence Kecerdasan olahraga atau sports intelligence merupakan contoh sports science yang penerapannya bukan pada pertandingan ataupun latihan olahraga, melainkan pada dampak olahraga kepada kehidupan sehari-hari para atlet, sebagai contoh: Beberapa penelitian telah menemukan bahwa orang yang sering berlatih olahraga akan memiliki sirkulasi oksigen yang lebih tertata daripada yang jarang berolahraga, menyebabkan performa mereka saat belajar dan bekerja lebih tinggi, karena banyaknya oksigen di otak dapat memengaruhi daya ingat, serta ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan mencegah rasa kantuk yang berlebihan. H. Research Riset berfungsi untuk meneliti isu-isu yang sering tampak pada pertandingan, seperti maraknya penggunaan doping, banyaknya injury atau luka karena factor tertentu, dan mengadakan studi atau penelitian untuk menemukan solusinya, yang akan langsung diterapkan setelah dibuktikan keampuhannya oleh komite internasional olahraga yang bersangkutan, sebagai contoh: tes akan pemakaian doping mulai diterapkan pada olimpiade dunia pada tahun 70 an karena sebelumnya telah mendapat laporan akan adanya pemakaian zat yang bisa memacu kemampuan manusia hingga 180 persen, sehingga pesaing kalah telak. I. Sports Gear Semua kegiatan selalu memiliki resiko tersendiri tak terkecuali olahraga. Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang memiliki faktor resiko cidera cukup tinggi, terutama olahraga-olahraga ekstrim. Oleh karena itu, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam dunia olahraga pada dasarnya sangatlah penting mengingat resiko cidera yang mungkin terjadi. Namun, tidak banyak atlet yang sadar akan hal ini. Oleh karena itu, tidak sedikit atlet yang melakukan aktivitas olahraga tanpa pelindung diri yang lengkap.
Di zaman moderenisasi ini, dunia olahraga mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pembangunan fasilitas-fasilitas olahraga yang dulu hanya berpusat di kota, sekarang sudah merambah hingga ke desa-desa. Sistem-sistem dan peralatan olahraga juga mengalami beberapa perubahan yang signifikan yang tentunya sangat membantu dalam pengembangan atlet dan juga membantu pengadil lapangan dalam menentukan keputusan saat pertandingan olahraga berlangsung. Disisi lain, perkembangan peralatan pelindung diri bagi atlet saat berlaga ataupun saat berlatih juga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terjadi karena meningkatnya kebutuhan APD dalam dunia olahraga yang terus meningkat dan beragam sehingga mendorong pabrik-pabrik peralatan olahraga untuk terus berinovasi guna meningkatkan kualitas produksinya dan memenuhi tantangan dunia olahraga yang semakin maju. Kerasnya persaingan antara para atlet saat berlaga membuat atlet rentan cidera. Hal ini jugalah yang mendorong diterapkannya penggunaan APD bagi atlet baik saat berlatih ataupun berlaga agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi pada atlet terutama saat mereka berlaga.
Contoh lain penerapan sports science dalam bentuk artikel Contoh Sports Biomechanics Apa itu dislokasi bahu? Sebelum kita dapat memahami mengenai apa itu dislokasi bahu, kita harus mengerti dahulumengenai struktur bahu yang normal. Bahu kita pada dasarnya terdiri dari dua buah sendi, yaitu sendi akromioklavikula (pertemuan antara tulang belikat dan tulang bahu) dan sendi glenohumeral (pertemuan antara tulang belikat dan tulang lengan atas). Sendi glenohumeral merupakan sendi dengan macam gerakan yang paling banyak pada tubuh kita, oleh karena itu sendi tersebut menjadi sendi yang paling sering mengalami dislokasi / pergeseran dibandingkan dengan sendi lainnya. Dislokasi bahu terjadi saat bonggol tulang lengan atas bergeser dari tempatnya di tulang belikat. Kapan dislokasi bahu dapat terjadi ? Seperti yang kita ketahui bersama, cedera olahraga dapat terjadi pada semua orang, baik seorang atlet maupun seseorang yang melakukan olahraga untuk mengisi waktu luangnya. Dislokasi bahu termasuk cedera yang sering terjadi, terutama pada olahraga yang bersifat olahraga kontak, seperti misalnya gulat,
yudo dan polo air, ataupun olahraga dengan risiko jatuh yang tinggi, seperti bersepeda dan panjat tebing. 95 % kasus dislokasi / pergeseran sendi bahu terjadi ke arah depan, namun sebenarnya pergeseran ini dapat terjadi ke segala arah. Pergeseran sendi bahu ke arah depan dapat terjadi karena pergerakan paksa tulang lengan atas ke arah menjauhi badan yang disertai puntiran ke arah luar. Sedangkan pergeseran sendi bahu ke arah belakang dapat terjadi karena sesorang terjatuh dalam posisi lengan terentang ke samping Apa tanda-tanda terjadinya dislokasi bahu? Saat seseorang mengalami dislokasi bahu, maka yang langsung dirasakan adalah nyeri pada bahu. Selain itu, juga akan terlihat bengkak pada bahu. Posisi lengan setelah peristiwa trauma yang terjadi dapat berguna untuk membedakan arah pergeseran sendi bahu. Bila dalam keadaan rileks, lengan menjadi terputar ke arah luar (sehingga lipat siku menghadap ke arah depan), maka yang terjadi adalah pergeseran sendi bahu ke arah depan. Pada pergeseran sendi bahu ke arah depan, pasien juga akan mengalami nyeri saat diminta memutar lengannya ke arah dalam. Sebaliknya pada pergeseran sendi bahu ke belakang, maka lengan akan terputar ke arah dalam (sehingga lipat siku menghadap ke arah belakang), dan terdapat nyeri saat pasien diminta untuk memutar lengan ke arah luar. Konfirmasi terjadinya pergeseran sendi bahu dapat dilakukan dengam pemeriksaan rontgen atau MRI.
Apa yang harus dilakukan saat menghadapi seseorang dengan dislokasi bahu ? Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah dengan menerapkan prinsip RICE, yaitu Rest, Ice, Compression dan Elevation. Rest artinya bahu harus diistirahatkan misalnya dengan menggunakan “gendongan†bahu (arm sling). Ice berarti diberikan kompres es pada sendi yang terkena. Kompres es diberikan dengan menaruh potongan-potongan es batu dalam kantung plastik dan menutup kantung plastik tersebut setelah mengeluarkan udara nya terlebih dahulu. Kantung es yang telah ditutup rapat kemudian dibungkus dengan handuk tipis yang basah. Lalu tempelkan kantung es tersebut ke daerah bahu yang dirasa mengalami nyeri selama 20 menit, dan ulangi kompres es ini selama 72 jam pertama setelah kejadian. Compression berarti kantung es ditempelkan ke bahu menggunakan elastic bandage atau kain yang diikatkan melingkar bahu sehingga terasa efek penekanan. Elevation berarti menempatkan posisi bahu lebih tinggi dari jantung. RICE diterapkan untuk meminimalisasi pembengkakan yang terjadi kaibat pergeseran sendi bahu. Selanjutnya sendi bahu pasien harus segera dikembalikan ke posisi semula dengan suatu tindakan reposisi. Bila tidak ada tenaga kesehatan berpengalaman di lapangan, maka pasien harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah
reposisi dilakukan, pemeriksaan rotgen kembali perlu diulang untuk memastikan bahwa sendi bahu sudah kembali ke posisi normal nya. Satu hal yang pasti tidak perlu dikhawatirkan adalah bahwa mengalami dislokasi bahu bukan berarti selanjutnya tidak dapat melakukan olahraga yang semula. Setiap pasien yang pernah mengalami dislokasi bahu dapat kembali menjalankan aktifitas nya secara normal, asalkan pasien menjalani program rehabilitasi yang benar sesuai dengan arahan tenaga kesehatan yang tepat.
Contoh Sports Medicine JAKARTA (3/2), Petinju profesional Indonesia, Daud Yordan, akan bertarung melawan Yoshitaka Kato di Balai Sarbini, Jakarta, 5 Februari mendatang. Chino -julukan untuk Daud Yordan- akan bertarung memperebutkan sabuk gelar juara WBO Asia Pacifik dan WBO Afrika. Sejumlah persiapan sudah dilakukan oleh petinju berusia 28 tahun ini. Selain melakukan latihan berama Craig Christian selama 1,5 bulan terakhir di Bali, hari ini Rabu 03/02 Daud melakukan pemeriksaan kesehatan di Pusat Pengembangan IPTEK dan Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON) Kemenpora. Setelah melakukan serangkaian tes kesehatan di PPITKON, Edi Nurinda Susila, sebagai Kepala Pusat PPITKON menyatakan bahwa keadaan kesehatan Daud dalam keadaan sangat baik dan siap untuk berlaga 5 Februari mendatang. Edi juga sempat memberikan pesan dan doa kepada Daud supaya bisa meraih sabuk bergengsi WBO Asia Pacifik dan WBO Afrika.